Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan
mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan, sehingga mempengaruhi efek obat
tersebut. Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi baik untuk obat resep dokter
maupun obat yang dibeli bebas, seperti obat antasida, vitamin dll.
Kadang-kadang apabila kita minum obat berbarengan dengan makanan, maka dapat
mempengaruhi efektifitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut
kosong. Selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau suplemen herbal
dengan obat juga dapat menyebabkan terjadinya efek samping.
Contoh reaksi yang dapat timbul apabila terjadi interaksi antara obat & makanan :
Makanan dapat mempercepat atau memperlambat efek dari obat.
Beberapa obat tertentu dapat menyebabkan vitamin & mineral tidak bekerja
secara tepat di tubuh.
Menyebabkan hilangnya atau bertambahnya nafsu makan.
Obat dapat mempengaruhi nutrisi tubuh.
Obat herbal dapat berinteraksi dengan obat modern.
Selain itu, besar kecilnya efek interaksi antara obat & makanan antara tiap orang dapat
berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti :
Besarnya dosis obat yang diminum.
Usia, kondisi tubuh & kondisi kesehatan pasien.
Waktu konsumsi makanan & waktu konsumsi obat.
Untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat & makanan, bukan berarti
menghindari untuk mengkonsumsi obat atau makanan tersebut. Yang sebaiknya
dilakukan adalah pengaturan waktu antara obat & makanan untuk dikonsumsi dalam
waktu yang berbeda. Dengan mempunyai informasi yang cukup mengenai obat yang
digunakan serta kapan waktu yang tepat untuk mengkonsumsinya, maka kita dapat
menghindari terjadinya interaksi antara obat & makanan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
beberapa makanan dapat berinteraksi dengan obat
tertentu seperti misalnya berikatan dengan zat aktif
obat sehingga mengurangi penyerapan obat atau
mempercepat eliminasi obat.
Karena biasanya orang dewasa mengkonsumsi
lebih banyak obat dibandingkan anak-anak, maka efek interaksi antara obat & makanan
dapat meningkat seiring dengan usia. Akan tetapi biasanya efek samping tersebut kurang
diketahui atau diperhatikan karena reaksi yang terjadi hampir menyerupai gejala atau
tanda dari penyakit tertentu, seperti diare atau konstipasi, rasa lelah dll.
Salah satu contoh interaksi antara obat & makanan yang dapat terjadi adalah keasaman
dari jus buah dapat menurunkan efektifitas antibiotika seperti penisilin, kemudian susu
dapat membentuk kelat apabila diminum dengan tetrasiklin sehingga mempengaruhi
efektifitas antibakteri tetrasiklin.
Berikut adalah contoh aturan minum beberapa jenis obat, diambil dari mims :
1. Harus diminum dalam keadaan perut kosong
o Ampicillin
o Bisacodyl
o Captopril
o Dicloxacillin
o Lansoprazole
o Omeprazole
o Rifampicin
o Sulfamethoxazole –trimethoprim
o Sulfadiazine
o Tetracycline
2. Diminum dalam keadaan perut penuh
o Allopurinol (diminum sesudah makan)
o Augmentin
o Aspirin
o Chloroquine
o Cimetidine
o Diclofenac
o Doxycycline
o Griseofulvin
o Metronidazole
o Piroxicam
o Prednisone
Selain itu ada juga beberapa jenis obat yang dapat berinteraksi apabila diminum dengan
dengan jus buah terutama buah anggur, seperti :
Alprazolam
Atorvastatin
Benzodiazepines
Carbamazepine
Clarithromycin
Codeine
Dextromethorphan
Diazepam
Diltiazem
Estrogen
Erythromycin
Lovastatin
Nifedipine
Progesterone
Simvastatin
Daftar diatas hanya berisi beberapa obat saja, selain yang telah disebutkan masih terdapat
obat lain yang belum disebutkan.
Meskipun tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan atau dapat berinteraksi dengan
makanan, akan tetapi lebih baik untuk memperhatikan aturan minum dari setiap obat
yang di konsumsi. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat &
makanan, sebaiknya :
Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan
dengan dokter yang meresepkan atau apoteker.
Baca aturan pakai, label perhatian & peringatan interaksi obat yang tercantum
dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan
pakai yang disarankan.
Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih.
Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali atas petunjuk
dokter.
Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum berbarengan dengan
obat karena terdapat beberapa jenis vitamin & mineral tertentu yang dapat
berinteraksi dengan obat.
Jangan pernah minum obat berbarengan dengan minuman yang mengandung
alkohol.
Sebelum mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter atau
apoteker untuk mengetahui aturan pakai yang tepat. Dan juga saat konsultasi dengan
dokter, beritahukan semua obat atau vitamin yang sedang di konsumsi saat ini untuk
mencegah terjadinya interaksi
Interaksi Obat Mempengaruhi ADME Obat
Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di
keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,
metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai
macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu,
obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan
obat.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi
farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi
antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga
menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar
2 atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses
ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan
atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Selanjutnya akan dibahas lebih
lanjut tentang interaksi farmakokinetik.
Interaksi Famakokinetik
1. Interaksi pada proses absorpsi
Interaksi dala absorbs di saluran cerna dapat disebabkan karena
a. Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antar
senyawa obat yang mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat
mengalami penurunan kecepatan absorpsi.
Contoh: interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al2+ dalam antasid yang
menyebabkan jumlah absorpsi keduanya turun.
b. Perubahan pH
Interaksi dapat terjadi akibat perubahan harga pH oleh obat pertama, sehingga
menaikkan atau menurukan absorpsi obat kedua.
Contoh: pemberian antasid bersama penisilin G dapat meningkatkan jumlah
absorpsi penisilin G
c. Motilitas saluran cerna
Pemberian obat-obat yang dapat mempengaruhi motilitas saluan cerna dapat
mempegaruhi absorpsi obat lain yang diminum bersamaan.
Contoh: antikolinergik yang diberikan bersamaan dengan parasetamol dapat
memperlambat parasetamol.
2. Interaksi pada proses distribusi
Di dalam darah senyawa obat berinteraksi dengan protein plasma. Seyawa yang asam
akan berikatan dengan albumin dan yang basa akan berikatan dengan α1-glikoprotein.
Jika 2 obat atau lebih diberikan maka dalam darah akan bersaing untuk berikatan
dengan protein plasma,sehingga proses distribusi terganggu (terjadi peingkatan salah
satu distribusi obat kejaringan).
Contoh: pemberian klorpropamid dengan fenilbutazon, akan meningkatkan distribusi
klorpropamid.
3. Interaksi pada proses metabolisme
a. Hambatan metabolisme
Pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya
sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat menaikkan kadar salah satu
obat dalam plasma, sehingga meningkatkan efeknya atau toksisitasnya.
Cotoh: pemberian S-warfarin bersamaan dengan fenilbutazon dapat menyebabkan
mengkitnya kadar Swarfarin dan terjadi pendarahan.
b. Inductor enzim
Pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya
sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat menurunkan kadar obat
dalam plasma, sehingga menurunkan efeknya atau toksisitasnya.
Contoh: pemberian estradiol bersamaan denagn rifampisin akan menyebabkan
kadar estradiol menurun dan efektifitas kontrasepsi oral estradiol menurun.
4. Interaksi pada proses eliminasi
a. Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat
jika suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-obat
yang dapat merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut yang dapat
menimbulkan efek toksik.
Contoh: digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal
(aminoglikosida, siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul
efek toksik.
b. Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal
Jika di tubulus ginjal terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk
sistem trasport aktif yangsama dapat menyebabkan hambatan sekresi.
Contoh: jika penisilin diberikan bersamaan probenesid maka akan menyebabkan
klirens penisilin turun, sehingga kerja penisilin lebih panjang.
c. Perubahan pH urin
Bila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal.
Jika harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat
asam lemah, sedangkan jika harga pH turun akan meningkatkan eliminasi obat-
obat yang bersifat basa lemah.
Contoh: pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan
ammonium klorida maka akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi
ammonium klorida akan mengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan ionisasi
pseudorfedrin dan eliminasi dari pseudoefedrin juga meningkat.
Drug Interaction
Tipe interaksi
Macam Interaksi Obat
1.Interaksi farmasetis
Adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan/disiapkan
sebelum obat di gunakan oleh penderita.
Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat
menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.
Contoh lain : dua obat yang dicampur pada larutan yang sama dapat terjadi reaksi kimia
atau terjadi pengendapan salah satu senyawa, atau terjadi pengkristalan salah satu
senyawa dll.
Bentuk interaksi:
a.Interaksi secara fisik
Misalnya :
-Terjadi perubahan kelarutan
-Terjadinya turun titik beku
b.Interaksi secara khemis
Misalnya :
Terjadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam
proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.
2. Interaksi Farmakokinetika
Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada :
-Absorbsi
-Distribusi
-Metabolisme
-Ekskresi
Yang disebabkan karena obat/senyawa lain
Hal ini umumnya diukur dari perubahan pada satu atau lebih parameter farmakokinetika,
seperti konsentrasi serum maksimum, luas area dibawah kurva, waktu, waktu paruh,
jumlah total obat yang diekskresi melalui urine, dsb.
3. Interaksi Farmakodinamika
Adalah obat yanhg menyebabkan perubahan pada respon pasien disebabkan karena
berubahnya farmakokinetika dari obat tersebut karena obat lain yang terlihat sebagai
perubahan aksi obat tanpa menglami perubahan konsentrasi plasma.
Misalnya naiknya toksisitas dari digoksin yang disebabkan karena pemberian secara
bersamaan dengan diuretic boros kalium misalnya furosemid Lihat gambar
Kombinasi Obat
Pemilihan penggunaan kombinasi obat untuk terapi merupakan hal yang controversial
Harapan :
Terjadi peningkatan efek terapi obat
Misalnya pada Cotrimoksazol, amoxiclave.
Berkurangnya efek merugikan, misalnya pada kombinasi INH – Vit B6
Turunnya biaya kesehatan disebabkan karena potensi obat tinggi akibatnya lama sakit
berkurang.
Kelemahan :
Rasio dosis tidak terkendali
Kemungkinan terjadi interaksi obat
Tugas farmasis adalah : Segera mendeteksi dan mengkoreksi adanya interaksi obat
Secara matematis bila ada 2 atau lebih obat dikombinasi maka kemungkinan terjadi
interaksi adalah :
[ ½ n (n-1)] kali
dengan n = jumlah Obat
Obat-obat yang cenderung menyebabkan Interaksi Obat
1.Obat yang memiliki ikatan obat- protein yang tinggi.
Obat yang memiliki ikatan obat-protein tinggi cenderung dominan, akibatnya obat
tersebut dapat mendesak obat lain yang terikat protein sehingga terbebaskan, akibatnya
kadar obat bebas dalam darah meningkat dengan tajam, secara matematis dapat
digambarkan pada table berikut :
Contoh obat : Aspirin, Fenilbutazon, Sulfanilamid, walfarin dll
2.Obat-obat yang menstimulasi atau menginhibisi metabolisme obat lain
Interaksi ini merugikan atau menguntungkan tergantung dari sifat obatnya masing-
masing
-Obat aktif adalah metabolitnya
Misalnya :
Prednison Prednisolon
Procainamid N-Asetil Procainamid
Maka obat yang menstimulasi metabolisme akan menyebabkan meningkatnya kadar obat
aktif dalam darah
-Obat aktif adalah obat aslinya
Misalnya :
Captoril, furosemid, methyldopa dll
Maka obat yang menstimulasi metabolisme akan menyebabkan menurunnya kadar obat
aktif dalam darah.
Obat yg menstimulasi Contoh
Antikonvulsan(fenitoin, karbamazepin, fenobarbital); Rifampisin; griseofulvin
Obat yg menginhibisi contoh :
Allopurinol; kloramfenikol; cimetidine; metronidazol; INH; ciprofloksasin
3. Obat-obat yang mempengaruhi fungsi Renal
Obat-obat golongan ini dapat mengubah kliren ginjal obat lain, misalnya obat-obat
diuretic.
Obat-obat yang cenderung menjadi objek interaksi obat
a.Obat-obat yang memiliki kurve dosis respon curam.
b.Obat-obat yang memiliki
rasio efek toksik : terapetik rendah
Interaksi Farmakokinetika
Interaksi ini terjadi ketika proses absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi suatu
obat terpengaruh oleh adanya obat(senyawa)lain.
1.Interaksi absorbsi
Mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absorbsi obat dalam GI tract dipengaruhi
banyak factor antara lain, berubahnya: kecepatan aliran darah GI, motilitas GI, pH GI,
kelarutan obat, Metabolisme GI, Flora GI, atau Mucosa GI, terbentuknya komplek yang
tidak larut.
Contoh :
Penurunan motilitas Gastrointestinal, disebabkan karena obat-obat golongan morfin,
dan obat-obat dengan efek antikolinergik misalnya antidepresan trisiklik.
Terbentuk chelat dari Ca, Al, Mg, garam besi oleh tetrasiklin.
Obat terjebak dalam makanan, contoh Ampisilin
Obat diabsorbsi obat lain : Lincomycin dan kaolin-pektin, obat dgn karboadsorben.
Perubahan ion : cholestyramin-walfarin.
Peningkatan absorbsi digoksin atau penurunan absorbsi estrogen dalam kontrasepsi oral
yang digunakan secara bersamaan dengan antibiotika
Efek interaksi ini jarang dimanfaatkan secara klinis
Ada 2 contoh penting dari pemanfaatan interaksi absorbsi, yaitu :
1. Metoclopamide dapat meningkatkan kecepatan pengosongan lambung, dan hal ini
menyebabkan meningkatnya penyerapan analgesik pada pengobatan migrain akut,
. Adanya charcoal yang mengikat beberapa obat di usus, hal ini dapat mencegah
penyerapan dan obat tersebut di reabsorbsi setelah ekskresi bilier atau sekresi intestinal.
Prinsip ini dipergunakan dalam perawatan keracunan yang disebabkan bahan-bahan
golongan phenobarbiton dan antidepresan trisiklik.
Interaksi pendesakan ikatan obat-protein
Pendesakan ikatan obat-protein oleh obat lain dapat meningkatkan kadar obat bebas
dalam darah, dan hal ini sangat potensial dalam peningkatan efek bahkan efek toksik dari
suatu obat, terutama obat yang memiliki rasio
efek terapi dan efek toksik rendah.
Interaksi Distribusi Seluler
Rifampisin dapat mereduksi efek walfarin dengan cara menginhibisi up take dari
hepatocytes, hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme sehingga efek walfarin
menurun.
Transport aktif dari beberapa obat anti hipertensi (bethanidine, Guenethidine,
debricoquine) ke pangkal syaraf simpatik yang merupakan tempat terjadinya efek
terapeutik, di inhibisi oleh antidepresan trisiklik (dan mungkin juga oleh beberapa
phenothiazine) sehingga terjadi penurunan kontrol terhadap tekanan darah.
-metildopa.Mekanisme tersebut juga menjadi dasar dari interaksi antara antidepresan
trisiklik dengan clonidine dan
Interaksi Metabolisme
Interaksi obat pada saat terjadi metabolisme dapat terjadi ketika metabolisme sebuah obat
dihambat atau ditingkatkan oleh obat lain.
Biasanya reaksi ini berpengaruh pada cytocrom P450
Induksi Metabolisme obat
Obat-obat yang meningkatkan (menginduksi) metabolisme obat melalui peningkatan
reticulum endoplasma di hepatocyte dan karena peningkatan kandungan Cyt P450 dan
cyt c- reduktase.
Hal ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan efek dari object drug
Contohnya :
Interaksi Digoksin-Furosemid
Efek terapeutik glikosida jantung pada fungsi mekanis adalah untuk meningkatkan
intensitas filamen actin dan myosin dari sarkomer jantung
Peningkatan intensitas disebabkan oleh peningkatan konsentrasi kalsium bebas di dalam
daerah sekitar protein kontraktil selama systole.
Peningkatan konsentrasi Natrium intraseluler :
Karena penghambatan Na/K ATP-ase (1)
Karena suatu penurunan relatif ekspulsi kalsium dari sel oleh exchanger natrium-
kalsium (2) disebabkan oleh peningkatan natrium intraseluler.
Kalium dan digitalis berinteraksi dalam 2 cara :
1.Mereka saling menghambat pada pengikatan Na/K ATP-ase.
2.automatisitas jantung yg tidak normal dihambat oleh hiperkalemia. Karenanya
peningkatan kalium ekstraseluler yang sedang dapat menurunkan efek digitalis, utamanya
efek toksik.
Interaksi Ekskresi
Kompetisi pada sekresi tubulus ginjal adalah mekanisme yang penting dalam interaksi
ini.
Contoh :
Probenecid menginhibisi sekresi tubular penisilin, sehingga dapat meningkatkan dan
memperlama efek,
Sehingga interaksi ini relatif menguntungkan
Efek yang sama dapat meningkatkan toksisitas kloroquin pada mata pada penderita yg
menggunaka probenecid.
Qiunidine menginhibisi sekresi tubular dari digoksin dan konsekuensinya konsentrasi
plasma digoksin meningkat dan mungkin menyebabkan toksik, hal yang sama juga terjadi
pada verapamil dan digoksin
Interaksi Farmakodinamika
Pada interaksi farmakodinamika precipitant drug mempengaruhi efek dari object drug
pada tempat aksi,
baik secara langsung maupun tak langsung.
1.Interaksi farmakodinamika secara langsung
Terjadi jika dua obat yang memiliki aksi ditempat yg sama (antagonis atau sinergis) atau
memiliki aksi pada dua tempat yang berbeda yang hasil akhirnya sama.
Antagonis pada tempat yg sama terjadi misalnya:
penurunan efek opiat dengan naloxon
penurunan aksi walfarin oleh vit. K
penurunan aksi obat-obat hipnotik oleh caffeine.
Penurunan aksi obat-obat hipoglikemik oleh glucocorticoids.
Sinergis pada tempat yg sama :
* adrenoseptor antagonis menyebabkan frekuensi yg sangatVerapamil dan tinggi dari
aritmia jantung dibanding pada pemberian sendiri-sendiri, hal ini mungkin disebabkan
oleh adanya interaksi dgn jaringan khusus cardiac.
* Anti hipertensi dan obat-obat yang menyebabkan hipotensi misalnya anti angina,
vasodilator.
Interaksi farmakodinamika secara tak langsung
Pada interaksi ini, farmakologik, therapeutic, atau efek toksik dari precipitant drug dalam
beberapa kesempatan dapat mengubah efekterapi atau efek toksik dari object drug, tetapi
terdapat 2 efek yang tidak berkaitan dan tidak berinteraksi secara mandiri (langsung)
Walfarin dan antikoagulan lain mungkin terlibat interaksi tidak langsung dengan 3 cara :
a.Agregasi platelet
Beberapa obat dapat menurunkan daya agregasi dari platelet, misalnya salisilat,
dipiridamol, asam mefenamat, fenilbutazon, dan obat-obat NSAID.
b.Ulcerasi GI
Jika sebuah obat menyebabkan ulcerasi GI, maka akan menyebabkan kemungkinan
terjadi pendarahan pada penderita karena pemberian antikoagulan, misalnya aspirin,
fenilbutazon, indometasin, dan NSAID lain
c.Fibrinolisis
Obat-obat fibrinolitik misalnya biguanid mungkin meningkatkan efek walfarin.
Ada 4 sasaran interaksi :
1. Interaksi obat – obat
2. Interaksi Obat – makanan
3. Interaksi Obat – penyakit
4. Interaksi Obat – Hasil lab
1. Interaksi Obat-obat
Tipe interaksi obat dengan obat merupakan interaksi yang paling penting dibandingkan
dengan ketiga interaksi lainnya (Walker dan Edward, 1999).
Semua pengobatan termasuk pengobatan tanpa resep atau obat bebas harus diteliti
terhadap terjadinya interaksi obat, terutama bila berarti secara klinik karena dapat
membahayakan pasien
2. Interaksi Obat – makanan
Tipe interaksi ini kemungkinan besar dapat mengubah parameter farmakokinetik dari
obat terutama pada proses absorpsi dan eliminasi, ataupun efikasi dari obat.
Contoh: MAO inhibitor dengan makanan yang mengandung tiramin (keju, daging,
anggur merah) akan menyebabkan krisis hipertensif karena tiramin memacu pelepasan
norepinefrin sehingga terjadi tekanan darah yang tidak normal (Grahame-Smith dan
Arronson, 1992),
makanan berlemak meningkatkan daya serap griseofulvin, (Shim dan Mason, 1993).
3. Interaksi Obat – penyakit
Acuan medis seringkali mengacu pada interaksi obat dan penyakit sebagai kontraindikasi
relatif terhadap pengobatan.
Kontraindikasi mutlak merupakan resiko, pengobatan penyakit tertentu kurang secara
jelas mempertimbangkan manfaat terhadap pasiennya (Shimp dan Mason, 1993).
Pada tipe interaksi ini, ada obat-obat yang dikontraindikasikan pada penyakit tertentu
yang diderita oleh pasien. Misalnya pada kelainan fungsi hati dan ginjal, pada wanita
hamil ataupun ibu yang sedang menyusui
Contohnya pada wanita hamil terutama pada trimester pertama jangan diberikan obat
golongan benzodiazepin dan barbiturat karena akan menyebabkan teratogenik yang
berupa phocomelia
Juga pada pemberian NSAID pada Px riwayat tukak lambung
4. Interaksi Obat – Hasil lab
Interaksi obat dengan tes laboratorium dapat mengubah akurasi diagnostik tes sehingga
dapat terjadi positif palsu atau negatif palsu.
Hal ini dapat terjadi karena interferensi kimiawi. Misalnya pada pemakaian laksativ
golongan antraquinon dapat menyebabkan tes urin pada uribilinogen tidak akurat
Top Related