KONTRIBUSI PEMBIAYAAN MURABAHAH
TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO
DAN PENINGKATAN TARAF HIDUP NASABAH
(Studi Kasus di KSPPS BMT Amal Mulia)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
(A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh:
DHIKA WIDAYANTI
64010160047
PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
i
KONTRIBUSI PEMBIAYAAN MURABAHAH
TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO
DAN PENINGKATAN TARAF HIDUP NASABAH
(Studi Kasus di KSPPS BMT Amal Mulia)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
(A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh:
DHIKA WIDAYANTI
64010160047
PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
-MOTTO-
“Cintailah orang tuamu sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri”
-PERSEMBAHAN-
Terimakasih kupersembahkan kepada Orang Tua, Saudaraku, Dosen-dosenku,
terutama Pembimbingku, pengelola KSPPS BMT Amal Mulia, dan para
Sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangatku
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusunan Tugas Akhir ini bisa terselesaikan tepat waktu. Semua ini tak lepas
dari dukungan, bantuan, doa dan bimbingan dari semua pihak yang terlibat dalam
penulisan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan
kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para
sahabat, tabi’in dan tabiat serta kepada kita selaku umatnya.
Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat meraih gelar Ahli Madya Ekonomi
Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga dengan judul
“Kontribusi Pembiayaan Murabahah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro dan
Peningkatan Taraf Hidup Nasabah”. Penulis mengakui bahwa semua ini tak akan
terselesaikan tanpa bantuan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
Tugas Akhir ini. Karena itulah penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu. Ungkapan
terimakasih kadang tidak bisa mewakili kata-kata, hingga kiranya penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada kedua orang tuaku, Ibu (Kasyati) dan Bapak tercinta (Slamet
Widodo) yang dengan segala ketulusannya senantiasa mendoakan,
membimbing, mengarahkan, memberi kepercayaan dan dukungan kepada
penulis baik materi, moril maupun spiritual.
2. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.
viii
3. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga, dan juga selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
yang senantiasa sabar membimbing dan mendukung penulis dalam segala
bentuk keluh kesah selama penelitian.
4. Bapak Ari Setiawan, S.Pd., M.M. selaku Ketua Jurusan DIII Perbankan
Syari’ah.
5. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku dosen pembimbing magang di KSPPS
BMT Amal Mulia.
6. Bapak Nur Huri Mustofa, S.Ag., M.Si. selaku pembimbing akademik yang
telah dengan sabar melayani dan memberikan support kepada para
mahasiswanya.
7. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga, khususnya
Program Studi Perbankan Syari’ah DIII yang telah memberikan bekal
berbagai teori, ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat
bagi penulis.
8. Seluruh staf dan karyawan di lingkungan IAIN Salatiga khususnya Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam atas segala bentuk bantuannya.
9. Segenap karyawan KSPPS BMT Amal Mulia baik Kantor pusat maupun
Cabang Salatiga dan Cabang Karanggede yang telah membantu kelancaran
kegiatan penelitian ini.
10. Staf Perpustakaan IAIN Salatiga terimakasih atas bantuan penyediaan buku-
buku kepada penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
ix
11. Sahabat-sahabat seperjuangan yang menimba ilmu di IAIN Salatiga,
khususnya pada Prodi D III Perbankan Syari’ah kelas A maupun kelas B
angkatan tahun 2016 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
12. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang dengan senang hati telah membantu dan terlibat, baik dalam kelancaran
pelaksanaan kegiatan penelitian maupun dalam penyelesaian penyusunan
laporan penelitian ini.
Semoga Allah membalas semua amal baik mereka dengan imbalan yang
lebih baik dari yang mereka berikan kepada penulis, dan senantiasa diberikan
kesehatan, keselamatan dan dilindungi Allah dengan cipta-Nya. Penulis
menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini jauh dari sempurna tapi penulis akan
berusaha untuk membuatnya menjadi mendekati sempurna. Saran dan kritik yang
diberikan sangat berharga dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu,
dengan senang hati penulis menerima kritik serta saran yang bersifat
membangun. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi peneliti dan bagi pembaca
pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Salatiga, 31 Mei 2019
Penulis,
Dhika Widayanti
NIM: 64010160047
x
ABSTRAK
Widayanti, Dhika. 2019. Kontribusi Pembiayaan Murabahah Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro dan Peningkatan Taraf Hidup Nasabah
(StudiKasus di KSPPS BMT Amal Mulia). Tugas Akhir, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi D III Perbankan Syariah IAIN
Salatiga. Pembimbing: Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si.
Kata Kunci: Murabahah, Usaha Mikro, Taraf Hidup.
Latar belakang penelitian ini adalah melihat bahwa LKS khususnya
perbankan merupakan agen pembangunan, akan tetapi perbankan syariah belum
dapat menyentuh lapisan masyarakat terbawah. Pada umumnya masyarakat
mempunyai kesulitan dalam mendapatkan kredit dari bank yang disebabkan
mereka tidak mempunyai jaminan dan bisnis mereka yang dianggap lemah.
Kehadiran BMT menjadi solusi bagi kelompok ekonomi masyarakat yang
membutuhkan dana untuk mengembangkan usahanya. Dalam membantu
masyarakat mengembangkan usahanya, BMT menggunakan akad Murabahah,
Mudharabah, dan Musyarakah. Akan tetapi produk pembiayaan yang paling
banyak diminati oleh masyarakat adalah Murabahah. Dengan produk murabahah
ini, BMT harus dapat memberikan kontribusi manfaat kepada masyarakat
(manfaat sosial) di sekitarnya. Dengan adanya kontribusi tersebut dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui peningkatan usahanya. Metode
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan objekKSPPS BMT
Amal Mulia.
Berdasarkan analisis data, menunjukkan bahwa KSPPS BMT Amal Mulia
berupaya mengoptimalkan produk Murabahah. Upaya tersebut melalui
penyaluran danauntuk membantu masyarakat sekitar dalam menjalankan
usahanya. Pembiayaan Murabahahini diberlakukan kepada siapa saja yang ingin
menggunakannya bukan untuk kebutuhan konsumtif saja, akan tetapi juga
kebutuhan produktif. Sasaran distribusi anggota pembiayaan Murabahahdi
KSPPS BMT Amal Mulia adalah masyarakat menengah kebawah yang
mempunyai usaha kecil, akan tetapi selama ini belum merata, mayoritas anggota
pembiayaan Murabahah berada di wilayah Kecamatan Suruh dan sekitarnya.
Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi KSPPS BMT Amal Muliadalam
mengoptimalkan pembiayaan Murabahah, yang pertama adalah pemahaman
produk, kedua komunikasi, ketiga konsisten dalam memantau perkembangan
usaha masyarakat.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
E. Metode Penelitian....................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka .......................................................................... 14
xii
B. Kerangka Teori.......................................................................... 19
1. Pengertian Pembiayaan ....................................................... 19
2. Tujuan Pembiayaan ............................................................. 21
3. Fungsi Pembiayaan ............................................................. 24
4. Jenis-Jenis Pembiayaan ....................................................... 25
5. Pembiayaan dengan Akad Murabahah ............................... 25
6. Dasar Hukum Murabahah................................................... 26
7. Rukun dan Syarat Murabahah ............................................ 29
8. Jenis-Jenis Murabahah ....................................................... 33
9. Pengembangan Usaha Mikro .............................................. 34
10. Pengertian Analisis SWOT ................................................. 35
11. Manfaat dan Tujuan Analisis SWOT .................................. 35
12. Matrik SWOT ..................................................................... 36
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdiri .......................................................................... 39
B. Identitas KSPPS BMT Amal Mulia .......................................... 40
C. Visi Misi .................................................................................... 41
D. Struktur Organisasi ................................................................... 42
E. Penjabaran Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian ...... 45
F. Produk-Produk KSPPS BMT Amal Mulia ............................... 53
BAB IV ANALISIS DATA
A. Penerapan Pembiayaan Murabahah di KSPPS BMT Amal
Mulia ......................................................................................... 59
xiii
B. Kontribusi Pembiayaan Murabahah Terhadap Perkembangan
Usaha Mikro dan Peningkatan Taraf Hidup Nasabah ............... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 78
B. Saran .......................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Susunan Organisasi KSPPS BMT Amal Mulia ................ 39
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pengelola KSPPS BMT Amal Mulia 40
Gambar 3.3 Skema Pembiayaan Mudharabah ...................................... 52
Gambar 3.4 Skema pembiayaan Murabahah ........................................ 53
Gambar 3.5 Skema pembiayaan Ba’I Bitsaman Ajil ............................ 53
Gambar 3.6 Skema pembiayaan Musyarakah ....................................... 54
Gambar 3.7 Skema pembiayaan Ijarah ................................................. 55
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Nasabah Pembiayaan Murabahah Tahun 2014-2018 ...... 62
Tabel 4.2 Tanggapan Responden Tentang Lama Menjadi Nasabah di
KSPPS BMT Amal Mulia .............................................................. 64
Tabel 4.3 Pinjaman dan Jenis Usaha Responden ........................................... 66
Tabel 4.4 Tanggapan Responden Tentang Perkembangan Usaha Setelah
Mendapat Pembiayaan Murabahah ............................................... 67
Tabel 4.5 Matrik SWOT KSPPS BMT Amal Mulia...................................... 74
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kartu Tanda Anggota KSPPS BMT Amal Mulia
Lampiran 2 Slip Setoran
Lampiran 3 Slip Pengambilan
Lampiran 4 Slip Angsuran
Lampiran 5 Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran 6 Hasil Wawancara Nasabah 1
Lampiran 7 Hasil Wawancara Nasabah 2
Lampiran 8 Hasil Wawancara Nasabah 3
Lampiran 9 Hasil Wawancara Nasabah 4
Lampiran 10 Hasil Wawancara Nasabah 5
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Farida (2012), Ilmu ekonomi Islam adalah suatu ilmu yang
tumbuh dan menjadi gerakan perekonomian sejak seperempat abad yang lalu.
Selanjutnya, sebagaimana kita ketahui bahwa sistem yang menguasai pasca
runtuhnya peradaban Islam adalah kapitalisme. Dan pada suatu titik tampak
bahwa kapitalisme sudah mulai runtuh dan menjadi penyakit perekonomian
dunia, maka ekonomi Islam yang mulai berkembang menjadi solusi atas
permasalahan tersebut. Para ekonom Barat pun mulai mengakui eksistensi
ekonomi Islam ilmu ekonomi yang memberikan warna kesejukan dalam
perekonomian dunia. Ekonomi Islam mampu menjadi suatu sistem ekonomi
alternatif yang mampu meningkatkan kesejahteraan umat.
Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dimulai pada akhir 1980-
an yang melahirkan satu bank syariah pertama di Indonesia, yaiu Bank
Mualamat Indonesia pada tahun 1992. Krisis ekonomi atau krisis moneter
tahun 1997 membawa berkah bagi perkembangan ekonomi syariah di
Indonesia karena ketika bank-bank konvensional mengalami negative spread
(pendapatan bunga negatif), Bank Muamalat tetap dapat bertahan dalam
terpaan krisis ekonomi tersebut. Hal ini melahirkan kepercayaan masyarakat
tentang keberadaan lembaga keuangan syariah di Indonesia dan melahirkan
munculnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang
2
mengatur keberadaan perbankan syariah dalam sistem perbankan nasional
(Arif, 2015).
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk memberikan
kesejahteraan material dan spiritual. Kesejahteraan material dan spiritual
didapat melalui usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang halal. Artinya,
bank syariah tidak akan menyalurkan dananya untuk kegiatan usaha yang
tidak bisa dijamin bahwa hasilnya berasal dari kegiatan yang halal. Inilah
yang membedakan konsep keuntungan bank konvensional dan bank syariah.
Bank konvensional memiliki konsep keuntungan yang cenderung berfokus
pada keuntungan materi, sedangkan konsep keuntungan bank syariah harus
memperhatikan keuntungan dari sudut duniawi dan ukhrawi (Marimin dkk,
2015).
Pada tahun-tahun berikutnya banyak bank-bank konvensional yang
mengkonversikan diri dari bank konvensional menjadi bank syariah. Akan
tetapi perkembangan keuangan syariah di Indonesia sangat lambat. Banyak
bank-bank syariah yang tersebar di seluruh Indonesia, namun pada
kenyataannya belum mampu menyentuh masyarakat kalangan menengah
kebawah. Masyarakat kalangan menengah kebawah dianggap tidak memiliki
potensi dana oleh lembaga keuangan formal, sehingga menyebabkan laju
pertumbuhan ekonomi terhambat. Faktanya, mayoritas masyarakat kalangan
menengah kebawah banyak yang terjebak meminjam kepada rentenir
(Muhammad, 2005).
3
Dalam Islam, manusia diwajibkan untuk berusaha agar mendapat
rezeki guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam juga mengajarkan manusia
bahwa Allah Maha Pemurah sehingga rezeki-Nya sangat luas bahkan Allah
tidak memberikan rezeki kepada kaum mukmin saja, tetapi kepada siapa saja
yang bekerja keras (Antonio, 2001). Dalam mendirikan suatu usaha, sekecil
apapun usaha tersebut pasti membutuhkan suatu modal usaha. Namun, tidak
dapat dipungkiri bahwa masyarakat terutama masyarakat menengah kebawah
yang ingin membuka usaha mikro seringkali terkendala oleh adanya modal.
Pada umumnya masyarakat mempunyai kesulitan dalam mendapatkan
kredit dari bank yang disebabkan mereka tidak mempunyai jaminan dan
bisnis mereka yang dianggap lemah. Bank agak enggan memberikan
pembiayaan kepada usaha mikro terutama karena tingginya biaya transaksi
dan tingginya resiko kegagalan. Bank umumnya tidak menghendaki orang-
orang miskin sebagai kreditor potensial. Mereka dipandang sebagai peminjam
yang beresiko, dan bahkan dipandang kurang layak dan mendatangkan
kesulitan karena pinjamannya terlalu kecil (Cokrohadisumarto, 2012).
Kehadiran BMT menjadi solusi bagi kelompok ekonomi masyarakat
yang membutuhkan dana untuk mengembangkan usahanya. BMT
dideklarasikan sebagai gerakan nasional yang bertujuan pada penguatan
ekonomi rakyat melalui pengembangan institusional dan pengembangan
usaha mikro dan kecil (Cokrohadisumarto, 2012). Untuk melanjutkan
petumbuhan BMT juga perlu menyeimbangkan hasil keuntungan dengan
tujuan-tujuan sosialnya dimana BMT harus dapat memberikan kontribusi
4
manfaat kepada masyarakat (manfaat sosial) di sekitarnya. Dengan adanya
kontribusi tersebut dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui
peningkatan usahanya.
BMT merupakan kependekan dari Baitul Maal wa Tamwil atau dapat
juga ditulis dengan Baitul Maal wa baitul tamwil. Secara harfiah/lughowi
Baitul Maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Kedua
pengertian tersebut memiliki makna yang berbeda dan dampak yang berbeda
pula. Baitul Maal dengan segala konsekuensinya merupakan lembaga sosial
yang berdampak pada tidak adanya profit atau keuntungan duniawi
didalamnya. Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang
karenanya harus dapat berjalan sesuai prinsip bisnis yakni efektif dan efisien
(Ridwan, 2006).
Sebagai lembaga keuangan, BMT bertugas menghimpun dana dari
masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkannya kembali dalam bentuk
pembiayaankepada masyarakat (anggota BMT). Pembiayaan dengan prinsip
syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil
(Asiyah, 2014).
Jenis pembiayaan menurut sifat penggunaannya terbagi menjadi dua
yaitu pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif. Pembiayaaan
produktif ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu
5
untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi. Sedangkan pembiayaan konsumtif ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan saat dipakai untuk
memenuhi kebutuhan (Danupranata dalam Antonio, 2013).
Dalam pembiayaan lembaga keuangan syariah seperti BMT, ada
banyak akad yang digunakan yaitu akad Mudharabah, Musyarakah,
Murabahah, Qardhul Hasan, dan akad-akad pelengkap lainnya. Akan tetapi
dari beberapa akad pembiayaan yang ditawarkan, akad pembiayaan yang
paling diminati dan dominan adalah pembiayaan dengan akad Murabahah.
Secara makro pembiayaan Murabahah memiliki tujuan untuk meningkatkan
ekonomi umat agar taraf hidup umat dapat meningkat, tersedianya dana bagi
usaha agar usaha dapat berkembang, meningkatkan produktivitas agar dapat
meningkatkan daya produksi usaha, membuka lapangan kerja baru, dan
terjadi distribusi pendapatan (Muhammad, 2016).
Menurut Antonio (2001), Murabahah yaitu jual beli barang pada
harga semula dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dengan istilah
lain bahwa murabahah ini diartikan sebagai suatu perjanjian yang disepakati
antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana bank menyediakan pembiayaan
untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan
nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank =
(harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan (Asiyah,
2015). Dalam memperoleh barang yang diinginkan oleh nasabah, bank dapat
6
mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang tersebut dari pihak
ketiga.
Salah satu BMT yang sudah menggunakan pembiayaan murabahah
dalam pengembangan usaha mikro untuk meningkatkan taraf hidup
nasabahnya adalah KSPPS BMT Amal Mulia. KSPPS BMT Amal Mulia
terletah di Jl. Raya Suruh-Salatiga, Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten
Semarang, Jawa tengah. Dengan pembiayaan murabahah ini diharapkan
dapat membantu para pelaku usaha mikro dalam permasalahan permodalan.
KSPPS BMT Amal Mulia berharap selain sebagai lembaga penyalur modal,
juga memiliki misi, yakni meningkatkan kualitas sosial ekonomi terutama
pedagang dan pengusaha kecil serta masyarakat umum kelas menengah
kebawah, serta memberi semangat usaha masyarakat dalam rangka mencapai
kesejahteraan hidup.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti
memilih KSPPS BMT Amal Mulia dengan alasan BMT ini memiliki visi
yaitu berperan aktif dalam memberdayakan dan mengembangkan ekonomi
umat. Di samping itu, alasan peneliti memilih nasabah sektor usaha mikro
adalah karena sektor tersebut merupakan sektor yang mendominasi
perekonomian nasional. Oleh karena hal itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “KONTRIBUSI PEMBIAYAAN MURABAHAH
TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO DAN
PENINGKATAN TARAF HIDUP NASABAH (Studi Kasus di KSPPS
BMT Amal Mulia)”
7
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan pembiayaan murabahah di KSPPS BMT Amal
Mulia?
2. Bagaimana kontribusi pembiayaan murabahah terhadap perkembangan
usaha mikro dan peningkatan taraf hidup nasabah KSPPS BMT Amal
Mulia?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pembiayaan murabahah di
KSPPS BMT Amal Mulia.
2. Untuk mengetahui apakah pembiayaan murabahah yang sangat diminati
oleh nasabah sudah memiliki kontribusi terhadap perkembangan usaha
mikro dan peningkatan taraf hidup nasabah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan wahana untuk membuka pengalaman serta
wawasan yang luas tentang praktik lembaga keuangan syariah pada
pembiayaan murabahahserta merupakan sebuah pengamalan ilmu
pengetahuan tentang pembiayaan yang selama ini telah dipelajari agar
dapat dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat lingkungan.
8
2. Bagi IAIN Salatiga
Sebagai tambahan informasi dan referensi bagi mahasiswa program
studi Perbankan Syariah khususnya dan sebagai bahan bacaan ilmiah di
perpustakaan pada umumnya.
3. Bagi KSPPS BMT Amal Mulia
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa KSPPS
BMT Amal Mulia memiliki produk pembiayaan yang dapat digunakan
oleh nasabah dalam menambah modal usahanya. Serta menambah
infomasi KSPPS BMT Amal Mulia dalam memberikan saran dan
masukan agar dapat menjadi sebuah inovasi baru dalam memberikan
sebuah pembiayaan bagi nasabahnya khususnya untuk pelaku UMKM.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu bahasan yang
membahas secara teknik metode-metode yang digunakan dalam sebuah
penelitian. Metode penelitian terdiri dari:
1. Model Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan, yakni dilakukan di tempat
observasi dengan subyek penelitian KSPPS BMT Amal Mulia dan
nasabah KSPPS BMT Amal Mulia. Jenis penelitian ini menggunakan
model kualitatif. Menurut Wirartha (2006), penelitian kualitatif adalah
penelitian yang lebih bersifat untuk mengembangkan teori, sehingga akan
menemukan teori baru dan dilakukan sesuai dengan kaidah non statistik.
Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
9
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2017).
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis membagi sumber data menjadi dua bagian
yaitu:
a. Sumber Data Primer
Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh
perorangan atau suatu organisasi langsung melalui objeknya. Dalam
hal ini sumber data primer pada penelitian ini didapat langsung dari
KSPPS BMT Amal Mulia kemudian melalui wawancara kepada
manager utama KSPPS BMT Amal Mulia Bapak Mustofa Al Amin
dan staf KSPPS BMT Amal Mulia yaitu, Ibu SitiSa’idahselaku AO
pembiayaan. Kemudian wawancara kepada 5 nasabah pembiayaan
murabahah KSPPS BMT Amal Mulia dengan kategori nasabah
pembiayaan murabahah yang menggunakan pembiayaan untuk
tambahan modal usaha, memiliki angsuran lancar serta memiliki
kemajuan usaha yang cukup baik dan memiliki usaha berbeda satu
sama lain.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen, buku-
buku dan arsip-arsip data yang akan diteliti dengan metode penulisan
kualitatif. Sumber data sekunder penulis peroleh dari buku-buku yang
berkaitan dengan judul, penelitian-penelitian yang berkaitan dengan
10
tugas akhir yang penulis lakukan, mengambil Tugas Akhir yang sudah
ada sebelumnya dan memiliki tema yang berkaitan, serta dokumen-
dokumen yang relevan (Daymon, 2008).
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam tahap pengumpulan data penulis menggunakan metode sebagai
berikut:
a. Observasi
Metode observasi digunakan untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan pembiayaan Murabahah. Observasi adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan
disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek
sasaran. Orang yang melakukan observasi disebut pengobservasi
(observer) dan pihak yang terobservasi (observe) (Fathoni, 2011).
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2010).
Dalam menentukan informan untuk diwawancarai, penulis
memilih informan yang paling mengetahui perihal yang penulis teliti.
Oleh karena itu yang penulis tuju adalah manager utama KSPPS BMT
Amal Mulia Bapak Mustofa Al Amin dan staf KSPPS BMT Amal
11
Mulia yaitu Ibu Siti Sa’idah selaku AO pembiayaan murabahah dan 5
nasabah KSPPS BMT Amal Mulia selaku nasabah pembiayaan
murabahah.
Dalam memilih 5 nasabah pembiayaan murabahah KSPSS
BMT Amal Mulia sebagai informan, penulis memilih dengan kategori
nasabah pembiayaan murabahah yang menggunakan pembiayaan
tersebut untuk tambahan modal dan memiliki angsuran lancar serta
memiliki kemajuan usaha cukup baik dan yang memiliki usaha
berbeda satu sama lain.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dalam tugas akhir, penulis
menyusunnya ke dalam (lima) bab, dimana setiap bab terdiri dari beberapa
sub bab tersendiri. Bab-bab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan satu
sama lain. Diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan penutup yang
berupa kesimpulan dan saran. Adapun gambaran sekilas mengenai bab-bab
tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan uraian dan penjelasan mengenai
berbagai hal yang melatar belakangi dilakukanya kegiatan penelitian ini,
diantaranya latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian yang akan dilakukan, dan sistematika
penulisan.
12
BAB II Landasan Teori. Bab ini berisi kajian terhadap beberapa teori
dan referensi yang menjadi landasan dalam mendukung studi penelitian tugas
akhir ini, diantaranya telaah pustaka penelitian terdahulu, dan kerangka teori
yang berkaitan dengan pembiayaan murabahah untuk tambahan modal usaha
serta analisis SWOT.
BAB III Laporan Objek Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang
gambaran umum objek penelitian, yaitu KSPPS BMT Amal Mulia, seperti
sejarah berdiri, identitas lembaga, visi dan misi, dan struktur organisasi, tugas
dan wewenang dari masing-masing bagian di KSPPS BMT Amal Mulia serta
produk-produk yang ada di KSPPS BMT Amal Mulia.
BAB IV Analisis Data. Pada bab ini berisikan pembahasan dari
berbagai hasil pengumpulan data dan analisa mengenai hasil penelitian
tersebut. Penulis akan menganalisis tentang kontribusi pembiayaan
murabahah terhadap perkembangan usaha mikro dan peningkatan taraf hidup
nasabah di KSPPS BMT Amal Mulia, yang berisikan tentang pembiayaan
Murabahah di KSPPS BMT Amal Mulia, serta kontribusi pembiayaan
Murabahah terhadap perkembangan usaha mikro dan peningkatan taraf hidup
nasabah di KSPPS BMT Amal Mulia.Penulis juga menambahkan analisis
SWOT yang ada di KSPPS BMT Amal Mulia.
BAB V Penutup. Dalam bab ini peneliti menyajikan kesimpulan yang
diambil berdasarkan pada analisis data penelitian yang telah dilakukan, dan
berisikan saran yang disusun dari hasil kesimpulan tersebut, baik bagi pihak
objek penelitian ataupun bagi pihak-pihak lainnya yang membutuhkan untuk
13
digunakan sebagai bahan referensi yang juga bertujuan demi perbaikan di
masa yang akan datang.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Sebelum melakukan penelitian penulis melakukan pengkajian pustaka
dan karya yang mempunyai relevansi terdahulu topik yang diteliti. Telaah
pustaka dalam penelitian ini adalah:
Penelitian Oktafiany (2017) tentang Pelaksanaan Akad Murabahah
Untuk Pembiayaan Modal Usaha (Studi pada PT. BPRS Bina Amanah Satria
KK Bumiayu). Penelitian ini bersifat kualitatif. Dengan hasil bahwa dalam
pelaksanaan akad murabahah untuk pembiayaan modal usaha tersebut,
PT.BPRS Bina Amanah Satria KK Bumiayu memberikan kuasa kepada
nasabahnya untuk membeli barang yang diperlukan bagi nasabah atas
nama bank. Selanjutnya PT.BPRS Bina Amanah Satria KK Bumiayu
menjual barang tersebut kepada nasabah ditambah sejumlah keuntungan
untuk dibayar oleh nasabah dalam jangka waktu tertentu, sesuai dengan
kesepakatan antara pihak bank dan nasabah.
Penelitian Musarofah (2018) tentang Implementasi Akad Murabahah
pada Pembiayaan Pensiunan di Bank Syariah Mandiri KCP Bondowoso.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Dengan hasil bahwa dalam
mengimplementasikan akad murabahah pada produk pembiayaan pensiunan
ini, PT. Bank Syariah Mandiri KCP Bondowoso mengatur syarat dan
ketentuan yang dibutuhkan ketika akan mengajukan pembiayaan pensiunan di
15
Bank Syariah Mandiri KCP Bondowoso. Syarat dan ketentuan ditetapkan
dengan tujuan agar produk pembiayaan pensiunan di PT. Bank Syariah
Mandiri KCP Bondowoso sesuai dengan akad yang telah ditetapkan untuk
produk ini yaitu akad murabahah. Bukan sekedar sesuai saja namun juga
tidak menyimpang dari ketentuan dan syarat-syarat yang ditetapkan pada
pembiayaan yang menggunakan akad murabahah.
Penelitian Faerdi (2016) tentang Implementasi Produk Pembiayaan
Murabahah di KSPPS BMT El Amanah Kendal. Penelitian ini bersifat
deskriptif kualitatif. Dengan hasil bahwa Penerapan Akad Murabahah pada
pembiayaan jual beli BMT El Amanah Kendal pada intinya sudah sesuai
dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Dalam mekanisme pengambilan
keputusan dalam menyetujui suatu pembiayaan telah sesuai dengan syari’ah
dengan adanya ketentuan pada jenis pembiayaan untuk usaha yang halal saja.
Dalam perjanjian akad murabahah pada pembiayaan jual beli BMT El
Amanah Kendal tentang tujuan dan maksud pokok mengadakan akad sebagai
rukun dan syarat akad murabahah dalam pelaksanaannya sudah terbebas atau
tidak terdapat unsur maisyir, gharar, haram, riba atau biasa disingkat
MAGRIB, paksaan, kerugian dan syarat-syarat fasid karena pihak BMT
secara langsung mengetahui realisasi penggunaan pembiayaan dan ini telah
sesuai dengan Fatwa DSN MUI No. 04/DSN- 74 MUI/IV/2000 tentang
murabahah. Denda yang harus dibayarkan oleh nasabah kepada pihak BMT
atas keterlambatan yang disebabkan oleh ketidakmampuan nasabah, dan
bukan karena kesengajaannya (karakter) dan sanksi dapat berupa denda
16
sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat
saat akad ditandatangani serta denda ini diterapkan di BMT sudah sesuai
dengan fatwa DSN MUI No. 17/DSN-MUI/IX/2000.
Penelitian Irawan (2018) tentang Analisis Penggunaan Pembiayaan
Murabahah Pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) PT. Maybank
Syariah KCP Kebayoran Lama. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.
Dengan hasil bahwa nasabah pembiayaan murabahah PT. Maybank Syariah
KCP Kebayoran Lama menggunakan pembiayaan murabahah untuk
keperluan modal usaha, perluasan wilayah usaha, penambahan varian produk,
dan penambahan asset.
Penelitian Karini (2017) tentang Analsis Peran Pembiayaan Modal
Kerja Usaha Terhadap Peningkatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi pada Baitut Tamwil Muhammadiyah
BiMU Bandar Lampung). Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Dengan
hasil bahwa nasabah pembiayaan modal kerja usaha di Baitut Tamwil
Muhammadiyah Bandar lampung setelah mendapatkan tambahan modal
usaha terjadi peningkatan usaha seperti peningkatan perubahan modal,
peningkatan volume barang dagang, peningkatan pendapatan dan
perkembangan pasar.
Dari pemaparan penelitian yang sudah ada di atas maka penelitian
yang akan diajukan penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya. Beberapa
perbedaan penelitian itu antara lain objek penelitian yang akan dilakukan
pada BMT, peneliti lebih fokus pada kontribusi pembiayaan
17
Murabahahterhadap perkembangan usaha mikro dan peningkatan taraf hidup
nasabah. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode
pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Dengan perbedaan-perbedan yang ada maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian tentang kontribusi pembiayaan Murabahah terhadap
perkembangan usaha mikro dan peningkatan taraf hidup nasabah di KSPPS
BMT Amal Muliaini berbeda dan belum pernah ada yang melakukannya.
Adapun ringkasan mengenai perbedaan dan persamaan penelitian
terdahulu dan penelitian ini, sebagai berikut:
1. Beda penelitian dengan penelitian Oktafiany (2017), Oktafiany meneliti
tentang Pelaksanaan Akad Murabahah Untuk Pembiayaan Modal Usaha,
menggunakan metode kualitatif dengan objek PT. BPRS Bina Amanah
Satria KK Bumiayu. Sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang
kontribusi pembiayaan murabahah terhadap perkembangan usaha mikro
dan peningkatan taraf hidup nasabah, pengumpulan data melalui
observasi dan wawancara dengan nasabah dan manager utama serta staf
KSPPS BMT Amal Mulia. Persamaan penelitian terletak pada metode
yang digunakan yaitu menggunakan metode kualitatif.
2. Beda penelitian dengan Musarofah (2018), Musarofah meneliti tentang
Implementasi Akad Murabahah pada Pembiayaan Pensiunan di Bank
Syariah Mandiri KCP Bondowoso, dengan tujuan untuk mengetahui
penerapan akad murabahah pada pembiayaan pensiunan di Bank Syariah
Mandiri KCP Bondowoso. Sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang
18
kontribusi pembiayaan murabahah terhadap perkembangan usaha mikro
dan peningkatan taraf hidup nasabah, dengan tujuan untuk mengetahui
apakah sudah ada kontribusi pembiayaan murabahah terhadap
perkembangan usaha mikro dan penerapan taraf hidup nasabah di KSPPS
BMT Amal Mulia. Sedangkan persamaan penelitian terletak produk yang
digunakan yaitu Murabahah.
3. Beda penelitian dengan Faerdi (2016), Faerdi meneliti tentang
Implementasi Produk Pembiayaan Murabahah di KSPPS BMT El
Amanah Kendal, dengan tujuan untuk mengetahui penerapan
pembiayaan murabahah di KSPPS BMT El Amanah Kendal dan
mengetahui apakah penerapannya sudah sesuai dengan sistem syariah.
Sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang kontribusi pembiayaan
murabahah terhadap perkembangan usaha mikro dan peningkatan taraf
hidup nasabah, dengan tujuan untuk mengetahui apakah sudah ada
kontribusi pembiayaan murabahah terhadap perkembangan usaha mikro
dan penerapan taraf hidup nasabah di KSPPS BMT Amal Mulia.
Sedangkan persamaan penelitian terletak pada produk yang digunakan
yaitu Murabahah.
4. Beda penelitian dengan Irawan (2018), Irawan meneliti tentang Analisis
Penggunaan Pembiayaan Murabahah Pada Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) PT. Maybank Syariah KCP Kebayoran Lama,
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan objek PT. Maybank
Syariah KCP Kebayoran Lama. Sedangkan penelitian saat ini meneliti
19
tentang kontribusi pembiayaan murabahah terhadap perkembangan
usaha mikro dan peningkatan taraf hidup nasabah, pengumpulan data
melalui observasi dan wawancara dengan nasabah dan manager utama
serta staf KSPPS BMT Amal Mulia. Sedangkan persamaan penelitian
terletak pada penggunaan pembiayaan murabahah untuk usaha mikro.
5. Beda penelitian dengan Karini (2017), Karini meneliti tentang Analisis
Peran Pembiayaan Modal Kerja Usaha Terhadap Peningkatan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Perspektif Ekonomi Islam,
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan objek Baitut Tamwil
Muhammadiyah BiMU Bandar Lampung. Sedangkan penelitian saat ini
meneliti tentang kontribusi pembiayaan murabahah terhadap
perkembangan usaha mikro dan peningkatan taraf hidup nasabah,
pengumpulan data melalui observasi dan wawancara dengan nasabah dan
manager utama serta staf KSPPS BMT Amal Mulia. Sedangkan
persamaan penelitian terletak pada penggunaan pembiayaan murabahah
untuk peningkatan usaha mikro.
B. Kerangka Teori
1. Pengertian Pembiayaan
Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana
telah diubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam
pasal 1 nomor (12 ):
“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
20
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil” (Asiyah, 2014)
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak dan yang merupakan defisit unit (Antonio, 2001). Menurut
Muhammad (2016) Pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan.
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi
dua hal berikut:
a. Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi.
b. Pembiayaan Konsumtif
Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi
dua hal berikut:
21
a. Pembiayaan Modal Kerja
Yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: a) peningkatan
produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi,
maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil
produksi; dan b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan
utility of place dari suatu barang.
b. Pembiayaan Investasi
Yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
(capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu
(Antonio, 2001).
2. Tujuan Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan menurut Muhammad(2016)
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat
makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro
dijelaskan bahwa pembiayaan bertujuan:
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak dapat
akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat
melakukan akses ekonomi.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk
pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan
ini dapat diperoleh melalui aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus
dana menyalurkan kepada pihak yang minus dana, sehingga dapat
digulirkan.
22
c. Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan
memberikan peluang bagi masyarakat agar mampu meningkatkan
daya produksinya.
d. Membuka lapangan kerja baru artinya: dengan dibukanya sektor-
sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor
usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja.
e. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif
mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh
pendapatan dari hasil usahanya.
Adapun secara mikro, pembiayaan betujuan untuk:
a. Upaya memaksimalkan laba, artiya setiap usaha yang dibuka
memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap
pengusaha menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untuk
dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan
dana yang cukup.
b. Upaya meminimalkan risiko, artinya: usaha yang dilakukan agar
mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu
meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Risiko kekurangan
modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi
dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya
alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika
sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada, dan sumber
23
daya modal tidak ada, maka dipastikan diperlukan pembiayaan.
Dengan demikian,pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan
daya guna sumber-sumber daya ekonomi.
d. Penyaluran kelebihan dana, artinya: dalam kehidupan masyarakat
ada pihak yang kelebihan dana, sementara ada pihak yang
kekurangan dana. Dalam kaitan dengan masalah dana, maka
mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam
penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang
kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.
Dalam bukunya Muhammad (2016) menyebutkan bahwa tujuan
pembiayaan yang dilaksanakan bank syariah adalah untuk memenuhi
kebutuhan stakeholder, yakni:
a. Pemilik
Pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas
dana yang ditanamkan pada bank.
b. Pegawai
Para pegawai berharap memperoleh kesejahteraan dari bank
yang dikelola.
c. Masyarakat
1) Pemilik dana
Masyarakat pemilik dana mengharapkan dana yang
diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.
24
2) Debitur yang bersangkutan
Dengan adanya pembiayaan, para debitur terbantu
menjalankan usahanya di sektor produktif atau terbantu untuk
pengadaan barang yang diinginkan.
3) Masyarakat konsumen
Masyarakat konsumen memperoleh barang-barang yang
dibutuhkan.
d. Pemerintah
Dengan penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam
pembiayaan pembangunan Negara, di samping itu akan memperoleh
pajak (berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh
bank dan juga perusahaan-perusahaan).
e. Bank
Dari penyaluran pembiayaan, bank dapat meneruskan dan
mengembangkan usahanya agar tetap bertahan dan meluas jaringan
usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat
dilayaninya.
3. Fungsi Pembiayaan
Menurut Muhammad (2016) pembiayaan yang diselenggarakan
oleh Bank Syariah secara umum berfungsi untuk:
a. Meningkatkan daya guna uang
b. Meningkatkan daya guna barang
c. Meningkatkan peredaran uang
25
d. Menimbulkan kegairahan berusaha
e. Stabilitas ekonomi
f. Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
4. Jenis-Jenis Pembiayaan
Jenis pembiayaan di Bank Syariah menurutAsiyah dalam Karim
(2015) adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan Modal Kerja Syariah
b. Pembiayaan Investasi Syariah
c. Pembiayaan Konsumtif Syariah
d. Pembiayaan Sindikasi
e. Pembiayaan berdasarkan Take over
f. Pembiayaan Latter of Credit
5. Pembiayaan dengan Akad Murabahah
Akad (al’aqd) merupakan jama’ dari al’uqud, secara bahasa
berarti al-rabth (ikatan, mengingkat), yaitu menghimpun atau
mengumpulkan dan menjadi seutas tali yang satu. Sedangkansecara
terminologi hukum Islam, akad berarti pertalian antara ijab dan qabul
yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap
obyeknya (Mas’adi, 2002).
Menurut Antonio (2001) Bai’ al-Murabahah yaitu jual beli
barang pada harga semula dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Dalam istilah teknis perbankan syari’ah murabahah ini
diartikan sebagai suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah
26
dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk
pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan
nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual
bank = (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang
ditetapkan (Asiyah, 2015).
Menurut Asiyah dalam Saeed(2015) ciri dasar kontrak
murabahah adalah:
a. Si pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait
dan tentang harga hasil barang, dan batas laba (mark-up) harus
ditetapkan dalam bentuk nominal/persentase dari total harga plus
biaya-biayanya
b. Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan
uang
c. Apa yang diperjual-belikan harus ada dan dimiliki oleh si penjual
dan si penjual harus mampu menyerahkan barang itu kepada si
pembeli
d. Pembayaran di tangguhkan
6. Dasar Hukum Murabahah
Setiap pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah maupun
BMT tentunya mempunyai suatu dasar yang kuat untuk dapat
melaksanakan hal tersebut. Pada umumnya pembiayaan murabahah
dasar yang digunakan berasal dari surat-surat dalam kitab suci al-
27
Qur’an, al-Hadis dan Fatwa MUI yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional.
Dasar hukum pelaksanaan murabahah dalam sumber utama hukum
Islam adalah sebagai beikut:
a. Al-Qur’an
- QS. An-Nisa’ : 29
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan
harta-harta kalian di antara kalian dengan cara yang batil,
kecuali dengan perdagangan yang kalian saling ridha. Dan
janganlah kalian membunuh diri-diri kalian, sesungguhnya
Allah itu Maha Kasih Sayang kepada kalian.”
- QS. Al-Baqarah :275
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
mengulangi (mengambil riba), maka orangitu adalah
28
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya(Salman,
2012).”
b. Al-Hadits
Artinya: “Dari Suhaib ar-Rumi ra. bahwa Rsulullah saw. bersabda
“tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (HR.
Ibnu Majah) (Asiyah, 2015).
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang
murabahahsebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 04/DSNMUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000
sebagai berikut:
1) Bank dan Nasabah harus melakukan akad murabahah yang
bebas daririba.
2) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah
Islam.
3) Bank membiayai sebagaian atau seluruh harga pembelian
barang yangtelah disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama
bank sendiri,dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelia,misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.
29
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan)dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dalam hal ini bank harus memberitahu
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut
biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati
tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan
akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian
khusus dengan nasabah.
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk
membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli
murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip
menjadi milik bank (Handayani, 2018).
7. Rukun dan Syarat Murabahah
Menurut Salman (2012) rukun murabahah yaitu sebagai berikut:
a. Pelaku
Pelaku harus cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat
membedakan).
b. Objek jual beli, harus memenuhi :
1) Barang yang diperjual belikan adalah barang halal
Maka semua barang yang diharamkan oleh Allah, tidak
dapat dijadikan sebagai objek jual beli, karena barang
30
tersebut menyebabkan manusia bermaksiat/melanggar
larangan Allah. Dalil larangan mengenai hal tersebut adalah:
“Sesungguhnya Allah mengharamkan menjualbelikan khamar,
bangkai, babi, patung-patung” (HR Imam Bukhori dan
Imam Muslim). “Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan
sesuatu juga mengharamkan harganya” (HR Imam Ahmad
dan Abu Daud).
2) Barang yang diperjual belikan harus dapat diambil manfaatnya
atau memiliki nilai, dan bukan merupakan barang-barang yang
dilarang diperjualbelikan, misalnya : jual beli minuman keras,
jual beli narkoba, dll.
3) Barang tersebut dimiliki oleh penjual
Jual beli atas barang yang tidak dimiliki oleh penjual
adalah tidak sah karena bagaimana mungkin ia dapat
menyerahkan kepemilikan barang kepada orang lain atas
barang yang bukan miliknya. Misalnya: jual beli barang
curian.
4) Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan
kejadian tertentu di masa depan. Barang yang tidak jelas
waktu penyerahannya adalah tidak sah, karena dapat
menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang pada gilirannya
dapat merugikan salah satu pihak yang bertransaksi dan
dapat menimbulkan persengketaan. Misalnya jual beli yang
31
barang yang keberadaannya masih hilang atau belum
diketahui, jual beli barang yang telah diwakafkan, dll.
5) Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat
diidentifikasi oleh pembeli sehingga tidak ada gharar.
6) Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya
dengan jelas, sehingga tidak ada gharar.
Apabila suatu barang dapat ditakar maka atas barang
yang diperjualbelikan harus ditakar terlebih dahulu agar
tidak timbul ketidakpastian. Misalnya jual beli mangga
yang masih di pohon. Jual beli ini dilarang karena kuantitas
mangga belum diketahui secara pasti. Bisa jadi akan
menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak
lainnya. Apabila hasil buah mangga tersebut lebih banyak
dari harga yang disepakati maka akan menguntungkan
pihak pembeli dan sebaliknya akan merugikan pihak
penjual. Namun sebaliknya, apabila hasil buah mangga
lebih sedikit dari harga yang disepakati maka akan
menguntungkan penjual dan merugikan pembeli. Islam
mengajarkan untuk melakukan perniagaan yang saling
menguntungkan diantara pihak-pihak yang bertransaksi dan
tidak menimbulkan gharar.
32
7) Harga barang tersebut jelas
Harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui
oleh pembeli dan penjual berikut cara pembayarannya tunai
atau tangguh sehingga jelas dan tidak ada gharar.
8) Barang yang diakadkan ada di tangan penjual
Barang dagangan yang tidak berada di tangan
penjual akan menimbulkan ketidakpastian. Walaupun barang
yang dijadikan sebagai objek tidak ada di tempat, namun
barang tersebut ada dan dimiliki penjual. Hal ini
diperbolehkan asalkan spesifikasinya jelas dan pihak pembeli
mempunyai hak khiyar (memilih melanjutkan atau
membatalkan akad).
c. Ijab Qobul
Pernyataan dan ekspresi saling ridha/ rela diantara pihak-
pihak pelaku akad. Apabila jual beli telah dilakukan sesuai
dengan ketentuan syariah maka kepemilikannya, pembayarannya,
dan pemanfaatan atas barang yang diperjualbelikan menjadi halal
(Salman, 2012).
Sebagai bagian dari jual beli, murabahah memiliki rukun dan
syarat yang tidak berbeda dengan jual beli (al-bai‟) pada
umumnya.Antonio (2001) memaparkan syarat Bai’ Murabahah:
1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah
33
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang
ditetapkan
3) Kontrak harus bebas riba
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat
atas barang sesudah pembelian
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
8. Jenis-Jenis Murabahah
Menurut Wiroso (2005) murabahah dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
a. Murabahah tanpa pesanan, maksudnya ada yang pesan atau tidak,
ada yang beli atau tidak bank syariah menyediakan barang
dagangannya. Penyediaan barang murabahah ini tidak terpengaruh
atau terikat langsung dengan ada atau tidaknya pesanan atau
pembeli.
b. Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah baru
akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada
nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru
dilakukan jika ada pesanan pada murabahah ini. Pengadaan barang
sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau
pembelian barang tersebut.
34
9. Pengembangan Usaha Mikro
Menurut Cokrohadisumartodalam Schreiner (2012) usaha mikro
adalah bisnis yang sangat kecil yang dijalankan oleh seorang pemilik
peralatan yang sederhana, biasanya dengan sedikit atau tanpa pekerja
yang lain. Awalil Rizky menyatakan bahwa usaha mikro adalah usaha
informal yang memiliki aset, modal, omzet yang amat kecil. Dari segi
ciri lainnya adalah jenis komoditi usahanya sering berganti, tempat
usahanya kurang tepat, tidak dapat dilayani oleh perbankan dan
pada umumnya tidak memiliki legalitas usaha (Amalia, 2009).
Cokrohadisumarto (2012) menjelaskan bahwa program-program
pengembangan usaha mikro dapat dilakukan dengan memberikan kredit
dan atau mendidik orang-orang miskin untuk membantu dalam memulai
atau menguatkan bisnis mereka (Schreiner dan Woller, 2003),
membangun harga diri dan percaya diri, mendorong kemandirian dan
menciptakan suasana masyarakat (community atmosphere) (Geroy dkk.,
1997). Oleh karena itu kita percaya bahwa pengembangan usaha mikro
dapat digunakan sebagai salah satu dari berbagai macam cara dan
pendekatan untuk memerangi kemiskinan.
Dalam bukunya beliau juga menjelaskan bahwa berkaitan dengan
pengembangan usaha mikro, Morris (1998) menyatakan bahwa, untuk
pengembangan, perhatiannya adalah pada dua hal yaitu meningkatkan
angka kelahiran usaha mikro (atau penumbuhan usaha mikro baru) dan
perbaikan angka serta tingkat kesuksesan pada tahap awal bisnis. Hal
35
itu meliputi kegiatan yang meningkatkan pengalaman cara kerja usaha,
meningkatkan efektivitas cara kerja, dan menggiring untuk
memperbaiki kinerja (performance) dan untuk banyak hal, sehingga
berkembang (Cokrohadisumarto, 2012).
10. Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT (SWOT analysis) yakni mencakup upaya-upaya
untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
menentukan kinerja perusahaan (Nisak, 2013). Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan (Rangkuti, 2004). Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness)
dan ancaman (threats). Dengan demikian, perencanaan strategiharus
menganalisa faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang saat ini (Nisak, 2013)
11. Manfaat dan Tujuan Analisis SWOT
a. Manfaat Analisis SWOT
Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas
ditentukan dalam bisnis apa perusahaan beroperasi, dan arah mana
perusahaan menuju ke masa depan serta ukuran apa saja yang
digunakan untuk menilai keberhasilan manajemen perusahaan
dalam menjalankan misinyadan mewujudkan visinya. Hasil analisis
akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya dan
36
menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan
dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran perusahaan selama 3-5
tahun ke depan untuk memenuhi kebutuhandan harapan dari para
stakeholder (Jazuli, 2016)
b. Tujuan Analisis SWOT
Untuk mengetahui kelemahan perusahaan dan menciptakan
kelemahanitu menjadi suatu kekuatan, serta mencoba
menghilangkan ancaman untuk dijadikan suatu peluang, maka perlu
identifikasi terhadap peluang dan ancaman yang dihadapi serta
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan melalui
penelaahan terhadap lingkungan usaha dan potensi sumber daya
perusahaan dalam menetapkan sasaran dan merumuskan strategi
organisasi yang realistic dalam mewujudkan visi dan misinya. Maka
tujuan analisis SWOT adalah untuk mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki dan atau dihadapi
perusahaan (Jazuli, 2016).
12. Matrik SWOT
Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis
organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Istiqomah dan Irsad,
2017). Matrik SWOT (Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman)
merupakan alat yang penting untuk membantu manajer
37
mengembangkan empat tipe strategi yaitu SO (strenghts-opportunities),
WO (weakness-opportunities), ST (strenghts-threats), dan WT
(weaknesess-threats) (Amalia dkk, 2012).
a. Strategi SO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan
pikiran organisasi yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Data
program atau kegiatan yang akan dilaksanakan, kapan waktunya
dan dimana dilaksanakan, sehingga tujuan organisasi akan tercapai
secara terencana dan terukur. Dalam strategi SO,organisasi
mengejar peluang-peluang dariluar dengan mempertimbangkan
kekuatan organisasi.
b. Strategi WO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan dalam organisasi. Dalam hal ini kelemahan-kelemahan
organisasi perlu diperbaiki dan dicarisolusinya untuk memperoleh
peluang tersebut.
c. Strategi ST adalah strategiyang ditetapkan berdasarkan kekuatan
yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman yang terdeteksi.
Strategi ini dikenal dengan istilah strategi diversifikasi atau strategi
perbedaan. Maksudnya, seberapa besarpun ancaman yang ada,
kepanikan dan ketergesa-gesaan yang memperburuk suasana, untuk
itu bahwa organisasi yang memiliki kekuatan yang besar yang
38
bersifat independen dan dapat digunakan sebagai senjata untuk
mengatasi ancaman tersebut.
d. Strategi WTadalah strategi yang diterapkan ke dalam bentuk
kegiatanyang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Karena dalam
kondisi ini, organisasi yangsedang dalam bahaya, kelemahan
menimpa kondisi internal dengan ancaman dari luar juga akan
menyerang. Bila tidak mengambil strategi yang tepat, maka kondisi
ini bisa berdampak buruk bagi citra dan eksistensi organisasi ke
depan (Dafid, 2010).
39
BAB III
LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdiri
BMT Amal Mulia merupakan salah satu dari 15 Koperasi Syariah
baru di wilayah Kabupaten Semarang yang lahir melalui program P3T
(Penanggulangan Pengangguran Pekerja Terampil) pada bidang LEP
(Lembaga Ekonomi Produktif) yang diselenggarakan kerja sama antara
Depnaker Kabupaten Semarang dengan fasilitor PINBUK (Pusat Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil) Dati II Kabupaten Semarang.
Proses pendirian diawali dengan sosialisasi Koperasi Syariah oleh
PINBUK Dati II Kabupaten Semarang pada acara Pengajian IPHI Kecamatan
Suruh yang diselenggarakan di rumah Bapak H. Syahri Dusun Morangan
Desa Suruh, sosialisasi perdana Kecamatan Suruh ini baru bersifat informatif.
Bersamaan dengan Calon Pengelola yang telah terseleksi melalui P3T
tersebut mengikuti pelatihan tentang manajemen operasional Koperasi
Syariah se-Jawa Tengah di Asrama Haji Donohudan Solo yang
diselenggarakan oleh PINBUK Dati I Provinsi Jawa Tengah. Pelatihan
tersebut diadakan selama dua minggu dan dilanjutkan dengan Job on
Training di Koperasi Syariah Assa’adah Gedangan Sraten Salatiga selama
tiga hari.
Setelah pelatihan purna dan Job on Training selesai kemudian
diadakan pertemuan ulang pada pertengahan bulan Agustus 1998 di rumah
40
Bapak H. Badarudin yang dihadiri oleh beberapa orang yang merupakan tim
formatur yang mengagendakan segera dibentuk susunan pengurus sementara
kemudian ditindak lanjuti pertemuan di Gedung Ar-Rohman yang dihadiri
oleh calon pendiri tepat pada acara itu disahkan Susunan Pengurus BMT
Amal Mulia Suruh serta disepakati ketentuan simpanan Pokok per anggota
Rp 200.000,- dan simpanan wajib per anggota pendiri sebanyak Rp 2.000,-
setiap bulannya.
Akhirnya pada hari Selasa Pon tanggal 20 Oktober 1998 telah
diresmikan BMT Amal Mulia oleh Bapak Camat Suruh yang diwakili oleh
MPP Kecamatan Suruh Bapak Suparno Andes di Kantor BMT Amal Mulia
Suruh yang berlokasi di Jl. Sumberejo Suruh No. 57 yang dihadiri oleh
sejumlah tokoh Masyarakat, Pengurus, Anggota Pendiri dan tamu undangan
lainnya.
Kemudian BMT Amal Mulia membuka Kantor Cabang Jl. Raya
Wonosegoro-Karanggede, Trayon Kebonan, Kec. Karanggede, Kab. Boyolali
Provinsi Jawa Tengah, Telp/faks (0289)610714 diresmikan pada tanggal 5
Mei 2011. Sedangkan untuk BMT Amal Mulia cabang Salatiga diresmikan
tahun 2013 yang beralamat di Jl. Wahid Hasyim No.16 D Sidorejo Lor,
Sidorejo Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah Telp. (0298)322969 Kode
Pos 50741.
B. Identitas KSPPS BMT Amal Mulia
Nama Koperasi : KSPPS BMT Amal Mulia
No Badan Hukum : 069/BH/KDK.II.I/IV/1999
41
Perubahan : 01/PAD/I/2011 tanggal 12 Januari 2011
HO No. : 503/15/2010
NPWP No. : 02.253.369.9.505.000
SIUP No. : 503/005/PB/II/2005
TDP No. : 1111726500228
Ijin simpan pinjam
Kabupaten Semarang : 009/SISPK/KD.UKM/XII/2009
Jawa Tengah : 01/SISPK/XIV/I/2011
Kantor Pusat
Alamat :Jl. Raya Suruh-Salatiga, Desa Suruh, Kecamatan
Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah. Telp. (0298)317100 Kode pos 50776.
Kantor Cabang Karanggede
Alamat : Jl. Raya Wonosegoro-Karanggede, Trayon,
Kebanonan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten
Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.
Kantor Cabang Salatiga
Alamat : Jl. Wahid Hasyim No. 16D Sidorejo Lor, Sidorejo,
Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, Telp.
(0298)322969 Kode Pos 50714.
C. Visi Misi
1. Visi : Berperan aktif dalam memberdayakan dan mengembangkan
ekonomi umat.
42
2. Misi :
a. Meningkatkan kualitas sosial ekonomi terutama pedagang dan
pengusaha kecil serta masyarakat umum kelas menengah kebawah.
b. Menghimpun dan mendistribusikan dana umat berdasarkan syariat
Islam.
c. Memberi semangat usaha masyarakat dalam rangka mencapai
kesejahteran hidup.
D. Struktur Organisasi
Suatu kegiatan usaha agar berjalan sesuai dengan tujuan suatu lembaga
atau perusahaan, maka diperlukan adanya struktur organisasi yang baik.
Dalam menentukan bentuk struktur organisasi, tentunya disesuaikan dengan
kebutuhan dan pertumbuhan lembaga atau perusahaan. Hal ini dimaksudkan
agar pekerjaan yang ada dapat terselesaikan secara efektif dan efisien.
Adapun struktur organisasi KSPPS BMT Amal Mulia adalah sebagai
berikut:
Susunan Organisasi KSPPS BMT Amal Mulia
Gambar 3.1 Susunan Organisasi KSPPS BMT Amal Mulia
RAT
PENGURUS
PENGAWAS
SYARIAH BADAN
PENGAWAS
MANAGER
STAF/
PENGELOLA
43
Struktur Organisasi Pengelola KSPPS BMT Amal Mulia
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pengelola KSPPS BMT Amal Mulia
General Manajer
Mustofa AL Amin, S.Ag., M.M
Manager Cabang
Hj. Isti’anah, SE
Manager Cabang
Iwan Susiyanto, SE
Manager Cabang
Amir Mahfud
Customer Service
Linta Aftukha Royana, SE
Kasir/Teller
Nur Faizah, SE
Marketing:
1. Edi Yulianto
2. Slamet Bagyo
3. Shihabudin, SE.
4. Sri Susilowati, A.Md
5. Hj. Kiptiyah, BA
6.Satria Anugraha, S.I.Kom
7.Adi Prasetya W, S.Pd,Kom
Marketing:
Puji Haryono, S.Pd
Marketing:
Anny Puji R, A.Md
Kasir/Teller
Fatmawati, A.M.d
Kasir/Teller
Restina Hardani, SE
Pembiayaan
Siti Sa’idah, A.Md
Pembiayaan
Wahyu Adi. P, S.Kom
Pembiayaan
Najmudin Zaky, S.H
Penjaga
Sukarli
Penjaga
Sahid Akbar
Penjaga
Avid Eka Ardana
44
Keterangan struktur organisasi ini terdiri atas pengurus, pengawas, dan pengelola:
1. Pengurus
a. Ketua : H. Hartoyo, SPd.
b. Anggota 1 : Siti Sa’idah, Amd.
c. Anggota 2 : H. Budoyo Akbar
2. Pengawas
a. Ketua : Ahmad Hasim, SE.
b. Anggota 1 : Ikhwanul Muslim, S.Ag.
c. Anggota 2 : Drs. Wazir
3. Pengawas Syariah
a. Ketua : KH. Fatkhul Djawad Zuhdi
b. Anggota 1 : KH. Muhasin
c. Anggota 2 : H. Suyitno Mustofa
4. Pengelola
a. Manager Umum : Mustofa Al Amin, S.Ag. M.M.
b. Manager Cabang : Isti’anah, SE.
Iwan Susiyanto, SE.
Amir Mahmud
c. Kasir/Teller : Restiana Hardanik, SE.
Nur Faizah, A.Md.
Fatmawati, A.Md.
d. Pembiayaan : Siti Sa’idah, A.Md.
Wahyu Adi Prasetyo, S.Kom.
45
Najmudin Zaky, S.H.
e. Marketing : Edi Yulianto
Slamet Bagyo
Shihabudin, SE.
Satria Anugraha, S.I.Kom.
Adi Prasetyo W, S.Pd. Kom.
Any Puji Rahayu, A.Md.
Sri Susilowati, A.Md.
Kiptiyah, BA.
Puji Hartoyo, S.Pd.
f. Customer Service : Linta Aftukha Royana, SE.
g. Penjaga : Sukarli
Afid Eka Ardana
Sahid Akbar
E. Penjabaran Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian
1. Ketua
Tugas :
a. Menyelenggarakan RAT.
b. Menyusun dan merumuskan kebijakan umum untuk mendapat
persetujuan rapat anggota.
c. Mengevaluasi kegiatan BMT.
d. Mensosialisasikan BMT.
e. Menyelenggarakan rapat untuk :
46
1) Evaluasi bulanan dan perkembangan kinerja BMT.
2) Bersama pengelola menentukan dan membuat kebijakan
danstrategi BMT.
3) Menandatangani dokumen dan surat yang berhubungan
denganlembaga lain.
Wewenang
a. Mengangkat dan memberhentikan Manajer BMT.
b. Menyetujui atau menolak mengenai :
1) Pembiayaan yang nilainya di atas wewenang manajer.
2) Kebijakan baru BMT dengan pertimbangan dari pengurus lain.
3) Kerjasama dengan pihak lain (Investor Asing) yang
diusukanpengurus lain.
4) Mengesahkan laporan bulanan yang diajukan manajer.
5) Mendelegasikan tugas dan wewenang kepada yang ditunjuk
jikaberhalangan.
6) Dengan manajer memilih dan memutuskan Kantor Akuntan
Publik(KAP) yang ditugaskan untuk mengaudit laporan
pengelola.
2. Sekretaris
Tugas :
a. Mengagendakan acara pada kegiatan :
1) Rapat Pengurus.
2) Rapat Anggota.
47
3) Pertemuan pengurus dengan pengelola.
4) Kunjungan pengurus ke Instansi atau Lembaga lain.
b. Menyusun konsep surat–surat ke luar (ekstern) dan ke dalam
(intern)dari pengurus.
c. Menerima dan melayani tamu yang berhubungan dengan
ketuapengurus BMT.
d. Menyampaikan amanat dari ketua dalam pertemuan apabila
ketuaberhalangan hadir.
e. Menyerap dan menyampaikan aspirasi anggota koperasi.
f. Menerima masukan (saran dan kritik) yang diajukan oleh
parapengelola kepada pengurus.
g. Menyusun konsep kebijakan pengurus atas BMT.
Wewenang :
a. Memberi pertimbangan kepada ketua mengenai masalah
legalitashukum dan protokoler.
b. Meminta laporan bulanan, kwartil, semester, dan tahunan yang
belumdiaudit yang diajukan manajer.
c. Menerima masukan dan aspirasi dari anggota yang lain
yangberhubungan dengan permasalahan yang dihadapi BMT.
3. Bendahara
Tugas :
a. Menelaah anggaran yang diajukan oleh manajer yang nantinya
akan dibahas dalam RAT.
48
b. Menyusun anggaran kompensasi dan keperluan lain yang
dibutuhkanpengurus.
c. Bersama manajer memberikan konsep kebijakan bagi hasil
yangdiperoleh pemegang investasi.
d. Meringkas laporan keuangan yang sudah diaudit.
Wewenang :
a. Memberikan pendapat kepada ketua mengenai aspek
keuanganterhadap usulan pembukuan cabang, kerjasama
(misalnyapembentukan afiliasi) atau unit usaha baru.
b. Meminta manajer untuk mengoreksi anggaran yang diajukan.
c. Meminta manajer untuk menjelaskan dampak keuangan yang ada
dariaktivitas yang akan diajukan pengelola.
d. Meminta akuntan publik untuk memberikan masukan aspek
keuanganBMT.
4. Badan Pengawas
Tugas :
a. Menelaah peraturan lembaga yang berlaku apakah sesuai dengan
aturan hukum dan syari’ah, peraturan lain yang berlaku, akhlak
sertatak ada benturan kepentingan maupun unsur–unsur yang
melanggarkepatuhan.
b. Menelaah masalah perilaku manajemen dan karyawan
yangmenyangkut :
1) Benturan kepentingan.
49
2) Melanggar kepatuhan.
3) Manipulasi.
4) Apakah sesuai dengan syari’ah.
c. Menilai kebijakan akuntansi dan penerapannya.
d. Menilai keserasian antara kebijakan akuntansi apakah sesuai
dengansyari’ah.
Wewenang :
a. Memberikan solusi dan diajukan kepada pengurus sebagai saran
danmasukan kepada pengelola dan jajaran manajemen.
b. Merekomendasi akuntan publik kepada pengurus.
c. Merumuskan konsep good wealth corporate governance.
5. Manajer
Tugas :
a. Menyusun rencana operasional baitul maal wa tamwil dalam
setahun yang mencakup :
1) Rencana anggaran dan pemasaran.
2) Target funding, lending, konfirmasi dan bagi hasil lainnya.
3) Target asset.
4) Target cash flow.
5) Pengembangan wilayah potensial.
b. Rencana pengembangan produk, promosi dan distribusi
(berdasarkanpemetaan segmen dan potensi pasar)
c. Rencana organisasi sales force (gugusan marketer).
50
d. Mengusulkan rencana operasional kepada pengurus untuk dibahas
dandisahkan oleh pengurus pada RAT.
e. Memimpin rapat koordinasi dan evaluasi bulanan yang diadakan
padapekan terakhir dengan agenda :
1) Pembacaan laporan tertulis dari koordinator mengenai
laporanakuntansi dan keuangan, umum dan rumah tangga.
2) Pengambilan keputusan untuk perencanaan perbaikan
danmengatasi masalah yang ada.
3) Memberikan tanda tangan sebagai validasi pada berkas
pembiayaan yang diajukan
Wewenang :
a. Menyetujui pembiayaan yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Mengajukan usulan produk baru pembiayaan dan tabungan.
c. Mengusulkan promosi, mutasi, dan pemberhentian produk
berdasarkanmasukan dan pertimbangan.
6. Kabag Pembukuan
Tugas :
a. Melaporkan laporan keuangan bulanan pada pertemuan.
b. Membuat analisa rentabilitas, solvabilitas, dan profitabilitas yang
dibahas pada pertemuan bulanan.
c. Memberikan masukan-masukan yang berkaitan dengan kebijakan
yangberkaitan dengan akuntansi dan keuangan.
51
d. Mengatur manajemen arus kas dengan memantau arus kas masuk
dankeluar, mengatur jadwal pembayaran utang, kebijakan uang
minimal,perhitungan funding yang harus dicapai untuk menutup
penarikan darikonsumen/ nasabah.
e. Mengadakan pertemuan intern khusus untuk para teller,
gunamenyampaikan kebijakan akuntansi.
Wewenang :
a. Mengusulkan pembenahan dan desain sistem informasi
akuntansiapabila sudah tidak sesuai dengan kebutuhan.
b. Menolak usulan pengajuan anggaran yang tidak jelas.
c. Membuat kebijakan mengenai prosedur penyampaian
informasiakuntansi.
d. Mengendalikan pelaksanaan anggaran.
7. Kepala Kantor Kas
Tugas :
a. Melaporkan posisi kas di tangan (on hand/ brankas) dan di bank
terakhir.
b. Mengeluarkan uang yang telah disetujui oleh kabag pembukuan
danmanajer.
c. Menghitung setoran uang dari para teller.
d. Menyimpan uang dalam brankas atau menyetor ke bank.
e. Mengelola kas kecil.
52
Wewenang :
a. Mengusulkan masukan untuk kebijakan keuangan kepada
kabagpembukuan.
b. Mengusulkan penanganan keamanan keuangan perusahaan.
8. Kabag Pemasaran
Tugas :
a. Menyusun draft rencana operasional yang mencakup :
1) Rencana Anggaran Pemasaran.
2) Rencana pemasaran : target funding, lending, dan konfirmasi
3) Pengembangan wilayah operasional.
4) Rencana pengembangan produk, promosi, dan
distribusi(berdasarkan pemetaan segmen dan potensi pasar).
b. Mengembangkan database pelanggan jasa keuangan BMT
untukmenyusun profil dari nasabah dan pengembangan pemasaran.
c. Mengembangkan strategi pemasaran.
d. Melaksanakan survey berdasarkan wewenang dan/ atau
ataspersetujuan.
Wewenang :
a. Mengusulkan pola insentif kepada manajer.
b. Menyetujui pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
53
F. Produk-produk KSPPS BMT Amal Mulia
1. Produk Pendanaan
a. SIRELA (Simpanan Sukarela Lancar)
Merupakan simpanan dengan akad wadiah yadhamanah
yaitu akad titipan uang anggota BMT dengan tanggungan
keamanan dari BMT diperkanankan untuk mengelola uang tersebut
sebagai keperluan yang bermanfaat dan akan memberikan kadar
keuntungan sesuai dengan ketetapan BMT.
Persyaratan:
1) Melampirkan Fotocopy KTP (yang berlaku).
2) Setoran pertama minimal Rp 10.000;- selanjutnya minimal Rp.
5.000.
3) Nisbah bagi hasil adalah 35% nasabah : 65% BMT.
b. SISUKA (Simpanan Sukarela Berjangka)
Merupakan simpanan anggota BMT menginvestasikan
sejumlah dana kepada BMT dan BMT akan mengelola dana
tersebut dalam bentuk pembiayaan dan usaha lain yang bermanfaat.
Anggota BMT akan memperoleh bagian keuntungan berdasarkan
nisbah yang telah disepakati. Diperuntukan bagi anggota BMT
yang ingin berinvestasi secara halal sesuai dengan syariah. Dana
tersebut diperuntukan untuk membiayai berbagai macam usaha
produktif dan konsumtif yang bermanfaat untuk kepentingan
ummat. Jangka jatuh tempo adalah sebagai berikut:
54
1) Tiga (3) bulan, dengan presentase nisbah bagi hasil 40% untuk
penabung dan 60% untuk BMT.
2) Enam (6) bulan, dengan presentase nisbah bagi hasil 45%
untuk penabung dan 55% untuk BMT.
3) Dua belas (12) bulan, dengan presentase nisbah bagi hasil 50%
untuk penabung dan 50% untuk BMT.
c. SISUQUR (Simpanan Sukarela Qurban)
Merupakan bentuk simpanan berkala mudharabah yaitu
simpanan dari pihak ketiga dengan harapan BMT dapat
memutarkan uang tersebut kepada debitur. Nasabah menyimpan
untuk jangka waktu tertentu dan penarikannya sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati. Simpanan ini dikhususkan untuk
mewujudkan ibadah qurban. Penyetoran dapat dilakukan setiap
hari tetapi tabungan hanya dapat diambil pada saat akan
melaksanakan ibadah Qurban atau bulan Dzulhijjah setiap
tahunnya.
2. Produk Layanan
Selain produk yang tersebut diatas, KSPPS BMT Amal Mulia juga
mempunyai produk lain yaitu berupa produk layanan yang bertujuan
untuk lebih mempermudah nasabah KSPPS BMT Amal Mulia yang
meliputi :
a. Pembayaran listrik dengan biaya Rp. 1.600,-
b. Pembayaran rekening telepon dengan biaya Rp. 2.000,-
55
c. Talangan Haji dan Umroh
d. Arisan Sepeda Motor
e. Transfer uang dalam dan Luar Negeri (online)
Untuk pelayanan arisan sepeda motor, acaranya dilakukan di kantor
pusat yaitu di kantor Suruh dan dilaksanakan di hari Sabtu, 1 kali
setiap bulan pada minggu ke dua.
3. Produk Pembiayaan
a. Pembiayaan Mudharabah
Merupakan pembiayaan yang dilakukan untuk membiayai
modal yang diperlukan nasabah dengan bagi hasil yang telah
disepakati bersama dan pengembalian sesuai jangka waktu yang
telah disepakati.
KEAHLIAN
NisbahX% NisbahY %
Pengambilan
Modal
Gambar 3.3 Skema Pembiayaan Mudharabah
NASABAH BMT
USAHA
Pembagian Keuntungan
MODAL
PERJANJIAN
BAGI HASIL
MODAL
56
b. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan yang diberikan untuk pembelian barang yang
diperlukan nasabah, dan nasabah akan membayar secara tangguh
pada waktu yang telah ditentukan sebesar harga barang ditambah
bagi hasil yang diberikan kepada BMT.
MBA
Tunai & Mark Up
Pembeli Penyerahan
Gambar 3.4 Skema Pembiayaan Murabahah
c. Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil
Pembiayaan yang diberikan untuk membeliyang diperlukan
nasabah, dan nasabahakan membayar secara angsur sebesar
seharga pokok ditambah kelebihan yang telahdisepakati (mark up).
BBA Angsuran & Mark Up
Pembeli
Penyerahan
Gambar 3.5 Skema Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil
d. Pembiayaan Musyarakah
BMT
Penyedia Barang
Nasabah
Pembeli
BARANG
BARANG
BMT
PENYEDIA
NASABAH
PEMBELI
57
Pembiayaan yang dilakukan untuk investasi / modal kerja
dengan kondisi berbagai modal pengelolaan antara BMT dengan
anggota, dengan pembagian keuntungan sesuai nisbah yang telah
disepakati.
Gambar 3.6 Skema Pembiayaan Musyarakah
e. Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan yang diberikan untuk pembiayaan sewa
barang, rumah, atau bangunan dan jasa yang diperlukan nasabah,
dan nasabah membayar harga pokok sewa barang tersebut dengan
kelebihan yang disepakati (mark up).
NASABAH BMT
USAHA
KEUNTUNGAN
BAGI HASIL KEUNTUNGAN SESUAI PORSI
KONTRIBUSI MODAL ( NISBAH)
58
Gambar 3.7 Skema Pembiayaan Ijarah
Syarat – Syarat Pengajuan Pembiayaan :
1) Copy KTP Suami Istri yang masih berlaku 2 lembar.
2) Copy Kartu Keluarga 2 lembar.
3) Copy SIUP (Surat Ijin Usaha dan Perdagangan), TDP, NPWP,
SKTU, laporan keuangan 2 bulan terakhir, copy akta badan
hukum, susunan kepengurusan untuk badan usaha.
4) Nasabah harus menjadi calon angoota dengan membuka
rekening tabungan Sirela.
5) Copy jaminan yang dibiayai.
6) Bertempat diwilayah Suruh dan Sekitarnya.
7) Bersedia di survey.
8) Surat Permohonan (dari BMT)
9) Surat persetujuan dari Istri/Suami (dari BMT)
10) Surat peryataan dari penjamin diatas materai sesuai dengan
ketetntuan (untuk yang belum menikah).
11) Surat kesanggupan potong gaji dari atasan langsung disertai
dengan slip gaji terakhir.
PENJUAL NASABAH
OBJEK
SEWA
KEUNTUNGAN
59
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Penerapan Pembiayaan Murabahah di KSPPS BMT Amal Mulia
1. Pengertian Murabahah
Menurut Ibnu Rusyd al Maliki, Murabahah adalah jual
belikomoditas dimana penjualmemberikan informasi kepada pembeli
tentang harga pokok pembelian barang dan tingkat keuntungan yang
diinginkan (Djuwaini, 2008). Ba’I murabahah adalah jualbeli barang
pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam
jual belimurabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang
dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya
(Antonio, 2001). Pengertian lain murabahah adalah menjual suatu
barang dengan harga pokok ditambah keuntungan yang disetujui
bersamauntuk dibayar pada waktu yang ditentukan atau dibayar secara
cicilan(Anwar, 1991).
Menurut Karim (2011) cara pembayaran murabahah
dapatdilakukan baik dalam bentuk lump sum (sekaligus)atupun dalam
bentuk angsuran. Sedangkan di dalam fatwa Dewan Syariah
Nasional(DSN) No. 04/DSN-MUI/IV/2000, murabahah yaitu menjual
suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan hargayang lebih sebagai laba
(Muthaher, 2012).
60
Jika ditinjaudari’’ segi definisi, maka murabahah dapat dipahami
sebagai keuntungan yang disepakati. Oleh karena itu, karakteristik
murabahah adalah sebagai berikut:
“Si penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian
barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada
biaya tersebut. Misal si Fulan memebeli unta 30 dinar, biaya-biaya
yang dikeluarkan 5 dinar, makaketika ia menawarkan untanya ia
mengatakan: Saya jual unta ini 50 dinar, Saya mengambil keuntungan
20 dinar” (Karim, 2001).
Dari beberapa definisi di atas dapatdisimpulkan bahwa
murabahahadalah akad jual beli dengan adanya informasi dari pihak
penjual terkait atas barang yang ingin diperjual belikan, dimana
penjual menyebutkan dengan jelas barang yangdiperjual belikan, harga
pokok pembelian barang kepada pembeli, kemudian BMT
mensyaratkan atas laba atau keuntungan dalam jumlah tertentu. Dalam
konteks ini, BMT tidak meminjamkan uang kepada anggota untuk
membeli komoditas tertentu, akan tetapi pihak BMT membelikan
komoditas pesanan anggota dari pihak ketiga, kemudian dijual kembali
kepada anggota dengan harga yang disepakati kedua belah pihak.
Dalam KSPPS BMT Amal Mulia pengalokasian pembiayaan
murabahah seperti dari hasil wawancara peneliti dengan Ibu Siti
Sa’idah (Sabtu, 11 Mei 2019) selaku AO menyatakan pembiayaan
murabahah yang diaplikasikan di KSPPS BMT Amal Mulia adalah
61
pembiayaan murabahah modal kerja dan murabahah konsumtif.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, pembiayaan
murabahahyang dilakukan oleh KSPPS BMT Amal Mulia
menggunakan ba’i wakalah. KSPPS BMT Amal Mulia memberikan
kuasa kepada nasabahnya untuk membeli barang yang diperlukan.
2. Bentuk Produk Pembiayaan Murabahah Modal Kerja
Produk pembiayaan murabahah modal kerja merupakan bentuk
pembiayaan atau pinjaman individual dengan akad murabahahyang
diberikan kepada para pelaku usaha untuk menambah modal
usahanya.Pembiayaan murabahah modal kerja yang dimiliki oleh
KSPPS BMT Amal Mulia menjadi peluang bagi para pengusaha mikro
yang memiliki kekurangan modal untuk menambah modal usahanya
(Wawancara dengan Mustofa Al Amin, 11 Mei 2019).
Syarat-syarat untuk mendapatkan pembiayaanmurabahah adalah
sebagai berikut:
a. Copy KTP Suami Istri yang masih berlaku 2 lembar.
b. Copy Kartu Keluarga 2 lembar.
c. Copy SIUP (Surat Ijin Usaha dan Perdagangan), TDP, NPWP,
SKTU, laporan keuangan 2 bulan terakhir, copy akta badan
hukum, susunan kepengurusan untuk badan usaha.
d. Nasabah harus menjadi calon anggota dengan membuka
rekening tabungan Sirela.
e. Copy jaminan yang dibiayai.
62
f. Bertempat diwilayah Suruh dan Sekitarnya.
g. Bersedia di survey.
h. Surat Permohonan (dari BMT)
i. Surat persetujuan dari Istri/Suami (dari BMT)
j. Surat peryataan dari penjamin diatas materai sesuai dengan
ketentuan (untuk yang belum menikah).
k. Surat kesanggupan potong gaji dari atasan langsung disertai
dengan slip gaji terakhir.
Setelah nasabah memenuhi persyaratan di atas, maka pihak KSPPS
BMT Amal Mulia melakukan peninjauan penelitian terhadap kalangan
usaha nasabah yang akan diberikan pembiayaan murabahah dan
berhak untuk memanfaatkan pembiayaan ini dengan tujuan untuk
usaha yang baik dan tidak dilarang oleh pemerintah dan menurut
pandangan Islam.
3. Analisa Pembiayaan Murabahah
Analisa pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh KSPPS BMT
Amal Mulia bertujuan untuk:
a. Menilai kelayakan pribadi maupun usaha calon nasabah
b. Untuk meminimalisir resiko
c. Untuk memperoleh keyakinan bahwa pembiayaan akan dibayar
kembali sesuai dengan akad perjanjian
d. Untuk memperoleh dasar yang seksama dalam mengambil
keputusan pembiayaan.
63
KSPPS BMT Amal Mulia dalam menganalisa pembiayaan
menggunakan prinsip 5C (Character, Capacity, Collateral, Capital,
dan Condition) yang dijelaskan oleh Amaliyah (2012), diantaranya:
a. Character
Menggambarkan watak dan kepribadian calon nasabah.
Harus mengetahui bahwa calon debitur tidak mempunyai watak
menyimpang, suka ingkar janji, suka bohong, dan penipu. Dalam
analisis ini mencakup analisis terhadap pribadi, perilaku, dan
lingkungan.
b. Capacity
Analisis ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan
keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai
jangka waktu pembiayaan. BMT perlu mengetahui dengan pasti
kemampuan keuangan calon nasabah dalam memenuhi
kewajibannya setelah BMT memberikan pembiayaan. Kemampuan
keuangan nasabah sangat penting karena merupakan sumber utama
pembayaran. Semakin baik kemampuan keuangan calon nasabah,
maka akan semakin baik kemungkinan kualitas pembiayaan,
artinya dapat dipastikan bahwa pembiayaan yang diberikan BMT
dapat dibayarkan sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.
c. Capital
Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek
pembiayaan perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam. Modal
64
merupakan jumlah modal yang dimiliki oleh calon nasabah atau
jumlah dana yang akan disertakan dalam usaha yang dibiayai.
Semakin besar modal yang dimiliki dan disertakan oleh calon
nasabah dalam objek pembiayaan akan semakin meyakinkan bagi
BMT akan keseriusan calon nasabah dalam mengajukan
pembiayaan dan pembayaran kembali.
d. Collateral
Collateral merupakan agunan yang diberikan oleh calon
nasabah atas pembiayaan yang diajukan. Agunan merupakan
sumber pembayaran kedua. Dalam hal nasabah tidak dapat
membayar angsurannya, maka BMT dapat melakukan penjualan
terhadap agunan. Hasil penjualan agunan digunakan sebagai
sumber pembayaran kedua untuk melunasi pembiayaannya.
Jaminan diperlukan untuk meminimalisir resiko yang
merugikan BMT dan bertujuan apabila nasabah tidakmampu
membayar pembiayaan yang diberikan dapat ditutup dengan
agunan yang diserahkan kepada BMT. Dalam prakteknya di
KSPPS BMT Amal Mulia, jika seorang nasabah tidak mampu
membayar pembiayaan yang diberikan maka pihak BMT akan
melelang agunan. Hasil lelang tersebutdigunakan untuk membayar
sisa pembiayaan yang belum dilunasi nasabah, sisa uang akan
dikembalikan kepada nasabah (Wawancara dengan Mustofa Al
Amin, 11 Mei 2019).
65
e. Condition
Condition adalah kondisi politik, sosial, ekonomi dan budaya
yang mempengaruhi keadaan perekonomian yang kemungkinan
pada suatu saat mempengaruhi kelancaran perusahaan calon
mudharib.
B. Kontribusi Pembiayaan Murabahah Terhadap Perkembangan Usaha
Mikro dan Peningkatan Taraf Hidup Nasabah
1. Perkembangan pembiayaanMurabahah
Produk pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang
ditawarkan oleh KSPPS BMT AmalMulia untuk membiayai
nasabahnya untuk kebutuhan produktif maupun konsumtif.
Tabel 4.1
Jumlah nasabah pembiayaan murabahah tahun 2014-2018
Tahun Jumlah Nasabah
2014 768
2015 1.010
2016 984
2017 1.024
2018 1.170
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah nasabah
pembiayaan murabahah selama tahun 2014-2018 selalu mengalami
kenaikan kecuali pada tahun 2016 mengalami penurunan. Hal ini
menggambarkan bahwa pembiayaan berbasis jualbeli ini banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat.
66
2. Perkembangan usaha mikro nasabah yangtelah menggunakan produk
pembiayaan Murabahah
Keberadaan BMT menjadi solusibagi masalah ekonomi yang
dialami oleh beberapa masyarakat para pelakuusaha
mikro.Sebelumnya pengusaha mikro sulit untuk berkembang dan
mengembangkan usahanya dikarenakan sulitnya memperoleh modal.
KSPPS BMT Amal Mulia menawarkan pembiayaan murabahah yang
bisadigunakan oleh para pengusahamikro untuk menambah modal
usahanya agar dapat mengalami perkembangan dan kemajuan. Dengan
adanya pemanfaatan pembiayaan murabahah ini sebagian usaha yang
dijalankan para pengusaha mikro mengalami kemajuan, sehingga pola
perekonomian yang dibangun pengusaha mikro dapat dikatakan
mengalami perkembangan dan kemajuan yang cukup baik setelah
memanfaatkanproduk pembiayaan murabahah. Hal ini dapat dilihat
pada pengusaha mikro yang memanfaatkan produk ini dapat
menambah modal usahanya.
Berikut ini penulis sajikan kontribusi pembiayaan murabahah
dalam mengembangkan usaha mikro pada KSPPS BMT Amal Mulia
berdasarkan wawancara dengan 5 orang nasabah pembiayaan
murabahah yaitu sebagai berikut:
67
a. Pemanfaatan fasilitas pembiayaan murabahah oleh nasabah cukup
lama
Awal mula kelima pengusaha mikro ini menjadi nasabah di
KSPPS BMT Amal Mulia adalah keinginanuntuk memanfaatkan
produk pembiayaan murabahah. Produk pembiayaan murabahah
dengan maksud untuk kebutuhan produktif di KSPPS BMT Amal
Mulia sudah cukup lama dimanfaatkan oleh pengusaha mikro.
Dengan periode waktu pemanfaatantersebut sudah jelas dapat
memberikan manfaat terhadap pengembangan usaha mikro,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Tanggapan responden tentang lama menjadi nasabah di KSPPS BMTAmal
Mulia
No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
1 <5 Tahun 2 40%
2 >5 Tahun 3 60%
Jumlah 5 100%
Dari tabel tersebut dapat dilihat dan diketahui tentang lama
responden menjadi nasabah di KSPPS BMT Amal Mulia. Dari
tabel tersebut juga dapat diketahui tentang lama pemanfaatan
fasilitas pembiayaan murabahah di KSPPS BMT Amal Mulia.
Pemanfaatanoleh pembiayaan <5 tahun sebanyak 40% atau
sebanyak 2 pengusaha mikro, dalam jangka waktu ini kalangan
68
pengusaha mikro sudahmengenali dan telah menemukan solusi
perolehan akan kebutuhan danadalam memenuhi kebutuhan.
Sedangkan pemanfaatan pembiayaan >5 tahun sebanyak 60% atau
sebanyak 3 pengusaha mikro. Terlihat kalangan pengusaha mikro
banyak yang memanfaatkan pembiayaan murabahah ini disebabkan
mereka sudah merasakan manfaat yang diperoleh setelah mendapat
pembiayaan ini, dan mereka memilih untuk menggunakan
pembiayaan ini lagi untuk memperluas dan mengembangkan
usahanya. Dari hasil wawancara dengan responden tersebut dapat
dilihat bahwa pemanfaatan produk pembiayaanmurabahah pada
KSPPS BMTAmal Mulia oleh nasabah dengan periode waktu yang
cukup lama. Dengan demikian dapat diketahui bahwa periode
waktu pemanfaatan produk pembiayaan murabahah yang cukup
lama dimanfaatkan oleh nasabah sudah jelas dapat memberikan
kontribusi atau manfaaat dalam pengembangan usaha mikro
nasabah.
b. Jenis pembiayaan yang diambil
Adanya produk pembiayaan murabahah di KSPPS BMT
AmalMulia dapat membantu pengusaha mikro dalam penambahan
modal dan pengembangan usaha, hal ini berarti produk pembiayaan
ini memberikan manfaat dalam pengembangan usaha mikro.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden tentang jenis
pembiayaan yang mereka ambil, semua responden menggunakan
69
pembiayaan murabahah dalam penambahan modal dan
pengembangan usahanya. Hasil tanggapan responden tersebut
menunjukkan bahwa pembiayaan murabahah merupakan produk
yang sangat diminati oleh nasabah.
c. Jumlah pinjaman dan usaha yang dijalankan
Pinjaman modal yang diberikan oleh KSPPS BMT Amal
Mulia bertujuanuntuk membantu pengusaha mikro agar dapat
mengembangkan usahanya menjadi lebih baik. KSPPS BMT Amal
Mulia memberikan bantuan modal pinjaman kepada pengusaha
mikro maksimal Rp 200.000.000, dan melakukan survey agar
jumlah pinjaman yang diberikan sesuaidengan unit jenis usahanya
dan kemampuan untuk mengolah usahanya.
Tabel 4.3
Pinjaman dan jenis usaha responden
Besar Pinjaman Usaha Frekuensi
Rp 3.000.000 Bisnis online 1
Rp 3.000.000 Dagang Buah 1
Rp 5.000.000 Dagang Kaca 1
Rp 35.000.000 Transportasi umum 1
Rp 50.000.000 Sembako 1
Jumlah 5
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, data
tersebut menunjukkan bahwa jumlah besar pinjaman modal yang
diberikan kepada pemohon tidak sama, jumlah pinjaman yang
diberikan sesuai dengan unit jenis usahanya. Semakin besar
70
usahayang dijalankan, maka akan semakin besar pinjaman yang
mungkin diberikan.
d. Usaha nasabah mengalami kemajuan
Pembiayaan murabahah pada KSPPS BMTAmal Mulia dapat
memberikan kontribusi kepada pengusaha mikro,dimana nasabah
yang memperoleh pemanfaatan pembiayaan murabahah usahanya
mengalami perkembangan, sebagaimana dapat dilihat daritabel
berikut:
Tabel 4.4
Tanggapan responden tentang perkembangan usaha setelah mendapat pembiayaan
murabahah
Responden Usaha Perkembangan
Nasabah 1 Bisnis Online Omzet penjualan
meningkat dan mengalami
kenaikan laba usaha
Nasabah 2 Dagang Buah Omzet penjualan
meningkat dan mengalami
kenaikan laba usaha
Nasabah 3 Dagang Kaca Omzet penjualan
meningkat, kenaikan laba
usaha, mengalami
perluasan usaha, dan
memiliki tambahan
karyawan
Nasabah 4 Sembako Omzet penjualan
meningkat, kenaikan laba
71
usaha, mengalami
perluasan usaha, dan
memiliki tambahan
karyawan
Nasabah 5 Transportasi Umum Omzet pendapatan naik,
dari yang sebelumnya
tidakbisa menabung,
sekarang bisa menabung
per hari Rp 100.000
Dari tabel tersebut dapat diketahui tentangperkembangan
yang dialami nasabah setelah memanfaatkan pembiayaan
murabahah. Dilihat dari indikator perkembangan usaha nasabah
yaitu omzet penjualan usaha nasabah yang meningkat setelah
mendapat pembiayaan murabahah, laba usaha nasabah semakin
meningkat, jumlah pekerja bertambah, serta usaha nasabah juga
telah mengalami perluasan tempat usaha, meningkatnya indikator
tersebut memberikan arti bahwasanya usaha nasabah telah
berkembang.
e. Peningkatan taraf hidup
Adanya produk pembiayaan murabahah dapat membantu
masyarakat dalam mengembangkan usahanya. Dengan
berkembangnya usaha tersebut memberikan peran penting dalam
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada 5 nasabah KSPPS BMT Amal Mulia
seluruhnya menyatakan bahwa setelah mendapat pembiayaan
72
murabahah taraf hidupnya mengalami kenaikan. Hal ini dapat
dilihat dari kenaikan omzet penjualan usaha nasabah. Dari
kenaikan omzet penjualan ini, maka nasabah akan dapat memenuhi
kebutuhan primernya seperti kebutuhan sandang, pangan, dan
papan, mempunyai biaya untuk memenuhi tingkat pendidikan, dan
mampu mengakses layanan kesehatan guna menjaga kesehatan
keluarga serta dirinya sendiri.
3. Analisis SWOT KSPPS BMT Amal Mulia
Pengembangan strategi pemasaran produk pembiayaan KSPPS
BMT Amal Mulia dilakukan dengan analisis SWOT, SWOT dari
KSPPS BMT Amal Mulia adalah:
a. Strenght (kekuatan)
KSPPS BMT Amal Mulia mempunyai beberapa kekuatan
yang mendukung dalam memasarkan produk-produknya. Kekuatan
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Brand image, KSPPS BMT Amal Mulia merupakan BMT
pertama yang berdiri di daerah Suruh. Oleh karena itu BMT ini
sudah banyak dikenal oleh masyarakat, sekitar sehingga hal ini
memudahkan BMT dalam memasarkan produknya.
2) Kekuatan SDM, karyawan harus memiliki karakter yang
kapabilitas yaitu kemampuan untuk menyelesaikan tugasnya
sesuai kapasitas dan kredibilitas atau membangun kepercayaan
73
nasabah, profesionalisme kerja, dan kerja sesuai dengan SOP
(Standard Operating Procedur).
3) Pelayanan yang dilakukan dengan baik dan melayani sistem
jemput bola.
4) Lokasi KSPPS BMT Amal Mulia sangat strategis, yaitu berada
di samping jalan raya dan juga berdekatan dengan pasar.
b. Weakness (kelemahan)
KSPPS BMT Amal Mulia mempunyai kelemahan dalam
memasarkan produk-produknya. Kelemahan tersebut adalah
kurangnya sosialisasi ke masyarakat sehingga mengakibatkan
minimnya pengetahuan masyarakat tentang produk-produk yang
ada di KSPPS BMT Amal Mulia.
c. Opportunities (peluang)
Peluang yang dimiliki KSPPS BMT Amal Mulia dalam
memasarkan produk pembiayaan yaitu banyaknya masyarakat yang
sedang memulai atau masuk usaha mikro. Hal ini memberikan
peluang besar kepada KSPPS BMT Amal Mulia dalam
menyalurkan dananya lewat produk-produk pembiayaan yang ada.
d. Threat (ancaman)
Selain peluang KSPPS BMT Amal Mulia juga memiliki
ancaman yang dapat menjadi tantangan untuk BMT, yaitu:
1) Berkembangnya dunia menuju era digital 4.0 mengakibatkan
BMT juga harus menyesuaikan dengan perkembangan ini.
74
2) Banyaknya lembaga keuangan syariah dan non syariah yang
ada di daerah Suruh.
Untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh
KSPPS BMT Amal Mulia dalam menentukan kebijakan strategi
pemasaran diperlukan matrik SWOT yang bisa menunjukkan faktor
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki BMT.
Sehingga kemungkinkan salah dalam mengambil keputusan dalam
pemasaran bisa dihindari.
Tabel 4.5
Matrik SWOT KSPPS BMT Amal Mulia
Internal
Eksternal
Strengths (S)
- Brand Image
- Kekuatan SDM
- Pelayanan yang baik
- Lokasi strategis
Weakness (W)
- Kurang sosialisasi
Opportunities (O)
- Banyaknya
masyarakat yang
masuk usaha mikro
Strategi SO
- memperluas pangsa pasar
Strategi WO
- Strategi jemput bola
- meningkatkan loyalitas
nasabah
Threat (T)
- Banyak lembaga
keuangan syariah dan
non syariah
Strategi ST
- Meningkatkan kualitas pelayanan
- Menetapkan target pemasaran
Strategi WT
- Peningkatan promosi
melalui berbagai media
- Menetapkan strategi
pemasaran yang efektif
dan efisien
75
Berikut ini merupakan pengembangan strategi pemasaran dari hasil
interpretasi analisis SWOT KSPPS BMT Amal Mulia yakni:
1. Strategi SO (Strenghts Opportunities)
a. Memperluas pangsa pasar
Memperluas pangsa pasar tentunya juga harus melalui proses
perencanaan yang matang agar pasar yang dimasuki tidak salah
sasaran. KSPPS BMT Amal Mulia bisa melihat peluang pasar
yang ada di sekitar, atau juga bisa lebih melebarkan sayapnya
di kota-kota lain yang masih berpotensial.
2. Strategi WO (Weakness Opportunities)
Strategi WO ditetapkan pada faktor kelemahan dan peluang.
Strategi WO yang bisa dilakukan adalah:
a. Strategi jemput bola
Strategi ini harus terus dikembangkan dalam rangka mencari
dan mempertahankan nasabah. Dengan adanya strategi ini
maka nasabah akan merasa diringankan ketika ingin menabung
ataupun membayar angsuran.
b. Meningkatkan loyalitas nasabah
Peran nasabah sangat berpengaruh pada perkembangan KSPPS
BMT Amal Mulia. Oleh karena itu BMT perlu meningkatkan
loyalitas nasabah dengan cara memelihara rasa kekeluargaan
dan kepercayaan dengan memberikan pelayanan yang prima
dan fasilitas yang memuaskan.
76
3. Startegi ST (Strenghts Threats)
a. Meningkatkan kualitas pelayanan
Peningkatan kualitas pelayanan harus tetap ditingkatkan untuk
menarik simpatik nasabah maupun calon nasabah. Dengan
meningkatkan kualitas pelayanan maka rasa kepercayaan
nasabah terhadap KSPPS BMT Amal Mulia juga meningkat.
b. Menetapkan target pemasaran
Banyaknya lembaga keuangan baik konvensional maupun non
konvensional yang ada di daerah suruh menjadi pesaing bagi
KSPPS BMT Amal Mulia. Oleh sebab itu KSPPS BMT Amal
Mulia harus menetapkan pasar sasaran dan target-target
pemasaran yang pas agar tidak salah sasaran.
4. Strategi WT (Weakness Threats)
a. Peningkatan promosi melalui berbagai media
Kegiatan promosi perlu dilaksanakan dalam rangka
mensosialisasikan keberadaan KSPPS BMT Amal Mulia dan
produk-produk yang ada di dalamnya. Banyak media yang bisa
dimanfaatkan baik media cetak maupun elektronik, ataupun
bisa dilakukan melalui kontak secara langsung.
b. Menetapkan strategi pemasaran yang efektif dan efisien
Untuk menghindari ancaman dan memperkecil kelemahan
hendaknya KSPPS BMT Amal Mulia menetapkan strategi
pemasaran yang efektif dan efisien. Jangan sampai kekuatan
77
dan peluang yang sudah dimiliki berubah menjadi ancaman
bagi KSPPS BMT Amal Mulia itu sendiri.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang kontribusi pembiayaan Murabahah
terhadap perkembangan usaha mikro dan peningkatan taraf hidup nasabah,
maka dapat disimpulkan bahwa, pembiayaan Murabahah di KSPPS BMT
Amal Mulia ini telah memiliki kontribusi terhadap perkembangan usaha
dan peningkatan taraf hidup nasabah. Hal ini dilihat dari indikator
perkembangan usaha nasabah yaitu omzet penjualan usaha nasabah yang
meningkat setelah mendapat pembiayaan Murabahah, usaha nasabah juga
telah mengalami perluasan tempat usaha, serta bertambahnya karyawan
dalam usahanya. Meningkatnya indikator tersebut memberikan arti bahwa
usaha nasabah telah berkembang.
Kemudian selanjutnya adalah peningkatan taraf hidup nasabah
yang dilihat dari kenaikan omzet pendapatan nasabah, sehingga mampu
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan (kebutuhan primer),
tingkat pendidikan, dan juga kesehatan. Dari seluruh indikator yang
digunakan untuk mengukur peningkatan taraf hidup nasabah, didapatkan
hasil bahwa setelah mendapatkan pembiayaan Murabahah nasabah
mengalami peningkatan pendapatan, dapat memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan dengan baik, dapat mempunyai biaya untuk memenuhi
79
tingkat pendidikan keluarganya dengan baik, dan dapat mengakses layanan
kesehatan guna menjaga kesehatan keluarga serta dirinya sendiri.
Kontribusi pembiayaan Murabahah terhadap perkembangan usaha
dan peningkatan taraf hidup nasabah memberikan bukti dan arti bahwa
tujuan pembiayaan telah terealisasi.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian tentang Kontribusi Pembiayaan
Murabahah Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Peningkatan Taraf
Hidup Nasabah pada KSPPS BMT Amal Mulia, maka penulis ingin
memberikan beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan
dan masukan bagi KSPPS BMT Amal Mulia, yaitu:
1. Sebaiknya pihak BMT melakukan lebih banyak lagi dalam
memberikan edukasi tentang produk, agar nasabah lebih mengerti
tentang produk yang ada di KSPPS BMT Amal Mulia.
2. Ketika pihak BMT memberikan kuasa kepada nasabah untuk belanja
sendiri, sebaiknya pihak BMT memberikan pengawasan supaya
pembiayaan yang diberikan kepada nasabah tidak disalah gunakan.
3. Sebaiknya pihak BMT juga memaksimalkan pembiayaan-pembiayaan
yang lain, tidak hanya pembiayaan Murabahah saja.
4. Pembahasan mengenai pembiayaan murabahah dalam Tugas Akhir
ini jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan
kekurangan ini dapat digunakan sebagai kajian-kajian untuk peneliti
80
berikutnya dan dapat melengkapi kekurangannya guna meningkatkan
kualitas pelayanan kepada nasabah KSPPS BMT Amal Mulia.
81
DAFTAR PUSTAKA
Amalia. Alif, Wahyu Hidayat, Agung Budiatmo. 2012. Analisis Strategi
Pengembangan Usaha pada UMKM Batik. Jurnal Administrasi Bisnis.
Vol. 1. No. 1.
Amalia, Euis. 2009. Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Amaliyah, Rizki. 2012. Akad Pembiayaan Murabahah dan Kontribusinya Bagi
Peningkatan Profitabilitas PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep. Skripsi.
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori Ke Prakik. Jakarta:
Gema Insani Prees.
Anwar, M Syafi’i. 1991. Altrnatif Terhadap Sistem Bunga. Jurnal Ulumul.
Arif, M. N. R. A. 2015. Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik. Bandung:
CV Pustaka Setia.
Asiyah, Binti Nur. 2014. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta:
Teras.
__________. 2015. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta:
Kalimedia.
Cokrohadisumarto, Widiyanto bin Mislan. 2012. BMT dan Pengembangan Usaha
Mikro. Semarang: Unissula Press.
Dafid, F.R. 2010. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Salemba Empat
Danupranata, Gita. 2013. Manajemen Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba
Empat.
Daymon, Christine. 2008. Qualitatif Riset in Public Relation and Marketing
Comunication. Terjemahan oleh Rhenal Kasall. Yogyakarta: PT. Bintang
Pustaka.
Djuwaini, Dimyauddin. 2008. Pengantar Fiqih Muamalah. Yogyakarta: Celebsn
Timur UH III.
Farida, Ulfa Jamilatul. 2012. Telaah Kritis Pemikiran Ekonomi Islam Terhadap
Mekanisme Pasar Dalam Konteks Ekonomi Islam Kekinian. Jurnal
Ekonomi Islam. Vol. VI. No. 2.
82
Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.
Handayani, Suci Hati. 2018. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah Berdasarkan
Prinsip-Prinsip Syariah Di Bank Syariah. Aktualita. Vol. 1. No. 2.
Istiqomah dan Irsad Andriyanto. 2017. Analisis SWOT dalam Pengembangan
Bisnis (Studi pada Sentra Jenang di Desa Wisata Kaliputu Kudus). Jurnal
Bisnis. Vol. 5. No. 2.
Jazuli, Syauqi. 2016. Analisis SWOT Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan
pada BMT El-Syifa Ciganjur. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.
Karim, Adiwarman A. 2001. Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta:
Gema Insani.
__________. 2011. Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Gema
Insani.
Marimin, Agus, Abdul Haris Romdhoni & Tira Nur Fitria. 2015. Perkembangan
Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. Vol. 01. No. 02.
Mas’adi, Ghufron A. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
__________. 2016. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Muthaher, Osmad. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nisak, Zuhrotun. 2013. Analisis SWOT untuk Menentukan Strategi Kompetitif.
Jurnal Ekonomi Bisnis. Vol. 9. No. 2.
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT. Graedia.
Ridwan, Muhammad. 2006. Sistem dan Prosedur Pendirian Baitul Mal wat-
Tamwil (BMT). Yogyakarta: Citra Medika.
83
Salman, Kautsar Riza. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK.
Padang: Akademia Permata.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Wirartha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta:
Andi Offset.
Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
HASIL WAWANCARA NASABAH 1
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Nasabah 1
Umur : 25 Tahun
Alamat : Suruh
II. DAFTAR PERTANYAAN
1. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu menjadi nasabah di KSPPS BMT Amal
Mulia?
Jawaban: 3 Tahun
2. Jenis pembiayaan apa yang Bapak/Ibu ambil?
Jawaban: Murabahah untuk tambahan modal
3. Berapa jumlah pinjaman yang Bapak/Ibu ambil?
Jawaban: Rp 3.000.000
4. Jenis usaha apa yang Bapak/Ibu jalankan saat ini?
Jawaban: Dagang Online (Sabun Amoorea)
5. Apakah setelah mendapat pembiayaan ini, usaha Bapak/Ibu mengalami
perkembangan?
Jawaban: Iya, mengalami perkembangan usaha berupa kenaikan laba
usaha, kenaikan laba sekitar 30%.
6. Apakah setelah mendapat pembiayaan ini, taraf hidup keluarga
Bapak/Ibu menjadi meningkat?
Jawaban: Taraf hidup mengalami peningkatan
Lampiran 7
HASIL WAWANCARA NASABAH 2
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Nasabah 2
Umur : 33 Tahun
Alamat : Suruh
II. DAFTAR PERTANYAAN
1. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu menjadi nasabah di KSPPS BMT Amal
Mulia?
Jawaban: 3 Tahun
2. Jenis pembiayaan apa yang Bapak/Ibu ambil?
Jawaban: Murabahah untuk tambahan modal
3. Berapa jumlah pinjaman yang Bapak/Ibu ambil?
Jawaban: Rp 3.000.000
4. Jenis usaha apa yang Bapak/Ibu jalankan saat ini?
Jawaban: Dagang buah di pasar
5. Apakah setelah mendapat pembiayaan ini, usaha Bapak/Ibu mengalami
perkembangan?
Jawaban: Iya, mengalami kenaikan laba usaha dan perluasan usaha
(sekarang memiliki 2 ruko)
6. Apakah setelah mendapat pembiayaan ini, taraf hidup keluarga
Bapak/Ibu menjadi meningkat?
Jawaban: Taraf hidup meningkat
Lampiran 8
HASIL WAWANCARA NASABAH 3
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Nasabah 3
Umur : 54 Tahun
Alamat : Suruh
II. DAFTAR PERTANYAAN
1. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu menjadi nasabah di KSPPS BMT Amal
Mulia?
Jawaban: 19 Tahun
2. Jenis pembiayaan apa yang Bapak/Ibu ambil?
Jawaban: Murabahah untuk tambahan modal
3. Berapa jumlah pinjaman yang Bapak/Ibu ambil?
Jawaban: Rp 5.000.000
4. Jenis usaha apa yang Bapak/Ibu jalankan saat ini?
Jawaban: Jualan kaca
5. Apakah setelah mendapat pembiayaan ini, usaha Bapak/Ibu mengalami
perkembangan?
Jawaban: Iya, mengalami perluasan usaha (toko bertambah satu),
karyawan bertambah 1 orang, kenaikan laba 30%
6. Apakah setelah mendapat pembiayaan ini, taraf hidup keluarga
Bapak/Ibu menjadi meningkat?
Jawaban: Taraf hidup naik
Lampiran 9
HASIL WAWANCARA NASABAH 4
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Nasabah 4
Umur : 53 Tahun
Alamat : Suruh
II. DAFTAR PERTANYAAN
1. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu menjadi nasabah di KSPPS BMT Amal
Mulia?
Jawaban: 7 Tahun
2. Jenis pembiayaan apa yang Bapak/Ibu ambil?
Jawaban: Murabahah untuk tambahan modal
3. Berapa jumlah pinjaman yang Bapak/Ibu ambil?
Jawaban: Rp 50.000.000
4. Jenis usaha apa yang Bapak/Ibu jalankan saat ini?
Jawaban: Jualan sembako
5. Apakah setelah mendapat pembiayaan ini, usaha Bapak/Ibu mengalami
perkembangan?
Jawaban: Iya, mengalami perluasan tempat usaha (sekarang memiliki
tempat untuk disewakan, untuk jual nasi padang dan bakso), kenaikan
laba sebesar 50%
6. Apakah setelah mendapat pembiayaan ini, taraf hidup keluarga
Bapak/Ibu menjadi meningkat?
Jawaban: Taraf hidup naik
Lampiran 10
HASIL WAWANCARA NASABAH 5
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Nasabah 5
Umur : 35 Tahun
Alamat : Suruh
II. DAFTAR PERTANYAAN
1. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu menjadi nasabah di KSPPS BMT Amal
Mulia?
Jawaban: 8 Tahun
2. Jenis pembiayaan apa yang Bapak/Ibu ambil?
Jawaban: Murabahah untuk tambahan modal
3. Berapa jumlah pinjaman yang Bapak/Ibu ambil?
Jawaban: Rp 35.000.000
4. Jenis usaha apa yang Bapak/Ibu jalankan saat ini?
Jawaban: Transportasi umum
5. Apakah setelah mendapat pembiayaan ini, usaha Bapak/Ibu mengalami
perkembangan?
Jawaban: Iya, omset naik (yang dulunya tidak bisa menabung,
sekarang bisa menabung Rp 100.000 per hari)
6. Apakah setelah mendapat pembiayaan ini, taraf hidup keluarga
Bapak/Ibu menjadi meningkat?
Jawaban: Taraf hidup naik
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Dhika Widayanti
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tgl. Lahir : Kab. Semarang, 22 Agustus 1998
Kebangsaan : Indonesia
Alamat Rumah : Sanggrahan RT. 01/04, Suruh, Suruh, Kabupaten
Semarang (50776)
Nama Ayah : Slamet Widodo
Nama Ibu : Kasyati
E-mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Muhammadiyah Suruh, tahun lulus 2010
2. SMP Negeri 1 Suruh, tahun lulus 2013
3. SMK Negeri 2 Salatiga, tahun lulus 2016
C. Pengalaman Organisasi
1. Pengurus HMPS DIII Perbankan Syariah FEBI IAIN Salatiga, tahun
2018
Salatiga, 31 Mei 2019
(Dhika Widayanti)
Top Related