LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai
Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) serta memenuhi
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Penyusunan Laporan Kinerja ini didasarkan atas Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja
(PK) BBPOPT.
Berdasarkan Permentan No. 76/Permentan/OT.140/11/2011 tentang Organisasi
dan Tata Kerja BBPOPT mengemban tugas melaksanakan dan mengembangkan
peramalan OPT serta rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura. Berdasarkan
Renstra 2015-2019, BBPOPT mempunyai visi “Menjadi Lembaga Terpercaya dan Pusat
Pengembangan Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan dan Diakui Dunia
Internasional”. Untuk mencapai visi tersebut, BBPOPT menetapkan misi sebagai berikut:
(a) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan SDM di bidang peramalan, pengamatan,
dan pengendalian OPT, (b) Menciptakan model peramalan OPT yang tepat dan akurat,
(c) Menciptakan metode pengamatan OPT yang tepat dan akurat, (d) Merakit dan
mengembangkan teknologi pengendalian OPT tepat guna yang efektif, efisien, dan aman,
(e) Menerapkan dan mengembangkan teknologi PHT spesifik lokasi, dan (f) Meningkatkan
pelayanan dan diseminasi informasi pengamatan, peramalan dan teknologi pengendalian
OPT.
Sesuai dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) BBPOPT Tahun 2018 terdapat tiga
sasaran kegiatan yaitu 1) Meningkatnya kualitas layanan publik BBPOPT, 2) Meningkatnya
implementasi rekomendasi peramalan serangan OPT yang diberikan oleh BBPOPT, dan
3) Meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT. Berdasarkan pelaksanaan
kegiatan BBPOPT Tahun 2018, hasil pengukuran Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan
(IKSK) sebagai berikut:
a. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik BBPOPT adalah 3,37 dari
target 3,5 (skala likert).
b. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas serangan OPT yang
diramalkan adalah 81,8 % dari target 67 %.
c. Rasio luas serangan OPT tanaman jagung yang terjadi terhadap luas serangan OPT
yang diramalkan adalah 49,7 % dari target 67 %.
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 iii
d. Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap luas serangan OPT
yang diramalkan adalah 15,8 % dari target 20 %.
e. Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang terjadi berulang (tidak
ada data)
f. Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang (tidak ada data)
Dukungan anggaran untuk melaksanakan kegiatan pengembangan peramalan
serangan organisme pengganggu tumbuhan Tahun 2018 berdasarkan SP DIPA-
018.03.2.020072/2018 adalah sebesar Rp. 15.362.846.000,-. Pada perkembangannya
selama Tahun 2018 terdapat penambahan anggaran untuk mendukung kegiatan
pengamanan produksi, sehingga total anggaran BBPOPT Tahun 2018 menjadi sebesar
Rp.16.068.446.000,-. Secara total sampai dengan 31 Desember 2018, realisasi
penyerapan anggaran BBPOPT adalah Rp. 15.401.456.576,- atau sebesar 95,85 %.
Sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kinerja BBPOPT ke depan, maka perlu
dilakukan langkah nyata mulai dari proses perencanaan sampai implementasi pelaksanaan
kegiatan di lapang melalui: 1) Perencanaan yang lebih cermat khususnya dalam
menetapkan sasaran program dan indikator kinerjanya, 2) Peningkatan sistem monitoring
dan pengendalian untuk dapat mengidentifikasi permasalahan dan solusinya sejak dini
sehingga serapan anggaran bisa dioptimalkan, dan 3) Peningkatan koordinasi dengan
stakeholder pusat dan daerah dalam pelaksanaan pengendalian OPT.
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
IKHTISAR EKSEKUTIF ...............................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................
LAMPIRAN ..................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................................
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................
1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi .................................................................
1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja................ ...........................................
1.4. Sumber Daya Manusia ...............................................................................
1.5. Dukungan Anggaran ..................................................................................
BAB II. PERENCANAAN KINERJA ............................................................................
2.1. Rencana Strategis 2015-2019 ...................................................................
2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2018....................................................................
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ...........................................................................
3.1. Capaian Kinerja Tahun ..............................................................................
3.2. Realisasi Anggaran ...................................................................................
3.3. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ...........................................
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................
LAMPIRAN ..................................................................................................................
i
ii
iv
v
vi
vii
1
1
3
3
5
8
10
10
12
13
13
56
58
61
62
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 v
DAFTAR TABEL
Hal
1. Perjanjian Kinerja Kepala BBPOPT Tahun 2018 .............................................. 12
2. Capaian Kinerja BBPOPT Tahun 2018 ............................................................. 13
3. Kategori Nilai Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan ............................. 16
4. Hasil pengolahan IKM BBPOPT Tahun 2018 ................................................... 16
5. Perbedaan Kriteria Nilai Pelayanan ................................................................... 17
6. Rekapitulasi IKM Tahun 2018 ............................................................................ 17
7. Nilai IKM BBPOPT 5 Tahun Terakhir ................................................................ 17
8. Perbanyakan Isolat Agens Hayati Tahun 2018 ................................................ 21
9. Distribusi Isolat Agens Hayati Tahun 2018 ...................................................... 22
10. Rekapitulasi Rasio luas serangan OPT Tanaman Pangan yang Terjadi
Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Tahun 2014-2018 (%) ................. 26
11. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT 2017/2018 ....................... 28
12. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan Blas MT 2017/2018............ 29
13. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan BLB MT 2017/2018 ............ 30
14. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT 2018 ................................ 31
15. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan PBP MT 2018 .................... 32
16. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan Blas MT 2018 ..................... 33
17. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT 2017/2018 .................. 34
18. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT 2018 ........................... 35
19. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT 2017/2018 .................. 36
20. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT 2018 ........................... 37
21. Capaian Indikator Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan BBPOPT 50
22. Luas Tanam Padi Prov Kalimantan Timur Tahun 2018 .................................... 55
23. Perbandingan Luas Tanam Padi Prov Kalimantan Timur Tahun 2017 dan
Tahun 2018 (ha) ................................................................................................. 55
24. Luas Tanam Jagung dan Kedelai Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018 ...... 55
25. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja .............................. 56
26. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Output ........................................ 57
27. Perbandingan Realisasi Anggaran BBPOPT Tahun 2017 dan 2018 ............... 57
28. Efisiensi Kegiatan Utama BBPOPT Tahun 2018 ............................................. 58
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 vi
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Struktur Organisasi Balai Besar Peramalan OPT ............................................. 4
2. Komposisi Pegawai BBPOPT Tahun 2018 Menurut Pendidikan ...................... 13
3. Perkembangan Nilai IKM BBPOPT Dalam 5 Tahun Terakhir ........................... 18
4. Pelaksanaan Pelatihan P3OPT Tahun 2018 .................................................... 19
5. Penyediaan Isolat Agens Hayati ....................................................................... 21
6. Identifikasi Penyakit Padi di Laboratorium PCR ............................................... 22
7. Pelaksanaan Bimbingan Teknis P3OPT .......................................................... 23
8. Praktek Kerja Lapang Siswa SMK di BBPOPT ................................................ 24
9. Grafik Perkembangan Rasio Luas Serangan OPT Tanaman Pangan yang
Terjadi Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Selama 5 Tahun Terakhir 26
10. Pengamatan Serangan Penggerek Tongkol Jagung ........................................ 41
11. Pengambilan Sampel Tanaman Padi Yang Terserang Blas ............................. 43
12. Sertifikat Maturitas Penyelenggaraan SPIP Tahun 2018 .................................. 52
13. Pelaksanaan Pengawalan UPSUS Provinsi Kalimantan Timur ........................ 54
14. Rumus Efisiensi Penggunaan Sumber Daya .................................................... 58
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 vii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Distribusi SDM BBPOPT pada Tahun 2018 Menurut Golongan,
Jenis Kelamin dan Pendidikan ........................................................................... 63
2. Perjanjian Kinerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan Tahun 2018 ...................................................................................... 64
3. Realisasi Anggaran Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2018 ............................................. 66
4. Realisasi Fisik Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2018 ............................................. 68
5. Pengujian Sampel di Laboratorium Agens Hayati ................................. 70
6. Pengujian Sampel di Laboratorium Fitopatologi .................................... 71
7. Pengujian Sampel di Laboratorium PCR ............................................... 74
8. Pelayanan Praktek Kerja Lapangan dan Penelitian Mahasiswa ............ 78
9. Pelayanan Praktek Kerja untuk Siswa SMK .......................................... 79
10. Pelayanan Magang untuk Petugas........................................................ 80
11. Bimbingan Teknis P3OPT Tahun 2018 ....................................................... 81
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan sektor pertanian pada kurun waktu 2015-2019 mengacu pada paradigma
pertanian untuk pembangunan (agriculture for development) yang memposisikan sektor
pertanian sebagai penggerak transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh
mencakup transformasi demografi, ekonomi, antarsektor, spasial, kelembagaan dan tata
kelola pembangunan. Paradigma tersebut memberikan arah bahwa sektor pertanian
mencakup berbagai kepentingan yang tidak saja untuk memenuhi kepentingan penyediaan
pangan bagi masyarakat, tetapi juga kepentingan yang lebih luas. Selain sebagai sektor
utama yang menjadi tumpuan ketahanan pangan, sektor pertanian memiliki fungsi strategis
lainnya termasuk untuk menyelesaikan persoalan lingkungan (yang diakibatkan kegiatan
pertambangan) dan sosial (kemiskinan dan ketimpangan ekonomi dan lain-lain) serta
fungsinya sebagai penunjang kegiatan wisata (tourism). Memposisikan sektor pertanian
dalam pembangunan nasional merupakan kunci utama keberhasilan dalam mewujudkan
Indonesia yang bermartabat, mandiri, maju, adil dan makmur.
Dalam upaya memperkuat pembangunan pertanian untuk kedaulatan pangan,
Kementerian Pertanian menyusun tujuh Strategi Utama Penguatan Pembangunan
Pertanian yaitu
1. Peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan;
2. Peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian;
3. Pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit;
4. Penguatan kelembagaan petani;
5. Pengembangan dan penguatan pembiayaan;
6. Pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi; dan
7. Penguatan jaringan pasar produk pertanian
Pemerintah sudah melaksanakan pembangunan tahun ketiga dari tahap ke-3 Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk mencapai tujuan
pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025. Tujuan pembangunan jangka panjang
yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah
mewujudkan bangsa yang maju, mandiri dan adil sebagai landasan bagi tahap
pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berbagai upaya telah dilakukan
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 2
pada tahap ke-1 RPJMN (2005-2009) dan RPJMN ke-2 (2010-2014) dan telah memberikan
hasil yang membawa perubahan.
Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberlanjutan tahapan sebelumnya,
tahap ke-3 RPJMN (2015-2019) dicanangkan dengan tujuan untuk lebih memantapkan
pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian
daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi. Hal tersebut
menjadi landasan bagi Kementerian Pertanian untuk berkontribusi terhadap pencapaian
sasaran pembangunan nasional di masa mendatang.
Dalam rangka pencapaian sasaran strategis Kementerian Pertanian, telah dituangkan
dalam Visi dan Misi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan khususnya yang berkaitan
dengan komoditas tanaman pangan. Visi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah
“Terwujudnya Pemenuhan Kebutuhan Pangan yang Cukup Secara Berkelanjutan dalam
Memperkuat Kedaulatan Pangan dan Energi Nasional”. Adapun Misi Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan adalah a) Mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup dan
berkelanjutan melalui pengembangan kawasan-kawasan yang terpadu;
b) Mengembangkan bioindustri komoditi yang memiliki nilai tambah strategis terutama
dalam mendukung ketersediaan energi nasional; dan c) Meningkatkan kualitas kinerja
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan Sasaran Strategisnya adalah:
a) Peningkatan produktivitas; b) Peningkatan luas areal tanam dan panen; c) Penurunan
kehilangan hasil produksi; dan d) Peningkatan mutu hasil produksi. Pada keempat Sasaran
Strategis Ditjen Tanaman Pangan tersebut di atas, dipengaruhi oleh serangan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT), baik itu produktivitas, luas areal tanam/panen, kehilangan
hasil dan mutu. Jika luas serangan OPT dapat diminimalkan dan dikendalikan, maka
sasaran tersebut dapat tercapai. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (BBPOPT) sebagai UPT Pusat yang berada di bawah Direktur Jenderal
Tanaman Pangan mempunyai peran yang strategis dalam usaha pengamanan produksi
tanaman pangan melalui fungsi pelaksanaan dan pengembangan peramalan OPT serta
rujukan proteksi tanaman pangan, khususnya sebagai institusi yang memberikan informasi
peringatan dini (early warning system) terhadap potensi kemunculan serangan OPT.
Dalam rangka mengetahui kinerja pelaksanaan program dan kegiatan selama tahun 2018,
disusunlah Laporan Kinerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Tahun 2018. Penyusunan Laporan Kinerja tersebut didasarkan pada : (1) Peraturan
Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
(2) Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999; (3) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 3
Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
dan (4) Peraturan Menteri Pertanian No. 50 Tahun 2016 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Kementerian Pertanian.
1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Berdasarkan Permentan Nomor 76/Permentan/OT.140/11/2011 tanggal 30 November
2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan, BBPOPT mengemban tugas melaksanakan dan mengembangkan peramalan
OPT serta rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura. Dalam melaksanakan
tugasnya, BBPOPT menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) Penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;
2) Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT, dan faktor penentu
perkembangan OPT;
3) Pelaksanaan dan penyusunan peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT;
4) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan dan pengamatan,
pengendalian OPT berdasarkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT);
5) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi peramalan, pengamatan
dan pengendalian OPT;
6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu standar
Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP);
7) Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis peramalan, pengamatan, dan pengendalian
OPT;
8) Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT dan
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;
9) Pengelolaan cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional; dan
10) Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT.
1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja BBPOPT
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi, BBPOPT dipimpin oleh
seorang Kepala dan dibantu oleh 3 (tiga) pejabat Eselon III dan 7 (tujuh) Eselon IV
sebagaimana tercantum dalam Permentan Nomor: 76/Permentan/OT.140/11/2011
tanggal 30 November 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan.
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 4
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar Peramalan OPT
Pelaksanaan tugas pekerjaan secara rinci telah diatur dalam Permentan Nomor
44/Permentan/OT.140/6/2012 tanggal 19 Juni 2012 tentang Rincian Tugas Pekerjaan
Eselon IV lingkup BBPOPT. Tugas dan fungsi Eselon III lingkup BBPOPT adalah
sebagai berikut:
1. Bagian Umum
Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, tata usaha,
keuangan, rumah tangga dan perlengkapan serta penyimpanan dan pengelolaan
cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional. Dalam melaksanakan
tugasnya, Bagian Umum mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Pelaksanaan urusan kepegawaian, surat menyurat dan kearsipan;
b) Pelaksanaan urusan keuangan;
c) Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan;
d) Pengelolaan cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional.
Dalam melaksanakan tugasnya, Bagian Umum dibantu oleh Subbagian
Kepegawaian dan Tata Usaha, Keuangan, serta Rumah Tangga dan
Perlengkapan.
2. Bidang Program dan Evaluasi
Pengelolaan penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan
peramalan OPT,dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura merupakan
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 5
tugas Bidang Program dan Evaluasi. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang
Program dan Evaluasi menyelanggarakan fungsi:
a) Penyusunan rencana, program dan anggaran peramalan, pengembangan
peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;
b) Pelaksanaan kerjasama peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;
c) Pemantauan dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;
d) Penyusunan laporan hasil peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
Dalam melaksanakan fungsinya, Bidang Program dan Evaluasi dibantu oleh Seksi
Program, dan Seksi Pemantauan dan Evaluasi.
3. Bidang Pelayanan Teknis
Pengelolaan pemberian dan pelayanan peramalan, pengamatan dan pengendalian
OPT, penyusunan informasi dan dokumentasi hasil peramalan, pengamatan dan
pengendalian OPT, pengembangan peramalan, pengamatan, pelaksanaan
pemberian bimbingan teknis peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT serta
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura merupakan tugas Bidang
Pelayanan Teknis, Informasi dan Dokumentasi mempunyai fungsi :
a) Pemberian pelayanan teknis peramalan, pengamatan, dan pengendalian
OPT, pengembangan peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT, serta
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
b) Penyusunan informasi dan dokumentasi hasil peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT, serta pengembangan peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura .
Dalam melaksanakan fungsinya, Bidang Pelayanan Teknis, Informasi dan
Dokumentasi dibantu oleh Seksi Pelayanan Teknis, dan Seksi Informasi dan
Dokumentasi.
1.4. Sumber Daya Manusia
Pada Tahun 2018 sumber daya manusia (SDM) BBPOPT berjumlah 85 pegawai, terdiri
dari 11 Pejabat Struktural, 35 Fungsional Umum dan 39 Fungsional POPT. Sedangkan
proporsi pegawai berdasarkan bagian/bidang adalah Bagian Umum sejumlah
23 pegawai, Bidang Program dan Evaluasi 9 pegawai, Bidang Pelayanan Teknis,
Informasi dan Dokumentasi 13 pegawai; dan Kelompok Jabatan Fungsional
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 6
39 pegawai. Diantara 39 pegawai fungsional tersebut, 6 orang di antaranya
diperbantukan di Direktorat Teknis Ditjen Tanaman Pangan.
Selama kurun waktu 2018 terjadi pengurangan jumlah pegawai sebanyak
2 pegawai dikarenakan pensiun dan penambahan sebanyak 2 pegawai. Pengurangan
tersebut atas nama:
(1) Gunawan, NIP 196002201991031001, diberhentikan dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil karena telah mencapai Batas Usia Pensiun Terhitung Mulai
Tanggal 1 Maret 2018.
(2) Yoyo Kusprayogie, NIP 196011281987021001, diberhentikan dengan hormat
sebagai Pegawai Negeri Sipil karena telah mencapai Batas Usia Pensiun (BUP)
Terhitung Mulai Tanggal 1 Desember 2018.
Sedangkan penambahan pegawai atas nama:
(1) Rista Susanti, S.Si, NIP 199004202018012001 diangkat menjadi Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS), Terhitung Mulai Tanggal (TMT) 1 Januari 2018,
berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 281/Kpts/Kp.120/A2/12/2017,
tanggal 19 Desember 2018.
(2) Indra Budhi Utomo, Mutasi dari Penata Usaha Dokumen Direktorat Perbenihan
Tanaman Pangan menjadi Pengadministrasi Umum pada Subbag Rumah
Tangga dan Perlengkapan BBPOPT, berdasarkan Kepmentan Nomor:
01/Kpts/KP.250/C.3/1/2018, tanggal 31 Januari 2018 terhitung 1 Februari 2018.
Pada Tahun 2018 Kenaikan Jabatan Fungsional POPT sebanyak 5 pegawai atas
nama: (1) Dewi Nirwati, S.P., dari POPT Pelaksana POPT Ahli Pertama menjadi POPT
Ahli Muda, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
1644/Kpts/KP.240/A2.4/8/2018, tanggal 31 Agustus 2018, (2) Umi Kulsum, S.P., dari
POPT Ahli Pertama menjadi POPT Ahli Muda, berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor: 362/Kpts/Kp.240/A2.4/2/ 2018, tanggal 19 Februari 2018, (3) Idah
Faridah, S.P. dari POPT Ahli Pertama menjadi POPT Ahli Muda, berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 345/Kpts/Kp.240/A2.4/2/2018, tanggal 19
Februari 2018, (4) Anik Kurniati, S.P., dari POPT Ahli Pertama menjadi POPT Ahli
Muda, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 244/Kpts/Kp.240/A2.4/2/
2018, tanggal 19 Februari 2018 dan (5) Achmad Imroni, dari POPT Pelaksana Lanjutan
menjadi POPT Penyelia, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
346/Kpts/Kp.240/A2.4/2/ 2018, tanggal 19 Februari 2018, Kenaikan Pangkat Pegawai
sebanyak 20 pegawai, Kenaikan Gaji Berkala sebanyak 34 pegawai, Pencantuman
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 7
Gelar pegawai atas nama Ulfah Nuzulullia, S.P., berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor: 209/Kpts/Kp.320/A2/9/2018, tanggal 26 September 2018
mencantumkan gelar akademik Ulfah Nuzulullia, S.P., NIP. 198306282009122003
dengan gelar akademik Master of Science (M.Sc) dan Pengangkatan Kembali Dalam
Jabatan Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Pegawai
atas nama Ulfah Nuzulullia, S.P., berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
897/Kpts/KP.240/A2.4/4/2018, tanggal 4 April 2018.
Berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) akhir Tahun 2018 komposisi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) BBPOPT dikelompokkan sebagai berikut:
1. Jumlah Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan
Klasifikasi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dikelompokkan sebagai
berikut: SMP sebanyak 1 pegawai (1 %), SMA sebanyak 42 pegawai (49 %),
Diploma III sebanyak 9 pegawai (11 %), Sarjana sebanyak 28 pegawai (33 %), dan
Pasca Sarjana sebanyak 5 pegawai (6 %).
Gambar 2. Komposisi Pegawai BBPOPT Tahun 2018 Menurut Pendidikan
2. Jumlah Pegawai berdasarkan Pangkat dan Golongan
Pengelompokan pegawai berdasarkan pangkat dan golongan sebagai berikut:
Golongan IV/c sebanyak 1 pegawai, Golongan IV/b sebanyak 1 pegawai, Golongan
IV/a sebanyak 1 pegawai, Golongan III/d sebanyak
9 pegawai, Golongan III/c sebanyak 13 pegawai, Golongan III/b sebanyak 24
pegawai, Golongan III/a sebanyak 15 pegawai, Golongan II/d sebanyak 7 pegawai,
Golongan II/c sebanyak 9 pegawai, Golongan II/b sebanyak 2 pegawai dan
Golongan II/a sebanyak 3 pegawai.
1%
49%
11%
33%
6%
SMP
SMA
D3
S1
S2
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 8
3. Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin
Komposisi Pegawai BBPOPT berdasarkan Jenis Kelamin sebagai berikut: laki-laki
sejumlah 62 pegawai (72,94%) dan perempuan sejumlah 23 pegawai (27,06%).
Dalam rangka mendorong peningkatan layanan dan kinerja pada Tahun 2018,
BBPOPT merekrut 23 orang tenaga kerja kontrak yang sumber pembiayaannya
dibebankan pada DIPA-BBPOPT TA 2018, sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja Kebersihan Kantor dan Lingkungannya sebanyak 8 orang;
b. Tenaga Kerja Kebersihan Laboratorium, Rumah Kaca, Kebun Koleksi dan Kebun
Percobaan sebanyak 4 orang;
c. Tenaga Kerja Keamanan Kantor dan Lingkungannya sebanyak 6 orang;
d. Tenaga Kerja Pengemudi Kendaraan Dinas sebanyak 3 orang;
e. Tenaga Kerja Pramu Humas sebanyak 2 orang.
1.5. Dukungan Anggaran
Dukungan anggaran untuk melaksanakan kegiatan Pengembangan Peramalan
Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2018 telah disahkan oleh
Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2018 Nomor: SP DIPA-
018.03.2.020072/2018 tanggal 5 Desember 2017 dengan pagu anggaran
Rp. 15.362.846.000,-. Selama Tahun 2018, pagu anggaran BBPOPT mengalami
5 (lima) kali revisi DIPA dengan rincian 2 (dua) kali revisi terkait administratif adanya
perubahan Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran dan Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) tanpa merubah pagu DIPA dan
3 (tiga) kali revisi terkait dengan adanya penambahan anggaran dari anggaran yang
semula Rp. 15.362.846.000,- menjadi Rp. 15.668.846.000,-. Kemudian ada
penambahan kembali sebesar Rp. 399.600.000,- menjadi Rp. 16.068.446.000,-
Adapun rincian lengkap revisi DIPA pada Tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1) Revisi I pada tanggal 10 Januari 2018 yaitu perubahan Kuasa Pengguna
Anggaran, semula Drs. Ruswandi, M.M. menjadi Ir. Tri Susetyo, M.M., perubahan
Bendahara Pengeluaran semula Teti Sri Mulyati menjadi Oya Kusmaya dan
perubahan Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) semula
Ir. Mustaghfirin menjadi Ir. Bambang Kuncoro, M.M.
2) Revisi II pada tanggal 20 Maret 2018 adanya penambahan anggaran sebesar
Rp. 306.000.000,- dan selanjutnya dilakukan revisi DIPA dari pagu anggaran
Rp. 15.362.846.000,- menjadi Rp. 15.668.846.000,. Penambahan anggaran
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 9
dialokasikan pada output kegiatan Model Peramalan OPT (1768.007) semula
Rp 5.519.600.000,- menjadi Rp. 5.661.400.000,- dan pada Output kegiatan
Layanan Perkantoran (1768.994) semula Rp 7.757.700.000,- menjadi
Rp. 7.921.900.000,-
3) Revisi III pada tanggal 27 September 2018 adanya perubahan Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) semula Ir. Bambang
Kuncoro, M.M. menjadi Ir. Mustaghfirin.
4) Revisi IV pada tanggal 29 Oktober 2018 adanya adanya penambahan anggaran
sebesar Rp. 399.600.000,- dan selanjutnya dilakukan revisi DIPA dari pagu
anggaranRp. 15.668.846.000,- menjadi Rp. 16.068.446.000. Penambahan
anggaran dialokasikan pada output kegiatan Model Peramalan OPT (1768.007)
semula Rp 5.661.400.000,- menjadi Rp. 5.861.400.000,- dan pada Output
kegiatan layanan internal (1768.951) semula Rp 2.085.546.000,- menjadi
Rp. 2.285.146.000,-
5) Revisi V pada tanggal 19 November 2018 adanya perubahan pada lampiran III
yaitu rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan.
Anggaran tersebut dikelola dalam rangka pelaksanaan Kegiatan Pengembangan
Peramalan Serangan OPT yang dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis belanja:
1) Belanja Pegawai yang meliputi pembayaran gaji dan tunjangan
Rp. 5.964.268.000,- atau 37,11% dari total anggaran.
2) Belanja Barang Rp. 8.761.232.000,- atau 54,52% dari total anggaran.
3) Belanja Modal Rp. 1.342.946.000,- atau 8,35% dari total anggaran.
Berdasarkan jenis output kegiatan, anggaran tersebut digunakan untuk melaksanakan
kegiatan dengan 3 (tiga) output kegiatan, yaitu:
1) Pengembangan Model Peramalan OPT (007) dengan anggaran sebesar
Rp. 5.861.400.000,- atau 36,47% dari total anggaran, dan target volume fisik 15
model.
2) Layanan Internal (Overhead) (951) dengan anggaran sebesar
Rp. 1.340.446.000,- atau 8,34% dari total anggaran dan target volume fisik 12
bulan.
3) Layanan Perkantoran (994) dengan anggaran sebesar Rp. 7.921.900.000,- atau
49,30% dari total anggaran, dan target volume fisik 12 bulan. Porsi anggaran
layanan perkantoran mencapai 37,11% dari total anggaran karena di dalamnya
mencakup gaji dan tunjangan yang sebesar Rp. 5.964.268.000,-.
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 10
BAB II. PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis 2015-2019
1. Visi
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan
strategis yang dihadapi tersebut di atas, BBPOPT mempunyai visi “Menjadi
Lembaga Terpercaya dan Pusat Pengembangan Peramalan OPT dan Diakui
Dunia Internasional”.
2. Misi
Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka BBPOPT merumuskan misi
sebagai berikut:
a) Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Petugas di Bidang Pengamatan,
Peramalan, dan Pengendalian OPT (P3OPT);
b) Menciptakan Model Peramalan OPT yang tepat dan akurat;
c) Menciptakan Metode Pengamatan OPT yang tepat dan akurat;
d) Merakit dan Mengembangkan Teknologi Pengendalian OPT tepat guna yang
efektif, efisien dan aman;
e) Menerapkan dan mengembangkan teknologi PHT spesifik lokasi; dan
f) Meningkatkan pelayanan dan diseminasi informasi P3OPT.
3. Motto “Peramalan Akurat, Pengendalian Tepat, Produksi Meningkat”
4. Maklumat “BBPOPT Melayani Konsultasi Teknologi P3OPT Gratis”
5. Tujuan dan Sasaran BBPOPT
Dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, visi, dan misi, BBPOPT telah
merumuskan tujuan strategis, yaitu “Memberikan dukungan pengamanan produksi
dan mengoptimalkan penggunaan teknologi pengamatan, peramalan dan
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan dan Dampak Perubahan Iklim”.
Sesuai dengan tujuan strategis yang ingin dicapai, maka dirumuskan sasaran
strategi yang ingin dicapai BBPOPTsebagai berikut :
a) Meningkatnya sumber daya manusia (SDM) baik petugas, petani maupun
masyarakat lainnya di bidang peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT
dalam rangka pemahaman, pelaksanaan, pemasyarakatan dan pelembagaan
konsepsi PHT.
b) Tercapainya koordinasi dan sinkronisasi instansi pemerintah, swasta dan
masyarakat terkait dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
pembangunan perlindungan tanaman.
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 11
c) Terlaksananya penyusunan program dan mengevaluasi peramalan,
pengembangan peramalan OPT dan rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura, serta sinkronisasi dengan program dan kegiatan perlindungan
tanaman antar berbagai instansi baik di tingkat pusat maupun daerah.
d) Terwujudnya dukungan teknologi di bidang peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT (P3OPT) kepada pihak pengambil kebijakan dalam
pelaksanaan P3OPT dan rujukan proteksi.
e) Terwujudnya peran aktif dalam mendukung kegiatan pembangunan tanaman
pangan khususnya pencapaian dan pertumbuhan produksi pangan nasional
khususnya padi, jagung, kedelai dan ubi kayu pada tahun 2015-2019.
6. Arah Kebijakan
Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian OPT secara terpadu
merupakan salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang
melekat pada tugas dan fungsi Direktorat Perlindungan Tanaman dan BBPOPT.
Kebijakan tersebut untuk mendukung Program Peningkatan Produksi, Produktivitas,
dan Mutu Tanaman Pangan untuk mencapai Swasembada dan Swasembada
Berkelanjutan.
Dukungan tersebut diharapkan dapat menjadi arah kebijakan untuk menjamin
terjadinya peningkatan produksi dan produktivitas pada taraf tinggi, menguntungkan
bagi petani dan aman terhadap lingkungan.
7. Strategi
Strategi Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta misi untuk mencapai visi yang
diinginkan yaitu:
a) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia yang
bergerak dalam bidang perlindungan tanaman.
b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas teknologi peramalan dan rujukan proteksi
tanaman pangan.
c) Meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi, komunikasi dan diseminasi hasil
peramalan dan rujukan proteksi tanaman.
d) Menjalin dan meningkatkan kualitas kemitraan dalam rangka mewujudkan
hubungan sinergi antara kelembagaan perlindungan tanaman pangan dan
hortikultura di tingkat pusat dan daerah.
e) Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas, sumber daya manusia, dan dana untuk
pengembangan peramalan dan rujukan proteksi
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 12
2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kesepakatan kinerja
antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan
pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Perjanjian Kinerja dimaksud adalah
bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang merupakan
serangkaian dokumen perencanaan dan mempunyai keterkaitan sangat erat dengan
Rencana Strategis, Rencana Kerja (Renja), Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan DIPA
yang telah disusun sebelumnya. Perjanjian Kinerja digunakan sebagai ukuran dalam
menilai tingkat capaian sasaran Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan OPT
secara efektif, efisien, akuntabel, dan terukur, serta berorientasi pada keluaran (output)
dan hasil (outcome).
Perjanjian Kinerja merupakan kontrak kerja antara Kepala Balai Besar Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan dengan Direktur Jenderal Tanaman Pangan untuk
melaksanakan kegiatan yang mendukung Program Kementerian Pertanian. Perjanjian
Kinerja ini menjadi dokumen untuk mewujudkan capaian strategis Balai Besar
Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Tahun Anggaran 2018.
Perjanjian Kinerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun
Anggaran 2018 sebagai berikut:
Tabel 1. Perjanjian Kinerja Kepala BBPOPT Tahun 2018
NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN TARGET
1Meningkatnya kualitas layanan publik
BBPOPT
1 Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas
layanan publik BBPOPT (skala likert)3,5
2
3 Meningkatnya akuntabilitas kinerja di
lingkungan BBPOPT
4
5
6
67
67
20
0
0
Meningkatnya implementasi
rekomendasi peramalan serangan OPT
yang diberikan oleh BBPOPT
Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang
terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan (%)
Rasio luas serangan OPT tanaman jagung yang
terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan (%)
Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai
yang terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan (%)
INDIKATOR KINERJA
Jumlah temuan BPK atas pengelolaan
keuangan BBPOPT yang terjadi berulang
Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP
yang terjadi berulang (5 aspek SAKIP sesuai
Permenpan RB No. 12 Tahun 2015)
2
3
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 13
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja
A. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran
Kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran kinerja dikelompokan
berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring dengan kategori:
1) Sangat berhasil: realisasi >100% dari target,
2) Berhasil: realisasi 80-100% dari target,
3) Cukup berhasil: realisasi 60-79% dari target, dan
4) Kurang berhasil: realisasi <60% dari target.
Penilaian capaian sasaran kinerja BBPOPT Tahun 2018 dilakukan dengan
membandingkan realisasi masing-masing Indikator Kinerja terhadap target yang
telah ditetapkan pada Perjanjian Kinerja (PK) 2018.
B. Pencapaian Sasaran Kegiatan BBPOPT Tahun 2018
Berdasarkan Perjanjian Kinerja (PK) yang telah disusun, terdapat tiga sasaran
kegiatan BBPOPT Tahun 2018 yaitu
a. Meningkatnya kualitas layanan publik BBPOPT
b. Meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan serangan OPT yang
diberikan oleh BBPOPT
c. Meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT
Tabel 2. Capaian Kinerja BBPOPT Tahun 2018
NOSASARAN
PROGRAM/KEGIATANNO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) KATEGORI
1Meningkatnya kualitas
layanan publik BBPOPT
1 Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas
layanan publik BBPOPT (skala likert)3,5 3,37 96,3 BERHASIL
77,9
125,8
121,0
-
-
3 Meningkatnya
akuntabilitas kinerja di
lingkungan BBPOPT
5Jumlah temuan BPK atas pengelolaan
keuangan BBPOPT yang terjadi berulang 0
6
Jumlah temuan Itjen atas implementasi
SAKIP yang terjadi berulang (5 aspek SAKIP
sesuai Permenpan RB No. 12 Tahun 2015)0
2 Meningkatnya
implementasi
rekomendasi peramalan
serangan OPT yang
diberikan oleh BBPOPT
2 Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang
terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan (%)
67
3 Rasio luas serangan OPT tanaman jagung
yang terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan (%)
67
4 Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai
yang terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan (%)
20
CUKUP
BERHASIL
SANGAT
BERHASIL
SANGAT
BERHASIL
-
-
81,8
49,7
15,8
-
-
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 14
C. Capaian Kinerja BBPOPT
I. Meningkatnya Kualitas Layanan Publik BBPOPT
Indikator kinerja dari meningkatnya kualitas layanan publik BBPOPT adalah angka
capaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik BBPOPT.
Undang-Undang No 25 Tahun 2009, tentang pelayanan publik menjelaskan bahwa
negara (Pemerintah) berkewajiban memberikan pelayanan kepada setiap warga
Negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945. Penyelenggara pelayanan publik harus secara terus menerus
membangun kepercayaan atas pelayanan yang diberikan, hal tersebut seiring dengan
harapan dan tuntutan seluruh warga negara untuk mendapatkan pelayanan yang
prima, dan merupakan upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban warga negara.
Pelayanan prima di lingkungan Kementerian Pertanian adalah salah satu usaha yang
dilakukan unit kerja/organisasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan
memberikan kemudahan pelayanan berupa barang/jasa/administratif dengan sebaik-
baiknya. Hal tersebut ditujukan agar kebutuhan pengguna layanan terpenuhi sesuai
harapan. Pelayanan prima (excellent service) memiliki makna pelayanan dan kualitas.
Tujuan pemerintah melaksanakan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan
berkualitas yang dapat memenuhi dan memuaskan masyarakat sebagai
pelanggan/pengguna layanan serta membangun dan menumbuhkan kembali
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Pelayanan prima juga mendorong pelayanan publik yang berkualitas. Pelayanan
Publik yang berkualitas menuntut adanya upaya dari seluruh sumber daya manusia
yang ada dan bukan hanya dari petugas “front desk”. Seluruh pegawai memiliki peran
penting dalam menciptakan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat. Keluhan
masyarakat terhadap rendahnya kualitas pelayanan dan rendahnya akuntabilitas
kinerja aparatur menjadikan indikator tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
birokrasi belum baik.
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) merupakan
salah satu Instansi Pemerintah yang tugas dan fungsinya antara lain memberikan
pelayanan kepada masyarakat di bidang Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (P3OPT). Pelayanan yang diberikan BBPOPT
kepada masyarakat sesuai SK Kepala BBPOPT No. 66/OT.180/C.8/02/2015 tentang
Penetapan Standar Pelayanan Publik Pada Jenis Pelayanan Barang dan Jasa terdiri
dari dua jenis pelayanan yaitu pelayanan barang dan pelayanan jasa. Jenis pelayanan
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 15
barang mencakup antara lain dalam hal Penyediaan Isolat Agens Hayati, Penyediaan
Bibit Tanaman Nabati, Penyediaan Pias Trichogramma, Penyediaan Identifikasi
Sampel, Penyediaan Serangga Uji, Penyediaan Benih Varietas Indikator, Penyediaan
Efikasi Pestisida/Ketahanan Varietas Indikator. Sedangkan Jenis Pelayanan Jasa
terdiri dari Penyediaan Efikasi Pestisida/Ketahanan Varietas, Pelayanan
Magang/Praktek Kerja Lapang, Bimbingan Teknis (Bimtek) Teknologi P3OPT,
Pelayanan Pengelolaan Cadangan Bahan Pengendali OPT Tingkat Nasional,
Pelayanan Penyediaan Ruang Pertemuan, dan Pelayanan Penggunaan Asrama.
Penilaian tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan BBPOPT
yang disebut dengan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Penilaian tingkat kepuasan
masyarakat disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik dan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT/080/4/2018 tentang Pedoman
Survei Kepuasan Masyarakat.
Tujuan penilaian IKM adalah a) Mengetahui tingkat kepuasan pengguna layanan
(masyarakat) terhadap pelayanan yang diberikan BBPOPT dan b) Menginventarisasi
kritik dan saran dari pengguna layanan sehubungan dengan pelayanan yang diberikan
BBPOPT.
Metode Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) dilakukan dengan pengisian kuesioner
oleh pengguna layanan yang datang secara langsung ke BBPOPT. Kuesioner SKM
terdiri dari 9 unsur pelayanan yaitu:
a. Persyaratan
b. Prosedur
c. Waktu pelayanan
d. Biaya/tarif
e. Produk layanan
f. Kompetensi pelaksana
g. Perilaku pelaksana
h. Sarana dan Prasarana
i. Penanganan Pengaduan
Penilaian IKM Tahun 2018 dilakukan dengan cara melakukan pengisian kuesioner oleh
pengguna layanan BBPOPT (responden). Pengguna layanan BBPOPT terdiri dari
petugas POPT, pegawai dinas pertanian, petani, swasta dan akademisi. Kegiatan
pendataan IKM dilakukan secara terus menerus dalam 1 tahun (12 bulan). Pada
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 16
periode bulan Januari – September 2018, data IKM diperoleh dengan pengisian IKM
secara manual, sedangkan pendataan IKM mulai bulan Oktober 2018 dilakukan secara
online dengan mengisi melalui portal Survei Kepuasan Masyarakat Kementerian
Pertanian dengan alamat: ikm.pertanian.go.id. Data hasil pengisian kuesioner SKM
diolah menggunakan skala likert.
Penilaian kinerja UKPP berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3. Kategori Nilai Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan
Nilai Persepsi
Nilai Interval (NI)
Nilai Interval Konversi (NIK)
Mutu Pelayanan
Kinerja UKPP
1 1,00 – 2,59 25,00 – 64,99 D Tidak Baik
2 2,60 – 3,064 65,00 – 76,60 C Kurang Baik
3 3,065 – 3,532 76,61 – 88,30 B Baik
4 3,533 – 4,00 88,31 – 100,00 A Sangat Baik
Jumlah responden yang dijadikan sampel untuk pengukuran indeks kepuasan
masyarakat (IKM) selama tahun 2018 adalah sebanyak 258 orang. Adapun hasil
pengolahan data IKM adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil pengolahan IKM BBPOPT Tahun 2018
No
Periode Penilaian
Jumlah Pelanggan
Nilai Interval
Nilai Interval Koreksi
Mutu Pelayanan
Kinerja UKPP
1 Januari – Juni 76 3,41 85,33 B Baik
2 Oktober 102 3,42 85,50 B Baik
3 November 80 3,37 84,30 B Baik
Jumlah 258
Rata-rata 3,37 84,22 B Baik
Hasil pengolahan data IKM pada tabel di atas menunjukkan bahwa kinerja pelayanan
BBPOPT pada tahun 2018 adalah nilai interval 3,37 (skala likert) dan nilai konversi
84,22 yang masuk pada kriteria Baik.
Metode penilaian IKM pada tahun 2018 mengalami perubahan dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya. Pada periode 2014 – 2017 penilaian IKM menggunakan 14
unsur berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 78/Permentan/OT.140/8/2013
tentang Pedoman Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat di Lingkungan
Kementerian Pertanian. Perubahan unsur penilaian pada tahun 2018 menjadi 9 unsur
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT/080/4/2018 tentang
Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Unit Kerja Pelayanan Publik Lingkup
Kementerian Pertanian. Perubahan tidak hanya terdapat pada unsur penilaian, tetapi
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 17
juga pada kriteria penilaian kinerja UKPP. Perbedaan kriteria penilaian terdapat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 5. Perbedaan Kriteria Nilai Pelayanan
Nilai Persepsi
Mutu Pelayanan
Kinerja UKPP Nilai Interval Konversi (NIK)
Permentan 78 Tahun 2013
Permentan 19 Tahun 2018
1 D Tidak Baik 25,00 – 43,75 25,00 – 64,99
2 C Kurang Baik 43,76 – 62,50 65,00 – 76,60
3 B Baik 62,51 – 81,25 76,61 – 88,30
4 A Sangat Baik 81,26 – 100,00 88,31 – 100,00
Tabel 6. Rekapitulasi IKM Tahun 2018
No. Unsur Pelayanan Manual Jan - Jun
Online Oktober
Online November
IKM 2018
U1 Persyaratan 3,28 3,74 3,13 3,38
U2 Prosedur 3,26 3,21 3,63 3,37
U3 Waktu pelayanan 3,32 3,76 3,26 3,45
U4 Biaya/tarif 3,54 3,42 3,21 3,39
U5 Produk layanan 3,34 3,29 3,16 3,26
U6 Kompetensi pelaksana
3,38 3,29 3,00 3,22
U7 Perilaku pelaksana 3,68 3,20 3,09 3,32
U8 Sarana dan Prasarana
3,43 3,30 3,46 3,40
U9 Penanganan Pengaduan
3,51 3,47 3,63 3,54
IKM (likert)
3,41 3,41 3,28 3,37
Nilai Konversi IKM 85,33 85,22 82,12 84,22
Nilai Mutu Pelayanan B B B B
Kinerja UKPP Baik Baik Baik Baik
Hasil penilaian IKM BBPOPT selama 5 tahun terakhir tersaji dalam tabel berikut ini.
Tabel 7. Nilai IKM BBPOPT 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Nilai IKM Mutu
Pelayanan Kinerja UKPP
1 2014 87,39 A Sangat Baik
2 2015 87,72 A Sangat Baik
3 2016 87,31 A Sangat Baik
4 2017 87,41 A Sangat Baik
5 2018 84,22 B Baik
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 18
Gambar 3. Perkembangan Nilai IKM BBPOPT Dalam 5 Tahun Terakhir
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai kinerja pelayanan BBPOPT mengalami sedikit
penurunan pada Tahun 2018 yaitu menjadi nilai 84,22 (skala likert 3,37) menjadi kategori
Baik jika dibandingkan dengan nilai kinerja 4 tahun sebelumnya pada kisaran nilai 87
(periode 2014-2017) yang berada di kategori Sangat Baik. Hal ini dikarenakan adanya
perubahan kriteria kategori hasil penilaian IKM. Pada periode 2014-2017 menggunakan
dasar Permentan No. 78 Tahun 2013 yang menggunakan 14 unsur, sedangkan mulai
Tahun 2019 menggunakan dasar Permentan 19 Tahun 2018 dengan 9 unsur.
Hasil penilaian IKM tahun 2018 pada tabel di atas menunjukkan bahwa Unsur Produk
Layanan (U5), Kompetensi Pelaksana (U6) dan Perilaku Pelaksana (U7) menunjukkan
nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata. Pada unsur produk layanan
yang memiliki nilai yang lebih rendah (3,26) dibandingkan nilai rata-rata (3,37), hal ini
dikarenakan banyaknya ragam produk layanan di BBPOPT baik berupa pelayanan
barang maupun jasa, namun dengan jumlah SDM yang terbatas, sehingga ada gap
untuk memberikan pelayanan secara paripurna. Pada unsur kompetensi pelaksana
memiliki nilai yang lebih rendah (3,22) dibandingkan nilai rata-rata (3,37) dan unsur
perilaku pelaksana yang memiliki nilai yang lebih rendah (3,32) dibandingkan nilai rata-
rata (3,37), hal ini dikarenakan banyaknya penugasan dari pusat ke BBPOPT untuk turut
mendukung kegiatan Eselon II lain yang mengakibatkan pegawai pelaksana yang diberi
kepercayaan untuk menangani layanan tersebut mengerjakan tugas lain, sedangkan
tugas layanan diserahkan kepada pegawai yang berada di kantor, sehingga
dimungkinkan ada ketidakseragaman kualitas pelayanan.
87,39 87,72 87,31 87,41
84,22
60
70
80
90
100
2014 2015 2016 2017 2018
Nila
i IK
M
Tahun
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 19
Kegiatan Layanan Publik BBPOPT Tahun 2018
1. Penyelenggaraan Pelatihan Pengamatan, Peramalan, dan Pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (P3OPT)
Kegiatan pelatihan P3OPT pangan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas di bidang P3OPT pangan. Peserta pelatihan adalah THL POPT
dari seluruh Indonesia. Pelatihan dilaksanakan sebanyak 2 angkatan.
Pelatihan P3OPT Angkatan I diikuti oleh THL POPT sejumlah 30 orang. Pelatihan
dilaksanakan pada tanggal 15 – 28 Juli 2018. Peserta pelatihan berasal dari 23 provinsi
yaitu : Aceh, Riau, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau,
Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa
Tengah, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara dan
NTT. Nilai pretest rata-rata adalah 40,47 sedangkan hasil setelah mengikuti pelatihan
(post test) adalah 58,38 Rata-rata peningkatan kemampuan peserta setelah mengikuti
pelatihan sebesar 18,09 poin (atau meningkat rata-rata sebesar 44,28 %).
Pelatihan P3OPT Angkatan II diikuti oleh THL POPT sejumlah 30 orang. Pelatihan
dilaksanakan pada tanggal 29 Juli – 11 Agustus 2018. Peserta pelatihan berasal dari 17
provinsi yaitu: Aceh, Riau, Lampung, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Kepulauan
Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan
Gorontalo. Nilai pretest rata-rata adalah 44,10, sedangkan hasil setelah mengikuti
pelatihan (post test) adalah 83,25 Rata-rata peningkatan kemampuan peserta setelah
mengikuti pelatihan sebesar 39,15 poin (atau meningkat rata-rata sebesar 88,78 %).
Gambar 4. Pelaksanaan Pelatihan P3OPT Tahun 2018
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 20
Pemateri berasal dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Kepala Balai Besar
Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan, Pejabat Struktural dan Fungsional
lingkup Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan. Sedangkan fasilitator terdiri dari pegawai Fungsional POPT
BBPOPT.
2. Penyelenggaraan Pelatihan Agens Hayati
Kegiatan Pelatihan Agens Hayati mempunyai tujuan meningkatkan kompetensi SDM
laboratorium APH dalam memahami dasar dasar pengembangan APH dan mampu
melakukan praktek perkembangan APH spesifik lokasi. Pelatihan dilaksanakan
sebanyak 1 (satu) angkatan dengan peserta adalah staf Laboratorium Pengamatan
Hama dan Penyakit (LPHP) ataupun petugas yang mengembangkan agens hayati di
daerah.
Pelatihan agens hayati diikuti oleh petugas laboratorium/LPHP yang menangani agens
hayati. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 1 – 14 Juli 2018 diikuti oleh 30 orang.
Peserta pelatihan berasal dari 19 provinsi yaitu: Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Gorontalo , Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan NTT. Nilai pretest rata-rata
adalah 52,43, sedangkan hasil setelah mengikuti pelatihan (post test) adalah 83,07
Rata-rata peningkatan kemampuan peserta setelah mengikuti pelatihan sebesar 30,63
poin (atau meningkat rata-rata sebesar 58,42 %).
3. Penyediaan Isolat Agens Hayati
Dalam rangka penyebaran dan pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (APH) skala
yang lebih luas di daerah untuk pengendalian OPT, BBPOPT melalui Laboratorium
Agens Hayati melakukan perbanyakan agens hayati. Jenis agens hayati yang
diperbanyak adalah jenis bakteri dan jamur/cendawan. Bakteri yang diperbanyak
meliputi Paenibacillus polymyxa, Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens
sedangkan jenis jamur meliputi Beauveria sp, Metarhizium sp, Verticillium sp,
Gliocladium sp, dan Trichorderma sp. Target perbanyakan agens hayati tahun 2018
sebanyak 7.000 tabung reaksi (test tube). Kegiatan-kegiatan dalam perbanyakan dan
distribusi agens hayati. Perbanyakan agens hayati pada tabung reaksi dengan
menggunakan media PSA (Potato Sucrose Agar).
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 21
Gambar 5. Penyediaan Isolat Agens Hayati
Perbanyakan agens hayati tahun 2018 mencapai 8.211 tabung reaksi (test tube). Agens
hayati diditribusikan ke BPTPH Provinsi, LPHP, PPAH, dan petani atau kelompok tani
yang membutuhkan. Jumlah isolat agens hayati yang didistribusikan ke daerah pada
tahun 2018 sebanyak 8.290 tabung reaksi dan dikirimkan ke 30 provinsi seluruh
Indonesia kecuali provinsi DIY, Kalimantan Utara, Maluku Utara dan Papua Barat.
Capaian perbanyakan isolat agens hayati pada tahun 2018 adalah 117,3 % dari target
dan jika dibandingkan dengan tahun 2017, ada peningkatan 3,2 % (jumlah perbanyakan
agens hayati tahun 2017 sebanyak 7.950 tabung reaksi). Jumlah isolat agens hayati
yang didistribusikan pada tahun 2018 mengalami peningkatan 4,8 % (jumlah isolat yang
didistribusikan ke daerah tahun 2017 sebanyak 7.905 tabung reaksi).
Tabel 8. Perbanyakan Isolat Agens Hayati Tahun 2018
1 Paenibacillus polymyxa 2.704
2 Bacillus subtilis 551
3 Pseudomonas fluorescens 850
4 Beauveria bassiana 1.211
5 Metarhizium sp. 827
6 Verticillium sp. 373
7 Trichoderma sp. 1.207
8 Gliocladium sp. 488
8.211 Jumlah
Jumlah Perbanyakan
(test tube )No Jenis Agens Hayati
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 22
Tabel 9. Distribusi Isolat Agens Hayati Tahun 2018
4. Pelayanan pengujian sampel agens hayati, penyakit, dan molekuler
Layanan utama pengujian sampel tanaman di BBPOPT meliputi pengujian mutu agens
hayati di Laboratorium Agens Hayati, identifikasi penyakit di Laboratorium Fitopatologi
dan identifikasi lanjutan penyakit yang disebabkan oleh fitoplasma atau penyakit lain
melalui analisa DNA di Laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR). Sebagian
besar sampel untuk identifikasi penyakit berasal dari hasil surveilans lapangan,
bimbingan teknis dan sampel yang di bawa oleh petugas, petani atau mahasiswa.
Jumlah pengujian sampel tanaman Tahun 2018 adalah 164 sampel (dari target 94
sampel) dengan rincian jumlah pengujian mutu agens hayati adalah 15 sampel,
pengujian identifikasi penyakit tanaman sebanyak 35 sampel dan pengujian sampel
PCR adalah 114 sampel. Capaian jumlah pengujian sampel 2018 adalah 190,7 % dari
target (jumlah pengujian 2017 sebanyak 86 sampel).
Gambar 6. Identifikasi Penyakit Padi di Laboratorium PCR
P. polymyxa P. fluorescens B. subtilis Trichorderma sp Beauveria sp Metarizhium sp Verticillium sp Gliocladium sp
1 Januari 125 - - 55 - 3 - - 183
2 Februari 225 50 70 190 165 110 65 100 975
3 Maret 333 128 82 155 207 102 92 67 1.166
4 April 483 185 85 178 219 152 45 55 1.402
5 Mei 161 26 16 19 65 16 6 6 315
6 Juni 135 30 10 55 50 20 - - 300
7 Juli 474 187 177 287 209 192 69 127 1.722
8 Agustus 327 144 127 169 139 105 97 47 1.155
9 September 80 95 15 50 40 10 10 10 310
10 Oktober 158 18 3 93 61 30 25 20 408
11 November 119 13 9 25 28 13 4 2 213
12 Desember 95 - - 20 20 - - 6 141
2.715 876 594 1.296 1.203 753 413 440 8.290 Jumlah
NO BulanJenis/Jumlah Agens Hayati (test tube )
Jumlah
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 23
5. Bimbingan Teknis Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT)
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor risiko dalam
budidaya tanaman yang menyebabkan kehilangan hasil. Perubahan waktu tanam dan
budidaya tanaman yang intensif dapat mendukung perkembangan OPT antara lain tikus,
wereng batang cokelat (WBC), penggerek batang padi (PBP), blas, tungro, dan bacterial
leaf blight (BLB), serta kerdil rumput/kerdil hampa. Dalam rangka memberikan
pemahaman dan pengembangan pengetahuan kepada petani/kelompok tani dan
petugas terkait pengaman produksi, BBPOPT memberikan bimbingan teknis P3OPT.
Pada tahun 2018 BBPOPT melakukan Bimbingan Teknis P3OPT di 42 Kab/kota di 14
Provinsi dari target 31 Kab/Kota (capaian 135,4 % dari target).
Gambar 7. Pelaksanaan Bimbingan Teknis P3OPT
6. Bimbingan teknis pengembangan peramalan spesifik lokasi
Peramalan OPT adalah kegiatan untuk mendeteksi dan memprediksi populasi dan
serangan OPT serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang akan ditimbulkan dalam
ruang dan waktu tertentu. Peramalan serangan OPT bertujuan untuk memberikan
informasi tentang populasi, intensitas dan luas serangan, serta penyebaran OPT pada
ruang dan waktu yang akan datang dan prakiraan diperlukan karena adanya perbedaan
waktu antara keadaan akan dibutuhkannya suatu kebijakan baru. Apabila perbedaan
waktu tersebut panjang, maka peran prakiraan menjadi penting dan sangat dibutuhkan
terutama dalam penentuan kapan terjadinya suatu peristiwa serangan OPT, sehingga
dapat dipersiapkan tindakan-tindakan yang diperlukan dan upaya untuk memperkecil
risiko dalam usahatani, menekan populasi/serangan OPT, meningkatkan produktivitas
tanaman dan menjaga kelestarian lingkungan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Dalam rangka memberikan peningkatan kapasitas petugas di tingkat Provinsi (BPTPH)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 24
ataupun di LPHP yang menangani peramalan dan juga untuk petugas pengendali
organisme pengganggu tumbuhan, BBPOPT melaksanakan bimbingan teknis
pengembangan peramalan spesifik lokasi.
Materi bimbingan teknis ini meliputi: 1) Penyusunan data OPT pangan, 2) Analisis data
pengembangan peramalan OPT pangan (antar musim dan dalam musim), 3)
Pengembangan model peramalan spesifik lokasi dan 4) Evaluasi angka ramalan
terhadap angka kejadian. Pada tahun 2018 BBPOPT telah melaksanakan bimbingan
teknis pengembangan peramalan spesifik lokasi di 29 provinsi dari target 24 provinsi
(capaian 120,8 % dari target). Rincian provinsi yang sudah dilaksanakan bimbingan
teknis adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera
Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Banten, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi
Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku,
Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
7. Pelayanan magang petugas, siswa dan mahasiswa
Mengacu pada SK Kepala BBPOPT No. 66/OT.180/C.8/02/2015 tentang Penetapan
Standar Pelayanan Publik pada Jenis Pelayanan Barang dan Jasa, salah satu layanan
publik BBPOPT adalah pelayanan magang dan praktek kerja lapang (PKL) untuk
petugas, pelajar dan mahasiswa. Pada tahun 2018 BBPOPT menerima 98 orang peserta
magang dan PKL. Peserta magang sebanyak 10 orang yang terdiri dari 5 pegawai
BPTPH Lampung, 3 orang guru SMKN 2 Subang dan 2 orang swasta. Jumlah peserta
yang melaksanakan PKL di BBPOPT Tahun 2018 sebanyak 74 orang dengan rincian 48
orang siwa SMK dan 26 mahasiswa. Sedangkan jumlah mahasiswa yang melaksanakan
penelitian di BBPOPT sebanyak 14 orang yang berasal dari IPB Bogor, Unsika
Karawang, Uninus Bandung, dan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
Gambar 8. Praktek Kerja Lapang Siswa SMK di BBPOPT
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 25
Berikut kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan BBPOPT dalam rangka untuk
meningkatkan kepuasan layanan publik pada tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti Bimbingan Teknis Membangun Pelayanan Prima Tahun 2018 di Bandung
pada tanggal 8-10 Maret 2018. Tujuan bimtek ini adalah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan akuntabilitas kinerja aparatur birokrasi pemerintah. Materi pada bimtek
pelayanan prima adalah pelayanan dalam bentuk verbal - non verbal dan standar
pelayanan.
2. Mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas fungsional POPT melalui Pelatihan
Identifikasi Nematoda pada Tanaman Padi di Balai Besar Uji Standar Karantina Bekasi
pada tanggal 14-16 Maret 2018. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan identifikasi nematoda parasit pada tanaman padi.
3. Mengikuti Sosialisasi Peningkatan Kemampuan Petugas Tata Naskah Dinas dan
Kearsipan di Bandung pada tanggal 21-23 Maret 2018. Tujuan dari sosialisasi ini adalah
(a) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan tata naskah dinas,
(b) Memperlancar arus komunikasi, (c) Meningkatkan kualitas dan peran SDM bidang
persuratan dan kearsipan, dan (d) Meningkatkan pengelolaan dan penataan arsip.
4. Mengikuti Sosialisasi Peningkatan Kemampuan Petugas Pelayanan Kesekretariatan,
Pramubakti dan Teknisi di Cisarua, Bogor, pada tanggal 7-9 Mei 2018. Materi yang
disampaikan adalah Pelayanan Prima Kesekretariatan dan Kedisiplinan.
5. Mengikuti kegiatan Peningkatan Kemampuan Petugas Satuan Pengamanan di Bandung
pada tanggal 28-30 Agustus 2018. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan
kemampuan petugas dalam pengamanan dan meningkatkan pelayanan.
6. Mengikuti Workshop Pelayanan Prima dan Keprotokolan di Pangkal Pinang, Bangka
Belitung pada tanggal 24-26 Juli 2018. Tujuan dari workshop tersebut adalah
(a). Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan, (b). Memperlancar arus
komunikasi dan koordinasi antarunit kerja, (c). Meningkatkan kualitas dan peran SDM
bidang kepegawaian, (d). Meningkatkan pengelolaan pelayanan kepegawaian.
7. Mengikuti Workshop Penyediaan dan Pengelolaan Informasi Publik di Bogor pada
tanggal 12-14 September 2018. Materi yang diberikan adalah Evaluasi Pengelolaan
Informasi dan Dokumentasi Kementan, Cara Penulisan Artikel dan Konten Ilmiah
Populer dan Komunikasi di Era Digital.
8. Mengikuti Peningkatan Kemampuan SDM Fungsional POPT melalui Pelatihan
Identifikasi Ras Patogen Pyricularia oryzae Pada Tanaman Padi di Subang pada tanggal
19-21 Desember 2018.
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 26
II. Meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan serangan OPT yang
diberikan oleh BBPOPT
Indikator kinerja dari meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan serangan
OPT yang diberikan oleh BBPOPT adalah (a) Rasio luas serangan OPT Tanaman Padi
yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan, (b) Rasio luas serangan OPT
tanaman jagung yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan, (c) Rasio luas
serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan.
Tabel 10. Rekapitulasi Rasio Luas Serangan OPT Tanaman Pangan yang Terjadi
Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Tahun 2014-2018 (%)
Gambar 9. Grafik Perkembangan Rasio Luas Serangan OPT Tanaman Pangan yang Terjadi Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Selama 5 Tahun Terakhir
Berdasarkan grafik di atas, menunjukkan bahwa rasio antara luas serangan OPT
Tanaman Pangan (Padi, Jagung dan Kedelai) yang terjadi terhadap luas serangan
OPT yang diramalkan selama 5 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan perbaikan
yang signifikan khususnya pada tahun 2018.
No KOMODITAS 2014 2015 2016 2017 2018
1 PADI 90,4 98,6 83,7 122,9 81,8
2 JAGUNG 192,8 113,9 95,3 80,5 49,7
3 KEDELAI 161,0 131,9 33,7 32,1 15,8
0
50
100
150
200
250
2014 2015 2016 2017 2018
Ras
io (
%)
(Tahun)PADI JAGUNG KEDELAI
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 27
1. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas serangan
yang diramalkan Tahun 2018
Capaian rasio luas serangan OPT Tanaman Padi yang terjadi terhadap luas
serangan yang diramalkan pada tahun 2018 adalah sebesar 81,8 %. Angka rasio
ini diperoleh dari rata-rata tertimbang capaian hasil Evaluasi Peramalan MT
2017/2018 dan Evaluasi Peramalan MT 2018. Target yang tertera dalam IKU untuk
rasio untuk luas serangan OPT Tanaman Padi yang terjadi terhadap luas serangan
yang diramalkan adalah sebesar 67 %. Berdasarkan data capaian rasio 2018 untuk
tanaman padi yaitu sebesar 81,8% di atas target sebesar 67 % (kriteria berhasil),
meskipun di atas target, realisasi luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi
masih di bawah luas serangan yang diramalkan. Hal ini mengindikasikan bahwa
rekomendasi peramalan serangan OPT padi yang yang dikeluarkan oleh BBPOPT
telah dijadikan acuan/rujukan dan telah didesiminasikan ke Dinas Pertanian Provinsi
melalui BPTPH sudah ditindaklanjuti, sehingga angka kejadian serangan OPT yang
terjadi dapat dikendalikan.
A. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2017/2018
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel terlampir, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Padi pada Musim Hujan (MT 2017/2018)
secara nasional adalah 155.945,2 ha atau sebesar 72,0 % dari luas prakiraannya
yaitu 216.727,9 ha. Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi angka prakiraan
serangan dan saran tindak pengelolaan yang disampaikan telah memberi
manfaat dan ditindaklanjuti dengan kegiatan pengelolaannya secara
proporsional, kecuali pada serangan penyakit blas (Pyricularia oryzae). Hal ini
diakibatkan oleh belum optimalnya pemanfaatan agens pengendali hayati (APH)
yaitu Paenibacillus polymyxa dalam perlakuan benih, karena penyakit blas yang
disebabkan oleh P. oryzae ini merupakan penyakit yang tertular dan terbawa
benih. Secara umum serangan utama OPT padi masih di bawah angka prakiraan,
namun angka prakiraan serangan OPT yang terjadi masih di atas target yaitu
sebesar 67 %, untuk 4 OPT utama yaitu PBP, tikus, blas dan BLB.
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 28
Tabel 11. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT 2017/2018
OPT Tanaman padi yang dievaluasi pada MT 2017/2018 merupakan 6 OPT
utama yaitu Penggerek Batang Padi (Scirpophaga spp), Wereng Batang Coklat
(Nilaparvata lugens Stal), Tikus Sawah (Rattus argentiventer), Penyakit Tungro
(ditularkan oleh Nephotettix virescens), Penyakit Blas (Pyricularia oryzae),
Penyakit Bacterial Leaf Blight (Xanthomonas campestris).
Kejadian serangan penyakit blas melebihi angka prakiraan yaitu sebesar
112,75 %. Tingginya serangan blas pada periode MT 2017/2018 ini disebabkan
oleh faktor iklim terutama tingginya curah hujan (pada musim penghujan) dan
faktor terbatasnya penggunaan sumber benih sehat yang digunakan petani
(tertular melalui benih). Perkembangan penyakit blas dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: (a). Faktor Lingkungan yaitu jamur Pyricularia grisea
berkembang optimal pada lingkungan dengan suhu berkisar antara 24-28 oC
serta kelembaban udara mencapai 90 %. Penyebaran spora dibantu angin dan
masih dapat menginfeksi tanaman sehat sejauh 2 km dari sumber inokulum awal,
(b). Faktor inang alternatif yaitu rerumputan (Digitaria ciliaris, Echinochloa
colona) dan tanaman jagung atau jerami sisa-sisa panen dapat menjadi tempat
hidup miselia dan konidia jamur, (c). Faktor pemupukan nitrogen yang tinggi
menyebabkan jaringan daun menjadi lemak sehingga spora jamur menginfeksi
secara optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.
Gabungan antara pemupukan nitrogen yang tinggi dengan sedikit unsur kalium
dan jarak pertanaman yang rapat juga menjadi faktor penyebab tingginya
serangan blas.
Min Rerata Mak
1 PBP 46.115,8 51.474,2 52.346,8 53.220,5 43.334,8 81,4
2 WBC 51.840,2 55.218,3 56.345,7 57.543,7 19.168,1 33,3
3 Tikus 51.353,8 51.667,8 52.471,3 53.278,0 40.110,1 75,3
4 Tungro 2.828,6 1.616,3 2.554,2 3.497,5 1.147,9 32,8
5 Blas 16.727,3 19.577,6 20.529,2 21.487,4 24.226,2 112,7
6 BLB 21.666,1 25.815,7 26.754,2 27.700,8 27.958,1 100,9
Jumlah 190.531,8 205.369,9 211.001,4 216.727,9 155.945,2 72,0
Rasio Luas Serangan
OPT Padi yang Terjadi
Thd Luas yang
Diramalkan (%)
NoOPT Utama
Padi
KLTS MT 2017
(Ha)
Kejadian Luas
Serangan MT
2017/2018 (Ha)
Prakiraan Luas Serangan MT 2017/2018
(Ha)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 29
Tabel 12. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan Blas MT 2017/2018
Persentase kejadian serangan penyakit blas yang melebihi angka prakiraan
terjadi pada Musim Hujan MT 2017/2018 terdapat di sepuluh (10) provinsi yaitu
provinsi Aceh, Sumatera Selatan, DIY, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Papua.
Selain penyakit blas, rasio luas serangan OPT padi yang terjadi pada MT
2017/2018 terhadap luas serangan OPT yang diramalkan yang melebihi target
adalah BLB yaitu 100,93 %.
Min Rerata Mak
1 Aceh 535 619 653 687 707 102,85
2 Sumatera Utara 1.182 1.680 1.739 1.797 1.419 78,95
3 Sumatera Barat 154 158 184 209 163 78,07
4 Riau 161 174 200 226 120 53,11
5 Jambi 81 95 117 138 61 44,01
6 Sumatera Selatan 823 663 698 739 1.915 259,07
7 Bengkulu 198 312 329 345 133 38,61
8 Lampung 1.338 1.528 1.555 1.583 1.399 88,39
9 Kep. Babel 67 47 64 81 65 79,35
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0,00
11 DKI. Jakarta 0 0 2 4 0 0,00
12 Jawa Barat 3.853 5.138 5.190 5.242 4.413 84,18
13 Jawa Tengah 1.680 3.860 3.925 3.991 2.854 71,52
14 DI. Yogyakarta 74 58 66 74 111 150,16
15 Jawa Timur 2.966 280 375 471 5.314 1.129,16
16 Banten 218 318 337 356 1.537 431,26
17 Bali 265 313 329 344 356 103,38
18 NTB 234 667 688 708 550 77,66
19 NTT 63 89 132 174 22 12,48
20 Kalimantan Barat 441 782 800 819 1.228 149,95
21 Kalimantan Tengah 58 68 94 120 84 70,01
22 Kalimantan Selatan 45 17 37 57 63 110,48
23 Kalimantan Timur 324 201 216 232 501 216,54
24 Kalimantan Utara 0 0 0 0 0 0,00
25 Sulawesi Utara 26 49 85 121 7 5,58
26 Sulawesi Tengah 38 70 101 132 7 5,30
27 Sulawesi Selatan 408 777 821 864 354 40,92
28 Sulawesi Tenggara 853 716 742 768 395 51,40
29 Gorontalo 116 194 208 222 39 17,51
30 Sulawesi Barat 403 538 552 566 49 8,64
31 Maluku 70 119 142 166 19 11,43
32 Maluku Utara 0 -3 18 40 0 0,00
33 Papua Barat 5 9 35 61 0 0,00
34 Papua 47 41 95 149 344 230,75
Jumlah 16.727 19.578 20.529 21.487 24.226 112,75
No. Provinsi
KLTS MT.
2017
(ha)
Prakiraan Serangan MT. 2017/2018
(ha)Kejadian
Serangan MT.
2017/2018 (Ha)
Rasio Kejadian
Serangan thd
Prakiraan (%)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 30
Penyakit Bacterial Leaf Blight (BLB) atau Hawar Daun Bakteri (HDB) merupakan
salah satu penyakit padi utama di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Xanthomonas oryzae pv.oryzae (Xoo). Patogen ini dapat menginfeksi tanaman
padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai persemaian sampai
menjelang panen. Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi pada
bagian daun melalui luka daun atau lubang alami berupa stomata dan merusak
klorofil. Penyakit ini menyebar dengan terbawa air, angin dan benih (seed
transmitted & seed borne). Perkembangan penyakit BLB sangat dipengaruhi oleh
kelembaban tinggi dan suhu rendah yang umumnya terjadi pada musim
penghujan. Hal ini menyebabkan serangan BLB pada musim hujan relatif lebih
tinggi dibandingkan pada musim kemarau. Gejala serangan terjadi pada awal
pertumbuhan, tanaman layu dan mati. Bila serangan BLB terjadi pada fase
pembungaan, fase pengisian bulir yang tidak sempurna dapat mengakibatkan
gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa.
Tabel 13. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan BLB MT 2017/2018
Min Rerata Mak
1 Aceh 1.188 1.157 1.190 1.223 1.417 115,80
2 Sumatera Utara 713 1.066 1.130 1.194 883 73,97
3 Sumatera Barat 9 4 43 81 10 12,03
4 Riau 42 47 65 84 89 105,81
5 Jambi 45 59 74 89 31 35,27
6 Sumatera Selatan 948 808 830 856 1.301 151,93
7 Bengkulu 0 -20 4 28 243 859,74
8 Lampung 916 701 723 744 1.054 141,70
9 Kep. BaBEL 1 -13 4 21 20 96,98
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0,00
11 DKI. Jakarta 15 18 20 23 3 13,12
12 Jawa Barat 6.463 7.556 7.607 7.658 5.707 74,53
13 Jawa Tengah 4.360 6.357 6.413 6.470 5.705 88,17
14 DI. Yogyakarta 583 416 425 433 1.121 258,64
15 Jawa Timur 3.654 4.240 4.310 4.381 4.297 98,08
16 Banten 814 1.196 1.213 1.231 1.406 114,19
17 Bali 0 -18 3 25 325 1.283,38
18 NTB 333 601 620 639 522 81,67
19 NTT 122 123 165 207 1 0,25
20 Kalimantan Barat 12 -10 21 53 1.741 3.287,22
21 Kalimantan Tengah 12 -12 22 56 70 124,08
22 Kalimantan Selatan 3 1 6 16 18 111,75
23 Kalimantan Timur 98 112 134 155 89 57,26
24 Kalimantan Utara 0 0 0 0 0 0,00
25 Sulawesi Utara 14 -11 25 62 13 20,87
26 Sulawesi Tengah 141 126 156 185 75 40,68
27 Sulawesi Selatan 128 281 325 370 398 107,56
Rasio Kejadian
Serangan thd
Prakiraan (%)
No. Provinsi
KLTS MT.
2017
(ha)
Prakiraan Serangan MT. 2017/2018
(ha)
Kejadian
Serangan
MT. 2017/2018
(Ha)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 31
B. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2018
Prakiraan serangan OPT utama pada Tanaman Padi di Indonesia pada MT 2018
yaitu, PBP diprakirakan serangannya 45.288,2 ha, WBC 22.747,5 ha, Tikus
46.944,5 ha, Tungro 3.212,8 ha, Blas 16.821,0 ha, dan BLB 22.747,5 ha. Total
prakiraan maksimum serangan OPT utama Padi MT 2018 seluas 157.761,1 ha.
Total kejadian serangan OPT utama Padi di lapangan pada MT 2018 mencapai
145.636,5 ha atau 92,3% dari angka prakiraan.
Tabel 14. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT 2018
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel tersebut, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Padi pada MT 2018 (Musim Kemarau)
secara nasional adalah seluas 145.637 ha atau sebesar 92,3 % dari luas
prakiraannya yaitu 157.761 ha. Kejadian serangan OPT padi yang melebihi
angka ramalan (di atas 100 %) adalah untuk jenis OPT Penggerek Batang Padi
(PBP) dan Blas. Hal ini dikarenakan antara lain karena (1) Belum optimalnya
kegiatan pengendalian sumber serangan yang terjadi pada waktu MH yang
Min Rerata Mak
28 Sulawesi Tenggara 95 101 130 159 136 85,42
29 Gorontalo 287 191 201 210 217 103,40
30 Sulawesi Barat 581 739 754 768 1.007 131,03
31 Maluku 27 15 40 64 0 0,00
32 Maluku Utara 0 -18 3 25 0 0,00
33 Papua Barat 5 -16 11 38 0 0,00
34 Papua 58 21 87 152 62 40,80
Jumlah 21.666 25.816 26.754 27.701 27.958 100,93
No. Provinsi
KLTS MT.
2017
(ha)
Prakiraan Serangan MT. 2017/2018
(ha)
Kejadian
Serangan
MT. 2017/2018
(Ha)
Rasio Kejadian
Serangan thd
Prakiraan (%)
Min Rerata Mak
1 PBP 43.547 43.687 44.486 45.288 46.129 101,9
2 WBC 19.172 20.364 21.520 22.747 22.381 98,4
3 Tikus 40.304 45.433 46.186 46.945 39.148 83,4
4 Tungro 1.201 1.952 2.614 3.213 2.221 69,1
5 Blas 24.256 15.311 16.066 16.821 17.142 101,9
6 BLB 27.952 21.235 21.992 22.748 18.616 81,8
156.432 147.982 152.864 157.761 145.637 92,3
Kejadian Luas Serangan
MT 2018 (Ha)
Rasio Luas Serangan OPT
Padi yang Terjadi Thd
Luas yang Diramalkan
(%)
Jumlah
NoOPT Utama
Padi
KLTS MT
2017/2018 (Ha)
Prakiraan Serangan OPT Padi MT 2018
(Ha)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 32
berupa larva dan pupa yang berada di tunggul/sisa pertanaman dan kegiatan
pengendalian harus dimulai dengan pengolahan tanah, (2) Kurang maksimalnya
pengamanan pada persemaian yang meliputi kegiatan pengumpulan kelompok
telur penggerek batang padi dan pengendalian di persemaian dengan
menggunakan pestisida anjuran (butiran), dan (3) Belum optimalnya kegiatan
perlakuan benih untuk mengeradikasi sumber serangan yang berupa
propagul/inokulum patogen blas yang terbawa dan tertular benih.
Meskipun hampir semua jenis OPT padi mempunyai rasio luas serangan OPT
padi yang terjadi terhadap yang diramalkan di atas target yang ditetapkan dalam
IKU (67 %), namun secara rata-rata rasionya masih di bawah 100 % yaitu
92,3 %. Ini menunjukkan bahwa implementasi rekomendasi peramalan serangan
OPT padi ke para pemangku kebijakan seperti Dinas Pertanian Provinsi, BPTPH,
Dinas Pertanian Kabupaten, POPT dan khususnya kepada subjek pertanian
yaitu petani telah dijalankan.
Tabel 15. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan PBP MT 2018
1 Aceh 1.258,6 1.100,7 87,5
2 Sumatera Utara 586,9 1.096,3 186,8
3 Sumatera Barat 73,6 31,8 43,2
4 Riau 300,2 325,1 108,3
5 Jambi 222,5 202,8 91,1
6 Sumatera Selatan 2.100,9 2.118,5 100,8
7 Bengkulu 508,3 266,9 52,5
8 Lampung 1.902,4 2.632,0 138,4
9 Kep. Babel 47,1 1,1 2,3
10 Kepulauan Riau 0,0 - 0,0
11 DKI. Jakarta 2,0 9,1 455,0
12 Jawa Barat 5.837,0 6.390,0 109,5
13 Jawa Tengah 9.493,1 8.800,6 92,7
14 DI. Yogyakarta 430,8 1.372,0 318,5
15 Jawa Timur 3.140,8 3.136,8 99,9
16 Banten 1.697,4 1.053,5 62,1
17 Bali 292,8 344,2 117,6
18 NTB 739,1 700,0 94,7
19 NTT 1.075,2 1.391,9 129,5
20 Kalimantan Barat 868,6 323,8 37,3
21 Kalimantan Tengah 135,6 272,2 200,7
22 Kalimantan Selatan 58,5 41,9 71,6
23 Kalimantan Timur 1.359,3 1.128,5 83,0
24 Kalimantan Utara 0,0 3,0 0,0
25 Sulawesi Utara 574,3 1.264,8 220,2
26 Sulawesi Tengah 1.436,4 2.397,9 166,9
27 Sulawesi Selatan 2.390,4 2.028,4 84,9
28 Sulawesi Tenggara 4.727,0 2.930,0 62,0
29 Gorontalo 2.097,9 861,8 41,1
30 Sulawesi Barat 725,1 2.409,6 332,3
31 Maluku 385,8 527,4 136,7
32 Maluku Utara 233,2 280,0 120,1
33 Papua Barat 502,0 415,8 82,8
34 Papua 85,2 271,3 318,4
Jumlah 45.288,0 46.129,7 101,9
No. Provinsi
Prakiraan
Serangan MT 2018
(ha)
Kejadian Serangan
MT 2018 (Ha)
Persentase
Kejadian Serangan
thd Ramalan (%)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 33
Provinsi yang rasio antara kejadian serangan penggerek batang padi dengan
ramalan di atas 200 % adalah provinsi DIY, DKI, Kalimantan Tengah, Sulawesi
Utara, Sulawesi Barat dan Papua. Secara nasional, angka kejadian serangan
adalah 46.129,7 ha dengan angka prakiraan (ramalan) sebesar 45.288 ha atau
101,9 %.
Tabel 16. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan Blas MT 2018
1 Aceh 599,4 466,0 77,7
2 Sumatera Utara 1.454,5 1.543,3 106,1
3 Sumatera Barat 251,9 177,5 70,5
4 Riau 98,4 142,3 144,6
5 Jambi 247,3 47,2 19,1
6 Sumatera Selatan 1.133,8 618,4 54,5
7 Bengkulu 174,5 340,8 195,3
8 Lampung 857,1 1.141,0 133,1
9 Kep. Babel 47,9 42,7 89,1
10 Kepulauan Riau 0,0 0,0 0,0
11 DKI. Jakarta 0,0 0,0 0,0
12 Jawa Barat 3.047,9 3.626,0 119,0
13 Jawa Tengah 931,1 2.716,1 291,7
14 DI. Yogyakarta 71,4 83,6 117,1
15 Jawa Timur 1.814,5 2.442,7 134,6
16 Banten 680,9 613,0 90,0
17 Bali 1.033,3 492,6 47,7
18 NTB 190,4 105,2 55,3
19 NTT 122,2 129,6 106,1
20 Kalimantan Barat 480,5 140,3 29,2
21 Kalimantan Tengah 109,4 100,9 92,2
22 Kalimantan Selatan 68,2 53,2 78,0
23 Kalimantan Timur 598,8 483,5 80,7
24 Kalimantan Utara 0,0 4,0 0,0
25 Sulawesi Utara 20,0 3,5 17,5
26 Sulawesi Tengah 87,9 53,0 60,3
27 Sulawesi Selatan 774,7 468,2 60,4
28 Sulawesi Tenggara 1.385,2 667,0 48,2
29 Gorontalo 78,3 66,9 85,4
30 Sulawesi Barat 93,6 286,9 306,5
31 Maluku 73,8 18,8 25,5
32 Maluku Utara 0,0 0,0 0,0
33 Papua Barat 10,4 22,9 220,2
34 Papua 284,1 45,5 16,0
Jumlah 16.821,4 17.142,6 101,9
No. ProvinsiPrakiraan Serangan
MT 2018 (ha)
Kejadian Serangan
MT 2018 (Ha)
Persentase
Kejadian Serangan
thd Ramalan (%)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 34
Provinsi yang rasio antara kejadian serangan blas di atas angka ramalan di adalah
provinsi Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY,
Jawa Timur, NTT, Sulawesi Barat dan Papua Barat. Secara nasional, angka kejadian
serangan adalah 16.821,4 ha dengan angka prakiraan (ramalan) sebesar 17.142,6
ha atau 101,9 %. Dalam rangka meningkatkan kualitas peramalan, khusus untuk
penyakit blas perlu dilakukan updating model peramalan tingkat nasional, sehingga
untuk ke depannya angka ramalan blas bisa mencapai target IKU.
2. Rasio luas serangan OPT Tanaman Jagung yang terjadi terhadap luas serangan
yang diramalkan Tahun 2018
Capaian rasio luas serangan OPT Tanaman Jagung yang terjadi terhadap luas
serangan yang diramalkan pada tahun 2018 adalah sebesar 49,7 %. Angka rasio
ini diperoleh rata-rata tertimbang hasil Evaluasi Peramalan MT 2017/2018 (Musim
Hujan) dan Evaluasi Peramalan MT 2018 (Musim Kemarau). Target yang tertera
dalam IKU untuk rasio untuk luas serangan OPT Tanaman Jagung yang terjadi
terhadap luas serangan yang diramalkan adalah sebesar 67 %. Berdasarkan
capaian rasio untuk tanaman jagung yang sebesar 49,7 % yang di bawah target IKU
sebesar 67 % (kriteria sangat berhasil), hal ini mengindikasikan bahwa informasi
angka prakiraan serangan dan saran tindak pengelolaan yang disampaikan telah
memberi manfaat dan ditindaklanjuti dengan kegiatan pengelolaannya secara
proporsional.
A. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2017/2018
Tabel 17. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT 2017/2018
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel tersebut, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Jagung pada MT 2017/2018 (Musim Hujan)
secara nasional adalah seluas 16.399 ha atau sebesar 58,2 % dari luas
prakiraannya yaitu 28.154 ha. Rasio kejadian serangan OPT jagung yang di atas
Min Rerata Mak
1 Lalat Bibit 955 1.073 1.971 2.896 778 26,9
2 Penggerek Batang 2.319 3.888 4.690 5.493 2.608 47,5
3 Bulai 2.215 3.423 4.466 5.508 2.627 47,7
4 Tikus 2.872 1.801 2.660 3.718 2.347 63,1
5 PenggerekTongkol 1.592 1.343 2.209 3.100 1.963 63,3
6 Ulat Grayak 1.479 1.658 2.406 3.184 2.678 84,1
7 Hawar Daun 2.579 2.434 3.360 4.255 3.398 79,9
Jumlah 14.011 15.620 21.762 28.154 16.399 58,2
No. OPTKLTS MT 2017
(ha)
Prakiraan Luas Serangan MT
2017/2018 (Ha)
Rasio Luas
Serangan OPT
Jagung yang Terjadi
Thd Luas yang
Diramalkan (%)
Kejadian Luas
Serangan MT
2017/2018 (Ha)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 35
target IKU (di atas 67 %) adalah jenis OPT Ulat Grayak (84,1 %) dan Hawar Daun
(79,9 %), sedangkan OPT yang lainnya berada di bawah target. Ulat grayak
(Spodoptera litura) yang menyerang tanaman jagung pada perkembangannya
dipengaruhi oleh perubahan musim yaitu dari musim kemarau ke musim penghujan.
Relatif tingginya serangan penyakit Hawar Daun kemungkinan disebabkan karena
belum optimalnya kegiatan sanitasi lahan dari sisa-sisa bahan organik yang ada di
lapangan khususnya pada daerah-daerah yang tanam jagungnya 2 (dua) kali dalam
satu musim dan pemanfaatan agens pengendali hayati (APH) yaitu Paenibacillus
polymyxa dalam pengendalian dini (fase vegetatif awal).
B. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2018
Tabel 18. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT 2018
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel tersebut, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Jagung pada MT 2018 (Musim Kemarau)
secara nasional adalah seluas 9.634 ha atau sebesar 35,3 % dari luas prakiraannya
yaitu 27.322 ha. Rasio kejadian serangan OPT jagung dibandingkan dengan yang
diramalkan untuk 6 OPT utama berada di bawah target IKU (67 %).
3. Rasio luas serangan OPT Tanaman Kedelai yang terjadi terhadap luas
serangan yang diramalkan Tahun 2018
Capaian rasio luas serangan OPT Tanaman Kedelai yang terjadi terhadap luas
serangan yang diramalkan pada tahun 2018 adalah sebesar 15,8 %. Angka rasio
ini diperoleh rata-rata tertimbang hasil Evaluasi Peramalan MT 2017/2018 (Musim
Hujan) dan Evaluasi Peramalan MT 2018 (Musim Kemarau). Target yang tertera
dalam IKU untuk rasio untuk luas serangan OPT Tanaman Kedelai yang terjadi
terhadap luas serangan yang diramalkan adalah sebesar 20 %. Berdasarkan
capaian rasio untuk tanaman Kedelai yang sebesar 15,8 % yang di bawah target
IKU sebesar 20 % (kriteria sangat berhasil), ini menunjukkan bahwa rekomendasi
Min Rerata Mak
1 Lalat Bibit 778 843 1.743 2.646 454 17,1
2 Penggerek Batang 2.608 5.307 6.244 7.180 3.178 44,3
3 Bulai 2.627 2.754 3.717 4.702 1.355 28,8
4 Tikus 2.347 2.194 3.238 4.321 1.726 40,0
5 Penggerek Tongkol 1.963 2.594 3.418 4.254 1.947 45,8
6 Ulat Grayak 2.678 2.459 3.345 4.220 975 23,1
13.002 16.152 21.705 27.322 9.634 35,3
Kejadian
Serangan MT
2018 (Ha)
Rasio Luas Serangan
OPT Jagung yang
Terjadi Thd Luas yang
Diramalkan (%)
Jumlah
No OPT
KLTS MT
2017/2018
(Ha)
Prakiraan Serangan OPT Jagung MT
2018 (Ha)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 36
peramalan terkait serangan OPT Kedelai yang dikeluarkan oleh BBPOPT telah
diimplementasikan oleh para pemangku kepentingan.
OPT Tanaman kedelai yang dievaluasi pada Tahun 2018 merupakan 6 OPT utama
yaitu Penggerek Polong, Lalat Kacang, Ulat Grayak, Tikus, Penggulung Daun dan
Ulat Jengkal.
A. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2017/2018
Tabel 19. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT 2017/2018
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada Tabel di atas, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Kedelai pada MT 2017/2018 secara nasional
adalah sebesar 13,5 % atau masih dibawah target rasio luas serangan OPT kedelai
yang terjadi terhadap luas serangan OPT yang diramalkan sebesar 20 %. Hasil ini
mengindikasikan bahwa informasi angka prakiraan serangan dan saran tindak
pengelolaan yang disampaikan telah memberi manfaat dan ditindaklanjuti dengan
kegiatan pengelolaannya secara proporsional, meskipun pada kejadian serangan
Hama Penggulung Daun (Lamprosema indicata) masih relatif tinggi yaitu sebesar
22,3 %. Hal ini diakibatkan oleh belum optimalnya kegiatan sanitasi lingkungan
terhadap gulma-gulma yang dapat menjadi inang alternatif dari perusak daun
tersebut.
Min Rerata Mak
1 Penggerek Polong 137 -158 681 1.550 255 16,5
2 Lalat Kacang 111 -527 270 1.122 55 4,9
3 Ulat Grayak 348 -138 743 1.668 281 16,8
4 Tikus 153 -300 380 1.103 28 2,5
5 Penggulung Daun 379 580 1359 2.144 478 22,3
6 Ulat Jengkal 161 -433 315 1.125 80 7,1
Jumlah 1.289 -976 3.748 8.712 1.177 13,5
No. OPTKLTS MT 2017
(Ha)
Prakiraan Luas Serangan MT
2017/2018 (Ha)
Rasio Luas Serangan
OPT Kedelai yang
Terjadi Thd Luas yang
Diramalkan (%)
Kejadian KLTS
MT 2017/2018
(Ha)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 37
B. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2018
Tabel 20. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT 2018
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel di atas, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Kedelai pada MT 2018 secara nasional adalah
sebesar 17,2 % atau masih dibawah target rasio luas serangan OPT kedelai yang
terjadi terhadap luas serangan OPT yang diramalkan sebesar 20 %. Hasil ini
mengindikasikan bahwa informasi angka prakiraan serangan dan saran tindak
pengelolaan yang disampaikan telah memberi manfaat dan ditindaklanjuti dengan
kegiatan pengelolaannya secara proporsional, meskipun pada kejadian serangan
Hama Penggulung Daun (Lamprosema indicata) masih relatif tinggi yaitu sebesar
12,3 % dan tikus 27,0 %. Hal ini diakibatkan oleh belum optimalnya kegiatan sanitasi
lingkungan terhadap gulma-gulma yang dapat menjadi inang alternatif dari perusak
daun dan perkembangbiakan tikus.
4. Model Peramalan OPT
Pada tahun 2018 BBPOPT melaksanakan kegiatan Teknologi Pengamatan, Peramalan
dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (P3OPT) dengan output yang
dihasilkan berupa model kajian. Kajian P3OPT ini merupakan salah satu kegiatan
strategis di BBPOPT. Jumlah kajian P3OPT yang dihasilkan pada tahun 2018 adalah
15 model kajian (dari target 15 model). Berdasarkan permintaan dari Direktur
Perlindungan Tanaman Pangan selaku Pembina Teknis BBPOPT agar pada
pelaksanaan kajian P3OPT Tahun 2018 untuk memberikan porsi lebih pada kajian
kehilangan hasil akibat serangan OPT, maka pada Tahun 2018 BBPOPT komposisi
tema kajian P3OPT 2018 adalah (a) Kajian Kehilangan Hasil akibat OPT sebanyak
7 judul, (b) Kajian Peramalan OPT 6 judul, dan (c) Kajian Pengendalian OPT 2 judul.
Min Rerata Mak
1 Penggerek Polong 242 152- 837 1.833 349 19,0
2 Lalat Kacang 55 769- 241 1.283 194 15,1
3 Ulat Grayak 281 410 1.301 2.191 319 14,6
4 Tikus 145 307- 489 1.317 356 27,0
5 Penggerek Daun 475 707 1.487 2.280 486 21,3
6 Ulat Jengkal 106 279- 593 1.481 85 5,7
1.304 390- 4.948 10.385 1.789 17,2
Kejadian Serangan
MT 2018 (Ha)
Rasio Luas Serangan
OPT Kedelai yang
Terjadi Thd Luas yang
Diramalkan (%)
Jumlah
No OPTKLTS MT
2017/2018 (Ha)
Prakiraan Serangan OPT Kedelai MT
2018 (Ha)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 38
Adapun hasil 15 kajian P3OPT Tahun 2018 adalah sebagai berikut:
a. Metode Peramalan Luas Serangan Kerdil Rumput/Kerdil Hampa Dengan
Faktor Penginderaan Jauh dan Verifikasi Foto Udara
Wereng Batang Coklat, WBC, (Nilaparvata lugens Stall) merupakan salah satu
hama utama padi yang dapat menimbulkan kerugian secara langsung dengan
menghisap cairan tanaman yang menyebabkan tanaman kering dan mati
(hopperburn), dan secara tidak langsung sebagai vektor yang sangat efektif dari
penyakit virus kerdil yaitu kerdil rumput (Rice grassy stunt virus) dan kerdil
hampa (Rice ragged stunt virus) yang dalam beberapa musim tanam terakhir
kemunculannya di lapangan sangat dominan. Informasi tentang keadaan
serangan KR/KH di lapangan (luas dan intensitas) pada suatu waktu menjadi hal
sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan dalam mengantisipasi
kemunculnya di lapangan pada masa-masa mendatang. Kajian metode
peramalan luas serangan kerdil rumput/kerdil hampa dengan faktor
penginderaan jauh, data cuaca dan verifikasi foto udara bertujuan untuk
mendapatkan model penghitungan luas dan intensitas serangan penyakit KR/KH
berbasis Citra Satelit. Kajian dilaksanakan di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten
Bogor dengan pengamatan langsung di 20 hamparan/petak contoh (intensitas
kerusakan tanaman seluas 1 m2 pada 3 titik pengamatan pada setiap petak), dan
pemanfaatan Citra Satelit Sentinel 2. Hasil analisis regresi linier hubungan antara
Citra Satelit Sentinel 2 dengan hasil pengamatan langsung di lapangan
didapatkan model sebagai berikut :
Y = 65,58 X – 79,4 (Sig F= 2,00E-3; r2 = 0,770)
Y = Intensitas serangan KH/KR di lapangan (%)
X = Indeks NDVI Citra Satelit Sentinel 2
b. Hubungan Populasi Kelompok Telur Dengan Intensitas Serangan
Penggerek Batang Padi Kuning Pada Padi Sawah MT. 2018
Penggerek batang padi kuning, PBPK (Scirpophaga incertulas) merupakan
serangga hama yang sering ditemukan menyerang pertanaman padi di Indonesia
dan menimbulkan kerugian dengan mematikan tunas (vegetatif, sundep) dan
malai (generatif, beluk) baik pada musim hujan maupun kemarau. Efektivitas dan
efisiensi pengendalian serta antisipasi secara dini dalam pengelolaan PBPK
sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi terkait dengan karakteristik
perilakunya baik individu maupun serangan termasuk model peramalan
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 39
serangannya pada fase vegetatif (sundep) dan fase generatif (beluk). Kajian
hubungan populasi kelompok telur dengan intensitas serangan penggerek
batang padi kuning pada padi sawah bertujuan untuk mendapatkan model
peramalan serangan PBPK pada fase vegetatif (sundep) dan fase generatif
(beluk). Kajian dilaksanakan di Kabupaten Indramayu pada 20 hamparan contoh
dengan 30 rumpun contoh dan 10 pesemaian per hamparan. Populasi kelompok
telur di pesemaian dihitung berdasarkan jumlah kelompok telur yang ditemukan,
intensitas serangan dihitung berdasarkan jumlah anakan/tunas terserang
(sundep, mutlak) dan malai terserang (beluk, mutlak). Serangan PBPK
(sundep/beluk, Y, %) secara nyata ditentukan oleh populasi kelompok telur pada
pesemaian (X, KT/m2) dengan model sebagai berikut :
Log (Log Y+1) = 1,0854 (Log X+1) + 0,8577 (Sig F=2,089E-06, r² = 0,76)
Y = Intensitas Sundep (%)
X = Populasi Kelompok Telur di Pesemaian (KT/m2)
Log (Log Y+1) = 1,2302 (Log X+1) + 0,9529 (Sig F=7,2E-08, r² = 0,84)
Y = Intensitas Beluk (%)
X = Populasi Kelompok Telur di Pesemaian (KT/m2)
c. Pemodelan Serangan Bacterial Leaf Blight Pada Padi Sawah
Bacterial Leaf Blight atau hawar daun bakteri (HDB) (Xanthomonas oryzae pv.
oryzae) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan sering
dilaporkan menyerang pertanaman padi di Indonesia dan menimbulkan
kerusakan serta kerugian sejak di pesemaian hingga menjelang panen baik pada
musim hujan maupun kemarau. Pemahaman yang menyeluruh tentang
karakteristik serangan penyakit HDB tersebut khususnya terhadap
perkembangan serangan penyakit menjadi informasi yang sangat penting untuk
meningkatkan upaya antisipasi kemunculnya di lapangan pada masa-masa
mendatang. Kajian pemodelan serangan Bacterial Leaf Blight (BLB) pada padi
sawah bertujuan mengetahui dan membangun model perkembangan serangan
penyakit BLB pada tanaman padi sawah. Kajian dilaksanakan pada tahun 2018
di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Cianjur masing-masing 30 hamparan
contoh. Pengamatan dilakukan secara visual terhadap gejala serangan yang
muncul pada 20 rumpun contoh yang terdapat di 60 petak alami contoh, dan
pengamatan dilakukan pada fase vegetatif (4 – 6 minggu stelah tanam, MST)
dan generatif (9 – 12 minggu setelah tanam, MST). Intensitas serangan BLB
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 40
pada umur 4 - 6 MST (vegetatif) secara nyata mempengaruhi intensitas
serangannya pada umur 9 - 12 MST (generatif) dengan model hubungan sebagai
berikut :
Y = 2,3259 X + 0,0497 (Sig F = 1,03E-23; r² = 0,8263)
Y = intensitas serangan BLB fase generatif (9-12 MST)
X = intensitas serangan BLB fase vegetatif (4-6 MST)
d. Pengembangan Model Peramalan Serangan Hama Penggerek Tongkol
(Helicoperva armigera) Pada Tanaman Jagung
Penggerek tongkol jagung (PTJ) (Helicoverpa armigera) merupakan serangga
hama yang dilaporkan banyak menyerang pertanaman jagung di Indonesia dan
sering menimbulkan kerugian dengan memakan pipil jagung yang tongkol baik
pada musim hujan maupun kemarau. Efektivitas dan efisiensi pengendalian serta
antisipasi secara dini dalam pengelolaan PTJ sangat ditentukan oleh
ketersediaan informasi terkait dengan karakteristik perilakunya baik individu
maupun serangan termasuk model peramalan serangannya. Kajian
pengembangan model peramalan serangan hama penggerek tongkol
(Helicoverpa armigera) pada tanaman jagung bertujuan untuk mendapatkan
model peramalan serangan PTJ pada pertanaman jagung dan dilaksanakan
pada musim kemarau 2018 di Kabupaten Majalengka. Pengamatan populasi dan
serangan PTJ dilakukan secara visual di 20 hamparan contoh masing-masing 3
petak alami contoh dengan 30 tanaman contoh per petak yang ditentukan secara
acak sistematis sejak awal pembentukan tongkol (5 minggu setelah tanam, MST)
hingga menjelang panen (12 MST). Intensitas kerusakan PTJ pada 12 MST
secara nyata dapat diramalkan dengan populasi dan intensitas serangannya
pada 5 MST dengan model peramalan sebagai berikut :
Log (Y+10) = 0,819 Log (X+10) + 0,8295 (Sig F=5,5112E-10; r² = 0,613)
Y = Intensitas setrangan PTJ pada umur 12 MST (%)
X = Populasi larva PTJ (ekor/tanaman)
Log (Y+10) = 0,6005 Log (X+10) + 0,7986 (Sig F=1,3117E-07…: r² = 0,623)
Y = Intensitas serangan PTJ pada umur 12 MST (%)
X = Intensitas serangan PTJ pada umur 5 MST (%)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 41
Gambar 10. Pengamatan Serangan Penggerek Tongkol Jagung
e. Model Peramalan Epidemi Penyakit Bercak Coklat Dan Pengaruhnya
Terhadap Kehilangan Hasil Pada Ubi Jalar
Penyakit Bercak Coklat merupakan organisme pengganggu tumbuhan yang
sering dilaporkan menyerang dan menjadi kendala dalam usaha budidaya
tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas Lamb). Perkembangan infestasi dan
serangan penyakit bercak coklat pada beberapa tahun terakhir mengalami
peningkatan yang signifikan. Pemahaman yang menyeluruh tentang karakteristik
penyakit bercak coklat khususnya terhadap model perkembangan serangan dan
kehilangan hasil menjadi informasi yang sangat penting untuk meningkatkan
upaya antisipasinya. Kajian model peramalan epidemi penyakit bercak coklat
pada tanaman ubi jalar dan pengaruhnya terhadap kehilangan hasil bertujuan
untuk mengetahui model perkembangan penyakit bercak coklat pada tanaman
ubi jalar dan pengaruhnyaterhadap kehilangan hasil. Kajian dilaksanakan di
Kabupaten Kuningan pada musim kemarau 2018 (Juni – September).
Pengamatan dilakukan di 20 hamparan contoh yang masing-masing diambil 20
tanaman/rumpun contoh yang ditentukan secara acak sistematis terhadap
terhadap jenis dan kejadian serangan penyakit bercak daun (termasuk
dtangkapan spora) sebanyak 4 kali dengan interval 2 mingguan sejak umur 6
minggu setelah tanam (MST). Pada pengamatan terakhir menjelang panen
dilakukan pengambilan sampel panen. Patogen utama yang menjadi penyebab
primer penyakit bercak coklat pada pertanaman ubi jalar di Kabupaten Kuningan
adalah cendawan Alternaria sp. Intensitas penyakit bercak coklat pada saat
menjelang panen secara nyata dipengaruhi oleh intensitasnya pada umur 6 MST
dan serangannya mengakibatkan penurunan hasil yang nyata dengan model
hubungan sebagai berikut:
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 42
Log (Yt+1) = 1,2607 Log (X+1) + 0,0211 (Sig F= 3,071E-31; r2= 0,72)
Y = intensitas penyakit bercak coklat pada 12 MST (%)
X = intensitas penyakit bercak coklat pada 6 MST (%)
Log (Y) = 0,071 - 0,468 Log (X) (Sig F= 1,362E-20; r2= 0,78)
Y = Produksi pada saat panen (kg/ha,ton/ha)
X = intensitas penyakit bercak coklat pada saat panen (%)
f. Model Peramalan Penyakit Blas Terhadap Kehilangan Hasil Pada Padi
Sawah
Penyakit Blas (Pyricularia oryzae) merupakan salah satu penyakit yang
disebabkan oleh jamur dan sering dilaporkan menyerang pertanaman padi di
Indonesia dan menimbulkan kerusakan serta kerugian sejak di pesemaian
hingga menjelang panen baik pada musim hujan maupun kemarau. Gejala yang
muncul akibat infeksi jamur P. oryzae pada tanaman padi berupa bercak
berbentuk belah ketupat yang dapat ditemukan pada daun (leaf blast, blas
daun) sejak dari pesemaian sampai fase generative/menjelang panen dan pada
tangkai malai (neck blast, patah leher) sejak fase pembungaan sampai panen.
Efektivitas dan efisiensi antisipasi dan pengendalian penyakit blas
membeutuhkan pemahaman yang menyeluruh tentang karakteristik serangan
penyakit blas tersebut khususnya terhadap kehilangan hasil yang
diakibatkannya. Kajian model peramalan penyakit Blas terhadap kehilangan
hasil pada padi sawah bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kerusakan
tanaman terhadap kehilangan hasil tanaman padi. Kajian dilaksanakan pada
tahun 2018 di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi pada bulan Oktober
– Desember 2018. Pengamatan kejadian serangan blas dan pengambilan
sampel (10 rumpun contoh) dilakukan di kedua kabupaten masing-masing 30
petak alami contoh dengan keragaman tingkat kerusakan yang bervariasi (1-
100 %). Parameter produksi yang diamati antara lain jumlah malai (produktif;
non-produktif), jumlah bulir (bernas; hampa); kadar air saat panen (%), dan
berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung berdasarkan selisih antara
potensi produksi/produksi optimum (PP) terhadap produksi riil (PR). Tingkat
keparahan penyakit blas (X, %) secara nyata menyebabkan kehilangan hasil
tanaman padi (Y, %) dengan model sebagai berikut :
Y = 0,4184X + 9,5414 (Sig F =9,12E-43; r² = 0,797)
Y = kehilangan hasil (%); X = intensitas serangan penyakit blas (%)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 43
Gambar 11. Pengambilan Sampel Tanaman Padi Yang Terserang Blas
g. Pengaruh Serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri Xanthomonas oryzae
Pada Tanaman Padi Terhadap Kehilangan Hasil
Hawar daun bakteri atau HDB (Xanthomonas oryzae) merupakan salah satu
penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan sering dilaporkan menyerang
pertanaman padi di Indonesia dan menimbulkan kerusakan serta kerugian sejak
di pesemaian hingga menjelang panen baik pada musim hujan maupun
kemarau. Pemahaman yang menyeluruh tentang karakteristik serangan
penyakit HDB tersebut khususnya terhadap kehilangan hasil menjadi informasi
yang sangat penting untuk meningkatkan upaya antisipasi kemunculnya di
lapangan pada masa-masa mendatang. Kajian pengaruh serangan penyakit
Hawar Daun Bakteri Xanthomonas oryzae pada tanaman padi terhadap
kehilangan hasil bertujuan mengetahui hubungan antara kerusakan tanaman
terhadap kehilangan hasil tanaman padi. Kajian dilaksanakan pada tahun 2018
di Kabupaten Karawang, Subang dan Indramayu. Pengamatan kejadian
serangan HDB dan pengambilan sampel (10 rumpun contoh) dilakukan di ketiga
kabupaten masing-masing 17 petak alami contoh dengan keragaman tingkat
kerusakan yang bervariasi (1- 100 %). Parameter produksi yang diamati antara
lain jumlah malai (produktif; non-produktif), jumlah bulir (bernas; hampa), kadar
air saat panen (%), dan berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung
berdasarkan selisih antara potensi produksi/produksi optimum (PP) terhadap
produksi riil (PR). Tingkat keparahan penyakit HDB (X, %) secara nyata
menyebabkan kehilangan hasil tanaman padi (Y, %) dengan model sebagai
berikut :
Y = 0,4321 X + 7,1188 (Sig F = 1,36E-06; r² = 0,8586) (Karawang)
Y = 0,4040 X + 8,2422 (Sig F = 7,21E-48, r² = 0,7362) (Subang)
Y = 0,4329 X + 5,9171 (Sig F = 3,79E-64, r² = 0,8334) (Indramayu)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 44
h. Hubungan Intensitas Serangan Tungro Dengan Kehilangan Hasil Panen
Padi Sawah
Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia
yang dapat mengakibatkan kegagalan dalam budidaya tanaman padi. Infeksi
virus tungro yang ditularkan oleh wereng daun hijau (Nephotettix virescens) ini
menyebabkan terjadinya pemendekan ruas pada batang padi sehingga tanaman
menjadi kerdil dan tidak produktif. Gejala serangan tungro dapat ditemukan sejak
pesemaian hingga menjelang panen dengan tingkat keragaman intensitas yang
tinggi. Efektivitas, efisiensi dan antisipasi secara dini dalam pengelolaan penyakit
tungro ini sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi terkait dengan
karakteristik perilaku baik individu maupun serangannya termasuk pengaruh
serangan terhadap kehilangan hasil yang diakibatkan. Kajian hubungan
intensitas serangan Tungro dengan kehilangan hasil panen pada padi sawah
bertujuan untuk mendapatkan model hubungan intensitas serangan tungro
terhadap kehilangan hasil panen pada padi sawah. Kajian pada tahun 2018 di
Kabupaten Garut pada 24 hamparan contoh. Keparahan penyakit ditetapkan
dengan menghitung jumlah rumpun terserang (mutlak), dan sampel panen
diambil dari masing-masing petak contoh dengan tingkat keparahan bervariasi
(terendah-tertinggi). Parameter produksi yang diamati antara lain jumlah malai
(produktif; non-produktif), jumlah bulir (bernas; hampa), kadar air saat panen (%),
dan berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung berdasarkan selisih antara
potensi produksi/produksi optimum (PP) terhadap produksi riil (PR). Tingkat
keparahan penyakit tungro (X,%) secara nyata menyebabkan kehilangan hasil
tanaman padi (Y,%) dengan model sebagai berikut :
Y = 0,7151(X) + 14,823 (Sig-F=6,95E-16, r2=0,96)
Y = kehilangan hasil panen (%)
X = intensitas serangan tungro pada saat panen (%).
i. Pengaruh Serangan Penyakit Kerdil Hampa Kerdil Rumput Pada Tanaman
Padi Terhadap Kehilangan Hasil
Wereng Batang Coklat, WBC (Nilaparvata lugens Stall) merupakan salah satu
hama utama padi yang dapat menimbulkan kerugian secara langsung dengan
menghisap cairan tanaman yang menyebabkan tanaman kering dan mati
(hopperburn) dan secara tidak langsung sebagai vektor yang sangat efektif dari
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 45
penyakit virus kerdil yaitu kerdil rumput (Rice grassy stunt virus) dan kerdil
hampa (Rice ragged stunt virus) yang dalam beberapa musim tanam terakhir
kemunculannya di lapangan sangat dominan. Informasi tentang pengaruh
serangan penyakit kerdil tersebut terhadap kehilangan hasil menjadi sangat
penting untuk meningkatkan kewaspadaan dalam mengantisipasi kemunculnya
di lapangan pada masa-masa mendatang. Kajian pengaruh serangan penyakit
kerdil hampa dan kerdil rumput pada tanaman padi terhadap kehilangan hasil
bertujuan untuk mendapatkan model penghitungan kehilangan hasil tanaman
padi akibat serangan penyakit kerdil. Kajian dilaksanakan di Kabupaten Bogor
pada 45 hamparan contoh. Keparahan penyakit ditetapkan dengan menghitung
jumlah rumpun terserang (mutlak), dan sampel panen diambil dari masing-
masing petak contoh dengan tingkat keparahan bervariasi (terendah-tertinggi).
Parameter produksi yang diamati antara lain jumlah malai (produktif; non-
produktif), jumlah bulir (bernas; hampa); kadar air saat panen (%), dan berat 1000
butir (gram). Kehilangan hasil dihitung berdasarkan selisih antara potensi
produksi/produksi optimum (PP) terhadap produksi riil (PR). Tingkat keparahan
penyakit kerdil rumput/kerdil hampa (X,%) secara nyata menyebabkan
kehilangan hasil tanaman padi (Y, %) dengan model sebagai berikut :
Log Y = 0,4955 (log x) + 0,9616 (Sig F : 2,67E-23: r² = 0,9019)
Y = Kehilangan hasil (%)
X = Intensitas serangan penyakit KH/KR (%)
j. Studi Kehilangan Hasil oleh Hama Penggerek Tongkol di Lapangan pada
Tanaman Jagung Pipil
Penggerek tongkol jagung, PTJ (Helicoverpa armigera ) merupakan serangga
hama yang dilaporkan menyerang pertanaman jagung di Indonesia dan sering
menimbulkan kerugian dengan memakan pipil jagunvg yang tonglol baik pada
musim hujan maupun kemarau. Efektivitas dan efisiensi pengendalian serta
antisipasi secara dini dalam pengelolaan PTJ sangat ditentukan oleh
ketersediaan informasi terkait dengan karakteristik perilakunya baik individu
maupun serangan termasuk hubungan antara serangan dan kehilangan hasil
yang diakibatkannya. Studi kehilangan hasil oleh hama penggerek tongkol
(Helicoverpa armigera) di lapangan pada tanaman jagung bertujuan untuk
mengetahui dan membangun model hubungan antara serangan PTJ dengan
kehilangan hasil ini dilaksanakan pada musim kemrau 2018 di Kabupaten
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 46
Kuningan. Pengamatan populasi dan serangan PTJ dilakukan secara visual di
20 hamparan contoh masing-masing 3 petak alami contoh dengan 30 tanaman
contoh per petak yang ditentukan acak sistematis. Parameter produksi yang
diamati adalah adalah jumlah pipil jagung (sehat, terserang), kadar air (%), dan
berat 100 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung berdasarkan selisih antara
potensi produksi (PP) terhadap produksi riil (PR). Intensitas serangan PTJ (X, %)
secara nyata menyebabkan kehilangan hasil tanaman jagung (Y, %) dengan
model sebagai berikut :
Log (Y+2) = 0,0262 + 0,9387*Log(X+2) (Sig F =2,5087E-29; R2 = 0,88)
Y = kehilangan hasil (%)
X = kerusakan tongkol (%)
k. Hubungan Intensitas Serangan Penggerek Batang Padi Dengan Kehilangan
Hasil
Penggerek Batang Padi atau PBP (putih, kuning, merah jambu, bergaris, kepala
hitam) merupakan serangga hama yang sering ditemukan menyerang
pertanaman padi di Indonesia yang sering menimbulkan kerugian dengan
mematikan tunas (vegetatif, sundep) dan malai (generatif, beluk) baik pada
musim hujan maupun kemarau. Efektivitas dan efisiensi pengendalian serta
antisipasi secara dini dalam pengelolaan PBP sangat ditentukan oleh
ketersediaan informasi terkait dengan karakteristik perilakunya baik individu
maupun serangan termasuk pengaruh serangan terhadap kehilangan hasil yang
diakibatkannya. Kajian hubungan intensitas serangan Penggerek Batang Padi
dengan kehilangan hasil bertujuan untuk mendapatkan model penghitungan
kehilangan hasil tanaman padi yang diakibatkan oleh serangan PBP. Kajian
dilaksanakan di Kabupaten Karawang dan Indramayu masing-masing pada 20
hamparan contoh dengan 10 rumpun contoh per hamparan. Intensitas serangan
dihitung berdasarkan jumlah anakan/tunas terserang (mutlak) dan sampel panen
diambil dari masing-masing petak contoh dengan tingkat serangan bervariasi
(terendah-tertinggi). Parameter produksi yang diamati antara lain jumlah
anakan/malai (produktif; non-produktif), jumlah bulir (bernas; hampa); kadar air
saat panen (%), dan berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung
berdasarkan selisih antara potensi produksi (PP) terhadap produksi riil (PR).
Intensitas serangan PBP (X, %) secara nyata menyebabkan kehilangan hasil
tanaman padi (Y, %) dengan model sebagai berikut :
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 47
Log (Y) = 0,5977 Log (X) + 0,7939 (Sig F= 7,895E65, r² = 0,8037) (Karawang)
Y = Kehilangan hasil (%)
X = Intensitas serangan PBP (%)
Log (Y+1) = 0,6722 Log (X+1)+0,6722 (Sig F=1,06E-102, r²=0,9487)
(Indramayu)
Y = Kehilangan hasil (%)
X = Intensitas serangan PBP (%)
l. Hubungan Antara Serangan Tikus dan Kehilangan Hasil
Tikus (Rattus argentiventer) merupakan hama yang selalu dilaporkan menyerang
pertanaman padi di Indonesia dan sering menimbulkan kerugian dengan
memotong tunas sejak fase pesemaian sampai dengan menjelang panen baik
pada musim hujan maupun kemarau. Efektivitas dan efisiensi pengendalian serta
antisipasi secara dini dalam pengelolaan hama Tikus sangat ditentukan oleh
ketersediaan informasi tentang karakteristik perilakunya termasuk pengaruh
serangan terhadap kehilangan hasil yang diakibatkannya. Kajian hubungan
antara serangan hama tikus dengan kehilangan hasil bertujuan untuk
mendapatkan model penghitungan kehilangan hasil tanaman padi yang
diakibatkan oleh serangan hama Tikus. Kajian dilaksanakan di Kabupaten Bekasi
dan Kabupaten Cirebon pada musim kemarau 2018 masing-masing pada 30
petak contoh dengan 10 rumpun contoh per hamparan. Intensitas serangan
dihitung berdasarkan jumlah anakan/tunas terserang (mutlak) dan sampel panen
diambil dari masing-masing petak contoh dengan tingkat serangan bervariasi
(terendah-tertinggi) . Parameter produksi yang diamati antara lain jumlah
anakan/malai (produktif; non-produktif), jumlah bulir (bernas; hampa); kadar air
saat panen (%), dan berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung
berdasarkan selisih antara potensi produksi (PP) terhadap produksi riil (PR).
Intensitas serangan Tikus (X, %) secara nyata menyebabkan kehilangan hasil
tanaman padi (Y, %) dengan model sebagai berikut :
Ln (Y) = 0,74997 Ln (X) + 1,1419 (Sig F : 8,02E-171; r² =0,9514)
Y = Kehilangan hasil (%)
X = Intensitas serangan Tikus (%)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 48
m. Hubungan Pengamatan Etiella zinckinella Treit. dengan Kehilangan Hasil
Pada Tanaman Kedelai
Penggerek polong (Etiella zinckinella Treitschke) merupakan salah satu
serangga hama utama pada pertanaman kedelai di Indonesia, terutama pada
sentra-sentra produksi tanaman kedelai. Efektivitas dan efisiensi pengendalian
serta antisipasi secara dini dalam pengelolaan Penggerek Polong (Etiella
zinckinella Treitschke) sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi terkait
dengan karakteristik perilakunya baik individu maupun serangan termasuk
pengaruh serangan terhadap kehilangan hasil yang diakibatkannya. Kajian
hubungan tingkat serangan Penggerek Polong Kedelai (Etiella zinckinella
Treitschke) (Lepidoptera : Pyralidae) dengan kehilangan hasil pada tanaman
kedelai bertujuan untuk mendapatkan model penghitungan kehilangan hasil
tanaman kedelai yang diakibatkan oleh serangan penggerek polong. Kajian
dilaksanakan di Kabupaten Cianjur pada musim kemarau 2018 di 20 hamparan
contoh masing-masing 3 petak alami contoh dan masing-masing 10
tanaman/rumpun contoh. Intensitas serangan dihitung berdasarkan jumlah
polong terserang (mutlak) dan sampel panen diambil dari masing-masing petak
contoh dengan tingkat serangan bervariasi (terendah-tertinggi). Parameter
produksi yang diamati antara lain jumlah polong (sehat, sakit), kadar air saat
panen (%), dan berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung berdasarkan
selisih antara potensi produksi (PP) terhadap produksi riil (PR). Intensitas
serangan Penggerek polong (X, %) secara nyata menyebabkan kehilangan hasil
tanaman kedelai (Y, %) dengan model sebagai berikut :
Log (Y+1) = 0,858 *Log (X+1) + 0,149 (Sig F = 0,003 ; r² = 0,4035)
Y = Kehilangan hasil oleh Penggerek Polong (%)
X = intensitas serangan Penggerek Polong (%)
n. Pengaruh Konsentrasi Paenibacillus polymyxa Terhadap Penyakit Karat
Daun Pada Tanaman Kacang Tanah
Penyakit Karat (Puccinia arachidis) merupakan salah satu penyakit yang
disebabkan oleh jamur yang dilaporkan menyerang pertanaman kacang tanah di
Indonesia dan menimbulkan kerusakan pada daun serta kerugian (hingga 50 %)
sejak awal pertumbuhan sampai dengan menjelang panen baik pada musim
hujan maupun kemarau serta pada lahan sawah maupun lahan kering.
Pengendalian Hama Terpadu adalah pendekatan ekologi secara luas untuk
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 49
pengelolaan serangan OPT dengan mengkombinasikan beragam teknik
pengendalian yang kompatibel, sehingga kerusakan ekonomi dapat terhindarkan
dan akibat-akibat merugikan dapat diminimalkan. Salah satu teknik pengendalian
yang diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam meminimalkan akibat-
akibat yang merugikan dalam pengendalian Penyakit Karat (Puccinia arachidis)
pada kacang tanah adalah pemanfaatan Agens pengendali Hayati. Kajian
pengaruh konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap penyakit karat daun
pada tanaman kacang tanah bertujuan mengetahui efektifitas bakteri
P. polymyxa dalam pengendalian penyakit karat daun P. arachidis pada tanaman
kacang tanah. Kajian dilaksanakan pada awal musim hujan tahun 2018 di
Kecamatan Dawuan Subang dengan 5 perlakuan (PP-1 (perlakuan benih); PP-2
(konsentrasi 2,5 ml/l); PP-3 (konsentrasi 5 ml/l); PP-4 (konsentrasi 7,5 ml/l); F-5
(Fungisida Mancozeb)) dan kontrol, serta aplikasi pada 1,2,3,4,6, dan 8 minggu
setelah tanam (MST). Larutan Paenibacillus polymyxa mampu menekan
perkembangan serangan Penyakit Karat (Puccinia arachidis) hingga 68,93 %
dan berbeda nyata dengan kontrol. Pada konsentrasi 7,5 ml/l kemampuan
menekannya tidak berbeda nyata dengan Fungisida Mancozeb.
o. Pengendalian Hama Perusak Polong Dengan Menggunakan Minyak Serai
Wangi (Cymbopogon nardus L.) Pada Pertanaman Kedelai
Hama Perusak Polong (Spodoptera litura, Plusia chalcites, Helicoverpa sp.,
Nezara viridula) merupakan kompleks hama yang dilaporkan menyerang
pertanaman kedelai di Indonesia dan menimbulkan kerusakan pada polong
kedelai serta kerugian sejak awal pembentukan polong sampai dengan
menjelang panen baik pada musim hujan maupun kemarau. Pengendalian hama
terpadu adalah pendekatan ekologi secara luas untuk pengelolaan serangan
OPT dengan mengkombinasikan beragam teknik pengendalian yang kompatibel,
sehingga kerusakan ekonomi dapat terhindarkan dan akibat-akibat merugikan
dapat diminimalkan. Salah satu teknik pengendalian yang diharapkan mampu
memberikan kontribusi dalam meminimalkan akibat-akibat yang merugikan
dalam pengendalian Hama Perusak Polong (Spodoptera litura, Plusia chalcites,
Helicoverpa sp., Lamprosema sp.) pada kedelai adalah pemanfaatan Pestisida
Nabati termasuk Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.). Kajian pengendalian
hama perusak polong dengan menggunakan minyak serai wangi (Cymbopogon
nardus L.) pada pertanaman kedelai. Larutan semprot yang terdiri dari (serai
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 50
wangi 4 cc/l) dan ekstrak kering mimba (10 g/l) dan kontrol. Aplikasi dilakukan
pada umur 30-35 HST, 50-55 HST, dan 70-75 HST. Pengamatan dilakukan
dengan interval 2 minggu dimulai 1 hari sebelum aplikasi pertama sampai dengan
aplikasi terakhir. Perlakuan (larutan minyak serai wangi 4 cc/l dan ekstrak mimba
10 g/l) pada pertanaman kedelai mampu (1) menekan kerusakan daun oleh
Spodoptera litura sebesar 45,69 %, Plusia chalcites (72,91 %), Helicoverpa sp.
(90,08 %), dan Lamprosema sp. (94,10 %), (2) menekan kerusakan polong
secara keseluruhan dapat ditekan hingga 30,86 %, dan (3) menekan kehilangan
oleh kompleks OPT sebesar 27,82 %.
III. Meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT
Indikator kinerja dari meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT adalah
(a). Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang terjadi berulang
dan (b). Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang (5 aspek
SAKIP sesuai Permenpan RB No. 12 Tahun 2015).
Tabel. 21. Capaian Indikator Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan BBPOPT
Capaian indikator jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang
terjadi berulang dan jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi
berulang adalah – (atau tidak ada data) karena pada tahun 2018 tidak ada
pelaksanaan audit pengelolaan keuangan oleh BPK dan audit implementasi SAKIP di
BBPOPT.
NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN No INDIKATOR KINERJA TARGET CAPAIAN
0 -
1 Meningkatnya akuntabilitas
kinerja di lingkungan BBPOPT 1
Jumlah temuan BPK atas pengelolaan
keuangan BBPOPT yang terjadi berulang 0 -
2
Jumlah temuan Itjen atas implementasi
SAKIP yang terjadi berulang (5 aspek SAKIP
sesuai Permenpan RB No. 12 Tahun 2015)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 51
A. Kegiatan Pendukung Peningkatan Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan
BBPOPT
1. Penilaian Maturitas SPIP
Penilaian Tingkat Maturitas SPIP Lingkup UPT Kementerian Pertanian
dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian dilaksankan pada
tanggal 22 Mei - 1 Juni 2018. Sesuai dengan Kepmentan No.
840/Kpts/PW.420/12/2018, hasil penilaian penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Tahun 2018, menunjukkan bahwa
tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP pada Balai Besar Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan berada pada level "terdefinisi" atau
tingkat 3 dari 5 tingkat maturitas SPIP. Pengukuran terhadap 25 fokus penilaian
maturitas menghasilkan nilai maturitas SPIP sebesar 3,536. Hal ini berarti nilai
maturitas penyelenggaraan SPIP BBPOPT telah mengalami kenaikan dari nilai
maturitas SPIP Tahun 2016 yaitu dari 2,715 (level berkembang) menjadi 3,536
(level terdefinisi) untuk penilaian kegiatan tahun 2018.
Ke 25 fokus maturitas mengikuti prinsip yang sifatnya umum, kendati
pengelompokannya mengikuti sub unsur SPIP. Tingkat maturitas pada level
"terdefinisi", menunjukkan bahwa penyelenggaraan SPIP secara umum di Balai
Besar peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan memiliki karakteristik:
a. Telah melaksanakan pengendalian intern di semua tingkatan organisasi/unit
organisasi dan terdokumentasi dengan baik.
b. Unsur-unsur SPIP telah diimplementasi secara penuh.
c. Dokumentasi pengendalian intern telah dilaksanakan secara konsisten,
tertib, dan rapi.
d. Evaluasi atas pengendalian intern telah dilakukan secara berkala meskipun
tanpa dokumen yang memadai. Pimpinan mendukung dan melembagakan
pemantauan pengendalian intern.
e. Dilakukan program pendidikan dan pelatihan untuk pemantauan
pengendalian intern.
f. Menajemen telah mulai peduli dengan permasalahan pengendalian,
meskipun beberapa kelemahan masih ada.
g. Pegawai telah peduli dengan tanggung jawab mereka terhadap
pengendalian. Praktik pengendalian mulai dilaksanakan secara sadar oleh
personil yang terkait berdasarkan kebijakan dan SOP yang ditetapkan.
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 52
Gambar 12. Sertifikat Maturitas Penyelenggaraan SPIP Tahun 2018
2. Pembinaan SPIP Oleh Tim Inspektorat Jenderal
Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Satker
BBPOPT TA 2018 oleh Tim Inspektorat II Inspektorat Jenderal Kementerian
Pertanian dilaksanakan di BBPOPT pada tanggal 29 Agustus - 5 September
2018. Hasil Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada
Satker BBPOPT TA 2018 oleh Inspektorat II Inspektorat Jenderal Kementerian
Pertanian sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian
Dalam lingkungan pengendalian terdapat unsur yang kurang memadai
yang berpengaruh terhadap risiko kegiatan, yaitu
a. Unsur pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat
dalam aplikasinya untuk pegawai yang diberikan wewenang kurang
mengerti batasan tanggung jawabnya
b. Unsur penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
Pembinaan SDM belum terdapat supervisi periodik secara tertulis.
2. Penilaian Risiko
Hasil pembinaan untuk penilaian risiko untuk Kegiatan Pengembangan
Teknologi Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT mempunyai 5
tahap proses bisnis yang didalamnya terdapat 12 identifikasi risiko.
3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian adalah pelaksanaan Kebijakan dan SOP untuk
mengelola risiko, sehingga akan mengarahkan kegiatan pada pencapaian
tujuan. Terhadap kegiatan pengendalian, Satker BBPOPT dan Tim
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 53
Pembina telah menyusun SOP untuk mengendalikan risiko yang
diidentifikasi pada Kegiatan Pengembangan Teknologi Pengamatan,
Peramalan dan Pengendalian OPT.
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat
waktu sehingga memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintah
melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya. Sehubungan
dengan hal tersebut, Tim Pembinaan SPIP dan Satker BBPOPT telah
merancang informasi dan komunikasi dalam bentuk Formulir Kartu Kendali
Informasi dan Komunikasi. Informasi dan komunikasi dilaksanakan oleh
penanggungjawab kegiatan dan koordinator yang melaksanakan kegiatan.
5. Pemantauan atas pelaksanaan Kebijakan/SOP
Satker BBPOPT bersama dengan Tim Pembinaan SPIP telah menyusun
rancangan pemantauan terhadap efektifitas penyelenggaran SPIP dalam
suatu bentuk jadwal kegiatan datam satu tahun anggaran.
Rekomendasi
1. Memastikan penanggungjawab kegiatan untuk melakukan sosialisasi
mengenai batasan tanggungjawab setiap personil dan metakukan
supervisi secara periodik atas pelaksanaan kegiatan.
2. Memastikan Penanggungjawab kegiatan metaksanakan sosialisasi
mengenai analisa risiko beserta langkah-langkah pengendaliannya kepada
pelaksana kegiatan.
3. Memastikan prosedur operasional kegiatan (K/SOP) yang telah dibangun
disosialisasikan kepada seluruh unsur manajemen dan pelaksana
kegiatan, serta kartu kendali informasi dan komunikasi dapat
diimplementasikan sebagai sarana pengendalian pimpinan terhadap
petaksanaan serta pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan.
4. Memastikan rancangan pengendalian dapat dilaksanakan secara efektif
dengan melakukan pemantauan atas setiap proses bisnis yang
dilaksanakan, sehingga target output dapat tercapai tepat waktu.
5. Memastikan pembangunan unsur SPIP pada kegiatan tainnya, sehingga
kegiatan satker dapat tercapai sesuai dengan tujuan dan sasarannya.
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 54
3.1.1. Pencapaian Kinerja Lainnya
Pengawalan Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan
Kedelai Provinsi Kalimantan Timur
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 549/Kpts/OT.050/8/2018 tanggal
3 Agustus 2018 tentang Perubahan Kesebelas Atas Keputusan Menteri Pertanian
No. 1243/Kpts/OT.160/12/2014 tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus
Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Melalui Program Perbaikan
Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya, Kepala Balai Besar Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) menjadi Penanggung Jawab
UPSUS Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan untuk Penanggung Jawab Tingkat
Kab/Kota adalah sebagai berikut: (a) PJ Kab Berau dan Kab Paser: Kabid Program
dan Evaluasi BBPOPT, (b) PJ Kab Penajam Paser Utara dan Kutai Timur: Kepala
BPTP Kalimantan Timur, (c) Kab Kutai Kartanegara dan Kutai Barat: Kepala Balai
Besar Pelatihan Pertanian Binuang BPPSDMP.
Dalam rangka peningkatan Luas Tanam Padi, Jagung dan Kedelai, upaya-upaya
yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Berkoordinasi dengan jajaran Dinas
Pertanian Provinsi Kalimantan Timur dan Dinas Pertanian Kab/Kota dalam upaya
peningkatan luas tanam, (2) Melakukan aplikasi teknologi dengan bekerjasama
dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Kalimantan Timur,
(3) Melakukan pendekatan sosiologis dan kultural kepada petani dan kelompok tani
serta penyuluh terkait pemanfaatan lahan kering untuk peningkatan produksi, (4)
Mengadakan pertemuan koordinasi tingkat Kabupaten maupun Kecamatan untuk
evaluasi pelaksanaan LTT dan mencari solusi terhadap permasalahan yang muncul
di tingkat petani, (5). Melakukan pengecekan lapang terkait pelaksanaan tanam di
tingkat lapang, dan (6). Melakukan bimbingan teknis pengamatan, peramalan dan
pengendalian OPT kepada para petani/poktan dan penyuluh dalam rangka
pengamanan produksi.
Gambar 13. Pelaksanaan Pengawalan UPSUS Provinsi Kalimantan Timur
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 55
Tabel 22. Luas Tanam Padi Prov Kalimantan Timur Tahun 2018
Tabel 23. Perbandingan Luas Tanam Padi Prov Kalimantan Timur Tahun 2017 dan Tahun 2018 (ha)
Berdasarkan tabel di atas luas tanam padi Provinsi Kalimantan Timur tahun 2018
mengacu pada data BPS adalah seluas 97.409,1 ha (khusus data luas tanam bulan
Desember 2018 memakai data sementara dari SP Provinsi). Jika dibandingkan
pada tahun 2017 adalah seluas 89.570,7 ha terdapat peningkatan luas tanam padi
seluas 7.838,4 ha (atau 8,75 %). Berdasarkan data di atas terlihat bahwa terjadi
pergeseran musim tanam di Provinsi Kalimantan Timur sebagai akibat perubahan
iklim yang terjadi.
Tabel 24. Luas Tanam Jagung dan Kedelai Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa luas tanam jagung Provinsi
Kalimantan Timur pada tahun 2018 adalah seluas 16.557 ha, sedangkan untuk
kedelai hanya seluas 88 ha.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Paser 2.425,9 492,6 177,6 263,2 495,6 642,1 459,5 157,6 28,9 21 1.038 1.830
2 Kutai Barat 10,5 10,0 - 94,7 55,9 25,9 41,4 604,8 891,2 2.713 - 200
3 Kutai Kartanegara 2.316,5 480,7 1.186,5 2.650,0 7.479,6 3.770,2 1.259,3 2.467,3 1.708,3 2.244 3.368 5.623
4 Kutai Timur 860,0 366,4 96,0 215,9 466,9 541,7 356,1 474,6 1.456,2 1.090 202 194
5 Berau 1.384,3 269,3 838,7 443,8 145,6 226,5 727,0 1.797,0 2.217,8 2.853 2.223 999
6 PPU 3.964,1 338,0 5.321,3 591,3 3.177,0 834,5 2.474,6 195,4 3,0 44 1.803 3.921
7 Mahakam Ulu - - - - - - - 130,9 1.447,9 1.558 - -
8 Balikpapan 7,0 - - - - - 6,0 19,9 8,0 - - 3
9 Samarinda 165,0 295,5 592,1 187,0 495,5 136,6 661,7 110,7 38,7 85 609 434
10 Bontang 10,0 1,0 13,0 - 3,0 - 21,9 3,0 1,0 1 1 16
Jumlah 11.143,3 2.253,5 8.225,2 4.445,9 12.319,1 6.177,5 6.007,5 5.961,2 7.801,0 10.610,0 9.244,5 13.220,0
No Kab/KotaLuas Tanam Padi Tahun 2018 (Ha)
LTT (Ha) JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES JAN-DES
Thn 2017 5.136,7 1.362,4 2.242,3 8.582,2 14.101,7 2.736,0 2.590,4 1.860,0 7.759,2 10.752,6 12.743,2 19.704,0 89.570,7
Thn 2018 11.143,3 2.253,5 8.225,2 4.445,9 12.319,0 6.177,5 6.007,5 5.961,2 7.801,0 10.610,0 9.245,0 13.220,0 97.409,1
Selisih (Ha) 6.006,6 891,1 5.982,9 4.136,3- 1.782,7- 3.441,5 3.417,1 4.101,2 41,8 142,6- 3.498,2- 6.484,0- 7.838,4
Komoditas Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Total (ha)
Jagung 1.097 1.074 1.556 1.979 1.458 1.474 1.646 1.249 811 1.352 1.841 1.021 16.557
Kedelai 2 13 5 7 19 11 3 - 5 9 3 11 88
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 56
3.2. REALISASI ANGGARAN
Dalam rangka mendukung kegiatan pengembangan peramalan serangan organisme
pengganggu tumbuhan, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan
(BBPOPT) pada Tahun Anggaran 2018 telah dialokasikan anggaran sebesar Rp.
16.068.446.000,-. Capaian realisasi serapan anggaran BBPOPT per tanggal 31
Desember 2018 adalah sebesar Rp. 15.401.456.576,- atau sebesar 95,85 %.
Pagu dan realisasi anggaran berdasarkan pengelompokan jenis belanja adalah
sebagai berikut:
a. Belanja Pegawai mempunyai anggaran sebesar Rp. 5.964.268.000,- atau
37,11% dari total anggaran BBPOPT. Realisasi penggunaan anggaran
Rp. 5.452.348.000,- atau capaian 91,42% dibandingkan pagu anggaran.
b. Belanja Barang mempunyai anggaran sebesar Rp. 8.761.232.000,- atau 54,52%
dari total anggaran BBPOPT. Realisasi penggunaan anggaran
Rp. 8.607.817.781,- atau capaian 98,25% dibandingkan pagu anggaran.
c. Belanja Modal mempunyai anggaran sebesar Rp. 1.342.946.000,- atau 8,35%
dari total anggaran BBPOPT. Realisasi penggunaan anggaran
Rp. 1.341.290.795,- atau capaian 99,88% dibandingkan pagu anggaran.
Tabel 25. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja
Pagu dan realisasi anggaran berdasarkan pengelompokkan output adalah sebagai
berikut:
a. Model Peramalan OPT mempunyai anggaran sebesar Rp. 5.861.400.000,- atau
36,47% dari total anggaran BBPOPT. Realisasi serapan anggaran
Rp. 5.839.349.294,- atau capaian 99,62% dibandingkan pagu anggaran.
b. Layanan Internal (Overhead) mempunyai anggaran sebesar
Rp. 2.285.146.000,- atau 14,22% dari total anggaran BBPOPT. Realisasi serapan
anggaran Rp. 2.180.905.705,- atau capaian 94,44% dibandingkan pagu anggaran.
Pagu
(Rp.) (Rp.) (%)
1 Pegawai 5.964.268.000 5.452.348.000 91,42
2 Barang 8.761.232.000 8.607.817.781 98,25
3 Modal 1.342.946.000 1.341.290.795 99,88
16.068.446.000 15.401.456.576 95,85
Realisasi
Jumlah
No. Jenis Belanja
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 57
c. Layanan Perkantoran mempunyai anggaran sebesar Rp. 7.921.900.000,- atau
49,30% dari total anggaran BBPOPT. Realisasi serapan anggaran
Rp. 7.381.201.577,- atau capaian 93,17% dibandingkan pagu anggaran.
Tabel 26. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Output
Berdasarkan perbandingan realisasi serapan anggaran Tahun 2018 dengan Tahun
2017 menunjukan bahwa realisasi serapan anggaran Tahun 2018 mengalami sedikit
penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 96,62% menjadi 95,85 % di tahun 2018.
Berikut ini penyebab serapan anggaran BBPOPT di tahun 2018 hanya mencapai
95,90% : (1) Adanya perpindahan/mutasi SDM ke luar BBPOPT yang menyebabkan
alokasi gaji dan tunjangan tidak terserap secara maksimal, (2) Adanya alokasi belanja
transito pegawai (cadangan) yang tidak dipakai, (3) Adanya efisiensi pengadaan
barang dan jasa (sisa kontrak).
Tabel 27. Perbandingan Realisasi Anggaran BBPOPT Tahun 2017 dan 2018
Pagu
(Rp.) (Rp.) (%)
1 Model Peramalan OPT 5.861.400.000 5.839.349.294 99,62
2 Layanan Internal 2.285.146.000 2.180.905.705 95,44
3 Layanan Perkantoran 7.921.900.000 7.381.201.577 93,17
16.068.446.000 15.401.456.576 95,85
No. OutputRealisasi
Jumlah
No Tahun Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Realisasi (%)
1 2017 16.689.224.000 16.125.822.115 96,62
2 2018 16.068.446.000 15.401.456.576 95,85
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 58
3.3. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA
Analisis efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan menghitung
penghematan anggaran dalam mencapai output kegiatan.
Gambar 14. Rumus Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Keterangan:
E : Efisiensi
RVK : Realisasi volume keluaran TVK : Target volume keluaran
RAK : Realisasi anggaran per keluaran PAK : Pagu anggaran per keluaran
Tabel 28. Efisiensi Kegiatan Utama BBPOPT Tahun 2018
1 Pengamanan Produksi Prov 8 8 1.552.914.000 1.552.494.700 0,03
2 Pengamatan keadaan lapang padi Data 24 24 274.619.000 274.614.550 0,00
3 Pengamatan keadaan lapang jagung Data 8 8 65.128.000 64.856.000 0,42
4 Pengamatan keadaan lapang kedelai Data 6 9 54.120.000 54.115.700 33,34
5 Pengamatan keadaan lapang kacang Data 8 8 29.000.000 28.562.100 1,51
6 Pengamatan keadaan lapang umbi Data 8 8 24.500.000 24.289.300 0,86
7 Upsus Peningkatan Produksi Prov 4 4 1.160.623.000 1.160.436.485 0,02
8 Pameran Pembangunan Pertanian Pameran 4 4 61.991.000 61.835.300 0,25
9 Publikasi Cetak Paket 4 4 121.600.000 121.157.000 0,36
10 Pengembangan Perpustakaan Paket 1 1 13.900.000 13.876.600 0,17
11 Website BBPOPT Paket 1 1 27.100.000 27.070.000 0,11
12 Siaran Radio dan TV Siaran 5 6 112.250.000 112.004.900 16,85
13 Pelatihan P3OPT (SDM Daerah) Org 60 60 294.700.000 294.583.100 0,04
14 Pelatihan P3OPT (SDM BBPOPT) Kegiatan 8 10 46.602.000 46.100.580 20,86
15 Pelatihan Agens Hayati Org 30 30 150.690.000 150.440.000 0,17
16 Bahan operasional laboratorium Lab 7 7 677.026.000 674.708.960 0,34
17 Perbanyakan isolat dan produk APH Test tube 7000 8211 155.415.000 155.402.500 14,76
18Pengembangan peramalan OPT
Pangan Spesifik LokasiProv 24 29 310.687.000 310.548.165 17,28
19 Workshop Evaluasi Peramalan OPT Workshop 2 2 121.260.000 121.156.700 0,09
20 Pengembangan Teknologi P3OPT Model 15 15 238.127.000 227.446.050 4,49
21 Operasional Lab VHT Lab 1 1 117.800.000 117.290.050 0,43
22 Pemantauan dan Evaluasi Mutu LPHP LPHP 24 24 49.840.000 49.789.542 0,10
23 Pemantauan Kegiatan Lapang BBPOPT Kegiatan 15 15 44.000.000 43.984.542 0,04
4,89
Efisiensi
(%)SatuanJenis KeluaranNo
Rata-rata Efisiensi
Target Vol
Keluaran
(TVK)
Realisasi Vol
Keluaran
(RVK)
Pagu Anggaran per
Keluaran (PAK)
Realiasi Anggaran
per Keluaran (RAK)
Keluaran (Output) Volume Keluaran Anggaran (Rp)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 59
Semakin sedikit anggaran yang digunakan untuk mencapai indikator kinerja yang
maksimal, maka nilai efisiensi semakin tinggi. Jika rasio penggunaan anggaran lebih
rendah dari rasio pagu anggaran untuk menghasilkan satu (1) satuan capaian output
kegiatan, maka menunjukkan penggunaan anggaran yang efisien. Berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus di atas, efisiensi pada capaian kegiatan BBPOPT
adalah sebesar 4,89 %. Tercapainya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran
tersebut antara lain didukung dengan perbaikan manajemen pengelolaan anggaran.
Nilai efisiensi ini juga menjelaskan bahwa BBPOPT mampu untuk mengoptimalkan
sumber daya anggaran yang telah dialokasikan untuk menghasilkan capaian indikator
kinerja.
Permasalahan dan Tindaklanjut
a. Permasalahan
Peramalan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan suatu kegiatan
yang diarahkan untuk mendeteksi atau memprediksi populasi atau serangan OPT
serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang ditimbulkannya dalam ruang dan
waktu tertentu. Peramalan OPT merupakan suatu komponen penting dalam
strategi pengelolaan hama dan penyakit tanaman sebab dengan adanya
peramalan dapat memberikan peringatan dini untuk dapat segera dilakukan
langkah pencegahan maupun pengendaliannya. Namun peramalan OPT ke depan
akan semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman, dengan
permasalahan sebagai berikut:
1) Aspek Sumber Daya Manusia
- Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang fokus dalam
pengembangan peramalan OPT
- Kurangnya pelatihan untuk capacity building bagi fungsional POPT
2) Aspek Anggaran
- Masih rendahnya dukungan anggaran untuk mendukung kegiatan
pengembangan peramalan, pengamatan dan pengendalian serta sistem
informasi.
- Masih kurang tepatnya penyusunan rencana anggaran yang sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan kegiatan.
3) Aspek Sarana
- Terbatasnya sarana penunjang pengembangan teknologi dan sistem
informasi peramalan, pengamatan dan pengendalian serta sistem informasi.
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 60
b. Upaya Tindak Lanjut
Tindaklanjut yang telah dan perlu terus dilakukan dalam upaya perbaikan
pelaksanaan kegiatan ke depan adalah sebagai berikut:
1) Aspek Sumber Daya Manusia
- Mengusulkan penambahan SDM bidang peramalan dengan
background di luar HPT/Pertanian seperti statistik, matematika dan
ilmu komputer.
- Meningkatkan kompetensi SDM dalam pengembangan peramalan
OPT dan teknologi informasi melalui pendidikan formal atau mengikuti
pelatihan baik di dalam maupun luar negeri.
2) Aspek Anggaran
- Mengusulkan tambahan anggaran untuk mendukung biaya kegiatan
pengembangan teknologi peramalan, pengamatan dan pengendalian
serta sistem informasi.
- Menyusun rencana anggaran yang sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan kegiatan berdasarkan usulan dari pelaksana kegiatan.
3) Aspek Sarana
- Mengajukan sarana kegiatan teknis yang sesuai dengan kebutuhan
pengembangan teknologi peramalan, pengamatan dan pengendalian
serta sistem informasi.
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 61
BAB IV. PENUTUP
Laporan Kinerja merupakan bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan program dan
kegiatan di Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Tahun
Anggaran 2018. Dalam Laporan Kinerja ini disajikan informasi kinerja secara keseluruhan
disertai dengan evaluasi dan analisis sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan di
tahun selanjutnya.
Capaian indikator kinerja yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2018 menjadi tolok
ukur keberhasilan Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu
Tumbuhan. Dari enam indikator sasaran kinerja, dua indikator diantaranya dapat tercapai
dengan kategori sangat berhasil, satu indikator masuk dalam kategori berhasil, satu
indikator masuk dalam kategori cukup berhasil dan dua indikator lainnya tidak ada data
karena pelaksanaannya tidak di tingkat UPT.
Dua indikator yang masuk kategori sangat berhasil adalah rasio luas serangan OPT
tanaman jagung yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan dan rasio luas
serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan.
Indikator yang termasuk kategori berhasil adalah indikator IKM layanan publik BBPOPT,
sedangkan yang termasuk kategori cukup berhasil adalah indikator rasio luas serangan
OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan. Kinerja serapan
anggaran APBN BBPOPT Tahun 2018 terealisasi sebesar Rp. 15.401.456.576,- atau
sebesar 95,85 % dari pagu anggaran.
Keberhasilan capaian kinerja di lingkup BBPOPT Tahun 2018 dalam pengembangan
peramalan serangan organisme pengganggu tumbuhan dipengaruhi oleh peran aktif
seluruh pemangku kepentingan dari level pimpinan, pejabat, dan seluruh jajaran pegawai
untuk memegang komitmen dalam merealisasikan target yang telah ditetapkan.
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018 62
LAMPIRAN
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
63
Lampiran 1. Distribusi SDM BBPOPT pada Tahun 2018 Menurut Golongan, Jenis Kelamin dan Pendidikan
Golongan, Jenis Kelamin dan Pendidikan
Distribusi SDM (Orang)
Kepala Balai
Bagian Umum
Bidang Program dan Evaluasi
Bidang Pelayanan Teknis, Informasi dan Dokumentasi
Kelompok Jabatan Fungsional
Jumlah (Orang)
Gol II
A 3 3
85
B 2 2
C 1 8 9
D 4 1 2 7
GOL III
A 3 3 3 6 15
B 8 1 5 10 24
C 1 1 1 10 13
D 3 2 2 2 9
Gol. IV
A 0 1 1
B 1 1
C 1 1
D
E
Jenis Kelamin
L 62 85
P 23
Pendidikan
S2 1 1 1 2 5
85
S1 5 3 5 15 28
D4 0
SM 0
D3 1 8 9
D2 0
D1 0
SMA 15 5 8 14 42
SMP 1 1
SD 0
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
64
Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2018
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
65
lanjutan
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
66
Lampiran 3. Realisasi Anggaran Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2018
1768 Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu
Tumbuhan
16.068.446.000 15.401.456.576 95,85
1768.007 Model Peramalan OPT 5.861.400.000 5.839.349.294 99,62
051 Menyusun kebijakan program dan anggaran pengembangan
peramalan OPT
1.552.914.000 1.552.494.700 99,97
A Rencana Kerja Pengamanan Produksi Tanaman Pangan 1.552.914.000 1.552.494.700 99,97
052 Melaksanakan Bimbingan dan Sosialisasi Pengembangan
Informasi Data Peramalan OPT
2.436.823.000 2.433.941.615 99,88
A Pengamatan Keadaan Lapang OPT Padi 274.619.000 274.614.550 100,00
B Pengamatan Keadaan Lapang OPT Kedelai 54.120.000 54.115.700 99,99
C Pengamatan Keadaaan Lapang OPT Jagung 65.128.000 64.856.000 99,58
D UPSUS Peningkatan Produksi PAJALE Tahun 2018 1.160.623.000 1.160.436.485 99,98
E Pemeran Pembangunan Pertanian 61.991.000 61.835.300 99,75
F Layanan bahan publik cetak ( Majalah, Leaflet, Poster, Brosur) 121.600.000 121.157.000 99,64
G Pengembangan perpustakaan BBPOPT 13.900.000 13.876.600 99,83
H Website BBPOPT, SMS Based Server, Standar layanan informasi
publik
27.100.000 27.070.000 99,89
I Siaran Radio dan Televisi 112.250.000 112.004.900 99,78
J Pelatihan Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT(SDM
Luar BBPOPT)
294.700.000 294.583.100 99,96
K Pelatihan Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT(SDM
BBPOPT)
46.602.000 46.100.580 98,92
L Pelatihan Agensia Hayati (SDM Luar BBPOPT) 150.690.000 150.440.000 99,83
M Pengamatan Keadaan Lapang OPT Umbi Umbian 24.500.000 24.289.300 99,14
N Pengamatan Keadaan Lapang OPT Kacang Kacangan 29.000.000 28.562.100 98,49
053 Melaksanakan pengembangan Teknologi Pengamatan dan
Pendalian OPT
1.620.315.000 1.606.552.425 99,15
A Bahan Operasional Laboratium pengelolaan Balai Besar
Peramalan OPT
677.026.000 674.708.960 99,66
B Perbanyakan Isolat Dan Produk Agens Pengendali Hayati 155.415.000 155.402.500 99,99
C Peramalan OPT Pagan Tingkat Nasional dan Spesifik Lokasi 310.687.000 310.548.165 99,96
D Workshop Evaluasi peramalan OPT Pangan 121.260.000 121.156.700 99,91
E Pengembangan Teknologi Pengamatan Peramalan dan
Pengendalian OPT
238.127.000 227.446.050 95,51
F Operasional Laboratium VHT 117.800.000 117.290.050 99,57
054 Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan 251.348.000 246.360.554 98,02
A Rancangan Program, Kegiatan dan rencana kerja tanaman pangan
TA. 2018
22.623.000 22.536.000 99,62
B Pengembangan dan penerapan peramalan OPT Spesifik Lokasi 9.425.000 9.425.000 100,00
C Pengamatan Keadaaan Lapang OPT Pangan 5.550.000 5.550.000 100,00
D Pengamanan Produksi Tanaman Pangan 1.500.000 1.500.000 100,00
E Diseminasi Informasi pengamatan Peramalan dan Pengandalian
OPT Tanaman Pangan
4.930.000 4.930.000 100,00
F Pelatihan Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT pangan 1.650.000 1.650.000 100,00
G Operasional Laboratium BBPOPT 6.000.000 6.000.000 100,00
H Perbanyak Isolat Dan Produk Agens Hayati 420.000 420.000 100,00
Kode Program/Kegiatan/Output Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
67
lanjutan
I Pengembangan Teknologi Pengamatan Peramalan dan
Pengendalian OPT pangan
15.000.000 15.000.000 100,00
J Sistem Pengendalian Internal (SPI) 35.810.000 35.633.450 99,51
K Laporan Kegiatan BBPOPT (Bulanan dan Tahunan) 10.400.000 10.400.000 100,00
L Laporan Kegiatan Instansi (LAKIN Bulanan dan Tahunan) 29.200.000 24.544.500 84,06
M Laporan UPSUS Peningkatan Produksi PAJALE 15.000.000 14.997.520 99,98
N Pemantauan, Evaluasi Mutu Laboratorium PHP dan Agens Hayati 49.840.000 49.789.542 99,90
O Pemantauan dan evaluasi kegiatan lapang BBPOPT 44.000.000 43.984.542 99,96
1768.951 Layanan Internal (overhead) 2.285.146.000 2.180.905.705 95,44
052 Pengadaan Peralatan dan fasilitas perkantoran 411.423.000 409.779.695 99,60
A Pengadaan Peralatan dan Mesin 337.608.000 335.964.695 99,51
B Peralatan Laboratium 73.815.000 73.815.000 100,00
053 Pembangunan dan Renovasi Gedung dan Bangunan 929.023.000 929.022.000 100,00
A Pemeliharaan dan Bagunan 660.966.000 660.965.500 100,00
B Pemeliharaan dan Pembangunan Jaringan Irigasi 268.057.000 268.056.500 100,00
054 Rencana Anggaran Balai Besar Peramalan OPT 288.481.000 213.823.860 74,12
A Rencanan Anggaran Balai Besar Peramalan OPT Tahun 2018 26.170.000 26.163.580 99,98
B Rencanan Kerja Balai Besar Peramalan OPT 208.096.000 136.797.940 65,74
C Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Balai Besar Peramalan OPT 16.765.000 14.880.840 88,76
D Rencana Kerja Akreditasi Balai Besar Peramalan OPT 37.450.000 35.981.500 96,08
057 Layanan Manajemen Keuangan 638.446.000 610.559.150 95,63
058 Layanan Manajemen BMN 17.773.000 17.721.000 99,71
1768.994 Layanan Perkantoran 7.921.900.000 7.381.201.577 93,17
001 Gaji dan Tunjangan 5.964.268.000 5.452.348.000 91,42
A Pembayaran Gaji dan Tunjangan 5.620.974.000 5.452.348.000 97,00
B Belanja Transito 343.294.000 - -
002 Operasional dan pemeliharaan kantor 1.957.632.000 1.928.853.577 98,53
A Perbaikan peralatan kantor 175.972.000 158.908.000 90,30
B Perawatan Kendaraan bermotor Roda-4 207.196.000 201.169.203 97,09
C Perawatan Kendaraan bermotor Roda-2 49.000.000 48.996.050 99,99
D Langganan Daya dan Jasa 423.396.000 422.738.223 99,84
E Operasional pakaian dinas pegawai 39.200.000 39.200.000 100,00
F Operasional Perkantoran dan Pimpinan 1.062.868.000 1.057.842.101 99,53
Kode Program/Kegiatan/Output Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%)
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
68
Lampiran 4. Realisasi Fisik Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2018
Vol Satuan Vol %
1768.007 Model Peramalan OPT 15 model 15 100
051 Menyusun kebijakan program dan anggaran pengembangan
peramalan OPT
A Rencana Kerja Pengamanan Produksi Tanaman Pangan 8 Provinsi 8 100
052 Melaksanakan Bimbingan dan Sosialisasi Pengembangan Informasi
Data Peramalan OPT
A Pengamatan Keadaan Lapang OPT Padi 24 Data 24 100
B Pengamatan Keadaan Lapang OPT Kedelai 6 Data 9 150
C Pengamatan Keadaaan Lapang OPT Jagung 8 Data 8 100
D UPSUS Peningkatan Produksi Pajale Tahun 2018 4 Prov 4 100
E Pameran Pembangunan Pertanian 4 Pameran 4 100
F Layanan bahan publik cetak 4 Paket 4 100
G Pengembangan perpustakaan BBPOPT 1 Paket 1 100
H Website BBPOPT, SMS Based Server, Standar layanan informasi
publik
1 Paket 1 100
I Siaran Radio dan Televisi 5 Paket 5 100
J Pelatihan Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT(SDM Luar
BBPOPT)
60 Org 60 100
K Pelatihan Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT(SDM
BBPOPT)
8 Keg 10 125
L Pelatihan Agensia Hayati (SDM Luar BBPOPT) 30 Org 30 100
M Pengamatan Keadaan Lapang OPT Umbi Umbian 8 Data 8 100
N Pengamatan Keadaan Lapang OPT Kacang Kacangan 8 Data 8 100
053 Melaksanakan pengembangan Teknologi Pengamatan dan Pendalian
OPT
A Bahan Operasional Laboratorium pengelolaan Balai Besar Peramalan
OPT
7 Paket 7 100
B Perbanyak Isolat Dan Produk Agens Pengendali Hayati 7.000 Testube 8.211 117,3
C Peramalan OPT Pangan Tingkat Nasional dan Spesifik Lokasi 24 Prov 29 120,83
D Workshop Evaluasi peramalan OPT Pangan 2 Data 2 100
E Pengembangan Teknologi Pengamatan Peramalan dan Pengendalian
OPT
15 Paket 15 100
F Operasional Laboratorium VHT 1 Paket 1 100
054 Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan
Pengembangan Peramalan OPT
A Rancangan Program, Kegiatan dan rencana kerja tanaman pangan TA.
2018
1 Rancangan 1 100
B Pengembangan dan penerapan peramalan OPT Spesifik Lokasi 24 Laporan 29 120,8
C Pengamatan Keadaaan Lapang OPT Pangan 1 Laporan 1 100
D Pengamanan Produksi Tanaman Pangan 1 Laporan 1 100
E Diseminasi Informasi pengamatan Peramalan dan Pengandalian OPT
Tanaman Pangan
1 Laporan 1
100
F Pelatihan Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT pangan 1 Laporan 1 100
G Operasional Laboratorium BBPOPT 1 Laporan 1 100
H Perbanyakan Isolat Dan Produk Agens Hayati 1 Laporan 1 100
I Pengembangan Teknologi Pengamatan Peramalan dan Pengendalian
OPT pangan
15 Laporan 15 100
J Sistem Pengendalian Internal (SPI) 5 Laporan 5 100
K Laporan Kegiatan BBPOPT (Bulanan dan Tahunan) 13 Laporan 13 100
No Program/Kegiatan/KomponenTarget Fisik Realisasi Fisik
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
69
lanjutan
Vol Satuan Vol %
L Laporan Kegiatan Instansi 1 Laporan 1 100
M Laporan UPSUS Peningkatan Produksi PAJALE 1 Laporan 1 100
N Pemantauan, Evaluasi Mutu Laboratorium PHP dan Agens Hayati 24 Lab 24 100
O Pemantauan dan evaluasi kegiatan lapang BBPOPT 15 Kegiatan 15 100
1768.951 Layanan Internal (overhead) 12 bulan 12 100
052 Pengadaan Peralatan dan fasilitas perkantoran
A Pengadaan Peralatan dan Mesin 55 Unit 55 100
B Peralatan Laboratorium 3 Unit 3 100
053 Pembangunan dan Renovasi Gedung dan Bangunan
A Pemeliharaan dan Bangunan 5 Unit 5 100
B Pemeliharaan dan Pembangunan Jaringan Irigasi 1 Paket 1 100
054 Rencana Anggaran Balai Besar Peramalan OPT
A Rencanan Anggaran Balai Besar Peramalan OPT Tahun 2018 1 Rancangan 1 100
B Rencana Kerja Balai Besar Peramalan OPT 1 Rancangan 1 100
C Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Balai Besar Peramalan OPT 1 Rancangan 1 100
D Rencana Kerja Akreditasi Balai Besar Peramalan OPT 1 Rancangan 1 100
057 Layanan Manajemen Keuangan 12 bulan 12 100
058 Layanan Manajemen BMN 12 bulan 12 100
1768.994 Layanan Perkantoran 12 bulan 12 100
001 Gaji dan Tunjangan
A Pembayaran Gaji dan Tunjangan 12 bulan 12 100
B Belanja Transito 12 bulan 12 100
002 Operasional dan pemeliharaan kantor
A Perbaikan peralatan kantor 95 Unit 95 100
B Perawatan Kendaraan bermotor Roda-4 6 Unit 6 100
C Perawatan Kendaraan bermotor Roda-2 14 Unit 14 100
D Langganan Daya dan Jasa 12 bulan 12 100
E Operasional pakaian dinas pegawai 126 Stel 126 100
F Operasional Perkantoran dan Pimpinan 12 bulan 12 100
No Program/Kegiatan/KomponenTarget Fisik Realisasi Fisik
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
70
Lampiran 5. Pengujian Sampel di Laboratorium Agens Hayati
No No Sampel Jenis Pengujian Hasil
1 52/Lab AH/III/2018 Identifikasi Metarhizium anisopliae
2 53/Lab AH/III/2018 Identifikasi Metarhizium anisopliae
3 54/Lab AH/III/2018 Identifikasi Metarhizium anisopliae
4 55/Lab AH/III/2018 Identifikasi Aspergillus flavus
5 56/Lab AH/III/2018 Identifikasi Aspergillus flavus
6 67/AH/IV/2018 Uji Mutu Bakteri 2,25 x 108
7 68/AH/IV/2018 Uji Mutu Bakteri 2,85 x 1011
8 103/AH/IV/2018 Uji Mutu PGPR 0
9 106/AH/V/2018 Uji Mutu Bakteri 1 x 109
10 107/AH/V/2018 Uji Mutu Bakteri 0
11 127/AH/VII/2018 Uji Mutu Cendawan 1,25 x 108
12 128/AH/VII/2018 Uji Mutu Cendawan 4x1011
13 129/AH/VII/2018 Uji Mutu Cendawan 1,75 x 1011
14 131-1/AH/VIII/2018 Uji Mutu Cendawan 6,58 x 108
15 141/AH/IX/2018 Uji Mutu Bakteri 1,52 x 1012
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
71
Lampiran 6. Pengujian Sampel di Laboratorium Fitopatologi
1 Kab. Tasikmalaya Padi Bercak coklat pada daun
padiBipolaris oryzae
2 Kab. Tasikmalaya PadiBercak coklat pada daun
padiAlternaria sp.
3 Prov. Papua Akar Padi Puru pada akar padi Meloidogyne spp.
4 Prov. Papua Padi Bercak bulat pada daun padi Alternaria sp.
5 Prov. Papua Bulir Padi Bulir berwarna coklatAphelenchoides
besseyi
6 Kab. Kuningan Ubi Jalar Bercak coklat pada daun Alternaria sp.
7 Kab. Karawang PadiHawar tanpa batas yang
jelas pada daun Penyakit abiotik
8 Kab. Indramayu PadiRumpun padi kerdil, daun
berwarna hijau
Secara visual
penyakit kerdil
rumput
9 Kab. Indramayu Padi
Rumpun padi kerdil, daun
berwarna hijau dan memiliki
anakan banyak
Secara visual
penyakit kerdil
rumput
10 Kab. Karawang Bulir Padi Bulir padi busuk sebagianBurkholderia
glumae
11 Kab. Karawang Padi
Daun kuning merata pada
bagian bawah, malai tidak
berkembang
Penyerbukan tidak
sempurna
12 Kab. Cirebon Padi Bulir padi busuk sebagianBurkhorderia
glumae
13 Kab. Bogor PadiTangkai malai terdapat
bercak berwarna coklat
Cercospora
oryzae
14 Kab. Bogor PadiTangkai malai terdapat
bercak berwarna coklatPyricularia oryzae
15 Kab. Bogor Padi
Pelepah pembungkus malai
terdapat bercak berwarna
coklat dan malai tidak
terbuka dengan sempurna
Sarocladium
oryzae
16 Kab. Bogor Padi
Pelepah pembungkus malai
terdapat bercak berwarna
coklat dan malai tidak
terbuka secara sempurna
Sarocladium
oryzae
17 Kab. Bogor Padi
Pada daun bendera terdapat
hawar berwarna hijau
keabuan
Xanthomonas
oryzae
No Asal Sampel Tanaman Inang Gejala Hasil Identifikasi
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
72
Lanjutan
18 Kab. Bogor Padi
Pada daun bendera terdapat
hawar berwarna hijau
keabuan
Xanthomonas
oryzae
19 Kab. Sukabumi Padi
Pada daun terdapat bercak
berwarna coklat berbentuk
belah ketupat dengan
pinggiran berwarna kuning
Pyricularia oryzae
20 Kab. Kendal JagungPada daun terdapat hawar
berwarna abu-abu
Septosphaeria
turcica
21 Kab. Kendal Jagung
Pada daun terdapat bisul
dengan warna coklat
kemerahan
Puccinia polysora
22 Kab. Kuningan Umbi Ubi JalarTerdapat busuk basah pada
umbi dimulai dari ujung umbi
Erwinia spp. dan
Roylenchulus
reniformis
23 Kab. Kuningan Ubi Jalar
Pada permukaan kulit umbi
terdapat bercak bergaris
secara beraturan
Penyakit abiotik
24 Kab. Kuningan Ubi JalarPada batang terlihat
berwarna hitamFusarium spp.
25 Kab. Tasikmalaya Ubi Jalar
Pada batang ubi kayu
terlihat berwarna hitam yang
diselimuti benang warna
putih
Gejala fisiologis
dan terdapat jamur
kosmopolit
26 Kab. TasikmalayaTanaman ubi
kayu
Pada daun terdapat bercak
tidak beraturan yang
mengikuti letak tulang daun
Xanthomonas
manihotis
27 Kab. Sumedang Umbi Ubi Jalar
Pada bagian tengah umbi
yang dibelah terdapat bercak
hitam tidak beraturan
Jamur patogen
(harus dilanjut
molekuler)
28 Kab. Sumedang Ubi JalarPada daun terdapat bercak
kuning berukuran ± 2 mmAlternaria sp.
29 Kab. JemberPolong kacang
tanah
Pada kulit kacang terdapat
bercak berwarna hitamAspergillus plavus
30 Kab. Jember
Tanah dari
pertanaman
kacang tanah
- Fusarium sp.
No Asal Sampel Tanaman Inang Gejala Hasil Identifikasi
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
73
Lanjutan
31 Kab. Kuningan JagungPada daun jagung terdapat
hawar yang berwarna unguPenyakit abiotik
32Prov. Kepulauan
RiauPadi
Pada daun terlihat bercak
bulat kecil dengan ukuran
0,5-1,5 mm
Alternaria sp.
33Prov. Kepulauan
RiauPadi
Pada daun terdapat bercak
berwarna bulat yang kedua
ujung panjangnya runcing
disertai dengan bagian
tengah berwarna putih
dikelillingi warna abu
Pyricularia oryzae
34Prov. Kepulauan
RiauBulir Padi
Pada bulir terlihat kumpulan
benang berwarna hitamBipolaris oryzae
35 Kab. Subang Padi
Pada bagian pelepah daun
terdapat bercak tak
beraturan seperti yang
tersiram air panas
Rhizoctonia solani
No Asal Sampel Tanaman Inang Gejala Hasil Identifikasi
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
74
Lampiran 7. Pengujian Sampel di Laboratorium PCR
NO Asal Sampel Jenis Sampel Hasil Visualisasi
1 Kab. Cirebon Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput
2 Kab. Cirebon Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput
3 Kab. Cirebon Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput
4 Kab. Cirebon Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput
5 Kab. Cirebon Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput
6 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil
hampaPositif kerdil hampa
7 Kab. BekasiPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil
hampaPositif kerdil hampa
8 Kab. BekasiPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil
hampaPositif kerdil hampa
9 Kab. CirebonPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil
hampaPositif kerdil hampa
Positif kerdil hampa
Positif tungro
11 Kab. CilacapPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil
hampaPositif Kerdil hampa
12 Kab. CilacapPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil
hampaPositif Kerdil hampa
13 Kab. CilacapPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil
hampaPositif Kerdil hampa
14 Kab. Karawang Kedelai yang diduga terkena SMV Negatif SMV
15 Kab. Karawang Kedelai yang diduga terkena SMV Negatif SMV
16 Kab. Indramayu Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput
17 Kab. Indramayu Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput
18 Kab. Indramayu Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput
19 Kab. Karawang Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput
20 Kab. Karawang Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Positif Kerdil rumput
21 Kab. Bekasi Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Negatif kerdil rumput
22 Kab. TasikmalayaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil
hampaPositif Kerdil hampa
23 Kab. TasikmalayaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil hampa
24 Kab. TasikmalayaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil hampa
25 Kab. TasikmalayaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil hampa
26 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil hampa
27 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil hampa
28 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil hampa
29 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Positif TUNGRO RTBV
30 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Positif TUNGRO RTBV
10 Prov. Sulawesi TengahPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/kerdil
hampa dan tungro
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
75
Lanjutan
NO Asal Sampel Jenis Sampel Hasil Visualisasi
31 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Negatif TUNGRO RTBV
32 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Positif TUNGRO RTBV
33 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Positif TUNGRO RTBV
34 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Positif TUNGRO RTBV
35 Prov. Sulawesi Utara Padi yang diduga terinfeksi tungro Positif TUNGRO RTBV
36 Prov. Sumatera UtaraPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
37 Prov. Sumatera UtaraPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
38 Prov. Sumatera UtaraPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
39 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
40 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
41 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
42 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
43 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
44 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
45 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
46 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
47 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
48 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
49 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
50 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
51 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
52 Prov. PapuaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
53 IPB Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR
54 IPB Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR
55 IPB Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR
56 IPB Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR
57 Kab. CiamisPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil rumput
58 Kab. CiamisPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil rumput
59 Kab. CiamisPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil rumput
60 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
76
Lanjutan
NO Asal Sampel Jenis Sampel Hasil Visualisasi
61 Prov. Sumatera SelatanPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
62 Prov. Sumatera SelatanPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
63 Prov. Sumatera SelatanPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
64 Prov. Sumatera SelatanPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
65 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil rumput
66 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil rumput
67 Kab. PurwakartaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil rumput
68 Kab. Purwakarta Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR
69 Kab. Purwakarta Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR
70 Kab. Purwakarta Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR
71 Kab. PurwakartaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif Kerdil rumput/hampa
72 Kab. PurwakartaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil rumput
73 Kab. PurwakartaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil rumput
74 Kab. PurwakartaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil rumput
75 Kab. PurwakartaPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil rumput
76 Kab. Pringsewu Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR
77 Kab. Pringsewu Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR
78 Kab. Pringsewu Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR
79 Kab. Pringsewu Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR
80 Kab. Pringsewu Padi yang diduga terinfeksi BGR Positif BGR
81 Kab. Pringsewu Padi yang diduga terinfeksi BGR Negatif BGR
82 Kab. Garut Padi yang diduga terkena tungro Positif TUNGRO
83 Kab. Garut Padi yang diduga terkena tungro Positif TUNGRO
84 Kab. BogorPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil rumput
85 Kab. BogorPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampa
Positif Kerdil rumput dan kerdil
hampa
86 Kab. BogorPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampa
Positif Kerdil rumput dan kerdil
hampa
87 Kab. Bogor Isolat yang diduga terinfeksi BGR Negatif S. oryzae
88 Kab. Bogor Isolat yang diduga terinfeksi BGR Positif S. oryzae
89 Kab. Sumedang Kedelai yang diduga terkena SMV Negatif SMV
90 Kab. Sumedang Padi yang diduga terkena tungro Positif Tungro
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
77
Lanjutan
NO Asal Sampel Jenis Sampel Hasil Visualisasi
91 Kab. Purwakarta Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Positif Kerdil rumput
92 Kab. Purwakarta Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Positif Kerdil rumput
93 Kab. Purwakarta Padi yang diduga terinfeksi kerdil rumput Positif Kerdil rumput
94 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil rumput
95 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampa
Positif Kerdil rumput dan kerdil
hampa
96 Prov. GorontaloPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampa
Negatif Kerdil rumput dan
kerdil hampa
97 Prov. GorontaloPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampa
Negatif Kerdil rumput dan
kerdil hampa
98 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil Hampa
99 Kab. KarawangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil Hampa
100 Kab. IndramayuPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil Rumput
101 Kab. SumedangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampa dan tungroNegatif KR/KH dan Tungro
102 Kab. SumedangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampa dan tungroNegatif KR/KH dan Tungro
103 Kab. SumedangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampa dan tungroNegatif KR/KH dan Tungro
104 Kab. SumedangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampa dan tungroNegatif KR/KH dan Tungro
105 Kab. SumedangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampa dan tungroNegatif KR/KH dan Tungro
106 Kab. SumedangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampa dan tungroPositif Tungro
107 Kab. Temanggung Isolat yang diduga Paenibacillus polymyxa Positif P. polymyxa
108 Kab. Temanggung Isolat yang diduga Pseudomonas flourencens Negatif PF
109 Kab. Garut Padi yang diduga terkena tungro Positif TUNGRO
110 Kab. Garut Padi yang diduga terkena tungro Positif TUNGRO
111 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil Rumput
112 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil Rumput
113 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaPositif Kerdil Rumput
114 Kab. SubangPadi yang diduga terinfeksi kerdil rumput/ kerdil
hampaNegatif KR/KH
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
78
Lampiran 8. Pelayanan Praktek Kerja Lapangan dan Penelitian Mahasiswa
NO PENGGUNA INSTANSI TUJUAN TANGGALJUMLAH
(ORANG)
1 Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Praktek kerja Lapang 27 Desember 2017 - 26 Januari 2018 1
2 Mahasiswa Universitas Islam Nusantara Praktek kerja Lapang 01 Agustus -11 September 2018 4
3 Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Praktek kerja Lapang 23 Juli - 03 Agustus 2018 4
4 Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Praktek kerja Lapang 13- 16 Agustus 2018 2
5 Mahasiswa Universitas Garut Praktek kerja Lapang 1-31 Agustus 2018 4
6 Mahasiswa Universitas Jember Praktek kerja Lapang 16 Juli - 29 Agustus 2018 5
7 Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Penelitian 27 Agustus - 24 September 2018 2
8 Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Penelitian 13 Juli 2018 - 28 Februari 2019 1
9 Mahasiswa Politeknik Negeri Lampung Praktek kerja Lapang 13 Agustus - 12 Oktober 2018 4
10 Mahasiswa UIN SGD Bandung Praktek kerja Lapang 25 Juni - 24 Juli 2018 1
11 Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Penelitian 07 Agustus - 16 Oktober 2018 2
12 Mahasiswa Universitas Brawijaya Praktek kerja Lapang 2 Juli - 6 Oktober 2018 1
13 Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Penelitian 27 Agustus - 1 Oktober 2018 2
14 Mahasiswa Universitas Siliwangi Penelitian 13 April - 8 Juni 2018 1
15 Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Penelitian 18 Juni - 16 Oktober 2018 2
16 Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Penelitian 14 September 2018 - 11 Januari 2019 1
17 Mahasiswa Universitas Islam Nusantara 1 Oktober - Januari 2019 1
18 Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Penelitian 14 Desember 2018 - 7 Januari 2019 2
40Jumlah
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
79
Lampiran 9. Pelayanan Praktek Kerja untuk Siswa SMK
NO PENGGUNA INSTANSI TUJUAN TANGGALJUMLAH
(ORANG)
1 Siswa SMK Negeri 1 Jatisari Praktek kerja Industri 4 Januari - 2 April 2018 6
2 Siswa SMK Negeri 1 Cikampek Praktek kerja Industri 19 Februari - 11 Mei 2018 3
3 Siswa SMK Negeri 1 Banyusari Praktek kerja Industri 30 Juli - 10 Oktober 2018 1
4 Siswa SMK PGRI 2 Kotabaru Praktek kerja Industri 7 Mei - 24 Agustus 2018 2
5 Siswa SMK Negeri 1 Jatisari Praktek kerja Industri 1 Agustus - 28 September 2018 5
6 Siswa SMK Negeri Pertanian Karawang Praktek kerja Industri 1 Oktober - 28 Desember 2018 5
7 Siswa SMK Negeri 1 Jatisari Praktek kerja Industri 15 Oktober 2018 - 15 Januari 2018 3
8 Siswa SMK Negeri I Cikampek Praktek kerja Industri 29 Oktober 2018 - 29 Januari 2019 5
9 Siswa SMK Pammor Cikampek Praktek kerja Industri 5 November 2018 - 5 Februari 2019 3
10 Siswa SMK Negeri I Ciasem, Subang Praktek kerja Industri 5 November 2018 - 5 Maret 2019 4
11 Siswa SMK Negeri 1 Patokbeusi, Subang Praktek kerja Industri 5 November 2018 - 5 Februai 2019 6
12 Siswa SMK Negeri I Losarang Praktek kerja Industri 16 November 2018 - 15 Februari 2019 5
Jumlah 48
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
80
Lampiran 10. Pelayanan Magang untuk Petugas
NO TANGGAL/BULAN PENGGUNA INSTANSI MATERIJUMLAH
(ORANG)
1 10-11 Desember 2018 Guru SMK Negeri 2 Subang
Indetifikasi Penyakit
Tanaman di Lab.
Fitopalogi ( Penyakit )
3
2 26-30 November 2018 Petugas BPTPH Prov. Lampung Pelatihan Agens Hayati 5
3 22 Oktober 2018 PetugasPT. Pemuka Sakti Manis Indah,
Lampung
Perbanyakan
Trichogramma2
10Jumlah
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
81
Lampiran 11. Bimbingan Teknis P3OPT Tahun 2018
No. Lokasi Petugas Uraian Kegiatan
1 Banggai, Sulawesi
Tengah
Anton Yustiano, Didah
Mahmudah
Memberikan bimbingan pengamatan OPT di
lapangan dan pelaporan, diikuti oleh calon THL
POPT Kabupaten Banggai
2 Banjar, Jawa Barat Dianto Momon, Achmad
Imroni, Anton Yustiano
Bimbingan Teknis Pengendalian WBC dan
Kepinding tanah di KT Sariasih, Binangun,
Pataruman
3 Banyumas, Jawa
Tengah
Turyadi dan Nur Iksan
Hidayat
Bimbingan teknis kepada PPL, POPT, petugas
LPHP Banyumas dan perwakilan petani se desa
Ajibarang Kulon dengan materi Penanganan
WBC dan pelaksanaan eradikasi serangan
WBC, KR/KH
4 Bekasi, Jawa Barat Kepala BBPOPT, Kabag
Umum, Wayan Murdita dan
Nanar A Cahyana
Penyelarasan dalam hal pengamatan dan
pelaporan serangan OPT yang dihadiri oleh
Direktur Perlindungan TP, Kepala BBPOPT,
Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian
Bekasi, Kepala BPP, POPT dan PPL
5 Brebes, Jawa Tengah Turyadi dan Nur Iksan
Hidayat
Memberikan bimbingan pengamatan di lapangan
dan pelaporan, diikuti oleh THL POPT
6 Ciamis, Jawa Barat Kepala BBPOPT, Kabid
Yantekindo, Atep Budiman
Bimbingan Teknis pengamatan dan
pengendalian OPT di Kabupaten Ciamis
7 Cianjur, Jawa Barat Kepala BBPOPT, Kabid
Yantekindo, Atep Budiman
Bimbingan Teknis pengamatan dan
pengendalian OPT di Kabupaten Cianjur
8 Cirebon, Jawa Barat Yadi K, Yoyo K, Cahyadi
Irwan, Dianto Momon
Bimbingan teknis kepada seluruh POPT
kabupaten Cirebon, terkait teknik pengamatan
dan pelaporan serangan OPT
9 Garut, Jawa Barat Kepala BBPOPT, Kabid
Yantekindo, Atep Budiman
Bimbingan Teknis pengamatan dan
pengendalian OPT di Kabupaten Garut,
10 Indramayu, Jawa Barat Yadi K, Yoyo K, Cahyadi
Irwan, Dianto Momon
Bimbingan teknis kepada seluruh POPT
kabupaten Indramayu terkait teknik pengamatan
dan pelaporan serangan OPT
11 Jambi Sudarti, Anton Yustiano Bimbingan Teknis pertemuan perlindungan
tanaman dengan materi Pengendalian OPT
ramah lingkungan
12 Jepara, Jawa Tengah Yadi K, Turyadi, Nanar A
Cahyana
Bimbingan teknis dan gerakan pengendalian
Tikus. Materi yang disampaikan adalah
pengendalian tikus, PBP dan Blas
13 Jombang, Jawa Timur Hadi Suyanto Bimbingan Teknis di KT. Mojoanyar Ds.
Mojotengah, Kec. Bareng, Jombang dengan
materi Bubidaya tanaman Sehat
14 Karawang, Jawa Barat Kepala Bidang Yantekindo,
Kasi Pemantev, Yadi K,
cahyadi Irwan, Dianto M,
Surono dan Sawadi
Bimbingan teknis kepada seluruh POPT
kabupaten Karawang terkait teknik pengamatan
dan pelaporan serangan OPT
15 Klungkung, Bali Kasi Yantek, Wayan Murdita
dan Turyadi
Pengamatan OPT dan Pengendalian Tikus,
Blas, dan Tungro
16 Medan, Sumatera Utara Kabid Progrev Bimbingan Teknis identifikasi Pengamatan dan
Pengendalian WBC, Virus KR/KH di BPTPH
Sumatera Utara. Dihadiri oleh seluruh koortikab,
Kepala LPHP dan pejabat POPT di lingkup
BPTPH
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
82
Lanjutan
No. Lokasi Petugas Uraian Kegiatan
17 Kuningan, Jawa Barat Anton Yustiano, Sudarti dan
Gun Gun Gunawan
Bimbingan teknis diberikan kepada seluruh
POPT Kabupaten Kuningan dengan metode
sekolah lapangan (langsung praktek di
lapangan). Kegiatan meliputi praktek
pengamatan sampai dengan penyusunan
rekomendasi dan pelaporan hasil pengamatan
18 Kupang, NTT Kabid Yantekindo, Nur Iksan
H
Bimbingan teknis Pembuatan media
perbanyakan isolat APH
19 Lingga, Kepulauan Riau Kabid Yantekindo, Umi
Kulsum
Bimbingan Teknis P3OPT
20 LPHP Sukarame,
Palembang
Dedi Darmadi dan Idah
Faridah
Pertemuan teknis dan koordinasi pengelolaan
WBC dengan Kortikab dan POPT se-wilayah
LPHP Sukarame, Bimbingan pengendalian
WBC
21 Madiun, Jawa Timur Kabid Progrev Bimbingan teknis pengendalian penyakit blas
22 Majalengka, Jawa Barat Yadi K, Yoyo K, Cahyadi
Irwan, Dianto Momon
Bimbingan teknis kepada seluruh POPT
kabupaten Majalengka, terkait teknik
pengamatan dan pelaporan serangan OPT
23 Manggarai Barat, NTT Kabid Yantekindo, Nur Iksan
H
Materi yang disampaikan : Teknis Dem Area,
WBC, agens pengendali hayati dan Prektek
perbanyakan Paenibacillus polymyxa
24 Mojokerto, Jawa Timur Kabid Progrev Bimbingan Teknis Pengembangan dan Evaluasi
Pemanfaatan Burung Hantu untuk Pengendalain
Hama tikus di Desa Wunut, Kecamatan
Mojoanyar, Mojokerto dilanjutkan pemasangan
rumah burung hantu
25 Musi Rawas, Sumatera
Selatan
Gun Gun Gunawan Bimbingan Teknis Pengendalian WBC
26 Pamekasan, Jawa
Timur
Kabid Progrev Pembekalan awal gerakan pengendalian OPT
daerah Endemis Blas di KT Sukakarya,
Kertagena Daya, Pamekasan
27 Pandeglang, Banten Dedi Darmadi Materi yang disampaikan adalah teknik/metode
pengamatan OPT
28 Pangandaran, Jawa
Barat
Kepala BBPOPT, Kabid
Yantekindo, Atep Budiman
Bimbingan Teknis pengamatan dan
pengendalian OPT di Kabupaten Pangandaran
29 Pekalongan, Jawa
Tengah
Nur Iksan H Bimbingan Teknis Pengendalian WBC di Ds.
Krandon, Kec. Kesesi, Pekalongan
30 Pemalang, Jawa
Tengah
Kasubbag RTP, Nur Ikhsan
H
Bimbingan teknis terkait kewaspadaan terhadap
serangan OPT
31 Purwakarta, Jawa
Barat
Turyadi, Surono, Nanar A
Cahyana
Bimbingan teknis kepada seluruh POPT dan
PPL kabupaten Purwakarta, terkait teknik dan
pengendalian serangan WBC, KR/KH
32 Purworejo, Jawa
Tengah
Turyadi, Hadi Suyanto Bimbingan Teknis P3OPT dengan materi
Pengamatan OPT, Pengenalan OPT Utama
Padi, evaluasi hasil pengamatan
LAKIN BBPOPT TAHUN 2018
83
Lanjutan
No. Lokasi Petugas Uraian Kegiatan
33 Samarinda, Kalimantan
Timur
Kasi Pemantev dan Dewi
Nirwati
Bimbingan Teknis P3OPT petugas POPT se
kalimantan Timur
34 Sampang, Jawa Timur Dedi Darmadi Bimbingan teknis pelepasan parasitoid dalam
rangka pengendalian PBP di KT Sumber
Bahagia, Paranenan, Kedundung
35 Serang, Banten Kabid Yantekindo, Hadi
Suyanto dan Sawadi
Koordinasi dengan Kepala Dinas Pertanian
Provinsi Banten dan Kepala BPTPH Provinsi
Banten untuk dukungan kegiatan dukungan
pengamanan produksi dari serangan OPT
36 Serdang Bedagai,
Sumatera Utara
Kabid Progrev Pengamatan lapangan, identifikasi virus KR/KH
yang dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai.
Dihadiri oleh POPT Kabupaten serdang bedagai
dan Kepala seksi Pelayanan Teknis UPTD
BPTPH Sumatera Utara
37 Sigi, Sulawesi Tengah Yoyo K, Turyadi Bimbingan Teknis Pengamatan, Peramalan
dan Pengendalian PBP di wilayah LPHP
Biromaru, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah
38 Subang, Jawa Barat Yadi K, cahyadi Irwan,
Dianto M, Yoyo K
Bimbingan teknis kepada seluruh POPT
kabupaten Subang terkait teknik pengamatan
dan pelaporan serangan OPT.
39 Temanggung, Jawa
Tengah
Sudarti, Dedi Darmadi Bimbingan Teknis P3OPT dengan materi
Pengamatan OPT, Pengenalan Hama dan
Musuh Alami
40 Trimurjo, Lampung
Tengah
Wahyudin, Atep B Bimbingan Teknis P3OPT di LPHP Trimurejo,
Lampung dengan materi Strategi Pengendalian
OPT dalam menghadapi MT 2018/2019
41 Tulungagung, Jawa
Timur
Kabid Progrev Bimbingan Teknis Pengamatan dan
Pengendalian OPT di KT. Budi Luhur, Ds.
Sukodono, Karangrejo, Tulungagung
42 Palembang, Sumatera
Selatan
Yadi K Workshop Metode Pengamatan dan Pelaporan
Top Related