KONSEP DAN IMPLEMENTASI COST BENEFIT ANALYSIS
DALAM PENDIDIKAN
Oleh : Rustandi
A. Latar Belakang
Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat,
dana, sarana dan prasarana pendidikan (UU Sisdiknas No. 20, 2003:3). Dimana
untuk dapat mencapai tujuan pendidikan harus diimbangi dengan optimalisasi
sumber daya yang ada. Semakin professional tenaga kependidikan maka semakin
baik pula proses pendidikan yng berjalan.
Demikian pula dengan dukungan masyarakat, karena pendidikan tanpa
adanya dukungan dari masyarakat yang mempunyai perhatian dan peran dalam
pendidikan tidak akan dapat berkembang dengan baik. Selain itu keberadaan
sarana dan prasarana pendidikan yang memadahi juga menjadi kunci dari
keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan di suatu lembaga pendidikan.
Selain tiga hal tersebut, salah satu sumber daya pendidikan yang juga
sangat berpengaruh dalam proses pendidikan adalah ketersedian dana. Dana
disini merupkan biaya yang diperlukan dalam proses pendidikan. Biaya-biaya
tersebut dapat meliputi biaya rutin operasional pendidikan maupun biaya lain
yang dapat berupa biaya pembangunan, pemeliharaan bangunan dan biaya
belanja modal peralatan mesin yang mendukung proses belajar mengajar, dan
lain-lain.
Meningat dana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang
menunjang proses pendidikan, maka dalam pengelolaanya harus dapat berjalan
dengan efektif dan efisien untuk dapat mencapai tujuan pendidikan.
Penerapan sistem manajemen keuangan yang baku menjadi faktor utama
dalam pengelolaan keuangan atau pembiayan pendidikan. Dimana pendidikan
merupakan sector public yang melayani masyarakat dengan berbagai pengajaran,
bimbingan dan latihan yang dibutuhkan oleh peserta didik, maka manajemen
pembiayaan dalam pendidikan berbeda dengan dengan manajemen keuangan
dengan lembaga yang berorientasi pada profit.
Lembaga pendidikan merupakan organisasi public nirlaba (non profit)
(Tim Dosen UPI, 2012:256). Oleh karena itu manajemen pembiayaan pada suatu
lembaga pendidikan mempunyai keunikan, dimana manajemen pembiayaan yang
dilaksanakan akan disesuaikan dengan visi, misi dan karakteristik lembaga
pendidikan tersebut.
Pengelolaan atau manajemen pembiayaan pendidikan harus dilaksanakan
dengan mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) suatu lembaga pendidikan,
dimana Renstra tersebut dijabarkan dalam Rencana Kerja Sekolah/Madrasah
(RKS/M) yang merupakan rencana program tahunan yang berisikan arah
kebijakan pendidikan dalam satu tahun pada suatu lembaga pendidikan.
Sumber pembiayaan pendidikan sebagaimana diatur dalam UU No. 20
Tahun 2003, adalah menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat. Dimana pemerintah dan pemerintah daerah
bertanggungjawab untuk menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur
dalam Pasal 31 ayat 4 UUD 1945.
Pada kenyataanya pemerintah dan pemerintah daerah tidak mampu
memenuhi semua kebutuhan pembiayaan pendidikan yang terjadi disuatu
lembaga pendidikan. Ditingkat dasar misalnya, pemerintah mengalokasikan
biaya pendidikan dengan cara memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
dimana pemanfaatan dana tersebut telah diatur dalam petunjuk penggunaan BOS.
Sedangkan untuk lembaga pendidikan tingkat menengah dan atas pemerintah
belum mampu sepenuhnya membiayai proses pendidikan yang berlangsung.
Dengan demikian menjadi satu keharusan bagi kepala sekolah, sebagai
top leader pada lembaga pendidikan, untuk dapat melaksanakan pembiyaan
pendidikan secara efisien dan efektif. Dengan demikian diharapkan keterbatasan
anggaran yang ada tidak akan menjadi kendala bagi pencapaian tujuan
pendidikan yang tercantum dalam Renstra lembaga pendidikan khususnya dan
tujuan pendidikan nasional pada umumnya.
Keterbatasan anggaran hendaknya tidak menjadi kendala untuk mencapai
tujuan pendidikan, kepala sekolah harus jeli dalam menentukan prioritas
kebijakan yang akan diambilnya. Tentunya tidak mudah bagi kepala sekolah
untuk dapat menentukan prioritas kebijakan, karena kebijakan yang akan diambil
akan berhubungan dengan masyarakat secara luas. Oleh karena itu kepala
sekolah memerlukan suatu analisis yang mampu digunakan untuk meminimalisir
kesalahan dalam pengambilan kebijakan.
Salah satu analisis yang dapat digunakan sebagai alat untuk memilih dan
memilah prioritas kebijakan yang berkaitan dengan pembiayaan pendidikan
adalah dengan menggunakan cost benefit analysis atau analisis manfaat dan
biaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah bagaimana konsep cost benefit analysis pada dunia pendidikan, serta
bagaimana implementasinya.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep analisis
manfaat biaya atau cost benefit analysis pada dunia pendidikan. Selain itu tujuan
berikutnya adalah mengetahui implementasi cost benefit analisis pada
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan dalam pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak harus
dipenuhi untuk dapat menjalankan proses pendidikan dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan itu sendiri. Pembiayaan dapat diibaratkan sebagai darah yang
mengalir dalam tubuh manusia, dimana akan sangat menentukan kehidupan
manusia itu sendiri. Demikian pula dalam pendidikan, tanpa adanya pembiayaan
maka pendidikan yang berlangsung tidak dapat berjalan dengan optimal.
Pembiayaan dalam pendidikan merupakan sumber daya yang sangat terbatas, oleh
karena itu pengelolaanya harus dapat berjalan secara efektif dan efisien agar dapat
membantu mencapai tujuan pendidikan.
Dalam standar biaya operasional pendidikan (2008:6), menyatakan bahwa
penghitungan biaya pendidikan berdasarkan pada pendekatan kecukupan
(Adequacy Approach). Dimana pembiayaan pendidikan berdasarkan pada standar
minimal pembiayaan pendidikan, bukan pada ketersediaan dana yang ada.
Pendekatan kecukupan pada pembiayaan pendidikan juga dengan mamasukan
kulaitas perhitungan pelayanan pendidikan yang ditunjukan dengan adanya
variasi biaya pendidikan untuk mencapai standar kualitas tersebut.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam pendekatan pembiayaan pendidikan
kecukupan, perhitungan biaya akan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:
Besar kecilnya lembaga pendidikan; Jumlah siswa; Tingkat gaji guru; Rasio
jumlah siswa dengan guru jumlah guru; Kualifikasi guru; Tingkat populasi
penduduk; Perubahan pendapatan (revenue theory of cost).
Pendekatan lain dalam pembiayaan pendidikan adalah pendekatan efisiensi
biaya, dimana pendekatan ini mengacu pada pengertian pendidikan bersifat
ekonomis dan berpangkal pada Investmen in Human Capital (Udin Syaefudin,
2009:245). Karena pembiayaan pendidikan merupakan investasi, maka setiap
biaya yang dikeluarkan dalam proses pendidikan harus dapat memberikan
manfaat atau keuntungan.
Keuntungan atau manfaat yang dicapai dalam pendidikan yang bersifat
ekonomis ini mestinya dapat diukur secara moneter. Akan tetapi keuntungan
disini tidak semata-mata berupa uang sebagai mana prinsip dalam ekonomi.
Keuntungan disini adalah berupa tujuan pendidikan yang dalam kaitan ini adalah
untuk meningkatkan ekonomi rakyat.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan secara konseptual mempunyai
nilai ekonomi, dimana pendidikan mempunyai andil terhadap pertumbuhan
ekonomi di suatu Negara. Dalam hal ini peran pendidikan dapat dilihat dari
factor-faktor yang mempengaruhi perekoomian suatu Negara, dimana salah
satunya adalah faktor tenaga kerja, pengetahuan dan teknologi. Faktor-faktor
tersebut hanya akan dapat diwujudkan melalui peran pendidikan.
Penjelasan tersebut senada dengan Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Bandung dalam buku Manajemen Pendidikan (2012:255),
menyatakan bahwa pendidikan merupakan investasi yang akan menghasilkan
manusia-manusia yang memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang
dibutuhkan dalam pembangunan suatu bangsa.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa pendidikan merupakan sektor publik yang
dapat melayani masyarakat dengan berbagai pengajaran, bimbingan dan latihan
yang dibutuhkan. Oleh karena itu manajemen keuangan atau pembiayaan
pendidikan berbeda dengan manajemen keuangan perusahaan yang berorientasi
pada profit atau laba. Lembaga pendidikan digolongkan sebagai organisasi nirlaba
atau non profit. Dengan demikian maka manajemen pembiayaan atau keuangan
pendidikan mempunyai karakteristik dan keunikan tersendiri sehingga tidak dapat
disamakan sepenuhnya dengan manajemen keuangan pada suatu
perusahaan.
Menurut Nanang Fattah (2008), proses manajemen keuangan atau
pembiayaan dalam pendidikan akan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
besar kecilnya sebuah institusi pendidikan, jumlah siswa, tingkat
gaji guru atau dosen yang disebabkan oleh bidang keahlian atau
tingkat pendidikan, ratio siswa berbanding guru/dosen,
kualifikasi guru, tingkat pertumbuhan penduduk (khususnya di
negara berkembang), perubahan kebijakan dari
penggajian/pendapatan (revenue theory of cost).
Sistem atau manajemen pembiayaan pendidikan
merupakan proses dimana pendapatan dan sumber daya
tersedia digunakan untuk memformulasikan dan
mengoperasionalkan sekolah (Nanang Fattah, 2008). Dimana
manajemen pembiayaan pendidikan sangat bervariasi
tergantung pada kondisi setiap negara penyelenggara
pendidikan. Seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi
politik pendidikan, hukum pendidikan, ekonomi pendidikan,
program pembiayaan pemerintah dan administrasi sekolah.
Sedangkan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP)
dalam standar biaya pendidikan menyatakan bahwa sistem
pembiayaan pendidikan adalah proses dimana pendapatan dan sumber
daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan
sekolah. Dengan demikian maka pembiyaan pendidikan tidak hanya sekedar
pemanfaatan sumber dana yang, tetapi juga merencanakan bagaimana pendapatan
yang ada dapat dialokasikan dengan kebutuhan pendidikan pada satu lembaga
pendidikan. Untuk keperluan tersebut maka pembiayaan pendidikan akan sangat
dipengaruhi oleh berbagai kondisi, seperti: kondisi geografis, kondisi politik
pendidikan, kondisi hukum pendidikan, kondisi ekonomi pendidikan, kondisi
tingkat pendidikan, dan program pembiayaan pendidikan oleh pemerintah, serta
sistem pembiayaan itu sendiri.
Setiap keputusan yang diambil dalam masalah pembiayaan
pendidikan (khususnya sekolah) akan mempengaruhi oleh
bagaiman sumber daya itu diperoleh dan dialokasikan. Oleh
karena itu perlu dilihat siapa yang akan dididik dan seberapa
banyak jasa pendidikan dapat disediakan, bagaimana mereka
akan dididik, siapa yang akan membayar biaya pendidikan.
Demikian pula dengan sistem pemerintahan seperti apa yang
paling sesuai untuk mendukung sistem pembiayaan pendidikan.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembiyaan pendidikan merupakan proses manajemen
pembiayaan pendidikan, dimana perencanaan pembiayaan
pendidikan harus dapat dilakukan dengan cermat untuk dapat
mengakomodir kebutuhan pendidikan itu sendiri. Setelah
perencanaan dilakukan proses selanjutnya adalah alokasi
anggaran yang tentunya dibarengi dengan pengawasan
pelaksanaan anggaran pendidikan tersebut. Pengawasan perlu
dilakukan agar proses alokasi anggaran dapat berjalan dengan
baik sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dan dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan dan akutable.
Proses dalam manajemen pembiayaan pendidikan adalah
auditing, dimana untuk mengetahui bahwa penggunaan
anggaran pembiayaan pendidikan telah berjalan dengan baik
sesuai dengan peruntukan dan kebutuhan satuan pendidikan.
Selain itu pengalokasian anggaran juga harus dapat
dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya dalam proses auditing.
Sehingga pembiyaan pendidikan yang berlangsung pada suatu
lembaga pendidikan dapat berjalan dengan baik untuk dapat
menunjang tujuan pendidikan.
B. Konsep Cost Benefit Analysis dalam Pendidikan
Organisasi pendidikan adalah suatu organisasi non profit yang mempunyai
karakteristik dan keunikan tersendiri dalam proses pembiayaanya. Keunikan
tersebut dikarenakan oleh berbagai komponen yang terdapat dalam pendidikan itu
sendiri. Oleh karena itu proses pembiayaan atau manajemen keuangan yang
diterapkan dalam pendidikan akan berbeda dengan manajemen keuangan yang
diterapkan oleh suatu perusahaan.
Tetapi secara prinsip bahwa pembiayaan pendidikan, atau manajemen
keuangan pendidikan tidak dapat lepas dari pendekatan efektifitas biaya, seperti
halnya suatu perusahaan bahwa perlu diperhitungkan berapa banyak biaya (cost)
yang dibutuhkan oleh suatu lembaga pendidikan, serta apa manfaat (benefit) yang
timbul atas biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis oleh
pemegang kebijakan pendidikan untuk dapat mengetahuinya. Analisis ini dikenal
dengan istilah Cost Benefit Analysis.
Menurut Harry F. Campbell and Richard P. C. Brown
(2003:vii), benefit-cost analysis is a process of identifying,
measuring and comparing the benefits and costs of an
investment project or program. Dimana cost benefit analysis
diartikan sebagai suatu proses mengidentifikasi, mengukur dan
membandingkan antara manfaat dan biaya yang dikerluarkan.
Dengan demikian maka penghitungan antara biaya (cost)
dan manfaat (benefit) adalah merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Dimana analisis ini menekan pada
perhitungan tingkat keuntungan atau kerugian suatu program
kegiatan dengan mempertimbangkan segi besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk program tersebut dan manfaat yang akan
dicapai.
Secara umum peran cost benefit analysis adalah untuk memberikan
informasi kepada pembuat keputusan yang akan menilai atau mengevaluasi suatu
program. Menilai dalam arti prospektif, yaitu mengacu pada proses untuk
memutuskan apakah sumber daya yang dialokasikan untuk program tersebut
sudah benar/sesuai atau tidak. Sedangkan evaluasi yang dilakukan mengacu pada
proses meninjau kinerja suatu proyek atau program .
Lebih lanjut Harry F. Campbell and Richard P. C. Brown,
menyatakan cost benefit analysis dimaksudkan untuk menginformasikan
proses pengambilan keputusan yang ada, bukan untuk menggantikan suatu
keputusan. Peran analis adalah untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai tingkat dan distribusi manfaat dan biaya untuk pembuat keputusan.
Selain itu, analis juga berperan untuk memberikan penilaian atau evaluasi secara
obyektif. Pembuat keputusan akan mengambil hasil analisis, bersama dengan
informasi lain, untuk menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Dengan demikian maka pendekatan pembiayaan pendidikan juga dapat
dilaksanakan dengan menggunakan model analisis biaya dan keuntungan
pendidikan (cost benefit analysis). Meskipun lembaga pendidikan merupakan
lembaga nonprofit, konsep atau model cost benefit analysis juga akan dapat
diterapkan pada satu lembaga pendidikan. Hal ini dikarenakan cost benefit
analysisi merupakan metodologi yang sangat penting dalam melakukan analisis
untuk investasi pendidikan dan dapat membantu pengambilan keputusan untuk
memutuskan dan memilih diantara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan
yang terbatas agar mampu memberikan kemampuan yang paling tinggi.
Dalam perencanaan pendidikan (2012:248) disebutkan
bahwa pendekatan cost benefit didasarkan pada asumsi bahwa:
1. Sumbangan seseorang terhadap pendapatan nasional adalah
sebanding dengan tingkat pendidikanya, dan
2. Perbedaan pendapat di masyarakat disebabkan oleh
perbedaan dalam pendidikan, bukan perbedaan kemampuan
atau latar belakang social.
Dengan demikian pendekatan cost benefit dalam
pembiayaan pendidikan didasarkan pada keuntungan
penambahan pendapatan seseorang yang disebabkan oleh
pendidikan. Oleh karena itu penggunaan cost benefit analysis
dalam pendidikan tidak dilaksanakan sepenuhnya sebagaimana
yang dilakukan pada bidang organisasi profit, yang
mengedepankan pendapatan keuntungan secara langsung atas
biaya yang dikeluarkan.
C. Implementasi Cost Benefit Analysis dalam Pendidikan
Dalam perkembangan pendidikan khususnya di Indonesia, pendidikan
dianggap sebagai suatu lembaga yang akan menentukan perkembangan suatu
bangsa. Hal ini beralasan karena pada hakekatnya melalui pendidikan akan dapat
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, yang akan mampu bersaing
dengan perkembangan zaman.
Untuk itu pengelolaan pendidikan juga menjadi perhatian serius untuk
dapat mencapai tujuan pendidikan. Salah satunya adalah pengelolaan atau sistem
manajemen pembiayaan pendidikan. Dimana sistem pembiayaan pendidikan
mengalami perubahan paradigma, yang semula lebih pada mengalokasikan biaya
pendidikan yang ada, kemudian berubah menjadi sistem pembiayaan pendidikan
efektif dan sistem pembiyaan pendidikan berdasarkan pada pendekatan
kecukupan. Pada sistem pembiyaan pendidikan juga mulai dikenal adanya cost
benefit analysis atau analisis manfaat dan biaya pendidikan. Dimana model ini
awalnya digunakan oleh banyak lembaga provit yang mengejar keuntungan, tetapi
dewasa ini mulai diterapkan pada sistem manajemen pembiyaan pendidikan.
Implementasi cost benefit analysis dalam pendidikan salah satunya dapat
dilihat dari keterlibatan pemerintah dalam sistem pembiayaan pendidikan di suatu
Negara. Menurut J. Wiseman dalam Standar Operasional Biaya Pendidikan
(2006:5) terdapat tiga aspek yang perlu dikaji dalam melihat apakah pemerintahan
perlu terlibat dalam masalah pembiayaan pendidikan, yaitu (1) Kebutuhan dan
ketersediaan pendidikan terkait dengan sektor pendidikan dapat dianggap sebagai
salah satu alat perdagangan dan kebutuhan akan investasi dalam sumberdaya
manusia/human capital; (2) Pembiayaan pendidikan terkait dengan hak orang tua
dan murid untuk memilih menyekolahkan anaknya ke pendidikan yang akan
berdampak pada social benefit secara keseluruhan; (3) Pengaruh faktor politik dan
ekonomi terhadap sektor pendidikan
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sebagai bentuk impelementasi
analysis cost benefit analysis adalah dengan menjadikan pendidikan sebagai
investasi sumber daya manusia (human capital investment), dimana pendidikan
adalah sebagai bentuk investasi untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia
sebagai benefit atau manfaat dari proses pendidikan. Dimana cost atau biaya yang
dikeluarkan dalam proses pendidikan harus dapat menghasilkan manfaat bagi
perkembangan sumber daya manusia.
Hartanti Dwi Atmanti dalam investasi sumber daya manusia melalui
pendidikan (2005:30) menyatakan bahwa menurut Payaman J. Simanjuntak,
human capital merupakan salah satu bentuk investasi nonfisik, yaitu sejumlah
dana yang dikeluarkan dan kesempatan untuk memperoleh penghasilan selama
proses investasi. Pengahilan ini merupakan imbalan dan diharapkan mendapatkan
penghasilan yang lebih tinggi untuk mencapai tingkat konsumsi yang lebih tinggi.
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil
produksi, selain sumber daya alam dan modal. Produksi dalam dunia pendidikan
adalah pembangunan suatu bangsa, dimana semakin tinggi sumber daya manusia
yang dimiliki oleh suatu negara akan sangat menentukan keberhasilan bangsa
tersebut dalam melaksanakan pembangunan. Sebagaimana yang dapat kita lihat
dalam kenyataanya, bahwa negara yang tidak memiliki sumber daya alam
berlimpah mampu berkembang lebih baik dengan modal sumber daya manusia
yang berkualitas.
Human capital sebagai perwujudan analysis manfaat biaya berpegang pada
prinsip bahwa seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi akan dapat
menghasilkan pendatapan yang lebih tinggi, atau seseorang akan dapat
meningkatkan pendatanya melalui peningkatan pendidikan. Setiap naik kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi berarti telah meningkatkan kemampuan kerja
seseorang, peningkatan kemampuan kerja ini akan meningkatkan penghasilan.
Tetapi dengan naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi berarti juga seseorang
telah menunda penerimaan pendapatan, dimana waktu mereka tidak dapat
digunakan untuk bekerja mendapatkan penghasilan tetapi harus terlebih dahulu
meningkatkan kemampuan kerjanya dengan mengikuti pendidikan tersebut.
Perhitungan tersebut yang mendasari pelaksanaan human capital
investment dalam dunia pendidikan sebagai perwujudan cost benefit analysis.
Cost atau biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti pendidikan, diharapkan akan
menghasilkan manfaat sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan kerja
untuk dapat meningkatkan penghasilanya sebagai manfaat (benefit) atas biaya
yang dikeluarkan.
Pembiayaan Pendidikan menurut Nanang Fattah dalam Jurnal Pendidikan
Dasar (April, 2008), menyatakan bahwa dalam menghitung biaya pendidikan
faktor input dan output serta proses dalam pendidikan dikaitkan dengan program
pengurangan biaya dan peningkatan efisiensi. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara: (1) pengukuran produktifitas atau cost effectiveness; dan (2) cost benefit
analysis. Dari penghitungan biaya pendidikan tersebut akan dapat mengevaluasi
apakah investasi dalam pendidikan (human capital investment) menguntungkan
untuk seseorang secara individu (private rate of return) dan memberikan
keuntungan kepada masyarakat luas (social rate of return), atau justru sebaliknya.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa investasi yang dikeluarkan oleh
seseorang diharapkan akan dapat memberikan keuntungan, keuntungan dalam
dunia pendidikan tentunya tidak hanya keuntungan seseorang yang telah
mengeluarkan biaya, tetapi diharapkan dapat memberikan manfaat kepada orang
lain dalam hal ini adalah bagi lingkungan sosial, atau masyarakat pada umumnya.
Penggunaan cost benefit analisys dalam pendidikan juga merupakan upaya
untuk memperhitungkan seberapa besar keuntungan yang akan di dapatkan atas
biaya sebagai investasi yang dikeluarkan. Dimana seperti diketahui bersama
bahwa biaya pendidikan atau investasi sebagai modal dalam pendidikan tidak
akan menghasilkan manfaat dalam waktu singkat, akan tetapi membutuhkan
proses dan akan dinikmati setelah seseorang lulus atas pendidikan yang diikuti
atau bahkan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Manfaat (benefit) individu dapat berupa pengetahuan atau ilmu yang
diperoleh oleh seseorang, sedangkan manfaat sosial atau institutional dapat
bervariasi, bisa berupa prestasi yang diraih, maupun kepercayaan masyarakat
akan adanya pendidikan tersebut. Tetapi pada prinsipnya manfaat tersebut tidak
akan diperoleh dalam waktu seketika atau quick yielding, tetapi perlu waktu lama,
bahkan bisa memakan waktu satu generasi (Tim Dosen UPI, 2012:255).
Investasi yang dalam pendidikan yang merupakan bagian dari human
capital investment, haruslah dapat memperhitungkan keuntungan (benefit) yang
akan didapatkan. Dalam pelaksanaanya seseorang yang akan melanjutkan
pendidikan di jenjang sekolah yang lebih tinggi, harus dapat memperhitungkan
manfaat yang akan di terima. Sebagai perbandingan, jika orang tersebut langsung
bekerja maka akan mendatangkan keuntungan sebagai hasil kerja, dan dalam
kurun waktu yang sama dengan jenjang sekolah yang diikuti keuntungan tersebut
harus sebanding dengan pendapatan yang akan diterima ketika seseorang
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tunggu dan lulus untuk bekerja.
Dengan demikian keuntungan atau pendapatan yang dihasilkan pada saat
lulus harus lebih tinggi sesuai dengan tingkat pendidikan yang diikuti. Sehinggga
harus ada perbedaan pendapatan antara seseorang yang telah lulus sekolah dasar,
lanjutan dan pendidikan tinggi. Dimana semakin tinggi pendidikan seseorang
maka akan semakin tinggi pula penghasilan yang didapatnya.
Manfaat sosial (social benefit) harus dapat dipenuhi dalam analysis biaya
manfaat, dimana biaya yang dikeluarkan dalam pendidikan tidak hanya
menghasilkan manfaat individu. Sebagai mana diketahui bahwa dalam pendidikan
juga terdapat social cost, yaitu adanya dana publik yang terlibat dalam investasi
modal manusia atau pendidikan.
Menutut Hestarini dalam Dinamika Pengbangunan (2005:34), biaya sosial
merupakan oportunity cost yang harus ditanggung oleh masyarakat seluruhnya
sebagai akibat dari adanya keinginan atau keediaan masyarakat untuk membiayai
perluasan pendidikan yang memerlukan banyak biaya. Lebih lanjut dinyatakan
dana yang dikeluarkan oleh masyarakat tersebut mungkin akan lebih produktif
apabila digunakan sebagai modal usaha pada sektor perekonomian yang lain.
Biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh individu dan masyarakat tentunya
tidak akan sama, dimana biaya pendidikan yang lebih tinggi yang harus
ditanggung oleh masyarakat akan mungkin terjadi jika tingkat permintaan akan
pendidikan juga tinggi. Dimana alokasi pembiayaan pendidikan yang dikeluarkan
oleh masyarakat adalah untuk menciptakan kesempatan kerja secara langsung
dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional.
Lebih lanjut menuruh Hestarini (2005:36), bahwa secara teoritis ada dua
hal yang dapat diinterpretasikan dari peningkatan nilai manfaat sosial pendidikan.
Pertama, peningkatan nilai manfaat disebabkan penawaran pendidikan tinggi
(supply of higher education) masih belum mencapai titik jenuh, sehingga setiap
unit peningkatan penawaran masih memberi keuntungan yang positif; Kedua,
terjadinya perubahan struktur ekonomi dan tenaga kerja di mana permintaan akan
tenaga kerja lulusan perguruan tinggi kian besar yang mendorong lulusan
kelompok ini menerima tingkat upah di atas tingkat upah yang kompetitif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa konsep dari
cost benefit analysis adalah berasal dari teori human capital investment. Dimana
investasi sumber daya manusia merupakan peran dari pendidikan untuk dapat
mewujudkan pembangunan khususnya dalam peningkatan sumber daya manusia.
Karena dengan pendidikan yang baik maka akan dapat menghasilkan sumber
daya manusia sebagai wujud benefit atau manfaat dari pendidikan yang diikuti.
Impelementasi analysis manfaat biaya dalam dunia pendidikan dapat
dinyatakan dengan penjelasan bahwa berdasarkan biaya yang dikeluarkan dalam
mengikuti atau menyelenggaran pendidikan harus dapat menghasilkan manfaat
atas biaya tersebut. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan maka diharapkan
manfaat atau benefit yang didapatkan juga akan semakin baik.
Selain itu penerapan cost benefit analysis juga sebagai penentu kebijakan
dalam hal pendidikan. Pendidikan yang baik dan akan dilaksanakan dan
dikembangkan oleh pembuat kebijakan harus dapat memproyeksikan manfaat
yang akan diambil. Dalam hal ini pemerintah harus dapat dengan jeli mencari cara
dan strategi yang up to date dalam penyelenggaraan pendidikan. Karena dengan
penyelenggaraan pendidikan yang baik maka akan menghasilkan sumber daya
manusia yang baik yang akan bermuara pada perkembangan bangsa dan negara.
Manfaat yang diambil dalam pendidikan tentunya bukan manfaat sesaat
yang akan dirasakan setelah biaya dikeluarkan, tetapi membutuhkan proses yang
akan menghasilkan manfaat di masa yang akan datang. Baik manfaat individual
(individual rate) maupun manfaat sosial (social rate), tidak akan serta merta di
dapatkan setelah biaya dikeluarkan sebagaimana orang berinvestasi.
B. Saran
Keberhasilan pelaksanaan analysis manfaat biaya atau yang dikenal dengan
istilah cost benefit analysis dalam pembiayaan pendidikan ini arus dilaksanakan
secara berkelanjutan dengan memperhatikan berbagai faktor penunjang
pendidikan yang lainya. Karena sebagaimana kita ketahui bersama bahwa
pembiayaan pendidikan hanya merupakan satu bagian kecil dalam proses
pendidikan.
Cost benefit analysis merupakan bentuk ekonomi pendidikan, dimana
pendidikan yang dilaksanakan harus dapat menghasilkan manfaat sebagai
keuntungan atas biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu dalam impelementasinya
tanggung jawab semua pihak akan sangat membantu mewujudkan analysis yang
baik yang akan menunjang kebijakan pendidikan yang akan di keluarkan sebagai
bentuk tindak lanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmanti, Hastarini Dwi. Investasi Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan. Dinamika Pembangunan, 2 No.1 (Juli, 2005) 30 : 39
Badan Nasional Standar Pendidikan, 2006. Standar Biaya Pendidikan: Biaya Operasi Sekolah Dasar. Jakarta: BSNP.
Campbell, Harry, & Brown, Richard, 2003. Benefit Cost Analysis: Financial and Economic Appraisal Using Spreadsheets. USA: Cambridge Univesity Press.
Fattah, Nanang,. Pembiayaan Pendidikan: Landasar Teori dan Studi Empiris. Jurnal Pendidikan Dasar.No. 9 (April, 2008)
Sa’ud, Udin Syaefudin & Makmun, Abin Syamsudin, 2009. Perencanaan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sunarti, Iin, Sistem Manajemen Pembiayaan Pendidikan.Equilibrium 3. No. 6 (Juli - Desember 2007) 8 : 18.
Tim Doses Administrasi Pendidikan UPI, 2012. Manajemen Perlengkapan. Bandung:
Alfabeta.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
Top Related