KOMPLIKASI KEHAMILAN TRIMESTER 2,3
(KELAINAN LETAK, PERTUMBUHAN JANIN, PREMATUR
KONTRAKSI, HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN)
Paper ini disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Kuliah
Disusun oleh:
Isni Yulianti D3E613003
Mery Tarlina D3E613005
Neng Liyani D3E613006
AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA OBGIN
Bandung
2014
1. Kelainan Letak
Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu :
a. Letak Sungsang
Sekitar 3-5% atau 3 dari 100 bayi terpaksa lahir dalam posisi sungsang. Resiko
bayi lahir sungsang pada persalinan alami diperkirakan 4 kali lebih besar dibandingkan
lahir dengan letak kepala yang normal. Oleh karena itu, biasanya langkah terakhir
untuk mengantisipasi terburuk karena persalinan yang tertahan akibat janin sungsang
adalah operasi. Namun, tindakan operasi untuk melahirkan janin sungsang baru
dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu posisi janin yang beresiko terjadinya
“macet” di tengah proses persalinan. Apabila posisi bokong di bawah rahim dengan
satu atau dua kaki menjuntai maka kelahiran bayinya harus dengan operasi sesar.
b. Letak Lintang
Kelainan lain yang paling sering terjadi adalah letak lintang atau miring. Letak
yang demikian menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Pada
keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Pada
umumnya, bokong akan berada sedikit lebih tinggi dari pada
2. Gangguan pertumbuhan janin
Proses Pertumbuhan janin dari minggu ke minggu mengalami perkembangan.
Perubahan–perubahan yang terjadi diharapkan dalam keadaan normal. Akan tetapi tidak
menutup kemungkinan terjadi penyimpangan-penyimpangan seperti pertumbuhan janin
yang terhambat dan kelainan–kelainan pada janin lainnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan janin diantaranya : faktor genetik, faktor lingkungan dan
factor nutrisi.
Gangguan pertumbuhan janin terbagi dua, yaitu makrosomia (bayi lahir besar, >
4 kg) dan IUGR. IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) bisa juga disebut dengan
istilah small for gestational age (SGA) atau Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT).
“Istilah ini menggambarkan kondisi janin lebih kecil dari yang diharapkan sesuai dengan
usia kehamilan, yaitu bayi yang berat badan lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari
persentil ke-10 untuk masa kehamilan pada Denver Intrauterine Growth Curves. Artinya
janin memiliki berat kurang dari 90 persen dari keseluruhan (baik ukuran atau berat)
dalam usia kehamilan yang sama, dibandingkan dengan janin normal. Janin dengan PJT
dapat terjadi pada janin dengan usia kehamilan prematur, aterm (cukup bulan) maupun
post matur (lebih bulan). Gangguan pertumbuhan janin dalam kehamilan (=IUGR=FGR)
merupakan kejadian yang sering ditemukan dalam bidang obstetri. Kelainan ini
meningkatkan morbiditas dan mortalitas bayi nomor 2 setelah prematuritas.
Makrosomia
Makrosomia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bayi baru lahir
dengan berat yang berlebihan. Definisinya adalah berat kelahiran 4000-4500 g atau
lebih besar dari 90% menurut usia kehamilan setelah mengoreksi jenis kelamin dan
etnis.
Intra Uterine Growth Restriction (IUGR)/PJT
IUGR adalah ketidak normalan pertumbuhan dan perkembangan dari fetus,
yang mana terjadi 3-7% dari persalinan, tergantung pada criteria diagnose yang
dipergunakan. Pertumbuhan fetus yang terhambat beresiko tinggi untuk terjadinya
kesakitan dan kematian.
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang
terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard
atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya. Pertumbuhan Janin
Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi
gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir
dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya. Menurut Gordon, JO (2005)
pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai
suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal
pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk
masa kehamilan-KMK (small for gestational age).
Janin yang beratnya dibawah presentil ke 10 usia kehamilannya dan lingkaran
perut dibawah presentil ke 2,5. Standar berat badan bayi yang disebut cukup bulan
adalah 2500. Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi yang mempunyai berat
badan dibawah 10 persentil dari kurva berat badan bayi yang normal). Dalam 5 tahun
terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) telah
berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi lebih ditekankan untuk mental.
Penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan pada janin :
Penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan pada janin:
1. Penyebab ibu
a. Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat
Nutrisi
Status gizi ibu bukan merupakan yang membatasi kecuali pada kasus-
kasus kelaparan yang ekstrim, kekurangan gizi yang ekstrim dapat menyebabkan
BBLR.
Kenaikan berat tidak adekuat selama kehamilan dapat menyebabkan PJT.
Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg. apabila wanita
dengan berat badan kurang harus ditingkatkan sampai berat badan ideal
ditambah dengan 10-12 kg
b. Penyakit ibu kronik
Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung
sianotik, diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT.
Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre-eklampsia yang dapat membawa ke
PJT
c. Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik.
2. Penyebab janin
a. Infeksi selama kehamilan
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan
cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT
b. Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Kelainan kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom sel.
Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung
bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan
PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan
sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT
c. Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok,
narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT.
Penyebab uterus dan plasenta (ari-ari)
Pada plasenta, gangguan pasokan darah ke uterus atau permukaan plasenta yang
tidak luas dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang serius pada janin. Pelepasan
plasenta pada pinggir-pinggirnya dalam kehamilan muda disertai perdarahan dan
pembentukan parut disana (placenta circumvallata) bisa membatasi pertumbuhan janin dan
menyebabkan hambatan pertumbuhan interuterin. Implantasi plasenta pada daerah serviks
bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta terbatas. Plasenta yang mempunyai banyak
infark kecil-kecil kehilangan luas permukaan untuk pertukaran dan merusak pengangkutan
substrat yang mencukupi kepada janin. Solusio plasenta yang kronik mengurangi luas
permukaaan fungsionalnya dan dengan demikian juga dapat menyebabkan hambatan
pertumbuhan interuterin pada janin.
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)
Definisi :
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi
(USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan
atau lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik). Terminologi “kecil untuk masa
kehamilan” adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat
muncul pada bayi cukup bulan atau prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh
yang kecil dan risiko kecacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat
dilahirkan ataupun setelah melahirkan.
Manifestasi Klinik :
PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan penyakit
kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke
PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya:
a. Tampak kurus,
b. Pucat,
c. Berkulit keriput.
d. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu dibanding pada bayi normal yang tampak
tebal dan kuat.
PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini
terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup untuk
perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena infeksi.
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan berikut :
Penurunan level oksigenasi
Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi adaptasi bayi
segera setelah lahir)
Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam kandungan) yang
dapat berakibat sindrom gawat nafas
Hipoglikemi (kadar gula rendah)
Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin
Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)
Kelainan Yang Dapat Terjadi Pada Janin
Tidak semua janin dapat berkembang dengan sempurna, ada kalanya terjadi
kelainan-kelainan pada janin. Kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada janin yaitu:
a. Teratoma
Teratoma adalah tumor yang mengandung jaringan derivat dua, tiga lapis benih.
Terjadi saat janin masih embrio. Terjadinya teratoma adalah karena embrio awal
(tingkat clivage, blastula, awal grastula) lepas dari kontrol organizer. Ia seperti tubuh
yang kembar tidak seimbang yang satu dapat tumbuh normal yang lain hanya
gumpalan jaringan yang tidak utuh atau tidak wajar. Teratoma disebut juga fetus in
fetu atau bayi dalam bayi.
b. Sindrom Down
Sindrom down merupakan kelainan fisik janin dengan ciri - ciri yang khas
seperti retardsi mental, kelainan jantung bawaan, otot-otot melemah (hypotonia),
leukimia, hingga gangguan penglihatan dan pendengaran,. Kelainan ini terjadi karena
kelainan pada kromosom yaitu pada kromosom 21. Pada penderita ini memiliki tiga
unting kromosom 21.
c. Sindrom edward
Adalah kelainan pada janin karena kromosom janin mengalami kelainan.
Kelainan ini terjadi karena kromosom 18 nya mengalami kelebihan yaitu terdapat tiga
untai kromosom 18. ciri kelaian janin ini adalah retardasi mental berat, gangguan
pertumbuhan, ukuran kepala dan pinggul kecil, kelaianan pada tangan dan kaki.
d. Sindrom patau
Nama lain dari kelaianan janin ini adalah trisomi 13. hal ini karena terjadi
kelainan pada kromosom ke13 dari pendeita tersebut, yaitu memiliki tiga untai
kromosom 13. Ciri dari kelainan ini adalah bibir sumbing, ganggaun berat pada
perkembangan otak, jantung, ginjal, tangan dan kaki.biasanya jika gejalanya sangat
berat janin akan mati setelah beberapa saat dari kelahiran.
e. Talasemia
Talasemia adalah salah satu kelainan pada janin. Talasemia ini memiliki ciri
dimana tubuh kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga
penderita mengalami anemia berat akibatnya harus transfusi darah seumur hidup.
f. Fenilketinoria
Adalah gangguan metabolisme salah satu jenis asam amino pembentuk protein
yaitu fenilalanin yang menyebabkan hambatan atau radiasi mental. Kelainan ini jika
dideteksi sejak dini dapat diminimalkan dengan cara memberi asupan fenilalanin yang
banyak terdapat pada keju, susu, telur, ikan, daging, pemberian obat atau vitamin
tertentu.
g. Hipotiroid Konginetal
Merupakan penyakit yang dibawa sejak janin atau bisa disebut dengan kelainan
janin. Hal ni karena tubuh tidak mampu atau hanya mampu sedikit memproduksi
hormon tiroid. Karena hormon tiroid adalah hormon petumbuhan maka jika
kekurangan hormon ini maka pertumbuhan fisik dan mental akan terganggu.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberi suplemen tiroid sejak dini.
h. Fokomelia
Cacat pada lengan, merupakan cacat yang disebabkan oleh Thalidomide. 10 %
dari wanita hamil yang memakan obat ini periode sensitive akan melahirkan bayi
cacat.
i. Selosomi
Kelainan pada waktu menutupnya dinding perut. Organ-organ visceral dan
terdapat di luar rongga perut.
j. Kraniorakiskisis
Kegagalan bumbung neural untuk menutup. Tidak ada rongga kepala, tidak
berbentuk lengkung vertebra.
Klasifikasi :
Secara Klinis IUGR dibagi 3, berdasarkan waktu kapan mulai dan berapa
lamanya pengaruh yang menghambat pertumbuhan itu berlangsung.
a. Type 1, simetrik IUGR atau proporsional (kronis)
Type 1 IUGR menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan pertumbuhan.
Type IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan semua fetus ini menurut
perbandingan SGA. Lingkar dada dan kepala, panjang dan beratnya semua dibawah
10 persentil untuk usia kehamilan, tetapi bayi ini memiliki Indek Ponderal yang
normal.Type 1 IUGR merupakan akibat dari hambatan pertumbuhan pada awal
kehamilan. Pada tahapan awal pertumbuhan embrio fetus, ditandai dengan mitosis
pada usia kehamilan 4 sampai dengan 20 minggu yang disebut fase
hiperplasti.Apabila ada kondisi patologis selama fase ini akan mengurangi jumlah
sel untuk bayi.
IUGR simetrik terjadi pada 20-30% pada fetus yang mengalami hambatan
pertumbuhan. Keadaan ini disebabkan adanya hambatan mitosis ketika terjadi
infeksi dalam kandungan (misalnya, herpes simplek, rubella, cytomegalovirus dan
toksoplasma), kelainan kromosom, dan kelainan congenital. Harus diingat,
bagaimanapun, fetus yang simetris mungkin secara aturan kecil dan menderita tetapi
tidak semuanya mengalami ketidaknormalan.
Secara umum, IUGR Type 1 berhubungan dengan prognosisi yang tidak baik;
ini berhubungan dengan kondisi phatologis yang menyebabkannya. Weiner dan
Wiliamson menunjukkan,ada tidak adanya factor resiko yang diidentifikasi dari ibu,
diperkirakan 25% beberapa fetus yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai
lebih awal terjadi pada aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada
umbilical (Percutaneus Umbillical Blood Sampling), betul betul direkomendasikan
untuk mengetahui Karyotype abnormal.
b. Type 2, Asimetrik IUGR atau disproportional (akut)
Type 2 atau Asymetrik, IUGR menunjuk pada hambatan pertumbuhan pada
neonatus dan frekuensi terbanyak berhubungan dengan isufisiensi uteroplasental.
Type 2 IUGR merupakan hasil keterlambatan pertumbuhan Type 1 dan selalu
terjadi sesudah minggu ke 28 dari kehamilan. Seperti yang dikatakan oleh Vorherr3,
pada akhir trimester II, pertumbuhan fetus normal ditandai dengan adanya
Hipertropi. Pada fase hipertropi, secara cepat telah terjadi peningkatan ukuran sel
dan pembentukan lemak, otot, tulang dan jaringan yang lainnya. Hambatan
pertumbuhan fetus yang asimetrik, total jumlah sel mendekati normal, tetapi sel sel
tersebut mengalami penurunan/pengecilan ukuran. Fetus IUGR asimetris memiliki
Indek Ponderal yang rendah dibandingkan dengan rata rata bawah berat bayi, tetapi
ukuran lingkar kepala dan panjang lengan adalah normal. Pada beberapa kasus
asimetrik IUGR, pertumbuhan fetus adalah normal sampai dengan akhir Trimester
II dan awal Trimeseter III, ketika pertumbuhan kepala tetap normal, sedangkan
pertumbuhan abdominal lambat (Brain Sparring Effect). Type Asymetris ini
merupakan hasil dari mekanisme kompensasi fetus dalam memberikan reaksi
terhadap fase penurunan perfusi plasenta. Terjadinya pendistribusian ulang dari
Fetal Cardiac Output, dengan penurunan aliran ke otak, hati, dan adrenal dan
penurunan cadangan glikogen dan liver mass. Bagaimanapun, isufisiensi plasenta
adalah merugikan selama akhir kehamilan, pertumbuhan kepala menjadi rata, dan
ukurannya mungkin menjadi turun pada curve pertumbuhan normal.
Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan fetus adalah type 2.
IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu seperti Hipertensi kronis,
gangguan ginjal, Diabetus Mellitus dengan vaskulopaty, dan yang lainnya.
c. Intermediate IUGR
IUGR Intermediate menunjuk pada hambatan pertumbuhan yang merupakan
kombinasi Type 1 dan Type 2. Gangguan pertumbuhan pada type ini diperkirakan
terjadi selama fase pertengahan pertumbuhan- pada fase hyperplasia dan hipertropi-
yang mana terjadi pada usia kehamilan 20-28 minggu. Pada fase ini, terjadi
penurunan kecepatan mitosis dan peningkatan yang progesif secara menyeluruh
pada ukuran sel. Bentuk IUGR ini keadannya tidak sebanyak jika dibandingkan
dengan type1 dan 2, diperkirakan sekitar 5- 10%, dari semua hambatan
pertumbuhan fetus.
Hipertensi kronis, Lupus Nepritis, atau penyakit vascular ibu yang lainnya,
menjadi berat dan jika terjadi lebih awal pada timeser II akan mengakibatkan
Intermediate IUGR dengan pertumbuhan simetrik dan tidak memberikan efek Brain
Sparring.
Komplikasi
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan
bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini disebabkan karena
terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika
ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan
pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan
mengambil tindakan dengan memaksa bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski
belum pada waktunya.
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:
⁻ Asfiksia
⁻ Hipoglikemi
⁻ Aspirasi mekonium
⁻ DIC
⁻ Hipotermi
⁻ Perdarahan pada paru
⁻ Polisitemia
⁻ Hiperviskositas sindrom
⁻ Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak
kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat
kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang
disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.
2. Ibu
Ø Preeklampsi
Ø Penyakit jantung
Ø Malnutrisi
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan tinggi fundus (rahim).
Dokter dapat mengetahui keadaan PJT dari pertambahan ukuran rahim ibu (tingginya
rahim yang diukur dari puncak rahim sampai batas tulang kemaluan). Dalam 2 kali
pemeriksaan apabila tidak terjadi kenaikan, dapat di curigai adanya hambatan.
- Pemeriksaan USG (ultrasonografi).
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mengukur pertumbuhan janin.
Selain itu USG juga dapat digunakan untuk melihat kelainan organ yang terjadi.
Pengukuran lingkar kepala, panjang tulang paha, dan lingkar perut dapat dilakukan
untuk menilai pertumbuhan janin melalui USG. Penggunaan ultrasound doppler dapat
digunakan untuk melihat aliran dari pembuluh darah arteri umbilikalis.
- Pemeriksaan Rutin
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu
dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui sedini
mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai
dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan
dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali.
Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran
atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi
hambatan/gangguan. Jadi,pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan.
Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang
mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah
membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah
ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien
PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal. Untuk mengenali pasien-pasien
dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang
terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil
pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus
dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis.
Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan
usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut
mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling
efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi
terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan
bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban)
atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan.
a. Tatalaksana umum :
Setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi dalam
kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah
baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari,
Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan
aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila
istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit.
Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta
pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus :
Pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif
yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat
maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik
dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan.
c. Proses melahirkan :
Pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama
melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi
caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care
segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin
selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.
d. kondisi bayi.
Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan oksigen
setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang
parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah
berkurang).
Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan
pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris
lebih dapat “catch-up” pertumbuhan setelah dilahirkan.
Pencegahan
Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat
dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya
seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi
tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress;
berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein,
vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari
anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi
yang terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu
hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
2. Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa
ditambah ekstra 300 kalori/hari.
3. Hindari stress selama kehamilan. Stress merupakan salah satu faktor pencetus
hipertensi.
4. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan. Setiap akan
mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter kandungan.
5. Olah raga teratur. Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu
memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
6. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara
berkembang. Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian
yang terjadi akibat PJT. PJT terbagi atas dua, yaitu:
1. Gangguan pertumbuhan janin simetris
Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris,
semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini
adalah kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH,
Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan
nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok.
2. Gangguan pertumbuhan janin asimetris (tidak simetris)
Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama
dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih
terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang
terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi
belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang
mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena
gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam
kehamilan dalam kehamilan
Penyebab :
Pada umumnya 75% janin dengan PJT memiliki proporsi tubuh yang kecil, 15-25%
terjadi karena insufisiensi uteroplasenta, 5-10% terjadi karena infeksi selama kehamilan
atau kecacatan bawaan.
1. Penyebab ibu
a. Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat
Faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat
tidak adekuat selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan
ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg. Apabila wanita dengan berat badan
kurang harus ditingkatkan sampai berat badan ideal ditambah dengan 10-12 kg.
b. Penyakit ibu kronik
Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes,
serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat
menyebabkan pre-eklampsia yang dapat membawa ke PJT.
c. Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik
2. Penyebab janin
a. Infeksi selama kehamilan
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan
cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT
b. Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan
yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris
serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner
juga berkaitan dengan PJT
c. Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok,
narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT
3. Penyebab plasenta (ari-ari)
a. Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi
yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada
plasenta), korioangioma, dan plasenta previa
b. Kehamilan kembar
c. Twin-to-twin transfusion syndrome
Tanda dan Gejala
PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan penyakit kronik.
Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT.
Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mengukur pertumbuhan janin. Selain
itu USG juga dapat digunakan untuk melihat kelainan organ yang terjadi. Pengukuran
lingkar kepala, panjang tulang paha, dan lingkar perut dapat dilakukan untuk menilai
pertumbuhan janin melalui USG. Penggunaan ultrasound doppler dapat digunakan untuk
melihat aliran dari pembuluh darah arteri umbilikalis.
Terapi
Kecacatan dan kematian janin meningkat sampai 2-6 kali pada janin dengan PJT.
Tatalaksana untuk kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling
efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi
terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu.
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila
kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau
pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom
serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi
yang baik. Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat
di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat
pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya
terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil
tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat,
penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur.
Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah
komplikasi setelah melahirkan. Operasi Caesar dilakukan apabila terjadi distress janin
serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena
umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan
proses melahirkan
Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal
(kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan
mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan
hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu
lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana
janin dengan PJT asimetris lebih dapat “catch-up” pertumbuhan setelah dilahirkan.
Pencegahan :
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti
diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius
selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan
makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik;
mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi
dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu
pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu
maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat menyebabkan
kematian pada ibu dan bayi.
Komplikasi kehamilan trimester ketiga
Persalinan prematuritas
Persalinan prematuritas (prematur) adalah persalinan yang terjadi diantara umur
kehamilan 29-36 minggu, dengan berat badan lahir kurang dari 2,5 kg. Persalinan
prematuritas merupakan masalah besar karena dengan berat janin kurang dari 2,5 kg dan
umur kurang dari 36 minggu, alat-alat vital (otak, jantung, paru, ginjal) belum sempurna,
sehingga mengalami kesulitan dalam adaptasi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Penatalaksanaan persalinan premature, mempertahankan berat badan janin sampai
mencapai lebih dari 2,5 kg. komplikasi pada ibunya tidak terlalu banyak, kecuali berupaya
agar kehamilan prematur yang akan datang tidak berulang kembali. Masalah pada bayi
prematur lebih banyak karena perawatan memerlukan tindakan intensif, bayi mudah
terkena infeksi, dan perkembangan dan pertumbuhannya sering terlambat. Untuk
mengatasi kehamilan premature, ibu harus mempersiapkan diri untuk hamil dengan
pemeriksaan intensif, mengatur jarak kehamilan agar mencapai kesejahteraan yang
optimal, dan segera memeriksakan diri untuk menunda persalinan prematuritas.
Pre-Eklamsi
Per-eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janinnya.
Penyakit ini pada umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan dan dapat terjadi pada
waktu antepartum, intrapartum, dan pascapersalinan.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda yang lain. Untuk
menegakkan diagnosis pre-eklamsi, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mm Hg atau lebih
di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mm Hg atau lebih dan
tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mm Hg maka
diagnosis hipertensi dapat ditegakkan.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum yang berlebihan dalam jaringan tubuh,
dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari
tangan, dan muka. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih
dapat dianggap normal tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu
menimbulkan kewaspadaan.
Proteinuria merupakan komplikasi lanjutan dari hipertensi dalam kehamilan, dengan
kerusakan ginjal sehingga beberapa bentuk protein lolos dalam urine. Normal terdapat
sejumlah protein dalam urine, tetapi tidak melebihi 0,3 gr dalam 24 jam.
Proteinuria menunjukkan komplikasi hipertensi dalam kehamilan lanjut sehingga
memerlukan perhatian dan penanganan segera.
Penyebab pre-eklamsi sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Telah terdapat
banyak teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit ini, akan tetapi tidak ada yang
dapat memberi jawaban yang memuaskan. Diduga penyebab hipertensi dalam kehamilan
secara patologi terjadi karena akibat implantasi sehingga timbul iskemia plasenta yang
diikuti sindroma inflamasi dan risiko meningkat pada hamil kembar, penyakit trombolas,
diabetes mellitus, faktor herediter dan masalah vaskuler.
3. Hipertensi dalam Kehamilan
Definisi :
Hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi serius trimester ke 2-3, dengan gejala
klinis, seperti : edema hipertensi, proteinuria, kejang sampai koma dengan umur kehamilan
diatas 20 minggu, dan dapat terjadi antepartum-intrapartum-pascapartum.
Gambaran klinis tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Hipertensi
Tekanan darah absolut 140/90 atau 160/110, yang diambil selang 6 jam dalam
keadaan istirahat.
2. Edema
Merupakan timbunan cairan tubuh yang tampak atau tidak tampak
Perhitungan kenaikan berat badan melebihi ¾- 1 kg/minggu diaggap patologis.
Edema dijumpai ditibia, muka, atau tangan bahkan seluruh tubuh (anasarka)
3. Proteinuria
Proteinuria menunjukan komplikasi lanjut dari hipertensi dalam kehamilan,
dengan kerusakan ginjal sehingga beberapa bentuk protein lolos dalam urin.
Normal terdapat sejumlah protein dalam urin, tetapi tidak melebihi 0,3 gr
dalam 24 jam. Proteinuria menunjukan komplikasi hipertensi dalam kehamilan lanjut
sehingga memerlukan perhatian yang serius.
4. Kejang (konvulasi)
Kejang menunjukan kelanjutan komplikasi menjadi eklampsia, yang menyebabkan
terjadi AKI tinggi. Kejang atau konvulasi, menunjukan telah terjadi kemungkinan
perdarahan nekrosis dan edema.
5. Koma
Kelanjutan kejang dapat didikuti koma, sebagai manifesteasi dari acut vascular
accident (AVA) yang menimbulkan perdarahan nekrosis sehingga terjadi koma.
Pembagian Hipertensi Dalam Kehamilan
a. Hipertensi dalam kehamilan sebagai komplikasi kehamilan :
- Pre-eklampsia : ringan dan berat.
- Eklampsia
b. Hipertensi dalam kehamilan yang terjadi pada hipertensi kronik atau superimposed
pre-eklampsia-eklampsia
c. Hipertensi sementara (coincidental hypertension)
Terjadi hipertensi tanpa gejala pre-eklampsia atau sampai 24 jam pasca partus.
Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi pada wanita yang sebelumnya mempunyai
tensi normal, atau dapat memperberat hipertensinya pada mereka yang sebelumnya sudah
menderita hipertensi. Edema yang menyeluruh, proteinuria atau kedua-duanya sering
didapatkan bersama hipertensi yang disebabkan atau diperberat oleh kehamilan. Kejang-
kejang dapat timbul pada keadaan hipertensi, terutama pada wanita dimana hipertensinya
tidak diperhatikan. Keracunan kehamilan merupakan komplikasi kehamilan dan sebagai
salah satu dari trias komplikasi, yang tetap merupakan penyebab kematian ibu. Keracunan
kehamilan juga dianggap sebagai penyebab kematian dan morbiditas perinatal yang tinggi
Preeklampsia
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan edema yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada ibu hamil dengan usia
kehamilan di atas 20 minggu atau dalam trimester ketiga kehamilan. Tetapi dapat terjadi
sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.
Hipertensi biasanya timbul terlebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Hipertensi apabila :
a. Tekanan sistolik ≥ 140 mmHg atau kenaikannya ≥ 30 mmHg diatas tekanan yang
biasanya.
b. Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg atau kenaikannya ≥ 15 mmHg di atas tekanan yang
biasanya.
Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali dengan selang waktu
4 jam, pada keadaan istirahat.
Edema apabila terjadi penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan
tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki,
jari tangan dan muka.14 Kenaikan berat badan yang mendadak sebanyak 1 kg atau lebih
dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan adalah indikasi preeklampsia.16
Proteinuria adalah konsentrasi protein dalam urine melebihi 0,3 g/liter dalam urine 24
jam yang dikeluarkan dengan kateter yang diambil minimal dua kali dengan jarak waktu
enam jam.17 Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan
berat badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.18
Preeklampsia dibedakan atas :
a. Preeklampsia ringan
Preeklampsia ringan apabila ditemukan adanya dua dari tiga jenis gejala yaitu
hipertensi, proteinuria, dan edema. Ketiga gejala tersebut dapat digolongkan
preeklampsia ringan apabila :
⁻ Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg
atau kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg tetapi kurang dari 160/110
mmHg.
⁻ Proteinuria 0,3 gr/liter atau lebih dalam urine 24 jam.
⁻ Edema pada kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih
per minggu selama trimester II
b. Preeklampsia berat
Preeklampsia berat apabila ditemukan gejala preeklampsia ringan yang meningkat
yaitu tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg, proteinuria ≥ 5
gr/l dalam urine 24 jam, edema paru dan sianosis. Disamping itu, bisa juga ditemukan
satu atau lebih gejala atau tanda di bawah ini :
⁻ Oliguria, urine < 400 ml/24 jam.
⁻ Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.
⁻ Nyeri epigastrium dan nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.
⁻ Trombositopenia.
Pertumbuhan Janin Terhambat.
Adanya HELLP syndrome ( Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelet Count).
Eklampsia
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Halilintar”. Kata tersebut
dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa
didahului oleh tanda-tanda lain. Eklampsia merupakan penyakit akut yang timbul pada
ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang ditandai dengan kejang dan kadang diikuti
dengan koma yang panjang atau singkat, dan biasanya mengalami hipertensi, proteinuria
dan terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan.
Eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan
tanda-tanda preeklampsia. Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh
preeklampsia, sangat penting pengawasan antenatal yang teliti dan teratur. Pada wanita
yang menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma.
Fase kejang pada eklampsia dibedakan atas 4 tingkat yaitu :
a. Tingkat Awal atau Aura
Bola mata penderita terbuka, berputar atau membelalak, tanpa melihat, kelopak
mata bergetar demikian juga dengan otot tangan kejang-kejang. Terjadi penurunan
kesadaran. Keadaan ini berlangsung kira-kira 10-20 detik.12
b. Tingkat Kejang Tonik
Dalam tingkat ini seluruh otot berkontraksi dengan kuat, tangan menggenggam,
dan kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, anggota badan dan bibir
menjadi biru, gigi terkatup dan mata menonjol, muka menjadi sianotik, lidah dapat
tergigit. Keadaan ini dapat terjadi kira-kira 10-20 detik.
c. Stadium susulan, Kejang Klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut
membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol, dari
mulut keluar air liur yang berbusa, muka menunjukkan kongesti dan sianosis.
Penderita menjadi tidak sabar dan pernapasan sulit. Kejang berhenti dan penderita
menaruk napas dengan mendengkur. Keadaan ini berlangsung 1-2 menit.
d. Tingkat Koma
Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama berlangsung beberapa menit sampai
berjam-jam, tergantung individu, secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar
kembali. Selama serangan tekanan darah tinggi, nadi cepat dan suhu tubuh
meningkat. Sebagai akibat serangan dapat terjadi komplikasi-komplikasi seperti
lidah tergigit, nafas ngorok dan cepat, muka bengkak, selanjutnya dapat terjadi
kejang karena itu perlu hati-hati dan pemberian obat penenang.
HIPERTENSI HASIL DARI PENELITIAN JURNAL
Hipertensi adalah gangguan medis yang paling umum ditemui selama
kehamilan. Gangguan hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian ibu terkait
kehamilan di Amerika Serikat. Kami akan menyajikan update komprehensif dari literatur
yang berkaitan dengan hipertensi dalam kehamilan.Makalah ini dimulai dengan
mendefinisikan dan mengklasifikasikan gangguan hipertensi pada kehamilan.Perubahan
fisiologis normal pembuluh darah dan ginjal yang terjadi selama kehamilan yang rinci. Kami
akan merangkum aspek menarik dari patofisiologi preeklamsia, menekankan pada kemajuan
terbaru dalam bidang ini. Perangkat diagnostik yang ada dan tes yang telah diusulkan untuk
skrining preeklamsia secara komprehensif dijelaskan. Kami juga menyoroti implikasi jangka
pendek dan jangka panjang preeklampsia. Akhirnya, kami meninjau pedoman manajemen
saat ini, tujuan pengobatan dan menggambarkan potensi risiko dan manfaat yang terkait
dengan berbagai kelas obat antihipertensi. Preeklamsia masih tetap sebuah teka-teki, dan
manajemen ini berfokus pada pemantauan dan pengobatan manifestasinya. Kami berharap
bahwa ini kritik mendalam akan merangsang penelitian mekar di lapangan dan membantu
praktisi untuk mengidentifikasi wanita yang berisiko dan lebih efektif mengobati individu
yang terkena.
Hipertensi pada kehamilan didefinisikan sebagai sistolik 140 mm Hg atau lebih atau
diastolik 90 mm Hg atau lebih.Tekanan darah harus diambil di lengan atas dengan pasien
duduk menggunakan manset tepat ukuran. Pasien harus beristirahat selama setidaknya
beberapa menit. Tekanan darah harus dikonfirmasi dengan membaca lain setidaknya pada
interval dua puluh menit atau bahkan pada kesempatan terpisah. Pembacaan diastolik
ditentukan oleh hilangnya suara dan tidak dengan perubahan dalam suara. Kontroversi tetap
sebagai kriteria tekanan darah yang digunakan untuk menentukan preeklamsia. Beberapa ahli
dari daerah khusus ini obat berpendapat bahwa kenaikan pesat dalam tekanan darah 30 mm
Hg sistolik atau 15 mm Hg diastolik harus cukup untuk mendiagnosa preeklamsia. Namun,
rekomendasi saat ini dari kelompok kerja 2000 menunjukkan bahwa perempuan yang
mengalami perubahan ini hanya belum preeklampsia tapi jangan menjamin pengamatan
dekat, terutama jika temuan ini disertai dengan proteinuria dan hyperuricemia.
Komplikasi Jangka Pendek :
Ibu
Hasil untuk kehamilan rumit oleh berbagai hipertensi dari kehamilan lancar pada wanita
dengan kronis, hipertensi terkontrol sampai mati dalam kasus preeklamsia-eklamsia.Hasil
buruk utama termasuk sistem saraf pusat (SSP) luka seperti kejang (eklampsia),
hemoragik dan stroke iskemik, kerusakan hati mulai dari elevasi transaminase, yang
disebut "sindrom HELLP" (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombosit rendah) ,
gagal hati, disfungsi ginjal (mencakup keseluruhan, mulai dari pengurangan sepele dalam
laju filtrasi glomerulus dan proteinuria minimal untuk reversibel gagal ginjal akut atau
biasa disebut nekrosis tubular akut bahkan ireversibel gagal ginjal sekunder akibat
nekrosis korteks ginjal) serta peningkatan frekuensi sesar, kelahiran prematur, dan solusio
plasenta.
Janin
Efek kronis, hipertensi terkontrol pada kehamilan pada janin yang minimal. Namun,
preeklamsia-eklamsia dapat menyebabkan frekuensi yang lebih tinggi dari tenaga kerja
diinduksi, hambatan pertumbuhan janin, kesulitan pernapasan neonatal, dan peningkatan
penerimaan frekuensi neonatal unit perawatan intensif. Hipertensi pada kehamilan,
bahkan dalam bentuk yang lebih parah, menyebabkan peningkatan risiko hanya minimal
untuk perinatal atau janin mati.
Komplikasi Jangka Panjang :
Meskipun hipertensi dalam kehamilan / preeklamsia biasanya dianggap sebagai masalah
jangka pendek yang menyelesaikan sendiri dengan pengiriman, masih membawa risiko yang
signifikan untuk komplikasi terpencil. Mereka bayi yang lahir kecil dan prematur mungkin
mengalami tinggal lama di unit perawatan intensif neonatal dan sering menghadapi
keterlambatan perkembangan. Hasil remote termasuk risiko preeklamsia pada kehamilan
berikutnya dan beberapa risiko kesehatan ibu jangka panjang seperti yang dijelaskan di bawah
ini.
Risiko Kambuh
Risiko preeklamsia berulang pada kehamilan berikutnya bervariasi dengan tingkat
keparahan dan waktu terjadinya episode akut. Diperkirakan bahwa wanita dengan berat,
preeklamsia dini selama kehamilan pertama mereka akan memiliki risiko tinggi
preeklampsia berulang pada kehamilan berikutnya mereka (25-65%). Di sisi lain, untuk
bentuk ringan dari preeklamsia risiko episode berulang masih meningkat, meskipun
untuk tingkat yang lebih rendah (5-7%) dibandingkan dengan perempuan yang tetap
normal selama kehamilan pertama mereka (1%). Risiko kekambuhan preeklampsia lebih
rendah ketika kehamilan pertama adalah kembar dibandingkan dengan kehamilan
tunggal.
Komplikasi Kardiovaskular
Hubungan antara preeklampsia dan penyakit kardiovaskular baik dijelaskan dengan baik
dan didokumentasikan dengan baik. Wanita dengan riwayat preeclampsia peningkatan
risiko pada signifikan untuk mengembangkan hipertensi, penyakit jantung iskemik,
stroke, diabetes tipe II, dan tromboemboli vena dibandingkan dengan wanita tanpa
riwayat penyakit. Faktor-faktor terkait dengan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular jangka panjang onset preeclampsia awal, preeklamsia berulang,
preeklamsia berat, hipertensi gestasional, atau preeklampsia dengan onset sebagai
multipara. Peripartum cardiomyopathy lebih sering terjadi pada wanita dengan
preeklamsia. Hubungan antara patofisiologi preeklampsia dan akhir-pengembangan
penyakit kardiovaskular selanjutnya tidak jelas. Banyak hipotesis telah dieksplorasi
termasuk gangguan fungsi endotel, peningkatan resistensi insulin, aktivitas yang
berlebihan simpatik, aktivitas proinflamasi, dan profil lipid yang abnormal, yang
biasanya merupakan suatu manifestasi awal dari sindrom metabolic.
Penyakit Ginjal
Lebih biopsi ginjal dilakukan pada korban preeklamsia dibandingkan pada wanita tidak
terpengaru. Ada juga peningkatan risiko untuk wanita dengan riwayat preeklamsia untuk
mengembangkan stadium akhir penyakit ginjal (ESRD), meskipun risiko absolut
tampaknya rendah.Sebuah studi baru-baru ini diterbitkan yang dievaluasi data dari
kelahiran nasional Norwegia dan ESRD pendaftar menemukan bahwa risiko ESRD
berikutnya meningkat dengan peningkatan episode berulang preeklampsia pada dua atau
lebih kehamilan.
Kanker
Beberapa studi observasional mengevaluasi hubungan yang mungkin antara hipertensi
dalam kehamilan dan risiko kanker. Secara keseluruhan, wanita dengan preeklamsia
ditemukan berada pada risiko berkurang atau tidak ada risiko kelebihan kanker jika diikuti
oleh diperpanjang periode postpartum. Hal ini dikonfirmasi oleh tinjauan sistematis baru-
baru ini yang tidak menemukan hubungan yang signifikan antara preeklampsia dan risiko
kanker. Ini "pelindung" efek preeklampsia dapat dijelaskan, setidaknya sebagian, oleh
kemungkinan peran sistem kekebalan tubuh dalam patogenesis penyakit.Perempuan
dengan sistem kekebalan responsif mungkin lebih rentan untuk mengembangkan
preeklamsia tetapi menikmati beberapa perlindungan dari keganasan.