II. LANDASAN TEORI
Di antara ragam jenis buku, salah satu jenis buku yang paling penting dan
fungsional bagi para pelajar adalah buku teks. Setiap mata pelajaran seharusnya
ditunjang oleh minimal satu buku teks. Dengan buku, pelaksanaan pendidikan
dapat lebih lancar. Dalam dunia pendidikan, buku teks merupakan sarana yang
pokok untuk keberhasilan pembelajaran. Seorang guru erat kaitannya dengan
buku teks. Penggunaan buku teks dalam pembelajaran merupakan hal yang
penting karena buku teks memberikan dua hal sekaligus yaitu menyediakan materi
pelajaran yang akan diajarkan serta mengurutkan materi tersebut dengan
sistematis.
Dalam pembelajaran di kelas guru tidak lepas dari buku yang digunakan sebagai
sumber dan media pembelajaran. Selain itu, guru juga dapat mengelola kegiatan
pembelajaran secara efektif dan efisien melalui sarana buku teks. Siswa pun
dalam mengikuti kegiatan belajar akan dapat maksimal dengan menggunakan
buku teks.
Keberhasilan pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh penyediaan buku teks yang
berkualitas. Buku teks sebagai buku pendukung dalam pembelajaran memiliki
peranan yang sangat penting yaitu karena guru menggunakan buku teks tersebut
sebagai acuan dalam membelajarkan materi. Jika kualitas buku teks yang
digunakan oleh guru di sekolah baik, besar kemungkinan kualitas pembelajaran
10
yang dilakukan akan baik. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat
mempertimbangkan buku yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
2.1 Hakikat Buku Teks
Banyak para pakar yang mendefinisikan pengertian dari buku teks. Definisi para
pakar tersebut menyatakan Buku teks adalah rekaman pikiran rasional yang
disusun untuk maksud-maksud dan tujuan-tujuan instruksional (Hall Quest dalam
Tarigan, 2009: 12). Bacon (dikutip Tarigan, 2009: 12) mengatakan bahwa buku
teks adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat
disusun dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu
diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi. Berbeda
dengan Buckingham (dikutip Tarigan, 2009: 12) mengatakan bahwa buku teks
adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan
tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran.
Selain ketiga definisi di atas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11
Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan
wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam
rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian,
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan
kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar
nasional pendidikan.
Dari beberapa definisi tersebut, di dalam buku Telaah Buku Teks Bahasa
Indonesia (Tarigan, 2009: 13—14) disimpulkan bahwa buku teks adalah buku
pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar, yang
11
disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud dan tujuan-tujuan
intruksional, yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan
mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi
sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran.
2.2 Fungsi Buku Teks
Penyusunan buku teks dalam upaya pengembangan pembelajaran di sekolah
tidaklah disusun tanpa fungsi yang jelas. Fungsi dan peranan buku teks itu adalah
sebagai berikut.
1. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai
pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang
disajikan.
2. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan
bervariasi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa, sebagai dasar
bagi program-program kegiatan yang disarankan di mana keterampilan-
keterampilan ekspresional diperoleh di bawah kondisi-kondisi yang
menyerupai kehidupan yang sebenarnya.
3. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai
keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok
dalam komunikasi.
4. Metode dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi syarat-
syarat tertentu, misalnya harus menarik, menantang, merangsang, bervariasi
sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk mempelajari buku teks tersebut.
5. Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga
sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.
12
6. Sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remidial yang serasi dan tepat guna.
(Green dan Petty dalam Tarigan 2009: 17).
2.3 Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan bahan tertulis yang berisi segala kegiatan dan pengalaman
belajar, berbagai strategi pembelajaran, alat-alat pembelajaran, dan teknik-teknik
penilaian yang diprogramkan dan dilaksanakan secara bersistem oleh suatu
lembaga pendidikan dengan maksud untuk mencapai pendidikan tertentu (Husen,
1997: 6).
Kurikulum itu selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya. Kurikulum juga dapat
mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru mengenai proses belajar,
sehingga timbul bentuk-bentuk kurikulum. Perubahan kurikulum itu berkaitan
dengan perubahan dasar-dasarnya, baik mengenai tujun maupun alat-alat atau
cara-cara untuk mencapai tujuan itu (Nasution, 2008: 251—252).
Kurniasih dan Sani (2014:3) mengatakan bahwa kurikulum merupakan alat yang
sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum ibarat jantung
pendidikan, jika jantung itu berfungsi dengan baik maka keseluruhan badanpun
akan berfungsi dengan baik. Demikian dengan kurikulum, Jika kurikulum itu
dapat berfungsi dengan baik maka tujuan dan sasaran pendidikan akan tercapai.
Saat ini pemerintah telah menetapkan Kurikulum 2013 sebagai penyempurna dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
13
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban dunia.
2.4 Buku Teks Bahasa Indonesia Berdasarkan Kurikulum 2013
Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari empat keterampilan berbahasa yaitu
berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Dalam Kurikulum 2013, bahasa
Indonesia tidak hanya difungsikan sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai
sarana berpikir. Bahasa adalah sarana untuk mengekspresikan gagasan, dan
sebuah gagasan yang utuh biasanya direalisasikan dalam bentuk teks.
Teks dimaknai sebagai ujaran atau tulisan yang bermakna, yang memuat gagasan
yang utuh. Dengan asumsi tersebut, fungsi pembelajaran bahasa adalah
mengembangkan kemampuan memahami dan menciptakan teks karena
komunikasi terjadi dalam teks atau pada tataran teks. Pembelajaran berbasis teks
inilah yang digunakan sebagai dasar pengembangan kompetensi dasar mata
pelajaran bahasa Indonesia ranah pengetahuan dan keterampilan dalam Kurikulum
2013 (Priyatni, 2014: 37).
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di
seluruh jenjang pendidikan. Arah pembelajaran pada semua jenjang pendidikan
adalah sama, yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana tercantum
dalam kurikulum yang berlaku. Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia menggunakan teks sebagai sarana pembelajaran. Oleh karena itu, dapat
dinyatakan bahwa kurikulum 2013 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia
berbasis teks. Pada jenjang SMP/MTS terdapat 14 jenis teks, yaitu teks hasil
observasi, teks tanggapan deskriptif, teks eksposisi, teks eksplanasi, teks cerita
14
pendek, teks cerita moral, teks ulasan, teks diskusi, teks cerita prosedur, teks cerita
biografi, teks eksemplum, teks tanggapan kritis, teks tantangan, dan teks rekaman
percobaan (Permendikbud No.68 Tahun 2013 Tentang Kurikulum SMP-MTS).
2.5 Kualitas Buku Teks
Buku teks yang baik, tentu memunyai kriteria-kriteria tertentu. Menurut Greene
dan Petty kriteria penilaian buku teks dapat dikatakan berkualitas tinggi adalah
sebagai berikut.
1. Buku teks haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa yang
mempergunakannya.
2. Buku teks itu haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa yang
memakainya.
3. Buku teks itu haruslah memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang
memanfaatkannya.
4. Buku teks itu seharusnya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga
sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya.
5. Buku teks itu isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran
lainnya; lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan rencana, sehingga
semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu.
6. Buku teks itu haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas
pribadi para siswa yang mempergunakannya.
7. Buku teks itu haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep
yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat membingungkan para
siswa yang memakainya.
15
8. Buku teks itu haruslah mempunyai sudut pandangan atau “point of view” yang
jelas dan tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandangan para
pemakainya yang setia.
9. Buku teks itu haruslah mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-
nilai anak dan orang dewasa.
10. Buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para
siswa pemakainya.
(Grenee dan Petty dalam Tarigan dikutip Husen,1997:187—188).
Selain kualitas buku teks yang disampaikan oleh Green dan Petty di atas, buku
teks yang dinyatakan layak pakai bagi satuan pendidikan dasar dan menengah
ditetapkan oleh peraturan menteri. Dalam hal ini, Peraturan Pemerintah (PP) No.
19/2005 pasal 43 ayat 5 menyatakan bahwa “Kelayakan isi, bahasa, penyajian,
dan kegrafikaan buku teks pelajaran dinilai oleh BSNP dan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri”.
2.6 Penilaian Buku Teks
Mengenai pemilihan dan pemakaian buku teks pada dasarnya tidak jauh berbeda
dengan masalah pemilihan dan pemakaian materi pembelajaran. Hal ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa buku teks berisi rangkaian materi
pembelajaran. Sebagaimana yang terjadi pada pemilihan materi bahan ajar,
masalah umum pemilihan buku teks meliputi jenis materi, kedalaman, ruang
lingkup, urutan penyajian, perlakuan terhadap materi pembelajaran, kesesuaian
dengan kurikulum, dan kekinian. Hal ini harus benar-benar dipahami guru
sebelum menjatuhkan pilihan buku teks yang akan dipakai sebagai rujukan
pembelajaran. Sebab selama ini ada kecenderungan guru memilih buku teks lebih
16
dititikberatkan pada pertimbangan penampilan buku teks, harga, dan kemudahan
atau fasilitas bagi guru.
Ditinjau dari jumlah, jenis, maupun kualitasnya, buku teks yang berada di
lapangan sangatlah bervariasi. Sementara itu, buku teks pada umumnya menjadi
rujukan utama guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Secara umum, ada dua
kategori buku teks yang beredar saat ini yaitu sebagai berikut.
1. Buku teks yang telah terstandar.
2. Buku teks yang tidak/belum terstandar.
Secara legalitas-formal, buku teks yang dianggap standar adalah buku yang telah
dinyatakan lulus penilaian oleh Pusat Perbukuan dan/atau Badan Standar Nasional
Pendidikan. Tanda kelulusan ini ditandai dengan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional. Buku yang tidak standar atau belum standar adalah buku teks yang
belum mendapat penilaian atau tidak lulus penilaian dari Pusat Perbukuan
dan/atau Badan Standar Nasional Pendidikan. Penilaian dalam rangka
standardisasi buku teks ini dilakukan secara berkala untuk semua jenis mata
pelajaran pada semua tingkat satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA
dan SMK/MAK). Dengan demikian, buku-buku yang diedarkan telah memenuhi
standar mutu.
Terkait dengan penilaian buku teks, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
telah mengembangkan instrumen penilaian buku teks. Instrumen ini dipakai untuk
menentukan kelayakan sebuah buku teks untuk dapat dikategorikan sebagai buku
standar. Menurut BSNP (2007), buku teks yang berkualitas wajib memenuhi
empat unsur kelayakan, yaitu kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan
kebahasaan dan kelayakan kegrafikaan.
17
2.6.1 Penilaian Kelayakan Isi
Dalam Standar Isi (SI) KTSP kita mengenal adanya Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang memuat pokok-pokok materi pembelajaran yang
akan diberikan kepada siswa. Pada kurikulum 2013 istilah yang dipakai adalah
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 32 tahun 2013 tentang perubahan atas
PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) , Kompetensi
Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau
program.
KI terdiri dari empat kelompok yang saling terkait, yakni berkaitan dengan sikap
keagamaan/spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3) dan penerapan
pengetahuan (KI 4). KI 1 dan KI 2 tidak diajarkan dalam bentuk materi,
melainkan secara tidak langsung (indirect teaching) pada saat siswa mempelajari
aspek pengetahuan (KI 3) dan penerapan pengetahuan (KI 4). KI 1 dan KI 2
ditanamkan melalui keteladanan sikap guru dan lingkungan belajar. Sedangkan
KD adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh
peserta didik melalui pembelajaran.
Dalam hal kelayakan isi, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu (1)
kesesuaian uraian materi dengan Kurikulum Inti (KI) dan kompetensi dasar (KD)
yang terdapat dalam kurikulum mata pelajaran yang bersangkutan; (2) keakuratan
materi; dan (3) pendukung pembelajaran.
18
2.6.1.1 Kesesuaian Materi dengan KI dan KD
Sudah merupakan keharusan sebuah materi yang ada pada sebuah buku teks
pelajaran memiliki relevansi yang erat dengan Kurikulum Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) sebuah kurikulum yang berlaku saat ini. KI dan KD
merupakan dasar penyusunan sebuah materi pelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa. Kesesuaian KI dan KD ini meliputi dua aspek yaitu kelengkapan
materi dan kedalaman materi.
2.6.2.2 Keakuratan Materi
Indikator keakuratan materi diarahkan pada sasaran berikut.
a. Akurasi Konsep dan Definisi
Materi dalam buku teks harus disajikan secara akurat untuk menghindari
miskomunikasi yang dilakukan siswa, konsep dan definisi harus dirumuskan
dengan tepat untuk mendukung tercapainya KI dan KD.
b. Akurasi Prinsip
Prinsip yang tersaji dalam buku teks perlu dirumuskan secara akurat agar tidak
menimbulkan multi-tafsir bagi siswa.
c. Akurasi Prosedur
Prosedur harus dirumuskan secara akurat sehingga siswa tidak melakukan
kekeliruan secara sistematis.
d. Akurasi Contoh, Fakta, dan Ilustrasi
Konsep, prinsip, prosedur, atau rumus harus diperjelas dengan contoh, fakta,
ilustrasi yang disajikan secara akurat.
e. Akurasi Soal
Penguasaan siswa atas konsep, prinsip, prosedur, harus dibangun oleh soal-soal
yang disajikan secara akurat.
19
2.6.1.3 Materi Pendukung Pembelajaran
Menurut Masnur Muslih (2010: 295), indikator materi pendukung pembelajaran
diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Kesesuaian dengan Perkembangan Ilmu dan Teknologi
Materi (termasuk contoh dan latihan) yang terdapat dalam buku teks harus
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
b. Keterkinian Fitur, Contoh, dan Rujukan
Fitur (termasuk uraian, contoh, dan latihan) mencerminkan peristiwa atau
kondisi terkini. Keterkinian ini terlihat pada sumber atau rujukan yang
digunakan.
c. Penalaran (Reasoning)
Penalaran berperan pada saat siswa harus membuat kesimpulan. Oleh karena
itu, materi dalam buk teks perlu memuat uraian, contoh, tugas, pertanyaan, atau
soal latihan yang mendorong siswa untuk secara runtut membuat kesimpulan
yang valid.
d. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pemecahan masalah meliputi memahami masalah, merancang model,
memecahkan model, memeriksa hasil (mencari solusi yang layak) dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
e. Keterkaitan Antar-konsep
Keterkaitan antar-konsep dalam buku teks dapat dimunculkan dalam uraian
atau contoh. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam membangun
jaringan pengetahuan yang utuh.
f. Komunikasi (Write dan Talk)
20
Materi dalam buku teks hendaknya memuat contoh atau latihan untuk
mengomunikasikan gagasan, baik secara lisan maupun tertulis untuk
memperjelas keadaan atau masalah yang sedang dipelajari.
g. Penerapan (Aplikasi)
Materi dalam buku teks hendaknya memuat uraian, contoh, atau soal-soal yang
menjelaskan penerapan suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
dimaksudkan agar siswa dalam menerapkan dalam kehidupan nyata setiap
konsep yang dipelajari.
h. Kemenarikan Materi
Materi dalam buku teks hendaknya memuat uraian, strategi, gambar, foto,
cerita sejarah, atau soal-soal menarik yang dapat menimbulkan minat siswa
untuk mengkaji lebih jauh.
i. Mendorong untuk Mencari Informasi Lebih Jauh
Materi dalam buku teks hendaknya memuat tugas-tugas yang mendorong siswa
untuk memperoleh informasi lebih lanjut dari berbagai sumber.
j. Materi Pengayaan (Enrichment)
Materi dalam buku teks sebaiknya menyajikan uraian, contoh-contoh atau soal
pengayaan yang berkaitan dengan topik yang dibicarakan sehingga sajian
materinya lebih luas dari materi yang dituntut KD.
2.6.2 Penilaian Kelayakan Penyajian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Hasan Alwi, 2000 : 979) penyajian
adalah proses, cara, perbuatan menyajikan, pengaturan penampilan. Dalam hal
kelayakan penyajian, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu (1) teknik
21
penyajian; (2) penyajian pembelajaran; dan (3) kelengkapan penyajian. Berikut ini
penjelasan dari masing-masing indikator kelayakan penyajian.
2.6.2.1 Teknik Penyajian
Dalam hal teknik penyajian, Masnur Muslich dalam bukunya yang berjudul “Text
Book Writing” mengemukakan beberapa indikator teknik penyajian buku teks.
Menurut Masnur Muslich (2010: 297—298), indikator teknik penyajian buku teks
diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Sistematika penyajian
1. Setiap bab dalam buku teks minimal memuat pembangkit motivasi,
pendahulu, dan isi.
2. Pembangkit motivasi dapat disajikan dalam bentuk gambar, ilustrasi, foto,
sejarah, susunan kalimat, atau contoh penggunaan dalam kehidupan sehari-
hari yang sesuai dengan topik yang disajikan.
3. Pendahulu minimal memuat materi prasyarat yang diperlukan oleh siswa
untuk memahami pokok bahasan yang akan disajikan.
4. Isi memuat hal-hal yang tercakup dalam subkomponen kelayakan isi.
b. Keruntutan Penyajian
1. Penyajian dalam buku teks sesuai dengan alur berpikir induktif dan
deduktif.
2. Penyajian alur berpikir induktif (khusus ke umum) untuk membuat
kesimpulan dari suatu fakta dan data.
3. Penyajian alur berpikir deduktif (umum ke khusus) untuk menyatakan
kebenaran suatu proporsi. Konsep disajikan dari yang mudah ke yang sukar,
22
dari yang sederhana ke yang kompleks, atau dari yang informal ke yang
formal sehingga siswa dapat mengikutinya dengan baik.
4. Materi prasyarat disajikan mendahului materi pokok sehingga siswa dapat
memahami materi pokok dengan baik.
c. Keseimbangan Antar-bab
Uraian substansi antar-bab (tercermin dalam jumlah halaman) tersaji secara
proposional dengan tetap mempertimbangkan KI dan KD. Uraian substansi
antarsubbab dalam bab (tercermin dalam jumlah halaman) juga tersaji secara
proposional dengan mempertimbangkan KD yang ingin dicapai.
2.6.2.2 Penyajian Pembelajaran
Menurut Masnur Muslich (2010: 299—301) indikator penyajian pembelajaran
dalam buku teks diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Berpusat pada Siswa
Penyajian materi dalam buku teks bersifat interaktif dan partisipatif sehigga
memotivasi siswa untuk belajar mandiri, misalnya dengan menggunakan
petanyaan-pertanyaan, gambar yang menarik, kalimat-kalimat ajakan, dan
sebagainya.
b. Mengembangkan Keterampilan Proses
Penyajian dan pembahasan dalam buku teks lebih menekankan pada keterampilan
proses (berpikir dan psikomotorik) sesuai dengan kata kerja operasional pada KI
dan KD, bukan hanya pada perolehan hasil akhir.
c. Memerhatikan Aspek Keselamatan Kerja
1. Kegiatan yang disajikan untuk mengembangkan keterampilan proses aman
dilakukan oleh siswa. Bahan, peralatan, tempat, dan bentuk kegiatan yang
23
dilakukan tidak mengandung bahaya bagi siswa. Apabila ada risiko bahaya,
maka perlu ada petunjuk yang jelas.
2. Observasi, Investigasi, Eksplorasi atau Inkuiri
a. Sajian materi dalam buku teks memuat tugas observasi, investigasi, eksplorasi
atau inkuiri.
b. Observasi dilakukan untuk mengenal, mendeteksi pola, fenomena yang
sama/berulang, atau ciri-ciri untuk membangun pengetahuan siswa secara
informal.
c. Investigasi adalah suatu aktivitas dalam memecahkan masalah, yang
berpeluang memiliki lebih dari satu jawaban.
d. Eksplorasi adalah kegiatan yang diawali dengan masalah, pengumpulan data,
atau informasi, analisis data, dan diakhiri dengan penyimpulan.
e. Inkuiri adalah suatu proses menyusun pertanyaan-pertanyaan dan
mengumpulkan data yang relevan serta memuat kesimpulan berdasarkan data
tersebut.
3. Masalah Kontekstual
a. Materi dalam buku menyajikan masalah kontekstual yang akrab, menarik, atau
bermanfaat bagi siswa.
b. Masalah kontekstual sedapat mungkin dimunculkan pada bagian awal sajian
dengan maksud untuk memfasilitasi penemuan konsep, prinsip, atau prosedur.
c. Masalah tersebut dapat pula disajikan di bagian akhir sebagai uji pemahaman,
ilustrasi aplikasi, atau generalisasi.
24
4. Menumbuhkan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Inovatif
a. Penyajian materi dalam buku teks memuat masalah yang dapat merangsang
tumbuhnya pemikiran kritis, kreatif, atau inovatif.
b. Sajian materi yang dapat menumbuhkan berpikir kritis adalah sajian materi
yang membuat siswa tidak lekas percaya, selalu berusaha menemukan
kesalahan atau kekeliruan, atau tajam analisisnya dalam menguji kebenaran
jawaban.
c. Sajian materi yang dapat menumbuhkan kreativitas siswa ditandai oleh
dimilikinya daya cipta siswa yang tinggi atau kemampuan siswa dalam
mencipta.
d. Sajian materi yang dapat menumbuhkan inovasi siswa ditandai oleh adanya
pembaruan atau kreasi baru dalam gagasan atau metode penyajian.
5. Memuat Hands-on Activity
a. Penyajian dalam teks hendaknya memuat hands-on activity yang merupakan
bagian dari upaya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
untuk menemukan dan mengidentifikasi.
b. Aktivitas ini dapat memacu siswa untuk berinteraksi dan mengomunikasikan
gagasan yang sedang dipelajari.
c. Aktivitas ini berupa kegiatan nyata yang antara lain meliputi mengidentifikasi,
memotong atau menggunting, memasangkan, atau menyusun benda sehingga
terbentuk pola atau keteraturan yang merupakan sifat, rumus, atau teorema.
6. Variasi Penyajian
a. Materi disajikan dengan berbagai metode agar tidak membosankan, misalnya
deduktif (umum ke khusus), induktif (khusus ke umun). Demikian pula
25
digunakan berbagai jenis ilustrasi (gambar, foto, grafik, tabel, atau peta) untuk
mendukung materi yang disajikan.
b. Untuk ilustrasi-ilustrasi yang dilindungi, harus dicantumkan sumbernya.
2.6.2.3 Kelengkapan Penyajian
Indikator kelengkapan penyajian dalam buku teks diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Bagian Pendahuluan
Menurut Iyan WB (2007: 18) secara sederhana, pendahuluan dapat diartikan
sebagai pengantar dan pembuka isi buku. Pendahuluan dapat memberikan
pengenalan kepada pembaca tentang materi yang akan dibahas di dalam buku
sedangkan Masnur Muslich (2010: 302) pada bagian awal buku teks terdapat
prakata, petunjuk penggunaan dan daftar isi dan/atau daftar simbol atau notasi.
1. Prakata memuat secara umum isi buku yang dibahas.
2. Petunjuk penggunaan memuat penjelasan tujuan, isi buku, serta petunjuk
pemakaian buku bagi siswa untuk mempelajarinya.
3. Daftar isi memberikan gambaran mengenai isi buku yang diikuti dengan nomor
halaman kemunculan.
4. Daftar simbol atau notasi merupakan kumpulan simbol atau notasi beserta
penjelasannya yang dilengkapi dengan nomor halaman kemunculan simbol
atau notasi dan disajikan secara alfabetis.
b. Bagian Isi
Bagian isi merupakan inti dari sebuah buku. Oleh karena itu, bagian isi harus
disusun secara terpadu dengan bagian lainnya. Penyajian materi dalam buku teks
dilengkapi dengan gambar, ilustrasi, tabel, rujukan/sumber acuan, soal latihan
26
bervariasi dan bergradasi, atau rangkuman setiap bab. Menurut Masnur Muslich
(2010: 302) dijelaskan sebagai berikut.
1. Gambar, ilustrasi, atau tabel disajikan dengan jelas, menarik, dan sesuai dengan
topik yang disajikan sehingga materi lebih mudah dipahami oleh siswa. Teks,
tabel, dan gambar yang bukan buatan sendiri (dikutip dari sumber lain) harus
menyebutkan rujukan atau sumber acuan.
2. Rujukan atau sumber acuan dapat langsung disebutkan atau disertakan dalam
daftar rujukan atau sumber.
3. Penyajian setiap bab atau subbab memuat soal latihan bervariasi dengan tingkat
kesulitan bergradasi secara proposional yang dapat membantu menguatkan
pemahaman konsep atau prinsip.
Penyajian setiap bab atau subbab memuat soal latihan bervariasi dengan tingkat
kesulitan bergradasi, secara proposional yang dapat membantu menguatkan
pemahaman konsep atau prinsip. Tingkat pertanyaan berdasarkan kata kunci
pertanyaan menurut Kurniasih dan Sani (2014: 48-51) terbagi menjadi dua
tingkatan, yaitu tingkat kognitif yang lebih rendah dan tingkat kognitif yang lebih
rendah. Berikut ini adalah tabel tingkat prtanyaan.
Tabel 2.1 Tingkat Pertanyaan
No. Tingkatan Subtingkatan Kata-Kata Kunci
Pertanyaan
1. Kognitif yang lebih
rendah
Pengetahuan Apa...
Siapa...
Kapan...
Di mana...
Sebutkan...
Jodohkan atau
pasangkan...
Persamaan kata...
Golongkan...
Berikanlah nama...
Dll.
Pemahaman Terangkanlah...
Bedakanlah...
27
Terjemahkanlah...
Simpulkanlah...
Bandingkan...
Ubahla...
Berikanlah
iterpretasi...
Penerapan Gunakanlah...
Tunjukanlah...
Buatlah...
Demonstrasikanlah...
Carilah hubungan...
Tulislah contoh...
Siapkanlah...
Klasifikasikanlah...
2. Kognitif yang
lebih tinggi
Analisis Analisislah...
Kemukakanlah bukti-
bukti...
Mengapa...
Identifikasikanlah...
Tunjukanlah
sebabnya...
Berilah alasan...
Sintesis Ramalkanlah...
Bentuklah...
Ciptakanlah...
Susunlah...
Rancanglah...
Tulislah...
Bagaimana kita dapat
memecahkan...
Apa yang terjadi
seandainya...
Bagaimana kita dapat
memperbaiki...
Kembangkanlah...
Evaluasi Berilah pendapat...
Alternatif mana yang
lebih baik...
Setujukah anda...
Kritiklah...
Berilah alasa...
Nilailah...
Bandingkanlah...
Bedakanlah...
Sumber: Kurniasih dan Sani (2014: 48-51)
4. Rangkuman merupakan kumpulan konsep kunci, bab yang dinyatakan dengan
kalimat ringkas dan bermakna, serta memudahkan siswa untuk memahami isi
28
bab. Rangkuman ini dapat disajikan pada akhir setiap bab agar siswa dapat
mengingat kembali hal-hal penting yang telah dipelajari.
c. Bagian Penyudah
Bagian penyudah merupakan bagian akhir sebuah buku sebelum sampul belakang.
Keberadaan bagian penyudah di dalam buku, tidak dapat dipisahkan dari bagian
sebelumnya. Pada akhir buku teks terdapat daftar pustaka, indeks subjek, daftar
istilah (glosarium), atau petunjuk pengerjaan/jawaban soal latihan terpilih.
Apabila tidak terdapat di awal buku, daftar simbol atau notasi dapat dicantumkan
pada akhir buku. Masnur Muslich (2010: 303) mengemukakan hal-hal sebagai
berikut.
1. Daftar pustaka menggambarkan bahan rujukan yang digunakan dalam
penulisan buku dan ditulis secara konsisten. Setiap pustaka yang dibuat diawali
dengan nama pengarang (disusun secara alfabetis), tahun terbit, judul buku,
tempat, dan nama penerbit.
2. Indeks subjek merupakan kumpulan kata penting, antara lain objek materi
sajian, nama tokoh, atau pengarang, yang diikuti dengan nomor halaman
kemunculan dan disajikan secara alfabetis.
3. Daftar istilah merupakan kumpulan istilah penting beserta penjelasannya yang
dilengkapi dengan nomor halaman kemunculan istilah yang disajikan secara
alfabetis.
4. Petunjuk pengerjaan (hint) atau jawaban soal latihan terpilih disajikan pada
akhir suatu bahasan, atau akhir buku disertakan.
29
Tabel 2.2 Kriteria Kelayakan Penyajian Buku Teks
Indikator Sub Indikator Deskriptor
1. Teknik
Penyajian
a. Sistematika
Penyajian
1) Pada awal bab dalam buku teks
minimal memuat pembangkiatan
motivasi yang disajikan dalam
bentuk gambar.
2) Pada awal bab dalam buku teks
minimal memuat pembangkiatan
motivasi yang disajikan dalam
uraian.
3) Setiap bab dalam buku teks
minimal memuat pendahulu.
Pendahulu minimal memuat
materi prasyarat yang diperlukan
oleh siswa untuk memahami
pokok bahasan yang akan
disajikan dalam bentuk tujuan
pembelajaran.
4) Isi memuat kesesuain uraian
materi dengan KI dan KD yang
menjadi tujuan pembelajaran.
b. Keruntutan
Penyajian
1) Penyajian dalam buku teks sesuai
alur berpikir deduktif atau
induktif.
c. Keseimbangan
Antar-bab
1) Uraian substansi antar-bab
(tercermin dalam jumlah
halaman) tersaji secara
proporsional dengan tetap
mempertimbangkan KI dan KD.
2) Uraian substansi antarsubbab
dalam bab (tercermin dalam
jumlah halaman) juga tersaji
secara proporsional dengan
mempertimbangkan KD yang
ingin dicapai.
2. Penyajian
Pembelajaran
a. Berpusat Pada
Siswa
1) Penyajian materi dalam buku
teks bersifat interaktif dan
partisipatif dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan.
2) Penyajian materi dalam buku
teks memuat kegiatan kelompok.
b. Mengembangkan
Keterampilan Proses
1) Penyajian dan pembahasan
dalam buku teks lebih
menekankan pada keterampilan
proses berfikir dan psikomotorik)
sesuai dengan kata kerja
operasional pada KI dan KD,
bukan hanya pada perolehan
hasil akhir.
c. Memerhatikan
Aspek
Keselamatan
1) Kegiatan (observasi, inquiri,
eksplorasi atau sebagainya) yang
disajikan untuk mengembangkan
30
Kerja
keterampilan proses aman
dilakukan oleh siswa. Bahan,
peralatan, tempat, dan bentuk
kegiatan yang dilakukan tidak
mengandung bahaya dan logis
dilakukan oleh siswa.
2) Materi dalam buku menyajikan
masalah kontekstual yang akrab,
menarik atau bermanfaat bagi
siswa yang disajikan baik pada
awal materi maupun akhir.
3) Variasi Penyajian Materi
disajikan dengan berbagai
metode agar tidak membosankan,
misalnya deduktif (umum ke
khusus), induktif (khusus ke
umum).
3. Kelengkapan
Penyajian
1) Bagian
Pendahuluan
1) Pada bagian awal buku teks
terdapat prakata
2) Terdapat petunjuk penggunaan.
3) Terdapat daftar isi
4) Terdapat dan/atau daftar tabel,
gambar, simbol atau notasi.
2) Bagian isi
1) Penyajian materi dalam buku
teks yang memuat gambar,
ilustrasi, atau tabel disertai
rujukan atau sumber acuan.
2) Penyajian materi setiap subbab/
bab dilengkapi soal latihan.
Bervariasi dengan tingkat
kesulitan bergradasi.
3) Penyajian materi dalam buku
teks dilengkapi rangkuman setiap
bab.
4) Petunjuk pengerjaan (hint) atau
jawaban soal terpilih disajikan
pada akhir suatu bab, akhir suatu
bahasan, atau akhir buku
disertakan.
5) Bagian Penyudah 1) Pada akhir buku teks terdapat
daftar pustaka
2) Buku teks terdapat halaman
indeks,
3) Buku teks terdapat daftar istilah
(glosarium). 4) Buku teks terdapat jawaban soal
terpilih
Sumber : Muslich ( 2010: 297—303)
31
2.6.3 Penilaian Kelayakan Bahasa
Dalam hal kelayakan bahasa, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu (1)
kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan siswa; (2) pemakaian
bahasa yang komunikatif; dan (3) pemakaian bahasa memenuhi syarat keruntutan
dan keterpaduan alur perpikir.
2.6.3.1 Kesesuaian dengan Tingkat Perkembangan Siswa
Menurut Masnur Muslich (2010: 304) indikator pemakaian bahasa yang sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Kesesuaian dengan Tingkat Perkembangan Intelektual
Bahasa yang digunakan dalam buku teks untuk menjelaskan konsep atau aplikasi
konsep atau ilustrasi sampai dngan contoh yang abstrak sesuai dengan tingkat
intelektual siswa (yang secara imajinatif dapat dibayangkan oleh siswa).
b. Kesesuaian dengan Tingkat Perkembangan Sosial Emosional
Bahasa yang digunakan dalam buku teks sesuai dengan kematangan sosial
emosional siswa dengan ilustrasi yang menggambarkan konsep-konsep mulai dari
lingkungan terdekat (lokal) sampai dengan lingkungan global.
2.6.3.2 Kekomunikativan Bahasa
Masnur Muslich (2010: 304—305) menyebutkan bahwa indikator pemakaian
bahasa yang komunikatif diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Keterbacaan Pesan
Pesan dalam buku teks disajikan dengan bahasa menarik, jelas, tepat sasaran,
tidak menimbulkan makna ganda (menggunakan kalimat efektif), dan lazim dalam
32
komunikasi tulis bahasa Indonesia sehingga mendorong siswa untuk mempelajari
buku tersebut secara tuntas.
b. Ketepatan kaidah bahasa
Kata dan kalimat yang digunakan untuk menyampaikan pesan mengacu pada
kaidah bahasa Indonesia, ejaan yang digunakan mengacu pada pedoman Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD). Penggunaan istilah yang menggambarkan suatu
konsep, prinsip, asas, atau sejenisnya harus tepat makna dan konsisten.
2.6.3.3 Keruntutan dan Keterpaduan Alur Pikir
Masnur Muslich (2010: 305) menyebutkan bahwa indikator keruntutan dan
keterpaduan alur pikir dalam pemakaian bahasa diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Keruntutan dan Keterpaduan Antar-bab
Penyampaian pesan antara satu bab dan bab lain yang berdekatan dan
antarsubbab dalam bab mencerminkan hubungan yang logis.
b. Keruntutan dan Keterpaduan Antar-paragraf
c. Penyampaian pesan antarparagraf yang berdekatan dan antarkalimat dalam
paragraf mencerminkan hubungan logis.
2.6.4 Penilaian Kelayakan Kegrafikaan
Dalam hal kelayakan kegrafikaan, ada tiga indikator yang harus diperhatikan
dalam buku teks, yaitu (1) ukuran buku; (2) desain buku; dan (3) desain isi buku.
2.6.4.1 Ukuran Buku
Indikator ukuran diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Kesesuaian Ukuran Buku dengan Standar ISO
33
1. Ukuran buku teks adalah A4 (210 x 297 mm), A5 (148 x 210 mm) dan B5 (176
x 250 mm).
2. Toleransi perbedaan ukuran antara 0—20 mm.
b. Kesesuaian Ukuran dengan Materi Isi Buku
Pemilihan ukuran buku teks perlu disesuaikan dengan materi isi buku
berdasarkan bidang studi tertentu. Hal ini akan memengaruhi tata letak bagian
isi dan jumlah halaman buku.
(Masnur Muslich, 2010: 306)
2.6.4.2 Desain Kulit Buku
Indikator desain kulit buku diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Tata Letak
1. Penampilan unsur tata letak pada kulit muka, belakang, dan punggung secara
harmonis memiliki irama dan kesatuan serta konsisten.
a. Desain kulit muka, belakang, dan punggung merupakan kesatuan yang utuh.
b. Elemen warna, ilustrasi, dan tipografi ditampilkan secara harmonis dan saling
terkait satu sama lainnya.
c. Adanya kesesuaian dalam penempatan unsur tata letak pada bagian kulit
maupun isi buku berdasarkan pola yang telah ditetapkan dalam perencanaan
awal buku.
2. Penampilan pusat pandang (center point) yang baik.
Sebagai daya tarik awal dari buku yang ditentukan oleh ketepatan dalam
penempatan unsur/materi desain yang ingin ditampilkan atau ditonjolkan di
antara unsur/materi desain lainnya sehingga memperjelas tampilan teks
maupun ilustrasi dan elemen dekoratif lainnya.
34
3. Komposisi dan ukuran unsur tata letak (judul, pengarang, ilustrasi, logo, dll.),
proporsional, seimbang,dan seirama dengan tata letak isi (sesuai pola).
Adanya keseimbangan unsur tata letak (judul, pengarang, ilustrasi, logo, dll.)
dan ukuran unsur tata letak (tipografi, ilustrasi, dan unsur pendukung lainnya,
seperti kotak, lingkaran, dan elemen dekoratif lainnya) secara proporsional
dengan ukuran buku.
4. Warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi tertentu.
Memperhatikan tampilan warna secara keseluruhan yang dapat memberikan
nuansa tertentu dan dapat memperjelas materi/isi buku.
5. Menempatkan unsur tata letak konsisten dalam satu seri.
Tidak ada perbedaan antar penampilan desain kulit buku (tipografi, pola, dan
irama) dalam satu serial buku.
b. Tipografi Kulit Buku
1. Huruf yang digunakan menarik dan mudah dibaca.
2. Ukuran huruf judul buku lebih dominan dan proporsional dibandingkan
(ukuran buku, nama pengarang, dan penerbit).
Judul buku harus dapat memberikan informasi secara cepat tentang materi isi
buku berdasarkan bidang studi tertentu.
3. Warna judul buku kontras dengan warna latar belakang.
Judul buku ditampilkan lebih menonjol daripada warna latar belakangnya.
c. Penggunaan Huruf
1. Tidak menggunakan terlalu banyak kombinasi jenis huruf.
Menggunakan dua jenis huruf agar lebih komunikatif dalam menyampaikan
35
informasi. Untuk membedakan dan mendapatkan kombinasi tampilan huruf,
dapat menggunakan variasi dan seri huruf.
2. Tidak menggunakan huruf hias dan jenis huruf sesuai dengan huruf isi buku.
(Masnur Muslich, 2010: 306—308)
2.6.4.3 Desain Buku
Indikator desain buku diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Pencerminan Isi Buku
1. Menggambarkan isi/materi ajar dan mengungkapkan karakter objek
Dapat dengan cepat memberikan gambaran tentang materi ajar tertentu dan
secara visual dapat mengungkapkan jenis ilustrasi yang ditampilkan
berdasarkan materi ajarnya.
2. Bentuk, warna, ukuran, dan proporsi objek sesuai realita
Ditampilkan sesuai dengan bentuk, warna, dan ukuran ojeknya sehingga tidak
menimbulkan salah penafsiran maupun pengertian siswa. Kemudian warna
yang digunakan sesuai sehingga tidak menimbulkan salah pemahaman dan
penafsiran.
3. Penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola
Penempatan unsur tata letak (judul, daftar ilustrasi, dll.) pada setiap awal bab
konsisten. Penempatan unsur tata letak pada setiap halaman mengikuti pola,tata
letak dan irama yang telah ditetapkan.
4. Pemisahan antarparagraf jelas
Susunan teks pada akhir paragraf terpisah dengan jelas, dapat berupa jarak
(pada susunan teks rata kiri-kanan/blok) ataupun dengan inden (pada susunan
teks dengan alenia).
36
5. Tidak ada widow atau orphan
Jumlah baris minimal tiga baris pada paragraf akhir susunan teks yang terpisah
dengan halaman berikutnya.
b. Keharmonisan Tata Letak
1. Bidang cetak dan marjin proporsional
Penempatan unsur tata letak (judul, subjudul, teks, ilustrasi, keterangan
gambar, dan nomor halaman) pada bidang cetak secara proporsional.
2. Margin dua halaman yang berdampingan proporsional
Susunan tata letak halaman genap berpengaruh terhadap tata letak halaman
ganjil di sebelahnya, mengacu pada prinsip dua halaman dan terbuka (centered
spread).
3. Spasi antara teks dan ilustrasi sesuai
Merupakan kesatuan tampilan antara teks dengan ilustrasi dalam satu halaman.
c. Kelengkapan Tata Letak
1. Judul bab, subjudul bab, dan angka halaman/folios
a. Judul bab ditulis secara lengkap disertai dengan angka bab (Bab I, Bab II, Bab
III, dst.).
b. Penulisan subjudul dan sub-subjudul disesuaikan dengan hierarki penyajian
materi ajar.
c. Penempatan nomor halaman disesuaikan dengan pola tata letak.
2. Ilustrasi dan keterangan gambar (caption)
a. Mampu memperjelas penyajian materi, baik dalam bentuk, ukuran yang
proporsional, maupun warna yang menarik sesuai objek aslinya.
37
b. Keterangan gambar/legenda ditempatkan berdekatan dengan ilustrasi dengan
ukuran lebih kecil daripada huruf teks.
d. Daya Pemahaman Tata Letak
1. Penempatan hiasan/ilustrasi sebagai latar belakang tidak mengganggu judul,
teks, dan angka halaman.
Menempatkan hiasan/ilustrasi pada halaman sebagai latar belakang jangan
sampi mengganggu kejelasan dan penyampaian informasi pada teks sehingga
dapat menghambat pemahaman siswa.
1. Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, dan keterangan gambar tidak
mengganggu pemahaman.
Judul, subjudul, ilustrasi, dan keterangan gambar ditempatkan sesuai dengan
pola yang telah ditetapkan sehingga tidak menimbulkan salah interpretasi
terhadap materi yang disampaikan.
e. Tipografi Isi Buku
1. Kesederhanaan
a. Tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf
Maksimal menggunakan dua jenis huruf sehingga tidak mengganggu peserta
didik dalam menyerap informasi yang disampaikan. Untuk membedakan unsur
teks, dapat mempergunakan variasi dan seri huruf dari suatu keluarga huruf.
b. Tidak menggunakan jenis huruf hias/dekoratif
Akan mengurangi tingkat keterbacaan susunan teks.
c. Penggunaan variasi huruf (bold, italic, all capital, dan small capital) tidak
berlebihan
38
Digunakan untuk membedakan jenjang/hierarki judul, dan subjudul, serta
memberikan tekanan pada susunan teks yang dianggap penting dalam bentuk
tebal/miring.
2. Daya Keterbacaan
a. Jenis huruf sesuai dengan isi materi
Disesuaikan dengan materi bidang studi.
b. Lebar susunan teks antara 45—75 karakter (sekitar 5—11 kata)
Sangat mempengaruhi tingkat keterbacaan susunan teks. Jumlah perkiraan
tersebut di atas termasuk tanda baca, spasi antarkata, dan angka.
c. Spasi antarbaris susunan teks normal
Jarak normal yang dapat digunakan antarbaris susunan teks berkisar antara
10%—140 %.
d. Spasi antarhuruf (kerning) normal
Mempengaruhi tingat keterbacaan susunan teks (tidak terlalu rapat atau terlalu
renggang).
3. Daya Kemudahan Pemahaman
a. Jenjang/hierarki judul-judul jelas, konsisten, dan proporsional
Menunjukkan urutan/hierarki susunan teks secara berjenjang sehingga mudah
dipahami. Hierarki susunan teks dapat dibuat dengan perbedaan yang jenis
huru, ukuran huruf, dan variasi huruf (bold, italic, all capital, dan small
capital). Hierarki judul ditampilkan secara proporsional dan tidak
menggunakan peredaan ukuran huruf yang terlalu mencolok.
b. Tidak terdapat alur putih dalam susunan teks
Perlu dihindari agar tidak mengganggu keterbacaan susunan teks.
c. Tanda pemotongan kata (hyphenation)
39
Pemotong kata lebih dari dua baris akan mengganggu keterbacaan susunan
teks.
f. Ilustrasi Isi
Ilustrasi merupakan gambar untuk membantu memperjelas isi buku dan
memperjelas gagasan penulis. Ilustrasi isi dalam buku teks berkaitan dengan
daya pemerjelas dan mempermudah pemahaman serta kedayatarikan ilustrasi
isi.
1. Daya Pemerjelas dan Mempermudah Pemahaman
a. Mampu mengungkapkan makna/arti dari objek.
Berfungsi untuk memperjelas materi/teks sehingga mampu menambah
pemahaman dan pengertian peserta didik pada informasi yang disampaikan.
b. Bentuk akurat dan proporsional sesuai dengan kenyataan.
Bentuk dan ukuran ilustrasi harus realistis dan secara rinci dapat memberikan
gambaran yang akurat tentang objek yang dimaksud. Bentuk ilustrasi harus
proporsional sehingga tidak menimbulkan salah tafsir peserta didik pada objek
yang sesungguhnya.
2. Kedayatarikan Ilustrasi Isi
a. Keseluruhan ilustrasi serasi
Ditampilkan secara serasi dengan unsur materi/isi buku (judul, subjudul, teks,
dan keterangan gambar) pada seluruh halaman.
b. Goresan garis dan raster tegas dan jelas
Menghindari salah pemahaman atau kurang kejelasan dari ilustrasi yang
ditampilkan.
40
c. Kreatif dan dinamis
Menampilkan ilustrasi dari berbagai sudut pandang tidak hanya ditampilkan
dalam tampak depan dan mampu divisualisasikan secara dinamis yang dapat
menambah kedalaman pemahaman dan pengertian peserta didik.
(Masnur Muslich, 2010: 308—312)
Top Related