BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Zaman dahulu rakyat Indonesia telah mengenal berbagai jenis tumbuhan obat dan memanfaatkannya untuk menjaga kesehatan dan pengobatan penyakit.Pengobatan tersebut diperoleh berdasarkan pengetahuan secara empiris dan dipraktekkan secara turun temurun sehingga upaya pemeliharaan kesehatan melalui pengobatan tradisional memegang peranan penting bahkan merupakan porsi yang dominan. Perkembangan zaman dan teknologi saat ini, banyak terjadi perubahan yang signifikan pada kehidupan manusia, termasuk di Indonesia, terutama dalam memilih gaya hidup dan salah satunya adalah makanan. Saat ini makanan banyak menjadi penyebab penyakitpenyakit yang tergolong sangat sulit untuk disembuhkan, salah satunya adalah diabetes mellitus (Sahputra, 2008).
Diabetes berasal dari bahasa Yunani siphon yg berarti “mengalirkan”. Mellitus berasal dari bahasa Latin yang bermakna madu atau manis (Corwin, 2007). Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al, 2009). Diabetes menurut WHO (1999), adalah gangguan metabolik yang terkarakterisasi bertingkat seperti hiperglikemia kronis dengan kekacauan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, yang disebabkan kerusakan pada sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya (Sahputra, 2008).
Kulit Salak merupakan limbah yang biasanya tidak digunakan lagi, tetapi sebagian kecil masyarakat menggunakan kulit Salak sebagai obat anti diabetes. Kulit Salak ini dibuat dalam bentuk teh dan diyakini oleh masyarakat secara turun temurun berkhasiat dalam menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2 (Anonim, 2011).
Secara empiris, masyarakat menggunakan 100 g kulit buah Salak yang telah dicuci bersih, yang kemudian direbus dengan air sebanyak 1 liter hingga mendidih, kemudian airnya disaring dan diminum (Anonim, 2012). Ada juga yang mengatakan, kulit buah Salak yang digunakan diambil dari 2 – 3 buah Salak yang telah dicuci bersih, kemudian direbus dengan 500 ml air hingga mendidih dan dibiarkan selama 5 menit. Air rebusan tersebut disaring dan diminum untuk sehari (Anonim, 2011). Menurut
Sahputra (2008), hasil uji fitokimia menunjukkan kulit buah Salak mengandung senyawa flavonoid dan tannin, serta sedikit alkaloid. Senyawa saponin, steroid serta triterpenoid tidak terdeteksi pada kulit buah Salak.
Penelitian ini dibatasi pada pengukuran kadar gula darah kelompok kontrol negatif, perlakuan dan kontrol positif pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus L.) yang diinduksi sukrosa dengan menggunakan alat ukur gula darah Nesco secara in vivo.
II. TUJUAN
Penelitian ini untuk mengetahui efek ekstrak kulit buah Salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus L.) yang diinduksi sukrosa. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak kulit Salak memiliki efek terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan galur wistar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Percobaan
Percobaan didefinisikan sebagai suatu uji coba (trial) atau
pengamatan khusus yang dibuat untuk menegaskan atau
membuktikan keadaan dari sesuatu yang meragukan, dibawah
kondisi-kondisi khusus yang ditentukan oleh peneliti. Jadi,
percobaan merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang
diselenggarakan dengan seksama dalam rangka menemukan
beberapa pengaruh yang tak diketahui, atau menguji suatu
kebenaran yang diketahui atau membayangkan suatu kebenaran
yang dipikirkan.
Mencoba atau Mengadakan Percobaan adalah satu cara
dalam mendapatkan keterangan (data) yang diperlukan seseorang
untuk memperoleh pengetahuan baru. Oleh karena itu suatu
percobaan tidak diperlukan bilamana sesuatu yang hendak
diketahui itu, sebelumnya sudah diketahui.
Merancang dapat diartikan sebagai merencanakan,
memikirkan atau menimbang-nimbang apa yang hendak
diperbuat, yang segala sesuatunya diatur terlebih dahulu.
Rancangan adalah apa yang sudah dirancangkan,
dipersiapkan, direncanakan atau diprogramkan.
Rancangan Percobaan dapat diartikan sebagai rangkaian
kegiatan berupa pemikiran dan tindakan yang dipersiapkan secara
kritis dan seksama mengenai berbagai aspek yang
dipertimbangkan dan sedapat mungkin diupayakan kelak dapat
diselenggarakan dalam suatu percobaan dalam rangka
menemukan sesuatu pengetahuan baru. Semua pemikiran,
perkiraan, pedoman dan rencana itu dituangkan dalam suatu
Rancangan Percobaan, yang seharusnya dibuat sebelum
percobaan dilakukan.
Rancangan Percobaan yang baik adalah yang efektif,
terkelola dan efesien serta dapat dipantau, dikendalikan dan
dievaluasi. Pengertian efektif adalah berkaitan dengan
kemampuan mencapai tujuan, sasaran dan kegunaan yang
direncanakan atau digariskan. Terkelola adalah berkenaan
dengan kenyataan adanya berbagai keterbatasan atau kendala
yang terdapat dalam pelaksanaan percobaan maupun dalam
menganalisis data. Sedangkan efesien adalah bersangkut-paut
dengan pengrasionalan dalam penggunaan sumber daya, dana
dan waktu dalam memperoleh keterangan dari percobaan.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Data
Sebagai suatu data memiliki suatu faktor, yang dapat
digolongkan sebagai faktor kualitatif dan faktor kuanditatif. Faktor
kualitatif terdiri atas taraf-taraf berskala penilaian nominal atau
taraf-taraf yang sebenarnya dapat dipandang sebagai nilai-nilai
tertentu yang bersifat khusus yang berkepekatan kontinu
(mengikuti kaedah penjumlahan dan perkalian), tetapi tidak
memberikan suatu tataan bermakna. Sedangkan faktor kuanditatif
berskala ukuran ordinal, interval atau rasional.
Faktor kuantitatif dengan taraf-taraf tertentu dapat dipandang
sebagai nilai-nilai peubah berkepekatan kontinu, bila antara taraf-
taraf tersebut dapat membentuk suatu hubungan peningkatan
atau penurunan, tidak setiap faktor berskala ordinal dimasukkan
kedalam faktor kuantitatif, ada kalanya diperlakukan sebagai
faktor kualitatif.
Saat ini berbagai metode statistika makin banyak
dipergunakan untuk analisis atau menguji data hasil percobaan,
dan sebaliknya tidak jarang model-model matematis yang biasa
dipakai untuk percobaan dipertimbangkan untuk menganalisis
data yang dikumpulkan dengan metode bukan percobaan.
Saat ini, fasilitas pengolahan data tersedia dengan kondisi
modern berupa komputer dengan berbagai program kemasan
statistika yang tersedia makin canggih, dengan kemampuan dan
kecepatan olah komputer yang makin tinggi, serta tenaga yang
makin profesional lebih terbuka kemungkinan untuk memilih
analisis yang lebih sesuai dan mendalam, dengan hasil yang lebih
cermat serta dikerjakan dalam waktu yang singkat. Mungkin saja
selama penyelenggaraan percobaan terjadi hal yang
mengakibatkan penyimpangan terhadap apa yang telah
direncanakan dan dipertimbangkan dalam bentuk anggapan-
anggapan sebelumnya, sehingga rencana terutama analisis data
hasil penelitian harus diubah sesui dengan kenyataan yang ada.
Pemeriksaan kesesuaian model adalah suatu langkah
penting dalam menganalisa data, model statistik yang digunakan
tak lain dari suatu bayangan penyederhanaan atau penyarian bagi
masalah yang dikaji. Model dengan komponen-komponennya dan
anggapan-anggapan yang melandasinya perlu diperiksa dan
dinilai secara kritis. Teknik-teknik grafis umumnya dapat
membantu dalam analisis data.
Metode statistika adalah pedoman yang dapat dipergunakan
untuk mengukur dan menguji kenetralan dan keabsahan dalam
menafsir hasil percobaan. Pemilihan dan penggunaan metode
statistika yang tepat, dalam analisis memungkinkan kita untuk
mengukur besarnya galat/kesalahan dalam menarik suatu
kesimpulan atau memberi suatu taraf (selang) kepercayaan
terhadap suatu pernyataan, dengan demikian batas-batas
ketakpastian dapat diberikan.
3. Pemilihan Analisis atau Uji Statistika yang Cocok
Dalam merencanakan suatu penelitian atau percobaan
kemungkinan ada beberapa macam uji statistika yang dapat
dipakai untuk kepentingan tersebut, oleh sebab itu perlu dengan
pertimbangan untuk memilih salah satu diantaranya yang paling
cocok dan menguntungkan dari segi ilmiah.
Keampuhan uji dalam analisis statistika merupakan salah
satu bagian penting dari suatu pengujian . Suatu uji statistika
dikatakan baik atau memadai, bila dengan metode uji tersebut
peluang untuk menolak H0 cukup kecil kalau H0 benar dan
peluang akan besar kalau H0 salah.
Apabila pada suatu saat menghadapi dua macam metode
pengujian misal Uji A dan Uji B, kemudian ternyata kedua macam
uji tersebut mempunyai peluang yang sama untuk menolak H0,
dalam hal ini dapat dipilih salah satu diantaranya dengan jalan
melihat peluang terbesar untuk menolak H0 bila H0 salah.
Selain tingkat keampuhan uji, maka terdapat pertimbangan-
pertimbangan lain dalam menentukan atau memilih salah satu uji
statistik, pertimbangan tersebut didasarkan atas :
1. Bagaimana cara mengambil/menarik sampel atau
melakukan percobaan
2. Keadaan atau sifat dari populasi yang diamati.
3. Satuan atau skala pengukuran apa yang
dipergunakan dalam menilai respons hasil penelitian
4. Dasar teori serta tujuan dari penelitian yang
dilakukan.
Semua hal tersebut di atas, akan menentukan uji statistika
mana yang akan dipilih atau digunakan, sehinga uji tersebut cukup
memadai atau bahkan sangat cocok untuk menganalisis suatu
data hasil pengamatan dari suatu penelitian.
Pengujian statistik akan berlaku apabila model dan cara
pengukuran yang dilakukan memenuhi syarat-syarat yang
dibutuhkan. Kadang-kadang perlu dipertimbangkan apakah syarat
yang diperlukan tersebut dipenuhi. Jadi dengan demikian, syarat-
syarat model statistik dari suatu pengujian hanya merupakan
asumsi saja , semua keputusan yang diambil dari beberapa uji
statistika sekurang-kurangnya harus mempunyai kuilifikasi
sebagai berikut : Kalau model yang dipakai tersebut sesuai dan
bila pengujian yang dilakukan juga cukup memadai, maka hal ini
menyatakan bahwa asumsi tersebut adalah lemah dan terbatas
untuk suatu model tersebut. Dengan ditariknya suatu keputusan
yang kurang kuat dari hasil uji statistik dengan model yang
bersangkutan, maka kelemahan tersaebut harus dibantu dengan
asumsi yang kuat untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam
menarik suatu kesimpulan.
4. Asumsi-Asumsi Dalam Uji Statistika
Pengujian yang paling teliti adalah pengujian dengan asumsi
yang kuat dan tepat.. Uji statistika parametrika (Uji t dan uji F)
dapat dipakai jika ada asumsi-asumsi yang kuat untuk
mendapatkan hasil yag baik. Kalau asumsi yang dikemukakan
memang benar, maka uji t dan uji F adalah uji yang paling baik
dalam memberikan nilai peluang untuk menolak H0 salah, dari
asumsi yang dikemukakan tadi, dengan catatan data pengamatan
memenuhi asumsi yang diperlukan untuk pengujian tersebut.
Syarat-syarat atau asumsi-asumsi yang diperlukan untuk uji t
dan uji F adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan dilakukan secara acak atau bebas,
artinya pemilihan setiap sampel dari populasi harus
bebas terhadap kesempatan untuk dipilih.
2. Variabel atau Peubah respons yang diukur harus
dalam skala interval atau rasional.
3. Data pengamatan yang diambil hendaknya menyebar
mengikuti sebaran normal atau paling sedikit tidak
melanggar sebaran normal.
4. Data pengamatan harus mempunyai varians /
keragaman yang homogen antar perlakuan yang
dibandingkan.
Semua syarat-syarat tersebut diatas harus dipenuhi untuk
melakukan uji t dan uji F, dalam penelitian biasanya syarat No.1
mudah/selalu dipenuhi, sedangkan syarat No. 2 tergantung dari
kemampuan peneliti untuk menggunakan atau mencari skala
pengukuran yang digunakan dalam penelitian. Syarat No. 1 dan 2
harus terpenuhi, sedangkan syarat No. 3 dan 4 bila tidak
terpenuhi, maka dapat diusahakan supaya dapat terpenuhi
dengan jalan melakukan transformasi data.
5. Ekstrak Kulit Buah Salak
Salak adalah sejenis palma dengan buah yang biasa
dimakan.Dalam bahasa Inggris disebut salak atau snake fruit,
sementara nama ilmiahnya adalah Salacca zalacca. Buah ini
disebut snake fruit karena kulitnya mirip dengan sisik ular. Salak
ditemukan tumbuh liar di alam di Jawa bagian barat daya dan
Sumatra bagian selatan. Akan tetapi asal-usul salak yang pasti
belum diketahui. Salak dibudidayakan di Thailand, Malaysia dan
Indonesia, ke timur sampai Maluku. Salak juga telah diintroduksi
ke Filipina, Papua Nugini, Queensland dan juga Fiji. Sebagian ahli
menganggap salak yang tumbuh di Sumatra bagian utara berasal
dari jenis yang berbeda, yakni S. sumatrana Becc.. S. zalacca
sendiri dibedakan lagi atas dua varietas botani, yakni var. zalacca
dari Jawa dan var. amboinensis (Becc.) Mogea dari Bali dan
Ambon.
Gbr. Pohon salak
Batang menjalar di bawah atau di atas tanah, membentuk rimpang, sering bercabang, diameter 10-15 cm. Daun majemuk menyirip, panjang 3-7 m; tangkai daun, pelepah dan anak daun
berduri panjang, tipis dan banyak, warna duri kelabu sampai kehitaman. Anak daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing, berukuran sampai 8 x 85 cm, sisi bawah keputihan oleh lapisan lilin.
Salak dikenal sebagai tanaman monokotil, daun-daunnya panjang dengan urat utama kuat seperti pada kelapa yang disebut lidi. Seluruh bagian daunnya berduri tajam Batangnya pendek, lamakelamaan meninggi sampai 3 m atau lebih, akhirnya roboh tidak mampu membawa beban mahkota daun terlalu berat (tidak sebanding dengan batangnya yang kecil).Banyak varietas salak yang bisa tumbuh di Indonesi. Ada yang masih muda sudah terasa manis, Varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah untuk dikembangkan ialah: salak pondoh, swaru, nglumut, enrekang, gula batu (Bali), dan lain-lain. Sebenarnya jenis salak yang ada di Indonesia ada 3 perbedaan yang menyolok, yakni: salak Jawa Salacca zalacca (Gaertner) Voss yang berbiji 2-3 butir,salak Bali Slacca amboinensis (Becc) Mogea yang berbiji 1- 2 butir, dan salak Padang Sidempuan Salacca sumatrana (Becc) yang berdaging merah. Jenis salak itu mempunyai nilai komersial yang tinggi.
Gbr. Buah Salak
Buah salak hanya dimakan segar atau dibuat manisan dan asinan. Pada saat ini manisan salak dibuat beserta kulitnya, tanpa dikupas. Batangnya tidak dapat digunakan untuk bahan bangunan atau kayu bakar. Buah matang disajikan sebagai buah meja. Buah segar yang diperdagangkan biasanya masih dalam tandan atau telah dilepas (petilan). Buah salak yang dipetik pada bulan ke 4 atau ke 5 biasanya untuk dibuat manisan.
Kulit salak mengandung unsur aktif. Keseluruhan unsur aktif tersebut bekerja secara bersamaan pada tubuh pasien untuk menyembuhkan penyakit yang diderita pasien. Diantara unsur aktif yang terkandung di dalam kulit salak yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit diabetes adalah:
a. Ferulic Acid dan Proline; senyawa yang mendorong terbetuknya kolagen dan elastin (dua unsure penting untuk memulihkan jaringan).
b. Cinnamic acid derivatives; senyawa yang mendorong regenerasi sel epitel. Zat zat ini berperan penting dalam proses perbaikan pancreas pada penderita diabetes tipe I
c. Arginin; senyawa yang menstimulir pembelahan sel dan memperkuat biosintesa protein. Zat Bee Health Products & Bee Health Propolis ini sangat bermanfaat untuk normalisasi sel-sel tubuh agar responsive pada insulin, zat ini sangat dibutuhkan oleh penderita diabetes tipe II.
d. Pterostilbene; senyawa ini merupakan zat anti diabetes dan berperan langsung dalam menurunkan kadar gula darah.
6. Kadar Gula DarahPengertian Glukosa darah atau kadar gula darah adalah
istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah.
Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan
ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah
sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
Glukosa (kadar gula darah), suatu gula monosakarida,
karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga
utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis
semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan
deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu,
dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan proteoglikan ( Murray
R. K. et al., 2003).
Di dalam darah kita didapati zat gula. Gula ini gunanya untuk
dibakar agar mendapatkan kalori atau energy. Sebagian gula yang
ada dalam darah adalah hasil penyerapan dari usus dan sebagian
lagi dari hasil pemecahan simpanan energi dalam jaringan. Gula
yang ada di usus bisa berasal dari gula yang kita makan atau bisa
juga hasil pemecahan zat tepung yang kita makan dari nasi, ubi,
jagung, kentang, roti, dan lain-lain (Djojodibroto, 2001).
Gula dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat
yang terdapat dalam makanan. Gugus/molekul gula dalam
karbohidrat dibagi menjadi gugus gula tunggal (monosakarida)
misalnya glukosa dan fruktosa, dan gugus gula majemuk yang
terdiri dari disakarida (sukrosa, laktosa) dan polisakarida (amilum,
selulosa, glikogen).
Proses penyerapan gula dari makanan melalui dua tahapan
yaitu tahap pertama, setelah makanan dikunyah dalam mulut,
selanjutnya akan masuk ke saluran pencernaan (lambung dan
usus), pada saat itu gugusan gula majemuk diubah menjadi
gugusan gula tunggal dan siap diserap oleh tubuh. Tahap kedua
yaitu gugusan gula tunggal melalui ribuan pembuluh kecil
menembus dinding usus dan masuk ke pembuluh darah (vena
porta). Kadar gula dalam darah akan dijaga keseimbangannya
oleh hormone insulin yang diproduksi oleh kelenjar beta sel
pancreas.
Mekanisme kerja homon insulin dalam mengatur
keseimbangan kadar gula dalam darah adalah dengan mengubah
gugusan gula tunggal menjadi gugusan gula majemuk yang
sebagian besar disimpan dalam hati dan dan sebagian kecil
disimpan dalam otak sebagai cadangan pertama. Namun, jika
kadar gula dalam darah masih berlebihan, maka hormone insulin
akan mengubah kelebihan gula tersebut menjadi lemak dan
protein melalui suatu proses kimia dan kemudian menyimpannya
sebagai cadangan kedua.
Gula setiap saat didistribusikan ke seluruh tubuh sebagai
bahan bakar yang digunakan dalam seluruh aktivitas hidup. Jika
dalam kondisi puasa sehingga tidak ada makanan yang masuk,
maka cadangan gugusan gula majemuk dalam hati akan dipecah
dan dilepaskan ke dalam aliran darah. Jika ternyata masih
diperlukan tambahan gula, maka cadangan kedua berupa lemak
dan protein juga akan diuraikan menjadi glukosa (Lanywati, 2001).
Nilai normal glukosa dalam darah adalah 3,5-5,5 mmol/L.
(James, Baker, & Swain, 2008). Dalam keadaan normal, kadar
gula dalam darah saat berpuasa berkisar antara 80 mg%-120 mg
%, sedangkan satu jam sesudah makan akan mencapai 170 mg
%, dan dua jam sesudah makan akan turun hingga mencapai 140
mg% (Lanywati, 2001).
BAB III
METODE PENELITIAN
Judul
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH SALAK(Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GULA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR(Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI SUKROSA
Muharli Qadri Kanon1), Fatimawali1), Widdhi Bodhi1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado
Tempat dan Waktu
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni 2012 sampai dengan Agustus 2012 di Laboratorium Farmakologi, Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Sam Ratulangi Manado.
Metode Kerja
a. Pembagian Kelompok Hewan Uji
Hewan uji dibagi dalam 3 kelompok. Sebelum diberi perlakuan, semua tikus dipuasakan selama 24 jam (minum tetap diberikan). Semua tikus yang telah dipuasakan ditimbang berat badannya, kemudian diperiksa kadar gula darah puasa (t1), setelah itu semua tikus diinduksi sukrosa sebesar 5,625 g/KgBB. Setelah 30 menit, semua tikus diperiksa kadar gula darah sesudah diinduksi sukrosa (t2). Selanjutnya, semua tikus diberi sediaan per oral, untuk kelompok kontrol negatif (K-) hanya diberi CMC 0,5%, untuk kelompok perlakuan (KP) diberi ekstrak kulit Salak (EKS) dengan dosis 150 mg/kgBB, dan untuk kelompok kontrol positif (K+) diberi glibenklamid dengan dosis 0,45 g/KgBB, kemudian kadar gula darah tikus diperiksa pada menit ke 15, 30, 60, dan 120 setelah perlakuan (t3 sampai t6). Semua sampel darah diambil dari vena ekor tikus dan kadar gula darah diukur dengan glukometer Nesco multi check.
b. Pemberian Larutan Sukrosa
Dosis sukrosa dihitung berdasarkan dosis sukrosa pada kelinci yaitu 3 g/kgBB per oral (Widyastuti dan Suarsana, 2011), maka perhitungan dosis sukrosa untuk tikus adalah 1,5 x 3 x 0,25 = 5,625 g/KgBB. Dosis sukrosa yang akan digunakan, dihitung berdasarkan berat badan dari masing-masing tikus, kemudian dilarutkan dalam aquades sebanyak 2,5 ml dan diminumkan pada masing-masing tikus.
c. Pengambilan Sampel Kulit Salak
Kulit Salak segar 500 g dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sampai menjadi simplisia selama 7 hari dan diperoleh berat kering 186,55 g.
d. Pembuatan Ekstrak Kulit Salak
Pembuatan ekstrak kulit Salak dilakukan dengan metode remaserasi, yaitu kulit Salak yang telah diayak, ditimbang sebanyak 150 g lalu diekstraksi dengan menggunakan 900 ml etanol 70% dengan cara maserasi selama 5 hari (setiap hari digojok). Ekstrak kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring (filtrat 1) dan sisanya diekstrak kembali selama 2 hari menggunakan etanol 70% sebanyak 600 ml lalu disaring (filtrat 2). Selanjutnya filtrat 1 dan 2 dikumpulkan, diuapkan dengan vacum evaporator pada suhu 70 0C sampai volumenya menjadi ¼ dari volume awal, dan dilanjutkan dengan pengeringan 55 di oven pada suhu 40 0C sampai menjadi ekstrak kental. Di dapatkan ekstrak kental sebanyak 4,86 g.
e. Pemberian Ekstrak Kulit Salak
Ekstrak kulit Salak diberikan secara oral pada tikus wistar. Ekstrak hanya diberikan sekali yaitu segera setelah pengukuran kadar gula darah tikus pada menit ke-30 setelah diinduksi dengan larutan sukrosa. Dosis pemakaian kulit Salak pada manusia dewasa (50 kg) ialah 100 g. Dengan faktor konversi dosis dari manusia (70 kg) ke tikus (200 g) ialah 0,018, maka dosis yang akan diberikan kepada tikus adalah 70/50 x 100 x 0,018 = 12,6 g/KgBB. Ditimbang sebanyak 0,15 g ekstrak kulit Salak (setara dengan dosis 12,6 g/KgBB) dimasukkan ke dalam lumpang dan ditambahkan suspensi CMC 0,5% b/v sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen hingga 5 ml.
f. Pembuatan Suspensi CMC 0,5 %
Sebanyak 0,5 g CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi ±30 ml air suling panas. Didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan dengan air suling dan dimasukkan ke labu ukur 100 ml, dicukupkan volumenya dengan air suling hingga batas tanda tera.
g. Pemberian Glibenklamid
Dosis Glibenklamid pada manusia dewasa adalah 5 mg, maka dosis Glibenklamid untuk tikus adalah 5 x 0,018 = 0,45 mg/KgBB. Tablet Glibenklamid digerus dan diambil sebanyak 15 mg (setara dengan dosis 0,45 mg/KgBB), dimasukkan ke dalam lumpang dan ditambahkan suspensi CMC 0,5% b/v sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen, volume dicukupkan hingga 5 ml.
Analisis DataData yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program statistika spss
ver.16. Beda nyata antar perlakuan diuji dengan one way ANOVA, jika terdapat beda nyata dilanjutkan dengan pengujian LSD (p < 0,05).
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengukuran kadar gula darah dilakukan sebanyak enam kali yaitu kadar gula darah sebelum dan sesudah diinduksi sukrosa (t1 dan t2), serta kadar gula darah pada menit ke 15, 30, 60, dan 120 setelah perlakuan (t3 sampai t6). Hasil pengukuran dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus (mg/dl)
Kelompok
T1 T2 T3 T4 T5 T6
CMC 0,5%
80 ± 5,08
165 ± 1,67
185 ± 1,30
200 ± 1,82
160 ± 1,64
130 ± 2,59
EKS 40 ± 2,59
145 ± 1,64
140 ± 1,58
100 ± 2,07
70 ± 1,58
55 ± 2,07
gliben 42 ± 1,30
148 ± 0,84
143 ± 1,30
102 ± 2,17
71 ± 1,82
56 ± 2,07
Keterangan:
CMC 0,5 % :Carboxy Methyl Cellulose 0,5 % b/vEKS :Ekstrak Kulit Salakt1 :Pemeriksaan Kadar Gula Darah Puasat2 :Pemeriksaan Kadar Gula Darah Setelah 30 menit diinduksi Sukrosat3 :Pemeriksaan Kadar Gula Darah Setelah Pemberian Sediaan pada menit ke-15 (45 menit setelah diinduksi sukrosa)t4 :Pemeriksaan Kadar Gula Darah Setelah Pemberian Sediaan pada menit ke-30 (60 menit setelah diinduksi sukrosa)t5 :Pemeriksaan Kadar Gula Darah Setelah Pemberian Sediaan pada menit ke-60 (90 menit setelah diinduksi sukrosa)t6 :Pemeriksaan Kadar Gula Darah Setelah Pemberian Sediaan pada menit ke-120 (150 menit setelah diinduksi sukrosa)
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dilihat pada t1 (kadar gula darah puasa) untuk semua perlakuan berada pada kisaran kadar gula darah puasa normal yaitu < 110 mg/dl. Menurut Wulandari (2010), kadar kadar gula darah puasa normal < 110 mg/dl. Pada t2 (kadar gula darah 30 menit setelah diinduksi sukrosa) untuk semua perlakuan, terlihat kenaikan kadar gula darah yang cukup tinggi, menunjukkan telah terjadi penyerapan glukosa oleh tubuh tikus dikarenakan pengaruh fisiologis dari tubuh tikus sendiri.
Untuk membandingkan kenaikan dan penurunan rata-rata kadar gula darah tikus sebelum dan sesudah diinduksi sukrosa dan setelah perlakuan antara kelompok kontrol negatif (CMC 0,5%), perlakuan (ekstrak kulit Salak), dan kontrol positif (Glibenklamid), dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
0 50 100 150 2000
50
100
150
200
250 KADAR GULA DARAH TIKUS
CMC 0,5%EKSGLIBEN
WAKTU(MENIT)
KGD(
mg/
dl)
Gambar 3. Grafik Kadar Gula Darah Tikus Wistar
Berdasarkan grafik rata-rata kadarBerdasarkan grafik rata-rata Kadar Gula Darah tikus, dapat dilihat perbedaan penurunan kadar gula darah terjadi pada tikus setelah 15 menit pemberian sediaan uji (t3). Kelompok kontrol negatif yang diberi suspensi CMC 0,5% b/v, menunjukkan kadar gula darah terus naik, sedangkan untuk kelompok perlakuan yang diberi ekstrak kulit Salak dan kelompok kontrol positif yang diberi suspense glibenklamid menunjukka adanya penurunan kadar gula darah. Ini menunjukkan bahwa pemberian suspense CMC 0,5% b/v
tidak menunjukan pengaruh pada kadar gula darah tikus, sedangkan pemberian ekstrak kulit Salak dan suspense glibenklamid sudah mulai menunjukkan pengaruhnya pada penurunan kadar gula darah tikus. Hal ini dikarenakan, dalam ekstrak kulit Salah mengandung senyawa flavonoid yang bermanfaat dalam penurunan kadar gula darah tikus (Sahputra, 2008).
Kelompok kontrol negatif baru menunjukkan adanya penurunan kadar gula darah pada menit ke 60 setelah pemberian CMC 0,5% b/v (menit ke 90 setelah diinduksi sukrosa). Ini menunjukkan bahwa telah terjadi eliminasi glukosa pada tikus yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologis dari tubuh tikus sendiri dalam hal ini insulin (Kurniawan, 2011).
Berdasarkan grafik rata-rata kadar gula darah tikus, dapat dilihat bahwa grafik untuk kelompok perlakuan (ekstrak kulit Salak) dan grafik untuk kontrol positif (Glibenklamid) memiliki alur yang hampir sama, sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak kulit Salak dan Glibenklamid mempunyai efek yang hampir sama.
Data yang didapat kemudian diuji sebaran datanya menggunakan uji Homogeneity of Variances, dari hasil uji tersebut didapatkan hasil signifikan sebesar 0,898 (data dapat dilihat pada lampiran 8). Karena nilai signifikan uji homogenitas lebih besar dari 0,05 (P > 0,05) maka dapat dikatakan bahwa sebaran datanya homogen sehingga memenuhi syarat dilakukan uji statistik untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan dari ketiga kelompok menggunakan One-Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%, hasil statistik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Hasil One-Way ANOVA
Rata - rata Sum of squers df Mean Square
F Sig
Between group(combined)
14733,788 2 7366,889 3,801 046
Linear Tern Contrast 10680,333 1 10680,333 5,510 033Deviation 4053,444 1 4053,444 2,091 169Within group 29074,000 15 1938,267Total 43807,778 17
Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F menunjukan, nilai F hitung sebesar 3,801. Jika dibandingkan pada penggunaan F tabel, diperoleh nilai F tabel 3,68. Sehingga, F hitung lebih besar dari F tabel (3,801 >3,68) dan dapat disimpulkan ekstrak kulit Salak memiliki efek terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan galur wistar. Karena hasil ANOVA menyatakan H1 diterima, maka perlu dilanjutkan dengan uji perbandingan untuk melihat adanya perbedaan nilai rata-rata kadar gula darah antar perlakuan dengan menggunakan uji LSD seperti di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Uji Lanjut LSD
Perlakuan CMC 0,5% EKS GLIBENKLAMIDCMC 0,5% 61,67* 59,67*EKS 61,67* 2,00GLIBENKLAMID 59,67* 2,00
Hasil pengujian LSD menunjukkan pasangan kelompok perlakuan antara kontrol negatif (CMC 0,5%), perlakuan (ekstrak kulit Salak), dan kontrol positif (Glibenklamid) ada perbedaan. Berdasarkan hasil uji lanjut menggunakan LSD, dapat dilihat bahwa kelompok kontrol negatif berbeda dengan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol positif (P < 0,05) , sedangkan kelompok perlakuan sama dengan kelompok kontrol positif (P > 0,05). Ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit Salak memiliki efek dalam penurunan kadar gula darah tikus. Kandungan flavonoid dalam kulit buah Salak memiliki peranan penting dalam menurunkan kadar gula darah tikus. Penelitian Suarsana (2009), menyebutkan senyawa flavonoid dapat menurunkan kadar gula darah tikus dengan cara merangsang sel β-pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini digunakan metoda statistik untuk
menarik melakukan analisis yakni dengan metoda rancangan acak
kelompok (RAK), dan diperoleh hasil yang menolak hipotesis H0
sehingga hipotesis H1 diterima, lalu dilanjutkan dengan pengujian
menggunakan uji LSD, dimana uji LSD adalah prosedur pengujian
perbedaan diantara rata-rata perlakuan yang paling sederhana
dan paling umum digunakan. sehingga memberikan hasil menolak
hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah Salak (Salacca zalacca
(Gaertn.) Voss) memiliki efek pada penurunan kadar gula darah
tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi sukrosa.
Saran
Setelah dilakukan penelitian ini peneliti menyarankan kepada
peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian mengenai
senyawa flavonoid jenis apa yang terdapat pada ekstrak kulit buah
salak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kulit Salak untuk Diabetes. http://daunsirsak.net/kulit-Salak-untuk-diabetes [28 juni 2014]
Anonim. 2012. Teh Kulit Salak sebagai Obat Diabetes Alami.http://lantangsemu.blogspot.com/ 2011/08/teh-kulit-Salak-sebagaiobat-diabetes.html [28 juni 2014]
Corwin. E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi Ke-3.Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Kurniawan, Ari. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Jambu Biji (Psidium guajava L) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang Diberi Beban
Glukosa [Artikel Ilmiah]. FK Universitas Diponegoro, Semarang.
Suarsana, I Nyoman. 2009. Aktiitas Hipoglikemik Dan Anti Oksidatif Ekstrak Metanol Tempe Pada Tikus Diabetes [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sahputra, Fahrizan Manda. 2008. Potensi Ekstrak Kulit dan Daging Buah Salak sebagai Antidiabetes [Skripsi]. FMIPA Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sukandar, E. Y, et al. 2009. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI, Jakarta.
Widyastuti, S., and I Nyoman Suarsana.2011. Ekstrak Air Tapak Dara Menurunkan Kadar Gula dan Meningkatkan Jumlah Sel Beta Pankreas Kelinci Hiperglikemia. Jurnal Veteriner. 12(1): 7-12
http://id.wikipedia.org/wiki/Statistikahttps://smartstat.files.wordpress.com/2010/12/mcp.jpg
Top Related