JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN SEKRETARI ISSN: 2528-231X Volume 1 Nomor 2 Desember 2016, Halaman 62-78
62
Latar Belakang
Air mineral Aqua merupakan salah satu
produk minuman yang banyak diminati oleh
masyarakat umum, termasuk masyarakat Kota
Banda Aceh. Hal ini sangat beralasan disebabkan
merek Aqua sudah dikenal secara luas oleh
masyarakat. Air minum kemasan tersebut tidak
hanya menjadi konsumsi konsumennya secara
individu, tetapi juga sudah menjadi konsumsi
rumah tangga.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap kualitas air minum, maka
kebutuhan mereka terhadap air minum dengan
kualitas yang lebih baik semakin meningkat. Air
minum merek Aqua menjadi salah satu pilihan
utama ketika mereka ingin memenuhi kebutuhan
rumah tangga terhadap air mineral. Kondisi ini
secara implisit mengindikasikan terdapat
keterkaitan antara kesadaran merek dengan
intensitas keputusan pembelian air minum.
Munculnya kesadaran konsumen terhadap
merek (brand awareness) air minum merek Aqua
tidak terlepas dari upaya yang dilakukan produsen
air minum tersebut. Dalam prakteknya PT Aqua
Golden Mississipi Tbk sebagai produsen air
minum tersebut selalu berupaya meningkatkan
kesadaran konsumen terhadap merek Aqua. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah melalui
kegiatan pemasaran dalam bentuk cause related
marketing (CRM). CRM adalah program
pemasaran yang digunakan untuk meningkatkan
kinerja perusahaan dan membantu cause yang
dianggap berarti dengan cara mengaitkan
penggalangan dana bantuan pada pembelian
produk dan/atau jasa dari perusahaan. Hal penting
dalam cause related marketing (CRM) yakni
kegiatan yang bersifat komersial, kemitraan,
pemasaran yang ditujukan untuk mencapai
hubungan yang saling menguntungkan (Adkins,
2004).
Cause related marketing (CRM) tidak hanya
dapat berpengaruh terhadap brand awareness,
tetapi juga dapat berdampak pada intensitas
pembelian konsumen (customer purchase
intention). Adanya pengaruh cause related
marketing (CRM) terhadap brand awareness dan
intensitas pembelian konsumen (customer
purchase intention) sesuai dengan pendapat
Lafferty (2009) yang menyatakan, semua pihak
yang terlibat dalam program cause related
marketing (CRM) akan memperoleh keuntungan.
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan
produk, membangun hubungan dengan pelanggan
serta memperbaiki kesadaran merek (brand
awareness). Selain itu, cause related marketing
(CRM) juga dapat membedakan perusahaan dari
pesaingnya dengan membangun ikatan emosional
maupun spiritual dengan konsumen.
Dengan adanya kesadaran merek dikalangan
konsumen ditambah lagi dengan persepsi yang
baik terhadap merek tidak hanya dapat
mendorong konsumen untuk melakukan
pembelian, akan tetapi juga dapat membentuk
kesetiaan konsumen terhadap produk dan jasa
yang ditawarkan. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ribhan (2006) “There is a risk
Brand Awareness dan Corporate Image Sebagai Variabel Mediasi antara
Cause Related Marketing (CRM) Terhadap Customer Purchase Intention
Sulaiman M. Ali, SE, MM, Ph.D
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cause related marketing (CRM) terhadap
costumer purchase intention air mineral aqua dengan brand awareness dan corporate image sebagai
variabel mediasi. Sampel penelitian sebanyak 141 orang konsumen air mineral Aqua di Kota Banda Aceh.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan
hierarchical linier methods. Penelitian menemukan bahwa Cause related marketing berpengaruh terhadap
customer purchase intention dan brand awareness. Brand awareness berpengaruh terhadap customer
purchase intention. Cause related marketing berpengaruh terhadap corporate image. Corporate image
berpengaruh terhadap customer purchase intention. Cause related marketing berpengaruh terhadap
customer purchase intention air mineral Aqua dengan brand awareness dan corporate image sebagai
mediating variable.
Kata Kunci: Cause Related Marketing (CRM), Costumer Purchase Intention, Brand Awareness,
Corporate Image dan Hierarchical Linier Methods.
Brand Awareness dan Corporate Image Sebagai Variabel Mediasi antara
Cause Related Marketing (CRM) Terhadap Customer Purchase Intention Sulaiman, M. Ali, SE, MM, Ph.D
63
that loyal customers can be enticed away by a
competitor if the performance of the product or
service is not improved. Berdasarkan pernyataan
tersebut, dapat dijelaskan bahwa terdapat suatu
resiko dimana pelanggan yang loyal akan bisa
dipengaruhi pesaing jika penampilan produk atau
layanannya tidak diperbaiki, karena mungkin saja
konsumen memindahkan pembeliannya ke merek
lain yang menawarkan berbagai manfaat yang
cukup besar sebagai kompensasinya.
Pengaruh CRM terhadap intensitas
pembelian konsumen sebenarnya tidak hanya
dapat terjadi melalui brand awareness, tetapi juga
dapat melalui corporate image. Hal ini berarti
bahwa CRM juga dapat berdampak pada
pembentukan citra (image) perusahaan yang pada
gilirannya meningkatkan intensitas pembelian
konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
Keterkaitan antara CRM dengan corporate image
dan intensitas pembelian konsumen dikemukakan
oleh Kotler dan Lee (2007:315) yang menyatakan
bahwa cause related marketing (CRM)
merupakan sebuah tanggung jawab sosial dengan
tujuan menciptakan kondisi ekonomi, sosial, dan
lingkungan yang lebih baik. CRM yang
diterapkan secara tepat akan dapat memberikan
banyak keuntungan bagi perusahaan, salah
satunya adalah mampu meningkatkan corporate
image. Image yang positif di mata publik tersebut
akan mendorong konsumen bertanggung jawab
memelihara kelangsungan perusahaan dengan cara
membeli produknya. Pada akhirnya CRM tidak
hanya dapat meningkatkan corporate image,
tetapi juga meningkatkan intensitas pembelian
konsumen terhadap produk yang dihasilkan
perusahaan. Dengan kata lain, cause related
marketing (CRM) tidak hanya berpengaruh
terhadap corporate image, tetapi juga dapat
berdampak pada costumer purchase intention.
Semakin baik CRM semakin baik pula corporate
image dan pada akhirnya dapat meningkatkan
intensi pembelian konsumen (costumer purchase
intention).
PT Aqua sebagai salah satu perusahaan yang
menghasilkan air minum mineral juga berupaya
meningkatkan kinerja perusahaan melalui
program cause-related marketing (CRM). CRM
dimaksud yakni kegiatan yang bersifat komersial,
kemitraan, pemasaran yang ditujukan untuk
mencapai hubungan yang saling menguntungkan.
Wujud nyata program CRM perusahaan tersebut
adalah adanya program kemitraan antara antara
Danone AQUA dengan Yayasan Pembangunan
Citra Insan Indonesia (YPCII).
YPCII yang didirikan pada tahun 2008
merupakan organisasi nirlaba independen yang
mendorong dan memandu masyarakat untuk
menggali potensi diri dan sumber daya dalam
upaya untuk membebaskan diri dari kondisi
kesehatan yang tidak memadai, kemiskinan,
kebodohan dan ketidak adilan. Beberapa program
utama YPCII di antaranya adalah pengembangan
kapasitas masyarakat untuk mencapai
kemandirian, kesehatan ibu dan
anak/Pengembangan Anak Usia Dini, pendidikan
dan perbaikan gizi berbasis masyarakat,
pendidikan higiene dan sanitasi berbasis sekolah,
air minum dan penyehatan lingkungan berbasis
masyarakat, dan pelatihan di bidang kesehatan, air
bersih, kebersihan diri dan sanitasi. Salah satu
program kemitraan yang dilakukan adalah
kemitraan dengan LSM international (Project
Concern International dan Americares) di
Provinsi Aceh tahun 2011. Wujud nyata program
CRM perusahaan tersebut adalah adanya program
kemitraan antara antara Danone AQUA dengan
Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia
(YPCII).
Hingga saat ini, PT Aqua juga melaksanakan
program CRM-nya di Aceh. Program CRM kali
ini diwujudkan dalam bentuk dukungan terhadap
oleh raga sepak bola yang dikenal dengan Aqua
Danone Nations Cup (DNC) Regional Aceh 2016.
Program ini berupaya meningkatkan prestasi olah
raga Aceh khususnya dibidang sepak bola. Dalam
hal ini PT Aqua menjadi donator dalam
pelaksanaan turnamen sepak bola anak usia dini.
Klub yang menang ditingkat daerah akan
difasilitasi untuk dapat mengikuti turnamen
ditingkat nasional.
Mengacu pada uraian di atas, dapat dipahami
bahwa dalam rangka melaksanakan program
cause-related marketing (CRM), PT Aqua tidak
hanya melakukan program kemitraan dengan
YPCII, tetapi juga mendonasikan dananya untuk
kepentingan-kepentingan masyarakat termasuk
mendanai kegiatan olah raga. Melalui program
tersebut PT Aqua mengharapkan adanya
hubungan yang saling menguntungkan, baik bagi
cause maupun bagi perusahaan tersebut. CRM
diharapkan mampu meningkatkan kesadaran
konsumen akan merek Aqua (brand awareness)
dan citra perusahaan (corporate image). Hasil
penelitian awal diperoleh informasi bahwa
kesadaran merek (brand awareness) Aqua
dikalangan konsumen yang berada di Kota Banda
Aceh relatif berbeda satu sama lain. Demikian
pula halnya dengan penilaian terhadap citra
perusahaan. Indikasi adanya perbedaan penilaian
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN SEKRETARI ISSN: 2528-231X Volume 1 Nomor 2 Desember 2016, Halaman 62-78
64
konsumen terhadap brand awareness dan
corporate image perusahaan tersebut dapat dilihat
dari keinginan mereka untuk selalu menjadikan
air minum merek Aqua sebagai pilihan dalam
membeli air minum. Tidak sedikit di antara
konsumen yang dulunya mengkonsumsi air
minum merek Aqua, sekarang beralih ke merek
lain selain Aqua. Namun demikian, tidak dapat
dipungkiri bahwa jumlah konsumen produk air
minum termasuk merek Aqua juga mengalami
peningkatan disebabkan adanya pertumbuhan
penduduk atau peningkatan jumlah konsumen.
Intensi pembelian konsumen air mineral
Aqua di Kota Banda Aceh tentunya terkait dengan
brand awareness, corporate image dan cause
related marketing (CRM). Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh cause related
marketing (crm) terhadap costumer purchase
intention air mineral aqua dengan brand
awareness dan corporate image sebagai variabel
mediasi
Tinjauan Kepustakaan
Customer Purchase Intention
Purchase intention merupakan perilaku
yang ditampilkan oleh individu dalam stage
evaluation of alternatives. Dalam pemilihan
sejumlah alternatif konsumen akan mengevaluasi
sejumlah merek dalam satu kategori produk yang
dinilai mampu memecahkan masalahnya.
Beberapa konsumen akan mungkin membeli
merek tertentu karena mereka merasa merek yang
yang merek pilih tersebut menawarkan beberapa
fitur yang sesuai dengan kebutuhan, kualitas dan
memiliki sisi emosional dengan konsumen.
Wang dan Tadisina (2011) mendefinisikan
customer purchase intention (intensi pembelian
konsumen) sebagai keinginan konsumen untuk
membeli atau membeli kembali dan diukur
dengan mensurvei keinginan konsumen. Intensi
pembelian terjadi ketika konsumen merasa rela
untuk membeli produk suatu perusahaan tanpa
adanya tekanan karena konsumen merasa tidak
memiliki pilihan lain atau hanya sedikit alternatif
yang tersedia (Wang dan Tadisina, 2011). Intensi
pembelian juga dapat diartikan sebagai niatan
seseorang untuk membeli sebuah produk, dan
merupakan salah satu cara awal bagi pemasar
untuk dapat mempelajari serta memahami
perilaku konsumen (Lestari, 2008); kemungkinan
subjektif individu untuk melakukan suatu
perilaku tertentu (Bansal et al., 2005); dan unit
dasar dalam jaringan rencana yang akan muncul
ketika individu melakukan aktivitas kognitif yang
berorientasi ke masa depan, seperti perencanaan,
berangan-angan, perenungan, simulasi mental
(Soderlund & Ohman, 2003).
Brand Awareness
Aaker seperti dikutip oleh Retnawati (2003)
mendefinisikan, kesadaran merek (brand
awareness) sebagai suatu penerimaan konsumen
terhadap sebuah merek dalam benak mereka
dimana ditunjukkan dari kemampuan mereka
mengingat dan mengenali kembali sebuah merek
ke dalam kategori tertentu. Upaya meraih kualitas
kesadaran merek, baik dalam tingkat pengenalan
maupun pengingatan kembali, melibatkan dua
kegiatan, yaitu berusaha membangun identitas
merek (brand identity) dan berusaha membentuk
citra merek (brand image building) dalam benak
konsumen (Rangkuti, 2002:39). Sedangkan
Suyanto (2007:80) menyatakan, “kesadaran merek
merupakan kemampuan merek untuk muncul
dalam benak konsumen ketika mereka sedang
memikirkan produk tertentu dan seberapa mudah
nama tersebut dimunculkan”.
Kesadaran merek merupakan dimensi dasar
dari ekuitas merek. Sebuah merek tidak
mempunyai ekuitas sampai konsumen menyadari
keberadaan merek tersebut. Merek baru harus
mampu mencapai kesadaran merek. Kemudian
semua merek harus berupaya untuk
mempertahankan kesadaran merek (Suyanto,
2007:81). Pengukuran kesadaran merek dapat
menggunakan beberapa indikator meliputi be
different memorable (menjadi berbeda dikenang),
involve a slogan or jingle (melibatkan slogan atau
jingle) dan brand recognition (pengakuan merek)
(Vijaya, 2007).
Corporate Image
Citra (image) mencerminkan apa yang
dipikirkan, emosi dan persepsi individu.
Walaupun orang melihat hal yang sama, tapi
pandangan mereka bisa berbeda. Persepsi itu
didasarkan pada apa yang diketahui, atau apa
yang mereka anggap ketahui. Namun terkadang
persepsi diyakini sebagai realitas, karena
persepsilah yang membentuk citra. Untuk bisa
memasarkan citra, maka perusahaan harus terlebih
dahulu memiliki citra yang ingin dimunculkan,
lalu mengidentifikasi pasar sasaran yang kita tuju,
merumuskan positioning yang tepat untuk
mencerminkan citra itu, serta merancang pesan
dan media kampanye (Alifahmi, 2005:73).
Suwandi (2007:115) menyatakan,
keinginan sebuah perusahaan untuk mempunyai
citra (image) yang baik dimana publik terutama
para konsumen yang memanfaatkan produk dan
jasa yang dihasilkan perusahan tersebut, berawal
Brand Awareness dan Corporate Image Sebagai Variabel Mediasi antara
Cause Related Marketing (CRM) Terhadap Customer Purchase Intention Sulaiman, M. Ali, SE, MM, Ph.D
65
dari pengertian yang tepat mengenai citra sebagai
rangsangan adanya pengelolaan upaya yang perlu
dilaksanakan. Ketepatan pengertian citra agar
organisasi dapat menetapkan upaya dalam
mewujudkan citra tersebut pada objek dan
mendorong perioritas pelaksanaan kegiatan yang
dapat membantu terbentuknya citra. Dengan kata
lain, setiap perusahaan dipandang perlu untuk
mendefinisikan citra yang mereka maksudkan
apabila perusahaan tersebut ingin membangun
citra yang diinginkan. Citra (image) didefinisikan
sebagai kesan yang diperoleh sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang
sesuatu (Buchari, 2002: 317). Hal ini sesuai
dengan pendapat Khasali (2003:28) yang
menyatakan, citra dedifinisikan sebagai suatu
kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu
kenyataan.
Citra perusahaan (corporate image) memiliki
peranan yang sangat penting untuk kemajuan
perusahaan dalam memasarkan produk yang
dihasilkan. Pentingnya citra perusahaan
(corporate image) juga dikemukakan Gronross
yang dikutip oleh (Sutisna, 2001:332) sebagai
berikut:
1. Menceritakan harapan bersama kampanye
pemasaran eksternal. Citra positif
memberikan kemudahan perusahaan
untuk berkomunikasi dan mencapai tujuan
secara efektif sedangkan citra negatif
sebaliknya.
2. Sebagai penyaring yang mempengaruhi
persepsi pada kegiatan perusahaan. Citra
positif menjadi pelindung terhadap
kesalahan kecil, kualitas teknis atau
fungsional sedangkan citra negatif dapat
memperbesar kesalahan tersebut.
3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan
harapan konsumen atas kualitas pelayanan
perusahaan.
4. Mempunyai pengaruh penting terhadap
manajemen atau dampak internal. Citra
perusahaan yang kurang jelas dan nyata
mempengaruhi sikap karyawan
perusahaan.
Citra perusahaan (corporate image) yang
baik dimaksudkan agar perusahaan dapat tetap
hidup dan orang-orang di dalamnya terus
mengembangkan kreativitas bahkan memberikan
manfaat yang lebih berarti bagi orang lain
(Khasali, 2003:30). Sedangkan Irawan (2002:318)
menyatakan, citra perusahaan (corporate image)
dapat memberikan kemampuan pada perusahaan
untuk mengubah harga premium, menikmati
penerimaan lebih tinggi dibandingkan pesaing,
membuat kepercayaan pelanggan kepada
perusahaan. Corporate image berhubungan
dengan kredibilitas dari suatu organisasi/
perusahaan. Menurut Parasuraman yang dikutip
oleh Tjiptono (2000:75) credibility merupakan
sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas
mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan,
karakteristik pribadi, contact personal, dan
interaksi dengan pelanggan. Dari pengertian
tersebut, maka image perusahaan dapat dilihat
dari nama baik perusahaan atau citra positif di
mata masyarakat, dapat dipercaya. Corporate
image juga terkait dengan word of mouth.
Menurut Zeithaml dalam Tjiptono, (2000 :64)
menyatakan bahwa word of mouth merupakan
pernyataan (secara personal atau non personal)
yang disampaikan oleh orang selain organisasi
(service provider) kepada pelanggan. Word of
mouth ini biasanya cepat diterima oleh pelanggan
karena yang menyampaikannya adalah mereka
yang dapat dipercayainya, seperti para pakar,
teman, keluarga, dan publikasi media massa.
Cause Related Marketing (CRM)
Pemahaman mengenai cause related
marketing (CRM) dapat dimulai dengan
mengetahui definisi yang diberikan oleh
Varadarajan dan Menon (1988). Mereka
mendefinisikan cause related marekting (CRM)
sebagai “the process of formulating and
implementing marketing activities that are
characterized by an offer from the firm to
contribute a special amount to a designated cause
when customer engage in revenue-providing
exchanges that satisfy organizational and
individual objectives”. Adkins (2004) yang
mengutip Business in The Community
mendefinisikan cause related marketing (CRM)
sebagai: “A commercial activity by which business
and charities or good causes form a partnership
with each other to market image, product or
service for mutual benefit”. Melalui definisi ini
Adkins (2004) mencoba menekankan bahwa
terdapat beberapa hal penting dalam cause related
marketing (CRM) yakni kegiatan yang bersifat
komersial, kemitraan, pemasaran yang ditujukan
untuk mencapai hubungan yang saling
menguntungkan. Lebih lanjut Adkins (2004)
menjelaskan bahwa untuk mencapai kesuksesan
maka kemitraan dalam cause related marketing
(CRM) harus merupakan representatif dari nilai-
nilai dan etika bisnis.
Penjelasan tersebut diperjelas oleh Michael
(2006) yang menyatakan terdapat hubungan
kemitraan yang khas dalam bisnis dengan para
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN SEKRETARI ISSN: 2528-231X Volume 1 Nomor 2 Desember 2016, Halaman 62-78
66
stakeholdernya dalam cause related marketing
(CRM). Pada dasarnya, hubungan kemitraan
tersebut terlihat dari tindakan perusahaan
mendonasikan porsi tertentu dari setiap pembelian
yang dilakukan oleh konsumen untuk diberikan
kepada suatu cause tertentu. Lebih lanjutnya
Marconi (2002) menjelaskan bahwa hubungan
kemitraan yang khas tersebut terkadang
diperlihatkan dalam aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam membangun kesadaran dan
pendidikan atas suatu cause tertentu. Hubungan
yang khas tercipta dalam cause related marketing
(CRM) hanya akan terwujud jika perusahaan
sudah menjadi perusahaan yang baik dan
memiliki posisi yang jelas.
Menurut Daw (2006), cause related
marketing (CRM) berarti mengkombinasikan
motif self-interest dan kedermawanan (altruistim).
Penekanan dalam cause related marketing (CRM)
adalah pertukaran nilai di mana hubungan dengan
mitra non profit diharapkan dapat membantu
perusahaan untuk mencapai tujuan bisnis dan
pemasaran melalui aktivitas filantropi yang sesuai
dengan misi perusahaan. Dengan kata lain, cause
related marketing (CRM) dapat dipahami sebagai
aktivitas perusahaan yang berusaha untuk
menghubungkan dukungan mereka terhadap suatu
cause dengan tujuan bisnis sehingga tercipta
saling menguntungkan bagi penciptaan nilai sosial
dan shareholder.
Berbagai manfaat yang saling
menguntungkan dari cause related marketing
(CRM). Menurut Lafferty (2009) semua pihak
yang terlibat dalam program cause related
marketing (CRM) akan memperoleh keuntungan.
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan
produk, membangun hubungan dengan pelanggan
serta memperbaiki citra merek (brand image).
Selain itu, cause related marketing (CRM) juga
dapat membedakan perusahaan dari pesaingnya
dengan membangun ikatan emosional maupun
spiritual dengan konsumen. Sedangkan cause
mendapatkan dana, publisitas dan promosi yang
dibutuhkan sehingga masyarakat luas lebih
mengetahui. Konsumen juga memperoleh
keuntungan dari cause related marketing (CRM)
berupa keikutsertaannya dalam beramal dan
membantu suatu cause sosial tanpa harus
mengeluarkan tambahan sumber daya seperti
waktu dan uang. Dalam konteks cause related
marketing (CRM), konsumen tidak hanya
mendonasikan uangnya untuk suatu cause tapi
juga memperoleh sesuatu dalam bentuk produk
dan jasa perusahaan. Hal ini dikarenakan
pemberian donasi terhdap suatu cause secara
otomatis menjadi satu dengan pembelian
produk/merek.
Pengukuran penilaian konsumen terhadap
cause related marketing (CRM) menggunakan
multidimensi. Alonso dan Grand seperti dikutip
oleh Galan-Ladero et al, (2013) menyatakan,
terdapat tiga dimensi sikap dalam mengukur CRM
meliputi:
1. Elemen kognitif (cognitive element), merujuk
pada pengetahuan menurut objek sikap
(apakah suatu objek benar atau salah). hal ini
merefleksikan informasi, keyakinan dan
pengetahuan individual untuk produk atau
objek tertentu. Dalam kasus ini, informasi,
keyakinan dan pengetahuan tersebut berkaitan
dengan CRM.
2. Elemen afektif (affective element), merujuk
pada perasaan dan emosi berkaitan dengan
objek atau sikap. dalam kasus ini, merujuk
pada perasaan yang diekspresikan oleh
individu ketika mereka mengetahui CRM.
3. Elemen intensional (intentional element).
Merujuk pada tujuan yang diperlihatkan oleh
individu untuk melakukan aktivitas dalam cara
tertentu (misal, membeli produk). Secara
fundamental, hal ini berkaitan dengan intensi
pembelian. Dalam kasus ini hal tersebut adalah
kecenderungan untuk membeli atau tidak
membeli produk terkait dengan kampanye
CRM.
Berkaitan dengan sikap terhadap CRM,
Galan-Ladero et al, (2013) menggunakan 4 item
pengukuran terdiri dari:
1. Menyukai ide untuk membeli produk yang
menyumbangkan sebagian profit untuk
kegiatan sosial (social cause) atau NGO.
2. Ingin membayar lebih mahal untuk produk,
jika perusahaan tersebut menyumbangkan
profit untuk kegiatan sosial.
3. Jika perusahaan menyumbangkan sebagian
dari profit untuk kegiatan sosial, saya
berkemungkinan besar untuk membeli
produknya.
4. Perusahaan yang mengiklankan bahwa mereka
menyumbangkan sebagian dari profit mereka
untuk bantuan sosial adalah perusahaan yang
baik.
Pengaruh Cause Related Marketing (CRM)
terhadap Customer Purchase Intention
Adanya pengaruh cause related marketing
(CRM) terhadap intensitas pembelian konsumen
(customer purchase intention) sesuai dengan
pendapat Daw (2006) yang menyatakan bahwa
cause related marketing (CRM) berarti
mengkombinasikan motif self-interest dan
Brand Awareness dan Corporate Image Sebagai Variabel Mediasi antara
Cause Related Marketing (CRM) Terhadap Customer Purchase Intention Sulaiman, M. Ali, SE, MM, Ph.D
67
kedermawanan (altruistim). Penekanan dalam
cause related marketing (CRM) adalah pertukaran
nilai di mana hubungan dengan mitra non profit
diharapkan dapat membantu perusahaan untuk
mencapai tujuan bisnis dan pemasaran sesuai
dengan misi perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Zeynali dan Hasan (2012)
menemukan bahwa caused related marketing
(CRM) memiliki pengaruh signifikan terhadap
intensi pembelian konsumen.
Pengaruh Cause Related Marketing (CRM)
terhadap Brand Awareness
Berbagai manfaat yang saling
menguntungkan dari cause related marketing
(CRM). Menurut Lafferty (2009) semua pihak
yang terlibat dalam program cause related
marketing (CRM) akan memperoleh keuntungan.
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan
produk, membangun hubungan dengan pelanggan
serta memperbaiki kesadaran merek (brand
awareness). Selain itu, cause related marketing
(CRM) juga dapat membedakan perusahaan dari
pesaingnya dengan membangun ikatan emosional
maupun spiritual dengan konsumen. Kim dan
Woong (2005) menemukan bahwa sikap terhadap
perusahaan sangat dipengaruhi oleh tingkat
kredibilitas perusahaan yang terbentuk dengan
adanya cause related marketing. Artinya
kredibilitas dan citra perusahaan dapat
dipengaruhi oleh cause related marketing.
Pengaruh Brand Awareness terhadap Costumer
Purchase Intention
Dengan adanya kesadaran merek dikalangan
konsumen ditambah lagi dengan persepsi yang
baik terhadap merek tidak hanya dapat
mendorong konsumen untuk melakukan
pembelian, akan tetapi juga dapat membentuk
kesetiaan konsumen terhadap produk dan jasa
yang ditawarkan. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ribhan (2006) “There is a risk
that loyal customers can be enticed away by a
competitor if the performance of the product or
service is not improved. Berdasarkan pernyataan
tersebut, dapat dijelaskan bahwa terdapat suatu
resiko dimana pelanggan yang loyal akan bisa
dipengaruhi pesaing jika penampilan produk atau
layanannya tidak diperbaiki, karena mungkin saja
konsumen memindahkan pembeliannya ke merek
lain yang menawarkan berbagai manfaat yang
cukup besar sebagai kompensasinya.
Adanya pengaruh brand awareness terhadap
costumer purchase intention juga didukung oleh
temuan penelitian Vijaya (2007) bahwa atribut
pembangun kesadaran merek (be different-
memorable, symbol exposure, dan publicity-event-
sponsorship) berpengaruh terhadap keputusan
pembelian, dan temuan penelitian Zulianti (2012)
bahwa citra merek secara signifikan berpengaruh
pada loyalitas merek. Artinya citra merek dapat
mendorong konsumen untuk setia para merek
yang ditandai dengan intensi pembelian yang
relatif tinggi.
Temuan penelitian lainnya yang menegaskan
adanya pengaruh brand awareness terhadap
costumer purchase intention ditemukan oleh
Yasen et al. (2013) yang menemukan bahwa
brand awareness berpengaruh signifikan terhadap
purchase intention.
Pengaruh Cause Related Marketing (CRM)
terhadap Corporate Image
Miller (2002) menyarankan bahwa
perusahaan perlu ntuk menunjukkan komitmen
perilakunya dalam program cause related
marketing (CRM). Hal ini dikarenakan komitmen
perusahaan dapat mengarahkan pada
pembentukan loyalitas merek dari para
konsumennya. Salah satu faktor yang dapat
menunjukkan komitmen perusahaan adalah durasi
dari pelaksanaan program cause related marketing
(CRM).
Kotler dan Lee (2007:315) menyatakan,
cause related marketing (CRM) merupakan
sebuah tanggung jawab sosial dengan tujuan
menciptakan kondisi ekonomi, sosial, dan
lingkungan yang lebih baik. CRM yang
diterapkan secara tepat akan dapat memberikan
banyak keuntungan bagi perusahaan, salah
satunya adalah mampu meningkatkan corporate
image. Image yang positif di mata publik tersebut
akan mendorong konsumen bertanggung jawab
memelihara kelangsungan perusahaan dengan cara
membeli produknya.
Kim dan Woong (2005) mengadakan
penelitian dengan judul “The Effects of Cause-
Related Marketing on Company and Brand
Attitudes”. Penelitian tersebut menemukan bahwa
sikap terhadap perusahaan sangat dipengaruhi
oleh tingkat kredibilitas perusahaan. Pengaruh
utama kredibilitas perusahaan dalam kaitannya
dengan produk dipengaruhi oleh sikap konsumen
terhadap merek.
Pengaruh Corporate Image terhadap Costumer
Purchase Intention
Corporate image dapat berpengaruh pada
costumer purchase intention. Semakin baik
corporate image akan semakin tinggi pula
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN SEKRETARI ISSN: 2528-231X Volume 1 Nomor 2 Desember 2016, Halaman 62-78
68
intensitas pembelian konsumen (costumer
purchase intention). Hal ini didukung oleh temuan
penelitian Qamar (2013) meneliti dampak cause
related marketing terhadap consumer purchase
intention di Pakistan. Penelitian tersebut antara
lain menemukan bahwa corporate image
merupakan mediating variabel antara CRM dan
consumer purchase intention.
Pengaruh Cause Related Marketing (CRM)
terhadap Costumer Purchase Intention Melalui
Brand Awareness
Pengaruh cause related marketing (CRM)
terhadap costumer purchase intention dapat
terjadi melalui brand awareness sebagai
mediating variable. Hal ini berarti bahwa brand
awareness berperan sebagai variabel perantara
antara CRM dan costumer purchase intention. Hal
ini diperkuat oleh temuan penelitian Saberi dan
Abbas (2014) yang menemukan bahwa intensi
pembelian konsumen dipengaruhi oleh kampanye
cause related marketing (CRM), dan dimensi
ekuitas merek dan nilai budaya secara parsial
memediasi dampak CRM terhadap intensitas
pembelian konsumen.
Adanya peran brand awareness sebagai
mediating variable antara CRM dan costumer
purchase intention diperkuat oleh penelitian
Qamar (2013) antara lain menemukan bahwa
brand attractiveness mediasi hubungan antara
CRM dan costumer purchase intention.
Pengaruh Cause Related Marketing (CRM)
terhadap Costumer Purchase Intention Melalui
Corporate Image
Corporate image dapat berperan sebagai
variabel perantara (mediating variable) antara
cause related marketing (CRM) dan costumer
purchase intention. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, CRM dapat berpengaruh terhadap
corporate image, dan selanjutnya corporate
image juga dapat berdampak pada costumer
purchase intention. Adanya peran corporate
image sebagai mediating variable antara CRM
dan costumer purchase intention secara empiris
sudah dibuktikan oleh Qamar (2013) yang
menemukan bahwa corporate image merupakan
mediating variabel antara CRM dan consumer
purchase intention.
Kerangka Pemikiran
Sesuai dengan masalah dan dan tujuan
penelitian dapat dipahami bahwa dalam kajian ini,
costumer purchase intention produk air mineral
Aqua merupakan fungsi dari tiga variabel yakni
brand awareness, corporate image dan cause
related marketing (CRM). Brand awareness dan
corporate image juga berperan sebagai variabel
perantara antara cause related marketing (CRM)
di satu sisi dengan costumer purchase intention di
sisi lain. Karena itu, keterkaitan antar variabel
tersebut yang lebih dikenal juga dengan
paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut. Hipotesis Penelitian
Corporate
Image
Cause Related
Marketing
(CRM)
Costumer
Purchase
Intention
Brand
Awareness
H3
H2
H5
H4
H1
H6
H7
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Brand Awareness dan Corporate Image Sebagai Variabel Mediasi antara
Cause Related Marketing (CRM) Terhadap Customer Purchase Intention Sulaiman, M. Ali, SE, MM, Ph.D
69
Berdasarkan latar belakang penelitian dan
penelitian terdahulu yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka hipotesis penelitian dinyatakan
sebagai berikut.
H1 : Cause related marketing (CRM)
berpengaruh signifikan terhadap costumer
purchase intention air mineral Aqua
H2 : Cause related marketing (CRM)
berpengaruh signifikan terhadap brand
awareness air mineral Aqua.
H3 : Brand awareness berpengaruh signifikan
terhadap costumer purchase intention air
mineral Aqua.
H4 : Cause related marketing (CRM)
berpengaruh signifikan terhadap corporate
image air mineral Aqua.
H5 : Corporate image berpengaruh signifikan
terhadap costumer purchase intention air
mineral Aqua.
H6 : Cause related marketing (CRM)
berpengaruh signifikan terhadap costumer
purchase intention air mineral Aqua
dengan brand awareness sebagai mediating
variable.
H7 : Cause related marketing (CRM)
berpengaruh signifikan terhadap costumer
purchase intention air mineral Aqua
dengan corporate image sebagai mediating
variable.
Metode Penelitian
Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Banda Aceh
memiliki 9 kecamatan dengan jumlah penduduk
pada tahun 2015 sebanyak 252.347 jiwa. Wilayah
yang dipilih dalam penelitian ini adalah
Kecamatan Syiah Kuala, Meuraxa dan Kuta
Alam. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan
peneliti dalam melakukan penelitian baik dari segi
waktu maupun biaya, sehingga tidak mampu
menjangkau seluruh kecamatan di Kota Banda
Aceh. Objek penelitian berhubungan dengan
intensi pembelian konsumen (costumer purchase
intention) air mineral Aqua yang dikaitkan dengan
cause related marketing, brand awareness dan
corporate image. Dalam hal ini brand awareness
dan corporate image berperan sebagai variabel
perantara antara cause related marketing dengan
costumer purchase intention.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dibatasi hanya pada konsumen
yang mengkonsumsi air mineral merek Aqua pada
saat penelitian ini dilakukan. Dengan demikian
konsumen yang tidak mengkonsumsi air mineral
merek tersebut tidak dijadikan sampel penelitian.
Untuk memudahkan peneliti dalam pengumpulan
data di lapangan, maka ruang lingkup penelitian
harus ditetapkan.
Penelitian ini hanya membatasi pada setiap
responden yang memiliki pengetahuan tentang
program CRM pada perusahaan Aqua, sehingga
karakteristik demografi responden juga
mempengaruhi pemilihan sampel. Penduduk yang
memiliki kemiripan pada jenjang pendidikan dan
pekerjaan juga ditetapkan untuk ikut berpartisipasi
dalam penelitian.
Populasi dan Penarikan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh konsumen air mineral Aqua di Kota
Banda Aceh selama periode tahun 2014-2015
yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti
sehingga populasi bersifat indifinit (tidak
terbatas). Sesuai dengan kemampuan peneliti,
maka peneliti menetapkan sampel penelitian
sebanyak 150 orang. Pengambilan sampel
dilakukan secara purposive sampling dengan
kriteria sebagai berikut.
1. Penduduk dengan usia 20-40 tahun.
2. Penduduk dengan tingkat pendidikan
minimal SMU
3. Mengetahui program cause related marketing
(CRM) yang dilakukan oleh PT Aqua sebagai
produsen air mineral Aqua.
4. Pernah mengkonsumsi air mineral Aqua
tahun 2014-2015.
5. Pernah mengkonsumsi air mineral merek lain
selain merek Aqua.
Teknik Pengumpulan Data dan Skala
Pengukuran
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini,
pengumpulan data dilakukan melalui penelitian
lapangan (field research), dalam hal ini
pengumpulan data dilakukan dengan cara
mendatangi responden penelitian. Dalam
penelitian lapangan, pengumpulan data dilakukan
melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner tersebut
berisi pertanyaan/pernyataan yang berhubungan
dengan customer purchase intention, cause
related marketing, brand awareness dan
corporate image. Masing-masing pernyataan
disediakan alternatif pilihan jawaban dalam
bentuk kesetujuan. Responden diminta untuk
menentukan alternatif pilihan jawaban mereka
terhadap masing-masing pernyataan terkait.
Skala pengukuran yang digunakan adalah
skala Likert (Likert scale) dengan ordinal 1, 2, 3,
4 dan 5. Pemberian skala dimaksudkan untuk
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN SEKRETARI ISSN: 2528-231X Volume 1 Nomor 2 Desember 2016, Halaman 62-78
70
memberikan bobot atau skor terhadap masing-
masing tingkat kesetujuan sebagai alternatif
pilihan jawaban pada masing-masing pernyataan.
Pemberian skor berlaku ketentuan 1 = sangat tidak
setuju, 2 = tidak setuju, 3 = kurang setuju, 4 =
setuju dan 5 = sangat setuju.
Peralatan Analisis Data
Peralatan analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini sesuai dengan perumusan
masalah, tujuan dan hipotesis penelitian yang
sudah dikemukakan. Hal ini dimaksudkan agar
terdapat konsistensi antara ketiga hal tersebut,
sehingga penelitian mampu menampilkan analisis
persoalan sesuai dengan yang dikemukakan
peneliti. Sesuai dengan tujuan dan kerangka
penelitian seperti terlihat dalam Gambar 1
sebelumnya, peralatan analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
bertingkat (hierarchical linier methods). Hal ini
didasarkan pada alasan bahwa hubungan atau
pengaruh antar variabel tidak hanya terjadi secara
langsung (direct effect), tetapi juga terjadi secara
tidak langsung (indirect effect). Guna
mempercepat proses pengolahan data, pengolahan
data dengan menggunakan regresi bertingkat
(hierarchical regression) menggunakan software
statistics package for social science (SPSS) versi
21.
Operasional Variabel
Variabel yang dioperasionalkan dalam
penelitian ini dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok yaitu variabel eksogen dan variabel
endogen. Variabel eksogen adalah variabel yang
nilainya dapat ditentukan secara sembarangan.
Selanjutnya variabel endogen adalah variabel
yang nilainya tergantung pada nilai variabel
eksogen. Sesuai dengan kerangka penelitian
dalam Gambar 1, variabel eksogen dalam
penelitian ini terdiri dari Cause Related Marketing
(CRM). Selanjutnya variabel endogen terdiri dari
Brand Awareness (BA), Corporate Image (CI)
dan Customer Purchase Intention (CPI).
Customer purchase intention didefinisikan
sebagai keinginan konsumen untuk membeli atau
membeli kembali dan diukur dengan mensurvei
keinginan konsumen. Intensi pembelian terjadi
ketika konsumen merasa rela untuk membeli
produk suatu perusahaan tanpa adanya tekanan
(Wang dan Tadisina, 2011). Pengukuran variabel
tersebut menggunakan 5 indikator meliputi
menyukai air menineral Aqua, merekomendasikan
air menineral Aqua kepada orang lain, membeli
air mineral Aqua ketika membutuhkan air
mineral, menjadikan air mineral Aqua sebagai
prioritas utama, dan keinginan untuk menjadi
konsumen air mineral Aqua di masa mendatang.
Brand awareness adalah Kemampuan merek
untuk muncul dalam benak konsumen ketika
mereka sedang memikirkan produk tertentu dan
seberapa mudah nama tersebut dimunculkan
(Suyanto, 2007). Pengukuran variabel ini
menggunakan 5 indikator meliputi air mineral
Aqua berbeda dengan air mineral merek lain, air
mineral Aqua sulit untuk dilupakan, mudah
meningat slogan air mineral Aqua, simbol air
mineral Aqua mudah diingat dan air mineral Aqua
diakui secara umum.
Corporate image adalah seperangkat
keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang
terhadap suatu perusahaan (Kotler, 2009).
Pengukuran variabel tersebut menggunakan 5
indikator terdiri dari aqua dapat dipercaya,
kualitas produk air mineral terpercaya, PT Aqua
memiliki reputasi yang baik, PT Aqua peduli
terhadap konsumen, dan PT Aqua tanggap
terhadap kebutuhan terhadap konsumen.
Selanjutnya Cause Related Marketing (CRM)
adalah digunakan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dan membantu cause yang dianggap
berarti dengan cara mengaitkan penggalangan
dana bantuan pada pembelian produk dan/atau
jasa dari perusahaan (Varadarajan dan Menon,
1988). Variabel ini terdir dari 4 indikator meliputi
menyukai ide untuk membeli air mineral Aqua
karena sudah mendonasikan bagian
keuntungannya untuk kegiatan sosial, mau
membayar lebih mahal terhadap produk air
mineral Aqua, berkemungkinan membeli produk
air mineral Aqua dan PT Aqua adalah perusahaan
yang baik jika dilihat dari kemauan untuk
mendonasikan sebagian profitnya untuk
masyarakat.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian validitas data dalam penelitian ini
dilakukan secara statistik, yaitu dengan
menggunakan uji Pearson Product-Moment
Coeffesient of Corelation dengan bantuan
software komputer melalui program Statistic
Package for Social Science (SPSS). Berdasarkan
hasil pengolahan data seluruh pernyataan
dinyatakan valid karena memiliki tingkat
signifikansi dibawah 5%. Pengujian validitas
dapat dilakukan dengan cara mencari nilai
korelasi hitung (r hitung) antara skor alternatif
pilihan jawaban responden pada masing-masing
item pernyataan dengan total skor item dalam
variabel tertentu. Selanjutnya nilai korelasi hitung
(r hitung) tersebut dibandingkan dengan nilai
Brand Awareness dan Corporate Image Sebagai Variabel Mediasi antara
Cause Related Marketing (CRM) Terhadap Customer Purchase Intention Sulaiman, M. Ali, SE, MM, Ph.D
71
kritis r product moment (r tabel), dengan
ketentuan apabila nilai (r hitung > r tabel), maka
item pernyataan dalam variabel tertentu
dinyatakan valid. Sebaliknya apabila nilai r hitung
< r tabel, maka item pernyataan dalam variabel
tertentu dinyatakan tidak valid.
Variabel customer purchase intention
dijabarkan dalam 5 (lima) item pernyataan positif.
Pernyataan pertama untuk variabel tersebut
(dilambangkan dengan A1) diperoleh nilai
korelasi hitung (r hitung) sebesar 0,814.
Sedangkan nilai kritis r (r tabel) pada tingkat
keyakinan 95 persen (n = 141) menunjukkan
angka sebesar 0,159. Selanjutnya nilai r hitung
untuk item pernyataan kedua (A2) sebesar 0,817,
juga lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r
tabel. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
item pernyataan pertama dan pernyataan kedua
pada variabel customer purchase intention
dinyatakan valid. Demikian pula halnya dengan
item pernyataan ketiga (A3), item pernyataan
keempat (A4) dan item pernyataan ke lima (A5),
juga menunjukkan nilai r hitung lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai r tabel. Dengan
demikian dapat diartikan seluruh item pernyataan
yang berhubungan dengan variabel customer
purchase intention dinyatakan valid. Untuk lebih
jelasnya mengenai hasil uji validitas dapat dilihat
Tabel 1.
Variabel corporate image terdiri dari 5 (lima)
item pernyataan dilambangkan dengan B1, B2
hingga B5. Item pernyataan pertama
menunjukkan nilai r hitung sebesar 0,870 lebih
besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel
sebesar 0,159. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa item pernyataan tersebut dinyatakan valid.
Selanjutnya nilai r hitung untuk item pernyataan
kedua (B2), item pernyataan ketiga (B3) hingga
item pernyataan ke lima (B5) juga lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai r tabel. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa seluruh item
pernyataan yang berkaitan dengan corporate
image dinyatakan valid.
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat
nilai r hitung untuk semua item pernyataan yang
terdapat pada masing-masing variabel penelitian
menunjukkan angka lebih besar bila dibandingkan
dengan nilai r tabel, sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua item pernyataan yang terdapat dapat
dalam kuesioner penelitian dinyatakan valid, baik
item pernyataan yang berkaitan dengan customer
purchase intention, corporate image dan brand
awareness maupun item pernyataan yang
berkaitan dengan cause related marketing (CRM)
dinyatakan valid.
Tabel 1
Hasil Pengujian Validitas Data Penelitian
Variabel Item
Pernyataan
Nilai
R hitung
Nilai
R tabel
(n = 141)
Keterangan
Customer
Purchase Intention
A1
A2
A3
A4
A5
0,814
0,817
0,831
0,826
0,787
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Corporate Image B1
B2
B3
B4
B5
0,870
0,833
0,834
0,848
0,851
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Brand Awareness C1
C2
C3
C4
C5
0,848
0,824
0,830
0,852
0,804
0,159
0,159
0,159
0,159
0,159
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Cause Related
Marketing (CRM)
D1
D2
D3
D4
0,795
0,775
0,841
0,851
0,159
0,159
0,159
0,159
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data Primer (Diolah), 2016
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN SEKRETARI ISSN: 2528-231X Volume 1 Nomor 2 Desember 2016, Halaman 62-78
72
Hasil Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas kuesioner pada
dasarnya digunakan untuk menguji apakah
kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan
data sudah dinilai handal atau tidak. Suatu
kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data
dinyatakan handal apabila kuesioner tersebut
konsisten dalam mengukur apa yang hendak
diukur. Tolok ukur reliabilitas kuesioner yang
biasanya digunakan adalah nilai cronbach alpha
yang diperoleh melalui perhitungan statistik.
Malholtra (2007:268) menyatakan, “suatu
kuesioner dinyatakan handal apabila memiliki
nilai cronbach alpha di atas 0,60”. Hal ini berarti
apabila nilai cronbach alpha yang diperoleh
dibawah 0,60, maka kuesioner tersebut dinyatakan
tidak handal. Keseluruhan perhitungan statistik
menggunakan alat bantu komputer melalui
software SPSS versi 12.00, sehingga dapat
diketahui secara langsung besarnya nilai cronbach
alpha untuk kepentingan pengujian reliabilitas
kuesioner penelitian.
Hasil pengujian menunjukkan nilai cronbach
alpha untuk customer purchase intention sebesar
0,863. Angka ini lebih besar dari 0,60, dapat
diartikan bahwa kuesioner yang digunakan untuk
mengungkapkan fenomena yang berhubungan
dengan customer purchase intention dinyatakan
handal. Nilai cronbach alpha untuk variabel
berikutnya masing-masing sebesar 0,899 untuk
variabel corporate image, sebesar 0,886 untuk
variabel brand awareness dan sebesar 0,844 untuk
variabel cause related marketing (CRM) seperti
ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2 memperlihatkan bahwa nilai
cronbach alpha untuk masing-masing variabel
yang diteliti lebih besar dari 0,60. Dengan
demikian dapat diartikan kuesioner yang
berhubungan digunakan dalam pengumpulan data
penelitian dinyatakan handal.
Pengaruh Cause Related Marketing (CRM)
terhadap Customer Purchase Intention
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa
cause related marketing (CRM) berpengaruh
positif terhadap customer purchase intention. Hal
ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi
variabel CRM terhadap customer puchase
intention seperti terlihat persamaan:
Z = 1,367 + 0,616X
Nilai koefisien regresi cause related
marketing (CRM) terhadap customer purchase
intention menunjukkan angka sebesar 0,616. Hal
ini berarti semakin baik CRM semakin tinggi
customer purchase intention. Sebaliknya
penurunan CRM berdampak pada penurunan
customer purchase intention. Sehingga terdapat
hubungan searah antara CRM dan customer
purhace intention.
Besarnya pengaruh cause related marketing
(CRM) terhadap customer purchase intention
sebesar 27,7% ditunjukkan oleh nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,277. Dengan demikian
besar pengaruh variabel lain selain cause related
marketing terhadap customer purchase intention
sebesar 72,3%. Variabel lain yang dimaksudkan
adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan
kecenderungan konsumen untuk membeli air
mineral Aqua seperti kualitas air mineral,
keyakinan akan manfaat air mineral dan
pengalaman menggunakan/mengkonsumsi air
mineral serta faktor-faktor lainnya termasuk harga
air mineral tersebut.
Hipotesis pertama (H1) penelitian ini
dijabarkan dalam bentuk hipotesis awal (Ho) dan
hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut.
Ho1 : Cause related marketing (CRM) tidak
berpengaruh signifikan terhadap costumer
purchase intention air mineral Aqua.
Ha1 : Cause related marketing (CRM)
berpengaruh signifikan terhadap costumer
purchase intention air mineral Aqua.
Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai
t hitung sebesar 7,301. Nilai t tabel pada tingkat
keyakinan 95% menunjukkan angka sebesar
1,984. Karena nilai t hitung > t tabel (7,301 >
Tabel 2
Hasil Pengujian Reliabilitas Kuesioner
No Variabel Jumlah
Item
Nilai
Cronbach
Alpha
Ket
1
2
3
4
Customer Purchase Intention
Corporate Image
Brand Awareness
Cause Related Marketing (CRM)
5
5
5
4
0,863
0,899
0,886
0,844
Handal
Handal
Handal
Handal
Sumber: Data Primer (Diolah), 2016.
Brand Awareness dan Corporate Image Sebagai Variabel Mediasi antara
Cause Related Marketing (CRM) Terhadap Customer Purchase Intention Sulaiman, M. Ali, SE, MM, Ph.D
73
1,984) maka hipotesis Ho1 ditolak dan hipotesis
Ha1 diterima yang berarti cause related marketing
(CRM) berpengaruh signifikan terhadap customer
purhace intention air mineral Aqua. Peningkatan
penilaian responden terhadap cause related
marketing (CRM) yang dilaksanakan oleh PT
Aqua secara nyata dapat berdampak pada
peningkatan customer purhace intention air
mineral tersebut.
Pengaruh Cause Related Marketing (CRM)
terhadap Brand Awareness
Cause related marketing (CRM) berpengaruh
positif terhadap brand awareness air mineral
Aqua. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi
variabel tersebut bernilai positif seperti dalam
persamaan:
Y1 = 2,629 + 0,296X
Nilai koefisien regresi cause related
marketing (CRM) terhadap brand awareness
menunjukkan angka sebesar 0,296. Hal ini berarti
semakin baik CRM semakin tinggi brand
awareness. Sebaliknya penurunan CRM
berdampak pada penurunan brand awarenss.
Sehingga terdapat hubungan searah antara CRM
dan brand awareness.
Sebesar 10,3% brand awareness air mineral
Aqua dipengaruhi oleh cause related marketing
(CRM). Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,103. Sisanya sebesar
89,7% lagi dipengaruhi oleh faktor lain selain
cause related marketing (CRM). Faktor lain
tersebut diantaranya adalah iklan dan informasi
yang diterima oleh masyarakat tentang
keberadaan air mineral Aqua, kualitas air mineral
Aqua, kepercayaan terhadap perusahaan yang
dalam hal ini adalah PT Aqua, dan faktor lain
sebagainya.
Hipotesis kedua (H2) penelitian ini
dijabarkan dalam bentuk hipotesis awal (Ho) dan
hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut.
Ho2 : Cause related marketing (CRM) tidak
berpengaruh signifikan terhadap brand
awareness air mineral Aqua.
Ha2 : Cause related marketing (CRM)
berpengaruh signifikan terhadap brand
awareness air mineral Aqua.
Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai t
hitung sebesar 4,003. Nilai t tabel pada tingkat
keyakinan 95% menunjukkan angka sebesar
1,984. Karena nilai t hitung > t tabel (4,003 >
1,984) maka hipotesis Ho2 ditolak dan hipotesis
Ha2 diterima yang berarti cause related marketing
(CRM) berpengaruh signifikan terhadap brand
awareness air mineral Aqua. Semakin baik cause
related marketing (CRM) yang dilaksanakan oleh
PT Aqua semakin tinggi brand awareness
(kesadaran merek) aqua dikalangan konsumennya.
Pengaruh Brand Awareness terhadap Customer
Purchase Intention
Brand awareness berpengaruh positif
terhadap customer purchase intention air mineral
Aqua. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi
variabel tersebut bernilai positif seperti terlihat
dalam persamaan:
Z = 0,963 + 0,730Y1
Nilai koefisien regresi brand awareness
terhadap customer purchase intention
menunjukkan angka sebesar 0,730. Hal ini berarti
semakin tinggi brand awareness semakin tinggi
pula customer purchase intention. Sebaliknya
penurunan brand awareness berdampak pada
penurunan customer purchase intention. Sehingga
terdapat hubungan searah antara brand awareness
dan customer purchase intention.
Besarnya pengaruh brand awareness
terhadap customer purchase intention air mineral
Aqua sebesar 33% ditunjukkan oleh nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,330. Hal ini
berarti sebesar 67% customer purchase intention
air mineral tersebut dipengaruhi oleh faktor lain
selain brand awareness. Faktor lain dimaksud
adalah seluruh faktor yang secara teoritis dan
empiris dapat mempengaruhi keinginan konsumen
untuk membeli air mineral tersebut seperti harga,
kualitas produk, distribusi, kredibilitas informasi
yang mereka terima tentang produk Aqua dan
faktor lain sebagainya.
Hipotesis ketiga (H3) penelitian ini
dijabarkan dalam bentuk hipotesis awal (Ho) dan
hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut.
Ho3 : Brand awareness tidak berpengaruh
signifikan terhadap costumer purchase
intention air mineral Aqua.
Ha3 : Brand awareness berpengaruh signifikan
terhadap costumer purchase intention air
mineral Aqua.
Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai t
hitung sebesar 8,270. Sedangkan nilai t tabel pada
tingkat keyakinan 95% menunjukkan angka
sebesar 1,984. Karena nilai t hitung > t tabel
(8,270 > 1,984) maka hipotesis Ho3 ditolak dan
hipotesis Ha3 diterima yang berarti brand
awareness berpengaruh signifikan terhadap
customer purchase intention air mineral Aqua.
Semakin baik brand awareness air mineral Aqua
semakin tinggi kecenderungan konsumen untuk
membeli air mineral tersebut.
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN SEKRETARI ISSN: 2528-231X Volume 1 Nomor 2 Desember 2016, Halaman 62-78
74
Pengaruh Cause Related Marketing (CRM)
terhadap Corporate Image
Cause related marketing (CRM) berpengaruh
positif terhadap corporate image PT Aqua. Hal ini
ditunjukkan oleh koefisien regresi variabel
tersebut bernilai positif seperti dalam persamaan:
Y2 = 2,690 + 0,266X
Nilai koefisien regresi cause related
marketing (CRM) terhadap customer corporate
image menunjukkan angka sebesar 0,266. Hal ini
berarti semakin tinggi cause related marketing
(CRM) semakin tinggi pula corporate image.
Sebaliknya penurunan cause related marketing
(CRM) berdampak pada penurunan corporate
image. Sehingga terdapat hubungan searah antara
cause related marketing (CRM) dan corporate
image.
Besarnya pengaruh CRM terhadap corporate
image PT Aqua sebesar 6,4%, ditunjukkan oleh
nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,064. Hal
ini berarti bahwa sebesar 93,6% lagi corporate
image perusahaan tersebut dipengaruhi oleh faktor
lain selain CRM. Faktor lain dimaksud adalah
segala sesuatu yang secara teoritis dan empiris
dapat mempengaruhi corporate image suatu
perusahaan.
Hipotesis pertama (H4) penelitian ini
dijabarkan dalam bentuk hipotesis awal (Ho) dan
hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut.
Ho4 : Cause related marketing (CRM) tidak
berpengaruh signifikan terhadap corporate
image air mineral Aqua.
Ha4 : Cause related marketing (CRM)
berpengaruh signifikan terhadap corporate
image air mineral Aqua.
Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai t
hitung sebesar 3,090. Angka ini lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai t tabel pada tingkat
keyakinan 95% menunjukkan angka sebesar
1,984. Dengan demikian hipotesis Ho4 ditolak dan
sebaliknya hipotesis Ho5 diterima yang berarti
cause related marketing (CRM) berpengaruh
signifikan terhadap corporate image air mineral
Aqua. Semakin baik cause related marketing PT
Aqua, secara nyata dapat meningkatkan corporate
image perusahaan tersebut dimata konsumennya.
Pengaruh Corporate Image terhadap Customer
Purchase Intention
Corporate image juga berpengaruh positif
terhadap customer purchase intention. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil regresi dalam persamaan:
Z = 1,019 + 0,725Y2
Nilai koefisien regresi corporate image
terhadap customer purchase intention
menunjukkan angka sebesar 0,725. Hal ini berarti
semakin baik corporate image semakin tinggi
customer purchase intention. Sebaliknya
penurunan corporate image berdampak pada
penurunan customer purchase intention. Sehingga
terdapat hubungan searah antara corporate image
dan customer purchase intention.
Besarnya pengaruh corporate image terhadap
customer purchase intention sebesar 42,3%,
ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,423. Hal ini berarti bahwa sebesar
57,7% customer purchase intention air mineral
Aqua dipengaruhi oleh faktor lain selain
corporate image. Faktor lain dimaksud adalah
segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
kecenderungan seseorang konsumen untuk
membeli air mineral tersebut, seperti kualitas air
mineral, kemasan, iklan dan lain sebgainya.
Hipotesis kelima (H5) dinyatakan sebagai
berikut.
Ho5 : Corporate image tidak berpengaruh
signifikan terhadap costumer purchase
intention air mineral Aqua.
Ha5 : Corporate image berpengaruh signifikan
terhadap costumer purchase intention air
mineral Aqua.
Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai t
hitung sebesar 10,102 lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai t tabel sebesar 1,984.
Dengan demikian hipotesis Ho5 ditolak dan
hipotesis Ha5 diterima yang berarti corporate
image berpengaruh terhadap customer purchase
intention air mineral Aqua.
Pengaruh Cause Related Marketing (CRM)
terhadap Customer Purchase Intention Melalui
Brand Awareness dan Corporate Image Sebagai
Variabel Mediasi
Analisis pengaruh cause related marketing
(CRM) terhadap customer purchase intention
melalui brand awareness dan corporate image
sebagai variabel mediasi menggunakan peralatan
statistik regresi linier bertingkat (hirarchical linier
regression). Dengan menggunakan software SPSS
sebagai alat bantu pengolahan data, hasil regresi
linier bertingkat pengaruh variabel tersebut
ditunjukkan dalam Tabel 4
Brand Awareness dan Corporate Image Sebagai Variabel Mediasi antara
Cause Related Marketing (CRM) Terhadap Customer Purchase Intention Sulaiman, M. Ali, SE, MM, Ph.D
75
Pada tahap pertama, nilai koefisien regresi
cause related marketing (CRM) terhadap
customer purchase intention sebesar 0,616 dengan
nilai t hitung sebesar 7,301 dan nilai sig sebesar
0,000. Besarnya pengaruh cause related
marketing (CRM) terhadap customer purchase
intention sebesar 27,7%, ditunjukkan oleh nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,277.
Pada tahap kedua, nilai koefisien regresi
cause related marketing (CRM) terhadap
customer purchase intention sebesar 0,374 dengan
nilai t hitung sebesar 5,744 dan nilai sig sebesar
0,000. Namun nilai koefisien regresi tersebut
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
nilai koefisien regresi pada tahap pertama sebesar
0,616.
Brand awareness sebagai variabel mediasi
berpengaruh signifikan terhadap customer
purchase intention ditunjukkan oleh nilai
koefisien regresi sebesar 0,365 dengan nilai t
hitung sebesar 4,867 dan nilai sig sebesar 0,000.
Demikian pula halnya dengan corporate image
juga berpengaruh signifikan terhadap customer
purchase intention dengan nilai koefisien regresi
sebesar 0,504 dan nilai sig sebesar 0,000. Pada
tahap kedua, besarnya pengaruh cause related
marketing (CRM), dengan melibatkan kedua
variabel mediasi brand awareness dan corporate
image terhadap customer purchase intention
sebesar 62,9% ditunjukkan oleh nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,629. Angka ini lebih
besar bila dibandingkan dengan pengaruh cause
related marketing (CRM) terhadap customer
purchase intention tanpa melibatkan variabel
mediasi sebesar 27,7%.
Hipotesis keenam (H6) dan ketujuh (H7)
dijabarkan sebagai berikut.
Ho6 : Cause related marketing (CRM) tidak
berpengaruh signifikan terhadap costumer
purchase intention air mineral Aqua
dengan brand awareness sebagai mediating
variable.
Ha6 : Cause related marketing (CRM)
berpengaruh signifikan terhadap costumer
purchase intention air mineral Aqua
dengan brand awareness sebagai mediating
variable.
Ho7 : Cause related marketing (CRM) tidak
berpengaruh signifikan terhadap costumer
purchase intention air mineral Aqua dengan
corporate image sebagai mediating
variable.
Ha7 : Cause related marketing (CRM)
berpengaruh signifikan terhadap costumer
purchase intention air mineral Aqua dengan
corporate image sebagai mediating
variable.
Berdasarkan hasil regresi linier bertingkat
yang telah dijelaskan di atas, dapat dipahami
bahwa pengaruh cause related marketing (CRM)
terhadap customer purchase intention adalah
positif dan signifikan. Selanjutnya dengan
melibatkan brand awareness dan corporate image
sebagai variabel mediasi terhadap kedua variabel
tersebut, pengaruh CRM terhadap customer
purchase intention juga signifikan. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa CRM
berpengaruh terhadap customer purchase
intention melalui brand awareness dan corporate
image sebagai variabel mediasi.
Untuk lebih jelasnya mengenai signifikansi
pengaruh cause related marketing (CRM)
terhadap customer puchase intention baik secara
langsung maupun tidak langsung (melalui brand
Tabel 4
Hasil Regresi Linier Bertingkat (Hirarchical Linier Regression)
Variabel
Terikat
Variabel Bebas dan
Intervening
Koefisien Regresi dan Signifikansi
Tahap Pertama Tahap Kedua
Koef.
Regresi
T
Hitung Sig
Koef.
Regresi
T
Hitung Sig
Customer
Purchase
Intention
(Z)
Konstanta 1,367 4,228 0,000 -0,948 -3,014 0,003
Cause Related
Marketing (CRM) (X)
0,616 7,301 0,000 0,374 5,744 0,000
Brand Awareness (Y1) - - - 0,365 4,867 0,000
Corporate Image (Y2) - - - 0,504 7,845 0,000
R 0,527 0,792
R2
0,277 0,627
F hitung 53,310 76,919
Sumber: Data Primer (Diolah), 2016.
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN SEKRETARI ISSN: 2528-231X Volume 1 Nomor 2 Desember 2016, Halaman 62-78
76
awareness dan corporate image) dapat dilihat
Gambar 2.
Mengacu pada Gambar 2 di atas dapat
dipahami bahwa cuase related marketing (CRM)
berpengaruh signifikan terhadap customer
purchase intention, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung melalui brand awareness
dan corporate image. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai t hitung masing-masing variabel lebih besar
bila dibandingkan dengan nilai t tabel pada tingkat
keyakinan 95% menunjukkan angka sebesar
1,984.
Selanjutnya pengujian efek mediasi yang
ditimbulkan oleh brand awareness dan corporate
image sebagai variabel mediasi antara cause
related marketing (CRM) dan customer purchase
intention mengacu pada pendapat Baron dan
Kenny (1986). Hasil pengujian statistik
menunjukkan, pengaruh langsung (direct effect)
cause related marketing (CRM) terhadap
customer purchase intention adalah signifikan.
Selanjutnya pengaruh tidak langsung (indirect
effect) variabel tersebut melalui brand awareness
terhadap customer purchase intention juga
signifikan. Dengan demikian dapat diartikan efek
mediasi yang ditimbulkan oleh brand awareness
adalah mediasi parsial (partial intervening).
Pengaruh tidak langsung (indirect effect) cause
related marketing (CRM) terhadap customer
purchase intention melalui corporate image juga
signifikan. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa efek mediasi yang timbulkan oleh
corporate image juga mediasi parsial (partial
intervening).
Simpulan dan Saran
Mengacu pada hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya dapat diambil beberapa simpulan dan
direkomendasikan saran-saran sebagai berikut.
Simpulan
1. Cause related marketing (CRM) berpengaruh
terhadap customer purchase intention air
mineral Aqua. Semakin baik tinggi intensitas
CRM semakin tinggi pula kecenderungan
konsumen untuk membeli air mineral Aqua.
2. Cause related marketing (CRM) berpengaruh
terhadap brand awareness air mineral Aqua.
Semakin tinggi intensitas CRM semakin tinggi
kesadaran merek (brand awareness) air
mineral Aqua dikalangan konsumennya.
3. Brand awareness berpengaruh terhadap
customer purchase intention air mineral Aqua.
Semakin tinggi brand awareness Aqua
semakin tinggi pula kecenderungan konsumen
untuk membeli air mineral Aqua.
Corporate
Image
Cause Related
Marketing
(CRM)
Costumer
Purchase
Intention
Brand
Awareness
thit = 8,270
thit = 4,003
thit =10,102
thit = 3,090
thit = 7,301
thit = 4,867
thit = 7,845
Gambar 2
Skema Pengaruh Cause Related Marketing (CRM) terhadap Customer Puchase
Intention Melalui Brand Awareness dan Corporate Image
Brand Awareness dan Corporate Image Sebagai Variabel Mediasi antara
Cause Related Marketing (CRM) Terhadap Customer Purchase Intention Sulaiman, M. Ali, SE, MM, Ph.D
77
4. Cause related marketing (CRM) berpengaruh
terhadap corporate image air mineral Aqua.
Semakin tinggi intensitas CRM baik coporate
image PT Aqua dikalangan konsumennya.
5. Corporate image berpengaruh terhadap
customer purchase intention air mineral Aqua.
Semakin coporate image PT Aqua dikalangan
konsumennya semakin tinggi intensitas
pembelian konsumen (customer purchase
intention) air mineral tersebut.
6. Cause related marketing (CRM) berpengaruh
terhadap customer purchase intention air
mineral Aqua dengan brand awareness sebagai
mediating variable. Brand awareness dapat
menjadi variabel perantara antara CRM dan
customer purchase intention air mineral Aqua.
7. Cause related marketing (CRM) berpengaruh
terhadap customer purchase intention air
mineral Aqua dengan corporate image sebagai
mediating variable. Corporate image dapat
menjadi variabel perantara antara CRM dan
customer purchase intention air mineral Aqua.
Saran
Mengacu pada simpulan yang diuraikan
di atas, maka rekomendasi penelitian ini adalah:
1. Produsen air mineral Aqua yang dalam hal
ini PT Aqua sebaiknya meningkatkan
intensitas cause related marketing (CRM)
perusahaan tersebut.
2. Tingkatkan brand awareness perusahaan
melalui berbagai kegiatan yang berorientasi
pada peningkatan kesadaran konsumen pada
merek Aqua. Secara operasional, upaya
meningkatkan brand awareness dapat
dilakukan dengan cara membuat kegiatan-
kegiatan event sosial di masyarakat.
3. Tingkatkan corporate image perusahaan
melalui kegiatan yang berorientasi pada
peningkatan citra perusahaan di mata
masyarakat. Pemberian sumbangan dan
mengalokasikan dana CSR perusahaan pada
kegiatan sosial dan olah raga dapat
dipertimbangan sebagai salah satu pilihan
untuk meningkatkan corporate image
perusahaan.
Daftar Pustaka
Adkins, S. (2004) Cause Related Marketing: Who
Cares Wins, Butterworth Heinemann,
Oxford, UK .47,51-76.
Alifahmi, Hifni (2005) Sinergi Komunikasi
Pemasaran, Integrasi Iklan Public Relation,
dan Promosi, Quantum Bisnis dan
Manajemen (PT Mizan Pustaka), Jakarta.
Bansal, H.S., Irving, P.G. & Taylor, S.F. (2005).
A Three-Component Model of Customer
Commitment to Service Providers. Journal of
the Academy of Marketing Science, 32 (3),
234-245.
Buchari, Alma (2002) Manajemen Pemasaran
dan Pemasaran Jasa, Alfabeta, Bandung.
Daw, Jocelyne (2006) Cause Marketing for
Nonprofits: Partners for Purpose, Passion,
Profit, New Jersey: Wiley & Sons. Hal. 9.
Galan-Ladero, M. Mercedes, Galera-Casquet,
Clementia, Valero-Amaro, Victor, Barroso-
Mendez dan M. Jesus (2013). Does The
Product Type Influence on Attitudes Toward
Cause-Related Marketing ? Economics &
Sociology, Vol. 6, No. 1, Pp. 60-71.
Khasali, Rhenald., (2003), Manajemen Periklanan
dan Applikasinya di Indonesia, Edisi
Keempat, Pustaka Utama Grafika, Jakarta.
Kotler, P. & Lee, N. (2005). Corporate social
responsibility: Doing the most good for your
company and your cause. New Jersey: John
Wiley & Son, Inc
Lafferty, B. A., & Goldsmith, R. E. (2009).
Cause-brand alliances: does the cause help
the brand or does the brand help the cause?
Journal of Business Research, 58(4), 423-
429.
Lestari, S. (2008) Analisis Perilaku Konsumen
Dalam Pembelian Sepeda Motor Yamaha
Mio di Kota Surakarta, Tesis Program Studi
Magister Manajemen Program Pasca
Sarjanauniversitas Sebelas Maret Surakarta.
Malhotra, Naresh K., (2007), Marketing Research
An Applied Oritentation, Fourth Edition,
New Jersey: Prentice Hall. Inc.
Michael, J. P. (2006) How much corporate theory
matters? A response to Professor Boatright,
American Business Law Journal, Vol. 34,
No. 2 Pp. 239-244.
Qamar, N. (2013) Impact of Cause Related
Marketing on Consumer Purchase Intention:
Mediating Role of Corporate Image,
Consumers’ Attitude and Brand
Attractiveness, Middle-East Journal of
Scientific Research, 16 (5): 633-643, 2013
Rangkuti, Freddy. (2002) The Power of Brands.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Retnawati, Bekti (2003) Strategi Penguatan dan
Revitalisasi Merek Menuju Pengelolaan
Merek Jangka Panjang, Jurnal Manajemen
Usahawan Indonesia, No. 07, TH XXXII Juli
2003
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN SEKRETARI ISSN: 2528-231X Volume 1 Nomor 2 Desember 2016, Halaman 62-78
78
Ribhan (2006) Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Brand Switching pada pengguna SIM Card
di Fakultas Ekonomi Univesitas Lampung,
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Universitas
Lampung Vol. 3 No.1, Hal. 91-130.
Soderlund, M., dan Ohman, N (2003) Behavioral
Intentions in Satisfaction Research Revisited,
Journal of Consumer Satisfaction,
Dissatisfaction and Complaining Behavior
Sutisna, (2002). Perilaku Konsumen dan
Komunikasi Pemasaran. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Suwandi, Dwi (2007) Citra Perusahaan, Seri
Manajemen Pemasaran, Rineka Cipta,
Jakarta.
Suyanto, M (2007) Marketing Strategy Top Brand
Indonesia, Andi Offset, Yogyakarta.
Szykman, R. L., Bloom, N. P. and Levy, S. A
(2007). A proposed model of the use of
package claims and nutrition labels, Journal
of Public Policy & Marketing, Vol. 16, No.
2, Pp. 228-241.
Tjiptono, Fandy, (2000). Manajemen Jasa, Andi
Offset, Yogyakarta.
Varadarajan, P. Rajan and Anil Menon (1988)
Cause-Related Marketing: A Coalignment of
Marketing Strategy and Corporate
Philanthropy, Journal of Marketing, Vol. 52,
No. 3 (Jul., 1988), pp. 58-74.
Vijaya, R. J (2007) Pengaruh Dimensi Kesadaran
Merek Terhadap Keputusan Pembelian (Studi
Pada Hotel di Yogyakarta), Jurnal
Manajerial, Edisi Septermber, STMIK
AMIKO Yogyakarta.
Wang, Daisy & Suresh K. Tadisina. (2011). The
Role of Power in Service Quality, Purchase
Intentions and Purchase Actions. Direct
Science Institute. 15 Mei 2001.
Yasen, N., M. Tahira., M. Gulzar., dan A. Anwar
(2013) Impact of Brand Awareness,
Perceived Quality and Customer Loyalty on
Brand Profitability and Purchase Intention: A
Resellers’ View, Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research In Business, Vol 3,
No 8.
Top Related