7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
1/30
Diajukan untuk mem
PRO
SEKOLA
KEPEMIMPINAN YANG ASERTIF
MAKALAH
enuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan Dal
osen Pembimbing Ns. Roheman, M. Kep
Disusun Oleh:
uhana 213.C.0005
iti Rohimah 213.C.0013
ia Setiawati 213.C.0015
aula Rizka Sholihah 213.C.0017
haedar Ali 213.C.0030
gnes Acida 213.C.0034
RAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATA
TINGGI ILMU KESEHATAN MAHAR
KOTA CIREBON
2016
m Keperawatan
N
DIKA
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
2/30
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Kepemimpinan yang Asertif. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Dalam Keperawatan pada Program
Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mahardika Kota
Cirebon.
Selama proses penyusunan makalah ini kami tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril,
spiritual maupun materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang
ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ns. Roheman, M.Kep yang telah memberikan bimbingan dan motivasi
dalam penyusunan makalah ini.
2. Orangtua kami tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi, dan semangat, baik berupa moril maupun materi
lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami khususnya Program Studi Ilmu Keperawatan yang
telah membantu doa dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT. membalas baik budi dari semua pihak yang telah
berpartisipasi membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari
bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.
Cirebon, April 2016
Penyusun
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
3/30
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Perilaku ........................................................................ 4
B. Definisi Kepemimpinan ............................................................ 5
C. Definisi Asertivitas..................................................................... 6
D. Ciri-Ciri Asertivitas ................................................................... 7E. Manfaat Perilaku Asertivitas ..................................................... 9
F. Unsur-Unsur Perilaku Asertivitas ............................................. 9
G. Keterampilan Bersikap Asertif .................................................. 14
H. Aspek-Aspek Asertivitas ........................................................... 15
I. Perilaku Asertif Pada Perawat ................................................... 18
J. Kepemimpinan Asertif .............................................................. 24
K. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asertivitas .......................... 25
L. Sifat yang Dapat Mengurangi Efektivitas Kepemimpinan
Asertif ........................................................................................ 25
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... 26
B. Saran........................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
4/30
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap organisasi dimana manusia berinteraksi mempunyai
kemungkinan terjadi konflik. Institusi pelayanan kesehatan mempunyai
banyak kelompok-kelompok yang berinteraksi yaitu antara staf dengan staf,
staf dengan pasien, staf dengan dokter dan sebagainya. Interaksi ini sering
menimbulkan konflik-konflik. Perasaan-perasaan individu yang
berhubungan dengan konflik menimbulkan suatu titik kemarahan. Hal ini
mengakibatkan perilaku bermaksud jahat, seperti, berpikir, berdebat atau
berkelahi (Swanburg, 2000 dalam Rizkani R.S, 2009).
Konflik yang terjadi dapat mengakibatkan peningkatan produksi dan
kreatifitas, tetapi juga dapat menghancurkan suatu organisasi. Oleh karena
itu konflik perlu dikelola dengan baik. Goleman, 2001 dalam Rizkani R.S,
2009 mendefinisikan manajemen konflik adalah merundingkan dan
menyelesaikan ketidaksepakatan atau perbedaan pendapat. Salah satu cara
yang dapat dilakukan dalam mengatasi konflik yang terjadi adalah dengan
berperilaku asertif.
Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa
yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan
tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Dalam
bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur
pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara
proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan
ataupun merugikan pihak lain (Rini, 2001 dalam Rizkani R.S, 2009).
Berdasarkan studi literatur diatas, diambil kesimpulan bahwa perilaku
asertif adalah perilaku yang sangat dianjurkan dalam membina hubungan
interpersonal, bermanfaat dalam memanajemen konflik saat bekerja
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
5/30
2
sehingga terhindar dari stress. Mengingat pentingnya perilaku asertif dalam
dunia kerja, maka kelompok kami membuat makalah tentang asertivitas ini
untuk membekali para mahasiswa keperawatan di sekolah tinggi ilmu
kesehatan mahardika untuk dapat bersikap asertif yang sejatinya akan dapat
bermanfaat dan diaplikasikan pada dunia kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku ?
2. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan ?
3. Apa yang dimaksud dengan asertivitas ?
4. Bagaimana ciri-ciri perilaku asertivitas ?
5. Apa manfaat dari perilaku asertivitas ?
6. Apa saja unsur-unsur dalam perilaku asertivitas ?
7. Bagaimana keterampilan bersikap asertif ?
8. Apa saja aspek-aspek asertivitas ?
9. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas ?
10. Bagaimana perilaku asertif pada perawat ?
11. Bagaimana kepemimpinan yang asertif ?
12. Apa saja sifat yang dapat mengurangi efektivitas kepemimpinan yang
asertif ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari perilaku
2. Untuk mengetahui definisi dari kepemimpinan
3. Untuk mengetahui definisi dari asertivitas
4. Untuk mengetahui ciri-ciri perilaku asertivitas
5. Untuk mengetahui manfaat perilaku asertivitas
6. Untuk mengetahui unsur-unsur perilaku asertivitas
7. Untuk mengetahui keterampilan bersikap asertif
8. Untuk mengetahui aspek-aspek asertivitas
9. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
6/30
3
10. Untuk mengetahui perilaku asertif pada perawat
11. Untuk mengetahui kepemimpinan yang asertif
12. Untuk mengetahui sifat yang dapat mengurangi efektivitas
kepemimpinan yang asertif.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat Umum
Makalah asertivitas ini dapat memberikan informasi sebagai
pengetahuan baru yang dapat diaplikasikan dalam duania nyata.
2. Bagi Penulis
Penulis berharap dengan makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan baru dan dapat meningkatkan kemampuan diri dalam
mempelajari, mengidentifikasi, dan bersikap asertif dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Bagi Dosen Pengajar
Makalah ini dapat dijadikan sumber referensi atau bahan
mengajar untuk meningkatkan pengetahuan dan mengaplikasikan
sikap asertivitas dalam kehidupan sehari-hari.
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
7/30
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Perilaku
Skinner (1983), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
uar). Teori ini disebut SOR stimulus, organisme, dan respon (Notoatmojo,
2005 dalam Rizkani R.S, 2009).
Berdasarkan teori SOR tersebut, maka perilaku manusia
dikelompokan menjadi dua yaitu:
1. Perilaku tertutup
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimuli belum
dapat diamati orang lain secara jelas, respon masih terbatas dalam
bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap
(Notoatmojo, 2005 dalam Rizkani R.S, 2009).
2. Perilaku terbuka
Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut
berupa tindakan atau praktik, sehingga dapat diamati orang lain secara
jelas (Notoatmojo, 2005 dalam Rizkani R.S, 2009).
Perilaku manusia menurut Zeiler K. A, 2010 terbagi atas 3 bagian
yaitu: Agresif, pasif dan asertif.
1. Agresif
Agresif adalah bentuk perilaku yang diarahkan untuk tujuan
menyakiti atau melukai hidup orang lain. Gaya agresif ditandai
dengan tuduhan, nada marah, agresif, intoleransi. Mereka mengasah
keterampilan mereka dan menargetkan orang-orang tertentu untuk
dimangsa. Perilaku agresif dapat mempertahankan haknya, tetapi
dalam proses melanggar hak orang lain, orang agresif mendominasi,
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
8/30
5
meremehkan, dan menyakiti orang lain. Orang agresif akan
mengabaikan perasaan anda, membuat pilihan terhadap anda sendiri,
dan menjadi bermusuhan serta defensive.
2. Pasif
Pasif adalah mengungkapkan perasaan dengan cara tidak
langsung dan sering dengan hambatan cara, bukan secara terbuka
dalam mengungkapkan sesuatu. Perilaku pasif meliputi rasa takut,
menahan diri, dan takut ditolak. Orang pasif cenderung bermusuhan
terus mendalam dan memiliki dendam membara. Perilaku pasif
biasanya menyangkal perasaan dan pendapat-pendapat, membiarkan
orang lain mengambil alih terhadap dirinya.
3. Asertif
Asertif memiliki pendirian terhadap diri mereka sendiri. Mereka
tidak harus berlaku kasar, tidak sopan atau tidak menyenangkan untuk
membuat mereka dikenal orang lain. Orang asertif tahu apa yang
mereka ingin orang-orang tidak menyalahkan orang lain. Mereka
menawarkan saran, ide-ide, bukan nasihat. Mereka membedakan fakta
dari fiksi dan mampu memberikan dan menerima umpan balik.
B. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan atau Leadership adalah ilmu terapan dari ilmu ilmu
sosial, sebab prinsip prinsip dan rumusannya diharapkan dapat
mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. MenurutTead; Terry;
Hoyt(dalam kartono, 2003).
Pengertian kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi
orang lain agar mau bekerja sama yang didasarkan pada kemampuan orang
tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan kelompok. Menurut Young (dalam Kartono, 2003).
Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas
kemempuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
9/30
6
untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan
memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok,
kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh
kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
C. Definisi Asertivitas
Hargie & Dickson (2004) mendefinisikan asertivitas sebagai
kemampuan untuk mmepertahankan hak-hak pribadi, mengungkap gagasan,
perasaan dan keyakinan secara langsung, jujur dengan tetap menjaga dan
menghargai hak-hak orang lain.
Menurut Janasz, dkk (2006) asertif disebut sebagai kemampuan untuk
mengungkapkan keinginan secara jelas dan terbuka, tetapi masih
menghargai kepentingan dan perasaan orang lain. Bedell & Shelly (2007)
mengatakan bahwa, asertivitas akan mendukung tingkah laku interpersonal
yang secara simultan dan berusaha untuk memenuhi keinginan individu
semaksimal mungkin dengan secara bersamaan, selain itu juga
mempertimbangkan keinginan orang lain karena bukan hanya mmeberikan
penghargaan pada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain.
Menurut Gamble (2005), Asertivitas adalah mengekspresikan pikiran
dan perasaan sekaligus menampilkan rasa hormat terhadap pikiran dan
perasaan orang lain. Ketika individu menampilkan asertivitas, individu
melindungi diri sendiri untuk menjadi korban, indivdu dapat memenuhi
kebutuhan interpersonal, membuat keputusan tentang hidup, berpikir dan
mengatakan hal yang dipercaya, dan membangun hubungan interpersonal
lebih dekat tanpa melanggar hak orang lain.
Menurut Okuyama, Wagner, & Bijnen (2014) perilaku asertif
mengekpresikan pikiran dan perasaan tanpa menyangkal kebenaran dari
orang lain. Kemampuan perawat dapat menjadi asertif ketika mereka tidak
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
10/30
7
pasti terhadap suatu prosedur medis, pengobatan terhadap pasien, atau
perjalanan penyakit pasien dapat menjadi kunci untuk dapat mengurangi
resiko terhadap medical error yang bisa terjadi. Orang yang berperilaku
asertif memberitahukan orang lain apa yang mereka butuhkan dan rasakan,
dan mengkomunikasikan pesan secara efektif tanpa menyebabkan orang lain
tersinggung. Ketika perawat berperilaku asertif, mereka lebih cenderung
untuk memberikan pasien perawatan yang tepat, dan dengan berbuat
demikian, meningkatkan kualitas perawatan pasien.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa asertivitas
adalah kemampuan individu dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan
secara langsung, jujur, jelas serta mampu mempertahankan hak-hak pribadi
dan tetap menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain.
D. Ciri-Ciri Asertivitas
Menurut Andu (1993) dalam Nuha I.S, (2014), ciri-ciri individu yang
asertif adalah (1) dapat menguasai diri dan bersikap menyenangkan tanpa
menyakiti orang lain, (2) mampu mengajukan pertanyaan atau permintaan
bantuan terhadap orang lain, (3) dapat merespon hal-hal yang disukanya
dengan wajar, (4) berani mengekspresikan perasaan yang sesungguhnya
(positif atau negatif), (5) bebas menyatakan dirinya sendiri (hal yang
dipikirkan,diinginkan, serta siapa dirinya), (6) dapat berkomunikasi dengan
orang lain dari semua tingkatan secara terbuka, jujur, dan langsung sesuai
dengan situasinya, baik dengan orang yang tidak dikenal maupun sahabat,
(7) berani menjalin hubungan dengan orang-orang baik dan tidak
menjauhkan dari pertemuan-pertemuan, (8) berani membela hak-haknya
yang sah, (9) mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup (berusaha
keras mewujudkan keinginan atau cita-cita), (10) menghormati diri sendiri,
bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri, selalu menerima
keterbatasan keterbatasannya dan tidak akan menderita, terancam, ataupun
merasa kecil atas perbuatannya.
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
11/30
8
Asertivitas seseorang secara tidak langsung akan membuat orang lain
merasa dituntut untuk tidak meremehkan dan menghargai keberadaannya.
Hai ini dengan bersikap asertif, seseorang rnemandang keinginan,
kebutuhan, dan hak orang lain sama dengan keinginan, kebutuhan, dan hak-
haknya sendiri. Orang yang asertif tidak mengabaikan hak-haknya dan tidak
membiarkan orang lain melanggar hak-haknya. Demikian juga ia mampu
rnengungkapkan perasaan-perasaan negatifnya, misalnya menyatakan rasa
tidak setuiu dan rasa tidak enaknya kepada orang lain seperti
kemampuannya menyatakan perasaan-perasaan positifnya misalnya
menyampaikan rasa cintanya, penghargaan dan pujian. Orang asertif juga
tidak akan merasa menderita, terancam atau merasa kecil atas perbuatannya,
tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan, berani menjalin hubungan
dengan orang bam, serta mampu mengekspresikan perasaan suka atau cinta.
Orang yang tidak asertif adalah orang yang tidak mampu
mengekspresikan perasaan-perasaan serta harapan-harapannya karena takut
orang lain tidak akan menyukainya lagi sebagai gantinya orang tersebut
lebih memilih berdiam diri, dan kadang-kadang perasaannya diekspresikan
dengan cara yang tidak langsung (Andu:1993 dalam Nuha I.S, 2014).
Dikemukakan juga oleh Domikus (1988) dalam Nuha I.S, 2014 bahwa
tingkah laku orang yang tidak asertif adalah orang yang merasa tidak bebas
untuk mengemukakan perasaannya, sukar untuk mengadakan komunikasi
dengan orang lain, mempunyai pandangan hidup yang kurang aktif dan
kurang dapat menghargai dirinya sendiri.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang asertif
dicirikan dengan adanya rasa percaya diri yang tinggi dan mau rnenerima
diri sendiri sebagaimana adanya, artinya mampu rnenerima kelebihan dan
kekurangan tanpa perlu merasa rendah diri, sehingga tidak ada kecemasan
dan merasa bebas untuk menyatakan dirinya dengan begitu. komunikasi
dapat berlangsung secara efektif. Dengan demikian orang yang memiliki
tingkah laku asertif adalah orang yang percaya pada diri sendiri, punya
harga diri, dan punya pandangan aktif.
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
12/30
9
E. Manfaat Perilaku Asertif
Menurut Nasir, dkk. (2009), Asertif memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan self esteem dan percaya diri dalam mengekspresikan
diri sendiri.
2. Dapat bernegosiasi lebih produktif dengan orang lain.
3. Dapat mengubah situasi kerja yang negatif menjadi positif.
4. Mengingkatkan hubungan antarmanusia pada pekerjaan dan
mengurangi kesalahpahaman
5. Meningkatkan pengembangan diri dan kepuasan diri pada
pekerjaan/karir sesuai dengan kebutuhan, gaya dan kemampuan.
6. Mampu membuat keputusan dan lebih mempunyai peluang
mendapatkan apa yang dicari dalam hidup. Komunikasi asertif dapat
dipergunakan dalam interaksi interpersonal baik formal maupun
informal. Asertifitas apabila digunakan secara benar dan tepat dapat
membantu tercapainya tujuan individu atau kelompok secara efektif
dan efisien.
F. Unsur-unsur Perilaku Asertif
Secara garis besar, asertif dapat terbagi menjadi dua unsur: verbal dan
non-verbal (Monica, 1998 dalam Rizkani, 2009). Komunikasi verbal terjadi
dengan bantuan kata-kata yang diucapkan ataupun yang ditulis. Komunikasi
non-verbal terutama terdiri dari bahasa tubuh. Aspek-aspek verbal dari
komunikasi sering berjalan bersama-sama dan saling menunjang. Tapi,
kadang-kadang terjadi pertentangan antara kedua aspek ini: seseorang
bermaksud sesuatu tetapi menggunakan bahasa non-verbal yang tidak
seseuai dengan yang dimaksud (Steves et al, 2000 dalam Rizkani, 2009).
Monica 1998 dalam Rizka 2009 menjelaskan unsur-unsur non verbal
sebagai berikut:
1. Kekerasan suara
Berteriak atau berbisik bukanlah sikap asertif, nada suara tidak
bergantung pada isi pesan yang dikirim. Nada asertif harus keras dan
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
13/30
10
tegas sehingga terdengar dengan jelas, tetapi tidak boleh terlalu keras
sehingga memekakan telinga penerima.
2. Kelancaran
Kelanacaran mengatakan kata-kata juga tidak bergantung pada
isi pesan. Orang yang menggunakan terlalu banyak atau kata-kata
pengisi seperti: uh, er, huh, anda tahu, seperti, dan sebagainya
cenderung dilihat sebagai orang yang ragu, sedangkan orang yang
berbicara terlalu cepat sering dialami oleh orang lain sebagai orang
yang terlalu membebani. Yang asertif adalah kecepatan bicara sedang
dan tidak terputus-putus.
3. Kontak mata
Tidaklah mungkin menjadi asertif bila tidak melihat kepada
penerima pesan. Tanpa kontak mata, tidaklah terdapat cara untuk
mengukur sebuah respon, dan penerima pesan dipaksa untuk masuk
kepada pemberi pesan supaya memberikan umpan balik komunikasi.
Tentu saja, membelakangi atau menatap tajam adalah hal yang intrusif
(mengganggu yang diajak berkomunikasi). Kontak mata asertif berarti
bahwa seseorang mampu memandang wajah penerima secara (hampir)
terus-menerus tetapi tanpa intensitas tertentu yang membuat penerima
merasa ditantang.
4. Ungkapan wajah
Nada bicara yang terkekeh-kekeh saat marah atau mengerutkan
dahi saat mengatakan sayang akan mengkhianati isi dari kata-kata
mereka. Bila marah janganlah tersenyum, bila menunjukan
penghargaan tersenyumlah. Meskipun ungkapan wajah sulit diukur
atau digambarkan, kebanyakan orang telah tersosialisasi untuk mampu
memilih mengungkapkan wajah yang cocok untuk arti kata-kata
mereka. Bila seseorang tidak mampu untuk menyelaraskan kata-kata
dengan irama, seringkali hal ini merupakan tanda dari rasa tidak
nyaman atau kecemasan, karena keselarasan dan kecemasan
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
14/30
11
merupakan reaksi-reaksi eksklusif yang saling menguntungkan, maka
menjadi selaras dapat membantu mengurangi kecemasan.
5. Ungkapan tubuh
Seperti halnya ungkapan wajah, cara seseorang berdiri, duduk,
atau bergerak sebenarnya menyampaikan sekumpulan sikap yang
kompleks. Seseorang yang duduk membungkuk dapat dilihat sebagai
marah tidak berminat atau ketakutan. Tangan menyilang dapat
memberikan pesan bahwa seseorang berhati-hati, bersiaga, atau tidak
menerima. Tangan dipinggang dapat menunjukan perlawanan,
perilaku merendahkan, sedangkan postur yang kaku seperti kayu dapat
menunjukan ketakutan. Orang yang asertif dalam ungkapan tubuhnya
akan tampak santai tetapi tidak membungkuk, berdiri tegak tanpa
menjadi kaku, dan menggunakan tangan serta bahu untuk menekankan
pembicaraan mereka tanpa menjadi terlalu memaksa atau kasar.
6. Jarak
Seberapa jauh seseorang berdiri dari orang lain ketika
berinteraksi akan berbeda-beda dalam setiap kebudayaan dan setiap
orang . istilah gelembung telah diterapkan untuk batas tidak kasat
mta yang yang digunakan oleh seseorang untuk melindungi dirinya
dari intrusi (gangguan gelembung ludah) orang lain (Sommer 1996
dalam Monica 1998 dalam Rizka 2009). Orang yang asertif, dalam
jarak mereka dari orang lain akan berdiri cukup dekat sehingga tidak
banyak yang dapat lewat di antara mereka (misalnya, tubuh orang
lain), tetapi juga tidak terlalu dekat, sehingga memecahkan
gelembung atau semburan ludah mereka.
Selain itu, monicca 1998 dalam Rizka 2009 menjelaskan unsur-unsur
verbal sikap asertif yaitu:
1. Mengatakan tidak
Pernyataan asertif dapat berupa inisiasi atau reaksi. Terdapat
cara-cara untuk mengatakan tidak secara asertif sebagai respon
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
15/30
12
terhadap permintaan orang lain atau kebutuhan orang lain. Banyak
orang merasa disudutkan ketika diminta untuk melakukan sesuatu
yang tidak ingin mereka lakukan. Keluhan yang sering muncul adalah
saya tidak bisa berkata tidak. Ada beberapa alasan dari orang tidak
mau mengatakan tidak, beberapa merasa alasan dari orang tidak dapat
atau tidak mau mengatakan tidak: beberapa merasa takut akan
kemarahan atau tidak diakui oleh orang lain: beberapa takut menyakiti
perasaan orang lain, beberapa takut akan penolakan, dan beberapa
merasa bahwa mengatakana tidak adan merusak konsep diri mereka
sebagai yang baik.
2. Menunjukan sikap
Unsur dari asertif ini bisa merupakan inisiasi atau respon
terhadap suatu situasi. Unsur kunci pada area ini adalah kejelasan dari
posisi seseorang, penghargaan diri dengan mana posisi tersebut
dinyatakan, dan pemahaman tentang posisi orang lain, misalnya saya
tahu bahwa anda yakin Nona Lioyid sedang dalam pemulihan: tetapi
saya tidak yakin bahwa ia telah siap untuk dipulangkan dan saya
mendukung kepulangannya
3. Meminta pertolongan
Banyak orang percaya bahwa mereka tidak mempunyai hak
untuk meminta pertolongan. Hal ini tidak benar. Orang mempunyai
hak untuk mendapatkan segala yang dimintanya, tetapi perlu ada ijin
untuk memintanya. Bila seseorang merasa sulit untuk meminta
pertolongan, hal ini kadang-kadang berarti ia takut ditolak dan bukan
sekedar suasana yang sulit. Sebagai contoh pada perasaan berikut
bila ia mengatakan tidak untuk hal ini, berarti ia tidak mencintai
saya atau mungkin dalam hal lain berarti bahwa seseorang akan
merasa bersalah, dan yang dimintai pertolongan tadi wajib untuk
meminta kembali sesuatu dari yang ditolongnya meskipun diluar
kemampuan kita bila ia meminjamkan mobilnya, saya akan harus
melaukan apapun yang diinginkannya kapanpun dia
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
16/30
13
menginginkannya. Ketika meminta pertolongan , bersikap asertif
berarti menyatakan masalah dengan jelas dan membuat permintaannya
adalah masalah seberapa lama orang harus bertahan dengan
permintaannya adalah masalah penilaian: permintaan harus berakhir
dengan persetujuan atau dengan pemahaman mengapa tidak dapat atau
tidak boleh disetujui. Jangan mengakhiri permintaan sebelum titik ini
tercapai.
4. Mengajukan Hak
Dalam masyarakat kita, tidak ada manusia yang mempunyai hak
untuk mengambil keuntungan orang lain: tiap manusia memiliki hak
untuk berbicara. Perbedaan dalam kekuasaan antara dua individu tidak
merubah hak-hak dasar ini, meskipun kadang-kadang pihak yang
kurang berkuasa harus mengingatkan hal ini kepada pihak yang lebih
berkuasa. Unsur kunci dari pengajuan hak ini hampir sama dengan
unsur kunci dari permintaan pertolongan: menyatakan masalah
membuat permintaan khusus untuk perbaikan atau perubahan, dan
bertahan sampai seseorang telah mengkomunikasikan sebuah hal
dengan efektif.
5. Ungkapan perasaan
Meskipun perasaan sering muncul dan tampak dari perilaku
non-verbal, orang mungkin tidak mengetahui perasaan orang lain
kecuali jika perasaan itu diungkapkan melalui kata-kata. Seorang
rekan kerja tidak menyadari bahwa ia telah membuat marah temanya,
dan si teman mungkin tidak melihat bahwa menertawakan tulisan
tangan teman sebelahnya dapat menyakiti hati penulisnya.
Sebagian sikap menjadi asertif adalah mengungkapkan emosi,
seperti marah dan kasih sayang. saya menghargai perkataan anda
merupakan cara yang lebih asertif utuk menanggapi ungkapan
terimakasih dari pada berkata ah, itu tidak ada artinya atau itu
sudah menjadi pekerjaan saya yang akan mengecilkan arti si
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
17/30
14
pengirim maupun penerima pesan terimakasih tersebut (Monica, 1998
dalam Rizka 2009).
Menurut Liaw 2007, orang yang asertif lebih mengedepankan
kesamaan yang dimiliki oleh semua orang. Mereka lebih menerapka
sikap inklusif dan akomodatif dibandingkan eksklusif.
G. Keterampilan Bersikap Asertif
Untuk mengubah perilaku negatif, pertama-tama anda harus
menyadari bahwa apa yang anda lakukan sebenarnya tidak diinginkan, dan
pada kenyataannya, hanya akan menimbulkan stress. Dari berbagai
lokakarya mengenai pelatihan sikap asertif, dihasilkan beberapa
keterampilan yang dapat kita gunakan dalam perilaku kita sehari-hari agar
dapat mengurangi peluang terjadinya stress dan, disaat yang sama,
memperkuat harga diri (National Safety Council, 2004).
Sebagai penangkal terhadap rasa takut, malu, kepasifan, bahkan
kemarahan, perilaku asertif perlu dilatih. Berdasarkan penelitian Schimmel
(Dharma 2008:32) menyatakan bahwa beberapa jenis perilaku asertif yang
perlu dilatih terutama adalah:
1. Berani mengemukakan pendapat, permintaan, kesukaan dan
sebagainya yang menjadikan seseorang dihargai sebagai manusia yang
sederajat dengan manusia lain.
2. Mengekspresikan emosi-emosi negatif (keluhan, kebencian, kritik,
ketidaksetujuan, intimidasi, kebutuhan untuk dibiarkan sendirian) dan
menolak permintaan.
3. Memperlihatkan emosi-emosi positif (senang, menghargai, menyukai
seseorang, merasa tertarik), memberikan pujian, dan menerima pujian
dengan mengucapkan terimakasih.
4. Bertanya mengapa tentang pemegang kekuasaan dan tradisi, bukan
untuk memberontak, tapi meminta tanggung jawab, sebagai bentuk
pernyataan kepedulian untuk mengendalikan situasi dan mengubah
sesuatu menjadi lebih baik.
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
18/30
15
5. Memulai, melaksanakan, mengubah, atau menghentikan percakapan
secara menyenangkan, berbagi perasaan, pendapat, dan pengalaman
dengan orang lain.
6. Mengatasi ketersinggungan sebelum kemarahan semakin meningkat
dan meledak menjadi agresif.
Untuk melatih perilaku asertif diatas, ada dua tahap yang perlu
dilakukan, yaitu:
1. Kenali dan sadari dimana perubahan perlu dilakukan dan yakinlah
dengan hak anda.
2. Perhitungkan cara-cara yang sesuai untuk menyatakan diri sendiri
dalam setiap situasi khusus berkaitan dengan diri anda. Ada banyak
cara untuk mencari respons-respons asertif yang efektif, bijaksana,
dan adil yaitu dengan mengamati model contoh yang baik.
H. Aspek-Aspek Asertivitas
Menurut Palmer & Froehner (2002) Asertivitas dapat diuraikan
kedalam beberapa aspek berikut:
1. Permintaan
Asertivitas dalam aspek permintaan adalah kemampuan individu
dalam mengajukan permintaan seperti; mampu untuk meminta
bantuan atau pertolongan kepada yang dikehendakinya secara wajar
baik itu kepada teman ataupun kepada orang lain. Mampu meminta
tanggung jawab kepada temannya (meminta pertanggung jawaban
teman ketika buku yang dipinjamnya hilang atau rusak). Selain itu
individu yang arsetif juga menyadari bahwa setiap orang memiliki hak
yang sama, baik itu hak untuk memenuhi keinginan, kebutuhan dan
lain sebagainya maka individu yang arsetif mampu untuk mengajukan
hak kepada orang lain. Mampu mengakui kesalahan yang telah
diperbuatnya sehingga berani untuk meminta maaf.
2. Penolakan
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
19/30
16
Asertivitas dalam aspek penolakan adalah mampu menampilkan
cara yang efektif dan jujur dalam menyatakan tidak, pada
ketidaksetujuannya terhadap saran ataupun pendapat orang lain.
Misalnya tidak ragu untuk berkata tidak atas saran atau pendapat
dari orang lain hanya karena untuk solisaritas. Selain itu, individu
yang arsetif tidak ragu dan takut untuk berkata tidak pada ajakan
atau permintaan orang lain yang menurutnya tidak layak untuk
disetujui, misalnya mampu menolak ajakan tawuran, ajakan memakai
obat terlarang yang dapat merugikan dirinya sendiri.
3. Pengekspresian Diri
Asertivitas dalam aspek pengekspresian diri adalah, mampu
mengungkapkan perasaanya kepada orang lain dengan jujur dan
langsung mengenai ketidaknyamanan terhadap orang tersebut, seperti
menyatakan kekesalahannya secara efektif ketika diusili oleh teman-
temannya agar mereka tidak semakin menjadi-jadi. Individu yang
arsetif dapat mengekspresikan pikirannya dengan menyatakan
pendapat atau ide kepada orang lain seperti berani menyatakan
pedapat ketika sedang dalam diskusi kelompok. Individu yang asertif
dapat memberikan kritik kepada orang lain namun juga tetap
mempertimbangkan perasaanya serta mampu menerima kritik secara
bijaksana.
4. Pujian
Asertivitas dalam aspek ini adalah, kemampuan dalam
menerima dan memberi pujian kepada orang lain dengan cara yang
sesuai, yaitu dengan mengucapkan terima kasih apabila menerima
pujian, dan tidak segan ataupun malu untuk memberi pujian kepada
orang lain.
5. Berperan dalam Pembicaraan
Asertivitas dalam aspek ini adalah, memulai atau berinisiatif
didalam pembicaraan seperti memulai pembicaraan dalam suatu
diskusi kelas ataupun memulai pembicaraan dengan orang lain yang
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
20/30
17
belum dikenalnya. Mampu mengakhiri pembicaraan secara efektif,
yaitu tidak menampilkan tingkah laku diam, dan tidak mensabotase
pembicaraan yang sedang berlangsung.
Sementara itu Rathus & Nevid (1983) mengemukakan 10 aspek dari
asertivitas yaitu:
1. Berbicara asertif
Tingkah laku ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu rectifying
statement (mengemukakan hak-hak berusaha mencapai tujuan tertentu
dalam sesuatu siituasi) dan Comendatory Statement (meberikan pujian
untuk menghargai orang lain dan memberi umpan balik positif)
2. Kemampuan mengungkapkan perasaan
Mengungkapkan perasaan kepada orang lain dan mengungkap
perasaan ini dengan suatu tingkat spontanitas yang tidak berlebihan.
3. Menyapa atau memberi salam kepada orang lain
Menyapa atau memberi salam kepada orang-orang yang ingin
ditemui, termasuk orang yang baru di kenal dan membuat suatu
pembicaraan.
4. Ketidaksepakatan
Menampilkan cara yang efektif dan jujur untuk menyatakan
tidak setuju.
5. Menanyakan alasan
Menanyakan alasan bila diminta untuk mulakukan sesuatu,
tetapi tidak langsung menyanggupi atau menolak begiu saja.
6. Berbicara mengenai diri sendiri
Menbicarakan diri sendiri mengenai pengalaman-pengalaman
dengan cara yang menarik, dan merasa yakin bahwa orang akan lebih
berespon terhadap perilakunya daripada menunjukan perilaku
menjauh atau menarik diri.
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
21/30
18
7. Menghargai pujian dari orang lain
Mengharagai pujian dari orang lain dengan cara yang sesuai.
8. Menolak untuk menerima begitu saja pendapat orang yang suka
berdebat. Mengakhiri percakapan yang bertele dengan orang yang
memaksaan dengan pendapatnya.
9. Menatap lawan bicara
Ketika berbicara atau diajak berbicara menatap lawan bicaranya.
10. Respon melawan rasa takut.
Menampilkan perilaku yang biasanya melawan rasa cemas,
biasanya kecemasan sosial.
I. Faktor-faktor yang mempengaruhi Asertivitas
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi asertivitas menurut beberapa
ahli dalam Nuha I.S, 2014 adalah sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Menurut Arsante dan Gudykunst (Syarani, 1995) menyatakan
bahwa pada umumnya pria banyak memiliki sifat-sifat maskulin yaitu
kuat, asertif, kompetitif, dan ambisius. Penelitian Bee (Yogaryjantono,
1991) menambahkan laki-iaki cenderung lebih mandiri, tidak mudah
terpengaruh, dan lebih tenang, perempuan lebih mudah terpengaruh
dan lebih bersifat mendidik. Budiman (Widodo, 1998) memperkuat
pendapat Bee, dengan mengatakan bahwa laki-laki lebih aktif dan
lebih rasional sedangkan perempuan lebih pasif, lebih emosional, dan
lebih submisif. Masalah emosionalnya, dibandingkan dengan wanita,
pria sering tidak belajar mengenai kejujuran emosional karena mereka
diajarkan sejak dini untuk tidak emosional, wanita sering membesar-
besarkan respon emosional terhadap situasi yang dihadapi (Lloyd
dalam Syarani, 1995 dalam Nuha I.S, 2014).
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
22/30
19
2. Harga diri
Alberti dan Emmons (Hidayati, 1987) mengatakan bahwa
orang-orang yang asertif diasumsikan memiliki konsep diri yang
positif. Orang yang memiliki konsep diri positif dengan sifat-sifat
penerimaan diri, evaluasi diri yang positif dan harga diri yang tinggi,
akan merabuat mereka merasa aman dan memiliki rasa percaya diri
yang tinggi dalam kancah sosial. Konsep diri berkorelasi positif
dengan perilaku asertif, karena harga diri merupakan bagian dari
konsep diri artinya seseorang yang harga dirinya rendah maka konsep
dirinya rendah (Retnaningsih, 1992). Rasa percaya diri pada orang
yang memiliki konsep diri positif akan memberikan keberanian untuk
menyampaikan pikiran dan perasaan yang sebenarya kepada orang
lain tanpa disertai kecemasan, mampu rnenerima pikiran dan perasaan
orang lain. (Retnaningsih, 1992) mengemukakan bahwa antara harga
diri dengan asertivitas mempunyai hubungan yang sangat erat dan
saling berkaitan. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan
mampu berperilaku asertif dan kemampuannya dalam berperilaku
asertif akan meningkatkan pula harga dirinya. Jadi orang yang konsep
dirinya positif biasanya lebih berani mengekspresikan dirinya sendiri,
berani menyatakan pendapat tanpa takut dicela sedangkan orang yang
konsep dirinya rendah akan cenderung merasa tidak aman, tertekan,
dan kurang percaya diri sehingga ia akan cemas. Keadaan tersebut
akan membuat seseorang menjadi sulit dalam menyampaikan ide,
perasaan-perasaan, dan pikiran-pikiran kepada orang lain, yang
akibatnya ia tidak memiliki keberanian untuk menyampaikan pikiran
dan perasaan yang sebenarnya kepada orang lain, ini yang menjadikan
seseorang itu menjadi tidak asertif.
3. Pola asuh orang tua dan lingkungan
Kualitas perilaku asertif seseorang sangat dipengaruhi
pengalaman masa anak-anaknya (Andu, 1993). Pengalaman tersebut,
yang kebanyakan berupa interaksi dengan orang tua maupun anggota
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
23/30
20
keluarga lainnya, sangat menentukan pola respon seseorang dalam
menghadapi berbagai masalah setelah ia menjadi dewasa kelak.
Seorang anak yang selalu mendapat larangan setiap kali melakukan
sesuatu, rnaka akan membuatnya takut untuk mencoba bertindak atau
berbuat lainnya. Adanya larangan yang terus-menerus akan
menjadikan seorang anak terlalu berhati-hati dan tidak spontan dalam
mengemukakan perasaannya sehingga anak terbiasa untuk berperilaku
tidak asertif. Sedangkan menurut Rathus dan Domikus dalam
(Prabana, 1997) tingkah laku asertif berkembang secara bertahap
sebagai hasil iteraksi antara anak dan orang tua serta orang-orang
dewasa lain disekitarnya karena semenjak anak-anak, peran
pendidikan perempuan dan laki-laki telah dibedakan oleh masyarakat
artinya sejak kecil anak laki-laki dibiasakan tegas dan kompetitif.
Hasil penelitian Sari (1989) dibuktikan bahwa anak laki-laki lebih
tegas, mandiri, tidak begitu tergantung pada kelompok bermainnya
maupun pada bantuan orang dewasa, dan mereka lebih berani
menghadapi situasi-situasi yang menakutkan daripada anak
perempuan. Keadaan tersebut menurut Berzonsky dalam
(Prabana,1997) lebih disebabkan karena perbedaan sikap orang tua
terhadap anak perempuan dan anak laki-laki. umumnya orang tua
bersikap lembut terhadap anak perempuan dalam berbagai segi.
Terhadap kesalahan atau kenakalan biasanya anak perempuan
dihadapi dengan ekspresi wajah tidak suka atau dimarahi secara verbal
sedangkan pada anak laki-laki lebih banyak dikenai hukuman fisik.
Hal ini menyebabkan anak perempuan lebih memperhatikan perasaan
orang lain sedangkan anak laki-laki lebih agresif dan asertif. Selain
itu, dalam kehidupan bermasyarakat yang menunjukkan bahwa
asertivitas bukan milik semua orang karena masyarakat mengajarkan
asertivitas kurang sesuai untuk anak perempuan dan adanya tuntutan
masyarakat yang menjadikan laki-laki lebih agresif mandiri, dan
kompetitif, sehingga anak perempuan lebih pasif terhadap hal-hal
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
24/30
21
yang kurang berkenan dihatinya, tergantung, dan konformis
(Yogaryjantono, 1991). Sehingga lingkungan memang cukup besar
peranannya pada perkembangan individu (Walgito,1997), terutama
pada perilaku individu. Kimble (Retnaningsih, 1992) mengemukakan
bahwa anak laki-laki lebih tegas dan dominan daripada anak
perempuan baik verbal maupun non verbal, hal ini ditunjukkan jika
mereka bersama-sama dalam satu situasi, pada keadaan heterogen
tersebut akan tampak bahwa anak perempuan lebih tidak asertif jika
dibandingkan anak laki-laki. Anak perempuan akan asertif jika
mereka dalam satu situasi dengan sesama jenisnya. Sementara itu
Kaplan dan Sedney (Hidayati, 1987) menemukan bahwa untuk laki-
laki cenderung asertif daripada perempuan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa cara pola asuh dan lingkungan berperan dalam
menentukan perkembangan perilaku asertif seseorang.
4. Kebudayaan
Setiap kebudayaan mempunyai aturan yang berbeda-beda,
perbedaan ini dapat mempengaruhi pembentukan pribadi masing-
masing individu terutama dalam perilaku asertifnya. Prihatin (1987)
hasil penelitiannya mengemukakan bahwa mahasiswa Batak lebih
asertif dari pada mahasiswa Jawa. Sue, dkk (Reputrawati, 1996)
mengatakan bahwa mahasiswa Amerika keturunan Asia pada
umumnya lebih introvert, tidak asertif dan pasif jika dibandingkan
dengan mahasiswa Amerika keturunan Eropa. Arsante dan Gudykunis
(Retnaningsih, 1992) mengemukakan bahwa dalam negara-negara
yang mempunyai nilai-nilai kebudayaan maskulin seperti Jepang,
Australia, Venezuela, Italia, Meksiko, Inggris, dan Jerman, kompetisi
dan perilaku asertif lebih dipentingkan, sebaliknya pada negara-negara
yang mempunyai nilai-nilai feminin seperti Swedia, Belanda,
Denmark, Chile, Portugal, dan Muangthai lebih mengutamakan
Mnurturance (pemeliharaan) dan belas kasihan. Kebudayaan Jawa
menganut dua kaidah atau prinsip yang menentukan pola pergaulan
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
25/30
22
dalam masyarakat, yaitu prinsip kerukunan dan prinsip hormat
(Suseno, 1985 ). Sikap orang Jawa yang mengutamakan kepentingan
umum atau masyarakat juga ditanamkam rasa malu, sungkan, dan
takut sebagai sikap hormatnya pada orang lain juga untuk
menghindari konflik, bila dikaitkan dengan perilaku asertif,
kebudayaan Jawa tersebut kurang mendukung asertivitas
masyarakatnya. Di samping itu, sejak kecil anak di didik untuk malu,
takut dan sungkan sehingga dapat membentuk rasa percaya diri yang
rendah, kurang inisiatif tidak spontan, kurang ekspresif takut untuk
mengemukakan pendapatnya maupun perasaannya serta ide-idenya
sehingga anak menjadi tidak maju dan kurang berkembang. Tingkat
pendidikan
Caplow (Yogaryiantono, 1991) mengatakan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin ada kecenderungan
untuk sukses dalam bekerja. Semakin orang berpendidikan akan
semakin mengenal dirinya secara lebih baik, termasuk kelebihan dan
kekurangannya, sehingga mereka cenderung mempunyai rasa percaya
diri. Dengan pengalaman pendidikan formal yang dialami individu
akan berakibat besar terhadap sikap, konsepsi, dan cara berpikir.
Dalam bertingkah laku, lebih fleksibel lebih terbuka terhadap
pembaharuan, serta ingatan dan perasaannya lebih luas, ini akan
membawa seseorang menjadi percaya diri yang orientasi segala
perilakunya lebih dititik beratkan pada keputusannya sendiri
(Yogaryjantono, 1991). Diperkuat dengan hasil penelitian Domikus
(1988) menyebutkan bahwa orang yang mempunyai percaya diri yang
baik akan lebih dapat berperilaku asertif Selain itu juga didukung oleh
Firth dan Snyder (Prabana 1997) faktor umur dan tingkat pendidikan
memiliki pengaruh terhadap perkembangan asertivitas.
5. Jenis pekerjaan dan lama kerja
Penelitian Kiecolt dan Mc Grath (Prabana 1997) menyimpulkan
bahwa jenis pekerjaan berpengaruh terhadap asertivitas individu
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
26/30
23
artinya jenis pekerjaan yang banyak melibatkan individu dengan orang
lain akan berpengaruh positif terhadap kemampuan seseorang dalam
berperilaku asertif karena banyaknya hubungan interpersonal yang
dilakukan. Penelitian tersebut didukung oleh Koentjoro (1987) yang
menyatakan bahwa beberapa hal yang diduga mempengaruhi self
asertiveness adalah pekerjaan yang banyak menuntut hubungan
interpersonal. Selain itu penelitian Windiatti (Yogaryjantono, 1991)
bahwa ada perbedaan tingkat asertivitas wanita karier dengan
karakteristik pekerjaan yang berbeda. Lama kerja juga bisa
berpengaruh terhadap asertivitas seseorang. Masa kerja yang semakin
lama akan menambah pemahaman tentang pekerjaan, menambah
kelancaran tugas, dan menambahi tanggung jawab. Dengan bertambah
kemampuannya tersebut, akan mempunyai perasaan puas terhadap
pekerjaannya karena menghasilkan pekerjaan dengan hasil baik dan
mendatangkan sikap positif terhadap pekerjaannya. Hal itu sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Fensterheim dan Baer (Susanto,
1997) menyatakan bahwa semakin seseorang memiliki tingkah laku
asertif dalam hubungannya dengan pekerjaan dan semakin
bersedianya untuk menunjukkan dirinya, rnakin besar pula kepuasan
yang akan diperoleh.
6. Kondisi sosial ekonomi dan intelegensi
Faktor sosial dan intelegensi seseorang mempengaruhi tinggi
rendahnya asertivitas seseorang. Ditunjukkan oleh hasil penelitian
Sehartz dan Gottman (Retnaningsih, 1992) bahwa individu yang
memiliki status sosial ekonomi dan intelegensi yang tinggi pada
umumnya tinggi pula nilai asertivitasnya. Johandar (1980)
menambahkan bahwa antara intelegensi dan prestasi belajar memiliki
korelasi yang positif artinya jika intelegensi semakin tinggi semakin
tinggi pula prestasi belajarnya. Ditinjau dari jurusan yang ada di SMU
terutama jurusan IPA dan jurusan IPS maka jurusan berkaitan dengan
intelegensi. Hal itu karena untuk memilih jurusan disesuaikan dengan
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
27/30
24
kemampuan. Kemampuan seseorang melibatkan intelegensi dan
prestasi belajar. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
asertivitas seseorang tidak muncul dengan sendirinya atau sekedar
perilaku yang dialami yang dibawa sejak lahir. Lloyd (Syarani, 1995)
mengatakan bahwa walaupun bersifat alamiah, teiapi perilaku asertif
bukan sekedar perilaku alamiah, perilaku asertif dipelajari dan
dikembangkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas
seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah harga diri pola asuh dan
lingkungan, kebudayaan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan lama
kerja, serta kondisi sosial ekonomi dan intelegensi.
J. Perilaku Asertif Pada Perawat
Karakteristik pekerjaan keperawatan sedang berubah, sehingga
tercipta tuntutan untuk tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar
pada semu atingkat profesi keperawatan. Kebutuhan ini berubah konsep
peran dan konsep diri profesional dari para praktisi keperawatan. Terdapat
beberapa alasan mengapa pelatihan asertif menarik minat para perawat
yaitu:
a. Para perawat yang lebih menyukai sikap asertif mungkin perlu lebih
mengenal dan mahir dalam keterampilan dan bahasa yang lebih aktif
berpartisifasi dalam pekerjaan mereka.
b. Mereka yang mendukung perawan perawat yang profesiaonal dan
primer mungkin akan menemukan bahwa pelatihan sikap asertif akan
berguna untuk memungkinkan perkembangan sikap-sikap prilaku
keperawatan yang bertanggung jawab, serta keterampilan komunikasi
yang efektif.
c. Para profesional keperawatan yang peduli pada pandangan masyarakat
terhadap keperawatan mungkin dapat menemukan cara untuk
mengkomunikasikan sikap-sikap dan harapan-harapan mereka dengan
lebih jelas.
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
28/30
25
K. Kepemimpinan Asertif
Kemimpinan Asertif (Assertive) kepemimpinan ini sifatnya lebih
agresif dan mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian
personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe
asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan
muncul dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga
muncul kesimpulan yang memuaskan (Monica, 1998).
L. Sifat yang dapat Mengurangi Efektivitas Kepemimpinan Asertif
Kesewenang-wenangan, arogan, ketidak tegasan, kurangnya kejujuran
dan ketulusan, kegagalan untuk mendelegasikan tanggung jawab , gagal
untuk menunjukan apresiasi, kegagalan karena tidak melihat sudut pandang
orang lain, berburuk sangka, membiarkan emosi serta kegagalan untuk
menggunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh (Monica, 1998).
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
29/30
7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif
30/30
DAFTAR PUSTAKA
Beddel, J & Shelly, L. 2007.Handbook for Communication and Problem Solving
Skills Training: A Cognitive Behavioral Approach. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Hargie O dan Dickson D. 2004. Skille Interpersonal Communication. New York:
Routledge.
Hasanah Anna, dkk. 2014. Pengaruh Perilaku Teman Sebaya Terhadap
Asertivitas Siswa. Indonesia Journal Of Guidance And Counseling:
Theory And Application. Semarang: Jurursan Bimbingan dan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan.
Janasz S.S.D, Dowd K.O & Schneider B.Z. 2006. Interpersonal Skills in
Organization Second Edition. New York: Mc Graw Hill.
Nuha I.S. 2014. Hubungan Antara Perilaku Bullying Dengan Perilaku Asertif
Pada Santriwati. Skripsi. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel.
Monica, Elain L. 1998. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Palmer dan Froehner. 2002. Harga Diri Remaja: Penuntun Menumbuhkan Harga
Diri Bagi Remaja. Jakarta: Gramedia.
Rathus S.A & Nevid J.S. 1983.Adjustment and Growth: The Challenges of Life
2nd Edition. New York: CBS College Publising.
Rizkani R.S. 2009. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat
dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap
Mawar dan Nusa Indah RSUD dr. Joelham Binjai. Skripsi. Medan:
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Top Related