LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
KOAGULASI, PENDARAHAN, SERTA ERITROSIT, LEUKOSIT DAN HEMOGLOBIN
Nama : Natalina
NIM : J1C108027
Kelompok : 6 (enam)
Asisten : Demes Cornelia
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas plasma darah dan sel-
sel darah yang berwarna merah. Warna merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi
selalu berubah-ubah karena pengaruh zat kandungannya, terutama kadar oksigen
dan CO2. Bila kadar oksigen tinggi, maka warna darahnya menjadi merah tua.
Pada manusia atau mamalia, volume darahnya dalah 8% berat badannya.
(Prawirohartono, 2000).
Pada semua hewan tingkat tinggi terdapat suatu cairan yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus dan bakteri. Cairan itu disebut dengan darah. Ada tiga
macam sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan
keeping darah (trombosit) (Wulangi, 1993).
Terdapat sekitar 99% sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh suatu
organisme. Sel ini tidak memiliki nukleus ataupun organel dan tidak dianggap
sebagai sel dari sel biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan
oksigen, juga berperan dalam menentukan golongan darah. Sel-sel darah merah
juga bersifat elastis dan mempunyai kemampuan berubah bentuk (Leeson, 1990).
Trombosit atau keping darah mempunyai beberapa karakteristik yaitu :
bentuk sel agak bulat, tidak berinti, tidak berwarna, berat jenisnya rendah, dan
berukuran kecil dengan diameter antara 1 – 4 mikron. Dinding trombosit bersifat
sangat rapuh dan cendrung untuk melekat pada permukaan kasar seperti pembuluh
darah yang robek. Setelah banyak melekat pada permukaan kasar, trombosit
kemudian mengalami aglutinasi (berkumpulnya trombosit yang diikuti dengan
pecahnya dinding sel) (Wulangi, 1993).
Bila seseorang mendapat luka laserasi darah mengalir keluar dari
pembuluh yang terpotong atau cidera. Namun, kecuali dalam hal pembuluh ini
relatif lebar, aliran darah ini tidak lama kemudian berkurang dan berhenti.
Walaupun faktor lain juga berperan misalnya subtansi vasokontriktor seperti
serotonin dapat merangsang berkontraksinya lapisan sirkular otot polos pada
dinding pembuluh dan dengan mengecilkan lamen pembuluh sebab utama
penghentian pendarahan ialah bahwa trombosit mengendap dan melekat pada
permukaan dalam dinding pembuluh dekat bagian terpotong. Semakin banyak
trombosit akan melekat pada yang telah menumpuk di situ dan penumpukan
trombosit ini secara progresif mengecilkan ukuran lubang keluarnya darah
(Paparo, 1996).
Waktu aliran darah terhenti, atau ketika darah berkontak dengan udara,
salah satu globulin plasma (fibrinogen) mengendap sebagai jala-jala filamen
halus, disebut fibrin. Pengerutan bekuan darah atau plasma menghasilkan cairan
jernih, kekuningan yaitu serum. Adanya fibrin-fibrin yang membentuk jala-jala
yang menyaring dan menghentikan aliran darah disebut pembekuan darah atau
thrombus (Paparo, 1996).
1.2 Tujuan
Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui besarnya toleransi
osmotik eritrosit hewan poikiotermik terhadap beberapa tingkat kepekatan
medium, serta untuk mengetahui aliran darah pada berbagai pembuluh darah pada
selaput renang katak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sel darah terdiri atas 3 jenis yaitu eritrosit atau sel darah merah, leukosit
atau sel darah putih, dan trombosit atau butir pembeku (Pearce, E 1993). Sel
darah merah (eritrosit) merupakan sel yang telah terdiferensiasi jauh dan
mempunyai fungsi khusus untuk transpor oksigen. Pada mamalia, eritrosit adalah
sel yang telah melepaskan inti dan organel – organel sitoplasma lain selama
perkembangan. Tiap sel berbentuk seperti cakram binkonkap dan bila dilihat dari
bidang datar bentuknya bundar. Sel – sel darah merah bersifat elastis dan
mempunyai kemampuan berubah bentuk. Hal ini terbukti dari kemampuannya
melalui kapiler – kapiler dengan diameter kecil ( Leeson, 1996 ).
Eritrosit merupakan sel yang terdapat dalam darah dengan bentuk bikonkaf
yang berwarna merah kekuningan serta bersifat elastis dan lunak. Eritrosit yang
terdapat dalam pembuluh darah tidak memiliki inti sel. Salah satu kandungan
eritrosit yang sangat penting hemoglobin, hemoglobin inilah yang menyebabkan
darah berwana merah. Jika eritrosit banyak mengikat oksigen maka warnanya
adalah merah terang, jika sedikit maka akan berwarna merah pucat. Sel eritrosit
rata-rata berumur 120 hari, dimana sel eritrosit yang sudah tua akan dirombak
dalam hati, kemudian hemoglobin akan diubah menjadi bilirubin, yaitu pigmen
warna empedu yang berfungsi dalam proses pencernaan. Hemoglobin merupakan
metaloprotein berfungsi sebagai pengangkut oksigen yang mengandung besi
dalam sel darah merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya (Wiguna, 2009)
Leukosit dalam tubuh organisme hanya sebesar 0,2%. Sel ini
bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan
benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, seperti virus atau
bakteri. Leukosit mengandung inti, dan darah manusia normal terdapat jumlah
leukosit rata-rata 5000 – 9000 sel per milimeter kubik. Jumlahnya pada anak-
anak lebih tinggi dan pada keadaan patologis berbeda nyata dengan yang normal
(Leeson, 1990).
Sel darah putih memiliki jumlah yang jauh lebih rendah jika dibandingkan
dengan sel darah merah yaitu lebih kurang 1:1000, maka untuk mengamati sajian
sel darah putih dapat dilihat dengan perbesaran lemah tampak berupa titik-titik
biru tersebar diantara lautan sel darah merah. (Cormack, 1994).
Leukosit dalam keadaan hidup tampak sangat berbeda dengan leukosit
yang terlihat pada sajian apus kering. Pada sajian irisan, leukosit tampak bulat
seperti di dalam sirkulasi darah, tetapi diameternya lebih kecil dari pada dalam
keadaan hidup akibat pengerutan. Pada sajian apus sel-sel menjadi pipih dan
tampak lebih besar daripada dalam keadaan hidup dan banyak struktur halus
berubah atau rusak (Leeson, 1990).
Sel darah putih terdiri dari enam jenis sel yaitu: neutrofil, eosinofil,
basofil, monosit, limfosit, dan sel plasma. Dari keenam jenis sel tersebut, ada
yang memiliki granula sehingga disebut granulosit, yaitu neutrofil, eosinofil, dan
basofil, sedangkan sel monosit, limfosit dan sel plasma yang tidak memiliki
granula disebut agranulosit. Pada umumnya sel darah putih ditemukan pada
sistem kardiovaskular, namun pada sel-sel jenis tertentu seperti sel limfosit
sebagian besar berkumpul pada saluran limfe, sedangkan monosit yang telah
berkembang menjadi makrofag dapat ditemukan di cairan interstitial tubuh, hal
tersebut karena makrofag memiliki elastisitas tinggi sehingga mampu masuk
sampai celah-celah sel (Wiguna, 2009).
Trombosit atau keping darah, memiliki ciri khas yaitu tanpa inti dan
berupa keping-kepingan kecil yang berbentuk cakram, permukaan selnya tidak
rata, di dalam sitoplasmanya terdapat granula besar dan kecil yang berisi
gambar 1. Jenis-jenis sel darah putih
serotonin. Apabila pembuluh darah mengalami kerusakan atau pecah, maka
trombosit di tempat itu akan mengeluarkan granula yang berisi serotonin, dimana
zat ini bersifat vasokonstriktor yaitu suatu zat yang sifatnya mengeuncupkan
pembuluh darah dan membuat sel otot polos menjadi berkerut sehingga
menyebabkan aliran darah menjadi pelan dan bahkan menjadi terhenti. Sementara
itu, trombosit melekat ke serat kolagen, kemudian sel endotelnya mengeluarkan
tromboplastin yang merubah protrombin yang berada dalam plasma darah
menjadi trombin. Trombin akan mengubah fibrinogen yang ada dalam plasma
darah menjadi serat-serat fibrin yang membentuk jala-jala untuk menyerap dan
menghentikan aliran darah sehingga terjadilah peristiwa yang di namakan
pembekuan darah atau thrombus (Wiguna, 2009).
Penggumpalan darah adalah proses majemuk dan memerlukan berbagai
faktor. Trombin tidak ada dalam darah normal yang masih dalam pembuluh.
Tetapi yang ada adalah zat pendahulunya, prototrombin, yang kemudian diubah
menjadi zat aktif trombin oleh trombokinase. Trombokinase atau tromboplastin
adalah zat penggerak yang dilepaskan ke darah di tempat yang luka. Diduga
terutama tromboplastin terbentuk karena terjadinya kerusakan pada trombosit,
yang selama ada garam kalsium dalam darah, akan mengubah protrombin menjadi
trombin sehingga terjadi penggumpalan darah (Pearce, 2002).
Aglutinasi atau penggumpalan sel-sel darah merah dapat dipengaruhi
berbagai zat. Ini dapat terjadi di dalam peredaran darah pada berbagai keadaan
patologik. Aglutinin yang terdapat di dalam plasma beberapa individu dapat
menyebabkan aglutinasi eritrosit orang lain. Aglutinin menjadi dasar dari empat
bagian darah (Leeson. 1990).
Untuk menghasilkan penggumpalan darah maka diperlukan 4 faktor :
1). Garam kalsium yang dalam keadaan normal ada dalam darah.
2). Sel yang terluka yang membebaskan trombokinase.
3). Trombin yang terbentuk dari protrombin bila ada trombokinase.
4). Fibrin yang terbentuk dari fibrinogen disamping trombin (Leeson.
1990).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biologi I, Laboratorium Dasar
MIPA Universitas Lambung Mangkurat pada tanggal 26 Maret 2010 jam 15.45 –
18.00 wita.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu pipet sahli, mikroskop, pisau,
tabung reaksi, darah donor, larutan EDIA, larutan hayam, larutan turk, kertas
tissu, kaca benda, jarum, stopwacth, ikan nila (Oreochromis niloticus).
3.3 Prosedur Kerja
A. Percobaan waktu koagulasi
1. Ditusukkan jarum pada jari untuk diambil sample darah. Mengambil 2
tetes darah yang keluar pertama.
2. Diletakkan tetesan pertama pada ujung gelas benda dan tetesan yang
kedua pada ujung gelas benda yang lainnya.
3. Selang waktu 30 detik tetesan pertama. Dilakukan tusukkan dan tarikan
dengan jarum sampai terbentuknya benang-benang fibrin. Begitu juga
dengan tetesan kedua.
B. Percobaan waktu pendarahan
1. Ditusukkan jarum pada jari untuk diambil sample darah.
2. Dicatat waktu pertama mulai keluar tetesan darah.
3. Diusap luka dengan kertas tissu setiap 30 detik. Mengulangi usapan
sampai darah tidak terusap lagi.
4. Waktu pendarahan ialah waktu saat mulai keluar tetesan darah pertama
sampai saat darah tidak dapat diusap lagi.
C. Menghitung Eritrosit
1. Diambil darah sapi dengan menggunakan pipet sahli sebanyak 20 mm.
2. Dimasukkan darah yang ada dipipet sahli ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan hayam (4 cc) kemudian dikocok.
3. Dituangkan larutan ke dalam bilik hitung dan melihat dibawah
mikroskop.
4. Dihitung jumlah eritrosit yang terdapat di kotak bujur sangkar kecil
dengan sisi 1/20 mm.
D. Menghitung Leukosit
1. Diambil darah sapi dengan menggunakan pipet sahli sebanyak 20 mm.
2. Dimasukkan darah yang ada dipipet sahli ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan turk kemudian dikocok.
3. Dituangkan larutan ke dalam bilik hitung dan melihat dibawah
mikroskop.
4. Dihitung jumlah eritrosit yang terdapat di kotak bujur sangkar kecil
dengan ukuran 1/4 mm.
E. Menghitung Hemoglobin
1. Diisi tabung berskala sampai angka 20 dengan larutan 0,1 N HCl.
2. Diambil darah sapi dengan pipet sahli sampai angka 20 mm.
3. Diusap darah yang ada di luar pipet.
4. Dimasukkan darah yang ada di pipet ke dalam tabung yang berisi
larutan HCl.
5. Dibilas pipet dengan larutan HCl, bilasan ini dimasukkan ke dalam
tabung.
6. Dibiarkan selama 5 menit, kemudian menambahkan air dengan pipet.
Setiap kali air ditambahkan, isi tabung harus diaduk dengan memakai
batang kaca, kemudian cocokkan dengan warna standar. Pengambilan
batang kaca harus hati-hati jangan sampai larutan terbawa. Penambahan
air berakhir apabila warna larutan sama dengan warna standar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang di dapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan jumlah eritrosit, leukosit, hemoglobin, koagulasi dan
pendarahan (data kelas).
No. Kel. Jumlah Eritrosit (mm3)
Jumlah Leukosit (mm3)
Jumlah Hemoglobin % per 100
mL
Koagulasi Pendarahan
1.
2.
3.
I
II
III
1.320.000 12.350 38,89%
1 menit 10 detik57 detik
1 menit 17 detik
4 menit 2 detik5 menit 40 detik5 menit 30 detik
4.
5.
6.
IV
V
VI
1.590.000 15.950 38,89% 1 menit 12 detik
2 menit 50 detik
7.
8.
9.
VII
VIII
IX
1.225.000 12.550 38,89%
2 menit 48 detik2 menit 4 detik1 menit 22 detik
3 menit 9 detik5 menit 1 detik8 menit 53 detik
Tabel 2. Hasil pengamatan eritrosit, leukosit, dan hemoglobin kelompok
IV, V dan VI.
No. Gambar Keterangan
1.
2.
3.
Gambar 1. Sel eritrosit
Gambar 2. Sel leukosit
Gambar 3. Hemoglobin
Eritrosit yang nampak dibawah mikroskop
Leukosit yang nampak dibawah mikroskop
Pencocokan hemoglobin dengan warna standar
Perhitungan jumlah eritrosit, leukosit dan hemoglobin kelompok IV,
V dan VI.
a. Menghitung jumlah eritrosit
Diketahui : PDP = Pengenceran Darah = 200 x
TKP = Tinggi Kaca Penutup = 10 x
KKS = Kotak Kecil Sebenarnya = 400
KKH = Kotak Kecil Dihitung = 80 kotak
Jumlah eritrosit yang diamati = 159 buah
Ditanya : Jumlah eritrosit seluruhnya per mm3 = ......?
Jawab :
Rumus = PDP X TKP X KKS X Eritrosit KKH
= 200 X 10 X 400 X 159 80
= 1.590.000 mm3
b. Menghitung jumlah leukosit
Diketahui : PDP = Pengenceran Darah = 20 x
TKP = Tinggi Kaca Penutup = 10 x
KBH = Kotak Besar Dihitung = 4 kotak
Jumlah leukosit yang diamati = 319 buah
Ditanya : Jumlah leukosit seluruhnya per mm3 = ......?
Jawab :
Rumus = PDP X TKP X Leukosit KBH
= 20 X 10 X 3194
= 15.950 mm3
c. Menghitung kadar hemoglobin
Diketahui : Kadar Hb yang diamati (x) = 36%
Ditanya : Warna Hb hingga mencapai warna standar (y) =...?
Jawab :
Rumus = x = 14% 100% y
y = x X 14% 100%
= 100% X 14% 36%
= 38,89%
4.2 Pembahasan
Dalam darah manusia terdapat 3 sel-sel darah yaitu sel darah merah atau
eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan keping darah atau trombosit. Ketiga sel
darah tersebut memiliki fungsi dan peranan masing-masing dalam tubuh manusia,
sehingga tercipta keadaan yang stabil dalam tubuh.
Peranan utama dari eritrosit adalah mengikat oksigen untuk kemudian
diedarkan ke seluruh tubuh, selain itu eritrosit juga berperan dalam mengedarkan
nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh sel-sel lain dalam tubuh. Secara umum fungsi
leukosit adalah untuk membantu pertahanan tubuh terhadap infeksi karena sel
darah putih mampu bergerak secara ameboid serta memiliki kemampuan
fagositosis. Sel limfosit memiliki kemampuan untuk menyerang virus atau bakteri
yang spesifik yang disebut antibodi, antibodi ini tetap disimpan selama hidup
sehingga apabila bakteri atau virus yang sama menyerang dapat dengan mudah
dikalahkan. Sedangkan trombosit yang juga dikenal sebagai keping darah adalah
sel yang berfungsi untuk mengaktifkan mekanisme pembekuan darah.
Proses pembekuan darah dilakukan oleh trombosit dan berlangsung dalam
3 tahap, yaitu :
1. Jaringan yang luka atau keping darah (trombosit) yang rusak akan menghasilkan
tromboplastin atau (trombokinase) yang merupakan activator dari protombrin.
2. Adanya trombokinase menyebabkan perubahan protombin menjadi enzim
thrombin yang dibantu dengan ion kalsium dan vitamin K.
3. Trombin bekerja sebagai enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang
berupa benang – benang sehingga mampu menutup luka.
Pada saat kita terluka, ada 3 komponen yang langsung bereaksi mencoba
menstabilkan susanannya lagi. Ketiganya ini bekerja secara bersamaan. Pada
bagian vaskular, begitu darah mengalir maka endohtel akan melakukan kontraksi
secara reflek agar tidak banyak darah yang mengalir keluar. Pada sellular, saat
terjadinya luka, maka bagian permukaan di bawah endohtel (matrix yang
mengandung kollagen) terbuka dan Thrombozyten mempunyai rezeptornya. Maka
dia akan datang ke TKP, merubah dirinya dari bulat menjadi bentuk bintang dan
menempel bagian yang bocor (adhäsion perlu batuan ADP), dibantu dengan van-
Willendbrand faktor yang membentuk komplex bersama faktor VIII.
Thrombozyten kemudian mengeluarkan isi granulanya, dalam hal ini serotonin
mengakitbatkan kontraksi dari endothel. Untuk mencengah terjadinya aggregasi
thrombozyten secara berlebihan maka endothel mengeluarkan NO dan
Prostazyklin. Keduanya adalah Vasodilatator. Dan terakhir pada bagian plasma,
tambalan dari Thrombozyten tidaklah stabil. Untuk itu diperlukan bantuan
benang-benang Fibrin dari Fibrinogen. Pengaktifannya melalui limitierte
Proteolyse (pemotongan sebagian kecil protein rantai, mrupakan jenis
serinprotease, artinya di gugus aktif enzym ini mengandung serin, bukan serin-nya
yang dipotong) oleh Thrombin.
Thrombin sendiri harus diaktifkan melalui 2 jalan yaitu Intrinsik jaringan,
luka kolagen terbuka (negatif beraliran) mengaktifkan faktor XII. Dari sini mulai
signal kaskade yang nantinya mengaktivkan faktor X (prothrombinaktivator
komplek). Jalannya ini sangat lambat makanya dibantu oleh Faktor VIII yang
telah aktif. Extrinsic berjalan lebih efektif, hanya dalam hitungan detik saat
terluka dari jaringan sendiri mengeluarkan yang disebut dengan Thromboplastin.
Faktor III mengaktifkan Faktor VII dan faktor VII mengaktifkan faktor X. Dari
faktor sepuluh ini 2 jalan yang dulunya terpisah kita menyatu dalam satu tujuan.
Faktor X terdiri dari Calzium ion, dari Thrombozyten faktor 3, Va. Barulah
sekarang dengan limitierte proteolyse Thrombin bisa dibebaskan dari prothrombin
(II), dipercepat oleh faktor Va. sekarang baru bisa dipotong Fibrinogen menjd
Fibrin, sayangnya masih tidak stabil. Monomere fibrin harus berikatan kovalent
dahulu dengan sesama. Agar stabil ini dibantu oleh Faktor XIIIa. Setelah itu
barulah luka tersebut tertutupi oleh benang fibrin.
gambar 2. Proses terjadinya pembekuan darah
Metode untuk menghitung eritrosit dan leukosit sama kecuali larutan
yang digunakan. Untuk pengukuran eritrosit digunakan larutan Hayem, ini
dilakukan untuk pengenceran eritrosit, sehingga leukosit tidak terlihat.
Sedangkan untuk mengencerkan leukosit dengan menggunakan larutan Turk dan
eritrosit tidak ikut mengencer, sehingga tidak nampak. Sebelum darah
digunakan untuk percobaan, darah ditambah dengan larutan EDTA agar darah
tidak mudah menggumpal. Pengukuran kadar Hb digunakan pengencer HCl atau
akuades, besarnya kadar Hb dapat diukur dengan membandingkan larutan darah
yang digunakan dengan larutan yang ada pada Haemometer.
Dari praktikum ini diperoleh hasil yaitu jumlah eritrosit 1.590.000 mm2,
leukosit 15.950 mm2, Hb 38,89%. Dari hasil praktikum eritrosit, leukosit dan
hemoglobin dapat disimpulkan bahwa jumlah eritrosit dalam darah ternyata lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah leukosit dalam darah, ini sesuai dengan teori
yang telah ada dan pada darah tersebut diperoleh Hb sebesar 38,89%.
Sedangkan dari praktikum koagulasi dan pendarahan diperoleh hasil
secara berturut-turut adalah 1 menit 12 detik dan 2 menit 50 detik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Peranan eritrosit untuk mengedarkan oksigen dan nutrisi-nutrisi yang
dibutuhkan oleh sel-sel lain dalam tubuh.
2. Peranan leukosit untuk membantu pertahanan tubuh terhadap infeksi
dalam tubuh.
3. Hemoglobin berperan untuk mengikat O2 dan CO2 dalam eritrosit.
4. Di dalam darah, eritrosit lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
leukosit yaitu jumlah eritrosit 1.590.000 mm2, sedangkan leukosit 15.950
mm2.
5. Proses pembekuan darah dilakukan oleh trombosit yang berlangsung 3
tahap, yaitu : trombosit yang rusak menghasilkan tromboplastin sehingga
protombin menjadi enzim thrombin, Lalu fibrinogen menjadi fibrin yang
berupa benang–benang.
6. Koagulasi dan pendarahan diperoleh hasil secara berturut-turut adalah 1
menit 12 detik dan 2 menit 50 detik.
5.2 Saran
Agar praktikum lebih berjalan lancar, sebaiknya praktikan lebih cekatan
dalam melaksanakan praktikum agar praktikum berjalan cepat dan juga dapat
mempersingkat waktu praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Cormack, D. H. 1994. HAM Histologi Jilid I. Binarupa Aksara. Jakarta.
Leeson C. R., dkk. 1990. Buku Ajar Histologi Edisi V. EGC. Jakarta Prawirohartono, S. & Hadisumarno, S. 2000. Sains Biologi. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Leeson, T.et al. 1996. Buku Ajar Histologi. EGC. Jakarta.
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia. Jakarta.
Wiguna, I Komang. 2009. Aplikasi Ilmu Fisiologi Sistem Darah Dan Cairan Tubuh Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Udayana. Denpasar.
Wulangi, K. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Paparo, l. l. 1996. Atlas Histologi Berwarna. Binarupa Aksara. Jakarta.