SKRIPSI
KORELASI ANTARA PELATIHAN TEKNIS PERPAJAKAN, PENGALAMAN
DAN MOTIVASI PEMERIKSA PAJAK DENGAN KINERJA PEMERIKSA
PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI JAKARTA BARAT
Oleh:
Zamal Firdaus
NIM: 204082002339
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
KORELASI ANTARA PELATIHAN TEKNIS PERPAJAKAN, PENGALAMAN
DAN MOTIVASI PEMERIKSA PAJAK DENGAN KINERJA PEMERIKSA
PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI JAKARTA BARAT
Oleh:
Zamal Firdaus
NIM: 204082002339
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
KORELASI ANTARA PELATIHAN TEKNIS PERPAJAKAN, PENGALAMAN
DAN MOTIVASI PEMERIKSA PAJAK DENGAN KINERJA PEMERIKSA
PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Zamal Firdaus NIM: 204082002339
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
Pembimbing I
Dr. Yahya Hamja, MM
NIP. 130 676 334
Pembimbing II
Afif Sulfa, SE, Ak., M.Si
Hari ini Rabu Tanggal 29 Bulan April Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Zamal Firdaus NIM: 204082002339 dengan judul
Skripsi ”KORELASI ANTARA PELATIHAN TEKNIS PERPAJAKAN,
PENGALAMAN, DAN MOTIVASI PEMERIKSA PAJAK DENGAN
KINERJA PEMERIKSA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
(KPP) DI JAKARTA BARAT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 April 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Drs. Abdul Hamid Cebba Ak., MBA
Ketua
Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
Hari ini Senin Tanggal 22 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Zamal Firdaus NIM: 204082002339 dengan judul ”
KORELASI ANTARA PELATIHAN TEKNIS PERPAJAKAN,
PENGALAMAN, DAN MOTIVASI PEMERIKSA PAJAK DENGAN
KINERJA PEMERIKSA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
(KPP) DI JAKARTA BARAT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Juni 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Yahya Hamja, MM Ketua
Rahmawati, SE, MM
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
ABSTRACT
Zamal Firdaus, Thesis Title "Correlation of Taxation Technical Training, Experiences, Motivation a Tax Auditor towards The works of Tax Auditor at
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) in West Jakarta. Undergraduate Program (S-1) Tax Accountancy Major, Faculty of Economy and Social Sciences of Syarif
Hidayatullah Islamic State University Jakarta 2009.
The purpose of this research is to know how big Correlation of Taxation Technical Training (X1) , Experiences (X2), Motivation a Tax Auditor (X3) as an
independent variable towards The works of Tax Auditor at Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) in West Jakarta (Y) as a dependent variable.
The research has been done by mean of filling out questionnaires by tax employee
and to used to secondary data too. The responders are Tax Auditor at Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Jakarta Taman Sari Satu, Taman Sari Dua, Tambora,
Kalideres, dan Cengkareng. The samples included are 50 responders. For
analyzing the data researcher used SPSS version 12.0.
The result of this research shows that the Correlation of Taxation Technical
Training, Experiences, Motivation a Tax Auditor towards The works of Tax
Auditor at Kantor Pelayanan Pajak (KPP) in West Jakarta have a value
coefficients correlation 0,550 this means coefficients correlation between the Correlation of Taxation Technical Training, Experiences, Motivation a Tax
Auditor towards The works of Tax Auditor at Kantor Pelayanan Pajak (KPP) in West Jakarta is significantly positive.
Keyword: Taxation Technical Training, Experience, works of Tax Auditor
ABSTRAK
Zamal Firdaus, Judul skripsi “Korelasi Antara Pelatihan Teknis Perpajakan, Pengalaman dan Motivasi Pemeriksa Pajak Dengan Kinerja Pemeriksa Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Barat". Strata satu (S-1) jurusan Akuntansi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar korelasi Antara Pelatihan Teknis Perpajakan, Pengalaman dan Motivasi Pemeriksa Pajak Dengan
Kinerja Pemeriksa Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Barat.
Variabel yang menjadi fokus penelitian adalah pelatihan teknis perpajakan (X1),
pengalaman (X2), dan motivasi (X3) sebagai variabel bebas dan kinerja Pemeriksa
Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Barat (Y) sebagai variabel terikat.
Penelitian dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh aparat pajak dan data
sekunder yang dapat mendukung penelitian. Responden penelitian adalah para
Pemeriksa Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jakarta Taman Sari Satu,
Taman Sari Dua, Tambora, Kalideres, dan Cengkareng. Sampel diambil sebanyak
50 responden. Untuk metode analisis dan uji hipotesis menggunakan korelasi, lalu
perhitungannya menggunakan program SPSS versi 12.0.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Korelasi Antara Pelatihan Teknis Perpajakan, Pengalaman dan Motivasi Pemeriksa Pajak Dengan Kinerja
Pemeriksa Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Barat memiliki nilai koefisien sebesar 0,550 yang berarti koefisien Korelasi Antara Pelatihan
Teknis Perpajakan, Pengalaman dan Motivasi Pemeriksa Pajak Dengan Kinerja Pemeriksa Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Barat adalah kuat.
Kata kunci : Pelatihan Teknis Perpajakan, Pengalaman, Motivasi, Kinerja
Pemeriksa Pajak
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menjadikan ilmu sebagai sifat
kesempurnaan yang paling tinggi. Aku bersaksi tiada tuhan yang pantas disembah
selain Allah Yang maha Esa, yang tiada sekutu bagi-Nya, yang telah memberi
keistimewaan kepada orang–orang yang dikehendaki dari para hamba-Nya dan
Aku bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-Nya yang telah
Allah istimewakan dengan seluruh kesempurnaan ubudiyyah. Semoga rahmat
Allah SWT senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW, yang hatinya telah dipenuhi oleh Allah ta’ala dengan keagungan-Nya jalla
wa’alaa yang Maha Tinggi dan kepribadiannya selalu diliputi dengan keindahan-
Nya yang Maha Mulia, Mudah-mudahan rahmat Allah SWT juga terlimpahkan
kepada keluarganya dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti
jalannya, sehingga mereka mendapat kebaikan yang banyak. Amma ba’du.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan Jazakumullah Khairan
Katsir yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua yang terkasihi dan tersayangi (Ibu dan Ayah), keluarga tercinta
yang tidak pernah berhenti berdoa dan memberikan semangat.
2. Murabbi atas bimbingan dan kesabarannya
3. Bpk Dr. Yahya Hamja, MM, selaku dosen pembimbing I yang amat sangat
baik dalam memberikan pengarahan selama penulisan.
4. Bpk Afif Sulfa, SE, Ak., M.Si, selaku dosen pembimbing II yang amat
sangat baik dalam memberikan pengarahan selama penulisan.
5. Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid. MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial.
6. Bpk. Prof. Dr. Rodoni, selaku Pembantu Dekan Bagian Akademik
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.
7. Bpk Herni Ali HT, SE, MM, selaku Pembantu Dekan Bagian
Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.
8. Bpk. Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
9. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
10. Bpk Suhendra, S.Ag, MM, selaku Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Non Reguler.
11. Ibu Rahmawati, SE, MM, selaku Sekretaris Program Studi FEIS Non
Reguler
12. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
13. Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah
membantu dalam hal-hal kebaikan (Pak Sandy, Mas Heri, Mas Aziz, Bu
Ani, Kak Isma, Kak Yuli, Pak Sukmadi, Alfred, dan lain-lain)
14. Sahabat-sahabat di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) wa bil Khusus
Wajihah LDK, KAMMI, serta wasilah PIM yang telah memberikan
pelajaran bermanfaat. Semoga kita selalu terjalin Ukhuwah dan
silaturahim, bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan
menegakkan syari’at kehidupan sehingga dapat membangun Peradaban
Islam yang futuh. Keep Fight n’ Istiqomah on the way of Allah SWT.
15. Sahabat KKN/S, Akh Selamet, Heri P, Misbah, Ukhti Sumi from Fakultas
Dakwah dan Komunikasi (FDK), Mr.Robert, dkk. Sahabat Magang, Siti
Hawa K (Neng), Ellya R. Sahabat seperjuangan FEIS Non Reguler, Akh
Dadi, Nanda, Ukhti Fitriah Abdullah, Ukhti Febriyanti, Dika Mira Uncha
Sari, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Tetap
Semangat n’ Sukses - Arigato Gozaimasu.
16. Sahabat-sahabat angkatan 2004, baik akuntansi n’ manajemen reguler dan
Non Reguler. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita
semua.Amiin.
17. Kepala Kantor, Bpk Subandono Rachmadi sebagai Ka.Subag Umum
beserta staff dan Fungsional Pemeriksa KPP Pratama Jakarta Taman Sari
Satu.
18. Kepala Kantor, Bpk Iman Sutrijono sebagai Ka.Subag Umum beserta staff
dan Fungsional Pemeriksa KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua.
19. Kepala Kantor, Bpk Johanes Setiarso sebagai Ka.Subag Umum beserta
staff, Bpk Subardiyo dan Fungsional Pemeriksa KPP Pratama Jakarta
Tambora.
20. Kepala Kantor, Ka.Subag Umum beserta staff dan Ibu Mora Aryani
Siregar beserta Fungsional Pemeriksa KPP Pratama Jakarta Kalideres.
21. Kepala Kantor, Ka.Subag Umum beserta staff dan Bpk A.Yoga Bintoro,
S.Sos beserta Fungsional Pemeriksa KPP Pratama Jakarta Cengkareng.
22. Pihak-pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini.
Penulis sangat menyadari kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga
saran dan kritik demi penyempurnaan skripsi ini merupakan apresiasi bagi
penulis. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penulis ingin
mempersembahkan skripsi ini bagi semua pihak (siapa pun) yang menaruh
perhatian bagi perkembangan penelitian di Indonesia dengan harapan semoga
seuntai kata dan kalimat yang tersusun dalam skripsi ini bermanfaat. Amiin.
Jakarta, Juni 2009
Jumadil Akhir 1430 H
Zamal Firdaus
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………….i
ABSTRACT………………………………………………………………………iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian..........................................................1
B. Perumusan Masalah...................................................................5
C. Tujuan dan Manfaat...................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelatihan Teknis Perpajakan......................................................8
1. Pengertian Pelatihan Teknis.................................................8
2. Jenis Pelatihan Teknis Perpajakan.....................................12
B. Pengalaman..............................................................................15
C. Motivasi....................................................................................16
D. Kinerja......................................................................................20
1. Pengertian Kinerja..............................................................20
2. Standar Kinerja...................................................................22
3. Aspek-Aspek Kinerja ........................................................24
E. Pengukuran Kinerja..................................................................27
1. Pengertian Pengukuran Kinerja..........................................27
2. Maksud Pengukuran Kinerja..............................................28
3. Manfaat Pengukuran Kinerja.............................................28
4. Pengukuran Kinerja Organisasi Pemerintah......................29
5. Ekonomi.............................................................................32
6. Efisiensi..............................................................................33
7. Efektifitas...........................................................................36
F. Pemeriksaan Pajak...................................................................37
1. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak......................................37
2. Pengertian Pemeriksaan Pajak...........................................38
3. Tujuan Pemeriksaan...........................................................39
4. Jenis Pemeriksaan Pajak....................................................41
5. Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan..............44
6. Norma dan Pedoman Pemeriksaan....................................45
7. Tahap Pemeriksaan Pajak..................................................50
8. Teknik dan Metode Pemeriksaan Pajak.............................57
9. Prosedur Pemeriksaan Pajak..............................................58
G. Penelitian Terdahulu................................................................59
H. Kerangka Pemikiran.................................................................62
I. Hipotesis..................................................................................62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................63
B. Metode Pemilihan Sampel.......................................................63
C. Metode Pengumpulan Data......................................................64
1. Data Primer........................................................................64
2. Data Sekunder....................................................................65
D. Metode Analisis.......................................................................65
1. Uji Kualitas Data................................................................65
a. Uji Validitas Data.........................................................65
b. Uji Realibilitas.............................................................66
2. Uji Hipotesis......................................................................67
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannnya...............69
1. Variabel Independen (X)....................................................69
2. Variabel Dependen (Y)......................................................71
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.........................................74
1. Tempat dan waktu.............................................................74
2. Karakteristik Responden...................................................74
B. Penemuan dan Pembahasan.....................................................76
1. Hasil Try Out.....................................................................76
a. Identitas Responden....................................................77
b. Validitas dan Reliabilitas.............................................77
2. Hasil Penelitian..................................................................84
a. Identitas Responden.....................................................84
b. Validitas dan Realibilitas.............................................85
c. Hasil Korelasi Pearson.................................................92
d. Hasil Uji Korelasi Pearson...........................................94
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan..............................................................................96
B. Implikasi..................................................................................96
C. Saran........................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................101
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kategori Penilaian Tinggi Rendahnya Reliabilitas Instrumen.......67
Tabel 3.2 Pedoman tingkat keeratan korelasi.................................................68
Tabel 3.3 Pengukuran Terhadap Pelatihan Perpajakan, Pengalaman, dan
Motivasi..........................................................................................71
Tabel 3.4 Operasional Variabel Penelitian.....................................................72
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian…………………………………………..76
Tabel 4.2 Data Identitas Responden Try Out………….…………………....77
Tabel 4.3 Hasil Try Out Validitas variable X1 (P_Teknis Perpajakan)…......78
Tabel 4.4 Hasil Try Out Reliabilitas variable X1 (P_Teknis Perpajakan)…..79
Tabel 4.5 Hasil Try Out Validitas variable X2 (Pengalaman)………………79
Tabel 4.6 Hasil Try Out Reliabilitas variable X2 (Pengalaman)…...……….80
Tabel 4.7 Hasil Try Out Validitas variable X3 (Motivasi)………………….80
Tabel 4.8 Hasil Try Out Reliabilitas variable X3 (Motivasi)……………….81
Tabel 4.9 Try Out Validitas variable Y (Kinerja Pemeriksa Pajak)...............82
Tabel 4.10 Try Out Reliabilitas variable Y (Kinerja Pemeriksa Pajak)...........83
Tabel 4.11 Data Identitas Responden..............................................................84
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas variable X1 (P_Teknis Perpajakan)….............85
Tabel 4.13 Hasil Validitas variable X1 (P_Teknis Perpajakan)……………...86
Tabel 4.14 Hasil Reliabilitas variable X1 (Pelatihan Teknis Perpajakan)........87
Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas variable X2 (Pengalaman)................................87
Tabel 4.16 Hasil Reliabilitas variable X2 (Pengalaman)..................................88
Tabel 4.17 Hasil Uji Validitas variable X3 (Motivasi)....................................89
Tabel 4.18 Hasil Reliabilitas variable X3 (Motivasi)......................................90
Tabel 4.19 Hasil Uji Validitas variable Y (Kinerja Pemeriksa Pajak)............90
Tabel 4.20 Hasil Reliabilitas variable Y (Kinerja Pemeriksa Pajak)..............91
Tabel 4.21 Korelasi Antar Variabel Pelatihan Teknis, Pengalaman, dan
Motivasi.........................................................................................92
Tabel 4.22 Korelasi Gabungan Pelatihan Teknis, Pengalaman, Motivasi......93
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Skema Penelitian Pemikiran...............................................62
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner.....................................................................................105
Lampiran 2 Tabulasi Jawaban Responden Try Out…………………………112
Lampiran 3 Output Validitas SPSS Data Try Out……………..…………….121
Lampiran 4 Output Validitas SPSS Riset.......................................................125
Lampiran 5 Uji Korelasi Pearson....................................................................130
Lampiran 6 Komposisi Sumber Daya Manusia..............................................131
Lampiran 7 Nilai r tabel..................................................................................132
Lampiran 8 Surat Keterangan Riset................................................................133
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pemeriksaan pajak merupakan upaya Direktorat Jenderal Pajak untuk
menjalankan fungsi pengawasan yang telah diamanatkan oleh UU Perpajakan
(Gunadi, 2005). Menurut Arens dan Loebbecke dalam bukunya Auditing
Pendekatan Terpadu yang diadaptasi oleh Amir Abadi Jusuf, menjelaskan
bahwa yang dimaksud Auditor Pajak adalah Direktorat Jenderal Pajak yang
berada di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia, bertanggung
jawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum
dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksanaan DJP di lapangan
adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang mempunyai auditor-auditor
khusus dalam Fungsional Pajak. Tanggung jawab Fungsional Pajak adalah
melakukan audit terhadap para Wajib Pajak tertentu untuk menilai apakah
telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan.
Tujuan utama setiap institusi pemungut pajak adalah tercapainya
penerimaan pajak yang optimal, yakni berimbangnya tingkat penerimaan
pajak aktual (actual revenue) dengan penerimaan pajak potensial. Dengan kata
lain, tidak ada selisih antara penerimaan aktual dengan penerimaan potensial,
atau sering disebut tax gap. Menurut James (2003) dalam Gunadi (2005)
besarnya tax gap ini mencerminkan tingkat kepatuhan membayar pajak (tax
compliance).
Menurut Simon James dkk (2003) dalam Gunadi (2005) pengertian
kepatuhan pajak (tax compliance) dalam hal ini diartikan bahwa Wajib Pajak
mempunyai kesediaan untuk mematuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan yang
berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama (obtrusive
investigation), peringatan, ataupun ancaman dan penerapan sangsi baik hukum
maupun administrasi, dengan demikian, secara hipotesis bila semua Wajib
Pajak mentaati dan patuh terhadap aturan-aturan perpajakan yang berlaku,
maka selisih antara penerimaan pajak potensial dengan penerimaan pajak
aktual menjadi 0. Oleh karena itu, dalam konsep yang sederhana,
meningkatnya tingkat kepatuhan pajak tercemin pada menyempitnya tax gap,
yakni selisih antara penerimaan pajak potensial dengan penerimaan pajak
aktual.
Kepatuhan pajak juga sering diasosiasikan dengan dua istilah baku
yang sudah populer dalam bidang-bidang perpajakan, yakni tax avoidance dan
tax evasion. Perbedaan dari kedua istilah ini secara konvensional terletak
pada aspek legalitasnya. Tax avoidance terkait dengan upaya-upaya Wajib
Pajak secara legal untuk mengurangi kewajiban pajaknya karena adanya
kelemahan-kelemahan sistem perpajakan atau tiadanya aturan yang mengatur
dalam ketentuan perpajakan (loop holes), sedangkan tax evasion terkait pada
upaya-upaya ilegal Wajib Pajak untuk menghindari kewajiban pajaknya
(Alm,(1999) dalam Gunadi (2005)).
Pemeriksaan pajak merupakan suatu mekanisme pengawasan dalam
penerapan sistem self assesment perpajakan di Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Disamping itu, pemeriksaan pajak juga
merupakan sarana untuk meningkatkan penerimaan negara dan menciptakan
keadilan bagi Wajib Pajak (Maharani, 2006).
Adanya kepercayaan kepada Wajib Pajak melalui penerapan self
assessment system ini akan berhasil apabila kondisi kepatuhan sukarela
(voluntary compliance) pada masyarakat telah terbentuk. Kenyataan yang ada
di Indonesia menunjukkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak masih rendah,
dimana hal ini terlihat pada belum optimalnya penerimaan pajak (tax gap) dan
tax ratio Indonesia masih terendah di Kawasan ASEAN yaitu sebesar 11,6
untuk tahun 2005. Salah satu langkah yang tepat dilakukan oleh Direktorat
Jendral Pajak (DJP) untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak adalah
dengan meningkatkan pengawasan melalui pemeriksaan yang dapat berhasil
sesuai tujuan karena adanya peran Pemeriksa Pajak diharapkan dapat
menentukan efektivitas pemeriksaan itu sendiri, sehingga nantinya berdampak
dalam peningkatan kepatuhan Wajib Pajak. Oleh karena itu, pemeriksa yang
profesional menjadi tuntutan dalam setiap pemeriksaan.
Sistem self assesment membutuhkan kepatuhan sukarela dari wajib
pajak yang diwujudkan jika terpenuhi unsur kesadaran perpajakan dan unsur
tindakan penegakan hukum. Melihat kenyataan tingkat kesadaran perpajakan
masyarakat Wajib Pajak masih relatif rendah maka diperlukan adanya
tindakan penegakan hukum yang memadai dengan dilaksanakan melalui
tindakan pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan pajak.
Untuk melaksanakan upaya penegakan hukum sebagai salah satu
melalui tindakan pemeriksaan pajak, maka mutlak diperlukan tenaga
Pemeriksa Pajak dalam kuantitas dan kualitas yang memadai di samping
diperlukan prosedur pemeriksaan, norma dan kaidah yang mengatur seseorang
Pemeriksa Pajak.
Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh
Pemeriksa Pajak, serta melihat luasnya jangkauan tugas, sementara jumlah
petugas yang terbatas, maka efisiensi kerja adalah suatu kebutuhan utama.
Dengan efisiensi kerja yang tinggi maka pelaksanaan tugas Pemeriksa Pajak
akan meningkat, yang pada akhirnya akan memberikan sumbangan yang tidak
kecil terhadap tercapainya tujuan Direktorat Jendral Pajak, khususnya di
dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (Djazoeli Sadhani, 1999).
Pelaksanaan pemeriksaan diatur dalam serangkaian peraturan
mengenai kebijakan pemeriksaan yang bertujuan untuk menjaga kualitas
pemeriksaan dan memberikan kepastian hukum dan rasa keadilan bagi Wajib
Pajak (Maharani, 2006). Hal ini diungkap dalam Peraturan Menteri Keuangan
202/ PMK.03/ 2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak
Pidana di Bidang Perpajakan pasal 6 ayat 2a yang menjelaskan syarat
Pemeriksa Pajak yaitu telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan teknis
yang cukup serta memiliki keterampilan sebagai pemeriksa bukti permulaan
dan menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama.
Dari gambaran di atas, semakin nyata bahwa Pemeriksa Pajak (fiskus)
harus memiliki pelatihan teknis, pengalaman, dan motivasi dalam perpajakan
serta terciptanya efisiensi dan efektifitas dalam Pemeriksa Pajak. Sehingga
penerimaan pajak mencapai target yang diinginkan.
Salah satu objek penelitian ini adalah beberapa Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) di Jakarta, diharapkan dengan adanya penelitian ini berpengaruh
terhadap kinerja Pemeriksa Pajak, walaupun variabel pelatihan teknis
perpajakan, pengalaman, dan motivasi bukanlah satu-satunya faktor yang
mempengaruhi kinerja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
seberapa besar variabel pelatihan teknis perpajakan, pengalaman, dan motivasi
ini mempunyai korelasi dengan kinerja Pemeriksa Pajak di Kantor
Pelayananan Pajak (KPP) di Jakarta. Untuk itu penulis mencoba menelitinya
dalam bentuk skripsi yang berjudul: Korelasi Antara Pelatihan Teknis
Perpajakan, Pengalaman dan Motivasi Pemeriksa Pajak Dengan Kinerja
Pemeriksa Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Barat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada korelasi positif dan signifikan antara pelatihan teknis
perpajakan dengan kinerja Pemeriksa Pajak?
2. Apakah ada korelasi positif dan signifikan antara pengalaman dengan
kinerja Pemeriksa Pajak?
3. Apakah ada korelasi positif dan signifikan antara motivasi dengan kinerja
Pemeriksa Pajak?
4. Apakah secara bersama-sama ada korelasi positif dan signifikan antara
pelatihan teknis perpajakan, pengalaman, dan motivasi dengan kinerja
Pemeriksa Pajak?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar korelasi positif
dan signifikan antara pelatihan teknis perpajakan yang telah diikuti,
pengalaman, dan motivasi terhadap kinerja pemeriksa pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak di Jakarta Barat.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Ilmu Akuntansi
Untuk menambah referensi ilmiah mengenai masalah perpajakan
yang ada di Indonesia.
b. Peneliti
Memperoleh pengetahuan mengenai korelasi positif dan
signifikan antara pelatihan teknis perpajakan, pengalaman, dan
motivasi dengan kinerja Pemeriksa Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Jakarta.
c. Pemeriksa Pajak (fiskus)
Sebagai sarana informasi bahwa pembinaan pendidikan pajak
dan pengalaman sangat penting bagi tumbuhnya pemahaman terhadap
perencanaan audit pajak dalam efisiensi pemeriksaan.
d. Kantor Pelayanan Pajak
Sebagai masukan dan evaluasi untuk perbaikan sistem pelayanan
pajak yang lebih baik.
e. Pihak Akademis
memberikan sumbangan fikiran dan dapat menambah
pengetahuan untuk pihak-pihak yang ingin memperdalam ilmu
perpajakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelatihan Teknis Perpajakan
1. Pengertian Pelatihan Teknis
Pelatihan teknis perpajakan merupakan pelatihan yang ditujukan
kepada pegawai-pegawai Direktorat Jenderal Pajak dan bertujuan untuk
memberikan ataupun meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta
keterampilan khususnya mengenai masalah-masalah perpajakan. Pada
hakikatnya pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan berkaitan dengan
kemampuan penalarannya.
Dengan kemampuan menalarnya, manusia mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kekuatan
manusia untuk tidak semata-mata tunduk kepada kodrat alam serta selalu
sadar dan aktif berupaya untuk menjadikan dirinya beradaptasi terhadap
sesuatu yang ada lingkungannya. Manusia adalah satu-satunya makhluk
yang mampu mengembangkan pengetahuan secara sistematis. Karena
pengetahuan manusia memikirkan hal-hal baru memanfaatkan sumber
daya, mengembangkan kebudayaan dan memberikan makna di dalam
kehidupannya. Dengan pengetahuan maka manusia mampu menguasai dan
mempengaruhi perilaku lain (Gordon, 1991:413 dalam Djazoeli Sadhani
(1999)).
Dikaitkan dengan pengembangan tujuan belajar, terdapat tiga ranah
(domain) yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Bloom, 1979: 7
dalam Djazoeli Sadhani (1999)). Sedangkan menurut Woolfok (1998:482)
dalam Djazoeli Sadhani (1999), ranah dapat dibagi ke dalam enam
kelompok yaitu: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4)
analisis, (5) sintesis, dan (6) penilaian.
Sementara itu mengenai definisi pajak, Soemitro (1982:13) dalam
Djazoeli Sadhani (1999) mengemukakan bahwa pajak merupakan
peralihan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan Undang-Undang
yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan imbalan
(tegenprestatie) yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan
untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat
pendorong, penghambat, atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada
di luar bidang keuangan negara. Selanjutnya apabila dikaitkan dengan
kebijakan fiskal, dari segi mikro ekonomi pajak mengurangi income
individu, mengurangi daya beli, dan mengurangi kesejahteraan individu
serta mengubah pola hidup Wajib Pajak. Hasil pajak selanjutnya
digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang terdiri
dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
Lebih lanjutnya Soemitro mengemukakan bahwa pajak mempunyai
tujuan untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara,
dengan maksud agar mempunyai dana untuk membiayai pengeluaran
negara. Dalam hal ini pajak dikatakan mempunyai fungsi budgeter. Di
samping itu pajak mempunyai fungsi mengatur (regulerend) yang berarti
bukan semata-mata untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya dalam
kas negara tetapi juga digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Pajak juga mempunyai fungsi mengatur perekonomian negara termasuk
juga inflasi.
Ditinjau dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang,
pemungutan pajak di suatu negara dapat diklasifikasikan sebagai pajak
pusat yaitu pajak-pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah
pusat dan pajak daerah yaitu pajak-pajak yang pemungutannya oleh
pemerintah daerah.
Pajak-pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat
meliputi : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM), Bea Materai, Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB). Pemungutan pajak-pajak tersebut dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan sebagai pelaksana
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan (KUP) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan (PPh) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang 18 Tahun 2000, Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai dan Undang-Undang Nomor
21 Tahun 1997 tentang Bea Perlolehan Hak atas Tanah dan Banguanan.
Di samping ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana disebutkan di atas, dalam pelaksanaan peraturan perundang-
undangan perpajakan sering terdapat utang pajak yang tidak dilunasi oleh
Wajib Pajak sebagaimana mestinya, sehingga memerlukan tindakan
penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa.
Pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Di sisi lain dengan
makin meningkatnya jumlah pembayar pajak dan pemahaman akan hak
dan kewajiban dalam melaksanakan kewajibannya maka dalam
pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak dapat
dihindarkan timbulnya sengketa pajak yang memerlukan penyelesaian
yang adil dengan prosedur dan proses yang cepat, murah dan sederhana.
Pelaksanaanya didasarkan pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997
tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.
Sebagai pelaksana Undang-Undang, karyawan Direktorat Jenderal
Pajak khususnya Pemeriksa Pajak dituntut untuk memahami seluruh
Undang-Undang tersebut di atas beserta peraturan pelaksanaannya, juga
tentang Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang
Badan Penyelesaian Sengketa Pajak serta akuntansi.
2. Jenis Pelatihan Teknis Perpajakan
Menurut Chairuddin Syah Nasution (2002:61) Berbagai Jenis
pelatihan teknis perpajakan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
Pajak untuk para pegawainya antara lain sebagai berikut:
a. Diklat Penyesuaian Tugas (DPT) Dasar II Perpajakan
Merupakan pelatihan yang ditujukan bagi pegawai dengan latar
belakang pendidikan paling tinggi Sekolah Menengah Atas (SMA),
yang telah memenuhi masa kerja tertentu atau telah memperoleh gelar
kesarjanaan pada saat bekerja, untuk diangkat dalam sebuah jabatan
struktural.
b. Diklat Penyesuaian Tugas (DPT) Dasar III Perpajakan
Merupakan pendidikan dan pelatihan perpajakan yang khusus
diberikan bagi pegawai lulusan strata 1 dan 2 yang baru diterima
bekerja pada Direktorat Jenderal Pajak melalui kebijakan penarikan
pegawai baru. Setelah mengikuti DPT dasar III ini, barulah pegawai-
pegawai tersebut ditempatkan pada unit-unit kerja lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak. Sementara untuk pegawai lulusan Program
Diploma Perpajakan maupun Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
(STAN) telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan perpajakan pada
masa kuliah, sehingga saat lulus kuliah mereka dapat langsung
ditempatkan pada unit-unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak.
c. Diklat Teknis Fungsional Pemeriksa Pajak
Merupakan pendidikan dan pelatihan perpajakan khusus yang
diberikan kepada pejabat-pejabat atau pegawai yang diangkat jabatan
fungsional pemeriksa pajak.
d. Diklat Teknis Substansi (DTS) I dan II Perpajakan
Merupakan pendidikan dan pelatihan teknis bagi pegawai
honorer (setinggi-tingginya lulusan SMA) untuk diangkat sebagai
pegawai tetap Direktorat Jenderal Pajak.
e. Diklat Teknis Pemeriksaan Lapangan
Merupakan pendidikan dan pelatihan teknis mengenai tata cara
melakukan pemeriksaan pajak atau pegawai struktural.
Dari berbagai pelatihan teknis perpajakan di atas, dapat dilihat
bahwa pelatihan tersebut diterapkan untuk seluruh pegawai dari seluruh
latar belakang pendidikan. Dengan demikian Direktorat Jenderal telah
mengusahakan semaksimal mungkin segala upaya untuk meningkatkan
pengetahuan serta keterampilan teknis perpajakan bagi pegawainya.
Selain itu ada hal yang perlu diperhatikan bagi pegawai pajak
terutama pemeriksa pajak adalah Kemampuan Numerik. Pada hakikatrnya
secara kemampuan (ability) manusia diciptakan tidak sama, ada yang
memiliki kemampuan tinggi ada yang memiliki kemampuan rendah.
Setiap manusia pasti mempunyai kekuatan dan kelemahan pada satu atau
berbagai bidang aktivitas tertentu. Sebagai makhluk yang mampu
mengelola lingkungan hidupnya maka kekuatan dan kelemahan manusia
pada masing-masing bidang dapat dioptimalisasikan dengan cara
menempatkan individu dengan kemampuan tertentu pada bidang kerja
yang tepat sesuai dengan kemampuannya itu.
Menurut Munandar (1992:17) dalam Djazoeli Sadhani (1999)
kemampuan merupakan suatu daya untuk melakukan suatu tindakan yang
merupakan hasil dari pembawaan atau latihan, karena itu kemampuan
berfungsi menunjukkan bahwa seseorang dapat atau tidak dapat
melakukan suatu aktivitas. Kemampuan bersama-sama dengan bakat
menentukan adalah faktor utama yang menentukan prestasi kerja
seseorang, sementara prestasi itu sendir antara lain ditentukan
intelejensinya.
Sementara itu kemampuan intelektual merupakan suatu daya yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental. Terdapat tujuh dimensi
yang menyusunnya yaitu (1) kemampuan numerik, (2) pemahaman verbal,
(3) kecepatan perseptual, (4) penalaran induktif, (5) penalaran deduktif, (6)
visualisasi ruang dan (7) memori (Robbins, 1990:86 dalam Djazoeli
Sadhani, 1999).
Dengan demikian pengertian pelatihan teknis perpajakan dalam
penelitian ini adalah upaya pengembangan SDM yang ditujukan bagi
pegawai Direktorat Jenderal Pajak, yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan teknis di bidang perpajakan,
agar dapat menunjang pelaksanaan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
B. Pengalaman
Pengalaman ialah pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu yang
diperoleh lewat keterlibatan atau berkaitan dengannya selama periode tertentu.
Secara umum, pengalaman menunjuk kepada mengetahui bagaimana atau
pengetahuan prosedural, daripada pengetahuan proposisional. Pengetahuan
yang berdasarkan pengalaman juga diketahui sebagai pengetahuan empirikal
atau pengetahuan posteriori. Seorang dengan cukup banyak pengalaman di
bidang tertentu dipanggil ahli (Wikipedia, 2007).
Pengalaman menunjukkan berapa lama seseorang telah berkarya dalam
menerapkan keahliannya di masyarakat. Disamping pendidikan dan pelatihan,
pengalamanlah yang memberikan gambaran nyata performance seseorang
dalam meniti karirnya. Pengalaman membentuk seseorang menjadi bijaksana
karena pengalaman yang diperolehnya baik pengalaman yang baik maupun
yang buruk, karena dia pernah merasakan bagaimana fatalnya melakukan
kesalahan, nikmatnya menemukan pemecahan masalah dan bagaimana
memenangkan argumentasi serta kebanggaan yang telah memperoleh rezeki
karena keahliannya tersebut (Bonner & Lewis, 1990; Farhan, 2004).
Oleh karena itu, Pemeriksa pajak yang mempunyai banyak
pengalaman dalam jabatannya lebih mudah memecahkan masalah yang
ditemukan, dibanding dengan yang sedikit pengalamannya.
C. Motivasi
Salah satu faktor terpenting dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
adalah bagaimana membangkitkan motivasi pegawai untuk dapat bekerja
semaksimal mungkin. Dengan demikian suatu organisasi harus mampu untuk
memberikan dorongan positif kepada pegawainya yang akan memacu
motivasi pegawai yang bersangkutan untuk lebih berdaya guna dan
memaksimalkan kinerjanya secara keseluruhan.
Banyak ahli yang mendefinisikan motivasi, salah satunya adalah
Watne F. Cascio (1995) dalam Chairuddin Syah Nasution (2002) yang
mendefinisikannya sebagai: "a force that result from an individual's a desire
to satisfy there need (e.g. hunger, thirst and social approval)"
T. Hani Handoko (1995) dalam Chairuddin Syah Nasution (2002)
mendefinisikan motivasi sebagai: "keadaaan pribadi seseorang yang
mendorong keinginan motivasi untuk melakukan kegiatan tertentu guna
mencapai tujuan organisasi".
Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa motivasi pada dasarnya
merupakan keinginan pribadi seseorang untuk melakukan suatu tindakan
berdasarkan suatu hal yang bersifat timbal balik. Maksudnya adalah seorang
akan termotivasi untuk melakukan suatu tindakan bila ada kebutuhan atau
kepuasan yang telah terpenuhi seluruhnya atau sebagian. Motivasi ini juga
sangat terkait dengan faktor internal yaitu faktor dari dalam diri seseorang itu
sendiri, dan faktor eksternal yaitu faktor yang berbeda di lingkungan
kehidupan atau pekerjaan seseorang.
Membicarakan motivasi pegawai dalam suatu organisasi, tidak terlepas
dari keterkaitannya dengan masalah kepuasan kerja. Menurut Luthans (1995)
dalam Chairuddin Syah Nasution (2002) dalam "Organizational Behaviour"
ada lima hal yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu:
1. Pembayaran, seperti gaji dan upah
2. Pekerjaan itu sendiri
3. Promosi Pekerjaan
4. Kepenyeliaan
5. Rekan sekerja
Dengan demikian apabila salah satu faktor di atas tidak terpenuhi,
kemungkinan akan menimbulkan ketidakpuasan yang pada akhirnya akan
mengurangi motivasi pegawai yang bersangkutan.
Dari berbagai teori mengenai motivasi, Husein Umar (2001) dalam
Djazoeli Sadhani (1999) dalam "Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi"
membagi teori Motivasi dalam dua kelompok besar yaitu Teori Kepuasan
(Content Theory) dan Teori Proses (Process Theory).
1. Teori Motivasi Kepuasan
Teori ini didasarkan kepada faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan
individu sehingga mereka mau melakukan aktivitasnya. Teori ini mencoba
mencari tahu tentang kebutuhan apa yang dapat memuaskan dan dapat
mendorong semangat kerja seseorang. Semakin tinggi standar kebutuhan
dan kepuasan yang diinginkan, maka semakin giat seseorang untuk
bekerja. Teori Kepuasan ini antara lain:
a. Teori Motivasi Klasik dari Taylor
Menurut teori ini, motivasi pekerja hanya untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan kepuasan biologis saja, yaitu untuk dapat
mempertahankan kelangsungan hidup.
b. Teori Hirarki Kebutuhan dari Abraham Maslow
Menurut teori ini kebutuhan dan kepuasan pekerja identik dengan
kebutuhan biologis dan psikologis, yaitu berupa materil maupun non
materil. Maslow kemudian membagi dalam lima kelompok kebutuhan
yaitu kebutuhan faali (fisiologikal), rasa aman, sosial, harga diri, dan
aktualisasi diri.
c. Teori Dua Faktor dari Frederick Herzberg
Pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu faktor pemeliharaan (gaji, kepastian pekerjaan, dll).Teori
Dua Faktor ini disebut juga dengan konsep Higiene, yang
mencangkup:
1) Isi pekerjaan
- Prestasi
- Pengakuan
- Pekerjaan itu sendiri
- Tanggung Jawab
- Pembangunan potensi individu
2) Faktor Higiene
- Gaji dan upah
- Kondisi kerja
- Kebijakan dan administrasi organisasi
- Hubungan antara pribadi
- Kualitas supervisi
2. Teori Motivasi Proses
Teori ini berusaha agar setiap pegawai mau bekerja giat sesuai harapan.
Daya penggerak yang memotivasi semangat kerja terkandung dari harapan
yang akan diperolehnya. Jika harapan menjadi kenyataan, maka pegawai
cenderung akan meningkatkan kinerjanya. Yang termasuk dalam teori ini
antara lain:
a. Teori Harapan dari Victor H. Vroom
Teori ini mengemukakan bahwa seseorang bekerja untuk
merealisasikan harapan-harapannya dari pekerjaan tersebut.
b. Teori Keadilan
Teori ini mengemukakan bahwa keadilan merupakan daya penggerak
yang memotivasi semangat kerja seseorang. Dengan demikian atasan
harus bersikap adil terhadap semua bawahannya secara obyektif.
c. Teori Pengukuhan
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab akibat dari perilaku dengan
pemberian kompensasi.
Dalam penelitian ini pengertian motivasi adalah suatu dorongan
atau rangsangan yang membuat seseorang melakukan pekerjaan karena
sebagai timbal balik dengan melakukan pekerjaan tersebut segala
kebutuhan hidup dan sosialnya akan terpenuhi. Dorongan atau rangsangan
tersebut dapat berupa penghasilan yang memuaskan, penempatan kerja
yang sesuai dengan keahlian keterampilan, dan pendidikan, lingkungan
kerja dan sebagainya.
D. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Sasaran dan tujuan sebuah organisasi pada akhirnya adalah mencapai
hasil yang semaksimalnya mungkin dengan segala sumber daya yang ada.
Dengan demikian organisasi tersebut sedapat mungkin harus
meningkatkan kinerjanya terutama kinerja sumber daya manusia yang ada
guna mencapai sasaran dan tujuannya. Namun demikian keefektifan dan
keefisienan kinerja sumber daya manusia juga tergantung pada organisasi
itu sendiri, apakah menyerupai kejelasan misi, strategi dan tujuan. Bila
arah organisasi secara keseluruhan jelas maka akan dapat ditentukan
sejauh mana kinerja organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya. Telah
disebutkan pula bahwa masalah kinerja ini juga sangat tergantung dari
masing-masing individu sumber daya manusia yang ada pada organisasi
tersebut.
Sedarmayani dalam "Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja"
(2001) dalam Chairuddin Syah Nasution (2002) mengemukakan pendapat
dari August W.Smith (1982) yang menyatakan bahwa kinerja atau
performance adalah:
".....output drive processes, human or otherwise".
Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena
merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai
tingkat produktivitas organisasi yang tinggi. Dengan demikian penilaian
atas kinerja merupakan hal yang sangat penting.
Dalam pengertian kinerja yang lain, menurut Ilyas (2002:7) dalam
Yulita Arfiana (2008:38) kinerja adalah hasil karya personil baik kuantitas
maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan
penampilan individu maupun kelompok kerja personil. Penampilan hasil
karya tidak terbatas kepada personil yang mengaku jabatan fungsional
maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di
dalam organisasi.
Pendapat lain dikemukakan oleh Tiffin dan Mc Cormick (1979)
dalam Wicaksono (2002:25) bahwa individu yang berbeda akan
menghasilkan kinerja yang berbeda pula. Hal ini disebabkan kinerja
individu berhubungan dengan individual variable dan situational variable.
Individual variable adalah variabel yang berasal dari dalam diri individu
yang bersangkutan, misalnya: kemampuan, kepentingan, dan kebutuhan-
kebutuhan tertentu. Sedangkan situational variable adalah variabel yang
bersumber dari situasi pekerjaan yang lebih luas (lingkungan organisasi)
misalnya: pelaksanaan, supervisi, iklim organisasi, hubungan dengan
rekan kerja dan sistem pemberian imbalan atau kompensasi.
2. Standar Kinerja
Menurut Sedarmayani dengan mengutip pendapat dari L.R. Sayle
dan Strauss (1947) dalam Chairuddin Syah Nasution (2002) menyatakan
bahwa:
"Standar kinerja perlu dirumuskan guna dijadikan tolak ukur dalam
mengadakan perbandingkan antara apa yang telah dilakukan dengan apa yang diharapkan, kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang telah
dipercayakan kepada seseorang. Standar tersebut dapat pula dijadikan
sebagai ukuran dalam mengadakan pertanggungajawaban terhadap apa
yang telah dilakukan".
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa diperlukan suatu
standar kerja dalam organisasi yang dapat digunakan sebagai alat penilaian
terhadap kinerja pegawai.
M.T. Efendi Hariandja (2002) dalam Chairuddin Syah Nasution
(2002) dalam "Manajemen Sumber Daya Manusia" menyatakan bahwa
tujuan penilaian kinerja secara umum adalah:
"Untuk memberikan feedback kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan organisasi, dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan
berbagai kebijakan terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan dan latihan, dan lain-lain".
Menurut Suparihanto (1987) dikutip oleh Wicaksono (2002:26)
dalam Yulita Arfiana (2008:39), standar kinerja adalah suatu alat ukur
terhadap suatu perbandingan antara apa yang diharapkan atau ditargetkan
dengan apa yang telah dilakukan sesuai dengan pekerjaan atau jabatan
yang telah dipercayakan oleh seseorang. Standar kinerja dapat pula
dijadikan sebagai alat pertanggung jawaban terhadap apa yang telah
dikerjakan atau yang telah dilakukan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10
tahun 1979 tentang Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti dikutip Suprihanto dalam Wicaksono
(2002:26) standar yang digunakan untuk mengukur kinerja seorang
Pegawai Negeri Sipil adalah:
a. Kesetiaan, yang meliputi unsur kesetiaan, ketaatan, dan pengabdian
kepada Pancasila. Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan
Pemerintah.
b. Prestasi kerja, adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang Pegawai
Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
c. Tanggung jawab, adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil
menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-
baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul resiko atas
keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
d. Ketaatan, adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk
mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan
kedinasan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan
oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan tidak melanggar
larangan yang ditentukan.
e. Kejujuran, adalah ketulusan hati seorang Pegawai Negeri Sipil dalam
melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan
wewenang yang diberikan kepadanya.
f. Kerjasama, adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk
bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu
tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa
menunggu perintah dari atasan.
g. Kepemimpinan, adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil
untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara
maksimal untuk melaksanakan tugas pokok.
3. Aspek-Aspek Kinerja
Menurut Furtwengler (2002:86) dalam Yulita Arfiana (2008:40),
aspek-aspek yang terdapat dalam kinerja meliputi:
a. Kecepatan
Kecepatan terkait dengan unsur-unsur tindakan pegawai
mengindikasikan pemahaman mengenai pentingnya kecepatan dalam
lingkungan persaingan, kemampuan melakukan pekerjaan dengan
bagus, kemampuan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal dan
kemampuan mencari cara untuk menyelesaikan pekerjaan rutin dengan
lebih cepat. Kecepatan sangat penting bagi keunggulan bersaing
perusahaan atau organisasi.
b. Kualitas
Kualitas tidak dapat dikorbankan dami kecepatan. Kualitas pekerjaan
pegawai dapat dilihat dari beberapa unsur seperti: pegawai bangga
terhadap pekerjaannya, pegawai melakukan pekerjaannya dengan
benar sejak awal dan pegawai mencari cara-cara untuk memperbaiki
kualitas pekerjaannya.
c. Pelayanan
Aspek pelayanan dapat dilihat melalui hal-hal berikut: tindakan
pegawai mengindikasikan pemahaman mengenai pentingnya melayani
para pelanggan, pegawai menunjukkan keinginan untuk melayani
orang lain dengan baik, pegawai merespon pelanggan dengan tepat
waktu dan pegawai memberikan sesuatu lebih daripada yang diminta
oleh pelanggan.
d. Nilai
Pemahaman mengenai nilai sangat penting dalam keputusan
pembelian, penetapan sasaran, menyusun prioritas dan efektifitas kerja.
Paling tidak ada dua hal yang tercakup dalam aspek nilai, yaitu:
tindakan pegawai mengindikasikan pemahaman mengenai konsep nilai
dan nilai merupakan sesuatu yang dipertimbangkan oleh pegawai
dalam mengambil keputusan.
e. Keterampilan Interpersonal
Keterampilan interpersonal dapat ditinjau dari hal-hal, seperti:
pegawai menunjukkan perhatian kepada perasaan orang lain, pegawai
menggunakan bahasa yang memberi semangat kepada orang lain,
pegawai bersedia membantu orang lain dan pegawai merayakan
keberhasilan orang lain dengan tulus.
f. Mental untuk sukses
Hal ini mencangkup unsur-unsur antara lain: pegawai memiliki sikap
can do (yakin bahwa ia dapat melakukan apapun), pegawai mencari
cara untuk menambah pengetahuan-pengetahuannya, pegawai mencari
cara untuk memperbanyak pengalamannya dan pegawai realistis dalam
mengukur kemampuannya.
g. Terbuka untuk berubah
Kondisi ini terkait dengan hal-hal berikut: pegawai bersedia menerima
perubahan, pegawai mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas
lama, tindakan pegawai mengindikasikan sifat ingin tahu dan pegawai
memandang peran yang dilakukan sebagai peran yang berarti.
h. Kreativitas
Kreativitas pegawai dapat dilihat dari beberapa hal, seperti: kreativitas
dalam pemecahan masalah, kemampuan melihat hubungan antara
masalah-masalah yang kelihatannya tidak berkaitan, kemampuan
untuk membuat konsep abstrak dan mengembangkannya menjadi
konsep yang dapat diterapkan dan kemampuan menerapkan
kreativitasnya dalam pekerjaan sehari-hari.
i. Keterampilan berkomunikasi
Ketarampilan berkomunikasi pegawai meliputi: penampilan gagasan
logis dalam bahasa yang mudah dipahami, kemampuan menyatakan
ketidaksetujuan tanpa menciptakan konflik, menulis dengan
menggunakan kata-kata yang jelas dan tepat penggunaan bahasa yang
bernada optimis.
j. Inisiatif
Inisiatif pegawai mencangkup hal-hal seperti: selalu bersedia
membantu orang lain jika pekerjaannya telah selesai, ingin selalu
terlibat dalam proyek baru, selalu berusaha mengembangkan
keterampilannya di luar tempat kerja dan menjadi sumber gagasan
untuk perbaikan kerja.
k. Perencanaan organisasi
Kemampuan perencanaan pegawai misalnya: selalu membuat jadwal
personal, bekerja berdasarkan jadwal tersebut dan selalu memutuskan
lebih dahulu pendekatan yang digunakan pada suatu tugas sebelum
memulainya.
E. Pengukuran Kinerja
1. Pengertian Pengukuran Kinerja
Definisi yang tertuang dalam modul sosialisasi sistem
akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah LAN & BPKP (2000) dalam
Putra Adi Syani (2008:22) disebutkan bahwa pengukuran kinerja
merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja
berperan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki
kinerja organisasi.
Pengukuran kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang
sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang
berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.
Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan
mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses
penyusunan kebijakan/program/kegiatan yang dianggap penting dan
berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan (Bappeda Kabupaten
Sleman, 2003:155) dalam Putra Adi Syani (2008:22).
2. Maksud Pengukuran Kinerja
a. Membantu memperbaiki kinerja Pemerintah. Ukuran kinerja
dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan
dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam
pemberian pelayanan publik.
b. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber
daya dan pembuatan keputusan.
c. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki
komunikasi kelembagaan (Mardiasmo, 2004:121)
3. Manfaat Pengukuran Kinerja
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk
menilai kinerja manajemen
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki kinerja
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward
and punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur
sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati
e. Sebagai alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi
f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah
terpenuhi
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi Pemerintah
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif
(Mardiasmo, 2004:122)
4. Pengukuran Kinerja Organisasi Pemerintah
Menurut Putra Adi Syani (2008:24) Pengukuran kinerja digunakan
sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
rangka mewujudkan visi dan misi.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator
kinerja kegiatan yang dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja yang
diperoleh melalui data internal yang ditetapkan oleh instansi maupun data
eksternal yang berasal dari luar instansi.
Pengumpulan data kinerja dilakukan untuk memperoleh data yang
akurat, lengkap, tepat waktu, dan konsisten, yang berguna dalam
pengambilan keputusan. Pengumpulan data kinerja untuk indikator kinerja
kegiatan yang terdiri dari indikator-indikator masukan, keluaran dan hasil,
dilakukan secara terencana dan sistematis setiap tahun untuk mengukur
kehematan, efektivitas, efisiensi, dan kualitas pencapaian sasaran.
Sedangkan pengumpulan data kinerja untuk indikator manfaat dan dampak
dapat diukur pada akhir periode selesainya suatu program atau dalam
rangka mengukur pencapaian tujuan-tujuan instansi Pemerintah.
Pengukuran kinerja mencangkup kinerja kegiatan yang merupakan
tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing
kelompok indikator kinerja kegiatan dan tingkat pencapaian sasaran
instansi pemerintah yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana
tingkat capaian) dan masing-masing indikator sasaran yang telah
ditetapkan dalam dokumen rencana kerja. Pengukuran tingkat pencapaian
sasaran didasarkan pada data hasil pengukuran kinerja kegiatan.
Pengukuran kinerja tersebut dilakukan dengan menggunakan formulir
Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dan Formulir Pengukuran
Pencapaian Sasaran (PPS).
Berdasarkan hasil-hasil perhitungan pengukuran kinerja kegiatan,
dilakukan evaluasi terhadap pencapaian setiap indikator kinerja kegiatan
untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang
mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan.
Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan
kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai
dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program.kegiatan dimasa yang
akan datang.
Evaluasi kinerja dilakukan terhadap analisis efisiensi dengan cara
membandingkan antara output dengan input baik untuk rencana maupun
realisasinya. Evaluasi dilakukan pula pengukuran / penentuan tingkat
efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan dengan
hasil, manfaat, atau dampak. Evaluasi juga dilakukan terhadap setiap
perebedaan kinerja yang terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya
kendala maupun strategis pemecahan masalah yang telah dan akan
dilaksanakan.
Dalam melakukan evaluasi kinerja, perlu juga digunakan
perbandingan-perbandingan antara lain:
a. Kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan.
b. Kinerja nyata dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya.
c. Kinerja suatu instansi dengan kinerja instansi lain yang unggul di
bidangnya ataupun dengan kinerja sektor swasta.
d. Kinerja nyata dengan kinerja di negara-negara lain atau dengan standar
internasional (Bappeda Kabupaten Sleman, 2003:155) dalam Putra Adi
Syani (2008:26).
Kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik
dewasa ini adalah ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi dan
akuntabilitas publik. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat
mencangkup pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for money,
yaitu: ekonomis (hemat cermat), dalam pengadaan alokasi sumber daya,
efisiensi (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti
penggunaanya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing
benefits and minimizing costs) serta efektif (berhasil guna) dalam arti
mencapai tujuan dan sasaran (Mardiasmo, 2004:130).
5. Ekonomi
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of
input). Dengan kata lain, ekonomi adalah praktik pembelian barang dan
jasa input dengan tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang
dimungkinkan (spending less). Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna)
sering disebut kehematan yang mencangkup juga pengelolaan secara hati-
hati atau cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan
operasional dikatakan ekonomis bila dapat menghilangkan atau
mengurangi biaya yang tidak perlu. Dengan demikian, pada hakekatnya
ada pengertian yang serupa antara efisiensi dengan ekonomis, karena
kedua-duanya mengehendaki penghapusan atau penurunan biaya (cost
reduction). Terjadinya peningkatan biaya mestinya terkait dengan
peningkatan manfaat yang lebih besar (Mardiasmo, 2004:131).
Pengukuran efektivitas hanya memperhatikan keluaran yang
didapat, sedangkan pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan
masukan yang dipergunakan. Ekonomi merupakan ukuran relatif.
Pertanyaan sehubungan dengan pengukuran ekonomi adalah:
a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh
organisasi?
b. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biya organisasi lain yang
sejenis yang dapat diperbandingkan?
c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya
secara optimal? (Mardiasmo, 2004:133).
6. Efisiensi
Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep
produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang
digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan
efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan
penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending
well).
Efisiensi menurut Djazoeli Sadhani (1999) diartikan bahwa
Efisiensi adalah suatu cara melakukan proses dan mendapatkan hasil yang
diinginkan dengan jumlah input yang paling minimum. Selain itu
pernyataan lain oleh Mondy dan Premeaux (1993:20) dalam Djazoeli
Sadhani (1999) menjelaskan bahwa efisiensi adalah suatu cara untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dari jumlah input yang paling
minimum, atau dengan kata lain, bagaimana memanfaatkan suatu
kapabilitas hasil produksi atau operasi yang diinginkan dengan
menggunakan energi, waktu, uang, material dan input lain yang minimum.
Terdapat beberapa konsep efisiensi kinerja diantaranya
dikemukakan oleh Mondy dan Premeaux (1993:20) dalam Djazoeli
Sadhani (1999)) yang menyatakan bahwa efisiensi adalah suatu cara untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dari jumlah input yang paling
minimum, atau dengan kata lain, bagaimana memanfaatkan suatu
kapabilitas hasil produksi atau operasi yang diinginkan dengan
menggunakan energi, waktu, uang, material, dan input lain yang
minimum. Sementara itu Stoner dkk (1955:9) dalam Djazoeli Sadhani
(1999) mengemukakan bahwa efisiensi merupakan suatu kemampuan
untuk melakukan sesuatu dengan benar sebagai suatu konsep input-output.
Dengan demikian seorang pengelola dikatakan efisiensi jika mampu
mencapai suatu prestasi berupa output atau hasil dengan memanfaatkan
biaya seminimum mungkin. Efisiensi dikatakan meningkat apabila dengan
menggunankan input yang sama diperoleh output yang lebih besar atau
apabila output yang sama tetapi dengan menggunakan input yang lebih
kecil (Robbins, 1997:45 dalam Djazoeli Sadhani (1999)).
Indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan
sumber daya oleh suatu unit organisasi (misalnya: staff, upah, biaya,
administratif) dan keluaran yang dihasilkan. Indikator tersebut
menghasilkan informasi tentang konversi masukan menjadi keluaran
(yaitu: efisiensi dari proses internal) (Mardiasmo, 2004:132).
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input semakin
besar output dibandingkan input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi
suatu organisasi.
Efisiensi =
Output
Input
Penyebut atau input sekunder seringkali diukur dalam bentuk
satuan mata uang. Pembilang atau output dapat diukur baik dalam jumlah
uang ataupun satuan fisik. (catatan: efisiensi seringkali juga dinyatakan
dalam bentuk input/output, dengan interprestasi yang sama dengan bentuk
output/input, contoh: biaya per unit) (Mardiasmo, 2004:133).
Dikaitkan dengan organisasi maka efisiensi dapat digunakan
sebagai salah satu alat ukur keberhasilan organisasi setara dengan tingkat
keuntungan, keefektifan, kemampuan mengembangkan dan memuaskan
karyawan (Harvey, 1982:18 dalam Djazoeli Sadhani (1999)). Dari uraian
tersebut terkandung pengertian hubungan antara efisiensi dengan proses
manajemen karena manajemen melalui keempat fungsinya yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, pada
dasarnya merupakan upaya untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui
kegiatan sumber daya manusia dengan selalu melibatkan alokasi dan
pengendalian input seperti sumber daya uang, fisik, dan manusia.
Pada organisasi pemerintah pembahasan efisiensi kinerja umumnya
dipusatkan pada efisiensi pemakaian sumber daya input yang dapat
ditingkatkan secara optimal sekiranya penyediaan sumber pendukung
dapat dipertahankan bersamaan dengan upaya untuk terus meningkatkan
output. Sumber daya dan dana pemerintah bukan tak terbatas, maka
diperlukan pengaturan dalam penggunaannya. Suatu hal yang terjadi di
hampir semua negara khususnya di negara-negara yang sedang
berkembang.
Secara khusus peningkatan efisiensi kinerja dalam sistem
pemerintahan mempunyai implikasi adanya pergeseran sikap dalam sikap
pandang yang semula mengacu pada kegiatan (activity oriented) menjadi
mengacu ke hasil (result oriented). Orientasi ke kegiatan ini berlaku
umum di kalangan pemerintahan sehingga mengakibatkan tidak begitu
dihiraukannya output, demikian pula tujuan serta komposisi output yang
dihasilkan menjadi samar-samar dan di luar garis pandang.
Pemeriksa Pajak dapat digolongkan sebagai white collar employee.
Menurut Lehrer (1983:2) dalam Djazoeli Sadhani (1999)) pekerja kerah
putih mempunyai peran yang besar di dalam organisasi, tetapi hanya
sedikit organisasi yang secara formal dan langsung melakukan
peningkatan efisiensi dan produktivitas mereka. Padahal memberikan
perhatian pada pekerja jenis ini akan berpengaruh pada efisiensi kinerja
dan produktivitas organisasi keseluruhan.
7. Efektivitas
Pengertian efektifitas pada dasarnya berhubungan dengan
pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas
merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang
harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses
kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).
Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak
(outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan
program. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap
pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif
proses kerja suatu organisasi (Mardiasmo, 2004:132).
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan,
maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan efektif. Hal terpenting
yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang
berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali
lebih besar atau bahkan tiga kali lebih besar daripada yang telah
dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau
kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mardiasmo,
2004:134).
F. Pemeriksaan Pajak
1. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak
Berdasarkan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000, diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1986 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Perpajakan, bahwa tujuan pemeriksaan pajak
adalah menetapkan jumlah pajak terutang. (Hanantha Bwoga, Yoseph Agus
BBN dan Tony Marsyahrul, 2005:7).
2. Pengertian Pemeriksaan Pajak
Menurut Suandy (2005:209-210), pengertian umum pemeriksaan
adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data
dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksa pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pemeriksaan pajak.
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi
harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap tahun
pajak berakhir.
Pembahasan akhir hasil pemeriksaan (Closing Conference) adalah
pembahasan yang dilakukan antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak atas
temuan selama pemeriksaan, dan hasil bahasan temuan tersebut baik yang
disetujui maupun yang tidak disetujui dituangkan dalam Berita Acara Hasil
Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak.
Kertas Kerja Pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas
yang diselenggarakan oleh pemeriksa pajak mengenai prosedur pemeriksaan
yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan yang
dkumpulkan dan kesimpulan yang diambil sehubungan dengan pelaksanaan
pemeriksaan. Laporan Pemeriksaan Pajak adalah laporan tentang hasil
pemeriksaan yang disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas
serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.
Bukti permulaan adalah keadaan dan/atau bukti-bukti, baik berupa
keterangan, tulisan, perbuatan, atau benda-benda yang dapat memberikan
petunjuk bahwa suatu tindak pidana sedang atau telah terjadi yang dilakukan
oleh wajib pajak yang dapat menimbulkan kerugian pada Negara.
Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan pajak untuk mendapatkan
bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan.
Objek dari pemeriksaan adalah laporan keuangan Wajib Pajak
yang menjadi dasar dari Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Pemeriksaan
pajak adalah suatu kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak (DJP), dalam hal ini petugas pemeriksaan pajak (fiskus)
terhadap Wajib Pajak atas pemenuhan kewajiban perpajakannya berdasarkan
Undang-Undang pajak untuk berbagai tujuan.
3. Tujuan Pemeriksaan
Dalam melakukan pemeriksaan, Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
mempunyai satu atau beberapa tujuan, misalnya untuk menguji kepatuhan
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Menurut UU
No. 16 / 2000, selain tujuan yang disebutkan di atas, pemeriksaan juga
mempunyai tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Secara eksplisit di dalam UU No. 16 /
2000 tidak dijelaskan tentang tujuan lain dari pemeriksaan tersebut. Tetapi
dalam Pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 545 /KMK.04/2000
tanggal 22 Desember 2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, disebutkan
tujuan lain dari pemeriksaan adalah sebagai berikut:
Tujuan pemeriksaan adalah untuk:
a. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka
memberikan Kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada wajib
pajak. Pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:
1) Surat Pemberitahuan menunjukan kelebihan pembayaran pajak,
termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak,
2) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukkan rugi,
3) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada
waktu yang telah ditetapkan,
4) Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan
oleh Direktur Jenderal Pajak,
5) Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Surat
Pemberitahuan tidak dipenuhi.
b. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka:
1) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan
2) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
3) Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
4) Wajib Pajak mengajukan keberatan
5) Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
6) Pencocokan data dan/atau alat keterangan
7) Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil
8) Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai
9) Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
untuk tujuan lain selain angka 1 sampai angka 9.
4. Jenis Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak dapat dilakukan dengan berbagai alasan dan
pertimbangan. Jenis-jenis pemeriksaan menurut Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor: SE-03/PJ.7/2001 tanggal 6 Juni 2001 tentang
Kebijaksanaan Pemeriksaan adalah sebagai berikut:
Jenis Pemeriksaan terdiri dari:
a. Pemeriksaan Rutin yaitu: pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubugan dengan pemenuhan
hak dan kewajiban perpajakannya, dilakukan atas:
1) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi/Badan yang
menyatakan Lebih Bayar,
2) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang menyatakan
Rugi Tidak Lebih Bayar, 3) Data prioritas dan atau alat keterangan
b. Pemeriksaan Kriteria Seleksi yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak tertentu berdasarkan skor otomatis secara
komputerisasi c. Pemeriksaan Khusus yaitu pemeriksaan yang dilakukan
terutama terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan adanya keterangan atau masalah yang berkaitan dengannya
dilaksanakan terhadap:
1) Wajib Pajak yang diduga melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan,
2) Wajib Pajak tertentu berdasarkan pengaduan masyarakat,
termasuk melalui Kotak Pos 5000,
3) Wajib Pajak tertentu berdasarkan pertimbangan Direktur
Jenderal Pajak.
d. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi yaitu pemeriksaan yang
dilakukan atas cabang, perwakilan, pabrik, dan atau tempat
usaha dari Wajib Pajak Domisili
e. Pemeriksaan Tahun Berjalan yaitu pemeriksaan terhadap Wajib
Pajak yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis
pajak tertentu atau seluruh jenis pajak (all taxes) dan untuk mengumpulkan data atau keterangan atas kewajiban pajak
lainnya. f. Pemeriksaan Bukti Permulaan yaitu pemeriksaan yang
dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
g. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat Wajib Pajak seperti kantor, pabrik, tempat usaha,
tempat tinggal atau tempat lain yang diduga ada kaitannya
dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak atau
tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak
h. Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan di
kantor Direktorat Jenderal Pajak.
i. Pemeriksaan Terintegrasi yaitu pemeriksaan yang dilaksanakan
dengan pertukaran data dan informasi dari para Wajib Pajak
terperiksa yang terdapat hubungan yang terintegrasi seperti
Wajib Pajak Domisili dengan Wajib Pajak Lokasi atau dari
Wajib Pajak-wajib pajak terperiksa yang ada hubungan usaha
dan finansial.
Menurut Gunadi (2005), Kebijakan pemeriksaan pajak yang
diterbitkan tahun 2003 adalah kebijakan yang bersifat komprehensif yang
mengatur seluruh prosedur pelaksanaan pemeriksaan oleh Unit Pelaksana
Pemeriksaan Pajak (UP3). Kebijakan yang komprehensif tersebut
diharapkan membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi lebih efektif dan
efisien, meningkatkan kinerja pemeriksaan, memberikan deterrent effect
terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan meningkatkan penerimaan Negara dari
sektor pajak. Peningkatan kualitas pemeriksaan merupakan merupakan
tujuan utama yang dicanangkan DJP untuk tahun 2003. Refleksi kualitas
pemeriksaan diukur dengan semakin tingginya tingkat kolektibilitas hasil
pemeriksaan (outcome).
Sedangkan menurut sifat dan caranya, maka pemeriksaan pajak
dapat dibagi menjadi:
a. Pemeriksaan Lengkap
Adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat Wajib Pajak,
meliputi seluruh jenis pajak dan/atau tujuan lain baik tahun berjalan
dan/atau tahun sebelumnya dengan melakukan teknik pemeriksaan yang
lazim digunakan dalam pemeriksaan pada umumnya, dan biasanya
dilakukan oleh Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan baik tingkat pusat,
Kantor Wilayah atau di tingkat Daerah.
b. Pemeriksaan Sederhana
Pemeriksaan Sederhana dapat dilakukan:
1) Di Lapangan, meliputi seluruh jenis pajak dan/atau tujuan lain baik
tahun berjalan atau tahun sebelumnya yang dilakukan dengan teknik,
bobot dan kedalaman yang sederhana.
2) Di Kantor, meliputi jenis pajak tertentu untuk tahun berjalan yang
dilakukan dengan teknik, bobot dan kedalaman yang sederhana.
Pemeriksaan sederhana kantor biasanya dilakukan oleh Kantor
Pelayanan Pajak (Hardi, 2003:15)
5. Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan
Menurut Suandy (2006:62) Ruang lingkup pemeriksaan terdiri dari:
a. Pemeriksaan lapangan yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis
pajak, untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya dan atau
untuk tujuan lain yang dilakukan di tempat Wajib Pajak.
b. Pemeriksaan Kantor yang meliputi suatu jenis pajak tertentu baik tahun
berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di kantor
Direktorat Jenderal Pajak.
Pemeriksaan lapangan dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan
lengkap atau pemeriksaan sederhana. Pemeriksaan kantor hanya dapat
dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana.
Pemeriksaan lengkap dilaksanakan dalam jangka waktu 2 bulan
dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 bulan. Pemeriksaan
Esperanto lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu 1 bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 2 bulan.
Pemeriksaan sederhana kantor dilaksanakan dalam jangka waktu 4
minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 minggu. Apabila
dalam pelaksanaan pemeriksaan kantor ditemukan indikasi adanya transaksi
yang mengandung unsur transfer pricing, maka lingkup pemeriksaan
ditingkatkan menjadi pemeriksaan lapangan.
Pemeriksaan lapangan berkenaan dengan ditemukannya indikasi
unsur transfer pricing, yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam
serta memerlukan waktu yang lebih lama dilaksanakan dalam jangka waktu
paling lama 2 tahun. Jangka waktu pelaksanaan pemeriksaan paling lama 2
tahun ini tidak berlaku dalam hal pemeriksaan yang dilaksanakan berkenaan
dengan Surat Pemberitahuan yang menyatakan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak.
6. Norma dan Pedoman Pemeriksaan
Menurut Suandy (2006:63) Pemeriksaan dilakukan dengan
berpedoman pada norma pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa
Pajak, pemeriksaan, dan Wajib Pajak. Norma pemeriksaan yang berkaitan
dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka pemeriksaan lapangan adalah sebagai
berikut:
a. Pemeriksa pajak harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan
dilengkapi dengan surat perintah pemeriksaan pada waktu melakukan
pemeriksaan,
b. Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis tentang akan
dilakukan pemeriksaan kepada wajib pajak,
c. Pemeriksa pajak wajib memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan
Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak,
d. Pemeriksa pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa,
e. Pemeriksa pajak wajib membuat laporan pemeriksaan pajak,
f. Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib
Pajak tentang hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara
Surat Pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan untuk ditanggapi Wajib
Pajak,
g. Pemeriksa Pajak wajib memberi petunjuk kepada wajib pajak mengenai
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya
mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan
pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar penyelenggaraan
pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan
dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku,
h. Pemeriksa pajak wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan
dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari wajib pajak paling lama
14 hari sejak selesainya pemeriksaan,
i. Pemeriksa pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak
berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh
wajib pajak dalam rangka pemeriksaan.
Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan pemeriksa pajak dalam
rangka pemeriksaan kantor adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksa pajak, dengan menggunakan surat panggilan yang
ditandatangani oleh Kepala Kantor yang bersangkutan, memanggil wajib
pajak untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk
dalam rangka pemeriksaan,
2) Pemeriksa pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa,
3) Pemeriksa pajak wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak,
4) Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib
Pajak tentang hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara
Surat Pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan,
5) Pemeriksa Pajak wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya
mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan
pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar penyelenggaraan
pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan
dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku,
6) Pemeriksa pajak wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan
dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling
lama 7 hari sejak selesainya pemeriksaan,
7) Pemeriksa pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak
berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh
Wajib Pajak dalam rangka pemeriksaan.
Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan pada pedoman pemeriksaan
pajak yang meliputi Pedoman Umum Pemeriksaan Pajak, Pedoman
Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak, dan Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak.
Pedoman Umum Pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang:
a) Telah mendapat pendidikan teknis yang cukup dan memiliki
keterampilan sebagai pemeriksa pajak,
b) Bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengabdian,
bersikap terbuka, sopan, dan objektif, serta menghindarkan diri dari
perbuatan tercela, dan
c) Menggunakan keahliannya secara cermat dan seksama serta
memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan sebenarnya
tentang Wajib Pajak.
Persyaratan tersebut mengharuskan seorang pemeriksa pajak untuk
mempunyai latar belakang pendidikan yang memadai baik secara teoritis
(minimal menguasai ilmu akuntansi, auditing, dan perpajakan) maupun
secara teknis pemeriksaan dan memiliki keterampilan dan pengetahuan
yang cukup. Oleh karena itu, Pemeriksa Pajak harus selalu mengikuti
perkembangan ilmu yang berkaitan dengan tugasnya dan senatiasa
meningkatkan keterampilannya sejajar dengan peningkatan kepedulian
Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakan.
2) Temuan hasil pemeriksaan dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan
sebagai bahan untuk menyusun Laporan Pemeriksaan Pajak.
Pedoman pelaksanaan pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik,
sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang
seksama,
2) Luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang
harus dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan, tanya
jawab, dan tindakan lain berkenaan dengan pemeriksaan,
3) Pendapat dan kesimpulan Pemeriksa Pajak harus didasarkan pada
temuan yang kuat dan berlandaskan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Menurut Suandy (2006:66) Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak adalah
sebagai berikut:
1) Laporan pemeriksaan pajak disusun secara ringkas dan jelas, memuat
ruang lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat kesimpulan
pemeriksa pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak
adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan
perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait.
2) Laporan pemeriksaan pajak yang berkaitan dengan pengungkapan
penyimpangan surat pemberitahuan harus memperhatikan Kertas Kerja
Pemeriksaan antara lain mengenai:
a) Berbagai faktor perbandingan
b) Nilai absolut dari penyimpangan
c) Sifat dari penyimpangan
d) Petunjuk atau temuan adanya penyimpangan
e) Pengaruh penyimpangan
f) Hubungan dengan permasalahan lainnya.
3) Laporan Pemeriksaan Pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap
dan rinci sesuai dengan tujuan pemeriksaan.
7. Tahap Pemeriksaan Pajak
Menurut Himayah (2005:22) Agar pemeriksaan dapat berjalan
sesuai tujuan dan dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan,
diperlukan alur kegiatan yang sistematis. Tahap pemeriksaan secara umum
dibagi dalam tiga tahap yaitu persiapan pemeriksaan, pelaksanaan
pemeriksaan, dan pembuatan laporan.
a. Tahap persiapan pemeriksaan
Tahap ini mencangkup serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan. Tujuan dari
pemeriksaan ini agar pemeriksa memperoleh gambaran umum mengenai
Wajib Pajak yang akan diperiksa, sehingga program pemeriksaan yang
disusun sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
01/PJ.7.1990 tanggal 15 Nopember 1990 tentang Pedoman Pemeriksaan
Pajak, meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Mempelajari berkas Wajib Pajak/berkas data
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran umum
mengenai kegiatan Wajib Pajak berupa; kegiatan usaha, kewajiban
perpajakan, organisasi dan administrasi perusahaan, struktur
permodalan, susunan Direksi, dan lain-lain.
b) Menganalisa SPT dam laporan keuangan Wajib Pajak
Tujuannya adalah untuk menentukan hal yang harus
diperhatikan pada waktu melakukan pemeriksaan dan menetukan
perkiraan yang diprioritaskan, dan atau dikembangkan
pemeriksaannya.
c) Mengidentifikasi Masalah
Tujuannnya adalah untuk menentukan apakah ada masalah
yang memerlukan perhatian khusus dan sebagai bahan untuk
menentukan ruang lingkup pemeriksaan yang akan dilakukan.
d) Melakukan pengenalan lokasi Wajib Pajak
Tujuannya adalah untuk mendapatkan kepastian mengenai
alamat Wajib Pajak, lokasi usaha, denah lokasi, kebiasaan lain yang
perlu diketahui, dan lain-lain.
e) Menentukan ruang lingkup pemeriksaan
Tujuannya adalah agar pemeriksa dapat menentukan luas dan
arah pemeriksaan secara tepat.
f) Menyusun program pemeriksaan
Program pemeriksaan adalah suatu daftar prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan oleh pemeriksa dalam suatu
pemeriksaan. Sedangkan prosedur pemeriksaan merupakan langkah
pemeriksaan atau pengujian yang dilakukan terhadap objek yang
diperiksa. Program pemeriksaan disusun berdasarkan hasil
penelaahan yang diperoleh pada tahap persiapan pemeriksaan
sebelumnya, agar pemeriksaan dapat mencapai hasil yang optimal,
sebagai alat untuk mengawasi, membimbing, dan mengarahkan
pelaksanaan pemeriksaan, dan merupakan referensi untuk
pemeriksaan berikutnya.
g) Menentukan buku, catatan, dan dokumen yang akan dipinjam
Berdasarkan hasil penelaahan pada tahap pemeriksaan
sebelumnya, pemeriksa harus menentukan buku, catatan dan
dokumen yang akan dipinjam, sekaligus menyusun daftar pertanyaan
yang akan diajukan kepada Wajib Pajak sesuai dengan program
pemeriksaan yang telah disusun.
h) Menyediakan sarana pemeriksaan
Agar pelaksanaan pemeriksaan dapat berjalan lancar, maka
sebelum pemeriksa melakukan pemeriksaan perlu dipersiapkan
sarana antara lain; Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa, Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak, Surat Pemberitahuan tentang pemeriksaan pajak
kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Surat Pemberitahuan tentang
pemeriksaan pajak kepada Wajib Pajak, dan formulir lainnya.
b. Tahap pelaksanaan pemeriksaan
Setelah melakukan persiapan secara matang, pemeriksa pajak
hendaknya segera memulai kegiatan pemeriksaannya dengan
berpedoman pada keputusan KMK Nomor: 545/KMK.04/2000, yaitu:
1) Memeriksa di tempat Wajib Pajak
Yang dimaksud memeriksa di tempat Wajib Pajak adalah
pemeriksaan yang dilakukan di Kantor atau di pabrik atau di tempat
usaha atau di tempat tinggal atau di tempat lain yang diduga ada
kaitannya dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak.
Tujuannya adalah untuk mengetahui dan mendapatkan
data/fakta mengenai kegiatan Wajib Pajak yang sebenarnya, untuk
mengetahui dan menilai sistem pengendalian intern, dan untuk
meyakinkan kebenaran/keberadaan secara fisik aktiva tetap yang
dilaporkan dan kepemilikannya.
2) Melakukan penilaian atas Sistem Pengendalian Intern
Tujuannya adalah untuk mengetahui lemah atau kuatnya
sistem pengendalian intern sebagai dasar untuk menetukan dalamnya
pengujian yang dilakukan.
3) Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan
Berdasarkan fakta/data/informasi yang diperoleh pada waktu
pemeriksaan setempat dan setelah memperhatikan hasil penilaian
sistem pengendalian intern, pemeriksa menelaah dan menyusun
kembali program pemeriksaan yang dibuat pada tahap persiapan
pemeriksaan.
4) Melakukan pemeriksaan atas buku, catatan, dan dokumen
Tujuannya adalah untuk meyakinkan kebenaran angka yang
dicantumkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) dengan
membandingkannya terhadap angka yang ada dalam pembukuan dan
dokumen pendukungnya dan untuk menentukan apakah angka yang
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) telah sesuai dengan
ketentuan perundangan yang berlaku.
5) Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga bila dianggap perlu
Tujuannya adalah untuk meneguhkan kebenaran data atau
informasi dari Wajib Pajak dengan bukti yang diperoleh dari pihak
ketiga.
6) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang
diperiksa
Tujuannya adalah untuk menjelaskan mengenai koreksi fiskal
dari hasil pemeriksaan yangtelah dilakukan.
7) Melakukan pembahasan akhir atas hasil pemeriksaan (closing
conference)
Menurut KMK Nomor: 545/KMK.04/2000 Pasal 1 angka 4,
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (closing conference) adalah
pembahasan yang dilakukan antara pemeriksa pajak dan Wajib Pajak
atas temuan selama pemeriksaan, dan hasil bahasan temuan tersebut
baik yang disetujui dituangkan dalam berita acara hasil pemerikasaan
yang ditandatangani oleh pemeriksa pajak dan Wajib Pajak.
Selanjutnya dalam KMK yang sama dalam pasal 15,
beberapa poin diantaranya menyebutkan tentang hal yang harus
ditaati dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yaitu
sebagai berikut:
a) Dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, pemeriksa
pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak
tentang Hasil Pemeriksaan berupa hal yang berbeda antara Surat
Pemberitahuan (SPT) dengan hasil pemeriksaan untuk ditanggapi
oleh Wajib Pajak.
b) Atas pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Wajib
Pajak menyampaikan tanggapan secara tertulis.
c) Berdasarkan tanggapan tertulis dari Wajib Pajak, pemeriksa
pajak mengundang Wajib Pajak untuk menghadiri Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan.
d) Dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak dapat
didampingi oleh konsultasi pajak dan atau Akuntan Publik
e) Dalam pemeriksaan lapangan, Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan,
tanggapan oleh Wajib Pajak atas pemberitahuan hasil
pemeriksaan, dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
diselesaikan dalam jangka waktu paling lama tiga minggu.
f) Apabila Wajib Pajak tidak memberikan tanggapan dan atau tidak
menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) wajib dibuatkan Berita
Acara, dan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak
(STP) diterbitkan secara jabatan berdasarkan hasil pemeriksaan
yang disampaikan kepada Wajib Pajak.
Untuk poin (e), dalam petunjuk pelaksanaannya, proses
pemberitahuan hasil pemeriksaan sampai dengan persetujuan atau
penandatanganan Berita Acara Hasil Pemeriksaan harus diselesaikan
dalam jangka waktu paling lama tiga minggu untuk Pemeriksaan
Lapangan dan dua minggu untuk Pemeriksaan Sederhana Lapangan
terhitung sejak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan diterima
Wajib Pajak.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk membuat Berita Acara
Hasil Pemeriksaan yang harus ditandatangani oleh Wajib Pajak dan
pemeriksa.
c. Tahap pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak
Menurut Firdaus (2007:26) Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) adalah
laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir pelaksanaan pemeriksaan
yang merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan tugas
pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) menyajikan penilaian serta
pengujian atas ketaatan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
yang diperiksa, yang disarikan dari Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).
Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) digunakan sebagai dasar
penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP)
atau untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundangan
perpajakan.
8. Teknik dan Metode Pemeriksaan Pajak
Agar pemeriksaan dapat dilakukan dengan tepat waktu yang telah
ditentukan serta efektif degnan laporan yang memadai, maka harus
dilaksanakan berdasarkan teknik dan metode seperti pemeriksaan pada
umumnya.
Menurut T.Tuannakota dalam Himayah (2005:31) dalam buku
Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik:
Teknik pemeriksaan (Audit Technique) adalah cara mendapatkan
pembuktian dan dikenal dengan istilah memeriksa (to examine), menganalisis (to analyze), mengecek (to check), membandingkan,
konfirmasi, footing, menginspeksi (to infect), merekonsiliasi, testing, atau
sampling, menelusuri (to trace) dan memeriksa dokumen dasar (vouching).
Sejalan dengan hal tersebut baik teknik pemeriksaan merupakan
cara pembuktian data dari metode pemeriksaan. Teknik pemeriksaan dalam
pemeriksaan pajak dengan teknik pemeriksaan yang dilakukan akuntan
publik tidak terdapat pada pemeriksaan yang mendasar (Erly Suandy,
2002:237).
Pelaksanaan pemeriksaan dalam Himayah (2005:32) dapat
dilakukan dengan dua metode, yaitu:
a. Metode Langsung
Yaitu metode yang dilakukan dengan cara menguji kebenaran angka-
angka dalam Surat Pemberitahuan (SPT), laporan keuangan, buku-buku,
catatan-catatan, dan dokumen pendukung sesuai dengan proses
pemeriksaan.
b. Metode Tidak Langsung
Yaitu metode yang dilakukan dengan cara pengujian atas kebenaran
angka-angka dalam Surat Pemberitahuan (SPT) secara tidak langsung
melalui suatu pendekatan perhitungan tertentu mengenai penghasilan
dan biaya.
Metode tidak langsung dapat digunakan sebagai pelengkap metode
langsung atau sebagai pengganti dalam hal pemakaian metode langsung
atau tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Metode tidak langsung yang
biasa digunakan antara lain metode transaksi tunai, metode perbandingan
kekayaan bersih, metode satuan dan volume, metode pendekatan
produksi dan metode pendekatan laba kotor (Erly Suandy, 2002:242).
9. Prosedur Pemeriksaan Pajak
a. Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan
Pajak (SP3) dan harus memperlihatkan kepada Wajib Pajak yang
diperiksa.
b. Wajib Pajak yang diperiksa harus:
1) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib
Pajak, atau objek yang terutang pajak.
2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
3) Memberikan keterangan yang diperlukan.
4) Apabila dalam mengungkapkan hal-hal dalam angka (1) Wajib Pajak
terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban
itu tidak berlaku oleh suatu keperluan pemerksaan tersebut.
c. Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau
ruangan tertentu, bila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban huruf b
diatas (Mardiasmo, 1997: 35-36).
G. Penelitian Terdahulu
Penulis merujuk pada dua penelitian terdahulu dalam melakukan
penelitian, yaitu :
1. Djazoeli Sadhani (1999)
a. Judul
Pengetahuan Dasar, Kemampuan Numerik dan Efisiensi Kerja
(Survei di Kantor Pemeriksaan Pajak Jakarta Khusus II, Jakarta)
b. Tujuan
Untuk mengetahui bahwa mengetahui hubungan antara
pengetahuan dasar perpajakan, budaya organisasi, dan kemampuan
numerik terhadap efisiensi kerja Pemeriksa Pajak.
c. Metodelogi penelitian
Untuk pengujian dan pembahasan dilakukan penggunaan
kuisioner, pengujian dilakukan dengan validitas dan realibilitas dan
dianalisis dengan analisis korelasi sederhana, parsial dan korelasi
ganda kemudian diteruskan dengan analisis regresi linier sederhana
dan regresi ganda.
d. Sampel
Pemeriksa Pajak di Kantor Pemeriksaan Pajak Jakarta Khusus II,
Jakarta sebanyak 90 responden dengan teknik acak sederhana.
e. Hasil penelitian
Pertama, Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
pengetahuan dasar perpajakan dengan efisiensi kerja. Kedua, terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara budaya organisasi dengan
efisiensi kerja Pemeriksa Pajak. Ketiga, terdapat hubungan positif
antara kemampuan numerik dengan efisiensi kerja Pemeriksa Pajak.
Keempat, terdapat hubungan positif dan signifikan antara ketiga
variabel pengetahuan dasar, budaya organisasi, dan kemampuan
numerik dengan efisiensi Pemeriksa Pajak.
2. Chairuddin Syah Nasution (2002)
a. Judul
Analisis Hubungan Pendidikan Akademis, Pelatihan Teknis
Perpajakan, Penempatan Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak .
b. Tujuan
Untuk mengungkapkan seberapa besar keterkaitan hubungan antara
latar belakang pendidikan akademis pegawai, pelatihan teknis
perpajakan dan motivasi kerja terhadap kinerja Direktorat Jenderal
Pajak khususnya pada bagian Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak
yang merupakan unit kerja administrasi.
c. Metodelogi penelitian
Metode pengujian menggunakan uji t-test dan uji F-test. Uji
kelayakan dengan validitas dan reabilitas. Uji BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator).
d. Sampel
Penelitian dengan penyebaran kuisioner kepada 70 responden yang
berada di Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak.
e. Hasil penelitian
Terdapat hubungan antara pendidikan akademis, pelatihan
perpajakan, penempatan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja
pegawai pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak.
H. Kerangka Pemikiran
Model Penelitian dapat ditunjukkan dengan kerangka pemikiran yang
dituangkan dalam sebuah model penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Skema Penelitian
I. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berfikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ha1 : Terdapat korelasi positif dan signifikan antara pelatihan teknis
perpajakan dengan kinerja pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak di Jakarta Barat.
Ha2 : Terdapat korelasi positif dan signifikan antara pengalaman dengan
kinerja pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Barat.
Ha3 : Terdapat korelasi positif dan signifikan antara motivasi dengan kinerja
pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Barat.
Pelatihan teknis
perpajakan
Pengalaman
Motivasi
Kinerja Pemeriksa Pajak
-Efisiensi
-Efektivitas
Ha4 : Secara bersama-sama Terdapat korelasi positif dan signifikan antara
pelatihan teknis perpajakan, pengalaman, motivasi dengan kinerja
pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Barat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta
Barat. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Barat memiliki 11 Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) yaitu KPP Madya Jakarta Barat, KPP Pratama Jakarta
Palmerah, KPP Jakarta Grogol Petamburan, KPP Jakarta Tamansari Satu, KPP
Jakarta Tamansari Dua, KPP Jakarta Tambora, KPP Jakarta Cengkareng, KPP
Jakarta Kebon Jeruk Satu, KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua, KPP
Pratama Jakarta Kalideres, KPP Pratama Jakarta Kembangan. Penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui seberapa besar korelasi positif dan signifikan
antara pelatihan teknis perpajakan, pengalaman, motivasi dengan kinerja
pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Barat. Objek
penelitian dalam skripsi ini adalah pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak di Jakarta Barat.
B. Metode Penentuan Sampel
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999:115), populasi adalah
sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemeriksa pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Barat.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling
atau purposive sampling dimana menurut Hamid (2007:29) adalah
pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi
semata. Teknik pemilihan sample ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui
informasi yang berkaitan tentang pemeriksaan pajak maka peneliti dapat
memilih pemeriksa pajak sebagai sample penelitian. Para pemeriksa pajak
merupakan subjek yang tepat untuk memberikan informasi berdasarkan
pertimbangan tertentu dibandingkan subyek dalam KPP yang bukan
pemeriksa pajak. Faktor kepraktisan (kecepatan waktu dan biaya yang murah)
merupakan pertimbangan pokok dalam metode pemilihan sampel secara tidak
acak ini.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoeh dari pengumpulan langsung dari
lapangan (tidak melalui perantara), berupa opini subjek (orang) secara
individual atau kelompok hasil observasi terhadap suatu benda (fisik),
kejadian, atau kegiatan, dan hasil pengujian. Adapun data primer yang
digunakan dalam penelitian ini:
a. Kuesioner
Kuesioner merupakan penelitian dengan cara mengajukan daftar
pertanyaan langsung kepada responden, yaitu pemeriksa pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Barat. Dalam penelitian ini metode
yang digunakan peneliti adalah skala linkert yang menggunakan
ukuran interval sebagai nilai skalanya.
b. Wawancara
Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
melakukan tanya jawab dengan pemeriksa pajak yang berhubungan
dengan penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Adapun data sekunder yang peneliti pakai yaitu:
a. Riset Kepustakaan
Kepustakaan (library research) adalah penelitian yang datanya diambil
terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku, dokumentasi, artikel,
jurnal, laporan, internet, dan lain sebagainya)
b. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan
data dengan cara mengutip langsung data yang diperoleh dari lembaga
(instansi) terkait, yang berhubungan dengan penelitian.
D. Metode Analisis
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk membuktikan sejauh mana data yang
terdapat di kuisioner dapat mengukur tingkat ke validitasan suatu kuisioner.
Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur. Pengujian validitas
dilakukan terlebih dahulu mengetahui total skor untuk tiap-tiap responden,
selanjutnya dihitung tingkat validitasnya dengan menggunakan korelasi
Product Moment dari Pearson. Tingkat validitas instrument ini dianalisis
dengan cara mengkorelasikan skor butir pertanyaan dan skor total untuk
seluruh pertanyaan. Harga koefisien korelasi yang dipakai adalah koefisien
korelasi masing-masing butir pertanyaan. Jika koefisien korelasi > 0,300,
semua butir pertanyaan tersebut dikatakan valid. Dan sebaliknya, jika harga
koefisien korelasi lebih kecil dari 0,300, maka butir pertanyaan tersebut
dinyatakan tidak valid (Sudarmanto, 2005:88).
b. Uji Reliabilitas
Setelah menetukan validitas instrumen penelitian, tahap selanjutnya
adala hmengukur reliabilitas datan dan instrumen penelitian. Reliabilitas
menunjukkan konsistensi dari data yang dikumpulkan. Suatu kuisioner
dikatakan reliable (handal) jika jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005:45).
Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah
dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk
menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengukur koefisien
Cronbach's Alpha. Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai
Cronbach's Alpha > 0,6 (Ghozali, 2005:42). Selain itu menurut Yarnest
(2004:68) dalam Putra Adi Syani (2008:34) menginterpretasikan tinggi
rendahnya reliabilitas instrumen sebagai pedoman didasarkan pada
ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kategori Penilaian Tinggi Rendahnya Reliabilitas Instrumen
Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas
< 0.200 Sangat Rendah
0.200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Cukup
0,600 – 0,799 Tinggi
0,800 – 1,00 Sangat Tinggi
Sumber : Yarnest, 2004:68
2. Uji Hipotesis
Analisis Koefisien Korelasi Sederhana
Yaitu suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa kuat
hubungan antara variabel bebas dan terikat. Koefisien korelasi ini disebut
koefisien korelasi pearson karena diperkenalkan pertama kali oleh Karl
Pearson pada tahun 1990. Koefisien korelasi ini sering juga disebut sebagai
koefisien korelasi product moment pearson Jenis korelasi ini lebih tepat
untuk data yang berukuran interval atau rasio. Adapun rumus dari product
moment adalah sebagai berikut:
Keterangan:
n = Jumlah responden
X = Variabel Independen
Y = Variabel Dependen
r = Koefisien Korelasi dengan ketentuan -1 < r < 1
Yaitu:
r > 0 Berarti terdapat hubungan yang positif antara X dan Y
r < 0 Berarti terdapat hubungan yang negatif antara X dan Y
r = 0 Berarti tidak terdapat hubungan antara X dan Y
Menurut Nugroho (2005:36) sifat korelasi akan menentukan arah dari
korelasi. Keeratan korelasi dapat interpretasikan kuat dan lemahnya tingkat
hubungan variabel dalam penelitian didasarkan pada ketentuan sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Pedoman tingkat keeratan korelasi
Interval Koefisien Tingkat Keeratan Korelasi
0,00 – 0,20 Sangat Lemah
0,21 – 0.40 Lemah
0,41 – 0,70 Kuat
r = n Σ XY – Σ X . Σ Y
√ n Σ X2 – (Σ X)2 . (n Σ Y2 – (Σ Y)2
0,71 – 0,90 Sangat Kuat
0,91 – 0,99 Sangat Kuat Sekali
1 Korelasi Sempurna
Sumber : Nugroho, 2005:36
Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika
menggunakan hipotesis nol (Ho) adalah sebagai berikut:
• Jika r-hitung < r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.(2-tailed) >
level of significant (α) maka diterima
• Jika r-hitung > r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.(2-tailed) <
level of significant (α) maka ditolak
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
Operasional variabel penelitian adalah sebuah konsep yang
mempunyai penjabaran yang diterapkan dalam suatu penelitian dan
dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang ingin diteliti secara jelas
dapat diterapkan indikatornya (Indriantoro, 2002:69).
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri atas variabel
independen dan variabel dependen yaitu:
1. Variabel Independen (X)
a. Pelatihan Teknis Perpajakan
Pelatihan teknis perpajakan merupakan pelatihan yang ditujukan kepada
pegawai Direktorat Jenderal Pajak dan bertujuan untuk memberikan
ataupun meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan
khususnya mengenai masalah perpajakan termasuk didalamnya
kemampuan numerik.
b. Pengalaman
Pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu yang diperoleh lewat
keterlibatan atau berkaitan dengannya selama periode tertentu.
c. Motivasi
Keinginan pribadi seseorang untuk melakukan suatu tindakan
berdasarkan suatu hal yang bersifat timbal balik guna mencapai tujuan
organisasi
Alat yang digunakan untuk mengukur variabel pelatihan teknis
perpajakan, pengalaman, dan motivasi adalah dengan menyebarkan
kuisioner seperti yang digunakan Nurhayati (2005), Putra Adi Syani (2008)
dan telah dimodifikasi oleh penulis sesuai kebutuhan penelitian. Agar data
hasil kuisioner yang terkumpul dapat diolah dan dianalisis diperlukan suatu
skala pengukuran atas jawaban setiap responden.
Dalam hal ini skala 5 tingkat (linkert) untuk mengukur persepsi
pelatihan teknis perpajakan, pengalaman, dan motivasi yang terdiri dari
sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Kelima
penelitian ini diberi bobot sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pengukuran Terhadap Pelatihan Perpajakan, Pengalaman, dan Motivasi
No Uraian Skala
1. Sangat Setuju (SS) 5
2. Setuju (S) 4
3. Ragu-ragu (RR) 3
4. Tidak Setuju (TS) 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
2.Variabel Dependen (Y)
Kinerja Pemeriksa Pajak adalah hasil pencapaian atas program yang
dilaksanakan oleh pemeriksa pajak serta evaluasi atas bagaimana program
dilaksanakan melalui tata kelola manajemen yang baik. Variabel ini diukur
dengan menggunakan indikator sebagai berikut: efektivitas pelaksanaan
kegiatan/program, efisiensi atas penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan
kegiatan/program.
Tabel 3.4
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Skala
1. Pelatihan
Teknis
Perpajakan
Optimalisasi
Pelatihan
Teknis
a. Peningkatan pendidikan
b. Peningkatan pengetahuan dasar
perpajakan
c. Peningkatan pemahaman
d. Peningkatan kemampuan numerik
e. Peningkatan Keterampilan khusus
mengenai masalah-masalah
perpajakan
Ordinal
2. Pengalaman Masa Tugas a. Masa Kerja
b. Pengalaman Baik
c. Pengalaman Buruk
d. Nilai Pekerjaan
Ordinal
Isi Pekerjaan a. Prestasi
b. Pengakuan
c. Pekerjaan itu sendiri
d. Tanggung Jawab
e. Pembangunan potensi individu
Ordinal
3. Motivasi
Faktor Higiene a. Gaji dan upah
b. Kondisi Kerja
c. Kebijakan dan administrasi
Ordinal
organisasi
d. Hubungan antara pribadi
e. Kualitas supervisi
Efisiensi a. Menghindari duplikasi pekerjaan
atau kegiatan yang tanpa tujuan
atau kurang jelas tujuannya
b. Menggunakan prosedur kerja yang
efisien
c. Menggunankan sumber daya yang
minimum dalam menghasilkan
jasa dengan kualitas dan kuantitas
yang tepat
Ordinal
4. Kinerja
Efektifitas a. Hasil pelaksanaan suatu program
memenuhi tingkat pencapaian
yang diinginkan
b. Pelaksanaan suatu program dengan
program lainnya tidak tumpang
tindih atau bertentangan
c. Meningkatkan kepuasaan dan
kepercayaan pihak terkait dari
pekerjaan yang dilakukan
Ordinal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Taman
Sari Satu yang beralamat di Jalan Mangga Besar No.52 Jakarta lantai 3,
Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Taman Sari Dua yang beralamat di Jalan
K.S Tubun No.10 Jakarta lantai 4, Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Tambora yang beralamat di Jl. Kali Besar Barat No.14-15 Jakarta
lantai 4, Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Cengkareng yang beralamat di
Jalan Lingkar Luar Barat No.10 A Cengkareng Timur lantai 3, dan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres di Jalan Raya Duri Kosambi
No.36-37 Kelurahan Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng lantai 2.
Proses pengiriman dan pengumpulan kuesioner dilaksanakan
selama di bulan Mei Kantor Pelayanan Pajak yang dijadikan sampel
penelitian masing-masing dikirim sesuai jumlah data pemeriksa pajak di
tempat tersebut. Dalam penyebaran kuisioner ini dilakukan dengan
bantuan staf pemeriksa pajak dan hasil kuisioner dapat diambil setelah ada
konfirmasi dari pihak tersebut.
2. Karakteristik Responden
Kuisioner yang dibagikan kepada pemeriksa pajak berjumlah 50
buah dengan tingkat proporsi pembagian sebagai berikut:
a. Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Taman Sari Satu
Jumlah keseluruhan yang disebarkan sebanyak 9 kuisioner.
Kuisioner yang dapat dianalisis sebanyak 9 kuisioner. Sehingga dapat
dianalisis semua.
b. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Taman Sari Dua
Jumlah keseluruhan yang disebarkan sebanyak 10 kuisioner.
Kuisioner yang dapat dianalisis sebanyak 9 kuisioner dan 1 kuisioner
sisanya tidak dapat dianalisis karena tidak diisi atau salah
c. Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Tambora
Jumlah keseluruhan yang disebarkan sebanyak 9 kuisioner.
Kuisioner yang dapat dianalisis sebanyak 6 kuisioner dan 3 kuisioner
sisanya tidak dapat dianalisis karena tidak diisi atau salah.
d. Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Cengkareng
Jumlah keseluruhan yang disebarkan sebanyak 11 kuisioner.
Kuisioner yang dapat dianalisis sebanyak 9 kuisioner dan 2 kuisioner
sisanya tidak dapat dianalisis karena tidak diisi atau salah.
e. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres
Jumlah keseluruhan yang disebarkan sebanyak 11 kuisioner.
Kuisioner yang dapat dianalisis sebanyak 9 kuisioner dan 2 kuisioner
sisanya tidak dapat dianalisis karena tidak diisi atau salah.
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian
Kuisioner yg
dapat dianalisis
Kuisioner yg tidak
dapat diisi/salah
NO
Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Σ % Σ %
Jumlah
kuisioner
yg disebar
1 KPP Taman Sari Satu 9 100% 0 0% 9
2 KPP Taman Sari Dua 9 90% 1 10% 10
3 KPP Tambora 6 67% 3 33% 9
4 KPP Cengkareng 9 82% 2 18% 11
5 KPP Kalideres 9 82% 2 18% 11
Jumlah 42 84% 8 16% 50
Sumber : Data primer yang diolah
B. Penemuan dan Pembahasan
Berikut ini adalah hasil output dari kuisioner yang dibagikan kepada
responden:
1. Hasil Try Out
a. Identitas Responden
Sebelum 50 kuisioner dibagikan kepada responden, penulis
melakukan Try Out atau pra survey terhadap 10 responden yaitu
pemeriksa pajak dengan memberikan 4 butir pertanyaan untuk
mengetahui identitas responden dapat dilihat pada table 4.2 sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Data Identitas Responden Try Out
Jumlah No Pertanyaan Jawaban
Σ %
1 Jenis Kelamin Pria 9 90%
Wanita 1 10%
Jumlah 10 100%
2 Usia < 25 Tahun 0 0%
26-35 Tahun 6 60%
> 36 Tahun 4 40%
Jumlah 10 100%
3 Tingkat Pendidikan D3 1 10%
S1 7 70%
S2 2 20%
S3 0 0%
Lainnya 0 0%
Jumlah 10 100%
4 Lama Bekerja < 5 Tahun 0 0%
6-10 Tahun 4 40%
> 11 Tahun 6 60%
Jumlah 10 100%
Sumber : Data primer yang diolah
b. Validitas dan Reliabilitas
Pertanyaan yang diberikan kepada pemeriksa pajak pada saat
Try Out sebanyak 50 butir pertanyaan yang terdiri dari 12 butir
pertanyaan variable X1 (Pelatihan Teknis Perpajakan), 8 butir
pertanyaan variable X2 (Pengalaman), 14 butir pertanyaan variable X3
(Motivasi) dan 16 butir pertanyaan variable Y (Kinerja Pemeriksa
Pajak) yang terdiri dari 9 butir pertanyaan yang mengukur efisiensi
dan 7 butir pertanyaan mengukur efektifitas. Berikut adalah hasil try
out validitas varibel:
Tabel 4.3
Hasil Try Out Validitas variable X1 (Pelatihan Teknis Perpajakan)
Korelasi Antara Nilai Korelasi
(Pearson Corellation)
Probabilitas
Korelasi
[sig.(2 tailed)]
Kesimpulan
PT1 dengan Total 0.682(*) 0.030 Valid
PT2 dengan Total 0.729(*) 0.017 Valid
PT3 dengan Total 0.527 0.117 Tidak Valid
PT4 dengan Total 0.794(**) 0.006 Valid
PT5 dengan Total 0.640(*) 0.046 Valid
PT6 dengan Total 0.689(*) 0.028 Valid
PT7 dengan Total 0.720(*) 0.019 Valid
PT8 dengan Total 0.770(**) 0.009 Valid
PT9 dengan Total 0.928(**) 0.000 Valid
PT10 dengan Total 0.928(**) 0.000 Valid
PT11 dengan Total 0.834(**) 0.003 Valid
PT12 dengan Total 0.834(**) 0.003 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan table 4.3, menunjukkan pertanyaan-pertanyaan
dari tiap-tiap variabel valid dan tidak valid. Seperti terlihat semua
pertanyaan dapat dikatakan valid karena memiliki nilai signifikan
dibawah 0.05 yaitu terdapat pada PT1 sebesar 0.030, PT2 sebesar
0.017, PT4 sebesar 0.006, PT5 sebesar 0.046, PT6 sebesar 0.028, PT7
sebesar 0.019, PT8 sebesar 0.009, PT9 sebesar 0.000, PT10 sebesar
0.000, PT11 sebesar 0.003, PT12 sebesar 0.003. Pada PT3 dinyatakan
tidak valid karena memiliki nilai signifikan diatas 0.05.
Tabel 4.4
Hasil Try Out Reliabilitas variable X1 (Pelatihan Teknis Perpajakan)
Sumber : Data primer yang diolah
Untuk melihat hasil uji reliabel keseluruhan butir pertanyaan
pada variable X1 (Pelatihan Teknis Perpajakan) adalah dengan melihat
table Cronbach’s Alpha yaitu 0,920. Karena 0,920 > 0,60 (syarat
reliabel), maka konstruk pertanyaan merupakan dimensi variable X1
(Pelatihan Teknis Perpajakan) adalah reliabel.
Tabel 4.5
Hasil Try Out Validitas variable X2 (Pengalaman)
Korelasi Antara Nilai Korelasi
(Pearson Corellation)
Probabilitas
Korelasi
[sig.(2 tailed)]
Kesimpulan
Png1 dengan Total 0.716(*) 0.020 Valid
Png2 dengan Total 0.887(**) 0.001 Valid
Png3 dengan Total 0.826(**) 0.003 Valid
Png4 dengan Total 0.826(**) 0.003 Valid
Png5 dengan Total 0.827(**) 0.003 Valid
Png6 dengan Total 0.818(**) 0.004 Valid
Png7 dengan Total 0.000 1.000 Tidak Valid
Png8 dengan Total 0.739(*) 0.015 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Reliability Statistics
.920 12
Cronbach's
Alpha N of Items
Berdasarkan table 4.5, menunjukkan pertanyaan-pertanyaan
dari tiap-tiap variabel valid dan tidak valid. Seperti terlihat semua
pertanyaan dapat dikatakan valid karena memiliki nilai signifikan
dibawah 0.05 yaitu terdapat pada Png1 sebesar 0.020, Png2 sebesar
0.001, Png3 sebesar 0.003, Png4 sebesar 0.003, Png5 sebesar 0.003,
Png6 sebesar 0.004, Png8 sebesar 0.015. Pada Png7 dinyatakan tidak
valid karena memiliki nilai signifikan diatas 0.05.
Tabel 4.6
Hasil Try Out Reliabilitas variable X2 (Pengalaman)
Sumber : Data primer yang diolah
Untuk melihat hasil uji reliabel keseluruhan butir pertanyaan
pada variable X2 (Pengalaman) adalah dengan melihat tabel
Cronbach’s Alpha yaitu 0,862. Karena 0,862 > 0,60 (syarat reliabel),
maka konstruk pertanyaan merupakan dimensi variable X2
(Pengalaman) adalah reliabel.
Tabel 4.7
Hasil Try Out Validitas variable X3 (Motivasi)
Korelasi Antara Nilai Korelasi
(Pearson Corellation)
Probabilitas
Korelasi
[sig.(2 tailed)]
Kesimpulan
M1 dengan Total 0.659(*) 0.038 Valid
M2 dengan Total 0.683(*) 0.029 Valid
Reliability Statistics
.862 8
Cronbach's
Alpha N of Items
M3 dengan Total 0.624 0.054 Tidak Valid
M4 dengan Total 0.758(*) 0.011 Valid
M5 dengan Total 0.579 0.080 Tidak Valid
M6 dengan Total 0.783(**) 0.007 Valid
M7 dengan Total 0.614 0.059 Tidak Valid
M8 dengan Total 0.575 0.082 Tidak Valid
M9 dengan Total 0.750(*) 0.012 Valid
M10 dengan Total 0.872(**) 0.001 Valid
M11 dengan Total 0.631 0.050 Tidak Valid
M12 dengan Total 0.507 0.135 Tidak Valid
M13 dengan Total 0.300 0.400 Tidak Valid
M14 dengan Total 0.436 0.208 Tidak Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan table 4.7, menunjukkan pertanyaan-pertanyaan
dari tiap-tiap variabel valid dan tidak valid. Seperti terlihat semua
pertanyaan dapat dikatakan valid karena memiliki nilai signifikan
dibawah 0.05 yaitu terdapat pada M1 sebesar 0.038, M2 sebesar
0.029, M4 sebesar 0.011, M6 sebesar 0.007, M9 sebesar 0.012, M10
sebesar 0.001. Pada M3, M5, M7, M8, M11, M12, M13, M14
dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai signifikan diatas 0.05.
Tabel 4.8
Hasil Try Out Reliabilitas variable X3 (Motivasi)
Sumber : Data primer yang diolah
Reliability Statistics
.868 14
Cronbach's
Alpha N of Items
Untuk melihat hasil uji reliabel keseluruhan butir pertanyaan
pada variable X3 (Motivasi) adalah dengan melihat table Cronbach’s
Alpha yaitu 0,868. Karena 0,868 > 0,60 (syarat reliabel), maka
konstruk pertanyaan merupakan dimensi variable X3 (Motivasi) adalah
reliabel.
Tabel 4.9
Hasil Try Out Validitas variable Y (Kinerja Pemeriksa Pajak)
Korelasi Antara Nilai Korelasi
(Pearson Corellation)
Probabilitas
Korelasi
[sig.(2 tailed)]
Kesimpulan
K1 dengan Total 0.685(*) 0.029 Valid
K2 dengan Total 0.685(*) 0.029 Valid
K3 dengan Total 0.797(**) 0.006 Valid
K4 dengan Total 0.735(*) 0.016 Valid
K5 dengan Total 0.567 0.087 Tidak Valid
K6 dengan Total 0.749(*) 0.013 Valid
K7 dengan Total 0.829(**) 0.003 Valid
K8 dengan Total 0.839(**) 0.002 Valid
K9 dengan Total 0.839(**) 0.002 Valid
K10 dengan Total 0.647(*) 0.043 Valid
K11 dengan Total 0.829(**) 0.003 Valid
K12 dengan Total 0.764(*) 0.010 Valid
K13 dengan Total 0.688(*) 0.028 Valid
K14 dengan Total 0.811(**) 0.004 Valid
K15 dengan Total 0.737(*) 0.015 Valid
K16 dengan Total 0.575 0.082 Tidak Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan table 4.9, menunjukkan pertanyaan-pertanyaan
dari tiap-tiap variabel valid dan tidak valid. Seperti terlihat semua
pertanyaan dapat dikatakan valid karena memiliki nilai signifikan
dibawah 0.05 yaitu terdapat pada K1 sebesar 0.029, K2 sebesar 0.029,
K3 sebesar 0.006, K4 sebesar 0.016, K6 sebesar 0.013, K7 sebesar
0.003, K8 sebesar 0.002, K9 sebesar 0.002, K10 sebesar 0.043, K11
sebesar 0.003, K12 sebesar 0.010, K13 sebesar 0.028, K14 sebesar
0.004, K15 sebesar 0.015. Pada K5, K16 dinyatakan tidak valid karena
memiliki nilai signifikan diatas 0.05.
Tabel 4.10
Hasil Try Out Reliabilitas variable Y (Kinerja Pemeriksa Pajak)
Sumber : Data primer yang diolah
Untuk melihat hasil uji reliabel keseluruhan butir pertanyaan
pada variable Y (Kemampuan Pemeriksaan Pajak) adalah dengan
melihat table Cronbach’s Alpha yaitu 0,942. Karena 0,942 > 0,60
(syarat reliabel), maka konstruk pertanyaan merupakan dimensi
variable Y (Kemampuan Pemeriksaan Pajak) adalah reliabel.
Reliability Statistics
.942 16
Cronbach's
Alpha N of Items
2. Hasil Penelitian
a. Identitas Responden
Setelah 50 kuisioner dibagikan kepada responden ternyata
hanya 42 kuisioner yang dapat dianalisis. Data identitas responden
tersebut dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 4.11
Data Identitas Responden
Jumlah
No Pertanyaan Jawaban Σ %
1 Jenis Kelamin Pria 35 83%
Wanita 7 17%
Jumlah 42 100%
2 Usia < 25 Tahun 0 0%
26-35 Tahun 29 69%
> 36 Tahun 13 31%
Jumlah 42 100%
3 Tingkat Pendidikan D3 7 17%
S1 30 71%
S2 5 12%
S3 0 0%
Lainnya 0 0%
Jumlah 42 100%
4 Lama Bekerja < 5 Tahun 0 0%
6-10 Tahun 16 38%
> 11 Tahun 26 62%
Jumlah 42 100%
Sumber : Data primer yang diolah
b. Validitas dan Realibilitas
Setelah dilakukan penyebaran kuisioner kepada 50 responden
ternyata hanya 42 kuisioner yang dapat dianalisis dengan 50 butir
pertanyaan yang dapat dilakukan uji validitas dan realibilitas sama
seperti Try Out.
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas variable X1 (Pelatihan Teknis Perpajakan)
Korelasi Antara Nilai Korelasi
(Pearson Corellation)
Probabilitas
Korelasi
[sig.(2 tailed)]
Kesimpulan
PT1 dengan Total 0.792(**) 0.000 Valid
PT2 dengan Total 0.767(**) 0.000 Valid
PT3 dengan Total 0.773(**) 0.000 Valid
PT4 dengan Total 0.373(*) 0.015 Valid
PT5 dengan Total 0.241 0.124 Tidak Valid
PT6 dengan Total 0.701(**) 0.000 Valid
PT7 dengan Total 0.817(**) 0.000 Valid
PT8 dengan Total 0.820(**) 0.000 Valid
PT9 dengan Total 0.542(**) 0.000 Valid
PT10 dengan Total 0.896(**) 0.000 Valid
PT11 dengan Total 0.681(**) 0.000 Valid
PT12 dengan Total 0.442(**) 0.003 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan table 4.12, menunjukkan pertanyaan-pertanyaan
dari tiap-tiap variabel valid dan tidak valid. Seperti terlihat semua
pertanyaan dapat dikatakan valid karena memiliki nilai signifikan
dibawah 0.05 yaitu terdapat pada PT1 sebesar 0.000, PT2 sebesar
0.000, PT3 sebesar 0.000, PT4 sebesar 0.015, PT6 sebesar 0.000, PT7
sebesar 0.000, PT8 sebesar 0.000, PT9 sebesar 0.000, PT10 sebesar
0.000, PT11 sebesar 0.000, PT12 sebesar 0.003. Pada PT5 dinyatakan
tidak valid karena memiliki nilai signifikan diatas 0.05, sehingga harus
dikeluarkan dan tidak disertakan dalam pengujian data selanjutnya.
Pengujian dilakukan kembali berdasarkan PT5 yang sudah
dikeluarkan sehingga hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel
4.13.
Tabel 4.13
Hasil Validitas variable X1 (Pelatihan Teknis Perpajakan)
Korelasi Antara Nilai Korelasi
(Pearson Corellation)
Probabilitas
Korelasi
[sig.(2 tailed)]
Kesimpulan
PT1 dengan Total 0.815(**) 0.000 Valid
PT2 dengan Total 0.786(**) 0.000 Valid
PT3 dengan Total 0.765(**) 0.000 Valid
PT4 dengan Total 0.354(*) 0.021 Valid
PT6 dengan Total 0.698(**) 0.000 Valid
PT7 dengan Total 0.837(**) 0.000 Valid
PT8 dengan Total 0.848(**) 0.000 Valid
PT9 dengan Total 0.562(**) 0.000 Valid
PT10 dengan Total 0.915(**) 0.000 Valid
PT11 dengan Total 0.668(**) 0.000 Valid
PT12 dengan Total 0.452(**) 0.003 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan table 4.13, menunjukkan pertanyaan-pertanyaan
dari tiap-tiap variabel valid. Seperti terlihat semua pertanyaan dapat
dikatakan valid karena memiliki nilai signifikan dibawah 0.05.
Tabel 4.14
Hasil Reliabilitas variable X1 (Pelatihan Teknis Perpajakan)
Sumber : Data primer yang diolah
Untuk melihat hasil uji reliabel keseluruhan butir pertanyaan
pada variable X1 (Pelatihan Teknis Perpajakan) adalah dengan melihat
table Cronbach’s Alpha yaitu 0,895. Karena 0,895 > 0,60 (syarat
reliabel), maka konstruk pertanyaan merupakan dimensi variable X1
(Pelatihan Teknis Perpajakan) adalah reliabel.
Berdasarkan uji validitas instrumen pelatihan teknis perpajakan
diketahui semua item dinyatakan valid dan reliabilitas menunjukkan
bahwa instrumen memiliki keandalan yang tinggi. Artinya kriteria
kelayakan instrumen pelatihan teknis perpajakan telah memenuhi
kriteria persyaratan instrumen yang baik, yaitu valid dan reliabel.
Tabel 4.15
Hasil Uji Validitas variable X2 (Pengalaman)
Korelasi Antara Nilai Korelasi
(Pearson Corellation)
Probabilitas
Korelasi
[sig.(2 tailed)]
Kesimpulan
Png1 dengan Total 0.620(**) 0.000 Valid
Png2 dengan Total 0.658(**) 0.000 Valid
Reliability Statistics
.895 11
Cronbach's
Alpha N of Items
Png3 dengan Total 0.801(**) 0.000 Valid
Png4 dengan Total 0.419(**) 0.006 Valid
Png5 dengan Total 0.463(**) 0.002 Valid
Png6 dengan Total 0.586(**) 0.000 Valid
Png7 dengan Total 0.437(**) 0.004 Valid
Png8 dengan Total 0.587(**) 0.000 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan table 4.15, menunjukkan pertanyaan-pertanyaan
dari tiap-tiap variabel valid. Seperti terlihat semua pertanyaan dapat
dikatakan valid karena memiliki nilai signifikan dibawah 0.05.
Tabel 4.16
Hasil Reliabilitas variable X2 (Pengalaman)
Sumber : Data primer yang diolah
Untuk melihat hasil uji reliabel keseluruhan butir pertanyaan
pada variable X2 (Pengalaman) adalah dengan melihat tabel
Cronbach’s Alpha yaitu 0,664. Karena 0,664 > 0,60 (syarat reliabel),
maka konstruk pertanyaan merupakan dimensi variable X2
(Pengalaman) adalah reliabel.
Berdasarkan uji validitas instrumen pengalaman diketahui
semua item dinyatakan valid dan reliabilitas menunjukkan bahwa
instrumen memiliki keandalan yang tinggi. Artinya kriteria kelayakan
instrumen pelatihan teknis perpajakan telah memenuhi kriteria
persyaratan instrumen yang baik, yaitu valid dan reliabel.
Reliability Statistics
.664 8
Cronbach's
Alpha N of Items
Tabel 4.17
Hasil Uji Validitas variable X3 (Motivasi)
Korelasi Antara Nilai Korelasi
(Pearson Corellation)
Probabilitas
Korelasi
[sig.(2 tailed)]
Kesimpulan
M1 dengan Total 0.616(**) 0.000 Valid
M2 dengan Total 0.668(**) 0.000 Valid
M3 dengan Total 0.458(**) 0.002 Valid
M4 dengan Total 0.524(**) 0.000 Valid
M5 dengan Total 0.630(**) 0.000 Valid
M6 dengan Total 0.618(**) 0.000 Valid
M7 dengan Total 0.354(*) 0.021 Valid
M8 dengan Total 0.474(**) 0.002 Valid
M9 dengan Total 0.560(**) 0.000 Valid
M10 dengan Total 0.508(**) 0.001 Valid
M11 dengan Total 0.447(**) 0.003 Valid
M12 dengan Total 0.558(**) 0.000 Valid
M13 dengan Total 0.401(**) 0.009 Valid
M14 dengan Total 0.359(*) 0.020 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan table 4.17, menunjukkan pertanyaan-pertanyaan
dari tiap-tiap variabel valid. Seperti terlihat semua pertanyaan dapat
dikatakan valid karena memiliki nilai signifikan dibawah 0.05.
Tabel 4.18
Hasil Reliabilitas variable X3 (Motivasi)
Sumber : Data primer yang diolah
Untuk melihat hasil uji reliabel keseluruhan butir pertanyaan
pada variable X3 (Motivasi) adalah dengan melihat table Cronbach’s
Alpha yaitu 0,765. Karena 0,765 > 0,60 (syarat reliabel), maka
konstruk pertanyaan merupakan dimensi variable X3 (Motivasi) adalah
reliabel.
Berdasarkan uji validitas instrumen motivasi diketahui semua
item dinyatakan valid dan reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen
memiliki keandalan yang tinggi. Artinya kriteria kelayakan instrumen
pelatihan teknis perpajakan telah memenuhi kriteria persyaratan
instrumen yang baik, yaitu valid dan reliabel.
Tabel 4.19
Hasil Uji Validitas variable Y (Kinerja Pemeriksa Pajak)
Korelasi Antara Nilai Korelasi
(Pearson Corellation)
Probabilitas
Korelasi
[sig.(2 tailed)]
Kesimpulan
K1 dengan Total 0.580(**) 0.000 Valid
K2 dengan Total 0.573(**) 0.000 Valid
K3 dengan Total 0.633(**) 0.000 Valid
K4 dengan Total 0.633(**) 0.000 Valid
K5 dengan Total 0.660(**) 0.000 Valid
Reliability Statistics
.765 14
Cronbach's
Alpha N of Items
K6 dengan Total 0.765(**) 0.000 Valid
K7 dengan Total 0.794(**) 0.000 Valid
K8 dengan Total 0.652(**) 0.000 Valid
K9 dengan Total 0.707(**) 0.000 Valid
K10 dengan Total 0.647(**) 0.000 Valid
K11 dengan Total 0.522(**) 0.000 Valid
K12 dengan Total 0.823(**) 0.000 Valid
K13 dengan Total 0.547(**) 0.000 Valid
K14 dengan Total 0.751(**) 0.000 Valid
K15 dengan Total 0.702(**) 0.000 Valid
K16 dengan Total 0.693(**) 0.000 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan table 4.19, menunjukkan pertanyaan-pertanyaan
dari tiap-tiap variabel valid. Seperti terlihat semua pertanyaan dapat
dikatakan valid karena memiliki nilai signifikan dibawah 0.05.
Tabel 4.20
Hasil Reliabilitas variable Y (Kinerja Pemeriksa Pajak)
Sumber : Data primer yang diolah
Untuk melihat hasil uji reliabel keseluruhan butir pertanyaan
pada variable Y (Kemampuan Pemeriksaan Pajak) adalah dengan
melihat table Cronbach’s Alpha yaitu 0,914. Karena 0,914 > 0,60
Reliability Statistics
.914 16
Cronbach's
Alpha N of Items
(syarat reliabel), maka konstruk pertanyaan merupakan dimensi
variable Y (Kemampuan Pemeriksaan Pajak) adalah reliabel.
Berdasarkan uji validitas instrumen kinerja pemeriksa pajak
diketahui semua item dinyatakan valid dan reliabilitas menunjukkan
bahwa instrumen memiliki keandalan yang tinggi. Artinya kriteria
kelayakan instrumen pelatihan teknis perpajakan telah memenuhi
kriteria persyaratan instrumen yang baik, yaitu valid dan reliabel.
c. Hasil Korelasi Pearson
Tabel 4.21
Korelasi Antar Variabel Pelatihan Teknis, Pengalaman, dan Motivasi
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.21 menyajikan hasil korelasi pearson untuk semua
sampel penelitian, dengan jumlah sampel 42 responden aparat pajak.
Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa korelasi pelatihan teknis
perpajakan, pengalaman, dan motivasi Pemeriksa Pajak dengan
kinerja Pemeriksa Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di
Correlations
1 .589** .538** .346*
. .000 .000 .025
42 42 42 42
.589** 1 .336* .393*
.000 . .030 .010
42 42 42 42
.538** .336* 1 .595**
.000 .030 . .000
42 42 42 42
.346* .393* .595** 1
.025 .010 .000 .
42 42 42 42
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pelatihan_Teknis
Pengalaman
Motivasi
Kinerja
Pelatihan_
Teknis Pengalaman Motivasi Kinerja
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Jakarta Barat memiliki hubungan yang positif masing-masing
Pelatihan teknis dengan kinerja sebesar 0,346, Pengalaman dengan
kinerja sebesar 0,393, Motivasi dengan kinerja sebesar 0,595 dengan
tingkat signifikansi masing-masing pada level 5% untuk pelatihan
teknis dan pengalaman, dan 1% untuk Motivasi. Hal tersebut
mencerminkan kondisi bahwa adanya korelasi yang positif dan lemah
antara pelatihan teknis perpajakan dan pengalaman, serta korelasi
positif dan kuat untuk motivasi Pemeriksa Pajak dengan kinerja
Pemeriksa Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Barat,
terbukti pada table 4.21.
Tabel 4.22
Korelasi Gabungan Pelatihan Teknis, Pengalaman, Motivasi
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.22 menyajikan hasil korelasi pearson untuk semua
sampel penelitian, dengan jumlah sampel 42 responden aparat pajak.
Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa korelasi pelatihan teknis
perpajakan, pengalaman, dan motivasi Pemeriksa Pajak dengan
kinerja Pemeriksa Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di
Jakarta Barat memiliki hubungan yang positif 0,550 dengan tingkat
Correlations
1 .550**
. .000
42 42
.550** 1
.000 .
42 42
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
PT_P_M
Kinerja
PT_P_M Kinerja
Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
**.
signifikansi pada level 1%. Hal tersebut mencerminkan kondisi bahwa
adanya korelasi yang positif dan kuat antara pelatihan teknis
perpajakan, pengalaman, dan motivasi Pemeriksa Pajak dengan
kinerja Pemeriksa Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di
Jakarta Barat, terbukti pada table 4.22.
d. Hasil Uji Korelasi Pearson
Hipotesis dilakukan dengan mencari korelasi variabel
penelitian yaitu pelatihan teknis perpajakan, pengalaman, dan motivasi
Pemeriksa Pajak dengan kinerja Pemeriksa Pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Barat. Hasil korelasi dapat dilihat
pada tabel 4.22. Pada tabel tersebut menunjukkan hasil korelasi
pearson yaitu 0,550 dan P-value 0,000. Pada pembahasan sebelumnya
dijelaskan ketentuan sebagai berikut:
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan pedoman yang digunakan
untuk menerima atau menolak hipotesis jika menggunakan hipotesis
nol (H0) adalah sebagai berikut:
Jika r-hitung < r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.(2-tailed) >
level of significant (α) maka diterima
Jika r-hitung > r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.(2-tailed) <
level of significant (α) maka ditolak
Maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 karena p-
value pada kolom sig.(2-tailed) = 0,000 lebih kecil dari level of
significant (α) = 0,05, atau melihat tanda )** pada output SPSS yang
menunjukkan adanya korelasi signifikan.
Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan yang positif
dan kuat antara pelatihan teknis perpajakan, pengalaman, dan motivasi
dengan kinerja Pemeriksa Pajak. Artinya semakin baik pelaksanaan
pelatihan teknis, pengalaman dan motivasi maka semakin kuat kinerja
pemeriksa pajak. Hal ini sejalan dengan tujuan dilaksanakannya
pelatihan teknis itu sendiri yaitu untuk memberikan ataupun
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan
khususnya mengenai masalah-masalah perpajakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Hasil uji korelasi pearson menunjukkan hubungan yang positif dan
kuat antara variabel independen dengan variabel dependen. Hal ini dibuktikan
dengan nilai pearson correlation 0,550 dengan tingkat signifikan pada level
0,01. dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 dinyatakan ditolak dan
menerima Ha, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan
teknis perpajakan, pengalaman, dan motivasi Pemeriksa Pajak dengan kinerja
Pemeriksa Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Barat. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang kuat, karena nilai korelasi
bernilai 0,550, menurut Nugroho (2005:36), korelasi dinyatakan kuat jika nilai
korelasi berkisar 0,41 sampai 0,70.
B. Implikasi
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa koefisien korelasi adalah kuat,
yang mempunyai pemahaman bahwa bila ingin meningkatkan kinerja
Pemeriksa Pajak secara efektif dan efisien maka harus terlebih dahulu
meningkatkan pelatihan teknis perpajakan, pengalaman, dan motivasi. Dalam
upaya peningkatan pelatihan teknis perpajakan, harus didukung dengan
pemahaman pengetahuan dasar perpajakan yang dikaitkan dengan konsep
pendidikan seumur hidup (lifelong education) dan pembentukan suatu
masyarakat gemar belajar (learning society) baik secara formal pada lembaga
pendidikan maupun tempat kerja.
Pelaksanaan pembekalan pegawai baru Direktorat Jenderal Pajak pada
umumnya dan Pemeriksa Pajak pada khususnya yang selama ini dilakukan
melalui Diklat Penyesuaian Tugas (DPT) oleh Pusdiklat Pajak sebaiknya terus
menerus dikoordinasikan bersama dengan direktorat-direktorat teknis.
Koordinasi tersebut selain dimaksudkan untuk membahas materi pengetahuan
perpajakan yang bersumber dari Undang-Undang perpajakan, juga berupa
pemutakhiran kurikulum, penyempurnaan metode pengajaran, peningkatan
kualitas tenaga pengajar, sarana dan prasarana, serta lama pendidikan.
Selain itu, perbaikan materi DPT dengan menitikberatkan pada
kemampuan mengintepretasikan produk hukum. Pedoman utama Pemeriksa
Pajak dalam melakukan pekerjaan adalah Undang-Undang perpajakan beserta
aturan-aturan pelaksanaannya. Kelemahan umum yang dijumpai di dalam
pelaksanaan tugas adalah Pemeriksa Pajak pada umumnya memiliki
kemampuan untuk melakukan pemeriksaan (auditing) dan akuntansi yang
memadai akan tetapi kurang kuat kemampuannya dalam menginteprestasikan
aturan-aturan hukum yang bersifat yuridis fiskal yang untuk melakukannya
dibutuhkan sense dan logika hukum.
Pengetahuan perpajakan yang diperoleh selama DPT apabila tidak
diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari lambat laun akan hilang. Terlebih
apabila Pemeriksa Pajak yang bersangkutan tidak memiliki dorongan yang
cukup kuat untuk mau belajar dengan inisiatif sendiri. Hal ini perlu ditunjang
dengan materi tes yang selalu direvisi dan dimutakhirkan dengan memasukkan
keputusan-keputusan dan surat-surat edaran terbaru. Selain materi yang
berkaitan dengan pengukuran faktual, materi tes juga menyangkut aspek
pemahaman atau interprestasi.
Agar kondisi dinamis juga perlu didukung dengan penyelenggaraan
inhouse discussion pada tiap-tiap unit pemeriksaan pajak. Diskusi dapat
diselenggarakan pada unit yang paling kecil yaitu tim pemeriksa di bawah
bimbingan Ketua Tim atau suatu kelompok dibawah pengawasan Ketua
Kelompok. Variasi diskusi dalam menunjang pelatihan teknis dapat dilakukan
simulasi dalam bentuk pembagian peran (role playing).
Dalam menunjang kapasitas pemeriksa pajak, pemberian pelatihan
teknis didukung oleh pelatihan berbahasa Inggris kepada Pemeriksa Pajak
terutama yang ditugaskan pada unit pemeriksaan terhadap perusahaan yang
pembukuannya dalam bahasa Inggris dan menggunakan mata uang yang
didenomisasi dalam US Dollar, ataupun perusahaan-perusahaan yang
mempekerjakan karyawan asing atau lawan-lawan transaksinya dilakukan
dengan perusahaan asing. Maksudnya agar Pemeriksa Pajak tersebut dapat
berkomunikasi dengan relatif mudah dan efisien serta terhindar timbulnya
kesalahan penafsiran karena adanya kendala tidak dapat berbahasa Inggris.
Dengan adanya proses dan studi kasus yang ditemui serta
mengaplikasikan hasil pelatihan teknis perpajakan yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan khususnya
mengenai masalah perpajakan maka dengan berjalannya waktu akan
menambah pengalaman yang nantinya menjadi sebuah referensi untuk
menghadapi kasus-kasus perpajakan lainnya. Tingkat kerja Pemeriksa Pajak
sangatlah berat baik itu berupa godaan materi sehingga sangat mudah untuk
melakukan tindakan pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme. Oleh karena itu
sangatlah perlu jika kemampuan dan kerja Pemeriksa Pajak harus didukung
motivasi yang baik dan benar sehingga personal Pemeriksa Pajak menjaga
keprofesionalitasnya.
C. Saran
Dengan melihat kesimpulan dan implikasi, maka bisa disimpulkan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Faktor peningkatan pelatihan teknis perpajakan yang didukung oleh
pengetahuan dasar dan kemampuan numerik bagi Pemeriksa Pajak harus
dimulai dari tahap rekruitmen, baik rekruitmen pegawai pajak baru
maupun rekruitmen unutk menjadi Pemeriksa Pajak. Karena pengetahuan
merupakan sesuatu yang bisa dikembangkan melalui pendidikan dan
pelatihan sehingga pengembangan kemampuan mengenai segala sesuatu
berhubungan dengan Pemeriksa Pajak dilakukan secara berkesinambungan
sesuai dengan konsep lifelong edication dan pembentukan learning
society.
2. Perlu dilakukan pengujian dalam hal penempatan standarisasi pendidikan
dalam mengikuti pelatihan teknis sebagai syarat menjalani pekerjaan atau
jabatan.
3. Pengalaman mendukung performance seseorang dalam karirnya.
Pengalaman membentuk orang menjadi bijaksana dalam menentukan
sikap berdasarkan pengalaman baik maupun buruk yang dialami. Sehingga
dalam hal ini Pemeriksa Pajak menjadikan pengalaman tersebut menjadi
pelajaran agar lebih baik dalam menemui kasus-kasus perpajakan dengan
meningkatkan kapasitas dalam pendidikan dan pelatihan sehingga
menghasilkan kerja efektif dan efisien.
4. Perlu diperhatikan unsur keadilan dalam kebijakan baik internal maupun
eksternal personal sehingga seseorang tersebut termotivasi untuk
melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.
5. Dengan adanya reformasi pajak yang telah berjalan diharapkan kinerja
Pemeriksa Pajak lebih baik dan profesional dalam meningkatkan
kemampuan dan kapasitas keahlian sehingga mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Arfiana, Yulita. "Korelasi Efektifitas Penerapan Teknologi Informasi Dalam
Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dengan Kinerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan", UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Bwoga, Hanantha, Yoseph Agus dan Tony Marsyahrul. "Pemeriksaan Pajak di
Indonesia", PT Grasindo, Jakarta, 2005.
Direktur Jenderal Pajak. Surat Edaran Nomor SE-03/PJ.7/2001, Jakarta, 2001
Farhan, Djuni. "Etika, Dilema Etika dan Akuntabilitas Profesional Akuntan
Publik", Manajemen dan Usahawan, Edisi Feb-Mar, 2002, hal 30-54.
Firdaus, Ahmad. "Analisis Pengaruh Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL)
Terhadap Penerimaan Pajak (studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak
Jakarta Kebon Jeruk)", UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Ghozali, Imam. "Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS Edisi III",
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Jakarta, 2005.
Gunadi. "Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak (Tax
Complience)", Jurnal Perpajakan Indonesia Volume 4 Nomor 5, 2005.
Gunadi. "Teknis Pemeriksaan Pajak Untuk Penetapan Surat Ketetapan Pajak
(Bagian 1)", Jurnal Perpajakan Indonesia Volume 4 Nomor 9, 2005.
Gunadi. "Teknis Pemeriksaan Pajak Untuk Penetapan Surat Ketetapan Pajak
(Bagian 2)", Jurnal Perpajakan Indonesia Volume 1 Nomor 10, 2005.
Hamid, Abdul. "Buku Panduan Penulisan Skripsi", Grafika Karya Utama, Jakarta,
2004.
Hamid, Abdul. "Panduan Penulisan Skripsi", FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Himayah, Siti. "Pelaksanaan Pemeriksa Pajak Atas Surat Pemberitahuan (SPT)
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada KPP
Jakarta Tebet)", UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2005.
Hardi, Drs. Msc. "Pemeriksaan Pajak", PT. Kharisma Bintang Kreativitas Prima,
Jakarta, 2003.
Hasan, M. Tholhah. "Islam dan Masalah SDM", Lantabora Press, Jakarta, 2005.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. "Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi
dan Manajemen", BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 2002.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: 01/PJ.7/1990 tanggal 15 Nopember
tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak, Dirjen Pajak, 1990.
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: 545/KMK.04/2000 tanggal 22
Desember 2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, Dirjen Pajak,
Jakarta, 2000.
Lestari, Eka. "Pengaruh Informasi Perpajakan dan Lama Masa Kerja Sebagai
Pemeriksa Pajak Terhadap Kemampuan Pemeriksaan Pajak", UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Lumbantoruan, Sophar, "Akuntansi Pajak.", PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta, 2005.
Maharani, Maria Christin. "Pengaruh Perencanaan Audit Pajak Terhadap
Efisiensi Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di
Surabaya", Universitas Airlangga, Surabaya. 2006.
Mardiasmo. "Akuntansi Sektor Publik", Andi Publisher, Yogyakarta, 2004.
Munandar, Ashar Sunyoto. "Psikologi Industri dan Organisasi", Universitas
Indonesia, Jakarta, 2001
Nasution, Chairuddin Syah. "Analisis Hubungan Pendidikan Akademis, Pelatihan
Teknis Perpajakan, Penempatan Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak", Jurnal Manajemen
dan Fiskal Vol.2 No.2, April 2002.
Nugroho, Bhuono Agung, SE, M.Si, Ak. "Strategi Jitu Memilih Metode Statistik
Penelitian dengan SPSS", Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005.
Nurhayati. "Pengaruh Komitmen Profesional dan Komitmen Organisasi
Terhadap Intensi Keluar: Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening
(Studi Empiris Pada Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan
Non Bank Di DKI Jakarta)", Trisakti, Jakarta, 2005.
Sadhani, Djazoeli. "Pengetahuan Dasar, Kemampuan Numerik, Dan Efisiensi
Kerja (Survai di Kantor Pemeriksaan Pajak Khusus IIm Jakarta (1998))",
Jurnal Kipas, Vol 1, Nomor 8, Mei 1999.
Suandy, Erly. "Hukum Pajak Edisi Kedua", Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Suandy, Erly. "Hukum Pajak Edisi Ketiga", Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Suandy, Erly. "Perpajakan Edisi Kedua", Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Subri, Mulyadi. "Ekonomi SDM dalam Prespektif Pembangunan", Raja
Graffindo Persada, Jakarta, 2003.
Supriyanti. "Pengaruh Pengalaman dan Motivasi Terhadap Profesionalisme
Serta Pengaruh Profesionalisme Terhadap Hasil Kerja (Outcomes): Studi
Empiris Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Jawa Bagian Timur II Sidoarjo", Universitas Airlangga, Surabaya,
2007.
Syani, Putra Adi. "Korelasi Antara Audit Bawasda Dengan Kinerja Kecamatan
Kota Tanggerang", UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Wicaksono, Fanny. "Pengaruh Peresepsi Mengenai Komitmen dan Budaya
Organisasi Terhadap Peresepsi Mengenai Kinerja Pegawai Pajak di
Direktorat Jenderal Pajak", Pasca Sarjana FISIP Universitas Indonesia,
Jakarta, 2002.
Wikipedia. "Pengalaman", artikel diakses tanggal 14 Februari 2007, dari http:
//id.wikipedia.org/wiki/Pengalaman
Wikipedia. "Auditor", artikel diakses tanggal 19 Maret 2008, dari http:
//id.wikipedia.org/wiki/Auditor
www.pajak.go.id
Yusrohnillah, Fanny. "Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan
Wajib Pajak Terhadap Motivasi Memenuhi Kewajiban Pajak", UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2006.
CURRICULUM VITAE
Personal Data
Name : Zamal Firdaus Gender : Laki-Laki Date of Birth : Jakarta, 8 Juni 1986 Religion : Islam Marital Status : Belum Menikah Country : Indonesia Address : Jl. Pahlawan No.2 Rt 05/ 07
Kampung Baru, Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11560
E-mail Account : [email protected] Phone Number : +62215490707 Handphone Number
: +6285691559256 , 94215867
Formal Educations
1. S1 UIN Syarif Hidayatullah
(Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial – Akuntansi)
di Jakarta 2004-now
2. SMU N 78 Jakarta di Jakarta 2004 3. SLTPI Al-Azhar Kemandoran di Jakarta 2001 4. SDI Al-Azhar Kemandoran di Jakarta 1998 5. TK An-Nurmaniyah di Jakarta 1992
Non-Formal Educations
1. Kursus Accurate Accounting di PT PUCO, Jakarta 2007 2. Kursus Microsoft Office di SMU N 78, Jakarta 2002-2003 3. Kursus Bahasa Inggris di BBC 2001-2002
Organizational Experiences
1. LPP PIM UIN Syarif Hidayatullah Koord Tim Data dan Humas 2008-now 2. Dewan Presidium Pusat PIM UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2008-now
3. FOCUS Management Direktur Divisi Sosial 2008-now 4. LDK UIN Syarif Hidayatullah Sekretaris Umum 2007-2008 5. BEM Non Reguler FEIS UIN Syarif
Hidayatullah Ketua Litbang 2006-2007
6. LDK UIN Syarif Hidayatullah Ketua Komisariat Dakwah 2006-2007
(Komda) Non Reguler
7. Forum Amal Studi Islam (FASI) 78
Staff Divisi Pembinaan Siswa 2006-2007
8. LDK UIN Syarif Hidayatullah Ka.Bidang Syiar Komisariat Dakwah (Komda) NR
2005-2006
9. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) UIN Syarif Hidayatullah
Komisariat Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
2005
10. Forum Amal Studi Islam (FASI) 78
Staff Divisi Pembinaan Siswa 2005-2006
11. BEM Non Reguler FEIS UIN Syarif Hidayatullah
Ketua Bidang Kerohanian 2004-2005
12. SMA N 78 Ketua Rohis 2002-2003
Seminar, Workshop, Orientation, and Training
1. Pelatihan Akuntansi Terapan UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta 2004
2. Accounting Studies Visitation Bursa Efek Jakarta
Bursa Efek Jakarta 2004
3. Economic Training Motivation "Service Excellence & Perfect Motivation"
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
2004
4. Pelatihan Teknis dan Persiapan Memasuki Dunia Kerja (Strategi Bekerja di Lembaga Internasional)
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
2004
5. Pelatihan Perpajakan "Taxation, Learning and Application 2005"
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
2005
6. Refleksi Terhadap Peran Ekonomi Islam dan Perkembangan Perekonomian Indonesia Memasuki Tahun 2005
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
2005
7. Seminar Perpajakan "Pengantar Ilmu Hukum Pajak"
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
2005
8. Seminar Dan Bedah Buku "Dosa-Dosa Media Amerika"
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
2006
9. Seminar dan Simulasi Pasar Modal 2006 serta Kunjungan ke BEJ
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
2006
10. Manajemen Investasi Syariah Universitas Indonesia (UI) 2006 11. Workshop Audit "Fraud Indication and
Audit Technique) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
2007
Working Experiences
1. Wakaf Center As a Administration and Financial
Staff Division Des 3rd 2007 – Now
2. PT PUCO As a Financial dan Tax Staff Division Sept 17th 2007 – Nov 30th
2007
Demikian Curriculum Vitae ini dibuat untuk dipergunakan dan
dimanfaatkan seperlunya. Terima Kasih.
Jakarta, 20 Desember 2008
Zamal Firdaus
PENGUJIAN VALIDITAS PELATIHAN TEKNIS (X1)
No JAWABAN PERTANYAAN
Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
R1 4 4 3 3 3 4 4 4
R2 4 5 5 4 5 5 4 4
R3 4 4 3 3 3 4 4 4
R4 4 5 5 3 2 5 4 4
R5 5 5 5 5 5 5 5 5
R6 5 5 3 3 3 5 5 5
R7 4 4 4 4 4 5 4 4
R8 5 5 4 5 4 5 5 5
R9 4 5 4 4 4 5 5 4
R10 5 5 4 4 4 4 4 4
R11 5 5 5 5 4 5 5 5
R12 5 5 5 5 1 5 5 5
R13 5 5 5 4 2 5 5 5
R14 4 4 4 4 4 4 4 4
R15 5 5 5 5 4 5 5 5
R16 5 5 4 4 2 5 5 5
R17 5 5 5 2 5 5 5 5
R18 4 4 4 4 2 4 4 4
R19 1 1 1 4 4 4 1 1
R20 4 4 4 4 4 4 4 4
R21 5 2 4 4 4 4 4 4
R22 5 5 5 4 4 5 5 4
R23 5 5 5 5 4 5 5 5
R24 5 5 4 4 3 4 4 4
R25 5 5 5 4 4 5 5 4
R26 5 5 5 4 4 5 5 5
R27 4 4 4 4 2 4 4 4
R28 4 5 5 4 4 5 5 5
R29 5 5 5 4 4 5 5 4
R30 4 5 4 4 4 4 5 4
R31 5 5 5 4 4 4 4 4
R32 5 5 5 2 4 5 5 5
R33 5 5 4 2 2 4 5 5
R34 4 5 4 4 4 4 4 4
R35 5 5 5 4 4 5 5 5
R36 5 5 5 4 4 5 5 5
R37 5 5 5 5 5 5 5 5
R38 5 5 5 4 4 5 5 5
R39 4 4 4 4 4 4 4 5
R40 5 5 4 4 4 4 4 4
R41 5 5 3 4 3 5 5 4
R42 4 5 3 4 4 4 5 4
Nilai Korelasi 0.682 0.729 0.527 0.794 0.640 0.689 0.720 0.770 0.928
(r Hitung)-TO
Lampiran 2 : Tabulasi jawaban responden dan perhitungan validitas dengan excel
Nilai Korelasi 0.792 0.767 0.773 0.373 0.241 0.701 0.817 0.820
(r Hitung)-R
Nilai Korelasi 0.632
(r Tabel)-TO
Nilai Korelasi 0.304
(r Tabel)-R
1
Nilai Korelasi V V TV V V V V V
(r Tabel)-TO
1
Nilai Korelasi V V V V TV V V V
(r Tabel)-R
PENGUJIAN VALIDITAS PENGALAMAN (X2)
No JAWABAN PERTANYAAN Responden P13 P14 P15 P16 P17 P18
R1 4 3 4 3 4 R2 5 5 5 3 4 R3 4 3 4 3 3 R4 4 3 4 3 4 R5 5 5 5 5 5 R6 3 3 3 3 3 R7 4 3 4 4 4 R8 4 5 5 4 5 R9 4 3 4 2 4
R10 4 4 4 4 4 R11 5 5 5 4 5 R12 5 1 5 3 1 R13 5 5 5 4 4 R14 4 3 4 4 4 R15 4 4 5 4 5 R16 3 4 5 4 5 R17 5 5 5 5 5 R18 4 2 4 4 4 R19 1 4 1 4 4 R20 4 4 4 4 4 R21 5 4 5 2 4 R22 4 4 5 4 4 R23 5 4 5 4 4 R24 4 3 4 3 4 R25 4 4 4 4 4 R26 5 4 5 2 5 R27 4 2 4 2 4 R28 3 3 4 4 4 R29 4 4 4 4 5 R30 4 3 4 2 4 R31 4 4 4 4 4 R32 5 4 4 1 4 R33 4 2 4 2 4 R34 4 4 4 2 4 R35 2 2 4 1 5 R36 2 2 4 1 5 R37 4 4 5 4 5 R38 5 1 5 1 5 R39 4 3 4 5 4 R40 4 3 4 4 4 R41 5 5 5 1 5 R42 4 4 5 3 4
Nilai Korelasi 0.716 0.887 0.826 0.826 0.827 0.818 (r Hitung)-TO
Nilai Korelasi 0.620 0.658 0.801 0.419 0.463 0.586(r Hitung)-R
Nilai Korelasi (r Tabel)-TO
Nilai Korelasi (r Tabel)-R
Nilai Korelasi V V V V V V (r Tabel)-TO
Nilai Korelasi V V V V V V (r Tabel)-R
PENGUJIAN VALIDITAS MOTIVASI (X3)
No JAWABAN PERTANYAAN
Responden P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30
R1 3 4 3 4 4 4 2 4 4 3
R2 3 4 4 5 5 5 5 4 4 4
R3 3 4 3 4 4 4 2 4 4 3
R4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4
R5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R6 3 3 3 3 5 3 3 3 4 3
R7 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
R8 1 3 1 3 4 4 4 4 4 4
R9 3 2 4 4 4 3 4 4 3 3
R10 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3
R11 4 4 5 4 5 5 3 3 4 4
R12 5 5 1 3 5 5 3 3 5 5
R13 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4
R14 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3
R15 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
R16 5 4 2 4 4 4 4 4 5 4
R17 2 2 2 2 5 5 2 2 5 5
R18 2 4 2 2 4 4 4 3 4 3
R19 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4
R20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R21 2 4 4 4 4 4 4 2 4 2
R22 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3
R23 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4
R24 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3
R25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
R26 3 4 4 4 5 4 5 5 5 4
R27 4 2 2 4 5 4 4 3 3 4
R28 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4
R29 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R30 4 4 3 4 3 4 4 2 2 3
R31 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R32 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3
R33 4 4 1 4 4 4 4 2 4 4
R34 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3
R35 4 5 5 5 5 5 4 4 4 3
R36 4 5 5 5 5 5 4 4 4 3
R37 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4
R38 5 5 5 5 5 5 1 1 5 5
R39 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4
R40 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
R41 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3
R42 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3
Nilai Korelasi 0.659 0.683 0.624 0.758 0.579 0.783 0.614 0.575 0.750 0.872
(r Hitung)-TO
Nilai Korelasi 0.616 0.668 0.458 0.524 0.630 0.618 0.354 0.474 0.560 0.508
(r Hitung)-R
Nilai Korelasi
(r Tabel)-TO
Nilai Korelasi
(r Tabel)-R
1 1 1 1
Nilai Korelasi V V TV V TV V TV TV V V
(r Tabel)-TO
Nilai Korelasi (r Tabel)-R V V V V V V V V V V
PENGUJIAN VALIDITAS KINERJA (Y)
No JAWABAN PERTANYAAN
Responden P35 P36 P37 P38 P39 P40 P41 P42 P43 P44 P45 P46
R1 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4
R2 4 4 3 4 5 5 4 4 4 3 4
R3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4
R4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4
R5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R6 3 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4
R7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3
R8 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3
R9 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4
R10 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
R11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5
R12 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 3
R13 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4
R14 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 4
R15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R17 5 5 5 5 5 4 4 2 2 4 4
R18 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4
R19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R22 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4
R23 4 4 2 4 4 4 4 1 2 4 4
R24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R25 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3
R26 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5
R27 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
R28 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3
R29 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3
R30 4 4 4 3 2 4 4 3 3 4 4
R31 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3
R32 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4
R33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
R34 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4
R35 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
R36 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
R37 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R38 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2
R39 4 4 4 5 5 4 4 3 3 4 4
R40 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4
R41 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3
R42 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4
Nilai
Korelasi 0.685 0.685 0.797 0.735 0.567 0.749 0.829 0.839 0.839 0.647 0.829 0.764
(r Hitung)-TO
Nilai Korelasi 0.580 0.573 0.633 0.633 0.660 0.765 0.794 0.652 0.707 0.647 0.522 0.823
(r Hitung)-R
Nilai
Korelasi (r Tabel)-
TO
Nilai
Korelasi
(r Tabel)-R
1
Nilai Korelasi V V V V TV V V V V V V (r Tabel)-
TO
Nilai Korelasi V V V V V V V V V V V
(r Tabel)-R
No Total No Total
Responden Keseluruhan Responden Keseluruhan
R1 182 R22 212
R2 210 R23 211
R3 180 R24 199
R4 196 R25 198
R5 250 R26 225
R6 194 R27 187
R7 194 R28 190
R8 199 R29 192
R9 188 R30 183
R10 186 R31 195
R11 235 R32 196
R12 218 R33 188
R13 201 R34 190
R14 179 R35 209
R15 214 R36 209
R16 210 R37 238
R17 211 R38 214
R18 178 R39 204
R19 170 R40 199
R20 200 R41 199
R21 190 R42 185
Lampiran 5 : Output Korelasi Pearson SPSS Riset
HASIL KORELASI PEARSON
Correlations
Correlations
Correlations
1 .589** .538** .346*
. .000 .000 .025
42 42 42 42
.589** 1 .336* .393*
.000 . .030 .010
42 42 42 42
.538** .336* 1 .595**
.000 .030 . .000
42 42 42 42
.346* .393* .595** 1
.025 .010 .000 .
42 42 42 42
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pelatihan_Teknis
Pengalaman
Motivasi
Kinerja
Pelatihan_
Teknis Pengalaman Motivasi Kinerja
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Correlations
1 .550**
. .000
42 42
.550** 1
.000 .
42 42
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
PT_P_M
Kinerja
PT_P_M Kinerja
Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
**.
Top Related