Created by Neevia Document Converter trial version
KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA
PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH
INKLUSIF ISLAM
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat
S-1 Psikologi dan S-1 Sarjana Pendidikan Islam
Pada Jurusan Tarbiyah
Diajukan Oleh :
SUJOKO
F 100 050 110 /G 000 060 132
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI-AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA
PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH
INKLUSIF ISLAM
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat
S-1 Psikologi dan S-1 Sarjana Pendidikan Islam
Pada Jurusan Tarbiyah
Oleh:
SUJOKO
F 100 050 110 / G 000 060 132
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI-AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA
PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH
INKLUSIF ISLAM
Yang diajukan oleh:
SUJOKO
F 100 050 110 / G 000 060 132
Telah disetujui untuk dipertahankan
di depan Dewan Penguji
Telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama
DR. Nanik Prihartanti Tanggal 20 Februari 2009
Pembimbing Pendamping
Dra. Chusniatun, M.Ag Tanggal 20 Februari 2009
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA
PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH
INKLUSIF ISLAM
Yang diajukan oleh:
SUJOKO
F 100 050 110 / G 000 060 132
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal
26 Februari 2009
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Penguji Utama
DR. Nanik Prihartanti
Penguji Pendamping I
Dra. Chusniatun, M.Ag
Penguji Pendamping II
Drs. Muh. Ngemron, MS
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Agama Islam
Dekan
Dra. Chusniatun, M.Ag
Fakultas Psikologi
Dekan
Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
MOTTO
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya;
dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(QS. Ar Rad 11)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
kesulitan ada kemudahan”
(QS. Al Insyirah 5-6)
”Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Oleh sebab itu, yakin dan optimislah
dalam melakukan segala sesuatu. Karena dengan itu kamu akan mendapatkan apa
yang kamu mau”
(Penulis)
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk :
� Bapak dan Ibu tercinta,
Yang telah memberikan doa perhatian, kasih sayang dan dukungan yang tiada henti-
hentinya untuk keberhasilan dan kebahagiaan
anak-anaknya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
KATA PENGANTAR
ΟΟΟΟ óó óó¡¡¡¡ ÎÎ ÎÎ0000 «« ««!!!! $$ $$#### ÇÇ ÇÇ≈≈≈≈ uu uuΗΗΗΗ ÷÷ ÷÷qqqq §§ §§����9999 $$ $$#### ÉÉ ÉÉΟΟΟΟŠŠŠŠ ÏÏ ÏÏmmmm §§ §§����9999 $$ $$####
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirrobillaalamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah swt, yang atas ridho-Nya telah melimpahkan segala berkah, rahmat, hidayah
dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:
“KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA PENYANDANG
TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM”. Hasil peneitian
menunjukkan bahwa striving for superiority ini merupakan suatu bentuk usaha
yang dilakukan oleh siswa penyandang tunadaksa untuk menutupi
kekurangsempurnaan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, baik
dengan cara melakukan coping strategy maupun dengan cara mengoptimalkan
potensi-potensi lain yang ada pada dirinya.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada Rosulullah Nabi
Muhammad SAW. Penyelesaian karya ini tak lepas dari banyak pihak dan pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih antara lain kepada:
1. Susatyo Yuwono S.Psi, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Dra. Chusniatun, M.Ag selaku dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Dr. Nanik Prihartanti, selaku pembimbing utama skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
pengarahan dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Chusniatun, M.Ag selaku pembimbing kedua yang penuh
kesabaran dan perhatian dari awal sampai akhir penulisan skripsi.
5. Drs. Mohammad Amir, M.Si selaku pembimbing akademik yang
senantiasa memberikan pengarahan dan saran mengenai studi selama
penulis menempuh studi.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
6. Seluruh Dosen, TU, dan staf Fakultas Psikologi yang telah
memberikan ilmu dan kelancaran dalam menyelesaikan studi.
7. Bapak dan Ibu tercinta, yang senantiasa memberikan kasih sayang,
dan limpahan doa untuk keberhasilan dan kebahagiaan masa depan
penulis. Adik-adikku tersayang, yang selalu memberikan keceriaan di
dalam melaksanakan skripsi.
8. Drs. Joko Riyanto, SH. MM selaku Kepala Sekolah SMP Muh I
Simpon Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk mengadakan penelitian. Dan memberikan
informasi yang dibutuhkan peneliti.
9. Bapak Bambang Tri Susilo selaku Kepala Sekolah SMP Ta’mirul
Islam Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk mengadakan penelitian. Dan memberikan informasi
yang dibutuhkan peneliti.
10. Muh. Muhtarom, AM PD selaku Kepala Sekolah SMP Muh 2
Kartasura yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk mengadakan penelitian. Dan memberikan informasi
yang dibutuhkan peneliti.
11. Subjek AD, BPW dan RAP, yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman seperjuangan, Patria Mukti dan Mas Hasyim yang selalu
memberikan dorongan dan bantuan ketika penulis sedang mengalami
keputusasaan.
13. Rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih
atas inspirasi dan dukungan yang telah diberikan.
Dari semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak
langsung, penulis memohon maaf atas keterbatasan kata-kata. Sekali lagi dari
lubuk hati yang paling dalam, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.W
Surakarta, 26 Februari 2009
Penulis
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
ABSTRAKSI ......................................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Keaslian Penelitian ................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
D. Manfaat Peneltian ................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep striving for superiority ............................................... 10
1. Pengertian striving for superiority .................................. 10
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
2. Faktor-faktor striving for superiority ................................ 11
3. Bentuk-bentuk striving for superiority .............................. 14
B. Tunadaksa ................................................................................ 16
1. Pengertian tunadaksa ................... .................................. 16
2. Klasifikasi tunadaksa ......................................................... 17
3. Penyebab tunadaksa ........................................................... 22
C. Sekolah inklusif islam .............................................................. 24
1. Pengertian sekolah inklusif islam...... ................................ 24
2. Latar belakang sekolah inklusif islam ................................ 26
3. Landasan sekolah inklusif islam ......................................... 27
4. Pengaruh sekolah inklusif islam terhadap kepribadian siswa
penyandang tunadaksa.................................................... 30
D. Pertanyaan penelitian................................................................ 33
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Identifikasi gejala penelitian .................................................... 34
B. Definisi operasional gejala penelitian ..................................... 34
C. Informan penelitian .................................................................. 35
D. Metode pengumpulan data ...................................................... 38
1. Wawancara ......................................................................... 38
2. Observasi ............................................................................ 39
3. Alat tes psikologi “sacks sentence computation test”
(SSCT)................................................................................ 40
4. Dokumentasi…………………………………………….. 41
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
E. Metode analisis data ................................................................ 41
1. Metode analissi data wawancara ........................................ 42
2. Metode analisis data observasi ........................................... 44
3. Metode analisis alat tes psikologi “sacks sentence computation
test” (SSCT)...................................................................... 44
4. Metode analisis dokumentasi ..................................... …… 49
F. Keabsahan data ........................................................................ 50
1. Kredibilitas ........................................................................ 50
2. Transferabilitas ................................................................... 51
3. Dependabilitas .................................................................. 51
4. Konfirmabilitas ......................................................... …….. 52
BAB IV. PERSIAPAN PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian .............................................. 53
1. Orientasi Kancah ....................................................................... 53
2. Persiapan Alat Pengumpulan Data ............................................ 54
a. Penyusunan pedoman wawancara ........................................ 54
b. Penyusunan pedoman observasi ........................................... 55
c. Persiapan alat tes psikologi .................................................. 56
d. Dokumentasi ......................................................................... 57
B. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 57
1. Karakteristik Subjek Penelitian .................................................. 57
2. Pelaksanaan Pengambilan data ................................................... 59
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
C. Hasil Penelitian dan Kategorisasi ..................................................... 63
1. Hasil Observasi ........................................................................... 63
2. Hasil Interview dan tes psikologi ............................................... 65
D. Pembahasan ...................................................................................... 86
BAB V. PENUTUP ..................................................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................... 95
B. Saran ................................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA dan LAMPIRAN
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Guide Interview ............................................................................................... 38
2. Skoring SSCT .................................................................................................. 44
3. Subjek penelitian ............................................................................................. 58
4. Informan pendukung ....................................................................................... 59
5. Kategorisasi hasil wawancara, tes psikologi, observasi, dokumentasi ............ 84
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Bagan desain penelitian ..................................................................................... 50
2. Skema mekanisme sriving for superiority pada siswa tundaksa di sekolah
inklusif islam .................................................................................................... 94
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Transkrip Wawancara 102
2. Hasil Try out………. 188
3. Hasil Tes SSCT……… 202
4. Foto Dokumentasi Subjek ............................................................................ 208
5. Surat Keterangan Penelitian .......................................................................... 212
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
ABSTRAKSI
Kelainan pada kondisi fisik yang kurang sempurna serta bersifat menetap
yang disandang oleh tunadaksa dapat menimbulkan masalah-masalah yang
kompleks. Selain berdampak pada aktifitas kesehariannya, kelainan ini juga sering
menimbulkan gangguan pada mental penyandang tunadaksa. Maka tidak jarang
penyandang tunadaksa ini mengalami gangguan-gangguan psikologis seperti
merasa tidak berguna, tidak mampu, malu, minder, kecemasan dan permasalahan-
permasalahan psikologis lainnya. Dampak-dampak tersebut akan semakin
diperparah lagi jika kondisi lingkungan yang ada kurang mendukung dan tidak
menerima kekurangan yang ada pada penyandang tunadaksa. Sehingga
kemungkinan penyandang tunadaksa untuk semakin minder pun akan semakin
besar. Namun tidak jarang pula penyandang tunadaksa yang mampu beradaptasi
dengan lingkungannya dan mampu menjalin interaksi sosial yang baik dengan
orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena adanya konsep diri
yang baik pada penyandang tunadaksa dan adanya dukungan sosial dari orang-
orang yang ada disekitarnya.
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep
striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa yang ada di sekolah
inklusif islam yang meliputi bentuk-bentuk striving for superiority dan faktor-
faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep striving for superiority pada
siswa penyandang tunadaksa tersebut.
Penelitian ini dilakukan di tiga sekolah yang berbeda, (1) SMP Muh I
Simpon Surakarta, (2) SMP Ta’mirul Islam Surakarta, dan (3) SMP Muh 2
Kartasura. Subjek penelitian ini berjumlah 3 siswa yang di ambil secara purposive
sampling, yaitu pengambilan subjek berdasarkan atas ciri-ciri dan kriteria-kriteria
tertentu. Kriteria-kriteria tersebut meliputi, (1) Siswa tunadaksa yang sekolah di
sekolah inklusif islam, (2) Usia 13-18 tahun, Untuk memperoleh data
sebagaimana yang di inginkan, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
beberapa instrument pengumpulan data, diantaranya adalah; wawancara,
observasi, tes psikologi dan dokumentasi.
Dari hasil analisis data di peroleh kesimpulan bahwa compensation adalah
satu-satunya bentuk striving for superiority yang digunakan oleh penyandang
tunadaksa untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. Dan
konsep striving for superiority yang dilakukan oleh siswa penyandang tunadaksa
tersebut dipengaruhi oleh 2 faktor, pertama faktor internal yang berupa self-
control, dan kedua faktor eksternal yang berupa dukungan sosial yang diberikan
kepada penyandang tunadaksa.
Kata kunci : Tunadaksa, striving for superiority, inklusif islam,
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa di sekolah merupakan masa-masa yang banyak dinanti, masa yang
mengesankan sekaligus menyenangkan, baik pada anak-anak, remaja, maupun
dewasa, dan mungkin bisa dikatakan bahwa masa-masa paling indah adalah masa-
masa di sekolah. Hal ini dikarenakan lingkungan sekolah akan memberikan
pengaruh yang sangat besar kepada anak sebagi individu maupun sebagai mahluk
sosial, peraturan sekolah, otoritas guru, disiplin kerja, cara belajar, kebiasaan
bergaul, dan macam-macam tuntutan sekolah yang cukup ketat akan memberikan
segi-segi keindahan dan kesenangan tersendiri pada anak (Purwanto: 2006)
Setiap siswa baik yang berkelainan maupun tidak, pada dasarnya
menginginkan situasi yang bisa memotivasinya agar bisa selalu berprestasi dan
berkarya di sekolahnya tanpa ada rasa malu dan takut untuk mengaktualisasikan
segala sesuatu yang ada pada dirinya. Namun tidak semua siswa bisa
mengaktualisasikan potensi yang ada pada dirinya tersebut; teman-teman, guru
dan bahkan keluarganya justru menjadi salah satu faktor penyebab hilangnya
keberanian mereka untuk mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada
dirinya. Hal ini nampak jelas sekali terlihat pada siswa-siswa yang memiliki
kelainan dan dianggap berbeda dengan yang lainnya, seperti tunadaksa,
tunarungu, tunawicara, tunanetra, badan terlalu gemuk dan atau kurus, dan lain
sebagainya. Kelainan-kelainan dan perbedaan-perbedaan seperti inilah yang
menjadi penyebab utama yang menjadikan mereka minder dan malu untuk
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
membaur dengan teman-temannya dan orang-orang yang ada di sekitarnya,
sehingga dengan adanya perasaan malu dan minder tersebut akan menjadikan
motivasi sekolah dan belajar merekapun berkurang.
Kekurangan-kekurangan yang ada ini akan mejadikan anak merasa malu
dan minder yang akhirnya akan menjadikannya rendah diri (inferioritas)
dihadapan para teman-temannya. Adler (dalam Suryabrata: 2002) mengatakan
bahwa rasa rendah diri (inferiorioritas) ini muncul dan disebabkan karena adanya
suatu perasaan kurang berharga yang timbul karena ketidak mampuan psikologis
maupun sosial yang dirasakan secara subyektif, dengan kekurangan-kekurangan
yang ada pada diri anak tersebut akan menjadikannya tersingkir dari kehidupan
disekitarnya. Menurut Mappiare (1982) suatu bentuk ketiadaan yang dimiliki oleh
seseorang dapat menyebabkan seseorang tersebut diabaikan dan kurang diterima
oleh kelompoknya, semakin banyak kekurangannnya akan semakin besar pula
kemungkinannya untuk ditolak oleh teman-temannya.
Mappiare (1982) mengatakan perlu diwaspadai bahwa penolakan-
penolakan ini mempunyai arti yang penting bagi seorang remaja, karena secara
tidak langsung penolakan itu akan mempengaruhi pikiran, sikap, perasaan,
perbuatan-perbuatan dan penyesuaian dirinya, bahkan pengaruh tersebut akan
terbawa dan berbekas sampai masa dewasanya. Apabila ini tidak segera diatasi,
maka anak akan mudah mengalami depresi yang pada akhirnya semua harapannya
akan pupus ditengah jalan.
Sementara itu Sumampouw dan Setiasih (2003) yang mengatakan bahwa
siswa berkelainan sebenarnya memiliki kemampuan intelektual yang tergolong
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
cerdas, namun need endurance mereka rendah bahkan need achievement mereka
tergolong sangat rendah. Hal ini menunjukan bahwa para penyandang cacat ini
sebenarnya memiliki potensi yang memadai, namun karena adanya hambatan dari
lingkungan yang tidak mendukungnya menjadikan mereka tersingkir dan tidak
bisa menyamai prestasi siswa-siswa lain yang normal.
Pengaruh teman sebaya ini merupakan hal penting yang tidak dapat
diremehkan, karena diantara remaja-remaja ini terdapat jalinan ikatan perasaan
yang sangat kuat. Berdasarkan kenyataan ini dapat dimengerti bahwa hal-hal yang
berkaitan dengan tingkah laku, minat, bahkan sikap dan pikiran remaja banyak
dipengaruhi oleh teman-teman dalam kelompok mereka (Mappire: 1982).
Berkaitan dengan kekurang sempurnaan ini Alfred Adler seorang ahli
optamologis dan psikiatri dari Wina (dalam Boeree: 2004) menyatakan bahwa
setiap manusia memang pada dasarnya memiliki kelemahan dan kelebihan baik
secara organik maupun psikologis. Namun tidak jarang orang dalam menghadapi
kekurangan-kekurangan semacam ini cenderung melakukan kompensasai. Mereka
berusaha untuk menutupi kelemahan-kelemahannya dengan berbagai cara
sehingga banyak yang memiliki kelemahan fisik dengan segudang kelebihan yang
tidak dimiliki oleh orang yang dalam kondisi fisik sempurna sekalipun.
Sayangnya tidak sedikit pula orang yang gagal dalam melakukan kompensasi
tersebut, sehingga mereka menjalani hidupnya dengan perasaan tertekan dan
penuh dengan penderitaan.
Phil (2008) menambahkan bahwa selain kompensasi para penyandang
cacat juga sering melakukan complex superiority dalam bentuk penyesuaian diri
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
dan membentuk pertahanan yang memungkinkannya dapat mengatasi rasa
inferioritas yang ada pada dirinya tersebut. Perilaku-perilaku pertahanan yang
dilakukan oleh penyandang cacat untuk mengatasi rasa rendah diri ini dalam
psikologi dikenal dengan istilah striving for superiority, yaitu suatu usaha yang
dilakukan guna mengatasi rasa rendah diri dan kurang berharga yang ada pada
dirinya agar menjadi peribadi-peribadi yang superior. Untuk mengatasi rasa
inferioritas yang ada inipun cara berpikir siswa penyandang cacat ini harus
dirubah, dari cara berpikir yang negatif terhadap kekurangan-sempurnaan yang
ada pada dirinya kedalam cara berpikir yang positif dan optimis. Hal ini
disebabkan karena kunci perubahan seseorang terletak pada pikirannya (Cleghorn,
dalam Lestari: 2002). Oleh karena itu, cara berpikir seseorang perlu dirubah dari
yang semula tidak mendukung menjadi mendukung diri sendiri dan berhenti
mengkritik diri. Cara berpikir negatif dan pesimis harus dirubah menjadi cara
berpikir yang positif dan optimis, sehingga dengan kekurang sempurnaan fisik
seseorang tidak akan membuatnya takut untuk membaur dan berinteraksi dengan
orang lain. Santoso (2007) menambahkan apabila seseorang selalu memikirkan
ketakutan dan kekhwatiran maka semua ketakutan dan kekhwatiran akan tertarik
masuk kedalam kehidupannya dan dia menjadi orang yang hidup dengan penuh
ketakutan dan kekhwatiran. Sebaliknya apabila seseorang selalu memikirkan
kebahagian dan keberhasilan maka segala bentuk kebahagiaan dan keberhasilan
akan tertarik masuk ke dalam kehidupannya sehingga dia menjadi orang yang
hidup dengan penuh kebahagiaan dan keberhasilan.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Cara berpikir seperti inilah yang harus ada pada diri setiap siswa
penyandang cacat, sehingga dia tidak akan merasa terkucilkan dari kehidupan di
sekitarnya. Dengan cara berpikir seperti ini seorang penyandang cacat akan dapat
mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada dirinya dengan tidak dihantui
oleh rasa takut dan rendah diri. Karena apabila nilai-nilai agama banyak masuk ke
dalam pembentukan kepribadian anak sewaktu kecil, maka tingkah laku anak
tersebut akan diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai agama tersebut.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Meichati (dalam Purwati dan Lestari: 2002)
bahwa hidup beragama akan dapat memberikan bantuan moral dalam menghadapi
krisis serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan sebagaimana yang telah
digariskan oleh Tuhan untuknya. Orang yang memiliki tingkat religiusitas yang
tinggi akan memahami benar apa yang terkandung dalam firman Allah yang
menyatakan bahwa orang Islam tidak boleh merasa rendah diri dan hina, karena
pada hakikatnya mereka adalah mulia dengan keimanannya. Sebagaimana firman
Allah:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. 49:13, dalam Hasbi,
dkk:1978)
Santoso (2004) menambahkan bahwa nilai-nilai spiritual yang ada dalam
diri seseorang merupakan sumber kekuatan yang dapat melahirkan kesabaran,
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
ketawakalan, berserah diri kepada Allah dan tidak mudah berputus asa dalam
menghadapi perubahan-perubahan dalam kehidupan.
Nilai-nilai spiritual inilah yang akan menjadikan seseorang memiliki
tingkat kesabaran yang tinggi dan tunduk terhadap semua ketentuan-ketentuan
yang telah Allah tetapkan untuknya. Hal ini tercermin dalam hadits Rasululah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengisyaratkan tentang kehidupan seorang
muslim. Dalam haditsnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan;
“Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman, semua
urusannya adalah baik. Tidaklah hal itu didapatkan kecuali pada
diri seorang mukmin. Apabila dia tertimpa kesenangan maka
bersyukur. Maka itu baik baginya. Dan apabila dia tertimpa
kesulitan maka dia pun bersabar. Maka itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim, dalam An-Nawawi: 2006)
Inilah gambaran seorang muslim yang baik, seorang muslim yang
memiliki kualitas Iman yang tinggi kepada Allah Ta’ala, dia akan melakukan
segala sesuatu yang terbaik untuk dirinya dan dalam keadaan serta kondisi
bagaimanapun juga dia akan tetap menikmati hidupnya ini tanpa ada rasa
penyesalan.
Berdasarkan uraian-uraian ini, Penulis ingin mengajukan suatu
permasalahan. Yaitu, bagaimana proses striving for superiority pada siswa
penyandang tunadaksa yang menempuh pendidikan di sekolah inklusif islam?
Berdasarkan permasalahan tersebut, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dengan judul “KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA
SISWA PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM”.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
B. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang terkait dengan tunadaksa telah banyak
dilakukan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Handayani, S. (2006) dalam
skripsinya yang berjudul “Hubungan antara konsep diri dan berpikir positif
dengan penyesuaian sosial pada remaja tunadaksa”. Senada dengan Handayani,
Novita, R (2007) pun juga pernah meneliti tentang tunadaksa dalam skripsinya
dengan judul “Hubungan antara dukungan sosial dengan kemandirian pada remaja
penyandang cacat tubuh”. Dan penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh
Arif, S (2007) dalam skripsinya dengan judul “Hubungan antara dukungan sosial
dengan aktualisasi diri pada remaja penyandang cacat tubuh’.
Dapat dilihat dari ke-tiga penelitian di atas belum pernah ada peneliti yang
melakukan penelitian dengan tema “konsep striving for superiority pada siswa
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam”. Sehingga penulis tertarik untuk
meneliti tema tersebut. Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis
dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada titik tekan yang menjadi
fokus pembahasan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2006) lebih
menekankan pada aspek konsep diri penyandang tunadaksa dan tentang berpikir
postitif dengan penyesuaian diri pada tunadaksa. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Novita (2007) lebih ditekankan pada aspek dukungan sosial dan
kemandirian pada tunadaksa. demikian juga halnya dengan Arif (2007) yang juga
menekankan pada aspek dukungan sosial dengan aktualisasi diri pada tunadaksa.
Adapun penelitian yang penulis lakukan ini lebih menekankan pada usaha-usaha
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
(coping strategy) yang mungkin dilakukan oleh siswa penyandang tunadaksa
dalam menutupi kekurang-kekurangan yang ada pada dirinya. Inilah yang
menjadikan penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengeksplorasi secara mendalam mengenai bentuk-bentuk striving for
superiority pada siswa penyandang tunadaksa yang menempuh pendidikan di
sekolah inklusif islam.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan atau menghambat
striving for superiority pada siswa penyandang tunadaksa yang menempuh
pendidikan di sekolah inklusif islam.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penyadang tunadaksa di sekolah inklusif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
penyandang tunadaksa khususnya yang berada di sekolah inklusif, bahwa
kekurang sempurnaan fisik bukanlah suatu alasan untuk tidak dapat maju, bangkit
dan mandiri. Namun kekurang sempurnaan tersebut dapat dioptimalkan dengan
berbagai macam cara, seperti mengoptimalkan berbagai potensi yang ada pada
dirinya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
2. Bagi kepala sekolah sekolah inklusif islam
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi kepala
sekolah inklusif islam untuk selalu memperhatikan siswa-siswanya yang memiliki
kelainan dan hendaknya selalu mengintruksikan kepada para guru-guru yang ada
agar senantiasa memotivasi siswa-siswanya agar tetap semangat dan optimis
dalam mensikapi kekurang sempurnaan yang ada pada siswa-siswanya.
3. Bagi orang tua siswa penyandang tunadaksa
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi penting bagi para
orang tua yang memiliki anak cacat secara fisik untuk selalu membimbing dan
mendukung anak-anaknya untuk bisa berpikir yang positif dalam mensikapi
kekurang sempurnaan fisiknya.
4. Bagi ilmuwan psikologi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi sumbangan bagi ilmu
pengetahuan pada umumnya dan psikologi pendidikan pada khususnya.
5. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain yang tertarik ingin melakukan penelitian dengan tema
yang sama, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan tambahan untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY
1. Pengertian Striving For Superiority
Setiap manusia di sadari atau tidak pasti pernah merasa malu dan minder
kepada orang lain baik yang berkaitan dengan koqnisinya maupun yang berkaitan
dengan kondisi fisiknya. namun di balik itu semua manusia juga memiliki
kecenderungan bangkit dan menutupi kekurangan yang ada pada dirinya tersebut.
Sebagaimana yang diyakini oleh Adler (dalam Alwisol: 2007) bahwa setiap
individu memulai kehidupan dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan
inferior, perasaan yang menggerakkan orang untuk berjuang menjadi superior.
Individu yang secara psikologis kurang sehat berjuang untuk menjadi pribadi yang
superior, dan individu yang secara psikologis sehat akan berjuang untuk mencapai
kesempurnaan. Inilah yang kemudian Adler sebut dengan istilah striving for
superiority. Sudrajad (2008) meyakini bahwa striving for superiority ini
merupakan suatu bentuk usaha yang digunakan untuk mengatasi perasaan
inferioritas (rendah diri) pada diri seseorang yang selanjutnya akan menghasilkan
perasaan aman dan nyaman tanpa kekhawatiran dan kecemasan. Phil (2008)
menambahkan bahwa striving for superiority ini merupakan suatu dorongan untuk
mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini merupakan
daya penggerak yang kuat bagi individu sepanjang hidupnya. Dengan adanya
striving for superiority menyebabkan manusia selalu berkembang ke arah
kesempurnaan dan akan membuat seseorang memiliki pandangn lebih optimis dan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
positif terhadap dirinya serta lebih berorientasi ke masa depan. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Chaplain (1986) bahwa striving for superiority ini merupakan
sumber kekuatan bagi manusia untuk berjuang demi masa depannya, bangkit dari
keterpurukan yang menghantui kehidupannya tidak hanya sebatas cukup kuat dan
cukup pintar namun bangkit untuk menjadi sempurna dengan menghilangkan
segala sesuatu yang menjadi penghambat dan penghalang bagi mereka untuk
sempurna.
Berdasarkan definisi dari tokoh-tokoh diatas dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa konsep striving for superiority ini merupakan suatu bentuk
usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengatasi rasa malu, rendah diri dan
perasaan kurang sempurna yang ada pada diri seserorang untuk dapat menjadi
individu-individu yang sempurna dan mampu mengaktualisasikan potensi serta
kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Striving for Superiority
Kehidupan manusia selalu dimotivasi oleh satu dorongan utama yaitu
dorongan untuk mengatasi perasaan inferior menjadi superior. Alwisol (2007)
mengatakan bahwa dorongan untuk mengatasi perasaan inferior dan menjadi
superior ini akan ditentukan oleh pandangan mengenai masa depan seseorang
serta tujuan dan harapannya, dan untuk mengatasi perasaan inferior dengan
mencapai keunggulan (superior) ini dibutuhkan suatu keberanian diri untuk
menghilangkan rasa takut dalam dirinya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Keberanian diri untuk menghilangkan rasa takut tersebut tidak akan
muncul begitu saja, namun ada beberapa hal yang dapat menstimulusnya agar bisa
muncul pada diri seseorang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Santoso (2004)
bahwa setidaknya ada 4 (empat) faktor utama yang dapat membangkitkan
keberanian dalam diri seseorang tersebut, ke-empat faktor tersebut adalah:
a. Visi Hidup
Visi hidup merupakan sebuah keyakinan yang paling bernilai yang
menjadi tujuan untuk diraih dalam kehidupan ini. Visi hidup yang jelas
berdasarkan suara hati spiritual sebagai pusat makna tertinggi dalam hidup ini
yang akan mendorong keberanian dan kebermaknaan hidup seseorang, yang
berupa visi hidup untuk mencari keridhoan Allah semata, hidupnya, matinya dan
segala sesuatu yang dilakukannya hanyalah untuk mengharapkan keridhoan-Nya.
Pernyataan Santoso ini dikuatkan dengan firman Allah yang berbunyi:
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, (QS. 6:162,
dalam Hasbi, dkk: 1978)
Dengan visi hidup ini akan menjadikan seseorang tidak takut akan
kegagalan dan akan menjadikannya sebagai individu yang memiliki keberanian
yang tinggi dalam menjalani kehidupan ini, mengalahkan berbagai kelemahan dan
hambatan dalam diri.
b. Keyakinan Hati
Keyakinan hati yang berupa keyakinan akan kemampuan diri dan potensi
diri yang diiringi dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Ta’ala dapat
melahirkan rasa yakin dalam diri seseorang. Karena dengan keimanan dan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
ketaqwaan inilah seseorang akan ditinggikan dan dimuliakan oleh Allah atas
hamba-hamba-Nya yang lain. Pernyataan Santoso ini dikuatkan dengan firman
Allah, sebagaimana yang telah Allah tegaskan dalam surat ke-58 ayat 11 bahwa
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman atas hamba-hamba-Nya
yang lain.
“....Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat...” (QS 58:11, dalam Hasbi, dkk:1978)
c. Rasa Percaya Diri.
Rasa percaya diri ini akan tumbuh dalam diri seseorang jika mampu
menguasai diri sendiri, memahami diri, mengenali berbagai bakat dan kemampuan
diri serta kompetensi yang ada pada dirinya. Pernyataan Santoso ini dikuatkan
dengan firman Allah, Allah berfirman dalam surat al-Imran ayat 139 yang
berbunyi:
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. 3:139,
dalam Hasbi, dkk: 1978)
Imanlah yang akan mengangkat derajat seseorang, dengan keimanan
seseorang tidak perlu takut dan merasa lemah dihadapan orang lain. Karena
dengan keimanan ini Allah akan menjadikannya mulia dan tinggi dihadapan orang
lain. Terlebih lagi Allah tidak membeda-bedakan antara hamba-hambanya karena
adanya perbedaan ras, warna kulit, kecantikan dan ketampanannya.
Rasulullah SAW bersabda:
“sesungguhnya Allah tidak melihat kalian karena bentuk dan
rupa kalian, akan tetapi Allah melihat hati dan perbuatan
kalian”.(HR Mutafaq Alaihi, dalam An-Nawawi: 2006)
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
d. Semangat dan Ambisi
Semangat dan ambisi ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
meningkatkan keberanian dan motivasi hidup seseorang. Semangat dan ambisi
hidup ini muncul karena adanya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Selain itu semangat dan ambisi hidup ini juga disebabkan karena adanya jaminan
dari Allah SWT yang berupa kemudahan dalam menjalani kehidupan ini jika
mereka mau bertaqwa kepada-Nya. Pernyataan Santoso ini dikuatkan dengan
firman Allah yang berbunyi:
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (QS.
94:5, dalam Hasbi, dkk: 1978)
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa striving for superiority
ini tidak tiba-tiba tubuh dan muncul pada diri seseorang. Namun striving for
superiority ini tumbuh karena ada suatu hal yang mempengaruhinya. Diantara hal-
hal yang dapat mendorong munculnya keinginan untuk melakukan striving for
superiority tersebut adalah visi hidup, keyakinan hati, rasa percaya diri serta
semangat dan ambisi yang ada pada diri seseorang. Ke-empat hal inilah yang akan
menumbuhkan keberanian diri untuk menghilangkan rasa takut dalam diri.
3. Bentuk-bentuk Striving for Superiority
Striving for superiority ini bukanlah hanya sebatas usaha yang digunakan
untuk mengatasi rasa rendah diri (inferior) pada seseorang, namun striving for
superiority ini merupakan awal dari kemajuan dan kebangkitan seseorang.
Striving for superiority ini sendiri memiliki bentuk-bentuk yang khas
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
sebagaimana yang dikatakan oleh Adler (dalam Boeree; 2004) bahwa striving for
superiority ini memiliki 2 (dua) bentuk pokok, kedua bentuk tersebut adalah:
a. Kompensasi
Kompensasi merupakan sebuah istilah yang pertama kali perkenalkan oleh
Alfred Adler seorang ahli optamologis dan psikiatri dari Wina. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Alwisol (2007) bahwa Alfred Adler pertama kali mengenalkan
istilah kompensasi dalam hubungannya dengan perasaan inferior ini dalam
bukunya yang berjudul “Study of Organ Inferiority and Its Physical
Compensation” (1907), Adler mengatakan bahwa setiap individu mempunyai
perasaan inferioritas, mereka mempunyai suatu tendensi alamiah untuk
menyembunyikan perasaan ini. Untuk itu mereka mencari ekspersi yang tepat
guna menutupi perasaan inferiornya tersebut. Dalam hal ini Boeree (2004)
menjelaskan lebih lanjut bahwa kompensasi ini merupakan sebuah strategi yang
digunakan untuk menutupi dan melindungi kelemahan dan ketidakmampuan yang
ada dengan kemampuan-kemampuan yang lain. Menutupi atau melindungi
kelemahan, frustasi, nafsu, merasa lemah atau tidak mampu dalam satu area
kehidupan lewat sesuatu yang menyenangkan atau keahlian di area lain.
b. Komplek Superioritas
Selain mengenalkan istilah kompensasi di atas, Afred Adler juga
mengenalkan istilah komplek superioritas dalam kaitannya dengan perasaan
inferior pada seseorang.
Menurut Adler (dalam Boeree; 2004) komplek superioritas ini dilakukan
untuk menutupi kelemahan dan keinferioran dengan cara berpura-pura memiliki
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
suatu kelebihan. Kompleks superioritas ini biasanya akan menjadikan seseorang
menjadi diktator dan suka mengintimidasi orang lain sebagai wujud superiornya.
Perasaan-perasaan komplek superioritas yang muncul ini biasanya seperti;
kebutuhan kekuatan, keinginan berkuasa, tidak menghormati orang lain, biasanya
dikombinasikan dengan kebutuhan prestise dan kepemilikan yang berujud sebagai
kebutuhan mengontrol orang lain dan menolak perasaan lemah.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa striving for
superiority ini dapat dilakukan melalui 2 (dua) bentuk, yaitu kompensasi dan
komplek superiorritas. Kompensasi merupakan sebuah usaha yang digunakan
untuk menutupi suatu kelemahan dan kekurangan yang ada pada dirinya dengan
mencari kelebihan-kelebihannya dibidang yang sama dan atau kemampuan-
kemampuan dibidang yang lain. Sedangkan komplek superioritas ini merupakan
suatu usaha yang digunakan untuk menutupi kelemahan-kelemahan yang ada
dengan berpura-pura memiliki suatu kelebihan tertentu.
B. TUNADAKSA
1. Pengertian Tunadaksa
Istilah tunadaksa merupakan istilah yang tidak asing lagi, karena istilah ini
cukup familier baik dalam bidang ilmu psikologi, kedokteran maupun pendidikan.
Mangunsong (1998) mengatakan bahwa tunadaksa ini mempunyai
pengertian yang luas, namun secara umum dapat dikatakan bahwa tunadaksa atau
cacat fisik ini merupakan suatu bentuk ketidakmampuan tubuh atau fisik untuk
menjalankan fungsi tubuh seperti dalam keadaan normal. Namun secara spesifik
tunadaksa ini dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada
sistem otot, tulang, persendian, dan syaraf yang disebabkan oleh penyakit, virus,
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
dan kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran.
Gangguan itu mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi,
mobilisasi, dan gangguan perkembangan pribadi. Meichati (dalam Purnarini:
2006) mengatakan bahwa seseorang dikatakan tunadaksa karena tidak
berfungsinya anggota tubuh secara normal.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tunadaksa (cacat
fisik) adalah ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan aktivitas
kesehariannya seperti orang pada umumnya dikarenakan adanya kelainan pada
fungsi fisiknya yang bersifat menetap.
2. Klasifikasi Tunadaksa
Tunadaksa merupakan suatu tipe kelainan yang berpusat pada fisik yang
tidak berfungsi sebagaimana semestinya. Namun ketidak berfungsinya fisik ini
memiliki tipe yang berbeda-beda antara tunadaksa satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan pada tipe tunadaksa ini secara sederhana Mangunsong (1998)
mengklasifikasikannya kedalam dua bagian, yaitu:
a. Anak tunadaksa yang tegolong bagian D (SLB D)
SLB D adalah anak yang menderita cacat polio atau yang lainya, sehingga
mengalami ketidak normalan dalam fungsi tulang; otot-otot atau kerjasama
fungsi otot-otot. Namun anak tipe SLB D ini memiliki kemampuan
normal.
b. Anak tunadaksa yang tergolong bagian D 1 (SLB D1)
SLB D1 adalah anak yang menderita kecacatan sejak lahir, sehingga
mengalami cacat jasmani karena tidak berfungsinya tulang, otot sendi dan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
syaraf-syaraf. Anak tipe SLB D1 ini memiliki kemampuan intelegensi
dibawah normal atau terbelakang.
Namun menurut Mangunsong (1998) jika tunadaksa ini dilihat dari sudut
fa’ali nya maka tunadaksa tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Kelainan pada sistem serebral (cerebral system)
Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral)
didasarkan pada letak penyebab kelainan yang terletak didalam sistem syaraf
pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syaraf pusat
mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang
belakang merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya
terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat
sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut dengan
cerebral palsy (CL).
Cerebral palsy ini dapat diklasifikasikan menurut: (1) Derajat kecacatan
(2) Topografi anggota badan yang cacat dan (3) Fisiologi kelainan geraknya.
1. Penggolongan menurut derajat kecacatan.
Menurut derajat kecacatan ini tunadaksa dapat diglongkan menjadi tiga
tipe, yaitu:
a. Golongan ringan; adalah mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan
alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal
lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan
pendidikannya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
b. Golongan sedang: adalah mereka yang membutuhkan treatment/latihan
khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini
memerlukan alat-alat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace
untuk membantu penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam
berjalan. Dengan pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini
diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.
c. Golongan berat: anak cerebral palsy golongan ini yang tetap
membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya
sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.
2. Penggolongan menurut topografi
Dilihat dari topografi yaitu banyaknya anggota tubuh yang lumpuh,
Cerebrol palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan yaitu:
a. Monoplegia; hanya satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kiri sedang
kaki kanan dan kedua tangannya normal.
b. Hemiplegia;, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama,
misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri.
c. Paraplegia; lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
d. Diplegia; lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan
kiri (paraplegia)
e. Triplegia; tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan
kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya
lumpuh.
f. Quadriplegia; anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan dan kedua kakinya,
quadriplegia disebutnya juga tetraplegia.
3. Penggolongan menurut fisiologi
Kelainan gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya
(motorik), anak cerebral palsy dibedakan atas:
a. Spastik; tipe spastik ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau
kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Kekakuan itu timbul
sewaktu akan digerakan sesuai dengan kehendak. Dalam keadaan
ketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan itu akan makin
bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi
berkurang. Pada umumnya, anak cerebrol palsy jenis spastik ini memiliki
tingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah. Diantara mereka ada yang
normal bahkan ada yang diatas normal.
b. Athetoid; pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-
ototnya dapat digerakan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada
sistem gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol. Gerakan
dimaksud adalah dengan tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak.
c. Ataxia; ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan,
kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu
berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem
koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe
ini mengalami gangguan dalam hal koordinasi ruang dan ukuran, sebagai
contoh dalam kehidupan sehari-hari: pada saat makan mulut terkatup
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
d. Tremor; gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah senantiasa
dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung
sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat
terjadi pada kepala, mata, tungkai dan bibir.
e. Rigid; pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe
spastik, gerakannya tampak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih
tampak.
f. Tipe Campuran; Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis
ataupun lebih gejala tuna cerebral palsy sehingga akibatnya lebih berat
bila dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe
kecacatan.
b. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system).
Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelompok system otot dan rangka
didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan
yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang. Jenis-jenis kelainan sistem
otak dan rangka ini antara lain meliputi:
1. Poliomylitis; penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga
otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus
polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua)
tahun sampai 6 (enam) tahun.
2. Muscle Dystrophy; Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot.
Kelumpuhan pada penderita muscle dystrophy sifatnya progressif,
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
semakin hari semakin parah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris
yaitu pada kedua tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan
kedua kakinya.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tunadaksa
dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar yaitu; kelainan pada sistem
serebral (cerebral system) dan kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus
skeletal system).
3. Penyebab Tunadaksa
Tunadaksa merupakan suatu tipe kelainan yang berpusat pada fisik yang
tidak berfungsi sebagaimana semestinya. Namun ketidak berfungsinya fisik ini
memiliki penyebab yang berbeda-beda antara tunadaksa satu dengan yang
lainnya.
Menurut Mangunsong (1998) ada beberapa macam sebab yang dapat
menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi tunadaksa. Sebab-sebab
tersebut adalah:
a. Sebab-sebab sebelum lahir (fase prenatal)
Pada fase ini kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan,
kerusakan ini disebabkan oleh:
1. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga
menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi,
syphilis, rubela, dan typhus abdominolis.
2. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
3. Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi
sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
4. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat
mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya
ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan
mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat.
b. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal)
Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi
dilahirkan antra lain:
1. Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil
sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen
menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi,
akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.
2. Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang
mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada
bayi.
3. Pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena
operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat
mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami
kelainan struktur ataupun fungsinya.
c. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal)
Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah:
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
1.Kecelakaan/trauma kepala, amputasi.
2. Infeksi penyakit yang menyerang otak.
3. Anoxia/hipoxia.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab tunadaksa
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: sebab-sebab sebelum lahir (fase
prenatal), sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal), dan sebab-
sebab setelah proses kelahiran (fase post natal).
C. SEKOLAH INKLUSIF ISLAM
1. Pengertian Sekolah Inklusif Islam
Seiring dengan gema kebangkitan pendidikan islam, pada tataran global
berkembang tuntutan perlunya kesempatan pendidikan yang merata kepada semua
manusia, tanpa membedakan kemampuan fisik (normal atau tuna), strata sosial,
jender, dan latar belakang etnis, budaya dan agamanya.
Sekolah inklusif islam ini adalah perbaduan antara sekolah inklusif dan
pendidikan islam. Secara harfiah sekolah inklusif merupakan sekolah yang di
dalamnya terdapat siswa-siswa yang heterogen yang tidak membedakan antara
normal atau cacat dan lain sebagainya. Sedangkan islam dalam pendidikan itu
sendiri menurut Fattah (2005) adalah suatu proses membantu pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang melalui
pelatihan segenap daya dan potensi (termasuk daya dzikir dan nalarnya) yang
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga nilai-nilai Islam tertanam dalam
kepribadiannya dan melahirkan amal dan kebudayaan yang berorientasi kepada
nilai-nilai tersebut, sehingga mandatnya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
dapat diaktualisasikan. Jadi secara sederhana sekolah inklusif islam ini dapat
diartikan sebagai suatu model sekolah inklusif yang bernuansa islam.
Di sekolah inklusif islam ini para siswanya di samping anak-anak normal
juga terdapat anak-anak berkelainan yang memiliki beragam
kelainan/penyimpangan, baik fisik, intelektual, sosial, emosional, dan/atau
sensoris neurologist. Sebagaimana yang dikatakan oleh Warsiki (2007) bahwa
pendidikan inklusif ini adalah konsep pendidikan yang melibatkan anak-anak
berkebutuhan khusus (ABK) atau "cacat" ke dalam sistem pendidikan reguler. Di
dalam sekolah inklusif ini semua orang adalah bagian yang berharga apapun
perbedaan mereka. Ini berarti bahwa semua anak, terlepas dari kemampuan
maupun ketidakmampuan mereka, latar belakang sosial-ekonomi, suku, latar
belakang budaya atau bahasa, agama atau gender, menyatu dalam komunitas
sekolah yang sama. Fattah (2005) menambahkan bahwa sekolah inklusi
mengakomodasi semua peserta didik tanpa mempertimbangkan kondisi fisik,
intelektual, sosial, emosional, linguistik mereka dan kondisi lainnya. Ini berarti
mencakup anak yang cacat dan berbakat, anak jalanan dan yang bekerja, anak dari
penduduk terpencil dan nomadik (berpindah-pindah), anak dari kelompok
minoritas bahasa, etnis atau budaya, dan anak dari kelompok atau wilayah yang
termarjinalisasikan lainnya. Sekolah reguler dengan orientasi inklusi merupakan
sarana yang sangat efektif untuk memberantas diskriminasi, menciptakan
masyarakat yang hangat relasinya, membangun masyarakat inklusif, dan
mensukseskan pendidikan untuk semua.
Pengertian sekolah inklusif ini akan terus berkembang mengikuti
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
perkembangan dan kemajuan zaman. Sebagaimana yang dikatakan oleh Tarsidi
(2002) pengertian sekolah inklusif ini akan terus-menerus berkembang sejalan
dengan semakin mendalamnya renungan orang terhadap praktek yang ada, dan
sejalan dengan dilaksanakannya pendidikan inklusif dalam berbagai budaya dan
konteks yang semakin luas. Bahkan pengertian sekolah inklusif ini harus terus
berkembang jika sekolah inklusif ini ingin tetap menjadi jawaban yang riil dan
berharga untuk mengatasi tantangan pendidikan dan hak asasi manusia.
Berdasarkan uraian definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
sekolah inklusif islam adalah suatu model sekolah yang bernuansa islam baik dari
segi lingkungan yang islami, guru dan siswa-siswa yang beragama islam. Dan di
dalam sekolah ini terdapat siswa-siswa yang heterogen, karena selain siswa-siswa
yang normal di dalam sekolah ini juga terdapat siswa-siswa yang berkelainan,
seperti cacat tubuh, gifted, disleksia, disgrafia, dan lain sebagainya.
2. Latar Belakang Sekolah Inklusif
Dalam undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan undang-undang
Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan
bahwa setiap warganegara mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh
pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkelainan berhak pula
memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (anak normal) dalam
pendidikan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional memberikan warna lain dalam penyediaan pendidikan bagi
anak berkelainan. Pada penjelasan pasal 15 tentang pendidikan khusus disebutkan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pasal inilah yang memungkinkan
terobosan bentuk pelayanan pendidikan bagi anak berkelainan berupa
penyelenggaraan pendidikan inklusif.
Aretha (2007) mengatakan bahwa dengan sekolah inklusif ini, anak
berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam
masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat
dipisahkan sebagai suatu komunitas. Oleh karena itu, anak berkelainan perlu
diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk
mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah. Sekolah inklusif ini diharapkan
dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak
berkelainan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah
inklusif ini dilatar belakangi oleh adanya suatu keyakinan bahwa pendidikan itu
adalah hak semua anak tanpa terkecuali anak-anak penyandang cacat. Yaitu hak
untuk memperoleh pendidikan di dalam sistem pendidikan umum tanpa adanya
diskriminasi.
3. Landasan Sekolah Inklusif
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Sekolah inklusif sebagai sekolah formal ini bediri atas beberapa landasan.
Baker (1995, dalam Stubbs: 2002) mengatakan bahwa penerapan sekolah inklusif
ini memiliki 4 (empat) landasan, ke empat landasan tersebut adalah:
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusif di Indonesia
adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas
fondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhineka Tunggal Ika. Filsafat ini
sebagai wujud pengakuan kebinekaan manusia, baik kebinekaan vertical maupun
horizontal, yang mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di bumi.
Kebinekaan vertical ditandai dengan perbedaan kecerdasan, kekuatan fisik,
kemampuan finansial, kepangkatan, kemampuan pengendalian diri, dan
sebagainya. Sedangkan kebinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan suku
bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, daerah, afiliasi politik, dan
sebagainya.
Bertolak dari filosofi Bhineka Tunggal Ika tersebut, kelainan (kecacatan)
dan keberbakatan hanyalah satu bentuk kebhinekaan seperti halnya perbedaan
suku, ras, bahasa budaya, atau agama. Di dalam diri individu berkelainan pastilah
dapat ditemukan keunggulan-keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam diri
individu berbakat pasti terdapat juga kecacatan tertentu, karena tidak hanya
makhluk di bumi ini yang diciptakan sempurna. Kecacatan dan keunggulan tidak
memisahkan peserta didik satu dengan lainnya, seperti halnya perbedaan suku,
bahasa, budaya, atau agama dan disisi Allah mereka adalah sama, karena Allah
tidak membeda-bedakan antara hamab-hamba-Nya yang cacat dengan yang
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
normal sebagaimana Allah tidak membeda-bedakan antara suku, bangsa dan
budaya kecuali karena tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah. Itulah yang akan
membedakan mereka disisi Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang
diriwayatkan oleh imam Ahmad:
“Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa Tuhanmu adalah
satu dan Bapakmu adalah satu. Ketahuilah bahwasa bangsa Arab
tidaklah lebih utama dari pada non-arab, dan non-arab tidaklah
lebih utama dari pada orang arab, dan orang kulit merah
tidaklah lebih utama dari pada orang kulit hitam, demikian
sebaliknya orang kulit hitam tidaklah lebih utama dari pada
orang kulit merah, kecuali karena ketaqwaan mereka....” (HR.
Ahmad, dalam An-Nawawi: 2006)
b. Landasan Yuridis
Secara ringkas Stubbs (2002) memaparkan landasan yuridis dalam
pendidikan inklusif ini, diantara landasan-landasan yuridis yang dipakai dalam
perumusan pendidikan inklusif ini adalah:
1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948
2. Konvensi PBB 1989 tentang Hak Anak
3. Konferensi Jomtien 1990
4. Peraturan Standar PBB tentang Persamaan Kesempatan bagi Penyandang
Cacat Tahun 1993.
5. Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi tentang Pendidikan Kebutuhan
Khusus tahun 1994.
6. Konferensi Dakar tahun 2000.
c. Landasan Pedagogis
Pada pasal 3 Undang-undang No 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
demokratis dan bertanggungjawab. Melalui pendidikan, peserta didik berkelainan
dibentuk menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab, yaitu
individu yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam
masyarakat. Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal mereka diisolasikan dari
teman sebayanya di sekolah-sekolah khusus. Betapapun kecilnya, mereka harus
diberi kesempatan bersama teman sebayanya.
d. Landasan Empiris
Baker (1995, dalam Stubbs: 2002) mengemukakan bahwa penelitian
tentang inklusif telah banyak dilakukan di negara-negara barat sejak 1980-an,
namun penelitian yang berskala besar dipelopori oleh the National Academy of
Sciences (Amerika Serikat). Hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasi dan
penempatan anak berkelainan di sekolah, kelas atau tempat khusus tidak efektif
dan diskriminatif. Layanan ini merekomendasikan agar pendidikan khusus secara
segregatif hanya diberikan terbatas berdasarkan hasil identifikasi yang tepat.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada 4 (empat)
hal yang dijadikan landasan berdirinya sekolah inklusif. Ke-empat landasan
tersebut adalah; landasan filosofis, landasan yuridis, landasan pedagogis dan
landasan empiris.
4. Pengaruh sekolah inklusif islam terhadap siswa penyandang tunadaksa
Secara kodrati penyandang tunadaksa sama seperti orang normal pada
umumnya, yaitu sebagi makhluk sosial yang saling membutuhkan antara yang
satu dengan yang lainnya, ingin diterima secara utuh oleh masyarakat, serta
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
diperlakukan layak dan wajar baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat
maupun dalam lingkungan sekolahnya. Hal ini disebabkan karena di dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekolah terdapat pandangan
yang berbeda tentang penyandang tunadaksa tersebut, sebagaimana yang
dikatakan oleh Purnarini (2006) bahwa didalam lingkungan tersebut ada yang
sudah mengerti dan dapat memahami akan kekurang sempurnaan mereka namun
juga ada yang belum bisa menerima kehadiran mereka di lingkungannya. Kondisi
yang demikian inilah yang dapat membuat para penyandang cacat merasa tidak
percaya diri, rendah diri, tidak berguna, tidak nyaman, putus asa, tidak berharga
dan kecemasan akan masa depan mereka.
Mappiare (1982) menambahkan bahwa suatu bentuk ketiadaan yang dimiliki
oleh seseorang dapat menyebabkan seseorang tersebut diabaikan dan kurang
diterima oleh kelompoknya, semakin banyak kekurangannnya akan semakin besar
pula kemungkinannya untuk ditolak oleh teman-temannya. Dengan adanya
penolakan-penolakan dari lingkungan penyandang cacat ini nantinya akan
menjadikan mereka rendah diri dan memiliki konsep diri yang rendah. Hurlock
(dalam Nasution: 2007) mengatakan bahwa anak yang memiliki konsep diri yang
rendah akan mengembangkan penyesuain sosial yang kurang baik, mengalami
perasaan yang tidak menentu, inferioritas, dan memiliki level harga diri yang
rendah.
Setidaknya inilah dampak negatif yang mungkin akan muncul ketika anak-
anak berkelainan tersebut di ikut sertakan dengan anak-anak yang normal dalam
satu sekolah inklusif. Namun tidak selamanya sekolah inklusif ini berdapak
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
negatif terhadap siswa berkelainan, namun adakalanya sekolah inklusif ini justru
memberikan dampak yang positif terhadap para penyandang cacat tersebut.
Dampak positif dari adanya sekolah inklusif tersebut akan dipengaruhi oleh
kualitas spiritual seorang siswa tunadaksa, sebagaimana yang dikatakan oleh
Meichati (dalam, Purwati dan Lestari: 2002) bahwa kehidupan beragama akan
memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis krisis serta menimbulkan
sikap rela menerima keyataan yang ada. Sebagaimana firman Allah yang
berbunyi:
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. 3:139.
dalam Hasbi, dkk:1978)
Diantara dampak-dampak positif dari sekolah inklusif ini adalah
sebagaimana yang diutarakan oleh Aretha (2007) bahwa sekolah inklusif ini
memberikan dampak positif baik terhadap perkembangan akademik maupun
sosial anak berkelainan. Diantara dampak-dampak positifnya adalah; siswa belajar
untuk dapat memahami, menghargai, dan menumbuhkan rasa nyaman dengan
adanya perbedaan individual. Selain itu anak berkelainan juga dapat belajar
keterampilan sosial dan menjadi siap untuk tinggal di lingkungan masyarakat
karena sudah terbiasa hidup dilingkungan yang heterogen.
Nashih Ulwan (1999) menambahkan bahwa dengan membiasakan anak-
anak cacat tersebut bergaul dengan orang lain baik dengan cara mengundang
orang lain kerumahnya maupun dengan cara membawa anak-anak cacat tersebut
berkunjung kerumah teman-temannya. Dengan cara pembiasaan ini, maka
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
perasaan minder pada diri penyandang cacat tersebut akan berkurang. Mereka
akan memiliki sifat percaya diri dan akan selalu terdorong untuk dapat maju tanpa
merasa takut dan malu kepada orang lain.
Manfaat sekolah inklusif ini tidak hanya dirasakan oleh siswa yang
berkelainan saja, namun berdampak pula bagi masyarakat. Dampak yang paling
esensial adalah sekolah inklusif mengajarkan nilai sosial yang berupa kesetaraan
antar individu.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah inklusif ini
berpengaruh terhadap kepribadian siswa penyandang tunadaksa. Pengaruh
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam; yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Pengaruh positif ini akan muncul ketika siswa penyandang cacat
tersebut mampu bersikap secara positif atas kekurang sempurnaan yang ada pada
dirinya dan adanya diskriminasi lingkungan yang ditujukan kepadanya. Sementara
itu pengaruh negatif ini akan muncul ketika siswa penyandang cacat tersebut tidak
mampu melakukan kontrol diri terhadap tekanan yang berupa penolakan-
penolakan yang datang dari lingkungannya.
D. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian-uraian diatas mendorong penulis untuk
mengungkapkan pertanyaan penelitian:
1. Apa bentuk-bentuk striving for superiority pada siswa penyandang
tunadaksa di sekolah inklusif islam?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses striving for superiority
pada siswa penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam?
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Gejala Penelitian
Gejala penelitian yang menjadi fokus pembahasan dan hendak diungkap
dalam penelitian ini adalah konsep striving for superiority pada siswa penyandang
tunadaksa yang menempuh pendidikan di sekolah inklusif islam.
B. Definisi Operasional Gejala Penelitian
Definisi operasional gejala merupakan suatu batasan arti dari gejala atau
konstrak yang merinci hal-hal yang dilakukan untuk mengukur gejala tersebut.
Pada penelitian ini definisi gejalanya adalah:
1. Konsep striving for superiority
Konsep striving for superiority ini merupakan suatu dorongan untuk
mengatasi rasa inferiority dengan mencapai keunggulan. Yaitu perasaan rendah
diri dan kurang berharga yang dimiliki oleh penyandang tunadaksa untuk
selanjutnya dirubah menjadi sesuatu yang lebih berharga, yakin akan kemampuan
diri sendiri dan percaya diri.
Adapun alat ukur yang digunakan untuk mengungkap konsep striving for
superiority tersebut adalah interview, observasi, SSCT, dan dokumentasi.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
2. Siswa Penyandang Tunadaksa
Siswa penyandang tunadaksa adalah siswa yang mengidap kelainan atau
kecacatan pada fisiknya yang tidak sesuai dengan orang-orang pada umumnya
baik yang bersifat bawaan ataupun tidak. Adapun tipe tunadaksa dalam penelitian
ini adalah anak tunadaksa namun memiliki kemampuan intelegensi yang normal.
3. Sekolah Inklusif Islam
Sekolah inklusif islam merupakan suatu bentuk sekolahan yang bernuansa
islam yang didalamnya terdapat siswa-siswa yang heterogen, selain siswa normal
disekolah inklusif ini juga terdapat siswa-siswa yang cacat/berkelainan.
C. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah siswa muslim penyandang tunadaksa
yang sekolah disekolah inklusif, dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah
populasi dan sampel pun memiliki arti yang berbeda dengan sampel dalam
penelitian kuatitatif (Nasution,1988).
Selain itu, penentuan jumlah informan dalam penelitian kualitatif ini tidak
ditentukan pada awal penelitian, tetapi pada waktu proses penelitian berjalan. Hal
ini dilakukan karena penentuan jumlah informan bisa sedikit atau banyak
tergantung pada pemilihan informannya dan keragaman fenomena yang diteliti
(Nasution, 1988) sehingga apabila dalam rangkaian proses penelitian yang
dilaksanakan nanti keterangan yang diberikan oleh informan sudah cukup dan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
terwakili seluruh atau sebagian besar aspek yang ingin digali oleh peneliti maka
jumlah informan akan segera di batasi.
Penentuan informan dalam penelitian ini diambil dengan cara purpossive
sampling, yaitu pengambilan subyek berdasarkan ciri-ciri dan kriteria-kriteria
tertentu. Kriteria tersebut meliputi:
1. Siswa tunadaksa yang sekolah di sekolah inklusif islam,
2. Usia 13-18 tahun.
Adapun alasan penulis menentukan karakteristik-karakteristik tersebut di
atas adalah:
1. Siswa tunadaksa yang sekolah disekolah inklusif islam
Yaitu siswa-siswa cacat yang mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah
inklusif yang bernuansa islam bersama dengan siswa-siswa yang tidak cacat.
Alasan menggunakan subyek ini dikarenakan anak-anak cacat yang mengikuti
program pendidikan di sekolah umum tersebut akan lebih mudah mengalami
gangguan depresi bila dibandingkan dengan anak-anak cacat yang sekolah di
tempat yang khusus untuk anak-anak cacat.
Hal ini dikarenakan di sekolah yang khusus anak cacat ini lingkungannya
sudah terkondisikan, sehingga anak tidak akan merasa malu dengan kondisi
fisiknya yang cacat.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
2. Usia 13-18 Tahun
Penentuan kriteria subyek penelitian pada usia 13-18 tahun ini disebabkan
karena usia tersebut merupakan masa remaja awal pada anak. Dan pada fase ini
terdapat gejala-gejala yang disebut dengan negative phase.
Hurlock (dalam Mappiare: 1982) menguraikan cukup lengkap tentang
gejala-gejala negative phase ini, diantaranya adalah:
a. Keinginan untuk menyendiri
b. Kegelisahan
c. Pertentangan sosial
d. Kepekaan perasaan
e. Kurang percaya diri, dan
f. Mulai timbul minat pada lawan jenis
Dari beberapa gejala-gejala yang ada inilah yang menjadikan usia 13-18
tahun ini menjadi lebih menarik untuk diteliti, bagaimana seorang siswa yang
cacat dapat menikmati sekolah dengan lingkungan yang tidak begitu
mendukungnya dengan adanya kekurang sempurnaan pada dirinya tersebut.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengungkapkan
permasalahan dalam penelitian ini antara lain:
1. Wawancara
Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara langsung yaitu
penulis berhadapan langsung dengan informan serta mengajukan beberapa
pertanyaan. Teknik ini dimaksudkan agar penulis dapat memperoleh data-data
secara langsung dari informan. Agar data-data yang diperoleh sesuai dengan hasil
wawancara, maka dalam kegiatan wawancara ini penulis memakai alat bantu
berupa hand recorder, kaset dan buku guide wawancara. Adapun guide
wawancara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Table I
Guide Wawancara
No/Code Faktor yang di ungkap Formulasi Pertanyaan
1a (01)
BBSFS-1
1b (02)
BBSFS-2
1c (03)
BBSFS-3
1d (04)
BBSFS-4
1e (05)
BBSFS-5
1f (06)
BBSFS-6
1g (07)
1) Bentuk-bentuk striving
for superiority pada
siswa muslim
penyandang tunadaksa
di sekolah inklusif?
a. Apa yang membuat kamu
tertarik untuk sekolah disini?
(regurer vs khusus).
b. Bagaimana sikap guru-
gurumu terhadapmu?
c. Apakah kamu diperlakukan
sama dengan anak-anak
normal lainya?
d. Teman-temanmu sendiri
bagaimana dan sikap mereka
terhadapmu seperti apa?
e. Apakah teman-temanmu
sering mengejekmu dengan
keadaanmu saat ini?
f. Apa yang kamu lakukan
ketika teman-temamu
mengejek dan
mengganggumu?
g. Apa kamu merasa minder
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
BBSFS-7
1h (08)
BBSFS-8
dengan keadaan kamu saat
ini? (kalau pernah...)
h. Bagaimana kamu mengatasai
perasaaan minder kamu
tersebut?
2a (09)
FFSFS-1
2b (10)
FFSFS-2
2c (11)
FFSFS-3
2d (12)
FFSFS-4
2e (13)
FFSFS-5
2f (14)
FFSFS-6
2g (15)
FFSFS-7
2h (16)
FFSFS-8
2i (17)
FFSFS-9
2) Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses
striving for superiority
pada siswa muslim
penyandang tunadaksa
di sekolah inklusif?
a. Bagaimana kamu
memandang hidup ini?
b. Bagaimana kamu menjalani
aktifitasmu sehari-hari?
c. Apa yang kamu harapkan dari
kehidupan ini?
d. Apa cita-citamu nanti?
e. Apa kelemahan dan
kelebihanmu?
f. Bagaimana kamu mengatasi
kelemahanmu?
g. Apa saja yang menyebabkan
kamu bangga dengan diri
kamu?
h. Siapa yang berperan dalam
memberimu semangat?
i. Semangat seperti apa yang
selalu diberikan kepadamu?
2. Observasi
Melalui metode observasi, peneliti ingin mengetahui gambaran yang lebih
jelas mengenai situasi atau perilaku dan berbagai interaksi sosial informan.
Peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku keseharian informan terrutama
perilaku ketika informan sedang berinteraksi dengan teman-teman sebaya di
lingkungan sekolah.
Secara garis besar pedoman observasi yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Perilaku informan saat berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah.
b. Perilaku informan saat belajar di kelas.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
3. Alat Tes Psikologi
Alat tes psikologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sacks
Sentence Computation Test (SSCT) yang disusun oleh Joseph M. Sacks dan
Sidney Levy (Karyani dan Lestari:2002). Dalam penelitian ini SSCT digunakan
setelah proses interview eksploratif selesai dilaksanakan dengan tujuan sebagai
penguat data yang sudah diperoleh dari interview. Hal ini disebabkan karena
asumsi yang mendasari terbentuknya alat tes ini adalah kalimat yang tidak
sempurna dapat merangsang individu untuk memproyeksikan keadaan psikisnya
dalam kalimat penyempurna, hasil proyeksi individu dalam kalimat penyempurna
ini akan menggambarkan; sikap individu, keadaan psikis, dan konsep dirinya.
Adapun aspek-aspek yang diungkap dalam SSCT ini adalah individual
adjustment. Aspek-aspek tersebut adalah:
1. Penyesuaian terhadap keluarga
a. Sikap terhadap Ibu (14, 29, 44, 59)
b. Sikap terhadap ayah (1, 16, 31, 46)
c. Sikap terhadap keluarga (12, 27, 42, 57)
2. Penyesuaian dalam bidang seks
a. Sikap terhadap wanita. (10, 25, 42, 57)
b. Sikap terhadap hubungan heteroseksual (11, 26, 41, 56)
3. Penyesuaian dalam hubungan interpersonal
a. Sikap terhadap teman (8, 23, 38, 53)
b. Sikap terhadap atasan (6,21, 36, 51)
c. Sikap terhadap bawahan (4, 19, 34, 49)
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
d. Sikap terhadap teman sejawat (13, 28, 43, 58)
4. Penyesuaian dalam konsep diri
a. Sikap terhadap ketakutan (7, 22, 37, 52)
b. Sikap terhadap rasa bersalah (15, 30, 45, 60)
c. Sikap terhadap kemampuan diri (2, 17, 32, 47)
d. Sikap terhadap rasa malu (9, 24, 39, 54)
e. Sikap terhadap masa yang akan datang (5, 20, 35,50)
f. Sikap terhadap tujuan hidup (3, 18, 33, 48)
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah semua jenis rekaman atau catatan skunder lainnya
seperti surat-surat, memo, foto-foto yang dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan juga sebagai cerminan dari situasi atau kondisi sebenarnya.
Dokumentasi bermanfaat sebagai pelengkap data-data yang diperoleh
melalui wawancara, observasi dan alat tes psikologi. Dalam penelitian ini
dokumentasi yang akan digunakan adalah dokumentasi berupa foto untuk
menggambarkan fenomena informan penelitian, terkhusus lagi ketika proses
interaksi informan dengan teman-temannya di sekolah.
E. Metode Analisis Data
Moloeng (2000) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang dihasilkan oleh
data. Data penelitian kualitatif tidak berbentuk angka tetapi lebih banyak berupa
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto) ataupun
bentuk-bentuk non angka yang lain (Purwandari, 1998).
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan eksploratif maka
analisis data yang digunakan adalah analisis data induktif deskriptif yaitu
melakukan abstraksi setelah rekaman fenomena-fenomena khusus dikelompokkan
menjadi satu.
Dalam penelitian ini data yang diperoleh merupakan data kualitatif yaitu
data yang bersifat narasi dan deskripsi. Data-data tersebut diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, alat tes psikologi, dan juga dokumentasi.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data
yang berdeda-beda atau bervariasi, mulai dari wawancara, observasi, dokumentasi
dan tes psikologi. Maka didapatkan pula data yang bervariasi sehingga analisisnya
juga bervariasi.
1. Metode analisis data wawancara
a. Organisasi data
Proses yang dilakukan dalam pengolahan data hasil penelitian yaitu dengan
mengorganisasikan data. Hal-hal yang disimpan dan diorganisasikan adalah : (a)
data mentah (catatan lapangan dan kaset), (b) data yang sudah ditulis dalam
verbatim, (c) data yang sudah di tandai dengan kode-kode, (d) teks laporan (yang
masih terus akan ditambah jika perlu, dan diperbaiki sesuai dengan perkembangan
dan temuan lapangan).
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
b. Koding
Setelah pengorganisasian data, selanjutnya dilakukan pengkodingan. Yaitu
proses pengkodean atau pembubuhan kode-kode pada materi yang diperoleh
dengan maksud agar dapat mengorganisasikan dan mensistemasi data secara
lengkap dan mendetail sehingga data-data dapat memunculkan gambaran tentang
topik yang dipelajari.
Koding dapat dilakukan melalui: (a) penulis menyusun transkrip verbatim
(kata demi kata) atau catatan lapangan sedimikian rupa sehingga ada kolom
kosong yang cukup besar sebelah kanan dan kiri transkrip. Hal ini akan
memudahkan untuk membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu pada
transkrip tersebut. (b) penulis memberikan nama untuk masing-masing berkas
dengan kode tertentu.
c. Menetukan tema
Cara menentukan tema, berdasarkan isi cerita informan (conten analysis).
Setelah memberikan nama dan kode pada berkas, maka penulis membaca isi
cerita dan memahami transkrip yang sudah dikoding, untuk mencari tema-tema
penting. Dari isi cerita informan akan tampak tema yang dapat dikategorisasikan
/ dikelompokan berdasar tema yang sama. Setelah itu penulis membaca transkrip
verbatim berulang-ulang untuk mengidentifikasi tema-tema yang muncul. Pada
tahap ini penulis melakukan interpretasi terhadap pernyataan informan penelitian,
tetapi tetap sesuai dengan konteks penelitian yang dilakukan. Setelah itu penulis
dapat menyusun pada lembar terpisah, “master” yang berisikan daftar tema-tema
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
dan kategori-kategori, yang telah disusun sehingga memperlihatkan pola
hubungan antar kategori cross cases (bukan kasus tunggal lagi).
2. Metode analisis data observasi
Observasi dalam penelitian ini lebih difokuskan pada aktifitas dan
interaksi informan dengan teman-temannya ketika disekolah, guru dan warga
sekolah yang lain. Data yang diperoleh dari observasi akan di gunakan sebagai
penguat data yang diperoleh dari interview dan SSCT, dengan cara melakukan
pencatatan setiap proses interaksi informan dengan teman-temannya untuk
kemudian di gabung dengan data-data lain yang diperoleh dari interview dan alat
tes psikologi (SSCT) atau yang sering disebut dengan istilah matrik interkorelasi.
3. Metode analisis data tes SSCT (sacks sentence completion test)
Adapun analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil tes
psikologi dengan menggunakan alat tes:
a) Skoring
Skoring dilakukan dengan menuliskan skor di samping tiap aitem. Adapun
skor dalam aitem-aitem SSCT yaitu:
Table II
Skoring SSCT
Skor Interpretasi
0 Bila sikap normal, yaitu tidak menunjukkan adanya gangguan
1
Bila sikap itu dianggap menunjukan adanya sedikit gangguan, perlu
diberi pengarahan; namun informan masih mampu untuk mengatasinya
sendiri.
2 Bila sikap itu dianggap menunjukkan sangat terganggu sehingga subyek
memerlukan terapi/perawatan.
X Bila sikap informan tidak jelas atau tidak dapat diketahui.*
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
*Aitem-aitem yang mendapat skor X sebaiknya ditanyakan lebih lanjut
untuk memastikan respon subyek mendapat skor 0, 1, 2.
Pemberian skor terhadap sikap aitem tergantung pada pemahaman penguji
terhadap sasaran dari makna pengelompokan sikap tersebut. Berikut ini penjelasan
yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam pemberian skor dalam setiap
kelompok penyesuaian.
1). Penyesuaian terhadap keluarga.
a. Sikap terhadap Ibu
Yang dimaksud dengan sikap terhadap ibu adalah bagaimana penilaian anak
terhadapibunya. Apakah anak tersebut mencintai ibunya, apakah selain
mencintai ibu juga menyayangkan sikap ibu, apakah anak membenci sikap
ibudan sebagainya.
b. Sikap terhadap ayah
Yang dimaksud dengan sikap terhadap ayah adalah bagaimana penilaian
anak terhadap ayahnya. Apakah anak tersebut mencintai dan membenci
ayahnya. Apakah selain menyayangi, juga menyayangkan tindakan ayahnya
sehingga mempengaruhi penilaian terhadap anak terhadap ayah.
c. Sikap terhadap keluarga
Yang dimaksud sikap terhadap keluarga adalah bagaimana pandangan anak
terhadap keluarga. Apakah anak menyayangi dan membanggakan
keluarganya. Atau sebaliknya dia tidak menyukai, acuh tak acuh seolah-olah
ia kurang mempunyai ikatan emosional dengan keluarga.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
2). Penyesuaian dalam bidang seks
a. Sikap terhadap wanita
Yang dimaksud sikap terhadap wanita adalah bagaimana pandangan
individu terhadap wanita. Apakah dia menghormati dan kagum terhadap
wanita. Apakah selain kagum ia juga menyayangkan sifat-sifat wanita yang
dipandangnya negatif. Apakah ia membenci figure wanita karena pernah
mengalami pengalaman yang traumatis.
b. Sikap terhadap hubungan heteroseksual: bagaimana pandangan individu
terhadap hubungan heteroseksual. Apakah ia menjadi orang yang disenangi
dalam pergaulan oleh lawan jenis. Apakah senang membantu orang lain,
menghargai dan menghormati lawan jenis yang ada di lingkungannya.
Apakah ia kecewa terhadap lawan jenis sehingga ia cenderung untuk
menarik diri dan tidak suka bergaul dengan mereka. Apakah ia membenci
lawan jenis.
3). Penyesuaian dalam hubungan interpersonal
a. Sikap terhadap teman: sangat mementingkan dirinya sendiri, memilih-milih
teman atau ia dapat bergaul dengan semua orang secara lancar.
b. Sikap terhadap atasan: bagaimana hubungan individu dengan atasan, guru
atau siapapun yang berperan sebagai orang yang dalam jabatannya dapat
memberikan perintah kepadanya. Bagaimana cara individu menerima
atasannya, apakah ia selalu patuh dengan sikap tertentu, selalu melawan atau
hanya menurut dihadapan atasannya, atau penuh prasangka.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
c. Sikap terhadap bawahan: bagaimana hubungan individu dengan orang yang
dalam jabatannya dapat diperintah oleh dirinya. Apakah ia cukup dapat
menerima alasan-alasan yang diberikan bawahannya. Apakah ia seorang
yang harus dituriti kemauannya. Apakah ia dapat bekerja sama dengan baik.
Ataukah ia tidak mampu memberikan contoh kepemimpinan yang baik
terhadap bawahannya.
d. Sikap terhadap teman sejawat: bagaimana hubungan individu dengan teman
sejawat. Apakah ia dapat bekerja sama, selalu tergantung pada orang lain
ataukah ia seorang yang sanggup berdiri sendiri. Apakah ia selalu
mempunyai prasangka yang kurang baik terhadap teman sekerja dan
sebagainya.
4). Penyesuaian dalam konsep diri
a. Sikap terhadap ketakutan: bagaimana individu menghadapi sesuatu yang
menakutkan baginya. Apabila ia menghadapi ketakutan, apakah ia
melarikan diri, menyerah, putus asa, atau memberikan reaksi yang lain.
b. Sikap terhadap rasa bersalah: bagaimana sikap individu terhadap rasa
bersalah. Apakah ia dapat menjadikan rasa bersalah sebagai pelajaran
sehingga tidak mengalaminya lagi. Apakah ia dihantui oleh rasa bersalah
terus menerus dan sulit melupakan. Apakah ia tidak pernah merasa bersalah
walaupun melakukan kesalahan.
c. Sikap terhadap kemampuan diri: bagaimana individu menganggap dan
menilai dirinya sendiri dalam menghadapi berbagai permasalahan. Apaah ia
menganggap dirinya mampu mengerjakan suatu pekerjaan, walaupun dalam
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
kenyataanya ia tidak mampu mengerjakannya. Apakah sebaliknya, ia selalu
tidak yakin akan kesanggupannya untuk melakukan sesuatu. Apakah ia
selalu ragu-ragu, kurang percaya diri, dan sebagainya.
d. Sikap terhadap masa lalu: masa lampau bagi seseorang dapat merupakan hal
yang mengesankan dan dapat menentukan kehidupan sebelumnya. Namun
bagi orang lain, mungkin masa lampau merupakan sesuatu hal yang sangat
menekan kehidupannya, sehingga ia menjadi putus asa dan tidak
mempunyai harapan lagi dalam kehidupan selanjutnya.
e. Sikap terhadap masa yang akan datang: bagaimanakah individu
menghadapai masa depannya. Akankah ia merasakan masa depan yang
begitu cemerlang dan penuh harapan. Apakah sebaliknya, ia acuh tak acuh,
belum dapat membayangkan, atau mungkin masa depannya begitu gelap
seakan-akan tidak ada harapan.
f. Sikap terhadap tujuan hidup: bagaimana individu menghadapi masa
depannya. Apakah ia mempunyai rencana akan masa depannya. Apakah
mempunyai gagasan untuk masa depannya, misalnya ingin bekerja sebagai
apa, ingin bekerja di mana. Apakah ia belum memikirkan masa depannya
dan mengharapkan bantuan orang lain.
b) Interpretasi
Ada dua macam interpretasi yaitu summary dan general interpretation.
Summary interpretation merupakan interpretasi dari masing-masing area. General
interpretation merupakan hubungan dari gabungan empat sikap pokok (sikap
terhadap keluarga, seks, hubungan interpersonal dan konsep diri). Untuk
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
mengungkapkan area-area yang terganggu, caranya dengan melakukan scoring
pada masing-masing area tersebut. Interpretasi SSCT dilakukan dengan
menganalisis isi (content) terhadap respon yang diberikan testi pada setiap aitem
lain yang tergolong dalam suatu kelompok. Selanjutnya dibuat kesimpulan umum
yang berisi:
1. Area konflik dan gangguan yang diderita testi.
2. Hubungan diantara masing-masing sikap yang tercermin dan hubungan
masing-masing aitem.
3. Struktur kepribadian.
a. Respon testi terhadap impuls-impuls yang ada dalam dirinya maupun yang
berasal dari luar.
b. Penyesuaian emosional (emotional adjustment)
c. Kematangan (maturity)
d. Tingkat realitas (reality level)
e. Bagaimana testi mengekspresikan konflik-konflik dari dalam dirinya.
3. Metode Analisis Data Dokumentasi
Dalam penelitian ini juga didapatkan data berupa dokumentasi yang
berupa foto-foto interaksi informan dengan teman-temannya ketika di sekolah.
Namun data dokumentasi ini hanya digunakan sebagai penguat data yang
diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan tes psikologi.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Adapun desain penelitian dan metode analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
F. Keabsahan Data
1. Kredibilitas
Menurut Poerwandari (1998) kredibilitas studi kualitatif terletak pada
keberhasilan dalam mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan
setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Terdapat beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan keberhasilan hasil penelitian dapat
dipercaya. Cara-cara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
PENGAMATAN DAN INTERPRETASI
HASIL DAN KESIMPULAN
MEMILIH INFORMAN
� Purposive
PENGUMPULAN DATA
INTERVIEW
OBSERVASI
TES PSIKOLOGI
DOKUMENTASI
ANALISIS DATA
Menemukan Kata Kunci
Membuat kategori
Hubungan antar kategori
(Cross Cases)
Verbatim Wawancara
Bagan 1. Bagan Desain Penelitian
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
a. Memperpanjang masa observasi
b. Triangulasi. Peneliti melakukan triangulasi dengan menggunakan teknik yang saling
melengkapi, yakni observasi, wawancara, alat tes psikologi dan dokumentasi.
c. Membicarakan penelitian dengan orang lain (peer debriefing). Peneliti melakukan
diskusi dengan teman-teman peneliti yang sama posisinya dengan peneliti yang
tidak terlibat dalam kegiatan penelitian.
d. Menggunakan bahan referensi. Dalam penelitian ini menggunakan hasil
rekaman tape sebagai alat pembantu dalam pengumpulan data.
2. Transferabilitas
Marshall dan Rosman (Poerwandari: 1998) berpendapat bawa melalui istilah
transferabilitas dijelaskan sejauh mana suatu penelitian yang dilakukan pada suatu
kelompok tertentu dapat dipublikasikan pada kelompok lain. Yang perlu
diperhatikan adalah, setting atau konteks dalam yang mana hasil studi akan
diterapkan atau ditransferkan harus relevan, atau memiliki kesamaan dengan setting
dimana penelitian dilakukan. Karenanya pula, upaya untuk menerapkan hasil
penelitian pada kelompok berbeda lebih menjadi tanggung jawab peneliti lain yang
ingin mencoba membuktikannya, daripada tanggung jawab peneliti sebelumnya yang
sudah melakukan penelitian.
3. Dependabilitas
Dependabilitas merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian
nonkualitatif. Reliabilitas berkenaan dengan pertanyaan apakah penelitian itu dapat
diulangi atau direplikasikan oleh peneliti lain dan menemukan hasil yang sama apabila
menggunakan metode yang sama. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, penelitian
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
dilakukan pada situasi kehidupan nyata yang tidak dapat direkonstruksi sepenuhnya
dan cara melaporkan penelitian bersifat individualistik yaitu terdapat perbedaan antara
peneliti satu dengan yang lain. Melalui konstruk dependabilitas, peneliti memperhitungkan
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga
perubahan desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang
diteliti (Poerwandari: 1998).
Penelitian ini menggunakan audit trail untuk mencapai dependabilitas,
adapun pengertian dari audit trail adalah proses pemeriksaan hasil penelitian oleh
pihak-pihak yang netral sehingga akan mencapai pemeriksaan yang bersifat
obyektif. Pihak yang melakukan audit trail dalam penelitian ini adalah
pembimbing skripsi.
4. Konfirmabilitas
Metode penelitian kualitatif menganggap bahwa hasil suatu penelitian akan
objektif apabila juga dibenarkan oleh peneliti lain sehingga peneliti harus memperkecil
kemungkinan terjadinya bias atau prasangka pada dirinya yang disebabkan oleh latar
belakang kehidupan peneliti.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
BAB IV
PERSIAPAN PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Pelaksanaan Penelitian
Tahap persiapan penelitian merupakan tahap yang dilakukan sebelum
pelaksanaan penelitian di lapangan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda, yaitu: SMP Ta’mirul
Islam Surakarta, SMP Muhammadiyah I Simpon dan SMP Muhammadiyah II
Kartasura.
Tempat penelitian yang pertama adalah di SMP Ta’mirul Islam Surakarta
yang beralamatkan di Jl. Dr. Wahidin No.5 Surakarta. SMP ini didirikan pada
tahun 1979 dan mulai beroperasi pada tahun 1980. SMP Ta’mirul Islam Surakarta
berdiri diatas sebidang tanah yang memiliki luas 730m². Meskipun sekolah ini
masih berstatus swasta, namun semua bangunan yang ada adalah milik Yayasan
Ta’mirul Islam ini sendiri. Saat ini dari kelas VII-IX ada 434 siswa yang
menempuh pendidikan di SMP Ta’mirul Islam ini.
Tempat penelitian yang kedua adalah di SMP Muhammadiyah I Simpon
yang beralamatkan di JL. Flores No. 1 Kampung Baru Kecamatan Pasar Kliwon
Kabupaten Surakarta. Sekolah ini merupakan hibah dari Yayasan Muhammadiyah
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Surakarta yang berdiri diatas lahan seluas 4.002 m2. Saat ini dari kelas VII-IX ada
712 siswa yang menempuh pendidikan di SMP Muhammadiyah Simpon
Surakarta ini.
Penelitian yang ketiga dilakukan di SMP Muhammadiyah II Kartasura
yang beralamatkan di Dukuh rt 03/12 Makah Haji Kartasura. Sekolah ini didirikan
pada tahun 1977 dan mulai beroperasi pada tahun yang sama.
Sekolah ini adalah hasil hibah dari Yayasan Muhammadiyah Kota
Kartasura yang berdiri diatas lahan seluas 810m2. Sampai saat ini hanya ada 49
siswa yang berasal dari kelas VII-IX yang menempuh pendidikan di sekolah ini.
2. Persiapan Alat Pengumpulan Data
a. Penyusunan pedoman wawancara
Penulis menyusun pedoman wawancara berdasarkan pertanyaan penelitian
yang menjadi fokus penelitian ini, meskipun pada kenyataannya setelah penulis
berada di lapangan pedoman wawancara tersebut mengalami pengembangan dan
penyempitan karena peneliti harus menyesuaikan situasi dan kondisi di lapangan
yang senantiasa mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.
Adapun pedoman wawancara yang disiapkan dalam penelitian ini meliputi 2
aspek:
1. Bentuk-bentuk striving for superiority pada siswa penyandang
tunadaksa di sekolah inklusif islam.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi proses striving for superiority pada
siswa penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Setelah pedoman wawancara disiapkan, peneliti melakukan uji coba (try
out) terhadap guide interview tersebut kepada salah seorang siswa muslim
penyandang tunadaksa yang sekolah disekolah inklusif. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran umum tentang fenomena yang akan diteliti sekaligus
untuk menilai apakah pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian tersebut
sudah dapat dipahami subjek serta apakah pertanyaan tersebut perlu ditambah dan
atau dikoreksi.
Jika guide interview tersebut dirasa sudah dapat mengungkap pertanyaan
penelitian yang ada, maka guide tersebut sudah dinyatakan layak untuk digunakan
dalam penelitian ini.
Try out pedoman wawancara ini dilakukan pada tanggal 26 November
2008 hingga 17 Desember 2008 di SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta
dengan cara melakukan wawancara langsung kepada salah seorang siswa
penyandang tunadaksa yang ada disana.
Setelah try out selesai dilakukan dengan hasil (terlampir). Maka
penelitianpun baru bisa dilakukan dengan menggunakan guide wawancara yang
ada.
b. Penyusunan pedoman observasi
Sebelum melakukan observasi, peneliti terlebih dahulu menyiapkan
peralatan yang dibutuhkan dalam observasi tersebut, seperti: bulpoint dan buku
(kertas). Hal-hal yang menjadi fokus dalam observasi tersebut meliputi:
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
1. Perilaku subyek saat berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah.
2. Perilaku subyek saat belajar di kelas.
Melalui observasi, peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku
keseharian subjek terutama ketika subjek sedang berada di lingkungan sekolah.
Observasi ini dilakukan dengan metode non-partisipan.
c. Persiapan alat tes psikologi
Alat tes yang digunakan adalah tes SSCT (Sacks Sentence Completion
Test) yang merupakan salah satu alat tes kepribadian. Alat tes ini digunakan
setelah proses interview eksploratif selesai dilaksanakan dengan tujuan sebagai
penguat dan pembanding data yang sudah diperoleh dari interview tersebut. Untuk
itu peneliti menyediakan lembar tes SSCT sejumlah subyek penelitian yang ada
yaitu sebanyak 3 buah.
Dalam penelitian ini SSCT digunakan setelah proses interview eksploratif
selesai dilaksanakan dengan tujuan sebagai penguat data yang sudah diperoleh
dari interview. Hal ini disebabkan karena asumsi yang mendasari terbentuknya
alat tes ini adalah kalimat yang tidak sempurna dapat merangsang individu untuk
memproyeksikan keadaan psikisnya dalam kalimat penyempurna, hasil proyeksi
individu dalam kalimat penyempurna ini akan menggambarkan; sikap individu,
keadaan psikis, dan konsep dirinya
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
d. Dokumentasi
Instrument keempat yang digunakan adalah dokumentasi. Dokumentasi ini
akan digunakan sebagai pelengkap data-data yang diperoleh melalui wawancara,
observasi dan alat tes psikologi. Dalam penelitian ini dokumentasi yang akan
digunakan hanyalah dokumentasi berupa foto interaksi subjek dengan teman-
temannya di sekolah.
Untuk itu peneliti menyiapkan beberapa alat yang dibutuhkan, diataranya
adalah foto digital yang nantinya akan digunakan sebagai alat untuk
menggambarkan keseharian subyek penelitian, khususnya di lingkungan
sekolahnya.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dilingkup sekolah inklusif (reguler),
sehingga dalam penentuan subyek penelitian tersebut harus diambil dari siswa dan
orang-orang yang menjadi bagian dari sekolah inklusif tersebut. Pengambilan
subjek dalam penelitian ini dilakukan secara purpossive sampling, yaitu
penentuan subyek diambil sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan
sebelumnya oleh peneliti. Karakteristik tersebut adalah; Islam, usia 13-18 tahun
dan penyandang tunadaksa yang sekolah di sekolah inklusif.
Adapun subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang. Ketiga subyek ini
didapatkan dari tiga sekolah yang berbeda, yaitu SMP Muhammadiyah I Simpon
Surakarta, SMP Muhammadiyah II Kartasura dan SMP Ta’mirul Islam Surakarta.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Minimnya jumlah siswa penyandang tunadaksa disana mengharuskan peneliti
untuk memilih subjek dari tiga tempat yang berbeda.
Ketiga karakteristik subyek penelitian yang diambil dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel III
Subjek Penelitian
No Nama Agama Umur Kelas Gender Tipe
1 A.D Islam 13 th X-Muh I Laki-
laki
Monoplegia-
Ringan
2 B.W.P Islam 14 th XI-TI Laki-
laki
Monoplegia-
Ringan
3 R.A.P Islam 14 th XI-Muh II Laki-
laki
Hemiplegia
–Ringan
Keterangan: Muh I : SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta.
Muh II : SMP Muhamadiyah 2 Kartasura.
TI : SMP Ta’mirul Islam Surakarta.
Selain itu dalam penelitian ini juga melibatkan 3 (tiga) informan
pendukung yang mengetahui seluk beluk perilaku keseharian subjek khususnya
ketika disekolah. Ke-tiga informan pendukung tersebut diambil dari ke-tiga
sekolah yang menjadi tempat penelitian ini. Adapun ke-tiga informan pendukung
tersebut adalah:
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Tabel IV
Informan Pendukung
No Nama Agama Umur Profesi Gender Asal
1 Y.S Islam 24 th Guru BP Perempuan Muh I
2 S.G.S Islam 47 th Guru BP Laki-laki TI
3 I.T Islam 49 th Guru BP Laki-laki Muh II
Keterangan: Muh I : SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta.
Muh II : SMP Muhamadiyah 2 Kartasura.
TI : SMP Ta’mirul Islam Surakarta.
2. Pelaksanaan pengambilan data
Pengambilan data ini dilaksanakan pada 24 November 2008 sampai 19
Januari 2009 di tiga tempat yang berbeda, yaitu SMP Muhammadiyah I Simpon
Surakarta, SMP Muhammadiyah II Kartasura, dan SMP Ta’mirul Islam Surakarta.
Pengambilan data dari ketiga tempat tersebut melalui tahapan-tahapan
yang relatif sama. Adapun tahapan-tahapan dalam pengambilan data tersebut
adalah:
a. Peneliti mencari surat ijin penelitian kepada pihak Fakultas Psikologi,
pencarian surat ijin penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap; 1). 24
November 2008 peneliti membuat surat perijinan untuk melakukan try out
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
guide interview di SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta dan
ditandatangani oleh pembimbing skripsi. 2). 24 Desember 2009 peneliti
meminta surat perijinan ke pihak Fakultas Psikologi untuk melakukan
penelitian di SMP Ta’mirul Islam Surakarta. 3). 9 Januari 2009 peneliti
meminta surat ijin untuk kesekian kalinya ke pihak Fakultas Psikologi guna
melakukan penelitian di SMP Muhammadiyah II Kartasura dan SMP
Muhammadiyah I Simpon Surakarta.
b. Setelah mendapatkan surat ijin dari Fakultas Psikologi UMS peneliti
langsung mendatangi ketiga tempat penelitian tersebut guna melakukan
konfirmasi.
c. Setelah mendapatkan perijinan dari pihak sekolah, peneliti langsung
melakukan proses pengumpulan data yang meliputi; wawancara dengan
subjek penelitian, observasi, melakukan tes psikologis dengan SSCT kepada
subjek dan mengambil dokumentasi yang diperlukan.
2.1. Pengambilan data wawancara
Peneliti melakukan wawancara pertama dengan subjek ke-1 pada hari
jum’at malam tanggal 5 Desember 2008. Saat itu subjek masih nonton tv
dirumahnya bersama Ibu dan Neneknya. Setelah berkenalan dan berbincang-
bincang sebentar dengan Ibu dan Nenek subjek, peneliti langsung meminta ijin
kepada Ibu subjek untuk melakukan wawancara kepada subjek.
Karena data yang diperoleh dari wawancara pertama dirasa belum
mencukupi, maka peneliti melakukan wawancara yang kedua kepada subjek ke-1.
Wawancara ke-2 ini dilakukan pada tanggal 19 Desember 2008. Kedua
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
wawancara tersebut dilakukan dirumah subjek yang berada di Dukuh Kepatihan
Wetan Surakarta pada pukul 18.30-20.00 wib.
Sedangkan subjek ke-2 dilakukan wawancara pertama oleh peneliti pada
tanggal 5 Januari 2009 yang dilakukan dirumah subjek yang berada di Kampung
Suto Gunan rt 02/07 Surakarta pada jam 16.00-17.00 wib. Pada saat peneliti
datang kerumahnya, subjek baru pergi keluar dengan Ibu dan Kakaknya, sehingga
peneliti memutuskan untuk menunggu dirumah subjek sampai subjek pulang.
Akhirnya setelah menunggu ±15 menit subjek pulang kerumah dan setelah
berbincang-bincang sebentar dengan Ibu subjek, peneliti langsung melakukan
wawancara kepada subjek.
Karena data yang diperoleh dari wawancara pertama dirasa kurang, maka
peneliti melakukan wawancara yang kedua, wawancara yang kedua ini dilakukan
di sekolah SMP Ta’mirul Islam Surakarta pada tanggal 10 Januari 2009 pada
pukul 09.00-09.30 wib.
Sementara itu untuk subjek ke-3 dilakukan wawancara pertama oleh peneliti
di SMP Muhammadiyah II Kartasura pada tanggal 13 Januari 2009 pada pukul
08.30-09.00 wib. Saat itu subjek sedang mengikuti pelejaran geografi, namun atas
ijin dari kepala sekolah maka peneliti diperkenankan untuk melakukan wawancara
kepada subjek. Untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara pertama,
peneliti melakukan wawancara yang kedua terhadap subjek. Wawacara yang
kedua ini dilakukan di SMP Muhammadiyah II Kartasura pada tanggal 16 Januari
2009 pukul 09.00-0930 wib, saat itu subjek baru istirahat kelas sehingga lebih
mempermudah peneliti dalam melakukan wawancara.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
2.2. Pengambilan data SSCT
Pengambilan data SSCT terhadap subjek ke-1 dilakukan pada hari senin
tanggal 12 Januari 2009 pada pukul 19.30-20.00 wib dirumah subjek di Kepatihan
Wetan Surakata. Demikian juga dengan subjek ke-2, pengambilan data SSCT ini
juga dilakukan pada hari senin tanggal 12 Januari 2009 pukul 16.00-17.00 wib
dirumahnya yang beralamatkan di Kampung Suto Gunan rt 02/07 Surakarta.
Pengambilan data SSCT dirumah subjek ini dikarenakan peneliti tidak ingin
menggangu kegiatan belajar-mengajar subjek. Selain itu subjek akan dapat lebih
santai ketika pengambilan data ini dilakukan di rumahnya.
Sedangkan subjek ke-3, pengambilan data SSCT ini dilakukan pada
tanggal 13 Januari 2009 pada pukul 08.30-09.00 wib di sekolahnya SMP
Muhammadiyah II Kartasura. Pengambilan data SSCT dilakukan disekolah ini
dikarenakan subjek malu kepada peneliti jika pengambilan data dilakukan
dirumahnya yang jauh dan jelek. Sehingga subjek meminta agar pengambilan
data dilakukan di sekolah.
2.3. Pengambilan data observasi dan dokumentasi
Pengambilan data observasi dan dokumentasi terhadap subjek penelitian
dilakukan disekolah masing-masing. Pengambilan data observasi dan
dokumentasi subjek ke-1 dilakukan pada tanggal 14 Januari 2009 pukul 08.00-
09.00 wib dengan cara peneliti datang langsung ke SMP Muhammadiyah I
Simpon Surakarta dan meminta ijin kepada guru kelas untuk melakukan observasi
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
kelas dan pengambilan beberapa foto interaksi subjek dengan teman-temannya
ketika dikelas.
Demikian juga dengan pengambilan data observasi dan dokumentasi
terhadap subjek ke-2. Pengambilan data ini dilakukan pada tanggal 10 Januari
2009 pukul 09.00-10.00 wib, setelah mendapatkan perijinan untuk melakukan
observasi kelas maka peneliti langsung mengobservasi subjek dan mengambil foto
dokumentasi ketika subjek sedang berinteraksi dengan teman-temannya.
Sedangkan pengambilan data observasi dan dokumentasi subjek ke-3 dilakukan di
SMP Muhammadiyah II Kartasurta pada tanggal 13 Januari 2009 pukul 09.00-
10.00 wib.
C. Hasil Penelitian dan Kategorisasi
1. Hasil Observasi
1.1. Subjek I
Dari hasil observasi yang dilakukan di SMP Muhammadiyah I Simpon
Surakarta diketahui beberapa hal yang ditunjukan oleh subjek. Di kelas subjek
duduk dengan seorang teman laki-laki, subjek duduk dibangku paling depan
sebelah kiri. Subjek terlihat memperhatikan gurunya yang sedang menerangkan
pelajaran dan sesekali subjek terlihat mencacat setiap apa-apa yang ditulis oleh
guru di papan tulis yang ada di depan ruang kelas.
Ketika pelajaran sudah selesai dan sambil menunggu mata pelajaran
selanjutnya, subjek duduk-dukuk bersama dengan teman-temannya dikelas.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Subjek duduk diantara teman-temanya 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
Subjek bercakap-cakap dengan mereka dan sesekali subjek pun tersenyum.
Bel pun berbunyi, semua siswa masuk kedalam kelas dan mulai
memposisikan diri sesuai dengan tempat duduk masing-masing. Tanpa terkecuali
subjek, subjek pun beranjak dari tempat duduknya semula dan pindah ke tempat
duduknya yang berada di depan. Ketika subjek berjalan menuju tempat duduknya
terlihat subjek berjalan dengan gontai (pincang).
Dari hasil pengamatan ini menunjukan bahwa meskipun cacat namun
subjek memiliki perilaku adaptif, subjek mudah bersosialisasi dan bergaul baik
dengan teman laki-laki maupun temannya yang perempuan dengan tidak ada
indikasi rasa malu dan minder sama sekali.
1.2. Subjek II
Subjek duduk dengan seorang teman laki-laki, subjek duduk dibangku
tengah yang ada diruangan kelas XI. Ketika pelajaran sedang berlangsung subjek
menunjukan perilaku yang tidak jauh berbeda dengan teman-temannya yang lain,
seperti mencatat dan mendengarkan guru yang sedang menerangkan pelajaran di
depan kelas.
Selepas pelajaran, subjek keluar dari kelas. Subjek berjalan dengan sedikit
pincang kemudian subjek mulai berkumpul dengan teman laki-laki dan duduk-
duduk diserambi kelas. Ketika sedang berkumpul, subjek nampak asik bercakap-
cakap dengan teman-temannya dan bersenda gurau bersama mereka.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
1.3. Subjek III
Dikelas subjek nampak asik menyimak pelajaran yang disampaikan
gurunya dan subjek terlihat menulis apa-apa yang ditulis di papan tulis. Ketika
pelajaran sudah selesai, subjek dan beberapa temannya keluar dari kelas dan
kemudian berjalan menuju kantin yang ada dibelakang gedung sekolah SMP
Muhamadiyah II Kartasura.
Di kantin, subjek membeli beberapa jajanan yang ada disana. Kemudian
subjek berjalan dengan dua orang temannya ke kelas XI untuk kemudian duduk-
duduk di dalam kelas sambil berbincang-bincang dengan kedau temannya
tersebut. Sesekali subjek tertawa sambil memukul pundak temannya yang duduk
disamping kirinya.
2. Hasil Interview dan Tes Psikologi
2.1. Subjek I
Nama : A.D.
Usia : 13 th
Profesi : Pelajar
Tipe kecacatan : Ringan/monoplegia
Sekolah asal : SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta
Meskipun subjek memiliki kaki yang cacat, namun subjek senatiasa
bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah untuknya. Subjek selalu mensyukuri
apa-apa yang telah diberikan kepadanya. Walaupun cacat subjek tidak menyerah
dan selalu berpikir positif dalam mensikapi kekurangan yang ada pada dirinya
tersebut.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
“Ya aku mas, aku sudah bersyukur Alkhamdulillah sudah diberi kaki
kayak gini tapi otaknya kan bisa berpikir untuk anu perilakunya”.
(W1.S1:265-268). “Ya kan sudah dikasih kesempurnaan walaupun
masih dikit. Harus bersyukur.” (W2.S1:296-297).
Sebagai manusia biasa subjek mengakui bahwa dia juga sama dengan
manusia lain yang memiliki kelemahan namun juga memiliki kelebihan.
Subjek mengaku bahwa dia memiliki kelemahan dalam hal fisik karena
kecacatan yang ada pada kaki sebelah kirinya, sehingga untuk melakukan
aktifitas-aktifitas yang membutuhkan tenaga fisik terutama kaki seperti berjalan
jauh dan lari subjek akan merasa kesulitan atau bahkan tidak bisa sama sekali.
Namun dibalik kelemahan yang ada ini, subjek yakin bahwa dia juga memiliki
kelebihan lain, seperti otak yang cerdas dan pengetahuan tentang agama yang
melebihi teman-temannya yang lain.
“E…kadang ya capek kalau lari wah capek. Kalau maen bola
kadang.” (W1.S1:156-157). “Olah raga, soalnya kalau lari saya
cepet bener capek. Terus gini sakit, baru gitu-gitu sakit. panas
kadang-kadang kalau pas hujan olah raganya pas hujan baru kena
beberapa tetes saja sudah sakit”. (W2.S1:143-148).”Kelemahan
yang ada adalah berjalan terlalu jauh.” (SSCT/1/A.D/KD)
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dengan adanya kekurangan-
kekurangan yang ada pada diri subjek. Subjek akan selalu belajar dengan sunguh-
sungguh dan akan selalu berusaha untuk menjaga perasaan teman-temannya
dengan cara tidak mengejek dan menghinanya. Karena subjek berkeyakinan
bahwa ketika dia mampu menjaga perasaan temannnya, maka temannya juga akan
mejaga perasaan subjek.
Selain itu subjek juga selalu berdzikir dan berdo’a kepada Allah serta selalu
mendekatkan diri pada Allah. Karena dengan cara berdzikir dan memohon
pertolongan kepada-Nya inilah subjek akan diberi kemudahan oleh Allah dalam
segala hal.
Selain itu subjek selalu menjadikan ejeken-ejekan itu sebagai sumber
motivasinya untuk belajar dan subjek senantiasa menubuhkan keyakinan dalam
diri sendiri bahwa dia mempunyai kelebihan-kelebihan lain yang tidak dimiliki
oleh teman-temannya, seperti otak yang cerdas, kemampuan TIK dan wawasan
Agama yang luas.
“Anu kadang dzikir kalau malem dzikir terus ngaji, dzikir terus
berdoa.” (W1.S1:271-272). “Ya selalu mendekatkan diri sama
Allah.Dzikir, do’a anu minta pertolongan biar dikasih kemudahan
biar lancar sama biar masuk surga…(tersenyum.:)” (W1.S1:337-
341).
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Bagi subjek kecacatan bukanlah suatu penghalang untuk melakukan suatu
aktifitas, akan tetapi subjek mampu beraktifitas sebagaimana orang normal pada
umumnya. Aktifitas-aktifitas subjek ini ditujukan dengan memperbanyak ibadah
kepada Allah, seperti; sholat, mengaji dan bahkan sholat malam pun juga sering
subyek lakukan. Itu semua ditujukan untuk mengharapkan ridho Allah Ta’ala.
“Ya biasa, sholat ya sholat. Ngaji ya ngaji dan nganu kalau bisa
bangun malem sholat tahajud.” (W1.S1:120-123).
Meskipun kekurang sempurnaan subjek ini tidak terlalu mempengaruhi
aktifitas keseharian subjek, namun kekurang sempurnaan fisik subjek tersebut
terkadang menjadi bahan ejekan dan olok-olokan dari teman-temannya. Ejekan-
ejekan tersebut tidak lantas membuat subjek gusar dan marah kepada orang yang
mengejek dan mengolok-oloknya, namun subjek menanggapinya dengan penuh
keikhlasan dan subjek selalu berupaya untuk tetap sabar dan tabah dalam
mengahadapinya.
Hal ini disebabkan karena subjek meyakini bahwa kekerasan tidak tepat
bila dihadapi dengan kekerasan karena akan semakin memperkeruh permasalahan,
inilah yang ingin ditunjukan oleh subjek. Subjek membuktikan bahwa dengan
kelembutan, ketenangan dan kesabaran semua masalah bisa dihadapinya dan
dengan kelembutan, ketenangan serta kesabaran tersebut dapat membuahkan hasil
yang positif bagi dirinya, teman-temannya dan lingkunganya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Hal ini terbukti dengan tidak adanya orang-orang yang mengejek,
mengucilkan dan meremehkan subjek setelah subjek menunjukkan sikap positif
dan selalu bersikap baik kepada teman-temannya tersebut.
“Ya caranya misalnya minta uang dikasih aja, gak papa. Kalau mau
njotos, jangan no mas. Jangan gitu wong bolo sama-sama teman
jangan gitu, terus tak gojekin gitukan nanti bisa bagus nggak jadi
kekerasan lagi. Gak jadi malakin lagi.” (W1.S1:178-185). “Tapi gak
papa. Anu malah tak buat jangan putus asa, kan masih ada temen
yang baik.” (W1.S1:217-218). “Ya sama kayak tadi, ya kalau
misalnya marah itu jangan gitu, kan sama temenkan kalau marahkan
gak enak. Dosa kan gak boleh sama Nabi Muhammad gak apa kan
gak diperbolehkan marah.” (W1.S1:228-232). “Ada, tapi Oh jangan
gitu sama temen jangan gitu, gak boleh, sesama muslim kan nganu
harus kan ukhuwah islamiah. Semua kan saudara, gak boleh nyek-
nyekan, saling mengejek-mengejek kan gak boleh. Terus dia minta
maap, oya maap ya…”(W2.S1:196-201). “Akan berserah diri kepada
Allah. Bersabar dan tawakal.” (SSCT/1/A.D/KD).
Subjek bukanlah tipe orang yang apatis, namun subjek adalah orang yang
suka bergaul dan gemar memperbanyak teman. Namun dalam melakukan
interaksi subjek cenderung lebih meyukai orang-orang yang memiliki karakter
yang baik, karena kebaikan dari seorang teman, guru dan orang–orang yang ada
disekitarnya tersebut sangatlah penting bagi dirinya karena kebaikan-kebaikan
tersebut akan menjadi motivasi tersendiri bagi subjek untuk tetap semangat dan
lebih percaya diri dalam menerima kekurang sempurnaan fisiknya.
“Pengennya ya kumpul dengan orang-orang yang normal.”
(W2.S1:64-65). “Tapi aku kan pengen tahu dengan dunia luar,
teknologi. Terus aku pengen punya temen banyak, kalau di sekolah
khusus kan temennya dikit.” (W2.S1:68-71). “Ya enak, gurunya
sabar, murid-muridnya enak suka memberi semangat.“ (W2.S1:73-
74).
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Kebaikan-kebaikan yang ditujukan oleh teman dan guru serta orang-orang
yang ada disekitar subjek terbukti mampu dalam menumbuhkan rasa percaya diri
pada diri subjek. Sehingga dalam menjalani aktifitas kesehariannya subjek tidak
pernah merasa malu dengan kondisi fisiknya yang cacat dan berbeda dengan
orang pada umumnya.
Subjek meyakini bahwa rasa percaya diri ini bisa tumbuh karena adanya
ukhuwah islamiyah yang terjalin antara subjek dan orang-orang yang ada
disekitarnya. Ukhuwah islamiyah ini merupakan alat pemersatu. Apabila
seseorang sudah memahami ukhuwah islamiyah ini dia tidak akan pernah merasa
tinggi diantara orang-orang yang lain, tidak akan pernah mengejek dan menghina
teman-temannya.
Ukhuwah islamiyah inilah yang menjadikan subjek lebih percaya diri
dihadapan teman-temannya. Sehingga subjek tumbuh menjadi pribadi yang
matang, tidak malu dan minder walaupun dia memiliki fisik yang tidak sempurna
sebagaimana teman-temannya yang lain.
“Nggak, ngak sama sekali.” (W2.S1:99). “Ya ga papa, anu
karena sesama muslim kan nganu harus kan ukhuwah islamiah.
Semua kan saudara, gak boleh nyek-nyekan, saling mengejek-
mengejek kan gak boleh.” (W.1.S1:102-105).
Perlakuan baik guru kepada subjek menyebabkan subjek mampu bertahan
di lingkungan sekolah yang inklusif ini. Meskipun subjek memiliki kelemahan
secara fisik, namun di sekolah ini subjek tidak mendapatkan perlakuan negatif
dari guru-gurunya. Bahkan di sekolah ini subjek selalu diberi semangat dan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
motivasi oleh guru-gurunya dan tidak dibeda-bedakan dengan siswa-siswa lain
yang memiliki fisik lebih sempurna dari subjek.
Untuk mengantisipasi munculnya sikap malu dan minder pada diri subjek,
guru-guru yang ada saling bahu-membahu untuk mengembalikan kepercayaan
subjek yang sempat ternodai dengan adanya pengalaman traumatik subjek ketika
subjek sekolah di negeri dulu yang selalu mendapatkan hinaan dan cemoohan baik
dari teman maupun guru subjek.
Diantara usaha-usaha yang dilakkan oleh para guru tersebut adalah: a)
Selalu memberi nasihat dan motivasi kepadanya, b) Tidak membeda-bedakannya
dengan siswa-siswa yang lainnya, c) Selalu meyakinkan subjek bahwa dimata
guru semua siswa itu sama.
“Ya memperlakukan saya ya seperti orang-orang biasa, misalnya
gini-gini aku dibantuin. Dikasih semangat, dikasih spiritlah.”
(W2.S1:130-132). “Kamu jangan begini-begini, hidup itu harus
rileks gak boleh marah gak boleh malu sama temen. Semua temen
sama.” (W2.S1:86-88). “Dulu iya. Tapi gak suka. Soalnya itu
gurunya apa mandangnya gak kayak guru Islam. Kadang gini
dimarahin, gak salah apa dimarahin.” (W1.S1:200-204). “Subjek
memandang bahwa seorang guru juga baik dan subjek akan
memberi salam ketika bertemu mereka.” (SSCT/1/A.D/HI).
Pengalaman buruk inilah yang menjadikan subjek enggan untuk sekolah di
sekolah negeri. Karena di sekolah negeri ini subjek sering mendapatkan perlakuan
yang tidak menyenangkan baik dari teman-teman maupun dari gurunya, selain itu
perbedaan Agama juga menjadi penyebab ketidaksukaan subjek untuk sekolah
disana. Di sekolah negeri ini subjek sering diganggu oleh teman-temannya bahkan
sampai pada taraf penganiayaan secara fisik, seperti memukul, menendang,
memalak dan lain sebagianya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Menurut subjek munculnya perilaku-perilaku negatif ini disebabkan karena
ketidakpahaman mereka akan ilmu Agama, karena jika mereka paham Agama
mereka tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan seperti diatas.
“Kalau di negeri itu gurunya itu ada yang Kristen, Islam. temen-
temennya ada yang ngejek, nglempari pakai batu, kan gak suka
saya.” (W2.S1:152-154). “Ngejeknya oh begok lo…. Terus waktu aku
lari kakiku dijegal sampai kepalaku ke jedut pintu. Terus dijotosin
pernah juga.” (W2.S1:171-173). “Kalau di Negeri itu kan gak tahu
hari akhir itu apa aja tanda-tandanya. Siapa yang masuk surga itu
siapa saja, kan belum tahu. Kalau mereka tahu mereka gak akan
kayak gitu, ngejek-ngejek kayak gitu. Kalau tahu isi agama mereka
gak ngejek.” (W.2.S1:157-160). “Seorang teman bagi subjek adalah
teman yang baik, tidak nakal, tahayul atau syirik.” (SSCT/1/A.D/HI)
Subjek tidak terlalu banyak berharap, namun dalam kehidupan ini subjek
hanya menginginkan teman dan guru-guru yang baik, yang bisa memotivasi dan
memberi semangat serta membantunya ketika subjek membutuhkan bantuan baik
dalam keadaan suka maupun duka. Sehingga subjek bisa menjalani kehidupan ini
dengan penuh rasa percaya diri dan tidak ada perasaan minder dalam dirinya.
“Anu kalau baik, temen-temen baik, guru-guru baik gak ada yang
ngejek sudah Alkhamdulillah.” (W1.S1:316-318). “Kalau ya, ya anu
itu ya Allah mohon saya dikasih kelebihan dan teman-teman saya
biar gak nakal lagi.” (W2.S1:249-251)
2.2. Subjek II
Nama : B.P.W
Usia : 14 th
Profesi : Pelajar
Tipe kecacatan : Ringan/monoplegia
Sekolah asal : SMP Ta’mirul Islam Surakarta
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Subjek meyakini bahwa semua yang terjadi pada dirinya adalah sebuah
scenario yang telah Allah buat dan rencanakan untuknya dan subjek meyakini
bahwa semua itu pasti ada hikmahnya. Walaupun hikmah tersebut belum
diketahui oleh subjek, namun subjek tetap optimis bahwa kemudahan selalu ada
dalam setiap kesulitan dan subjek akan tetap berusaha untuk mewujudkan apa
yang dia cita-citakan.
“Yo gak papa mas, kan semua sudah diatur sama Allah. Kan
pasti ada hikmahnya.” (W1.S2:113-114). “Ketakutan yang ada
pada subjek adalah tentang masa depan, akan tetapi subjek
ingin mewujudkan cita-citanya.” (SSCT/2/B.P.W/KD).
Meskipun demikian, kecacatan yang ada pada diri subjek tersebut
menjadikan subjek tidak leluasa bergerak, akibatnya subjek merasa kesulitan
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah seperti olah raga dan
upacara bendera yang ada di sekolahnya. Namun dengan segala kekurangan yang
ada pada diri subjek tersebut tidak menjadikan subjek berpangku tangan dan
menunggu belas kasih orang lain, karena subjek ingin mandiri dan tidak mau
menyusahkan orang lain. Karena subjek masih bisa menjalani aktifitas
kesehariannya tanpa ada masalah yang berarti, baik untuk keperluan keseharian
seperti mengambil makan, belajar dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi salah
satu kelebihan subjek dimata guru dan teman-temannya. Selain itu subjek juga
memiliki kelebihan lain yang cukup membuatnya bangga yaitu kemampuan
mengoperasikan komputer.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Akan tetapi untuk aktifitas-aktifitas lain yang memerlukan tenaga fisik
lebih banyak seperti berjalan jauh, berlari dan olah raga lainnya subjek merasa
kesulitan karena cacat fisik yang ada pada dirinya.
“Kaki saya, saya gak kuat kalau disuruh jalan lama, kaki saya suka
sakit.” (W1.S2:149-150). “Gak bisa, kalau bisa jangan terlalu jauh
nanti capek. Kan kakiku ini suka capek kalau jalan jauh.”
(W2.S2:109-111). “Ya saya tidak mau nyusain orang lain, kalau
saya bisa saya lakukan. “(W2.S2:156-157). “Bisa maen
computer.” (W1.S2:138). “Karena dulu waktu masuk kelas I sudah
bilang kalau kaki saya sakit kalau dipakai jalan jauh, jadi sama
guru di ijinkan untuk tidak ikut olah raga”.(W1.S2:162-165). “Gak
ada cuma ini aja, tapi kadang kalau pas upacara saya gak ikut gak
apa-apa karena kalau ikut kelamaan berdiri kadang kaki saya suka
sakit, jadi gak ikut gak papa.” (W1.S2:172-175). “Ya seperti biasa,
biasa aja gak ada masalah.”(W1.S2:110). “Saya gak pernah maen
jauh, paling dirumah aja atau ke tempat teman depan rumah saya.
Kalau jauh-jauh gak boleh, trus suka capek.” (W1.S2:156-158).
“Gak ada, semua bisa aku lakukan.” (W1.S2:112). “Kelemahan
yang ada pada subjek, apabila berjalan terlalu jauh.”
(SSCT/2/B.P.W/KD)
Kekurang sempurnaan fisik yang ada pada diri subjek ini tidak
membuatnya pesimis dan menyerah dengan keadaan, namun subjek senantiasa
menunjukkan rasa optimisme yang tinggi delam menghadapi permasalahan yang
menimpanya. Rasa optimisme ini ditunjukan dengan berbagai bentuk, diantaranya
adalah dengan berusaha dan belajar dengan sungguh-sungguh. Selain itu sholat
dan berdo’a juga selalu subjek lakukan.
Rasa optimisme ini juga terlihat dengan adanya kecenderungan subjek
untuk membaur dengan teman-temannya yang normal, refresing dengan teman-
temannya dan bermain bersama mereka. Bermain bersama dengan cara membaur
dengan orang-orang normal ini subjek lakukan untuk menghilangkan rasa
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
senioritas, egoisme, arogan maupun rendah diri yang mungkin muncul diantara
mereka.
“Bisa aja, yang penting belajar, terus berusaha pasti bisa.”
(W1.S2:125-126). “Paling sholat, terus berdoa.”(W2.S2:145)
“Refresing, bermain sama teman-teman.” (W2.S2:88)
Namun subjek hanya bisa pasrah dan ikhlas ketika masih ada diantara
teman-temannya yang menghina dan mengejeknya karena kekurang sempurnaan
fisik yang ada pada dirinya. Hal ini disebabkan karena subjek tahu diri dan sadar
diri bahwa dia memang cacat dan berbeda dengan teman-temannya. Rasa pasrah
ini subjek tujukan kepada Allah sebagai Dzat yang menciptakannya, dan subjek
selalu berharap agar Allah bisa memberikan kelebihan yang lain sehingga subjek
tidak diejek dan diganggu oleh teman-temannya.
“Saya gini aja, saya biarkan orang-orang lain ngejek saya gak
papa.” (W1.S2:92-93). “Ya gak papa, kan udah dari kecil udah
kayak gini. Jadi gak papa.” (W1.S2:106-107). “Paling sholat,
terus berdoa, biar jadi anak yang sholeh dan pinter dan bisa jadi
pilot.” (W2.S2: 145-146). “Akan menghadapi kecacatan ini
dengan penuh kesabaran.” (SSCT/2/B.P.W/KD)
Pada dasarnya ketidaksempurnaan fisik ini tidak menjadikan subjek malu
dan minder dalam bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang yang normal.
Karena subjek meyakini bahwa meskipun dia secara fisik cacat, namun pada
dasarnya dia adalah normal dan sama seperti teman-temannya yang lain.
Inilah yang menjadikan subjek tidak malu dan minder kepada teman-
temannya, selain itu kebaikan teman-teman subjek di sekolah ini juga menjadi
salah satu faktor yang membuat subjek lebih percaya diri. Karena di sekolah ini
subjek mempunyai teman-teman yang baik, yang suka membantu dan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
menolongnya dan bisa menerima kondisi subjek apa adanya.
“Ya sering bermain sama-sama saya, belajar sama-sama. Baik-baik
sama saya. Tidak pernah ngeyek (mengejek-red) saya.” (W1.S2:80-
82). “Kan mereka sudah tahu kalau saya punya kelemahan kaki saya
gini. Mereka sudah maklum.” (W1.S2:85-87). “Kan saya normal
walaupun kaki saya begini tapi saya normal.” (W2.S2:128-130).
“Sering e… memberitahu kalau saya tidak bisa.” (W2.S2:35-36).
“Teman bagi subjek, baik, tidak nakal, sholeh.”
(SSCT/2/B.P.W/HI). “Nggak, enak di sekolah umum dari pada di
sekolah khusus. Di sekolah umum di ta’mirul juga gak ada yang
ngejek saya, semuanya juga baik-baik.” (W1.S.2:25-28). “Ya kan
saya pengen bermain dengan orang-orang normal.” (W1.S2:34-35).
“Yo gak suka, mosok maen sama orang cacat terus. Sayakan juga
pengen maen dengan orang normal.” (W1.S2:41-43). “Kan kalau
orang normal itu enak, diajak maen enak, pinter-pinter. Kan saya
juga pengen seperti mereka. “(W1.S2:46-48). “Ya karena gak suka
aja, gak suka dengan orang-orang cacat. Kan saya normal walaupun
kaki saya begini tapi saya normal.” (W2.S2:128-130).
Secara psikologis kekurangsempurnaan ini tidak begitu berpengaruh
terhadap subjek, bahkan subjek merasa enjoy dan tidak malu dengan kondisi
fisiknya yang cacat. Namun kecacatan ini memiliki pengaruh yang besar terhadap
aktifitas keseharian subjek, terlebih lagi aktifitas-aktifitas yang memerlukan
tenaga fisik yang besar dan menguras tenaga seperti berjalan jauh, berlari dan lain
sebagainya.
“Ya kan kita sama, cuma beda kakinya aja. Kenapa harus malu.”
(W1.S2:56-57). “Ya karena saya sudah biasa jadi gak malu
lagi.“(W1.S2:131-132). “Biasa dengan kaki seperti ini, jalan yang
begini. Tapi gak papa..” (W1.S1:134-135). “Saya gak pernah
maen jauh, paling dirumah aja atau ke tempat teman depan rumah
saya. Kalau jauh-jauh gak boleh, trus suka capek.” (W1.S2:156-
158). “Nyantai aja, kan orang-orangnya baik semua. Enak biasa
aja.” (W2.S2:136-137).
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Meskipun demikian kecacatan ini bukanlah suatu alasan bagi guru untuk
memberikan pengkhususan bagi subjek, pengkhususan hanya diberikan dalam
bidang olah raga dan setiap aktifitas-aktifitas yang banyak memerlukan tenaga
fisik lainnya. Namun jika subjek masih mampu melakukannya, maka subjek
diharuskan untuk mengikuti semua kegiatan yang ada di sekolah tanpa ada
pengecualian.
Untuk kegiatan yang lain yang ada di sekolah ini subjek diperlakukan
sama seperti siswa-siswa pada umumnya tidak ada diskriminasi maupun
dispensasi bagi subjek. Perlakuan yang sama itu terlihat dalah hal membantu
siswa jika siswa mendapatkan kesulitan dalam proses belajar mengajar, memberi
memotivasi kepada siswa, menghukum jika bersalah dan kegiatan belajar
mengajar lainnya.
“E…perilaku. Eh…anu seperti membantu saya kalau saya sedang
kesusahan.” (W1.S2:61-62). “Sama seperti yang lainnya, gak
dibeda-bedain.” (W1.S2.78-79). “Biasanya pas olah raga mas,
kalau olah raga, saya gak boleh ikut. Saya disuruh nonton aja.”
(W1.S2:73-74). “Gak pernah, paling kalau guru itu kalau pas olah
raga. Aku sering diberi keringanan gak ikut gak papa. Itu aja kalau
yang lain ya sama aja dengan teman-teman yang lain.”
(W1.S2:116-119). “Gak ada cuma kakak aja, tapi kadang-kadang
guru-guru juga ngasih semangat untuk belajar yang rajin biar
pinter.” (W1.S2:184-185). “Seperti anu ya baik-baik gak pernah
gojek- gojeki. Seperti orang normal gitu melakukan saya.”
(W2.S2:14-16). “Begitu juga dengan guru, mereka baik dan
sabar.” (SSCT/2/B.P.W/HI)
Subjek tidak berharap banyak di sekolah ini, namun subjek hanya berharap
dia bisa mendapatkan teman-teman yang banyak dan baik hati serta bisa
berprestasi dengan baik sehingga dapat membahagiakan orang tuanya. Karena
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
dengan memiliki teman yang banyak dan berprestasi tersebut akan membuat
subjek menjadi lebih percaya diri dengan kondisi fisiknya yang cacat.
“Ya bisa belajar dengan baik, terus dapat prestasi, dan terus
punya temen-temen yang banyak.” (W2.S2:81-83). “Tujuan
hidup yang diinginkan agar selalu pintar.”
(SSCT/2/B.P.W/KD)
2.3. Subjek III
Nama : R.A.P
Usia : 14 th
Profesi : Pelajar
Tipe kecacatan : Ringan/hemiplegia
Sekolah asal : SMP Muhammadiyah II Kartasura
Subjek memandang bahwa kehidupan yang dijalaninya adalah sesuatu
yang rumit, rumit karena subjek mengharapkan sesuatu yang sangat tidak
mungkin dicapainya dengan adanya kekurangan-kekurangan yang ada pada diri
dan keluarganya. Namun subjek mencoba untuk selalu berpikir positif dengan
meyakini bahwa subjek pasti mampu untuk menggapai apa yang diharapkannya
tentunya kalau subjek mau berusaha menutupi kekurangan-kekurangan yang ada
pada dirinya dan belajar dengan maksimal.
“Apa itu, kehidupan yang agak rumit gitu Karena kekurangan
dan kekurangan saya ini.” (W1.S3:142-143). “Ya gitu, apa itu
rumit banget. Saya kan hidup dikeluarga yang tidak mampu, terus
saya pengen sekolah yang tinggi.” (W2.S3:89-91). “Mencoba
terus berusaha untuk menutupinya.” (W1.S3:226). “Tentang
masa depan, memungkinkan untuk dicapai.” (SSCT/3/R.A.P/KD)
Subjek meyakini bahwa setiap kelemahan pasti ada kelebihan. Demikian
halnya dengan subjek yang juga memiliki kelebihan dan kekurangan sebagaimana
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
orang pada umumnya. Kekurangan yang mencolok pada subjek adalah kaki kiri
dan tangan kirinya subjek yang kecil, Selain itu subjek adalah murid dengan fisik
terkecil yang ada di sekolah ini.
Namun kekurangan yang ada pada diri subjek tersebut menjadi daya tarik
tersendiri bagi guru-gurunya, karena justru dengan kekurangan tersebut
menjadikan guru-gurunya lebih sayang dan subjek menjadi siswa yang disenangi
oleh para guru. Selain itu subjek juga memiliki kelebihan yang lain, yaitu
kemampuan olah vocal subjek dan kemahirannya dalam menyusun kata-kata
menjadi puisi yang indah.
“Dulu dapat peringkat dua di SD.” (W1.S3:34). “Anu membaca
puisi dan menyayi.” (W1.S3:232). “Karena saya ini murid yang
terkecil disekolah ini, banyak disenangi oleh guru-
guru.”(W1.S3:88-89). “Ni kan tangan kirinya kecil terus
badanku juga kecil sendiri di sekolah ini.” (W1.S3:44-45).
“Dalam apa itu, apa hal yang gak bisa gitu lo… kalau kan
mengangkat benda berat gak bisa mengangkat gitu diangkatkan.
terus kerjasama.”(W1.S3:190-193). “Ya karena ini tangan dan
kakiku kan sakit, jadi gak bisa olah raga.” (W2.S3:48-49)
“Subyek suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan karya
sastra.” (SSCT/3/R.A.P/HI). “Kelemahan yang utama pada diri
subjek adalah cacat fisik tangan kiri dan kaki kiri.”
(SSCT/3/R.A.P/KD)
Dengan adanya kecacatan ini meyebabkan subjek tidak mampu
menjalankan aktifitasnya sebagaimana siswa lain pada umumnya. Dengan
kecacatan ini menjadikan subjek tidak mampu untuk melakukan olah raga,
mengangkat meja atau kursi dan aktifitas-aktifitas fisik lainnya. Inilah dampak
yang ditimbulkan dari kecacatan tersebut, namun secara psikologis subjek tidak
begitu terpengaruh dengan dangan adanya kecacatan ini karena subjek meyakini
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
bahwa setiap kekurangan pasti ada kelebihan. Pikiran postitif seperti inilah yang
selalu ada dalam diri subjek, sehingga subjek tidak malu meskipun subjek cacat
dan berbeda denga siswa-siswa lainnya.
“Sepak bola, terus poli gak bisa, lompat jauh gak bisa, tolak
peluru gak bisa, lempar cakram gak bisa.” (W1.S3:208-209).
“Dalam hal piket, kan naikkan kursi kemeja itu kan gak bisa,
tangan yang satunya gak bisa. Terus minta bantuan
teman.”(W2.S3:62-64). “Ngapain malu, kan suatu kekurangan
itu pasti ada kelebihannya.”(W2.S3:86-87).
Selain berpikir positif, subjek juga selalu berpikir optimis dalam
mensikapi kekurang sempurnaan dan kelemahan yang ada pada dirinya tersebut.
Subjek meyakini bahwa setiap kelemahan itu pasti ada kelebihan, sehingga subjek
tidak malu dengan adanya kecacatan yang disandangnya.
Selain berpikir optimis, subjek juga selalu berusaha untuk menutupi setiap
kekurangan yang ada pada dirinya dengan cara selalu berusaha dan belajar dengan
giat dan sungguh-sungguh agar bisa selalu berprestasi di sekolahnya.
“Kerena setiap kekurangan itu pasti juga ada kelebihannya.”
(W1.S3:36-37). “Mencoba terus berusaha untuk menutupinya.”
(W1.S3:226). “Ya dengan berusaha belajar terus agar bisa
menjadi anak yang pintar.” (W1.S3:228-229). “Ada belajar
yang sungguh-sungguh dan menghormati guru.” (W1.S3:156-
157). “Saya akan mencoba untuk menutupi kelemahan saya,
saya membantu teman-teman, belajar gitu.” (W1.S3:289-291)
Meskipun kecacatan menimpa pada kaki dan tangan subjek, namun dalam
menjalankan aktifitas keseharianpun subjek mampu menjalaninya seperti orang
normal pada umumnya dan tidak ada permasalahan yang berarti bagi subjek,
karena subjek mampu menjalakan aktifitas sehari-hari tanpa harus membutuhkan
bantuan orang lain.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Akan tetapi untuk kegiatan-kegiatan yang berat, subjek mengakui bahwa
subjek masih memerlukan bantuan orang lain, seperti mengangkat barang dan lain
sebagainya, dan subjek tidak pernah malu untuk meminta bantuan-bantuan yang
memang dibutuhkannya tersebut.
“Baik-baik aja..” (W1.S3:160). “Ya… seperti biasa, kalau
makan ya ambil sendiri, kalau maen ya maen gitu…!”
(W2.S3:56-57). “Belajar, menjalankan aktifitas sehari-hari
tanpa perlu malu dan bermain seperti anak-anak yang normal.”
(W2.S3: 149-151). “Dalam hal piket, kan naikkan kursi kemeja
itu kan gak bisa, tangan yang satunya gak bisa. Terus minta
bantuan teman.” (W2.S3:62-64)
Kekurang sempurnaan fisik yang ada pada subjek tersebut terkadang
dijadikan bahan ejekan oleh teman-temannya. Namun subjek tidak terlalu
memperdulikan ejekan-ejekan yang ditujukan kepadanya tersebut. Akan tetapi
subjek hanya bisa pasrah, sabar dan tabah menerimanya. Subjek meyakini bahwa
ejekan adalah suatu kelebihan dan ketika ejekan-ejekan itu ditujukan kepadanya
itu berarti bahwa subjek memiliki kelebihan-kelebihan lain yang menjadikan
teman-temannya mengejeknya.
Ejekan-ejekan itu tidak membuat subjek dendam kepada orang yang
mengejeknya, karena subjek meyakini jika kekerasan dibalas dengan kekerasan
tidak akan menyelesaikan masalah akan tetapi justru akan memperkeruh
permasalahan yang ada. Sehingga jalan yang subjek ambil adalah bersabar dan
tabah serta memaafkan orang-orang yang telah megejeknya.
“Aku terserah, PD aja ngapain diambil hati, gak ada apa-
apanya.” (W1.S3: 83-84). “Ya terus pulang aja. langsung pergi
gak mendengarkan.” (W1.S3:107-108). “Karena di ejek itu pasti
saya ada kelebihannya.” (W1.S3:112-113). “Ya tidak membalas,
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
nanti kalau di apa itu dihadapi makin menjadi-jadi.”
(W1.S3:127-128). “Akan selalu tabah dan sabar dalam
menghadapinya.” (W1.S3:152-153). “Ya gak papa, namanya
juga teman.” (W2.S3:26). “Subjek berusaha sabar dan tabah
ketika menghadapi masalah.” (SSCT/3/R.A.P/KD)
Selain itu ejekan-ejekan yang ditujukan kepada subjek tersebut tidak
membuat subjek malu dan jera untuk membaur dengan orang-orang yang normal.
Bahkan subjek memilih untuk sekolah di sekolah inklusif yang di dalamnya
terdapat siswa-siswa yang heterogen karena selain ada siswa normal di sekolah ini
juga terdapat siswa-siswa yang memiliki kelainan. Alasan lain yang membuat
subjek tertarik untuk sekolah di sekolah inklusif (regurer) ini adalah karena
dorongan dari guru asuhnya yang meminta subjek untuk sekolah di sekolah
pilihannya dan subjek tidak ingin mengecewakan guru asuhnya dengan cara
menolak sekolah pilihan guru asuhnya. Sehingga meskipun secara fisik subjek
cacat, namun subjek tidak memilih dan menuntut untuk meneruskan sekolah di
sekolah yang khusus anak-anak cacat.
Setelah subjek sekolah di sekolah inklusif ini subjek mendapatkan
perlakuan yang baik dari teman-temannya. Perlakuan-perlakuan baik yang
ditujukan teman-temen subjek ini semakin membuat subjek tertarik untuk
meneruskan sekolah di sekolah inklusif ini.
“Sikap teman-teman saya yang selalu memperhatikan dan baik
kepada saya.” (W1.S3:14-15). “Karena saya tidak ingin
mengecewakan guru asuh saya.” (W1.S3:17-18). “Nggak, wong
aku disekolahkan guru asuh itu. Jadi saya terserah sama guru
saya. Waktu itu Guru asuh saya itu datang kerumah ngasih kabar
kalau saya mau disekolahkan di muhammadiyah. Gitu aja..”
(W2.S3:37-41).
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Diantara subjek dan siswa-siswa lain yang ada di sekolah ini terdapat
ikatan persahabatan yang kuat sehingga mereka akan saling bantu-membantu jika
diantara mereka membutuhkan bantuan.
Meskipun tidak semua teman-teman subjek berperilaku baik kepadanya,
namun masih ada teman-teman subjek lainnya yang selalu baik dan menyayangi
subjek dan membantunya disaat subjek membutuhkan bantuan. Inilah yang subjek
sukai dari teman-temannya, kebaikan dan motivasi yang selalu mereka berikan
kepada subjek.
“Ya sangat sayang, ada ikatan persahabatan yang sejati.”
(W1.S3:67-68). “Mengasihani, membantu…..gitu.” (W1.S3:80).
“Di sekolah saya merasa senang karena saya dihormati oleh
teman-teman saya.” (W1.S3:186-187). “Ya kadang ada yang
baik, kadang ada yang menjengkelkan, kadang ada yang ngerjain
aku. Gitu…!” (W2.S3:12-14). “Ya gak papa, namanya juga
teman.” (W2.S3:26). “Arti teman bagi subjek adalah memberikan
dorongan di kala suka dan duka. Subjek senang apabila mereka
sholeh dan berbakti kepada orang tua.” (SSCT/3/R.A.P/HI)
Selain mendapatkan perlakuan baik dari teman-teman subjek, subjek juga
mendapatkan perlakuan baik dari guru-gurunya. Karena di sekolah ini guru-guru
yang ada adalah guru-guru yang ramah, pintar, baik dan penuh kasih sayang
dalam memperlakukan siswa-siswanya. Sehingga subjek diperlakuan sama oleh
guru-gurunya dengan tidak membeda-bedakan subjek dengan siswa-siswa yang
secara fisik normal. Namun dalam kegiatan olah raga subjek sering mendapatkan
dispensasi dari sekolah karena kecacatan fisik yang subjek alami. Dispensasi
tersebut biasanya berupa keringanan untuk tidak ikut kegiatan olah raga terkhusus
kegiatan olah raga yang berat yang dimungkinkan subjek tidak mampu
melakukannya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
“Sangat sayang dan mendidik, supaya saya menjadi anak yang
pinter.” (W1.S3:48-49). “Ya seperti…seperti dikasih pelajaran
itu kita disamakan. gitu….!” (W1.S3:54-55). “Dipelakukan sama
tapi saya dibedakan dalam hal yang gak bisa gak bisa itu, olah
raga terus apa itu yang gak bisa pokoknya yang gak bisa.”
(W2.S3:107-110). “Seorang guru bagi subjek, harus pintar, bisa
membimbing, ramah dan sayang.” (SSCT/3/R.A.P/HI)
Dalam kehidupan ini subjek tidak berharap banyak, subjek hanya ingin
membahagiakan orang tua dan guru asuh yang membiayai sekolahnya. Selain itu
subjek juga ingin menjadi anak yang pintar agar nantinya bisa berguna bagi nusa
dan bangsa. Inilah keinginan-keinginan subjek yang ingin subjek capai.
“Karena saya tidak ingin mengecewakan guru asuh saya.”
(W1.S3:17-18). “Berbakti sama orang tua biar berguna bagi
nusa dan bangsa.” (W1.S3:86-287). “Menjadi anak yang terbaik,
dan mendapatkan nilai yang maksimal.” (W1.S3:165-166).
Table V
Kategorisasi hasil wawancara, observasi dan tes psikologi
dan dokumentasi
No ASPEK Subjek A.D Subjek B.P.W Subjek R.A.P
1. Pendapat subjek tentang:
a. Cara subjek
memandang
kehidupan.
Semua yang
terjadi adalah
kehendak Allah.
Semua ini
adalah
scenario dari
Allah.
Sesuatu yang
rumit dengan
adanya kelemahan
dan kelebihan.
b. Kelemahan
subjek.
Kaki cacat,
tidak bisa olah
raga berat,
sering sakit-
sakitan, mudah
capek, tidak
mampu berjalan
jauh.
Kaki catat,
tidak bisa
berjalan jauh,
mudah capek,
tidak bisa olah
raga berat.
Tangan kiri dan
kaki kiri cacat,
postur tubuh kecil,
tidak mampu
mengangkat
benda berat, tidak
mampu olah raga
berat.
c. Kelebihan
subjek.
Otak cerdas,
menguasai ilmu
Bisa
mengoperasika
Otak cerdas, olah
vocal dan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
umum dan
Agama yang
sudah diajarkan
di kelas.
n komputer,
mandiri tidak
mau
menyusahkan
orang lain,
membaca puisi.
d. Sikap
guru
terhadap
subjek.
Diperlakukan
seperti orang
normal, sering
diberi motivasi
dan nasihat.
Sering
membantu,
diperlakukan
sama seperti
siswa lain,
baik, sabar,
dan sering
memberi
nasihat.
Sayang, mendidik,
tidak dibedakan
dengan siswa lain,
ramah dan suka
memberi arahan.
e. Sikap
teman
terhadap
subjek.
Baik, suka
memberi
motivasi, sering
membantu, dan
ada ukhuwah
islamiyah yang
terjalin, ada
yang nakal.
Baik, tidak
pernah
mengejek,
sering
memberi tahu,
sholeh.
Sangat sayang,
ada ikatan
persahabatan yang
kuat, saling
mengasihi, sering
membantu dan
saling
menghargai.
f. Dampak
kecacatan
terhadap
subjek.
Secara
psikologis
(mental):
“ya”
Aktifitas
keseharian:
“Ya”
Secara
psikologis
(mental):
“Tidak”
Aktifitas
keseharian:
“Ya”
Secara psikologis
(mental):
“Tidak”
Aktifitas
keseharian:
“Ya”
2. Gangguan-gangguan yang dialami subjek
a. Bentuk-
bentuk
gangguan.
Dipalak, diejek
tingklang,
bodoh, begok,
di jegal, di
pukul.
Diejek
pincang.
Dijitak, di
tendang.
b. Pengaruh
gangguan.
Trauma dengan
sekolah Negeri.
Biasa saja
karena memang
pincang.
Biasa saja tidak
mempermasalah
kan.
3. Coping strategy
a. Menghadap
i gangguan.
Meminta pindah
bersabar,
tawakal dan
berserah diri
kepada Allah.
Diam, sabar,
pasrah, sholat,
dan berdo’a.
Tidak ambil
pusing, santai,
mencoba berpikir
positif, sabar dan
tabah.
b. Mengatasi Belajar dan rajin Belajar dan Berusaha
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
kekurangan
dan
kelemahan.
beribadah dan
berdo’a kepada
Allah.
terus berusaha,
sholat dan
berdo’a.
menutupi
kekurangan yang
ada, belajar
dengan giat, dan
selalu berpikir
positif.
4. Harapan
subjek Mempunyai
teman yang baik,
dan guru yang
penyayang. Serta
berdo’a kepada
Allah agar diberi
kelebihan.
Bisa belajar
dengan
maksimal dan
mendapatkan
prestasi, serta
ingin
mempunyai
teman-teman
yang baik.
Menjadi anak
yang pintar dan
bisa berprestasi
agar bisa
membahagiakan
orangtua.
Berdasarkan pada data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi
coping yang dilakukan oleh subjek dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) bentuk:
1. Coping strategy yang lebih mengutamakan pada aspek emosi pribadi (non-
religiusitas), seperti:
a. Meminta pindah ke sekolah lain.
b. Tidak ambil pusing.
c. Santai
d. Diam
e. Mencoba berpikir positif.
2. Coping strategy yang lebih mengutamakan pada aspek spiritual (religiusitas),
seperti:
a. Bersabar
b. Tabah dan tawakal.
c. Berserah diri pada Allah
d. Berdo’a, dan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
e. Sholat.
Adanya kedua bentuk strategi koping tersebut disebabkan karena adanya
perbedaan subjek dalam memandang hakikat kehidupan ini, baik yang berkaitan
dengan kelebihan maupun kelemahan yang mereka miliki maupun dalam semua
aspek kehidupan yang lain.
D. Pembahasan umum
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan tes psikologi serta hasil
analisis data pada penelitian ini dapat diketahui hasil secara keseluruhan yaitu:
Ketiga subjek meyakini bahwa kehidupan yang mereka jalani merupakan
suatu ketetapan yang telah Allah buat dan harus mereka jalani, suatu garis
kehidupan yang sudah Allah gariskan ketika mereka diciptakan oleh Allah sebagai
Tuhan mereka, yaitu suatu ketetapan yang berkaitan dengan kebahagiaan maupun
kesengsaraan ketika hidup di dunia, kematian, rizki maupun segala sesuatu yang
akan terjadi ketika hidup di dunia ini. Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan
Nawawi (2006) yang mengutik sebuah hadits dari Rasullah SAW yang
menjelaskan bahwa ketika seorang manusia diciptakan oleh Allah, maka Allah
akan menyuruh Malaikat untuk mencatat empat perkara darinya, rizki, kematian
dan kehidupan baik buruknya ketika di dunia.
Kekurangan-kekurangan yang ada pada diri subjek seperi fisik yang
cacat, postur tubuh yang terlalu kecil dan lain sebagainya ini tidak membuat
mereka berputus asa dan menyesal, karena mereka meyakini bahwa Allah adalah
Dzat yang Maha adil, yang akan memberikan yang terbaik untuk ciptaan-Nya.
Subjek meyakini bahwa selain memiliki kelemahan mereka juga memiliki
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
kelebihan, dan segala sesuatu baik yang berupa kebaikkan maupun keburukan
semua itu adalah ketetapan dari Allah dan pasti ada hikmah dibalik semua ini.
Kekurangan-kekurangan yang ada ini ternyata memiliki dampak yang
cukup signifikan terhadap aktifitas keseharian subjek, terkhusus lagi aktifitas-
aktifitas yang memerlukan tenaga dan kekuatan fisik yang besar serta
membutuhkan waktu yang lama. Seperti kegiatan angkat-mengangkat barang,
berdiri dalam waktu yang lama, berjalan jauh dan kegiatan olah raga fisik lainnya.
Namun kekurangan-kekurangan yang ada pada diri subjek ini tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejiwaan subjek. Karena meskipun
subjek cacat namun mereka tetap percaya diri, enjoy dan tetap optimis dalam
mensikapi kekurang sempurnaan fisik yang ada pada diri mereka.
Rasa percaya diri ini muncul karena ada dua faktor yang mendasarinya,
yaitu faktor internal yang berupa self concept yang ada pada diri subjek dan faktor
eksternal yang berupa dukungan sosial yang diberikan kepada mereka.
Self concept ini dapat dilihat dari cara pandang subjek terhadap
kekurangan-kekuangan yang ada pada dirinya dengan selalu berpikir positif dalam
mensikapi kekurangan yang ada, berpikir positif ini subjek lakukan dengan cara
membuang jauh-jauh perasaan lemah yang ada dalam diri dan diganti dengan rasa
optimisme. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Santoso (2004) bahwa
berpikir positif dapat dilakukan dengan cara membuang paradigma negatif seperti
merasa tidak mampu, merasa diri orang gagal, merasa bodoh dan merasa lemah
ini dari dalam diri dan pikirannya dan menggantinya dengan rasa optimism dan
percaya diri.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Selain self concept, rasa percaya diri ini juga muncul karena adanya
dukungan sosial yang subjek dapatkan dari lingkungan sekolahnya. Baik
dukungan dari para guru maupun dukungan yang subjek dapatkan dari teman-
temannya.
Dukungan-dukungan inilah yang menjadikan subjek lebih percaya diri
dengan segala kekurang sempurnaan yang ada pada diri mereka, dan dengan
adanya dukungan sosial ini akan memberikan spirit pada subjek untuk tetap
optimis dalam memandang hidup ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Mappiare (1982) bahwa bagi seorang remaja ada dua bentuk kebutuhan yang
harus dipenuhi yaitu kebutuhan psikologis dan kebutuhan sosiologis. Jika
kebutuhan psikologis dan sosiologis ini dapat terpenuhi secara memadai maka
akan mendatangkan keseimbangan dan keutuhan integrasi pribadi yang berupa
perasaan gembira, harmonis, dan menjadi orang yang produktif, yang dengan
demikian seseorang dapat bekerja secara gembira dalam kepentingan masyarakat
dan diri sendiri. Sebaliknya jika kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi, maka
tidak ada kepuasan dalam hidup seseorang, dia dapat frustrasi, serta terhalang dan
terlambatnya pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap lingkungan
masyarakat dan dirinya, sehingga menjadi orang yang tidak berarti dalam
menjalani kehidupan ini. Adapun kebutuhan psikologis-sosiologis remaja menurut
Mappiare (1982) tersebut adalah:
1. Kebutuhan akan kasih sayang.
2. Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok teman
sebaya dan memantapkan hubungan-hubungan dengan lawan jenis.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
3. Kebutuhan untuk mandiri.
4. Kebutuhan untuk berprestasi.
5. Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, dan
6. Kebutuhan untuk dihargai.
Self concept dan dukungan sosial inilah yang menjadikan subjek lebih
percaya diri dan tidak malu dengan kondisi fisinya yang cacat.
Namun dukungan sosial ini tidak sepenuhnya subjek dapatkan dari
lingkungan mereka. Karena diantara teman-teman subjek masih ada yang belum
bisa menerima kekurangan yang ada pada diri mereka. Sehingga kekurangan-
kekurangan yang ada ini dijadikan bahan ejekan oleh teman-teman subjek.
Ejekan-ejekan yang sering diperlihatkan oleh teman-teman subjek
diantaranya adalah dengan memberikan labeling si-picang, tingklang, begok,
bodoh dan bahkan sampai dengan gangguan-gangguan lain yang bersifat fisik
seperti memukul, menendang, menjitak, atau bahkan memalak.
Ganguan-gangguan inilah yang memaksa subjek untuk melakukan coping
strategy. Coping strategy tersebut merupakan bentuk dari mekanisme pertahanan
ego sebagai pelindung diri dari permasalahan yang muncul. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ruter (dalam, Patnani: 2002) bahwa coping merupakan reaksi
terhadap tekanan yang berfungsi memecahkan, mengurangi dan menggantikan
kondisi yang penuh tekanan. Mekanisme coping ini mencangkup usaha untuk
mengubah penilaian sehingga orang tidak merasa terancam dengan stimulus dari
luar. Pernyataan Ruter ini juga senada dengan apa yang diungkapkan oleh Aldwin
dan Revenson (dalam Gunarsa 1992) coping strategy adalah suatu bentuk usaha
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
yang dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan tekanan-tekanan
psikologis atau stress. Coping Strategy tersebut dapat berupa escapism atau
pelarian dari masalah, minimization atau pengurangan beban masalah, self blame
atau penyalahan diri sendiri, seeking meaning atau pencarian makna.
Coping strategy seperti inilah yang dilakukan oleh subjek untuk mengatasi
gangguan maupun ejekan-ejekan yang dilakukan oleh teman-teman mereka.
Namun dari keempat bentuk coping strategy tersebut hanya ada tiga bentuk
strategi yang digunakan oleh subjek, ketiga bentuk coping strategy tersebut
adalah:
1. Escapism atau pelarian dari masalah,
2. Minimization atau pengurangan beban masalah,dan
3. Seeking meaning atau pencarian makna.
Bentuk escapism ini muncul dalam wujud pelarian diri atau menghindar
dari lingkungan yang kurang mendukung ke suatu lingkungan yang lebih kondusif
dan bisa menerima kekurangan yang ada pada diri subjek. Seperti meminta pindah
dari satu sekolah ke sekolah lainnya yang dirasa memiliki lingkungan yang lebih
baik.
Bentuk minimization yang ditunjukan subjek adalah dengan cara mengajak
bercanda (digojeki), diam tidak ambil pusing, memberikan apa yang diminta oleh
teman dan mencoba untuk lebih santai (relaks) dalam menghadapinya. Sedangkan
strategi coping seeking meaning yang ditunjukan subjek adalah dengan cara
menjadikan ejekan-ejekan tersebut sebagai sumber motivasi bagi subjek, tawakal,
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
bersabar, berserah diri kepada Allah, berdo’a dan selalu berpikir positif dalam
mensikapi setiap ejekan yang ditujukan kepada subjek.
Selain escapism (pelarian dari masalah), minimization (pengurangan beban
masalah), dan seeking meaning (pencarian makna). Strategi koping lain yang
digunakan oleh subjek adalah melakukan compensation, yaitu suatu strategi yang
digunakan untuk menutupi dan melindungi kelemahan dan ketidakmampuan yang
ada dengan kemampuan-kemampuan yang lain (Boeree: 2004). Adapun perilaku-
perilaku kompensasi yang ditunjukan oleh subjek untuk menutupi kelemahan
yang ada pada diri mereka diantaranya adalah dengan berusaha menutupi
kekurangan yang ada dengan belajar dengan giat dan sungguh-sungguh, selalu
berpikir positif, dan selalu berdoa kepada Allah.
Inilah perilaku koping yang diperlihatkan oleh para subjek dalam
mensikapi ejekan-ejekan maupun kekurangan-kekurangan yang ada pada diri
mereka. Coping strategy yang ditunjukan subjek seperti belajar dengan sungguh-
sungguh, selalu berpikir positif, bersabar, berdo’a, sholat, tawakal dan berserah
diri kepada Allah ini ternyata memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap
subjek. Karena setelah subjek melakukan coping strategy tersebut kepercayaan
diri subjek pun meningkat dan tidak ada perasaan malu maupun minder. Hal ini
senada dengan sapa yang dikatakan oleh Meichati (dalam Purwati dan lestari:
2002) bahwa hidup beragama akan dapat memberikan bantuan moral dalam
menghadapi krisis serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan
sebagaimana yang telah digariskan oleh Tuhan untuknya dan sikap rela menerima
kenyataan inilah yang akan menjadikan seseorang lebih tenang dan damai.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Ungkapan Meichati ini juga selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Sayid
Sabiq (dalam, Wibisono: 2002) bahwa amal ibadah dalam Islam seperti berdo’a,
sholat, sabar, tawakal dan amalan-amalan ibadah lainnya jika di dasari iman yang
kuat akan menimbulkan buah-buah keimanan:
1. Kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain dan hanya menyerahkan
diri sepenuhnya kepada Allah.
2. Menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus maju dan lebih baik.
3. Timbul jiwa qona’ah, ridha terhadap apa-apa yang telah diberikan oleh
Allah.
4. Ketenangan hati dan ketentraman jiwa karena adanya suatu keyakinan
dalam diri bahwa pertolongan Allah pasti akan datang.
Kesadaran-kesadaran yang lebih dalam ini akan menimbulkan
pertumbuhan dan transformasi diri dan menjadikan dirinya lebih kuat, lebih
tenang dan lebih bahagia.
Tranformasi diri yang positif seperti inilah yang subjek harapkan, selain
itu dukungan teman, guru dan orang-orang yang ada disekitarnya juga menjadi
sesuatu yang sangat subjek nantikan. Karena dengan adanya dukungan-dukungan
dan penerimaan sosial ini akan membuat subjek lebih percaya diri dan ikhlas
dalam menerima segala bentuk keterbatasan fisik yang ada pada diri mereka.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Ket: :Mempengaruhi
Faktor Internal Faktor Eksternal
Self Concept
Dukungan Sosial/Penolakan
Sosial
Kondisi Psikologis
Penyandang Cacat
Merasa tidak mampu, merasa diri
orang gagal, merasa bodoh, merasa
lemah, minder, malu, dll.
Optimisme tinggi,
tidak mudah
putus asa, dan
lebih percaya diri.
Coping Strategy
Escapism (lari dari
masalah),
minimization
(pengurangan beban
masalah), seeking
meaning (pencarian
makna), compensation
(menutupi kelemahan
dengan kelebihan)
Bagan 2. Skema mekanisme striving for superiority pada siswa
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dari penelitian, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1. Bentuk-bentuk striving for superiority siswa penyandang tunadaksa di
sekolah inklusif islam.
Bentuk striving for superiority yang dilakukan oleh siswa penyandang
tunadaksa tersebut adalah compensation. Kompensasi ini merupakan satu-satunya
bentuk striving for superiority yang digunakan oleh siswa penyandang tunadaksa
untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. Kekurangan-
kekurangan tersebut ditutupi dengan suatu kelebihan yang dimiliki oleh subjek.
Sehingga subjek tidak malu dengan kondisi fisiknya yang cacat karena subjek
juga memiliki kelebihan-kelebihan yang bisa membuatnya bangga dan percaya
diri. Seperti; otak yang cerdas, kemampuan mengoperasikan komputer, dan
keahlian dalam olah vocal.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi striving for superiority pada siswa
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif islam.
Secara umum ada 2 (dua) faktor yang dapat mempengaruhi proses striving
for superiority pada siswa penyandang tunadaksa yang ada di sekolah inklusif
islam. Kedua faktor tersebut adalah:
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
a. Faktor internal.
Faktor internal yang dapat mempengaruhi proses striving for superiority
tersebut adalah self-concept, yaitu self-concept tentang bagaimana subjek
memandang kelemahan-kelamahan yang ada pada dirinya serta bagaimana
subjek memandang masa depannya. Self-concept inilah yang akan
mempengaruhi proses striving for superiority.
b. Faktor eksternal.
Faktor eksternal yang ikut mempengaruhi proses striving for superiority
ini adalah dukungan sosial. Dukungan sosial ini akan mempengaruhi
terbentuknya proses striving for superiority pada siswa penyandang
tunadaksa. Semakin banyak orang yang memberikan support dan motivasi
kepada penyandang tunadaksa maka akan semakin besar pula rasa percaya
dirinya. Namun tidak semua orang yang ada disekitar subjek bisa
menerima kondisi fisiknya yang cacat dan justru cenderung memberikan
“penolakan” terhadap subjek. Kondisi seperti inilah yang menuntuk subjek
untuk melakukan coping strategi, yaitu suatu bentuk usaha yang dilakukan
seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan tekanan-tekanan
psikologis atau stress. Coping strategi yang sering digunakan oleh siswa
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif ini adalah Escapism (lari dari
masalah), minimization (pengurangan beban masalah), seeking meaning
(pencarian makna), dan compensation (menutupi kelemahan dengan
kelebihan).
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh selama
pelaksanaan penelitian maka penulis akan memberikan sumbangsih saran bagi:
1. Bagi penyadang tunadaksa di sekolah inklusif
Bagi siswa penyandang tunadaksa agar bisa memanfaatkan hasil penelitian
ini sebagai bahan introspeksi diri dan motivasi diri tentang bagaimana cara
menumbuhkan motivasi untuk tetap semangat dan optimis dengan segala
kekurangan yang ada, dan tentang bagaimana cara untuk mengatasi berbagai
macam gangguan dan ejekan yang disebabkan dari kecacatan yang ada pada
dirinya tersebut. Sehingga dia tetap bisa melanjutkan pendidikannya ke jejang
yang lebih tinggi tanpa dihantui oleh rasa takut dan malu dengan kondisi fisiknya
yang cacat.
2. Bagi kepada sekolah sekolah inklusif
Bagi kepala sekolah agar bisa menggunakan hasil penelitian ini sebagai
bahan referensi untuk memahami dinamika psikologis yang ada pada siswa
penyandang tunadaksa. Hal ini dikarenakan tidak semua guru bisa memahami
anak tunadaksa sehingga guru–guru membuat model dan strategi pembelajaran
yang tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa penyandang cacat.
Sehingga setelah memahami hasil penelitian ini nantinya kepala sekolah beserta
jajarannya bisa membuat rancangan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai
untuk para siswa penyandang tunadaksa tersebut.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
3. Bagi orang tua siswa penyandang tunadaksa
Bagi orang tua siswa agar bisa memanfaatkan hasil penelitian ini dengan
sebaik mungkin, untuk memahami bagaimana kondisi psikologis anak
penyandang tunadaksa. Sehingga orang tua dapat memberikan dukungan dan
motivasi sebagaimana yang di inginkan oleh penyandang cacat.
4. Bagi ilmuwan psikologi pendidikan.
Bagi ilmuan psikologi diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini
sebagai data pelengkap mengenai kajian psikologi pendidikan untuk kemudian
perlu adanya pengkajian lebih lanjut mengenai dinamika psikologi khususnya
bagi ABK (anak berkebutuhan khusus) yang saat ini masih menjadi masyarakat
kelas kedua.
5. Bagi peneliti lain.
Kepada peneliti lain dapat meneruskan penelitian ini lebih lanjut untuk
dapat melakukan proses pendalaman lebih lanjut. Atau dapat melakukan
penelitian terhadap siswa penyandang tunadaksa yang sama tetapi melihat dari
sudut pandang yang berbeda. Hal ini tentunya akan memberikan kekayaan
tersendiri bagi dunia pendidikan dan keilmuaan.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Malang: UPT UMM
Alsa, Asmadi. 2003. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya
dalam Penelitian Psikologi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Annalia, Rena. 2005. Hubungan antara Kohesivitas Peer Group dengan Loyalitas
Pada Merek Rokok pada Kalangan Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan).
Surakarta: Faklutas Psikologi UMS.
An-nawawi, Imam. 2006. Riyadus Shalihin (Tarjamah). Bandung: Irsyad Baitus
Salam.
Aretha. 2007. Sekolah Inklusif Untuk Kesetaraan Sosial.
www.tatawidjojo.blogspot.com
Boeree, George: 2004: Personality Theories; Melacak Kepribadian Anda
Bersama Psikolog Dunia: Jogjakarta: Prismasophie
Chaplain, Paul G. Durbin. 1986. Alfred Adler's Understanding of Inferiority.
www.InfinityInst.com
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2006. Informasi Mengenai Pendidikan
untuk Anak Tuna daksa. www.ditplb.or.id.
Fattah, MA. 2005. Sekolah Syari’ah dan Pendidikan Inklusif. Makalah untuk
Seminar Nasional dan Peluncuran “Kurikulum Sekolah Syariah dan
Panduan Implementasi Pendidikan Inklusi UNESCO”. Surakarta.
Gunarsa, S. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta. PT BPK Gunung Mulia.
Hasbi, TM. Bustami A Gani. Muchtar Jaya. Toha Omar. Mukti Ali. Kamal
Mukhtar. Ghazali. Musadad. Ali Maksum. Busjairi. 1978. Alqur’an dan
tarjamah. Jakarta: Departemen Agama R.I
Karyani, Usmi dan Sri Lestari. 200. Buku Pedoman Kuliah dan Praktikum
Psikodiagnostika V. Modul Kuliah (tidak diterbitkan). Surakarta: Fak
Psikologi UMS.
Lestari, Rini dan Purwati. 2002. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Tingkah
Laku Coping. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi Indigenous; Vol 6, No 1,
52-58
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Lekompres. 2007. Psikologi UIN Terdampar Dilautan Stager, Kompensasi
Berpeluangkah?. Lekompres.blogspot.com
Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Mangunsong, Frieda.1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Depok.
LPSP3 UI
Moleong, Lexy J. 2000. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rusdayakarta.
Mubarak. 2002. Pengertian Muslim, Mu'min dan Muttaqin. www.mubarak-
institute.blogspot.com
Nasution, WN. 2007. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Konsep Diri Terhadap
Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V SD Negeri Matraman Jakarta.
Jurnal Analytica Islamica, vol. 9, No 1. 2007
Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung : PT.
Tarsito
Ulwan, Nashih. 1999. Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta. Pustaka Amani
Patnani,Miwa. 2002. Kekerasan fisik terhadap anak dan strategi koping yang
dikembangkan anak. Surakarta. Jurnal Indigenious.Vol 6 No 1. 2002.
Phil. H. 2008. Psikoanalisis. www.rumahbelajarpsikologi.com
Purwanto, Setiyo. 2006. Psikologi Perkembangan ; Kognisi, Emosi dan Sosial.
Handout Mata Kuliah (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi
UMS
Purwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Psikologi. Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3)
Fakultas UI. Jakarta.
Purnarini, Praditina. 2006. Hubungan antara kepercayaan diri dan dukungan sosial
dengan gejala depresi pada penyandang cacat fisik. Skripsi. (tidak
diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS
Sudrajad. Ahmad. 2008. Psikoanalisis. www.akhmadsudrajat.wordpress.com
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Sumampouw, Anneke dan Setiasih. 2003. Profil Kebutuhan Remaja Tunarungu.
Annima Indonesia Psychological Jurnal; Vol 18, No 4, 376-392
Santrock, John W.1995. Life Span Development; Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Erlangga.
Santoso, Eko J. 2004. The Art of Life Revoluation. Jakarta. Gramedia
Stubbs, Sue. 2002. Inclusive Education; Where There Are Few Resources.
Norwegi: The Atlas Alliance
Tarsidi, Didi. 2008. Konsep-konsep Utama: Apakah Sesungguhnya Pendidikan
Inklusif Itu? www.tarsidi.blogspot.com.
Warsiki, Endang, Ghazali. 2007. Pendidikan Hak Setiap Anak. www.papua.go.id
Wibisono, Arif Adi. 2002. Psikologi Transpersonal: Kasus Sholat. Surakarta.
Jurnal Indigenous. Vol 6 No 1.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
VERBATIM
Informan : A.D
Usia : 13 th.
Profesi : Pelajar
Hari : Jum’at, 5 Desember 2008.
Waktu : 18.30 s/d 20.00 wib.
Tempat : Rumah Informan
Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif.
Ket : W1 : Wawancara pertama
S1 : Subjek pertama
No Hasil Wawancara Refleksi
1
5
10
Iter : Gimana Kabarnya?
Itee : Baik-baik Saja.
Iter : Oya, Eh Adk Umur Berapa Dek?
Itee: Eh… 13 Tahun.
Iter : 12 tahun ya….? Dah lumayan ya, lumayan
mulai gede.
Iter : Dulu sekolahnya dimana SD nya?
Itee : Muhammadiyah.
Iter ; Muhammadiyah?
Itee : Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta.
Iter : Terus sekarang SMP nya di Simpon ya?
Itee : Ya, di Simpon.
Iter ; Kok milih situ dek?
Itee : Karena itu,,eh anu kalau di Simpon itukan
ada Akhlaq, Aqidah, banyak Agamanya
Informan memiliki
ketertarikan pada
pelajaran-pelajaran
Agama..
Kode: W1.S1
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
15
20
25
30
35
40
tentang Al-qur’an ajakan kehidupan untuk
besoknya di Akherat. Kalau di Negeri kan
gak ada.
Iter : Gak ada to…?
Itee : Gak ada…! Ada Agama nya kan beda, ada
yang Kristen, Khatolik kan gak suka saya.
Iter : Oh gak suka ya…? Lah kalau di Simpon itu
Islam semua ya…?
Itee : Ya Islam semua.
Iter : Ini dipaksa atau milih sendiri?
Itee : Milih sendiri.
Iter : Milih sendiri….! Kok gak ke sekolah lain?
Itee : Nggak.
Iter : Senengnya di Simpon ya.
Iter ; Terus kalau Guru-guru sendiri sama kamu
gimana?
Itee : Ya baik.
Iter ; Baik-baik ya…! gak pilih kasih gitu ya…?
Itee : Nggak.
Iter : Jadi semua siswa sama?
Itee : Sama.
Iter : Suka dimarahin Guru gak?
Itee: Ya pernah, tapi terus tertawa.
Iter : E… Gitu ya….!! Kalau
temen-temen sendiri gimana?
Itee : Baik.
Informan kurang suka
berinteraksi dengan non-
Muslim.
Informan diberi keluasan
oleh orangtuanya untuk
memilih sekolahnya
sendiri.
Informan diperlakukan
sama seperti siswa lain
oleh guru-gurunya tidak
dibedakan dengan anak-
anak yang normal.
Informan juga memiliki
teman-teman yang baik.
Yang tidak suka
mengejeknya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
45
50
55
60
65
Iter : Baik semua ya….? Gak pernah ngledekin,
gak pernah jahilin gitu gak pernah ya..?
Itee : Gak pernah.
Iter : Sekarang kelas I kan ?
Itee : Ya…kelas I.
Iter : Biasanya kalau kamu di sekolah sama siapa
temenya?
Itee : Temenya ya banyak. Kakak kelas..
Iter : Kakak kelas….!
Itee : Terus anu temen saya yang paling akrab ya
banyak.
Iter : Ini temennya cowok atau cewek yang suka
bermain bareng?
Itee : Kadang cowok cewek.
Iter : Tapi dari cowok-cewek dari temen-temen
kalau maen itu gak ada yang jahilin kamu?
Itee : Baik-baik
Iter : Pernah gak berselisih dengan temen-temen?
Itee : Nggak.
Iter : Nggak pernah ya…?
Itee : Belum.
Iter : Belum? Belum apa nggak…?
Itee : Nggak…hehe.
Iter ; Kalau kamu di sekolah kamu pernah merasa
malu, pernah merasa minder gak?
Itee : Nggak, belum.
Iter : Belum ya, jadi biasa-biasa aja ya…? Kok bisa
Memiliki teman banyak,
baik dan tidak pernah
mengejek.
Informan adalah orang
yang PD di sekolah.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
70
75
80
85
90
to? Gimana sich caranya?
Itee : Ya itu, ya pokoknya kalau itu kalau anu dia
gak nyakiti temen itu jangan pernah anu apa
ngeledekin nama orang tua, jangan apa jelek-
jelekin misalnya muka alah, mukamu kayak
apa. Ah misalnya muka monyet. Itukan dia
marah gak suka, yang baik aja yang baik.
Gitu. Misalnya kita tertawa, digojekin
gitukan gak sakit, nggak dimarah nggak
papa.
Iter : Itu kamu ketemen-temen seperti itu? Kalau
temen-temen ke kamu gimana?
Itee : Ya tahu, kadang ngobrolin, gojek-gojek.
Iter : Nggak pernah mencibir kamu, gini-gini itu
gak pernah ya?
Itee : Gak pernah ada yang ngejek.
Iter : Sekarang sudah punya pacar belum?
Itee : Ya malah saya di sukai.
Iter : Oh di sukai…?
Itee : Di sukai 3.
Iter : Tiga cewek…?
Itee : Yang satunya kakak kelas.
Iter : Wau…! Kelas dua atau kelas tiga?
Itee : Kelas tiga.
Iter :Mereka suka kenapa sama kamu?
Itee : Nggak tahu.
Cara menumbuhkan rasa
percaya diri, tidak
minder dan banyak
teman adalah menjaga
perasaan teman dengan
cara tidak mengejek dan
menghinanya.
Informan belum pernah
mendapatkan cibiran,
hinaan di SMP Simpon.
Di sekolah informan
termasuk orang yang
menarik dan
menyenangkan, sehingga
informan disukai oleh 3
perempuan.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
95
100
105
110
115
120
Iter : Nggak tahu? Tapi kamu suka gak?
Itee : Ya cuma sekedar teman.
Iter : Oh gitu, kamu gak merasa malu sama
mereka?
Itee : Nggak.
Iter : Kamu PD aja gitu? Kok kamu bisa PD seperti
itu kenapa?
Itee : Apa?
Iter : Kok bisa PD kayak gitu?
Itee : Ya ga papa, anu karena sesama muslim kan
nganu harus kan ukhuwah islamiah. Semua
kan saudara, gak boleh nyek-nyekan, saling
mengejek-mengejek kan gak boleh.
Iter : Kalau kamu sendiri memandang kehidupan
ini seperti apa sich?
Itee : Apa?
Iter; Memandang kehidupan. Misalkan ya,
misalkan e… Tuhan itu gak adil kayaknya.
Kok aku gak diberi badan sempurna kayak
temen-temenku. Pernah berpikir seperti itu
ngak?
Itee : E… nggak…!
Iter : Kenapa?
Itee : Yo nggak, soalnya yo yang memberi itukan
sudah diterima apa adanya.
Iter : Oh gitu, terus bagaimana kamu menjalani
kegiatan sehari-hari seperti apa?
Itee : Ya biasa, sholat ya sholat. Ngaji ya ngaji.
Informan tidak merasa
malu dengan teman
perempuan.
Ukhuwah islamiyah yang
menjadikan informan
lebih percaya diri.
Informan menerima
pemberian Allah apa
adany, dengan tidak
pernah menyesalinya..
Informan menjalankan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
125
130
135
140
145
Dan nganu kalau bisa bangun malem sholat
tahajud.
Iter : Oh gitu, sering?
Itee : Ya kadang kalau bisa bangun malam.
Iter : Cita-cita kamu apa sich?
Itee : E.. astronom.
Iter: Keren ya…?!
Itee: Di USA NASA Amerika.
Iter: O…masya’allah. Bener mau kesana?
Itee; Iya.
Iter: Wah hebat sekali.
Itee: Kesana mau ketemu Pak Habibi.
Iter: Oh gitu ya…! Emang kamu bisa? Kamu
punya kelebihan apa? Kelebihan kamu
dimana?
Itee: Ya…misalnya ya kadang bisa bangun malem,
terus ….. ya banyak.
Iter: E…kamu tadi katanya gak pernah minder ya?
Itee: Nggak.
Iter : Dalam hal apapun kamu gak pernah minder?
Itee : Tidak.
Iter : Dalam IQ gak minder, pergaulan sehari-hari
dengan temen-temen, dari fisiknya juga gak
pernah minder.
Itee : Nggak
Iter : Oh gitu,…berarti itukan kamu bangga dengan
dirimu. Yang kamu banggakan apa?
Itee : Ya itu, ya otaknya terus anu cara anunya
aktifitas kesehariannya
sebagaimana orang
normal pada umumnya.
Keterbatasan fisik tidak
menghalangi informan
untuk bercita-cita
setinggi mungkin.
Informan tidak pernah
minder dalam segala hal.
Informan bersyukur
karena diberi otak yang
cerdas.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
150
155
160
165
170
175
bermainnya gitu.
Iter : Otaknya kenapa?
Itee : Ya agak, ya agak…
Iter : Cerdas gitu?
Itee : Yaa Alkhamdulillah.
Iter : Kelemahan-kelemahan kamu kalau disekolah
gimana?
Itee : Ee…kadang ya capek kalau lari wah capek.
Kalau maen bola kadang.
Iter : Pernah maen bola?
Itee: Pernah keseleo wah keseleo (terkilir) terus.
Iter : Keseleo terus..! itu gak di ejek sama temen-
temen? Temen-temen ngelihat kamu itu
gimana?
Itee ; Gak papa, malah ayo-ayo memberi semangat.
Iter : Oh mereka malah memberi semangat? Jadi
kamu malah semangat ya…! Wah bagus
sekali ya temen-temenya.
Iter : Ya terus siapa saja sich yang selalu member
semangat itu?
Itee ; Ya banyak, Fahri.
Iter : Temen-temen ya…?
Itee : Banyak.
Iter : Kalau dari guru suka ngasih semangat gak?
Itee ; Ada. Kadang-kadang kepala sekolahnya pak
Jek memberi semangat.
Informan memiliki
kelemahan secara fisik.
Informan selalu
mendapatkan dukungan
dari teman-temannya.
Motivasi juga diberikan
oleh guru-guru informan
bahkan kepala
sekolahnya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
180
185
190
195
Iter : Kamu tadi kan pernah bilang kalau kamu
dulu suka dipalakin dama kakak-kakak
tingkat ya. Itu gimana kamu mengatasinya.
Itee : Ya caranya misalnya minta uang dikasih aja,
gak papa.
Iter : Oh gitu…!
Itee : Kalau mau njotos, jangan no mas. Jangan
gitu wong bolo sama-sama teman jangan
gitu, terus tak gojekin gitukan nanti bisa
bagus nggak jadi kekerasan lagi. Gak jadi
malakin lagi.
Iter : Oh gitu ya, berarti sekarang kamu sudah
akrab sama mereka ya… sudah gak ada yang
malakin lagi.
Iter : Jadi selama ini belum ada yang ngejek-ngejek
secara fisik belum pernah ya…?
Itee : Belum.
Iter : Belum penah ya. Jadi temen-temennya baik
semua ya…! Gak pernah mengusilkan.
Pernah gak kamu sekolah terus dikucilkan
gitu?
Itee ; Belun ie…
Iter : Waktu SD juga belum pernah?
Itee : Belum pernah.
Iter : Katanya dulu kamu sekolah di SD Gugus ini?
Kebaikan, kesabaran dan
keroyalan informan
digunakan sebagai alat
untuk mengatasi
permasalahan.
Selain itu, untuk
informan juga sering
memberikan nasihat dan
mengingatkan teman-
temannya agar tidak
melakukan kekerasan
kepadanya. Bahkan
untuk meredam masalah
informan mengajak
mereka bercanda.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
200
205
210
215
220
225
Itee ; Dulu Iya. Tapi gak suka. Soalnya itu
gurunya apa mandangnya gak kayak guru
Islam. Kadang gini dimarahin, gak salah apa
dimarahin.
Iter : Temen-temennya gimana?
Itee : Ya ada yang baik.
Iter : Ada yang baik ada yang suka ngejek-ngejek
juga?
Itee : Iya ada, kalau di Simpon sama di SD
Muhammadiyah belum.
Iter : Belum pernah ya?
Itee : Belum.
Iter : Jadi cuman di SD Gugus ini aja ya? Berapa
lama kamu sekolah di SD Gugus ini?
Itee : Dua tahun.
Iter : Dua tahun ya? Jadi selama 2 tahun ini kamu
merasa terkucilkan gitu?
Itee: Tapi gak papa. Anu malah tak buat jangan
putus asa kan masih ada temen yang baik.
Iter: Eh gitu, itu cara kamu untuk anu
mengatasinya gitu? Selain itu apalagi yang
kamu lakukan?
Itee: Ya banyak.
Iter: Tadikan kamu bilangkan, e… kalau disakiti
oleh temen lain masih ada temen yang lain
yang baik sama kamu. Terus masih ada cara
yang lain gak untuk mengatasi rasa malu,
minder sama temen-temen yang lain?
Informan mendapatkan
perlakuan yang kurang
menyenangkan dari
guru-gurunya ketika di
SD Negeri.
Selain itu, di SD
informan juga
mendapatkan perlakuan
yang kurang
menyenangkan dari
teman-temannya.
Walaupun mendapatkan
perlakuan yan kurang
menyenangkan, informan
mencoba untuk selalu
berbuat baik kepada
mereka.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
230
235
240
245
250
Itee : Ya sama kayak tadi, ya kalau misalnya marah
itu jangan gitu, kan sama temenkan kalau
marahkan gak enak. Dosa kan gak boleh
sama Nabi Muhammad gak apa kan gak
diperbolehkan marah.
Iter: Jadi malah kamu baikin seperti itu ya? Malah
kamu ceramahin ya?hehe.. mereka suka ya
kamu ceramahin kayak gitu?
Itee: Kadang-kadang cerita alam, alam akhirat itu
kayak apa gitu.
Iter: Oh gitu, itu biasanya kamu ceritakan kepada
siapa?
Itee : Temen-temen.
Iter : Temen-temen di Simpom?
Itee ; Iya, biar dia tahu. Soalnyakan duniakan gak
kekal, pastikan fana rusak.
Iter : He’e…! temen-temen sama kamu jadi segan
dong? Gimana mereka memandang kamu,
segan atau takut, atau malah menjaga jarak
sama kamu?
Itee: Nggak biasa-biasa aja.
Iter: Okey, kalau dari fasilitas sekolah gimana?
Kamu bisa menggunakan semua fasilitas
sekolah yang ada tidak?
Itee: Bisa
Iter: Gak ada kendala gitu ya? Naik-naik tangga
bisa gitu bisa ya? Oya, kelas kamu dilantai
Selain itu Informan juga
menasehati temen-temen
yang suka mengejeknya.
Informan mengingatkan
teman-temannya akan
hari akhir.
Informan bisa
mengunakan fasilitas
yang ada di sekolah.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
255
260
265
270
275
280
atas atau bawah?
Itee : Lantai atas, lantai tiga.
Iter : Oh bisa keatas gitu ya, gak ada masalah gitu
ya.
Itee : ya
Iter; Bisa mengikuti semua legiatan belajar
mengajar yang ada gak?
Itee: Bisa.
Iter: Jadi intinya kamu dengan keterbatasan
fisikmu ini gak masalah gitu ya?
Itee: Ya aku mas, aku sudah bersyukur
Alkhamdulillah sudah diberi kaki kayak gini
tapi otaknya kan bisa berpikir untuk anu
perilakunya.
Iter: Selain itu adalagi gak yang kamu lakukan
untuk menutupi rasa minder atau malu?
Itee : Anu kadang dzikir kalau malem dzikir terus
ngaji, dzikir terus berdoa.
Iter: Itu ya yang kamu lakukan merasa yakin
bahwa kamu sama dengan yang lainnya. Oya
nanti kamu mau sekolah kemana lagi?
Itee: Belum masih mikir-mikir.
Iter: Mikir-mikir apa?
Itee: Ya mikir-mikir SMA nya dimana gitu.
Iter: Oh gitu, tapi gak ada niatan ke sekolah Negeri
gitu?
Informan bisa mengikuti
semua materi pelajaran
dengan baik.
Walaupun Informan
diberi kaki yang cacat,
namun informan
senatiasa bersyukur atas
nikmat yang diberikan
Allah untuknya.
Untuk menghilangkan
rasa minder dan malu
Informan selalu
melakukan dzikir, do’a
dan ngaji.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
285
290
295
300
305
Itee : Ndak, ndak mau.
Iter : Kenapa?
Itee ; Nggak mau saya, karena dulu-dulu gak enak
kadang di ejek-ejek, eh kakimu kayak gitu.
Iter: Itu sering ya kayak gitu?
Itee : Sering.
Iter : Terus kamu habis digituin gimana?
Itee: Biasa aja.
Iter: Kamu gak marah?
Itee: Gak, tapi malah senyum tak ajak maen.
Iter : Jadi kalau di Negeri gitu ya, anak-anaknya
nakal, suka mengejek terus guru-gurunya
juga kurang bersahabat ya?
Itee : Ya
Iter : Tapi kalau di sekolah Islam gimana gak
kayak gitukan?
Itee : Nggak.
Iter: Bearti nanti kalau kamu mau melanjutkan
sekolah kesekolah Islam terus ya?
Itee : Ya sama tiru-tiru itu pak amin.
Iter : Amin siapa?
Itee: Amin Rais kan itu dulu sekolahnya di
Muhammadiyah terus.
Iter: Oh gitu, jadi kamu ingin seperti pak Amin ya?
Itee : Ya kan biar untuk memperdalam anu Agama
Islam sama mau memperdalam lagi ke
Informan trauma dengan
sekolah negeri.
Di sekolah negeri
informan suka di ejek
oleh teman-temannya.
Informan mencoba
bersabar dan tersenyum
dengan ejekan yang
diterimanya.
Informan memiliki
motivasi yang kuat untuk
belajar agama.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
310
315
320
325
330
Mekah.
Iter: Oh mau ke Mekah? Loh katanya mau jadi
Astronom?
Itee : Ya habis astronom langsung ke Mekah.
Iter : Oh gitu, oya sebenarnya yang paling berharga
dalam hidupmu apa sich?
Itee : Wah susah mas, gak bisa gambarinya.
Iter : Wah gak bisa gambarinya ya…? Jangan di
gambar tapi di ungkapkan aja..
Itee : Anu kalau baik, temen-temen baik, guru-guru
baik gak ada yang ngejek sudah
Alkhamdulillah.
Iter : Oh gitu, berarti sekarang di Simpon ini sudah
tidak ada yang ngejek-ngejek lagi ya.
Itee : Anu yang dulu ngejek-ngejekin saya dulu
sudah tak maapkan.
Iter : Oh gitu, sudah ketemu lagi?
Itee : Sudah banyak.
Iter : Oke jadi intinya kamu gak pernah minder ya.
Oya, kamu yakin gak dengan
kemampuanmu?
Itee ; Yakin.
Iter : Gak pernah minder?
Itee : Gak.
Iter : Kalau kamu keluar jalan-jalan ke Mall,
gramedia itu gak malu?
Itee ; Gak, biasa aja.
Informan mengharapkan
teman dan guru yang
baik dan menjadikanya
sebagai sesuatu yang
paling berharga pada
dirinya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
335
340
345
350
Iter : Kuncinya apa sich, biar gak minder. Kadang
mas aja ya kadang masih suka malu, minder.
Bisa gak kamu kasih saran, biar gak malu
dan minder apa sich rahasianya?
Itee : Ya selalu mendekatkan diri sama Allah.
Iter : Oh gitu…?
Itee : Dzikir, do’a anu minta pertolongan biar
dikasih kemudahan biar lancar sama biar
masuk surga…(tersenyum.:)
Iter : Heee…..:) oh gitu, gitu ya anu sebagai alat
untuk memotivasi biar gak minder ya…?
Iter : Oke gitu aja ya, makasih untuk waktunya.
Oya kapan-kapan mas minta bantuannya lagi
boleh gak?
Itee : Boleh…
Iter : Oke dech, sekarang sudah malem kamu
istirahat ya, jangan lupa belajar.
Itee : Ya mas….:)
Agar tidak minder dan
malu, informan selalu
mendekatkan diri pada
Allah.
Dengan cara berdzikir
dan memohon
pertolongan kepada-Nya
agar diberikemudahan
dalam segala hal.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
VERBATIM
Informan : A.D
Usia : 13 th.
Profesi : Pelajar
Hari : Jum’at, 19 Desember 2008.
Waktu : 18.30 s/d 20.00 wib.
Tempat : Rumah Informan
Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif.
Ket : W1 : Wawancara kedua
S1 : Subjek pertama
No Hasil Wawancara Refleksi
1
5
10
Iter : Selamat Malam Dek.
Itee : Malam.
Iter : Gimana Kabarnya?
Itee : Baik-Baik Saja.
Iter : Suda Makan Belum?
Itee : Sudah.
Iter : Kapan?
Itee : Tadi Jam 6.
Iter : Loh Masih Sore Kok Sudah Makan?
Itee : Ya Biar Kenyang.
Iter : Biar Kenyang…
Iter : Oya, Adek Sekolah Dimana?
Itee : SMP nya Atau SD nya?
Iter ; SMP.
Kode: W2.S1
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
15
20
25
30
35
40
Itee : SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta.
Iter : Simpon ya…! Kok milih disana?
Itee : Loh kan bagus, Agamanya lengkap, umumnya
lengkap.
Iter : Agamanya lengkap itu apa aja?
Ite: Aqoid, aqidah, al-qur’an, Anu teknologi,
computer
Iter : Kok gak pilih sekolah biasa-biasa aja?
Itee : Gak mau
Iter :Kenapa?
Itee : Karena yo itu, kalau di Negeri itu gak enaknya
itu nanti di ejek gitu, sering ngejek-ngejek
orang.
Iter : Biasanya yang suka ngejek-ngejek itu siapa?
Itee : Banyak.
Iter : Siapa aja, bisa critain gak?
Itee : Temen-temen banyak, tapi sekarang sudah tak
maapin.
Iter : Biasanya dulu ngejeknya gimana?
Itee : Oh tingklang, oh dasar bodoh.
Iter : Oh gitu, terus waktu itu kalau kamu di ejek
seperti itu gimana?
Itee : Gak papa. Diem saja.
Iter : Kamu gak marah?
Itee : Sabar aja. kan sama temenkan kalau marahkan
gak enak. Dosa gak boleh gak apa kan gak
diperbolehkan marah.
Informan suka dengan
sekolah yang ada
pendidikan agamanya.
Di sekolah negeri
Informan takut di ejek
oleh teman-temannya.
Informan sering di
panggil tingklang
(pincang) dan bodoh
oleh teman-temannya.
Informan selalu
bersabar dengan
ejekan-ejekan yang
ditujukan kepadanya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
45
50
55
60
65
Iter : Selain mengejek-ejek ada lagi gak yang
dilakukan temen-temen adek?
Itee : Suka mbodoh-bodohin, terus sana kalau ada
yang gak bisa oh bodoh-bodoh. Tapi saya gak
papa.
Iter : Gak papa.
Itee : Malah melalui gitukan saya harus belajar biar
bisa buktiin, walaupun kaki pincangkan gak
papa.
Iter : Terus apa lagi.
Itee : Ya belajar, berdoa berdzikir.
Iter : Habis itu mereka masih suka ngejek-ngejek
nggak?
Itee : Nggak lagi, malah mereka tak humori diajak
bercanda.
Iter : Oya, kok kamu gak pilih sekolah khusus aja?
Itee : Khusus?
Iter : Iya, sekolah khusus kan ada. Sekolah khusus
yang kaki cacat kan banyak.
Itee : Gak mau.
Iter : Kenapa?
Itee : Pengennya ya kumpul dengan orang-orang
yang normal.
Iter : Oh gitu, padahalkan enak kumpul dengan
mereka. Gak ada yang ngejek-ngejek.
Itee : Tapi aku kan pengen tahu dengan dunia luar,
Selain di bilang
tingklang (pincang)
Informan juga suka di
panggil bodoh oleh
temen-temennya.
Informan menjadikan
ejeken-ejekan itu
sebagai sumber
motivasinya untuk
belajar.
Selain belajar informan
juga selalu berdoa dan
berdzikir.
Informan tidak mau
sekolah di sekolah
khusus anak cacat
karena informan ingin
selalu berinteraksi
dengan orang-orang
normal.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
70
75
80
85
90
teknologi. Terus aku pengen punya temen
banyak, kalau disekolah khusus kan temennya
dikit.
Iter : Alasan kamu sekolah di sekolah umum apa?
Itee : Ya enak, gurunya sabar, mudri-muridnya enak
suka memberi semangat.
Iter : Memberi semangatnya gimana?
Itee : Ayo-ayo, maju-maju jangan takut.
Iter : oh gitu, biasanya yang suka memberi semangat
siapa?
Itee : Banyak, temen, guru, kepala sekolah Pak Joko
Riyanto.
Iter ; Kalau temen-temen memberi semangatnya
gimana?
Itee : Ya kamu harus begini-begini, bicara kedepan
jangan malu, jangan suka marah.
Iter : Kalau guru-guru ngasih semangatnya gimana?
Itee : Kamu jangan begini-begini, hidup itu harus
rileks gak boleh marah gak boleh malu sama
temen. Semua temen sama.
Iter : Biasanya yang ngasih nasihat itu guru apa?
Ite : Guru Agama.
Iter : Guru Agama ya….! Oya, mas tadi tertarik
ketika kamu bicara “saya kan pengen kenal
banyak dengan orang-orang normal”, alasannya
kenapa?
Itee : Iya kan enak mas kalau diajak bicara itukan
Selain itu, informan
juga ingin meguasai
ilmu teknologi dan
ingin mempunyai
temen-teman yang
banyak.
Informan tertarik di
sekolah umum (SMP
Simpon) karena guru
dan teman-temannya
baik dan selalu
memberi semangat.
Informan selalu diberi
motivasi oleh temen-
temen dan orang-orang
yang ada disekitarnya.
Informan selalu
diyakinkan oleh
gurunya bahwa semua
orang itu sama.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
95
100
105
110
115
bisa nangkap gitu lo…!
Iter : Kamu gak minder bermain dengan orang-orang
normal?
Itee : Nggak, ngak sama sekali.
Iter : Kok bisa sich, apa sich rahasianya kok kamu
gak minder?
Itee : Rahasianya yo itu kalau orang nakal harus di
humorin gini-gini. Eh kok kepala mu kayak
gini lucu to kayak kura-kura gitu terus ketawa,
di bercandain. Kamu kayak badut…gitu.
Iter : Emang mereka gak marah kamu gitukan?
Itee : Gak marah malah ketawa, aku dibilang mirip
kura-kura karena aku kan punya kura-kura.
Iter : Terus selain bercanda tadi apalagi biar kamu
gak minder?
Itee : Anu ya selalu mendekatkan diri sama Allah.
Dzikir, do’a anu minta pertolongan biar
dikasih kemudahan biar lancar sama biar
masuk surga.
Iter : Oh gitu, kalau dibandingkan dengan sekolah
khusus enak mana?
Itee : Enak umum.
Iter : Kenapa?
Itee: Karena, di sekolah umum itukan pandangannya
ke Islami, di Simpon kan pandangannya kan
sampai hari akhir. Untuk kepribadiannya ini-
Informan tidak pernah
minder dengan orang
normal, bahkan
informan suka
bercanda dengan
mereka.
Informan adalah orang
yang suka humor dan
kepada siapa saja
informan selalu
mencoba untuk menjadi
orang yang humoris.
Informan selalu berdoa
kepada Allah,
mendekatkan diri
kepada-Nya dan
meminta pertolongan-
Nya. Itu semua
dilakukan agar
informan tambah PD
dengan kondisi
fisiknya.
Pendidikan keislaman,
etika dan akhlaq
menjadikan informan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
120
125
130
135
140
ini, gak boleh marah, jengkel gitu gak boleh.
Jangan pernah membantah terima apa adanya.
Kalau dapat cobaan yo diem aja sabar.
Iter : Cobaannya seperti apa?
Itee : Ya sering di ejek-ejek itu. Kadang apa gitu…
banyak.
Iter : Kalau guru-guru kamu melakukan kamu
seperti apa?
Itee : Ya memperlakukan saya ya seperti orang-
orang biasa, misalnya gini-gini aku dibantuin.
Dikasih semangat, dikasih spiritlah.
Iter : Ngasih semangatnya seperti apa?
Itee : Ya semangatnya itu gak boleh menyerah. Gak
boleh berantem.
Iter : Itu semua guru atau gimana?
Itee : Semua guru.
Iter : Yang paling sering ngasih semangat siapa?
Itee : Guru Agama, kadang wali kelas kadang juga
temen-temen ngasih semangat.
Iter : Temen-temen siapa aja yang biasa ngasih
semangat?
Itee : Ya banyak, banyak sekali.
Iter : Kalau disekolah temen-temen kamu gimana
sama kamu.
Itee : Baik-baik semua, gak ada yang ngejek.
Iter : Oh gitu, kok bisa ya, kira-kira kenapa?
semakin tertarik untuk
sekolah di sekolah
umum.
Informan diperlakukan
sama oleh gurunya
sebagaimana siswa
pada umumnya, bahkan
selalu diberi motivasi
dan semangat.
Temen-temen informan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
145
150
155
160
165
170
Itee : Karena ini mungkin karena lihat kaki saya
mungkin mereka kasian.
Iter : Oh gitu kasian ya…!, oya kamu tadi bilang gak
suka sekolah negeri. Itu alasannya apa?
Itee : Kalau di negeri itu gurunya itu ada yang
Kristen, Islam temen-temennya ada yang
ngejek, nglempari pakai batu, kan gak suka
saya.
Iter : Oh gitu.
Itee : Kalau di Negeri itu kan gak tahu hari akhir itu
apa aja tanda-tandanya. Siapa yang masuk
surga itu siapa saja, kan belum tahu.
Iter : Jadi karena tidak tahu itu mereka suka ngejek-
ngejek gitu ya…?
Itee : Kalau mereka tahu mereka gak akan kayak
gitu, ngejek-ngejek kayak gitu. Kalau tahu isi
agama mereka gak ngejek.
Iter : Jadi kesimpulannya mereka ngejek itu karena
gak tahu agama gitu ya…!
Itee : Gak tahu isi agama.
Iter : Itu biasanya yang suka ngejek itu siapa?
Itee : Ya temen-temen tapi sebagian aja.
Iter : Itu biasanya ngejeknya gimana?
Itee : Ngejeknya oh begok lo…. Terus waktu aku
lari kakiku dijegal sampai kepalaku ke jedut
pintu. Terus dijotosin pernah juga.
Iteer : Oh gitu, terus habis itu kamu gimana?
memiliki empati yang
tinggi kepadanya. Hal
ini terbukti dengan
tidak adanya ejekan
yang ditujukan kepada
informan.
Informan tidak suka
sekolah di Negeri
karena kenakalan-
kenakalan yang
diperlihatkan oleh
siswa-siswanya, selain
itu perbedaan Agama
juga menjadi penyebab
ketidak sukaan
informan untuk sekolah
disana.
Selain itu di sekolah
Negeri wawasan
Agamanya sangat
kurang.
Yang menyebabkan
temen-teman informan
mengejeknya adalah
karena
ketidakpahaman
mereka akan ilmu
Agama.
Di sekolah negeri
informan sering di
ganggu oleh teman-
temannya bahkan
sampai pada taraf
penganiayaan secara
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
175
180
185
190
195
Itee : Aku terus minta pindah sama mama.
Iter : Pindah kemana?
Itee ; Pindah ke SD Muhammadiyah 2.
Iter : Terus setelah kamu pindah kamu mendapatkan
perbedaan tidak?
Itee : Ya Agamanya, terus teman-temannya juga
baik semua gak pernah ngejek kayak di SD
Negeri dulu. Gak pernah misoh-misoh.
Iter : Kamu dulu di negeri dulu berapa lama?
Itee ; 2 Tahun
Iter : 2 Tahun itu apa yang kamu rasakan?
Itee : Resah mas, gak ada kenyamanan, gak tenang.
Iter : Gak tenang itu kenapa?
Itee :Suka ngejekin, pulang-pulang nglempari batu
kan gak enak.
Iter : Oh gitu, jadi kamu gak tenang, gak nyaman itu
tadi karena di ejekin tadi ya..?
Itee : Ya
Iter : Kalau di SD Muhammadiyah tadi?
Itee : Gak ada, gak ada yang ngejek-ngejek kayak di
negeri. Tapi ada juga deng yang ngejek…
Iter : Oh ada juga ya?
Itee : Ada, tapi Oh jangan gitu sama temen jangan
gitu, gak boleh, sesama muslim kan nganu
harus kan ukhuwah islamiah. Semua kan
saudara, gak boleh nyek-nyekan, saling
mengejek-mengejek kan gak boleh. Terus dia
fisik.
Setelah pindah ke SD
Muhamadiyah 2
informan mendapatkan
temen-teman yang baik
dan tidak pernah
mengejeknya.
Selama 2 tahun di
sekolah negeri,
informan hanya
mendapatkan
ketidaknyamanan.
Karena selalu di ejek
dan di ganggu oleh
temen-temannya.
Di SD Muhammadiyah
informan selalu
menasihati temen-
temen yang ingin
mengejeknya. Dengan
mengingatkan mereka
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
200
205
210
215
220
225
minta maap, oya maap ya…
Iter : Terus habis itu masih ngejek lagi nggak?
Itee : Nggak.
Iter : Selain itu yang kamu lakukan apa biar mereka
gak ngejek lagi?
Itee : Dikasih nasihat, gini-gini yang sedih-sedih,
jangan gitu,
Iter : Oh gitu, contoh nasihat yang adek berikan
kayak apa sich?
Itee :Nasihatnya kalau sedih ya do’a dan ngaji.
Iter : Biasanya kamu nasihati temen-temen yang
suka ngejek itu seperti apa?
Itee : Ya kamu jangan gitu, jangan ngejek. Kitakan
sesama muslim kan saudara ukhuwah
islamiyah.
Iter : Oh gitu, terus apa lagi.
Itee :Udah itu aja.
Iter : Maksdunya ukhuwah islamiyah itu apa sich?
Itee : Persaudaraan sesama muslim.
Iter : Oh gitu, terus kalau sudah tahu ukhuwah
islamiyah gimana?
Itee : Nanti bisa mengikat tali persaudaraan, bisa gak
ada ngejek-ngejekan lagi.
Iter : Oh gitu. Selain menasihati dan mengajak
humor ada cara lain gak yang kamu lakukan
agar tidak di ejek temen-temenmu.
Itee : Ada, dalam belajar. Kan kita belajar bersama.
akan ukhuwah
islamiayah.
Informan menasihati
teman-temannya
dengan mengingatkan
ukhuwah islamiyah
diantara mereka.
Ukuwah islamiyahlah
yang menjadikan
informan dan teman-
temanya bisa saling
menghormati.
Belajar bersama
dijadikan informan
sebagai cara untuk
merekatkan tali
persaudaraan.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
230
235
240
245
250
Iter : Oh gitu, selain belajar bersama ada lagi gak?
Itee : Banyak.
Iter : Bisa ceritakan gak?
Itee : Itu, kita kan sesama muslim saudara, gak boleh
seperti orang beda agama, orang kafirkan
sukanya ngejek-ngejek terus. Anu nanti tak
ajak kemana tempat dia suka, nanti kalau dia
minta uang tak kasih.
Iter : Oh gitu, habis itu gak ada yang ngejek lagi ya?
Itee : Gak ada.
Iter : Temen-temen kamu kalau disekolah biasanya
siapa aja?
Itee : Banyak, fahri. Kadang perempuan juga ada.
Iter : Kamu malu gak sama mereka?
Itee : Nggak pernah, biasa-biasa saja.
Iter : Kok bisa, caranya gimana?
Itee : Ya anu, kan kalau saya gini kan gak papa yang
penting otaknya cerdas, jadi gak perlu malu.
Terus berdoa, habis sholat berdoa, mau tudur
berdoa.
Iter : Biasanya doanya seperti apa?
Itee : Kalau ya, ya anu itu ya Allah mohon saya
dikasih kelebihan dan teman-teman saya biar
gak nakal lagi.
Iter : Kamu minta diberi kelebihan apa?
Itee : Ya otaknya nggak papa.
Iter : Selain otak yang cerdas kamu minta apa lagi?
Islamlah yang
menyatukan tali
persaudaraan informan
dan teman-temannya,
sehinga mereka tidak
saling mengejek.
Walaupun cacat
Informan tidak pernah
malu kepada teman-
temannya, karena
informan memiliki otak
yang cerdas.
Informan senantiasa
berdoa agar diberi
kelebihan dan teman-
teman yang baik.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
255
260
265
270
275
Itee : Banyak, surga pengen salah satunya. Terus jadi
astronot, pengen sekolah keluar negeri juga.
Iter : Oya, kamu pernah berpikir gak kalau Allah itu
gak adil?
Itee : Nggak.
Iter : Kenapa?
Itee : Kan sudah dikasih banyak.
Iter : Banyaknya apa, kan kamu dikasih kaki yang
berbeda dengan temen-temenmu?
Itee : Nggak, kan otaknya sama, Kakinya kan
sebenarnya juga sama. Walaupun beda kan
gak papa yang penting otaknya terus cara
berpikirnya wajar, gak pernah narkobanan.
Iter :Rahasianya apa sich kok kamu bisa PD seperti
itu?
Itee : Ya doa, terus kalau sama temen yang nakal
harus dinasihati, kalau temen yang nakal
ngeplak kepalanya terus dikejar terus di jotos.
Itu malah dia malah gak suka, malah ndodro
malah ngeplaki lagi.
Iter : Jadi?
Itee : Harus dinasihati, harus di ajak humor,
banyak….! Doa-doa bareng, gak boleh gini-
gini kan dapat pahala di akherat nanti di
timbang. Terus tak ceramahin agama,gini-gini
gambarannya akherat surga. Setiap satu orang
itu bidadarinya satu, doa-doa.
Walaupun informan
diberi kecacatan oleh
Sang Pencipta, namun
informan selalu
berpikir positif kepada-
Nya.
Agar tambah PD
informan selalu berdoa
kepada Allah dan
selalu menasihati
teman-temanya yang
nakal serta mengajak
mereka humor.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
280
285
290
295
300
305
Iter : Temen-temenmu kalau dinasihati seperti itu
gimana?
Itee : Ya gak papa malah nanya-nanya kok bisa gitu.
Iter : Oh gitu. Oya, kalau mas boleh tahu kamu
bangga dalam hal apa aja sich?
Itee : Ya ini otaknya, sepak bola, panco, lari dan
banyak.
Iter : Emang lari kamu seperti apa sich kok kamu
bisa bangga?
Itee : Yo gak papa.
Iter : Tapi kamu bangga dengan diri kamu?
Itee : Bangga.
Iter : Kenapa kamu bangga?
Itee : Ya kan sudah dikasih kesempurnaan walaupun
masih dikit. Harus bersyukur.
Iter : Yang menyebabkan kamu bangga tadi apa?
Itee : Ya itu tadi sudah dikasih kesempurnaan, jadi
itu.
Iter : Maksudnya kesempurnaan tadi itu apa sich?
Itee : Ya otaknya, baca ayat-ayat al-qur’an.
Iter : E…dalam kehidupanmu yang suka ngasih
semangat itu siapa aja?
Itee : Orang tua.
Iter : Biasanya orang tua ngasih semangatnya
gimana?
Itee :Yak ngasih nasihat gak boleh gini, gak boleh
nakal, harus ngirit gak boleh boros.
Iter : Kalau di sekolah yang suka ngasih nasehat
Informan bangga pada
otaknya yang serdas.
Informan selalu
mensyukuri apa-apa
yang telah diberikan
kepadanya.
Orang tua informan
selalu menasihati
informan.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
310
315
320
325
330
siapa?
Itee : Disekolah guru, temen-temen.
Iter : Ngasih semangatnya gimana?
Itee : Kamu harus semangat gini walaupun gini.
Iter : Walaupun gini itu maksudnya apa?
Itee : Walaupun cacat, gak bleh nyerah. Kayak pak
Habibie itukan semangatnya tinggi.
Iter : Oh kamu disuruh kayak pak Habibie?
Itee : Ya kayak ilmuwan-ilmuwan lainnya diluar
negeri pengen tak susul mau jadi ilmuwan
baru.
Iter: Kamu gak malu?
Itee : Nggak PD aja.
Iter : Kenapa kok kamu bisa PD?
Itee : Ya itu berdoa buat nerangin hati, jiwa.
Iter : Kan anu dek, setahu mas kan ilmuwan itu
badanya sehat-sehat, normal. Sementara kamu
kan tidak seperti anak pada umumnya. Terus
gimana?
Itee : PD aja, yakin.
Iter ; Apa yang menyebabkan kamu seperti itu?
Itee :Ya doa, terus keahliannya apa harus dipahami
gak boleh sembarangan harus sungguh-
sungguh.
Iter : Keahlian kamu di bidang apa?
Walaupun cacat
informan tidak
menyerah. Karena
informan memiliki cita-
cita yang tinggi.
Agar pintar Informan
selalu berdoa dan
bersunguh-sungguh.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
335
340
345
350
355
Itee :Sains, TIK, dari temen itu saya belajar. Terus
sama PS, Agama. Umum sama Agama. Udah
dua itu, Umum sama Agama itu udah tak
kuasai semua.
Iter : Kamu e…merasa punya kelemahan gak?
Itee : Punya.
Iter: Kelemahan dalam hal apa?
Itee :Olah raga, soalnya kalau lari saya cepet bener
capek. Terus gini sakit, baru gitu-gitu sakit.
Iter : Apanya yang sakit?
Itee : Ya sakit, panas kadang-kadan kalau pas hujan
olah raganya pas hujan baru kena beberapa
tetes saja sudah sakit.
Iter : Terus gimana dengan kelemahan kamu seperti
itu gimana?
Itee ; Ya harus di tingkatkan lagi ini nya biar gak
sakit. Sakit itukan pasti ada obatnya jadi gak
usah dipikirin. Yang penting PD, semagat,
walaupun capekkan tapi semangatkan
insya’Allah nanti diberi kemudahan.
Iter : Tapi temen-temen kamu gak pernah ngejek ya
waktu kamu misalkan sepak bola?
Itee : Nggak
Iter : Kenapa?
Itee : Gak tahu.
Iter: Ya sebagai penutup mungkin bisa ngasih arahan
Informan menguasai
ilmu-ilmu Agama dan
umum yang sudah di
pelajarinya di sekolah.
Informan mengaku
bahwa dia punya
kelemahan dalam aspek
fisiknya.
Jika cuaca kurang
mendukung informan
mudah sekali terkena
sakit.
Walaupun informan
memiliki kelemahan-
kelemahan, namun
informan mencoba
untuk selalu berpikir
positif.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Kesimpulan:
Informan adalah orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, meskipun informan
memiliki kekurangan secara fisik, namun informan tidak pernah malu dengan kondisi fisiknya
yang memang berbeda dengan teman-temannya yang lain. Rasa percaya diri ini disebabkan karena
adanya lingkungan yang kondusif yang tidak mengenal ejekan maupun hinaan.
Disekolah ini Informan diperlakukan sama oleh guru-gurunya dengan tidak dibeda-
bedakan dengan siswa-siswa lain pada umumnya. Selain itu Informan juga memiliki teman-teman
yang baik, yang selalu mendukung dan membantunya. Dengan adanya lingkungan yang kondusif
seperti inilah yang menjadikan Informan tidak pernah merasa minder dengan kondisi fisiknya, dan
untuk menghilangkan kemungkinan adanya perasaan minder dan malu tersebut Informan selalu
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara memperbanyak dzikir, do’a dan mengaji.
Walaupun Informan diberi kaki yang cacat, namun informan senatiasa bersyukur atas
nikmat yang diberikan Allah untuknya. Informan bersyukur karena diberi otak yang cerdas dan
kelebihan-kelebihan yang lain.
360
365
370
atau trik-trik yang adek pakai untuk apa biar
gak malu gitu?
Itee : Ya doa, terus nasihati temen-temen, kalau di
nasihati ya di dengerin belajar ya belajar gak
perlu nyeweh. Kalau punya misalnya apa PS
atau Game online gitu gak boleh tiap hari.
Iter : Oke, kalau untuk mengatasi temen-temen yang
reseh itu gimana caranya?
Itee :Itu harus dihumorin, diceramahin, itu pintu
surga ada 7 eh ada 10, kamu pilih yang mana.
Kalau kamu pengen surga ya gak boleh ngejek-
ngejek, aku gak pernah ngejek kamu kamu
ngejek-ngejek. Terus dia diem dan minta maap.
Iter : Terus apa lagi?
Itee : Udah gitu aja.
Iter : Ya udah ya. Udah malem, mat istirahat.
Informan selalu
mencoba untuk
memberikan yang
terbaik untuk dirinya
dan teman-temannya.
Informan selalu
menasihati dan
mengajak humor
teman-temannya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
VERBATIM
Informan : Y.S
Usia : 24 th.
Profesi : Guru BK
Hari : Kamis, 15 Januari 2009.
Waktu : 09.00 s/d 10.00 wib.
Tempat : SMP Muhammadiyah I Simpon Surakata.
Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif.
Ket: W1 : Wawancara pertama
IP(1) : Informan pendukung pertama
No Hasil Wawancara Refleksi
1
5
10
15
Iter: Assalamu’alaikum Buk selamat pagi, maap
menggangu aktifitasnya.
Itee: Ya mas, gak papa kok. Anak-anak sudah saya
kasih tugas.
Iter: Gini buk, ada beberapa point yang ingin saya
kroscek kebenarannya dari mas Audi. Kan
kemarin saya sudah melakukan interview
dengan mas audi sebanyak 2 kali, dan selama
interview itu dia menunjukan perilaku yang
positif. Gak ada sama sekali perilaku
negative dari beliau. Nah sekarang saya
bermaksud ingin menanyakan beberapa hal
kepada ibu tentang mas audi.
Itee : Oya gak papa.
Iter : Kalau pendapat ibu sendiri tentang mas audi itu
seperti apa gitu.
Kode: W1.IP (1)
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
20
25
30
35
40
45
Itee : Sikapnya gitu?
Iter : Ya sikap dan karakternya.
Itee : Oke, e…selama saya mengajar disini ya, kan
saya disini juga mengajar MMA (Membaca
dan Menulis Al-qur’an) itu dan juga
keseharian itu alkhamdulillah biarpun mas
audi itu punya kekurangan dia dalam hal
bersikap, bertingkah laku, bertutur kata itu
dia bagus, sopan dia. Jadi malah apa ya
melebihi anak normal. Jadi biarpun punya
kekurang seperti itu, sama guru itu jarang lo
ya, kalau anak normal itu. Tapi kalau mas
audi itu kalau ketemu gurunya itu
“assalamu’alaikum buk” seperti itu, kalau di
apa di ruang guru itu mengucapkan salam
seperti itu. Jadi mau masuk, mau keluar juga
seperti itu.
Iter: Itu untuk semua guru atau guru-guru tertentu?
Itee: Semua, saya melihat semua iya bagus. Anak itu
biar punya kekurangan tapi yaitu tadi juga
punya kelebihan dalam hal sopan santun,
tutur katanya, dan tidak aneh-aneh.
Iter: Kalau prestasinya sendiri gimana buk?
Itee: Kalau saya melihat, kalau ngajar MMA ya itu
kurang, ya kurang. Jadi karena itu jadi apa
ya..belajarnya itu saya pernah melihat,
bertanya membacanya itu kurang lancar. Jadi
agak sedikit cedal gitu. Nah itu, jadi saya
melihat agak sedikit kurang jelas, kejalasan
Dimata guru subjek
A.D adalah anak yang
memiliki sopan santun
yang tinggi, terlebih
kepada orang yang
lebih tua darinya.
Dimata guru subjek
A.D memiliki kelebihan
dalam hal etika dan
tatakrama.
Subjek A.D memiliki
prestasi yang kurang
dalam ,hal baca tulis
al-qur’an, namun
subjek A.D memiliki
semangat belajar yang
tinggi.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
50
55
60
65
70
dalam membacanya. Tapi semangat
belajarnya ada, dia hanya ijin tapi kalau sakit.
Kalau gak sakit gak ijin. Dia rajin…!
Iter: Jadi Cuma di MMA nya aja buk ya, kalau
dimata pelajaran yang lain gimana?
Itee: Setahu saya itu di MMA ya, setahu saya.
Karena memang saya tidak begitu
memperhatikannya. Tapi memang kayaknya
audi cuma lemah dalam MMA aja.
Iter: Oh gitu, kalau pola interaksi mas audi dengan
teman-temannya sendiri gimana buk?
Itee: Alkhamdulillah tidak terhambat, bagus ya..!
biarpun mas audi seperti itu tapi teman-
temannya bisa menerima. Jadi gak pernah
ada ejekan seperti ini, kok kaki kamu seperti
ini itu gak pernah. Alkhamdulillah anak-anak
sini meskipun ada yang nakal ya, tapi gak
pernah apa ya dengan ucapan jelek,
mengolok-olok kayak gitu dengan
kekurangan dia tidak-tidak pernah.
Iter : Jadi ibu selama ini belum pernah mendapatkan
laporan apa-apa?
Itee: Belum, belum pernah.
Iter: Biasanya mas audi itu kalau bermain dengan
siapa buk?
Itee: Dengan banyak teman tidak hanya satu kelas,
baik cowok maupun cewek sama aja. Dia gak
malu.
Subjek A.D memiliki
kelemahan dalam
bidang baca tulis al-
qur’an.
Lingkungan sekolah
subjek A.D dapat
menerima segala
bentuk kekurangan
yang ada pada dirinya.
Sehingga tidak ada
yang menghina dan
mengejeknya.
Dengan segala
keterbatasannya Subjek
A.D mampu
membangun pola
interaksi yang baik
dengan teman-
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
75
80
85
90
95
Iter: Kalau itu buk, masalah dispensasi yang
diberikan pihak sekolah untuk mas audi
dalam hal apa aja?
Itee: Belum ada.
Iter: Jadi semua bidang itu mas audi diperlakukan
sama gitu ya?
Itee: Ya begitu.
Iter: Kalau berkaitan dengan fisik, olah raga itu
gimana?
Itee: Kalau fisik, selama apa itu, selama dia mampu
itu ikut, tapi kalau dia tidak mampu ya
diperbolehkan tidak ikut.
Iter: Oh begitu..?
Itee: Ya dispensasinya cuma seperti itu.
Iter: Jadi Cuma dalam hal olah raga aja ya..untuk
yang lain sama.
Itee: Untuk yang lainnya sama. Sama seperti anak
yang lain.
Iter: Jadi intinya dia diperlakukan yang sama dengan
anak yang lainya gitu?
Itee: Ya sama.
Iter: Oh gitu, kalau menurut ibu sendiri sebenarnya
kekurangan mas audi itu dalam hal apa aja
buk?
Itee: Ya itu mas, selain memiliki kekurangan pada
fisiknya karena kakinya ya seperti itu,
kayaknya mas audi juga memiliki
temannya.
Subjek A.D hanya
diberikan dispensasi
terhadap segala
sesuatu yang memang
tidak bisa dia lakukan.
Ada 2 kelemahan yang
menonjol pada diri
subjek A.D yaitu; Fisik
yang kurang sempurna,
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
100
105
110
kekurangan dalam hal motorik halusnya,
seperti menulis terutama menulis bahasa
arab, tapi kalau bahasa Indonesia yang
lumayan bagus. Terus selain itu mas audi
juga kayaknya cedal jadi kalau membaca
kurang begitu lancar. Tapi mas audi itu
ingatannya lumayan bagus, mudah ingat gitu
mas, terus dia itu rajin sekali dan
semangatnya tinggi.
Iter: Oh gitu, ya mungkin itu saja buk yang saya
tanyakan sebelumnya saya minta maap
karena sudah mengganggu waktu mengajar
ibu.
Itee: Ya sama-sama.
Iter: Makasih bu ya…!
dan kelemahan pada
motorik halusnya
(kemampuan membaca
dan menulis yang
kurang baik).
Subjek A.D memiliki
ingatan dan semangat
belajar yang tinggi.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
VERBATIM
Informan : B.P.W
Usia : 14 th.
Profesi : Pelajar
Hari : Senin, 5 Januari 2009
Jam : 16-00 s/d 17-30 wib
Tempat : Rumah informan
Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif.
Ket : W1 : Wawancara pertama
S2 : Subjek kedua
No Hasil Wawancara Refleksi
1
5
10
15
Iter : Selamat sore dek?.
Itee : Ya mas selamat sore.
Iter : Begini dek ya, mas sedikit mau bertanya-
tanya kepada adek, gak papa kan?
Itee : Gak papa. Apa mas?
Iter : Mas pengen tahu sebenarnya alasan adek
untuk sekolah disekolah umum itu apa sich,
kok gak mau sekolah disekolahan yang
khusus anak cacat aja?
Itee : Maunya sekolah di Ta’mirul aja mas.
Iter : Loh kenapa?
Itee : Karena dekat rumah. Terus disana teman-
temannya banyak disana.
Iter : Selain itu alasanmu milih Ta’mirul Islam apa
lagi?
Keinginan informan
untuk sekolah di ta’mirul
islam merupakan suatu
hal yang tidak bisa
ditawar lagi, karena itu
sudah menjadi
keinginannya. Selain itu
alasan informan sekolah
disana adalah karena
disana informan
memiliki banyak teman
yang selalu baik
Kode: W1.S2
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
20
25
30
35
40
Itee : Disana orang-orangnya baik-baik, agamanya
juga bagus, di ajari bahasa arab juga.
Iter : Ada alasan lain gak?
Itee : Nggak.
Iter : Nggak ada?
Iter : Bukannya lebih enak di sekolah khusus dari
pada di sekolah umum? Kalau di sekolah
khusus kan gak ada yang ngejek, kan
semuanya sama.
Itee : Nggak, enak di sekolah umum dari pada di
sekolah khusus. Di sekolah umum di ta’mirul
juga gak ada yang ngejek saya, semuanya
juga baik-baik.
Iter ; Oh gitu, terus alasan kamu milih sekolah
umum apa lagi?
Itee : Ya karena saya gak suka sama orang-orang
yang seperti saya.
Iter : Gak sukanya kenapa?
Itee : Ya kan saya pengen bermain dengan orang-
orang normal,
Iter : Yang dimaksud adek dengan orang seperti
saya tadi apa to?
Itee : Ya kayak gini, kakinya seperti saya ini.
Iter : Kok adek gak suka, berarti adek hak suka
dengan diri adek donk?
Itee : Yo gak suka, mosok maen sama orang cacat
kepadanya.
Apapun alasannya
Informan lebih suka
disekolah umum dari
pada disekolah khusus.
Alasan lain yang
menjadikan informan
memilih sekolah umum
adalah karena dia tidak
suka bergaul dengan
teman-temannya yang
cacat, informan lebih
suka bermain dengan
orang-orang normal.
Informan lebih suka
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
45
50
55
60
65
terus. Sayakan juga pengen maen dengan
orang normal.
Iter ; Kenapa adek pengen bermain dengan orang
nomal? Gak malu nich?
Itee : Kan kalau orang normal itu enak, diajak
maen enak, pinter-pinter. Kan saya juga
pengen seperti mereka.
Iter : Oh gitu, adek gak malu sama mereka?
Itee : Gak kok.
Iter : Kok gak malu kenapa?
Itee : Ya kan kita sama, cuma beda kakinya aja.
Kenapa harus malu.
Iter ; Oh gitu, jadi adek gak malu ya..! terus sikap
guru-guru Ta’mirul Islam kepada adek
gimana?
Itee : Ya baik-baik.
Iter : Baiknya seperti apa, bisa ceritakan gak?
Itee : Sering membantu saya.
Iter : Membantu dalam hal apa?
Itee : E…perilaku. Eh…anu seperti membantu saya
kalau saya sedang kesusahan.
Iter : Eh perlakuan guru kekamu seperi apa sich,
sama gak perlakuan guru kamu ke kamu
dengan perlakuan guru ke temanmu?
Itee : Sama.
Iter : Samanya seperti apa?
Itee: Sama seperti yang lainnya, gak dibeda-
bermain dengan orang-
orang yang normal.
Pada dasarnya informan
lebih menyukai teman-
teman yang normal, enak
diajak ngobrol, bermain
dan juga pintar-pintar.
Informan tidak malu
bergaul dengan orang-
orang normal,karena
informan meyakini
bahwa pada dasarnya
mereka sama.
Disekolah informan
memiliki guru-guru yang
baik yang suka
membantu informan
ketika informan
membutuhkan
bantuannya.
Walaupun cacat
informan diperlakukan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
70
75
80
85
90
bedain.
Iter : Oh gitu, biasanya dalam hal apa aja kamu
diperakukan dengan khusus oleh gurumu?
Itee : Biasanya pas olah raga mas, kalau olah raga,
saya gak boleh ikut. Saya disuruh nonton aja.
Iter : Terus nilainya gimana?
Itee : Ya nantikan ada ujiannya.
Iter : Oh gitu, terus sikap teman-teman kamu ke
kamu gimana?
Itee : Ya baik juga.
Iter : Baiknya seperti apa?
Itee : Ya sering bermain sama-sama saya, belajar
sama-sama. Baik-baik sama saya. Tidak
pernah ngeyek (mengejek-red) saya.
Iter : Kenapa? kira-kira kenapa kok mereka gak
mengejek kamu. Padahal kamu kan cacat?
Itee : Kan mereka sudah tahu kalau saya punya
kelemahan kaki saya gini. Mereka sudah
maklum.
Iter : Oh gitu, kamu merasa minder gak kepada
mereka?
Itee : Nggak.
Iter : Kenapa?
Itee : Saya gini aja, saya biarkan orang-orang lain
ngejek saya gak papa.
Iter : Biarkan orang-orang mengejek? Berati adek
sama oleh guru-gurunya
tidak dibedakan dengan
siswa yang lain.
Informan diberi keringan
dalam setiap keiatan-
kegiatan yang berkaitan
dengan aktifitas fisik.
Informan memiliki
teman-teman yang baik
kepadanya, yang tidak
suka meyakiti dan
mengejeknya.
Teman-teman informan
sudah bisa memahami
dan memaklumi
kekurangan yang ada
pada informan,
Informan mampu
menerima segala
kekurangan yang ada
pada dirinya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
95
100
105
110
115
sudah pernah diejek ya?
Itee : Tidak pernah, gak pernah ada yang ngejek
saya.
Iter : Gak pernah? Itu disekolah atau dirumah?
Itee : Disekolah gak ada yang ngejek saya, dirumah
juga gak ada yang ngejek.
Iter : Oh gitu, e…kamu pernah berpikir begini gak
kalau Allah itu gak adil karena kamu diberi
kaki yang cacat seperti ini?
Itee : Gak pernah.
Iter : Kenapa?
Itee : Ya gak papa, kan udah dari kecil udah kayak
gini. Jadi gak papa.
Iter : Oh gitu, terus kamu menjalani aktifitas kamu
sehari-hari gimana?
Itee : Ya seperti biasa, biasa aja gak ada masalah.
Iter : Biasa aja, gak ada kendala gitu?
Itee : Gak ada, semua bisa aku lakukan.
Iter : Oh gitu, e…pernah gak kamu mendapatkan
perlakuan spesial atau khusus dari guru atau
temanmu?
Itee : Gak pernah, paling kalau guru itu kalau pas
olah raga. Aku sering diberi keringanan gak
ikut gak papa. Itu aja kalau yang lain ya sama
aja dengan teman-teman yang lain.
Informan hidup
dilingkungan yang selalu
mendukungnya baik
disekolah maupun di
rumah.
Informan tidak pernah
menyesali kecacatan
dan kekurangan yang
ada pada dirinya.
Informan melakukan
aktifitas kesehariannya
seperti orang normal
pada umumnya, dan
tidak pernah mengalami
kendala.
Oleh guru-gurunya
informan diperlakukan
sama seperti teman-
temannya yang lain,
namun dalam beberapa
hal seperti olah raga
informan mendapatkan
dispensasi dari gurunya
dalam bentuk
diperbolehkannya untuk
tidak mengikuti kegiatan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
120
125
130
135
140
145
Iter : Oh gitu, boleh tahu gak cita-cita kamu nanti
mau jadi apa?
Itee : Mau jadi pilot biar bisa keliling dunia.
Iter : Wah hebat ya, emang kamu bisa dengan
kondisi kamu seperti ini?
Itee : Bisa aja, yang penting belajar, terus berusaha
pasti bisa.
Iter : Emang kamu gak malu dengan kaki seperti
ini kok jadi pilot?
Itee ; Enggak…!.
Iter : Kenapa?
Itee : Ya karena saya sudah biasa jadi gak malu
lagi.
Iter : Biasa kenapa dek?
Itee : Biasa dengan kaki seperti ini, jalan yang
begini. Tapi gak papa.
Iter : Oh gitu, selain itu adek merasa punya
kelebihan apa?
Itee : Bisa maen komputer..
Iter : Oh gitu, kamu belajar komputer dari mana?
Itee : Di ajarin kakak, di rumahkan ada komputer
jadi bisa belajar terus. Di sekolah juga
diajarin tiap hari sabtu jam 8 sampe jam 9.
Iter : Selain punya kelebihan bisa maen komputer,
ada lagi gak yang kamu banggakan dalam
dirimu?
Itee : Gak ada, Cuma maen komputer aja.
praktek olahraga.
Cacat tidak membatasi
keinginan dan harapan
informan untuk bercita-
cita setinggi mungkin.
Informan meyakini
bahwa kunci kesuksesan
yang dapat
membantunya dalam
meraih cita-citanya
adalah dengan cara
belajar dan berusaha.
Keterbiasaanlah yang
menjadikan informan
lebih percaya diri.
Meskipun cacat informan
bisa mengoperasikan
komputer.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
150
155
160
165
170
Iter : Oh gitu, kalau kamu sendiri merasa punya
kelemahan dalam hal apa?
Itee : Kaki saya, saya gak kuat kalau disuruh jalan
lama, kaki saya suka sakit.
Iter : Terus kalau kamu mau kesekolah atau maen
gitu gimana?
Itee : Ya kalau sekolah dianter kakak terus
pulangnya ntar juga dijemput kakak.
Iter : Kalau maen gimana?
Itee : Saya gak pernah maen jauh, paling dirumah
aja atau ke tempat teman depan rumah saya.
Kalau jauh-jauh gak boleh, trus suka capek.
Iter : Terus kalau olah raga di sekolah gimana?
Itee : Gak pernah ikut.
Iter : Loh kok gak ikut?
Itee : Karena dulu waktu masuk kelas I sudah
bilang kalau kaki saya sakit kalau dipakai
jalan jauh, jadi sama guru di ijinkan untuk
tidak ikut olah raga.
Iter : Oh gitu terus kalau kamu gak ikut gitu ntar
suka diejekin temen-temen gak?
Itee : Nggak, biasa aja kan mereka sudah tahu
kondisi saya.
Iter : Oh gitu, selain olah raga. Kamu disekolah
biasanya dapat keringanan apa aja?
Itee : Gak ada cuma ini aja, tapi kadang kalau pas
upacara saya gak ikut gak apa-apa karena
Informan memiliki
kelemahan pada fungsi
kakinya, sehingga
informan sulit untuk
melakukan aktifitas-
aktifitas yang berkaitan
dengan fisik.
Rasa sakit pada kaki
yang informan alami
menjadikan informan
jarang bermain ke
tempat yang jauh dari
rumahnya.
Informan diberi
dispensasi oleh sekolah
boleh untuk tidak ikut
dalam setiap kegiatan
olah raga.
Selain dalam kegiatan
olah raga. Informan juga
mendapatkan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
175
180
185
190
195
kalau ikut kelamaan berdiri kadang kaki saya
suka sakit, jadi gak ikut gak papa.
Iter : Oh gitu, itu upacara apa?
Itee : Upacara bendera kalau pas 17 Agustus, terus
upacara-upacara yang lainya tiap hari senin
pagi.
Iter : Oya, yang suka ngasih semangat kamu siapa
aja?
Itee : Kakak saya.
Iter : Contohnya semangat seperti apa?
Itee : Semangat untuk belajar, Bang belajar terus
ya biar ntar pinter gitu.
Iter : Oh gitu, selain kakak yang suka ngasih
semangat lagi siapa?
Itee : Gak ada cuma kakak aja, tapi kadang-kadang
guru-guru juga ngasih semangat.
Iter : Kalau guru ngasih semangatnya gimana?
Itee : Ya sama disuruh belajar.
Iter : Pernah gak kamu mengalami pengalaman
yang tidak kamu senangi?
Itee : Nggak pernah.
Iter : Bisa gak kamu ceritakan tentang aktifitasmu
sehari-hari?
Itee : Ya biasa aja, kalau sekolah ya sekolah waktu
belajar ya belajar.
Iter : Oya dulu alasan kamu sekolah disini kenapa?
dispensasai dari
sekolahnya dalam
kegiatan-kegiatan yang
membutuhkan aktifitas
fisik (kaki) dalam waktu
yang lama. Seperti
upacara bendera, dll.
Informan selalu diberi
motivasi oleh kakaknya
untuk terus belajar.
Selain kakak, informan
juga sering diberi
motivasi oleh guru-
gurunya disekolah.
Informan tidak pernah
mendapatkan
pengalaman yang tidak
menyenangkan.
Informan melakukan
aktifitasnya sehari-hari
sebagaimana orang
normal pada umumnya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
200
205
210
Itee: Karena lebih suka sama orang-orang normal.
Kan orang-orangnya baik-baik, suka
membantu saya kalau saya tidak bisa.
Iter : Oh gitu, dulu kamu sekolah disini yang suruh
siapa?
Itee : Gak ada yang nyuruh mas, saya pngen
sendiri kok.
Iter : Kenapa?
Itee : Ya itu tadi disini orangnya baik-baik.
Iter : Oya, kaki kamu kan cacat, terus temen-temen
kamu normal semua. Kamu gak ngadu sama
Allah, kok kamu diberi kaki cacat. Kamu
memandangnya gimana sie?
Itee : Yo gak papa mas, kan semua sudah diatur
sama Allah. Kan pasti ada hikmahnya.
Iter : Oh gitu, oya karena sudah sore mas mau
pamit dulu ya…tapi nanti kalau masih ada
yang kurang mas mau minta bantuannya lagi
boleh gak?
Itee : Ya mas, gak papa.
Iter : Dah gitu aja ya, Assalamu’alaikum.
Itee : Wa’alaikum salam.
Rasa suka informan
kepada orang normal,
serta kebaikan-kebakan
yang ditujukan oleh
orang normal inilah
yang menjadikan
informan tertarik utuk
sekolah disekolah umum.
Informan meyakini
bahwa kondisi fisiknya
yang cacat ini adalah
karena kehendak Allah,
dan pasti ada
hikmahnya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
VERBATIM
Informan : B.P.W
Usia : 14 th.
Profesi : Pelajar
Hari : Kamis, 8 Januari 2009
Waktu : 08.00 s/d 09.00 wib
Tempat : SMP Ta’mirul Islam Surakarta
Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif.
Ket : W2 : Wawancara kedua
S2 : Subjek kedua
No Hasil wawancara Refleksi
1
5
10
15
Iter : Pagi adek..! gimana kabarnya?
Itee : Ya mas, Alhamdulillah baik.
Iter : Kemarin kan kita sudah ngobrol-ngobrol ya.
Tapi ternyata masih ada yang kurang jadi
mas mau minta bantuan adek lagi, gimana?
Itee : Ya gak papa.
Iter : Gak papa ya…! Okey… kemaren kan kita
sudah ngobrol-ngobrol tentang siapa adek,
kebiasaan dan lain-lain kan gitu, tapi masih
ada yang kurang e… mase ingin menanyakan
tentang e… kalau adek di sekolah itu
perlakuan guru adek ke adek itu gimana
sich?
Itee : Seperti anu ya baik-baik gak pernah gojek-
gojeki. Seperti orang normal gitu melakukan
saya.
Informan diperlakukan
dengan baik oleh guru-
gurunya.
Kode: W2.S2
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
20
25
30
35
40
Iter : Oh gitu, itu guru siapa aja?
Itee ; Semua guru.
Iter ; Baiknya seperti apa sich?
Itee : Gak pernah marah.
Iter : Gak pernah marah? Kenapa?
Itee : Mungkin karena kekurangan saya ini seperti
ini jadi mereka kasihan.
Iter : Dalam hal apa saja kalau guru gak marah itu?
Itee : Ya gak pernah marah.
Iter : Oh gitu, kalau di sekolah kamu berteman
biasanya sama sapa?
Itee : Semua temen saya.
Iter : Semua temen? Cowok atau cewek?
Itee : Cowok.
Iter : Kenapa?
Itee : Lebih suka cowok….!
Iter : Oh gitu, lebih sukanya kenapa?
Itee : Lebih baik cowok.
Iter : Lebih baik cowok? Contohnya?
Itee : Sering e… memberitahu kalau saya tidak
bisa.
Iter : Oh gitu, kalau cewek kenapa?
Itee : Gak suka.
Iter : Gak sukanya kenapa?
Itee : Marah-marah, sering marah-marah.
Iter: Sering marah-marah to? Pernah di gituin?
Kekurangan yang ada
pada diri informan
memberikan dampak
positif bagi dirinya,
karena dengan
kekurangan tersebut
banyak orang yang
simpati dan berperilaku
baik kepadanya.
Teman-teman informan
selalu memberi bantuan
informan ketika informan
membutuhkan bantuan.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
45
50
55
60
65
Itee : Gak pernah.
Iter : Gak pernah? Tapi kok gak suka?
Itee ; Karena gak suka dengan tingkah laku cewek-
cewek yang ada dikelas saya.
Iter : Oh gitu, kalau dikelas cewek-ceweknya
seperti apa si dek?
Itee : Cewek-ceweknya ada yang seperti laki-laki,
ada yang suka misoh-misoh gitu, terus teriak-
teriak juga. Kalau temenku laki-lakikan gak
ada yang misoh-misoh.
Iter : Ceweknya ada yang seperti laki-laki tadi
gimana pakaiannya atau apa?
Itee : Ya itu suka misoh-misoh. Kelakuannya
kayak laki-laki. Kan biasanya yang suka
marah-marah terus misoh-misoh itu laki-laki,
tapi ini perempuan. Jadi aku ya gak suka.
Iter : Kalau yang marah terus misoh-misoh itu laki-
laki gimana? Kamu suka gak?
Itee : Ya gak suka.
Iter : Kenapa?
Itee : Ya kan itu gak boleh, kita kan gak boleh
misoh-misoh.
Iter :Kalau kamu minta bantuan itu biasanya pada
siapa aja?
Itee : Pada temen saya.
Iter : Temen saya itu siapa aja?
Itee : Semuanya.
Informan tidak suka
dengan teman-teman
perempuan karena
perilaku mereka yang
buruk dan tidak sesuai
dengan etika dan
tatakrama.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
70
75
80
85
90
95
Iter : Dalam hal apa biasanya kamu meminta
bantuan?
Itee : Pelajaran.
Iter : Pelajaran apa?
Itee : Kadang mathematika, kadang juga bahasa
inggris itu aja.
Iter : Selain minta bantuan dalam pelajaran
biasanya kamu minta bantuan dalam hal apa?
Itee : Gak ada, cuma itu aja.
Iter : Sebenanya yang kamu harapkan di sekolah
ini seperti apa sich?
Itee : Ya bisa belajar dengan baik, terus dapat
prestasi, dan terus punya temen-temen yang
banyak.
Iter : Oh gitu, selain itu ada lagi gak?
Itee : Apa lagi ya…! Anu udah.
Iter : Udah. Terus kalau kamu malu itu cara kamu
mengatasinya gimana?
Itee : Refresing.
Iter : Refresingnya gimana?
Itee : Bermain sama temen.
Iter : Oh gitu, biasanya kalau bermain itu
bermmain apa?
Itee : Bermain….deli’an (petak umpet-red).
Iter : Deli’an?? Oh gitu, emang habis main gitu
kamu terus gak malu lagi gitu?
Informan sering meminta
bantuan kepada teman-
temannya terkait dengan
pelajaran mathematika
dan bahasa inggris yang
memang informan tidak
begitu menguasainya.
Informan sangat
menginginkan untuk bisa
berprestasi dan memiliki
teman yang banyak di
sekolahnya.
Untuk menghilangkan
rasa malu pada diri
informan, informan
sering mengajak teman-
temannya bermain
bersama.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
100
105
110
115
120
Itee: Iya.
Iter : Kalau perlakuan temen-temen ke kamu
gimana?
Itee : Baik-baik, tapi juga ada yang tidak baik.
Iter : Yang tidak baik itu seperi apa si?
Itee : Suka bolos sekolah.
Iter : Oh sering bolos sekolah, kalau sama kamu
mereka gimana?
Itee : Ya baik.
Iter : Oh gitu. Oya, kamu merasa punya kelemahan
dalam hal apa?
Itee : Olah raga.
Iter ; Kenapa?
Itee : Gak bisa, kalau bisa jangan terlalu jauh nanti
capek. Kan kakiku ini suka capek kalau jalan
jauh.
Iter : Oh gitu, terus untuk mengatasi kelemahanmu
itu gimana?
Itee : Istirahat, kadang juga tidur.
Iter : Tidur?? Biasanya kalau tidur dimana?
Itee : Anu minta ijin pulang, sakit. Kan biasanya di
ijinkan.
Iter : Sebenarnya kamu pengen untuk ikut olah
raga gak?
Itee : Pengen si, pengen kumpul teman-teman. Tapi
Disekolah informan
diperlakukan dengan
baik oleh teman-
temannya.
Kelemahan informan
adalah tidak bisa
berjalan terlalu jauh,
sehingga informan selalu
absen dalam kegiatan
olah raga.
Informan membutuhkan
waktu beberapa saat
untuk sekedar istirahat
atau bahkan tidur agar
rasa lelah dan sakitnya
hilang.
Informan sebenarnya
ingin ikut kegiatan olah
raga seperti teman-
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
125
130
135
140
145
karena kakiku gini ya gak bisa ikut olah raga.
Iter : Oh gitu, oya selain itu ada lagi gak yang
kamu lakukan untuk mengatasi
kelemahanmua itu?
Itee : Gak ada.
Iter : Oya, alasan kamu sekolah di sekolah umum
apa to? Kok gak milih sekolah khusus aja?
Itee : Ya karena gak suka aja, gak suka dengan
orang-orang cacat. Kan saya normal
walaupun kaki saya begini tapi saya normal.
Iter : Oh gitu, di sekolah ini yang kakinya kayak
kamu siapa aja?
Itee : Saya sendiri.
Iter : Oh kamu sendiri, terus kalau cuma kamu
sendiri kamu gimana?
Itee : Nyantai aja, kan orang-orangnya baik semua.
Enak biasa aja.
Iter : Biasanya kalau kamu sendirian, mulai BT itu
kamu ngapain?
Itee : Ya paling ke masjid aja, kan samping sekolah
ada masjid.
Iter : Emang boleh waktu sekolah ke masjid?
Itee : Boleh, tapi kalau istirahat aja.
Iter : Biasanya kalau kamu dimasjid ngapain?
Itee : Paling sholat, terus berdoa.
Iter : Kalau kamu berdoa, biasanya kamu berdoa
apa sich, boleh tahu gak?
temannya yang lain, hal
ini disebabkan karena
informan ingin selalu
berkumpul dan bermain
dengan mereka.
Informan lebih suka
berinteraksi dengan
teman-temannya yang
normal, bahkan informan
menganggap bahwa
dirinya normal.
Meskipun di sekolah
yang menderita cacti
fisik hanya informan,
namun informan tidak
begitu mencemaskannya.
Informan biasa
meluangkan waktunya
untuk beribadah kepada
Allah dengan cara
berdoa dan sholat.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
150
155
160
165
170
Itee : Pengen jadi anak yang sholeh, pinter terus
pengen bisa jadi pilot.
Iter : Oh gitu, kalau kamu biasanya curhat ke
siapa?
Itee : Gak pernah curhat kok…..!
Iter : Gak pernah? Terus gimana?
Itee : Ya saya aja.
Iter : Kenapa?
Itee : Ya saya tidak mau nyusain orang lain, kalau
saya bisa saya lakukan.
Iter : Oh gitu. Biasanya masalah yang kamu hadapi
itu masalah tentang apa aja sich?
Itee : Sama teman.
Iter : Emang kenapa, penyebabnya apa?
Itee : Karena banyak yang nakal temannya.
Iter : Teman dimana?
Itee : Di sini Ta’mirul.
Iter : Nakalnya biasanya seperti apa sich?
Itee: Ya itu tadi mereka sering merokok, bolos gitu.
Iter : Oh gitu, mereka sama kamu gimana?
Itee : Ya gak papa, kadang malah tak omongin
(nasihatin-red) jangan gini ngerokok gak
boleh dosa.
Iter : Oh gitu, mereka kalau kamu nasihatin
gimana?
Itee : Ya gak papa, kadang cuma diem aja, terus
Informan selalu
berharap untuk bisa
menjadi orang pintar
yang shalih.
Informan lebih suka
memendam perasaannya
sendiri, hal ini
disebabkan karena
informan tidak mau
menyusahkan orang-
orang yang ada di
sekitarnya.
Informan sering
menasihati teman-
temannya yang nakal.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
175
180
185
cuma bilang jangan bilang-bilang ke guru
ya…
Iter : Terus kamu bilang gak?
Itee: Gak bilang, kan mereka temen-temenku, jadi
gak tak bilangin ke guru.
Iter : Kenapa, kan mereka salah?
Itee : Ya si… tapikan mesakne (kasian-red) mas
kalau di hukum.
Iter : Kenapa kamu kasihan sama mereka?
Itee : Ya mesakne wae mas…!
Iter : Oh gitu, ya sudah ya… sekali lagi mas
ucapkan terimakasih kepada adek untuk
bantuannya. Makasih dek ya….!
Itee : Ya mas sama-sama.
Informan memiliki rasa
empati yang besar
terhadap teman-
temannya.
Kesimpulan: Informan adalah orang yang percaya diri, tidak pernah merasa malu dengan kondisi
fisiknya yang cacat. Bahkan dalam berteman informan lebih memilih untuk berteman dengan
orang-orang yang memiliki kondisi fisik yang sempurna dibandingkan dengan orang-orang yang
mempunyai kondisi fisik yang sama dengannya, hal ini disebabkan karena informan meyakini
bahwa pada dasarnya mereka adalah sama.
Meskipun sacat, informan tidak dipandang sebelah mata oleh guru-gurunya. Akan tetapi
informan diperlakukan sama oleh guru-gurunya dan tidak dibedakan dengan siswa-siswa yang
lain. Namun informan diberi keringan (dispensasi) dalam setiap keiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan aktifitas fisik, seperti olah raga, dll.
Disekolah ini informan memiliki teman-teman yang selalu baik kepadanya, yang tidak
suka meyakiti dan mengejeknya, teman-teman informan sudah bisa memahami dan memaklumi
semua kekurangan yang ada pada informan.
Dengan kondisi fisik yang kurang sempurna tersebut, informan mencoba untuk menerima
segala kekurangan yang ada pada dirinya. Informan tidak pernah menyesali kecacatan dan
kekurangan yang ada pada dirinya. Informan meyakini bahwa kunci kesuksesan yang dapat
membantunya dalam meraih cita-citanya adalah dengan cara belajar dan berusaha serta berdoa
kepada Yang Maha Kuasa.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
VERBATIM
Informan : S.G.S.
Usia : 47 th.
Profesi : Guru BK
Hari : Kamis, 8 Januari 2009
Waktu : 09.00 s/d 09.30 wib
Tempat : SMP Ta’mirul Islam Surakarta
Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif.
Ket: W1 : Wawancara pertama
IP(2) : Informan pendukung kedua.
No Hasil Wawancara Refleksi
1
5
10
15
Iter : Selamat Pagi Pak.
Itee : Ya….pagi.
Iter : E…saya dari mahasiswa psikologi yang hendak
mengambil data untuk kepentingan skripsi.
E..mengenai anak didik bapak yang e…. mas
Bambang tadi ya pak ya. Sebenarnya
keseharian mas Bambang tadi kalau disekolah
seperti apa pak ya…?
Itee : Ya dia biasa-biasa aja seperti temen-temennya
yang lain. Ya belajar ya belajar, kalau pas
istirahat ya keluar. Kayaknya gak ada masalah,
gak ada beban gak ada rasa minder gitu.
Iter: Terus kalau dalam interaksi dengan teman-
temannya gimana pak?
Itee : Ya teman-temennya tidak ada yang menjelek-
jelekan, tidak ada yang menganggap dia
Dimata Guru, Subjek
B.P.W merpakan
seorang yang biasa-
biasa saja, seperti
siswa lain pada
umumnya.
Kode: W1.IP (2)
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
20
25
30
35
40
45
rendah. Karena sudah kita tanamkan sejak dia
masuk kelas satu sudah kita tanamkan sudah
kita berikan arahkan bahwasanya kondisi fisik
itu bukan karena kehendaknya tapi kehendak
Allah kita harus memakluminya. Menjelek-
jelekan orang yang cacat berarti menjelek-
jelekkan Allah yang menciptakan. Mereka
tidak pernah apa mengucilkan, kebetulan
Bambang sendiri dalam keseharinnya tidak
nakal. Dia bisa bergaul dengan baik.
Iter : Eh metode yang digunakan untuk memberikan
nasihat tadi gimana?
Itee : Eh…. pertama secara klasikal, jadi kita berikan
arahan. Kebetulan dalam materi-materi fiqh,
budi pekerti itu ya kita sebagai Da’i ya
berdakwah. Jadi kita ingatkan manusia itu
sama pada prinsipnya dihadapan Allah, secara
fisik tidak dipermasalahkan oleh Allah yang
dibedakan adalah tingkat ketaqwaannya. Bisa
jadi kamu, temenmu yang ganteng, yang cantik
itu belum tentu mulia disisi Allah. Sementara
yang cacat bisa jadi lebih mulia disisi Allah
kalau dia berakhlaq. Itulah yang kami
sampaikan agar temen-temennya bisa maklum.
Iter: Oh jadi temen-temen bisa menerima apa adanya
gitu pak ya…?
Itee : Ya secara klasikal, tapi ketika mungkin pernah,
kalau pernah ya… kalau dulu pernah ya sedikit
memandang rendah gitu kita panggil, kita beri
Di sekolah subjek
B.P.W memiliki teman-
teman yang baik.selain
itu disekolah B.P.W
sering di ingatkan oleh
gurunya untuk selalu
berpikir positif dalam
mensikapi kekurang
sempurnaan fisiknya.
Selain memberikan
nasihat kepada subjek
B.P.W agar bisa
memandang positif atas
kekurang sempurnaan
fisiknya guru-gurunya
juga mengingatkan
teman-temanya untuk
bisa saling
menghormati dan
menghargai
saudaranya yang lain.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
50
55
60
65
70
arahan.
Iter : Pernah ada pak ya…?
Itee : Kalau bambang belum pernah, sampai saat ini
belum pernah. Dulu juga pernah dulu ada yang
cacat juga kemudian ngejek ya kita panggil
terus kita beri arahan. Dan ahirnya minta
maap.
Iter : Untuk Bambang sendiri pernah gak pak
diganggu temennya gitu, misalnya dijahilin
gitu.
Itee : Belum pernah.
Iter : Belum pernah ya pak ya…!
Itee : Belum pernah saya lihat, ya itu tadi dia itu
lumayan bisa menyesuaikan diri. Jadi gak
pernah neko-neko bahasanya. Ya biasa,
diangap biasa gitu. Waktu sholat ya sholat,
istirahat ya istirahat dikelas juga ramah, gak
pernah macam-macam gitu, dengan teman-
temannya yang gagah yang sempurna gitu juga
gak pernah buat masalah.
Iter: Jadi temen-temennya malah sayang gitu ya….?
Itee : Ya jadi malah akrab.
Iter : Sering gak pak, apa itu temennya itu memberi
dukungan kepada Bambang agar dia gak malu
gitu sering gak pak?
Itee : Meskipun mungkin secara lisan belum, tapi
mungkin secara perbuatan. Kadang-kadang
saya lihat kalau kekantin juga bareng. Terus
Di sekolah ini subjek
B.P.W belum pernah di
ejek dan diganggu oleh
teman-
temannya.karena
B.P.W juga mampu
menjaga perasaan
teman-temannya.
Dukungan yang
diberikan teman B.P.W
kepadanya dapat
terlihat dari perbuatan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
75
80
85
90
95
100
kemana gitu juga bareng.
Iter : Kalau prestasi gitu gimana? Misalnya nilai-
nilainya?
Itee : Untuk prestasinya juga lumayan bagus,
meskipun tidak tertinggi tidak teratas tapi juga
tidak begitu rendah. Jadi biasa, kayaknya
emang prestasinya lumayan.
Iter : Oh gitu, ada gak dispensasi dari sekolah untuk
Bambang ini?
Itee : Ya terutama untuk pelajaran olah raga. Jadi ada
permainan-permainan yang dia boleh untuk
tidak ikut, ya kayak sepak bola, lari kalau
sekedar senam masih. Tapi ya dia masih ikut
kelapangan.
Iter : Untuk nilainya gimana?
Itee : Ya nilainya tentunya punya standar sendiri.
Iter : Kalau menurut bapak sendiri, Bambang ini
sebenarnya memilki sifat yang pemalu atau
memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi
pak?
Itee : Malunya gak, biasa…! Kepercayaan diri ya
normal wajar. Tidak pernah protes terhadap
keadaan, ya biasa-biasa aja.
Iter : Terus perilaku adaptasinya bagaimana pak?
Itee : Ya lumayan agak bagus, dengan teman lain
kelas pun juga bergaul biasa-biasa aja. Tidak
menutup diri, jadi biasa aja.
dan perilaku teman-
teman B.P.W
kepadanya.
Di sekolah B.P.W
memiliki prestasi yang
cukup bagus.
Sekolah memberikan
dispensasi kepada
B.P.W dalam kegiatan
olah raga.
Menurut pandangan
guru subjek, B.P.W
memiliki rasa percaya
diri yang normal, tidak
pemalu namun juga
tidak terlalu PD.
Subjek B.P.W memiliki
perilaku adaptasi yang
baik dan tidak suka
menutup diri.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
105
110
Iter : Ada gak kejadian khusus yang dialami
Bambang di sekolah ini?
Itee : Kalau menurut pengamatan saya gak ada,
belum ada. Dari temannya gak ada, dari
gurunya juga gak ada. Dia sendiri juga belum
pernah mengalami kasus disekolah ini.
Itee : Manutan gitu istilahnya?
Itee : Ho’o iya…!
Iter : Oh gitu, oya pak mungkin sudah cukup
wawancara kali ini terimakasih sekali atas
waktunya.
Itee : Ya sama-sama.
Subjek B.P.W adalah
seorang siswa yang
tidak suka mencari
masalah.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
VERBATIM
Informan : R.A.P
Usia : 14 th.
Profesi : Pelajar
Hari : Sabtu, 10 Januari 2009
Waktu : 08.00 s/d 09.00 wib
Tempat : SMP Muhammadiyah 2 Kartasura.
Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif.
Ket : W1 : Wawancara pertama
S3 : Subjek ketiga
No Hasil Wawancara Refleksi
1
5
10
15
Iter : Selamat pagi dek, gimana kabarnya?
itee : Baik.
iter : Adek baru ngapain?
itee : Belajar.
iter : Belajar apa?
itee : Kemuhammadiyahan.
iter : Kemuhammadiyahan? udah selesai belum?
itee : Udah selesai, sekarang ganti geografi.
iter : Oh gitu, gini dek mase mau nanya-nanya ke
adek boleh ga?
itee : Boleh.
iter : Boleh ya…! E…yang membuat adek tertarik
untuk sekolah disini apa?
itee : Sikap teman-teman saya yang selalu
memperhatikan saya.
Yang membuat informan
tertari untuk sekolah di
SMP ini adalah kaena
sikap baik yang selalu
ditunjukan oleh teman-
teman informan.
Kode: W1.S3
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
20
25
30
35
40
iter : Oh itu, terus selain itu apalagi alasan adek
itee : Karena saya tidak ingin mengecewakan guru
asuh saya.
iter : Oh yang nyuruh kesini siapa?
itee : Guru asuh saya.
iter : Kok kamu gak minta kesekolah lain?
itee : Ya saya masuknya udah telak kok. sudah
setengah tahun, saya kelas satu baru setengah
tahun sudah kenaikan kelas.
iter : Oh gitu, terus?
itee : Ya gitu, ibu asuh saya menyuruh saya untuk
sekolah disini.
iter : Oh gitu, oya katanya tangan kamu ada yang
kecil ya?
itee : Iya.
iter : Yang sebelah mana?
itee : Kiri ini.
iter : Kiri…! Oh gitu… kamu merasa malu gak?
itee : Nggak.
iter : Kenapa?
itee : Kerena setiap kekurangan itu pasti juga ada
kelebihannya.
iter : Oh gitu, kelebihan kamu apa?
itee : Dulu dapat peringkat dua di SD.
iter : Oh gitu, itu kelebihannya. terus kelemahan
kamu apa?
Alasan lain informan
sekolah disini adalah
karena tidak ingin
mengecewakan guru
asuhnya.
Informan tidak merasa
malu dengan kekurangan
fisik yang ada pad
dirinya, karena informan
meyakini bahwa setiap
kekurangan pasti juga
ada kelebihan (Positif
thinking).
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
45
50
55
60
65
itee : Ya ini fisik saya ini.
iter : Emang fisiknya seperti apa?
itee : Ni kan tangan kirinya kecil terus badanku
juga kecil sendiri di sekolah ini.
iter : Oh gitu, terus kalau sikap guru-guru kamu
kekamu gimana?
itee ; Sangat sayang dan mendidik, supaya saya
menjadi anak yang pinter.
iter : Oh gitu, kamu diperlakukan yang sama gak
seperti temen-temenmu yang lain?
itee : Sama.
iter : Samanya seperti apa?
itee : Ya seperti…seperti dikasih pelajaran itu kita
disamakan. gitu….!
iter : Tapi mereka sayang sama kamu gak?
itee : Sayang.
iter : Pernah gak guru kamu marah sama kamu?
itee : Pernah karena saya tidak memperhatikan
pelajaran.
iter : Oh gitu, terus selain itu ada lagi?
itee : Nggak.
iter : Jadi guru marah itu karena kamu tidak
memperhatikan pelajaran?
itee : Tidak memperhatkan pelajaran.
iter : Terus temen-temen sama kamu gimana?
itee : Ya sangat sayang, ada ikatan persahabatan
Kekurangan yang
menonjol pada diri
informan adalah fisiknya
yang kecil dibandingkan
dengan teman-temannya
yang lain dan juga
tangan kirinya yang
cacat.
Guru-guru mendidik
informan dengan penuh
kasih sayang.
Dalam pembelajaran,
informan diperlakukan
sama oleh para gurunya.
Disekolah sudah terjalin
ikatan persahabatan
antara informan dan
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
70
75
80
85
90
yang sejati.
iter : Contohnya dek?
itee: Saya sama teman saya faris, dia selalu
membantu saya dimana saya merasa
kesusahan.
iter : Oh gitu, pernah itu? Kesusahan waktu apa?
itee : Pernah waktu ban saya bocor, terus saya
dipinjemin uang untuk menambal ban saya.
iter : Oh gitu, temen-temen kamu dengan keadaan
kamu yang cacat ini gak ada yang ngejek?
itee : Nggak, malah menghargai.
iter : Menghargainya seperti apa?
itee : Mengasihani, membantu…..gitu.
iter: Kalau seandainya temen-temen adek
mengejek adek. kamu ngapain?
itee : Aku terserah, PD aja ngapain diambil hati,
gak ada apa-apanya.
iter : Jadi kamu dengan kondisi fisik seperti ini
kamu biasa aja gitu, kok bisa sich? bisa
ceitakan gak?
itee: Karena saya ini murid yang terkecil disekolah
ini, banyak disenangi oleh guru-guru.
iter : Terkecil umurnya atau fisiknya?
itee : Fisiknya.
iter : Itu yang membuat kamu PD? selain itu?
itee : Udah gak ada.
teman-temannya.
Teman-teman informan
selalu mengasihi dan
membantu ketika
informan membutuhkan
bantuan.
Informan tidak terlalu
mempermasalahkan
ejekan dan hinaan
namun informan
menganggapnya hanya
sebagai angin lalu.
Kecilnya fisik informan
menjadi daya tarik
tersendiri bagi guru-
gurunya. Karena banyak
guru yang justru meyukai
informan karena fisiknya
yang kecil tersebut.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
95
100
105
110
115
120
iter : Kalau kamu baru sedih, BT itu ngapain?
itee : Pergi kerumah teman terus maen PS.
iter : Oh gitu, biasanya yang membuat kamu sedih
dan BT itu apa?
itee : Eh anu sering di ejek dirumah teman saya
gitu.
iter : Oh gitu, ngejeknya gimana?
itee : Eh apa kamu ini gak bisa ngapa-ngapain gak
bisa lari cepat, gitu.
iter : Itu ngejeknya dimana??
itee : Di rumah.
iter : Di rumah ya…! terus kamu kalau diejek gitu
gimana?
itee : Ya terus pulang aja. langsung pergi gak
mendengarkan.
iter : Kalau kamu di ejek gitu kamu sedih gak?
itee : Nggak.
iter : Kenapa?
itee: Karena di ejek itu pasti saya ada
kelebihannya.
iter: Kalau disekolah ini teman-temen kamu
gimana, baik-baik semua atau ada yang
nakal?
itee : Ada yang nakal.
iter : Nakalnya seperti apa?
itee: Misalnya gak ngapa-ngapain tiba-tiba
menjitak saya, menendang saya. gitu…!
Ejekan-ejekan yang
ditujukan ke informan
terkadang
menjadikannya BT dan
sedih.
Informan sering diejek
tentang kekurangan yang
Ada pada dirinya.
Informan selalu
menghindar dan
bersikap acuh, ketika di
ejek oleh orang.
Informan selalu berpikir
positif dari setiap ejekan
yang ditujukan padanya.
Disekolah informan
sering diganggu oleh
sebagian kecil dari
teman-temannya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
125
130
135
140
145
iter : Banyak gak yang seperti itu?
itee : Nggak, cuma satu orang.
iter : Itu kenapa kok bisa begitu?
itee : Ya gak tahu, tiba-tiba di saya padahal saya
tidak mengejek dia.
iter : Terus kalau kamu di jitak gitu kamu gimana?
itee : Ya tidak membalas, nanti kalau di apa itu
dihadapi makin menjadi-jadi.
iter : Oh gitu, itu anak kelas berapa dek?
itee : Kelas II, temen sekelas.
iter : Oh gitu, kamu sering melaporkan gak kalau
diganggu gitu?
itee : Nggak.
iter : Kamu sering diganggu gitu?
itee : Ya sering.
iter : Biasanya teman-teman kamu kalau melihat
kamu digituin mereka gimana?
itee : Mereka membela saya.
iter : Membelanya gimana?
itee: Jangan digituin, jangan berbuat begitu wong
(kan-red) dia gak salah apa-apa kok.
iter : Terus kalau digituin temen kamu yang suka
jahil tadi gimana?
itee : Masih jahilin…!
iter : Oh gitu, terus kamu memandang kehidupan
ini seperti apa sich?
Informan tidak
membalas perlakuan
buruk teman-temannya,
namun informan hanya
mendiamkannya.
Ketika informan di ejek,
informan banyak
mendapatkan pembelaan
dari teman-temannya
yang lain.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
150
155
160
165
170
itee : Apa itu, kehidupan yang agak rumit gitu.
iter : Rumitnya kenapa?
itee : Karena kekurangan dan kekurangan saya ini.
iter : Kamu dengan kekurangan kamu seperti ini
kamu gimana?
itee: Akan selalu tabah dan sabar dalam
menghadapinya.
iter : Selain tabah, selain sabar ada lagi gak yang
kamu lakukan?
itee : Ada belajar yang sungguh-sungguh dan
menghormati guru.
iter : Oh gitu, kamu menjalani aktifitas kamu
sehari-hari gimana?
itee : Baik-baik aja.
iter : Baik-baik aja itu seperti apa?
itee: Ya seperti tadi di suruh mengerjakan langsung
dikerjakan gitu.
iter : Yang kamu harapkan dari sekolah ini apa?
itee : Menjadi anak yang terbaik, dan mendapatkan
nilai yang maksimal.
iter : Kalau untuk fisiknya gimana?
itee : Saya berdoa agar disembuhkan oleh Allah.
iter : Oh gitu, cita-cita kamu ingin jadi apa?
itee : Jadi… jadi penjaga hotel.
iter : Penjaga hotel? kenapa ingin jadi penjaga
hotel?
Informan menganggap
bahwa kehidupan ini
rumit.
Informan menghadapi
cobaan ini dengan penuh
rasa sabar dan penuh
dengan ketabahan.
Untuk menutupi
kekurangan yang ada
pada diri informan,
informan selalu
berusaha untuk belajar
dengan sungguh-
sungguh.
Informan selalu ingin
untuk menjadi siswa
yang terbaik di
sekolahnya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
175
180
185
190
195
itee : Karena pekerjaan itu tidak rumit.
iter : Oh gitu, kamu bisa menjadi penjaga hotel?
itee : Bukan penjaga hotel, tapi pelayan hotel.
iter : Kamu PD, kamu kan tangannya kan cacat
gitu gimana kamu nanti kalau di ejek oleh
penjaga hotel yang lain?
itee : Ya PD aja.
iter : Kok bisa PD gitu kenapa, bisa gak adek
ceritakan ke mas?
itee : Eh…bingung mas, karena saya itu anak yang
paling disayangi dikeluarga. dan saya merasa
di istimewakan.
iter : Kalau disekolah?
itee : Di sekolah saya merasa senang karena saya
dihormati oleh teman-teman saya.
iter : Biasanya teman-teman menghormati dalam
hal apa?
itee : Dalam apa itu, apa hal yang gak bisa gitu
lo… kalau kan mengangkat benda berat gak
bisa mengangkat gitu diangkatkan. terus
kerjasama.
iter : Kamu disekolah diperlakukan seperti apa?
itee : Seperti…seperti sama seperti anak-anak yang
lain.
iter : Ada kekhususan buat kamu gak?
itee : Ada.
Informan adalah anak
yang paling disayangi di
keluarganya.
Disekolah informan
dihormati oleh teman-
temannya.
Ketika informan sedang
menghadapi suatu
permasalahan, teman-
teman informan banyak
yang memebantunya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
200
205
210
215
220
iter : Dalam hal apa?
itee :Dalam hal olah raga.
iter : Emang kenapa?
itee : Kan tangan saya yang satunya gak bisa.
iter : Oh gitu, terus kalau kamu olah raga gak ikut
terus nilainya gimana?
itee : Nilainya, ya kalau ikut sich yang bisa-bisa
aja.
iter : Contohnya apa dek yang bisa?
itee : Sepak bola, terus poli gak bisa, lompat jauh
mungkin bisa, tolak peluru gak bisa, lempar
cakram gak bisa.
iter : Kalau kamu gak bisa gitu kamu gak ikut gak
papa?
itee ; Gak papa.
iter : Nilainya ntar gimana?
itee : Nilainya ntar pakai teori.
iter : Pakai teori, teman-teman kamu gak ngejek
kalau kamu gak bisa?
itee : Sama sekali nggak.
iter : Kalau yang nakal tadi gimana?
itee : Kalau tadi ya di diemin aja.
iter : Oya, kelemahan kamu tadi dalam hal apa aja?
itee : Ini cacat fisik ini dan kecilnya postur tubuh
ini.
iter : Untuk menutupi kelemahan kamu yang 2 itu
Informan mendapatkan
dispensasi dari sekolah
dalam beberapa cabang
olah raga.
Informan mengakui
bahwa dia memiliki
kelemahan dalam segi
fisik.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
225
230
235
240
245
250
yang kamu lakukan apa?
itee : Mencoba terus berusaha untuk menutupinya.
iter : Dengan apa?
itee : Ya dengan berusaha belajar terus agar bisa
menjadi anak yang pintar.
iter : Terus kamu merasa punya kelebihan dalam
hal apa?
itee : Anu membaca puisi dan menyayi.
iter : Temen-temen kamu kalau kamu lagi baca
puisi atau nyanyi mereka gimana?
itee : Ya mereka seneng.
iter : Oh gitu, yang bisa menyebabkan kamu
bangga tadi apa?
itee : Bisa hidup dan disayangi oleh orang tua.
iter: Mereka sayang sama kamu kenapa?
itee : Karena mereka tahu kalau saya cacat fisik,
jadi harus disayangi biar saya PD, enjoy gitu.
iter : Kalau guru menyayangimu kenapa?
itee: Karena saya sopan dan saya sering
memperhatikan keadaan guru.
iter : Kalau temen?
itee : Karena kebaikan saya.
iter : Kamu baik kepada siapa aja?
itee : Temen dikelas.
iter : Contohnya?
itee: Kalau temen gak punya bulpoint ya
Informan ingin menutupi
kekurangannya dengan
selalu belajar.
Infroman memiliki
kelebihan dalam hal
tarik suara.
Yang menyebabkan
informan disayangi oleh
orangtua adalah karena
dia cacat.
Guru-guru informan
meyukai perangainya
yang sopan.
Informan selalu ingin
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
255
260
265
270
275
dipinjemin, kalau temen piket dibantu.
iter : Kamu kalau disekolah ini temannya siapa
aja?
itee : Banyak.
iter : Cowok atau cewek?
itee : Kadang cowok kadang juga cewek, tapi
banyak yang cowok dari pada yang cewek.
iter : Kenapa kok lebih banyak cowok?
Itee : Ya karena sama dengan saya kelaminnya,
jadi saya lebih suka.
Iter : Oh gitu, biasanya yang sering ngasih nasihat
atau motivasi itu siapa?
Itee : Guru asuh saya dan ibu saya.
Iter : Nasihatnya gimana?
Itee : Kamu itu disekolahkan oleh guru asuh
kudunya (seharusnya-red) kamu harus
membahagiakan gurumu, selalu belajar yang
sungguh-sungguh, gitu.
Iter : Oh gitu, kalau nasihat dari guru asuh kamu
gimana?
Itee : Jadilah anak yang pintar ya, supaya bisa
membahagiakan orang tuamu.
Iter : Teman-temanmu suka ngasih semangat gak?
Itee : Suka.
Iter : Semangatnya seperti apa?
Itee : Kalau ada sesuatu itu selalu mendukung,
berbagi dengan teman-
temanya.
Disekolah informan lebih
menyukai teman-teman
cowok dari pada
berteman dengan cewek.
Informan selalu
dinasihati oleh ibunya
agar senantiasa giat dan
sungguh-sungguh dalam
belajar.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
280
285
290
295
pasti kamu bisa, gitu.
Iter ; Okey, selain diberi semangat oleh ibu, guru
dan teman-temanmu adalagi gak yang suka
ngasih semangat kekamu?
Itee : Ada, tetanggaku.
Iter : Ngasih semangatnya gimana?
Itee : Kamu itu anak yang pinter, kamu harus
berbakti sama orang tua biar berguna bagi
nusa dan bangsa.
Iter : Oya, untuk terakhir ya mas mau nanya. Kalau
kamu merasa malu, merasa minder apa yang
kamu lakukan?
Itee: Saya akan mencoba untuk menutupi
kelemahan saya, saya membantu teman-
teman, belajar gitu.
Iter : Udah gitu aja?
Itee : Udah.
Iter : Ya udah ya gitu aja, tapi nanti kalau mas
butuh bantuan mas minta bantuan kamu lagi
boleh gak?
Itee : Boleh..
Iter : Okey, makasih adek untuk waktunya.
Informan selalu diberi
motivasi dan diyakinkan
bahwa dia adalah anak
yang pintar.
Informan akan selalu
berusaha menutupi
kelemahannya dan selalu
ingin membantu teman-
teman yang
membutuhkan
bantuannya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
VERBATIM
Informan : R.A.P
Usia : 14 th.
Profesi : Pelajar
Hari : Selasa, 13 Januari 2009
Waktu : 08.00 s/d 09.00 wib.
Tempat : SMP Muhammadiyah 2 Kartasura
Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif.
Ket : W2 : Wawancara kedua
S3 : Subjek ketiga
No Hasil Wawancara Refleksi
1
5
10
Iter : Selamat pagi dek, gimana kabarnya?
Itee : Alkhamdulillah baik.
Iter : Baik ya…! Okey deh, ni mas mau ganggu
lagi gak papa kan?
Itee : Gak papa.
Iter : Gak papa, okey. Kemarin kan mas sudah baca
hasil wawancara kita kemarin, ni mas mau
nanya-nanya lagi ke adek. Boleh gak?
Itee : Boleh.
Iter: Oya sikap temen-temen adek ke adek di
sekolah ini seperti apa sich?
Itee : Ya kadang ada yang baik, kadang ada yang
menjengkelkan, kadang ada yang ngerjain
aku. Gitu…!
Informan mendapatkan 2
jenise perlakuan yang
berbeda dari teman-
temannya di sekolah ini,
ada yang baik namun
juga ada yang nakal
kepadanya.
Kode: W2.S3
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
15
20
25
30
35
40
Iter : Oh gitu, contohnya yang menjengkelkan itu
gimana?
Itee : Ya itu ngerjain aku, apa pas duduk kursinya
ditarik kebelakang, sepatu saya
disembunyikan.
Iter : Oh gitu, terus?
Itee : Ya diganggu.
Iter : Itu sebenarnya bercanda atau gimana?
Itee : Bercanda, gak serius. Tapi kadang ya agak
serius dikit.
Iter : Terus kalau kamu digituin gimana?
Itee : Ya gak papa. Namanya juga teman.
Iter : Itu biasanya siapa aja yang begitu?
Itee : Ya teman-teman di sekolah ini.
Iter : Oh gitu, oya alasan kamu masuk sekolah ini
kenapa?
Itee : Kan saya di anu di sekolahkan oleh guru asuh
saya. Gitu to, saya gak milih di sekolahkan
disini, ketika saya disekolahkan langsung
disini gak disuruh milih gitu.
Iter : Kamu gak minta anu disekolahkan disekolah
lain gitu?
Itee : Nggak, wong aku disekolahkan guru asuh itu.
Jadi saya terserah sama guru saya. Waktu itu
Guru asuh saya itu datang kerumah ngasih
kabar kalau saya mau disekolahkan di
muhammadiyah. Gitu aja.
Iter : Oh gitu, Adek merasa lemah dalam hal apa?
Informan selalu
memaafkan dan tidak
mempermasalahkan
teman yang
mengganggunya.
Informan tidak memiliki
kebebasan untuk
menentukan tempat
sekolahnya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
45
50
55
60
65
Itee : Dalam hal olah raga.
Iter : Kenapa?
Itee : Karena olah raga sepak bola dan lompat jauh
saya gak bisa.
Iter : Kenapa dek?
Itee : Ya karena ini tangan dan kakiku kan sakit,
jadi gak bisa olah raga.
Iter : Oh gitu, oya kemarin yang cacat apanya dek?
Itee ; Kaki kiri dan tangan kiri.
Iter : Dua-duanya berarti ya..?
Itee : Ya.
Iter: Itu gimana adek menjalani aktifitas
kesehariannya?
Itee : Ya… seperti biasa, kalau makan ya ambil
sendiri, kalau maen ya maen gitu…!
Iter : Gak nganu, gak merasa terbebani gitu…?
Itee : Gak.
Iter : Oh gitu. Terus biasanya adek kalau minta
bantuan itu dalam hal apa aja?
Itee : Dalam hal piket, kan naikkan kursi kemeja
itu kan gak bisa, tangan yang satunya gak
bisa. Terus minta bantuan teman.
Iter : Biasanya kalau temen dimintai bantuan
gimana?
Itee : Langsung mau.
Iter : Langsung mau…! Itu siapa aja yang dimintai
Keterbatasan fisik
menjadikan informan
tidak bisa mengikuti
kegiatan olah raga
disekolahnya.
Informan mampu
menjalani aktifitasnya
sebagaimana orang
normal pada umumnya.
Informan selalu meminta
bantuan kepada teman-
temannya ketika
informan tidak mampu
melakukannya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
70
75
80
85
90
bantuan itu?
Itee : Ya temen-temen disini.
Iter : Terus kemarin kamu ngomong ke mas,
kehidupan ini rumit mas…!
Itee : Ya gitu, apa itu rumit banget. Saya kan hidup
dikeluarga yang tidak mampu, terus saya
pengen sekolah yang tinggi.
Iter : Oh gitu, emang kamu pengen sekolah sampai
mana?
Itee : Sekolah sampai kuliah.
Iter : Oh gitu, emang cita-citanya mau jadi apa?
Itee : Jadi, apa itu penjaga hotel…eh karyawan.
Iter : Karyawan apa dek?
Itee : Karyawan hotel.
Iter : Adek gak malu?
Itee : Nggak.
Iter : Kenapa?
Itee : Ngapain malu, kan suatu kekurangan itu pasti
ada kelebihannya.
Iter : Oh gitu. Maksudnya apa itu dek?
Itee : Maksudnya gini, orang punya kekurangan
pasti ada hikmahnya. Tertentu hikmah
tertentu gitu.
Iter : Hikmahnya apa, bisa dijelaskan gak?
Itee: Seperti saya disekolahkan disini, saya
berterimakasih sekali.
Informan menganggap
bahwa kehidupan ini
adalah sesuatu yang
rumit.
Informan mempunyai
keinginan untuk sekolah
sampai perguruan tinggi
Informan tidak pernah
malu dengan keadaan
fisiknya yang tidak
sempurna. Bahkan dia
selalu mencoba untuk
berpikir positif dalam
mensikapinya.
Informan meyakini
bahwa setiap kelemahan
pasti ada kelebihan,
sehingga informan tidak
pernah malu dengan
kondisi fisiknya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
95
100
105
110
115
120
Iter: Tadi adek bilang bahwa setiap kelemahan ada
kelebihan, emang kelebihan adek di bidang
apa aja?
Itee : Di bidang bahasa Indonesia.
Iter : Bahasa Indonesia, maksudnya dek?
Itee : Bisa membuat puisi, cerpen, nyanyi gitu.
Iter : Pernah ikut lomba-lomba gak?
Itee : Pernah puisi sama guru asuh saya di SD.
Iter : Itu dapat juara tidak?
Itee : Dapet juara tiga.
Iter: Oh juara tiga, oya kamu di sekolah ini
diperlakukan sama gak oleh guru kamu?
Itee : Dipelakukan sama tapi saya dibedakan dalam
hal yang gak bisa gak bisa itu, olah raga terus
apa itu yang gak bisa pokoknya yang gak
bisa.
Iter : Yang gak bisa itu apa to?
Itee: Yo kadang angkat kursi, maen bola ya
pokoknya yang berat-berat dan susah.
Iter : Oya kalau kamu di sekolah kamu sering
bermain dengan siapa aja?
Itee : Banyak.
Iter : Cowok apa cewek?
Itee ; Kadang cowok, kadang juga cewek.
Iter : Banyakan cowok apa cewek?
Itee ; Ya cowok.
Iter : Kenapa?
Informan memiliki
kelebihan dalam bidang
bahasa Indonesia,
seperti membuat cerpen,
puisi dan bernyanyi.
Informan diperlakukan
sama oleh guru-gurunya,
namun dalam hal
tertentu informan
diberikan dispensasi
khusus oleh pihak
sekolah.
Dalam berteman
informan tidak begitu
membeda-bedakan
antara teman laki-laki
dan teman perempuan.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
125
130
135
140
145
Itee : Kan temannya cowok asik, kalau sama cewek
dipandang orang malu.
Iter : Kok malu, kenapa?
Itee : Yakan apa itu, saya malu karena apa itu kalau
temen cewek kan cantik-cantik tapi saya kok
gini.
Iter : Katanya tadi gak malu?
Itee : Malunya sama cewek doang…!
Iter : Kalau sama cowok gak?
Itee : Nggak.
Iter : Kalau sama cewek malunya tadi kenapa dek?
Itee : Malunya kan kalau sama cowok itu maennya
bersama, cowok sama cowok, biasanya kalau
saya sama temen itukan faris maennya sama
cewek, diejek-ejek gitu.
Iter : Emang ngejeknya gimana?
Itee : Fino itu maennya Cuma sama cewek, gak
mau sama lainnya. Gitu.
Iter : Itu yang ngejek cowok atau cewek?
Itee : Cewek.
Iter: Oh gitu, Kalau tangan sama kaki sering diejek
gak?
Itee : Nggak.
Iter: Oh gitu…! Oya Fino kan punya kelemahan
dalam hal kaki dan tangan, terus untuk
menutupi kelemahan-kelemahan Fino, fino
ngapain?
Informan terkadang
merasa malu bila
bermain dengan teman
perempuan karena
keterbatasan fisiknya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
150
155
160
165
170
175
Itee: Belajar, menjalankan aktifitas sehari-hari
tanpa perlu malu dan bermain seperti anak-
anak yang normal.
Iter : Pernah merasa terbebani gak sich dengan
cacat ini?
Itee ; Nggak.
Iter : Fino pernah megadu gak sama Allah?
Itee : Pernah.
Iter: Pernah? Gimana?
Itee: Ya Allah saya kok diciptakan dalam
kekurangan begini ya Allah, kenapa? Gitu…!
Iter ; Terus…?
Itee : Ya gitu berdoa, berdoa semoga ini bisa
sembuh.
Iter : Kalau sama guru atau orang tua kamu pernah
ngadu gak?
Itee : Ya kadang-kadang.
Iter ; Biasanya kalau pas ngapa kalau kamu
mengadu itu?
Itee : Kalau pas di ejek teman rumah, terus ngadu
sama Allah.
Iter : Kalau disekolah kamu gak pernah ngadu?
Itee : Nggak, kan gak di ejek….!
Iter : Jadi kamu gak pernah ngadu ke guru?
Itee: Pernah tapi di SD, kan saya di ejek,
diperlakukan tidak baik, di apa gitu hina
dianianya temen. Terus saya laporkan ke
Untuk menutupi
kelemahan yang ada
pada dirinya, informan
selalu mencoba untuk
terus belajar dan
menjalani aktifitas
kesehariannya tanpa
rasa malu serta bermain
dengan teman-teman
yang normal.
Ketika informan
mendapatkan ejekan dari
teman-temannya
informan sering
mengadu kepada Allah
dengan cara berdoa
kepada-Nya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
180
185
guru terus yang hina tadi dipanggil ke kantor.
Iter : Oh gitu, terus?
Itee : Habis itu dia di suruh minta maap ke aku,
terus dia gak pernah ngejek lagi.
Iter : Itu di SD ya..? kalau di SMP?
Itee : Gak ada.
Iter : Gak ada yang ngejek ya…?
Itee : Gak ada baik-baik.
Iter : Oh gitu, ya sudah ya, udah dulu. Tapi ntar
kalau mas butuh lagi bantu ya…!
Itee : Ya… gak papa.
Iter : Okey makasih ya…!
Kesimpulan:
Informan tidak merasa malu dengan kekurangan fisik yang ada pada
dirinya, karena informan meyakini bahwa setiap kekurangan pasti juga ada
kelebihan (positif thinking), sehingga informan tidak pernah malu dengan kondisi
fisiknya. Di sekolah guru-guru mendidik informan dengan penuh kasih sayang
dan dalam proses pembelajaran pun informan diperlakukan sama oleh para
gurunya. Selain itu teman-teman informan selalu mengasihi dan membantunya
ketika informan membutuhkan bantuan.
Informan tidak terlalu mempermasalahkan ejekan-ejekan dan hinaan yang
ditujukan kepadanya. Namun informan menganggapnya hanya sebagai angin lalu
dan informan sering menghindar dan bersikap acuh, ketika di ejek oleh orang dan
informan mencoba untuk selalu bersabar, tabah dan berpikir positif dalam
mensikapi setiap ejekan yang ditujukan padanya.
Untuk menutupi kekurangan yang ada pada diri informan, informan selalu
berusaha untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Karena informan selalu ingin
untuk menjadi siswa yang terbaik di sekolahnya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
VERBATIM
Informan : I.T
Usia : 49 th.
Profesi : Guru BK
Hari : Jum’at, 16 Januari 2009
Waktu : 08.30 s/d 09.00 wib
Tempat : SMP Muhammadiyah 2 Kartasura.
Tujuan : Mengetahui konsep striving for superiority pada siswa muslim
penyandang tunadaksa di sekolah inklusif.
Ket: W1 : Wawancara pertama
IP (3) : Informan pendukung ketiga
No Hasil Wawancara Refleksi
1
5
10
Iter: Selamat pagi pak, maap ganggu aktifitasnya. Ni
ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan
kepada Bapak terkait dengan mas fino.
Itee: Ya sebenarnya mas fino sendiri tidak ada
masalah, hanya dalam penilaian kami
penilaian guru itu hanya faktor orang tua
pendukung materi yang kurang dan perlu
diperhatikan. Tapi memang dalam hal minat
dan bakat anak, fisik memang cacat, tapi
dalam hal pengertian apa namanya pengertian
masalah materi pembelajaran itu tidak kalah
dengan temannya. Itu justru dia itu kendel
(percaya diri) jadi banyak faktor-faktor itu.
Yang kedua kadang-kadang temen ngejek
(menghina-red) namun dalam pikiran fino,
fino itu tidak ada masalah. Diejek
dibagaimanapun dia itu percaya diri, satu
Subjek R.A.P tidak
pernah malu dan
minder dengan segala
Kode: W1.IP (3)
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
15
20
25
30
35
40
yang perlu diketahui faktor orang tua karena
ekonomi itu yang perlu didukung untuk
pembelajarannya. Jadi kadang-kadang biaya
masih tertinggal kadang-kadang tidak tepat
waktu ya karena faktor orang tuanya. Namun
Dalam hal yang lain fino itu tidak masalah
itu pengamatan dari saya selaku guru BP.
Terus disamping kerajinan, itu justru dia itu
lebih rajin dibandingkan dengan yang lain,
jadi dalam interaktif pertanyaan itu malah dia
itu justru dia itu ada interaktifnya bertanya
mau bertanya. “Jadi aku itu cacat fisik jadi
aku takut sama pak guru” itu nggak dia itu
justru malah nanya. Contoh saya kan ngasih
tugas saya kan selain guru konseling saya
mengamati mereka, anak itu bakatnya
bagaimana, minatnya bagaimana. Walaupun
ini cacat fisik tapi yang saya perhatikan itu
keseluruhan tidak hanya fino tok. Namun ada
kemajuan-kemajuan dalam fino, fino itu
anaknya cacat fisik terus dia itu badannya
paling kecil dibandingkan dengan teman-
temannya lah itu sangat agresif dalam
pertanyaan-pertanyaan malah justru apa
namanya interaksi dengan guru itu bagus.
Jadi selama pengamatan saya fino itu justru
punya kelainan, tapi kelainan-kelainan yang
positif, keberanian dibanding dengan teman
yang lainnya. Dalam arti dia itu malah
sebagai contoh untuk teman-temannya yang
lian. Contohnya ini saya suruh kelapangan,
bentuk ejekan.
Dua hal yang menonjol
dalam diri subjek
R.A.P. yaitu; rajin dan
interaktif.
Walaupun cacat, subjek
R.A.P memeiliki
keberanian dalam
bertanya dan
mengutarakan
pendapatnya di depan
guru.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
45
50
55
60
65
fino itu sudah memakai kaos duluan, ngajak
teman-temannya, terus kemarin dia itu gak
rendah diri pak. Dia saya tanya “kamu itu
sudah disunatkan belum, dia jawa belum pak,
akan saya sunatkan kamu mau gak? mau…!”
berartikan dia gak ada rasa sama guru, jadi
gak punya rasa minder pak itu fino.
Walaupun jadi yang dikategorikan cacat
tubuh belum tentu orang itu rendah diri. Itu
kesimpulan untuk fino menurut penilaian
guru BP, jadi sekali lagi saya katakan fino
adalah anak yang perlu diperhatikan. Namun
dia malah menjadi contoh pada temannya.
Iter: Kalau perilaku adaptasinya sendiri bagaimana
pak?
Itee: Adaptasi dengan teman justru sebagaimana
saya katakan tadi dia itu tidak rendah diri jadi
malah percaya diri. Dia itu tidak minder
dengan teman-temannya. Walaupun suatu
ketika ada anak yang manggil dia gareng,
kan otomatis panggilan-panggilan seperti itu
kalau orangnya itu tidak mempunyai anukan
otomatis rendah diri, nah ternyata dia enggak.
Pernah dia itu saya panggil keruangan BP
karena dia bawa kaset, katanya sering nyanyi.
Jadi mungkin dia ini punya bakat menyanyi.
“Kenapa kamu bawa kaset? Latihan nyanyi
pak”. Jadi sampai sekreatif itu fino itu. Jadi
saya lihat itu kalau bakat prestasi dalam olah
Kecacatan tidak
menjadikan subjek
R.A.P minder dan
merasa rendah diri
dihadapan teman-
temannya.
Subjek R.A.P adalah
anak yang memiliki
kepribadian yang
positif, yang tidak malu
dengan keadaan
fisiknya yang cacat dan
berbeda dengan teman-
temannya yang lain.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
70
75
80
85
90
raga jelas kurang, terus masalah materi juga
kurang. Jadi menurut pengamatan saya dia
membutuhkan bimbingan, namun yang tidak
kalah penting dengan teman-temannya dia itu
percaya diri. Jadi tidak rendah diri itu.
Iter: Jadi prestasi yang negatif tadi dari segi olah
raga dan materi umum ya…? Terus prestasi
yang positif sendiri dari fino apa pak?
Itee: Ya itu tadi nyanyi tadi, itukan dia ada
kelebihan. Makanya saya katakana mungkin
untuk dalam segi pembelajaran materi dia
interaktif dia berani bertanya itukan ada nilai
plus.
Iter: Oh gitu, pernah gak pak ada perselisihan yang
melibatkan fino dengan teman-temannya?
Itee: Perselisihan malah justru tidak ada. Tidak ada
dalam arti itu tadi karena fino itu percaya
diri. Walaupun diejek dan lain sebagainya itu
dia itu gak sakit hati. Orangnya itu yaitu ya
itu kayak celele’an (masa bodoh-red) gitu.
Iter: Mas fino kan memiliki kekurangan dalam hal
fisiknya, biasanya dispensasi seperti apa yang
diberikan sekolah untuk mas fino itu sendiri?
Itee: Nah dispensasi itu begini, biasanya kalau olah
raga malah justru kita tawarkan ke fino
Subjek R.A.P memiliki
kelebihan dalam hal
seni suara dan perilaku
interaksi sosialanya.
Subjek R.A.P tidak
pernah berselisih
dengan teman-
temannya. Walaupun
terkadang mereka
mengejek dan
menghinanya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
95
100
105
110
115
120
karena itu tadi dia itu kan percaya diri.
Karena kepercayaan, dia gak mau kalah
dengan yang lain dia itu justru dalam olah
raga sebenarnya pak guru “fino kamu bisa
ikut gak? Kalau gak bisa kamu gak usah ikut
aja, kamu lihat aja atau kamu maen sendiri
sesuai kemampuan kamu”. Namun dia itu
tidak mau, “udah pokoknya ikut sama temen-
temen”. Gitu lo pak.
Iter: Jadi istilahnya ngeyel gitu ya…?
Itee: Ngeyel, nah itu makanya kepercayaan diri tadi
itu pak. Jadi dalam arti kesimpulan saya, toh
itu dikatakan cacat fisik tidak harus
mengurangi kecacatan tubuh itu sendiri, jadi
merendahkan diri, merasa kurang dari yang
lainnya tidak, justru fino itu menurut
pengamatan BP ya pak, jadi ada kelebihan-
kelebihan yang perlu kita perhatikan.
Iter: Biasanya kalau dari BP itu sendiri memberikan
motivasi-motivasi seperti apa pak?
Itee: Ya itu tadi, saya panggil saya interview saya
tanyai kemudian saya bisa menyimpulkan oh
anak ini begini, faktor orang tua yang kurang
mendukung namun dalam beberapa hal dia
itu baik. Dalam sisi lain dia memiliki
kemamuan yang sama dengan teman-
temannya yang lain meskipun dia cacat fisik.
Meskipun subjek R.A.P
cacat, namun dalam
hal olah raga dia tidak
mau kalah dengan
teman-temannya yang
lain.
Subjek R.A.P tidak
pernah merasa rendah
dan kurang dihadapan
teman-temannya.
Meskipun cacat, subjek
R.A.P memiliki
kemauan yang sama
dengan teman-
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
125
130
135
140
145
Kemudia saya beri motivasi “kalau kamu
mengikuti temen-temen kamu apa kamu gak
takut di ejek?”, saya bilang begitu, “gak pak,
tenag mawong (tenang aja-red)”. Berarti
anak perlu dimotivasi. Kalau ada masalah,
keluhan biasanya saya suruh ke BP. Biasanya
dia diejek teman, ledekannya biasanya gini,
dia kan anak paling kecil terus cacat. Terus
dipocoke (dijodohkan-red) sama temen-
temennya dengan anak yang gede, lemu
(gemuk-red) wedok (wanita-red) ka nada ini.
Permasalahannya fino sendiri itu yo ngeyel,
kadang-kadang kalau duduk berdua malah
yang ngledekin (ngejek-red) itu fino. Jadi
malah dia itu gak rendah diri, biasa aja.
Berarti kita memotivasi anak ini sukses,
karena dia tidak rendah diri justru malah
menjadi lebih percaya diri. Selain itu saya
juga sering memotivasinya untuk kreatif,
jangan mengandalkan orang lain, kalau orang
tua gak punya, kamu pinjem orang lain terus
kamu belajar sendiri, niasanya begitu pak.
Motivasinya begitu. Yang penting bagi saya
bagaimana fino itu bisa percaya diri,
kuncinya cuma itu pak.
Iter: Jadi kalau boleh saya simpulkan, meskipun fino
memiliki kekurangan, namun justru
kekurangan itu dia jadikan sumber motivasi
baginya, gitu pak?
temannya yang lain.
Subjek R.A.P selalu
dimotivasi untuk
mandiri dengan tidak
mengandalkan orang
lain.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
150
155
160
Itee: Ya begitu pak, yang penting bagaimana fino
bisa mengeti tentang kelebihan dan
kekurangan yang ada pada dirinya, itu saja.
Jadi saya simpulkan kembali bahwa
walaupun anak itu cacat, bukan berarti dia itu
menjadi malu atau minder, belum tentu
seperti itu, karena kadang-kadang juga
banyak anak cacat tapi percaya dirinya tinggi
sekali, kayak fino ini itu penilaian saya.
Iter: Oh gitu, ya mungkin ini dulu pak yang saya
tanyakan ke bapak tentang mas fino,
senelumnya saya minta maap karena sudah
menggangu waktu bakap.
Itee: Oh ya, nanti kalau masih kurang datang aja
kesini lagi atau kerumah juga gak papa.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
HASIL TRY OUT
Matrik 1
Alasan Memilih Sekolah Inklusif
Kode: 1a (01) BBSFS-1
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad Pengennya ya kumpul dengan orang-
orang yang normal.
(W2.S1:64-65)
Tapi aku kan pengen tahu dengan dunia
luar, teknologi. Terus aku pengen punya
temen banyak, kalau disekolah khusus
kan temennya dikit.
(W2.S1:68-71)
Ya enak, gurunya sabar, murid-
muridnya enak suka memberi semangat.
(W2.S1:73-74)
Informan tidak mau
sekolah di sekolah
khusus anak cacat
karena subyek ingin
selalu berinteraksi
dengan orang-orang
normal.
Informan ingin meguasai
ilmu teknologi dan ingin
mempunyai temen-teman
yang banyak.
Informan tertarik di
sekolah umum (SMP
Simpon) karena guru dan
teman-temannya baik
dan selalu memberi
semangat.
Kesimpulan:
Ketidakmauan informan untuk sekolah di sekolah khusus anak cacat itu semua
disebabkan karena informan selalu ingin bergaul dan berinteraksi dengan orang-
orang yang normal. Informan bukanlah tipe orang yang apatis, namun informan
adalah orang yang suka bergaul dan gemar memperbanyak teman. Informan suka
berinteraksi dengan orang-orang yang baik, karena kebaikan dari seorang teman,
guru dan orang–orang yang ada disekitarnya sangatlah penting bagi dirinya
karena itu semua akan menjadi motivasi tersendiri bagi informan untuk tetap
semangat dan percaya diri di lingkungan sekolahnya yang inklusif
Matrik 2
Sikap Guru Terhadap Informan.
Kode:1b (02) BBSFS-2
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad Dulu iya. Tapi gak suka. Soalnya itu
gurunya apa mandangnya gak kayak
Informan mendapakan
perlakuan yang kurang
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
guru Islam. Kadang gini dimarahin, gak
salah apa dimarahin.
(W1.S1:200-204)
Ya memperlakukan saya ya seperti
orang-orang biasa, misalnya gini-gini
aku dibantuin. Dikasih semangat, dikasih
spiritlah.
(W2.S1:130-132)
Kamu jangan begini-begini, hidup itu
harus rileks gak boleh marah gak boleh
malu sama temen. Semua temen sama.
(W2.S1:86-88)
menyenangkan dari guru-
gurunya ketika sekolah di
SD Negeri.
Di SMP Muhamadiyah
informan diperlakukan
sama oleh gurunya
sebagaimana siswa pada
umumnya, bahkan selalu
diberi motivasi dan
semangat.
Informan selalu
diyakinkan oleh gurunya
bahwa semua orang itu
sama.
Kesimpulan:
Salah satu hal yang menyebabkan informan tetap bertahan dilingkungan sekolah
inklusif ini adalah karena kebaikan dan sikap positif guru-gurunya yang tidak
membeda-bedakan informan dengan siswa normal lainya. Meskipun informan
memiliki kelemahan secara fisik, namun di sekolah ini informan tidak
mendapatkan perlakuan negatif dari guru-gurunya. Bahkan di sekolah ini
informan selalu diberi semangat dan motivasi oleh guru-gurunya. Untuk
mengantisipasi munculnya sikap malu dan minder pada diri informan tersebut,
guru-guru yang ada saling bahu membahu membantu untuk mengembalikan
kepercayaan informan yang sempat ternodai dengan adanya pengalaman
traumatik informan ketika informan sekolah di sekolah negeri dulu dimana
hinaan dan cemoohan selalu informan terima baik dari teman maupun guru
informan. Diantara usaha-usaha yang dilakkan oleh para guru tersebut adalah: a)
Selalu memberi nasihat dan motivasi kepada informan, b) Tidak membeda-
bedakan informan dengan siswa-siswa yang lainnya, c) Selalu meyakinkan
informan bahwa dimata guru semua siswa itu sama.
Matrik 3
Sikap Teman Terhadap Informan.
Kode: 1d (04) BBSFS-4
Informan Kutipan wawancara Makna
AD Kalau di negeri itu gurunya itu ada yang
Kristen, islam temen-temennya ada yang
ngejek, nglempari pakai batu, kan gak
suka saya.
(W2.S1:152-154)
Informan tidak suka
sekolah di Negeri karena
kenakalan-kenakalan
yang diperlihatkan oleh
siswa-siswanya, selain itu
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Ngejeknya oh begok lo..Terus waktu aku
lari kakiku dijegal sampai kepalaku ke
jedut pintu. Terus dijotosin pernah juga.
(W2.S1:171-173)
Kalau di Negeri itu kan gak tahu hari
akhir itu apa aja tanda-tandanya. Siapa
yang masuk surga itu siapa saja, kan
belum tahu. Kalau mereka tahu mereka
gak akan kayak gitu, ngejek-ngejek
kayak gitu. Kalau tahu isi agama mereka
gak ngejek.
(W.2.S1:157-160)
Gak pernah ada yang ngejek.
(W.2.S1:84)
perbedaan Agama juga
menjadi penyebab
ketidak sukaan informan
untuk sekolah disana.
Di sekolah negeri
informan sering di
ganggu oleh teman-
temannya bahkan sampai
pada taraf penganiayaan
secara fisik.
Yang menyebabkan
temen-teman informan
mengejeknya adalah
karena ketidakpahaman
mereka akan ilmu
Agama.
Di sekolah
muhammadiyah informan
belum pernah diejek oleh
teman-temannya.
Keimpulan:
Lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk
karakter dan kepribadian peserta didik. Selain itu pengetahuan tentang ilmu agama
disinyalir juga mempunyai andil dalam membentuk karakter dan kepribadian
tersebut. Seperti kebiasaan mencela, menghina dan mencaci serta menyakikti hati
orang lain itu semua disebabkan karena lingkungan yang membiasakannya dan
kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai Agama. Sebagaimana ketika informan
sekolah di sekolah negeri, informan selalu dihina, dan di ejek oleh teman-
temannya, namun hinaan dan ejekan itu tidak informan dapatkan ketika dia
sekolah di sekolah Muhammadiyah.
Matrik 4
Sikap Informan dalam Menghadapi Gangguan dan Ejekkan.
Kode:1f (06) BBSFS-6
Informan Kutipan wawancara Makna
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Ad Ya caranya misalnya minta uang dikasih
aja, gak papa. Kalau mau njotos, jangan no
mas. Jangan gitu wong bolo sama-sama
teman jangan gitu, terus tak gojekin
gitukan nanti bisa bagus nggak jadi
kekerasan lagi. Gak jadi malakin lagi.
(W1.S1:178-185)
Tapi gak papa. Anu malah tak buat jangan
putus asa, kan masih ada temen yang baik.
(W1.S1:217-218)
Ya sama kayak tadi, ya kalau misalnya
marah itu jangan gitu, kan sama temenkan
kalau marahkan gak enak. Dosa kan gak
boleh sama Nabi Muhammad gak apa kan
gak diperbolehkan marah.
(W1.S1:228-232)
Ada, tapi Oh jangan gitu sama temen
jangan gitu, gak boleh, sesama muslim kan
nganu harus kan ukhuwah islamiah. Semua
kan saudara, gak boleh nyek-nyekan,
saling mengejek-mengejek kan gak boleh.
Terus dia minta maap, oya maap ya…
(W2.S1:196-201)
Informan justru
berperilaku baik
kepada teman-teman
yang menggagunya.
Itulah cara yang
digunakan informan
untuk meredam situasi.
Walaupun
mendapatkan
perlakuan yan kurang
menyenangkan,
informan mencoba
untuk selalu berbuat
baik kepada mereka.
Informan selalu
menasihati teman-
temannya dan
mengingatkan mereka
akan ajaran Agama
Islam.
Dengan ketenangan
dan kesabaran yang
informan tujukan dapat
melunakan hati teman-
temanya.
Kesimpulan:
Kekerasan tidak tepat bila dihadapi dengan kekerasan karena akan menambah
masalah. Inilah yang ingin ditunjukan oleh informan, dia membuktikan bahwa
dengan kelembutan, ketenangan dan kesabaran semua masalah bisa dihadapinya
dan dengan kelembutan, ketenangan serta kesabaran tersebut dapat membuahkan
hasil yang positif bagi dirinya, teman-temannya dan lingkunganya. Hal ini
terbukti dengan tidak adanya orang-orang yang mengejek, mengucilkan dan
meremehkan informan setelah informan menasihati dan selalu bersikap positif
kepada teman-temannya.
Matrik 5
Dampak Kecacatan Terhadap Informan
Kode: 1g (07) BBSFS-7
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad Nggak, ngak sama sekali.
(W2.S1:99)
Ya ga papa, anu karena sesama muslim
kan nganu harus kan ukhuwah islamiah.
Semua kan saudara, gak boleh nyek-
nyekan, saling mengejek-mengejek kan
gak boleh.
(W.1.S1:102-105)
Informan adalah orang
yang memiliki rasa
percaya diri yang tinggi.
Ukuwah islamiyah yang
menjadikan informan
lebih percaya diri.
Kesimpulan:
Informan tidak pernah merasa malu dengan kondisi fisiknya yang berbeda dengan
orang pada umumnya, hal ini disebabkan karena adanya ukhuwah islamiyah yang
terjalin antara informan dan orang-orang yang ada disekitarnya. Ukhuwah
islamiyah ini merupakan alat pemersatu. Apabila seseorang sudah memahami
ukhuwah islamiyah ini dia tidak akan pernah merasa tinggi diantara orang-orang
yang lain. Tidak akan pernah mengejek dan menghina teman-temannya. Ukhuwah
islamiyah inilah yang menjadikan informan lebih percaya diri dihadapan teman-
temannya. Sehingga informan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, tidak
malu dan minder walaupun dia memiliki fisik yang tidak sempurna sebagaimana
teman-temannya yang lain.
Matrik 6
Cara Informan Mengatasi Perasaan Minder.
Kode:1h (08) BBSFS-8
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad Ya itu, ya pokoknya kalau itu kalau anu
dia gak nyakiti temen itu jangan pernah
anu apa ngeledekin nama orang tua,
jangan apa jelek-jelekin misalnya muka
alah, mukamu kayak apa. Ah misalnya
muka monyet. Itukan dia marah gak
suka, yang baik aja yang baik. Gitu.
Misalnya kita tertawa, digojekin gitukan
gak sakit, nggak dimarah nggak papa.
(W1.S1:69-76)
Anu kadang dzikir kalau malem dzikir
terus ngaji, dzikir terus berdoa.
(W1.S1:271-272)
Ya selalu mendekatkan diri sama Allah.
Dzikir, do’a anu minta pertolongan biar
Cara menumbuhkan rasa
percaya diri, tidak
minder dan banyak
teman adalah menjaga
perasaan teman dengan
cara tidak mengejek dan
menghinanya.
Untuk menghilangkan
rasa minder dan malu
informan selalu
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
dikasih kemudahan biar lancar sama biar
masuk surga…(tersenyum.:)
(W1.S1:337-341)
Suka mbodoh-bodohin, terus sana kalau
ada yang gak bisa oh bodoh-bodoh. Tapi
saya gak papa. Malah melalui gitukan
saya harus belajar biar bisa buktiin,
walaupun kaki pincangkan gak papa.
(W2.S1:45-51)
Kalau ya, ya anu itu ya Allah mohon
saya dikasih kelebihan dan teman-
teman saya biar gak nakal lagi.
(W2.S1:249-251)
Sains, TIK, dari temen itu saya belajar.
Terus sama PS, Agama. Umum sama
Agama. Udah dua itu, Umum sama
Agama itu udah tak kuasai semua.
(W2.S1:335-338)
melakukan dzikir, do’a
dan ngaji.
Agar tidak minder dan
malu, informan selalu
mendekatkan diri pada
Allah. Dengan cara
berdzikir dan memohon
pertolongan kepada-Nya
agar diberi kemudahan
dalam segala hal.
Informan menjadikan
ejeken-ejekan itu sebagai
sumber motivasinya
untuk belajar.
Informan senantiasa
berdoa agar diberi
kelebihan dan teman-
teman yang baik.
Informan menguasai
ilmu-ilmu Agama dan
umum yang sudah di
pelajarinya di sekolah.
Kesimpulan :
Ada beberapa hal yang subyek lakukan untuk mengatasi perasaan minder yang
ada pada dirinya, diantaranya adalah:
1. Menjaga perasaan orang lain dengan cara tidak menyakiti hatinya. Karena
dengan tidak menyakiti perasaan orang lain tersebut, maka orang lain juga
tidak akan menyakiti perasaannya.
2. Selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara memperbanyak Doa,
Dzikir dan ibadah-ibadah yang lain.
3. Menjadikan ejekan-ejekan itu sebagai sumber motivasi bagi dirinya untuk
selalu bangkit dan belajar. Sehingga dia bisa menutupi kekurangan-
kekurangan yang ada pada dirinya.
4. Menubuhkan keyakinan dalam diri sendiri bahwa dia mempunyai kelebihan-
kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh teman-temannya, seperti otak yang
cerdas, kemampuan TIK dan wawasan Agama yang luas.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Matrik 7
Cara Informan Memandang Kehidupan.
Kode: 2a (09) BBSFS-1
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad Ya aku mas, aku sudah bersyukur
Alkhamdulillah sudah diberi kaki kayak
gini tapi otaknya kan bisa berpikir untuk
anu perilakunya.
(W1.S1:265-268)
Ya kan sudah dikasih kesempurnaan
walaupun masih dikit. Harus bersyukur.
(W2.S1:296-297)
Walaupun cacat, gak bleh nyerah.
Kayak pak Habibie itukan semangatnya
tinggi.
(W2.S1:316-317)
Ya harus di tingkatkan lagi ini nya biar
gak sakit. Sakit itukan pasti ada obatnya
jadi gak usah dipikirin. Yang penting
PD, semagat, walaupun capekkan tapi
semangatkan insya’Allah nanti diberi
kemudahan.
(W2.S1:350-354).
Walaupun informan
diberi kaki yang cacat,
namun informan
senatiasa bersyukur atas
nikmat yang diberikan
Allah untuknya.
Informan selalu
mensyukuri apa-apa yang
telah diberikan
kepadanya.
Walaupun cacat
informan tidak
menyerah. Karena
informan memiliki cita-
cita yang tinggi.
Walaupun informan
memiliki kelemahan-
kelemahan, namun
informan mencoba untuk
selalu berpikir positif.
Kesimpulan:
Informan memandang hidup ini dengan penuh rasa optimis dan selalu berpikir
positif dalam menyikapi segala kekurangan yang ada pada dirinya. Berpikir positif
tersebut ditunjukan dengan rasa syukurnya kepada Allah atas segala kenikmatan
yang telah Allah limpahkan kepadanya, walaupun informan diberi kaki cacat
namun Allah juga memberi kenikmatan-kenikmatan lain yang tiada kira
banyaknya, seperti diberikannya otak yang cerdas oleh Allah. Sedangkan rasa
optimis informan tersebut dibuktikan dengan adanya semangat dan sikap pantang
menyerah serta rasa optimisme dalam memandang masa depan. Suatu keyakinan
bahwa setiap permasalahan pasti ada solusinya, sehingga dia tidak perlu khawatir
dan takut dalam menghadapi masalahnya tersebut.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Matrik 8
Cara Informan Menjalani Aktifitas Sehari-Hari.
Kode: 2b (10) BBSFS-2
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad Ya biasa, sholat ya sholat. Ngaji ya ngaji
dan nganu kalau bisa bangun malem
sholat tahajud.
(W1.S1:120-123)
Informan menjalankan
aktifitas kesehariannya
dengan benyak-banyak
melakukan ibadah.
Kesimpulan:
Kecacatan bukanlan suatu penghalang bagi informan untuk beraktifitas, namun
informan selalu beraktifitas sebagaimana orang pada umumnya. Aktifitas
informan ditujukan dengan banyak melakukan ibadah-ibadah, seperti; sholat,
mengaji dan bahkan sholat malam pun juga sering subyek lakukan. Itu semua
ditujukan untuk mengharapkan ridho Allah Ta’ala.
Matrik 9
Harapan Informan dari Lingkungan Sekolah
Kode: 2c (11) BBSFS-3
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad Anu kalau baik, temen-temen baik,
guru-guru baik gak ada yang ngejek
sudah Alkhamdulillah.
(W1.S1:316-318)
Kalau ya, ya anu itu ya Allah mohon
saya dikasih kelebihan dan teman-
teman saya biar gak nakal lagi.
(W2.S1.249-251)
Informan mengharapkan
teman dan guru yang
baik dan menjadikanya
sebagai sesuatu yang
paling berharga pada
dirinya.
Informan selalu
berharap agar Allah
memberikan kelebihan-
kelebihan kepadanya dan
dijauhkan dari teman-
teman yang berperingai
buruk.
Kesimpulan:
Dalam kehidupan ini informan hanya menginginkan teman dan guru-guru yang
baik, yang bisa memotivasi dan memberi semangat kepadanya. Baik dalam
keadaan suka maupun duka. Sehingga informan bisa menjalani kehidupan ini
dengan penuh rasa percaya diri dan tidak ada perasaan minder dalam dirinya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Matrik 10
Cita-cita Informan
Kode: 2d (12) BBSFS-4
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad E.. Astronom di USA NASA
Amerika.
(W1.S1:125)
Walaupun cacat, gak bleh nyerah.
Kayak pak Habibie itukan
semangatnya tinggi.
Ya kayak ilmuwan-ilmuwan lainnya
diluar negeri pengen tak susul mau jadi
ilmuwan baru.
(W2.S1:316-321)
Keterbatasan fisik tidak
menghalangi informan
untuk bercita-cita
setinggi mungkin.
Walaupun cacat
informan tidak
menyerah. Bahkan
informan memiliki cita-
cita yang tinggi.
Kesimpulan:
Informan bukanlah orang yang memiliki pribadi yang suka menyerah dalam suatu
keadaan, namun informan adalah tipe orang yang selalu memiliki harapan dan
optimisme hidup yang tinggi, hal ini terlihat dari harapan dan cita-cita informan
dimasa yang akan datang. Suatu harapan dan cita-cita yang mungkin jarang
terpikirkan oleh seorang siswa cacat.
Matrik 11
Kelemahan dan Kelebihan Informan
Kode: 2e (13) BBSFS-5
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad Ya itu, ya otaknya terus anu cara anunya
bermainnya gitu.
(W1.S1:148-149)
Sains, TIK, dari temen itu saya belajar.
Terus sama PS, Agama. Umum sama
Agama. Udah dua itu, Umum sama
Agama itu udah tak kuasai semua.
(W2.S1:336-339)
E…kadang ya capek kalau lari wah
capek. Kalau maen bola kadang.
(W1.S1:156-157)
Olah raga, soalnya kalau lari saya cepet
Informan bersyukur
karena diberi otak yang
cerdas.
Informan menguasai
ilmu-ilmu Agama dan
umum yang sudah di
pelajarinya di sekolah.
Informan memiliki
kelemahan secara fisik.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
bener capek. Terus gini sakit, baru gitu-
gitu sakit. panas kadang-kadang kalau
pas hujan olah raganya pas hujan baru
kena beberapa tetes saja sudah sakit.
(W2.S1:143-148)
Informan mengaku
bahwa dia punya
kelemahan dalam aspek
fisiknya. Jika cuaca
kurang mendukung
subyek mudah sekali
terkena sakit.
Kesimpulan:
Sebagai manusia biasa informan mengakui bahwa dia juga sama dengan manusia
lain yang memiliki kelemahan namun juga memiliki kelebihan. Diantara
kelemahan dan kelebihan informan tersebut adalah:
1. Kelemahan:
a. Fisik (bidang olah raga)
b. Anti body yang lemah.
2. Kelebihan:
a. Otak yang cerdas.
b. Pengetahuan tentang ilmu Agama.
Matrik 12
Cara Informan Mengatasi Kelemahan
Kode: 2f (14) BBSFS-6
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad Ya harus di tingkatkan lagi ini nya biar
gak sakit. Sakit itukan pasti ada obatnya
jadi gak usah dipikirin. Yang penting
PD, semagat, walaupun capekkan tapi
semangatkan insya’Allah nanti diberi
kemudahan.
(W2.S1:351-355)
Walaupun informan
memiliki kelemahan-
kelemahan, namun
subyek mencoba untuk
selalu berpikir positif
bahwa segala masalah
pasti ada jalan
keluarnya.
Kesimpulan:
Setiap masalah pasti ada jalan keluranya, sebagaimana penyakit pasti ada obatnya.
Itulah yang diyakini oleh informan. Meskipun memiliki banyak kekurangan
seperti kaki cacat, mudah sakit dan selalu di ejek oleh teman-temannya itu semua
tidak membuat informan putus asa, namun informan selalu berpikir positif dan
optimis dalam menjalani kehidupan ini.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Matrik 13
Penyebab Informan Bangga dengan Dirinya
Kode: 2g (15) BBSFS-7
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad Ya otaknya, baca ayat-ayat al-qur’an.
(W2.S1:302)
Informan bangga pada
dirinya karena subyek
memiliki otak yang
cerdas dan bisa
membaca ayat-ayat suci
al-qur’an.
Kesimpulan:
Di balik kekurangan yang ada pada diri informan ternyata informan juga memiliki
sesuatu yang membanggakan, yaitu otak yang cerdas dan kemampuan informan
dalam membaca ayat-ayat suci al-qur’an. Kedua hal inilah yang membuat
informan bangga pada dirinya.
Matrik 14
Motivator Informan
Kode: 2h (16) BBSFS-8
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad Banyak, temen, guru, kepala sekolah
Pak Joko Riyanto.
(W2.S1:79)
Disekolah guru dan teman tapi kalau
dirumah Ibu dan nenek.
(W2.S1:313)
Informan selalu diberi
motivasi oleh temen-
temen dan orang-orang
yang ada disekitarnya.
Kesimpulan:
Walaupun ada teman-teman informan yang mengejeknya namun masih banyak
juga yang simpati kepada informan dan selalu memberinya motivasi. Seperti
orangtua, keluarga, teman-teman dan juga guru-gurunya. Mereka inilah yang
menjadikan informan semangat dan lebih percaya diri.
Matrik 14
Bentuk-bentuk Motivasi
Kode: 2h (16) BBSFS-8
Informan Kutipan wawancara Makna
Ad Ya kamu harus begini-begini, bicara
kedepan jangan malu, jangan suka
marah.
(W2.S1:83-84)
Informan diberi motivasi
dan semangat leh teman-
temannya agar tidak
malu dengan keadaan
fisiknya.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Kamu jangan begini-begini, hidup itu
harus rileks gak boleh marah gak boleh
malu sama temen. Semua temen sama.
(W2.S1:86-88)
Yak ngasih nasihat gak boleh gini, gak
boleh nakal, harus ngirit gak boleh
boros.
(W2.S1:308-309)
Informan selalu
dinasihati dan diyakinkan
oleh gurunya bahwa
semua orang itu sama.
Informan selalu
dinasihatiagar tidak
boros dan nakal.
Kesimpulan:
Orang-orang yang ada disekitar informan selalu memberi nasihat kepadanya,
diantaranya adalah:
a. Nasihat untuk menghindari perilaku-perilaku negatif seperti boros,
nakal, dan marah.
b. Nasihat untuk tidak minder dan malu kepada siapa saja.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
HASIL TES SSCT
• Kode : SSCT/1/A.D
• Nama : A.D.
• Usia : 13 th
• Profesi : Pelajar
• Sekolah Asal : SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta
• Tanggal Tes : 12 – 1 – 2009
• Tempat Tes : Rumah Subjek
Ket. Kode: SSCT/1/A.D (SSCT subjek pertama dengan nama A.D)
SSCT Rating Sheet General Summary
1. Penyesuaian terhadap keluarga :
Subjek memandang bahwa ibunya
adalah ibu yang sholeh, baik hati, bisa
di ajak berdiskusi ketika ada masalah,
serta bisa melucu. Berbeda dengan
ayahnya, Subjek ingin sekali-kali
ayahnya mau menemani dia di saat
membutuhkan. Akan tetapi hubungan
subjek dengan keluarga sendiri dan
yang di kenal, cukup baik.
1. Tidak ada indikasi yang
menunjukkan adanya
gangguan, subjek masih
mampu mengatasi
gangguan-gangguan
yang ada dalam dirinya.
2. Permasalahan ada pada
hubungan dengan ayah.
3. Memiliki cara berfikir
yang matang dan
memperhatikan
kepentingan orang lain.
4. Cara berfikirnya realistis.
Memiliki rencana
konkrit.
CATATAN :
Memiliki kepribadian yang
hangat, mudah akrab, mau
terbuka, menunjukkan subjek
benar-benar sudah menyesali
kesalahan dan tidak akan
mengulangi kesalahan dan
siap kembali kemasyarakat.
2. Penyesuaian dalam bidang seks :
Seorang wanita menurut subjek adalah
wanita yang sholeh, bukan berzina.
Subjek menganggap bahwa apabila
melihat laki-laki dan perempuan
berjalan bersama, mereka adalah
suami isteri. Begitu juga tentang
perkawinan, ada laki-laki dan
perempuan. Seks bagi subjek adalah
perbuatan zina.
3. Penyesuaian terhadap hubungan
interpersonal :
Seorang teman bagi subjek adalah
teman yang baik, tidak nakal, tahayul
atau syirik. Subjek memandang bahwa
seorang atasan (Guru) juga baik dan
subjek akan memberi salam ketika
bertemu mereka. Oleh sebab itu ketika
mendapatkan tugas, subjek akan
mempertanggung jawabkannya.
Dalam melakukan sesuatu, subjek
merasa senang bila berhubungan
dengan teman, keluarga dan guru.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
4. Penyesuaian dalam konsep diri :
Subjek takut dan merasa bersalah
melakukan dosa, apabila itu terjadi
subjek akan berserah diri kepada
Allah swt. Subjek berusaha belajar
dan rajin beribadah untuk
membahagiakan Ibunya, walaupun
masa kecilnya penuh keprihatinan.
Kelemahan yang ada pada subjek
adalah berjalan terlalu jauh. Hal
itu mendorong subjek untuk
bersabar, tawakal. Sehingga cita-cita
untuk menjadi astronomi di AS dapat
tercapai dan kehidupan yang lebih
baik.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
HASIL TES SSCT
• Kode : SSCT/2/B.P.W
• Nama : B.P.W
• Usia : 14 th
• Profesi : Pelajar
• Sekolah Asal : SMP Ta’mirul Islam Surakarta
• Tanggal Tes : 12 – 1 – 2009
• Tempat Tes : Rumah Subjek
Ket. Kode: SSCT/2/B.P.W (SSCT subjek kedua nama B.P.W)
SSCT Rating Sheet General Summary
3. Penyesuaian terhadap keluarga :
Menurut Subjek, Ibunya adalah orang yang
sabar dan baik hati. Berbeda dengan
ayahnya, ayah subjek kurang
memperhatikannya dan tidak mau mandi.
Hubungan subjek dengan keluarga yang di
kenal, mereka baik dan bisa membahagiakan
subjek.
1. Tidak ada indikasi yang
menunjukkan adanya gangguan,
subjek masih mampu mengatasi
gangguan-gangguan yang ada
dalam dirinya.
2. Gangguan berkisar pada
hubungan subjek dengan ayah.
3. Memiliki cara berfikir yang
matang dan memperhatikan
kepentingan orang lain.
4. Cara berfikirnya realistis.
4. Penyesuaian dalam bidang seks :
Seorang wanita sempurna bagi subjek adalah
sholeh dan baik hati. Menurut subjek,
kebanyakan dari mereka tidak takut Tuhan
dan sering keluar malam hari. Apabila
melihat laki-laki dan perempuan berjalan
bersama adalah sesuatu yang wajar. Tentang
sebuah perkawinan bagi subjek,
menciptakan kedamaian. Subjek akan
mencegah bahkan menolaknya ketika
mendapat informasi seks.
3. Penyesuaian terhadap hubungan interpersonal :
Teman bagi subjek, baik, tidak nakal,
sholeh. Begitu juga dengan atasan,
mereka baik dan sabar. Cara
menghormatinya dengan memberikan salam
ketika bertemu. Subjek akan melaksanakan
tugas apabila diberi tanggung jawab. Subjek
senang melakukan sesuatu dengan orang-
orang yang di sukai, sebab mereka rajin
bahkan sudah di anggap menjadi saudara
sendiri.
4. Penyesuaian dalam konsep diri :
Ketakutan yang ada pada subjek adalah
tentang masa depan, akan tetapi subjek
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
ingin mewujudkan cita-citanya. Subjek
merasa bersalah terhadap tingkah lakunya,
seperti berani kepada orang tua. Subjek
belum siap menghadapi sesuatu yang aneh
dalam dirinya, akan tetapi akan di jalani
dengan sabar. Kelemahan yang ada pada
subjek, apabila berjalan terlalu jauh.
Pada waktu kecil, subjek sangat senang
bermain bahkan sampai sekarang. Tujuan
hidup yang diinginkan agar selalu pintar.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
HASIL TES SSCT
• Kode : SSCT/3/R.A.P
• Nama : R.A.P
• Usia : 14 th
• Profesi : Pelajar
• Sekolah Asal : SMP Muhammadiyah II Kartasura
• Tanggal Tes : 13 – 1 – 2009
• Tempat Tes : SMP Muhammadiyah II Surakarta
Ket. Kode: SSCT/3/R.A.P (SSCT subjek ketiga nama R.A.P)
SSCT Rating Sheet General Summary
1. Penyesuaian terhadap keluarga :
Seorang Ibu bagi subjek harus bisa
membahagiakan, menyayangi, dan merawat
anaknya. Begitu juga sebaliknya, subjek
juga ingin membahagiakan Ibunya. Akan
tetapi subjek berharap bahwa ayahnya mau
bertobat dan kembali ke jalan yang benar
serta memberi nafkah pada Ibunya. Menurut
Subjek, ayahnya adalah orang yang kejam.
Keluarga subjek sangat menyayanginya
walaupun mereka berasal dari keluarga
kurang mampu.
1. Tidak ada indikasi yang
menunjukkan adanya gangguan,
subjek masih mampu mengatasi
gangguan-gangguan yang ada
dalam dirinya.
2. Gangguan berkisar pada
permasalahan hubungan subjek
dengan ayahnya.
3. Memiliki cara berfikir yang
matang dan memperhatikan
kepentingan orang lain.
4. Cara berfikirnya realistis.
2. Penyesuaian dalam bidang seks :
Wanita sempurna menurut subjek adalah
baik hatinya dan berjilbab. Subyek berfikir
bahwa kebanyakan dari mereka menyukai
subjek, karena subjek sangat baik dan sering
membantu. Akan tetapi subjek tidak suka
wanita dari cara berpakaian dan berdandan.
Perkawinan adalah bisa menerima
kekurangan masing-masing. Terkadang
subjek iri melihat laki-laki dan perempuan
berjalan bersama, sebab subjek tidak pernah.
Seks bagi subjek, bisa merusak masa depan.
3. Penyesuaian terhadap hubungan interpersonal :
Arti teman bagi subjek adalah
memberikan dorongan di kala suka dan
duka. Subjek senang apabila mereka
sholeh dan berbakti kepada orang tua.
Seorang pemimpin bagi subjek, harus
pintar, bisa membimbing, ramah dan
sayang. Cara subjek menghormatinya
dengan memberikan salam dan berjabat
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
tangan ketika bertemu. Subjek akan menjaga
kepercayaan ketika di serahi tanggung
jawab. Subjek senang bekerja dengan orang
yang disiplin dan mau membantunya.
Subyek suka dengan hal-hal yang
berhubungan dengan karya sastra.
4. Penyesuaian dalam konsep diri :
Subjek takut terhadap sesuatu yang aneh
menimpanya. Ketakutan akan kelemahanya
yang ingin di buang oleh subjek. Hal itu
membuatnya pasrah dan putus asa. Subjek
merasa bersalah ketika berani dengan orang
tuanya, akan tetapi akan melupakan waktu
ketika di hina temannya karena
kekurangannya. Kelemahan yang utama
pada diri subjek adalah cacat fisik tangan
kiri dan kaki kiri. Ketika menghadapi
masalah, subjek berusaha menghilangkan
masalah tersebut. Ketika masih kecil, guru
dan ibu sangat menyayanginya. Tentang
masa depan, memungkinkan untuk
dicapai. Walaupun subjek ingin hidup
bahagia dan menjadi lebih baik. Subjek
berusaha sabar dan tabah ketika
menghadapi masalah. Tujuan hidup yang
diinginkan adalah memperoleh wanita yang
cantik dan sholeh.
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
DOKUMENTASI
A. SMP Muh I Simpon Surakarta
SMP Muh I Simpon Surakarta Subjek sedang mengikuti pelajaran di kelas
Photo Peneliti (kiri) dan subjek A.D (kanak)
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
B. SMP Ta’mirul Islam Surakarta
SMP Ta’mirul Islam Surakarta Interaksi subjek dengan teman-temannya
ketika sedang istirahat
Photo Peneliti (kiri) dan subjek B.P.W (kanak)
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
C. SMP Muh 2 Kartasura
SMP Muh 2 Kartasura Subjek sedang mengikuti pelajaran di kelas
Subjek R.A.P ketika di wawancarai oleh peneliti
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Created by Neevia Document Converter trial version http://www.neevia.com
Top Related