LAPORAN KASUS
KEJANG DEMAM
Program Studi Pendidikan Dokter
Disusun oleh :
Putri Ardian
11101-071
Pembimbing:
dr. May Valzon M.sc
MODUL KEPANITERAAN JUNIOR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2015
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama : An. B
Umur : 2 tahun 1 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Limbungan baru
Nama Ayah : Tn. A
Umur : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : Swasta
Nama Ibu : -
Umur : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
II. ANAMNESIS
An. B berusia 2 tahun 1 bulan datang diantar ayah dan ibunya ke RSIA Zainab dengan
keluhan kejang 2 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Menurut pengakuan ibunya, An.
B mengalami kejang ± 7 menit, setelah kejang An. B sadar dan menangis. Sebelumnya An. B
mengalami demam dan batuk sejak 3 hari ini. Dokter memutuskan untuk memperbaiki
keadaan umum.
Riwayat pribadi :
Riwayat kehamilan dan persalinan
- Riwayat kehamilan : -
- Riwayat persalinan : -
- Riwayat pasca lahir : -
Riwayat makanan : -
Pertumbuhan dan perkembangan anak : -
Mental/intelegensia : -
Emosi dan perilaku : -
Imunisasi : -
Riwayat penyakit dahulu : -
Social ekonomi dan lingkungan : -
Anamnesis sitem : -
III. PEMERIKSAAN JASMANI
A. PEMERIKSAAN UMUM
Kesan umum : tampak sakit sedang
Tanda utama : Nadi 120x/menit, RR 36x/menit, TD (-), Suhu 39©
Status gizi : BB 12 kg
Panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas (-)
Kulit : -
Kelenjar limpa : -
Otot : -
Tulang : -
Sendi : -
B. PEMERIKSAAN KHUSUS : -
IV. LABORATORIUM DASAR :
- Hb : 11,7 g/dl
- Leukosit : 11.100 mm3
Diff. Count (Eosinofil 0, basofil 0, Netrofil batang 7, Netrofil Segmen 71, limfosit 15,
monosit 5)
- Trombosit : 273.000 mm3
- Hematokrit : 33,4%
V. RINGKASAN DASAR : -
VI. DAFTAR PERMASALAHAN
- Masalah aktif : kejang
- Masalah pasif : demam dan batuk
VII. DIAGNOSIS BANDING
- Kejang demam
- Meningitis
VIII. DIAGNOSIS
Kejang demam
IX. TERAPI
- IVFD RL 15 tpm (mikro)
- Asam Valproat (Depaken) syrup 360 mg/hari dalam 3 dosis = 3x1/2 cth
- Paracetamol syrup 120 mg: 3x1 cth
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang demam
No. ICPC 2 : N07 Convulsion/seizure
No. ICD X : R56.0 Febrile convulsions
Tingkat kemampuan : 4A
2.1 Definisi
Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal >38 ©) akibat dari suatu proses ekstra kranial. Kejang berhubungan dengan
demam, tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab lain1,2. Kejang demam
terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan–5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang
disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului
demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan
terjadi bersama demam2.
2.2 Klasifikasi1,2
Klasifikasi kejang demam terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Kejang demam sederhana
1. Kejang generalisata (tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal)
2. Durasi: < 15 menit dan akan berhenti sendiri
3. Kejang tidak disebabkan oleh adanya meningitis, encephalitis, atau
penyakit yang berhubungan dengan gangguan di otak
4. Kejang tidak berulang dalam 24 jam.
5. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
b. Kejang demam kompleks
1. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
2. Durasi: > 15 menit
3. Dapat terjadi kejang berulang atau lebih 1 kali dalam 24 jam.
2.3 Gejala dan tanda
Keluhan utama adalah kejang. Anamnesis dimulai dari riwayat perjalanan penyakit
sampai terjadinya kejang, kemudian mencari kemungkinan adanya faktor pencetus atau
penyebab kejang. Umumnya kejang demam pada anak dan berlangsung pada permulaan
demam akut, berupa serangan kejang klonik umum atau tonik klonik, singkat dan tidak ada
tanda-tanda neurologi post iktal. Penting untuk ditanyakan riwayat kejang sebelumnya,
kondisi medis yang berhubungan, obat-obatan, trauma, gejala infeksi, keluhan neurologis,
nyeri atau cedera akibat kejang1.
2.4 Faktor risiko
a. Demam
1. Demam yang berperan pada KD, akibat:
• Infeksi saluran pernafasan
• Infeksi saluran pencernaan
• Infeksi saluran air seni
• Roseola infantum
• Paska imunisasi
2. Derajat demam:
• 75% dari anak dengan demam ≥ 39 ©
• 25% dari anak dengan demam > 400C
b. Usia
1. Umumnya terjadi pada usia 6 bulan – 6 tahun
2. Puncak tertinggi pada usia 17 – 23 bulan
3. Kejang demam sebelum 5 – 6 bulan mungkin disebabkan oleh infeksi
SSP
4. Kejang demam diatas umur 6 tahun, perlu dipertimbangkan febrile
seizure plus (FS+).
c. Gen
1. Risiko meningkat 2 – 3x bila saudara kejang demam
2. Risiko meningkat 5% bila orang tua menderita kejang demam
2.5 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan tanda-tanda vital, mencari tanda-tanda trauma akut
kepala, dan adanya kelainan sistemik, terpapar zat toksik, infeksi, atau adanya kelainan
neurologis fokal. Bila terjadi penurunan kesadaran diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk
mencari faktor penyebab1.
2.6 Pemeriksaan penunjang1
Untuk menentukan faktor penyebab dan komplikasi kejang pada anak, diperlukan
beberapa pemeriksaan penunjang antara lain, yaitu:
a. Laboratorium darah, seperti: kadar gula darah, elektrolit, dan hitung jenis. Pemeriksaan ini
dianjurkan pada pasien dengan kejang pertama.
b. Pemeriksaan urin direkomendasikan pada pasien yang tidak memiliki kecurigaan fokus
infeksi.
c. Pungsi lumbal2
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk me negakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada
bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
d. Elektroensefalografi (EEG)2
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan
kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari
6 tahun, atau kejang demam fokal.
e. Pencitraan2
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
2.7 Diagnosis Klinis1
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2.8 Diagnosis Banding
a. Meningitis
b. Ensefalitis
c. Epilepsi
d. Gangguan metabolik, seperti: gangguan elektrolit.
2.9 Komplikasi1
a. Kerusakan sel otak
b. Risiko kejang atipikal apabila kejang demam sering berulang
2.10 Penatalaksanaan1
a. Keluarga pasien diberikan informasi selengkapnya mengenai kejang demam dan
prognosisnya.
b. Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejangnya adalah dengan:
1. Diazepam per rektal (0,5 mg/kg) atau lorazepam (0,1 mg/kg) harus segera
diberikan jika akses intravena tidak dapat dibangun dengan mudah.
2. Buccal midazolam (0,5 mg/kg, dosis maksimal = 10 mg) lebih efektif daripada
diazepam per rektal untuk anak.
3. Lorazepam intravena, setara efektivitasnya dengan diazepam intravena dengan efek
samping yang lebih minimal (termasuk depresi pernapasan) dalam pengobatan kejang
tonik klonik akut. Bila akses intravena tidak tersedia, midazolam adalah pengobatan
pilihan.
2.11 Konseling dan Edukasi
Konseling dan edukasi dilakukan untuk membantu pihak keluarga mengatasi
pengalaman menegangkanakibat kejang demam dengan memberikan informasi
mengenai:
a. Prognosis dari kejang demam.
b. Tidak ada peningkatan risiko keterlambatan sekolah atau kesulitan
intelektual akibat kejang demam.
c. Kejang demam kurang dari 30 menit tidak mengakibatkan kerusakan
otak.
d. Risiko kekambuhan penyakit yang sama di masa depan.
e. Rendahnya risiko terkena epilepsi dan kurangnya manfaat menggunakan terapi obat
antiepilepsi dalam mengubah risiko itu.
Edukasi pada orang tua2
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang
sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus
dikurangi dengan cara yang diantaranya:
1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek
samping
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang2
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau
lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan
sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
Kriteria Rujukan
a. Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat antikonvulsi.
b. Apabila kejang demam sering berulang disarankan EEG.
2.12 Prognosis1
Prognosis umumnya dubia ad bonam, namun sangat tergantung dari kondisi pasien saat
tiba, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya.
- Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya
normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian
kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang
berulang baik umum atau fokal.
- Kemungkinan berulangnya kejang demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang
demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya
10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
- Faktor risiko terjadinya epilepsi
Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi
epilepsi adalah :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4%-
6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%-
49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada
kejang demam
DAFTAR PUSTAKA
1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes Nomor 5 tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
2 Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan
Dokter Anak Indonesia 2006.