Triwulan I - 2011 |
KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.
Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, May 2011 Bank Indonesia Kupang
Lukdir Gultom Pemimpin
| Kajian Ekonomi Regional NTT 2
Triwulan I - 2011 |
D DDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII
HALAMAN JUDUL---------------------------------------------------------------------- 1
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------- 2
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------ 3
RINGKASAN EKSEKUTIF -------------------------------------------------------------- 5
MAKRO EKONOMI REGIONAL
1.1 SISI PERMINTAAN ----------------------------------------------------------------- 10
1.2 SISI PENAWARAN ----------------------------------------------------------------- 14
PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 19
2.2 INFLASI KOTA KUPANG---------------------------------------------------------- 21
2.3 INFLASI MAUMERE --------------------------------------------------------------- 23
PERKEMBANGAN PERBANKAN
3.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 25
3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN ---------------------------------------------------- 26
3.3 KREDIT UMKM--------------------------------------------------------------------- 33
3.4 PERKEMBANGAN BPR------------------------------------------------------------ 35
SISTEM PEMBAYARAN
4.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 38
4.2 TRANSAKSI NON TUNAI --------------------------------------------------------- 39
4.3 TRANSAKSI TUNAI ---------------------------------------------------------------- 40
OUTLOOK PEREKONOMIAN
7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI ----------------------------------------------------- 42
7.2 INFLASI ------------------------------------------------------------------------------ 43
| Kajian Ekonomi Regional NTT 3
Triwulan I - 2011 |
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Kelompok Kajian, Statistik dan Survei
KBI Kupang
Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT
[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id
| Kajian Ekonomi Regional NTT 4
Triwulan I - 2011 |
Ringkasan Eksekutif Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan I-2011 PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI
Kinerja ekonomi NTT secara umum melambat dibandingkan triwulan IV-2010. Pada triwulan IV-2010 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,22% (yoy), maka pada triwulan I-2011 hanya 4,60% (yoy). Dari total pertumbuhan ekonomi NTT sebesar 4,60%, didominasi oleh dua sektor, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian yang merupakan sektor unggulan, justru pada triwulan laporan mengalami kontraksi. Sementara dari sisi penggunaan, kegiatan belanja rumah tangga yang masih mendominasi angka pertumbuhan ekonomi NTT. Keyakinan masyarakat terhadap kondisi perekonomian saat ini yang cenderung optimis, didukung dengan tingkat pendapatan yang terus membaik dan perbaikan ketersediaan lapangan kerja, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan diatas Rp 2 juta, menjadi salah satu pendorong aktivitas konsumsi. PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL
Sejalan dengan tren nasional, inflasi di NTT pada akhir triwulan I cenderung menurun dibandingkan posisi akhir tahun. Pada akhir tahun melebihi level 9%, yaitu 9,72%, sedangkan triwulan I 8,98%. Penurunan tekanan inflasi NTT, terjadi di kedua kota sample, baik Maumere dan Kupang. Untuk Kupang terjadi penurunan sebesar 0,99% menjadi 8,98%, sedangkan Meumere turun lebih besar hingga 1,33%, sehingga inflasinya tercatat 7,15%Secara umum inflasi di NTT pada triwulan laporan, fluktuasi paling tinggi masih dialami oleh komponen bahan makanan, khususnya subkelompok perikanan dan bumbu-bumbuan. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perekonomian Provinsi NTT ikut mendorong pertumbuhan kinerja perbankan di NTT. Terlihat dari kemampuan perbankan dalam meningkatkan asetnya masih tetap terpelihara walaupun relatif melambat. Demikian pula dengan dua indikator yang lain, yaitu penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit yang masih meningkat diatas dua digit. Peran konsumsi dalam struktur ekonomi NTT menjadi pendorong utama peningkatan penyaluran kredit perbankan. Namun, secara perlahan diperkirakan ada upaya untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit produktif sebagai wujud nyata peran perbankan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT. Sampai dengan akhir Maret 2011, fungsi
| Kajian Ekonomi Regional NTT 5
Triwulan I - 2011 |
intermediasi perbankan (rasio LDR) tercatat 76,14%, dengan kualitas kredit yang tetap terjaga pada level 2,34%. Kinerja sistem pembayaran meningkat yang mencapai puncak pada triwulan laporan. Hal tersebut tercermin dari peningkatan aktivitas sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai. Hal ini ditandai dengan kenaikan jumlah uang palsu yang terjaring di Bank Indonesia Kupang sejak tahun 2010. Oleh karena itu, upaya sosialisasi, baik kepada aparat penegak hukum, maupun kepada masyarakat agar semakin memahami bagaimana ciri-ciri keaslian uang rupiah merupakan salah satu solusi untuk menghidari kerugian masyarakat. OUTLOOK
Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, kinerja perekonomian regional, juga diyakini akan terus membaik. Ekspektasi konsumen terhadap kondisi triwulan II terus menunjukan peningkatan sepanjang periode triwulan I. Hal ini menguatkan bahwa konsumsi masyarakat NTT tetap akan menjadi tulang punggung, sehingga perannya ke depan masih akan dominan. Tingkat realisasi belanja pemerintah pada tahun 2011, diindikasikan akan relatif sama dengan tahun sebelumnya, yang diperkirakan akan mulai pelaksanaan pada periode triwulan II. Peningkatan alokasi belanja infrastruktur untuk wilayah NTT, khususnya terkait perawatan dan pembuatan jalan baru, akan memberikan sentimen positif. Plafon untuk tahun 2011 meningkat hingga 50%. Bila dilihat dari sisi penawaran, pertanian tanaman pangan diperkirakan akan mengalami periode puncak masa panen. Dari berbagai kondisi diatas kami perkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II mendatang akan berkisar 5,0% - 5,4 Membaiknya perekonomian, dipastikan akan mendorong peningkatan permintaan domestik. Hal tersebut sangat positif apabila disertai dengan kemampuan sisi penawaran dalam menjamin ketersediaan barang yang dibutuhkan. Namun bila yang terjadi sebaliknya, justru akan berdampak negative terhadap kestabilan harga. Fluktuasi harga pangan sampai dengan akhir triwulan I relatif cukup stabil dibandingkan kondisi tahun lalu, oleh karena itu apabila kondisi yang ada saat ini Oleh karena itu, inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan 8,29% - 8,69%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 6
Triwulan I - 2011 |
Laju Inflasi Tahunan (yoy;%)
- Kupang 11.08 11.42 9.97 9.97
- Maumere 8.52 8.05 8.48 8.48
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 3,056 3,189 3,315 3,109
- Pertanian 1,206 1,152 1,172 1,164
- Pertambangan dan Penggalian 39 42 43 39
- Industri Pengolahan 46 46 48 44
- Listrik, gas dan air bersih 13 14 15 14
- Bangunan 187 204 209 185
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 510 557 570 533
- Pengangkutan dan komunikasi 228 240 249 234
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 112 122 132 115
- Jasa 716 812 877 780
Pertumbuhan PDRB (yoy;%) 5.28 5.53 5.22 4.60
Ekspor - Impor*
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 21.12 5.06 9.06 4.69
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 25.33 22.19 24.84 12.98
Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 8.45 0.06 0.46 17.66
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 0.02 8.53 29.05 23.90
Sistem Pembayaran
Inflow (miliar Rp) 439.81 354.36 321.56 635.19
Outflow (miliar Rp) 631.72 751.24 1,320.27 236.96
Netflow (miliar Rp) -191.91 -396.88 -998.71 398.23
MRUK (miliar Rp) 381.00 270.03 194.05 300.01
Uang Palsu (ribu Rp) 1,100 6,420 3,920 2,930
Nominal Kliring (miliar Rp) 422.05 462.18 516.92 406.10
Sumber : Berbagai sumber (diolah)
Keterangan :
1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi)
PDRB atas dasar harga konstan 2000
2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002
Tw.I-11
TABE L INDIKATOR E KONOMI TE RPIL IHPROVINS I NUS A TE NGGARA TIMUR
Tw.IV-10Tw.III-10Tw.II-10
INFLASI DAN PDRB
INDIKATOR
| Kajian Ekonomi Regional NTT 7
Triwulan I - 2011 |
PERBANKAN
Bank Umum
Total Aset (Rp Triliun) 12.04 12.55 13.25 13,816.23
DPK (Rp Triliun) 9.54 9.83 10.21 10,791.10
- Tabungan (Rp Triliun) 4.56 4.73 5.65 5,102.91
- Giro (Rp Triliun) 2.79 2.83 1.96 2,916.83
- Deposito (Rp Triliun) 2.18 2.27 2.60 2,771.36
Kredit (Rp Triliun) 7.53 8.13 7.88 8,216.88
- Modal Kerja 1.88 2.09 2.17 2.15
- Konsumsi 5.29 5.68 5.32 5.67
- Investasi 0.36 0.37 0.39 0.40
LDR 78.92% 82.71% 77.16% 76.14%
NPLs 1.97% 1.86% 1.95% 2.34%
Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.02 2.06 2.16 2.14
BPR
Total Aset (Rp Miliar) 129.95 136.87 150.66 158.50
DPK (Rp Miliar) 87.08 95.30 106.83 113.60
- Tabungan (Rp Miliar) 38.37 39.85 42.21 44.06
- Deposito (Rp Miliar) 48.71 55.45 64.42 69.54
Kredit (Rp Miliar) 103.40 116.38 119.70 124.02
- Modal Kerja 47.04 54.37 54.98 54.76
- Konsumsi 45.54 48.85 50.00 52.13
- Investasi 10.82 13.16 14.72 17.13
Kredit UMKM (Rp Miliar) 103.40 116.38 119.70 124.02
Rasio NPL Gross 4.13% 3.70% 3.90% 4.74%
LDR 118.74% 122.12% 112.05% 109.17%
Sumber : Bank Indonesia Kupang (diolah)
INDIKATOR Tw.IV-10Tw.II-10 Tw.III-10 Tw.I-11
TABE L INDIKATOR E KONOMI TE RPIL IHPROVINS I NUS A TE NGGARA TIMUR
| Kajian Ekonomi Regional NTT 8
Triwulan I - 2011 |
BBB AAA BBB III
MMMAAAKKKRRROOO EEEKKKOOONNNOOOMMMIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Mengawali tahun 2011, kinerja
ekonomi NTT secara umum
melambat dibandingkan triwulan
IV-2010. Laju pertumbuhan ekonomi
triwulan I-2011 lebih rendah
dibandingkan triwulan IV lalu. Kalau
pada triwulan IV-2010 mencapai 5,22%
(yoy), maka pada triwulan I-2011 hanya
4,60% (yoy). Dari total pertumbuhan
ekonomi NTT sebesar 4,60%, didominasi oleh dua sektor, yaitu sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dan sektor jasa-jasa. Kedua sektor
tersebut menyumbang 83,44% tingkat pertumbuhan ekonomi NTT, dimana
masing-masing 2,46% untuk sektor jasa dan 1,38% sektor PHR. Sektor
pertanian yang merupakan sektor unggulan, justru pada triwulan laporan
mengalami kontraksi. Sementara dari sisi penggunaan, kegiatan belanja rumah
tangga yang masih mendominasi angka pertumbuhan ekonomi NTT.
Peningkatan kinerja perekonomian NTT dibandingkan tahun lalu, juga ditandai
dengan volume jumlah uang yang diedarkan oleh Bank Indonesia Kupang yang
meningkat hingga 56,37% (yoy), hingga mencapai Rp 236,96 miliar. Demikian
pula volume transaksi dengan sistem kliring di Bank Indonesia yang mencapai Rp
406,10 miliar, meningkat 2,22% dibandingkan volume triwilan I 2010.
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.3 Struktur Sisi PenawaranGrafik 1.2 Struktur Sisi Permintaan
Sumber : BPS NTT diolah Sumber : BPS NTT diolah
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
0
500
1000
500
000
2500
3000
3500
000
I II III IV I*
2010 2011Rp m
iliar
1
2
4 PDRB y-o-y q-t-q
Rmh tangga, 84.20%
Swasta, 4.26%
Pemerintah, 21.23%
Investasi, 13.88%
Net ekspor, -28.55%
Pertanian; 37.5%
Pertambangan; 1.2%
Industri ; 1.6%
Bangunan ; 6.7%
PHR ; 16%
Transp & Komunikasi ; 7%
Keu & Sewa; 3%
Jasa ; 21%
| Kajian Ekonomi Regional NTT 9
Triwulan I - 2011 |
Secara struktur perekonomian, kondisi NTT relatif belum mengalami
perubahan signifikan, meskipun tren pergeseran sudah mulai nampak. Dalam
sepuluh tahun terakhir, struktur ekonomi NTT tetap bergantung kepada tiga
sektor utama, yaitu : pertanian, PHR, dan jasa. Namun bila melihat
perkembangannya, sektor
pertanian cenderung melemah.
Laju pertumbuhan sektor tersebut
pada dasarnya relatif lambat
dibanding kedua sektor lainnya.
Namun demikian, apabila
penurunan sektor pertanian
diikuti dengan peningkatan
sektor industri, hal tersebut
mengindikasikan sentimen positif. Nyatanya tidak demikian yang terjadi di NTT,
sektor industri masih belum menunjukan tanda-tanda peningkatan. Hal ini
mengindikasikan bahwa hasil pertanian yang dimiliki NTT, belum diolah secara
optimal, namun hanya diperdagangkan tanpa diberikan nilai tambah terlebih
dahulu.
0%
25%
10
50%
75%
0%
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
JASA
KEU,SEWA & JASA
ANGK & KOM
PHR
BANGUNAN
LISTRIK & AIR
INDUSTRI
TAMBANG
PERTANIAN
Sumber : BPS NTT diolah
Grafik 1.4 Perkembangan Struktur PDRB NTT
1.1 Sisi Permintaan
Konsumsi menjadi sumber utama penopang pertumbuhan
ekonomi. Selain kontribusinya yang sangat dominan, perannya dalam
mendukung laju pertumbuhan juga sangat signifikan (share of growth), secara
khusus kegiatan belanja rumah tangga. Dari sisi investasi, walaupun belum
signifikan namun tetap menunjukan perkembangan positif. Dari sisi neraca
perdagangan (ekspor-impor), peningkatan aktivitas impor terus mengalami
peningkatan sejalan dengan pertumbuhan aktivitas konsumsi dan investasi.
1. Konsumsi
Secara keseluruhan laju pertumbuhan aktivitas konsumsi tumbuh
positif, bahkan meningkat cukup signifikan dibandingkan akhir tahun
2010. Pada triwulan IV 2010 seluruh konsumsi tumbuh 5,25% (yoy), sedangkan
pada triwulan I 2011 tumbuh hingga menjadi 7,52% (yoy). Peningkatan laju
| Kajian Ekonomi Regional NTT 10
Triwulan I - 2011 |
pertumbuhan konsumsi terutama
disebabkan oleh aktivitas belanja
rumah tangga, yang tumbuh dari
3,29% (yoy), menjadi 6,87% (yoy).
Sedangkan konsumsi swasta nir laba
dan pemerintah justru cenderung
melambat, meski tetap tumbuh
positif.
Grafik 1.5 PDRB Konsumsi
Keyakinan masyarakat terhadap kondisi perekonomian saat ini yang
cenderung optimis, didukung dengan tingkat pendapatan yang terus membaik
dan perbaikan ketersediaan lapangan kerja, menjadi salah satu pendorong
aktivitas konsumsi (Sumber : Survei Konsumen KBI-Kupang). Bagi masyarakat
berpenghasilan diatas Rp 2 juta, selama triwulan I masih mengindikasikan
tendensi positif untuk konsumen di NTT, mengingat kelompok masyarakat ini
yang memiliki kemampuan daya beli yang relatif stabil.
Selain itu, tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya di level petani,
selama triwulan I 2011 terjadi sedikit penurunan dibandingkan periode
sebelumnya, hal ini dikarenakan pada periode ini hampir seluruh petani tabama
sedang berada pada periode musim tanam, belum ada aktivitas konsumsi yang
dominan. Kemudian, pemakaian listrik rumah tangga yang terus meningkat
menjadi salah satu indikasi kualitas rumah tangga NTT mengalami perbaikan.
Pembiayaan perbankan menjadi salah satu pendukung kegiatan
konsumsi. Kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di NTT sampai
dengan akhir triwulan I-2011 mencapai Rp 5,67 triliun, tumbuh 14,67%(yoy)
dan masih menjadi porsi terbesar dalam pembiayaan perbankan, yaitu 68,96%.
Grafik 1.6 Keyakinan Konsumen Grafik 1.7 Perkembangan NTP NTT
Sumber : BPS diolah
-12%
-8%
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
20%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
0
0
I II III IV I*
2010 2011
400
450Konsumsi y-o-y q-t-q
p m
iliar
R
Sumber : BPS NTT diolah
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 201180
90
100
110
120
130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2010 2011
NTPIndeks yang dibayarIndeks yang diterima
Indeks Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 11
Triwulan I - 2011 |
Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.9 Kredit Konsumsi
2. Investasi
Investasi pada awal tahun
2011 tumbuh relatif lebih baik
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pada triwulan I 2011 investasi di NTT,
baik oleh swasta maupun oleh
pemerintah mengalami peningkatan
sebesar 3,17% (yoy), sedangkan
periode sebelumnya 2,34% (yoy).
Kegiatan investasi di NTT secara umum masih didominasi oleh peningkatan
kualitas infrastruktur. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya alokasi dana
APBN untuk perawatan maupun pembangunan jalan dari Dirjen Bina Marga
yang mencapai 50%, menjadi Rp 679 miliar untuk tahun 2011. Selain itu,
kegiatan investasi yang dominan di NTT, adalah pembangunan ruko baru yang
terus mengalami peningkatan, sehingga berdampak terhadap peningkatan
jumlah pelanggan listrik kategori bisnis. Kemudian untuk mendukung
peningkatan aktivitas pariwisata di
NTT, sejak tahun 2010 dibangun
sebuah hotel baru kerja sama antara
PT Nusa Wisata Indah dengan PT Adhi
Karya, Hotel dan Lounge T-More
bintang tiga senilai Rp. 21 miliar
dimana pada triwulan laporan, telah
memasuki tahap terakhir.
Grafik 1.10 Perkembangan Investasi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : PLN Wilayah NTT diolah
Sumber : PLN wil NTT diolah
Grafik 1.11 Pelanggan Listrik Sektor Bisinis
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
4,400.00
4,600.00
4,800.00
5,000.00
5,200.00
5,400.00
5,600.00
5,800.00
I II III IV I
Konsumsi y‐o‐y konsumsi
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
ribu
kwh
260000
255000Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan
250000
245000
240000
235000
230000
225000
220000
215000
210000
Sumber : KBI Kupang
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
100
200
300
400
500
I II III IV I*
2010 2011
Rp m
iliar
Investasi y-o-y q-t-q
18000
18200
18400
18600
18800
19000
19200
19400
19600
0
000
4000
6000
8000
10000
12000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011ribu kw
h
Konsumsi (ribu kwh)
Jml Pelanggan
2
| Kajian Ekonomi Regional NTT 12
Triwulan I - 2011 |
Pertumbuhan kinerja investasi di triwulan I, juga ditandai dengan pola konsumsi
semen di wilayah NTT.
Dari sisi pembiayaan, perkembangan kredit investasi setiap tahun tetap
mengalami ekspansi, meskipun proporsinya masih relatif kecil dibandingkan
total kredit yang disalurkan. Pada akhir triwulan I 2011, outstanding kredit
investasi tumbuh 33,84% (yoy), atau
menjadi Rp 395,74 miliar dari Rp 295,69
miliar. Faktor keterbatasan infrastruktur
maupun aspek kepastian hukum
diperkirakan rentan dapat menjadi
penghambat laju investasi, khususnya
investasi swasta.
Grafik 1.12 Kredit Investasi
3. Net Ekspor
Kinerja ekspor-impor NTT
masih diwarnai dengan angka
defisit yang cukup signifikan. Pada
triwulan laporan, angka defisit ekspor-
impor NTT yang tercermin dari struktur
PDRB mencapai Rp 814,53 miliar.
Jumlah tersebut tumbuh 10,95% jika
dibandingkan periode yang sama
tahun 2010 yang hanya Rp 734,12
miliar. Secara umum hal tersebut terjadi karena pengaruh peningkatan konsumsi
masyarakat NTT dan pertumbuhan kegiatan investasi, sementara itu disisi lain
kinerja sektor tradeable yang masih bersifat tradisional mengakibatkan
produktivitas daerah ini relatif rendah dan kurang kompetitif. Selama beberapa
tahun terakhir, tingkat pertumbuhan ekspor PDRB NTT selalu lebih rendah
dibandingkan laju pertumbuhan impor. Ketimpangan kinerja ekspor dan impor
di NTT tercermin dari kinerja di pelabuhan yang lebih diwarnai kegiatan
unloading (bongkar muatan).
Khusus untuk ekspor luar negeri NTT sebagian besar ditujukan ke
negara di Asia, dengan tujuan Cina. Komoditi yang dominan adalah
Sumber : BPS NTT diolah
Grafik 1.13 PDRB Ekspor - Impor
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%
‐50.00 100.00 50.00
200.00 50.00
300.00 350.00 400.00 450.00
I II III IV I
Investasi y‐o‐y investasi
1
2
Sumber : KBI Kupang
(1,200.00)
(1,100.00)
(1,000.00)
(900.00)
(800.00)
(700.00)
(600.00)
(500.00)
-300
100
500
900
1300
1700
2100
00
I II III IV I*
2010 2011
Rp m
iliar
Impor Ekspor Net Ekspor (axis kanan)25
| Kajian Ekonomi Regional NTT 13
Triwulan I - 2011 |
komoditi bahan galian (marmer, mangan). Volume ekspor luar negeri NTT pada
triwulan I-2011 mencapai 12,98 ribu ton.
Dari total jumlah tersebut, 7,97 ribu ton
ditujukan ke Cina, sedangkan sekitar
4,28 ribu ton dikirim ke negara tetangga
Timor Leste. Secara total volume ekspor
luar negeri NTT pada triwulan I
mengalami penurunan dibandingkan
triwulan lalu yang mencapai 24,84 ribu
ton.
Grafik 1.14 Negara Tujuan Ekspor
EUROPE AUSTRALIA ASIA
1.2 Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, kontribusi sektor pertanian relatif masih
dominan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT, yaitu
: sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel & restoran
pada triwulan laporan. Selama triwulan laporan, ketiga sektor tersebut
menyumbang 79,69% angka pertumbuhan PDRB Rp 3,11 triliun (harga
konstan). Atau dengan kata lain, dari angka pertumbuhan 4,60%(yoy), ketiga
sektor diatas memberikan kontribusi 70,77%, setara dengan 3,26%.
1. Pertanian
Sektor pertanian pada triwulan I
mengalami kontraksi. jika dibandingkan
dengan triwulan I pada 2010, maka terjadi
penurunan sebesar 1,47%. Menurunnya
kinerja sektor pertanian pada triwulan
laporan diakibatkan oleh melemahnya
produktivitas subsektor tanaman pangan.
Kontraksi pada subsektor tanaman pangan
mencapai 4,80%(yoy) selama triwulan laporan. Faktor cuaca, khususnya curah
hujan yang bergeser mengakibatkan pola musim panen yang ada selama ini
terganggu. Diperkirakan dampaknya akan mengakibatkan pergeseran puncak
musim panen menjadi pada periode triwulan II.
Grafik 1.15 Perkembangan Pertanian
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
1100
1150
1200
1250
I II III IV I*
2010 2011Rp m
iliar
PDRB y-o-y
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011
AMERICA AFRICA
Sumber : EDW -DSM
| Kajian Ekonomi Regional NTT 14
Triwulan I - 2011 |
Penurunan kinerja subsektor tanaman pangan hampir terjadi pada
seluruh komoditi. Penurunan produksi paling signifikan terjadi pada komoditi
ubi jalar yang mencapai 64,48%, akibat berkurangnya volume luas panen
sebesar 64,76%. Demikan pula yang terjadi pada komoditi ubi kayu dan kacang
tanah, dimana produksi pada subround I masing-masing mengalami kontraksi
13,01% dan 8,36%. Sedangkan untuk padi dan jagung, produksi pada
subround pertama diperkirakan tetap tumbuh positif meskipun dari sisi luas
panen dan produktivitas lahan cenderung menurun. Sementara untuk
perkembangan produksi kedelai relatif positif, baik dari produksi, luas lahan, dan
produktvitas lahan.
2. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sejalan dengan meningkatnya
aktivitas konsumsi, kinerja sektor
perdagangan, hotel dan restoran
juga meningkat. Pada tahun triwulan
laporan, sektor PHR tumbuh hingga
8,34%, lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya, yaitu 7,22%.
Peningkatan aktivitas konsumsi
masyarakat yang disebabkan oleh
karena kondisi ekspektasi keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian
yang cenderung optimis pada awal tahun 2011. Hal tersebut mempengaruhi
tingakt keyakinan konsumen untuk melakukan kegiatan konsumsi selama
Tabel 1.1 Aram Padi dan Palawija NTT
Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Beda LP Beda H/H Beda PPanen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) % % %
Padi 77 279 27.73 214 258 77 177 32.69 252 289 4.96 -0.03 4.92Jagung 205,846 27.78 571,840 26,810 27.32 73,245 -2.50 4.12 1.50Kacang tanah 10 369 12.60 13 065 4 234 11.29 4 780 -8.65 0.33 -8.36Ubi Kayu 10,656 101.10 107,732 29,958 102.00 305,572 -14.50 1.74 -13.01Kacang hijau 6,551 8.78 5,752 6,369 8.67 5,522 2.30 -1.41 0.81Kedelai 1 263 11.49 1 451 642 9.03 580 19.80 3.66 24.13Ubi jalar 1,553 83.80 13,014 6,651 82.72 55,017 -64.76 0.81 -64.48
Pertumbuhan Jan-Apr (2010-2011)Januari - April Mei - AgustusKomoditi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.20 Perkembangan Arus Bongkar
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
0
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Mar‐10
Apr‐10
May‐10
Jun‐10
Jul‐1
0
Aug
‐10
Sep‐10
Oct‐10
Nov
‐10
Dec
‐10
Jan‐11
Feb‐11
Mar‐11 (ton
)
peti kemas (box)
kapal barang (ton)
1,000
2,000
(box)
Sumber : Pelindo Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 15
Triwulan I - 2011 |
triwulan I, dimana sejak bulan Januari sampai Maret terus meningkat. Hal
tersebut tentu didukung oleh tingakat penghasil akibat membaiknya
penyerapan tenaga kerja menurut pandangan konsumen.
Selain itu, dukungan pembiayaan konsumtif oleh perbankan juga
tetap menunjukan peningkatan. Demikian pula untuk kredit sektor
perdagangan yang tumbuh 30,76% (yoy) sampai dengan Maret 2011, sehingga
menjadi Rp 1,46 triliun. Berbagai kondisi diatas memberikan sentimen positif
terhadap aktivitas perdagangan. Meningkatnya volume perdaganan di NTT, juga
ditunjukan dengan peningkatan volume barang impor di pelabuhan. Dengan
porsi konsumsi yang sangat dominan dalam perekonomian NTT, maka dapat
dipastikan bahwa sebagian besar barang yang masuk ke NTT bukan merupakan
barang modal untuk kegiatan usaha produktif, namun merupakan barang-
barang konsumtif.
3. Jasa-jasa dan sektor lainnya
Kinerja sektor jasa masih
ditopang oleh jasa pemerintahan.
Pada triwulan laporan kegiatan jasa
pemerintahan tumbuh hingga level
13,13% (yoy), meningkat jika
dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu
8,18%(yoy). Hal tersebut berdampak
terhadap peningkatan sektor jasa secara
keseluruhan menjadi 10,34%(yoy), meningkat 1,89% dari triwulan IV 2010.
Peningkatan nilai belanja pemerintah melalui APBD ataupun DAU menjadi
stimulus kegiatan sektor ini.
Selain tiga sektor utama, peranan sektor ekonomi lainnya
cenderung mengalami peningkatan, kecuali sektor pertambangan dan
sektor keuangan. Lambatnya pertumbuhan aktibitas sektor pertambangan
pada awal tahun 2011, diperkirakan akibat kendala faktor cuaca (curah hujan
tinggi), sehingga menghambat aktivitas penambangan batu-batuan. Hujan yang
berkepanjangan selama triwulan I, juga mempengaruhi kelancaran jalur
Grafik 1.21 PDRB Sektor Jasa
12%
Sumber : BPS NTT diolah
0
100
0
300
400
500
600
700
800
900
00
I II III IV I*
2010 2011
m
20
10
Rp
ilia
r
PDRB y-o-y
0%
2%
4%
6%
8%
10%
| Kajian Ekonomi Regional NTT 16
Triwulan I - 2011 |
transportasi darat, sehingga juga ikut menghambat kelancaran kegiatan sektor
pertambangan.
Kinerja sektor keuangan sangat bergantung pada lembaga
perbankan. Intermediasi perbankan pada akhir triwulan I relatif mengalami
penurunan dibandingkan posisi akhir tahun 2010. Laju pertumbuhan
penghimpunan dana masyarakat relatif mengalami peningkatan dari 11,94%
menjadi 16,91%, sedangkan ekspansi pembiayaan justru melambat dari
18,25% menjadi 18,10%, meskipun tetap tumbuh positif.
Tabel 1.2 Kinerja Perbankan NTT
indikator
utama I II III IV I
Aset (miliar) 11,836.32 12,228.45 12,520.21 13,252.33 13,816.23
y-o-y aset 23.15% 18.48% 13.88% 12.87% 16.73%
Kredit (miliar) 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88
y-o-y kredit 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10%
DPK (miliar) 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10
y-o-y DPK 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91%
LDR 75.38% 78.61% 82.73% 77.19% 76.14%
NPL 1.96% 1.87% 1.86% 1.95% 2.34%
2010 2011
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 17
Triwulan I - 2011 |
Tabel 1.3 PDRB Sisi Penawaran
Penawaran 2011 yoy
(miliar) I II III IV I* tw I
Pertanian 1,182 1,206 1,152 1,172 1,164 -1.47%
Pertambangan 36 39 42 43 39 6.08%
Industri Pengolahan 43 46 46 48 44 1.74%
Listrik,Gas dan Air 12 13 14 15 14 13.65%
Bangunan (konstruksi) 178 187 204 209 185 4.10%
Perdagangan & Hotel 492 510 557 570 533 8.34%
Transportasi & Komunikasi 217 228 240 249 234 8.00%
Keuangan dan Persewaan 105 112 122 132 115 10.22%
Jasa-jasa 707 716 812 877 780 10.34%
PDRB 2,972 3,056 3,189 3,315 3,109 4.60%
2010
Tabel 1.4 PDRB Sisi Permintaan
Permintaan 2011 yoy
(miliar) I II III IV I* tw I
Konsumsi 3,158 3,318 3,494 3,699 3,382 7.08%
Investasi 396 420 442 455 409 3.17%
Ekspor 818.44 882.91 983.10 1,022.06 819.94 0.18%
Impor 1,553 1,811 2,075 2,092 1,634 5.28%
PDRB 2,972 3,056 3,189 3,315 3,109 4.60%
2010
| Kajian Ekonomi Regional NTT 18
Triwulan I - 2011 |
BBB AAA BBB III III
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII
Searah dengan pergerakan
Indeks
2.1 Kondisi Umum
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT
Harga Konsumen (IHK) di
tingkat nasional, pada triwulan I-
2011 inflasi di provinsi NTT lebih
rendah dibandingkan kondisi akhir
tahun 2010. Inflasi tahunan nasional
pada akhir triwulan I, turun 0,31%
menjadi 6,65%, sedangkan untuk
provinsi NTT, penurunannya relatif
besar, yaitu 1,04%, sehingga pada triwulan I-2011 tercatat sebesar 8,98%,
setelah pada akhir tahun melebihi level 9%, yaitu 9,72%. Penurunan tekanan
inflasi NTT, terjadi di kedua kota sample, baik Maumere dan Kupang. Untuk
Kupang terjadi penurunan sebesar 0,99% menjadi 8,98%, sedangkan Meumere
turun lebih besar hingga 1,33%, sehingga inflasinya tercatat 7,15%. Apabila
dibandingkan dengan tahun lalu pada posisi yang sama kondisi tahun 2011
relatif tidak berbeda jauh. Pada triwulan I-2010 inflasi tahunan NTT sebesar
8,70%, dengan Kupang 9,03% dan Maumere 7,02%. Dengan kondisi diatas
secara keseluruhan selama triwulan laporan (q-t-q), di NTT telah terjadi
pergerakan IHK sebesar 2,09%, dimana relatif lebih rendah dibandingkan tahun
2010 yang selama triwulan I mengalami pergerakan 3,06%.
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12
14
%
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
yoy ntt
mtm ntt
Sumber : BPS diolah
Tabel 1.1 Perkembangan Inflasi di NTT
I II III IV I
Sumber : BPS diolah
year on yearNTT 8.70% 10.67% 10.86% 9.72% 8.68%Kupang 9.03% 11.08% 11.42% 9.97% 8.98%Maumere 7.02% 8.52% 8.05% 8.48% 7.15%
month to monthNTT -0.15% 0.52% 0.39% 0.93% 0.21%Kupang -0.16% 0.45% 0.20% 0.91% 0.14%Maumere -0.09% 0.89% 1.38% 1.09% 0.57%
ear to dateNTT 3.06% 5.42% 8.65% 9.72% 2.09%Kupang 3.25% 5.56% 8.81% 9.97% 2.32%Maumere 2.11% 4.68% 7.84% 8.48% 0.86%
2011Inflasi
2010
y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 19
Triwulan I - 2011 |
Inflasi NTT masih diatas inflasi
secara nasional. Secara umum, tingkat
inflasi Kupang dan Maumere termasuk
kota di Indonesia dengan persistensi
yang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari
tingkat inflasi NTT yang cenderung
selalu berada diatas nasional. Pada
triwulan laporan, pergerakan IHK
tahunan secara keseluruhan, dari 66
kota di Indonesia (nasional), tercatat hanya sebesar 6,65%. Kemudian selama
triwulan I, IHK nasional hanya bergerak naik 0,70%. Hal tersebut tentunya
berbeda signifikan dengan NTT. Kondisi geografis yang dikelilingi oleh laut,
ketergantungan pada kelancaran jalur pelayaran akan sangat menentukan,
terutama pada periode awal tahun seperti pada triwulan I. Kemudian, hampir
seluruh barang kebutuhan konsumsi masyarakat NTT berasal dari provinsi lain,
Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan. Oleh karena tingkat ketergantungan
kepada daerah-daerah tersebut cukup tinggi, menyebabkan kedua kota di NTT
rentan terhadap fluktuasi harga.
Gejolak harga di daerah pemasok akan memberi second round
effect yang lebih besar kepada NTT. Selain itu, load factor transportasi dari
dan menuju NTT relatif tidak seimbang, sehingga biaya operasional perusahaan
pelayaran untuk daerah ini relatif lebih tinggi. Pada triwulan laporan, gejolak
harga dari sisi suplai diperkirakan masih menjadi penyebab dominan. Secara
umum inflasi di NTT pada triwulan laporan, fluktuasi paling tinggi masih dialami
oleh komponen bahan makanan, dimana mencapai 4,05% jika dibandingkan
dengan Desember 2010. Namun kondisi tersebut relatif lebih baik dibandingkan
dengan tahun lalu, dimana mencapai 6,65%.
Komoditi bahan makanan yang mengalami tekanan relatif
dominan adalah subkelompok perikanan dan bumbu-bumbuan. Untuk
harga komoditi perikanan sejak Januari sampai dengan Maret masih terus
menunjukan peningkatan. Sedangkan untuk subkelompok bumbu-bumbuan,
kenaikannya cenderung menurun, bahkan mengalami deflasi pada bulan Maret.
Kenaikan harga perikanan terjadi karena kondisi cuaca yang selama triwulan I
Sumber : BPS diolah
0%
3%
6%
9%
12%
15%
18%
21%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
yoy kupang yoy maumere
yoy nasional
Grafik 2.2 Inflasi NTT dan Nasional
| Kajian Ekonomi Regional NTT 20
Triwulan I - 2011 |
menghambat nelayan untuk berlayar, bahkan diakhir bulan Maret kondisi
tersebut belum menunjukan tanda-tanda perubahan seperti tahun-tahun
sebelumnya. Dampak kenaikan harga ikan, tentu mempengaruhi harga berbagai
produk turunannya, seperti ikan yang diawetkan.
Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok
I II III IV IUMUM 8.70% 10.67% 10.86% 9.72% 8.68%BAHAN MAKANAN 19.72% 20.58% 20.75% 16.86% 14.01%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.95% 9.89% 8.71% 8.79% 7.74%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB -0.90% 0.70% 3.09% 3.39% 5.06%SANDANG 6.33% 8.10% 7.93% 5.63% 4.88%KESEHATAN 3.17% 2.97% 4.92% 5.96% 6.32%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 5.49% 4.47% 4.70% 4.22% 3.49%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 7.69% 14.99% 11.32% 10.60% 7.69%
20112010Komoditi
Sumber : BPS diolah
2.2 Inflasi Kota Kupang
Tekanan harga secara umum di
Kupang memasuki awal tahun 2011
relatif mengalami penurunan
dibandingkan akhir tahun 2010. hal
tersebut terlihat dari kondisi tingkat
perubahan IHK secara tahunan pada
kedua periode tersebut. Pada posisi
Desember 2010 mencapai 9,97%,
sedangkan posisi triwulan I-2011 turun
menjadi 8,98%. Secara umum, penurunan tekanan harga terjadi hampir di
seluruh kelompok barang, kecuali pada kesehatan, dan perumahan yang
kondisinya justru meningkat. Penurunan paling dominan terjadi pada kelompok
bahan makanan, dari 16,96% menjadi 14,69%, serta kelompok transportasi,
dari 12,78% menjadi 8,83%.
Grafik 2.3 Inflasi NTT dan Nasional
‐2%
1%
4%
7%
10%
Khusus selama triwulan I, terjadi perubahan IHK sebesar 2,32%
(q-t-q) bila dibandingkan dengan posisi Desember. Tekanan inflasi paling
tinggi dirasakan oleh Kupang pada bulan Januari, dengan 1,41%, kemudian
terus menurun pada bulan Februari dan Maret, masing-masing menjadi 0,76%
dan 0,14%. Hal tersebut terjadi karena situasi pelayaran pada bulan Januari
relatif yang paling buruk, dibandingkan dua bulan selanjutnya. Bahkan tidak
jarang pada bulan Januari, kegiatan bongkar muat di pelabuhan terhenti total
13%
16%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
yoy kupang mtm kupang
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 21
Triwulan I - 2011 |
karena cuaca yang tidak mendukung. Apabila proses bongkar muat tetap
dipaksakan, maka dampaknya dapat merusak fasilitas pelabuhan.
Kelompok bahan makanan, mengalami kenaikan IHK paling tinggi
diantara seluruh kelompok barang yang lain. Hal ini disebabkan oleh
kenaikan harga pada subkelompok komoditi perikanan, beserta produk
turunannya dan kelompok bumbu-bumbuan. Kenaikan harga ikan selama
triwulan I, dipengaruhi oleh faktor cuaca yang menghambat nelayan untuk
beroperasi. Akibatnya pasokan untuk kebutuhan konsumsi, mengalami
kekurangan. Kalaupun nelayan tetap berlayar, hasil yang diperoleh tidak
sebanding dengan biaya operasional yang dibutuhkan untuk beroperasi.
Dampak kenaikan harga ikan tentunya mengakibatkan seluruh harga produk
turunan dari ikan juga ikut bergerak naik. Selain itu, barang-barang komoditi
yang merupakan substitusi untuk ikan laut, juga sedikit bergerak naik, seperti
ayam. Selain harga ikan, harga bumbu-bumbuan juga relatif masih bergejolak,
khususnya pada awal triwulan. Namun kemudian berangsur-angsur turun pada
bulan berikutnya. Harga komoditi bumbu yang mengalami kenaikan, adalah
cabe, karena dampak lanjutan kenaikan harga pada bulan Desember lalu.
Kenaikan harga ikan dan cabe pengaruhi inflasi volatile food.
Sebagai kelompok dengan pengaruh yang dominan, dan bobot share yang
besar, maka pergerakan komoditi volatile food secara otomatis akan sangat
menentukan tingkat inflasi di Kupang. Tekanan inflasi volatile food paling tinggi
terjadi pada bulan Januari, dimana terjadi peningkatan 5,56% bila dibandingkan
bulan sebelumnya. Kondisi tersebut juga tercermin bila dilihat dari tingkat inflasi
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2010
inflasi yoy administered price
volatile food core inflation
‐3%
0%
3%
6%
9%
12%
15%
18%
21%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2010
inlfasi yoy inflasi barang
inflasi jasa
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 22
Triwulan I - 2011 |
kelompok barang yang sangat dominan dibandingkan kelompok jasa pada
bulan Januari dibandingkan bulan sebelumnya hingga 4,02%.
I II III IV IUMUM 9.03% 11.08% 11.42% 9.97% 8.98%BAHAN MAKANAN 20.76% 21.06% 21.87% 16.96% 14.69%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.07% 10.04% 8.37% 8.62% 7.19%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB -1.43% 0.54% 3.42% 3.73% 5.27%SANDANG 7.31% 8.93% 8.66% 5.84% 4.87%KESEHATAN 3.55% 3.50% 5.67% 6.78% 7.28%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.21% 4.98% 4.87% 4.50% 3.88%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 9.79% 18.47% 13.77% 12.78% 8.83%
KOMODITI 2010 2011
Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok
Sumber : BPS diolah
2.3 Inflasi Maumere
Tekanan harga secara umum
di Maumere memasuki awal tahun
2011 relatif mengalami penurunan
dibandingkan akhir tahun 2010.
Perubahan IHK secara tahunan antara
kedua periode dimaksud mengalami
penurunan. Pada posisi Desember
2010 mencapai 8,48%, sedangkan
posisi triwulan I-2011 turun menjadi 7,15%. Secara umum, penurunan tekanan
harga terjadi hampir di seluruh kelompok barang, kecuali pada sandang,
transportasi, dan makanan jadi yang kondisinya justru meningkat. Penurunan
paling dominan terjadi pada kelompok bahan makanan, dari 16,30% menjadi
10,13%.
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
yoy maumere
mtm maumere
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Maumere
Khusus selama triwulan I, terjadi perubahan IHK sebesar 0,86%
(q-t-q) bila dibandingkan dengan posisi Desember. Tekanan inflasi paling
tinggi dirasakan oleh Maumere pada bulan Januari, dengan 0,88%, kemudian di
bulan Februari justru mengalami deflasi 0,59%. Sedangkan pada bulan Maret
kembali mengalami inflasi sebesar 0,57%. Sama halnya dengan kondisi Kupang,
pada bulan Januari jalur transportasi menuju NTT, hampir seluruhnya mengalami
gangguan
Berbeda dengan Kupang, di Maumere justru kelompok bahan
makanan mengalami deflasi paling tinggi selama triwulan I. Hal ini
| Kajian Ekonomi Regional NTT 23
Triwulan I - 2011 |
disebabkan oleh tingginya deflasi pada subkelompok buah-buahan, yang
mencapai 12,37%, dibandingkan triwulan lalu (qtq). Pengaruh paling besar
disumbangkan oleh penurunan harga pisang yang selama bulan Februari
mencapai 11,54% (mtm). Bahkan IHK beras di Maumere pada bulan Februari
mengalami deflasi 1,40%. Selain beras dan pisang, IHK daging juga mengalami
penurunan, baik daging ayam, sapi, maupun babi.
Penurunan harga buah, beras
dan daging pengaruhi inflasi
volatile food. Sebagai kelompok
dengan pengaruh yang dominan, dan
bobot share yang besar, maka
pergerakan komoditi volatile food
secara otomatis akan sangat
menentukan tingkat inflasi di Maumere.
Penurunan tekanan inflasi volatile food
secara otomatis mempengaruhi inflasi secara keseluruhan. Perubahan IHK
komoditi volatile food secara tahunan, turun signifikan jika melihat kondisi
Desember 2010, yaitu dari 14,80% menjadi 6,19% pada bulan Januari.
Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Maumere
‐5%
0%
5%
%
15%
%
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2010
inflasi umum core inflation
10
20
25volatile food inflation administered inflation
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Maumere
I II III IV IUMUM 7.02% 8.52% 8.05% 8.48% 7.15%BAHAN M KANAN 14.15% 18.01% 15.01% 16.30% 10.13%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.24% 9.10% 10.65% 9.74% 10.82%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 1.84% 1.46% 1.42% 1.66% 4.04%SANDANG 1.16% 3.73% 4.09% 4.51% 4.95%KESEHATAN 1.17% 0.19% 0.96% 1.58% 1.27%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.80% 1.83% 3.79% 2.69% 1.42%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -2.64% -2.14% -1.54% -0.61% 1.32%
2010 2011
A
KOMODITI
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 24
Triwulan I - 2011 |
BBB AAA BBB IIIIIIIII
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN
3.1 Kondisi Umum
Perkembangan perbankan NTT pada triwulan I-2011
menunjukkan perkembangan yang positif dibandingkan dengan
triwulan I-2010. Perkembangan ekonomi NTT yang diproyeksikan akan
tumbuh positif pada tahun 2011 menjadi factor pendorong peningkatan
kinerja perbankan pada awal tahun 2011. Terlihat dari kemampuan
perbankan NTT dalam meningkatkan asetnya yang tetap terpelihara,
demikian pula dengan indicator utama lainnya, yaitu penyaluran kredit yang
tumbuh positif walaupun akselerasinya cenderung melambat dibandingkan
triwulan-triwulan sebelumnya. Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak
Ketiga (DPK) pada awal tahun 2011 menunjukkan peningkatan yang
signifikan dibandingkan 2 (dua) tahun terakhir. Peningkatan alokasi dana
APBD dan APBN ke Provinsi NTT yang dialokasikan pada rekening giro
merupakan sumber peningkatan utama penghimpunan DPK.
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan
indikator 2010 2011utama I II III IV I II III IV I
Aset (miliar)
t (miliar)
(miliar)
9,610.96 10,321.05 10,994.03 11,741.12 11,836.32 12,228.45 12,520.21 13,252.33 13,816.23
y-o-y 15.53% 20.77% 15.33% 18.10% 23.15% 18.48% 13.88% 12.87% 16.73%
Kredi 5,524.35 6,059.12 6,463.72 6,663.13 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88
y-o-y 28.67% 25.84% 23.39% 23.29% 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10%
DPK 8,268.80 8,823.98 9,013.42 9,119.13 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10
y-o-y 15.45% 18.64% 14.28% 13.92% 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91%
LDR 66.81% 68.67% 71.71% 73.07% 75.38% 78.61% 82.73% 77.19% 76.14%
NPL 1.61% 1.73% 1.83% 2.10% 1.96% 1.87% 1.86% 1.95% 2.34%
2009
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Peningkatan kinerja tersebut berdampak pada meningkatnya rasio
penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun atau Loan to Deposit ratio
(LDR) perbankan NTT dibandingkan dengan posisi triwulan I-2010.
Sementara bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, LDR perbankan
NTT relative menurun yang disebabkan akselerasi penyaluran kredit yang
lebih lambat dibandingkan dengan penghimpunan DPK. Peningkatan
kegiatan intermediasi tersebut tetap diikuti performance kredit yang relative
| Kajian Ekonomi Regional NTT 25
Triwulan I - 2011 |
terjaga dibawah batas yang dipersyaratkan yaitu di level 5,0%, walaupun
cenderung naik dibandingkan tahun sebelumnya.
3.2 Intermediasi Perbankan
Penghimpunan dana masyarakat (DPK) mengalami
peningkatan yang signifikan sebesar 16,91% (y-o-y). Peningkatan
penempatan dana masyarakat pada semua instrument baik yang bersifat
jangka pendek maupun jangka panjang. Secara umum, akselerasi
peningkatan DPK pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Hal tersebut diperkirakan merupakan salah satu imbas
dari peningkatan BI rate pada bulan Februari 2011 dari 6.5% menjadi 6.75%
yang direspon oleh perbankan NTT dengan meningkatkan imbal jasa dana
masyarakat.
Tabel 3.2 Perkembangan Komponen DPK
2010 2011
I II III IV I II III IV I
DPK 8,268.80 8,823.98 9,013.42 9,119.13 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10
y-o-y 15.45% 18.64% 14.28% 13.92% 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91%
Giro 2,540.89 2,807.69 2,739.86 2,028.37 2,499.54 2,901.17 2,831.37 1,963.11 2,916.83
y-o-y 11.48% 15.65% 7.26% 6.78% -1.63% 3.33% 3.34% -3.22% 16.69%
Deposito 1,912.63 1,989.79 2,087.35 1,952.96 2,251.18 2,269.67 2,265.93 2,597.01 2,771.36
y-o-y 19.59% 21.03% 20.04% 9.35% 17.70% 14.07% 8.56% 32.98% 23.11%
Tabungan 3,815.29 4,026.50 4,186.21 5,137.81 4,479.78 4,596.56 4,731.69 5,647.97 5,102.91
y-o-y 16.18% 19.63% 16.48% 18.95% 17.42% 14.16% 13.03% 9.93% 13.91%
DPK (miliar)
2009
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Penempatan dana pada rekening giro mengalami kenaikan
signifikan sebesar 16,69% (y-o-y) dibandingkan dengan posisi
triwulan I-2010. Peningkatan tersebut bersumber dari peningkatan dana
pada rekening pemerintah daerah yang mencapai 75,77% dari total dana di
rekening giro. Peningkatan dana pemerintah pada triwulan laporan
mencapai 19,77% (y-o-y) atau sebesar 129,91% (q-t-q). Peningkatan alokasi
dana APBD ke Provinsi NTT sebesar 2,43% merupakan factor pendorong
peningkatan giro pada triwulan I-1011. Secara triwulanan, peningkatan dana
yang signifikan pada awal tahun mengindikasikan bahwa dropping dana
APBD dan APBN telah masuk ke rekening pemerintah daerah.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 26
Triwulan I - 2011 |
Penghimpunan dana pada rekening deposito mengalami
kenaikan yang cukup signifikan mencapai 23,11% (y-o-y), walaupun
sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Preferensi
masyarakat NTT dalam menempatkan excess liquidity pada instrument
jangka menengah terlihat pada akselerasi penempatan dana pada deposito
periode 6 (enam) bulan yang lebih tinggi dibandingkan dengan periode satu
bulan. Secara tahunan, penempatan dana pada deposito periode 6 (enam)
bulan meningkat sebesar 307,97% (y-o-y) dari Rp 191 miliar pada triwulan I-
2010 menjadi Rp 780 miliar pada triwulan laporan. Sementara untuk
deposito periode 1 (satu) bulan meningkat dari Rp 1.244 miliar menjadi Rp
1.298 miliar atau sebesar 4,34%.
Masyarakat NTT masih memilih tabungan sebagai sarana
penempatan excess liquidity. Terlihat dari penempatan dana pada
rekening tabungan yang meningkat sebesar 13,91%. Preferensi masyarakat
dalam menempatkan dana pada rekening tabungan untuk kebutuhan
likuiditas jangka pendek, disebabkan oleh kemudahan dan fleksibilitas dalam
melakukan transaksi, seperti sms banking, internet banking dan ATM yang
memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi lebih cepat.
Secara structural, komposisi dana pihak ketiga perbankan NTT
masih belum mengalami perubahan. Tabungan masih memiliki porsi
terbesar dalam pembentukan DPK perbankan NTT, yaitu sebesar 47,29%.
Namun, bila dibandingkan triwulan I-2010, porsi tabungan mengalami
penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya minat masyarakat
untuk menginvestasikan excess liquidity dalam bentuk investasi jangka
panjang dengan imbal jasa yang lebih tinggi sehingga porsi deposito dalam
DPK mengalami peningkatan dari 24,39% pada triwulan I-2010 menjadi
25,68%. Pada triwulan laporan, suku bunga tertimbang deposito mencapai
7,01% atau meningkat dibandingkan triwulan I-2010 yang hanya sebesar
6,78%. Peningkatan BI-rate pada Februari 2011 sebesar 0,25% menjadi
factor utama peningkatan suku bunga dana perbankan. Sementara itu,
komposisi rekening giro dalam DPK relative stabil pada level 27%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 27
Triwulan I - 2011 |
Grafik 3.1 Komposisi DPK Grafik 3.2 DPK Menurut Golongan Pemilik
Giro; 27.03%
Deposito; 25.68%
Tabungan; 47.29%
Pemerintah, 31.84%
Swasta, 6.13%
Perorangan, 61.45%
lainnya, 0.58%
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Penyaluran kredit perbankan NTT pada triwulan laporan
mengalami perkembangan positif, walaupun cenderung melambat
dibanding periode sebelumnya. Outstanding kredit perbankan NTT pada
triwulan laporan sebesar Rp 8.216 miliar atau mengalami peningkatan
sebesar 18,10% (y-o-y). Peningkatan outstanding kredit pada triwulan
laporan didorong oleh peningkatan penyaluran kredit produktif berjenis
modal kerja yang menunjukkan tren kenaikan dibandingkan tahun
sebelumnya. Secara umum, melambatnya akselerasi penyaluran kredit
perbankan NTT merupakan dampak langsung dari melambatnya penyaluran
kredit konsumsi yang memberikan porsi terbesar dalam penyaluran kredit
perbankan NTT.
Grafik 3.3 Perkembangan Kredit
2010 2011
I II III IV I II III IV I
Kredit 5,524.35 6,059.12 6,463.72 6,663.13 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88
y-o-y kredit 28.67% 25.84% 23.39% 23.29% 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10%
Modal kerja 1,476.12 1,662.69 1,786.11 1,783.28 1,720.72 1,896.00 2,089.71 2,169.02 2,154.77
y-o-y modal ke 27.70% 20.46% 19.06% 19.44% 16.57% 14.03% 17.00% 21.63% 25.22%
Investasi 163.84 201.03 218.90 239.54 295.69 357.41 365.36 391.26 395.74
y-o-y investasi 34.19% 37.70% 37.78% 44.05% 80.47% 77.79% 66.90% 63.34% 33.84%
Konsumsi 3,884.38 4,195.40 4,458.71 4,640.30 4,941.36 5,425.02 5,676.24 5,319.78 5,666.37
y-o-y konsums 28.81% 27.58% 24.56% 23.91% 27.21% 29.31% 27.31% 14.64% 14.67%
2009Kredit(miliar)
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Tren melambatnya outstanding kredit konsumsi masih
berlanjut pada triwulan I-2011. Salah satu factor pendorong
melambatnya penyaluran kredit konsumsi adalah komitmen BPD NTT untuk
memacu pertumbuhan kredit produktif dibandingkan dengan kredit
| Kajian Ekonomi Regional NTT 28
Triwulan I - 2011 |
konsumsi. Yang terlihat dari penurunan porsi kredit konsumsi BPD NTT
dalam total kredit konsumsi perbankan NTT.
Outstanding kredit modal kerja perbankan NTT triwulan I-2011
mencapai Rp 2.154,77 miliar atau meningkat signifikan sebesar
25,22% (y-o-y). Akselerasi perkembangan penyaluran kredit modal kerja
pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan kredit pada
sector perdagangan besar dan eceran yang mencapai 32,34% (y-o-y),
dimana porsi sector tersebut dalam penyaluran kredit modal kerja meningkat
dari 59,37% pada triwulan I-2010 menjadi 62,74% pada triwulan laporan.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa sector perdagangan terus berekspansi
untuk meningkatkan size usahanya terkait dengan peningkatan kegiatan
konsumsi masyarakat NTT. Kondisi ini dikonfirmasi dengan hasil Survei
Pedagang Eceran (SPE) Kota Kupang yang mencatatkan kenaikan omset
penjualan sebesar 7,51% (y-o-y) pada triwulan I-2011.
Kegiatan investasi di NTT masih bergerak positif pada awal
tahun 2011. Penyaluran kredit investasi perbankan NTT pada triwulan I-
2011 mencapai Rp 395,74 miliar atau meningkat 33,84%. Akselerasi
penyaluran kredit investasi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kredit jenis
lainnya walaupun secara nominal, penyaluran kredit investasi hanya sebesar
4,82% dari total kredit. Peningkatan tersebut bersumber dari peningkatan
kredit investasi pada sector perdagangan dan konstruksi masing-masing
sebesar 21,87% dan 82,57% (y-o-y). Hal tersebut mengindikasikan bahwa
wilayah NTT masih sangat potensial untuk pengembangan usaha dalam
jangka panjang.
Akselerasi pertumbuhan kredit investasi yang signifikan diatas kedua
jenis kredit lain belum mempengaruhi struktur kredit perbankan. Pada
triwulan laporan, kredit perbankan NTT masih didominasi oleh penyaluran
kredit jenis konsumsi dengan porsi sebesar 68,96% walaupun komposisinya
lebih rendah dibandingkan posisi triwulan I-2010 yang mencapai 71,02%.
Sementara itu, porsi kredit modal kerja dalam total kredit perbankan NTT
mencapai 26,22% atau meningkat dibandingkan triwulan I-2010 yang
sebesar 24,73%. Sedangkan porsi kredit investasi belum mengalami
perubahan yang signifikan di level 4,82%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 29
Triwulan I - 2011 |
Grafik 3.4 Komposisi Kredit Grafik 3.5 Perkembangan Suku bunga
Modal kerja; 26.22%
Investasi; 4.82%
Konsumsi; 68.96%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Modal Kerja InvestasiKonsumsi BI Rate
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Respon masyarakat terhadap kenaikan BI rate pada Februari
2011 diperkirakan menjadi salah satu factor penyebab melambatnya
penyaluran kredit perbankan NTT. Data yang tercatat di Bank Indonesia
Kupang, suku bunga tertimbang kredit perbankan NTT sebesar 17,16%.
Terlihat bahwa respon kebijakan Bank Indonesia dalam menaikkan BI rate
sebesar 0,25% ditransmisikan oleh perbankan Kupang dengan menaikkan
suku bunga kredit lebih dari 2,65%. Kebijakan Bank Indonesia untuk
mengumumkan Suku Bunga Dasar Kredit (prime lending rate) belum mampu
menekan kenaikan suku bunga kredit di perbankan NTT. Secara
penggunaan, kenaikan suku bunga kredit tertinggi terdapat pada kredit jenis
konsumsi. Pada triwulan laporan, suku bunga tertimbang kredit konsumsi
sebesar 19,59%, jauh meningkat dibandingkan posisi triwulan sebelumnya
sebesar 15,16%. Sementara itu, suku bunga tertimbang kredit modal kerja
dan kredit investasi pada triwulan laporan masing-masing sebesar 16,96%
dan 14,93%.
Secara sektoral, porsi penyaluran kredit tertinggi untuk sector
produktif adalah sector perdagangan besar dan eceran dengan porsi
sebesar 17,72% dengan nominal kredit mencapai Rp 1.456 miliar. Kredit
pada sector perdagangan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar
30,76% (y-o-y). Peningkatan kredit pada sector perdagangan besar dan
eceran didorong oleh peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat NTT serta
ketergantungan supply produk dari daerah lain yang menyebabkan sector
| Kajian Ekonomi Regional NTT 30
Triwulan I - 2011 |
perdagangan merupakan sector yang paling potensial untuk berkembang
dan dibiayai oleh perbankan NTT. Ketergantungan terhadap supply daerah
lain, disebabkan minimnya sector industry di wilayah NTT yang hanya
berperan sebesar 1,44% dari struktur perekonomian NTT. Hal ini
berpengaruh terhadap porsi penyaluran kresit perbankan yang hanya sebesar
0,21% dari total kredit atau sebesar Rp 17,63 miliar.
Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral
Kredit per 2010 2011sektor (miliar) I II III IV I
Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 12.87 12.08 14.09 16.15 14.51
Perikanan 11.10 9.87 5.30 5.28 5.15
Pertambangan Dan Penggalian 2.39 2.89 4.38 4.10 4.80
Industri Pengolahan 19.65 15.75 15.62 17.54 17.63
Listrik, Gas Dan Air 7.21 8.30 18.40 20.29 16.66
Konstruksi 119.96 181.84 275.82 222.20 206.86
Perdagangan Besar Dan Eceran 1,113.52 1,032.16 1,466.86 1,527.32 1,456.03
Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 72.45 50.13 48.76 62.20 63.02
Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 39.73 38.11 28.84 28.18 29.02
Perantara Keuangan 1.26 0.86 4.79 14.58 15.18
Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 21.84 15.11 32.98 43.33 49.84
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib 2.30 2.12 0.00 0.00 0.00
Jasa Pendidikan 2.32 1.56 4.83 4.51 5.26
Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1.53 2.56 2.66 3.45 3.38
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya 72.13 342.37 315.39 290.88 291.30
Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0.65 0.68 0.74 0.48 0.22
Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.00 0.00 0.00 0.28 0.56
Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 503.96 524.33 215.61 299.50 371.38
Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 4,952.91 5,437.71 5,676.24 5,319.78 5,666.10
Total 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Penyaluran kredit pada sector pertanian pada triwulan laporan
sebesar Rp 14,51 miliar atau 0,18% dari total kredit, sementara sector
perikanan sebesar Rp 5,15 miliar atau 0,06% dari total kredit perbankan.
Minimnya penyaluran kredit pada sector pertanian dan peternakan
didasarkan pada prinsip prudential banking dimana performance penyaluran
kredit pada kedua sector tersebut diatas standart yang dipersyaratkan yaitu
5,0%. Non Performing Loan (NPL) kedua sector tersebut pada triwulan I-
2011 masing-masing sebesar 17,35% dan 11,12%.
Ratio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana
masyarakat (Loan to Deposit Ratio – LDR) perbankan NTT pada
triwulan laporan sebesar 76,14%. Perkembangan penyaluran kredit
perbankan NTT yang masih bergerak positif walaupun melambat dalam
beberapa periode terakhir menyebabkan LDR perbankan NTT meningkat
| Kajian Ekonomi Regional NTT 31
Triwulan I - 2011 |
dibandingkan dengan triwulan I-2010. Upaya perbankan untuk
memaksimalkan pemanfaatan penyerapan dana masyarakat melalui
penyaluran kredit dan meminimalkan dana idle terlihat dari perkembangan
undisbursed loan yang relative melambat dengan kenaikan sebesar 4,92%%
(y-o-y) dari Rp 550,25 miliar pada triwulan I-2010 menjadi Rp 577,30 miliar
pada triwulan laporan. Penurunan tersebut menyebabkan ratio undisbursed
loan terhadap total kredit sebesar 7,03%.
Grafik 3.6 Perkembangan LDR Grafik 3.7 Perkembangan Undisbursed Loan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Rp
mili
ar
Kredit DPK LDR
0%
2%
4%
6%
8%
10%
0
100
200
300
400
500
600
700
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Rp
mili
ar
nominal rasio thd kredit
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Secara umum, resiko penyaluran kredit perbankan NTT (Non
Performing Loan – NPL) masih relative terkendali di level 2,34%. Rasio
NPL perbankan NTT meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya,
namun masih dibawah batas yang dipersyaratkan Bank Indonesia yaitu
5,0%. Secara sektoral, sektor-sektor yang beresiko tinggi dalam penyaluran
kredit pada triwulan laporan adalah sector jasa perorangan yang melayani
rumah tangga, sector pertanian, sector konstruksi dan sector perikanan
dengan NPLs masing-masing sebesar 25,76%, 17,35%, 12,98% dan
11,12%. Sektor pertanian dan perikanan di NTT yang dikelola secara
tradisional menjadi salah satu penyebab tingginya resiko penyaluran kredit
pada sector tersebut.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 32
Triwulan I - 2011 |
Grafik 3.8 Perkembangan NPL Grafik 3.9 NPL Konsumsi dan Modal Kerja
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
-
40,000
80,000
120,000
160,000
200,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011Rp juta
nominal rasio NPL
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Rp juta
nominal modal kerja nominal investasi
% modal kerja % investasi
-
40,000
80,000
120,000
160,000
200,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011Rp
juta 0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
nominal rasio NPL
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Rp
juta
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
nominal modal kerja nominal investasi% modal kerja % investasi
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Dari sisi penggunaan, meningkatnya resiko penyaluran kredit terdapat
pada peningkatan NPLs kredit produktif berjenis modal kerja dan investasi
masing-masing sebesar 5,80% dan 6,01%. Sementara NPLs kredit konsumsi
relative menurun dengan rasio NPLs sebesar 0,76%. Secara umum, besarnya
porsi kredit konsumsi dalam total kredit perbankan NTT berpengaruh positif
terhadap terkendalinya rasio NPLs kredit perbankan NTT. Dimana sebagian
besar kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di NTT ditujukan
kepada pegawai negeri, dengan sistem angsuran melalui pemotongan
langsung dari gaji yang diterima masing-masing pegawai, sehingga tingkat
resiko (default) akan lebih kecil.
3.3 Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
Penyaluran kredit kepada usaha mikro kecil menengah (UMKM)
mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 26,30% (y-o-y). Akselerasi
perkembangan penyaluran kredit kepada UMKM jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan peningkatan penyaluran kredit perbankan NTT yang
hanya sebesar 18,10%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perbankan NTT
concern untuk mendukung program pemerintah dalam mendorong
percepatan perekonomian masyarakat NTT melalui pembiayaan produktif
kepada pelaku usaha yang sebagian berjenis UMKM. Total kredit yang
disalurakan kepada UMKM sebesar Rp 2.142 miliar atau 26,06% dari total
kredit perbankan NTT.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 33
Triwulan I - 2011 |
2011I II III IV I II III IV I
TOTAL KREDIT 5,524 6,059 6,464 6,663 6,958 7,678 8,131 7,880 8,217y‐o‐y 28.67% 25.84% 23.39% 23.29% 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10%
KREDIT UMKM 1,585 1,804 1,918 1,941 1,696 2,017 2,064 2,164 2,142y‐o‐y 26.54% 21.23% 18.26% 21.81% 6.96% 11.80% 7.56% 11.48% 26.30%
MIKRO 208 226 241 255 247 276 282 300 342y‐o‐y 19.51% 8.06% 17.07% 18.49% 18.79% 22.42% 16.77% 17.71% 38.62%
KECIL 615 677 713 676 1,191 1,438 1,406 1,491 1,449y‐o‐y 20.66% 17.59% 12.73% 7.63% 93.77% 112.51% 97.31% 120.56% 21.67%
MENENGAH 763 901 965 1,010 258 302 376 373 351y‐o‐y 33.95% 28.11% 23.02% 34.62% ‐66.18% ‐66.48% ‐61.06% ‐63.09% 35.86%
Ratio thd total kredi 28.70% 29.77% 29.68% 29.13% 24.37% 26.26% 25.38% 27.46% 26.06%
KREDIT(miliar)
2009 2010
Tabel 3.4 Perkembangan Komponen Kredit UMKM
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Dilihat dari jenisnya, penyaluran kredit untuk jenis usaha mikro
dengan criteria kepemilikan asset sampai dengan Rp 50 juta atau omset
sampai dengan Rp 300 juta per tahun pada triwulan laporan sebesar Rp 342
miliar atau 15,96% dari total kredit UMKM. Sementara penyaluran untuk
usaha kecil dengan criteria kepemilikan asset lebih dari Rp 50 juta sampai
dengan Rp 500 juta atau omset lebih dari Rp 300 juta sampai dengan Rp 2,5
miliar per tahun adalah sebesar Rp 1.449 miliar atau sebesar 67,66% dari
total kredit UMKM. Sedangkan penyaluran untuk usaha menengah dengan
criteria kepemilikan asset lebih dari Rp 500 juta sampai dengan Rp 10 miliar
atau omset lebih dari Rp 2,5 miliar sampai dengan Rp 50 miliar per tahun
adalah sebesar Rp 351 miliar atau sebesar 16,37% dari total kredit UMKM.
Secara sektoral, sector yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah
sector perdagangan besar dan eceran dengan nominal penyaluran kredit
sebesar RP 1.327 miliar atau sebesar 61,97% dari total penyaluran kredit
UMKM. Peningkatan penyaluran kredit UMKM kepada sector perdagangan
mencapai 44,68%. Sementara untuk sector pertanian dan sector perikanan
hanya sebesar Rp 13 miliar dan Rp 4 miliar dengan peningkatan penyaluran
kredit masing-masing sebesar 2,32% dan 1,40%. Resiko penyaluran kredit
(NPLs) kepada UMKM pada triwulan laporan mencapai 6,51% atau diatas
standar yang disyaratkan Bank Indonesia sebesar 5,0%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 34
Triwulan I - 2011 |
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral
2011I II III IV I
Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 12 12 13 14 13 Perikanan 4 9 2 4 4 Pertambangan Dan Penggalian 2 3 2 2 3 Industri Pengolahan 17 15 14 16 17 Listrik, Gas Dan Air 1 6 16 18 15 Konstruksi 96 119 154 116 73 Perdagangan Besar Dan Eceran 917 956 1,333 1,381 1,327 Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 30 34 26 36 35 Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 35 36 26 25 26 Perantara Keuangan 1 1 5 14 15 Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 16 14 15 21 29 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib 2 2 ‐ ‐ ‐ Jasa Pendidikan 1 0 1 1 2 Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 2 1 1 1 1 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya 54 285 239 214 210 Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 1 1 1 0 0 Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0 0 ‐ 0 1 Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 504 524 216 299 371 Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 0 0 ‐ ‐ 0 KREDIT UMKM 1,696 2,017 2,064 2,164 2,142
KREDIT SEKTORAL(miliar)
2010
Sumber : Bank Indonesia Kupang
3.4 Perkembangan BPR
Perkembangan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) NTT
masih positif namun cenderung melambat dalam beberapa periode
terakhir. Kemampuan BPR NTT dalam meningkatkan asetnya masih tetap
terpelihara, walaupun relative melambat dengan peningkatan sebesar
33,63% (y-o-y) pada triwulan laporan. Demikian pula dengan indicator
lainnya, yaitu penyerapan dana masyarakat (DPK) dan penyaluran kredit yang
mengalami peningkatan masing-masing sebesar 38,64% dan 32,18%.
Tabel 3.6 Perkembangan Usaha BPR
Indikator(juta) I II III IV I II III IV I
Aset 75,097 84,022 102,075 109,133 118,608 129,951 136,869 150,664 158,501 y-o-y aset 84.41% 73.26% 75.13% 59.73% 57.94% 54.66% 34.09% 38.06% 33.63%DPK 44,438 52,076 67,662 71,477 81,937 87,083 95,297 106,827 113,598 y-o-y DPK 113.26% 87.36% 91.14% 83.78% 84.38% 67.22% 40.84% 49.46% 38.64%Kredit 59,111 67,971 79,474 87,598 93,822 103,399 116,376 119,703 124,018 y-o-y kredit 119.23% 85.57% 66.60% 70.16% 58.72% 52.12% 46.43% 36.65% 32.18%LDR 133.02% 130.52% 117.46% 122.55% 114.51% 118.74% 122.12% 112.05% 109.17%NPLs (nominal) 2,572 2,118 2,889 3,472 4,668 4,560 4,301 4,663 5,875 NPLs 4.35% 3.12% 3.63% 3.96% 4.98% 4.41% 3.70% 3.90% 4.74%
20112009 2010
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 35
Triwulan I - 2011 |
Porsi penyaluran kredit pada sector produktif sebesar 57,97%
dari total penyaluran kredit BPR. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan
penyaluran kredit investasi mengalami kenaikan yang sangat signifikan
sebesar 79,31% (y-o-y) walaupun trennya cenderung melambat
dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini merupakan indicator yang positif
bagi perekonomian, dimana pelaku usaha banyak melakukan investasi untuk
pengembangan usaha jangka panjang. Sementara itu, penyaluran kredit
modal juga juga mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya.
Besarnya share kredit investasi dan modal kerja dalam pembentukan kredit
BPR disebabkan sebagian besar pelaku usaha dalam skala kecil umumnya
lebih memilih bank yang dapat memberikan kemudahan birokrasi atau
administrasi dalam pengajuan kredit.
Tabel 3.7 Perkembangan Kredit BPR
Indikator(juta) I II III IV I II III IV I
PENGGUNAANMODAL KERJA 32,238 37,122 42,522 43,299 41,555 47,036 54,369 54,983 54,763 y-o-y 149.92% 100.11% 54.90% 55.76% 28.90% 26.71% 27.86% 26.98% 31.78%INVESTASI 2,861 3,985 5,068 6,314 9,551 10,818 13,159 14,717 17,126 y-o-y 508.14% 692.72% 326.79% 371.50% 233.86% 171.46% 159.63% 133.10% 79.31%KONSUMSI 24,012 26,864 31,884 37,986 42,716 45,544 48,848 50,003 52,129 y-o-y 76.64% 52.86% 67.23% 70.03% 77.90% 69.54% 53.20% 31.64% 22.04%
2009 20112010
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Secara sektoral, komposisi kredit produktif BPR masih
didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran. Pembagian
sector ekonomi kredit BPR yang semula 5 (lima) sector utama dibreakdown
menjadi 19 sektor ekonomi mulai data triwulan IV-2010. Berdasarkan
pembagian 19 sektor, penyaluran kredit pada sektor perdagangan besar dan
eceran mengalami peningkatan sebesar 14,09% (q-t-q) dibandingkan
triwulan IV-2010 atau mencapai 22,41% dari total kredit BPR. Sementara
sector pertanian masih mendapatkan proporsi kecil dalam penyaluran kredit,
yaitu sebesar 3,90%. Sedangkan penyaluran kredit pada sector perikanan
mencapai Rp 513,1 juta atau 0,41% dari total penyaluran kredit BPR NTT.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 36
Triwulan I - 2011 |
Tabel 3.8 Perkembangan Kredit Sektoral BPR
Sektor 2010 2011
(Juta) IV I
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 4,249.3 4,830.6
Perikanan 517.8 513.1
Pertambangan dan Penggalian 699.4 1,264.4
Industri Pengolahan 335.1 196.7
Listrik, Gas dan Air 14.6 10.2
Konstruksi 11,362.4 9,740.9
Perdagangan Besar dan Eceran 24,365.9 27,798.5
Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan-minum 6,927.9 6,354.5
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 11,140.9 11,968.0
Perantara Keuangan 708.8 839.0
Real Estate 153.1 145.0
Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial Wajib 359.9 176.3
Jasa Pendidikan 41.3 35.7
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,466.9 1,034.6
Jasa Kemasyarakatan, SosBud, Hiburan & Perseorangan lainnya 943.4 964.7
Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga 2.7 167.7
Kegiatan Usaha yang Belum Jelas Batasannya 6,410.3 5,848.9
Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 10,910.3 17,049.5
Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 39,093.0 35,079.4
Total 119,703.2 124,017.7
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Rasio penyaluran kredit terhadap penyerapan dana masyarakat
(LDR) BPR NTT pada triwulan laporan sebesar 109,17%. Loan to Deposit
Ratio (LDR) yang berada diatas 100% mengindikasikan bahwa sumber
penyaluran kredit BPR tidak hanya berasal dari penghimpunan dana, tetapi
juga dari modal BPR. Peningkatan kredit BPR tidak berdampak signifikan
terhadap performance kredit BPR. Tercermin dari ratio NPLs pada triwulan
laporan yang masih berada dibawah level 5,00% atau sebesar 4,74%. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan BPR dalam melakukan assesment
terhadap pengajuan kredit relatif baik.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 37
Triwulan I - 2011 |
BBB AAA BBB III VVV
SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
4.1 Kondisi Umum
Perkembangan kinerja system pembayaran baik tunai pada
triwulan laporan relative menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Kontraksi ekonomi pada triwulan I-2011, berpengaruh pada
penurunan aktivitas system pembayaran di NTT, terlihat dari volume bayaran
(outflow) pada triwulan laporan yang mengalami penurunan sangat
signifikan sebesar 82,05% (q-t-q). Kenaikan net inflow sebesar negative
139,87% (q-t-q) menunjukkan bahwa kebutuhan uang kartal selama
triwulan I-2011 mengalami penurunan yang sangat signifikan dibandingkan
dengan kebutuhan uang kartal pada triwulan sebelumnya sejalan dengan
berlalunya peringatan Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang diperingati oleh
mayoritas penduduk NTT.
Tabel 4.1 Perkembangan Transaksi Tunai
Pembayaran Tunai (miliar) I II III IV I II III IV I
setoran 596.39 211.99 277.05 278.28 577.15 439.81 354.36 321.56 635.19y-o-y 13.05% 20.97% 12.01% 1.86% -3.23% 107.46% 27.90% 15.55% 10.06%
bayaran 164.24 523.52 408.91 1011.20 151.53 631.72 751.24 1320.27 236.96y-o-y -54.35% -6.89% -40.16% 9.98% -7.74% 20.67% 83.72% 30.56% 56.37%
net 432.15 -311.53 -131.85 -732.93 425.61 -191.91 -396.88 -998.71 398.23y-o-y 157.54% -19.50% -69.76% 13.42% -1.51% -38.40% 201.00% 36.26% -6.43%
201120102009
Sumber : KBI Kupang
Transaksi non tunai pada triwulan I-2011 juga mengalami penurunan
sejalan dengan kontraksi ekonomi pada awal tahun. Transaksi non tunai
melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia selama triwulan I-2011
mencatatkan penurunan transaksi sebesar 21,44% (q-t-q) dibandingkan
total transaksi triwulan IV-2010. Penurunan aktivitas dunia usaha, yang
dikonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I-
2011 sebesar negative 24,37% berdampak pada penurunan aktivitas non
tunai, dimana pelaku transaksi non tunai sebagian besar adalah kalangan
dunia usaha.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 38
Triwulan I - 2011 |
Tabel 4.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai
I II III IV I II III IV IKliring 398,095 373,201 402,144 474,591 397,290 422,052 462,183 516,923 406,097
y-o-y -4.94% -15.39% 7.57% 12.81% -0.20% 13.09% 14.93% 8.92% 2.22%Cek/BG Kosong 3,621 4,362 4,905 4,825 3,096 4,658 10,323 11,078 7,098y-o-y 73.38% 259.04% 184.05% -2.58% -14.51% 6.78% 110.45% 129.57% 129.29%
Ratio Cek/BG Kosong thd Kliring
0.91% 1.17% 1.22% 1.02% 0.78% 1.10% 2.23% 2.14% 1.75%
Pembayaran Non Tunai (Juta)
2009 2010 2011
Sumber : KBI Kupang
Secara tahunan, aktivitas transaksi non tunai masih bergerak positif
dibandingkan triwulan I-2010 dengan kenaikan sebesar 2,22% (y-o-y). Hal
tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi di Provinsi NTT masih
tumbuh positif dibandingkan tahun 2010.
4.2 Transaksi Non Tunai
Transaksi non tunai dengan fasilitas SKNBI relative menurun
sebesar 82,05% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Nominal
transaksi kliring pada triwulan I-2011 sebesar Rp 406,10 miliar dengan
jumlah transaksi sebanyak 14.043 lembar warkat. Rata-rata nominal
transaksi perlembar warkat selama triwulan I-2011 Rp 28,92 juta, menurun
sebesar 13,66% (q-t-q) dibandingkan triwulan IV-2010 atau sebesar
menurun 5,35% (y-o-y) dibandingkan triwulan I-2010. Secara tahunan,
penurunan aktivitas dan rata-rata nominal kliring per lembar warkat
diperkirakan peralihan penggunaan fasilitas SKNBI sebagai instrument
transaksi tunai ke fasilitas RTGS (Real Time Gross Settlement) untuk transaksi
dengan nominal besar.
418,76
5
441,09
1
373,83
7
420,69
9
398,09
5
373,20
1
402,14
4
474,59
1
397,29
0
422,05
2
462,18
3
516,92
3
406,09
7
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011
(Rp juta)
nominal yoy
2,08
9
1,21
5
1,72
7
4,95
3
3,62
1
4,36
2
4,90
5
4,82
5
3,09
6
4,65
8
10,323
11,078
7,09
8
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011(Rp juta)
nominal yoy
Grafik 4.4 Perkembangan Cek/BG Kosong Grafik 4.3 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber : KBI Kupang Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 39
Triwulan I - 2011 |
Penurunan transaksi melalui fasilitas kliring berpengaruh pada
penurunan rasio cek/BG kosong. Pada triwulan laporan, cek/BG kosong
mencapai 255 lembar warkat dengan nominal sebesar Rp 7,10 miliar atau
meningkat 129,29% (y-o-y), namun menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 35,92% (y-o-y). Penurunan tersebut mengakibatkan
rasio cek/BG kosong terhadap total nominal kliring pada triwulan laporan
mencapai 1,75%, lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2010 yang sebesar
2,14%. Tren peningkatan rasio cek/BG kosong harus terus ditekan dengan
pengoptimalan penggunaan Daftar Hitam Nasional (DHN) bagi nasabah yang
mengeluarkan cek/BG kosong untuk meningkatkan kontrol dan prudential
banking bagi para debitur.
4.3 Transaksi Tunai
Aktivitas transaksi tunai menurun dibandingkan triwulan IV-
2010. Kondisi tersebut merupakan pola cyclical, dimulainya aktivitas
perekonomian terutama terkait dengan kinerja pemerintahan akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kebutuhan uang kartal di
Provinsi NTT. Volume bayaran (outflow) pada triwulan I-2011 sebesar Rp
236,96 miliar, meningkat sebesar 56,37% (y-o-y) dibandingkan triwulan I-
2010 atau menurun sebesar 82,05% (q-t-q) dibandingkan triwulan IV-2010.
Sementara net inflow mencatatkan penurunan yang signifikan baik secara
triwulanan maupun tahunan, yang mengindikasikan bahwa kebutuhan uang
kartal pada triwulan laporan mengalami penurunan dibandingkan periode
sebelumnya.
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011(miliar)
inflowoutflownet inflow (y‐o‐y)
Grafik 4.5 Perkembangan Transaksi Tunai
| Kajian Ekonomi Regional NTT 40 Sumber : KBI Kupang
Triwulan I - 2011 |
Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) mengalami
peningkatan sebesar 29,79% (y-o-y). Dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (q-t-q) volume pemusnahan UTLE mengalami peningkatan
sebesar 54,60%. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya Bank Indonesia
untuk mewujudkan clean money policy di Provinsi NTT menunjukkan
perkembangan yang positif. Peningkatan aktivitas MRUK selain disebabkan
oleh volume setoran (inflow) yang masuk ke Bank Indonesia juga merupakan
hasil dari peningkatan frekuensi kas keliling yang dilakukan Bank Indonesia
ke semua wilayah di NTT.
I II III IV I II III IV IMRUK 29.97 46.82 74.79 76.99 231.16 381.00 270.03 194.05 300.01y-o-y -73.22% -40.13% -15.66% 80.10% 671.23% 713.68% 261.06% 152.05% 29.79%penukaran loket 9.73 10.88 18.40 15.34 13.84 16.51 27.76 26.27 21.70y-o-y 27.56% 15.63% 74.92% 53.89% 42.15% 51.75% 50.85% 71.20% 56.87%kas keliling 5.65 6.25 11.40 12.85 9.50 11.50 12.00 18.30 17.80Uang Palsu (ribu) 100 400 900 250 1,870 1,100 6,420 3,920 2,930 Ratio thd uang bered 0.000061% 0.000076% 0.000220% 0.000025% 0.001234% 0.000174% 0.000855% 0.000297% 0.001237%
2010Indikator(miliar)
20112009
Sumber : KBI Kupang
Tabel 4.3 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain
Jumlah uang palsu yang terjaring di Bank Indonesia Kupang
pada triwulan laporan sebesar Rp 2,93 juta. Jumlah tersebut mengalami
peningkatan sebesar 56,63% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan I-2010,
namun relatif menurun sebesar 25,26% (q-t-q) dibandingkan dengan
triwulan IV-2010. Berbeda dengan periode sebelumnya dimana uang palsu
terbesar pada denominasi Rp 50 ribu, jumlah uang palsu yang terjaring pada
triwulan laporan sebagian besar atau sebesar 71,62% merupakan uang
dengan denominasi Rp 100 ribu. Bank Indonesia terus berusaha menekan
jumlah uang palsu yang beredar di masyarakat dengan memberikan edukasi
kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan metode
3D (Dilihat Diraba Diterawang).
| Kajian Ekonomi Regional NTT 41
Triwulan I - 2011 |
B BB AAA BBB VVV
OOOUUUTTTLLLOOOOOOKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
5.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pada triwulan II 2011 mendatang, sejalan dengan membaiknya
kondisi perekonomian nasional, kinerja perekonomian regional, juga
diyakini akan terus membaik. Perekonomian Indonesia diperkirakan akan
tumbuh 6,1%, meningkat dibandingkan triwulan I, dimana konsumsi
diperkirakan akan mengalami perubahan akselerasi paling tinggi. Khusus untuk
kondisi regioanl NTT, konsumsi masyarakat NTT tetap akan menjadi tulang
punggung, sehingga perannya ke depan masih akan dominan. Ekspektasi
konsumen terhadap kondisi triwulan II terus menunjukan peningkatan
sepanjang periode triwulan I, bahkan pada akhir Maret indeks ekspektasi
konsumen mencapai 127,17. Kondisi tersebut lebih tinggi dibandingkan akhir
tahun 2010 lalu. Hal tersebut didasari oleh membaiknya tingkat penghasilan
masyarakat, tingkat ketersediaan lapangan kerja, serta optimisme terhadap
kondisi ekonomi secara nasional. Ketiga faktor diatas menjadi triger untuk
masyarakat melakukan konsumsi, bahkan untuk barang yang sifatnya tahan
lama sekalipun.
Tingkat realisasi belanja pemerintah pada tahun 2011,
diindikasikan akan relatif sama dengan tahun sebelumnya. Pada triwulan
I, proses tender proyek APBN sudah dimulai, dan diperkirakan akan mulai
pelaksanaan pada periode triwulan II. Peningkatan alokasi belanja infrastruktur
untuk wilayah NTT, khususnya terkait perawatan dan pembuatan jalan baru,
akan memberikan sentimen positif. Plafon untuk tahun 2011 dari Dirjen Bina
Marga meningkat hingga 50%, menjadi Rp 679 miliar.
Bila dilihat dari sisi penawaran, pertanian tanaman pangan
diperkirakan akan mengalami periode puncak masa panen. Pergeseran
pola musim yang berdampak terhadap tingkat curah hujan di wilayah NTT,
mengakibatkan musim panen semakin bergeser ke periode triwulan II. Angka
perkiraan BPS, panen subround II akan tumbuh hingga 8,05% jika dibandingkan
dengan periode yang sama setahun lalu, sementara panen subround I justru
| Kajian Ekonomi Regional NTT 42
Triwulan I - 2011 |
mengalami kontraksi 0,63%. Dampak pergeseran puncak musim panen paling
dirasakan oleh tanaman padi. Dari berbagai kondisi diatas kami perkirakan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II mendatang akan berkisar 5,0% - 5,4%.
5.2 Inflasi
Membaiknya perekonomian, dipastikan akan mendorong
peningkatan permintaan domestik. Hal tersebut sangat positif apabila
disertai dengan kemampuan sisi penawaran dalam menjamin ketersediaan
barang yang dibutuhkan. Namun bila yang terjadi sebaliknya, justru akan
berdampak negative terhadap kestabilan harga. Terkait harga bahan pokok
pangan, sampai dengan akhir triwulan I, secara umum relatif masih stabil.
Kondisi tersebut diperkirakan masih akan terus berlanjut, sampai dengan
periode panen subround kedua berakhir.
Potensi peningkatan harga akan sangat bergantung kepada
realisasi panen putaran kedua. Tekanan inflasi selama triwulan II,
diperkirakan akan dimulai oleh barang-barang impor asal Makasar. Hal ini
dikarenakan sejak awal tahun 2011, satu-satunya perusahaan pelayaran kapal
kontainer rute Kupang – Makasar tidak beroperasi lagi sampai dengan waktu
yang belum pasti. Hal ini dapat berimplikasi terhadap pergeseran struktur biaya
yang sudah ada, karena pengangkutan dengan kapal curah, biayanya relatif
lebih mahal dan jangka waktu tempuh yang lebih lama. Belum lagi bila kondisi
cuaca yang kurang baik, kapal tersebut sangat rentan. Dengan demikian,
tekanan inflasi pada triwulan II akan berada pada kisaran 8,29 - 8,69%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 43
Top Related