1
Komunikasi
Filsafat Ilmu Komunikasi
Ontologi Komunikasi dan Ilmu Komunikasi
• Berdasarkan sejarahnya, semenjak ada kehidupan di muka bumi komunikasi antar organisme yang hidup dilakukan untuk mengungkapkan kebutuhan organis melalui sinyal-sinyal kimiawi.
2
• Seiring dengan kehidupan berevolusi, maka Sinyal-sinyal kimiawi primitif membuka perluang terjadinya perilaku yang lebih rumit, contohnya seperti tarian kawin pada ikan. Selain untuk seks, binatang berkomunikasi demi menunjukkan keunggulan. Sekitar 250 juta tahun yang lalu terjadi tahap penting dalam evolusi, yaitu adanya “otak reptil”.
3
• Otak ini bereaksi terhadap dunia luar hanya dengan memicu reaksi-reaksi fisiologis yang kita kenal sebagai “emosi”. Pada mamalia awal dan kemudian manusia otak lalu berkembang secara cemerlang, dimana otak reptil pemicu emosi ini dilapisi dengan segundukan sel otak tingkat “tinggi”. Otak reptil ini kemudian dinamakan system limbik, yang menentukan reaksi emosional dasar kita. Sistem ini dapat dipicu oleh panca indera seperti: penglihatan, bunyi, bau, kata , atau ingatan. Pada manusia, emosi ini kemudian diungkapkan dalam bentuk bahasa untuk berkomunikasi.
4
• S. Langer berpendapat bahwa bahasa bermula sebagai tindakan emosional – ungkapan yang meluap-luap, yang menggugah hati para pendengarnya. Sehingga komunikasi dapat dikatakan sebagai jalinan yang menghubungkan manusia.
5
• Ilmu komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antar manusia. – 1) sesuai dengan obyek materianya yang berada dalam
rumpun ilmu sosial maka ilmu komunikasi harus terjadi antar manusia
– 2) Ilmu komunikasi menggunakan paradigm dimana pesan disampaikan dengan sengaja, dilatarbelakangi oleh motif komunikasi dan usaha untuk mewujudkannya.
• Obyek material ilmu komunikasi adalah manusia dan tindakannya dalam konteks sosial, sementara obyek formanya adalah komunikasi itu sendiri sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia.
6
7
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat
Unsur komunikasi
pesanKomunikator Saluran Komunikan
media
Umpan balik (feed back)
Komunikasi dalam Kesehatan Masyarakat
8
• Salah satu bentuk operasional komunikasi kesehatan yang
dewasa ini mulai digunakan dalam program kesehatan
adalah pemasaran sosial (social marketing)
• Produk yang dijual secara sosial bermanfaat berupa
“perilaku baru”
• Pemasaran sosial berorientasi pada konsumen
• Perlu dilakukan “segmentasi sasaran” untuk menentukan
cara/metode dan media yang tepat
Komunikasi dalam Kesehatan Masyarakat
9
• Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap berpengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.
• Strategi yang dilakukan
1. Lobying
Agar pengambil keputusan commited dan mendukung
program (political comitment) sasaran tersier
Contoh : PIN, Pencanangan “Indonesia Sehat 2010”
Advokasi
10
2. Social Support (dukungan sosial)
Melakukan pendekatan dan pelatihan pada toma dan toga
agar berperilaku positif dan punya kemampuan seperti yang
diharapkan program serta dapat dicontoh masyarakat
sasaran sekunder
3. Empowerment (pemberdayaan masy)
Petugas kesehatan dan toma/toga melakukan penyuluhan
dan konseling untuk meningkatkan PSK mayarakat dalam
hidup sehat sasaran primer
Advokasi
11
Advokasi adalah suatu kegiatan yang diharapkan menghasilkan suatu produk yaitu komitmen politik dan dukungan dari pembuat kebijakan.
Indikator advokasi
1. Input ; orang (advocator) dan material (data dan informasi)
2. Process ; berapa kali lobying, seminar, lokakarya dan peran
media
3. Output ; perangkat lunak (UU, PP, Keppres, Perda dsb) dan
perangkat keras (meningkatnya anggaran, dibangunnya
sarana/prasarana kesehatan, dsb)
Advokasi
12
Masalah kesehatan merupakan tanggung jawab bersama individu, masyarakat, pemerintah dan swasta.
Pemerintah dalam hal ini Depkes sebagai leading sector hendaknya menjalin kemitraan (partnership) dengan sektor terkait
Institusi pokok
1. Pemerintah ; kesehatan, pertanian, agama, lingkungan
hidup dsb
2. Dunia usaha swasta (private sector) ; pengusaha
3. NGO ; LSM dan organisasi profesi
Kemitraan
13
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
Kemampuan masyarakat
1. Mampu mengenal masalah di masyarakatnya. Contohnya
tentang penyakit, gizi dan makanan, hygiene dan sanitasi
dsb
2. Mampu mengatasi masalahnya. Contoh penanganan banjir,
penyakit DHF
Pemberdayaan Masyarakat
14
3. Mampu memelihara dan melindungi dari ancaman kes.
Contoh kasus narkoba, kantin sekolah sehat
4. Mampu meningkatkan kesehatan (health promoting
community). Contoh ; dengan dibentuknya kelompok
senam sehat, dibangunnya tempat-tempat kebugaran
(fitness) dll
Suatu kegiatan dikatagorikan pemberdayaan masyarakat apabila kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non instruktif yang dapat memperkuat meningkatkan dan mengembangkan potensi masyarakat setempat untuk mencapai tujuan.
Pemberdayaan Masyarakat
15
• Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mareka sendiri.
• Filosofi partisipasi masyarakat adalah terciptanya suatu pelayanan untuk masyarakat, dari masyarakat dan oleh masyarakat.
Partisipasi Masyarakat
16
Elemen partisipasi masyarakat
1. Motivasi ; timbul dari masyarakat sendiri, pihak luar hanya
merangsang saja.
2. Komunikasi ; Media dapat berperan menyampaikan pesan
ide gagasan dan informasi kepada masy.
3. Kooperasi ; Kerja sama dengan intansi di luar kesehatan
mutlak diperlukan
4. Mobilisasi ; Dilakukan pada seluruh lini dari perencanaan
sampai monev multi disiplin
Partisipasi Masyarakat
Bagian KetigaSistem Informasi Pelayanan Publik
Pasal 23• (1) Dalam rangka memberikan dukungan informasi terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik perlu diselenggarakan Sistem Informasi yang bersifat nasional.
• (2) Menteri mengelola Sistem Informasi yang bersifat nasional.• (3) Sistem Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisi
semua informasi pelayanan publik yang berasal dari penyelenggara pada setiap tingkatan.
• (4) Penyelenggara berkewajiban mengelola Sistem Informasi yang terdiri atas sistem informasi elektronik atau nonelektronik, sekurang-kurangnya meliputi:
• profil Penyelenggara; profil Pelaksana; standar pelayanan; maklumat pelayanan; pengelolaan pengaduan; dan penilaian kinerja.
• (5) Penyelenggara berkewajiban menyediakan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada masyarakat secara terbuka dan mudah diakses.
•
17
• Pasal 24• Dokumen, akta, dan sejenisnya yang
berupa produk elektronik atau nonelektronik dalam penyelenggaraan pelayanan publik dinyatakan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
18
Promosi Kesehatan• Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.
• Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabungan:– menciptakan lingkungan yang mendukung,– mengubah perilaku, dan– meningkatkan kesadaran.
• Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di Ottawa, Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri mereka sendiri
19
PERSUASI
• Persuasi adalah suatu bentuk pengaruh sosial. Persuasi adalah proses membimbing diri sendiri atau yang lain terhadap adopsi ide, sikap, atau tindakan dengan cara rasional dan simbolik (meskipun tidak selalu logis).
• Paragraf Persuasi, adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, ataupendapat penulis dengan disertai dengan bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
• Tujuannya, adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapattersebut adalah benar dan terbukti dan juga melaksanakan apa yang menjadiajakan dari ide tersebut.Paragraf persuasi memang memiliki banyak kesamaan dengan paragraf argumentasi, bedanya paragraf persuasi lebih cenderung menjadi sebuahajakan. 20
BARGAINING
21
ADAPTING
22
NEGOCIATED
23
COMFROMTING
24
Komunikasi Terapeutik• Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang
tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang memntingkan dirinya sendiri..
25
• Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa “human care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri.
• Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian
26
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
• Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
• a. Pandang klien ketika sedang bicara• b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.
c. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan.d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
• e. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik.f. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
27
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang– a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal.d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti apa yang anda ucapkan.” (cocok 1987)
28
• 3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
29
• 4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati ketika menggunakan metode ono, karena pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.Contoh:- K : “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga”- P : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur….”
30
• 5. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.Contoh:- “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan”- “ Apa yang katakan tadi adalah…….” 31
• 6. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.Contoh: “ Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi ”.
32
• 7. Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.Contoh:- “ Anda tampak cemas”.- “ Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda……”
8. Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
9. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
10. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.Contoh: - “Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan…”
11. Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”.Perlu mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat mengatakan demikian.”Contoh:- “Selamat pagi Ibu Sri.” Atau “Assalmualaikum”- “Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu”.
Dalam ajaran Islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlah terpuji, karena berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan akrab.
12. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.Contoh: - “Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman”
13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannanya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.Contoh:- “ Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?”- “ Apakah yang sedang saudara pikirkan?”- “ Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?”
14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraanContoh:- “…..teruskan…..!”- “…..dan kemudian….?- “ Ceritakan kepada saya tentang itu….”
15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Pesawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya.Contoh:- “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya”.- “Kapan kejadian tersebut terjadi”.
16. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.Contoh:- “Carikan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan dioperasi”- “Apa yang sedang terjadi”.
17. Refleksi
“Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.Contoh:K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?”P: “Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya?”K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya.P: “Ini menyebabkan anda marah”.
Dimensi tindakan
Dimensi ini termasuk konfrontasi, kesegaran, pengungkapan diri perawat, katarsis emosional, dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1995, h.23). Dimensi ini harus diimplementasikan dalam konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang dibentuk oleh dimensi responsif.
1. Konfrontasi
Pengekspresian perawat terhadap perbedaan pada perilaku klien yang bermanfaatn untuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1998, h.41) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi yaitu:a. Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri (cita-cita/keinginan klien)b. Ketidak sesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klienc. Ketidak sesuaian antara pengalaman klien dan perawat Konfrontasi seharusnya dilakukan secara asertif bukan agresif/marah. Oleh karena itu sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji antara lain: tingkat hubungan saling percaya dengan klien, waktu yang tepat, tingkat kecemasan dan kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat berguna untuk klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya belum berubah.
2. Kesegeraan
Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan digunakan untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera.
3. Keterbukaan perawat
Tampak ketika perawat meberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan dan sikapnya sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, proses belajar, katarsis, atau dukungan klien. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987, h.134) ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-klien menurunkan tingkat kecemasan perawat klien
4. Katarsis emosional
Klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik. Dalam hal ini perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan maslahnya. Jika klien mengalami kesulitan mengekspresikan perasaanya, perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien.
5. Bermain peran
Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam hubungan antara manusia dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain; juga memperkenankan klien untuk mencobakan situasi yang baru dalam lingkungan yang aman.
KESIMPULAN
Kemampuan menerapkan tehnik komunikasi terapeutik memrlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.
33
34
35
REKAM MEDIS• Permenkes no. 269/MENKES/PER/III/2008 pada
pasal 13 ayat (1) bahwa rekam medis dapat dimanfaatkan/digunakan sebagai alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran oleh MKDKI, penegakan etika kedokteran dan kedokteran gigi bagi profesi kedokteran.
• pasal 2 ayat (1) Permenkes tersebut ditegaskan bahwa rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap, dan jelas atau secara elektronik dalam penjelasan pasal 46 ayat (3) bahwa penggunaan teknologi informasi elektronik dimungkinkan dalam pencatatan rekam medis. 36
• Kedudukan rekam medis secara dokumen tertulis sebagai alat bukti dalam hukum, baik hukum acara pidana maupun hukum acara perdata sama-sama menempatkan pada alat bukti utama. Hal ini sejalan dengan undang-undang praktik kedokteran bahwa rekam medis dibuat secara tertulis dalam bentuk dokumen-dokumen, adapun cara-cara elektronik yang dimungkinkan berdasarkan penjelasan undang-undang praktik kedokteran hanya membantu memudahkan secara administrasi, tetapi tidak merubah kedudukan sebagai alat bukti utama. 37
• Gonnick, Larry. Kartun (Non) Komunikasi, Kepustakaan Populer Gramedia 2007, Jakarta. Hal 12-29.
• Langer, S. Mind, An Essay on Human Feelings. John Hopkins Press, 1973, Baltimore.
• Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 2004. Albuquerque, New Mexico.
38
• Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman 20.
• Tebba, Sudirman. Filsafat dan Etika Komunikasi, Pustaka IrVan, Banten 2008. Hal 57.
• Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman 20.
39
KETERANGAN SAKIT
40
VISUM ET REFERTUM
41
42
Sampai Jumpa …
• JENNY MARLINDAWANI PURBA, SKp.PROGRAM STUDI KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RUJUKAN PUSTAKAHamid, A.Y.S (1996). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikanKanus, W.A. Et.al. (1986). An evaluation of outcome from intensive care in major medical centers. Ann Intern Med 104, (3):410Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. (1983). Introduction to person-centered nursing. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.Potter, P.A & Perry, A.G. (1993) Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Thrd edition. St.Louis: Mosby Year BookStuart, G.W & Sundeen S.J (1995). Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edition. St.Louis: Mosby Year BookStuart, G.W & Sundeen S.J (1995).Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year BookSullivan, J.L & Deane, D.M. (1988). Humor and Health. Journal of qerontology nursing 14 (1):20, 198
43
Top Related