BAB 1
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Lemak dan minyak termasuk dalam salah satu golongan lipid, yaitu lipid netral. Lemak
dan minyak dapat di komsumsi (edible fat) dan sumbernya dapat berasal dari hewani dan
nabati. Lemak dan minyak nabati merupakan lemak dan minyak yang bersal dari tumbuh-
tumbuhan sedangkan lemak dan minyak hewani berasal dari hewan.
Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi dan cadangan makanan. Lemak
merupakan bahan makanan yang kaya energi. Lemak yang pada suhu kamar berupa cairan,
lazim disebut minyak. Minyak biasanya berasal dari tumbuhan seperti minyak kelapa,
minayak jagung dan minyak zaitun.
Wujud lemak berkaitan dengan asam lemak pembentukannya. Lemak yang berbentutk
cair (minyak) banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Sedangkan lemak yang berbentuk
padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh mempunyai titik cair
yang lebih tinggi dari pada asam lemak tak jenuh. Lemak dan minyak memiliki sifat
kelarutan yang sama, yaitu nonpolar. Namun untuk mengetahuinya serta mengetahui
beberapa reaksi lainnya seperti asam lemak bebas dan reaksi penyabunan, maka harus
dilakukan satu percobaan, oleh karena itu mengapa dilakukan percobaan ini.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui kelarutan atau daya larut dari minyak maupun lemak
Mengetahui adanya asam lemak bebas
Mengetahui reaksi penyabunan dari lemak dan minyak
1.3 Prinsip Percobaan
1.3.1 Uji kelarutan
Prinsip percobaan ini menggunakan prinsip ”like dissolve like”, dimana minyak dan
lemak yang bersifat nonpolar akan larut dengan sempurna pada larutan nonpolar pelarut
organik, misalnya dietil eter dan tidak larut pada pelarut polar, misalnya air. Sedangkan pada
etanol, minyak dan lemak dapat menyatu atau larut walaupun tidak secara sempurna. Karena
etanol bersifat semipolar, sehingga dapat larut pada larutan yang bersifat nonpolar dan polar.
1.3.2 Uji Penentuan Asam lemak bebas
Prinsip dari percobaan pada penentuan asam lemak bebas adalah menentukan jumlah ml
NaOH yang diperlukan untuk menetralkan lemak dalam 8,2 gr minyak goreng dengan
melakukan titrasi dengan sampel minyak goreng pelrut, etanol, n – heksan, indikator pp, dan
titrasi NaOH
1.3.3 Penyabunan
Lemak dan minyak dapat terhidrolisis, lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol.
Proses hidrolisis yang disengaja dilakukan dengan penambahan basa kuat, seperti NaOH
molekul pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak oleh
alkali disebut reaksi penyabunan atau saponitikasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKALemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan dengan kandungan yang
berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan
makanan dengan berbagi tujuan. Dalam pengolahan tahan pangan, minyaka dan lemak
berfungsi sebagai media penghatar panas, sepeti minyak goreng, shortening (mentega putih),
lemak (gajih), mentega dan magarin. Disamping itu penambahan lemak juga dimaksudkan
untuk menembah kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa pangan.
Lemak hewani mengandung banyak steral yang disebut kolestrol, sedangkan lemak
nabati mengandung fitosterol dan mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh sehingga
umumnya berbentuk cair. Lemak nabati yang berbentuk cair dapat dibedakan atas tiga
golongan yaitu: (a) drying oil yang akan membentuk lapisan keras bila mengering diudara,
misalnya minyak yang digunakan untuk cat dan pernis; (b) semi drying oil seperti minyak
jagung, minyak biji kapas, dan minyak bunga matahari ; dan (c) non drying oil, misalnya
minyak kelapa dan minyak kacang tanah. Lemak nabati yang berbentuk padat adalah minyak
coklat dan bagian ”steanin” dari minyak kelapa sawit.
Pembentukan Lemak secara alami
Hampir semua bahan banyak mengandung lemak dan minyak, terutama bahan yang
berasal dari hewan. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam lemak, kemudian kondensasi
asam lemak dengan gliserol membentuk lemak.
Sintesis Gliserol
Dalam tanaman terjadi serangkaian reaksi biokimia, pada reaksi ini fruktosa difosfat
diuraikan oleh enzim aldosa menjadi dihidroksi aseton fosfat, kemudian direduksi menjadi x
– gliserolfosfat. Gugus fosfat dihilangkan melalui proses fosfosilasi sehingga akan menjadi
atau terebntuk molekul gliserol
Sintesis Asam Lemak
Asam lemak dapat dibentuk dari senyawa-senyawa yang mengandung karbon seperti
asam asetat, asetatdehida, dan etanol yang merupakan hasil respirasi tanaman. Sintesis asam
lemak dilakukan dalam kondisi anaerob dengan bantuan sejenis bakteri.
Clostridyum klyuveriC2H5OH + CH3COOH CH3(CH2)2COOH +
H2O
Kondensasi Asam Lemak
Pada tahap pembentukan molekul lemak ini terjadi reaksi esterifikasi gliserol dengan
asam lemak yang dikatalisis oleh enzim lipase. Minyak pangan dalam bahan pangan biasanya
diekstraksi dalam keadaan tidak murni dan bercampur dengan komonen-komponen lain yang
disebut fraksi lipida. Fraksi lipida terdiri minyak / lemak (edible fat / oil), makan (wax),
fosfolipida sterol, hidrokarbon dan pigmen. Dengan cara ekstraksi yang menggunakan
pelarut lemak seperti petroleum, eter, etil eter, benzena dan klorofrom komponen-komponen
fraksi lipida dapat dipisahkan. Lemak kasar (crude fat) tersebut disebut fraksi larut eter.
Untuk membedakan komponen-komponen fraksi lipida dipergunakan NaOH. Minayak /
lemak makan, malam dan fosfolipida dapat disabunkan dengan NaOH, sedangkan sterol,
hidrokarbon dan pigmen adalah fraksi yang tidak tersabunkan.
Pigmen
Adanya pigmen menyebabkan lemak berwarna. Warna lemak tergantung dari macam
pigmennya. Adanya karoteroid menyebabkan warna kuning kemerahan. Keroteroid sangat
larut dalam minyak dan merupakan hidrokarbon, dengan banyak ikatan tak jenuh. Bila
minyak di hidrogensi maka akan terjadi hidrogenasi karoteroid dan warna merah akan
berkurang. Selain itu, perlakuan pemanasan juga akan mengurangi warna pigmen, karena
karoteroid tidak stabil pada suhu tinggi. Pigmen ini mudah terosidasi sehingga minyak akan
mudah tengik. Cara menghilangkan pigmen biasanya dilakukan dengan adsorben seperti
arang aktif dan beching earth.
Asam Lemak
Asam- asam lemak yang ditemukan dialam, biasanya merupakan asam-asam
monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon
genap. Asam-asam lemak yang ditemukan di alam dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam-asam lemak tidak jenuh berbeda dalam
jumlah dan posisi ikatan rangkapnya, dan berbeda dengan asam lemak jenuh dalam bentuk
molekul keseluruhannya. Asam lemak tak jenuh biasanya terdapat dalam bentuk cis. Karena
itu molekul akan bengkok pada ikatan rangkap, walaupun ada juga asam lemak tidak jenuh
dalam bentuk trans.
Komposisi dan Sifat
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, lemak dan minyak termasuk dalam sekelompok
senyawa yang disebut lipida, yang pada umumnya mempunyai sifat sama yaitu tidak larut
dalam air. Dalam penanganan dan pengolahan bahan pangan, perhatian lebih banyak
ditujukan pada suatu bagian dari lipida, yaitu trigliserida dan natural fat. Pada umunya untuk
pengertian sehari-hari lemak merupakan bahan padat dalam suhu kamar, tetapi keduanya
terdiri dari molekul-molekul trigliserida.
Lemak merupakan bahan padat pada suhu kamar, diantaranya disebabkan kandunganya
yang tinggi akan asam lemak jenuh yang secara kimia tidak mengandung ikatan rangkap,
sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi. Contoh asam lemak jenuh yang banyak
terdapat dialam adalah asam palmitat dan asam stearat. Minyak merupakan bahan cair
diantaranya disebabkan rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan
asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-
atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah. (Winarno, 2002)
Asam lemak dan triasilgliserol
Struktur
Asam lemak terdiri dari gugus asam karboksilat yang terikat pada rantai hidrokarbon
panjang. Bila rantai ini tidak mengandung ikatan rangkap, ikatan tersebut dinyatakan jenuh,
sedangkan bila rantai tersebut mempunyai ikatan rangkap, struktur tersebut dikatakan tidak
jenuh. Triasilgliserol, yang merupakan ester asam lemak dan gliserol, adalah suatu bentuk
tempat energi diubah untuk penyimpanan waktu lama dalam sel lemak.dengan demikian,
lemak tidak jenuh (minyak tumbuhan) adalah triasilgliserol yang mempunyai rantai
hidrokarbon asam lemak tidak jenuh. Semua ikatan rangkap duanya berbentuk cis dan
umumnya tidak berikanjugasi. Lemak jenuh atau lemak binatang dihubungkan dengan
timbulnya penyakit jantung. Lemak digunakan sebagai tempat penyimpanan karena tiap
gramnya membebaskan energi lebih dari dua kali lipat dibandingkan karbonhidrat. Perbedaan
ini terjadi karena besarnya jumlah ikatan C – H dalam lemak setiap molekulnya (dan karena
hidrasi yang lebih sedikit per gramnya) . Pada suhu ruang, lemak jenuh biasanya berbentuk
padat (misalnya mentega), sedangkan lemak tak jenuh biasanya cair (misalnya minyak
jagung)
Saponifikasi
Saponifikasi melibatkan hidrolisis ikatan ester gliserida, yang menghasilkan
pembebasan asam lemak dalam bentuk garam dan gliserol. Garam dari asam lemak berantai
panjang adalah sabun. Asam lemak berantai panjang mempunyai gugus hidrofobik (tidak
menyukai air) berantai panjang. Pada konsentrasi tertentu dalam pelarut air, asam lemak ini
membentuk misel. Misel merupakan struktur bulat yang terdiri dari ratusan molekul garam
asam lemak. Misel tersusun dengan gugus polar dari garam asam lemak disebelah luar dan
rantai hidrofobik yang tertanam disebelah dalam, jauh dari air. Struktur misel menjelaskan
bagaimana sabun bekerja. Misel memerangkap kotoran dan lemak (yang hidrofobik) dipusat
misel. Misel dapat larut dalam air karena permukaan misel mengandung gugus kaboksilat
yang polar. Jadi, misel dapat terbasuh oleh air sambil membawa kotoran dan lemak. (Hanold,
1983)
Sifat-sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tegantung pada
sumbernya. Secara umum, bentuk triasilgliseridalemak dan minyak sama, tetapi wujudnya
berbeda. Dalam pengeritan pengertian sehari-hari, disebut lemak jika berbentuk padat pada
suhu kamar dan minyak berbentuk cair pada suhu kamar. Trigliseral dapat berbentuk padat
atau cair berhubungan dengan asam lemak penyusunnya. Minyak nabati sebagian besar
berbentuk cair, karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat
(C17H33COOH), asam linoleat (C17H31COOH) dan asam linolenat (C17H29COOH). Asam-asam
lemak termasuk asam lemak esensial yang dapat mencegah timbulnya gejala asterios clerosis
karena penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolestrol. Sebaliknya asam lemak
hewani umumnya pada suhu kamar berbentuk padat karena banyak mengandung asam lemak
jenuh seperti asam stearat (C17H35COOH) dan asam palmitat (C15H31COOH).
Asam lemak jenuh memilki titik lebur lebih tinggi dibandingkan asam lemak tidak
jenuh. Lemak dan minyak dapat mengalami ketengikan (racidity), karena dapat terhidrolisis
dan teroksidasi bila dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara. Pada proses hidrolisis, lemak
atau minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat
mengakibatkan kerusakan pada lemak atau minyak karena terdapat sejumlah air didalamnya,
sehingga menimbulkan bau tengik. Reaksi demikian dikatalis oleh asam, basa atau enzim
tertentu seperti enzim lipase.
Lemak dan minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksida dan hidroperoksida
yang dapat terurai menjadi aldehida, keton dan asam-asam lemak bebas. Hasil oksidasi tidak
hanya mengakibatkan rasa dan bau yang tak enak, tetapi dapat pula menurunkan nilai gizi
karena kerusakan vitamin dan asam-asam lemak esensial dalam bentuk lemak. Rrreaksi
oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya, pemansan, atau katalis logam seperti Cu, Fe, Co
dan Mn. Lemak dan minyak yang sangat tengik mempunyai keasaman yang rendah. Proses
ketengikan dapat dihambat salah satunya dengan penambahan zat antioksidan seperti vitamin
E, vitamin C, politenol, dan hidroquinon. (Yasid, 2006)
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Panci
Tiang statif
Tabung reaksi
Corona kaca
Gelas ukur
Labu alas bulat
Neraca analitik
Erlenmeyer
Beaker glass
Rak tabung reaksi
Ember
Selang
Sendok
Sumbat gabus
Pipet tetes
Gelas kimia
Alat titrasi
Kondensor
Hot plate
Labu stahl
Batang pengaduk
Magnetic steller
Neraca ohaus
3.1.2 Bahan
Minyak goreng
Aquadest
Etanol 95%
Dietil eter
N – heksan
Indikator pp
NaOH 0,02 M
Mentega
Garam H2SO4 6 tetes
Garam dapur
Es batu
Alkohol
3.2 Prosedur Percobaan
Uji Kelarutan / Daya Larut
Dimasukkan minyak sebanyak 10 ml ditambah dengan 10 ml aquadest ke dalam gelas kimia
Diaduk atau digoyang gelas kimia tadi
Diamati reaksi yang terjadi
Dicatat
Dimasukkan minyak sebanyak 10 ml kedalam beaker glass
Ditambahkan 5 ml dietil eter
Dihomogenkan atau diaduk
Diamati reaksi yang terjadi
Dicatat
Dimasukkan 10 ml minyak ke dalam beaker glass
Ditambahkan 10 ml etanol kedalam beaker glass tadi
Dicampurkan dan diaduk
Diamati reaksinya
Dicatat
Uji Lemak Bebas
Dipanaskan 10 ml minyak diatas hot plate
Ditambahkan 15 ml n – heksan
Diamati
Ditambah 50 ml etanol
Diamati perubahan reaksinya
Ditambahkan 3 tetes indikator pp
Diamati
Dititrasi dengan NaOH 0,02 M sebanyak 2,7 ml
Uji Penyabunan
Diambil 1 gr mentega
Ditambahkan 20 ml NaOH, dimasukkan ke dalam labu alas bulat yang berisi magnetil steller
Dipanaskan diatas hot plate dengan metode ekstraksi dan menggunakan kondensor.
Diambil 1 ml larutan
Ditambahkan 5 ml aquadest
Diaduk
Ditambah 6 tetes H2SO4 setetes demi setetes
Larutan sisa dimasukkan ke dalam beaker glass
Ditambah 100 ml aquadest
Diaduk
Dicampurkan 1 sendok garam dapur (NaCl) ke dalam larutan
Diaduk sampai ada perubahan
3.3 Flowsheet
1. Uji Kelarutan / Daya larut
10 ml minyak
10 ml aquadest
Larutan tidak menyatu / tidak
Larut, berwarna kuning
10 ml minyak 10 ml etanol
Terbentuk 2 fase, minyak berada dibawah
Etanol diatas berwarna putih
10 ml minyak
10 ml dietil eter
Menyatu 1 fase berwarna
Kuning bening
2. Uji Asam lemak bebas
10 ml minyak
Dipanaskan
Jadi lebih cair
Ditambahkan 15 ml n - heksan
Muncul gelembung uap cepat hilang
Terbentuk1 fase / bercampur
Ditambah 50 ml etanol 95%
Terbentuk 2 fase, minyak
dibawah,
Etanol diatas / permukaan berwarna
Kuning bening
Ditambah 3 tetes indikator pp
Tidak tejadi perubahan
Dititrasi NaOH 0,02 M 2,7 ml
Terjadi muncul warna merah
Jambu pada V. NaOH 2,7 ml
3. Uji Penyabunan
1 gr mentega
NaOH 20 ml
Dimasukkan kedalam labu alas bulat
Dimasukkan magnetic steller
Disambung pada kondensor
Direftuk selama 1/2 jam
Diamati
Magne
tic steller bergerak berputar-putar secara otomatis sehingga mentega bercampur dengan
NaOH menjadi 1 fase dan berwarna kuning muda
Aquadest 5 ml aquadest 100 ml
Diamati diamati
Larutan menjadi
larutan sedikit berbusa
Keruh homogen antara larutan
dan aquadest
Ditambahkan ditambahkan 6
H2SO4 5 tetes tetes H2SO4
Diamati
diamati
Larutan mengendap
endapan warna putih
Berwarna putih
menandakan adanya sabun
BAB 4
HASIL DAN PENGAMATAN4.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
Uji kelarutan / daya larut
Minyak sebanyak 10 ml + 10 ml
aquadest
Diamati
10 ml minyak + 10 ml etanol
Minyak 10 ml + 5 ml dietil eter
Diamati
Uji asam lemak bebas
Dipanaskan 10 ml minyak + 15 ml n –
heksan
Diamati
Ditambah 50 ml ml etanol
Ditambahkan 3 tetes indikator pp
Larutan tidak menyatu / tidak larut,
berwarna kuning muda dan
bergelembung
Terbentuk dua fase (minyak berada di
bawah dan etanol berada diatas), fase
diatas atau etanol berwarna putih
Keduanya menyatu dan berwarna
kuning bening
Jadi lebih cair. Muncul gelembung
namun cepat hilang. Menjadi 1 fase /
bercampur.
Terbentuk 2 fase. Minyak dibawah,
etanol dilapisan atas. Berwarna kuning
bening
Tidak menjadi perubahan
Diamati
Dititrasi dengan 2,7 ml NaOH 0,02 M
Uji Penyabunan
1 gr mentega + 20 ml NaOH
Dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
dimasukkan magnitic steller
Dipanaskan dengan hot plate
menggunakan metode ekstraksi
1 ml larutan + 5 ml aquadest
Diaduk
Ditambah 6 tetes H2SO4 setetes demi
setetes
Diaduk
Larutan + 1 sendok garam dapur (NaCl)
Diaduk
Muncul warna merah jambu. Dibagian
tertentu. Tetap terjadi pada minyak
tetapi pada etanol dekat minyak. Bila
dikocok, minyak dan etanol menyatu
warna merah jambuh hilang. Bila
didiamkan warna merah jambu hilang
etanol terpisah.
Mentega masih padat tidak bercampur
dengan NaOH
Magnetic steller berputar sehingga
NaOH dan mentega homogen
Larutan dan aquadest homogen
Muncul endapan berwarna putih yang
menandakan adanya sabun homogen
antara larutan dan aquadest
Larutan berubah warna menjadi warna
putih susu berbusa permanen. Garam
yang tidak dapat larut mengendap.
Busa menadakan adanyasabun
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi Penyabunan
O
H2C – O – C – C17H35
O H2C – OH
HC – O – C – C17H35 + 3NaOH HC – OH + 3Na C17H35COO
H2C – OH
O gliserol
H2C – O – C – C17H35
Glisoril tristearat
4.2.2 Indikator pp dengan NaOH
OH OH
ONa O Na - stearat
C + 2NaOH C + 2H2O
O
C C – ONa
O O
H
H – C – O – C – R
O H2 – C – OH O
H – C – O – C – R + 3NaOH HC – C – OH + NaO – C – R
O H2C – OH
H – C – O – C – R gliserol sabun
H
4.3 Perhitungan
Massa jenis minyak = 0,82
Massa jenis = gr/ ml
0,82 = gr
10
gr = 8,2
Dik : S = 5,7 ml
N = 0,02 N
F = minyak kelapa sawit 25,6
Dit : % ALB
Jawab :
% ALB = S x N x F x 100% Berat contoh
= 5,7 x 0,02 x 25,6 x 100% 8,2
= 35, 590%
4.4 Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu dengan melakukan pengujian uji kelarutan /
daya larut, uji asam lemak bebas dan uji penyabunan dapat diketahui bagaimana kelarutan
dari pada lemak didalam dan minyak serta untuk apakah lemak dan minyak dapat
menghasilkan sabun sebelah direaksikan dengan beberapa larutan dan dilakukan dengan
beberapa perlakuan.
Pada percobaan uji kelarutan / daya larut, disini digunakan minyak atau lemak cair
sebagai sampel. Pengujian pertama minyak diuji dengan aquadest yang dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Hasilnya minyak dan aquadest tadi tidak bisa menyatu, sehingga dapat
disimpulkan bahwa minyak bersifat nonpolar atau tidak menyatu dengan larutan polar atau
air. Selanjutnya dilakukan pengujian minyak dengan larutan etanol atau alkohol, disini etanol
bersifat semipolar, yaitu dapat bereaksi dengan larutan polar maupun nonpolar. Setelah
minyak direaksikan dengan etanol dapat dilihat reaksinya yaitu terbentuk 2 fase dimana
etanol berada dilapisan atas. Etanol hanya dapat bereaksi / larut sebagian dengan minyak
karena sifat semipolarnya. Reaksi selanjutnya yaitu mereaksikan minyak dengan larutan dietil
eter. Dimana dietil eter bersifat nonpolar, sehingga ketika minyak direaksikan dengan dietil
eter keduanya dapat menyatu atau terbentuk 1 fase, karena sifatnya sama nonpolar sehingga
keduanya dapat bereaksi dengan baik.
Pada percobaan uji asam lemak bebas, masih digunakan minyak sebagai sampel dan
diuji dengan larutan n – heksan, sebelumnya minyak dipanaskan terlebih dahulu sehingga
lebih cair, setelah itu ditambahkan dengan larutan n – heksan. Hasilnya muncul gelembung
namun cepat hilang dan terbentuk 1 fase / bercampur. Selanjutnya ditambahkan 50 ml etanol
dan terbentuk 2 fase, etanol berada dilapisan atas dan berwarna kuning bening. Ditambahkan
indikator pp dan tidak terjadi perubahan lalu campuran tadi dititrasi dengan NaOH 0,02 M
sebanyak 2,7 ml. Hasil dari titrasi ini terbentuk warna merah jambu pada campuran antara
etanol dan minyak. Pengujian ini bersifat kuantitatif. Karena penentuan asam lemak bebas
dapat diketahui melalui perhitungan persentase. Dengan menggunakan rumus:
% AlB = S x N x F
Berat contoh (gr)
Pada percobaan uji penyabunan sampel yang digunakan adalah mentega yang kemudian
ditimbang sebanyak 1 gr, selanjutnya digunakan pelarut NaOH yang dimasukkan kedalam
labu steller. Kemudian didalamnya ditambahkan magnetic steleer yang berfungsi sebagai
pengaduk untuk mencampurkan antara NaOH dengan mentega. Kemudian dipanaskan diatas
hot plate dengan menggunakan kondensor hingga larutan bercampur. Kemudian diambil 1 ml
larutan ditambahkan 5 ml aquadest hasilnya kedua larutan menjadi homogen. Ditambahkan 6
tetes H2SO4 setetes demi setetes, terbentuk endapan berupa putih yang menadakan adanya
sabun. Larutan sisa yang sebanyak 20 ml tadi dimasukkan ke dalam beaker glass
ditambahkan 100 ml aquadest, dan diaduk hasilnya larutan menjadi homogen. Larutan tadi
ditambahkan lagi garam dapur (NaCl) sebanyak satu sendok, lalu diaduk sampai terjadi
perubahan warna, yaitu warna putih susu dan memiliki busa permanen. Garam yang tidak
dapat larut mengendap busa tadi menandakan adanya sabun.
BAB 5
PENUTUP5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah diklakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
Minyak atau lemak memiliki daya larut yang sama, yaitu tidak dapat larut dalam pelarut
polar, namun bereaksi atau larut dalam pelarut nonpolar. Jadi dapat disimpulkan lemak dan
minyak merupakan larutan nonpolar.
Minyak dan lemak memiliki asam lemak yaitu asam organik yang terdapat sebagai trigliseda
atau lemak, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Setelah dilakukan pengujian /
percobaan, ternyata positif bahwa lemak dan minyak memiliki suatu asam lemak. Hal ini
dibuktikan dengan dilakukannya percobaan pengujian asam lemak bebas. Setelah dilakukan
perhitungan asam lemak bebas ternyata terdapat sekitar 0,356% asam lemak bebas.
Reaksi penyabunan dilakukan dengan melarutkan lemak / minyak kedalam pelarut NaOH,
kemudian direaksikan dengan larutan asam dan garam dapur. Saat direaksikan dengan garam
dapur lemak berubah warna menjadi putih susu dan memiliki busa permanen. Busa inilah
yang menandakan adanya sabun.
5.2 Saran
Praktikum selanjutnya dilakukan pengujian-pengujian lain terhadap lemak dan minyak,
misalnya reaksi / pengujian terbentuknya lilin dari ester asam lemak sehingga dapat diketahui
kandungan atau reaksi yang lain dari pada lemak dan minyak ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hart, Hanold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia
Yasid, Estien. 2006. Penentuan Praktikum Biokimia. Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET
oleh Restu Triawan pada 03.18