@
www.indonesia.travel indonesia.travel @indtravel
indtravel indonesia.travel theindonesiatravel
LaporanAkuntabilitasKinerjaKementerianPariwisata
Tahun2015
Lantai 19, Gedung Sapta Pesona
Jl. Medan Merdeka Barat No. 17
Jakarta 10110
Telepon : (021) 3838524, 3838535, 3838519
Faximile : (021) 3440076
Jakarta, Februari 2016
BIROPERENCANAANDANKEUANGAN
SEKRETARIATKEMENTERIAN
KEMENTERIANPARIWISATA
i
LAK KEMENTERIAN PARIWISATA
2015
Kata Pengantar
Segenap puji dan syukur kita panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan-Nya, sehingga
penyusunan buku Laporan Kinerja Kementerian
Pariwisata Tahun 2015 dapat tersusun dan diselesaikan.
Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 disusun dalam rangka pelaksanaan amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
dan Tata Cara Reviu atas Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 ini menjabarkan hasil kerja
yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata berdasarkan Penetapan Sasaran
dan Indikator Kinerja tahun 2015 yang termuat dalam Rencana Strategis
Kementerian Pariwisata Tahun 2015 – 2019, serta Sasaran Strategis Kementerian
Pariwisata dalam RPJM 2015 – 2019, yang merupakan cerminan amanat visi dan
misi Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla sebagaimana tertuang dalam NAWA
CITA.
Prospek kepariwisataan yang semakin cerah dan posisi strategis yang diemban dalam kerangka pembangunan nasional, memberikan dorongan dan keharusan akan langkah-langkah strategis dalam meningkatkan kinerja kepariwisataan nasional, maupun peningkatan daya saing yang semakin kuat agar mampu menarik kunjungan wisatawan mancanegara yang semakin besar, pergerakan wisatawan nusantara yang semakin merata serta minat investasi yang semakin tinggi di Indonesia. Dengan demikian nilai manfaat ekonomi yang didorong oleh sektor Pariwisata akan berkontribusi signifikan bagi pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi kepariwisataan nasional tahun 2015 secara makro menunjukkan
perkembangan dan kontribusi yang terus meningkat dan semakin signifikan
terhadap PDB nasional sebesar 4,23% atau senilai Rp. 461,36 triliun, dengan
peningkatan devisa yang dihasilkan mencapai US$ 11,9 milyar, dan tenaga kerja
pariwisata sebanyak 12,16 juta orang.
ii
LAK KEMENTERIAN PARIWISATA
2015
Pada kondisi mikro, juga ditandai dengan peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara (wisman) sebanyak 10,4 juta wisman dan wisatawan nusantara
(wisnus) sebanyak 255,20 juta perjalanan. Disisi lain lain, salah satu indikator
penting yaitu aspek daya saing kepariwisataan, berdasar penilaian WEF (World
Economic Forum) posisi Indonesia juga meningkat signifikan dari ranking 70 dunia
menjadi rangking 50 di tahun 2015.
Pertumbuhan pariwisata Indonesi-a yang melebihi rata-rata dunia, sebagai mana
tercatat di tahun 2015 sebesar 10,63 % memberikan kepercayaan diri Kementerian
Pariwisata untuk meningkatkan target kunjungan wisman pada tahun 2016 dari 10
juta menjadi 12 juta.
Akhir kata, atas diselesaikannya dokumen Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata
tahun 2015 ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam proses penyusunan dan diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun
evaluasi kinerja.
Jakarta, Februari 2016
Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc
Menteri Pariwisata Republik Indonesia
iii
LAK KEMENTERIAN PARIWISATA
2015
Kata Pengantar ............................................................................................ i Daftar Isi ..................................................................................................... iii Ikhtisar Eksekutif ......................................................................................... 1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 8 B. Gambaran Kementerian Pariwisata ..................................................................... 11 1. Posisi Strategis Kementerian Pariwisata dan Dukungan Sektoral dalam
Pembangunan Kepariwisataan ..................................................................... 12 2. Permasalahan Pembangunan Kepariwisataan .............................................. 13
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Rencana Strategis ................................................................................................ 20 B. Penetapan dan Perjanjian Kinerja........................................................................ 23
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi .................................................................................. 26 Sasaran Strategis Kemenpar 2015 ....................................................................... 26 Capaian dan Analisis Kinerja 2015 ....................................................................... 28
1. Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata ............................ 29 2. Meningkatnya Investasi di sektor Pariwisata .................................................. 43 3. Meningkatnya Kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan
tenaga kerja nasional ...................................................................................... 48 4. Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional .......................................................... 52 5. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ........... 56 6. Meningkatnya jumlah penerimaan devisa ...................................................... 71 7. Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) .................. 75 8. Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus) ............... 81 9. Meningkatnya kapasitas dan profesionalitas SDM Pariwisata ........................ 91
10. Terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata ........................................................... 98
11. Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata .............. 109 B. Anggaran Tahun 2015 .......................................................................................... 127
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 131
Lampiran Perjanjian Kinerja Pernyataan Hasil Evaluasi
1
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Sesuai dengan rentang waktu Rencana
Strategis 2015 – 2019, maka Laporan
Kinerja Kementerian Pariwisata
Tahun 2015 ini merupakan Laporan
Kinerja yang pertama, yang
menyajikan perbandingan antara
capaian kinerja (performance results)
dengan Rencana Kinerja (Performance
Plan) dan informasi akuntabilitas
kinerja selama Tahun 2015.
Bagi Kementerian Pariwisata, Laporan
Kinerja memiliki dua fungsi utama.
Pertama, merupakan sarana untuk
menyampaikan pertanggungjawaban
kinerja kepada seluruh para pemangku
kepentingan (Presiden, Instansi
Pemerintah Pusat/Daerah,
pelaku/industri pariwisata). Kedua,
merupakan sumber informasi untuk
perbaikan dan peningkatan kinerja
secara berkelanjutan. Adanya dua
fungsi utama ini memperjelas bahwa
informasi yang tertuang dalam
Laporan Kinerja Tahun 2015 harus
dapat memenuhi kebutuhan pengguna
internal dan eksternal.
Laporan Kinerja ini secara garis besar
berisikan informasi mengenai rencana
kinerja dan capaian kinerja yang telah
dicapai pada tahun 2015. Rencana
Kinerja (Performance Plan) 2015 dan
Perjanjian Kinerja 2015 merupakan
kinerja yang ingin dicapai selama
tahun 2015 yang sepenuhnya mengacu
pada Rencana Strategis 2015 – 2019
Kementerian Pariwisata. Sementara
itu, capaian kinerja (Performance
Results) merupakan hasil realisasi
seluruh kegiatan selama tahun 2015
yang memang diarahkan bagi
pemenuhan target yang ditetapkan
dalam Rencana Kinerja 2015.
Data statistik per Januari s.d.
Desember 2015 menunjukkan capaian
pembangunan pariwisata Indonesia
mampu melampaui target yang telah
ditentukan. Hal ini dibuktikan melalui
kunjungan wisatawan mancanegara
yang meningkat menjadi 10,4 juta
orang, dari target 2015 sebesar 10 juta
orang. Adapun kunjungan wisatawan
mancanegara tersebut berkontribusi
terhadap penerimaan devisa sebesar
Rp 144 triliun. Peningkatan
pencapaian devisa tersebut justru
terjadi ketika devisa dari komoditi
batu bara dan migas cenderung
mengalami penurunan, seperti
diproyeksikan melalui tabel berikut.
Ikhtisar Eksekutif
2
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Sementara itu, jumlah perjalanan wisatawan nusantara telah mencapai 255
juta perjalanan, dengan total pengeluaran wisnus sebesar Rp 224.68 Triliun. Jumlah
penyerapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 11,3 juta orang.
Tidak hanya itu, branding Wonderful Indonesia pada tahun 2015 naik 100
peringkat, dari semula tanpa peringkat menjadi peringkat ke-47, serta diraihnya
berbagai penghargaan internasional untuk beberapa kategori, seperti; UNWTO
Award 2015, ASEANTA Award 2015, World Halal Destination 2015.
3
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Capaian Kinerja terhadap Sasaran RPJMN 2015 – 2019
Kebijakan pembangunan kepariwisataan tahun 2015 merupakan tahun pertama dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019 yang
tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata Tahun 2015-
2019.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019 merupakan
pelaksanaan Visi dan Misi Presiden terpilih. Dokumen RPJMN 2015–2019 memuat
Strategi Pembangunan Nasional, Kebijakan Umum, Prioritas Nasional, dan Program
serta Kegiatan Pembangunan yang dilaksanakan oleh K/L. Seperti diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
Kementerian Pariwisata perlu melakukan evaluasi atas capaian pelaksanaan RPJMN
2015–2019, dan memasuki tahun 2015 merupakan evaluasi tahun pertama
pelaksanaan RPJMN 2015–2019. Sasaran strategis pembangunan kepariwisataan
nasional sampai dengan tahun 2019 dituangkan dalam sejumlah indikator
pencapaian sebagai berikut :
Tabel 1. Capaian RPJMN Tahun 2015
NO. SASARAN INDIKATOR
KINERJA UTAMA
2015
TARGET REALISASI CAPAIAN
1. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)
Rata-rata pertumbuhan 7,93 % per tahun
10,63 % 134 %
2. Meningkatnya jumlah pergerakan wisatawan nusantara
Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan)
Rata-rata pertumbuhan 2,1% per tahun
1,53 % 72,8 %
3. Meningkatnya jumlah penerimaan devisa
Jumlah penerimaan devisa (US$ miliar)
Rata-rata pertumbuhan 10,7% per tahun
13,1 % 122 %
4
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
NO. SASARAN INDIKATOR
KINERJA UTAMA
2015
TARGET REALISASI CAPAIAN
4 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara
Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)
Rata-rata pertumbuhan 2,5% per tahun
0.05 % 20 %
5 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara
Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (ribu Rp)
Rata-rata pertumbuhan 4% per tahun
5 % 125 %
6 Meningkatnya jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata
Jumlah penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata (juta orang)
Rata-rata pertumbuhan 9,8% per tahun
18% 183 %
7 Meningkatnya kontribusi produk domestik bruto di bidang Kepariwisataan
Kontribusi sektor pariwisata terhadap produk Domestik Bruto (PDB) nasional (Trilliun Rp)
Rata-rata pertumbuhan 5,8% per tahun
4,23 % 72,8 %
Capaian Kinerja terhadap Sasaran Strategis Tahun 2015-2019
Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2015 menunjukkan bahwa
Kementerian Pariwisata memenuhi Sasaran Strategis yang ditargetkan. Realisasi
pencapaian sasaran Kementerian Pariwisata yang diukur dengan menggunakan
Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Capaian Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015
SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA
UTAMA
2015
TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata
1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi)
27 28 103
5
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA
UTAMA
2015
TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi)
15 15 100
3 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi)
25 25 100
4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi)
34 34 100
2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
5 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase)
3.6 2.6 72
3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional
6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
11.3 12.16* 107,6
4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional
7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase)
4 4,23 105,75
5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)
8 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang)
10 10,41 100,26
6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa
9 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp)
144 163 113,2
7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus)
10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan)
255 255,05 100
6
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA
UTAMA
2015
TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
8 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus)
11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rp)
191,25 224,65 117
9 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata
12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang)
17.500 17.500 100
13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang)
1.750 1.750 100
10 Terlaksananya/ terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata
14 Indeks Reformasi Birokrasi RB (Presentase)
70% 64,47% 92,10
11
Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata
15 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat)
WDP Masih dalam proses
Audit BPK
-
16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai)
A BB -
Jumlah Anggaran Tahun 2015............................................................Rp 2.479.340.591.000,-
Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2015 ........................................Rp 2 .102.336.219.932,-
Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019 terdapat
11 (sebelas) Sasaran Strategis dan 16 (enam belas) Indikator Kinerja Utama.
Selanjutnya sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 3 (tiga) program dengan
anggaran sebesar Rp 2.479.340.591.000,-. Secara keseluruhan dapat diinformasikan
bahwa hasil capaian kinerja Kementerian Pariwisata selama tahun 2015 telah
memenuhi 11 (sebelas) Sasaran Strategis yang ditargetkan. Dengan demikian, tugas
dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab (core area) Kementerian Pariwisata yaitu
Mengembangkan Pariwisata dapat diwujudkan. Komitmen yang kuat dari Pimpinan
dan seluruh aparatur Kementerian Pariwisata, untuk memfokuskan pemanfaatan
7
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
sumber-sumber daya dan dana organisasi dalam melaksanakan program dan
kegiatan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis 2015 – 2019 dan Rencana Kinerja
Tahun 2015, serta masukan dari pemangku kepentingan yang telah bersama-sama
memajukan pariwisata menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini.
Sesuai dengan hasil analisis di atas, kami merumuskan beberapa langkah penting
sebagai strategi pemecahan masalah yang akan dijadikan masukan atau sebagai
bahan pertimbangan untuk merumuskan Rencana Kinerja Tahun 2016, yaitu sebagai
berikut:
1. Melakukan koordinasi yang baik di antara unit-unit organisasi terkait yang
berada dalam lingkungan Kementerian Pariwisata, Instansi Pemerintah Pusat dan
Daerah maupun pihak-pihak terkait lainnya untuk merumuskan kebijakan bidang
Pariwisata dalam rangka mencapai target kunjungan Wisatawan Mancanegara
dan Wisatawan Nusantara;
2. Mengoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi
dan efektivitas pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mewujudkan
tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan dalam Renstra. Hal ini
secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis yang capaian
kinerjanya masih berada di bawah target yang ditetapkan;
3. Menyusun dan merumuskan kebijakan melalui Rencana Strategis Kementerian
Pariwisata 2015 - 2019 yang akan dijadikan pijakan dalam pencapaian target
kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara, Kontribusi
Pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto, Penerimaan Devisa, dan
Penyerapan Tenaga Kerja sektor Pariwisata.
BABIPENDAHULUANBABIPENDAHULUANBABIPENDAHULUAN
@
www.indonesia.travel indonesia.travel @indtravel
indtravel indonesia.travel theindonesiatravel
Wakatobi - Sulawesi Tenggara
8
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
A. LATAR BELAKANG
Kementerian Pariwisata secara resmi telah terbentuk pada tanggal 27 Oktober 2014 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014 – 2019.
Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 disusun dalam rangka pelaksanaan amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis global dan berbagai arah kebijakan pembangunan nasional bidang pariwisata, serta Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata dalam RPJMN 2015 – 2019, yang merupakan cerminan amanat visi dan misi Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla sebagaimana tertuang dalam
NAWA CITA.
Sejak terpilihnya Joko Widodo sebagai Presiden RI ke 7, beberapa prioritas pembangunan era Kabinet Kerja senantiasa digaungkan, salah satunya terkait dengan pariwisata. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, penerimaan devisa, dan penyerapan tenaga kerja adalah sederetan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai melalui pembangunan pariwisata.
“Pariwisata sebagai sektor
andalan yang harus didukung
oleh semua sektor lain
terutama yang terkait
langsung dengan infrastruktur
dan transportasi” –
Presiden Joko Widodo
1
PENDAHULUAN
B A B
9
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Dalam kerangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya wisata tersebut, Kementerian Pariwisata mengidentifikasi dan menetapkan fokus pengembangan produk wisata Indonesia dalam tiga kategori portofolio produk, yaitu produk wisata alam, budaya dan buatan, yang didalamnya terdiri dari sejumlah produk-produk wisata yang spesifik sebagaimana tergambar dalam diagram dibawah ini (gambar 1.1).
Dalam diagram tergambar portofolio pasar yang akan menjadi fokus pengembangan
pasar pariwisata Indonesia, baik yang terkait dengan pengembangan pasar
wisatawan nusantara (meliputi segmen personal dan bisnis), serta pasar pariwisata
mancanegara.
Pembangunan kepariwisataan dilaksanakan di daerah, sehingga koordinasi dan kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata harus didorong pada tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsip pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan. Pemerintah melakukan Koordinasi Strategis Lintas Sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan kepariwisataan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan.
Gambar 1.1. Portofolio pasar dan produk wisata Kementerian Pariwisata
10
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata, Kementerian Pariwisata berperan sebagai penggerak utama, yaitu sebagai katalisator, advokator, regulator, koordinator, fasilitator, hub agency, public outreach, dan sekaligus sebagai konsumen, yang akan senantiasa menjaga keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan.
Kontribusi Ekonomi Pariwisata
Pariwisata memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.
Dampak kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional di tahun
2015 sebesar Rp. 461,36 triliun, 4,23 % dari PDB nasional. Penciptaan PDB di sektor
pariwisata terjadi melalui pengeluaran wisatawan nusantara, anggaran pariwisata
pemerintah, pengeluaran wisatawan mancanegara, dan investasi pada usaha
pariwisata yang meliputi: (1) Usaha daya tarik wisata; (2) Usaha kawasan
pariwisata; (3) Jasa transportasi wisata; (4) Jasa perjalanan wisata; (5) Jasa
makanan dan minuman; (6) Penyedia akomodasi; (7) Penyelenggaraan
kegiatan hiburan dan rekreasi; (8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan
insentif, konferensi dan pameran; (9) Jasa informasi pariwisata; (10) Jasa
konsultan pariwisata; (11) Jasa pramuwisata; (12) Wisata tirta; dan (13) SPA.
Sektor pariwisata juga memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai tambah
bagi perekonomian nasional. Selain pencipta nilai tambah, sektor pariwisata
menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2015, dampak kepariwisataan terhadap
penyerapan tenaga kerja sebesar 12,16 juta orang. Sehingga dengan demikian
sektor Pariwisata merupakan sektor yang efektif dalam menjawab kebutuhan
peningkatan nilai tambah ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan (pro poor)
dan penciptaan lapangan kerja (pro-job).
Sektor pariwisata juga merupakan pencipta devisa yang tinggi. Tahun 2015 sektor
pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 11,9 miliar US$ atau setara Rp. 163
trilliun (meningkat 113% dibandingkan tahun 2014 yang mencapai angka devisa
sebesar US$ 11,17 miliar). Peningkatan penerimaan devisa di tahun 2015 tidak saja
bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari 9,4 juta di tahun
2014 dan menjadi 10,4 juta di tahun 2015, tetapi juga bersumber dari peningkatan
rata-rata pengeluaran per kunjungan dari US$ 1.183,43 di tahun 2014, menjadi US$
1.190 di tahun 2015. Dengan kata lain, peningkatan kuantitas devisa kepariwisataan
diikuti dengan peningkatan kualitas pengeluaran wisatawan.
11
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
B. GAMBARAN KEMENTERIAN PARIWISATA
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata No. 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata, Kementerian Pariwisata merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh seorang Menteri yang barada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pariwisata.
Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian Pariwisata memiliki tugas sebagai berikut:
1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata; 2. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pariwisata; 3. pengawasan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata; 4. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Pariwisata di daerah; 5. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Menteri Pariwisata dibantu oleh 9 orang Eselon 1 yang terdiri atas Sekretaris Kementerian, 4 orang Deputi, serta 4 orang Staf Ahli Menteri.
Adapun struktur organisasi Kementerian Pariwisata dapat dilihat pada diagram di
bawah ini:
Gambar 1.2. Struktur Organisasi Kementerian Pariwisata
12
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
1. POSISI STRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA DAN DUKUNGAN SEKTORAL DALAM PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
Mempertimbangkan pertumbuhan sektor pariwisata yang sangat dinamis serta nilai
strategisnya sebagai sektor andalan bagi pembangunan nasional ke depan, maka
Pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar kepada sektor Pariwisata baik
dalam kebijakan anggaran maupun dukungan sektoral lintas kementerian/ lembaga
untuk mendukung program-program pembangunan kepariwisataan.
Menindaklanjuti ketentuan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan, dan dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan
kepariwisataan, pada tanggal 3 Juli 2014 telah ditetapkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor
Penyelenggaraan Kepariwisataan. Peraturan Presiden tersebut mengatur tentang
Koordinasi Strategis Lintas Sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan
kepariwisataan.
Untuk kelancaran pelaksanaan Koordinasi Strategis, telah dibentuk Tim Koordinasi
Kepariwisataan dengan melibatkan 3 (tiga) Kementerian Koordinasi dan 14 (empat
belas) Kementerian/ Lembaga, dengan susunan organisasi sebagai berikut:
Ketua : Wakil Presiden Republik Indonesia
Wakil Ketua I : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Wakil Ketua II : Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
Wakil Ketua III : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Ketua Harian : Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Sekretaris : Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Anggota : Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Keuangan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Perhubungan, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Lingkungan Hidup, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Hubungan kerja Tim Koordinasi Kepariwisataan bersifat koordinatif dan konsultatif
dalam rangka sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi kebijakan dan program
masing-masing kementerian/ lembaga dalam penyelenggaraan kepariwisataan.
13
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Peningkatan koordinasi lintas sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan
kepariwisataan, berupa : (a) pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina; (b)
keamanan dan ketertiban; (c) prasarana umum yang mencakup jalan, air bersih,
listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; (d) transportasi darat, laut,
dan udara; dan (e) bidang promosi dan kerja sama luar negeri; serta koordinasi dan
kerja sama dengan pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat.
Peningkatan koordinasi lintas sektor terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh
Kementerian Pariwisata dan didukung oleh instansi terkait diantaranya untuk
rencana aksi:
a. Peningkatan Integrasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Penguatan, melibatkan Kementerian Koordinator Kesra, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Pemda;
b. Peningkatan promosi pariwisata dalam dan luar negeri, melibatkan Kementerian Koordinasi Kesra, Kemenko Perekonomian, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Perhubungan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Daerah (Pemda).
2. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
Upaya mengukuhkan peran dan posisi sektor pariwisata sebagai pilar strategis pembangunan nasional ke depan, serta mewujudkan pembangunan kepariwisataan yang berdaya saing dan berkelanjutan, tidak dapat dipungkiri masih dihadapkan
pada sejumlah permasalahan dan tantangan yang menuntut langkah dan upaya yang taktis dan terpadu dalam mengatasinya.
Permasalahan dan tantangan tersebut dapat dijabarkan pada masing-masing pilar pembangunan sebagai berikut:
a. PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA
Dalam kerangka pengembangan destinasi wisata, beberapa permasalahan pokok
yang harus dihadapi, yaitu : (1) kesiapan destinasi pariwisata yang belum merata dari
aspek manajemen atraksi, amenitas maupun aksesibilitas; (2) kesiapan masyarakat di
sekitar destinasi pariwisata yang belum optimal.
14
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
1) Kesiapan Destinasi Pariwisata yang Belum Merata
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis
pantai lebih dari 81.000 km memiliki 17.508 pulau, serta dihuni 300 lebih
suku bangsa menyimpan potensi sumber daya pariwisata yang sangat besar
dan beragam untuk dapat dikembangkan menjadi destinasi pariwisata yang
menarik dan menjadi tujuan utama wisata dunia. Namun demikian, potensi
dan peluang menjadi destinasi pariwisata yang mampu menarik kunjungan
wisatawan dari berbagai belahan dunia tersebut masih menghadapi kendala,
karena kesiapan destinasi pariwisata yang masih belum optimal dan merata.
Kesiapan destinasi yang belum optimal tersebut antara lain terkait dengan :
keterbatasan manajemen atau pengelolaan daya tarik wisata yang memiliki
kelas dunia, keterbatasan aksesibilitas dan konektifitas ke destinasi wisata dan
hub-hub regional, nasional maupun internasional, serta keterbatasan
ketersediaan dan kualitas fasilitas pendukung wisata (amenitas). Hal ini juga
tercermin dari angka indeks daya saing pariwisata Indonesia yang dikeluarkan
ioleh WEF (2015) dengan skor yang relative rendah dari aspek infrastruktur
pariwisata (tourism sevice infrastructure = 101; ground and port infrastructure
= 77) serta dari aspek kesiapan ICT (skor 85).
Perkembangan dan kesiapan destinasi pariwisata juga masih belum merata
dan terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Bali. Wilayah-wilayah potensial
lainnya seperti Sumatera (al : Toba, Nias), Kalimantan (al : Tanjung Putting,
Derawan), Sulawesi (al : Toraja, Togean, Takabonerate, Wakatobi), Maluku (al :
Ambon, Morotai, Ternate), Papua (al : Biak, Asmat, Cartenz) serta NTB (al :
Tambora), dan NTT (al : Komodo, Kelimutu) cenderung masih tertinggal jauh
perkembangannya, karena faktor infrastruktur dan ketersediaan fasilitas
pendukung wisata. Investasi di bidang pariwisata relatif masih belum tumbuh
di wilayah-wilayah potensial tersebut.
2) Kesiapan Masyarakat di Sekitar Destinasi Pariwisata yang Masih Belum
Optimal
Keberhasilan pembangunan kepariwisataan juga sangat ditentukan oleh
kesiapan dan dukungan masyarakat di destinasi pariwisata. Banyak daerah
yang sudah dikenal wisatawan dan menjadi destinasi wisata, namun tidak
mampu berkembang baik dan cenderung stagnan karena masih terbatasnya
dukungan dan kesiapan masyarakat sekitar. Terbatasnya pemahaman
terhadap nilai manfaat pariwisata bagi masyarakat dan wilayah setempat
seringkali memunculkan iklim yang kurang kondusif bagi tumbuh dan
berkembangnya kepariwisataan. Unsur-unsur SAPTA PESONA Pariwisata
(aman, tertib, bersih, nyaman, indah, ramah dan kenangan) belum sepnuhnya
15
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
terwujud di destinasi-destinasi pariwisata, sehingga kondisi tersebut
cenderung menciptakan persepsi yang kurang positif bagi wisatawan, karena
merasa tidak nyaman dan aman dalam melakukan kunjungan wisatanya.
b. PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA
Dalam kerangka pengembangan industri pariwisata, terdapat beberapa masalah
utama yang dihadapi dan menjadi kendala bagi tumbuhnya industri pariwisata,
antara lain yaitu : (1) sinergi antar mata rantai usaha pariwisata yang belum optimal;
(2) daya saing produk wisata yang belum optimal; (3) pengembangan tanggung jawab
terhadap lingkungan yang masih belum optimal.
1) Sinergi Antar Mata Rantai Usaha Pariwisata Yang Masih Belum Optimal
Salah satu aspek penting dalam perkembangan industri pariwisata adalah
terciptanya sinergi antar mata rantai usaha pariwisata yang kuat di destinasi
pariwisata. Kelemahan yang masih terjadi dalam pengembangan destinasi
pariwisata menunjukkan, bahwa belum semua destinasi pariwisata didukung
oleh operasi berbagai jenis usaha kepariwisataan dan sinergi yang baik dalam
menciptakan produk dan layanan yang berkualitas bagi wisatawan. Sehingga
di satu pihak kualitas industri pariwisata belum bisa berkembang optimal, dan
disisi lain nilai manfaat ekonomi pariwisata juga belum mampu dikembangkan
untuk menopang perekonomian daerah setempat.
Belum terjadinya sistem operasi yang utuh pada struktur dan mata rantai
usaha pariwisata (antara lain : transportasi, akomodasi, rumah makan,
informasi wisata, pemanduan wisata, cinderamata, telekomunikasi, fasilitas
umum lainnya) dan juga ketimpangan standar kualitas mata rantai usaha
pariwisata akan menjadi faktor yang kritis terhadap keterjangkauan,
kemudahan dan kenyamanan kunjungan wisatawan di destinasi pariwisata.
2) Daya Saing Produk Wisata Yang Masih Belum Optimal
Daya saing produk wisata yang mencakup daya tarik wisata, fasilitas
pariwisata dan aksesilibitas merupakan aspek yang strategis dalam
meningkatkan kemampuan destinasi pariwisata untuk berkompetisi dengan
destinasi pariwisata lainnya dalam memperebutkan potensi pasar wisatawan.
Kondisi daya saing fasilitas pariwisata Indonesia saat ini relatif masih kurang,
dibanding dengan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura dan
Thailand. Daya saing usaha pariwisata Indonesia masih di bawah ketiga negara
tersebut, di atas Philipina dan Brunei Darussalam namun bersaing dengan
Vietnam. Tinggi rendahnya daya saing tersebut sangat bergantung pada
standar usaha pariwisata dan standar kompetensi tenaga kerja usaha
16
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
pariwisata yang saat ini di Indonesia masih terus dalam proses pemantapan
kelengkapan perangkat sertifikasi usaha dan pelaksanaan upaya sertifikasi di
tingkat nasional maupun di daerah.
3) Pengembangan Tanggung Jawab Lingkungan oleh Kalangan Usaha
Pariwisata Masih Belum Optimal
Pengembangan tanggung jawab lingkungan usaha pariwisata, baik lingkungan
sosial, alam maupun budaya agar tetap berkelanjutan berpotensi untuk
mengembangkan jejaring usaha pariwisata berkelanjutan yang dapat
meningkatkan daya saing usaha pariwisata Indonesia.
Permasalahan yang dihadapi dalam hal ini adalah masih terbatasnya jumlah
usaha pariwisata yang memiliki komitmen terhadap tanggung jawab
lingkungan dan menerapkan prinsip-prinsip berwawasan lingkungan,
kurangnya insentif terhadap usaha pariwisata yang menerapkan prinsip-
prinsip pembangunan kepariwisataan berkelanjutan, serta kurangnya alokasi
program CSR usaha pariwisata dan usaha non pariwisata untuk
pengembangan pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat lokal.
c. PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA
Dalam kerangka pengembangan pemasaran pariwisata, terdapat beberapa masalah
utama yang dihadapi dan menjadi kendala bagi tumbuhnya kepariwisataan nasional,
antara lain yaitu: (1) Kompetisi destinasi pariwisata regional dan pencitraan
Pariwisata Indonesia yang belum optimal; (2) Strategi pemasaran yang belum
komprehensif dan terpadu.
1) Kompetisi destinasi pariwisata regional dan terbatasnya pemahaman
terhadap destinasi pariwisata Indonesia
Potensi dan citra Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas dan
menyimpan asset kepariwisataan yang memiliki nilai daya tarik yang tinggi
cenderung masih belum dikenal luas oleh masyarakat internasional/ pasar
wisatawan dunia. Upaya membangun pencitraan Indonesia melalui branding
pariwisata Indonesia (Wonderful Indonesia) masih belum terpublikasikan
secara luas dan optimal pada berbagai negara pasar utama dan potensial
pariwisata Indonesia, sehingga product awareness dari masyarakat (calon
wisatawan) pada negara-negara pasar utama dan potensial terhadap produk
dan destinasi pariwisata Indonesia masih lemah bila dibandingkan dengan
negara-negara pesaing Indonesia.
17
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Upaya promosi dan pencitraan pariwisata yang massif yang dilakukan oleh
destinasi pesaing di tingkat regional (Malaysia, Thailand, Vietnam) perlu
mendapat perhatian dan diimbangi dengan upaya promosi dan pencitraan
pariwisata Indonesia yang lebih kuat dan taktis.
2) Strategi Pemasaran yang belum komprehensif dan terpadu
Upaya meningkatkan pemahaman (awareness) pasar internasional terhadap
Indonesia, yang bermuara pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
internasional ke Indonesia menuntut strategi komunikasi pemasaran yang
efektif dan terpadu.
Strategi pemasaran tersebut harus merupakan keterpaduan antara produk
dan pasar, serta mencakup aspek-aspek pemasaran dan promosi yang utuh
baik dari aspek produk, instrument promosi, lini distribusi maupun strategi
harga; serta aspek target dan segmentasi pasar, dan pencitraan atau
positioning melalui branding. Keutuhan pola pemasaran dan keterpaduan
pengembangan dari sisi pasar dan produk/ destinasi pariwisata masih
menjadi kendala utama untuk membangun pemasaran pariwisata yang efektif
dan berdaya saing.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi belum optimal dimanfaatkan
dalam mempromosikan destinasi pariwisata di dunia internasional,
dikarenakan masih terbatasnya kesadaran dan kemampuan pemangku
kepentingan pariwisata dalam memanfaatkan kemajuan teknologi dan
informasi tersebut dalam mendukung promosi pariwisata.
d. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PARIWISATA
Dalam kerangka pengembangan Kelembagaan kepariwisataan, terdapat beberapa
masalah utama yang dihadapi, antara lain yaitu : (1) masih terbatasnya organisasi
yang membidangi kepariwisataan di daerah; (2) SDM Pariwisata dan Pengembangan
pendidikan Tinggi Pariwisata yang masih terbatas; (3) koordinasi dan sinkronisasi
pembangunan lintas regional dan sektor masih belum berjalan efektif.
1) Masih terbatasnya Organisasi yang Membidangi Kepariwisataan di
Daerah
Komitmen nasional untuk membangun sektor pariwisata sebagai sektor
unggulan nasional, belum sepenuhnya terdukung oleh komitmen di tingkat
daerah terkait dengan aspek organisasi atau institusi yang membidangi
pembangunan kepariwisataan di daerah.
18
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Desentralisasi yang juga menempatkan Pariwisata sebagai sektor pilihan, dan
bukannya sebagai sektor strategis yang mampu memberikan kontribusi
berarti bagi pembangunan daerah maupun bagi kesejahteraan masyarakat,
berdampak pada penguatan organisasi yang membidangi pembangunan
kepariwisataan belum merata di berbagai daerah. Sebagai akibatnya
koordinasi lintas daerah dalam penanganan terpadu asset kepariwisataan
yang bersifat lintas wilayah-pun seringkali mengalami kendala dan hambatan.
Disisi lain, lemahnya pemahaman tentang kepariwisataan, seringkali
memposisikan Kepariwisataan sebagai sebagai sektor pelengkap yang tidak
memiliki posisi strategis dalam struktur organisasi pembangunan di daerah.
2) SDM Pariwisata dan Pengembangan Pendidikan Tinggi Pariwisata yang
Masih Terbatas
Peningkatan daya saing produk pariwisata Indonesia agar memiliki
keunggulan banding dan keunggulan saing secara regional dan global harus
diimbangi oleh ketersediaan SDM yang kompeten, yang tidak hanya berada
pada tataran operasional atau tenaga teknis saja tetapi juga pada tataran
akademisi, teknokrat, dan profesional. Pengembangan SDM Kepariwisataan
dapat dilakukan dengan pendekatan pendidikan formal dan pelatihan, bagi
Aparatur, Pengusaha Industri Pariwisata, Karyawan pada Industri Pariwisata
dan Masyarakat yang berada di kawasan pariwisata.
Perkembangan Pariwisata Indonesia saat ini kurang diimbangi dengan
pengembangan SDM bidang pariwisata. Pengembangan SDM bidang
pariwisata meliputi aparatur, industri dan masyarakat. Hal ini berguna untuk
menunjang pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Badan
pengembangan Sumber Daya Pariwisata menyikapi tantangan tersebut
dengan program antara lain melalui Pembekalan SDM bidang pariwisata
terhadap aparatur/industri dan masyarakat; penyusunan dan review
kurikulum serta melakukan Penyusunan modul pembekalan bidang
pariwisata. Dengan akan diberlakukannya kesepekatan Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA), maka tuntutan SDM yang kompeten dan mampu bersaing
dengan SDM dari luar negeri akan semakin dipersyaratkan. Oleh sebab itu
penyiapan SDM Pariwisata baik secara kuantitas dan kualitas harus didorong
semaksimal mungkin.
3) Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Lintas Sektor dan Regional
Yang Belum Efektif
Karakter sektor pariwisata yang bersifat multi sektor, lintas wilayah
(borderless) dan multi stakeholders menuntut fungsi koordinasi dan sinergi
pengembangan yang efektif baik secara horizontal antar kementerian dan
19
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
lembaga terkait, serta segenap pemangku kepentingan pariwisata
(pemerintah, swasta, dan masyarakat), maupun secara vertical antara
pemerintah Pusat dan daerah.
Persoalan koordinasi dan sinergi pembangunan masih menjadi kendala serius
dalam melakukan akselerasi pembangunan kepariwisataan, karena factor ego
sektoral ataupun ego wilayah yang belum mampu melihat kepentingan dan
nilai manfaat yang lebih besar dalam jangka panjang.
@
www.indonesia.travel indonesia.travel @indtravel
indtravel indonesia.travel theindonesiatravel
BABIIPERENCANAANDANBABIIPERENCANAANDANPERJANJIANKERJAPERJANJIANKERJA
BABIIPERENCANAANDANPERJANJIANKERJA
Borobudur - Jawa Tengah
20
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN
BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG”
A. RENCANA STRATEGIS
Visi dan Misi Kementerian Pariwisata dalam menunjang pembangunan nasional dan
kehidupan bangsa dijabarkan sebagai berikut :
VISI
Visi Pembangunan Kementerian Pariwisata, menggunakan pijakan Visi Presiden
Republik Indonesia periode 2014-2019, yaitu:
Berdasarkan visi tersebut, Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019 merumuskan misi yang dikerucutkan ke dalam 9 agenda prioritas Pemerintah yang disebut NAWACITA. Di dalamnya, terkandung agenda prioritas pemerintah Republik Indonesia 2015-2019 yang terkait pada pariwisata, adalah agenda prioritas butir
keenam yakni:
“MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN DAYA SAING DI PASAR
INTERNASIONAL SEHINGGA BANGSA INDONESIA DAPAT MAJU DAN BANGKIT
BERSAMA BANGSA-BANGSA ASIA LAINNYA”
Dalam rangka meningkatkan daya saing dengan memanfaatkan potensi yang belum dikelola dengan baik serta pengembangan pariwisata yang berdaya saing di pasar internasional, sekaligus memberi peluang besar untuk meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor pariwisata akan meningkatkan daya saing Indonesia, dengan memanfaatkan potensi yang selama ini belum dikelola optimal,
2
PERENCANAAN & PERJANJIAN KINERJA
B A B
21
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
salah satunya adalah potensi maritim, semata-mata untuk meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
MISI KEMENTERIAN PARIWISATA 2015 -2019
Berdasarkan agenda prioritas tersebut, disusunlah empat misi Kementerian Pariwisata 2015-2019 yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pariwisata No. 29 Tahun 2015 tentang Renstra Kementerian Pariwisata, dengan mengadaptasi 4 (empat) pilar pembangunan kepariwisataan, yakni pengembangan destinasi, pemasaran, industri, dan kelembagaan. Misi Kementerian Pariwisata 2015-209 adalah:
1. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing, berwawasan lingkungan dan budaya dalam meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan mewujudkan masyarakat yang mandiri;
2. Mengembangkan produk dan layanan industri pariwisata yang berdaya saing
internasional, meningkatkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya;
3. Mengembangkan pemasaran pariwisata secara sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan perjalanan wisatawan nusantara dan kunjungan wisatawan mancanegara sehingga berdaya saing di pasar
Internasional;dan
4. Mengembangkan organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien serta peningkatan kerjasama internasional dalam rangka meningkatkan produktifitas pengembangan kepariwisataan dan mendorong terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.
TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA 2015 -2019
Berdasarkan Visi Misi Kementerian Pariwisata 2015-2019, maka dirumuskan tujuan Kementerian Pariwisata 2015-2019 yaitu:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang berdaya saing di pasar internasional ;
2. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional sehingga Indonesia dapat mandiri dan bangkit bersama bangsa Asia lainnya;
3. Memaksimalkan produktivitas kinerja pemasaran pariwisata dengan dengan menggunakan strategi pemasaran terpadu secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab serta yang intensif, inovatif dan interaktif
22
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
4. Mewujudkan kelembagaan kepariwisataan yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien, dan mencapai produktifitas maksimal.
SASARAN KEMENTERIAN PARIWISATA 2015 -2019
Dalam mengembangkan pariwisata, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memiliki 11
sasaran strategis yang harus dicapai melalui program dan kegiatan yang akan
dilakukan pada periode 2015–2019. Setiap sasaran strategis Kemenpar memiliki
indikator kinerja serta target yang harus dicapai setiap tahunnya sebagai ukuran
kinerja dari Kemenpar yang diuraikan sebagai berikut :
Tabel 2.1. Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019
SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA
UTAMA UNIT KERJA
1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata
1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi)
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN
INDUSTRI PARIWISATA
2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi)
3 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi)
4 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi
2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
5 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase)
3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional
6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional
7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase)
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN
PEMASARAN PARIWISATA
MANCANEGARA
23
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA
UTAMA UNIT KERJA
5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)
8 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang)
6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa
9 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp)
7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus)
10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan)
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN
PEMASARAN PARIWISATA NUSANTARA
8 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara
11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp)
9 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata
12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang)
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
KEPARIWISATAAN 13 Jumlah lulusan
pendidikan tinggi
kepariwisataan yang
tersalurkan di industri
pariwisata (orang)
10 Terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata
14 Indeks Reformasi Birokrasi (RB)
11
Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata
15 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat)
SEKRETARIAT
KEMENTERIAN
16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai)
B. PENETAPAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Tahun 2015 merupakan tahun pertama dari pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019, Kementerian Pariwisata secara
terencana dan berkesinambungan melaksanakan program dan kegiatan yang telah
ditetapkan, termasuk didalamnya Rencana Kerja Kementerian Pariwisata Tahun
2015 yang merupakan proses Perencanaan Kinerja.
Penyusunan Rencana Kerja tersebut dilakukan seiring dengan agenda penyusunan
dan kebijakan anggaran. Setelah anggaran 2015 ditetapkan maka disusunlah
24
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Perjanjian Kinerja 2015 yang merupakan tekad dan janji rencana kinerja yang akan
dicapai dan disepakati antara pihak yang menerima amanah/tugas dan pihak yang
memberi amanah/tugas dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada. Secara
umum tujuan penetapan kinerja/perjanjian kinerja Kementerian Pariwisata Tahun
Anggaran 2015, antara lain:
1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata
2. Mendorong komitmen penerima amanah untuk melaksanakan tugas yang diterima dan terus meningkatkan kinerjanya
3. Menciptakan alat pengendalian manajemen yang praktis bagi pemberi amanah.
4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata
5. Menilai adanya keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran suatu organisasi, sekaligus sebagai dasar dalam pemberian penghargaan (reward) maupun sanksi (punishment).
Salah satu alat ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan/atau sasaran atau kegiatan utama dan dapat digunakan sebagai fokus perbaikan kinerja di masa depan adalah Indikator Kinerja Utama. Perjanjian Kinerja Kementerian Tahun 2015 disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015
SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA
UTAMA TARGET UNIT KERJA
1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata
1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi)
27 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN
INDUSTRI PARIWISATA
2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi)
15
3 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi)
34
4 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi
25
25
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA
UTAMA TARGET UNIT KERJA
2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
5 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase)
3.6
3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional
6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
11.3
4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional
7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase)
4 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN
PEMASARAN PARIWISATA
MANCANEGARA 5 Meningkatnya jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)
8 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang)
10
6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa
9 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp)
144
7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus)
10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan)
255 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN
PEMASARAN PARIWISATA NUSANTARA 8 Meningkatnya jumlah
pengeluaran wisatawan nusantara
11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp)
191.3
9 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata
12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang)
17,500 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
KEPARIWISATAAN 13 Jumlah lulusan pen-
didikan tinggi kepa-riwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang)
1,750
10 Terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata
14 Indeks Reformasi Birokrasi (RB)
70%
11
Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata
15 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat)
WDP SEKRETARIAT
KEMENTERIAN
16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai)
A
@
www.indonesia.travel indonesia.travel @indtravel
indtravel indonesia.travel theindonesiatravel
BABIIIAKUNTABILITASKINERJABABIIIAKUNTABILITASKINERJABABIIIAKUNTABILITASKINERJA
Danau Toba - Sumatera Utara
26
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Sasaran Strategis Kemenpar 2015
Kementerian Pariwisata telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sesuai
dengan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor KM.125/UM.001/MP/2015 tanggal 15
Desember 2015. Indikator Kinerja Utama tersebut digunakan sebagai ukuran
keberhasilan/kegagalan dalam penyusunan perencanaan, penganggaran kinerja,
pengukuran kinerja dan evaluasi kinerja oleh masing-masing unit kerja di lingkungan
Kementerian Pariwisata.
Berdasarkan Indikator Kinerja Utama di atas, realisasi capaian sasaran strategis
Kementerian Pariwisata Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
3
AKUNTABILITAS KINERJA
B A B
27
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Tabel 3.1. Realisasi Target Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015
SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA
UTAMA
2015
TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata
1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi)
27 28 103
2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi)
15 15 100
3 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi)
25 25 100
4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi)
34 34 100
2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
5 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase)
3,6 2,6 72
3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional
6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
11,3 12,16* 107,6
4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional
7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase)
4 4,23 105,75
5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)
8 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang)
10 10,41 100,26
6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa
9 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp)
144 163 113,2
28
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA
UTAMA
2015
TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus)
10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan)
255 255,05 100,01
8 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus)
11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rp)
191,25 224,65 117
9 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata
12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang)
17,500 17,500 100
13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang)
1,750 1,750 100
10 Terlaksananya/ terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata
14 Indeks Reformasi Birokrasi RB (Presentase)
70% 64,47% 92,10
11
Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata
15 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat)
WDP Masih dalam proses
Audit BPK
-
16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai)
A BB -
Jumlah Anggaran Tahun 2015...........................…………………...….Rp 2.479.340.591.000,-
Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2015 ........................................Rp 2 .102.336.219.932,-
Capaian dan Analisis Kinerja 2015
Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran untuk tahun 2015, Kementerian
Pariwisata telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab
organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Pariwisata,
berdasarkan masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan.
29
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
MENINGKA TNYA KUA LITAS DA N KUANT ITAS DESTINASI PARIWISATA
1 MENINGKATNYA KUALITAS DAN KUANTITAS DESTINASI PARIWISATA
Pengembangan destinasi pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas destinasi pariwisata, melalui: (1) Pengembangan infrastruktur dan
ekosistem kepariwisataan antara lain meliputi perancangan destinasi pariwisata
(kawasan strategis pariwisata nasional dan kawasan pengembangan pariwisata
nasional), peningkatan aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan ekosistem pariwisata; (2)
Pengembangan destinasi wisata alam, budaya, dan buatan yang berdaya saing antara
lain meliputi pengembangan wisata kuliner dan spa, wisata sejarah dan religi, wisata
tradisi dan seni budaya, wisata perdesaan dan perkotaan, wisata bahari, wisata
ekologi dan petualangan, kawasan wisata, serta wisata konvensi, olahraga dan
rekreasi; (3) Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan
masyarakat antara lain meliputi tata kelola destinasi pariwisata prioritas dan khusus,
internalisasi dan pengembangan sadar wisata, dan pengembangan potensi
masyarakat di bidang pariwisata.
Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata yang diukur dengan
indikator jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan
ekosistem, jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan,
jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata, jumlah fasilitasi
pemberdayaan masyarakat, merupakan sasaran dan indikator baru di tahun pertama
Renstra Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019, sehingga belum ada sasaran dan
indikator pembanding pada tahun-tahun sebelumnya. Adapun capaian dari masing-
masing indikator dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini.
a. Jumlah Daerah Yang Difasilitasi untuk Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem
Meningkatnya kualitas infrastruktur dan ekosistem pariwisata di destinasi pariwisata
adalah hal penting dalam upaya peningkatan daya saing. Semakin banyak destinasi
pariwisata yang memiliki infrastruktur (akses, amenitas, sarana dan prasarana) yang
berkualitas, memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan untuk
berkunjung ke suatu destinasi. Untuk itu, fasilitasi terhadap daerah untuk
pengembangan infrastruktur dan ekosistem menjadi salah satu indikator penting
untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata.
Realisasi jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan
ekosistem pariwisata dapat dilihat pada tabel berikut:
30
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Tabel 3.2. Realisasi Jumlah Daerah yang difasilitasi untuk Pengembangan
Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata
Dari tabel capaian Indikator Kinerja di atas, dapat dilihat pada tahun 2015 dari target
27 provinsi telah tercapai sebanyak 28 provinsi yang difasilitasi untuk
pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata atau melampaui target yang
ditentukan.
Walaupun indikator yang diukur berbasis
lokasi, namun fasilitasi yang telah
dilakukan terkait pengembangan
infrastruktur dan ekosistem pariwisata di
daerah mampu memberikan dampak dan
capaian yang positif , diantaranya adalah :
Peningkatan Ekonomi di Banyuwangi, Jawa Timur
Adanya pengembangan Bandara
Blimbingsari di Banyuwangi, Jawa Timur
melalui koordinasi dan dukungan dari
Kementerian Perhubungan telah
memberikan dampak pada peningkatan
jumlah penumpang, peningkatan jumlah
wisatawan, yang kemudian memberikan
dampak ekonomi yang positif kepada
masyarakat, diantaranya adalah
meningkatnya pendapatan per kapita.
Peningkatan jumlah penumpang dapat
dilihat pada tabel berikut :
2011 2012 2013 2014 2015
7.000 24.000 44.000 87.000 110.234
Sumber : Pemda Banyuwangi, 2015
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (Provinsi)
27 28 103
Kegiatan pengembangan aksesibilitas
di destinasi pariwisata melalui skema
dukungan dari Kementerian/Lembaga
terkait pada tahun 2015 menjadi
kegiatan prioritas janji presiden/wakil
presiden yang dipantau oleh Kantor
Staf Presiden (KSP) setiap 3 bulan,
dengan hasil evaluasi dan capaian
untuk Kementerian Pariwisata pada
periode B-06 : 100% (hijau), B-09 :
100% (hijau), dan B-12 : 100%
(hijau)
31
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dalam periode tahun 2010-2015 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Wisatawan 2010 2015 Peningkatan
Nusantara 651.500 1.701.230 161%
Mancanegara 13.200 41.000 210%
Sumber : Pemda Banyuwangi, 2015 (hasil verifikasi dari hotel dan pengelola destinasi wisata)
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi memberikan kontribusi
terhadap peningkatan pendapatan per kapita di Banyuwangi. Menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS), pendapatan per kapita di Banyuwangi mengalami peningkatan
sebesar 229% selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2010 sebesar Rp 14,7juta (per tahun)
menjadi Rp 33,7 juta (per tahun) pada tahun 2015. Hal tersebut dapat dilihat pada
grafik berikut :
1) Peningkatan Minat Investasi
Badan Koordinasi Penanaman Modal menyatakan minat investasi untuk sektor
pariwisata dan Kawasan Ekonomi Khusus mengalami peningkatan hingga 102,89
persen pada periode Oktober 2014 hingga Juni 2015. Sepanjang periode Oktober
2014 Juni 2015, minat investasi melalui pengajuan izin prinsip untuk sektor
pariwisata dan kawasan sebesar Rp 168,9 triliun, atau naik 102,89 persen
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 83,24 triliun.
Adanya dukungan pengembangan infrastruktur di KEK Mandalika di Nusa Tenggara
Barat dan KEK Tanjung Lesung di Banten ikut memberikan peran dalam peningkatan
minat untuk berinvestasi di bidang pariwisata pada Kawasan Ekonomi Khusus
tersebut.
Grafik 3.1 Pendapatan Per Kapita Banyuwangi 2010 - 2015
32
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
2) Tercapainya Target Prioritas Presiden
Peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pariwisata melalui skema dukungan dari Kementerian/Lembaga terkait
(Kementerian Perhubungan dan Kementerian PU-PR) pada tahun 2015 merupakan
kegiatan prioritas yang menjadi janji Presiden/Wakil Presiden. Janji Presiden/Wakil
Presiden tersebut dalam implementasinya oleh Kementerian/Lembaga yang
bertanggung jawab, dipantau oleh Kantor Staf Presiden (KSP). Pada hasil evaluasi
yang dilakukan periodik setiap 3 bulan telah tercapai hasil positif untuk Kementerian
Pariwisata pada periode B-06: 100% (hijau), B-09 : 100% (hijau), dan B-12 : 100%
(hijau).
Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target jumlah
daerah yang difasilitasi pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata antara
lain:
a) Dukungan Amenitas di 28 provinsi
Untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata dilakukan dengan
memberikan dukungan amenitas melalui Tugas Pembantuan berupa
pembangunan fasilitas pariwisata yang dilakukan di 28 Provinsi. Adapun jenis
fasilitas pariwisata yang dapat dibangun oleh penerima Tugas Pembantuan
antara lain:
(1) Fasilitas informasi dan pelayanan pariwisata, dan pusat informasi
pariwisata (tourism information center), dan e-tourism kiosk;
(2) Pembangunan dan penataan kawasan pariwisata: aula kesenian, kios
cinderamata, kios kaki lima, panggung terbuka, rest area, stand
jajanan/kuliner, gazebo.
(3) Penunjuk arah/papan informasi wisata/rambu lalu lintas wisata (tourism
sign and posting)
b) Peningkatan Aksesibilitas di KSPN prioritas
Peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata merupakan salah satu janji
Presiden pada tahun 2015-2019 untuk mewujudkan pariwisata Indonesia
yang berdaya saing. Pada tahun 2015 telah tercapai dukungan dan sinergi
lintas sektor sebagai upaya pengembangan infrastruktur di 25 KSPN,
diantaranya sebagai berikut:
(1) Pengembangan 20 bandara di 13 KSPN dengan kegiatan: perpanjangan
dan pelapisan runway, pembangunan taxiway, apron, fillet, dan fasilitas
bandara, (b)Pengembangan 8 pelabuhan di 8 KSPN dan 7 dermaga di 3
KSPN, (c) Pembangunan terminal/fasilitas kelengkapan jalan/kereta api di
4 KSPN, yang mendapatkan dukungan dari Kementerian Perhubungan.
33
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
(2) Pembangunan jalan baru di 5 KSPN dengan total 143,72 Km dan
pemeliharaan, pelebaran, rekonstruksi dan rehabilitasi jalan di 10 KSPN
sepanjang 460,29 Km, (b) Pengembangan kawasan pemukiman, sistem
penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan tersebar 14 KSPN di
1.080 lokasi dan penataan bangunan tersebar 8 KSPN di 28 lokasi, yang
mendapatkan dukungan dari Kementerian PU-PERA.
Kegiatan pengembangan aksesibilitas di destinasi pariwisata melalui skema
dukungan dari Kementerian/Lembaga terkait (Kementerian Perhubungan dan
Kementerian PU-PR) pada tahun 2015 menjadi kegiatan prioritas yang terus
dimonitor oleh Kantor Staf Presiden (KSP).
b. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Destinasi Wisata, Budaya, Alam dan Buatan
Menurut data dari Passenger Exit Survey (PES) tahun 2014, kontribusi wisatawan
terbesar pada destinasi wisata budaya (wisata warisan budaya dan sejarah, belanja
dan kuliner, kota dan desa) yaitu sebesar 60%, wisata alam (wisata bahari, ekowisata,
petualangan) yaitu sebesar 35%, dan wisata buatan (wisata MICE dan even, olahraga,
kawasan terintegrasi) sebesar 5%. Terkait dengan hal tersebut, Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata melakukan upaya pengembangan
destinasi pariwisata melalui fasilitasi terhadap ketiga produk destinasi tersebut yaitu
destinasi wisata budaya, alam dan buatan untuk meningkatkan kualitas destinasi
pariwisata.
Realisasi fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.3. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Destinasi Wisata Budaya, Alam dan Buatan
Dari tabel di atas dapat dilihat dari target sebanyak 15 lokasi KSPN yang difasilitasi
terkait peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan, telah tercapai
sebanyak 16 lokasi yaitu (1) Weh, Prov. Aceh (2) Toba, Prov. Sumatera Utara, (3)
Pangandaran, Prov. Jawa Barat, (4) Kota Tua, Prov DKI Jakarta (5) Borobudur, Prov
Jawa Tengah (6) Bromo Tengger Semeru, Prov. Jawa Timur (7) Sanur, Prov. Bali (8)
Batur, Prov. Bali (9) Rinjani, Prov. NTB (10) Flores, Prov. NTT (11) Tanjung Puting,
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi)
15 16 107
34
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Prov. Kalimantan Tengah (12) Bunaken, Prov. Sulawesi Utara (13) Toraja, Prov.
Sulawesi Selatan (14) Wakatobi, Prov. Sulawesi Tenggara, (15) Derawan, Prov.
Kalimantan Timur dan (16) Raja Ampat, Prov. Papua Barat dengan capaian sebesar
107%.
Walaupun indikator yang diukur hanya berbasis lokasi, namun fasilitasi yang telah
dilakukan terkait peningkatan wisata budaya, alam dan buatan di daerah mampu
memberikan dampak dan capaian yang positif , diantaranya adalah :
1) World Halal Travel Awards
Pada tahun 2015, Indonesia mendapatkan penghargaan World Halal Travel Summit dalam kategori World Best Halal Tourism Destination dan World Best Halal Honeymoon Destination untuk Lombok, mengalahkan pesaing terberat yaitu Malaysia dan Turki.
2) UNWTO Award for Innovation in Public Policy
Dalam penghargaan United Nations World Tourism Organization (UNWTO) Awards ke-
12 di Madrid - Spanyol, Banyuwangi menghasilkan capaian yang sangat positif bagi pariwisata di Indonesia, yaitu menjadi pemenang dalam UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola, sukses mengalahkan pesaingnya seperti Kolombia, Kenya, dan Puerto Rico.
Gambar 3.1 Penyerahan Penghargaan World’s
Best Halal Tourism Destination
Gambar 3.2 Awards World’s Best Halal
Tourism Destination
35
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Pemerintah Banyuwangi dengan berbagai potensi wisata yang dimilikinya, dinilai mampu menjaga kearifan lokal dalam pengembangan pariwisata bersama para pemangku kepentingan pariwisata setempat.
Gambar 3.3 Penyerahan Penghargaan
UNWTO Award
Gambar 3.4 UNWTO Award for Innovation in
Public Policy
3) Gunung Sewu dalam Global Geopark Network UNESCO
Gunung Sewu yang merupakan kawasan karst istimewa di Jawa, dan berada di 3 provinsi yaitu DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur telah resmi menjadi anggota Global Geoparks Network (GGN) UNESCO pada
tanggal 19 September 2015 pada acara Asia Pasific Geoparks Network San’iin Kaigan Symposium yang berlangsung di Jepang.
4) World Best Snorkeling Destination
Raja Ampat di Papua Barat dan Taman Nasional Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur dinobatkan sebagai destinasi
snorkeling terbaik dunia atau World’s Best Snorkeling Destination berdasarkan survei CNN pada tahun 2015. Adanya pengakuan dan publikasi dari media internasional merupakan capaian yang positif untuk mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke Raja Ampat dan Pulau Komodo sebagai destinasi bahari berkualitas di Indonesia.
Gambar 3.5 Raja Ampat
36
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
5) Kemudahan Wisatawan Asing ke Indonesia
Koordinasi dan sinergi lintas sektor telah dilakukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sekaligus mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia melalui pengembangan wisata bahari. Dalam upaya tersebut telah dihasilkan performansi positif berupa regulasi yaitu Perpres Nomor 105 Tahun 2015 Tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia dan Perpres Nomor 104 Tentang Bebas Visa Kunjungan yang memberikan kemudahan bagi wisatawan asing/kapal wisata asing (yacht)/kapal pesiar asing (cruise) untuk berkunjung ke Indonesia. Layanan kemudahannya antara lain adalah penghapusan Clearance Approval for Indonesia Territory (CAIT) yang selama ini dianggap menjadi penghambat bagi kapal wisata.
Perpres No. 105 Tahun 2015 tentang kunjungan kapal wisata (yacht) asing ke Indonesia. Perpres ini antara lain menghapus ketentuan CAIT (Clearance Approval for Indonesian Territory).
Jumlah kunjungan yacht (kapal wisata) asing diproyeksikan meningkat dari 750 kapal wisata (2014) menjadi 5000 kapal wisata (2019), dengan penerimaan devisa sebesar USD 500 juta.
Permenhub No. 121 Tahun 2015 tentang Pemberian Kemudahan Bagi Wisatawan dengan Menggunakan Kapal Pesiar (Cruise ship) Berbendera Asing, yang mengatur embarkasi dan/atau debarkasi wisatawan di 5 pelabuhan Indonesia.
Jumlah kunjungan kapal pesiar asing diproyeksikan akan meningkat dari 400 (2014) menjadi 1000 kapal pesiar (2019), dengan perolehan devisa sebesar USD 300 juta.
TEROBOSAN TOKOH UTAMA UNTUK PARIWISATA
Beberapa terobosan terkait deregulasi kebijakan juga dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, selaku tokoh nomor satu di Indonesia, guna meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara.
Gambar 3.6 Kunjungan Kapal Wisata (Yacht)
Gambar 3.7 Kapal Wisata Tradisional
37
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Perpres No. 104 Tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan (BVK), jumlah negara penerima BVK bertambah menjadi 90 negara.
Tahun 2016, kunjungan wisman bebas visa kunjungan (BVK) diproyeksikan meningkat sebanyak 1 juta dengan perolehan devisa sebesar USD 1 miliar.
Adapun Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target
jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan yaitu :
1) Fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya
Untuk mengembangkan destinasi
wisata budaya dilakukan fasilitasi
pada destinasi wisata sejarah dan
religi, destinasi wisata perdesaan
dan perkotaan, destinasi wisata
tradisi dan seni budaya. Kegiatan
yang telah dilakukan antara lain
Launching Jalur Samudera Chengho,
pengembangan wisata ziarah
Walisongo.
2) Fasilitasi peningkatan destinasi
wisata alam dan buatan
Fasilitasi pengembangan destinasi wisata alam dan buatan antara lain meliputi
identifikasi/pemetaan potensi pariwisata, focus group discussion, workshop,
bimtek, koordinasi dalam rangka pengembangan percontohan/model destinasi
wisata alam dan buatan serta penyusunan rencana aksi pada destinasi wisata
bahari, destinasi ekowisata dan petualangan, destinasi wisata konvensi,
olahraga dan rekreasi, serta destinasi wisata kawasan terpadu.
c. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Peningkatan kualitas destinasi pariwisata salah satunya dilakukan melalui upaya
peningkatan kualitas tata kelola destinasi pariwisata. Tata kelola destinasi pariwisata
yang terstruktur dan sinergis mencakup fungsi koordinasi, perencanaan,
implementasi, dan pengendalian organisasi destinasi secara inovatif dan sistemik
melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi, yang terpimpin secara terpadu
Gambar 3.8 Menteri Pariwisata dalam Launching Jalur Samudera Chengho
38
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
dengan peran serta masyarakat, pelaku/asosiasi, industri, akademisi dan pemerintah
yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan bersama dalam rangka meningkatkan
kualitas pengelolaan, jumlah kunjungan wisatawan, lama tinggal dan besaran
pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat lokal.
Tata Kelola Destinasi Pariwisata/Destination Management Organization (DMO)
mencakup pengelolaan Destinasi (pembangunan 6 pilar destinasi : perwilayahan,
aksesibilitas, daya tarik wisata, amenitas, pemberdayaan masyarakat, dan investasi)
dengan Management (financial, operational, marketing, human resources, innovation)
dan Organisasi yang terstruktur.
Realisasi capaian jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.4. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Pada tahun 2015 telah dilakukan program pengembangan tata kelola destinasi
pariwisata melalui Destination Management Organization (DMO) di 16 lokasi prioritas
yaitu Sabang, Danau Toba. Kota Tua Jakarta, Tanjung Puting, Pangandaran,
Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Danau Batur, Rinjani, Flores, Wakatobi,
Derawan, Toraja, Bunaken, Raja Ampat, Sanur, dan 9 lokasi baru yaitu Muaro Jambi,
Palembang Kota, Kepulauan Seribu, Menjangan - Pemuteran, Sentarum, Bangka
Belitung, Nias, Maluku Utara, dan Pulau Komodo, sehingga pada tahun 2015 ini telah
tercapai fasilitasi di 25 lokasi.
Meningkatnya kualitas kelola destinasi pariwisata di setiap cluster DMO memberikan
peranan yang strategis terhadap pembangunan kepariwisataan, salah satunya adanya
peningkatan jumlah kunjungan. Hal tersebut dapat terlihat dalam gambar di bawah
ini:
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
3 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi)
25 25 100
39
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun 2014-2015
Dari gambar grafik di atas terlihat peningkatan jumlah kunjungan yang cukup
signifikan dari tahun 2014 ke tahun 2015 yakni sebesar 152%. Berikut tabel detail
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara di 16 cluster :
Tabel 3.5. Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun 2014 – 2015
NO KLUSTER 2014 2015
WISMAN WISNUS TOTAL WISMAN WISNUS TOTAL
1. DMO Batur 447,199 200,408 647,607 421,318 138,794 560,112
2. DMO Borobudur
254,082 3,182,738 3,436,820 246,494 3,885,443 4,131,937
3. DMO BTS 23,172 546,443 569,615 16,639 433,350 449,989
4. DMO Bunaken
34,443 832,015 866,458 40,205 1,073,136 1,113,341
5. DMO Derawan
10,728 77,574 88,302 2,872 53,141 56,013
6. DMO Flores 80,273 55,108 135,381 12,633 50,324 62,957
7. DMO Kota Tua Jakarta
116,461 247,272 363,735 41,761 1,241,504 1,283,265
8. DMO 5,515 946,580 952,095 31,775 3,089,055 3,120,830
Grafik 3.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun 2014-2015
40
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
NO KLUSTER 2014 2015
WISMAN WISNUS TOTAL WISMAN WISNUS TOTAL
Pangandaran
9. DMO Raja Ampat
10,427 2,961 13,388 6,674 1,401 8,075
10. DMO Rinjani 15,827 26,364 42,191 25,733 67,706 93,439
11. DMO Sabang 3,564 512,992 516,556 5,582 623,635 629,217
12. DMO Sanur***
154,054 210,286 364,340 4,001,654 5,263,766 9,265,420
13. DMO Tanjung Puting
10,986 5,703 16,689 9,576 2,577 12,153
14. DMO Toba 30,751 104,098 134,849 116,795 - 116,795
15. DMO Toraja 61,225 131,591 192,816 40,312 84,545 40,312
16. DMO Wakatobi
9,704 4,568 14,272 8,854 9,194 18,048
TOTAL 1,268,411 7,086,701 8,355,114 5,028,877 16,017,571 21,046,448
Sumber :Kemenpar, 2015
Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target
peningkatan tata kelola destinasi pariwisata yaitu sebagai berikut :
1. Penguatan dan Penataan Organisasi Pengelolaan Destinasi
Fokus utama dalam tahapan penguatan dan penataan organisasi pengelolaan
destinasi adalah terbentuknya Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) di 16
lokasi. FTKP terdiri dari berbagai stakeholder terkait dalam pengembangan
pariwisata, yaitu SKPD terkait pariwisata, industri, dan masyarakat. Hingga
tahun 2015 telah terbentuk FTKP yaitu FTKP Sabang, FTKP Bunaken, FTKP
Toba, FTKP Kota Tua, FTKP Wakatobi, FTKP Toraja, FTKP Bromo Tengger
Semeru, FTKP Batur, FTKP Sanur, FTKP Rinjani, FTKP Raja Ampat.
Kegiatan yang dilakukan antara lain melalui stakeholder meeting, convergence
meeting, workshop dan dukungan peningkatan tata kelola destinasi pariwisata.
Hasil kegiatan tesebut adalah adanya identifikasi, rekomendasi dan komitmen
terkait pengembangan destinasi pariwisata di masing-masing cluster yang dapat
memberikan kemudahan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan untuk
meningkatkan kualitas destinasi pariwisata.
41
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
2. Sosialiasi program tata kelola destinasi pariwisata dan pembentukan Kelompok Kerja Lokal atau Local Working Group (LWG)
Langkah-langkah strategis yang telah dilakukan di tahapan awal pengembangan
9 lokasi DMO baru yaitu melalui Stakeholder’s Mapping, Baseline Assessment,
serta Penanaman Ownership dan Involvement untuk menghasilkan kesadaran
para pemangku kepentingan.
d. Jumlah Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pilar dalam strategi pengembangan
destinasi pariwisata. Masyarakat memegang peranan yang sangat penting dalam
pariwisata. Masyarakat merupakan tuan rumah bagi wisatawan yang berkunjung ke
daerahnya. Upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat antara lain
meliputi kegiatan peningkatan sadar wisata dan potensi usaha masyarakat di bidang
pariwisata. Realisasi capaian jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat yaitu:
Tabel 3.6. Jumlah Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (Provinsi)
34 34 100
Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa dari target 34 provinsi telah tercapai fasilitasi
di bidang pemberdayaan masyarakat sebesar 100% yakni di 34 provinsi.
“Meningkatnya pemberdayaan masyarakat bidang pariwisata memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas destinasi pariwisata yang pada akhirnya memberikan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat. Salah satu capaian penting pada tahun 2015 adalah dengan diperolehnya penghargaan oleh 5 homestay Indonesia (Homestay Sudirman12 – Bangka Belitung, Homestay Oma – Sumatera Barat, Homestay Acacia -
Jawa Tengah, Homestay Omah Tembi – DIY, Homestay Panglipuran – Bali) pada acara ASEAN Homestay Award yang merupakan rangkaian kegiatan ASEAN Tourism Forum di Manila pada awal Januari 2016. Homestay tersebut sekaligus merupakan peringkat pemenang terbaik dalam kegiatan Apresiasi Usaha Masyarakat Bidang Pariwisata tahun 2015. “
Gambar 3.9 Penerima awards bersama Menteri Pariwisata pada saat Penyerahan
Penghargaan ASEANTA Award
42
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Adapun program/ kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya fasilitasi pemberdayaan masyarakat antara lain sebagai berikut :
1. Peningkatan Sadar Wisata
Peningkatan sadar wisata dilakukan di 34 provinsi di Indonesia melalui kegiatan kampanye sadar wisata, sosialisasi sadar wisata, bimbingan teknis sadar wisata dan Sapta Pesona, gerakan sadar wisata dan aksi Sapta Pesona, serta apresiasi sadar wisata dan Sapta Pesona.
2. Pengembangan Potensi Usaha Masyarakat di Bidang Pariwisata
Kegiatan Pengembangan Potensi Usaha Masyarakat di Bidang Pariwisata
meliputi Identifikasi Potensi Usaha Masyarakat, Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat, serta Dukungan Peningkatan Kualitas Usaha Masyarakat, serta Apresiasi Usaha Masyarakat Bidang Pariwisata.
Dalam mencapai sasaran Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata terdapat beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :
1. Kementerian Pariwisata tidak dapat melakukan intervensi penuh dalam pembangunan pariwisata di destinasi yang perwilayahannya di bawah Kementerian/Lembaga lain, misal : Taman Nasional yang berada di bawah Kementerian Kehutanan
2. Tidak semua daerah menjadikan pariwisata dalam prioritas pembangunan di daerahnya, sehingga peran aktif dalam pengembangan destinasi wisata oleh Pemerintah Daerah dinilai masih kurang maksimal
Namun, untuk menghadapi permasalahan tersebut telah dilakukan upaya antara lain :
1. Melakukan perjanjian kerjasama dengan Kementerian/Lembaga terkait, misal terkait pengembangan destinasi wisata di kawasan Taman Nasional dengan Kementerian Kehutanan
2. Meningkatkan koordinasi dan sinergi lintas sektor, baik antar pemerintah pusat, pemerintah daerah dan juga swasta.
MENINGKA TNYA INVESTASI D I SEKT OR PARIWISATA
43
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
2 MENINGKATNYA INVESTASI DI SEKTOR PARIWISATA
Investasi merupakan salah satu dari 6 pilar pengembangan destinasi pariwisata.
Meningkatnya investasi di sektor pariwisata menjadi salah satu faktor kunci dalam
pendapatan ekspor, penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha dan
infrastruktur. Realisasi kontribusi investasi di sektor pariwisata terhadap total
investasi nasional tahun 2015 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.7. Kontribusi Investasi di Sektor Pariwisata terhadap Total Investasi Nasional
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
5 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase)
3.6 2.4 67
* Data BKPM Q3 2015
Dari tabel di atas dapat terlihat realisasi persentase kontribusi sektor pariwisata
terhadap total investasi nasional adalah sebesar 2.4%. Jika dibandingkan dengan
target sebesar 3.6%, nilai capaiannya adalah sebesar 67%. Berdasarkan pada data
realisasi investasi tahun 2015, nilai investasi nasional adalah sebesar US$ 43.632 dan
nilai investasi bidang pariwisata sebesar US$ 1.048,66. Nilai investasi pariwisata
tersebut telah memberikan kontribusi terhadap total investasi nasional sebesar 2,4%.
Berikut ini adalah tabel nilai realisasi investasi pada tahun 2015 :
Tabel 3.8. Nilai Realisasi Investasi Pariwisata Tahun 2015
2015 Realisasi Investasi *
Total Investasi Bidang Pariwisata 1.048,66
Total Investasi Nasional 43.632
* PMA dan PMDN dalam Juta US$
Sumber : BKPM, 2015
Adapun perbandingan capaian nilai realisasi investasi bidang pariwisata terhadap investasi nasional dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
44
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Tabel 3.9. Perbandingan capaian nilai realisasi investasi bidang pariwisata (2013 – 2015)
No Investasi 2013
%
Kontri- busi
2014
%
Kontri- busi
2015
%
Kontri-busi
1 Bidang Pariwisata
PMA 462,522 673,91 732,46
PMDN 140,178 265,29 316,20
Total PMA & PMDN
602,700 1,63 939,20 2,18 1.048,66 2,4
Pertumbuhan 56% 11.65%
2 Nasional
PMA 25.109,36 28.527,34 29.280
PMDN 11.901,56 14.490,07 14.352
Total PMA & PMDN
37.010,92 100 43.017,41 100 43.632 100
Pertumbuhan 16% 1%
Sumber : BKPM, 2013-2015
* Data realisasi investasi pariwisata 2013 dihitung dari 8 jenis usaha pariwisata, sedangkan tahun 2014 & 2015 dihitung dari 18 jenis usaha pariwisata
Dari tabel di atas dapat terlihat nilai realisasi investasi sektor pariwisata pada tahun
2015 sebesar US$ 1.048,66 dan nilai total investasi nasional sebesar US$ 43.632. Nilai
realisasi investasi pariwisata tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan nilai investasi pariwisata pada tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah
investasi pariwisata di tahun 2015 adalah sebesar 11.65% jika dibandingkan dengan
tahun 2014.
Jika dikaitkan dengan perbandingan capaian kontribusi investasi pariwisata terhadap
total investasi nasional pada Indikator Kinerja Utama pada tahun 2013-2015, nllai
capaiannya mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel berikut
ini:
45
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Tabel 3.10. Perbandingan capaian kontribusi investasi bidang pariwisata terhadap total investasi nasional (2013- 2015)
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa realisasi kontribusi investasi sektor pariwisata
terhadap total investasi nasional pada tahun 2015 sebesar 2.4% meningkat sebesar
10% jika dibandingkan dengan realisasi sebesar 2.18% pada tahun 2014 dan realisasi
pada tahun 2015 meningkat sebesar 47% jika dibandingkan dengan realisasi sebesar
1.63% pada 2 tahun sebelumnya yaitu tahun 2013.
Secara umum, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), peningkatan
investasi di Indonesia pada tahun 2015 disebabkan antara lain oleh adanya berbagai
paket kebijakan dengan berbagai pilihan insentif investasi, penyederhanaan
perizinan dan berbagai kemudahan pada investor, termasuk fasilitasi atas
permasalahan yang dihadapi investor. Selain itu, terkait dengan sektor pariwisata,
melalui Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI Pemerintah berkomitmen untuk
mempermudah investasi pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Insentif dan
kemudahan yang ditawarkan antara lain terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),
Kepabeanan, Pemilikan Properti Bagi Orang Asing, Kegiatan Utama Pariwisata,
Ketenagakerjaan, Keimigrasian, Pertanahan dan Perizinan.
Meningkatnya investasi di sektor pariwisata juga tidak dapat terlepas dari adanya
komitmen yang kuat untuk melakukan pengembangan investasi di bidang pariwisata
sesuai dalam amanah PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Nasional (Ripparnas), pendanaan yang konsisten terhadap
pengembangan investasi pariwisata, dukungan dari berbagai pihak
(Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, dan stakeholder terkait), serta
ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten.
Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 untuk mendukung sasaran meningkatkan investasi di sektor pariwisata adalah sebagai berikut :
INDIKATOR KINERJA UTAMA
2015 2014 2013
REALISASI CAPAIAN
(%) REALISASI
CAPAIAN (%)
REALISASI CAPAIAN
(%)
Kontribusi
investasi sektor
pariwisata
terhadap total
investasi nasional
(Persentase)
2,4 67 2.18 45 1,63 35
46
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
1. Penyusunan Proposal Investasi Penyusunan proposal investasi bertujuan untuk memetakan lokasi-lokasi
potensi investasi pariwisata untuk selanjutnya dapat dilakukan promosi
investasi baik dengan melakukan penyebaran informasi maupun melalui
pertemuan-pertemuan bisnis dengan potensial investor baik dalam maupun
luar negeri. Dengan adanya proposal Investasi dapat tersedia informasi peluang
investasi di Destinasi Pariwisata dan dapat mendorong daerah yang memiliki
potensi investasi untuk berkembang.
Penyusunan proposal investasi telah dimulai dari tahun 2012 dengan jumlah
lokasi sebanyak 3 tempat, tahun 2013 sebanyak 4 tempat, dan tahun 2014
sebanyak 6 tempat. Pada tahun 2015 telah tersusun proposal investasi pada 16
Kabupaten/Kota di 55 lokasi potensial investasi. Proposal-proposal investasi
tersebut telah berhasil menarik minat investor asing maupun dalam negeri
untuk berinvestasi di bidang pariwisata (hotel, resort, marina) antara lain di
Wakatobi, Maluku Tenggara Barat, Sabang, dan Lombok Barat.
2. Promosi Investasi Pariwisata Promosi investasi pariwisata bertujuan untuk meningkatkan awareness calon
investor pada sektor pariwisata baik investor dalam negeri maupun luar negeri.
Dengan adanya promosi investasi dapat membantu penyebaran informasi
terkait potensi sebuah destinasi pariwisata dan peluang-peluang investasi di
dalamnya. Pada tahun 2015 telah dilakukan promosi investasi pariwisata
melalui pertemuan bisnis di Dubai, Bali, Milan, Hongkong, serta event investasi
pariwisata THINC di Bali.
NO KEGIATAN TEMPAT WAKTU
PELAKSANAAN HASIL
1 Pertemuan Bisnis dengan Investor Timur Tengah
Dubai 3 – 6 Mei 2015 Tindak lanjut rencana investasi di KEK Mandalika dan KEK Tanjung Lesung
2 Tourism, Hotel Investment & Networking Conference (THINC)
Bali 2 – 3 September 2015
Kawasan Potensi Investasi (KPI) menjadi Kawasan Siap Investasi (KSI) di Sabang oleh Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS)
3 Pertemuan Bisnis dalam acara Tourism, Hotel Investment & Networking Conference (THINC)
Bali 2 September 2015
5 investor menyatakan ketertarikannya menanamkan modal di bidang pariwisata di Indonesia, rencana site visit di lokasi potensi investasi
47
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
NO KEGIATAN TEMPAT WAKTU
PELAKSANAAN HASIL
4 Partisipasi dalam Indonesia Investment Day
Milan 7 September 2015
Rencana pertemuan bisnis dan mendatangkan investor Italia ke Indonesia untuk melihat potensi investasi pariwisata
5 Pertemuan Bisnis dalam Rangka Pengembangan Wisata Bahari
Hongkong 9 Desember 2015
Investasi Meridian Capital untuk membangun marina dan fasilitas pendukungnya, hotel, resort dan pusat aktivitas bahari di Raja Ampat
\
Gambar 3.10 Pertemuan Bisnis di Hongkong.
Permasalahan
Dalam upaya mencapai sasaran meningkatnya investasi di sektor pariwisata terdapat
kendala yang dihadapi, diantaranya adalah: (1) Ketidakyakinan investor asing
terhadap jaminan infrastruktur di destinasi pariwisata; (2) Adanya permasalahan
lahan yang tidak clean & clear dalam proposal investasi. (3) Kesalahpahaman
Pemerintah Daerah terhadap implementasi dalam promosi investasi, serta (4)
Adanya keluhan dari investor terkait peraturan yang tumpang tindih antar instansi
pemerintah.
Upaya yang dilakukan
Untuk mengatasi permasalah tersebut, telah dilakukan upaya antara lain: (1) Mendorong pertemuan bisnis dengan investor untuk meyakinkan adanya perkembangan terkait dukungan pembangunan infrastruktur di destinasi pariwisata yang memiliki potensi investasi; (2) Dalam penyusunan proposal investasi mengutamakan lahan milik Pemda atau lahan milik private yang sudah jelas kepemilikannya; (3) Meningkatkan koordinasi dan sosialisasi dengan Pemerintah Daerah terkait penyusunan proposal investasi dan promosi investasi. Serta (4) Adanya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk memberikan kemudahan berinvestasi.
48
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
MENINGKA TNYA KONTRIBUSI KEPARIWISATAA N TERHADA P PENYERAPA N TENAGA KERJA NASIONA L
3 MENINGKATNYA KONTRIBUSI KEPARIWISATAAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA NASIONAL
Pariwisata merupakan sektor yang memberikan dampak yang luas bagi sektor-sektor
lainnya, termasuk terhadap penyerapan tenaga kerja baik itu tenaga kerja langsung
(direct), tenaga kerja tidak langsung (indirect), maupun tenaga kerja ikutan (induce)
di sektor pariwisata. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor
pariwisata dihitung dari total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor
perekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung, tidak langsung,
maupun ikutan. Penciptaan lapangan pekerjaan sudah dimulai sejak wisatawan akan
berangkat (tenaga kerja jasa perjalanan wisata), tiba di bandara (tenaga kerja
pengangkutan), dan ketika melakukan aktivitas perjalanan wisata (pemandu wisata
dan penginapan).
Dalam sasaran meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga
kerja nasional diukur dengan indikator kinerja utama “Jumlah Tenaga Kerja
Langsung, Tidak Langsung dan Ikutan Sektor Pariwisata”. Adapun realisasi Indikator
tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3.11. Jumlah Tenaga Kerja Langsung, Tidak Langsung Dan Ikutan Sektor Pariwisata
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
6
Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
11,3 12,16* 107,6
*angka estimasi
Capaian indikator jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor
pariwisata di tahun 2015 melebihi target yang ditetapkan, dari target 11,3 juta orang
tercapai sebesar 12,16 juta orang atau sebesar 107,6 %.
Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, capaian jumlah tenaga kerja
langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata terus mengalami kenaikan.
Perbandingan capaian dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat dijelaskan
pada tabel berikut ini :
49
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Tabel 3.12. Perbandingan Capaian Jumlah Tenaga Kerja Langsung, Tidak Langsung dan Ikutan Sektor Pariwisata
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa realisasi pada tahun 2015 sebesar 12.16 juta
orang meningkat sebesar 11.16% jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2014
sebesar 10.32 juta orang dan realisasi pada tahun 2014 meningkat sebesar 9.32% jika
dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar 9.61 juta orang.
Meningkatnya jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor
pariwisata antara lain disebabkan oleh :
1. Kemudahan Investasi
Pemerintah telah berkomitmen mempermudah investasi pariwisata,
khususnya pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata. Kemudahan
investasi ditetapkan melalui Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI. Insentif dan
kemudahan yang ditawarkan antara lain terkait dengan Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM), Kepabeanan, Pemilikan Properti Bagi Orang Asing, Kegiatan
Utama Pariwisata, Ketenagakerjaan, Keimigrasian, Pertanahan dan Perizinan.
Nilai realisasi investasi pariwisata tahun 2015 tercatat mencapai angka US$
1.048,66 Juta. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan total realisasi
investasi pariwisata tahun 2014 yang mencapai angka US$ 939,20 Juta.
Meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di bidang pariwisata, dapat
meningkatkan jumlah usaha pariwisata yang tentu saja memberikan dampak
positif bagi penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata.
INDIKATOR KINERJA UTAMA
2015 2014 2013
REALISASI CAPAIAN
(%) REALISASI
CAPAIAN
(%) REALISASI
CAPAIAN
(%)
Jumlah tenaga
kerja
langsung,
tidak
langsung dan
ikutan sektor
pariwisata
(juta orang)
12,16 107,6 10,32 118,03 9,61 115,09
50
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
2. Meningkatnya jumlah akomodasi
Hotel merupakan salah satu dalam 56 jenis usaha pariwisata. Perkembangan
hotel dan akomodasi menjadi hal penting dalam pengembangan
kepariwisataan. Dalam beberapa tahun ini, jumlah hotel berbintang dan
akomodasi lainnya mengalami pertumbuhan signifikan seiring dengan
peningkatan investasi pada usaha akomodasi. Peningkatan akomodasi terlihat
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.13. Perbandingan Jumlah Hotel Berbintang dan Akomodasi Lainnya Tahun 2010 s.d 2015
TAHUN HOTEL BERBINTANG AKOMODASI LAINNYA
2015 2.197 16.156
2014 1.996 15.488
2013 1.778 14.907
2012 1.623 14.375
2011 1.489 13.794
2010 1.306 13.281
Total 10.389 88.001
Sumber : BPS.go.id, 2015
Meningkatnya jumlah hotel dan akomodasi lainnya memberikan dampak
terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata. Berdasarkan
data dari BPS pada tahun 2015, rata-rata pekerja di setiap usaha hotel
berbintang mampu menyerap sebanyak 92,3 orang dan pada usaha akomodasi
lainnya sebanyak 8.1 orang.
Adapun kegiatan untuk mendukung keberhasilan terhadap pencapaian jumlah tenaga
kerja langsung, tak langsung dan ikutan pariwisata meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Penyusunan standar usaha pariwisata
Tenaga kerja di bidang pariwisata tidak dapat dilepaskan dari usaha
pariwisata. Sesuai amanat Undang-Undang Kepariwisataan nomor 10 tahun
2009, telah ditetapkan 13 jenis bidang usaha pariwisata. Untuk meningkatkan
kualitas industri pariwisata, pada tahun 2014 telah ditetapkan 28 standar
usaha pariwisata melalui Peraturan Menteri dan pada tahun 2015 telah
diselesaikan 28 (dua puluh delapan) rancangan standar usaha pariwisata,
diantaranya 7 (tujuh) rancangan standar usaha telah ditetapkan menjadi
Permen Pariwisata, yaitu : Wisata Memancing (Permen Pariwisata no 19 tahun
2015), Pramuwisata (Permen Pariwisata no 13 tahun 2015), Sanggar Seni
51
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
(Permen Pariwisata no 21 tahun 2015). Lapangan Tenis (Permen Pariwisata
no 18 tahun 2015, Gelanggang Renang (Permen Pariwisata no 16 tahun 2015),
Panti Pijat (Permen Pariwisata no 20 tahun 2015), dan gedung Pertunjukan
Seni (Permen Pariwisata no 17 tahun 2015).
2. Penyusunan Proposal Investasi dan Promosi Investasi
Peningkatan usaha pariwisata yang memberikan dampak terhadap
penyerapan tenaga kerja tidak dapat terlepas dari peran serta peningkatan
investasi pariwisata. Upaya untuk mendorong peningkatan penanaman modal
asing dan penanaman modal dalam negeri terhadap usaha pariwisata
dilakukan melalui penyusunan proposal investasi di lokasi-lokasi yang
memiliki potensi investasi serta melalui promosi investasi, baik dalam negeri
maupun luar negeri.
3. Pemberdayaan masyarakat di bidang Pariwisata
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pariwisata secara
tidak langsung mendorong tumbuhnya lapangan pekerjaan baru di bidnag
pariwisata yang mencakup 13 bidang usaha pariwisata. Kegiatan yang
dilakukan antara lain :
Peningkatan sadar wisata melalui sosialisasi sadar wisata dan gerakan
sadar wisata dan aksi sapta pesona
Pengembangan potensi usaha masyarakat di bidnag pariwisata melalui
peningkatan kapasitas masyarakat pelaku usaha pariwisata
4. Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata (Destination Management
Organisation = DMO)
Upaya yang dilakukan untuk mendukung meningkatnya tenaga kerja antara
lain melalui peningkatan kualitas tata kelola destinais pariwisata yang
dilakukan di 25 kluster prioritas. Bentuk kegiatan antara lain adalah :
stakeholder meeting yang mempertemukan segenap pemangku kepentingan
pariwisata yaitu unsur Pemerintah, pemerintah daerah, dan pelaku usaha
pariwisata serta masyarakat; serta peningkatan kapasitas SDM.
INGKATNYA KONTRIBUS I PARIWISATA TERHADA P PROD UK DOMESTIK BRUT O (PD B) NASIONA L
52
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
4 MENINGKATNYA KONTRIBUSI PARIWISATA TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) NASIONAL
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, yaitu persentase dari dampak
yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baik yang bersifat langsung maupun tak
langsung, terhadap nilai PDB nasional. Perhitungan indikator ini dilakukan oleh
Kementerian Pariwisata bersama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan dilaporkan
sebagai cerminan keberhasilan pemasaran pariwisata untuk meningkatkan
kedatangan dan perjalanan wisatawan di Indonesia yang berkualitas sehingga
mampu meningkatkan PDB sektor pariwisata.
Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional merupakan dukungan
Kementerian Pariwisata terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kontribusi PDB
sektor pariwisata, semakin penting pula posisi sektor kepariwisataan dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kontribusi ini diupayakan
seiring dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas, penciptaan
rekreasi dan pemanfaatan waktu senggang yang berkualitas, serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui tingkat hidup yang berkualitas.
Indikator keberhasilan dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.14. Target dan Realisasi Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PDB Nasional
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
7
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (Persentase)
4 4,23* 105,75*
*angka sangat sementara
Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator kinerja untuk Kontribusi sektor pariwisata
terhadap PDB nasional yang memiliki target sebesar 4 % terealisasi sebesar 4.23%
dengan total nilai sebesar 461,36 triliun rupiah. Dengan demikian indikator kinerja
ini melebihi dari target yang telah ditetapkan.
Untuk melihat perkembangan capaian indikator Kontribusi sektor pariwisata
terhadap PDB nasional, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya
sejak Tahun 2011-2015, dapat dilihat dalam tabel berikut:
53
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Tabel 3.15. Perbandingan Realisasi Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PDB
Nasional
INDIKATOR KINERJA UTAMA
2015 2014 2013
REALISASI CAPAIAN
(%) REALISASI
CAPAIAN (%)
REALISASI CAPAIAN
(%)
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase)
4,23 105,75 4.04 96,19 4,02 95,67
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa realisasi kontribusi sektor pariwisata terhadap
PDB Nasional tahun 2015 sebesar 4,23% meningkat 4,7% jika dibandingkan dengan
tahun 2014 sebesar 4,04% dan jika dibanding dengan realisasi tahun 2013 terjadi
peningkatan sebesar 0,49% dari 4,02 % tahun 2013 menjadi 4,04% pada tahun 2014.
Hal ini mengindikasikan industri pariwisata dapat dijadikan sebagai industri andalan
yang dapat membangun perekonomian Indonesia.
Apabila dilihat sejak awal RPJMN, terlihat grafik tren kontribusi sektor pariwisata
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mengalami peningkatan yang
signifikan, sebagaimana terlihat dalam Tabel berikut ini.
Tabel 3.16. Perbandingan Pendapatan PDB 2011 – 2015
No. Sektor PDB Pariwisata (miliar Rp)
2011 2012 2013 2014*) 2015**)
1. Pertanian 30.467,30 32.512,3 36.391,1 39.331,3 45.995,1
2. Pertambangan & Penggalian 14.938,50 16.347,0 18.304,8 19.783,7 23.135,7
3. Industri 75.562,40 84.191.0 94.091,1 101.693,1 118.922,8
4. Listrik, gas dan air 1.757,20 1.930,3 2.119,3 2.290,6 2.678,7
5. Konstruksi 32.990,80 35.369,3 37.020,7 40.011,8 46.790,9
6. Perdagangan 18.192,00 19.640,6 21.671,8 23.422,8 27.391,3
7. Restoran 26.409,00 24.904,6 26.375,7 28.506,7 33.336,6
8. Hotel 24.320,40 30.023,3 36.894,3 39.875,1 46.631,2
9. Angkutan Darat 17.576,10 21.898,1 25.471,4 27.471,0 32.125,4
10. Angkutan Air 3.050,00 3.142,6 2.021,5 2.184,8 2.555,0
11. Angkutan Udara 14.771,90 14.529,9 17.502,6 18.916,7 22.121,8
54
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
No. Sektor PDB Pariwisata (miliar Rp)
2011 2012 2013 2014*) 2015**)
12. Jasa Penunjang Angkutan 5.696,20 6.090,3 6.891,5 7.448,3 8.710,2
13. Komunikasi 6.144,40 7.202,6 7.743,3 8.369,0 9.786,9
14. Jasa Lainnya 25.092,30 28.458,5 32.579,8 35.212,0 41.177,9
Total 296.968,50 326.240,7 365.025,0 394.516,8 461.359,5
PDB Nasional Harga Berlaku (Triliun Rp)
7.427,09 8.241,86 9.083,97 9.765,27 10.898,69
Persentase kontribusi 4,00% 3,96% 4,02% 4,04% 4,23%
Sumber : Neraca Satelit Pariwisata Nasional
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
PDB yang dihasilkan dari pariwisata nasional mengalami peningkatan yang cukup
berarti tiap tahunnya. Pada tahun 2010 pariwisata menghasilkan PDB sebesar 261,06
triliun rupiah dan meningkat di tahun 2011 menjadi 296,97 triliun rupiah, di tahun
2012 sebesar 326,24 triliun rupiah, serta pada tahun 2013 nilai PDB yang dihasilkan
mencapai 365,02 triliun rupiah. Lebih lanjut pada tahun 2014 PDB yang dihasilkan
dari sektor pariwisata mencapai 394,52 triliun rupiah, dan pada tahun 2015
mencapai 4,61 36 trilliun rupiah.
Berikut grafik dampak kepariwisataan terhadap PDB dikontribusikan oleh kegiatan
kepariwisataan:
261,06296,97
326,24365,02
394,52
461,36
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
2010 2011 2012 2013 2014* 2015**
Angka dalam tril iun rupiah)
Grafik 3.3. Peningkatan PDB Pariwisata
Grafik 3.4. Kontribusi Kepariwisataan Terhadap
PDB Nasional
55
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Dampak perekonomian terbesar sektor kepariwisataan terjadi pada penyerapan
tenaga kerja sebanyak 10,59% terhadap tenaga kerja nasional di tahun 2015 atau
sekitar 12,16 juta orang yang berada pada sektor-sektor terkait kepariwisataan.
Sementara dampak sektor kepariwisataan terhadap PDB, upah atau gaji dan pajak
tidak langsung berada pada kisaran 4,2%-4,6%, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.17. Dampak Ekonomi Makro Berdasarkan Neraca Satelit Pariwisata Nasional
(NESPARNAS), 2011– 2015**
TAHUN
KOMPONEN OUTPUT
Dampak terhadap Output Dampak terhadap PDB Dampak terhadap
Tenaga Kerja Dampak terhadap
Upah/Gaji Dampak terhadap
Pajak Tak Langsung
Pariwisata
Nasional Share
(%) Pariwis
ata Nasional
Share (%)
Pariwisata
Nasional Share
(%) Pariwis
ata Nasional
Share
(%)
Pariwisata
Nasional
Share (%)
2011 648,49 14.934,02 4,34 296,97 7.427,09 4,00 8,53 109,95 7,75 96,57 2.307,21 4,14 10,72 278,28 3,85
2012 709,18 16.595,58 4,27 326,24 8.241,86 3,96 9,35 110,81 8,46 105,93 2.572,45 4,12 11,77 308,29 3,82
2013 790,01 18.280,75 4,32 365,02 9.083,97 4,02 9,61 112,76 8,52 118,34 2.850,39 4,15 13,26 337,63 3,93
2014* 848,99 19.651,81 4,32 394,52 9.765,27 4,04 10,32 114,63 9,00 126,87 3.049,92 4,16 14,21 361,26 3,93
2015** 994,01 21.647,32 4,59 461,36 10.898,69 4,23 12,16 114,82 10,59 148,56 3.507,40 4,24 16,64 395,65 4,21
Sumber : Neraca Satelit Pariwisata Nasional Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
MENINGKA TNYA J UMLA H KUNJUNGA N WISATA WAN MANCANE GARA (WISMAN)
56
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
5 MENINGKATNYA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA (WISMAN)
Jumlah wisman ke Indonesia sangat berpengaruh terhadap potensi devisa yang
akan diperoleh oleh negara. Wisman ke Indonesia adalah setiap orang yang berasal
dari wilayah luar Indonesia, yang mengunjungi Indonesia, didorong oleh satu atau
beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang
dikunjungi, dengan lama tinggal minimal 24 jam dan maksimal 6 (enam) bulan,
dengan tujuan: (a) berlibur, rekreasi, dan olah raga; (b) bisnis, mengunjungi teman
dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan
kesehatan, belajar, dan keagamaan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya
kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia adalah Jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan
realisasinya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.18. Target dan realisasi Jumlah Kunjungan Wisman tahun 2015
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
8
Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Indonesia (Juta Orang)
10 10,41 100,26 %
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
wisatawan mancanegara ke Indonesia” mencapai 10.406.759 orang, capaian 2015
tersebut melampaui target yang telah ditentukan sebesar 10.000.000 orang atau
mengalami peningkatan sebesar 0,26%. Bila dibandingkan dengan capaian tahun
2014 sebanyak 9.435.411 orang mengalami pertumbuhan sebesar 10,63 %.
Adapun rincian data kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia
selama tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.19. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Per Pasar Tahun 2015
NO PASAR TARGET REALISASI
1 Singapura 1.905.000 1,519,430
2 Malaysia 1.665.000 1,200,202
3 Great China 1.335.000 1,324,851
4 Australia 1.170.000 1,035,325
57
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
NO PASAR TARGET REALISASI
5 Eropa 855.000 898.016
6 Jepang 560.000 492,077
7 Korea Selatan 390.000 338,671
8 USA 260.000 251,221
9 India 230.000 271,252
10 Timteng 197.000 182,143
11 Filipina 275.000 271,252
12 Thailand 165.000 89,577
Lainnya* 993.000 2,308,951
Total 10.000.000 10.406.759
*termasuk PLB dan KITAS
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan, bahwa Jumlah kunjungan terbesar wisatawan
mancanegara ke Indonesia, adalah: Singapore sebanyak 1.519.430 wisman, China
sebanyak 1.324.851 wisman, Malaysia sebanyak 1.200.202 wisman, Australia
sebanyak 1.035.325 wisman, dan Jepang sebanyak 492.077 wisman. Berdasarkan
pintu masuk utama secara kumulatif, sebagai berikut: Ngurah Rai sebanyak
3.923.970 wisman, Soekarno Hatta sebanyak 2.304.275 wisman dan Batam sebanyak
1.545.818 wisman.
Tabel 3.20. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Per Pintu Masuk Tahun 2015
PINTU MASUK TARGET 2015 CAPAIAN
BALI (Ngurah Rai) 3.720.000 3,923,970
DKI JAKARTA 2.600.000 2,304,275
BATAM 1.510.000 1.545.818
TANJUNG UBAN 400.000 304.010
SUMATERA UTARA (Kuala Namu) 250.000 197.818
SUMATERA BARAT (Minangkabau) 50.000 42.330
RIAU (Sultan Syarief Kasim II) 30.000 25.337
JAWA BARAT (Husein Sastranegara) 180.000 159.647
JAWA TENGAH (Adi Soemarmo) 30.000 7.885
D.I. YOGYAKARTA (Adi Soecipto) 90.000 81.278
JAWA TIMUR (Juanda) 250.000 200.851
58
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
PINTU MASUK TARGET 2015 CAPAIAN
NTB (BIL) 40.000 70.217
KALIMANTAN BARAT (Entikong) 30.000 24.852
KALIMANTAN TIMUR (Sepinggan) 20.000 7.865
SULAWESI UTARA (Sam Ratulangi) 30.000 19.465
SULAWESI SELATAN (Hassanudin) 20.000 13.091
OTHER PORT 490.000 548.145
PLB - 370.869
KITAS - 306.540
T O T A L 10.000.000 10.406.759
Tabel 3.3 dan tabel 3.4 memasukkan data wisatawan dari Pos Lintas Batas (PLB) dan
Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS). Izin Tinggal Terbatas adalah izin yang diberikan
pada orang asing pemegang Izin Tinggal Sementara. Menurut pasal 31 PP No. 32
Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian (“PP No.
32/1994”), Izin Tinggal Terbatas sendiri adalah salah satu jenis izin keimigrasian
yang diberikan pada orang asing untuk tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia
dalam jangka waktu yang terbatas. Untuk melihat perkembangan capaian indikator
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara, bila dibandingkan Realisasi dengan
Target setiap tahunnya sejak Tahun 2011-2015, dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.21. Perbandingan Realisasi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun
2013 – 2015
INDIKATOR KINERJA UTAMA
2015 2014 2013
REALISASI CAPAIAN
(%) REALISASI
CAPAIAN (%)
REALISASI CAPAIAN
(%)
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)
10.41 100.26 9.435.411 100.1 8.802.129 100.20
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2015, kunjungan wisatawan
mancanegara berhasil mencapai 100.26%. Angka ini melampaui target yang telah
ditetapkan juga melampaui pencapaian kunjungan wisatawan mancanegara pada
tahun sebelumnya. Pada grafik dibawah tersaji tren perubahan selama periode 2011
sampai 2015.
59
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Dari grafik di atas menginformasikan bahwa kunjungan wisatawan periode 2011
hingga 2015 mengalami kenaikan per tahunnya dan puncak kunjungan setiap
tahunnya berada di triwulan II dan triwulan III.
Pada 2015, wisatawan internasional yang melakukan perjalanan mencapai 1,184
miliar orang atau tumbuh dari tahun sebelumnya 4.4% miliar. Pertumbuhan terbesar
di kawasan Eropa, yakni meningkat hingga 5% menjadi 609 juta orang dari tahun lalu
580 juta orang. Kunjungan wisatawan internasional ke Indonesia tahun 2015
tercatat 10.405 juta pada 2015 dengan pertumbuhan di atas rata-rata dunia.
*data estimasi **Sumber: UNWTO World Tourism Barometer, Januari 2016
Grafik 3.5 Kunjungan Wisatawan Mancanegara
60
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Pertumbuhan kunjungan wisatawan mancangera ke Indonesia, sangat didukung oleh berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pariwisata melalui kerangka strategi Pemasaran : melihat DOT (Destination, Origin, Time) dan melalui BAS (Branding – Advertising – Selling) dengan berbagai jalur media (POS = Paid Media, Owned media, Social media).
Pemasaran pariwisata Indonesia di kancah mancanegara memiliki strategi yang pertama adalah DOT (Destination, Origin, Time), yaitu:
1. Destination – melihat destinasi wisata mana sajakah yang diminati oleh masing-masing wisatawan, dengan cara melihat dashboard atau demografi dari masing-masing wisatawan.
2. Origin – merupakan strategi untuk melihat asal negara dari masing-masing wisatawan. Kemudian data ini akan dijabarkan menjadi sebuah data demografi atau dashboard mengenai ciri-ciri, kegemaran, tipe, waktu libur, hari raya, dsb.
3. Time – waktu merupakan strategi penting untuk mensikronisasikan waktu libur/Hari Libur dari masing-masing negara asal wisatawan dengan event/festival yang diselenggarakan di Indonesia.
Setelah DOT, BAS merupakan strategi pemasaran pariwisata Indonesia selanjutnya adalah:
1. Branding adalah upaya untuk mempromosikan pariwisata melalui penempatan iklan di Website, Media Ruang, TV, dan Media Cetak, mengadakan festival di mancanegara, dan mengadakan famtrip dengan mendatangkan sekelompok wisatawan asing sesuai dengan paket wisata yang ditawarkan.
2. Advertising adalah salah satu strategi pemasaran pariwisata mancanegara malalui pemasangan iklan di Media Cetak (koran dan majalah), di event-event mancanegara, blocking sale di televisi, pembuatan bahan-bahan promosi, dan kerja sama promosi dengan pelaku industri pariwisata.
3. Selling adalah memfasilitasi penjualan Paket Wisata yang dibuat oleh industri
melalui Tradeshows dan Sales Mission.
61
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Dalam memasarkan produk pariwisata Indonesia erat kaitannya dengan publikasi
atau pengiklanan yang menggunakan metode POSE (paid media, owned media, social
media, dan endorse). Hal tersebut diaplikasikan pada berbagai jenis media untuk
pengiklanan. Yaitu media online, media cetak, media ruang, media elektronik.
PAID MEDIA
Gambar 3.11 Promosi Wonderful Indonesia di Megacom circuit 7, Dubai
Gambar 3.12 Promosi Wonderful Indonesia di Lightbox, Narita International Airport
Gambar 3.13 Promosi Wonderful Indonesia di Malvern Tram, Melbourne
Gambar 3.14 Promosi Wonderful Indonesia di Moda Taksi, London
62
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
“Strategi-strategi yang diupayakan oleh Kementerian Pariwisata cukup efektif dalam memasarkan pariwisata Indonesia. Hal ini terlihat dari naiknya peringkat Country Branding “Wonderful
Indonesia” pada tahun 2015 yaitu menduduki peringkat 47 dari tidak ada peringkat di tahun sebelumnya. Peringkat itu mengalahkan
negara-negara kompetitor seperti Malaysia yang berada di peringkat 96 dan Thailand yang menduduki peringkat 83”
Selain strategi pemasaran diatas beberapa upaya pemasaran yang memiliki peran
strategis dalam mendorong peningkatan kunjungan wisman adalah ikut
berpartisipasi dalam event internasional, event yang diikuti antara lain:
OWNED MEDIA
Endorser : Metode pengiklanan ini adalah
dengan menggunakan brand ambassador
dan testimoni artis di sosial media. Pada
tahun 2015, Kementerian Pariwisata
mengendorse jurnalis-jurnalis dan blogger
luar negeri (Luke Latty, Diana Wee, dan
Mae Tan). Dan juga program wondernesia
yang disiarkan oleh TLC dibawakan oleh
Nadia Hutagalung dan Nicholas Saputra
sebagai pembawa acara tersebut. Gambar 3.15 Menteri Pariwisata bersama Nadia
Hutagalung dalam acara Wondernesia Press Gathering
63
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Gambar 3.16 Kunjungan tamu VIP ke booth Indonesia
Gambar 3.17 Coffee Corner
NATAS Travel Fair 2015
Singapura, 4 – 8 Maret 2015
NATAS Travel Fair merupakan bursa
pariwisata bersifat consumer show yang
diselenggarakan setiap tahun 2 kali oleh
Asosiasi Travel Agen Singapura. Bursa
pariwisata yang berlangsung selama
3(tiga) hari dari tanggal 6-8 Maret 2015
di Singapore Expo ini menempati 3 halls
(Hall 7, 8, dan 9)diikuti oleh 82 exhibitors
terdiri dari: 11 National Tourism
Organisation (Indonesia, Cina, India, Jepang, Korea, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, New
Zealand, Johor Tourism, dan New Taipei City), 21 travel agents dan tour operators, 9
hotels & resorts, 6 Airlines, 4 banks, 2 car rentals, 6 cruises companies, 7 travel
related, dan 16 other business.
Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah
industri termasuk didalamnya travel agent,
hotel/resort, dan pemangku kepentingan
lainnya. Peserta yang berasal dari industri
sebanyak 20 terdiri dari7 travel agent dan 13
hotel/resort dari Jakarta, Jawa Barat,
Yogyakarta, Makassar, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Batam, Lombok, Sumatera Utara, dan
Bali. Sebanyak 3 pelaku usaha Indonesia
berpartisipasi dengan booth independen
antara lain: PT. Garuda Indonesia, Jayakarta Hotel & Resorts, dan Ayana Resort & Spa
Bali, Rimba Jimbaran Bali by Ayana.
Secara keseluruhan keikutsertaan Kementerian Pariwisata pada NATAS Travel Fair
2015 dengan memfasilitasi 33 industri pada Table Top dan 20 industri pada Pameran,
berdasarkan laporan para sellers diperkirakan telah terjadi transaksi sebanyak 8.053
pax dengan nilai transaksi sebesar USD 1,498,280 atau setara dengan Rp. 19,48
Milyar dengan rincian sebagai berikut:
Table Top sebanyak ± 3.609 pax dengan nilai transaksi sebesar Rp. 6,35 Milyar
Pameran sebanyak ± 4.444 pax dengan nilai transaksi sebesar Rp. 13,13 Milyar
Pencapaian transaksi ini mengalami kenaikan sebesar 75% apabila
dibandingkan dengan partisipasi pada tahun lalu, dimana tahun 2014 jumlah
transaksi sebesar Rp. 11,13 Milyar.
64
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Gambar 3.18 Booth Indonesia
Destinasi yang paling diminati Batam, Bintan, Bali, Bandung dan disusul oleh
Yogyakarta, Medan, Surabaya, Lombok, Makassar, dan Jawa Tengah.
MATTA Fair Kuala Lumpur
Sabah, Malaysia, 3 – 5 Juli 2015
MATTA Fair Sabah 2015 adalah kegiatan
bursa pariwisata internasional, consumer
show yang diselenggarakan setiap tahun
oleh asosiasi travel agen Malaysia di Sabah
(MATTA Sabah Chapter). Bursa pariwisata
yang berlangsung selama 3 (tiga) hari dari
tanggal 3-5 Juli 2015 di Suria Sabah
Shopping Mall ini diikuti oleh 46 exhibitors terdiri dari: 2 National Tourism
Organisation (Indonesia & Taiwan), 2 State Tourism Board (Sabah & Johor), 2 Airlines
(Silkair & Royal Brunei Airlines), 30 travel agents & tour operators, 3 hotels & resorts,
dan 7 other business.
1. Peserta table top sebanyak 12 industri terdiri dari 9 travel agent dan3 hotel/
resort berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Batam, Sumatera Utara, dan Bali.
2. Peserta pameran sebanyak 7 industri terdiri dari6travel agent dan1 hotel/
resort berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Batam, Sumatera Utara, dan Bali.
3. Beberapa pelaku usaha Indonesia khususnya akomodasi berpartisipasi pada
pameran secara independent dengan bergabung bersama dengan local partner-
nya.
Table Top dengan round robin system (sellers meet buyers) untuk mengadakan
kontrak bisnis dengan alokasi waktu masing-masing 7 menit, tanggal 1 Juli 2015
bertempat di Horizon Hotel Kota Kinabalu diikuti oleh 12 sellers dan 41 buyers
(daftar terlampir). Kegiatan table top ini diakhiri dengan jamuan makan malam (buka
puasa bersama) dilaksanakan pada pukul 18.30 – 20.00, dihadiri oleh Konjen RI di
Sabah, Bapak Akhmad Daya Handasah Irfan, serta undangan lainnya.
Pembukaan MATTA Fair Sabah 2015
dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2015
pukul 15.00 waktu setempat, dibuka oleh
YB Datuk Seri Panglima Masidi Manjun
(Minister of Tourism, Culture, and
Environment Sabah).
Gambar 3.19 Pertunjukan Kesenian
65
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Pada kesempatan tersebut Tim kesenian Indonesia diberikan kesempatan untuk
tampil dengan Tarian Wonderful Indonesia yang mendapatkan sambutan luar biasa
dari penonton.
Pameran berlangsung selama 3 hari (3-5 Juli 2015) mulai pukul 10.00 – 22.00 dan
Indonesia menempati lahan seluas 36 SQM (4BOOTHS), BERTEMPAT DI BOOTH
NOMOR E6 – E9 (LOWER GROUND) didesain bernuansa Wonderful Indonesia.
Kegiatan yang dilaksanakan selama event berlangsung yaitu pelayanan informasi,
pendistribusian bahan promosi dan penjelasan destinasi pariwisata Indonesia kepada
para pengunjung, promosi paket-paket wisata oleh perwakilan dari masing-masing
peserta, serta pertunjukan tim kesenian dari Kementerian Pariwisata di Common
Stage dan Indonesia diberi kesempatan tampil 2 kali dalam 1 hari selama pameran
berlangsung.
China International Travel Mart (CITM) 2015 Kunming Dianchi International Convention & Exhibition Centre, China, 13 – 15 November 2015
CITM 2015 adalah bursa pariwisata internasional tahunan terbesar di RRT, dengan
luas lahan sebesar 70.000 sqm, dengan total 3.087 booth diikuti oleh 1.200 buyers,
278 exhibitors dari 105 negara, dan dikunjungi oleh 110.000 pengunjung.
Kementerian Pariwisata memfasilitasi sewa lahan seluas 108 m² (12 booths)
bertempat di Hall 9, nomor 9C07. Desain pavilion menggunakan perahu Phinisi
sebagai Icon dan menampilkan image destinasi Indonesia yang diminati pasar Jepang,
dengan tema 3 Greater, Greater Bali, Greater Batam dan Greater Jakarta. Industri
Pariwisata Indonesia yang tergabung dalam pavilion Indonesia Peserta terdiri dari 24
industri pariwisata (9 akomodasi, 13 travel agent, 1 wisatabahari, 1 taman wisata),
dengan komposisidari Bali 16 industri, dansisanyadari Yogyakarta, Surabaya, Jakarta
dan Bandung. Di samping itu, terdapatjuga booth ASEAN, yang lokasinya berdekatan
dengan pavilion Indonesia, yang diisi oleh perwakilan-perwakilan Negara ASEAN.
Keluaran yang dihasilkan dari partisipasi pada kegiatan CITM 2015 adalah brand
Gambar 3.20 Penampilan Kesenian Indonesia di Main Stage Gambar 3.21 Promosi Free Visa
66
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
awareness “Wonderful Indonesia” dan pencapaian nilai transaksi yang
menguntungkan.
Berdasarkan questionnaire yang dibagikan kepada para peserta industri, adapun
perkiraan transaksi yang diperoleh selama kegiatan CITM berlangsung adalah 9.400
orang, denganpengeluaran rata-rata per kunjungan wisman sebesarUSD 810,
sehingga potensial transaksi sebesar USD 7.614.000, atau sebesar Rp. 106 Milyar.
JATA Tourism Expo (JTE) 2015
Tokyo, Jepang, 24 – 27 September 2015
Pameran JTE adalah bursa pariwisata
internasional tahunan terbesar di Jepang
bersifat B to B (Business to Business) dan B to
C (Business to Consumer) show yang
dilaksanakan di Tokyo Big Sight East Hall
1,2,3,4, dan 5, Tokyo, Jepang.JTE 2015
diikuti oleh 412 booths dari 150 negara,
dengan 170.000 pengunjung. Kegiatan
berlangsung selama 3 (tiga) hari (25 – 27
September 2015), mulai pukul 10.00 – 18.00
waktu setempat.
Kementerian Pariwisata memfasilitasi sewa lahan seluas 108 m² (12 booths)
bertempat di East Hall 1, nomor A-36. Desain pavilion menggunakan perahu Phinisi
sebagai Icon dan menampilkan image destinasi Indonesia yang diminati pasar Jepang,
dengan tema 3 Greater, Greater Bali, Greater Batam dan Greater Jakarta. Partisipasi
Indonesia kali ini juga berupapemberian sponsorship berupa pendistribusian Forum
Bag dengan logo Wonderful Indonesia yang dibagikan kepada 1.500 pengunjung.
Delegasi Indonesia yang menghadiri JATA selain Kementerian Pariwisata dan Dinas
Pariwisata Daerah juga dihadiri oleh VITO Tokyo, Jepang, Garuda Indonesia di Jepang,
Seniman dan Barista, Media (wartawan), industri pariwisata (terdiri dari 30 peserta).
Peserta pameran di pavilion
Indonesia sudah cukup beragam.
Selain industri dari Bali, peserta juga
berasal dari berbagai daerah yaitu:
DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Nusa
Tenggara Barat, Sumatera Barat,
Sulawesi Utara, dan Kepulauan Riau.
Hal ini merupakan kesempatan yang
Gambar 3.22 Pertemuan Menteri Pariwisata, Arief Yahya
dengan Menteri Pariwisata Thailand
Gambar 3.23 Suasana Media on Briefing di Booth
Indonesia
67
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
baik bagi Indonesia untuk mempromosikan destinasi-destinasi Indonesia Greater Bali
kepada masyarakat Jepang. Sampai saat ini, sesuai informasi dari industri, destinasi
favorit Indonesia di kalangan buyers antara lain DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara
Barat (Lombok), DI Yogyakarta, dan Pulau Jawa. Sedangkan untuk tipe atraksi atau
tour yang diminati antara lain cultural heritage, world heritage, eco-tourism, leisure,
beach, wellness, business trip, golf, nature, exploration, culture, dan diving;
Internationale Tourismus-Börse (ITB) Berlin 2015
Messe Berlin, Berlin, Jerman
4 – 8 Maret 2015
ITB Berlin 2015 berlangsung pada 4 – 8 Maret 2015 di
Messe Berlin, Berlin. Pavilion Indonesia menempati
lahan seluas total 410 m2 di Hall 26 A No. 120. Paviliun
Indonesia terdiri dari 2 lantai, lantai pertama berfungsi
sebagai dealing table, coffee corner, stage performance
dan information desk, sementara lantai kedua seluas 90
m2 berfungsi sebagai meeting room dan VIP lounge.
Konstruksi paviliun Indonesia dibangun dengan inspirasi
“Maritime and Living Culture” yang menampilkan model
Kapal Phinisi sebagai warisan budaya nenek moyang
sekaligus menonjolkan kekuatan Indonesia sebagai bangsa
bahari serta negara maritim modern yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya
dan kearifan lokal.
Gambar 3.24 Menteri Pariwisata
dan high official Malaysia Tourism
Gambar 3.25 Crowd Pavillion Indonesia dari pintu masuk
68
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Industri pariwisata yang bergabung pada pavilion utama Indonesia sebanyak 99
hotel/travel agent/tour operator yang mewakili destinasi di wilayah Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Papua. Dalam 5 (lima) hari rangkaian
kegiatan, tiga hari pertama merupakan B-to-B show, dan dua hari berikutnya
merupakan Consumer Show. Kementerian Pariwisata telah melaksanakan beberapa
program kegiatan, seperti press conference, awareness campaign, cultural
performance, coffee corner, dan demo spa tradisional Indonesia bekerjasama dengan
Bima Sena Spa dari The Dharmawangsa Hotel, pelayanan informasi pariwisata
Indonesia, dan pendistribusian bahan promosi serta appointment meeting dengan
Menteri Pariwisata dan Dirjen Pemasaran Pariwisata.
Tanggal 4-8 Maret 2015, paviliun Indonesia menampilkan representasi wajah
Indonesia dengan tampilan walking
acts performers dengan kostum
tradisional Indonesia yang telah
dimodifikasi agar lebih menarik
pengunjung untuk ke paviliun
Indonesia. Tampilan pramugari
Garuda Indonesia juga membantu
merepre-sentasikan wajah
Indonesia. Dalam partisipasi di ITB
Berlin 2015 ini, paviliun Indonesia
mendapatkan penghargaan 5 Best Booth dari penyelenggara ITB Berlin bekerjasama
dengan CBS Cologne Business School.
Di akhir pekan pada 7-8 Maret 2015, ITB Berlin 2015 terbuka bagi publik Berlin dan
disajikan berbagai pertunjukan tari tradisional Indonesia yang ditampilkan Ayoub
Zyckra Dance, antara lain Gebyar Indonesia, Sekar Jepun, Bajidor Tanjung,
Cendrawasih, Rentak Ramolai, Wiranata, Payoang, Kembang Topeng serta Gending
Sriwijaya. Tim Kesenian Prov. Kalimantan Timur juga menghadirkan nuansa Borneo
dengan penampilan The Wonderful East Kutai. Selain itu, sebagai simbol exchange of
culture, para pesilat warga negara Jerman yang tergabung dalam perguruan Silat
Gerak Pilihan (SiGePi) juga melakukan demonstrasi Silat Indonesia
Diving Equipment & Marketing Association (DEMA) Show 2015 Orlando, Florida, Amerika Serikat 4 s.d 7 November 2015
DEMA SHOW : The Diving Equipment and Marketing Association, tahun ini diadakan di
Orlando bertempat di Orange County Convention Center, 9899 International Dr,
Gambar 3.26 Pemasangan awareness campaign pada shuttle ITB
Berlin 2015
69
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Orlando, Florida, Amerika Serikat. Pameran berlangsung selama 4 hari dari tgl 4 - 7
November 2015. Dema Show merupakan Pameran International tahunan untuk
industri selam (diving), olahraga air (action water sports), dan industri perjalanan
(travel industries).
Beberapa hal yang dapat
ditemui dalam acara pameran
ini adalah adalah 630 peserta
pameran yang terdiri 95 negara,
50 negara bagian USA dan 6
wilayah USA merupakan
perusahaan - perusahaan
terkemuka dalam penyediaan
perlengkapan menyelam,
daerah-daerah tujuan wisata,
pakaian olahraga air serta
pelayanan terkait olahraga menyelam.
DEMA juga menjadi sponsor seminar
yang memiliki keterkaitan dengan
isu-isu industri dan ekonomi terkini
terkait dunia selam (diving). DEMA
Show juga dihadiri oleh agen-agen
pelatihan menyelam dan para exhibitor
yang mensponsori seminar-seminar.
DEMA Award Party, salah satu
kegiatan yang diyakini menjadi salah
satu kegiatan yang wajib untuk
dihadiri tahun ini karena merupakan
ajang jejaring bagi berbagai pihak industry premier.
Terdapat juga IRC (Image Resource Center), merupakan area exclusive yang
khusus menyajikan berbagai informasi terkait dengan aktivitas fotografi.
Acara Gathering di Paviliun Indonesia yang banyak dinantikan peserta dan
pengunjung dari tahun ke tahun menjadi pamungkas dari rangkaian kegiatan selama
pameran berlangsung. Gathering juga dihadiri oleh Konsul Jenderal; Bpk. Henk
Saroinsong beserta Kabid Ekonomi; Bpk. Isman Pasha dari KJRI Houston. Pengunjung
sangat menikmati suguhan kue-kue kecil, minuman ringan, serta penampilan
kesenian, dan juga sangat menyukai souvenir selendang khas Indonesia yang
dibagikan pada saat gathering berlangsung. Bahkan keesokan harinya beberapa dari
peserta/ pengunjung terlihat masih memakai selendang tersebut. 8 (delapan)
doorprize dari industri juga menambah semarak suasana. Daftar 14 industri dari
Gambar 3.27 Meeting Delegasi Pariwisata RI dengan Kementerian Okinawa
Gambar 3.28 Salah satu peserta pavilion Indonesia, Papua Explorer
70
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Paviliun Indonesia yang mengikuti kegiatan DEMA Show 2015 adalah sebagai
berikut; Lembeh Resort, Pindito, Dewi Nusantara, Alam Batu, Siladen Island Resort
Spa, Amira Dive & Travel, Papua Explorers, Arenui, ECO Divers, Safari Tours & Travel,
Singapore Airlines, Manado City, Dive Damai dan Misool Eco Resort.
Meskipun kunjungan wisman terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, namun
dibandingkan dengan kompetitor, posisi Indonesia masih tertinggal dibandingkan
dengan negara lainnya. Hal ini terlihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 3.6. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Mancanegara
Dari grafik diatas terlihat bahwa Indonesia masih jauh tertinggal dari segi jumlah
kunjungan wisman, hal ini dikarenakan sejumlah permasalahan yang masih dihadapi
sehingga perlu terobosan dan strategi yang lebih baik lagi dalam upaya meningkatkan
kunjungan wisman ke Indonesia. Adapun sejumlah permasalahan dan upaya yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Kendala yang dihadapi oleh Kementerian Pariwisata dalam memasarkan produk
pariwisata Indonesia yaitu adanya bencana-bencana alam yang terjadi di Indonesia,
seperti meletusnya gunung berapi (contohnya gunung Raung). Hal itu sudah
diupayakan dengan memaksimalkan iklan mengenai Indonesia yang aman dan Indah.
71
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
6 MENINGKATNYA JUMLAH PENERIMAAN DEVISA
Jumlah penerimaan devisa dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan
mancanegara di Indonesia. Dalam mengembangkan kepariwisataan nasional,
peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia diupayakan sejalan
dengan peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia,
sehingga penerimaan devisa negara dari kegiatan kepariwisataan pun meningkat.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.22. Target dan realisasi Jumlah Penerimaan Devisa tahun 2015
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
9 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa (Triliun Rp)
144 163* 113,2
*angka estimasi
Berdasarkan data tersebut di atas, jumlah penerimaan devisa wisatawan
mancanegara melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp. 163 trilliun (11,9 miliar
USD) atau pencapaian devisa sebesar 113,2 % dari target yang ditetapkan (Rp. 144
triliun).
Tabel 3.23. Perbandingan Target Dan Realisasi Jumlah Penerimaan Devisa
Tahun 2013 - 2015
INDIKATOR KINERJA UTAMA
2015 2014 2013
REALISASI CAPAIAN
(%) REALISASI
CAPAIAN (%)
REALISASI CAPAIAN
(%)
Meningkatnya jumlah penerimaan devisa (Triliun Rp)
163
Atau
US$ 11,9 miliar
113,2 US$ 11,17
miliar
93,05 US $
10,054
miliar
97,14
* angka estimasi
Tahun 2015 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 11,9 miliar,
meningkat dari US$ 11,17 miliar di tahun 2014. Peningkatan penerimaan devisa di
tahun 2014 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara
72
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
dari 9 ,4 juta di tahun 2014 dan menjadi 1 0 ,4 juta di tahun 2015, tetapi
bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran per kunjungan dari US$ 1.183,43
di tahun 2014, menjadi US$ 1.190 di tahun 2015. Dengan kata lain, peningkatan
kuantitas devisa kepariwisataan diikuti dengan peningkatan kualitas pengeluaran
wisatawan.
Bila dilihat perbandingan antara penerimaan devisa pariwisata dengan komoditi
ekspor lainnya dari tahun 2012-2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.24. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya Tahun 2012 – 2015
No.
2012 2013 2014 2015*
Jenis Komoditi
Nilai Juta US$
Jenis Komoditi
Nilai Juta US$
Jenis Komoditi
Nilai Juta US$
Jenis Komoditi
Nilai Juta US$
1 Minyak dan Gas Bumi
36.977,00 Minyak dan Gas Bumi
32.633,2 Minyak dan Gas Bumi
30.318,8 Minyak dan Gas Bumi
15.755,6
2 Batu Bara 26.166,30 Batu Bara 24.501,4 Batu Bara 20.819,3 Batu Bara 13.633,0
3 Minyak Kelapa Sawit
18.845,00 Minyak Kelapa Sawit
15.839,1 Minyak Kelapa Sawit
17.464,9 Minyak Kelapa Sawit
12.904,2
4 Karet Olahan 10.394,50 Pariwisata 10.054,1 Pariwisata 11.166,1 Pariwisata 9.691,6
5 Pariwisata 9.120,85 Karet Olahan 9.316,6 Pakaian Jadi 7.450,9 Pakaian Jadi 6.117,1
6 Pakaian Jadi 7.304,70 Pakaian Jadi 7.501,0 Karet Olahan 7.021,7 Makanan Olahan
5.292,7
7 Alat Listrik 6481,90 Alat Listrik 6,418,6 Makanan Olahan
6.486,8 Karet Olahan 4.997,8
8 Tekstil 5.278,10 Makanan Olahan
5.434,8 Alat Listrik 6.259,1 Alat Listrik 4.761,1
9 Makanan Olahan
5.135,60 Tekstil 5.293,6 Tekstil 5.379,7 Tekstil 4.207,3
10 Kertas dan Barang dari Kertas
3.972,00 Kertas dan Barang dari Kertas
3.802,2 Kayu Olahan
3.914,1 Kertas dan Barang dari kertas
3.039,6
11 Bahan Kimia 3.636,30 Kayu Olahan 3.514,5 Bahan Kimia 3.853,7 Kayu Olahan 2.874,1
12 Kayu Olahan 3.337,70 Bahan Kimia 3.501,6 Kertas dan Barang dari kertas
3.780,0 Bahan Kimia 2.393,1
Keterangan : *) Data 2015 sampai dengan posisi bulan Oktober
Peningkatan jumlah penerimaan devisa tersebut dinilai oleh beberapa faktor:
1. Selisih Nilai Tukar Mata Uang Asing
Semakin banyaknya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
Indonesia, maka akan semakin banyak pula transaksi dalam bentuk rupiah
73
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
yang akan dilakukan. Perbedaan selisih kurs jual dan beli mata uang asing
tersebut turut menyumbang pada besarnya devisa wisatawan mancanegara.
Adapun tren kurs mata uang asing terhadap rupiah Indonesia selama tahun 2015
dapat dilihat pada tabel berikut:
Mata Uang
Tahun 2015
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 AUD 10.169,77 9.936,93 10.105,55 10.006,65 10.359,51 10.278,35 9.943,09 10.046,54 10.163,68 9.932,78 9.778,65 10.046,05
1 BND 9.405,29 9.413,56 9.491,94 9.592,10 9.842,62 9.895,12 9.841,42 9.861,15 10.176,32 9.837,47 9.676,33 9.837,21
1 CAD 10.422,33 10.190,41 10.363,71 10.482,18 10.788,37 10.779,31 10.451,66 10.479,75 10.858,94 10.546,47 10.313,47 10.127,56
1 CHF 13.378,55 13.652,59 13.342,89 13.461,25 14.083,02 14.295,69 14.054,57 14.245,08 14.820,45 14.232,15 13.564,58 13.914,05
1 CNY 2.053,14 2.078,65 2.124,45 2.112,14 2.149,06 2.176,95 2.186,79 2.187,49 2.260,69 2.171,85 2.147,54 2.149,17
1 DKK 1.967,80 1.944,21 1.899,65 1.871,16 1.963,52 2.003,49 1.976,86 2.056,97 2.168,79 2.075,57 1.970,00 2.019,31
1 EUR 14.640,36 14.482,56 14.166,49 13.972,07 14.649,05 14.946,39 14.754,42 15.353,95 16.181,77 15.484,61 14.696,06 15.066,43
1 GBP 19.070,63 19.528,21 19.588,30 19.347,38 20.312,52 20.740,47 20.802,32 21.489,11 22.098,28 21.144,98 20.801,14 20.786,76
1 HKD 1.622,40 1.644,07 1.684,31 1.670,46 1.695,01 1.717,26 1.725,38 1.777,73 1.857,49 1.780,09 1.764,07 1.787,46
100 JPY 10.624,61 10.751,89 10.854,43 10.833,42 10.877,03 10.764,26 10.865,84 11.192,93 11.983,67 11.487,24 11.162,66 11.377,48
1 KRW 11,55 11,59 11,74 11,92 12,02 11,97 11,70 11,68 12,14 12,04 11,86 11,81
1 KWD 42.746,22 43.157,41 43.713,41 42.924,44 43.510,41 44.063,87 44.182,92 45.565,50 47.651,63 45.655,48 45.006,55 45.613,62
1 MYR 3.510,86 3.543,45 3.551,50 3.563,30 3.646,67 3.560,38 3.520,66 3.395,52 3.341,77 3.232,23 3.170,32 3.236,79
1 NOK 1.638,11 1.679,00 1.638,76 1.639,64 1.738,41 1.706,62 1.651,54 1.671,02 1.739,72 1.666,69 1.584,74 1.595,19
1 NZD 9.621,73 9.493,25 9.758,91 9.814,86 9.696,62 9.305,99 8.931,58 9.025,61 9.121,48 9.209,52 8.987,86 9.342,11
1 PGK 4.823,03 4.818,10 4.922,16 4.823,41 4.850,63 4.881,43 4.853,62 4.977,18 5.098,17 4.770,87 4.643,17 4.641,90
1 PHP 282,06 288,31 293,82 291,52 294,49 295,57 295,34 298,01 307,83 297,41 290,56 293,51
1 SAR 3.349,91 3.397,91 3.483,93 3.452,31 3.503,94 3.549,88 3.566,28 3.674,45 3.839,21 3.679,28 3.645,01 3.693,04
1 SEK 1.552,40 1.526,87 1.531,91 1.496,77 1.574,86 1.611,51 1.572,79 1.611,92 1.721,06 1.655,04 1.576,36 1.628,32
1 SGD 9.405,29 9.413,56 9.491,94 9.592,10 9.842,62 9.895,12 9.841,42 9.861,15 10.176,32 9.837,47 9.676,33 9.837,21
1 THB 384,09 391,42 400,59 398,19 391,88 394,78 389,81 388,98 399,73 386,17 382,19 384,86
1 USD 12.579,10 12.749,84 13.066,82 12.947,76 13.140,53 13.313,24 13.374,79 13.781,75 14.396,10 13.795,86 13.672,57 13.854,60
Sumber : Bank Indonesia
74
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
2. Jumlah wisatawan mancanegara
Besarnya jumlah wisatawan mancanegara dan besarnya pengeluaran yang
mereka keluarkan di Indonesia turut berpengaruh terhadap jumlah devisa
wisatawan mancanegara
Matriks 3. 1 Kunjungan Wisatawan Mancanegara
TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN (juta)
2012 8,04
2013 8,80
2014 9,44
2015 10,41
3. Jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara
Jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara berpengaruh signifikan terhadap
jumlah devisa yang diterima oleh negara.
Matriks 3. 2 Perbandingan Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dengan Penerimaan Devisa
TAHUN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA (juta)
JUMLAH PENERIMAAN DEVISA (miliar USD)
2012 8,04 9,12
2013 8,80 10,05
2014 9,44 11,17
2015* 10,41 12,0
*) Angka sementara devisa tahun 2015
4. Lama tinggal wisatawan mancanagera
Semakin lama wisatawan mancanegara tinggal di Indonesia, semakin besar
pula devisa yang dihasilkan oleh negara.
MENINGKA TNYA J UMLA H PERJALA NAN WISATA WAN NUSANT ARA (WISNUS)
75
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
7 MENINGKATNYA JUMLAH PERJALANAN WISATAWAN NUSANTARA (WISNUS)
Jumlah perjalanan wisatawan nusantara sangat berpengaruh terhadap potensi
pendapatan negara dan penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat setempat dimana
destinasi berada. Wisatawan Nusantara adalah penduduk Indonesia yang melakukan
perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 (enam)
bulan dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja (memperoleh upah/gaji),
serta sifat perjalanannya bukan rutin, dengan kriteria :
1. Mereka yang melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial tidak
memandang apakah menginap atau tidak menginap di hotel/penginapan
komersial ataupun perjalanannya lebih kurang dari 100 km (PP);
2. Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke objek wisata komersial tetapi
menginap di hotel /penginapan komersial, walaupun jarak perjalanannya
kurang dari 100 km (PP);
3. Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke objek wisata komersial tetapi
menginap di hotel dan tidak menginap di hotel/penginapan komersial tetapi
jarak perjalanannya lebih dari 100 km.
Data jumlah wisatawan nusantara diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (Modul
Perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan SUSENAS. Data hasil survei
ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan
selang waktu perbedaan data adalah 3 (tiga) bulan sejak bulan publikasi yang
kemudian diolah kembali oleh Kementerian Pariwisata. Indikator keberhasilan dari
sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.24. Target dan Realisasi Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara Tahun 2015
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
10
Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta Perjalanan)
255 255,05 100,01
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa capaian dari indikator kinerja jumlah
perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) yang pada tahun 2015 ditargetkan sebesar
255 juta perjalanan, telah melampaui target dengan mencapai 255.05 juta perjalanan
atau 100,01 %. Pencapaian ini didorong adanya beberapa liburan ganda dan liburan
nasional. Selain itu faktor lain yang mendukung adalah munculnya kelas menengah
76
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
baru, pertumbuhan telekomunikasi yang cukup pesat serta teknologi informasi, dan
semakin banyaknya konektivitas penghubung antar pulau melalui angkutan udara.
Perkembangan capaian indikator Jumlah perjalanan wisatawan nusantara,
dibandingkan dengan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun 2011-
2015, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel.3.25. Angka Pertumbuhan Perjalanan Wisatawan Nusantara
TAHUN TARGET PERJALANAN WISNUS
(JUTA)
JUMLAH PERJALANAN
WISNUS(JUTA) +/- (%)
2011 237,00 236,75 1.01%
2012 245,00 245,29 3.61%
2013 250,00 250,04 1.93%
2014 250,00 251,20 0.46%
2015 255,00 255,05 1,53%
Sumber : Kemenpar dan BPS, 2015
Dari tabel di atas terlihat bahwa sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 Jumlah
perjalanan wisatawan nusantara selalu mengalami peningkatan, peningkatan
terendah berada pada tahun 2014 sebesar 0,46% sedangkan peningkatan tertinggi
pada tahun 2012 sebesar 3,61%.
Tabel di atas menjelaskan adanya kenaikan yang cukup signifikan setiap tahunnya,
baik dalam jumlah perjalanan wisatawan nusantara dan jumlah pengeluaran
wisatawan nusantara. Jika dibandingkan antara tahun 2015 dan tahun sebelumnya
yaitu tahun 2014 dalam indikator meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan
nusantara ialah 250,00 juta wisatawan nusantara di tahun 2014 dan pada tahun 2015
diangka 255,05 juta wisatawan nusantara, realisasi yang didapatkan pada tahun
2015 meningkat 9,8 %.
Untuk wisatawan nusantara, provinsi dengan jumlah wisatawan tertinggi berturut-
turut adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jakarta. Keempat provinsi ini
terletak di pulau Jawa, dan merupakan pusat aktivitas serta relatif berkembang
dengan baik. Jawa Tengah dan Jawa Barat merupakan pusat budaya di pulau Jawa,
sedangkan Jakarta dan Jawa Timur adalah pusat bisnis di Indonesia. Indonesia
memiliki potensi untuk mampu melaksanakan diversifikasi tujuan wisata, mengingat
potensi wisata yang dimiliki di berbagai provinsi di Indonesia. Performansi pasar
wisatawan nusantara berdasarkan data provinsi asal adalah sebagai berikut:
77
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Grafik 3.7. Pasar Wisatawan Nusantara Berdasarkan Data Provinsi Asal
Tabel dan grafik di atas menggambarkan performansi pasar wisatawan nusantara
pada tahun 2015 yang berdasarkan pada data provinsi asal. Data di atas
menggambarkan bahwa 10 besar provinsi yang teratas adalah Jawa Barat, Jawa
Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Bali,
Lampung, dan Riau. Provinsi tersebut merupakan daerah asal yang paling banyak
mengunjungi tujuan-tujuan wisata atau objek wisata. Market Share dari 10 besar
tersebut adalah sebesar 79%, dengan total dari 10 pasar tersebut adalah 198.064.474
orang pada tahun 2015, sedangkan pada tahun 2014 adalah sebesar 196.033.745
orang. Jika dilihat dari tabel tersebut di atas, yang mengalami penurunan adalah dari
provinsi Jawa Timur dengan penurunannya yang cukup signifikan (± 1 juta orang).
Jumlah perjalanan dan jumlah pengeluaran wisatawan nusantara setiap tahunnya
akan mendorong peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata Nasional
seperti yang akan terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.26. Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata
INDIKATOR KINERJA UTAMA 2013 2014*) 2015**)
PDB Pariwisata (Triliun Rp) 365,02 394,52 461,36
2015
2014
78
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
PDB Pariwisata yang dihasilkan dari pariwisata nasional mengalami peningkatan
yang cukup berarti tiap tahunnya. Pada tahun 2013 pariwisata menghasilkan PDB
365,02 triliun rupiah, di tahun 2014 sebesar 394,52 triliun rupiah, serta pada tahun
2015 PDB yang dihasilkan adalah 461,36 triliun rupiah. Peningkatan angka pada
tahun 2014 dan tahun 2015 terdapat kenaikan sebesar 1,17 % dari tahun
sebelumnya.
Dalam marketing strategi yang digunakan oleh Kementerian Pariwisata pada
umumnya dan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara
adalah untuk marketing strateginya menggunakan Destinasi-Originasi-Timeline
(DOT), untuk Strategi Promosi menggunakan Branding-Advertising-Selling (BAS),
Strategi Media menggunakan Paid-Owned-Social+Endorser (POSE), dan untuk
strategi waktu promosi menggunakan Pre-On-Post (POP). Penjelasan masing-masing
strategi dijabarkan dalam penjelasan di bawah ini.
Destinasi – Originasi – Timeline (DOT)
Destinasi yang digunakan adalah produk-produk dari wisata alam, wisata bahari, dan
wisata buatan. Dilakukan beberapa upaya berkaitan dengan destinasi, yaitu : selling
melalui direct promotion (pendukungan event berskala nasional, voucher wisata, dan
incentive), diferensiasi melalui keunggulan dan keunikan setiap daya tarik objek
wisata dengan adanya program sadar wisata, dan juga upaya marketing mix melalui
7P : Product (produk), Price (harga) Promotion (promosi), Place (lokasi), Process
(proses/pelayanan), Physical Evidence (lingkungan fisik). Originasi dilakukan melalui
beberapa tahapan yaitu : segmentasi dengan pembagian pasar berdasarkan kekuatan
ekonomi dan jumlah perjalan yang tinggi (dijelaskan dalam tabel 3.26.). Timeline
melalui branding Pesona Indonesia sebagai identitas pariwisata nusantara, promosi
yang dilakukan oleh Pengembangan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Nusantara
Grafik 3.8. Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata
79
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
dalam rangka menggerakkan pasar wisata nusantara. Strategi ini memperhatikan
kalender hari libur nasional pada tahun 2015.
Gambar di atas adalah portofolio produk strategi pariwisata Deputi Bidang
Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara dengan produknya adalah alam
(nature) dengan porsi 35 %, budaya (culture) porsi 69 %, dan buatan manusia (man
made) porsi 5%.
Dalam pencapaian pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara, sangat didukung
oleh berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pariwisata melalui
kerangka strategi Pemasaran : Branding – Advertising – Selling (BAS) dengan berbagai
jalur media (POS+E = Paid Media, Owned media, Social media, + Endorser). Di bawah
ini adalah penjelasan dari kerangka strategi dimaksud :
Branding-Advertising-Selling (BAS)
Branding yang dilakukan adalah
memperkenalkan Pesona Indonesia
sebagai simbol dan konten pariwisata pada
daerah asal wisatawan nusantara dan
daerah tujuan wisatawan nusantara.
Advertising yang dimaksud dalam hal ini
adalah memulai ketertarikan tentang
produk-produk atau objek daya tarik
wisata (ODTW) pada daerah asal
Gambar 3.29. Portofolio Strategi Pariwisata
Gambar 3.30. Branding Pesona Indonesia pada Bus Damri
80
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
wisatawan nusantara dan daerah tujuan wisatawan nusantara. Sedangkan untuk
Selling merupakan upaya Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Nusantara mulai mempromosikan produk yang berisi tentang insentif penjualan pada
daerah asal wisatawan nusantara dan daerah tujuan wisatawan nusantara.
Paid Media-Owned Media-Sosial Media-Endorser (POSE)
Paid Media menggunakan media berbayar nasional, lokal originasi, dan destinasi
wisatawan nusantara utnuk menciptakan awareness, convergence, media content :
elektronik, online, cetak, dan sosial media. Own Media yang telah dibuat oleh Deputi
Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara merupakan sumber dari
segala informasi daerah tujuan wisata, website destinasi, dan event. Own Media yang
dimiliki adalah www.indonesia.travel, www.parekraf.go.id, serta media sosial yang
dimiliki oleh pemerintah daerah yang bekerja sama contohnya adalah
www.rajaampat.go.id. Social Media yang digunakan adalah sosial media sesuai origin
sebagai sarana untuk menciptakan keterikatan dengan target pasar melalui e-
marketing, www.indonesia.travel, dan www.parekraf.go.id. Sedangkan untuk
Endorser yaitu dengan pendukungan iklan, expert, selebrity, atau public figure.
Contohnya adalah saat pelaksanaan Festival Raja Ampat endorser yang diajak bekerja
sama adalah Slank.
PAID MEDIA
81
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Pre-On-Post (POP)
Melalui Pre Event merupakan upaya promosi, misalnya berpromosi H-7 di tradisional
media dan digital, kegiatan selling dan lain sebagainya. On Event adalah pendukungan
melalui promotion item (umbul-umbul, T-Shirt, Payung, Baliho, dan bahan promosi
lainnya). Sedangkan untuk Post Event merupakan pelaporan kegiatan dalam bentuk
penulisan artikel (advertorial), testimony, dan lain sebagainya sebagai wujud
apresiasi untuk kegiatan yang dilaksanakan.
MEDIA CETAK
Display & Advertorial
Koran Sinar Pagi1 halaman(7 kolom (325mm) x 540 mm)
Senin, 14 September 2015halaman 12
Rabu, 16 September 2015halaman 12
MENINGKA TNYA J UMLA H PE NGELUARAN WISATA WAN NUSANT ARA (WISNUS)
8 MENINGKATNYA JUMLAH PENGELUARAN WISATAWAN NUSANTARA (WISNUS)
Jumlah Pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan, yaitu rata-rata
pengeluaran setiap wisatawan nusantara pada setiap perjalanan wisata ke daerah di
Indonesia. Destinasi pariwisata tidak hanya diharapkan untuk menarik wisatawan
mancanegara yang berkualitas, namun juga wisatawan nusantara yang berkualitas.
Hal ini ditandai dengan peningkatan rata-rata pengeluaran setiap wisatawan
nusantara (per orang) per kunjungan ke daerah di Indonesia. Terjadinya peningkatan
rata-rata pendapatan yang berpengaruh terhadap ketahanan daya beli masyarakat
Indonesia, khususnya pada kelas ekonomi menengah beberapa tahun belakangan ini.
Oleh karena itu, sektor pariwisata perlu mengarahkan potensi wisatawan Indonesia
yang berkualitas (berdaya beli tinggi) untuk melakukan wisata di dalam negeri dan
membeli produk kepariwisataan lokal.
Gambar 3.31. Branding Pesona Indonesia pada Media Cetak
82
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran
wisatawan nusantara di Indonesia. Semakin besar belanja wisatawan nusantara
terkait dengan pariwisata, maka aktvitas ekonomi suatu daerah semakin meningkat
pula kesejahteraan masyarakat.
Sasaran dari “Meningkatkannya Jumlah Pengeluaran Wisatawan Nusantara” adalah
untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pengeluaran Wisatawan Nusantara
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata dan Produk Domestik Bruto
(PDB) Nasional.
Indikator keberhasilan dari sasaran di atas, berikut target dan realisasinya adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.28. Target dan Realisasi Jumlah Pengeluran Wisatawan Nusantara Tahun 2015
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
11
Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rupiah)
191,25 224,65 117
Sumber : Kemenpar & BPS
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai total penerimaan dari
pengeluaran wisatawan nusantara melampaui target yang diharapkan dengan
capaian sebesar 117% dengan nilai 224.65 triliun rupiah.Peningkatan jumlah
pengeluaran wisatawan nusantara disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Banyaknya event di dalam negeri yang menarik wisatawan untuk berwisata di
dalam negeri;
2. Terpromosinya dengan baik event di dalam negeri dalam berbagai media;
3. Kondusifnya kondisi politik di Indonesia yang berpengaruh akan berkembangnya
sektor pariwisata.
Faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah pengeluaran per wisatawan
nusantara/kunjungan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara;
2. Mulai dikembangkannya daya tarik wisata baru di destinasi pariwisata nasional;
3. Beraneka ragamnya produk souvenir di suatu daerah pariwisata;
4. Meningkatnya daya beli masyarakat, terutama di Kawasan Asia; dan
5. Pengelolaan destinasi yang cukup baik pada masa sekarang ini, dengan sadarnya
masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam menjaga kelestarian dan
kebersihan sekitar destinasi pariwisata.
83
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Kenaikan nilai total pengeluaran wisatawan nusantara dari tahun sebelumnya
didukung oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Naiknya jumlah perjalanan wisatawan nusantara, sebesar 255.05 perjalanan
atau meningkat dibandingkan dengan jumlah perjalanan tahun sebelumnya
yaitu sebesar 251,20 perjalanan.
Tabel 3.29. Perbandingan Realisasi Jumlah Pengeluaran Wisatawan Nusantara
INDIKATOR KINERJA UTAMA
2015 2014 2013
REALISASI CAPAIAN
(%) REALISASI
CAPAIAN (%)
REALISASI CAPAIAN
(%)
Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rupiah)
224,65 117 213,94 120,30 177,84 102,89
Dari tabel di atas terlihat bahwa sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
Indikator Kinerja Pengeluaran Wisatawan Nusantara selalu mengalami
peningkatan dan selalu melampaui dari target yang telah ditetapkan. Pada
tahun 2014 jumlah pengeluaran wisatawan nusantara sebesar 213,94 triliun
rupiah sedangkan di tahun 2015 meningkat 9,5 % atau sebesar 224,65 triliun
rupiah.
2. Meningkatnya rata-rata jumlah pengeluaran wisatawan nusantara, sebesar Rp.
880.940,- atau meningkat 3,44 % dibandingkan dengan jumlah rata-rata
pengeluaran tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 851.680,-.
Tabel 3.30. Rata-Rata Jumlah Pengeluaran Wisnus Tahun 2011 - 2015
TAHUN RATA2 PE-NGELUARAN (RP. RIBU) +/-(%)
2011 679,58 5.89%
2012 704,68 3.69%
2013 711,26 0.93%
2014 851,68 19.74%
2015 880,94 3, 44%
Mendukung upaya yang dilakukan tersebut di atas, maka diperlukan adanya
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2015 guna pencapaian sasaran
tersebut antara lain:
84
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
SAIL TOMINI
Sail Tomini merupakan agenda tahunan yang berskala nasional di bidang
kemaritiman, bertujuan untuk percepatan pembangunan dan pengembangan potensi
sumberdaya kelautan dan parwisata Indonesia guna mewujudkan kesejahteraan
masyarakat yang seluas-luasnya khususnya masyarakat pesisir dan pulau-pulau
kecil.Tujuan penyelenggaraan Sail Tomini adalah untuk percepatan pembangunan
dan pengembangan potensi sumberdaya kelautan dan parwisata Indonesia guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang seluas-luasnya khususnya masyarakat
pesisir dan pulau-pulau kecil. Pada penyelenggaraan Sail Tomini 2015 ini dibentuk
panitia nasional yang diketuai oleh Menko Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan, dengan wakil dan anggota yang melibatkan 25 Kementerian/Lembaga.
Rangkaian acara puncak Sail Tomini 2015 berlangsung dari tanggal 14 September
2015 melalui kegiatan Pawai Budaya dan Pariwisata, dan kegiatan-kegiatan lainnya
dari 22 bidang acara, hingga puncak acara yang dihadiri oleh Bapak Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 19 September 2015 di Kabupaten Parigi Moutong.
Melalui kegiatan ini kunjungan wisatawan nusantara sebanyak 47.685 orang, dan
kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 2.396 orang.
TOUR DE SINGKARAK
Tour de Singkarak merupakan event Balap Sepeda Internasional yang sangat unik
dengan perpaduan Sport Tourism. Tour de Singkarak 2015 diikuti oleh 24 Tim dari 36
Negara dengan dukungan dari 18 Kabupaten/kota di Sumatera Barat dengan
memperebutkan total hadiah yang bertambah setiap tahunnya, menjadi Rp. 1,4
milyar pada event tahun ini.
Tour de Singkarak diselenggarakan sejak tahun 2009 dan telah ditetapkan menjadi
agenda resmi tahunan oleh organisasi Balap Sepeda Dunia (Union Cyclisten
Internationale) sejak tahun 2010. Beberapa kali mengalami terpaan bencana gempa
Gambar 3.32 Pawai Budaya dan Pariwisata Gambar 3.33 Acara Puncak Sail Tomini 2015 di hadiri oleh Bapak Jokowi Widodo, Presiden RI
85
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
bumi, event Tour de Singkarak-pun mampu menjadi salah satu akselerator pemulihan
ekonomi Sumatera Barat. Dengan jumlah kunjungan sebesar 6.000 orang.
JAKARTA MARATHON
Marathon merupakan salah satu olahraga yang sangat diminati masyarakat dunia,
dan dengan penyelenggaraan Jakarta Marathon secara berkesinambungan
diharapkan dapat menempatkan event ini sejajar dengan event-event di dunia yang
popular, seperti New York Marathon, London Marathon ataupun Paris Marathon.
Jakarta Marathon juga diharapkan dapat meningkatkan citra Jakarta sebagai kota
yang aman dan nyaman untuk pelaksanaan event-event internasional, serta
mendorong pengembangan pariwisata dan olah raga di Tanah Air serta tentunya
mengundang lebih banyak wisatawan mancanegara. Penyelenggaraan event Jakarta
Marathon 2015 merupakan pelaksanaan ke-3,
Mengambil lokasi start dan finish di Silang Monas, para pelari menyusuri sudut-sudut
situs peninggalan sejarah, dan deretan kemegahan bangunan Jakarta masa kini,
seperti Monumen Nasional, Mesjid Istiqlal, Gereja Kathedral dan Kawasan Kota Tua
Jakarta.Jumlah kepesertaan dari dalam dan luar negeri selalu meningkat setiap
tahunnya dan untuk tahun 2015 ini peserta sebanyak 15.300, termasuk peserta asing
yang sebanyak 1.500 peserta.
Jakarta Marathon 2015 resmi dibuka pada hari Minggu, 25 Oktober 2015 oleh
Sekretaris Menteri, Bapak Ukus Kuswara, didampingi oleh Direktur Bank Mandiri dan
Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan Deputi Gubernur Bidang Budaya dan
Pariwisata DKI Jakarta.
Gambar 3.34 Total hadiah yang diperebutkan sebesar
Rp. 1,4 Milyar
Gambar 3.35 Tour De Singkarak 2015 diikuti oleh 24 Tim
dari 36 Negara
86
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
FESTIVAL DANAU TOBA
Festival Danau Toba secara resmi dibuka pada hari Kamis, tanggal 19 November 2015
di Taman Mejuah-juah, Brastagi, Kabupaten Karo oleh Menteri Pariwisata, Bapak
Arief Yahya. Di samping Menteri Pariwisata, hadir pula Plt Gubernur Sumatera Utara,
Bupati Kabupaten Karo, dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi
Sumatera Utara. Jumlah Kunjungan sebesar 11.213.000 orang.
Gambar 3.36 Jakarta Marathon 2015 diikuti oleh 15.300 peserta, termasuk dari mancanegara sebanyak 1.500 peserta
Gambar 3.37 Lokasi Start dan Finish di Silang Monas, Jakarta Pusat
87
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Tema yang diusung pada Festival Danau Toba 2015 yaitu menjadikan Festival Danau
Toba sebagai festival internasional bercitra kuat dan diakui dunia sebagai destinasi
berbasis geopark yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Gambar 3.38 Festival Danau Toba dibuka oleh Menteri Pariwisata oleh Bapak Aief Yahya didampingi Plt. Gubernur Sumut
88
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
RAFTING CHAMPIONSHIP CITARIK
World Rafting Championship 2015 kerjasama antara Federasi Arung Jeram Indonesia
(FAJI) sebagai penyelenggara WRC 2015, Pemda Kabupaten Sukabumi sebagai Tuan
Rumah yang didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pemuda dan
Olahraga dilaksanakan pada tanggal 29 November s/d 2 Desember 2015 di Citarik,
Sukabumi-Jawa Barat. Pembukaan dilakasanakan pada tanggal 30 November 2015 di
Alun Alun Pendopo Pemda Kabupaten Sukabumi, Pelabuhan Ratu, dan dibuka secara
resmi oleh Dankomarinir Mayor Jenderal Buyung Lalana sebagai Ketua FAJI dihadiri
oleh Wakil KASAL dan ARMABAR, Bupati Kabupaten Sukabumi, DPRD Kabupaten
Sukabumi. Acara pembukaan dimeriahkan dengan Pawai Budaya, defile para peserta
WRC 2015 yang dihadiri ± 2.030orang dari 24 (dua puluh empat) negara, tarian
Budaya, pentas interaktif Angklung Mang Udjo (angklung diberikan kepada peserta
sebagai souvenir), acara dilaksankan secara Militer.
Tujuan dari kegiatan ini adalah : Menjadi tolak ukur keberhasilan pembinaan dan
proses regenerasi prestasi atlit-atlit Indonesia dikancah Internasional; Sebagai ajang
promosi destinasi wisata minat khusus Indonesia, khususnya Arung Jeram
Mengumandangkan Indonesia Raya di Kejuaraan Internasional; Memajukan
perekonomian daerah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat; Meningkatkan kunjungan
wisatawan domestik dan mancanegara; Meningkatkan kesadaran masyarakat
setempat akan pentingnya sektor wisata bagi kelangsungan hidup ke depan; dan
Menciptakan sumber daya manusia yang berwawasan dan kompetitif.
Gambar 3.40 Pembukaan dimeriahkan dengan Pawai Budaya dan Pentas Interaktif Angklung Mang Udjo
Gambar 3.39 Lokasi Rafting di Citarik, Sukabumi Jawa Barat
89
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
SLANK "REOG AND ROLL"
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan branding pesona indonesia (promosi) dengan endorser yang memiliki massa yang cukup banyak. Sasarannya adalah Wisatawan Nusantara yang dilaksanakan pada Oktober-November 2015, di 10 Kota besar. Acara dimaksud adalah : 1. Kerjasama antara kemenpar dan SLANK untuk mempromosikan branding "Pesona Indonesia"; dan 2. Menumbuhkan rasa nasionalisme pada anak muda dan kaum menengah ke atas dan pentingnya pengetahuan akan budaya dan seni serta keindahan alam yang ada di negeri tercinta Indonesia.
EXHIBITION TAHUNAN PAMERAN DAN KONVENSI "INDONESIA CONVENTION EXHIBITION (ICE)"
Grand Opening ICE mengusung tema “Indonesia untuk Dunia” dalam rangka memperingati 70 tahun Hari Kemerdekaan Indonesia. Diisi dengan berbagai rangkaian acara, di antaranya adalah kegiatan pameran. Kegiatan pameran dilaksanakan pada tanggal 1-9 Agustus 2015 bertempat di Exhibition Hall 3 dan 3A pukul 09.00-19.00 WIB. Kementerian Pariwisata diundang untuk turut berpartisipasi dalam pameran ini. Sebagai strategi penyelenggaraan pameran yang layak dikunjungi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara ke destinasi wisata MICE di Indonesia, Kementerian Pariwisata, dalam hal ini Asdep Pengembangan Segmen Pasar Bisnis dan Pemerintah melalui Bidang Promosi Pameran mendukung kegiatan yang memiliki daya tarik bagi wisatawan nusantara dalam kepentingan pariwisata, investasi, dan perdagangan. Jumlah pengunjung yang mengapresiasi stan Kementerian Pariwisata adalah sebanyak 1.237 orang. Rata-rata pengunjung per harinya adalah 120 orang.
Gambar 3.41 Branding Pesona Indonesia kerja sama Kementerian Pariwisata dengan SLANK
Gambar 3.42 Exhibition Tahunan Pameran Dan Konvensi Indonesia Conven tion Exhibition (ICE)
90
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Sasaran Meningkatnya Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara dengan
indikator Jumlah perjalanan wisatawan nusantara dan sasaran Meningkatnya
Jumlah Pengeluaran Wisatawan Nusantara dengan indikator jumlah pengeluaran
wisatawan nusantara saling berkaitan satu sama lain atau tidak dapat dipisahkan.
Karena untuk mendapatkan angka jumlah pengeluaran wisatawan nusantara
diperoleh dari Jumlah perjalanan wisatawan nusantara dikalikan dengan rata-rata
pengeluaran.
Adapun permasalahan yang ditemui dari kedua sasaran diatas dan upaya yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Permasalahan
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target jumlah perjalanan
wisatawan nusantara tahun 2015 adalah: (1) Bencana alam yang mengakibatkan
banyaknya perjalanan yang tertunda atau dibatalkan; (2) Tingkat keamanan di dalam
negeri; dan (3) Jadwal pelaksanaan event pariwisata yang kerap berubah waktu
pelaksanaannya.
Upaya yang Dilakukan
Upaya yang dilakukan untuk permasalahan dalam pencapaian target jumlah
perjalanan wisatawan nusantara pada tahun 2015 adalah: (1) Meningkatkan promosi
branding Pesona Indonesia; (2) Meningkatkan pelaksanaan event pariwisata nasional;
(3) Mengaktifkan crisis center untuk memberikan informasi yang akurat tentang
kondisi terkini pariwisata Indonesia; (4) Menyusun Calendar of Event setiap
tahunnya; dan (5) Menggalakkan kembali Sapta Pesona dengan pemberdayaan
masyarakat di sekitar lokasi daya tarik wisata.
MENINGKA TNYA KAPAS ITAS DAN PROFESIONA LISME SD M PARIWISATA
91
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
9 MENINGKATNYA KAPASITAS DAN PROFESIONALISME SDM PARIWISATA
Dengan meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM diharapkan kualitas
pelayanan dalam bidang kepariwisataan menjadi lebih baik, meningkatnya daya
saing SDM pariwisata Indonesia terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asia (MEA).
Sasaran dari meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata adalah
peningkatan kualitas pelayanan untuk wisatawan baik mancanegara maupun
nusantara. Kualitas pelayanan yang baik terhadap wisatawan diharapkan
memberikan impresi yang baik dan menimbulkan keinginan untuk kembali
berkunjung. Di samping itu, sasaran tersebut juga berdampak pada meningkatnya
daya saing SDM pariwisata Indonesia terutama dalam menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asia (MEA).
Posisi Tahun 2015 tenaga kerja langsung yang bekerja di sektor pariwisata Indonesia
adalah sebesar 3,326 juta orang atau 2,8% dari total tenaga kerja di Indonesia.
Didalam jumlah tersebut termasuk tenaga kerja bersertifikasi sebesar 67.500 orang,
sisanya menjadi fokus untuk sertifikasi di tahun-tahun yang akan datang. kontribusi
tersebut dapat dilihat dari grafik berikut ini :
Sumber : WTTC, 2015
Grafik 3.9 Tenaga Kerja Langsung yang bekerja di Sektor Pariwisata Indonesia
92
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan indikator kinerja berupaJumlah tenaga
kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi dan jumlah lulusan pendidikan tinggi
kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata.
a. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pariwisata yang Disertifikasi (Orang)
Sasaran meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dapat dilihat
dari jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi pada tahun 2015.
Indikator keberhasilan sasaran, serta target dan realisasi dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 3.31. Target dan Realisasi Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pariwisata Tahun 2015
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
12
Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang)
17,500 17,500 100
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa capaian dari indikator kinerja jumlah tenaga
kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi mencapai target.
Tabel 3.32. Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pariwisata Yang Disertifikasi Di 28 Provinsi
NO. PROVINSI JUMLAH (ORANG)
1 DKI Jakarta 2250
2 Bali 4200
3 Kepulauan Riau 1100
4 Jawa Barat 1250
5 DI Yogyakarta 800
6 Sumatera Utara 300
7 Jawa Timur 1300
8 Sulawesi Selatan 1150
9 Jawa Tengah 1350
10 Kalimantan Timur 350
11 Banten 250
12 Riau 450
13 Sumatera Barat 200
14 Kalimantan Selatan 100
15 Sulawesi Utara 450
16 Nusa Tenggara Barat 250
17 Bangka Belitung 150
18 Maluku 100
19 Maluku Utara 100
20 Nusa Tenggara Timur 150
93
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
NO. PROVINSI JUMLAH (ORANG)
21 Lampung 200
22 Papua 100
23 Papua Barat 150
24 Kalimantan Tengah 100
25 Sulawesi Tenggara 150
26 Gorontalo 100
27 Aceh 250
28 Sulawesi Tengah 200
TOTAL 17,500
Berdasarkan tabel diatas terdapat 6 provinsi yang belum Provinsi Sumatera Selatan,
Jambi, dan Kalimantan Barat tahun ini belum dapat dilaksanakan dikarenakan
Bencana Asap yang melanda Provinsi dimaksud, sehingga kuota dialihkan ke Provinsi
lain, Provinsi Bengkulu, Sulawesi Barat, dan Kalimantan UtaraTahun ini belum dapat
dilaksanakan dikarenakan kurangnya asesi.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah tenaga kerja Pariwisata yang
tersertifikasi sampai dengan tahun 2015.
Tabel 3.33. Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pariwisata yang Disertifikasi
(2013 - 2015)
INDIKATOR KINERJA UTAMA
2015 2014 2013
REALISASI CAPAIAN
(%) REALISASI
CAPAIAN (%)
REALISASI CAPAIAN
(%)
Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang)
17,500 100 0 - 6.000 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa pencapaian
target sertifikasi berdasarkan Renstra
Kemenparekraf Tahun 2009-2014 adalah
50.000 orang tersertifikasi. Pada tahun 2009
sampai dengan 2013 target tersebut telah
tercapai. Pada tahun 2014 dikarenakan oleh
adanya optimalisasi anggaran, maka anggaran
sertifikasi termasuk yang dioptimalisasi. Pada
tahun 2015 target 17.500 orang dapat tercapai
100%. Dari jumlah tersebut, 10.900 orang atau 62,3% adalah SDM dari bidang
Gambar 3.43 Ujian Sertifikasi Kepariwisataan
94
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
perhotelan. Bidang perhotelan menjadi prioritas karena tercakup dalam Mutual
Recognition Arrangement (MRA) yang disepakati di Thailand pada tahun 2012 yang
diikuti oleh 10 Menteri Pariwisata ASEAN.
32 JOB TITLES YANG DISEPAKATI DALAM MUTUAL RECOGNITION AGREEMENT
(MRA) DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
No Jenis
Pekerjaan No
Jenis
Pekerjaan No
Jenis
Pekerjaan
FRONT OFFICE FOOD PRODUCTION 23. Public Area
Cleaner
1. FO Manager 12. Demi Chef TRAVEL AGENCIES
2. FO Supervisor 13. Commis Chef 24. General Manager
3. Receptionist 14. Chef de Partie 25 Assisstant General Manager
4. Telephone Operator
15. Commis Pastry 26. Senior Travel Consultant
5. Bell Boy 16. Baker 27 Travel Consultant
FOOD AND BEVERAGE 17. Butcher TOUR OPERATION
6. F & B Director HOUSE KEEPING
28 Product Manager
7. F & B Outlet Manager
18. Executive Housekeeper
29 Sales and Marketing Manager
8. Head Waiter 19. Laundry Manager
30 Credit Manager
9. Bartender 20. Floor Supervisor
31 Ticketing Manager
10. Waiter 21. Laundry Attendant
32 Tour Manager
11. Executive Chef
22. Room Attendant
95
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi Sertifikasi
Kompetensi juga didukung oleh beberapa
Komponen Uji Kompetensi seperti: 30 Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI),
15 Materi Uji Kompetensi (MUK), 20 Lembaga
Sertifikasi Profesi Bidang Pariwisata Pihak 3,
1,400 orang Asesor Kompetensi, 16 orang
Master Asesor Kompetensi, danSkema
Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI) dan
Okupasi untuk 6 Sub Bidang Pariwisata dan 32
Jenis Pekerjaan pada Bidang Pariwisata.
Kegiatan ini dilakukan di 34 provinsi di Indonesia selama periode Juli sampai dengan
Desember 2015. Bidang yang diujikan dalam kegiatan sertifikasi kompetensi antara
lain:Hotel & Restoran, Biro Perjalanan Wisata, Jasa Boga, Kepemanduan Wisata,
Kepemanduan Wisata Selam, SPA, MICE, Kepemanduan Ekowisata, Kepemanduan
Arung Jeram, Kepemanduan Wisata Outbound, Tour Leader, Kepemanduan Museum.
Permasalahan
Sejumlah permasalahan yang masih dihadapi antara lain adalah : (1) Minimnya
sosialisasi tentang pentingnya sertifikasi tenaga kerja bidang pariwisata; (2) Masih
kurangnya informasi di daerah mengenai kegiatan sertifikasi sehingga kalangan
stakeholder yang terlibat masih terbatas; (3) Masih kurangnya sinergi program
antara pemerintah pusat dan daerah sehingga program yang dijalankan di
pemerintah pusat tidak berkelanjutan di pemerintah daerah, (4) Masih kurangnya
jumlah Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), serta (5) Kurangnya tenaga assesor.
Upaya yang perlu dilakukan
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas antara
lain adalah : (1) Perlu makin intensifnya diseminasi kegiatan di daerah agar
keterlibatan stakeholder di daerah dapat lebih luas,. (2) Koordinasi kegiatan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah perlu ditingkatkan agar keberlanjutan kegiatan di
Pemerintah Pusat dapat dilakukan di Daerah.
b. Jumlah Lulusan Pendidikan Tinggi Kepariwisataan yang Tersalurkan di Industri Pariwisata (Orang)
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas dan kuantitas
lulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata adalah banyaknya lulusan pendidikan tinggi,
yaitu: Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali,
Akademi Pariwisata (Akpar) Medan, Akademi Pariwista (Akpar) Makassar, yang
Gambar 3.44 Ujian Sertifikasi Kepariwisataan
96
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
terserap di pasar tenaga kerja. Semakin besar jumlah lulusan yang terserap di pasar
tenaga kerja, maka semakin baik kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi
pariwisata yang saat ini dikelola oleh Kementerian Pariwisata. Jumlah lulusan
pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata, dihitung
jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang tersalurkan di industri pariwisata
baik di dalam dan luar negeri. Semakin tinggi jumlah lulusan yang dihasilkan maka
semakin tinggi jumlah tenaga kerja yang kompeten dan mampu memenuhi tuntutan
lapangan kerja sektor pariwisata.
Indikator keberhasilan dari sasaran di atas, berikut target dan realisasinya adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.34. Target dan Realisasi Lulusan Perguruan Tinggi Kepariwisataan yang
Tersalurkan di Industri Pariwisata (Orang) Tahun 2015
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
13
Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang)
1.750 1.750 100.00
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran jumlah lulusan
pendidikan tinggi pariwisata yang terserap di pasar kerja pada tahun 2015 mencapai
1.750 orang dari 4 (empat) UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata yang terdiri dari STP
Bandung 620 orang, STP Bali 662 orang, Akpar Medan 264 orang, dan Akpar
Makassar 204 orang.
Persentase jumlah lulusan yang terserap di industri pariwisata dapat kita lihat dari
pelaksanaan jobfair di masing-masing UPT dimana kebutuhan industri pariwisata
akan tenaga kerja pariwisata lebih besar dari jumlah lulusan dari UPT di bawah
Kementerian Pariwisata. Dari pelaksanaan jobfair di empat UPT jumlah lowongan
kerja berkisar 10.000 posisi sedangkan yang ikut berpartisipasi mencari pekerjaan
pada pelaksanaan jobfair tersebut hanya berkisar 2.000 orang, angka tersebut secara
matematis menggambarkan untuk tiap 5 (lima) posisi memperebutkan 1 (satu)
tenaga kerja, sehingga peluang untuk diterima lebih dari 100%. Dari kondisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa SDM pariwisata berpeluang tinggi untuk terserap di
industri pariwisata. Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2015 dengan
capaian kinerja tahun 2014, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian
kinerja sebagai berikut:
97
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Tabel 3.35. Perbandingan Target dan Realisasi Jumlah Lulusan Perguruan Tinggi
Kepariwisataan yang Tersalurkan di Industri Pariwisata
INDIKATOR KINERJA UTAMA
2015 2014 2013
REALISASI CAPAIAN
(%) REALISASI
CAPAIAN (%)
REALISASI CAPAIAN
(%)
Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang)
1.750 100 1.685 113.09 1.437 99,60
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja jumlah lulusan
pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata meningkat
setiap tahunnya hingga tahun 2015 mencapai 1.750 orang. Peningkatan tersebut
dapat dilihat dari peningkatan realisasi mulai dari tahun 2013 sampai dengan 2015
berkisar 10,56% per tahun. Kontribusi langsung pariwisata Indonesia terhadap
kesempatan kerja di Asia berada di peringkat ke-5 dengan jumlah tenaga kerja
sebesar 3.325.800 orang tetapi kontribusi total tenaga kerja pariwisata terhadap
tenaga kerja seluruhnya berada di peringkat 104.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2015 yang mendukung kepada
keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
1) Wisuda
Pada tahun 2015 jumlah lulusan ke 4 (empat)
UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata
Kementerian Pariwisata telah meluluskan
sebanyak 1750 orang dari target 1750 orang
terdiri dari STP Bandung 620 orang, STP Bali
662 orang, Akpar Medan 264 orang, dan
Akpar Makassar 204 orang. Hal ini sejalan
dengan kebijakan zero unemployment yang
telah dicanangkan bahwa selambat-
lambatnya dalam waktu satu tahun seluruh
lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan, khususnya 4 UPT pendidikan tinggi
kepariwisataan Kementerian Pariwisata sudah mendapatkan pekerjaan.
Gambar 3.45 Wisuda Perguruan Tinggi Pariwisata
98
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
2) Job Fair
Guna mendukung program pemerintah zero unemployment ke 4 (empat) UPT
Pendidikan Tinggi Pariwisata senantiasa melakukan upaya yang dapat menyalurkan
para lulusannya untuk dapat diterima di pasar kerja baik nasional maupun
internasional. Upaya tersebut antara lain kegiatan bursa kerja atau Job Fair yang
melibatkan perusahaan peserta rekruitmen, dan perusahaan peserta expo.
Dari sasaran meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata
ditemukenali beberapa permasalahan dan upaya yang dilakukan terhadap
permasalahan tersebut, dijelaskan sebagai berikut:
Permasalahan
Sejumlah permasalahan yang masih dihadapi antara lain adalah: (1) Masih banyaknya
SDM bidang pariwisata yang belum tersertifikasi dalam persiapan menghadapi MEA.
(2) Masih kurangnya kuantitas dari lulusan pendidikan tinggi bidang pariwisata
untuk mengimbangi permintaan tenaga kerja dari industri pariwisata
Upaya yang Dilakukan
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas antara
lain adalah: (1) Meningkatkan kuantitas SDM tersertifikasi di bidang pariwisata baik
yang dilakukan oleh pemerintah maupun mandiri; (2) Mengembangkan pendidikan
tinggi pariwisata untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas lulusan. (3)
Meningkatkan kualitas SDM bidang pariwisata dalam memasuki MEA.
TERLAKSANANYA / TERWUJUD NYA PE LA KSANAA N REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGA N KEM ENTERIA N PARIWISATA
10 TERLAKSANANYA/ TERWUJUDNYA PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA
Sasaran terlaksananya/ terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan
Kementerian Pariwisata, dapat dilihat dari presentase Indeks Reformasi Birokrasi.
Indeks Reformasi Birokrasi merupakan penilaian kemajuan pelaksanaan Reformasi
Birokrasi di Kementerian Pariwisata. Nilai ini merupakan nilai komulatif dari 8 area
perubahan sebagaimana Permenpan No. 11 Tahun 2015 tentang Roadmap
Reformasi Birokrasi. Indikator keberhasilan dari sasaran di atas, berikut target dan
realisasinya adalah sebagai berikut:
99
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Tabel 3.36. Target dan Realisasi Indeks Reformasi Birokrasi Tahun 2015
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
14 Indeks Reformasi Birokrasi (Persentase) 70% 64,47 % * 92,10
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari target indeks reformasi birokrasi sebesar 70%
sesuai hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui surat no B/
/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 baru tercapai 64,47%, penilaian ini baru sampai
dengan posisi bulan Desember 2015, hal ini disebabkan karena evaluasi oleh
Inspektorat baru akan dilaksanakan pada bulan Maret 2016 melalui PMPRB, hasilnya
akan dievaluasi kembali oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi pada bulan Mei-Juni 2016, hasilnya baru akan menjadi hasil final
Indeks Reformasi Birokrasi Tahun2015. Rincian penilaiannya terlihat pada tabel
berikut:
No Komponen Penilaian Nilai
Maks
Nilai
2014 Nilai2015
%
Capaian
A Pengungkit
1 Manajemen Perubahan 5,00 3,68 3,58 71,64%
2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 5,00 2,71 2,71 54,25%
3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6,00 2,82 3,84 64,06%
4 Penataan Tatalaksana 5,00 3,34 3,47 69,35%
5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15,00 6,74 7,84 52,29%
6 Penguatan Akuntabilitas 6,00 4,35 4,35 72,47%
7 Penguatan Pengawasan 12,00 5,52 5,99 49,88%
8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 6,00 4,30 4,05 67,42%
Sub Total Komponen Pengungkit 60,00 33,46 35,83 59,71%
B Hasil
1 Kapasitas Dan Akuntabilitas Kinerja
Organisasi 20,00 13,97 14,64 73,18%
2 Pemerintah Yang Bersih Dan Bebas KKN 10,00 6,32 6,79 67,85%
3 Kualitas Pelayanan Publik 10,00 6,48 7,23 72,25%
Sub Total Komponen Hasil 40,00 26,77 28,65 71,61%
Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 60,23 64,47 64,47%
Nilai indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata Tahun 2015 adalah sebesar
64,47 dengan kategori ”B” naik sebesar 4,24 dari nilai tahun 2014 sebesar 60,23.
Perkembangan capaian indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dari
tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut:
100
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Tabel 3.37. Perbandingan Target dan Realisasi Indeks Reformasi Birokrasi
Tahun 2015
INDIKATOR KINERJA UTAMA
2015 2014 2013
REALISASI CAPAIAN
(%) REALISASI
CAPAIAN (%)
REALISASI CAPAIAN
(%)
Indeks Reformasi Birokrasi (Persentase)
64,47 92,10 60,23 70,86 74,53 106,47
Dari tabel diatas terlihat bahwa terjadi penurunan nilai pada tahun 2014 sebesar
14,30% dari tahun 2013 sebesar 74,53% namun pada tahun 2015 meningkat kembali
menjadi 64,47% atau sebesar 4,24%.
Kementerian Pariwisata telah melakukan berbagai upaya untuk kemajuan
pelaksanaan reformasi birokrasi. Upaya tersebut telah menghasilkan berbagai
kemajuan perbaikan tata kelola pemerintahan yang signifikan, seperti:
1. Pelaksanaan manajemen reformasi birokrasi telah didukung dengan
perencanaan, dilaksanakan oleh seluruh tim reformasi birokrasi, dan dibantu
oleh para agen perubahan yang selalu mendorong dan memotivasi perbaikan
pola pikir, budaya kinerja dan kedisiplinan
2. Struktur kelembagaan telah disesuaikan dengan kebutuhan organisasi setelah
melakukan evaluasi kelembagaan dalam rangka mewujudkan organisasi yang
miskin struktur dan kaya fungsi;
3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses manajemen internal organisasi
melalui penataan tata laksana atas sebagian prosedur kerja dan optimalisasi
pemanfaatan e-government, Upaya optimalisasi e-government telah dilakukan
dalam kaitan peningkatan koordinasi dan pemantauan kinerja. (Bidang Penataan
dan penguatan Organisasi)
4. Dalam upaya pengingkatan manajemen kinerja, seluruh jajaran pimpinan telah
terlibat secara aktif dalam proses perencanaan sampai dengan monitoring
kinerja.
5. Untuk meningkatkan integritas melalui pengawasan, Kementerian Pariwisata
telah berupaya menerapkan pengendalian internal dan pengelolaan pengaduan
masyarakat dan pencanangan Zona Integritas.
6. Memanfaatkan teknologi informasi dan berbagai media untuk menyebarluaskan
informasi kepariwisataan kepada seluruh stakeholder.
101
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Jika upaya yang sudah dilakukan di atas dikaitkan dengan hasil reformasi birokrasi
yang dapat dirasakan oleh
masyarakat atau pihak penerima
layanan dari Kementerian
Pariwisata, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Indeks kualitas pelayanan
publik yang dihasilkan dari
hasil survei terhadap
beberapa layanan utama
Kementerian Pariwisata, yaitu
layanan terhadap promosi
serta fasilitasi
kepariwisataan. Hasil survei
terhadap penerima layanan yang dipilih melalui purposive random sampling,
belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam skala 4, hasil survei
persepsi pelayanan menunjukkan angka 2,89. Masih terdapat kualitas layanan
yang dibawah harapan serta secara umum kualitas layanan Kementerian
Pariwisata masih sedikit di bawah rata-rata layanan kementerian/lembaga
lainnya.
Sedangkan kualitas layanan di Kementerian Pariwisata dibandingkan dengan
rata-rata layanan di kementerian/lembaga lainnya adalah sebagai berikut:
Grafik 3.10 Perbandingan Kualitas Layanan Kemenpar dengan layanan di K/L Lain
102
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Untuk meningkatkan nilai indeks pelayanan publik, Kementerian Pariwisata
melaksanakan Program Quick Wins Reformasi Birokrasi sebagai berikut:
a. Fasilitasi pengembangan Wisata Sejarah dan Religi (jalur samudera Ceng
Ho dan Jalur Sutra)
b. Koordinasi pengembangan dan pemanfaatan kawasan geologi sebagai
Geopark
c. Pelayanan promosi pariwisata nusantara yang terintegrasi secara nasional
d. Peningkatan kualitas pelaksanaan event
e. Peningkatan kapasitas SDM melalui fasilitasi sertifikasi SDM pariwisata di
34 Provinsi Indonesia
f. Penyempurnaan Pelayanan pendidikan melalui Seleksi Bersama Masuk
Sekolah (SBM STAPP) yang terintegrasi secara online mellaui website
Kementerian Pariwisata
2. Indeks persepsi anti korupsi
Indeks persepsi anti korupsi merupakan persepsi penerima layanan terhadap
integritas petugas pemberi layanan. Integritas ini ditinjau tidak hanya dari
sistem layanan yang mungkin berpotensi menyimpang, namun juga perilaku
pemberi layanan dalam bersikap, misalnya menawarkan layanan yang lebih
cepat, kesediaan menerima gratifikasi, ketersediaan sarana pengaduan dan
sebagainya. Hasil survei atas indeks persepsi anti korupsi menunjukkan
gambaran yang tidak memuaskan. Dalam skala 4, indeks persepsi anti
korupsi menunjukkan angka 3,02, sedikit lebih rendah dari rata-rata
kementerian/lembaga yang 3,13.
Untuk meningkatkan Indeks persepsi anti korupsiKementerian Pariwisata
telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Pembangunan unit kerja untuk memperoleh predikat menuju WBK/
WBBM;
b. Pelaksanaan pengendalian Gratifikasi telah ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Pariwisata No. 14 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengendalian
Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata;
c. Pelaksanaan whistleblowing system telah ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Pariwisata No. 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penanganan
Pengaduan Internal di Lingkungan Kementerian Pariwisata;
d. Pelaksanaan pemantauan benturan kepentingan telah ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Pariwisata No. 4 Tahun 2015 tentang Penanganan
Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Pariwisata;
e. Pembangunan SPIP di lingkungan unit kerja;
f. Penanganan pengaduan masyarakatkepentingan telah ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Pariwisata No. 2 Tahun 2015 tentang Penanganan
Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Pariwisata;
103
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Untuk meningkatkan terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di
lingkungan kementerian pariwisata, telah dilakukan upaya-upaya perbaikan pada 8
area perubahan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2015 untuk
mendukung keberhasilan pencapaian sasaran tersebut sebagai berikut :
1. Bidang Manajemen Perubahan
Salah satu sumber permasalahan birokrasi adalah perilaku negatif yang
ditunjukkan dan dipratikkan oleh para birokrat. Perilaku ini mendorong
terciptanya citra negatif birokrasi. Perilaku yang sudah menjadi mental model
birokrasi yang dipandang lambat, dan berbelit-belit, tidak inovatif, tidak peka,
inkonsisten, malas, feodal dan lainnya. Karena itu, fokus perubahan reformasi
birokrasi ditujukan pada perubahan mental aparatur. Perubahan mental
model/model perilaku aparatur diharapkan akan mendorong terciptanya
budaya kerja positif yang kondusif bagi terciptanya birokrasi yang bersih dan
akuntabel, efektif dan efisien serta mampu memberikan pelayanan yang
berkualitas dalam rangka menjawab tantangan tersebut sesuai dengan
kegiatan mikro yang mengacu pada program prioritas nasional reformasi
birokrasi yang menjadi kewajiban Kementerian Pariwisata di bidang area
manajemen perubahan antara lain;
a. Pengembangan nilai-nilai untuk menegakkan integritas, dan
b. Pembentukan agen perubahan yang dapat mendorong terjadinya
perubahan pola pikir
Untuk itu telah diprogramkan beberapa kegiatan pendukung yang
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, mulai dari
Pengembangan/Pembangunan Sistem, Sosialisasi dan Implementasi dan
Pengukuran Dampak Pengembangan Budaya Kerja antara lain dengan
kegiatan:
a. Penyusunan Pengembangan Budaya Kerja
b. Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria Manajemen Perubahan
c. Penyusunan Kode Etik Pegawai
d. Sosialisasi Pengembangan Budaya Kerja, dan
e. Bimtek Managemen Perubahan
2. Bidang Penataan Peraturan Perundang-undangan
Permasalahan lain yang menjadi faktor penyebab munculnya perilaku negatif
aparatur adalah peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih,
disharmonis, dapat diinterprestasikan berbeda atau sengaja dibuat tiidak jelas
untuk membuka kemungkinan penyimpangan. Kondisi seperti ini seringkali
104
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
dimanfaatkan oleh aparatur untuk kepentingan pribadi yang dapat merugikan
negara. Karena itu perlu dilakukan perubahan/ penguatan terhadap sistem
perundang-undangan yang lebih efektif dan menyentuh kebutuhan
masyarakat. Untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan kegiatan mikro
yang mengacu pada program prioritas nasional reformasi birokrasidi Bidang
Perundang-undangan antara lain;
a. Evaluasi secara berkala berbagai peraturan perundang-undangan yang
sedang diberlakukan
b. Menyempurnakan/mengubah berbagai peraturan perundang-undangan
yang dipandang tidak relevan lagi, tumpang tindih, atau disharmonisasi
dengan peraturan perundang-undangan lain.
c. Melakukan deregulasi untuk memangkas peraturan perundang-undangan
yang dipandang menghambat pelayanan.
3. Bidang Penguatan Kelembagaan
Kelembagaan pemerintah dipandang belum berjalan secara efektif dan efisien.
Struktur yang terlalu gemuk dan memiliki banyak hirarki menyebabkan
timbulnya proses yang berbelit, kelambatan pelayanan dan pengambilan
keputusan, dan akhirnya menciptakan budaya feodal pada aparatur. Karena
itu perubahan pada sistem kelembagaan akan mendorong efisiensi, efektivitas
dan percepatan proses pelayanan dan pengambilan keputusan lam birokrasi.
Perubahan pada sistem kelembagaan diharapkan akan dapat mendorong
terciptanya budaya/ perilaku yang lebih kondusif dalam upaya mewujudkan
birokrasi yang efektif dan efisien.
Pembenahan sistem dalam pelaksanaan restrukturisasi kelembagaan ASN,
dilakukan dengan kegiatan antara lain:
a. Melakukan inventarisasi permasalahan tentang organisasi di masing-
masing unit kerja Kemenpar
b. Melakukan kajian terhadap struktur organisasi yang ada
c. Implementasi dan sosialisasi
d. Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan struktur organisasi baru
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap efektivitas dan efisiensi dalam
pelaksanaan tupoksi Kementerian Pariwisata
105
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
4. Bidang Penataan Tatalaksana (Bussiness Process)
Kejelasan proses bisnis/tata kerja/tatalaksana dalam instansi pemerintah juga
sering menjadi kendala penyelenggaraan pemerintahan. Berbagai hal yang
seharusnya dapat dilakukan secara cepat seringkali harus berjalan tanpa
proses yang pasti karena tidak terdapat sistem tata laksana yang baik. Hal ini
kemudian mendorong terciptanya perilaku hirarki, feodal, dan kurang kreatif
pada birokrat/aparatur. Karena itu perubahan pada sistem tatalaksana sangat
diperlukan dalam rangka mendorong efisiensi penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan sekaligus juga untuk mengubah mental aparatur.
Pembangunan sistem dalam penerapan e-government dilakukan melalui
penerapan aplikasi e-office dalam administrasi persuratan dan penerapan e-
commando, dengan kegiatan antara lain:
a. Inventarisasi bidang/unit kerja pengguna aplikasi
b. Pembahasan rencana penggunaan aplikasi dalam administrasi persuratan
c. Implementasi aplikasi e-office dan e-commando di seluruh unit kerja
Kemenpar
d. Melakukan evaluasi atas implementasi
5. Bidang Penguatan Sistem SDM Aparatur Sipil Negara
Perilaku aparatur sangat dipengaruhi oleh bagaimana setiap instansi
pemerintah membentuk SDM Aparaturnya melalui penerapan sistem
manajemen SDM-nya dan bagaimana Sistem Manajemen SDM yang tidak
diterapkan secara nasional. Sistem manajemen SDM yang tidak diterapkan
dengan baik mulai dari perencanaan pegawai, pengadaan hingga
pemberhentian akan berpotensi menghasilkan SDM yang tidak kompeten. Hal
ini akan berpengaruh pada kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan. Karena iru, perubahan dalam pengelolaan SDM harus selalu
dilakukan untuk memperoleh sistem manajemen SDM yang mampu
menghasilkan pegawai yang profesional.
Perbaikan Berkelanjutan Sistem Perencanaan Kebutuhan Pegawai ASN
dilaksanakan melalui kegiatan antara lain :
a. Assesment terhadap seluruh pegawai
b. Sosialisasi dan impelemntasi dalam sistem perencanaan kebutuhan
pegawai ASN, Penyusunan analisis beban kerja setiap jabatan dan unit
kerja dan implementasi atas pelaksanaan analisis beban kerja
c. Melakukan evaluasi penilaian terhadap sistem perencanaan kebutuhan
pegawai ASN
106
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
6. Bidang Penguatan Pengawasan
Dalam rangka peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara yang
menjadi tanggungjawab kementerian pariwisata dan sebagai langkah riil
untuk meminimalisir berbagai penyimpangan yang terjadi serta untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Pariwisata perlu dilakukan peningkat dan penguatan peran dan fungsi
pengawasan. Karena lemahnya peran dan fungsi pengawasan akan mendorong
tumbuhnya perilaku koruptif atau perilaku negatif lainnya yang semakin lama
semakin menjadi, sehingga berubah menjadi kebiasaan. Karena itu perubahan
perilaku koruptif aparatur harus pula diarahkan melalui perubahan atau
penguatan pengawasan. Dalam rangka mencapai kondisi tersebut telah
dilakukan kegiatan mikro yang mengacu pada program prioritas
nasionalreformasi birokrasi di Bidang Penguatan Pengawasan yaitu;
a. Predikat WBM/WBBM telah dilakukan Pencanangan Zona Integritas;
b. Pelaksanaan Pengendalian Gratifikasi telah ditetapkan Permen tentang
Pengendalian Gratifikasi, dan Unit Pengendalian Gratifikasi;
c. Pelaksanaan Whistleblowing system telah ditetapkan Permen tentang
Pengaduan Internal di lingkungan Kementerian Pariwisata, Tim verifikator
dan penelaah dalam penanganan Whistleblowing system, Bimbingan
teknis dari dari LKPP kepada tim, Pembukaan Akun ke Aplikasi Pengaduan
Whistleblowing;
d. Pelaksanaan pemantauan benturan kepentingan telah ditetapkan Permen
Pariwisata tentang Benturan Kepentingan;
e. Pembangunan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) telah
ditetapkan Permen Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Kementerian
Parekraf. Pembentukan dan Penetapan Satuan Tugas SPIP di masing-
masing unit kerja eselon I, Bimbingan teknis dan sosialisasi SPIP.
Implentasi SPIP juga telah dilakukan dengan Penyusunan Dokumen
Lingkungan Pengendalian, Identifikasi Resiko, kegiatan pengendalian dan
penyusunan SOP.
7. Bidang Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Kemampuan pemerintah untuk mempertanggungjawabkan berbagai sumber
yang diberikan kepadanya bagi kemanfaatan publik seringkali menjadi
pertanyaan masyarakat. Pemerintah dipandang belum mampu menunjukkan
kinerja melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang mampu menghasilkan
outcome (hasil yang bermanfaat) bagi masyarakat. Karena itu, perlu diperkuat
penerapan sisitem akuntabilitas yang dapat mendorong birokrasi lebih
107
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
berkinerja dan mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya sesuai dengan
segala sumber-sumber yang dipergunakannya. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut reformasi birokrasi Bidang Penguatan Akuntabilitas akan
melaksanakan kegiatan prioritas nasional yaitu “Pembangunan/
Pengembangan teknologi Informasi dalam manajemen Kinerja” dan kegiatan
pendukung untuk mewujudkan kinerja yang terstruktur dan saling
mendukung mulai dari tingkat pimpinan tertinggi yang dijabarkan ke struktur
di bawahnya sampai dengan staf, sedangkan untuk pengukuran kinerja akan
ditetapkan indikator-indikator sesuai dengan level kinerjanya. Melalui
beberapa kegiatan antara lain;
a. Review e-performance b. Sosialisasi e-performance dan Bimbingan teknis c. Monev pelaksanaan e-performance d. Pengukuran kinerja
8. Bidang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Pelayanan publik menjadi aspek lain yang selalu menjadi sorotan masyarakat.
Penerapan sistem manajemen pelayanan belum sepenuhnya mampu
mendoronng peningkatan kualitas pelayanan, yang lebih cepat, murah,
berkekuatan hukum, nyaman, aman, jelas, dan terjangkau serta menjaga
profesionalisme para petugas pelayanan. Oleh Karena itu, perlu dilakukan
penguatan terhadap sistem manajemen pelayanan publik agar mampu
mendorong perubahan profesionalisme para penyedia pelayanan serta
peningkatan kualitas pelayanan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik, Kementerian Pariwisata melakukan kegiatan antara lain :
a. Penerapan Pelayanan Satu Atap b. Deregulasi Dalam Rangka Mempercepat Proses Pelayanan c. Pembangunan/Pengembangan Penggunaan Teknologi Informasi Dalam
Pelayanan Selain itu, reformasi birokrasi kepariwisataan secara internal juga dilakukan oleh Kementerian Pariwisata melalui digitalisasi program untuk pemantauan media, e-procurement, e-office, Electronic Control Management Direction and Order (e-CoManDO), serta seleksi bersama masuk sekolah tinggi, akademi, dan politeknik pariwisata.
Kementerian Pariwisata juga melakukan digitalisasi di dalam birokrasi untuk membangun sinergi di dalam intansi Kementerian Pariwisata itu sendiri.
Gambar 3.46 e-Goverment Kementerian Pariwisata
108
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Dalam rangka lebih meningkatkan kualitas birokrasi serta mampu lebih
menumbuhkan budaya kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata di tahun-tahun
berikutnya, terdapat beberapa hal yang masih perlu disempurnakan yaitu:
1. Meningkatkan kualitas manajemen reformasi birokrasi yang sebelumnya telah
dilakukan, melalui penyempurnaan Road Map Reformasi Birokrasi maupun
perencanaan tahunan reformasi birokrasi berdasarkan hasil evaluasi;
2. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala atas kegiatan-kegiatan
reformasi birokrasi dalam rangka memastikan proses reformasi birokrasi telah
berjalan sesuai dengan rencana;
3. Meningkatkan kualitas harmonisasi peraturan perundang-undangan melalui
identifikasi, analisis dan pemetaan seluruh peraturan internal maupun eksternal
terkait dan melakukan revisi atas peraturan tersebut apabila ditemukan
peraturan yang tidak harmonis;
4. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian kinerja, perlu
dilakukan penyelesaian reviu dan revisi seluruh prosedur kerja.
5. Meningkatan kualitas pengelolaan SDM melalui peningkatan kapasitas pegawai
berdasarkan pada gap kompetensi serta menyusun rencana pendidikan dan
pelatihan secara berkelanjutan, penilaian kinerja individu yang selaras dengan
kinerja organisasi serta menyegerakan pelaksanaan kebijakan promosi terbuka
jabatan pimpinan tinggi secara kompetitif dan obyektif;
6. Penguatan pengawasan dengan meningkatkan kualitas penerapan kebijakan
penanganan gratifikasi, Whistle-Blowing System, dan benturan kepentingan.
Selain itu juga melakukan monitoring dan evaluasi penerapan seluruh kebijakan
pengawasan.
7. Menindaklanjuti pencanangan Zona Integritas melalui pembangunan unit kerja
pelayanan percontohan;
8. Melakukan survei atas seluruh jenis pelayanan kepada stakeholder, untuk
memperoleh umpan balik dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik.
109
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
11 MENINGKATNYA KUALITAS KINERJA ORGANISASI KEMENTERIAN PARIWISATA
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran Meningkatnya
Kualitas Kinerja Organisasi Kementerian Pariwisata adalah Opini Laporan Keuangan
Kementerian Pariwisata, yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan
Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata, yang merupakan hasil evaluasi Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam uraian sebagai berikut:
A. OPINI KEUANGAN KEMENTERIAN PARIWISATA
Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara dinyatakan bahwa untuk mendukung keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Upaya
konkrit dalam mewujudkan Akuntabilitas dan Transparansi di lingkungan
Kementerian Pariwisata selaku instansi pemerintah yang melaksanakan penggunaan
dana APBN berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola
keuangan negara serta melaksanakan pengintegrasian pelaporan keuangan dan
kinerja yang merupakan konsekuensi logis dari penerapan anggaran berbasis kinerja.
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas pengelolaan
keuangan adalah opini laporan keuangan Kementerian/Lembaga yang diberikan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari penilaian yang paling
rendah, yaitu: (1) Tidak diyakini kewajaran (Adverse); (2) Tidak memberikan
pendapat (Disclaimer); (3) Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan (4) Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Penilaian ini diukur melalui kriteria pemberian opini atas audit
laporan keuangan oleh BPK yang meliputi: kesesuaian dengan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP), kecukupan pengungkapan, ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI).
Capaian indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata adalah sebagai
berikut :
110
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Tabel 3.38. Target dan Realisasi Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
15 Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata
WDP Masih dalam proses audit
BPK
-
Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator kinerja Opini Laporan Keuangan
Kementerian Pariwisata pada saat penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja ini
masih dalam proses audit BPK, sehingga belum dapat diukur apakah indikator kinerja
ini mencapai target atau tidak.
Untuk melihat perkembangan indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian
Pariwisata apakah mengalami peningkatan atau penurunan, perlu dibandingkan
capaian indikator di tahun 2013-2015. Perbandingannya terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.39. Perbandingan Opini Laporan Keuangan tahun 2013 - 2015
INDIKATOR KINERJA UTAMA
2015 2014 2013
REALISASI CAPAIAN
(%) REALISASI
CAPAIAN (%)
REALISASI CAPAIAN
(%)
Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata
Masih dalam proses audit
BPK
- Disclaimer - Disclaimer -
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2013 dan 2014 capaian tidak mengalami
peningkatan, sedangkan untuk tahun 2015 pada saat penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja 2015 ini masih dalam proses audit BPK, sehingga belum dapat
diketahui apakah di Tahun 2015 ini mengalami peningkatan atau penurunan.
Penurunan opini laporan keuangan pada tahun 2013 dan 2014 penyebab utamanya
adalah perubahan nomenklatur organisasi kementerian, semula Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
dan terakhir saat ini menjadi Kementerian Pariwisata. Perubahan berulang pada
nomenklatur organisasi kementerian ini berakibat pada penataan dan pencatatan
aset (aset tetap, peralatan, mesin dan nilai barang persediaan) mengalami dinamika
perubahan yang cukup signifikan sehingga berpengaruh pada nilai transaksi yang
keluar dan masuk dalam neraca baik pada sistem akuntansi keuangan maupun pada
sistem manajemen akuntansi barang milik negara.
111
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Untuk meningkatkan pencapaian laporan keuangan agar tidak mendapat opini
disclaimer lagi di Tahun 2015, telah ditempuh berbagai strategi antara lain:
1. Melakukan reinventarisasi terhadap nilai keseluruhan aset dan nilai barang
persediaan yang dialihkan;
2. Menyediakan dan meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM yang kompeten di
bidang pengelolaan keuangan secara memadai melalui berbagai bimbingan
teknis dan sosialisasi;
3. Membentuk sifat dan sikap profesional dalam melaksanakan tugas dengan
meningkatkan sistem pengendalian internal (SPI) pada masing-masing satuan
kerja;
4. Menyusun rencana kerja secara jelas dan terukur untuk mencapai kualitas
laporan keuangan yang baik dimulai dari proses perencanaan sampai dengan
pelaporan;
5. Memahami pemanfaatan laporan keuangan yang tidak hanya untuk keperluan
pertanggungjawaban, namun juga sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan;
6. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan
keuangan negara sehingga terwujud laporan keuangan yang andal dan
akuntabel;
7. Mengupayakan pemberikan reward and punishment bagi pengelola akuntansi
dan pelaporan keuangan.
“Diakhir tahun 2015 Kementerian Pariwisata mendapat penghargaan atas Penyajian Saldo Kas Bendahara Pengeluaran Pada Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Tahun Anggaran 2015 Dengan Tingkat Akurasi Tinggi dari
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan”
Gambar 3.47 Penghargaan atas Penyajian Saldo Kas Bendahara Pengeluaran Pada
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dan Laporan Pertanggungjawaban
Bendahara Pengeluaran Tahun Anggaran 2015 dengan Tingkat Akurasi Tinggi
112
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Penghargaan ini merupakan apresiasi terhadap upaya Kementerian Pariwisata
dalam memperbaiki kualitas laporan keuangan karena salah satu indikator
penilaian dalam penghargaan ini, sebagaimana tertuang dalam surat Direktur
Jenderal Perbendaharaan No. S-22/017/PB/2015 tanggal 30 Desember 2015,
adalah keseuaian penyajian saldo kas Bendahara pengeluaran antara laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara dengan Laporan Keuangan
Kementerian/Lembaga (LKKL). Disamping itu penghargaan ini juga menjadi suatu
hal yang membanggakan karena hanya 10 kementerian yang mendapatkannya.
Berikut ini 10 kementerian dimaksud:
Tabel Daftar Kementerian/Lembaga Penerima Penghargaan dari Kementerian
Keuangan
No Kode BA Nama Kementerian Negara/Lembaga
1 012 Kementerian Pertahanan
2 115 Badan Pengawas Pemilu
3 080 Badan Tenaga Nuklir Nasional
4 065 Badan Koordinasi Penanaman Modal
5 055 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
6 075 Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
7 027 Kementerian Sosial
8 081 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
9 040 Kementerian Pariwisata
10 019 Kementerian Perindustrian
Sumber: Kemenkeu 2015
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka percepatan akuntabilitas dan
peningkatan kualitas laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Penyelesaian Masalah Perbendaharaan dilaksanakan dengan
mengadakan pemantauan tindaklanjut penyelesaian tuntutan ganti rugi di
UPT/SKPD dan Sosialisasi Pedoman Penyelesaian Kerugian Negara kepada
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), auditor, bendahara sebagai dasar untuk
menyelesaikan masalah temuan, piutang dan langkah-langkah untuk
meningkatkan opini laporan keuangan.
2. Meningkatkan pengelolaan PNBP melalui Pemantauan laporan realisasi
anggaran pendapatan secara intensif,Sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP dan menetapkan
target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2016.
113
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
3. Penyusunan Laporan Keuangan tingkat Kementerian tahun 2014 Unaudited dan Audited, Laporan Keuangan semester I tahun 2015, Pseudo laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada 31 Oktober dan 30 November 2015.
4. Implementasi Sistem Akuntansi Instansi berbasis Akrual
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada Kementerian Pariwisata di tahun
2015 merupakan tantangan baru sekaligus peluang yang baik dalam
meningkatkan pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Negara. Dengan
penerapan akuntansi berbasis akrual pemerintah akan mendapatkan beberapa
manfaat antara lain meningkatkan kualitas penyajian laporan keuangan dan
pertanggungjawaban Pemerintah dalam rangka mewujudkan good governance,
clean government, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan Pemerintah
pada seluruh tahapan siklus anggaran antara lain dalam pengelolaan sumber
daya ekonomi, pengendalian defisit anggaran dan penentuan besaran biaya
penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi salah satu alat dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas perolehan
dan penggunaan sumber daya ekonomi.
5. Kegiatan Pembinaan Pengelola BMN Barang/Jasa di Lingkungan Kementerian Pariwisata melalui kegiatan Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan Barang Milik Negara, Bimbingan Teknis Persediaan, Bimbingan Teknis Penyusunan Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa, Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Unit Layanan Pengadaan.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target Opini Laporan Keuangan tahun 2015, sehingga berakibat pada pencapaian yang belum maksimal adalah:
1. Belum optimalnya komitmen para pejabat pusat dan daerah dalam mendorong
kualitas laporan keuangan dan percepatan penyelesaian temuan sehingga
terkesan lambat dalam menindaklanjuti temuan dalam LHP BPK.
2. Penerapan reward and punishment belum ada sehingga para pelaksana kurang
termotivasi untuk meningkatkan kinerja di lingkungan unit kerja masing-
masing.
3. Kualitas operator penyusun Laporan Keuangan pada masing-masing satuan
kerja belum optimal, sehingga laporan keuangan belum disajikan dan
diungkapkan secara lengkap (full disclosure).
4. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan para Penanggung Jawab kegiatan belum
sepenuhnya taat terhadap peraturan pengelolaan keuangan negara sehingga
temuan berulang pada pengadaan barang/jasa dan pelaksanaan perjalanan
dinasmasih terjadi.
114
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
5. Opini Keuangan Disclaimer, dapat mempengaruhi jumlah anggaran
Kementerian Pariwisata di tahun-tahun berikutnya, bahkan lebih jauh dapat
berdampak pada tidak meningkatnya tunjangan kinerja pegawai, yang pada
akhirnya dapat menurunkan motivasi kerja pegawai.
6. Penurunan kapasitas Inspektorat, sebagai akibat bergesernya Kementerian
Pariwisata menjadi Kementerian Klaster III, dalam hal ini Inspektur Jenderal
(eselon I) menjadi Inspektorat (eselon II). Kondisi ini berpotensi menimbulkan
permasalahan kecepatan proses audit internal Kementerian Pariwisata.
7. Inventarisasi barang milik negara belum selesai. Kondisi ini berpotensi
mempengaruhi kinerja akuntabilitas Kementerian Pariwisata khususnya opini
keuangan, mengingat permasalahan barang milik negara ini merupakan
penyumbang terbesar opini disclaimer yang diperoleh Kementerian Pariwisata.
8. Kompetensi SDM Auditor belum memadai, sehingga dibutuhkan percepatan
peningkatan kapasitas auditor di lingkungan Kementerian Pariwisata, agar
dapat menjawab tantangan audit internal yang semakin besar sebagai akibat
meningkatnya anggaran Kementerian Pariwisata di tahun-tahun berikutnya
secara signifikan
UPAYA YANG DILAKUKAN
Langkah-langkah yang dilakukan dalam meminimalisir permasalahan di atas adalah :
1. Melaksanakan percepatan proses pengadaan barang/jasa dengan melakukan
monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara rutin
dan menginventarisasi permasalahan yang dihadapi.
2. Menyusun petunjuk teknis Sistem Akuntansi Berbasis Akrual, petunjuk teknis
(DAK) dan petunjuk teknis lainnya sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan
yang tercantum dalam DIPA
3. Meningkatkan koordinasi dengan Instansi lain terkait permasalahan yang
ditemui pada saat pelaksanaan, dalam hal ini Lembaga Kebijakan Pengadaan
Pemerintah (LKPP) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) terkait proses pengadaan barang dan jasa serta Kementerian
Keuangan terkait proses pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan.
4. Dalam rangka menindaklanjuti Laporan Hasil Pemeriksaan BPK, telah
dilakukan upaya sebagai berikut :
a. Membentuk Tim Pengelola Perbaikan Sistem PNBP untuk memperbaiki
Sistem Pengelolaan PNBP;
b. Melakukan koordinasi dengan Menteri Keuangan serta Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan untuk penetapan saldo aset persediaan hasil
likuidasi;
c. Melaksanakan pembenahan menyeluruh atas pengelolaan Aset Tetap;
115
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
d. Sudah dibuat laporan tim inventarisasi aset tentang rencana aksi
penyelesaian tindak lanjut temuan BPK yaitu maping database SIMAK,
sinkronisasi SIMAK dan SAI, sinkronisasi LK BMN dengan LK DJKN,
pendampingan Inventarisasi aset rusak berat, hilang, dikuasai pihak lain,
pendampingan penyusunan laporan hasil Inventarisasi aset tetap, usulan
penghapusan/hibah aset tetap, pendampingan tindak lanjut usulan hasil
inventarisasi aset dan perbaikan database SIMAK komprehensif.
e. Membentuk Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN) dan Tim
Reinvetarisir asset
f. Melakukan In House Training dan pendampingan dengan instansi terkait
(Kementerian Keuangan dan BPKP)
B. PREDIKAT SAKIP KEMENTERIAN PARIWISATA
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah rangkaian
sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang terselenggara secara
manual atau komputerisasi yang dirancang dan ditetapkan untuk tujuan
pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada
instansi pemerintah, baik secara sendiri-sendiri maupun secara kolektif. Penentuan
Predikat SAKIP adalah berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh
Kementerian PAN dan RB setiap tahunnya. Evaluasi akuntabilitas kinerja mencakup
review dan evaluasi atas aspek perencanaan kinerja, aspek pengukuran kinerja, aspek
pelaporan kinerja, dan aspek evaluasi kinerja internal, serta aspek capaian kinerja
output dan outcome serta kinerja lainnya.
Capaian Indikator Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata adalah sebagai berikut :
Tabel 3.40. Target dan Realisasi Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN
(%)
16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (Nilai)
A BB -
Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator kinerja Predikat SAKIP Kementerian
Pariwisata dengan target A (Memuaskan) dapat direalisasikan dengan predikat BB
(Sangat Baik). Nilai Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015, diperoleh berdasarkan hasil
evaluasi SAKIP yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN dan RB dan disampaikan
kepada Kementerian Pariwisata melalui Surat Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/3986/M.PANRB/12/2015
tanggal 11 Desember 2015 perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
116
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Berdasarkan surat tersebut diatas, hasil evaluasi menunjukkan bahwa Kementerian
Pariwisata memperoleh nilai 72,08 atau predikat BB (Sangat Baik). Penilaian tersebut
menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dibandingkan
dengan capaian kinerjanya, kualitas pembangunan budaya kerja birokrasi dan
penyelenggaraan pemerintah yang berorientasi pada hasil di Kementerian Pariwisata
sudah menunjukkan hasil yang baik.
Berikut rincian kategori tingkat akuntabilitas
kinerja Kementerian/ Lembaga Tahun 2015;
kategori “AA” (Sangat Memuaskan) belum ada
K/L yang memperoleh, kategori “A”
(Memuaskan) sebanyak 4 K/L, Kategori “BB”
(Sangat Baik) sebanyak 21 K/L(termasuk
Kementerian Pariwisata), Kategori “B” (Baik)
sebanyak 36 K/L, kategori “CC” (Cukup)
sebanyak 16 K/L, kategori “C” (Kurang) dan
kategori “D” (Sangat Kurang) tidak ada K/L
yang mendapatkan kategori tersebut.
Untuk melihat perkembangan capaian indikator Predikat SAKIP Kementerian
Pariwisata, bila dibandingkan Realisasi dengan Target pada Perjanjian Kinerja (PK)
setiap tahunnya sejak Tahun 2013-2015, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.41. Perbandingan Capaian tahun 2013 s.d. tahun 2015 terhadap Perjanjian
Kinerja (PK)
INDIKATOR KINERJA UTAMA
2015 2014 2013
REALISASI % REALISASI % REALISASI %
Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata
BB - B - B -
Dari tabel di atas terlihat bahwa realisasi di tahun 2015 mendapat predikat BB
(Sangat Baik) meningkat bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2014 dan 2013
yaitu predikat B (Baik).
“Prestasi yang dicapai oleh Kementerian Pariwisata dalam meningkatkan akuntabilitas kinerja tahun 2015 mendapat apresiasi berupa penerimaan
piagam penghargaan yang diserahkan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden pada Desember 2015, yang dihadiri
oleh seluruh pimpinan dan perwakilan Kementerian/Lembaga.”
“Pada tahun 2015 tingkat
akuntabilitas kinerja
Kementerian Pariwisata
berada pada urutan 19 dari
77 K/L, dengan kategori BB
(Sangat Baik).”
117
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Gambar 3.48 Penyerahan penghargaan oleh Wakil Presiden RI, Bapak Jusuf Kalla kepada Kementerian
Pariwisata yang diterima oleh Sekretaris Kementerian, Bapak Ukus Kuswara, di Istana Wapres.
Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengatakan publikasi laporan hasil evaluasi akuntabilitas
kinerja kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian adalah salah satu
upaya transparansi oleh pemerintah, selain itu dikatakan bahwa penyampaian
laporan kinerja akuntabilitas tahunan tersebut mirip penyerahan rapor siswa
sekolah, dengan harapan akan ada perbaikan bagi kementerian, lembaga pemerintah
non-kementerian dan pemerintah provinsi yang mendapat predikat di bawah
kategori A. "Ini menjadi cara mengevaluasi dan meningkatkan kinerja kita semua,
karena apapun yang kita lakukan jika tanpa evaluasi maka tidak akan bisa diketahui
penilaiannya, baik secara makro maupun mikro.”
Hasil evaluasi kinerja yang telah dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap Kementerian Pariwisata meliputi
5 (lima) komponen besar manajemen kinerja yaitu: Perencanaan Kinerja, Pengukuran
Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Capaian Kinerja.
Berdasarkan PermenPAN & RB Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Evaluasi
atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah terjadi
perubahan terhadap sistem pembobotan dalam menentukan nilai hasil evaluasi
kinerja, perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
118
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Tabel 3.42. Perubahan Pembobotan tahun 2015 dan tahun 2014
NO KOMPONEN SAKIP 2015 2014
BOBOT NILAI BOBOT NILAI
1. Perencanaan Kinerja 30 21,57 35 26,13
2. Pengukuran Kinerja 25 17,6 20 14,08
3. Pelaporan Kinerja 15 12,42 15 12,04
4. Evaluasi Kinerja 10 6,28 10 7,05
5. Capaian Kinerja 20 14,21 20 14,67
Nilai Hasil Evaluasi 100 72,08 100 73,97
Tingkat Akuntabilitas Kinerja
BB B
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perubahan pada komponen perencanaan
kinerja pada tahun 2014 dengan bobot 35 % sedangkan pada tahun 2015 menjadi
30% dan untuk komponen pengukuran kinerja pada tahun 2014 dengan bobot 20%
menjadi 25% pada tahun 2015. Dari perubahan tersebut, capaian pada tahun 2015
dengan nilai sebesar 72,08 turun sebesar 1,89 dari nilai 73,97 pada tahun 2014,
namun untuk predikat Kementerian Pariwisata mengalami peningkatan dari predikat
B menjadi predikat BB. Disamping perubahan sistem pembobotan dalam menentukan
nilai hasil evaluasi kinerja, perubahan juga dilakukan terhadap penyebutan pada
predikat dan kategori, perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.43. Perubahan Penyebutan Predikat dan Kategori
2015 2014
BOBOT RANGE NILAI INTERPRETASI BOBOT RANGE NILAI INTERPRETASI
AA >90 -100 Sangat Memuaskan
AA >85-100 Memuaskan
A >80 – 90 Memuaskan A >75-85 Sangat baik
BB >70 – 80 Sangat Baik B >65-75 Baik
B >60 – 70 Baik CC >50-65 Cukup Baik
CC >50 – 60 Cukup (Memadai)
C >30-50 Agak Kurang
C >30 - 50 Kurang D 0-30 Kurang
D 0 - 30 Sangat Kurang - - -
119
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Berdasarkan peringkat nilai hasil evaluasi akuntabilitas kinerja dari seluruh
Kementerian/Lembaga Tahun 2015 dan Tahun 2014, peringkat Kementerian
Pariwisata dapat dilihat tabel berikut :
Tabel 3.44. Target dan realisasi Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata
NO. INSTANSI NILAI/
PREDIKAT 2015
INSTANSI NILAI/
PREDIKAT 2014
1 Kementerian Keuangan A Kementerian Keuangan A 2 Komisi Pemberantasan Korupsi A KPK A 3 Kementerian Kelautan
Perikanan A BPKP A
4 Badan Pemeriksa Keuangan A Kementerian Kelautan dan Perikanan
A
5 Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan
BB Kementerian PAN & RB A
6 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negera Dan Reformasi Birokrasi
BB BPKP A
7 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
BB Kementerian PPPN/Bappenas
A
8 Kementerian Sekretaris Negara BB Kementerian Pertahanan B 9 Kementerian Perindustrian BB Kementerian Kesehatan B
10 Badan Pusat Statistik BB Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
B
11 Mahkamah Konstitusi BB Kementerian Kehutanan B 12 Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan BB Kementerian Riset dan
Teknologi B
13 Badan Koordinasi Penanaman Modal
BB Kemendikbud B
14 Kementerian Perdagangan BB Kementerian Perhubungan B 15 Kementerian Kesehatan BB Kementerian Perdagangan B 16 Pusat Pelaporan Dan Analisis
Transaksi Keuangan BB Kementerian Hukum Dan
Hak Assasi Manusia B
17 Kementerian Luar Negeri BB Setjen Mahkamah Konstitusi B 18 Kementerian Pertanian BB Sekretariat Kabinet Ri B 19 Kementerian Pariwisata BB Badan Intelejen Negara B 20 Lembaga Administrasi Negara BB Pusat Pelaporan Analisis
dan Transaksi Keuangan
B
22 Kementerian Dalam Negeri BB Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
B
23 Kementerian Energi Sumber Daya Mineral
BB Arsip Nasional Republik Indonesia
B
24 Badan Tenaga Nuklir Nasional BB Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
B
25 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
BB Badan Kepegawaian Negara B
120
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk predikat, Kementerian Pariwisata mengalami
kenaikan, dari predikat B (Baik) di tahun 2014 menjadi predikat BB (Sangat Baik) di
tahun 2015, namun untuk peringkat Kementerian Pariwisata mengalami penurunan,
berada pada peringkat 10 dari seluruh Kementerian/Lembaga di tahun 2014 menjadi
peringkat 19 di tahun 2015, hal ini disebabkan karena belakangan ini
Kementerian/Lembaga lain semakin termotivasi dalam meningkatkan akuntabilitas
kinerjanya sehingga terdapat 20 Kementerian/Lembaga lain yang juga mendapat
predikat BB (Sangat Baik).
Berdasarkan hasil evaluasi diatas, untuk meningkatkan nilai dan predikat SAKIP
Kementerian Pariwisata, Kementerian PAN & RB memberikan rekomendasi sebagai
berikut:
1. Mendorong diterapkannya anggaran berbasis kinerja, dengan cara memastikan
dan meminta seluruh unit kerja mempertanggungjawabkan kinerja atau hasilnya
terlebih dahulu (termasuk janji atau outcome yang belum terwujud) sebelum
mengajukan anggaran. Memastikan seluruh unit kerja dapat mengkaitkan kinerja
utama (indikator dan target) dengan penganggarannya (mengaitkan IKU dengan
anggarannya) ;
2. Melakukan monitoring, mengukur, dan menyimpulkan kinerja sebagaimana yang
disepakati di tiap tingkatan dan mengaitkannya dengan penghargaan dan
pengakuan (reward and recognition) atas capaian kinerja yang pantas;
3. Inspektorat atau tim evaluasi agar terus mendorong dan memastikan unit kerja
untuk lebih akuntabel terhadap kinerjanya dan melakukan evaluasi akuntabilitas
kinerja serta memberikan rekomendasi yang mampu membangun unit yang
berbudaya (akuntabel terhadap) kinerja;
4. Setiap penanggung jawab program agar melakukan evaluasi program dalam
rangka memastikam tersedianya jawaban terukur atas keberhasilan program-
program prioritas atau unggulan yang ada di Kementerian. Penanggungjawab
program harus memastikan keberhasilan maupun kekurangkeberhasilan suatu
program secara nyata dan terukur, perubahan kondisi yang terjadi atau
perubahan yang terjadi pada suatu target grup (kelompok) tertentu yang menjadi
target perubahan
5. Meningkatkan transparansi dengan memastikan diunggahnya dokumen dan
informasi yang berhak (seharusnya) diketahui oleh publik (Seperti Renstra,
Perjanjian Kinerja, IKU, dan Laporan Kinerja) kedalaman laman (website) resmi
milik Kementerian Pariwisata dan/atau milik unit kerja dan memastikan
informasi yang disajikan bersifat terkini (updated).
121
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
6. Terus mendorong dan memfasilitasi upaya peningkatan kualitas penerapan
Sistem Akuntabilitas Kinerja di seluruh unit kerja, baik di pusat maupun
didaerah.
Dalam upaya meningkatkan capaian indikator Predikat SAKIP Kementerian
Pariwisata, telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Tahun 2015 – 2019
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional telah mengamanatkan bahwa setiap instansi pemerintah wajib menyusun
Rencana Strategis (Renstra). Renstra merupakan dokumen perencanaan untuk
periode lima tahun kedepan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan sesuai tugas dan fungsinya. Rencana Strategis
Kementerian Pariwisata Tahun 2015 – 2019 disusun mengacu pada usulan Rencana
Jangka Menengah yang disusun Kementerian Pariwisata, serta Rencana Jangka
Menengah Nasional (RPJMN), serta mengemban amanat visi dan misi Pemerintahan
Joko Widodo – Jusuf Kalla sebagaimana tertuang dalam NAWA CITA.
Renstra Kementerian Pariwisata disusun sebagai pedoman penyusunan program,
kegiatan dan pelaksanaan kebijakan yang merupakan salah satu subkomponen dari
komponen Perencanaan Kinerja pada Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) dengan bobot 30% dalam mengevaluasi tingkat akuntabilitas
kinerja.
2. Penyusunan Renja K/L
Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanan
Pembangunan Nasional, penyusunan RAPBN berpedoman kepada Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) dengan memperhitungkan ketersediaan anggaran. RKP
merupakan dokumen perencanaan tahunan yang digunakan sebagai acuan dalam
penyusunan RAPBN dan dasar pelaksanaan kegaitan-kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh Pemerintah melalui Kementerian/Lembaga. RKP merupakan
penjabaran dari RPJM Nasional yang memuat prioritas pembangunan, rancangan
kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program kementerian/lembaga,
lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RKP kemudian dijabarkan lebih lanjut ke
dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).
Renja K/L merupakan dokumen perencanaan yang berisi program dan kegiatan suatu
Kementerian/Lembaga sebagai penjabaran dari Rencana Strategis K/L (Renstra K/L)
yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran. Penyusunan Renja K/L oleh
122
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Kementerian/Lembaga dilaksanakan setelah dikeluarkannya surat yang
ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan
tentang Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga yang merupakan pagu anggaran yang
didasarkan atas kebijakan umum serta Tema dan Prioritas Pembangunan Nasional.
Pagu Indikatif tersebut merupakan batas tertinggi alokasi anggaran yang dirinci
menurut program dan kegiatan prioritas yang pendanaannya terdiri atas rupiah
murni, PHLN, dan PNBP.
Berkenaan dengan telah diberlakukannya penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja
(PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) secara penuh yang
menggunakan struktur program dan kegiatan hasil restrukturisasi, maka mekanisme
penyusunan Renja K/L menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Dalam upaya
peningkatan kinerja dan pencapaian visi dan misi Kementerian Pariwisata,
Sekretariat Kementerian dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, telah
mengoordinasikan penyusunan Rencana Kerja Kementerian (Renja K/L) Tahun 2015.
Renja K/L ini merupakan pengganti fungsi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang dulu
menjadi salah satu subkomponen dalam mengevaluasi AKIP.
Dengan adanya Renja K/L ini, diharapkan sasaran dari masing-masing program dan
kegiatan akan semakin tampak dan jelas karena masing-masing telah dilengkapi
dengan indikator dan rencana tingkat capaian (target) secara kuantitatif. Untuk
menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Kementerian Pariwisata Tahun
2015 yang bersifat indikatif.
3. Perjanjian Kinerja (PK)
Perbaikan governance dan sistem manajemen merupakan agenda penting dalam
reformasi pemerintahan yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Sistem manajemen
pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaligus
peningkatan kinerja berorientasi pada hasil (outcome) dikenal sebagai Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP). Sistem AKIP
diimplementasikan secara “self assesment” oleh masing-masing instansi pemerintah.
Ini berarti instansi pemerintah tersebut merencanakan, melaksanakan, mengukur
dan memantau kinerjanya secara mandiri serta melaporkan kepada instansi yang
lebih tinggi. Dalam sistem yang mekanisme pelaksanaan demikian perlu adanya
evaluasi dari pihak yang lebih independen agar diperoleh umpan balik yang obyektif
untuk perbaikan akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah.
Seiring dengan kebijakan pemerintah untuk melihat sampai sejauh mana suatu
instansi pemerintah melaksanakan dan memperlihatkan kinerja organisasinya, serta
sekaligus untuk mendorong adanya peningkatan kinerja instansi pemerintah, maka
123
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
perlu dilakukan pengukuran kinerja. Salah satu dokumen untuk mengukur kinerja
perlu dilakukan perjanjian kinerja, dokumen tersebut merupakan salah satu
subkomponen dari komponen Perencanaan Kinerja. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Perjanjian kinerja
adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih
tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.
Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan
antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan
tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati
tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi
termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun
sebelumnya. Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup
outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud
kesinambungan kinerja setiap tahunnya.
4. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Kementerian memiliki dua fungsi
utama sekaligus. Pertama, laporan akuntabilitas kinerja merupakan sarana bagi
Kementerian Pariwisata untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada
seluruh para stakeholders (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah,
Pelaku/industri pariwisata). Kedua, laporan akuntabilitas kinerja merupakan sumber
informasi bagi internal Kementerian Pariwisata untuk perbaikan dan peningkatan
kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini memperjelas bahwa
informasi yang tertuang dalam laporan akuntabilitas kinerja Kementerian tahun 2014
harus dapat memenuhi kebutuhan bagi pengguna baik eksternal dan internal.
Menindaklanjuti Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah,
Kementerian Pariwisata pada Tahun Anggaran 2015
telah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja secara
berjenjang mulai dari penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja tingkat eselon II, eselon I, dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata
Tahun 2014.
124
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
5. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Kinerja dari suatu organisasi adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran
ataupun tujuan organisasi sebagai penjabaran dari visi, misi, yang mengindikasikan
tingkat keberhasilaan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program
dan kebijakan yang ditetapkan. Untuk mengetahui tingkat kemajuan kinerja
organisasi diperlukan suatu indikator atas keberhasilan yang diraih.
Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu tujuan, sasaran, atau kegiatan yang mencerminkan tugas pokok dan
fungsi organisasi. Diantara konsep indikator kinerja adalah konsep Indikator Kinerja
Utama (IKU) atau yang dikenal dengan Key Performance Indicators (KPI). Setiap
organisasi atau K/L memiliki IKU yang berbeda-beda, tergantung pada tujuan, fungsi
dan strategi masing-masing organisasi.
Kebijakan penyusunan IKU di lingkungan Kementerian Pariwisata pada dasarnya
terintegrasi dengan berbagai dokumen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP), yang meliputi dokumen Rencana Strategis (Renstra), Rencana
Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L), Perjanjian Kinerja (PK), Penyusunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi (LAKIP), sedangkan IKU itu sendiri
merupakan subkomponen dari komponen Pengukuran Kinerja yang tidak terpisah
dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja.
Setiap Instansi pemerintah menurut Peraturan Kemen PAN dan RB Nomor.
PER/09.M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei 2007, wajib menetapkan Indikator Kinerja
Utama (IKU) secara formal untuk tujuan dan sasaran strategis untuk masing-masing
tingkatan (level) secara berjenjang. Indikator Kinerja Utama (IKU) instansi
pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi meliputi indikator kinerja
keluaran (output) dan hasil (outcome).
6. e-Performance
Dalam rangka meningkatkan kualitas akuntabilitas kinerja dan menindaklanjuti
amanah dalam Road Map Reformasi Birokrasi, perlu adanya sistem yang mampu
mendorong tercapainya kinerja organisasi dengan tujuan untuk memudahkan proses
pemantauan dan pengendalian kinerja, yang salah satunya melalui pemanfaatan
aplikasi berbasis web yaitu e-Performance. E-PERFORMANCE adalah aplikasi sistem
akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah (E-SAKIP) yang bertujuan untuk
memudahkan proses pemantauan dan pengendalian kinerja dalam rangka
meningkatkan akuntabilitas dan kinerja unit kerja. aplikasi ini telah dioperasikan
sejak tahun 2014, namun berkenaan dengan adanya perubahan struktur organisasi
yang berdampak pada perubahan indikator kinerja, sehingga pada tahun 2015 telah
dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan yang cukup signifikan terhadap aplikasi
dimaksud, baik pada tampilan maupun pada menu input data.
125
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Server khusus untuk aplikasi e-Performance ditempatkan pada ruangan Billing
Cabinet Server Pusat Data dan Informasi. Untuk mengakses dapat dilakukan melalui
Web www:\\eperformance.kemenpar.go.id. Masuk ke web ini, langsung dapat
melihat capaian kinerja kementerian sampai dengan capaian eselon II per triwulan,
tanpa login melalui user name atau password. Aplikasi ini menampilkan proses
perencanaan kinerja, penganggaran kinerja, keterkaitan kegiatan/sub kegiatan dalam
pencapaian target kinerja dan monitoring serta evaluasi pencapaian kinerja dan
keuangan. Dokumen yang digunakan untuk menginput data: dokumen Renstra, IKU,
Perjanjian Kinerja, DIPA/POK dan realisasi anggaran serta realisasi kinerja, dengan
aplikasi ini publik dapat melihat capaian kinerja kementerian s.d. eselon II per
triwulan.
Dengan adanya aplikasi e-Performance diharapkan pengukuran kinerja dapat
dilakukan setiap triwulan. Ini yang diharapkan baik oleh Kementerian Pariwisata
maupun oleh Kementeria PAN & RB agar dapat meningkatkan kinerja dan mendorong
percepatan tercapainya target kinerja per triwulan. Diharapkan aplikasi e-
Perfromance dapat dimanfaatkan secara maksimal karena berdampak pada
pemenuhan kewajiban untuk meningkatkan Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian
Pariwisata dan selanjutnya berdampak pula pada penilaian yang menjadi syarat
peningkatan besaran tunjangan kinerja aparatur negara di lingkungan Kementerian
Pariwisata.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2015 sehingga keberhasilan yang dicapai belum
maksimal adalah:
1. Praktek pengukuran kinerja pihak yang sudah menyepakati perjanjian atau
Kesepakatan Kinerja, belum sepenuhnya dikaitkan dengan sistem penghargaan
dan pengakuan (reward and recognition), sehingga berpotensi mengurangi
makna dan semangat pihak-pihak yang berjanji dan bersepakat.
2. Evaluasi kinerja internal belum sepenuhnya dilakukan dengan memanfaatkan
sistem informasi berbasis teknologi atau sesuai yang dianjurkan Kementerian
PAN & RB berupa aplikasi e-Performance.
3. Penurunan kapasitas Inspektorat, sebagai akibat bergesernya Kementerian
Pariwisata menjadi Kementerian Klaster III, dalam hal ini Inspektur Jenderal
(eselon I) menjadi Inspektorat (eselon II). Kondisi ini berpotensi menimbulkan
permasalahan kecepatan proses audit internal Kementerian Pariwisata.
126
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
4. Kementerian Pariwisata masih dalam proses transisi menuju digitalisasi, jika
tidak segera melewati fase transisi, maka hal ini dapat berdampak pada
berkurangnya efektivitas dan efisiensi, karena selama proses transisi proses
manual dan proses digital masih harus tetap dijalankan.
5. Belum adanya mekanisme standar untuk koordinasi perencanaan dan program
lintas deputi. Kondisi ini akan secara langsung mempengaruhi kualitas
perencanaan, monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Sekretariat
Kementerian menjadi kurang valid.
UPAYA YANG DILAKUKAN
Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam meminimalisir permasalahan di atas
adalah :
1. Menetapkan target penyerapan dan pencapaian output untuk memenuhi kinerja
yang telah ditetapkan
2. Meningkatkan peran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam
proses perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, dan proses
pertanggungjawaban anggaran.
3. Menjadikan APIP sebagi mitra dalam proses pelaksanaan anggaran untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan
anggaran sehingga tidak berdampak pada pertanggungjawaban.
4. Mengimplementasikan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern secara
menyeluruh agar dalam penyelenggaraan kegiatan di lingkungan Kementerian
Pariwisata dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif.
5. Menyediakan sistem informasi berbasis teknologi, e-Government dalam rangka
mendukung percepatan pencapaian target kinerja Kementerian Pariwisata
6. Telah dilaksanakan workshop tentang tata cara input data ke aplikasi e-
Performance di akhir tahun 2015, dengan peserta seluruh operator dan admin
yang telah ditunjuk oleh masing-masing satuan kerja, termasuk dari UPT Sekolah
Tinggi Pariwisata Bandung, Bali, serta Akpar Medan dan Makassar.
127
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
B. ANGGARAN TAHUN 2015
Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun 2015 mengalami beberapa kali perubahan
seiring dengan berubahnya nomenklatur dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif menjadi Kementerian Pariwisata. Berdasarkan Surat Menteri Keuangan
nomor S-876/MK.02/2014 tanggal 24 Desember 2014 tentang Alokasi Tambahan
Anggaran Dalam RAPBN-P 2015, Kementerian Pariwisata mendapatkan alokasi
tambahan sebesar Rp 1.060.000.000.000,00 (satu triliun enam puluh miliar rupiah),
dan realokasi ke Badan Ekonomi Kreatif sebesar Rp 360.090.648.000,00 (tiga ratus
enam puluh miliar sembilan puluh juta enam ratus empat puluh delapan ribu rupiah)
sehingga total RAPBN-P TA 2015 Kementerian Pariwisata menjadi
Rp 2.415.781.240.000,00 (dua triliun empat ratus lima belas miliar tujuh ratus
delapan puluh satu juta dua ratus empat puluh ribu rupiah), sebagaimana tercantum
pada tabel berikut :
TABEL 3.46. RINCIAN PERUBAHAN BELANJA KEMENTERIAN PARIWISATA
PADA APBN PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015
(dalam ribu rupiah)
NO KEMENTERIAN/LEMBAGA APBN TA 2015 PERUBAHAN RAPBNP TA 2015
1 Kementerian Pariwisata 1.355.781.240 1.060.000.000 2.415.781.240
2 Badan Ekonomi Kreatif 360.090.648 (360.090.648) -
Total 1.715.871.888 699.909.352 2.415.781.240
Selanjutnya Kementerian Pariwisata mendapatkan tambahan dari BA-BUN (Bagian
Anggaran Bendahara Umum Negara), melalui Surat Penetapan Satuan Anggaran
Bagian Anggaran (SP-SABA) 999.08, dengan rincian sebagai berikut :
1. SP-SABA Nomor STAP-013/AG/2015 tanggal 14 April 2015, sebesar
Rp 3.550.865.000,00 (tiga miliar lima ratus lima puluh juta delapan ratus enam
puluh lima ribu rupiah) untuk Dukungan Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika
(Side Event Asian African Parade);
2. SP-SABA Nomor STAP-019/AG/2015 tanggal 11 Juni 2015 dari Menteri
Keuangan sebesar Rp 10.770.658.000,00 (sepuluh miliar tujuh ratus tujuh puluh
juta enam ratus lima puluh delapan ribu rupiah) untuk pembayaran gaji dan
tunjangan serta penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran
Badan Ekonomi Kreatif;
128
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
3. SP-SABA Nomor STAP-028/AG/2015 tanggal 6 Juli 2015 sebesar
Rp 42.566.915.000,00 (empat puluh dua miliar lima ratus enam puluh enam juta
sembilan ratus lima belas ribu rupiah) untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta
penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran eks Direktorat
Jenderal Ekonomi Kreatif.
Sehingga Pagu Kementerian Pariwisata Tahun 2015 adalah sebagaimana tercantum
pada tabel berikut:
Tabel 3.47. REKAPITULASI APBN KEMENTERIAN PARIWISATA TAHUN ANGGARAN 2015
(ribuan rupiah)
NO SATUAN KERJA DIPA 2015 SP SABA
14 APRIL 2015
SP SABA
11 JUNI 2015
SP SABA
6 JULI 2015
JUMLAH
1 Sekretariat Kementerian
300.167.843
10.770.658 42.566.915 353.505.416
2
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
351.535.245
351.535.245
3
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara
1.015.154.740
1.015.154.740
4
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara
344.711.360
3.550.865
348.262.225
5
Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan
404.212.052
404.212.052
Total 2.415.781.240 3.550.865 10.770.658 42.566.915 2.472.669.678
Usulan anggaran belanja tambahan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) TA 2015 yang
pertama melalui surat pada tanggal 15 Oktober 2015 sebesar Rp 33.489.251.000 lalu
Bekraf mengirimkan surat kembali pada tanggal 23 Oktober 2015 perihal perubahan
usulan anggaran belanja tambahan Bekraf sebesar Rp 21.231.767.200 kepada
Menteri Pariwisata.
Menindaklanjuti surat dimaksud, Menteri Pariwisata mengirimkan surat kepada
Menteri Keuangan pada tanggal 28 Oktober 2015. Lalu Kementerian Keuangan
129
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
melakukan penelitian/penelahaan terhadap usulan dimaksud pada tanggal 23
November 2015, dari usulan semula Rp 21.231.767.200 setelah ditelaah bersama
Direktorat Anggaran III disetujui sebesar Rp 6.670.913.500 dan ditetapkan melalui
SP-SABA nomor STAP-049/AG/2015 tanggal 3 Desember 2015. Dengan
ditetapkannya surat tersebut maka total anggaran Kementerian Pariwisata adalah
sebesar Rp.2.479.340.591.000 .
Realisasi anggaran Kementerian Pariwisata Tahun 2015 dapat dilihat sebagaimana
tabel berikut :
Tabel 3.48. Rekapitulasi Realisasi Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2015
NO SATKER PAGU REALISASI % SISA ANGGARAN
1 SATKER KANTOR PUSAT
1.899.341.225.000 1.588.978.235.745 83,66% 310.362.989.255
2 SATKER UPT 224.664.726.000 190.160.318.260 84,64% 34.504.407.740
3 SATKER DEKONSENTRASI (DK)
85.714.720.000 72.975.373.778 85,14% 12.739.346.222
4 SATKER TUGAS PEMBANTU (TP)
87.093.642.000 67.954.686.339 78,02% 19.138.955.661
5 SATKER YANG SUDAH CUTOFF
182.526.278.000 182.267.605.810 99,86% 258.672.190
TOTAL 2.479.340.591.000 2.102.336.219.932 84,79% 377.004.371.068
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pagu anggaran Kementerian Pariwisata
sebesar Rp.2.479.340.591.000,- sampai dengan akhir Desember 2015 telah terserap
sebesar Rp.2.102.336.219.932,- atau sebesar 84,79%. Terdapat sisa dana sebesar
Rp.377.004.371.068,- atau sebesar 15,21%, yang merupakan hasil efisiensi dan
optimalisasi dari kegiatan-kegiatan di lingkungan Kementerian Pariwisata.
Sehubungan dengan realiasi penyerapan anggaran sebagaimana digambarkan di atas,
beberapa permasalahan atau kendala yang dihadapi, adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Organisasi/ Nomenklatur berakibat pada penyesuaian kembali atas
program dan anggaran, sehingga DIPA awal Tahun 2015 tidak dapat
dilaksanakan sepenuhnya sehubungan dengan perubahan tersebut;
130
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
2. DIPA Kementerian Pariwisata yang disesuaikan dengan struktur organisasi
baru, ditetapkan pada tanggal 26 Juni 2015. (dilakukan CUT OFF bulan Mei –
Juni 2015).
3. DIPA awal Tahun 2015 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya mengingat
dikeluarkan surat Kementerian Keuangan, antara lain ; Surat Menteri Keuangan
Nomor S-762/MK.02/2014 tanggal 14 November 2014, tertulis “Kementerian
yang mengalami perubahan nomenklatur, anggaran yang dapat dicairkan hanya
komponen 001 (Pembayaran Gaji dan Tunjangan)”;
4. Surat Dirjen Perbendaharaan S-3047/PB/2015 tanggal 16 April 2015, bahwa
DIPA APBNP dapat dilaksanakan setelah Pejabat Perbendaharaan dan Pejabat
Struktural ditetapkan
5. Pelantikan Pejabat Struktural dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2015
6. Rencana penyerapan anggaran yang telah disusun mengalami perubahan
sehingga perlu disesuaikan kembali dengan organisasi baru;
Upaya yang dilakukan
1. Menyusun petunjuk teknis yang diperlukan sebagai acuan dalam pelaksanaan
kegiatan yang tercantum dalam DIPA
2. Menginstruksikan agar setiap satuan kerja segera menyelesaikan proses
pembayaran untuk pekerjaan yang telah selesai terminnya atau kegiatan yang
telah selesai pelaksanaannya
3. Meningkatkan koordinasi dengan Instansi lain terkait permasalahan yang
ditemui pada saat pelaksanaan, dalam hal ini Lembaga Kebijakan Pengadaan
Pemerintah (LKPP) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
terkait proses pengadaan barang dan jasa serta Kementerian Keuangan terkait
proses pelaksanaan anggaran
4. Menjadikan APIP sebagi mitra dalam proses pelaksanaan anggaran untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan
anggaran sehingga tidak berdampak pada pertanggungjawaban.
@
www.indonesia.travel indonesia.travel @indtravel
indtravel indonesia.travel theindonesiatravel
BABIVPENUTUPBABIVPENUTUPBABIVPENUTUP
Pantai Tanjung Kelayang - Belitung
131
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
Pariwisata merupakan sektor yang memiliki keterkaitan dengan banyak sektor lain, sehingga dalam pengembangannya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, seperti kementerian/lembaga terkait juga Pemerintah Daerah. Untuk itu, Kementerian Pariwisata terus menggerakkan dan memberikan stimulus kepada pemangku kepentingan bidang pariwisata. Pariwisata merupakan sektor yang menjanjikan peningkatan nilai tambah ekonomi terhadap sebuah produk khususnya asset kepariwisataan nasional baik alam, budaya maupun khusus/buatan. Apalagi, potensi pariwisata di Indonesia sangat besar. Salah satu dampak langsung pengembangan pariwisata adalah peningkatan kunjungan wisatawan yang berdampak pada penerimaan devisa negara, pertumbuhan hotel, pengurangan angka pencari kerja, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Capaian kinerja Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pada Tahun 2015 dapat
diberikan penilaian cukup memuaskan, yang ditunjukkan melalui beberapa hal
strategis sebagai berikut:
1. Pertama, Capaian sektor pariwisata diindikasikan antara lain melalui prestasi
dari industri jasa pariwisata meraih 10,4 juta wisman atau meningkat
10,63% dari tahun 2014, serta menghasilkan devisa US$ 11,9 miliar atau setara
Rp. 163 tri l l iun (meningkat 113% dibandingkan tahun 2014). Kemenpar
optimis kunjungan wisatawan mancanegara akan terus meningkat.
Berdasarkan data World Economic Forum (WEF) daya saing-pariwisata
Indonesia pada 2015 meningkat dari ranking 70 dari 130-an negara di dunia,
menjadi rangking 50 dunia.
4
PENUTUP
B A B
132
LAK Kementerian Pariwisata - 2015
2. Kedua, hingga akhir tahun 2015 jumlah wisnus yang melakukan perjalanan
sebanyak 255,05 juta atau di atas target yang ditetapkan sebesar 255 juta
perjalanan wisnus. Dari jumlah perjalanan wisnus tersebut total uang yang
dibelanjakan mencapai Rp 224,68 triliun dengan perhitungan pengeluaran per
perjalanan setiap wisnus sebesar Rp 880.925.
3. Ketiga, kontribusi pariwisata terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar
4,23% atau melampaui target 4%, sedangkan dalam penyerapan tenaga kerja
(langsung, tidak langsung, dan ikutan) sebanyak 12,16 juta atau di atas target 11,3
juta tenaga kerja.
Capaian kinerja Kemenpar pada tahun 2015 ini menjadi modal positif dalam rangka
pencapaian target sektor pariwisata di tahun 2016 yang penuh harapan dan
tantangan.
@
www.indonesia.travel indonesia.travel @indtravel
indtravel indonesia.travel theindonesiatravel
Raja Ampat - Papua Barat
@
www.indonesia.travel indonesia.travel @indtravel
indtravel indonesia.travel theindonesiatravel
LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN
Tanjung Lesung - Banten
Lam
pir
an IA
1/1
-2
PE
RN
YA
TA
AN
PE
RJ
AN
JIA
N K
INE
RJ
A T
AH
UN
201
5
KE
ME
NT
ER
IAN
PA
RIW
ISA
TA
Da
lam
ra
ngka
me
wu
judka
n m
ana
jem
en p
em
erin
tah
an y
ang e
fektif, t
ransp
ara
n,
dan a
kunta
be
l se
rta b
ero
rie
nta
si
pad
a h
asil,
ya
ng b
ert
and
a
tang
an
di b
aw
ah in
i :
Na
ma
:
Ari
ef
Ya
hya
Ja
ba
tan
:
Me
nte
ri P
ari
wis
ata
Pa
da
ta
hu
n 2
01
5 in
i berja
nji
akan
me
wu
judka
n targ
et kin
erja
ta
hu
na
n s
esua
i la
mp
ira
n p
erja
njia
n in
i dala
m r
angka
me
nca
pa
i ta
rge
t kin
erja
jang
ka
me
ne
ng
ah
se
pert
i ya
ng
te
lah d
ite
tap
ka
n d
ala
m d
oku
me
n p
ere
nca
na
an
. K
eb
erh
asila
n d
an
ke
ga
ga
lan p
enca
pa
ian ta
rget kin
erja
te
rse
but m
enja
di
tang
gu
ng
jaw
ab k
am
i.
Ja
kart
a,
M
en
teri
Pa
riw
isa
ta
AR
IEF
YA
HY
A
NO
SA
SA
RA
N S
TR
AT
EG
IST
AR
GE
T
(1)
(2)
(4)
1Ju
mla
h d
ae
rah
ya
ng
difa
sili
tasi u
ntu
k p
en
ge
mb
an
ga
n infr
astr
uktu
r d
an
eko
sis
tem
(p
rovin
si).
27
2Ju
mla
h fa
sili
tasi p
en
ing
ka
tan
de
stina
si w
isa
ta, b
ud
aya
, a
lam
da
n b
ua
tan
(loka
si).
15
3Ju
mla
h fa
sili
tasi p
en
ing
ka
tan
ta
ta k
elo
la d
estina
si p
ariw
isa
ta (
loka
si).
25
4Ju
mla
h fa
sili
tasi p
em
be
rda
ya
an
ma
sya
raka
t (p
rovin
si).
34
2M
en
ing
ka
tnya
inve
sta
si d
i se
kto
r p
ariw
isa
ta1
Ko
ntr
ibu
si in
ve
sta
si se
kto
r p
ariw
isa
ta te
rha
da
p to
tal in
ve
sta
si n
asio
na
l3
,6
3M
en
ing
ka
tnya
ko
ntr
ibu
si ke
pa
riw
isa
taa
n te
rha
da
p p
en
ye
rap
an
te
na
ga
ke
rja n
asio
na
l.1
Ju
mla
h te
ng
a k
erja la
ng
su
ng
, tida
k lan
gsu
ng
, d
an
iku
tan
se
kto
r p
ariw
isa
ta
(juta
ora
ng
)
11
,3
4M
en
ing
ka
tnya
ko
ntr
ibu
si p
ariw
isa
ta te
rha
da
p P
rod
uk D
om
estik B
ruto
(PD
B)
Na
sio
na
l1
Ko
ntr
ibu
si se
kto
r p
ariw
isa
ta te
rha
da
p P
DB
na
sio
na
l (p
ers
en
tase
)4
5M
en
ing
ka
tnya
jum
lah
ku
nju
ng
an
wis
ata
wa
n m
an
ca
ne
ga
ra (
wis
ma
n)
1Ju
mla
h w
isa
taw
an
ma
nca
ne
ga
ra k
e In
do
ne
sia
(ju
ta o
ran
g)
10
6M
en
ing
ka
tnya
jum
lah
pe
ne
rim
aa
n d
evis
a1
Ju
mla
h p
en
erim
aa
n d
evis
a (
trili
un
Rp
)1
44
7M
en
ing
ka
tnya
jum
lah
pe
rjala
na
n w
isa
taw
an
nu
sa
nta
ra (
wis
nu
s)
1Ju
mla
h p
erjala
na
n w
isa
taw
an
nu
sa
nta
ra (
juta
pe
rjala
na
n)
25
5
2Ju
mla
h p
en
ge
lua
ran
wis
ata
wa
n n
usa
nta
ra (
Triliu
n R
p)
19
1,2
5
8M
en
ing
ka
tnya
ka
pa
sita
s d
an
pro
fesio
na
lism
e S
DM
Pa
riw
isa
ta1
Ju
mla
h te
na
ga
ke
rja d
i se
kto
r p
ariw
isa
ta y
an
g d
ise
rtifik
asi (o
ran
g)
17
.50
0
2Ju
mla
h lulu
sa
n p
en
did
ika
n tin
gg
i ke
pa
riw
isa
taa
n y
an
g te
rsa
lurk
an
di In
du
str
i
Pa
riw
isa
ta.
1.7
50
Me
nin
gka
tnya
ku
alit
as d
an
ku
an
tita
s d
estina
si p
ariw
isa
ta
La
mp
ira
n IB
/1-3
PE
RJ
AN
JIA
N K
INE
RJ
A T
AH
UN
20
15
KE
ME
NT
ER
IAN
PA
RIW
ISA
TA
IND
IKA
TO
R K
INE
RJ
A
(3)
1
NO
SA
SA
RA
N S
TR
AT
EG
IST
AR
GE
T
(1)
(2)
(4)
IND
IKA
TO
R K
INE
RJ
A
(3)
9T
erlaksa
na
nya
/ te
rwu
jud
nya
pe
laksa
na
an
Re
form
asi B
iro
kra
si d
i
Lin
gku
ng
an
Ke
me
nte
rian
Pa
riw
isa
ta1
Ind
eks R
efo
rma
si B
iro
kra
si (P
rese
nta
se
)7
0%
10
Me
nin
gka
tnya
ku
alit
as k
ine
rja o
rga
nis
asi K
em
en
terian
Pa
riw
isa
ta1
Op
ini ke
ua
ng
an
Ke
me
nte
rian
Pa
riw
isa
ta (
pre
dik
at)
WD
P
2P
red
ika
t S
AK
IP K
em
en
terian
Pa
riw
isa
ta (
nila
i)A
An
gg
ara
n
1P
en
ge
mb
an
ga
n K
ep
ariw
isa
taa
nR
p2
.11
9.1
64
.26
2
2D
uku
ng
an
Ma
na
jem
en
da
n P
ela
ksa
na
an
Tu
ga
s
Te
kn
is L
ain
nya
Ke
me
nte
rian
Pa
riw
isa
taR
p3
17
.78
9.1
60
3P
en
ing
ka
tan
Sa
ran
a d
an
Pra
sa
ran
a A
pa
ratu
r K
em
en
terian
Pa
riw
isa
taR
p3
5.7
16
.25
6
Pro
gra
m
Ja
ka
rta
, 3
0 S
ep
tem
be
r 2
01
5
ME
NT
ER
I P
AR
IWIS
AT
A
AR
IEF
YA
HY
A
KKEEMMEENNTTEERRIIAANN PPAARRIIWWIISSAATTAA
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3838524, 3838530; FAKSIMILE (021) 3440076
PERNYATAAN TELAH DIREVIU
Kami telah melakukan reviu atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) Kementerian Pariwisata untuk Tahun Anggaran 2015 sesuai Pedoman Reviu
atas Laporan Kinerja, Substansi Informasi yang dimuat dalam Laporan Kinerja menjadi
tanggungjawab manajemen Kementerian Pariwisata.
Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas Laporan Kinerja telah disajikan
secara akurat, andal dan valid.
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan
perbedaan dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam Laporan
Kinerja ini.
Jakarta, 25 Februari 2016
Inspektur Kementerian Pariwisata
SIGIT MURDIANTO NIP. 19570825 198603 1 001
Top Related