IMPLEMENTASI PENERAPAN PEMENDAGRI NOMOR 113 TENTANGPERENCANAAN DESA DAN NOMOR 114 TENTANG KEUANGAN
DESA(Studi Pada Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah)
(Skripsi)
Oleh
TYA RAHMALIA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF NUMBER 113 OF ABOUT VILLAGEPLANNING FROM NUMBER 114 ABOUT FINANCES VILLAGE
By
TYA RAHMALIA
This study aimed to test the readiness of implementation Pemendagri number 113and number 114 Village Planning of Rural Finance. The variables tested in thisstudy APBDesa Planning, Reporting and accountability APBDesa, Accountabilityand Oversight APBDesa the General Understanding. The population in this studyis the village chief and the village secretary to the District in Central Lampung.
The primary data used in this study were obtained from questionnaire. Of the 140
questionnaires that were distributed to the village chief and the village secretary
in each District in Central Lampung district, as many as 100 questionnaires were
returned and processed. Models using multiple linear regression analysis with
applications software SPSS 21.
The results of this study indicate that the variables APBDesa Planning, Reporting
and accountability APBDesa, Accountability and Oversight APBDesa positive
and significant impact on the Public Understanding.
Keywords: APBDesa Planning, Reporting and accountability APBDesa,
Accountability, Oversight APBDesa and Public Understanding.
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PEMENDAGRI NOMOR 113 TENTANG
PERENCANAAN DESA DAN NOMOR 114 TENTANG KEUANGAN
DESA
( Studi Pada Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah )
Oleh
TYA RAHMALIA
Penelitian ini bertujuan untuk menguji implementasi Pemendagri nomor 113
tentang Perencanaan Desa dan nomor 114 tentang Keuangan Desa. Variabel yang
diuji dalam penelitian ini Perencanaan APBDesa, Pelaporan dan pertanggung
jawaban APBDesa, Akuntabilitas, dan Pengawasan APBDesa terhadap
Pemahaman Umum. Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Desa dan
Sekertaris Desa pada Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran
kuisoner. Dari 140 kuisoner yang disebar kepada Kepala Desa Dan Sekertaris
Desa pada masing-masing Kecamatan di kabupaten Lampung Tengah, sebanyak
100 kuisoner yang kembali dan dapat diolah. Model analisis ini menggunakan
regresi linear berganda dengan aplikasi software SPSS 21.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Perencanaan APBDesa,
Pelaporan dan pertanggung jawaban APBDesa, Akuntabilitas, dan Pengawasan
APBDesa berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pemahaman Umum.
Kata kunci: Perencanaan APBDesa, Pelaporan dan pertanggung jawaban
APBDesa, Akuntabilitas, Pengawasan APBDesa, dan
Pemahaman Umum.
IMPLEMENTASI PENERAPAN PEMENDAGRI NOMOR 113 TENTANGPERENCANAAN DESA DAN NOMOR 114 TENTANG KEUANGAN
DESA(Studi Pada Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh
TYA RAHMALIA
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 03 Maret 1993, sebagai putri kedua
dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Madani, S.E., M.M dan Ibu Dra.
Samsuryati
Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Sandy Putra Telkom
Bandar Lampung pada tahun 1998. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah
Dasar Negeri (SDN) 2 Rawa Laut (Teladan) Bandar Lampung pada tahun 1999.
Pada tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 5 Bandar Lampung hingga lulus pada tahun 2008 dan
meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) 10 Bandar Lampung
dengan jurusan IPS hingga lulus pada tahun 2011.
Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri hingga
berhasil lulus ujian komprehensif pada tanggal 13 Februari 2017.
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengankesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari kebajikan yangdikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya.”
(QS. Al-Baqarah: 286)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka Apabilakamu telah (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh( urusan) yang lain.”
(QS. Al-Insyirah 6-7)
“Nothing is impossible. Anything can happen as long as we believe.”
“ Every successful person must have a failure. Do not be afraid to failbecause failure is a part of success.”
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, Alhamdulillahirobbilalamin segala
sesuatu yang terasa sulit ini menjadi mudah.
Kupersembahkan karya kecilku ini teruntuk Allah SWT, beserta orang-orang yang
kusayangi yaitu Ayah tersayang Madani, S.E, M.M dan Mama tercinta Dra.
Samsuryati yang selalu berdoa dalam tiap sujudnya, memberikan kasih sayang
tanpa henti, memberikan motivasi dan mendukung dengan setulus hati agar
putrinya dapat menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Lampung. Untuk
kakak dan adik yang kusayangi (Ira Daniyati, S.E., Mya Rizka Fitriyani, Rizki
Annisa, dan M. Ibnu Hajar ) terimakasih atas segala perhatian, pengertian dan
cinta kasih yang kalian curahkan selama ini. Serta untuk Almamaterku tercinta
Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Implementasi Penerapan Pemendagri Nomor 113 Tentang Perencanaan
Desa Dan Nomor 114 Tentang Keuangan Desa”, sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, bimbingan dan
partisipasi berbagai pihak baik moril maupun materiil. Untuk itu pada kesempatan
ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Fitra Dharma, S.E., M.Si., selaku Pembimbing I (satu) yang telah
meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan arahan, kritik, masukan
dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Pigo Nauli, S.E., M.Sc., selaku Pembimbing II (dua) yang telah
meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan arahan, kritik, masukan
dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D.,Akt., CA, selaku Pembahas yang
telah memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini.
7. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas
segala bimbingannya selama penulis menjalani studi S1 Akuntansi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
berbagi ilmu pengetahuan dan juga pembelajaran yang bermanfaat bagi
penulis selama menempuh studi.
9. Segenap staf karyawan jurusan Akuntansi Pak Sobari, Mbak Tina, Mpok,
Mas Yana, Mas Yogi, Mas Leman, Mas Fery yang telah banyak membantu
selama penulisan skripsi ini.
10. Keluarga besar dari papa dan mama yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
terimakasih atas segala doa dan dorongan semangat yang diberikan kepada
penulis.
11. Sahabat-sahabatku yang tidak terdefinisikan Aliya Auliandari, S.E., Alif
Ilham F, S.E., Arum Pusparani, S.E., Cinta Santri Nurhakim, S.E.,
Andueriganta Fadhlihi, S.E., Lisnawati Dewi, S.E., Mutia Ane Pupela, S.E.,
dan Heru Jatmiko, S.E., terimakasih untuk segala cerita yang telah dilewati
bersama, dukungan dan semangat yang tidak terhingga, serta rela menjadi
tiang untuk menopang beban disaat gundah, persahabatan indah ini tidak akan
pernah terlupakan.
12. Teman-teman Akuntansi 2011 (Puput, kiki, Ana, Aya, Mitha, Riris, Hani,
Yulia, Sofa, Umi, Tara, Indah, Digun, Imam, Putri, Friska, Yuni, Ayas,
Luthfita, Lely, Rara, Santi, Samsurizal, Yara, Kurniawan, Boga, Daniel,
Sulis, Pinalia, Siti, Dyah,), teman satu bimbingan (Digun, Imam,
Kiki,Mahlida, Puji, Bunga, Yara ), dan teman-teman seperjuangan lainnya
yang tidak bisa disebutkan satu persatu, serta Kakak Tingkatku ( Mba Yara,
Kak Azis, Kak Firaz ), terimakasih telah memberikan motivasi, serta canda
dan tawa selama berada di Universitas Lampung, semoga kita bisa berjumpa
kembali dilain waktu dengan kesuksesan kita masing-masing.
13. Sahabat-sahabatku (Fitri, Rika, Shelilia, Mei, Indah, Caca, Dio, Alfi, Nico,
Kiki, Adit, Aris, Kak Akbar, Mba Reni, Om Agustamsayah, Furqon, Ria, Aji,
Vista, dan Sholeh), yang telah memberikan nasehat, saran, bantuan, doa dan
dukungan, serta menemani disaat gundah, terimakasih telah menjadi
penyemangatku.
14. Teman-teman KKN Januari 2015 Desa Banding, Rajabasa, Kalianda.
15. Almamaterku tercinta.
Bandar Lampung, 20 Maret 2017
Penulis
Tya Rahmalia
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN ………………………………………………..…… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………... 6
1.3 Tujuan Penelitian …….……………………………………………… 6
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 7
1.4.1 Manfaat Bagi Pemerintah……………………………………. 7
1.4.2 Manfaat Bagi Akademis..…………………………………… 7
II. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ……. 8
2.1 Landasan Teori …………………………………………………… 8
2.1.1 Teori Atribusi ......……………………………………….. 8
2.2 Teori Knowledge Management………………….……………………. 9
2.3 Pengertian Anggaran …………………………………… 9
2.3.1 Perencanaan Anggaran ………………………………… 10
2.3.2 Penyusunan Anggaran ……………………….................... 11
2.3.3 Pelaporan dan Pertanggung jawabnnya…….……...... 13
2.3.4 Akuntabilitas …………………………………….............. 15
2.3.5 Akuntabilitas Finansial…...…………………….……………… 15
2.3.6 Pengawasan APBDesa.............................................................. 17
2.4 Penelitian Terdahulu …...…………………….……………………… 18
2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis ..…………….……………………….. 19
III. METODE PENELITIAN ………...……………….……………… 22
3.1 Populasi Dan Sampel Penelitian ………………….…………………… 22
3.2 Jenis Dan Sumber Data …….……………………………….…….... 23
3.3 Metode Pengumpulan Data ..………………………………….……. 23
3.4 Variabel Penelitian ……….………………………………………… 23
3.4.1 Variabel Terikat (Dependen) ……………………………. 23
3.4.2 Variabel Bebas (Independen) ..…………………………….. 23
3.5 Metode Analisis Data ……………………………………………… 26
3.5.1 Uji Kualitas Data………………………..…………………… 26
3.5.1.1 Uji Validitas …………………..……………………… 26
3.5.1.2 Uji Reliabilitas .……………………………………...... 27
3.5.2 Uji Asumsi Klasik…...……………………………................. 27
3.5.2.1 Uji Normalitas …….…………………………............... 27
3.5.2.2 Uji Multikolinieritas ……………………………………… 28
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas …………………………………… 29
3.5.3 Pengujian Hipotesis...……………………………...................... 29
3.5.3.1 Koefesien Determinasi (R2). ………………........................... 30
3.5.3.2 Uji Kelayakan Model (Uji Anova) ………………………… 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………..………….. 31
4.1 Deskripsi Data ......……………..…………...…………................... 31
4.1.2 Profil Responden ………………………………………….... 32
4.2 Statistik Deskriptif ...……………..…………...…………............... 34
4.3 Hasil Pengujian Kualitas Data ……………………………………. 35
4.3.1 Uji Validitas …………..…………...…………..................... 35
4.3.2 Uji Reliabilitas …………..…………...…………................. 35
4.4 Uji Asumsi Klasik …..…………...…………................................ 37
4.4.1 Hasil Uji Normalitas …….………..…………...…………..… 37
4.4.2 Hasil Uji Multikoliniearitas …………...………….................. 38
4.4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ………………………………... 40
4.5 Hasil Pengujian Hipotesis ………………...…...…......................... 41
4.5.1 Hasil Uji KoefesienDeterminasi …………………………. 41
4.5.2 Hasil Uji Kelayakan Model (Uji ANOVA) ......................... 41
4.5.3 Hasil Uji Hipotesis ........................................................... 42
4.6 Pembahasan ……………………………...……..…...………….. 46
4.6.1. Perencanaan APBDesa Terhadap Implemetasi Pemrndagri … 46
4.6.2 Pelaporan dan Pertanggung jawaban APBDesa ................... 47
4.6.3 Akuntabilitas Finansial Terhadap Impelmentasi Pemendagri........ 47
4.6.4 Pengawasan APBDesa Terhadap Implementasi Pemendagri.. 48
V . PENUTUP …..………………………………………..………… 50
5. 1 Kesimpulan ……………………………………………...………… 50
5.2 Keterbatasan Penelitian ………………………………………... 51
5.3 Saran ………………………………………………………...…… 51
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.4. Kerangka Pemikiran ................................................................... 21
4.4. Grafik Normal P-Plot of Regression Standarized Residual........... 39
4.5. Grafik Scatterplot ......................................................................... 42
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR TABEL
2.3 Penelitian Terdahulu……………………………………………………… 20
4.1 Tingkat Pengembalian Kuisoner …………………………………….... 33
4.2 Profil Responden ..…….……………………………………………… 34
4.3 Hasil Analisis Deskriptif …………………………………………………. 36
4.4 Hasil Uji Validitas …………………………………….......................... 37
4.5 Hasil Uji Reliabilitas ..……………………………………................... 38
4.6 Hasil Uji Multikoliniearitas ................................................................. 41
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi .............................................................. 43
4.8 Hasil Uji ANOVA .................................................................................... 44
4.9 Hasil Uji Statistik t ................................................................................... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisoner
Lampiran 2 Administrasi Penelitian
Lampiran 3 Hasil Statistik Deskriptif
Lampiran 4 Hasil Uji Asumsi Klasik
Lampiran 5 Hasil Analisis Regresi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam tata pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, istilah desa tidak
asing lagi bagi kita semua. Desa merupakan unsur terkecil dalam tata administrasi
pemerintahan. Setidaknya, terdapat 74.754 desa di Indonesia yang didiami lebih
dari setegah jumlah penduduk Indonesia. Keberadaan desa dicirikan dengan
homogennya sistem mata pencaharian penduduk sebagai petani, nelayan,
perkebunan, perternakan, dan lain sebagainya, sehungga muncullah istilah desa
nelayan, desa perkebunan, dan desa peternakan.
Istilah desa sering kali identik dengan masyarakat yang miskin,
tradisional, dan kolot. Namun, sebenarnya desa mempunyai keluhuran dan
kearifan lokal yang luar biasa. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat atau
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurusurusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkanprakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
RepublikIndonesia.
2
UU No. 6 Tahun 2014 menyatakan desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebutdengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakatsetempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/ atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut UU No. 6 Tahun 2014 Pasal 6 bahwa desa terdiri atas desa dan
desa adat. Penjelasan UU No. 6 Tahun 2014 menyebutkan bahwa desa atau yang
disebut desa dengan nama lain mempunyai karakteristik yang berlaku umum
untuk seluruh Indonesia., sedangkan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain mempunyai karakteristik yang berbeda dari desa pada umumnya, terutama
karena kuatnya pengaruh adat terhadap sistem pemerintahan lokal, pengelolaan
sumber daya lokal, dan kehidupan sosial budaya masyarakat desa.
Lebih lanjut Penjelasan UU No. 6 Tahun 2014 menyebutkan desa adat
pada prinsipnya merupakan warisan organisasi kepemerintahan masyarakat lokal
yang dipelihara secara turun-temurun ya ng tetap diakui dan diperjuangkan oleh
pemimpin dan masyarakat desa adat agar dapat berfungsi mengembangkan
kesejahteraan dan identitas sosial budaya lokal. Desa adat memiliki hak asal usul
yang lebih dominan daripada hak asal usul desa sejak desa adat itu lahir sebagai
komunitas yang asli yang ada di tangah masyarakat.
Pembangunan desa perlu menjadi prioritas mengingat desa memiliki
karakteristik permasalahan yang selalu membelit desa dan cenderung telah
menjadi stigma bagi desa yaitu misalnya : Pertama, Desa memiliki APBDes
yang kecil dan sumber pendapatannya sangat tergantung pada bantuan yang
3
sangat kecil pula. Ke dua, kesejahteraan masyarakat desa rendah sehingga susah
bagi Desa mempunyai Pendapatan Asli Desa (PADes) yang tinggi. Ke tiga,
masalah itu diikuti oleh rendahnya dana operasional Desa untuk menjalankan
pelayanan. Keempat, Tidak kalah penting bahwa banyak program pembangunan
masuk ke desa, tetapi hanya sebagian kecil yang melibatkan
masyarakat,Hudayana (2005) dalam Raharjo, dkk (2013).
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
dimana daerah memiliki kewenangan membuat Kebijakan tentang Desa dalam
memberi pelayanan, peningkatan peran serta dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa. Serta otonomi yang nyata yang bertujuan untuk menyelenggarakan
kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan
serta tumbuh, hidup, dan berkembang di daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa mengatur bahwa
Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa dan Bantuan Pemerintah Desa. Aturan tersebut
diperkuat dengan SK Menteri Dalam Negeri Nomor: 140/640SJ tanggal 22 Maret
2005 tentang Pedoman Alokasi Dana Desa dari pemerintah Kabupaten kepada
Pemerintah Desa, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.Melalui Alokasi Dana Desa, desa
ataupun kelurahan berpeluang untuk mengelola pembangunan, pemerintahan dan
sosial kemasyarakatan desa secara otonom. Alokasi Dana Desa adalah dana yang
diberikan kepada desa yang berasal dari dana perimbangan keuangan pemerintah
4
pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota. Pemberian Alokasi Dana
Desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan
otonominya agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu
sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi,
pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran Pemerintah Desa dalam
memberikan pelayanan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta
memacu percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis.
Alokasi Dana Desa sangat penting guna pembiayaan pengembangan -wilayah
tertinggal dalam suatu sistem wilayah pengembangan. Pelaksanaan Alokasi Dana
Desa ini ditujukan untuk program-program fisik dan non fisik yang berhubungan
dengan indikator Perkembangan Desa, meliputi tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan masyarakat, dan tingkat kesehatan, Budiono (2013). Dengan adanya
pemberian kewenangan atas pengelolaan keuangan desa (berdasarkan Pemendagri
113/2014). Perlu adanya kesiapan Pemerintahan Desa (Pemdes) dalam
implementasi peraturan baru yang berlaku pada tahun anggaran 2015.
Menjelang penerapan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa, sejumlah
Pemerintah Desa (Pemdes) di Kabupaten Sleman justru belum siap
melaksanakannya. Dalam Mempersiapkan implementasi Undang-Undang Desa,
setiap pemdes dituntut untuk mempersiapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDesa) hingga 30 Desember 2015. Di sis lain, pemdes justru belum
dapat menghitung pendapatan asli desa yang akan dimasukkan dalam APBDesa.
Selain keterbatasan waktu penyusunan APBDesa, kesulitan yang dihadapi Pemdes
adalah sistem administrasi keuangan yang jauh berbeda dibandingkan sebelum
5
adanya Undang-Undang Desa. Serta pengelolaan anggran secara mandiri oleh
pemdes, termasuk didalamnya pengelolaan penghasilan bagi perangkat desa dan
belanja publik dengan perbandingan 30% untuk gaji perangkat desa serta 70 %
untuk pembangunan.
Penelitian ini mengembangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Rahmawati, dkk (2015) untuk meneliti kembali kesiapan desa dalam
implementasi penerapan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari delapan desa di Kabupaten
Mojokerto yang menjadi sampel telah siap dalam implementasi penerapan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, khususnya dalam hal
APBDesa. Namun desa sebelumnya belum sepenuhnya siap karena masih ada
kendala dalam implementasi Undang-Undang Desa. Faktor utama yang menjadi
penghambat adalah keterbatasan waktu dalam persiapan administrasi dan
pemahaman isi Undang-Undang sebagai dasar aturan. Faktor lainnya adalah
sumber daya manusia (SDM) yang kurang mendukung. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu pada sampel penelitian, pada penelitian ini
sampel adalah lima Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “Implementasi Penerapan Pemendagri Nomor 113
Tentang Perencanaan Desa dan Nomor 114 Tentang Keuangan Desa Studi
Pada Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah”
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi penerapan Pemendagri 113 Tentang Perencanaan
Desa dan 114 Tentang Keuangan Desa pada lima Kecamatan di Kabupaten
Lampung Tengah?
b. Bagaimana penyusunan Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) pada lima Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah terkait
adanya Pemendagri 113 Tentang Perencanaan Desa dan 114 Tentang
Keuangan Desa?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui implementasipenerapan Pemendagri 113 Tentang
Perencanaan Desa dan 114 Tentang Keuangan Desa pada lima Kecamatan di
Kabupaten Lampung Tengah
b. Untuk mengetahui pemahaman desa mengenai pelaksanaan pemerintahan
desa sesuai dengan Pemendagri 113 Tentang Perencanaan Desa dan 114
Tentang Keuangan Desa.
c. Untuk mengetahui mendeskripsikan pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Desa (APBDesa) pada lima Kecamatan di Kabupaten Lampung
Tengah terkait Pemendagri 113 Tentang Perencanaan Desa dan 114 Tentang
Keuangan Desa.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
sebagai berikut:
a. Bagi Pemerintah
Bagi pihak pemerintahan penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan usaha perbaikan dalam pelaksanaan dan
pengalokasian dana desa.
b. Bagi Akademisi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
kesiapan desa dalam implementasi penerapan Peraturan Menteri Dalam
Negeri tentang Desa.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Atribusi (Attribution Theory)
Attribution Theory mempelajari proses bagaimana seseorang
menginterpretasikan suatu peristiwa, mempelajari bagaimana seseorang
menginterpretasikan alasan atau sebab perilakunya (Luthans, 1998 serta Steers,
1998). Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang mengargumentasikan
bahwa perilaku seseorang itu ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal
(internal forces) yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,
seperti kemampuan atau usaha dan eksternal forces yaitu faktor-faktor yang
berasal dari luar misalnya task difficulty atau keberuntungan (Hudayati, 2002).
Hudayati (2002) lebih lanjut menerangkan bahwa dalam penelitian keperilakuan,
teori ini diterapkan dengan dipergunakannya variabel locus of control. Variabel
tersebut terdiri dari dua komponen, yaitu internal locus of control dan external
locus of control. Internal locus of control adalah perasaan yang dialami
seseorang bahwa dia mampu secara personal mempengaruhi kinerjanya serta
perilakunya melalui kemampuan, keahlian dan usaha yang dia miliki. Di lain
pihak external locus of control adalah perasaan yang dialami seseorang bahwa
perilakunya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di luar pengendaliannya.
9
2.2 Teori Knowledge Management
Knowledge Management adalah sebuah koordinasi sitematis dalam sebuah
organisasi yang mengatur sumber daya manusia, teknologi, proses dan struktur
organisasi dalam rangka meningkatkan value melalui penggunaan ulang dan
inovasi. Koordinasi ini bisa dicapai melalui menciptakan, membagi dan
mengaplikasikan pengetahuan dengan menggunakan pengalaman dan tindakan
yang telah diambil perusahaan demi kelangsungan pembelajaran organisasi.
Menurut Rigby (2009) dalam buku Dalkir (2011:5-6), Knowledge Management
mengembangkansistem dan proses untuk mendapatkan dan berbagi aset
kepandaian. Ini meningkatkan generasi berdasarkan kegunaan, dapat
dipertanggungjawabkan, dan informasi penuh arti, dan mencari agar
meningkatkan kedua hal, individu serta kelompok belajar. Selain itu dapat
memaksimalkan nilai dari sebuah dasar kepandaian organisasi melewati fungsi
berbeda dan lokasi berbeda. KM mengatur bahwa keberhasilan bisnis berupa
koleksi bukan produk tapi dasar pengetahuan khusus. Kepandaian adalah kunci
yang akan memberikan daya saing perusahaan.
2.3Pengertian Anggaran
Menurut Nordiawan (2006) dalam Rahmawati (2015) anggaran merupakan
sebuah rencana financial yang menyatakan rencana-rencana organisasi untuk
melayani masyarakat atau aktivitas lain dapat mengembangkan kapasitas
organisasi dalam pelayanan, estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan
dalam merealisasikan rencana tersebut, perkiraan sumber-sumber mana saja yang
akan menghasilkan pemasukan serta sebesar besar pemasukan tersebut.
10
Sedangkan menurut Halim (2007), Anggaran (budget) adalah suatu rencana
operasional yang dinyatakan dalam suatu uang dari organisasi, dimana suatu
pihak menggambarkan perkiraan pendapatan atau penerimaan guna menutupi
pengeluaran tersebut untuk periode tertentu yang umumnya satu tahun.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan
bahwa anggaran merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor
publik untuk dijadikan pedoman atas rencana-rencana organisasi untuk melayani
masyarakat atau aktivitas lain dapat mengembangkan kapasitas organisasi dalam
pelayanan, meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang
diukur dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara
sistematis untuk satu periode.
2.3.1 Perencanaan Anggaran
Perencanaan merupakan bagian penting dari suatu organisasi pemerintahan.
Perencanaan yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik pula. Perencanaan
keuangan desa adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintahan desa
bersama masyarakat desa dalam membuat perencanaan keuangan desa dalam
rangka pelaksanaan pembangunan desa (Firmansyah 2012). Seperti yang
disebutkan dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada pasal 73
ayat (2) , bahwa “Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa diajukan
oleh Kepala Desa dan dimusyawarahkan bersama Badan Permusyawaratan Desa”.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, disebutkan bahwa Sekretaris Desa
menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa
11
tahun berkenaan kemudian disampaikan kepada Kepala Desa untuk dibahas dan
disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa dengan ketentuan paling lambat
adalah bulan Oktober tahun berjalan. Setelah disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa, maka Kepala Desa wajib menyampaikan kepada
Bupati/Walikota melalui camat paling lambat 3 hari sejak disepakati.
Bupati akan menetapkan hasil evaluasi dari Rancangan APBDesa paling lambat
dua puluh (20) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa. Apabila Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas
waktu yang ditentukan maka Peraturan Desa berlaku dengan sendirinya. Tetapi
apabila Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi tidak sesuai dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan maka Kepala Desa harus
melakukan penyempurnaan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dengan
waktu paling lama tujuh (7) hari kerja tershitung sejak diterimanya hasil evaluasi,
Rahmawati (2015).
2.3.2 Penyusunan Anggaran
Anggaran haruslah menyeluruh dan dapat dicapai. Dalam anggaran harus terdapat
inovasi dan fleksibilitas untuk menghadapi kejadian-kejadian yang tidak terduga.
Angka-angka yang terdapat dalam penganggaran dapat dinyatakan dalam dolar,
unit, jam, pon, dan karyawan. Shim and Siegel (2000) menyatakan bahwa efektif
jika suatu penganggaran memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Kemampuan prediksi;
2) Saluran komunikasi, wewenang dan tanggungjawab yang jelas;
3) Informasi yang akurat dan tepat waktu;
12
4) Kesesuaian, bersifat menyeluruh, dan kejelasan informasi;
5) Dukungan dalam organisasidari semua pihak yang terlibat.
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penganggaran meliputi :
Penetapan tujuan;
Pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia;
3) Negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka-angka anggaran;
4) Pengkoordinasian dan peninjauan komponen;
5) Persetujuan akhir;
6) Pendistribusian anggaran yang disetujui.
Pelaksanaan penganggaran keuangan desa dimaksudkan untuk memperbaiki
proses anggaran dengan sebisa mungkin dalam membuat keputusan yang objektif
mengenai alokasi dan redistribusi sumber daya, pengurangan biaya dan
menginvetarisasi kekurangan dan kelebihan anggaran oleh Pemerintah Desa.
Melalui Peraturan Bupati Sleman Nomor 9 tahun 2015 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, disebutkan bahwa :
a. Pelaksanaan pendapatan desa
Setiap pendapatan desa wajib dicatat dalam APBDesa. Setiap pendapatan desa
harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah serta diadministrasi sesuai
dengan kode rekening pendapatan dalam rekening kas desa atas nama Pemerintah
Desa.
b. Pelaksanaan belanja desa
Dalam setiap belanja desa harus dilaksanakan melalui kode belanja. Setiap belanja
desa atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah
13
serta diverivikasi oleh Sekretaris Desa atas kebenaran materiil dari penggunaan
bukti kemudian disahkan oleh Kepala Desa. Belanja desa yang mengakibatkan
beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang
APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa. Belanja desa dimaksud tidak
termasuk untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional
perkantoran yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa. Sedangkan penggunaan
belanja tidak terduga terlebih dahulu harus dibuat RAB yang telah disahkan oleh
Kepala Desa.
c. Pelaksanaan pembiayaan desa
Dalam pelaksanaan pembiayaan desa, setiap pembiayaan desa wajib dicatat dalam
APBDesa. Setiap pembiayaan desa juga harus didukung oleh bukti yanglengkap
dan sah serta diadministrasi sesuai dengan kode rekening pembiayaan.
2.3.3 Pelaporan dan Pertanggungjawabannya
Setelah melakukan pelaksanaan APBDesa, Kepala Desa harus melakukan
pelaporan atas realisasi pelaksanaan APBDesa tersebut dengan membuat laporan
realisasi pelaksanaan APBDesa. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 113 tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, disebutkan
bahwa Kepala Desa wajib menyampaikan laporan realisai peleksanaan APBDesa
kepada Bupati/Walikota berupa laporan semester pertama dan semester akhir
tahun. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa semester pertama disampaikan
paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan. Sedangkan laporan semester
akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.
14
Selain melakukan pelaporan, pemerintah desa juga melakukan
pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan keuangan desa. Bentuk dari
pertanggungjawaban ini adalah dengan membuat laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APBDesa yang dapat dipertanggungjawabkan oleh Kepala
Desa. Pertanggungjawaban keuangan desa diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, disebutkan bahwa setiap akhir tahun
anggaran Kepala Desa wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota melalui camat paling
lambat satu ( 1 ) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.
Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari
pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi
Pelaksanaan APBDesa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa ditetapkan dengan Peraturan Desa yang dilampiri : Format
Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran
berkenaan; Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun
Anggaran berkenaan; dan Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang masuk ke desa.
Laporan realisasi dan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada
masyarakat secara tertulis ddan dengan media informasi yang mudah diakses oleh
masyarakat. Misalnya saja melalui papan pengumuman, radio komunitas, dan
media informasi lainnya.
15
2.3.4 Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan suatu perwujudan yang dilakukan oleh orang maupun
kelompok yang telah diberikan amanah untuk melaksanakan tugas dan fungsinya
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Darise (2006) menjelaskan akuntabilitas adalah suatu perwujudan
kewajiban seseorang atau satuan kerja untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2.3.5 Akuntabilitas Finansial
Menurut Mahmudi (2007) Akuntabilitas Finansial merupakan pertanggung-
jawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan dana publik secara
ekonomi, efisien, dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta
korupsi. Akuntabilitas finansial menekan pada ukuran anggaran dan finansial.
Akuntabilitas finansial sangat penting karena pengelolaan keuangan publik akan
menjadi perhatian utama masyarakat publik.
Adapun akuntabilitas finansial dalam pengelolaan keuangan desa, antara lain
adalah sebagai berikut :
1) Keakuratan
Menurut Mahmudi (2007) keakuratan adalah teliti, tepat, cermat, dan bebas dari
kesalahan. Dalam pengelolaan keuangan desa khususnya dalam pembuatan dan
penyelesaian laporan-laporan keuangan dan laporan pertanggungjawaban harus
dikerjakan dengan teliti, tepat, dan bebas dari kesalahan sehingga informasi-
16
informasi dari laporan keuangan dan pertanggungjawaban tersebut jelas
maksudnya.
2) Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan mengenai APBDesa yang memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya
tentang keuangan desa (Riyanto 2015). Transparansi menjadi sangat penting
dalam pengelolaan keuangan desa dikarenakan agar pihak Pemerintah Desa
kepada masyarakat desa mengenai dana-dana desa yang telah teranggarkan dapat
dipertanggungjawabkan dengan terbuka kepada masyarakat Desa.
3) Ketepatan waktu
Ketepatan waktu adalah laporan pertanggungjawaban dapat diselesaikan tepat
waktu atau suatu hasil kerja dapat dicapai tepat waktu (Riyanto 2015).
4) Validitas
Menurut Pasolong (2012) validitas adalah sejauh mana ketepatan, kesesuaian atau
kecocokkan suatu alat untuk mengukur apa yang akan diukur. Dalam pengelolaan
keuangan desa, terutama dana desa harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Desa.
5) Relevansi
Menurut Pasolong (2012) relevansi adalah kesesuaian sesuatu hasil yang
diinginkan. Dalam pengelolaan keuangan desa harus benar-benar sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan masyarakat Desa secara umum seperti kebutuhan
masyarakat dalam mendapatkan fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dengan
17
tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat Desa.
6) Keandalan informasi
Menurut Mahmudi (2007) keandalan informasi adalah konsistensi dari
serangkaian pengukuran atau alat ukur yang sama. Dalam pengelolaan keuangan
desa bahwa dana desa tersebut dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.
2.3.6 Pengawasan APBDesa
Pengawasan meliputi kegiatan pengawasan dan pengendalian pengelolaan
keuangan desa. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengawasi pengalokasian
keuangan desa sebagai upaya untuk melakukan tindakan evaluasi terhadap
anggaran yang telah dialokasikan oleh pemerintah desa.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa, disebutkan bahwa Pemerintah Provinsi wajib
membina dan mengawasi pemberian dan penyaluran Dana Desa, Alokasi Dana
Desa, dan Bagi hasil Pajak dan Retribusi Daerah dari Kabupaten/Kota kepada
Desa. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa.
Selain adanya pengawasan dari Pemerintah Kabupaten/Kota, ada pula
pengawasan dai Badan Permusyawaratan Desa. Dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, disebutkatkan bahwa Badan Permusyawaratan Desa
berhak mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa. Selain berhak untuk mengawasi,
Badan Permusyawaratan Desa dapat menyampaikan pendapat atas
18
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya dan berkaitan
serta menjadi bahan acuan dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut :
No. Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Akang 2015
Kesiapan Pemerintah
Desa Landungsari
Menghadapi
Implementasi Alokasi
Dana Desa Sesuai
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
Pemerintah Desa Landungsari siap
mengimplementasikan kebijakan
program ADD sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa
2 Rahmawati, dkk 2015
Analisis Kesiapan Desa
dalam Implementasi
Penerapan UU Nomor 6
Tahun 2014 tentang
Desa
Desa belum sepenuhnya siap dalam
implementasi penerapan UU Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa karena
masih ada kendala dalam
implementasinya
3 Setyoko 2011
Akuntabilitas
Administrasi Keuangan
Program Alokasi Dana
Desa (ADD)
Pemerintah desa di Kabupaten
Purbalingga Provinsi Jawa Timur
belum dapat mewujudkan
akuntabilitas atas pengelolaan
keuangan alokasi dana desa
4 Yasinta 2013
Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa di
Desa Tirta Kencana
Kecamatan Bengkayang
Kabupaten Bengkayang
Penyelenggaraan pemerintahan desa
di Desa Tirta Kencana belum
transparan, perangkat desa tidak
memiliki daya tanggap dan belum
memiliki tanggung jawab yang
besar terhadap pelaksanaan tugas,
pokok dan fungsinya
19
2.5 Kerangka Pemikiran
2.6 Perumusan Hipotesis
2.6.1 Pemahaman Umum Terhadap Implementasi Pemendagri Nomor 113
Tentang Perencanaan Desa Dan Nomor 114 Tentang Keuangan Desa
Hasil penelitian Rahmawati,dkk (2015) mengungkapkan bahwa Pemahaman
Umum berdasarkan dengan UU Nomor 6 Tahun 2014 dan Peemendagri Nomor
113 dan Nomor 114 telah dipahami dengan baik oleh 8 sampel penelitian dengan
presentase yang tinggi.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dirumuskan:
H1 : Pemahaman umum berpengaruh positif terhadap Implementasi
Pemendagri
Perencanaan APBDesa
(X2)
Pelaporan dan
Pertanggungjawaban
APBDesa (X3)
Akuntabilitas(X4)
Pengawasan APBDesa
(X5)
Pemahaman Umum ( X1)
Implementasi
Penerapan Pemendagri
Nomor 113 Tentang
Perencanaan Desa Dan
Nomor 114 Tentang
Keuangan Desa
20
2.6.2Perencanaan APBDesa Terhadap Implementasi Pemendagri Nomor 113
Tentang Perencanaan Desa Dan Nomor 114 Tentang Keuangan Desa
Hasil penelitian Rahmawati,dkk (2015) mengungkapkan bahwa Perencanaan
APBDesa berdasarkan dengan UU Nomor 6 Tahun 2014 dan Pemendagri Nomor
113 Tahun 2014 telah dilaksanakan dengan baik oleh 8 sampel penelitian dengan
persentase yang tinggi, dengan persentase tertinggi dengan mencapai 100% dan
terendah sebesar 75%.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dirumuskan:
H1 : Perencanaan APBDesa berpengaruh positif terhadap Implementasi
Pemendagri
2.6.3 Pelaporan danPertanggungjawaban APBD Terhadap Implementasi
Pemendagri Nomor 113 Tentang Perencanaan Desa Dan Nomor 114 Tentang
Keuangan Desa
Hasil penelitian Rahmawati,dkk(2015) mengungkapkan kesiapan perangkat desa
dalam Impelementasi Penerapan UU Desa Nomor 6 Tahun 2014 mengindikasikan
bahwa 7 dari sampel penelitian sudah cukup siap dalam Implementasi Penerapan
UU Desa Nomor 6 Tahun 2014 sedangkan 1 desa belum siap melaksanakan
pelaporan dan pertanggungjawab APBDesa.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dirumuskan :
H2 : Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD berpengaruh positif terhadap
Implementasi Pemendagri
21
2.6.4 Akuntabilitas FinansialTerhadap Implementasi Pemendagri Nomor 113
Tentang Perencanaan Desa Dan Nomor 114 Tentang Keuangan Desa
Hasil penelitian Rahmawati,dkk (2015) mengungkapkan bahwa kesiapan
perangkat desa dalam Implementasi Penerapan UU Desa Nomor 6 Tahun 2014
yang dilihat dari aspek Akuntabilitas Finansial yang terdiri dari keakuratan,
transparansi, ketepatan waktu, validitas, relevansi, dan keandalan informasi
terhadap 8 desa dalam sampel penelitian diperoleh persentase tertinggi sebesar
100% sedangkan yang terendah sebesar 50% hal ini mengindikasikan bahwa desa
telah siap dalam implementasi penerapan UU Desa Nomor 6 Tahun 2014.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dirumuskan:
H3 : Akuntabilitas Finansial berpengaruh positif terhadap Implementasi
Pemendagri
2.6.5 Pengawasan APBDesa Terhadap Implementasi Pemendagri Nomor 113
Tentang Perencanaan Desa Dan Nomor 114 Tentang Keuangan Desa
Hasil Penelitian Rahmawati,dkk (2015) mengungkapkan bahwa 8 desa dari
keseluruhan sampel penelitian , perangkat desa telah siap dalam implementasi
penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014 yang dilihat dari aspek pengawasan
APBdesa.
Berdasarkan uraian diatas maka hipitesis dirumuskan :
H4 : Pengawasan APBDesa berpengaruh positif terhadap Implementasi
Pemendagri
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sampel dan Data Penelitian
3.1.1 Populasi
Menurut Indriantoro (2009), populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau
segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu.
Populasi dalam penelitian ini meliputi Kepala Desa dan Sekertaris Desa di
Kecamatan Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 140 orang. Dipilihnya
insitusi tersebut sebagai objek penelitian ini karena sebagai satuan kerja
pemerintah yang memegang peran penting dalam tanggung jawab perencanaan
desa dan keuangan desa.
3.1.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono,2006). Teknik penelitian dan penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling. Sampel yang diambil 100 Kepala Desa
dan Sekertaris Desa.
23
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data penelitian
yang diperoleh secara langsung dari sumbernya (responden) dengan cara
menyebarkan kuisoner kepada responden. Kuisoner atau daftar pertanyaan yaitu
dengan cara membuat daftar pertanyaan yang kemudian disebarkan pada para
responden secara langsung sehingga hasil pengisiannya akan lebih jelas dan
akurat.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner
atau angket kepada perangkat desa di Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah.
Kemudian dengan dokumentasi, data didapatkan dari dokumen-dokumen atau
arsip-arsip yang relevan dari penelitian ini.
3.4Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Dependent
Variabel Dependent adalah variabel yang menjelaskan mengenai Implementasi
Pemendagri yang pengukurannya mengunakan pemahaman umum.
3.4.2Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang menjelaskan dan mempengaruhi
variabel lain, Indriantoro ( 2014). Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Rahmawati,dkk (2015) mengungkapkan bahwa untuk mendukung
implementasi penerapan UU Desa Nomor 6 tahun 2014 dan Pemendagri
113 tahun 2014 terlebih dahulu perangkat desa harus memahami terkait
24
peraturan tersebut. Dan dalam hal ini faktor SDM dalam perangkat desa
memiliki pengaruh yang besar dalam implementasi UU Nomor 6 Tahun
2014. Pemahaman umum perangkat desa dalam UU desa dan
Pemendagri diukur dengan Skala Likert 5 poin, di mana poin 1 diberikan
untuk jawaban yang berarti kompetensi pemahaman umum perangkat
desa paling rendah dan seterusnya hingga poin 5 diberikan untuk
jawaban yang berarti pemahaman umum perangkat desa paling tinggi.
b. Perencanaan APBDesa
Perencanaan keuangan desa adalah usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintahan desa bersama masyarakat desa dalam
membuat perencanaan keuangan desa dalam rangka pelaksaan UU
Desa, Firmansya (2012). Perencanaan APBDesa berdasarkan UU
Nomor 6 Tahun 2014 dan Pemendagri Nomor 113 diukur dengan
Skala Likert 5 poin, di mana poin 1 diberikan untuk jawaban yang
berarti perangkat desa belum melakukan perencaan APBDesa
berdasarkan peraturan terkait paling rendah dan seterusnya hingga
poin 5 diberikan untuk jawaban yang berarti perangkat desa telah
melakukan perencanaan APBDesa sesuai dengan peraturan terkait.
c. Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD
Sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap APBDesa maka
pemerintah harus membuat laporan realisasi pelaksanan dan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sesuai dengan
peraturan yang berlaku saat ini. Dalam pengukuran pelaporan dan
pertanggungjawaban APBD diukur dengan Skala Likert 5 poin, di
25
mana poin 1 diberikan untuk jawaban yang berarti desa belum
melaksanakan pelaporan dan pertanggungjawaban APBDesa
pemahaman umum perangkat desa paling rendah dan seterusnya
hingga poin 5 paling tinggi diberikan untuk jawaban yang berarti desa
telah melaksanakan pelaporan dan pertanggungjawaban APBDesa .
d. Akuntabilitas Finansial
Menurut Mahmudi (2007) Akuntabilitas Finansial merupakan
pertanggungjawabn lembaga-lembaga publik untuk menggunakan
dana secara ekonomi, efisien, dan efektif. Akuntabilitas Finansial
sangat penting karena pengelolaan keuangan publik akan menjadi
perhatian utama masyarakat. Adapun Akuntabilitas Finansial dalam
pengelolaan keuangan desa adalah keakuratan, transparansi,
ketepatan waktu, validitas, relevansi, dan keandalan informasi.
Akuntabilitas Finansial diukur dengan Skala Likert 5 poin, di mana
poin 1 diberikan untuk jawaban yang berarti desa belum
melaksanakan Akuntabilitas Finansial perangkat desa paling rendah
dan seterusnya hingga poin 5 paling tinggi diberikan untuk jawaban
yang berarti desa telah melaksanakan Akuntabilitas Finansial.
e. Pengawasan APBD
Pengawasan meliputi kegiatan pengawasan dan pengelolaan
keuangan desa. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengawasi
pengalokasian keuangan desa sebagai upaya untuk melakukan
tindakan evaluasi terhadap anggaran yang telah diberikan oleh
pemerintah pusat. Pemerintah Provinsi wajib membina dan
26
mengawasi pemberian dan penyaluran dana desa, selain adanya
pengawasan dari pemerintah kota atau kabupaten adapula
pengawasan dari Badan Permusyawaratan Desa. Pengawasan
APBDesadiukur dengan Skala Likert 5 poin, di mana poin 1
diberikan untuk jawaban yang berarti desa belum melaksanakan
pengawasan perangkat desa paling rendah dan seterusnya hingga poin
5 paling tinggi diberikan untuk jawaban yang berarti desa telah
melaksanakan pengawasan APBDesa.
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Uji Kualitas Data
3.5.1.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
ketepatan suatu alat ukur. Validitas menunjukkan derajat ketepatan antara data
yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi
antara skor pertanyaan dengan total skor variabel, sedangkan untuk mengetahui
skor masing-masing item pertanyaan valid atau tidak, maka ditetapkan kriteria
statistik sebagai berikut :
1. Jika r dihitung > r tabel dan bernilai positif, maka variabel tersebut valid.
2. Jika r dihitung < r tabel, maka variabel tersebut tidak valid.
3. Jika dihitung > r tabel tetapi bertanda negatif maka H0 akan ditolak dan Ha
diterima.
27
3.5.1.2 Uji Reabilitas
Suatu kuisioner dinyatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005). Uji
reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat pengukuran mempunyai
kehandalan dalam mengukur. Untuk mengetahui hasil dari uji reliabilitas dapat
menggunakan bantuan program SPSS, yang akan memberikan fasilitas untuk
mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha(α ). Suatu Konstruk
atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60
(Nunnally, 1968 dalam Ghozali, 2013).
3.5.2Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian hipotesis dengan analisis
regresi. Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model
yang diperoleh benar – benar memenuhi asumsi klasik atau tidak, yaitu asumsi
yang mendasari analisis regresi.
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian ini adalah data yang memiliki distribusi normal.
Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilihat melalui
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data
sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
dikatakan normal apabila garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
28
mengikuti garis dialognya (Ghozali, 2013), sebaliknya jika data menyebar jauh
dari garis diagonal maka model regresi tidak tidak memenuhi asumsi normalitas.
Analisis uji statistic dengan Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S).
Dasar pengambilan keputusan uji statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Z (1-
Sample K-S) adalah:
1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan HA
diterima. Hal ini berarti data residual terdistribusi tidak normal.
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 maka H0 diterima dan HA
ditolak. Hal ini berarti data residual terdistribusi normal, Ghozali (2013).
3.5.2.2Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi
ada tidaknya multikolinearitas didalam model regresi, yaitu dengan menganalisis
matriks korelasi variabel – variabel bebas, dapat juga dengan melihat nilai
tolerance dan variance information factors (VIF). Nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance) dan nilai cut off yang
umum dapat dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Jika nilai variance
inflationfactor (VIF) < 10 dan nilai tolerance> 0,10, maka model tersebut dapat
dikatakan terbebas dari multikolinearitas.
29
3.5.2.3Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
perbedaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
pengamatan varian dari residualsatu ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan sebaliknya jika berbeda maka disebut heterokedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas, dan
gejalanya dapat diujidengan melihat ada tidaknyapola tertentu yang tergambar
pada grafik scatterplot.Jika titik sebar membentuk pola tertentu yang teratur atau
dalam artian bergelombang, melebar, kemudian menyempit, maka
mengindifikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Sedangkan jika tidak ada pola
yang jelas, serta titik –titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heterokedastisitas, Ghozali (2013).
3.5.3 Uji Hipotesis
Metode yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda, karena penelitian ini menggunakan satu variabel
dependen dan beberapa variabel independen. Regresi bertujuan untuk menguji
pengaruh anatara satu variabel dengan variabel lainnya. Pengujian hipotesis ini
dengan menggunakan alat statistik SPSS. Persamaan regresi dalam penelitian ini
yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan :
Y = Pemahaman Umum
a = Konstanta
30
b1-b4 = Koefisien regresi
X1 = Perencanaan APBDesa
X2 = Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBDesa
X3 = Akuntabilitas Finansial
X4 = Pengawasan APBDesa
e = Error
3.5.3.1 Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui besarnya kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara 0 dan 1. Semakin kecil nilai R2, maka semakin terbatas kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependennya.
3.5.3.2 Uji Kelayakan Model (Uji ANOVA)
Uji ANOVA digunakan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan
sudah tepat atau belum. Taraf signifikansi uji ANOVA, yaitu lebih dari 0,05.
Ketentuan yang digunakan dalam uji ANOVA ini adalah sebagi berikut :
1. Jika probabilitas signifikansi lebih besar dari tingkat signifikansi (Sig. >
0,05), maka model regresi dalam penelitian ini adalah tidak layak (fit)
untuk digunakan dalam penelitian.
2. Jika probabilitas signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi (Sig. <
0,05), maka model regresi dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan
dalam penelitian ini.
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesiapan desa dalam implementasi
penerapan pemendagri nomor 113 tentang perencanaan desa dan nomor 114
tentang keuangan desa, populasi pada penelitian ini adalah pelaksana Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDesa) pada lima Kecamatan di Kabupaten
Lampung Tengah, dengan sampel berjumlah 100 responden.Metode analisis data
menggunakan regresi berganda dengan uji t sebagai uji hipotesis yang dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan membuktikan bahwa secara bersama-sama maupun secara
parsial variabel Perencanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban, variabel
Akuntabilitas Finansial, dan variabel Pengawasanberpengaruh terhadap
pemahaman umum pelaksana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa
(APBDesa) pada lima Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah.
2. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terlihat bahwa dari keseluruhan
variabel responden mempunyai nilai rata-rata baik atau setuju atas
pertanyaan yang diajukan, hal ini membuktikan bahwa responden sebagai
Kepala Desa dan Sekretaris Desa di 5 Kecamatan Kabupaten Lampung
Tengahmempunyai kesiapanyang baik dan mendukung penerapan
51
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa.
5.2 Keterbatasan
1. Periode penelitian terbatas pada jangka waktu selama dua bulan.
2. Sampel penelitian ini hanya 100 Kepala Desa dan Sekertaris Desa di lima
Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah.
3. Sampel penelitian ini hanya lima sampel kecamatan yang diambil
diantaranya,Kecamatan Gunung Sugih, Kecamatan Bumi Ratu Nuban,
Kecamatan Punggur, Kecamatan Kota Gajah, Kecamatan Seputih Agung.
4. Peraturan perundang-undangan Pemendagri 113 dan 114 masih baru
diterapkan sehingga sedikit referensi yang didapat.
5. Implementasi penerapan pemendagri nomor 113 tentang perencanaan desa
dan nomor 114 tentang keuangan desa hanya diproksikan dengan variabel
Perencanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban, variabel Akuntabilitas
Finansial, dan variabel Pengawasan
5.3 Saran
1. Penelitian selanjutnya dapat memperluas objek penelitian dengan melibatkan
instansi pemerintah lainnya seperti SKPD lain yang ada di Provinsi Lampung
atau lainnya sehingga dapat dijadikan generalisasi secara keseluruhan.
2. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah sebaiknya harus meningkatkan dan
mengoptimalkan penerapan insentif atas kinerja yang dicapai dan hukuman
atas kegagalannya; penerapan efisiensi (savings); dan penahanan atas
penerimaan yang diperoleh oleh suatu Desa, serta mengoptimalkan
52
pengawasan terhadap input, output dan outcome atas pelaksanaan anggaran,
sehingga penggunaan seluruh potensi sumber daya yang ada baik berupa
sumber daya manusia maupun sumber daya finansialnya dapat berjalan
dengan baik.
53
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Bayu Sukmawan. 2013. Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa
Berdasarkan PERMENDAGRI NO. 37 TAHUN 2007 Tentang
PedomanPengelolaan Keuangan Desa. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Firmasyah, dan Raja Muhammad Amin. 2012. Pengelolaan Keuangan di Desa
Pulau Lawas Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar. Jurnal
Kampus Bina Widya: 1-12.
Indriantoro, Nur. Supomo, Bambang. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarata.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 72 Tahun 2005 Tentang
Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 113 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Keuangan Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 114 Tahun 2014
Tentang Pedoman Pembangunan Desa
Raharjo, Try, dkk. 2013.Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD)
Tahun 2011 Di Desa Jembul Dan Desa Sumengko Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto. Jurnal Wacana.Vol.16, No. 1.
Rahmawati, Hesti Irna, dkk. 2015. Analisis Kesiapan Desa Dalam Implementasi
Penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.The 2nd
University
Research Coloquium.
Yuliansyah, dan Rusmianto. 2016. Akuntansi Desa. Jilid 1.Jakarta: Salemba
Empat.
Setyoko, Paulus Irawan. 2011. Akuntabilitas Administrasi Keuangan Program
Alokasi Dana Desa (ADD).Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Vol. 11, No.
1:14-24.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah
Top Related