1
Tugas Survei Geodinamika
KAJIAN DAN ANALISIS RESIKO BAHAYA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Dosen : Ir. Yuwono, MS
Oleh : Deviya Muthoharoh Achadin
NRP. 3511 201 212
Program Pasca Sarjana Teknik Geomatika
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya
2012
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................... 1
1. PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................ 5
a. Gempa Bumi ........................................................................................................................................ 5
b. Tsunami ................................................................................................................................................ 6
c. Mitigasi Bencana ............................................................................................................................... 7
d. Sistem Informasi Geografis (SIG) ................................................................................................ 8
3. KASUS ........................................................................................................................................................ 9
4. PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 10
a. Pembangunan Fault-Source Model ........................................................................................... 11
b. Pembangunan Tool SIG ................................................................................................................. 12
c. Kajian Bahaya Seismik pada Skala Perkotaan ..................................................................... 13
d. Kajian Bahaya Tsunami dengan SIG ........................................................................................ 16
5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 19
3
1. PENDAHULUAN
Busur Kepulauan Indonesia terletak pada batas pertemuan empat lempeng
tektonik bumi yang sangat aktif, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng India dan Australia,
serta Lempeng Pasifik. Oleh karena itu, Kepulauan Indonesia merupakan wilayah yang
sangat rawan terhadap bencana gempa-gempa tektonik. Tekanan dasyat karena
pergerakan dari empat lempeng besar bumi ini menyebabkan interior lempeng bumi
dari Kepulauan Indonesia terpecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil kerak bumi yang
bergerak antara satu terhadap lainnya yang dibatasi oleh patahan-patahan aktif.
Kejadian gempa bumi besar dan merusak umumnya terjadi pada wilayah di sepanjang
pertemuan ketiga lempeng besar tersebut dan juga pada jalur patahan-patahan aktif
yang terbentuk di bagian interior lempeng Kepulauan Indonesia. Sebagian sumber
gempa bumi tersebut berada di bawah laut sehingga berpotensi tsunami.
Masih teringat jelas peristiwa pada 26 Desember 2004, gempa bumi tektonik
berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra Hindia (2,9LU dan 95,6BT di kedalaman 20
km di laut) dengan disertai gelombang tsunami menyapu beberapa wilayah lepas pantai
di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia,
Maladewa dan Thailand. Tsunami yang terjadi di Samudra Hindia ini merupakan
tsunami terbesar dalam sejarah. Menurut Departemen Sosial RI, jumlah korban tewas di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara adalah 105.262 orang.
Sedangkan menurut kantor berita Reuters jumlah korban tsunami diperkirakan
sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak di derita Indonesia. Selain
menelan korban jiwa, dampak negatif lain yang diakibatkan tsunami adalah merusak
apa saja yang di laluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan serta menyebabkan genangan,
pencemaran air asin lahan pertanian, tanah dan air bersih.
Selain tsunami yang terjadi di Aceh, dari tahun 1965 hingga 2011 total terjadi 16
tsunami yang terjadi di Indonesia yang terdapat di beberapa wilayah yaitu Maluku
(1965), Tinabung Sumatera Selatan (1967), Tambu Sulawesi Tengah (1968), Majene
Sulawesi Selatan (1969), Nusa Tenggara Timur (1977), Lakan Tuka NTT (1982), Pantai
Flores (1992), Banyuwangi Jawa Timur (1994), Palu Sulawesi Tengah (1996), Pesisir
Biak Papua (1996), Garis Pantai Utara (1998), Talibu Maluku Utara (1998), Banggai
Sulawesi Tengah (2000), Nias (2005), Pangandaran Jawa Barat (2006), dan Kep.
4
Mentawai (2010). Fakta-fakta ini menunjukkan dengan jelas bahwa manajemen
bencana gempa bumi dan tsunami di Indonesia sangat penting untuk dilakukan.
Tujuan umum dari manajemen bencana gempa bumi dan tsunami adalah untuk
mencegah terjadinya bencana dan mengurangi dampak bencana gempa bumi dan
tsunami tersebut. Pengelolaan bencana gempa bumi dan tsunami dimulai dari
pencegahan, mitigasi, kesiap-siagaan, tanggap darurat serta pemulihan (rahabilitasi dan
konstruksi). Sistem Informasi Geografis (SIG) menyediakan platform yang tepat dalam
perolehan data dan manajemen informasi untuk manajemen bencana gempa bumi dan
tsunami baik mulai tahap pencegahan maupun sampai pemulihan. Pada paper akan
dibahas peranan SIG dalam mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami. SIG digunakan
untuk memerkirakan bahaya seismik pada skala regional dan mengestimasi kerugian
yang dialami mayarakat. Selain itu, SIG juga bisa digunakan untuk membangun database
tentang beberapa skenario terjadinya gempa bumi dan tsunami serta memberikan
analisis resiko yang bisa digunakan sebagai Decision Support System (DSS).
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
a. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Jenis gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan :
1. Berdasarkan penyebabnya : gempa bumi tektonik, gempa bumi tumbukan,
gempa bumi runtuhan, gempa bumi buatan dan gempa bumi vulkanik
2. Berdasarkan kedalaman : gempa bumi dalam, gempa bumi menengah, dan
gempa bumi dangkal
3. Berdasarkan gelombang atau getaran gempa : gelombang primer dan
gelombang sekunder
Sumber gempa bumi tektonik adalah pergerakan tiba-tiba pada bidang patahan
aktif sebagai proses untuk melepaskan energi kinetik regangan yang terkumpul secara
perlahan-lahan dalam jangka waktu lama. Pergerakan kulit bumi ini berhubungan
dengan pergerakan lempeng-lempeng bumi yang terus menerus akibat gaya-gaya
tektonik global. Jadi sumber gempa bumi adalah sebuah bidang, bukan titik. Skala
gempa bumi di ukur dari kekuatan dan intensitasnya. Kekuatan atau magnitudonya
adalah skala gempa berdasarkan besarnya sumber gempa itu sendiri. Sedangkan skala
intensitas adalah skala untuk besarnya efek goncangan yang terjadi di suatu lokasi.
Besarnya magnitudo gempa sebanding dengan luasnya bidang patahan yang pecah dan
besarnya pergerakan yang terjadi. Besaran intensitas gempa menyatakan besarnya
guncangan yang terjadi atau dirasakan di suatu lokasi. Besarnya guncangan tanah ini
sebanding dengan besarnya kekuatan sumber gempa dan jaraknya dari sumber gempa
ke lokasi tersebut.
Bencana alam akibat gempa bumi umumnya dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam yaitu bencana primer dan bencana sekunder. Bencana primer adalah efek
langsung dari proses gempanya yaitu efek dari perekahan dan pergerakan pada
patahan, efek goncangan atau getaran dari gelombang seismik yang menjalar dari
sumber gempa ke sekitarnya, atau tsunami apabila terjadi di bawah laut. Bencana
sekunder adalah bencana ikutan atau bencana alam yang di picu oleh getaran gempa
bumi yaitu seperti kerusakan akibat gerakan tanah dan terjadinya likuifaksi. Sebagian
ahli mengklasifikasikan tsunami sebagai bencana sekunder.
6
b. Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti ombak besar di pelabuhan.
Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan
laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa
disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi di
bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami
dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami
adalah tetapterhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang
tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km/jam. Ketinggian gelombang
di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh
kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan
gelombang tsunami menurun hingga 30 km/jam, namun ketinggiannya sudah
meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang tsunami bisa masuk
hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi
karena tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa
oleh aliran gelombang tsunami.
Dari beberapa penyebab terjadinya tsunami, gempa bumi yang berpusat dibawah
laut merupakan penyebab utama tsunami yang terjadi di Indonesia. Gelombang tsunami
yang terjadi akibat deformasi di dasar laut memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Memiliki panjang gelombang sekitar 100-200 km atau lebih
b. Memiliki perioda 10-60 menit
c. Kecepatan perambatan gelombang bergantung pada kedalaman dasar laut
Sedangkan ciri-ciri dari gempa bumi pembangkit tsunami yaitu :
a. Lokasi episenter terletak di laut
b. Kedalaman pusat gempa relatif dangkal yaitu kurang dari 70 km
c. Memiliki magnitudo besar M > 7.0 SR
d. Mekanisme pensesarannya adalah sesar naik dan sesar turun
7
Gambar 1 Ilsutrasi Tsunami
Besar dan tinggi gelombang tsunami dan limpasan tsunami di suatu lokasi
dipengaruhi oleh besarnya pengangkatan dasar laut (yang diakibatkan gempa), pola
gelombang tsunami dari sumber ke lokasi dan kondisi bathimetri dan topografi
setempat. Oleh karena it untuk membuat pemodelan tsunami yang baik ada beberapa
hal yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Mengetahui dengn sebaik-baiknya tentang pola deformasi bumi dari skenario
gempa yang mungkin terjadi, khususnya yang menyangkit pola pengangkatan
daar laut
2. Mempunyai data topografi pantai dan bathimetri (terutama yang di dekat pantai)
yang memadai
c. Mitigasi Bencana
Dari latar belakang tentang bencana alam di Indonesia, mitigasi bencana
merupakan langkah yang sangat diperlukan sebagai suatu titik tolak utama dari
manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi dan atau
meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul. Maka titik berat perlu
diberikan pada tahap sebelum terjadinya bencana yaitu terutama kegiatan penjinakan
atau peredaman atau dikenal dengan istilah mitigasi. Pada prinsipnya, mitigasi harus
dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam
maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia.
Mitigasi pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat
kemungkinan terjadinya bencana, baik itu korban jiwa dan atau kerugian harta benda
yang akan berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. Untuk mendefinisikan
rencana atau strategi mitigasi yang tepat da akurat maka perlu dilakukan kajian resiko.
Tujuan utama dari mitigasi bencana adalah sebagai berikut :
8
a. Mengurangi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya
bagi penduduk seperti korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan sumber
daya alam
b. Sebagai landasan untuk perencanaan pembangunan
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi
dampak atau resiko bencana sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerha
dengan aman.
d. Sistem Informasi Geografis (SIG)
SIG menyediakan platform yang tepat dalam perolehan data dan manajemen
informasi dalam mitigasi bencana tsunami. Citra satelit dan elevasi digital digunakan
sebagai layer dalam SIG dan dikombinasikan dengan geodata dan data tematik yang
berbeda. SIG dapat digunakan untuk berbagai macam bencana dalam fase
pencegahannya. Pada tingkat nasional, SIG dapat menyediakan informasi yang berguna
dan menciptakan kesiagaan bencana dengan peran dari pemerintah sehingga pada
tingkat pengambilan keputusan secara nasional dapat dilakukan. Pada tingkat umum,
obyektifitas tindakan yang dilakukan adalah memberikan informasi mengenai bencana
dan daerah yang akan terkena dampak dari bencana untuk keseluruhan wilayah dalam
negara. Skala pemetaan, dapat ditentukan dengan skala 1:1,000,000 atau lebih kecil.
Pada tingkat menengah dan tingkat aplikasi, SIG dapat digunakan untuk studi
pengembangan mitigasi tiap kota yang mengalami kerusakan akibat bencana, beberapa
areal dari wilayah kota dipetakan dengan skala 1: 25,000 sampai dengan 1:100,000
hingga skala besar, dari skala 1:25,000 – 1:5000. Detail dari informasi harus tinggi, data
bencana harus lebih kuantiatif dan berdasarkan model deterministik atau probabilistik
bencana. Informasi mengenai elevasi dari wilayah juga dibutuhkan untuk Model Elevasi
Digital, dan jenis lainnya yakni peta lereng dan kemiringan. Kemampuan analisa SIG
untuk zonasi bencana tsunami juga digunakan secara ekstensif .
9
3. KASUS
Gempa bumi dan tsunami menyebabkan banyak kerusakan bahkan memakan
korban jiwa. Namun, di daerah rawan tsunami tingkat kehidupan tetap berjalan
sebagaimana mestinya, jumlah penduduk meningkat seta pertumbuhan industri dan
pembangunan infrastruktur semakin tinggi. Perencanaan dan investasi untuk membuat
strategi dalam mengurangi dan mitigasi efek bencana gempa bumi dan menjadi sesuatu
yang penting untuk dilakukan. Diperlukan strategi yang dibuat dan di implementasikan
sebelum munculnya gempa bumi dan tsunami dengan tujuan untuk mengurangi biaya
yang dikeluarkan dalam merespon dan me-recovery wilayah setelah terjadinya gempa
bumi dan gelombang tsunami.
Pada paper akan dibahas peranan SIG dalam mitigasi bencana gempa bumi dan
tsunami. SIG digunakan untuk memerkirakan bahaya seismik pada skala regional dan
mengestimasi kerugian yang dialami mayarakat. Selain itu, SIG juga bisa digunakan
untuk membangun database tentang beberapa skenario terjadinya gempa bumi dan
tsunami serta memberikan analisis resiko yang bisa digunakan sebagai Decision Support
System (DSS).
Studi kasus yang digunakan adalah wilayah perairan Vietnam. Sistem peringatan
dini tsunami sudah dibangun 27 negara di sekeliling Samudra Hindia. Dari penelitian
para ilmuwan, telah ditemukan bukti terjadinya tsunami di Vietnam beserta dampak
seriusnya. Mereka mengatakan bahwa tsunami merupakan resiko yang nyata yang bisa
terjadi di Vietnam. Selanjutnya akan dibangun fault-source model untuk kajian bahaya
seismik dan analisis resiko di Vietnam. Teknologi SIG digunakan untuk membuat tool
yang berguna dalam menghitung dan membuat peta bahaya yang menampilkan output
dan mengijinkan pengguna untuk melihat efek dari berbagai skenario dan asumsi
gempa bumi.
10
4. PEMBAHASAN
SIG bisa digunakan untuk melakukan perhitungan estimasi kerugian yang
berkaitan dengan bangunan dan juga korban akibat bencana tsunami. Estimasi
kerusakan dan korban tsunami bisa membantu pemerintah selaku pembuat keputusan
baik di skala lokal, regional maupun nasional untuk :
1. Membuat mitigasi bencana untuk semua kemungkinan yang bisa terjadi akibat
tsunami
2. Melakukan antisipasi dengan membuat rencana tanggap darurat terjadinya
tsunami
3. Membuat rencana pembangunan untuk recovery dan rekonstruksi setelah
terjadi tsunami
Kajian tentang bahaya seismik biasanya mengacu pada simulasi dari proses
keluarnya energi dan propagasi gelombang seismik dari gempa bumi ke lokasi rawan
bencana. Model bahaya seismik ini melakukan perhitungan potensi bahaya di titik
tersebut serta selanjutnya membuat peta bahaya untuk keseluruhan area studi. Metode
ini sudah tidak akurat lagi untuk digunakan terutama pada gempa bumi dimana energi
total yang dikeluarkan didistribusikan melalui rekahan dengan panjang ratusan
kilometer atau ketika lokasi gempa bumi berdekatan dengan patahan. Untuk
menggantikan metode ini, diperkenalkan sebuat metode baru yang disebut “fault-source
model’. Metode ini mengasumsikan bahwa gempa bumi bersumber pada fokus dan di
propagasikan sebagai intermitten series dari rekahan patahan atau mengalir pada zone
rekahan dari kerak bumi dan intensitas maksimum pada goncangan tanah pada lokasi
ditentukan dari aliran yang dekat dengan lokasi sumber gempa.
Untuk membangun fault-source model Vietnam dibutuhkan 46 data seismik dari
patahan aktif. Data tersebut selanjtnya dikelompokkan dalam dua rangking
berdasarkan kedalaman aktif layer dan treshold magitudonya. Patahan disederhanakan
dan didigitasi sebagai polyline di dalam SIG dan dihubungkan dengan data atributnya.
Ada dua tipe dari atribut patahan yang disimpan dalam database. Yang pertama yaitu
informasi dari patahan yang meliputi nama patahan, rangking patahan, tipe patahan,
arah patahan, panjang patahan dan lain-lain. Tipe kedua yaitu tentang parameter
patahan yang bisa digunakan secara langsung untuk melakukan perhitungan bahaya
11
seperti maximum moment magnitde, ukuran rekahan permukaan dan sub permukaan
dan lain-lain.
a. Pembangunan Fault-Source Model
Hubungan antara magnitudo gempa bumi M dan panjang rekahan L digambarkan
dengan :
( )
Dimana L adalah panjang rekahan dalam km, M adalah magninttudo gempa bumi
sedangkan a dan b adalah koefisien regresi yang ditentukan berdasarkan tipe patahan,
bisa dilihat pada tabel 1. Hubungan antara parameter goncangan tanah Y, magnitudo
gempa M dan jarak fokal R, atau yang dikenal dengan rumus atenuasi :
( )
Dengan Y adalah nilai salah satu dari puncak gerakan tanah. Sedangkan c1, c2, dan c3
adalah konstanta spatial dependent.
Tabel 1 Koefisien Regresi dari Hubungan antara Patahan dan Rekahan
Dalam kasus ini, dua parameter gerakan tanah digunakan untuk menggambarkan
bahaya seismik. Parameter pertama yaitu Peak Ground Acceleration (PGA) dalam satuan
gals. Sedangkan yang kedua yaitu intensitas I yang menggambarkan kekuatan dari
gerakan permukaan tanah..
Tabel 2 Hubungan antara PGA dan Intensitas
12
b. Pembangunan Tool SIG
Fault-source model di aplikasikan untuk mendefinisikan skenario gempa bumi
yang digunakan untuk kajian bahaya seismik dan kajian resiko di Vietnam dalam dua
level yaitu regional dan perkotaan. Dengan kata lain, skenario gempa bumi digunakan
untuk melakukan simulasi dari kejadian pada masa lalu untuk memrediksi efek dari
kejadian yang akan datang.
Prosedur sederhana yang digunakan pada kajian bahaya seismik di Vietnam
terlihat pada gambar 2. Keluaran dari Prosedur ini yaitu peta gerakan tanah dari area
studi. Prosedur berawal dari penentuan area studi. Selanjutnya memilih patahan dari
database SIG yang mempunyai potensi gempa bumi pada area studi tersebut. Parameter
patahan yang dipilih yang menggambarkan sumber dari skenario gempa bumi yang
berasal dari patahan yang dipilih sebelumnya. Selanjutnya rumus peredaman
digunakan untuk melakukan perhitungan potensi bahaya seismik di area studi sesuai
dengan skenario yang ditentukan sebelumnya. Dua layer peta gerakan tanah yang
menggambarkan PGA dan I akan terbentuk. Perangkat lunak berbasis SIG ini disebut F-
Hazzars dibuat untuk memermudah pengguna dengan berbagai variasi pilihan.
Menentukan area studi
Menentukan sumber patahan
Mendefiniskan skenario gempa
bumi
Menghitung dan menggambarkan
peta bahaya
Gambar 2 Prosedur Kajian Bahaya Seismik Menggunakan Fault-Souce Model
Dengan Prosedur yang sedikit rumit, fault-source model juga bisa digunakan untuk
analisis resiko seismik dan estimasi kerugian pada skala perkotaan. Modul tambahan
untuk perhitungan dibangun sebagai kombinasi dataset yang menggambarkan kondisi
13
daerah lokal sebagai salah satu elemen resiko pada area studi. Tool SIG yang disebut
ArcRisk dibangun untuk kasus perkotaan yang dilengkapi dengan fungsi Decision
Support System (DSS).
Gambar 3 menunjukkan Prosedur dalam melakukan analisis resiko dan estimasi
kerugian akibat bencana tsunami. Dua langkah pertama yaitu menentukan area studi
dan skenario gempa bumi sama dengan pada Prosedur untuk kajian bahaya seismik.
Namun dalam kasus ini, pemilihan daerah studi meliputi batas administrasi dari kota,
kabupaten dan kecamatan. Dengan menggunakan data seismik, seismotektonik, teknik
geologi dan kondisi daerah lokal, maka didapatkan kajian gerakan tanah area studi.
Karakteristik gerakan tanah yang diperoleh digunakan sebagai masukan untuk kajian
kerusakan tanah yang disebabkan oleh likuifaksi dan tanah longsor pada saat gempa
bumi. Dan akhirnya, informasi tentang elemen-elemen yang rawan resiko seperti
demografi dan data infrastruktur bisa digunakan sebagai kombinasi dengan kajian
kerusakan tanah untuk mengevaluasi resiko dan mengestimasi kerugian pada area studi
di akibatkan oleh gempa bumi.
1. Menenntukan
area studi
3. Kajian Gerakan
Tanah
2. Menentukan
skenario gempa
bumi
4. Kajian
Kerusakan Tanah
Inventarisasi data
demografi dan
rawan bencana
5. Estimasi
kerusakan dan
kerugian
Proses pembuatan keputusan ;
1. Rencana untuk mereduksi bencana
gempa bumi
2. Kesiapan
3. Respon tanggap darurat
4. Recovery
Gambar 3 Prosedur Analisis Resiko dan Estimasi Kerugian
c. Kajian Bahaya Seismik pada Skala Perkotaan
Kajian bahaya seismik dilakukan pada pusat Kota Hanoi, Vietnam. Kerusakan
gedung dan korban jiwa disebabkan oleh salah satu skenario gempa bumi yang
14
diasumsikan berpusat di patahan aktif Sungai Chay, melintasi kota dan analisis resiko
dilakukan dengan menggunakan arcRisk. Parameter patahan Sungai Chay didefinisikan
sebagai berikut :
1. Koordinat episenter = 105,34 dan =20,99
2. Mw=6,6
3. Kedalaman fokal H=15 km
4. Sumber patahan mellintang sepanjang barat laut ke tenggara
Pada skenario ini, nilai maksimum magnitudo gempa diprediksi untuk seluruh daerah
Janoi dan rumus atenuasi yang digunakan adalah rumus atenuasi Yunnan. ArcRisk
menyediakan prosedur yang komprehensif termasuk didalamnya tentang kajian bahaya
seismik (meliputi evaluasi gerakan tanah dan kerusakan tanah) dan analisis resiko
seismik (meliputi kerusakan gedung dan estimasi korban jiwa) pada area studi.
Untuk setiap area studi, hasil kajian gerakan tanah terdiri dari ;
a. Satu set peta akselerasi Peak Ground, yang merupakan gabungan dari beberapa
periode waktu yang berbeda
b. Satu set peta akselerasi spektral, yang merupakan gabungan dari beberapa waktu
dan vibrasi yang berbeda
Hampir sama dengan hal tersebut diatas, kajian kerusakan tanah terdiri dari :
a. Peta rawan likuifaksi
b. Peta rawan tanah longsor
c. Peta kemungkinan likuifaksi
d. Peta kemungkinan tanah longsor
e. Peta tanah permukiman sebagai akibat dari likuifaksi
f. Peta persebaran lateral tanah akibat dari likuifaksi
g. Peta persebaran lateral tanah akibat tanah longsor
Estimasi kerugian dibuat dari dua elemen penerima resiko yaitu masyarakat dan
gedung. Keluaran dari estimasi kerugian adalah 2 set peta yaitu satu set peta yang
menggambarkan kerusakan gedung dalam beberapa tingkat yang berbeda yaitu sedikit,
sedang, luas dan seluruhnya. Dan satu set peta yang menunjukkan jumlah korban jiwa
dalam 4 level yang berbeda dan 3 waktu yang berbeda.
15
Gambar 4 Peta Akselerasi Peak Ground Distrik Ba Dinh, Hanoi
Gambar 5 Peta Kerusakan Gedung Distrik Ba Dinh, Hanoi
16
Gambar 6 Peta Korban Jiwa Level 2 Distrik Ba Dinh, Hanoi pada pukul 02.00 pagi
Gambar 7 Peta Korban Jiwa Level 2 Distrik Ba Dinh, Hanoi pada pukul 02.00 siang
d. Kajian Bahaya Tsunami dengan SIG
DSS yang digunakan dalam kajian tentang bahaya tsunami untuk zona tepi pantai
dibangun dengan menggunakan turunan pengalaman, tool, dan beberapa modul yang
17
ada pada ArcRisk. Meskipun demikian, ada beberapa perbedaan diantara 2 sistem itu
mengingat karakteristik yang berbeda serta tipe propagasi dan dampak yang berbeda
juga. Mengacu pada gambar 3, perbedaan antara kajian analisis resiko pada gempa bumi
dan tsunami mulai pada modul 3. Yaitu, perhitungan model dilakukan untuk membuat
kajian tentang kedalaman laut dan deformasi permukaan laut yang nantinya
berpengaruh pada tipe gelombang pada saat gempa bumi muncul pada titik episentral.
Pada modul 4, model hidro-dinamik digunakan untuk menghitung propagasi
transoceanic dari skenario tsunami. Keluaran dari modul 4 berupa gambar animasi yang
menggambarkan simulasi dari propagasi tsunami mulai dari titik episenter ke zona area
studi dengan indikasi waktu dan intensitas. Untuk modul 5 hampir sama dengan pada
gempa bumi tetapi lebih menekankan pada kerugian dan kerusakan yang disebabkan
oleh penggenangan (inundation). Kajian bahaya tsunami memerlukan waktu run yang
lebih lama serta fasilitas komputer yang lebih baik di bandingkan dengan kajian untuk
kasus gempa bumi.
18
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari paper ini diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain ;
a. Kajian bahaya seismik dilakukan dengan menggunakan fault-source model
b. Berdasarkan modelnya, ada dua tool SIG yang dibuat yaitu tool untuk analisis
resiko bahaya seismik untuk berbagai skala baik regional maupun perkotaan
serta mempunyai fungsi tambahan dimana pengguna bisa memilih studi area,
parameter patahan, dan rumus atenuasi.
c. Kelebihan lain dari model ini yaitu bisa diperluas dengan menambahkan modul
DSS terutama pada kajian analisis resiko tsunami.
d. Baik kajian bahaya seismik maupun kajian resiko tsunami dilakukan
menggunakan prosedur yang sama dan hanya terjadi perbedaan pada sumber
gempanya dimana tsunami disebabkan oleh sumber gempa yang ada di dalam
laut.
e. Pada paper hanya menggunakan studi kasus untuk Vietnam saja namun dengan
prinsip yang sama teknologi ini bisa diterapkan juga di Indonesia dengan
didukung database data-data patahan aktif dan parameter-parameter sumber
gempa.
19
DAFTAR PUSTAKA
[1] Natawidjaja, D.H. 2007. Evaluasi Bahaya Patahan Aktif, Tsunami dan Goncangan
Gempa. Laboratorium Riset Bencana Alam. LIPI
[2] Nguyen Hong Phuong. 2011. Earthquake – Tsunami Hazzard Assessment and Risk
Mitigation in Vietnam Using GIS. The International Symposium on Grids and Clouds
and the Open Grid Forum. Taiwan
[3] Esri. 2006. GIS and Emergency Management in Indian Ocean Earthquake/Tsunami
Disaster. An ESRI White Paper
Top Related