22
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis
Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang
didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu
tujuan penelitian. Pengetahuan dapat diperoleh dari ilmu yang telah dipelajari
yang berasal dari sumber bacaan baik dari buku teks, jurnal, dan logika peneliti
yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya (Rachmania &
Burhanuddin, 2008). Berikut ini beberapa teori yang mendasari kerangka
pemikiran yang penulis lakukan.
3.1.1 Studi Kelayakan Bisnis
Bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh
keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang telah ditetapkan dalam berbagai
bidang, baik dalam jumlah maupun waktunya (Kasmir & Jakfar, 2012). Secara
umum bisnis merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan biaya untuk
digunakan dalam menghasilkan barang dan atau jasa dengan harapan akan
memperoleh hasil atau keuntungan di kemudian hari. Menurut Kasmir dan Jakfar
(2012), agar tujuan suatu bisnis dapat dicapai hendaknya sebelum melakukan
investasi didahului dengan suatu studi untuk menilai apakah investasi yang
ditanamkan akan memberikan suatu manfaat atau tidak.
Menurut Umar (2007) studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu
metode penjajakan dari suatu gagasan tentang kemungkinan layak atau tidaknya
gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Suatu proyek dikatakan layak apabila
proyek tersebut diperkirakan akan dapat menghasilkan keuntungan yang layak
apabila telah dioperasikan.
Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk
menilai besarnya manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu
kegiatan usaha. Berdasarkan hal tersebut, studi kelayakan merupakan bahan
pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan mengenai apakah suatu
rencana bisnis diterima atau ditolak serta apakah akan menghentikan atau
mempertahankan bisnis yang sudah atau sedang dilaksanakan (Nurmalina et al.
2010).
23
Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk mengetahui tingkat benefit yang
dicapai dari suatu bisnis yang akan atau telah dijalankan, memilih alternatif bisnis
yang menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi berdasarkan pada
alternatif bisnis yang menguntungkan tersebut. Selain itu, studi kelayakan bisnis
juga dapat digunakan untuk menghindari pemborosan sumberdaya (Nurmalina et
al, 2010).
Tujuan melakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari kerugian
penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak
menguntungkan. Studi kelayakan memerlukan biaya, namun biaya tersebut relatif
lebih kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang
menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Muhammad, 2000).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), lima tujuan studi kelayakan bisnis dilakukan
yaitu untuk menghindari risiko kerugian, memudahkan perencanaan,
memudahkan pelaksanaan pekerjaan, memudahkan pengawasan, dan
memudahkan pengendalian.
3.1.2 Investasi
Investasi di dalam perusahaan adalah penggunaan sumber-sumber yang
diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan di
masa yang akan datang. Investasi pada prinsipnya adalah penggunaan sumber
keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan
keuntungan darinya. Dari sudut pandang jangka waktu penanamannya, investasi
dibagi dalam dua yaitu investasi jangka pendek biasanya kurang dari satu tahun
yang bertujuan untuk mendayagunakan atau memanfaatkan dana yang sementara
menganggur serta bersifat marketable (mudah untuk diperjualbelikan) dan
investasi jangka panjang yang ukuran jangka waktunya lebih dari satu tahun serta
tidak bersifat marketable karena investasi ini menyangkut kelangsungan hidup
usaha di masa yang akan datang (Suratman, 2002).
Menurut Suratman (2002), salah satu konsep investasi adalah
penganggaran modal karena penganggaran modal merupakan suatu konsep
penggunaan dana di masa yang akan datang yang diharapkan akan memberikan
keuntungan. Investasi dalam usaha umumnya memiliki karakteristik berupa
24
sebagian besar investasi mencakup aktiva yang dapat didepresiasi dan keuntungan
atas sebagian besar investasi meluas di atas periode waktu yang panjang. Aktiva
yang dapat didepresiasi menunjukkan bahwa aktiva tersebut umumnya
mempunyai nilai jual kembali yang murah atau tidak mempunyai nilai jual
kembali pada akhir masa manfaatnya, sedangkan keuntungan atas sebagian besar
investasi meluas atas periode waktu yang panjang menunjukkan bahwa perlu
penggunaan teknik-teknik penilaian investasi yang mengakui nilai waktu uang.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi intensitas studi kelayakan diantaranya adalah besar dana yang
ditanamkan, tingkat ketidakpastian proyek, dan kompleksitas elemen-elemen yang
mempengaruhi proyek. Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek
investasi, semakin tidak pasti estimasi yang dibuat, dan semakin kompleks faktor-
faktor yang mempengaruhinya maka semakin intens atau mendalam penelitian
yang dilakukan. Dengan demikian apapun bentuk investasi yang akan dilakukan
diperlukan studi kelayakan meskipun intensitasnya berbeda. Hal ini dikarenakan
masa mendatang mengandung penuh ketidakpastian.
3.1.3 Biaya dan Manfaat
Dalam menganalisis suatu proyek, penyusunan arus biaya dan arus
manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh
dengan adanya proyek. Biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang langsung
maupun tidak langsung mengurangi tujuan proyek atau bisnis, sedangkan manfaat
adalah segala sesuatu yang, baik langsung maupun tidak langsung, membantu
tercapainya suatu tujuan dari suatu proyek (Gittinger, 2008). Biaya dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Biaya modal, merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat
jangka panjang. Contoh dari biaya modal adalah: tanah, bangunan dan
perlengkapannya, pabrik dan mesin-mesinnya, biaya pendahuluan sebelum
operasi, biaya penelitian, dan sebagainya.
2. Biaya operasional, disebut juga biaya modal kerja, merupakan kebutuhan dana
yang dikeluarkan pada saat proyek mulai dilaksanakan. Biaya ini didasarkan
pada situasi produksi, artinya biaya dibutuhkan sesuai dengan tahapan operasi.
25
Contoh dari biaya operasional adalah biaya bahan mentah, tenaga kerja, biaya
perlengkapan, dan biaya penunjang.
3. Biaya lainnya, merupakan biaya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek,
seperti pajak, bunga pinjaman, dan asuransi.
Di sisi lain menurut Nurmalina et al (2010), manfaat terdiri dari tiga
macam, yaitu:
1. Tengible benefit, yaitu manfaat yang dapat diukur karena adanya peningkatan
produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan,
perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian, dan pengurangan biaya
transportasi.
2. Indirect of secondary benefit, yaitu manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu
sendiri sehingga mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis.
3. Intangible benefit, yaitu suatu manfaat yang riil ada tapi sulit diukur seperti
bisnis pertamanan yang memberikan manfaat berupa keindahan, kenyamanan,
dan kesehatan.
Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan
suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi (Gittinger, 2008).
3.1.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Dalam studi kelayakan bisnis memiliki berbagai aspek yang harus diteliti,
diukur, dan dinilai. Menurut Nurmalina et al. (2010), dalam studi kelayakan bisnis
terdapat dua kelompok aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek non finansial
dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek
lingkungan. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa jika salah satu aspek tidak dipenuhi maka perlu
dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Kasmir & Jakfar, 2012).
3.1.4.1 Aspek Pasar
Menurut Gittinger (2008) pengajian aspek pasar harus dimulai paling awal
karena ada tidaknya pasar yang cukup menarik dari produk yang dihasilkan
merupakan faktor pokok dalam menentukan keputusan proyek. Pengkajian aspek
26
pasar harus mencakup hal-hal seperti : perkiraan penawaran dan permintaan
produk, pangsa pasar, dan strategi pemasaran.
Analisis aspek pasar pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui berapa
besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market share dari produk yang
akan dihasilkan (Umar, 2007). Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek pasar dan
pemasaran mencoba mempelajari tentang:
1. Permintaan
Permintaan yang diamati baik secara keseluruhan maupun diperinci
menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai serta memperkirakan
proyeksi permintaan tersebut.
2. Penawaran
Penawaran dapat berasal dari dalam negeri maupun berasal dari impor.
Bagaimana perkembangan di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang
akan datang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penawaran ini seperti jenis
barang yang dapat menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya.
3. Harga
Harga ditentukan berdasarkan perbandingan dengan barang-barang impor
dan produksi dalam negeri. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan
bagaimana polanya.
4. Program pemasaran
Program pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan
bauran pemasaran (marketing mix).
5. Perkiraan penjualan yang dapat dicapai perusahaan
Market share yang bisa dikuasai perusahaan dapat dihitung dengan cara :
3.1.4.2 Aspek Teknis
Studi aspek teknis mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan
bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan (Umar, 2007).
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek teknis merupakan suatu aspek yang
berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya
27
setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek-aspek teknis dapat dianalisis dari
beberapa faktor, yaitu :
1. Penentuan Lokasi Bisnis
Hal yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi bisnis antara lain
ketersedian bahan baku, letak pasar yang dituju, ketersediaan tenaga kerja, dan
iklim serta keadaan tanah (agroekosistem) dari lokasi bisnis
2. Luas Produksi
Berdasarkan proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses, yaitu proses
produksi yang terputus-putus, kontinu, dan kombinasi. Sistem yang kontinu akan
lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas
tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus.
3. Layout
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Pengertian layout mencakup
layout site (layout lahan lokasi bisnis), layout pabrik, layout bangunan bukan
pabrik, dan fasilitas-fasilitasnya.
4. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment
Kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah
seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang
diharapkan, disamping kriteria yang lain yakni:
a) Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan.
b) Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang
memiliki ciri-ciri yang mendekati dengan lokasi bisnis.
c) Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan
pengembangannya, juga kemungkinan penggunaan tenaga kerja asing.
d) Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan
teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan.
Mesin dan peralatan meliputi yang bergerak dan tidak bergerak, yang
secara umum digolongkan dalam mesin pabrik, peralatan mekanik, peralatan
elektronik, peralatan angkutan, dan peralatan lainnya. Pemilihan mesin wajib
mengikuti ketentuan jenis teknologi yang telah ditetapkan dan perlu
mempertimbangkan berbagai macam faktor non teknologis seperti:
28
a) Keadaan infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin dari tempat
pembongkaran pertama sampai ke lokasi bisnis.
b) Keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin maupun peralatan yang
ada di sekitar lokasi bisnis.
c) Kemungkinan memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan
peralatan tersebut.
3.1.4.3 Aspek Manajemen dan Hukum
Ada dua macam studi aspek manajemen yang dilaksanakan, yaitu
manajemen saat pembangunan suatu bisnis dan manajemen saat bisnis telah
dioperasikan secara rutin (Umar, 2007). Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek
manajemen juga mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan
bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Pada masa pembangunan, aspek
manajemen mempelajari siapa yang akan menjadi pelaksana bisnis, jadwal
penyelesaian bisnis, dan siapa yang akan melakukan studi kelayakan bisnis untuk
masing-masing aspek. Evaluasi aspek manajemen operasional bertujuan untuk
menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha yang dipilih,
struktur organisasi yang digunakan, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan agar
usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar serta kebutuhan biaya gaji dan upah
tenaga kerja (Umar, 2007)
Aspek hukum berisi mengenai masalah kelengkapan dan keabsahan
dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang
dimiliki (Kasmir & Jakfar 2012). Aspek hukum mempelajari jaminan-jaminan
yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman,
berbagai akta, sertifikat, dan izin. Selain itu, aspek hukum diperlukan dalam hal
mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan
kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al. 2010).
3.1.4.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Menurut Nurmalina et al. (2010), yang akan dinilai dalam aspek ini adalah
seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap
masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan
29
kesempatan kerja atau pengangguran, pemerataan kesempatan kerja, dan
bagaimana bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis seperti
semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya
penerangan listrik, telepon, dan sarana lain. Pada aspek ekonomi yang dipelajari
yaitu apakah suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan
masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah
aktivitas ekonomi. Secara budaya, perubahan dalam teknologi atau peralatan
mekanis dalam bisnis dapat mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
masyarakat.
3.1.4.5 Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan merupakan analisis yang dibutuhkan saat ini karena
setiap bisnis yang dijalankan akan memberikan dampak terhadap lingkungan di
sekitarnya (Kasmir & Jakfar, 2012). Apabila bisnis tidak bersahabat dengan
lingkungan akan mempengaruhi jalannya usaha tersebut dalam jangka panjang
atau tidak ada bisnis yang akan bertahan lama.
3.1.4.6 Aspek Finansial
Analisis finansial adalah analisis yang hanya membatasi manfaat dan
pengorbanan hanya dari sudut pandang perusahaan (Husnan dan Muhammad,
2000). Bila biaya dan manfaat sudah diidentifikasi, dihitung dan dinilai, maka
hasil analisis sudah dapat menentukan proyek dapat diterima atau ditolak.
1. Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang mencantumkan
penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang
menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut (Gittinger, 2008).
Laba merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan laba
diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan
penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai
untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk
memproduksi output, diantaranya biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku.
30
2. Kriteria Kelayakan Investasi
Dalam analisis finansial, selain analisis rugi laba diperlukan juga
menganalisis suatu proyek investasi terhadap kas, hal ini dilakukan agar investor
dapat melakukan investasi dan membayar kewajiban finansial (terutama bila
proyek dibiayai oleh modal pinjaman). Menurut Nurmalina et al. (2010), Cash
flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta
memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari
mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya.
Analisis secara finansial menggunakan perhitungan kriteria investasi yang
terdiri dari empat bagian yaitu:
a) Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah selisih dari total present value manfaat dengan
total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan
selama umur bisnis. Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah NPV lebih besar dari
nol (NPV > 0) yang menunjukkan bahwa jumlah seluruh manfaat yang diterima
lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Apabila NPV lebih kecil dari nol (NPV <
0) maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan.
b) Net Benefit-Cost Ratio
Net benefit-cost ratio (Net B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang
bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis dapat
dikatan layak jika Net B/C lebih besar dari satu dan tidak layak jika Net B/C
kurang dari satu.
c) Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0
dan dapat menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi
yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak jika IRR lebih besar dari
opportunity cost of capital (OCC) atau discount rate (DR).
d) Payback Period
Analisis payback period dalam studi kelayakan digunakan untuk
mengetahui berapa lama usaha dapat mengembalikan investasi yang ditanamkan.
Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya
31
kemungkinan besar akan dipilih. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang
dari umur bisnis (PP < umur bisnis).
e) Incremental Net Benefit
Analisis studi kelayakan bisnis terutama yang bergerak dibidang pertanian
membedakan antara arus komponen biaya dan manfaat antara kondisi dengan
(with) dan tanpa (without) bisnis. Perbedaan besaran angka kondisi tanpa dan
dengan bisnis merupakan besaran sebenarnya yaitu sebagai pengaruh kondisi yang
dihasilkan oleh adanya investasi baru atau kondisi yang dihasilkan oleh adanya
suatu bisnis. Usaha pada sektor agribisnis seringkali diperhitungkan manfaat
bersih tambahan (Incremental Net Benefit) yaitu manfaat bersih dengan bisnis (net
benefit with business) dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis (net benefit
without business). Hal ini dimungkinkan karena ada faktor-faktor produksi yang
sebelumnya tidak digunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan
sehingga pada saat ada bisnis apakah faktor tersebut memberikan manfaat atau
tidak bagi bisnis yang dijalankan (Nurmalina et al. 2010).
3.1.3 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap
ketidakpastian. Menurut Kadariah (1999), analisis sensitivitas bertujuan untuk
melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika suatu kesalahan
atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel
yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi
dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian
dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut
berdampak pada hasil kelayakan, nilai besarnya nilai NPV, IRR, dan nilai Net B/C
(Gittinger, 2008).
Analisis sensitivitas perlu digunakan untuk melihat dampak dari suatu
keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu kelayakan. Tujuan dari analisis
ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan analisis kelayakan suatu
kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan
32
biaya atau manfaat (Nurmalina et. al, 2010). Perubahan-perubahan yang sering
terjadi dalam menjalankan proyek atau usaha umumnya dikarenakan oleh :
a. Harga
b. Keterlambatan pelaksanaan (contoh ; mundurnya waktu implementasi)
c. Kenaikan dalam biaya (Cos Over Run)
d. Hasil produksi.
Faktor-faktor perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi kelayakan
suatu aktivitas usaha atau proyek. oleh karena itu, diperlukan analisis dan
identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasi-informasi yang
sesuai dengan usaha yang dijalankan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Kumbung Jamur D & D yang dimiliki oleh M. Danang yang baru berdiri
pada bulan Mei 2011 merupakan salah satu dari tiga pelaku usaha budidaya jamur
tiram putih yang berada di Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Usaha ini
didirikan berdasarkan permintaan jamur tiram yang terus meningkat, sampai saat
ini Kumbung Jamur D & D baru memenuhi 29 persen permintaan pasar, hal ini
dikarenakan keterbatasan kumbung yang dimiliki oleh Kumbung D & D.
Kumbung D & D berencana untuk meningkatkan skala produksinya
dengan memperluas kumbung yang saat ini memiliki kapasitas 15.000 baglog
menjadi 45.000 baglog. Rencana perluasan kumbung dalam rangka
pengembangan usaha diharapkan dapat memenuhi permintaan yang berlebih.
Pengembangan usaha yang dilakukan menggunakan modal gabungan antara
modal sendiri dengan modal pinjaman.
Pengembangan usaha yang akan dilakukan pada Kumbung Jamur D & D
dihadapkan pada pilihan rangka bangunan yang akan digunakan, antara
menggunakan bahan yang sederhana dari bambu dan yang semi permanen dari
kayu. Bahan yang digunakan untuk membangun rangka kumbung tersebut dapat
menentukan umur teknis bangunan kumbung dan besarnya keuntungan yang akan
diperoleh oleh Kumbung Jamur D & D. Oleh karena itu diperlukan penelitian
lebih lanjut mengenai kelayakan usaha baik secara non finansial maupun finansial
terhadap kedua jenis pilihan rangka bangunan kumbung.
33
Analisis finasial yang akan dilakukan yaitu membandingkan kondisi
Kumbung Jamur D & D sebelum perkembangan usaha (skenario I), dan masing-
masing rencana pengembangan usaha baik membangun kumbung menggunakan
bahan bambu (skenario II) maupun menggunakan bahan kayu (skenario III)
dimana umur usaha menggunakan rangka bambu (skenario II) yaitu 5 tahun
sedangkan umur usaha menggunakan rangka kayu (skenario III) yaitu 10 tahun
dan perbandingan harga bahan rangka bambu dan kayu yaitu 1 : 7. Segi finansial
kelayakan pengembangan dianalisis dengan melihat nilai Net Present Value
(NPV), Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return ( IRR), Payback
Period (PP), dan Incremental Net Benefit. Analisis kelayakan yang dilakukan
nantinya akan memberikan alternatif rencana pengembangan yang menghasilkan
manfaat lebih baik.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan
yang berubah dari hasil suatu analisis. Perubahan dari sisi penerimaan yaitu
penurunan harga produk, hal ini didasarkan pengalaman pelaku usaha sehingga
tidak menutup kemungkinan kedepannya akan terjadi penurunan harga produk.
Sedangkan perubahan dari sisi pengeluaran yaitu kenaikan harga faktor produksi
serbuk kayu. Serbuk kayu merupakan media jamur tiram yang paling utama dalam
budidaya jamur tiram putih, Kumbung jamur D & D yang memproduksi baglog
sendiri sampai saat ini belum bekerjasama dengan penyedia serbuk kayu sehingga
pelaku usaha harus mencari serbuk kayu ke beberapa tempat yang harganya
ditentukan tempat penyedia serbuk kayu dan tidak menutup kemungkinan harga
serbuk kayu naik.
Rangkaian analisis kelayakan usaha tersebut akan memberikan informasi
apakah perlu adanya pengembangan usaha dan alternatif pengembangan yang
lebih menguntungkan. Analisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih diatas
dapat diringkas seperti pada Gambar 1.
34
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Permintaan jamur terus meningkat, namun Kumbung Jamur D & D
belum mampu memenuhi permintaan tersebut.
Pelaku usaha budidaya jamur tiram putih Kumbung
Jamur D&D merencanakan pengembangan usaha
dengan membangun kumbung baru
Analisis kelayakan Usaha
Analisis Non Finansial
Aspek pasar
Aspek teknis
Aspek manajemen
dan Hukum
Aspek Sosial,
Ekonomi dan
Budaya
Aspek Lingkungan
Analisis Finansial
Laba Rugi
Analisis kriteria investasi (NPV, Net B/C,
IRR, PP, Incremental Net Benefit)
Skenario I
Sebelum
pengembangan
usaha
Skenario II
Pembangunan
kumbung
menggunakan
bahan bambu
Layak Tidak Layak
Pengembangan usaha (skenario mana yang
lebih menguntungkan)
Skenario III
Pembangunan
kumbung
menggunakan
bahan kayu
Kondisi sebelum pengembangan, pembangunan kumbung dengan bahan
bambu atau kayu yang lebih menguntungkan
Jangan lakukan
Analisis Sensitivitas
Top Related