ADAPTASI FISIOLOGIS PADA NEONATUS
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Prasekolah
Dosen : SITI AMINAH WALUYO Spd, Mkes
Disusun Oleh :
Amanda Putri
Asri Lestari
Intan Rosyanti
Randina Muthiah
Retno Safitri Utami
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA IJURUSAN KEBIDANAN
Jalan RS. Fatmawati, Cilandak-Jakarta SelatanTelp/Fax. 021-7656536
TAHUN 2013
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ADAPTASI FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR”. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak pra sekolah Politeknik Kementerian Kesehatan Jakarta 1.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi mahasiswa Politeknik Kementerian Kesehatan Jakarta 1 sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
1.1 PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
1.2 TUJUAN PENULISAN..........................................................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum......................................................................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................................................4
1.2.3 Manfaat...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................5
Penyesuaian pada bayi baru lahir............................................................................................................5
Sistem pernapasan..............................................................................................................................6
Sistem Imun.........................................................................................................................................9
System thermoregulasi......................................................................................................................12
Perubahan Pada Sistem Sirkulasi.......................................................................................................13
Sistem Pencernaan Neonatus............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................24
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
Bayi baru lahir adalah usia bayi semenjak 0-28 hari atau satu bulan. Kelahiran seorang
bayi adalah peristiwa yang besar untuk si bayi, karena harus segera menyesuaikan diri dengan
dunia luar. Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan keadaan diluar kandungan,
dan inilah yang diperlukan untuk kehidupan selanjutnya. Kalau saat-saat ini gagal atau tidak
sempurna maka kelanjutannya bayi terancam kelangsungan hidupnya. Resiko kematian pada
jam-jam pertama itu lebih besar dari pada saat sehari sesudahnya, seminggu sesudahnya, apalagi
setahun setelahnya. Organ-organ mengalami proses pematangan. karena itu masa itu sangat peka,
dan bila tidak dilalui dengan baik, akan pula membahayakan kelangsungan hidupnya. Karena itu
penting ditentukan pada bayi baru lahir: keadaan fisiknya, antara lain ditentukan oleh berat
badan, umur kehamilan bayi lahir, keadaan prenatalnya. Bayi perlu mendapatkan pemeriksaan
pertamanya sesudah ia mengalami proses adaptasi pada awal kelahirannya diluar kandungan ibu.
Juga perlu diperiksa kemampuannya menerima rangsangan.
Sebagai seorang tenaga kesehatan, bidan harus mampu memahami tentang beberapa
adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan
asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus
mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per
oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan
setiap penyakit /infeksi.
iv
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang adaptasi fisiologis bayi baru lahir dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk memahami apa itu adaptasi fisiologis bayi baru lahir dari intrauterin ke
ekstrauterin.
b. Untuk mengetahui apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir dari
intrauterin ke ekstrauterin.
c. Untuk memahami tentang bayi baru lahir serta gangguan yang mungkin terjadi pada bayi
baru lahir.
1.2.3 Manfaat
a. Mampu memahami apa itu adaptasi fisiologis bayi baru lahir dari intrauterin ke
ekstrauterin.
b. Mampu mengetahui apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir dari
intrauterin ke ekstrauterin.
c. Mampu memahami tentang bayi baru lahir serta gangguan yang mungkin terjadi pada
bayi baru lahir.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyesuaian pada bayi baru lahir
Dalam uterus semua kebutuhan janin secara sempurna dilayani pada kondisi normal yaitu :
1. Nutrisi dan oksigen disuplai oleh sirkulasi ibu melaui plasenta
2. Produk buangan tubuh dikeluarkan dari janin melalui plasenta
3. Lingkungan yang aman disekat oleh plasenta, membrane dan cairan amnion untuk
menghindari syok dan truma, infeksi dan perubahan dalam temperature
Perubahan fisiologis yang menonjol yang diperlukan pada bayi baru lahir adalah
peralihandari sirkulasi plasenta atau janin ke pernapasan sendiri. Kehilangan hubungan plasenta
berarti kehilangan penopang metabolis seluruhnya, terutama suplai oksigen dan pelepasan
karbondioksida. Stress persalinan yang normal menimbulkan perubahan pola pertukaran gas
plasenta, keseimbangan asam basa dalam darah dan aktifitas normal ini meningkatkan asfiksia
janin (suatu kondisi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis) akan mempengaruhi penyesuaian
janin ke kehidupan diluar uterus.
Pada saat bayi lahir, perubahan fisiologis telah terjadi dengan tujuan untuk memfasilitasi
peyesuaian pada kehidupan diluar uterus. Penyesuaian bayi baru lahir yang utama adalah sebagai
berikut :
1. Memulai dan memelihara pernapasan paru-paru
2. Memulai perubahan sirkulasi dengan tujuan untuk memastikan oksigenasi yang kuat
pada seluruh tubuh.
3. Kemampuan untuk mengatur temperature tubuh
4. Kemampuan mencerna, mempertahankan dan mengabsorbsi zat makanan melalui
saluran pencernaan.
5. Kemampuan untuk mengeliminasi semua sisa-sisa buangan tubuh
6. Kemampuan untuk mempertahankan semua fungsi pada sistem tubuh
7. Kemampuan untuk melindungi tubuh terhadap penyakit
vi
2.1.1 Sistem pernapasan
Penyesuaian yang paling kritis dan segera terjadi yang dialami bayi baru lahir adalah
penyesuain sistem pernapasan. Udara harus diganti oleh cairan yang mengisi saluran pernapasan
sampai alveoli. Dari cairan menuju udara bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya.
Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar
dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectiocesaria kehilangan keuntungan dari
kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama.
Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus
BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan
darah.
Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernapasan,kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan
untuk kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida (CO2).
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang
pernapasan.Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernapasan janin, tetapi
sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan
janin.
4) Perubahan suhu.
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas. Upaya pernapasan pertama seorang bayi
berfungsi untuk :
1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
ii
Selama kehidupan dalam uterus, janin tidak membutuhkan paru-paru untuk mendapatkan
oksigen, karena oksigen didapat dari darah ibu dengan cara sirkulasi plasenta. Bagaimanapun,
jauh sebelum lahir, mekanisme bernapas telah dibentuk. Kuncup paru-paru janin mulai terbentuk
pada usia kehamilahn 4 mgg, maka pada saat ini gerakan prapernapasan telah dimulai.
Pembentukan cabang terus berlangsung. Dari buan ke enam, lobulus berkembang menjadi duktus
alveolus dan duktus berkembang menjadi sakus alveolus yang menjadi alveoli sebenarnya pada
bulan ke 2 kahidupan setelah lahir.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin)
yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu
kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu
kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu
untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.Tidak adanya
surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit
bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan
glukosa.Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah
terganggu.
Karena sakus alveolus berkembang, epitel yang membatasi sakus tersebut menipis.
Kapiler-kapiler paru menekan dinding sakus karena paru-paru dipersiapkan untuk pertukaran
oksigen dan karbondioksida, menjelang akhir bulan ke-6 kehamilah. Selama minggu terakhir
kehamilan, paru-paru mengeluarkan surfaktan yang mencegah sakus alveolus kolaps selama
ekspirasi, menyebabkan atelektasis (dalam keadaan kolaps) di antara gangguan-gangguan lain.
Pada saat lahir, oksigen dari plasenta terputus, terbentuk karbondioksida dalam darah bayi, dan
bayi secara tiba-tiba terpapar pada lingkungan yang mengejutkan. Sebagai respon bayi berupaya
untuk bernapas pertama kali, mengisi paru-paru dengan udara dan dibantu dengan menangis
pada saat ekspirasi pertama.
Lendir dan cairan amnion harus dibuang dari jalan udara sehiingga bayi tidak akan
mengaspirasi cairan dan lendir tersebut. Selama minggu pertama kecepatan pernapasan mungkin
tidak teratur karena imaturitas pusat pernapsan dalam otak. Kecepatannya harus tidak dibawah
viii
30 atau meningkat diatas 60. Pernapsan abdomen adalah normal. retraksi sternum dan
pernapasan dada serta sionasis adalah tidak normal dan menandakan dispneau.
Fisiologi dan kebutuhan bayi baru lahir:
Keadaan hipoksik dalam uterus sering menyebabkan terjadinya komplikasi pada saat
awal dan pemeliharaan pernapasan. Sebelum setiap kelahiran, semua paralatan
diperlukan untuk mengatasi asfiksia seharusnya dalam keadaan sudah tersedia dan siap
pakai. Ibu dan janin selama kelahiran dan bayi baru lahir semuanya memerlukan
penatalaksanaan optimal dengan tujuan untuk memfasilitasi permulaan atau inisiasi dan
pemeliharaan pernapasan normal.
Penanganan yang hati-hati adalah penting karena otot bayi baru lahir belum
berkembang dengan baik dan sangkar iga masih lunak dan mudah terkompresi dan oleh
karena itu, kandungan atau isinya mudah rusak. Selain itu membrane mukosa sangat
lembut dan mudah menimbulkan trauma dan kapiler-kapiler rapuh sehingga tindakan
mensuction pasase atau aliran udara seharusnya dilakukan dengan sangat hati-hati.
Setelah lahir, bayi seharusnya diobservasi dengan sangat hati-hati selama sekurang-
kurangnya 24 jam. Bayi baru lahir bernapas melalui hidung dan adanya beberapa
obstruksi hidung seperti mucus atau lendir dan bahkan kematian.
2.1.2 Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam sistem pembuluh darah:
1. Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah
ii
dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen avali secara fungsional akan menutup.
Perbedaan sirkulasi darah janin dan bayi
Sistem sirkulasi janin
Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengambalikan darah ke vena cava inferior.
Ductus venosus : adalah cabang-cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
Vena cava inferior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstermitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati vulvula tricuspidalis masuk ke dalam venriculus dexter.
Arteri pulmonalis : mengalirakan darah campuran ke paru-paru yang nonfungsional masuk ke dalam venriculus dexter.
Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena venticulus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagiabdomen, pelvis dan ekstermitas inferior.
Arteri hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna,membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah maternal.
Sirkulasi darah janin
Darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta melalui vena umbilicalis masuk ke dalam tubuh janin. Sebagian besar darah tersebut melewati duktus venosus arantii mengalir ke vena kava inferior. Dalam atrium dekstra sebagian darah akan mengalir ke atrium sinistra malalui foramen ovale, dar atrium sinistra darah mengalir ke ventrikel kiri kemudian ke aorta.
Sebagian kecil darah dari atrium kanan mengalir ke ventrikal kanan bersama dengan darah yang berasal dari vena kava superior. Karena terdapat tekanan pada paru-paru yang belum berkembang maka darah yang seharusnya dari ventrikal kanan melalui arteri pulmonalis ke paru-paru akan mengalir ke aorta melalui duktus botalli. Sebagian kecil akan ke paru-paru, selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis. Darah dari aorta akan mengalir ke seluruh tubuh. Darh hasil sisa pembengkakandialirkan ke plasenta dengan 2 arteri umbilikalis.
x
Ketika janin lahir, bayi akan menangis kuat dan menghirup udara maka paru-paru akan berkembang, tekanan dalam paru-paru akan mengecil dan seolah darah terhisap ke paru-paru maka duktus batolli tidak berfungsi lagi. Karena tekanan dalam atrium kiri meningkat, foramen ovale akan ertutup, dan akibat tali pusat dipotong dan diikat maka arteri umbilikalis dan duktus venosus arentii mengalami obiliterasi.
Perubahan pada saat lahir
Perubahan Sirkulasi Fetal Waktu Lahir
a. Hilangnya aliran darah dalam jumlah besar melalui plasenta.
Sebenarnya hal ini meningkatkan tekanan aorta serta tekanan atrium kiri.
b. Tahapan vaskular paru sangat menurun.
Sebagai akibat dari pengembangan paru-paru. Pada janin yang tidak mengembang,
pembuluh darah tertekan karena volume paru yang kecil. Segera setelah
mengembang, pembuluh darah tersebut tidak lagi tertekan dan tahanan terhadap
aliran darah berkurang.
c. Penutupan foramen ovale
Tekanan atrium kanan yang rendah dan tekanan atrium kiri yang tinggi, secara
sekunder akan berpengaruh terhadap perubahan tahanan paru dan sistem waktu
lahir sehingga menyebabkan kecenderungan darah mengalirkan balik dari atrium
kiri ke atrium kanan bukan sebaliknya,seperti yang terjadi dalam kehidupan fetal.
Akibatnya katup kecil yang terletak diatas foramen ovale pada sisi kiri septum
atrium menutup lubang tersebut karena hal tersebut dapat mencegah aliran lebih
lanjut.
d. Penutupan duktus arteriosus
Efek yang sama terjadi dalam hubungannya dengan duktus arteriosus karena
meningkatkan tahanan pada paru dan mengurangi tahanan pada arteri pulmonalis.
Sebagai akibatnya, segera setelah lahir, darah mulai mengalir balik dari aorta ke
arteri pulmonalis bukan dengan arah sebaliknya dari aorta seperti kehidupan fetal.
Akan tetapi, hanya setelah beberapa jam dinding otot duktus arteriosus
mengadakan kontraksi nyata, dan dalam 8 hari kontraksi cukup untuk
menghentikan aliran darah. Hal ini dinamakan penutupan fungsional duktus
ii
arteriosus. Kemudian, terkadang selama bulan ke-2 kehidupan, biasanya duktus
arteriosus tertutup secara anatomi oleh pertumbuhan jaringan fibrosa.
2.1.3 Sistem Gastrointestinal
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(pengunyahan,penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang dari
mulai mulut (oris) sampai anus. Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk
memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah
melakukan fungsi ini (Gorrie, et al., 1998).
Faktor Yang Berperan dalam Sistem Pencernaan Neonatus
a. Organ Pencernaan
Susunan saluran pencernaan terdiri dari:
- Oris (mulut) -Usus besar
- Faring -Rektum
- Esofagus (kerongkongan) -Anus
- Usus halus
b. Pembentukan enzim sistem pencernaan pada neonatus
xii
Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada
minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna,
memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak
(Jensen et al., 2004). Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah
lahir. Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang
terdapat pada sereal. Kolostrum terutama kaya akan amilase mamaria. Perkembangan aktifitas
laktase berlangsung relatif lambat dan mencapai tingkat adekuat pada usia gestasi 36 minggu,
namun banyak bayi prematur dapat mencerna laktosa dengan memuaskan karena laktosa yang
diserap dapat dicerna oleh bakteri kolon menjadi asam lemak rantai pendek, yang kemudian
dapat diserap sehingga energi dapat diselamatkan. Selain itu BBL juga mengalami defisiensi
lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari
pada lemak yang terdapat pada susu formula ( Gorrie, et al., 1998).
Usus bayi baru lahir relative tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih
tipis dan kurang efisien dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang peristaltic tidak
dapat diprediksikan. Lipatan dan vili dinding usus belum erkembang sempurna. Sel epitel yang
melapisi usus halus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absorbs
yang paling efektif. Awal pemberian makan oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan
meningkatkan pergantian sel yang cepat dan produk enzimmikrovilus, seperti amylase, tripsin,
dan lipase pancreas. Dukungan bidan untuk pemberian makan segera pada bayi baru lahir
membantu maturasi kemampuan usus halus ini.
c. Adaptasi fisiologis sistem pencernaan neonatal
Intrauteri
Janin mulai menunjukkan aktifitas gerakan menelan sejak usia gestasi 14 minggu. Gerakan
menghisap aktif tampak pada 26-28 minggu. Cairan empedu mulai diproduksi sejak akhir
trimester pertama, diikuti dengan seluruh enzim-enzim pencernaan lainnya. Proses pencernaan
belum terjadi secara aktif (inaktif). Kebutuhan janin akan nutrisi tidak dipenuhi dengan sistem
pencernaannya tetapi diperoleh dari plasenta. Refleks makan pada janin didalam kandungan
sudah mulai terlihat dari kegiatan menelan amnion dan menghisap. Mekonium, isi yang utama
terutama pada saluran pencernaan janin, tampak mulai usia 16 minngu, mekonium tidak
dikeluarkan selama janin berada didalam uterus (tidak terjadi proses defekasi) hanya urin
ii
mekonium karena peristaltik belum aktif kecuali pada fetal distres. Pada janin yang mengalami
fetal distres, terjadi penekanan pada abdomen dan spingter anal mengalami relaksasi sehingga
mekonium yang tersimpan dalam usus keluar dan bercampur air ketuban. Enzim-enzim penting
untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia
gestasi sudah mulai dibentuk untuk mempersiapkan kelahiran (kehidupan janin ekstrauterin).
Oksigenasi janin utama tetap berasal dari sirkulasi maternal-fetal melalui plasenta dan tali pusat.
Ekstrauterine
Neonatus aterm mampu mencerna dan menyerap susu dari lahir. Faktor pertumbuhan
spesifik-spesies di air susu penting untuk mendorong perkembangan pencernaan pasca natal.
Usus neonatus memiliki kapasitas pencernaan dan penyerapan yang imatur tetapi terdapat
sejumlah mekanisme kompensasi, terutama untuk bayi yang medapat air susu ibu (Lebenthal &
Leung, 1988). Spingter cardiac antara esophagus dan lambung pada neonatus masih immature
(Olds, et al., 1980), mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan
segera setelah diberikan (Gorrie, et al., 1998). Regurgitasi juga dapat terjadi karena kontrol
persarafan pada lambung belum sempurna (Olds, et al., 1980).
Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi
segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan
kosong dalam 3 jam (Olds, et al., 1980) untuk pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam
2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al., 1998).
BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area permukaan untuk absorbsi
lebih luas (Gorrie, et al., 1998).
Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran abdomen dalam jam
pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan system saraf simpatis
merangsang peristaltic (Simpson & Creehan, 2001).
Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai
masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari
pertama kehidupan (Gorrie, et al., 1998) sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada
kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir. Bakteri ini penting untuk
pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds, et al., 1980).
xiv
Refleks Makan
Sejak lahir, seorang bayi normal dapat menghisap dari puting payudara, menyalurkan air
susu ke bagian belakang mulut dan menelannya selama 5-10 menit sambil bernafas normal.
Terdapat program reflek dan perilaku bawaan, yang menjadi semakin jelas dalam sekitar satu
jam setelah persalinan, termasuk kemampuan bergerak dari perut ibu ke payudara, aktifitas
tangan terkoordinasi, gerakan mencari puting payudara, melekat kepayudara, dan makan secara
rakus sebelum bayi tidur.
Sentuhan pada langit-langit memicu reflek menghisap. Neonatus memperlihatkan kerja
rahang ritmik, yang memicu tekanan negatif dan kerja peristaltik lidah dan rahang memeras air
susu dari payudara dan memindahkannya kekerongkongan yang kemudian memicu reflek
menelan. Pada neonatus normal, refleks menyusu ini kuat saat lahir dan sudah tampak pada bayi
premature sejak usia sekitar 32 minggu (sekitar 1200g). Bayi yang sangat prematur dan mereka
yang beresiko sakit atau berat lahirnya sangat rendah memperlihatkan penurunan yang mencolok
atau tidak adanya refleks. Bayi lain yang mengalami masalah makan misalnya mereka mengidap
gangguan fisik misalnya bibir atau langit-langit sumbing dan mereka yang terkena sedasi atau
analgesia obstetrik atau stres berat saat persalinan.
Reflek menghisap dan menelan dibantu oleh konfigurasi morfologis mulut neonatus yang
khusus, langit-langit lunaknya secara proporsional lebih panjang. Neonatus juga memiliki refleks
ekstrusi sebagai respon terhadap adanya bahan padat atau setengah padat didalam mulutnya.
Refleks ini hilang pada usia 4-6 bulan dan diganti oleh suatu pola gerakan menggigit ritmik yang
bersamaan dengan tumbuhnya gigi pertama pada usia 7-9 bulan.
Defekasi
Feses pertama yang dieksresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan,
kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau, dan lengket. Pengeluaran mekonium,
suatu campuran mukus, sel epitel, asam lemak, dan pigmen empedu (yang menyebabkan warna
khas hitam kehijauan).
Mekonium berasal dari:
1. Sel-sel mukosadinding saluran cerna yang mengalami deskuamasi dan rontok
ii
2. Cairan/enzim yang disekresi sepanjang saluran cerna,mulai dari saliva sampai enzim-enzim
pencernaan
3. Cairan amnionyang diminum janin, yang kadang juga mengandung lanugo dan sel-sel dari
kulit janin atau membran amnion yang rontok.
Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir. Jika tidak
keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan distensi abdomen dan
dicurigai kemungkinan obstruksi (Gorrie, et al., 1998 & Simpson & Creehan, 2001).
Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional, bewarna coklat
kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium. Feses ini merupakan
kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya sesuai tipe makanan yang
didapat oleh bayi (Gorrie, et a., 1980).
Kolon pada bayi baru lahir kurang efisien menyimpan cairan dari pada kolon orang dewasa
sehingga bayi baru lahir cenderung mengalami komplikasi kehilangan cairan. Kondisi ini
membuat penyakit diare kemungkinan besar menjadi serius pada bayi muda.
Tabel berikut menjelaskan karaktertisik penting sistem pencernaan sebelum dan setelah lahir.
Aspek Intrauteri Ekstrauteri
Sistem Gastrointestinal
Relatif Inaktif (tidak ada makanan yang diterima melalui organ gastrointestinal)
Aktif(ada makanan yang masuk melalui organ gastrointestinal)
Reflek makan Sudah ada, bayi Menelan cairan amnion dan memperlihatkan gerakan menghisap
Ada dan semakin baik,Bayi sudah mampu mencerna dan mengeliminasi ASI atau susu formula
Refleks peristaltik dan Defekasi
Pada bagian bawah abdomen refleks peristaltik tidak aktif sehingga tidak terjadi pengeluaran mekonium. Kecuali pada fetal distres (air ketuban bercampur mekonium)
Pada bagian bawah abdomen peristaltik sudak aktif, sehingga bayi mengeluarkan feses. Tidak adanya feses dalam 48 jam pertama mengidikasikan obstruksi isi usus
Tabel 1. Karakteristik sistem pencernaan sebelum dan setelah kelahiran
2.1.4 System thermoregulasi
xvi
Thermogenesis berarti produksi panas (thermo = panas, genesis = asal usul). Setelah
pernapasan, pengaturan panas adalah hal yang paling penting untuk kelagsungan hidup bayi yang
baru lahir. Themperatur pada bayi pada saat lahir adalah sekitar tiga drajat lebih tinggi dari
ibunya. Namun, pada detik kedua, terdapat penurunan yang tajam dalam temperatur tubuh yang
dikeluarkan melalui konveksi, evaporasi, konduksi, dan radiasi.
Meskipun kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi panas adekuat, factor yang
mempengaruhi bayi baru lahir terdapat kehilangan panas yangn berlebihan. Pertama, area
permukaan yang besar pada bayi baru lahir memudahkan kehilangan panas ke lingkungan.
Factor kedua yang memperlambat penyimpanan panas tubuh adalah lapisan lemak subkutan
yang tipis pada bayi baru lahir. Factor ketiga adalah mekanisme untuk memproduksi panas pada
bayi baru lahir. Tidak seperti orang dewasa yang dapat memproduksi panas dengan cara
menggigil (shivering) bayi baru lahir yang kedinginan tidak dapat menggigil tetapi memproduksi
panas melalui non shivering thermogenesis atau NST (pengaturan panas tidak dengan cara
menggigil). NST diproduksi dengan menstimulasi respirasi seluler. Sumber thermogenesis yang
unik lainnya pada bayi baru lahir aterm (cukup bulan) adalah dengan adanya jaringan lemak
adipose coklat atau lemak coklat (brown fat) (blackborn, lepper, 1992) dan kemudian dibentuk
akibat peningkatan metabolism diotak, dijantung, dan dihati. Lemak cokelat terdapat dalam
cadangan permukaan, yaitu didaerah interscapula, sekitar leher dan diaksila, serta dibagian yang
lebih dalam, yaitu pintu masuk toraks, disepanjang kolumna vertebralis dan disekitar ginjal.
Lokasi lemak cokelat bisa menjelaskan mengapa bagian tengkuk leher sering terasa lebih hangat
dari pada bagian tubuh lainnya dan lemak coklat dapat mempengaruhi keakuratan pengukuran
temperatur aksila. Lemak cokelat memiliki vaskularisasi dan persyarafan yang lebiih kaya dari
lemak biasa.panas yang dihasilkan aktifitas lipid di dalam lemak cokelat dapat menghangatkan
bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi panas sebesar 100%. Cadangan lemak cokelat ini
bertahan selama beberapa minggu setelah bayi baru lahir dan menurun dengan cepat jika terjadi
stress dingin (cold stress). Bayi premature memiliki cadangan lemak coklelat lebih sedikit pada
saat lahir.
ii
Fisiologis dan kebutuhan bayi bar lahir
1. Dalam situasi yang ideal, kecepatan produksi panas dan oleh adanya konsumsi oksigen
rendah dan hal ini memungkinkan energy diarahkan pada pertumbuhan. Pada keadaan
ini keseimbangan kehilangan panas ke produksi panas diatur oleh hipotalamus, yang
menyebabkan pembuluh darah perifer berkonstriksi untuk menghemat panas atau untuk
berdilatasi untuk meningkatkan kehilangan panas. Jika bayi dapat mempertahankan
themperatur 36.2-36.8oc, status thermoneutal telah tercapai.
2. Dalam berespon pada panas berlebihan atau over heating (themperatur kulit yang
terekspos pada 37-37.5oc), panas yang tidak cukup hilang melalui vasodilatasi dan
keringat yang terjadi pada bayi aterm, menyebabkan pendinginan karena evaporasi
yang cepat. Namun, bayi premature tidak dapat berkeringat dan maka dapat dengan
mudah menjadi overheated (sangat kepanasan).
3. Oleh karena itu, pada intinya bahwa bayi harus terjaga kehangatannya segera setelah
lahir (tetapi tidak terlalu panas) dan bahwa temperatur diukur dengan serig dalam 24
jam pertama untuk mengetahui dengan pasti apakah bayi mampu mempertahankan
panas tubuh. Bayi kemudian dikelola sedemikian rupa.
2.1.5 Sistem Imunnologi
Pada masa awal kehidupan janin, sel-sel yang menyuplai imunitas bayi sudah mulai
berkembang. Namun sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan selama tiga bulan pertama
kehidupannya, bayi baru lahir dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibunya. Namun
bayi sangat rentan terhadap penyebaran mikroorganisme, oleh karena itu septicemia yang lebih
sering dialami bayi baru lahir. Maka dari itu penatalaksanaan dan asuhan pada bayi baru lahir
pada saat lahir dan setelah lahir bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi. Akan selalu
terdapat bahaya infeksi silang dikamar bersalin dan ruang perawatan bayi baru lahir. Oleh karena
itu seluruh staf harus menerapkan teknik anti-infeksi yang ketat, seperti sering cuci tangan yang
benar, membersihkan linen, peralatan makan dan lain-lain.
Imunoglobulin meningkatkan imunitas pada janin dan bayi baru lahir. Imunoglobulin ini, merupakan tipe antibody yang disekresikan oleh limfosit dan sel-sel plasma dan ditemukan
xviii
dalam cairan ibu. Immunoglobulin yang ditemukan pada bayi adalah vaksin antibody IgG, IgM, IgA.
Imunoglobulin G(IgG)Janin memperoleh immunoglobulin G didalam uterus, karena berat molekul IgG kecil
maka mampu melintas dari ibu ke janin melalui plasenta. Jumlah IgG yang diterima oleh bayi
tergantung dari infeksi yang telah dilawan dari imunitas yang disusul ibunya, kuantitas dalam
system ibu dan usia kehamilan pada janin. Bayi yang premature kurang mendapatkan
perlindungan dari pada bayi yang cukup bulan. Lamanya imunitas sangat bervariasi dan dapat
berlangsung dari usia dari 1-4 bulan tergantung pada penyakit dan kuantitas IgG yang diterima.
Fraksi antibody ini terdapat pada semua cairan tubuh baik intravaskuler maupun ekstravaskuler.
Tipe imunitas seperti ini diistilahkan sebagai imunitas yang didapat secara pasif. Namun, segera
setelah lahir system imunologis bayi sendiri mulai membentuk IgG. Akan tetapi, sintesis
antibody aktif yang seharusnya terjadi setelah prosedur imunisasi dalam bebeapa bulan pertama
kehidupan bayi bisa terganggu dengan antibody IgG yang didapat secara pasif ini.
Yang termasuk fraksi antibody IgG yang memiliki transfer transplasenta yang baik adalah :
Virus : rubella measles, mumps, variola, dan poliomyelitis
Bakteri : pada diphteri dan tetanus dan antibodi anttistapilokokus
Yang termasuk fraksi antibody yang memiliki transfer transplasenta yang buruk dalah :
Virus, bakteri dan organisme-organisme lain : Haemophilis influenzae, bacillus pertusis,
striptokokus, dan organisme penyebab disentri.
Fraksi antobodi pada Escherichia coli tidak memiliki transfer pasif. Bayi mulai mensintesis IgG
dan mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa pada usia 1 tahun.
Imunoglobulin M (IgM)
Antibodi Imunoglobulin M, mempunyai berat molekul yang lebih besar dan oleh karena
itu, tidak mampu melintasi dari ibu ke janin melalui plasenta. Normalnya, bayi membentuk IgM
setelah lahir. Namun, IgM bisa ditemukan pada darah tali pusat jika ibu terkena infeksi selama
kehamilan dan janin juga terpengaruh kondisi ini. Antibodi IgM kemudian dibentuk oleh system
imunologis janin. Ini merupakan pemeriksaan yang sangat penting, karena darah tali pusat yang
ii
mengandung IgM terhadap organisme spesifik, mengindikasikan bahwa janin telah mendapatkan
infeksi dalam rahim dan oleh karena itu harus dilakukan pengobatan secara berturut-turut.
Beberapa kondisi dimana janin dapat berkontraksi dalam uterus dan yang menyebabkan
janin memproduksi IgM adalah:
Yang disebut dengan penyakit “TORCH” : Toxoplasmosis, Others: seperti sifilis, Rubella,
penyakit yang termasuk dalam Cytomegalic, Herpes.
Tipe antibodi ini terutama terdapat dalam aliran darah dan tipe imunitasnya dikenal sebagai
imunitas aktif.
Imunoglobulin A (IgA)
Imunoglobulin A tidak mampu melintas melalui plasenta, dan hanya diproduksi oleh
dalam bayi lahir dalam beberapa minggu pertama di dalam kehidupannya. Antibodi ditemukan
dalam aliran darah dan juga di dalam sekresi saluran pernapasan dan pencernaan. Fungsi sekresi
ini aktif dalam melawan beberapa virus, seperti poliomielitis dan juga melawan beberapa rantai
E.Coli. Tipe imunitas ini dikenal sebagai imunitas aktif yang di dapat secara alami.
Air Susu Ibu (ASI)
Semua tipe imunoglobulin diatas ditemukan didalam ASI. ASI juga mengandung
laktoferin dan transferin yang meningkatkan pertumbuhan flora usus yaitu laktobasilus.
Imunitas Bermediasi Sel
Alat imunitas lainnya pada bayi baru lahir adalah limfosit T dan B yang berasal dari
kelenjar timus dan yang melindungi melawan berbagai macam infeksi virus, jamur, dan basilus.
Limfosit T dan B ini tidak menjadi berfungsi sepenuhnya sampai beberapa minggu setelah lahir.
Pembentukan Genetik Umum
Sintesis imunoglobulin berhubungan dengan lokus gen pada kromosom X. Oleh karena
itu membuat bayi wanita dengan 2 kromosom X yang berasal dari setiap orang tuanya.
Sedangkan pada bayi laki-laki hanya 1 kromosom X yang berasal dari ibunya.
xx
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani Anik, Nurhayati (2008). Asuhan Bayi Baru Lahir Normal, Jakarta: Trans Info Media
ii
Top Related