KONSEP AKAD PADA ASURANSI SYARIAH
Studi Pengelolaan Dana dan Resiko Pada PT Asuransi Takaful Keluarga
Dalam Persfektif Hukum Islam
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Magister Agama (M.Ag)
Dalam Ilmu Agama Islam
Oleh :
M A S Y H U R I
NIM : 213610161
KONSENTRASI ILMU SYARIAH
PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM
PASCASARJANA MEGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1438 H/2017 M
KONSEP AKAD PADA ASURANSI SYARIAH
Studi Pengelolaan Dana dan Resiko Pada PT Asuransi Takaful Keluarga
Dalam Persfektif Hukum Islam
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Magister Agama (M.Ag)
Dalam Ilmu Agama Islam
Oleh :
M a s y h u r i
NIM : 213610161
Pembimbing :
Prof.DR. Hj. Huzaemah T.Yanggo,MA
DR.KH.Ahmad Munif Suratmaputra,MA
KONSENTRASI ILMU SYARIAH
PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM
PASCASARJANA MEGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1438 H/2017 M
i
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis dengan judul “Konsep Akad Pada Asuransi Syariah (Studi
Pengelolaan dana dan Resiko Pada PT Asuransi Takaful Keluarga
Dalam Persfektif Hukuk Islam)” yang disusun oleh Masyhuri dengan
Nomor Induk Mahasiswa 213610161 telah diujikan disidang Munaqasyah
Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 19
Agustus 2017. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Magister Agama (M.Ag) dalam Ilmu Agama Islam.
Direktur Program
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta,
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Tim Penguji
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra,MA
Ketua Sidang
Dr. KH. Muhammad Yusuf,MA
Sekretaris Sidang
Prof. Dr. KH.Abdul Wahab Abdul Muhaimin,MA
Penguji I
Dr.KH.Muhammad Yusuf, MA
Penguji II
Prof.Dr.Hj.Huzaemah Tahido Yanggo,MA
Pembimbing I
Dr.KH.Ahmad Munif Suratmaputra,MA
Pembimbing II
Tanda Tangan Tanggal
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
“KONSEP AKAD PADA ASURANSI SYARIAH ; Studi Pengelolaan
Dana dan resiko Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga Dalam Persfektif
Hukum Islam” yang disusun oleh Masyhuri dengan nomor induk
mahasiswa 213610161 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan
dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan di
sidang munaqasyah.
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Hj. Huzaemah T.Yanggo,MA Dr.KH.Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Tanggal: Tanggal:
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M a s y h u r i
NIM : 213610161
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 20 September 1976
Menyatakan bahwa tesis dengan judul “KONSEP AKAD PADA
ASURANSI SYARIAH ; Studi Pengelolaan Dana dan resiko Pada PT.
Asuransi Takaful Keluarga Dalam Persfektif Hukum Islam” adalah
benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan.
Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab saya.
Jakarta, 08 Agustus 2017 M
15 Dzulqo‟dah 1438 H
Masyhuri
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan tesis yang
berjudul “KONSEP AKAD PADA ASURANSI SYARIAH ; Studi
Pengelolaan Dana dan resiko Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga
Dalam Persfektif Hukum Islam” ini dengan baik. Shalawat dan salam atas
panutan utama kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, Sahabat dan
para pengikut setia mereka hingga hari kiamat.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai
pihak, penulisan tesis ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Sehingga
sudah sepatutnya penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Prof. DR. Hj. Huzaemah T. Yanggo,MA, Rektor Institut Ilmu Al-
Qur’an (IIQ) Jakarta atas ilmunya dan pemberian kesempatan kepada
penulis untuk menimba ilmu di konsentrasi Ilmu Syari‟ah. Dan juga
sebagai pembimbing tesis atas waktu dan ketulusan beliau dalam
mengoreksi dan membimbing penulisan tesis ini.
2. DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra,MA, Direktur Program
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta atas ilmunya dan
pemberian kesempatan serta fasilitas kepada penulis untuk menimba
ilmu di konsentrasi Ilmu Syari‟ah. Dan juga sebagai pembimbing tesis
atas waktu dan ketulusan beliau dalam mengoreksi dan membimbing
penulisan tesis ini.
v
3. Segenap Para Dosen serta karyawan Civitas Akademika Institut Ilmu
Al-Quran (IIQ) Jakarta, atas semua pelayanan serta perhatian dan ilmu
yang diberikan dengan tulus ikhlas semoga berbuah menjadi Amal baik
yang mendatangkan pahala yang berlipat ganda di sisi Allah SWT. Dan
semoga Ilmu yang kami peroleh selama belajar di kampus Institut Ilmu
Al-Quran (IIQ) Jakarta, menjadi Ilmu yang manfaat, maslahat serta
barokah yang menjadi jalan keberkahan serta ridha dari Allah SWT
kepada penulis dalam menjalankan pengabdiannya di masyarakat.
4. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Alm H. Husin Kawih dan Ibunda
Almarhumah Ma‟anih Binti H.Mawih, Semoga Allah SWT
mengampuni keduanya dan melapangkan kuburnya. Terima kasih juga
disampaikan kepada kakak-kakak dan adik-adik yang tercinta atas doa
dan dukungannya.
5. Suningsih, SE,RFP,CFP,QWP, isteri penulis tercinta atas doa, dukungan
dan motivasinya yang tiada henti. Serta sang pelipur lara serta penyejuk
mata kami yaitu tiga putri kami tercinta : Fathia Nurul Izzati, Alifah
Dzatil Izzah dan Alyssa Sakina Qotrunnada.
6. Ucapan terima kasih tak terhingga kepada teman-teman di Program
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an, khususnya teman-teman di
Jurusan Ilmu Syari‟ah angkatan 2012 dan 2013 atas kebersamaan dan
bantuannya bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.
7. Terima kasih juga kepada keluarga besar RO. Cahaya Iman Takaful
Jakarta, Pimpinan PT. Asuransi Takaful Keluarga beserta jajarannya.
Juga rekan rekan BO Takaful Seluruh Indonesia. Dan khususnya
kepada Segenap Jamaah dan pengurus Masjid Jami Al-Irsyad dan
Mushalla Nurul Iman Cipulir serta segenap pengurus dan simpatisan
Yayasan Cahaya Iman Semesta atas doa dan dukungannya.
vi
Penulis menyadari pula bahwa tentunya tesis ini belum sempurna
dalam menganalisa Akad-Akad Pada Asuransi Syariah Terlebih yang di
praktekkan pada PT. Asuransi Takaful Keluarga. Saran dan kritik dari
semua pihak senantiasa penulis harapkan. Terlepas dari kekurangan yang ada
dalam tesis ini, penulis berharap tesis ini mampu memberikan tambahan
wawasan kepada pembacanya secara umum. Âmîn.
Jakarta, 08 Agustus 2017 M
15 Dzulqo‟dah 1438 H
Masyhuri
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam Tesis ini berpedoman
kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis Dan Disertasi” yang
diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Jakarta Press, Cetakan
kedua, Mei tahun 2011:
1. Konsonan
sy ش a ا
sh ص b ب
dh ض t ت
th ط ts ث
zh ظ j ج
„ ع h ح
gh غ kh خ
f ؼ d د
q ؽ dz ذ
k ؾ r ر
l ؿ z ز
viii
m ـ s س
’ ء n ف
y ي w ك
h ق
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a ػا : â ػي : ai
Kasrah : i ػي : î ػو : au
Dhammah : u ػو : û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti huruf-huruf al (alif-lâm) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf l (el)
b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf al (alif-lâm) syamsiyah
ditransliterasikan dengan huruf-huruf syamsiyah yang mengikutinya.
Contoh:
As-Sayyidah : السيدة Ar-Rajul : الرجل
ش Ad-Dârimî : الدارمي Asy-Syams : الشم
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN TESIS ................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iii
PERNYATAAN PENULIS ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .......................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
ABSTRAK ..................................................................................................... xi
ABSTRACT ................................................................................................... xiii
ARABIC ABSTRACT.................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Permasalahan ............................................................................... 21
1. Identifikasi Masalah ............................................................ 21
2. Pembatasan Masalah ........................................................... 25
3. Perumusan Masalah ............................................................ 25
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 26
D. Dasar Pemikiran .......................................................................... 26
E. Metedologi dan Langkah Langkah Penelitian ............................. 28
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 28
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI SYARIAH
A. Pengertian Asuransi Syariah ....................................................... 31
1. Dasar Hukum Asuransi Syariah .......................................... 43
a. Al-Quran ....................................................................... 43
b. As-Sunnah ..................................................................... 52
x
c. Kaedah Fiqih ................................................................. 58
d. Praktek Sahabat ............................................................. 59
e. Ijmak ............................................................................. 59
f. Qiyas .............................................................................. 59
g. Istihsan .......................................................................... 60
B. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional ... 62
C. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah ............................................... 67
D. Ragam Penerimaan Asuransi Syariah di Indonesia ................... 71
1. Wali Amânah ....................................................................... 72
2. Multi Akad Pada Asuransi Syariah..................................... 75
3. Akad Penjaminan dalam Hukum Islam............................... 80
4. Akad Hibah (tabarru') pada Asuransi Syariah ................... 82
5. Asuransi Dalam Persfektif Hukum Islam ............................ 86
E. Urgensi Asuransi Syariah Bagi Ummat Islam ........................... 88
BAB III SEJARAH LAHIRNYA TAKAFUL KELUARGA
ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA.
A. Sejarah Asuransi Syariah di Indonesia ...................................... 93
1. Sejarah Asuransi ................................................................. 95
2. Sejarah Asuransi Syariah .................................................... 100
B. Takaful Keluarga Asuransi Syariah di Indonesia ..................... 106
1. Tentang Takaful Keluarga .................................................. 106
2. Sejarah singkat .................................................................... 107
BAB IV AKAD-AKAD PADA ASURANSI SYARIAH
A. Akad Tabarru’ dan Tijâri Pada Asuransi Syariah ..................... 114
1. Akad Mudhârabah Musytarakah ........................................ 120
2. Akad Wakâlah bil Ujrah ..................................................... 127
3. Akad tabarru’ ...................................................................... 135
xi
B. Pandangan Ulama Tentang Akad Tabarru’ dan Tijâri
Pada Asuransi Syariah .............................................................. 141
C. Mekanisme Penggunaan Akad Tabarru’ dan Tijâri Pada Produk
Yang dipasarkan Takaful Keluarga ........................................... 146
1. Produk Dengan Unsur Tabungan(Saving dan Investasi) ....... 147
a. Takaful Dana Pendidikan (FULNADI) ............................ 147
b. Takaful Link Salam.......................................................... 147
c. Takaful Link Salam Cendikia .......................................... 149
d. Takaful Link Salam Community ..................................... 151
e. Takaful Link Salam Ziarah Baitullah ............................... 151
f. Takaful Link Salam Waqaf…………………………….. 152
2. Produk Dengan Unsur Non Tabungan (Non Saving Atau
Non Investasi) ........................................................................ 153
a. Takaful Al-Khairat ........................................................... 153
b. Takaful PA (Personal Accident) Kecelakaan Diri ........... 153
c. Takaful Kesehatan Individu ............................................. 153
d. Takaful Al-Khairat Plus PA ............................................. 154
e. Takaful Al-Khairat Plus Kesehtan Individu ..................... 154
f. Takaful Personal Accident Plus Kesehatan Individu ....... 154
g. Takaful Al-Khairat Plus PA dan Kesehatan Individu ...... 154
3. Produk Kumpulan
a. FulMedicare Gold ............................................................ 154
b. Takaful Al-Khairat Kumpulan ......................................... 156
D. Pemaparan Umum Penggunaan Akad Tabarru’ dan Tijâri
Pada Produk Takaful Keluarga ................................................. 156
1. Akad Tabarru’ dan Tijâri Pada Produk Saving ................ 157
2. Akad Tabarru’ dan Tijâri Pada Produk Non Saving ........ 158
E. Penjelasan Tekhnis Pengelolaan Dana Dan Resiko Pada Takaful
xii
Keluarga ..................................................................................... 168
1. Akad Wakâlah Bil Ujrah ................................................... 168
2. Akad Mudhârabah Musytarakah ....................................... 171
BAB V PENGELOLAAN DANA DAN RESIKO PADA TAKAFUL
KELUARGA
A. Tinjauan Umum Operasional Asuransi Syariah ........................ 175
1. Prinsip Pengelolaan Resiko.................................................... 176
2. Prinsip Akad........................................................................... 177
3. Prinsip Investasi ..................................................................... 177
4. Dewan Pengawas ................................................................... 177
5. Entitas Dana Kelola ............................................................... 178
6. Desain Produk ........................................................................ 178
7. Rasio Kecukupan Modal ........................................................ 179
B. Pengelolaan Dana Peserta Pada Takaful Keluarga .................... 182
C. Pengelolaan Resiko Peserta Pada Takaful Keluarga ................. 182
D. Pengelolaan Dana dan Resiko Peserta Pada Takaful Keluarga dan
Kesesuaiannya dengan Hukum Islam dan Fatwa DSN.............. 190
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 199
B. Saran .......................................................................................... 201
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 207
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 215
xiii
ABSTRAK
Respon Masyarakat muslim terhadap keberadaan asuransi syariah,
setidaknya terbagi menjadi tiga bahagian, Pertama : mereka yang
menerimanya secara bulat tanpa catatan, dikarenakan kebutuhan yang
mendesak akan lembaga semacam asuransi untuk memenuhi hajat hidup
masyarakat modern. Kedua : mereka yang menerimanya dengan catatan, dan
Ketiga : mereka yang menolaknya dikarenakan institusi semacam Asuransi
Syariah ini pernah ada dan di praktekkan pada zaman Nabi SAW.
Ketidakbulatan penerimaan ini hemat penulis harus dicarikan apa
penyebabnya dan bagaimana respon mereka yang menerimanya untuk
menjelaskan secara ilmiah dan transparan tentang bagaimana lembaga
syariah ini berdiri dan hadir pada awal tahun 90an di Indonesia, dengan
harapan dapat diminimalisir penolakannya pada tahap selanjutnya.
Untuk itu melalui tesis ini, penulis dengan membaca dan memahami
sumber-sumber dan literatur yang ada (Library Reseach) berusaha
menganalisa tentang bagaimana hadirnya lembaga Asuransi Syariah ini dapat
diterima dengan kesan positif pada tahap selanjutnya. Dan untuk
mempertajam analisa penulisan tesis ini, maka studi tentang bagaimana
mekanisme pengelolaan dana dan juga pengelolaan resiko pada perusahaan
Asuransi Syariah, penulis lakukan secara langsung (Field Reseach) pada
PT. Asuransi Takaful Keluarga, Asuransi Syariah yang pertama kali hadir
di Indonesia pada tahun 1994.
Pada sisi yang lain, melalui kajian lapangan penulis juga berusaha
menggali dan mencari informasi secara detail proses tentang bagaimana
sebuah produk asuransi hadir dengan berbagai fiturnya (manfaatnya)
tentunya dengan latar belakang akad yang mendasarinya (yaitu akad tabarru
dan tijari), dan juga kebutuhan market dan peserta akan pentingnya lembaga
xiv
semacam Asuransi Syariah ini, terutama kebutuhan masyarakat modern saat
ini dalam hal mengatur bagaimana resiko-resiko hidupnya tertata dengan
perencanaan yang baik dan berjalan sesuai koridor Syariah yang murni
dengan mengacu pada fatwa DSN yang berlaku.
Melihat kondisi seperti ini, maka kehadiran tulisan ini setidaknya
dapat menjawab kegamangan Asuransi Konvensional yang dalam
pengelolaan dananya tidak bisa menghindarkan diri dari Riba dan dalam
pengelolaan resikonya tidak mampu menghindarkan diri dari Gharar dan
Maisir. Dan juga menjawab keraguan akan adanya kesan tidak syariahnya
Asuransi Syariah yang perwujudan sebenarnya di Indonesia saat ini berdasar
dan mengacu pada Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI (Majelis
Ulama Indonesia).
(Kata Kunci : takaful (System berasuransi secara Syariah), pengelolaan
dana dan resiko, akad tabarru dan tijari, fatwa DSN
xv
ABSTRACT
The response of the Muslim community to the existence of sharia
insurance, at least divided into three parts, The first: those who receive it
unanimously without a record, due to the urgent need for such an insurance
institution to meet the livelihood of modern society. The second: those who
receive it with a note, and The third: those who reject it because of this kind
of Insurance Sharia institution ever existed and practiced in the time of the
Prophet SAW.
The non-acceptance of this acceptance spared the authors to find what the
causes are and how their response received them to explain scientifically and
transparently about how these sharia institutions stood and existed in the
early 90s in Indonesia, hope of minimizing their rejection at a later stage.
Therefore, through this thesis, the author by reading and understanding the
existing sources and literature (Library Reseach) trying to analyze how the
presence of this Insurance Sharia institution can be accepted with a positive
impression in the next stage. And to sharpen the analysis of this thesis
writing, then the study of how the mechanism of fund management and also
risk management at the company Asuransi Syariah, the author do directly
(Field Reseach) at PT. Asuransi Takaful Keluarga, Asuransi Syariah was
first present in Indonesia in 1994.
On the other hand, through field studies the author is also trying to dig and
find the information in detail about how an insurance product comes with its
various features (benefits) of course with the underlying background akad (ie
akad tabarru and tijari), and also the needs of the market and participants of
the importance of such an institution of Sharia Insurance, especially the
needs of today's modern society in regulating how the risks of life are
organized by good planning and running according to the pure Sharia
corridor with reference to the applicable DSN fatwa.
xvi
Seeing this condition, then the presence of this paper can at least answer the
conventional insecurity that in the management of funds can not avoid Riba
and in risk management can not avoid themselves from Gharar and Maisir.
And also answer the doubt will be the impression syariahnya Sharia
Insurance that the actual embodiment in Indonesia is currently based and
refers to the Fatwa DSN (National Sharia Council) MUI (Majelis Ulama
Indonesia).
(Keywords: Takaful (Sharia Insured System), fund and risk management,
akad tabarru and tijari, fatwa DSN)
xvii
الملخص غ الإسلا جز قف اى : إى ثلاثخ أقسب قس شػ اىش
د رأ ج ف
ثو ز خ ى يذ رىل ثسجت اىذبجخ اى ششط، طيقاب د قجي : أىئل اىز لا أ
ؤسسخ ثشش اى قجي ث. ثباب: أىئل اىز غ اىذذ جز ش ىي ىزيجخ دبجخ اىؼ ط، اىزأ
خ اى ؼخ اىزأ ش ؤسسبد اىش ع زا اى ل شفض ثبىثبا: أىئل اىز مبذ ز
. سي صي الله ػي اىج ص طجقب ف دحا ج
خ خ اىذج ض ر سجت اخزلاف فلاثذ اىجذث ف ه زا اىزأ قج ف اخزلاف
ى ثقج ىيقبئي ه ػب أ سب ف ه رأس أ سخ ؤس اى ه ز ا د ب ا ػي اضذب ب ثببا
خ. 0991 شديخ قبد ب ف فض ػي اىش و ف اىزقي ن سب ، دز ذ ف إ
ال خلاه ز الدة ىزىل، صبدس اى ف خلاه قشاءح ؤىف دخ، فبى طش
سخ ؤس اى د ز ج ه قج ن ف و م ىخ ىزذي ذب خ )نزجخ سضارش( ف اىقبئ
جبث طجبع إ غ ا ؼخ اىزأ ش اىنزبثخ اىش و ز ح رذي ض ى قجيخ. شديخ اى ف اى
اىششمخ اىزأ خبطش ف إداسح اى اه فخ آىخ إداسح ال دخ، فذساسخ م الطش
ششم جبششحا ف ؤىف اى خ اىششػ، قب PT. Asuransiاىزنبفو اىؼبئي ىيزأ
Takaful Keluarga، سب ف ذ إ اىششػ دبضشحا ف ه اىششمخ اىزأ مبذ أ
0991ػب
ذاخ ذ ساسبد اى خلاه اىذ بدخ أخش، س اىؼث ق ه اىجبدث اىزؼ ب
خزيفخ )ا اى ضار غ أر زج اىزأ فخ ه م و د برب ثبىزفص ؼي غ ػي ائذ( ىف
اىزج ء ػقذ اىزجش خ )أ خيفخ اىؼقذ اىنب ف شبسم اى ادزبجبد اىزجبسخ بس(،
ف ث اى غ اىذذ خبصخا ادزبجبد اىجز اىششػ، ؤسسخ ىيزأ اى خ ز أ
غ اىزخ خبطش اىذبح ظ خ ر ف م ظ ؼخ ر ش اثظ اىش ش ػي ض س ظ اىجذ ط
طجقخ طخ اى ؼخ اى ش جيس اىش اى ع إى فز ج غ اىش خ ي اىس
xviii
أ ن سبىخ اىش د ز ج اقغ، فئ اىظش إى زا اى ت ػي القو ػ ج
ف إداسح اى ثب رجت اىش ن اه ل إداسح ال ف ذ اىز اىزقي ال ؼذا خبطش ل ا
ب إجبثز ػ ضا أ ش. س اى اىغشس فس رجت أ ن ف اىزأ ك أ ي شن
ذ ػي اىفز قخ رؼز ف اىذق ب اى غ أ ؼخ ش اثظ اىش ب ض س ف اىششػ ى
إ سب( ف ذ بء ا جيس اىؼي ؼخ( ) ش ط ىيش جيس اى سب.)اى ذ
الة اىزج الكلمات الد ء خبطش ، ػقذ اىزجش اى بىخ اىششػ (، إداسح اى اىزأ : اىزنبفو ) ظب بس ، فز
ؼخ ش ط ىيش جيس اى اى
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kelahiran Asuransi Syariah,1 tidak lepas dari pertama:
banyaknya keinginan masyarakat muslim akan pentingnya sistem
penjaminan terhadap resiko-resiko yang dihadapi oleh manusia dalam
hidupnya. Tentunya yang sesuai dengan Syariat Islam, sebagai wujud
ikhtiar mereka dalam menghadapi resiko-resiko yang secara pasti
1Secara Historis kelahiran Asuransi Syariah di Indonesia, tidak dapat dilepaskan
dengan hadirnya institusi perbankan Syariah Pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat
Indonesia (BMI). Sejak berdirinya BMI (Bank Muamalat Indonesia) pada tahun 1991
(Lihat : Zainul Bahar Noor, Bank Muamalat Sebuah Mimpi, harapan dan kenyataan
(Fenomena Kebangkitan Ekonomi Islam);Publishing. 1 Tahun 2006. hal :36)
Sebagai pelopor Bank yang beroperasi menggunakan prinsip Syariah dalam bidang
perbankan di Indonesia dengan prakarsa utama Presiden Soeharto, MUI (Majlis Ulama
Indonesia) sebagai penggagas dan pencetus utama Bank Islam di Indonesia yang
belakangan di sebut dengan Bank Muamalat Indonesia BMI) serta ICMI (Ikatan
Cendikiawan Muslim Indonesia) sebagai motor penggerak pendiriannya, dilanjutkan
dengan motor penggerak yang sama yaitu ICMI yang kemudian melahirkan PT
Asuransi Takaful Keluarga sebagai pelopor Asuransi syariah di tanah air tahun 1994,
(Lihat : Cacan Soemantri Agis ,SE.AAAIJ dkk Modul Pengetahuan Dasar Takaful,
Penerbit Trendi (Trainingm Reseach And Development ) PT Asuransi Takaful Indonesia
Jakarta edisi revisi Tahun 2005 hal.2).
Sejak berdirinya BMI (Bank Muamalat Indonesia) pada tahun 1991.Sementara dalam
perkembangannya di belahan dunia, Syarikat Asuransi Islam Pertama lahir pada tahun
1979 yaitu Syarikat Asuransi Islam Sudan, diikuti pada tahun yang sama lahir Syarikat
Asuransi Islam Arab, kemudian pada tahun 1980 berdiri Syarikat Takaful Islam
Luxembourg oleh Daar Al-Maal Al Islami (DMI), yang juga menyediakan pelayanan di
Britain melalui Islamic Takaful Company (ITC), London, dengan didahului berdirinya
Syarikat insurans Islam di Australia yang diberi nama Syarekat Al-Takafol Al-Islamiah.
Di Asia, Malaysia adalah negara pertama yang merintis berdirinya Asuransi Islam
Pertama dengan berdirinya Syarikat Takaful Malaysia Shd Berhad Pada bulan Agustus
1985, kemudian diikuti oleh Negara Brunai Darussalam Pada Bulan Mei 1993 dengan
munculnya IBB Berhad. Baru kemudian di Indonesia dengan berdirinya Syarikat Takaful
Indonesia pada bulan Agustus 1994, (Lihat : Moh Fadzli Yusof, Takaful : Sistem
Insurance Islam. Tinggi Press SDN Berhad Kuala Lumpur Tahun 1996, hal.4-5).
2
salah satunya akan dihadapi oleh seluruh masyarakat muslim tanpa
bisa menghindarinya. Dan kedua : Menjadi solusi masyarakat
muslim2 terutama sebahagian mereka, karena merasa buntu dengan
hadirnya berbagai institusi yang ada sebelumnya --yaitu Asuransi
Konvensional-- yang didalam operasionalnya sangatlah beda dengan
Asuransi Syariah. Perbedaan mendasar terjadi terutama dalam hal
sulitnya mekanisme pengelolaan dana dan resiko dari Asuransi
Konvensional untuk bisa menghindari Maisir, Gharâr dan Ribâ
(Maghrib) dalam operasionalisasinya, dan juga pilihan-pilihan
penempatan dana hanya pada usaha-usaha yang halâl lagi thoyyîb,
serta adanya pengawasan dari DPS (Dewan Pengawas Syariah) yang
berafiliasi kepada DSN (Dewan Syariah Nasional) Majlis Ulama
Indonesia (MUI) yang memiliki otoritas mengeluarkan fatwa dalam
menjawab berbagai permasalahan masyarakat muslim terkait halal
haramnya serta boleh tidaknya transaksi keuangan dilakukan,
berakibat pada tumbuhnya rasa nyaman pada sebahagian besar
ummat yang ingin hartanya bersih sehingga dalam keyakinannya
ketika mereka memiliki polis Asuransi Syariah, keyakinan yang pada
ujungnya akan membawa mereka bahagia di dunia dan akhirat.
Bahkan bukan hanya itu dimensi Tauhîd yang melandasi
apapun dari institusi keuangan syariah termasuk Asuransi Syariah
tidak bisa terwadahi pada asuransi konvensional yang bolehlah
2Sampai dengan saat ini --dan dari waktu ke waktu-- bentuk penerimaan
masyarakat muslim Indonesia terhadap institusi ekonomi yang berbasis syariah terutama
perbankan syariah dan Asuransi syariah semakin menunjukkan kecenderungan yang
meningkat, hal ini terbukti dengan tumbuh kembangnya perbankan syariah dan
perusahaan Asuransi Syariah di tanah air. ditandai dengan munculnya begitu banyak
institusi perbankan syariah pasca krisis Moneter tahun 1998 dan juga –saat ini--- dengan
munculnya perusahaan asuransi sayariah baru yang sangat mewarnai industri
perasuransian takaful di tanah air.
3
disebut ―Bebas nilai‖. Untuk itu maka kehadiran Asuransi syariah
dengan segala kelebihan dan juga kekurangannya adalah tetap
sebagai jawaban cerdas yang dikemukakan oleh ilmuan Islam
kontemporer untuk bisa elastis merespon kehidupan masyarakat
modern yang jujur tidak mungkin bisa dilepaskan dengan instrument
asuransi dalam banyak kebutuhan hidupnya. Bahkan Penulis sangat
yakin semakin modern suatu tatanan kehidupan dan semakin
tingginya tingkat pendapatan suatu masyarakat, menyebabkan tingkat
interaksinya terhadap kebutuhan asuransi akan semakin meningkat.
Sebagai wujud dari ijtihad kontemporer, Asuransi Syariah3
sebenarnya hadir dengan mengedepankan tawaran yang sangat
menarik, Selain mekanismenya dikatakan dapat menafikan Gharâr,
Maisir, Ribâ, Zulm serta Rasywah dan hal-hal lain yang bisa merusak
sebuah akad dalam transaksi keuangan, seperti mentransaksikan
barang barang yang diharamkan, serta menafikan kegiatan atau
investasi yang mengandung unsur unsur maksiat,4 dimensi sosial
pada Asuransi Syariah juga memiliki ruang yang sangat menonjol,
unsur tolong menolongnya yang dikelola secara profesional
3Hemat penulis peristilahan Takâful sebenarnya lebih tepat untuk digunakan
dibandingkan dengan istilah Asuransi Syariah, hal ini dilatarbelakangi oleh dua kutub
yang berbeda dalam pengelolaan resiko pada asuransi syariah dan konvensional, pada
asuransi syariah landasan pengelolaan resikonya adalah sharing of risk sedangkan pada
asuransi konvensional adalah Transfer of Risk. Oleh karena itu dalam tesis ini seringkali
akan ditemui istilah takaful bukan sebagai penyebutan satu perusahaan saja yaitu PT
Asuransi Takaful Keluarga, tetapi juga mencakup semua regulator atau perusahaan
asuransi yang dalam mekanisme operasionalnya berlandaskan syariah hal ini dilatar
belakangi oleh konsep dasar takaful yaitu saling menolong saling menopang ketika
resiko dan musibah datang. Bahkan untuk legitimasi hal ini akad yang melandasi sebuah
perjanjian polis syariah, yaitu dalam rangka menafikan gharar dan maisir adalah akad
Takafulî (tolong Menolong) bukan Tabadulî (jual Beli), sehingga hemat penulis akan
sangat tepat jika yang digunakan dalam peristilahan penyebutan asuransi syariah adalah
TAKAFUL.
4Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang
Pedoman Umum Asuransi Syariah Tanggal 17 Oktober 2011.
4
sebenarnya bisa dikatakan sebagai alternatif positif dari bahagian
sistem penjaminan yang nilai-nilainya sangat sesuai dengan prinsi-
prinsip dasar Syariat Islam.
Bahkan bolehlah disebut spirit dari sistem penjaminan ini
sepatutnya secara ideal diadopsi dengan cara pengelolaannya diambil
alih oleh negara dalam kontek mensejahterakan warga dan rakyatnya
pada tahapan selanjutnya secara transparan, massif dan terukur
menggunakan analisa perhitungan resiko yang bisa dipertanggung
jawabkan secara ilmiah.
Sementara itu Moh Fadzli Yusof dalam bukunya Takaful
Sistem Insurans, mengatakan bahwa ada beberapa sebab yang
mendorong terbentuknya takaful (Asuransi Syariah : pen) yaitu :
Pertama : Orang Islam ingin mengamalkan ajarannya secara penuh
dalam kehidupan mereka,
Kedua :Orang Islam ingin sistem keuangannya bersesuaian
dengan ajaran dan kehendak agama yang dipraktekkan dalam
kehidupan mereka dalam membina ekonomi Islam yang lengkap
untuk kemudahan ummat, dan yang
Ketiga : Dengan terbentuknya bank-bank Islam maka kebutuhan
terhadap takaful menjadi kebutuhan yang pararel karena boleh
dibilang semua urusan pada perbankan Islam memerlukam
perlindungan asuransi, adalah amat sesuai jika urusan Bank Islam
dapat dilindungi oleh asuransi yang berasaskan hukum Islam.5
Meskipun demikian tidaklah dapat dipungkiri bahwa : ketika
tawaran Asuransi Syariah datang menghampiri khalayak ummat
5Moh Fadzli Yusof, Takaful : Sistem Insurance Islam. Tinngi Press SDN
Berhad Kuala Lumpur Malaysia Tahun 1996, Cet 1, hal.5-6.
5
khususnya masyarakat muslim, bukan berarti tanpa penolakan dalam
perwujudannya.
Asuransi syariah, karena merupakan produk ijtihad
kontemporer ulama masa kini, hemat penulis mendapati setidaknya
tiga respon terkait dengan pemberlakuannya yaitu :
Pertama : Mereka yang menerimanya dengan tanpa penolakan dan
Catatan, Kedua : Mereka yang menerimanya dengan syarat terdapat
penyempurnaan dalam berbagai aspek operasional dan penerapannya,
dan Ketiga : Mereka yang menolaknya karena model Asuransi
Syariah semacam ini tidak dikenal di zaman Nabi SAW.
Tiga respon terkait dengan penerimaan Asuransi Syariah ini
sepatutnya sangat menarik untuk dikaji, disatu sisi mendapatkan
pengakuan legal dan label halal dari DSN MUI, sementara pada sisi
yang lain ditolak dan diharamkan.
Sementara itu secara umum dapatlah dikatakan bahwa
Asuransi Syariah yang saat ini berkembang dan berlaku di dalam
kehidupan masyarakat muslim di belahan bumi manapun, dalam
mekanisme operasionalnya dibatasi oleh dua hal yang paling
menonjol yaitu :
Pertama : Mengelola dana titipan nasabah6 secara transparan dan
profesional dengan menafikan Unsur Ribawî7 dengan cara
6Yang dimaksud dana titipan nasabah pada tesis ini adalah dana berupa tabungan
dan investasi yang disisihkan dari kontribusi yang dibayarkan peserta setelah dikurangi
tabarru dan loading (biaya atau ujroh)
7Secara bahasa, ribâ ( اب الر ) berarti ziyâdah ( ةاد ي الز ) yaitu ‗tambahan‘ Dan dilihat
dari sudut pandang tehnis, riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau
modal secara bathil. Dari segi istilah, menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi riba adalah
‗Setiap pinjaman yang di dalamnya disyaratkan adanya tambahan tertentu.‘ Sedangkan
menurut ulama Hambali, ribâ adalah ‗kelebihan suatu harta tanpa penggantian di dalam
suatu kontrak pertukaran harta dengan harta. Sebagai tambahan, Syekh Muhammad
Abduh mendefiniskan riba dengan; ‗penambahan-penambahan yang diisyaratkan oleh
6
mengembangkannya via usaha-usaha yang tidak melanggar Syariat
Islam dalam bingkai akad tijârah yaitu : Semua bentuk akad yang
dilakukan untuk tujuan komersial yang orientasinya adalah
keuntungan yang sebesar-besarnya dengan cara-cara yang halal
terhindar dari kemaksiatan dengan tujuan agar pengelola dalam hal
ini (operator) perusahaan Asuransi Syariah bisa beroperasi dalam
jangka panjang.
Pengaplikasian akad tijarah dalam asuransi syariah lebih
dikenal sebagai akad mudhârabah, mudhârabah musytarakah,
wakalah bil ujrah dll. Kedua : Mengelola resiko8 nasabah secara
orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya karena pengunduran
janji pembayaran oleh peminjam dari waktu telah ditentukan.‘
Dalam pengertian lain, secara linguistik ribâ juga berarti tumbuh dan membesar.
Menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal
secara batil . Kata ribâ juga berarti ; bertumbuh, menambah atau berlebih. Al-ribâ atau
Ar-rimâ makna asalnya ialah tambah, tumbuh dan subur. Adapun pengertian tambah
dalam konteks riba adalah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang
tidak dibenarkan syarâ‘, apakah tambahan itu berjumlah sedikit maupun berjumlah
banyak seperti yang disyaratkan dalam Al-Qur‘an. Ribâ sering diterjemahkan orang
dalam bahasa inggris sebagai “usury” yang artinya “the act of lending money at an
exorbitant or illegal rate of interest ” sementara para ulama‘ fikih mendefinisikan riba
dengan ―kelebihan harta dalam suatu muamalah dengan tidak ada imbalan atau
gantinya‖. Maksud dari pernyataan ini adalah tambahan terhadap modal uang yang
timbul akibat transaksi utang piutang yang harus diberikan terutang kepada pemilik uang
pada saat utang jatuh tempo. (Lih : Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat
kontemporer, 2000, Jogjakarta : UII Press. hal. 147).
8Resiko yang dimaksud dalam tesis ini adalah musibah atau kesulitan yang
dihadapi oleh peserta sebuah perusahaan Asuransi Syariah. Lengkapnya yaitu :berbagai
macam resiko yang dihadapi oleh peserta suatu perusahaan Asuransi syariah yang
berhubungan langsung terhadap jiwa seseorang yang dicover oleh Perusahaan Asuransi
Jiwa Syariah berupa manfaat seperti : Meninggal dunia, Kecelakaan Diri (Personal
Accident), Cacat Tetap Total =Total Permanent Dissability (TPD), Cash Plan (Santunan
tunai Harian Jika Peserta di rawat di RS) atau Hospitalization (Santunan Rawat Inap
Karena peserta di Rawat di RS) dan lain sebagainya, yang tidak menutup kemungkinan
erat kaitannya pula dengan—salah satu sebab-- terjadinya resiko rugi yang dihadapi oleh
perusahaan Asuransi Syariah. Jika hal ini diabaikan, boleh jadi--disebabkan hal ini,
eksistensi, keberadaan dan kesinambungan perusahaan Asuransi Syariah dalam jangka
panjang akan bermasalah. Apalagi jika mitigasi resikonya tidak diperhatikan sejak dini.
7
berjamaah dalam prinsip tolong menolong dengan menafikan unsur-
unsur yang melanggar Syariat Islam terutama Gharâr9 dan Maisir.
10
9Gharâr adalah sesuatu yang tidak diketahui hasil (akhirnya), apakah akan
diperoleh atau tidak. Atau dengan bahasa lain, gharâr adalah keraguan atas keberadaan
objek suatu akad (antara ada dan tidak ada). Gharâr merupakan bentuk muamalah yang
dilarang dalam syariah Islam, dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
ع ي ب ن ع اة ص الح ع ي ب ن ع م ل س و لي ىاللع ل ص الل ل س ىر ي ن ة ر ي ر ىى ب أ ن ع ألنسائيراه.ارر غ ال
“Bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli dengan melempar batu, dan melarang
jual beli yang mengandung unsur gharâr.” (HR.An-Nasa‘i), Lihat An-Nasa’i, Sunan
An-Nasa’i, Bairut-Libnan :Dar al-Kutub al-Ilmiyah,t.th, Jilid VII,hal.262).
Defenisi gharâr menurut mahzab Imam Safi`i seperti dalam kitab Qalyubi wa Umairah
sebagaimana dikutip Syakir Sulla dalam webnya www.syakirsulla.com didefinisikan
sebagai berikut :
ر ر غ ال م ي ب ل غ أ ن ي ر م أ ن ي ب د د ر ات م أ و ت ب اق اع ن ع ت اط :م ى ام ي ف خ أ ا
Artinya: ―gharâr itu adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan
kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti‖
Wahbah al-Zuhailî memberi pengertian tentang gharar sebagai al-khatar dan altaghrîr,
yang artinya penampilan yang menimbulkan kerusakan (harta) atau sesuatu yang
tampaknya menyenangkan tetapi hakekatnya menimbulkan kebencian, oleh karena itu
dikatakan: al-dunyâ matâ`ul ghurûr artinya dunia itu adalah kesenangan yang menipu.
(Lih. Wahbah Al-Zuhailî. Al-Fiqh al-Islamî wa `Adillatuhû. Juz IV. Dâr al-Fikr.
Damascus. Syria, hal. 435-437).
Dengan demikian menurut bahasa, arti gharâr adalah al-khidâ` (penipuan), suatu
tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Gharâr dari segi fiqih
berarti penipuan dan tidak mengetahui barang yang diperjualbelikan dan tidak dapat
diserahkan.
Gharâr terjadi apabila, kedua belah pihak (misalnya: peserta asuransi, pemegang polis
dan perusahaan) saling tidak mengetahui apa yang akan terjadi, kapan musibah akan
menimpa, apakah minggu depan, tahun depan, dan sebagainya. Ini adalah suatu kontrak
yang dibuat berasaskan andaian (ihtimâl) semata.
10
Dalam asuransi konvensional, perusahaan menanggung resiko; bisa untung besar
ketika klaim sedikit dan bisa rugi besar ketika klaim banyak. Keadaan seperti ini
menjadikan unsur maisir sangat melekat pada asuransi konvensional. Ada kesan terjadi
jual beli resiko yang gharar sehingga hasil perolehannya ada unsur untung-untungan atau
spekulasi yang disebut dengan istilah Maisir. Sementara pada asuransi syariah
menafikan hal ini adalah dengan dengan akad takafuli yang disertai kewajiban
mengeluarkan sejumlah dana yang disepakati dengan konsep tabarru’.
Mohd Fadzli Yusof, menjelaskan unsur maisir dalam asuransi konvensional terjadi
karena didalamnya terdapat faktor gharâr, beliau mengatakan: ―adanya unsur al-maisir
(perjudian) akibat adanya unsur gharâr, terutama dalam kasus asuransi jiwa. Apabila
pemegang asuransi jiwa meninggal dunia, sebelum akhir periode polis asuransi, namun
telah membayar sebagian preminya, maka tertanggungnya akan menerima sejumlah
uang tertentu. Bagaimana cara memperoleh uang dan dari mana asalnya tidak
8
Dalam bingkai Akad tabbaru yaitu: semua bentuk akad yang
dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong-menolong, bukan
semata-mata untuk tujuan komersil. yang pengaplikasian dari akad
tabbaru ini kemudian lebih dikenal dengan akad hibah.
Hemat penulis, untuk point pertama yaitu dalam hal
mengelola dana nasabah, secara tekhnis sangatlah mudah untuk
dipaparkan, karena hal ini –dalam kasus (regulasi yang
diberlakukan)-- di Indonesia menyangkut pihak ketiga yang
diamanahi untuk mengelola dana nasabah via instrument–instrumen
keuangan yang ada dan sesuai syariah baik menggunakan akad
mudhârabah musytarakah11
ataupun wakalah bil Ujrah12
via
diberitahukan kepada pemegang polis. Hal inilah yang dipandang sebagai al-maisir
(perjudian) dalam asuransi konvensional‖.
11
Akad Mudhârabah musytarakah ini biasanya digunakan pada produk-produk
takaful atau asuransi syariah dengan unsur saving atau tabungan yang penempatannya
biasanya pada deposito syariah seperti produk takaful dana pendidikan (Fulnadi) pada
PT Asuransi Takaful Keluarga dan Mitra Iqra pada Bumi Putera Syariah dengan
Base On penempatan dana sangat dominan pada instrument deposito syariah yang
keuntungannya dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati antara peserta dengan
perusahaan semenjak awal kontrak. Mudharabah Musytarakah menurut fatwa DSN MUI
No. 50/DSN-MUI/III/2006 adalah satu bentuk akad Mudhârabah, dimana pengelola
(Mudhârib) turut menyertakan modalnya dalam kerjasama investasi, diperlakukan
karena mengandung unsur kemudahan dalam pengelolaannya dan dapat memberikan
manfaat yang lebih besar dari para pihak. (DSN MUI, Himpunan Fatwa DSN MUI,
Jilid I. h.368 )
12Akad Wakâlah bil ujrah biasanya digunakan pada produk yang Base On
penempatan dananya adalah pada Reksadana Syariah dengan peserta sejak awal
membeli sejumlah unit penyertaan yang biasanya harganya terbentuk sesuai saat
transaksi awal kepesertaan. Pada kondisi ini seluruh resiko untung dan rugi ditanggung
sepenuhnya oleh peserta.Pada produk ini pilihan penempatan dana nasabah lebih
beragam dan variatif. Semuanya diserahkan kepada preferensi nasabah dalam mensikapi
resiko berinvestasi, oleh karena itu tugas seorang Pendakwah Takaful (Agent) lebih
besar effortnya untuk menghindari kesalah fahaman hasil investasi pada saat akhir masa
perjanjian atau ketika nasabah berhenti di tengah masa perjanjian. Menurut Fatwa DSN,
Wakâlah bil ujrah untuk asuransi yaitu salah satu bentuk akad wakalah dimana peserta
memberikan kuasa kepada perusahaan Asuransi Syariah dalam pengelolaan dana mereka
memberikan ujroh (fee). Dari pengertian ini dapatlah disimpulkan bahwa dalam akad
Wakâlah bil ujrah terdapat pendelegasian atau mewakilkan suatu urusan kepada
seseorang atau badan usaha atau lembaga untuk berbuat sesuai dengan yang dinginkan
9
deposoto syariah, obligasi syariah (sukûk), saham syariah atau
bekerjasama dengan menitipkan pengelolaan dana nasabahnya pada
perusahaan Sekuritas Syariah yang sering disebut dengan Reksadana
Syariah.
Sepanjang dapat dinafikan unsur Ribawî dan lainnya yang
tidak sesuai dengan Syariat Islam, maka sudah pasti mekanisme dan
sistem pengelolaan dananya sesuai dengan syariat Islam. Apalagi
kemudian diawasi secara internal oleh Dewan Pengawas Syariah
(DPS)13
yang bertugas di setiap perusahaan maupun Dewan Syariah
Nasional (DSN)14
dibawah koordinasi Majlis Ulama Indonesia
(MUI).
Untuk point pertama, meskipun secara umum terlihat tidak
terdapat permasalahan yang mendasar, tetapi jika ditelaah lebih
dalam, masih terdapat ruang perdebatan tekhnis yang harus dijawab
yaitu ketika dana titipan nasabah di Outsource ke pihak ketiga
orang yang menyerahkan urusan tersebut, dimana yang mengelola urusan tersebut
mendapatkan ujroh (fee).
13
Peran utama DPS adalah mengawasi jalannya operasional LKS sehari hari agar
selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan Syariah. DPS harus menyatakan setelah
meneliti, mengkaji dan memberikan saran bahwa pedoman operasional dan produk
sudah sesuai dengan prinsip Syariah. Dewan pengawas Syariah harus membuat
pernyataan secara berkala bahwa LKS yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan
ketentuan Syariah. Tugas lain dari DPS adalah meneliti dan membuat opini, atau
rekomendasi produk baru dari LKS yang diawasinya, kemudian di kirimkan ke DSN
untuk difatwakan, bila produk tersebut belum ada fatwanya.
14
Sejalan dengan berkembangnya LKS di Tanah air, maka berkembang pulalah
jumlah DPS yang mengawasi masing-masing lembaga tersebut. Banyaknya dan
beragamnya DPS dimasing-masing LKS adalah suatu hal yang patut disyukuri, tetapi
disisi lain juga harus diwaspadai. Terutama terkait dengan adanya kemungkinan
timbulnya opini yang berbeda dari masing masing DPS yang pada sisi lain kemungkinan
dapat membingungkan ummat dan Nasabah. Oleh karena itu MUI srebagai payung dari
lembaga keislaman di Tanah Air, menganggap perlu untuk membentuk Dewan Syariah
yang bersifat Nasional dan membawahi seluruh lembaga keuangan. Lembaga ini
kemudian disebut dengan DSN (Dewan Syariah Nasional) yang dibentuk pada tahun
1996.
10
pengelolaanya bukan kepada perusahaan Asuransi Syariah yang
diamanahi langsung oleh peserta ketika mengisi aplikasi tanda jadi
kepesertaan yang biasa dikenal dalam industri dengan sebutan SPAJ
(Surat Perjanjian Asuransi Jiwa). Apakah Mekanisme tekhnis seperti
ini tidak melanggar ketentuan syariah khususnya mengenai ketentuan
akadnya ?
Dan jika kita menelaah point yang kedua yaitu bagaimana
suatu perusahaan asuransi mengelola resiko nasabahnya, maka point
ini juga sangatlah menarik untuk dikaji lebih dalam.
Pengelolaan resiko nasabah yang dimaksudkan disini sudah
pasti harus menafikan dua unsur dominan yang ada pada asuransi
konvensional yaitu gharâr dan maisir.
Dalam prakteknya, mekanisme dan juga sistem yang
dijalankan oleh semua perusahaan Asuransi Syariah untuk menafikan
dua unsur ini menggunakan akad atau konsep tabarru’ yang dalam
prakteknya, siapapun nasabah yang bergabung dalam keluarga besar
Asuransi syariah diwajibkan secara sukarela memberikan donasi
(derma) sejumlah dana tertentu yang kemudian dikelola dalam
rekening khusus yang selamanya pengakuan kepemilikannya adalah :
bukan milik perusahaan tetapi milik nasabah secara berjamaah
untuk saling menanggung, saling menjamin serta saling menolong
ketika terjadi sebuah resiko dan musibah terutama yang berkaitan
dengan nilai ekonomis dirinya atau jiwanya (dalam kasus
pertanggungan pada Asuransi Jiwa Syariah / Life Insurance) dan
juga boleh jadi barang yang dimilikinya (dalam kasus pertanggungan
pada Asuransi Umum Syariah/General Insurance).
11
Sehingga pada akhirnya dapatlah disebut Konsep Tabarru ini
adalah ―jembatan‖ yang menghantarkan siapapun yang ingin
berasuransi secara syariah, Konsep Tabarru ini adalah juga ―ruh‖
Asuransi Syariah karena saat ini rasanya semakin sulit untuk
mengajak orang lain untuk saling tolong menolong, saling peduli dan
saling menanggung dalam kontek kejamaahan ketika nilai
kebersamaan dan kegotongroyongan semakin pudar terjadi pada
masyarakat modern.
Pada kondisi seperti ini, Asuransi Syariah via konsep
tabarrunya sebenarnya sedang ―menggoda‖ sesama makhluk ciptaan
Allah SWT agar memiliki ―Sense Of Belonging” yang sama ketika
saudaranya mendapati resiko, tertimpa musibah, kesulitan dan
sebagainya dalam koridor kejamaahan, kebersamaan dan
kegotongroyongan.
Jika demikian dapatlah dikatakan ketika seseorang bergabung dalam
keluarga besar takaful (Asuransi Syariah), sebenarnya ia sedang
menjadi penolong, penanggung serta penjamin bagi keluarganya
sesama muslim bahkan sesama manusia.
Kejadian seperti ini juga merupakan jabaran kecil dari Rahmat
Islam sebagai ajaran bagi semesta alam (Rahmatan Lil A’lamîn).
‖Berjamaah dalam tolong menolong menumbuhkan kembali nilai
nilai kepedulian, kebersamaan dan kegotongroyongan via takaful,
dengan semangat menjalankan sistem yang berbeda yaitu
menghindari maisir, gharâr dan ribâ.15
15Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktek (Jakarta, Gema
Insani, 2006) hal 25, Mohd. Ma‘sum Billah, Islamic Law of Trade And Finance A
Selection of Issues ,Malaysia, Ilmiyyah Publishers Sdn,Bhd, 2003.hal.135.
12
Singkatnya point pertama, dalam kontek kekinian sebenarnya
secara mudah dapat dilaksanakan tanpa ada kendala aspek legal dan
juga kenyataannya, dikarenakan seiring dengan diterimanya berbagai
institusi syariah, infrastruktur untuk menempatkan dana nasabah saat
ini sudah memiliki variasi yang sangat beragam. Seperti Perbankan
Syariah, Obligasi Syariah (Sukuk), Reksadana Syariah dan juga
berbagai macam piliham Saham Syariah yang dipasarkan di Pasar
Modal (Bursa Efek) seperti melalui Bursa Efek Indonesia (BEI)
ataupun yang dipasarkan melalui JII (Jakarta Islamic Index) dan
secara jelas juga sudah mendapatkan legitimasi halal dari Dewan
Syariah Nasional (DSN) Majlis ulama Indonesia (MUI).
Sementara untuk point Kedua, yaitu dalam mengelola resiko
peserta, maka jawaban yang ditawarkan oleh Asuransi Syariah saat
ini adalah dengan cara mengumpulkan dana tabarru’ dalam suatu
rekening khusus sebagai jawaban dari jual beli resiko yang batal
demi hukum karena mengandung unsur Gharâr dan Maisir dalam
Operasionalnya.
Dalam kontek ini Sharing Risk begitu kental ditawarkan oleh
Asurasi Syariah, dalam mekanisme pengelolaan resikonya. Sehingga
dapat dibilang Asuransi Syariah apapun produknya, maka ruhnya
adalah akad Tabarru’.
Sementara itu seiring dengan penerimaan yang begitu antusias
dari ummat Islam, perkembangan industri Asuransi Syariah semakin
menunjukkan grafik yang meningkat dari waktu ke waktu. Jika
berkaca pada tahun 2013 saja dari total 48 perusahaan asuransi jiwa
di Indonesia, ada 20 asuransi jiwa syariah, tiga perusahaan full
fledged dan 17 perusahaan berbentuk unit usaha syariah (UUS), dari
13
20 asuransi syariah tersebut, ada delapan asransi syariah lokal dan 12
asuransi syariah patungan. Persaingan yang semakin ketat di Industri
ini menjadikan asuransi syariah berusaha terus melebarkan sayap
bisnisnya. Dan pada tahun ini diperkirakan pertumbuhan bisnis
Takaful di Indonesia mencapai 30 persen.16
Perkembangan teranyar adalah pada kwartal akhir 2015, dari
data AASI dapat disebutkan bahwa :―Jumlah Perusahaan/Unit
Asuransi Syariah di tahun 2015 dibandingkan periode yang sama di
tahun 2014 mengalami perubahaan yang cukup besar yaitu menjadi
53 perusahaan/unit Asuransi Syariah. Penambahan 2 perusahaan
asuransi jiwa syariah, 1 perusahaan umum syariah dan 1 unit asuransi
Jiwa syariah membuktikan potensi usaha asuransi syariah masih
menjanjikan pada industri perasuransian di Indonesia
Untuk pertumbuhan asset, investasi dan kontribusi industri
asuransi syariah di tahun 2015, mencatat pertumbuhan yang cukup
baik di situasi ekonomi nasional di tahun 2015 ini. Pertumbuhan asset
Asuransi Syariah diangka 18.58%, investasi sebesar 18.57% memang
relatif lebih kecil di bandingkan tahun 2014 dengan pertumbuhan di
atas 30%, namun pertumbuhan kontribusi di tahun 2015 sebesar
13.01% membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang tidak lebih
dari 5%.17
Pada tahun 2013 terdapat fenomena yang menarik di bisnis
takaful Asuransi Syariah ini, beberapa perusahaan asuransi
konvensional yang sudah beroperasi cukup lama dengan kondisi
keuangan yang relatif sehat dan juga memiliki nasabah yang loyal
16Media Asuransi, Edisi 270, Juli 2013 Tahun XXXIII, Artikel Asuransi Jiwa
Syariah Menarik Dan Prosfektif, hal. 10
17
Laporan Akhir Tahun 2015 AAIS
14
beralih sebagai perusahaan asuransi syariah karena tidak dapat
memenuhi persyaratan permodalan. Perusahaan melihat Asuransi
Syariah persyaratan permodalannya lebih rendah saat itu
dibandingkan asuransi konvensional.
Keunikan lain Asuransi Syariah adalah adanya peluang alokasi
surplus underwriting dana tabarru dapat memberikan manfaat lain
yang menguntungkan bagi perusahaan Asuransi Syariah.18
adalah hal
lain yang juga menunjang tumbuh dan berkembangnya perusahaaan
asuransi syariah di tanah air.
Sementara di akhir tahun 2015 yang terjadi adalah sebagai
berikut : Di tengah pertumbuhan kontribusi di tahun 2015 yang
membaik, angka klaim di tahun 2015 menurun di bandingkan di
tahun 2014 dimana pertumbuhan klaim di tahun 2015 adalah 11.80%,
lebih rendah dari tahun 2014 dimana pertumbuhan klaim sebesar
18.81%. Market share Asuransi Syariah di tahun 2015 semakin
membaik dimana untuk market share pendapatan kontribusi (Premi)
Asuransi syariah atas pendapatan Industri di tahun 2015 meningkat
menjadi 6.55% meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar 5.25%.
Untuk market share Asuransi Syariah tahun 2015 di sisi aset
dan investasi juga meningkat dari tahun sebelumnya dimana di tahun
2015, market share menjadi 5.43% untuk aset naik dari tahun 2014
dengan market share 4.83%. Sedangkan untuk investasi, market share
asuransi syariah di tahun 2015 naik menjadi 6.19% yang mana di
tahun sebelumnya di angka 5.44%19
. Dan Sampai dengan bulan Juni
2017, industri asuransi syariah tercatat memiliki aset sebesar Rp
18Media Asuransi, Edisi 270, Juli 2013 Tahun XXXIII, Artikel Asuransi Jiwa
Syariah Menarik Dan Prosfektif, hal. 11.
19
Laporan AASI Akhir Tahun 2015.
15
37,37 triliun. Jumlah ini mengalami pertumbuhan sebesar 22,1%
secara year on year. Capaian ini pun di atas pertumbuhan aset
industri asuransi konvensional yang hanya 14,43%.20
Sampai dengan akhir tahun 2017 perusahaan Asuransi yang
Full Syariah (Life Sharia Full Pledge) berjumlah 7 Perusahaan dari
sebelumya tahun 2016 berjumlah 6 perusahaan yang berarti ada
kenaikan sebesar 14%, Sementara perusahaan unit syariah berjumlah
23 Perusahaan dari sebelumnya tahun 2016 berjumlah 21 perusahaan
ada kenaikan sebesar 9% dari tahun sebelumnya. Adapun Asset dan
Pertumbuhan juga mengalami kenaikan dari sebelumnya tahun 2016
Total asset 23,07 triliun menjadi 33,484 Triliun pada akhir tahun
2017 yang berarti tumbuh sebesar 24%. Catatan kenaikan juga
terlihat pada pertumbuhan kontribusi Premi akhir tahun 2017 sebesar
19 % dari sebelumnya tahun 2016 sebesar 9,488 Triliun menjadi
11,377 Triliun pada akhir tahun 2017.21
Dari data di atas, bahkan sampai dengan Akhir 2017, dapatlah
disimpulkan semakin banyaknya pelaku yang sudah dan akan
beroperasi tentunya menunjukkan takaful atau Asuransi Syariah
sangat menarik dan prosfektif, meski memang untuk semua ini perlu
juga dibarengi dengan pemahaman yang baik terhadap muamalah
Asuransi Syariah, seperti memahami maksud dan arti akad-akad
yang digunakan, Filosofi yang mendasari Asuransi Syariah yang
sangat jauh berbeda dengan tawaran yang dikedepankan asuransi
konvensional, serta istilah-istilah yang sering digunakan oleh agent
20www.kontan.co.id , Pangsa Pasar Asuransi Syariah Merangkak Naik, Selasa
27 Agustus 2017.
21
Market Oulook Asuransi Syariah di Indonesia Tahun 2017 Disampaikan Oleh:
Yurifano Ghani Dirops PT. Asuransi Takaful Keluarga Pada Acara ASM ( Agency Sales
Metting ) Bogor 7-8 Februari 2018.
16
pemasarnya saat mereka melakukan prospek secara utuh terjabarkan
sehingga tujuan dan apa yang diinginkan oleh syariah sebagai sebuah
sistem yang mengatur mekanisme institusi syariah apapun, tak
terkecuali takaful (Asuransi Syariah) bisa dijabarkan secara baik dan
difahami sehingga bisa menjadi solusi berasuransi lebih indah dengan
syariah.22
Hemat penulis, pada Asuransi Syariah ada hal yang sangat
berbeda dan sangat prinsip yang menjadikan Asuransi Syariah tidak
dapat disandingkan dengan Asuransi Konvensional, yaitu dalam hal
kepemilikan dana. Pada Asuransi Syariah dana premi yang
disetorkan oleh peserta berupa kontribusi semenjak awal sudah
terpisahkan secara jelas dan tegas, mana tabungan dan investasi
peserta yang untung serta ruginya ditanggung oleh peserta dan
kepemilikannya adalah milik peserta sampai kapanpun dikarenakan
semua dana itu ada dalam bingkai akad tijari (komersil), dan mana
dana tolong menolong dalam bingkai akad tabarru’ sampai kapanpun
kepemilikannya dikuasai oleh peserta secara keseluruhan dalam
kontek kebersamaan ―Milik bersama‖ untuk kepentingan tolong
menolong sesama peserta yang kegunaannya khusus untuk
mengcover resiko berupa manfaat sesuai akad kontrak pada saat awal
kepesertaan.23
Sementara pada Asuransi Konvensional dana premi
22Agus Edi Sumanto, Ernawan Priarto dkk, Solusi Berasuransi Lebih Indah
Dengan Syariah Jakarta; PT Salamadani Pustaka Semesta, Tahun 2009.Cet 1. Hal 66 &
148.
23
Dalam kenyataan sebenarnya dana peserta berupa kontribusi sejak awal sudah
terpolakan menjadi tiga bagian yaitu : Bagian pertama adalah berupa tabungan atau
investasi peserta yang kepemilikannya adalah milik peserta sampai dengan kapanpun
yang bisa naik dan turun sesuai dengan imbal hasil yang diterima berupa Bagi Hasil dari
nisbah untuk produk yang base on penempatan dananya pada perbankan syariah
menggunakan akad mudharabah atau mudharabah Musytarakah atau selisih keuntungan
dari Nilai aktiva bersih (NAB) untuk produk yang base on penempatan dananya pada
17
yang disetorkan oleh peserta kepemilikannya adalah milik
perusahaan, yang implikasinya adalah tidak terdapatnya pemisahan
dana berupa tabungan dan investasi serta dana cadangan untuk
mengcover resiko peserta sejak awal.
Dan juga perusahaan berhak menggunakan dana itu untuk
apapun selain untuk pengcoveran resiko yang terjadi sesuai dengan
kontrak, yang implikasinya boleh jadi berakibat pada tidak liquidnya
dana untuk membayar klaim nasabah pada saat terjadi klaim,
sehingga sangat dimungkinan terjadi gagal bayar misalnya.
Jika hal ini terjadi maka yang sangat dirugikan adalah peserta.
Berdasarkan hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa Asuransi
Syariah dengan prinsip tolong menolongnya tidaklah dapat
dibandingkan dengan Asuransi Konvensional. Meminjam kata
pepatah ―Jauh Panggang dari Api‖.
Namun Keunggulan Asuransi Syariah dalam sistem boleh jadi
belum bisa dikatakan memadai dan efektif jika tanpa didukung
sumber daya yang memadai pula dan bisa memahami tujuan yang
hendak dicapai walaupun ditopang oleh sebaik dan sebagus apapun
system yang mendasarinya.
Renat I. Bekkin, Martin M.Boyer, dkk dalam penelitian mereka
menyimpulkan bahwa sebuah perusahaan asuransi akan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan oleh manajemen jika memiliki
sumber daya yang memahami sistem yang diterapkan dan juga tujuan
reksadana syariah. Bagian Kedua berupa dana tolong menolong dengan istilah atau
sebutan tabarru yang peruntukannya khusus untuk mengcover resiko nasabah dengan
prinsip tolong menolong. Sementara bahagian yang Ketiga adalah ujrah (loading) atau
biaya yang merupakan dana yang digunakan untuk operasional perusahaan, komisi agent
pemasar dan lain lain yang kesemuanya adalah domain perusahaan dalam
pengakuannya. (Analisa langsung penulis ketika membedah produk yang dipasarkan PT.
Asuransi Takaful Keluarga)
18
yang hendak dicapai. Sistem yang baik tidak akan efektif, jika
sumber daya yang dimiliki tidak mengerti dengan baik akan sistem
tersebut, karena sistem hanya akan berjalan jika sumber daya
memenuhi standard kwalitas, jika tidak maka tujuan yang diharapkan
sulit untuk dapat terpenuhi.24
Disamping itu perusahaan asuransi adalah industri jasa yang
sangat membutuhkan faktor kepercayaan yang sangat tinggi.
Keberadaannya bukan hanya sebagai bentuk dari sebuah industri
bisnis semata, akan tetapi merupakan salah satu instrument financial
kesejahteraan dan ketentraman terutama bagi para nasabahnya. Pesan
kesejahteraan dan ketentraman ini adalah tujuan utama dari janji
berasuransi.25
Dari uraian-uraian yang telah penulis sampaikan, dapatlah
disebut bahwa pesan yang diangkat oleh takaful (Asuransi Syariah)
sebagai salah satu institusi keuangan syariah, bukan hanya pesan
kesejahteraan dan ketentraman sebagaimana Asuransi konvensional.
tetapi lebih dari itu ada juga pesan kepedulian ---dalam prinsip
tolong menolong bahkan berjamaah dalam tolong menolong, saling
ridha, tidak memakan harta dengan jalan bathil.26
Yaitu suatu pesan
yang muncul dipermukaan karena mekanisme pengelolaan resiko
24Renat I. Bekkin, “Legal And Other Ground fir Implementing Islamic
Insurance in Rusia”, Moscow state university of International Relations (university),
Ministry of Foreign Affairs of Russia. www. Bekkin.ru. Martin M Boyer, “Insurance
Taxation And Insurance Fraud”. Journal of Public Ekonomic Theor,2 :101-134.2000.
Martin M Boyer, ―Contructing Under Ex Post Moral Hazart, costly Auditing And
Principal Non-Comitment”, Revieuw of Economic Design,8:1-38:2003. Sondang P.
Siagian Manajemen Stratejik Jakarta : Bumi Aksara, 1995, hal .40
25
Budi Aryono, “Mengahdirkan Komisi Penjamin Polis ―Media asuransi,
Desember 2008 No.215 Tahun XXIX. hal.42
26
Lihat ; QS. Almaidah : 3, QS. An-Nisa :29 dan Juga QS. Ali Imran : 130
19
pada perusahaan asuransi syariah yang muaranya adalah konsep
tabarru’.27
Dan juga landasan muamalah Syariah yang pada ujungnya
adalah bagaimana menjamin harmonisasi hubungan manusia dengan
Tuhan-Nya (Allah SWT) juga manusia dengan sesama manusia
dibawah landasan keimanan dalam bingkai ketauhidan yang suci.
Sehingga dapatlah disimpulkan bahwa secara umum kajian
dasar untuk memahami takaful (Asuransi Syariah) adalah :
Pemahaman secara mendalam tentang perpaduan antara akad tijari --
yang penerapannya adalah berupa sebahagian kontribusi yang
diberikan peserta berupa tabungan dan investasi untuk dikelola pada
usaha-usaha halal yang sesuai dengan syariat Islam) yang dibingkai
bersamaan dengan penerapan Akad tabarru pada sisa kontribusi yang
di keluarkan peserta untuk kemudian secara langsung dikelola oleh
perusahaan (operator).
Implikasi langsung dari perpaduan akad ini adalah orientasi
hasil pengembangan dana tabungan dan investasi yang tidak boleh
melanggar ketentuan syariat pada satu sisi (berarti Asuransi Syariah
tidak boleh bebas nilai) serta sikap kepedulian, tolong menolong,
saling menopang di kala musibah datang dilandasi atas niatan tulus
dari semua yang bergabung didalamnya dengan menyisihkan
sebahagian kecil dari dananya untuk berbagi dan peduli pada sisi
yang lain. Perwujudan dari semua ini adalah produk-produk yang
27Akad Antara Sesama Peserta; Tabarru’Risk-Sharing Based (Ta’awunî),
dimana antara sesama peserta bertabarru‘ untuk saling memikul resiko bila salah satu
atau lebih tertimpa musibah. Catatan : Bahwa peserta bertabarru’ kepada sesama
peserta, dan bukan bertabarru’ kepada perusahaan asuransi syariah
20
dipasarkan oleh perusahaan Asuransi Syariah yang kemudian
dijadikan sarana bagi khususnya ummat Islam yang gamang dengan
kehadiran asuransi konvensional untuk membantu perencanaan
keuangan keluarganya dalam jangka panjang.
Berkenaan dengan konsepsi Akad yang melatarbelakanginya
ini, maka penulis merasa perlu untuk menelaah lebih dalam tentang
kesesuaian antara teori dan praktek yang diterapkan oleh perusahaan
Asuransi Syariah dalam hal mengelola dana dan Resiko nasabahnya
dengan mengadakan studi langsung kepada PT. Asuransi Takaful
Keluarga. Pemilihan PT. Asuransi Takaful Keluarga dilandasi
oleh beberapa pertimbangan yaitu :
1. PT. Asuransi Takaful Keluarga adalah Perusahaan
Asuransi Syariah Pertama di Indonesia. Infrastruktur yang
ada pada PT. Asuransi Takaful Keluarga sangat
mendukung keinginan penyusun untuk bisa
membandingkan kajian tentang Asuransi Syariah dalam
tataran teori dan prakteknya secara lebih objektif.
2. PT. Asuransi Takaful Keluarga sejak awal berdiri tetap
istiqamah untuk hanya memasarkan Produk-Produk
Syariah, sehingga tidak ada kekhawatiran pencampuran
antara yang syariah dan yang bukan syariah pada tataran
praktek dan aplikasinya.
3. Back Ground atau latar belakang historis PT. Asuransi
Takaful Keluarga, terutama pada saat awal berdirinya
sangat jauh berbeda dibandingkan perusahan yang
memasarkan produk produk asuransi syariah lainnya.
Boleh disebut PT. Asuransi Takaful Keluarga adalah
21
lembaga awal hasil perjuangan serta ijtihad kreatif para
ilmuan Muslim dan ulama di Indonesia khususnya yang
tergabung dalam ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim
Indonesia) dan MUI (Majlis Ulama Indonesia), sehingga
ada spirit perjuangan yang ingin meninggikan dakwah
ekonomi syariah khususnya di Indonesia.
Atas dasar ini, maka penulis memberi judul tesis ini : KONSEP
AKAD PADA ASURANSI SYARIAH; Studi Terhadap Pengelolaan
Dana dan Resiko pada PT. Asuransi Takaful Keluarga Dalam persfektif
Hukum Islam
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, ada beberapa permasalahan
yang dapat diidentifikasi yaitu :
a. Sebagai sebuah institusi keuangan yang tidak dikenal di zaman
Nabi SAW keberlakuannya dan sebagai lembaga yang hadir
sebagai murni ijtihad kreatif dari ulama-ulama kontemporer,
Asuransi Syariah pastilah hadir tidak sepenuhnya langsung
diterima oleh khalayak ummat, ia hadir dengan beberapa
catatan penerimaan. Pada Sebahagian orang ―ada kesan”
bahwa Asuransi Syariah sama saja dengan Asuransi
Konvensional bahkan sebahagian yang lain berani
menyuarakan tentang ―Tidak Syariahnya Asuransi Syariah‖.
Karena itu konsekwensi tidak bulatnya penerimaan sebahagian
ummat harus diterima oleh institusi semacam Asuransi Syariah
ini. Setidaknya harus ada jawaban tentang apa itu Asuransi
Syariah dengan berbagai macam motif tujuan dari
22
kelahirannya, sehingga dapat meminimalisir ―ketidak bulatan
penerimaan kehadirannya‖ pada sebagian masyarakat muslim.
b. Sebagai kenyataan sejarah, maka lahirnya PT. Asuransi
Takaful Keluarga, tidak bisa dipisahan dengan tumbuh dan
berkembangnya institusi Asuransi dengan dasar pijakan
Syariat Islam secara umum di Indonesia, yang juga pasti penuh
dengan dinamika dan fase-fase yang tidaklah sederhana, yang
apabila ditelaah, dapat menjadi asbab bagi khalayak
memahami dan mengerti akan betapa berbedanya Asuransi
Syariah dengan Asuransi yang Non Syariah. Yang menarik
dari kenyataan ini adalah Penerimaan utuh hadirnya institusi
ini baru Nampak pada tahun 1998 saat badai krisis moneter
terjadi di Indonesia, saat dimana perusahaan perbankan dan
Asuransi yang berbasis Ribawi bertumbangan. Yang
hikmahnya adalah sebuah kenyataan yang nampak
dipermukaan secara massif tentang tumbuh dan
berkembangnya lembaga keuangan syariah khususnya
perbankan syariah tak terkecuali Takaful Asuransi Syariah.
c. Untuk menjaga keluhuran nilai dari takaful sebagai sistem
Asuransi Syariah, perlu kiranya penulis memaparkan secara
utuh tentang bagaimana sebenarnya konsep Akad pada
Asuransi Syariah baik Akad Tabarru maupun Akad Tijari
sebagai landasan awal dari pengelolaan resiko dan dana
nasabah pada perusahaan Asuransi Syariah menurut teori dan
praktek, karena dalam beberapa kasus dilapangan, masih ada
hal yang belum sesuai antara penerapannya dalam praktik dan
pelaksanaannya. Contoh mengenai hal ini adalah
23
pemberlakuan akad-akad yang melatarbelakangi produk-
produk yang dipasarkan oleh PT Asuransi Syariah.
d. Sebagai lembaga yang juga diharapkan bisa eksis dalam
jangka panjang, hemat penulis harus difikirkan tentang
bagaimana takaful sebagai institusi Bisnis yang berbasis
Syariat Islam harus tetap memiliki basis profit oriented
namun dengan tetap meninggikan konsep social orientednya
tanpa reserve. Oleh karena itu konsep tolong menolongnya
yang juga sejalan dengan pengelolaan dana tabungan dan
investasi nasabahnya harus terus dimodifikasi sehingga
menuju pada sesuatu yang mendekati ideal dalam tataran
syar‘i yaitu dengan menempatkan semua peserta dalam
keluarga besar yang saling menopang dan menanggung.
Meminjam Istilah dalam pepatah ―Berat sama dipikul Ringan
sama dijinjing‖. Atau dengan menggunakan Bahasa yang
mudah difahami adalah ―Berjamaah dalam tolong menolong‖
ketika musibah, resiko, kerugian dialami oleh seseorang atau
lembaga dalam koridor kepesertaan dengan tanpa ada yang
merasa dirugikan diantara kedua belah pihak.28
Solusi
28Menurut Ismail Yusanto dalam mekanisme kerja asuransi Takaful (Asuransi
Syariah yang dipraktekkan saat ini,Pen), bila dikaji lebih jauh, didalam mekanisme kerja
Asuransi Takaful agaknya berlangsung dua akad sekaligus, yakni akad saling
menanggung diantara para nasabah (akad takafuli) dan akad syarikat antara nasabah dan
perusahaan Takaful yang dibuktikan dengan adanya bagi hasil uang nasabah yang
disimpan perusahaan asuransi Takaful. Masih menurut beliau, ---Dalam akad saling
menanggung, siapakah yang menjadi penangung dan yang ditanggung? Bila akad dalam
Takaful adalah aqad Takafuli antar peserta, pernahkah aqad itu berlangsung sebagaimana
mestinya di antara mereka sendiri? Bila di antara nasabah sudah bisa saling
menanngung, lalu apa fungsi dari Perusahaan Takaful? Maksudnya dalam hal ini,
kedudukan perusahaan Takaful sebagai apa? Apakah sebagai Pengelola atau sebagai
Nasabah, mengapa disebut perusahaan takaful, mengapa bukan perusahaan biasa
sebagaimana yang lain?. Tetapi benarkah asuransi Takaful bertindak sebagai pengelola
24
kontruktif harus mulai diangkat ke permukaan untuk
pengelolaan resiko yang tingkat kemaslahatannya lebih besar
pada tahapan selanjutnya. khusus untuk kasus di Indonesia,
produk-produk takaful yang sekarang beredar, sepertinya
masih ―copy paste‖ dari produk konvensional.29
tentunya tetap
dengan landasan akad yang berbeda, tetapi substansi manfaat
serta penjaminannya masih sama. Oleh karena itu via
pemahaman yang komprehensip tentang bagaimana
pengelolaan dana dan resiko pada Asuransi Syariah
dijalankan, ke depan bisa ditemukan sebuah terobosan baru
yang lebih cerdas akan bagaimana Asuransi Syariah lebih bisa
menjawab tantangan zaman di tengah dinamika kehidupan
yang semakin komplek dan masyarakat yang sangat
membutuhkan jaminan proteksi yang lebih besar dalam
dana nasabah? Ternyata tidak, karena dana yang dikumpulkan tidak dikelola sendiri,
melainkan disalurkan kepada Bank Syariah, itupun oleh Bank Syariah disalurkan
kembali kepada Pengusaha. Karena bukan sebagai pengelola, maka semestinya
perusahaan Takaful hanya berfungsi sebagai pialang (perantara) antara nasabah dengan
pengusaha (Yang dalam faktanya itupun tidak pernah ada), ataupun wakil nasabah dalam
berhadapan dengan pengusaha. Sebagai perantara, takaful berhak mendapatkan komisi.
Sedang sebagai wakil, Takaful bisa mendapatkan imbalan (Ujrah atau iwadh). Tetapi
dalam kenyataannya, mengapa perusahaan memungut bagi hasil dan karenanya juga
menanggung kerugian.(Lihat Ismail Yusanto, Islam dan Asuransi : Sebuah Langkah
Menuju Kelangsungan Ekonomi Syariah, Al Azhar Press, Bandung. hal. 31-34 t.t)
melihat kenyataan ini, maka boleh jadi dan sangat dimungkinkan terjadi kerugian pada
perusahaan Asuransi Syariah disebabkan beban resiko yang besar menjadi
tanggungannya sementara Nasabah pada posisi yang diuntungkan dikarenakan manfaat
dan pertanggungannya sudah secara Fixed menjadi tanggungan perusahaan. Oleh karena
itu atas dasar keadilan harus dicarikan solusi yang lebih baik pada system ini, sehingga
pada saat berikutnya dimensi keadilan bisa ditegakkan.
29
Khususnya di Indonesia produk produk asuransi syariah yang beredar di
masyarakat sama dengan produk-produk yang dikeluarkan oleh konvensional, bahkan
menurut ketua umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia AASI, Asuransi syariah harus
memiliki standard baku, baik itu berkaitan dengan wording polis, etika agency, dan
sertifikasi agency. Lihat Charles Siahaan, ― Asuransi Syariah Menanti Akad Baru‖,
Media Asuransi, September 2008, No.212 Tahun XXIX, hal. 19-22.
25
mengantisipasi berkurangnya nilai ekonomis dirinya
disebabkan resiko dan musibah dalam bingkai kebersamaan
dan berjamaah dalam tolong menolong.
2. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, dan juga
agar pembahasan penelitian penulis terarah, maka penulis membatasi
ruang lingkup pembahasan hanya berkisar pada pemaparan tentang apa
dan bagaimana Asuransi Syariah dan hubungannya dengan kelahiran
PT. Asuransi Takaful Keluarga sebagai pelopor Asuransi Syariah di
Indonesia serta bagaimana penerapan konsep akad dijalankan,
khususnya akad tabarru’ dan akad tijâri pada produk-produk Asuransi
Syariah terutama yang dipasarkan oleh PT Asuransi Takaful
Keluarga, dan dalam tesis ini juga hanya dibatasi pada pembahasan
tentang bagaimana mekanisme pengelolaan dana dan resiko nasabah
yang berhubungan erat dengan produk-produk yang dipasarkan oleh
PT. Asuransi Takaful Keluarga dijalankan.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah yang sudah penulis
paparkan diatas, maka dapatlah dirincikan rumusan masalah sebagai
berikut :
a. Apakah yang dimaksud dengan pengertian Asuransi Syariah ?
b. Bagaimana sejarah berdirinya PT. Asuransi Takaful Keluarga?
c. Akad-Akad apa yang digunakan oleh PT. Asuransi Takaful
Keluarga?
d. Bagaimana mekanisme pengelolaan dana dan pengelolaan resiko
pada PT. Asuransi Takaful Keluarga ?
26
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian tesis ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui dan memahami hakekat Asuransi Syariah secara
komperehensip, baik dalam kajian historis ataupun secara
realistis-praktis. Serta mengetengahkan pemahaman secara
mendalam dan menyeluruh tentang Asuransi Syariah dalam
tinjauan hukum Islam.
2. Mengetahui Sejarah lahirnya PT. Asuransi Takaful
Keluarga sebagai Asuransi Syariah di Indonesia.
3. Mengetahui Konsep akad pada produk -produk Asuransi
Syariah khususnya produk yang dipasarkan oleh PT Asuransi
Takaful Keluarga dalam Persfektif hukum Islam
4. Mengetahui bagaimana pengelolaan resiko dan dana pada PT.
Asuransi Takaful Keluarga secara teori dan praktik.
D. Dasar Pemikiran
Diantara referensi dari buku atau karya ilmiah yang menjadi
acuan dan dasar pemikiran dari penulisan tesis ini antara lain adalah :
1. Muhammad Syakir Sulla, Prinsip-Prinsi[ dan sistem operasional
Takaful serta perbedaannya dengan Asuransi Konvensional
Jakarta : AAMAI.2002.
2. AM Hasan Ali, Asuransi Dalam Persfektif Hukum Islam (Suatu
tinjauan Analisis Historis, Teoritis dan Praktis) Tesis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta).th.2003.
3. Moh Fadzli Yusof, Takaful :Sistem Insurance Islam. Tinggi Press
SDN Berhad Kuala Lumpur Tahun 1996.
27
4. Muhammad Syakir Sulla, Asuransi Syariah, Asransi Syariah Life
And General Konsep dan sistem Operasional, Jakarta, Gema
Insani Press, 2004.
5. Arpah Bt Abdul wahab, Asuransi Menurut Hukum Islam (Jakarta
Institut Agama Islam Negeri (IAIN Jakarta) tahun 2008
6. Muhammad Nejatullah Siddiqi, Insurance in an Islamic Economy,
Leicester: The Islamic Foundation, tahun 1987.
7. Agus Edi Sumanto, Ernawan Priarto dkk, Solusi Berasuransi
Lebih Indah Dengan Syariah Jakarta; PT Salamadani Pustaka
Semesta, Tahun 2009.
Hemat penulis karya-karya diatas telah memberikan kahazanah
keilmuan yang sangat bermanfaat bagi siapapun yang ingin mendalami
apa itu Asuransi Syariah, namun masih sangat sederhana dalam
penjelasan pada sisi praktisnya, apalagi jika dihadapkan pada
permasalahan mekanisme pengelolaan dana dan resiko yang terjadi
pada perusahaan asuransi Syariah saat ini secara lebih spesifik,
dimana produk Asuransi Syariah berkembang dalam dinamika yang
sangat cepat dan bahkan dengan pilihan yang lebih beragam.
Padahal pemahaman secara mendalam tentang mekanisme pengelolaan
dana dan resiko pada Asuransi Syariah secara utuh adalah bagian dari
ikhtiar kita dalam memahami Asuransi Syariah dalam tinjauan
hukum Islam. Dan dari pemahaman ini, diharapkan tumbuh keyakinan
bahwa Asuransi Syariah adalah hasil ijtihad kreatif yang merupakan
sumbangan pemikiran ulama-ulama kontemporer yang kehadirannya
adalah sebagai solusi dari kegamangan ummat terhadap asuransi
konvensional yang melanggar prinsip prinsip dasar dari syariah. Juga
memberikan keyakinan bahwa kehadiran Asuransi Syariah adalah
28
sebagai sarana bagi manusia modern yang ingin berjamaah dalam
tolong menolong, mewujudkan kepedulian dalam bingkai kebersamaan
yang sesuai dengan syariat Islam.
Berangkat dari hal tersebutlah maka Tesis ini disusun. Hadir
dengan analisis yang berbeda yaitu : bagaimana mekanisme
pengelolaan dana dan resiko pada Asuransi Syariah dijalankan secara
lebih spesifik, sehingga menjadikan bahasan Tesis kami yang berjudul
:―Konsep Akad Pada Asuransi Syariah Studi Pengelolaan Dana dan
resiko Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga Dalam Persfektif Hukum
Islam”, akan semakin menarik.
E. Metodologi Dan Langkah Langkah Penelitian
Metode pembahasan dalam penyusunan tesis ini, adalah dengan
menggabungkan dua metode, yaitu : Library Reseach atau kajian
pustaka dan Field Reseach atau kajian lapangan.
Kajian kepustakan penyusun gunakan ketika membahas tentang
aspek historis dan teoritis tentang Asuransi Syariah khususnya di
Indonesia melalui buku-buku, makalah, manuskrip maupun informasi
via media internet dan lain sebagainya.
Adapun kajian lapangan dilakukan untuk menganalisa
mekanisme pengelolaan dana dan resiko pada Asuransi Syariah
penyusun lakukan dengan melakukan studi langsung kepada
PT. Asuransi Takaful Keluarga Life Insurance.
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam Penelitian ini terdiri dari lima Bab dengan uraian
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari bahasan sebagai berikut :
29
Latar Belakang Masalah, Permasalahan yang terdiri dari : Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah Serta Perumusan Masalah, Dasar
Pemikiran, Tujuan Penulisan, Metodologi dan Langkah Langkah
Penulisan serta Sistematika Pembahasan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI
SYARIAH
Dengan bahasan sebagai berikut :
Pengertian Asuransi Syariah, Perbedaan Antara Asuransi Syariah
dengan Asuransi Konvensional, Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah,
Pendapat dan Ragam Penerimaan Asuransi Syariah di Indonesia,
Urgensi Asuransi Syariah Bagi Ummat Islam.
BAB III SEJARAH LAHIRNYA TAKAFUL KELUARGA
Dengan bahasan sebagai berikut :
Sejarah Asuransi Syariah di Indonesia, Takaful Keluarga Asuransi
Syariah di Indonesia.
BAB IV AKAD TABARRU DAN AKAD TIJARI PADA
ASURANSI SYARIAH
Dengan bahasan sebagai berikut :
Pengertian Akad tabarru dan tijari Pada Asuransi Syariah, Pandangan
Ulama Tentang Akad tabarru dan tijari, serta Mekanisme Penggunaan
Akad dan Konsep tabarru dan tijari Pada Produk-Produk Yang
dipasarkan ransi Takaful Keluarga, Pemaparan Umum Penggunaan
Akad Tabarru dan Tijari Pada Produk Takaful Keluarga, Penjelasan
tekhnis Pengelolaan Dana dan Resiko Pada Takaful Keluarga.
30
BAB V MEKANISME PENGELOLAAN DANA DAN
RESIKO PADA PT. ASURANSI TAKAFUL
KELUARGA
Dengan bahasan sebagai berikut :
Tinjauan Umum Operasional Asuransi Syariah, Mekanisme
Pengelolaan Dana Nasabah (Tabungan dan Investasi) Pada Takaful
Keluarga, Pengelolaan Dana Nasabah Pada Takaful Keluarga,
Pengelolaan Resiko Nasabah Pada Takaful Keluarga, Serta
Pengelolaan Dana dan Resiko Nasabah Pada Takaful Keluarga Dan
Kesesuaiannya dengan Hukum Islam dan Fatwa DSN
BAB VI PENUTUP
Yang terdiri dari kesimpulan penelitian dan Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN
31
32
199
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asuransi Syariah diartikan sebagai: ”Usaha saling melindungi dan
tolong-menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah. Akad yang dimaksud adalah
yang tidak mengandung gharâr (penipuan), maisir (perjudian), ribâ,
zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.”
2. Sebagai Pelopor Asuransi Syariah di Indonesia, Takaful Keluarga
hadir sejak tahun 1994 melalui fase perjuangan yang berliku dan
panjang. Kelahirannya adalah sebagai jawaban atas kepentingan
masyarakat modern yang dalam kehidupannya tidak bisa lepas dari
kebutuhan berasuransi dalam berbagai aktifitasnya. Keinginan dan
cita-cita ini mendapatkan angin segar pada awal-awal tahun 1990-an
yang ditandai dengan lahirnya Bank Syariah pertama yaitu BMI
(Bank Muamalat Indonesia) pada tahun 1991 dan lahirnya Asuransi
Syariah pertama di Indonesia PT. Asuransi Takaful Indonesia pada
tahun 1994 atas prakarsa ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim
Indonesia) ditopang oleh MUI (Majlis Ulama Indonesia). Dua
peristiwa yang sejatinya menjadi Rahmat Tuhan (Allah SWT) bagi
Bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Muslim
bahkan Muslim terbesar di dunia dan menjadi tonggak berdiri dan
berkembangnya institusi keuangan lainnya pada masa selanjutnya.
3. Secara khusus hal yang membedakan antara institusi keuangan
berbasis syariah tak terkecuali Asuransi Syariah adalah Akad-akad
yang melatar belakangi apapun yang ditawarkan kepada khalayak
200
umum baik berupa produk maupun berupa sistem yang
ditawarkannya. Takaful Keluarga mengunakan akad tabarru’ dan
akad tijari guna menjaga keabsahan transaksi sesuai dengan kaidah
syariah. Melalui akad tabarru’, peserta menghibahkan sejumlah dana
untuk dikelola perusahaan sebagai dana tolong menolong jika terjadi
musibah diantara peserta. Sementara penggunaan akad tijari
diwujudkan pada dua akad yaitu :
Pertama: Penggunaan akad Mudharabah yaitu, akad antara pemilik
modal (Shahibul Maal) dengan pengelola modal (Mudharib) untuk
melakukan suatu usaha atau investasi, dengan syarat keuntungan
yang diperoleh dibagi untuk kedua belah pihak berdasarkan
persentase tertentu sesuai dengan kesepakatan yang dibuat. Melalui
akad ini, perusahaan ---sebagai mudharib--- berperan sebagai
pengelola dana tabungan peserta untuk diinvestasikan melalui model
investasi yang ditentukan perusahaan. Peserta akan menerima bagi
hasil (Profit Sharing) atas perolehan keuntungan investasi sesuai
kesepakatan pada awal perjanjian. Akad mudharabah ini
diaplikasikan pada produk Takaful Dana Pendidikan (FULNADI).
Kedua : Penggunaan Akad Wakalah Bil ujrah yaitu akad pemberian
kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana
peserta dengan pemberian ujrah (Operational Fee). Perusahaan ---
Sebagai pihak yang diberi kuasa--- mengelola dana tabungan peserta
untuk diinvestasikan melaui model investasi tertentu berdasarkan
kebutuhan, preferensi, serta risk profile masing masing peserta.
Dengan penarikan ujrah berupa biaya administrasi dan investment
fee, peserta akan memperoleh keseluruhan hasil investasi.
Penggunaan Akad Wakalah Bil Ujrah pada Takaful Keluarga
diaplikasikan pada varian produk Unit Link yaitu, Takafulink
201
Salam, Takafulink Salam Cendikia, Serta Takafulink Salam
Ziarah baitullah dan Takafulink Salam Waqaf.
4. Takaful Keluarga dalam mekanisme operasionalnya hanya
mengelola dua hal yaitu : Pertama : Mengelola resiko peserta dengan
menafikan maisir dan gharar dengan akad tabarru yang melandasi
hubungan antara sesama peserta dan Kedua : Mengelola dana peserta
dengan manafikan unsur riba dan mengusahakan dana peserta
berkembang dalam jangka menengah dan panjang via usaha-usaha
yang halal, terhindar dari zhulm dan rasywah serta hal-hal lain yang
tidak melanggar ketentuan-ketentuan syariat Islam.
Kongkritnya adalah Disamping mengelola dana tabarru’. Asuransi
Takaful Keluarga berperan sebagai pengelola dana tabungan peserta
untuk diinvestasikan melalui akad dan model investasi tertentu sesuai
dengan ketentuan produk yang dipilih.
A. Saran-Saran
1. Untuk menilai sesuatu itu sesuai dengan syariah sebenarnya
parameter yang digunakan bukan hanya berkaitan dengan hubungan
antara peserta di satu sisi dengan perusahaan saja pada sisi lain. Pada
kasus lembaga keuangan seperti Takaful Keluarga ada pihak lain
yang juga terlibat secara dominan yaitu: Agen pemasar (duta
Asuransi Syariah) dan juga pihak ketiga yang dilibatkan sebagai
wadah menyimpan dana peserta takaful. Terkait dengan agen
pemasar sepanjang yang kami pahami sampai dengan saat ini belum
ada kajian yang mendalam tentang sebesar apa mereka pantas
menerima fee (komisi) atau bonus dan bagaimana pola kerja diantara
mereka dengan perusahaan dimana mereka bernaung. Hal ini
berakibat pada besarnya biaya akuisisi yang dikeluarkan perusahaan
202
menjadi besar dan kemudian menjanjikan komisi yang besar pula
buat agent pemasarnya dengan tingkatan yang berjenjang. Dari sini
terdapat akibat lanjutnya yaitu : dengan besarnya biaya yang
dikeluarkan oleh peserta Asuransi Syariah saat ini, ada kesan dari
penulis, jika tidak dijelaskan secara transparan apa yang terdapat
dalam SPAJ (Surat Permohonan Asuransi Jiwa) / Aplikasi
Kepesertaan berupa akad-akad yang membentuk sebuah produk akan
hilangnya pemahaman tidak dikenal adanya dana hangus pada
Asuransi Syariah pada masa selanjutnya. Padahal kesan inilah yang
dominan ada pada benak calon nasabah ketika bergabung atau
mengambil Produk Asuransi Syariah untuk Keluarga tercinta.
2. Pada kasus pendelegasian dana tabarru’ yang berbentuk kumpulan
dana yang besar, hemat penulis perlu difikirkan hadirnya institusi
Wali amanah pada Perusahaan Asuransi Syariah di masa yang akan
datang. Sebuah institusi yang hadir untuk menjembatani niatan mulia
peserta yang sedari awal sudah menunaikan kewajibannya
memberikan kontribusi tabarru’ namun dapat disebut hilang jejak
dan kontaknya setelah itu padahal pada saat bersamaan juga berhak
mendapatkan manfaat jika terjadi resiko. Kepentingan lain dari
lembaga ini adalah pertama menjadi jembatan dalam melakukan
investasi dana tabarru’ yang terkumpul yang sebenarnya
tanggungjawabnya sudah diwakilkan kepada perusahaan, Kedua:
sebagai pihak yang bisa diserahkan amanah berupa pengelolaan dana
tabarru’ peserta jika suatu saat perusahaan mengalami kebangkrutan
atau pailit. Namun untuk poin kedua ini perlu difikirkan landasan
hukum yang bisa menaunginya jika mau diterapkan.
3. Untuk menjaga citra baik Lembaga Asuransi Syariah seperti Takaful
Keluarga dimasa selanjutnya, selain akad-akad yang membentuk
203
produknya, serta tata kerja mekanisme operasional pengelolaan dana
dan resiko peserta yang bergabung, maka Koor bisnis dari lembaga
ini semuanya harus menggunakan sudut pandang syariah, mulai dari
bagaimana berbusana di tempat kerja, suasana kantor yang kondusif
dengan nilai-nilai syariat Islam yang bertanggungjawab diterapkan.
Dan juga corporate culture yang dibangun harus juga belandaskan
syariat Islam.
4. Mengambil spirit dari Takaful Keluarga yang dalam pengelolaan
dana dan resikonya sedari awal datang sudah dengan baju syariah
secara mantap, sudah saatnya lembaga-lembaga yang masih mendua
dalam menjalankan roda bisnisnya pada industri Asuransi Syariah,
memisahkan diri secara total dari induknya yang konvensional. Hal
ini adalah dalam rangka menjaga kenyamanan nasabah yang ingin
harta yang ia peroleh dan belanjakan benar-benar terjaga dengan baik
dari hal- hal yang di larang dalam syariat Islam.
5. Untuk tumbuh kembangnya industri keuangan semacam Asuransi
Syariah di masa yang akan datang, maka hubungan baik secara
internal dan eksternal sudah sepatutnya dilakukan takaful keluarga
tanpa ada kesan membatasi diri kepada pihak lain tentunya dalam
bingkai hubungan yang saling menasehati dan insya Allah membawa
keuntungan dan keberkahan pada pihak lain.
6. Pada akhirnya penulis berdasarkan interaksi yang dalam selama
Penelitian dan memperhatikan selama beberapa tahun dinamika
internal yang dihadapi oleh perusahaan Asuransi pertama syariah di
Indonesia yaitu Takaful Keluarga dapatlah disebut bahwa
mekanisme pengelolaan dana peserta yang berbentuk tabungan atau
investasi dan juga pengelolaan resiko peserta dengan berbagai macam
pilihan proteksi dan manfaat yang diambilnya, secara umum
204
(sepanjang yang penulis ketahui), apa yang dilaksanakan dan
dijalankan oleh Takaful Keluarga sampai dengan hari ini tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip umum yang melandasi
operasional tata kelola Asuransi Syariah di Indonesia terutama yang
terkait dengan konsentrasi penelitian kami yaitu akad-akad yang
melatar belakanginya yang dasarnya adalah Fatwa-fatwa DSN MUI.
Meskipun demikian ada beberapa hal yang hemat penulis sangat baik
untuk diteliti lebih lanjut, yaitu penggunaan akad-akad yang lain dari
yang sudah ada dan di terapkan saat ini (yaitu : mudhârabah,
Mudhârabah Musytarakah dan wakâlah bil ujrah serta akad tabarru’
itu sendiri) sepanjang marketable dapat diterapkan saat ini dan pada
masa selanjutnya. Tentunya dengan tetap menjaga nilai-nilai luhur
syariat dan juga kebutuhan masyarakat akan produk-produk Asuransi
Syariah yang lebih sesuai dengan kehidupan di masa modern.
Wallaahu A’lam Bis Shawab.
205
206
206
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus Indonesia-Arab,Arab-
Indonesia, Jakarta, PT.Bentara Antar Asia,1991
Abdurrahman bin Jadillah al Bannany,Hasyiyah al Bannâny, Bairut : Dar al
Fikr,1983.
Abd. Rahman Al Jaziry,al Fiqh ‘Ala al Madzâhib al Arba’ah, Bairut : Dar al
Qalam, t.th.
Abd. Rahman bin Shalih Abd. Lathif,al Qawa’id wa al Dhawâbith al
Fiqhiyyah al utadhaminah li al Taisir,(Madinah : Jami’ah al
Madinah,t,th.),
Abdul Wahhâb Khallâf, Ilmu Ushûl Fiqh, (Kuwait: Dar al Qalam,1978)
Abdul Wahhab Abd Muhaimin, H,Lc,MA,DR, Kajian Islam Aktual, Jakarta,
Gaung Persada Press, 2011.
Abu Daud,Sunân Abî Dâud, Bairut : Dar al Fikri,t.th.
Ade Dedi Rohayana, Ilmu Qawâ’id fiqhiyyah, Jakarta : Gaya Media
Pratama,2008.
Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisi Fikih dan Keuangan, Jakarta
:Rajawali Presss,2009.
Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam , Lahore : Islamic
Publication,1990.
Agus Edi Sumanto, Ernawan Priarto dkk, Solusi Berasuransi Lebih Indah
Dengan Syariah, Jakarta; PT Salamadani Pustaka Semesta,
Cet 1Tahun 2009.
Ahmad bin Hambal,al Musnâd , al Qahirah : Dâr al Hadîst,14186 H/1995 M.
Ahmad bin Muhammad al Hamawy,Ghamzu ‘Uyuûn al Bashâ’ir Syarh al
Asybah wa al nazhâ’ir, t.t.: Dar al Kutub al ‘Ilmiyyah,1405 H.
Ahmad bin Muhammad al Zaqrâ’, Syarh al Qawâ’id al Fiqhiyyah, Damascus
:Dâr al-Qalâm, 1409 H/1989 M.
207
Ali Ahmad al Nadawy, Mausu’ah al Qawâ’id wa al Dhawâbith al Fiqhiyyah,
t.t:t.p.1419 H /1999 M.
-------------, al Qawâ’id al Fiqhiyyah, Damascus : Dâr al- Qalâm,1994.
-------------, al Qawâ’id wa al Dhawâbith al Fiqhiyah, t.t. : 1419 H / 1999.
Amir Syarifuddin ,Garis-garis Besar Fikih, Jakarta : Kencana,2003.
AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam: SuatuTeori
Analisis Histories,Teoritis dan Praktis, Jakarta : Kencana,2004
Al Asnawy, Nihayah al Shûl fi Syarh Munhaj al Wushûl fi Ilmi al Ushûl,
Mesir :Mathba’ah Muhammad Ali Shahib wa Auladih, t.tj.
--------------, al Tamhîd fî Takhrîj al Furû’ Ala al Ushûl,Bairut : Dâr al
Fikr,1400 H/1980 M.
Asjmuni Abd. Rahman, Kaidah-Kaidah Fiqh, (Jakarta : Bulan Bintang,1976)
Atabi Ali Ahmad Zuhdi Mudhor,Kamus Kontemporer, t.t. : Multi Karya
Grafika,1996
‘Athiyah ‘Adlan ‘Athiyah Ramadhân, Mausu’ah al Qawâ’id al Fiqhiyyah, al
Iskandariyah : Dâr al-Qimmah- Dar al Iman,t.th.
A.W. Munawwir,Kamus al Munawwir, Surabaya : Pustaka Progressif,1997.
Al Baidhâwy, Minhaj al Wushûl Ila Ilmi al Ushûl, Mesir : al Maktabah al
Tijariyah, 1326 H.
Bukhari Alma, H,DR, Prof, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung:
Alfabeta,2009).
Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukuan Kantor Bank Syariah,
Jakarta : Bank Indonesia, 1999.
Al Bukhâry, Shahih al-Bukhâri, (al Qahirah : Dar al Hadist, 1425 H/2004M).
Depag RI, Ilmu Fikih,Jakarta : DIPERTA,1983
Cacan Soemantri Agis ,SE.AAAIJ dkk , Modul Pengetahuan Dasar Takaful,
Penerbit Trendi (Training Reseach And Development) PT
Asuransi Takaful Indonesia Jakarta edisi revisi Tahun 2005
208
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,(Jakarta : Balai Pustaka ,1988).
Al Dimyathy, I ‘annah al Thalibin, (Semarang: Toha Putera,t.th.)
DSN MUI,Himpunan Fatwa DSN MUI, Cipayung-Ciputat:DSN,1427H/
2006 M, Edisi Refisi,cet IV ,h. VIII,IX.
Hasanuddin, Konsep dan Standar Multi Akad Dalam Fatwa DSN MUI,
Disertasi SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2008 M / 1429 H.
Husaen Hamid Hasan, Hukmu al Syarî’ah al Islamiyyah Fi ‘Uqûdi al
Ta’mîn,Cairo: Dar al I’tisham,t.th.
Huzaimah Tahido Yanggo, Hj,MA, Dr,Prof, Masail Fiqhiyyah Kajian
Hukum Islam Kontemporer ,Bandung: Angkasa, 2005
Al Husaimy Yusuf al Syaikh, Buhûts fi Ushûl al Fiqh Lighair al
Hanafiyah,t.t.:t.p.t.th.
Ibnu Hajar al ‘Asqalâny,Fath al Bâry Syarh Shahîh al Bukhârî, Bairut : Dâr
al Fikr,t,.th.
----------------, Ibânah al Ahkâm, Bairut- Libnan : t.p., 1424 H / 2004 M.
Ibnu Majah,Sunan Ibnu Mâjah, t.t. : Dar al Fikr,t.th.
Ibnu Manzhur.Lisân al Arab, t.t. : Dar al Ma’arif, t.th.,Jilid III,
Ibnu Nujaim, al Asybah wa al Nazhâ’ir, Damascus : Dar al Fikr, 1983.
Ibnu Hudamah,al Mughny, Bairut : Dar al Fikr,1979.
Ibnu Taimiyyah, Majmu’ al Fatawâ, al Riyadh: Mathba’ah al Anam, (Bairut :
Dâr al Kutûb al Ilmiyyah, t.th.
-----------, al Jami’ al Shaghîr, (Bairut : Dâr al Kutûb al Islamiyyah,t.th).
Ikhwan Abidin Basri, Visi Islam Dalam Pembangunan Ekonomi Menurut
Maqashid As Syariah (Terjemahan Buku : Dr Umer Chapra) Solo
Al Hambra, Cet 1, 2011.
-----------------------,Menguak Pemikiran Ekonomi Ulama Klasik, Jakarta
Aqwam, Cet 2. Agustus 2007.
209
Ismail Yusanto, Islam dan Asuransi : Sebuah Langkah Menuju
Kelangsungan Ekonomi Syariah, Al Azhar Press, Bandung.
Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan
Bagaimana Bank Islam,Yogyakarta : Dana Bakti Wakaf, 1992.
Al Kasany, Bada’i al Shanâ’i , Bairut : Dâr al Kitâb al ‘Araby, t.th.Kholid
Syamhudi, Mengenal Konsep Mudharabah”, artikel diakses pada
20 juni 2010
Majma’ al Lughah al ‘Arabiyyah, al Mu’jam al Wasîth, Mesir : Dâr al
Ma’ârif,1329 H / 972M
---------------, al Mu’jam al Wajiz, t.t. : Wuzaharah al Tarbiyah wa al Ta’lim,
t.th.Al Maqqari al Maliki, al Qawâ’id, Bairut : Dar al Fikr, t.th.
Manna’ Khalil al Qaththân, al Tasyrî’ wa al Fiqh al Islamy, t.t : Maktabah
wahbah,1976.
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktek ,Jakarta, Gema
Insani, 2006.
Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat kontemporer, 2000,
Jogjakarta : UII Press.
Muhammad Abady, ‘Aun Mau’bûd Syarh Sunan Abî Dâud, al Madinah al
Munawwarah : Maktabah Salafiyah,1389 H/1969 M.
M. Abdul Mujib,et.al,Kamus Istilah Fikih, Jakarta : PT.Pustaka Firdaus,1994.
Muhammad Abu Bakar al Râzy, Mukhtâr al Shahâh,Mesir: DAR al
Nahdhah,t.th.
Muhammad Fadzli Yusuf, Takaful Sistem Asuransi Islam, Kuala Lumpur :
Tinggi Press SDN. BHD,1996.
Muhammad al Mabar Kafuri,Tuhfah al Ahwâdzy Syarh Jami’ al Tirmîdzî, t.t.
:Dar al Fikr, 1399 H/1979 M.
Mohd. Ma’sum Billah, Islamic Law of Trade And Finance A Selection of
Issues Malaysia, Ilmiyyah Publishers Sdn,Bhd, 2003
210
Muhammad Rawwas Qal’ah Jiy, Mausu’ah Fiqh Umar bin al Khaththab,
Bairut : Dâr al Nafâ’is, 1987.
----------, al Mu’amalat al Mâliyyah al Mu’ashirah fi Dhau’i al Fiqh wa al
Syarîah, Bairut : Dâr al Nafâ’is, 1999
----------, Mu’jam Lughat al Fuqahâ’, Bairut : Dâr al Nafa’is,1985.
Muhammad Syafi’i Antonio,Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta :
Gema Insani,2001.
-----------, Bank Syariah Wacana Ulama & Cendekiawan, Jakarta : BI-Tazkia
Institut,1999.
Muhammad Sallam Madkur, al Fiqh al Islamy, Makkah : Makhtabah
Abdillah Wahbah, 1955.
Muhammad Syakir Sula,Prinsip-Prinsip dan Sistem Operasional Takaful
serta Perbedaannya dengan Asuransi Konvensional, (Jakarta :
AAMAI,2002),
------------, Asuransi Syari’ah, (Jakarta : Gema Insani,2004).
Muhammad Usman Syiber, al Mu’amalat al Mâliyah al Mu’ashirah fi al
Fiqh al Islamy. Jordan: Dar al Nafa’is, 1422 H/2001 M.
Muhlish Usman, Drs. MA. Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah
(Pedoman Dasar Dalam Istimbath Hukum Islam) Jakarta. PT.
Raja Grafindo Persada,c.1.t.1996
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam (Judul Asli:
The Ekonomic Enterprise In Islam, Pen : Anas Sidik) Radar Jaya
Offset Cet 1 Agustus 1991.
Al Nabulsi, Kasyf al Khathâ’ir,’an al Asybah wa al Nazhâ’ir, t.t. : Maktabah
alKhazanah al’ Ammah, t.th
Al Nasâ’i ,Sunnan al Nasâ’i, (Bairut-Libnan : al Maktabah al ‘Islamiyyah,
t.th.).
211
Nashruddin Fadl al Maula’ Muhammad,al Masharif al Islamiyyah, Jeddah
:DAR al ‘Ilmi, t.th.
Al Nawawy, Shahîh Muslim bi Syarh al Nawâwy, t.t : al Mathba’ah al-
Mishiriyah, t.th.
Nuruddin Mukhtar al-Khadimiy, al-Muyassar fi al-Qawa’id al- Fiqhiyyah,
Damascus : al Yamamah, 1428 H /2007 M, cet I.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI No. 18/PMK.010/2010 tentang
Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan
Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syari’ah.
Al Qarafy, al Furûq, (Bairut : Dar al Ma’rifah, t.th.).
Al Raghib aL ashfahani , al Mufradât fi Gharîb Al Qur’ân, Mesir : Musthafa
al Babi al Halabi, 1961.
Satria Effendi, M.Zein, Ushul Fikih, (Jakarta : Kencana,2005).
Al Sayyid Sâbiq, Fiqh al Sunnah, Cairo : Dâr al Kitâb al Islamy Dar al
Hadist,t.th.
Al-Syaukany,Nail al Authar, t.t. : Maktabah al Taufiqiyyah, t.th
Al Syîrazy, al Muhadzab, Semarang : Maktabah wa Mathba’ah Thata
Putera,t.th.
Al Thahanawy, al Tahwih ‘Ala al Taudhih, Mesir: Mathaba’ah Syan al Syan
al Hurriyyah,t.th..
Tarek Al Diwani DR, The Problem With Interest, Penerjemah : Amdian Amir
SE, dan Dr. Ugi Suharto M.ec. Jakarta Akbar Media Eka Sarana, Cet.2
Jakarta
Wahbah al Zuhaily, Ushûl al Fiqh, (Beirut: Dar al Fikr,1986)
------------, al Fiqh al Islamy wa Adillatuh, (Damascus : Dar al Fikr : 1984).
-------------,al Mu’âmalat al Mâliyyah al Mu’ashirah, (Damascus : Dar al
Fikr,2002)
------------,Nadhariyah al-Dharuriyyah As-Syar’iyyah,Beirut: Muassasah
Risalah.c. th.1982. h.261
212
Warkum Sumitro, Asas–Asas Perbankan dan Lembaga-Lembaga Terkait,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2004.
W.J.S. Poerwadi,Kamus Umum Perbankan dan Lembaga-Lembaga Terkait,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Yahya bin Syaraf al Nawawy, Riyâdh al Shâlihîn, (t.t. : al Maktab al
‘Alamy,t.th.).
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta :
Alvabet,2002.
Zainul Bahar Noor, Bank Muamalat Sebuah Mimpi, harapan dan kenyataan
(Fenomena Kebangkitan Ekonomi Islam) ; Publishing , 1 Tahun
2006.
213
214
Lampiran Lampiran
32
Top Related