1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat berdampak langsung terhadap pola pikir dan budaya masyarakat.
Modernisasi identik dengan peralihan tata cara dan aktivitas masyarakat dari
yang bersifat tradisional menjadi modern dalam semua sektor kehidupan.
Salah satu modernisasi berdampak kepada bidang mata pencaharian
masyarakat khususnya petani yang nota benenya berada di wilayah pedesaan.
Modernisasi pengolahan lahan pertanian menjadi tidak dominan dikerjakan
oleh alat – alat pertanian tradisional. Petani telah banyak menggunakan atau
mengadopsi alat – alat pertanian yang bersifat modern. Sehingga berpengaruh
terhadap pola tanam, cara kerja, waktu dan berimbas pula pada pendapatan
petani.
Tulisan ini memusatkan diri pada satu pertanyaan kunci mengenai
masalah modernisasi pertanian. Fokus bahasan mengenai kehidupan petani
dalam tulisan ini lebih ditujukan pada masyarakat pedesaan. Apakah dampak
yang diberikan modernisasi terhadap kehidupan petani di pedesaan, apakah
secara umum berdampak positif atau malahan dengan adanya modernisasi
pertanian pengaruh negatif lebih dirasakan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud modernisasi ?
2. Bagaimana dampak modernisasi terhadap masyarakat pedesaan ?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis memiliki tujuan
yang dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Tujuan obyektif
Yaitu penulis ingin mengetahui pengaruh modernisai dan globalisasi bagi
masyarakat pedesaan
2. Tujuan subyektif
Yaitu memenuhi salah satu syarat kelulusan di Madrasah Aliyah Daarul
Uluum PUI Majalengka
D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1. Metode
Untuk mencapai tujuan penulisan metode mempunyai peranan
yang sangat penting.oleh karena itu penulis akan menentukan metode
penulisan. Adapun metode yang dipakai dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah metode deskriptif dengan studi kepustakaan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah
studi pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari
berbagai sumber seperti buku, naskah atau internet.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Modernisasi
Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke
arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan
masyarakat. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah
proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju
dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya
merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana. Perencanaan
sosial (social planning) dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat atau
negara yang sedang mengalami perkembangan.
Suatu perencanaan sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang
mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan dapat berkembang dari taraf
yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau modern. Di Indonesia,
bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai di berbagai aspek kehidupan
masyarakatnya, baik dari segi pertanian, industri, perdagangan, maupun
sosial budayanya.
4
Salah satu bentuk modernisasi di bidang pertanian adalah dengan
adanya teknik-teknik pengolahan lahan yang baru dengan menggunakan
mesin-mesin, pupuk dan obat-obatan, irigasi teknis, varietas-varietas
unggulan baru, pemanenan serta penanganannya, dan sebagainya. Semua itu
merupakan hasil dari adanya modernisasi. Pada gambar berikut terlihat
adanya kemajuan atau modernisasi dalam hal pemanenan hasil pertanian.
Pada gambar (a) terlihat bahwa pengolahan hasil panen masih dilakukan
secara manual; pada gambar (b) terlihat bahwa petani setempat mulai
menggunakan teknologi sederhana dalam pengolahan hasil panennya; dan
pada gambar (c) terlihat bahwa proses pemanenan dan pengolahan hasil
panen dilakukan dengan menggunakan alat pertanian yang canggih sehingga
proses pemanenan dan pengolahannya dapat dilakukan sekaligus.
Berbagai bidang tersebut dapat berkembang melalui serangkaian
proses yang panjang sehingga mencapai pola-pola perilaku baru yang
berwujud pada kehidupan masyarakat modern. Sayangnya, penggunaan
istilah modernisasi banyak disalahartikan sehingga sisi moralnya terlupakan.
Banyak orang yang menganggap modernisasi hanya sebatas pada suatu
kebebasan yang bersifat keduniawian.
Tidak mengherankan juga bila banyak anggota masyarakat yang salah
melangkah dalam menyikapi atau memahami tentang konsep modernisasi.
Untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian dan kesalahan pemahaman
tentang modernisasi, maka secara garis besar istilah modern dapat diartikan
berikut ini:
5
1. Modern berarti kemajuan yang rasional dalam segala bidang dan
meningkatnya taraf penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan
merata.
2. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam
pergaulan hidup. Agar modernisasi (sebagai suatu proses) tidak mengarah
ke angan-angan belaka, maka modernisasi harus mampu memproyeksikan
kecenderungan yang ada dalam masyarakat sekarang ke arah waktu-waktu
yang akan datang.
Proses modernisasi tidak serta merta terjadi dengan sendirinya.
Modernisasi dapat terjadi apabila ada syarat-syarat berikut ini.:
1. Cara berpikir yang ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa
maupun masyarakat.
2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan
birokrasi.
3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur.
4. Penciptaan iklim yang menyenangkan dari masyarakat terhadap
modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa
5. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
Hal yang harus kalian pahami adalah bahwa modernisasi berbeda
dengan westernisasi. Jika modernisasi adalah suatu bentuk proses perubahan
dari cara-cara tradisional ke cara-cara yang lebih maju; westernisasi adalah
proses peniruan oleh suatu masyarakat atau negara terhadap kebudayaan dari
negara-negara Barat yang dianggap lebih baik dari budaya daerahnya.
6
Berdasarkan hal tersebut, pengertian modernisasi lebih baik daripada
westernisasi.
Akan tetapi, bersamaan dengan proses modernisasi biasanya juga
terjadi proses westernisasi, karena perkembangan masyarakat modern itu
pada umumnya terjadi di dalam kebudayaan Barat yang tersaji dalam
kemasan Barat pula.
Modernisasi dialami oleh semua lapisan masyarakat, karena
dimanapun dan bagaimanapun tidak ada masyarakat yang bersifat stagnan
(tidak mengalami perubahan). Masyarakat adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa
Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah
komunitas yang saling tergantung satu sama lain. Umumnya, istilah
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup
bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam
bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat
pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan
masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.
Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai
kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
7
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti
hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata
socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan
kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap
anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam
mencapai tujuan bersama.
Desa, atau udik, menurut definisi universal, adalah sebuah
aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa
adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan,
yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari
beberapa unit pemukiman kecil yang disebut kampung {Banten, Jawa Barat}
atau dusun {Yogyakarta} atau banjar (Bali) atau jorong (Sumatera Barat).
Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya Kepala Kampung atau
Petinggi di Kalimantan Timur, Pambakal di Kalimantan Selatan, Hukum Tua
di Sulawesi Utara.
Masyarakat pedesaan atau petani dalam hubungannya dengan alat
– alat pertanian yang merupakan hasil adopsi dari proses modernisasi
pertanian salah satunya adalah traktor. Traktor adalah kendaraan yang
didesain secara spesifik untuk keperluan traksi tinggi pada kecepatan rendah,
atau untuk menarik trailer atau implemen yang digunakan dalam pertanian
atau konstruksi. Istilah ini umum digunakan untuk mendefinisikan suatu jenis
kendaraan untuk pertanian. Instrumen pertanian umumnya digerakkan
dengan menggunakan kendaraan ini, ditarik ataupun didorong, dan menjadi
sumber utama mekanisasi pertanian.
8
B. Pengaruh Modernisasi Terhadap Masyarakat Pertanian
Usaha pertanian merupakan salah satu sektor yang terus menerus
dikembangkan pemerintah, dengan maksud agar dapat meningkatkan
produksi yang tidak hanya diperuntukkan bagi konsumsi penduduk setempat,
namun diusahakan dapat dinikmati oleh seluruh upaya peningkatan produksi.
Maka dalam penggunaan lahan sawah harus berpengairan teknis
dengan melakukan modernisasi dalam sistem pertanian yang akan
mendukung terhadap kualitas hasil panen. Karena kenyataan yang tidak
menjadi rahasia umum lagi bahwa pemilikan lahan pertanian kaum tani
adalah sangat sempit, sehingga apapun yang dihasilkan di atas lahan
pertanian itu hampir sulit dipercaya untuk bisa memenuhi kebutuhan petani.
Sebagai salah satu desa yang mayoritas jumlah penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, maka dalam kegiatan di sawah petani di desa
sumberjaya telah melakukan mekanisasi dalam sistem pertanian.
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah adalah untuk
mengetahui dampak modernisasi pertanian terhadap kehidupan sosial
ekonomi masyarakat pertanian. Secara umum dampak modernisasi yang
merupakan hasil proses globalisasi adalah sebagai berikut. Penulis paparkan
secara keilmuan dengan analisis yang bersifat kompleks.
Modernisasi merupakan salah satu bentuk perubahan social, yang
mana setiap masyarakat mempunyai pandangan yang berbeda satu sama lain,
salah satunya adalah sikap masyarakat terhadap modernisasi. Secara garis
besar dapat dibedakan menjadi sikap positif dan sikap negatif berikut ini.
9
1. Sikap Positif
Sikap positif menunjukkan bentuk penerimaan masyarakat
terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap positif mengandung
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan
langkah pertama dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan
globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita lebih dinamis, tidak
terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah
menerima perubahan dan kemajuan zaman.
b. Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif; sikap ini merupakan
kelanjutan dari sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari
hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita harus memiliki
kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang
terjadi
c. Kaitannya dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap
antisipatif dapat menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya
arus globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu menilai
pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih (selektif)
pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak
baik bagi kita.
d. Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan
selektif. Sikap adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri
10
terhadap hasil perkembangan modernisasi dan globalisasi. Tentu saja
penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki
pengaruh positif bagi si pelaku.
e. Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan
zaman mengubah perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang
sudah ada, bahkan menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini
menyebabkan seseorang/masyarakat kehilangan jati diri mereka,
kondisi ini harus dapat dihindari. Semaju apa pun dampak
modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh meninggalkan unsur-
unsur budaya asli sebagai identitas diri. Jepang merupakan salah satu
negara yang modern dan maju, namun tetap mempertahankan
identitas diri mereka sebagai masyarakat Jepang.
2. Sikap Negatif
Berbeda dari sikap positif yang menerima terjadinya perubahan
akibat dampak modernisasi dan globalisasi, sikap negatif menunjukkan
bentuk penolakan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi.
Sikap negatif mengandung unsur-unsur berikut ini.
a. Tertutup dan was-was (apatis); sikap ini umumnya dilakukan oleh
masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan
masyarakat yang ada, sehingga mereka merasa was-was, curiga,
dan menutup diri dari segala pengaruh kemajuan zaman. Sikap
seperti ini pernah ditunjukkan oleh negara Cina dengan politik
Great Wall-nya. Sikap apatis dan menutup diri ini tentu juga
kurang baik, karena sikap ini akan menjauhkan diri dari kemajuan
11
dan perkembangan dunia, kondisi ini akan menyebabkan
masyarakat negara lain yang terus tumbuh dan berkembang seiring
dengan kemajuan zaman.
b. Acuh tah acuh; sikap ini pada umumnya ditunjukkan oleh
masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis
modernisasi dan globalisasi. Masyarakat awam pada umumnya
tidak terlalu repot mengurusi dampak yang akan ditimbulkan oleh
modernisasi dan globalisasi. Mereka pada umumnya
memercayakan sepenuhnya pada kebijakan pemerintah atau atasan
mereka (hanya sebagai pengikut saja). Sikap ini cenderung pasif
dan tidak memiliki inisiatif.
c. Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi; sikap ini
ditunjukkan dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa
adanya seleksi/filter. Kondisi ini akan menempatkan segala bentuk
kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar, padahal tidak
semua bentuk kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat
kita. Jika seseorang atau suatu masyarakat hanya menerima suatu
modernisasi tanpa adanya filter atau kurang selektif, maka unsur-
unsur budaya asli mereka sedikit demi sedikit akan semakin
terkikis oleh arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya,
masyarakat tersebut akan kehilangan jati diri mereka dan ikut larut
dalam arus modernisasi yang kurang terkontrol.
12
Pembangunan pertanian tidak dapat begitu saja lepas dari pembangunan
pedesaan. Sebagaimana menurut pandangan umum, bahwa pedesaan hampir
selalu diidentikkan dengan pertanian dan sebaliknya, pertanian diidentikkan
dengan pedesaan. Hal ini telah dimaklumi bersama karena sebagian besar petani
di Indonesia hidup di pedesaan, dan sebagian besar penduduk desa umumnya
bermata-pencaharian sebagai petani.
Raharjo (2004) dalam bukunya mengutip pendapat Paul H.Landis yang
menyatakan dalam garis besar ciri-ciri kebudayaan tradisional masyarakat desa
adalah sebagai berikut. Pertama, adaptasi yang kuat terhadap lingkungan
alamnya, sehingga pola kebudayaan masyarakat desa terikat dan mengikuti
karakteristik khas lingkungan (alam) nya. Contohnya pertanian yang sangat
tergantung pada jenis tanah, keadaan iklim dan sebagaianya akan menentukan
karakteristik suatu desa menurut jenis komoditas yang dihasilkan. Kedua,
rendahnya tingkat inovasi masyarakatnya. Ketiga, mengembangkan filsafat hidup
yang organis. Refleksi dari filsafat ini adalah tebalnya rasa kekeluargaan dan
kolektivitas. Keempat, pola kebiasaan hidup yang lamban, akibat pengaruh irama
alam yang ajeg dan lamban. Kelima, kepercayaan terhadap takhayul. Keenam,
hidup bersahaja. Ketujuh ,rendahnya kesadaran masyarakatnya akan waktu.
Kedelapan, cenderung bersifat praktis, tidak begitu mengindahkan estetika dan
ornamen-ornamen, tidak berbasa-basi, sehingga menumbuhkan sifat jujur,terus
terang dan bersahabat.
Langsung atau tidak langsung telah menciptakan karakter petani
pedesaan yang cenderung subsisten dan stagnan. Ketergantungan pada alam,
rendahnya inovasi, sifat praktis, kebiasaan hidup yang lamban, kepercayaan pada
13
takhayul dan kebersahajaan hidup yang selalu “nrimo” itulah yang melahirkan
pola pertanian tradisional yang subsisten. Pertanian subsisten yang dimaksudkan
di sini adalah usaha pertanian yang hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup pelaku usahanya saja dan keluarganya, serta tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan. Dalam halini, masyarakat desa cenderung menerima atau merasa
cukup dengan apa yang bias mereka peroleh dari alam, tanpa merasa perlu
menambah upaya untuk meningkatkan penghasilan. Ciri lainnya, yakni tebalnya
rasa kekeluargaan, gotong-royong dan persahabatan menguatkan ikatan di antara
petani pedesaan untuk saling membantu dalam usaha tani. Masih banyak pedesaan
yang mengembangkan kelompok gotong-royong dalam pengolahan lahan, yakni
dengan bergantian melakukan pengolahan lahan diantara petani-petani anggota.
Hal tersebut di atas sejalan dengan pernyataan Mubyarto danSantosa
(1993) bahwa pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi
untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu,
pertanian/agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau livehood) bagi
sebagian besar petani di Indonesia. Petani di Indonesia pada umumnya lebih
mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan, yang diwujudkan dengan tradisi
gotong royong dalam kegiatan mereka.
Modernisasi di bidang pertanian di tandai dengan perubahan yang
mendasar pada pola-pola pertanian, dari cara-cara tradisional menjadi cara-cara
yang lebih maju. Perubahan-perubahan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain
dalam pengelolahan tanah, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk,
pengunaan sarana-sarana produksi pertanian, dan pengaturan waktu panen.
Pengenalan terhadap pola yang baru dilakukan dengan pembenahan terhadap
14
kelembagaan-kelembagaan yang berkaitan dengan pertanian, seperti, kelompok
Tani, KUD, PPL, Bank Perkreditan, P3A, dan sebagainya. Selanjutnya ditetapkan
pola pengembangan dalam bentuk, usaha ekstensifikasi, intensifikasi dan
diversifikasi. Selama beberapa pelita, modenisasi pertanian telah membawa
perubahan-perubahan yang berarti. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan produksi
pertanian yang mencapai puncak ketika tercapainya swasembada pangan.Namun
kondisi ini tidak bertahan lama, dan pada akhirnya membawa kembali bidang
pertanian di Indonesia dalam suasana keperhatinan yang ditandai dengan
menurunnya tingkat produksi, sehingga menjadikan Indonesia kembali sebagai
pengimpor beras. Sebagai asumsi dasar, kondisi ini terbentuk melalui berbagai
proses yang tidak dapat di lepaskan. Pertama, dari aspek modernisasi itu sendiri,
dan Kedua berkaitan dengan perubahan-perubahan sosial yang muncul dari
modernisasi yang tidak diantisipasi secara dini.
Perubahan-perubahan sosial petani akibat dari modernisasi adalah
dengan diperkenalkannya mesin-mesin, seperti mesin penuai dan traktor tangan
telah menghilangkan mata pencaharian penduduk yang selama ini mendapatkan
upah dari menuai.Kemudian, pemakaian traktor tangan telah menggantikan tenaga
kerbau, sehingga sebagaian besar petani tidak lagi berternak kerbau. Untuk kasus
ini, hasil penelitian Scott tentang petani di Sedaka, Malaysia, diuraikan dengan
cermat bagaimana penggunaan teknologi itu telah merubah hubungan sosial di
Malaysia. Scott memberikan contoh tentang digunakannya mesin pemanen dan
perontok padi, kemudian pemilik tanah memutuskan hubungan dengan pekerja.
Putusnya hubungan antara pemilik tanah dan para pekerja membuat perbedaan
antara kelas kaya dan miskin semakin nyata. Mesin juga telah merubah orientasi
15
para tuan tanah, dari anggapan usaha sebagai salah satu fungsi sosial menjadi
kerja sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan (Scott, 2000: 202).
Penelitian Scott menunjukan bahwa penggunaan teknologi pertanian
mempunyai dampak terhadap perubahan struktur masyarakat, dan akhirnya
berpengaruh terhadap pola-pola institusional masyarakat. Kondisi ini akan
memperluas struktur kemiskinan.Sedangkan tujuan dari pembangunan pertanian
itu sendiri pada dasarnya adalah untuk memperkecil struktur kemiskinan.
Modernisasi pertanian merupakan suatu upaya dalam menghadapi
tantangan jaman yang semakin kompleks dengan berbagai permasalahan
pertanian. Pada awalnya pertanian hanya mengandalkan keadaan alam saja tanpa
melakukan suatu inovasi untuk meningkatkan produktivitas. Namun sejalan
dengan menurunya kemampuan lahan pertanian dalam memenuhi kebutuhan
sementara jumlah penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan
kebutuhan akan pangan pun meningkat di samping terjadinya penyempitan lahan
pertanian dengan adanya alih fungsi lahan. Oleh karena itu, manusia mulai
berfikir formula-formula yang tepat guna dalam upaya peningkatan produktivitas
pertanian.
Pemerintah dalam hal ini pihak yang mempunyai otoritas untuk
mengmbil suatu kebijakan tanpa adanya analisis dampak yang akan terjadi dalam
melakukan suatu perubahan system pertanian yang mengarah pada modernisasi
pertanian. Kenyataan di lapangan penggunaan teknologi dan bibit unggul dapat
memberikan dampak positif bagi sebagian petani yang dapat menjangkau
teknologi dan bibit unggul tersebut. Namun di sisi lain dengan adanya teknologi
dan bibit unggul tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap kehidupan petani
16
terutama pelaku buruh tani yang mata pencahariannya bergantung pada pihak lain
yang membutuhkan jasanya. Tetapi dengan adanya teknologi tersebut mata
pencaharian buruh tani dapat terancam. Misalnya dalam pengelolaan tanah 1 ha
jika dengan buruh tani membutuhkan sekitar 14 orang dengan waktu beberapa
hari tetapi adanya traktor cukup dengan satu orang dan hanya membutuhkan waku
kurang dari satu hari. Sehingga penerapan teknologi bidang pertanian ini di satu
sisi menguntungkan petani di sisi lain dapat mengurangi lapang kerja yang
tersedia dan akhirnya menimbuilkan kesenjangan social yang sangat jauh antara
yang kaya dan miskin.
Solusinya penerapan pertanian yang berabasis teknologi yang
mengarah pada modernisasi pertanian perlu dilakukan secara menyeluruh mulai
dari pengelolaan lahan hingga menghasilkan suatu produk yang siap
dipasarkan.Dengan demikian, buruh tani yang perananya digantikan dengan
adanya teknologi traktor dan lainnya dapat dialihkan pada tahap pengelolaan
pasca panen atau bagian pemasaran sehingga dengan penerapan modernisasi
pertanian ini tidak lagi mengurangi lapangan kerja namun dapat menciptakan
lapangan kerja baru yang juga membantu para petani dalam menyalurkan hasil
buminya.Dengan demikian akan tercipta suatu system produksi yang
menghasilkan produk yang berkualitas dengan memperhatikan kesejahteraan
petani dan buruh tani sekitarnya.
Tentunya dengan penerapan modernisasi pertanian secara otomatis
tanpa adanya penanganan yang seius akan menimbulkan masalah baru yaitu
berkurngnya lapangan pekerjaan karena peranan pekerja tergantikan oleh
peralatan dan cara yang berbasis teknologi sehingga dalam pengelolaan lahan
17
dapat mengurangi jumlah pekerja. Hal ini tentunya menguntungkan bagi pelaku
tani dalam skala besar, tetapi tidak untuk petani kecil yang tidak dapat
menjangkau dalam pembiayaan peralatan pertanian yang berbasis teknologi
tersebut. Dengan demikian penerapan suatu teknologi dalam upaya efisiensi dan
intensifikasi pertanian guna mendapatkan kualitas produk yang dihasilkan baik
juga harus dikaji ulang mengenai dampak social yang ditimbulkan. Jangan sampai
penggunaan suatu teknologi akan mematikan mata pencaharian petani kecil yang
mengakibatkan kesenjangan social sehingga rentan terhadap konflik social. Oleh
karena itu, dalam penerapan modernisasi pertanian harus dikaji juga mau kemana
para buruh tani yang peranannya tergantikan oleh suatu teknologi tepat guna,
seperti halnya solusi permasalahan sebelumnya, maka dalam penerapan
modernisasi pertanian perlu adanya perluasan cakupan produksi yang tadinya
hanya menghasilkan bahan mentah saja, dengan adanya penerapan modernisasi
pertanian proses produksi ditingkatkan menjadi produk yang siap dipasarkan,
sehingga dalam proses tersebut terdapat perluasan lapangan pekerjaan yang
nantinya akan diisi oleh para buruh tani yang kehilangan pekerjaan akibat adanya
penerapan teknologi. Dengan kata lain para pengambil kebijakan harus juga
memperhatikan para buruh tani yang pekerjaannya digantikan oleh suatu
teknologi dengan memberikan pekerjaan pengganti yang dihasilkan dari perluasan
produksi pertanian. Sehingga terciptanya hubungan yang sinergis antara
pemerintah selaku pengambil kebijiakan, petani dan para buruh tani dalam upaya
menghasilkan produk dan jasa yang mempunyai daya saing di era perdagangan
pasar bebas ini.
18
Sebagaimana hasil penelitian Scott yang menyebutkan bahwa hubugan
antar petani dan petani lain dapat renggang akibat suatu penerapan alat mesin
pertanaian. Hasil penelitian tersebut di Malaysia hubungan tuan tani dan buruh
tani terputus akibat adanya mesin perontok padi yang menggantikan peranan
buruh tani tersebut. Hal tersebut mungkin juga terjadi atau bahkan sudah terjadi di
Indonesia. Selain itu, antara petani kelas atas yang mampu membeli atau
menyewa peralatan pertanian tingkat kesejahteraannya akan jauh berbeda dengan
petani yang hanya mengandalkan cara tradisional. Selain dampak negative
modernisasi pertanian juga dapat memberikan pengaruh positif bagi para pelaku
tani. Salah satunya dapat mempererat hubungan petani yang terhimpun dalam
suatu wadah kelompok tani dikarenakan ketidak mampuan petani secar individu
dalam menyediakan peralatan peratnian sehingga memaksa mereka untuk
melakukan swadaya atau bergotong royong dalam menyediakan peralatan yang
dibutuhkan.Sehingga tercipta harmonisasi antar petani. Dengan demikian suatu
penerapan modernisasi dapat memberikan dampak negative atau positif
tergantung bagaimana penanganan atau inisiatif pemerintah yang bekerjasama
dengan para petani dalam menghadapi setiap permaslahan pertanian khususnya
dalam penerapan pertanian berbasis teknologi.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ilmiah ini dapat
dismpulkan sebagai berikut:
1. Modernisasi pertanian merupakan tuntutan jaman yang tidak biasa
dielakan lagi guna peningkatan produksi pertanian secara kualitas dan
kuantitas.
2. Penerapan modernisasi pertanian dapat menghilangkan mata pencaharian
buruh tani yang peranannya tergantikan oleh adanya alat mesin pertanian
sehingga kesejahteraannya dapat berkurang jika tidak ada tindak lanjut
pihak pengambil kebijakan untuk memperhatikan nasib buruh tani
tersebut.
3. Pengaruh modernisasi pertanian bagi para petani dapat mengurangi
lapangan pekerjaan jika penerapannya tidak memperhatikan aspek social
yang ditimbulkan.
4. Modernisasi pertanian dapat berdampak buruk terhadap hubungan petani
dengan buruh tani, tetapi dapat mempererat hubungan antar petani dengan
membuat suatu wadah yang menciptakan suasana gotong royong dalam
penyediaan peralatan pertanian.
20
B. Saran
Sebagai saran dari penulis apabila ingin menganalisi tentang
modernisasi pertanian alahkah baiknya dikaji tentang bagaimana kaitannya
penerapan modernisasi pertanian dengan punahnya produk unggulan local
suatu daerah. Penulis masih dalam tahap belajar dalam penulisan makalahini
yang tentunya banyak kesalahan baik dalam segi penulisan maupun isi
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut dalam penulisan karya tulis
ilmiah di masa yang akan datang.
21
DAFTAR PUSTAKA
Budiman Arief.1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga.Jakarta:Gramedia
Eko Sutoro. Jurnal Pembangunan Politik, Pemberdayaan Politik dan Transformasi
Politik
Leibo, J. Sosiologi Pedesaan: Mencari Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat
Desa Berparadigma Ganda. Yogyakarta: Andi Offset.
Munthe H Marhaeni.Modernisasi dan Perubahan Sosial Masyarakat dalam
Pembangunan Pertanaian Suatu Tinjauan Sosiologis.Medan: Sosiologi FISIP
USU
Saragih Bungaran.2004.Perkembangan Mutahir Pertanian Indonesia dan Agenda
Pembangunan Ke Depan.Malang : Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Suryana Achmad.2005.Rencana Strategi Badan Litbang Pertanian.Jakarta :Badan
litbang Pertanian.
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa dengan adanya
masukan modern di bidang pertanian dapat membantu para petani dalam
mengerjakan kegiatan di sawah karena mekanisasi peralatan pertanian tidak
membutuhkan banyak waktu dan tenaga, namun disamping itu juga dapat
mengakibatkan berkurangnya kebutuhan tenaga kerja manusia. Tenaga kerja
manusia dan hewan dapat digantikan oleh mesin-mesin modern seperti traktor,
pompa air dan mesin perontok padi.
B. Saran
Adapun sarannya bahwa agar modernisasi dapat berjalan baik dan
berhasil seperti yang diharapkan, maka harus ada kerjasama yang baik dari
berbagai pihak antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pamong desa,
tokoh masyarakat maupun dari petani itu sendiri selain itu Agar terciptanya
kerjasama yang baik dari berbagai pihak, pemerintah dapat memberdayakan
sumber daya alam melalui penerapan teknologi maju guna meningkatkan
produktivitas dan pendapatan petani.
23
DAFTAR PUSTAKA
Joseph,Martin.1990. Sociology For Every One. Oxford, U.K: Polity Press
Kuntowijoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat.Yogyakarta: Tiara Wacana
Macionis, John J. 1991. SociologyHertfordshire, U.K.: Prentice Hall
Mulyadi, Yad.1999. Antropologi. Jakarta:Depdikbud
Nasikun, Dr.2004. Sitem Sosial Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tambahan
http//:www.wikipedia.org/
Top Related