Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
5
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan
Sumber : BPS Kepulauan Riau
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1. KONDISI UMUM
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan laju
pertumbuhan dari 7,15% pada triwulan II-2012 menjadi 8,55%. Perekonomian Kepulauan
Riau masih didorong oleh dua sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran. Pada triwulan ini, laju peningkatan tertinggi terjadi pada
sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yang diikuti oleh sektor bangunan/konstruksi. Dari
sisi permintaan, pertumbuhan yang mengalami akselerasi cukup tinggi terjadi pada investasi.
Ditengah kondisi perekonomian global yang menunjukkan penurunan, perekonomian
Kepulauan Riau masih menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang cukup baik diatas 8%.
Salah satu pendorong peningkatan tersebut adalah masih diminatinya Kepulauan Riau
sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global. Hal tersebut didukung oleh
investment grade Namun demikian kondisi
perekonomian global yang masih belum menunjukkan kinerja positif memerlukan langkah
penyesuaian struktural, terutama perbaikan iklim investasi dan akselerasi pembangunan
infrastruktur agar momentum peningkatan investasi Kepulauan Riau sebagai daerah tujuan
investasi dapat terus berlanjut.
Tw-III Tw-IV Tw-I Tw.II Tw.III
Konsumsi Rumah Tangga -1,33% 2,68% -0,61% 0,09% 5,81%
Konsumsi Lembaga Swasta 6,37% 3,92% 5,28% 5,67% 5,92%
Konsumsi Pemerintah 7,81% 8,21% 6,50% 5,58% 6,06%
Pembentukan Modal Tetap Bruto 14,60% 13,05% 16,82% 15,54% 13,58%
Ekspor Barang dan Jasa 4,90% 3,36% 7,37% 6,83% 2,44%
Impor Barang dan Jasa 6,15% 6,54% 10,76% 11,42% -8,46%
SEKTOR EKONOMI
Pertanian 4,27% 3,44% 2,77% 2,46% 3,07%
Pertambangan & Penggalian 1,88% 3,58% 4,63% 7,01% 7,52%
Industri Pengolahan 6,90% 5,35% 7,10% 5,07% 7,44%
Listrik, Gas & Air Bersih 14,94% 11,23% 11,05% 7,11% 5,56%
Bangunan 10,78% 10,13% 11,01% 11,68% 10,56%
Perdagangan, Hotel & Restoran 7,46% 7,49% 9,12% 10,97% 12,07%
Pengangkutan & Komunikasi 11,84% 10,26% 9,02% 9,15% 7,87%
Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 7,86% 8,34% 7,76% 8,55% 8,75%
Jasa-Jasa 8,89% 7,52% 7,91% 8,76% 7,48%
PDRB (termasuk migas) 7,21% 6,34% 7,63% 7,15% 8,55%
2011
KOMPONEN PENGGUNAAN
2012
year on year
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
6
1.2. SISI PERMINTAAN
1.2.1. Konsumsi
Pada triwulan III-2012 sektor konsumsi masih menjadi pendorong utama
pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau. Pada periode tersebut konsumsi rumah tangga
mengalami pertumbuhan 5,81% (yoy), mengalami peningkatan yang cukup tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 0,09% (yoy). Peningkatan laju
tersebut didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga non makanan
yang mengalami peningkatan sebesar 5,03% (yoy). Indikator tingginya pertumbuhan
konsumsi, terlihat dari pertumbuhan kredit konsumsi yang masih tumbuh diatas 20%.
Peningkatan juga terlihat dari tingkat konsumsi listrik rumah tangga yang mengalami
peningkatan laju dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut juga terkonfirmasi
berdasarkan indeks tendensi konsumen yang menunjukkan masih optimisnya masyarakat
terhadap kondisi perekonomian yang tercatat berada pada indeks 108,23.
1.2.2. Investasi
Peningkatan laju tertinggi dari sisi penggunaan pada triwulan III-2012 terjadi pada
investasi yang ditunjukkan melalui pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang mengalami
pertumbuhan positif sebesar 13,58% (yoy). Peningkatan investasi terkonfirmasi melalui
peningkatan realisasi investasi asing (penanaman modal asing) pada triwulan III-2012 yang
tercatat sebesar US$ 43,16 juta dari US$ 7,36 juta pada triwulan sebelumnya. Salah satu
pendorong peningkatan tersebut adalah masih diminatinya Kepulauan Riau sebagai salah
satu tujuan pergerakan arus modal global. Hal tersebut didukung oleh diperolehnya predikat
investment grade
Grafik 1.1. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Perbankan
Grafik 1.2. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Kota Batam
Sumber : PLN Batam Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
7
Peningkatan investasi juga terlihat melalui pertumbuhan positif impor secara umum
yang didorong oleh peningkatan pertumbuhan impor benda-benda dari besi dan baja serta
impor besi dan baja.
Peningkatan investasi juga didukung oleh penyaluran kredit perbankan yang
menunjukkan pertumbuhan tahunan yang cukup tinggi, peningkatan tersebut juga
terindikasi melalui realisasi pengadaan semen di Kepulauan Riau yang pada triwulan III-2012
mengalami pertumbuhan 22,93% (yoy). Berdasarkan hasil liaison (kunjungan langsung) yang
dilakukan oleh Bank Indonesia ke beberapa perusahaan, menunjukkan bahwa pelaku usaha
masih melakukan investasi dalam bentuk investasi rutin (maintenance), maupun penambahan
mesin produksi dan relokasi pabrik. Selain itu pelaku usaha masih optimis terhadap kondisi
perekonomian di Kepulauan Riau.
Walaupun perekonomian Kepulauan Riau mengalami pertumbuhan positif dengan
akselerasi yang cukup tinggi perlu diwaspadai kondisi perekonomian global yang masih
belum menunjukkan kinerja positif memerlukan langkah penyesuaian struktural, terutama
perbaikan iklim investasi dan akselerasi pembangunan infrastruktur agar momentum
peningkatan investasi Kepulauan Riau sebagai daerah tujuan investasi dapat terus berlanjut.
Grafik 1.3. Perkembangan Impor Barang Modal Utama
Sumber : BPS Kepulauan Riau
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Investasi Perbankan
Sumber :Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Grafik 1.6. Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau
Grafik 1.4. Perkembangan Persetujuan dan Realisasi
Investasi di Kota Batam
Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : PDSI-BP Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
8
1.2.3. Ekspor - Impor
Kinerja ekspor Kepulauan Riau pada triwulan laporan menunjukkan perlambatan
pertumbuhan dari 6,83% (yoy) pada triwulan II-2012, menjadi 2,44% (yoy) pada triwulan III-
2012. Belum membaiknya perekonomian global menjadi faktor pemicu perlambatan
pertumbuhan ekspor Kepulauan Riau. Berdasarkan prediksi IMF melalui World Economic
Outlook (WEO) pada Oktober 2012, perekonomian dunia pada tahun 2012 mengalami
perlambatan dibandingkan rilis prediksi yang dikeluarkan sebelumnya. Hal tersebut
memberikan dampak negatif terhadap kinerja ekspor Kepulauan Riau.
Walaupun terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap SGD dan USD tidak menjadi
faktor pendorong peningkatan ekspor. Berdasarkan penggolongan barang, pelemahan
kinerja ekspor sebagian besar terjadi pada minyak dan nabati, perangkat optik, dan berbagai
produk kimia akibat melemahnya daya beli global.
Grafik 1.7. Pertumbuhan Nilai Ekspor-Impor Non Migas
Sumber : DSM-BI
Grafik 1.8. Pertumbuhan Volume Ekspor-Impor Non Migas
Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia
Grafik 1.9. Perkembangan Kurs IDR thp USD dan SGD
Sumber : DSM-BI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
9
Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Impor Utama
Grafik 1.10. Perkembangan Nilai Ekspor Utama
Pelemahan perekonomian global menjadi tantangan bagi pertumbuhan positif kinerja
ekspor Kepulauan Riau. Keraguan investor terhadap upaya penyelesaian krisis utang Eropa
serta menurunnya data ekonomi Cina dan Jepang kembali menyebabkan kondisi
perekonomian global masih belum membaik. Pelemahan perekonomian Eropa juga
disebabkan adanya ketidaksepahaman menteri ekonomi Uni Eropa terkait mekanisme surat
utang bersama serta upaya penyatuan perbankan Eropa. Untuk meningkatkan kinerja ekspor
diperlukan strategi diversifikasi pasar ekspor, optimalisasi peran perwakilan perdagangan di
luar negeri, stabilisasi pasokan dan harga barang pokok, serta peningkatan promosi dan
pemasaran produk Indonesia.
1.3. SISI PENAWARAN
Pada sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan perekonomian triwulan ini dimotori oleh
peningkatan pada Sektor Industri Pengolahan; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran;
serta Sektor Bangunan. Berdasarkan kontribusinya, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) masih menjadi penopang utama pertumbuhan
perekonomian Kepulauan Riau.
1.3.1. Sektor Industri Pengolahan
Pada triwulan III-2012 Sektor Industri Pengolahan mengalami percepatan
pertumbuhan dari 5,07% (yoy) menjadi 7,44% (yoy). Pada triwulan laporan Sektor Industri
pengolahan masih menjadi sektor ekonomi utama Kepulauan Riau dengan kontribusi sebesar
47,88%.
Sumber : SEKDA – BI (HS2) Sumber : SEKDA – BI (HS2)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
10
Peningkatan pertumbuhan tertinggi pada sektor ini terjadi pada subsektor makanan,
minuman, dan tembakau dan alat angkut dan mesin yang mengalami peningkatan masing-
masing sebesar 11,21% (yoy) dan 10,45% (yoy). Sementara kontributor terbesar pada sektor
industri pengolahan adalah subsektor alat angkut, mesin, dan peralatannya yang memberikan
kontribusi sebesar 54,29%, diikuti oleh subsektor logam dasar, besi dan baja yang
memberikan kontribusi sebesar 16,87%.
Peningkatan pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan terindikasi oleh peningkatan
ekspor elektronik dan penyaluran kredit perbankan terhadap sektor industri pengolahan.
Selain itu kinerja positif sektor ini terlihat dari peningkatan akselerasi penggunaan listrik pada
triwulan laporan.
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
Grafik 1.12. Struktur Industri Pengolahan
Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2012
Grafik 1.13. Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan
Provinsi Kepulauan Riau
Grafik 1.14. Ekspor Elektronik dari Kepulauan Riau
Sumber : DSM - BI Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.15. Pertumbuhan Kredit Sektor Industri
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
11
Dari sisi industri kapal (shipyard), masih belum membaiknya kondisi perekonomian global,
masih memberikan dampak terhadap stagnannya pertumbuhan industri kapal (shipyard) pada triwulan
III-2012. Namun demikian pada akhir tahun diperkirakan akan terjadi peningkatan pertumbuhan
seiring dengan aktivitas produksi industri yang mengalami peningkatan. Hal ini terjadi akibat masuknya
beberapa investor untuk menanamkan modalnya di Batam. Selanjutnya minat investor terhadap sektor
perkapalan masih tinggi. Jika dilihat berdasarkan ekspor kapal laut Kepulauan Riau masih menunjukkan
peningkatan jika dibandingkan posisi yang sama tahun 2011. Stagnannya pertumbuhan sektor ini
banyak disebabkan oleh masih lesunya permintaan global, seiring masih belum pulihnya perekonomian
di kawasan Eropa.
Industri perkapalan diperkirakan akan mengalami peningkatan dengan rencana pembangunan
Pelabuhan Tanjung Sauh dengan rencana potensi penerimaan transhipping cargo dari jalur Selat
Malaka sebesar 4 juta TEU s pada awal operasinya. Saat ini jumlah Shipyard di Batam tercatat sebanyak
76 perusahaan. Kebanyakan dari industri itu memiliki pelabuhan sendiri dengan status Pelabuhan
Khusus (Pelsus) untuk memasukkan barang-barang kebutuhan perusahaan.
ngan
penambahan ini bongkar muat kontainer di pelabuhan tersebut akan lebih efisien. Rencananya
pembangunan pelabuhan akan dilakukan selama tiga tahun dengan kapasitas hingga 1,2 juta TEU,s.
Sementara harga baja sebagai bahan baku utama menjadi faktor pendorong daya saing sektor ini tidak
mengalami perubahan harga, dimana berdasarkan data World Bank, steel index Japan sebesar 137,09
pada Oktober 2012.
Grafik 1.16. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Industri
Kota Batam
Sumber : PLN Batam
Grafik 1.17. Pertumbuhan Penyaluran Gas Industri
Sumber : PGN Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
12
.
Upaya memajukan Batam sebagai kawasan industri dan mengoptimalkan
pengembangan sektor jasa, BP Batam telah menyusun roadmap yang matang. Antara lain,
meningkatkan sarana dan prasarana berupa pembanguan jalan tol, rel kereta, penyedia air
baku, pemeliharaan pesawat, pengolahan limbah, dan pusat data dan pelatihan. Konstruksi
rel kereta akan dikerjakan pada tahun 2013 2015, diharapkan sudah dapat beroperasi pada
2016.
1.3.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan hotel, dan restoran (PHR) pada triwulan II-2012 mencatat
pertumbuhan 12,07%, meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 10,97%.
Dengan adanya peningkatan pertumbuhan tersebut, sektor ini menjadi faktor pendorong
pertumbuhan perekonomian kedua terbesar di Kepulauan Riau pada triwulan laporan dengan
kontribusi sebesar 19,82%.
Pertumbuhan seluruh subsektor pada sektor ini memilik akselerasi yang cukup tinggi,
dimana pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor perdagangan besar dan eceran.
Indikasi peningkatan subsektor ini dapat dilihat dari pemakaian listrik sektor bisnis yang
mengalami peningkatan akselerasi, serta masih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit
perbankan terhadap sektor ini.
Grafik 1.20. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Bisnis
Kota Batam
Sumber : PLN Batam Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.21. Kredit Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Grafik 1.18. Ekspor Kapal Laut dari Kepulauan Riau
Sumber : DSM - BI Sumber : Worldbank
Grafik 1.19. Perkembangan Harga Baja Dunia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
13
Peningkatan aktivitas usaha pada subsektor perdagangan diperkirakan karena
peningkatan aktivitas masyarakat yang terkonfirmasi melalui peningkatan konsumsi
masyarakat, terutama untuk komoditas non makanan.
Selain itu peningkatan kunjungan wisatawan yang juga dikarenakan banyaknya
aktivitas meeting menjadi faktor pendorong peningkatan sektor ini. Hal tersebut
menyebabkan subsektor hotel tumbuh 11,88%. Hal ini terindikasi dari tingkat hunian hotel
berbintang secara umum di Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 yang masih cukup baik
sebesar 46,55%. Tidak hanya berasal dari kedatangan tamu domestik, tingginya tingkat
hunian hotel pada triwulan ini juga turut disumbang oleh kedatangan wisatawan
mancanegara yang pada triwulan III-2012 tercatat sebanyak 415.964 orang.
1.3.3. Sektor Pertambangan
Kinerja sektor pertambangan migas Kepulauan Riau mengalami percepatan laju
pertumbuhan, dimana sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dari 7,01% pada
triwulan II-2012 menjadi 7,52% pada triwulan III-2012. Peningkatan pertumbuhan ini
terindikasi dari peningkatan pertumbuhan ekspor migas Kepulauan Riau pada triwulan III-
2012 dengan kontribustor utama peningkatan ekspor gas. Kinerja positif sektor
pertambangan gas di Kepulauan Riau didukung oleh semakin optimalnya eksplorasi blok gas
Nort Belut-Natuna oleh Conoco Philips dan beroperasinya blok Gajah Baru-Natuna. Potensi
peningkatan produksi gas untuk wilayah Natuna masih sangat besar, karena ladang gas D-
Alpha memiliki total cadangan yang cukup besar dan merupakan salah satu sumber terbesar
di Asia.
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
Grafik 1.22. Perkembangan Kunjungan Wisatawan Mancanegara
(Wisman) yang Berkunjung Ke Kepulauan Riau
Grafik 1.21. Tingkat Hunian Hotel Berbintang (occ.rate)
di Kepulauan Riau
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
14
Hingga Agustus 2012 (data terkini per 6 November 2012) realisasi lifting Minyak Bumi
tercatat 15,09 juta barel atau pencapaian sebesar 70,42% dari sasaran 2012. Sementara
lifting gas hingga Agustus 2012 sebesar 196,25 juta MMBTU atau sebesar 77,71% dari
pencapaian sasaran tahun 2012.
Harga minyak mentah dunia pada September 2012 mengalami peningkatan jika
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD106,28/bbl. Sedangkan harga gas dunia
mengalami sedikit penurunan menjadi US$ 11,08 / MMBTU
Grafik 1.26. Harga Minyak Dunia
Sumber : Worldbank Sumber : Worldbank
Grafik 1.27. Harga Gas Dunia
Grafik 1.24. Lifting Gas per KKKS
Sumber : Kementrian ESDM Sumber : Kementrian ESDM
Grafik 1.25. Lifting Minyak per KKKS
Grafik 1.23. Perkembangan Ekspor Migas Kepulauan Riau
Sumber : BPS
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
15
1.3.4. Sektor-sektor Lainnya
Kinerja pertumbuhan sektor lainnya menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik,
terutama pada sektor bangunan yang memiliki akselerasi sebesar 10,56% (yoy). Peningkatan
sektor bangunan didukung oleh tingginya pembangunan fisik yang diperkirakan
pembangunan fisik pendukung usaha. Peningkatan tersebut terindikasi oleh peningkatan
realisasi pengadaan semen yang mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya. Sementara berdasarkan indeks harga properti residensial, secara umum
mengalami perlambatan, indeks yang masih mengalami peningkatan laju adalah indeks
properti golongan sederhana.
Di sektor pengangkutan dan komunikasi, pertumbuhan yang cukup tinggi terjadi pada
pengangkutan udara dan subsektor komunikasi. Peningkatan pertumbuhan pengangkutan
didorong oleh peningkatan jumlah wisatawan yang datang berlibur ke Batam dan puncak
arus mudik Idul Fitri yang terjadi pada triwulan III-2012. Hal ini terindikasi dari peningkatan
jumlah penumpang di Bandara Hang Nadim yang tingginya tingkat kunjungan wisatawan
juga memberi imbas positif terhadap sektor komunikasi, dimana indikasi peningkatan sektor
angkutan dan komunikasi tercermin melalui peningkatan pertumbuhan pemberian kredit
oleh perbankan terhadap sektor ini pada triwulan laporan.
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.29. Indeks Harga Properti Residensial
Sumber : Bandara Hang Nadim
Grafik 1.30. Pertumbuhan Jumlah Pesawat di Bandara Hang Nadim Batam
Grafik 1.28. Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau
Grafik 1.31. Pertumbuhan Kredit Sektor Pengangkutan
Umum dan Komunikasi
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Sumber : Survey Properti Harga Residensial
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
16
Pada sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami perlambatan jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, perlambatan ini terutama terjadi pada subsektor gas yang
terindikasi oleh perlambatan pertumbuhan penyaluran gas oleh PGN. Sementara pada
subsektor listrik secara umum berada dalam kondisi yang stabil jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.
Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pertumbuhan dimotori oleh
akselarasi yang meningkat pada subsektor bank yang tumbuh 9,17% (yoy). Hal tersebut
terindikasi oleh peningkatan pertumbuhan aset perbankan yang terjadi pada triwulan III-
2012. Pertumbuhan kredit cenderung stabil, sementara pengimpunan dana pihak ketiga
(DPK) menunjukkan peningkatan pertumbuhan.
Grafik 1.35. Perkembangan LDR dan NPL Perbankan
di Kepulauan Riau
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.34. Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Perbankan
di Kepulauan Riau
Grafik 1.32. Pertumbuhan Konsumsi Listrik
Kota Batam
Sumber : PLN Batam
Grafik 1.33. Pertumbuhan Konsumsi Gas
Kota Batam
Sumber : PGN Batam
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
17
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan dari 0,54%
(qtq) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,98% (qtq). Peningkatan laju inflasi tersebut
didorong oleh peningkatan harga pada subkelompok ikan segar, karena berkurangnya
pasokan komoditas tersebut yang diakibatkan faktor cuaca.
2011 2012 Sep-12
1. Banda Aceh 2,15 0,51 1,67
2. Lhokseumawe 2,77 1,70 2,47
3. Sibolga 1,90 3,08 4,91
4. Pematang Siantar 3,58 4,58 5,26
5. Medan 3,83 2,76 2,47
6. Padang Sidempuan 3,27 2,52 3,90
7. Padang 3,74 3,12 4,74
8. Pekanbaru 3,53 2,67 4,21
9. Dumai 1,99 2,37 3,47
10. Jambi 2,22 3,89 4,43
11. Palembang 2,89 1,72 2,60
12. Bengkulu 4,14 4,33 4,14
13. Bandar Lampung 3,59 3,68 4,32
14. Pangkal Pinang 6,53 7,37 5,83
15. Batam 3,30 1,52 1,98
16. Tanjungpinang 2,67 3,59 4,25
NASIONAL 2,97 3,49 4,31
Inflasi Tahun Berjalan
Sept (ytd)
Inflasi
Tahunan
(yoy)Kota
Komoditas yang berkontribusi besar terjadinya inflasi pada triwulan ini adalah
komoditas ikan selar, kangkung dan emas perhiasan. Faktor yang menyebabkan peningkatan
harga pada komoditas ikan selar akibat peningatan gelombang, sehingga hasil tangkapan
nelayan mengalami penurunan, sedangkan peningkatan komoditas kangkung akibat faktor
cuaca yang kurang mendukung pada sentra produksi, sehingga pasokan ke wilayah
Kepulauan Riau mengalami penurunan. Kenaikan komoditas emas perhiasan sangat
dipengaruhi oleh peningkatan harga emas dunia, karena harga emas domestik terintegrasi
dengan kondisi harga di pasar internasional.
Sumber: BPS
Tabel 2.1. Gambaran Inflasi di Sumatera dan Nasional
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
18
Sementara pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika dan Dollar
Singapura turut menjadi pemicu kenaikan harga pada komoditas import (imported inflation).
Dilain pihak adanya peningkatan harga pada beberapa komoditas internasional juga menjadi
faktor pendorong terjadinya inflasi pada triwulan ini.
Untuk menjaga tingkat ekspektasi masyarakat, diperlukan adanya peningkatan
eskpektasi positif oleh berbagai pihak terkait. Salah satu langkah yang dapat dilakukan
adalah pemberitaan mengenai informasi harga kepada masyarakat, dimana informasi harga
ini dapat berupa melalui media cetak, media elektronik, penyediaan papan informasi harga,
serta penyediaan situs layanan informasi harga. Selanjutnya untuk terjaminnya kebutuhan
pasokan masyarakat, diperlukan kerjasama perdagangan antar daerah, terutama dengan
daerah produsen. Keikutsertaan masyarakat meningkatkan produksi, salah satunya melalui
gerakan menanam di pekarangan rumah untuk komoditas strategis seperti cabe merah,
bayam, dan kacang panjang dapat menjadi alternatif solusi.
Grafik 2.2. Perkembangan Kurs IDR terhadap SGD dan USD
Sumber : BI
Grafik 2.1. Perkembangan Harga Komoditas Internasional
Sumber : IMF
Grafik 2.3. Laju Inflasi Kepulauan Riau
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.4 Andil Inflasi Kepulauan Riau
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
19
Terkait dengan pengendalian harga, peran dan kerjasama dinas dan instansi terkait
perlu lebih dioptimalkan. Langkah-langkah optimal pengendalian harga terutama dimotori
oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang telah terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau, Kota
Batam, serta Kota Tanjungpinang. Pengendalian harga juga harus ditopang oleh optimalisasi
fungsi Badan Ketahan Pangan Provinsi Kepulauan Riau.
Sebagian besar pasokan bahan makanan untuk Kepulauan Riau masih berasal dari
luar wilayah, baik berasal dari domestik seperti dari Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, dan Jawa;
juga berasal dari impor, terutama dari Singapura, Malaysia, Thailand dan China. Sehubungan
dengan ketergantungan yang cukup besar dari wilayah lain, maka diperlukan pengembangan
kawasan pertanian, peternakan dan perikanan sesuai dengan kondisi geografis wilayah dan
karakteristik wilayah, yang didukung oleh peran serta pemerintah dalam hal perizinan dan
kemudahan bagi investor. Kondisi geografis Kepulauan Riau yang 95% wilayahnya
merupakan laut, sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya gelombang laut. Ketika
gelombang laut mengalami peningkatan, maka pasokan kebutuhan masyarakat ke
Kepulauan Riau mengalami gangguan. Terkait dengan hal tersebut program ketahanan
pangan yang terintegrasi perlu dilakukan oleh pemerintah, diantaranya mendirikan tempat
cadangan pangan masyarakat sebagai manajemen stok dalam bentuk gudang untuk
komoditas padi, sayur, bumbu, dan buah, serta cold storage untuk komoditas ikan. Untuk
meningkatkan pasokan ikan, dapat dilakukan dengan pengembangan dan peningkatan
budidaya ikan darat, serta melakukan pembinaan pengolahan lanjutan paska budidaya untuk
komoditas ikan (ikan laut dan ikan darat).
Jul-12 Agust-12 Sep-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12
Selat Malaka 3-7 2-8 2-8 0.4 - 1.6 0.4 - 1.0 0.4 - 1.0 0 - 5 % 0 - 5 % 0 - 5 %
Laut Natuna 10-16 5-15 5-10 1.25 - 2.0 0,75 - 1.5 1,00-1,50 0 - 5% 0 - 5% 0 - 5%
Lokasi
Tinggi Signifikan Rata – Rata
(meter) Frekuensi Gel. > 3 MeterAngin 10 m Rata – Rata (Knot)
22..11.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNFFLLAASSII KKOOTTAA BBAATTAAMM
Inflasi Kota Batam selama triwulan III-2012 sebesar 0,65% (qtq), relatif stabil jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,64% (qtq). Terjadinya
inflasi pada triwulan III-2012 disebabkan oleh penurunan pasokan subkelompok ikan segar
dan sayuran, penurunan pasokan ikan karena peningkatan gelombang sedangkan penurunan
produksi akibat kondisi cuaca yang kurang baik menjadi faktor pemicu peningkatan harga
sayuran. Jika dilihat secara tahunan, laju inflasi tahunan (year on year) pada triwulan III-2012
Tabel 2.2. Prakiraan Tinggi Gelombang Laut di Wilayah Kepri Periode Juli s/d September 2012
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika (pemutakhiran September 2012)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
20
sebesar 1,98% (yoy). Secara tahunan, kelompok pengeluaran yang berkontribusi besar
terhadap inflasi Kota Batam terjadi pada kelompok bahan makanan; makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau; pendidikan, rekreasi, dan olahraga; serta perumahan, air, listrik, gas,
dan bahan bakar.
Pencapaian inflasi tahunan (yoy) dan tahun berjalan (ytd) Kota Batam pada September
2012 berada bawah level Nasional sebesar 4,31% (yoy) dan 3,49% (ytd). Dari 16 kota di
Sumatera, realisasi inflasi tahun berjalan Kota Batam (1,52% - ytd) merupakan ke dua
terendah setelah Kota Banda Aceh.
Berdasarkan data Survey Pemantauan Harga Mingguan, terpantau terjadinya
peningkatan harga pada komoditas ikan segar yang terjadi pada minggu kedua bulan
Agustus 2012, dan peningkatan harga pada komditas sayuran terjadi pada minggu kedua
dan ketiga bulan September 2012. Berdasarkan keterangan dari pelaku usaha (penjual)
peningkatan harga disebabkan oleh penurunan supply dari daerah nelayan/sentra produksi
akibat kondisi cuaca yang kurang baik.
22..22.. IINNFFLLAASSII KKOOTTAA BBAATTAAMM BBEERRDDAASSAARRKKAANN KKEELLOOMMPPOOKK PPEENNGGEELLUUAARRAANN
Berdasarkan kelompok pengeluaran, laju inflasi Kota Batam pada triwulan ini
terutama disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan dengan peningkatan
sebesar 0,97% (qtq). Sementara kelompok lainnya yang juga menjadi pendorong kenaikan
indeks harga terjadi pada kelompok sandang (2,39% - qtq), dan kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga (2,46% - qtq).
Grafik 2.5. Laju Inflasi IHK Triwulanan Kota Batam
Sumber: BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
21
Tabel 2.3. Perkembangan Laju Inflasi Batam Triwulan III-2012 (%)
Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tahun Dasar 2007
Berdasarkan andilnya terhadap pembentukan inflasi Kota Batam selama triwulan III-
2012 kontributor utama pembentukan inflasi Kota Batam, adalah :
a. Kelompok bahan makanan
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 0,97% (qtq), mengalami
perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami laju inflasi
sebesar 1,72% (qtq).
Inflasi pada kelompok bahan makanan terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pada
subkelompok ikan segar yang mengalami inflasi sebesar 8,43% (qtq) dengan andil
No. Kelompok Bulanan (mtm) Triwulanan
(qtq) Jul'12 Agt'12 Sep'12
1 Bahan makanan
0,42 0,09 0,46 0,97
2
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
0,27 0,08 0,01 0,37
3
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
0,01 0,04 0,00 0,05
4 Sandang -0,01 0,63 1,75 2,39 5 Kesehatan 0,22 0,09 -0,19 0,12
6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga
1,14 0,13 1,17 2,46
7
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan
-0,06 0,30 -0,18 0,06
Inflasi IHK 0,21 0,16 0,28 0,65
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan di Batam (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.7. Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan Menurut Subkelompok
Triwulan III-2012
Sumber: BPS,diolah.
Sumber: BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
22
pembentukan sebesar 0,33% (qtq). Selain itu kenaikan juga terjadi kenaikan harga yang
cukup besar pada subkelompok sayuran dengan kenaikan indeks sebesar 4,74% (qtq)
dengan andil 0,11% (qtq). Terjadinya peningkatan harga subkelompok ikan segar terutama
disebabkan peningkatan harga pada komoditas ikan selar dan kenaikan harga sayuran terjadi
akibat kenaikan harga pada komoditas kangkung. Kenaikan ini akibat keterbatasan pasokan
dari sentra produksi. Sementara terjadinya penurunan indeks harga pada subkelompok
bumbu-bumbuan sebesar 11,71% (qtq), menjadi faktor penghambat peningkatan laju inflasi
kelompok ini. Penurunan ini terutama peningkatan pasokan cabe merah dari daerah sentra
produksi.
b. Kelompok sandang
Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,39% (qtq), berubah arah jika
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,73% (qtq). Peningkatan
harga yang terjadi pada kelompok ini memberikan andil sebesar 0,18%.
Faktor utama terjadinya peningkatan pada kelompok sandang adalah peningkatan
harga komoditas emas perhiasan akibat peningkatan harga emas dunia dari USD 1597,4/OZ
pada akhir triwulan II-2012 menjadi USD 1772,1/OZ pada akhir triwulan laporan.
Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Sandang Kota Batam
(qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.9. Inflasi Kelompok Sandang Menurut Subkelompok
Triwulan III-2012
Sumber: BPS, diolah
c. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi sebesar 2,46% (qtq),
terjadi peningkatan laju inflasi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi
sebesar 0,60%. Dengan laju tersebut, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga
memberikan andil sebesar 0,14% terhadap pembentukan inflasi pada triwulan laporan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
23
Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kota Batam (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.11. Inflasi/Deflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Menurut Subkelompok
Triwulan III-2012
Sumber: BPS,diolah.
Pendorong utama inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga adalah kenaikan
harga yang terjadi pada subkelompok jasa pendidikan dengan kenaikan indeks sebesar
5,64% (qtq). Kenaikan tersebut didorong oleh kenaikan tarif SLTA, Taman Kanak-kanak dan
SLTP. Kenaikan tersebut seiring dengan peningkatan yang terjadi secara tahunan pada awal
musim tahun ajaran baru yang terjadi pada triwulan III.
22..33.. DDIISSAAGGRREEGGAASSII IINNFFLLAASSII KKOOTTAA BBAATTAAMM
Pembentukan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Batam pada triwulan III-2012
banyak didorong oleh inflasi volatile foods dengan kenaikan indeks sebesar 1,48% (qtq),
dengan andil sebesar 0,31% terhadap inflasi IHK. Peningkatan inflasi volatile foods banyak
disebabkan oleh peningkatan subkelompok ikan segar yang memberikan andil 0,33%.
Peningkatan kelompok volatile foods sedikit tertahan akibat penurunan harga subkelompok
bumbu-bumbuan yang terutama disebabkan penurunan harga cabe merah..
Grafik 2.12. Disgaregasi Inflasi Batam Triwulan III-2012
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.13. Perkembangan Laju Inflasi Inti, Administered Price, dan Volatile Food
di Batam (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Sementara inflasi inti juga mengalami inflasi sebesar 0,41% (qtq) dengan andil inflasi
sebesar 0,25%. Terjadinya deflasi pada kelompok ini banyak disebabkan oleh peningkatan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
24
harga emas perhiasan seiring kenaikan harga emas dunia. Inflasi administered price tercatat
mengalami peningkatan sebesar 0,48% (qtq), dengan andil 0,09% yang disebabkan oleh
peningkatan harga rokok.
22..44.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNFFLLAASSII KKOOTTAA TTAANNJJUUNNGGPPIINNAANNGG
Kota Tanjungpinang pada triwulan III-2012 mengalami perlambatan laju inflasi
dibanding periode sebelumnya. Laju inflasi pada akhir triwulan laporan tercatat 2,86% (qtq),
dengan peningkatan laju jika dibandingkan dari triwulan sebelumnya yang tercatat 0,00%
(qtq). Peningkatan inflasi yang terjadi di Kota Tanjungpinang banyak disebabkan oleh
peningkatan harga pada komoditas ikan segar, terutama ikan selar dan tenggiri dikarenakan
tingginya gelombang pada triwulan laporan.
Pada kelompok inti, kenaikan harga mie dan emas pehiasan menjadi pendorong
kenaikan inflasi pada triwulan III -2012 yang disebabkan peningkatan harga emas dunia. Jika
dilihat secara tahunan, laju inflasi tahunan (year on year) pada triwulan III-2012 sebesar
4,25% (yoy) mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 3,37% (yoy).
22..55.. IINNFFLLAASSII KKOOTTAA TTAANNJJUUNNGGPPIINNAANNGG BBEERRDDAASSAARRKKAANN KKEELLOOMMPPOOKK PPEENNGGEELLUUAARRAANN
Berdasarkan penggolongannya ke dalam kelompok pengeluaran masyarakat, kelompok
yang mengalami peningkatan harga pada triwulan ini terutama terjadi pada kelompok bahan
makanan dengan laju sebesar 7,34% (qtq), yang memberikan andil sebesar 2,05%.
Kelompok selanjutnya yang mengalami peningkatan harga cukup besar adalah kelompok
makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau serta kelompok sandang dengan kenaikan
masing-masing sebesar 2,04% (yoy) dan 2,43% (yoy).
Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Kota Tanjungpinang
Sumber: BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
25
Tabel 2.4. Perkembangan Laju Inflasi Tanjungpinang Triwulan III-2012 (%)
Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tahun Dasar 2007
No. Kelompok Bulanan (mtm) Triwulanan
(qtq) Jul'12 Agt'12 Sep'12
1 Bahan makanan
1,62 5,45 0,17 7,34
2
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
0,28 1,32 0,43 2,04
3
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
0,15 0,18 0,12 0,46
4 Sandang 0,11 1,02 1,28 2,43
5 Kesehatan -0,19 0,33 0,38 0,52
6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga
0,07 0,64 1,34 2,06
7
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan
-0,04 0,11 0,02 0,09
Inflasi IHK 0,54 1,98 0,31 2,86
Berdasarkan besarnya andil peningkatan harga Kota Tanjungpinang selama triwulan III-
2012, kontributor utama di Kota Tanjungpinang adalah :
a. Kelompok bahan makanan
Pada kelompok bahan makanan terjadi kenaikan indeks harga sebesar 7,34% (qtq),
mengalami perubahan arah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami
deflasi sebesar 1,01% (qtq). Andil pembentukan inflasi kelompok bahan makanan terhadap
pembentukan inflasi Kota Tanjungpinang adalah 2,05%.
Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan di Tanjungpinang (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.16. Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan Menurut Subkelompok
Triwulan III-2012
Sumer: BPS,diolah.
Sumber: BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
26
Inflasi pada kelompok bahan makanan terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pada
subkelompok ikan segar yang mengalami inflasi sebesar 23,27% (qtq) yang memberikan
andil sebesar 1,14% terhadap pembentukan inflasi triwulan III-2012. Seperti halnya yang
terjadi pada Kota Batam, terjadinya peningkatan harga pada subkelompok ikan segar
terutama pada komoditas ikan selar dan ikan tenggiri disebabkan kurangnya pasokan karena
penurunan hasil tangkapan nelayan seiring tingginya gelombang.
b. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
Pada triwulan III-2012 laju inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau tercatat 2,04% (qtq), mengalami percepatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat 0,91% (qtq). Laju tersebut memberikan andil sebesar 0,46%
terhadap pembentukan inflasi Tanjungpinang.
Inflasi yang terjadi pada kelompok ini terjadi terutama karena kenaikan harga pada
komoditas mie, ikan bakar, dan rokok kretek filter. Kenaikan harga pada komoditas mie
karena terdapat peningkatan ekspektasi pelaku usaha untuk meningkatkan margin,
sementara peningkatan harga ikan bakar dikarenakan peningkatan harga bahan baku.
Sedangkan peningkatan harga rokok akibat kenaikan harga cukai rokok.
Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Tanjungpinang
(qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.18. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Menurut Subkelompok
Triwulan III-2012
Sumber: BPS,diolah.
c. Kelompok sandang
Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,43% (qtq), berbanding terbaik dengan
triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 1,36% (qtq). Terjadinya peningkatan
laju inflasi ini memberikan andil terhadap pembentukan inflasi sebesar 0,14% (qtq).
Pada kelompok ini, kenaikan indeks harga terutama disebabkan naiknya harga emas
perhiasan seiring dengan peningkatan harga emas dunia yang mengalami peningkatan
sebesar 14,14% (qtq) dari USD 1597,4/OZ menjadi USD 1772,1/OZ
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
27
Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Sandang Kota Tanjungpinang
(qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.20. Inflasi Kelompok Sandang Menurut Subkelompok
Triwulan III-2012
Sumber: BPS, diolah
22..22.. DDIISSAAGGRREEGGAASSII IINNFFLLAASSII KKOOTTAA TTAANNJJUUNNGGPPIINNAANNGG
Peningkatan laju inflasi kota Tanjungpinang hingga akhir triwulan III-2012 terutama
dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan harga pada kelompok volatile foods didorong
kenaikan harga subkelompok ikan segar seiring peningkatan gelombang laut.
Laju inflasi inti pada triwulan ini juga mengalami peningkatan yang didorong oleh
peningkatan harga komoditas makanan jadi, emas perhiasan. Peningkatan ini banyak
disebabkan oleh peningkatan ekspektasi masyarakat, kenaikan harga bahan baku, dan
peningkatan harga komoditas internasional. Sementara inflasi administered price pada
triwulan III-2012 terutama terjadi akibat peningkatan harga pada komoditas rokok, seiring
peningkatan harga cukai rokok.
Grafik 2.21. Disgaregasi Inflasi Tanjungpinang Triwulan III-2012
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.22. Perkembangan Laju Inflasi Inti, Administered Price, dan Volatile Food di Tanjungpinang (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
28
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH
Perkembangan perbankan secara umum menunjukkan trend peningkatan
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Tingkat kepercayaan
masyarakat mengalami peningkatan yang tercermin dari naiknya dana pihak ketiga yang
dihimpun oleh perbankan. Fungsi intermediasi perbankan juga mengalami peningkatan
dengan kualitas kredit yang masih terjaga yang terindikasi dari masih rendahnya rasio kredit
bermasalah.
Transaksi pembayaran tunai pada triwulan III 2012 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, volume dan nilai
transaksi melalui instrumen uang giral terus menunjukkan sedikit penurunan dibanding
periode sebelumnya. Selama triwulan berjalan, transaksi keuangan masyarakat yang
menggunakan fasilitas BI-RTGS di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
33..11.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN PPEERRBBAANNKKAANN DDAAEERRAAHH
Pada triwulan III-2012, perkembangan indikator perbankan secara umum
menunjukkan trend yang meningkat. Volume usaha perbankan di Provinsi Kepulauan Riau
pada triwulan ketiga 2012 mengalami peningkatan 23,93% (yoy) sehingga tercatat sebesar
Rp33,79 triliun. Sementara itu tingkat kepercayaan masyarakat yang tercermin dari
penghimpunan dana pihak ketiga sampai triwulan III-2012 tercatat Rp28,01 triliun atau
mengalami peningkatan sebesar 24,15% (yoy). Intermediasi yang dilakukan oleh perbankan
triwulan ketiga 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 30,62%
(yoy) sehingga menjadi sebesar Rp22,30 triliun. Peningkatan kredit tersebut juga diiringi
peningkatan kualitas kredit yang tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,74% menjadi 2,42% pada triwulan laporan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
29
-
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
35,000.00
40,000.00
JAN
FE
B
MA
R
AP
R
ME
I
JUN
I
JUL
I
AG
US
T
SE
P
OK
T
NO
V
DE
C
JAN
FE
B
MA
R
AP
R
ME
I
JUN
I
JUL
I
AG
US
T
SE
PT
Total Asset Total Dana Total Kredit
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
64.00%
66.00%
68.00%
70.00%
72.00%
74.00%
76.00%
78.00%
80.00%
82.00%
84.00%
JAN
FE
B
MA
R
AP
R
ME
I
JUN
I
JUL
I
AG
US
T
SE
P
OK
T
NO
V
DE
C
JAN
FE
B
MA
R
AP
R
ME
I
JUN
I
JUL
I
AG
US
T
SE
PT
LDR NPL
2011 2012
Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III
Total Asset 27.273,06 28.685,52 30.250,54 31.793,82 33.799,07
Total Dana 22.555,91 24.069,09 25.550,96 26.721,27 28.002,68
Total Kredit 17.075,53 18.216,27 19.210,78 20.976,85 22.304,38
NPL 2,77% 2,36% 2,04% 2,74% 2,42%
LDR 75,70% 75,68% 75,19% 78,50% 79,65%
33..11..11.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN DDAANNAA PPIIHHAAKK KKEETTIIGGAA
Laju pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan
menunjukkan tren peningkatan. Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank umum
di Kepulauan Riau hingga akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp 28,01 triliun dengan
pertumbuhan sebesar 24,15% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, pangsa dana pihak ketiga bank umum tidak terjadi pergeseran yang
cukup berarti. Hingga akhir periode laporan, pangsa tabungan sebesar 41,41% dan giro
sebesar 37,14%, sementara sisanya deposito sebesar 21,45%. Simpanan dalam bentuk giro
mengalami peningkatan tertinggi dengan peningkatan sebesar 29,62% (yoy). Sementara itu
simpanan dalam bentuk tabungan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar
26,79% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya sektor perdagangan
meningkatkan jumlah transaksi dalam bentuk giral. Sementara itu simpanan dalam bentuk
deposito mengalami peningkatan 11,52% (yoy).
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.1 Indikator Utama Bank Umum di
Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.2 Perkembangan NPL dan LDR Bank
Umum di Provinsi Kepulauan Riau
Tabel 3.1
Indikator Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
30
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT
2012
Giro Tabungan Deposito
-
2,000.00
4,000.00
6,000.00
8,000.00
10,000.00
12,000.00
14,000.00
JAN
FE
B
MA
R
AP
R
ME
I
JUN
I
JUL
I
AG
US
T
SE
P
OK
T
NO
V
DE
C
JAN
FE
B
MA
R
AP
R
ME
I
JUN
I
JUL
I
AG
US
T
SE
PT
2011 2012
Giro Tabungan Deposito
33..11..22.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNTTEERRMMEEDDIIAASSII PPEERRBBAANNKKAANN
Perkembangan kredit yang berhasil disalurkan oleh bank umum cukup ekspansif
hingga akhir triwulan laporan. Hal ini ditunjukkan dengan total kredit yang disalurkan di
Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp22,30 triliun atau tumbuh 30,62%
(yoy). Meski cukup ekspansif, ruang bagi fungsi intermediasi perbankan khususnya bank
umum masih terbuka mengingat rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan
masih 79,65%. Sementara itu risiko kredit bermasalah masih cukup terkendali dengan rasio
NPL sebesar 2,42% di bawah target indikatif Bank Indonesia sebesar 5%. Pertumbuhan
ekonomi yang cukup baik telah mendorong daya serap kredit yang disalurkan oleh
perbankan di Kepulauan Riau pada periode triwulan laporan.
Grafik 3.5 Perkembangan Pertumbuhan Kredit yang
Disalurkan di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.3 Perkembangan Pertumbuhan DPK Bank Umum
di Provinsi Kepulauan Riau
Grafik 3.4 Perkembangan DPK Bank Umum Menurut Jenis
Simpanan di Provinsi Kepulauan Riau
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit yang Disalurkan
Berdasarkan Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
-
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
8,000.00
9,000.00
10,000.00
JAN
FE
B
MA
R
AP
R
ME
I
JUN
I
JUL
I
AG
US
T
SE
P
OK
T
NO
V
DE
C
JAN
FE
B
MA
R
AP
R
ME
I
JUN
I
JUL
I
AG
US
T
SE
PT
2011 2012
M. Kerja Investasi Konsumsi
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
55.00%
60.00%
65.00%
70.00%
15.00%
17.00%
19.00%
21.00%
23.00%
25.00%
27.00%
29.00%
31.00%
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT
2012
M. Kerja Konsumsi Investasi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
31
Sementara itu, penyaluran kredit menurut jenis penggunaannya kredit investasi
mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada posisi triwulan III-2012. Akselerasi kredit
juga dialami oleh kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Pertumbuhan kredit investasi
mengalami peningkatan sebesar 49,22% (yoy). Sementara itu pertumbuhan kredit modal
kerja meningkat sebesar 29,08% (yoy) sedangkan kredit konsumsi meningkat sebesar
21,39% (yoy) pada triwulan III-2012.
Meskipun perekonomian global khususnya Amerika Serikat dan Eropa mengalami
perlambatan, perekonomian regional Provinsi Kepulauan Riau masih menunjukkan kinerja
positif yang tercermin dari peningkatan daya serap kredit di sektor produktif. Berdasarkan
sektor ekonomi, pangsa pembiayaan yang disalurkan bank umum konvensional untuk sektor
industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor perdagangan masih dominan di Kepulauan
Riau di luar kredit konsumsi.
0.48%
0.19%
1.62%
15.81%
2.86%
8.16%
14.77%
2.37%8.06%
0.34%
7.91%
0.01%
0.33%
0.16%
0.88%
0.03%
0.00%0.43%
35.60%
Pertanian, Buru Dan Hutan
Perikanan
Pertambangan Dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas Dan Air
Konstruksi
Perdagangan Besar Dan Eceran
Akomodasi Dan Makan Minum
Trans, Gudang Dan Komunikasi
Perantara Keuangan
Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT
Adm Pem, Pertahanan Dan Jam Sos
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan Dan Keg Sosial
Jasa Msy, SosBud, Hiburan
Jasa Perorangan RT
Badan Internasional
Keg Yang Belum Jelas Batasannya
Bukan Lapangan Usaha
33..11..33.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN BBAANNKK PPEERRKKRREEDDIITTAANN RRAAKKYYAATT ((BBPPRR))
Pada triwulan III-2012, jumlah BPR yang beroperasi di Provinsi Kepulauan Riau tercatat
42 BPR atau tidak mengalami penambahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Diagram 3.1 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi
di Provinsi Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
32
Demikian pula kantor cabang BPR tidak terjadi penambahan pada triwulan laporan sehingga
total kantor BPR yang beroperasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau masih tetap 63 kantor.
Kinerja kredit yang disalurkan oleh BPR terus mengalami peningkatan, secara nominal
kredit yang disalurkan oleh BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 tercatat
sebesar Rp3,42 triliun meningkat 22,14% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan
kredit BPR tercatat sebesar 36,97% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya sehingga
tercatat Rp2,49 triliun.
Tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga keuangan mikro ini terus
menunjukkan peningkatan yang tercermin dari peningkatan DPK yang dihimpun oleh BPR.
Penghimpunan DPK BPR juga mengalami peningkatan. DPK BPR pada posisi triwulan III-2012
tercatat sebesar Rp2,73 triliun meningkat 20,90% (yoy) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.
70.00%
75.00%
80.00%
85.00%
90.00%
95.00%
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
4,000.00
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MEI
JUN
I
JULI
AG
UST SE
P
OK
T
NO
V
DEC
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MEI
JUN
I
JULI
AG
UST
SEP
T
Total Asset Dana Kredit LDR
Perkembangan fungsi intermediasi BPR di Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan
yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika pada triwulan III 2011
LDR BPR tercatat sebesar 80,33% maka pada triwulan laporan LDR BPR tercatat sebesar
91,31%. Banyaknya jumlah BPR berpengaruh pada tingkat persaingan yang semakin tinggi di
sektor kredit mikro. Oleh karena itu, BPR harus lebih jeli untuk menangkap peluang-peluang
bisnis baru khususnya untuk kredit sektor produktif. Meski demikian pengurus BPR juga harus
tetap memperhatikan unsure kehati-hatian dalam penyaluran kredit kepada masyarakat.
Kecenderungan BPR di Provinsi Kepulauan Riau lebih banyak menyalurkan kredit
untuk sektor konsumsi seperti pembelian kendaraan bermotor maupun perumahan. Hal ini
terkonfirmasi oleh data yang menunjukkan kredit konsumsi mendominasi dengan pangsa
sebesar 58,84% dari total kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau. Sementara itu, bila ditinjau
Grafik 3.7 Perkembangan Perkembangan Indikator BPR
di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
33
dari aspek risiko kredit cukup terkendali yang tercermin dari rasio NPLs yang tercatat 2,56%,
masih di bawah angka indikatif Bank Indonesia sebesar 5%.
33..11..44.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN PPEERRBBAANNKKAANN SSYYAARRIIAAHH
Pangsa asset bank syariah terhadap total asset seluruh bank di Kepulauan Riau terus
mengalami trend peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan telah melewati
angka psikologis 5%. Pada posisi triwulan III-2012 pangsa asset perbankan syariah terhadap
total asset tercatat 6,05%. Perkembangan positif dari sisi asset juga dibarengi dengan
peningkatan fungsi intermediasi perbankan syariah yang tercermin dari peningkatan
pembiayaan oleh perbankan syariah sebesar 23,34% dibandingkan dengan triwulan yang
sama tahun sebelumnya menjadi Rp1,76 trilun. Sementara itu penghimpunan dana pihak
ketiga oleh perbankan syariah juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang tercatat Rp1,22 triliun menjadi Rp1,56 trilun atau mengalami peningkatan
sebesar Rp334,93 triliun (27,35%). Salah satu karakteristik perbankan syariah di Provinsi
Kepulauan Riau adalah tingkat intermediasi yang relatif tinggi tercermin dari rasio Financing
to Deposit Ratio (FDR) sebesar 113,25% pada triwulan laporan dengan kualitas kredit yang
masih terjaga dengan NPLs sebesar 2,43%.
Dilihat dari data historis, aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan seiring
semakin luasnya informasi mengenai perbankan syariah yang diterima oleh masyarakat di
Kepulauan Riau. Dengan demikian, bank syariah di Kepulauan Riau memiliki peluang yang
cukup besar untuk terus mengembangkan pangsa pasarnya dengan jaringan yang lebih luas
agar bisa diakses oleh masyarakat baik di perkotaan maupun daerah hinterland.
Grafik 3.8
Perkembangan Perkembangan Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
34
33..22.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN SSIISSTTEEMM PPEEMMBBAAYYAARRAANN
Transaksi pembayaran tunai pada triwulan III 2012 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pergeseran awal Ramadhan yang jatuh pada bulan
Juli berpengaruh pada peningkatan transaksi tunai pada tahun 2012. Sementara itu, volume
dan nilai transaksi melalui instrumen uang giral mengalami peningkatan di banding periode
sebelumnya.
33..22..11 TTRRAANNSSAAKKSSII PPEEMMBBAAYYAARRAANN TTUUNNAAII
33..22..11..11.. AAlliirraann UUaanngg KKaarrttaall MMaassuukk//KKeelluuaarr
Secara umum perkembangan transaksi tunai di Provinsi Kepulauan Riau dipengaruhi
oleh siklus transaksi di masyarakat yang biasanya mengalami peningkatan di triwulan II dan
triwulan III kemudian menunjukkan kecenderungan turun di triwulan IV dan triwulan I. Meski
demikian pada triwulan III-2012 transaksi tunai di Provinsi Kepulauan Riau mengalami
peningkatan yang cukup signifikan yang tercermin dari peningkatan transaksi outflow (uang
kartal yang keluar dari kas Bank Indonesia melalui penarikan bank dan penukaran
masyarakat). Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, transaksi outflow
tercatat sebesar Rp2,39 triliun atau meningkat 19,95% (yoy).
Sementara itu transaksi inflow (uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia melalui
setoran bank dan penukaran masyarakat) mengalami sedikit penurunan sebesar 5,95% (yoy)
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sehingga secara nominal tercatat
sebesar Rp522 miliar. Sampai dengan triwulan laporan belum ada perubahan karateristik di
KBI Batam di mana outflow hampir selalu lebih besar daripada inflow. Pada triwulan III-2012
net outflow (outflow-inflow) tercatat Rp1,87 miliar lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya.
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
2008 2009 2010 2011 2012
Inflow (Rp milyar)
Outflow (Rp milyar)
2 per. Mov. Avg. (Outflow (Rp milyar))
-100.00%
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Inflow (growth yoy) Outflow (growth yoy)
Grafik 3.10 Pertumbuhan Inflow – Outflow Uang Kartal
di Provinsi Kepulauan Riau
Grafik 3.9 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal
di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
35
33..22..11..22.. PPeennyyeeddiiaaaann UUaanngg KKaarrttaall LLaayyaakk EEddaarr
Dalam rangka menjaga ketersediaan uang dengan kondisi yang layak edar, Bank
Indonesia tetap melakukan kebijakan clean money policy secara konsisten yaitu dengan
melakukan pemusnahan terhadap uang kartal yang sudah tidak layak edar dan kegiatan
penukaran kepada masyarakat. Pada triwulan laporan Bank Indonesia di Provinsi Kepulauan
Riau telah memusnahkan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan jumlah nominal mencapai
Rp11,43 milyar atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp98,19
milyar.
Selain dengan melakukan pemusanahan UTLE, Bank Indonesia juga melakukan
kegiatan kas keliling secara rutin ke kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kepulauan Riau,
seperti Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,
Kabupaten Anambas dan Kabupaten Lingga. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat di
daerah rural dan hinterland juga dapat mendapatkan fasilitas uang rupiah yang masih relative
baru dan layak edar.
0
50
100
150
200
250
Tw. I Tw. III Tw. I Tw. III Tw. I Tw. III Tw. I Tw. III Tw. I Tw. III
2008 2009 2010 2011 2012
Rp Miliar
Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah, Bank
Indonesia juga melakukan sosialisasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat
secara periodik. Sosialisasi ini dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti pasar (baik
modern maupun tradisional) serta pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah. Selain
kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga melakukan publikasi tentang ciri-ciri
keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.11 Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
di Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
36
33..22..22 TTRRAANNSSAAKKSSII PPEEMMBBAAYYAARRAANN NNOONN TTUUNNAAII
33..22..22..11.. KKlliirriinngg LLookkaall
Volume transaksi non tunai melalui instrumen kliring di Provinsi Kepulauan Riau
mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal yang sama juga
dibukukan dari sisi jumlah warkat yang dipertukarkan selama triwulan laporan tercatat
mengalami penurunan. Sementara itu, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap instrumen
uang giral masih dapat dikategorikan baik terlihat dari kualitas penyelenggaraan kliring di
Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 cukup terkendali dengan rendahnya rasio tolakan
kliring yang tercatat sebesar 1,96% dari seluruh jumlah warkat yang dipertukarkan turun
dibandingkan dengan rasio triwulan sebelumnya yang tercatat 2,08%.
Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III
Lembar 118,849 108,865 122,544 128,274 124,027
Nominal (Rp Miliar) 3,399 3,287 3,966 4,062 3,725
Lembar 2,989 2,522 2,362 2,664 2,431
Nominal (Rp Miliar) 109.47 86.96 93.22 86.01 98.68
Keterangan
Perputaran Kliring
Penolakan Cek/BG Kosong
2011 2012
33..22..22..22.. RReeaall TTiimmee GGrroossss SSeettttlleemmeenntt ((RRTTGGSS))
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) adalah proses
penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi
(individually processed/ gross settlement) dan bersifat real time (electronically processed),
dimana rekening peserta dapat didebit/kredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah
pembayaran dan peneriman pembayaran.
Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
37
Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III
Batam Batam ke Luar Batam 6,630 7,137 5,736 6,895 7,504
Luar Batam ke Batam 12,592 12,780 11,113 13,617 13,963
Batam ke Batam 3,845 3,948 3,103 3,567 3,676
Karimun Karimun ke Luar Karimun 305 346 351 419 319
Luar Karimun ke Karimun 183 167 159 188 199
Karimun ke Karimun 55 50 46 66 59
Natuna Natuna ke Luar Natuna 1 21 0.48 - -
Luar Natuna ke Natuna 42 154 342 301 665
Natuna ke Natuna 1 21 0.06 - -
Tanjung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang 218 381 186 198 160
Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1,367 1,695 1,041 1,156 1,159
Tg. Pinang ke Tg. Pinang 122 295 102 110 80
Batam Batam ke Luar Batam 13,022 13,359 11,657 13,451 13,936
Luar Batam ke Batam 16,143 17,602 15,279 16,315 16,309
Batam ke Batam 6,077 5,998 5,236 5,947 6,127
Karimun Karimun ke Luar Karimun 743 909 893 893 893
Luar Karimun ke Karimun 623 525 427 427 427
Karimun ke Karimun 109 87 85 85 85
Natuna Natuna ke Luar Natuna 11 18 7 - -
Luar Natuna ke Natuna 173 168 236 134 144
Natuna ke Natuna 1 1 1 - -
Tanjung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang 593 639 462 462 432
Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1,673 2,451 1,518 1,713 1,715
Tg. Pinang ke Tg. Pinang 304 364 227 240 228
RTGS Nilai (Rp Miliar)
RTGS Volume
Wilayah2011 2012
Selama triwulan berjalan, transaksi keuangan masyarakat yang menggunakan fasilitas
BI-RTGS di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan
yang sama tahun sebelumnya. Secara rata-rata peningkatan transaksi BI-RTGS nominal
tercatat 9,6% (yoy). Jika dilihat dari sebaran transaksi, sebagian besar transaksi BI-RGTS yang
dilakukan oleh masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau terjadi di Kota Batam. Secara nominal
Batam mendominasi transaksi BI-RTGS dengan pangsa sebesar 87,71% diikuti oleh Kota
Tanjungpinang dengan pangsa 7,25%. Demikian pula secara volume, transaksi BI-RTGS di
Provinsi Kepulauan Riau masih didominasi oleh transaksi masyarakat Kota Batam dengan
pangsa 87,71% yang kembali diikuti oleh Kota Tanjungpinang dengan pangsa 9,22%.
Tabel 3.3 Transaksi RTGS
Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
38
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kepri Tahun Anggaran
2012 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau
tercatat sebesar Rp2,250 triliun. Angka ini lebih tinggi dibanding APBD Provinsi Kepulauan
Riau Tahun Anggaran 2011 yang tercatat sebesar Rp 2,21 triliun setelah perubahan.
Berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah
(BKKD) Pemerintan Provinsi Kepulauan Riau, realisasi penerimaan daerah pada triwulan III-
2012 diperkirakan sebesar Rp1,83 triliun atau 89,78%. Pencapaian penerimaan tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan yang sama tahun 2011 yang tercatat
78,67% dari target tahun anggaran berjalan.
Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan III-2012 tercatat 82,20% dari target
tahun anggaran 2012. Realisasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada
triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 57,37% dari target tahun anggaran berjalan. Realisasi
belanja daerah diperkirakan akan kembali meningkat pada triwulan ketiga sampai dengan
triwulan akhir tahun 2012.
44..11 AAPPBBDD PPRROOVVIINNSSII KKEEPPUULLAAUUAANN RRIIAAUU TTAA.. 22001122
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kepri Tahun Anggaran
2012 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau
tercatat sebesar Rp2,250 triliun. Angka ini lebih tinggi dibanding APBD Provinsi Kepulauan
Riau Tahun Anggaran 2011 yang tercatat sebesar Rp 2,21 triliun setelah perubahan.
Berdasarkan data Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau, target penerimaan APBD Provinsi Kepulauan Riau adalah sebesar Rp2.03
triliun. Adapun rincian dari target tersebut antara lain berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang ditargetkan sebesar Rp572,2 miliar yang terdiri dari pendapatan pajak daerah
sebesar Rp542,74 miliar, retribusi daerah sebesar Rp1,60 miliar dan lain-lain Pendapatan Asli
Daerah sebesar Rp27,86 miliar. Sejak 2005 hingga 2011 realisasi Pendapatan Asli Daerah
Provinsi Kepulauan Riau mengalami trend kenaikan dengan kisaran 10-25% tiap tahunnya.
Sementara itu, target penerimaan dari Dana Perimbangan dilaporkan sebesar Rp1,3
triliun yang berasal dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum serta Dana Alokasi
Khusus. Penerimaan pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
pada tahun 2012 ditargetkan sebesar Rp818,59 miliar. Sedangkan target penerimaan dari
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
39
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus masing-masing sebesar Rp460,86 miliar dan
Rp23,17 miliar. Adapun penerimaan dari Lain-lain Pendapatan yang Sah yang merupakan
pendapatan hibah dari pemerintah ditargetkan sebesar Rp163,29 miliar pada tahun 2012.
Di sisi lain, Belanja Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 ditargetkan
Rp2,39 triliun. Belanja pemerintah tersebut dibagi dua yakni belanja tidak langsung dan
belanja langsung. Total belanja tidak langsung daerah pada tahun 2012 ditargetkan sebesar
Rp1,02 triliun. Rincian belanja tidak langsung tersebut antara lain untuk belanja pegawai
sebesar Rp206,25 miliar, belanja hibah sebesar Rp281,85 miliar, belanja bantuan sosial
sebesar Rp96,59 miliar, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota sebesar Rp250
miliar, belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota sebesar Rp179,50 miliar,
belanja tidak terduga sebesar Rp1 miliar, belanja bantuan keuangan sebesar Rp950 juta. Total
belanja langsung pemerintah daerah pada tahun 2012 ditargetkan sebesar Rp1,37 miliar
dengan rincian untuk belanja pegawai sebesar Rp178,45 miliar, belanja barang dan jasa
sebesar Rp858,81 miliar serta belanja modal sebesar Rp334,38 miliar.
44..22.. RREEAALLIISSAASSII AAPPBBDD PPRROOVVIINNSSII KKEEPPUULLAAUUAANN RRIIAAUU
44..22..11.. RReeaalliissaassii PPeenneerriimmaaaann
Berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah
(BKKD) Pemerintan Provinsi Kepulauan Riau, realisasi penerimaan daerah pada triwulan III-
2012 diperkirakan sebesar Rp1,83 triliun atau 89,78%. Pencapaian penerimaan tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan yang sama tahun 2011 yang tercatat
78,67% dari target tahun anggaran berjalan.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan III-2012 tercatat sebesar
Rp510,56 miliar atau 89,23% dari target anggaran tahun 2012. Pencapaian tersebut
sebagian besar berasal dari penerimaan pajak daerah yang tercatat sebesar Rp497,27 miliar
atau 91,62% dari yang ditargetkan. Target penerimaan pajak daerah tahun 2012 mengalami
kenaikan sebesar 14,76% dibanding target tahun sebelumnya.
Meningkatnya target penerimaan pajak mengingat bertambahnya potensi sumber
pajak provinsi sehubungan dengan UU No.28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD). Beberapa tarif pajak mengalami kenaikan, seperti pajak kendaraan bermotor
yang naik dari 5% menjadi 10%. Untuk jenis pajak ini, kendaraan pemerintah yang
sebelumnya tidak dikenakan pajak berubah menjadi objek pajak, dan daerah juga
diperbolehkan untuk mengenakan tarif pajak progresif. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
40
Bermotor (BBNKB) juga naik dari 10% menjadi 20%, serta tarif pajak bahan bakar kendaraan
bermotor meningkat dari 5% menjadi 10%.
Tabel 4.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Juli Agustus September
(Rp) (%)
1. PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pajak Daerah 542,745,301,000 71,986,201,805 57,694,858,893 57,694,858,893 497,272,262,954 91.62%
Retribusi Daerah 1,600,000,000 188,178,425 31,602,000 149,934,470 1,438,885,630 89.93%
- Retribusi Jasa Umum 100,000,000 14,382,000 11,059,000 12,598,850 98,216,350 98.22%
- Retribusi Jasa Usaha 1,450,000,000 173,796,425 15,543,000 137,335,620 1,314,219,280 90.64%
- Retribusi Perizinan Tertentu 50,000,000 5,000,000 - 26,450,000 52.90%
Hasil Pengel.Kekayaan Daerah ydp - - - -
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 27,863,055,500 1,596,000,244 220,260,450 1,548,226,412 11,844,962,054 42.51%
TOTAL PAD 572,208,356,500 73,770,380,474 57,946,721,343 59,393,019,775 510,556,110,638 89.23%
2. DANA PERIMBANGAN
Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 818,588,050,459 68,031,288,687 1,525,855,603 280,739,666,416 810,781,097,714 99.05%
- Bagi Hasil Pajak 222,000,000,000 1,352,921,898 1,525,855,603 21,681,154,940 83,926,116,964 37.80%
- Bagi Hasil Bukan Pajak 596,588,050,459 66,678,366,789 259,058,511,476 671,706,336,638 112.59%
- Pajak Penghasilan Orang Pribadi - - - - -
Bagi Hasil Bukan Pajak - - - - -
Dana Alokasi Umum 460,857,807,000 38,404,817,000 38,404,817,000 38,404,817,000 384,048,170,000 83.33%
Dana Alokasi Khusus 23,165,600,000 - - - 6,949,680,000 30.00%
TOTAL DANA PERIMBANGAN 1,302,611,457,459 106,436,105,687 39,930,672,603 319,144,483,416 1,201,778,947,714 92.26%-
3. LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH -
Pendapatan Hibah dari Pemerintah 163,289,580,000 38,692,178,000 18,750,000 18,750,000 117,431,014,000 71.92%-
2,038,109,393,959 218,898,664,161 97,896,143,946 378,556,253,191 1,829,766,072,352 89.78%
Realisasi Bulan Berjalan Realisasi Penerimaan
Tw.III-2012
(Rp)
JENIS PENERIMAAN TARGET TA. 2012
TOTAL PENERIMAAN DAERAH
Realisasi penerimaan dari retribusi daerah sampai dengan triwulan III-2012 tercatat
Rp1,43 miliar atau 89,93% dari target tahun anggaran 2012. Penerimaan tersebut berasal
dari penerimaan retribusi jasa umum sebesar Rp98,22 juta, retribusi jasa usaha sebesar
Rp1,31 miliar dan retribusi perizinan tertentu yang tercatat sebesar Rp26,45 juta.
Sementara itu pendapatan dari dana perimbangan sampai dengan triwulan III-2012
tercatat sebesar Rp1,20 triliun atau 92,26% dari target anggaran tahun 2012. Penerimaan
dana perimbangan tersebut berasal dari penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak dan dana
alokasi umum. Penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak pada triwulan III-2012 berdasarkan
laporan BKKD Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar Rp810,78 miliar atau 99,055% dari
target tahun anggaran berjalan yang terdiri atas bagi hasil pajak sebesar Rp83,92 miliar
(37,80%) dan bagi hasil bukan pajak sebesar Rp671,71 miliar (112,59%).
Penerimaan daerah dari Dana Alokasi Umum sampai dengan triwulan laporan tercatat
sebesar Rp384,05 miliar atau 83,33% dari target tahun anggaran 2012. Adapun penerimaan
daerah dari lain-lain pendapatan yang sah tercatat sebesar Rp117,43 miliar atau 71,92% dari
target tahun anggaran berjalan.
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
41
44..22..22.. RReeaalliissaassii BBeellaannjjaa
Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan III-2012 tercatat 82,20% dari target
tahun anggaran 2012. Realisasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada
triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 57,37% dari target tahun anggaran berjalan. Realisasi
belanja daerah diperkirakan akan kembali meningkat pada triwulan ketiga sampai dengan
triwulan akhir tahun 2012.
Berdasarkan data BKKD Provinsi Kepulauan Riau, penyerapan anggaran tersebut
sebagian besar dipergunakan untuk kegiatan belanja tidak langsung yang tercatat sebesar
Rp1,18 triliun atau 116,38% dari target tahun anggaran. Penyerapan belanja tidak langsung
tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh kegiatan belanja pegawai yang sampai dengan
triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp398,39 miliar atau 193,16% dari target anggaran tahun
berjalan.
Tabel 4.2. Perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Juli Agustus September
(Rp) (%)
1. BELANJA TIDAK LANGSUNG
- Belanja Pegawai 206,254,530,247 26,360,602,298 19,320,581,502 14,719,089,346 398,394,741,625 193.16%
- Belanja Subsidi - - - - - -
- Belanja Hibah 281,848,200,000 12,186,000,000 10,525,000,000 54,267,525,000 323,700,625,000 114.85%
- Belanja Bantuan Sosial 96,593,000,000 2,224,500,000 2,534,280,663 993,284,000 45,156,444,680 46.75%
- Belanja Bagi Hasil kpd Provinsi/Kab/Kota/Desa250,000,000,000 17,648,654,589 8,391,889,806 26,011,379,869 190,720,321,457 76.29%
- Belanja Bantuan Keuangan kpd Provinsi/Kabupaten/Kota179,501,000,000 448,000,000 1,814,000,000 22,228,795,564 224,370,444,295 125.00%
- Belanja Tidak Terduga 1,000,000,000 94,707,000 110,488,000 - 205,195,000 20.52%
- Belanja Bantuan Keuangan 950,000,000 - - - -
TOTAL BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,016,146,730,247 58,962,463,887 42,696,239,971 118,220,073,779 1,182,547,772,056 116.38%
2. BELANJA LANGSUNG
- Belanja Pegawai 178,447,667,686 15,257,922,358 13,983,529,868 13,635,271,577 163,610,254,941 91.69%
- Belanja Barang dan Jasa 858,814,766,529 77,756,852,325 68,107,023,751 48,047,018,602 522,174,014,564 60.80%
- Belanja Modal 334,380,415,538 11,402,559,453 31,780,280,843 14,567,458,671 94,494,646,509 28.26%
TOTAL BELANJA LANGSUNG 1,371,642,849,753 104,417,334,136 113,870,834,462 76,249,748,850 780,278,916,014 56.89%
-
TOTAL BELANJA DAERAH 2,387,789,580,000 163,379,798,023 156,567,074,433 194,469,822,629 1,962,826,688,070 82.20%
Realisasi Bulan Berjalan Realisasi Penerimaan
Tw.III-2012
(Rp)
JENIS BELANJA/PENGELUARAN TARGET TA. 2012
Realisasi belanja hibah pada triwulan III-2012 dilaporkan sebesar Rp323,70 miliar atau
114,85% dari target anggaran tahun berjalan. Sementara realisasi belanja bantuan keuangan
kepada provinsi/kabupaten/kota pada triwulan III-2012 dilaporkan sebesar Rp224,37 miliar
atau 125,00% dari target anggaran tahun berjalan. Adapun realisasi belanja bagi hasil
kepada provinsi/kabupaten/kota pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp190,72 miliar atau
76,29% dari target anggaran tahun 2012. Sementara realisasi belanja bantuan sosial sampai
dengan semester awal 2012 tercatat sebesar Rp45,15 miliar atau 46,75% dari target tahun
berjalan yang tercatat sebesar Rp96,59 miliar.
Penyerapan anggaran melalui kegiatan belanja langsung pada triwulan III-2012
tercatat sebesar Rp780,28 miliar atau 56,89% dari target anggaran tahun berjalan.
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
42
Penyerapan anggaran tersebut dipengaruhi oleh belanja barang dan jasa yang sampai dengan
akhir triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp522,17 miliar atau 60,80% dari target anggaran
tahun berjalan. Sementara itu realisasi belanja pegawai yang tercatat sebesar Rp163,61 miliar
atau 91,69% dari target anggaran tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp178,45 miliar.
Adapun realisasi belanja modal sampai dengan triwulan III-2012 dilaporkan sebesar Rp94,49
miliar atau 28,26% dari target tahun anggaran 2012 yang tercatat sebesar Rp334,38 miliar.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
43
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang cukup tinggi berdampak positif
pada penyerapan tenaga kerja yang tercermin dari penurunan tingkat pengangguran.
Peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja tersebut dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor wiraswasta. Struktur tenaga kerja di Provinsi
Kepulauan Riau relative tetap dimana Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa
Akomodasi menjadi sektor yang dominan dalam struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan
Riau.
Secara umum nilai ITK di Kepri pada triwulan III-2012 sebesar 110,78 yang
menunjukkan adanya kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan survey, indeks pendapatan
rumah tangga tercatat mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari 106,20 pada
triwulan II-2012 menjadi 110,74 pada triwulan III-2012.
Kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau yang diukur dari Nilai Tukar Petani
(NTP) pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang
sama tahun sebelumnya. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk
pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin
tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP Provinsi
Kepulauan Riau tercatat 104,24 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama
dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 103,40.
55..11.. KKEETTEENNAAGGAAKKEERRJJAAAANN
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang cukup tinggi berdampak positif
pada penyerapan tenaga kerja yang tercermin dari penurunan tingkat pengangguran.
Peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja tersebut dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor wiraswasta. Struktur tenaga kerja di Provinsi
Kepulauan Riau relative tetap dimana Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa
Akomodasi menjadi sektor yang dominan dalam struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan
Riau.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
44
Keterangan Feb.2010 Agus.2010 Feb.2011 Agus.2011 Feb.2012 Agus.2012Bekerja 653,012 769,486 777,726 781,824 838,934 824,567
Pengangguran 50,729 57,049 58,883 66,173 52,283 46,798
Jumlah Angkatan Kerja 703,741 826,535 836,609 847,997 891,217 871,365
Tingkat Partisipasi Kerja 64.95 68.85 68.14 67.48 69.33 66.25
Tingkat Pengangguran Terbuka 7.21 6.90 7.04 7.80 5.87 5.37
Berdasarkan data BPS Kepulauan Riau, jumlah angkatan kerja sampai dengan Agustus
2012 mencapai 871.365 orang, sementara jumlah penduduk yang bekerja adalah sebesar
824.567 orang. Sedangkan jumlah penduduk yang tidak bekerja/pengangguran terbuka
tercatat sebanyak 46.798 orang sehingga secara prosentase Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) tercatat sebesar 5,37%. Penurunan TPT tersebut juga menunjukkan daya serap dunia
usaha terhadap tenaga kerja mengalami peningkatan. Tingkat partisipasi kerja penduduk
Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan Agustus 2012 tercatat 66,25%.
0
2
4
6
8
10
12
14
Pada bulan Agustus 2012, struktur tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama
di Kepulauan Riau masih didominasi oleh Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa
Akomodasi meskipun secara nominal mengalami penurunan dibandingkan dengan Februari
2012. Sementara itu share Sektor Industri Pengolahan meningkat dibandingkan dengan
Februari 2012. Sedangkan Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan serta
Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan mengalami penurunan dibandingkan
dengan enam bulan sebelumnya.
Menurut data BPS Provinsi Kepulauan Riau, tenaga kerja sektor industri di Kepulauan
Riau mengalami peningkatan menjadi 194.223 orang. Pada saat yang sama Sektor
Grafik 5.1.
Perkembangan Pengangguran Terbuka Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau, diolah
Tabel 5.1.
Perkembangan Angkatan Kerja Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
45
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami penurunan dari 248.001 orang
pada Februari 2012 menjadi 226.134 orang pada Agustus 2012.
LAPANGAN KERJA UTAMA Feb.2010 Agus.2010 Feb.2011 Agus.2011 Feb.2012 Agus.2012Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan 88,439 98,091 128,433 97,757 126,345 98,336
13.50 12.80 16.50 12.50 15.10 11.90
Industri 208,080 252,753 149,311 195,368 122,267 194,223
31.90 32.90 19.20 25.00 14.60 23.60
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 122,627 153,505 188,628 193,860 248,001 226,134
18.80 20.00 24.30 24.80 29.60 27.40
Jasa Kemasyarakatan, Sodial dan Perorangan 135,023 126,543 148,740 139,273 182,003 135,358
20.70 16.50 19.10 17.80 21.70 16.40
Lainnya 98,843 138,594 162,614 155,566 160,318 170,516
15.10 18.00 20.90 19.90 19.10 20.70
Total 653,012 769,486 777,726 781,824 838,934 824,567
100 100 100 100 100.00 100.00
Sementara itu, struktur tenaga kerja menurut status pekerjaan utama relatif tidak
terjadi perubahan yang besar. Buruh/Karyawan/Pegawai masih menjadi pangsa terbesar
dalam angkatan kerja di Kepulauan Riau pada Agustus 2012 yang tercatat 539.041 orang
atau sebesar 65,40%. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan Februari 2012 yang
tercatat sebesar 527.347 orang. Sementara itu status pekerjaan utama terbesar kedua adalah
berusaha sendiri sebanyak 150.872 orang dengan pangsa 18,30% turun dibandingkan
dengan semester sebelumnya.
STATUS PEKERJAAN UTAMA Feb.2010 Agus.2010 Feb.2011 Agus.2011 Feb.2012 Agus.2012Berusaha Sendiri 147,006 177,147 161,969 139,407 170,205 150,872
22.50 23.00 20.80 17.80 20.30 18.30
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/dibayar 23,274 49,865 37,616 29,844 33,891 37,387
3.60 6.50 4.80 3.80 4.00 4.50
Berusaha dibantu buruh tetap 15,623 23,611 28,523 37,742 24,030 39,211
2.40 3.00 3.70 4.80 2.90 4.80
Buruh/Karyawan/Pegawai 407,592 475,718 488,533 527,770 527,347 539,041
62.40 61.80 62.80 67.50 62.90 65.40
Pekerja Bebas di Pertanian 8,304 7,237 3,969 6,498 9,992 16,030
1.30 0.90 0.50 0.80 1.20 1.90
Pekerja Bebas di non Pertanian 13,238 14,591 11,594 15,202 6,213 -
2.10 1.90 1.50 1.90 0.70 -
Pekerja Keluarga/Pekerja Tidak Dibayar 37,238 21,317 45,522 25,361 67,256 42,026
5.70 2.80 5.90 3.20 8.00 5.10
Penduduk Usia Kerja yang Bekerja 652,275 769,486 777,726 781,824 838,934 824,567
100 100 100 100 100.00 100.00
Tabel 5.3. Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama
di Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Tabel 5.2.
Perkembangan Penduduk Bekerja Menurut Sektor Ekonomi
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
46
55..22.. KKEESSEEJJAAHHTTEERRAAAANN MMAASSYYAARRAAKKAATT
55..22..11.. IInnddeekkss TTeennddeennssii KKoonnssuummeenn
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini
yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK
merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
dan perkiraan pada triwulan mendatang. Responden STK merupakan sub sampel dari Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) khusus di daerah perkotaan. Pemilihan sampel
dilakukan secara panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat
mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu.
Secara umum nilai ITK di Kepri pada triwulan III-2012 sebesar 110,78 yang
menunjukkan adanya kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan survey, indeks pendapatan
rumah tangga tercatat mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari 106,20 pada
triwulan II-2012 menjadi 110,74 pada triwulan III-2012.
95
100
105
110
115
120
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III
2011 2012
Pendapatan rumah tangga
Kaitan inflasi dengan konsumsi makanan sehari-hari
Indeks Tendensi Konsumen
Nilai ITK di kepri pada triwulan IV-2012 diperkirakan sebesar 110,82 yang
menunjukkan prediksi kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang.
Tingkat kepercayaan atau optimisme konsumen juga diperkirakan sedikit meningkat
dibanding triwulan sebelumnya. Perbaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan III-2012
diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan pendapatan rumah tangga dan rencana
pembelian barang-barang tahan lama.
Grafik 5.2. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen
Provinsi Kepualauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
47
55..22..22.. NNiillaaii TTuukkaarr PPeettaannii
Kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau yang diukur dari Nilai Tukar Petani
(NTP) pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang
sama tahun sebelumnya. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk
pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin
tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP Provinsi
Kepulauan Riau tercatat 104,24 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama
dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 103,40.
Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III
1. Tanaman Pangan
a. Indeks yang Diterima (It) 84.04 83.76 88.9 89.9 91.8
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125.42 126.31 127.3 128.45 129.26
c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 67.01 66.31 69.83 69.99 71.02
2. Hortikultura
a. Indeks yang Diterima (It) 152.32 157.63 162.87 167.76 165.21
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 126.43 127.34 128.57 129.66 130.48
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 120.48 123.79 126.68 129.39 126.62
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
a. Indeks yang Diterima (It) 151.75 151.08 154.89 156.42 153.86
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 126.05 126.89 127.79 129.03 129.74
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 120.39 119.07 121.2 121.23 118.59
4. Peternakan
a. Indeks yang Diterima (It) 106.75 108.25 108.48 109.35 109.77
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118.7 119.47 120.23 121.13 121.65
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 89.93 90.6 90.23 90.27 90.24
5. Perikanan
a. Indeks yang Diterima (It) 128.99 130.09 131.33 130.78 131.08
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119.53 120.28 120.94 122.01 122.5
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 107.91 103.55 108.59 107.19 107.01
Umum
a. Indeks yang Diterima (It) 127.13 128.17 131.09 132.26 131.74
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122.96 123.77 124.64 125.74 126.39
c. Nilai Tukar Petani (NTP) 103.4 103.55 105.18 105.18 104.24
Keterangan
2012
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, dari lima subsektor
yang menyusun NTP Provinsi Kepri pada triwulan III-2012 tercatat tiga subsektor yang
Variabel Pembentuk
ITK Triwulan IV-2012
Perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang 112,23
Rencana pembelian barang-barang tahan lama 108.16
Indeks Tendensi Konsumen 110.82
Tabel 5.4. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV-2012 Menurut Variabel Pembentuknya
Tabel 5.5.
Nilai Tukar Petani per Sub Sektor di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
48
mengalami kenaikan NTP, yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, dan
subsektor peternakan. Sementara itu subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor
perikanan mengalami penurunan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
49
2012 2013World Output 5,3 3,9 3,3 3,6
Advanced Economies 3,2 1,6 1,3 1,5United States 3,0 1,7 2,2 2,1Euro Area 1,9 1,4 -0,4 0,2Japan 4,4 -0,7 2,2 1,2United Kingdom 2,1 0,7 0,0 1,2Canada 3,2 2,5 1,7 2,2
NIE's 8,5 4,0 2,1 3,6
China 10,4 9,2 7,8 8,2India 10,8 7,1 4,9 6,0Indonesia 6,2 6,5 6,0 6,3Developing Asia 9,7 7,8 6,7 7,2
Latest ProjectionsYear over Year
2010 2011
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL
Pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan IV-2012 diperkirakan
mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya.
Masih belum membaiknya perekonomian global menyebabkan perlambatan kinerja ekspor di
Kepulauan Riau. Namun masih diminatinya Kepulauan Riau sebagai salah satu tujuan
pergerakan arus modal global. investment
grade Selain itu strategi BP Batam dalam melakukan promosi investasi
diperkirakan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian Kepulauan
Riau.
Proyeksi IMF atas dunia pada tahun 2012 mengalami perlambatan atas proyeksi pada
triwulan sebelumnya. Dari proyeksi tersebut perekonomian negara-negara maju sebagian
besar terkoreksi kebawah. Pelemahan perekonomian negara tersebut diperkirakan
menyebabkan investor melakukan investasi di negara berkembang seperti Indonesia.
Sementara pelemahan perekonomian Singapura pada triwulan III-2012, terutama pada sektor
manufacturing dan services diperkirakan memberikan dampak negatif terhadap
perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan IV-2012. Dari sisi sektoral, sektor utama pemicu
pertumbuhan Kepulauan Riau pada triwulan IV-2012 diperkirakan masih berasal dari sektor
industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Dari sisi inflasi, proyeksi inflasi tahun 2012 diperkirakan masih dalam batas bawah
target inflasi tahun 2012 yaitu 4%+1% (yoy). Dari sisi internal, Peningkatan permintaan
seiring musim liburan akhir tahun menjadi faktor pendorong terjadinya inflasi pada triwulan
Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Sumber : IMF - WEO Okt-2012 (Updated)
Grafik6.1. Estimasi Pertumbuhan GDP Singapura
Sumber : MTI Singapore (Jul-2012) Sumber : MTI SingaporeOkt-2012 (Updated)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
50
IV-2012. Selanjutnya, pola musiman komoditas volatile food yang menghadapi musim
paceklik pada daerah sentra produksi, terutama untuk komoditas beras, dan cabe merah,
pembatasan impor sayur dan buah, peningkatan ekspektasi pelaku usaha dan konsumen
pada akhir tahun, seiring dengan musim liburan, dan penetapan UMK menjadi pendorong
inflasi triwulan IV-2012. Dari sisi eksternal faktor pelemahan nilai tukar rupiah dan
peningkatan harga komoditas dunia menjadi faktor pendorong peningkatan laju inflasi pada
triwulan akhir 2012.
6.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Pada triwulan IV-2012, laju pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau diproyeksi
pada kisaran 7,61±1%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
8,55% (yoy). Selanjutnya pada akhir tahun 2012, Bank Indonesia Batam memproyeksikan
Provinsi Kepulauan Riau akan mengalami pertumbuhan 7,76±1%, lebih tinggi dari laju
pertumbuhan tahun 2011 yang tercatat sebesar 6,67%.
Akselerasi tertinggi pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2012 diperkirakan
berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran seiring dengan peningkatan aktifitas
masyarakat pada saat musim liburan akhir tahun. Sedangkan pendorong ekonomi utama
pada triwulan IV-2012 diperkirakan masih berasal dari sektor industri yang tumbuh 6,31%
(yoy). Membaiknya pertumbuhan sektor industri diperkirakan berasal dari peningkatan
aktivitas produksi seiring dengan masuknya investor baru sepanjang tahun 2012. Masih
diminatinya Kepulauan Riau sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global. Hal
investment grade ,
diperkirakan menjadi faktor pemicu peningkatan investasi Kepulauan Riau pada triwulan IV-
2012.
Sumber : BPS ProvinsiKepulauan Riau ; Keterangan: (P)Proyeksi Bank Indonesia Batamdalamkisaran ±1%
Tabel 6.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau
Sumber : DSM - BI
Grafik 6.2. Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor
Tw-IV TW-II Tw-III Tw-IV (P) 2012(P)KOMPONEN PENGGUNAAN- Konsumsi Rumah Tangga 2,68% 0,09% 5,81% 7,36% 3,12%- Konsumsi Lembaga Swasta 3,92% 5,67% 5,92% 6,29% 5,79%- Konsumsi Pemerintah 8,21% 5,58% 6,06% 15,36% 8,47%- Pembentukan Modal Tetap Bruto 13,05% 15,54% 13,58% 14,60% 15,09%- Ekspor Barang dan Jasa 3,34% 6,83% 2,44% 2,60% 4,77%- Impor Barang dan Jasa 6,54% 11,42% -8,46% -7,42% 1,33%
SEKTOR EKONOMI- Pertanian 3,44% 2,46% 3,07% 4,59% 3,21%- Pertambangan & Penggalian 3,58% 7,01% 7,52% 8,32% 6,89%- Industri Pengolahan 5,35% 5,25% 7,44% 6,31% 6,53%- Listrik, Gas & Air Bersih 11,23% 7,11% 5,56% 5,98% 7,36%- Bangunan 10,13% 11,68% 10,56% 10,35% 10,89%- Perdagangan, Hotel & Restoran 7,49% 10,97% 12,07% 10,40% 10,65%- Pengangkutan & Komunikasi 10,26% 9,15% 7,87% 8,45% 8,66%- Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 8,34% 8,55% 8,75% 6,28% 7,82%- Jasa-Jasa 7,52% 8,76% 7,48% 7,56% 7,92%7,77%
6,30% 7,25% 8,55% 7,61% 7,76%PDRB (termasuk migas)
year on yearyear over year20122011
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
51
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan juga masih menjadi pendorong
utama pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan IV-2012, yang terdorong
oleh peningkatan permintaan akibat aktifitas masyarakat selama musim liburan akhir tahun
2012 yang menyebabkan peningkatan aktivitas kunjungan wisatawan domestik dan asing ke
wilayah Batam. Sektor perdagangan, hotel dan restoran di periode triwulan IV-2012
diproyeksi mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 10,40% (yoy).
6.2 PROSPEK INFLASI
Inflasi pada triwulan IV-2012 diperkirakan akan mengalami peningkatan, seiring
dengan peningkatan permintaan masyarakat dan faktor ekspektasi masyarakat serta pelaku
usaha selama musim liburan akhir tahun 2012. Dari sisi supply, kondisi cuaca yang tidak
menentu pada daerah sentra produksi dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan
pasokan, hal tersebut juga mempengaruhi terhadap hasil tangkapan ikan. Dengan kondisi
tersebut, laju inflasi pada triwulan IV-2012 diperkirakan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
Namun demikian peningkatan inflasi pada triwulan III tahun 2012 masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan peningkatan inflasi tahun 2011. Dengan asumsi tersebut, laju inflasi
Kepulauan Riau diperkirakan berada dalam kisaran 3,24% (yoy), mengalami peningkatan
dibandingkan dengan periode triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 2,32% (yoy).
Perkiraan inflasi pada dua kota di Kepulauan Riau yang menjadi sampel pengukuran
inflasi Nasional oleh BPS, yaitu Kota Batam dan Kota Tanjungpinang kecenderungan yang
berbeda. Laju inflasi kota Batam pada triwulan IV-2012 diperkirakan melambat jika
dibandingkan laju peningkatan tahun sebelumnya, dimana proyeksi tahunan berada pada
kisaran 3,12±1% (yoy). Sedangkan Kota Tanjungpinang pada triwulan IV-2012 diperkirakan
mengalami peningkatan dengan proyeksi inflasi sebesar 3,80±1% (yoy). Peningkatan ini
diperkirakan berasal dari sisi permintaan, penurunan pasokan khususnya komoditas ikan
segar, dan faktor ekspektasi.
Grafik 6.3. Laju lnflasi Kota Batam
Sumber : BPS Kota Batam Ket. : InflasiNov & Des 2012adalahangkaproyeksi Bank
Indonesia Batam
Grafik 6.4. Laju Inflasi Kota Tanjung Pinang
Sumber : BPS Kota Tanjungpinang Ket. : InflasiNov & Des2012 adalahangkaproyeksi Bank Indonesia Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012
52
Pelemahan nilai tukar rupiah diperkirakan turut menjadi faktor pendorong
peningkatan harga, terutama pada komoditas yang berasal dari impor (imported inflation).
Meningkatnya harga komoditas dunia, terutama harga emas dan minyak diperkirakan juga
turut menjadi faktor pendorong terjadinya inflasi pada triwulan IV-2012. Faktor ekspektasi
peningkatan harga atas respon rencana kenaikan harga listrik dan kenaikan UMK menjadi
salah satu faktor pendorong peningkatan inflasi akhir tahun 2012.
Sep-12 Okt-12 Nop-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12
Selat Malaka 2-8 2-5 2-5 0.4 - 1.0 0.4 - 1.0 0.4 - 0,75 0,1 - 0,5 0 - 5 % 0 - 5 % 0 - 5 %
Laut Natuna 5-10 2-5 2-5 0,75 - 1.5 1,00-1,50 1,25-2,00 0,5 -1,25 0 - 5% 0 - 5% 0 - 5%
Lokasi Tinggi Signifikan Rata – Rata (meter) Frekuensi Gel. > 3 MeterAngin 10 m Rata – Rata (Knot)
Tabel 6.3. Prakiraan Kecepatan Angin, Tinggi Signifikan dan Frekuensi Terjadinya Gelombang Laut
Di Perairan Selat Malaka dan Laut Natuna Bulan September - November 2012
Sumber : BadanMeteorologidanGeofisika, Pemutakhiran6 November2012
Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Tukar IDR terhadap SGD & USD
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 6.5. Perkembangan Harga Komoditas Dunia
Sumber : IMF
Top Related