Kesepian pada lansiaKesepian pada lanjut usiaDukungan keluargaBAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kesepian Pada Lansia
1. Pengertian kesepian.
Kesepian merupakan suatu perasaan pedih, sunyi, lengang, tidak
ramai, hidup dalam keterasingan karena kehilangan (Prasetya, 2004).
Kesepian adalah sebuah perasaan dimana orang mengalami rasa yang kuat
kehampaan dan kesendirian. Kesepian sering di bandingkan dengan
perasaan kosong, tidak di inginkan dan tidak penting (www.e-
psikologi.com, 2009).
Kesepian adalah suatu kesadaran pedih bahwa seseorang memiliki
hubungan yang tidak dekat dan tidak berarti dengan orang lain.
Kekurangan tadi menimbulakan kekosongan, kesedihan, pengasingan diri
bahkan keputusasaan, perasaan di tolak dalam citra diri yang rendah
karena tidak dapat bergaul atau merasa tersisih dan tidak disukai.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan kesepian
Menurut Martin and Osborn (1989) faktor penyebab terjadinya
kesepian pada lansia di pengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : faktor psikologis,
faktor kebudayaan dan situasional, serta faktor spiritual.
a. Faktor psikologis
Menurut Mubarok (2006), faktor psikologi yang menyebabkan
seperti perasaan takut. Perasaan itu muncul akibat perubahan-perubahan
mental yang berhubungan dengan perubahan fisik (terutama organ
perasa), keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta
situasi lingkungan. Dari segi mental emosional muncul perasaan
pesimis, merasa terancam akan timbulnya penyakit sehingga takut di
telantarkan karena tidak berguna lagi.
1
Perasaan sedih adalah emosi yang paling sering dinyatakan.
Termasuk rasa berasalah, kegelisahan, kemarahan, depresi,
ketidakberdayaan, kesepian dan penyesalan tentang suatu hubungan
dengan orang yang telah meninggal. Shok dan tidak percaya dapat
diakibatkan oleh kematian atau kehilangan. Beberapa orang tidak
mampu berkonsentrasi setelah kematian seseorang yang penting bagi
mereka. Tanggapan kesedihan diwujudkan individu itu sendiri, selain
itu di tentukan oleh faktor hubungan antara yang meninggal dan
berkabung. Beberapa orang tua, pengalaman kesedihan mungkin
termasuk perasaan lega dan emansipasi, terutama setelah mengalami
situasi yang sulit (Lueckenotte, 2000).
Kesepian dan beberapa ukuran yang biasa digunakan isolasi social
objektif sebagai yang diharapkan. Namun hubungan yang relative
sederhana, yang mengindikasikan bahwa kuantitatif dan kualitatif aspek
hubungan social yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan
pentingnya mempelajari kedua dimensi hubungan dalam proses
penuaan. Manusia adalah makhluk social, bahkan keinginan untuk
sambungan social tampak sangat kuat sehingga beberapa penulis telah
menyarankan bahwa manusia mempunyai kebutuhan dasar menjadi
bagian, hubungan social, kehangatan, dorongan dan kemaknaan
memiliki. Namun jumlah hubungan sosial saat ini berkurang. Dan
kegiatan sosial memicu gangguan signifikan dalam ikatan sosial(missal,
kematian orang tua, anak-anak meninggalkan rumah, kematian seorang
pasangan).
Akhirnya pergeseran pola demografi mengubah kontur dan
konteks hubungan sosial. Perubahan dalam keluarga dalam beberapa
decade terakhir telah menyebabkan kondisi baru, lebih terfragmentasi
struktur keluarga da proporsi orang yang hidup sendirian. Dalam meta-
analisis, factor-faktor resiko untuk kesepian diusia dewasa dan usia tua
memperkirakan memberikan ancaman terhadap hubungan interpersonal
2
yang berharga mulai dari pengucilan, penolakan, perpisahan,
perceraian. Meski demikian, kesepian biasanya sebagai sifat yang
stabil, dengan perbedaan individu dalam suatu kondisi untuk perasaan
kesepian. Skala kesepian revised UCLA (R-UCLA, Russel) dirancang
untuk dikelola sendiri. Melainkan memiliki 20 item yaitu (merasa
selaras dengan orang-orang disekitar, merasa tidak memiliki
persahabatan, memiliki tempat untuk berbagi, tidak merasa sendiri,
merasa jadi bagian sekelompok teman, punya banyak kesamaan dengn
orang-orang, tidak dekat dengan siapapun, merasa sudah tidak berarti
lagi, merasa dihindari, merasa dekat dengan seseorang, merasa
ditinggalkan, hubungan sosial yang dangkal, tidak ada yang tahu
tentang dirinya, merasa terasing dari orang lain, mempunyai
persahabatan, ada seseorang yang mengerti, tidak bahagia karena
ditarik, merasa sendiri, ada seseorang untuk berbagi, yidak ada tempat
untuk berbagi) dengan empat kategori yaitu (tidak kesepian, kesepian
ringan, kesepian sedang, dan kesepian berat). Skala ini digunakan untuk
mengganti pada skala yang terlalu panjang dan terlalu rumit. Sebagian
besar dari multi-studi tingakat isolasi sosial dan kesehatan dala proses
penuaan skala kesepian untuk digunakan dalam mengukur kesepian
(Russell, Peplau, 1980)
b. Faktor kebudayaan dan situasional
Yaitu terjadinya suatu perubahan dalam tatacara hidup dan kultur
budaya dalam keluarga. Perbaikan dibidang kesejahteraan sosial, di
bidang globalisasi, di komunikasi, informasi, transportasi dan
pendidikan niscaya menimbulkan pengaruh luar yang mengikis budaya
masyarakat yang selama ini ada terhadap hubungan antar-anggota
keluarga mereka, termasuk yang tergolong lanjut usia. Nilai
kekerabatan dalam kehidupan keluarga semakin melemah dalam
keluarga yang mengarah pada bentuk keluaga kecil, terlebih-lebih
dalam masyarakat industri dimana lanjut usia terpisah dari anggota
keluarga lainnya akibat urbanisasi. Anggota keluarga yang berusia
3
lanjut kurang diperhatikan dan terpaksa hidup sendiri dan dalam
kesepian. Selain nilai budaya, jenis kelamin, tingkatan pendidikan,
motivasi juga berperan serta mempengaruhi kesepian.
1) Jenis kelamin
Perbedaan gender juga merupakan salah satu faktoryang
mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada
bentuk adaptasi yang digunakan. Bagi wanita masalah penyesuaian
diri dengan masa menjanda seringkali tersa sulit.
2) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam
menghadapi masalah, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga
akanlebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi.
3) Motivasi
Motivasi akan sangat membantu individu dalam menghadapi
dan menyelesaikan masalah. Individu yang tidak mempunyai
motivasi untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah akan
membentuk koping yang destruktif.
4) Dukungan keluarga
Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling
disukai para lanjut usia. Dukungan dari keluarga merupakan unsure
terpenting dalammembantu individu menyelesaikan masalah.
Dengan demikian, budaya tiga generasi di bawah satu atap
makin sulit dipertahankan, karena ukuran rumah di daerah
perkotaan yang sempit, sehigga kurang memungkinkan para lanjut
usia tinggal bersama anak (Hardywinoto, 2005).
Sifat dari perubahan sosial yang mengikuti kehilangan orang
yang dicintai tergantung pada jenis hubungan dan definisi peran
sosial dalam suatu hubungan. Selain rasa sakit psikologi
mendalam, seseorang yang berduka harus sering belajar
keterampilan dan peran baru untuk mengelola tugas hidup yang
4
baru, dengan perubahan sosial ini terjadi pada saat penarikan,
kurangnya minat kegiatan, tindakan yang sangat sulit. Sosialisasi
dan pola interaksi juga berubah. Tetapi bagi orang lain yang
memiliki dukungan keluarga yang kuat dan mapan, pola interaksi
independent maka proses perasaan kehilangan atau kesepian akan
terjadi lebih cepat, sehingga seseorang tersebut lebih mudah untuk
mengurangi rasa kehilangan dan kesepian (Lueckenotte, 2000).
c. Faktor spiritual
Dalam perjalanan hidupnya, setiap manusia pada umumnya akan
berupaya mengatasi kesulitan hidup dengan caranya masing – masing,
sehingga individu tersebut akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan
iramanya masing–masing. Kedekatan dengan sang pencipta akan
membuat seseorang lebih sehat di bandingkan yang jauh dengan
pencipta-Nya. Namun, kedekatan tersebut tidak selalu berjalan mulus.
Dengan tetap terjaga hubungan baik antara makhluk dan Pencipta-nya,
diharapkan adanya keseimbangan sikap realistis terhadap dunia dan
kebutuhan spiritual, sehingga perasaan negatif yang sering muncul pada
lansia seperti kesepian, kecemasan dapat dihindari. Melalui pengalaman
hidup, setiap orang akan berupaya menjadi lebih arif dan akan
mengembangkan dirinya. Untuk itu, berbagai dimensi kehidupan
manusia perlu ditelaah agar dalam mencapai pencerahan atau
kesempurnaan hidup (Hardywinoto, 2005).
Agama dan menstabilkan spiritual dapat memberikan pengaruh
selama kesedihan atu kesepian. Dukungan dari lembaga keagamaan
seseorang dapat memberikan rasa memiliki kepada sekelompok orang
mendukung satu sama lain yang dibutuhkan. Gender, kelas sosial,
etnisitas, dan budaya dapat mempengaruhi rohani seseorang terhadap
kesedihan dan kesepian (Lueckenotte, 2000).
5
B. Konsep Menua
1. Pengertian menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho,
2000).
Menurut undang – undang no.4 tahun 1965 pasal 1, seseorang di
nyatakan sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55
tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
(Mubarok, 2006).
2. Batasan–batasan lanjut usia
Ada beberapa pendapat mengenai batasan-batasan umur pada lanjut usia
diantaranya yaitu:
a. Menurut organisasi kesehatan dunia.
Lanjut usia menurut organisaasi kesehatan dunia di bagi menjadi 4
bagian, yaitu: Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia
antara 45 sampai 59 tahun.Lanjut usia ( elderly) yaitu usia antara 60
sampai 74 tahun. Lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75 sampai 90
tahun. Usia sangat tua (very old) yaitu usia di atas 90 tahun.
b. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog UI)
Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat
di bagi menjadi empat bagian, yaitu: Fase iuventus yaitu usia antara 25
sampai 40 tahun. Fase vertilitas yaitu usia antara 40 sampai 50 tahun.
Fase praesenium yaitu usia antara 55 sampai 65 tahun. Fase senium
yaitu usia 65 tahun sampai tutup usia.
c. Menurut Prof. Dr. Koesoematosetyonegoro
Pengelompokan lanjut usia yaitu: Usia dewasa muda (elderly adulhood)
yaitu usia antara 20 sampai 25 tahun. Usia dewasa penuh (middle years)
6
atau maturasi yaitu usia antara 25 sampai 65 tahun. Lanjut usia
(geriatric age) yaitu usia lebih dari 65 smpai 70 tahun. Young old yaitu
usia antara 70 sampai 75 tahun. Old yaitu usia antara 75 smapi 85
tahun. Very old yaitu usia yang lebih dari 85 tahun ke atas.
d. Departemen kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut:
- Kelompok menjelang usia lanjut (45-54th) sebagai masa vibrilitas
- Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
- Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai senium
Dengan demikian, kelompok usia lanjut tidak dapat
diperhitungkan dengan hanya melihat pada sisi umur saja, tetapi
kelompok usia lanjut disesuaikan dengan kemampuan dan tugas
perkembangan masing-masing individu.
3. Teori-teori penuaan
Menurut Stanley (2002) ada beberapa teori yang menjelaskan
bagaimana dan mengapa penuaan bisa terjadi. Teori ini di kelompokkan ke
dalam dua kelompok besar. Yaitu teori biologis dan teori psikososial.
a. Teori biologis
Teori biologis yaitu teori yang mencoba untuk menjelaskan proses fisik
penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan,
panjang usia dan kematian.
1) Teori genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama
dipengaruhi oleh pambentukan gen dan dampak lingkungan pada
pembentukan kode genetik. Penuaan adalah suatu proses yang
secara tidak sadar di wariskan yang berjalan dari waktu ke waktu
mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan
rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya.
2) Teori wear and tire
Teori di pakai dan rusak mengusulkan bahwa akumulasi sampah
metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga
mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ
7
tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami
kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah contoh
dari produk sampah metabolism yang menyebabkan kerusakan
ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas adalah molekul atau atom
dengan suatu elektronyang tidak berpasangan. Ini merupakan jenis
yang sangat reaktif yang dihasilkan dari reaksi selama metabolism.
Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh system enzim
pelindung pada kondisi normal, beberapa radikal bebas berhasil
lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi didalam struktur
biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi.
Karakteristik teori penuaan:
a) Peningkatan usia harapan hidup, tetapi
mortalitas tidak dapat dihindari.
b) Penuaan dapat ditemukan didalam sel, molekul,
jaringan, dan massa tulang.
c) Perusakan bersifat progresif dan tidak
tertandingi serta memengaruhi semua system hidup.
d) Diperlukan waktu yang panjang utuk kembali
dari periode serangan, kelelahan dan stress.
e) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi, kanker
dan penyakit lain yang berhubungan engan pertambahan usia.
3) Riwayat lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya
karsinogen dari industri cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat
membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-
faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari
lingkugan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan
merupakan faktor utama dalam penuaan.
4) Teori imunitas
Teori imunitas merupakan suatu kemunduran dalam sistem imun
yang berhubungan dengan penuaan. Ketika oranng bertanbah tua,
8
pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami
penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai
penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya
fungsi imun, terjadilah peningkatan dalam respon autoimun tubuh.
b. Teori psikologis
Teori psikologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi
biologi pada kerusakan anatomis. Perubahan sosiologis dikombinasikan
dengan perubahan psikologis.
1) Teori kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang
subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah merangsang
penelitian yang pantas di pertimbangkan. Teori kepribadian
menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Jung
mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian sebagai
ekstrovert dan introvert. Ia berteori bahwa keseimbangan antara
kedua hal tersebut adalah penting bagi kesehatan. Dengan
menurunnya tanggung jawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan
sosial, yang sering terjadi di kalangan lansia, Jung percaya bahwa
orang akan menjadi lebih introvert.
2) Teori tugas perkembangan
Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan tugas maturasi
dalam kaitannya dengan tugas yang harus di kuasai pada berbagai
tahap sepanjang rentang hidup manusia. Tugas perkembangan
adalah aktivitas dan tantangan yang harus di penuhi oleh seseorang
pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan
yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah
mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang di
jalani dengan integritas. Dengan kondisi tidak adanya pencapaian
pada perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik,
9
maka lansia tersebut berisiko untuk disibukkan dengan rasa
penyesalan atau putus asa.
3) Teori disengagement (teori pembebasan)
Yaitu suatu proses yang menggambarkan penarikan diri oleh
lannsia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut
ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat di prediksi, sistematis,
tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari
masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan akan bahagia
apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggugjawab telah
diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan
kontak sosial bagi lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu
untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi
harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi
masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan generasi
tua kepada generasi muda. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Tripple loss), yakni:
- Kehilangan peran (loss of role)
- Hambatan kontak sosial (restraction of contact and
relationship)
- Berkurangnya komitmen (to sosial mores and values)
Menurut Luekenotte (2000), teori ini dilihat penuaan sebagai
tugas perkembangan dalam dan dari itu sendiri, dengan norma-
norma itu sendiri yang sesuai dan pola perilaku. Pola yang tepat
diidentifikasi perilaku yang konseptualisasikan sebagai
kesepakatan bersama antara orang dewasa yang lebih tua dan
mayarakat pada menarik timbale balik. Seseorang akan berubah
dari berpusay pada masyarakat dan berinteraksi dalam
komunitas yang berpusat pada diri orang yang menarik diri pada
masyarakat, berdasarkan menjadi “tua”. Oleh karena itu
keseimbangan sosial yang akan dicapai sebagai hasil ukur.
10
Menurut Miller (1995), pemeliharaan dicapai keseimbangan
sosial dengan saling menguntungkan proses penarikan
timbal balik antara masyarakat dan orang tua. Proses ini
terjadi secara sistematis dan pasti dan diatur dengan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat, yang menimpa individu.
Teori ini lebih lanjut menyatakan bahwa orang tua keinginan
penarikan ini dan bahagia ketika pelepasan terjadi. Sebagai
jumlah, sifat dan keragaman sosial yang kontak orang tua,
mengurangi dan bercerai membatasi lebih lanjut peluang
lanjut usia dalam berinteraksi.
4) Teori aktifitas
Lawan langsung dari teori pembebasan adalah teori aktifitas
penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang
sukses adalah dengan cara tetap aktif. Hasil dari berbagai penelitian
memvalidasi hubungan positif antara mempertahan interksi yang
penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan fisik orang resebut.
Gagasan pemenuhan kebutuhan seseoarang harus seimbang dengan
pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain . kesempaan untuk
turut berperan denngan cara yang penuh arti bagi kehidupan
seseoarang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan
bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif
mempengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru
menunjukkan pentingnya aktifitas mental dan fisik yang
berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan
kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
5) Teori kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan.
Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi
bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap
11
perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap
tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri
kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang
tersebut bertambah usia. Seseorang yang menikmati bergabung
dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan
terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang
yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang
terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam melakukan
gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam
membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah
menyerahkan peran ini karena mereka sudah lanjut usia. Ketika
perubahan gaya hidup di bebankan pada lansia oleh perubahan
sosial-ekonomi atau faktor kesehatan, permasalahan mumgkin akan
timbul. Keluarga yang berhadapan dengan keputusan yang sulit
tentang perubahan pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia
sering memerlukan banyak dukungan.
4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Akibat Proses Menua
Menurut Harlock 2006, akibat perkembangan usia, lanjut usia
mengalami perubahan–perubahan yang menuntut dirinya untuk
menyesuaikan diri secara terus–menerus. Apabila proses penyesuaian diri
dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah berbagai masalah.
Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ
tubuh, diantaranya system pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuluskeletal, gastro
intestinal, genitor urinaria, endokrin dan integument.
Perubahan kondisi mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan–perubahan mental ini erat sekali kaitannya
dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkatpendidikan atau
pengetahuan serta situasi lingkungan. Dari segi mental emosional sering
12
muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas,
adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu
penyakit atau takut di telantarkan karena tidak berguna lagi.
Perubahan psikolososial
Masalah–masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat
beragam, tergantung kepada kepribadian invidu yang bersangkutan.
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa
pensiun. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari
lingkungan dan teman–teman yang akrab dan disingkirkan untuk
duduk–duduk dirumah dengan begitu dapat menimbulkan perasaan
kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social, kehilangan
hubungan teman dan keluarga, perubahan mendadak dalam kehidupan
rutin barang tentu membuat mereka merasa kurang melakukan kegiatan
yang berguna, antara lain:
1) Minat
Pada umumnya diakui bawa minat seseorang berubah dalam
kuantitas dan kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam
aktifitas fisik cenderung menurun dengan bertambahnya umur.
Kendati perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan dengan
menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal–hal
tersebut dipeneruhi oleh faktor– faktor sosial.
2) Isolasi dan kesepian
Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia
terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu
mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha. Makin menurunnya
kualitas indera yang mengakibatkan ketulian, penglihatan yang
makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut usia
merasa terputus dari hubungan dengan orang–orang lain.
Faktor lain yang membuat isolasi makin manjadi lebih parah adalah
perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan kekeluargaan. Bila
13
orang usia lanjut tinggal bersama sanak saudaranya, mereka
mungkian bersikap toleran terhadapnya, tetapi jarang
menghormatinya lebih sering terjadi seorang lanjut usia menjadi
terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya, karena ia hidup sendiri.
3) Peranan iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan
orang yang sudah tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir
dalam memandang akhir dari kehidupan dibanding orang yang lebih
muda. Namun demikian, hampir tidak disangkal lagi bahwa iman
yang teguh adalah senjata yang paling ampuh melawan rasa takut
terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan masa dimana
kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat.
Perubahan kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya :
1) Kemundurun umumnya terjadi pada tugas–tugas yang membutuhkan
kecepatan dan tugas yang membutuhakan memori jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang kosakata akan menetap bila tidak
ada penyakit.
Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari – hari.
3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut fowler :
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan
bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan
keadilan.
14
C. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Duvall dan Logan,yang di kutip dari Murwani (2007),
keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional sreta
social dari tiap anggota keluarga.
Sedangkan menurut Bailon dan Maglaya, yang di kutip dari
Murwani (2007), keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau
adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai
peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya.
Menurut Departemen Kesehatan R.I keluarga merupakan unit
terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
2. Tipe Keluarga
Sesui dengan perkembangan social maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya, agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Menurut Murwani (2007) ada berbagai
tipe keluarga, yaitu:
a. Tipe keluarga tradisional
1) keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami, istri dan anak (kandung atau angkat)
2) keluarga besar yaitu keluarag inti di tanbah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah.
3) Keluarga “dyad” ytaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa
anak.
15
4) single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat).
Kondisi ini dapat di sebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) single adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya
terdiri seorang dewasa.
b. Tipe keluarga non tradisional
1) Commu family yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
2) Orang tua (suami-istri) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup dalam satu rumah tangga.
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis (laki-laki) hidup satu
rumah tangga.
3. Fungsi Keluarga
Menurut friedman (1998), fugsi keluarga di bagi menjadi 8, yaitu:
a. Fungsi ekonomi,
Fungsi ekonomi keluarga lebih terbatas. Makanan dan pakaian di beli di
luar rumah. Anak tidak lagi di jadikan asset ekonomi, individu secara
individual dapat hidup baik dengan mengandalkan diri sendiri. Pemberi
nafkah, yang pada kebanyakan kasus suami dan isri bekerja di luar
rumah.
b. Pemberian status
Fungsi ini masih dijumpai tapi sudah sangat berkurang, kecuali
keluarga kalangan atas. Orang semata-semata di lihat sebagai individu,
bukan sebagai anggota keluarga.
c. Pendidikan
Pendidikan berlangsung di luar rumah, sangat formal dan melembaga,
sehingga pengaruhnya tehadap anak meluas, baik di sekolah maupun
kegiatan ekstrakulikuler. Aktivitas ekonomi memerlukan pelatihan
khusus. Keterampilan dan pengetahuan kerja di pelajari di luar rumah.
16
d. Sosialisasi anak
Fungsi sosialisasi tetap menjadi menjadi sebuah fungsi penting, tapi di
bagi bersama-sama dengan intitusi di luar. Otoritas dn pengontrolan
orang tua semakkin berkurang, khususnya setelah masa pra sekolah.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi ini sudah semakin berkurang, meskipun masih ada. Latar
belakang budaya keluarga dan tingkat akulturasi pada orang kulit putih
budaya klas menengah mempengaruhi berfungsinya keluarga dalam
bidang ini. Bagi mereka yang lebih tua dan cacat, masyarakat
mengambil alih tanggung jawab ketika keluarga tidak dapatb atau tidak
mau merawat anggota keluarga yang tidak bisa mandiri
f. Agama
Semakin meningkatnya sekulerisasi dalam masyarakat dan agama
menyebabkan turunnya pengaruh terhadap perilaku sehari-hari.
Keterlibatan keluarga dalam bidang agama semakin menurun. Agama
hanya di ajarkan di luar lembaga.
g. Fungsi rekreasi
Komersialisasi rekreasi terdapat di mana-mana. Kegiatan-kagiatan yang
terpusat pada keluarga sngat terbatas.
h. Reproduksi
Memilliki seorang anak menciptakan sebuah keluarga, tapin
perkawinan atau berkelurga tidaklah terlalu penting. Namun demikian,
reproduksi tetap menjadi satu fungsi universal dari keluarga.
i. Afektif
Fungsi tidak hanya teap ada, melainkan semakin meningkat
kepentingannya.keluarga amerika biasa mempunyai ikatan
keluargabesar yang lemah, padahal hubungan emosional antara teman
dan oranmg tua anak sangat kental.
17
4. Sturktur Keluarga
Menurut Friedman(1998) struktur keluarga terdiri atas:
Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi : bersifat terbuka dan jujur,
selalu menyelesaikan konflik keluarga, berfikiran positif dan tidak
mengulung-ulang isu dan pendapat sendiri.
Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang di harapkan sesuai dengan
posisi social yang di berikan. Yang di maksud dengan posisi atau ststus
adalah posisi individu dalam masyarakat. Tapi kadang peran ini tidak
dapat di jalankan oleh masing-masing individu dengan baik.
Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan actual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku
orang lain ke arah positif.
Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga
juga merupakan suatau pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari
pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan di tularkan dengan
tujuan untuk menyelesaikan masalah.
5. Tahapan-tahapan Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu
tertentu yang dianggap stabil. Tiap tahap perkembangan membutuhkan
tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut dengan
sukses.menurut Friedman yang dikutip oleh Murwani (2007), ada 8
tahapan perkembangan keluarga. Yaitu:
18
a. Pasangan baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. dua orang yang membentuk
keluarga perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya
membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari.adapun tugas
perkembangan pada tahapan ini diantaranya, yaitu: membina hubungan
intim yang memuaskan, membina hubungan demgam keluarga yang
lain, teman, kelompok social, mendiskusikan rencana mempunyai anak.
b. Keluarga child bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan merlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan,
tugas perkembangan yang penting pada tahap ini: persiapan menjadi
orang tua, adaptasi dengan perubahan anggota kelurga baik peran,
interaksi, hubungan seksual, dan kegiatan, mempertahanka hubungan
yang memuaskan dengan pasangan.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini
adalah: memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk
bersosialisasi, beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara
kebutuhan yang lain juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan
yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga, pembagian waktu
untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawabanggota
keluarga, kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai sejak anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya
kelurgamennncapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk, untuk itu keluarga perlu bekerja sama untuk
19
mencapai tugas perkembangan, diantaranya: membantu sosialisasi
anak, tetangga, sekolah dan lingkungan,mempertahankan keintiman
pasangan, memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat.
e. Keluarga dengan anak remaja
Tahapan ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian,yaitu pada saat anak meniggalkan
rumah orang tuanya. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini
adalah: memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya, mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga,
mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tua,perubahan system peran dan peraturanuntuk tumbuh kembang
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat terakhir meninggalkan ruma. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dlam kelurga. Tahap perkembangan yang
harus terpenuhi: memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar,
mempertahankan keintiman pasangan, membantu orang tua suami/istri
yang sedang sakit dan memasuki masa tua, membantu anak untuk
mandiri di masyarakat, pemantauan kembali peran dan kegiatan rumah
tangga.
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat pension atau salah satu pasangan meninggal.
Pada beberapa pasangan fase ini dikatakan sulit karena masalah lanjut
usia, perpisahan dengan anak, dan poerasaan gagal sebagai orang tua.
Sehingga keluarga perlu memenuhi tugas-tugas perkembangan:
mempertahankan kesehatan, memperthankan hubungan yang
20
memuaskan dengan teman sebaya da anak-anak, meningkatkan
keakraban pasangan.
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terkhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu
pasangan pension, belanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai
keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pension merupakan realitas
yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilanga yang
harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya
pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan
pekerjaan, serta perasaan menurunnya prioduktifitas dan fungsi
kesehatan. Adapun tugas-tugas yang harus dipenuhi pada tahap ini
adalah: mepertahankan suasana rumah yang menyenangkan, adaptasi
dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisisk, dan
pendapatan, mempertahankan keakraban suami istri dan saling
merawat, mempertahankan hubungan dengan anak dan social
masyarakat, melakukan live review.
6. Pengertian dukungan keluarga
Menurut friedman (1998) dukungan keluarga merupakan sikap,
tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
7. Fungsi dukungan keluarga
Fungsi dukungan keluarga menurut Friedman ada beberapa fungsi, yaitu :
a. Dukungan infomasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator
(penyebar) informasi dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran ,
sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu
masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya
suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan
aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek–aspek dalam dukungan
ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi.
21
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Sebagai sumber dan
validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan dan perhatian.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan
minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
d. Dukungan emosional.
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek–aspek
dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam
bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan
didengarkan.
8. Sumber dukungan keluarga
Dukungan sosial keluarga mengacu pada dukungan sosial yang
dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses diadakan
untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial
keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan
dari suami istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial
keluarga eksternal.
Menurut Pender (2001), memahami dukungan sosial dalam konteks
budaya membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik budaya yang
membentuk menerima dan memberikan dukungan. Beberapa system
dukungan sosial yang relevan dengan kesehatan telah diidentifikasi
melalui dukungan system rekan yang terdiri dari orang-orang yang fungsi
informal untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Banyak dari orang-orang
ini telah menjumpai suatu pengalaman yang memiliki pengaruh besar
22
dalam hidup mereka sendiri dan penyesuaian berhasil dicapai dan
pertumbuhan. Karena pemahaman pribadi, nasihat utama yang mereka cari
sehubungan dengan menyelesaikan masalah yang menjadi perhatian
langsung dengan yang mereka akrab.System dukungan agama yaitu suatu
dukungan seperti tempat pertemuan religius merupakan system bagi
individu karena system nilai, seperangkat keyakinan tentang tujuan hidup,
tradisi ibadah dan satu set panduan untuk hidup, yang merupakan
dukungan sosial keluarga eksternal.
9. Manfaat dukungan keluarga
Menurut friedman (1998) Dukungan sosial keluarga adalah sebuah
proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan
sosial berbeda–beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan. Namun
demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan. Dukungan sosial keluarga
membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal
sebagai akibatnya. Hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga.
23
D. Kerangka Teori
faktor instrinsik
– faktor psikologi
– faktor spiritual
kesepian pada lanjut usia
faktor ekstrinsik
– faktor kebudayaan dan situasional/psikososial
– jenis kelamin
– tingkat pendidikan
– motivasi
– dukungan keluarga
Skema 2.1Kerangka Teori
(Sumber:Martin and Osborn, 1989)
E. Kerangka Konsep
dukungan keluarga kesepian pada lansia
Skema 2.2 Kerangka konsep
F. Variable Penelitian
a. Variabel independent (variabel bebas) adalah dukungan keluarga
b. Variable dependent (variabel terikat) adalah kesepian pada lanjut usia
24
G. Hipotesis penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka hipotesis penelitian
adalah “ ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kesepian pada lanjut
usia”
25
Top Related