KEBUDAYAAN SUKU
ASMAT ADE RIZKI PUSPITASARI
ARDYAN TRISNANTO
RAHMAT AZIZ SETIABUDI
REZA HAMBALI
DHAWAM PAMBUDI
NADIA RIZKI
NEGI WIRANATA
Suku Asmat merupakan salah satu suku yang
ada di Indonesia. Suku Asmat berdiam di
daerah-daerah yang terpencil dan daerah
tersebut merupakan tempat alam yang liar.
Mereka tinggal di pesisir barat daya Irian
Jaya (Papua). Awal mulanya mereka tinggal
di wilayah administrative Kabupaten
Merauke.
Asal Usul Suku Asmat
Menurut Pastor Zegwaard, seorang misionaris Katolik
berbangsa Belanda, orang-orang Asmat mempercayai
bahwa mereka berasal dari Fumeripits (Sang Pencipta).
Konon, Fumeripits terdampar di pantai dalam keadaan
sekarat dan tidak sadarkan diri. Namun nyawanya
diselamatkan oleh sekolompok burung sehingga ia kembali
pulih. . Kemudian ia hidup sendirian di sebuah daerah
yang baru. Karena kesepian, ia membangun sebuah rumah
panjang yang diisi dengan patung-patung dari kayu hasil
ukirannya sendiri. Namun ia masih merasa kesepian,
kemudian ia membuat sebuah tifa yang ditabuhnya setiap
hari.
Tiba-tiba, bergeraklah patung-patung kayu yang sudah
dibuatnya tersebut mengikuti irama tifa yang dimainkan.
Sungguh ajaib, patung-patung itu pun kemudian berubah
menjadi wujud manusia yang hidup. Mereka menari-nari
mengikuti irama tabuhan tifa dengan kedua kaki agak
terbuka dan kedua lutut bergerak-gerak ke kiri dan ke
kanan. Semenjak itu, Fumeripits terus mengembara dan di
setiap daerah yang disinggahinya, ia membangun rumah
panjang dan menciptakan manusia-manusia baru yang
kemudian menjadi orang-orang Asmat seperti saat ini.
Kondisi Alam Suku Asmat
Wilayah yang mereka tinggali sangat unik. Dataran coklat
lembek yang tertutup oleh jaring laba-laba sungai.
Wilayah yang ditinggali Suku Asmat ini telah menjadi
Kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten Asmat dengan
7 Kecamatan atau Distrik. Hampir setiap hari hujan turun
dengan curah 3000-4000 milimeter/tahun. Setiap hari juga
pasang surut laut masuk kewilayah ini,sehingga tidak
mengherankan kalau permukaan tanah sangat lembek dan
berlumpur. Jalan hanya dibuat dari papan kayu yang
ditumpuk diatas tanah yang lembek. Praktis tidak semua
kendaraan bermotor bisa lewat jalan ini. Orang yang
berjalan harus berhati-hati agar tidak terpeleset,terutama
saat hujan.
Kampung Asmat
Sekarang biasanya, kira-kira 100 sampai 1000 orang hidup
di satu kampung. Setiap kampung punya satu rumah
Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai
untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Rumah
keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang
mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri. Hari ini, ada
kira-kira 70.000 orang Asmat hidup di Indonesia. Mayoritas
anak-anak Asmat sedang bersekolah.
Ciri Fisik Suku Asmat
Penduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang
khas,berkulit hitam dan berambut keriting. Tubuhnya
cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang Asmat wanita
sekitar 162cm dan tinggi badan laki-laki mencapai 172cm.
Ciri-ciri bagian tubuh lainnya adalah bentuk kepala yang
lonjong (dolichocephalic), bibir tipis, hidung mancung,
dan kulit hitam. Orang Asmat pada umumnya tidak banyak
menggunakan kaki untuk berjalan jauh, oleh karena itu
betis mereka terlihat menjadi kecil. Namun setiap saat
mereka mendayung dengan posisi berdiri sehingga otot-
otot tangan dan dadanya tampak terlihat tegap dan kuat.
Tubuh kaum perempuan kelihatan kurus karena
banyaknya perkerjaan yang harus mereka lakukan.
Cara Merias DIri Suku Asmat
Suku asmat memiliki cara yang sangat sederhana untuk
merias diri mereka. mereka hanya membutuhkan tanah
merah untuk menghasilkan warna merah. untuk
menghasilkan warna putih mereka membuatnya dari kulit
kerang yang sudah dihaluskan. sedangkan warnah hitam
mereka hasilkan dari arang kayu yang dihaluskan. cara
menggunakan pun cukup simpel, hanya dengan
mencampur bahan tersebut dengan sedikit air, pewarna
itu sudah bisa digunkan untuk mewarnai tubuh.
Adat Istiadat Suku asmat
Suku Asmat adalah suku yang menganut Animisme, sampai
dengan masuknya para Misionaris pembawa ajaran baru,
maka mereka mulai mengenal agama lain selain agam
nenek-moyang. Dan kini, masyarakat suku ini telah
menganut berbagai macam agama, seperti Protestan,
Khatolik bahkan Islam. Seperti masyarakat pada
umumnya, dalam menjalankan proses kehidupannya,
masyarakat Suku Asmat pun, melalui berbagai proses,
yaitu :
Pernikahan, proses ini berlaku bagi seorang baik pria
maupun wanita yang telah berusia 17 tahun dan dilakukan
oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak
mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk
membeli wanita dengan mas kawinnya piring antik yang
berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu
Johnson, bila ternyata ada kekurangan dalam penafsiran
harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya
dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan
tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal
dalam satu atap.
Kehamilan, selama proses ini berlangsung, bakal generasi
penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir dengan
selamat dengan bantuan ibu kandung alau ibu mertua.
Kelahiran, tak lama setelah si jabang bayi lahir
dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan
acara pemotongan tali pusar yang menggunakan Sembilu,
alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan.
Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3
tahun.
Kematian, bila kepala suku atau kepala adat yang
meninggal, maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi
dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila
masyarakat umum, jasadnya dikuburkan. Proses ini
dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan
pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang
ditinggalkan.
Rumah Adat Suku Asmat
Rumah Tradisional Suku Asmat adalah Jeu dengan panjang
sampai 25 meter.Sampai sekarang masih dijumpai Rumah
Tradisional ini jika kita berkunjung ke Asmat Pedalaman.
Bahkan masih ada juga di antara mereka yang membangun
rumah tinggal diatas pohon.
Kepercayaan Dasar Suku Asmat
Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal
dari dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam
setiap sore hari. Mereka yakin bila nenek moyangnya pada jaman dulu
melakukan pendaratan di bumi di daerah pegunungan. Selain itu orang suku
Asmat juga percaya bila di wilayahnya terdapat tiga macam roh yang masing-
masing mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat namun mati. Berdasarkan
mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo, dewa itu bernama
Fumuripitis. Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia
juga diam berbagai macam roh yang mereka bagi dalam 3 golongan.
Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi
keturunannya.
Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu.
Dambin – Ow atau roh jahat yang mati konyol
Video Kebudayaan Suku Asmat
TERIMAKASIH
Top Related