Download - [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Transcript
Page 1: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

PENDEKATANINTERVENSIMIKRO

DALAM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI TUNANETRA

DI YAYASAN MITRA NETRA

LEBAKBULUSJAKARTASELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwall dan Komunikasi untulc memenulli syarat-syarat

mencapai gelar Satjana Ilmu Sosial Islam

Oleh:

Ameria Firdauzy

NIM: 103054128820

[j--'· RPUSTAk;J\A lJ!IN SY.AH· N UTA.MA

"" iO JA.MRTA

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF Il!IDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H./2008 M.

Page 2: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

PENDEKATAN INTERVENSI MIKRO

DALAM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI TUNANETRA

DI YAYASAN MITRA NETRA

LEBAK BULUS JAKARTA SELA TAN

SKRIP SI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam

Siti Na

Oleh:

Amcria Firdauzy

NIM : 103054128820

NIP: 150317880

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1 Al"tfi ll /,.,AfiO l\hf

Page 3: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENDEKATAN INTERVENSI MIKRO DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI TUNA NETRA DI

YAYASAN MITRA NETRA LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN telah

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial lslam (S.Sos.I.) pada

Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 24 Juni 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sek\;taris Mer 1gkap Anggota,

> ~/ -~ /

/

Dr. Murodi, M.A.

NIP: 150254102

Penguji I,

{

Dr.Ase U·1~ NIP: 150246393

Ismet Firdaus, M.Si.

Anggota,

Penguji II,

11r~ Nurul Hidayati, S.Ag, MPd

NIP: 150277649

Page 4: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

LEMBARPERNYATAAN

Bismillaahirrahmaanirrahiim Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini tdah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullal1 Jakarta.

Jakarta, Juni 2008

Ameria Firdauzy.

Page 5: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

6. Drs. Bambang Basuki, selaku Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Netra, yang telah

berkenan menerima penulis melakukan penelitian skripsi, Drs. lrwan Dwi Kustanto

selaku Wakil Direktur Eksekutif, beserta segenap staff di Yayasan Mitra Netra.

7. Dra. Rianti Ekowati, selaku kepala bagian rehabilitasi dan diklat, dan Tolhas

Damanik S.Pd, selaku kepala seksi rehabilitasi, konselor, instruktur Braille dan OM,

yang telah menjadi nara sumber paling inspiratif yang pernah penulis temui.

8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan

data-data penting. Rekan-rekan penulis di Divisi Braille, Mbak Indah, Mbak Ani, Pak

Dudung, dan Mas Zaenal.

9. M. Rafik Akbar, Vina Novina Puspitasari Ridwan, dan Tria:n 'Ragil' Airlangga,

mitra dan inspirasi sejati penelitian skripsi ini.

10. Ita, Liesdha, Imah,Yuni, Taajun, Sarah, Wiwi, Guce, Ankonq, Yayoi, dan rekan­

rekan Kesos 2003, kalian adalah sahabat sejati yang tak lekang o!teh waktu.

Dalam proses penulisan penelitian skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat

kekurangan maupun ketidaksempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah

SWT. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun,

sehingga penulisan penelitian skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhir kata, semoga penulisan penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya, dan rekan-rekan yang turut membaca skripsi ini pada umumnya.

Jakarta, Juni 2008

Penulis

Page 6: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Bab II : LANDASAN TEORI .................................................................... 21

A. Pendekatan Intervensi Mikro ................................................ 21

1. Konsep Pendekatan Intervensi Mikro ................................ 21

2. Metode Intervensi Individu (Social Casework) ............. 24

3. Metode Intervensi Keluarga (Family Casework) ............ 27

4. Metode lntervensi Kelompok (Group Work) ................. 28

B. Program Rehabilitasi .............................................................. 31

1. Pengertian Rehabilitasi ..................................................... 31

2. Jenis Rehabilitasi .............................................................. 32

3. Perangkat Rehabilitasi ..................................................... 34

C. Tunanetra ................................................................................ 36

1. Pengertian Tunanetra

2. Penyebab Tunanetra

3. Klasifikasi Tunanetra

..................................................... 36

........................................................ 37

........................................................ 38

4. Perkembangan Tunanetra ............................................... 39

Bab HI : Gambaran Umum Lembaga ......................................................... 42

A. Latar Belakang Lembaga ...................................................... 42

B. Visi, Misi, dan Fungsi Lembaga ............................................. 43

1. Visi .................................................................................... 43

2. Misi .................................................................................... 43

3. Fungsi ................................................................................. 44

C. Ruang Lingkup Program Lembaga ........................................... 44

1. Program Rehabilitasi ......................................................... 45

2. Program Pendidikan dan Pelatihan ................................. 45

3. Program Perpustakaan ...................................................... 46

4. Program Tenaga Ke1ja ...................................................... 48

5. Program Penelitian dan Pengembangan .............................. 48

6. Program Publikasi ......................................... ................... 49

D. Pola pendanaan ........................................................................ 50

E. Struktur Organisasi Lembaga ................................................ 50

Page 7: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

DAFTAR TABEL

Tabel I.I Subjek Penelitian ............................................................................................. 13

Tabel 4.1 Data Konseling Tahun 2004-2006 .................................................................. 55

Tabel 4.2 Profil Respoden ................................................................................................ 78

Page 8: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

A. Latar Belakang Masalah

BABI

PENDAHULUAN

Sampai saat ini, wacana mengenai kelompok penyandang cacat belum

menjadi perhatian utama masyarakat dan pemerintah Indonesia. Pembahasan

mengenai kelompok tersebut masih jarang menghiasi media massa di

Indonesia baik media cetak maupun media elektronik. Tema-tema mengenai

kecacatan (disability) dan kelompok penyandang cacat (disabled) hanya

menjadi topik hangat di media massa pada saat menyambut Hari Intemasional

Penyandang Cacat (HIPENCA). Hal tersebut menandakan bahwa wacana

mengenai kecacatan belum mendapatkan tempat sebagai salah satu isu penting

di negara ini. 1

Tidak hanya wacana mengenai kecacatan yang belum menjadi perhatian

masyarakat dan pemerintah. Pembangunan nasional yang seyogyanya dapat

menjangkau seluruh elemen masyarakat, juga belum menjadikan kelompok ini

sebagai salal1 satu prioritas dalam program-program pembangnnan.

Pembangnnan nasional yang bertujuan pada terciptanya masyarakat yang adil

dan makmur - kenyataannya belum menjangkau kelompok penyandang cacat

(disabled). Di Indonesia, kelompok ini masih menjadi masyarakat kelas dua

dan termarginalisasi dari proses dan tujuan pembangumm. Hal tersebut terlihat

dari belum terbukanya kesempatan yang sama di segala bidang, serta

Page 9: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

2

minimnya aksesibilitas pelayanan sosial dan fasilitas publik, seperti fasilitas

pendidikan, sosial, maupun fasilitas infrastruktur lainnya.2

Fasilitas-fasilitas publik yang tersedia bagi kelompok penyandang cacat

memang mempribatinkan. Fasilitas infrasturktur yang tidak aksesibel bagi

penyandang cacat terlihat dari fasilitas jalan yang rusak, fasilitas bangunan

yang belum aksesibel bagi tunanetra, tangga berundak yang menyulitkan

pengguna kursi roda, dan lain sebagainya. Selain fasilitas infrastruktur,

fasilitas lainnya seperti layanan pendidikan, dan sosial juga belum memihak

kepada kelompok penyandang cacat. Padahal aksesibilitas dan fasilitas yang

memadai dapat mendukung kelompok penyandang cacat untuk hidup mandiri.

Kondisi tersebut juga memudahkan mereka dalam melakukan pelbagai

aktivitas. Sehingga, mereka memiliki mobilitas yang sarna dengan kelompok

non cacat.3

Selain minimnya aksebilitas dan fasilitas, penyandang cacat juga sulit

untuk mengembangkan potensi dir:i di segala bidang. Hal tersebut terjadi

karena belum terbukanya kesempatan yang sama. Penyandang cacat juga

sermg mendapatkan perlakuan diskriminatif dan stigma negatif dar:i

masyarakat.4 Kondisi-kondisi tersebut semal<ln menyulitkan penyandang cacat

w1tuk mendapatkan hak asasi mereka. Padahal, kesejahteraan merupakan salah

satu hak asasi yang mendasar bagi setiap warga negara .. Hal ini sesnai dengan

semangat Undang-undang RI No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Kesejal1teraan Sosial. Undang-undang ini mengemukakan definisi

kesejahteraan sosial dalam pasal 2 ayat 1:

21L:.J t. o I\

Page 10: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

"Kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spirituil yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warganegara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan­kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila." 5

3

Secara umum, konsep kesejahteraan sosial menghendaki suatu kehidupan

yang menjunjung hak dan kewajiban manusia. Kesejahteraan sosial

menjunjung tercapainya kesejahteraan Iahir batin, baik material, sosial

maupun spriritual. Selain itu, kesejahteraan sosial mengupayakan agar

manusia mampu mengembangkan segenap potensi diri dalam setiap aspek

kehidupan, sehingga setiap manusia dapat meajalankan fungsi sosialnya

sesuai dengan peranarmya di masyarakat.

Kondisi tersebut tentu saja membutuhkan upaya yang terencana clan

terorganisir dengan baik (well planned and well organized) oleh pelbagai

pihak. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga lembaga swasta, clan masyaralcat

guna mencapai tujuan dari pembangunan nasional. Upaya tersebut kemudian

dikenal dengan istilah Pembangunan Kesejahteraan Sosial, seperti yang

dikemukakan Edi Suharto berikut: "Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS)

adalah usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk

intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia,

mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta memperkuat institusi-institusi

sosial."6

5lsbandi Rukminto Adi, Psikologi, Peke1jaan Sosial, dan I/mu Kesejahteraan, Sosial, /T..,J,.,,-4 .... DT n .... : ... r::<c-.-..t:-~...J ... n---..l- 1{)fi,j'\ t.. ~

Page 11: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

4

Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS) bertujuan agar setiap warga

negara terutarna PMKS (Penyandang Masalah Kese~ateraan Sosial) dapat

merasakan proses pembangunan nasional secara adil dan merata. Kelompok

penyandang cacat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya tersebut.

Kelompok penyandang cacat yang menjadi sasaran dalam upaya

Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS) adalah: "Setiap orang yang

mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau

merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara

selayaknya. Meliputi penyandang cacat fisik, mental, se:rta fisik dan mental."7

Di Indonesia, kelompok penyandang cacat menunjukkan jtunlah yang

semakin meningkat. Berdasarkan data dan infonna11i kesejahteraan sosial

Departemen Sosial RI Tahun 2004, rekapitulasi penyandang cacat berat di

Indonesia sebesar 2. 788.457 jiwa. Kelompok ini tersebar di perkotaan sebesar

36,4 persen dan di pedesaan sebesar 63,6 persen. Te:rdiri dari cacat tubuh,

cacat netra, cacat nmgu wicara, cacat mental, serta cacat eks penyakit kronis.

Sedangkan menurut WHO, jmnlah penyandang cacat di Indonesia mencapai

10% dari total populasi penduduk. Dengan kata lain, jika total populasi

penduduk sebesar 22 juta jiwa, maka 2 juta jiwa diantaranya merupakan

kelompok penyandang cacat8•

Seperti fenomena guntmg es, data tersebut belmnlah menunjukkan jumlah

kelompok penyandang cacat yang sebenarnya. Jumlah tersebut semakin

meningkat sejalan meningkatnya kasus kecelakaan ke1ja, kecelakaan lalu

7 Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1997, diakses tanggal 27 Desember 2007 dari http://www.unmiset.org/legal/IndonesianLaw/uu/Uul99704.htm

8p,....,,H,...,.,;~ f""~~~,-,M~ n~~1 •. 1>---~•• 'T'••••-•·-~--- ..l!-1.--- -'-•••-••-1 .... r>.-

Page 12: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

6

undang No. 4 Tahun 1997 tentang pasal 6 yang menyatakan bahwa setiap

penyandang cacat termasuk tw1anetra berhak me:mperoleh rehabilitasi,

bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.

Sayangnya, layanan rehabilitasi tersebut belum menyentuh seluruh

tunanetra yang ada di Indonesia. Terpusatnya layanan rehabilitasi di panti­

panti sosial, menjadi salah satu penyebab mengapa tidak semua tunanetra

mendapatkan layanan rehabilitasi. Selain itu, layanan rehabilitasi yang selama

ini menggunakan sistem panti membuat tunanetra harus hidup terpisah dari

keluarga, komunitas, maupun masyarakat. Padahal tunanetra merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara,

sehingga upaya rehabilitasi membutuhkan suatu pendekatan dengan sistem

layanan luar panti sebagai alternatif.

Intervensi sosial merupakan upaya perubahan sosfal terencana yang dapat

menjadi altematif dalam upaya rehabilitasi tunanetra. Intervensi sosial itu

sendiri memiliki tiga level pendekatan yaitu, mikro, messo, dan makro. Ketiga

pendekatan tersebut merupakan pendekatan intervensi yang saling

mendukung, menyeluruh dan tidak terpisahkan. Dimana intervensi mikro

merupalcan level paling awal dari keseluruhan upaya intervensi sosial.

Intervensi ini menitikberatkan upaya perubahan sosial terencana pada level

individu, keluarga, dan kelompok kecil. 11

Intervensi mikro mengupayakan intervensi sosial dengan segala metode

dan prosesnya yang unik untuk meningkatkan kesejahteraan sosial tunanetra.

Di beberapa negara lain misalnya di Arnerika Serikat, i11tervensi mikro sudah

Page 13: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

7

menjadi bagian vital dari upaya penanganan masalah sosial, termasuk upaya

rehabilitasi tunanetra. Sayangnya, pendekatan ini belum menjadi pilihan

utama dalam upaya rehabilitasi di Indonesia. Terutmna dalan1 pelaksanaan

rehabilitasi dengan sistem luar panti. Hal ini terlihat dari minimnya literatur­

literatnr di Indonesia mengenai bahasan tersebut.

Pendekatan intervensi mikro dalam upaya rehabilitasi tunanetra luar panti,

tentunya memerlukan kerja sama dari pelbagai pihak. Pemerintah, masyarakat,

dan Lembaga Swadaya Mayarakat (LSM) merupakan pihak-pihak yang

berperan penting dalam npaya rehabilitasi ttmanetra luar panti. Dalam konteks

tersebut, salah satu LSM yang menaruh perhatian (concern) dalam upaya

peningkatan kesejahteraan tunanetra adalah Yayasan Mitra Netra. Lembaga ini

memiliki program rehabilitasi sebagai salah satu uj1mg tombalmya dalam

meningkatkan kesejahteraan tunanetra. Y ayasan Mitra Netra mengupayakan

layanan rehabilitasi luar panti yang bebas biaya bagi tunanetra, melalui

pendekatan yang fokus pada individu tunanetra dan kelnarganya. Dengan kata

lain lembaga tersebut mengimplementasikan pendekatan intervensi mikro,

pendekatan yang tidak memisaJIB:an individu tunanetra dari keluarga dan

kommlitasnya.

Mengingat pentingnya penelitian mengenai pendekatan intevensi mikro

dalam upaya rehabilitasi ttmanetra pada lembaga independen dengan sistem

layanan luar panti, maka penulis mengajukan tema penelitian dengan judul:

"Pendekatan lntervensi Mikro Dalam Pelaksa11aa11 P1·ogram Reliabilitasi

Tunanetra di Yayasa11 Mitra Netra. "

Page 14: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

B. Pcmbatasan dan Pcrumusan Masalab

1. Pembatasau Masaiab

8

Kecacatan (disability) merupakan isu yang belum menjadi perhatian

banyak pihak termasuk pemerintah. Kelompok penyandang cacat di

Indonesia berjumlah 2.788.457 jiwa (DEPSOS RI 1ahun 2004) terdiri dari

cacat tubuh, cacat netra, cacat mental, cacat rungu wicara, dan cacat eks

penyakit kronis, namun, pada penelitian ini penulis akan lebih fokus pada

cacat netra, karena tingkat prevalensi kebutaan di Indonesia tem1asuk yang

tertinggi di dunia. Dalam penelitian ini, penulis alcan menggunakan istilah

"tunanetra" dan "low vision" untuk menyebutkan kelompok yang

mengalami gangguan dan kekurangan penglihatan. Sedangkan istilah

"awas" adalah kelompok orang yang tidak mengalami gangguan dan

kekurangan penglihatan. Agar tunanetra dan low vision dapat memenuhi

haknya untulc sejahtera, perlu adanya upaya-upaya yang terlembaga dan

teroganisir dari pelbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat umum, dan

LSM.

Dalam konteks tersebut, Yayasan Mitra Netra adalah salah satu LSM

yang menamh perhatian (concern) terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan tunanetra dan low vision. Yayasan ini memiliki pelbagai

program bagi tunanetra dengan sistem layanan luar panti, dimana klien

tunanetra tidak tinggal dan menginap di lembaga. Program tersebut di

antaranya adalah Program Rehabilitasi, Pendidikan dan Pelatihan,

Perpustakaan, Program Tenaga Kerja, Penelitian dan Pengembangan, serta

Page 15: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

9

Rehabilitasi bagi tunanetra dengan pendekatan Intervensi Mikro sebagai

tema penelitian.

2. Perumusan Masalab

Berdasarkan pembatasan di atas, pernmusan masalab dalam penelitian

ini adalab sebagai berikut:

a. Bagaimanakab gambaran implementasi pendekatan intervensi mikro

dalam pelaksanaan program rehabilitasi bagi tunanetra di Y ayasan

Mitra Netra?

b. Bagaimanakab respon !<lien mengenai implementasi pendekatan

intervensi mikro dalam pelaksanaan program rehabilitasi di Y ayasan

Mitra Netra?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

l. Tujuan Penelitian

Tujuaan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetabui gambaran mengenai implementasi pendekatan

intervensi mikro dalam pelaksanaan program rehabilitasi bagi

tunanetra di Y ayasan Mitra Netra.

b. Untuk mengetabui respon klien mengenai implementasi pendekatan

intervensi mikro dalam pelaksanaan progran1 rehabilitasi di Y ayasan

Mitra Netra.

Page 16: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

10

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Memberikan pemahaman dan masnkan bagi para praktisi di lembaga

pelayanan kesejahteraan sosial untnk para penyandang cacat.

b. Memberikan pemahaman kepada akademisi yang menaruh perhatian

(concern) pada usaha pembangunan kesejahteraan sosial bagi

penyandang cacat khususnya kecacatnetraan.

c. Memberikan pemahaman dan masukan untuJk: penelitian-penelitian

lebih lanjut, khususnya di bidang yang berkaitan dengan

kettmanetraan.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif berakar pada latar ilrniah sebagai keutuhan,

mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, mengandalkan analisis data

secara induktif. Penelitian kualitatif mengarahkan sasaran penelitiarmya

pada usaha menemukan teori dasar. Penelitian ini juga bersifat deskriptif

dengan lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi

dengan fokus, memilik:i seperangkat kriteria untnk memeriksa keabsahan

data, rancangan penelitiarmya bersifat sementara dan hasil penelitiarmya

disepakati oleh kedua belah pihak; penulis selaku peneliti dan subjek

penelitian.12

Page 17: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

11

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu

kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau

fenomena, atau hubungan antara dua gejala atau fenomena tersebut.

Sehingga penelitian ini bernpaya untuk menggambarkan mengenai

pendekatan inte1vensi mikro dalam pelaksanaan program rehabilitasi bagi

tunanetra. Dengan lebih menitikberatkan pada proses pelaksanaan

kegiatan. 13

3. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persiapan

Langkah ini merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian.

Hal-ha! yang penulis siapkan untuk melakukan penelitian antara lain,

menentukan permasalahan yang akan diteliti, perumusan masalah,

subjek, informan, dan objek penelitian, tempat dan waktu, serta data­

data yang diperlukan dalam penelitian.

b. Menentukan pendekatan penelitian

Penulis memilih pendekatan penelitian, karena lebih ingin

memberikan gambaran tentang pendekatan inteivensi mikro dalam

pelaksanaan program rehabillitasi di Y ayasan Mitra N etra.

Page 18: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

12

c. Mendatangi lembaga

Langkab ini penulis lakukan untulc menyampaikan kepada lembaga

babwa penulis akan melakukan penelitian di lembaga tersebut.

d. Pe!aksanaan kegiatan

Pada langkab pelaksanaan kegiatan, penulis mendatangi lembaga

untulc melakukan observasi, wawancara, dan memperoleh data-data

lainnya dari sebjuek penelitian, yaitu 2 pengurns, dan 3 orang klien.

e. Analisis hasil penelitian

Setelah data terkumpul, penulis menganalisis data sesuai dengan

rumusan masalab, dan tujuan penelitian. Analisis dilakukan sejak awal

san berlangsung sampai pada langkal1 penelitian terakhir. Data-data

yag terkun1pul, kemudian dirangklun, dan diseleksi sesuai dengan

konsep-konsep penelitian.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil studi kasus di Yayasan Mitra Netra Lebak

Bulus Jakarta, sebuab lembaga pemberdayaan dan pendidikan tunanetra.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret -April 2008.

5. Subjek, Informan dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalab pengurus Yayasan Mitra Netra, pelaksana

program rehabilitasi, termasuk klien tunanetra itu S<~ndiri. Penulis sebagai

peneliti bernpaya melakukan penelitian ini dengan menggunakan sudut

pandang orang-orang yang menjadi sumber data primer penelitian ini.

Page 19: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

13

alamiah dan tidak memaksa, sehingga tindalcan dan cara pandang subjek

tidak akan berubah. 14

Informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi

mengenai situasi dan kondisi Jatar penelitian. Menurnt Bogdan dan Biklen

dalam Moleong, pemanfaatan informan dalam penelitian ialah agar dalam

walctu yang relatif singkat banyalc informasi yang terjangkau. 15 Dalam

penelitian ini, penulis memilih informan yang berhubungan dengan

pelaksanaan program rehabilitasi, yaitu 3 orang klien di Y ayasan Mitra

Netra.

Sedangkan objek penelitian ini adalah pendekatan intervensi mikro

dalam pelaksanaan program rehabilitasi Yayasan Mitra Netra.

Tabel I. I Subjek Penelitian

No. Subjek Penelitian Posisi 1. Dra. Rianti Ekowati Ketua Divisi Program Rehabilitasi

dan Pendiidikan dan Pelatihan (Diklat)

2. Tolhas Damanik, S.Pd Kepala Seksi Rehabilitasi, merangkap konselor, instruktur Pelatihan Orientasi dan Mobilitas (OM), instrnktur Baca Tulis Braille

3. M. Rafik Akbar Responden Klien• 4. Vina Novina Puspitasari R Responden Klien 5. Trian 'Ragil' Airlangga Responden {Klien)

6. Macam dan Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Penelitian ini menggunakan sumber data primer, yaitu data yang

penulis peroleh langsung dari subjek penelitian baik melalui

wawancara ataupun observasi.

Page 20: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

14

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal dari data yang

telah ada seperti pamflet lernbaga, profil lernbaga, data-data lernbaga,

serta dari studi kepustakaan.

7. Teknik Pencatatan Data

Dalam penelitian ini, penulis rnenggunakan t•~knik pencatatan data

sebagai berikut:

a. Observasi rnerupakan teknik pencatatan data dengan rnengadakan

pengamatan langsung terbadap subjek penelitian dan kegiatan rnaupun

program yang rnenjadi objek penelitian.

b. Wawancara (Interview) rnerupakan teknik pencatatan data dengan

rnengajukan pertanyaan-pertanyan langsung kepada pihak yang terkait

dengan penelitian, yaitu subjek penelitian. Subjek penelitian terdiri

dai-i 6 orang. Jawaban pertanyaan penelitian direkam dengan alat

perekarn tape recorder dan ditulis ulang untuk rnendapatkan basil

wawancara yang tertulis, dalam transkrip wawancara dengan bahasa

apaadanya.

c. Catatan lapangan

Catatan lapangan ialah catatan tertulis tentang apa yang penulis

dengar, lihat, alan1i, dan pikirkan dalam rangka pengumpulan data dan

refleksi terbadap data penelitian. 16 Penulis akan rnencatat basil

observasi selama rnasa penelitian berjalan. HasH catatan tersebut akan

Page 21: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

15

digunakan sebagai acuan serta pedoman dalam menguraikan basil dan

temuan lapangan.

d. Studi Dokumentasi

Penulis melakukan pencatatan data dengan menggunakan data-data

berupa dokumen, file, yang terkait dengan penelitian.

8. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategorisasi, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat

ditentukan tema dan dapat drumuskan asumsi-asumsi penelitian, untuk

kemudian dilihat kenyataan di lapangan. Data yang diperoleh selama

penelitian diringkas, dirangkum, dan dipilih hal-hal yang penting dan

pokok. Data tersebut kemudian dikategorikan, dan disusun secara

sistematis dengan mengacu pada perumusan masafah dan tiajauan teoritis

yang berkaitan dengan penelitian. 17

9. Teknik keabsahan data

Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik

triangulasi. Teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesnatu yang lain di luar data untuk keperlnan

pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi

yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lainnya.

Dalam ha! ini, penulis menggunakan klien sebaga.i sumber pengecekan

Page 22: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

16

keabsahan data yang penulis peroleh dari pengums atau staff program

rehabilitasi.

10. Instrumen dan Alat Bantu

Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih banyak

bergantung pada diri peneliti sendiri. Dengan menjadi instrwnen

penelitian, peneliti dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil

keputusan. 18 Nanrnn demikian, tentunya peneliti memerlnkan beberapa

alat bantu dalam melakukan kegiatan pengumpulan dan pencatatan data.

Alat bantu tersebut antara lain, pedoman wawancara, alat perekam (tape

recorder), dan catatan lapangan.

Pedoman wawancara, mempakan format wawancara terstmktur

dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai

dengan masalah penelitian. Jawaban dari setiap pertanyaan dalam

pedoman wawancara, terekam dengan menggunakan alat bantu tape

recoreder. Penggunaan tape recoreder untuk merelkam hasil wawancara,

memerlnkan persetujuan dari subjek penelitian yang diwawancara. Catatan

lapangan mempakan alat bantu yang penting dalam penelitian kualitatif.

Peneliti membuat catatan lapangan, untuk me:mbantunya mencatat

pengamatan lapangan dan membantu peneliti ketika menganalisi data.

Catatan lapangan dibuat secara lengkap, pada saat peneliti tiba di mmah. 19

Page 23: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

17

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis merujuk pada beberapa literatur antara lain

karya Dr. M. Effendi "Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan", karya

Dra. Sutjihati Somantri "Psikologi Anak Luar Biasa", "Pembelajaran Anak

Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi" karya Prof. Dr.

Bandi Delphie, skripsi yang ditulis oleh Mursyidah seorang mahasiswi

Universitas Muhammadiyah Jakarta dengan judul "Pelayanan Sosial Bagi

Klien Tunanetra di Yayasan Mitra Netra", serta skripsi yang ditulis oleh Wiwi

Halawiyah dengan judul "Pelaksanaan Program Pendampingan Pendidikan

dan Pelatihan bagi Klien Tunanetra di Yayasan Mitra Netra Jakarta

Selatan."

Buku karya Dr. M. Effendi lebih menitikberatkan pada permasalahan

psikologis dan layanan pendidikan bagi anak-anak berkelainan dengan uraian

yang cukup gamblang dan detail, namun tidak secara klmsus membahas salal1

satu anak berkelainan tersebut. Pada buku Psikologi Anak Luar Biasa, Dra.

Sutjihati lebih menekankan bahasan bukunya pada perkembangan dan

permasalahan anak luar biasa, serta bagaimana memandang permasalahan

emosi, kepribadian, sampai permasalahan sosial anak luar biasa dari sisi

psikologis. Prof. Dr. Bandi Delphic dalam bukunya lebih banyak membahas

mengenai karakteristik anak berkebutuhan khusus dan upaya pembelajaran

dalam setting pendidikan iuklusi. Pada buku tersebut, Prof. Bandi

menguraikan karakteristik-karakteristik anak berkebutuhan khusus (special

needs), serta mengungkapkan wacana tentang setting pendidikan inklusi

Page 24: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

18

Mursyidah lebih menekankan pada pelayanan sosial bagi !<lien tunanetra di

Y ayasan Mitra Netra. Skripsi tersebut menguraikan jenis, bentuk, dan pola

pelayan sosial bagi tunanetra. Sedangkan skripsi Wiwi Halawiyah lebih

menitikberatkan pada pelaksanaan pendarnpingan pada progran1 pendidikan

dan pelatihan bagi klien tunanetra di Y ayasan Mitra Netra. Pada skripsi

tersebut Wiwi menguraikan proses-proses pelaksanaan pendarnpingan

program pendidikan dan pelatihan bagi klien tunanetra serta respon !<lien

tunanetra terhadap pelaksanaan pendarnpingan yang me:reka jalani di Y ayasan

Mitra Netra.

Dari literatur-literatur di atas, penulis menemukan perbedaan yang cuknp

signifikan dengan penelitian yang penulis lakukan. Jika pada literatur-literatur

yang menjadi rujukan penulis lebih menekankan pada segi pendidikan,

pendidikan dan pelatihan, pelayanan sosial, psikologi anak berkelainan, dan

anak lnar biasa atau analc berkebutullan khusus, maka dalarn penelitian ini

penulis secara spesifik memballas mengenai rehabilitasi tunanetra.

Terna penelitian yang mengkhususkan pada ballasan intervensi mikro

dalarn pelaksanaan rehabilitasi tunanetra di lembaga yang menerapkan sistem

pelayanan luar panti dapat dikatakan sebagai karya penditian perdana, karena

belum pemall ada penelitian sebelunmya yang memballas mengenai tema

tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat menan1bal1 khazanall keilmuan dan

pengetalluan bagi akademisi dan praktisi yang menaruh perhatian (concern)

pada bidang kecacatan khususnya ketunanetraan.

Page 25: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

19

F. Sistematika Pennlisan

Penulisan penelitian ini tersusun dalam beberapa bah dengan sisternatika

penulisan sebagai berikut :

BABI PENDAHULUAN

Bab ini rnernbabas latar belakang rnasalab, pembatasan rnasalab

dan perurnusan rnasalab, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini mengemukakan teori-teori yang melandasi dan rnendukung

penelitian. Teori tersebut meliputi teori yang relevan mengenai

pendekatan intervensi mikro dalam pelaksanaan program

rehabilitasi bagi tunanetra.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Bab ini menjelaskan profil lembaga, meliputi latar belakang

berdirinya lembaga, visi misi, tujuan, struktur organisasi, dan

program kerja lembaga.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan catatan lapangan, data-data temuan penelitian

dan analisis mengenai pendekatan intervensi mikro dalam

pelaksanaan program rehabilitasi bagi tunanetra yang dijalankan

oleh lembaga.

Page 26: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

20

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan kesimpulan terhadap hasil penelitian pada bab­

bab sebelumnya, guna menghasilkan masukan ataupun saran

membangun terhadap program lembaga.

Page 27: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

BAB II

LANDASAN TEOIU

A. Pendekatan Intervensi Mikro

1. Konsep Pendekatan Intervensi Mikro

Intervensi merupakan istilah yang digunakan dalam pelbagai disiplin

ilmu termasuk Psikologi Klinis dan Pekerjaan Sosial. Penggunaan istilah

intervensi pada kedua disiplin ilmu tersebut, tidak jauh berbeda bahkan

saling menguatkan. Pada dasarnya konsep dan metode intervensi berawal

dari ilmu Psikologi terutama Psikologi Klinis. K<\jian dan disiplin ilmu

terapan Psikologi Klinis mengartikan intervensi sebagai upaya perubahan

perilaku, pikiran, dan emosi. 1 Sedangkan kajian dan ilmu Pekerjaan Sosial

memberikan pengertian intervensi sebagai:

"interceding in or coming between groups or people, events, planning activities, or on individual's internal conflicts. In social work, the term is analogous to the physician 's term "treatment" because it includes treatment and also encompasses the other activities social workers use to solve or prevent problems or achieve goals for social betterment. "2

Intervensi mencoba menjadi penengah antara sekelompok orang,

peristiwa-peristiwa, aktivitas terencana, atau konflik internal. Disiplin ilmu

pekerjaan sosial menganalogikan istila11 intervensi dengan istilah

"perawatan" pada ilmu psikiatri. Intervensi dalam ilmu pekerjaan sosial

meliputi "perawatan" dan aktivitas lainnya yang pekerja sosial gunakan

untuk mengatasi, mencegah masalal1 serta mencapai keberfungsian sosial

1Tristiadi A. Ardani, !in T. Rahayu, Yulia Sholichatun, Psikologi Klinis, (Y ogyak:arta: r> ___ t.__ TL --- .... .-.. .... ~~ 1. '"'"

Page 28: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

22

yang lebih baik. Istilah dan metode intervensi kemudian berkembang

menjadi intervensi sosial. Sebuah proses perubahan sosial terencana, dan

terorganisir dengan level pendekatan mikro, messo, dan makro. Dimana

pendekatan intervensi mikro menjadi level paling dasar dari keseluruhan

upaya intervensi sosial. Intervensi mikro bahkan mengawali lalrirnya

disiplin ilmu terapan Pekerjaan Sosial.

Intervensi mikro hadir melalui pandangan Mary Richmond dalam buku

Diagnosis Sosial (Social Diagnosis) pada tahun 1917. Mary Richmond

mengarahkan kerangka berpikirnya pada bahasan intervensi mikro. Sebuah

pendekatan yang fokus pada usaha intervensi sosial di level individu, dan

keluarga. Namun, pada perkembangannya kelompok atau komunitas kecil

juga menjadi fokus pendekatan ini. Pembal1asan pada level mikro

kemudian memengaruhi perkembangan pekerjaan sosial pada awal-awal

dekade 1900-an. 3 Pada masa selanjutnya, istilah nrikro sebagai bagian dari

level praktik dan orientasi pekerjaan sosial, memiliki pengertian sebagai:

"The term used by social workers to identifY professional activities that are designed to help solve the problems faced primarily by individuals, families, and small groups. Usually micro practice focuses on direct intervention on a case-by-case or in a clinical setting. Micro orientation in social work, an emphasis on the individual clients and on the enhancement of technical skills for use in efficient treatment of these problems."4

Istilah mikro dalam praktik pekerjaan sosial merupakan upaya

identifikasi aktivitas profesional dan terencana untuk membantu individu,

keluarga, dan kelompok kecil mengatasi masalalmya Umumnya praktik

pada level nrikro lebih fokus pada tataran klinis atau intervensi langsung

kasus per kasus. Sedangkan orientasi level mikro memberikan perhatian

Page 29: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

23

pada individu dan keterampilan telmis yang pekerja sosial gunakan dalam

meningkatkan efisiensi penanganan masala11 individu tersebut.

Pada perkembangam1ya, intervensi pada level mikro menjadi salall satu

pilihan utama dalam mengatasi masalall-masalall sosial. Temtama yang

te1jadi akibat ketidakmampuan individu dalam memenuhi peranan

sosialnya sesuai dengan tuntutan lingkungan. 5 Dalam hal ini, intervensi

pada level mikro bempaya mengatasi masalall-masalall tersebut untuk

meningkatkan keberfungsian sosial individu, keluarga, dan kelompok.

Intervensi mikro menggunakan bimbingan dan konseling sebagai media

dalam proses pelaksanaamiya. Sampai saat ini, tidak sedikit bidang-bidang

kesejallteraan sosial yang mengandalkan intervensi mikro. Bidang-bidang

tersebut antara lain pekerjaan sosial sekolall, konseling anak, rehabilitatisi

ketergantungan Narkotika, rehabilitasi penyandang cacat, dan lain

sebagainya.6

Secara umum, konsep intervensi mikro mempakan pendekatan

terencana pada level awal dari keselumhan upaya intervensi sosial yang

saling terkait dan menyelumh. Intervensi mikro mengupayakan

penyelesaian masala11-masalal1 sosial yang terjadi karena ketidakman1puan

dalam memenuhi peranan sosial, atau karena lkonflik internal pada

tingkatan individu, keluarga, dan kelompok kecil. Pendekatan intervensi

mikro mengandalkan bimbingan dan konseling sebagai media intervensi

klinis kasus per kasus. Sehingga tujuan efisiensi perawatan dan

Page 30: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

24

penanganan masalah dalam meningkatkan keberfungsian sosial individu,

keluarga, dan kelompok ke arah yang lebih baik, dapat tercapai.

Sebagai bagian dari pendekatan intervensi sosial terencana, intervensi

mikro memiliki metode serta proses yang unik dan khas. Pendekatan ini

menekankan pada upaya perubahan sosial terencana pada tingkatan

individu, keluarga, dan komunitas dengan menggunakan metode intervensi

individu (social casework), metode intervensi keluarga (family casework),

dan metode intervensi kelompok (group work). 7

2. Metode Intervensi Individu (Social Casework)

a. Definisi Metode Intervensi Individu (Social Casework)

Mary Richmond memperkenalkan dan me:ngembangkan metode

intervensi individu (social casework) pada tahun 1917 dalam buku

Social Diagnosis. Mary Richmond mendefinisikan metode intervensi

individu (social casework) tersebut sebagai:

"Social casework consist of those processes which develop personality through adjustments consciously eff"cted, individual by individual, between men and their environment.''

Sedangkan Skidmore, Thackeray, dan Farley (1994) memberikan

definisi metode intervensi mikro individu (social casework) dengan

menambahkan unsur-unsnr lainnya sebagai berikut:

"Social casework is a method of helping people based on knowledge, understanding, and the use of techniques skilfally applied to helping people to solve problems. It derives its understanding fi·om the discipline of science, its methods also includes artistic effort. It helps individuals with personal as well as external and environment matters. It is a method of helping through a relationship that taps

Page 31: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

25

personal and other resources for coping with problems. Interviewing is major tool of casework. Change in attitides and feelings is affected by the dynamics of the casework relationship. "9

Pada dasarnya intervensi individu (social casework) adalah proses

membantu orang lain. Proses tersebut menekankan pada

pengembangan individu sehingga dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Intervensi individu berlandaskan pada pengetahuan,

pemahaman, serta teknik-teknik terlatih untuk membantu individu

menyelesaikan permasalahan internal dan eksternal. Metode ini

menggunakan pelbagai disiplin ilnm, upaya-upaya artistik, serta

mengandalkan konseling sebagai media utama.

b. Prinsip-prinsip Metode Intervensi Individu ( Cas.~work)

Prinsip-prinsip dalam metode intervensi mikro mendasari relasi

antara pekerja sosial dan klien dalam upaya intiervensi sosial terhadap

individu, keluarg~ dan kelompok kecil. Mengutip pendapat Midgley

(1981) dan Maas (1977), Isbandi mengemukakan 7 prinsip pekerjaan

sosial, sebagai berikut10:

I) Menerima manusia sebagaimana adanya

2) Partisipasi Klien

3) Pengambilan keputusan merupakan hak dari klien

4) Individualisasi dari klien

5) Kerahasiaan

6) Kesadaran diri petugas

Page 32: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

26

7) Adanya relasi antara klien dan petngas

c. Proses Metode Intervensi Individu (Casework)

Upaya intervensi bagi individu membutuhkan suatu tahapan­

tahapan kegiatan yang sistematis, agar proses intervensi dapat berjalan

dengan lebih terarah. Menurut Skidmore, Theckeray, dan Farley

(1994 ), proses dalam metode intervensi mikro meliputi 11:

1) Tahapan Penelitian (Study)

Pada tahapan penelitian (study) jalinan relasi dengan klien

merupakan kunci yang mengawali tahapan selanjutnya. Di tahapan

awal ini, klien mengungkapkan masalah-masalahnya yang ia alami.

Pada tahapan penelitian (study), klien menentukan apakah akan

melanjutkan jalinan relasi dengan konselor atau tidak. Berdasarkan

pada falsafah nilai pekerjaan sosial, konselor secara maksimal akan

mengembangkan jalinan yang dapat membantn klien

memformulasikan pe1masalahannya.

2) Tahapan Assesmen (Assessment)

Taha pan asesmen adalah tahapan yang :;angat dinamis, proses

ini dapat berlangsung mulai dari tahapan awal sampai akl1ir

intervensi. Pada tahapan ini timbul kesadaran akan keunikan dari

setiap sitnasi atau masalah, sampai pada tirnbulnya masalah pada

satn sitnasi kehidupan. Penghimpunan data dan sejarah masa lalu

klien merupakan media untnk mencapai 1ujuan asesmen, yaitn

pemahaman yang menyeluruh terhadap masalal1 ldien.

Page 33: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

27

3) Tahapan Intervensi (Intervention)

Tahapan intervensi berawal dari kontak pertama dengan klien.

Tujuan dari proses ini merupakan kesepakatan antara pekerja sosial

dan klien. Kebutuhan klien akan sangat menentukan proses

intervensi yang terjadi. Apabila pekerja sosial tidak dapat

menyediakan layanan yang !<lien butuhkan, maka ia bertanggung

jawab untuk menghubungkan klien dengan sumber layanan

lainnya.

4) Tahapan Terminasi (Termination)

Te1minasi merupakan istilah yang menyatakan berakhirnya

atau limitasi dari keseluruhan proses intervensi dan pemberian

layanan terhadap klien. Terminasi terjadi jika klien telah mencapai

kekuatan, pemahaman, penyelesaian masalah dan pengetahuan

yang dibutuhkan dalam penanganan masalah dalam suatu situasi

kehidupan klien. Terminasi sering kali berasal dari inisiatif pekerja

sosial.

3. Metode Intervensi Keluarga (Family Casework)

Pendekatan intervensi mikro tidak hanya mengarahkan proses

perubahannya pada individu saja, tetapi juga pacla keluarga. Keluarga

merupakan unit terkecil masyarakat tempat tumbun dan berkembangnya

individu. Keluarga juga merupakan saluran pendidikan yang paling awal

dan berpengaruh terhaclap individu. Sehingga peran keluarga dalam

keseluruhan upaya intervensi individu sangat penting. Dengan melibatkan

Page 34: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

PER~USTA~~ UIN SYAHID JAKARTA I

28

--------1 keluarga, tujuan intervensi mikro untuk meniingkatkan kemampuan

individu dalam menangani masalahnya akan tercapai. 12

Pada perkembangannya metode intervensi ini lebih dikenal dengan

istilah konseling keluarga (family counseling) atau terapi keluarga (family

therapy). Terapi atau konseling keluarga tersebut menggunakan pelbagai

model terapi, antara lain model psikodinamik dan eksperiensial. Model

psikodinamik berkembang dari teori psikoanalisis Freud. Penganut model

psikodinamik sangat memperhatikan unsur wawasm1 mendalam (insight),

motivasi, konflik yang tidak disadari, dan kedekatan antar anggota

keluarga. Dimana unsur-unsur dinamika psikis (psychodinamics) tersebut

akan mempengarubi individu-individu anggota keluarga. Menurut

pandangan model psikodinamika, pengalaman masa lalu menjadi perhatian

utama dalam menemukan akar pennasalahan pada individu. Sedangkm1.

pada model eksperiensial, perhatian utama adalah perkembangan diri klien

itu sendiri, model ini lebih mengutamalrnn pengalaman-pengalaman yang

terjadi pada saat timbulnya masalah. 13

4. Metode Intervensi Kelompok (Group Work)

a. Pengertian Metode Intervensi Kelompok (Group Work)

Kelompok terbagi atas kelompok yang terbeutuk dengan sengaja

(formed group) dan kelompok yang terbentuk secara alamiah (natural

groups). Kelompok alamiah (natural groups) a.dalah kelompok yang

terbentuk secara spontan. Kelompok ini dapat menyatukan anggotanya

12 I-L---..J! n .. 1 ___ !_ .. _ A ..t! n __

Page 35: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

29

karena adanya hubungan interpersonal, kebutuhan serta minat yang

sama. Sedangkan, formed groups adalah kelompok yang terbentuk

melalui intervensi atau pengarnb dari luar. Umumnya, kelompok ini

terbentuk karena ada usaha untuk menyatukan anggota-anggotanya,

yang juga memiliki kesamaan tujuan. Metode intervensi mikro

kelompok lebih menitikberatkan pada formed groups, karena peke1ja

sosial turut serta merencanakan atau membentuk kelompok tersebut.

Metode intervensi kelompok (group work) merupakan kegiatan yang

menekaukan pada tujuan mempertemukan kebutuhan sosioemosional

kelompok, dan menyelesaikan tugas-tugas kelompok. 14 Metode

intervensi kelompok (group work) adalah:

"Goal-directed activity with small treatment and task goups aimed

at meeting socioemosional needs and accomplishing tasks. This

activity is directed to individual members of a group and to the group

as a whole within a system of delivery." 15

Berdasarkan tujuan terbentuknya, kelompok terbagi dalam dua

kategori yaitu, kelompok perawatan (treatment group) dan kelompok

gugus tugas (task group). Kelompok perawatan (treatment group)

adalah kelompok yang bertujuan untuk mempertemukan antara

sosioemosional dan kebutuhan-kebutuhan kelompok. Sedangkan

kelompok gugus tugas (task group) adalah kelompok yang

menitikberatkan pada pencapaian tujuan-tujuan kelompok baik

Page 36: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

30

langsung ataupun tidak langsung dalam upaya memenuhi kebutuhan

kelompok.

b. Proses Metode Intervensi Kelompok (Group Work)

Proses intervensi kelompok tidaklah jauh berbeda dengan proses

pada metode intervensi individu. Proses berikut ber!aku baik untuk

kelompok perawatan (treatment group) maupun kelompok gugus tugas

(task group) 16:

I) Perencanaan (planning)

Proses perencanaan dalam intervensi kelompok terdiri dari dua

bagian, yaitu perencanaan pada pembentukan kelompok serta

perencanaan yang alcan berlangsung selama terbentuknya

kelompok.

2) Tahapan awal (begining stage)

Tujuan utama pekerja sosial dalam tahapan ini adalah

membantu anggota kelompok untuk dapat bekerja sama secara

kooperatif dan produktif. Tujuan lainnya adalah membuat anggota

kelompok merasakan kontribusi dan partisipisi mereka mendapat

apresiasi dari pemimpin dan anggota kelompok Iainnya.

3) Asesmen (assessment)

Asesmen be1tujuan untuk mencapai pemahaman terhadap

situasi tertentu dan mencanangkan intervensi yang efektif.

Kegiatan utama asesmen adalah pengumpulan, pengorganisasian,

Page 37: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

31

dan pengkajian data atau informasi apapun yang terkait dengan

anggota kelompok dan kelompok tersebut sabagai satu kesatuan.

4) Tahapan Menengah (middle stage)

Proses intervensi kelompok pada tahapan mengengah (middle

stage), menitikberatkan kegiatan pada upaya pencapaian tujuan­

tujuan kelompok.

5) Evaluasi (evaluation)

Tahapan evaluasi merupakan proses untuk mendapatkan

informasi atau tanggapan (feedback) tentang pengaruh seluruh

proses intervensi baik terhadap individu dalan1 kelompok maupun

kelompok tersebut secara keseluruhan.

6) Tahapan Akhir (Ending)

Tahapan akhir atau tahapan tenninasi (termination) merupakan

tahapan penting dari keberlangsungan suatu kelompok.

B. Program Rehabilitasi

l. Pengertian Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan istilah yang berakar dari pandangan Plato

terhadap pelaku kejahatan, namun pada perkembangannya, istilah tersebut

meluas penggunaannya di pelbagai bidang. Tidak hanya oleh mereka yang

berkutat di bidang kriminologi saja, tetapi juga pada. bidang-bidang medis,

sosial, psikologi, dan kesejahteraan sosial. Rehabilitasi menawarkan

optimisme dan harapan yang terkait dengan semangat kemanusiaan yang

kuat untuk membantu memperoleh kesembuhan dan hidup yang lebih

Page 38: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

32

seperti dokter, psikolog, kriminolog, pendidik, konselor dan pekerja

sosial. 17

Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan yang dahulu,

(perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misal

pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi menusia yang

berguna dan memiliki tempat dimasyaralmt.18 Menurut Departemen

Sosial RI, rehabilitasi adalah proses refungsionalisasi dan pemantapan

taraf kesejahteraan sosial untuk memungkinkan para penyandang masalah

kesejahteraan sosial mampu melaksanakan kembali fungsi sosialnya dalam

tata kehidupan dan penghidupan bermasyarakat dan bemegara. 19 Pada

dasamya, rehabilitasi mempakan upaya mengembalikan keberfungsian

sosial seseorang dengan menawarkan optimisme serta harapan yang kuat.

Rehabilitasi mempertemukan tenaga-tenaga ahli dari pelbagai disiplin

ilmu. Tenaga ahli tersebut mengupayakan upaya rehabilitasi secara

komprehensif dari segi medis, psikologis, dan sosial dalam rangka

meningkatkan taraf kesej ahteraan sosialnya di masyarakat.

2. Jenis Rehabilitasi

Rehabilitasi pada tataran praktik, mempertemukan pelbagai disiplin

ilmu mulai dari medis, piskologis, sosial, bahkan pendidikan.

Multidispliner tersebut menghasilkan proses rehabilitasi yang saling

terkait dan mendukung upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga

17Philip Bean, Rehabilitation, dalarn Adam Kuper, Jessica Kuper, Ensik/opedia I/mu-I/mu Sosial Ed I Cet. I, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 913-914

18Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3, (Jakarta: Balai Pustaka n,,, .... Aa ......... .,, '){\{\"}\ i. CIAf\

Page 39: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

33

individu dapat menjalankan perannya sesua1 dengan tuntuntan

lingkungannya. Pada perkembangannya, rehabilitasi terbagi meajadi

empat jenis rehabilitasi20 sebagai berikut:

a. Rehabilitasi Medis

Rehabilitasi ini memberikan pelbagai pernwatan secara medis

dalam upaya untuk memulihkan kondisi fisik klien. Rehabilitasi medis

menawarkan pelayanan kesehatan bagi klien, yang mempertemnkan

tenaga profesional seperti dokter, psikiatri, psikolog, balikan pekerja

sosial medis. Umumnya proses rehabilitasi medis berlangsung di

mmah sakit, khnsusnya yang memiliki Instalasi Rehabilitasi Medis

(IRM). Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit

Fatmawati mempakan contoh mmah sakit yang telah memiliki IRM.

b. Rehabilitasi Pendidikan

Rehabilitasi pendidikan mempakan upaya pengembangan potensi

intelektual klien pada setting Sekolah Luar Biasa (SLB). Rehabilitasi

ini mengandalkan tenaga pendidik, temtama para pendidik yang

menekmri bidang khusus Pendidikan Luar Biasa (PLB).

c. Rehabilitasi Vokasional

Rehabilitasi ini, memberikan keterampilan-keterampilan khusus

pada klien sesuai dengan minat dan kemampuannya, seperti

keterampilan dalam bidang musik, pijat, masak, olah raga, komputer,

dan lain sebagainya. Rehabilitasi vokasional memerlnkan tenaga-

Page 40: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

34

tenaga khusus yang menguasai keterampilan-keterampilan tersebut.

Sehingga dapat mewujudkan tujuan proses rehabilitasi vokasional

yaitu kemandirian ekonomi.

d. Rehabilitasi Sosial

Proses rehabilitasi sosial mengupayakan agar klien dapat

memulihkan fungsi sosialnya di masyarakat. Proses rehabilitasi sosial

juga be1tujuan m1tuk mengintergrasikan klien kembali ke lingkm1gan

masyarakat. Pada prosesnya, rehabilitasi sosial mengintervensi klien

sebagai bagian yang tidak terpisalikan dari keluarga dan kommritasnya.

Dalam ha! ini, proses tersebut melibatkan sikap klien terhadap

keluarga, kommlitas, balikan masyarakat, juga sebaliknya. Peranan

pekerja sosial, psikolog, dan konselor menjadi sangat penting pada

proses rehabilitasi ini.

3. Perangkat Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan proses pemulihan kepada kondisi yang semula.

Agar dapat mencapai tujuan tersebut, rehabilitasi memerlukan serangkaian

perangkat sebagai penunjang berlangsungnya proses rehabilitasi yang

integratif dan komprehensif. Perangkat tersebut meliputi 'sarana dan

prarana' 21 yang menoojang proses rehabilitasi yaitu:

a. Program Rehabilitasi

Program rehabilitasi mencaknp pelaksanaart prosedur rehabilitasi

yang terencana, terorganisir, clan sistematis. Umm1111ya program

rehabilitasi menjadi bagian dari sebuah kegiatan organisasional

Page 41: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

35

lembaga, baik lembaga pemerintah maupun non-pemerintah.

Jangkauan program dapat meliputi lingkup lokal, nasional, atau

regional. Keterkaitan dan kerja sama antara le:mbaga-lembaga yang

menyelenggarakan program rehabilitasi merupakan hal penting untuk

mencapai tujuan rehabilitasi itu sendiri. Dimana, tujuan dan fokus

rehabilitasi akan tergantung pada kebijakan lembaga dan dapat

bervariasi pada lembaga lain. Seperti, pada lembaga yang

menyelenggarakan program rehabilitasi bagi pienyandang cacat, ada

mengkhususkan program rehabilitasinya pada satu jenis kecacatan

saja, misalnya program rehabilitasi tunanetra, rnnarungu, tunadaksa,

tunaganda, dan lain sebagainya.

b. Pelayanan

Pelayanan dalam proses rehabilitasi meliputi aktivitas-aktivitas

khusus yang dapat memberikan manfaat dan sesuai dengan kebutuhan

klien. Penyelenggaraan pelayanan kepada klien mengintegrasikan

pelbagai pendekatan, disiplin ilmu dan tenaga-tartaga profesional untuk

mencapai tujuan dari proses rehabilitasi tersebut.

c. Sun1ber Daya Manusia (SDM)

Proses rehabilitasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya sumber

daya manusia sebagai pelaksana proses tersebut. Pelaksanaan

rehabilitasi akan melibatkan tenaga-tenaga profosional dari pelbagai

latar belakang pendidikan dan keterampilan-keterampilan khusus,

seperti dokter, pekerja sosial, psikolog, konselor, terapis, edukator,

Page 42: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

36

memegang peranan utama dalam pelaksanaan rehabilitasi, akan

tergantung pada jenis, progran1, dan Jayanan rehabilitasi.

d. Fasilitas Penunjang Rehabilitasi

Fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaa11 rehabilitasi meliputi

fasilitas tempat sebagai wadah pelaksanaan rehabilitasi, seperti

Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM) pada fUlllah sakit, panti sosial

binaan pemerintah, dan lembaga sosial yang menyelenggarakan

program dan layanan rehabilitasi. Selain tempat pelaksanaan, fasilitas

penunjang lainnya adalah peralatan rehabilitasi. Jenis dan jumlah

peralatan tersebut, akan tergantung pada program, dan layanan

rehabilitasi yang diselenggarakan.

C. Tunanetra

l. Pengertian Tunanetra

Tunanetra berasal dari kata "tuna" dan "netra". Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990), "tuna"

adalah rusak, Iuka, knrang, tidalc memiliki, sedangkan "netra" adalah

mata.22 Mengutip basil musyawarah ketunanetraan di Solo tahun 1968, Dr.

Effendi mengnraikan pengertian tunanetra. Seseorang dapat dikatakan

sebagai tunanetra apabila setelah pengetesan mata - umumnya dengan

kartu Snellen, visus sentralisnya atau ketajaman penglihatan 6/60 atau

lebih kecil dari itu. Artinya, seseorang hanya rnarnpu membaca hnruf pada

jai·ak 6 meter, yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 60 meter.

Page 43: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

37

Atau, setelah dikoreksi secara maksimal penglihatannya tidak

memungkinkan lagi mempergunakan fasilitas pendidikan dan pengajaran

yang biasa digunakan oleh orang awas.23 Bila tunanetra memiliki visus

6160, maka low vision memiliki ketajan1an penglihatan < 3/0 atau <5/15

atau < 6/18 dan < 6/20.24

Sehingga, tunanetra adalah keadaan rusak, Iuka, kurang, atau tidak

berfungsinya indera penglihatan sebagaimana mestinya. Tunanetra

memiliki ketajaman penglihatan sebesar 6/60, hal tersebut mengakibatkan

penggunaan indera lain dalam proses pendidikan sebagai substitusi dari

berkurangnya atau tidak berfungsinya mata. Sedangkan (low vision) terjadi

apabila seseorang mengalami penurunan fungsi ind1;ra penglihatam1ya. Ia

masih dapat melihat cahaya, dapat berjalan bahkan membaca namun

dengan jarak yang sangat dekat, karena memiliki ketajaman penglihatan

antara < 310 atau <5/15 atau < 6/18 dan < 6120.

2. Penyebab Tunanetra25:

a. Proses kehamilan (pra-natal) dan kelahiran (post-natal)

b. Trauma/kecelakaan - (fisik pada mata atau kimia pada mata)

c. Infeksi pada mata

d. Kusta yang mengenai mata

e. Kekurangan gizi - defisiensi vitamin A

f. Penyakit degeneratif: Diabetes mellitus, Katarak, Glaukoma, Stroke

23Mohammad Effendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bruni Aksara, 2006), h. 30.

24Bambang Basuki, Karakteristik Cacal Netra, Kegiatan Disampaikan dalam Kegiatan Dn~n~.f.,.._,,,_ D,..f.,.~,,,~ A~"'-~"'- '{T,..1;,,,,,,!,..--1 n,,,1,,,!/n,,,_ .. ! '-"--!-1 T'!o-------~..l--- ,-. ___ ._ r., _____ _,_ __

Page 44: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

38

3. Klasifikasi Tunanetra

Klasifikasi tunanetra meliputi:

a. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan26:

1) Tunanetra sebelum dan sejak lahir

2) Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil

3) Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja

4) Tunanetra pada usia dewasa

5) Tunanetra dalam usia lanjut

b. Berdasarkan daya penglihatan27:

1) Seseorang yang mengalami gangguan fungsi penglihatan yang

mempunyai kemungkinan dapat dikoreksi dengan penyembuhan

pengobatan atau alat optik tertentu. Ia tidak tennasuk kategori

tunanetra sebab masih dapat menggunakan fungsi penglihatan

dengan baik untuk kegiatan belajar.

2) Seseorang yang mengalami gangguan fungsi penglihatan,

meskipun sudah dikoreksi masih mengalami kesulitan mengikuti

kelas reguler. Kategori ini disebut tunanetra ringan, atau low

vision. Low vision, juga terbagi menjadi low vision ringan,

setengah berat, dan berat.

3) Seseorang yang mengalarni gangguan fungsi penglihatan yang

tidak dapat dikoreksi dengan pengobatan atau alat optik apapun.

26Direktorat Pembinaan Sekolab Luar Biasa, Informasi Pendidikan dan Pelayanan Bagi An"'l-- 'l' ... ~.,....,..,,N>,. 11..,,1...-,,.,,...,,.. n; .. ,,.1,+.-.. ..... 1 n ......... J...: ...... ,...., 0~1...-... 1 ... 1~ T ..... _ n:--- T'\----~---- n--..J!-1!1 ___ _

Page 45: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

39

Sehingga saluran pendidikan memanfaatkan indera lain selain

mata. Kategori ini disebut dengan tunanetra berat, buta total atau

(totally bilnd).

4. Perkembangan Tunanetra28

a. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik tunanetra dan low vision akan mengalami

perbedaan dengan orang atau anak awas pada umumnya. Pada

tunanetra, koordinasi fimgsional sistem syaraf dan otot (neuromuscular

system) serta fimgsi psikis (kognitif, afektif, konati:I) memengaruhi

perkembangan motorik tunanetra. Fungsi psikis klien sepe1ti

pemahaman persepsi ruang, lingkungan, persepsi bahaya dan cara

menghadapinya, serta keberanian dalam melakukan sesuatu,

mengakibatkan keterampilan gerak motorik menjadi tidak maksimal.

Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan timbulnya pennasalahan

orientasi dan mobilitas.

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif tunanetra, alcan sangat tergantung pada

Jems ketunanetraan, waktu te1jadinya ketunanetraan, tingkat

pendidikan, serta rangsangan terhadap objek dan lingkungan. Pada

tunanetra berat yang terjadi sejak lahir, perkembangan kognitif akan

mengalami keterlambatan. Karena sejak lahir, tunanetra tersebut tidak

memiliki pengetahuan dan kemampuan visual mengenai persepsi

Page 46: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

40

mang, objek, dan lingkungan. Namun, dengan adanya rangsangan

terhadap objek, dan lingkungan, perkembangangan kognitif tunanetra

tidak akan tertinggal jauh dari orang awas pada umumnya.

c. Perkembangan Bahasa

Anak yang tunanetra sejak lahir akan mengalami keterlambatan

dalam perkembangan bahasa. Hal ini terlihat daii minimnya

perbendaharaan kosa kata. Berkurangnya atau tidak berfungsinya

indera penglihatan sebagai saluran utama informasi, mengakibatkan

pembentukan konsep atau pengertiai1 akan suatu objek, terbatas pada

penggunaan indera lain seperti pendengaran, pencimnan, dan perabaan.

Kondisi tersebut mengakibatkan tunanetra sering menggunakan kosa

kata tanpa talm makna yang sebenarnya. Namun, perkembangan

bahasa tm1anetra juga akan tergantung pada jenis ketunanetraan, waktu

terjadinya, dan rangsangan mengenai objek atau lingkungan sekitar.

d. Perkembangan emosi

Seorang tunanetra sering menunjukkan perkembangan emos1

bempa pola emosi yang negatif dan tidak seimbang. Beberapa gejala

pola emosi negatif tersebut bempa perasaan takut, malu, khawatir,

cemas, iri hati, mudah marah, serta kesedihan yang berlebihan.

Kondisi-kondisi tersebut biasanya terkait dengan keterbatasannya

mendeteksi kemungkinan bahaya, ketidakpastian reaksi orang lain,

serta reaksi lingkungan terhadap kondisi ketunanetraanya.

Katerbatasan tersebut memengaruhi seorang tunanetra ketika

Page 47: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

41

perasaan dan bayangang bahwa ada bahaya yllillg lebih banyak <lllll1

besar. Reaksi lingkungan sekitar terhadap ketunanetraannya turut

memperburuk perkembangan emosi seorang tunanetra.

e. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial tunanetra merupakan kondisi yang

memungkinkaunya <la.pat memenuhi fungsi sosial sesuai dengan

tuntutan masyarakat. Pengalaman sosial tunan•~tra ketika menjalani

proses sosialisasi dalam kelnarga dan masyarakat turut menentukan

perkembangan sosialnya. Penerimaan (acceptance) masyarakat

terhadap tunanetra akan sangat berarti bagi perkembangan sosialnya.

Sikap diskriminatif, penolakan, bahkan penghinaan dari masyarakat

dapat menghambat perkembangan sosial seorang tunanetra.

Page 48: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Bab III

GAMBARANUMUMLEMBAGA

A. ILatar Belakang Lembaga

Yayasan Mitra Netra yang berdiri di Jakarta pada tanggal 14 Mei 1991,

mernpakan lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan,

pengembangan, dan peningkatan kesejahteraan sosial tunanetra. Yayasan ini

berdiri karena pada saat itu, belum ada lembaga yang memberikan layanan

pendampingan bagi siswa-siswi tunanetra. Siswa-siswi tunanetra tersebut

barns mengikuti kegiatan belajar dan mengajar di selk:olah terpadu - yang

belum aksesibel bagi mereka. Sehingga layanan pendampingan menjadi sangat

penting, agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan kegiatan belajar

mengajar di sekolah terpadu tersebut.

Selain itu, Y ayasan Mitra Netra lahir karena kenyataan bahwa belum ada

kesan1aan kesempatan melalui kesetaraan perlakuan bagi tunanetrn, tidak

hanya di bidang pendidikan tapi juga tenaga kerja. Belun1 tersedianya

sarana/layanan khusus bagi tunanetra secara memadai di bidang pendidikan

dan tenaga kerja, juga turnt mendasari berdirinya yayasan ini. Melihat

kebutuhan tunanetra yang semakin berkembang, Yayasana Mitra Netra

mengembangkan sarana dan layanan khusus bagi tunanetra. Sarana dan

layanan yang dapat mendukung tunanetra di bidang pendidikan, tenaga kerja,

maupun bidang lainnya, antara lain dengan menyediakan buku-buku Braille,

kaset-kaset buku pelajaran, buku bicara (talking book), dan lain sebagainya.

Setelah 10 talmn berdiri, Y ayasan Mitra Netra kemudian berstatus sebagai

Page 49: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

43

tanggal 14 Desember 2001. Sebagai salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) yang menaruh perhatian pada tunanetra, yayasan ini bergerak secara

independen dengan tidak berafiliasi dengan organisasi sosial politik maupun

organisasi keagamaan apaptm.

B. Visi, Misi, dan Fungsi Lembaga

1. Visi

Sebagai lembaga yang peduli pada pendidikar.1, pengembangan, dan

peningkatan kesejahteraan tunanetra, Yayasan Mitra Netra mendasari

layanan dan programnya dengan visi untuk terwujudnya kemandirian dan

pemulihan fungsi tunanetra di masyarakat dengan rehabilitasi yang tepat,

kesempatan pendidikan dan latihan serta peluang kerja yang seluas­

luasnya, dengan disertai pemberian sarana/ layanan khusus yang sesuai.

Y ayasan Mitra Netra berfnngsi sebagai pengembang dan penyedia

layanan, guna terwujudnya kehidupan tunanetra yang mandiri, cerdas dan

bermakna dalam masyarakat yang inklusif.

:t. Misi

Berdasarkan visi tersebut, misi dari Y ayasan Mitra Netra sebagai pusat

layanan bagi tunanetra adalah:

a. Mengurangi dampak ketunanetraan melalui rehabilitasi;

b. Mengembangkan potensi tunanetra melalui pendidikan dan pelatihan;

c. Memperluas peluang kerja tunanetra melalui upaya diversidikasi dan

penempatan kerja;

Page 50: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

44

d. Meningkatkan keahlian dan sarana khusus bagi tunanetra melalui

penelitian;

e. Meningkatkan kemampuan lembaga penyedia layanan bagi tunanetra

yang lain dengan menyebarluaskan keahlian serta produk yang

dihasilkan;

f. Melakukan advokasi guna mendorong terwujudnya masyarakat

inklusi, yang mengalcomodir baerbagai jenis perbedaan;

3. Fungsi

Berlandaskan pada visi dan misi tersebut, fungsi dari Y ayasan Mitra

adalah:

a. Sebagai pendorong terwujudnya layanan rehabilitasi mental bagi

tunanetra oleh konselor sesama tunanetra.

b. Sebagai penunjang pendidikan bagi tunanetra, terutama sistem

pendidikan terpadu.

c. Sebagai pengembang sumber daya manusia dan peluang kerja

tunanetra.

d. Sebagai pengembang model penanganan dan laym1an ketunanetraan.

e. Sebagai pengembang peralatan ketunanetraan.

C. Ruang Linglmp Program Lembaga

Program-program yang menjadi ujung tombak Y ayasan Mitra Netra dalam

memberikan layanan khusus bagi tw1anetra meliputi:

Page 51: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

45

1. Program Rehabilitasi

Program ini menyelenggarakan layanan bagi klien tunanetra, berupa:

a. Layanan Konseling. Layanan Konseling ini d.iselenggarakan untuk

membantu para tunanetra mengatasi berbagai permasalahan psikologis

dan sosioemosional yang dihadapi di dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pelatihan baca tulis huruf Braille. Pelatihan ini diselenggarakan bagi

para tw1anetra barn sebelum mereka rnendapatkan pendidikan atau

pelatihan lebih lanjut. Kursus baca tulis huruf Braille dilaksanakan

oleh seorang instruktur, dengan waktu kurang lebih 2 bulan.

c. Pelatihan Orientasi dan Mobilitas (OM). Pelatihan Orientasi dan

Mobilitas diselenggarakan untuk mernbekali para tunanetra dengan

kernampuan dan keterampilan rnernanfaatkan ke:seluruhan indra dalam

upaya rnengenali lingkungan, bergerak, dan berpindal1 dari satu tempat

ke tempat yang Iain, serta untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara

efektif dan aman.

2. Program Pendidikan dan Pelatihan

Program ini rnengernbangkan pusat surnber (resource center) dengan

rnernberikan layanan khusus bagi tunanetra yang menernpull pendidikan

terpadu, menuju terwujudnya sistem pendidikan i:nklusi. Menurut Dra.

Rianti Ekowati, pada sistem pendidikan terpadu, tunanetra mengalami

kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lembaga pendidikan. Hal ini

terjadi karena tenaga pengajar yang belurn mernaharni bagairnana cara

memberikan pengajaran kepada tunanetra. Buku-buku pelajaran yang

Page 52: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

46

belum aksesibel bagi tunanetra, juga menjadi kendala tersendiri.1 Program

Pendidikan dan Pelatihan tersebut memberikan layanan/pendampingan

kepada siswa/mahasiswa tunanetra yang menempuh jalur pendidikan

terpadu, yaitu siswa dan mahasiswa tunanetra yang menempuh pendidikan

di sekolah-sekolah umum baik pada tingkat SD, SLTP, SMU dan

Perguruan Tinggi. Layanan yang diberikan meliputi :

a. Pendampingan Pendaftaran

b. Layanan Belajar.

c. Layanan/pendampingan ujian.

d. Kunjungan ke Lembaga Pendidikan Penyelenggara Pendidikan

Terpadu

e. Bimbingan SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru)

f. Konsultasi Pendidikan

g. Penyelenggaraan kursus-kursus

3. Program Perpustakaan

Program perpustakaan Y ayasan Mitra Netra merupakan program yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan bnku-bnku guna

mengembangkan wawasan tunanetra tentang ilmu pengetahnan dan

informasi yang terns berkembang dengan pesa1~ sehingga nantinya

diharapkan akan terbentulc masyarakat tunanetra Indonesia yang gemar

membaca dan belajar. Perpnstakaan ini menyediakan bnku-buku bagi

tunanetra dalam bentuk rekaman kaset dan buku Braille.

Page 53: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

47

Perpustakaan kaset Yayasan Mitra Netra didirikan pada tahun 1991.

Penyelenggaraan perpustakaan ini dilatarbelakangi oleh beberapa alasan

yaitu:

a. Mini1m1ya bahan bacaan yang tersedia bagi tunanetra khususnya siswa

dan mahasiswa yang menempuh pendidikan terpadu sehingga

mempengaruhi prestasi belajar mereka.

b. Mahalnya biaya serta lamanya waktu yan:g dibutuhkan untuk

pembuatan buku-buku braille.

Sedangkan perpustakaan buku braille Y ayasan Mitra Netra didirikan

pada tahun 1995. Alasan yang melatar belakangi pendirian perpustakaan

braille tersebut adalah :

a. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan buku-buku braille bagi tunanetra

baik ditoko buku maupun di perpustakaan-perpustakaan umum.

b. Untuk beberapa bidang tertentu yaitu matematika, fisika, kimia dan

bahasa asing dirasakan lebili sulit apabila menggm1akan buku bicara.

Perpustakaan Yayasan Mitra Netra menyediak:m pelayanan sebagai

berikut:

a. Memproduksi bahan bacaan yang aksesibel bagi tunanetra dalam

bentuk: buku Braille dan buku bicara

b. Menyelenggarakan layanan perpustakaan yang menyediakan buku

Braille dan buku bicara

c. Mengembangkan Komunitas e-Braille Indom~sia (KeBI) dengan

menyelenggarakan layanan perpustakaan Braille on-line bagi anggota

Page 54: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

48

4. Program Tenaga Kerja

Y ayasan Mitra Netra menyelenggarakan program tenaga kerja bagi

tunanetra dengan layanan:

a. Mengupayakan difersifikasi peluang kerja bagi tunanetra dengan

mencari dan meneliti peluang kerja yang dapat atau bahkan lebih

produktif jika dilakukan tunanetra, seperti operator telepon, penulis,

konselor sesama tunanetra, operator studio rekan1an serta instruktur

kursus komputer bicara.

b. Mengembangkan model peluang ke1ja alternatif bagi tunanetra, yang

berbasiskan keterampilan dalam memanfaatkan tek:nologi infonnasi.

c. Menyelenggarakan promosi dan upaya penyaluran kerja bagi tunanetra

yang telah mengikuti pelatihan dan pemagangan.

5. Program Penelitian dan Pengembangan

Merupakan program yang bertujuan untulc meningkatkan penelitian

dan pengembangan layanan khusus bagi tunanetra baik yang berkaitan

langsung dengan teknologi dan informasi (software khusus bagi

tunanetra), maupun dengan permasalahan yang terkait dengan pendidikan

dan ketenagakerjaan.

a. Menyelenggarakan penelitian berbasiskan teknologi mutakhir dalam

menciptalcan sarana khusus bagi tunanetra, sehingga dapat

memberilcan alcses yang seluas-luasnya serta untulc meningkatkan

kualitas sumber daya manusia tunanetra yang meliputi:

1) Menciptakan Mitranetra Braille Converter (MBC), yaitu perangkat

Page 55: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

49

Indonesia menjadi dokumen Braille sec:ara otomatis. MBC

Mernpakan hasil pengembangan Divisi Litbang (Penelitian dan

Pengembangan) dan Universitas Bina Nusan1ara.

2) Menciptakan Mitranetra Electronic Dictionary (MELDICT), yaitu

kamus elektronik Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris yang

aksesibel bagi tunanetra, dengan menggunakan komputer bicara.

3) Melakukan penelitian untuk mengembangkan dan memproduksi

Buku Bicara Digital (Digital Talldng Book), yang memberikan

kemudahan bagi tunanetra untuk mencari isi buku.

b. Menyelenggarakan penelitian untuk mengembangkan simbol Braille

untuk Tulisan Singkat Indonesia, Matematilca, Fisika, dan Kimia, yang

telah disahkan oleal1 Departemen Pendidikan Nasional RI.

6. Program Publikasi

Program ini dilaksanakan untuk membangun pemahaman dan persepsi

masyarakat yang benar tentang kemampuan tunanetra sebagai sumber

daya manusia. Y ayasan Mitra Netra menyelenggarakan program publikasi,

dengan menyediakan informasi dalam bentuk:

a. Penyelenggaraan media on line www.mitranetra.or.id

b. Penyelenggaraan pameran, diskusi, seminar dan peluncuran hasil karya

Mitra Netra.

c. Pementasan seni hasil karya tunanetra (Teater Meldict).

d. Publikasi melalui media massa, baik cetak, elektronik maupun on line.

Page 56: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

50

D. Pola pendanaan

Y ayasan Mitra Netra menerapkan pola pendanaan dengan pendekatan

kemitraan dengan lembaga-lembaga lain. Termasuk dengan lembaga

pemerintah. Namun, sampai saat ini, ha! tersebut masih sulit terjadi. Mitra

Netra kemudian mencoba mendekati lembaga donor non pemerintah. Dalam

ha! ini, Y ayasan Mitra Netra lebih memposisikan diri sebagai lembaga

pelaksana (IMPLEMENTING AGENT), yang senantiasa. bekerja sama dengan

lembaga donor (DONOR AGEN1). Yayasan Mitra Netra mendasarkan

program-programnya pada kebutuhan !<lien. Lembaga terlebih dahulu melihat

kebutuhan !<lien, mengajak klien berbicara, sebelum membuat proposal

program dan mengajukannya ke lembaga donor. Lernbaga donor tersebut

dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Lembaga-lembaga yang

pemah beke1ja sama dengan Y ayasan Mitra Netra, antara lain Citibank, Dark

& Light Belanda, Hellen Keller Indonesia. 2

E. Struktur Organisasi Lembaga

Penerapan pendekatan kemitraan juga terlihat pada struktur Y ayasan Mitra

Netra. Dimana pengelolaan dan penyelenggaraan program ke1ja yayasan

sangat mengandalkan kemitraan antara tunanetra dan mereka yang

berpenglihatan (awas). 'Hanya tunanetra yang mengetahui apa yang menjadi

kebutuhan tunanetra', menjadi salah satu alasan untuk menerapkan pendekatan

kemitraan. Struktut organisasi Y ayasan Mitra Netra adalah sebagai berikut :

Page 57: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

KETUA BADAN PENDIRI

Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM.

PENASEHAT

Sulaiman M. Sumitakusuma

BADAN PENGURUS

Ketua: Lukman Nazir, Tex. Ing.

Sekretaris: H. Subarmat

DIREKTUR EKSEKUTIF

Drs. Bambang Basuki

Struktur organisasi secara lebih lengkap akan penulis sajikan dalam lampiran.

51

Page 58: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Bab IV

ANALISIS PENDEKATAN INTERVENSI MIKJRO DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM REHABILJ[TASI

DI YAYASAN MITRA NETRA

A. Temuan-temuan Lapangan

1. Program Rehabilitasi Yayasan Mitra Netra

Yayasan Mitra Netra adalah lembaga yang mengupayakan

pemberdayaan, pendidikan, dan kesejahteraan tunanetra. Mitra Netra

menyediakan pelbagai program dan layanan khusus bagi tunanetra untnk

mewujndkan kemandirian dan kesejahteraan mereka. Dimana salah satu

program tersebut adalah Program Rehabilitasi. Pada dasarnya rehabilitasi

sudah ada sejak Y ayasan Mitra Netra berdiri pada tahun 1991. Na.mun,

baru pada tahun 2000 lembaga ini memiliki divisi khusus yang menangani

rehabilitasi.

a. Latar Belakang Program Rehabilitasi Y ayasan Mitra Netra

Seseorang yang baru menjadi tunanetra akart mengalami kondisi-

kondisi yang sangat jauh berbeda dengan konclisi saat ia masih

melihat. Terutan1a pacla klien yang menjacli tunanetra tidak pada usia

anak-anak. Pemulihan kondisi mental klien menjadi salah satu alasan

adanya rehabilitasi. Selain itn, pemulihan fungsi sosial klien juga turut

melatarbelakangi berdirinya program rehabilitasi iini.

"Rehabilitasi sendiri sebenarnya boleh dikatalcan sebagai upaya memulihkan. . .. Kita berbicara tentang adanya tuna:netra yang baru, yang kita pikirkan adalah bagaimana memulihkan konclisi mental clan 111n-::1 fnnnc11nP.rPlrQ T!:uli lrr.>tilrn l,i::>rh11"aro nr.>m1111h•:n-. ma.1"\tol t-onn'ln"un

Page 59: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

53

tunanetra, oleh karenanya kita rnernerlukan satu tahapan, satu proses atau bentuk bantuan yang bisa rnernbuat rnereka rnencapai satu proses pemulihan mental. Misalnya yang tadinya tidak rnenerima kondisinya menjadi menerima, yang tidak mampu memutuskan tahapan hidupnya menjadi mampu kemudian, yang tidak percaya diri menjadi percaya diri ... yang putus asa menjadi punya pengharapan .... karena menjadi tunanetra seolah-olah dia kehilangan fungsi. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, dia tidak bisa melakukan sesuaiu, bekerja misalnya... tapi ketika mereka diberikan rehabilitasi, mereka akan kembali bisa berfungsi di masyarakat sesuai dengan kondisinya, sesuai tuntutan masyarakat secara optimal." I

b. Urgensi Program Rehabilitasi Tunanetra di Yayasan Mitra Netra

Klien yang menjadi iunanetra setelah remaja bahkan dewasa, akan

mengalami kondisi-kondisi yang sangat berat. Hal tersebut terjadi

karena klien terbiasa mengandalkan penglihatannya untuk melakukan

aktivitas rutin. Klien membutuhkan alternatif-alternatif yang dapat

membantunya melakukan aktivitas-aktivitas ruti:nnya. Urgensi dari

program rehabilitasi ini tidak hanya mengupayakan alternatif-alternatif

agar klien dapat melakukan aktivitasnya kembali, namun, program ini

juga mengupayalcan ha! yang paling mendasar, yaitu penerimaan diri

klien.

"Itulal1 urgensinya. Karena yang pertania, mereka memang butuh

rehabilitasi. Yang kedua, mereka butuh rehabilitasi yang tepat. Jadi

rehabilitasi yang tepat ini meajadi kata kunci di Mitra Netra. "2

c. Tujuan Program Rehabilitasi

Berdasarkan latar belakang dan urgensi rehabilitasi, program ini

memiliki tujuan utama, antara lain:

Page 60: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

54

1) Membantu memulihkan keseimbangan mental dan psikologis bagi

mereka yang barn mengalanu ketunanetraa11, baik dalam katagori

buta total maupun low vision, sehingga mereka dapat menerima

ketunanetraannya, memiliki harapan masa depan, dan dapat

menunuskan langkah yang akan ditempuh setelah mengalami

kebutaan.

2) Memberikan bekal kemampuan dan keterampilan dasar

ketunanetraan yang dibutuhkan untuk mempersiapkan para

tunanetra agar dapat hidup mandiri dan berfungsi di lingkungan

masyarakat.

2. Jenis dan Layanan Program Rehabilitasi

Yayasan Mitra Netra menyelenggarakan layanan-layanan khusus bagi

klien tunanetra bempa:

a. Konseling Ketunanetraan oleh Sesama Tunanetra

Y ayasan Mitra Netra menyelenggarakan konseling ketunanetraan

oleh konselor tunanetra. Konselor tidak hanya memberikan konseling

kepada klien secara individual, tatapi juga memberikan konseling

kepada keluarga. Terutama pada keluarga yang anaknya baru menjadi

tunanetra. Konseling tersebut berlangsm1g di Kantor Yayasan Mitra

Netra, Instalasi Rehabilitasi Medis RSCM Jakarta, dan Poliklinik Mata

RSCM Jakarta.

Pada tahun 2006, Mitra Netra telal1 melayani 25 ldien. Sedangkan

pada tahm1 2005 klien yang menjalani layanan konseling sebanyak 18

Page 61: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

55

pada usia produktif; namun terdapat juga beberapa usia balita. Tabel

4.1 memberikan gambaran jurnlah klien yang menjalani konseling

ketunanetraan selama periode tahun 2004-2006.

Tabel 4.1 Data Konseling Tunanetra tahun 2004 .. 2006:

No. Tahun Jumlah Kategori Keterangan Klien KJien

1. 2004 22 13 Klien baru, 9 klien 17 usia lama dewasa, 2 usia

balita 2. 2005 18 18 Klien baru Usiadewasa

3. 2006 25 25 klien baru Rata-rata usia produktif

b. Kunjungan Rumah (Home Visit)

Program rehabilitasi di Y ayasan Mitra Netra juga

menyelenggarkan layanan kunjungan rumah (home visit) sebagai salah

satu layanan untuk rnembantu klien. Selain itu, layanan ini

diselenggarakan untuk mendorong keterlibatan keluarga dalam

pemulihan kondisi klien. Layanan kunjungan rumah (home visit)

merupakan layanan yang bersifat insidental. Pada tahun 2005 sebanyak

4 klien mendapatkan layanan ini, dan pada tahun 2004 sebanyak 3

!<lien.

c. Parent Support Group

Layanan ini be1tujuan agar orangtua yang memiliki anak tunanetra

dapat saling bertukar informasi rnengenai bagaimana mendidik anak

mereka. Ketika anak laltir dengan hambatan penglihatan, banyak

orangtua yang kurang informasi mengenai cara merawat, menangani,

' ' . 1 ' - - -~---- T'll_..1_ .t._1 _____ ,-,F\f\A "tT--·---- 11.lf!.;._.~

Page 62: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

56

Nena menyelenggarakan parent support group bcranggotakan orangtua

yang memiliki anak tunanetra antara usia 0-8 tahun. Parent support

group di tahun 2004 berlangsung pada tanggal 29 Mei 2004.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh 9 orangtua anak tunanetra.

d. Pelatihan Baca Tulis Braille

Setelah menjadi tunanetra, klien masih dapat melakukan aktivitas

membaca dan menulis. Klien dapat melakukan kedua aktivitas tersebut

dengan hurnf Braille. Selain konseling, program rehabilitasi juga

memberikan pelatihan baca tulis Braille. Pelatihan baca dan tulis

Braille meliputi beberapa bidang seperti Bahasa (tulisan penuh dan

singkat), Matematika, Kimia, Fisika, Musik, serta Braille Bahasa Arab

Gambar 4.1 Abjad Braille Bahasa dan Angka

e. Pelatihan Orientasi dan Mobilitas

Orientasi adalah hubungan lokasi antar obj ek dalam lingkungan,

sedangkan mobilitas adalah bergerak secara leluasa. Pelatihan ini

bertujuan untuk:

1) Memberikan keterampilan dalam memanfaatkan indera lainnya

dalam mengenali objek, lingkungan, bergerak, serta berpindah

temp at.

2) Klien dapat melakukan aktivitasnya dengau mandiri, efektif, dan

Page 63: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

57

3) Melatih kemandi1ian klien

Pada tahnn 2006 Mitra Netra, menyelenggarakan pelatihan

orientasi dan mobilitas dengan jumlah peserta 9 klien, sedangkan tahun

2005 sebanyak 5 klien dan tahun 2004 sebanyak 5 klien. Pada tahun

2005, sebanyak 6 karyawan mendapatkan pela1ihan ToT (Trainer of

Treinee) untnk menjadi instrnktnr pelatihan orientasi dan mobilitas.

Mitra Netra bekerja sama dengan lembaga seperti Y ayasan Rawinala

dan HKI (Hellen Keller International), dalam memberikan pelatihan

kepada para karyawan.

f. Konseling Pendidikan

Layanan ini memberikan konseling kepada siswa/i dan

mahasiswa/i yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri terhadap

lingkungan institusi pendidikan dan terhadap kegiatan belajar.

Kesulitan tersebut dapat terjadi karena pemahaman diri yang lcurang

baik, mobilitas, dan teknik pengajaran yang tepat. Konseling

pendidikan ini bersinergi dengan bagian Pendidikan dan Pelatihan

(Diklat) dalam memberikan konseling pendidikan kepada peserta

didik. Konseling pendidikan mempertemukan antara klien (peserta

didik) dengan institusi pendidikan terkait.

3. Sumber Daya Manusia (SDM) Pelaksana

Sumber Daya Manusia dalam program rehabilitasi antara lain:

a. Tolhas Damanik S.Pd: Kepala Seksi Rehabilitasi merangkap konselor,

Page 64: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

58

b. Ali Mushofa S.Pd: Instruktur Pelatihan Or:ientasi dan Mobilitas,

merangkap tutor MIP A (Matematika, Kimia, dan Fisika)

c. Suryo Pramono: Instruktur Pelatihan Komputer Bicara, merangkap

Instruktur Pelatihan Baca Tulis Braille.

4. Jejaring (Networking)

Yayasan Mitra Netra berjejaring dengan lembaga lain dalam

pelaksanaan program rehabilitasi. Lembaga-lembaga tersebut antara lain,

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumu (RSCM), Rumah Sakit Mata Aini,

Jakarta Eye Centre, Unit Low vision Pertuni, HKI (Hellen Keller

International), dan Sekolah Dwituna Rawinala.

B. Analisis Pendekatan Inte!"Vensi Mikro dalam Pelaksanaan Program

Rehabilitasi Tunanetra Yayasan di Mitra Netra

1. Gambaran Implementasi Pemlekatan Intervensi Mikro dalam

Pelaksanaan Program Rehabilitasi Tunanetra di Yayasan di Mitra

Netra

Analisis mengenai gambaran implementasi intervensi mikro dalam

pelaksanaan program rehabilitasi merupakan hasil dari analisis antara teori

intervensi mikro dan temuan lapangan. Sebelum menguraikan analisis

gambaran implementasi pendekatan intervensi mikro, penulis terlebih

dahulu akan menuraikan analisis program rehabilitasi tunanetra di

Y ayasan Mitra Netra.

Page 65: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

59

a. Program Rehabilitasi Y ayasan Mitra Netra

Analisis program dilakukan dengan melihat dari segi defmisi, jenis

rehabilitasi, dan perangkat rehabilitasi. Analisis tersebut dilakukan

dengan membandingkan antara teori dan temuan lapangan.

Secara umum, rehabilitasi menawarkan o;ptimisme dan harapan

yang kuat dan berfungsi mengembalikan keberfungsian sosial

seseorang, mempe11emukan tenaga ahli dari pelbagai disiplin ilmu,

dalam rangka meningkatkan kesejal!teraan so:;ialnya di masyarakat.

Temuan lapangan mengungkapkan bal!wa program rehabilitasi di

Yayasan Mitra Netra juga mengupayakan optimisme dan harapan yang

kuat kepada klien, terutama klien baru. Optimisme dan harapan

tersebut dapat tercapai melalui upaya pemulilmn kondisi mental dan

fungsi sosial klien tunanetra. klien yang putus asa, kehilangan harapan,

dan semangat hidup, dapat memiliki semangat, harapan hidup, bal!kan

kepercayaan dirinya kembali.

Program rehabilitasi di Y ayasan Mitra Netra, mempertemukan

tenaga al!li antara lain, tenaga altli konselor, pekei:ia sosial, dan tenaga

pendidikan. Program rehabilitasi juga mengupayakan proses

refungsionalisasi dan pemantapan taraf kesejahteraan klien dengan

menyelenggarakan pelbagai jenis rehabilitasi kepada !<lien.

Melihat dari sisi jenis rehablitasi, maka pada pelaksanaannya,

Mitra Netra menyelenggaralcan tiga jenis rehabilitasi secara efektif,

yaitu rehabilitasi medis, sosial, dan pendidikan. Sedikit berbeda bila

c1ihflnc1inPkfln ell tP.ori v::ino- mP.nonnokrink!ln P.rnn~t iPnic: rP_h~hilif!lt;!i

Page 66: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

60

Sebenarnya, untuk rehabilitasi vokasional, Yayasan Mitra Netra sudah

mulai merintisnya dan mengembangkan jenis rehabilitasi tersebut,

namun masih terdapat kendala dari terbukanya kesempatan ke1ja di

masyarakat.

Lembaga ini menyelenggarakan rehabilitasi tersebut dengan sistem

luar panti dan pendekatan intervensi mikro. Sistem ini tidak

memusatkan klien pada satu tempat seperti panti atau SLB (Sekolah

Luar Biasa). Klien yang datang untuk menda1patkan layanan, tidak

tinggal dan menetap di lembaga. Rehabilitasi luar panti merupakan

rehabilitasi bentuk lain yang tidak memisahkan individu tunanetra dari

keluarga dan komunitasnya.

Sistem ini memungkiukan klien menunjukkan kontribusi dan

prestasi di masyarakat, misalnya melalui institusi pendidikan inklusi.

Rehabilitasi luar panti juga memberikan klien kesempatan seluas­

luasnya untuk melakukan komunikasi dan sosialisasi dengan teman

sebaya mereka yang awas. Selain itu, program rehabilitasi ini

merupakan layanan bebas biaya. Dengan kata lain, klien tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk mendapatkan layanan rehabilitasi di

Yayasan Mitra Netra. Hal ini sangat meringankan klien yang berasal

dari keluarga pra sejahtera.

Page 67: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

61

I) Rehabilitasi Medis

Rehabilitasi medis pada dasarnya mengupayakan pemulihan

kondisi fisik klien. 3 Rehabilitasi medis m~mepertemukan antara

tenaga ahli konselor dan tenaga ahli medis, yaitu dokter mata.

Berdasarkan temuan lapangan, Y ayasan Mitra Netra tidak secara

langsung menyelenggarakan rehabilitasi medis, tetapi menerima

rujuakan hasil rehabilitasi medis dari pihak dokter Instalasi

Rehabilitasi Medis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM),

Poliklinik Mata RSCM, dan Jalcarta Eye Centre. Rehabilitasi medis

yang dilaknkan

Yayasan Mitra Netra mengupayakan optimalisasi fungsi mata

pada klien low vision. Program rehabilitasi bekerja sama dengan

Unit Low vision Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) dalam

melaksanalcan rehabilitasi medis. Bersama Unit Low Vision

Pertuni, Program Rehabilitasi Mitra Netra menyelenggarakan

rehabilitasi medis melalui kegiatan asesmen fungsi mata. Hal ini

dilakukan agar klien yang mengalami low vision dapat

mengoptimalkan fungsi matanya.

Selain itu, Unit Low Vision Pertuni dan Progran1 Rehabilitasi

Mitra Netra melaksanakan rehabilitasi medis dengan memberikan

alat bantn kepada klien low vision. Alat bantu yang dapat

membantu klien rnengoptimalkan fungsi matanya dalam setiap

aktivitas.

Page 68: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

62

Gambar 4.2 Alat Bantu Low Vision

(a) Loop (b) Teropong (c) CCTV

2) Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial merupakan Jerns rehabilitasi yang

memulihkan fungsi sosial di masyarakat. 4 Dalam hal ini, Y ayasan

Mitra Netra juga menyelenggarakan rehabilitasi sosial. Hal tersebut

dilakukan melalui media konseling. Rehabilitasi sosial melalui

konseling, mengupayakan partisipasi klien, keluarga, dan

komunitas sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya

pemulihan fungsi sosial klien. Dengan upaya tersebut, klien dapat

memulihkan fungsi sosialnya dengan lebih cepat.

Rehabilitasi sosial ini menggunakan sistem luar panti. Sebuah

sistem yang memungkinkan hubungan sosial antara klien dan

masyarakat sekitar terbuka dengan luas. Rehabiltasi sosial ini juga

mengupayakan peningkatan hubungan sosial antara klien dan

masyarakat, dengan melaksanakan pelbagai kegiatan di bidang

musik, teater, olah raga, dan lain sebagainya.

Rehabilitasi sosial luar panti di Mitra Netra ini sangat khas,

karena mengandalkan konseling oleh seorang konselor tunanetra.

Page 69: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

63

Melalui konseling, konselor dapat menggali infonnasi mengenai

kondisi dan kebutuhan klien. Setelah itu, konselor akan

memberikan altematif-altematif pilihan layanan pada klien.

Dengan memberikan altematif tersebut, klien menjadi tidak

tersudut dan terpaksa. Klien dengan Sadar akan menyatakan, "OK,

aku mau belajar Braille", "Alrn mau belajar OM".

3) Rehabilitasi Pendidikan

Rehabilitasi pendidikan merupakan upaya pengembangan

potensi intelektual klien pada setting Sekolah Luar Biasa.

Rehabilitasi jenis ini mengandalkan tenaga pendidikan, khususnya

yang menekuni bidang pendidikan Iuar biasa. 5 Rehabilitasi

pendidikan yang dilaksanakan di Y ayasan Mitra Netra sangat

berbeda dengan pengertian rehabilitasi pendidilam di atas.

Rehabilitasi pendidikan di Mitra Netra, tidak dilaksanakan dengan

setting sekolah luar biasa, tetapi dengan setting Iuar panti, melalui

layanan pelatihan pelatihan baca tulis Braille dan pelatihan

orientasi dan mobilitas (OM).

Rehabilitasi pendidikan menggunakan beberapa alat bantu

seperti riglet dan stilus dalam memberikan pelatihan baca tulis

Braille. Sedangkan tongkat merupakan alat bantu yang digunakan

nntuk memberikan pelatihan orientasi dan mobilitas. Alat bantu

tersebut sangat bennanfaat, dan dapat membantu klien ketika

mengikuti pelajaran atau ketika klien bepergian.

Page 70: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

64

Gambar 4.3 Alat Bantu Rehabilitasi Pendidikan

(a) Riglet dan stilus (b) Tonglkat

b. Perangkat Rehabilitasi

Perangkat rehabilitasi meliputi sarana dan prasarana yang

menunjang pelaksanaan rehabilitasi. 6 Perangkat rehabilitasi mernpakan

sarana penunjang terhadap keberhasilan pelaksanaan program

rehabilitasi di Yayasan Mitra Netra. Sarana dan prasarana tersebut

antara lain:

1) Program Rehabilitasi

Program rehabilitasi yang ada di Mitra Netra adalah program

rehabilitasi khusus untuk klien tunanetra. Program rehabilitasi

dilakukan secara terencana, terorganisir, dan sistematis,

berdasarkan pada kondisi dan kebutuhan klien. Program

rehabilitasi tersebut memiliki jaringan yang cukup luas, baik

dengan lembaga lingkup regional, maupun nasional.

2) Pelayanan

Mitra Netra menyelenggarakan pelayanan berupa aktifitas­

aktifitas alternatif yang membantu klien dalmn mengatasi kondisi­

kondisi sebagai dampak ketunanetram1. Aktivitas tersebut meliputi

Page 71: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

65

layanan konseling, pelatihan orientasi dan mobilitas (OM), serta

pelatihan baca tulis Braille. Pada tahap pelaksanaan, layanan

tersebut mengimplementasikan pendekatan intervensi mikro, baik

individu, keluarga, maupun kelompok.

3) Sumber Daya Manusia (SDM)

Karena kurangnya staff rehabilitasi, satu personel merangkap

dua jabatan sekaligus. Seperti, Tolhas Damanik, S.Pd, yang

merangkap Kepala Seksi Rehabilitasi dan konselor. Kemudian, Ali

Mushofa S.Pd, merangkap tutor Matematika, Kimia, Fisika dan

instruktur Orientasi dan Mobilitas (OM), serta Suryo Pramono

merangkap instruktur komputer bicara dan pelatihan baca tulis

Braille. Adanya rangkap jabatan, memperlihatkan betapa

kurangnya sumber daya manusia sebagai pelaksana program

rehabilitasi. Namun, dengan manajemen pengaturan waktu yang

baik, kondisi tersebut tampak tidak terlalu memengaruhi pelayanan

terhadap klien.

4) Fasilitas Penunjang

Program rehabilitasi terlihat tidak memiliki tempat yang

mencukupi. Namun, program Rehabilitasi Y ayasan Mitra Netra

melakukan kerja sama dengan Runrnh Sakit Cipto Mangunkusumo

(RSCM) dalam memberikan konseling keturumetraan pada klien

dan keluarganya. Fasilitas penunjang lain seperti alat bantu untuk

pelatihan baca tulis Braille serta pelatihan orientasi dan mobilitas

Page 72: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

66

dapat digunakan secara bergilir. Sehingga, tidak ada klien yang

tidak mendapatkan alat bantu tersebut, ketika mendapat materi

pelatihan.

c. Kendala-Kendala Program Rehabilitasi

Jika melihat pada jenis rehabilitasi, dan perangkat rehabilitasi yang

ada di Yayasan Mitra Netra. Terdapat beberapa kendala pada

pelaksanaan program rehabilitasi tersebut. Kendala-kendala yang

te1jadi yaitu, knrangnya fasilitas seperti tempat untuk melakukan

konseling, maupun staff pelaksana.

Selain itu, kendala yang cukup besar berasal dari pendanaan

(funding). Program rehabilitasi luar panti tersebut, merupakan layanan

yang bebas biaya, sehingga pelalcsanaannya membutuhkan dana yang

tidak sedikit. Menurut Tolhas Damanik, donatur lebih ingin melihat

kuantitas klien daripada kualitas. Padahal, tidak mungkin kalau

mengharapkan akan selalu ada tunanetra baru.7

d. Implementasi Pendekatan Intervensi Mikro Dalam Pelaksanaan

Program Rehabilitasi Tunanetra

Implementasi pendekatan intervensi mikro dalam pelaksanaan

program rehabilitasi di Yayasan Mitra Netra sangat terlihat pada proses

pemberian layanan kepada klien. Selain i1u, pendekatan ini juga sangat

terlihat pada penyelenggaraan pelbagai jenis layanan progran1

rehabilitasi.

Page 73: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

67

1) Proses Intervensi Mikro Individu

Intervensi mikro merupakan proses yang membantu !<lien

membangkitkan kembali potensi, motivasi, dan asa dalam diri

klien. Intervensi ini sangat terlihat dalam proses memberikan

layanan konseling ketunanetraan oleh koru:elor tunanetra. Inilah

yang kemudian menjadi ciri khas program r-ehabilitasi di Y ayasan

Mitra Netra. Konseling ketunanetraan meajadi media yang paling

efektif dalam upaya mencapai tujuan dari program rehabilitasi.

Konselor yang juga seorang tunanetra mampu mengembangkan

empati yang maksimal. Empati yang benar-benar hanya dapat

dirasakan oleh seorang tunanetra. Konselor mampu memahami apa

yang terjadi !<lien, karena ia sendiri juga mengalaminya.

Melalui konseling, konselor dapat menggali informasi dari

!<lien mengenai permasalahan umum dan klmsus !<lien. Dimana

permasalahan umum8 yang klien alami pasca menjadi tunanetra,

antara lain:

a) Belum bisa menerima kondisi ketunanetraan yang dialami

b) Putus asa

c) Tidak tahu bagaimana akan melanjutkan kehidupan mereka

Klien mengungkapkan kondisi-kondisi ternebut selama proses

konseling berjalan. Proses konseling ketunanetraan tergambar

melalui bagan berikut.

Page 74: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

68

Gambar 4.4 Bagan Proses Konseling9

Klien datang ke Mitra Netra setelah menghubungi konselor I '

Melalui konseling, klien mengnngkapkan pennasalahan unmm dan permasalahan khusus yang dihadapinya

Konselor mengadakan wawancara terhadap klien dan keluarganya

Konselor memberikan terapi yang diperlukan I Konselor memberi ntjukan kepada k:lien mengenai pelatihan-

pelatihan yang diperlukan

Proses intervensi mikro itu sendiri memiliki tahapan-tahapan

yang teraplikasi pada proses konseling ketunanetraan oleh konselor

tunanetra. Tahapan-tal1apan tersebnt antara lain:

a) Tahapan Penelitian

Pada tahapan ini konselor menggali infonnasi dari klien

mengenai kondisi, kebutnhan dan pennasalahan yang terjadi.

Tahapan penelitian menjadi tahapan awal dimana konselor

mengadakan kesepakatan dengan klien, mengenai kegiatan apa

yang klien alcan laknkan bersania konselor. Setelah tercapai

kesepalcatan, konselor kemudian menjalin relasi dengan klien.

Empati yang optimal daii konselor akan semakin memperkuat

Page 75: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

70

Konselor mengembangkan intevensi awal melalui empati yang

optimal terhadap permasalahan maupun perasaan klien. Empati

tersebut sangat penting ketika !<lien mengw1gkapkan

permasalahan dan perasaannya.

Pada talmpan ini konselor menjadi model pengembangan

did (role model) klien. Dengan mengembangkan empati yang

optimal dan menjadi role model, konselor telah mengintervensi

klien dan membantunya agar bisa menelima kondisi

ketunanetraan klien. Sehingga ketika berhadapan dengan

konselor yang juga tunanetra, ldien tidak akan bisa mengatakan

'Anda kan tidak merasakan yang saya rasakan'.

" ... Proses yang aku bilang ta.di, bagaimana dia bisa sejak

awal mulai berpikir tentang kehidupannya pasca menjadi

tunanetra. Salah satu tujuannya kita cob21 mengajak dia untuk

mulai menedma kondisinya."12

Pada tahapan ini konselor Jnga membedkan ntjukan

mengenai alternatif kegiatan yang penting bagi klien, seperti

pelatihan baca tulis Braille serta pelatihan odentasi dan

mobilitas. Setelah klien mengetahui alternatif-alternatif

tersebut, klien !ah yang memutuskan alternatif apa yang akan ia

ambil dan jalani.

Page 76: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

72

Namun, kondisi tersebut juga memiliki dampak tersendiri.

Waktu 24 jam yang konselor sediakan, dapat menyebabkan

ketergantungan klien terhadap konselor. Klien akan sulit lepas

dari konselor. Dengan demikian, tahapan terminasi menjadi

tidak jelas implementasinya.

Selain menerapkan proses intervensi mikro individu dengan

efektif, konselor juga melaksanakan proses tersebut dengan

menerapkan prinsip-prinsip antara lain:

a) Menerima klien sebagaimana adanya, scsuai dengan kondisi

dan kebutuhan klien. Konselor yang juga tnnanetra dapat

memahami apa pun kondisi klien, dan membantn klien

memahami dan menerima kondisinya.

b) Partisipasi klien. Konselor mengajak klien untnk berpartisipasi

dalam kegiatan-kegiatan yang menunjang proses rchabilitasi,

seperti pelatihan baca tulis Braille serta pelatihan orientasi dan

mobilitas.

c) Menyerahkan keputusan pada klien. Konselor hanya

memberikan rnjukan atau alternatif kegia"lan kepada klien, dan

tidak memaksa klien untnk melakukan rnjukan tersebut. Dalam

ha! ini, Pak Tolhas selaku konselor menyadari, kalau hanya

klien yang berhak mengambil keputnsan.

d) Individualisasi klien. Konselor menyadari bahwa kondisi,

Page 77: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

73

berbeda. Sehingga mengakibatkan permasalahan khusus klien

yangjuga berbeda.

e) Adanya relasi dengan klien. Melalui konseling, konselor

mengadal'an kesepakatan dengan klien dan mengembangkan

empati yang optimal. Kondisi tersebut akan memperkuat

jalinan relasi antara mereka. Prinsip ini sangat penting terhadap

keberlangsungan proses rehabilitasi itu scndiri.

f) Kerahasiaan. Tidak adanya ruangan khusus program

rehabilitasi, menyebabkan kerahasiaan klien sulit te1jaga.

Proses rehabilitasi tersebut sangat mudal1 terlihat, karena

dilakukan di ruangan terbuka. Meskipun demikian, konselor

tetap menjaga apapun yang menjadi permasalahan khusns

klien.

2) Proses Intervensi Mikro Keluarga

Keluarga sebagai lingkungan terdekat klien menjadi sumber

kekuatan tersendiri bagi klien. Keluarga m~rupakan faktor penting

yang dapat menunjang proses rehabilita.si, karena klien lebih

banyak menghabiskan waktu di rumah. Sehingga program

rehabilitasi Y ayasan Mitra Netra tidak hanya menyelenggarakan

konseling ketunanetraan terhadap klin secara individual, tetapi juga

terhadap keluarga klien. Terutama terhadap orangtua yang

memiliki anak tunanetra. Tidak sedikit orangtua yang datang

menemui konselor ketika mengetahui anaknya menjadi tunanetra.

Page 78: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

74

Konseling keluarga, menggarnbarkan implementasi dari proses

intervensi mikro keluarga ini. Proses tersebut menerapkan model

eksperensial, yang lebih menitikberatkan pada pengalarnan­

pengalarnan yang keluarga alarni pada saat timbulnya masalah.

Permasalahan-permasalahan15 yang umumnya mereka alarni

adalah:

a) Tidak/belum bisa menerima kehadiran anak tunanetra.

b) Belum mengetahui bagaimana cara mengasuh dan menangani

anak tunanetra.

c) Mencemaskan masa depan anak

Selain melalui konseling keluarga, progran1 rehabilitasi juga

mengupayakan proses intervensi keluarga melalui kunjungan

rumah (home visit), dan parent support group. Sebelum

mengadakan kunjungan rnmah (home visit), konselor terlebih

dahulu melakukan identifikasi terhadap klien. Identifikasi yang

dilakulrnn adalah untuk menentukan !<lien mana saja yang

membutuhkan layanan kunjungan kw1jungan rumah (home visit).

Setelah identifikasi, konselor membuat jadwal kunjtmgan dan

menjalin komitmen dengan keluarga !<lien. Tahapan-tahapan

intervensi mikro keluarga tidak jauh berbeda dengan taliapan­

tahapan pada intervensi mikro individu. Taha pan penelitian,

Page 79: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

75

asesmen, dan intervensi, terlihat pada tujuan utama16 kegiatan

kunjungan nunah (home visit), yaitu:

a) Mendalami dan menggali infom1asi yang bermanfaat dan

menunjang proses konseling itu sendiri.

b) Memberikan semacam penyuluhan atan informasi kepada

keluarga sebagai lingkungan terdekat klien. Karena !<lien tidalc

dapat menyelesaikan masalalmya sendiri. Keluarga juga harus

turut serta dalam upaya klien dalam meny,elesaikan masalalmya

terse but.

Sedangkan parent support group merupak:m ajang tukar pikiran

(sharing) antara sesama orangtua klien tunanetra. Dalam ha! ini,

konselor berperan sebagai fasilitator. Parent support group, sangat

penting dan urgen dalam membantu orartgtua klien bertukar

informasi mengenai cara merawat dan menangani anak tunanetra.

Kegiatan ini mempertemukan orangtua yang memiliki analc

tunanetra pada usia 0-8 tahun.

"Sebelum talmn 2008, kita punya parent support group. Ini kita lakukan juga karena banyak orangtua bertanya apa yang musti mereka lakukan untuk anaknya. ... Itu sebabnya kita selalu mengembangkan sharing di antara orangtua" Selain mereka bisa berkomunikasi dan memikirkan apa yang paling tepat untulc anak . ... Kita juga dalam beberapa ha! coba mengembangkan asesmen­asesmen yang tujuarmya adalah mengetahui problema-problema umum tunanetra."17

Page 80: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

76

3) Proses Intervensi Mikro Kelompok

Kelompok yang berkembang di Mitra Netra, terdiri dari dua

jenis kelompok, yaitu kelompok yang terbentuk dengan sengaja

(formed group) dan kelompok yang t.erbentuk secara alami (natural

group). Kelompok yang terbentuk dengan sengaja (formed group)

mendasarkan hubungan anggota-anggotanya atas dasar tujuan-

tujuan. Kelompok ini terdiri dari anggota y:mg memiliki tujuan-

tujuan yang jelas. Program rehabilitasi di Y ayasan Mitra Netra

melaksanakan proses intervensi mikro kelompok melalui formed

group, yaitu melalui Kmtika Mitra Netra.

Sebagai organisasi intra Yayasan Mitra Netra, Kartika Mitra

Netra tidak hanya mempertemukan sosioemosional klien, tapi juga

mempertemukm1 pelbagai aspirasi klie11. Organisasi m1

menyelenggarakan pertemuan secara rutin setiap dua bulan sekali,

baik di kediaman klien atau di km1tor Yayasan Mitra Netra.

Konselor dalam ha! ini, turut berperan dalam merumuskan

kepengurusan dan merancang program Kmtika Mitra Netra.

"Satu wadall yang bernama Katika Mitra Netra punya pertemuan rutin yang dapat juga dikatakan sebagai konseling kelompok. Karena dalam Kmtika Mitra Netra, yang pertarna, itu menjadi wadall mereka mengenal yang narnanya berorganisasi. Kartika Mitra Netra adalall organisasi intra Mitra Netra. Dalam Kartika Mitra Netra mereka membalms masalal1-masalal1 yang mengemnka. Yang kedua, ini menjadi wadah sosialisasi juga karena biasanya pertemuan Kartika Mitra Netra dilakukan di rum all. J adi orang yang yang tadinya tidak pernall lihat tunanetra jalan rame-rame, terus lihat. Yang ketiga, ini juga merupakan wadall bagi mereka mengungkapkan aspirasi."18

Page 81: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

77

Program rehabilitasi Yayasan Mitra Netra juga

mengembangkan proses proses intervensi mikro melalui kelompok

yang terbentuk secara alami (natural group). Dalam

pelaksanaannya, proses intervensi mikro kelompok ini te1jadi

secara alamiah. Pada proses ini, konselor hanya mengaralikan dan

mempertemukan klien dengan komunitas sesama tunanetra.

Namun, bukan berarti intervensi mikro melalui kelompok natural

ini tidak memberikan pengaruh yang berarti. Jika sebelunmya klien

berpikiran bahwa ia tidak bisa melakukan apa-apa, maka ketika ia

menemukan komunitas tunanetra, perlahan tapi pasti klien akan

mengubah pemikiran tersebut.

"Kemudian kita ajarkan juga si klien itu masuk ke komunitas tunanetra itu sendiri. Dia datang ke sini, dia berbicara dengan teman-teman yang ada di sekitarnya - tunanetra juga, berbagi pengalaman dan dia melihat apa yang dilakukan oleh tunanetra lain. 'Oh, temyata mereka bisa komputer', 'Oh ternyata mereka bisa sekolah, kuliah, temyata bisa macam-macam. . .. Dia belajar melalui suatu proses menemukan. Itu yang coba kita lakukan di sini. Sehingga dari proses menemukan ini, dan dia mulai mencoba dari dirinya sendiri. . .. Lambat laun dia bisa mengikuti semua proses. Akhirnya dia memutuskan: 'Ok, aku mau sekolah', 'Ok, aku ingin kerja lagi', 'Ok, aku ingin kita bisa buat komitmen'. Jadi itulah langkah-langkah yang coba kita ambil."19

2. Respon Responden Terhadap Pendekatan Intervensi Mikro Dalam

Pelaksanaan Program Rehabilitasi

Penulis mendapatkan kenyataan dan respon positif klien mengenai

pendekatan intervensi mikro dalam pelaksanaan rehabilitasi, dengan

melakukan wawancara dengan tiga responden. Mereka adalah klien-klien

Page 82: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

78

yang pemah menjalani program rehabilitasi di Yayasan Mitra Netra. Hasil

wawancara ini juga menunjukkan adanya perbedaan karakteristik dan

permasalahan khusus dari setiap responden.

Tabel 4.2 Profil Responden

Nama Tempat Pekerjaan Kategori Penyebab Waktn Responden /tanggal Penglihatan Ketunanetraan Ketunanetraan

lahir M. Rafik Jakarta, 16 Mahasiswa Total Ablacio Anak-anak, Akbar Juli 1989 Retina usia 12 tahun VinaNovina Bogor, 12 Mahasiswa Total Kecelakaan Dewasa, usia Puspitasari November lalu lintas 22 tahun Rid wan 1979 Trian 'Ragil' Jakarta, 25 Mahasiswa Low Vision Glaukoma Remaja, usia Airlangga Januari 17 tahun

1987

a. Responden M. Rafik Akbar2°

Wawancara dengan responden, berlangsung setelah ia membuat

blog untnk dirinya sendiri dan untuk teman-temannya. Menjadi

tunanetra tidak membuat responden buta teknologi. Chatting,

browsing, atau surfing di dunia maya bukan lagi hal yang asing

untnknya. Sebelum mengenal Y ayasan Mitra Netra, responden tidak

pemal1 membayangkan ia dapat mengoperasikan komputer.

I) Karakteristik Responden

a) Penyebab Ketm1anetraan

Penyebab ketunanetraan responden karena faktor keturunan

dan penyakit. Vonis dokter RSCM menyatakan responden

menderita AblacioRetina (lepasnya syaraf retina). Setahun

Page 83: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

79

setelah operasi dokter menyatakan responden mengalami

katarak. Kondisi medis yang mengakibatkan responden,

akhirnya kehilangan penglihatan sama sekali (total).

b) Klasifikasi Tunanetra

Berdasarkan waktu te1jadi ketummetraa11, responden

menjadi tummetra pada usia anak-anak, yaitu 11 tahun-12

tahun. Sedangkan berdasarkan daya penglihatan, responden

mengalami low vision kemudian total. Pada usia 11 tahrm

responden mengalan1i low vision sampai akhirnya menjadi

tunanetra total pada usia 12 tahun.

c) Perkembangan Motorik

Pada awal ketunanetraannya, responden mengalan1i

kesulitan dalam melakukan orientasi dan mobilitas. Usianya

yang masih anak-anak pada saat itu, mengakibatkan orangtua

responden enggan membiarkarmya melakukan orientasi dan

mobilitas. Namrm, kini orientasi dan mobilitas tak lagi menjadi

masalah bagi responden.

d) Perkembangan Kognitif

Meskipllll responden mengalami ketunanetraan pada usia

anak-anak, hal itu tidak membuatnya keluar dad sekolah.

Kemampuarmya mengikuti kegiatan belajar di sekolah reguler,

menunjukkan responden tidak mengalami hambatan dalam

perkembangan kognitif. Responden yang kuliah di Fakultas

Page 84: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

80

Tarbiyah UIN Jakarta ini, mengaku dapat lebih mudah

menyerap pelajaran.

e) Perkembangan Bahasa

Kemampuan responden memahami dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian, menunjukkan ia dapat

berkomunikasi dengan baik. Responden tidak mengalami

hambatan berarti dalam perkembangan bahasa.

t) Perkembangan emosi

Drop dan stres adalah emosi yang responden rasakan pada

awal ketunanetraan. Belum lagi rasa malu dan tidak percaya

diri senantiasa membuat responden takut untuk bersosialisasi

dengan teman-teman sebaya. Namun, saat ini emosi-emosi

negatif tersebut tak lagi membayangi aktivitas responden. Ia

justru menunjukkan motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi.

g) Perkembangan sosial

Pada saat wawancara, responden mengakui bahwa ia

mengalami kesulitan untuk bergaul dengan teman-teman

sebaya. Rasa malu dan kurang percaya diri, selalu membayangi

responden saat menjalin hubungan perternanan. Namun,

kondisi tersebut tak lagi terjadi. Sekarang, responden tak lagi

rnerasa khawatir saat me11jali hubungan pertemanan. Tidak

hanya dengan sesama iunanetra, tapi juga dengan teman-teman

responden yang awas.

Page 85: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

81

2) Respon Responden Mengenai Pendekatan Intt:rvensi Mikro Dalam

Pelaksanaan Program Rehabilitasi di Y ayasan Mitra Netra

a) Intervensi Mikro Individu

Pendekatan intervensi mikro individu melalui media

konseling oleh konselor tunanetra, sangat membantu responden

mengatasi rasa stress. Responden mengungkapkan betapa ia

sermg mendapatkan konseling, terkait usianya yang Jabil.

Proses intervensi ini sangat membantu responden menerima

kondisinya setelah menjadi tunanetra. Ia tidak lagi merasa malu

dan kurang percaya diri, ketika bersosialisasi dengan teman­

teman yang awas. Bukan proses yang mudah memang,

mengingat waktu yang ia butuhkan sekitar 3 - 4 tahun.

Responden menjalani proses intervensi ini sampai usia 17

tahun. Namun, proses tersebut jelas sangat berarti. Intervensi

mikro individu melalui pelatihan baca tulis Braille, sangat

membantunya dalam kegiatan belajar. Kini, responden

memiliki alternatif lain bila ingin membaca atau menulis.

Sedangkan, pelatihan orientasi dan mobilitas sangat menunjang

kegiatan rutin, dan menunjang kemandirian responden. Ia tak

perlu bergantung pada orang lain bila ingin mengakses tempat

atau tujuan tertentu. Pada awal ketunanetraan, responden

sempat pasrah dan berpikiran untuk melanjutkan sekolah ke

SLB. Namun, seiring proses intervensi mikro berjalan, lambat

Page 86: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

82

membulatkan tekad untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi.

Sampai detik ini, responden M. Rafik Akbar tercatat sebagai

mahasiwa Jurusan Pendidikan Aganm Islam, Fakultas Tarbiyah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b) Intervensi Mikro Keluarga

Intervensi mikro keluarga melalui konseling keluarga

sangat membantu orangtua responden mengatasi rasa shock.

Shock karena responden tak lagi bisa melihat, dan shock karena

ia tak lagi bisa membaca Al-Qur' an. Konseling keluarga,

membantu orangtua responden memahami kondisinya.

Orangtua responden mendapatkan konsel.ing keluarga, karena

mereka awam mengenai dunia tunanetra. Sehingga melalui

konseling keluarga, orangtua responden mendapatkan

pemahaman yang menyeluruh mengenai apa yang dapat

mereka lakukan untuk mendukung responden. Mereka juga

memahami betapa ketunanetraan tidak mcnghalangi responden

menempnh pendidikan dan membaca Al-Qur' an.

c) Intervensi Mikro Kelompok

Intervensi kelompok yang responden jalani melalui dua

saluran, yaitu melalui formed group dan natural group.

Responden merasakan dampak positif intervensi mikro

kelompok pada saat bergabung dengan JK.artika Mitra Netra.

Secara alamiah, responden juga sering berbagi pengalaman

Page 87: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

83

Intervensi mikro kelompok sangat memb:mtu responden dalam

meningkatkan motivasi dan rasa kepercayaan dirinya. Salah

satu contoh, intervensi kelompok dapat membantu responden

menghilangkan rasa malu ketika melakukan orientasi dan

mobilitas dengan menggunakan tongkat.

b. Responden Vina Novina Puspitasari Ridwan 21

Wawancara dengan Vina berlangsung saat ia menscan buku ilmu

komunikasi. Vina menjalani hari-harinya sebagai mahasiswi Fakultas

Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta. Satu realita yang

menmtjukkan bahwa ketunanetraan tidak mencegah Vina meraih gelar

sarjana komunikasi.

1) Karakteristik Responden

a) Penyebab Ketunanetraan

Penyebab ketm1anetraan responden adalah faktor

kecelakaan lalu lintas yang menimpa responden pada tahm1

1992.

b) Klasifikasi Tunanetra

Berdasarkan waktu terjadi ketummetraan, responden

menjadi tunanetra pada usia 22 tahun. Sedangkan berdasarkan

daya penglihatan, responden mengalami low vision pada usia

13 tahun dan semakin mengalami penurunan daya penglihatan

secara drastis pada tahun 1997 yaitu pada usia 16 tahoo.

Page 88: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

84

Akhirnya responden menjadi tunanetra total pada tahun 2001,

yaitu pada usia 22 tahun

c) Perkembangan Motorik

Pada awal ketunanetraan, responden mengalami kesulitan

dalam melakukan orientasi dan mobilitas. Aktivitas responden

yang cukup aktif, menyulitkannya melakukan orientasi dan

mobilitas jika hams mengandalkan orang lain. Kini, ha!

tersebut bukan menjadi kendala berarti bagi responden. Ia dapat

melakukan orientasi dan mobilitas dengan mandiri, dan talc lagi

mengandalkan orang lain.

d) Perkembangan Kognitif

Meskipun responden sempat drop out ketika SMU, ia tidak

mengalami hambatan berarti dalam perkembangan kognitif.

Hal tersebut terlihat dari kemampuam1ya mengikuti ujian

persamaan tingkat SMU, hingga mengikuti kegiatan

perkuliahan di Fakultas Komunikasi Jurnsan Public Relation

Universitas Muhammadiyah Jakaiia.

e) Perkembangan Bahasa

Kemampuan responden memahami dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian, menunjukkan ia dapat

berkomunikasi dengan baik. Responden tidak memperlihatkan

ada kendala dalam perkembangan bahasa. Responden bahkan

menunjukkan kemampuan dalam menggunakan bahasa Inggris

Page 89: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

85

f) Perkembangan emosi

Rasa drop dan kecewa menghingi responden pada awal

ketunanetraannya. Bahkan responden merasa bahwa Tnhan

telah mengkhianatinya. Selain itu, responden juga merasa

bahwa hidupnya akan berhenti, begitu ia menjadi tunanetra.

Namun, responden menunjukkan perubahan yang luar biasa.

Kini, yang ia miliki adalah motivasi, semangat, dan rasa

percaya diri yang tinggi. Tak ada lagi kecewa dalam hatinya

karena menjadi seorang tunanetra.

g) Perkembangan sosial

Pada awal ketunanetraan, responden mengalami kesulitan

dalam perkembangan sosial. Kondisi emosi yang ia rasakan

pada saat itu, menyebabkan responden sulit menerima kondisi

ketunanetraannya. Perasaan kecewa y:mg teramat sangat,

menyebabkan responden membatasi perkembangan sosialnya.

Sehingga, responden membutuhkan wak.tu yang cukup lama

untuk dapat kembali bersosialisasi di masyarakat. Namun,

sikap dan emosi positif yang ia miliki sekarang, membuat

responden dapat memenuhi fungsi sosia1l sebagai mahasiswi

dengan baik sesuai tuntutan masyarakat.

Page 90: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

86

2) Respon Responden Mengenai Pendekatan Intcrvensi Mikro Dalam

Pelaksanaan Program Rehabilitasi di Y ayasan Mitra Netra

a) Intervensi Mikro Individu

Responden tidak banyak menjalani proses intervensi

individu melalui konseling ketunanetraan. Namun, ia

mengalami proses intervensi mikro individu, melalui pelatihan

baca tulis Braille, serta pelatihan orientasi dan mobilitas.

Pelatihan-pelatihan tersebut sangat membantu responclen ketika

memutuskan mengikuti ujian persamaan tingkat SMU clan

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal yang

terpenting setelah responclen menclapatkan pelatihan-pelatihan

tersebut aclalah kemanclirian. Responden tak lagi tergantung

pada orang lain ketika ingin melakukan aktivitas membaca

buku, atau bepergian. Kini, ia ticlak lagi mengalami masalah

dalam melakukan aktivitas tersebut. Responclen dapat membaca

clan melakukan orientasi clan mobilitas clengan mancliri.

b) Intervensi Mikro Keluarga

Orangtua responclen ticlak banyak melakukan konseling

keluarga, meskipun pacla dasarnya mereka bingung

menghaclapi konclisi responden. Namurt, intervensi mikro

keluarga terjadi melalui pengkonclisian agar responclen clapat

mancliri. Dalam ha! ini, konselor membantu proses

pengkondisian tersebut. Salah satu cara yang konselor tempuh,

Page 91: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

87

tinggal terpisah dari orangtuanya di Bogor. Sampai saat ini,

responden tinggal di sebuah rumah kos di daerah Lebak Bulus

Jakarta Selatan.

c) Intervensi Mikro Kelompok

Intervensi kelompok yang responden jalani te1jadi secara

alamiah melalui natural group. Responden merasakan dampak

yang Iuar biasa melalui intervensi mikro kelompok. Bersama

komunitas tunanetra, ia merasa tidak sendiri. Responden

bahkan menganggap rehabilitasi yang tepat, adalah dengan

berada di komunitas yang menduknng. Responden dapat

melakukan konseling dengan sesama klie111 tnnanetra. Melalui

intervensi rnikro kelompok, responden dapat kembali bounce

back (bangkit nntuk melanjutkan hidup ). Seiriug proses

intervensi kelompok berjalan, responden Vina tak lagi merasa

kecewa. Bahkan, kini rsponden dapat :memandang diriuya

dengan bangga. Vina bangga karena ia dapat pergi kemanapm1,

dan bangga karena dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi.

c. Responden Trian 'Ragil' Airlangga22

Wawancara dengan Ragil berlangsnng dengan cara yang agak nnik.

Secara tegas, ia menolak hasil wawancara tersebut direkam. Ragil

lebih memilili nntuk mengetik jawaban atas pe:rtanyaan-pertanyaan

penulis dengan menggunakan laptop. Alat teknologi yang selalu

Page 92: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

88

membantunya ketika mengerjakan tugas perkuliahan. Bila responden

lainnya mengalami shock atau stress ketika menjadi tunanetra, lain

halnya dengan Ragil. Sejak kecil, ia sudah dapat menerima kondisi

ketunanetraannya.

1) Karakteristik Responden

a) Penyebab Ketunanetraan

Penyebab ketunanetraan responden adalah faktor penyakit

glaukoma. Glaukoma itu sendiri merupakan penyakit yang

belum diketahui cara pengobatannya.

b) Klasifikasi Tunanetra

Berdasarkan waktu terjadi ketunanetraan, responden

menjadi tunanetra pada usia remaja yaitu l 7 tal1un. Sedangkan

berdasarkan daya penglihatan, responden mengalami low

vision.

c) Perkembangan Motorik

Responden mengalami kesulitan dalam melakukan orientasi

dan mobilitas. Kondisi tekanan bola mata yang terus

meningkat, memengaruhi pergerakannya. Membuat responden

tidak dapat bepergian dengan bebas. Namun, kondisi tersebut

tak lagi terjadi pada responden. Kini ia dapat pergi kemana pun

dengan bebas. Mengakses tempat-tempait tunum atau pusat

keramaian seperti pusat perbelanjaan atau mall, bukan lagi

menjadi kendala.

Page 93: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

89

d) Perkembangan Kognitif

Responden tidak mengalami hambatan berarti dalam

perkembangan kognitif. Hal tersebut terlihat dad

kemampuannya mengikuti kegiatan sekolah di sekolah reguler

sampai kuliah di Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas

Negeri Jakaiia.

e) Perkembangan Bahasa

Responden juga tidak mengalami masalah berarti dalam

perkembangan bahasa. Kemampllfilmya terlihat ketika

memahami dan menjawab semua pertanyaan penelitian. Hal ini

menunjukkan responden dapat menggunakan bahasa dan

berkomunikasi dengan baik.

f) Perkembangan emosi

Semenjak usia analc-anak, orangtna responden telah

membantunya memahami kondisi penglihatan yang ia alami.

Sehingga, responden tidak terlalu merasa shock ataupnn stress.

Responden bahkan menerirna kondisi matanya dengan sabar. Ia

terrnasnk tunanetra y311g rnemiliki motivasi, sernangat, serta

kepercayaan diri yang sangat tinggi.

g) Perkernbangan sosial

Responden tidak mengalami kesulitan dalam rnernenuhi

fungsi sosial di masyarakat. Sejak usia analc-anak responden

sudah rnenyadari kondisinya. Hal tersebut menyebabkfill ia

Page 94: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

90

responden miliki, membantunya dalam bersosialisai dengan

siap pun, dimana pun dan kapan pun.

2) Respon Responden Mengenai Pendekatan Inte:rvensi Mikro Dalam

Pelaksanaan Program Rehabilitasi di Y ayasan Mitra Netra

a) Intervensi Mikro Individu

Responden menjalani proses intervensi individu melalui

konseling ketunanetraan, terutama melalui konseling

pendidikan. Selain itu, ia juga menjalani proses intervensi

mikro individu melalui layanan pelatihan baca tulis Braille, dan

pelatihan orientasi dan mobilitas. Pelatihim-pelatihan tersebut

sangat membantu responden ketika mengikuti kegiatan belajar

di SMU N 66 Jakarta, kegiatan kuliah, maupun kursus

penyiaran (broadcasting) yang ia jalani saat ini. Melalui

konseling pendidikan, pelatihan baca tulis Braille, maupm1

pelatihan orientasi mobilitas, responden dapat meningkatkan

kemandiriannya. Kini, responden dapat menjalani had dengan

mandiri. Ia juga dapat menunjukkan kontdbusi dan prestasi,

serta memenuhi fungsi sosial sebagai mahasiswa dengan baik.

b) Intervensi Mikro Keluarga

Intervensi mikro keluarga terjadi melalui konseling

keluarga dan konseling pendidikan. Konseling tersebut terjadi

saat responden memutuskan akan melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi. Konseling keluarga juga membantu

Page 95: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

91

responden. Dengan konseling keluarga, orangtua responden

memiliki pemahaman menyelumh mengenai kondisi anak

mereka. Pemahaman tentang apa yang dapat mereka lakukan

untuk mendukung Ragil.

c) Intervensi Mikro Kelompok

Intervensi kelompok yang responden jalani te1jadi secara

alamiah melalui natural group. Melalui intervensi kelompok, ia

dapat melihat kemajuan dan perkemban;gan sahabat-sahabat

tunanetra lain. Responden Trian Ragil Airlangga - bahkan

memiliki prinsip bahwa tunanetra pada dasarnya dapat

berkembang dan maju, jika memiliki kesempatan yang sama.

Pendekatan intervensi mikro dalam pelaksanaan program rehabilitasi,

memiliki peranan yang teramat penting dan berarti bagi ketiga responden.

Rafik, Vina, bahkan Ragil merasakan manfaat dan dampak pendekatan

intervensi mikro 1111. Pelbagai masalah terkait dengan dengan

perkembangan motorik, kognitif, bahasa, emosi, sampai perkembangan

sosial - tak lagi menjadi kendala berarti. Permasalal1an tersebut tak lagi

menghalangi mereka untuk kembali bangkit meraih cita. Bersaing atau

berkompetisi dengan teman-teman mereka yang awas pun bukan

merupakan hal yang mustahil - kalau mereka memiliild kesempatan yang

sama.

"Intinya, ini sangat bermanfaat, karena orientasinya adalah bagaimana caranya temen-teman tunet bisa maju dan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, mengoperasikan alat-alat yang be1ieknologi tinggi dan

Page 96: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

92

mengingatkanjuga bahwa TUNET JUGA MANUSIA. Artinya, tunetjuga butuh berkembang dan dihargai, bukan hanya dikasihani. Tunet juga butuh kesempatan narnun tetap fer sama pesaing yang awas. Nilai itulah yang tetianarn secara tersirat dari para tunet yang sukses."23

"Yang paling pertarna itu, tumbuhnya motivasi yang tadinya tidak ada, menjadi motivasi tersendiri. Akhimya betul-betul memaharni, kondisi ldta ya seperti ini. Bisa menerima apa adanya sebagai individu, terus dari pihak keluarga. Keluarga jadi bertarnbah yakin kalau sebetulnya dengan kondisi yang sepetii ini tidak ada kendala apa pun dalam hal pendidikan. . .. Anggapan-anggapan saya tadinya tidak ada solusinya jadi ada solusinya. Saya takut bergaul dengan siapa pun. Tapi temyata teman-teman saya banyak. Kondisi saya yang sepetii ini menunjang dalam belajar. Saya juga bisa lebih percaya diri ketika bergaul entah dengar1 sesarna tunet atau dengan orang yang lebih normal."24

"Ya, seiring berjalannya waktu. Proses rehabilitasi, aku banyak ngobrol sarna teman-teman, sarna kayak aku tunanetranya sejak dewasa. Aku mulai belajar dari mereka. Bagaimana mereka. bounce back lagi. Kemudian aku arnbil banyak pelajaran banyak dari mcreka .... I feel better than ever. I feel stronger, I feel proud of myself Sometimes when I want to sleep, lay down at night, Oh God, I able to do this. l able to walk by my own feet. I able to go anywhere wherever I want. l got to school again..! That's the most incredible one. Get my life back, my dream."25

Ungkapan Rafil<:, Vina, dan Ragil di atas menunjukkan respon positif

yang mereka rasakan, setelah menjalani proses rehabilitasi. Ketiga

responden menyatakan ba11wa kini mereka tak lagi mendapatkan hambatan

untuk melakukan pelbagai bidang, terutama bidang pendidikan. Rafik,

Vina, dan Ragil menyadari proses rehabilitasi sangat membantu mereka

menempuh pendidikan. Mereka juga menyadm:i bahwa pendidikan sangat

penting bagi kehidupan. Sehingga, Rafik, Vina, dan Ragil begitu bangga

ketika ketunm1etraan tak lagi mengharnbat kegiatan untuk memperoleh

ilmu pengetahuan.

Page 97: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

93

Sayangnya, diskriminasi dapat menjadi faktor penghambat yang sangat

kuat bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan. Padahal pendidikan

adalah hak asasi setiap orang. Sehingga diskriminasi di bidang pendidikan

merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Diskriminasi tersebut sangat

bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam firman-Nya, Allah SWT telal1

menjelaskan bahwa tidak ada diskriminasi terhadap setiap manusia di

segala bidang. Pada dasamya yang membedakan mmmsia di mata Allal1

SWT - hanyalah tingkat ketakwaan. Hal ini tersirat dalam Surat Al-

Hujarat ayat 13 sebagai belikut:

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang Zaki-Zaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa­bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sating mengenaZ. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah iaZah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungghnya Allah Maha Mengetahui Zagi Maha MengenaZ." (Q.S. Al-Hujarat: 13)26

Perbedaan antara mmmsia yang satu dengan yang lain, baik perbedaan

jenis kelalllin, ras maupun suku tidak menjadi ukuran yang menentukm1

ketakwaan seseorang. Perbedaan tersebut tidak menjadikan nilai

kemanusiaan seseorang lebih besar atau lebih tinggi dari yang lain., baik

karena suku, warna kulit, jenis kelamin, kekayaan, kelas sosial, maupun

Page 98: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

94

k . b 1·n arena pert1m angan parameter am termasuk pertimbangan kondisi

fisik seseorang.

Kondisi penglihatan seseorang tidak lantas membedakannya dengan

manusia yang lain. Sebagai tuuanetra atau low vision, seseorang tetap

berhak mendapat pendidikan dan pengajaran. Hal ini sesuai dengan firman

Allah SWT dalan1 Surat 'Abasa ayat 1-11 sebagai berikut:

&JJfi~;1.:; Jl;:;f oiY- ,.:w ..u.~.:;.; c;jo ;;.;:'11~;-i.~ ,:if o.1J5j ~

1®i~.±i;-i.;..,;. t:IJ~~~ :i\.!.QP c;jQi.:;~ ,:J ... : .. :J; 0~r.; t:f 0

"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang kepadanya seorang buta. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). Atau dia (ingin) mrndapatkan pengqjaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang yang datang kepad mu dengan bersegera (untuk mendapat pengajaran) maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan." (Q.S. 'Abasa: 1-11)28

Dalam tafsir Al-Misbah, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa ayat-

ayat tersebut merupakan teguran halus dari Allah SWT kepada Rasulullah

saw., Teguran itn terjadi karena Rasulullah telah bermuka masam kepada

seorang sahabat tunanetra yang datang pada beliau untuk mendapat

pengajaran. Meskipun muka masam beliau sudah pasti tidak terlihat oleh

sahabat tnnanetra tersebut, Allah ingin menghapus kesau negatif orang lain

terhadap mauusia yang paling dikasihi-Nya itu, dengau memberikau

tegurau kepada Nabi Muhammad saw. Di sisi lain, tegurau pada ayat di

27DR. Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam Studi Analistik Komprehensif _ n_,, ____ ,7 __ n_ J __ ,_ ,, • ,., ,..... • 1 n 1 ~ ....,. • ~

Page 99: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

95

atas mengajarkan Rasulullah bahwa ada indikator-indikator yang terlihat

baik dan tepat, seperti indikator kekayaan, atau kekiuasaan. Nam1111 pada

hakikatnya tidaklah demikian. Kekayaan atau kekuasaan seseorang tidak

menjadikannya lebih baik dari orang lain. 29

Merujuk pada sebuah riwayat yang disampaikan oleh Ibn Jarir

Athabari, Han1lm menafsirkan ayat-ayat tersebut sebagai teguran langsung

melalui malaikat Jibril. Teguran tersebut te1jadi ketika Rasullah saw.

menelantarkan panggilan Ibn Ummi Maktum yang seorang tunanetra, pada

saat beliau kedatangan pemuka dari Quraish. Melalui ayat-ayat di atas

Allah juga memberi peringatan bahwa ketunanetraan tidak menghambat

kemajuan iman seseorang.30

Pendidikan maup1111 pengajaran, sangat berpenm penting terhadap

kesejahteraan setiap manusia. Karena itu, pendidikan menjadi hak

mendasar setiap orang - termasuk tunanetra. Pendidikan membantu

seseorang memperoleh ilmu pengetahuan yang bennanfaat, baik di dl111ia

maup1111 di akhirat. Allah SWT bahkan memberikan derajat yang lebili

tinggi kepada orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Allah SWT

melalui Surat Al-Mujadilal1 ayat 11 menyatakan:

" ... Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al­Mujadilah: 11/1

29M. Quraish Shihab, Tafeir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an Juz 'Amma, (Jakarta: Lentera Hali, 2002), h. 64-65.

30n __ .£' T""'I.- TT .&t_..] __ 1 •ir-1!L AL..l __ l ry ___ . ___ ~ .. _. r... 1 "' ,...., , •••• , •

Page 100: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

96

Aa Gym dalam buku Manajeman Qalbu juga menyatakan pentingnya

ilmu pengetahuan. Ilmu merupakan jalan meraih kebahagiaan. Tidak

hanya di dunia tapi juga di akhirat. Beliau menegaskan, barang siapa yang

menginginkan dunia dan akhirat, maka wajib bagi orang tersebut mencari

ilmu. Kunci utama meraih kebahagiaan adalah dengan ihnu pengetahuan,

sedangkan kunci utama memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan

belajar tiada henti. 32

Firman Allah SWT melalui ayat-ayat-Nya di atas, telah menandakan

betapa ajaran Islam menolak diskriminasi kepada siapa pun, dalam bentuk

apapun. Ajaran Islam sangat menghargai hak seseorang, dan menjunjung

tinggi prinsip kesetaraan. Nilai dan prinsip tersebut, juga terdapat dalam

konsep kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. Menerima individu

sebagaimana adanya, se1ia mengakni hak dan kesempatan yang sama bagi

setiap individu, merupakan nilai dan prinsip dalam konsep kesejahteraan

sosial. Nilai dan prinsip sangat penting bagi pekerja sosial, ketika menjalin

relasi dengan klien. Sehingga, diskriminasi dari masyarakat merupakan

nilai yang sangat tidak sesuai dengan ajaran Islam, maupun konsep

kesejahteraan dan peke1jaan sosial.

Setiap individu termasnk Rafik, Vina, dan Ragil berhak

mengembangkan potensi diri di pelbagai bidang seperti ekonomi, sosial,

politik, budaya, dan huknm. Pendidikan menjadi saluran utama untnk

dapat mengembangkan potensi, partisipasi maupun prestasi yang mereka

Page 101: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

97

miliki. Dalam konteks tersebut, proses intervensi mikro dalam pelaksanaan

rehabilitasi menjadi kunci yang dapat membuka k'esempatan tunanetra

menempuh pendidikan guna memperoleh ilmu pengetahuan,

kesejahteraan, bahkan meraih derajat yang lebih tinggi dari Allah SWT.

Page 102: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

A. Kesimpulan

BabV

Penntup

I. Pendekatan intervensi mikro terlihat implementasinya dalam proses

pelaksanaan program rehabilitasi di Y ayasan Mitra Netra. Program

rehabilitasi tersebut mengimplementasikan intervensi mikro individu

dengan sangat khas, yaitu melalui konseling ketunanetraan oleh konselor

tunanetra. Konseling ketunanetraan, pelatihan baca. tulis Braille, serta

pelatihan orientasi dan mobilitas, mengimplementasikan prinsip-prinsip

intervensi mikro individu dengan baik. Intervensi mikro keluarga terlihat

implementasinya melalui konseling keluarga, kunjungan rumah (home

visit), dan parent support group. Sedangkan, intervensi mikro kelompok

terlihat implementasinya melalui kelompok natural komunitas tunanetra,

dan melalui formed group yaitu, Kartika Mitra Netra. Sebual1 organisasi

intra lembaga, yang menjadi wadah untuk mempertemukan

sosioemosional dan aspirasi klien.

2. Pendekatan intervensi mikro dalam pelalcsanaan program rehabilitasi,

mendapat respon positif dari klien. Dalam ha! ini, keHga responden, yaitu

Rafik, Vina, dan Ragil merasa sangat terbaniu dalam memulilikan kembali

mental mereka. Responden mengakui tak ada lagi rasa stress, malu,

kecewa, serta rasa percaya diri yang rendah, membayangi hari-hari

mereka. Responden kini menjadi individu dengan motivasi, semangat,

serta rasa percaya diri yang tinggi. Emosi positif yang sangat mendukung

Page 103: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

99

mayarakat. Responden juga mengakui betapa individu, keluarga, dan

kelompok merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisabkan. Melalui

intervensi mikro keluarga, keluarga memberikan dukumgan terbesar dalam

setiap aktivitas responden. Melalui intervensi mikro kelompok, Responden

dapat mengambil banyak pelajaran dari kelompok atau komunitas sesama

tunanetra. Pelajaran bagaimana tidak terpnruk karena menjadi tunanetra,

serta bagaimana untuk bisa sukses meski menjadi tunanetra.

B. Saran

1. Yayasan Mitra Netra hendaknya dapat lebih mengcmbangkan program

rehabilitasi kepada klien, kcluarga dan kelompoknya. Kegiatan parent

support group yang bersifat insidental akan lebih baik jika dapat

terselenggara lebih rutin. Penyelenggaraan yang lebih terjadwal akan

membantu orang tua yang memiliki anak tunanetra dalam memahami

bagaimana cara menangani anak mereka.

2. Program rehabilitasi hendaknya dapat melaksanakan proses tenninasi

terhadap !<lien dengan lebih tegas. Hal ini penting agar klien tidak

senantiasa bergantung kepada konselor.

3. Progran1 rehabilitasi di Yayasan Mitra Netra merupakan layanan bebas

biaya. Sehingga, program rehabilitasi tersebut hendaknya dapat lebih

proaktif dalam memperoleh dukungan dana dari pelbagai kalangan, baik

itu pemerintall, pihak swasta, maupun masyarakat umum. Dengan

dukungan dana tersebut, program rehabilitasi tentunya dapat

meningkatkan sarana, prasarana rehabilitasi, serta kualitas pelayanannya.

Page 104: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

100

4. Program rehabilitasi tenumya dapat lebih berrnakna bagi klien, dengan

meningkatkan kerja sama dengan pelbagai lembaga pendidikan dan

perusabaan. Sehingga kesempatan klien yang telab menjalani program

rehabilitasi untuk menempuh pendidikan dan memperoleh pekerjaan,

menjadi lebih terbuka.

5. Sebagai penanggung jawab kesejabteraan warganya, hendaknya

pemerintab memberikan dukungan nyata terhadap pelbagai upaya

peningkatan kesejabteraan tunanetra. Dukungan tersebut bisa dalam

bentuk pendanaan (funding), peningkatan saran dan prasarana rehabilitasi,

serta pemerataan kesempatan yang san1a bagi tunanetra.

6. Para akademisi dan praktisi yang menaruh perhatian (concern) pada

bidang ketunanetraan, hendaknya dapat lebih mensosialisasik:an kepada

masyarakat umum mengenai timanetra. Sosialisasi tersebut antara lain

mengenai bagaimana seharusnya masyarakat memandang timanetra dan

memperlakukan mereka. Salab satunya dengan 1tidalc lagi bersikap

diskriminatif terhadap tunanetra. Masyarakat hendaknya juga dapat

mendukung upaya mewujudkan masyarakat yang inklusif. Masyarakat

yang tidak membedakan sababat-sababat penyandang cacat (disable).

7. Sebagai Pekerja Sosial, penulis mengharapkan adanya kerjasama antara

pihak civitas akademika UIN Syarif Hidayatullab Jakarta (baik dengan

Fakultas Dakwab dan Komunikasi maupun Jurusan Kesejabteraan Sosial)

dan Yayasan Mitra Netra. Kerjasama tersebut dapat dimulai dengan mulai

mengadakan sarana prasarana yang aksesibel bagi timanetra pada

Page 105: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

DAFT AR PUST AKA

Adi, Rukmintu Isbandi. Psikologi, Pekerjaan Sosid, dan llmu Kesejahteraan Sosial.

Jakarta: PT Raja Gratindo Persada, 1994.

Jlmu Kesejahteraar.· Sosial Dan Pekerjaan Sosial. Jakarta: Fisip UI Press, 2004.

Al-Qa;dhawy, Yusuf. Pengantar Kajian Islam Studi Analistik Komprehensif tentang

Pilar-pilurSubstansi, Karakteristik, Tiifuan dar: Sumber Acuan Islam. Penerjemah

Setiawan Budi Utomo LC. Jala.rta: Pustaka Al-Kautsar, 1997

Amrullah, Abdul Malik Abdul Karim (Hamka). Te;fsir Al-Azhar Juz 30. Jakarta: PT.

Pustaka Panji Mas, 2000.

Ardani, Tristiadi A., !in Rahayu T., dan Yulia Sholichatuo, Psilwlogi Klinis, Y ogyakarta:

Graha Jlmu, 2007.

A. Sadiman. "Pengaml1 Ti:/C'visi terhudap Pembaha11 Perilaku." dalam Dr. Mohammad

Effendi, M.Pd, M.Kes, Pengantar P Jikopedagogi l: Anak Berkelainan, Jakarta: Bumi

Aksara.

Balitbang Departemen So.;ial RI. Pola Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta:

2003.

Bar!'.er, Robert L. The Social Work Dictionary Washh1gton DC: NASW Press, 1995.

Basuki, Bambang. "Karakteristik Ca.::al Neira." makalah disampaikaa dalam Kegiaum

Pemantapan Petugas Asesmen Vokasional Balai/Panti Sosial Penyandang Cacat

Departemen Sosial, Cisarua: 16 Nopember 2005.

Departemen Agama Rep·1blik Indonllsia. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Jakarta:

Departemen Agama RI, 200 I .

Efendi, M. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Gymnastiar, Abdulli:h. "Aku Bisa!" Manajemen Qalbu Untuk Melejitkan Prestasi.

Bandung: MQS P·1blishing, 2004.

Kuper, Adam and Jessica Kuper. Ensiklopodia llmu-Ilm11 Sosial Ed.I CP-t.J. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2000.

Moleong, Lexy J. M.A. Aletode Penelitian Kualitatif. Br.ndung: PT. Remaja Rosdakar:;a,

2004.

Page 106: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Nitimihardjo, Carolina. "Rehabililasi Sosial" dalarn Jsu-iiu Tematik Pen1bangunan Sosial

Konsepsi dan Strategi. Badan Pe!atihan dan Pengembangan Depsos RI. Jakarta:

2004.

Pusat '3ahasa. Kamus Besar Bahasa lndonesirJ Edisi Ke-3. Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas, 2002.

Richmond, Mary. "What Is Social Ca:;ewor/c?" dalan1 :'lkidmore Rex A., Thackeray, 0

William and Parley. Jntroducth>n to Social Work. New Jersey: Prentice Hall Inc.,

1 ~'94.

Skidmore Rex A., Thackeray, 0 William and Farley. Introduction to Social Work. New

Jersey: Prentice Hall foe., 1994.

Soehartono, lrawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Somantri 1. Sutjihati. Psikologi Anak Luar Btasa. Bandung: PT. Refika Aditama, 2006

Suhartn, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayabn Rakyat. Bandung: PT. Re!ika

Aditama, 2005.

Toseland, Ronald W. and l'{obert F. Rivas. An Introduction to Group Work Practice.

Utah: Allyn and Bacon, 200 I.

Sumber dari Internet:

Pe.·1yedia Content Perlu Bantu 'funanetra, diaksts tanggal 2 Desember 2006 d'lfi

http://baliti1ang.depkominfo.go.id/9 mod·=CLDEPTKMF BRTO l & view=1&id=154

&mn=BRTOl 100%7CCLDEPTKMF BRTOI

www.mitranetra.or.id

l!ndang-Undang RI No. 4 Tahun 1997, diakses tanggal 27 Desember 2007 ctari

http ://www.unmiset.org/legal/Induu(;' ianLaw/uu/U u 199704 .htn1

Sumber dari Media Cetak:

Siswono. "Kebutaan di Indonesia Te."tinp,gi di Dunia". Republika. 15 September 2005.

Direktorat Pembinaan S0kolah Luar Biasa, Jnformasi Pendidikan dan Pelayanan Bagi

Anak Tunanetra, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa De.oartemcn

Pendidikan Nasional RI, 2005.

Utami Ayu, "Buta." Sindo. 27 Januari, 2008. h.15

Page 107: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

"Fasilitas Untuk Orang Cac2t Masih Kurang." Koran Tempo. 3 Desember 2006. h. 8-9

Sumber dari Data, Profil, dan F'arnflct Lembaga:

Profil Yayasan Mitra Nctra

Tabel Kegiatan Bidann Rehabilitasi Yayasan Mitra Netra Tahun 2006

Tabel Kegiatan Bidang Rehabilitasi Y ayasan Mitra Neira Tahun <:005

Sumber dari Wawaneara Pribadi:

Wawancara prilJadi dengan T ..ilhas DaJranik. Jakarta, 7 Maret 2008.

Wawancara pribadi dengan Ora. Rianti Ekowati. Jakarta, 13 Maret 2008.

Wa\<anc\lfa pribadi dengan M. Rafik Akbar. Jakarta, 12 Maret 2008

Wawancara pribadi dengan Vina Novina Puspitasari Ridwan. Jakarta. 17 Maret 2008.

Wawan~ara pribadi dengan Trian 'Ragil' Airi:lngga. hkarta. 17 Maret 2008.

Wawancara pribadi dergan Riyanti Ekowati. Jakarta, IS Juni 2007

Page 108: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

H.Suh11rn111t Sekretaris

l'ENGURUS Lul~n1'1n N~lzir,Te:r.Ing

Kctua H.J\1E. Kurnadi

BendalL.lf<l

PEMBINA Prof. <lr. R Sich1ri; IJY<is.S.of\f

Ketu:-i

R Sulaim.in 1\.1. Su1nit.ikusun1u Auggota

l'!MPINAN E!:SEKUTIF Drs. E::n1b:1ncr Basuki

I)irektur Ek.~1.1.1tif

llrs.Invan Dni Kusr:into Wakil f)irektur Ek.«blfif

PENCTA\V~ Idris Sul:1im:1n.Ph.D _ Drs. \Visnu S.in1!

h.etua A.ngg.ot:

-·-·-·-·-·-·-·---·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·J

L·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-· SEI-:.SI Dil1Sl1S

~Na<..iL:hi•t..S .. .;.a

B . .\GL.\N PENELilHN -r>r.,.,..,.\ rr. ,,,, ..• '' • -· ........... ,~.U-<J.''-'-"">.·'

.Nur Id::;;Ul hep:lla Bagi:ln

SEI-:SI J'ENELffi . ..i..N. • \I)}.!:H-ITSTf',_.1,,Sl D . .!.N f'ENDIDIK...UJ S•:OSL.\l.. !!.!!ililli nuuJ,·:l_lli!.

Kep:i.la Sek.l:i

I

I SELll.-W\E' TE!:N(•L''-" 11 l

!'IL AhY;tr K.:p:ila Seksi l

B.-\GIAN PRf>Dl TKSI D.~"\J r.tkPl};) _J __ --\h. . ..\ AN

Fir<lai!.'!" Kepal.:i B.:igi:in

I SEKSI PRODlih.&1BFhl' l - BIC.\RA I

Dirnngbp Mhag

SEt:..<;I I'R .. >IH.JJ..:SI BlJJ..:tT BR.-ill..LE Intl:1h Lutfi,,h h.cp:il:i. Sd.:si

SEKSI I'Et'...r'T.'ST • .:.J:..~.A.N Y.~-eti:I~!!.

Kep.:ib Sek~i

~ !.~ -lGL..\..hJ REH . ..\BILTIA .. SI

D}2'J PE:ND!DIL.\.:"\J Rh·:utti Ekow;1ti

Kep:tf.J &gian

j SFT..::SI KEH.-l.B.lLIT.1.81 ! Tolh:l'> I}.iruanik

Ki:-pab Sek...;-i

SEKSI PENDfllf!;_.>,_N l Y~ni

J.:d.:ipa S<k.."i

11 SEL)l PEUTI!i.c,_, ..., L..{ ~fuizzu<lin Hilntl

Kcp::b Sek."i

BAGI..\N . ..\D!\IINISTR.-\SI r· Ii .. -:.iu e-;;i h:u.:-t;Ulf(I I I f.::cpab B;ig1:i11 I

1

SEh.5i ' h ITSEKRET..\Rl . .\T . .\N L

Tii \Yina1:,ih

SE KS I PERSON ..\LI..\ HRI> ,__

SEKSI lll'lfT ~I MRT_TJi!ART . .\.i'1(fG-A .. .\N

Abdul \Yahi<l f'.i.Kcp:ib Sd;.;c.;i

Kary:nY;in Pc:h1I,:s:1na = 26 or.ing

b . .\(1J_..\N Hf.T}.L..\.) i IA. . .: .... · '

I PEN(KiAL . ..\NG.-\N D.-\.:\l" • .; ~ }._1ia ln<lronnui

I I\.cp:ll:i Bagian 1

SEKSI f:EHf.'1!..\S . .\N '

Dir.u1cl.::nr K.Jb:ig

SEK.SI PENG-Ci . .\L..\.N(i_-\.:~ D . ..I,}..--\

Dir3ngbp K.Jl1ag.

SEh.Sl PENG(i . .\L . .\NG . .\N D . .\N..\

Di.rangf.::lp J.:ahag.

Page 109: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Wilayah No.

Jakarta Sela tan I

2

3

4

5

6

7

8

9

Jakarta T:mur I

2

3

4

s

6

Jakartil Utara •

2

3

4

Jakarta BJrat 1

2

,

Rckupitulusi I.cmo<.gu Pcndidikun Rint1s:1n InklusVJ'cq);1rh1

Tingkat Scko!ah Da;;ur (SD)T<.ihun J.jarun 2006-2007

Di Jnbotnbek -k1ubaga Pendidikan -

SDN t:{ Hinttun

JI. Kesc::hatan Bin taro Jak -Sci 'i"362'/71

SDN' 08 Pr

JI. AnggurS Komp. BR! Cipete

SDN 02 Pg

)'J. Pertani:.in H~Leh:1k Rulus Jak-Sel

SDN 10 Pg

Cip1~te

MI Umwanul Huda JI. K:ilib~1ra f1.lk,irt\1.Sel;ir:1n :::DN 09 Pg

Pd. Pinanl! f;.1k-Sel -SflN 1-1 Pg

JL. Bangau Ra) a Cilaodak Jak-Sel

l\J[ Dand ll!un,

Kemang Timer Jak-~:eJ

SON 1\.r:11n•H Pda 015 Jak-Se! (I)

f\h1nn1~11ni: Jnka:1:1 Sdnt:in

SDN 06 Pt

11. f)e1·:i S:1rtik:. C:n,·nng

SDN OB Pg

•1ek:1von foknrr i Tiinu r

SDN02 Pt

(~;.1ndtlria lTt:1n1

SDN 06 Pt

JI. Dew! Sartika 200 Cawang Jak-Tim

S!lN 09 l'r JI, 6-l Cipa\·11ng

SDN 08 l'g

Lu bang Buaya Jakarta Timur -SDNOB

Tannh l'\lerdeka

SDN 02 Pg

Ron:irnn Jak::irta llt•1rn

SDNOS

Tnnnh f\It.>1d.:>ka

SI>N 03 Pt

Penjaringan Jak-Ut

SDI\ 12 Pg

l\!eruva trwr;1

SON !3 Pg.

l'\feruv:1 ltwr.1 1.,!f\l\T s~ITl-

Jumlah Sis\va

I

I

2

I

I

I

I

'!

-I

I

'

l

I

·-I

I

I

I

l

l

I

l I

Page 110: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

WUavah No. Jckarta Selat3n 1

2

Jakarta Timur 1

2 \ 3

4

-Jakarta Utnra 1

-2

3

4

Ja,va Barat I 1

2

3

Rekapitulasi Lem\>aga Pendidikan llintisrn Inklusi!fe·.rpadu Tingkat Sekc !ah Menengab Pe• t2rna (SMP)

Tahun Ajaran 2006 - 2007 di Jabotabel:

Lembaga Peudidikan SMP Negeri 85

]1. Margasatwa No. 8 ?d. I.abu Cilnndak 12450 -SMPNn6 ]1. Kayu kapur No. 2 Pd. J.abu Cilundak Jakarta SelatBn SMP Negeri 256 ]1. Bnlai Rakyat Cakung Timur Kee. Cnkung 13910 SMPN 193 Jakar1 a Jl. Ujung Menteng L:ec. Cakunglak-Tim tJE· 461277_5 SMPN243 Cininan~ Jakarta Thnur

SMPN223 Jl~ Smi!ang Ps. R1 !10. fak-Tirn SMPN 114 Ser<:'.per Jakarta U(ara SMPN 170 Semper Jakarta U:ara SMP Fikri ]1. Masjid Al-Anfal No. 51 Tugu Sebtan fakarta 14260 SMPl\ 42 Pademangan Jakarta Utara

SMPN 4 Be~casi ]1. Tenggiri Raya Perurar.as IBekasi 17144 tlp 8844'.>4

SMP Taruna Bhakti Jl. I'eka;Juran Curug Kee. Cimanegis Kota Dennk SMP2 Depok ]1. Depok Raya

Jumlah Siswa

1

9

I

I

I

3

1

I

1

I

I

23

Page 111: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Wilaph

Jakarta Sela tan

lkarta Pusat

1karta Timur

karta Urara

karra B,trat

Lngerang

Rekapitulasi Le mbaga Pendidikan ilintisan Inklusi/ . .'.orpadu Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

1 ahun Ajaran 2006 - 2007 di Jabotabek

No. Lembaga Pendidikan

SW. Negeri 6(

1 JI. Bangau III P :I. Labu Cilandak Jakarta Selatan 12450

2 SMA Negeri 46 JI. Masjid Dam salam Blok A J"k-Sel

·3 SMA Negeri 10 l JI. Peninggaran Barat I Keh. Lama Utara Jak-Sel tip. 7239257

4 SMA Negeri 55 JI. Minyak Ray;; Duren Tiga tip. 79?.90371

5 SMA Dami Ma< rif Jl. RS. Fatmawa i No. 45 Cilandak Cipete Selatan

6 SMJ;: MH Tham:in Jl. H.S. N;n.vi Ciputar Raya Situ Gintung Ciputar

7 SMAPGR!3

TI. Pondok Labu IB No. 29 Pondok Labu Cilandak -8 SMEA Darussalam

TI. H. J;:ahfi II N''· 28 Srengseng Sr.wah Jagakarsa 9 SMJ;: Makarya

1:ebayoran lama Jak-Sel

I SMA St. Paulus ;I. Setia J;:awan )\'o. 8 Jakarta Pusat

1 SMA St. Yoseph Perm. Menteng Metropolitan Uju::ig Menteng Cakung

l SMA 114 Rorotan Jakarta Utara

I SMA Pelita 1:udus Jl, Indraloka Raya No. 33A JakB:u:

1 SMAMarkus Jl. MH. Thamrin J;:m 4,5 1:ebor. Nanas Tangerang

Jumlah Siswa

5

-I

l

I

1

l

I

I

I

1

1

l

1

I

18

Page 112: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

f W"•~ Jakarta Pttsat

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Jak.arta Barat

--· Botabek

L

Rekapitulasi Lembaga P~ndidikan Rintisan Iilllusi/ferpadu

Tingkat l'erguruan Tinggi (PT)

Tahun Ajaran 2006 - 2007

di Jabotabelt

No. Lemba~a PendidikaL ·-1 l!nh" .Ar111ajayn

J!. Sudirman Kav, 51 Jakart1 Pusat .

l Univ. I<lra Prnsrn

JI. Nangka No. 58 Tanjung B1rat Jakarta 3elatan

2 l. 1IN .Synrif Hidny.nulhih

JI. Jr. H. juanda No. 92 lak-Sel

::\ llniY. l\Iuha1nn1adiyah

JI. KH. Ahmad Dahlan c:rc.ndeu Ciputat --- -~ Univ. Hamka

·-i. Li1n::n1 II Rink B-5 Keh. Rani hk:1rr:1 Selawn 5 Univ. Prof. Moestopo (Ocragam 1)

JI. Hang Lekir I No. 8 Keb, _Baru

J (rniY. Ne·~eri /akllf['l

JI. Ra\va1nangun Muka Jak-Tm

l lTniY. Tar_llil1llllngara

JL S. Parman

l l.'niY. Indont.>:>in

Dcpok -

2 Uni\. Pa;nuhiJlg

JI. R:iva Pa1nulan1• Cinurnr Tangt<ning -3 Univ. Terbuka

JI. Pondok c~1he R:iva ---

__lto_llliah s~ 3

l

-:~

5

2

l

6

l

I

1

1 l 25

Page 113: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

No : Istimewa

Lamp : Satu Bunde!

Hal : Penzajnan Jndnl Skrips:i

Kepad'I Yth, Ketua Konsentrasi Ke,ejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komrmikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Di

Temp at

Assalamu 'alaikum Wr. Wb

Salam sejahtera kami sampaikan semoga Bap2k sdalu da1an1 lindungan Allah SWT dan sukses dalam segala ak•:ifita>. Amin

Sehubungan dengan penyusunan shipsi s.;bagai persyaratan kelulusan, mc.ka saya yang be'iandatangan di bawah ini :

Nama NlM Prodi Semester

: Ameria Firuauzy : 103054128820 : Konsentrasi Keoejahteraan SosiaJ

. : VIII (delapan)

Bennaksud untuk mengajukan skripsi dengan judul : "Pcndelrntan In ten ensi Mil'.fo Dalam Pelaksanaan Pogram Rehabilitasi Pcnyandang Tunanctra."

Demikian surat ini saya sampaikan, atas persetujuan · dan perhatiannya s~a ·ucapkan terima kasih.

Billahi Taujiq Walhidayah Wassalamu 'alaikum W.-. Wb

Drs. Yusra (illun M.Pd NIP. 150246 92

Jakarta, 16 April 2007

Amcria Firdauzy :NIM. 1030541288~.o

(i!J.J!_,

Page 114: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERl SY ARIF HIDAY A TULLA H .JAKARTA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOJVIUNIKASI

Jin. Ir. H .. Juandn No. 95 Ciputat 15412 Telepon: 743:>728

Nomor: Lamp Hal

Un.01/F5/KrJ1.01.3/ 0i7q /2007 1 ( satu) bundel J

Jakarta, 12- Desember 2007

Bimbingan Skripsi

Kepada Yth. Nafsiah, M.SW Oosen Fakultas Dakwah dan Komunikc1si UIN Syarif Hidayatul:ah Jakarta

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Bersama ini kami sampaikan kepada lbu sebuah judul berikut out line sk;ipsi yang diajukan oieh mahasiswa Fakultm; Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut,

Nam a Nomor Pokok Jurusan /Semester Program Judul Skripsi

Arneria "'irdauzy 103054128820 l<onsen\rasi Kesejahteraan Sosial (Kessos) /IX S1 Pendeka!an lntervensi Mikro dalam Pelaksanaan Prograr1 Rehabilitasi Penyandang Tunanetra.

Penuh harapan knmi kiranya !bu bersedia msmbimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya clalam waktu yang ticlak terlalu lama.

Ata:.i perhatian dan kesediaan lbu i<ami ucapkan terima kasih.

Wassa'amu'a/aikum Wr. Wb.

an. Dekan, Pemba1tu Dekan Bidang Akademik

,,..,

:~ A_ NIP. 150262442!\

ferr:busan : 1. Dekan 2. Ketua Konsentrasi Kesejahteraan Sosial 0 akultas Dakwah dan Komunikasi

Page 115: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

OEPARTEMCN AGAMA UN IVER SIT AS ISLAM NEGEIU

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKUL TAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

Jin. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412

Nomor : Un.01/F5/KM.01.3/ l.C\J3 /2007 Lamp 1 (Satu) bundel Hal : Penelitian/Wawancara

Kepada Yth. Ketua Yayasan Mitra Netra Jakarta Selatan

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Telepon : 7432728

Jakarta, l1 Desember 2007

Dekan Fakultas Dakwah ce,n Komunikasi Ull~ ~3yarif Hidayatullah Jakarta rnenerangkan bahwa mcihasiswa di bawah ini,

Nam a Nomor Pokok Jurusan /Semester Program

Ameria Firdauzy 103054128820 Konsentrasi Kesej2hteraan So>ial (Kessos) /IX S1

bermaksud melaksanak01n penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Pendekatan lntervensi Mikro dalam Pelaksunaan Program Rehabilitasi F enyandang Tunan9tra di Yayasan Mitra Netra.

Sehubung'm denGan itu, k::irrii memoho11 l<.epAda Bapak/lbu kir8nyil dapat menerima maha:>iswa karrii tersehut dalam oelaksanaan penelitian/ wawancc:ra dim1ksud.

Alas perhatian dan kesediaar, Bapak/lbu l<ami ucapKan terima kasih.

Wassa/amu'alaiku'TI Wr. Wb.

embusan · . Pembantu Dekan I . Ketua Konsentrasi Kessos akult3S Dakwah dan Komunikasi

Dekan,

(Di'. Murodi, M.A Nii". 150254102.!'

1

Page 116: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

YAYASAN MI'fRA NETllA Pendidikan & Pengembangan 'funanetra

J'1,,f ,!i ll '-,i,L1i1a lh.:,_ '"l' ·' ''. l ! S11L,i11:;1n :..! :-.>r!'lll i\ 1,,

~"1. Tn, . .i1r111 JI.Gunung Ralong II No.58 Lebuk Bulus III Jnkarta Sclatan 12440

Telp : 021-7651386 Fax: 021-7655264

I',,-,

-ll I \\I \7 (JO.</

JJL1rt;i, I c11,1k llu:u~ l-0002107(;.12 Email: [email protected] Website : http://www.mitrenetra.or.id !!2'-'l.t~l::.:__:i

SURAT KETE:'RANGAN PE"ll:l.ITIAN No. 094/YMN/VI/2008

DVi H,1nfr·1:1g B:1

Yang bertanda tangan di bawah ini Wakil Direk~ur Eksekutif Yuyasan Mitra Netra, menerangkan bahwa:

Nam a NIM Fak/Jurusan

Amerio Firdauzy 103054128820 Dakwah & Komunikas' UIN Syarit HidayatulJ.1h Jakarta

telah melakukan penelitian di Yayasan Mitra Ne.tra dari bulan Maret-April 2008 (1 bulan) untuk tujuan pcnelitian penulisan S!<ripsi 51 den9an judul Pendekatan Intervensi Mikro Dalam Pelaksanaan Pl'ogram Reh.:!bi/itasi Tunanetra di Yayasan Mitra Netra.

Demikian sur.:it keterangan ini kami b·Jat agar dapat dipergunakan sebagaimana mes'!"inya.

Page 117: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

LAMPIFAN HA SIL WA W ANCAR.A

SUBJEK PENELITIAN

Page 118: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

NaaSumber : Dra Ri:ir,ti Ekowati

Hari!fanggal/Waktu : Kamis, 13 Maret 200811 ~.CO WIB

Hasi! Wawancara.

1. Bagaimanakah latar blakang!Jandasan lahirnya Program Rehabilitasi:

Seperti kita ketahui bahwa, seluruh kegiata.i yang ada di MN, dalam bentuk

layanan dan pen<lampingan itu selalu di<lasarla:n pada kebutuhan tunanetra itu

sendiri. Jadi kita selai u melihat bahwa hal apa yang bisa di berikan kepada

tunanetra, tetapi itu sangat dibutuhkan, dan tidak bisa lepr.s dari perkembangan

dari si tunan~tra itu sendiri. Jadi contohnya, misah1ya. Tunanetra yang mengalami

l etunanetrarumya itu pada usia dewasa. Nah ini lean mell1butuhkan rehabilitasi,

karena biasanya orang yang barn tunanetra itu g1 mr:anga jiwanya hebat ya. Dan

dia tidak akan bisa rnelakukan apapun kalau memang belum direhabilitasi. Karena .•

mental kan dasar ya. Jadi, disini kita melihat ada beberapa kebutuhan. Pertarna,

dalam konseling. Dari konseling ini, kita bisa mengl':t8hui bahwa masalah yang

dihadapi itu apa. Dari m1salah ini, tunanetra ters•!but punya potensi apa yang bisa

dikembangkan. Lalu untuk mencapai suatu keahlian apa yang harus dirniliki

teritunya, t>1na.1etra ini musti C::i rchabilita~i <lulu ya. Mi'll1lnya, d1.,-ng110

r.1emberikan pelatihan-pdatihan, mcngetik I 0 j~ri. lalu komputer bicara. Mcngapa

harus mengetik 10 jari? Karena mungkin orang berpen<lapat mengetik itu

sebenarnya sudah ketinggalan, dan sekarang sudal1 zarnarmya teknologi. Tapi bagi

turnm.etra itu tidak bisa ditinggalkan. Karena mungkin waktu dia berpenglihata'1,

masih jadi, orang awas, mengetiknya 11 jari, tapi dengan keadaannya sekarang,

mau enggak mau hr.rus I 0 jari karena kita mengandalkan pada keterampilan tuts

dalam mengoperasikan komputer. Jadi, mau enggak man, mengetik I 0 jari

menjadi pra.3yarat untuk bisa mengikuti kilfSus koputer bieara.

2. Bagainmna urgensi dari prog1arn rehabilitasi?

Urgensi dari rehabilitasi sangat tergantung pada kondisi dan kebutuhan

klien. urgensi untuk klien usia lamank-kanalc, remaja, dewasa, bahkan lansia tentu

saja berbeda. Apabila klien komli~i mental baik-baik saja, maka klien tersebut

dapat melanjutka n k•~ layanan berikumya, tar1pa hams konseling terlebih dahulu.

Page 119: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Sehingga urgensi rehabilitasi paca sctiap klien akan sesnai dengan kondisi <lan

kebutuhan klien.

3. Apa yang menjadi khas dari program rehabilitasi di Yayasan Mitra Netra?

Mungldn berheda dengan Oiganisasi lain dalam menanggapi hal

rehabilitasi untuk ldien-klien mereka fadi MN melihat suatu masalah itu dengan

solusi yang bisa dimuncnlkan tetari st:snai dengan kebntuhan. Seperti misalnya

program konseling. Konseling ini, kenapa konseJ,Jmya musti tunanetra? Kalan

sebenarnya kita bisa saja, rekrut yang berpenglihatlm tapi, apakah yang

berpenglihatan itu bisa membr!rikan yang terbaik bagi anak-anak twianetra, bisa

menyampaikan peng1~amm1-penga'.aman yang dialami sendiri. Karena

pengalaman yang dial<lllli sendiri itu pasti bisa lebih meyakinkan sebetulnya.

V .alau kita lihat dari sisi itu, pasti yfillg lebih unggul adalah yang sesama

tunanetra. Karena yang pertfilna, pasti akan lebi h empati, dan pengalaman kita di

MN, biasanya tunanetra baru itu akm1 lebih mendengarkan koselor yang sesama

tunanetra. Karena dia percaya bahwa, konselor itujuga pemah mengalami se?ert,.

dirinya. Contoh, seperti. orang berpenglihatan bilang: " Ya, udah sabar aja mas,

mbak, ini suatu cobaan." Pasti dia akan bilang: "Pantes aj kamu ngomong gitu,

karena kanrn tidak menjadi tunanelra. Coba bayi:ngkan yang menjadi tunanetra itu

adalah kamu, pasti kamu juga akan seperti saya." Pasti kekecewaannya akan

seperti itu. Tapi kalau yang bicara itu adalah tunanetra, pasti dia juga akm1 man

mendengar, karena dia paham orang itn juga mern:;akan seperti apa yang dia

rasakan.

4. Jejaring atau networking dalam pelaksanaan program rehabilitasi?

Kareua kita bcranggapan bahwa ilmn yang ada sekarang itu, pasti akan

bei·kembang juga dM mungkin aja <li atas kita itu ada yang iilmunya itu lebih baik,

misalnya suatu lembaga lain. Kenapa akhirnya MN memilih berjejaring?

Seringkali kita kerjasama dalam memberikan c.ipacity building untuk staff.

Misalnya kita kerjasana dalam menyelenggarakan pclatilianc w1tuk pma instruktur

orientasi dan mobilitas. Itu, misalnya kita kerja sama dengan SLB, Hellen Keller,

untnk medapatkan ilmu mutakhir bagaimana c ara menge<riel'tasikan tunanetra

Page 120: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

barn, terhadap lingkungan-lingkungannya. Begitujuga dengan konseling. Jadi kita

selalu mengikuti kemaj uan dari pr ogram-prograrn ini.

5. Proses dalam pelaksanaan program reabilitasi ini?

Biasanya pintunya itu aaalah kon~eling. Karena kita melihat hat.wa, setiap

orang yang harus direhabilitasi itu, lebih seilat dulu mentalnya. Nanti dari

konseling itu barn, si konselor menunjukkan scbenamya apa sih yang dibutuhkan

oleh si tunanctra ini. A pa dia bisa langsung dida ftarkan ke sekolah, atau dia harus

mengikuti rehabilitasi dulu, misalnya OM r.ya, apa dia harus berlatih Braille.

Apakah dia harus ffi<!ngikuti konseling :lulu, jrmgan ngapa-ngapain, karena

misalnya goncar.gan j iwanya terla111 hebat. A tau misalnya dia bisa langsung

sekolah, atau bisa langsnng diajarkan akses tekrologi. Misalnya dia mengetiknya

sudah hafal 11 jari, dm pendidikan awalnya sudah baik, dia sudah menguasai

komputcr. Jadi biasanya kita awali deng'l!l progrnm konseling.

6. Bagaim:ma peran keluarga dan kelompok dala.11 proses rehabiliIBSi tersebut?

Iya pastinya keluarga itu sangat menduku11g. K.etika kita akan melakukan

rehahilitasi, tentu !dta tidak hanya herhubungan sama orang yang bersangkutan

tapi juga denga keluarga. Biasanya itu 'lltmcul, seperti dalam konseling. Dmam

kinseling biasanya jadi terungkap, sebenarnya yang harus mendukung program ini

siapa aja. Misalnya, bisa aja, keluarga, adik, kakak, orang tua, bisa juga

lingkungan, bbajuga sekolah. Jaai, s<!benamya untuk memulihkan kondisi r..iental

seseorang itu, harus ada keputu5all dari ber'oagai pihak. Tergantung, di mana

masalah ini sebenarnya terjadi.

Misalnya untuk si pelajar ya, bisa aja akhimya karena. di sekolah itu belum

me'lguasai bagaimana menangani tunanetra, bisa aja tunan.etra ini jadi stress Ji

sekolah. Ini berarti yang harus didekati adalah gurunya, mungk.in kepala st:kolah,

mungkin guru hidar.g studi Mate;natika yang cenderung galak. Jadi konseling ini

bisa melebar akhimya, misalny ke gunmya. Terns IPisalnya, teman-teman mereka

di sekolah juga berpengaruh, konseling juga melebar kepada teman-temannya.

Jadi, berbagai pihak yang menjadi pemicu dari timbulnya suatu masalah itu bisa di

dekati dengan proses konseling.

Page 121: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

7. Bagaimana proses rehabilitasi ini dapat membantu !<lien dalam mengatasi

permasala11annya?

Yang pasti, seperti yang tacli cli awal saya katakan ba!iwa, program

rehabilitasi biasanya diawali deng,an konse!ing, tapi juga e.1ggak melu!u begitu.

Karena ketika kita melihat, ah kayaknya baik-baik qja kok mentalnya. Jadi bisa

langsung dl!ch, yang tadi s1ya ceritakan, bisa langsung OM, bisa langsnng

sekola!i, bisa ikut pelatihan abakus, B. ;nggris dan lain sebagainya.

J adi program rehabilitasi i11i kita tidak kaku, oh semua harus melalui

konseling. Jadi kita haius bisa melihat juga ketika orang itu datang ke kita, kita

terima d:a dan kayaknya dia udah enjoy dengan keadaannya. Ya kita bisa lanjut

melakukan proses yang lain. Jadi seperti yang saya katakan di awal, tidE'c harus

mutlak ya. Semuanya bisa fleksfoel dijalankan.

9. Bagaimana efektivitas proses rehabilitasi?

Sementara ini dari awal sampai saat ini, sangat efektif. Karena kalau kita

tidak adakan rehabilitasi, langsung saja kita j·~jali dengan hal-hal ketunanetraan

yang harus dia kenal, tentu tidak akan efektif. Karena kaJau dia be!Ull1 siap

mentalnya menjadi tunanetra, yang !cita ajarin akan jadi tidak berguna. Tapi kalau

dia sudali menyadari, "Oh, saya sekarang tunanetra, nali saya harus mt::ncari

langkali baru supaya bisa sukses."

Selama ini program rehabilitasi ini sangat berpengaruh dalam suksesnya

tunanetra dalam lingkungan soda!, lingkungari keluarga, dalam menempuh

prestasi. Makanya sampai sekarang hams diselenggarakrn1 terun. Pasti kalau orang

baru menerirna ketunanetraannya itu ma;;ih banyak kerikil·-kerikil. Ya pa~ti bukan

orang itu aja, tetapi kdtwganya.

Page 122: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Nara sumber : Tolha.s Damanik, S. 'Pd

Hari/Tanggal/Waktu : Jur.1'at, 7 Maret 2008 I 08.00 WIB

Hasil Wawancara

I. Bagaimana latar belakang atau landasan filosofis prognim rehabilitasi?

jurli landJSan filosofisny adalaJ> melakukan khususnya di Mitra Netra, karena

rehabilitasi scndiri sebcnarnya boleh dikatakan sebagai upaya mcmulihkan. Ml!mulihkan

dalam konteks tunanetra. Kita bicara tentang adanya tunanet::a yang barn, yang kita

pi:Cirkan adalah adalah bagaimana memulihkan kondisi mental dan juga fungsi mereka.

Artinya sebenarnya ketika met·eka menjadi tunanetra, itu kan mereka berhadapan pada

suatu kondisi yang mt ngkin akan herbeda <lengan kor.disi ketika mereka masih melihat.

Ini maksudnya untuk tunanetra barn yang bukan c!ari kecil. Jadi ketika kita bicara

pemulihan mental tentuny'I juga karena S•!seorang trnn:unya tidal: akan pe:nah siap untuk

menjadi tunanetra, oleh karenanya kita memerlukan satu tahapan, satu proses atau bentuk

bantuan yang bisa membuat mereka mencapa; satu proses pemulihan mental. Misalnya

yang tidak menerima kondisinya menjadi menerima, yang tidak mampu memutuskan

tahapan hidupnya setelali tunanetra menjaoi mamµu memutuskan tahapan hidupnya

kemudian, yang tidak ~ercaya diri menjadi percaya diri, yang tidak mandiri secara mental

· menjadi mandiri secani mental. Jadi dari yang tid:ik manipu menyelesaikan masalah

menjadi mampu, dan yang i;utus a~a m<!njadi punya pengharapan. Jadi itu kalau dari

sudut mental. Kemudian apa yang dimaksud pemulihan fungsi? Karena, menjadi

t·manetra, seolah-seolali dia menjadi kehilangan fungsi. Dia tidak bisa berbuat apa-apa,

dia tidak bisa melakukan sesuatu, beke1ja misalnya, mencari nafkah bagi orang yang

sudah orang tua mirnlnyn, menjadi " tidak berguna". Tetapi sebenarnya kita melihat

baliwa sehenarnya kita melihat baliwa sebenarnya ketika mereka diberikan rehabilitasi,

mereka akan kembali bisa berfungsi <li masyarakat sesuai dengan tuntutan masyarakat

secara optimal. Pemulihan fimgsi inilah yang coba kita lakukan melalui berba3ai proses,

berhagai tahapan, sehingga mereka tid<ik menjadi tidak berlimg8i alias bergantung rada

orang lain, tetapi mt'reka berfimgsi dan bermalma dalam kehidupan masyarakat sekitar

dan keluarganya.

Page 123: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

2. Urgensi dari program rehabilitasi ini'?

Karena bayangkan blau seorang tunanetra tidak mendapatkan rehnbilitasi kita

bicara dari satu sisi, tidak mendapatkan rehabilitr,si karena se!Jenarnya ada rehal:>ilitasi

bcntuk lain. Kalau dia tidak mendapatkan rehabiHtasi otomatis dia tidak akan bisa apa­

apa. B11yangkan seorang yang tadinya bisu melihat bisa membaca, terus g bisa membaca.

Ka!Pu dia tidak diberikan alternatif lail1 untuk dia bisa kembali membaca, dia tentunya

akan merasa dunianya sudah tidak bisa bersahabat lagi dengan dia. Untuk itu dalam

rehabilitasi kita berikan Braille. Kalan seorang tunanetra dia tidak bisa memiliki

keterampilan untuk bisa berjalan, untuk bir.a melakukan "activity daily living' di

kehidupan sehari-hari, mau gimana gitu. Apalagi kalau kita berbicara sebenamya dalam

tatanan yang paling dar.ar, tentang bagdmana dia bisa menerima diri. Kalau seorang

tunanetra baru, bayangkan dia akan cenderung apatis, C":n<lerung putus asa, cenderung

berpikir 'Ini akujadi begini karena siapa'?', dia menyalahkan gitu /oh. Dan takjarang kira

menemukan ketika mereka C.alam kondisi rutus asa, dalam titik tcrtentu bisa jadi mereka

mungkin memilih untuk mengakhiri hidup saja. Ya, mungkin bagi orang meiihatnya seh,

'Oh, ya sudat, tadinya terus tunanetra ol:e !ah gitu'. Tapi yang sering terlihat, keriapa

realitas ini menjadi penting, karena tid&k akan pemah ada orang yang bisa mengerti dia.

Tida\ akan pemah ada orang yang bisa mencapai <:mp2ti yang betul-betul san1pai - betul­

betul memahami. Jadi, dan yang spesifik di Mitra Netra adalah rehabilitasi yang

dilakukan oleh seorang tunanetra, ciri khasnya di situ. Su pa ya tidak ada kata-kata yang

mengatakan, 'Oh, kamu gak merasak:m apa yang saya rasakan'. Kem:irin aku juga dapat

klien no. 33, dia tadinya sempat bekerja di Jakarta Utarl'.. Ketika banyak orang masuk ke

dia, ketika banyak orang yang memberi n:::sihat ke dia. !tu tukan rnenguntungkan ke dia,

malah membuat dia makin putns asa, i<arena dnlam dirinya dia selalu mengatakan 'Anda

kan gak merasakan yang saya rasakan sckarang.' Jadi ada beberapa poin, yang pertama

bahwa memang mercka butvh satu pegangan itu harus diberikan pada orang ) ang tepat.

!tu urgensinya, kalau tirJak ditolong, efeknya ya, me:eka akan ;:ampai pada satu titik

mungkin gangguan psikologis, hambatan psikologis, dan yang jelas mer"ka tidak bisa

hidup secara berkualitas, yang jelas begitu. ltu disatu sisi. Nah itu aku bicara rehabilitasi

dan tidak direhabilitasi. Nah ada lagi rehabilitasi bentuk lain yang selama ini

dikembangkan khususnya uutuk tunanetra. Banyak •)rang berpikir bahwa lam jenis

Page 124: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

rehabilitasi ada beberapa ya, rchabilitasi medis, rehab; Iitasi sosial, pendidikan, ekonomi,

seperti itu ya. Nah orang banyak berpikir bahwa pc la rehabilitasi sosial itu han;alah

cukup dengan mengirimkan si tunanetra ke panti-panti rchabilitasi, memasukkan saja

mereka tanpa pemah memikirkan harapan nantinya ara. hdi ketika mereka dimasl'kkan

ke panti rehabilitasi, mereka hanya dipekenalkan begini, 'Begiui /oh kehidupan

tunanetra', mungkin tan pa konseling, iya tanpa macam.maca111. Jadi hanya dismuh ngikut

aja. Nah ini bisajadi neraka tersendiri, bagi seorang yang oaru menjadi tunanetra. Karena

bayangkan dia disuruh ikut kegiatan yang dia sendiri gak t'lhu pentingnya apa. urgensi

apa mufti ikut. Jadi yang mau aku katakan adalah terbdang l:ita tidak pernali mcndengar

suara hatinya mereka. Mereka- harusnya yang terjadi adalah mere:ka memilih. 'Aku mau

Braille', 'Aku mau belajar OM', 'Aku mau ini '. Jadi, sehingga yang kita lalc1kan pada

rnereka bukanlah lagi-lagi menyudutkan mereka. Nah, rehabilitasi, yang kedua mereka

butuh rehabilitasi yang teµat. Jadi rehabilitasi yang tepat ini adalah kata kunci di Mitra

Netra.

3. Jenis pelayanan dan fasilitas rehabilitasi yang diberikan?

Jadi memang jenis dan layanan yang diberikan, kita lebih spesifik pad!I layanan

konseling untuk tunanetra olch lconsclor tunanetra. Dbitulah leta'c uniknya. Jadi kalau

tujuannya sudah jelas /ah ya. Mernang kita ingin, mernang tujuan yang dicapai adalah

optim ·,1, kemungkinan berempati secara optinnl. Kemudian si konselor memang talm

betul apa yang menjadi problem umum, problem khusu;;, si konJelor bisa menjadi model

pengembangan diri kliennya. Jadi, kcmudian dalam kontcks pelayanan rehabilitasi dan

konsding, kita juga memberikan ketcrampilan-keterampilan dasar yang tentunya akan

juga menunjang proses. Jadi hasic skill yang Jiarus dimiliki adalah misalnya baca tulis

Braille. Karena memang b:i•oa tulis baca Braille mznjadi kebutuhan. Orang butuh

informasi, orang butuh membaca. Kemudian kita aj:wkan juga yang namanya

Orientation and Mobility (CM) training. Bagaimana dia bisa bergerak, berpindah,

mengetahui apa yang ada di sekitamya. Karena memang hambatan penglihatan

5ebenamya akan membuat orang berada dalam satu kesulitan. Tadinya orang berpikir

1?0% cara dia hidup ditopang oleh mata, tapi ketika dia tidak punya mata - berarti sangat

sangat fatal. Tetapi dengan OM training itu bisa lebih baik. Nah, kemudia.i kenapa juga

Page 125: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

orier.tation and mobility training? Kru-ena sebenarnya gi11i, setiap orang yang baru

menji.di tunanetra dia akan tanya bagaimanu caranya rnpaya '.'.'.rn tidak bergantung pada

orang lain'. Tetapi kita tidak hanya bisa tihng, 'Pokonya kamu ha.rus gini'. Tetapi ketika

dia punya Braille, ketika dia punya OM tadi, dia akan merasa begitu mandiri, 'Oh

temyata bisa ya'. Jadi gitu, menunjan.s -· konseling ddak bisa berjalan sendiri. Nah,

kemudian dalam rangka membantu mert'ka juga kita biasanya pun:1a yang namanya home

visit.

Jadi kita mengunjungi klien denpn bebarapa tujuan. Pertmna, untuk mendalami

dan menggali informasi yang tentunya aka'1 bermanfaat dan menunjang proses konseling

itu s~ndiri. Kedua, dari pror,es home vi iit itu bisa juga kfra memberikan st'macam

penyuluhan/informasi kepr:da lingkungan terdekat, seperti keluarga. Supaya rnereka jug>

turut dalam proses ini. Karena si klicn gak bisa ngeljain sendiri - mcnyelesaikan

masalahnya mereka hr.c:us ikur.

Kemudian juga, untuk tunanetra us;a dini. lni juga masih dalam pcmikiran kita

karena kita masih selalu :11encob.1 untuk memiliki satu ke depan. Memang kita

menginginkan punya satu, semacam interVf:nsi dini, early int';n•ention. Tapi mungkir:

belum bisa kita wujudkan sekarang. Maka hal-hal lain yang bisa kita lakukan memang

adaluh secara rutin berkomunikasi dehga11 para orang tua. Dan beberapa tahun yang

sebelumnya. Sebelum tahun 2008, kita pun ya parent sug>ort group. lni kita hkukan juga

karena banyak orang tua bertr.nya apa yang musti mereka lakukan untuk anaknya. Tetapi

karena memang di negara kita belum ada satu, .. di luar negeri kan ketika ar.ak labir dan

ketuhuan di rumah sakit dia ·nemiliki satu humbatan, maka pemcrintah setempat harur

mcngirimkan social worker untuk mendampingi orang tuallya scjak dari situ. Tapi di kita

kan belum ada. Akhimya orang tua menjadi satu-srn unya orang yang berjuang untuk

bagaimana mendidik anaknya. !tu sebabnya 'dtu selalu menge1:1bangkan sharing di antara

orang tua. Selain mereka bi!:a berkomunil:asi dan rr emikirkan apa yang paling tepat

untuk anak. Jadi itu, kita jt.ga dalam beberapa hal coba mengembangkan asesmen­

a.scsmcn yang tujuannya adalah menget2hui problem-problem umum tunanetra. Mungkin

dengan alat-alat yang sederhana.

Karena memang Mitra Netra foirus pada pendidiknn, maka kitajuga m~ndampingi

para siswa dalmn bentuk mernberikan konsding pendidikan. Kemudian juga, kita akan

Page 126: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

mcngarah pada program kctcnagakcrjaan. Kita jugG mcngadakan program konseling

karir. Karena pckcrjaan tmt:ik tunanetra menjadi sangat penting. Tctapi ini menjadi !ahan

yang masih seperti hutan belantara, belwn tergarap dan kita masih coba mendevelop. Jadi

masih dalam tahap ini. Tetnpi yang kita pikirkan bahw1 adalah Sf:jak SMP, SMA, mereka

sudah m:Jai memkirkan mereka mau j.'ldi apa. Karena memang hidup dalam kondisi

terdiskriminasi kadang membuat si tunvnetra tidak hanya tidak mampu berb·1at apa-apa,

tetapi secara mental juga mereka mercka lcmah. Mere.l;a tidak mampu memutw.:kan nanti

besar 'Aku mau jadi ini'. Kzrena mercka seperti melihat masa depannya gelap. Stigma

masyarakat terlrlu kuat untuk mereka. Jadi hanya tunnetra yang kuatlah yang secarn

mental kuat, yang sejak mis:ilnya SMP, SMA dia sudah memikirkan, 'Oh, aku mau jaC:i

guru'. Makanya sejak SMA dia muL1i fokus dan kuliah, dia. masuK ke institus1 keguruan

misalnya. Jadi memang be::ul-bctul sebuah step, yang memang layaknya orang mau

berkarir. Jadi itu heberapa layanan yang kita berikan.

Komudian untuk fasilitas, di sini m~mang kita masih punya kendala. Kendala

kerena rehabilitasi bclum punya rur.ngan scndiri - masih nomaden. Kemudian kalau

untuk yang lain-lain, alat bmitu kita sudah punya ya . .ladi memang yang paling penting

sekarang yang harus kita pikirkan ruangan - agar !ebih optimal.

4. SDM pelaksana?

Selama ini memang kita hanya punya satu "onsclor. Tctapi memang di Mitra ada

bebempa teman yang menjalani training baik o!el: Univcrsitas Atmajaya maupun

Universitas Negeri Jakarta ur.tuk juga bisa melakukan lwnscling. Jadi wala1pun mercka

tidak berada di area rehabilitasi, t.:tapi dalam casc:-case tertc:nt, mcrcka juga bisa

dilibatkan. Mbak Arya, Mas lrwan, Mbak Rini, Mas Moji, itu sudah dapat pclatihan. Jadi

kalau misalnya in case aku ,5ak ada, itu kadang-kada;ig Mbal; Arya handle gilu. Jadi

kalau memang kita tetap concern pada konse!ing untul. tunanetra oleh sesama tunanetra

itu tadi.

- Untuk instrukruktur OM?

Ya, untuk instruktur 0111 juga kita belum punyu sendiri. Nah, beberapa tahun yang

lulu kita bekerja sama dengar SLB PTN un:uk melibatkan juga instruktur OM yang ada

di sana. Tetapi karena di sana juga banyak dibutuhkan, akhimya pada tahun 2006, kita

Page 127: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

mcmutuskan untuk mdatih st.aff kita scndiri untuk rndnkukan training. Ada 6 staff yang

disiapkan untuk menjadi trainer, seandainya ada klicu yang mcmbutuhkan. Karena kan

Mitra Netra bukan organisasi yang besar.

Terus yang kcdua pennasalahannya rehabilitasi adalah satu program yang mcmang

agak sulit untuk mcncari donatur. Karena biasanya kctika orang akan mcndonasi suatu

program, akan tanya goalnya berapa. Tctapi kan dalam rchabilit.asi kita tidak bisa bilang

goal11ya sckian. Karena yang pcrtama, mernang kita harus menemukan , mau goal kayak

apa. Apa yang mm;t: dinilai. Apa kualitas orang hasil direhabilitasi kah, atau

kuantita:mya Kita :idak mau terjebak hanya pada kuanti1as - mcnyebutkan sekian. Tetapi

kita tidak melihat kualitas. Jadi memang banyak;imding yang ingin kelihatan, rnisalnya

kalau kita bilang, 'Mungkin satu bulan aku bisa 200 klien', wh i1u mungkin mereka mau.

Tapi ya, temyata memang t'1dak sampai segitu, masa kita berharap scseorang menjadi

tunanetra setiap bulan.

5. Jejaringlnetworking dalam pelaksanaaa p.-ogram rehabilitasi?

Ok, jejaring atau networking. ini lm..1 kerja LSM, memang sih idee.lnya kita bisa

melakukan segala sesuatunya sendiri. Tap} itu gak mungkin, oleh sebabnya ... oh iya, •.adi

juga musti a'rn tarnbahkan tahun kcmarin kita sudah starting untuk pcmagangan dua

orang konselor, dengan harapan mereka akan siap ketika ada dana. Tahun ini harusnya

mcrcka sudah siap dihire, tapi mcmang sampai saat ini f,clum ada litik tcrang.

Ok, tadi pertanyaannya berjejaring ya,. yang jelas kita berjejaring dengan rlokte1

mata RS Cipto, Aini, Jakarta Eye Centre;.

Untuk rchabilitasi medis?

!ya, rehabilitasi medis, sekaligus juga bagaimana mcreka bisa merujuk langsung.

Jadi kalau ada pasien-pasien yang m<::nang kemungkinan kesembuhannya kecil,

sememara dokter jugu mungkin tidak punya informasi apa yang rnusti mereka ldkukan,

apa yang musti mereka sarankan. Biasanya merujuk ke kita. Kemudian juga kita

bcrjejaring dengan unit low rision Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia -pen.) untuk

melakukan asesmen fungsi mata. Karem ketika men et apkan :raining yang harus diikuti

adalah A, B, C, D. Tentunya kitajuga ingin, katakan l2h tunanetrajuga kan tidak melJlu

Page 128: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

totally blind ya. Kita masih ccrharap ada fungsi atau pcnglihatan y;ing bisa dioptimalkan,

kita bckcrja sama c!cngan mcrcka.

Kcmudian kita bckcrja ~-ama juga dcngan lcmbai;a-lcmbaga pcrguruan tinggi sc9crti

Univcrsitas Atmajaya dan Univcrsitas Ncgcri Jakarta (UNJ) d1lam rangk" pcngcmbangan

SDM. Kcmudian juga dalan1 rangka mc:mbcrikan lay.unan, kita juga bckcrja sama dc:ngan

organisasi scjcnis, scpcrti Rr.winala, karcna di sana juga k1ta suka bikin parent support

group hareng-bareng. Kcm11dian juga misalnya kc rnarin kita dcngan Hr.lien Keller

International, mcngcmba.•gkm - dalam rangka mensuppo<t pcndidikan inklusi bagi

tunanctra di DKI. Kcmudian juga Bunda Suci - dalam rangka mcrd:a mcncmukan pa:-a

tunan.:!tra di lingkungan masyarakat ya:Jg bclum dirchabilitasi dan mcngirimkan kc kita.

Dan kcmudian juga mcmang banyak sih network yang kita bangun. Dcngan

pcngcmbangan bimbingan karir, nanti kita juga akan mcngcmbangkan motivation

trail;ing para tnnanctra, kar-::.na itu mcrupakan bagian dari rc:habilitasi mental yang

pcnting. Banyak kcgiatan yang gak bisa scndiri.

6. Proses pclaksanaan?

P :oscs, hiasanya akan k ita mt:.lai dari bagaimana mcrcka bisa sampai kG sini. Ada

bcbcrapa model. Yang pcrtmm, mcmang scpcrti saya katakan, doktcr yang mcrujuk dari

rumah sakit atau klinik mata yang mcrujuk kcmudiaa. Klien yang datang atas informasi

yang rncrcka dapatkan, baik dari media massa atau brosur yang mcrcka dapat di ru;nah

sakit, karcna kita mcnycbarkan brosur juga di rumah sakit.

Jadi mcrcka datang, m1~rcka biasanya akan tclcpor. dulu kc Mitra, janjian untuk

kctcmu. Kcmudian bila, dari yang datang atas kcinl~inan scndiri, datang dari rujukan

doktcr, atau kantor yang k::tryawannya mcnjadi tuamctra, ada juga kita mcndapat

informasi dari masyarakat. Nah, ini yang unik. Kita mc:idapat informasi dari masyarakat,

dan kita musti kc sana - jcmput bola. Kadang-kadang juga ada case tunanctra malah

discnb~myikan d:ilam rumah, ada lmsusnya, rli dacruh pondok kopi ada. Pcrtanla kali

didckati gak mau.

Kalau bisa datang kc Mitra kita buatkan jalan, kita bcrtcmu, kita mulai dcngan

proses konscling awal. Mc:nggali inform~.si dari mcrcka, kdnginan mcrcka, kondisinya

scpcrti apa, kita juga mcnycpakati dulu kita mau ngapcrin. Apa sih tujuan dari konscling

Page 129: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

sccara khusus maupun rch<ibilitasi itu maunya apa. Ada yang bilang misalnya, 'Saya

ingin tahu kclanjutannya musti gimana', ada yang bil;mg, 'Saya '.ngin mandiri dulu', atau

ada yang gak ada tujuannya.

Jadi kalau k::.mu lihat ;1da klicn ku yang pcrcm\)uan cc;ntohnya, itu adalah scorang

yang bcgitu ecrdas. Dia sudah dua tahun gak ngapa-ngapain. Akhim:va dia sepcrti

tcrjcbak dalam pcmikirannya scndiri. Tid'.<k bisa mcn~1cbutkar dia mau ngapain. Padahal,

dia sangat cerdas. Kalau itu bisa dilakukan, kcmudian kit'l lihat. Kita !akukan satu proses

yan-s ak"U bilang tadi bagaimana din bisa scjak awal mubi berpikir tcntang kchidupannya

pascn menjadi tunanctra. Ya, salah satunya tujuann:ia, kita coba mcngajak dia untuk

mulai menerima kondisinya. Proses ini bukan satu prose; yang mudah. Karena biasan)a

mereka akar1 pasang surut, naik turun. Nah, oleh kar~nanya kita musti lihat apakah kita

masih butuh home visit. Apz.kah kita juga masih butuh :r.emanggil keluarganya yang lain.

Semoga proses itu ada titik terang, 'Mu::1gkin saya akan starting dengan belajrr', kita

akan eoba. Itu sebabnya, rremang Mitra Netra, kalau yang basic program itu gak ada

jadwalnya, yang mai1 selesai satu bulan, mau selesai dua bulan, karena memang itu

bagian dari proses rehabilitasi itu sendiri. Kita mulni dengan mcngajak dia, 'Ayo

bagaimana kalau misalnya kamu Lehjar Bmille dulu, bagaimana kalau kamu bclajar

orientation and .~10bility dulu'. Dari pengalaman, bias:•nya kctika mcrckl: sudah

mengenal yang nammya baca tulis, terns mrngcnal juga orientation and m'.Jbi!ity s.Cill,

dia akan m~rasa comfort, kcpereayaan dirinya batik, 'Oh, tcmyata bisa ya', dia tadinya

merasa gak bisa baea, 'Oh hisa ya al:u jalan sendiri'.

Ada juga yang kondisin:va masih loiv vision, tapi dia mcrasa sudah totally blind.

Jadi ketika datang itu, aim gak jarang m~nemui klien yang model kayak gini. Dia datang

dengan bilang, 'Aku dah gak bisa apa-apa, aku gak bisa lihat, aku gak bisa apa-apa'.

Tetapi setelah 2-3 kali pertemuan, dia bilang, 'Aku temyata masih bisa lihat huruf besar­

besar yJ, aku temyata masih bisa jalan sendiri ya'. Ada yang tad in ya ketika keluar pun

sudah merasa harus pakai kaeamata hitam, karena selalu mcrasa silau. Tapi ini kan

sebepamya euma psikosomatis yang harus diselcsaiknn dulu gitu. Temyata dia bisajalim

ta.1pa kaeamata, gak silau tuh, malah !Jisa jalan scndiri. ;adi scringkali case-case kayak

gini ketemu. Memang awalnya ini mepjadi pencntu banget. Kita mcngenal betul-betul,

siapa sih yang datang kc kita, siapa sih klicn kita ini - jadi proses itu.

Page 130: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Kemudian kita aj::irkan juga si klie;i itu masuk ke komunitas tunanctra itu s~ndiri.

)ia dB.tang kc sini, dia berbicara dengan ternan-teman yang ada di sekitarnya, tunanetra

uga, ':>erbagi pengalaman, dan dia melihat r.pa yang dilakukan oleh tunanetra lain, 'Oh

ernyata rnereka bisa kornputer', 'Oh temyata rnereka bisa sekol.ah, kuliah, ternyata bisa

nacam·-macarn. Nah, itu bist, menjadi motivnsi yang luar biasa. Jadi kita tidak perlu

nendirect dia individually, 'Karnu harus gini', t~tap) enggak dia bclajar melalui proses

n•!nemukan. !tu yang coba kit a lakukan di sini. Sehin:;ga dari proses menemukan ini, dan

Jia mulai rnencoba dari diriny1 sendiri, dari hasic ski!' itt1, lz.mbat laun dia bisa mengikuti

:emua proses, akhimya dia memutuskan, 'Ok, aku s~kolah', 'Ok, aku ingin kerja lagi',

Ok, aku ingin kita bisa mern buat sebuah kc:-n1itmen·. Jadi itulah langkah-langkah yang

:e>ba kita am bi I.

7. Bagaimana indivi::lu, keluarga, kelompok/komunitas berperan dallm preses

rehabili'.asi tersebut?

Yang pertama mcmang kita selalu berharap !:ecara individu si klien untuk bisa

bctul-b-:tul komit mengiktJti proses itu, dan raembuat tujuannya scndiri, it'l yar.g kita

harapkan dari individu. Sehingga ketika kita berkomitmen untuk bertemu, kita komitmen

untuk rnelakukan sesuatu itu berarti, dia harus bisa la1.rnkan secara mandiri. Tapi mcmang

individu, keluarga, dan kclompok mccnang tidak bba dipbahkan. Karena adi:. tcndcnsi,

indiviclunya sudah ok, sudah sadar, sudah mau mandiri, tapi bapak ibunya gak re!a. Jadi

ada cas~ kayak gitu, 'Sudahlah papa, rna·,na, aku gak usah dianter-anter lag1, ::iku sudah

bisa kok jalan sendiri'. Tapi ortunya tctap gak man rnelcp:1s, ini yang rei:ot. lni juga

sebagai konselor, kita musti jeli. Ini siapa yang mernanfontkan siapa, siapa yang

membutuhkan siapa, atau mutualisme - anak mau, onmg tua mau, ini hams diurai.

\1eskipun kadang gini. kita juga dihadapi µada konctid, misal orang tua sudalI pensiun,

;adi gak ada lagi yang dilakukan di rumah, akhimya niJanMr-nganter aja kerjaannya, jadi

;enang kan. Kecuali kalau orang tuanya sihuk, biasan:1a senang !ho, akhirnya bisa scndiri.

rapi ada satu kondisi dimana orang tuanya rnemang sudah gak ada kcrjaan, itu juga

·umiL

Yang kcdua keluarga. Kcluarga juga hams kon;.t. Kalau misalnya kita bilang kita

1ka11 mclatih anak ini uricntasi dan mobilitas, jalan p·Jang drri Mitra kc rumah nya, ya

Page 131: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

orang tua jangan ngikutin. Bisa jadr merc:ka gak mau, ada rasa takut, 'Entar anak gua

celaka'. !tu 3ebabnya, intervention ke kelaarganya kit.l juga lakukan mclalui konseling.

Kita akan rnemanggil, misalnya stiami istcri, kit!l ~.bn mcmanggil salah satunya atau

dua-duanya, atau home visi,'. Nah, dalam hor.1e visit, kita tidak banya sckcdar bcrt icara,

tapi kitajuga melakukan satu proses pc:mberian infonnasi sccara konkrit. Kadang-kadang

kita juga musti, mengadvicc dalam bcntuk penataa~1 rumah. Bagaimana rumah ditata

supaya eksesibel. Bagaimana mercka membantu, baik itu misalnya menggandcng,

mer:yajikan makan, dan ya11g terpenting 'Jagaimana mercka memiliki sikaµ yang l.Jctul,

pemal-.aman yang betul dan juga tahu apa yang musti mereka rnpport, bantuan apa yang

musti rnereka berikan. Karena kalau enggak kan bian. 'Dia bilang anak ku mandiri !ho,

dia hisa minum sendiri', tapi air minurnnya diarnbilin. Nah, itu juga kan satu ha! yang

musti kita cermati betul, jika berhubu:'lgan dengan keluarga. K.elompok adalah bagian

yang luar tapi penting. !ya betul, individu, keluarga, dan kelompok adalnh bagian yang

tidak dapat dipisahkan.

- Bagai;nana dengan peer support group di Mitra?

ldealnya memang bisa kita lakukan, tapi memang untuk Mitra Netra ada

keterbatasan ruang. Jadi support dilakukm individual saja. Biasanya si tunanetra akan

dikcnalkan pada peer nya, dan peer ny:i, mungkin tidak Jalam kclompok bcsar tapi dua

orang. Nah, ketika dia sudah bertemu dengan peer nya, biasanya peer nya akan

menggandeng, akan berbicara. Mungkiil aku katakan itu kita lakukan secara informal.

Ketika mereka masuk ke Mitra Netra sebenarnya mereka sudah masuk ke komunitas im.

- Aku (pem liti) pcrnah lihat d! mushala ?nak-anak kumpul, itu adalah?

Ya, untuk beberapa bagian memang kita lakukan juga. Jadi memang kita tidak

lakukan secara terjadwal. Keccali memang ada case khusus. Jadi scperti case anak-anak

lagi bermasalah dengan satu problem, misalnya ada satu orang yang mereka pandang

tidak berperilaku sebagaimana mcstinya. ltu kan mesh kita bahas sama,sa":\a apa yang

musti kita lakukan. '(emud\an ketika ad:i case misalnya,. mereka ingin memiliki satu

proses belajar yang benar, rnereka gak tuhu. Nah, itu biasanya kita kumpul, tapi untuk

Page 132: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

tcrjadwal r.aat ini bclum. Ya, itu tadi, otomatis sudah masuk sini, ya sudah intcraksinya

alamiah.

8. kendala-kendala yang terjadi dalam implemcntasi program ini terkait intcrvensi

individu, keluarga, dan kelompok.

Kendala yang terjadi saat ini memang kita sudah mulai merasa staff nya kur-ang,

sudah mulai keteteran. Misalnya, kayak kcm<>rin, aku musti handle tiga (klicn) dalam satu

hari, bahkan empat, tapi yang satu nya di cancel. Kcmudian ruangan ya, kita masih butuh

ruangan. Ketiga kita masih butuh jug~. pengcmbmgzn program. Karena bclum ada, ooleh

dicari apakah ada te.npat yang membcrikan layanan konseling early intervention.

Krndala sebenamya itu !ebih kepada kor:iitmeri tadi, keluarga drn kelompok. Kalau

individu bisa kita pt;gang. Kalau k-:mitmen keluar;;a ini menjadi tantangan tersendiri.

Karena mungkin si individu akan ada di Jingkungan kita 1-2 jam, selebihnya dia akan ada

rumah. Nah, sebenamya daiam rangk.! r-r(;ses ini kila perlu konsistensi. Misalnya ualam

hal mcmbcrikan kcmandirian, ka[au di sil1i kclihatan. tapi di rumah enggak. Nah, itu juga

scbuah masalah. Karena kita sclalu mcn1~ajarkan pedlaku mancliri. Tapi ketika di rumah

itu dihilangkan gitu. Itu juga jadi kendala tersendiri. !ya, saya kira kendala tidak terlalu

menonjol. Dalam pe!aksanaan semua bcrjalan denga baik. Pertama, karena secia-a khusus

rchabilitasi tidak berg<:rak sendiri. Kedua, kalau orang tua sudah mulai melihat hasil

biasanya cendcrung bcrb<ilik, 'Ok, kita kita komit'.

9. Bagaimanakah program rehabilitasi ini dapat mcm~antu klicn dalam m0ngatasi

pelbagai problemnya?

Masalah yang dihadapi itu memang beragam ~·a dan itu memang mengikuti tahap

perkembangan scseorang secara individ;rnl. Artinya problem anak-anak tcntunya akan

berbeda dengan remaja, akan berbeda dengar1 oranf: tua yang sudah mapan dan sudah

menikah. Berbeda drngan or!111g tua yang sudah !an jut. Karena memang target P;raup kita

dari segala kalangan usia. Nah, itu rebabnya memang diperlukan staff rehab i'.itasi yang

bisa sangat fleksibel memahnmi semu1 masalah dari bayi sampai nenek-nenek. Nah, ini

menjadi pemikiran kita sckmang. Karena tiuak hany~. mampu melakukan konseling, tapi

bayangkan kalau yang kita kcuseling itu scorang dok'.or, yang merasa dirinya sudah tahu

scmuanya.

Page 133: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Jadi kcmbali bagaimana itt• bisa rr.cnyclcsaikan masalah, saya ki-a mclalui

icndckatan yangjuga bcra;;;am. Karena pcnd~katan di scsuaikan dcngan kcb'.ltuhan. Saya

:ira selama ini hasilnya cukup baik. Bukan hanya si!lwdar kita bisa mcmbantu mcrcka

ncngatasi masalah tetapi mcngajarkan bagaimana mc:cka bcrhadapan dcngan masalah

tu. Karena terns tcrang masalah bi:.at scscorang yang mcnjadi tunanctra, tidak hanya

nasalah mental, tidak b'.lllya masalah psikis. Ketika dia jadi tunanetn. saat itu juga dia

icrhadapan dcngan masyarakat yang juga tidak b<.:rsahabat. - diskriminasi, baik karcna

~etidnktahuan masyarnkat itu sendiri manpun pandangan yang memang sudah negatif.

'andangan negatifitu bisajadi karena merckagak tahu, bisajadi karcna mcrcka inginnya

iegatif saja.

Jadi yang perlu dikembangkan a•Jalah bagai.ntana mcrcka bclajar, mengatasi

nasalahnya, untuk itu selalu mcmbuat pmblema umem. Kita ajarkan pada klicn, 'Kamu

ihat di sini ada prol:'lcm-probli!m yang dihadJpi par2 tunanetra, kanm akan

lidiskriminasi, kamu akan bermasalah ketika rnelakukan orientasi dan mobilitas karena

alan yang tidak akscsibcl kamu scbagai ref'.1aja akan dianggap rcndah oleh teman mu

.ckclas brcna kamu buta'. Mungkin pada rcmnjn yang suc'.ah mcngcnal lawan jcnis dia

icrpikir, 'Mungkin gak ya pak'I', mungkin ditanyakan.

Kita hanya memberikan istilahnya itu pcgangan buat mercka untuk mcnyclcsaikan

· nasalahnya. Jadi yang sel.lma ini kita lihac memang jcstrn itu lebih cfcktif, daripada kita

1ang menyelcsaikannya. Mi:;alnya ada sua!T'i istcri, salah satu misalnya su::..minya

nenjadi tunaatra. Sangat bmrn kcmungkinan sang istcri mcninggalkannya. Tctapi. kita

ijarkan kcpada suami, 'Kamu harus n1andiri, k:unu harus 111cmbukl'ka11 kalau k; mu bi~n·,

\khirnya tidakjadi berpisah. Jadi p~nd~katannya mcmang bcrdasarkan kcbutuhan. Y:111g

ccdua kita mcmang mcrnbclajarkan cara mcnyclcsaikan masalah. !tu yang mcmbuat

1khimya mercka bisa me:iyelcsaikan masalahnya.

· Proses terminasi?

Ketika bicara terminasi, tentunya kita bicara standar ya, apa sih standar yang kita

iakai untuk bisa menyatakan itu. Jadi sampai sekarang kita masih memikirkan. Karf!na

nisalnya orang tua terhada~ anak, dia pu11ya anak yang tunanetra. Sccara tcori dikatakan

iahwa memang proses pcn.:rlmaan tidak bi5a bcrlaku J 00%. Karena pada tahap-tahap

Page 134: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

tcrtentu, scscorang mcnjadi tidak akan mcnerima. Karena misalnya dia anaknya baik,

anak tunanetra dalam kondisi bisa men1enuhi harapan orang tua - orang tua akan

mcncrima. Tapi da'arn kondisi bahwa anal: ini scdang drop · bisa jadi orang tua tidak

tcrima, 'Aku kesal, aku keccwa punya an'!!< kuyak gini'. Judi, kami biasanya akan lihat

capaiannya itu ketika dia sudah ma.11pu rnandiri dalam aktifitasnya scha:i-hari, kedua

mampu mcmutuskan apa pilihan yll1lg tcpat bagi dia. Karena saat itulah kita katakan

bahwa dia bisa dilcpas. Jadi mandiri secara pribadi, juga marnpu mcmutuskan - ini

.nenjadi indikator yang paling mudah untuk dilihat, mcskipun itu itu pun tidak mu.:fah. !tu

scbabnya saya sccara pribacE membu<>.t 24 jam untuk siapa pun bcrkomunikasi. Karena

diskriminasi itu sangat kuat kcmbali mcrnbuat mcrcka kcmbali kc masalahnya. Karena

kctika m~reka bcrscmangat misalnya, 'Ok, aku ingin sckolah', 'Lanjutin sckolah lagi

pak'. Dia ke sckola':i tcrus ditolak. Hmm akan balik lagi down maksudnya. Jlu kejadian,

atau 'Saya ingin kembali bckcrja', tapi tcmyata di t~ngah jalan tcmyata tidak bisa.

Karena berat - karcna tunanetra hidup dengan masyan:kat yang bcra:. Disamping karena

fungsi inderanya, dan juga b.rcna diskriminasi. Jadi it:J yang kita harapkan, jadi mereka

mandiri dulu, kcmudian mc,·cka mampu mcmutuskan. Ada tahapan dimana kita '.Jisa

bcrdiskusi pada mcrcka. M'~rcka datang dcngan masalah dnn kita akan tanya '·Apa yang

kamu lakukan'.

I 0. Efcktifitas dan dampak program itu scndiri pada individu, kcluarga, dan kclo~npok?

Layanan rchabilitasi yang dilaku~an olch scorang tunan•!tra itu pasti cfcktif. Karena

si klien tidak akan bisa mCl1gatakan, 'Kamu gak ngcrasain apa yang saya rasain', 'Aku

gak bisa bcrbuat ini-itu'. Ka:·cra dia bisa lihut tcrnyau. orang lain juga bisa. Itu discbut

cfcktifitas. Artinya, akan bcrbcda kctika :lia datang paJa konsclor/poikolog atau apa ;:iun

F-ng 'mclihat', itu akan bcda.

Mclalui l~yanan scmacam ini, mcndckarkan mcrcka pada komunitasnya,

mengenalKan mcrcka pada problcma>ya, itu biasanya akan cfoktif. Proses recovery nya

ikan ccpat. Pada kclua:ga, nnh kcluarga .Wn nya biasanya lihat hasil dari yaag tidak bisa

ini itu, terns bisa. Biasanya kcluarga akan mc_nanggapinya sccara positif. Jadi kcluarga

:ebih mclihat hasil. Tcntunya hasil bagi !cduarganya, cia akan rncrasakan bahwa dia

iunya anggota kcluarga yang 'oisa berfungsi kembali ~ctaf;ai anggota kcluarga.

Page 135: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Tapi dalam pandangan masyarakAt tcntunya kctika dia mcmandang tmianetra itu

.Jcrhasil tcntunya, pcrtama, masyarakat '1kan mcnghargai individu tcrscbut, dan menerima

Jia dalam kmr.unitasnya. !Ccdua, secara global, mcreka akan mengatakan bDhwa 'Oh

memruig menjadi tunanetra t'.!myaw bubn hambatan. Pandangan mcrcka tcrhadap para

tunanctra sccara umum '.lkan berubah, itujuga yang m<:njadi dampak.

Satu wadah bemama Kartika Milra Netra punya pcrtemuan rutin yang dapat juga

dikatakru1 scbagai konseling kelompok. Karena dalam Kartika Mitra Nctra, ytlllg pcrtama

itu mcnjadi wadah mcrcka mcngcnal y.rng narnanya hcrorganis11Si. Kartika l\1itra Nctra

ada sejak Mitra Nctra bcn:iri. Dalam Kartika Mi·.m Nctra itu, mcrcka mcmbahas

masalah-masalah yang mcnr;cmuka. Y:rng ·kcdua, ini mcnjadi wadah sosialisasi juga

kerena biasa pertemuan Karti'.<a Mitra Nctra dilakukan di rumah. Jadi orang yang tadinya

gak pemah lihat tunanetra j<ilan rame-rame - terns lihat. Yani:; l<ctiga, ini juga menjadi

wadah bagi mer~ka mengungkapkan aspirasi. Karena mcrc1<a sudah recovery, maka akan

ada 1de-ide yang mereka akan kembangkan. Akan m·1ncul karya-karya krcatif, sepcrti

teatcr, kartunet, idc untnk pclatihan jumalh:.

Page 136: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

:cebutuhan klien. Kita melil·.at kcbutuhan t•1nane·cra, mcngajak meteka bicara, baru

membuat proposal pre gram. Para donatur juga melih1t pr<:stasi Yayasan Mitra Nctra ya.

Lentbaga donor yang pemah kerja sama dengan Mitra Netra antara lain Dark & Light

Belanda, Hellen Keller Indonesia, Citibank.

5. Evaluasi program?

Evaluasi program kita ada ya, pe: 6 bulan ada laporan perkembangan program. Juga

ada monitoring dan evaluasi untuJ; staff. Mor.ev juga untuk rrengetahui sejauh mana

oroyek dapat mencapai target yang tel ah dibuat.

Page 137: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Nara Sumber

Hari/Tanggal/Waktu Wawar.cara

Hasil Wawancara

I. Biodata?

: M. l~afik Akt,ar

: Rabu, 12 Maret 2003 I !.7.00 W!B

Nama Raftk Akbar, Jakarta I 6 Juli I 989. Ala mat, Jal an Hidup Barn No. 2 RT 05

RW 07 Kebayoran Barn Jakarta Selatan. Stutus, rnahasiswa.

2. Riwayat kesehatan?

Saya tuuanetra sejak umur 12 tahun, dalam kondisi total. Scbelumnya, sejak umur 4

tahm. sudah menggunakan kacan.ata dengan minus yang cukup tinggi sampai umur I 0

tahun. Umur I I tahun itu sud ah menjelang low vision. Umur 12 tahun total.

Kctcrangan dokter mengenai penyeaab ketunanetraan?

Kalau masih kecil itu - karena faktor keturunan yang sangat besar. Karena hanpir

semua keluarga itu pakai kacamata. Dan memang menurut cerita ibu, saya kan lahir itu di

vakum. Jadi dengan a;at, dan ditariknya itu lewat keoala. Jacli pasti kalau di vakum itu

ada pe.1garuhnya, bisa pengaruhnya ke mata, orak bahkan. Pasti ada efek sampingnya.

Ketika umur I 0 tahun saya ada penurunan pengliha:nr. Ketika dibawa ke dokter, dokter

bilang saya terkena Ablacio Retina. Jad: retinanya -- syaraf netinanya lepas. Kemudian

saya harus di0perasi. Saya dioperasi di Cipto. Setdah opernsi minus saya turun jadi

nfrms saya tunm Jimi. tingkat. Tapi seta!rnn setelah itu, saya merasa lebih nyaman tanpa

kacamata. Tapi saya haru menyadari kahu itu low ~ision namanya. Karena pada kondisi

seperti itu saya masih berani main bola, masih bisa lihat, masih bisa baca. Tapi kalau

pal:ai kacamata udah puyeng bawaannya. Jadi ket:ka sa:'a :ow vision hanya bercahan

sel&hun. Nah, satu hari ketika saya membaca buku matematilca, hurufnya sama sekali gale

nampak. !tu barn pertama kali saya merasakan ha! itu. Kaget juga. Akhirnyi. ngomong

lagi sama orang tua, dibawa lagi ke Cipm ke dokter yang beda -- dan harus dioperasi lagi.

Katanya ada katarak. Ketika sudah siap dioperasi, tiba-tiba dokternya diopname.

Akhimya, ibu juga kan capek mengurns ;egala macarn, tahu-tahunya gak jadi. Akhimya

kita putuskan, 'ya sudahlah tidak usalt operasi lagi". Pada saat itu, sdang masa

semesteran saya belum mengenal lembaga manupun. 8aya inisiatif meminta adik kelas

Page 138: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

untuk membacakan soal. Alhamduli!lahnya semua guru f:ana sangat mendukung. SD

saya di SDN 03 Cipete Utara. Akhirnya iancar ujian segala macam lulus.

3. Bagaimrna perasaan kamu saat mengetalmi kamu menjadi tunanetra?

Fasti merasa down. Apalagi pas saya trum saya tidak bisa baca buku itu. Ya,

sempat stres juga.

4. Bagaimana dengan perasaan orang tua?

Orang tua khususnya ibu paling shock. Sejak saya sebelum dioperasi ibu sudah

shock banget. Apalagi bapal: tahu say.:i tidak bisa baca Al-Qur'an. Bapak paling

rnenyesalkan saya tidak bisa baca Al-Qur'an lagi. Kalau ibu mikirnya sckolahnya

gimana, masa depannya gimar:a.

5. Bagaimana kondisi kamu setelah menjadi tunan-;tra?

Yang teru'ama pergaulaa. Saya takut apa bisa mendapat teman banyak. Saya

takut tidak bisa bergaul dengan siapa r,un. Takut tidak bisa berternu dengan teman­

teman yang <lulu saya kenal. Kesulitan pertama kali ada di benak saya, yaitu

bagaimana caranya agar saya tetap bisa bergaul dengan siapa pun. Tanpa ada rasa

malu dan kurang percaya diri. Terns rnasalah sekolah segala macam, membaca.

Bepergian ya itu masalah orientasi. Karen:: s.:iya dari kecil belum pernah pergi yang

benar-benar sendiri. Apalagi yang jauh, bdum pernah. Naik angkoJ pun tidak pern.:ih

s•:ndiri w.iktu masih kecil itu.

6. Bagaimana kamu mengenal Mitra Netra dan lay:man apa saja yang karnu dapatkan?

Setelah lulus itu bingung mau lari kc:mana. Kebetulan ketika saya usia 12 tahun

itu saya sudah mengenal Yayasan IB. Yay&san yang menangani tunanetra yang masih

low vision. Saya ke sana untuk mengadu!.::m keluhan saya. Saya akhirnya bertemu

karyawan dia total, namanya mas Suratim, menyarar.kan saya untuk datang ke

Yayasan Mitra Netra. Dan hari itu juga saya datang k~ sini (Yayasan Mitra Netra)

untuk bertemu dengan mbak Rini, berte'llu mbak Santi. Setelah itu jadi secara rutin

kursus Braille di Mitra. Setclal1 itu belajar mengetik 10 jari, belajar komputer. Dan

untuk sekolah. tadinva inrrin sekolah di SLB. karena sava mernsa srnbh ti<ink m1mn11

Page 139: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Karena tid1k pcmah ada bayangan kalau mnanctra itu bisa sckolah di sckolah umum.

Saya sudah benar-bcnar p.1srah gitu. 'Ya udahlah sckolah :li SLB, yang pcnting 1erusi11

sekolah'.

- Pcndapat orang tua bagaimana?

Dari orang tua sih terserah. K::rer:a orang tua scndiri awam. A warn, karcna gak tahu

dunia tunanetra itu seperti apa. Ketika didiskusikan ke IB Foundation dan Mitra Netra,

semua menyarankan s<1ya untuk. seko!ah umum. Dcngan banyaknya dukungan dengan

banyaknya masukkan - sebenaf'lya tahun pertama saya sekolah di sekolah umum saya

terpaksa. Karena saya belum yakin bisa mengikuti pelajaran di SMP umu.n, SMP 240

Jakaru, terus saya coha. Saya melakukan apa yang bisa saya 1.ik.ukar .. Setelah satu

semester berlalu ya merasa enjoy merasa enak. A.khimya motivasi itu tumbuh sendiri.

Temyata bisa, dan saya harus berus<lha ke jenjang yang lebir tinggi dari ini.

Apa kamu mendapatkan layanan konselinp,?

Ya, saya dijejelin konsel:ng mulu sejak p•:1iama kali masuk. Karena usia saya

benar-benar usia yang sangat Jabil Jadi dari usia an,1k-anak sampai usia remaja.

Sebetulnya itu ad'11ah masa-masa dimana r.aya b<>bas kemana aja. Saya seperti burung

dalam sangkar. Jadi tcnar-benar gak bisa apaa-apa. Scbenarnya juga saya sudah belajar

OM (Orientasi dan Mobil:tas) suclat pakai tongkat. Tupi rasa malu, rasa kurang percaya

dirinya masih ada, masih melekat. Jadi belum bisa benar-benar menerima apa adanya

kondis; waktu itu.

- Kamu mendapatkan layanan OM?

Dapat, waktu itu sama lbu Cuen, guru dari SLB. OM itu sebenamya matcri awal

kita mengguuakan tongkat.. Setelah kita tahu pag:;;man:.1 metode menggunakan tongkat

y.mg baik. Ya dilepaJ. \1au di mana pua, y<. tinggal .11enggunakan tongkat itu 1.1ja.

- Orang tua ada keengganan mengizinklln kamu per[). ?

Ya, terutama ibu. Rumah saya kan dipinggir jalur alternat1f. Tapi di luar itu jalan

Fatmawati. Jalannya seialu rarnai. Tapi akhimya ibn memahami juga. Tidak mungkin

saya selalu di rumah. Pcr~1ma kali m.,ncoba itu, pulang sendiri dari Mitra kc rumah.

Sudah bisa, setelah itu dari rurnBh ke Mitra. S-;telah itn ya kemana-mann.

7. Berapa lama kamu men_ialani proses rehabilitasi?

Page 140: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Cukup lumayan lama, 13 tahun rndah mula~ belajar OM. Saya umur 16 atau 17

Lhun barn bisajalan scndiri. Jadi kira-kira cida sckit.1f 3 tahun 4 tahun.

Sampai kelas :iga SMP. Seringnya janjian dcnga Kak Tolhas, 'Kak, mau ketemu,

:::da yang mau diomongin, ada masalah'. Tapi ada beberapa kali Kak Tolhas coba

mengajak ngobrol du!uan. Tapi selam >ama Kak Tolhas juga, karena saya lumayan dekat

dengan tern an-tern an waktu itu. Jadi s•aka juga sharing sama tern an yang leb ih

bcrpcngalaman.

8. Bagaimana dcngar. pcran kclompok clalvm proses rchabilitasi?

Waktu saya bergabung di Mitra t:etra, Kartika Mitra Nc.:tra (KMN) masih berkibar.

Masih sangat bagus gerakannya. Dan waktu saya gabung, s•edang ada pemilihan ketua

KMN barn. Di rumah Mbak Iir. waktu itn. Mulai dari situlah saya bergaul dengan teman­

tcman tunanetra. Bisa curhat juga, ad~: beberapa teman yang saya anggap kakak. Bisa

curhat masalah saya.

9. Menurut kamu efektiftidak, konselor tunanetra?

Itu lebih efektif. Karena dia merasakan juga apa yang saya rasakan. Dia tunanetra

saya juga tunanetra. Jadi, sama sating rr.erasakan. Dia san~:at mengerti kondisi saya pada

waktu itu. Mungkin kalau saya dapat konscling orang awas, bclum tcntu betul-bctul

mengena. Karena dia. belum tentu merasakan apa yang saya rasakan.

I 0. Bagaimana peran kelu'lrt,a dan kelompok dalam proses rchabilitasi?

Pertumbuhr.n kita tergantung lir.gkung1n sekitar. Misalkan, saya yang tadinya betul­

betul tidak berani untuk mrnggunakan tongkat. Karena saya mclihat sudah banyak di

lingkungan saya yang mcnr,gunakan tongkat. !tu mcnjadi mc.frvaasi sendiri. !tu pengaruh

kelompok sangal penting. Kelua;ga apalagi. Satu lingkungan yang kecil tapi pe'.lting.

Dar, keluarga itulal! kita da9at support yang hcsar.

- Apa orang tua melakukan konseling?

Ya, terutama ibu. Pe1tama kali orang tua Jertemu dengan konseling, dikasih

pem&haman tentang kondisi saya sepcrti apa. Apa yr.ng harus dibantu dalan1 kondisi saya

yaug seperti ini. Tidak selalu bertemu dengan konsel ing.

Page 141: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

JI. Menurut kamu sudah sesuai bh program rehabilitasi di Mitra Netra dengan

kebutuhan klien?

Secara motivasi sudah lumayon bagus. Untt1k memhangkitkan motivasi. 0ala'11

program rehabiliti. >i mereka sudah meny~diakan, dan menawarkan. Masnlah kita mau

atau tudak, itu urusan kita sendiri.

Tidak semua ::>rang menerima kondisinya. 5etiap orang bt'rbeda poikisnya. Ada

yang cepat bisa menerima realha, ad<t butuh prose yang cukup lama. Program rehabilitasi

ir.i penting diadakan untuk memhar.i i motivasi orang-Nang yang belnm tumbuh

kepercayaan dirinya. Satu momentum lah bagi orang··otang yang punya masalah.

12. Bagaimana proses rehabilitasi dal:un menyelesaikan masalah kamu?

Cukup sudah memba11tu, dan sudah cukup cfektif, karen:i banyak layanan

penunjang jui;a.

- Dampak Program rehabifa1si?

Yang paling pertama itu, turrbuhnya mo'.ivasi ynng tadinya tidak ad~, menjadi

motivasi tersendiri. Akhirn:1a betul-betul memaharni, kondisi kita ya seperti ini. Bisa

men ~rima apa adanya sebagai indi 1idJ, te•·us dari pihak keluarga. Kd"Jarga jadi

bertambah yakin kalau sebetulnya dengan kondisi yang seperti ini tidak ada kendala apa

pun dalam hal pendidikan.

Kemajuan yang kamu rasakan?

Anggapan-anggapan sa~·a tadinya tidak ada s0lusinyajadi ada solusinya. Saya takut

bcrgaul dengan siapa pun. Tapi ternyata teman-temall saya bnnyak. Kondisi saya yang

seperti ini menunjang dalam belajar. Saya juga birn lebih percaya diri ketika bergaul

entah dengan sesama tune! atau dengan orang yang lehih norm:il.

Page 142: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Nara Sumber : Vina Ncvina Puspitassri Ridwan

1-!ari/Tanggal/ Waktu Wawancara : Senin, 17 Mar•et 2'.l008 / 11.00 WIB

1-!asil Wawancara

I. Biodata kamu?

Nama saya Vina Puspita Ridwan, iahir di Bog.1r tanggnl 12 November 1979. Saya

sedang kuliah di un:.versitas Vluhammadiya Jakartajurusan komunikasi, konsentrasi saya

public relation. Alill'lat sckarang di JI. Pcrtanian Ill No. 67 A. Im rumah kos.

2. Riwayat kesehatan?

Saya tunanf!tra :1kil:at kecelakaan lalu lintas. Sedang menyebrang jalan ditabarak

kendarann umum. !tu kejadiaanya tah:m 1992. T3pi sesujah itu, tidak langsung tunanctra

yr, waktu itu. Saya memakai kacarnata minus satu. Tapi mulai tcrasa tunanetranya. Mulai

merasa menurun penglihatannya itu menjdang kelas 2 ke kc la:; 3 SMA. Jadi tahun l 997.

Jac1i dari kacamatan minus 2. 3 bulan kcmudian minlls 5, tiga bulan kemudian minus 8.

Jadi ~udah menunmnya cepat sekali. Lama-lama saya tidak bisa membaca tulisan yang

ada cti papan tulis. Terus di bukujuga. Kesulitan mobilitas. Kemudian saya mulai total itu

tahun 200 I.

3. Bagaimana perasaan karnu pada saat kamu mengetahui kamu mcnjadi tunanetra?

Drop pasti ya, kec()wa, merasa Tui1an mengkhiauati, saya merasa kayaknyu hidup

saya bakal berhenti di sini. Rasanya l:ayak jasad yang berjalan qja. Hanya makan,

minum, tidur. Saya tidak bakal punya aktivitas. Baka! pw1ya ke.giatan lain di luar itu. !tu

Jerl111gsung lama ya on-off. :Saya berusaha bao11nce back, karena jenuh juga di rumah.

(etika ayah saya tugas kelu11r, saya rempat keluar 4 tllhun, ikut ayah saya. Ceritanya

Page 143: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

melarikan diri. Tapi tetap tidak bisa menentrnmkan hat i juga gitu. Sekolah saya dropaout

Akhimya pengen se;<0Ja!1 t<tpi gak ngerti tunanetra i1u <::ara gimana. Saya bilang sama

orang tua, tapi kata orang tua sernbul, dulu, p1sti karnu bisa sekolah lagi. Sebetulnya

orang tua itujuga tidak punya banyac< infonnasi.

4. Bagaimana perasaa!l orang tua?

Orang tua p1da saat itu, Curna mem-push sJya supaya bisa sembuh aja. Kar0na

rnerekajuga belurn menerima saya rnenjadi tunanetra. Dan seperti kita tahulah, tunanetra

itu ~eperti apa tanggapan ornng-orang. Kalau tunanctra itu oerart: lurnpuh, dalarn ?rti kata

gak bisa ngapa-ngapain sama sekali, tidak bisa herpmtisipasi, tidak bisa berkr.rya di

masyarakat. Yang jclas mcr·:ka pasti sedih. Mereka juga bingung musti gimana. Tcrus,

seuetulnya adik ku itu yang paling support, adik ku yang nomor 2. namanya Ulfi. Ketika

aku mulai tunanetra, dia nulljukkin aku di majalah Bobo wak'tU ada co.1toh rulisan Braille

dari A-Z. Terns dia ngerahain ke aku. Waktu itu ka1:• aku bclum bisa terirna ya, 'Gini teh

(teteh), ini tuh tuliran Braill~'. Aku pikir, huruf A ten·snya timbul gitu. 'Snggak, ini

kayaknya simbol-simbol git11'. 'Oh, ya'. Aku Curna mengharga: dia aja. Aku ticlak

interP-si sama s0kali. Dan dht melihat aku tidak interest itu sebetulnya dia kecewa, dia

bilang dulu begitu. Kemuc'.ian setelah saya menemukrn1 Mitra Nietra, yang mcngantmr juga

Jia.

5. Bagaimana kondisi kamu sctelah menjadi tunanetra?

Hmm, aku kesulitan di mobilita~ ya. Aku lume.yan aktif, jadi agak ini juga ketika

iarus mengandalkan orang ke sana ke sini.

Page 144: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

6. Bagaimana kumu ml':ngenal Mitra Netra dJ n laymian apa saja yang kamu dapatkan?

Aku denger di radio. Waktu itu ada wlk show interaktif aku sam& Pak Bambang:

'Oh, datang aja ke Mitra'. TPrus aku ke Mitra. '.<emudian diperkenalkan. 'Kami ada

kursus Braille, mengetik, dnn lain-lain'. Terus ak11 mulai semangat lagi. Banyak teman-

teman juga di sini, ya mereka bisa kok kuliah, sekolal~. dan tidakmerasa menderita - Gua,

jadi malu sendiri.

7. Rerapa lama kamu menja!ani proses rehnbil'tasi?

Sebetulnya aku sudah mulai menc!rima, tanpa perlu konseling banyak. Aku sudah

bisa menerima kalau aku tunanetra. Jadi, tidnk terlalu banyak konseling. Aku juga tidak

m~'ngerti bagaimana bisa terima. Mungkin kar~na termotivasi sama teman-tema;1.

Kc,ya!01ya udah capek juga jenuh di rumah sudah 6 tahun misalnya menangis gilu kan.

Orang ada titik jenu11"1ya mdah bisa 180 dernjat gitu ya . .ladi malas lagi sedih-sedih. Jadi

mulai kursus Braille, kursus OM, mengcctik, komputer.

- Jadi seiring berjalan saja?

Ya, seiring berjalannytc waktu. Pros~s rehabilitasi, aku banyak ngobrol satr.a teman-

teman, sama kayak aku tu ~anetranya scjak dewasa. I .ku mulai belajar dari mereka.

Bagaimana mereka bounce hack lagi. K~mudian aku ambit banyak pelajaran banyak dari

mereka. Ismail, Fitrah, cerita-ceritanya. Yah, ternyata 'I'm not alone'. Ya, suci.1hlah '1;me

le> move 011', ku pikir. Tapi memang ya. aku akui ada up and down nya. Tidak selalu up

terns gitu. Apalagi kalau ada kendala.

8. Bagaimana dengan peran kelompok d.1lam proses rehabi1itasi?

Sebetulnya menurui aku proses rehabilitasi yang paling tepat acalah berada di

komunitas yang m~mang mendukung. Tahu what is youre really prol:lem. Aku curhat ke

Page 145: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

teman awas, aku sudah m~rnpunyai pe;~epsi awal. Aku ::udah men judge dia aja, 'Ali tahu

apa foe' 'Ya, loe harus sabar (temannya)". 'Ya, foe g tahu, you are not in my position'.

Tet:1pi ketika aku curhat s:1ma teman yang tunanetra, walaupun dia sama ngomongnya

seperti teman ku yaag a was, 'Sabar', tapi aku jaul bisa lebih nerima. 'Oh iya, dia juga

sama di posisi ku'.

9. Ilagaimana menurut kamu efektifitas konselor tuna11etra?

Ya, I think its effective enaughfor someone who had labi/ situatio.~. Karena kit<1 di

rumah - tunanet·a, pastinya kita merasa sendin. Karena aku tidak pemah benemu

tunanetra se:belumnya. Aku merasa men<lerita sekali, terus 11gobrol sama teman-teman.

Ya aku pikir itu konselingjuga ya. Wabupun tidak langsung kc ahlinya. Ketika kita bisa

sharing, ketika kita bis, hmm ... mencuri ihnu mereka gitu loh. How they deal with it.

IO. Peran kelt:arga dan kelompok dalam proses rehabilitasi?

Peran keluarga, Papa l"Upport cuma kadang c'ia sibuk JUga mengatasi kekalutan di

dirinya. As a father maybe he think that he can'/ do anything to help me. Ileliau orangnya

agak sensitif juga, jadi susall juga bounce back nya. Ketika aku sedih, bukan sedih karena

aku, tapi aku sedih melihat mereka sedih karena aku. Tapi adik ke Ulfi, c'ia memang

orangnya pu.1ya karakter. Dia punya mott, 'K<.lo lu juga harus berhasil teh'. 'Memang

gua agak keras'. 'lni Braille'. Dia mungkin waktu itu mau menunjukkan. 'Lu sekarang

blind udah deh terima kenyataan '. Secara pi>ndekatan memang dia tidak bisa

ngomongnya sama aku. Dia agak keras gitu. Jadi y:i, aku gak bisa terima yang waktu itu

d ia tunjukkin.

Peran kelompok, ya berperan sekali. Kalau [;1 merasa senasib dengan mereka. Lu

rnerasa datang ke tempat yang tepat. 1 empat yang niemang mentolcransi kekurangan lu.

Page 146: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Dan tempat yang mampu beradaptasi di 'itu, tempat ya,1g mengadaptasikannya kc elu,

gitu !oh. Gua sedang beradaptasi jug3 dengan kebw Jan, dan mercka membancu itu dalam

proses penerimaan diri gue.

11. Menurut kamu sudah sesua1 kah orogram reh~bilitasi di Mitra Netra dcngan

kebutuhan klien9

Sesuai silt, untuk yang memang ingin menerusKan sekolah. Karena merek:i banyak

pelayanan ur.tuk ke situ. Kc•nseling mungkin agak kekurangan orang, jadi ada beberapa

teman-teman ;·ang tidak difollow up gitu. Aku berh0rap ada S•':macam tcrapi untuk build

up our con.fidence. Terutama untuk tunanetra yang se1ak !ahir kepcrcayaan dirinya rrndah

sckali. Kamu tahu kultur kita, stigmany;.i di masyar<.kat sepcrr.i apa tentang penyandang

ca.;at, entah itu kutukan atau itu kebanya,'can dosa orang tuanya. Sejak mercka pandai

mengingat. Mereka mencrima <likktimir.asi 1tu. !tu berpola di dirinya. Mereka jadi, sudah

duluan di kepalanya. 'Gua gak bisa'. S!lalu mau mleransi,' Ayo dong aku kan Tu net'.

Mereka tidak terbiasa buat fight. Mereka t<"rbiasa orang akan memberikannya buat

mereka. Jadi, aku harap ada sejenis pelat:han atau terapi gitu.

12. Bagaimana proses rehabilitasi dalam 1rmyelesaikan masablt kamu?

r feel better than ever. !feel stro1ega, I feel proud of myself. Sometimes when I want

to sleep, lay down at night. Oh God, I oble to do this. I ahfo to walk by my own feel. I

able to go anywhere wherever I want. I got to school again .. ! That's the mos/ incredihle

.me. Get my life back, my dream.

- Waktu kelas 3 kamu c:rop out, kerr.bali ke sekolah tahun?

Tahun 2004, sete!ah ketemu Mitra. ikut ujian persamaan. - Sekarang tinggal di?

I'm at my dorm now.

Page 147: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

- Tanggr.pan orang tua waktu kamu m<mutuskan kos?

Aku tahu mereka 111elarang, but J'm a rebellion. I have to fight for my own right. J

fight for my righ;, .wd I say that I wanted to go. Pada waktu itu aku be:. um bisa OM

sendiri. Aku gak ugerti bagaimana jalannya, tapi gua bisa - bisa deh. Pokoknys gua

sampai dLlu di Jakarta. Terus akhirnya hari pertama kuli 1h, aku pahain puiang ;endiri -

bisa.

Page 148: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

Nara Sumber

Hari/Tanggal/W aktu W i'Wancara

Hasil Wawmcara

!. Biodata?

2. Riwayat kesehutan?

: Trian Airlangga

: Senin, 17 Maret '.!008 I 15.00 WIB

: Ha8il wawancara berikut ini merupakan

jawaban yang ditulis sendiri olch klien. klien

memutusknn U'1tuk mengetik j..iwabannya

. scndiri clengan laptop, berdasarkan

penanyaan-µertanyaan berikut.

3. Bagaimana pernsaan kamu saat mengeta:iui kamu mcnjadi tunanetra?

4. Bagaimana pcrasaan orang tua?

5. Bagaimana kondisi kamu setelah mcnjacii tunanetra?

- Baguimuna dengan orienta~i dan mobilif.:JS kamu?

6. Bagaimana kamu mengenal Mita Netri da11 layanan api! saja yang kamu

dapatkan?

7. Berapa lama ki:,mu menjalani proses rehal: ilitasi?

8. Bagaimana dcr.gan peran kelompok dalam proses rehabilitasi?

9. Bagaimana menurut kamu efoktifitas k,)n~elor tunanetra?

I 0. Bagaimana ptran keluarga dan kelompok dalam pro:;es rehabilitasi?

11. Menurut karnu sudah sesuai kah program rehabilitasi di Mitra Netra

dengan k~butuhan klir:n?

12. Bagaimana proses rehabilitasi dalam menyelesaikan masalah kamu?

l. Trian Airlang'.;a, :~50187 rli Jak:i.ta, Islam SMAN 66 Jakarta (sekarang lagi S 1

PLS di UNJ), JI. A.buserin I no. 22 Cipete, Gandariu Selatan RT/RW 004/006

Jaksel 12420,

2. MenyanJan[.: Tunet sejak Ma~et 2004 dengan status Low Visi0n Jauh.

Gloukoma adalah penyakit yarg saya dcrita. Gloukorna adalaJ1 penyakit "nala

Page 149: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

yan gtekanan tola mat<mya terus meningkat sehingga kelopak mata terlihat

membcsar. Penyakit ini belum <liketahui pen)ebabnya secara medis sampai

sekarang di seluruh dunia, seil;.ngga belum diketahui pula bagaimana cara

penangannya danpengobatannya. Dulu saya merasa bisa melihat normal, tapi

ketika saya duduk di kelas I SD CA WU 3, pen31ihatan sangat meurun dra!'tic

hingga kelas 3 CA WU 2 atau 3 gitu, aku lupa. Setelah itu, penglihatan saya

berangsnr2 pulih lagi sarnpai kelas 3 SL TP CA WU 3, penglihatan saya

kembali m~nurun sampai sekarang. He ... 3x!?!

3. lvfungkin karena Bonyokku sudah Bering bicara tentang kondisi mataku sama

aku scdari SD, j~di aku (,\ak tcrhlu rnerasa shock atau gimana gitu .. !?! Yang

penting, walau pun aku jadi Tunet, tidak menghalangi aku untuk pergi jalan2

ke tempat2 yan gbaru, sern dan penuh tantangan!?! Jadi, Alhamdulillah aku

bisa nerima keadean ini dengan santai. ALLAH mengizinkan aku untuk tetap

sabar, ber;juang dan gila dcngan kondisi byak gini.

4. Pertama, memang yang namanya ortu kan, mungkin mereka agak sedih, tetapi

mereka !llCHcoba untuk terlihat tegar di depanku. Pertama kali Gokap ngcliat

aku belajar make tongkat ma Pak Tolhas, l'apa langsung nangis sambil stijud

di tanah di sebelah mobil Kijang Hijauku di parkiran Yayasan Mitranetra. Dan

ketika pertama Bokap ngeliat aku pulang kn rnmah, Papa langsung nangis dan

meluk aku. Yaa .. rnyak anak yang hilang g:tk tau kemana berapa tahun gi,u!?l

Tapi, aku benerr2 bersyukur, aku punya lvlama yang selalu mencoba belajar

tegar untuk mengliadapi semuanya. Dengan begitu, Mama bisa nenangin Papa

dan bikin Papajadi tegar juga kayak Mama deh .. !?!

5. Yang pertama, lku mau jawab yan gsm1angnya dulu. Waktu aku naik

angkutan umum pake tongkat, aku sering gak bolen bayar, terns banyak di

sekolah yang bantuin aku. Mereka perhatian banget ma aku. Mereka gak mau

kalo aku kenapa2. Bahkan ad:i pula yang saking takut aku kenapa2, ~emenku

yang ngajak aku ke sebuah M:al di Cilandak, dimarahin sama teman2nya yang

lain. Lucu yaa ... !?! Nah, sekarang yang scdihnya. K:1rena terlalu kasian ma

aku, aku sering ditidak bolehkan untk mencoba sesuatu yang sedikit

Page 150: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

berbahaya. Misalnya, waktu nyalain api pake spiritus, padahal kan al:u pengen

ban get nyalain api pake spiritus tapi gak b Ji eh m.1 guru dan temcn2ku. Aku

juga ngerasa kesulitan waktu aku mau naik angkutan umum, nomo<

angkutann:1a gak l:dihatan. Terus, barena jalan di trotoar jalanPya gak rat<.,

jadi aku takut jalan d; situ kalau lagi hujau. Soalnya., urlah gak rata, banyak

lobang dan bisa la'lgsung nebur got kalau jalannya melenceng dikit. Ja,ii aku

lebih milih untuk jalan di sebdahnya trotoar. Tapi resikonya harus sering

diserempet motor, kecipntau air kubanga'.1 waktu kendaraan pada lewat dan

nerjang itu air. Bahkan saking kencangnya tu kendar.ian, mukaku pernah

kecipratan juga lho ... !?! Yang aku agak kurang scnang, kalau aku lagi nyari

alamat, terus acla orang yan gnanya, "Mas, Mau mijit dimana?" Dan aku juga

benci banget sama orang y<.ng diam2 ngeliat apa yang aku tulis atau apa yang

aku kerjain.

Kalau mau naik angkutan, ym1g aku ng:ira:;n warna kendaraannya, tapi kalau

banyak yag yang sama warnanya, aku nanya sama orang Jain atau kalau

kendaraannya berhenti di depanku, aku nanya aja sama supir atau kcncknya.

Gampang kan? Silahkan mencoba .. !?' Aku harus mencoba mengcrti dengan

situasi ter.;ebut, knrena mereka yang awas lidak tega •kalau temrnnya yqng

tunet ini terluka. Jadi, aku belajarnya kalau lagi berciua aja. Beres kan? Gak

Cuma itu yang akau lakuin, sedikit2 secara ri:rlahan2 alrn mcnjelaskan apa itu

tunet, bagaimana cara memperlakukan trn,et dan rnacam2 tunet sccarn

personalnya. Soalnya, tunet kr. nada yang sensitive, ada yang gila kayak gue,

ada yang tertutup dan adajuga yang aktifterrnasuk ambisius tinggi.

6. Aku tau Mitra Jari !BF waktu awal tahun 2004 bulan januari. ;:,ayanan yan

saya dan aku dapatkan disini adzlah layaHan yang berhubungan dengan

pendidikan. Misalnya, waktu atrn lagi nyari S:VIA swasta bur.t cadangan kalau

aku gak masuk ncgeri. Aku bisa ~nengop<:rasil:an computer walau keadarnku

seperti ini. Aku belajar Abakus, belajar pake tongbt itu yang aku senang

ban get soalnya mengajarka11 aku ;intuk bisa jalan sendiri. Aku bisa konseling

ma konsclor. Bahkan aku ju1_;a bisa bclajar tentang keorganisasi1m sccara

Page 151: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

umum. Aku jgua bisa mengemb<tngknn bakatku di dunia teater, secara dulu

aku pemah menjuarni teater satu angkatar. waktu di SMAN 2 Tangerang.

Keren ya? Mantap. 1?! Di mitra ini aku bisa banyak belajar tcntang apaun

termasuk tentang ard prestasi dan arti perjua:igan untu kberhasil dan sukses.

Dan aku juga tau bagaimana caranya mempunyai harga diri dan

mempertahankannya sebagai Tunet.

7. Gak lama2. Pertam« kali aku dan ayahku oitanya2 ma Pak lrwan tetang apa

yang mau aku lakuin sekarang untuk masa depan. Dan aku juga banyak

mendeugar nasihat clari beliau saat itu. Setelah itu, kedatanganku yang kedua,

aku kembali cert.emu dengan Pak lrwan, kemudian aku diinterview sam Pak

TJlhas dan 2 lrn dbjnk untu kmengetahui lebih dalam bagaimana cara mereka

melakukan aktivita1; sehari2 ternasuk berhadapan dengan teknologi. DMi

kedua orang itu, aku banyak mendapat masukan dan semangat unutk terus

maju dan terns berjuang. Aku juga banayk belq;ar Orientasi Mobilitas (OM).

Mulai dari be I ajar mengenal tongkat dan cara menggunakannya. Dan aku juga

pemah konsultasi tentang jururnn yang aku mau pilih waktu di SMA, mau

kuliah dan tentang karir yang mau aku capai di d11nia rndio. Sampai akhirnya

aku memutuskan untuk kuliah di UNJ dari Senin sumpai Jum'at dan Sabtunya

aku kursus Broadcasting di Universitas Budi Luhur dalam program Jakarta

Broadcasting School. Denga11 beberapa masukan dari Pak Tolhas,

kepercayaan diriku tumbuh ketika aku mendapat izir. magang di lvlustang FM.

8. Jujur, waktu aku pengen banget belajar jalan di malam hari, aku harus

berbohong dulu ma Bonyokku. Sebao aku tau mereka akan sangat cemas dan

bahkan tid~c mengizinkan alcu. Aku belajar jalan malam sama teman2ku yang

tunet total. Tidak lianya itu, aku juga belajar girnana caranya tunet jalan2 ke

mal, ke tempat hiburan lainnya kayak Rag,man. Dari situlah aku banyak

belajar dari mereb secara langsung maupun ::idak langsung. Bagaima.1a cara

mereka menge1jakw1 tugas se'colah, ulangan, mengurns dirinya sendiri di

rumah ntau di asrama da nbagaimana earn mereka berorganisasi. Orangtuaku

sempat sangat khawantir ketika aku sangat aktif di organisasi sekolah. Yang

Page 152: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

aku bisa lauin waktu itu adalah memberi kepercayaan kepada mereka blau

aku pasti naik kel:lS dan tidak mengecewakan mereka, walau akhirnya w.Jktu

kelas I SMA Smrnter I aim peringkat terbawah dari siswa terakhir dan naik

satu peringkat yaitu tetap di posisi 38 dari :l9 siswa. Dan siswa tersebut baru

masuk di semestef 2, gimana? Peringkatku naik kan'? Kalau dari Pak Irwan

dan Pak Tolhas sih terus mendukung apa yang aku kerjakan, d,~ngan tltap

mengmgatkan kalau belajar memperdalam akadrmikjuga penting.

9. Aku bersyukur kepada ALLAH kareru alrn punya konselor2 yang hebat,

berpengalamar dan berwawao;an terouka dan luas, walau pun keduanya tunet.

Hcbat yaa ... !?! Pak Toi has dan Kak Ismail adalah konsclorku. Kr:duanya

memiliki kehebatan, bedanya Pak Tolhas le Jih luas pe:ngalaman MC-nya dan

kak Ismail be»basic Agama Islam namun tetl1p bisa dan mau ~wmgikuti

perkembangan zaman anak :nuda. Buat aku; konselor tune! sangnt efisien,

karena apa yang akan kita c~ritakan pasti akan berhubungan jgua dengan

ketunanetraan. Dn'l merei<:a sudah punya pcngahman terlebih dahulu. Jadi,

solusi yang akan diberikan nanti lebih bisa di:.~rapk-111 dalam kchid.i;:ian dan

aktivitas klit:n. Karena kan sama2 tunet!?!

10. Kerjasama dengan keluarga 1m.ngkin hanya secara tidak langsun5, kecuali

waktu aku lagi bingung milih !campus dan irnlcah yang mau aku ambil. Aku

dan Ibuku konsultas·: secarn langsung dengan Pak Tolhas. Kalau secara

kelompok, aku diperbolehkan da ndiizinbm ·Jntuk mengikuti organisasi

tunanetra. Yarg ada di Mitra. Dan d;~itulah alu aku terpacu untu kmaju juga.

11. Sesuai!?!

12. Manfaat banget kok!'?! Manfaatnya, aku jadi cepet gede. Aku tau bagaimana

cara meraih prestasi walau kita tune!, berkarya, bertindak, dan mnsih banyak

lagi yang belum bisa aku certain. Intinya, ini sangat bermanfaat, karena

orientasinya adulah bagaimana caranya temen2 tune! bisa maju da

nberkembang dalam kehidupan bermasyarakat, mengoperasikan alat2 yang

berteknologi tine:5i dan m•!mbuka cakrawala serta wawasan manusia

Indonesia bahwa tune! juga dapat berke:nbang di dunia pendidikan & non-

Page 153: [j--'·repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27256/1/AMERIA... · 8. Pak Ali selaku instruktur OM, Mbak Tri, dan Mpok Yani yang telah memberikan data-data penting. Rekan-rekan

akademik. Serta mengingatkan juga bahwa TUNF.T JUGA MANUSIA.

Artinya, tune! juga butuh berbmbang dan Ciihargai, bukan hanya dikasihani.

Tu net juga butuh kesempatan .1amun tetap for sama p•~saing yang awas. 'lilai

itulah yang tertanam secar<; tersirat Jari parn tunet yang sukses.

,