KEPENTINGAN REPUBLIK INDONESIA DALAM
MEMEDIASI KONFLIK MESIR TAHUN 2011-2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
AKRAM HUSNI KAMAL
NIM: 1110113000031
PROGAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
KEPENTINGAN REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMEDIASI
KONFLIK MESIR 2011-2013
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukri bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 6 Juli 2017
Akram Husni Kamal
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Akram Husni Kamal
NIM : 1110113000031
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul:
“KEPENTINGAN REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMEDIASI
KONFLIK MESIR 2011-2013”
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 2017
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing,
M. Adian Firnas, M.Si. Robi Sugara, M.Sc.
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KEPENTINGAN INDONESIA DALAM MEMEDIASI KONFLIK MESIR
TAHUN 2011-2013
Oleh
Akram Husni Kamal
1110113000031
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Juli 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua Sidang
M. Adian Firnas, M.Si
Sekretaris Sidang
Eva Mushoffa, MHSPS
Dosen Penguji I
Dr. Badrus Sholeh, M.A
NIP. 197102111999031002
Dosen Penguji II
Inggrid Galuh M., MHSPS
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada 6 Juli 2017
Ketua Program Studi
M. Adian Firnas, M.Si
iv
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang Kepentingan Indonesia Dalam Memediasi
Konflik di Mesir pada 2011-2013 yang berawal dari Revolusi di Tunisia pada
2010. Revolusi tersebut berawal dari rakyat Timur Tengah yang menolak adanya
rezim Pemerintahan Tirani, salah satunya berdampak pada Negara Mesir.
Pembahasan skripsi ini adalah kepentingan Indonesia dalam mediasi konflik di
Mesir pada 2011-2013. Kepentingan tersebut mencakup dalam bidang pendidikan,
politik ekonomi, militer dan Sosial budaya. Pertanyaan skripsi ini yaitu apa
kepentingan RI dalam memediasi konflik di Mesir pada 2011-2013. Dalam
menjawab permasalahan tersebut penulis menggunakan tiga konsep penting yaitu
Kepentingan Nasional, tiga konsep Multi Track Diplomacy yaitu track pertama
tentang pemerintah, track kedua tentang non-pemerintah, dan yang ketiga yaitu
track tujuh tentang agama, dan terakhir konsep Mediasi. Penelitian skripsi ini
berdasarkan data kajian pustaka, yakni pengumpulan data dengan mengkaji
berbagai literatur seperti buku, jurnal, dan sumber-sumber lain seperti internet.
Skripsi ini menemukan bahwa kepentingan ini berdasarkan analisa hubungan
kedua negara Indonesia dengan Mesir serta Kebijakan Luar Negeri Indonesia
yang bersifat bebas-aktif yaitu dengan tercapainya kepentingan di sektor ekonomi,
pendidikan, dan Sosial Budaya. Tercapainya mediasi Indonesia terhadap Mesir
yaitu melalui forum Institute for Peace and Democracy (IPD). Forum ini
melakukan serangkaian workshop yang membahas serta mengkaji isu-isu terkait
dengan demokrasi dan perdamian sehingga kepentingan Indonesia-Mesir sehingga
dapat tercapai dan berjalan seperti yang diinginkan oleh kedua Negara.
Kata Kunci: Indonesia, Mesir, Mediasi, Diplomasi, Konflik, Timur Tengah,
Revolusi
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul “KEPENTINGAN
REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMEDIASI KONFLIK MESIR 2011-2013”.
Skripsi ini untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu pada Program Studi Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Secara Khusus penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada
berbagai pihak yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi, antara lain:
1. Kedua orangtua penulis, bapak Husni Kamal Saabah Lc. juga ibu Prof. Dr.
Amany Lubis, MA. Tidak lupa abang serta adik penulis yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya agar penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Robi Sugara, M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang dalam
kesibukannya telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikirannya agar penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak M. Adian Firnas, M.Si. selaku ketua program studi Hubungan
Internasional yang telah memberikan saran serta arahannya sehingga penulis
dapat menempuh seluruh program studi perkuliahan juga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Keluarga KKN Barista, Aulia, Alva, Rian, bang Wahyu, Mulyana, Aceng,
Icang, Ilham, Debi, Arum, Uung, Vera, Syifa, Umi, Kiki, Octa, dan Vale
serta keluarga besar Pak Uus dan bang komeng di Desa Sukajaya, Cigudeg.
5. Teman-teman BARAK, Navis, Murdok, Bewok, Reza, Yuri, Nindy, La Ode,
Edo, MUL, Uda, Bang Way, Farhan, Agoy, Adam. Serta teman-teman
seperjuangan HI A 2010 atas doa dan semangatnya juga kepada semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
vi
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi
bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu Hubungan Internasional.
Jakarta, 2 Maret 2017
Akram Husni Kamal
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah .................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 10
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 11
E. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 12
1. Konsep Kepentingan Nasional ...................................................... 12
2. Konsep Multi Track Diplomacy .................................................... 14
3. Konsep Mediasi ............................................................................ 16
F. Metode Penelitian ..................................................................................... 18
G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 19
BAB II MESIR SEBELUM DAN SESUDAH
REVOLUSI……………………………………………………………………...21
A. Rezim Mubarak dan Demokrasi di Mesir……………………………......21
B. Revolusi Januari 2011 di Mesir………………………………………….27
BAB III MEDIASI PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TERHADAP
MESIR…………………………………………………………………………...35
A. Respon Indonesia pada Konflik Mesir 2011-2013………………………35
B. Kebijakan Mediasi Indonesia dalam Konflik Mesir….………………….38
viii
BAB IV KEPENTINGAN REPUBLIK INDONESIA DALAM
PENYELESAIAN KONFLIK MESIR 2011-2013
A. Analisis Sejarah Hubungan Indonesia-Mesir…………………………….42
B. Kebijakan Luar Negeri Bebas-Aktif Indonesia…………………………..48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………53
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...55
ix
DAFTAR SINGKATAN
BPS Badan Pusat Statistik
BUMN Badan Usaha Milik Negara
IAIN Institut Agama Islam Negeri
IPD Institute for Peace and Democracy
KPU Komisi Pemilihan Umum
RI Republik Indonesia
STAIN Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
UIN Universitas Islam Negeri
USD United States Dollar
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
Wantimpres Dewan Pertimbangan Presiden
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini membahas tentang kepentingan Indonesia dalam memediasi
Konflik yang ada di Mesir pada tahun 2011 sampai 2013. Kepentingan Indonesia
ini berdasarkan peraturan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
1999 tentang Hubungan Luar Negeri.1 Dalam peristiwa ini, Indonesia memediasi
pihak-pihak yang berkonflik di Mesir yaitu, beberapa kalangan seperti militer,
partai politik, pemuda-pemuda, hakim, Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Mesir.
Indonesia dan Mesir merupakan dua negara dengan mayoritas muslim dan
minoritas non-muslim yang signifikan. Mesir adalah negara yang pertama kali
melegitimasi kemerdekaan Indonesia pada 18 November 1946. Sejak saat itu,
Mesir menjadi salah satu sahabat Indonesia dalam kancah Diplomatik
Internasional. Indonesia dan Mesir membuka hubungan diplomatik secara resmi
pada tanggal 10 Juni 1947 melalui penandatanganan Treaty of Friendship and
Cordiality atau Perjanjian Persahabatan. Perjanjian ini ditandatangani oleh H.
Agus Salim dari pihak RI serta Mahmoud Fahmi Nokrasyi, Perdana Menteri
Mesir. Pada tangal 7 Agustus 1947, Agus Salim membuka perwakilan RI di Mesir
dan mengangkat H.R. Rasjidi sebagai ketuanya dengan kedudukannya Charge
1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri
diambil dari http://www.kemlu.go.id/Law/UU%20No.37%20Tahun%201999.pdf diakses pada 11
November 2015.
2
d’Affairs (Kuasa Usaha). Hubungan ini kemudian dilanjutkan dengan pembukaan
Perwakilan RI di Kairo pada tahun 1949.2
Semenjak dibukanya perwakilan Indonesia dan Mesir di masing-masing
negara, hubungan keduanya terlihat erat, harmonis, tidak ada ketegangan ataupun
pemutusan hubungan diplomatik. Bahkan, kedua negara tergabung dalam
beberapa organisasi internasional diantaranya, Organisasi Kerjasama Islam,
Gerakan Non-Blok, kelompok G-20 negara berkembang, dan kelompok 8 negara
berkembang.3 Selain dalam kerjasama internasional, sejak tahun 1960, Indonesia
dan Mesir telah menjalin kerjasama di bidang pendidikan.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia tahun 1978-1988, Mochtar
Kusumaatmadja mengatakan bahwa terjadinya hubungan antara suatu negara
dengan negara yang lain karena adanya rasa saling membutuhkan. Selain di
bidang perdagangan, saling membutuhkan juga terjadi di bidang kebudayaan,
ilmu pengetahuan, keagamaan, sosial dan olahraga.4
Mesir merupakan salah satu negara dengan tujuan pendidikan yang sangat
diminati oleh para penuntut ilmu-ilmu keagamaan Islam dari seluruh dunia
termasuk Indonesia. Terdapat beberapa perguruan tinggi islam yang terkenal salah
satunya ialah Universitas Al-Azhar. Tercatat, Universitas Al Azhar menyediakan
115 beasiswa setiap tahunnya untuk Indonesia serta tiga beasiswa lain yang
2
Lisbet, Krisis Politik di Mesir dan Posisi Indonesia, (Jakarta: 2009, Pusat Pengkajian,
Pengelolaan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jendral DPR RI) hlm. 7. Vol. V, No.
14/II/P3DI/Juli/2013. 3
http://www.mfa.gov.eg/English/EgyptianForeignPolicy/EgyptianAsianRelation/News/Pages/New
sDetails.aspx?Source=6781921f-3993-444a-859e-ee26ce851de8&newsID=b81c8bfc-cae6-46ff-
9efb-d46d90870230 4 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, (Jakarta:Binacipta, 1982), 12.
3
ditawarkan oleh Departemen Pendidikan Tinggi.5
Mesir juga memandang
Indonesia sebagai lahan dakwah Islamiyah yang harus selalu dijaga dan ditumbuh
kembangkan. Pengejawatan perhatian ini dapat ditemukan dalam banyaknya
pengiriman tenaga-tenaga pengajar dan da‟i dari Mesir ke Indonesia. Berdirinya
Al-Jami’atul Islamiyyatul Hukumiyyah yang berkembang menjadi Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan
Universitas Islam Negeri (UIN) pada 24 Agustus 19606 merupakan segelintir
buktinya.
Faktor sejarah dan sebagai negara mayoritas muslim, merupakan salah
satu faktor baiknya hubungan Mesir dan Indonesia baik dalam pendidikan dan
budaya. Pada bidang budaya Indonesia aktif dalam melaksanakan Selain
mereformulasi dalam bidang pendidikan, Indonesia juga mereformulasi dalam
bidang social budaya yakni Indonesia aktif dalam melaksanakan beragam
kegiatan budaya baik yang bersifat promosi maupun melalui kerjasama dengan
berbagai pusat-pusat kebudayaan yang ada di Mesir. Pada tahun 2011, setelah
Revolusi Mesir, kegiatan social budaya yang telah dilakukan oleh KBRI di Mesir
di antaranya adalah pagelaran "Ramadhan Lifestyle in Indonesia" pada tanggal 10
Agustus 2011 di Cairo Opera House dan tanggal 12 Agustus 2011 di Opera
Damenhur, peringatan hari anak nasional bekerja sama dengan Yayasan 6
5
http://www.mfa.gov.eg/English/EgyptianForeignPolicy/EgyptianAsianRelation/News/Pages/New
sDetails.aspx?Source=6781921f-3993-444a-859e-ee26ce851de8&newsID=b81c8bfc-cae6-46ff-
9efb-d46d90870230 6 A.M. Fachir, “Potret Peningkatan Kerjasama Perguruan Tinggi di Indonesia dan di Mesir,”
tersedia di
http://dualmode.kemenag.go.id/acis10/file/dokumen/KERJASAMAPENDIDIKANINDCAIolehA
M.Fachir.pdf, h. 1.
4
Oktober pada 27 Juli 2011, keikutsertaan dalam Festival Music Sufi Internasional
(15-25 Agustus 2011).
Salah satu sarana utama dalam mempromosikan budaya Indonesia kepada
masyarakat Mesir adalah dengan menyelenggarakan kursus bahasa Indonesia
yang telah diefektifkan sejak tanggal 3 Agustus 2008 oleh Pusat Kebudayaan dan
Informasi (PUSKIN). Tujuan utamanya adalah untuk menjembatani kedua Negara
dalam meningkatkan people to people contact untuk saling mengenalkan budaya
kedua negara. Hingga bulan September 2011 jumlah alumni dan siswa PUSKIN
berjumlah sekitar 200 orang. Selain belajar bahasa, siswa PUSKIN juga
diperkenalkan dengan budaya-budaya di Indonesia, seperti musik angklung,
kecapi, suling, seni Pencak Silat, nonton bersama (film Indonesia), dan mengenal
kuliner Indonesia.7
Selain faktor pendidikan dan ekonomi, sistem pemerintahan demokrasi
Mesir juga merupakan salah satu yang memiliki kemajuan di antara negara Arab
lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan dilaksanakannya pemilihan umum yang bebas
dan pemilihan presiden secara demokratis. Presiden pertama yang dipilih melalui
pemilihan demokratis di Mesir ialah Mursi. Terpilihnya Mursi secara demokratis
dianggap sebagai penyelamat kapitalisme di Mesir paska terjadinya revolusi
pemerintahan Husni Mubarak.8
Husni Mubarak ditunjuk sebagai presiden paska tertembaknya Anwar Sadat
pada tahun 1981 ketika sedang melakukan parade militer perayaan kemenangan
7 http://www.kemlu.go.id/cairo/Pages/AboutUs.aspx?IDP=4&l=id di akses pada tanggal 1 Maret
2017 Jam.20.00. 8 Lisbet, “Krisis Politik di Mesir dan Posisi Indonesia,” Info Singkat Hubungan Internasional, Vol.
V No. 14/II/P3DI/Juli/2013, (Juli 2013): 5, tersedia di
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-V-14-II-P3DI-Juli-2013-69.pdf
5
Mesir saat melawan Israel pada 1967.9 Majelis Al-Sya’ab dan Majelis Al-Syuura
Mesir adalah dua lembaga yang mengangkat Mubarak menjadi Presiden Mesir
saat itu. Enam tahun pertama, Mubarak menjalankan politik Mesir sesuai
kebijakan-kebijakan yang dilakukan Sadat. Mubarak juga memperbaiki
perekonomian Mesir yang belum membaik serta menjalin hubungan yang baik
dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet dengan cara meningkatkan pertukaran
kunjungan pejabat tinggi antar kedua negara.10
Namun, awal tahun 2011 menjadi momentum bersejarah bagi Mesir.
Diawali dengan seorang pengacara Farouk Mohammed Hassan yang menentang
kebijakan pemerintah yang akan menaikkan harga-harga barang pokok kemudian,
seorang warga Mesir yang juga menolak kebijkan pemerintah tersebut dengan
cara menuangkan bensin ke sekujur tubuh dan membakar diri.11
Rangkaian aksi
protes ini dilatar belakangi oleh lamanya Mubarak memimpin Mesir. Setelah
sekian lama Mubarak menjadi presiden, semakin lama pula dia sibuk untuk
menikmati dan menjaga kekuasaannya hingga lupa untuk mensejahterakan rakyat.
Banyak rakyat Mesir yang berpendidikan rendah,12
intel dimana-mana dan siap
menangkap orang-orang yang tidak disukai Mubarak. Tercatat pernah terdapat
1200 anggota Ikhwanul Muslimin yang sedang meringkuk di penjara. Ikhwanul
Muslimin ialah kekuatan oposisi yang cukup kuat dan sangat efektif. Bahkan,
seorang penulis di mesir yang mengamati dan memahami masalah ini mengatakan
9 Riza Sihbudi, et.al., Profil Negara-negara Timur Tengah, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,
1995): 159-160. 10
Riza Sihbudi, et.al., Profil Negara-negara Timur Tengah, 161-162. 11
Rizfa Amalia, “Kebijakan-kebijakan Hosni Mubarak di Mesir (1981-2011),” Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012. H. 48. 12
“Mubarak Didesak Turun,” Kompas 27 Januari 2011, halaman 10.
6
bahwa, Ikhwanul Muslimin menjadi kelompok alternatif Islamis yang
berpengaruh tetapi antikekerasan.13
Revolusi yang digerakkan oleh rakyat Mesir berawal pada 25 Januari 2011.
Unjuk rasa ini menuntut pengunduruan diri Presiden Mubarak yang berlangsung
selama 18 hari yang berakhir dengan pengunduran diri Mubarak pada 11 Februari
2011.14
Di tengah kekacauan para demonstran, akhirnya Mubarak mengundurkan
diri. Pernyataan pengunduran di ini disampaikan oleh Wakil Presiden Omar
Suleiman.
“Atas nama Allah yang Maha Penyayang, dalam situasi yang sangat sulit
yang dihadapi Mesir. Presiden Husni Mubarak memutuskan untuk
mengundurkan diri sebagai presiden republik dan menunjuk Dewan
Militer untuk menjalankan tugas-tugas negara. Semoga Allah membantu
kita semua”15
Pengumuman yang disiarkan melalui televisi tersebut mendapat sambutan
meriah oleh massa yang berdemonstrasi di Lapangan Tahrir. Di jalan-jalan Kairo
para pengemudi membunyikan klakson untuk merayakan pengunduran diri
Mubarak. Bahkan, seorang Tokoh oposisi Mesir Mohammed El Baradei
menyatakan bahwa hari itu adalah hari paling besar dalam hidupnya dan ia pun
mengatakan setelah penindasan selama puluhan tahun, Mesir akhirnya bebas.16
Gerakan demokrasi di Mesir merupakan rangkaian dari gelombang
demokratisasi yang disebut Arab Spring. Arab Spring telah melanda sejumlah
13
Fawaz A. Greges, Amerika dan Islam Politik. Trans. Kili Pringgodigdo dan Hamid Bayaib.
Jakarta: AlvaBet, 2002. Trans. Of America dan Political islam: Clash of Civilization or Clash of
Interest?, 2001, hal. 226. 14
Indra Pratama, “Motivasi Indonesia menandatangani Preferential Trade Agreement (PTA)
dengan Mesir tahun 2011,” JOM FISIP Vol. 1 No. 2 (Oktober 2014): 6. 15
“Presiden Mubarak akhirnya Mundur,” BBC Indonesia, 11 Februari 2011, tersedia di
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/02/110211_egyptmubarak.shtml 16
“Presiden Mubarak akhirnya Mundur,” BBC Indonesia, 11 Februari 2011, tersedia di
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/02/110211_egyptmubarak.shtml
7
negara Arab, termasuk Tunisia, Libya, Mesir Suriah, dan Yaman.17
Proses
demokratisasi yang terjadi di ini mengarah pada tuntutan perubahan sistem
pemerintahan. Keinginan rakyat yang menghendaki sistem yang lebih egaliter dan
aspiratif. Maka dari itu, sasaran utama pergerakan mereka adalah pergantian
pemimpin dan melakukan pemilihan umum yang jujur dan adil. Rakyat menuntut
kebebasan berpendapat dan berserikat serta mendapatkan akses terhadap
informasi.18
Sikap pemerintah Indonesia terhadap apa yang terjadi di Mesir khususnya,
dan kawasan Timur Tengah umumnya, adalah tetap bebas dan aktif. Namun,
terhadap konflik di Mesir pemerintah Indonesia memiliki kepentingan untuk dapat
diselesaikan dengan damai. Terdapat beberapa langkah mediasi yang telah
dilakukan yang dapat membantu Mesir untuk keluar dari masa transisi setelah
revolusi tahun 2011. Dewan Pertimbangan Presiden di masa Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono telah melakukan upaya mediasi untuk mengumpulkan
berbagai pihak yang berseberangan di Mesir dan duduk bersama melakukan
konsolidasi. Untuk itu, tema ini penting untuk dibahas.
Melihat peliknya usaha Republik Indonesia untuk merdeka, bangsa
Indonesia saat ini merasakan nikmatnya hidup berdaulat dan tidak semestinya
melupakan peran bangsa Arab, khususnya Palestina dan Mesir dalam membantu
perjuangan meraih kemerdekaan. Hal ini didukung pernyataan tokoh Indonesia, di
antaranya Drs. Moh. Hatta yang menyatakan:
17
Sita Hidriyah, “Terpilihnya Muhammad Mursi dan Babak Baru Demokrasi di Mesir,” Info
Singkat Hubungan Internasional, Vol. IV, No. 13/I/P3DI/Juli?2012, hal. 1, diakses di
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-IV-13-I-P3DI-Juli-2012-60.pdf 18
Amany Lubis, “Perubahan Sosial Politik di Timur Tengah,” Jurnal Luar Negeri. Jakarta: BPKP.
Hal. 45.
8
"Kemenangan diplomasi Indonesia yang dimulai dari Kairo. Karena
dengan pengakuan Mesir dan negara-negara Arab lainnya terhadap
Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh, segala jalan
tertutup bagi Belanda untuk surut kembali atau memungkiri janji, sebagai
selalu dilakukannya di masa-masa yang lampau."
A.H. Nasution juga mengeluarkan pendapat sebagai berikut:
"Karena itu tercatatlah, bahwa negara-2 Arab jang paling dahulu mengakui
RI dan paling dahulu mengirim misi diplomatiknja ke Jogja dan jang
paling dahulu memberi bantuan biaja bagi diplomat-2 Indonesia di luar
negeri. Mesir, Siria, Irak, Saudi-Arabia, Jemen, memelopori pengakuan de
jure RI bersama Afghanistan dan Iran Turki mendukung RI. Fakta-2 ini
merupakan hasil perdjuangan diplomat-2 revolusi kita dan simpati
terhadap RI jang tetap luas di negara-2 Timur Tengah merupakan modal
perdjuangan kita seterusnja, jang harus terus dibina untuk perdjuangan
jang ditentukan oleh UUD '45: "ikut melaksanakan ketertiban dunia jang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial".
Langkah-langkah Mediasi Pemerintah Republik Indonesia pada tahun
2011 hingga 2013 di masa revolusi Mesir adalah melakukan lima rangkaian
workshop. Mitra pemerintah RI dalam hal ini adalah Institute for Peace and
Democracy (IPD) dari Universitas Udayana Bali.19
Workshop ini dihadiri oleh
berbagai kalangan yang bersahabat dan yang berseberangan dari Mesir, seperti
partai yang berkuasa Ikhwanul Muslimin, partai sosialis, liberal, sekuler, para
hakim, kelompok pemuda, aktivis perempuan, dan jurnalis.
1. Workshop yang pertama dilakukan di Mesir, Cairo atas inisiatif LSM
bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri RI yang menghadirkan
Presiden Habibie.
2. Workshop yang kedua dilakukan di Bogor dengan pelaksana Dewan
Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
19
http://peace.unud.ac.id/eng/ diakses tanggal 14 Desember 2015 pukul 1.55.
9
3. Ketiga dilakukan dihotel Four Seasons, Jakarta Selatan. Tema ini
membahas pemilahan militer dan polisi, hubungan agama dan negara,
mekanisme pemilu, peran partai politik, penyusunan konstitusi.
4. Workshop keempat dilaksanakan di Hotel Santika, Serpong, Tangerang.
Tema yang dibahas masih mengenai hubungan agama dan negara, resolusi
konflik internal, reformasi politik, dan persatuan nasional.
5. Workshop terakhir dilaksanakan di Universitas Udayana Bali Mei 2013,
atas kerjasama Dewan Pertimbangan Presiden, Kementerian Luar Negeri
RI, dan IPD.
IPD bersama sejumlah kelompok di Mesir menggalang kerja sama,
menyusul perubahan politik di negara yang terletak di kawasan Afrika Utara itu.
"Kami telah melakukan dan akan bekerja sama dalam berbagai kegiatan dengan
beberapa kelompok di Mesir," kata Direktur Eksekutif (IPD) I Ketut Putra
Erawan.20
Dalam hal ini penting dicermati kepentingan Indonesia terhadap
perbaikan kondisi sosial dan politik di Mesir.
Harmonisasi hubungan antara Indonesia dengan Mesir, tentunya tidak bisa
dilepaskan dari sejarah panjang yang melatar belakangi berdirinya kedua bangsa.
Fakta sejarah bahwa Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan
Indonesia secara de facto dan de jure setelah diproklamasikan pada 17 Agustus
1945, telah menjadikan posisi Mesir begitu istimewa di mata Indonesia.21
20
Masuki, “IPD Kerja Sama dengan Kelompok Di Mesir,” Antara 8 Desember 2011
http://bali.antaranews.com/berita/16881/ipd-kerja-sama-dengan-kelompok-di-mesir diakses pada
14 Desember 2015 pukul 2.12. 21
Hassan, M. Zein. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri. Jakarta: Bulan Bintang.
10
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini penting untuk dilakukan
mengingat betapa pentingnya Mesir bagi Indonesia terlebih dalam upaya
Indonesia memediasi konflik Mesir. Maka dari itu penulis tertarik untuk
menganalisa kepentingan Indonesia dalam memediasi konflik di Mesir tahun
2011-2013.
B. Pertanyaan Masalah
Mengacu pada pernyataan masalah, maka penulis mencoba untuk
menjawabnya melalui pertanyaan yang akan dituangkan melalui penelitian dan
skripsi ini ialah “Apa Kepentingan Pemerintah Republik Indonesia
melakukan mediasi untuk penyelesaian konflik di Mesir pasca revolusi tahun
2011 hingga 2013?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Bertujuan untuk mengetahui upaya Indonesia dalam memediasi
konflik Mesir tahun 2011 serta kepentingan Indonesia di Mesir.
2. Berguna sebagai kontribusi keberlanjutan akademik hubungan
internasional.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
11
1. Bermanfaat sebagai analisa baru terhadap politik internasional yang
terjadi di dunia terkhusus pada permasalahan yang diangkat.
2. Bermanfaat untuk menjadi referensi penelitian selanjutnya untuk
dianalisa dan dikembangkan lebih dalam sebagai kontribusi dalam
dunia hubungan internasional.
3. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ialah peninjauan kembali pustaka-pustaka terkait. Suatu
tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali atau review pustaka
tentang masalah yang berkaitan. Peninjauan kembali pustaka yang berkaitan
merupakan hal yang mendasar dalam penelitian. Seperti yang dinyatakan Leedy
bahwa, semakin banyak seorang peneliti mengetahui, mengenal, dan memahami
tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, semakin dapat
dipertanggung jawabkan caranya meneliti permasalahan yang dihadapi.22
Berdasarkan judul pada skripsi ini yang dapat dijadikan acuan dalam
penelitian adalah isu-isu utama fungsi mediasi. Dalam penelitian ini penulis
memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang
akan diteliti. Karya ilmiah pertama ialah tesis Marc Andrew Munro dengan judul
Religion and Revolution in Egypt pada Institute of Islamic Studies, Universitas
McGill, Kanada. Dari penelitian ini diperoleh penjelasan tentang perubahan sosial
yang membawa revolusi. Hal ini sesuai dengan apa yang terjadi di masa sebelum
2011, sehingga revolusi terjadi karena adanya tuntutan perubahan sosial.
22
Leedy, Practical Research: Planning and Design,” (New Jersey: Merrill-Prentice Hall, 1997).
12
Penelitian yang kedua ialah karya Caleb Heart Iyer Elfenbein yang berjudul
Differentiating Islam: Colonialism, Sayyid Qutb, and Religious Transformation in
Modern Egypt, disertasi di University Of California, Santa Barbara, Amerika
Serikat, menjelaskan bahwa sejak tahun 2008 telah terjadi transformasi di bidang
keagamaan di Mesir.
Penelitian disusun oleh M. Yaumal Fath, Sholah Taslie, dan Ikhwan
Efendi tentang Perbandingan Politik di Negara-negara Islam, Indonesia dan
Mesir. Penelitian ini mencoba menjelaskan keadaan negara yang berpenduduk
mayoritas Muslim di dunia serta peran agama dalam sistem politik kedua negara
tersebut terjadi. Di dalam skripsi ini penulis akan menjelaskan bagaimana dampak
Kebijakan Luar Negeri Republik Indonesia terhadap hubungan bilateral dengan
Mesir.
4. Kerangka Pemikiran
penulis mencantumkan konsep kepentingan nasional, konsep mediasi serta
beberapa konsep Multi Track Diplomacy kedalam Skripsi ini. Konsep kepentingan
nasional dikemukakan Hans J.Morgenthau didalam "The Concept of Interest
defined in Terms of power", konsep kepentingan nasional (Interest) yang
didefiniskan dalam istilah "power" menurut Morgenthau berada diantara nalar,
akal atau "reason" yang berusaha untuk memahami politik internasional dengan
13
fakta-fakta yang harus dimengerti dan dipahami. Dengan kata lain, power
merupakan instrumen penting untuk mencapai kepentingan nasional.23
1. Konsep Kepentingan Nasional
Interest (kepentingan) adalah setiap politik luar negeri sebuah negara yang
didasarkan pada suatu kepentingan yang sifatnya relatif permanen yang meliputi
tiga faktor yaitu, sifat dasar dari Kepentingan Nasional yang dilindungi,
lingkungan politik dalam kaitannya dengan pelaksanaan kepentingan tersebut dan
kepentingan yang rasional. Kepentingan Nasional merupakan pilar utama politik
luar negeri dan politik internasional yang realistis karena Kepentingan Nasional
menentukan tindakan politik suatu negara. Oleh karena itu strategi diplomasi juga
berdasarkan Kepentingan Nasional.
Kepentingan Nasional digunakan untuk mengejar power yang biasa
digunakan untuk membentuk serta mempertahankan pengendalian suatu negara
atas negara lain. Lebih lanjut Morgenthau berpendapat bahwa dengan memiliki
power, maka suatu negara dapat mengadili negara lain seperti mengadili negara
sendiri sehingga dapat memenuhi kepentingan negara yang memiliki power.
Konsep power memiliki beberapa karakteristik. Pertama, bersifat dinamis.
Dalam hal ini, power yang dimiliki actor suatu negara dapat berubah (menigkat
atau menurun) sesuai dengan perkembangan nasional negara tersebut. Kedua,
23
Morgenthau, Hans J., 1954. Politics among Nations: The Struggle for Power and Peace, 2nd ed.,
New York: Alfred A. Knopf.
14
bersifat relative. Dalam arti, bias diperbandingkan dengan power yang dimiliki
aktor negara lainnya. Ketiga, bersifat situasional dan multidimensional. 24
Hakikat Kepentingan Nasional menurut Frankel adalah keseluruhan nilai
yang hendak ditegakkan oleh suatu bangsa. Kepentingan Nasional dapat
melukiskan aspirasi negara dan dipakai secara operasional yang dapat dilihat
dalam aplikasinya pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang aktual serta rencana -
rencana yang hendak dituju, akibatnya Kepentingan Nasional menjadi bahan
polemik, bahkan sering memberikan justifikasi bagi tindakan suatu negara.
Adapun tolak ukur Kepentingan Nasional sangatlah kabur karena tidak ada
standar yang bias diterima secara universal untuk dapat memilih politik yang lebih
berguna, efektif, bijaksana dan prudent. 25
Konsep kepentingan nasional juga mempunyai indikasi dimana negara
berperan sebagai aktor utama di dalam formulasi politik yang merdeka berdaulat.
Selanjutnya didalam mekanisme interaksinya masing-masing negara atau aktor
berupaya untuk mengejar kepentingan nasionalnya. Kepentingan inilah yang
akhirnya diformulasikan ke dalam konsep ‘power’ kepentingan ‘interest’
didefinisikan ke alam terminologi power.26
2. Konsep Multi Track Diplomacy
Multi Track Diplomacy adalah sebuah konsep dimana didalamnya
dijelaskan mengenai proses dari terciptanya peace making internasional. Kegiatan
24
Perwita, Anak Agung Banyu. & Yani, Yanyan Mochamad. (2005). Pengantar ilmu Hubungan
Internasional. Bandung: PT . Remaja Rosdakarya. 25
Suprapto, R (1997). Hubungan Internasional: Sistem, interaksi dan perilaku, hal. 144. 26
Antonius sitepu, (2006). Teori Realisme Politik Hans. J. Morgenthau Dalam studi Politik dan
HI, hal. 56.
15
yang mencangkup dalam multitrack diplomasi ini banyak dilakukan oleh individu,
institusi suatu komunitas tertentu, dan lain-lain. Semua konsep ini tujuan
utamanya adalah demi terciptanya perdamaian dunia mulai dari peace making
hingga peace building dimana kesemuanya terintegrasi satu sama lain.27
Track pertama ialah pemerintah, dimana pembuatan kebijakan dan
pembangunan perdamaian dilakukan dengan proses diplomasi resmi melalui
aspek-aspek formal dari pemerintah. Seperti masa Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono telah melakukan upaya mediasi untuk mengumpulkan berbagai pihak
yang berseberangan di Mesir dan duduk bersama melakukan konsolidasi. Untuk
itu, tema ini penting untuk dibahas. Kelebihan dari jalur ini ialah keabsahan
kebijakan yang tidak dapat diragukan karena pemerintahan merupakan institusi
formal yang memegang peranan penting dalam sebuah negara. Sehingga dalam
mencapai kepentingan nasionalnya, ia dapat dengan bebas menggunakan segala
macam sumber daya yang dimiliki oleh negara tersebut. Akan tetapi
kekurangannya ialah sifat elitismenya yang berpotensi terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan karena mereka memiliki wewenang untuk menciptakan aturan
(Diamond&John, 1996).
Track kedua ialah non-pemerintah atau professional. Dimana pada jalur
ini, seorang professional non-pemerintah mampu mewujudkan perdamaian
melalui resolusi konflik untuk menganalisa, mencegah, menyelesaikan, serta
mengakomodasi konflik internasional dengan cara komunikasi, pemahaman, dan
membangun hubungan baik dalam menghadapi masalah secara bersama-sama.
27
Diamond, Louise and Mc.Donald, John (1996) Muti-track diplomacy: A system Approach to
Peace-3rd ed. New York: Kumarian Press.
16
Seperti contoh yang sesuai dari tema skripsi ini adalah langkah Mediasi
Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2011 hingga 2013 di masa revolusi
Mesir adalah melakukan lima rangkaian workshop. Mitra pemerintah RI dalam
hal ini adalah Institute for Peace and Democracy (IPD) dari Universitas Udayana
Bali. Workshop ini dihadiri oleh berbagai kalangan yang bersahabat danyang
berseberangan dari Mesir, seperti partai yang berkuasa Ikhwanul Muslimin, partai
sosialis, liberal,sekuler, para hakim, kelompok pemuda, aktivis perempuan, dan
jurnalis. Aktor-aktor disini tentu memiliki potensi yang besar untuk menciptakan
perdamaian dengan caranya tanpa adanya intervensi dari pemerintah. Kelebihan
pada jalur ini ialah dapat menunjukkan isu yang dihadapi dengan jelas serta
mampu mencari jalan alternatif dan improvisasi dalam pemecahan masalah yang
mungkin saja tidak terjangkau oleh pemerintah. Namun kekurangannya ialah
pencapaian konsensus membutuhkan waktu yang lama dan tidak terikat oleh
hukum karena terbatasnya legitimasi yang dimiliki oleh seorang aktor non-
pemerintah (Diamond&John, 1996).
Track seven: religion. Track ketujuh dari Konsep multi track diplomacy
ini membahas tentang komunitas agama. Komunitas agama ini berasal dari
berbagai agama yang aktif melalukan visi dan misi perdamaian pada level lokal,
nasional dan level internasional. Komunitas agama tersebut adalah Katolik,
Protestant Evangelis, mainstream Protestant, Yahudi, Buddha, Hindu, Baha‟I,
Native American, Quaker, Mennonite dan New Age. Mereka membawa persfektif
agama terhadap pembuat kebijakan dunia atau untuk studi ilmu pengetahuan
dalam menciptakan perdamaian.
17
Beberapa elemen dari komunitas agama ini merupakan level tertinggi
dalam Multi-Track Diplomacy, dimana mereka melakukan public lecture, public
and elite education, konferensi internasional, penelitian, diskusi dan mediasi
konflik, dialog, aksi protes, media commentary, publikasi dan bekerja dalam
lembaga tertentu dalam menanggapi isu-isu tertentu.
3. Konsep Mediasi
Secara umum terdapat empat unsur dalam mediasi. Unsur pertama adalah
pihak ketiga yang berperan sebagai mediator. Mediator diharapkan dapat bertugas
secara netral dan tidak memihak, namun pada dasarnya tidak ada entitas yang
sepenuhnya netral.28
Maka dari itu, sedikit banyak dari pihak mediator memiliki
tendensi untuk memihak terhadap suatu pihak. Pendapat Lewicki tersebut
didukung oleh pernyataan Carnevale dan Conlon dalam bukunya menyatakan
bahwa terdapat dua bentuk keberpihakan mediator, yaitu keberpihakan yang
bersifat umum serta spesifik dalam ruang lingkup mediasi. Secara spesifik, tidak
ada persyaratan mengenai syarat-syarat untuk menjadi mediator, namun mediator
sebisa mungkin merupakan pihak yang mampu mengakomodasi kepentingan
kedua belah pihak serta berposisi senetral mungkin. Unsur kedua dari mediasi
adalah permasalahan yang perlu diselesaikan dengan cara mediasi. Umumnya,
permasalahan dalam mediasi adalah permasalahan-permasalahan yang
membutuhkan penilaian dari pihak selain negosiator karena masing-masing
negosiator tidak mencapai titik temu yang merupakan unsur ketiga dari mediasi.
28
Lewicki, Roy, et.al. (2012). Negosiasi. Jakarta: Salemba Humanika
18
Untuk mendapatkan titik temu tersebut, masing-masing negosiator perlu
melakukan unsur keempat yaitu kompromi dalam memilih mediator.29
Terdapat tiga jenis mediasi, yaitu facilitative mediation, evaluative
mediation, dan transformative mediation. Facilitative mediation merupakan jenis
mediasi yang menempatkan mediator sebagai pihak pendorong terjadinya
mediasi. Peran mediator pada jenis mediasi ini relatif minim dibandingkan dengan
jenis mediasi lain. Evaluative mediation menempatkan mediator sebagai pihak
yang mengevaluasi posisi negosiator. Mediator berperan sebagai pihak yang
memberikan saran-saran pengambilan keputusan kepada masing-masing pihak.
Transformative mediation menempatkan mediator sebagai pihak yang aktif dan
manipulatif. Mediator akan mempengaruhi negosiator untuk mengambil suatu
keputusan tertentu berdasarkan penilaian dari perspektif pihak lain.30
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mediasi merupakan
sebuah usaha menengahi suatu permasalahan dengan menggunakan bantuan pihak
ketiga. Terdapat empat unsur mediasi yaitu mediator, permasalahan, kebutuhan
akan keberadaan pihak mediator, dan kompromi untuk memilih mediator. Tidak
ada persyaratan khusus untuk menjadi mediator, namun mediator diharapkan
merupakan pihak yang netral. Usaha yang dilakukan Republik Indonesia dalam
memediasi konflik di Mesir adalah sebagai mediator yang bertugas memfasilitasi
pihak-pihak yang bertikai agar dapat berunding dan secara damai.
5. Metode Penelitian
29
Carnevale, P.J.D., & Conlon, D.E. 1990. Effects of Two Forms of Bias in Mediation of Disputes. 30
Palmer, M. & Roberts, S. (1998). Dispute Processes: ADR and Primary Forms of Decision
Making. London: Butterworth
19
Dari beberapa rumusan masalah yang diambil oleh penulis, penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data Library
Research. yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan
dengan permasalahan yang akan dibahas, dan kemudian menganalisanya.
Literatur ini berupa buku-buku, dokumen, jurnal-jurnal, majalah, surat kabar, dan
situs-situs internet ataupun laporan-laporan yang berkaitan dengan permasalahan
yang akan penulis teliti.
Setelah pengumpulan data tersebut telah terkumpul, maka penulis
menganalisa dari tiap variabel yang relevan yang kemudian dikaitkan dengan
konsep-konsep yang digunakan oleh penulis, sehingga penelitian ini dapat
dikatakan bersifat deskriptif-analitis.
6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi atas lima bab. Tiap bab terdiri dari
sub-sub bab dengan rincian:
BAB I : Pendahuluan berisikan tentang pernyataan masalah, pertanyaan
masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab ini berisi tentang Kebijakan Luar Negeri Republik
Indonesia dalam memediasi konflik di Mesir pada 2011-2013. Dalam bab ini
terdapat dua sub bab yaitu hubungan bilateral RI-Mesir dan Kebijakan mediasi
Indonesia terhadap Mesir guna memperdalam pembahasan dalam bab ini.
20
BAB III : Pada bab ini berisi tentang bagaimana dan mengapa Republik
Indonesia dalam memediasi konflik yang terjadi di Mesir. Terdapat dua poin
dalam bab ini yaitu respon Indonesia pada konflik Mesir dan kebijakan mediasi
Indonesia dalam konflik Mesir.
BAB IV : Bab ini berisi tentang apa kepentingan Indonesia dalam
penyelesaian konflik di Mesir. Maka bab ini secara lebih lanjut mengungkapkan
sejarah hubungan bilateral Indonesia-Mesir dan mengacu pada Kebijakan Luar
Negeri Indonesia yang bersifat bebas namun aktif dalam penyelesaian konflik
Mesir.
BAB V : Bab ini merupakan penutup yang berisikan gambaran secara
singkat dari hasil penelitian yang telah dituangkan pada bab-bab sebelumnya
serta dilengkapi dengan daftar pustaka yang dianggap penting.
21
BAB II
MESIR SEBELUM DAN SESUDAH REVOLUSI
Dalam bab dua ini penulis mencoba menjelaskan bagaimana kondisi di
Mesir sebelum dan sesudah revolusi Mesir pada 2011. Fokus bab ini ialah,
pertama, pada mula rezim Husni Mubarak dan demokrasi di Mesir. Kedua,
dimulainya revolusi Januari 2011 di Mesir. Adapun pembatasan periodisasi pada
bab ini ialah pada saat dimulainya rezim Husni Mubarak yang menjadi pemimpin
pemerintahan Mesir selama 30 tahun.
A. Rezim Mubarak dan Demokrasi di Mesir
Husni Mubarak merupakan presiden keempat untuk masa jabatan 30 tahun
sejak 1981. Sebagai presiden Mesir, Mubarak dianggap sebagai pemimpin yang
paling berkuasa di wilayah Mesir. Secara resmi, Presiden Republik Arab Mesir
dipilih untuk menjabat komandan tertinggi untuk angkatan bersenjata dan kepala
eksekutif pemerintahan Mesir. Sampai saat ini dalam Undang-undang tidak ada
batasan konstitusional tentang berapa periode seorang dapat menjabat sebagai
presiden.31
Mubarak tidak banyak melakukan perubahan sejak menggantikan Anwar
Sadat sebagai presiden. Dalam menjalankan kepentingan negaranya, Mubarak
tetap melanjutkan visi Anwar Sadat, yaitu menjadi kekuatan moderat di Timur
31
Tamburaka Apriadi, “Revolusi Timur Tengah: Kejatuhan para penguasa otoriter di negara-
negara Timur Tengah”. Narasi, 2011. Hal. 69.
22
Tengah. Status inilah yang membuat Mesir negara yang pertama berdamai dengan
Israel.
Mubarak mengumumkan perubahan aturan pemilihan presiden Mesir
menuju ke pemilu multikandidat pada akhir Februari 2005. Untuk pertama kalinya
sejak 1952, rakyat Mesir mendapat kesempatan untuk memilih langsung
pemimpin dari daftar berbagai kandidat. Namun, aturan yang baru juga
menerapkan berbagai batasan sehingga berbagai tokoh tidak bisa bersaing dalam
pemilihan dan Mubarak pun kembali menang dalam pemilu pada saat itu.32
Kendali Hosni Mubarak sangat kuat terhadap masyarakat Mesir, sebagai
contoh Ikhwanul Muslimin yang merupakan kelompok yang memiliki pengaruh
kuat dalam masyarakat tidak bisa membentuk sebuah partai, Disebabkan adanya
pelarangan membentuk partai berdasarkan agama. Walaupun dalam sejarah
politik Mesir, memang Ikhwanul Muslimin pernah dinyatakan sebagai organisasi
yang terlarang oleh pemerintah, dan juga pada saat itu elit organisasi tersebut
banyak yang ditahan termasuk pendirinya Hassan al-Banna. Bahkan ia dibunuh
oleh agen dinas rahasia pemerintah Mesir pada 12 Februari 1949.33
Dalam kehidupan sosial dan ekonomi, pemerintahan Presiden Mubarak,
menghadapi masalah yang serius, seperti membengkaknya angka pengangguran,
pertumbuhan penduduk yang sulit dikendalikan, naiknya harga-harga bahan
pokok, korupsi, kolusi dan nepotisme, serta ancaman kaum militan. Mubarak yang
namanya bersinar sebagai panglima AU dalam perang Arab-Israel tahun 1973,
pada tahun pertama pemerintahannya juga menghadapi situasi regional yang
32
Berita Internasional, “Demokrasi Mulai Merebak di Timur Tengah”, Media Indonesia, 2 Maret
2005, hal 25. 33
Khamami Zada, Diskursus Politik Islam, (Jakarta: LSIP, 2004), 48.
23
cukup sulit, yaitu terisolasinya Mesir dari dunia Arab akibat perjanjian damai
Camp David dengan Israel tahun 1979.
Mubarak kemudian berhasil mengembalikan Mesir ke dunia Arab dan
pindahnya lagi markas besar Liga Arab dari Tunisia ke Cairo. Dalam proses
damai dengan Israel, Mubarak berhasil mengembalikan sisa-sisa tanah Gurun
Sinai pada April 1982. Ia juga terus melanjutkan hubungan strategisnya dengan
AS yang telah dirintis oleh pendahulunya, Anwar Sadat.
Dalam konteks ekonomi, Mubarak telah menerapkan reformasi ekonomi
terbatas sejak pertengahan tahun 1980. Mubarak juga melakukan demokratisasi
secara sangat terbatas pula dengan terus memperkuat sistem multipartai dan
kebebasan pers maupun berpendapat. Namun, langkah demokratisasi yang
dilakukan Mubarak masih menuai kritik dari kelompok oposisi karena masih
berjalannya undang-undang darurat dan dibatasinya gerak partai politik.34
Dalam konteks hubungannya dengan kelompok Islam di Mesir, Hosni
Mubarak pada awal masa kekuasaannya mencoba melakukan rekonsiliasi dengan
kelompok Islam. Kelompok tersebut mengalami hubungan yang sangat buruk
dengan pemerintah pada akhir masa jabatan Anwar Sadat yang tewas oleh
kelompok Islam militan. Mubarak melapaskan tahanan tokoh-tokoh Islam, ia juga
membuka secara luas aktivitas dakwah dan menambah acara keislaman di radio
dan televisi. Mubarak juga mengijinkan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin
bergabung dengan partai lain, seperti Partai Buruh, untuk memperebutkan kursi
parlemen.
34
Musthafa Abd Rahman, “Inisiatif Mubarak dan Geliat Reformasi di Mesir”, KOMPAS, 6
Maret 2005, hal 4.
24
Pemerintah Mesir memilih sikap konfrontatif dengan gerakan militan,
karena kalau Mesir membuka diri bagi gerakan Islam Militan dalam aktivitas
politik, maka akan mengantarkan mereka pada kekuasaan dan selanjutnya
mengislamisasi pemerintahan dan masyarakat sesuai dengan versinya yang anti-
demokrasi dan pluralisme. Dalam waktu yang sama, pemerintah itu dapat
meningkatkan tingkat hidup dan pelayanan masyarakat.
Pengumuman Mubarak yang meminta kepada parlemen untuk
mengamandemen pasal 76, dan pemilihan presiden secara langsung, merupakan
langkah signifikan pertama menuju pembaruan politik dalam beberapa dekade
terakhir. Tentu saja hal itu sangat penting karena bagaimanapun Mesir merupakan
negara terkemuka di dunia Arab. Gema perubahan itu sendiri amat terasa karena
sudah selama lebih dari setengah abad terakhir negara itu menganut pemerintahan
satu partai, mengarah pada pembentukan rezim yang demokratis.
Semenjak awal abad ke-21, demokrasi menjadi tema umum yang menarik
perhatian banyak negara di seluruh dunia. Negara-negara bekas Uni Soviet, Eropa
Timur, Timur Tengah, Asia dan Afrika mempunyai keinginan menyuarakan
tentang perlunya power sharing kekuasaan. Dalam power sharing kekuasaan yang
menjadi bagian penting demokrasi itu terdapat aspek partisipasi,representasi, dan
perlindungan warga negara.
Pada demokrasi juga meniscayakan adanya akuntabilitas pemerintahan,
aturan hukum, dan keadilan sosial. Pada banyak negara dan masyarakat Islam,
agama menduduki posisi yang signifikan dalam perkembangan tatanan demokrasi.
Peran agama menjadi penting, apakah ia akan mendukung demokratisasi ataukah
25
justru ia menjadi penghalang bagi penciptaan sebuah masyarakat yang demokratis.
Ditambah lagi, institusi agama juga banyak menyediakan pelayan sosial, lembaga
pendidikan, sarana kesehatan, yang tentu saja sangat berpengaruh pada kondisi
masyarakat.35
Dalam kasus Mesir, Presiden Mesir dipilih parlemen dan kemudian nama
presiden yang disetujui parlemen itu diajukan kepada rakyat untuk diminta
persetujuan melalui referendum. Kemudian nama yang disetujui parlemen itu
diajukan kepada rakyat melalui referendum, yang juga selalu mendapat dukungan
lebih dari 90 persen. Mubarak yang berkuasa di Mesir sejak tahun 1981, dalam
forum pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah di Universitas
Menoufia, sekitar 70 kilometer arah utara kota Cairo menegaskan, negara ini
butuh kebebasan dan demokrasi lebih besar.36
Husni Mubarak berkeinginan untuk menata pemerintahan Mesir kearah
yang lebih demokratis. Presiden Mesir yang telah menjabat selama empat periode
itu mengatakan, inisiatif perubahan tersebut butuh konsolidasi bagi upaya lebih
terciptanya kebebasan dan demokrasi. Ia mengungkapkan lebih lanjut,
amandemen konstitusi itu akan ditawarkan kepada rakyat melalui referendum
sebelum sistem tersebut dilaksanakan secara resmi pada pemilu presiden,
September 2005. Ini merupakan sejarah dalam politik di Mesir, dimana
kesempatan diberikan kepada semua orang yang mampu mewujudkan aspirasi
35
John L. Esposito, Modernizing Islam: Religion in the Public Sphere in Europe and the Middle
East, 2003. 36
Berita, “Mesir Akan Gelar Pemilu Presiden Secara Langsung”, KOMPAS, 27 Februari 2005, hal
1.
26
rakyat dan keamanan untuk maju dalam pemilihan presiden dengan dukungan
parlemen dan rakyat.
Dari pernyataan Mubarak inilah yang membuat dampak bagi Mesir dan
juga Dunia Arab. Akibatnya tekanan berasal dari dalam dan dunia internasional
menguat. Didalam negeri, gerakan menolak perpanjangan jabatan Presiden
Mubarak dan peralihan kekuasaan dengan sistem waris/keturunan untuk
mencegah putra Mubarak, Jamal Mubarak, dicalonkan, semakin kuat. Pengaruh
Jamal Mubarak terakhir ini semakin kuat berkat jabatannya sebagai Kepala Biro
Politik Partai Nasional Demokrasi yang berkuasa.37
Dalam sebuah jajak pendapat yang diselenggarakan oleh Al-Jazeera Net
menunjukkan mayoritas mutlak menolak perpanjangan jabatan Presiden Mesir
Hosni Mubarak dengan suara 90,7 persen dan hanya 9,3 persen yang setuju. Jajak
pendapat itu melibatkan 46.942 responden. Hasil jajak pendapat itu menunjukkan
popularitas Mubarak turun drastis. Mubarak juga mendapat tekanan karena dinilai
telah membuka jalan bagi putranya, Jamal Mubarak untuk menggantikannya.38
Dengan pertimbangan usia yang sudah tidak muda lagi, Mubarak praktis
hanya mampu memperpanjang satu masa jabatan lagi. Jika Mubarak
memenangkan pemilu bulan September 2005, berarti usia pada akhir jabatannya
mencapai 82 tahun. Maka tak ada pilihan lain bagi Mubarak kecualai
memperbaiki citranya diakhir periode jabatannya, dengan menerapkan sistem
demokrasi yang hakiki sesuai tuntutan internal dan internasional.
37
KOMPAS, 27 Pebruari 2005, hal 11. 38
Musthafa Abd Rahman, “Tekanan AS dan Domestik Paksa Mesir Berubah”, KOMPAS, 28
Pebruari 2005, hal 3.
27
Meskipun prinsip demokrasi dan hak asasi manusia berlaku universal,
dalam penerapannya sangat bergantung pada kondisi ril sebuah negara dan bangsa.
Kualitasnya tidaklah sama karena sangat bergantung pada mutu kehidupan setiap
bangsa. Perlu diakui pula bahwa proses demokratisasi tidaklah sekali jadi, tetapi
memakan waktu dan berbelit-belit. Tidak jarang mengalami jatuh bangun, ritme
dan dinamikanya berbeda-beda setiap negara, sangat bergantung pada budaya,
tingkat kemajuan sosial ekonomi dan politik.
B. Revolusi Januari 2011 di Mesir
Revolusi Mesir 2011 adalah demonstrasi besar-besaran yang terjadi di
seluruh Mesir menuntut agar Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama
30 tahun untuk melepaskan jabatannya. Aksi ini merupakan salah satu aksi
revolusi seperti yang terjadi di Tunisia. Pemerintah berusaha meredam usaha para
demonstran yang menggalang aksinya dari internet dengan cara memberhentikan
saluran internet dan komunikasi hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Putra
dari Presiden, Gamal Mubarak dilaporkan telah meninggalkan Mesir dan menuju
London bersama keluarga. Setelah demonstrasi berlangsung selama 18 hari,
akhirnya Presiden Mubarak mundur pada tanggal 11 Februari 2011.
Demonstrasi massa yang memprotes kepemimpinan Mubarak di Tahrir
Square sejak 25 Januari 2011 berhasil menumbangkannya pada 12 Februari 2011.
Meskipun Mubarak berencana menggelar pemilu presiden pada bulan September.
Ia pun menjanjikan amandemen konstitusi. Tetapi, para demonstran menekannya
untuk mundur secepatnya. Pada 10 Februari beredar rumor bahwa Mubarak akan
mundur. Puncaknya, Wakil Presiden Omar Suleiman mengumumkan mundurnya
28
Mubarak melalui televisi nasional Mesir dan menyerahkan kekuasaannya kepada
militer.
Awal dari revolusi Mesir pada 2011 terjadi pada 25 Januari 2011 terjadi
disebabkan oleh warga Mesir yang berdemonstrasi serta para pengunjuk rasa
menentang pemerintah yang diikuti ribuan warga di Kairo dan berbagai propinsi
lainnya. Demonstrasi yang disebut dengan nama “Hari Kemarahan” itu
berlangsung atas permintaan para aktivis Mesir melalui jejaring sosial Facebook.
Empat orang termasuk seorang aparat keamanan tewas dalam bentrokan antara
para demonstran dan aparat.
Demonstrasi tetap berlanjut pada 26 Januari 2011 meski Kementerian
Dalam Negeri Mesir telah mengeluarkan peringatan menyusul peningkatan
jumlah korban tewas mencapai lima orang, dan puluhan cedera. Ratusan orang
ditangkap termasuk delapan wartawan dan jurnalis. Seluruh jaringan internet
diputus dalam rangka mencegah tersebarnya berita soal tuntutan reformasi ke
seluruh Mesir.39
Pada 27 Januari 2011 demonstrasi di Kairo dan sejumlah kota besar Mesir,
Tahrir dan Giza selama tiga hari mengarah anti-rezim Mubarak. Bentrokan antara
ratusan demonstrasi dan aparat keamanan semakin meningkat. Pasukan antihuru-
hara menggunakan gas air mata dan peluru karet di Propinsi Ismailiyah dan kota
Suez. Ketua Dewan Nasional untuk Reformasi, Mohammad El Baradei, meminta
Hosni Mubarak untuk segera turun. El Baradei juga menyampaikan kesiapannya
39
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/02/110211_egyptmubarak tanggal 4 April 2016
pukul 22:27 WIB.
29
untuk memegang kontrol pemerintahan transisi jika Mubarak bersedia turun.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menekankan bahwa tindak kekerasan
bukan solusi yang tepat untuk kondisi Mesir, dan diperlukan reformasi politik
demi menjaga kepentingan rakyat.
Pada 28 Januari 2011 pemerintah Mesir memutus seluruh saluran internet
dan mengerahkan pasukan keamanan dalam jumlah besar di Kairo. Hal ini dipicu
terjadinya bentrokan antara polisi dan para demonstran di kota Suez. Tewas dan
cederanya puluhan orang serta ditangkapnya ratusan orang dalam demonstrasi
yang digelar setelah shalat Jumat di beberapa kota besar termasuk ibukota, Kairo.
Sejumlah kantor milik partai berkuasa pimpinan Hosni Mubarak, juga dibakar di
berbagai kota. Pada akhirnya Husni Mubarak membubarkan kabinetnya dan
membentuk pemerintahan baru.
Pada 29 Januari ketua Dinas Intelijen Mesir, Omar Suleiman, diangkat
sebagai Wakil Presiden, dan Ahmad Shafiq, yang dulu menjabat sebagai menteri
penerbangan sipil, ditunjuk untuk membentuk pemerintahan baru. Berlanjutnya
demonstasi di Kairo dan kota-kota Mesir paca pidato Mubarak terjadi di saat para
demonstran tetap menuntut lengsernya Mubarak. Reuters juga melaporkan bahwa
jumlah korban tewas mencapai 68 orang. Peningkatan jumlah korban tewas di
berbagai wilayah Mesir di hari kelima demonstrasi. Polisi sudah tidak dapat
menangani situasi. Personil militer dikerahkan untuk memulihkan kondisi. Terjadi
30
pemberontakan di sejumlah penjara Mesir, serta aksi tembak para sipir penjara
terhadap para tahanan.40
Para warga asing yang berdomisili di Mesir mulai dievakuasi menyusul
peningkatan instabilitas. Jumlah demonstran di Bundaran Tahrir, Kairo mencapai
puluhan ribu orang. Menteri Luar Negeri Amerika Serika, Hillary Clinton,
menuntut penyusunan perencanaan di Mesir yang tidak menyebabkan kekosongan
kekuasaan. Clinton menyatakan bahwa penentuan wakil presiden tidak cukup.
Mendagri Mesir menginstruksikan penempatan pasukan keamanan di seluruh kota
Mesir kecuali di Bundaran Tahrir, Kairo. Obama menyatakan mendukung proses
peralihan kekuasaan secara damai yang menjawab tuntutan rakyat Mesir.
Pemerintah Mesir menutup aktivitas jaringan televisi Aljazeera di Mesir dan
menutup transmisi sinyal satelit Nilesat untuk program Aljazeera di sebagian
kawasan Timur Tengah.
Pada 31 Januari 2011 Husni Mubarak menginstuksikan perdana menteri
barunya untuk mulai berunding dengan kelompok oposisi dan berupaya
menyediakan lapangan kerja baru dan juga untuk mengakhiri inflasi. - Ketua
Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, meminta Mubarak segera
berunding dengan kelompok oposisi. Mubarak menunjuk wakilnya, Omar
Suleiman untuk berunding dengan seluruh kelompok oposisi guna membicarakan
amandemen undang-undang dasar dan reformasi dewan yudikatif.
Pada 1 Februari 2011 ditandai lebih dari satu juga warga berdemonstrasi di
lapangan Tahrir mengajukan tuntutan berbagai kelompok oposisi yang tetap
40
Alin Hurin Hayati. “Kondisi Mesir Tahun 2011-2012 Dan Reaksi Dunia Pasca Runtuhnya
Rezim Mubarak Karena Revolusi Mesir 2011”. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 5
No. 1, Hal. 249-257. Februari 2016.
31
melanjutkan demonstrasi hingga runtuhnya rezim Mubarak. Husni Mubarak
dalam pidatonya di televisi bersikeras akan mempertahankan jabatannya namun
tidak akan mencalonkan diri dalam pemilu mendatang. Ia juga menyatakan akan
berupaya keras menyerahkan kekuasaan secara damai. Sekelompok badui dan
para preman bayaran Mubarak, mendadak muncul di Bundaran Talat di dekat
Bundaran Tahrir dan menyerang warga yang tengah berdemonstrasi.
Pada 2 Februari 2011, hari Jumat, para demonstran memaksa Husni
Mubarak meletakkan jabatannya. Sekejen Liga Arab, Amr Moussa, mengatakan
akan memikirkan secara serius pencalonan dirinya dalam pemilu presiden
mendatang. Ketua Parlemen Mesir menyatakan akan melakukan sejumlah
perubahan dalam undang-undang dasar. Ia juga mengkonfirmasikan pembekuan
seluruh aktivitas parlemen sampai lembaga ini selesai meninjau protes
menyangkut pemilu presiden sebelumnya. Lapangan Tahrir di Kairo kembali
rusuh dan para demonstran menolak meninggalkan lapangan tersebut.
Pada 3 Februari 2011 ditandai dengan kelompok oposisi utama Mesir
menolak usulan Perdana Menteri Mesir, Ahmad Shafiq, untuk berunding.
Perundingan ini hanya akan dilakukan setelah Mubarak mundur dan pembentukan
pemerintahan persatuan nasional, Sehingga ini membuat Omar Suleiman
menyatakan bahwa Mubarak dan putranya tidak akan ikut dalam pemilu presiden
mendatang. Ia juga menginstruksikan penindakan tegas terhadap para pelaku
kerusuhan dan instabilitas di Bundaran Tahrir. Mubarak menyatakan bersedia
32
meletakkan jabatannya, namun ia khawatir aksinya ini akan menyeret negara ke
dalam instabilitas yang lebih mendalam.41
Pada 4 Februari 2011 para demonstran yang lebih dari satu juga warga
Mesir menggelar shalat Jumat di lpangan Tahrir, dan khatib shalat menuntut
masyarakat untuk tetap bertahan hingga tergulingnya rezim Mubarak. Sejumlah
kota lainnya juga mengikuti demonstrasi yang berlangsung dahsyat di Kairo dan
beberapa kota besar Mesir.
Para anggota partai berkuasa pada 5 Januari 2011 mengundurkan diri dan
Hisam Badrawi ditunjuk sebagai ketua baru. Adapun jabatan sekjen penentu
kebijakan partai tersebut yang sebelumnya milik Jamal Mubarak, diserahkan
kepada Sifwat Sharif. Delegasi khusus Amerika Serikat, Frank Wisner berkunjung
ke Mesir dan menyatakan bahwa dalam kondisi seperti saat ini, Mubarak harus
tetap bertahan di kekuasan untuk mengatur perubahan “ideal” dalam proses
transisi kekuasaan secara damai. Namun Juru bicara Kementerian Luar Negeri
Amerika Serikat, Philip Crowley, menilai pernyataan Wisner itu sebagai pendapat
pribadi dan dalam hal ini ia tidak mengkonfirmasikannya terlebih dahulu dengan
Washington. Panglima Militer Mesir, Hasan al Rudaini, meminta masyarakat
untuk mengosongkan Bundaran Tahrir. Mubarak bersidang dengan para menteri
ekonomi, perdagangan, dan perminyakan di kabinet barunya. Pada 6 Februari
2011, sejumlah kelompok oposisi termasuk Ikhwanul Muslimin berunding dengan
41
https://www.crisisgroup.org/middle-east-north-africa/north-africa/egypt/crisis-group-statement-
situation-egypt. Diakses pada tanggal 13 Juli 2017.
33
Wakil Presiden, Omar Suleiman. Tewasnya 300 orang dalam demonstrasi di
Mesir. Para demonstran memblokade gedung parlemen dan kabinet.42
Dalam bentrokan antara pasukan polisi dan para demonstran di kota al
Kharga, di Propinsi al Wadi al Jadid, lima orang tewas dan 100 orang cedera.
Dewan Tinggi Angkatan Bersenjata Mesir menggelar sidang tanpa kehadiran
Hosni Mubarak dan merilis deklarasi nomor satu serta menegaskan bahwa dewan
ini akan menggelar sidang secara berlanjut untuk mengontrol kondisi Mesir.
Sekitar tiga juga demonstran berkumpul di Bundaran Tahrir, di jembatan-
jembatan dan tempat-tempat umum menuntut pengunduran diri Mubarak.
Mubarak merespon tuntutan rakyat dan menyatakan tidak akan mengundurkan
diri dari kekuasaan sampai masa tugasnya berakhir, dan menyerahkan wewenang
kepada wakilnya Omar Suleiman. Omar Suleiman juga berpidato setelah pidato
Mubarak. Suleiman berusaha meyakinkan rakyat Mesir bahwa Mubarak
berkomitmen untuk melimpahkan kekuasaan secara damai dan bertindak
berdasarkan undangundang dasar. Oleh karena itu, Suleiman berharap agar segera
pulang ke rumah mereka masing masing. Para demonstran mengamuk setelah
mendengar pidato Omar Suleiman dan Husni Mubarak. Tekad mereka untuk
menggulingkan rezim diktator Mubarak semakin membara. 43
Bertepatan pada tanggal 11 Februari 2011 jutaan warga Mesir di Kairo dan
di berbagai kota berdemonstrasi. Di sisi lain, ribuan orang berarak menuju istana
presiden di ibukota. Jumlah demonstran saat menunaikan shalat Jumat mencapai
42
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/02/110211_egyptmubarak diakses tanggal 4 April
2016 pukul 22:27 WIB. 43
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/02/110211_egyptmubarak tanggal 4 April 2016
pukul 22:27 WIB.
34
lebih dari juga orang. Militer merilis deklarasi nomor dua yang di dalamnya
disebutkan kondisi darurat dan berjanji akan mencabutnya setelah situasi kembali
normal. Pelaksanaan pemilu bebas dan transparan juga di antara janji-janji militer.
Omar Suleiman secara mengejutkan mengumumkan pengunduran diri Mubarak
dari kekuasaan yang telah dicengkeramnya selama 30 tahun. Seluruh wewenang
Mubarak diserahkan kepada militer Mesir. Dewan Tinggi Angkatan Bersenjata
Mesir merilis deklarasi nomor tiga yang menyebutkan bahwa dewan ini akan
menggantikan pemerintahan posisi pemerintahan yang tidak didukung oleh rakyat
Mesir. Kegembiraan dan suka cita menyelimuti seluruh rakyat Mesir dan dunia
Arab setelah rezim Mubarak secara resmi terguling akibat perlawanan rakyat
Mesir selama 18 hari.
Setelah Revolusi Mesir tahun 2011, Husni Mubarak yang menjabat selama
14 Oktober 1981 hingga 11 Februari 2011 dipaksa untuk mengundurkan diri dari
jabatannya. Pada 10 Februari 2011, Mubarak menyerahkan kekuasaan presiden
kepada Wakil Presiden Omar Suleiman, sehingga menjadikan Suleiman sebagai
presiden de facto. Setelah pengunduran diri Mubarak, posisi Presiden Mesir
secara resmi kosong dan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata pimpinan Field
Marshal Mohamed Hussein Tantawi mengontrol penuh kekuasaan eksekutif. Pada
30 Juni 2012, Mohamed Mursi dilantik sebagai Presiden Mesir, setelah
memenangkan pemilu presiden Mesir 2012 pada 24 Juni.
Tepat pada tanggal 25 Januari 2012, revolusi yang terjadi di Mesir
merupakan pengalaman yang kelam dalam sejarah politik di Mesir. Lengsernya
Mubarak menjadi awal era baru Mesir setelah dilantiknya Presiden Mesir,
35
Muhammad Mursi. Pada awal kepemimpinannya, Mursi merumuskan beberapa
kebijakan-kebijakan yang terkait permesalahan yang terjadi di Mesir, yaitu:
1. Menghidupkan kembali Parlemen. Setelah dilantik sebagai Presiden
Mesir tanggal 30 Juni 2012, Presiden Muhammad Mursi pada tanggal
10 Juli 2012 menghidupkan kembali parlemen yang sebelumnya
dibekukan oleh Mahkamah Konstitusi Mesir.
2. Membentuk Kabinet Baru. Presiden Muhammad Mursi membentuk
kabinet baru yang terdiri dari 35 Menteri baru.44
3. Membebaskan tahanan militer. Presiden Muhammad Mursi juga mem
bebaskan 572 tahanan militer yang terlibat dalam revolusi 25
Januari 2011.
4. Dekrit Presiden dan referendum. Tanggal 22 November 2012, Presiden
Mursi menetapkan Dekrit Presiden yang isinya adalah memecat
Jaksa Agung. Sebulan kemudian digelar referendum untuk
memutuskan Konstitusi Baru yang menjamin posisi Presiden agar
tidak mudah dijatuhkan oleh Jaksa Agung.
5. Memilih anggota penasehat. 27 Agustus 2012, Presiden
Muhammad Mursi memilih 21 anggota penasehat terdiri 3 orang
wanita dan 2 penganut Kristen.45
44
Linda Nur Ramly dan Rr. Terry Irenewaty. Kebijakan Politik Muhammad Mursi sebagai
Presiden Mesir(2012-2013). SOCIAVol. 12 No. 2 September 2015. Hal 95. 45
Linda Nur Ramly dan Rr. Terry Irenewaty. Kebijakan Politik Muhammad Mursi sebagai
Presiden Mesir(2012-2013). SOCIAVol. 12 No. 2 September 2015. Hal 96.
34
BAB III
MEDIASI PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TERHADAP MESIR
Pada bab ini dijelaskan tentang bagaimana mediasi pemerintah Republik
Indonesia terhadap konflik yang terjadi di Mesir. Mengapa Indonesia menjadi
negara yang memiliki peran penting terkait konflik yang terjadi di Mesir? serta
bagaimana mediasi Indonesia terhadap pihak yang berkonflik di Mesir?. Untuk
menjawab pertanyaan ini, terdapat dua poin penting yang akan dijelaskan pada
bab ini.
A. Respon Indonesia pada Konflik Mesir 2011-2013
Konflik politik di Mesir yang diwarnai oleh kudeta militer, mengarah pada
instabilitas keamanan, memicu respon berbagai negara di dunia. Baik respon
dalam konteks politik Internasional, diplomatik antar negara maupun dalam
bentuk solidaritas kemanusiaan. Beberapa negara memiliki pola respon yang
berbeda dalam mempersepsikan fenomena yang terjadi di Mesir.
Pemerintah dan rakyat Indonesia secara keseluruhan salah satu pihak yang
menunjukkan sikap responsif terhadap perkembangan politik di Mesir. Respon
dan sikap pemerintah, direpresentasikan oleh statement Presiden SBY, Menteri
Luar Negeri, dan Duta Besar Indonesia di Mesir. Di sisi lain, kalangan legislatif,
dalam hal ini anggota DPR dari komisi terkait maupun kader partai politik, juga
memberikan respon terhadap persoalan ini. Pada tingkat yang lebih luas, respon
37
muncul dari berbagai elemen masyarakat: tokoh, ulama, pimpinan organisasi-
LSM dan masyarakat pada umumnya.
Pemerintah Indonesia mengungkapkan keprihatinan yang mendalam dan
berharap agar situasi di Mesir dapat kembali normal sehingga proses demokrasi
dapat berjalan dengan baik, tertib, dan damai sesuai dengan harapan dan
keinginan bangsa serta rakyat Mesir. Pemerintah Indonesia pun telah memastikan
bahwa tidak terdapat Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam
aksi unjuk rasa tersebut sehingga tindakan evakuasi tidak perlu dilakukan.
Harapan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa
bahwa “Mesir adalah negara yang sedang mengalami transisi demokrasi. Harapan
kita ke depannya, konsolidasi ke arah demokrasi Mesir akan semakin kuat,
terutama hak-hak dari seluruh elemen bangsa termasuk kelompok oposisi betul-
betul dihormati," katanya.46
Akan tetapi, ungkapan keprihatinan maupun harapan ini tidaklah cukup.
Sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia mempunyai peluang besar
untuk dapat berperan aktif dalam kondisi Mesir saat ini. Terutama melihat sejarah
hubungan kedua negara yang sudah terjalin baik sejak lama. Indonesia seharusnya
melakukan upaya diplomasi aktif guna membangun proses demokrasi dan
perdamaian di Mesir. Apalagi mengingat jumlah WNI yang berada di sana pun
cukup banyak.
Sikap pemerintah Indonesia terhadap apa yang terjadi di Mesir khususnya,
dan kawasan Timur Tengah umumnya, adalah tetap bebas dan aktif. Namun,
46
http://www.politikindonesia.com/index.php?k=politik&i=57343 diakses pada 3 Maret 2015
pukul 16:00 WIB.
38
terhadap konflik di Mesir pemerintah Indonesia memiliki kepentingan untuk dapat
diselesaikan dengan damai. Melihat peliknya usaha Republik Indonesia untuk
merdeka, bangsa Indonesia saat ini merasakan nikmatnya hidup berdaulat dan
tidak semestinya melupakan peran bangsa Arab, khususnya Palestina dan Mesir
dalam membantu perjuangan meraih kemerdekaan. Hal ini didukung pernyataan
tokoh Indonesia, di antaranya Drs. Moh. Hatta yang menyatakan:
"Kemenangan diplomasi Indonesia yang dimulai dari Kairo.
Karena dengan pengakuan Mesir dan negara-negara Arab lainnya
terhadap Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat
penuh, segala jalan tertutup bagi Belanda untuk surut kembali atau
memungkiri janji, sebagai selalu dilakukannya di masa-masa yang
lampau."
A.H. Nasution juga mengeluarkan pendapat sebagai berikut:
"Karena itu tertjatatlah, bahwa negara-2 Arab jang paling dahulu
mengakui RI dan paling dahulu mengirim misi diplomatiknja ke
Jogja dan jang paling dahulu memberi bantuan biaja bagi diplomat-
2 Indonesia di luar negeri. Mesir, Siria, Irak, Saudi-Arabia, Jemen,
memelopori pengakuan de jure RI bersama Afghanistan dan Iran
Turki mendukung RI. Fakta-2 ini merupakan hasil perdjuangan
diplomat-2 revolusi kita. Dan simpati terhadap RI jang tetap luas di
negara-2 Timur Tengah merupakan modal perdjuangan kita
seterusnja, jang harus terus dibina untuk perdjuangan jang
ditentukan oleh UUD '45: "ikut melaksanakan ketertiban dunia
jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial".47
Indonesia sendiri telah mempunyai pengalaman dalam menjalankan proses
demokrasi di dalam negeri. Indonesia pun punya pengalaman dalam penyelesaian
konflik-konflik di dalam negeri. Oleh karena itu, Indonesia sudah seharusnya
dapat membagikan pengalaman-pengalaman tersebut ke pemerintahan Mesir.
Pengalaman-pengalaman ini nantinya dapat berguna bagi Mesir sebagai bahan
47
Muhammad Zein Hassan, Diplomasi Revolusi Indonesia di luar negeri: Perjoangan
Pemuda/Mahasiswa Indonesia di Timur Tengah (Bulan Bintang, 1980), 13.
39
acuan ataupun perbandingan dalam penyelesaian konflik serta dalam pelaksanaan
proses demokrasi di dalam negerinya kendati ada perbedaan-perbedaan yang
dimiliki oleh kedua negara.48
Indonesia dan Mesir memiliki relasi yang cukup kuat. Apa yang
berkembang di satu negara, memacu respon aktif dari negara lainnya. Respon
yang muncul bukan sebatas pada tingkat diplomatik, tapi berkembang pada level
aksi kemasyarakatan. Kemanusiaan menjadi faktor dominan yang membuat
sebagian masyarakat Indonesia demikian responsifnya terhadap perkembangan
politik yang terjadi di Mesir. Faktor kedua adalah persinggungan historis antar
kedua negara yang cukup erat di masa lalu. Faktor terakhir adalah alasan
solidaritas sesama Muslim. Persingungan historis menjadi salah satu kekhasan
tersendiri yang mewarnai relasi politik Indonesia-Mesir.
Ketika terjadi fenomena serupa di kawasan timur tengah, masyarakat
Indonesia menunjukkan respon yang serupa. Namun, hanya didasari oleh dua
alasan yaitu, kemanusiaan dan solidaritas sesama muslim. Dalam konteks Mesir,
tambahan berbagai macam persinggungan historis menjadi nilai lebih yang
membuat tingkat rekatan relasi antara keduanya lebih tinggi dibanding negara di
kawasan serupa.
B. Kebijakan Mediasi Indonesia dalam Konflik Mesir
Sebagaimana diketahui, Mesir adalah negara pertama yang mengakui
kedaulatan Indonesia. Harmonisasi hubungan antara Indonesia dengan Mesir,
tentunya tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang yang melatar belakangi
48
“Memori Historis Indonesia – Mesir: Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia Oleh Dunia
Internasional,” http://politik. kompasiana.com/2012/07/18, 16 Juli 2015.
40
berdirinya kedua bangsa. Fakta sejarah bahwa Mesir adalah negara pertama yang
mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto dan de jure setelah
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, telah menjadikan posisi Mesir begitu
istimewa di mata Indonesia.49
Terhadap apa yang terjadi di Mesir, Indonesia tentu mempunyai peran
yang sangat penting dikawasan Timur Tengah, khususnya Mesir. terhadap konflik
di Mesir pemerintah Indonesia memiliki kebijakan untuk dapat diselesaikan
dengan damai. Terdapat beberapa langkah mediasi yang telah diformulasikan
menjadi forum internasional agar dapat membantu Mesir untuk keluar dari masa
transisi setelah revolusi tahun 2011. Kebijakan Dewan Pertimbangan Presiden di
masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah melakukan upaya mediasi untuk
mengumpulkan berbagai pihak yang berseberangan di Mesir dan duduk bersama
melakukan konsolidasi.
Langkah-langkah Mediasi Pemerintah Republik Indonesia pada tahun
2011 hingga 2013 di masa revolusi Mesir adalah melakukan lima rangkaian
workshop. Mitra pemerintah RI dalam hal ini adalah Institute for Peace and
Democracy (IPD) dari Universitas Udayana Bali.50
Workshop ini dihadiri oleh
berbagai kalangan yang bersahabat dan yang berseberangan dari Mesir, seperti
partai yang berkuasa Ikhwanul Muslimin, partai sosialis, liberal,sekuler, para
hakim, kelompok pemuda, aktivis perempuan, dan jurnalis.
49
Hassan, M. Zein. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri. Jakarta: Bulan Bintang. 50
http://peace.unud.ac.id/eng/ diakses tanggal 14 Desember 2015 pukul 1.55.
41
1. Workshop yang pertama dilakukan di Mesir, Cairo atas
inisiatif LSM bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri RI yang
menghadirkan Presiden Habibie.
2. Workshop yang kedua dilakukan di Bogor dengan
pelaksana Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
3. Yang ketiga dilakukan di hotel Four Seasons, Jakarta
Selatan. Tema ini membahas pemilahan militer dan polisi, hubungan
agama dan Negara, mekanisme pemilu, peran partai politik, penyusunan
konstitusi.
4. Workshop keempat dilaksanakan di Hotel Santika, Serpong,
Tangerang. Tema yang dibahas masih mengenai hubungan agama dan
negara, resolusi konflik internal, reformasi politik, dan persatuan nasional.
5. Workshop terakhir dilaksanakan di Universitas Udayana
Bali Mei 2013, atas kerjasama Dewan Pertimbangan Presiden,
Kementerian Luar Negeri RI, dan IPD.
Institut Perdamaian dan Demokrasi (IPD) bersama sejumlah kelompok di
Mesir menggalang kerja sama, menyusul perubahan politik di negara yang
terletak di kawasan Afrika Utara itu. "Kami telah melakukan dan akan bekerja
sama dalam berbagai kegiatan dengan beberapa kelompok di Mesir," kata
Direktur Eksekutif (IPD) I Ketut Putra Erawan PhD.51
Dalam hal ini penting
dicermati kepentingan Indonesia terhadap perbaikan kondisi sosial dan politik di
Mesir.
51
http://bali.antaranews.com/berita/16881/ipd-kerja-sama-dengan-kelompok-di-mesir diakses
pada 14 Desember 2015 pukul 2.12.
42
Topik diskusi akan disempurnakan sesuai dengan kepentingan
keanggotaan Mesir dan sebagai perkembangan terjadi, tetapi mungkin termasuk:
1. Menetapkan agenda bagi pembaruan ke arah demokrasi,
menghormati hak asasi manusia dan promosi pembangunan.
2. Peran militer dalam masa transisi dan posisi mereka di dalam
masyarakat yang demokratis di masa mendatang.
3. Konstitusional dan reformasi politik hukum.
4. Mengembangkan pemilihan kepemerintahan: UU Pemilu dan
komisi pemilihan umum dan komisi independen.
5. Membangun pemerintahan yang representatif: Peran partai-partai
politik dan masyarakat sipil.
6. Islam, Politik dan Negara.
7. Peran media massa dalam demokrasi transisi dan konsolidasi.
8. Memastikan penuh partisipasi perempuan dalam proses politik
(Institute for Peace and Democracy, 30 April, 2011).
Peserta yang hadir dalam worksop IPD 2011 ini adalah para akademisi,
perwakilan kelompok Think-Thank, tokoh partai politik, jurnalis, analis politik,
LSM, kelompok advokasi tentang demokrasi, pembaharu pemilu, aktivis
perempuan dan asosiasi buruh. Mereka adalah personal yang akan dibangun
kapasitasnya sebagai pelaku proses demokratisasi di Mesir. Untuk itu, materi yang
diberikan pun mendukung, yakni posisi militer, reformasi konstitusi, proses
pemilu, peran partai politik, LSM dan media. Diskusi dalam kelompok tidak antar
43
pemerintah tapi diharapkan para peserta dapat berperan dalam proses perubahan
politik di Mesir.52
Hasil dari workshop IPD 2011 adalah terbentuknya pemahaman tentang
protes demokratisasi dan pembaharuan di bidang hukum, politik, dan partisipasi
perempuan dalam proses politik. Reformasi merupakan hasil yang diharapkan
dalam menyusun sistem pemerintahan dengan cara penerbitan undang-undang
pemilu dan partai dan pembentukan komisi pemelihihan umum serta badan
pengawasnya.
Worksop IPD 2011 telah memenuhi target awal, yakni mengantarkan
Mesir dalam menghadapi transisi demokrasi. Berbagai kalangan peserta worksop
telah melakukan studi banding tentang budaya politik Indonesia. Mesir dapat
menghindari kesalahan-kesalahan Indonesia dalam masa transisi pada 1998.
52
Term of Reference Institute for Peace and Democracy Workshop on Egypt-Indonesia Dialogue
on Democratic Transition. 25-27 May 2011.
41
BAB IV
KEPENTINGAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PENYELESAIAN
KONFLIK MESIR 2011-2013
Pada bab ini akan menjelaskan tentang kepentingan RI dalam penyelesaian
konflik Mesir pada 2011-2013. Karenanya, deskripsi dari bab ini meliputi sejarah
hubungan keduanya (Mesir-Indonesia) dan merujuk pada Kebijakan Luar Negeri
Indonesia yang bebas serta aktif dalam penyelesaian konflik di Mesir.
Analisis sejarah hubungan bilateral Indonesia dengan Mesir dan hasil dari
upaya pemerintah Indonesia yang dilandasi pada Kebijakan Luar Negeri
Indonesia merupakan faktor terpenting dalam menuntaskan skripsi ini.
A. Analisis Sejarah Hubungan Indonesia-Mesir
Mesir adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia pada
tanggal 18 November 1946, mesir telah menjadi salah satu sahabat dekat Republik
Indonesia dalam kancah diplomatik Internasional. Indonesia dan Mesir membuka
hubungan diplomatik secara resmi pada tanggal 10 Juni 1947 melalui
penandatanganan Perjanjian Persahabatan (Treaty of Friendship and Cordiality).
Perjanjian ini ditandatangani oleh H. Agus Salim dari pihak RI dan Mahmoud
Fahmi Nokrasyi, Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri, dari pihak
Mesir. Sebagai tindaklanjutnya, pada tanggal 7 Agustus 1947 Agus Salim
membuka perwakilan RI di Mesir dan mengangkat H.R Rasjidi sebagai ketuanya
45
dengan kedudukan Charge d’ Affairs (Kuasa Usaha). Hubungan ini dilanjutkan
dengan pembukaan Perwakilan RI di Kairo pada tahun 1949.53
Harmonisasi hubungan antara Indonesia dengan Mesir, tentunya tidak bisa
dilepaskan dari sejarah panjang yang melatarbelakangi berdirinya kedua bangsa.
Fakta sejarah bahwa Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan
Indonesia secara de facto dan de jure setelah diproklamasikan pada 17 Agustus
1945, telah menjadikan posisi Mesir begitu istimewa di mata Indonesia.54
Tidak memiliki persamaan dalam hal sejarah hubungan pemerintahan
negara dan institusi Islam Politik, tetapi terdapat beberapa hal lagi yang sama
antara kedua negara tersebut, misalnya kedua negara tersebut sama-sama
merupakan anggota OIC (Organization of Islamic Conference) yang memiliki
pengaruh kuat di kawasan masing-masing, yakni kawasan Asia Tenggara dan
kawasan Timur Tengah.
Kedua negara memiliki jumlah penduduk yang terbanyak di kawasan
masing-masing dengan mayoritas Islam yang beraneka ragam. Indonesia dan
Mesir juga memiliki hubungan bilateral yang bersejarah dalam hampir seluruh
bidang terutama bidang pendidikan, agama dan politik yang terbukti secara nyata
dengan saling mendukung pada masa sulit, baik pada masa penjajahan asing
maupun pada masa pasca-kemerdekaan.55
Melihat hubungan yang dijalin oleh negara-negara Timur-Tengah kepada
Indonesia atau sebaliknya, maka akan mendapati hubungan solidaritas yang
53
Penulis mengutip oleh Tesis Ferliansyah Zais, Peran Indonesia dalam Proses Konsolidasi
Demokrasi Republik Arab Mesir Pasca Revolusi 25 Januari 2011. 54
Hassan, M. Zein. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri. Jakarta: Bulan Bintang. 55
5A.M. Fachir (ed.), Potret Hubungan Indonesia Mesir. Cet.1. Cairo: KBRI, 2009, hlm.1.
46
didasari atas rasa persaudaraan (ukhwah Islamiyah). Upaya diplomasi Indonesia di
kawasan Timur-Tengah, yang difokuskan pada dua target utama, yakni
peningkatan hubungan kerja sama bilateral Indonesia dengan negara-negara di
kawasan Timur-Tengah, khususnya dalam bidang ekonomi dan maksimalisasi
peran Indonesia dalam proses perdamaian Timur-Tengah.56
Awal tahun 2011 merupakan momentum bersejarah dalam perkembangan
politik di Timur Tengah, termasuk di Mesir. Revolusi yang digerakkan oleh
rakyat Mesir berawal pada 25 Januari 2011, menuntut pengunduran diri Presiden
Mubarak. Unjuk rasa yang berlangsung selama kurang lebih 18 hari, berakhir
dengan pengunduran diri Mubarak pada 11 Februari 2011. Pemerintahan Mesir
diambil alih oleh Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir (Supreme Council
of the Armed Forces/SCAF), dengan Ketua Dewan Tertinggi, Marsekal Hussein
Tantawi, sebagai Pimpinan.
Dalam kaitannya dengan perkembangan politik tersebut, dalam hal ini
Mesir menilai bahwa proses reformasi dan demokratisasi Indonesia yang berawal
pada tahun 1998 merupakan contoh nyata yang dapat menjadi rujukan Mesir
dalam menjalani masa demokratisasi saat ini. Hal ini nampak pada upaya Mesir
menggandeng Indonesia untuk melakukan sharing of experience proses transisi
menuju demokrasi, yang dituangkan dalam berbagai bentuk dialog bilateral dan
sharing of experience tersebut, antara lain:
IPD Workshop on Egypt-Indonesia Dialogue on Democratic
Transition,Jakarta, 25–26 Mei 2011;
56
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=kebijakan+politik+luar+negeri+Indonesia+terhadap
+timur-tengah. Di akses pada tanggal 20 Desember 2014 pukul 20.00 WIB.
47
Pertemuan Kelompok Ahli (PKA) mengenai Perubahan di Timur Tengah:
Pengaruh dan Interdependensinya dalam Tatanan Global, Jakarta, 30 Mei
2011;
partisipasi Indonesia pada Forum Internasional mengenai Pathways of
Democratic Transitions: International Experiences, Lessons Learnt, and
the Road Ahead, Cairo, 5–6 Juni 2011;
IPD Workshop on Building Electoral Democracy in Egypt: Lessons
Learned From the Indonesian Experience, Cairo, 25-26 Juli 2011.57
Kerjasama antara kedua negara ini dalam bidang pendidikan, sosial, dan
budaya, hubungan kedua negara bisa dikatakan tengah mencapai puncaknya. Di
Al-Azhar Mesir yang merupakan universitas Islam terkemuka di dunia, terdapat
tidak kurang dari 3.700 mahasiswa Indonesia yang menempuh berbagai program
studi. Para mahasiswa tersebut menjadi duta Indonesia di Mesir karena mereka
selain belajar juga menjadi salah satu pilar people to people contact antara
Indonesia dan Mesir.
Dalam menjelaskan hubungan bilateral yang dijalankan pemerintah
Indonesia dengan Mesir, hubungan bilateral tidak terlepas dari kata „cooperation‟.
Cooperation atau kerjasama tentu didukung oleh aktor-aktor yang menjalankan
kerjasama dan kepentingan seperti apa yang ingin dicapai. Dalam hal ini aktor
dapat berupa negara ke negara, negara ke organisasi pemerintah, maupun negara
ke organisasi non-pemerintah. Fungsinya tentu kembali pada subjek yang
57
http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=BilateralCooperation&IDP=43&P=Bilat
eral&l=id di akses pada tanggal 25.3.2012 jam.10.15.
48
menjalankan kerjasama. Seperti yang dikemukakan oleh Kusumo Hamidjojo
tentang hubungan bilateral adalah;
“Suatu bentuk kerjasama diantara negara baik yang berdekatan
secara geografis ataupun jauh diseberang lautan dengan sasaran
utama menciptakan perdamaian, dengan memperhatikan kesamaan
politik, kebudayaan, dan stuktur ekonomi.”58
Hubungan bilateral terbentuk dilihat dari kondisi diplomatik yang terjalin
antara kedua negara. Mesir dan Indonesia merupakan negara dengan persahabatan
yang berlangsung cukup lama. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Didi Krisna,
bahwa hubungan bilateral merupakan keadaan yang menggambarkan adanya
hubungan yang saling mempengaruhi atau adanya hubungan timbal balik diantara
kedua belah pihak atau didalam kedua negara.59
Keuntungan timbal balik yang
demikian jika hasil positif lebih didominasi maka akan terjadi tindakan saling
ketergantungan (interdependensi) yang akan mengakibatkan kerjasama
berlangsung dalam kurun waktu yang lama.
Karena hubungan Indonesia dan Mesir terjadi cukup lama, maka secara
tidak langsung terjadi suatu dinamika yang memiliki keterkaitan antara kedua
negara akibat adanya kepentingan nasional dari masing-masing pihak. Seperti
halnya dalam kerjasama yang terjalin cukup lama dapat memudahkan dilakukan
kerjasama-kerjasama baru dalam bidang lain. Sehingga jika suatu saat dari salah
satu pihak akan tidak enggan dalam memberikan bantuan yang pada dasarnya
kembali lagi demi kepentingan nasionalnya.
58
Budiono Kusumohamidjojo. Op.Cit. Hal.48. 59
Didi Krisna. 1993. Hubungan Bilateral dan Politik Internasional. Jakarta: Gramedia. Hal.18.
49
Konsep kepentingan nasional menjadi bagian penting guna menganalisa
dinamika hubungan panjang Indonesia dengan Mesir. Kepentingan ini dapat
dilihat dari kondisi internalnya, baik dari kondisi politik-ekonomi, militer, dan
sosial-budaya. Peran suatu negara dalam memberikan bahan sebagai dasar dari
kepentingan nasional tidak dipungkiri akan menjadi kacamata masyarakat
internasional sebagai negara yang menjalin hubungan yang terlampir dari
kebijakan luar negerinya. Dengan demikian, kepentingan nasional secara
konseptual dipergunakan untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri dari suatu
negara.60
Hans J. Morgenthau mendukung bahwa kepentingan nasional adalah
kebutuhan negara. ia mengungkapkan bahwa “Kemampuan minimum negara-
negara untuk melindungi dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan
kultural dari gangguan negara-negara lain. Dari tinjauan itu, para pemimpin
suatu negara dapat menurunkan suatu kebijakan spesifik terhadap negara lain
bersifat kerjasama maupun konflik”.61
Konsep kepentingan nasional bagi Hans J. Morgenthau ditentukan oleh
tradisi politik dan konteks kultural dalam politik luar negeri kemudian diputuskan
oleh negara yang bersangkutan.62
Jadi, kepentingan nasional sebuah negara
bergantung dari sistem pemerintahan yang dimiliki, negara-negara yang menjadi
partner dalam hubungan diplomatik, hingga sejarah yang menjadikan negara
tersebut menjadi seperti saat ini, merupakan tradisi politik. Sedangkan tradisi
60
P.Anthonius Sitepu. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.163. 61
Theodore A. Coulumbis dan James H. Walfe. Op.Cit. Hal.115. 62
P.Anthonius Sitepu. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.163.
50
dalam konteks kultural dapat dilihat dari cara pandang bangsanya dari dalam
karakter manusianya sehingga menghasilkan kebiasaan-kebiasaan yang dapat
menjadi tolak ukur negara sebelum memutuskan menjalankan kerjasama. Maka
dari itu, Indonesia memiliki peran penting guna menjalankan kepentingan
nasionalnya terhadap Mesir yang sedang berkonflik didalamnya.
B. Kebijakan Luar Negeri Bebas-Aktif Indonesia
Sebagaimana kita ketahui, Politik luar negeri suatu negara berisikan nilai,
sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan
kepentingan nasional di dalam percaturan dunia internasional. Pada dasarnya
untuk mencapai tujuan, baik dalam konteks dalam negeri maupun luar negeri,
serta sekaligus untuk menentukan keterlibatan suatu negara di dalam isu-isu
internasional.
Tanpa politik luar negeri suatu negara dalam menjalankan hubungan luar
negeri akan mengalami kesimpang-siuran karena tidak ada tujuan. Politik luar
negeri suatu negara tidak dapat dilepaskan dari aspirasi yang berkembang di
dalam negeri negara tersebut, demikian juga dengan politik luar negeri Indonesia
tak dapat dilepaskan dari falsafah dan ideologi Pancasila maupun UUD 1945
sebagai sumber hukum yang berlaku di negara Indonesia, Sejak kemerdekaan 17
Agustus 1945, Pancasila dan UUD 1945 telah dijadikan landasan utama bagi
pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Politik luar negeri adalah kumpulan
kebijaksanaan suatu negara untuk mengatur hubungan luar negerinya. Ia
merupakan bagian dari kebijaksanaan nasional semata-mata dimaksudkan untuk
mengabdi kepada tujuan-tujuan yang sedang dihadapi, lazim disebut kepentingan
51
nasional. Pada hakikatnya ia merupakan suatu pola sikap atau respon terhadap
lingkungan ekologisnya. Respon tersebut mempunyai latar belakang yang
berinteraksi dengan persepsi pengalaman, kekayaan alam serta kebudayaan yang
biasanya dimanifestasikan sebagai falsafah bangsa dan diakomodasikan dalam
konstitusi.63
Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang
dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau
unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan
nasional spesifik, yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.64
setiap entitas negara yang berdaulat memiliki kebijakan yang mengatur
hubungannya dengan dunia internasional, begitu pula Indonesia, kebijakan
tersebut merupakan bagian dari politik luar negeri yang merupakan pencerminan
dari kepentingan nasionalnya.
Kebijakan politik luar negeri merupakan alat bagi Indonesia untuk
membangun peranan dalam lingkup regional ataupun global, kebijakan yang
dibuat pun tidak terlepas dari kepentingan-kepentingan Indonesia, sebagai salah
satu aktor dalam sistem internasional. Menurut Holsti, Lingkup kebijakan luar
negeri meliputi semua tindakan serta aktifitas negara terhadap lingkungan
eksternalnya dalam upaya memperoleh keuntungan dari lingkungan tersebut, serta
63
Riza Sihbudi. 1997. Indonesia Timur-Tengah Masalah Dan Prospek. Jakarta:Gema Insani Press,
Hal.59. 64
Teuku May Rudy. Teori, Etika Dan Kebijakan Hubungan Internasional. Bandung:. Penerbit
Angkasa. Hal 100.
52
hirau akan berbagi dalam kondisi internal yang menopang formulasi tindakan
tersebut.65
Kebijakan Luar Negeri suatu negara akan berjalan sesuai dengan
perkembangan internasional dan domestik. Kebijakan Luar Negeri Indonesia
sangat di pengaruhi oleh konstalasi politik di dalam negeri. Dalam rezim
pemerintahan yang pernah berkuasa di Indonesia, nampak jelas pada pola
kebijakan yang diambil pada masing-masing pemerintahannya yang dipengaruhi
oleh politik dunia serta juga disesuaikan dengan kondisi politik dan ekonomi di
dalam negeri.66
Sebagaimana politik luar negeri pada umumnya, maka politik luar negeri
Indonesia memiliki tujuan yakni mendukung pelaksanaan pembangunan nasional.
Untuk itu tugas pokok politik luar negeri Indonesia sebagaimana tercantum dalam
alinea keempat pembukaan Undang-undang dasar 1945. Adalah “...ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial....”. Berdasarkan keputusan Presiden No. 7 Tahun 2005
tentang rencana pembangunan jangka menengah Nasional 2004-2009, telah
digaris bawahi bahwa untuk memperkuat kebijakan politik luar negeri Indonesia
dan meningkatkan kerjasama Internasional.
Pancasila dan UUD 1945 khusus pembukaannya merupakan landasan
konstitusional politik luar negeri Indonesia. Politik bebas aktif yang diabadikan
kepada kepentingan nasional, terutama kepentingan penyelesaian konflik di Mesir,
65
KJ.Holsti,1992.Politik Internasional:suatu kerangka analisis. Bandung: Bina Cipta. Hal 21. 66
Teuku Rezasyah. 2008. Politik luar negeri Indonesia antara idealisme dan praktik.
Humaniora:Bandung. Hal. 22.
53
merupakan tujuan pokok sehingga pada intinya dapat dirumusakan sebagai upaya
untuk menegakkan kemerdekaan, perdamaian serta keadilan di dunia melalui
pembangunan bangsa-bangsa, pembinaan persahabatan dan kerjasama bilateral,
regional dan internasional atas dasar persamaan derajat, kepentingan dan
kemanfaatan bersama.67
Pelaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif, Bebas adalah dalam
pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada
dasarnya tidak sesuai dengan keprebadian bangsa sebagaimana dicerminkan
dalam pancasila, Aktif adalah berarti bahwa di dalam menjalankan kebijaksanaan
luar negerinya, Indonesia tidak bersikap pasif-reaktif atas kejadian-kejadian
internasionalnya, melainkan bersikaf aktif.68
Prinsip dari politik luar negeri Indonesia adalah politik luar negeri
Indonesia yang “bebas aktif”, dan politk bebas aktif pun ditetapkan sebagai
landasan operasional politik luar negeri Indonesia, sebagai sebuah landasan
operasional, politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif namun selalu merujuk
pada apa yang menjadi kepentingan nasional, yang dimaksud dengan bebas aktif
adalah politik luar negeri yang pada hakekatnya bebas menetukan sikap dan
kebijakan terhadap permasalahan internasional dan tidak mengikat diri pada salah
satu kekuatan dunia. Dengan kata lain dalam menjalankan politk luar negeri,
Indonesia tetap menjunjung tinggi apa yang menjadi amanat UUD 1945 dan rasa
67
Badan pengakjian dan pengembangan kebijakan. 2003 .Buku putih politik luar negeri Indonesia.
Kementerian luar negeri. Jakarta Hal . 9-10. 68
Mochtar kusumadja. 1983. politik luar negeri Indonesia dan pelaksanaanya dewasa ini.
Bandung: Penerbit Alumni Hal. 7.
54
nasionalisme serta menolak ketergantungan terhadap pihak luar yang dapat
mengurangi kedaulatan Indonesia.69
Prinsip politik luar negeri bebas aktif dalam perspektif Bung Hatta pernah
disampaikan melalui slogan politik luar negerinya, yang menyatakan bahwa frase
tersebut bukan hanya sebuah retorika tetapi ada makna penting yang tersimpan di
baliknya. Makna pertama ialah politik luar negeri bebas aktif tidak bisa dilepaskan
dari nila-nilai pancasila yang tertanam di dalamnya. Kedua, bahwa politik luar
negeri bebas aktif harus bertujuan sebagai penyelamat dan penuntun bangsa
Indonesia dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Ketiga, bahwa dalam
pencapaian guna mendapat apa yang menjadi kepentingan nasional bangsa
Indonesia diperlukan kebijakan-kebijakan yang bersifat independen, dan yang
terakhir bahwa kebijakan politik luar negeri Indonesia harus dibangun secara
praktis melalui pencarian solusi yang sesuai dengan its own national interest dan
melihat pada situasi juga fakta yang ada.70
Maka dari itu dengan menjalankan prinsip politik yang bebas aktif ini,
Indonesia dapat menyelesaikan konflik yang ada di Mesir dengan melakukan
mediasi penyelesaian konflik sebagai mediator yang pada intinya menjembatani
serta berunding terhadap pihak-pihak yang bertikai. Ini semua guna untuk
mencapai kepentingan nasional Republik Indonesia itu sendiri.
69
Badan pengakjian dan pengembangan kebijakan. 2003 .Buku putih politik luar negeri Indonesia.
Kementerian luar negeri. Jakarta Hal . 9-10. 70
http://setkab.go.id/index.php?pg=detailartikel&p=3405. Di akses pada tanggal 17.2.2012. Jam.
13.00.
52
BAB V
KESIMPULAN
Pemerintah Republik Indonesia melakukan mediasi untuk penyelesaian
konflik di Mesir pasca revolusi tahun 2011 hingga 2013 dikarenakan dua faktor
utama. Faktor pertama adalah karena terkait dengan hubungan historis antara
Indonesia dan Mesir. Indonesia di masa lalu tentunya tidak bisa dilepaskan dari
sejarah panjang yang melatar belakangi berdirinya kedua bangsa. Fakta sejarah
bahwa Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia
secara de facto dan de jure setelah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, telah
menjadikan posisi Mesir begitu istimewa di mata Indonesia.
Sikap pemerintah Indonesia terhadap Mesir khususnya, dan kawasan
Timur Tengah pada umumnya, adalah tetap bebas dan aktif. Namun, terhadap
konflik di Mesir pemerintah Indonesia memiliki kepentingan untuk dapat
diselesaikan dengan damai. Terdapat beberapa langkah mediasi yang telah
dilakukan yang dapat membantu Mesir untuk keluar dari masa transisi setelah
revolusi tahun 2011. Dewan Pertimbangan Presiden di masa Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono telah melakukan upaya mediasi untuk mengumpulkan
berbagai pihak yang berseberangan di Mesir dan duduk bersama melakukan
konsolidasi. Untuk itu, tema ini penting untuk dibahas.
Motivasi pertama yang membuat Indonesia memediasi konflik di Mesir
adalah berdasarkan konsep multi track diplomacy. Track one: Government, track
56
two: Professional conflict resolution dan track seven: religion. Kedua, penulis
mencantumkan konsep mediasi dalam memediasi konflik di Mesir. Selanjutnya
penulis akan membahas tentang analisis kebijakan luar negeri Indonesia serta
dampak yang ditimbulkan terhadap hubungan bilateral Indonesia kepada Mesir.
Dalam mediasi konflik yang ada di Mesir, Indonesia dalam memediasi
konflik di Mesir menggunakan model mediasi facilitative mediation. mediasi
merupakan sebuah usaha menengahi suatu permasalahan dengan menggunakan
bantuan pihak ketiga. Terdapat empat unsur mediasi yaitu mediator, permasalahan,
kebutuhan akan keberadaan pihak mediator, dan kompromi untuk memilih
mediator. Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi mediator, namun mediator
diharapkan merupakan pihak yang netral. Usaha yang dilakukan Republik
Indonesia dalam memediasi konflik di Mesir adalah sebagai mediator yang
bertugas memfasilitasi pihak-pihak yang bertikai agar dapat berunding dan secara
damai.
Resolusi konflik merupakan suatu proses penyelesaian masalah dalam
konflik. Pengambilan keputusan adalah bagian yang penting dalam resolusi
konflik. Sebelum menyimpulkan analisis pengambilan keputusan, ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan, seperti mengenai perbedaan persepsi pihak yang
bertikai, perselisihan yang dinegosiasikan, isu-isu yang krusial untuk mencari
penyelesaian. Resolusi konflik sebagai alternatif untuk menyelesaikan
permasalahan dalam konflik dengan tidak adanya pemaksaan.
Indonesia telah melakukan mediasi dan resolusi konflik terhadap pihak-
pihak elit politik di Mesir antara 2011 hingga 2013. Hal ini berdampak positif
57
bagi penguatan integrasi nasional di Mesir. Sayangnya, pengaruh Arab Spring
sangat kuat di Mesir. Sementara politik terus berjalan mengikuti dinamika
regional di negara-negara Teluk.
58
DAFTAR PUSTAKA
Antonius sitepu, Teori Realisme Politik Hans. J. Morgenthau Dalam studi Politik
dan HI.
Apriadi, Tamburaka. 2011. Revolusi Timur Tengah. Jakarta: PT Buku Seru.
Burton, John, 1990. Conflict: Resolution and Prevention. ST. MARTIN‟S PRESS,
INC., New York. Diakses pada 3 Desember 2015 Pukul 03:22 WIB.
Carnevale, P.J.D., & Conlon, D.E. 1990. Effects of Two Forms of Bias in
Mediation of Disputes. Paper presented at the third International
Conference of The International Association of Conflict Management.
Canada: Vancouver, B. C.
Diamond, Louise and Mc.Donald, John (1996) Muti-track diplomacy: A system
Approach to Peace-3rd ed. New York: Kumarian Press.
Elfenbein, Caleb Heart Iyer. 2008. “Differentiating Islam: Colonialism, Sayyid
Qutb, and Religious Transformation in Modern Egypt”, disertasi di
University of California, Santa Barbara.
Fath, M. Yaumal, Sholah Taslie, dan Ikhwan Efendi, Perbandingan Politik di
Negara-negara Islam, Indonesia dan Mesir.
Hassan, M. Zein. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri. Jakarta:
Bulan Bintang.
Lewicki, Roy, et.al. (2012). Negosiasi. Jakarta: Salemba Humanika.
LINDA NUR RAMLY DAN RR. TERRY IRENEWATY (2015) Vol.12, No. 2.
Kebijakan Politik Muhammad Mursi Sebagai Presiden Mesir(2012-2013).
Lubis, Amany. 2011. “Peran Pemuda dan Media Sosial dalam Proses
Demokratisasi di Timur Tengah”. Rapat Terbatas di Kantor Dewan
Pertimbangan Presiden, Jakarta.
Morgenthau, Hans J., 1954. Politics among Nations: The Struggle for Power and
Peace, 2nd ed., New York: Alfred A. Knopf.
Munro, Marc Andrew, 1981. “Religion and RevoIution in Egypt”, Institute of
Islamic Studies, tesis pada Universitas McGill, Montreal, Kanada.
59
Spencer D and Attobelli T, 2005. Dispute Resolution in Australia: Cases,
Commentary and Materials. Australia: Lawbook Co. Diakses pada 3
Desember 2015 Pukul 03:32 WIB.
Term of Reference Institute for Peace and Democracy Workshop on Egypt-
Indonesia Dialogue on Democratic Transition. 25-27 May 2011.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan
Luar Negeri diambil dari :
http://www.kemlu.go.id/Law/UU%20No.37%20Tahun%201999.pdf
diakses pada 11 November 2015 pukul 17:28 WIB.
Top Related