7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
1/127
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
2/127
Diterbitkan oleh:
BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)
I S S N : 1412-2588
Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakaisebagai medium tukar pikiran, informasi, dan
penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.
Penanggung JawabIr. Suwandi Supatra, MT.
Pemimpin RedaksiProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Sekretaris RedaksiRosmawati Situmorang
Dewan EditorProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Prof. Dr. Theresia K. BrahimDr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.
Dr. Elika Dwi Murwani, M.M.Etiwati, S.Pd., M.M.
Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.
Alamat Redaksi :Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470
Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968
http://www.bpkpenabur.or.idE-mail : [email protected]
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
3/127
iJurnal Pendidikan Penabur - No. 24/Ta hun ke-14/Juni 2015
Jurnal Pendidikan PenaburNomor 24/Tahun ke-14/Juni 2015
ISSN: 1412-2588
Daftar Isi, i
Pengantar Redaksi, ii - v
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar Drama Dengan Metode Investigasi Kelompok,
Yohanes Paiman, 1-26
Peran Role PlayingBerbasis Komputer Pada Kesiapan Belajar Anak Usia Prasekolah 4-5 TahunDilihat Dari Kematangan Emosional, Felucia Hendriette, 27-48
Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar,
Fransiska, 49-58
Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud Bagi Perkembangan Karakter Siswa Melalui
Pendidikan Kristen, Maria Evvy Yanti, 59-72
Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar, Hilda Karli, 73-91
PenggunaanFun Multiplication Beads Untuk Meningkatkan Kemampuan Perkalian Siswa,Sih Retno Hastuti, 92-101
Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia di Era AFTA 2015, Kumalasari Onggobawono,
102-110
Isu Mutakhir: Ujian Nasional Berbasis Komputer, Mudarwan, 111-114
Resensi buku:Guru Gokil Murid Unyu, Wahyu Kris Aries Wirawardana, 115-119
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
4/127
ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Pengantar Redaksi
etika peserta didik menjadi pusat perhatian dalam proses
pembelajaran, berbagai penelitian dilakukan untuk
memahami bagaimana sebenarnya manusia belajar. Hasilpenelitian itu dipergunakan mengembangkan pendekatan,
strategi, metode, dan teknik membelajarkan sehingga memudahkan
pemelajar memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajarinya. Berdasarkan
kajian psikologi, para ahli mengemukakan teori belajar mulai dari
teori behavioursme, kognitivisme, konstruktivisme, dan konektivisme
serta berbagai teori belajar lainnya. Semua teori itu pada hakikatnya
menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi sesuai dengan
paradigma setiap teori.
Dilihat dari kronologinya, teori itu dapat dikenali sebagai teori
lama, baru, dan mutakhir. Akan tetapi, pada hakikatnya kebenaran
dan penggunaan teori tidaklah semata-mata ditentukan oleh waktu
teori itu ditemukan. Sebagai contoh, teori behaviorisme yang muncul
jauh sebelum teori belajar lainnya tidaklah berarti teori itu tidak berlaku
dan tidak dipakai lagi sekarang. Untuk keperluan pembelajaran
tertentu, teori itu lebih tepat dipergunakan daripada teori lainnya.
Misalnya, pembelajaran yang bertujuan untuk memperolah
kemampuan mekanistik, teori pembelajaran berdasarkan
behaviorisme paling sesuai. Sedangkan untuk kemampuan yang
bersifat kreatif/inovatif, pembelajaran yang berbasis teori kognitivisme
dan konstruktivisme lebih efektif. Dengan demikian, desain
pembelajaran dibuat berdasarkan dan ditentukan oleh tujuan
pembelajaran, karakteristik pemelajar, serta lingkungan belajar.Di samping memperoleh kemampuan yang dikehendaki,
pengalaman belajar diharapkan dapat menambah keterampilan
pemelajar belajar sehingga pada waktunya dapat menjadikannya
pemelajar mandiri sepanjang hayatnya. Dalam kaitannya dengan
pengalaman belajar, berbagai gagasan juga berkembang. Edgar Dale
(19001985) misalnya mengemukakan Cone of Experienceberdasarkan
kajiannya atas berbagai desain pembelajaran dan proses belajar. Cone
of Experience mengungkapkan perbedaan retensi atau kemampuan
mengingat manusia melalui pengalaman yang berbeda. Manusia
mengingat 10% dari membaca (membaca buku pelajaran), 20% dari
mendengar (penjelasan atau ceramah), 30% dari melihat (gambar),
50% dari mendengar dan melihat (pameran), 70% dari mengatakandan menulis (pembicara, pemapar), serta 90% dari melakukan sesuatu
(praktek, pemeran peran). Gambaran ini kemudian mengembangkan
teori belajar aktif, belajar dengan/sambil berbuat, belajar berdasarkan
pengalaman, belajar kontekstual dan berbagai teori lainnya yang
menekankan keaktifan pemelajar secara utuh. Berbagai strategi
pembelajaran dikembangkan oleh pembelajar agar pemelajar berperan
secara aktif dalam proses pembelajaran, misalnya dengan model
pembelajaran simulasi/bermain peran, pembelajaran berbasis
K
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
5/127
iiiJurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
masalah, pembelajaran kooperatif atau kolaboratif, dan pembelajaran
berbasis proyek.
Dalam hubungannya dengan pengalaman belajar ini juga, jauh
Sebelum Masehi, Kong Hu Chu (Confucius) yang hidup 551 479
Sebelum Masehi, berpendapat, apa yang hanya didengar akan cepat
dilupakan, apa yang hanya dilihat akan diingat, tetapi apa yang
dikerjakan akan dipahami. Pendapat ini menunjukkan keaktifanpemelajar menentukan keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran
secara verbalisme (hanya mendengar) sangat tidak efektif dibandingkan
dengan secara aktif menggunakan berbagai indera manusia. Pendapat
lain berkaitan dengan pentingnya keaktifan mental dan fisik pemelajar
terlihat dari pendapat Siberman yang mengatakan bahwa seseorang
akan lupa kalau hanya mendengar; mengingat sedikit apa yang
didengar dan dilihat; mulai memahami kalau mendengar, melihat, dan
mendiskusikan; memperoleh pengetahuan dan keterampilan kalau
mendengar, melihat, mendiskusikan, dan melakukan; serta akan
menguasai kalau mengajarkannya kepada orang lain.
Teori belajar dan membelajarkan menunjukkan pengalaman kong-
krit tidak hanya memudahkan, tetapi memotivasi pemelajar belajar danmenambah rasa ingin tahu secara terus menerus serta membuat belajar
menjadi kegiatan menyenangkan. Berbagai teori dan pendapat seperti
yang telah diungkapkan juga mendorong penggunaan alat peraga serta
media dalam proses pembelajaran. Terlebih-lebih perkembangan cepat
teknologi informasi dan komunikasi (TIK), mendorong lembaga pendi-
dikan memanfaatka berbagai produk TIK dalam proses pembelajaran,
mulai dari yang sederhana sampai paling canggih. Tidak sedikit orang
berpendapat bahwa semakin canggih TIK yang diterapkan, semakin
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.
Penelitian penggunaan TIK dalam pembelajaran, ternyata
membuktikan media pembelajaran bukanlah penentu hasil dan mutu
pembelajaran. Media pembelajaran secanggih apapun hanya berfung-
si mengantarkan pesan (bahan pelajaran) kepada pemelajar. Sebagai
pengangkut dan pengantar, media tidak dapat mengubah bahan pelajar-
an yang salah menjadi benar, yang acak-acakan menjadi sistematis,
yang membosankan menjadi menarik. Karakter dan cara pengemasan
bahan pelajaran, karakter pemelajar, serta lingkungan pembelajaran
juga merupakan faktor penentu yang perlu diperhatikan pembelajar.
Dengan demikian, bukan kecanggihan media yang menentukan, tetapi
bagaimana pembelajar kreatif menggunakan media yang ada
(sesederhana apa pun) sehingga membuat proses pembelajaran dapat
memudahkan pemelajar aktif, tertarik, dan termotivasi belajar.
Dengan menggunakan media yang tepat, berbagai kesulitan belajarpemelajar dapat diatasi. Penjelasan verbal dapat diganti dengan
menghadirkan objek atau gambar (visual), sehingga tidak memerlukan
waktu yang lama (lebih efisien) dan pemelajar dapat mengerti/
memahaminya lebih akurat serta termotivasi belajar (lebih efektif).
Menggunakan fasilitas internet pembelajar dan pemelajar dapat
memperoleh berbagai informasi berkaitan dengan pokok bahasan.
Kemudahan menggali dan memperoleh berbgai informasi melalui TIK
mendorong semakin maraknya penggunaan TIK di lembaga pendidikan.
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
6/127
iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Harga produk TIK yang semakin murah membuat beberapa negara
menerapkan Program Satu Laptop Untuk Setiap Anak (One Laptop Per
Child/OLPC) seperti di Peru, Spanyol, dan Cina. Belakangan ini di
Indonesia sejumlah sekolah juga menerapkan program ini. Akan tetapi
penelitian UNESCO dan Inter-american Development Bank (2010 - 2012)
di berbagai negera sedang berkembang menyimpulkan antara lain prog-
ram penggunaan komputer untuk setiap anak (a) secara drastis mening-katkan kesempatan bagi anak menggunakan komputer, (b) tidak ada
bukti meningkatkan kemampuan matematika dan bahasa anak secara
signifikan, dan (c) dapat meningkatkan pengetahuan kognitif anak.
Setiap disiplin ilmu terus berkembang termasuk pendekatan, strate-
gi, metode, dan teknik belajar dan membelajarkan. Dalam kenyataannya
jarang terdapat karakteristik pemelajar sepenuhnya homogen tetapi
berada pada rentang heterogen. Di lain pihak, keberhasilan
pembelajaran diukur dengan standar tertentu: standar lembaga
pendidikan, standar wilayah, atau standar nasional. Dengan demikian
apabila karakteristik masukan (pemelajar, sarana dan prasarana, dan
pembelajar) bervariasi sedangkan kualitas hasil pembelajaran
terstandar maka kegiatan dalam proses pembelajaran harus disesuaikandengan kondisi yang ada dan tidak dapat diseragamkan. Berarti,
pembelajar perlu jeli dan kreatif merancang dan mengembangkan
pendekatan, strategi, metode, atau teknik pembelajaran.
Mengacu pada pemikiran perlunya merancang dan menggunakan
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang bervariasi,
pembelajar dalam hal ini guru di sekolah mengatasi berbagai masalah
pembelajaran dengan memodifikasi atau mengembangkan proses
pembelajaran. Sebagai contoh, guru melakukan penelitian tindakan
kelas (PTK) dengan menerapkan strategi dan metode pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
Pengalaman membelajarkan mendorong guru kreatif mengembangkan
berbagai alternatif mengatasi masalah pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Penabur Edisi Juni 2015 memuat hasil penelitian
berkaitan dengan proses pembelajaran terkait dengan startegi dan
metode pembelajaran seperti Peran Role PlayingBerbasis Komputer
Pada Kesiapan Belajar Anak Usia Prasekolah 4-5 Tahun Dilihat Dari
Kematangan Emosional, Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Drama Dengan Metode Investigasi Kelompok, Kegiatan Bimbingan
Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar, dan
Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar. Tujuan utama
setiap penelitian ialah meningkatkan peran siswa dalam proses pembel-
ajaran dengan menerapkan strategi atau metode pembelajaran yang
sesuai sehingga meningkatkan hasil belajarnya. Penelitian jugamenunjukkan antara lain tidak ada strategi atau metode pembelajaran
efektif dipergunakan untuk semua tujuan pembelajaran atau semua situasi.Di samping laporan peneltian , Edisi ini juga memuat pengalaman
guru mengatasi kesulitan belajar matematika. Tidak sedikit siswamenganggap matematika sulit dipelajari dan membosankan. Akantetapi dengan strategi dan metode pembelajaran yang kreatif guru dapatmengubah persepsi negatif dengan menggunakan alat peraga ataumedia sederhana yang dapat dibuat sendiri oleh guru, orang tua, atausiswa sendiri. Pengalaman ini juga menunjukkan, media sederhana
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
7/127
vJurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
dapat dipergunakan memudahkan dan memotivasi siswa belajar. Oleh
karena itu, media paling efektif bukanlah selalu media berteknologi
tinggi, tetapi media yang ada di ruang belajar atau di sekolah. Kalau
yang ada, hanya papan tulis maka papan tulislah yang terbaik.
Persoalannya bagaiman guru dapat mempergunakan papan tulis
sehingga membuat siswa aktif dan termotivasi belajar.
Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengubah karakterdan dalam Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pembentukan karakter
peserta didik itu terlihat jelas. Akan tetapi, dari waktu ke waktu
pembentukan karakter manusia Indonesia itu masih menjadi masalah
terlihat dari maraknya berbagai masalah sosial yang terjadi dalam
kehidupan sehari-sehari termasuk dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Umat Kristen tentu terpanggil memberikan pemikiran dan
ikut melaksanakan pendidikan karakter bangsa Indonesia. Tulisan
berjudul Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud Menurut 1
Tawarikh 28:1-10 Bagi Perkembangan Karakter Siswa Melalui
Pendidikan Kristen merupakan kajian yang mencerahkan bagaimana
pendidikan karakter dapat dilakukan dalam proses pembelajaran.
Ketekunan, kesabaran, kejujuran, serta percaya diri merupakansejumlah unsur kepribadian yang perlu dimiliki siswa khususnya
dalam mengikuti setiap kegiatan evaluasi. Penggunaan ujian/tes
berbasis komputer merupakan salah satu teknik untuk menuntut siswa
berperilaku tekun dan sabar dalam belajar serta teliti, cermat, dan
percaya diri dalam mengerjakan soal-soal ujian. Ujian berbasis
komputer yang diterapkan di sejumlah sekolah dalam Ujian Nasional
(UN) tahun 2015 yang lalu terbukti membantu penyelenggaraan UN,
sungguhpun juga tidak terlepas dari berbagai kelemahan dan masalah
sebagaimana diangkat sebagai isu mutakhir dalam Edisi ini. Dengan
semakin merambahnya penggunaan TIK dalam berbagai kegiatan
pembelajaran di lembaga pendidikan, tidak dapat dipungkiri bahwa
TIK perlu diperkenalkan kepada siswa sedini mungkin dan dilatih
menggunakannya sehingga terampil dan terdidik dalam
memanfaatkan TIK untuk memecahkan berbagai masalah belajar.
Pengalaman empiris menunjukkan, TIK dapat mempermudah
proses dan mengatasi berbagai masalah pembelajaran. Untuk berbagai
kegiatan pembelajaran, TIK dapat menggantikan fungsi guru, namun
peranan guru tidak pernah sepenuhnya dapat digantikan oleh TIK.
Bahkan di negara yang sudah berteknologi maju sekali pun, siswa
masih mengharapkan interaksi langsung dengan guru dan TIK
diperlakukan sebagai pendukung pembelajaran. Apalagi untuk
pendidikan dasar, siswa masih sangat memerlukan sentuhan emosi
guru khususnya dalam mengembangkan kepribadian mereka.Bagaimana guru berfungsi sehingga patut digugu dan ditiru, manjadi
bahasan dalam membicarakan buku Guru Gokil, Murid Unyu. Pendapat
dalam mengkaji isi buku ini menggambarkan besarnya harapan
peranan guru dalam membentuk kepribadian siswa dan tidak dapat
digantikan dengan TIK. Karena kegokil-lan bukti nyata bahwa seorang
guru telah-sedang-akan terus belajar sepanjang hayat. Selamat belajar.
Redaksi
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
8/127
1Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar Drama
Dengan Metode Investigasi Kelompok
Yohanes Paiman
E-mail : [email protected]
SMPK BPK PENABUR Cirebon
Penelitian
B
Abstrak
elajar drama sering tidak menarik dan membosankan bagi siswa sehingga partisipasi
mereka kurang dan hasil belajarnya pun rendah karena guru menerapkan metode
pembelajaran yang kurang tepat. Penelitian ini mencoba membuat belajar dramamenyenangkan siswa sehingga partisipasi mereka meningkat dan dan hasil belajar mereka
bertambah baik. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan dengan menerapkan metode
investigasi kelompok di kelas 9A SMPK PENABUR Cirebon. Setelah melalui dua siklus, PTK ini
dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar
mereka. Mengacu pada hasil PTK ini disimpulkan, metode investigasi kelompok dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar serta meningkatkan hasil belajar. Agar metode
investigasi kelompok dapat efektif, penelitian ini memberikan sejumlah saran kepada guru yang
akan melaksanakannya.
Kata-kata kunci:model pembelajaran, metode pembelajaran, partisipasi belajar, hasil belajar, metode
investigasi kelompok.
Improving Learning Participation and Achievement in Drama Class
by Group Investigation Method
Abstract
The students often find learning drama dull and boring that make them perform low participation and poor
learning achievement due to unappropriate method practiced by the teacher. This classroom action research
(CAR) tried to imrove the quality of learning process and learning achievement in drama class by employing
group investigation at Grade 9 A of SMPK PENABUR, Cirebon. Having completing two cycles, the CAR
could improve the students learning participation and learning achievement in the drama class. Referring to
the favourable result, this CAR concluded, the group investigation method is effective to improve the students
learning participation and learning achievement. To succeed the implementation of the group investigationmethod, the teachers are provided with a number of suggestions.
Keywords:instructional model, instructional method, learning participation, learning achievement, group
investigation method.
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
9/127
2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Pendahuluan
Partisipasi siswa kelas 9A dalam tugas menyu-
sun naskah drama sebagai tugas tambahan untuk
memperdalam pemahamannya tentang drama
belumlah optimal dan kurang antusias. Kondisiini nyata dari belum maksimalnya pengumpulan
tugas siswa sesuai jadwal yang disepakati
bersama. Dari 30 siswa, diperoleh data pengum-
pulan tugas dengan gelombang pengumpulan
tugas seperti berikut: 13, 4, dan 1 siswa sehingga
akhirnya terdata sejumlah 18 siswa. Sampai
tanggal 19 Maret 2015 (waktu yang disepakati
bersama), masih ada 12 orang belum juga
mengumpulkan tugas. Kondisi ini berdampak
pada kurang maksimalnya perolehan nilai tes
mereka dan menjadi kendala guru untuk meng-
analisis, merancang tindak lanjut pembelajaran.Kondisi perilaku siswa demikian terjadi
karena siswa merasa kebingungan dalam
memilih, memilah jenis drama, dan bagaimana
cara menyusunnya. Rasa bingung itu terjadi
karena siswa kurang memahami seluk-beluk
drama secara jelas serta kurang bertanya pada
guru. Informasi ini penulis peroleh melalui
wawancara dengan beberapa siswa yang masih
belum mengumpulkan tugasnya. Mereka juga
berkomentar, guru agak cepat dan dominan
dalam tampil dan menjelaskan materi pelajaran.
Kondisi ini mengurangi keterlibatan siswadalam belajar, kurang mengalami sesuatu, dan
tidak membangun konsepnya. Guru cenderung
melakukan transfer of knowledge. Di luar itu, juga
disadari siswa, tugas mereka memang banyak,
sementara itu mereka kurang cermat dalam
mengelola waktu masing-masing.
Berdasarkan kondisi dan temuan itu, guru
perlu mengurangi dominansi diri dalam proses
pembelajaran dan harus memberikan banyak
kesempatan kepada siswa untuk membangun
konsepnya. Untuk mewujudkan hal ini dan
memperbaiki situasi, maka diusulkan penerapan
metode investigasi kelompok (Group Investi-
gation)dalam pembelajaran berikutnya. Dalam
menerapkan metode ini, siswa dibagi menjadi
tujuh kelompok. Setiap kelompok terdiri atas
sekitar empat orang dan masing-masing
menunjuk ketua, sekretaris, penyaji, dan
anggota. Kelompok ditugasi mendalami materi
drama secara undian. Masing-masing memba-
has, mendalami, merumuskan konsep, dan
menyiapkan presentasi untuk forum kelas.
Penyaji wakil kelompok menjadi juru bicara
kelompok dan menyajikan paparan rumusan
materi yang disiapkan. Kelompok lain atau
forum kelas menyimaknya sebagai wawasanbarunya, serta menanggapinya. Begitu terus
bergulir, sampai kelompok dan materi terakhir
disajikan lengkap. Mereka aktif, penuh parti-
sipasi belajar, dan rela berbagi kepada semua
rekannya. Mereka membagi dan menyerap
informasi dari hasil kerja kelompok dan
presentasi anggota kelompok lain. Di sini
terbangun sikap sosial, solidaritas, dan
partisipasi belajar bersama.
Metode investigasi kelompok memberikan
peluang partisipasi penuh kepada siswa untuk
berkreasi, membangun konsep, memilih, danmendalami jenis-jenis materi drama. Tugas
diberikan, disepakati waktu pengumpulannya,
lalu dibuat, dan dikumpulkan serentak tepat
waktu. Tes formatif diberikan dan siswa
mengerjakannya dengan benar karena sudah
paham. Nilainya bagus. Kedua tugas diselesai-
kan dengan benar dan tepat waktu. Dengan
demikian, guru dapat segera melakukan refleksi,
menganaslisis hasilnya untuk diperbandingkan
dengan perolehan nilai sebelumnya, serta
sebagai bahan merancang kegiatan pembelajar-
an selanjutnya.
Melalui perjalanan proses tersebut
diharapkan, target waktu belajar, target
partisipasi siswa, dan target prestasi hasil belajar
siswa dapat dipenuhi, diwujudkan, bahkan
ditingkatkan efisiensi, efektivitas, kualitas,
maupun produktivitasnya.
Rumusan Masalah
Dari fakta kasus pada latar belakang yang telah
diuraikan dapat dikatakan, kegalauan siswa
dalam belajar dan menulis naskah dramadisebabkan oleh kurang pahamnya siswa akan
materi drama. Kekurangpahaman siswa dise-
babkan oleh metode guru dalam menjelaskan
materi pembelajaran terlalu cepat dan kurang
tepat. Solusinya dengan mengganti metode
pembelajaran yang lebih cocok untuk mening-
katkan partisipasi siswa dalam belajar dan
membangun konsep ilmu. Pilihan metode yang
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
10/127
3Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
cocok untuk penggalakan partisipasi belajar ini
adalah investigasi kelompok.
Berdasakan kondisi itu, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut, Mampukah penerap-
an metode investigasi kelompok meningkatkan
partisipasi dan prestasi belajar drama bagi siswa
di kelas 9A SMPK PENABUR Cirebon?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
penelitian ini hendak mewujudkan tujuan
berikut. Pertama,meningkatkan partisipasi siswa
dalam belajar drama. Kedua, meningkatkan
prestasi hasil belajar siswa. Ketiga,mendeteksi
seberapa jauh efektivitas peran dan dampak
metode belajar investigasi kelompok dalam
menolong kesulitan belajar siswa. Keempat,
membangun mutu proses belajar yang
berdampak pada peningkatan mutu siswa, mutuguru, mutu sekolah/lembaga, dan mutu
pendidikan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini hendak mewujudkan manfaat
teoretik maupun manfaat praktis. Manfaat
teroretik penelitian ini adalah, bahwa penelitian
ini merupakan suatu upaya untuk meningkat-
kan kemampuan siswa dalam belajar drama dan
menulis naskah drama. Bahkan di luar itu,
penelitian ini juga sangat bermanfaat bagi
beberapa pihak, seperti: siswa, guru, sekolah/
lembaga, pengembangan proses belajar,
maupun orangtua/pemercaya sekolah.
Bagi siswa, penerapan metode investigasi
kelompok mengondisikan siswa lebih senang
dalam belajar dan membangun konsep drama;
siswa lebih partisipatif dalam belajar dan
membangun konsep; siswa lebih berhasil dalam
prestasi belajarnya; dan siswa dapat membang-
un karakter lebih dinamis dan berdampak.
Bagi guru, penerapan metode itu mengondi-
sikan guru mampu menolong dan mengangkatkesulitan belajar siswa dalam belajar drama;
guru semakin berpengalaman membangun
suasana belajar yang bernuansa PAIKEM
GEMBROT (pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, banyak
curah pendapat dan berbobot ); guru semakin
berpengalaman dalam melakukan perubahan
paradigma belajar, dengan menerapkan model
dan metode pembelajaran yang tepat, produktif,
efektif, variatif, dan berkualitas; dan guru
semakin berpengalaman dalam melakukan PTK
dan menuangkannya dalam karya tulis.
Bagi sekolah/lembaga, penerapan metode
tepat seperti itu mengondisikan sekolah semakin
tampil berkualitas melalui terbangunnyakualitas siswa, kualitas guru, dan pembelajaran;
sekolah semakin memiliki kultur ilmiah; dan
masyarakat pemercaya sekolah semakin
banyak/luas.
Bagi pengembangan proses belajar siswa,
penerapan metode itu mengondisikan pembel-
ajaran semakin dinamis, produktif, progresif,
berkualitas; guru dan siswa semakin mudah
bersinergi dalam membangun PBM bermutu.
Bagi orang tua/pemercaya sekolah, lembaga
pendidikan bermutu mengondisikan orangtua
semakin percaya pada sekolah; orangtua reladan semangat mendukung upaya memajukan
sekolah.
Secara praktis penelitian ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam
pengembangan metode pembelajaran yang
inovatif dan kritis. Guru menjadi lebih kreatif
dalam menyajikan materi pembelajaran,
khususnya pembelajaran menulis naskah
drama. Dengan demikian, terwujud pembel-
ajaran lebih menarik dan menyenangkan.
Selain itu, penggunaan metode investigasi
kelompok dalam pembelajaran menulis naskah
drama dapat menepis anggapan siswa bahwa
pembelajaran menulis naskah drama itu sulit,
membosankan, dan tidak menyenangkan. Siswa
diharapkan dapat lebih terampil menulis naskah
drama karena adanya variasi metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan
motivasi dan minat mereka dalam pembelajaran
menulis naskah drama.
Kajian Pustaka
Metode Pembelajaran Ceramah bervariasi
Metode dan model pembelajaran cukup berva-
riasi dan menantang guru untuk mencoba dalam
proses pembelajaran (Suyanto 2013:113-174).
Pilihan metode yang tepat berpengaruh pada
suasana, proses, dan kualitas pembelajaran,
partisipasi siswa, dan kualitas hasil belajar. Pada
pembelajaran ber-PTK ini penulis hendak
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
11/127
4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
memperbandingkan penerapan dua metode;
yaitu metode dan model pembelajaran ceramah
bervariasi dan investigasi kelompok. Metode
ceramah bervariasi adalah varian metode
ceramah. Metode ceramah beresensi menyajikan
ide dalam segala bentuk, variasi, dan gaya
penyajian penyaji (W James Popham 1992: 80).Pada sumber lain disebut, ceramah adalah
berbicara/berpidato di depan banyak pendengar
untuk menyampaikan suatu hal, seperti
pengetahuan (Harimurti Kridalaksana 1999:
185). Tokoh pendidikan yang lain menyebut,
bahwa ceramah digunakan untuk menyampai-
kan informasi dan pengetahuan secara lisan
kepada siswa di kelas. Umumnya, siswa hanya
mengikuti secara satu arah (one way communica-
tion). Pada saat guru menerapkan metode
ceramah bervariasi, guru cenderung melakukan
transfer of knowledge (transfer ilmu pengetahuankepada murid). Guru aktif, murid pasif. Guru
berbicara, murid menyimak. Komunikasi yang
dibangun searah saja; yaitu guru-murid. Agar
suasana dapat berjalan kondusif, guru
memberikan variasi dengan sesekali/banyak
kali melontarkan pertanyaan untuk memancing
respon, pendalaman, partisipasi, dan keaktifan
murid. Dengan demikian dapat dipahami,
metode ceramah bervariasi merupakan metode
lontar ilmu kepada murid diselingi pertanyaan
untuk mengaktifkan murid. Metode ini sering
disebut juga metode kuliah bagi dosen di
perguruan tinggi. (W James Popham 1992: 69-
84).
Metode Pembelajaran Investigasi Kelompok
Pada kesempatan selanjutnya, penulis juga
menggunakan metode investigasi kelompok
untuk memperbandingkannya dengan metode
ceramah bervariasi dalam hal proses, dampak,
hasil yang diperoleh dalam pembelajaran, serta
kemampuan metode ini dalam mengatasi
persoalan belajar drama siswa.Dewey (1916) dalam Hendy Hermawan
(2006: 27) menegaskan, keseluruhan kehidupan
sekolah harus ditata/diorganisasikan sebagai
miniatur kehidupan demokrasi, karena suasana
kelas merupakan analogi kehidupan masyara-
kat. Dengan demikian guru perlu berusaha
mewujudkan suasana kelas seperti suasana
kehidupan masyarakat itu (Joyce dan Weil, 1986:
228 dalam Hendy Hermawan (2006:27). Untuk
itu, siswa perlu mendapatkan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan sistem
sosial melalui pengalaman dan pembelajaran
bermasyarakat, demi kemajuan masyarakat itu.
Sharan (1992) mengembangkan model
pembelajaran kooperatif teknik investigasikelompok. Model ini bermaksud membina sikap
tanggung jawab dan bekerja sama dalam
kelompok, serta membina sikap saling
menghargai pendapat anggota kelompok, dan
pada ujungnya membiasakan untuk berani
mengemukakan pendapat.
Model investigasi kelompok ini menganut
langkah-langkah berikut. Pertama, guru
membagi kelas menjadi beberapa kelompok
heterogen, lalu kelompok membentuk pengurus
kelompok yang terdiri dari ketua, sekretaris,
penyaji, dan anggota.Kedua, guru menjelaskanmaksud, prosedur belajar dalam investigasi
kelompok. Ketiga,guru memanggil para ketua
kelompok untuk mengambil undian materi tugas
yang berbeda untuk didiskusikan dalam
kelompok dan disusun sistematika materi dan
rencana paparannya di depan forum kelas nanti.
Keempat, setiap kelompok bekerja secara
kooperatif dalam kelompoknya menyiapkan
paparan materi presentasi. Kelima, setelah
selesai, setiap kelompok tampil melalui juru
bicaranya menyampaikan paparan hasil
diskusinya; kelompok lain menyimak dan
menanggapinya. Urutan maju presentasi diundi
antarkelompok. Keenam,jika terjadi ketepatan
sajian konsep, guru memberikan penguatan;
sedangkan jika terjadi kekurangtepatan konsep,
guru memberikan klarifikasi.
Model pembelajaran ini memberikan kesem-
patan siswa untuk banyak berpartisipasi,
berinteraksi dalam membangun gagasan.
Semakin partisipasi belajar siswa tinggi,
penguasaan konsep dan materi pembelajaran
semakin dalam dan luas pula. Ini menguntung-kan siswa ketika mereka menghadapi tes.
Hasilnya pasti baik dan memuaskan.
Penentu Sukses Belajar Siswa
Sukses belajar siswa ditentukan oleh banyak
faktor. Pertama,faktor minat dan motivasi siswa.
Minat ini merupakan daya dorong internal dan
laten. Kekuatan pengaruhnya luar biasa. Kedua,
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
12/127
5Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
faktor penyaji atau cara seorang guru mengelola
proses pembelajaran (Hendy Hermawan, 2006:
v). Gaya, sikap, teknik pendekatan menarik yang
guru suguhkan dalam melayani siswa
memberikan dampak semangat belajar tinggi.
Dinamika belajar terbangun. Belajar tidak capek
dan tidak membosankan. Ketiga,faktor metodepembelajaran yang diterapkan guru. Pilihan
metode yang cocok dan disukai siswa menjadi
sumber kekuatan dan energi belajar tersendiri.
Keempat, faktor kebermanfaatan materi
pembelajaran itu bagi siswa dan kehidupannya.
Semakin sebuah materi pembelajaran dinilai
tinggi manfaatnya bagi hidup siswa kelak, maka
semangat belajar siswa semakin tumbuh dan
dinamis. Keterlibatan siswa dalam belajar
semakin nyata.
Berkaitan dengan hal tersebut, guru dalam
mengajar hendaknya mampu membantu siswamemperoleh ide, keterampilan, nilai, cara
berpikir, sarana dan ruang untuk mengekspresi-
kan diri, berbagai cara belajar bagaimana belajar,
sehingga siswa mampu meningkatkan
kemampuannya untuk belajar lebih mudah dan
lebih efektif di masa depan. Oleh karena itu,
proses pembelajaran harus memiliki makna
deskriptif, keterkinian, prospektif, dan
berorientasi ke masa depan (Hendy Hermawan,
2006: 3). Kondisi ini pasti mampu mendukung
siswa sukses dan berprestasi dalam belajar.
Penentu Kualitas Belajar Siswa
Kualitas belajar siswa dipengaruhi banyak
faktor. Pertama,faktor minat belajar siswa. Minat
yang positif, stabil, bersumber dari intern siswa
sangat mempengaruhi kinerja belajar yang
berdampak pada belajar efektif dan produktif.
Kedua, faktor guru dan gayapenyajiannya.
Ketokohan, semangat, kegigihan, kejuangan,
kemurnian, kebapakan/keibuan, ketulusan, dan
kesetiaan seorang guru dalam mengajar akan
sangat dirasakan siswa dalam seluruh aspekkehidupannya. Jasanya akan dikenangnya
sepanjang masa, bahkan akan diceritakan
kepada saudara dan keturunannya. Ketiga,faktor
metode pembelajaran. Metode yang enak dan
menantang akan mengondisikan belajar siswa
dalam ambang semangat dan prestasi tinggi.
Keempat, faktor kondisi lingkungan yang
kondusif. Lingkungan kelas, luar kelas, bahkan
kultur tertentu sekolah akan sangat menopang
ketenangan dan kenyamanan belajar siswa.
Kondisi ini mendukung teraihnya prestasi tinggi
siswa. Kelima, faktor sinergi antarpihak dan
sarana. Kesamaan visi, kebutuhan, langkah, cita-
cita, dan persepsi tentang pemanfaatan dan
optimalisasi sarana pendidikan menjadi bekaltersendiri bagi niat untuk membangun mutu
belajar siswa. Untuk itu, kondisi seperti ini harus
dijaga dan diwujudkan terus (Suyanto 2013: 79-
111).
Drama
Pada bagian ini akan diuraikan hal-hal yang
berkaitan dengan drama yaitu tujuan belajar,
istilah, definisi/pengertian, sumber ide untuk
menulis, struktur teks, unsur intrinsik,.urutan
pentas, syarat pentas, urutan/langkah menulis
teks, struktur alur, jenis, menilai teks, dan menilaipementasan. Tujuan belajar drama meliputi:
memahami konsep lengkap tentang drama;
terampil menulis naskah drama; terampil
berpentas drama; menilai naskah drama; menilai
pementasan drama.
Istilah-istilah drama meliputi: sandiwara
(sandi : rahasia, warah : ajaran ); teater (pemen-
tasan); fragmen ( cuplikan pentas kehidupan );
tonil (Belanda: toneel, artinya : tontonan) (Adhy
Asmara 1979 : 9-12). Ketiga, definisi drama dapat
dinyatakan seperti: pementasan/pemanggung-
an karya fiksi berupa dialog-monolog (Sumiati
Budiman 1987:49); pementasan karya fiksi
berupa dialog-monolog dan akting tokoh diiringi
musik yang sesuai, kostum yang pas, dekorasi
panggung/latar yang cocok, untuk menyampa-
ikan sebuah konflik dan pesan (Laelasari 2006
:73-74);.seni yang mempertunjukkan pekerti
manusia dengan perbuatan dan dialog-monolog
(Soetarno 1976 : 20).
Sumber ide untuk menulis naskah drama
berasal dari: karya imajinasi pengarang (asli-
fiksi); parafrase ( ubah bentuk/tampilan ) karyalain ; dari cerpen ke drama; bahan buku harian (diary) penga rang; modifikasi naskah drama lain;
mengubah skenario cerita film (E Kosasih 2008:
117-122; 131-137)..
Struktur teks drama meliputi: judul dan
pengarang; deskripsi tokoh dan watak/karakter-
nya; paparan latar awal (ekspos suasana dan
persoalan); dialog-monolog tokoh yang
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
13/127
6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
membangun alur; deskripsi perilaku tokoh (laku-
an/akting); paparan latar (tempat, waktu, suasa-
na, iringan musik); dan improvisasi pemain.
Unsur intrinsik drama meliputi: tema,
amanat/pesan cerita-pementasan, dialog-
monolog, akting/tata laku, latar/panggung plus
iringan musik, tata lampu, dekorasi, alur/plot/jaringan cerita, kostum/tata rias tokoh/karakte-
risasi tokoh, improvisasi tokoh (Adhy Asmara
1979: 53-67).
Urutan/struktur pementasan drama:
prolog, adegan dan babak, dan epilog.
Syarat pementasan drama meliputi: adarepertoire, ada sutradara, ada pemain, ada latar/
panggung, ada kostum pemain, ada dekorasi,
iringan musik, ada sarana pendukung lain, ada
penonton (Soetarno 1976: 20).
Urutan langkah menulis naskah drama/
repertoire: ada/punya tema; ada pesan yang akandisampaikan; merancang plot/skenario cerita;
memilih tokoh/pembeber tema-skenario; meran-
cang tata laku-akting tokoh; mulai menulis
judul, deskripsi tokoh dan wataknya, latar awal,
dialog-monolog dilengkapi; dan akting tokoh,
latar antara, latar musik, tata lampu, suasana;
membaca naskah dan mengeditnya (Nurhadi
2007: 147-152)..
Urutan/struktur alur drama meliputi:
introduksi, perkenalan, tampilan masalah,
konflik, konflik merumit, klimaks, antiklimaks,
peleraian, penyelesaian/konklusi (Soetarno
1976: 21)..
Jenis dan bentuk drama meliputi: tragedi,
komedi, trage-komedi, opera/operet, tablo-
panto-mime, eketoprak, ludur, lenong,
sendratari, dagelan, dan wayang (Adhy Asmara
1979 : 50-52), ( Sumiati Budiman 1987:50-52),
(Soetarno 1976 : 21-23), (Laelasari 2006 :74-77)..
Menilai naskah drama mengarah pada
elemen: struktur teks, tata tulis, bahasa, dialog-
monolog, lukisan akting, latar awal-tengah-
antara, tema-amanat/pesan, originalitas, asasnilai manfaat teks, kejelasan alur dan pesan
(Nurhadi 2007: 161-166)..
Menilai pementasan drama mengarah pada
elemen: ketepatan pilihan tokoh dan karakter (ka-
rakterisasi), ketepatan pembabaran alur/plot;
originalitas dan kemenarikan pementasan.,
kesesu aian kostum, iringan musik/suasana/
dekorasi, improvisasi tokoh/kesigapan tokoh
dalam berperan, dialog-monolog tokoh/bahasa
tokoh, akting/perilaku/tata laku tokoh, kesesua-
ian dialog-monolog dengan akting tokoh, nilai
manfaat tema pementasan (Rendra 1976: 7-95),
(Nurhadi 2007: 187-194).
Metode PenelitianSubjek Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Kristen PENABUR
Cirebon, Jalan Dr. Ciptomangunkusumo Nomor
24, Cirebon. Sekolah ini berada di tengah kota
dan di lingkungan bisnis, pendidikan, dan
perkantoran. Sekolah yang berdiri pada tanggal
1 Agustus 1951 ini telah melahirkan ribuan
alumni yang tersebar di seantero Nusantara
dengan pilihan tugas dan karier masing-masing.
Subjek penelitian adalah siswa kelas 9 A
yang termasuk kelas unggulan dengan jumlah
murid sebanyak 30 orang; terdiri atas 13 siswidan 17 siswa. Mayoritas siswa keturunan
China, yaitu sebanyak 26 orang, keturunan Jawa
dua orang, dan keturunan Batak dua orang.
Prosedur dan Siklus Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk
memperbaiki kompetensi, partisipasi, dan
prestasi siswa dalam belajar dan menulis teks
drama dengan menggunakan metode investigasi
kelompok. PTK merupakan suatu proses yang
menunjukkan siklus-siklus kegiatan
berkelanjutan dan berulang-ulang. Banyaknya
siklus bergantung kepada hasil dan pencapaian
kompetensi siswa yang diharapkan setelah
diproses dengan metode PTK. Minimal siklusnya
dua kali. Kalau hasil dan kompetensi siswa
sudah tercapai pada dua tahapan siklus, PTK
dianggap sudah tuntas. Jika dua kali siklus
belum tuntas, dilanjutkan ke siklus tiga. Begitu
seterusnya. Siklus maksimal tiga atau empat.
Proses PTK terdiri atas empat tahap; yaitu:
perencanaan, pelaksanaan/tindakan, peng-amatan, dan refleksi. Berikut jabarannya.
Perencanaan
Dalam penelitian ini penulis/peneliti
merencanakan kegiatan perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan metode investigasi
kelompok untuk meningkatkan partisipasi
belajar siswa, kompetensi, prestasi belajar dan
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
14/127
7Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
kemampuan menulis naskah drama pada siswa
kelas 9A. Metode ini digunakan untuk satu kali
pertemuan dalam dua jam pelajaran. Pada tahap
ini, penulis menyiapkan bahan-bahan seperti:
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dan
lembar kerja siswa; perangkat pengumpulan
data, seperti lembar observasi dan alat tes siswa;melakukan koordinasi dengan teman sejawat
dan murid untuk membantu pelaksanaan
penelitian ini.
Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam satu
kali pertemuan kelas, dua jam pelajaran dengan
prosedur kerja sebagai berikut: guru
menyampaikan salam pagi dan mengabsen
siswa; guru mengatur tempat duduk siswa dan
mendorong diwujudkannya kebersihan/K-3
kelas; guru mengajak siswa memahami standarkompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan
pembelajaran yang hendak diwujudkan bersama
hari ini; guru menjelaskan prosedur belajar hari
ini: pembukaan, pemahaman SK, KD, tujuan
pembelajaran, pembentukan kelompok, pengun-
dian materi diskusi dan presentasi, presentasi
kelompok, tanggapan teman, tanya jawab ( klari-
fikasi dan penguatan ), penutup (tes, analisis
hasil tes), pemberian tugas rumah; pemben-
tukan kelompok, ketua, presenter/juru bicara,
dan anggota; pengundian dan pembagian materi
heterogen; diskusi kelompok; presentasi wakil-
wakil kelompok, teman dan forum lain menyi-
mak dan menanggapinya dengan baik; tanya
jawab/tanggapan; tes formatif; analisis hasil tes;
guru memberikan ulasan umum tentang belajar
menulis teks drama dengan metode investigasi
kelompok; dan guru memberikan tugas rumah
siswa untuk penajaman pemahaman.
Pengamatan
Sasaran pengamatan dalam proses penelitian ini
adalah kinerja guru di dalam menerapkanmetode investigasi kelompok untuk meningkat-
kan kompetensi siswa belajar menulis teks
drama, dan perilaku siswa dalam proses belajar
dan melakukan diskusi kelompok, mempresen-
tasikan hasilnya, dan di dalam siswa memberi-
kan tanggapan-tanggapan atau pertanyaan.
Refleksi
Penulis melakukan refleksi berdasarkan hasil
observasi guru, teman sejawat, siswa atas kinerja
guru dan perilaku belajar siswa dalam proses
belajar mengajar serta perolehan nilai siswa
selama proses pembelajaran. Hasil observasi
serta perolehan nilai siswa penulis gunakansebagai dasar perbaikan pembelajaran pada
siklus kedua. Refleksi tersebut penulis fokuskan
pada masalah utama penelitian, yaitu: cara guru
dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan metode
investigasi kelompok, dan pencapaian hasil
belajar siswa setelah guru menerapkan metode
investigasi kelompok dalam pembelajarannya.
Apabila perolehan nilai sebagian besar siswa
(yaitu 85%) belum mencapai standar KKM
sekolah (yaitu 85), maka dikategorikan pembel-
ajaran belum tuntas atau gagal. Untuk itu perludilakukan pengulangan pembelajaran dengan
perbaikan pada aspek tertentu. Aspek tersebut
berdasarkan temuan dan telaah guru selama
proses pembelajaran yang lalu berlangsung.
Misi umum penelitian ini adalah mening-
katkan partisipasi dan prestasi belajar siswa
dalam belajar drama dan menulis naskah drama
dengan menggunakan metode investigasi
kelompok di kelas 9A. Kegiatan tersebut
dilaksanakan untuk mencapai KKM sekolah
sebesar 85. Apabila nilai sebagian besar siswa
(sejumlah 85 %) belum mencapai standar KKM
sekolah, maka pembelajarannya haruslah
diulang dengan siklus berikutnya. Siklus berikut
itu harus menerapkan perbaikan pada beberapa
aspek hasil telaah dan temuan selama proses
pembelajaran sebelumnya berlangsung.
Penerapan desain dan siklus pembelajaran di
atas dapat kita cermati pada Gambar 1.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaku-
kan dengan tes dan observasi.
Tes
Tes yang dilakukan adalah postes dengan
bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal.
Bahan tes ini sesuai dengan indikator dan
tujuan siswa belajar drama dan menulis teks
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
15/127
8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
drama yaitu siswa (a) mampu memahami
konsep drama secara utuh dan komprehensif,
(b) terampil menulis naskah drama, (c) terampil
bermain/berpentas drama, (d) terampil menilai
naskah drama, dan (e) terampil menilai
pementasan drama.
Tes diberikan dua kali, yaitu pada siklus 1
dan 2. Bentuk tes adalah pilihan ganda agar
segera diketahui hasil, perkembangan, dan
perbandingannya. Dengan demikian, analisisdan kesimpulan penerapan metode baru dalam
pembelajaran bersiklus itu dapat terbaca.
Observasi
Observasi dilakukan guru sejawat dan siswa
terhadap guru dan siswa pada kedua siklus
yang dilakukan. Guru pengamat mengobservasi
kinerja guru dalam menerapkan metode
investigasi kelompok dan perilaku belajar siswa
dalam memberikan partisipasi belajar drama.
Siswa pengamat mengamati kinerja guru dalammenerapkan metode investigasi kelompok dan
perilaku belajar siswa temannya dalam
memberikan partisipasi belajar drama.
Melalui hasil pengamatan kedua pihak,
maka kinerja guru menerapkan metode investi-
gasi kelompok dan perilaku belajar siswa dalam
memberikan partisipasi belajar drama dapat
dicermati bagaimana perkembangan dan
kemajuan kompetensinya.
Teknik Analisis Data
Sesuai dengan teknik pengumpulan data, maka
ada dua macam data yang dianalisis dalam
penelitian ini.
Nilai siswa
Nilai ini merupakan potret kemampuan siswadalam belajar drama, sebelum dan setelah
penerapan metode investigasi kelompok.
Nilai siswa ini ada dua macam; yaitu hasil pos
tes pada siklus 1 dan 2. Nilainya berupa nilai
kuantitatif. Dengan nilai itu dapat dikaji (a)
berapa siswa yang meraih KKM, dan yang belum
KKM, (b) bagaimana tingkat ketuntasan belajar
kelasnya, (c) bagaimana perkembangan
kemajuan antara siklus pembelajaran kesatu dan
kedua setelah penerapan metode investigasi
kelompok dalam belajar drama, (d) soal tesnomor mana saja yang masih merupakan
kesulitan siswa, dan (e) kalau nilai tes jelek/tak
memenuhi standar, apa langkah berikut.
Hasil observasi
Lembar hasil observasi guru/teman sejawat dan
siswa terhadap kinerja guru dan perilaku belajar
Permasalahan
Permasalahanbaru hasil refleksi
Apabila permasalahanbelum terselesaikan
Siklus 1
Siklus 2
Perencanaantindakan 1
Pelaksanaantindakan 1
Pengamatan/Pengumpulan Data 3
Pengamatan/Pengumpulan Data 1
Pelaksanaantindakan 2
Refleksi 1
Perencanaantindakan 2
Refleksi 2 Pengamatan/Pengumpulan Data 2
Dilanjutkan ke siklusberikutnya/S3
>
>
> >
Gambar 1: Alur Siklus Pembelajaran
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
16/127
9Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
siswa dalam menerapkan metode investigasi
kelompok dalam belajar drama ini berupa nilai
kuantitatif. Data kondisinya digunakan untuk
menelaah dan menghubungkan data kondisi
satu dan lainnya, untuk akhirnya disimpulkan.
Kinerja guru dalam menerapkan metode
investigasi kelompok diobservasi dan dinilaioleh teman sejawat dan siswanya. Sedangkan
perilaku belajar siswa dalam memberikan
partisipasi belajar drama dengan metode
investigasi kelompok diobservasi dan dinilai
oleh guru peneliti, guru observer/teman sejawat,
dan siswa/temannya sendiri.
Hasil Penelitian
Deskripsi Hasil Penelitian
Siklus 1Pada siklus pembelajaran kesatu ini telah
dilakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Berikut ini uraiannya.
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyiapkan dan menyu-
sun RPP siklus 1; menghubungi guru/teman
sejawat, yaitu rekan guru Bahasa Indonesia,
untuk mengobservasi kinerja dirinya, mengob-
servasi perilaku belajar siswa, dan membantu
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas 9A,
atas izin Kepala Sekolah; menghu-bungi dua
orang siswa, siswa berkarakter, berwawasan,
dan loyal, untuk menjadi tenaga observer saat
pembelajaran dilakukan, guna mengobservasi
kinerja guru dan perilaku belajar temannya;
meminta seorang tenaga karyawan, yangmenguasai fotografi, untuk mendokumen-
tasikan kegiatan pembelajaran ini; menetapkan
hari Kamis, 16 April 2015 jam ke-6-7, pukul 10.30-
12.10 adalah hari pembelajaran siklus 1 di kelas
9A bagi penerapan metode ceramah bervariasi
untuk meningkatkan kompetensi dan partisipasi
belajar siswa dalam belajar drama dan menulis
teks drama; dan akhirnya, menyiapkan
perangkat pendukung pembelajaran.
Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melakukan anekakegiatan di kelas 9A berupa: menyampaikan
salam pagi dan mengabsen siswa; mengatur
tempat duduk siswa dan mengelola K-3 kelas;
mengajak siswa memahami standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang
hendak diwujudkan bersama hari ini;
menjelaskan prosedur belajar hari ini;
memberikan apersepsi uantuk merangsang
kesiapan belajar; menjelaskan materi dengan
metode ceramah bervariasi; memberikan
Tabel 1: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1
NoAspek Penilaian dalam
Observasi
Rentang SkorKeterangan
Amat Baik Baik Sedang Kurang
1 Perhatian Siswa V
2 Minat dan Semangat Belajar V
3 Minat Bertanya V
4 Semangat Mencatat MateriPelajaran
V
5 Keterlibatan dalam Pelajaran V
6 Konsentrasi Belajar V
7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran
V
8 Hasil Prestasi Studi Siswa V
Jumlah = 8 i tem/aspek 8
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
17/127
10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
kesempatan siswa untuk bertanya materi pelajar-
an; memberikan postes; mengajak siswa meng-
analisis tes dan hasilnya; memberikan tugas
rumah siswa untuk penajaman dan pengayaan
konsep; akhirnya menutup pertemuan hari itu.
PengamatanPada tahap ini penulis mengamati perilaku
belajar siswa, hasil postes, dan hasil observasi
dari dirinya, observer guru sejawat, maupun
siswa. Hasilnya sebagai berikut.
1. Pengamatan guru atas perilaku belajar siswa
Sambil mengajar guru mengamati, bahwa
kondisi perilaku belajar siswa tenang,
memperhatikan pembelajaran, mencatat
rangkuman penjelasan, tidak bertanya,
namun hasil postesnya ternyata ada sembi-
lan orang tidak KKM; atau 30 % tidak KKM.
2. Pengamatan Teman Sejawat tentangperilaku belajar siswa
Teman Sejawat menilai perilaku belajar
siswa sebagai baik, partisipasi belajar siswa
dan prestasi studinya baik, 8 item
pengamatan yang dinilai semua baik.
Deskripsinya terlihat pada Tabel 1.
3. Pengamatan Siswa tentang perilaku siswa/
temannya
Dua orang siswa mengamati perilaku
belajar temannya sebagai cukup baik dan
Tabel 2 a: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1
NoAspek Penilaian dalam
Observasi
Rentang SkorKeterangan
Amat Baik Baik Sedang Kurang
1 Perhatian Siswa v
2 Minat dan Semangat Belajar v
3 Minat Bertanya v
4 Semangat Mencatat MateriPelajaran
v
5 Keterlibatan dalam Pelajaran v
6 Konsentrasi Belajar v
7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran
v
8 Hasil Prestasi Studi Siswa v
Jumlah = 8 i tem/aspek 4 2 2
kondusif. Ini nyata dari penilaian amat baik
1 poin, baik 8 poin, sedang 5 poin, dan
kurang 2 poin, sebagaimana terlihat pada
Tabel 2 a dan 2 b.
4. Pengamatan Teman Sejawat tentang kinerja
guru.
Teman sejawat mengamati, murid tenang,perhatian baik, kurang bertanya/pasif,
partisipasi siswa baik, hasil prestasi baik.
Sedangkan penampilan guru dinilai cukup
kondusif, piawai dalam mengelola kelas,
menyenangkan siswa, menarik.
Teman Sejawat menilai kinerja guru sebagai
baik dalam kedelapan item pengamatan.
Deskripsinya terlihat pada Tabel 3.
5. Pengamatan Siswa tentang kinerja guru.
Dua orang siswa menilai kinerja guru seba-
gai amat baik 5 poin, baik 10 poin, sedang 1
poin, sebagaimana terlihat pada Tabel 4adan 4b.
6. Hasil postes siswa
Hasil postes siswa terlihat pada Tabel 5.
Refleksi
Penulis merasa dan menimbang, bahwa langkah
persiapan/perencanaan pembelajaran telah
dilakukan maksimal. RPP, materi pembelajaran,
sarana pendukung, seperti soal tes, fotokopi
rangkuman materi pelajaran untuk siswa sudah
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
18/127
11Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Tabel 2 b: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1
NoAspek Penilaian dalam
Observasi
Rentang SkorKeterangan
Amat Baik Baik Sedang Kurang
1 Perhatian Siswa v v
2 Minat dan Semangat Belajar v
3 Minat Bertanya v v
4 Semangat Mencatat MateriPelajaran
v v
5 Keterlibatan dalam Pelajaran v 1
6 Konsentrasi Belajar 4 3
7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran
v
8 Hasil Prestasi Studi Siswa v
Jumlah = 8 item/aspek 4 2 2
Tabel 3: Lembar Observasi Teman Sejawat pada Siklus 1
NoAspek Penilaian dalam
Observasi
Rentang SkorKeterangan
Amat Baik Baik Sedang Kurang
1 Pengarahan Guru v
2 Metode yang Digunakan Guru v
3 Penyajian Materi Guru danSistematikanya
v
4 Kecakapan dan KeterlibatanGuru Menangani Tanggapandan Penuntasan Pembelajaran
v
5 Kepiawaian Guru dalamMenghidupkan Kelas
v
6 Penguasaan/ManagemenKelas
v
7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran
v
8 Hasil Prestasi Studi Siswa v
Jumlah = 8 i tem/aspek pengamatan 8
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
19/127
12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Tabel 4 a: Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus 1
NoAspek Penilaian dalam
Observasi
Rentang SkorKeterangan
Amat Baik Baik Sedang Kurang
1 Pengarahan Guru v
2 Metode yang Digunakan Guru v
3 Penyajian Materi Guru danSistematikanya
v
4 Kecakapan dan KeterlibatanGuru Menangani Tanggapandan Penuntasan Pembelajaran
v
5 Kepiawaian Guru dalamMenghidupkan Kelas
v
6 Penguasaan/ManagemenKelas
v
7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran
v
8 Hasil Prestasi Studi Siswa v
Jumlah = 8 i tem/aspek pengamatan 3 4 1
Tabel 4 b: Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus 1
NoAspek Penilaian dalam
Observasi
Rentang SkorKeterangan
Amat Baik Baik Sedang Kurang
1 Pengarahan Guru v
2 Metode yang Digunakan Guru v v
3 Penyajian Materi Guru danSistematikanya
vV
4 Kecakapan dan KeterlibatanGuru Menangani Tanggapandan Penuntasan Pembelajaran
v
5 Kepiawaian Guru dalam
Menghidupkan KelasV
6 Penguasaan/ManagemenKelas
v2
6
7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran
v
8 Hasil Prestasi Studi Siswa v
Jumlah = 8 i tem/aspek pengamatan 3 4 1
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
20/127
13Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Tabel 5: Hasil Postes pada Siklus 1
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Siswa 1 95 KKM = 85
2 Siswa 2 95
3 Siswa 3 80 Nilai 100 = 2
4 Siswa 4 90 Nilai 95 = 2
5 Siswa 5 85 Nilai 90 = 10
6 Siswa 6 100 Nilai 85 = 7
7 Siswa 7 75 Nilai 80 = 6
8 Siswa 8 85 Nilai 75 = 1
9 Siswa 9 90 Nilai 70 = 1
10 Siswa 10 80 Nilai 0 = 1
11 Siswa 11 90
12 Siswa 12 90
13 Siswa 13 90
14 Siswa 14 90
15 Siswa 15 90
16 Siswa 16 80
17 Siswa 17 85
18 Siswa 18 80
19 Siswa 19 80
20 Siswa 20 85
21 Siswa 21 80
22 Siswa 22 0 Sakit/tidak tuntas
23 Siswa 23 85
24 Siswa 24 100
25 Siswa 25 80
26 Siswa 26 90
27 Siswa 27 70
28 Siswa 28 90
29 Siswa 29 90
30 Siswa 30 85
Juml ah tuntas /ta ktuntas
21/9siswa
Tuntas:21(70%)
Tidak tuntas:9 (30%)
tersedia dan dibagikan kepada siswa.
Pelaksanaan dan sarana pendukung telah
dioperasikan optimal. RPP yang disiapkan telah
dipraktikkan dalam pembelajaran. Guru
menjelaskan materi pembelajaran secara
sistematis dengan LCD, peluang siswa bertanya
disediakan, walaupun tak direspon seorangpun, kondisi kelas sangat kondusif, tenang,
nyaman untuk memahami dan membangun
konsep.
Hasil observasi guru sejawat pun positif
dan sejalan dengan renungan di atas. Kinerja
guru baik, perilaku belajar siswa cukup baik.
Pendapat dan pemahaman ini juga didukung
oleh hasil observasi dua orang siswa. Kinerja
guru baik dan perilaku belajar siswa pun baik.
Hampir semuanya positif.
Perencanaan dan pelaksanaan pembel-
ajaran yang optimal tersebut ternyata belummenghasilkan partisipasi belajar siswa dan
prestasi belajar yang optimal. Ini ternyata dari
tidak satu pun siswa bertanya, menanggapi,
memberikan klarifikasi materi pelajaran saat
terjadi proses belajar mengajar. Siswa pasif dan
diam. Awalnya guru bangga karena merasa
upaya penjelasannya dapat ditangkap jelas oleh
siswa. Rasa bangga yang berujung agak kecewa.
Kecewa karena ternyata hasil tesnya (Tabel 5)
tidak optimal. Ada 9 siswa tidak mencapai KKM
sekolah, yaitu 85. Dari 30 siswa hanya 21 siswa
mencapai KKM. Ini berarti hanya 70% siswa
kelas itu tuntas belajar drama. Syarat tuntas
belajar kelas adalah 85%. Ini berarti bahwa
pembelajaran pada siklus 1 bermasalah.
Berdasarkan hasil investigasi guru
terhadap siswa setelah membahas soal tes
diperoleh beberapa masukan berikut. Paparan
materi belajar guru lancar, sistematika bagus,
volume suara dan intonasi baik, kelincahan dan
penguasaan materi guru baik, namun guru
terlalu cepat dalam menyampaikan materi
pelajaran. Komunikasi pembelajarannyadidominasi guru (one way communication). Guru
terus menyapa murid setelah proses paparan
materi pelajaran. Misalnya, Bagaimana? Jelas?
Bisa dipahami? Oke? Murid hanya menja-
wab,Bisa. Mari kita lanjutkan. Oke. Murid
hanya menjawab, Oke. Kondisi demikian
ternyata sulit diselami untuk mendeteksi
kesiapan murid menangkap dan menguasai
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
21/127
14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
konsep materi guru. Inilah persoalan yang
terjadi.
Dari kajian dan refleksi di atas, maka dapat
disimpulkan, siklus pembelajaran kesatu
mengalami masalah: guru terlalu cepat dalam
menjelaskan materi pelajaran, guru melibatkan
siswa dalam belajar namun tidak diresponpositif murid, guru terlalu mendominasi
komunikasi pembelajaran, sapaan guru tak
berjawab menandai kepasifan siswa dan tanda
tanya atas kualitas pemahaman murid terhadap
materi pelajaran. Atas dasar semua itu,
pembelajaran harus dilanjutkan ke siklus kedua
dengan memperbaiki kinerja guru dan perilaku
belajar siswa. Pilihan jitu untuk memperbaiki
kondisi adalah menerapkan metode atau model
pembelajaran investigasi kelompok dalam siklus
pembelajaran kedua. Alasan pemilihan metode
adalah, bahwa metode ini mampu mengeks-plorasi partisipasi dan demokrasi dalam belajar
siswa, sehingga berdampak pada peningkatan
prestasi siswa.
Siklus 2
Pada siklus pembelajaran kedua ini dilakukan
kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Berikut uraiannya.
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyiapkan beberapa
hal berikut : menyusun RPP siklus 2 dengan
revisi; menghubungi guru/teman sejawat untuk
mengobservasi dirinya dan murid, serta
membantu pelaksanaan kegiatan di kelas 9A,
atas izin Kepala Sekolah; menghubungi dua
siswa untuk menjadi tenaga observer saat
pembelajaran dilakukan, serta meminta seorang
Tenaga TU untuk mendokumentasikan kegiatan
pembelajaran ini; menetapkan hari Jumat, 17
April 2015, jam ke-8-9, pukul 12.10-13.30 adalah
hari pembelajaran siklus 2 di kelas 9A bagi
penerapan metode investigasi kelompok untukmeningkatkan kompetensi, partisipasi, dan
prestasi belajar siswa dalam belajar drama dan
menulis naskah drama; dan terakhir, menyiap-
kan perangkat pendukung pembelajaran.
Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melakukan proses
pembelajaran di kelas 9A berupa kegiatan: guru
menyam-paikan salam pagi, mengabsen siswa,
mengatur piket kelas/mengelola K3 untuk
membersihkan kelas agar nyaman digunakan
untuk belajar; guru mengatur tempat duduk
siswa agar mereka nyaman belajar; guru
mengajak siswa memahami standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yanghendak diwujudkan bersama hari ini; guru
menjelaskan prosedur belajar hari ini:
pembukaan, pemahaman SK, KD, tujuan
pembelajaran, pembentukan kelompok,
pengundian materi diskusi, penyiapan bahan
presentasi kelompok, presentasi kelompok,
tanggapan teman, tanya jawab ( klarifikasi dan
penguatan ), penutup (tes, analisis hasil tes),
pemberian tugas rumah untuk menguatkan
pemahaman konsep tentang drama dan
penyusunan naskah drama; pembentukan
kelompok diskusi, ketua, sekretaris, danpresenter/juru bicara kelompok, anggota; yaitu
sebanyak tujuh kelompok, yang terdiri dari:
1. Kelompok Kesatu, dengan juru bicara AP
2. Kelompok Kedua., dengan juru bicara CLG
3. Kelompok Ketiga, dengan juru bicara MTS.
4. Kelompok Keempat, dengan juru bicara FTS.
5. Kelompok Kelima, dengan juru bicara JFK.
6. Kelompok Keenam, dengan juru bicara
HHW.
7. Kelompok Ketujuh, dengan juru bicara CSB.
Selesai membentuk kelompok dan
personalnya, guru melakukan pengundian dan
pembagian materi heterogen; memandu diskusi
kelompok; mengundi urutan presentasi materi
belajar yang disiapkan; memoderatori presentasi
wakil-wakil kelompok, teman dan forum lain
menyimak dan menanggapinya dengan baik;
memandu tanya jawab untuk penguatan
pemahaman konsep drama; memberikan tes
formatif/postes; melakukan analisis hasil tes
dan kesan pesan forum; guru memberikan
ulasan umum tentang belajar drama dan menulis
naskah drama dengan metode investigasikelompok; guru memberikan tugas rumah siswa
untuk penguatan konsep penyusunan naskah
drama; dan akhirnya, guru menutup pertemuan
hari ini.
Pengamatan
Pada tahap ini penulis mengamati perilaku
belajar siswa, hasil postes, dan hasil observasi
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
22/127
15Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
dari observer guru sejawat maupun siswa.
Hasilnya sebagai berikut.
1. Pengamatan guru atas perilaku belajar siswa
Sambil mengajar guru mengamati, bahwa
kondisi perilaku siswa dalam diskusi
kelompok cukup aktif berpendapat, cukup
hidup, dan dinamis memperhatikan danmerespon presentasi teman kelompok lain,
bertanya kepada siswa presenter, yang pada
ujungnya berdampak hasil postesnya
ternyata 93,3% mencapai KKM.
Para presenter telah dapat mewakili
kelompoknya menyampaikan paparan
materi drama dengan baik, berani, tenang,
lancar, serta mampu menjawab pertanyaan
atau tanggapan kelompok lain. Ada 11
siswa penanya dengan 17 pertanyaan,
penguatan, dan tanggapan. Mereka itu
adalah: Penanya 1 ( 1 pertanyaan), Penanyakedua (1 pertanyaan), Penanya ketiga (3
pertanyaan), Penanya keempat (2 pertanya-
an), Penanya kelima (1 pertanyaan),
Penanya keenam (4 pertanyaan), Penanya
ketujuh (1 pertanyaan), Penanya kedelapan
(1 pertanyaan), Penanya kesembilan (1
pertanyaan), Penanya kesepuluh (1 perta-
nyaan), dan Penanya kesebelas (1 perta-
nyaan). Lintas bicara antarpihak telah
terjadi cukup semarak dan hidup, menarik,
dan menyenangkan, berkesan, serta ingin
diulang pada kesempatan lain. Data itu
menandai, bahwa partisipasi siswa dalam
diskusi internal cukup hidup dan aktif, juga
dalam forum diskusi kelas. Ini dapat
dinikmati saat guru keliling ke setiap
kelompok ketika mereka mendiskusikan
materi bagian kelompoknya, maupun saat
memoderatori penampilan wakil kelompok
dalam diskusi kelas yang lebih luas.
2. Hasil postes siswa
Hasil postes siswa terdeskripsi disajikan
pada Tabel 6.3. Hasil observasi guru sejawat dan siswa
a. Observasi guru sejawat terhadap guru
Penampilan guru dinilai sangat
kondusif, piawai dalam mengelola kelas,
menyenangkan siswa, memotivasi kelas
sehingga kelas hidup. Lima dari delapan
aspek penilaian dinyatakan amat baik.
Tabel 6: Hasil Postes pada Siklus 2
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Siswa 1 100 KKM = 85
2 Siswa 2 100
3 Siswa 3 100 Nilai 100 = 20
4 Siswa 4 100 Nilai 95 = 5
5 Siswa 5 100 Nilai 90 = 3
6 Siswa 6 100 Nilai 80 = 1
7 Siswa 7 80 Nilai 80 = 1
8 Siswa 8 100 Nilai 0 =
9 Siswa 9 100
10 Siswa 10 95
11 Siswa 11 100
12 Siswa 12 100
13 Siswa 13 100
14 Siswa 14 100
15 Siswa 15 100
16 Siswa 16 100
17 Siswa 17 95
18 Siswa 18 100
19 Siswa 19 90
20 Siswa 20 100
21 Siswa 21 90
22 Siswa 22 0 Sakit/tidak tuntas
23 Siswa 23 95
24 Siswa 24 100
25 Siswa 25 95
26 Siswa 26 95
27 Siswa 27 90
28 Siswa 28 100
29 Siswa 29 100
30 Siswa 30 100
Juml ah tuntas /ta ktuntas
28/2or-ang
Tuntas: 28(93,3%)
Tidak tuntas:2 (6.7%)
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
23/127
16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Tiga item dinilai baik. Tabel 7 deskripsi
hasil observasinya.
b. Observasi guru sejawat terhadap
perilaku belajar siswa
Teman Sejawat mengamati siswa,
bahwa mereka aktif berdiskusi dan
berpartisipasi membangun ide, baikdalam diskusi kelompok maupun
dalam forum kelas, hasil prestasi
belajarnya amat baik. Lima dari delapan
aspek penilaian dinyatakan amat baik,
sedangkan tiga aspeknya baik. Tabel 8
berisi deskripsi hasil observasinya.
c. Observasi siswa terhadap kinerja Guru
Dua orang siswa, Siswi 1 dan Siswa 2
diminta turut mengobservasi kegiatan
gurunya dalam mengajar dengan
metode investigasi kelompok. Mereka
menilai, bahwa proses ke-giatanpembelajaran berjalan lancar, kondusif,
menyenangkan, memotivasi siswa
belajar dan bergagasan. Siswi 1 menilai
tiga dari delapan aspek kegiatan guru
dinilai amat baik; lima item dinilai baik.
Sedangkan S2 menilai dua item amat
Tabel 7: Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus 2
NoAspek Penilaian dalam
Observasi
Rentang SkorKeterangan
Amat Baik Baik Sedang Kurang
1 Pengarahan Guru v
2 Metode yang Digunakan Guru v
3 Penyajian Materi Guru danSistematikanya
v
4 Kecakapan dan KeterlibatanGuru Menangani Tanggapandan Penuntasan Pembelajaran
v
5 Kepiawaian Guru dalam
Menghidupkan Kelas
v
6 Penguasaan/ManagemenKelas
v
7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran
v
8 Hasil Prestasi Studi Siswa v
Jumlah = 8 i tem/aspek pengamatan 5 3
baik dan 6 item baik sebagaimana
terlihat pada pada tabel 9a dan 9b.
4. Observasi siswa terhadap perilaku belajar
siswa
Dua orang siswa, Siswi 1 dan Siswa 2, turut
mengobservasi kegiatan temannya dalam
belajar dan diskusi. Mereka menilai, bahwakegiatan temannya aktif, partisipatif,
kondusif, senang, bahkan terlihat nyaman.
Kedua siswa mengamati dan menilai bahwa
kedelapan aspek pembelajaran siswa
dinilainya amat baik 5 poin, baik 10 poin,
dan sedang 1 poin. Deskripsi kondisi hasil
pengamatan mereka itu tertera pada tabel
10a dan 10b.
Refleksi
Mengingat kegagalan pada siklus 1, maka
penulis melakukan persiapan lebih baik denganmemberikan penekanan perubahan berdasar-
kan aspek/titik kelemahan siklus 1. RPP, strategi
pembelajaran diubah, materi pembelajaran
bahan diskusi kelompok disiapkan, sarana
pendukung, seperti soal tes, fotokopi rangkuman
materi pelajaran untuk siswa disediakan dan
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
24/127
17Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
dibagikan kepada siswa. Pelaksanaan dan
sarana pendukung telah dioperasikan optimal.
RPP yang disiapkan telah dipraktikkan dalam
pembelajaran. Guru menjelaskan dan menegas-
kan prosedur dan teknis belajar pada siklus 2
ini secara serius agar pembelajaran berjalan
efektif, sistematis, mencapai tujuan optimal,
peluang siswa bertanya disediakan, baik dalam
internal kelompok maupun forum kelas agar
kelas menjadi hidup; kondisi kelas sangat
Tabel 8: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 2
NoAspek Penilaian dalam
Observasi
Rentang SkorKeterangan
Amat Baik Baik Sedang Kurang
1 Perhatian Siswa v
2 Minat dan Semangat Belajar v
3 Minat Bertanya V
4 Semangat Mencatat Materi
Pelajaran
v
5 Keterlibatan dalam Pelajaran v
6 Konsentrasi Belajar v
7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran
v
8 Hasil Prestasi Studi Siswa v
Jumlah = 8 i tem/aspek 5 3
Tabel 9a: Lembar Observasi Siswa atas Kinerja Guru pada Siklus 2
NoAspek Penilaian dalam
Observasi
Rentang SkorKeterangan
Amat Baik Baik Sedang Kurang
1 Perhatian Siswa v
2 Minat dan Semangat Belajar v
3 Minat Bertanya v
4 Semangat Mencatat MateriPelajaran
v
5 Keterlibatan dalam Pelajaran v
6 Konsentrasi Belajar v
7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran
v
8 Hasil Prestasi Studi Siswa v
Jumlah = 8 item/aspek 3 5
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
25/127
18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Tabel 10b: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 2
NoAspek Penilaian dalam
Observasi
Rentang SkorKeterangan
Amat Baik Baik Sedang Kurang
1 Perhatian Siswa v
2 Minat dan Semangat Belajar v
3 Minat Bertanya v
4 Semangat Mencatat MateriPelajaran
v
5 Keterlibatan dalam Pelajaran v
6 Konsentrasi Belajar v
7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran
v
8 Hasil Prestasi Studi Siswa v
Jumlah = 8 i tem/aspek 2 6
kondusif, dinamis, kerjasama terba-ngun baik,
nyaman untuk memahami dan membangun
konsep.
Hasil observasi guru sejawat positif dan
sejalan dengan renungan di atas. Kinerja guru
baik, perilaku belajar siswa baik. Pendapat dan
pemahaman ini juga didukung oleh hasil
observasi dua orang siswa. Kinerja guru baik dan
perilaku belajar siswa pun baik. Semuanya
positif.
Tabel 9b: Lembar Observasi Siswa atas Kinerja Guru pada Siklus 2
NoAspek Penilaian dalam
Observasi
Rentang SkorKeterangan
Amat Baik Baik Sedang Kurang
1 Perhatian Siswa v
2 Minat dan Semangat Belajar v
3 Minat Bertanya v
4 Semangat Mencatat Materi
Pelajaran
v
5 Keterlibatan dalam Pelajaran v
6 Konsentrasi Belajar v
7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran
v
8 Hasil Prestasi Studi Siswa v
Jumlah = 8 i tem/aspek 2 6
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
26/127
19Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Perencanaan dan pelaksanaan pembel-
ajaran yang optimal tersebut ternyata mampu
menghasilkan partisipasi belajar siswa dan
prestasi belajar yang optimal. Ini ternyata dari
adanya 11 siswa bertanya, menanggapi, membe-
rikan klarifikasi materi pelajaran saat terjadi
proses belajar mengajar. Siswa aktif dan dinamis.
Guru bangga karena merasa perubahan metode
dan strategi pembelajaran yang dilakukan
menjadikan siswa nyaman belajar, berkomu-
nikasi baik, dan bersama-sama membangun
konsep tentang drama. Rasa bangga itu berujung
puas dan bangga lagi. Dinyatakan demikian
karena ternyata partisipasi belajar siswa
berubah dan meningkat, bahkan hasil tesnya
optimal. Dua puluh delapan siswa dari 30 siswa
mencapai KKM sekolah, yaitu 85. Persentase
KKM 93,3%. Dua puluh dari 30 siswa memper-
oleh nilai 10/maksimal. Ini berarti terjadi
perubahan luar biasa dari siklus 1 ke siklus 2.Berdasarkan hasil investigasi guru
terhadap siswa setelah membahas soal tes
diperoleh beberapa masukan berikut. Model
pembelajaran seperti ini enak, bagus, dan perlu
diulang lagi pada pokok pelajaran berikutnya.
Banyak siswa dapat atau terpaksa harus ikut
aktif dalam bergagasan. Tetapi bagus dan
bermanfaat. Perlu dikembangkan terus.
Dari kajian dan refleksi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa siklus pembelajaran kedua
mengalami peningkatan signifikan dan berhasil.
Kinerja guru dan perilaku belajar siswa berubah
ke arah yang lebih baik dan bermakna. Untuk
itu siklusnya berhenti di sini.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berikut ini, penulis hendak menghubungkan
rumusan masalah, tujuan penelitian, temuan
fakta dan data penelitian (tes maupun observasi),
dan kajian teori untuk menyimpulkan sebuah
konsep. Rumusan masalah penelitian ini
adalah: Mampukah penerapan metode inves-
tigasi kelompok meningkatkan partisipasi dan
prestasi belajar drama bagi siswa di kelas 9A
SMPK PENABUR Cirebon?Rumusan masalah
ini dijabarkan ke dalam empattujuan penelitian
berikut. Pertama, mening-katkan partisipasisiswa dalam belajar drama. Kedua, mening-
katkan prestasi hasil belajar siswa. Ketiga,
mendeteksi seberapa jauh efektivitas peran dan
dampak metode belajar Group Investigationdalam
menolong kesulitan belajar siswa. Keempat,
membangun mutu proses belajar yang berdam-
pak pada peningkatan mutu siswa, mutu guru,
mutu sekolah/lembaga, dan mutu pendidikan.
Tabel 10a: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 2
NoAspek Penilaian dalam
Observasi
Rentang SkorKeterangan
Amat Baik Baik Sedang Kurang
1 Perhatian Siswa v
2 Minat dan Semangat Belajar v
3 Minat Bertanya v
4 Semangat Mencatat MateriPelajaran
v
5 Keterlibatan dalam Pelajaran v
6 Konsentrasi Belajar v
7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran
v
8 Hasil Prestasi Studi Siswa v
Jumlah = 8 item/aspek 3 4 1
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
27/127
20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
berarti bahwa ada hubungan linear-logis antara
pilihan metode pada kajian teori/pustaka
dengan rumusan masalah penelitian ini. Kedua,
dengan pilihan dan terapan metode
pembelajaran yang pas, partisipasi studi siswa
membaik. Partisipasi pada siklus 1 yang kurang
diminati nol, sedangkan partisipasi pada siklus2 berupa 11 siswa penanggap dengan 17
produksi tanggapan. Ini membuktikan
tercapainya tujuan-kesatu penelitian ini dan
tampak jelas pada Gambar 2.
Ketiga,perolehan nilai siswa sebagai wujud
meterai kompetensi belajar siswa mengalami
perubahan variatif dan signifikan. Ini menunjuk-
kan, bahwa pilihan metode pembelajaran dapat
mendongkrak minat belajar dan prestasi siswa,
serta mendukung pewujudan tujuan-kedua
penelitian ini. Kondisi ini dapat dicermati padaGambar 3 yang menunjukkan KKM meningkat
dari 70% menjadi 93.3%, melebihi KKM standar
sebesar 85%.
Pada siklus 1, siswa ber-KKM sebanyak 21
orang, tidak KKM sebanyak 9 orang. Pada siklus
2, siswa ber-KKM sebanyak 28 orang, tidak KKM
sebanyak 2 orang. Jumlah siswa tidak KKM
menurun, dan meningkatkan jumlah siswa ber-
KKM. Jumlah siswa yang mengalami pening-
katan poin nilai 27 orang, yang stagnan/jenuh
3 orang. Dua orang stagnan karena perolehan
nilai pada siklus 1-2 sudah maksimal; yaitu 100.Satu orang stagnan karena sakit dan tidak ikut
proses belajar dan postes (Tabel 12).
Hasil postes mereka juga menunjukkan
perkembangan dan peningkatan signifikan. Ini
membuktikan, bahwa pemberlakuan metode
baru pada siklus 2 tepat dan produktif. Kalau
diperbandingkan peraihan nilai dan jumlah
kedua siklus, maka terlihat seperti Tabel 13.
Dari data tabel itu dapat dikatakan, bahwa
rentang variasi perolehan nilai pada siklus 1
lebih banyak daripada pada siklus 2.
Perbandingannya adalah 8:5. Rentang
panjangnya menunjukkan toleransi terhadap
perolehan nilai di bawah KKM tinggi,
sedangkan rentang pendeknya menun-jukkan
perolehan nilai di atas KKM tinggi pula.
Perubahan rentang variasi nilai dari siklus 1 ke
siklus 2 menunjukkan terjadinya perbaikan
kualitas pemahaman dan pembelajaran siswa.
Pemeroleh nilai ideal semakin banyak, sedang-
Sesuai kajian pustaka, metode investigasi
kelompok diplih karena metode ini mampu
membangun sikap tanggung jawab dan kerjasa-
ma dalam kelompok, serta membina sikap saling
menghargai pendapat anggota kelompok, dan
pada ujungnya membiasakan untuk berani
mengemukakan pendapat. Kecuali itu, model ini
juga memberikan kesempatan siswa untuk
banyak berpartisipasi, berinteraksi dalam
membangun gagasan. Semakin partisipasi
belajar siswa tinggi, penguasaan konsep danmateri pembelajaran semakin dalam dan luas
pula. Kondisi ini berdampak positif dan
produktif pada peningkatan prestasi siswa
sebagaimana terlihat pada Tabel 11.
Data Tabel 11 menunjukkan, pertama,
pilihan metode pembelajaran memberikan aneka
dampak pada kehidupan, nurani, perasaan,
sikap, partisipasi, dan prestasi belajar siswa. Ini
0
11
0
2
4
6
8
10
12
Siklus 1 Siklus 2
Gambar 2: Partisipan Belajardan Penanya
70
93.3
0
10
20
30
40
5060
70
80
90
100
KKM RPPCeramah
Bervariasi
KKM InvestigasiKelompok
Gambar 3: Perbandingan Hasil KKMSiklus/RPP1dan Siklus/RPP2 dalam %
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
28/127
21Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Tabel 11 : Relasi dan Dampak Multiaspek dalam Dua SiKlus
No Relasi Multiaspek Siklus 1 Siklus 2 Kondisi Perubahan Kesimpulan
1 Terapan metode CeramahBervariasi
InvestigasiKelompok
100 % berubah Perlu berubah &bermanfaat
2 Partisipasi Studi 0 penanggap 11 penang-gap/17tanggapan
37 % Partisipasi studisignifikan
3 Nilai/prestasi:a.100/sempurnab.nilai meningkatc.nilai tetap
a.2 (6,7%)b.21c.3
a.20 (67%)b.27c.3
a.+ 18 siswa/900%b.+ 6 (28,6%)c.0 %
a. naik signifikanb. naik signifikanc.2 jenuh/1 sakit
4 Pencapaian KKMa. Sesuai KKMb. Di atas KKMc. KKM ( 85 )d. Tidak sesuai KKM
e. % KKM kelas (85%)
a.7b.14c.21d. 9
e. 70%
a.0b.28c. 28d. 2
e. 93,3%
a.7 siswa nilai naikb.naik 100%c.+ 7 siswa/33,3%d.- 7 siswa/77,8%
e. naik 23,3%
a.naik signifikanb. naik signifikanc. naik signifikand. naik signifikan
e. di atas KKM5 Kenyamanan studi
a. Kurang nyamanb. Nyaman, momen unjuk diri
a.28 siswab.2 siswa
a.29 siswab.27 siswa
a.beda drastisb.beda drastis
a.. Guru perlu refleksib.Guru perlu refleksi
6 Alur komunikasi Harus kon-sern satuarah
Multiarah Demokratis, bebas,moderat
Siswamenyenanginya.
7 Tekanan Belajar Tinggi (16siswa) ber-kata begitu
Fleksibel (25siswa) mera-sa begitu
Demokratis, seriustapi santai
Siswa kelas inikurang tahantekanan
8 Kebebasan Belajar Rendah/ke-na komandoguru (29siswa)berkata itu
Tinggi/gurukelilingkontrol dis-kusi kelom-pok; siswapunya pagarkelompok
Harkat diri siswadiperhatikan
Siswa kelas inipunya gengsitertentu
9 Kinerja Guru-Murid Guru ditun-tut banyak,murid pasif.Guru capek,murid enak.
Guru menja-di konduktororchesta PBM.
Guru takterlalucapek, muridaktif kerja
Porsi dan persen-tase kinerja-hakdisesuaikan lebihefektif danberdaya guna
tinggi
Perlu berubah &bermanfaat seca rakontiniu, fle ksibel,berdam pak positif
10 Kajian Observer Guru-Siswa pada Peneliti
5 Amat baik18 Baik1 Sedang
10 Amat baik14 Baik0 Sedang
meningkatbaik
Kinerja Guru/Peneliti tambah baik
11 Kajian Observer Gu-ru-Siswa pada Perila-ku Belajar Siswa
1 Amat Baik16 Baik5 Sedang2 Kurang
10 Amat baik13 Baik1 Sedang0 Kurang
MeningkatBaik
Perilaku belajarsiswa berubahmembaik dansignifikan
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
29/127
22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
kan pemeroleh nilai di
bawah KKM semakin kecil.
Ini membuktikan bahwa
penerapan strategi belajar
dengan metode investigasi
kelompok untuk belajar
menulis naskah dramamemang tepat, sehingga
pembelajaran dapat berhasil.
Dari data hasil peng-
amatan guru, guru sejawat,
maupun siswa, juga dari
hasil postes tersebut, dapat
dikatakan bahwa penerapan
metode investigasi kelompok
dalam pembelajaran drama
dan menulis naskah drama
berdampak sangat positif
dan berhasil, sehingga sikluspembelajaran perlu dan
dapat dihentikan di sini. Keempat,dari hasil jajag
ide setelah selesai PBM, guru
memperoleh beberapa masu-
kan dan komentar siswa
yang mendorong guru untuk
bertindak mobiledan fleksibel
dalam memandu belajar
siswa dan dalam mengelola
kelas, serta dalam mengelola
kejiwaan/psikis siswa. Gaya
dan sikap hidup remaja
sekarang perlu dicermati,
diempati, jangan dilawan
atau dikerasi. Kita mesti
belajar pada filosofi Ki Hajar
Dewantara ini. Ing ngarso
sung tulodho, ing madyo
mangun karso, lan tut wuri
handayani, pungkasane aweh
hasil kang mentes lan maedahi.
Maknanya adalah, (sebagaiorangtua dan dewasa) di
depan kita menjadi teladan
hebat, di antara mereka kita
membangun semangat
hidup-belajar dan motivasi,
dan di belakang mereka, kita
tetap berwibawa mengenda-
likan dan mengarahkan
Tabel 12 : D ata Perolehan Nilai Postes Siklus 1 d an 2,Serta Perkembangannya
NoNamaSiswa
Nilai Siklus 1Metode
CeramahBervariasi
Nilai Siklus 2Metode
CeramahBervariasi
Perkembangan/perubahan
dampakpenerapan
metode baru
1 Sisw a 1 95 100 5
2 Siswa 2 95 100 5
3 Siswa 3 80 100 20
4 Siswa 4 90 100 10
5 Siswa 5 85 100 15
6 Siswa 6 100 100 0/tetap
7 Siswa 7 75 80 5
8 Siswa 8 85 100 15
9 Siswa 9 90 100 10
10 Siswa 10 80 95 15
11 Siswa 11 90 100 10
12 Siswa 12 90 100 10
13 Siswa 13 90 100 10
14 Siswa 14 90 100 10
15 Siswa 15 90 100 10
16 Siswa 16 85 100 15
17 Siswa 17 80 95 15
18 Siswa 18 85 100 15
19 Siswa 19 80 90 10
20 Siswa 20 80 100 20
21 S iswa 21 85 90 5
22 Siswa 22 0 0 0/tetap
23 Siswa 23 85 95 10
24 Siswa 24 100 100 0/tetap
25 Siswa 25 80 95 5
26 Siswa 26 90 95 5
27 Siswa 27 70 90 20
28 Siswa 28 90 100 10
29 Siswa 29 90 100 10
30 Siswa 30 85 100 15
Ju m la htuntas/tak
tuntas
21/9 orang70%/30%
28/2 siswa93,3%/6,7%
27/3 orang90%/10%
7/24/2019 Jurnal No24 Thn14 Juni2015
30/127
23Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015
Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Tabel 13: Perkembangan Peraihan Nilai Antarsiklus
NoNilai
Raihan
Siklus 1Metode
CeramahBervariasi
Siklus 2Metode
InvestigasiKelompok
Keterangan/ apresiasi
1 100 2 20 meningkat/tambah 18 orang
2 95 2 5 meningkat/tambah 3 orang
3 90 10 3 berkurang 7 orang, naik skor
4 85 7 0 berkurang 7 orang naik skor
5 80 6 1 berkurang 5 orang, naik skor
Top Related