Triyani ( C 301 13 039 ) | @TR_YN
Inflasi dan Pengangguran
A. Inflasi
Inflasi adalah keadaan di mana terjadi kenaikan suatu harga atas barang-
barang secara umum dan terus-menerus. Tingkat kenaikan harga baru dapat
dikatakan sebagai inflasi bila kenaikan itu meluas dan mempengaruhi kenaikan
harga untuk barang yang lain.
Hal ini terjadi disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya, yaitu
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidak lancaran distribusi barang.
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga yang
merupakan rata-rata harga konsumen atau produsen. Indeks harga adalah rata-
rata tertimbang dari sejumlah barang dan jasa. Dalam membuat indeks harga,
para ekonom menimbang harga individual dengan memperhatikan arti penting
setiap barang secara ekonomis. Indeks harga yang digunakan untuk mengukur
inflasi, yaitu indeks harga konsumen (IHK), deflator GNP, dan indeks harga
produsen (IHP).
1. Cara Menghitung Tingkat Inflasi
Untuk dapat menghitung tingkat inflasi, kita harus mengetahui indeks
harga konsumen (IHK) terlebih dahulu. IHK adalah ukuran perubahan harga
dari kelompok barang dan jasa yang paling banyak dikonsumsi oleh
rumahtangga dalam jangka waktu tertentu. Untuk menghitung IHK digunakan
rumus :
IHK = harga sekarang/harga pada tahun dasar x 100%
Selanjutnya rumus untuk menghitung laju inflasi adalah :
Laju Inflasi = IHK periode n – IHK tahun sebelumnya
Triyani ( C 301 13 039 ) | @TR_YN
2. Jenis-jenis inflasi
Berdasarkan besar laju inflasi, antara lain:
a. Inflasi ringan atau creeping inflation (di bawah 10% setahun)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah sehingga kenaikkan harga
berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka
yang relatif lama.
b. Inflasi sedang (antara 10 – 30% setahun)
Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi.
Perlu diingat bahwa laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak
kenaikan harganya. Bahkan kenaikan upah masyarakat cendrung lebih
kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.
c. Inflasi berat (antara 30 – 100% setahun)
Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan. Hal ini diperburuk lagi
oleh pelaku-palaku ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk
melakukan spekulasi.
d. Inflasi liar atau hyperinflation ( di atas 100% setahun)
Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan
meningkat sehingga orang-orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot.
Berdasarkan sebabnya, inflasi dibedakan menjadi:
a. Demand pull inflation, yaitu inflasi yang timbul karena permintaan
masyarakat akan berbagai barang yang kuat.
b. Cost push inflation, yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan biaya
produksi.
Berdasarkan asal terjadinya, inflasi dikelompokkan menjadi:
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), yakni inflasi
yang timbul karena terjadi defisit anggaran belanja yang dibiayai oleh
pemerintah dengan pencetakan uang baru, karena berbagai sebab.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), yakni inflasi yang
timbul karena kenaikan harga-harga (yaitu, inflasi) di luar negeri atau di
Triyani ( C 301 13 039 ) | @TR_YN
negara-negara langganan berdagang kita. Kenaikan harga barang-barang
yang kita impor mengakibatkan:
1) Secara langsung indeks biaya hidup naik karena sebagian dari barang-
barang yang tercakup di dalamnya merupakan barang impor.
2) Akan menaikkan indeks harga. Karena berbagai barang ada yang
terbuat dari bahan mentah atau mesin-mesin impor (cost inflation)
yang tentunya memiliki harga jual tinggi pada saat terjadi inflasi.
3) Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri
karena kemungkinan kenaikan harga barang-barang impor
mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah/swasta yang
berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut (demand
inflation).
3. Dampak Inflasi
Dampak Negatif
1) Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga
untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga
di pasaran.
2) Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan
sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
3) Bila harga secara umum naik terus-menerus, maka masyarakat
cenderung untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk
barang sehingga banyak bank di rush. Akibatnya, bank kekurangan
dana dan bisa membuat bank itu tutup (bangkrut).
4) Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata
yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat
berakhir pada penjarahan dan perampasan.
5) Inflasi berkepanjangan juga dapat membuat produsen banyak yang
bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak
ada yang mampu membeli.
Triyani ( C 301 13 039 ) | @TR_YN
Dampak Positif
1) Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, sehingga
produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat
ditekan.
2) Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam
negeri.
3) Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat
akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara
mendirikan atau membuka usaha.
4. Cara Mencegah Inflasi
a. Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah
uang beredar. Bank Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan
moneter yaitu :
1) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) di
mana pengendalian jumlah uang beredar dilakukan oleh Bank Sentral
dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga. Untuk
meningkatkan jumlah uang beredar, Bank Sentral menjual surat-surat
berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang beredar, Bank
Sentral membeli surat-surat berharga;
2) Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan
tingkat bunga yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang
diberikan kepada Bank Umum;
3) Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement)
yaitu proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum
atas simpanan masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi
cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih
kecil.
b. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi
Triyani ( C 301 13 039 ) | @TR_YN
permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi
dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang
berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan
dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
c. Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah
output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea
masuk sehingga impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah
barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
d. Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada
indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap).
Kalau indeks harga naik, gaji atau upah juga dinaikkan.
B. Pengangguran
Pengangguran atau tunakarya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya
disebabkan karena tingginya angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan jumlah
lowongan kerja sehingga sebagian angkatan kerja tidak mendapat pekerjaan.
Selain itu, adanya pengangguran juga disebabkan kurangnya keterampilan yang
dimiliki oleh pencari kerja. Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan oleh dunia
kerja, tidak dapat dipenuhi oleh pencari kerja.
Cara menghitung tingkat pengangguran:
Jumlah Yang Menganggur
————————————– x 100%
Jumlah Angkatan Kerja
Triyani ( C 301 13 039 ) | @TR_YN
1. Jenis-jenis Pengangguran
a. Jenis Pengangguran Berdasarkan Lama Waktu Kerja
1) Pengangguran Terbuka (open unemployment)
Yang termasuk jenis kategori ini adalah tenaga kerja yang
benar-benar tidak memiliki pekerjaan (sama sekali tidak bekerja).
Pengangguran ini terjadi karena tidak adanya lapangan kerja atau
karena ketidaksesuaian lapangan kerja dengan latar belakang
pendidikan dan keahlian tenaga kerja.
2) Setengah Menganggur (under unemployment)
Yang termasuk jenis kategori ini adalah tenaga kerja yang
bekerja, tetapi bila diukur dari sudut jam kerja, pendapatan,
produktivitas, dan jenis pekerjaan tidaklah optimal.
3) Pengangguran Terselubung (disguised unemployment)
Yang termasuk jenis kategori ini adalah tenaga kerja yang
bekerja tapi tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau
keahliannya. Misalnya, seorang lulusan S1 pertanian bekerja sebagai
tenaga pembukuan.
b. Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya
1) Pengangguran Konjungtur
Pengangguran konjungtur adalah pengangguran akibat
menurunnya kegiatan ekonomi. Misalnya, ketika perekonomian sedang
mengalami kemunduran, perusahaan akan mengurangi kapasitas
produksi yang secara langsung berpengaruh terhadap penggunaan
tenaga kerja yang dipakai.
2) Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)
Yang dikatakan pengangguran struktural adalah pengangguran
yang terjadi akibat perubahan struktur atau komposisi perekonomian.
Misalnya, peralihan perekonomian dari struktur agraris ke industri.
3) Pengangguran Friksional (Dictional Unemployment)
Pengangguran ini bersifat sementara. Biasanya terjadi karena
adanya kesenjangan antara pencari kerja dengan kesempatan
(lowongan) kerja yang ada. Misalnya, pencari kerja sulit mendapatkan
Triyani ( C 301 13 039 ) | @TR_YN
akses informasi tentang lowongan pekerjaan sehingga dia tidak dapat
pekerjaan yang diinginkannya.
4) Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi
akibat pergantian musim. Misalnya, di sektor pertanian, setelah panen
sampai musim tanam, petani tidak ada pekerjaan. Dalam hal ini, maka
petani tersebut dapat dikatakan sebagai pengangguran musiman.
2. Akibat-akibat yang Ditimbulkan Adanya Pengangguran
Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak memaksimumkan tingkat
kemakmuran yang mungkin dicapainya
Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang
Pengangguran tidak menggalakan pertumbuhan ekonomi.
Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan
pendapatan
Pengangguran dapat menyebabkan hilangnya keterampilan
Pengangguran dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan politik
C. Hubungan antara Inflasi dengan Pengangguran
Setiap negara ingin mencapai tahap kegiatan ekonomi pada tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi. Dalam praktiknya, hal ini sulit
dilakukan. Para ahli ekonomi menyadari bahwa hubungan antara tingkat inflasi
dengan tingkat pengangguran adalah berbanding terbalik, artinya semakin
tinggi tingkat pengangguran maka tingkat inflasi akan semakin rendah dan
sebaliknya. Semakin rendah tingkat pengangguran maka inflasi akan
semakin tinggi. Teori inflasi ini dicetuskan oleh A.W. Phillips. Hal ini
diperolehnya dari hasil pengolahan data empirik perekonomian Inggris untuk
periode 1861-1957.
Hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dapat
digambarkan ke dalam kurva yang dinamakan kurva Phillips. Di mana sumbu
tegak mewakili tingkat inflasi sedangkan sumbu datar mewakili tingkat
Triyani ( C 301 13 039 ) | @TR_YN
pengangguran. Bentuk kurva yang terjadi adalah melandai dari kiri atas ke kanan
bawah.
Secara teori, jika semakin tinggi angka penggangguran maka semakin
rendah inflasi yang terjadi. Karena, tingginya angka penggangguran itu berarti
masyarakat banyak yang tidak memiliki pekerjaan sehingga daya belinya pun
kurang dan mengakibatkan harga–harga barang pun menurun karena rendahnya
permintaan dari konsumen. Begitu juga sebaliknya, jika semakin rendah angka
penggangguran maka semakin tinggi inflasi.
Secara teori amat jelas apabila pengangguran mencapai 0 % maka tingkat
inflasi juga akan tinggi tak terkendali. Dengan demikian tingkat inflasi harus
dikendalikan oleh pemerintah sampai pada tingkat tertentu yang tetap
mendorong produksi barang barang, tapi juga dapat terbeli oleh sebagian besar
konsumen. Sebagai risikonya, apabila pemerintah menetapkan tingkat inflasi
tersebut di atas, maka akan ada tingkat pengangguran pada tingkat tertentu.
Tingkat inflasi merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pemerintah
dalam pembangunan ekonomi. Secara umum tingkat inflasi yang dapat diterima
untuk setiap negara adalah pada level antara 2% sampai dengan 4 %.
Dengan demikian secara teori menurut kurva di atas, maka setiap negara
pasti ada tingkat pengangguran atau sejumlah orang yang tidak dapat terserap
dalam kesempatan kerja yang tersedia. Orang-orang yang demikian inilah yang
sering disebut dengan penganggur alamiah. Mereka menganggur bukannya tak
mau bekerja, tapi yang pertama adalah kemampuan sumber sumber produksi
untuk menyerapnya terbatas. Sedang yang kedua adalah sebagai dampak
kebijaksanaan pemerintah untuk mempertahankan tingkat inflasi pada level
tertentu.
Karena tingkat pengangguran pada level tertentu ini merupakan tolok ukur
keberhasilan pemerintah dalam bidang ekonomi, maka pemerintah setiap negara
berusaha untuk mencapainya, yaitu dengan berusaha menambah kemampuan
kapasitas produksi.
Top Related