Kinerja Keselamatan Dan Budaya Keselamatan, Suhamo
KINERJA KESELAMATAN DAN BUDAYA KESELAMATAN
Ir. Suharno, MSc.
Pusat Pengembangan Teknologi Keselamatan Nuklir
ABS1'RAKKinerja Keselama/an Dan Budaya Kese/ama/ano 1'elah dilakukan pembahasan /en/ang kinerja ke:'°e/ama/all dalam
hubullgallllya dengall budaya kese/ama/allo Budaya kese/ama/all dimaksudkall :,oebagai pelldeka/all /erlladap upayapellingkatall kinerja kese/amatano Aspekyang di/injau ada/ah komitnlen pada individu se/uruh tingkat; pelletapan visi, misi,/ujuan dall lIilai; ser/a imp/emen/asi secara bertahap da/am bentuk proses yang berkembang dengan me/ibalkan se/urullindividuo Kese/ama/an ada/all tanggungjawab se/uruh ,ndividu sedemik/oan sehingga budaya kese/amatan seyogiallya ml-'1Jjadidasar pengambilan keputusan dan dengan pemberdayaan se/uruh sumberdayao
ABSTRACTSafety Performance and Safety Culture. The asseSS11lent of tile safety perfonnance in related to safety has been
perfowled. Safety culture is meant as a approach on effort to improve safety performance The assessed Aspect arecommit1nent of all individu in all level, estabh'shement ofvission, mission, goals and values, and gradu(lfty impl.!mentation ofsafety culture in the growth process by involving of all individu. The safety is responsible of all person, such that the $(Ifetyculture $hould be a basic for decision making and empowerment of all resources.
Persoalan tersebut mencenninkan gambarw1
sebagai kenyataan bahwa perhatiw1 terhadap keselwnatal1
sesuai arti pentingnya masih kurang pacta instalasi
tersebut. Sebagaimana diformulasikan oleh IAEA
khususnya untuk suatu fasilitas nuklir, bahwa suatu
budaya keselamatan yang bagus pada suatu fasilitas
adalah merupakan suatu ciri nilai (sense of values), yang
terbagi merata ke seluruh tingkat organisasi fasilitas
tersebut yang berdasarkw1 bahwa keselwnatan adalah
sangat penting, harus difahami dW1 merupakan tugas serta
tanggungjawab setiap individu di dalwn orgw1isasi.
Keselwnatan terbentuk dari tingkah laku (attitude) dW1
pendekatan (approach) menuju keselamatan oleh
manajer, enjiner, teknisi, dan yang paling penting adalah
seluruh individu pada seluruh tingkat.
PENDAHULUAN
Pengalaman yang terkumpul sel81na operasi
fasilitas, dimana acta kemungkinan kecelakaan apakah
dengan resiko yang besar maupun kecil, dapat
disimpulkan bahwa kontribusi peran manusia sangat
besar. Peran manusia dalam operasi fasilitas tidak hanya
untuk operasi, akan tetapi juga meliputi
perawatan/perbaikan, pengendalian pelencengan dari
batas operasi, dan manajemen seluruh kegiatan pacta
instalasi tersebut. Timbulnya berbagai persoalan pacta
dasarnya dapat dinyatakan mulai saat tahap rancangan,
pembangunan, dan pengoperasian fasilitas tersebut.
Persoalan yang mungkin tersebut diantaranya dapat
sebagai berikut :
.Manajemen yang tidak efektif
.Miskinnya dukungan enjinering dan teknis;
.Penyimpangan dal81n tahap desain d811
konstruksi;
.Perlengkapan perawatan yang tidak memadai;
.Banyaknya kegiatan operasional;
.Tidak konsisten terhadap pendekatan
kl."Selamatan.
KARAKTERISTIK ORGANISASI PAD A
INSTALASI
Pada penerapan budaya keselamataJl di dalwn
organisasi maka hal-hat berikut perlu dipenimbangkan,
yaitu:
Membiasakan diri berfikir
keselamatan, clan hat ini dicirikaJl
dengan fokus
B"~nK8S8~matMi STATUfA Vol. I, No. I, Agustus-Nopember 2000: 1-7
Proses pengembangan budaya keselamatan,
walaupun tidak sepenuhnya dapat disamakan antara satu
organisasi dengan orginasasi lain, khususnya hila
dipertimbangkan ukuran besar/kecil oragnisasi tersebut,
maka secara umum dapat ditetapkan bahwa ada tiga hat
yang dapat dijadikan dasar untuk penilaian implementasi
budaya keselamtan pada sesuatu organisasi. Ketiga tahap
tersebut adaJah :
I. Mengikuti atau sesuai dengan prosedur, atau
peraturan perundangan.
2. Mengernbangkan penilaian terhadap prosedur
3. Mengembangkan prosedur.
Pada ketiga tahap tersebut, aspek budaya yang
menjadi karakteristik organisasi akan sangat menentukan.
Sebagai ringkasan dati ketiga tahap tersebut dapat
dinyatakan bahwa setiap kaJi adanya upaya yang sesuai
dengan prosedur, maka akan terdapat pengaJaman yang
baru dari pelaksanaannya, yang kemudian dapat dijadikan
dasar untuk mengembangkan. Kebiasaan-kebiasaan ini
harus terns berlanjut pada seluruh tingkat individu clan
organisasi sebagai suatu proses belajar dati pcngalaman.
Lama waktu sehingga ketiga proses tersebut dapat
belangsung memang tidak selamanya dapat dipastikan.
Akan tetapi akan fetUS belanjut setiap kali kegiatan
ditetapkan untuk dilaksanakan. Lingkungan orgatlisasi,
komitmen clan upaya yang diberikan sangat menentukan
terjadinya proses tersebut.
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prosedur
atau peraturan perundangan pada dasarnya telah
disepakati menjadi bagian daJam seti!lp kegiatan. Namun
demikian hila diperhatikan secara seks&ma, kadangkala
pada tahap ini sudah terdapat berbagai persoalan dan
muncul berbagai kendala. Secara sederhana pada tahap ini
dapat diberikan indikator yang menunjukkan tingkat
pelaksanaan, yaitu:misaJnya apakah prosedur tersedia
untuk setiap jenis kegiatan. Penyediaan prosedur untuk
setiap jenis kegiatan bukanlah hal yang mudah dilakukatl.
Bila prosedur telah tersedia, berdasarkan kesaJahan yang
mungkin terjadi yaitu pelalaian atau kesalahan melakukan
prosedur keseluruhan atau sebagiatl dati prosedur tersebut
bukan pula hal yang mudah dipantau. Kesadaratl clan
.Pemeriksaan yang berkesinambungan sebagai
cara untuk meningkatkan keselamatan;
.Kesadaran yang tetap terhadap apa yang dapat
membuat salah;
.Perasaan tanggung jawab untuk operasi yang
amaJ1;
.Perasaan bangga clan memiliki terhadap
fasilitas.
2. Pendekatan yang telah digariskan dengan disiplin ,
dimana seluruh individu harus:
.Terlatih dengan baik;
.Percaya diri tetap tidak berlebihan;
.Mengikuti prosedur,
.Memanfaatkan ke~asama tim dengan baik clan
komunikasi.
3. Mengacu pada dasar teknis untuk bertindak dengan :
.Prosedur yang paling akhir,
.Dasar rancang yang paling akhir,
.Sistem dokumentasi yang dikembangkan untuk
perubahan pada fasilitas;
.Batasan da..,ar rancang yang selalu ditinjau
ulang.
4. Melakukan koreksi (penilaian diri) secara kuat
dimana:
.Kenyataan harus dihadapi;
.Berita buruk haruslah diterima;
.Persoalan dipecahkan secara terbuka clan
obyektif.
Korcksi diri adalah merupakan clemen pcnting
pada budaya keselamatan, yaitu setiap saat menyediakan
diri untuk suatu perubahan menuju perbaikan.
Pengalaman menunjukkan bahwa apabila seorang star
gagal menemukan penyelesasian suatu masalah, maka
masalah tersebut malah tumbuh berkembang sampai
ditcmukan setelah terlambat oleh pihak ketiga atau
sampai dapat diketahui setelah te~adi kejadian signifikan
YaJ1g tidak diinginkan. Dalam hal koreksi diri ini, dituntut
bahwa pimpinan atau manajer haruslah menjadi pelaku
yang paling kuat clan menonjol.
2
Kinerja Keselamatan dan Budaya Keselamatan, Suharno
Para manajer set1ior mendorong manajer lain
memperhatikan publikasi yang relevan dengan
keselamatan.
Para manajer memperkenalkan aturan pemeriksaan
clan audit keselamatan untuk mengenaJ daeraJ1 yang
perlu ditingkatkan.
Manajer senior bersama dengan Hadan Regulasi
mendorong pekerja peka terhadap usulan yang barn
diambil.
Para manajer menampung usulan daTi pekerja
tentang bagaimana meningkatkar. keselamatan.
keterbukaan individu pada hat ini akan memberikan
dampak YWlg sangat besar. Kadangkala melaporkwl
kesalahan yang dilakukan sendiri sangat sukar dilakukwl.
Sementara pemantauan atas pelaksanaan prosedur
,memerlukan perhatian yang intensif .Demikian pula
halnya pada tingkat perbaikan, penyertaan seluruh
individu mutlak perlu dilakukan, termasuk tingkat paling
bawah sebagai pelaksana. Bagaimanapun pelaksana
mengetahui sesuatu yang telall dilaksanakan, sehingga
sejak awal harus disertakan untuk menyadari ballwa
mereka berkepentingan dWl turut menentukwl agar
terdapat kesesuaian YWlg diharapkan.
Namun demikian biasanya banyak konsep
pemikiran yang berkembang pada seluruh individu di
semua tingkat organisasi. Hal ini menggwnharkwl
penanganan berbagai konsep tersebut harus benar, sesuai
dengan arti pentingnya terhadap keselamatan, adalah tetap
harus menjadi tanggungjawab manajemen. Sebab setiap
kali konsep atau prosedur diterapkan maka mungkul akan
terjadi peruballan, dan kompleksitas perubahan dengan
budaya yang berkembang bisa saja merupakwl perin tang
terhadap konsep, prosedur atau petunjuk yang secara
universal diterima sebelumnya.
Berikut akan diberikan beberapa hal
pengalaman praktis pada ketiga tingkatan tersebut:
Tin2katan Pertama:
.Manajer senior harus bertekat untuk menu1gkatkan
kinerja keselamatan dan setllju dengan visi
keselamatan yang telah ditetapkan.
.Para manajer senior memeriksa daD merumuskan
atumn keselamatan dan mengkomunikasikannya
kepada pekerja.
.Para manajer harus memeriksa pelatihan
keselamatan dan kemudian mengembangkaJ1
partisipasi pekelja dengan meminta pekelja
mengidentifikasi pelatihan yang diperlukan.
.Para manajer menetapkan ukuraJ1 kinelja
keselamatan dan menganalisis secam statistik untuk
mengetahui kecendrungannya. Mereka dapat saling
tukar intonnasi dengan pekerja.
Tin~katan kedua
.Para manajer senior mendorong manajer untuk
sadar bahwa nilai, sikap, clan perilaku pekerja
merupakan faktor yang penting dalaJn mencapai
kulerja keselaJnatan yang baik clan membaJltu
pekerja untuk ambil bagiaJI daIaJn peningkatan
kinerja keselamatan.
.Para manajer didorong untuk menggunakan
indikator positif saat memberikaJI infonnasi pada
pekerja tentang kecendrungan kinerja keselamataJ1.
.Para maJ1ajer mendorong pekerja peka terhadap
organisasi lain yang telah sukses dalam
meningkatkan kinerja keselamatan untuk
menunjukkan bahwa hal tersebut dapat dicapai.
Oleh sebab itu para pekerja diperkenaIkaJ1 pada ide
luar yang mungkin baik untuk diaJnbil.
.Para manjer senior mendorong keterlibatan aktif
pekerja dalam meningkatkan keselamataJl.
.Para manajer memeriksa kinerja keselamatan para
kontraktor.
.Manajer senior mendorong para pekerja peka
terhadap faktor man usia clan memperkenalkan
analisis akar sebab.
.Para manajer senior memperkenalkan ukuran kinerja
keselamatan yang positif
.Para maJlajer memperkenalkan penilaian sendiri
terhadap kinerja keselamatan clan menjamin bahwa
3
B~.JnKIS8IamatMi STATUfA Vol. No. I, Agustus-Nopember 2000 .7
adanya program tindakan perbaikan yang
menyeluruh.
Para manajer mendorong kesadaran para manajer
bahwa kinerja keselamatan yang baik adalah baik
untuk bisnis.
Tin!!katan keti!!a
.Para manajer senior tetap terbuka terhadap
kemungkinan belajar dan organisasi lain clan
membangun sistem untuk melakukan itu. Mereka
memperkenalkan akibat proses terhadap hasil
keselamatan.
.Para manajer memeriksa target clan sasaran
keselamatan mereka clan tetap terbuka terhadap
potensi peningkatan keselamatan.
.Para manajer keQa sarna dengan pemasok clan
kontraktor untuk meningkatkan kineQa keselamatan.
.Para manajer memperkenalkan indikator budaya
organisasi (misalnya : standar pemeliharaan, laporan
penyimpangan/kegagalan) yang memiliki hubungan
dengan kinerja keselamatan.
.Para manajer senior membuat perbandingan dengan
organisaasi eksternal yang dipilih sebagai model.
.Para manajer senior mengkomunikasikan isu
keselamatan dcngan publik.
.Para manajer mendorong peka membantu dalam
peningkatanlebih lanjut proses yang ada.
Apapun tingkatan yang telah dicapai oleh suatu
organisasi, satu persyaratan dasar yang perlu yaitu
komitmen yang nyata clan jelas dari manajemen puncak
organisasi untuk meningkatkan keselamatan. Manajemen
puncak seharusnya memiliki pengetahuan ten tang isu
budaya keselamatan sehingga mereka dapat berperan
memimpin pembuatan clan pengkomunikasian visi
keselamatan masa datang untuk organisasinya. Para
manajer seharusnya tidak hanya tahu bagaimana
memotivasi tim tetapi juga harus mampu mencegah
hilangnya motivasi itu.
KINERJA KESELAMATAN INSTALASI
Pads uraian di atas telah dikemukan bahwa
penempatan keselamatan pads setiap kegiatan harus
dilakukan sehingga tujuan keselamatan terpenuhi sesuai
dengan target d8l1 sasaran yang diinginkan. Dengan kata
lain organisasi! melalui manajemen organisasi harus
menyatakan misi, visi clan sasaran keselarnatan. Tiap
target dan/atau sasaran keselamatan dapat dianggap
sebagai titik pusat suatu rencana kerja di dalam organisasi
clan menjadi pendorong motivasi kerja. Begitu sasaran
ditetapkan, rencana strategis harus dibuat untuk
memfasilitasi implementasinya. Rencana meliputi
kebijakan, organisasi, perencanaan, implementasi, slat
ukur kincrja clan mekar1isme review. Hal ini akan lebih
baik hila dilengkapi dengan sistetn audit.
Dalam hal ini peran budaya keselamatan
tampak jelas, dimana seluruh kegiatan dilakukan
berdasarkan pertimbangar1 arti penting keselamatar1.
Dalam organisasi suatu fasilitas, khusunya fasilitas nuklir,
kadangkala tidak seluruh hat yang telah disinggung di
atas dapat dilaksanakan secara utuh., karena kineQa
keselamatan sangat tergantung pads seluruh individu
yang jumlahnya tidak sedikit. Untuk itu kepemimpinan
akan mempengaruhi kinerja, yang secara terns menerus
berevolusi, sehingga sebagai budaya organisasi clan
kemudian untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Kinerja akan menjadi baik bila dapat menekan sekecil
mungkin perihal yang dapat mengganggu kontinuitas
evolusi. Beberapa organisasi melakuk8!1 pelatihan khusus
untuk mencapai keahlian khusus untuk mendorong
perubahan sikap clan tingkah laku.
Terlepas dari keadaan organisai yang
sekarang dijalankan, organ i sasi harus selalu melihat
bagaimana dapat melakukan hal yang lebih baik .Hal
ini termasuk mencari cars untuk meningkatkan sistem
clan proses yang sekarang, bersamaan dengan
mengambil keuntungan dari perubahan teknologi.
Perubahan yang terns menerus akar1 sangat efektif
dipertahankan dengan memfokuskan pads peJ1ingkatan
yang dihasilkan individu pekerja. Walaupun disain
fasilitas harus dinaikkan sampai pads suatu tingkatan,
4
Kinerja Keselamatan clan Budaya Keselamatan, Suhamo
ini tidak meneegah perubahan standar disain pada
waktu yang akan datang.
Kadangkala konsep pcmberdayaan karyawan
dapat disalah-tafsirkan .Hal ini tidak berarti pelecehan
terhadap akuntabilitas manajemen atau partisipasi
pekerja yang tidak terkontrol atau terarah. Tujuan
penguatan yang diinginkan adalah untuk memberikan
kepada pekerja pada semua tingkat dan pada sClnua
bagian organisasi : keahlian, dukungan, dan komitmen
yang diharapkan untuk memaksimalkan kontribusi
mereka terhadap kinerja organisasi. Komitmen terhadap
perubahan yang terns menerus terhadap peningkatan
kinerja keselamatan dan pemberdayaan pekerja untuk
memberikan kontribusi terhadap peningkatan tersebut
dapat menjadi kekuatan yang potensial dalam meneapai
daJl mempertahankan tingkat keselamatan.
Budaya keselamataJl tidak eksis dalam keadaan
terisolasi, clan juga budaya keselamatan dipengaruhi oleh
budaya atau iklim organisasi yang umum. Adalah penting
bahwa budaya organisasional mendukung keselamatan
daJl khususnya, bahwa budaya organisasiona! mendorong
perilaku, sikap dan nilai yang memadai dari seluruh
personil. Beberapa indikator organisasional dari budaya
keselamatan progresif adalah :
Tidak ads kcsalahan yang ditimpahkan kepada
personil yang melakukan kesalahan pelaporan
sukarcla;
Komitmen tcrhadap evaluasi clan peningkatan
kontinu dari kinerja keselamatan;
Program audit terkordinasi clan reguler;
Kesadarat1 manajeriaJ tentang hal-hal budaya
keselamatan;
Keterlibatan personil daJam kegiatan
peningkatan keselamatan;
Tujuan organisasionaJ primer mencakup
keselamatan clan tidak difokuskan hanya pada
biaya target finansiaJ;
Alokasi dana dan sumber days lain yang
memadai untuk mendukung keselama!at1;
Usaha positif dibuat untuk belajar dari kinerja
keselamatan organisasi eksternal;
UkUrat1 kineQa keselamatan mencakup
pengukuran kecfektifan kegiatan pads proses
yang mempengaruhi keselamatan, dan tidak
hanya pengukuran hasil dari kegiatan atau
proses tersebut.
lndikator di alas merefleksikan sikap tak dapat
sentuh dari dedikasi personal, petnikiran keselalnatan,
sikap ingin tahu dan juga bahwa indikator tersebut adalah
manifestasi dapat sentuh dari budaya keselamatan yang
senantiasa dapat ditingkatkan.
PEMBAHASAN
Keselamatan belum tenlu teQamin hanya
berdasarkan pemenuhan dan penyesuaian persyaratan
yang berlaku. Untuk itu perlu ada komitmen clan upaya
pada setiap tingkat pengambil keputusan, perancang,
pembuat dan operaror serta persOllil perawatall untuk
terus menerus secara bertahap meningkatkan kualitas
kegiatall khususnya yang dihubungkall dellgaJ1 kineQa
keselamatan. Pada tillgkat pengambil keputusan atau
Komitmen personil menyebar terhadap kinelja
keselamatan yang baik, termasuk
kcpemimpinan yang visibel oleh puncak
pimpinan;
Kinerja keselamatan yang baik dianggap
sebagai tujuan pada din sendiri yang adalah
renting untuk organisasi, clan tidak
dimaksudkan melulu untuk memenuhi
persyaratan regulaton;
Penyelidikan sebab yang fundamental dari
kejadiaJ1 atau kecelakaan untuk belajar dan
pengalamana clan bukan untuk menimpahkan
kcsalahan;
Komunikasi yang efektif dan infonnasi
keselamatan termasuk' kecenderungan kinelja
keselamatan;
)
B~8I.hIK8S81aIllaI1l1 STA,!'UTA Vol. I, No. I, Agu~tu~-Nopcm"cr 2UUU .7
Pel1gembal1gwl vi~i, mi~i, saSUnll1 dull l1ilui
merupakWl titik awal dWl suatu fokus aktivitas untuk
mengawali peningkatWI dalwn budaya ke~elamatal1,
~ebagai wujud komitmen. Sekali vi~i, mi~i, sa~arwl dal1
l1ilai dikembangkal1, renCWla strategi harus dibuat untuk
memfasilitasi implemel1tasinya. RenCWla ini sudah
termasuk kebijakan, orgWlisasi, perel1cal1uan,
implemel1tasi dal1, untuk mel1gukur kil1eQa dal1
mekanisme review, yang dilel1gkapi dengwl audit yang
cocok.
Budaya keselamatan harus menjadi dasar setiap
pengambil keputusan dan perlu dikembangkan motivasi
dalam meningkatkan keselamatw1 pada seluruh tigkat
individu dan tingkat organisasi. Adalah tidak mudah pada
tahap penerapan, bahwa segal a aturan, peraturan
perundangan, serta persyaratan dapat dilakukan dW1
dipenuhi sebagaimana seharusnya. Pada hal ml,
keselamatan harus diperhatikw1 sebagaimw1a mestinya.
Kepemimpinw1 karyaww1 sebagai unsur
manajemen untuk meningkatkan kinelja keselamatan
adalah penting. Hal ini merupakan proses peningkatan
terus menerus secara berevolusi melalui pemenuhan
pencapaian target. Beberapa organisasi mempersiapkw1
model dW1 contoh untuk mendorong perubal1an dalam
sikap manusia dan tingkah laku, melalui pendekatw1 dan
praktek yang dapat membangun hubungall dun
kepercayaan di an tara sesama pekerja.
Pengalaman menunjukkw1 bahwa orgallisasi
yang terbuka kepada publik, asosiasi profesi, dan badan
regulasi baik ekstemal maupun internal lebih berhasil
meningkatkan keberhasilan manajemen keselamatan.
Dengwl pertimbw1gan lebih pada kerahasiaan dan
kecenderungan menutupi kegagalan akW1 memerlukan
wal..1u YW1g panjw1g untuk dapat meningkatkwi kinelja
keselamatan. Keterbukaan merupakan persyardtan dasar
untuk tukar menukar pengalaman dan memberikan dasar
bagi kemampuan orgasnisasi untuk belajar dan
meningkatkan dalam kurun wal..1u ywig diharapkall.
Kebanyakan organisasi yang sukses secara
aktif mendorong terciptanya kerja salna dianlara
karyawannya khususnya bila masalahnya kompleks dan
manajemen, komitmen harus dinyatakan secara tertulis,
dan kemudian mengikat seluruh individu di bawah tingkat
manajemen tersebut untuk tetap dan konsisten melakukwl
atau menjalankan komitmen tersebut. Secara keseluruhwl
budaya keselamatan adalah bagian dari budaya
orgwlisasional. Oleh karena itu, dalwn keselwnatwl,
sebagai implementasi dari budaya keselamatan, praktek
urn urn budaya orgwlisasional juga dapat diterapkwl.
Untuk hili itu pengernbangall visi, rnisi, sasarall dwl lIilai
sebagai suatu petunjuk perlu dikernbangkan pads
orgwlisasi. Dengan dernikiall seluruh uldividu pada
seluruh tingkat rnernpunyai satu kesatuwl tUjuWl. Untuk
rnencapai visi seluruh tindakwl harus rnernpunyai sasarwl,
dan setiap sasaran dipandang sebagai titik utarna suatu
rencana kelja (keselarnatan) di dalarn organisasi dan
rnenjadi pendorong motivasi bagi pekerja.
Yang dirnaksudkan dengan nilai adalah standar
dan prinsip yang dapat diterima oleh setiap uldividu,
rnasing-rnasing pada kelompok keljal1ya. Nilai tersebut
akal1 rnempengaruhi sikap dan perilaku, baik bagi diri
sendiri maupun terhadap satu swna lain. Dalam
organisasi nilai sering dil1yatakwl secara irnplisit.
Inspirasi organisasi tel1tang bagairnana individu harus
diperlakukan, bagairnana oral1g itu sendiri il1gin
diperlakukan, rnungkin dapat secara eksplisit disebutkan
dalwn l1ilai yang disusun oleh rnwlajernen puncak. Nilai
tersebut harus disebarkwl dal1 harus dipc:rkel1alkan
kepada sernua tingkat dalwn organisasi. Nilai yang
rnenyangkut individu dibuat dengan mengwlggap
individu tidak rnenyimpal1g, sernel1tara nilai YWlg
rnenyangkut keselarnatan adalah bahwa "keselarnatan
tidak perl1ah kornprorni".
Days yal1g sesungguhnya dari sesuatu konsep
adalah terletak pads proses yang dibuat untuk
mengernbangkannya. Sesuatu konsep akan berguna,
kecuali jika tidak disebarkan kepada individu pelaksana.
Keterlibatan individu pelaksana adalah penting tetapi
punpil1an puncak dan bawahwll1ya harus
rnengkonfirmasikan, dan mencari masukal1 dari il1dividu
pelaksana rnasing-rnasing.
6
Kinerja Keselamatan clan Buclaya Keselamatan, Suhamo
menerus secara bcrtahap unluk meningkatkan kineQa
keselamatan.
Unluk sefuruh individu pada seiuruh tingkat
mempunyai komitmen unluk dapat memahami visi, misi,
sasaran, dan ni!ai yang berlaku sebagai &'ltu kesaluan
tujuan, bagaimana harus dipcrlakukan, bagaimana ingin
diperlakukan, pcrlu secara eksplisit disebutkan.
Implcmcntasi budaya keseiamatan dilakukan
secara bcrtahap, dalam bcntuk proses yang terns
berkembang dan meiibatkan seiuruh individu.
Ketcrlibatan individll sebagai bagian dari tim /
organisasi, ternmsuk sebagai pimpinan harns terbuka,
bekerja,~ma, kontributif terhadap pcrnbahan yang tcrlls
mcnerus untllk peningkatan kincrja keseiml1atan.
Keselamatan ada!ah tm1ggungjawab sciuruh
individu, sehingga terhadap peningkatan kinerja
keselamatan adalah dengan menempatkm1 budaya
keseiamatan sebagai dasar pengambiian keputusan clan
dengan pemberdayaan seiurnh sumberdaya.
DAFTARPUSTAKA
I. Safety Series No. 75, INSAG-I, Vienna, 1986
2. Safety Series No. 75, INSAG-3; Vienna, 1988
3. Safety Series No. 75, INSAG-4, Vienna, 1991
4. Safety Report Series No.1, Vienna, 1997
5. Safety Report Series No. 11, Vienna, 1998
6. Technical DOCUmet1ts, TECDOC 743 -ASCOT,
IAEA, Vienna, 1995
7. NUREG 1278
solusinya memerlukan masukan interdisipliner. Suatu
organisasi dapat memilih tara pelatihan pelaksana
bekcrja dalam tim secara efektit: Dengan memberikan
kesempatan mengerti clan mengalami tentang perilaku
kelompok maka mereka dengan sendirinya telah
menillgkatkall kualitas kelja sarna. Selain itu, orgarlisasi
juga dapat memilih melatih pekelja dalam teknik
pelldekatall terstruktur terhadap pemecahan masalah clan
pelatihan illi digabungkan dengan pengembangan tim.
Kerja sarna yang baik sangat menguntungkan seluruh
aspek organisasi clan khususnya bagi peningkatan
keselamatall, yallg sering bergantullg pada hubungan
yang efektif alltar kclompok atau an tar individu. Standar
kualitas tinggi kinelja keselamatan tidak akan tercapai
tallpa kclja sarna internal clan ckstemal yallg ekstra baik
dalam organisasi.
Selain sistem nilai, keterbukaan, keljasama
tersebut di atas, perlu adanya review / penilaian terhadap
penerapan budaya keselamatan yang dapat diukur melalui
indikator atau tolok ukur. Perlu dipertimbangkan bahwa
pellilaiall/revicw tersebut, termasuk untuk pellgalarnan
yang kurang baik atau jelek, akan merupakan alat yang
penting untuk tetap komiunen dalam penillgkatan kinelja
insatalasi clan keselarnatan. Dengan pertimbangan
tersebut maka perubahan yang terns menerus den gall
fokus pada peningkatan dapat secara terus menerus
dilaksallakan yaitu dengan memberikan kesempatan
kepada seluruh illdividu di semua tingkat untuk
mel"1berikan kontribusi masing-masing pada tujuan
peningkatan tersebut.
PENUTUP
KeselamataJ1 belum tentu te~amin hanya
berdasarkan pemenuhan clan penyesuaian persyarataJl
yang berlaku. Untuk itu perlu ada komitmen clan upaya
pada setiap tingkat pengambil keputusan, perancang,
pembuat,'dat\ opt:1raiJserta personil perawatan yang terns
7
Top Related