i
JILBAB ANTARA PEMAHAMAN AYAT DAN APLIKASINYA STUDI KASUS
MAHASISWI ANGGOTA HIQMA DAN LDK UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Adam Haekal Radintya Hutabarat
NIM: 1111034000041
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017
iv
ABSTRAK
ADAM HAEKAL RADINTYA HUTABARAT
Jilbab Antara Pemahaman Ayat dan Aplikasinya: Studi Kasus Mahasiswi Anggota
HIQMA dan LDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Skripsi ini ingin menunjukkan bahwa pemahaman atas ayat itu, berimplikasi pada
perilaku mereka berjilbab, dari dua kelompok mahasiswi yang menjadi subjek dari penelitian ini,
terlihat para mahasiswi anggota HIQMA itu memahami ayat-ayat jilbabnya hanya sebatas
pengetahuan mengenai ayatnya saja, namun kurang dalam aplikasi pengetahuan ayatnya dan
mereka secara umum mengenakan jilbab yang lebih sederhana. hal itu berbeda dengan
mahasiswi anggota LDK yang memahami ayat jilbab lebih mengaplikasikan pengetahuan serta
pemahaman mereka menganai ayat-ayat yang berkaitan dengan jilbab, sehingga mereka
mengenakan jilbab nya lebih terurai atau panjang.
Dasar acuan ayat yang dijadikan objek dari penelitian ini ialah ayat-ayatyang berkaitan
dengan jilbab, yaitu surat al-Ahzab ayat 59, surat al-A‟raf ayat 26, surat al-Nur ayat 30 dan ayat
31. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan data wawancara dan
pengamatan atas pemahaman mereka terhadap ayat-ayat diatas, serta bagaimana mereka
mengungkapkan hasil pemahmannya atas penggunaan jilbab yang mereka lakukan.
Temuan diatas diperkuat bahwa pemahaman ayat atas Penelitian ini, menemukan hasil
bahwa pemahaman serta pengaplikasian para mahasiswi yang diteliti, dipengaruhi oleh beberapa
latar belakang, misalnya pendidikan (sekolah, madrasah, pesantren), pergaulan, bacaan buku
ataupun tafsir yang berkaitan dengan masalah jilbab, dan lain-lain.
v
KATA PENGANTAR
الرحيمالرحمناللوبسم
شاكر اإماالسبيلىدي ناهإنا .شكور اأرادأويذكرأنأرادلمنخلفة والن هارالليلجعلالذيوىو …كفور اوإما
Puji Syukur kehadirat Allah Swt., Dzat yang memberikan hembusan nafas kepada para
hamba-Nya. Penulis panjatkan atas segala rahmat dan karunia-Nya, Wahai Kekasihku, betapa
ngeri akan kehilangan-Mu… Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada sosok
Rahmatan li al-‘Ālamîn, cahaya di atas cahaya, manusia paling sempurna, Nabi Muhammad
saw., Rasul penutup para Nabi, serta doa untuk keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga
zaman menutup mata.
Melalui upaya dan usaha yang melelahkan, akhirnya dengan limpahan karunia-Nya lah,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Berbagai kesulitan dan hambatan
yang penulis rasakan dalam penyusunan skripsi ini, alhamdulillah dapat teratasi berkat tuntunan
serta bimbingan-Nya dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.Ag,. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para pembantu Dekan.
2. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu al-Qur‟an &
Tafsir dan kepada Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd,. selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu al-Qur‟an & Tafsir.
3. Bapak Eva Nugraha, M.Ag. selaku pembimbing penulis yang selalu bersabar memberikan
ilmu dan bimbingannya selama penulis berada di bawah bimbingannya.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah, pimpinan dan
seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kepala dan staff karyawan Perpustakaan Umum dan Fakultas UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan Pusat Studi al-Qur‟an (PSQ). Kedua orang tua saya, H. Safruddin Hutabarat
S.H. (alm) dan Hj. Agustina Setiyawati S.H. M.H. yang selalu memberi motivasi,
vi
bimbingan, serta kasih sayang, dan senantiasa mendo‟akan saya untuk mencapai
kesuksesan di masa depan. (Allāhumma irḥamhumā kamā rabbayānī ṣaghīrā, wa ṭawwil
‘umūrahumā fī ṭāʻatik).
6. Adik-adik saya tersayang (Azzahra Jasmine dan Athalla Khatami) yang selalu senantiasa
mendengar keluh kesah serta memberi semangat dan doanya. (Allāhumma allif baynanā fī
khayr dunyānā wa ukhrānā).
7. Teman-teman saya mahasiswa Tafsir-Hadis angkatan 2011, khususnya teman-teman Tafsir
Hadits, Ridhan Fauzi, Muhammad Jamaluddin, Friella Dasanty, Muhammad Jamiluddin,
Seman Ansari, Azhari Fadhilah, Ahmad Quraisy, Anis Khairul Ummah, Intan Tri Aisyah,
Wilda Kamalia, Muhammad Fathinuddin, Arief Hidayat dan yang lain-lain, yang selalu
memberikan doa dan dukungannya. Dan orang-orang yang membantu secara langsung
khususnya kepada Shinta Helmiati, atas segala kebaikan serta dukungannya, penulis hanya
bisa memberikan ucapan terima kasih yang tak terhingga serta doa, semoga amal kebaikan
kita diterima oleh Allāh Swt. Jazākumullāh aḥsan al-jazā’, Āmīn…!
Jakarta, 21 juni 2017
Adam Haekal
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K
Nomor: 158 tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987
1. Konsonan
1 ا tidak dilambangkan 16 ط ṭ
2 ب b 17 ظ ẓ
3 ت t 18 ع ʻ
4 ث ṡ 19 غ g
5 ج j 20 ف f
6 ح ḥ 21 ق q
7 خ kh 22 ك k
8 د d 23 ل l
9 ذ ż 24 م m
10 ر r 25 ن n
11 ز z 26 و w
12 س s 27 ه h
13 ش sy 28 ء ‟
14 ص ṣ 29 ي y
15 ض ḍ
LatinNo. Arab Latin No. Arab
2. Vokal Pendek
-- - = a ت ب ك kataba
-- - = i سئ ل su‟ila
-- - = u يرهب yażhabu
viii
3. Vokal Panjang
a. Fatḥah + alif, ditulis ā (a garis di atas)
ditulis jāhiliyyah جاهلية
b. Fatḥah + alif layyinah, ditulis ā (a garis di atas)
ditulis yasʻā يسعى
c. Kasrah + yā‟ mati, ditulis ī (i dengan garis di atas)
ditulis majīd مجيد
d. Ḍammah + wāu mati, ditulis ū (u dengan garis di atas)
ditulis furūd فروض
4. Diftong
kaifa = كيف ai = اي
ḥaula = حول au = او
5. Kata Sandang (ال)
Kata sandang dilambangkan dengan „al-‟, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf
qamariyyah.
6. Tasydid ( -- - )
Syiddah atau tasydīd dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi syiddah.
Namun, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syiddah tersebut terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf al-syamsiyyah. Misalnya, kata tidak
ditulis ة رور .aḍ-ḍarūrah melainkan al-ḍarūrah الض
7. Tā‟ Marbūṭah
a. Bila berdiri sendiri atau dirangkai dengan kalimat lain yang menjadi naʻt atau sifat,
ditulis
ix
Contoh:
ditulis jizyah جسية
ditulis al-jāmiʻah al-islāmiyyah الجامعةاإلسالمية
(ketentuan ini tidak berlaku terhadap kata-kata serapan bahasa Indonesia dari bahasa
Arab seperti zakat, salat, dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya)
b. Bila diharakati karena berangkaian dengan kata lain, ditulis
Contoh:
ditulis niʻmat Allāh نعمةهللا
ditulis zakāt al-fiṭr زكاةالفطر
8. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut penulisannya, contoh:
ditulis żawī al-furūḍ ذويالفروض
ditulis ahl al-sunnah اهلالسنة
9. Singkatan
swt. = subḥānah wa taʻālā
saw. = ṣallā Allāh ‘alaih wa salam
as. =‘alaih al-salām
ra. = raḍiya Allāh ‘anh
QS. = Quran Surat
M = Masehi
H = Hijriah
w. = Wafat
h. = Halaman
x
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................................................i
PENGESAHAN PENGUJI ................................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................................iii
ABSTRAK ...........................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................vi
PEDOMAN TRANSLITASI ...............................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................................1
B. Permasalahan .....................................................................................................................7
B.1. Identifikasi Masalah ...............................................................................................7
B.2. Batasan Masalah .....................................................................................................9
C. Kajian Pustaka ...................................................................................................................10
D. Tujuan dan Signifikansi Penelitian ...................................................................................13
E. Metode Penelitin ................................................................................................................14
F. Sistematika Penulisan ........................................................................................................19
BAB II HAL IHWAL JILBAB
A. Pengertian Jilbab ..............................................................................................................20
B. Jilbab Dalam Konteks Dan Budaya. ................................................................................21
C. Ayat Dan Hadits Jilbab ....................................................................................................23
D. Pendapat Ulama ...............................................................................................................28
BAB III GAMBARAN UMUM HIQMA DAN LDK
A. Profil Organisasi LDK .....................................................................................................32
A.1. Sejarah Berdiri LDK ...............................................................................................32
A.2. Visi dan Misi LDK. ................................................................................................33
A.3. Job Description LDK ...............................................................................................34
xi
B. Profil Organisasi HIQMA. ................................................................................................38
B.1. Sejarah Berdiri HIQMA ...........................................................................................38
B.2. Visi dan Misi HIQMA..............................................................................................39
C. Pandangan Mengenai HIQMA dan LDK ..........................................................................39
BAB IV PEMAHAMAN AYAT DAN APLIKASINYA
A. Pengetahuan Tentang Ayat Berjilbab ...............................................................................41
B. Pemahaman Berjilbab .......................................................................................................49
C. Perilaku Berjilbab ..............................................................................................................56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................................60
B. Saran ..................................................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................62
LAMPIRAN..........................................................................................................................64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada awal sebelum Islam (zaman jahiliyah) jilbab sudah dipakai
oleh kaum wanita Arab yang merdeka. Sedangkan wanita yang berstatus
budak tidak memakai jilbab. Namun pada masa itu jilbab hanya sekedar
untuk menutup sebagian rambut, sedangkan leher tetap dibiarkan terbuka
dan bahannya pun terbuat dari bahan yang tipis, karena kaum wanita Arab
pada waktu itu senang memperlihatkan perhiasan dan kecantikan mereka.1
Islam mewajibkan perempuan musim untuk menutup aurat, salah
satunya adalah kepala (rambutnya) dengan menggunakan jilbab. Apabila
perempuan keluar dari rumah dengan menggunakan jilbab, berarti dia
sudah menunjukkan kemuliaan dirinya yang sekaligus memberikan
pertanda bahwa dirinya adalah perempuan yang terjaga kehormatannya.2
Di dalam ajaran Islam menjaga/menutup aurat merupakan satu dari
sekian banyak hal yang harus diperhatikan khususnya oleh wanita karena
itu adalah salah satu perintah Allah yang wajib kita taati. Seperti dalam
firman Allah dalam surat al-A‟raf ayat 26:
ر قوى ذلك خي يا بني آدم قد أن زلنا عليكم لباسا ي واري سوآتكم وريشا ولباس الت رون ذلك من آيات الله لعلهم يذك
Artinya: Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian
indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa] itulah yang paling baik. Yang
1 Sirojuddin Ar, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Br Van Hoeve, 1997) hlm.
820 2 Abu Iqbal al-Mahaali, Muslimah Modern dalam Bingkai al-Qur‟an dan al-Hadits,
(Yogyakarta: LeKPIM, 2003), HLM. 171-172.
2
demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
mudah-mudahan mereka selalu ingat.
Ayat di atas dijadikan dalil oleh para Ulama tentang kewajiban
menutup aurat dan tidak menampakkannya. Al-Qurthubi rahimahullah
menjelaskan, “Mayoritas ulama mengatakan ayat ini adalah dalil tentang
wajibnya menutup aurat. Sebab diantara kenikmatan itu adalah menutup
aurat. Ini menunjukkan perintah untuk menutup aurat. Tidak ada
perselisihan di kalangan ulama tentang kewajiban menutup aurat dari
pandangan manusia.3
Salah satu ajaran Islam, yang mengatur masalah busana yaitu yang
banyak diklaim sebagian dari budaya Islam adalah Jilbab. Ayat-ayat yang
berbicara mengenai jilbab ini turun untuk merespon kondisi dan konteks
budaya masyarakat, yang penekenannya kepada persoalan etika, hukum
dan keamanan masyarakat dimana ayat itu diturunkan.4
Jilbab berasal dari kata jalaba yang artinya menarik. Fahruddin
menjelaskan bahwa jilbab adalah pakaian yang luas dan menutup aurat.
Karena badan wanita menarik pandangan dan perhatian umum, maka perlu
untuk ditutup. Sesuatu ditutup dari pandangan umum karena ia bersifat
pribadi dan harus dijaga kehormatannya.5
3 Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi (al-Jami‟ li Ahkām al-Qur‟an),
vol.9, h.182. 4 Nasaruddin Umar, “Menstrual Taboo dalam Kajian Kultural dan Islam” dalam Islam
dan Konstruksi Seksualitas (Yogyakarta: PSW IAIN Yogyakarta the Ford Fondation dan Pustaka
Pelajar, 2002), h. 34. 5 Fuad Moh. Fahruddin, Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Mata Islam., (Pedoman Ilmu
Jaya: Jakarta, 1991), hlm. 33.
3
Adapun beberapa ayat al-Qur‟an yang menjadi bahan istidlāl
tentang jilbab adalah firman Allah dalam surat Al-Aḥzāb ayat 59, dan an-
Nūr ayat 31:
ء المؤمنين يدنين عليهن من جلبيبهن ذلك يا أي ها النبي قل لزواجك وب ناتك ونسا أدنى أن ي عرفن فل ي ؤذين وكان الله غفورا رحيما
Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya. ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
بصارهن ويحفظن ف روجهن ول ي بدين زينت هن إل ما ظهر وقل للمؤمنات ي غضضن من أ ها وليضربن بخمرهن على جيوبهن ول ي بدين زينت هن إل لب عولتهن أو آبائهن أو من
ن أو أب ناء ب عولتهن أو إخوانهن أو بني إخوانهن أو بني آباء ب عولتهن أو أب نائه ربة من الرجال أو أخواتهن أو نسائهن أو ما ملكت أيمان هن أو التابعين غير أولي ال
وا على عورات النساء ول يضربن بأرجلهن لي علم ما يخفين من الطفل الذين لم يظهر لحونزينتهن وتوبوا إلى الله جميعا أي ها المؤمنون لعلكم ت ف
Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,
atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka,
atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Di tengah maraknya jilbab sekarang ini, ada banyak hal yang harus
dicermati. Di antaranya, motivasi yang salah dalam berjilbab, jilbab yang
hanya menjadi sebuah tren atau model, serta banyaknya perempuan
4
muslim yang tidak mengerti dan tidak dapat memastikan untuk apa dan
bagaimana ia berjilbab, juga bagaimana seharusnya cara-cara berjilbab
yang dilakukan oleh perempuan muslim pada zaman Rasul dan sahabat-
sahabat beliau serta batasan-batasan dalam pergaulan antara laki-laki dan
perempuan.
Oleh karena itulah, sekiranya perlu adanya pembahasan yang dapat
memberikan pemahaman tentang esensi dan hakikat dari jilbab yang
merupakan kewajiban bagi perempuan Muslim sebagaimana yang telah
ditentukan oleh Islam yaitu berdasarkan al-Qur‟an dan al-Hadis. Jilbab
bukanlah suatu hal yang kontroversial, sehingga perempuan Muslim bebas
mengenakannya atau tidak. Adapun jilbab menjadi khilafiyah, hanya
timbul pada hukum, apakah wanita wajib menutup muka serta kedua
telapak tangannya atau membiarkannya terbuka. Namun khilafiyah ini
tidak terlepas dari dali-dalil al-Qur‟an dan al-Hadis, walaupun dalam
menentukan hukum menutup wajah dan kedua telapak tangan itu berbeda,
dan apakah kedua hal tersebut dikategorikan aurat atau sekedar
pengecualian yang boleh bagi wanita Muslim membukanya.6
Para fuqaha berbeda pendapat mengenai apakah wajah dan telapak
tangan merupakan aurat yang tidak boleh dibuka bahkan haram dibuka dan
wajib atau tidaknya memakai cadar (kain penutup muka) bahkan ada yang
berpendapat membuka keduanya adalah bid‟ah.7
6 Husein Shahab, Jilbab Menurut al-Qura‟an dan as-Sunnah., cet. 4 (Bandung: Mizan,
1992), h. 8 7 Muhammad Ali al-Sabuni, Rawa al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam, juz II, Beirut: Dar al-
Fikr, tt), hlm. 171.
5
Jilbab bukanlah sembarang pakaian dan semata-mata pakaian,
tetapi ia mengandung kehormatan, kemuliaan dan keislaman seseorang.
Kalau Islam dicabut sedikit demi sedikit maka apalagi yang tinggal dari
Islam itu sendiri, sedangkan jilbab merupakan simbol Islam yang memberi
arti sangat mendalam yakni pakaian umat Islam, dan pakaian yang
dikehendaki oleh Allah dan Rasulullah Saw.8
Tema mengenai jilbab memang sudah banyak yang mebahasnya di
dalam buku, skripsi-skripsi, tesis, dan sebagainya. Pada beberapa data
yang saya punya mengenai banyaknya penelitian skripsi yang membahas
mengenai Jilbab ini saya ingin memaparkan diantaranya adalah, “
Hubungan antara Jilbab dan perilaku Islami (studi kasus Pesantren
Santriwati Madinatunnajah Tangerang)”9, selanjutnya “Pelaksanaan
Peraturan Pemakaian Busana Muslimah di UII (Universitas Islam
Indonesia)”, penelitian ini menyatakan bahwa peraturan pemakaian
busana muslimah yang baik hanya dilakukan 55,74%. Hal ini karena
peraturan kampus dilaksanakan bukan karena kesadaran pribadi tetapi
karena terpaksa. Selanjutnya “Motivasi Pemakaian Jilbab dan
Pengaruhnya Terhadap Akhlak Muslimah”, fokus pembahasan dalam
skripsi ini adalah pemakaian jilbab dan pengaruhnya terhadap akhlak dan
setiap perempuan yang berjilbab hanya semata-mata karena Allah yang
kemudian akan memberikan pengaruh terhadap lingkungannya untuk
memakai jilbab. Selanjutnya “Jilbab sebagai fenomena Budaya dan
Agama (Studi berjilbab di SMU Muhammadiyah Ngawen Gunung
8 Fuad Muhammad dan Fachruddin, Aurat dan Jilbab Dalam Pandangan Islam, cet. 2
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991), hlm. 34. 9 Anwar Musaddad, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Jakarta 2008.
6
Kidul)”, pada penelitian ini si penulis hanya menekankan pemaknaan
terhadap pemakaian jilbab bagi siswi SMU dan pengaruhnya terhadap
perilaku siswi.
Dari beberapa penelitian skripsi belum penulis temukan kesamaan
antara permasalahan yang penulis angkat dengan beberapa penelitian
sebelumnya, dan karena latar belakang penulis yaitu mahasiswa Tafsir
Hadits serta penulis juga menemukan mengenai keragaman pemahaman
serta aplikasi yang berbeda dari pada mahasiswi yang diteliti yaitu anggota
HIQMA dan LDK sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian
ini.
Mengapa itu dipilih, karena hasil observasi awal dan wawancara
penulis terhadap mereka yang diasumsikan orang yang tahu mengenai
jilbab tidak serta merta memahami dan mengaplikasikan pemahamannya
dalam bentuk keseragaman dalam berjilbab. Hiqma dipilih karena penulis
berasumsi bahwa mereka selalu berlatih dan mengkaji bagaimana
membaca al-Qur‟an dengan qiraat dan tilawah yang baik oleh karena
alasan tersebut penulis berrasumsi bahwa anggota Hiqma pasti bisa
membaca al-Quran dan mudah-mudahan bisa memahami ayat-ayat
mengenai Jilbab.
LDK dipilih karena mereka bergerak di Masjid-masjid kampus dan
anggota mereka juga bergerak dibidang dakwah, oleh karena alasan itu
penulis berasumsi bahwa mereka bisa membaca al-Quran, mereka
kemungkinan besar mengkaji al-Quran dan mereka juga kemungkinan bisa
memahami ayat-ayat jilbab.
7
Dalam hasil observasi sementara penulis, adanya perbedaan antara
kedua anggota HIQMA dan LDK dalam mengaplikasikan pemakaian
jilbab atas pemahaman mereka, atas dasar itulah penulis berfikir untuk
melakukan penelusuran dua kelompok itu memahami ayat-ayat jilbab dan
kenapa pemahaman mereka menghasilkan aplikasi penggunaan jilbab yang
berbeda, apa latar belakang dan alasan yang mereka gunakan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti
mahasiswi anggota HIQMA dan LDK, mengenai Jilbab antara pemahaman
tentang ayat dengan aplikasinya dalam pemakaian Jilbab. Dengan
demikian penulis mengadakan penelitian dengan judul: “Jilbab Antara
Pemahaman Ayat Dan Aplikasinya (Studi Kasus Mahasiswi Anggota
HIQMA dan LDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Bila diidentifikasi maka masalah yang muncul dari topik di atas
adalah:
a. Sejarah jilbab
Jilbab merupakan bentuk peradaban yang sudah dikenal
beratus-ratus tahun sebelum datangnya Islam. Ia memiliki
bentuk yang sangat beragam. Jilbab bagi masyarakat Yunani
memiliki ciri khas yang berbeda dengan masyarakat Romawi.
Demikian pula halnya dengan jilbab pada masyarakat Arab pra-
Islam. Ketiga masyarakat tersebut pernah mengalami masa
keemasan dalam peradaban jauh sebelum datangnya Islam. Hal
8
ini sekaligus mematahkan anggapan yang menyatakan, bahwa
jilbab hanya dikenal dalam tradisi Islam dan hanya dikenakan
oleh perempuan muslimah saja. Dalam masyarakat Yunani,
sudah menjadi tradisi bagi perempuannya untuk menutup
wajahnya dengan ujung selendangnya, atau dengan
menggunakan jilbab khusus yang terbuat dari bahan tertentu,
tipis dan bentuknya sangat baik.10
Dalam masyarakat Arab pra-Islam, jilbab bukanlah hal
baru bagi mereka. Biasanya, anak wanita yang sudah mulai
menginjak usia dewasa, mengenakan jilbab sebagai tanda
bahwa mereka minta untuk segera dinikahkan. Di samping itu
bagi mereka, jilbab merupakan ciri khas yang membedakan
antara wanita merdeka dan para budak atau hamba sahaya.
Dalam syair-syair mereka, banyak dijumpai istilah-istilah
khusus yang kesemuanya mengandung arti yang relatif sama
dengan jilbab. Diantara istilah-istilah yang sering mereka
gunakan adalah niqab, khimar, qina‟ hijab, khaba‟ dan khadr.11
b. Pengertian Jilbab menurut para ulama
Abu Abdullah al-Qurṭubī memberikan pengertian Jilbab adalah
baju kurung longgar atau lebar dan lebih lebar dari selendang
10
Muhammad Farid Wajdi, Dairāt al-Ma‟ārif al-Qarn al-Isyrin, Jil. III, (Bairut: Dar al-
Ma‟arif, 1991), h. 335. 11
Abd Rasul Abd Hasan al-Ghaffar, Wanita Islam dan Gaya Hidup Modern, terj.
Burhanuddin, Fanani, (Bandung: Pustaka Hidayat, 1984), hlm. 41. Lihat juga dalam Fenomenologi
Jilbab oleh Nasaruddin Umar dalam http://www.smu-net.com/main.php?&act=ag&xkd=50 akses
tanggal 5 juli 2004.
9
atau kerudung.12
Dan di dalam kamus al-munawwir dijelaskan
juga bahwa jilbab adalah baju kurung panjang sejenis jubah
panjang.13
Al-Albani memandang bahwa jilbab merupakan
bagian dari hijab.14
2. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
Dari uraian identifikasi masalah yang disebutkan di atas,
saya tidak akan menguraikan semua masalah yang disebutkan.
Penelitian ini hanya memfokuskan terhadap masalah pemahaman
ayat-ayat Jilbab dan aplikasinya.
Adapun pembatasan lainnya berkisar pada pembatasan:
a. Pengetahuan serta pengaplikasian para mahasiswi anggota
Hiqma dan LDK mengenai ayat-ayat yang membahas tentang
Jilbab.
b. Mahasiswi yang diteliti hanya mahasiswi anggota Hiqma dan
LDK.
Sesuai dengan uraian pada latar belakang dan batasan
masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini:
Bagaimana para mahasisiwi memahami ayat-ayat yang
berkenaan dengan jilbab dan bagaimana mengaplikasikannya?
Adapun pertanyaan minornya adalah:
12
Abu Abdullah al-Qurtubi, Jami‟ li ahkām al-Qur‟an, cet. Ke-1, (Bairut: Dar al-Kutub
al-„aliyah, 1993), h. 156 13
Ahmad Warso Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997), h. 199 14
Muhamad Nasir al-Din al-Albani, Jilbab Wanita Muslimah Menurut al-Qur‟an dan as-
Sunnah, terj. Hawin Murthado, (Solo: atTibyan, 2001), h. 29
10
a. Bagaimana para mahasiswi anggota Hiqma maupun LDK
dalam memahami ayat-ayat tentang Jilbab serta
mengaplikasikan pemahaman mereka?
b. Apa dampak yang ditimbulkan ketika mahasiswi tersebut
mengenakan jilbab yang sesuai dengan tuntunan yang ada di
dalam al-Qur‟an?
C. Penelitian terdahulu yang relevan
Sebagai upaya untuk menghindari kesamaan terhadap
penelitian yang dibuat oleh penulis, penulis meneliti tentang
penelitian-penelitan yang telah ada sebelumnya, dan inilah hasil
dari penelitian penulis terhadap penelitian yang telah dibuat
sebelumnya antara lain:
Penulis yang bernama Dedi Aldi Wahyudi dengan judul
“Analisa Pemikiran Hukum Islam Ibrahim Hosen tentang Jilbab”
tahun 2010 Hanya membahas mengenai pemikiran Ibrahim Hosen
tentang masalah Jilbab, dimana Ibrahim Hosen membolehkan
wanita karir untuk tidak memakai Jilbab demi kemashlahatan bagi
wanita.
Penulis yang bernama Ade Irawan dengan judul skripsi
“Hijaab, Khimar, dan Jilbab: Usaha Kontekstual Substantif telaah
penafsiran Muhammad Said al-Asymawi atas QS. al-Ahzab (33):
53;59 dan an-Nuur (24):31 Tahun 2006, Membahas tentang
11
pemikiran al-Asymawi terhadap QS., 33:53 tentang Hijab, QS.,
24:31 tentang Khimar, dan QS., 33:59 tentang Jilbab.15
Penulis yang bernama Nurul Huda dengan judul skripsi
“Konsep Hijab dalam al-Qur‟an. Membahas penafsiran ayat-ayat
hijab yang terdapat dalam al-Qur‟an dan mengemukakan pendapat-
pendapat tokoh tafsir berlandaskan pada riwayat-riwayat hadis.
Penulis yang bernama Firmansyah Hasan, mahasiswa
Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Jurusan Akhwal Syahsiyyah,
Program Studi Peradilan Agama pada tahun 2003 dengan judul
“Gagasan Liberalisme Hukum Islam: Studi Kritis terhadap
Pemikiran Muhammad Said al-Asymawi tentang Jilbab”. Dalam
analisa terhadap skripsi tersebut, maka disimpulkan bahwa topik
yang diangkat oleh penulis tersebut diletakkan dalam frame
Fiqhiyyah yang menolak “mentah-mentah” pemikiran al-Asymawi,
meski dalam menganalisa bahasan tersebut, terlihat penulis kurang
concerned dalam melakukan serangkaian “studi kritis”nya.
Penulis yang bernama Sri Astuti yang berjudul “Motivasi
Pemakaian Jilbab dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak Muslimah”.
Pembahasan dalam skripsi ini adalah pemakaian Jilbab dan
pengaruhnya terhadap akhlak dan setiap perempuan yang berjilbab
hanya semata-semata karena Allah yang kemudian akan
15
Ade Irawan dengan judul skripsi “Hijaab, Khimar, dan Jilbab: Usaha Kontekstual
Substantif telaah penafsiran Muhammad Said al-Asymawi atas QS. al-Ahzab (33): 53;59 dan an-
Nuur (24):31 Tahun 2006
12
memberikan pengaruh terhadap lingkungannya untuk memakai
Jilbab.16
Penulis yang bernama Sumiati mahasiswi jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul “Jilbab sebagai
fenomena Budaya dan Agama (Studi berjilbab di SMU
Muhammadiyah Ngawen Gunung Kidul). Dalam penelitian ini
penulis hanya menekankan pemaknaan terhadap pemakaian Jilbab
bagi siswi SMU dan pengaruhnya terhadap perilaku siswi. Skripsi
ini dari segi judul hampir sama akan tetapi subjek penelitian
berbeda dan dilihat dari fokus masalah yang diteliti juga berbeda.17
Lalu beberapa buku yang membahas tentang Jilbab,
misalnya buku karya M. Quraish Shihab dengan judul, “Jilbab”
(pakaian perempuan muslimah pandangan ulama masa lalu &
cendekiawan kontemporer) Dalam buku tersebut, membahas Jilbab
perempuan Muslimah yang sesuai al-Qur‟an dan as-Sunnah dan dia
tidak memaparkan pandangan para ulama atau tokoh cendekiawan
kontemporer tentang fenomena Jilbab apakah mengenakan Jilbab
itu suatu keharusan atau hanya sebatas anjuran. Adapun buku lain
dalam karangannya Deni Sutan Bahtiar dalam judul “Berjilbab dan
Membuka Aurat” dalam buku ini membahas tentang berjilbab yang
telah mengalami pergeseran makna dari syariat Islam, perubahan-
16
Sri Astuti yang berjudul “Motivasi Pemakaian Jilbab dan Pengaruhnya Terhadap
Akhlak Muslimah” 17
Sumiati “Jilbab sebagai fenomena Budaya dan Agama (Studi berjilbab di SMU
Muhammadiyah Ngawen Gunung Kidul)
13
perubahan tersebut karena adanya sebuah kemajuan zaman. Disini
juga menjelaskan tentang hikmah dari Jilbab.
D. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah berupaya untuk
mencari tahu bagaimana para mahasiswa dalam memahami
ayat-ayat serta mengaplikasikanya.
Adapun tujuan khususnya adalah: 1.) agar para remaja
muslimah lebih mengikuti anjuran al-Qur‟an dalam memakai
jilbab 2.) agar para remaja muslimah lebih berhati-hati ketika
mengaplikasikan pemakaian Jilbab dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Signifikasi Penelitian
Secara akademik kajian ini bermanfaat untuk semua
perempuan yang beragama Islam, khususnya para remaja yang
sedang mengikuti trend jilbab saat ini.
Secara praktis kesimpulan penelitian ini bisa menjadi
masukan: 1). Pada pemerintah (Departemen Agama) atau
lembaga terkait (MUI, dsb) untuk membuat anjuran memakai
Jilbab yang sesuai dengan tuntunan ayat-ayat al-Qur‟an disertai
dengan dalil-dalil yang kuat kepada seluruh muslimah yang ada
di Indonesia khususnya. 2). Pada program Tafsir Hadits agar
14
para tenaga pengajar turut serta memberikan dalil al-Qur‟an
ataupun Hadits yang menjelaskan tentang jilbab serta
pengaplikasiannya, agar para mahasiswi lebih memahami
tentang jilbab yang mereka gunakan.
E. Metode Penelitian
Sebuah penelitian pasti menggunakan metode untuk
memudahkan si peneliti dalam mengerjakan penelitiannya. Salah
satunya yaitu merupakan penelitian lapangan (field research).
Selanjutnya dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode kualitatif18
dengan model thick description (diskripsi
mendalam) seperti yang pernah dilakukan oleh Gilbert Ryle dan
kemudian diikuti oleh Cliffort Geertz.19
Kedua metode ini menjadi
pilihan dalam penelitian ini, terutama metode thick description
(diskripsi mendalam) karena dengan metode ini segala aspek yang
terkait dengan bagaimana mereka memahami syari‟at lalu
mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari, serta
penyebab adanya fenomena praktik serta perilaku berjilbab yang
heterogen, dapat diungkap secara mendalam dan sistematis.
Sehingga makna subjektif yang muncul dari tindakan masyarakat
18
Yaitu sebuah metode yang merupakan prosedur penelitian dengan menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Lihat,
Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya 1990), h. 3. 19
Daniel L Pals, Seven Theories of Religion (New York: Oxford University Press, 2001),
h.327.
15
dapat dipahami dalam kerangka “ungkapan” mereka sendiri.
Dengan kata lain, metode ini tidak saja menggambarkan apa yang
sebenarnya terjadi, akan tetapi juga apa yang dimaksud orang
dengan apa yang terjadi atau sesuatu di balik fenomena tersebut.
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu pendekatan sosiologis, dengan menggunakan paradigm
naturalistic, yang bertujuan untuk memahami (understanding)
makna perilaku sosial, simbol-simbol dan fenomena-fenomena.20
Serta pendekatan fenomenologi, yang dalam penelitian ini penulis
gunakan, mencoba meneliti fakta religious yang bersifat subjektif
seperti pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, ide-ide, emosi-emosi,
maksud-maksud, pengalaman, dsb dari seseorang yang
diungkapkan dalam tindakan luar (perkataan dan perbuatan).21
Beberapa elemen penting yang perlu peneliti uraikan untuk
menjadikan hasil penelitian ini bisa dipertanggungjawabkan yaitu:
1. Sumber Data
Dalam sebuah penelitian sumber data terdiri dari sumber
data primer dan sumber dan data sekunder.
a. Objek penelitian (sumber penelitian), menurut Suharsimi
Arikunto, objek penelitian adalah orang atau apa saja yang
menjadi subjek penelitian.22
Sumber data primer dalam
penelitian ini yaitu mahasiswi Uin Syarif Hidayatulah Jakarta,
20
Imam Supargoyo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2003), h.100. 21
Imam Supargoyo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama… h. 103. 22
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), h. 40.
16
yang mana secara formal peneliti ingin mengungkapkan
pemahaman dan pandangan mereka terhadap syariat berjilbab
dalam al-Qur‟an, serta faktor-faktor yang melatarbelakangi
munculnya heteregonitas ekspresi berjilbab. Namun mengingat
besarnya jumlah populasi, maka dalam hal ini peneliti perlu
menetapkan sampel penelitian. Dengan cara menggunakan
teknik snow-ball, yakni penggalian data melalui wawancara
mendalam dari satu informan ke informan lainnya dan
seterusnya sampai peneliti tidak menemukan informasi baru
lagi, jenuh, “tidak berkualitas” lagi.23
b. Sumber data pendukung, berupa buku-buku, hasil-hasil kajian
serupa sebelumnya, jurnal, artikel-artikel, dan yang lainnya.
2. Teknik pengumpulan data
Ada tiga cara dalam teknik pengumpulan data yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini.
a. Observasi
Observasi sebagai sebuah metode pengumpulan data secara
umum dapat dibagi ke dalam dua jenis pengamatan:
pengamatan murni, merupakan pengamatan yang dilakukan
dengan tidak melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan
sosial, artinya murni sebuah pengamatan. Dalam hal ini peneliti
mencoba mengamati fenomena berjilbab mahasiswi Uin Syarif
23
Abdul Mustaqi, dkk, Metodologi Penelitian Living al-Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta:
Teras, 2007), h. 75.
17
Hidayatullah Jakarta. Sedangkan yang kedua pengamatan
terlibat, yakni sebuah pengamatan sekaligus melibatkan dua hal
pokok yaitu pengamatan dan wawancara. Pengamatan terlibat
dilakukan untuk melihat bagaimana informan atau subjek
penelitian mengungkapkan perasaan, pandangan emosi,
imajinasi, pengalaman-pengalamannya terkait dengan praktik
berjilbab.24
b. Wawancara, depth interview (wawancara mendalam).
Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang
dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari
informan dengan cara bertanya langsung secara bertahap muka
(face to face).25
Wawancara dalam penelitian ini memakai
metode perekaman, baik lewat alat recorder, handphone,
maupun perekam melalui tulisan.
c. Dokumentasi, metode ini digunakan untuk mendapatkan data-
data dan dokumen tentang profil kampus Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta, terkait dengan sejarah berdirinya, pendiri,
visi dan misi, pendidikan dan kegiatan di Kampus Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Teknik Analisis Data
Untuk memberi jawaban yang konkrit dan akurat atas hasil
penelitian, maka dibutuhkan metode analisis data. Ada tiga tahap
24
Muhammad, Soehada‟, Buku Daras; Pengantar Metode Penelitian Sosial Kualitatif
(Yogyakarta: Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin Uin Suka, 2004), h. 26-32. 25
Bagong Suyanto (ed.), Metodologi Penelitian Sosial Berabagai Alternatif Pendekatan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet. III 2007), h. 69.
18
dan proses analisis data yang telah penulis tetapkan dalam
menganalisis data yang telah terkumpul nantinya yaitu: Reduksi
data, dalam proses reduksi data, semua data umum yang telah
penulis kumpulkan dalam pengumpulan data sebelumnya dipilah-
pilah, tujuannya agar penulis dapat mengenali point-point yang
dianggap penting sebagaimana yang terungkap dalam wawancara.
Selanjutnya, penyajian data, selain menampilkan data apa adanya
dari informan, juga data yang telah diperoleh juga akan
diinterpretasikan dan disajikan dengan cara thick description
(diskripsi mendalam) yang kemudian dianalisis berdasarkan
keseuaian dengan pemakaian kerangka konseptual. Langkah
selanjutnya penarikan kesimpulan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan ini, penulis
membagi pembahasan dalam 5 bab yaitu:
Bab I, pendahuluan. Terdiri dari latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu dan
sistematika penulisan.
Bab II, Pengertian dan teori Jilbab. Terdiri dari sejarah jilbab, ayat-
ayat yang berkaitan dengan jilbab, dan pandangan para ulama
mengenai Jilbab.
19
Bab III, Gambaran umum sejarah, dan latar belakang berdirinya
organisasi HIQMA DAN LDK.
Bab IV, pemahaman ayat serta aplikasinya yang langsung
ditanyakan kepada informan. Di dalamnya terdiri dari tiga sub bab
yakni yang pertama ialah mengenai pengetahuan berjilbab, yang
kedua yakni pemahaman berjilbab, dan yang ketiga yakni perilaku
berjilbab.
Bab V, Penutup. Penulis menyimpulkan isi kripsi secara
keseluruhan sebagai penegasan jawaban atas rumusan masalah
yang diajukan, serta terdapat beberapa rekomendasi untuk
penelitian lanjutan. Bab ini merupakan kesimpulan yang di dapat
dari kajian yang diteliti.
BAB II
HAL IHWAL JILBAB
A. Pengertian Jilbab
Jilbāb , bentuknya jamaknya jalabib, merupakan isim mashdar
yang berasal dari akar kata jalaba. Secara etimologi berarti gamis, pakaian
yang lebih luas dari khimar, tapi bukan seperti rida‟, yang dipakai
20
perempuan untuk menutupi kepala dan dada.26
Dalam The Encyclopedia of
Islam, Jilbāb disebutkan sebagai pakaian luar yang luas dan longgar,
termasuk kerudung dengan dua lubang untuk larangan, yang digunakan
oleh sebagian wilayah Maghribi.27
Al-Qur‟an hanya sekali mengakomodir
kata jilbāb , dengan bentuk jamak, dalam surat al-Ahzab (33): 59.28
Menurut Abu Syuqqah, dalam Tahrir al-Mar‟ah fi „Ashr ar-Risalah,
Jilbāb adalah kerudung yang menutup bagian luar kepala, termasuk
menutupi dir (Pakaian yang khusus menutupi bagian badan) dan khimar.29
Jadi, dalam tulisan ini jilbāb dimaksudkan sebagai pakaian yang lebih
besar dari pada khimar yang menutupi kepala hingga terulur menutupi
bagian dada dan belakang perempuan.30
Sedangkan jilbāb dari kata jalaba berarti mengalihkan sesuatu dari
suatu tempat ke tempat lain. Sedangkan jilbāb menurut Ibn Manzur
adalah pakaian panjang yang lebih lebar dari khimar (kerudung), bukan
selendang dan bukan pula selimut kain besar, yang menutupi kepala,
punggung, dada, dan seluruhnya dengan jilbāb tersebut. Jilbāb juga
diartikan sebagai pakaian yang dipakai wanita untuk menutupi kepala,
punggung dan dada.31
26
Ibn. Mundzir, Lisan al- „Arabi, al-Mujallad ar-Rabi, h.272-273. 27
B. Lewis, et al., The Encyclopedia of Islam New Edition, Volume II, (Leiden:
E. J. Brill, 1983), h.404 28
M. Abdul Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras, h. 222. Dalam surat al-Isra/17:64
terdapat pula kata ajlaba yang berarti mengerahkan kekuatan. 29
Nasaruddin Umar, Antropologi Jilbāb Jurnal Ulumul Qur‟an No. V, Juni,
1996, h. 36. 30Fadwa El Guindi, Jilbāb , (Jakarta: Serambi, 2003), Cet. II, h. 101. 31
Tim penyusun Pustaka Azet, Leksikom Islam, (Jakarta: PT Pustakazet-Perkasa, 1998), hlm. 298
21
Merujuk pada istilah tersebut diatas, pada dasarnya antara hijab
dan jilbāb memiliki arti yang sama, yaitu bahwa keduanya merupakan
pakaian wanita yang menutup bagian tubuh sehingga tidak terlihat. Jadi,
jilbāb yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jilbāb yang secara
umum dimaknai sebagai baju kurung yang longgar disertai kerudung yang
menutup kepala, punggung dan dada perempuan.
B. Jilbab dalam konteks Agama dan Budaya
Jilbāb atau hijab merupakan bentuk peradaban yang sudah dikenal
berates-ratus tahun sebelum datangnya Islam. Ia memiliki bentuk yang
sangat beragam. Hijab bagi masyarakat Yunani memiliki ciri khas yang
berbeda dengan masyarakat Romawi. Demikian pula halnya dengan hijab
pada masyarakat Arab pra-Islam. ketiga masyarakat tersebut pernah
mengalami masa keemasan dalam peradaban jauh sebelum datangnya
Islam. Hal ini sekaligus mematahkan anggapan yang menyatakan, bahwa
hijab hanya dikenal dalam tradisi Islam dan hanya dikenakan oleh wanita-
wanita muslimah saja. Dalam masyarakat Yunani, sudah menjadi tradisi
bagi wanita-wanitanya untuk menutup wajahnya dengan ujung
selendangnya, atau dengan menggunakan hijab khusus yang terbuat dari
bahan tertentu, tipis dan bentuknya sangat baik.32
Peradaban Yunani tersebut kemudian ditiru oleh bangsa-bangsa
disekitarnya. Namun, akhirnya peradaban tersebut mengalami
kemerosotan dan kemunduran karena kaum wanitanya dibiarkan bebas dan
32
Muhammad Farid Wajdi , Dairat al-Ma’arif al-Qarn al-Isyrin, Jil. III, (Bairut: Dar al-Ma’arifah, 1991), hlm. 335
22
boleh melakukan apapun, termasuk pekerjaan yang dilakukan oleh laki-
laki. Sementara itu dalam masyarakat Romawi, seperti diungkapkan Farid
Wajdi, kaum wanita sangat memperhatikan hijab mereka dan tidak keluar
rumah kecuali dengan wajah tertutup. Bahkan mereka masih berselendang
panjang yang menjulur menutupi kepala sampai ujung kaki.33
Peradaban-peradaban silam yang mewajibkan pengenaan hijab
bagi wanita tidak bermaksud menjatuhkan kemanusiaannya dan
merendahkan martabatnya. Akan tetapi, semata untuk menghormati dan
memuliakannya, agar nilai-nilai dan norma-norma sosial dan agama
mereka tidak runtuh. Selain itu juga untuk menjaga peradaban dan
kerajaan mereka agar tidak runtuh.
Gereja-gereja terdahulu dan biarawati-biarawatinya yang bercadar
dan berkerudung memakai kebaya panjang, menutupi seluruh tubuhnya
sehingga jauh dari kekejian dan kejahatan.34
Dalam masyarakat Arab pra-Islam, hijab bukanlah hal baru bagi
mereka. Biasanya, anak wanita yang sudah mulai menginjak usia dewasa,
mengenakan hijab sebagai tanda bahwa mereka minta untuk segera
dinikahkan. Di samping itu yang membedakan antara wanita merdeka dan
para budak atau hamba sahaya. Dalam syair-syair mereka, banyak
dijumpai istilah-istilah khusus yang kesemuanya mengandung arti yang
relatif sama dengan hijab. Di antara istilah-istilah yang sering mereka
33
Muhammad Farid Wajdi , Dairat al-Ma’arif al-Qarn al-Isyrin, Jil. III, (Bairut: Dar al-Ma’arifah, 1991), hlm. 336
34 Abd Rasul Abd Hasan al-Ghaffar, Wanita Islam dan Gaya Hidup Modern, terj.
Burhanuddin Fanani, (Bandung: Pustaka Hidayat, 1984), hlm. 38
23
gunakan adalah niqab, khimar, qina‟, khaba dan khadr. Ada lagi bentuk
bentuk hijab yang lain seperti sarung, selimut, baju besi dan jilbāb. Bangsa
Arab pra-Islam mewajibkan wanitanya berhijab. Mereka menganggapnya
sebagai tradisi yang harus dilakukan. Dan ketika Islam datang, ia
mensyahkan tradisi tersebut.
C. Ayat dan Hadits tentang Jilbab
Berkaitan dengan diperintahkannya jilbāb, para ahli tafsir
menyatakan bahwa kaum wanita pada zaman pra-Islam dulu biasa berjalan
di depan kaum laki-laki dengan leher dan dada terbuka serta telanjang.
Mereka biasa meletakkan kerudung mereka di belakang pundak dengan
membiarkan dadanya terbuka. Hal ini acapkali mendatangkan keinginan
dari kaum laki-laki untuk menggodanya, karena mereka terkesima dengan
keindahan tubuh dan rambutnya. Kemudian Allah memerintahkan kepada
wanita untuk menutupkan kerdudungnya pada bagian yang biasa mereka
perlihatkan, untuk menjaga diri mereka dari kejahatan laki-laki hidung
belang.35
Di Jazirah Arab pada zaman dahulu bahkan sampai kedatangan
Islam, para laki-laki dan perempuan berkumpul dan bercampur-baur tanpa
halangan. Para wanita pada waktu itu juga mengenakan kerudung, tapi
yang dikerudungi hanya terbatas pada bagian belakang saja, adapun leher,
dada, dan kalungnya masih kelihatan. Oleh karena itu tingkahnya tersebut
dapat mendatangkan fitnah dan dapat menimbulkan kerusakan yang
35
Muhammad Ali as-Shabuni, Sofwah at-Tafsir, (Bairut: Dar al-Fikr, t.t), II: 336
24
banyak, dan dari hal itulah Allah alu menurunkan peraturan sebagaimana
terdapat dalm surat an-Nur: 31 dan al-Ahzab: 59.36
M. Quraisy Shihab menyatakan, bahwa wanita-wanita muslim
pada awal Islam di Madinah memakai pakaian yang sama secara general
dipakai oleh semua wanita, termasuk wanitatuna susila dan hamba sahaya.
Mereka semua juga memakai kerudung bahkan jilbāb tapi leher dan
dadanya mudah telihat dan tak jarang juga mereka memakai kerudung tapi
ujungnya diputar kebelakang hingga leher, telinga, dan dada mereka terus
terbuka. Keadaan inilah yang digunakan oleh orang-orang munafik untuk
menggoda wanita muslimah. Dan ketika mereka diingatkan atas perlakuan
yang mereka buat mereka mengatakan “kami kira mereka hamba sahaya”.
Hal ini disebabkan oleh karena pada saat itu identitas wanita muslimah
tidak terlihat dengan jelas, dan dalam keadaan inilah Allah memerintahkan
kepada wanita muslimah untuk mengenakan jilbāb nya sesuai dengan
petunjuk Allah kepada Nabi Saw dalam surat al-Ahzab ayat 59.37
لك يا أي ها النبي قل لزواجك وب ناتك ونساء المؤمنين يدنين عليهن من جلبيبهن ذ أدنى أن ي عرفن فل ي ؤذين وكان الله غفورا رحيما
Artinya: .Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbāb nya[1232]
ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
36
Fazlurrahman, Nasib Wanita sebelum Islam, cet. Ke-1, (Jatim: Putra Pelajar 2000), hlm. 112-113
37 M. Quraisy Shihab, Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhu’I atas berbagai
persoalan Umat, cet. Ke-8, (Bandung: Mizan, 1998), hlm.171-172
25
Perlu diketahui bahwa situasi yang melatarbelakangi pra-turunnya
ayat ini adalah keadaan dan kebiasaan yang berlaku di Madinah. Bahwa
cara berpakaian perempuan merdeka dan budak, terpandang dan miskin,
yang baik-baik atau yang kurang sopan hampir dapat dikatakan sama. Para
pria Madinah yang usil memiliki kebiasaan kongkow-kongkow di waktu
malam, dan ketika ada perempuan yang berlalu mereka suka mengganggu
atau melakukan tindakan yang tidak senonoh pada mereka. Dalam suatu
riwayat Ibn Sa‟ad yang bersumber dari Abu Malik bahwa istri-istri Nabi
pernah keluar malam untuk buang hajat. Pada waktu itu kaum munafikin
mengganggu dan menyakiti mereka. Hal ini diadukan kepada Rasulullah
Saw., sehingga beliau menegur kaum munafikin. Namun mereka beralasan
dengan berujar, “Kami hanya mengganggu hamba sahaya” Maka turunnya
ayat jilbāb sebagai perintah agar membedakan diri dari hamba sahaya
(Identitas pembeda).38
Ibn Jarir at-Thabari, berkomentar, “Para perempuan
yang terhormat sebaiknya tidak serupa dengan para perempuan budak
dalam hal berpakaian ketika mereka meninggalkan rumahnya, yaitu
dengan wajah terbuka dan rambut terurai; mereka lebih baik menutup dan
menjumbaikan selimut atau pakaian luar keseluruh tubuh mereka sehingga
tak kan ada orang jahat yang berani mengganggu mereka”.39
Maka
sebaiknya pada dengan turunnya ayat ini terdapat larangan bagi budak
38
KH. Q. Shaleh, et. al., Asbabun Nuzul, h. 443. Lihat juga Tafsir Ibn Katsir Juz III halaman 519-520, dan Tafsir al-Qurthuby Juz XIV halaman 216-217.
39 Ath-Thabari, Ibn Jarir, Jami’ al-Bayan Juz 22, (Beirut: Dar al-Fikr,1994), h.33
26
perempuan untuk mengenakan pakaian-pakaian yang serupa dengan
perempuan-perempuan merdeka.40
Ayat ini merupakan lanjutan ayat sebelumnya bahwa dosa besar
bagi orang yang menyakiti orang yang beriman, maka Allah
memerintahkan orang mu‟min untuk menjauhi tempat-tempat yang biasa
menimbulkan kejahatan, yakni dengan adanya tirai dan mengulurkan
jilbāb , ini untuk mencegah apa yang terjadi di masa jahiliyah, dimana
terjadi perlakuan buruk terhadap perempuan yang keluar rumah dengan
pakaian terbuka, maka diikuti zinah terhadap mereka.41
Ibn „Arabi melihat
bahwa ayat ini memiliki hubungan dengan ayat hijab dan merupakan
lanjutan dari ayat tersebut.42
Dalil lain adalah hadits penuturan Ummu „Athiyyah yang berkata:
ث نا هشام عن حفصة بنت سيرين عن أم ع ث نا عيسى بن يونس حد ث نا عمرو الناقد حد طية وحدوالضحى العواتق أن نخرجهن فى الفطر -عليه وسلم صلى اهلل-قالت أمرنا رسول الله
ر ودعوة المسلم ين. ق لت والحيض وذوات الخدور فأما الحيض ف ي عتزلن الصلة ويشهدن الخي جلباب قال لت لبسها أخت ها من جلبابهايا رسول الله إحدانا ل يكون لها
Artinya: Rasulullah Saw. Memerintahkan kami untuk
mengeluarkan para perempuan pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, para
perempuan yang punya halangan, perempuan yang sedang haid dan
gadis-gadis yang dipingit. Adapun perempuan yang sedang haid, mereka
memisahkan diri dari shalat dan menyaksikan kebaikan dan seruan
kepada kaum Muslim. Aku berkata, “Ya Rasulullah, salah seorang dari
kami tidak memiliki jilbāb.” Rasul menjawab, “Hendaknya saudaranya
meminjami dia jilbāb.”
40
As-Suyuthi, Ad-Duur al-Mantsur Fit Tafsir Bil Ma’tsur, (Kairo: Dar Hijr 2003) h.415
41 Wahbah az-Zuhaili, At-Tafsir al-Munir Wasy Syari’ah Wal Manhaj (Beirut
Darul Fikr 2009), h.107 42
Ibn ‘Arabi, Ahkam al-Qur’an, (Beirut: Dār al- kutub al-‘Ilmiyah, 1996), h.625
27
Dalil-dalil ini jelas dalalah-nya atas pakaian perempuan dalam
kehidupan umum. Allah Swt pun berfirman tentang tatacara umum yang
berlaku atas pakaian ini dalam surat An-Nur ayat 31(yang artinya):
Janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa)
tampak pada dirinya. Maknanya, hendaknya mereka tidak menampakan
anggota-anggota tubuh yang merupakan tempat perhiasan seperti kedua
telinga, kedua lengan, kedua betis dan selain itu kecuali apa yang biasa
tampak dalam kehidupan umum ketika ayat ini turun, yakni pada masa
Rasulullah Saw. yaitu wajah dan kedua telapak tangan.
Dalam hal ini diriwayatkan dari Ibn Umar bahwa Rasululah Saw.
pernah bersabda:
يامة ، اهلل إليه يوم القمن جر ثوبه خيلء لم ينظر قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم : )فقالت أم سلمة : فكيف ينصع النساء بذيولهن ؟ قال ك يرخين شبرا ، قالت : إذا تنكشف
أقدامهن ، قال : فيرخين ذراعا ل يزدن عليه(Artinya: Rasulullah Saw bersabda: “ Siapa yang menjulurkan
pakaiannya karena sombong, Allah tidak memandang dirinya pada hari
kiamat.” Lalu Ummu Salamah berkata, “Lalu bagaimana perempuan
memperlakukan ujung pakaiannya?” Rasulullah menjawab, “Hendaknya
mereka menjulurkan-nya sejengkal.” Ummu Salamah berkata, “Kalau
begitu tersingkap kedua kaki mereka.” Rasulullah pun menjawab,
“Hendaknya mereka menjulurkannya sehasta, jangan mereka lebihkan
atasnya.”43
Hadits ini gamblang menjelaskan bahwa jilbāb yang dikenakan di
atas pakaian itu wajib dijulurkan ke bawah sampai menutupi kedua kaki.
Jika kedua kaki ditutupi dengan sepatu atau kaos kaki, itu belum cukup
(jika jilbabnya tidak menjulur ke bawah). Jilbāb tetap harus menjulur ke
bawah hingga kedua kaki dalam bentuk yang menunjukkan adanya irkha‟
43
Kitab Mausu‟ah Dafa‟ an Rasulillah , (Kuwait, 1983), Juz II, h.77
28
(dijulurkan) sehingga diketahui bahwa itu adalah pakaian kehidupan
umum yang wajib dikenakan perempuan di kehidupan umum. Jilbāb harus
tampak irkha‟ sebagai realisasi dari firman Allah: “yudnīna yakni yurkhīna
(hendaknya mereka menjulurkan).44
D. PENDAPAT PARA ULAMA
Sebagian ulama lebih lanjut mengomentari ayat ini sebagai
petunjuk seluruh tubuh perempuan adalah aurat dengan mengacu pada
Makna jilbāb diperselisihkan maknanya oleh para 45.يدنين عليهن من جلبيبهن
pakar bahasa. Menurut penganut pendapat yang menyatakan bahwa
seluruh tubuh perempuan adalah aurat, maka jilbāb berarti pakaian yang
menutupi baju dan kerudung yang sedang dipakai, sehingga jilbāb
menjadi bagaikan selimut yang menutupi seluruh bagaian tubuh mereka.
Maulana Abul A‟la Maududi memprotes pengertian para penterjemah
modern terhadap kalimat يدنين عليهن من جلبيبهن sebagai “mengenakan
pakaian tebal”. Menurutnya jika ayat ini mengandung pengertian seperti di
atas, maka redaksi yang digunakan adalah يدنين عليهن من جلبيبهن , Lebih
lanjut lagi, عليهن من جلبيبهن bukan berarti menutup sebagian, tapi
seluruhnya. Maududi, dengan mengutip pendapat Ibn „Abbas dan Qatadah,
menyimpulkan: “Oleh karena itu ayat ini secara gamblang mengatakan:
44
Nasyrah soal-jawab Amir HT/Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah, 1 Muharram 1435/ 4 November 2013
45 Qurais Shihab, Jilbāb pakaian wanita Muslimah “Pandangan ulama masa lalu
dan cendekiawan kontemporer mengenai pakaian wanita muslimah”, h.63
29
Perempuan sebaiknya menutupi dengan baik diri mereka dengan pakaian
mereka, dan menutup dan mengulurkan bagaian pakaian mereka menutupi
wajah”. Komentar yang lebih kurang serupa juga datang lebih dahulu
sebelumnya dari Suddi, Zamakhsyari, dalam tafsir al-Kasysyaf. Ibn Jarir,
Ibn Abi Hatim, dan Ibn Marduwaih yang bersumber dari Anas ra.
memahami jilbāb dalam artian perintah Allah kepada para perempuan
kaum beriman untuk menutup wajah dan kepala mereka sehingga hanya
salah satu mata saja terbuka.46
Ulama dan kalangan mufassir menafsirkan ayat ini sebagai
kewajiban perempuan untuk menutup wajahnya kecuali salah satu
matanya agar dikenal sebagai perempuan merdeka. Ibn al-Jauzi, ath-
Thabari, Ibn Katsir, Abu Hayyan, dan al-jasshash menafsirkan kata
mengulurkan jilbāb dengan menutup wajah, badan, dan rambut dari laki-
laki ajanib (laki-laki yang tidak sekandung dan sepersusuan, pen.).47
Sepakat ulama menyatakan bahwa ayat jilbāb merupakan tuntunan
kepada istri-istri Nabi dan kaum muslimat agar mereka mengenakan jilbāb.
Hampir semua ulama memahami ayat tersebut berlaku pada masa Nabi
Saw, tetapi juga sepanjang masa. Namun demikian, sementara ulama
kontemporer memahaminya hanya berlaku pada zaman Nabi ketika ada
perbudakan, dan diperlukannya pembeda antara mereka dan perempuan-
perempuan merdeka, serta bertujuan menghindarkan mereka dari
46
As-Suyuthi, Ad-Duur al-Mantsur Fit Tafsir Bil Ma’tsur, (Kairo: Dar Hijr 2003), h.415
47 Wahbah az-Zuhaili, At-Tafsir al-Munir Wasy Syari’ah Wal Manhaj (Beirut
Darul Fikr 2009), Juz 12, h.110
30
gangguan lelaki usil. Menurut penganut pendapat terakhir ini, jika tujuan
tersebut telah dicapai dengan satu dan lain cara, maka ketika itu pakaian
telah sajalan dengan tuntunan agama.48
Muhammad Ibn „Asyur dalam
Maqāshid asy-Syarī‟ah menulis: “Kami percaya bahwa adat kebiasaan
suatu tidak boleh dalam kedudukannya sebagai adat untuk dipaksakan
terhadap kaum lainatas nama agama, bahkan tidak dapat dipaksakan pula
terhadap kaum itu”.49
Dalam hal ayat jilbāb, ia menafsirkan bahwa cara
memakai jilbāb bisa berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan
perempuan dan adat mereka. Hanya saja tujuan perintah ini adalah seperti
bunyi ayat: “Agar mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik)
sehingga mereka tidak diganggu”. Ajaran tentang jilbāb adalah ajaran
yang mempertimbangkan adat orang-orang Arab, sehingga bangsa-bangsa
lain yang tidak mengenakan jilbāb tidak berlaku bagi mereka ketentuan
ini.50
Lanjut Ibn Asyur, dalam al-Qur‟an dan Hadits banyak menggunakan
redaksi perintah tetapi maksudnya adalah anjuran atau larangan-larangan
tetapi maksudnya adalah sebaiknya ditinggalkan. Namun demikian, kehati-
hatian amat dibutuhkan, karena pakaian lahir dapat menyiksa pemakainya
sendiri apabila ia tidak sesuai dengan bentuk badan si pemakai, demikian
imbuh Qurais Shihab51
48
Wahbah az-Zuhaili, At-Tafsir al-Munir Wasy Syari’ah Wal Manhaj (Beirut Darul Fikr 2009), Juz 12, h.65
49 Qurasih Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
Volume 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2006), cet. VII, h.332 50
Qurasih Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Volume 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2006), cet. VII, h.333
51 Qurasih Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
Volume 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2006), cet. VII, h.333
31
BAB III
GAMBARAN UMUM HIQMA DAN LDK
A. Profil Organisasi LDK
1. Sejarah Berdiri LDK
32
Pada tahun 1996 tepatnya tanggal 28 Mei, sekitar dua puluh
lima mahasiswa dari berbagai latar belakang intelektual yang berbeda
mereka berhimpun dalam satu kesatuan dan berhasil mensolidkan diri
dalam kepengerusuan awal LDK Syahid. Tepat pada hari itu juga
secara resmi, Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah
resmi dilantik oleh skretaris jendral KMU. Dari hasil pelantikan
tersebut terpilihlah ketua pertama dari organisasi LDK Syahid yaitu
Deka Kurniawan yang berasal dari Fakultas Ushuluddin.
Sebenarnya cikal bakal akan lahirnya lembaga dakwah kampus
ini telah muncul pada era 80an, namun dengan adanya “represifitas”
dari pemerintah pada saat itu, mereka melarang gerakan apaun muncul
di kampus-kampus. Hal ini semakin diperparah dengan dibekukannya
NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) /BKK (Badan Koordinasi
Kemahasiswaan). Dengan adanya tekanan dari penguasa (pemerintah)
pada saat itu tidak menyurutkan semangat para Foundhing Father
LDK, mereka tetap bersemangat untuk mengkaji berbagai hal yang
berkaitan dengan keislaman serta mereka juga semakin percaya diri
dalam menunjukkan jati diri keislamannya.
Disisi lain tak jarang dari para akwat yang memilih untuk
keluar dari universitas maupun sekolah mereka untuk mempertahankan
keidealisan mereka terhadap pemakaian hijab syar‟i. Dengan adanya
situasi seperti ini semakin membuat geram para kader-kader dakwah
pada saat itu, dan klimaksnya munculnya momentum “revolusi jilbab”
pada awal tahun 90an. Dimana para aktivis Muslim mulai bangkit dan
33
melakukan advokasi serta aksi besar-besaran untuk menuntut pelegalan
jilbab di kampus. Revolusi ini terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta,
Depok, Bogor serta Bandung. Buah hasil dari revolusi ini adalah mulai
kembali diadakannya kajian-kajian keislaman yang dahulu dilakukan
secara sembunyi-sembunyi kini menjadi terang-terangan.
2. VISI dan MISI LDK
VISI: Terciptanya insan-insan dakwah yang memiliki
kekokohan spiritualitas, intelektualitas, solidaritas, dengan etos
profesionalisme menuju kampus yang islami dalam rangka
mewujudkan khairu ummah.
Visi diatas menjelaskan bahwa LDK Syahid berusaha
mencetak manusia-manusia khususnya mahasiswa yang ahli di bidang
dakwah yang memiliki sikap dan sifat spiritualitas, intelektualitas,
solidaritas dengan etos profesionalisme di dalam kampus dengan
tujuan mewujudkan masyarakat kampus yang baik dan Islami.
MISI:
1. Tarbiyah Madal Hayah ( pendidikan sepanjang hidup)
2. Amal Shalih (perbuatan yang baik)Amar Ma‟ruf Nahi Munkar
(memerintahkan yang baik dan mencegah yang munkar)
3. Khidmatul Ummah (pengabdian kepada umat)
4. Wihdatul Ummah dan Ukhuwwah Islamiyah (persatuan umat dan
persaudaraan Islam)
Misi di atas menjelaskan bahwa LDK Syahid dalam mencapai
visinya memiliki beberapa misi, diantaranya Tarbiyah Madal Hayah
yang merupakan aktivitas yang harus dilakukan sepanjang hidup
manusia khususnya kader LDK Syahid dengan pendekatan agama.
Amal Shalih, melakukan segala aktivitas yang positif dan bermanfaat
34
sehingga dapat berguna bagi masyarakat kampus yang sesuai dengan
pedoman Al-Qur‟an dan Sunnah. Amar Ma‟ruf Nahi Munkar, LDK
Syahid mengajak seluruh masyarakat kampus agar mengikuti perintah
Allah Swt dan Sunnahnya serta mencegah kemungkaran agar tidak
terjadi. Khidmatul Ummah merupakan suatu hal yang wajib dimiliki
setiap kader LDK Syahid dalam membangun peradaban Islam kepada
masyarakat agar lebih berkembang kedepannya. Wihdatul Ummah dan
Ukhuwwah Islamiyah, LDK Syahid berusaha agar persatuan dan
persaudaraan Islam tidak pecah berai dengan menjalin Ukhuwwah
Islamiyah sesame manusia dan khususnya umat Islam.
3. Job Description LDK
Ketua Umum
1. Penanggung jawab dan pemegang kebijakan organisasi
2. Pengontrol keseluruhan program kerja organisasi
3. Menjadi juru bicara organisasi
4. Menjadi fasilitator organisasi dalam menjalin hubungan dan kerja
sama dengan lembaga-lembaga ekstra kampus
5. Berkoordinasi dengan ketua-ketua KOMDA
Ketua Keputrian
1. Berwenang dan bertanggung jawab terhadap aktivitas dakwah
muslimah secara keseluruhan
2. Mengkoordinasikan semua kegiatan dakwah di bidang keputrian
3. Menjadi juru bicara organisasi yang berkaitan dengan
kemuslimahan
4. Bertanggung jawab kepada ketua umum
Wakil Ketua
1. Mewakili ketua umum ketika berhalangan hadir
2. Menjadi fasilitator organisasi dalam menjalin hubungan dan kerja
sama dengan lembaga-lembaga intra kampus
3. Membantu ketua umum dalam mengorganisasikan program-
program organisasi
4. Bertanggung kepada ketua umum
Sekretaris umum
35
1. Penanggung jawab dan pemegang kebijakan administrasi
organisasi secara menyeluruh
2. Mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi
3. Mengkoordinir biro yang ada dibawahnya
4. Berkoordinasi dengan sekretaris bidang, biro, komda, dan LSO
5. Bertanggung jawab kepada ketua umum
Bendahara Umum
1. Penanggung jawab dan pemegang kebijakan keuangan
keorganisasian
2. Mengkoordinir yang ada dibawahnya
3. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan perpustakaan
4. Bertanggung jawab kepada ketua umum
Biro Kesekretarian
1. Membantu sekretaris umum dalam hal pengelolaan administrasi,
kesekretariatan dan rumah tangga organisasi
2. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan perpustakaan
3. Bertanggung jawab terhadap sekretaris umum
Biro Pengembangan Umum
1. Bertanggung jawab terhadap penggalangan dana dan usaha
organisasi yang bersifat mandiri
2. Mengembangkan potensi ekonomi organisasi dalam rangka
menciptakan iklim kemandirian financial
3. Bertanggung jawab terhadap bendahara umum
Bidang Kaderisasi
1. Mencapai keberhasilan pelaksanaan pengkaderan yang berorientasi
pada pengembangan potensi anggota (fikriyah, ruhiyah, dan
jasadiyah) yang berkesinambungan
2. Membangun pola perekrutan dan pembinaan anggota LDK
3. Bertanggung jawab kepada ketua umum
a. Sub. Bidang PSDM
1. Merekomendasikan nama-nama untuk ditempatkan pada
pelaksanaan agenda dakwah tingkat universitas
2. Memberdayakan anggota secara optimal
3. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan data base anggota
4. Bertanggung jawab kepada ketua bidang kaderisasi
b. Sub. Bidang pembinaan
1. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan PKD I
2. Membina fikriyah, ruhiyah, dan jasadiyah anggota
3. Bertanggung jawab kepada ketua bidang kaderisasi
36
Bidang Keputrian
1. Melaksanakan program-program kerja bidang keputrian
2. Melaksanakan program-program kerja yang berorientasi pada
pembinaan dan peningkatan kualitas muslimah
3. Meningkatkan khasanah keilmuan dan wawasan ke-Islaman
muslimah
4. Menggali dan memberdayakan keterampilan, kreativitas dan
potensi muslimah dalam berdakwah
5. Bertanggung jawab kepada ketua umum
Bidang Syi’ar
1. Penanggung jawab pelaksanaan program-program kerja yang
berorientasi pasa pemasyarakatan syiar-syiar Islam melalui
berbagai metode dan sarana
2. Meningkatkan kesadaran anggota dalam berdakwah melalui syiar
Islam
3. Menyebarkan opini dan fikroh Islam melalui berbagai publikasi
dan kegiatan sosial dakwah lainnya
4. Bertanggung jawab kepada ketua umum
a. Sub. Bidang Seni
1. Mengelola serta memanajemen seni yang bisa
dikembangkan
2. Melatih dan menyalurkan bakat seni anggota
3. Bertanggung jawab kepada ketua bidang syiar
b. Sub. Bidang Media Dakwah
1. Menghidupakan syi‟ar Islam lewat media
2. Menjadi wadah yang mengembangkan minat dan bakat
anggota dalam bidang jurnalistik dan penyiaran Islam
3. Bertanggung jawab kepada ketua bidang syi‟ar
c. Sub. Bidang Event Organizer
1. Mengelola kegiatan-kegiatan syiar Islam dalam sebuah event (PHBI, pentas seni Islam, FESPI, dan lain-lain)
2. Melatih dan mengembangkan minat dan bakat anggota yang
memiliki potensi dalam mengelola sebuah acara
3. Bertanggung jawab kepada ketua bidang syi‟ar
d. Sub. Bidang Manajemen Masjid
1. Mengoptimalkan fungsi Masjid al-Jami‟ah
2. Menjadikan Masjid Al-Jami‟ah sebagai penggerak ikatan
remaja Masjid di tingkat wilayah
3. Menjadikan Masjid Al-Jami‟ah sebagai basis penggerakan
dakwah Islamiyah di Kampus
4. Bertanggung jawab terhadap bidang syi‟ar
37
e. Sub. Bidang Tafsir Al-Qur’an
1. Menjadi wadah pembelajaran al-Qur‟an bagi kader dan
mahasiswa
2. Meningkatkan semangat menghafal al-Qur‟an
3. Kader memilih hafalan al-Qur‟an minimal juz 30 al-Qur‟an
4. Bertanggung jawab kepada ketua bidang umum
f. Sub. Humas
1. Melakukan marketing organisasi dalam melebarkan sayap
dakwah, dengan mengenalkan perangkat-perangkat dakwah
dan program dakwah organisasi
2. Menjalin jaringan kerja dakwah dan program dakwah
organisasi
3. Menjaga kerjasama dengan lembaga dan institusi dakwah
lainnya
4. Melakukan riset dalam akurasi data dan informasi
5. Bertanggung jawab kepada ketua bidang umum
g. Sub. Bidang Keilmuan dan Keislaman 1. Menanamkan dan menyebarkan fikroh dakwah Islamiyah
melalui forum kajian, seminar, diksusi, ma‟nad dirosah
Islamiyah, dan lain-lain
2. Meningkatkan kualitas wawasan keislaman pengurus dan
anggota
3. Bertanggung jawab kepada ketua umum
Pos Solidaritas Umat
1. Menginventarisi, mengelola dan mengembangkan donator melalui
sarana ZIS
2. Membangun kepedulian sosial anggota melalui pelayanan
masyarakat praktis
3. Menyebarkan opini dan fikroh dakwah Islamiyah melalui kegiatan
social
4. Bertanggung jawab kepada ketua umum
Komisariat Dakwah (KOMDA)
1. Bertanggung jawab terhadap pengembangan dakwah di fakultas
sesuai dengan spesialisasi masing-masing Fakultas dalam bentuk
aktivitas keilmuan, peningkatan profesionalitas, syiar dan kaderisasi
2. Mengkoordinasikan anggota di Fakultas masing-masing
3. Menginvertarisasi anggota di Fakultas masing-masing
4. Bertanggung jawab terhadap pemberdayaan anggota di Fakultas
B. Profil Organisasi HIQMA
1. Sejarah berdiri HIQMA
38
Dua puluh sembilan tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 11
Oktober 1988, Hiqma didirikan oleh beberapa asatidz/ah diantaranya
ialah, Ustadz Dimyati, Ustadz al-Hamidi, Ustadz Mahsun Salim,
Ustadzah Tatu Uyainah, Ustadz Hanif Fahri, dan para sahabatnya yang
lain. Berawal dari keresahan yang dirasakan oleh beberapa Asatidz
yaitu, Ustadz Dimyati, Ustadz Mahsun Salim dan Ustadz al-Hamidi
yang dikarenakan agak sulitnya dalam mencari Qori dan Qoriah pada
saat itu untuk mengisi berbagai acara di kampus, karena hal itu lah
yang menjadi latar belakang berdirinya Hiqma ini.
Selain itu Hiqma tidak hanya fokus mengenai al-Quran dan
seni Islaminya sebagai ruh kegiatan dan orientasi aktivitasnya,
melainkan Hiqma juga mengedepankan manajemen organisasi yang
harus dimiliki oleh setiap kadernya.
Karena banyaknya mahasiswa/i yang berbakat dan berminat di
bidang tilawah namun tidak ada wadahnya, lahirlah Hiqma yang
merupakan suatu wadah untuk mengembangkan minat serta bakat para
mahasiswa/i di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hal itu juga yang menjadi visi dari pada organisasi Hiqma yaitu
menjadi wadah serta pengembang bagi para mahasisiwa/I yang
berbakat dalam bidang al-Qur‟an serta kesenian islami lainnya.
2. VISI dan MISI HIQMA
Visi: Menjadi lembaga mahasiswa yang membentuk insan
akademis yang beriman dan bertaqwa kepada ALLAH Swt. Yang
memiliki wawasan dan kecintaan terhadap al-Qur‟an dan seni islami
39
serta mampu mengembangkan potensi dan keterampilan seni islami
tersebut sebagai media dakwah ditengah-tengah masyarakat.
Misi: Membina dan mengembangkan potensi dan kreatifitas
seni islami mahasiswa. Membina para mahasiswa dalam mendalami
dan mengaplikasikan al-Qur‟an dalam kehidupannya.
Memasyarakatkan seni islami di tengah-tengah masyarakat kampus
khususnya dan masyarakat Muslim umumnya.
C. Pandangan Mengenai LDK dan HIQMA
Lembaga Dakwah Kampus atau LDK saat ini menjamur di setiap
Kampus di seluruh penjuru Tanah Air. Dengan nama yang beragam,
lembaga tersebut menjadi organisasi intrakampus yang menjadikan
dakwah Islam sebagai tujuan mereka. Masjid Kampus yang selalu
dijadikan markas besar mereka.
Jika menelusuri sejarahnya, perjalanan terbentuknya LDK cukup
panjang. Meski menyatakan fokus dalam hal dakwah, sebetuylnya LDK
lahir dari kegiatan politik. Berawal dari partai politik Islam Masyumi,
LDK terbentuk dan terus berkembang.52
Menilik kiprahnya yang signifikan daam menentukan warna
pergerakan mahasiswa di Indonesia, peran LDK ditingkat regional maupun
internasional pun cepat berkembang. Kendati demikian, Adi mengakui,
LDK masih belum tuntas menjawab keseimbangan dalam amal dakwah,
Ilmu, dan politik. Selama ini, dakwah keilmuan (fanniyah) masih terasa
dikesampingkan jika dibandingkan amal dakwiyah dan siyasiyah.
Jurnal Al-Manar menyebutkan, LDK merupakan salah satu bagian
penting dalam gerakan dakwah Islam. Oleh karenanya, potensi yang
dimiliki oleh LDK jangan sampai sia-sia. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan yakni jaringan. Sistem yang sudah terbentuk akan bekerja
dengan lebih optimal jika mampu membangun jaringan. Dengan
terbangunnya jaringan, masing-masing organisasi dapat saling belajar dari
pengalam organisasi lain. Selain itu, organisasi yang tergabung dalam
jaringan dapat melakukan kerjasama, sehingga hasil yang dicapai lebih
maksimal.53
52
http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/02/22/n1e39z-
jalan-panjang-lembaga-dakwah-kampus-1 53
http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/02/22/n1e42y-
peran-strategis-lembaga-dakwah-kampus-2habis
40
BAB IV
PEMAHAMAN AYAT DAN APLIKASINYA
Di tengah maraknya pengguna Jilbab pada saat ini, ada banyak faktor
yang mempengaruhi para penggunanya. Diantaranya dari segi Agama, model,
“trend”, bahan, warna, serta brand dari jilbab itu sendiri. Namun dari
beberapa faktor yang ada penulis memfokuskan kepada faktor dari segi
pengetahuan agama si pengguna jilbab itu sendiri.
41
Pada bab ini penulis akan menjelaskan apa saja faktor yang
mempengaruhi para pengguna Jilbab dalam mengaplikasikan pengetahuan
Jilbabnya dalam menggunakan Jilbab. Dan pada bab ini penulis juga akan
membagi beberapa faktor yang mempengaruhi pemakain jilbab ini dalam
beberapa sub bab diantaranya yaitu (a) Pengetahuan berjilbab, (b) pemahaman
berjilbab dan (c) perilaku berjilbab.
Berdasarkan angket dan wawancara langsung kepada 22 mahasiswi
anggota HIQMA dan LDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berisi 10
pertanyaan, yang terbagi pada berapa kelompok pertanyaan. Penulis akan
menguraikannya di bawah ini.
A. Pengetahuan tentang Ayat Berjilbab
Dalam sub bab ini penulis akan memfokuskan mengenai
pengetahuan para pengguna Jilbab. Selanjutnya, di sini penulis mengambil
sampel Objek penelitian (sumber penelitian), menurut Suharsimi Arikunto,
objek penelitian adalah orang atau apa saja yang menjadi subjek
penelitian.54
Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu mahasiswi Uin
Syarif Hidayatulah Jakarta, yang mana secara formal peneliti ingin
mengungkapkan pemahaman dan pandangan mereka terhadap syariat
berjilbab dalam al-Qur‟an, serta faktor-faktor yang melatarbelakangi
munculnya heteregonitas ekspresi berjilbab. Namun mengingat besarnya
jumlah populasi, maka dalam hal ini peneliti perlu menetapkan sampel
penelitian. Dengan cara menggunakan teknik snow-ball, yakni penggalian
data melalui wawancara mendalam dari satu informan ke informan lainnya
54
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta:
Rineka Cipta, 1998), h. 40.
42
dan seterusnya sampai peneliti tidak menemukan informasi baru lagi,
jenuh, dan “tidak berkualitas” lagi.55
Mengapa hal pengetahuan ini penting
untuk diketahui, dikarenakan bahwa pengetahuan lah yang mendasari para
informan ini dalam mengenakan jilbab. Misalnya ia mengetahui anjuran
memakai jilbab itu dari keluarganya, sekolahnya, dan lain-lain. Sehingga
kita dapat mengetahui apa yang mendasari pengetahuan informan dalam
memakai jilbab.
Berikut adalah klasifikasi data hasil kuesioner tertulis dan
wawancara mengenai pengetahuan 22 mahasiswi anggot HIQMA dan
LDK: (1) Mereka yang mengetahui ayat-ayat jilbab, (2) Mereka yang tidak
mengetahui ayat-ayat jilbab dan (3) mereka yang lupa mengenai ayat-ayat
jilbab.
55
Abdul Mustaqi, dkk, Metodologi Penelitian Living al-Qur‟an dan Hadis
(Yogyakarta: Teras, 2007), h. 75.
43
Penjelasan dari kelompok pertama adalah sebagai berikut:
Kebanyakan orang yang memakai jilbab itu mengetahui ayatnya, namun
tidak banyak. Penelusuran penulis dari sejumlah informan, menunjukkan
hanya satu orang yang mengetahui banyak ayat yang berkaitan dengan
jilbab (ia adalah rani, mampu menyebukan 3 ayat tentang jilbab). Banyak
dari mereka yang hanya mengetahui satu ayat mengenai jilbab, dan itu bisa
kita lihat dari beberapa hal, misalnya 1) dikarenakan mereka berjilbab
sejak kecil. Namun tidak sedikit juga informan yang mengaku berjilbab
sejak kecil tetapi tidak mengetahui ayatnya. 2) Karena latar belakang
Bagan 4:1 pengetahuan ayat
77%
14% 9%
Pengetahuan Ayat Jilbab
Tahu
Kurang Tahu
Tidak Tahu
pengetahuan ayat jilbab
tahu ayat
satu ayat
dua ayat
3 ayat tidak tahu
kurang tahu/lupa
Gambar 4. 1: Pengetahuan Ayat Jilbab
44
pendidikan mereka yaitu berasal dari pesantren. Namun kembali
lagi, latar belakang pesantren tidak menjamin bahwa mereka yang
menimba ilmu disana semuanya tahu dan hafal mengenai ayat-ayat jilbab.
Dari 22 mahasiswi yang diteliti, ada 17 mahasiswi anggota
HIQMA dan LDK yang mengetahui ayat jilbab, 3 mahasiswi tidak tahu
dan 2 mahasiswi lupa. Selanjutnya sebanyak 13 mahasiswi mengetahui 1
ayat yang berkaitan dengan jilbab, 3 mahasiswi mengetahui 2 ayat, dan
sebanyak 1 mahasiswi mengetahui 3 ayat. Sebanyak 8 mahasiswi anggota
HIQMA mengetahui ayat yang berkaitan dengan jilbab dan 3 mahasiswi
tidak mengetahuinya. Sedangkan sebanyak 9 mahasiswi anggota LDK
mengetahui ayat jilbab, dan 2 mahasiswi tidak mengetahuinya.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswi anggota
LDK lebih banyak yang mengetahui ayat mengenai jilbab (8 mahasiswi)
dibandingkan dengan anggota HIQMA (7 mahasiswi). Setelah penelusuran
yang penulis lakukan, ditemukan sesuatu hal yang menarik yaitu
sebenarnya lebih banyak anggota HIQMA yang berasal dari pesantren (5
mahasiswi) dibandingkan dengan mahasiswi anggota LDK (3 mahasiswi).
Dari data yang penulis dapatkan dari informan, hanya satu orang
yang menyebutkan 3 ayat yang berkaitan dengan jilbab, dan setelah
penulis telusuri latar belakang pendidikannya ternyata ia berasal dari
pesantren Ummul Quro yang berada di kota Bogor. Selanjutnya penulis
menelusuri sejak kapan ia memakai jilbab, dan setelah dilihat dari data
yang ada, ia memakai jilbab sejak kelas 2 SD, dan juga ia mengambil
45
program studi Tafsir Hadits serta sekarang ia mengikuti organisasi
HIQMA.
Selanjutnya dari diagram yang ada di atas, penulis akan
memaparkan mengenai apa saja ayat-ayat jilbab yang banyak dirujuk
maupun kadang dirujuk yang diperoleh dari hasil wawancara dan angket
terhadap mahasiswi anggota HIQMA dan LDK.
Bagan 4:2 Ayat-ayat jilbab
Dari data yang diperoleh penulis, surat al-Nūr ayat 31 merupakan
ayat jilbab yang banyak dirujuk oleh mahasiswi anggota HIQMA dan
LDK yaitu sebanyak 8 kali. Sedangkan surat al-A‟rāf dan surat al-Ahzāb
ayat 59 yaitu sama-sama sebanyak 5 kali.
Setelah penulis telusuri dari penelitian skripsi sebelumnya memang
surat an-Nūr: 31 yang banyak dirujuk seperti dalam beberapa penelitian
berikut: Dedi Aldi Wahyudi dengan judul “Analisa Pemikiran Hukum
Islam Ibrahim Hosen tentang Jilbab” Tahun 2010,56
Ade Irawan dengan
judul skripsi “Hijaab, Khimar, dan Jilbab: Usaha Kontekstual Substantif
telaah penafsiran Muhammad Said al-Asymawi atas QS. al-Ahzāb (33):
56
Di dalam skripsinya ia menganalisis pemikiran Ibrahim Hosen mengenai jilbab.
Ayat Jilbab
Banyak Dirujuk al-Nur
Kadang Dirujuk
Al-A'raf
al-Ahzab
46
53;59 dan an-Nūr (24):31 Tahun 2006,57
dan Sri Astuti yang berjudul
“Motivasi Pemakaian Jilbab dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak
Muslimah”.58
Bagan 4. 3: Ayat-ayat Jilbab yang Disebut
Diagram di atas adalah beberapa surat dan ayat yang berkaitan
dengan jilbab, dimana para responden mengambil ayat-ayat itu dalam
menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh penulis. Dari data yang
didapat, ada beberapa mahasiswi yang menjawab lebih dari satu surat yang
berkaitan dengan jilbab. Sehingga penuli harus memilah mana mahasiswi
yang memilih satu ayat, dua ayat, maupun 3 ayat.
Dari data yang telah dianalisis oleh penulis, dapat disimpulkan
sebanyak 4 mahasiswi HIQMA menjawab 1 ayat, 2 mahasiswi menjawab
2 ayat, 1 mahasiswi menjawab 3 ayat, dan 4 mahasiswi tidak menjawab
ayat. Sedangkan 6 mahasiswi LDK menjawab 1 ayat, 2 mahasiswi
menjawab 2 ayat, dan sisanya 3 mahasiswi tidak menjawab dengan alasan
lupa dan tidak tahu.
57
Di dalam skripsinya ia membedakan apa itu Jilbab, khimar maupun hijab serta
menelaah penafsiran Muhammad Said al-Asymawi. 58
Pembahasan dalam skripsi ini adalah pemakaian Jilbab dan pengaruhnya terhadap
akhlak dan setiap perempuan yang berjilbab hanya semata-semata karena Allah yang kemudian
akan memberikan pengaruh terhadap lingkungannya untuk memakai Jilbab.
Ayat Jilbab
Al-Ahzab 59
Al-A'raf 26
Al-Nur 31
Al-Nur 30
47
Mengenai pengetahuan tentang ayat yang berkaitan dengan jilbab
rata-rata para informan mengaku bahwa ia mengetahui ayat tersebut,
namun setelah ditelusuri ada hal yang ganjil bahwa tidak semua yang
mengetahui tentang ayat jilbab itu dapat menyebutkan ayatnya.
Selanjutnya penulis menelusuri latar belakang pendidikan mereka dan
memang tidak semua dari mereka yang mengaku mengetahui ayat itu
berasal dari pesantren, dan mengambil program studi agama di UIN
Jakarta.
Kesimpulan dari sub-bab pertama yakni mengenai pengetahuan
berjilbab ada dua, yaitu kelompok pertama yang mengetahui ayat dan yang
kedua yaitu kelompok yang tidak mengetahui ayat.
1. Kelompok yang mengetahui ayat ialah para informan yang mengetahui
1 sampai 4 ayat yang berkaitan dengan jilbab, dan ayat tersebut berada
dalam surat al-Ahzab ayat 59, al-A‟raf ayat 26, al-Nur ayat 30 dan al-
Nur ayat 31. Dalam surat al-Ahzab ayat 59 di dalamnya terdapat
penjelasan mengenai anjuran menurunkan jilbab sampai ke dada.
Kedua surat al-A‟raf ayat 26 di dalamnya terdapat penjelasan
mengenai pakaian untuk menutup aurat, ketiga surat al-Nur ayat 30
yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai menahan pandangan,
dan yang keempat al-Nur ayat 31 di dalamnya terdapat penjelasan
mengenai menahan pandangan serta menutup kain kudung hingga ke
dadanya. Selanjutnya penulis menambahkan kesimpulan pengetahuan
ini dengan cara meminta para responden untuk mengharakatkan ayat
48
jilbab, yaitu surat al-Ahzab ayat 59, yang mana itu dibuat untuk
mengetahui apakah para responden hanya hafal lisan saja atau tidak.
Setelah melihat penjelasan yang terdapat dalam ayat diatas,
penulis berasumsi bahwa pengetahuan ayat mengenai jilbab,
merupakan alasan yang kuat bagi para informan ketika ia memakai
jilbab. Penulis pun juga melihat mana ayat yang paling banyak keluar
dalam informasi yang disebutkan oleh informan, setelah melihat dari
hasil data yang ada bahwa surat al-Ahzāb ayat 59 lah yang paling
banyak disebutkan para informan ketika ditanya mengenai
pengetahuan ayat yang berkaitan dengan jilbab.
Adapun mereka yang mengetahui ayat mengenai jilbab setelah
penulis menelusuri latar belakang pendidikannya memang sebagian
besar dari informan yang tahu ayat tentang jilbab berasal dari
Pesantren dan Madrasah Aliyah Negri, sehingga tidak asing ketika
mereka dapat menyebutkan apa saja ayat yang berkaitan dengan jilbab,
dan setelah ditelusuri lebih dalam dari informasi yang penulis dapatkan
ternyata mereka juga berjilbab dari sejak Sekolah Dasar (SD).
2. Kedua, yaitu kelompok yang tidak mengetahui ayat. Kelompok ini
berisi para informan yang menjawab dengan alasan tidak tahu ketika
ditanya mengenai ayat yang berkaitan dengan jilbab. Penulis juga
sempat melacak mengenai latar belakang mereka dan mempertanyakan
mengapa mereka sampai tidak tahu mengenai ayat yang berkaitan
dengan jilbab, padahal beberapa dari mereka mempunyai latar
49
belakang pendidikan agama yang cukup kuat seperti Madrasah Aliyah
Negeri dan Pesantren.
Dari kesimpulan diatas penulis berasumsi bahwa setiap pelajar
yang berlatar pendidikan Pesantren ataupun Madrasah Aliyah, tidak
semuanya dari mereka hafal ayat mengenai jilbab.
B. Pemahaman Berjilbab
Menurut penulis faktor agama dan keluarga maupun sekolah
memang sangat penting dalam hal pendidikan seorang anak, sehingga anak
bisa menjadi insan yang baik serta agamis itu tergantung daripada ketiga
faktor tersebut. Begitu juga dalam hal mengenakan jilbab agama lah yang
paling berperan besar dalam hal ini, namun keluarga serta sekolah juga
berperan besar dalam membantu aplikasi dari perintah agama tersebut.
Berdasarkan angket dan wawancara langsung kepada 22
mahasiswi anggota HIQMA dan LDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang berisi 10 pertanyaan, maka bisa diklasifikasi bahwa pemahaman
informan atas jilbab terbagi pada tiga kelompok, yaitu: (1) Mereka yang
mengetahui jilbab dari Agama, (2) Mereka yang mengetahui jilbab dari
keluarga dan (3) mereka yang mengetahui jilbab dari Sekolah.
Penjelasan pada kelompok yang pertama ialah sebagai berikut:
mereka yang mengetahui pemahaman jilbab dari agama ialah, para
mahasisiwi yang mengetahui pemahamannya dari membaca al-Qur‟an,
kitab tafsir, dan sebagainya. Yang kedua ialah mereka yang mengetahui
pemahamannya dari keluarga, misalnya dari anjuran orang tua yang
menyuruh anaknya memakai jilbab. Selanjutnya yang ketiga ialah mereka
50
yang mengetahui pemahaman jilbabnya dari sekolah, mungkin karena
berawal dari aturan sekolah yang mengharuskan ia memakai jilbab, dan
dari situlah ia mengetahui dan memahami mengenai jilbab.
Gambar 4. 2: Alasan Berjilbab
Dari tabel yang ada diatas dapat dilihat bahwa faktor agama lah
yang mendukung atau berperan besar para mahasiswi mengenakan jilbab,
sebanyak 16 mahasiswi mengaku bahwa karena agama lah ia mulanya
mengenakan jilbab, dan sebanyak 5 mahasiswi dari faktor keluarga dan 1
mahasiswi dari faktor sekolah.
Bagan 4 4: pemahaman berjilbab
Dapat diketahui bahwa sebanyak 7 mahasiswi anggota HIQMA
mengaku bahwa karena perintah Allah mereka ber jilbab, dan 4 mahasiswi
mengaku mereka ber-Jilbab karena dorongan serta faktor dari keluarga.
Alasan berjilbab
Agama Keluarga Sekolah
pemahaman berjilbab
agama
perintah Allah
budaya
keluarga
sekolah
51
Sedangkan sebanyak 7 mahasiswi anggota LDK mengaku bahwa karena
perintah Allah mereka ber jilbab, dan 3 mahasiswi ber-Jilbab karena faktor
keluarga, dan 1 mahasiswi ber-Jilbab karena faktor dari Sekolah.
Bagan 4 5: faktor pemahaman berjilbab
Dari diagram diatas penulis akan memaparkan faktor agama
apakah yang dijadikan alasan serta pemahaman ber-Jilbab para mahasiswi
anggota HIQMA dan LDK. Apakah perintah dari Allah ataukah dari
budaya (tradisi) Arab.
Dari data yang penulis dapatkan, dari 22 mahasiswi anggota
HIQMA dan LDK, sebanyak 4 mahasiswi memahami bahwa berjilbab
adalah perintah dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, seperti yang
diungkapkan oleh saudari Khairunnisa yang mengatakan “berjilbab
adalah kewajiban setiap muslimah, perintah berjilbab turun berangsur-
angsur hingga turun ayat kewajiban menggunakan jilbab serta dalil
mengenai batas aurat perempuan”. Namun disisi lain tidak sedikit juga
yang memahami jilbab adalah satu budaya dari tanah Arab, yaitu sebanyak
11 mahasiswi berpendapat bahwa jilbab adalah tradisi, seperti yang
dikatakan oleh saudari Ira ia berpendapat bahwa “jilbab adalah tradisi
Arab” menurut apa yang ia baca. Dan sebanyak 7 mahasiswi tidak
menjawab dengan alasan lupa dan sebagainya.
pemahaman berjilbab
agama
perintah Allah
budaya
tidak tahu
52
Ajaran tentang jilbāb adalah ajaran yang mempertimbangkan adat
orang-orang Arab, sehingga bangsa-bangsa lain yang tidak mengenakan
jilbāb tidak berlaku bagi mereka ketentuan ini.59
Lanjut Ibn Asyur, dalam
al-Qur‟an dan Hadits banyak menggunakan redaksi perintah tetapi
maksudnya adalah anjuran atau larangan-larangan tetapi maksudnya
adalah sebaiknya ditinggalkan. Namun demikian, kehati-hatian amat
dibutuhkan, karena pakaian lahir dapat menyiksa pemakainya sendiri
apabila ia tidak sesuai dengan bentuk badan si pemakai, demikian imbuh
Qurais Shihab.60
Dari data yang penulis dapatkan, dari 22 mahasiswi anggota
HIQMA dan LDK,
Bagan 4 6: sumber pemahaman berjilbab
sebanyak 5 mahasiswi mengatakan bahwa ia mendapat pemahanman agama
mengenai jilbab dari Tafsir-tafsir yang ada. Seperti contoh yang dikatakan
oleh saudari Aulia yaitu “tafsir Quraish Shihab yang menjelaskan bahwa
jilbab di Arab sebagai adat (tradisi), bukan kewajiban”. Dan juga dari
59Qurasih Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
Volume 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2006), cet. VII, h.333. 60Qurasih Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
Volume 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2006), cet. VII, h.333
pemahaman berjilbab
agama
tafsir
buku
tidak tahu
53
saudari Siti yang mengatakan “tafsir al-Misbah, kewajiban perempuan
untuk mengulurkan jilbabnya hingga menutupi dada”.
Sedangkan 5 mahasiswi lainnya mendapat pemahaman agama
mengenai jilbab melalui buku-buku yang mereka baca, seperti contohnya
saudari Sayyida yang mengatakan “buku pergaulan hidup dalam Islam,
perintah menggunakan jilbab sampai menutupi dada”. Dan 12 mahasiswi
lainnya tidak menjelaskan apakah mereka mendapatkan pemahaman Jilbab
melalui informasi di dalam buku maupun tafsir yang ada.
Selanjutnya sebanyak 2 mahasiswi anggota HIQMA mengatakan
bahwa mereka mendapatkan pemahaman mengenai jilbab dari Tafsir yang
mereka baca. Namun ada juga yang mendapatkan pemahaman mereka dari
buku yaitu sebanyak 5 mahasiswi, dan 6 mahasiswi tidak memberikan
informasi lebih mengenai darimana mereka mendapatkan pemahaman
mengenai jilbab.
Sedangkan di organisasi LDK penulis mendapatkan 6 mahasiswi
yang mengatakan bahwa mereka mendapatkan informasi mengenai
pemahaman Jilbab dari Tafsir yang mereka baca. Namun ada juga 1
mahasiswi yang mendapatkan pemahaman jilbabnya dari buku, dan
sebanyak 4 mahasiswi tidak memberikan informasi lebih mengenai
darimana mereka mendapatkan pemahaman mengenai jilbab.
pemahaman berjilbab
aplikasi
jilbab panjang
simpel
54
Bagan 4 7: pemahaman dan aplikasi
Dari diagram diatas penulis akan memaparkan mengenai aplikasi
pemahaman ke- 22 mahasiswi anggota HIQMA dan LDK ini mengenai
pemakaian jilbab yang sesuai dengan pengetahuan mereka.
Dari data yang penulis dapatkan, dari 22 mahasiswi anggota
HIQMA dan LDK, sebanyak 17 mahasiswi mengatakan atas pemahaman
mengenai jilbabnya yaitu jilbab yang “panjang”. Seperti salah satu
pendapat yang dikemukakan oleh saudari Ummi yaitu “menutup kepala,
rambut dan dada, tidak transparan, tidak ketat dan melekuk bagian
tubuh”. Sedangkan 2 mahasiswi lainnya mempunyai pemahaman yang
berbeda yang salah satu contohnya dikemukakan oleh Saudari Ala yaitu
“yang simple, namun tetap sopan”. Sedangkan 3 lainnya tidak menjawab
mengenai permbahasan ini.
Seperti dapat diketahui bahwa sebanyak 7 mahasiswi anggota
HIQMA berpendapat bahwa jilbab yang panjang merupakan yang “ideal”.
Namun ada juga 2 mahasiswi lainnya berpendapat jilbab yang simple saja
namun sopan, dan 2 lainnya tidak menjawab mengenai pembahasan ini.
Sedangkan 10 mahasiswi anggota LDK berpendapat bahwa jilbab
yang “ideal” itu ialah jilbab yang panjang. Namun ada 1 mahasiswi yang
tidak ikut menjawab dalam pembahasan ini. Selanjutnya penulis
menambahkan bahwa menurut penulis mahasiswi yang memahami ayat
jilbab tidak semua dari mereka memahaminya. Penulis berpendapat bahwa
mahasiswi yang memahami ayat jilbab ialah mereka yang memilih surat
al-Ahzab ayat 59, dikarenakan asumsi penulis bahwa ayat tersebut
55
didalamnya berada kata “ بيهن جال ” yang berarti jilbab, sesuai dengan
pembahasan yang ada di penelitian ini.
Dan dari 22 mahasiswi yang menjawab surat al-Ahzāb hanya
berjumlah 8 orang saja. Terbagi dari anggota HIQMA yaitu berjumlah 3
orang, dan 5 orang dari anggota LDK.
Mengenai pemahaman yang berkaitan dengan jilbab rata-rata para
informan mengaku bahwa ia memahaminya. Maksud dari paham disini
ialah para informan yang mengetahui ayat serta memahaminya, yaitu
dengan cara membaca tafsir ataupun buku yang berkaitan dengan jilbab.
Namun setelah ditelusuri kembali oleh penulis memakai data yang ada,
penulis menemukan bahwa tidak semua yang memahami dari membaca
buku ataupun tafsir mengetahui ayat tentang jilbab.
Kesimpulan dari sub-bab yang kedua yakni mengenai pemahaman
berjilbab ada dua, yang pertama ialah kelompok yang memahaminya
(mengetahui ayat dan membaca tafsir atau buku yang terkait), dan yang
kedua yaitu yang tidak memahaminya (tidak membaca buku atau tafsir).
1. Kelompok yang memahami, yaitu para informan yang mengetahui ayat
serta membaca tafsir ataupun buku tentang jilbab. Setelah merujuk
kepada data yang ada memang benar adanya bahwa informan itu
memahaminya. Selanjutnya penulis menelusuri latar belakang
pendidikannya, dan hasilnya rata-rata dari mereka berasal dari
pesantren dan Madrasah Aliyah. Selanjutnya penulis menambahkan
dalam pertanyaan kepada responden mengenai maksud ayat jilbab
yang penulis cantumkan, yaitu surat al-Ahzab ayat 59, penulis ingin
56
mengetahui apakah selain ia membaca buku serta tafsir, apakah para
responden juga mengetahui apa maksud dari ayat-ayat jilbab itu.
2. Kelompok yang tidak memahami, yaitu para informan yang tidak
mengetahui ayat serta tidak membaca buku ataupun tafsir mengenai
jilbab. Setelah ditelusuri latar belakang pendidikannya rata-rata mereka
berasal dari SMA dan MAN.
Penulis menyimpulkan bahwa latar belakang pendidikan memang
sangat berpengaruh dalam pengetahuan serta pemahaman.
C. Perilaku Berjilbab
Aplikasi pemakaian Jilbab seorang muslimah tentu saja
dipengaruhi oleh beberapa faktor, bisa dari lingkungan, keluarga,
pemahaman ia terhadap ayat, bacaan (tafsir-tafsir/buku) yang berkaitan
dengan jilbab, dan lain-lain. Namun disini penulis ingin membahas
bagaimana para responden dalam mengaplikasikan pemahaman mengenai
Jilbab dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bagian perilaku berjilbab penulis membaginya menjadi dua
kelompok, yaitu: (1) mereka yang memakai jilbab panjang, dan (2) mereka
yang memakai jilbab simpel.
Gambar 4. 3: Alasan Berjilbab
pemakaian jilbab
jilbab panjang jilbab simple
57
Bagan 4 8: pemakaian jilbab
Dari diagram diatas penulis akan memaparkan mengenai jumlah
mahasiswi yang memakai jilbab panjang dan juga jilbab simpel.
Setelah melihat data yang penulis dapatkan, dari 22 mahasiswi
anggota HIQMA dan LDK sebanyak 12 mahasisiwi anngota HIQMA dan
LDK memakai jilbab panjang, dan 10 mahasiswi memakai jilbab yang
simpel. Anggota HIQMA yang mengenakan jilbab panjang yakni
sebanyak 3 mahasiswi dan sebanyak 8 mahasiswi memakai jilbab simpel.
Sedangkan dalam anggota LDK sebanyak 9 mahasiswinya memakai jilbab
panjang dan hanya 2 saja yang memakai jilbab simpel.
Selanjutnya penulis akan membahas tanggapan dari mahasiswi
(responden) mengenai pemakaian jilbab yang kurang sesuai menurut
mereka. Dalam pembahasan ini penulis membagi ke dan mengajak, dan
(2) mereka yang membiarkan.
perilaku berjilbab
pemakaian jilbab
panjang
simpel
58
perilaku berjilbab
pemakaian jilbab
menasehati
diam
Bagan 4.9: menasehati atau diam
Dari diagram di atas penulis akan memaparkan mengenai jumlah
mahasiswi yang menasehati, mengajak, kawannya dalam memakai jilbab
yang sesuai, dan mahasiswi yang membiarkan saja.
Data yang penulis dapatkan, sebanyak 16 orang mengaku ia akan
menasehati, serta mengajak kawannya yang dalam pemakaian jilbabnya
masih kurang sesuai. Seperti yang diungkapkan oleh saudari Ulfah ia
mengatakan “berkata baik, dan memberi tahu secara perlahan dan
berkaitan dengan yang saya baca, juga memberikan contoh berjilbab yang
baik”. Selanjutnya sebanyak 6 mahasiswi mengaku mebiarkan saja
kawannya yang jilbabnya kurang sesuai, seperti yang diungkapkan oleh
saudari Siti, ia berkata “yang penting memakai kerudung, saya tidak akan
menegurnya, karena saya rasa itu tergantung kesadaran mereka kalaupun
dia berfikir dia akan mengikuti gaya saya”.
Dari jumlah 22 mahasiswi anggota HIQMA dan LDK yang diteliti
sebanyak 8 anggota HIQMA mengatakan akan menasehati kawannya, dan
sebanyak 3 mahasiswi tidak. Sedangkan dari anggota LDK sebanyak 8
mahasiswi juga mengatakan akan menasehati kawannya apabila
pemakaian jilbabnya kurang sesuai, dan sebanyak 3 mahasiswi tidak
menasehati.
59
Setelah penulis memaparkan ke-3 sub-bab diatas yaitu mengenai
pengetahun berjilbab, pemahaman berjilbab, dan perilaku berjilbab,
selanjutnya penulis akan membuat kesimpulan menjadi 6 kategori.
1. Mereka yang mengetahui ayat, memahaminya (baca tafsir/buku
tentang jilbab), dan mereka mengaplikasikannya dengan memakai
jilbab panjang. Penulis membuat rumus yaitu A1+B1=C1.
2. Mereka yang mengetahui ayat, namun tidak memahaminya (tidak baca
tafsir/ buku tentang jilbab), dan mereka mengaplikasikannya dengan
memakai jilbab simpel. Penulis membuat rumus yaitu A1+B2=C2.
3. Mereka yang tidak mengetahui ayat, namun memahaminya (baca
tafsir/buku tentang jilbab), dan mereka mengaplikasikannya dengan
memakai jilbab panjang. Penulis membuat rumus yaitu A2+B1=C1
4. Mereka yang tidak mengetahui ayat, tidak memahaminya (tidak baca
tafsir/ buku tentang jilbab), dan mereka mengaplikasikan jilbabnya
dengan memakai jilbab simpel. Penulis membuat rumus yaitu
A2+B2=C2.
5. Mereka yang tidak mengetahui ayat, namun memahaminya (baca
tafsir/ buku tentang jilbab), dan mereka mengaplikasikan jilbabnya
dengan memakai jilbab simpel. Penulis membuat rumus yaitu
A2+B1=C2.
6. Mereka yang mengetahui ayat, memahaminya (baca tafsir/ buku
tentang jilbab), dan mengaplikasikan jilbabnya dengan memakai jilbab
simpel. A1+B1=C2.
60
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian yang disimpulkan penulis mengenai
pemahaman ayat dan aplikasinya terhadap mahasiswi anggota HIQMA
dan LDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Dalam memahami ayat mahasiswi-mahasiswi anggota HIQMA dan
LDK mempunyai beberapa perbedaan, contohnya ada beberapa
mahasisiwi yang memahami ayat dengan cara membaca buku ataupun
tafsir yang berkaitan dengan jilbab. Namun ada beberapa mahasiswi
juga yang memahaminya hanya sekedar membaca teks (ayat al-
Qur‟an) saja tanpa menambah pemahamannnya dengan membaca buku
maupun tafsir yang berkaitan dengan jilbab.
2. Aplikasi dari pemakaian jilbab merupakan hasil dari pada pemahaman
yang ada di dalam pengetahuan mereka, dan pada akhirnya mereka
mengaplikasikan pemahaman jilbabnya dengan dua macam pemakaian
jilbab, yang pertama adalah mereka yang mengaplikasikan pemahaman
mengenai jilbabnya dengan memakai jilbab yang panjang sampai
menjulur kebawah bagian dada atau tubuh mereka. Selanjutnya yang
kedua, ialah mereka yang mengaplikasikan pemahaman jilbab mereka
dengan memakai jilbab yang sederhana namun tetap sopan dan
menutup aurat.
61
3. Adapun efek dari pemakaian jilbab yang sesuai dengan tuntunan al-
Qur‟an, yaitu dengan memakai jilbab yang panjang atau terjulur
sampai ke bawah dada yakni sudah tentu mempengaruhi perilaku dari
sang pemakai jilbab tersebut. Dari mulai ia lebih menjaga pandangan,
memilih pergaulan, lebih tertarik dengan ilmu-ilmu agama, dan lain-
lain. Itulah efek positif yang ditimbulkan ketika mereka yang memakai
jilbab panjang sesuai dengan anjuran yang ada di dalam al-Qur‟an.
4. Oleh karena itulah, maka pemahaman atas ayat bisa berimplikasi pada
perilaku mereka dalam memahami ayat tersebut.
B. SARAN
Dari penelitian yang sudah dilakukan, maka diperoleh beberapa hal
yang patut untuk disampaikan, yaitu:
1. Dengan adanya penelitian ini diharapakan kepada muslimah untuk
lebih tertarik dalam mengetahui dan memahami mengenai ayat-ayat
yang berkaitan dengan jilbab serta mengaplikasikan pengetahuan dan
pemahaman jilbabnya dalam kehidupan sehari-hari
2. Selanjutnya penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut
mengenai “jilbab” dari pembahasan yang belum ada disini,
dikarenakan penulisan ini masih jauh dari kata sempurna.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Kurnia Salam
Semesta.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Jakarta:
PT Rineka Cipta, 1998.
Ats-Tsuwaini, Muh. Fadh. Cantik dengan Jilbab, Solo: An-Naba‟, 2009.
Baswedan, Sufyan bin Fuad. Lautan Mukjizat di Balik Balutan Jilbab,
Klaten: Wafapress, 2007.
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. Kriteria Busana Muslimah: Ukuran,
bentuk, warna, mode dan corak berdasarkan standar syar‟i, Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi‟I, 2010.
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. Makin Cantik dengan Busana
Muslimah, Solo: As-Salam, 2011.
Al-Jamal, Abu Ubaidillah Usamah bin Muhammad. Shahih Fiqih Wanita,
Solo: Insan Kamil, 2010.
Al-Ghamidi, Ali Al-Hallaj. Ali bin Sai‟id, Fikih Wanita, Jakarta: Aqwam,
2012.
Maleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 1989.
Shihab, M Quraish. Jilbab Pakaian Perempuan Muslimah, Jakarta:
Lentera Hati, 2010.
Shihab, M Quraish. Wawasan Al-Qur‟an Tafsir Tematik Atas Pelbagai
Persoalan Umat. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007.
Surtiretna, Nina. Anggun Berjilbab. Bandung: Al-Bayan. 1993.
Siauw, Felix, Yuk, Berhijab!, Alfatih Press, 2014.
Prabuningrat, Sitoresmi. Sosok Wanita Muslimah. Yogyakarta: Tiara
Wacana. 1997.
63
An-Nabhani,Taqiyuddin. Peraturan Hidup dalam Islam, Bogor: HTI-
Press, 2007
An-Nabhani,Taqiyuddin. Sistem Pergaulan dalam Islam, Bogor: HTI-
Press, 2007
64
LAMPIRAN
ANGKET WAWANCARA
“Jilbab Antara Pemahaman Ayat dan Aplikasinya
(Studi Kasus Mahasiswi Anggota HIQMA dan LDK)”
Pengantar:
Penelitian Skripsi ini diajukan atas nama Adam Haekal, pada
Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian skripsi ini bertujuan untuk mencari tahu
tiga hal. Pertama, pemahaman terhadap teks al-Qur‟an. Kedua,
pengaplikasian ayat tersebut. Ketiga, efek yang ditimbulkan daripada
pemakaian jilbab dalam kehidupan sehari-hari.
Keterlibatan saudari sebagai informan/responden menjadi penting
untuk membantu peneliti dalam memahami ketiga poin diatas. Saudari
akan diminta untuk memberikan jawaban dan tanggapan atas pertanyaan-
pertanyaan mengenai identitas informan/responden, proses pemahaman
teks al-Qur‟an, pengaplikasian ayat tersebut, dan efek yang dirasakan
dalam kehidupan sehari-hari. Kerahasiaan jawaban dan tanggapan Saudari
akan dijaga sesuai kode etik penelitian.
IDENTITAS RESPONDEN
Isilah sesuai dengan identitas Saudari:
1. Identitas Informan
a. Nama :
b. NIM :
c. Prodi :
d. Fakultas :
e. Semester :
f. Anggota :
g. Asal Sekolah :
2. Pertanyaan wawancara
65
a. Sejak kapan anda menggunakan Jilbab?
b. Apakah anda tahu mengenai ayat-ayat Jilbab?
c. Apakah alasan anda mengenakan Jilbab?
d. Sebutkan ayat, surat atau penggalan ayat yang berkaitan dengan
Jilbab?
e. Berilah harakat pada ayat dibawah ini!
يا ايها النبي قل لزواجك وبنا تك ونساء المؤمنين يدنين عليهن من جلبيبهن
ذلك ادنى ان يعرفن فل يؤذين وكا ن اهلل غفورارحيما
f. Terjemahkan ayat diatas!
g. Apakah inti ataupun maksud dari ayat tersebut?
h. Apakah anda pernah membaca buku ataupun tafsir yang berkaitan
dengan Jilbab? Sebutkan apa saja dan jelaskan isi ataupun inti dari
bacaan anda!
i. Menurut anda Jilbab seperti apa yang sesuai dengan ayat al-Qur‟an
diatas? (lihat gambar)
j. Apakah yang anda sampaikan kepada teman anda apabila Jilbab
yang ia kenakan tidak sesuai dengan apa yang anda pahami
menurut pengetahuan atau bacaan anda?
66
Struktur Pengurus HIQMA 2017
Pembina :
1. Drs. H. Syafruddin Muhammad, M.M
2. Drs. Hj. Tatu Uyainah
3. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharle, S.H., M.A
4. Dr. Hasani Ahmad Said, M.A.
5. Dr. Hj. Euis Sri Mulyani, M.Pd.
Ketua : Dzulkarnain Lana Saputra
Wakil : Winami
Dewan Pertimbangan Organisasi:
1. Fahmi Abdullah
2. Muhammad Ali Husein
3. Kurnia Yuha
4. Andi Nursamha
Sekretaris:
1. Iva Rusdiana
2. Fatimah
Bendahara:
1. Muhammad Nursyukron
2. Dina Azizah
Dept. Kaderisasi & Pendidikan :
Koordinator : Firman al-Amin
Anggota: Amelia Khairunnisa
Shara Safitri
Faiqah Nur Azizah
Dept. Project Officer
Koordinator : Santi Berlina
Anggota:
1. Sari Sarmilah
2. Siti zubaidah
3. Dian Noviana
67
Dept. PMB
Koordinator : Adi Putra Utama
Anggota:
1. Muchsin Abdurrahman
2. Rizky Muzakki
3. Dian Lestari
Dept HUMAS
Koordinator : Siti Nuralimah
Anggota :
1. Fitri Lutfiana
2. Mulya Abdullah
3. Yogi sofiyullah
4. Faisal hidayati Prasetyo
5. Atikah Safirah
Dept.Rumah Tangga
Koordinator: Muhammad Ridwan
Anggota:
1. Lulu Fatihatul Uyun
2. Rahmat
3. Alfian
4. Ahmad hambali
5. Nur Jannah
6. M. Fazlurrahman
Div. Tilawah
Koordinator : Windi Hamdani
Anggota :
1. To‟atillah
2. Yudha Pratama
3. Fahrul Roji
4. Nunuk
5. Ahmad Rifai
Div. Sholawat
Koordinator : Widayanti Alawiyah
Anggota :
1. Sayyida
2. Nida Hamilah
3. Banu Ginanjar
68
4. Ahmad Fauzi
5. Indah safitri
Div. Syarhil Qur’an
Koordinator : Ummi Mukarromah
Anggota:
1. Alfin naimah
2. Iin agustini
3. Fatma Hidayah
4. M. khoirul Habib
5. M. rizki Hasibuan
Div. Hadrah
Koordinator : Muh. Kurniawan Syah
Anggota :
1. Ahmad Daihan
2. Aldi Maulana
3. Badzi Dawami
4. Agung Faisal
5. Ahmad Ryzky
Div. Marawis
Koordinator : Nahwandi
Anggota :
1. Hasanah
2. Afifah
3. Ayunidya
4. Linda Astuti
5. Fajar al-Islami
Div. Qasidah
Koordinator : Siti Rachmanti
Anggota:
1. Susan Rosmawanti
2. Siti badriati
3. Elyssa Fauziah
4. Suciani
5. Muchlis Syaroh
69
Struktur Organisasi LDK
Ketua Umum: Muhammad Rofiq Nawawi/PAI/FITK
K.A Keputrian: Indah Lestari/BSA/FAH
Wakil Ketua: Hamzah Abdurrahman/Hubungan
Internasional/FISIP
Sekretaris Umum: Muhammad Gifari Al-
Qadri/Manajemen/FEB
Bendahara Umum: Dian Rahmawati/PAI/FITK
Biro Keuangan: Wafa al Khansa (Koordinator) F. Psikologi
Syafa Muthiah/Ilmu Perpustakaan/ FAH
Novi Novera/FDI
Biro Kestari: Angga (Koorwan)/Ilmu Keperawatn/FKIK
Putri Rahmawati (Koorwat)/PAI/FITK
Staf Ahli: Dany Andrean/AKT/FEB
Anda Rizky/PAI/FITK
Farah Nazila/Perbankan Syariah/FEB
Annisa Azhima/F.Psikologi
Siti Zahara/Sosiologi/FISIP
Nelfi Westi/Tafsir Hadits/FU
Eriza Ayu Fadilah/Ilmu Perpustakaan/FAH
Biro Keputrian: Euis Wahyuningsih (Koordinator)/HI/FISIP
Staff Ahli: Siti Khodijah/SI/FST
Sumayyah Afifah/PBSI/FITK
Sherlina Febrina/P.IPS/FITK
Hutami Dwi Arthasari/F.Psikologi
Ifa Syifaurrohmah/FKIK
Fitrah Aisyah Adam/HI/FISIP
Fatimatuz Zahra/Akuntansi/FEB
Evi Nurdiana/Tafsir Hadits/FU
70
Anggita Diana/PAI/FITK
Ira Nur Azizah/Tafsir Hadits/FU
Divisi Pengembangan Ekonomi: Abdul Latif Husen (Koorwan)/
BSA/FAH
Kartika Puspita Sari
(Koorwat)/FAH
Staff Ahli: Elgi Nur Falahi/Muammalat/FSH
Ikhlas Trisna D/Manajemen/FEB
Sakinah Mawadah/Ilmu Perpustakaan/FAH
Wati Nurbaiti/Perbankan Syariah/FEB
Awanda Yolanda/P.Fisika/FITK
Dewi Supriyanti/Akuntansi/FEB
Siti Cahyani/Ekonomi Syariah/FEB
Kaderisasi: Muhammad Hafiz
(Koorwan)/Manajemen/FEB
Siti Utami Prismamudti
(Koorwat)/KPI/FDIK
71
Struktur Organisasi Hiqma
Ketua: Mohamad Ali Husen
Wakil Ketua: Tsalis Mochammad Duha
Sekretaris: Firda Amelia
Wakil Sekretaris: Hida Ru‟yatul Hidayah
Bendahara: Amy Rahmadania
Wakil Bendahara: Syufia Hadiyatis Sholehah
1. Departemen Kaderisasi dan Pendidikan
Koordinator: Suhartika Gustia Diningsih
Sekretaris: Fitrotul Laeli
Anggota: Khapsoh
Lukman Hakim
Marsita Eka Yuliani
Nur Padila
Sarinita Habarkah
Dewi Nurpitriyani
2. Departemen Pengembangan Minat dan Bakat (PMB)
Koordinator: Andi Nursamha Fitria
Sekretaris: Muhammad Hanafi
Anggota: Muhammad Nur Syukron
Ahmad Nugraha
Rifqi Muzalimi
Divisi Tilawah:
Koordinator: Kurnia Yuha Izvana
Sekretaris: Faizah Zulaiha
Anggota: Muhammad Aqil Syahrian
Mukhlisoh Amaliyah
Faiz Nasrullah
Febri Budimantoro
Hani Nur Zakiya
Arsita Dewi
Ipa Ida Rosida
72
Divisi Shalawat:
Koordinator: Winarni
Sekretaris: Siti Nuralamah
Anggota: Siti Mubaroh
Ulfiyatul Makiyah
Irvan Shaddiq Munsyawi
Leny Herpiani
Saipul Rahmanudin
Irma Fauziah
An Ukhrija Yaummi
Aulia Ning Ma‟rifati
Divisi Marawis:
Koordinator: Taufik Hidayat
Sekretaris: Siti Nurfaisa Rachmianti
Anggota: Septiadi Age Pramata
Ida Parida
Divisi Qasidah:
Koordinator: Nazhirah Zahra Fauziyyah
Sekretaris: Sayidatu Syarifah Sudrajat
Anggota: Neng Nadia Syaima
Nurul Wahidah
Lailatus Sa‟diyyah
Divisi Hadrah:
Koordinator: Agung Saputro
Sekretaris: Aini Indah Dwi Cahyani
Anggota: M.Kurniawansyah
Asep Syahrul Mubarok
Khoirum Milatin
Achmad Zannuar
Indri Astutik
73
Divisi Syarhil Qur‟an:
Koordinator: Fahmi Hidayatullael
Sekretaris: Ayu Sariani Harahap
Anggota: Musfiah Saidah
Lia Lianti
Nurmayasari
Haifa Nadwatul Ummah
Iffa Afia Amin Kitabi
Aulia Dzakiyu
Umi Hasanah
3. Departemen Hubungan Masyarakat (HUMAS)
Koordinator: Ayi Husnul Arifah
Sekretaris: Aal Alviyah
Anggota: Umi Nadzifah
Iik Muhammad Malik Matin
M.Hafidz Andrian
Husni Maulana
Imam Akmal Fahmi
Resti Mulia Ningsih
4. Departemen Project Officer (PO)
Koordinator: Zulfurnaen
Sekretaris: Sarah Safitri
Anggota: Muhamad Purkon
Tristianingsih
Santi Berlina
Syahwin Budi P
Widayati A
Siti Rodiah
5. Departemen Rumah Tangga (RT)
Koordinator: Ahmad Rifyal Azmi
Sekretaris: Navila Camalia
Anggota: Ade Julia Safitri
Annisa Amelia
Hilma Wildayani
Dewi Purnamasari
74
PROFIL INFORMAN
ANGGOTA LDK
1. Nisa, program studi Tafsir Hadits, semester 8, asal sekolah MA
Mu‟allimat Bahrul Ulum
2. Evy, program Studi Psikologi, semester 2, asal sekolah SMAN
3. Dila, program studi Perbankan Syariah, semester 6, asal
sekolah SMA Negeri 1, Bireun
4. Ira, program Studi Tafsir Hadits, semester 4, asal sekolah Man
Koto Baru Padang Panjang, Sumatera Barat
5. Khairun, program studi Tafsir Hadits, semester 6, asal sekolah
Man Koto Baru Padang Panjang, Sumatera Barat
6. Navi, program Studi Sosiologi, semester 6, asal sekolah Man 1,
Kota Sukabumi
7. Elfi, program studi Tafsir Hadits, semester 6, asal sekolah MTI
Pariangan
8. Nur, program Studi Aqidah Filsafat, semester 6, asal sekolah
Man Cibadak, Sukabumi
9. Iqah, program studi Tafsir Hadist, semester 4
10. Itoh, program Studi Tafsir Hadits, semester 8, asal sekolah MA
Matholi‟ul falah
11. Yana, program studi Jurnalistik, semester 2, asal sekolah
Jeumala Amal
75
ANGGOTA HIQMA
1. Aul, program Studi Aqidah Filsafat, semester 6, asal sekolah
MAN Tambak Beras, Jombang
2. Ana, program Studi Manajemen Dakwah, semester 4, asal
sekolah Pondok Pesantren Fathan Mubina Islamic Boarding
School
3. Ria, program Studi Tafsir Hadits, semester 4, asal sekolah
MAN Cibinong
4. Ida, program Studi Tafsir Hadits, semester 4, asal sekolah
Ponpes Ummul Quro‟, Leuwiliang, Bogor
5. Ala, program Studi Muamalat, semester 6, asal sekolah SMA
6. Diah, program Studi Tafsir Hadits, semester 6, asal sekolah
MAN 5, Bogor
7. Ifa, program Studi Tafsir Hadits, semester 4, asal sekolah MAN
Buntet Pesantren
8. Runni, program Studi SKI, semester 4, asal sekolah MA
Miftahul Umam
9. Ulfa, program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, semester 4,
asal sekolah MAN 2, Ciamis
10. Ummi, program Studi Pendidikan Kimia, semester 4, asal
sekolah MAN 1 Metro, Lampung Timur
11. Hasanah, program studi Tafsir Hadits, semester 8
77
MAHASISWI LDK
MAHASISWI HIQMA
Top Related