Triwulan II - 2008
Kantor Bank Indonesia Banjarmasin
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Kalimantan Selatan
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan
rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga publikasi triwulanan kami yang berjudul Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan periode triwulan II-2008 dapat hadir di tangan pembaca.
Penerbitan publikasi yang berisi informasi mengenai perkembangan berbagai variabel makro ekonomi regional ini merupakan salah satu wujud pelaksanaan tugas-tugas Bank Indonesia di daerah dalam melaksanakan fungsi pengelolaan dan pelayanan informasi di bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran dan informasi lainnya yang terkait dengan pengembangan ekonomi daerah.
Publikasi ini selain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) kami, baik di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan maupun para pengguna lain yang memerlukannya. Kehadiran terbitan ini di tangan pembaca tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan berharap semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang.
Kami menyadari bahwa publikasi ini masih memiliki berbagai kekurangan, sehingga upaya terus-menerus untuk meningkatkan kualitas analisis dan informasi yang ditampilkan menjadi agenda rutin kami. Oleh karena itu segala saran, masukan, dan kritik yang konstruktif dari seluruh pembaca akan kami terima dengan tangan terbuka.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik.
Banjarmasin, Agustus 2008 BANK INDONESIA BANJARMASIN
Bramudija Hadinoto Pemimpin
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
i
Daftar Isi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii KETERANGAN DAN SUMBER DATA ....................................................... iv RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………………… 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ................................... 8
1. Kondisi Umum …………………………………….…………. ........ 8 2. Sisi Penawaran ……………………………………….……............. 9
2.1 Sektor Ekonomi Dominan .................................................... 12 2.1.1 Sektor Pertanian ......................................................... 122.1.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ........................ 13 2.1.3 Sektor Industri Pengolahan ........................................ 14 2.1.4 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................... 16 2.1.5 Sektor Ekonomi Non-Dominan................................... 17
3. Sisi Permintaan .......................................................................... . 20 3.1 Konsumsi ............................................................................ 21 3.2 Perdagangan Luar Negeri...................................................... 23 3.2.1 Ekspor Non-Migas ..................................................... 23
3.2.2 Impor Non-Migas ...................................................... 25 3.3 Investasi ............................................................................... 26
Boks 1 : Krisis Listrik di Wilayah Kalselteng .................................... 11
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI ……….………… .............................. 29 1. Kondisi Umum …………………………………….…………. ....... 29 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok……………………………….…….. 30 Boks 2 : Kelangkaan BBM di Kalimantan Selatan ............................. 32
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN …………………………............... 34
1. Perkembangan Bank Umum.................................. ...................... 34 1.1 Total Aset .......................................................................... 35 1.2 Intermediasi Perbankan .................................... ................. 36 1.2.1 Penghimpunan Dana Masyarakat ............................. 39 1.2.2 Penyaluran Kredit .................................................... 41 1.3 Kredit UMKM .................................................................... 46
2. Perkembangan Bank Syariah ........................................... ........... 48 3. Perkembangan Industri BPR ........................................................ 50 4. Stabilitas Sistem Keuangan Regional ........................................... 52
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
ii
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
iii
Boks 3 : Penyaluran KUR di Kalimantan Selatan dan Permasalahannya................................................................ 37
BAB 4. KEUANGAN DAERAH ………………………... .............................. 54
1. APBD Provinsi Kalimantan Selatan......................................... ..... 54 2. Anggaran Pendapatan ................................................................. 55 3. Anggaran Belanja ........................................ ............................... 56
BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ……………………... .. 57
1. Transaksi Keuangan Secara Tunai ................................................ 57 1.1 Aliran Uang Masuk/Keluar (Cash Inflow/Outflow)................. 57 1.2 Penemuan Uang Palsu ……………………….. ...................... 58
2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai ........................................ 59 BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.... 61
1. Ketenagakerjaan …....……. ......................................................... 61 2. Kesejahteraan Masyarakat ........................................................... 64 Boks 4 : Hasil Quick Survey Efektivitas Penyaluran BLT Di Kalimantan ................................................................... 65
BAB 7. PROSPEK EKONOMI ............................................................. 67
1. Makro Ekonomi …....……. .......................................................... 67 2. Inflasi .......................................................................................... 69
LAMPIRAN ...................................................................... .................. 71
KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Banjarmasin. Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar
tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen
Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Bagian PDIE-Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II Perkembangan inflasi regional dari pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota
Banjarmasin. Data IHK bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh lebih lanjut untuk keperluan analisis.
Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang
berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan. Bab V Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KBI Banjarmasin . Untuk
data transaksi tunai bersumber dari Direktorat Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring Bank Indonesia Banjarmasin.
Bab VI Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersumber dari data Badan Pusat Statistik Pusat.
Bab VII Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi
dan moneter dengan didukung oleh hasil survey yang dilakukan KBI Banjarmasin. Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian diantaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II -2008
iv
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II -2008
v
Visi Bank Indonesia Menjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian. Misi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah serta lembaga terkait.
1 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF
ASESMEN EKONOMI
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II-
2008 mencatat peningkatan laju pertumbuhan yang
cukup tinggi, yaitu dari 7,36% (y-o-y) pada triwulan
sebelumnya menjadi 9,14% (y-o-y). Faktor
pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi
tersebut adalah membaiknya kinerja sektor-sektor
ekonomi utama, masih kuatnya permintaan
konsumsi, serta peningkatan ekspor.
Dari sisi penawaran, lonjakan pertumbuhan ekonomi
ditopang oleh peningkatan kinerja sektor ekonomi
dominan, yaitu sektor pertanian, sektor
pertambangan dan sektor perdagangan. Di sektor
pertanian, mundurnya masa tanam serta kondisi
cuaca yang relatif lebih baik telah mendorong
peningkatan produktivitas tanaman pangan. Demikian
pula pertumbuhan di sektor pertambangan juga
ditunjang oleh kondisi cuaca yang memungkinkan
untuk meningkatkan aktivitas penambangan batu
bara, di samping kenaikan harga batu bara
internasional seiring kenaikan harga minyak dunia.
Sementara itu peningkatan pertumbuhan sektor
perdagangan terutama ditopang oleh masih tingginya
pertumbuhan konsumsi masyarakat.
Dari sisi permintaan, melonjaknya pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Selatan didorong oleh
peningkatan konsumsi rumah tangga dan ekspor.
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan II-2008 meningkat cukup tinggi menjadi 9,14% (y-o-y)
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang kinerja sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor perdagangan
2 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
Ringkasan Eksekutif Masih kuatnya dorongan konsumsi rumah tangga di
tengah kenaikan harga BBM pada triwulan laporan
terutama dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat
akan terjadinya kenaikan harga barang maupun suku
bunga pasca kenaikan harga BBM. Sementara
peningkatan pertumbuhan ekspor merupakan respon
dari meningkatnya produktivitas sektor
pertambangan dan sektor pertanian seiring kondisi
cuaca yang lebih kondusif dan masuknya musim
panen raya padi.
Daya dukung keuangan pemerintah daerah masih
terbatas yang diindikasikan oleh belum optimalnya
realisasi keuangan pemerintah daerah untuk proyek-
proyek pembangunan daerah. Kondisi ini diperkirakan
terkait dengan tertundanya pelaksanaan proyek
karena proses tender yang sedang berjalan atau
tertunda karena adanya kalkulasi ulang akibat
perkembangan harga menjelang dan sesudah
kenaikan harga BBM, serta proses pengajuan dan
pengesahan perubahan anggaran.
Investasi swasta yang tercermin dari komponen
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mencatat
pertumbuhan yang melambat. Melambatnya
pertumbuhan PMTB Kalimantan Selatan dipengaruhi
oleh kondisi perekonomian yang sulit diprediksi akibat
kenaikan harga BBM, di samping kurangnya pasokan
listrik dan masih sering terjadinya kelangkaan BBM.
Kondisi tersebut menyebabkan investor cenderung
menahan realisasi investasi mereka, sambil
menunggu situasi yang lebih baik.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekono-mi terutama berasal dari peningkatan konsumsi masyarakat dan ekspor
Stimulus fiskal daerah belum optimal, investasi PMTB melambat.
3 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
Ringkasan Eksekutif ASESMEN INFLASI
Laju inflasi pada triwulan II-2008 mengalami
peningkatan yang relatif tinggi. Secara tahunan, laju
inflasi mencapai 11,82% (y-o-y), naik dibandingkan
triwulan I-2008 yang tercatat sebesar 8,64% (y-o-y).
Faktor pendorong peningkatan inflasi adalah kenaikan
harga BBM pada bulan Mei 2008 dan terjadinya
kelangkaan BBM yang berdampak pada
meningkatnya harga berbagai komoditas.
Tekanan inflasi yang meningkat terjadi pada semua
kelompok barang dan jasa. Kelompok yang
mengalami inflasi tahunan terbesar adalah kelompok
bahan makanan yang mencatat laju 17,26%, diikuti
oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar (16,06%), kelompok pendidikan, rekreasi dan
olahraga (10,67%), kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau (9,07%), kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan (8,15%),
kelompok kesehatan (5,05%), dan kelompok sandang
(4,91%).
Secara bulanan (m-t-m), laju inflasi tertinggi selama
triwulan II-2008 terjadi pada bulan Juni 2008, yaitu
mencapai 2,48%. Sementara tekanan inflasi pada
bulan April dan Mei 2008 relatif rendah. Laju inflasi
sampai dengan Juni 2008 telah mencapai sebesar
7,20% (y-t-d) atau jauh lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun 2007 yang mencapai
2,61%.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kinerja perbankan sampai dengan akhir triwulan II-
2008 secara umum bergerak membaik. Akselerasi
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi telah
Kredit perbankan meningkat pesat di tengah perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga.
Laju inflasi triwulan II-2008 meningkat. Tekanan inflasi terjadi pada semua kelompok barang dan jasa
Laju inflasi sampai dengan Juni 2008 telah mencapai sebesar 7,20% (y-t-d), jauh meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
4 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
Ringkasan Eksekutif mendorong terjadinya peningkatan pertumbuhan
kredit yang tinggi. Namun demikian suku bunga yang
relatif rendah, masih kuatnya permintaan konsumsi,
dan merebaknya instrumen investasi keuangan lain
menyebabkan terjadinya perlambatan pertumbuhan
dana pihak ketiga (DPK).
Rasio penyaluran kredit terhadap DPK yang dihimpun
bank (LDR) mengalami peningkatan dari 71,85%
pada akhir Maret 2008 menjadi 78,60% pada akhir
Juni 2008. Bahkan LDR berdasarkan kredit lokasi
proyek mencapai 92,28%. Namun demikian LDR yang
cukup tinggi tersebut belum diikuti dengan perbaikan
kualitas kredit yang diindikasikan oleh peningkatan
rasio NPL gross dari 3,97% pada triwulan sebelumnya
menjadi 5,30%.
Sementara itu fasilitas pinjaman kepada nasabah
yang belum ditarik (undisbursed loan) tercatat
sebesar Rp1,89 triliun, naik 42,82% dari triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp1,32 triliun. Rasio
antara undisbursed loan terhadap total kredit
mencapai 17,37%, meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 13,81%.
Secara umum kondisi stabilitas sistem keuangan
regional Kalimantan Selatan pada triwulan laporan
masih tetap terjaga. Industri perbankan maupun
lembaga keuangan non-bank masih memperlihatkan
kinerja yang positif, terlihat pada pertumbuhan sektor
keuangan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 12,30%
(y-o-y), hampir dua kali lipat dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya. Namun demikian
penurunan simpanan dalam bentuk deposito pada
industri BPR, serta peningkatan rasio NPL, baik pada
bank umum maupun BPR perlu diwaspadai.
LDR bank umum meningkat cukup tajam, tetapi diikuti peningkatan rasio NPL. Undisbursed loan juga mencatat peningkatan yang cukup tinggi
Kondisi stabilitas sistem keuangan regional masih terjaga. Peningkatan NPL perlu diwaspadai.
5 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
Ringkasan Eksekutif SISTEM PEMBAYARAN
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan
Selatan pada triwulan II-2008 telah meningkatkan
kebutuhan akan uang baik tunai maupun transaksi
pembayaran non-tunai. Aktivitas transaksi
pembayaran non-tunai melalui sarana kliring,
menunjukkan kenaikan baik dari sisi volume maupun
dari nominal transaksinya. Sementara transaksi
pembayaran tunai melalui Bank Indonesia, walupun
dari sisi perputaran menunjukkan penurunan namun
secara netto menunjukkan net cash outflow yang
mengindikasikan peningkatan kebutuhan uang tunai.
Jumlah aliran uang keluar (outflow) mencapai Rp521
miliar, naik sebesar Rp434 miliar dibandingkan
outflow triwulan I-2008 sebesar Rp87 miliar.
Sedangkan jumlah aliran uang masuk (inflow)
mencapai Rp257 miliar, turun Rp569 miliar
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
Rp826 miliar, sehingga terjadi nett cash outflow
sebesar Rp264,6 miliar.
Sementara itu perkembangan transaksi pembayaran
non-tunai melalui transaksi keuangan melalui sarana
Kliring juga menunjukkan kenaikan. Rata-rata harian
volume transaksi kliring mencapai 1.636 lembar,
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 1.560 lembar per hari. Peningkatan
tersebut juga diikuti kenaikan nilai nominal transaksi
harian dari Rp49,32 miliar pada triwulan I-2008
menjadi Rp54,9 miliar.
Perputaran uang tunai mencatat kenaikan terutama dari sisi outflow
Perputaran transaksi pembayaran Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 mengalami kenaikan.
Volume dan nominal transaksi non-tunai melalui sarana kliring mengalami kenaikan
6 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
Ringkasan Eksekutif PROSPEK EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada
triwulan III-2008 diperkirakan sedikit melambat,
meskipun masih berada pada level yang cukup tinggi,
yakni dalam kisaran 7,5%-9,5% (y-o-y). Perlambatan
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh kemungkinan
berkurangnya daya dorong permintaan domestik
regional, khususnya konsumsi swasta setelah
kenaikan harga BBM.
Kecenderungan peningkatan konsumsi pada bulan
puasa diperkirakan akan menjadi faktor penahan
melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat. Di
sisi lain konsumsi pemerintah diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi,
dipengaruhi oleh mulai meningkatnya realisasi
berbagai proyek pembangunan dan perbaikan
infrastruktur seiring telah selesainya beberapa proses
tender maupun proses pengesahan anggaran
perubahan.
Pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang juga
masih akan ditopang oleh kinerja ekspor, meskipun
diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan
dibandingkan triwulan laporan. Sementara itu
kemungkinan terjadinya musim kemarau di
Kalimantan Selatan pada triwulan mendatang
diperkirakan akan mengurangi produktivitas tanaman
perkebunan, sehingga produksi crude palm oil (CPO)
dan karet diperkirakan akan mengalami penurunan.
Kegiatan investasi swasta pada triwulan III-2008
diperkirakan masih berada pada tren yang melambat
searah dengan perlambatan pertumbuhan ekspor.
Dari sisi produksi, perkiraan tersebut didukung oleh
pertumbuhan sektor-sektor yang berorientasi ekspor,
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh melambat pada kisaran 7,5%- 9,5% (y-o-y).
Dari sisi permintaan, melambatnya konsumsi masyarakat akan mendorong perlambatan ekonomi
Ringkasan Eksekutif
7
khususnya sektor pertambangan dan sektor
pertanian.
Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh melambatnya kinerja
sektor ekonomi dominan, yakni sektor pertanian,
sektor pertambangan, dan sektor perdagangan, hotel
dan restoran. Namun demikian, adanya faktor
musiman datangnya bulan puasa diperkirakan akan
menahan perlambatan yang terjadi di sektor ini.
Sementara perkembangan kinerja sektor-sektor
ekonomi non-dominan, khususnya sektor bangunan
dan sektor jasa-jasa diperkirakan bergerak ke arah
yang positif.
Kinerja sektor-sektor ekonomi dominan sedikit melambat, sementara beberapa sektor ekonomi non-dominan diperkirakan cenderung membaik
PROSPEK INFLASI
Tekanan inflasi pada triwulan III-2008 di-perkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan
Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan III-2008
diperkirakan masih berada pada tren yang
meningkat, yakni pada kisaran 12%+1%. Hal ini
terutama dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga
BBM di bulan Mei 2008 yang berimbas terhadap
kenaikan harga komoditas lainnya. Namun demikian,
dari sisi pasokan terutama untuk kelompok bahan
makanan diperkirakan masih relatif baik seiring masih
berlangsungnya musim panen raya.
Meskipun trend konsumsi masyarakat pada triwulan
mendatang cenderung menurun, namun demikian
konsumsi masyarakat diperkirakan masih akan
menjadi salah satu faktor pendorong laju inflasi. Hal
ini terutama terkait dengan faktor musiman
datangnya tahun ajaran baru sekolah serta datangya
bulan puasa di bulan September 2008.
Tekanan inflasi dari sisi permintaan seiring faktor musiman tahun ajaran baru sekolah dan bulan puasa
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
8
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1. KONDISI UMUM
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 mencatat
lonjakan pertumbuhan yang cukup tinggi, yakni mencapai 9,14% (y-o-y),
setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 7,36% (y-o-y)1. Dari sisi
penawaran, lonjakan pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh kinerja
sektor ekonomi dominan yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan
sektor perdagangan. Di sektor pertanian, mundurnya masa tanam serta
kondisi cuaca yang relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya telah
mendorong peningkatan produktivitas tanaman pangan. Demikian pula
pertumbuhan di sektor pertambangan juga ditunjang oleh kondisi cuaca
yang memungkinkan untuk memingkatkan aktivitas penambangan batu
bara, di samping kenaikan harga batu bara internasional seiring kenaikan
harga minyak dunia. Sementara itu peningkatan pertumbuhan sektor
perdagangan terutama ditopang oleh masih tingginya pertumbuhan
konsumsi masyarakat.
Ditinjau dari sisi permintaan, melonjaknya pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan
aktivitas ekspor. Masih kuatnya dorongan konsumsi rumah tangga di tengah
kenaikan harga BBM pada triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh
ekspektasi masyarakat akan terjadinya kenaikan harga barang maupun suku
bunga pasca kenaikan harga BBM. Akibat hal tersebut, masyarakat
cenderung meningkatkan konsumsi mereka dengan harapan memperoleh
tingkat harga yang lebih rendah. Pertumbuhan yang lebih tinggi juga terjadi
pada ekspor netto, yang merupakan respon dari meningkatnya produktivitas
sektor pertambangan dan sektor pertanian seiring kondisi cuaca yang lebih
kondusif dan mulai masuknya musim panen raya padi.
1 Angka revisi dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan
1
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Daya dukung keuangan pemerintah daerah terhadap laju
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2008 masih terbatas yang
diindikasikan oleh belum optimalnya realisasi keuangan pemerintah daerah
terutama untuk proyek-proyek pembangunan daerah. Belum optimalnya
stimulus fiskal daerah tersebut diperkirakan terkait dengan tertundanya
pelaksanaan proyek karena proses tender yang sedang berjalan. Hal ini
antara lain disebabkan adanya kalkulasi ulang akibat perkembangan harga
menjelang dan sesudah kenaikan harga BBM, serta proses pengajuan dan
pengesahan perubahan anggaran.
Sementara itu investasi swasta yang tercermin dari komponen
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mencatat adanya pertumbuhan,
meskipun melambat. Melambatnya pertumbuhan PMTB Kalimantan Selatan
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang sulit diprediksi akibat kenaikan
harga BBM, di samping kurangnya pasokan listrik dan masih sering
terjadinya kelangkaan BBM. Kondisi tersebut menyebabkan investor
cenderung menahan realisasi investasi mereka, sambil menunggu situasi
yang lebih baik.
2. SISI PENAWARAN
Sektor-sektor ekonomi dominan dalam perekonomian Kalimantan
Selatan menunjukkan kinerja yang menggembirakan pada triwulan II-2008.
Laju pertumbuhan yang cukup tinggi yang terutama ditopang oleh sektor
pertambangan, sektor perdagangan dan sektor pertanian. Pada sektor
pertambangan dan pertanian, lonjakan pertumbuhan dipengaruhi oleh
kondisi cuaca yang lebih baik yang ditandai dengan tingkat curah hujan yang
kondusif untuk mendorong peningkatan produksi. Sementara itu
pertumbuhan di sektor perdagangan terkait dengan peningkatan konsumsi
masyarakat sebelum kenaikan harga BBM bulan Mei 2008, yang dipengaruhi
adanya ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga barang dan suku
bunga pasca kenaikan harga BBM.
Secara nominal sektor pertambangan merupakan sektor yang
mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 17,69% (y-o-y) dengan
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan II-2008 sebesar 3,68%.
Sedangkan sektor perdagangan yang merupakan sektor dengan pangsa
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
9
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
terbesar ketiga dalam perekonomian Kalimantan Selatan mencatat
pertumbuhan sebesar 12,20% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan I-2008 sebesar 7,66% (y-o-y). Dengan
perkembangan tersebut, kontribusi sektor perdagangan terhadap
perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 mencapai 1,72%.
Sementara itu sektor pertanian yang merupakan sektor dengan pangsa
terbesarmencatat pertumbuhan sebesar 5,54% (y-o-y), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,65% (y-o-y). Kontribusinya
sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada
triwulan laporan mencapai 1,54%, meningkat dibandingkan triwulan I-2008
sebesar 0,69%.
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (y-o-y)
Sektoral Atas Dasar Harga Konstan Triwulan I-2008 dan II-2008
Pertumbuhan Kontribusi Trw 1-2008* Trw 2-
2008** Trw 1-2008 Trw 2-
2008 Pertanian 3.65% 5.54% 0.69% 1.54% Pertambangan 12.36% 17.69% 3.04% 3.68% Industri 4.54% 0.90% 0.57% 0.10% Listrik, Gas, Air Bersih 6.90% 2.60% 0.04% 0.01% Bangunan 6.11% 7.28% 0.35% 0.38% Perdagangan, Hotel 7.66% 12.20% 1.21% 1.72% Pengangkutan-Komunikasi 5.17% 6.71% 0.47% 0.55% Keuangan 6.30% 12.30% 0.25% 0.48% Jasa 8.32% 8.24% 0.75% 0.68% Total 7.36% 9.14% 7.36% 9.14% Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah. *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Gambaran umum perkembangan sektor ekonomi non-dominan
diwarnai oleh peningkatan pertumbuhan sektor keuangan dan perlambatan
pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor keuangan mencatat
pertumbuhan cukup tinggi, yakni mencapai 12,30% (y-o-y), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,30% (y-o-y), sehingga sektor
ini memberikan kontribusi sebesar 0,48% dalam pertumbuhan ekonomi
triwulan laporan atau jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2008 yang
hanya tercatat sebesar 0,25%. Peningkatan pertumbuhan sektor keuangan
ini terutama didorong oleh kinerja industri perbankan yang terus membaik,
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
10
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
khususnya dalam penyaluran kredit. Jumlah kredit yang disalurkan bank
umum pada triwulan II-2008 tumbuh 42,17% (y-o-y), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 35,97% (y-o-y).
Sementara itu pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan
II-2008 tercatat sebesar 0,90% (y-o-y), melambat dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,54% (y-o-y). Semakin sulitnya
industri kayu untuk memperoleh bahan baku, serta gangguan berupa
pemadaman listrik merupakan faktor yang mengurangi produktivitas sektor
ini.
BOKS 1:
KRISIS LISTRIK DI WILAYAH KALSELTENG
Kondisi kekurangan pasokan listrik yang akhir-akhir ini menjadi permasalahan yang mengemuka di tataran nasional, telah cukup lama dialami masyarakat di wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah (Kalselteng), khususnya Kalimantan Selatan. Krisis listrik ini telah semakin menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Pada pertemuan empat gubernur se-Kalimantan dengan Menteri Pekerjaan Umum di Jakarta pada bulan Mei 2008 dalam rangka Forum Kerjasama Revitalisasi dan Percepatan Pembangunan Regional Kalimantan, diungkapkan urgensi pemenuhan kebutuhan listrik di Kalimantan sebagai hak dasar yang harus dipenuhi pemerintah pusat untuk rakyat Kalimantan. Pimpinan daerah mengharapkan agar perencanaan pembangunan PLTU di Kalimantan segera tuntas sesuai target, yaitu pada tahun 2009.
Krisis listrik di Kalimantan Selatan diperkirakan telah mempengaruhi realisasi investasi, meskipun sebenarnya animo investor untuk berinvestasi di wilayah ini cukup besar, terutama terkait dengan prospek perkebunan kelapa sawit dan karet, serta industri pengolahan komoditi unggulan tersebut. Defisit listrik di Kalimantan Selatan masih cukup besar dan pada tahun 2008 diperkirakan baru sebagian (sekitar 30 MW) yang teratasi, itupun apabila pembangunan beberapa pembangkit listrik tenaga gas dan uap yang merupakan solusi jangka pendek dapat direalisasikan. Saat ini daya listrik dari pembangkit yang dimiliki Kalselteng sekitar 188 mega watt. Dengan beban puncak yang mencapai 284,4 mega watt, maka defisit daya listrik mencapai 96,4 mega watt.
Di Kalimantan Selatan pemadaman listrik bergilir diperkirakan masih akan terjadi dan dan hal ini akan meningkatkan biaya operasional, baik bagi industri, dunia usaha, penyelenggaraan pemerintahan, maupun rumah tangga. Beban tersebut akan semakin besar akibat kenaikan BBM maupun kelangkaan BBM yang masih sering terjadi.
(Disarikan dari berbagai sumber)
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
11
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
2.1 Sektor Ekonomi Dominan
2.1.1. Sektor Pertanian
Lonjakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan
laporan antara lain dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor pertanian sebagai
sektor dengan pangsa terbesar dalam perekonomian Kalimantan Selatan.
Secara nominal nilai tambah sektor pertanian atas dasar harga berlaku pada
triwulan II-2008 mencapai Rp3,19 triliun atau meraup pangsa 26,5%
terhadap PDRB Kalimantan Selatan yang mencapai Rp12,03 triliun.
Berdasarkan harga konstan, laju pertumbuhan sektor pertanian pada
triwulan II-2008 mencapai 5,54% (y-o-y) atau lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,65% (y-o-y). Kenaikan ini
terutama didorong oleh peningkatan produksi tanaman pangan seiring
dengan masih berlangsungnya panen raya sebagai akibat mundurnya masa
panen, serta kondisi cuaca yang cukup kondusif. Pertumbuhan positif juga
ditunjukkan oleh pertumbuhan berbagai subsektor yang ada, yakni
subsektor peternakan (6,03%), perkebunan (5,94%), kehutanan (3,70%)
dan perikanan (2,49%).
Grafik 1.1. Produksi Beras Kalimantan Selatan
0
200
400
600
800
1000
T1.2007 T2.2007 T3.2007 T4.2007 T1.2008* T2.2008**
Produksi Beras
*) angka sementara **) angka ramalan II Sumber: BPS Provinsi Kalsel, Dinas Pertanian Propinsi Kalsel, diolah
Kenaikan produksi tanaman pangan terlihat dari perkembangan hasil
produksi tanaman padi di triwulan II-2008 yang menunjukkan kenaikan
yang cukup tinggi. Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang cukup
besar produksinya di Kalimantan Selatan, sehingga Kalimantan Selatan
menjadi sebagai salah satu lumbung padi di Kalimantan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
12
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Berdasarkan angka ramalan, produksi beras Kalimantan Selatan pada
triwulan II-2008 diperkirakan mencapai 835,5 ribu ton, jauh meningkat
dibandingkan produksi triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 77,7 ribu
ton. Apabila dibandingkan periode yang sama di tahun 2007 dengan total
produksi mencapai 734,6 ribu ton, produksi beras Kalimantan Selatan
mengalami peningkatan 13,73%.
2.1.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor ekonomi yang
mencatat pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan yaitu dari 12,36%
(y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 17,7%(y-o-y). Peningkatan laju
pertumbuhan yang cukup besar tersebut terutama didorong subsektor
pertambangan tanpa migas dengan komoditas utama batu bara.
Peningkatan produksi sektor ini dipengaruhi oleh pulihnya kegiatan
eksplorasi pertambangan seiring kondisi cuaca yang lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya dengan curah hujan yang tidak terlalu tinggi. Selain
faktor cuaca, adanya kenaikan harga batu bara internasional seiring
kenaikan harga minyak dunia menjadi stimulus bagi perusahaan tambang
Kalimantan Selatan untuk meningkatkan produksi mereka.
Grafik 1.2. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
T1.20
05
T2.20
05
T3.20
05
T4.20
05
T1.20
06
T2.20
06
T3.20
06
T4.20
06
T1.20
07
T2.20
07
T3.20
07
T4.20
07
T1.20
08
T2.20
08*
Juta
ton
-60,00%
-40,00%
-20,00%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Batubara Pertumbuhan % (y-o-y)
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah *) Angka prediksi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
13
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Lonjakan produksi batu bara Kalimantan Selatan terindikasi dari
adanya peningkatan volume ekspor komoditas batu bara sebesar 16,26% (y-
o-y) yaitu dari 15,4 juta ton pada triwulan I-2008 menjadi 25,3 juta ton.
Prospek komoditas batu bara sendiri diperkirakan masih cukup baik seiring
dengan masih tingginya permintaan dunia maupun domestik sebagai bahan
bakar pembangkit listrik yang lebih ekonomis dibandingkan bahan bakar
minyak yang harganya melambung. Pihak asing, antara lain beberapa negara
di Eropa dalam berbagai kesempatan juga telah menyampaikan rencana
untuk menjalin kerjasama dalam pengelolaan batu bara. Ke depan
diharapkan dapat dibangun industri lanjutan batubara agar Kalimantan
Selatan tidak hanya menjual raw coal, tapi juga batubara yang telah diolah,
serta investasi pembangunan PLTU di provinsi tersebut.
Peningkatan produksi batu bara juga terkait dengan merebaknya
usaha pertambangan batu-bara. Diperkirakan jumlah Kuasa Pertambangan
(KP) yang diberikan izin kabupaten/kota di Kalimantan Selatan sedikitnya
446 KP, dengan jumlah pemegang KP 322 orang, diluar sejumlah
perusahaan besar yang izinnya dari pemerintah pusat. Dari jumlah usaha
pertambangan tersebut, produksi tambang batu bara terus meningkat, yakni
sekitar 70 juta ton pada tahun 2007 dan tahun 2008 diperkirakan mencapai
90 juta ton.
Sementara itu upaya pemanfaatan batu bara untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, khususnya untuk memasok kebutuhan pembangkit
listrik kian menjadi perhatian. Dalam kaitan ini, untuk meningkatkan iklim
investasi, diperlukan regulasi yang menjamin pasokan batubara untuk
kebutuhan pembangkit listrik di Kalimantan Selatan.
2.1.3. Sektor Industri Pengolahan
Setelah mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan
sebelumnya sebesar 4,54% (y-o-y), laju pertumbuhan sektor industri
pengolahan pada triwulan laporan melambat menjadi 0,9% (y-o-y).
Melambatnya pertumbuhan di sektor ini terutama dipengaruhi oleh turunnya
produktivitas pada subsektor industri kayu yang merupakan subsektor
dengan pangsa terbesar dalam sektor tersebut. Keterbatasan bahan baku
kayu bagi industri pengolahan kayu Kalimantan Selatan serta adanya
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
14
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
15
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
gangguan pasokan listrik yang mengganggu aktivitas pabrik merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi perlambatan subsektor ini.
Grafik 1.3. Perkembangan Volume Ekspor Kayu Olahan (Ribu Ton)
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah *) Angka prediksi
Melemahnya daya dorong subsektor industri pengolahan kayu
terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan diindikasikan oleh
penurunan volume ekspor kayu olahan Kalimantan Selatan dari 91,9 ribu ton
pada triwulan I-2008 menjadi 84,5 ribu ton. Namun demikian, secara
tahunan pertumbuhan ekspor kayu olahan masih relatif tinggi, yakni sebesar
40,63% (y-o-y). Penurunan produktivitas sektor ini diperkirakan
memberikan dampak yang signifikan terhadap laju pertumbuhan ekspor
kayu olahan pada triwulan III-2008. Hasil liaison 2 Bank Indonesia
Banjarmasin terhadap pelaku usaha industri pengolahan berbasis kayu
(rotan) pada triwulan laporan mengindikasikan masih belum optimalnya
penggunaan kapasitas produksi dan penurunan penggunaan tenaga kerja
akibat terbatasnya permintaan luar negeri. Beberapa pengusaha juga telah
melakukan diversifikasi pada bidang usaha lainnya.
Pertumbuhan subsektor industri pengolahan makanan pada
triwulan laporan sedikit melambat dari 10,45% (y-o-y) pada triwulan I-2008
menjadi 10,03% (y-o-y). Meskipun melambat, pertumbuhan pada triwulan
2 Survei/ wawancara dengan pimpinan perusahaan dalam rangka mengumpulkan informasi
mengenai kinerja dan permasalahan bisnis jangka pendek.
0
20
40
60
80
100
120
140
T1.200 5
T2.200 5
T3.200 5
T4.200 5
T1.200 6
T2.200 6
T3.200 6
T4.200 6
T1.200 7
T2.200 7
T3.200 7
T4.200 7
T1.200 8
T2.200 8*
Rib
u To
n
-50.00%-40.00%-30.00%-20.00%-10.00%0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%
K ay u O lahan (A k s is K iri) G row th % (y -o-y )
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
laporan tersebut masih terbilang cukup tinggi. Faktor pendorong
pertumbuhan adalah masih tingginya konsumsi rumah tangga (masyarakat),
meskipun terjadi kenaikan harga barang sebelum dan sesudah kenaikan
harga BBM bulan Mei 2008. Sementara itu faktor penekan pertumbuhan
berasal melambatnya pertumbuhan konsumsi/pengeluaran pemerintah
sejalan dengan belum optimalnya realisasi proyek-proyek pemerintah.
2.1.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan II-2008
mengalami pertumbuhan sebesar 12,20% (y-o-y) atau lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008 sebesar 7,66% (y-o-y). Laju
pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut terutama didorong oleh
peningkatan konsumsi masyarakat sebagai antisipasi terhadap rencana
kenaikan harga BBM bulan Mei 2008. Selain itu peningkatan kinerja sektor
perdagangan juga didorong oleh maraknya penawaran pinjaman dana
dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah dari berbagai lembaga
keuangan, baik bank maupun non bank. Peningkatan kinerja sektor
perdagangan digambarkan oleh beberapa indikator dini (prompt
indicators) yang mewakili, diantaranya arus bongkar muat barang di
pelabuhan Trisakti Banjarmasin dan konsumsi listrik sektor bisnis seperti
toko, pasar, pusat perbelanjaan dan pusat bisnis lainnya.
Grafik 1.4. Perkembangan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin (Juta Ton)
02468
101214
T1.200 6
T2.200 6
T3.200 6
T4.200 6
T1.200 7
T2.200 7
T3.200 7
T4.200 7
T1.200 8
T2.200 8*
Juta
Ton
-40.00%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%Bongkar Muat Pe l. Tr is aktiGrow th % (y -o-y )
Sumber: PT. (Persero) PELINDO III Cab. Banjarmasin
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
16
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Arus bongkar muat barang di Pelabuhan Trisakti pada triwulan
laporan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, yakni sebesar
69,7% (y-o-y) dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan
sebesar 33,5% (y-o-y). Kenaikan dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan
komoditas batu bara, seiring kenaikan produksi batu bara yang cukup
signifikan pada triwulan laporan.
Grafik 1.5. Konsumsi Listrik Sektor Bisnis (Juta KWh)
010203040506070
T1.200 6
T2.200 6
T3.200 6
T4.200 6
T1.200 7
T2.200 7
T3.200 7
T4.200 7
T1.200 8
T2.200 8*
Juta
KW
h
-10.00%0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%
Kons ums i L is tr ik B is n is (KW h - aks is kir i)Grow th kons ums i s ektor b is n is % (y -o-y )
Sumber: PT. (Persero) PLN Wilayah Kalselteng
Peningkatan juga terjadi pada konsumsi listrik sektor bisnis yang
mencatat pertumbuhan sebesar 8,81% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 3,85% (y-o-y). Namun demikian tren
penggunaan listrik oleh sektor bisnis cenderung menurun seiring
keterbatasan daya pembangkit listrik di Kalimantan Selatan.
2.1.5. Sektor Ekonomi Non-Dominan
Meningkatnya aktivitas di sektor ekonomi dominan Kalimantan
Selatan pada triwulan laporan telah mendorong pertumbuhan di sejumlah
sektor ekonomi lainnya. Tercatat tiga sektor ekonomi non-dominan yang
menunjukkan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya,
yaitu sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta
sektor keuangan. Sedangkan dua sektor lainnya, yakni sektor listrik, gas
& air bersih, dan sektor jasa-jasa menunjukkan perlambatan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
17
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.6. Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan Kalimantan Selatan
0
2, 000
4 , 000
6 , 000
8 , 000
10 ,000
12 ,000
T 1.2006
T 2 .2006
T 3 .2006
T 4 .2006
T 1 .2007
T 2 .2007
T 3.2007
T 4 .2007
T 1 .2008
T 2 .2008
Mili
ar R
p
0 .00%5.00%10.00%15.00%20.00%25.00%30.00%35.00%40.00%45.00%
Nom inal K red it (ak s is k iri) G rowth (ak s is k anan)
Sumber : Bank Indonesia Banjarmasin
Sektor keuangan menjadi sektor non-dominan yang menunjukkan
pertumbuhan yang paling tinggi yaitu sebesar 12,30% (y-o-y), hampir dua
kali lipat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008 sebesar 6,30% (y-o-y).
Tingginya pertumbuhan sektor keuangan terutama didorong oleh kuatnya
ekspansi kredit perbankan Kalimantan Selatan, baik jenis kredit konsumtif,
kredit modal kerja, maupun kredit investasi. Pertumbuhan kredit pada
triwulan laporan mencapai 42,17% (y-o-y) lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 36% (y-o-y). Tingginya penyaluran kredit perbankan
terutama didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat sejak awal tahun
2008, serta tingkat suku bunga yang relatif rendah. Selain itu ekspansi
kredit tersebut juga didorong oleh pelaksanaan kredit revitalisasi
perkebunan maupun program Pemerintah yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR)
yang ditujukan bagi sektor usaha mikro dan kecil.
Pertumbuhan yang cukup tinggi juga dicatat oleh sektor bangunan
yang tumbuh 7,28% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 6,11% (y-o-y). Pertumbuhan sektor ini diindikasikan oleh semakin
banyaknya pembangunan rumah oleh tempat usaha dalam triwulan laporan.
Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank
Indonesia Banjarmasin, jumlah rumah yang dibangun pada triwulan laporan
diperkirakan mencapai 5.166 unit atau mengalami peningkatan 11,84%
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4.619 unit. Peningkatan
jumlah rumah yang dibangun tersebut didorong oleh adanya pembukaan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
18
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
kawasan hunian yang baru, antara lain di daerah Banjarmasin Utara dan
Kota Banjarbaru.
Sementara itu jumlah rumah yang dijual mengalami penurunan
7,16% yaitu dari 3.298 unit pada triwulan I-2008 menjadi 3.062 unit.
Adanya kebutuhan biaya pendidikan yang mendesak, kekhawatiran terhadap
kenaikan suku bunga setelah kenaikan harga BBM, serta perubahan harga
jual rumah akibat kenaikan BBM merupakan sejumlah faktor yang
mempengaruhi konsumen untuk menunda pembelian properti.
Grafik 1.7. Perkembangan Penjualan Rumah di Kalimantan Selatan
PENJUALAN RUMAH KALIMANTAN SELATAN
0,0500,0
1.000,01.500,02.000,02.500,03.000,03.500,0
T1.20
06
T2.20
06
T3.20
06
T4.20
06
T1.20
07
T2.20
07
T3.20
07
T4.20
07
T1.20
08
T2.20
08
0,00%20,00%40,00%60,00%80,00%100,00%120,00%140,00%
Penjualan RumahPertumbuhan y-o-y (%)
Sumber : SHPR BI Banjarmasin Trw II-2008
Peningkatan laju pertumbuhan juga terjadi pada sektor pengangkutan
dan komunikasi, yaitu dari 5,17% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi
6,71% (y-o-y). Laju pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan
aktivitas transportasi, khususnya angkutan udara seiring mulainya
masyarakat melakukan perjalanan ibadah umrah dan adanya even
pariwisata dalam rangka Visit Indonesia 2008. Jumlah penumpang angkutan
udara meningkat dari 426,8 ribu orang pada triwulan I-2008 menjadi 434,6
ribu orang pada triwulan laporan, meskipun secara tahunan terjadi
perlambatan dari 27,4% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 17,8% (y-o-
y). Sementara itu aktivitas transportasi darat dan sungai pada triwulan
laporan mengalami gangguan yang cukup signifikan seiring terbatasnya
pasokan bahan bakar minyak di Kalimantan Selatan. Selain mengganggu
aktivitas perekonomian, gangguan pasokan BBM menjadi salah satu faktor
pendorong laju inflasi di Kota Banjarmasin.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
19
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.8. Arus Penumpang Pesawat di Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin
Sumber: PT Angkasa Pura I – Bandara Syamsudin Noor
050,000
100,000150,000200,000250,000300,000350,000400,000450,000500,000
T1.2006
T 2.2006
T 3.2006
T 4.2006
T 1.2007
T2.2007
T3.2007
T 4.2007
T1.2008
T2.2008
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
A r u s Pe n u m p an g Pe r tu m b u h an (y-o -y) %
Sektor jasa-jasa menjadi sektor ekonomi non-dominan yang sedikit
mengalami perlambatan dari 8,32% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi
8,15% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan sektor ini terutama terkait
dengan melambatnya pertumbuhan pada subsektor jasa-jasa pemerintahan
umum yang dipengaruhi oleh masih terbatasnya realisasi keuangan
pemerintah daerah.
3. SISI PERMINTAAN
Peningkatan kinerja yang cukup menggembirakan pada sektor
ekonomi dominan, khususnya sektor pertanian dan sektor pertambangan,
diikuti oleh peningkatan pertumbuhan ekspor. Komponen ekspor netto yang
memiliki pangsa 26,81% terhadap perekonomian Kalimantan Selatan dari
sisi permintaan, pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan sebesar
4,95% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
3,53% (y-o-y). Pertumbuhan yang lebih tinggi juga terjadi pada konsumsi
rumah tangga. Komponen sisi permintaan yang memiliki pangsa 51,58%
PDRB Provinsi Kalimantan Selatan tersebut mencatat peningkatan laju
pertumbuhan dari 6,22% (y-o-y) menjadi 6,85% (y-o-y). Sementara itu
konsumsi pemerintah pada periode yang sama tumbuh sebesar 7,42% atau
melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008 yang mencapai
9,75%. Melambatnya pertumbuhan komponen ini menunjukkan belum
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
20
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
optimalnya realisasi anggaran pemerintah daerah sampai dengan akhir
semester I-2008.
Kegiatan investasi swasta yang diindikasikan oleh komponen
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga menunjukkan perlambatan dari
6,58% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 6,19% (y-o-y). Permasalahan
pasokan listrik dan BBM di Kalimantan Selatan diperkirakan menjadi salah
satu pertimbangan para investor untuk menunda realisasi investasi.
3.1. Konsumsi
Secara keseluruhan pengeluaran konsumsi pada triwulan II-2008
tumbuh sebesar 6,9% (y-o-y) atau relatif stabil apabila dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya. Berdasarkan komponennya,
pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh melambatnya komponen konsumsi
pemerintah yang tumbuh melambat dari 9,75% (y-o-y) pada triwulan I-
2008 menjadi 7,42% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan konsumsi
pemerintah mengindikasikan belum optimalnya ekspansi keuangan
pemerintah dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu konsumsi rumah tangga di tengah-tengah kenaikan
harga BBM, masih mencatat kenaikan pertumbuhan dari 6,22% (y-o-y)
menjadi 6,85% (y-o-y). Adanya rencana kenaikan harga BBM di bulan Mei
2008 dan kekhawatiran kenaikan suku bunga pinjaman merupakan beberapa
faktor yang mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi. Peningkatan
konsumsi masyarakat terutama pada barang-barang tahan lama (durable
goods), seperti mobil, sepeda motor, rumah maupun peralatan elektronik
tertangkap oleh hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia
Banjarmasin. Berdasarkan hasil survei tersebut Indeks Keyakinan terhadap
Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) sampai dengan bulan Mei masih mencatat
level optimis sebesar 104,86 atau lebih tinggi dibandingkan posisi akhir
triwulan I-2008 sebesar 102,36. Namun setelah terjadinya kenaikan BBM,
keyakinan konsumen tersebut terkoreksi, sehingga hasil survei posisi bulan
Juni 2008 mencatat penurunan angka IKE menjadi 89,44. Laju inflasi yang
meningkat, kesulitan memperoleh BBM, dan pasokan listrik yang terganggu,
menyebabkan masyarakat Banjarmasin bersikap pesimistis terhadap kondisi
ekonokmi saat ini.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
21
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.9. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
0
20
40
60
80
100
120
140
Jun-
06
Jul-0
6
Aug-06
Sep-06
Oct-06
Nov-06
Dec-06
Jan-0
7
Feb-
07
Mar-07
Apr-07
May-07
Jun-
07
Jul-0
7
Aug-07
Sep-07
Oct-07
Nov-07
Dec-07
Jan-0
8
Feb-
08
Mar-08
Apr-08
May-08
Jun-
08
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Sumber: Survei Konsumen, BI Banjarmasin
Dengan perkembangan tersebut, pergerakan Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK) sampai dengan akhir triwulan II-2008 mengalami
penurunan dari 107,92 pada akhir triwulan I-2008 menjadi 91,18.
Penurunan optimisme konsumen, juga dipengaruhi oleh pesimisme terhadap
kondisi ekonomi ke depan yang berada pada level pesimistik sebesar 92,92
atau jauh menurun dibandingkan posisi triwulan I-2008 yang mencapai
113,47.
Grafik 1.10. Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan Kalimantan Selatan
42,04
%49
,85%
30,21
%
19,94
%
17,23
%
11,90
%
12,36
%19,85
%30,45
%36
,02%
0500
1.0001.5002.0002.5003.0003.5004.000
Trw I-2006
Trw II-2006
Trw III-2006
Trw IV-2006
Trw I-2007
Trw II-2007
Trw III-2007
Trw IV-2007
Trw I-2008
Trw II-2008
Mili
ar R
p
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
Kredit KonsumsiGrowth (y-o-y)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan II-2008 juga
terindikasi dari pertumbuhan kredit konsumsi yang disalurkan perbankan
Kalimantan Selatan yang masih dalam trend yang meningkat. Kredit
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
22
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
konsumsi pada triwulan laporan tersebut tumbuh sebesar 49,85% (y-o-y),
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 36,02% (y-o-y).
Selain adanya kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan tingkat suku
bunga pasca kenaikan harga BBM, peningkatan konsumsi masyarakat juga
didorong intensifnya penawaran pembiayaan konsumsi baik oleh lembaga
keuangan bank maupun non bank dengan tingkat bunga yang relatif rendah.
Grafik 1.11. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga Kalimantan Selatan
020406080
100120140160180
Trw 1-06
Trw 2-06
Trw 3-06
Trw 4-06
Trw 1-07
Trw 2-07
Trw 3-07
Trw 4-07
Tw 1-08 Tw 2-08
Juta
KW
h
Sumber: PT. PLN Wilayah Kalselteng, diolah.
Peningkatan konsumsi masyarakat juga terlihat dari indikator
penggunaan energi listrik konsumen rumah tangga yang pada triwulan II-
2008 mengalami kenaikan sebesar 1,75% dari 163,98 juta KWh pada
triwulan sebelumnya menjadi 166,8 juta KWh. Pada triwulan I-2008
konsumsi listrik rumah tangga mengalami penurunan sebesar 1,37%.
3.2. Perdagangan Luar Negeri
3.2.1. Ekspor Non-Migas
Aktivitas perdagangan luar negeri Kalimantan Selatan pada triwulan
II-2008 diperkirakan mengalami peningkatan yang cukup tinggi, terutama
dipengaruhi oleh kenaikan ekspor batubara. Nilai ekspor pada triwulan
laporan diperkirakan mencapai US$1,11 miliar, meningkat 51,64%
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$733,7 juta.
Sementara nilai impor pada periode yang sama tumbuh sebesar 18,94%,
dari US$35,04 juta pada triwulan I-2008 menjadi US$41,68 juta. Dengan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
23
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
perkembangan tersebut, nilai ekspor netto mencapai US$ 1,07 miliar,
melonjak 53,28% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
US$698,7 juta.
Grafik 1.12. Perkembangan Ekspor Netto Kalimantan Selatan
0
200
400
600
800
1,000
1,200
T1.20
05
T2.20
05
T3.20
05
T4.20
05
T1.20
06
T2.20
06
T3.20
06
T4.20
06
T1.20
07
T2.20
07
T3.20
07
T4.20
07
T1.20
08
T2.20
08*
US$
juta
Ekspor Impor Net Ekspor
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah. *) angka perkiraan
Sebagai penopang utama pertumbuhan ekspor Kalimantan Selatan,
batu bara mencatat kenaikan nilai ekspor yang cukup signifikan. Nilai ekspor
komoditas tambang andalan tersebut pada triwulan II-2008 diperkirakan
mencapai US$897,7 juta, meningkat sebesar US$373,9 juta (71,38%)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai US$523,8 juta.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang lebih kondusif untuk
eksplorasi tambang dibandingkan cuaca musim hujan di triwulan
sebelumnya. Selain itu pergerakan harga batu bara dunia juga berada level
yang tinggi searah dengan pergerakan harga minyak dunia. Harga batu bara
berdasarkan GlobalCoal NEWC Monthly Index mengalami melonjak dari
US$126,45 per ton pada April 2008 menjadi US$163,38 per ton pada Juni
2008 atau mengalami kenaikan sebesar 29,21%.
Beberapa komoditas ekspor lainnya yang juga menunjukkan kenaikan
dibandingkan triwulan sebelumnya diantaranya adalah biji besi (60,1%),
kayu olahan (10,34%), dan karet (9,47%). Kenaikan nilai ekspor beberapa
komoditas tersebut didorong oleh tren kenaikan harga-harga komoditas
dunia yang masih terjadi pada triwulan laporan. Sementara itu nilai ekspor
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
24
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
komoditas minyak sawit pada triwulan laporan mengalami penurunan 59,1%
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari US$39,9 juta menjadi US$16,3
juta. Penurunan nilai ekspor komoditas minyak sawit tersebut diperkirakan
terkait dengan berlalunya masa panen tanaman sawit.
Grafik 1.13. Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Menurut Komoditas
0
200
400
600
800
1,000
1,200
T1.200
5
T2.200
5
T3.200
5
T4.200
5
T1.200
6
T2.200
6
T3.200
6
T4.200
6
T1.200
7
T2.200
7
T3.200
7
T4.200
7
T1.200
8
T2.200
8*
US$
Jut
a
Batubara Kayu Olahan KaretBijih Besi Minyak Sawit Ekspor
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah *) angka perkiraan
3.2.2. Impor Non-Migas
Perkembangan nilai impor Kalimantan Selatan pada triwulan laporan
mengalami kenaikan dibandingan triwulan sebelumnya. Nilai impor pada
triwulan II-2008 tercatat sebesar US$41,68 juta, meningkat 18,9%
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$35,04 juta. Kenaikan impor
tersebut masih didominasi oleh impor barang-barang modal terutama dalam
bentuk alat transportasi untuk mendukung aktivitas pertambangan dan
perkebunan. Nilai impor alat transportasi tersebut pada triwulan laporan
mencapai US$26,5 juta, jauh meningkat dibandingkan nilai impor triwulan
sebelumnya sebesar US$4,6 juta.
Selain impor alat-alat transportasi, komoditas impor lain yang cukup
besar adalah komoditas pupuk yang digunakan untuk mendukung
pengembangan sektor perkebunan. Impor komoditas ini mengalami
kenaikan sebesar 32,08% dari US$3,02 juta menjadi US$3,99 juta. Kondisi
ini terkait dengan meningkatnya upaya pengembangan perkebunan di
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
25
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kalimantan Selatan, searah dengan semakin membaiknya prospek
komoditas kelapa sawit dan karet.
Grafik 1.14. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Kalimantan Selatan
Per Kelompok Barang
0
5
10
15
20
25
30
35
T1.200 5
T2.200 5
T3.200 5
T4.200 5
T1.200 6
T2.200 6
T3.200 6
T4.200 6
T1.200 7
T2.200 7
T3.200 7
T4.200 7
T1.200 8
T2.200 8*
US$
Jut
a
-50
0
50
100
150
200
250
US$
Jut
a
Gula , O lahan Gu la , dan Madu Bahan Minera l
Pupuk Olahan Bahan K imia Organ ik
Mes in Indus tr i Khus us Kendaraan
A la t Trans por tas i La inny a (A ks is Kanan) Tota l Impor (aks is kanan)
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah. *) angka perkiraan
3.3. Investasi
Apabila ditinjau dari komponen pembentukan modal tetap bruto
(PMTB), perkembangan investasi di Kalimantan Selatan pada triwulan
laporan diperkirakan mengalami perlambatan dari 6,58% (y-o-y) pada
triwulan I-2008 menjadi 6,19% (y-o-y). Perlambatan pertumbuhan tersebut
terutama dipengaruhi oleh permasalahan ketersediaan infrastruktur,
khususnya pasokan listrik dan BBM bagi aktivitas industri. Pemadaman listrik
bergilir serta antrian BBM di seluruh SPBU yang masih terus terjadi sebelum
dan sesudah kenaikan harga BBM merupakan beberapa faktor penyebab
para investor menunda merealisasikan investasi mereka.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
26
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
27
Grafik 1.15. Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Kalimantan Selatan
2.533
2.567
2.081
1.865
1.763
1.665
1.6791.5
87
1.547
1.411
43,67
%54
,22%
23,95
%
17,56
%
14,01
%17
,96%23
,92%
20,80
%
17,61
%
13,13
%
0500
1.0001.5002.0002.5003.000
T1.200
6
T2.200
6
T3.200
6
T4.200
6
T1.200
7
T2.200
7
T3.200
7
T4.200
7
T1.200
8
T2.200
8
Mili
ar R
p
0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%
Nominal Kredit (aksis kiri) Growth (aksis kanan)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) BI Banjarmasin
Perlambatan investasi PMTB juga terindikasi dari prompt indicator
yaitu penyaluran kredit investasi oleh perbankan Kalimantan Selatan.
Penyaluran kredit investasi di triwulan laporan meskipun masih tumbuh
cukup tinggi, namun mengalami perlambatan dari 54,22% (y-o-y) pada
triwulan I-2008 menjadi 43,67% (y-o-y). Ketidakpastian situasi menjelang
kenaikan harga BBM, diperkirakan menjadi salah satu pertimbangan para
pelaku usaha untuk menunda kegiatan investasi mereka.
Grafik 1.16. Perkembangan Pengadaan Semen Kalimantan Selatan
57,85
4
54,76
7
50,53
6
42,58
1
40,12
448
,762
64.41
%
33.29
%
60.86
%
31.28
%
65.03
%60
.93%
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Jan'08 Feb'08 Mar'08 Apr'08 Mei'08 Jun'08
Ton
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Pengadaan Semen (ton) Growth (aksis kanan)
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Sementara itu meskipun terjadi perlambatan pada investasi PMTB,
tercatat adanya peningkatan kegiatan pembangunan fisik di triwulan
laporan, antara lain berupa pembangunan kawasan perumahan, perbaikan
jalan dan jembatan. Aktivitas pembangunan tersebut mendorong
peningkatan penggunaan semen di Kalimantan Selatan yang mencatat
pertumbuhan sebesar 24,10% (q-t-q) yaitu dari 131,5 ribu ton di triwulan I-
2008 menjadi 163,2 ribu ton.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
28
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
PERKEMBANGAN INFLASI 2
1. KONDISI UMUM
Laju inflasi di Kalimantan Selatan sebagaimana dicerminkan oleh
perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Banjarmasin pada triwulan II-
2008 mengalami peningkatan yang relatif tinggi. Secara tahunan, laju inflasi
pada akhir triwulan laporan mencapai 11,82% (y-o-y), naik dibandingkan
triwulan I-2008 yang tercatat sebesar 8,64% (y-o-y). Angka inflasi tersebut
juga lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 11,03% (y-o-y).
Faktor pendorong peningkatan inflasi di Kota Banjarmasin adalah kelangkaan
BBM dan kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Mei
2008.
Secara umum tekanan inflasi yang meningkat terjadi pada semua
kelompok barang dan jasa. Kelompok yang mengalami inflasi tahunan
terbesar pada periode laporan adalah kelompok bahan makanan yang
mencatat laju 17,26%, diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar (16,06%), kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
(10,67%), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (9,07%),
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (8,15%), kelompok
kesehatan (5,05%), dan kelompok sandang (4,91%).
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kalimantan Selatan
0.11 0.75
8.05
1.53-0.77
1.16 0.51 -0.361.99 2.42 1.62
0.23 -0.17 0.031.23 2.05
-0.161.53 0.49 1.24
-0.28 0.18 0.40 0.271.91
0.76 0.46 1.152.89
0.37 0.82 -0.18 0.592.48
7.19 7.63 6.56 7.36
14.49 15.1212.93 13.55 13.42
15.8018.37
20.17 19.1218.03 17.18
9.78 10.35 11.03 11.44 11.41 10.68
5.93 6.11 6.588.58 8.07
6.387.78
9.22 9.09 8.64 8.75 9.2011.82
1.110.76 -0.56
13.2015.54
8.25
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
Jun Jul
Agt
Sept
Okt
Nop Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
st
Sep
Okt
Nop Des Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
2005 2006 2007 2008
Inflasi (%)
Inflasi mtm Inflasi yoy
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
29
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Laju inflasi bulanan (m-t-m) Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008
secara keseluruhan mengalami pergerakan yang meningkat. Inflasi bulanan
tertinggi selama periode laporan terjadi pada bulan Juni 2008, yaitu mencapai
2,48%, terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar. Sementara tekanan inflasi pada bulan April dan Mei 2008 relatif
rendah. Secara keseluruhan laju inflasi sampai dengan Juni 2008 telah
mencapai sebesar 7,20% (y-t-d). Angka inflasi ini jauh lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun 2007 yang mencapai 2,61%.
Grafik 2.1 Inflasi Kota Banjarmasin Tahun 2008 (y-t-
INFLASI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 (y-t-d)
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
Jan Feb M ar Apr M ei Jun
Inflasi (%)
2005 2006 2007 2008
2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK
Inflasi Bulan April 2008
Selama triwulan II-2008, indeks harga barang dan jasa yang terendah
terjadi pada bulan April 2008 yang mengalami deflasi sebesar -0,18%.
Deflasi yang terjadi pada bulan ini terutama disebabkan oleh menurunnya
indeks harga pada kelompok sandang (-1,620%); kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan (-1,617%); kelompok bahan makanan
(-1,57%); dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (-0,10%).
Menurunnya indeks harga pada kelompok sandang terutama disebabkan oleh
penurunan indeks harga emas perhiasan seiring dengan menurunnya harga
emas internasional. Penurunan indeks harga pada kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan didorong oleh adanya penurunan tarif ponsel,
seiring dengan adanya kebijakan regulator yang menetapkan implementasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
30
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
penurunan tarif interkoneksi berbasis biaya pada 1 April 2008. Sementara
deflasi pada kelompok bahan makanan disebabkan oleh penurunan indeks
harga pada subkelompok ikan segar (-0,32%) dan subkelompok daging dan
hasil-hasilnya (-0,31%). Secara umum, komoditas penyumbang deflasi pada
bulan ini adalah daging ayam ras, ikan gabus, ikan papuyu, dan tarif ponsel.
Grafik 2.2 Inflasi Bulanan Kelompok Sandang
Inflasi Bulanan Kelompok Sandang (mtm)
-3.0-2.0-1.00.01.02.03.04.05.0
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
2005 2006 2007 2008
Inflasi (%)
Inflasi m-t-m
Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Kelompok Bahan Makanan
Inflasi Bulanan Kelompok Bahan Makanan (mtm)
-4.0
-2.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
2005 2006 2007 2008
Inflasi (%)
Inflasi m-t-m
Inflasi Bulan Mei 2008
Setelah mengalami deflasi pada bulan April 2008, pergerakan indeks
harga pada bulan Mei 2008 cenderung meningkat, dengan inflasi sebesar
0,59%. Meningkatnya tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah untuk menaikkan harga BBM.
Inflasi pada bulan ini terutama terjadi pada kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan sebesar 2,55%, kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,44%, sementara pergerakan inflasi
pada kelompok barang dan jasa lainnya relatif rendah. Kenaikan harga BBM
yang diumumkan pemerintah pada akhir Mei 2008 belum berdampak
signifikan terhadap kenaikan harga bahan makanan. Khusus pada kelompok
transpor, inflasi yang cukup tinggi disebabkan karena sebagian besar tarif
angkutan sudah mengalami kenaikan sebelum pengumuman kenaikan BBM.
Komoditi utama penyumbang inflasi pada bulan ini adalah bensin, minyak
tanah, ikan gabus, papuyu, tongkol, dan gas elpiji. Kenaikan harga pada
komoditi-komoditi tersebut sebagian besar dipicu oleh adanya kelangkaan dan
isu rencana kenaikan harga BBM.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
31
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Inflasi Bulan Juni 2008
Pada bulan Juni 2008, laju inflasi bulanan meningkat cukup tinggi
dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu mencapai 2,48%. Inflasi yang terjadi
pada bulan ini terutama disebabkan oleh kenaikan indeks harga pada
kelompok transpor, komunikas dan jasa keuangan (7,78%) dan kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (3,43%). Kenaikan inflasi pada
bulan ini terkait dengan kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM
pada akhir Mei 2008. Adapun komoditi penyumbang inflasi pada bulan ini
adalah bensin, bahan bakar rumah tangga, angkutan dalam kota, daging
ayam ras, dan ayam goreng.
Grafik 2.4 Inflasi Bulanan Kelompok Perumahan, air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Inflasi Bulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (mtm)
-3.0-2.0-1.00.01.02.03.04.05.06.07.0
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
2005 2006 2007 2008
Inflasi (%)
Inflasi m-t-m
Grafik 2.5 Inflasi Bulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Inflasi Bulanan Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (mtm)
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0Ju
n Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
2005 2006 2007 2008
Inflasi (%)
Inflasi m-t-m
BOKS 2:
KELANGKAAN BBM DI KALIMANTAN SELATAN
Dalam beberapa kurun waktu terakhir, kelangkaan BBM khususnya solar
dan premium merupakan agenda yang rutin terjadi di Kalimantan Selatan.
Kelangkaan ini mendorong harga jual BBM di tingkat pengecer melambung
tinggi yang bahkan pernah mencapai Rp20.000-Rp25.000 per liter atau
meningkat lebih dari 200% dari rata-rata harga jual pengecer pada situasi
normal. Kenaikan harga bensin tercermin pula dari laju kenaikan harga bensin
yang meningkat sangat tajam dari 8,60% (m-t-m) pada bulan Mei 2008
menjadi 22,77% (m-t-m) pada bulan Juni 2008. Andil inflasi komoditi bensin
terhadap inflasi bulanan pun meningkat dari 0,24% pada Mei 2008 menjadi
0,91% pada Juni 2008. Faktor utama yang menyebabkan kelangkaan tersebut
diindikasikan terkait dengan masalah distribusi sehingga mengakibatkan
keterlambatan pasokan.
Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bank
Indonesia Banjarmasin mengenai Deteminan Inflasi di Kalimantan Selatan,
diketahui bahwa selain dari sisi penawaran, tekanan kenaikan harga pada
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
32
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
komoditi bensin dipengaruhi juga oleh sisi permintaan. Dalam hal ini, isu
kelangkaan atau kenaikan harga bensin mendorong masyarakat untuk membeli
bensin dalam jumlah yang cukup besar dengan tujuan untuk dijual kembali
dengan tingkat harga yang harga yang jauh lebih tinggi, selain untuk
persediaan dan pemakaian sehari-hari. Dalam proses penentuan harga jual
bensin eceran, beberapa hal yang menyebabkan adanya penambahan harga
jual tersebut adalah margin keuntungan yang cukup besar yang diambil
pedagang eceran dan “biaya” antri membeli bensin.
Sumber: Hasil survei dan informasi dari berbagai sumber
33
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
1
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Perkembangan kinerja perbankan di Provinsi Kalimantan Selatan
sampai dengan akhir triwulan II-2008 secara umum bergerak membaik yang
ditunjukkan oleh berbagai indikator yang mengalami peningkatan
pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi yang berada pada level yang
cukup tinggi yang ditopang oleh permintaan domestik yang cukup kuat,
serta suku bunga yang relatif rendah menjadi faktor pendorong
perkembangan industri perbankan.
Tingginya harga berbagai komoditas primer di pasar dunia berimbas
pada melonjaknya nilai ekspor Kalimantan Selatan dan kondisi ini
mendorong peningkatan laju pertumbuhan pada triwulan II-2008 pada level
9,14% (y-o-y), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
7,36% (y-o-y). Dari sisi perbankan, akselerasi perekonomian tersebut telah
mendorong laju pertumbuhan kredit jauh di atas pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya. Namun demikian suku bunga yang relatif rendah, masih
kuatnya permintaan konsumsi, dan merebaknya instrumen investasi
keuangan lain telah menyebabkan terjadinya perlambatan pertumbuhan
dana pihak ketiga (DPK).
Dengan pertumbuhan kredit yang relatif tinggi, sementara
pertumbuhan dana melambat, maka rasio penyaluran kredit terhadap DPK
yang dihimpun bank (LDR) mengalami peningkatan dari 71,85% pada akhir
Maret 2008 menjadi 78,60% pada akhir Juni 2008. Angka LDR tersebut jauh
lebih tinggi dibanding LDR nasional yang tercatat sebesar 74,4%. Namun
demikian LDR yang cukup tinggi tersebut belum diikuti dengan perbaikan
kualitas kredit, sehingga rasio kredit bermasalah (non-performing
loans/NPL) gross tercatat lebih tinggi, meskipun secara keseluruhan risiko
likuiditas dan risiko pasar masih terjaga.
3
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
2
1. PERKEMBANGAN BANK UMUM
Sampai dengan akhir triwulan II-2008, secara triwulanan
perkembangan kinerja bank umm di Provinsi Kalimantan Selatan, baik pada
indikator volume usaha (total aset), maupun kredit yang diberikan
mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan triwulan
sebelumnya, sementara DPK sedikit mengalami perlambatan. Namun
demikian, secara tahunan kedua indikator kinerja perbankan tersebut masih
mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi. Sementara itu dari sisi
kelembagaan, dalam triwulan laporan terdapat penambahan 1 kantor cabang
bank umum syariah, yakni PT. Bank Tabungan Negara Syariah, sehingga
secara jumlah bank umum yang beroperasi menjadi 26 bank.
1.1. Total Aset
Pada akhir Juni 2008 total aset bank umum Kalimantan Selatan
mencapai Rp16,72 triliun, meningkat 7,08% (q-t-q) dibandingkan akhir
Maret 2008 yang tercatat sebesar Rp15,62 triliun. Dilihat menurut kelompok
bank, baik kelompok Bank Umum Pemerintah (BUP) maupun Kelompok Bank
Umum Swasta Nasional (BUSN) mengalami pertumbuhan total aset yang
meningkat dalam triwulan laporan. Kelompok BUP mencatat pertumbuhan
aset sebesar 6,94% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang hanya 1,05% (q-t-q). Demikian pula aset kelompok BUSN tumbuh
7,41% (q-t-q) dibanding triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan
5,93% (q-t-q).
Tabel 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan (Miliar Rp)
Kelompok Bank
Tw 1-07
Tw 2-07 Tw 3-07 Tw 4-07 Tw 1-08 Tw 2-08
BU Pemerintah 9.519,17 10.009,94 10.588,73 11.097,04 11.213,30 11.991,87
BU Swasta 3.553,65 3.713,82 3.821,55 4.161,68 4.408,39 4.735,11
Total 13.072,82 13.723,76 14.410,18 15.258,71 15.621,69 16.726,98
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu apabila dilihat secara tahunan, pertumbuhan aset bank
umum Kalimantan Selatan terbilang menggembirakan. Setelah mencatat
pertumbuhan sebesar 19,50% (y-o-y) pada Maret 2008, pada akhir Juni
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
3
2008 total aset bank umum meningkat 21,88% (y-o-y). Pertumbuhan
tahunan aset bank umum yang lebih tinggi tersebut selain didorong oleh
pertumbuhan DPK yang secara tahunan yang cukup tinggi, juga dipengaruhi
oleh perluasan jaringan kantor.
Ditinjau dari kelompok bank, secara tahunan peningkatan aset
terbesar terjadi pada kelompok BUSN, yakni mencapai 27,50% (y-o-y),
melonjak dibandingkan Maret 2008 yang hanya 24,05% (y-o-y). Sementara
itu aset kelompok BUP meningkat sebesar 19,80% (y-o-y), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat laju 17,80% (y-o-y).
1.2. Intermediasi Perbankan
Penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit bank
umum di Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 menunjukkan
peningkatan, seiring laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat, meskipun
pertumbuhan DPK secara triwulanan maupun tahunan sedikit melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Faktor penyebab yang mempengaruhi
perlambatan pertumbuhan DPK tersebut adalah suku bunga yang relatif
rendah, masih kuatnya konsumsi rumah tangga, serta semakin
meningkatnya animo masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen
finansial lain.
Tabel 3.2. Beberapa Indikator Kinerja Bank Umum Kalimantan Selatan
2007 2008 Uraian Satuan Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2
DPK Rp miliar 11.682,91 12.315,79 12.839,13 13.366,06 13.868,41
Pertumbuhan (%, y-o-y) 22,16 26,96 18,42 20,73 18,71
(%, q-t-q) 5,52 5,42 4,25 4,10 3,76
Kredit Lokasi Bank Rp miliar 7.666,97 8.122,02 9.246,25 9.603,94 10.900,13
Pertumbuhan (%, y-o-y) 16,29 20,97 31,53 35,97 42,17
(%, q-t-q) 8,54 5,94 13,84 3,87 13,50
Kredit Lokasi Proyek Rp miliar 9.329,85 9.919,98 11.567,09 11.897,29 12.798,0
LDR (Lokasi Bank) (%) 65,63 65,95 72,02 71,85 78,60
LDR (Lokasi Proyek) (%) 79,86 80,55 90,09 89,01 92,28
NPL gross (%) 5,80 6,56 4,29 3,97 5,30
Sementara itu penyaluran kredit pada posisi akhir triwulan laporan
masih mencatat pertumbuhan yang meningkat, baik secara tahunan maupun
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
4
triwulanan. Selain didorong oleh masih kuatnya permintaan domestik
regional, khususnya konsumsi masyarakat, beberapa penyebab lain yang
diindikasikan menstimulasi peningkatan kredit tersebut adalah meningkatnya
realisasi penyaluran kredit-kredit yang terkait program pemerintah,
khususnya kredit dalam rangka revitalisasi perkebunan dan kredit usaha
rakyat (KUR).
BOKS 3:
PENYALURAN KUR DI KALIMANTAN SELATAN DAN PERMASALAHANNYA
Langkah pemerintah mengeluarkan skim Kredit Usaha Rakyat (KUR)
telah memberikan nuansa baru bagi calon nasabah Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) untuk mendapatkan kredit. Dukungan kalangan perbankan
untuk merealisasikan skim kredit ini sangat diharapkan, mengingat skim ini
dirancang untuk memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM yang selama ini
mengalami kendala dalam memenuhi persyaratan bank teknis, khususnya
pemenuhan agunan tambahan.
Berdasarkan hasil penelitian Bank Indonesia Banjarmasin pada tahun
2006, 82% responden pengusaha UMKM yang tidak pernah mengajukan kredit
menyatakan bahwa dua kendala utama yang dihadapi oleh adalah suku bunga
yang tinggi (49,2%) serta kesulitan memenuhi persyaratan agunan (39,2%).
Dengan adanya program KUR, diharapkan hambatan dalam mengakses
pembiayaan dari bank dapat diminimalkan, mengingat dalam skim KUR
terdapat pola pembagian risiko yang ditanggung bersama antara bank
penyalur sebesar 30% dan perusahaan penjamin kredit sebesar 70%. Sampai
dengan saat ini telah terdapat 6 bank yang ditunjuk menyalurkan KUR yaitu
Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, Bukopin dan Bank Syariah Mandiri. KUR hanya
dapat diberikan untuk usaha produktif, yaitu kredit untuk modal kerja dan
kredit untuk investasi, dengan batas maksimum plafond kredit yang dapat
diberikan adalah sebesar Rp500 juta.
Penyaluran KUR pada tingkat nasional pada semester I-2008 telah
mencapai Rp8,37 triliun dengan jumlah nasabah sebanyak 916 ribu orang.
Sektor utama penyaluran KUR adalah sektor perdagangan yang mencapai
Rp5,04 triliun dan sektor pertanian yang mencapai Rp1,93 triliun. Sementara
itu untuk daerah Kalimantan Selatan sampai dengan Mei 2008 telah disalurkan
KUR sebanyak Rp249,9 miliar dengan jumlah nasabah 8.390 orang. Mayoritas
KUR yang diberikan melalui perbankan Kalimantan Selatan tersebut diserap
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
5
oleh sektor pertanian, khususnya perkebunan yang mencapai Rp180,7 miliar,
diikuti sektor perdagangan yang mencapai Rp56,7 miliar. Kualitas kredit dari
skim kredit yang mulai direalisasikan pada akhir tahun 2007 tersebut hampir
seluruhnya lancar atau dengan rasio NPLs yang hanya 0,04%.
Realisasi Penyaluran KUR Di Kalimantan Selatan Posisi Mei 2008
Realisasi KUR di Kalimantan Selatan cukup membantu mendorong
pertumbuhan kredit industri perbankan secara umum. Meskipun sasaran
nasabah KUR relatif sama
dengan segmen yang
digeluti BPR, namun hingga
saat ini belum terdapat
pengaruh terhadap kinerja
pemberian kredit BPR.
Sampai dengan Semester I-
2008 kinerja pemberian
kredit industri BPR di Kalimantan Selatan masih mengalami pertumbuhan yang
cukup besar, yakni sebesar 17% atau lebih tinggi dibandingkan dengan
periode yang tahun sebelumnya. Namun demikian, terdapat keinginan
sejumlah BPR agar ke depan BPR dapat diikutsertakan sebagai bank pelaksana
dalam program penyaluran KUR.
Sementara itu dalam pelaksanaan program KUR sampai dengan
Semester I-2008, terdapat beberapa kendala antara lain rencana realisasi KUR
pada perkebunan kelapa sawit dengan pendekatan inti- plasma sulit dilakukan,
karena terkendala dengan jangka waktu kredit. Jangka waktu kredit untuk
pengembangan perkebunan kelapa sawit memerlukan waktu grace period + 5
tahun sedangkan jangka waktu maksimal pola KUR adalah 3 tahun.
(Disarikan dari berbagai sumber dan penjelasan perbankan)
Periode Awal Akhir %
Sem 1 06 86,515 88,213 2%Sem 2 06 88,213 85,298 -3%Sem 1 07 85,298 90,287 6%Sem 2 07 90,287 117,036 30%Sem 1 08 * 117,036 136,648 17%
Ket : * Skim KUR telah berjalan
Perkembangan Kredit BPR Kalsel
KI KMK KI KMK
Pertanian, Perburuan dan sarana pertanian 177,065,039,807 3,671,728,238 180,736,768,045 3,571 575 4,146
Pertambangan -
Perindustrian 1,355,394,579 848,092,550 2,203,487,129 18 139 157
Listrik, Gas dan Air -
Perdagangan, Restoran dan Hotel 36,451,233,417 20,278,492,120 56,729,725,537 351 3,298 3,649
Pengangkutan, pergudangan dan Komunikasi 1,715,732,141 318,720,455 2,034,452,596 20 13 33
Jasa Dunia Usaha 2,912,031,053 1,749,475,210 4,661,506,263 121 247 368
Jasa Sosial 2517100944 2,517,100,944 23 23
Lain-lain 944,067,167 99,792,633 1,043,859,800 7 7 14
-
Total 222,960,599,108 26,966,301,206 249,926,900,314 4,111 4,279 8,390
Jenis PenggunaanJumlah
Jenis PenggunaanJumlah
Baki Debet Kredit (Rp) Jumlah DebiturSektor Ekonomi
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
6
1.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat
Penghimpunan DPK oleh bank umum Kalimantan Selatan
menunjukkan pertumbuhan yang sedikit melambat, baik dilihat secara
triwulanan maupun secara tahunan. Secara triwulanan DPK pada posisi akhir
triwulan II-2008 tumbuh sebesar 3,76% (q-t-q), lebih rendah dibanding
akhir triwulan I-2008 yang mencatat pertumbuhan 4,10% (q-t-q).
Sementara itu secara tahunan DPK pada triwulan laporan tumbuh sebesar
18,07% (y-o-y), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 20,73%.
Pada triwulan laporan perlambatan pertumbuhan DPK terutama terjadi
pada giro. Jenis simpanan tersebut mencatat pertumbuhan sebesar 3,40%
(q-t-q), jauh melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2008
yang mencapai 12,46% (q-t-q). Secara tahunan giro juga mengalami
penurunan pertumbuhan dari 18,61% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi
17,84% (y-o-y) pada triwulan laporan. Penurunan laju pertumbuhan
simpanan giro tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas dunia usaha
seiring dengan masih tingginya tekanan permintaan domestik regional.
Faktor penyebab lainnya adalah terjadinya penurunan simpanan giro milik
Pemda pada perbankan terkait dengan mulai meningkatnya realisasi
anggaran untuk pelaksanaan proyek-proyek pemerintah, meskipun tidak
sekuat triwulan sebelumnya.
Simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan mengalami
peningkatan pertumbuhan dari 1,48% (q-t-q) pada triwulan I-2008 menjadi
4,65% (q-t-q) dengan nilai mencapai Rp6,80 triliun. Meskipun demikian,
Grafik 3.2. P erkem b an gan D P K K alim an tan S elatan M en u ru t Jen is S im p an an
01,0 0 0
2 ,0 0 03 ,0 0 04 ,0 0 0
5,0 0 06 ,0 0 07,0 0 08 ,0 0 0
T w 4 -0 6 T w 1-0 7 T w 2 -0 7 T w 3 -0 7 T w 4 - 0 7 T w 1-0 8 T w 2 -0 8
G ir o Tab u n g an D ep o si to
M iliar R pG r afi k 3 .1 . P er kem b an g an D P K K al im an tan S e l a tan
02 ,0 0 04 ,0 0 06 ,0 0 08 ,0 0 0
10 ,0 0 012 ,0 0 014 ,0 0 016 ,0 0 0
T w 4 -0 6 T w 1-0 7 T w 2 -0 7 T w 3 -0 7T w 4 -0 7 T w 1-0 8 T w 2 -0 80%
10%
20%
30%
40%
D P K g r o w th (y -o -y ) g r o w th (q -t-q )
M i l i a r R p
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
7
secara tahunan tabungan mencatat sedikit perlambatan pertumbuhan, yakni
dari 37,81% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 36,86% (y-o-y). Suku
bunga tabungan yang masih relatif rendah nampaknya tidak menyurutkan
minat masyarakat terhadap instrumen tabungan. Tidak berbeda dengan
triwulan sebelumnya, peningkatan tabungan tidak terlepas dari daya tarik
produk tabungan yang semakin memberikan kemudahan bagi nasabah
dalam bertransaksi melalui pengembangan fasilitas-fasilitas, seperti SMS
banking, internet banking, transfer antarbank via ATM, pembayaran
berbagai macam tagihan, disamping semakin banyaknya ATM dan daya tarik
hadiah-hadiah undian.
Sementara itu secara triwulanan deposito yang dihimpun bank umum
meningkat sebesar 2,14% (q-t-q) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya
yang mengalami penurunan 1,30% (q-t-q). Hingga akhir triwulan laporan,
jumlah deposito mencapai Rp2,70 triliun. Peningkatan jumlah deposito
tersebut searah dengan BI-rate yang bergerak naik seiring tingginya
tekanan laju inflasi.
Berdasarkan jenis simpanan, DPK yang dihimpun bank umum
Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 didominasi oleh tabungan Rp6,80
triliun (49,09%), giro Rp4,35 triliun (31,42%), dan terkecil deposito sebesar
Rp2,70 triliun (19,49%). Sementara ditinjau dari kelompok bank, secara
triwulanan DPK kelompok BUP mengalami pertumbuhan lebih tinggi yakni
mencapai 8,91% sedangkan BUSN tumbuh sebesar 6,16%. Kondisi yang
sama terjadi pada pertumbuhan secara tahunan dimana DPK kelompok BUP
tumbuh sebesar 24,22%
(y-o-y), sedangkan
kelompok BUSN tumbuh
lebih rendah sebesar
22,23% (y-o-y). Lebih
tingginya pertumbuhan
DPK pada bank pemerintah
dalam triwulan laporan
dipengaruhi oleh
bertambahnya jumlah
Grafik. 3.3 Pangsa Kepemilikan DPK
Perseorangan67%
BUMN/BUMD1%
Lainnya1%
Lembang Sw asta
11%
Pemda / Pusat20%
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
8
jaringan kantor, disamping indikasi lebih agresifnya kegiatan promosi dan
beberapa kelebihan fitur simpanan yang ditawarkan.
Berdasarkan golongan pemilik, sebagian besar DPK bank umum
Kalimantan Selatan pada triwulan laporan dihimpun dari nasabah
perorangan, yakni mencapai Rp9,62 triliun (66,57%). DPK pada kelompok
dominan ini mengalami kenaikan sebesar 7,5% (q-t-q). Pemilik DPK yang
cukup dominan lainnya adalah pemerintah daerah dan pemerintah pusat
yang secara keseluruhan meraup pangsa sebesar 19,69%. Pangsa kelompok
ini sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
20,27%. Meskipun demikian, DPK milik pemerintah daerah dan pusat
tersebut pada triwulan laporan meningkat sebesar 9,13% (q-t-q) dari
triwulan I-2008 sebesar Rp2,61 triliun menjadi Rp2,85 triliun. Sementara
itu kepemilikan sektor swasta, yang terdiri dari perusahaan, lembaga,
yayasan dan koperasi dalam periode laporan tercatat sebesar 11,01%.
1.2.2. Penyaluran Kredit
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada
triwulan II-2008 dari 7,36% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya menjadi
9,14% (y-o-y) turut menstimulasi pertumbuhan kredit bank umum. Jumlah
kredit yang disalurkan bank umum kepada masyarakat dan dunia usaha
tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang lalu dari 35,97% (y-o-y)
menjadi 42,17% (y-o-
y). Nilai kredit pada
posisi akhir triwulan
laporan mencapai
Rp10,90 triliun,
meningkat
dibandingkan triwulan
sebelumnya yang
tercatat sebesar
Rp9,60 triliun. Secara
triwulanan penyaluran kredit mengalami peningkatan pertumbuhan dari
3,87% (q-t-q) menjadi 13,50% (q-t-q). Peningkatan penyaluran kredit pada
Grafik 3.4 Perkembangan LDR Bank Umum
-
2,000
4,000
6,0008,000
10,000
12,000
14,000
16,000
IV Trw I06
II III IV Trw I07
II III IV Trw I08
II60%
65%
70%
75%
80%
DPK Kredit LDR
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
9
triwulan laporan disumbang oleh kelompok BUSN maupun BUP, masing-
masing dengan pertumbuhan sebesar 44,46% (y-o-y) dan 41,24% (y-o-y).
Aktivitas pemberian kredit yang meningkat cukup pesat, sementara
pertumbuhan DPK yang melambat telah menyebabkan nisbah kredit
terhadap DPK atau Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum mengalami
peningkatan dari 71,85%
pada akhir triwulan I-2008
menjadi 78,60% pada
akhir triwulan laporan.
Pencapaian LDR bank
umum Kalimantan Selatan
tersebut lebih
dibandingkan angka LDR
nasional yang tercatat
sebesar 74,4%. Kondisi ini mengindikasikan fungsi intermediasi bank umum
Kalimantan Selatan telah semakin membaik. Peningkatan BI-Rate sampai
dengan Juni 2008 belum berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit selama
triwulan laporan. Diharapkan pada triwulan mendatang kondisi ini dapat
dipertahankan guna mendukung momentum pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan yang cenderung membaik.
Kredit Menurut Jenis Penggunaan
Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan laporan semua jenis
kredit mencatat pertumbuhan tahunan yang cukup tinggi. Namun demikian,
apabila dilihat secara triwulanan, jenis kredit investasi mengalami
penurunan. Dengan demikian selama triwulan laporan pertumbuhan kredit
disumbang oleh kredit modal kerja dan kredit konsumsi.
Kredit modal kerja mencatat lonjakan pertumbuhan dari -8,40% (q-t-
q) pada triwulan I-2008 menjadi 18,27% (q-t-q) pada triwulan laporan,
dengan jumlah kredit mencapai Rp4,59 triliun. Secara tahunan kredit modal
kerja tumbuh 35,67% (y-o-y). Peningkatan kredit modal kerja ini antara lain
dipengaruhi oleh realisasi KUR pada triwulan laporan.
Grafik 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
IV Trw I06
II III IV Trw I07
II III IV Trw I08
II60%
65%
70%
75%
80%
DPK Kredit LDR
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
10
Kredit konsumsi juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi, baik
secara triwulanan maupun tahunan. Secara triwulanan jenis kredit ini
meningkat 19,68% (q-t-q) dan secara tahunan melonjak sebesar 49,84%
(y-o-y) dengan jumlah kredit mencapai Rp3,77 triliun. Peningkatan kredit
konsumsi dalam triwulan laporan searah dengan masih tingginya permintaan
konsumsi, khususnya untuk barang-barang tahan lama, seperti mobil,
sepeda motor, rumah maupun peralatan elektronik.
Sementara itu secara triwulanan kredit investasi mengalami
pertumbuhan negatif sebesar -1,31% (q-t-q) dengan jumlah kredit
mencapai Rp2,53 triliun. Namun demikian apabila dilihat secara tahunan
kredit investasi meningkat cukup tinggi, yakni mencapai 43,67% (y-o-y).
Dalam dua triwulan mendatang diperkirakan pangsa maupun posisi kredit
produktif akan semakin besar seiring dengan meningkatnya realisasi APBD
dan perkembangan kegiatan investasi di sektor perkebunan.
Kredit Menurut Lokasi Proyek
Posisi kredit bank umum berdasarkan lokasi proyek pada triwulan II-
2008 mencapai Rp12,80 triliun, naik 8,39% (q-t-q) atau secara tahunan
tumbuh 44,86% (y-o-y). Sebesar 14,83% dari total kredit tersebut
merupakan kredit yang disalurkan oleh bank umum diluar Kalimantan
Selatan dalam rangka membiayai proyek-proyek berskala besar yang
berlokasi di Kalimantan Selatan. Posisi kredit lokasi proyek lebih besar
dibandingkan posisi kredit berdasarkan lokasi bank tercatat sebesar Rp10,90
triliun, sehingga LDR berdasarkan kredit lokasi proyek tercatat lebih tinggi,
yakni mencapai 92,28%.
Undisbursed Loan
Sementara itu pada triwulan laporan fasilitas pinjaman kepada
nasabah yang belum ditarik (undisbursed loan) tercatat sebesar Rp1,89
triliun, naik 42,82% dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1,32 triliun.
Apabila dibandingkan dengan posisi kredit triwulan II-2008 yang mencapai
Rp10,90 triliun, maka rasio antara undisbursed loan terhadap total kredit
mencapai 17,37%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
11
Grafik. 3.6 Perkembangan Kredit Ekspor Berdasarkan Sektor Ekonomi
-
50
100
150
200
250
300
Jun-06
Sept Des Mar-07
Jun Sept Des Mar-08
Jun
(Rp
mili
ar)
Industri kayu Industri Pengolahan karet Sektor lainnya
13,81%. Peningkatan jumlah undisbursed loan tersebut sejalan dengan
lonjakan jumlah kredit yang disetujui perbankan yang antara lain disalurkan
pada sektor usaha/proyek yang memerlukan langkah persiapan sebelum
melakukan aktivitas produksi.
Kredit Ekspor
Kredit ekspor mengalami kenaikan 4,98% (q-t-q) dari Rp412,44
miliar pada triwulan I-2008 menjadi Rp432,99 miliar pada triwulan laporan.
Secara tahunan kredit ekspor mengalami kenaikan sebesar 84,54% (y-o-y).
Peningkatan ini terutama disumbang oleh sektor industri pengolahan karet
sejalan dengan membaiknya prospek komoditas karet. Pengguna utama
kredit ekspor adalah industri pengolahan kayu dan indsutri pengolahan
karet, serta industri penambangan batubara yang dalam beberapa bulan
terakhir sudah mulai
membuka kredit ekspor
dalam rangka mendukung
kegiatan ekspornya.
Berdasarkan sektor
ekonomi, kredit eskpor
terutama dialokasikan
pada sektor industri
pengolahan kayu dan
pengolahan karet yang dalam beberapa periode terakhir ini mengalami
peningkatan kinerja serta di dorong oleh permintaan ekspor yang tetap
tinggi.
Kualitas Kredit
Peningkatan kucuran kredit oleh kelompok bank umum di Kalimantan
Selatan pada triwulan laporan tidak diikuti oleh membaiknya kualitas
komponen terbesar aktiva produktif tersebut, sehingga rasio NPL gross
mengalami peningkatan dari 3,97% pada triwulan sebelumnya menjadi
5,30%. Secara nominal nilai kredit bermasalah mengalami kenaikan dari
Rp381,30 miliar menjadi Rp577,47 miliar.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
12
Dilihat menurut kelompok bank, peningkatan NPL terutama terjadi
pada kelompok bank pemerintah, sedangkan NPL kelompok bank swasta
mengalami penurunan. Kelompok bank umum pelat merah tersebut
mencatat peningkatan NPL dari 4,92% pada triwulan I-2008 menjadi 7,00%.
Dalam rentang waktu yang sama kelompok bank umum swasta mengalami
penurunan NPL dari 1,65% pada triwulan yang lalu menjadi 1,21%. Saat ini
pangsa kredit kelompok bank umum pemerintah terhadap kredit total bank
umum mencapai 70,63% sedangkan sisanya diperani oleh kelompok bank
umum swasta.
Berdasarkan sektor ekonomi, penurunan kualitas kredit dalam
triwulan laporan terutama terjadi pada sektor industri pengolahan. Industri
pengolahan kayu mencatat peningkatan rasio NPL dari sebelumnya sebesar
6,05% menjadi 9,10%. Industri pengolahan kayu saat ini terus mendapat
tekanan usaha terkait dengan semakin langkanya bahan baku, serta
persaingan dengan produk Cina dan Malaysia. Rasio NPL menurut jenis
penggunaan kredit juga mengalami kenaikan terutama pada jenis modal
kerja dan investasi sedangkan konsumsi cenderung mengalami perbaikan.
Tabel 3. 3. Perkembangan NPL Bank Umum Kalimantan Selatan
Maret Juni Sept Dec Mar Juni
NPL (Nominal) 515,166 444,608 532,816 396,577 381,302 577,479 NPL (%) 7.29% 5.80% 6.56% 4.29% 3.97% 5.30%NPL Perkelompok Bank (%)
Bank Swasta 2.09% 1.97% 2.72% 1.47% 1.65% 1.21%Bank Pemerintah 9.24% 7.36% 8.15% 5.41% 4.92% 7.00%
NPL Perjenis Penggunaan (%)Modal Kerja 10.02% 8.52% 8.35% 5.95% 5.04% 7.95%Investasi 9.25% 5.67% 9.41% 4.47% 4.78% 6.16%Konsumsi 2.26% 2.23% 2.19% 1.75% 1.99% 1.49%
NPL Per Sektor Ekonomi (%)Pertanian 9.27% 3.03% 2.86% 1.46% 1.04% 1.01%Pertambangan 14.28% 1.05% 9.61% 1.09% 8.42% 8.12%IndustriPengolahan 18.66% 19.69% 17.93% 12.33% 4.57% 23.75%ListrikGasAir 0.33% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%Konstruksi 0.94% 4.96% 16.90% 0.46% 0.58% 11.31%Perdagangan Resto Htl 9.70% 8.25% 8.08% 6.91% 6.97% 6.04%AngkutanKomunikasi 6.52% 5.26% 2.12% 9.64% 9.12% 7.42%JasaDuniaUsaha 3.49% 3.10% 2.61% 1.88% 1.93% 1.38%JasaSosial 0.94% 2.08% 2.43% 2.13% 2.69% 2.11%Lainlain 2.33% 2.30% 2.26% 1.82% 2.05% 1.53%
NPL Kredit 2007 2008
Sumber : Bank Indonesia
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
13
1.3. Kredit UMKM
Kredit usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM)
yang disalurkan bank umum
Kalimantan Selatan
cenderung bergerak pada
tren yang meningkat. Pada
triwulan II-2008 kredit
UMKM mencapai Rp7,11
triliun, naik 36,22% (y-o-y) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 32,87% (y-o-y). Secara triwulanan kredit UMKM
meningkat sebesar 12,89% (q-t-q), lebih tinggi dibanding triwulan
sebelumnya yang hanya mencatat peningkatan 4,83% (q-t-q). Laju
peningkatan kredit UMKM yang sedikit lebih rendah dibandingkan kredit
secara keseluruhan, mengakibatkan pangsa kredit UMKM terhadap total
kredit bank umum di Kalimantan Selatan sedikit menurun dari 65,82% pada
triwulan I-2008 menjadi 65,29% pada triwulan laporan.
Dilihat dari skala usaha yang dibiayai, sebagian besar kredit UMKM
disalurkan kepada usaha mikro, yakni mencapai Rp2,64 triliun (37,13%)
dengan tingkat pertumbuhan 5,41% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,11% (q-t-q). Selanjutnya
penyaluran kredit kepada usaha kecil mencapai Rp2,17 triliun, meningkat
25,24% (q-t-q), jauh di atas pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang
hanya mengalami peningkatan sebesar 8,31% (q-t-q). Sementara itu
penyaluran kredit kepada usaha menengah mencapai Rp2,08 triliun,
mengalami kenaikan sebesar 4,14% (q-t-q), melambat dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 14,54% (q-t-q).
Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar kredit UMKM diserap
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor ekonomi
lain-lain (konsumtif) yang secara keseluruhan meraih pangsa 77,87%.
Sektor konsumsi merupakan penyerap kredit UMKM terbesar (51,28%),
dengan jumlah kredit mencapai Rp3,65 triliun, terutama didorong oleh kredit
kepemilikan kendaraan bermotor. Sementara sektor PHR yang merupakan
Grafik 3.7 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
IV I 06 II III IV I 07 II III IV I 08 II
(Rp
mili
ar)
Mikro Kecil Menengah
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
14
penyerap kredit UMKM kedua terbesar, mencatat kucuran kredit sebesar
Rp1,89 triliun atau 26,59% dari total kredit UMKM. Kredit tersebut terutama
disalurkan untuk perdagangan eceran.
Dilihat dari lokasinya, kredit UMKM terutama disalurkan di wilayah
Kota Banjarmasin. Hal ini tidak terlepas dari aktivitas perdagangan kecil dan
menengah, serta sebaran pelaku UMKM yang relatif besar di kota tersebut
dibandingkan kabupaten/kota lain di Kalimantan Selatan. Setelah
Banjarmasin, Kabupaten Banjar merupakan daerah yang menerima kucuran
kredit UMKM yang cukup besar. Selain menjadi salah satu sentra kerajinan
di Kalimantan Selatan, khususnya untuk kain sasirangan, rotan, serta
perhiasan, perkembangan aktivitas ekonomi Kabupaten Banjar tidak dapat
dipisahkan dengan Kota Banjarmasin.
Upaya Pengembangan UMKM
Dalam upaya lebih mendorong pengembangan UMKM, Bank Indonesia
Banjarmasin sampai dengan periode laporan melakukan kegiatan rutin
maupun program khusus dalam mendorong pemberdayaan sektor riil.
Kegiatan rutin yang dilakukan antara lain adalah pertemuan-pertemuan
untuk mendorong peningkatan peran Konsultan Keuangan Mitra Bank
(KKMB), semiloka intermediasi perbankan, pelatihan bagi petugas kredit
(account officer) BPR, maupun temu usaha UMKM dengan perbankan.
Sementara program khusus dalam rangka pemberdayaan sektor riil adalah
pengembangan klaster komoditas unggulan dan fasilitasi percepatan
pemberdayaan ekonomi daerah (FPPED).
Hingga akhir triwulan II-2008, pengembangan UMKM melalui
pendekatan klaster yang telah dilakukan adalah klaster jeruk di Kabupaten
Barito Kuala. Selain pemberdayaan klaster, dalam tahun 2008 juga
dilakukan FPPED bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan
Selatan dan pemerintah kabupaten/kota terkait. Kegiatan yang dilakukan
dalam rangka FPPED diantaranya adalah pemberdayaan pariwisata di
Kabupaten Banjar, Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru. Melalui kegiatan
ini Bank Indonesia bersama perbankan Kalimantan Selatan antara lain ikut
meramaikan Festival Budaya Pasar Terapung yang digelar pada tanggal 21-
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
15
22 Juni 2008 dalam rangka menyukseskan Visit Indonesia 2008. Melalui
festival tersebut diharapkan aktivitas ekonomi tradisional Kalimantan
Selatan, yakni pasar terapung, akan semakin dikenal baik oleh masyarakat
domestik maupun internasional, sehingga kegiatan pariwisata akan
berkembang dan pada gilirannya akan menggerakkan sektor riil yang
diperani oleh pelaku UMKM.
2. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH
Sejalan dengan perkembangan kinerja bank umum secara
keseluruhan, industri perbankan syariah Kalimantan Selatan pada triwulan
II-2008 menunjukkan peningkatan pertumbuhan baik volume usaha, DPK,
pembiayaan, maupun nisbah pembiayaan terhadap DPK (financing to deposit
ratio/FDR). Sementara itu kualitas pembiayaan juga membaik yang
diindikasikan oleh penurunan rasio non performing financing (NPF).
Volume usaha (total aset) kelompok bank umum syariah dalam
triwulan laporan mencapai Rp856,59 miliar atau meningkat sebesar 12,76%
(q-t-q), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat
kenaikan 8,33% (q-t-q). Secara tahunan volume usaha perbankan syariah
tumbuh sebesar 51,18% (y-o-y), sedikit melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 53,02% (y-o-y).
Pertumbuhan aset yang cukup tinggi tersebut ditopang oleh kenaikan
dana pihak ketiga sebesar 9,53% (q-t-q) yang diikuti peningkatan
pembiayaan yang mencapai 6,78% (q-t-q). Dengan pertumbuhan aset yang
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset perbankan secara keseluruhan,
maka pangsa perbankan syariah terhadap industri perbankan Kalimantan
Selatan mencapai 5,12%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 4,86%. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan jasa
perbankan syariah oleh masyarakat telah semakin meningkat. Pangsa
perbankan syariah tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan angka
nasional yang hanya tercatat kurang dari 2%.
Dari sisi penghimpunan dana masyarakat, pada triwulan II-2008
perbankan syariah mencatat pertumbuhan DPK sebesar 9,53% (q-t-q)
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
16
Mar-07 Jun-07 Sep-07 Des-07 Mar-08 Jun-08Asset (juta Rp) 496,466 566,602 614,773 701,270 759,683 856,586 Pembiay aan (juta Rp) 462,869 546,255 623,079 720,279 809,948 912,240 Dana (juta Rp) 354,400 381,551 403,358 469,299 533,896 584,773 FDR (%) 130.60% 143.17% 154.47% 153.48% 151.71% 156.00%NPF (%) 3.71% 3.18% 2.78% 6.72% 6.25% 5.57%
Keterangan Posisi
menjadi Rp584,77 miliar. Pertumbuhan tersebut lebih rendah apabila
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai
13,76% (q-t-q). Meskipun demikian secara tahunan pertumbuhan DPK
mencapai 53,26% (y-o-y), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang
mencatat laju sebesar 50,65% (y-o-y).
Berdasarkan jenis simpanan, peningkatan DPK tersebut terutama
berasal dari peningkatan giro sebesar 22,9% menjadi Rp119,7 miliar, diikuti
tabungan wadiah dan mudharabah yang meningkat 8,88% menjadi
Rp340,53 miliar, dan deposito investasi mudharabah yang naik 8,88%
menjadi Rp124,53 miliar.
Tabel. 3.4. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah
Sumber: Bank Indonesia Angka-angka posisi Maret 2008 diperbaiki.
Pembiayaan syariah (Murabahah, Qardh, Mudharabah dan
Musyarakah) pada triwulan II-2008 mencapai Rp912,24 miliar, meningkat
12,63% (q-t-q). Peningkatan ini lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 12,45% (q-t-q). Berdasarkan jenis penggunaan,
penyaluran pembiayaan terutama ditujukan untuk pembiayaan konsumsi,
diikuti investasi, dan modal kerja. Dalam tiga triwulan terakhir peningkatan
pembiayaan konsumsi
cukup signifikan, sehingga
pangsa jenis pembiayaan ini
meningkat dari 25,20%
menjadi sebesar 48,99%.
Peningkatan ini terutama di
sumbang oleh pembiayaan
pemilikan rumah dan
pembiayaan konsumsi
Grafik 3.8 Perkembangan FDR Bank Umum Syariah Kalsel
-
200
400
600
800
1,000
II III IV Trw I07
II III IV Trw I08
II0%
50%
100%
150%
200%
Pembiayaan DPK FDR
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
17
lainnya.
Sementara itu rasio FDR pada triwulan II-2008 masih cukup tinggi,
yakni mencapai 156,00%. Rasio FDR tersebut mengalami peningkatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 151,71%.
Sebagaimana triwulan sebelumnya tingginya FDR diikuti oleh kecenderungan
penurunan rasio NPF. Pada triwulan laporan, meskipun dapat dikatakan
cukup tinggi, rasio NPF perbankan syariah mengalami penurunan dari 6,25%
menjadi 5,57%. Masih cukup tingginya rasio NPF tersebut, terutama
disumbang oleh sektor pengangkutan yang merupakan usaha pendukung
kegiatan pertambangan.
3. PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR
Peningkatan berbagai indikator kinerja perbankan yang terjadi pada
kelompok bank umum pada triwulan II-2008, belum sepenuhnya diikuti
industri BPR di Kalimantan Selatan. Kinerja industri BPR pada triwulan
laporan tersebut mencatat adanya penurunan aset dan dana pihak ketiga,
meskipun penyaluran kredit sedikit meningkat. Demikian pula LDR
mengalami peningkatan namun tidak diikuti dengan membaiknya kualitas
kredit yang diberikan.
Langkah BPR dalam mengembangkan usahanya ke depan akan
semakin menantang, seiring dengan semakin banyaknya bank umum yang
masuk pada segmen pembiayaan yang sama. Namun demikian berbekal
keunggulan komparatif yang tidak dimiliki oleh bank umum, antara lain
prosedur pelayanan kepada nasabah yang lebih sederhana, kecepatan
pelayanan, pendekatan personal, dan fleksibilitas dalam pola dan model
pinjaman, industri BPR diharapkan masih dapat bersaing dalam segmen
pasar yang digeluti.
Jumlah BPR yang beroperasi di Kalimantan Selatan pada triwulan II-
2008 berjumlah 25 bank atau tidak terdapat perubahan dibandingkan
triwulan sebelumnya. BPR yang tersebar di tujuh kabupaten di Kalimantan
Selatan tersebut terdiri dari 24 BPR konvensional dan 1 BPR Syariah, dengan
jumlah kantor pelayanan kas sebanyak 2 unit. Sebagian besar BPR yang
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
18
ada, merupakan BPR milik pemerintah daerah atau berbadan hukum
Perusahaan Daerah (PD), yaitu sebanyak 20 BPR dan sisanya merupakan
BPR milik swasta.
Total aset industri BPR Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008
tercatat sebesar Rp172,87 miliar, turun 0,18% (q-t-q) dibandingkan
penurunan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp173,18 miliar. Penurunan
ini juga terjadi pada triwulan I-2008, yakni sebesar 7,09% (q-t-q) dari posisi
Desembar 2007 yang mencapai Rp186,40 miliar.
Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja BPR Kalimantan Selatan
Sumber : Bank Indonesia
Penurunan volume usaha tersebut disebabkan oleh penurunan dana
pihak ketiga akibat menyusutnya simpanan dalam bentuk deposito dari
Rp54,15 miliar pada posisi akhir triwulan I-2008 menjadi Rp47,58 miliar
pada akhir triwulan laporan atau turun 12,14% (q-t-q). Penurunan deposito
yang lebih besar bahkan terjadi pada posisi akhir triwulan I-2008, yakni
sebesar -21,40% (q-t-q) dari posisi akhir triwulan IV-2007 sebesar Rp68,90
miliar. Terjadinya penurunan deposito tersebut disebabkan oleh adanya
penarikan deposito oleh sejumlah deposan besar yang diindikasikan sebagai
pihak terkait dengan bank.
Sementara itu penghimpunan dana masyarakat melalui jenis
simpanan tabungan mengalami peningkatan sebesar 9,52% (q-t-q) sehingga
mencapai Rp41,67 miliar. Peningkatan tersebut jauh lebih tinggi dibanding
triwulan I-2008 yang mengalami penurunan sebesar -0,68% (q-t-q). Ke
depan diharapkan peningkatan tabungan maupun deposito yang berasal dari
Des Des Mar Jun Sept Des Mar Jun
1 ASSET 103,484 121,058 121,888 130,725 148,987 186,396 173,180 172,871
2 DPK 65,530 74,383 74,965 79,087 85,762 107,211 92,204 89,249 Tabungan 23,664 27,899 27,960 29,827 32,605 38,310 38,050 41,672 Deposito 41,866 46,484 47,005 49,260 53,157 68,901 54,154 47,577
3 KREDIT 86,515 85,298 94,711 90,287 114,475 117,036 122,195 136,648
4 NPL 7,072 5,568 5,787 5,749 6,349 5,717 5,653 7,119
5 NPL (%) 8.17% 6.53% 6.11% 6.37% 5.55% 4.88% 4.63% 5.21%
20082005 2006 2007No. Kriteria
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
19
masyarakat dapat menggantikan peran dana pemilik yang selama ini cukup
mendominasi portofolio dana pihak ketiga BPR.
Dari sisi penggunaan dana, sampai dengan akhir triwulan II-2008
industri BPR telah mengucurkan kredit sebesar Rp136,65 miliar, meningkat
11,83% (q-t-q) dibandingkan akhir triwulan I-2008 yang tercatat sebesar
Rp122,20 miliar. Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan juga lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mengalami pertumbuhan
4,41% (q-t-q).
Sejalan dengan peningkatan jumlah kredit yang diberikan, fungsi
intermediasi BPR yang dicerminkan oleh LDR masih terhitung tinggi. Pada
triwulan II-2008 LDR industri BPR mencapai 153,11% jauh lebih tinggi di
bandingkan triwulan yang lalu yang mencapai 133,53%. Sementara itu
kualitas kredit diberikan mengalami penurunan, sebagaimana terlihat dari
rasio NPL yang naik dari 4,63% pada triwulan I-2008 menjadi 5,21% pada
triwulan laporan.
4. STABILITAS SISTEM KEUANGAN REGIONAL
Secara umum kondisi stabilitas sistem keuangan regional Kalimantan
Selatan masih tetap terjaga. Industri perbankan maupun lembaga keuangan
non-bank masih memperlihatkan kinerja yang positif. Masih cukup tingginya
dorongan sisi permintaan pada triwulan laporan, khususnya konsumsi rumah
tangga, telah memberikan ruang gerak bagi pelaku bisnis di sektor
keuangan untuk mencatat peningkatan kinerja. Kondisi ini tergambar pada
pertumbuhan sektor keuangan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 12,30%
(y-o-y), hampir dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008
sebesar 6,30% (y-o-y). Selain diperani oleh kuatnya ekspansi kredit
perbankan, lembaga-lembaga pembiayaan juga turut memberikan kontribusi
dalam merespon akselerasi pertumbuhan konsumsi tersebut.
Maraknya kegiatan pembiayaan perbankan maupun lembaga
keuangan non-bank tersebut mencerminkan masih terbukanya celah-celah
penyaluran dana. Namun demikian upaya untuk menjaga kualitas
pembiayaan/kredit perlu menjadi perhatian, khususnya bagi perbankan,
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
20
mengingat rasio NPL yang meningkat. Momentum pertumbuhan kredit yang
tinggi tersebut diharapkan dapat bertahan pada triwulan-triwulan
mendatang, mengingat masih tingginya potensi tekanan inflasi akibat second
round effect kenaikan harga BBM yang dapat mengurangi daya dorong
permintaan konsumsi masyarakat.
Sementara itu kecenderungan penurunan dana pihak ketiga,
khususnya simpanan dalam bentuk deposito, pada industri BPR di
Kalimantan Selatan dalam dua triwulan terakhir juga perlu menjadi
perhatian. Di sisi lain pertumbuhan kredit BPR yang cukup tinggi
mengindikasikan meningkatnya peran BPR dalam kegiatan pembiayaan
regional. Hal ini perlu direspon dengan meningkatkan kemampuan dalam
menggalang dana masyarakat, baik dalam bentuk tabungan maupun
deposito, sehingga potensi terjadinya risiko likuiditas dapat dikendalikan.
Bab 4 – Keuangan Daerah
KEUANGAN DAERAH KEUANGAN DAERAH
4
1. APBD PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2008 1. APBD PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2008
Meskipun APBD Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2008 telah
mendapat persetujuan sejak akhir tahun 2007, namun demikian pada
triwulan laporan realisasinya masih belum cukup optimal untuk
mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Indikasi ini terlihat dari
melambatnya pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah dari 9,75% (y-
o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 7,42% (y-o-y). Melambatnya konsumsi
pemerintah daerah pada triwulan II-2008 tersebut terutama dipengaruhi
oleh realisasi proyek Pemerintah Daerah yang cenderung lambat seiring
dengan permasalahan birokrasi dan proses tender yang relatif lama.
Meskipun APBD Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2008 telah
mendapat persetujuan sejak akhir tahun 2007, namun demikian pada
triwulan laporan realisasinya masih belum cukup optimal untuk
mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Indikasi ini terlihat dari
melambatnya pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah dari 9,75% (y-
o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 7,42% (y-o-y). Melambatnya konsumsi
pemerintah daerah pada triwulan II-2008 tersebut terutama dipengaruhi
oleh realisasi proyek Pemerintah Daerah yang cenderung lambat seiring
dengan permasalahan birokrasi dan proses tender yang relatif lama.
Berdasarkan perkiraan Bank Indonesia Banjarmasin, besaran realisasi
pendapatan dan belanja Provinsi Kalimantan Selatan pada semeter I-2008
diperkirakan tidak berbeda jauh apabila dibandingkan dengan realisasi pada
tahun sebelumnya. Realisasi yang cukup tinggi diperkirakan berasal dari
komponen pendapatan, sedangkan dari sisi pengeluaran realisasinya masih
terbatas.
Berdasarkan perkiraan Bank Indonesia Banjarmasin, besaran realisasi
pendapatan dan belanja Provinsi Kalimantan Selatan pada semeter I-2008
diperkirakan tidak berbeda jauh apabila dibandingkan dengan realisasi pada
tahun sebelumnya. Realisasi yang cukup tinggi diperkirakan berasal dari
komponen pendapatan, sedangkan dari sisi pengeluaran realisasinya masih
terbatas.
Tabel 4.1. APBD Kalimantan Selatan dan Realisasi Semester I-2007 Tabel 4.1. APBD Kalimantan Selatan dan Realisasi Semester I-2007 dan Semester I-2008 (Miliar Rupiah) dan Semester I-2008 (Miliar Rupiah)
Uraian (Rp Miliar) Anggaran 2007
Realisasi Semester I -2007
% Anggaran 2008
Realisasi Semester I -2008*
%
Pedapatan Asli Daerah 647.95 314.58 48.55% 695.61 322,76 46,4%
Dana Perimbangan 558.47 259.48 46.46% 687.19 329,16 47,9%
Belanja tidak langsung 606.06 153.36 25.31% 660.60 233,85 35,4%
Belanja Modal 321.83 45.61 14.17% 331.37 48,80 14,73%
• Angka perkiraan Bank Indonesia Banjarmasin (Sumber: Berbagai informasi anekdotal )
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
54
Bab 4 – Keuangan Daerah
2. ANGGARAN PENDAPATAN
Ditinjau dari dua komponen utama pendapatan, yaitu pendapatan asli
daerah (PAD) maupun dana perimbangan, sampai dengan semester I-2008
tingkat realisasinya diperkirakan cukup tinggi yaitu masing-masing 46,4%
dan 47,9%. Dari sisi PAD, cukup tingginya realisasi pendapatan daerah
terutama ditopang oleh tingginya realisasi pendapatan dari retribusi daerah,
khususnya retribusi kendaraan bermotor seiring dengan pertumbuhan
konsumsi masyarakat pada semester I-2008. Sementara itu dari sisi dana
perimbangan, penerimaan terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU)
maupun Dana Alokasi Khusus (DAK), realisasinya cukup tinggi seiring
mekanisme transfer dari Pemerintah Pusat yang sudah lebih baik. Alokasi
DAU untuk Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2008 diperkirakan
mencapai Rp466,5 miliar, sedangkan dari DAK diperkirakan mencapai
Rp36,04 miliar.
Grafik 4.1. Proporsi PAD dan Dana Perimbangan dalam Pendapatan Daerah
52.46%47.55% 50.91% 43.88%
50.30% 49.70%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
2006 2007 2008
Pendapatan Asli DaerahDana Perimbangan
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Secara keseluruhan, proporsi antara PAD dan dana perimbangan pada
APBD 2008 relatif berimbang. Hal ini sedikit berbeda dibandingkan APBD
tahun-tahun sebelumnya dimana PAD sedikit lebih besar dibandingkan dana
perimbangan. Dengan perkembangan tersebut, rasio PAD terhadap total
pendapatan daerah mengalami sedikit penurunan dari 50,91% pada tahun
2007 menjadi 50,30%.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
55
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
56
3. ANGGARAN BELANJA
Realisasi APBD Kalimantan Selatan dari sisi belanja pada semester I-
2008 diperkirakan mengalami peningkatan meskipun masih belum optimal.
Pada komponen belanja tidak langsung, realisasi sampai dengan semester I-
2008 diperkirakan mencapai 35,4% atau lebih tinggi dibandingkan realisasi
pada periode yang sama di tahun 2007 yang mencapai 25,31%. Komponen
belanja tidak langsung merupakan kelompok biaya yang terkait dengan
kegiatan adiministrasi umum. Relatif lebih tingginya realisasi belanja tidak
langsung terutama dipengaruhi oleh adanya kenaikan gaji pegawai negeri di
awal tahun anggaran.
Sementara itu realisasi belanja modal APBD 2008 yang terkait dengan
pembiayaan pembangunan pada semester I-2008 diperkirakan relatif sama
dibandingkan periode semester I-2007. Tingkat realisasi belanja modal
sampai dengan semester I-2008 diperkirakan mencapai 14,73%, sedikit
lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 14,17%.
Belum optimalnya stimulus fiskal daerah tersebut diperkirakan terkait
dengan banyaknya proses tender yang sedang berjalan atau belum
diselesaikan, antara lain akibat fluktuasi harga menjelang kenaikan harga
BBM maupun perubahan harga setelah kenaikan BBM Mei 2008. Di samping
itu masih terbatasnya realisasi anggaran tersebut juga dipengaruhi oleh
perubahan kebijakan pemerintah pusat terkait dana bergulir, serta adanya
perubahan anggaran yang sedang dalam proses pengajuan maupun
pengesahan.
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan yang
cukup tinggi pada triwulan II-2008 telah mendorng terjadinya peningkatan
kebutuhan akan uang tunai maupun transaksi pembayaran non-tunai.
Aktivitas transaksi pembayaran non-tunai melalui sarana kliring,
menunjukkan kenaikan baik dari sisi volume maupun nilai nominal transaksi.
Sedangkan dari sisi pembayaran tunai melalui Bank Indonesia, walupun dari
sisi perputarannya menunjukkan penurunan namun secara netto
menunjukkan adanya peningkatan net cash outflow yang menunjukkan
jumlah aliran uang tunai yang keluar lebih banyak dibandingkan dengan
aliran tunai yang masuk.
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan yang
cukup tinggi pada triwulan II-2008 telah mendorng terjadinya peningkatan
kebutuhan akan uang tunai maupun transaksi pembayaran non-tunai.
Aktivitas transaksi pembayaran non-tunai melalui sarana kliring,
menunjukkan kenaikan baik dari sisi volume maupun nilai nominal transaksi.
Sedangkan dari sisi pembayaran tunai melalui Bank Indonesia, walupun dari
sisi perputarannya menunjukkan penurunan namun secara netto
menunjukkan adanya peningkatan net cash outflow yang menunjukkan
jumlah aliran uang tunai yang keluar lebih banyak dibandingkan dengan
aliran tunai yang masuk.
1. TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI 1. TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI
1.1. Aliran Uang Masuk/Keluar (Cash Inflow/Outflow) 1.1. Aliran Uang Masuk/Keluar (Cash Inflow/Outflow)
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dari
7,36% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 9,14% (y-o-y) pada triwulan
laporan telah mendorong peningkatan kebutuhan uang tunai masyarakat.
Hal ini ditandai dengan pergerakan uang keluar (outflow) dari Bank
Indonesia Banjarmasin yang lebih besar dibandingkan uang yang masuk.
Secara nominal jumlah outflow dari Bank Indonesia Banjarmasin pada
triwulan laporan mencapai Rp521 miliar atau mengalami kenaikan yang
sangat signifikan, yakni sebesar Rp434 miliar dibandingkan outflow triwulan
I-2008 yang hanya sebesar Rp87 miliar.
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dari
7,36% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 9,14% (y-o-y) pada triwulan
laporan telah mendorong peningkatan kebutuhan uang tunai masyarakat.
Hal ini ditandai dengan pergerakan uang keluar (outflow) dari Bank
Indonesia Banjarmasin yang lebih besar dibandingkan uang yang masuk.
Secara nominal jumlah outflow dari Bank Indonesia Banjarmasin pada
triwulan laporan mencapai Rp521 miliar atau mengalami kenaikan yang
sangat signifikan, yakni sebesar Rp434 miliar dibandingkan outflow triwulan
I-2008 yang hanya sebesar Rp87 miliar.
Di sisi lain jumlah uang masuk (inflow) ke Bank Indonesia
Banjarmasin di triwulan laporan mencapai Rp257 miliar atau mengalami
penurunan sebesar Rp569 miliar dibandingkan triwulan I-2008 yang
mencapai Rp826 miliar. Penurunan yang cukup besar tersebut dipengaruhi
oleh faktor musiman, yakni di triwulan I-2008 terjadi arus balik dana-dana
Di sisi lain jumlah uang masuk (inflow) ke Bank Indonesia
Banjarmasin di triwulan laporan mencapai Rp257 miliar atau mengalami
penurunan sebesar Rp569 miliar dibandingkan triwulan I-2008 yang
mencapai Rp826 miliar. Penurunan yang cukup besar tersebut dipengaruhi
oleh faktor musiman, yakni di triwulan I-2008 terjadi arus balik dana-dana
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
57
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
masyarakat setelah berlalunya perayaan hari raya keagamaan dan
momentum akhir tahun. Dengan perkembangan tersebut, secara neto
pergerakan uang kartal melalui Bank Indonesia Banjarmasin pada triwulan
laporan mengalami aliran uang tunai keluar (net cash outflow) sebesar
Rp264,6 miliar.
Grafik 5.1. Perkembangan Aliran Uang Masuk dan Keluar (Cash Inflow dan Outflow) Kantor Bank Indonesia Banjarmasin
-1,000
-500
0
500
1,000
1,500
2,000
T1.20
05
T2.20
05
T3.20
05
T4.20
05
T1.20
06
T2.20
06
T3.20
06
T4.20
06
T1.20
07
T2.20
07
T3.20
07
T4.20
07
T1.20
08
T2.20
08
Mili
ar R
p
Cash Inflow Cash Outflow Net-flow
Sumber: KBI Banjarmasin
1.2. Penemuan Uang Palsu
Perkembangan pada triwulan laporan menunjukkan adanya penurunan
jumlah temuan uang palsu yang cukup signifikan dibandingkan triwulan I-
2008. Jumlah lembar uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia
Banjarmasin pada triwulan II-2008 sebanyak 4 lembar, terdiri dari 1 lembar
pecahan Rp100.000,00 dan 3 lembar pecahan Rp 50.000,00. Jumlah ini jauh
lebih kecil dibandingkan temuan uang palsu pada triwulan sebelumnya yang
mencapai 51 lembar dengan nilai nominal mencapai Rp4.250.000,00.
Penurunan jumlah uang palsu yang dilaporkan di Kalimantan Selatan
pada triwulan laporan bukan berarti bahwa upaya-upaya pemalsuan uang
sepenuhnya dapat ditanggulangi. Ke depan, dengan adanya perkembangan
teknologi cetak yang semakin maju, pemberantasan uang palsu akan
menghadapi tantangan yang lebih berat. Sebagai langkah antisipasi
terhadap hal tersebut, Bank Indonesia Banjarmasin secara berkala
senantiasa melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
58
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
59
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
masyarakat Kalimantan Selatan sehingga masyarakat mampu mengenali
ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan metode sederhana.
masyarakat Kalimantan Selatan sehingga masyarakat mampu mengenali
ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan metode sederhana.
Tabel 5.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu Tabel 5.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu
59
Pecahan Rp100.000,- Pecahan Rp50.000,- Total Periode
Bilyet Nominal Bilyet Nominal Bilyet Nominal
TW.I 2006 4 400,000 - - 4 400,000
TW.II 2006 21 2,100,000 - - 21 2,100,000
TW.III 2006 9 900,000 - - 9 900,000
TW.IV 2006 6 600,000 4 200,000 10 800,000
Tahun 2006 40 4,000,000 4 200,000 44 4.200,000
TW.I 2007 242 24,200,000 10 500,000 252 24,700,000
TW.II 2007 1 100,000 692 34,600,000 693 34,700,000
TW.III 2007 2 200,000 24 1,200,000 26 1,400,000
TW.IV 2007 38 3,800,000 16 800,000 54 4,600,000
Tahun 2007 283 28,300,000 742 37,100,000 1,025 65.400,000
TW.I 2008 34 3,400,000 17 850,000 51 4,250,000
Apr 2008 1 100,000 3 150,000 4 250,000
Mei 2008 - - - - - -
Juni 2008 - - - - - -
TW.II 2008 1 100,000 3 150,000 4 250,000 Sumber: KBI Banjarmasin
2. TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON-TUNAI
Perkembangan transaksi pembayaran non-tunai yang diindikasikan
melalui transaksi keuangan melalui sarana Kliring juga menunjukkan
kenaikan. Rata-rata harian
volume transaksi kliring pada
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
T1.200
7
T2.200
7
T3.200
7
T4.200
7
T1.200
8
T2.200
8
Juta Rp
1,450
1,500
1,550
1,600
1,650
1,700Lembar
NominalVolume
Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi Kliring
Tabel 5.3 Rata-rata Harian Transaksi
Kliring Periode
Volume
Nominal (dlm jutaan
Rp)
T1.2007 1,545 39,417.44
T2.2007 1,681 43,492.66
T3.2007 1,654 43,966.88
T4.2007 1,577 47,111.88
T1.2008 1,560 49,318.73
T2.2008 1,636 54,908.52 Sumber: KBI Banjarmasin
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
60
triwulan II-2008 mencapai 1.636 lembar, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 1.560 lembar per hari. Begitu juga dari sisi
nominal hariannya juga mengalami kenaikan yaitu dari Rp49,32 miliar pada
triwulan I-2008 menjadi Rp54,9 miliar.
Peningkatan volume transaksi kliring pada triwulan laporan tidak
diikuti dengan peningkatan penarikan cek/bilyet giro kosong di wilayah
Kalimantan Selatan. Rata-rata harian penarikan cek/bilyet giro kosong pada
triwulan laporan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu
sebanyak 13 lembar per hari. Namun demikian dari sisi nominalnya, terjadi
kenaikan dari Rp434,87 juta per hari pada triwulan I-2008 menjadi
Rp500,13 juta per hari.
Tabel 5.4 Rata-rata Harian Penarikan Cek / BG Kosong
Penarikan Cek/BG Kosong
Kliring Total Persentase Periode
Volume (Lembar)
Nominal (Juta Rp)
Volume (Lembar)
Nominal (Juta Rp)
Volume Nominal
T1.2007 12 346.10 1,545 39,417.44 0.76% 0.88% T2.2007 12 525.58 1,681 43,492.66 0.72% 1.21% T3.2007 10 369.96 1,654 43,966.88 0.62% 0.84% T4.2007 13 392.82 1,577 47,111.88 0.85% 0.83%
T1.2008 13 434.87 1,560 49,318.73 0.85% 0.88% T2.2008 13 500.13 1,636 54,908.52 0.77% 0.91% Sumber: KBI Banjarmasin
Apabila dilihat berdasarkan persentasenya, volume penarikan
cek/bilyet giro kosong terhadap total volume kliring pada triwulan II-2008
masih berada pada level di bawah 1%, tepatnya sebesar 0,77% atau
mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2008 yang mencapai 0,85%.
Sementara itu dari sisi nominalnya, tingkat peredaran cek/bilyet giro kosong
terhadap total nilai kliring mengalami peningkatan dari 0,88% pada triwulan
I-2008 menjadi 0,91%. Relatif rendahnya penarikan cek/bilyet giro kosong
diharapkan akan menjaga kepercayaan masyarakat dalam menggunakan
sarana kliring untuk memperlancar transaksi keuangan.
Bab 6 – Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
6 1. KETENAGAKERJAAN
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan yang cukup tinggi
pada beberapa triwulan terakhir telah mendorong penyerapan tenaga kerja
yang lebih baik. Tingkat pengangguran terbuka di Kalimantan Selatan
menunjukkan kecenderungan menurun yaitu dari 7,31% pada periode
Februari 2007 menjadi 6,91% pada periode yang sama tahun 2008.
Penurunan tingkat pengangguran ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan
aktivitas di sektor perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit seiring
prospek komoditas crude palm oil (CPO) di pasar dunia yang semakin cerah.
Grafik 6.1. Angkatan Kerja, Jumlah Penduduk Bekerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kalimantan Selatan
0200400600800
1,0001,2001,4001,6001,8002,000
Feb-06 Feb-07 Feb-08
Rib
u O
rang Angkatan Kerja Bekerja Menganggur
Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS Kalimantan Selatan
Pada Februari 2008, total angkatan kerja Kalimantan Selatan telah
mencapai 1,71 juta orang atau mengalami kenaikan 6,77% dibandingkan
posisi tahun 2007 yang tercatat sebanyak 1,60 juta orang. Dari jumlah
angkatan kerja yang mencapai 1,71 juta orang tersebut, sebanyak 1,59 juta
diantaranya adalah penduduk yang bekerja. Jumlah ini meningkat 107,5 ribu
atau 7,23% dibandingkan posisi tahun 2007 yang mencapai 1,49 juta orang.
Sementara itu jumlah penduduk yang mencari pekerjaan pada posisi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
61
Bab 6 – Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat
Februari 2008 mencapai 118,4 ribu orang, meningkat 0,98% dibandingkan
posisi yang sama di tahun 2007.
Ditinjau secara sektoral, sektor pertanian merupakan sektor penyerap
tenaga kerja terbesar yaitu mencapai 47,4% atau sebesar 703,24 ribu
orang, disusul sektor perdagangan yang menyerap 22% atau sebesar 351,5
ribu orang. Jumlah pekerja di sektor pertanian sendiri mengalami kenaikan
7,38% atau meningkat 51,9 ribu orang dibandingkan tahun 2007.
Peningkatan ini terutama didorong oleh aktivitas subsektor perkebunan,
khususnya pada kelapa sawit dan karet. Dengan pangsa yang cukup besar,
sektor pertanian memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 3,49%
terhadap pertumbuhan jumlah pekerja di Kalimantan Selatan pada tahun
2008 yang mencapai 7,23%.
Tabel 6.1. Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi di Kalimantan Selatan
Sektoral Feb-07 Feb-08 Growth Share
Growth Pertanian 703,238 755,131 7.38% 3.49% Pertambangan 49,159 60,062 22.18% 0.73% Industri 125,374 114,412 -8.74% -0.74% Bangunan 47,896 62,813 31.14% 1.00% Perdagangan 316,616 351,548 11.03% 2.35% Angkutan 73,945 81,874 10.72% 0.53% Jasa 147,852 156,592 5.91% 0.59% Lainnya (Listrik, Gas, Air dan Keuangan) 23,201 12,328 -46.86% -0.73% Total 1,487,281 1,594,760 7.23% 7.23% Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah
Sementara itu di sektor perdagangan, penyerapan tenaga kerja
mengalami kenaikan 11,03%, dari 316,6 ribu orang pada Februari 2007
menjadi 351,55 ribu orang pada Februari 2008. Kenaikan penyerapan di
sektor ini terutama didorong oleh aktivitas ekonomi di Kalimantan Selatan
sebagai pintu masuk barang-barang kebutuhan untuk daerah lainnya seperti
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Dengan laju pertumbuhan
tersebut sumbangan sektor ini terhadap laju pertumbuhan penyerapan
tenaga kerja di Kalimantan Selatan mencapai 2,35%.
Sektor pertambangan yang menjadi salah satu sektor ekonomi utama
Kalimantan Selatan pada periode yang sama juga mencatat pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja yang cukup besar, yakni sebesar 22,18% atau
49,2 ribu orang menjadi 60,1 ribu orang. Peningkatan daya serap tenaga
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
62
Bab 6 – Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat
kerja yang cukup tinggi di sektor ini sejalan dengan meningkatnya produksi
dan ekspor batu bara beberapa tahun terakhir. Namun demikian, walaupun
mencatat pertumbuhan yang relatif tinggi, pertumbuhan di sektor
pertambangan hanya berkontribusi sebesar 0,73% terhadap pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Selatan. Hal ini disebabkan oleh
karakteristik sektor pertambangan yang lebih padat modal dibandingkan
padat karya, sehingga penggunaan tenaga kerja di sektor ini relatif lebih
rendah dibandingkan sektor utama lainnya seperti sektor pertanian dan
sektor perdagangan.
Sektor industri di Kalimantan Selatan mencatat penurunan jumlah
tenaga kerja sebesar 10,6 ribu orang atau -8,74% yaitu dari 125,4 ribu
orang menjadi 114,4 ribu orang. Menurunnya jumlah tenaga kerja yang
diserap oleh sektor ini diperkirakan berasal dari penurunan subsektor
industri pengolahan kayu sebagai dampak sulitnya memperoleh bahan baku
kayu yang semakin terbatas dan ketatnya persaingan dengan produk negara
lain di pasar internasional. Peningkatan kinerja subsektor perkebunan dan
sektor pertambangan diharapkan akan mampu menyerap tenaga kerja yang
mengalami PHK di sektor ini, sehingga tidak menimbulkan ekses negatif
terhadap kehidupan sosial masyarakat.
Tabel 6.2. Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan di Kalimantan Selatan
Status Pekerjaan Feb 2007 Feb 2008 Pangsa Feb 2007
Pangsa Feb 2008
Formal 381,869 405,939 25.68% 25.45% Buruh/karyawan/pegawai 329,743 355,419 22.17% 22.29% Berusaha dibantu buruh tetap 52,126 50,520 3.50% 3.17% Informal 1,105,412 1,188,821 74.32% 74.55% Berusaha Sendiri 380,249 389,494 25.57% 24.42% Berusaha dibantu buruh tidak tetap 332,573 372,720 22.36% 23.37% Pekerja bebas pertanian 30,591 43,179 2.06% 2.71% Pekerja bebas non pertanian 59,720 55,747 4.02% 3.50% Pekerja tidak dibayar 302,279 327,681 20.32% 20.55% Jumlah Pekerja 1,487,281 1,594,760
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah
Ditinjau dari status pekerjaannya, komposisi pekerja di Kalimantan
Selatan masih didominasi oleh para pekerja di sektor informal yang
mencapai 1,19 juta pekerja (74,5%), sementara hanya 406 ribu pekerja
(25,5%) yang bekerja di sektor formal. Masih tingginya jumlah pekerja
informal dipengaruhi oleh karakteristik ekonomi Kalimantan Selatan yang
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
63
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
64
Bab 6 – Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat
masih didominasi oleh kegiatan di sektor pertanian dan perdagangan yang
bersifat padat karya. Para pekerja di sektor informal terutama berstatus
berusaha sendiri (24,4%), berusaha dibantu buruh tidak tetap (23,4%) dan
pekerja tidak dibayar (20,5%).
2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Kalimantan Selatan
menunjukkan perkembangan yang cukup baik, meskipun pada tingkat yang
relatif lambat. Hal ini terindikasi dari perkembangan angka kemiskinan yang
mengalami penurunan dari 7,23% posisi Juli 2005 menjadi 7,01% pada
Maret 2007.
Dilihat berdasarkan wilayahnya, penurunan tingkat kemiskinan di
Kalimantan Selatan terutama berasal dari kawasan perdesaan yang
mengalami penurunan sebesar -1,89% dari 153,3 ribu orang pada Juli 2005
menjadi 150,4 ribu orang pada posisi Maret 2007. Sementara di kawasan
perkotaan, dalam periode yang sama jumlah penduduk miskin mengalami
peningkatan dari 82,4 ribu orang menjadi 83,1 ribu orang atau sebesar
0,85%. Menurunnya jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan terutama
terkait dengan perkembangan kinerja sektor pertanian yang semakin baik,
khususnya subsektor perkebunan. Sementara di daerah perkotaan,
pertumbuhan jumlah penduduk miskin tidak dapat dihindarkan seiring arus
urbanisasi yang diperkirakan relatif tinggi.
Tabel 6.3. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Kalimantan Selatan, Juli 2005 – Maret 2007
Daerah / Periode Garis Kemiskinan
(Rp/Kapita/Bulan)
Jumlah Penduduk
Miskin (Ribu)
Persentase Penduduk
Miskin
Juli 2005 Perkotaan 163,565 82.4 6.09% Pedesaan 107,455 153.3 8.03% TOTAL 128,598 235.7 7.23%
Maret 2007 Perkotaan 185,289 83.1 6.01% Pedesaan 144,647 150,4 7.72% TOTAL 161,514 233,5 7.01%
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS Kalimantan Selatan
Bab 6 – Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat
Sedangkan prospek perkembangan tingkat kemiskinan masyarakat di
Kalimantan Selatan diperkirakan akan semakin meningkat seiring kenaikan
harga BBM pada triwulan II-2008. Program bantuan langsung tunai (BLT)
yang ditawarkan pemerintah sebagai kompensasi kenaikan harga BBM
kepada masyarakat diperkirakan masih belum efektif dalam penyalurannya.
BOKS 4 :
HASIL QUICK SURVEY EFEKTIVITAS PENYALURAN BLT
DI KALIMANTAN
Keputusan yang diambil Pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi pada bulan Mei 2008 diikuti dengan pemberian kompensasi berupa penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk mempertahankan daya beli masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. Program BLT sendiri bersifat sementara sehingga diharapkan tidak menimbulkan ketergantungan terhadap pelaksanaan program dalam jangka panjang. Terkait dengan efektivitas penyaluran BLT, Bank Indonesia se-Kalimantan pada bulan Juni 2008 telah melaksanakan Quick Survey untuk mengetahui bagaimana efektivitas pemanfaatan BLT oleh para penerimanya.
Karakteristik Responden Quick Survey dilakukan terhadap 402 responden di wilayah Kalimantan,
masing-masing terdiri dari 110 responden dari Kalimantan Selatan, 135 responden dari Kalimantan Tengah, 67 responden dari Kalimantan Barat dan 90 responden dari Kalimantan Timur. Dari total 402 responden, sebanyak 68% (275 orang ) berjenis kelamin laki-laki sedangkan sebanyak 32% (127 orang) berjenis kelamin
perempuan. Relatif besarnya laki-laki penerima BLT disebabkan kedudukan mereka sebagai kepala keluarga.
KOMPOSISI JENIS KELAMIN RESPONDEN QUICK SURVEY BLT
Lak-laki68%
Perem-puan32%
Sementara itu dari sisi usia, mayoritas responden (63%) adalah mereka yang berumur di atas 41 tahun. Namun demikian, jumlah responden dengan usia
produktif di bawah 40 tahun tercatat cukup besar mencapai 37%. Dari sisi
KOM POSISI UM UR RESPONDEN QUIC K SURV EY BL T
<30 th9%
31 - 40 th28%
41 - 50 th28%
51 th <35%
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
65
Bab 6 – Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
66
penghidupannya, 73,4% responden telah memiliki pekerjaan dengan jenis pekerjaan terbanyak adalah sebagai wiraswasta sebanyak 73 orang (24,75%), buruh sebanyak 61 orang (20,7%) serta bekerja serabutan sebanyak 58 orang (19,7%). Dengan jumlah responden yang relatif kecil tersebut quick survey ini memang tidak dimaksudkan menggambarkan secara utuh keseluruhan populasi penerima BLT, namun hanya memberikan gambaran awal mengenai pelaksanaan BLT.
KOMPOSISI PEKERJAAN RESPONDEN QUICK SURVEY BLT
Bekerja73%
Tidak Bekerja
27%
34
61
31
7358
38
020406080
B akulanB uruh
Petan i
W ir asw asta
Ser abu tanL a in nya
KOM POSISI PEKERJA A N RESPONDEN QUIC K SURV EY BL T
Pemanfaatan BLT
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan dana BLT untuk membeli makanan (79%), pendidikan (11%) dan untuk lain-lain (5%). Dari sisi penggunaan dana, data ini menunjukkan bahwa
dana BLT efektif dalam membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan utamanya, khususnya pada barang-barang kebutuhan pokok. Selain itu adanya tambahan dana BLT juga telah meningkatkan pendapatan mereka pada kisaran 15,37% - 20,83%. Hal ini menunjukkan bahwa
BLT tahun 2008 dapat membantu masyarakat menghadapi kenaikan harga akibat kenaikan harga BBM. Namun demikian hasil survei juga menunjukkan indikasi awal adanya ketergantungan responden terhadap program BLT. Hal ini terlihat dari jumlah responden yang mengharapkan berlanjutnya program BLT mencapai 95,5%. Sementara itu, apabila diberikan pilihan berupa program kerja padat karya, 67,4 responden tetap memilih program BLT, 32,1% responden memilih program padat karya sedangkan 2% responden tidak menjawab. Oleh karena itu evaluasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan program BLT perlu lebih diperkuat sehingga meminimalkan efek-efek negatif, baik dalam jangka pendek maupun jangka pan
PENGGUNA A N DA NA BL T
M ak an79%
L ain n ya5%M o d al
3%
Ke s e h atan2%
Pe n d id i-k an11%
jang.
Sumber: Hasil Quick Survey
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
69
Bab 7 – Prospek Ekonomi
PROSPEK EKONOMI
1. MAKRO EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2008
diperkirakan akan sedikit melambat, meskipun masih berada pada level yang
cukup tinggi, yakni dalam kisaran 7,5%-9,5%*. Perlambatan pertumbuhan
ekonomi tersebut dipengaruhi oleh kemungkinan berkurangnya daya dorong
permintaan domestik regional, khususnya konsumsi swasta setelah kenaikan
harga BBM. Sementara itu Upah Minimum Provinsi (UMP) 2008 yang hingga
saat ini tidak mengalami penyesuaian pascakenaikan harga BBM
menyebabkan daya beli riil masyarakat menjadi menurun. Melambatnya
pertumbuhan konsumsi masyarakat juga terlihat dari indeks ekspektasi
konsumen yang memperlihatkan pelemahan.
Namun demikian adanya kecenderungan peningkatan konsumsi pada
bulan puasa diperkirakan akan menjadi faktor penahan melambatnya
pertumbuhan konsumsi masyarakat. Di sisi lain komponen konsumsi
pemerintah diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan triwulan laporan. Hal ini terutama dipengaruhi oleh mulai
meningkatnya realisasi berbagai proyek pembangunan dan perbaikan
infrastruktur seiring telah selesainya beberapa proses tender maupun proses
pengesahan anggaran perubahan.
Pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang masih akan ditopang oleh
kinerja ekspor, meskipun diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan
dibandingkan kinerja pada triwulan laporan. Kecenderungan melambatnya
perekonomian global sebagai dampak pelemahan di negara maju
diperkirakan akan berdampak terhadap melambatnya permintaan global
yang diperkirakan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor Kalimantan
Selatan. Sementara itu kemungkinan terjadinya musim kemarau di
Kalimantan Selatan pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengurangi * Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
7
Bab 7 – Prospek Ekonomi
produktivitas tanaman perkebunan, sehingga produksi crude palm oil (CPO)
dan karet diperkirakan akan mengalami penurunan.
Kegiatan investasi swasta pada triwulan III-2008 diperkirakan masih
berada pada tren yang melambat searah dengan perlambatan pertumbuhan
ekspor. Dari sisi produksi, prakiraan tersebut didukung oleh pertumbuhan
sektor-sektor yang berorientasi ekspor, khususnya sektor pertambangan dan
sektor pertanian. Di sisi lain masih berlarutnya permasalahan pasokan listrik
dan BBM diperkirakan menjadi salah satu faktor pertimbangan bagi investor
untuk menunda investasi. Namun demikian upaya penyelesaian yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan perusahaan-perusahaan penyedia
energi tersebut diharapkan dapat menghasilkan solusi yang berdampak
positif bagi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan.
Perkiraan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi juga
tertangkap dari ekspektasi pelaku usaha pada triwulan III-2008 yang
memperkirakan adanya penurunan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) mengindikasikan adanya penurunan ekspektasi kegiatan usaha dari
41,29 pada triwulan II-2008 menjadi 25,57.
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Berdasarkan Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulanan
-60
-40
-20
0
20
40
60
T1.2003
T 2.2003
T 3.2003
T 4.2003
T 1.2004
T2.2004
T 3.2004
T 4.2004
T 1.2005
T 2.2005
T 3.2005
T 4.2005
T 1.2006
T 2.2006
T 3.2006
T 4.2006
T 1.2007
T 2.2007
T 3.2007
T 4.2007
T1.2008
T 2.2008
R e alisasi K e giatan U saha E kspe ktasi K e giatan U saha
Sumber : SKDU, KBI Banjarmasin
Ditinjau dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada
triwulan III-2008 dipengaruhi oleh melambatnya kinerja sektor ekonomi
dominan. Sektor pertanian diperkirakan mencatat laju pertumbuhan pada
kisaran 4,8%+1% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan di sektor ini terutama
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
70
Bab 7 – Prospek Ekonomi
dipengaruhi oleh kondisi musim kemarau yang diperkirakan akan
mempengaruhi produktivitas tanaman pertanian. Selain itu pada subsektor
tanaman pangan, panen raya yang terjadi pada triwulan mendatang
merupakan tahap akhir dari musim panen raya, sehingga produksinya
diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan laporan. Sementara
pertumbuhan sektor pertambangan pada triwulan III-2008 diperkirakan
akan sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun masih
berada pada level yang tinggi, yaitu pada kisaran 17,4%+1% (y-o-y).
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan mendatang
diperkirakan tumbuh sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II-2008,
yaitu pada kisaran 10,5%+1%. Melambatnya pertumbuhan terutama terjadi
pada perdagangan retail sejalan dengan melambatnya konsumsi masyarakat
pasca kenaikan harga BBM. Namun demikian, adanya faktor musiman
datangnya bulan puasa diperkirakan akan menahan perlambatan yang
terjadi di sektor ini.
Pada sektor industri pengolahan, laju pertumbuhan triwulan III-2008
masih pada tren yang melambat yaitu pada kisaran 0,63%+1% (y-o-y).
Melambatnya pertumbuhan sektor ini terutama dipengaruhi oleh penurunan
kinerja industri pengolahan berbasis kayu akibat keterbatasan pasokan
bahan baku. Selain itu perlambatan konsumsi masyarakat juga diperkirakan
berdampak terhadap kinerja sektor ini.
Perkembangan kinerja sektor-sektor ekonomi non-dominan di
Kalimantan Selatan secara umum diperkirakan bergerak ke arah yang
positif. Sektor bangunan diperkirakan mencatat laju pertumbuhan yang lebih
tinggi pada triwulan mendatang. Hal ini seiring dengan maraknya
pembangunan kawasan perumahan di Kalimantan Selatan serta adanya
kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan tingkat suku bunga. Sektor jasa-
jasa juga diperkirakan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi, didorong
oleh mulai meningkatnya realisasi anggaran pemerintah daerah.
2. INFLASI
Sampai dengan akhir triwulan III-2008 diperkirakan terjadi dampak
lanjutan (second round effect) kenaikan harga BBM Mei 2008, di samping
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
71
Bab 7 – Prospek Ekonomi
volatilitas harga komoditas primer di pasar internasional yang masih
mempengaruhi pergerakan harga di tingkat regional. Tekanan inflasi
diperkirakan masih bergerak pada level yang cukup tinggi juga dipengaruhi
oleh kenaikan harga BBM yang memicu kenaikan biaya transportasi dan
harga-harga komoditas lainnya. Selain itu tekanan inflasi pada triwulan
mendatang diperkirakan juga dipengaruhi oleh dorongan sisi permintaan
terkait kenaikan biaya pendidikan pada tahun ajaran baru dan memasuki
bulan puasa pada September 2008 yang akan mendorong terjadinya
tekanan inflasi pada bahan-bahan kebutuhan pokok.
Namun demikian, secara umum kegiatan konsumsi masyarakat masih
berada pada tren yang menurun pasca kenaikan harga BBM. Hasil Survei
Konsumen mengindikasikan perkembangan indeks ekspektasi konsumen
yang menurun dari 113,47 pada bulan Maret 2008 menjadi 92,92 di bulan
Juni 2008. Selain itu konsumen juga mengekspektasikan terjadinya
penurunan harga di triwulan mendatang yang tercermin dari penurunan
indeks ekspektasi harga dari 167,5 pada bulan Maret 2008 menjadi 159,6
pada bulan Juni 2008.
Grafik 7.2. Perkembangan Ekspektasi Konsumen dan Ekspektasi Harga 6
Bulan Yang Akan Datang Berdasarkan Hasil Survei Konsumen (SK)
6 0
8 0
10 0
12 0
14 0
16 0
18 0
2 0 0
Jan-
06
Feb-
06
Mar-
06
Apr-
06
May-
06
Jun-
06
Jul-
06
Aug-
06
Sep-
06
Oct-
06
Nov-
06
Dec-
06
Jan-
07
Feb-
07
Mar-
07
Apr-
07
May-
07
Jun-
07
Jul-
07
Aug-
07
Sep-
07
Oct-
07
Nov-
07
Dec-
07
Jan-
08
Feb-
08
Mar-
08
Apr-
08
May-
08
Jun-
08
E k s p e k t a s i K o n s u me n E k s p e k t a s i H a r g a 6 b l n y g a k a n d a t a n g ( a k s i s k a n a n ) B a t a s o p t i mi s / p e s i mi s Sumber : Survai Konsumen, KBI Banjarmasin
Sementara itu dari sisi penawaran, pasokan untuk kelompok bahan
makanan diperkirakan masih cukup baik dipengaruhi faktor musim panen
raya yang masih berlangsung serta kondisi cuaca yang lebih baik. Dengan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
72
Bab 7 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
73
mempertimbangkan hal-hal di atas, laju inflasi pada triwulan III-2008
diperkirakan berada pada kisaran 12+1% (y-o-y).
Lampiran
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Indikator Makro Terpilih Provinsi Kalimantan Selatan
Indikator Kalimantan Selatan Satuan Periode
PDRB Triwulan I-2008 Triwulan II-2008 Atas Dasar Harga Berlaku Rp triliun 9.95 12.03 Atas Dasar Harga Konstan Rp triliun 6.20 7.28
Pertumbuhan Ekonomi (y-o-y) (%) 7.36 9.14 Inflasi
Atas dasar y-o-y (%) 8.64 11.82 Atas dasar y-t-d (%) 4.11 7.20 Pengangguran*)
Jumlah Pengangguran Ribu orang 118.37 - Angka Pengangguran (%) 6.91 -
Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka pengangguran menggunakan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Februari
Tabel Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Selatan
Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rp)
Sektor Trw-I 2007*)
Trw-II 2007*)
Trw-III 2007*)
Trw-IV 2007*)
Trw-I 2008**)
Trw-II 2008**)
Pertanian 1,517,331 2,591,598 2,556,666 2,190,668 1,690,291 3,191,643
Pertambangan 2,080,883 2,055,421 2,113,657 2,306,889 2,556,823 2,647,119
Industri 1,033,430 1,085,752 1,101,561 1,143,376 1,132,202 1,148,116
Listrik 48,939 53,070 56,108 61,597 60,205 62,697
Bangunan 573,970 622,798 653,024 704,084 627,897 688,853
Perdagangan 1,346,117 1,412,391 1,530,730 1,643,074 1,551,954 1,696,772
Pengangkutan 798,113 855,155 887,622 1,005,327 927,706 1,008,686
Keuangan 364,634 427,587 486,551 479,562 463,491 591,449
Jasa-jasa 823,854 875,386 955,452 996,390 936,549 994,415
PDRB 8,587,271 9,979,159 10,341,370 10,530,967 9,947,118 12,029,749Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
74
Lampiran
Tabel Lampiran 3. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Selatan
Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp)
Sektor Trw-I 2007*)
Trw-II 2007*)
Trw-III 2007*)
Trw-IV 2007*)
Trw-I 2008**)
Trw-II 2008**)
Pertanian 1,090,461 1,856,413 1,798,781 1,498,081 1,130,316 1,959,274
Pertambangan 1,418,907 1,387,966 1,403,462 1,471,344 1,594,343 1,633,474
Industri 722,363 749,118 753,749 770,977 755,185 755,892
Listrik 30,519 32,768 33,959 34,207 32,626 33,621
Bangunan 326,753 348,209 365,038 393,163 346,708 373,564
Perdagangan 909,363 937,913 994,857 1,054,824 978,986 1,052,329
Pengangkutan 523,516 544,306 552,834 610,213 550,589 580,819
Keuangan 227,140 258,991 291,441 252,879 241,455 290,849
Jasa-jasa 522,578 553,484 592,374 609,337 566,031 599,082
PDRB 5,771,600 6,669,168 6,786,494 6,695,025 6,196,238 7,278,904Sumber : BPS Kalimantan Selatan
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Tabel Lampiran 4. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Selatan
Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan (y-o-y) (%)
Sektor Trw-I 2007
Trw-II 2007
Trw-III 2007
Trw-IV 2007
Trw-I 2008
Trw-II 2008
Pertanian -3.06 11.65 8.27 2.83 3.65 5.54 Pertambangan 10.87 4.74 0.49 4.57 12.36 17.69 Industri 1.12 3.13 4.02 3.46 4.54 0.90 Listrik 2.3 7.08 6.66 0.74 6.90 2.60 Bangunan 6.05 7.79 7.54 6.25 6.11 7.28 Perdagangan 6.48 3.18 6.78 8.12 7.66 12.20 Pengangkutan 7.95 8.41 8.93 7.69 5.17 6.71 Keuangan 15.48 24.81 21.49 1.5 6.30 12.30 Jasa-jasa 5.15 6.31 7.94 7.04 8.32 8.24
PDRB 5.14 7.45 6.34 5.04 7.36 9.14 Sumber : BPS Kalimantan Selatan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
75
Lampiran
Tabel Lampiran 5. Indeks Harga Konsumen Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun Dasar Periode IHK Bahan
Makanan Makanan
Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transport
Jan-05 120.79 121.78 112.31 136.83 113.26 108.99 133.83 110.36 Feb-05 119.31 115.50 113.02 136.95 113.61 110.77 133.85 110.50 Mar-05 121.11 115.32 115.72 137.44 115.56 111.16 134.75 118.37 Apr-05 120.97 114.24 115.96 137.95 114.87 111.36 134.75 118.76
May-05 121.21 115.25 115.83 138.08 114.58 111.36 135.17 118.39 Jun-05 121.34 113.74 117.16 138.73 114.47 112.07 135.39 118.98 Jul-05 122.69 115.50 117.31 141.90 115.64 112.39 136.62 119.00
Aug-05 123.62 116.41 118.74 142.49 116.16 112.91 139.98 119.00 Sep-05 124.55 117.86 119.29 142.92 119.03 113.47 141.89 119.00 Oct-05 134.58 127.79 128.41 152.32 120.89 113.47 142.17 143.92 Nov-05 136.64 133.24 128.63 154.16 121.00 114.73 141.14 144.41 Dec-05 135.58 130.40 128.85 152.33 121.60 115.60 141.33 144.41 Jan-06 137.15 134.25 129.04 154.00 122.03 115.53 142.00 144.66 Feb-06 137.86 135.92 129.95 154.23 121.50 114.95 141.95 144.80 Mar-06 137.36 133.48 130.00 155.32 120.68 114.91 141.97 144.88 Apr-06 140.09 139.59 132.84 156.23 121.82 115.30 142.19 144.91
May-06 143.48 146.36 136.22 157.58 127.16 114.79 142.59 144.87 Jun-06 145.81 151.72 136.33 161.22 127.44 114.79 142.45 144.87 Jul-06 146.15 151.47 137.08 161.48 129.25 114.81 143.55 144.89
Aug-06 145.90 147.47 137.66 163.81 128.88 114.89 150.14 144.90 Sep-06 145.95 146.29 138.61 164.28 128.68 114.94 151.43 144.92 Oct-06 147.75 151.43 139.50 164.63 128.83 115.90 151.43 144.94 Nov-06 150.78 159.98 139.94 166.55 130.00 115.71 151.43 145.07 Dec-06 150.54 159.61 140.03 165.60 130.25 116.47 151.43 145.07 Jan-07 152.84 163.65 143.76 166.19 130.66 118.52 151.49 145.14 Feb-07 153.59 160.05 150.47 167.36 128.51 118.89 151.49 145.14 Mar-07 155.49 163.48 154.24 167.60 127.73 118.74 151.55 145.14 Apr-07 155.05 160.95 154.99 168.67 127.91 119.51 147.49 145.13
May-07 155.33 161.18 155.59 168.99 127.81 119.51 147.49 145.13 Jun-07 154.46 157.59 155.94 169.33 127.48 119.04 147.55 145.46 Jul-07 155.08 157.53 156.02 169.55 127.80 119.14 159.94 145.65
Aug-07 155.50 156.59 155.98 169.53 128.63 119.03 175.12 145.82 Sep-07 158.47 164.91 158.35 169.69 128.03 119.59 175.12 145.82 Oct-07 159.67 168.96 158.83 170.16 125.25 120.03 175.12 145.88 Nov-07 160.40 168.29 161.53 170.77 126.48 121.09 175.12 145.91 Dec-07 162.25 174.16 161.51 170.89 127.24 122.20 175.12 146.53 Jan-08 166.94 181.10 162.71 180.78 132.09 122.50 175.12 146.54 Feb-08 167.56 181.83 163.29 181.30 133.79 123.46 175.13 146.64 Mar-08 168.93 185.75 166.09 178.43 135.56 124.57 174.89 146.87
Apr-08 167.56 181.83 163.29 181.30 133.79 123.46 175.13 146.64
2002=100
May-08 168.93 185.75 166.09 178.43 135.56 124.57 174.89 146.87 May-08 107.74 112.63 108.04 111.45 103.68 104.40 104.77 100.02 2007=100 Jun-08 110.41 113.59 108.80 115.27 104.65 104.78 105.04 107.80
Sumber : BPS Kalimantan Selatan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
76
Lampiran
Tabel Lampiran 6.
Indikator Perkembangan Bank Umum Konvensional Kalimantan Selatan
Indikator Trw-IV 2006
Trw-I 2007
Trw-II 2007
Trw-III 2007
Trw-IV 2007
Trw-I 2008
Trw-II 2008
Total Aset (Rp Miliar) 12,407.89 12,576.35 13,157.16 13,795.41 14,557.44 14,862.00 15,870.40 Total DPK (Rp Miliar) 10,513.95 10,716.88 11,301.36 11,912.44 12,369.83 12,832.17 13,283.64
Tabungan 4,715.03 4,503.48 4,741.46 5,115.05 3,677.63 4,116.88 4,237.78 Giro 3,347.40 3,503.51 3,637.51 4,057.78 6,121.21 6,188.90 6,467.50 Deposito 2,451.52 2,709.89 2,922.40 2,739.60 2,571.00 2,526.38 2,578.36
Total Kredit lokasi bank (Rp Miliar) 6,580.64 6,600.59 7,120.71 7,498.94 8,526.00 8,793.99 9,987.89
Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Modal Kerja 2,988.04 2,965.71 3,248.06 3,414.38 4,075.64 3,707.87 4,385.04 Investasi 1,421.68 1,415.69 1,488.55 1,556.71 1,804.28 2,277.93 2,276.18 Konsumsi 2,170.93 2,219.19 2,384.10 2,527.85 2,646.05 2,808.19 3,326.67
Sektor Ekonomi (Rp Miliar):
Pertanian 616.64 627.96 587.89 602.86 974.58 1,088.27 1,043.13 Pertambangan 265.99 248.50 261.56 264.36 327.63 353.71 393.92 Industri 693.89 643.87 687.29 692.19 881.72 735.91 798.87 Listrik, Gas & Air 2.87 2.14 26.76 24.46 36.72 52.65 49.06 Konstruksi 368.41 371.70 436.35 482.11 465.00 448.44 495.19 Perdagangan 1,911.38 1,937.52 2,104.29 2,205.45 2,355.37 2,421.78 2,744.92 Angkutan 192.13 178.47 217.01 244.04 286.33 336.77 388.14 Jasa Dunia Usaha 293.87 309.49 344.37 374.34 471.98 476.88 646.95 Jasa Sosial 33.66 33.46 42.20 55.54 60.76 45.47 46.87 Lainnya 2,201.80 2,247.50 2,412.99 2,553.59 2,665.88 2,834.11 3,380.85
NPL - Gross (%) 7.51% 7.54% 6.00% 6.87% 4.08% 4.34% 5.27% LDR (%) 62.59% 61.59% 63.01% 62.95% 68.93% 68.53% 75.19%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
77
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
78
Tabel Lampiran 7.
Indikator Perkembangan Bank Umum Syariah Kalimantan Selatan
Indikator Trw-IV 2006
Trw-I 2007
Trw-II 2007
Trw-III 2007
Trw-IV 2007
Trw-I 2008
Trw-II 2008
Total Aset (Rp Miliar) 477.31 496.47 566.60 614.77 701.27 759.683 856.59 Total DPK (Rp Miliar) 328.49 354.40 381.55 403.36 469.299 533.896 584.77
Tabungan 206.50 217.36 232.80 253.45 289.455 316.699 340.53Giro 40.68 49.57 60.35 51.37 69.781 97.363 119.71Deposito 81.32 87.48 88.40 98.54 110.063 119.834 124.53
Total Pembiayaan (Rp Miliar)
449.31 462.85 546.26 623.08 720.28 809.948 912.24
Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Modal Kerja 116.31 115.08 137.40 157.59 164.03 175.818 208.17 Investasi 257.10 248.85 274.70 308.44 276.60 289.133 257.16 Konsumsi 75.90 98.92 134.16 157.05 279.65 344.997 446.91
Sektor Ekonomi (Rp Miliar):
Pertanian 1.08 1.00 1.18 0.95 0.61 2.218 3.17Pertambangan 163.55 145.07 183.53 218.19 215.23 198.048 175.96Industri 0.63 0.58 0.76 0.60 1.16 1.441 1.26
Listrik, Gas & Air
-
-
- 0.12 0.10 0.074 0.10Konstruksi 0.72 0.63 2.04 1.91 1.31 3.98 8.37Perdagangan 30.32 27.53 25.58 26.94 29.56 34.138 46.38Angkutan 57.67 79.41 72.07 68.25 73.53 72.713 74.83Jasa Dunia Usaha 110.98 101.77 119.06 140.89 112.22 142.53 144.18Jasa Sosial 8.46 7.93 7.88 8.18 6.92 9.809 11.07Lainnya 75.90 98.92 134.16 157.05 279.65 344.997 446.91
NPF - Gross (%) 4.87% 3.71% 3.18% 2.78% 6.72% 6.59% 5.57%FDR (%) 136.78% 130.60% 143.17% 154.47% 153.48% 151.71% 156.00%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Syariah Kalimantan Selatan, diolah
Tabel Lampiran 8. Indikator Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Kalimantan Selatan
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Indikator Trw-IV 2006
Trw-I 2007
Trw-II 2007
Trw-III 2007
Trw-IV 2007
Trw-I 2008
Trw-II 2008
Posisi Kas Gabungan (Rp miliar) 2,575 989 783 891 1,628 913 778Inflow (Rp miliar) 1,296 915 353 537 677 826 257Outflow (Rp miliar) 1,279 74 430 354 951 87 521Perputaran Kliring (Rp Miliar) 2,424 2,243 2,345 2,814 2,655 2,910 3,459
Top Related