JAPANESE ENCHEPALITIS
Japanese Encephalitis (JE) merupakan penyakit zoonosa yang dapat menyebabkan terjadinya radang otak pada hewan dan manusia. Penyakit ini bersifat arbovirus karena ditularkan dari hewan kemanusia melalui gigitan nyamuk.
JAPANESE ENCEPALITIS Penyakit ini telah menyebar luas di Asia
bagian Timur seperti Jepang, Korea, Siberia, China, Taiwan, Thailand, laos, Kamboja, Vietnam. Philipina, Malaysia, Indonesia, Myanmar, Banglades, India, Srilangka, dan Nepal. Di Indonesia, kasus JE pertama kali dilaporkan pada tahun 1960 (Erlanger 2010). Kasus JE banyak di laporkan di daerah Bali.
Japanese B Encephalitis Ensefalitis tersering di Asia 30 – 50.000 kasus per tahun Angka kematian 36 – 50% Ditularkan oleh nyamuk Culex yang
menggigit malam hari
www.info.gov.hk/trhealth/c_HKTHS.htm
Patofisiologi• Virus berpropagasi ditempat gigitan dan KGB regional.• Viremia menyebabkan peradangan pada hati, jantung, paru, dan sistim RES• Invasi neurologis virus melalui sel endotelial vaskular.• Virus menyerang daerah ganglia basalis, talamus, batang otak, hipokampus dan kortek
Risiko Tinggi Tidak adanya antibodi spesifik JE baik yang
didapat secara alamiah maupun vaksinasi Tinggal di daerah endemik JE Risiko meningkat bila:
Musim tanam Musim perpindahan burung
Perilaku yang meningkatkan terpapar vektor Malam hari di luar Tidak menggunakan kelambu atau repelent
Manifestasi klinis Infeksi virus JE < 1% berkembang menjadi
penyakit Inkubasi 5 – 15 hari Manifestasi klinis: panas tinggi tiba-tiba,
sakit kepala, muntah, perubahan status mental, disorientasi, kelainan neurologis fokal, kelumpuhan umum, gerak involunter, sampai koma
Bull World Health Organ. 2011;89:766–74
Manifestasi klinis Klasik: muka spt pasien parkinson, tremor,
spastis, dan gerakan koreoatetoid Lumpuh layuh akut : klinis dan patologi
mirip dengan poliomielitis Sering disertai kejang
Bull World Health Organ. 2011;89:766–74
Lethargy - komaSudden fever
Vomiting and diarrhea
Tremors or convulsions
Headache Change in consciousness
Irritability or restlessness
Common symptoms of Japanese B encephalitis
Diagnosis Cairan serebrospinalis
Jernih Pleositosis (20 -500 sel/mm3, limfositosis) Protein 50 – 100 mg/dl, glukosa normal
Serologi Cairan liquor : JE virus-IgM ELISA (4 hari setelah
gejala) Serum JE virus-IgM ELISA (7 hari setelah gejala) Kenaikan titer > 4 kali (akut dan konvalesen)
Fenichel. Clinical Pediatric Neurology 2009. h.49-61 Bull World Health Organ.
2011;89:766–74
Tatalaksana Tidak ada terapi antivirus khusus Terapi suportif
Manitol 0,5 gram /kgbb/ 8 jam Terapi komplikasi yang terjadi
Kejang – fenobarbital / fenitoin IV Gerakan involunter – haloperidol oral
Fisioterapi
Fenichel. Clinical Pediatric Neurology 2009. h.49-61
Prognosis Angka kematian 20%–30%. Gejala sisa 30%–50% kelainan neurologis,
kognitif atau psikiatri
Bull World Health Organ. 2011;89:766–74
MRI atau CT Scan kepala Lesi talamus
bilateral (A) Bilateral temporal
(B). CT noncontrast
talamus (C) CT lesi temporal
medial (D)
Pemantauan neurologis - Letak lesi
LESI DEM Pola Napas Reaksi Pupil
Korteks Serebri
+/+ Cheyne Stokes
Miosis Reaksi cahaya (+)
Midbrain +/- Kusmaul hiperventilasi
Dilatasi Midposisi Reaksi cahaya (+)
Pons -/- Ataksik breathing
Pinpoint Reaksi cahaya (-) 16
Kerusakan post mortem
Pan-encephalitis Kadang ditemukan
fokus nekrotik Talamus umumnya
sering mengalami gangguan terberat
Diagnosis banding Klinis
Pasien perubahan perilaku, demam, kejang dan kesadaran menurun
Adanya kelainan neurologis fokal: hemiparesis, paresis saraf kranial
EEG : adanya asimetri daerah temporal Curiga Ensefalitis herpes simplex Terapi : Acyclovir 10-20 mg/kgg/ 8 jam diberika
selama 14 hari Prognosis baik
Pencegahan Vaksinasi vaksin
Japanese B Lingkungan Menghindari gigitan
nyamuk Menghilangkan
tempat berkembang biaknya nyamuk Culex
Repelent
Kasus: CE, P, 10 thn 3 bln
6 hari SMRS jari kaki kiri kanan di gigit kucing kmd demam
3 hari kmd penurunan kesadaran
E3V2M4, kaku kuduk, Babinsky (+), spastis (+), Trismus (+) ± 2 cm.
Regio pedis digiti I dextra-sinistra tampak eskoriasi gigitan kucing.
WD/ Syok septik, suspek mixed
meningitis suspek tetanus, OMK, vulnus morsum ec.gigitan kucing, urtikaria, abses kornea OD AKI stadium injury (LFG 73,15).
Perawatan hari 58 pasien pulang apatis dan spastis
CT scan kepala.....................
Hb 10 mg/dl, leukosit 19.000/mm3, trombosit 37.000/mm3 Ureum 91, kreatinin 1, LFG 73,15, CRP 12, SGOT 66, SGPT 31, K 2,82 meq/L, Ca 6,53 mg/dl, Albumin 2,7.
IgG anti dengue (-), IgM anti dengue (-),
Kesan: manifestasi klinis tak jelas
Top Related