ISSN: 2301-4717Volume 1, Nomor 2, Agustus 2011
JURUSAN AKUNTANSIFakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
JurnalAkuntansidan Keuangan
93 Pengaruh Penerapan Good Governance Terhadap Penyusunan Anggaran Berbasi Kinerja pada Pemerintah Aceh Rita Mutia dan Nurfitriana
109 Analisis Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba Edy Zulfiar
119 Pengaruh Etika Kerja Islam dan Profesionalisme Terhadap Komitmen Organisasi StudipadaInternalAuditorBUMNdiKotaBandaAceh Rahmawaty
129 Kemampuan Laba dan Arus Kas Operasi dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan Jen Surya
139 Belief System, Diagnostic Control System, Interactive Control System, Organizational Learning dan Kinerja Organisasi Tubagus Ismail
153 InfluenceofOrganizationCommitmentandApplicationofSFASNo.45 to Quality of Financial Statements Non Govermental Organizations (NGOs) in Aceh Utara District Sri Mulyati, Darwanis dan Usman Bakar
165 Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dengan Kinerja Manajer StudipadaBankSyari’ahKotaBandaAceh Evi Mutia dan Hilmi
JurnalAkuntansidan Keuangan
Jurnal Akuntansi dan KeuanganISSN: 2301-4717
VOLUME 1, NOMOR 2, AGUSTUS 2011HALAMAN 93 – 171
Terbit 2 kali dalam setahun pada setiap bulan Februari dan Agustus, berisi tulisan yang di-angkat dari hasil-hasil penelitian maupun pemikiran bidang akuntansi dan atau keuangan yang relevan bagi pengembangan profesi dan praktek akuntansi di Indonesia
EDITORSM. Haykal (Chief of Editor)
Hilmi (Managing Editor)Muammar Khaddafi, Amru Usman
Hendra Raza, MursyidahRita Mutia, Naz’aina
Iswadi, Yurina
REVIEWERS Ade Fatma Lubis Adi Zakaria Affif UniversitasSumateraUtara UniversitasIndonesia
Erlina Fachruzzaman UniversitasSumateraUtara UniversitasBengkulu
Julli Mursyida Islahuddin UniversitasMalikussaleh UniversitasSyiahKuala
Kamil Md. Idris Murhaban SchoolofAccountancyUUM-Malaysia UniversitasMalikussaleh
Rini Indriani Syukri Abdullah UniversitasBengkulu UniversitasSyiahKuala
TB. Ismail Wahyuddin UniversitasTirtayasa UniversitasMalikussaleh
Zaafri Husodo UniversitasIndonesia
EDITORIAL SECRETARYRayyan Firdaus
Harry Hassan MasyarafahKusnandar Zainuddin
EDITORIAL OFFICEGedung Jurusan Akuntansi FE-Unimal
Kampus Bukit Indah, LhokseumaweTelp/Fax. 0645-40210/0645-40211
Email: [email protected]
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN diterbitkan sejak Februari 2011Oleh Jurusan Akuntansi FE-Unimal
Redaksi menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik rapi sesuai kebijakan editorial (lihat dihalaman belakang jurnal)
di atas kertas HVS A4 spasi ganda dengan jumlah 30 – 40 halaman. Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format.
Daftar Isi
Pengaruh Penerapan Good Governance Terhadap Penyusunan Anggaran 93-107Berbasi Kinerja pada Pemerintah AcehRita Mutia dan Nurfitriana
Analisis Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba 109-117Edy Zulfiar
Pengaruh Etika Kerja Islam dan Profesionalisme Terhadap Komitmen 119-128OrganisasiStudipadaInternalAuditorBUMNdiKotaBandaAcehRahmawaty
Kemampuan Laba dan Arus Kas Operasi dalam Memprediksi Arus Kas 129-137Masa DepanJen Surya
BeliefSystem,DiagnosticControlSystem,InteractiveControlSystem, `139-151Organizational Learning dan Kinerja OrganisasiTubagus Ismail
InfluenceofOrganizationCommitmentandApplicationofSFASNo.45 153-163to Quality of Financial Statements Non Govermental Organizations (NGOs)in Aceh Utara DistrictSri Mulyati, Darwanis dan Usman Bakar
PengaruhAsimetriInformasiTerhadapHubunganAntaraPartisipasi 165-171Penganggaran dengan Kinerja Manajer StudiPadaBankSyari’ahKotaBandaAcehEvi Mutia dan Hilmi
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 93Volume 1, Nomor 2, Agustus 2011p 93-107
JurNAl AKuNtANsi dAN KeuANgANissN : 2301-4717
PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS
KINERJA PADA PEMERINTAH ACEHritA MeutiA1 dAN NurFitriANA2
1Dosen Pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh2Dosen Pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan good governance yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja pada instansi Pemerintah Aceh. Penelitian ini menggunakan seluruh populasi yang dijadikan objek penelitian (sensus) dan yang dijadikan responden adalah para pejabat yang terlibat dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja yang berjumlah 39 responden dari bidang program dan pelaporan di masing-masing instansi. data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada para pejabat berdasarkan tingkatannya yang dianalisis dengan model regresi linear berganda (Multiple Linier Regression). Kemudian pengujian hipotesis ini dilihat berdasarkan nilai koefesien regresi untuk mengetahui pengaruh penerapan good governance terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja secara individu (parsial) maupun secara simultan (bersama-sama). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas mempunyai koefesien sebesar 0.194, -0,360, 0.953, 0.115 yang tidak sama dengan beta. Hasil ini juga serupa dengan pengujian secara parsial. Berdasarkan hasil penelitian, maka secara simultan variabel akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja. Secara parsial variabel akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas juga berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
Keywords: Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja, Akuntabilitas, Transparansi, Partisipasi Masyarakat, Efisiensi dan Efektivitas.
Nomor 59 tahun 2007 yang mengatur tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah bahwa sistem yang dianut dalam APBd adalah anggaran yang berbasis kinerja.
sancoko, dkk (2008) menyatakan bahwa “Anggaran berbasis kinerja ini lebih menitikberatkan pada segi manajemen anggaran, yaitu dengan memperhatikan baik dari segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran, maupun dari hasil fisik yang dicapai. Untuk mengevaluasi efisiensi pelaksanaan kegiatan, maka prosedur anggaran ini dikaitkan secara ketat dengan sistem akuntansinya sehingga dari setiap pengeluaran dapat ditentukan besarnya prestasi yang harus dicapai.”
di lain pihak, otonomi daerah juga mengharuskan pemerintah daerah menerapkan prinsip- prinsip good governance yang menyeluruh dan terpadu. Good governance banyak menjadi
LATAR BELAKANG
Otonomi daerah ditandai dengan adanya reformasi dalam kebijakan keuangan negara melalui penetapan tiga peraturan di bidang keuangan negara. Ketiga peraturan tersebut adalah uu Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, uu Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan uu Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan tanggung Jawab Keuangan Negara. Kebijakan keuangan negara mengubah secara drastis sistem penganggaran di indonesia yang salah satunya adalah perubahan proses penyusunan anggaran yang lama yaitu sistem anggaran line-item dan incremental menjadi sistem anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting). Hal ini juga dipertegas oleh Peraturan Menteri dalam Negeri (Permendagri)
94 ritA MeutiA dAN NurFitriANA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
sorotan terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Masyarakat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Hal ini sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat. Oleh karena itu, tuntutan itu merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan-perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yang mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik agar lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan, potensi maupun karakteristik di daerah masing-masing.
dalam konteks penyusunan anggaran sektor publik, penerapan good governance merupakan suatu hal penting yang harus diterapkan, mengingat anggaran sektor publik merupakan hal substansial dalam terwujudnya kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Permendagri No 25 tahun 2009 tentang pedoman penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBd) tahun anggaran 2010 menyatakan bahwa dalam penyusunan program dan kegiatan guna mencapai sasaran pembangunan daerah, wajib menerapkan prinsip penyusunan anggaran berbasis kinerja yaitu akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas yang semuanya merupakan cerminan dari prinsip-prinsip good governance.
Oleh karena itu, pada tahap penyusunan anggaran berbasis kinerja yang merupakan tahap awal dalam pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan dengan akuntabel, transparan, dan memperhatikan partisipasi masyarakat tanpa mengurangi efisiensi dan efektivitas untuk mencapai sasaran pembangunan yang baik. Namun,pada tahap ini aparatur pemerintah masih memakai cara-cara lama dalam menyusun program dan kegiatan yaitu mengajukan program yang sebanyak-banyaknya, seindah-indahnya, dan kadang-kadang tidak didasarkan pada informasi ketersediaan sumber daya daerah dan arah pembangunan nasional (Zetra, 2009).
selain itu, rahayu, dkk (2007) juga menyatakan bahwa kebijakan akhir Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dalam
bentuk anggaran tidak dapat diakses informasinya oleh masyakat. Hal ini menunjukkan ruang gerak aksesabilitas masyakat terhadap informasi tentang program/kegiatan dan kebijakan yang akan dilaksanakan masing-masing satuan Kerja perangkat daerah (sKPd) tidak terbuka lebar.
terkait dengan hal tersebut semua, sudah sewajarnya aparatur pemerintah menerapkan good governance serta prinsip-prinsipnya dalam menyusun anggaran berbasis kinerja yang merupakan sistem anggaran terbaru yang diharapkan dapat menciptakan akuntabilitas, transparansi, efisiensi dan efektivitas dan mendorong adanya partisipasi dari masyarakat. tanpa melibatkan akuntabilitas, transparansi, partisipatif, efisiensi dan efektivitas, maka akan sangat sulit untuk mendapatkan output dan outcome yang relevan dengan yang dibutuhkan masyarakat.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan good governance terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja yang dilakukan pada instansi Pemerintah Aceh.
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah akuntabilitas, transparansi, partisipasi
masyarakat, efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja?
2. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja?
3. Apakah transparansi berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja?
4. Apakah partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja?
5. Apakah efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja?
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai : 1. Pengaruh akuntabilitas, transparansi,
partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas terhadap penyusunan anggaran
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 95
berbasis kinerja.2. Pengaruh akuntabilitas terhadap penyusunan
anggaran berbasis kinerja.3. Pengaruh transparansi terhadap penyusunan
anggaran berbasis kinerja.4. Pengaruh partisipasi masyarakat terhadap
penyusunan anggaran berbasis kinerja.5. Pengaruh efisiensi dan efektivitas terhadap
penyusunan anggaran berbasis kinerja.
TINJAUAN TEORITIS
Good GovernanceMenurut dokumen United Nations
Development Program (uNdP) yang dikutip oleh Renyowijoyo (2008: 18) mendefinisikan governance sebagai: “the exercise of political, economic, and administrative authority to manage a natio’s affair at all levels”. selanjutnya menurut Nawangsih (2002), good governance merupakan function of governing salah satunya mengandung prinsip untuk memberikan pelayanan masyarakat yang baik oleh jajaran birokrasi dalam segala aspek kehidupan. terkait dengan masalah tersebut, maka good governance adalah masalah mendasar yang harus secara serius dikejar oleh jajaran birokrasi pemerintah.
Menurut Krina P (2003: 7) good governance diartikan dengan tata pemerintahan yang baik dan berwibawa. good governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang substansial dan penerapannya untuk menunjang pembangunan yang stabil dengan syarat utama efisien) dan (relatif) merata.
dengan berbagai pengertian yang dijelaskan sebelumnya, maka good governance merupakan suatu paradigma yang dituntut untuk diaplikasikan dalam suatu pemerintahan guna mewujudkan pemerintahan yang seimbang antara pemerintah dan masyarakat serta pemerintahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip good governance sendiri.
Prinsip-Prinsip Good Governancea. Akuntabilitas
Mardiasmo (2002: 20) mendefinisikan bahwa akuntabilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Sedangkan, Danin (2005: 7) mendefinisikan akuntabilitas sebagai kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengeloalaan perusahaan terlaksana secara efektif.
Ahdiyana (2008) menyimpulkan jika akuntabilitas berhubungan dengan kewajiban dari institusi atau aparat yang bekerja di dalamnya untuk membuat kebijakan atau melakukan tindakan yang sesuai dengan nilai yang berlaku maupun kebutuhan masyarakat. Akuntabilitas publik menuntut adanya pembatasan tugas yang jelas dan efisien dari para aparat. Krina P (2003: 10) menyebutkan akuntabilitas bermakna pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukkan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and balances sistem).
b. transparansitransparansi merupakan salah satu prinsip
dari good governance. transparansi dibangun di atas dasar arus informasi yang bebas, seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau (Coryanata, 2007). Kemudian danin (2005: 7) mendefinisikan transparansi sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan.
Krina P (2003: 15) menyatakan bahwa transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. selanjutnya, Krina P (2003: 15) juga menjelaskan bahwa prinsip transparansi memiliki dua aspek, yaitu: (1) komunikasi publik oleh pemerintah, dan (2) hak masyarakat terhadap
96 ritA MeutiA dAN NurFitriANA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
akses informasi. Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan.
Coryanata (2007) menjelaskan bahwa anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif dikatakan transparansi jika memenuhi beberapa kriteria berikut: 1. terdapat pengumuman kebijakan anggaran 2. tersedia dokumen anggaran dan mudah
diakses 3. tersedia laporan pertanggungjawaban yang
tepat waktu 4. terakomodasinya suara/usulan rakyat 5. Terdapat sistem pemberian informasi kepada
publik
c. Partisipasi MasyarakatKrina P (2003: 20) menyebutkan partisipasi
adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak langsung. sedangkan Ahmadi (2002) dalam Coryanata (2007) menyatakan partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses dari pelaksanaan otonomi daerah karena dalam partisipasi menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi. Pengawasan yang dimaksud di sini termasuk pengawasan terhadap pihak eksekutif melalui pihak legislatif.
Krina P (2003: 21) menjelaskan jika dalam rangka penguatan partisipasi masyarakat, beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah :1. Mengeluarkan informasi yang dapat diakses
oleh publik.2. Menyelenggarakan proses konsultasi untuk
menggali dan mengumpulkan masukan- masukan dari stakeholders termasuk aktivitas warga negara dalam kegiatan publik.
3. Mendelegasikan otoritas tertentu kepada pengguna jasa layanan publik seperti proses perencanaan dan penyediaan bagi kegiatan masyarakat.
d. Efisiensi dan EfektivitasPengertian efisiensi terdapat dalam Kohler’s
Dictionary of Accountants yang dikutip oleh
Alini (2010:27) yang berarti “kemampuan relatif untuk memproduksi pada tingkat hasil tertentu dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan produsen lain atau memproduksi pada tingkat biaya tertentu untuk menghasilkan jumlah produk yang lebih tinggi”. Curristine, et. al (2007) menyatakan efisiensi sebagai “costs per unit of output. The measurement of efficiency requires quantitative information on costs (or physical inputs) and outputs of public service provision.”
Menurut Mardiasmo (2002:132) menyatakan bahwa pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Selanjutnya Mardiasmo (2002:134) juga menjelaskan efisiensi merupakan perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input yang dikeluarkan. Jika output yang dihasilkan lebih besar, maka semakin tinggi tingkat efisiensi yang dicapai dan itu berarti penggunaan dana dilakukan dengan optimal.
Pengertian efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). lebih lanjut lagi (Mardiasmo, 2002:132). selanjutnya, Mardiasmo (2002:134) menyatakan jika efektivitas merupakan ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely)”.
Sedangkan Bastian (2006:280) menjelaskan efektivitas adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas berhubungan antara output dan tujuan, dimana efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan dalam prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerjaa. Anggaran
secara umum anggaran adalah rencana kuantitatif yang meliputi aspek keuangan dan non keuangan. Menurut Halim (2002: 158) bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 97
(APBd) adalah rencana operasional pemerintah daerah yang dituangkan dalam rupiah, yang menunjukkan estimasi pendapatan (penerimaan) guna memenuhi belanja (pengeluaran) tersebut untuk suatu periode tertentu. sedangkan menurut uu No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 1 (8) Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBd) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh dewan Perwakilan rakyat daerah.
b. KinerjaCurristine (2005) menyatakan kinerja adalah
hasil dari aktivitas yang dilaksanakan yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai. tujuannya adalah untuk menguatkan pemerintah dalam mencapai tujuan mereka.
Kinerja juga merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan organisasi dalam mewujudkan tujuan organisasi, outcome hasil kerja organisasi dalam mewujudkan tujuan strategis yang ditetapkan organisasi, kepuasan pelanggan, serta kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi masyarakat (Suprasto, 2006).
c. Anggaran Berbasis Kinerjasecara teori, sancoko, dkk (2008) menjelaskan
jika prinsip anggaran berbasis kinerja adalah anggaran yang menghubungkan anggaran negara (pengeluaran negara) dengan hasil yang diinginkan (output dan outcome) sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatannya. Performance based budgeting dirancang untuk menciptakan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas dalam pemanfaatan anggaran belanja publik dengan output dan outcome yang jelas sesuai dengan prioritas nasional sehingga semua anggaran yang dikeluarkan dapat dipertangungjawabkan secara transparan kepada masyarakat luas. sementara Nispen dan Johan (2006) juga menyatakan bahwa anggaran berbasis kinerja sebagai bentuk dari penganggaran yang berkaitan dengan dana yang dialokasikan untuk hasil yang dapat diukur.
d. Penyusunan Anggaran Berbasis KinerjaPenyusunan anggaran berbasis kinerja,
menurut direktorat Jenderal Anggaran (ditjen Anggaran) ada empat hal yang harus dilakukan, yaitu:1. Menyusun rencana strategic yang mencakup:
Pernyataan visi dan misi, rumusan tentang tujuan dan sasaran, uraian tentang cara mencapai tujuan dan sasaran, yang terdiri dari program dan kegiatan/subkegiatan.
2. Menentukan indicator kinerja yang dimulai dengan masukan (Input) adalah sumber daya yang digunakan dalam suatu proses untuk menghasilkan keluaran yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya. Keluaran (Output) adalah sesuatu yang terjadi akibat proses tertentu dengan menggunakan masukan yang telah ditetapkan. Hasil (Outcome) adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan atau hasil nyata dari suatu keluaran. Manfaat (Benefit) adalah nilai tambah dari suatu hasil yang manfaatnya akan nampak setelah beberapa waktu kemudian. dampak (Impact) pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh manfaat dari suatu kegiatan.
sancoko, dkk (2008: 13) menjelaskan dalam penyusunan indikator harus jelas (clear), relevan (relevant) atau sejalan dengan pencapaian tujuan organisasi, dapat tersedia dengan biaya yang ada (economic), mempunyai dasar yang cukup untuk ditetapkan (adequate), dan dapat dimonitor keberhasilannya (monitorable).
3. Evaluasi dan pengambilan keputusan atas program/kegiatan yang dianggap menjadi prioritas. dilakukannya pemilihan dan prioritas program/kegiatan mengingat sumber daya yang terbatas.
4. Pada sistem anggaran berbasis kinerja, setiap usulan program dan kegiatan serta anggarannya perlu dinilai kewajarannya. Analisis standar Biaya (AsB) merupakan standar biaya suatu program/kegiatan sehingga alokasi anggaran menjadi lebih rasional. standar satuan harga (ssH) adalah harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku disuatu daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
98 ritA MeutiA dAN NurFitriANA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Paradigma Penelitiana. Pengaruh Akuntabilitas terhadap Penyusunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam konteks penyusunan anggaran
berbasis kinerja, penerapan akuntabilitas menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Hasil penelitian irawan (2009) menunjukkan bahwa akuntabilitas berpengaruh dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja. dengan demikian, pemerintah daerah harus menyelenggarakan pencatatan dan pelaporan anggaran yang bertanggung jawab melalui pengawasan yang ketat.
b. Pengaruh transparansi terhadap Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerjatransparan dalam penyusunan anggaran
berbasis kinerja berarti setiap dokumen Pelaksanaan Penganggaran satuan Kerja Pemerintah daerah (dPA-sKPd) sebagai bagian dari APBd hendaknya dapat memberikan informasi yang jelas tentang kelompok sasaran, capaian kinerja, masukan, keluaran, hasil dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian rahayu, dkk (2007) yang menunjukkan jika pemerintah daerah harus membuka akses informasi bagi masyarakat untuk mengetahui tentang anggaran daerah yang disusun.
c. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Penyusunan Anggaran Berbasis KinerjaPartisipasi dan peranan masyarakat dalam
menyusun anggaran sangat diperlukan dalam memberikan masukan-masukan agar pemerintah mempunyai pemetaan tentang kebutuhan masyarakat. segala keputusan yang diambil harus didasarkan pada pertimbangan yang matang dengan selalu memperhatikan kepentingan masyarakat banyak. Hasil penelitian rahayu, dkk (2007) menemukan jika tingkat partisipasi masyarakat masih rendah. Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat harus terus ditingkatkan bukan hanya pada pengajuan usulan program/kegiatan saja.
tidak berbeda dengan hasil penelitian rahayu,
dkk (2007), hasil penelitian irawan (2009) juga menemukan adanya pengaruh partisipasi masyarakat dalam menyusun anggaran berbasis kinerja. dengan demikian, partisipasi masyarakat juga berperan dalam penyusunan anggaran daerah untuk mencapai hasil yang lebih baik.
d. Pengaruh Efisiensi dan Efektivitas Terhadap Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerjasetiap kegiatan yang direncanakan harus
mempertimbangkan efektivitas dalam pencapaian kinerjanya dan efisien dalam pengalokasian anggarannya. Anggaran berbasis kinerja pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil kinerja. Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti harus berorientasi pada kepentingan publik.
Penelitian rahayu, dkk (2007) menunjukkan jika perilaku kurang efisien dan efektif juga masih ditemukan dalam proses penyusunan anggaran yang banyak ditemukan ketidaksesuaian harga dengan standar yang telah ditetapkan dan ketidaksesuaian kebutuhan untuk kegiatan tersebut. selanjutnya, irawan (2009) dalam penelitiannya menyatakan jika efisiensi berpengaruh dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja. dengan demikian, maka efisiensi dan efektivitas sangat berpengaruh dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja untuk mencapai hasil yang baik.
e. Pengaruh Akuntabilitas, transparansi, Partisipasi Masyarakat, Efisiensi dan Efektivitas Terhadap Penyusunan Anggaran Berbasis KinerjaPenyusunan anggaran atau rencana Anggaran
satuan Kerja (rAsK) oleh setiap satuan unit kerja masing-masing, good governance yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas sangat diperlukan guna menciptakan suatu kebijakan yang sesuai dengan harapan masyarakat. Hal ini sesuai dengan penelitian irawan (2009) yang menemukan jika akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 99
berbasis kinerja. dengan demikian, penerapan good governance yang terbagi dalam akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas sangatlah perlu diterapkan dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja.
HipotesisHipotesis yang diuji dalam penelitian ini
adalah:H1: Akuntabilitas, transparansi, partisipasi
masyarakat, efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja
H2: Akuntabilitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja
H3: transparansi berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
H4: Partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja H5: Efisiensi dan Efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
METODE PENELITIAN
Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah 39 sKPA
yang terdiri dari 1 sekretariat daerah, 1 sekretariat DPRA, 17 dinas, 16 lembaga teknis daerah, dan 4 sekretariat lembaga keistimewaan Aceh. dalam penelitian ini, seluruh populasi dijadikan objek penelitian (sensus) dan yang menjadi responden adalah pejabat yang terlibat langsung pada proses penyusunan anggaran berbasis kinerja yang terdiri dari kepala bidang/kepala bagian (kabid/
kabag), kepala subbagian/ kepala subbidang/ kepala seksi (kasubbag/kasubbid/ kasi), atau para staf di bidang program dan pelaporan yang berada di instansi Pemerintah Aceh. Jumlah responden untuk setiap instansi adalah satu orang dan jumlah keseluruhan adalah 39 orang dari semua instansi Pemerintah Aceh
Data dan Teknik Pengumpulan Datadata digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer, yang diperoleh dengan melakukan penelitian lapangan (field research), yaitu dengan cara melakukan penelitian langsung terhadap responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengedarkan kuesioner yang berisi pertanyaan/pernyataan yang berhubungan dengan variabel yang diteliti. Responden diminta untuk menentukan alternatif pilihan jawaban mereka terhadap masing-masing pertanyaan/pernyataan terkait. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan langsung menyerahkan kuesioner pada responden yang dituju dengan pertanyaan-pertanyaan terstruktur.
Definisi dan Operasional Variabela. Variabel dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penyusunan anggaran berbasis kinerja yang meliputi input, output, dan outcome. elemen indikatornya dilakukan oleh deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan daerah direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Wilayah iii tahun 2005. Variabel ini diukur menggunakan skala interval dari sangat
Gambar 1 Skema Paradigma Penelitian
Akuntabilitas Akuntabilitas
transparansi transparansi Penyusunan Anggaran
Berbasis Kinerja Penyusunan Anggaran
Berbasis Kinerja Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat
Efisiensi dan Efektivitas Efisiensi dan Efektivitas
100 ritA MeutiA dAN NurFitriANA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
tidak setuju ke sangat setuju dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 5.b. Variabel independen (X)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah penerapan prinsip good governance yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas. Pertimbangan diambilnya variable-variabel ini dari karakteristik good governance adalah karena variabel tersebut sering diungkapkan oleh para pakar untuk dilibatkan dalam penyusunan anggaran. 1. Akuntabilitas (X1) Variabel akuntabilitas menyatakan bahwa
setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintah dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka oleh pelaku kepeda pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan. Pengukuran variabel akuntabilitas ini indikatornya diukur dengan menggunakan instrument yang telah dikembangkan oleh Peters (2000) dan tjokromidjojo (2001) yang dikutip oleh Krina P (2003). Variabel ini diukur menggunakan skala interval dari sangat tidak setuju ke sangat setuju dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 5.
2. transparansi (X2) Variabel transparansi mengungkapkan yakni
adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan. Menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaanya, serta hasil-hasil yang dicapai. Pada indikator transparansi, pengukuran dimensi yang digunakan pada penelitian ini adalah pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Fletcher, Minoge, Levy (2001), Asian Development Bank (1999), dey (2001) yang dikutip oleh Krina P (2003). Variabel ini diukur menggunakan skala interval dari sangat tidak setuju ke sangat setuju dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 5.
3. Partisipasi Masyarakat (X3) Variabel partisipasi masyarakat menyatakan
bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan disetiap
kegiatan penyelengaraan pemerintahan. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan secara lansung atau secara tidak lansung. Partisipasi dibutuhkan dalam memperkuat demokrasi, meningkatkan kualitas dan efektivitas layanan publik. indikator atau elemen dan alat ukur pada dimensi partisipasi masyarakat dikembangkan oleh beberapa peneliti, diantaranya Petter (2001), Gustmann, Sound Development Management (1999), dan Hill &Hupe (2002) yang dikutip oleh Krina P (2003). Variabel ini diukur menggunakan skala interval dari sangat tidak setuju ke sangat setuju dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 5.
4. Efisiensi dan Efektivitas (X4) Efisiensi menggambarkan hubungan antara
masukan sumber daya oleh suatu unit organisasi (misalnya: staf, upah, biaya administrasi) dan keluaran yang dihasilkan. Sedangkan efektivitas menggambarkan bahwa suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dimensi efisiensi dan efektivitas instrument indikatornya dari Mardiasmo (2002) dan penelitian yang dilakukan oleh Wardhani (2008). Variabel ini diukur menggunakan skala interval dari sangat tidak setuju ke sangat setuju dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 5.
Pengujian Validitas dan ReliabilitasSumarni dan Wahyuni (2006: 65-66)
menyatakan bahwa validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan, kesesuaian, atau kecocokan suatu alat untuk mengukur apa yang diukur. untuk menghitung koefisien korelasi digunakan teknik Product Moment Correlation. Suliyanto (2006: 149) mengatakan bahwa apabila nilai korelasi hitung (r hitung) lebih besar daripada nilai korelasi tabel (r tabel) pada tingkat keyakinan 95%, maka item-item pertanyaan tersebut valid.
Sumarni dan Wahyuni (2006: 66) menjelaskan jika reabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur konsisten atau memiliki kemantapan dalam penggunaannya, baik ditinjau dari waktu ke waktu maupun dari kondisi satu dengan kondisi yang lain. reliabilitas menunjukkan
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 101
sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukurannya diulang dua kali atau lebih. Pengukuran reliabilitas terhadap instrumen penelitian ini menggunakan teknik Cronbach’s Alpha. Suatu variabel dianggap reliabel jika nilai alphanya lebih besar dari 0.50 (Jogiyanto, 2008:142).
Metode Analisa DataPengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan alat analisis regresi berganda. Adapun bentuk matematis analisis regresi berganda sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
dimana:Y = Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerjaα = Konstantaβ1-β4 = Koefisien regresiX1 = AkuntabilitasX2 = transparansiX3 = Partisipasi masyarakatX4 = Efisiensi dan Efektivitase = Error term
Rancangan Pengujian Hipotesisuntuk menguji hipotesis pertama (H1) yaitu
pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen, dilakukan dengan langkah-langkah berikut:1. Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternatif (Ha) H01 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 ; Akuntabilitas,
transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
Ha1 : paling sedikit ada satu βi (i = 1,2,3,4) ≠ 0 ; Akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
2. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
Jika βi (i=1,2,3,4) = 0 : H0 diterima.
Jika paling sedikit ada satu βi (i=1,2,3,4) ≠ 0 : H0 ditolak.
H0 diterima artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, sedangkan H0 ditolak berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
untuk menguji hipotesis kedua, ketiga, keempat, dan kelima(H2, H3, H4, dan H5) yaitu pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
Hipotesis Kedua (H2)H02 : β1 = 0 ; Akuntabilitas tidak berpengaruh
terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja
Ha2 : β1 ≠ 0 ; Akuntabilitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja
Hipotesis Ketiga (H3)H03 : β2 = 0 ; transparansi tidak berpengaruh
terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja
H a3 : β2 ≠ 0 ; Transparansi berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja
Hipotesis Keempat (H4)H04 : β3 = 0 ; Partisipasi masyarakat tidak
berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja
Ha4 : β3 ≠ 0 ; Partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
Hipotesis Kelima (H5)H05 : β4 = 0 ; Efisiensi dan efektivitas tidak
berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja
Ha5 : β4 ≠ 0 ; Efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
2. Menentukan kriteria penerimaan dan
102 ritA MeutiA dAN NurFitriANA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
penolakan hipotesisKriteria penerimaan dan penolakan hipotesis
adalah sebagai berikut:Jika βi (i=1,2,3,4) = 0 : H0 diterima.Jika βi (i=1,2,3,4) ≠ 0 : H0 ditolak.H0 diterima artinya variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel d e p e n d e n , sedangkan H0 ditolak berarti variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Deskripsi dan Analisa Data setelah kuesioner selesai diisi oleh
responden, peneliti mengambil kembali untuk selanjutnya ditabulasikan dan diolah dengan menggunakan software computer melalui Program Statistic Package for Social Science (SPSS) versi 17.00 dan Microsoft Excel.
Penyebaran dan pengembalian kuesioner dilakukan dalam waktu 3 (tiga) minggu. Jumlah kuesioner yang dibagikan kepada responden sebanyak 39 kuesioner, dan semua kuesioner dinyatakan kembali dan dapat diolah.
Karakteristik RespondenKarakteristik responden dapat dilihat pada
tabel 1.
Hasil Uji Validitas dan ReliabilitasPengujian validitas data dalam penelitian
ini dilakukan secara statistik, yaitu dengan menggunakan uji Pearson Correlation dengan bantuan sPss 17.0. setiap item pertanyaan dinyatakan valid jika nilai korelasi hitung > nilai kritis atau mempunyai nilai signifikan untuk semua item pertanyaan di bawah 5%. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 2.
untuk mengukur keandalan kuesioner yang digunakan, maka dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas berdasarkan Cronbach Alpha dengan bantuan sPss 17.0. Hasilnya menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini reliable (dapat diandalkan) karena nilai alphanya lebih besar dari 0.50 (Jogiyanto, 2008:142), sebagaimana ditunjukkan pada tabel 3.
Analisis Hubungan Akuntabilitas, Transparansi, Partisipasi Masyarakat, serta Efisiensi dan Efektivitas terhadap Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja pada Pemerintah Aceh
Hubungan akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, serta efisiensi dan efektivitas terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja pada Pemerintah Aceh dapat dilihat pada hasil pengolahan data dengan menggunakan peralatan statistik berganda seperti terlihat dari bagian output sPss pada tabel 4.
dari bagian output sPss pada tabel 4 keterkaitan antara akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, serta efisiensi dan efektivitas terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja pada Pemerintah Aceh dapat dituliskan dalam persamaan dibawah ini.
Y = 15,242 + 0,194X1 - 0,360X2+0,953X3+0,115X4
Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut:
Hubungan antara akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, serta efisiensi dan efektivitas terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja pada Pemerintah Aceh sangat erat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,760 (lebih besar dari 0,50). Selanjutnya nilai koefisien determinasi (r2) sebesar 0,578, mengartikan 57,8% variasi variabel penyusunan anggaran berbasis kinerja dapat dijelaskan oleh variabel akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, serta efisiensi dan efektivitas, sedangkan sisanya sebesar 42,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Nilai Adjusted (R2) sebesar 0,528, yang mengartikan bahwa besar atau kecilnya pengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja ditentukan oleh akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, serta efisiensi dan efektivitas.
Pengujian Hipotesisa. Pengujian secara simultan (Bersama-sama)
Pengujian secara simultan dilakukan untuk
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 103
Tabel 1Karakteristik Responden
No Keterangan Frekuensi Persentase(%)
1. Jenis Kelamin:• laki-laki• Perempuan
2910
74,425,6
total 39 100
2. usia• < 39 tahun• 40-49 tahun• 50 -59 tahun
13197
33,348,717,9
total 39 100
3. Pendidikan terakhir:• sMu/sMK• s1• s2
12612
2,666,730,8
total 39 100
4. lama tugas:• < 2 tahun• 2-5 tahun• 6-10 Tahun• > 10 Tahun
24330
5,110,37,776,9
total 39 100
5. Jabatan:• Kabag• Kepala sub Bagian • Kabid• Kasubbid• Kasi• Staf
51442104
12,835,910,35,125,610,3
total 39 100
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Keputusan yang diambil berdasarkan ketentuan bahwa jika paling sedikit ada satu di antara βi (i= 1,2,3,4) ≠ 0, maka secara simultan (bersama-sama) akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja, maka (H0 ditolak).
Tabel 4 menunjukkan bahwa semua koefisien variabel independen (akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas) tidak sama dengan nol (β1=0,19, β2= -0,360, β3=0,953 dan β4= 0,115). Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja, sehingga penelitian ini menolak H01 dan menerima Ha1.
b. Pengujian secara Parsial- Pengaruh Akuntabilitas terhadap Penyusunan
Anggaran Berbasis KinerjaTabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefesien
variabel akuntabilitas (X1) sebesar 0,194. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa β1 ≠ 0. Dengan demikian, secara parsial variabel akuntabilitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja, sehingga penelitian ini menolak H02 dan menerima Ha2. - Pengaruh transparansi terhadap Penyusunan
Anggaran Berbasis KinerjaTabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefesien
variabel transparansi (X2) sebesar -0,360. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa β1 ≠ 0. Dengan demikian, secara parsial variabel transparansi berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja, sehingga penelitian ini menolak H03 dan menerima Ha
104 ritA MeutiA dAN NurFitriANA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 2Hasil Uji Validitas
Item Pertanyaan KoefisienKorelasi
Nilai Kritis rn=39 Keterangan
AK1 0,587 0,316 ValidAK2 0,369 0,316 ValidAK3 0,534 0,316 ValidAK4 0,767 0,316 ValidAK5 0,572 0,316 ValidAK6 0,605 0,316 ValidAK7 0,781 0,316 ValidAK8 0,798 0,316 ValidAK9 0,697 0,316 Validti1 0,669 0,316 Validti2 0,555 0,316 Validti3 0,635 0,316 Validti4 0,803 0,316 Validti5 0,497 0,316 Valid
PM1 0,735 0,316 ValidPM2 0,551 0,316 ValidPM3 0,537 0,316 ValidPM4 0,768 0,316 ValidPM5 0,420 0,316 ValidPM6 0,785 0,316 ValidPM7 0,428 0,316 ValidPM8 0,806 0,316 Validee1 0,626 0,316 Validee2 0,712 0,316 Validee3 0,892 0,316 Validee4 0,402 0,316 Validee5 0,792 0,316 ValidEE6 0,858 0,316 Validee7 0,618 0,316 Validee8 0,540 0,316 Validee9 0,471 0,316 Validee10 0,533 0,316 Valid
PABK1 0,731 0,316 ValidPABK2 0,720 0,316 ValidPABK3 0,703 0,316 ValidPABK4 0,791 0,316 ValidPABK5 0,723 0,316 ValidPABK6 0,674 0,316 ValidPABK7 0,732 0,316 ValidPABK8 0,645 0,316 ValidPABK9 0,625 0,316 ValidPABK10 0,413 0,316 ValidPABK11 0,792 0,316 ValidPABK12 0,507 0,316 Valid
Tabel 3Hasil Uji Reliabilitas
Variabel JumlahItem Cronbach alpha Keterangan
Akuntabilitas (X1) 9 0, 817 reliabeltransparansi (X2) 5 0, 626 reliabelPartisipasi Masyarakat (X3) 8 0,755 reliabelEfisiensi Dan Efektivitas (X4) 10 0,844 reliabelPenyusunan Anggaran BerbasisKinerja (Y) 12 0,892 reliabel
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 105
- Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Penyusunan Anggaran Berbasis KinerjaTabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefesien
variabel partisipasi masyarakat (X3) sebesar 0,953. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa β1 ≠ 0. Dengan demikian, secara parsial variabel partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja, sehingga penelitian ini menolak H04 dan menerima Ha4.- Pengaruh Efisiensi dan Efektivitas terhadap
Penyusunan Anggaran Berbasis KinerjaTabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefesien
variabel efisiensi dan efektivitas (X4) sebesar 0,115. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa β1 ≠ 0. Dengan demikian, secara parsial variabel efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja, sehingga penelitian ini menolak H05 dan menerima Ha5.
KESIMPULAN
1. Akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas secara simultan berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
2. Akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
3. transparansi secara parsial berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
4. Partisipasi masyarakat secara parsial berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
5. Efisiensi dan efektivitas secara parsial berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
KeterbatasanKeterbatasan dalam penelitian ini terletak pada
instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yang berupa kuesioner tertutup, dan sifat dari kuesioner yang subjektif, sehingga jawaban yang diberikan reponden terbatas pada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Hal ini akan menimbulkan masalah jika jawaban responden berbeda dengan keadaan sesungguhnya yang berakibat pada biasnya hasil dari penelitian ini. Keadaan ini merupakan hal yang tidak dapat dikendalikan karena diluar kemampuan peneliti
REKOMENDASI
Untuk menambah referensi penelitian selanjutnya, ada beberapa saran yang dikemukakan sebagai berikut:1. Dengan menggunakan variabel yang sama,
penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada instansi pemerintahan yang terdapat di 33 kabupaten/kota lainnya di indonesia. Hal ini dimaksudkan agar kesimpulan yang dihasilkan dari peneliti sekarang memiliki cakupan yang lebih luas dan tidak hanya pada satu daerah saja.
2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menambah beberapa variabel lain, misalnya disiplin anggaran, keadilan, rasional dan terukur, karena berdasarkan hasil uji regresi diketahui bahwa 57,8% variasi variabel
Tabel 4Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
Persamaan Regresi Linier BergandaY = 15,242 + 0,194X1 - 0,360X2+0,953X3+0,115X4
Nama Variabel B standar errorKonstanta (a) 15,242 13,313
Akuntabilitas (X1) 0,194 0,423
transparansi (X2) -0,360 0,808Partisipasi Masyarakat (X3) 0,953 0,174Efektivitas dan Efisiensi (X4) 0,115 0,200
Koefisien Korelasi (R)=0,760(a) Koefisien Determinasi (R2) = 0,578Adjusted (R2) = 0,528
a. Predictor: (Constant): Akuntabilitas, Transparansi, Partisipasi Masyarakat,
Efeisiensi dan Efektivitasb. Dependent Variabel: Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja
106 ritA MeutiA dAN NurFitriANA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
penyusunan anggaran berbasis kinerja dapat dijelaskan oleh variabel akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi
dan efektivitas, sedangkan sisanya sebesar 42,2% dipengaruhi oleh variabel yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
Halim, Abdul. (2002), Akuntansi Keuangan Daerah. edisi Pertama. Jakarta: Penerbit salemba empat.
Husin, Dasmi. (2006) “Pengaruh Penerapan Good Governace Terhadap Kinerja Penyusunan RAPBD Prov NAD”. tesis, Universitas Syiah Kuala
irawan, Aidil Yudi. (2009) “Pengaruh Penerapan Good Governace Terhadap Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja di Kabupaten Aceh Singkil ”. Tesis, Universitas syiah Kuala.
Jogiyanto, H. M. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Krina P, loina lalolo, 2003, Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas Transparansi & Partisipasi. Jakarta: sekretariat Good Public Governance. Bappenas.
Mardiasmo. (2002), Akuntansi Sektor Publik. Yokyakarta: Penerbit Andi.
Menteri dalam Negeri, Peraturan Menteri Nomor 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
---------------------, Peraturan Menteri Nomor 25 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010.
Nawangsih, Ami. (2002) “Penyajian Laporan Keuangan dan Neraca pada Sektor Publik Sebagai Salah Satu Pendukung dalam Mewujudkan Good Governance”. Jurnal Indonesia Membangun
Nispen, Frans K.M. van dan Johan J.A. Posseth (2006) “Performance Budgeting in the Netherlands: Beyond Arithmetic”. OECD Journal on Budgeting. Volume 6 – No.4
Pemerintah republik indonesia, 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
rahayu, sri, dkk. (2007) Studi Fenomenologis terhadap Proses Penyusunan Anggaran
REFERENSI
Adhiyana, Marita. (2008) “Mekanisme Akuntabilitas LOD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Spirit Publik. Vol 4, No.2: 169-184.
Alini. (2010) “Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Pajak Daerah dalam Peningkatan PAD di Kota Banda Aceh”. Skripsi, Universitas Syiah Kuala.
Bastian, Indra, (2006), Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit erlangga.
Coryanata, isma. (2007) Akuntabilitas, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik sebagai Pemoderating Hubungan Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Makasar: simposium Nasional Akuntansi X.
Curristine, teresa. (2005). “Government Performance:Lessons and Challenges.” OECD Journal on Budgeting. Volume 5 – No. 1.
Curristine, teresa, Zsuzsanna lonti dan isabelle Joumard. (2007). “Improving Public Sector Efficiency: Challenges and Opportunities.” OECD Journal on Budgeting. Volume 7 – No. 1.
danin, Mas Achmad, (2005), Good Corporate Governance. Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia. Jakarta: Penerbit ray indonesia.
deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan daerah. direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan daerah Wilayah 3 (2005) Pedoman Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja (Revisi).
direktorat Jenderal Keuangan (2009) Anggaran Berbasis Kinerja I. Jakarta Pusat: departemen Keuangan republik indonesia. http://www.anggaran.depkeu.go.id/ web-content-list.asp? ContentId=633
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 107
Daerah Bukti Empiris dari Satu Satuan Kerja Perangkat Daerah di Provinsi Jambi. Makasar: simposium Nasional Akuntansi X.
renyowijoyo, Muindro, (2008), Akuntansi Sektor Publik Organisasi Non Laba. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
sancoko, Bambang, dkk. (2008) Kajian Terhadap Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja di Indonesia. departemen Keuangan republik indonesia Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Suliyanto (2006) Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: ANdi.
Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni. (2006) Meteodologi Penelitian Bisnis. edisi i. Yogyakarta; Andi.
Suprasto H, Bambang (2006) “Peluang dan tantangan implementasi Anggaran Berbasis Kinerja”. Buletin Studi Ekonomi. Vol 11. No.3: 270-281.
republik indonesia, (2003), undang-undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
-------------------, (2004), undang-undang No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
-------------------, (2004), undang-undang No.15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan negara
-------------------, (2004), undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
-------------------, (2004), undang-undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintaha Daerah.
Wardhani, shinta setya. (2008) “Manfaat Anggaran dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Cimahi”. tesis, Universitas Widyatama.
Werimon, simson, dkk. (2007) Pengaruh Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Makassar: simposiun Nasional Akuntansi X.
Zetra, Aidinil (2009) Strategi Pengembangan Kapasitas SDM Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Padang: Balitbang Propinsi sumatera Barat.
108 ritA MeutiA dAN NurFitriANA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 109Volume 1, Nomor 2, Agustus 2011p 109-117
JurNAl AKuNtANsi dAN KeuANgANissN : 2301-4717
ANALISIS KEMAMPUAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA
edY ZulFiAr
Dosen pada Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe
This research aims to analyze the ability of financial ratios in predicting of earning changes in future. The data was collected by using purposive sampling method. The number of samples in this research is 39 manufacture emitens listed in Indonesian Stock Exchange in period 2004-2008. The method of analysis in this research used logistic regression to examine 20 financial ratios in predicting of earning changes one year ahead. Partially, the results indicate that 8 financial ratios are able to predict earning change one year ahead, that are shareholder’s equity and total liabilities to fixed asset (SETLFA), operating profit to net sales (OPNS), cost of good sold to inventories (CGSI), net sales to quick asset (NSQA), shareholder’s equity to net sales (SENS), current liabilities to shareholder’s equity (CLSE), working capital to total assets (WCTA), and profit before tax to shareholder’s equity (PBTSE). Simultaneously, the result indicate that all financial ratios examined are able to predict earning change one year ahead
Keywords: financial ratios and earning change
keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktik bisnis pada kenyataannya bersifat subjektif tergantung kepada untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan (Helfert:1991 dalam Warsidi & Bambang: 2000).
Penelitian-penelitian tentang rasio keuangan yang menghubungkan dengan fenomena-fenomena akuntansi tertentu dilakukan dengan harapan akan dapat ditemukan berbagai kegunaan objektif rasio keuangan (Warsidi & Bambang, 2000). Beberapa yang telah dilakukan diantaranya adalah menguji kegunaan rasio keuangan untuk memprediksi perubahan laba yaitu Freeman dkk, 1982; Ou, 1990; Penman, 1992; Machfoedz, 1994; Zainuddin & Hartono, 1999, dan Warsidi & Bambang, 2000.
Berbagai temuan dari penelitian yang telah dilakukan tersebut menunjukkan hasil-hasil penelitian yang masih cenderung tidak konsisten untuk waktu dan tempat yang berbeda. Beberapa di antaranya bahkan kontradiktif terhadap yang lainnya. Machfoedz (1994) menganalisis 47 rasio keuangan dan menghubungkannya
LATAR BELAKANG
laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi akuntansi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. laporan keuangan akan lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses analisis akan diperoleh prediksi tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hasil analisis laporan keuangan akan mampu membantu menginterprestasikan berbagai hubungan dan kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang. salah satu teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak diaplikasikan dalam praktik bisnis adalah analisis rasio keuangan (Prastowo dan Rifka: 59).
Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan. Analisis rasio keuangan ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi
110 edY ZulFiAr Jurnal Akuntansi dan Keuangan
dengan perubahan laba di indonesia. dengan menggunakan MAXR-Procedure, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 13 rasio keuangan yang signifikan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang yaitu Current Assets to Current Liabilities Ratio, Net Worth and Total Liabilities to Fixed Assets Ratio, Gross Profit to Sales Ratio, Operating Profit to Sales Ratio, Net Income to Sales Ratio, Operating Income to Total Liabilities Ratio, Net Worth to Sales Ratio, Current Liabilities to Inventory Ratio, Net Income to Net Worth Ratio, Quick Assets to Inventory Ratio, Net Income to Total Liabilities Ratio, Current Liabilities to Net Worth Ratio, Net Worth to Total Liabilities.
Warsidi & Bambang (2000) menguji kegunaan rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba di masa yang akan datang. Dengan menggunakan metode pemilihan variabel stepwise regression dianalisis sejumlah 49 rasio keuangan untuk diketahui hubungan liniernya dengan perubahan laba satu tahun, dua tahun, dan tiga tahun yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh rasio keuangan terbukti signifikan untuk digunakan sebagai prediktor perubahan laba satu tahun yang akan datang yaitu Cost of Good Sold to Inventories, Cost of Good Sold to Net Sales, Net Sales to Quick Assets, Net Sales to Trade Receivables, Profit before Taxes to Shareholder’s Equity, Working Capital to Net Sales, dan Working Capital to Total Assets.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Machfoedz (1994) kontradiktif dengan hasil penelitian Warsidi & Bambang (2000). dalam konteks permasalahan inilah, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian kembali terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahfoedz (1994) dan Warsidi & Bambang (2000) dalam memprediksi perubahan laba di masa yang akan datang. rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan rasio-rasio yang signifikan terhadap perubahan laba dari hasil penelitian Machfoedz dan Warsidi & Bambang yang berjumlah dua puluh rasio keuangan.
TINJAUAN TEORITIS
Analisis Rasio KeuanganUntuk dapat menginterprestasikan informasi
akuntansi yang relevan dengan tujuan dan kepentingan pemakainya telah dikembangkan seperangkat teknik analisis yang didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. salah satu teknik tersebut yang populer diaplikasikan dalam praktek bisnis adalah analisis rasio keuangan (Warsidi & Bambang, 2000).
Menurtut Harahap (2008:297) rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan.
Warsidi & Bambang (2000) menyatakan bahwa aplikasi analisis rasio keuangan dalam praktek bisnis serta pengkajian-pengkajian dan studi yang telah dilakukan mengantarkan kepada pemikiran untuk menjadikan rasio keuangan sebagai indikator yang fundamental dalam praktek bisnis dan ekonomi. rasio keuangan juga telah digunakan sebagai independent and descriptive variabel dalam studi ekonomi.
rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan rugi-laba dan neraca (Hanafi dan Abdul Halim, 2005:77). Analisis rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak digunakan dalam praktik, dimana rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. demikian pula pengelompokan rasio juga bermacam-macam.
Nilai Prediktif Rasio KeuanganWarsidi & Bambang (2000) menyatakan
bahwa: “Adanya nilai prediktif dari informasi akuntansi yang tercantum dalam pelaporan
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 111
keuangan dapat digunakan oleh investor potensial dalam melakukan prediksi penerimaan kas dividen dan bungan di masa yang datang.” Zainuddin dan Hartono (1999) menambahkan bahwa prediksi perubahan laba perusahaan dengan menggunakan informasi laporan keuangan menjadi sangat penting untuk dilakukan bagi investor, sebagai bahan untuk membantu mengambil keputusan investasi dan salah satu cara untuk memprediksi perubahan laba perusahaan adalah dengan rasio keuangan. Adanya nilai prediksi ini menunjukkan bahwa inquires akuntansi seperti yang tercantum dalam pelaporan keuangan dapat digunakan oleh investor sekarang dan investor potensial dalam melakukan dari prediksi penerimaan kas dividen dan bungan di masa yang akan datang. Deviden yang akan diterima oleh investor tergantung pada jumlah laba yang diperoleh perusahaan di masa yang akan datang.
Friedlob dan Plewa (1996) menyatakan juga bahwa pada kenyataannya analisis rasio keuangan hanyalah suatu titik awal dalam analisis keuangan perusahaan. Analisis rasio tidak memberikan banyak jawaban, kecuali menyediakan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya diharapkan.
Ou dan Penman (1989) menegaskan bahwa analisis laporan keuangan mengindentifikasikan aspek-aspek dari laporan keuangan yaitu rasio-rasio keuangan yang relevan untuk indikator laba yang akan datang dalam mengambil keputusan investasi.
Hipotesis PenelitianBerdasarkan uraian dan penjelasan di atas,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu: rasio Current Assets to Current Liabilities, Shareholder’s Equity and Total Liabilities to Fixed Assets, Gross Profit to Net Sales, Operating Profit to Net Sales, Profit After Taxes to Net Sales, Cost of Good Sold to Inventories, Cost of Good Sold to Net Sales, Net Sales to Trade Receivables, Net Sales to Quick Assets, Quick Assets to Inventory, Shareholder’s Equity to Net Sales, Working Capital to Total Assets, Working Capital to Net Sales, Current Liabilities to Shareholder’s Equity, Shareholder’s Equity to Total Liabilities, Profit After Taxes to Total Liabilities, Operating Profit to Total Liabilities, Current Liabilities to
Inventory, Profit Before Taxes to Shareholder’s Equity, Profit After Taxes to Shareholder’s Equity mampu memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang pada emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2004-2008. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive/judgment sampling, yaitu memilih subjek yang berada pada posisi terbaik untuk memberikan informasi yang diperlukan.
Kriteria populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah yaitu emiten manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Bei) dari 1 Januari 2004 sampai 31 desember 2008, perusahaan tidak delist selama periode penelitian dan menerbitkan laporan keuangan per 31 desember 2004 sampai dengan 31 desember 2008, perusahaan tidak melakukan penggabungan usaha (merger), perusahaan tidak melaporkan rugi selama periode penelitian. Berdasarkan kriteria di atas diperoleh sampel sebanyak 39 emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Prosedur Pengumpulan Datadata yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data laporan keuangan emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan tahun 2004 - 2007 digunakan untuk menghitung perubahan rasio keuangan, sedangkan laporan keuangan tahun 2005 – 2008 digunakan untuk menghitung perubahan laba satu tahun yang akan datang. data yang digunakan merupakan gabungan data time series dengan data cross section atau dikenal dengan istilah pooled data.
Pengukuran Operasional VariabelVariabel independen penelitian ini adalah
perubahan relatif rasio keuangan. Variabel-variabel tersebut terdiri dari perubahan rasio-rasio keuangan berikut ini:1. Current Assets to Current Liabilities (X1)2. Shareholder’s Equity and Total Liabilities to
Fixed Assets (X2)
112 edY ZulFiAr Jurnal Akuntansi dan Keuangan
3. Gross Profit to Net Sales (X3)4. Operating Profit to Net Sales (X4)5. Profit after Taxes to Net Sales (X5)6. Cost of Good Sold to Inventories (X6)7. Cost of Good Sold to Net Sales (X7)8. Net Sales to Trade Receivables (X8)9. Net Sales to Quick Assets (X9)10. Quick Assets to Inventory (X10)11. Shareholder’s Equity to Net Sales (X11)12. Working Capital to Total Assets (X12)13. Working Capital to Net Sales (X13)14. Current Liabilities to Shareholder’s Equity
(X14)15. Shareholder’s Equity to Total Liabilities
(X15)16. Profit after Taxes to Total Liabilities (X16)17. Operating Profit to Total Liabilities (X17)18. Current Liabilities to Inventory (X18)19. Profit before Taxes to Shareholder’s Equity
(X19)20. Profit after Taxes to Shareholder’s Equity
(X20)
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan laba untuk tahun 2005-2008. Perubahan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan laba relatif. Digunakannya angka laba relatif didasari alasan angka laba tersebut lebih representatif dibandingkan laba absolut yang dimaksudkan untuk menghindari pengaruh ukuran perusahaan (Machfoedz, 1994).
Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Analisis data pada penelitian ini menggunakan model logit (logistic regresion). Model regressi logistik digunakan untuk menentukan nilai probabilitas laba perusahaan apakah meningkat atau menurun, dimana:
Pi = 0 Jika laba perusahaan menurunPi = 1 Jika laba perusahaan meningkat
Metode yang digunakan dalam mengestimasi model regresi logistik adalah menggunakan teknik maximum likelihood. Pada metode ini menggunakan proses iterasi untuk memperkecil nilai –2 log-likehood (-2LL) sampai ditemukan
nilai yang konvergen. Semakin kecil nilai –2LL semakin bagus model yang dihasilkan.
Model regressi logistik bisa dibentuk ke dalam dua bentuk persamaan, yaitu model logit dan model prediksi. Model logit diformulasikan sebagai berikut:
Y = βo + β1X1 + ... + βkXk
(Kleimbaum, 2002;7)
Nilai Y merupakan sebuah dichotomous (laba menurun dan laba meningkat) yang dikombinasikan dengan perubahan rasio keuangan (X). Kemudian nilai prediksinya dihitung menggunakan nilai probabilitas yang dirumuskan sebagai berikut.
(Kleimbaum, 2002;8)
Melalui persamaan tersebut laba perusahaan diprediksi akan meningkat jika nilai P lebih besar atau sama dengan 0,5 sebaliknya laba perusahaan diprediksi akan menurun jika nilai P lebih kecil dari 0,5.
dimana:P = Probabilitas perubahan laba perusahaanβi = koeffisien regressi logistikXi = variabel independent ke-ie = bilangan natural (2,718282)
Pengujian HipotesisPengujian Bersama-sama (simultan)
untuk melakukan pengujian tersebut perlu diperhatikan beberapa nilai statistik sebagai berikut:1. Fungsi log likelihood (ll) yang
didefenisikan
L(β) = ∑{Yi1n[p(Xi)] - (1 - Yi) 1n (1 - p(Xi)]}
(Hosmer, 2000;9)
dimana β menyatakan vektor dari parameter model.
P(Y) = 1
-[βo + β1X1 + ... + βkXk]1 + e
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 113
2. statistik uji Chi-square sama dengan selisih –2Log Likelihood (0) (tanpa variabel bebas) dan –2Log Likelihood(1) (termasuk variabel
bebas). Kriteria pengujian yang digunakan adalah tolak Ho jika χhitung > χtabel. Statistik ini dipakai untuk menguji hipotesis:
Ho : β1= β2 =… = βk = 0
Semua rasio keuangan secara signifikan tidak mampu memprediksi perubahan laba perusahaan satu tahun yang akan datang.
Ha : tidak semua βi=0 . i= 1,2,...,k
semua rasio keuangan secara bersama-sama secara signifikan mampu memprediksi perubahan laba perusahaan satu tahun yang akan datang.
Uji Perbedaan Antar Kelompok (Pengujian Secara Parsial)
Untuk menguji signifikansi (keberartian) perbedaan variabel Xi berdasarkan perubahan laba perusahaan di dalam populasi digunakan hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho : βi = 0 i = 1,2,…,k
tidak adanya kemampuan yang signifikan dari rasio keuangan Xi secara parsial dalam memprediksi perubahan laba perusahaan satu tahun yang akan datang
Ha : βi ≠ 0 i = 1,2,…,k
Adanya kemampuan yang signifikan dari rasio keuangan Xi secara parsial dalam memprediksi perubahan laba perusahaan satu tahun yang akan datang.
untuk menguji hipotesis di atas digunakan
statistik Wald yang mempunyai (pendekatan) distribusi Chi-kuadrat. statistik uji Wald dirumuskan sebagai berikut:
Waldi =
(smith, 2005)
β1 adalah nilai taksiran koefisien regresi
logistik variabel Xi yang diperoleh, sedangkan σ2 β1 adalah nilai standar error dari taksiran koefisien regresi logistik variabel Xi yang sedang diuji. Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 pada α yang ditetapkan jika w > χ2
(1-α):1.
HASIL-HASIL PENELITIAN
Gambaran Data Variabel Penelitiansetelah melalui proses pengolahan data pada
akhirnya dapat diidentifikasi bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 39 emiten manufaktur. Jumlah laporan keuangan yang dihasilkan dari 39 emiten manufaktur tersebut selama periode 2004 – 2008 sebanyak 117 laporan keuangan. Berdasarkan hasil pengolahan data terdapat 45 (38,5%) sampel diantaranya mengalami penurunan laba dan 72 (61,5%) diantaranya mengalami peningkatan laba seperti pada tabel 1.
Rasio Keuangandata laporan keuangan yang digunakan untuk
menghitung perubahan rasio keuangan adalah data keuangan tahun 2004-2007. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai rata-rata perubahan relatif rasio keuangan dapat dilihat pada tabel 2.
dari uraian data pada tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 7 (tujuh) rasio keuangan yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang mengalami penurunan laba dan peningkatan laba dimana p-value <0,05 yaitu rasio setlFA, gPNs, PAtNs), CgsNs, PAttl, PBtse, PAtse. sedangkan 13 rasio keuangan lainnya tidak menunjukkan adanya perbedaan antara perusahaan yang mengalami penurunan laba dan peningkatan laba.
Analisis Datadari uraian data pada tabel 2 menjadi
gambaran awal bahwa hanya terdapat 7 (tujuh) rasio keuangan yang menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba perusahaan untuk satu periode yang akan datang. rasio-rasio tersebut yaitu rasio shareholder equity and total liabilities to fixed assets (SETLFA), rasio gross
βi2
σ2βi
114 edY ZulFiAr Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 1Gambaran Data Perubahan Laba Emiten Manufaktur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative PercentValid laba Menurun 45 38.5 38.5 38.5
laba meningkat 72 61.5 61.5 100.0total 117 100.0 100.0
Sumber: Data sekunder hasil olahan (2004 – 2008)
Tabel 2Rata-rata Rasio Keuangan
rasio Keuangan laba Menurun laba Meningkat Perbedaan thitung p-value
CACl 0,202269 0,029205 0,1730636 1,437 0,153
setlFA 0,030523 0,112698 -0,0821754 -2,370 0,019
gPNs -0,105231 0,085032 -0,1902625 -4,697 0,000
OPNs -0,206762 0,423683 -0,6304453 -1,085 0,280
PAtNs -0,224691 0,755419 -0,9801103 -2,779 0,006
Cgsi 0,082229 0,041547 0,0406821 0,756 0,451
CgsNs 0,041809 -0,020047 0,0618553 4,276 0,000
Nstr 0,014550 0,025202 -0,0106524 -0,187 0,852
NSQA 0,019333 0,033317 -0,0139840 -0,272 0,786
QAI 0,073784 0,085713 -0,0119290 -0,176 0,861
seNs 0,013355 -0,045736 0,0590916 1,290 0,200
WCtA 0,022711 0,062961 -0,0402499 -1,305 0,194
WCNs 0,036050 0,016308 0,0197415 0,477 0,634
Clse 0,038258 0,276618 -0,2383600 -1,661 0,099
setl 0,146605 -0,020292 0,1668970 1,792 0,076
PAttl -0,138380 0,816687 -0,9550670 -2,535 0,013
OPtl -0,177489 0,266026 -0,3835148 -1,258 0,211
Cli 0,024045 0,176416 -0,1523703 -1,623 0,107
PBtse -0,335695 0,847803 -1,1834976 -4376 0,000
PAtse -0,232220 0,920719 -1,1529392 -2,975 0,004
Tabel 3Hasil Estimasi Model Logit untuk Memprediksi Perubahan Laba
Variables in the EquationB s.e. Wald df sig. Exp(B)
step 1a CACl -4.935 3.092 2.548 1 .110 .007setlFA 18.952 9.991 3.598 1 .058 1.700e8gPNs 18.828 16.952 1.234 1 .267 1.502e8OPNs -6.391 2.895 4.875 1 .027 .002Cgsi 7.321 3.548 4.258 1 .039 1512.340CgsNs -51.135 34.240 2.230 1 .135 .000Nstr -3.580 3.697 .938 1 .333 .028NSQA 10.278 5.992 2.942 1 .086 29088.972seNs 24.460 11.366 4.631 1 .031 4.194e10WCtA 16.558 8.451 3.839 1 .050 1.552e7Clse 6.222 2.905 4.590 1 .032 503.947setl 6.908 5.280 1.712 1 .191 1000.370PAttl 3.412 3.403 1.005 1 .316 30.333PBtse 38.908 16.562 5.519 1 .019 7.901E16Constant 2.174 1.071 4.120 1 .042 8.790
a. Variable(s) entered on step 1: CACL, SETLFA, GPNS, OPNS, CGSI, CGSNS, NSTR, NSQA, SENS, WCTA, CLSE, SETL, PAttl, PBtse.
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 115
profit to net sales (GPNS), rasio profit after tax to net sales (PATNS), rasio cost of good sold to net sales (CGSNS), rasio profit after tax to total liabilities (PATTL), rasio profit before taxes to shareholder’s equity (PBTSE), dan rasio profit after taxes to shareholder’s equity (PATSE). sedangkan 13 (tiga belas) rasio lainnya tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba perusahaan. untuk membuktikan apakah kedua puluh variabel tersebut bila digabung akan berpengaruh terhadap perubahan laba perusahaan atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi logistik.
Penggunaan metode regresi logistik memerlukan uji multikolinearitas karena multikolinieritas (korelasi yang tinggi diantara variabel bebas) akan menjadi masalah dalam regresi logistik (leech et.al 2005:75). uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas. Hasil pengujian multikolinieritas menunjukkan terdapat 6 variabel yang mempunyai nilai ViF diatas 10 yang terindikasi mengalami masalah multikolinieritas sehingga dikeluarkan dari model.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan empat belas variabel yang tersisa yang bebas dari multikolinieritas diperoleh hasil estimasi kemampuan rasio-rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang pada emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
Melalui hasil pengolahan seperti pada tabel 3, nilai koefisien regressi (B) dapat diaplikasikan ke dalam bentuk persamaan fungsional dengan model logit sebagai berikut:
Y = 2,174 – 4,935 X1 + 18,925 X2 + 18,828 X3 – 6,391 X4 + 7,321 X6 – 51,135 X7 – 3,580 X8 + 10,278 X9 + 24,460 X11 + 16,558 X12 + 6,222 X14 + 6,908 X15 + 3,412 X16 + 38,908 X19
Melalui model logit tersebut maka dapat dibentuk model prediksinya yaitu:
Pengujian Hipotesisuji Kecocokan Model (uji secara Keseluruhan)
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai –2Log Likelihood untuk model tanpa variabel bebas sebesar 155,909. Sedangkan nilai –2Log Likelihood untuk model dengan keempat belas variabel bebas sebesar 22,182. Dari kedua nilai –2Log Likelihood ini selanjutnya dapat dihitung nilai statistik uji Chi-square yaitu; 155,911 – 22,182 = 133,727
sementara dari tabel Chi-square untuk tingkat kekeliruan 5% dan derajat bebas = 14 diperoleh χ2(1-0.05);14 sebesar 23,685. Karena Chi-square hitung (133,727) lebih besar dari Chi-Square tabel (23,685). Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa keempat belas rasio keuangan yang diuji secara bersama-sama mampu memprediksidengan signifikan perubahan laba satu tahun yang akan datang pada emiten manufaktur di Bursa Efek indonesia.
Uji Signifikansi Masing-Masing Rasio Keuangan
sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kriteria uji pada pengujian secara parsial didasarkan pada statistik Wald yang akan dibandingkan dengan nilai tabel Chi-square. dari tabel 3 di atas dapat disimpulkan bahwa rasio Current Assets to Current liabilities (CACl), Cost of Good Sold to Net Sales (CGSNS), dan Net Sales to Trade Receivables (NSTR) tidak mampu memprediksi dengan signifikan perubahan laba satu tahun yang akan datang dan mempunyai arah korelasi negatif. Ini berarti semakin besar peningkatan rasio tersebut maka semakin besar penurunan laba perusahaan namun tidak signifikan. Rasio Gross Profit to Net Sales (GPNS), Shareholder’s Equity to Total Liabilities (SETL), dan Profit after Taxes to Total Liabilities (PAttl) juga tidak mampu memprediksi dengan signifikan perubahan laba satu tahun yang akan
11 + e-[2,174 - 4,935X1 + 18,925X2 + 18,828X3 - 6,391X4 + ... + 38,908X19]
P(y) =
116 edY ZulFiAr Jurnal Akuntansi dan Keuangan
datang akan tetapi mempunyai arah korelasi positif terhadap perubahan laba. ini berarti semakin besar peningkatan rasio tersebut maka semakin besar peningkatan laba perusahaan namun tidak signifikan. Rasio Shareholder’s Equity and Total Liabilities to Fixed Assets (SETLFA), Net Sales to Quick Assets (NSQA), dan Working Capital to Total Assets (WCTA) pada α=10% mampu memprediksi dengan signifikan perubahan laba satu tahun yang akan datang dan mempunyai arah korelasi positif. Rasio Cost of Good Sold to Inventories (CGSI), Shareholder’s Equity to Net sales (seNs), , Current liabilities to Shareholder’s Equity (CLSE), dan Profit Before Taxes to Shareholder’s Equity (PBTSE) pada α=5% mampu dengan signifikan memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang dan mempunyai arah korelasi positif. Serta rasio Operating Profit to Net Sales (OPNS) pada α=5% juga mampu dengan signifikan memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang akan tetapi mempunyai arah korelasi positif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan penelitian sebagai berikut :1. rasio Shareholder’s Equity and Total
Liabilities to Fixed Assets (setlFA), Net Sales to Quick Assets (NSQA), dan Working Capital to Total Assets (WCTA) pada α=10% mampu memprediksi dengan signifikan perubahan laba satu tahun yang akan datang dan mempunyai arah korelasi positif terhadap perubahan laba.
2. rasio Cost of Good Sold to Inventories
(Cgsi), Shareholder’s Equity to Net Sales (seNs), Current Liabilities to Shareholder’s Equity (Clse), dan Profit Before Taxes to Shareholder’s Equity (PBTSE) pada α=5% mampu dengan signifikan memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang dan mempunyai arah korelasi positif terhadap perubahan laba.
3. rasio Operating Profit to Net Sales (OPNs) pada α=5% juga mampu dengan signifikan memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang akan tetapi mempunyai arah korelasi positif terhadap perubahan laba.
4. secara bersama-sama semua rasio keuangan yang diuji mampu memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.
REKOMENDASI
1. Bagi investor diharapkan sebelum melakukan investasi sebaiknya harus memperhatikan perubahan rasio Shareholder’s Equity and Total Liabilities to Fixed Assets (setlFA), Net Sales to Quick Assets (NSQA), Working Capital to Total Assets (WCtA), Cost of Good Sold to Inventories (Cgsi), Shareholder’s Equity to Net Sales (seNs), Current Liabilities to Shareholder’s Equity (Clse), dan Profit Before Taxes to Shareholder’s Equity (PBtse) karena semakin tinggi perubahan rasio tersebut, maka semakin tinggi peningkatan laba perusahaan.
2. Investor juga harus hati-hati terhadap rasio Operating Profit to Net Sales (OPNs), karena rasio ini berpengaruh negatif terhadap perubahan laba.
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 117
REFERENSI
Altman, E. I. (1968). “Financial Ratios, discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy”. The Journal of Finance. Vol. XXIII. No.4 : 589 - 609.
Friedlob, G.T., and F. J. Plewa (1996). understanding Balance sheet. New York, John Willey and sons, inc.
Freeman, r.N., J.A. Ohlson and s.H. Penman (1982). “Book Rate of Return and Prediction of Earning Changes: An Empirical Investigation”. Journal of Accounting Research. Vol. 20. No. 2 : 639 - 653.
Hanafi, Mamduh M., dan Abdul Halim (2005). Analisis laporan Keuangan. edisi 2. Yogyakarta, uPP AMP YKPN.
Harahap, Sofyan Syafri. (2008). Analisis Kritis atas laporan Keuangan. edisi 1. Cetakan Ketujuh. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Hosmer, d. W. and s. lameshow. (2000). Applied logistic regression. 2nd ed. New Jersey, John Wiley & sons, inc.
ikatan Akuntan indonesia (2009). standar Akuntansi indonesia. Jakarta, salemba empat.
Kleinbaum, d. g. and K. Mitchel. (2002).
Logistic Regression-A Self-Learning Text. 2nd ed. New York, springer-Verlag inc.
leech, N. l., K. C. Barrett, and g. A. Morgan. (2005). SPSS for Intermediate Statisyics: use and interpretation. 2nd ed. New Jersey, lawrence erlbaum Associates Publishers.
Ou, J. A. (1990). “The Information Content of Nonearning Accounting Numbers as earnings Predictors”. Journal of Accounting Research. Vol.28. No.1 : 144 – 163.
Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty (2008). Analisa laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi. edisi 2. Yogyakarta, uPP stiM YKPN
Smith, T. E. (2005). Logistic Regression: for Harassed Phd students. www.forumakademi.org.rar.
subiyanto, ibnu (2001). Metode Penelitian Manajemen dan Akuntansi. edisi Ketiga. Yogyakarta, uPP AMP YKPN.
sugiyono (1999). statistika untuk Penelitian. Bandung, Alfabeta
Warsidi dan Bambang Agus Pramuka, (2000). “Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan laba Masa Yang Akan datang”. Jurnal Akuntansi , Manajemen dan ekonomi, Vol. 2. No.1.
118 edY ZulFiAr Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 119Volume 1, Nomor 2, Agustus 2011p. 119-128
JurNAl AKuNtANsi dAN KeuANgANissN : 2301-4717
PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM DAN PROFESIONALISME TERHADAP
KOMITMEN ORGANISASIStudi pada Internal Auditor BUMN di Kota Banda Aceh
rAHMAWAtY
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
This research aimed to examine and analyse the influence of Islamic work ethics and professionalism to organization commitment. The research is conducted by using 25 BUMN in Banda Aceh as population and intern auditor as the unit of analysis. Data are collected through questioners and analyzed with path analysis. The result of this research proves that Islamic work ethics and professionalism influence organization commitment.
Keywords: Islamic work ethic, professionalism, organization commitment
LATAR BELAKANG
Organisasi (perusahaan) sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi dewasa ini. Kondisi ini menyebabkan timbulnya fenomena perubahan (change), dimana organisasi selalu menghadapi lingkungan yang dinamis. Hal ini menuntut organisasi untuk terus melakukan penyesuaian demi mencapai keunggulan bersaing. untuk melakukan penyesuaian, diperlukan komitmen dari para anggota organisasi untuk mendukung keberhasilan organisasi
Pada dasarnya komitmen organisasi merupa-kan suatu keterikatan antara anggota dengan organisasi, dalam hal ini antara karyawan dengan perusahaan. Keterikatan akan timbul apabila anggota organisasi memiliki kesetiaan, keterlibatan dan mampu mengidentifikasi dirinya terhadap organisasi. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi. Menurut beberapa penelitian yang dilakukan secara terpisah, diketahui etika kerja dan profesionalisme dapat mempengaruhi komitmen organisasi.
etika kerja merupakan salah satu bagian dari etika secara umum. seiring dengan makin meningkatnya peran sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan dunia yang semakin global, etika kerja adalah salah satu masalah yang sangat penting untuk diperhatikan dalam upaya meningkatkan kinerja dan efisiensi (Khasanah, 2004:1). salah satu etika kerja yang harus
dipedomani oleh setiap pekerja adalah etika kerja berbasis agama, dalam hal ini etika kerja islam. etika kerja islam diharapkan dapat menjadi pilar dalam meningkatkan profesionalisme.
Profesionalisme yang tinggi sangat dibutuhkan untuk tetap eksis dan meningkatkan peran seseorang dalam organisasi, karena profesionalisme merupakan suatu kualitas yang harus dimiliki oleh setiap pemegang profesi yang baik (Rosvani, 2000:16).
Internal auditor adalah salah satu profesi yang sangat penting dalam organisasi. internal auditor harus dapat memberikan pelayanan prima kepada manajemen dengan cara mentransfer informasi strategis demi keunggulan bersaing perusahaan. di Kota Banda Aceh, organisasi (perusahaan) yang posisi internal auditornya jelas adalah Badan usaha Milik Negara (BuMN).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pemikiran bagi para internal auditor untuk dapat berpedoman pada etika kerja islam dan profesionalisme agar memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi. Apakah etika kerja Islam dan profesionalisme berpengaruh terhadap komitmen organisasi pada internal auditor BuMN di Kota Banda Aceh baik secara parsial dan simultan. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh etika kerja Islam, dan profesionalisme terhadap komitmen organisasi pada internal auditor BuMN di Kota Banda Aceh.
120 rAHMAWAtY dAN eVi MutiA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
TINJAUAN TEORITIS
Etika Kerja Islametika dalam islam merupakan pegangan
dan pedoman hidup yang diekspresikan dalam bentuk syari’ah dan bersumber pada Al-Qur’an (Agustian, 2005:3) seperti yang tertuang pada Surat Al-Jaatsiyah ayat 20 “Al-Qur’an adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini”. islam menuntut setiap manusia bekerja, berusaha mencari rezeki untuk mensejahterakan dirinya, keluarga dan orang tuanya. di samping itu islam juga menyatakan bahwa kerja yang halal merupakan sebuah kewajiban yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia. Artinya apabila seseorang itu menjalankan tugasnya ataupun bekerja, berarti insan tersebut sedang menunaikan amanah Allah. Al-Qur’an juga menegaskan “I maluu, Kasaba, Yaksibuun, Yaf’alun, yaitu bekerja, berusaha, beramal, berbuat”. Allah menyerukan etika kerja melalui ayat-ayat ini yang dapat kita jumpai hampir pada setiap lembar Al-Qur’an. (Lubis, 1994:17) “dalam ajaran islam, Allah menciptakan
manusia sebagai cipataan Nya yang terindah, sehingga Allah sWt memberikan potensi (fisik, emosi dan spiritual) kepada manusia agar mampu melakukan sesuatu dengan kualitas yang terbaik. Artinya pemahaman yang baik terhadap nilai-nilai agama akan mampu mengoptimalkan tingkat pekerjaannya”. (Agustian, 2005:1)
Menurut ajaran islam, setiap manusia wajib mempunyai kerja. islam sangat benci kepada pengemis dan pengangguran. di samping itu, seorang pekerja harus melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya karena Allah telah menegaskan bahwa setiap pekerja itu berupaya dan mampu untuk menunaikan tanggungjawabnya. seorang pekerja dapat menunaikan tugasnya dengan baik atau tidak tergantung pada sikap pekerja itu sendiri, melakukan pekerjaan dengan adil dan seterusnya setiap kegiatan pekerja itu akan menerima ganjaran yang sewajarnya di akhirat nanti. Maka dapat dikatakan bahwa etika kerja dalam islam adalah:
1. Bekerja dengan tujuan untuk mengabdikan diri kepada Allah sWt.
2. Bekerja dengan ikhlas dan amanah3. Bekerja dengan tekun dan cakap4. Bekerja dengan semangat gotong royong 5. Bekerja untuk kebahagiaan manusia. (Alimin,
2004).
Berdasarkan apa yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa etika kerja islam ditekankan pada tiga hal, yaitu; kebenaran, keadilan, dan tanggung jawab.
ProfesionalismeProfesionalisme adalah suatu kualitas yang
harus dimiliki oleh setiap pemegang profesi yang baik. Menurut Jusuf (2001), label profesional lebih mengisyaratkan suatu kebanggaan pada pekerjaan, komitmen, dedikasi pada kepentingan klien, dan keinginan yang tulus membantu permasalahan yang dihadapi.
Sebagai profesional, setiap auditor harus bertanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesionalnya, termasuk internal auditor (Azis, 1999). Profesionalisme dari profesi internal auditor tercermin dari sikap dan perilaku yang memiliki hubungan timbal balik, dimana perilaku profesionalisme adalah refleksi dari sikap profesionalisme dan sebaliknya (Hall, 1968) dalam Lestari dan Cahyono (2003). Machfoedz (2000) mengidentifikasikan profesionalisme sebagai penguasaan dibidang keahlian (Skill), pengetahuan (Knowledge), dan Karakteristik (Characteristics)
Penguasaan ketiga hal ini dapat dikatakan sebagai suatu keharusan dalam menghadapi tantangan bagi seorang internal auditor agar dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan komitmen yang kuat terhadap organisasi.
Komitmen OrganisasiKomitmen merupakan suatu keterikatan
untuk memenuhi kewajiban. luthan (2002:235) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kesetiaan dan keterlibatan signifikan dalam organisasi. Pemahaman terhadap komitmen organisasi akan menciptakan kondisi kerja yang kondusif sehingga organisasi dapat berjalan secara
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 121
efektif dan efisien. Menurut Pantja dan Khusaini (2003), unsur komitmen organisasi terdiri dari tiga variabel, yaitu kesetiaan, kemauan, dan kebanggaan.
Komitmen organisasi memiliki tiga aspek utama, yaitu (Mowday, et al, 1982) : 1. Identification, yaitu identifikasi terhadap
organisasi, penerimaan tujuan organisasi dimana individu yang bekerja didalam organisasi tersebut menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi serta kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.
2. Involvement, yaitu keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab terhadap pekerjaan dalam organisasi. Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggung jawab yang diberikan padanya.
3. Loyality, yaitu kesetiaan terhadap organisasi yang merupakan evaluasi terhadap komitmen yang disertai adanya ikatan emosional dan ketertarikan antara organisasi dengan individu yang bekerja didalamnya.
Individu yang memiliki komitmen yang tinggi akan merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi tempat ia bekerja.
Pengaruh Etika Kerja Islam, Profesionalisme, dan Komitmen Organisasi
Berdasarkan beberapa penelitian terpisah yang dilakukan sebelumnya diketahui bahwa etika kerja Islam dan profesionalisme berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Penelitian Fitria (2003) serta Aji dan sabeni (2003) membuktikan bahwa etika kerja islam berpengaruh terhadap komitmen organisasi, sedangkan dari penelitian Suwandi dan Indriantoro (1996) dalam Cahyono dan Ghozali (2000) ada korelasi positif antara profesionalisme dan komitmen organisasi.
Merujuk pada penelitian-penelitian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa etika kerja islam dan profesionalisme dapat meningkatkan komitmen organisasi. etika kerja islam harus selalu diikutsertakan dalam setiap pelaksanaan pekerjaan seorang internal auditor, karena dapat dijadikan parameter bagi pahala dan dosa. dengan adanya etika kerja islam, maka internal
auditor akan melakukan pekerjaan dengan benar, adil dan bertanggung jawab, bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga pada Allah sWt. Hal ini didukung oleh pernyataan Khomsiyah dan indriantoro (1997), bahwa auditor yang idealis yang benar-benar memahami aturan, norma, dan nilai-nilai etika sekaligus menjalankannya dengan baik, cenderung akan bersedia mempertahankan standar ideal organisasi, sehingga akan lebih mudah berkomitmen pada organisasinya.
seorang internal auditor dituntut untuk bersikap profesional dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga pekerjaan yang dihasilkan akan maksimal dan berkualitas. Hasil yang maksimal dan berkualitas akan memberikan nilai tambah bagi seorang internal auditor dan akan memiliki tingkat komitmen yang tinggi terhadap organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa dengan adanya etika kerja islam dan profesionalisme akan memberikan dampak yang positif bagi internal auditor. Dampak yang positif ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen internal auditor terhadap organisasi karena akan menciptakan loyalitas internal auditor terhadap organisasi serta menunjukkan dan mengekspresikan perhatian atau hal-hal yang dinilai penting terhadap organisasi. untuk melihat sejauh mana pengaruh etika kerja islam dan profesionalisme terhadap komitmen organisasi dapat dilihat pada gambar 1.
HipotesisBerdasarkan kerangka pemikiran, maka
hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :Etika kerja Islam dan profesionalisme
mempengaruhi komitmen organisasi baik secara parsial maupun secara simultan.
METODE PENELITIAN
Populasi PenelitianPopulasi dalam penelitian ini adalah internal
auditor pada BuMN yang berjumlah 25 orang. Mengenai pengambilan sampel, Arikunto (1997:120) mengemukakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
122 rAHMAWAtY dAN eVi MutiA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
etika Kerja islam
Komitmen Organisasi
Profesionalisme
Gambar 1: Kerangka Pemikiran Pengaruh Etika Kerja Islam dan Profesionalisme, terhadap Komitmen Organisasi
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Karena populasi dalam penelitian ini tidak mencukupi batas pengambilan sampel maka peneliti memasukkan seluruh populasi yang berjumlah 25, dengan kata lain penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Penelitian
Berdasarkan rumusan hipotesis penelitian, variabel penelitian terdiri dari 2 variabel yaitu variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Variabel independen terdiri dari dua variabel, yaitu etika kerja Islam dan profesionalisme, sedangkan variabel dependen adalah komitmen organisasi.
Definisi operasional masing-masing variabel adalah sebagai berikut :1. etika kerja islam adalah etika yang
mendedikasikan kerja sebagai kebajikan dan menekankan kreatifitas sebagai sumber kebahagian dan kesempurnaan dalam hidup (Fitria, 2003).
2. Profesionalisme adalah kualitas yang harus dimiliki oleh setiap pemegang profesi (Rosvani, 2000) yang mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen, dan dedikasi pada pekerjaan (Jusuf, 2001).
3. Komitmen organisasi adalah kesetiaan dan keterlibatan signifikan dalam organisasi (luthan,2002:235).Variabel dalam penelitian ini diukur melalui
26 pertanyaan yang dirangkum dalam kuesioner dengan menggunakan skala interval melalui metode pengukuran sikap likert 5 point, yang berisi lima pilihan, yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “netral”, “setuju”, dan “sangat setuju”, dengan skor “1” sampai “5”.
Teknik Pengumpulan Data
data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui :a. Penelitian kepustakaan dalam penelitian kepustakaan, data yang
dikumpulkan merupakan data sekunder yang berupa data-data teoritis yang mendukung penelitian ini, termasuk hasil riset terdahulu yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.
b. Penelitian lapangan Penelitian lapangan dilakukan untuk
memperoleh data primer dari responden melalui pengisian kuesioner.
Uji Realibilitas dan Validitassebelum data-data diolah lebih lanjut, ada
baiknya dilakukan uji realibilitas dan validitas.
Teknik Analisis Datadata yang telah dikumpulkan akan dianalisis
dengan menggunakan analisis regresi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel dependen dengan variabel independen. Metode analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis adalah model regresi linear berganda (multiple regression), yang di rumuskan dalam persamaan berikut:
Y = a + β1X1 + β2X2 + ε dimana :Y = komitmen organisasia = Konstantaβ1- β2 = Koefisien regresiX1 = etika Kerja islamX2 = Profesionalismeε = residual / kesalahan regresi
Penelitian ini menggunakan metode sensus (penelitian populasi) sehingga tidak dilakukan uji t untuk melihat pengaruh secara parsial maupun uji F untuk melihat pengaruh secara
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 123
simultan. Kesimpulan diambil langsung dari nilai koefisien regresi (β) untuk melihat pengaruh secara parsial antar variabel independen dengan variabel dependen dengan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis sebagai berikut :1. Pengaruh secara simultan diketahui bila:
β1= β2= β3= β4= 0 maka hipotesis ditolak. bila ada satu βi ≠ 0 dimana i= 1,2,3,4 maka
hipotesis diterima. 2. Pengaruh secara parsial diketahui bila : βi=0i dimana i=1,2,3,4 ; variabel independen
i tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
βi ≠ 0i dimana i=1,2,3,4 ; variabel independen i berpengaruh terhadap variabel dependen.
HASIL-HASIL PENELITIAN
Deskripsi Distribusi Kuesioner Pengumpulan data primer dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disampaikan secara langsung oleh peneliti kepada responden dan memberikan jangka waktu tertentu untuk menjawab pernyataan-pernyataan pada kuesioner. lama waktu pengembalian kuesioner oleh responden berbeda-beda, namun rata-rata responden mengembalikannya dalam jangka waktu satu sampai empat minggu. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 25 dan yang kembali juga berjumlah 25, artinya 100% kuesioner kembali dengan pengisian yang lengkap.
Hasil Pengujian Instrumen Penelitian
Kualitas data yang diperoleh dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Kedua pengujian ini dilakukan secara statistik dengan bantuan program SPSS versi 12.
Hasil Uji ValiditasUji validitas dilakukan dengan menggunakan
Pearson Product-Moment Coeficient of Correlation. Berdasarkan output komputer, 20 pernyataan dalam kuesioner dinyatakan valid karena nilai korelasi yang diperoleh masing-masing pernyataan di atas nilai kritis korelasi product moment. dari hasil yang diproleh menunjukkan bahwa semua pernyataan memiliki
nilai korelasi diatas nilai kritis 0,005 atau 5% yaitu 0,396. Hasil iju validitas secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1
Hasil Uji ReliabilitasPegujian reliabilitas juga dilakukan secara
statistik dengan menghitung besarnya nilai Cronbach’s alpha. Hasilnya menunjukkan bahwa instrument dalam penelitian ini reliabel (handal) karena nilai Cronbach’s alpha lebih besar dari 0,5 seperti yang terlihat pada tabel 2.
Hasil pengujian hipotesisHasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa
etika kerja Islam dan profesionalisme berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Pengujian seluruh hipotesis ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program sPss. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 3.
Berdasarkan hasil olah data pada tabel 1, persamaan regresi linier berganda yang diperoleh adalah :
Y = 10.683+ 0,206X1 + 0,677X2
Analisis Pengaruh Etika Kerja Islam dan Profesionalisme terhadap Komitmen Organisasi Secara Parsial
Pengaruh masing-masing variabel secara parsial dilihat dari nilai koefisien regresi (beta) yang diperoleh, yaitu :1. Nilai konstanta yang diperoleh adalah sebesar
10,683, artinya tanpa etika kerja Islam dan profesionalisme maka relatif komitmen organisasi meningkat sebesar 10,683.
2. Nilai koefisien regresi dari variabel etika kerja islam (X1) adalah 0,206 atau 20,6%. Artinya setiap 100% perubahan dalam etika kerja Islam maka secara relatif akan meningkatkan komitmen organisasi internal auditor BuMN di kota Banda Aceh sebesar 20,6%.
3. Nilai koefisien regresi variabel profesionalisme (X2) adalah 0,677 atau 67,7%. Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi sehingga dapat dikatakan setiap perubahan dalam profesionalisme secara relatif akan mempengaruhi komitmen
124 rAHMAWAtY dAN eVi MutiA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 1Hasil Uji Validitas Data
Pernyataan untuk etika Kerja islam
Kode Koefisien Korelasi Nilai Kritis 5% (N=25)
a1a2a3a4a5a6a7a8
0,4400,5470,6790,5810,7140,6230,3980,689
0,396
Pernyataan untuk Profesionalisme
Kode Koefisien Korelasi Nilai Kritis 5% (N=25)
b1 b2b3b4b5b6b7b8b9
0,6020,4000,7960,5790,4450,5870,4090,6640,657
0,396
Pernyataan untuk Komitmen Organisasi
Kode Koefisien Korelasi Nilai Kritis 5% (N=25)
c1c2c3c4c5c6c7c8c9
0,8370,7580,5820,8060,7550,6220,4750,6270,622
0,396
sumber : Hasil olahan data primer
Tabel 2Hasil Uji Reliabilitas
No. Variabel Rata-rata Jumlah Item Nilai Alpha Kehandalan
1.2.3.
etika Kerja islamProfesionalismeKomitmen Organisasi
4,5754,4364,356
899
0,7230,7790,852
HandalHandalHandal
Tabel 3Pengaruh Etika Kerja Islam dan Profesionalisme terhadap Komitmen Organisasi
Model Unstandardized Coefficients standardized Coefficients t
B std. error Beta
1 (Constant) 10.683 8.264 1.293
etika kerja islam ,206 ,276 ,170 .737
profesioanlisme ,677 ,276 ,628 2,313
sumber : Hasil olahan data primer
Tabel 4Nilai Hubungan Antar Variabel (R) Dan Nilai Koefisien Determinasi (R2)
Model r r square Adjusted r square
Std. Error of the estimate
1 ,628(a) ,394 ,307 2,56548
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 125
organisasi sebesar 67,7%. 4. Selebihnya sebesar 0,606 atau 60,6% (1-
r2) dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
Berdasarkan hasil analisis pengaruh secara parsial, diketahui bahwa variabel etika kerja Islam, dan profesionalisme secara parsial mempengaruhi komitmen organisasi, berarti hipotesis secara parsial diterima karena nilai koefisien regresi masing-masing tidak sama dengan nol (H1 ≠ 0).
Analisis Pengaruh Etika Kerja Islam dan Profesionalisme terhadap Komitmen Organisasi Secara Simultan
Hipotesis secara simultan ditrima karena salah satu koefisien regresi ≠ 0 . Nilai koefisien determinasi (r2) yang digunakan untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan adalah 0,394 atau 39,4% (tabel 4). Nilai ini menunjukkan bahwa sebesar 39,4% perubahan dalam variabel komitmen organisasi dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam faktor-faktor variabel etika kerja Islam dan profesionalisme. Selebihnya yaitu 0,606 atau 60,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel penelitian.
PembahasanBerdasarkan analisis dari pengaruh etika kerja
Islam dan profesionalisme baik secara parsial maupun simultan terhadap komitmen organisasi menggambarkan bahwa komitmen organisasi dapat dicapai secara efektif bila didukung oleh faktor-faktor dari etika kerja Islam dan profesionalisme. Menurut penelitian Fitria (2003) serta Aji dan sabeni (2003) diketahui bahwa etika kerja islam berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa etka kerja islam mempengaruhi komitmen organisasi. etika bekerja dalam islam adalah (Alimin, 2004) : 1. Bekerja dengan tujuan untuk mengabdikan
diri kepada Allah sWt.2. Bekerja dengan ikhlas dan amanah3. Bekerja dengan tekun dan cakap4. Bekerja dengan semangat gotong royong5. Bekerja untuk kebahagiaan manusia
Adanya etika kerja islam akan membuat internal auditor melakukan pekerjaan dengan benar, adil dan bertanggung jawab, bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga pada Allah sWt. Hal ini didukung oleh pernyataan Khomsiyah dan indriantoro (1997), bahwa auditor yang idealis yang benar-benar memahami aturan, norma, dan nilai-nilai etika sekaligus menjalankannya dengan baik, cenderung akan bersedia mempertahankan standar ideal organisasi, sehingga akan lebih mudah berkomitmen pada organisasinya.
sedangkan dari penelitian suwandi dan Indriantoro (1996) dalam Cahyono dan Ghozali (2000), menyatakan ada korelasi positif antara profesionalisme dan komitmen organisasi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya korelasi positif antara profesionalisme dengan komitmen organisasi. Profesionalisme merupakan suatu kualitas yang harus dimiliki oleh setiap pemegang profesi yang baik. Untuk menjadi internal auditor pada tingkat profesional yang tinggi, maka ada tiga hal yang harus dikuasai, yaitu :1. Keahlian profesional yang harus selalu
ditingkatkan baik melalui pendidikan lanjutan, seminar dan pelatihan dalam hal internal auditing dan tehnologi pengolahan data secara elektronik untuk menjaga kompetensi internal auditor.
2. selalu meningkatkan pemahaman terhadap pengetahuan dibidang internal auditing terutama akuntansi, sehingga mampu merencanakan tugas auditnya dengan baik dan dapat menentukan ruang lingkup audit berdasarkan struktur pengendalian internal organisasi.
3. Memiliki karakteristik yang kuat sehingga mampu memberikan perubahan yang positif bagi organisasi di masa yang akan datang.Penguasaan terhadap tiga hal ini membuat
tingkat profesionalisme internal auditor semakin tinggi. Sikap profesional internal auditor dalam melaksanakan tugas-tugasnya juga akan membuat pekerjaan yang dihasilkan akan maksimal dan berkualitas. Hasil yang maksimal dan berkualitas akan memberikan nilai tambah bagi seorang internal auditor dan akan memiliki tingkat komitmen yang tinggi terhadap organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa
126 rAHMAWAtY dAN eVi MutiA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
dengan adanya profesionalisme akan memberikan dampak yang positif bagi internal auditor. Dampak yang positif ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen internal auditor terhadap organisasi karena akan menciptakan loyalitas internal auditor terhadap organisasi serta menunjukkan dan mengekspresikan perhatian atau hal-hal yang dinilai penting terhadap organisasi.
Analisis-analisis dan pembahasan yang telah diuraikan menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun simultan, etika kerja islam dan profesionalisme memberikan pengaruh terhadap komitmen organisasi.
KESIMPULAN
KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian mengenai
pengaruh etika kerja islam dan kepuasan kerja terhadap profesionalisme dalam upaya meningkatkan komitmen organisasi yang dilakukan pada internal auditor BuMN di kota Banda Aceh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Etika kerja Islam dan profesionalisme baik
secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap komitmen organisasi.
2. Pengaruh yang diberikan etika kerja islam dan profesionalisme terhadap komitmen organisasi bersifat positif, berarti komitmen organisasi dapat ditingkat dengan adanya etika kerja Islam dan profesionalisme. semakin baik penerapan etika kerja islam dan semakin tinggi tingkat profesionalisme seorang internal auditor dalam melaksanakan pekerjaannya, maka akan semakin tinggi pula komitmen mereka pada organisasi.
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian, maka saran-saran yang dapat diberikan sebagai berikut :
1. Mengingat pengaruh etika kerja islam hanya 20,6%, maka internal auditor BUMN di kota Banda Aceh diharapkan dapat lebih meningkatkan penerapan etika kerja islam, yaitu dengan cara : - Bekerja dengan tujuan untuk mengabdikan
diri kepada Allah sWt.- Bekerja dengan ikhlas dan amanah- Bekerja dengan tekun dan cakap- Bekerja dengan semangat gotong royong- Bekerja untuk kebahagiaan manusia
sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan lebih benar, adil, dan bertanggung jawab dampak positif bagi internal auditor.
2. tingkat pengaruh etika kerja islam dan profesionalisme secara simultan terhadap komitmen organisasi rendah (39,4%), oleh karena itu internal auditor dapat lebih memperhatikan penerapan etika kerja islam dan profesionalisme sehingga komitmen organisasi dapat dijalankan dengan efektif.
3. Hasil penelitian ini masih belum dapat mengungkapkan seluruh faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi, maka untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat :a. sumber etika kerja islam tidak hanya
menggunakan Al-Qur’an, namun dapat ditambahkan hadits, ijma’ dan qiyas sehingga pengambilan sub variabel dapat lebih luas dan mencerminkan etika kerja islam yang lebih rinci.
b. Menambah variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi yang belum digunakan dalam penelitian ini agar dapat mengungkapkan lebih jauh mengenai komitmen organisasi, seperti kejenuhan dan perubahan sikap terhadap organisasi.
c. Memperluas populasi (sampel) agar lebih komprehensif atau menggunakan unit analisis yang lain agar penelitian dapat lebih heterogen dan luas lingkupnya.
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 127
REFERENSI
Agustian, Ary Ginanjar. (2005). ESQ Power. Jakarta : ESQ Leadership Centre.
Aji, Gunawan & Arifin Sabeni. (2003). Pengaruh etika Kerja islam terhadap Komitmen Organisasi dengan Komitmen Profesi sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya : 16-17 Oktober 2003.
Alimin, Alizha Firdausi. (2004). etika Kerja dalam islam melalui http://www.muftiselangor.gov.my [12/2/2007]. pp.1-4.
Anik, Sri dan Arifuddin. (2003). Analisis Pengaruh Komitmen Oeganisasi dan Keterlibatan Kerja terhadap Hubungan antara etika Kerja islam dengan sikap Perubahan Organisasi. Jurnal Akuntansi dan Auditing indonesia. Vol. 7, No. 2 : 159-181.
Arikunto, suharsimi. (1999). Prosedur Penelitian (suatu Pendekatan praktek). Jakarta : rineka Cipta.
Aziz, Hasbuh M. (1999). Kode Etik Profesi. Banda Aceh (tidak diterbitkan).
Bamber, M.E. dan Iyer, V. (2000). Big 5 Auditor’s Professional and organizational Identification. Auditing : A Journal of Practice and Theory. Vol. 21, No.2: 277-284.
Fitria, Astri. (2003). Pengaruh etika Kerja islam terhadap sikap Akuntan dalam Perubahan Organisasi sebagai Variabel Intervening. Thesis S-2 Program Pasca Sarjana Universitas diponegoro. semarang (tidak diterbitkan).
gujarati, damodar. (1999). ekonometrika. Alih bahasa : soemarno Zain. Jakarta : erlangga.
gunadi, eddie M. (2000). Paradigma Baru Pengawasan internal. simposium Nasional Akuntansi II dan Konvensi Nasional Akuntan iV. Jakarta: 7 september 2000.
Hery. (2004). Menuju reposisi Peran internal Audit dalam era globalisasi. Media riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol. 4, No. 3 : 297-311.
indriantoro, Nur & Bambang supomo. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : BPFe.
Jusuf, Muhammad. (2001). Penerapan Profesionalisme dalam BUMN/D dan Swasta. Media Akuntansi. No. 19/thn. Viii : 9 -11.
Keputusan Menteri Keuangan ri No.740/KMK/1989. Pengertian BuMN.
Khasanah, uswatun. (2004). etos Kerja : sarana Menuju Puncak Prestasi. Yogyakarta: Harapan utama group.
Khomsiyah & Nur indriantoro. (1997). Pengaruh Orientasi etika terhadap Komitmen dan Sensitivitas Etika Auditor Pemerintah DKI Jakarta. simposium Nasional Akuntansi i.
Kreitner, robert & Angelo Kinicki. (2003). Perilaku Organisasi. edisi Pertama. Jakarta : salemba iV.
Lestari, Evi dan Dwi Cahyono. (2003). Komitmen organisasi dan Kepuasan Kerja sebagai Mediasi Hubungan Profesionalisme dengan intensi Keluar. simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya : 16-17 Oktober 2003.
lubis, ridwan ibrahim. (1994). etos Kerja islam. Jakarta : PP. Himmah.
Luthan, Fred. (2002). Organizational Behavior. 9th edition. New York : Mc graw-Hill Companies.
Machfoedz, Mas’ud. (2000). Studi Persepsi Mahasiswa terhadap Profesionalisme Dosen Akuntansi Perguruan tinggi. Jurnal Akuntansi dan Auditing indonesia. Vol. 4, No.1 : 1-11.
Majelis Permusyawaratan ulama. (2005). Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Mas’ud, Fuad. (2002). 40 Mitos Manajemen sumber daya Manusia. semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Mowday, r. t. ; r. M. steers and l. W. Porter. (1982). The Measurement of Organizational Commitment. Journal of Vocational Behavior. Vol.14: 224-247.
Mulyadi & Kanaka Puradireja. (1998). Auditimg. Jakarta : salemba 4.
Nadirsyah. (1996). Pengaruh Hasil Audit ekstern dan Komitmen Manajemen terhadap Keefektifan Pengendalian Intern dan Kinerja Keuangan Perusahaan. disertasi s-3 Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran. Bandung. (tidak diterbitkan).
Pantja, djati dan M. Khusaini. (2003). Kajian terhadap Kepuasan Kompensasi, Komitmen organisasi dan Prestasi Kerja. Jurnal Akuntansi. Vol. 1: 97-103.
128 rAHMAWAtY dAN eVi MutiA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1983. Posisi dan Peran internal Auditor di BuMN.
Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998. Posisi dan Peran internal Auditor di BuMN.
robins, stephen. (2001). Perilaku Organisasi. Jakarta : Prenhallindo.
Rosvani. (2000). Profesionalisme sebagai Upaya Membentuk Sosok Pribadi yang Efektif. Banda Aceh : FKiP.
Pramono, Sigit Eko. (2003). Transformasi Peran internal Auditor dan Pengaruhnya bagi Organisasi. Media riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol. 3, No. 2 : 185-205.
Toffler, Betsy-Ann and Jane Imber (1995). Kamus istilah ekonomi. Alih Bahasa : soesanto B. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
triyuwono, iwan. (2000). Organisasi dan Akuntansi Syari’ah. Yogyakarta : LKIS.
Utami, Intiyas, Much. Syafrudin, Rr. Sri Handayani. (2206). Pengaruh Tekanan Etis terhadap Konflik Organisasional Profesional dan Workoutcomes (studi empiris pada Akuntan Publik se- indonesia. Proceeding simposium Nasional Akuntansi iX. Padang : 23-26 Agustus 2006.
Weingardt, Jenny. (2001). unlocking Value Through Internal Audit. Financial Executive, Maret : 200-212.
Yayasan Pendidikan internal Audit. (2001). “Arah Perkembangan Audit”. disampaikan sebagai Materi Pendidikan QIA Tingkat Manajerial. Maret 2001.
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 129Volume 1, Nomor 2, Agustus 2011p 129-137
JurNAl AKuNtANsi dAN KeuANgANissN: 2301-4717
KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS OPERASI DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN
JeN surYA
Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Aceh
The aimed of this research is whether profit and operating cash flows have more predictive ability to predict future operating cash flows between firms reporting positive profit and firms reporting negative profit. Although prior study indicates a strengthening relationship between earnings and future operating cash flows for both firms reporting profits and losses, while relationship between current and future operating cash flows is neither increasing nor decreasing, our result indicates that both earnings and cash flows have ability to predict future operating cash flow for firms reporting positive profit. On the other hand, for firms reporting negative profit, earnings are not significant to predict future operating cash flows while current operating cash flows still have ability to predict future operating cash flows.
Keywords: profit, current operating cash flows, future operating cash flows, firms reporting positive profit, firms reporting negative profit
LATAR BELAKANG
Pelaporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya perusahaan terhadap berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan selama periode tertentu. Menurut sFAC No.1, ada dua tujuan dari pelaporan keuangan, yaitu sebagai berikut. Pertama, memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, investor potensial, kreditur, dan pemakai lainnya untuk membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan serupa lainnya. Kedua, memberikan informasi tentang prospek arus kas untuk membantu investor dan kreditor dalam menilai prospek arus kas bersih perusahaan.
Informasi mengenai laba beserta komponennya merupakan informasi keuangan yang menjadi fokus utama para pemakai laporan keuangan (FAsB,1990:2). laba adalah nilai bersih yang diperoleh perusahaan dari aktivitas operasional, merupakan selisih lebih penghasilan dari biaya yang muncul dalam memperoleh penghasilan. laba bersih dapat diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi seluruh biaya (swasta, 1997:301). Besarnya laba bersih yang dapat dicapai akan menjadi ukuran sukses bagi sebuah perusahaan. Selain laba, informasi keuangan yang paling diminati pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomis adalah
arus kas. Keputusan-keputusan ekonomi yang akan
diambil oleh para pemakai laporan keuangan membutuhkan evaluasi terlebih dahulu atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (kas atau setara kas) serta kepastian dari hasil tersebut. Para pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) dengan lebih baik jika mereka mendapatkan informasi laporan keuangan yang difokuskan pada posisi keuangan, laba, perubahan posisi keuangan, dan laporan arus kas perusahaan.
sejauh ini laporan keuangan, khususnya neraca dan laporan laba/rugi masih diyakini sebagai alat yang andal bagi para pemakainya untuk mengurangi risiko ketidakpastian dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Namun, khusus mengenai laporan laba/rugi sampai saat ini masih terdapat kontradiksi atas simpulan yang dihasilkan berkaitan dengan manfaat isi informasi yang dikandungnya (Syafriadi, 2000).
Namun, terdapat beberapa hasil penelitian yang mendukung nilai relevansi laba dalam memprediksi arus kas masa depan perusahaan. Barth et al. (2001) serta Kim dan Kross (2002) menyatakan bahwa laba memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas operasi mendatang perusahaan, dan memiliki kemampuan
130 JeN surYA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
yang lebih dibandingkan dengan dengan arus kas jika laba dipecah ke dalam beberapa komponen akrual. Bahkan, Kim dan Kross (2002) menegaskan bahwa kemampuan laba dalam memprediksi arus kas meningkat sepanjang waktu.
Watson dan Wells (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa untuk perusahaan yang berlaba, ukuran berbasis laba lebih baik dalam menangkap kinerja perusahaan dibandingkan dengan dengan arus kas, sedangkan untuk perusahaan yang merugi baik laba maupun arus kas tidak dapat menangkap kinerja perusahaan dengan baik. dalam hal ini Kim dan Kross (2002) juga membedakan antara perusahaan yang melaporkan laba positif dan laba negatif. Hasilnya menyatakan bahwa hubungan antara laba dan arus kas masa depan tetap menguat, sedangkan hubungan antara arus kas tahun berjalan dengan arus kas masa depan tidak meningkat maupun menurun.
Berdasarkan perbedaan-perbedaan hasil penelitian mengenai kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan, maka penelitian ini bermaksud menguji kembali kemampuan tersebut dengan mengelompokkan perusahaan yang melaporkan laba positif dan laba negatif untuk melihat apakah akan diperoleh simpulan hasil yang sama dengan Kim dan Kross (2002).
tulisan ini meneliti apakah laba dan arus kas memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas masa depan.
TINJAUAN TEORITIS
Manfaat laporan arus kas telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, salah satunya Bowen et al. (1986). Penelitian penelitian kandungan informasi laba telah menunjukkan hasil yang relatif konsisten, namun penelitian kandungan informasi arus kas masih menunjukkan hasil yang belum konklusif (Ali, 1994). Beberapa peneliti melakukan pengujian untuk membandingkan manfaat informasi laba dan arus kas. Lee (1974) dalam Hodgson et al. (2000) menyatakan bahwa kebutuhan informasi investor dapat dipenuhi oleh arus kas, bukan laba akuntansi karena laba sangat rentan terhadap praktik manipulasi dan
perubahan metode akuntansi. Menurut Syafriadi (2000) dengan mengetahui sifat laba sebagai data seri waktu, maka perubahan laba tersebut bersifat acak dan ada korelasi yang serial. Hal ini menunjukkan bahwa laba memiliki potensi sebagai prediktor.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilson (1986) dan Ali (1994), yang meneliti mengenai isi informasi inkremental laba dengan hasil penelitian bahwa komponen laba akrual (atau total akrual yang didefinisikan sebagai kas operasi dikurangi laba) dan komponen dana (kas operasi) memiliki informasi inkremental apabila dana didefinisikan sebagai kas operasi. Bowen et al. (1986) lebih menegaskan dalam hasil penelitiannya bahwa arus kas sebagai prediktor arus kas adalah lebih baik dibandingkan dengan dengan laba, khususnya untuk periode prediksi 1 atau 2 tahun.
Finger (1994) juga menguji mengenai relevansi laba untuk kemampuannya memprediksi laba dan arus kas masa depan, dan menyimpulkan bahwa laba adalah signifikan sebagai prediktor laba di masa depan sampai dengan periode 8 tahun di muka dan laba baik digunakan secara parsial maupun bersama-sama dengan arus kas merupakan prediktor yang signifikan juga bagi arus kas. Arus kas dalam periode jangka pendek adalah prediktor arus kas yang lebih baik dibandingkan dengan laba atas arus kas. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Parawiyati dan Baridwan (1998) yang juga meneliti kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba dan arus kas perusahaan manufaktur mempublik di indonesia menemukan bahwa, baik dengan memasukkan faktor deflator (consumer price index) maupun tanpa faktor deflator tersebut, prediktor laba memberikan pengaruh yang lebih besar dalam memprediksi laba dan arus kas untuk periode satu tahun ke depan dibandingkan dengan dengan prediktor arus kas.
Syafriadi (2000) yang meneliti kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba dan arus kas menyatakan bahwa laba sebagai prediktor memang memiliki pengaruh yang lebih erat dengan laba dibandingkan dengan dengan prediktor arus kas dengan nilai t-hitung 3,913
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 131
yang signifikan pada alfa 0,05 untuk prediktor laba dan 3,715 untuk prediktor arus kas yang juga signifikan pada alfa 0,05. Sementara itu, ketika ia menguji kemampuan laba dibandingkan dengan arus kas sebagai prediktor arus kas, hasilnya menunjukkan bahwa prediktor laba tidak memiliki hubungan yang erat dengan arus kas dibandingkan dengan dengan hubungan prediktor arus kas dengan arus kas masa depan yang signifikan pada alfa 0,05. Hasil penelitian Syafriadi (2000) ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Finger (1994) dan Bowen et al. (1986).
Kusuma (2003) dalam penelitiannya menguji nilai tambah kandungan informasi laba dan arus kas, khususnya arus kas pada saat laba bersifat permanen. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa laba tidak mempunyai nilai tambah kandungan informasi di luar informasi yang diberikan oleh arus kas operasi. Arus kas operasi mempunyai nilai tambah kandungan informasi di luar informasi yang diberikan oleh laba serta memiliki nilai tambah kandungan informasi pada saat laba mengandung komponen transitori.
Cheng et al. (1996) juga menguji nilai tambah informasi arus kas operasi ketika laba bersifat transitori. secara umum hasilnya menunjukkan bahwa nilai tambah kandungan informasi arus kas operasi menunjukkan peningkatan ketika sifat permanen laba menurun. Nilai tambah kandungan informasi arus kas diduga akan meningkat ketika laba mempunyai kemungkinan besar tersentuh oleh praktik-praktik manipulasi yang menyebabkan munculnya komponen transitori dalam laba.
supriyadi (2000) dalam penelitiannya mengenai kemampuan laba versus arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan menggunakan tiga model peramalan arus kas, yaitu cash flow model, earnings model, dan earnings-cash flow model. Berdasarkan pengujian hipotesisnya dinyatakan bahwa data arus kas memberikan informasi yang lebih baik untuk meramalkan arus kas masa depan dibandingkan dengan laba. ia juga menegaskan bahwa laba menambah sedikit terhadap kemampuan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan.
Hasil yang senada juga diperoleh oleh deFond
dan Hung (2001) yang juga menguji arus kas dan laba untuk memprediksi arus kas masa depan antara perusahaan dengan atau tanpa ramalan arus kas. Hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa laba secara signifikan memiliki sedikit kemampuan dan arus kas secara signifikan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk memprediksi arus kas masa depan di antara perusahaan-perusahaan dengan ramalan arus kas. temuannya ini konsisten dengan permintaan partisipan pasar akan ramalan arus kas ketika laba secara relatif kurang informatif dan arus kas lebih informatif dalam memprediksi arus kas masa depan. Mereka mengekspektasi bahwa arus kas membantu partisipan pasar menginterpretasi informasi yang terkandung dalam laba, dan menilai viabilitas perusahaan Partisipan pasar mungkin menggunakan arus kas untuk menginterpretasi informasi dalam laba, contohnya dengan membandingkan arus kas terhadap laba bersih karena arus kas kurang subjektif daripada akrual.
Barth et al. (2001) dalam hasil penelitiannya yang menguji kemampuan prediksi laba agregat tahun berjalan dan masa lalu untuk arus kas periode selanjutnya mengungkapkan bahwa laba tahun berjalan adalah signifikan dalam memprediksi arus kas satu tahun ke depan. Hasilnya juga mengungkapkan bahwa lags of earnings adalah signifikan dalam memprediksi arus kas periode berikutnya. Namun, karena laba agregat tahun berjalan bukan merupakan prediktor arus kas masa depan yang tidak bias, maka digunakanlah peran akrual dalam memprediksi arus kas masa depan. Hasilnya menunjukkan bahwa laba disagregat tahun berjalan secara signifikan memiliki kemampuan prediksi yang lebih dibandingkan dengan laba agregat tujuh tahun.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Kross (2002) malah menyatakan bahwa kemampuan laba untuk memprediksi arus kas operasi masa depan meningkat dan peningkatan kemampuan prediksi ini sepanjang waktu bertahan untuk beberapa horizon peramalan. Mereka menggunakan tiga model untuk memprediksi arus kas operasi masa depan, yaitu earnings model, lalu earnings tersebut didisagregasi ke dalam arus
132 JeN surYA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
kas dan komponen akrual yang disebut dengan full model. Untuk menilai kekuatan penjelas arus kas operasi dan komponen akrual, full model tersebut dipecahnya menjadi CFO model dan accrual model.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kekuatan penjelas dari laba disagregat meningkat sepanjang waktu dan baik arus kas operasi maupun akrual tampak memiliki kontribusi dalam peningkatan ini. rata-rata kekuatan penjelas dari laba disagregat meningkat dari 0.28 selama periode waktu 1981—1989 menjadi 0.36 dalam periode waktu 1990—1998. Akhirnya, hasilnya menunjukkan bahwa hubungan antara laba tahun berjalan dan arus kas masa depan menguat sepanjang waktu. di samping itu, uji Theil’s U untuk full model mengindikasikan bahwa kemampuan CFO untuk memprediksi CFO satu tahun ke depan meningkat sepanjang periode sampelnya dan laba agregat memiliki peningkatan dalam kemampuannya untuk memprediksi arus kas operasi masa depan.
Kim dan Kross (2002) dalam penelitiannya juga melakukan analisis sensitivitas, yaitu dengan mengelompokkan perusahaan menjadi perusahaan yang melaporkan laba positif dan yang melaporkan laba negatif. Mereka ingin melihat apakah laba perusahaan yang menderita kerugian memiliki asosiasi yang rendah dengan arus kas masa depan dibandingkan dengan perusahaan yang melaporkan laba positif. Hal itu penting karena Hayn (1995), dalam Kim dan Kross (2002), menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan kerugian memiliki tingkat asosiasi yang rendah antara laba dan return saham dibandingkan dengan perusahaan yang melaporkan laba positif.
Hasil penelitian Watson dan Wells (2005) juga menyatakan bahwa pada perusahaan yang berlaba ukuran kinerja yang berbasis laba memiliki keterkaitan yang tinggi dengan return saham dibandingkan dengan arus kas. sebaliknya, pada saat perusahaan merugi, kekuatan penjelas dari model yang digunakannya berkurang dan terdapat koefisien negatif yang signifikan pada ukuran kinerja sehingga disimpulkan bahwa baik ukuran berbasis laba maupun arus kas tidak ada yang dapat menangkap kinerja dengan baik.
Namun, hasil penelitian Kim dan Kross (2002) mengindikasikan bahwa adanya hubungan yang menguat antara laba dan arus kas masa depan meskipun diperoleh hasil yang lebih lemah untuk perusahaan yang melaporkan laba. dengan demikian, adanya perusahaan yang berlaba ataupun merugi tidak mengubah simpulan hasilnya bahwa hubungan antara laba dengan arus kas masa depan meningkat sepanjang waktu. sebaliknya, hubungan antara arus kas tahun berjalan dengan arus kas masa depan meningkat secara signifikan untuk perusahaan yang melaporkan rugi. Akan tetapi, signifikansi tersebut hilang untuk perusahaan yang berlaba yang artinya hubungan antara arus kas tahun berjalan dengan arus kas masa depan tidak meningkat maupun menurun.
laba akrual didasarkan pada dua prinsip akuntansi, yakni pengakuan pendapatan dan prinsip penandingan Prinsip pengakuan pendapatan meminta perusahaan untuk mengakui pendapatan ketika telah melaksanakan semua atau satu bagian substansial dari jasa-jasa yang harus diberikan dan penerimaan kas dari transaksi tersebut adalah pasti. Prinsip penandingan meminta perusahaan untuk mengakui semua biaya yang terkait dengan pendapatan dalam periode yang sama di mana pendapatan diakui. Karena proses akrual dianggap mengurangi masalah waktu dan masalah penandingan yang melekat di arus kas, maka diyakini bahwa laba lebih tepat menggambarkan kinerja perusahaan (dechow, 1995 dalam supriyadi, 2000). saat ini penelitian dalam kegunaan laba untuk keputusan investasi didasarkan pada hipotesis bahwa laba merupakan proksi arus kas masa depan perusahaan (Beaver, 1968; Ball dan Brown 1968; Easton 1985 dalam supriyadi, 2000).
Namun, karena manajemen biasanya me-miliki beberapa kebijakan sepanjang pengakuan akrual, laba akrual mungkin merupakan ukuran yang mengganggu (noisy measure) atas kinerja perusahaan. Oleh karena itu, laba menjadi kurang andal sebagai ukuran kinerja perusahaan dibandingkan dengan data arus kas (supriyadi, 2000).
Perbedaan dalam faktor kultural dan
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 133
ekonomi yang terjadi antara us dan indonesia mungkin menyebabkan nilai yang berbeda untuk sejumlah informasi yang sama. Salah satu contoh faktor ekonomi yang mempengaruhi nilai informasi akuntansi adalah pengaruh dari tingkat inflasi atas informasi akuntansi yang berbasis biaya historis. tingkat inflasi merupakan proksi dari kondisi ekonomi yang secara luas telah digunakan dalam studi ekonomi. Ndubizu (1992) dan doupnik dan salter (1995) menemukan bukti signifikan yang mendukung efek pengurang tingkat inflasi atas nilai informasi akuntansi di berbagai negara. Tingginya tingkat inflasi di indonesia pada dekade tersebut dapat mengurangi manfaat sistem akuntansi berbasis biaya historis. Informasi akuntansi menjadi kurang relevan jika akuntansi berbasis historis. Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan laba berbasis biaya historis menjadi overstated. Sebagai akibatnya, nilai prediktifnya menurun. Oleh karena itu, data arus kas yang bebas dari pengaruh inflasi seharusnya memberikan indikasi arus kas masa depan yang lebih baik daripada laba.
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan.
laba umumnya mengandung komponen transitori. Komponen transitori mungkin muncul karena berbagai macam alasan. salah satu di antaranya adalah karena adanya perjanjian kompensasi atau perjanjian utang yang didasarkan pada laba akuntansi yang dilaporkan sehingga manajer terdorong untuk memanipulasi laba dengan cara-cara tertentu. Adanya komponen transitori dalam laba
menyebabkan laba bersifat kurang permanen atau laba mempunyai persistensi yang rendah (Kusuma, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka penulis merumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut: H 1: laba memiliki kemampuan lebih baik
untuk memprediksi arus kas masa depan dibandingkan dengan arus kas untuk perusahaan yang melaporkan laba positif.
H2 : laba memiliki kemampuan lebih baik untuk memprediksi arus kas masadepan dibandingkan dengan arus kas untuk perusahaan yang melaporkan laba negatif.
METODE PENELITIAN
Sampel dan Data Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan diperoleh laporan keuangan antara lain laporan laba rugi dan laporan arus kas dari tahun 2000 sampai tahun 2005. selanjutnya sampel akan dipilih dengan teknik purposive sampling dengan kategori ketersediaan data yang lengkap dari sampel tersebut dan akan dikelompokkan menjadi perusahaan yang melaporkan laba positif dan laba negatif. di samping itu, data total aset dari tiap-tiap perusahaan akan digunakan sebagai faktor deflator.
Pengukuran Variabel Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
arus kas dari aktivitas operasi perusahaan periode setelah tahun amatan. Arus kas dari aktivitas operasi ini merupakan ikhtisar penerimaan dan pembayaran kas yang menyangkut operasi perusahaan. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus kas operasi ini dapat diukur dalam cara dechow et al. (1998), yakni:
134 JeN surYA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
CFO = income before depreciation - interest expense + interest revenue - taxes - ∆WC
dimana∆WC = perubahan dalam piutang, persediaan,
dan aktiva lancar lainnya dikurangi perubahan dalam utang, utang pajak, utang lancar lainnya, dan pajak ditangguhkan.
Variabel independen yang digunakan adalah arus kas operasi tahun berjalan dan laba bersih sebelum pos-pos luar biasa tahun berjalan. Semua variabel akan dibagi dengan total aset dari perusahaan terkait pada periode amatan.
Model Empiris Model yang digunakan dalam penelitian
ini adalah gabungan earnings model dan CFO model yang digunakan oleh Kim dan Kross (2002), yakni :
CFOit+1 = α0 + α1 Eit + α2 CFOit + et
dimana :CFOit+1 = arus kas operasi perusahaan i pada
tahun t+1α0 = koefisien konstantaα1, α2 = koefisien variabel independeneit = laba sebelum pos-pos luar biasa
perusahaan i pada tahun CFOit = arus kas operasi perusahaan i pada
tahun tet = variabel gangguan
Metode Analisis untuk menganalisis model di atas diguna-
kan teknik regresi linier berganda. Analisis regresi akan diujikan dua kali untuk kelompok perusahaan yang melaporkan laba positif dan yang melaporkan laba negatif. Selanjutnya akan dihitung nilai F-test dan t-test tiap-tiap variabel independen untuk kedua kelompok perusahaan. Dari hasil uji t akan dapat dilihat variabel independen (laba bersih dan arus kas operasi tahun berjalan) manakah yang paling berkaitan erat dan signifikan terhadap variabel dependen (arus
kas operasi periode setelah tahun amatan) pada perusahaan yang berlaba positif dan perusahaan yang berlaba negatif.
HASIL-HASIL PENELITIAN
Statistik deskriptif untuk kelompok perusahaan berlaba positif terdapat dalam tabel 2. Hasil analisis regresi untuk pengujian hipotesis pertama dapat dilihat pada tabel 3. dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai adjusted r2 adalah sebesar 0,231. sebaliknya, nilai F hitung adalah sebesar 82,725 dan nilainya signifikan secara statistik pada alfa 0,05 sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi arus kas masa depan.
Berdasarkan uji t, dapat dilihat bahwa variabel laba sebelum pos-pos luar biasa dan arus kas operasi tahun berjalan secara statistik signifikan pada alfa 0,05 dengan nilai t hitung 5,073 untuk laba sebelum pos-pos luar biasa dan 9,312 untuk arus kas operasi tahun berjalan. Jadi, disimpulkan bahwa laba dan arus kas operasi tahun berjalan memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
Statistik deskriptif untuk kelompok perusahaan berlaba negatif disajikan dalam tabel 4 dan hasil regresinya disajikan dalam tabel 5. Berdasarkan data hasil regresi, diperoleh adjusted r 2 sebesar 0,084. Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan adjusted r2 untuk kelompok perusahaan berlaba positif. Namun, nilai tersebut signfikan secara statistik pada alfa 0,05. Dengan demikian, variasi arus kas operasi masa depan dapat dijelaskan oleh variabel laba sebelum pos-pos luar biasa dan arus kas operasi tahun berjalan sebesar 8,4%. Nilai F hitungnya adalah sebesar 8,907 yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kelompok perusahaan berlaba positif, namun nilai F hitung tersebut juga signifikan secara statistik pada alfa 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa kedua variabel independen signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel dependen. sebaliknya, dalam uji t untuk mengetahui sumbangan variabel bebas secara individu diperoleh t hitung -1,189 untuk laba sebelum pos-pos luar biasa dan nilai t ini tidak signifikan secara
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 135
Tabel 1Jumlah Perusahaan Yang Tersedia Datanya
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar selama tahun 1999-2004
264
Jumlah perusahaan yang tersedia datanya:- tahun 1999-2000- tahun 2000-2001- tahun 2001-2002- tahun 2002-2003
174106146148
Tabel 2Statistik Deskriptif Untuk Perusahaan Berlaba Positif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Mean
CFO t+1e tCFO tValid N (listwise)
546546546546
-,64008,00008-,46661
,41840,59427,51939
,0803110,0840064,0903303
,0803110,0840064,0903303
Tabel 3Hasil Regresi Untuk Perusahaan Berlaba Positif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Sdt.Error of The Estimate
ChangeStatistics
R Square Change
F Change df1 df 2 Sig.F Change
1 ,0483 ,234 ,231 ,09290942 ,234 82,725 2 543 ,000
a. Predictors: (Constant), CFO t, e t b. dependent Variable: CFO t
Annovab
Model Sum of squares df Mean square F Sig.
Model 1 Regression Residual Total
1,4284,6876,115
2543545
,714,009
82,725 ,000a
a. Predictors: (Constant), CFO t, e t b. dependent Variable: CFO t
Coefficientsa
Model 1 UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant)E tCFO t
,026,263,351
,006,052,038
,203,373
4,4015,0739,312
,000,000,000
dependent Variable: CFO t+1
136 JeN surYA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
statistik karena probabilitas signifikansi untuk laba ini jauh di atas 0,05. untuk variabel arus kas operasi tahun berjalan diperoleh thitung 4,019 dan nilai ini signifikan secara statistik pada alfa 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif kedua ditolak, yang artinya laba tidak memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan arus kas operasi tahun berjalan dalam memprediksi arus kas operasi masa depan untuk kelompok perusahaan yang berlaba negatif.
KESIMPULAN
secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa:1. Arus kas operasi tahun berjalan memiliki
kemampuan yang lebih baik dibandingkan laba dalam memprediksi arus kas operasi masa depan, baik untuk kelompok perusahaan berlaba positif maupun berlaba negatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan arus kas operasi tahun berjalan yang lebih baik dibandingkan dengan laba dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Hal ini senada dengan hasilb yang diperoleh oleh Syafriadi (2000), supriyadi (2000), deFond dan Hung (2001).
2. Penelitian ini memiliki keterbatasan, yakni tidak semua data perusahaan Manufaaktur berhasil diperoleh sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan data yang lebih lengkap lagi. selain itu, dalam melakukan penelitian berikutnya dapat menggunakan model yang lain, seperti memecah laba menjadi beberapa komponen akrual dan diujikan lagi apakah arus kas operasi tahun berjalan tetap memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan laba disagregat dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
REFERENSI
Ali, Ashiq. 1994. “The Incremental Information Content of Earnings, Working Capital from Operations and Cash Flows”. Journal of Accountimg research. Vol. 32, No. 1, pp. 61—73.
Barth, Mary e, donald P. Cram dan Karen K. Nelson. 2001. “Accruals and the Prediction of Future Cash Flows”. The Accounting Review. Vol. 76; pp. 27—58.
Bowen, Robert M., David Burgstahler, dan Lane A. Daley. 1986. “Evidence on the relationship Between earnings and Various Measures of Cash Flows”. the Accounting Review. (LXI) No. 4. pp 713—725.
Cheng, C.s.A., Chao-shin liu, dan thomas F.S. 1996. “Earnings Permanence and the Incremental Information Content of Cash Flows from Operations”. Journal of Accounting research. Vol. 34, No.1, spring, 173—181.
dechow, P.M., s.P. Kothari dan r.l. Watts. 1998. “the relation Between earnings and Cash Flows”. Journal of Accounting and Economics 25. pp. 133—168.
deFond, Mark dan Mingyi Hung. 2001. An Empirical Analysis of Analysts’ Cash Flow
Forecast. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=265773
Doupnik, T.S., dan F.B. Salter. 1995. “External Environment, Culture, and Accounting Practice: a Preliminary Test of a General Model of International Accounting Development”. The International Journal of Accounting. (30). Pp. 189—207.
FASB. 1987. Statement of Financial Accounting Concepts (sFAC) No. 1.
Finger, Catherine A. 1994. “The Ability of earnings to Predict Future earnings and Cash Flow”. the Journal Accounting research. Vol. 32, No.2. Autumn. Pp. 210—223.
Hodgson, A., Peta s., dan Clarke. 2000. “Earnings, Cashflows, and Returns: Functional Relations and the Impact of Firm size”. Accounting and Finance. 40. pp. 51—73.
iAi. 1994. standar Akuntansi Keuangan. Buku satu. Jakarta: salemba empat.
Kim, Myung-sun dan William Kross. 2002. The Ability of Earnings to Predict Future Operating Cash Flows Has Been increasing - Not decreasing.
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 137
http://papers.ssrn.com/sol3/Delivery.cfm/SSRN_ID303283_code020316500.pdf?abstractid=303283&mirid=1
Kusuma, Poppy dian indira. 2003. “Nilai Tambah Kandungan Informasi Laba dan Arus Kas Operasi”. sNA Vi, h. 304—315.
Ndubizu, g.A.1992.“Accounting disclosure Methods and Economic Development: Criterion for Globalizing Capital Markets”. The International Journal of Accounting (27). pp. 151—163.
Parawiyati dan Zaki Baridwan. 1998. “Kemampuan laba dan Arus Kas dalam Memprediksi laba dan Arus Kas Perusahaan go Publik di indonesia”. Jurnal riset Akuntansi indonesia. Vol. 1 No. 1, h.1-11.
Supriyadi. 2000. “The Predictive Ability of Earnings Versus Cash Flow Data to Predict Future Cash Flows: a Firm-Specific
Analysis”. gadjah Mada international Journal of Business. Vol. 1, September, h. 113—132.
Syafriadi, Hepi. 2000. “Kemampuan Earnings dan Arus Kas dalam Memprediksi earnings dan Arus Kas Masa Depan: Studi di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 2, No. 1, April, h. 76—88.
Watson, Jodi dan Peter Wells. 2005. the Association Between Various earnings and Cash Flow Measures of Firm Performance and stock returns: some Australian Evidence. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=815365
Wilson, P.G. 1986. “The Alternative Information Content of Accrual and Cash Flow : Combined Evidence at The Earnings Announcement and Annual report release date”. the Accounting research. Vol. 24, Supplement, pp. 165—200.
138 JeN surYA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 139Volume 1, Nomor 2, Agustus 2011p 139-151
JurNAl AKuNtANsi dAN KeuANgANissN: 2301-4717
Belief System, Diagnostic Control System, Interactive Control System, Organizational Learning,
dan Kinerja OrganisasituBAgus isMAil
Jurusan Akuntansi FE Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
This study examined the association using the MCS framework Lever of Control (LOC) on the capabilities and its relationship to organizational performance. The focus of MCS used in this research that the LOC framework consisting of belief systems, diagnostic control systems, and interactive control system. While the construct of organizational capabilities that made the learning. This study uses structural equation modeling as a tool of analysis and PLS Smart software used to process data. The findings of this study are: belief systems, diagnostic control systems, and interactive control system and a significant influence on organizational learning and organizational learning ultimately have a positive and significant impact on organizational performance. Limitations of this study was only taking a construct of organizational learning capability.
Keywords: belief system, diagnostic control system, interactive control system, organizational learning, performance.
LATAR BELAKANG
Management control system (MCs) adalah sebuah proses seorang manajer dalam memastikan sumberdaya yang diperoleh dan dipergunakan secara efektif dan efisien dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi (Anthony dan Govindarajan,1995). Tujuan management control system (MCs) adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan evaluasi (Kaplan, 1983). dengan demikian, MCs dirancang untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan memberikan kontribusi untuk mencapai kinerja yang terbaik (dent, 1991; samson et al., 1991; simons, 1987, 1990,1995 b).
Pada kenyataannya, organisasi menghadapi kesulitan dalam menyeimbangkan berbagai penggunaan MCs (Ahrens & Chapman, 2007; speklé, 2001). Manajer tidak selalu mampu menentukan keseimbangan optimal karena menghadapi berbagai keputusan yang kompleks (Ahrens & Chapman, 2007; speklé, 2001). Ketidakmampuan sebuah organisasi untuk menyeimbangkan perbedaan penggunaan MCs dikaitkan dengan pengambilan keputusan
lambat, sumber daya terbuang, ketidakstabilan dan akhirnya menurunkan kinerja organisasi (Bisbe, Batista-Foguet, & Chenhall, 2006; Henri, 2006b). Disisi lain organisasi harus terus-menerus berubah, meningkatkan kualitas produk mereka, dan meningkatkan produktivitas untuk dapat bersaing dalam lingkungan tersebut (Porter, 1990). Organisasi memerlukan MCs agar tujuan yang telah ditetapkan perusahaan dapat tercapai (simon, 1995), serta penggabungan antara pengendalian dan penggunaan MCs akan menciptakan ketegangan dinamis yang menghasilkan kapabilitas organisasi yang unik dan keunggulan kompetitif (Henri, 2006b; Widener, 2007). Inovasi (innovativennes), pembelajaran organisasi (organizational learning), orientasi pasar (market orientation) dan kewirausahaan (entrepreneurship) diakui sebagai kapabilitas utama untuk mencapai keunggulan kompetitif (Hult &Ketchen, 2001; Hurley & Hult, 1998; irlandia, Hitt, Camp, & Sexton,2000). Organisasi harus berhasil dalam mengelola dan mengintegrasikan pembelajaran organisasi (organizational learning) mereka agar sukses dalam mengembangkan kemampuan organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif
140 tuBAgus isMAil Jurnal Akuntansi dan Keuangan
(Henri, 2006b).MCs terdiri dari beberapa sistem kontrol
yang bekerja sama (Otley, 1980). simons (2000, hal 301) berpendapat bahwa Kerangka Levers of Control (LOC) diperlukan untuk memberikan kontrol lingkungan yang efektif, selain itu dalam Kerangka Levers of Control (LOC), terdapat empat sistem kontrol yang diperlukan bekerja sama untuk memberikan kontrol lingkungan yang efektif tersebut. Lever of Control (LOC) menjelaskan bahwa empat sistem kontrol – belief system, boundaries system, diagnostic control system, dan interactive control system bekerja sama untuk manfaat perusahaan (Simons, 2000) . Kerangka lOC tersebut digunakan untuk mengeksplorasi bagaimana manajer berusaha untuk menyeimbangkan pengendalian dan penggunaan MCs untuk menghasilkan ketegangan dinamis yang berkontribusi pada kapabilitas organisasi (simon, 2000). Kerangka lOC menegaskan bahwa ketidakpastian strategi serta risiko, mendorong pilihan dan penggunaan MCs, dan dampak pada organisasi yaitu dengan pembelajaran dan penggunaan secara efisien pada perhatian manajemen (simons, 2000). Adapun kerangka lOC tersebut yaitu, belief system menjelaskan tentang nilai-nilai inti organisasi, boundaries system menjelaskan kepada karyawan tentang apa yang mereka tidak bisa lakukan, diagnostic control system memotivasi karyawan untuk melakukan serta menyelaraskan perilaku karyawan dengan tujuan organisasi, dan menyediakan mekanisme pemantauan, sedangkan interactive control system yaitu proses komunikasi dua arah antara manajer dengan bawahan pada berbagai tingkat organisasi (simon, 2000).
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa ketika perusahaan menekankan pada belief sistem maka mereka juga menekankan masing-masing dari ketiga sistem kontrol lainnya (Anderson & dekker, 2005; Kennedy & Widener, 2007). salah satu penelitian lain telah mempertimbangkan kerangka lOC secara keseluruhan (Bruining et al, 2004;. tuomela, 2005; Widener, 2007), sementara penelitian lain difokuskan secara eksklusif pada diagnosa dan interaktif (Abernethy & Brownell, 1999; Bisbe & Otley, 2004; Henri,
2006b; Kober, Ng, & Paulus, 2007). Di dalam penelitian sebelumnya (schroeder, 2002) membahas mengenai strategi manufaktur berbasis sumberdaya pada perusahaan (sumberdaya dan kapabilitas) dan dalam Widener (2007) membahas dengan menggunakan kerangka lOC untuk sistem kontrol (yaitu, ketidakpastian strategis dan risiko), asosiasi-asosiasi antara sistem kontrol, dan biaya dan manfaat dari sistem kontrol (perhatian manajemen, pembelajaran, dan kinerja perusahaan). dengan demikian, penelitian ini memberikan bukti empiris mengenai hubungan antara sistem pengendalian dalam Kerangka Levers of Control (LOC) serta cukup memberikan kontribusi, namun penelitian yang meneliti hubungan diantara sistem kontrol masih rendah (Anderson & dekker, 2005; Kennedy & Widener, 2007). dalam penelitian Mundy (2010), membahas keseimbangan pengendalian dan penggunaan Management Control System (MCs), dan bagaimana keseimbangan tersebut menciptakan dynamics tension serta kemampuan organisasi yang unik, penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus.
Berdasarkan uraian di atas, maka fokus penelitian ini mengambil tiga system control pada lOC, dengan menguji hubungan belief system, diagnostic control system, interactive control system terhadap organizational learning dan kinerja organisasi.
TINJAUAN TEORITIS
Lever of Control (LOC)simons (2000, hal 301) berpendapat bahwa
Kerangka Levers of Control (LOC) diperlukan untuk memberikan kontrol lingkungan yang efektif, selain itu dalam Kerangka Levers of Control (LOC), terdapat empat sistem kontrol yang diperlukan bekerja sama untuk memberikan kontrol lingkungan yang efektif tersebut. Lever of Control (LOC) menjelaskan bahwa empat sistem kontrol – belief system, boundaries system, diagnostic control system, dan interactive control system bekerja sama untuk manfaat perusahaan (simons, 2000) . Kerangka lOC tersebut digunakan untuk mengeksplorasi bagaimana manajer berusaha untuk menyeimbangkan pengendalian
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 141
dan penggunaan MCs untuk menghasilkan ketegangan dinamis yang berkontribusi pada kapabilitas organisasi (simon, 2000). Kerangka lOC menegaskan bahwa ketidakpastian strategi serta risiko, mendorong pilihan dan penggunaan MCs, dan dampak pada organisasi yaitu dengan pembelajaran dan penggunaan secara efisien pada perhatian manajemen (simons, 2000).
Belief SystemBelief system menjelaskan tentang nilai-nilai
inti organisasi, definisi organisasi, tujuan dan arah organisasi (simon, 1995, 34). Hal tersebut berupa visi dan misi organisasi (Simon, 1995,). Belief system merupakan system yang digunakan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai inti perusahaan dalam rangka untuk menginspirasi dan memotivasi karyawan untuk mencari, mengeksplorasi, bekerja, serta berupaya dalam tindakan yang tepat. Belief system juga digunakan oleh manajer dalam kondisi operasi yang tidak pasti agar tindakan yang diambil dapat sesuai dengan hasil yang diinginkan (speklé,2001).
Diagnostic Control SystemDiagnostic control system memberikan
ukuran dari hasil tindakan karyawan. tujuan dari diagnostic control system adalah memotivasi karyawan untuk melakukan, menyelaraskan perilaku karyawan dengan tujuan organisasi, dan untuk menyediakan mekanisme pemantauan. Diagnostic control system terdiri dari faktor penentu keberhasilan organisasi dan memungkinkan manajer untuk memfokuskan perhatian mereka pada denyut nadi organisasi (Widener, 2007).
Diagnostic control system digunakan untuk membandingkan kinerja aktual terhadap target yang telah ditetapkan (Abernethy & Brownell, 1999; simons, 1995, 1999). selain itu, diagnostic control system juga digunakan untuk mengidentifikasi pengecualian dan penyimpangan dari rencana. data keuangan menunjukkan ketika target sedang dicapai sedangkan non-keuangan menunjukan tindakan manajer untuk memantau dan kontrol secra kritis faktor keberhasilan (Abernethy & lillis, 2001; Perera & Harrison, 1997; tuomela, 2005). Diagnostic control
system mewakili penggunaan tradisional MCs di mana tindakan korektif diambil sebagai hasil dari umpan balik yang diterima tentang kinerja organisasi (Fisher, 1995).
Interactive Control SystemInteractive control system terdiri dari proses
komunikasi dua arah yaitu antara manajer dengan karyawan bawahan pada berbagai tingkat organisasi (Abernethy & lillis, 1995; speklé, 2001). dalam simons (1987, 1994, 1995, 200) interactive control system merupakan sebuah system formal yang digunakan oleh manajer puncak sebuah perusahaan untuk melibatkan dirinya secara teratur dan personal pada aktivitas pengambilan keputusan dari pihak bawahan sebuah perusahaan. tujuan dari interactive control system adalah untuk membahas tantangan yang mendasari asumsi dan rencana aksi yang mendorong kegiatan organisasi (Abernethy & lillis, 1995; speklé, 2001). Interactive control system digunakan untuk memfasilitasi organisasi dalam proses kegiatan formal (Abernethy & Brownell, 1999; Haas &,Kleingeld, 1999; shields & shields, 1998). sebagai contoh, manajer melibatkan karyawan dalam proses anggaran dan desain sistem pengukuran kinerja dalam rangka berbagi informasi dan mengurangi kesenjangan pengetahuan organisasi (Abernethy & Brownell, 1999; Haas &,Kleingeld, 1999; shields & shields, 1998). Berbeda dengan proses diagnostic control system , interactive control system membutuhkan sejumlah perhatian besar oleh manajer senior untuk tetap sadar akan ketidakpastian strategi yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi (Bisbe & Otley, 2004; Marginson, 2002).
Organizational LearningInovasi (innovativennes), pembelajaran
organisasi (organizational learning), orientasi pasar (market orientation) dan kewirausahaan (entrepreneurship) diakui sebagai kapabilitas utama untuk mencapai keunggulan kompetitif. (Hult & Ketchen, 2001; Hurley & Hult, 1998; Irlandia, Hitt, Camp, & Sexton,200). Perusahaan yang melakukan organizational learning adalah perusahaan yang memiliki keahlian dalam
142 tuBAgus isMAil Jurnal Akuntansi dan Keuangan
menciptakan, mengambil, dan mentransfer pengetahuan, dan memodifikasi perilakunya untuk merefleksikan pengetahuan dan pengalaman barunya. Organisasi harus berhasil dalam mengelola dan mengintegrasikan pembelajaran organisasi (organizational learning) mereka agar sukses dalam mengembangkan kemampuan organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif (Henri, 2006b). Organizational learning erat dikaitkan dengan peningkatan kinerja (slater dan Narver, 1995, Levitt dan March, 1988). Selain itu, organizational learning sangatlah penting untuk mempertahankan keuntungan kompetitif di dunia global, dalam bisnis yang kompetitif sebagian orang percaya bahwa dengan belajar merupakan satu-satunya cara untuk bersaing dalam jangka panjang (Hult, 1998: Slater dan Narver, 1995).
Kinerja OrganisasiDi dalam sistem kontrol formal ukuran
kinerja meliputi ukuran financial dan non financial (Fisher, 1998). Kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan cara membandingkan kinerja dengan uraian atau deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu. Pada dasarnya MCs dirancang untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan memberikan kontribusi untuk mencapai kinerja organisasi yang terbaik (dent, 1991; samson et al., 1991; simons, 1987, 1990,1995 b).
Kerangka Penelitian dan Pengukuran Konstruk
Manajer perlu berusaha untuk menyeimbang-kan pengendalian dan penggunaan MCs untuk menghasilkan ketegangan dinamis yang berkontribusi pada kapabilitas organisasi (simon, 2000). Inovasi (innovativennes), pembelajaran organisasi (organizational learning), orientasi pasar (market orientation) dan kewirausahaan (entrepreneurship) diakui sebagai kapabilitas utama untuk mencapai keunggulan kompetitif (Hult & Ketchen, 2001; Hurley & Hult, 1998; Irlandia, Hitt, Camp, & Sexton,200). Organizational learning erat dikaitkan dengan peningkatan kinerja (Slater dan Narver, 1995, Levitt dan March, 1988). Oleh karena itu,
diperlukan MCs untuk menghasilkan ketegangan dinamis yang berkontribusi pada kapabilitas organisasi (simon, 2000). MCs terdiri dari beberapa sistem kontrol yang bekerja sama (Otley, 1980).
simons (2000, hal 301) berpendapat bahwa Kerangka Levers of Control (LOC) diperlukan untuk memberikan kontrol lingkungan yang efektif, selain itu dalam Kerangka Levers of Control (LOC), terdapat empat sistem kontrol yang diperlukan bekerja sama untuk memberikan kontrol lingkungan yang efektif. Dalam hal ini, MCs tersebut berupa Lever of Control (LOC) yang menjelaskan bahwa empat sistem kontrol – belief system, boundaries system, diagnostic control system, dan interactive control system bekerja sama untuk manfaat perusahaan (Simons, 2000). Adapun pada penelitian ini hanya diambil tiga sistem kontrol yaitu belief system, diagnostic control system, dan interactive control system Model penelitian empiris terdapat pada gambar 1
Pada gambar 1 dapat dijelaskan bahwa Kerangka lOC mempengaruhi organizational learning yang akhirnya mempengaruhi kinerja organisasi. Kerangka lOC tersebut terdiri dari belief system, diagnostic control system, dan interactive control system. indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk belief system dikembangkan oleh Widener (2007) yaitu : Mengkomunikasikan misi secara jelas (BF 1); Manajer mengkomunikasikan nilai-nilai organisasi (BF 2); Kesadaran karyawan terhadap nilai-nilai organisasi (BF 3); Misi memotivasi semangat kerja karyawan (BF 3). untuk diagnostic control system indicator yang digunakan diadopsi dari Henri (2006) yaitu : Meninjau kemajuan untuk tujuan organisasi (dCs 1); Memantau hasil yang dicapai (dCs 2); Membandingkan hasil yang dicapai dengan yang direncanakan (dCs 3); Mengkaji langkah-langkah kunci keberhasilan (dCs 4).untuk interactive control system indicator yang digunakan diadopsi dari Henri (2006) yaitu : Mengembangkan diskusi dalam rapat dengan atasan, bawahan dan rekan (iCs 1); Mengembangkan tantangan dan perdebatan berdasarkan data, asumsi, dan rencana tindakan
Organizational LearningOrganizational Learning
BeliefsystemBelief
system
diagnostic Control system
diagnostic Control system
InteractiveControl system
InteractiveControl system
Kinerja Organisasi
Kinerja Organisasi
H1 : +H1 : +
H2 : +H2 : +
H3 : +H3 : +
H4 : +H4 : +
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 143
(iCs 2); Memberikan pandangan umum organisasi (iCs 3); Komitmen pada organisasi (iCs 4); Fokus pada masalah utama (iCs 5); Fokus pada faktor kesuksesan (ICS 6); Mengembangkan bahasa yang umum di organisasi iCs 7). sedangkan organizational learning indicator yang digunakan diadopsi dari Widener (2007) yaitu : Pembelajarn adalah kunci dari peningkatan organisasi (Ol 1); Nilai-nilai pembelajaran sebagai kunci perbaikan organisasi (Ol 2); Jika pembelajaran berhenti, maka akan menimbulkan kekhawatiran masa depan (Ol 3); Pembelajaran pada karyawan sebagai investasi bukan beban (Ol 4). untuk kinerja organisasi indicator yang digunakan diadopsi dari Widener (2007) yaitu : Kinerja organisai secara keseluruhan (KO 1); Keuntungan organisasi secara keseluruhan (KO 2); Pangsa pasar menerima produk-produk primer (KO 3); Keseluruhan produktivitas dari sistem pengiriman (KO 4)
Pengembangan HipotesisBelief system, boundaries system, diagnostic
control system, dan interactive control system yang diimplementasikan (simons, 2000) bermaksud mengarahkan perilaku karyawan, sehingga keempat kerangka lOC dapat memfasilitasi pembelajaran organisasi (Levitt dan March, 1988). dalam penelitian simons (1995) salah satu tujuan dari belief system adalah menginspirasi karyawan untuk berusaha menuju tujuan utama, pencapaian misi serta dalam mencari peluang. selain itu dalam penelitian Marginson (2002) menemukan bahwa belief
system membuka ide-ide baru, tindakan, dan inisiatif. Oleh karena hal tersebut jelaslah bahwa belief system dapat memfasilitasi pembelajaran organisasi (Levitt dan March, 1988).
Fungsi diagnostic control system yaitu mempromosikan pembelajaran organisasi melalui mekanisme umpan balik. Diagnostic control system memfasilitasi masukan tentang proses mana yang bekerja dengan baik dan yang tidak (Argyris, 1977). Diagnostic control system digunakan untuk membandingkan kinerja aktual terhadap target yang telah ditetapkan (Abernethy & Brownell, 1999; simons, 1995, 1999). Diagnostic control system yang diimplementasikan dalam rutinitas (simons, 2000) bermaksud memandu perilaku, dan dengan demikian, dapat memfasilitasi pembelajaran organisasi (Levitt dan March, 1988)
Levitt dan March (1988) mengandaikan bahwa kurangnya pengalaman dan kompleksitas dari suatu situasi yang diberikan dapat menghambat pembelajaran. Perusahaan yang menerapkan system interactive control system dapat meringankan tuntutan pengolahan informasi dan memfasilitasi proses pembelajaran dengan menggunakan arah vertikal di seluruh organisasi (galbraith, 1973); selain itu interactive control system memberikan sinyal kepada bawahan mengenai pentingnya mengusulkan dan menerapkan ide-ide baru (simons, 1990, 1991). Interactive control system sangat melibatkan manajer untuk tujuan menciptakan komunikasi dan berbagi informasi, yang dapat merangsang dalam pembelajaran (simon, 1990). Oleh karena
Organizational LearningOrganizational Learning
BeliefsystemBelief
system
diagnostic Control system
diagnostic Control system
InteractiveControl system
InteractiveControl system
Kinerja Organisasi
Kinerja Organisasi
H1 : +H1 : +
H2 : +H2 : +
H3 : +H3 : +
H4 : +H4 : +
Gambar 1: Model Penelitian Empiris
144 tuBAgus isMAil Jurnal Akuntansi dan Keuangan
itu, interactive control system digunakan sebagai fasilitator pembelajaran organisasi (Simons 1990, 1991, 2000).
Pembelajaran organisasi erat dikaitkan dengan peningkatan kinerja (slater dan Narver, 1995, Levitt dan Maret, 1988). Tippins dan sohi (2003) memberikan bukti empiris bahwa pembelajaran organisasi secara positif berhubungan dengan kinerja organisasi. Mereka menyelidiki kompetensi teknologi informasi dan menemukan bahwa kinerja perusahaan membaik dihasilkan dari adanya pembelajaran organisasi. Organisasi harus berhasil dalam mengelola dan mengintegrasikan pembelajaran organisasi mereka agar sukses dalam mengembangkan kemampuan organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif (Henri, 2006b).
sehingga uraian diatas mengarah pada terbentuknya hipotesa sebagai berikut :H1 : Terdapat hubungan positif antara belief
system dengan organizational learningH2 : Terdapat hubungan positif antara diagnostic
control system dengan organizational learning
H3 : Terdapat hubungan positif antara interactive control system dengan organizational learning
H4 : Terdapat hubungan positif antara organizational learning dengan Kinerja Organisasi
METODE PENELITIAN
sampel dalam penelitian ini adalah 50 manajer dari 16 perusahaan manufaktur di Banten yang terdaftar di Disperindag. Sedangkan yang menjadi responden dalam sampel penelitian ini adalah manajer keuangan, manajer produksi, manajer
pemasaran, manajer informasi dan manajer personalia. Adapun kriteria dari responden adalah manajer yang telah bekerja minimal 2 tahun dalam perusahaan tersebut. Alasan dipilihnya perusahaan manufaktur sebagai sampel adalah karena perusahaan manufaktur dianggap memiliki karakteristik yang lebih kompleks.
data untuk penelitian ini adalah data primer dalam bentuk responden dikumpulkan dengan metode diantar langsung kepada responden. ringkasan jumlah pengiriman dan pengembalian kuesioner pada masing-masing daerah dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.
Penelitian ini melakukan penyebaran kuesioner sebanyak 108 kuesioner sesuai dengan total 108 manajer dari 18 perusahaan manufaktur di Provinsi Banten yang dijadikan sampel. Dari jumlah tersebut kuesioner yang kembali berjumlah 50 kuesioner atau hanya 46,30% responden yang mengembalikan. syarat penggunaan Structural Equation Modelling (SEM) ialah ukuran sampel minimum 30 dan penelitian ini telah memenuhi syarat tersebut. Kuesioner yang tidak kembali berjumlah 44 kuesioner atau 40,74%. dan kuesioner yang tidak lengkap berjumlah 14 kuesioner atau 29,62%. Kuesioner yang tidak kembali kemungkinan disebabkan kuesioner tidak sampai di tangan responden yang dituju karena kesibukan manajer atau responden kesulitan mengingat informasi perusahaan untuk menjawab kuisioner.
HASIL-HASIL PENELITIAN
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa responden yang mengisi kuesioner penyebarannya hampir merata pada seluruh jenis manajer.
Tabel 1Persentase Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
No. Keterangan Jumlah Persentase
1 Kuesioner yang disebar 108 100 %2 Kuesioner yang kembali 50 46,30%3 Kuesioner yang tidak kembali 44 40,74%4 Kuesioner yang tidak lengkap 14 12,96%5 Kuesioner yang bisa diolah 50 46,30%
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 145
Penelitian ini menggunakan structural equation modeling (seM) sebagaai alat analisis multivariate sehingga memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi untuk menghubungkan teori dan data. Penelitian ini menggunakan software Smart PLS sebagai alat untuk memecahkan permasalahan seM.
Pada hasil uji terhadap outer loading seluruh variabel, tidak terdapat konstruk yang memiliki nilai outer loading dibawah 0.5. Hal ini menunjukan bahwa setiap indikator pada seluruh konstruk dianggap realibel sehingga tidak diperlukan eliminasi dan menghasilkan output smart Pls seperti pada gambar 2.
Pengujian Kualitas DataPengujian validitas data dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan software Pls dengan Outer Model yaitu Convergent Validity yang dilihat dengan nilai square root of average variance extracted masing-masing konstruk dimana nilainya harus lebih besar dari 0,5.
tabel 3 menjelaskan nilai dari AVe dan akar AVe dari konstruk belief system, diagnostic control system, interactive control system, organizational learning dan kinerja organisasi. Dapat dilihat bahwa setiap konstruk (variabel) tersebut memiliki nilai AVe diatas 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa setiap konstruk tersebut memiliki nilai validitas yang baik dari setiap
Tabel 2Persentase Jabatan Responden
No. Keterangan Jumlah Persentase
1 Manajer Keuangan 13 26%2 Manajer Produksi 9 18%3 Manajer Pemasaran 6 12%4 Manajer Informasi 10 20%5 Manajer Personalia 12 24%
Keterangan:BS : Belief SystemDCS : Diagnostic Control SystemICS : Interactive Control SystemOL : Organizational Learning KO : Kinerja Organisasi
Gambar 2: Full Model Structural Partial Least Square
146 tuBAgus isMAil Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 3Average Variance Extracted (AVE)
Average variance extracted (AVE) √AVE
Belief System 0.785 0.886diagnostic Control system 0.721 0.849Interactive Control System 0.604 0.777Organizational learning 0.680 0.825
Kinerja Organisasi 0.521 0.721
Tabel 4Composite Reliability
Composite Reliability
Belief System 0.935diagnostic Control system 0.911Interactive Control System 0.910Organizational learning 0.892
Kinerja Organisasi 0.811
Tabel 5Hasil Outer Loading
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 147
indikatornya atau kuesioner yang digunakan untuk mengetahui hubungan belief system, diagnostic control system, interactive control system, organizational learning dan kinerja organisasi dapat dikatakan valid.
Uji Reliabilitassuatu data dikatakan reliabel jika composite
reliability lebih dari 0,7. dari tabel 4 dapat dilihat setiap konstruk atau variabel laten tersebut memiliki nilai composite reliability diatas 0,7 yang menandakan bahwa internal consistency dari antar variabel memiliki reliabilitas yang baik.
Analisis Datadalam gambar 5 dapat dilihat bahwa setiap
konstruk dari masing masing variabel dijelaskan oleh indikator. uji terhadap outer loading bertujuan untuk melihat korelasi antara score item atau indikator dengan score konstruknya. indikator dianggap reliabel jika memiliki nilai korelasi diatas 0,7. Namun dalam tahap pengembangan korelasi 0,5 masih dapat diterima Ghozali (2006:24).
Hasil pengolahan dengan menggunakan Smart Pls nilai outer loadings indikator seluruh variabel tidak terdapat nilai yang kurang dari 0,5 dan menunjukkan nilai outer model atau korelasi dengan variabel secara keseluruhan sudah memenuhi Convergent validity. selain itu berdasarkan pengolahan menunjukan setiap indikator dari seluruh variabel memiliki nilai T-statistik yang lebih besar dari t-hitung (1.96) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh variabel telah memenuhi syarat dari kecukupan model atau Discriminant validity.
Pengujian Kelayakan Model Penelitianuntuk Convergent validity dari model
pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score yang diestimasi dengan software Pls. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,7 dengan konstruk (variabel laten) yang diukur. Namun menurut Chin dalam Ghozali (2006 ; 24), untuk penelitian tahap awal dari pengembangan, skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai.
dalam gambar 2 dapat dilihat secara keseluruhan korelasi setiap variabel yang menyatakan hubungan antar variabel. Dimana model tidak dilakukan eliminasi hal ini disebabkan tidak terdapat korelasi konstruk yang kurang dari 0,5 sehingga setiap variabel memenuhi kriteria convergent validity.
dalam menilai struktural model Pls dapat dilihat berdasarkan nilai R-Square untuk setiap variable latennya. Tabel 6 menunjukkan nilai R-square konstruk Organizational Learning sebesar 0.957 dan konstruk Kinerja Organisasi sebesar 0.382. semakin tinggi r-square, maka semakin besar variabel independen tersebut dapat menjelaskan variabel dependen sehingga semakin baik persaman struktural. untuk variabel Organizational Learning memiliki nilai R-square sebesar 0.957 yang berarti 95.7 % varians Kinerja Organisasi dijelaskan oleh variabel Organizational Learning sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel variable lain diluar variable yang diteliti dalam penelitian ini (Ghozali, 2006).
Pengujian dan Pembahasan HipotesisHipotesis 1 menyatakan belief system
memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap organizational learning yang ditunjukan dengan nilai original sampel estimate sebesar 0.494 dan t-statistik sebesar 3.380 (lebih besar
Tabel 6R-Square
R-square
Belief System diagnostic Control systemInteractive Control SystemOrganizational learning 0.957
Kinerja Organisasi 0.382
148 tuBAgus isMAil Jurnal Akuntansi dan Keuangan
dari t-hitung, 1.96). Temuan ini konsisten dengan penelitian Widener (2007) yang menyebutkan terdapat hubungan positif antara belief system dengan organizational learning. studi empiris lainnya juga telah menemukan bahwa belief system membuka untuk ide-ide baru, tindakan, dan inisiatif. (MarginsoN, 2002)
Penjelasan logis hubungan antara belief system dan organizational learning adalah organisasi yang dapat menerapkan belief system secara konsisten dapat meningkatkan pembelajaran organisasi (organizational learning) tersebut. dengan implementasi belief system tersebut maka karyawan diberikan motivasi untuk terus berusaha menuju tujuan utama, pencapaian misi serta dalam mencari kesempatan, maka pembelajaran (organizational learning) pada organisasi tersebut akan meningkat seiring penerapan belief system yang konsisten. Melalui belief system manajer dapat mengkomunikasikan nilai-nilai organisasi kepda seluruh karyawan, hal tersebut dpaat meningkatkan pembelajaran karyawan organisasi tersebut.Hal ini menunjukan bahwa belief system yang tinggi akan meningkatkan keberhasilan organizational learning.
Hipotesis 2 menyatakan diagnostic control system memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap organizational learning yang ditunjukan dengan nilai original sampel estimate sebesar 0.271 dan t-statistik sebesar 2.825 (lebih besar dari t-hitung, 1.96). Temuan ini konsisten dengan temuan Widener (2007) bahwa diagnostic control system memiliki hubungan yang positif dengan organizational learning.
Penjelasan logis hubungan antara diagnostic control system dan organizational learning adalah dengan adanya implementasi diagnostic control system karyawan dimotivasi untuk melakukan serta menyelaraskan perilaku karyawan
dengan tujuan organisasi, maka pembelajaran (organizational learning) atas organisasi tersebut dapat ditingkatkan. selain itu dengan adanya diagnostic control system terjadi mekanisme pemantauan dalam organisasi, implementasi diagnostic control system juga berfungsi sebagai sebuah pembelajaran loop tunggal karena dapat menginformasikan kepada manajer tentang hasil yang tidak sesuai harapan dengan rencana yang telah dirangkum selain itu manajer dapat membandingkan hasil yang dicapai dengan yang direncanakan. Hal tersebut menunjukan bahwa diagnostic control system yang tinggi akan meningkatkan keberhasilan organizational learning.
Hipotesis 3 menyatakan interactive control system memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap organizational learning yang ditunjukan dengan nilai original sampel estimate sebesar 0.237 dan T-statistik sebesar 2.468 (lebih besar dari t-hitung, 1.96). Temuan ini konsisten dengan penelitian Henri (2006) yang menyatakan bahwa Interactive Control System memiliki korelasi positif dengan organizational learning. Abernethy Brownell (1999) menyimpulkan adanya dukungan empiris hubungan antara kontrol interaktif dan pembelajaran organisasi (organizational learning).
Penjelasan logis hubungan antara interactive control system dan organizational learning adalah organisasi yang menerapkan interactive control system memfasilitasi manajer puncak untuk melibatkan dirinya secara teratur dan personal pada aktivitas pengambilan keputusan dari bawahan, sehingga pembelajaran manajer pada organisasi tersebut dapat difasilitasi oleh interactive control system. dengan adanya interactive control system diskusi antara atasan, bawahan dan rekan dapat dikembangkan, sehingga
Tabel 7Pengujian dan Pembahasan Hipotesis
Original Sample
Estimate
Mean Of Subsamples
Standard Deviation
T-Statistic
Belief System -> Organizational Learning 0.494 0.487 0.146 3.380Diagnostic Control System-> Organizational
learning0.271 0.274 0.096 2.825
Interactive Control System-> Organizational learning
0.237 0.243 0.096 2.468
Organizational Learning -> Kinerja Organisasi 0.618 0.662 0.107 5.802
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 149
pembelajaran tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi dapat dikomunikasikan bersama. selain itu dengan adanya interactive control system dapat memberikan sinyal kepada bawahan mengenai pentingnya untuk mengusulkan dan menerapkan ide-ide baru, oleh sebab itu pembelajaran pada organisasi tersebut meningkat seiring implementasi interactive control system yang konsisten.
Hipotesis 3 menyatakan organizational learning memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja yang ditunjukkan dengan nilai Original sample estimate sebesar 0.618 dan nilai t-hitung 6.092 yang lebih besar daripada t-tabel (1.96). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Hipotesis H4 diterima karena hubungan organizational learning pada Kinerja Organisasi adalah positif signifikan (t hitung lebih besar dari t table). temuan ini sesuai dengan temuan dari tippins dan sohi (2003).
Penjelasan logis hubungan antara organizational learning dan kinerja adalah sebuah organisasi yang melakukan pembelajaran (organizational learning) maka organisasi tersebut memiliki keahlian dalam menciptakan, mengambil, dan mentransfer pengetahuan, dan memodifikasi perilakunya untuk merefleksikan pengetahuan dan pengalaman baru, hal tersebut berdampak pada kinerja organisasi. dengan adanya pembelajaran (organizational learning) maka organisasi melakukan perbaikan-perbaikan dalam kegiatan internal maupun eksternal, sehingga perbaikan-perbaikan tersebut berdampak pada kinerja organisasi. Keberhasilan dalam mengelola dan mengintegrasikan pembelajaran organisasi (organizational learning) berdampak pada kesuksesan dalam mengembangkan kemampuan organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif yaitu kinerja organisasi. Hal tersebut menunjukan
bahwa organizational learning yang tinggi akan meningkatkan keberhasilan kinerja organisasi.
KESIMPULAN
Hasil pengujian hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 4 menunjukan bahwa belief system, diagnostic control system, dan interactive control system berpengaruh dan signifikan terhadap organizational learning. temuan ini sesuai dengan hasil dari simon, (2000) bahwa belief system, diagnostic control system, and interactive control system yang diimplementasikan dalam rutinitas, bermaksud memandu perilaku dengan demikian belief system, diagnostic control system, and Interactive Control System memfasilitasi pembelajaran organisasi (Levitt dan March, 1988). Begitu juga dengan hasil dari organizational learning berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi. temuan ini sesuai dengan Henri (2006b) dimana organisasi harus berhasil dalam mengelola dan mengintegrasikan pembelajaran organisasi mereka agar sukses dalam mengembangkan kemampuan organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif (kinerja organisasi).
Konstruk kapabilitas organisai yang diambil hanya sebatas pada organizational learning, sedangkan menurut Hult & Ketchen (2001) kapabilitas utama untuk mencapai keunggulan kompetitif terdiri dari Inovasi (innovativennes), pembelajaran organisasi (organizational learning), orientasi pasar (market orientation) dan kewirausahaan (entrepreneurship). dengan demikian, keterbatasan penelitian ini member peluang bagi penelitian kuantitatif yang akan datang untuk menguji hubungan terhadap konstruk lain yang ada pada kapabilitas.
150 tuBAgus isMAil Jurnal Akuntansi dan Keuangan
REFERENSI
Abernethy, M. A., & lillis, A. M. (2001). interdependencies in organization design: A test in hospitals. Journal of Management Accounting Research, 2001, 107–129.
Abernethy, M.A. and P. Brownell. 1999. the role of budgets in organizations facing strategic change: An exploratory study. Accounting, Organizations and Society, 24: 189-204.
Ahrens, t., & Chapman, C. s. (2007). Management accounting as practice. Accounting, Organizations and Society, 32, 1–27.
Anthony, R.N.,& Govindarajan, V. 2005. Management Control Systems. Penerbit salemba empat, Jakarta.
Anthony, R.N.,&Govindarajan V. 2002. Management Control Systems. Chicago:Mcgraw-Hill irwin;.
Bisbe, J., & Otley, D. (2004). The effects of the interactive use of management control systems on product innovation. Accounting, Organizations and Society, 29(8), 709–737.
Bisbe, J., Batista-Foguet, J.-M., & Chenhall, r. (2006). Defining management accounting constructs: A methodological note on the risks of conceptual misspecification. Accounting, Organizations and Society, 32, 789–820.
Bruining, H., Bonnet, M., & Wright, M. (2004). Management control systems and strategy change in buyouts. Management Accounting Research, 15, 155–177.
Chenhall, r. H. (2003). Management control systems design within its organizational context: Findings from contingency based research and directions for the future. Accounting, Organizations and Society, 28, 127–168.
dent, J. F. (1991). Accounting and organizational cultures: A field study of the emergence of a new organisational reality. Accounting, Organizations and Society, 16, 705–732.
Fisher, J. (1995). Contingency-based research on management control systems: Categorization by level of complexity. Journal of Accounting Literature, 14, 24–53.
Ghozali, Imam. 2006. Structural Equation Modeling: Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS). Penerbit Universitas
diponegoro, semarang.
Haas, M. d., & Kleingeld, A. (1999). Multilevel design of performance measurement systems: enhancing strategic dialogue throughout the organization. Management Accounting Research, 10(3), 233–261.
Henri, J.-F. (2006a). Organisational culture and performance measurement systems. Accounting, Organizations and Society, 31, 77–103.
Henri, J.-F. (2006b). Management control systems and strategy: A resource-based perspective. Accounting, Organizations and Society, 31, 529–558.
Hult, g. thomas M. 1998. Managing the international strategic sourcing process as a market-driven organizational learning system. Decision Sciences 29: 193-216.
Kaplan, R. S. 1983. Measuring manufacturing performance: A new challenge for managerial accounting research. The Accounting Review 58, 686-705.
Kober, r., Ng, J., & Paul, B. J. (2007). the interrelationship between management control mechanisms and strategy. Management Accounting Research, 18, 425–452
Levitt, B. and J.G. March. 1988. Organizational learning. Annual Review of Sociology 14: 319-340.
Marginson, d. e. W. (2002). Management control systems and their effects on strategy formation at middle-management levels: Evidence from a uK organisation. Strategic Management Journal, 23, 1019–1031.
Mundy, J. 2010. Creating dynamic tensions through a balanced use of management control systems. Accounting, Organizations and Society, 35, 499–523.
Otley, D.T. 1980. The contingency theory of management accounting: Achievements and prognosis. Accounting, Organizations and Society 5: 413-428.
Perera, s., & Harrison, g. (1997). Customer focused manufacturing strategy and the use of operations-based non-financial performance measures: A research note. Accounting, Organizations and Society, 22, 557–572.
shields, J. F., & shields, M. d. (1998). Antecedents of participativebudgeting.
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 151
Accounting, Organizations and Society, 23, 49–76.
simons, r. A. (1987). Planning, control, and uncertainty: A process view. In W. J. Bruns & R. S. Kaplan (Eds.), Accounting and management: Field study perspectives (pp. 339–362). Boston, MA: Harvard Business school Press.
Simons, R. A. (1990). The role of management control systems in creating competitive advantage: New perspectives. Accounting, Organizations and Society, 15(1), 127–143.
simons, r. A. (1994). How new top managers use control systems as levers of strategic renewal. Strategic Management Journal, 15, 169–189.
simons, r. A. (1995). Levers of control: How managers use innovative control systems to drive strategic renewal. Boston: Harvard Business school Press.
simons, r. A. (1999). How risky is your company? Harvard Business Review, 77(3), 85–94.
simons, r. A. (2000). Performance measurement and control systems for implementing strategy. New Jersey: Prentice Hall.
Slater, S.F. and J.C. Narver. 1995. Market orientation and the learning organization. Journal of Marketing: 59: 63-74.
Speklé, R. F. (2001). Explaining management control structure variety: A transaction cost economics perspective. Accounting, Organizations and Society, 26, 419–441.
Tuomela, T.-S. (2005). The interplay of different levers of control: A case study of introducing a new performance measurement system. Management Accounting Research, 16, 293–320.
Widener, S. K. (2007). An empirical analysis of the levers of control framework. Accounting, Organizations and Society, 32, 757–788.
152 tuBAgus isMAil Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 153Volume 1, Nomor 2, Agustus 2011p 153-163
JurNAl AKuNtANsi dAN KeuANgANissN: 2301-4717
INFLUENCE OF ORGANIZATION COMMITMENT AND APPLICATION OF SFAS No.45 TO QUALITY OF
FINANCIAL STATEMENTS NON GOVERMENTAL ORGANIZATIONS (NGOs) IN ACEH UTARA DISTRICT
sri MulYAti1, dArWANis1 dAN usMAN BAKAr1
1Dosen Pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Financial report is a record of a company’s financial information in an accounting period which can be used to describe the company’s performance. Financial Statements of quality in this case is dependent upon the manufacturing process and the benefits to the owner which means the better the manufacturing process carried out then the better it concerned the quality of financial reports. In qualified nonprofit financial statements there are some important things such as organizational commitment and SFAS No.45. This research aims to reveal and examine empirically the extent of commitment to the adoption of SFAS No. 45 has influential to the quality financial reports of NGOs in Aceh Utara district. Respondents in this study is the Director and Finance Staff of 40 NGOs in Aceh Utara district and obtained as many as 80 respondents were collected by using primary data in the form of questionnaires. The method of analysis used in the study by using SPSS 17 and LISREL, SEM 7.8 (Structural Equation Modeling). From the result we got the result that all the hypotheses or four hypotheses supports previous research that is, there is the influence of organizational commitment and application SFAS No.45 to the quality of financial statement, there is the influence of organizational commitment to application SFAS No.45, there is the influence of application SFAS No.45 to the quality of financial statement, and there is the influence of organizational commitment to the quality of financial statement.
Keywords: Commitment Organization, Application of SFAS No. 45, Quality of Financial Statement.
BACKGROUND
One such organization is a nonprofit nongovernmental organization or commonly called NGOs. The establishment of an NGO or any other names the Foundation has been regulated in the law About the Foundation which is based on the Law of the Republic of indonesia Number 28 Year 2004 on Amendment of Law Number 16 Year 2001. Nonprofit organization is an organization that has unique characteristics when compared with profit-oriented organizations in general. the uniqueness of nonprofit organizations because different commercial organizations which provide benefits for themselves in the form of profits. While the non-profit organization offering benefits for the other party from performance management, the impact of a program, a specific output and the existence of the organization (Hoesada, 2003).
Differences in the nature and characteristics of nonprofit organizations from other organizations that profit-making can be seen by comparing the goals of the organization, funding sources, patterns of accountability, organizational structure and budget (Bastian: 73:2007). Meanwhile, according to (IAI, 2010) “”Nonprofit organizations obtain the resources (funds) from the community who do not expect any return or exchange for funds (resources) are given. The resources received from the community should be managed and disbursed in accordance with the designation or restriction of the contributor. Form of accountability for funds of the contributors can be demonstrated through the financial statements.
According to sFAs No.45 (iAi; 2010) components of non-profit organization’s financial statements consist of: Statements of Financial Position, Statement of Activities, Statement of Cash Flows, and Notes to Financial statements.
154 sri MulYAti, dArWANis, .... Jurnal Akuntansi dan Keuangan
In the statement of financial position classification of existing assets and liabilities, classification of net assets is bound or not bound by the presence or absence of restriction by the donors, namely: bonded permanently, temporarily bound and not bound. While accountability for the management of the organization’s ability to manage the resources received from donors are presented through activity reports and statements of cash flows. Activity reports should present information about the changes that occur in group net assets. This statement aims to regulate financial reporting of nonprofit organizations, which in this case is non-governmental organization.
With the reporting standards, the organization’s financial statement is expected to be better understood, has relevance and has a high comparability (Bastian: 85, 2007). As for accounting purposes in the NgO is required in the manufacture of the financial statements are an important part of the process of accountability on donor agencies and the public (Bastian: 75, 2007.
in applying iAs 45 will require the commitment of the organization. NGOs as one of the nonprofit organization must be able to build good organizational commitment within the organization. Employees who have a high commitment will certainly try to maintain itself within an organization in this case the NgO where she worked. this is consistent with the theory of (Robbins, 2003:92) “Organizational commitment is a situation where an employee partial to something specific organizational goals and objectives and intend to maintain membership in that organization”. The application of SFAS No.45 will certainly affect the quality of financial reports produced by nonprofit organizations in this regard NGOs. Quality of financial reporting is seen as a product is dependent on the extent to which such financial statements may be used as a tool of economic decision making
As far as researchers, researches on the influence of organizational commitment and application of f SFAS No.45 a To Quality Financial Report of Non-Governmental Organizations (NGOs) have not been investigated. But in the FE unsil Journal, Vol.3, No.1, 2008 has been studied
about the “Presentation of Financial Statements under SFAS. 45 About Nonprofit Financial Reporting and Implementation of Total Quality Management Foundation Against Performance “, (Henry & Jessica, 2008). The object of this study is total quality management. in these study researchers wanted to examine the influence of organizational of commitment and application of SFAS No.45 as independent variables and the quality of NGO financial statements as the dependent variable.
Based on the background of these phenomena and researchers interested in conducting research on: Organizational Commitment and Application of SFAS No.45 to The Quality Financial Statement of Non-Governmental Organizations (NgOs) in Aceh utara district.
Characteristics of different non-profit organization with business organizations. the financial statements for example non-profit organizations such as NgOs, are not aimed at the achievement of profit, but the financial statements of NGOs as much as possible should still use the size of the universal in the measurement of achievement of objectives. NGOs should make an annual report describing the activities that have been and will be done, funding resources, as well as indicators of success. Nonprofit organizations financial reports in this regard NGOs must be in accordance with sFAs No.45.
in applying sFAs No.45 will require the commitment of the organization. NGOs as one of the nonprofit organization must be able to build good organizational commitment within the organization. Organizational commitment should be built starting from the Director and also all staff at the NGO. Factor NGO employees play a very important and influential on the role of NGOs, because HR is a core element of an organization. Organizational commitment and loyalty of employees who work on NGO’s are very influential on the performance of NGOs. Where with high organizational commitment of staff and also the head of an NGO will produce the maximum output performance in carrying out activities that have been planned.
good organizational commitment should be built jointly by the director and the employees/
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 155
staff. For example, employees in the financial sector be included in the financial training course will have an impact on improving employees’ ability to finance in the areas of financial reporting in accordance with the standards set.
The application of SFAS No.45 will have an impact to the quality of financial statements in non-profit organization NGOs. The quality characteristics of financial statements according to (IAI: 2010) says that “the qualitative characteristics of financial statements are the traits that make information in financial statements useful to users. There are four principal qualitative characteristics are: understandable, relevant, reliable and comparable “.
In order for the resulting financial statements NgO quality and can be reported and audited properly, it would require the commitment of organizations to be able to present financial statements in accordance with applicable accounting standards are in accordance with sFAs No.45.
Formulation that will be examined in this study were organizational commitment and the application of SFAS 45 has effect to the quality of financial reporting Non-Governmental Organizations (NgOs) in Aceh utara district.
Objectives to be achieved in this study were: to test whether there is influence between organizational commitment and the application of SFAS No.45 to the quality of financial reports on NgOs in Aceh utara district.
The results are expected to provide input for NGOs in Aceh Utara district of the organizational commitment and application of SFAS No.45 in an effort to improve the quality of financial reports of NGOs, research is also expected adoption of SFAS 45 can improve the quality of financial statements of NGO could be better, increasing the confidence public and the communities which accountable NgOs by applying sFAs No. 45 and can be useful for academics and researchers to explore further, especially accountability NGO and also to the science of Audit.
OVERVIEW OF THEORETICAL
Nonprofit organization is divided into two major groups, namely entities of government and nonprofit nongovernmental entities. Nonprofit organization is seen very differently by the customer with commercial organizations, donors, volunteers, government, union members and employees of nonprofit organizations. The committee selected these organizations are ideally has sincere objective to support the organization, in order to achieve the goals (Hoesada, 2003)
The meaning of Non-Governmental Organiza-tion is a Non-Governmental Organizations neither are independent and autonomous, and therefore not part nor affiliated with the institutions of state and government. (NGO Code Chapter No. 1. 1). Besides, NgOs are non-partisan organization and is therefore not a part or affiliated with political parties and will not run in the sense of practical politics pursuit of power. (NGO Code Chapter No. 1. 2). NGOs are non-sectarian and free from the prejudices on the basis of all differences, including religion, ethnicity, race, class and gender. (NgO Code Chapter No. 1. 3). the NgO is an organization that grows independently, on its own will and desire, in the community, and interested and engaged in the environmental field.
Commitmentn OrganisasiOrganizational commitment is an individual
state to take sides on a particular organization. Where an individual or employee attempted in earnest for the benefit of the organization or profession and strive to maintain membership in the organization. While Yousef (2000:6-28) states that organizational commitment mediates the relationship between leadership behavior with the performance, where members of the organization are more satisfied with their work and their performance was high.
Commitment to the organization is a dimension of behavior that can be used to evaluate the strength of its employees to survive in a company. Making employees to have a high commitment is very important, especially
156 sri MulYAti, dArWANis, .... Jurnal Akuntansi dan Keuangan
at companies non-profit non-competitive salary scale, as in industrial enterprises (Elvira; 24, 2011).
Organizational commitment is built on trust workers on organizational values , willingness to help workers achieve organizational goals and loyalty to remain a member of the organization. Therefore, organizational commitment will lead to a sense of belonging for the worker of the organization. If workers feel their souls be bound by organizational values exist then he would be happy at work, so as to have responsibility and awareness in running the organization and could be motivated to all activities, report to implement the accountability for the public of voluntary basis, including financial accountability and performance can be increased (Elvira; 25, 2011).
SFAS No.45 Association of accountants Indonesia (IAI)
issued Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 45 to set up a nonprofit organization’s financial reporting. Given this reporting standard, financial reporting nonprofit organizations are expected to be more easily understood, has relevance, and has a high comparability (iAi, 2010). then by the iAi in the sFAs No. 45 on Financial reporting Non-Profit Organizations (IAI, 2010). SFAS No. 45 (IAI, 2010) gives understanding nonprofit financial reporting purposes is to provide relevant information to meet the interests of the contributors, union members, creditors, and others who provide resources for nonprofit organizations. Besides, an entity shall present all components of the complete financial statements with the same priority level.
Quality of Financial Statements Quality of financial reporting is seen as a
product is dependent on the extent to which such financial statements may be used as a tool of economic decision making. According to iAi (iAi: 2010) says that “the qualitative characteristics of financial statements are the traits that make information in financial statements useful to users. There are four principal qualitative characteristics are: understandable, relevant,
reliable and comparable “.Najhul (2008) in his study said that the level
of knowledge and work experience affect the implementation of SFAS No.45, on this theory have advanced or someone who can apply its accounting in the field is aligned. So someone who does not understand the mechanism in accounting tends to make modifications as in the research report Nurdiono (2007). SFAS No.45 and commitment influential organizations and mutual support, strong organizational commitment or feeling more in love with the company can deliver the application of SFAS No.45 to mediate or higher on the course of the company, so the report is generated based on generally accepted standards.
IAI (2010) adds the characteristics of nonprofit organizations differ from business organizations. The main difference lies in a fundamental way organizations obtain the resources needed to perform various operations activities. Resource management in the company’s operations or statements will need a reference source used for general use feasible. SFAS 45 provides a standardized and integrated report. the application of SFAS principles of good course must be supported by an accountant that is reliable and credible. A good application of SFAS No.45 will support accurate and reliable reports if the party that processes or human resources in the NGO willing to serve and more committed to the NGOs. As with any commercial or activities that are made will be exactly accurate and will not cause the occurrence of which did not report misstated which will affect the quality of financial reporting itself.
Commitment to the organization within the company is a thing that can not be separated in the running of a company’s goals. Commitment to the organization is a dimension of behavior that can be used to evaluate the strength of its employees to survive in a company. Making employees to have a high commitment is very important, especially at companies non-profit non-competitive salary scale, as in industrial enterprises (Elvira; 24, 2011). When employees feel have a high or have a high loyalty then the output generated by the employees’ will be increased or maximized.
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 157
RESEARCH METHODS
The design of this study is a survey, using primary data in the form of questionnaires. respondents in the study are the directors and Finance staff at several NGOs in the district of Aceh utara .
the population in this study were the Directors and Finance Staff of 40 NGOs in Aceh utara district. For that was chosen by 80 respondents in the study. Therefore all respondents used as research subjects, the study conducted by census.
Research Variables Qualitative characteristics of financial
statements are the traits that make information in financial statements useful to users. There are four principal qualitative characteristics are dimensions, namely: understandable, relevant, reliable and comparable. Some of the indicators in the quality of financial statements is adequate depth knowledge and willingness to learn the financial statement information, relevant and quality information to help evaluate past, present and future, have a reliable quality information that is free from misleading, errors and reliable, and Information finance can be compared when using the policy consistently.
Organizational commitment is a situation where an employee partial to something specific organizational goals and objectives and intend to maintain membership in that organization. dimensions and indicators are. 1.Commitment Affective: the level of trust towards the company objectives, level of acceptance of valid values , the level of willingness to engage in the activities of the organization, the desire to maintain membership levels, and feel happy and proud of the company. 2. Commitment Sustainable: Motivation to work on benefits, Permanent survives contributions made by the company. 3. Normative Commitment: To uphold the duties and obligations provided, Awareness of right and duties, maintaining a positive image of the company, and priority interests.
SFAS 45 is the Regulation of Financial Accounting Standard on accounting for non-profit
organization that issued by the iAi (indonesian Institute of Accountants). Consists of the following report: Report of Financial Position, Statement of Activities, Statement of Cash Flows and Notes to Financial statements. dimensions and indicators are 1. Financial report Position: Present assets and
liabilities in order of liquidity by maturity, grouping asset into the fluent and non-current assets and liabilities into short-term and long term, revealing information about the liquidity of assets or current liabilities on the maturity of the notes financial report presents the financial position of their respective net asset classes based on the presence or absence of restrictions by the donor, which is bonded permanently, temporarily bound and not bound to, information concerning the nature and amount of permanent or temporary restrictions disclosed by presenting the amounts are in financial statements or in the notes to financial statements
2. Activity Report: Focused on the organization as a whole and present a number of changes in net assets during the period., Presenting the number of changes in net assets tied to a permanent, temporary bound and not bound within a period, earnings Presenting as an addition to net assets are not bound, unless its consumer limited by contributors, and presents the load as a reduction of net assets are not tied, present income as an addition to net assets are not bound, unless its consumer is restricted by the contributor, and presents the load as a reduction of net assets are not tied, contribution presented as an addition to net assets are not tied, bound permanently , or bound temporary, depending on the presence or absence of restrictions, the report presents the activities of recognized gains and losses from investments and other assets (or liabilities) as an addition or a deduction from net assets are not bound, unless its use is limited, and activity reports or notes to the financial statements should present information about the load according to functional classification, such as by major service group programs and support activities
158 sri MulYAti, dArWANis, .... Jurnal Akuntansi dan Keuangan
3. Statement of Cash Flows: Present information on the load according to functional classification, such as by major service group programs and support activities, provides relevant information on the liquidity, financial flexibility, and the relationship between assets and liabilities, disclosure of information regarding the liquidity of assets or liabilities at maturity, including restrictions on the use of assets, in the notes to the financial statements, There are disclosure of information about non cash investing and financing activities: donations of buildings or assets.
4. Notes to Financial statements: Presenting information on the load according to functional classification, such as group programs according to the main service and support activities, provides relevant information on the liquidity, financial flexibility, and the relationship between assets and liabilities, disclosure of information regarding the liquidity of an asset or liability at maturity, including restrictions on the use of assets, in the notes to the financial statements, information regarding the nature and amount of permanent or temporary restrictions disclosed by presenting the number of those in the financial statements or in the notes to financial statements
Method Analysis Test Data Quality
1. Test of homogeneity of data (validity) using Pearson correlation test. Compared with
the critical value, if the results are significant then the data is said to be valid.
2. Test of internal consistency (reliability) Using Cronbach’s alpha criteria. Said to
be reliable if it meets the criteria above 0.5 alpha.
Analysis of measurement data using the model equations and structural equation models with statistical techniques structural equation Modeling / seM who assisted with the program LISREL version 8.7 application. The use of seM methods in data analysis due to the general behavior of an abstract concept, so it can only be
measured by certain indicators, and the techniques shown in this seM measurement model
RESEARCH RESULTS
Test Data QualityTest Validity
Not all indicators of the variable is declared invalid, there are four indicators that are otherwise not valid. Given the number of indicators put forward quite a lot, then the invalid indicator was decided to be discarded.
Reliability test All variables declared reliable, so the
questionnaire has been designed can be used to reveal the specific symptoms of a group of individuals, although performed at different times.
Hypothesis Testing Results Based on the measurement model is seen
that the latent exogenous variables SFAS No.45, PAK11 indicator does not measure such variables as the value of R2 equal to 0.024. the number is also supported with an insignificant t values , namely 1.22. KOM6, KOM8, and KOM9 also not an appropriate factor loading for latent variables commitment organization, because the value of t is not significant. As for the endogenous latent variable quality of financial reporting, KUA1, KUA2, KUA3 and KUA4 showed an insignificant factor loading. This means that KUA1, KUA2, KUA3 and KUA4 inappropriate as one factor loading for latent variable measuring the quality of financial reporting.
structural equation model used to test the hypothesis. The results of the structural model will describe the testing of hypotheses proposed, namely: (1) Commitment organization and application of SFAS No.45 simultaneously affect the quality of financial statements of NGOs in Aceh utara district. (2) Commitment organization influence on application of SFAS No.45 in Aceh Utara district. (3) The application of SFAS No.45 influence the quality of financial statements of NgOs in Aceh utara district. (4) Commitment organization influence the quality of financial
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 159
statements of NGOs in Aceh Utara district.
Influence Commitment Organization to The Application of SFAS No.45
testing the hypothesis by using seM performed to test the effect of Commitment Organization (ξ1) against the application of SFAS No.45 (ξ2). The calculation result obtained by using the lisrel program can be seen in the structural equation in table 1.
Based on the table, it can be seen the coefficient estimates of the parameters of KOM variables that make up the latent exogenous variables commitment organization of latent exogenous variables PAK (SFAS No.45). The coefficient estimates for the parameters for the variable KOM 0.76, size variable in influencing KOM PAK is at 0:58, 0:42 and there are other variables that may affect the variable PAK. So it can be said that the organization commitment effect on the application of SFAS No.45 by 58% and there are several other factors that affect the organization commitment by 42%. so that the second hypothesis can be accepted, or in other words commitment organization affect the
application of SFAS 45 in NGOs in Aceh Utara district.
Effect of Commitment Organization and Application of SFAS No.45 To The Quality of Financial Statements NGOs
Testing the first hypothesis using SEM to simultaneously perform to test: Influence Commitment Organization (ξ1) and the Application of SFAS No.45 (ξ2) The Quality of Financial Statements NGOs (η1). The calculation result obtained by using the lisrel program can be seen in the structural equation in table 2.
Based on table 2, Variable Commitment Organization and Application of SFAS No.45 jointly influence the estimated coefficient on the quality of financial statement impact of 0.03 is significant because the value of F calculated (3.63) obtained is greater than the table F value of 2.71. There is a 12% effect size variable in influencing KUA PAK KOM and thus contained 88% of other variables that are not included in this study. So it can be said that the first hypothesis is accepted, namely commitment organization and implementation of SFAS No.45 and significant
Tabel 1Structural Equation for Commintment Organization to
The Application of SFAS No.45
PAK= 0.76*KOM (0.17)4.38
Error var = 0.42 r2 = 0.58
sources: Primary data-processing, 2011
Tabel 2Stryctural Equation of Commitment Organization and Application of SFAS No.45
To The Quality of Financial Statements NGOs
KuA = -0.48*PAK +0.51*KOM
(0.50) (0.52)
-0.96 0.99
Error var = 0.88 r2 = 0,12
F = 3.63
sources: Primary data-processing, 2011
Tabel 3 R2 Values for Each Hypothesis
Hipothesis Path Estimation Value R2 Result
H1 KUA KOM PAK 0.03 0.12 Influence
H2 PAK KOM 0.76 0,58 Influence
H3 KUA PAK 0.48 0.12 Influence
H4 KUA KOM 0.51 0.1 Influence
160 sri MulYAti, dArWANis, .... Jurnal Akuntansi dan Keuangan
effect on the quality of the financial statements of NGOs in the Aceh Utara district. Overall we can see in the table that the four hypotheses supporting this research.
The results of the path diagram in Figure 1, shows the structural models generated from the lisrel output..
The results of SEM methods for conformance testing of the model (model fit) through the calculation of LISREL 8.7 can be summarized as follows:
CONCLUSIONS
This study found that states that commitment organization and application of SFAS No.45 affect the quality of financial statement on NGOs in Aceh utara district.
Organizational commitment is built on trust workers on organizational values , willingness to help workers achieve organizational goals and loyalty to remain a member of the organization. Therefore, organizational commitment will lead
Figure 1: Path Diagram
Tabel 4Indicator of Suitability Model
Indicator Value Model SummaryThe Criteria
of goodness fit, If:
Chi squareP value
457.320.0
small expected not Fit > 0.05
Χ2 /df 473.12/249= 1.90 Fit < 2 < 5 (Carmines dan Melver) NCP 224.12 Fit Berada dalam CI for NCP
(166.56;289.49)rMseAP value
0.0920.00
FitFit
< 0.05 atau < 0.08 < 0.1< 0.05
AiCsaturated AiCindependence AiC
575.12600843.31
Fit AiC < saturated AiC dan independence AiC
CAiCsaturated CAiCindependence CAiC
747.611614.61924.48
Fit CAiC < saturated CAiC dan independence CAiC
NFi 0.42 less Fit > 0.90 (batas cut off)NNFi 0.56 less Fit > 0.90CFi 0.60 less Fit < 0.9 < 1iFi 0.62 less Fit > 0.90rFi 0.36 less Fit < 0 < 1
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 161
to a sense of belonging for the worker to the organization. The emergence of this sense of belonging will make improvements to the NGOs through the financial statements produced for the better. It can be seen on the application of SFAS No.45 through voluntary learning or training so that the quality of financial reports produced for the better.
Association of accountants Indonesia (IAI) issued Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 45 to set up a nonprofit organization’s financial reporting. Given this reporting standard, financial reporting nonprofit organizations are expected to be more easily understood, has relevance, and has a high comparability (iAi, 2010).
SFAS No. 45 (IAI, 2010) gives understanding nonprofit financial reporting purposes are to provide relevant information to meet the interests of the contributors, union members, creditors, and others who provide resources for nonprofit organizations. Besides, an entity shall present all components of the complete financial statements with the same priority level.
This study has several weaknesses that limit its perfection. Hence, these limitations need to be considered in future studies. The limitations are as follows:1. there are indicators that state that the model
is less fit, so this can be used as a basis for further research to justify the structural model that has been presented.
2. study sample was limited to agencies and organizations in Aceh utara district so it can be expanded by examining the NGOs on the other district and provincial level.
3. The research data was obtained from an instrument based on the perceptions of respondents’ answers through a questionnaire. This course will cause problems if the respondent’s perception is different from the real situation.
RECOMENDATIONS1. This research model should be followed
up by re-examined whether the addition or interaction with other variables will change the outcome of the quality of the financial statements, so the results can be generalized and can be drawn more accurate conclusions. This can be done by adding other variables as external variables that can affect the quality of the report, such as leadership in the NGOs, NGOs performance, auditing, accountability, transparency and professionalism.
2. Should researchers can further develop their research to the outside organization or NgOs that is oriented towards non-profit organization and expanded the study population.
3. regarding the respondents, the researchers suggested to increase the number of respondents, so the results can be compared and generalized.
4. Further research should not only collect the data derived from questionnaires, but also through interviews to match the real answer to the respondent and the questionnaire, so that researchers can exert control over the respondent’s answer (avoiding the respondents who are not honest in filling out questionnaires).
162 sri MulYAti, dArWANis, .... Jurnal Akuntansi dan Keuangan
REFERENCES
Bastian, 2006. Akuntansi untuk Sektor Publik: suatu pengantar, erlangga, Jakarta.
Bastian, 2007. Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik, Penerbit erlangga, Jakarta
damodar gujarati, 2003.“Basic Econometrics”, third edition, Mc graw- Hill, inc. New York.
eka Hariadi,2009, Pengaruh partisipasi Anngaran dan Commitmentn Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial Pada Perusahaan PT. PLN (Persero) Wilayah NAD, Universitas syiah Kuala, Banda Aceh.
Elvira, 2011, Pengaruh good governance dan standar akuntansi pemerintahan terhadap akuntabilitas keuangan dengan commitmentn organisasi sebagai pemoderasi, Jurnal Review Akuntansi dan Keuangan, Vol.1 No. 1, Pp 21-37.
emmanuel Camilleri, 2002. “Some Antecedents of Organizational Commitment, Results from an Information System Public Sectors Organization”, Ministry of Finance, Malta.
ghozali, l, 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit: Universitas Diponegoro, Semarang.
ghozali, i & Fuad. (2005). Structural Equation Modeling (Teori, Konsep dan Aplikasi dengan Program LISREL 8.54). Badan Penerbit: Universitas Diponegoro, semarang.
Htpp:/ /www.ilmumanajemen.com/index.php?option=com_content&view=article&id=70;def &catid =38:mnkua&itemid=29.
Hoesada, 2003. Buku Akuntansi Indonesia Di Tengah Kancah Perubahan, Penerbit lP3es, Cetakan Pertama, hal 67-85 Jakarta.
ikatan Akuntan indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan per 23 October2010 (Revisi), Penerbit salemba empat,Jakarta.
ikhsan dan ishak, 2005. Akuntansi Keprilakuan, Jakarta : salemba empat.
Jogiyanto, 2008. Pedoman Survey Kuisioner:Mengembangkan Kuisioner, Mengatasi Bias dan Meningkatkan Respon, BPFe, Yogyakarta.
Jonas, G and J.Blanchet, 2000. Assessing Quality Of Financial Reporting. Accounting Horizons
14 (3): 353-363.
li, Ching Chung, 1975. Path Analysis: A Primer. Pacific Grove, CA: Boxwood Press.
Meyer, J. P, Allen, N. J. and gellathy, i. r., 1990. “Affective and Continuance
to the Organization: Evaluation of Measures and Analysis of Concurent and Time-Lagged relations”. Journal of Applied Psychology. Pp. 710-720.
Mowday, steers and Porter, 1982. the Measurement of Organizational Commitment, Journal of Vacational Behaviour, Vol.14 : 224-247.
Muslim, 2009. Pengaruh Penerapan Prinsip Akuntabilitas Dan Transparansi Terhadap Kinerja LSM di Banda Aceh, Universitas syiah Kuala, Banda Aceh.
Najhul Wahyuni Ks,2008 Evaluasi Implementasi Psak No. 45 Tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba Pada Rumah Sakit Di Kota Padang., Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas, Padang.
Nurdiono, 2007. Penerapan PsAK Nomor 45 Pada Organisasi Pengelola Zakat, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Volume 12 No. 1, Januari.
Patria latuheru, Belianus, 2005. “Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap senjangan Anggaran dengan Commitmentn Organisasi sebagai Variabel Moderating (studi empiris Pada Kawasan industri Maluku)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Fakultas ekonomi Universitas Kristen Petra. Vol 7 No 2 Nopember 2005: 117-130.
robbins,stephen P. Perilaku Organisasi Jilid 1. edisi indonesia. Jakarta : Pt.indeks Kelompok gramedia. 2003.
rustam, 2010, Kode Etik LSM & Undang-undang Organisasi Masyarakat Sipil,Pengalaman Beberapa Negara, KKA lsM, Juni, Jakarta.
Rylander, David H, 2003. Changes in Organizational Commitment for Sales Force Newcpmers: An Exploratory LOOK at Early Employment Influences. Working Paper Texas Women’s University. Pp.141.
Sekaran, Uma, 2006. Research Methods For Business, edisi 4 buku 1, terjemahan Yon, Kwan, Jakarta : salemba empat.
……………... ,2006. Research Methods For Business, edisi 4 buku 2, terjemahan Yon,
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 163
Kwan, Jakarta : salemba empat.
Siagian, Dergibson dan Sugiarto, 2006, Metode Statiska Untuk Bisnis dan Ekonomi, Pt.gramedia Pustaka utama, Jakarta.
timbul sinaga, 2003. Pengaruh Ketidakstabilan Nilai tukar rupiah dan Kebijakan Akuntansi terhadap Kualitas laporan Keuangan dan Keputusan ekonomi, Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol.02. No.01, November.
undang-undang, republik indonesia Nomor 28 tahun 2004 tentang Perubahan Atas undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001.
Widi Haryanti, Mohammad Nasir, 2002. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial: Peran Kecukupan Anggaran dan Commitmentn Organisasi Sebagai Variabel Intervening, SNA, semarang.
Widodo, Hertanto dan Kustiawan, teten, 2001. Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat. Cetakan Pertama. iMZ. Jakarta.
Wijayanto setyo Hari, 2008, Structural Equation Modelling Dengan Lisrel 8.8. graha ilmu, Yogyakarta.
Yesi, Wawan, 2008. Pengaruh Penyajian laporan Keuangan Berdasarkan PsAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba dan Penerapan Total Quality Management terhadap Kinerja Yayasan, Jurnal Akuntansi, unilus.
Yousef, A.Davish, 2000. Organizational Commitment: A mediator of the relationships of Leadership Behavior with Job Satisfaction and Performance in A Non-Western Country. Journal of Management Psychology, (15): 6-28.
164 sri MulYAti, dArWANis, .... Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 165Volume 1, Nomor 2, Agustus 2011p 165-171
JurNAl AKuNtANsi dAN KeuANgANissN: 2301-4717
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGANGGARAN
DENGAN KINERJA MANAJER Studi pada Bank Syari’ah Kota Banda Aceh
eVi MutiA1 dAN HilMi2
1Dosen Pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala2Dosen Pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
The objective of this research is to examine and analyze the influence of budgeting participation to manager performance with information asymmetry as moderation variable.The research was conducted by using 56 managers of Syari’ah Banking in Banda Aceh as population. data was collected through questionaires and analyzed by using multiple linier regressions. The result of this research shows that asymmetry information as moderation variable has an effect on the relationship between budgeting participation to manager performance in Syaria Banking of Banda Aceh.
Keywords: budgeting participation, information asymmetry, manager performance
LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia usaha pada saat ini dihadapkan pada banyaknya persaingan yang menyebabkan suatu ketidakpastian lingkungan bisnis dan akan menimbulkan kesulitan dalam proses perencanaan dan pengendalian manajemen. Hal ini menuntut manajemen perusahaan untuk dapat merencanakan masa depan dengan sungguh-sungguh sehingga perusahaan dapat bersaing dalam persaingan yang semakin ketat.
Kemajuan dari perusahaan sangat bergantung pada kinerja para manajer sebagai pengelola manajemen yang ada dalam perusahaan. Perkembangan dan keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh keahlian para pimpinan untuk mengelola perusahaan. Terwujudnya efisiensi perusahaan sangat tergantung pada kemampuan manajemen untuk melaksanakan fungsi-fungsinya yaitu perencanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian berbagai aktivitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Kinerja manajer dapat tercapai secara maksimal bila manajemen dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, untuk itu diperlukan alat bantu bagi manajemen yang salah satunya adalah sistem penganggaran.
Ada beberapa variabel yang diduga memperkuat pengaruh pastisipasi penganggaran
terhadap kinerja manajer. dalam penelitian ini variabel asimetri informasi digunakan sebagai variabel moderating untuk memperkuat pengaruh pastisipasi penganggaran terhadap kinerja manajer
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini pada bidang perbankan dengan mengambil Perbankan Syari’ah sebagai tempat penelitian. Perbankan Syari’ah merupakan salah satu lembaga keuangan yang semakin berkembang. selama tahun 2010 industri perbankan syariah terus menunjukkan kemajuan. tingginya kepercayaan masyarakat dan pemerintah kepada industri perbankan syariah telah direspon dengan baik melalui peningkatan kinerja dan layanan Perbankan syariah yang semakin membaik.
Pertumbuhan volume usaha Perbankan Syariah yang pada akhir tahun 2010 menurut direktorat Perbankan Syari’ah Bank Indonesia mencapai hampir 50%. Bertambahnya jumlah kantor dan jaringan yang diikuti dengan bertambahnya jumlah nasabah dan nilai simpanan masyarakat di bank syariah, hadirnya enam bank syariah baru serta kondisi makroekonomi dan bisnis yang mendukung, adalah beberapa faktor pendorong pertumbuhan industri perbankan syariah di tahun 2010. Fenomena ini membuat bank syari’ah memerlukan sistem penganggaran yang baik untuk mencapai efektivitas perencanaan,
166 eVi MutiA dAN HilMi Jurnal Akuntansi dan Keuangan
pengawasan biaya dari berbagai aktivitasnya dan pengawasan terhadap kantor cabang yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan menghadapi persaingan yang kompetitif.
Berdasakan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah penelitian ini sebagai berikut :
Apakah asimetri informasi sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajer
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji dan menganalisis :
Pengaruh asimetri informasi sebagai variabel moderating terhadap hubungan partisipasi penganggaran dengan kinerja manajer.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :1. Untuk memperoleh informasi yang lengkap
mengenai pengaruh asimetri informasi terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajer Bank Syari’ah di Kota Banda Aceh.
2. Memberikan masukan kepada manajer untuk mempertimbangkan partisipasi penganggaran sebelum melakukan pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kinerja manajerial.
3. untuk menambah pengetahuan baik bagi peneliti maupun kepada para akademisi mengenai asimetri informasi, partisipasi penganggaran dan kinerja manajer
4. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pengembangan bagi penelitian selanjutnya dan sebagai referensi, tambahan khasanah kepustakaan dan bahan masukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama dimasa yang akan datang untuk dapat memahami kebutuhan dunia usaha dan menjawab tantangan globalisasi.
TINJAUAN TEORITIS
Manajer adalah perencana, organisator, pemimpin dan pengendali organisasi. setiap manajer memegang peranan yang luas dan sangat penting untuk menggerakkan organisasi menuju
tujuan yang telah ditetapkan. selain itu para manajer dalam setiap organisasi bekerja sama untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi, dan merencanakan cara pencapaian tujuan. Kinerja manajer merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi organisasi. Pengukuran tersebut antara lain dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan organisasi dan dapat digunakan sebagai dasar penyusunan strategi organisasi.
Ada beberapa ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajemen, berdasarkan perspektif non keuangan (Juniarti & Evelyne, 2003), yaitu : a. Kemampuan manajer untuk membuat
perencanaan. Perencanaan yang baik dapat meningkatkan
fokus dan fleksibilitas manajer dalam menangani pekerjaannya. Masalah fokus dan fleksibilitas merupakan dua hal yang penting dalam lingkungan persaingan yang tinggi dan dinamis. Kemampuan manajer dalam membuat perencanaan dapat menjadi salah satu indikator untuk mengukur kinerja manajer
b. Kemampuan untuk mencapai target Kinerja manajer dapat diukur dari kemampuan
mereka untuk mencapai apa yang telah direncanakan dan menjadi sasaran dalam perencanaan (anggaran). target harus cukup spesifik, melibatkan partisipan, realistik dan menantang, memiliki rentang waktu yang jelas, dan pengambilan keputusan yang berkualitas dan tepat sasaran
c. Kiprah manajer diluar perusahaan intensitas manajer dalam mewakili
perusahaan untuk berhubungan dengan pihak luar menunjukkan kepercayaan perusahaan kepada manajer tersebut. Kepercayaan ini dapat timbul karena beberapa hal, salah satunya adalah kinerja yang baik dari manajer. Peran manajer dalam mewakili perusahaan juga menunjukkan tingkat kinerjanya.
Manajer sebagai organisator harus memiliki
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 167
beberapa ketrampilan agar dapat mengelola organisasi dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. terdapat tiga macam ketrampilan manajer (Robbins, 2003:6) yaitu :1. Ketrampilan teknis yaitu kemampuan
seorang manajer untuk menggunakan alat-alat, prosedur dan teknik dari suatu bidang kegiatan tertentu.
2. Ketrampilan manusiawi yaitu kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami dan merangsang serta mendorong orang lain itu termasuk anggota organisasi, para relasi dan terutama para bawahan sendiri.
3. Ketrampilan konsepsional yaitu kemampuan mental para manajer untuk mengkoordinasi dan mengintegrasikan serta mengevaluasi seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi sehingga organisasi dapat dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh.
Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai seluruh kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif (unit moneter) untuk jangka waktu tertentu (Nafarin, 2007:11). Definisi partisipasi penganggaran pada awalnya dikemukakan oleh Brownell (1982) yaitu suatu proses yang individu-individu didalamnya terlibat dan mempunyai pengaruh atas penyusunan target anggaran, yang kinerja akan dievaluasi, dan mungkin dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka. Secara rinci definisi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Partisipasi penyusunan anggaran merupakan
keikutsertaan individu-individu dalam organisasi dalam penyusunan anggaran.
2. Setiap individu dapat mengemukakan ide dan pendapat dalam proses penganggaran
3. setiap pendapat yang diberikan akan dievaluasi untuk menghargai individu-individu yang telah memberikan pendapat.
Definisi partisipasi dalam anggaran juga dapat dijelaskan sebagai berikut : a. sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh
keterlibatan para pengurus.b. Alasan-alasan pihak manajer puncak pada
saat anggaran diproses.c. Keinginan memberikan partisipasi anggaran
kepada pihak manajer puncak tanpa diminta agar penyusunan anggaran dapat memuaskan semua pihak.
d. sejauhmana manajer pusat pertanggung-jawaban mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir.
e. Kepentingan manajer pusat pertanggung-jawaban dalam partisispasinya terhadap anggaran.
f. Anggaran didiskusikan antara pihak manajer puncak dengan manajer pusat pertanggungjawaban pada saat anggaran disusun (ramadhani dan Nasution, 2009).
Asimetri informasi adalah keadaan yang terjadi jika informasi yang dimiliki bawahan mengenai unit yang menjadi tanggung jawabnya lebih baik dari pada informasi mengenai hal tersebut yang dimiliki oleh atasannya (supriyono, 2005). Manajer atas berusaha memperoleh informasi lokal yang dimiliki oleh para bawahannya sehingga diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi, namun asimetri informasi akan tetap terjadi jika manajer pusat pertanggung jawaban tidak menyampaikan informasi yang dimilikinya kepada atasannya dengan alasan tertentu (Hazmi, 2008). Terjadinya asimetri informasi dapat dilihat melalui beberapa faktor, diantaranya adalah :1. Informasi yang dimiliki karyawan2. Keinginan membagi informasi baik dari
atasan pada bawahan maupun sebaliknya3. tanggungjawab karyawan terhadap unit
bisnisnya4. Kinerja para karyawan5. Sejauhmana informasi dapat membantu dalam
menjalankan pekerjaan (supriyono, 2005)
Asimetri informasi sebagai variabel moderasi berpengaruh terhadap hubungan partisipasi penganggaran dengan kinerja manajer.
METODE PENELITIAN
Populasi dari penelitian ini adalah manajer pada perbankan syari’ah kota Banda Aceh. Jumlah manajer pada semua level manajemen di bank syari’ah Kota Banda Aceh adalah 56 sehingga seluruh manajer tersebut dijadikan
168 eVi MutiA dAN HilMi Jurnal Akuntansi dan Keuangan
populasi dalam penelitian ini, dengan kata lain penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Definisi Operasional Variabel1. Partisipasi penganggaran yaitu keikutsertaan
manajer pelaksana dalam memutuskan bersama dengan manajer puncak mengenai serangkaian aktivitas dimasa yang akan datang yang akan ditempuh oleh manajer pelaksana dalam mencapai tujuan perusahaan. Variabel ini akan diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Brownell (1982) dan ramadni dan Nasution, (2009) yang terdiri dari lima item pertanyaan yang digunakan untuk menilai keterlibatan responden dalam penganggaran dan pengaruhnya pada proses penganggaran.
2. Asimetri informasi merupakan keadaan yang terjadi jika informasi yang dimiliki bawahan mengenai unit yang menjadi tanggungjawabnya lebih baik dari pada informasi mengenai hal tersebut yang dimiliki oleh atasannya. Variabel ini akan diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh supriyono (2005) yang terdiri dari lima item pertanyaan yang didasarkan pada definisi asimetri informasi. Para responden diminta untuk menilai terjadinya asimetri informasi, yaitu apakah mereka lebih menguasai informasi bidang yang menjadi tanggungjawabnya dibandingkan atasannya.
3. Kinerja manajer merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Variabel ini diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Juniarti dan Evelyne (2003) serta Robbins (2003), dengan tujuh item pertanyaan.
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun benar-benar mengukur apa yang perlu diukur Pearson product-moment coefficient of correlation dengan bantuan sPss.
uji reliabilitas bertujuan untuk melihat konsistensi data yang dikumpulkan, uji ini dilakukan pada pernyataan-pernyataan yang sudah valid. Pengujian reliabilitas juga dilakukan
secara statistik, yaitu dengan menghitung besarnya nilai cronbach’s alpha dengan bantuan program sPss. instrumen dalam penelitian ini reliabel apabila nilai alpha lebih besar dari 0,5.
Teknik Analisa Datadata yang telah dikumpulkan dianalisis
dengan menggunakan alat analisis ststistik yakni analisis regresi linier berganda (multiple regression analysis) dengan model persamaan sebagai berikut :
Y = α + β 1X1 + β2 + β3(X1X2) + ε
dimana:Y = Kinerja Manajerialα = Konstantab1 - b3 = Koefisien RegresiX1 = Partisipasi PenganggaranX2 = Asimetri Informasie = error term
HASIL-HASIL PENELITIAN
semua pernyataan atau pertanyaan untuk angket kuesioner memiliki koefisien korelasi > 0,218 (nilai r), maka semua item pertanyaan tersebut dapat dinyatakan valid sehingga semua pertanyaan dapat digunakan dan dapat dipercaya untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
Uji ReliabilitasHasil uji reliabilitas yang dilakukan
dengan bantuan program sPss didapatkan bahwa nilai koefisien cronbach alpha variabel-variabel penelitian lebih besar dari 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel.
Pengujian Hipotesis Hipotesis menyatakan asimetri informasi
sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap hubungan partisipasi penganggaran dengan kinerja manajer pada manajer Bank Syari’ah di kota Banda Aceh. Untuk menguji hipotesis ini juga digunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program sPss. Hasil pengujian hipotesis terlihat pada tabel 1.
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 169
Berdasarkan hasil olah data pada tabel di atas, persamaan regresi linier berganda yang diperoleh adalah :
Y = 2,131 - 0,072X1 - 0,121X2 + 0,374X3
Hasil pengujian hipotesis memberikan bukti empiris bahwa secara parsial pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajemen negatif. Partisipasi penganggaran yang terjadi pada Bank Syari’ah masih bersifat partisipasi semu, artinya semua keputusan ada di tangan manajemen puncak sehingga manajer pada level menengah dan bawah tidak termotivasi untuk mencapai tujuan secara maksimal. Manajemen terpaksa menyatakan setuju terhadap keputusan yang ditetapkan, karena manajemen puncak hanya memerlukan persetujuannya saja. Fenomena ini mengindikasikan bahwa persetujuan manajer mengengah dan bawah dalam proses penganggaran hanyalah sebagai sampel belaka yang akhirnya akan berdampak buruk bagi organisasi yaitu akan menurunnya kinerja para manajer.
Variabel asimetri informasi juga menunjukkan hasil yang negatif, artinya semakin kecil asimetri informasi maka akan semakin meningkat kinerja manajer. Asimetri informasi merupakan ketidakseimbangan informasi antara atasan dan bawahan, bila ini dapat diperkecil maka tentu saja manajer dapat memperoleh informasi semaksimal
mungkin untuk menetapkan keputusan yang ujungnya akan berimbas pada peningkatan kinerja.
Hasil output regresi selanjutnya menunjukkan koefisien variabel interaksi partisipasi penganggaran dengan asimetri informasi adalah positif. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang menyatakan asimetri informasi mampu bertindak sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan partisipasi penganggaran dengan kinerja manajer.
Adanya interaksi antara partisipasi penganggaran dengan asimetri informasi akan membuat tingkat kesalahan dalam penyusunan anggaran dapat diminimalisasikan karena dalam keadaan yang partisipastif meskipun itu semu setiap manajer yang terlibat dalam penganggaran dapat saling berbagi informasi antar sesama. Pertukaran informasi membuat manajer lebih mengetahui bagaimana kondisi perusahaan yang sebenarnya sehingga manajer dapat mengambil langkah-langkah penting dalam menjalani operasional perusahaan terutama pada bagiannya. Motivasi inilah yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja manajer, selain untuk peningkatan pertasi kerjanya secara pribadi juga untuk kemajuan perusahaan.
secara simultan, pengaruh partisipasi penganggaran dan simetri informasi sebesar 0,730 atau 7,30% dan 27% dipengaruhi variable lain di luar penelitian.
Tabel 1Asimetri Informasi Sebagai Variabel Moderating Berpengaruh Terhadap
Hubungan Partisipasi Penganggaran Dengan Kinerja Manajer
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t
B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.131 .179 11.900
PP -.072 .055 -.156 -1.305 AI -.121 .063 -.283 -1.907 PPxAI ,374 ,300 2,029 1,245
Tabel 2Nilai Hubungan Antar Variabel (R) Dan Nilai Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .855(a) .730 .697 .127
170 eVi MutiA dAN HilMi Jurnal Akuntansi dan Keuangan
KESIMPULAN
Berdasarkan uji parsial diketahui bahwa kinerja manajer dapat meningkat dengan adanya partisipasi penganggaran, asimetri informasi, dan interaksi keduanya.
SARAN
Mengingat pengaruh partisipasi pengang-garan masih bersifat negatif, manajer puncak
Perbankan Syari’ah di Kota Banda Aceh diharapkan tidak menjadikan partisipasi manajer pelaksana dalam penyusunan penganggaran dan pengambilan keputusan hanyalah sebagai partisipasi semu. sebaiknya partisipasi mereka benar-benar dievaluasi dan dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan, demikian juga halnya dengan informasi-informasi yang relevan terhadap pengambilan keputusan manajer puncak.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert .N dan Vijay Govindarajan. 2003. Sistem Pengendalian Manajemen. Buku 2. edisi Bahasa indonesia. terjemahan Kurniawan tjakrawala, Jakarta: salemba empat.
Baraba, Achmad. 2011. Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syari’ah. Melalui http://www.bi.go.id [15/4/2011]
Coryanata, isma. 2005. Pelimpahan Wewenang dan Komitmen Organisasi dalam hubungan antara partisipasi Penyusunan anggaran dan kinerja manajerial pada PTS di Indonesia. Thesis S-2 Program Pasca Sarjana Universitas syiah Kuala. Banda Aceh (tidak diterbitkan).
Direktorat Perbankan Syari’ah (2011). Laporan Perkembangan Perbankan Syari’ah 2010. Melalui http://www.bi.go.id [15/4/2011]
Harahap, s.s. 1997. Budgeting, Penganggaran, Perencanaan Lengkap. Jakarta: Pt. raja Grafindo Persada.
Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. 2006. Akuntansi Keprilakuan. edisi Kesepuluh. Jakarta: salemba empat.
indriantoro, Nur & Bambang supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : BPFe.
Juniarti dan Evelyne. 2003. Hubungan Karakteristik Informasi Yang Dihasilkan Oleh Sistem Informasi Akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial Pada Perusahaan Manufaktur Di Jawa Timur. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Vol. 5 no 2 : 110-112.
Muhammad. 2005. Pengantar akuntansi Syari’ah. edisi 2. Jakarta : salemba empat.
Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. edisi Ketiga. Jakarta: salemba empat.
Nofie, Iman VK dan Jogiyanto, HM. 2006. Pengaruh Penyelarasan Strategik terhadap Kinerja Organisasi pada Sektor Perbankan Di Indonesia. simposium Nasional Akuntansi IX, Padang : 23-26 Agustus.
Purwanto, djoko. 2003. Komunikasi Bisnis. edisi Kedua, Jakarta: erlangga.
Puspaningsih, abriyani. 2003. Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer : role Ambiguity sebagai Variabel Perantara. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol. 7 No. 2 : 96-98.
ramadhani, suryaningsih dan Fahmi Natigor Nasution. 2009. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Prestasi Manajer Pusat Pertanggungjawaban dengan Motivasi sebagai Variabel Mediating pada Pt (Persero) Pelabuhan indonesia i Medan. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Vol. 10 melalui http://akuntansi.usu.ac.id [28/4/2010].
robins, stephen. 2000. Perilaku Organisasi. edisi 10, Jakarta : Prenhallindo.
samryn, l.M. 2002. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
sarwono, sarlito Wirawan. 2002. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 171
supriyono, r.A. 2001. Akuntansi Manajemen 3: Proses Pengendalian Manajemen. edisi Pertama, Yogyakarta: BPFe.
supriyono, r.A. 2005. Pengaruh Komitmen Organisasi, Keinginan sosial, dan Asimetri Informasi terhadap Hubungan antara Partisipasi Penganggaran dengan Kinerja Manajerial. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 20, No.1: 42-44
umar, Husein. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta: Pt. radja Grafindo Persada.
Yenti, riza reni. 2003. Pengaruh Keadilan Distributif, Keadilan Prosedur, Komitmen Tehadap Tujuan, Dan Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial Dalam Penyusunan Anggaran. simposium Nasional Akuntansi Vi, surabaya.
KEBIJAKAN EDITORIAL JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN (JAK) FAKULTAS EKONOMI UNIMAL
Jurnal Akuntansi dan K
euangan V
olume 1, N
omor 2, A
gustus 2011
Top Related