Kuliah 3
Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi
Learning
disability ?
LD adalah istilah umum untuk menggambarkan kondisi sso yang mempengaruhi cara belajar dan keberfungsiannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Di bawah payung LD, terdapat disorder yang mempengaruhi sso dalam mendengar, berbicara, membaca, bernalar, dan berhitung aritmatik. Namun, bukan berarti, sso yang LD tidak dapat melihat dan mendengar.
Kesulitan dalam pencapaian dan peningkatan akademik
Mereka memiliki inteligensi yang mendekati rata-rata dan di atas rata-rata. Tampilan fisik dan perilaku spt anak lain sehingga sulit untuk dibedakan hidden handicap.
Sehingga, orang tua, guru, dan dokter tidak menyadari kondisi ini. Alhasil, mereka disebut sebagai anak pemalas, anak aneh, dan anak berprestasi rendah.
Efek dari kondisi ini bisa berkisar ringan – berat. Bila LD co-ocurring dengan ADHD, social maladjustment, dan masalah emosi maka mrk menjadi lebih terbatas kemampuannya.
Individu dgn LD biasanya lebih banyak mendapatkan feedback negatif dari hasil pekerjaannya sehingga tidak jarang mrk frustrasi, marah, depresi, cemas, dan merasa tidak berguna
Anak LD menunjukkan pola perkembangan yang tidak biasa
Masalah belajar bukan disebabkan oleh lingkungan yang tidak menguntungkan
Bukan pula disebabkan oleh MR atau gangguan emosional
LD mempengaruhi kemampuan membaca,
menulis, berbicara, mengeja, matematika,
dan penalaran. LD juga dapat
mempengaruhi atensi, memory, koordinasi,
keterampilan sosial, dan kematangan
emosi
Anak LD lemah di satu area akademis tapi
punya kelebihan di area lain
Bermasalah dalam input maupun output
Faktor Penyebab
1. Faktor keturunan
2. Terdapat masalah ketika kehamilan, melahirkan, atau kelahiran prematur
3. Kondisi prenatal kurang oksigen, kurang nutrisi, merokok, obat2an, dan minum alkohol
4. Post-birth trauma, deman yang sangat tinggi, head trauma
5. Terkontaminasi aluminium, arsenic, mercury
Karakteristik Primer
Deficit perceptual visual dan auditori terjadi karena otak salah menginterpretasikan informasi sensori.
80% siswa LD memiliki masalah di area membaca kesulitannya terletak dari pengenalan huruf sehingga menyulitkan untuk belajar membaca
Pengenalan huruf suara huruf, membaca simbol/huruf, recall bunyi huruf, dan kemamp generalisasi informasi tertulis dan bacaan
Karakteristik sekunder
Karena kelamaan mengalami
kegagalan akademik low self
esteem, motivasi belajar rendah,
gaya belajar metakognitifnya tidak
strategic, dan kemampuan
copingnya rendah sehingga sering
tidak masuk sekolah, sakit2an,
absen, cemas, tidak mandiri
Anak LD tidak ‘pintar’
LD hanya alasan atas kemalasan, tidak
termotivasi, tidak bertanggung jawab
LD hanya didiagnosa pada anak, orang dewasa
tidak
Dyslexia dan LD adalah istilah yang sama
LD hanya mempengaruhi area akademis tidak
mempengaruhi area lain
Orang dewasa dengan LD tidak dapat sukses
di Perguruan tinggi
Anak LD diidentifikasi di usia TK dan kelas 1
Laki-laki potensinya lebih besar daripada
pada perempuan
1. Inclusionary criterion – beda antara potensi dengan yang aktual
2. Exclusionary criterion – bukan disebabkan oleh gangguan pendengaran dan penglihatan, MR, gangguan emosional, perbedaan budaya
3. Need criterion – ada kebutuhan akan layanan pendidikan khusus, gangguan yang dialami dapat membuat ia tidak bisa belajar
Underachiever di diagnosa LD
Diagnosa LD lebih diterima daripada
diagnosa gangguan lain, seperti mild MR.
guru dan orangtua lebih ‘memilih’
klasifikasi ini
Guru dan orangtua lebih aware
Meningkatnya risiko sosial dan kultural
stressor biologis dan psikososial
Karakteristik LD
Karakteristik Umum hasil
gangguan fungsi otak
1. Hiperaktivitas
2. Perceptual-motor impairments
3. Ketidakmatangan emosi
4. Gangguan koordinasi
5. Gangguan rentang perhatian
6. Impulsif
7. Gangguan memori dan berpikir
8. Kesulitan belajar khusus
9. Gangguan berbicara dan mendengar
10. Ada tanda-tanda gangguan neurologi
Karakteristik yang berkaitan
dengan Membaca
LD = kesulitan membaca?
Bisa jadi iya, bisa juga tidak. Karena tidak
semua siswa yang memiliki LD, memiliki
kesulitan membaca. Dampak LD bisa
menyeluruh
Kesulitan membaca meliputi: phonological
awareness, rapid automatic naming,
reading recognition, reading
comprehension
Disleksia = kesulitan membaca yang
tergolong parah
Disleksia
Masalah neurologi
Sehingga siswa yang memiliki kesulitan
membaca baru dapat membaca di kelas 2
dan kelas 3.
Hanya 1% dari populasi kesulitan belajar
yang memiliki disleksia.
Dapat dikenali pertama pada early
reading skill Phonological awareness n
rapid naming
Phonological awareness: pengenalan
terhadapa kata-kata, suku kata, atau
suara yang muncul di bahasa verbal dan
muncul ke dalam perilaku penghilangan,
penambahan, dan penggantian huruf
ketika berbahasa
Rapid automatic naming : kemampuan
untuk secara cepat menyebutkan
stimulus, seperti angka, huruf, atau
gambar.
Kesulitan belajar huruf, membunyikan, atau memasangkan huruf dengan bunyinya
Seringkali bermasalah ketika membaca keras, sering berhenti dan mengulang
Tidak memahami apa yang ia baca
Tulisannya berantakan dan cara pegang pensil yang aneh
Sangat sulit mengekspresikan ide dengan menulis
Bermasalah dalam mengingat bunyi dari huruf, atau perbedaan antara bunyi kata
Bermasalah dalam memahami lelucon
Kesulitan mengikuti arahan
Salah pengucapan atau menggunakan kata dengan bunyi yang hampir mirip
Kesulitan mengorganisasikan apa yang ingin dikatakan atau tidak bisa memikirkan apa kata yang akan digunakan dalam menulis atau percakapan
Tidak mampu mengikuti aturan sosial dalam percakapan seperti bergantian, atau berdiri terlalu dekat dengan yang mendengarkan
Sulit membaca simbol matematika dan membaca huruf
Tidak dapat menceritakan cerita dalam urutan yang benar
Tidak tahu dimana harus memulai tugas dan setelah itu harus kemana
Bagaimana cara identifikasi
1. Initial identification oleh guru,
orang tua, atau orang lain
2. Response to intervention suatu
proses untuk menentukan respon
siswa
3. Penggunaan tes terstandardisasi