Kisah Sukses Chairul Tanjung "Si Anak Singkong"
Posted by AdminSenin, 19 Januari 20150 komentar
Chairul Tanjung. Nama ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga anda. Ya, beliau adalah salah satu pengusaha sukses kebanggaan Indonesia. Beberapa perusahaan besar dan terkenal yang beliau miliki saat ini diantaranya Bank Mega, Detikcom, TRANS TV, TRANS7, TRANS STUDIO (Bandung dan Makassar), BSM ( Bandung Super Mall), Carrefour, dan masih banyak lagi perusahaan-perusahaan lain yang berada di bawah pimpinannya.
Disini, saya tidak akan membahas terlalu detil tentang perusahaannya. Saya hanya ingin berbagi tentang perjalanan "Si Anak Singkong" ini membangun kerajaan bisnisnya, dari nol, bukan warisan atau mengembangkan bisnis keluarga, tapi benar-benar dari nol.
Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1962. Sebenarnya, Chairul Tanjung lahir di keluarga yang cukup berada. Ayahnya, A.G. Tanjung adalah seorang wartawan surat kabar. Pada saat Orde Baru terbentuk, sang ayah terpaksa harus menutup perusahaan pers nya karena tulisannya banyak berseberangan dengan penguasa politik saat itu. Hal ini membuat orang tuanya terpaksa menjual rumah dan pindah ke sebuah kamar losmen yang sempit.
Kedua orang tua beliau sangat tegas dalam mendidik anak, menurut mereka, untuk keluar dari jurang kemiskinan, pendidikan adalah langkah yang harus ditempuh.
Setelah lulus dari SMA Boedi Oetomo pada tahun 1981, Chairul Tanjung melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. Selama kuliah, Chairul Tanjung dikenal sebagai mahasiswa teladan. Hal ini terbukti dengan diperolehnya penghargaan sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional pada tahun 1984-1985.
Tingginya biaya kuliah, membuat jiwa bisnis Chairul Tanjung muncul saat itu. Untuk membiayai kuliahnya, beliau pernah membuka usaha foto kopi di kampusnya. Beliau juga pernah berjualan kaos dan buku kuliah stensilan.
Setelah lulus, beliau sempat mencoba membuka usaha, yaitu toko perlatan medis dan laboratorium. Tapi sayang, bisnisnya ini mengalami kebangkrutan. Selain itu, beliau juga membuka usaha di bidang
kontrkator dan telah mengerjakan berbagai proyek industri terutama barang yang berbahan dasar rotan. Kemudian beliau membangun sebuah perusahaan, yaitu perusahaan PT. Pariarti Shindutama bersama beberapa orang temannya pada tahun 1987 dengan modal awal Rp.150 juta yang beliau peroleh dari Bank Exim. Pada awalnya, bisnis ini terbilang lancar. Bahkan mampu menangani beberapa jenis ekspor, termasuk sepatu. Saat itu, bisnis mereka mengalami kemajuan. Tapi beliau memiliki jalan pikiran yang berbeda dengan rekan bisnisnya. Sehingga beliau keluar dan mendirikan usahanya sendiri.
Setelah keluar dari PT. Pariarti Shindutama tadi, beliau membidik tiga bisnis inti, yaitu keuangan, properti, dan multi media. Lalu berdirilah Para Group. Perusahaan konglomerasi ini memiliki Para Inti Holindo sebagai Father Holding Company yag membawahi beberapa sub holding, yakni Para Inti Propertindo (properti), Para Global Investindo (bisnis keuangan), dan bidang media dan investasi.
Dalam bidang properti, Para group memiliki Bandung Super Mall yang menghabiskan dana hingga 99 milyar. Dalam bidang investasi, Para Group, melalui perusahaannya, Trans Corp, membeli 40% saham Carrefour, MoU pembelian saham ini ditandatangani di Perancis, pada tanggal 12 Maret 2010.
Pada tahun 2010 itu, Majalah Forbes merilis daftar orang terkaya di dunia, dan Forbes memasukkan Chairul Tanjung sebagai salah satu orang terkaya di dunia, asal Indonesia.Pada tahun 2011, Forbes kembali memasukkan namanya di peringkat 11 orang terkaya di Indonesia dengan nilai kekayaan sebesar 2,1 Milyar dolar AS.Saat ini, Chairul Tanjung berada di posisi 5 besar daftar orang terkaya di Indonesia.
Chairul Tanjung meresmikan perubahan nama Para Group menjadi CT Corp Pada 1 Desember 2011.CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding, yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan financial, media, hiburan, gaya hidup dan sumber daya alam.
Menurut Chairul Tanjung, modal memang penting dalam sebuah bisnis. Namun, kemauan dan kerja keras adalah hal lain yang wajib dimiliki oleh seorang pengusaha. Lalu yang terpenting dalam sebuah bisnis menurut beliau adalah mengembangkan jaringan atau networking seluas-luasnya. Mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya, baginya, membangun kepercayaan pasar, sama pentingnya dengan membangun integritas. Tidak hanya berteman dengan perusahaan-perusahaan besar bahkan beliau menggambarkan hubungan baik dengan pengantar surat sekalipun adalah hal yang penting. Jika perusahaan sepi order, maka relasi seperti ini bisa dimanfaatkan untuk membuka order lagi.
Bagi generasi muda yang akan terjun ke dunia bisnis, Si anak singkong ini berpesan agar generasi muda mau bersabar dan menapaki tangga bisnis satu per satu. Karena membangun bisnis itu tidak seperti membalikkan telapak tangan. Jangan sampai terpancing untuk menggunakan jalan pintas (instant), karena dalam usaha, kesabaran adalah kata kuncinya. Memang sangat manusiawi jika kita dalam berusaha ingin segera mendapatkan hasilnya. Namun tidak semua hasil bisa diterima langsung.
Menurut beliau, anda tidak perlu malu untuk melakukan usaha dengan modal kecil walaupun untungnya kecil. Karena beliaupun mendapatkan keuntungan pertamanya hanya sebesar Rp.150;.
Demikian sekilas kisah sukses Chairul Tanjung "Si Anak Singkong". Mohon maaf jika anda kurang puas dengan kisah sukses Chairul Tanjung "Si Anak Singkong" ini, karena keterbatasan waktu dan tempat untu menuangkan lebih detial tentang penginspirasi para pengusaha yang satu ini.Untuk memuaskan keingintahuan anda tentang kisah sukses Chairul Tanjung "Si Anak Singkong" ini, anda bisa membacanya di buku beliau yang berjudul "Si Anak Singkong dengan tebal 360 halaman. Buku ini ditulis oleh wartawan kompas, Tjahja Gunawan Adiredja.
- See more at: http://pencaripeluangbisnis.blogspot.com/2013/12/kisah-sukses-chairul-tanjung-si-anak.html#sthash.bkkaBM59.dpuf
KISAH HIDUP CHAIRUL TANJUNG SI ANAK SINGKONGChairul Tanjung lahir di Jakarta, 16 Juni 1962 dalam keluarga yang sederhana.
Ayahnya A.G. Tanjung adalah wartawan zaman orde lama di sebuah surat kabar
kecil. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Pengusaha
sukses asal indonesia ini dikenal luas sebagai pendiri sekaligus pemimpin, CT Corp
(sebelum 1 Desember 2011 bernama Para Group)
Sejarah Singkat Kehidupan Chairul Tanjung
Riwayat Pendidikan
Berikut selengkapnya latar belakang pendidikan seorang Chairul Tanjung.
SD Van Lith, Jakarta (1975)
SMP Van Lith, Jakarta (1978)
SMA Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981)
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
Executive IPPM (MBA; 1993)
Kisah Hidup Perjalan Chairul Tanjung Si Anak Singkong telah ditulis dalam sebuah
buku yang berjudul “si anak singkong” buku ini mengisahkan tentang perjalanan
hidup chairul tanjung dari kecil hingga sukses seperti saat ini. Buku setebal 360
halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK) ini disusun oleh wartawan
Kompas Tjahja Gunawan Adiredja. Buku ini diberi kata pengantar oleh Jakob Oetama,
Pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas,
Menurut saya buku ini sangatlah inspiratif dan penting sekali untuk kita baca. Penuturan
cerita yang apa adanya membuat jauh dari kesan berlebihan atau mendramatisir
keadaan. Berbagai kisah yang membuat saya tergetar haru dan speechless.
Buku yang merupakan kisah perjalanan hidup seorang pengusaha sukses di negeri ini.
Chairul Tanjung, adalah pemilik beberapa perusahaan besar seperti stasiun televisi
swasta ( Trans TV), Trans Studio, hotel, bank, dan terakhir kabarnya menjadi salah
salah satu pembeli 10% saham perusahaan penerbangan papan atas Indonesia
( Garuda ) dsb dll.
Untuk menuliskan ekstrak sebuah buku setebal 384 halaman tentu tidak cukup mudah.
Namun di sini saya ingin berbagi sedikit kisah yang semoga bermanfaat bagi Anda
yang belum sempat membaca buku tersebut ( sejujurnya, saya berharap sahabat
semua menyempatkan untuk membacanya suatu saat nanti). Maka, saya coba
menuangkan beberapa kenangan masa kanak-kanak hingga masa kuliah saja, segera
setelah saya selesai membacanya, hari ini.
Chairul Tanjung kecil melalui hari-hari penuh keceriaan sebagai anak pinggiran kota
Metropolitan. Bermain bersama teman-teman dengan membuat pisau dari paku yang
digilaskan di roda rel dekat rumahnya di Kemayoran, adalah kegiatan seru yang
menyenangkan. Juga bersepeda beramai-ramai di akhir pekan ke kawasan Ancol,
sambil jajan penganan murah, buah lontar.
Kelas 1 hingga kelas 2 SD sekolah diantar jemput oleh Kak Ana, seorang sanak
keluarga dari Sibolga, dengan naik oplet. Selanjutnya kelas 3 SD sudah bisa pulang-
pergi sekolah sendiri.
Saat usia SMP, Bapaknya ( Abdul Gafar Tanjung ) yang saat itu telah mempunyai
percetakan, koran, transportasi dll gulung tikar dan dinyatakan pailit oleh pemerintah
karena idealismenya yang bertentangan dengan pemerintah yang berkuasa saat itu
( Soeharto). Sang ayah adalah Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Ranting Sawah
Besar. Semua koran Bapaknya dibredel. Semua aset dijual hingga tak memiliki rumah
satu pun.
Mungkin demi gengsi, di awal-awal, Bapaknya menyewa sebuah losmen di kawasan
Kramat Raya, Jakarta untuk tinggal mereka sekeluarga. Hanya satu kamar, dengan
kamar mandi di luar yang kemudian dihuni 8 orang. Kedua orang tua Chairul, dan 6
orang anaknya, termasuk Chairul sendiri.
Tidak kuat terus-menerus membayar sewa losmen, mereka kemudian memutuskan
pindah ke daerah Gang Abu, Batutulis. Salah satu kantong kemiskinan di Jakarta waktu
itu. Rumah tersebut adalah rumah nenek Chairul, dari ibundanya, Halimah.
Ibunya adalah sosok yang jarang sekali mengeluhkan kondisi, sesulit apapun keadaan
keluarga. Namun saat itu, Chairul melihat raut wajah ibunya sendu, tidak ceria dan
tampak lelah. Setelah ditanya, lebih tepatnya didesak Chairul, Ibunya baru berucap :
”Kamu punya sedikit uang, Rul? Uang ibu sudah habis dan untuk belanja nanti pagi
sudah tidak ada lagi. Sama sekali tidak ada”.
( Tidak diceritakan lebih jelas akhirnya mendapat solusi dari mana, namun kita bisa
tahu bahwa di usia SMP, Chairul sudah menyadari bagaimana kesulitan orang tuanya,
bahkan untuk makan sehari-hari. Dan Ibunya adalah sosok yang sangat tabah
menjalani kerasnya kehidupan).
Setamat kuliah, Chairul berekan dengan orang lain dalam membangun sebuah pabrik
sepatu. Setelah 3 bulan awal dimulainya pabrik tersebut dilalui dengan terlunta-lunta
dengan tanpa pesanan. Disaat pabrik terancam bangkrut, datanglah pesanan sendal
dari luar negeri sejumlah 12.000 pasang dengan estimasi 6.000 pasang dikirim awal.
Dan berubahlah pabrik tersebut dari pabrik sepatu menjadi pabrik sendal. Saat melihat
hasil kerja pabrik tersebut, pihak pemesan merasa tertarik dan langsung melakukan
pesanan kembali bahkan mencapai angka 240.000 pasang padahal yang awalnya
12.000 pasang tadi masih 6.000 pasang yang dikirim. Mulailah pabrik tersebut
berkembang. Setelah beberapa lama akhirnya Chairul memutuskan berhenti berekan
dan mulai membangun bisnis dengan modal pribadi dan menjelma menjadi pengusaha
yang mandiri.
Pada tahun 1994, Chairul resmi meminang gadis pujaannya yaitu Anita yang juga
merupakan adik kelasnya sewaktu kuliah. Dan pada tahun 1996, Chairul memperoleh
berkah yang berlimpah karena pada tahun tersebut lahirlah anak pertamanya dan
bersamaan dengan diputuskannya Chairul sebagai pemilik dari Bank Mega.
Chairul Tanjung dikenal sebagai pengusaha yang agresif, ekspansi usahanya
merambah segala bidang, mulai perbankan dengan bendera Bank Mega Group,
pertelivisian Trans TV dan Trans 7,hotel dengan bendera The Trans, di
bidang supermarket, CT (panggilan akrab Chairul Tanjung) mengakuisisi Carrefour,
pesawat terbang, hingga bisnis hiburan TRANS STUDIO, dan bisnis lainnya.
Riwayat kehidupan CT kecil bisa dikatakan terlahir dari keluarga cukup berada kala itu.
Dia mempunyai enam saudara kandung. A.G. Tanjung, ayahnya, adalah mantan
wartawan pada era Orde Lama dan pernah menerbitkan surat kabar dengan oplah
kecil.
Namun, ketika terjadi pergantian era pemerintahan, usaha ayahnya itu tutup karena
ayahnya mempunyai pemikiran yang berseberangan dengan penguasa politik saat itu.
Keadaan tersebut memaksa kedua orang tuanya menjual rumah dan harus rela
menjalani hidup seadanya. Mereka pun kemudian menyewa sebuah losmen dengan
kamar-kamar yang sempit.
Kondisi ekonomi keluarganya yang sulit membuat orang tuanya tidak sanggup
membayar uang kuliah Chairul yang waktu itu hanya sebesar Rp75.000. “Tahun 1981
saya diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (UI). Uang
masuk ini dan itu total Rp75.000. Tanpa saya ketahui, secara diam-diam ibu
menggadaikan kain halusnya ke pegadaian untuk membayar uang kuliah,” katanya lirih.
Melihat pengorbanan sang ibu, ia lalu berjanji tidak ingin terus-menerus menjadi beban
orang tua. Sejak saat itu, ia tidak akan meminta uang lagi kepada orang tuanya. Ia
bertekad akan mencari akal bagaimana caranya bisa membiayai hidup dan kuliah.
CT pria kelahiran Jakarta, 18 Juni 1962 pada awalnya memulai bisnis kecil-kecilan. Dia
bekerjasama dengan pemilik mesin fotokopi, dan meletakkannya di tempat strategis
yaitu di bawah tangga kampus. Mulai dari berjualan buku kuliah stensilan, kaos, sepatu,
dan aneka barang lain di kampus dan kepada teman-temannya. Dari modal usaha itu,
ia berhasil membuka sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di daerah
Senen Raya, Jakarta. Sayang, karena sifat sosialnya – yang sering memberi fasilitas
kepada rekan kuliah, serta sering menraktir teman – usaha itu bangkrut.
Memang terbilang terjal jalan yang harus ditempuh Chairul Tanjung sebelum menjadi
orang sukses seperti sekarang ini. Kepiawaiannya membangun jaringan bisnis telah
memuluskan perjalanan bisnisnya. Salah satu kunci sukses dia adalah tidak tanggung-
tanggung dalam melangkah.
Menurut penuturan Chairul, gedung tua Fakultas Kedokteran UI dulu belum
menggunakan lift. Dari lantai satu hingga lantai empat masih menggunakan tangga.
Lewat ruang kosong di bawah tangga ini, Chairul muda melihat peluang yang bisa
dimanfaatkannya untuk menghasilkan uang.
“Nah, kebetulan ada ruang kosong di bawah tangga. Saya lalu berpikir untuk bisa
memanfaatkannya sebagai tempat fotokopi. Tapi, masalahnya, saya tidak mempunyai
mesin fotokopi. Uang untuk membeli mesin fotokopi pun tidak ada,” tuturnya.
Dia pun lantas mencari akal dengan mengundang penyandang dana untuk
menyediakan mesin fotokopi dan membayar sewa tempat. Waktu itu ia hanya
mendapat upah dari usaha foto kopi sebesar Rp2,5 per lembar. “Sedikit ya. Tapi,
karena itu daerah kampus, dalam hal ini mahasiswa banyak yang fotokopi, maka jadilah
keuntungan saya lumayan besar,” katanya sambil melempar senyum.
Tidak hanya sampai di situ, ia pun terus berusaha mengasah kemampuannya dalam
berbisnis. Usaha lain, seperti usaha stiker, pembuatan kaos, buku kuliah stensilan,
hingga penjualan buku bekas dicobanya. Usai menyelesaikan kuliah, Chairul
memberanikan diri menyewa kios di daerah Senen, Jakarta Pusat, dengan harga sewa
Rp1 juta per tahun.
Kios kecil itu dimanfaatkannya untuk membuka CV yang bergerak di bidang penjualan
alat-alat kedokteran gigi. Sayang, usaha tersebut tidak berlangsung lama karena kios
tempat usahanya lebih sering dijadikan tempat berkumpul teman-temannya sesama
aktivis. “Yang nongkrong lebih banyak ketimbang yang beli,” kata mahasiswa teladan
tingkat nasional 1984-1985 ini.
Selang berapa tahun, ia mencoba bangkit dan melangkah lagi dengan menggandeng
dua temannya mendirikan PT Pariarti Shindutama yang memproduksi sepatu.
Ia mendapatkan kredit ringan dari Bank Exim sebesar Rp150 juta. Kepiawaiannya
membangun jaringan bisnis membuat sepatu produksinya mendapat pesanan
sebanyak 160.000 pasang dari pengusaha Italia.
Bisnisnya terus berkembang. Ia mulai mencoba merambah ke industri genting, sandal,
dan properti. Namun, di tengah usahanya yang sedang merambat naik, tiba-tiba dia
terbentur perbedaan visi dengan kedua rekannya. Ia pun memutuskan memilih mundur
dan menjalankan sendiri usahanya.
Memang tidak jaminan, seseorang yang berkarier sesuai dengan latar belakang
pendidikannya akan sukses. Kenyataannya tidak sedikit yang berhasil justru setelah
mereka keluar dari jalur.
“Modal dalam usaha memang penting, tapi mendapatkan mitra kerja yang andal adalah
segalanya. Membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas
dalam menjalankan bisnis,” ujar Chairul Tanjung yang lebih memilih menjadi seorang
pengusaha ketimbang seorang dokter gigi biasa.
Dan pilihannya untuk menjadi pengusaha menempatkan CT sebagai salah satu orang
terkaya di Indonesia dengan total kekayaan mencapai 450 juta dolar AS. Sebuah
prestasi yang mungkin tak pernah dibayangkannya saat memulai usaha kecil-kecilan,
demi mendapat biaya kuliah, ketika masih kuliah di UI dulu.
Hal itulah yang barangkali membuat Chairul Tanjung selalu tampil apa adanya, tanpa
kesan ingin memamerkan kesuksesannya. Selain itu, rupanya ia pun tak lupa pada
masa lalunya. Karenanya, ia pun kini getol menjalankan berbagai kegiatan sosial. Mulai
dari PMI, Komite Kemanusiaan Indonesia, anggota Majelis Wali Amanat Universitas
Indonesia dan sebagainya. “Kini waktu saya lebih dari 50% saya curahkan untuk
kegiatan sosial kemasyarakatan,” ungkapnya.
Kini Grup Para mempunyai kerajaan bisnis yang mengandalkan pada tiga bisnis inti.
Pertama jasa keuangan seperti Bank Mega, Asuransi Umum Mega, Aanya yaitu bisnis
televisi, TransTV. Pada bisnis pertelevisian ini, ia juga dikenal berhasil mengakuisisi
televisi yang nyaris bangkrut TV7, dan kini berhasil mengubahnya jadi Trans7 yang juga
cukup sukses.
Langkah ekspansi selanjutnya adalah mendirikan perusahaan patungan dengan
mantan wapres Jusuf Kalla membentuk taman wisata terbesar “TRANS STUDIO” di
Makassar, untuk menyaingi keberadaan Universal Studio yang ada di Singapura.
Taman hiburan dalam ruangan terbesar di Indonesia inipun sekarang telah merambah
kota Bandung, dan sebentar lagi kota-kota besar di Indonesia lainnya.
Chairul merupakan salah satu dari tujuh orang kaya dunia asal Indonesia. Dia juga
satu-satunya pengusaha pribumi yang masuk jajaran orang tajir sedunia. Enam wakil
Indonesia lainnya adalah Michael Hartono, Budi Hartono, Martua Sitorus, Peter
Sondakh, Sukanto Tanoto dan Low Tuck Kwong.
Berkat kesuksesannya itu Majalah Warta Ekonomi menganugerahi Pria Berdarah
Minang/Padang sebagai salah seorang tokoh bisnis paling berpengaruh di tahun 2005
dan Dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di dunia tahun 2010 versi majalah
Forbes dengan total kekayaan $1 Miliar.
Sumber : Buku Kisah Hidup Chairul Tanjung Si Anak Singkong
By : BUHORI
Kelas : 13.2F.25 A
Jurusan : Tehnik Komputer
ENTERPRENEURSHIP
Kisah Sukses Pengusaha Ciputra, Bapak Real Estate Indonesia
Ciputra lahir dengan nama Tjie Tjin Hoan di Parigi, Sulawesi Tengah, ia anak bungsu
dari tiga bersaudara. Pada usia 12 tahun, Ciputra menjadi yatim. Oleh tentara
pendudukan Jepang, ayahnya, Tjie Siem Poe, dituduh anti-Jepang, ditangkap, dan
meninggal dalam penjara itu, ibunyalah yang mengasuhnya penuh kasih. Sejak itu
pula Ci harus bangun pagi- pagi untuk mengurus sapi piaraan, sebelum berangkat ke
sekolah. Keluarga Ciputra hidup dari hasil ibunya berjualan kue kecil-kecilan
Dengan bekal ketekunan dan kegigihan dalam belajar Ciputra berhasil masuk ke ITB
dan memilih Jurusan Arsitektur. Pada tingkat IV, ia, bersama dua temannya,
mendirikan usaha konsultan arsitektur bangunan dimana usaha awal ini merupakan
tonggak dari kesuksesan Ciputra di masa depan dengan bendera Jaya Group.
Beberapa proyek yang dikelola oleh Ciputra merupakan proyek-proyek yang
fenomenal. Siapa yang tidak tahu dengan Taman Impian Jaya Ancol yang merupakan
visi Ciputra merubah lahan rawa menjadi suatu pusat rekreasi terbesar di Indonesia.
Kawasan elit Pondok Indah juga merupakan ide Ciputra untuk membuat salah satu
real estate elite pertama di Indonesia. Bersama para pebisnis raksasa lainnya Ciputra
membentuk Metropolitan Group dan membangun suatu kawasan yang tadinya sama
sekali tidak dilirik orang yaitu kawasan Serpong.
Pada tahun 1997 terjadilah krisis ekonomi. Krisis tersebut menimpa tiga group yang
dipimpin Ciputra: Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Bisa dibilang
hasil jerih payah Ciputra selama ini hampir lenyap semua oleh hantaman krisis
ekonomi yang melanda. Hutang yang menumpuk harus dihadapi oleh Ciputra.
Periode ini merupakan periode yang sangat menyesakkan bagi Ciputra. Namun
dengan prinsip hidup yang kuat Ciputra mampu melewati masa itu dengan baik.
Dengan keteguhan hati dan sifat pantang menyerah disertai ”keberuntungan”
seperti adanya kebijakan moneter dari pemerintah, diskon bunga dari beberapa bank
sehingga ia mendapat kesempatan untuk merestrukturisasi utang-utangnya.
Akhirnya bisnis Ciputra dapat bangkit kembali dan kini Group Ciputra telah mampu
melakukan ekspansi usaha di dalam dan ke luar negeri
Ketika mula didirikan, PT Pembangunan Jaya cuma dikelola oleh lima orang.
Kantornya menumpang di sebuah kamar kerja Pemda DKI Jakarta Raya. Kini, 20-an
tahun kemudian, Pembangunan Jaya Group memiliki sedikitnya 20 anak perusahaan
dengan 14.000 karyawan. Namun, Ir. Ciputra, sang pendiri, belum merasa sukses.
‘Kalau sudah merasa berhasil, biasanya kreativitas akan mandek’ kata Dirut PT
Pembangunan Jaya itu.
Ciputra memang hampir tidak pernah mandek. Untuk melengkapi 11 unit fasilitas hiburan Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Jakarta. Proyek usaha Jaya Group yang cukup menguntungkan telah dibangun ‘Taman Impian Dunia’. Di dalamnya termasuk ‘Dunia Fantasi’, ‘Dunia Dongeng’, ‘Dunia Sejarah’, ‘Dunia Petualangan’, dan ‘Dunia Harapan’. Sekitar 137 ha areal TIJA yang tersedia, karenanya, dinilai tidak memadai lagi. Sehingga, melalui pengurukan laut (reklamasi) diharapkan dapat memperpanjang garis pantai Ancol dari 3,5 km menjadi 10,5 km.
Masa kanak Ciputra sendiri cukup sengsara. Lahir dengan nama Tjie Tjin Hoan di Parigi, Sulawesi Tengah, ia anak bungsu dari tiga bersaudara. Dari usia enam sampai delapan tahun, Ci diasuh oleh tante-tantenya yang ”bengis”. Ia selalu kebagian pekerjaan yang berat atau menjijikkan, misalnya membersihkan tempat ludah. Tetapi, tiba menikmati es gundul (hancuran es diberi sirop), tante-tantenyalah yang lebih dahulu mengecap rasa manisnya. Belakangan, ia menilainya sebagai hikmah tersembunyi. ‘Justru karena asuhan yang keras itu, jiwa dan pribadi saya seperti digembleng’ kata Ciputra.
Pada usia 12 tahun, Ciputra menjadi yatim. Oleh tentara pendudukan Jepang, ayahnya, Tjie Siem Poe, dituduh anti-Jepang, ditangkap, dan meninggal dalam penjara. ‘Lambaian tangan Ayah masih terbayang di pelupuk mata, dan jerit Ibu tetap terngiang di telinga’ tuturnya sendu. Sejak itu, ibunyalah yang mengasuhnya penuh kasih. Sejak itu pula Ci harus bangun pagi-pagi untuk mengurus sapi piaraan, sebelum berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki sejauh 7 km. Mereka hidup dari penjualan kue ibunya.
Atas jerih payah ibunya, Ciputra berhasil masuk ke ITB dan memilih Jurusan Arsitektur. Pada tingkat IV, ia, bersama dua temannya, mendirikan usaha konsultan arsitektur bangunan berkantor di sebuah garasi. Saat itu, ia sudah menikahi Dian Sumeler, yang dikenalnya ketika masih sekolah SMA di Manado. Setelah Ciputra meraih gelar insinyur, 1960, mereka pindah ke Jakarta, tepatnya di Kebayoran Baru. ‘Kami belum punya rumah. Kami berpindah-pindah dari losmen ke losmen’ tutur Nyonya Dian, ibu empat anak. Tetapi dari sinilah awal sukses Ciputra.
Ciputra telah sukses melampaui semua orde; orde lama, orde baru, maupun orde reformasi. Dia sukses membawa perusahaan daerah maju, membawa perusahaan sesama koleganya maju, dan akhirnya juga membawa perusahaan keluarganya sendiri maju. Dia sukses menjadi contoh kehidupan sebagai seorang manusia. Memang, dia tidak menjadi konglomerat nomor satu atau nomor dua di Indonesia, tapi dia adalah yang TERBAIK di bidangnya: realestate.
Pada usianya yang ke-75, ketika akhirnya dia harus memikirkan pengabdian masyarakat apa yang akan ia kembangkan, dia memilih bidang pendidikan. Kemudian didirikanlah sekolah dan universitas Ciputra. Bukan sekolah biasa. Sekolah ini menitikberatkan pada enterpreneurship. Dengan sekolah kewirausahaan ini Ciputra ingin menyiapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa pengusaha.
Pengusaha muda yang sukses – Bong ChandraLeave a reply
Pengusaha muda yang sukses – Bong Chandra
pengusaha muda yang sukses – Bong Chandra
Sebuah Sukses Pengusaha Muda sebagai Pengembang Properti. Pada usia 22 tahun, Bong Chandra telah berhasil membangun perumahan pertama proyek 5 hektar dengan nilai investasi Rp 180 miliar. Ia juga seorang penulis dan seorang Bestseller Motivator yang telah diundang untuk memberikan motivasi Perusahaan Terbesar di Dunia pada tahun 2009 (versi Frotune 500). Pada tulisan ini, Bong Chandra telah memberikan motivasi kepada lebih dari 2 juta orang di seluruh Indonesia.
Bong Chandra adalah anak kedua dari tiga bersaudara, lahir di Jakarta, 25 Oktober 1987. Bong Chandra lahir di sebuah keluarga sederhana dan segala sesuatu selalu terpenuhi. Sejak kecil sampai SMA tidak ada prestasi yang telah dicapai Bong chandra. Dia sebelumnya adalah inferior dan tidak memiliki banyak teman, kecilnya, dan menderita penyakit asma membuatnya merasa lebih kecil. Dia juga tidak pernah mendapatkan piala 1 meskipun, dan tidak pernah memenangkan perlombaan dan kompetisi.
Hal ini lebih diperparah ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998. Pada saat itu, keluarga Bong Chandra kebangkrutan. Awalnya Bong Chandra tidak tahu apa yang terjadi, tapi ia mulai menyadari ketika melihat sendiri dipasang pengumuman bahwa rumah ini “TERJUAL”. Situasi menjadi semakin buruk ketika keluarganya harus berutang ribuan dolar untuk membayar kuliah pengusaha muda yang sukses ini.
Situasi ini sangat sulit untuk benar-benar membentuk Bong Chandra menjadi seorang pemuda yang lebih kuat daripada usianya. Pada usia 18 tahun, Bong Chandra memulai usahanya dengan teman – teman. Dalam bisnis perintis saat itu, Bong Chandra banyak mendapatkan hinaan dan comooh dari orang di sekitarnya. Dengan sepeda motor babak belur, ia terus merintis hari kerja dan malam. Pergi keluar kota saja, naik dalam ransum yang sangat sederhana untuk makan siang hanya $ 1.200. Hujan dan panas biasanya diderita oleh Bong Chandra.
Penolakan – penolakan yang dihadapi oleh pengusaha muda yang sukses ini membuatnya tumbuh menjadi lebih kuat. Orang-orang yang meremehkan dan menolaknya sebelum benar-benar melemparkan kayu ke dalam bara api pembakaran. Alih – agak turun, Bong Chandra harus merasa tertantang untuk membuktikan kepada mereka yang meragukan. Sekarang Bong Chandra telah terbukti prestasi yang luar biasa bagi orang – orang yang digunakan untuk memiliki keraguan.
Saat ini Bong Chandra telah memimpin enam perusahaan dan mengawasi karyawan staf 250, antara lain, PT. Triniti Pioneer Property, PT. Bong Chandra Sukses Sistem, PT. Gratis Cuci Mobil Indonesia, dan PT BC Kuliner Indonesia. Bong Chandra juga merupakan Pengembang yang juga telah selesai membangun bernama Ubud Perumahan Desa di wilayah Jakarta Selatan 5,1 hektar dengan investasi sebesar Rp 180 miliar.
Bong Chandra juga penulis Kekayaan Best Seller terbatas yang saat ini terjual hampir 100.000 eksemplar. 100% dari penjualan buku akan royati dsumbangkan ke Vincent Yayasan Jakarta Pusat, selain Bong Chandra juga menulis buku lain berjudul The Science of Luck yang juga Best Seller.
Dia juga memberikan motivasi kepada lebih dari 2 juta orang di TV ONE. Seminar selalu dihadiri oleh ribuan orang, sejak awal 2010, Bong Chandra telah mengadakan seminar 10x masing2 3000 orang menghadiri.
Pada tahun 2009 pengusaha muda yang sukses ini diundang untuk memberikan motivasi di Perusahaan Terbesar di Dunia (versi Fortune 500). Bong Chandra juga telah diundang oleh beberapa perusahaan seperti Shell, Bank BRI, Bank Mandiri, Panin, Commonwealth, Yamaha, Ciputra Group, PLN, Gramedia, Prudential, Sunlife, CNI, TVS Motor, TVI, Real Estate Indonesia, dan masih banyak lagi .
Semua prestasi di awal utang bahkan NOL. Ini membuktikan bahwa hal yang paling penting adalah bukan siapa Anda, tetapi apa yang Anda inginkan besok.
Biografi Ir. Ciputra
image: http://lh5.ggpht.com/_ZYbRuXU_2bw/S5iWnt_qWCI/AAAAAAAAAUI/ZmS3IjHY-3A/s144/ciputra1dalam.jpg
Dr. Ir. Ciputra lahir di kota kecil Parigi, Sulawesi Tengah pada tanggal 24 Agustus 1931 dengan nama Tjie Tjin Hoan, ia anak ke 3 dari pasangan Tjie Sim Poe dan Lie Eng Nio yang juga berlatar belakang keluarga sederhana. Ketika berusia 12 tahun ia kehilangan ayahnya yang meninggal di tahanan tentara pendudukan Jepang karena tuduhan palsu dianggap mata-mata Belanda.
Kepahitan masa kecil telah menimbulkan tekad dan keputusan penting yaitu memiliki cita-cita bersekolah di Pulau Jawa demi hari depan yang lebih baik, bebas dari kemiskinan dan kemelaratan. Akhirnya Dr. Ir. Ciputra kecil kembali ke bangku sekolah walau terlambat. Ia terlambat karena negara kita masih dalam suasana peperangan dengan tentara Belanda maupun Jepang. Ia masuk kelas 3 SD di desa Bumbulan walau usianya sudah 12 tahun atau terlambat hampir 4 tahun. Ketika usianya 16 tahun lulus dari SD kemudian melanjutkan SMP di Gorontalo dan jenjang SMA di Menado setelah itu memasuki ITB jurusan arsitektur di Bandung. Terlambat tapi bukan berarti terhambat bukan..?
Keseluruhan pendidikan masa remaja Dr. Ir. Ciputra memang merupakan gabungan dari pendidikan yang akademis dan juga non akademis, di dalam kelas dan juga di luar kelas. Inilah yang dapat disebut sebagai sekolah kehidupan yang membuat seseorang tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan utuh. Oleh karena itu tidak heran bila saat ini ia berpendapat bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membangun manusia seutuhnya dan beberapa cirinya adalah membangun moral, mendorong kreativitas dan mendidik karakter-karakter mandiri siswa-siswinya.
Karya-karya besar Ciputra begitu beragam, karena hampir semua subsektor properti dijamahnya. Ia kini mengendalikan 5 kelompok usaha Jaya, Metropolitan, Pondok Indah, Bumi Serpong Damai, dan Ciputra Development yang masing-masing memiliki bisnis inti di sektor properti. Proyek kota barunya kini berjumlah 11 buah tersebar di Jabotabek, Surabaya, dan di Vietnam dengan luas lahan mencakup 20.000 hektar lebih. Ke-11 kota baru itu adalah Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, Puri Jaya, Citraraya Kota Nuansa Seni, Kota Taman Bintaro Jaya, Pondok Indah, Citra Indah, Kota Taman Metropolitan, CitraRaya Surabaya, Kota Baru Sidoarjo, dan Citra Westlake City di Hanoi, Vietnam. Proyek-proyek properti komersialnya, juga sangat berkelas dan menjadi trend setter di bidangnya. Lebih dari itu, proyek-proyeknya juga menjadi magnit bagi pertumbuhan wilayah di sekitarnya.
Perjalanan bisnis Ciputra dirintis sejak masih menjadi mahasiswa arsitektur Institut Teknologi Bandung. Bersama Ismail Sofyan dan Budi Brasali, teman kuliahnya, sekitar tahun 1957 Ciputra mendirikan PT Daya Cipta. Biro arsitek milik ketiga mahasiswa tersebut, sudah memperoleh kontrak pekerjaan lumayan untuk masa itu, dibandingkan perusahaan sejenis lainnya. Proyek yang mereka tangani antara lain gedung bertingkat sebuah bank di Banda Aceh. Tahun 1960 Ciputra lulus dari ITB. Ke Jakarta…Kita harus
ke Jakarta, sebab di sana banyak pekerjaan, ujarnya kepada Islamil Sofyan dan Budi Brasali. Keputusan ini menjadi tonggak sejarah yang menentukan jalan hidup Ciputra dan kedua rekannya itu. Dengan bendera PT Perentjaja Djaja IPD, proyek bergengsi yang ditembak Ciputra adalah pembangunan pusat berbelanjaan di kawasan senen. Dengan berbagai cara, Ciputra adalah berusaha menemui Gubernur Jakarta ketika itu, Dr. R. Soemarno, untuk menawarkan proposalnya. Gayung bersambut. Pertemuan dengan Soemarno kemudian ditindak lanjuti dengan mendirikan PT Pembangunan Jaya, setelah terlebih dahulu dirapatkan dengan Presiden Soekarno.
Setelah pusat perbelanjaan Senen, proyek monumental Ciputra di Jaya selanjutnya adalah Taman Impian Jaya Ancol dan Bintaro Jay. Melalui perusahaan yang 40% sahamnya dimiliki Pemda DKI inilah Ciputra menunjukkan kelasnya sebagai entrepreuneur sekaligus profesional yang handal dalam menghimpun sumber daya yang ada menjadi kekuatan bisnis raksasa. Grup Jaya yang didirikan tahun 1961 dengan modal Rp. 10 juta, kini memiliki total aset sekitar Rp. 5 trilyun. Dengan didukung kemampuan lobinya, Ciputra secara bertahap juga mengembangkan
jaringan perusahaannya di luar Jaya, yakni Grup Metropolitan, Grup Pondok Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan yang terakhir adalah Grup Ciputra. Jumlah seluruh anak usaha dari Kelima grup itu tentu di atas seratus, karena anak usaha Grup Jaya saja 47 dan anak usaha Grup Metropolitan mencapai 54. Mengenai hal ini, secara berkelakar Ciputra mengatakan: Kalau anak kita sepuluh, kita masih bisa mengingat namanya masing-masing. Tapi kalau lebih dari itu, bahkan jumlahnya pun susah diingat lagi.
Fasilitas merupakan unsur ketiga dari 10 faktor yang menentukan kepuasan pelanggan. Konsumen harus dipuaskan dengan pengadaan fasilitas umum dan fasilitas sosial selengkapnya. Tapi fasilitas itu tidak harus dibangun sekaligus pada tahap awal pengembangan. Jika fasilitas selengkapnya langsung dibangun, harga jual akan langsung tinggi. Ini tidak akan memberikan keuntungan kepada para pembeli pertama, selain juga merupakan resiko besar bagi pengembang. Ciputra memiliki saham di lima kelompok usaha (Grup Jaya, Grup Metropolitan, Grup Pondoh Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan Grup Ciputra). Dari Kelima kelompok usaha itu, Ciputra tidak menutupi bahwa sebenarnya ia meletakkan loyalitasnya yang pertama kepada Jaya. Pertama, karena ia hampir identik dengan Jaya. Dari sinilah jaringan bisnis propertinya dimulai. Sejak perusahaan itu dibentuk tahun 1961, Ciputra duduk dalam jajaran direksinya selama 35 tahun: 3 tahun pertama sebagai direktur dan 32 tahun sebagai direktur utama, hingga ia mengundurkan diri pada tahun 1996 lalu dan menjadi komisaris aktif. Kedua, adalah kenyataan bahwa setelah Pemda DKI, Ciputra adalah pemegang saham terbesar di Jaya.
PT Metropolitan Development adalah perusahaannya yang ia bentuk tahun 1970 bersama Ismail Sofyan, Budi Brasali, dan beberapa mitra lainnya. Kelompok usaha Ciputra ketiga adalah Grup Pondok Indah (PT Metropolitan Kencana) yang merupakan usaha patungan antara PT Metropolitan Development dan PT Waringin Kencana milik Sudwikatmono dan Sudono Salim. Grup ini antara lain mengembangkan Perumahan Pondok Indah dan Pantai Indah Kapuk. Kelompok usaha yang keempat adalah PT Bumi Serpong Damai, yang didirikan awal tahun 1980-an. Perusahaan ini merupakan konsorsium 10 pengusaha terkemuka – antara lain Sudono Salim, Eka Tjipta Widjaya, Sudwikatmono, Ciputra dan Grup Jaya – yang mengembangkan proyek Kota Mandiri Bumi Serpong Damai seluas 6.000 hektar, proyek
jalan tol BSD – Bintaro Pondok Indah, dan lapangan golf Damai Indah Golf.
Grup Ciputra adalah kelompok usahanya yang Kelima. Grup usaha ini berawal dari PT Citra Habitat Indonesia, yang pada awal tahun 1990 diakui sisi seluruh sahamnya dan namanya diubah menjadi Ciputra Development (CD). Ciputra menjadi dirutnya dan keenam jajaran direksinya diisi oleh anak dan menantu Ciputra. Pertumbuhan Ciputra Development belakangan terasa menonjol dibandingkan keempat kelompok usaha Ciputra lainnya. Dengan usia paling muda, CD justru yang pertama go public di pasar modal pada Maret 1994. Baru beberapa bulan kemudian Jaya Real properti menyusul. Total aktiva CD pada Desember 1996 lalu berkisar Rp. 2,85 triliun, dengan laba pada tahun yang sama mencapai Rp. 131,44 miliar. CD kini memiliki 4 proyek skala luas: Perumahan Citra 455 Ha, Citraraya Kota Nuansa Seni di Tangerang seluas 1.000 Ha, Citraraya Surabaya 1.000 Ha, dan Citra Indah Jonggol. 1.000 Ha. Belum lagi proyek-proyek hotel dan mal yang dikembangkannya, seperti Hotel dan Mal Ciputra, serta super blok seluas 14,5 hektar di Kuningan Jakarta. Grup Ciputra juga mengembangkan Citra Westlake City seluas 400 hektar di Ho Chi Minh City, Vietnam. Pembangunannya diproyeksikan selama 30 tahun dengan total investasi US$2,5 miliar. Selain itu, CD juga menerjuni bisnis keuangan melalui Bank Ciputra, dan bisnis broker melalui waralaba Century 21.
Sejak beberapa tahun lalu, Ciputra menyatakan Kelima grup usahanya – terutama untuk proyek-proyek propertinya – ke dalam sebuah aliansi pemasaran. Aliansi itu semula diberi nama Sang Pelopor, tapi kini telah diubah menjadi si Pengembang. “Nama Sang Pelopor terkesan arogan dan berorientasi kepada kepentingan sendiri,” ujar Ciputra tentang perubahan nama itu.
Ref : http://yapono.wordpress.com/2008/06/07/ciputra-maestro-real-estate-indonesia/#comment-833http://rozisaptiyan.blogspot.com/2010/02/biografi-dr-ir-ciputra.htm
Read more at http://info-biografi.blogspot.com/2010/03/biografi-ir-ciputra.html#3AC3FQjTBl5GYys3.99
Sejarah SidoMuncul
PT. SidoMuncul bermula dari sebuah industri rumah tangga pada tahun 1940, dikelola oleh
Ibu Rahkmat Sulistio di Yogyakarta, dan dibantu oleh tiga orang karyawan. Banyaknya permintaan terhadap kemasan jamuEs Teler 77. Read more ... »yang lebih praktis, mendorong beliau memproduksi jamu dalam bentuk yang praktis (serbuk), seiring dengan kepindahan beliau ke Semarang , maka pada tahun 1951 didirikan perusahan sederhana dengan nama SidoMuncul yang berarti “Impian yang terwujud” dengan lokasi di Jl. Mlaten Trenggulun. Dengan produk pertama dan andalan, Jamu Tolak Angin, produk jamu buatan Ibu Rakhmat mulai mendapat tempat di hati masyarakat sekitar dan permintaannyapun terus meningkat.
Dalam perkembangannya, pabrik yang terletak di Jl. Mlaten Trenggulun ternyata tidak mampu lagi memenuhi kapasitas produksi yang besar akibat permintaan pasar yang terus meningkat, maka di tahun 1984 pabrik dipindahkan ke Lingkungan Industri Kecil di Jl. Kaligawe, Semarang.
Guna mengakomodir demand pasar yang terus bertambah, maka pabrik mulai dilengkapi dengan mesin-mesin modern, demikian pula jumlah karyawannya ditambah sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan ( kini jumlahnya mencapai lebih dari 2000 orang ).
Untuk mengantisipasi kemajuan dimasa datang, dirasa perlu untuk membangun unit pabrik yang lebih besar dan modern, maka di tahun 1997 diadakan peletakan batu pertama pembangunan pabrik baru di Klepu, Ungaran oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke-10 dan disaksikan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan saat itu, Drs. Wisnu Kaltim.
Pabrik baru yang berlokasi di Klepu, Kec. Bergas, Ungaran, dengan luas 29 ha tersebut diresmikan oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia waktu itu, dr. Achmad Sujudi pada tanggal 11 November 2000. Saat peresmian pabrik, SidoMuncul sekaligus menerima dua sertifikat yaitu Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) setara dengan farmasi, dan sertifikat inilah yang menjadikan PT. SidoMuncul sebagai satu-satunya pabrik jamu berstandar farmasi. Lokasi pabrik sendiri terdiri dari bangunan pabrik seluas 7 hektar, lahan Agrowisata ,1,5 hektar, dan sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik.
Secara pasti PT. SidoMuncul bertekad untuk mengembangkan usaha di bidang jamu yang benar dan baik. Tekad ini membuat perusahaan menjadi lebih berkonsentrasi dan inovatif. Disamping itu diikuti dengan pemilihan serta penggunaan bahan baku yang benar, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitasnya akan menghasilkan jamu yang baik.
Untuk mewujudkan tekad tersebut, semua rencana pengeluaran produk baru selalu didahului oleh studi literatur maupun penelitian yang intensif, menyangkut keamanan, khasiat maupun sampling pasar. Untuk memberikan jaminan kualitas, setiap langkah produksi mulai dari barang datang , hingga produk sampai ke pasaran, dilakukan dibawah pengawasan mutu yang ketat.
Produk-produk PT. Jamu Sidomuncul antara lain: jamu tradisional, jamu komplit, permen, minuman kesehatan, food suplement, dan jamu instan.
Produk-produk yang dihasilkan perusahaan jamu ini selalu laris manis di masyarakat. Lihat saja produk Kuku Bima, Kuku Bima Energi dan Tolak Angin telah terbukti sebagai produk yang memiliki merek yang kuat dengan diterimanya berbagai penghargaan dari tahun ke tahun yaitu Merek Terpopuler, Indonesian Customer Satisfaction Index (ICSA), Indonesian Best Brand Award (IBBA), Golden Best Brand Award, Platinum Best Brand Award, The Word of Mouth Marketing (WOMM), Cakram Award, Marketing Award, The Indonesia Herbal Medicine Award, The Indonesian Original Brands Apreciation, dan Indonesia Most Popular Brand In Social Media, dan Indonesian Original Brand Apreciation.
Saat ini PT. Sidomuncul dipimpin oleh Bapak Irwan Hidayat sebagai direktur utama
Top Related