1
IDENTIFIKASI KALA ASPEK MORFEM –TA PADA VERBA KALIMAT BAHASA
JEPANG DALAM BUKU WORKBOOK TEEMA BETSU
Yoka Juniansyah Aminda
Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini membahas kala dan aspek dalam verba –ta serta variannya dalam kalimat
bahasa Jepang. Penelitian ini mengidentifikasi kala dan/atau aspek yang terdapat dalam verba
–ta serta variannya dalam kalimat bahasa Jepang menggunakan identifikasi kala oleh Matsuo
Soga (1983) dan Isao Iori (2001) serta identifikasi aspek oleh Matsuo Soga (1983). Kata
keterangan waktu, jenis verba, dan bentuk verba dalam kalimat merupakan hal penting dalam
identifikasi kala dan aspek pada verba –ta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa verba –ta
dalam bahasa Jepang dapat memiliki kala saja, aspek saja, serta kala dan aspek.
IDENTIFICATION OF TENSE-ASPECT MORPHEM –TA ON JAPANESE VERBS
IN TEEMA BETSU WORKBOOK
ABSTRACT
This research analyses tenses and aspects in verbs –ta and its variants in Japanese sentences.
This research identifies tenses and aspects of verbs – ta and its variants in Japanese sentences
by using tenses identification of Matsuo Soga (1983) and Isao Iori (2001) and using aspects
identification of Matsuo Soga (1983). Time adverbials, verb classifications, and verb forms
are three main points in tenses and aspects analysis of verbs –ta and its variants in Japanese
sentences. The result of the research indicates that Japanese verbs –ta can has only a tense, an
aspect, and can have both tense and aspect.
Keywords: tense, aspect, verbs –ta, Japanese
1. PENDAHULUAN
Dalam linguistik, pemarkah waktu dapat berupa unsur leksikal maupun gramatikal.
Pemarkah waktu secara gramatikal termasuk dalam kategori gramatikal. Kategori gramatikal
yang membahas mengenai pemarkah waktu adalah kala dan aspek. Kala merupakan variasi
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
2
bentuk yang mengindikasi bahwa sebuah keadaan atau tindakan yang diekspresikan oleh
verba tertentu yang berlangsung sebelum, saat yang bersamaan, atau setelah titik tertentu
dalam waktu (Cockerill, 2014: 38). Kemudian aspek merupakan sebuah cara untuk
memandang konstituen internal sebuah situasi, yaitu konsep umum yang mencakupi keadaan,
peristiwa, dan proses (Comrie, 1976: 3;13). Dari definisi kala dan aspek yang telah diberikan
dapat diketahui bahwa perbedaan antara kala dan aspek yaitu kala mengacu pada lokasi yang
absolut dari sebuah tindakan atau kejadian dalam waktu, sedangkan aspek lebih mengacu
pada bagaimana sebuah kejadian atau tindakan dilihat terhadap waktu, bukan pada lokasi
sebenarnya dalam waktu.1
Kala dan aspek dalam bahasa Jepang perlu diteliti karena kala dan aspek dalam
sebuah kalimat termasuk dalam proposisi, yaitu kerangka berpikir yang dituangkan dalam
kalimat. Tampaknya tidak mudah menentukan kala dan aspek dalam kalimat bahasa Jepang,
hal ini disebabkan ketumpangtindihan antara kala dan aspek di dalam kalimat bahasa Jepang.
Berangkat dari ketumpangtindihan kala dan aspek verba – ta dalam kalimat bahasa Jepang,
penelitian ini akan mengkaji lebih dalam mengenai kala dan aspek pada verba –ta dalam
kalimat bahasa Jepang.
Dalam penelitian ini, analisis akan difokuskan pada kalimat bahasa Jepang dengan
verba -ta serta variannya yaitu –te ita. Pokok bahasan yang dirumuskan dalam penelitian ini
adalah bagaimana identifikasi terhadap kala dan atau aspek verba –ta serta variannya dalam
kalimat bahasa Jepang dapat dilakukan. Untuk menjawab pokok bahasan tersebut, dikaji
pertanyaan penelitian sebagai berikut berikut: 1) Bagaimana mengidentifikasi kala dan aspek
verba –ta serta variannya dalam kalimat bahasa Jepang? dan 2) Apabila verba –ta serta
variannya dalam kalimat bahasa Jepang terdapat kala dan atau aspek, bagaimana hal tersebut
dijelaskan?
Penelitian mengenai kala dan aspek verba –ta serta variannya dalam bahasa Jepang
mempunyai tujuan untuk 1) memerikan bagaimana identifikasi kala dan atau aspek verba –ta
dalam kalimat bahasa Jepang, 2) menjelaskan kala dan atau aspek yang terdapat pada verba –
ta serta variannya dalam kalimat bahasa Jepang.
Dalam penelitian ini data diperoleh dari buku Teema Betsu: Chuukyuu Kara Manabu
Nihongo Waaku Bukku yang merupakan buku ajar yang digunakan mata kuliah Bahasa
Jepang VI pada Program Studi Jepang Universitas Indonesia. Ancangan penelitian ini
1 Diambil dari http://www.ucl.ac.uk/internet-grammar/verbs/tense.htm, diakses pada Senin, 11 April 2016, pukul 22.10 WIB.
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
3
menggunakan ancangan kualitatif, sedangkan metode analisis terdiri dari metode analisis kala
dan metode analisis aspek. Metode analisis kala yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode yang dirumuskan oleh Soga (1983) dan Iori (2001), dan metode penelitian analisis
aspek yang digunakan adalah metode yang dirumuskan oleh Soga (1983). Analisis kala dan
atau aspek yang digunakan sebagai pisau bedah pada penelitian ini berfokus pada kala dan
aspek pada verba bentuk –ta serta variannya yaitu –te ita dalam kalimat bahasa Jepang.
2. LANDASAN TEORI
2.1. Kala Menurut Hans Reichenbach (1947) dan Matsuo Soga (1983)
Reichenbach (1947) dalam Mani et al. (2005) menyatakan bahwa kala menentukan
waktu dengan mengacu pada titik waktu dari ujaran (Mani et al., 2005: 71). Reichenbach
(1947) menggunakan tiga simbol yang melambangkan tiga titik yang digunakan untuk
menganalisis kala. Untuk titik kejadian digunakan simbol ‘E’, untuk titik referensi digunakan
simbol ‘R’, dan untuk titik ujaran digunakan simbol ‘S’, kemudian posisi titik tersebut dalam
waktu menentukan bagaimana titik tersebut akan diposisikan, pemosisian titik tersebut
dilakukan dari arah kiri ke kanan (Mani et al., 2005: 72).
Gambar 1. Ilustrasi Kala oleh Reichenbach
Sumber: (Mani et al., 2005:71)
Pada gambar 1., terdapat enam macam kala yang ditentukan berdasarkan posisi titik (E), (R),
dan (S). (1) Apabila posisi titiknya (E)_(R)_(S) maka termasuk ke dalam kala lampau selesai;
(2) Apabila posisi titiknya (R),(E)_(S) maka termasuk ke dalam kala lampau; (3) Apabila
posisi titiknya (E)_(R),(S) maka termasuk ke dalam kala saat ini selesai; (4) Apabila posisi
titiknya (S),(R),(E) maka termasuk ke dalam kala saat ini; (5) Apabila posisi titiknya
(S),(R)_(E) maka termasuk ke dalam kala akan datang; dan (6) Apabila posisi titiknya
(S)_(E)_(R) maka termasuk ke dalam kala akan datang selesai.
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
4
Tidak berbeda jauh dengan Reichenbach (1947), Soga (1983) berpendapat bahwa
analisis kala yang dilakukan hanya berdasarkan bentuk verbanya saja, tidak akan
mengakomodir kala yang kompleks. Oleh karena itu Soga (1983), menggunakan teori kala
yang dikemukakan oleh Reichenbach (1947). Soga (1983) menganalisis beberapa kalimat
bahasa Jepang dengan teori kala Reichenbach (1947). Berikut ini adalah analisis kala Soga
(1983) pada kalimat bahasa Jepang:
(1) 結果はきのうわかった。
Kekka wa kinou wakatta
hasil TOP kemarin mengerti-PAST
‘kemarin (saya) tahu hasilnya.’
R,E S
Gambar 2.2. Ilustrasi Kala Data (6)
Sumber: (Soga, 1983: 10)
Dalam data (1) dapat diketahui bahwa –ta pada wakatta ‘mengerti’ (R) mendahului (S) maka
bentuk –ta akan berlaku (Soga, 1983: 12). Soga berpendapat bahwa data (1) merupaka bentuk
kala lampau (Soga, 1983: 12). Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan posisi titik (E), (R), dan
(S) dalam gambar 2.2. yaitu posisi (E) dan (R) terdapat pada titik yang sama dan berlangsung
sebelum (S), sehingga dapat dikatakan bahwa titik membentuk pola (E),(R)_(S) yang
merupakan pola dari kala lampau.
2.2. Aspek Menurut Matsuo Soga (1983)
Aspek secara umum berkaitan dengan status dari kejadian, keadaan yang berkaitan
dengan durasi serta ketepatannya (Soga, 1983: 19). Dalam bahasa Jepang konsep mengenai
aspek terkadang tidak dibedakan dan ide terhadap aspek berubah-ubah (Soga, 1983: 34). Oleh
karena itu, Soga (1983) membuat klasifikasi terhadap aspek dalam bahasa Jepang sebagai
berikut:
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
5
a. Aspek Perfektif dan Imperfektif
Bentuk –ru dan –ta dari verba non-statif dapat mengindikasi aspek selesai dan belum
selesai tanpa memperhatikan hubungan di antara waktu ujaran (Soga, 1983: 117).
Aspek jenis ini juga disebut juga sebagai aspek perfektif dan imperfektif. Bentuk –ru
dan –ta pada verba statif akan mengekspresikan situasi belum selesai, karena verba
statif tidak sesuai dengan perfektif (Soga, 1983: 117).
b. Aspek Progresif
Aspek progresif, diekspresikan oleh bentuk –te iru pada verba non-statif dalam bahasa
Jepang (Soga, 1983: 118). Situasi dalam aspek ini yang dijelaskan yaitu verba sudah
dimulai namun belum selesai (Soga, 1983: 118). Selain verba ada beberapa kata
keterangan yang memiliki makna sesuai dengan bentuk progresif seperti ichi nichi juu
‘sepanjang hari’, atau zutto ‘terus-menerus’ (Soga, 1983: 120).
c. Aspek Resultatif
Aspek resultatif, diekspresikan oleh bentuk –te iru dengan verba momentatif. Berbeda
dengan aspek progresif yang menunjukkan keberlangsungan, aspek resultatif
mengacu pada keadaan yang dihasilkan dari sebuah penyelesaian dari kejadian yang
diindikasikan oleh verba (Soga, 1983: 141). Tidak hanya bentuk –te iru, bentuk –te
aru juga menunjukkan aspek resultatif yang mengacu kepada keadaan yang ada.
3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1. Unsur Kala dalam Kalimat Bahasa Jepang
(2)
(Saya membelikan hadiah berupa bunga untuk ibu di hari ibu.)
働き始めて最初の母の日、私はきれいなリボンの付いた赤い花を買った。
hataraki hajimete saisho no haha no hi bekerja mulai pertama GEN ibu GEN hari
,watashi wa kirei na ribon no ,saya TOP cantik yang pita GEN
tsuita akai hana o katta terikat-PAST merah bunga ACC membeli-PAST
‘Hari ibu pertama saat awal bekerja, saya membeli bunga merah
yang terikat oleh pita yang cantik.’
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
6
Pada data (2), –ta pada katta ‘membeli’ menunjukkan kala lampau. Keterangan waktu
pada kalimat tersebut yaitu hataraki hajimete saisho no haha no hi ‘hari ibu ketika awal
bekerja’ memperkuat bahwa –ta pada katta ‘membeli’ merupakan kala lampau. Dalam data
(2) saya membeli bunga pada hari ibu untuk hadiah, kemudian saya menceritakan kembali hal
tersebut. Sehingga apabila dianalisis berdasarkan sistem kala oleh Reichenbach (1947) yang
diadaptasi Soga (1983), dapat diketahui bahwa hataraki hajimete saisho no haha no hi ‘hari
ibu ketika awal bekerja’ merupakan waktu referensi (R) yang berlangsung sebelum ujaran
(S).
Waktu kejadian terdapat pada –ta pada katta ‘membeli’ juga terjadi sebelum waktu
ujaran (S). Selanjutnya, waktu referensi (R) terjadi bersamaan dengan waktu kejadian (E) dan
keduanya berlangsung sebelum waktu ujaran (S). Dari penjelasan tersebut dapat diketahui
bahwa dalam kalimat data (2) membentuk diagram (E),(R)_(S) yang merupakan diagram
untuk kala lampau. Sehingga –ta pada katta ‘membeli’ dalam data (2) terdapat kala lampau.
Berikut ini adalah ilustrasi kala lampau dari data (2):
働き始めて最初の母の日(R) 発話時(S)
時間
買った(E)
Gambar 2. Ilustrasi Kala Lampau Data (2)
(3)
(Saya menceritakan mengenai hujan yang terjadi di Nepal pada bulan Juli.)
7月のネパールでも、同じように突然雨がふった。
shichi gatsu no nepaaru de mo , onaji you ni bulan juli GEN Nepal di pun , sama seperti
totsuzen ame ga futta tiba-tiba hujan NOM turun-PAST
‘Pada bulan Juli di Nepal pun, hujan yang sama tiba-tiba
turun.’
Bentuk –ta pada futta ‘turun’ menunjukkan kala lampau. Hal tersebut diperkuat
dengan adanya kata keterangan waktu yang menunjukkan kapan terjadinya kejadian tersebut,
yaitu shichi gatsu ‘bulan Juli’. Pada data (3) ‘saya’ menceritakan kembali mengenai hujan
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
7
yang dialaminya saat dia berada di Nepal pada bulan Juli. Apabila dianalisis berdasarkan
sistem kala oleh Reichenbach (1947) yang diadaptasi Soga (1983), dapat diketahui bahwa
shichi gatsu ‘bulan Juli’ merupakan waktu referensi (R) berlangsung sebelum ujaran atau
waktu ujaran (S). –ta dalam futta ‘turun’ (E) yaitu terjadi sebelum waktu ujaran (S). Selain
itu, waktu referensi (R) terjadi bersamaan dengan waktu kejadian (E). Sehingga dapat
dikatakan bahwa kalimat data (3) (E) dan (R) berlangsung sebelum (S). Dari penjelasan
tersebut dapat diketahui bahwa dalam kalimat data (3) membentuk diagram (E),(R)_(S) yang
merupakan diagram untuk kala lampau. Sehingga –ta pada futta ‘turun’ dalam data (3)
terdapat kala lampau. Berikut ini adalah ilustrasi kala lampau dari data (3):
雨がふった(E) 発話時(S)
時間
7月(R)
Gambar 3. Ilustrasi Kala Lampau Data (3)
Dari dua kalimat yang ditampilkan, dapat diketahui bahwa unsur kala dalam sebuah
kalimat yang memiliki verba dengan morfem –ta dapat diidentifikasi apabila terdapat
pemarkah waktu dalam kalimat tersebut. Adanya pemarkah waktu dalam sebuah kalimat
dapat membantu mengidentifikasi titik kejadian (E), titik referensi (R), serta titik pengujaran
(S) dari kalimat tersebut, sehingga kala dapat diidentifikasi.
3.2. Unsur Aspek dalam Kalimat Bahasa Jepang
(4)
(Saya menceritakan tentang kebiasaan bermain sepak bola sejak SMA sampai kuliah)
私は高校から大学までずっとサッカーをしていた。
watashi wa koukou kara daigaku made Saya TOP SMA sejak kuliah sampai
zutto sakkaa o shiteita terus sepakbola ACC melakukan-TEIRU-PAST
‘Saya sejak SMA sampai kuliah terus-menerus bermain
sepakbola.’
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
8
Pada data (4) terdapat kata keterangan waktu koukou kara daigaku made ‘sejak SMA
sampai kuliah’, namun data (4) tidak dapat dikatakan memiliki kala, karena kata keterangan
waktu tersebut tidak menunjukkan satu titik yang menjadi referensi kapan kejadian tersebut
terjadi, melainkan menunjukkan rentang waktu atau durasi dari sebuah kejadian. Shite ita
‘bermain/melakukan’ merupakan verba non-statif, morfem –te ita dalam verba tersebut
menunjukkan kejadian dalam verba tersebut memiliki durasi, hal tersebut dijelaskan lebih
lanjut oleh adanya kata keterangan waktu koukou kara daigaku made ‘sejak SMA sampai
kuliah’ sehingga –ta pada shite ita ‘bermain/melakukan’. Tidak hanya durasi, dalam verba
shite ita terlihat bahwa kejadian tersebut merupakan kejadian habitual yang telah selesai dan
terjadi di masa lampau. Hal tersebut diperkuat dengan adanya kata keterangan zutto ‘terus-
menerus’ yang menyatakan bahwa kegiatan tersebut terjadi pada lebih dari satu titik waktu.
Ayah tidak mungkin bermain bola secara terus menerus dari SMA sampai kuliah. Kata
keterangan waktu koukou kara daigaku made ‘sejak SMA sampai kuliah’ berfungsi untuk
menerangkan durasi dari kejadian tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam –ta pada
shite ita ‘bermain/melakukan’ kalimat data (4) terdapat aspek progresif. Berikut ini adalah
ilustrasi aspek progresif dalam data (4):
高校 サッカーをしていた 大学 発話時
時間
Gambar 4. Ilustrasi Aspek Progresif Data (4)
Dari kalimat yang ditampilkan, dapat diketahui bahwa dalam sebuah kalimat bahasa Jepang
dengan verba yang memiliki morfem –ta yang tidak memiliki pemarkah waktu memiliki
aspek, selain itu beberapa bentuk verba tertentu juga dapat menunjukkan aspek dalam sebuah
kalimat bahasa Jepang dengan verba yang memiliki morfem –ta.
(5)
(Ayah membandingkan sistem hierarkis di perusahaan dahulu dan saat ini.)
会社では,確かに制度としては,肩書に上下関係はあるが,昔のような厳しいタテの関
係は,すっかり影をひそめた。
kaisha dewa ,tashika ni seido toshite wa , perusahaan di ,tentu sistem sebagai TOP,
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
9
katagaki ni jouge kankei wa aru jabatan pada hierarkis hubungan TOP ada
ga ,mukashi no you na kibishii tate tetapi ,dahulu GEN seperti ketat vertikal
tate no kankei wa , sukkari kage o vertikal GEN hubungan TOP, sepenuhnya wujud ACC
hisometa menyembunyikan-PAST ‘Di dalam perusahaan, memang ada sebuah sistem hubungan
hierarkis, tetapi hubungan vertikal yang ketat seperti dahulu
sudah tidak terlihat lagi.’
Dalam kalimat data (5), tidak terdapat sama sekali keterangan waktu yang dapat
menunjukkan bahwa kalimat tersebut memiliki kala. Verba hisometa ‘menyembunyikan’
termasuk ke dalam kata kerja non-statif. Oleh karena itu, –ta pada hisometa
‘menyembunyikan’ menunjukkan aspek perektif. Morfem –ta pada hisometa
‘menyembunyikan’ dapat dikatakan memiliki aspek karena dalam kalimat tersebut ayah
menjelaskan bahwa hubungan hierarkis yang kuat di dalam perusahaan sudah tidak terlihat
lagi, sehingga terlihat bahwa hubungan hierarkis yang ada saat ini berbeda dengan hubungan
hierarkis yang pernah ada. Dari situlah dapat diketahui bahwa apabila dianalisis kejadian
dalam hisometa ‘menyebunyikan’ sudah terjadi sepenuhnya hal tersebut diperkuat dengan
kata keterangan sukkari ‘sepenuhnya’ menunjukkan bahwa kejadian tersebut telah selesai.
Sehingga dapat diketahui bahwa –ta pada hisometa ‘menyembunyikan’ dalam data (5)
memiliki aspek perfektif. Berikut adalah ilustrasi aspek perfektif dari data (5):
ひそめていない ひそめた 発話時
時間
Gambar 5. Ilustrasi Aspek Perfektif Data (5)
3.3. Unsur Kala dan Aspek dalam Kalimat Bahasa Jepang
(6)
(Mata ibu menjadi merah.)
「サラダはこんなふうにしたほうが…」と料理を並べながら、「さっきはごめんね
」と言う母の目が、赤くなっていた。
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
10
‘sarada wa konna fuu ni shita hou ga…’ ‘salad TOP seperti ini melakakukan-PAST cara NOM
to ryouri o narabenagara ,’sakki wa QUOT masakan ACC menyusun-sambil ,’tadi TOP
gomen ne’ to iu haha no me ga maaf ya’ QUOT mengatakan-PRES ibu GEN mata NOM
, akakunatteita , merah-menjadi-TEIRU-PAST ‘sambil menata makanan, ibu mengatakan ‘salad lebih baik
ditata seperti ini…’, lalu ibu yang matanya memerah berkata
‘tadi, maaf ya’.
Dalam data (6) tidak terdapat kata keterangan pemarkah waktu yang menunjukkan
kalimat ini memiliki kala. Verba natte ita ‘menjadi’ merupakan verba momentatif. –ta pada
natte ita ‘menjadi’ menunjukkan sebuah kejadian yang sudah berlangsung. Lebih lanjut,
bentuk –te iru yang dikenakan pada verba duratif dalam bahasa Jepang, mengacu kepada
kejadian atau proses yang sedang berlangsung akan tetapi, terdapat perbedaan pada verba
momentatif.2 Pada verba momentatif makna progresif dari verba tersebut terpengaruh oleh
subjeknya, apabila verba subjeknya merupakan hal yang tidak dapat dibagi, verba tersebut
tidak dapat diinterpretasikan memiliki makna progresif.3
Pada data (6) memerahnya mata merupakan keadaan yang dihasilkan karena ibu
terharu saat ia memperoleh hadiah dari saya (anaknya). Selain itu, subjek dalam data (6) yaitu
haha no me ‘mata ibu’ merupakan hal yang tidak dapat dibagi, sehingga dapat dikatakan
bahwa akaku natte ita menginterpretasikan aspek resultatif.4 Berikut ini adalah ilustrasi
aspek resultatif pada data (6):
赤くなった 赤くなっていた 発話時
時間
Gambar 6. Ilustrasi Aspek Resultatif Data (6)
Kemudian –ta pada akaku natte ita ‘memerah’ dapat dikatakan sebagai kala jika
dikaitkan dengan pemarkah waktu yang terdapat pada kalimat sebelumnya.
2 Verba momentatif adalah verba yang dipahami tidak membutuhkan suatu interval waktu. Ibid., hlm. 107. 3 Ibid., hlm. 118. 4 Ibid., hlm. 119.
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
11
hataraki hajimete saisho no haha no hi, watashi wa
ribon no tsuita akai hana o katta. ………………………….
‘sarada wa konna fuu ni shita hou ga…’ to ryouri o
narabe nagara, ‘sakki wa gomen ne’ to iu haha no me
ga, akaku natte ita.
Pemarkah waktu hataraki hajimete saisho no haha no hi ‘hari ibu ketika awal
bekerja’, menjelaskan bahwa akaku natte ita ‘memerah’ berlangsung pada saat itu, sehingga
keterkaitan antara keterangan waktu dengan waktu pengujaran akaku natte ita ‘memerah’
inilah yang menjadi alasan bahwa terdapat kala lampau di dalam akaku natte ita ‘memerah’.
Apabila dianalisis berdasarkan sistem kala oleh Reichenbach (1947) yang diadaptasi
oleh Soga (1983), dapat diketahui bahwa hataraki hajimete saisho no haha no hi ‘hari ibu
ketika awal bekerja’ merupakan waktu referensi (R) berlangsung sebelum waktu ujaran (S).
Waktu kejadian dalam kalimat ini terlihat pada natte ita ‘menjadi’ terjadi sebelum waktu
ujaran (S). Selain itu, waktu referensi (R) terjadi bersamaan dengan waktu kejadian (E).
Sehingga dapat dikatakan bahwa kalimat data (6) (E) dan (R) berlangsung sebelum (S). Akan
tetapi dalam hal ini, keberlangsungan dari (E) berbeda dengan (E) pada kala lampau.
Sehingga dapat dikatakan bahwa –ta pada natte ita ‘menjadi’ memiliki unsur progresif.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dalam kalimat data (6) membentuk
diagram (R),(E)…_(S) yang merupakan diagram untuk kala lampau progresif. Berikut ini
adalah ilustrasi kala lampau progresif pada data (6):
なっていた(E) 発話時(S)
時間
働き始めて最初の母の日買った(R)
Gambar 7. Ilustrasi Kala Lampau Progresif Data (6)
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
12
(7)
(Ibu menceritakan mengenai pengalamannya saat memberikan hadiah kepada ayahnya saat
hari ibu.)
「これ、お父さんにプレゼント。私にはあげる人がいないから」と小学生だった私
の母は、父親の前に1まいの絵を置いた。
‘kore,otousan ni purezento . watashi niwa ‘ini ,ayah untuk hadiah . saya bagi
ageru hito ga inai kara’ to shougakusei memberi orang NOM ada-NEG karena’ QUOT murid SD
datta watashi no haha wa , chichioya COP-PAST saya GEN ibu TOP , ayah
no mae ni ichi mai no e o GEN depan LOC satu lembar GEN gambar ACC
oita meletakkan-PAST
‘‘ini hadiah untuk ayah. karena orang yang akan saya beri
(hadiah) tidak ada.’lalu, ibu yang saat itu masih murid SD,
meletakkan sebuah lukisan di depan ayahnya.’
Verba oku ‘meletakkan’ merupakan verba non-statif. Pada data (7) –ta pada oita
‘meletakkan’ dapat dikatakan aspek karena ibu telah benar-benar meletakkan gambarnya di
depan ayah, ia sudah tidak lagi memegang gambar tersebut. Dapat dikatakan bahwa dalam –
ta pada oita memiliki makna perfektif, sehingga di dalam data (7) terdapat aspek perektif.
持っている 発話時
時間
置いた
Gambar 8. Ilustrasi Aspek Perfektif Data (7)
Kemudian –ta pada oita ‘meletakkan’ dapat dikatakan sebagai kala jika dikaitkan
dengan pemarkah waktu yang terdapat pada kalimat sebelumnya.
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
13
aru nen no ‘haha no hi’ no koto. ‘kore, otou san ni
purezento. watashi ni ageru hito ga inai kara’ to
shou gakusei datta watashi no haha wa, chichi oya no
mae ni ichi mai no e o oita.
Kata keterangan waktu aru nen no ‘haha no hi’, menjelaskan bahwa oita ‘meletakkan’
berlangsung pada saat itu, sehingga keterkaitan antara keterangan waktu dengan waktu
pengujaran oita ‘meletakkan’ inilah yang menjadi alasan bahwa terdapat kala lampau di
dalam oita ‘meletakkan’.
Apabila dianalisis berdasarkan sistem kala oleh Reichenbach (1947) yang diadaptasi
oleh Soga (1983), dapat diketahui bahwa merupakan aru nen haha no hi ‘hari ibu pada suatu
tahun’ merupakan waktu referensi (R) berlangsung sebelum waktu ujaran (S). Waktu
kejadian dalam kalimat ini terlihat pada oita ‘meletakkan’ terjadi sebelum waktu ujaran (S).
Selain itu, waktu referensi (R) terjadi bersamaan dengan waktu kejadian (E). Sehingga dapat
dikatakan bahwa kalimat data (7) (E) dan (R) berlangsung sebelum (S). Dari penjelasan
tersebut dapat diketahui bahwa dalam kalimat data (7) membentuk diagram (E),(R)_(S) yang
merupakan diagram untuk kala lampau. Berikut ini adalah ilustrasi terhadap kala lampau
dalam data (7):
ある年母の日 (R) 発話時(S)
時間
置いた(E)
Gambar 9. Ilustrasi Kala Lampau Data (7)
Dari kalimat yang ditampilkan, dapat diketahui bahwa kalimat bahasa Jepang dengan
verba –ta dapat mengandung unsur kala dan aspek sekaligus apabila kalimat tersebut tidak
memiliki pemarkah waktu, sehingga dapat diketahui aspeknya, namun adanya keterkaitan
(sequence) dengan kalimat lain yang memiliki pemarkah waktu membuat identifikasi kala
juga dapat dilakukan pada kalimat, sehingga kalimat memiliki kala dan aspek.
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
14
4. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa morfem –ta pada
verba yang terdapat di dalam kalimat bahasa Jepang mengandung (i) kala, (ii) aspek,
(iii) kala dan aspek. Pada yang terakhir disebut ini (kala dan aspek), ditemukan
ketumpaangtindihan antara kala dan aspek dalam kalimat bahasa Jepang.
Berdasarkan data yang diperoleh, ditemukan, (i) tiga kalimat yang mengandung kala,
(ii) delapan kalimat mengandung aspek, dan (iii) enam kalimat yang mengalami
ketumupangtindihan kala dan aspek.
Kalimat yang mengandung kala, memiliki pemarkah keterangan waktu. Dengan
perkataan lain, pemarkah waktu membantu dalam mengidentifikasi kala meskipun
sebenarnya unsur kala telah diketahui melalui proposisi kalimat tersebut.
Kemudian, kalimat yang memiliki aspek, terdapat pada kalimat yang tidak memiliki
pemarkah keterangan waktu, karena aspek tidak menjadikan adverbia keterangan waktu
sebagai penentunya. Selain itu, selesai atau belum selesainya peristiwa yang dijelaskan dalam
verba juga membantu dalam mengidentifikasi aspek.
Selanjutnya, ciri-ciri verba –ta yang memiliki kala dan aspek, tidak memiliki adverbia
keterangan waktu pada kalimatnya, akan tetapi memiliki keterkaitan dengan kalimat
sebelumnya yang memiliki pemarkah keterangan waktu. Pada sebuah kalimat yang tidak
memiliki adverbia keterangan waktu, kita dapat mengetahui kala kalimat tersebut dari
pemarkah keterangan waktu yang ada pada kalimat sebelumnya. Kalimat sebelumnya yang
memiliki keterangan waktu menjadi konteks untuk kalimat selanjunya. Sehingga, kalimat
yang pada awalnya hanya memiliki aspek saja, dapat memiliki kala karena adanya
keterkaitan dengan pemarkah keterangan waktu pada kalimat sebelumnya.
Penelitian kali ini terbatas pada kala dan aspek verba –ta serta variannya dalam
kalimat bahasa Jepang, sehingga tidak dapat dipastikan apakah hal tersebut juga berlaku pada
verba –ta pada ujaran langsung bahasa Jepang. Rencana penelitian selanjutnya mengenai
kala dan aspek bahasa Jepang mungkin dapat dilakukan dengan metode yang berbeda,
misalnya dengan menggunakan sumber data film, atau percakapan sehari-hari yang
menggunakan bahasa Jepang.
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
15
DAFTAR REFERENSI
Andrés, G. S. (2012). The Presentation in the Temple: The Narrative Function in Lk 2:22-39
in Luke-Acts. Roma: Gregorian & Biblical Press.
Chaer, A. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bahar, V. B. (1983). Kala dan Aspek Bahasa Jepang: terbatas pada morfem ru, ta, morfem
rangkap te iru, te ita. Skripsi pada FIB UI Depok: tidak diterbitkan.
Cockerill, H. (2014). Style and Narrative in Translation: The Contribution of Futabatei
Shimei. New York: Routledge.
Comrie, B. (1976). Aspect. Cambridge: Cambridge University Press.
________. (1985). Tense. Cambridge: Cambridge University Press.
Dornyei, Z. (2011). Research Methods in Applied Linguistics: Quantitative, Qualitative, and
Mixed Methodologies. New York: Oxford University Press.
Hasegawa, Y. (1999). Tense and Aspect Controversy Revisited: The -Ta and -Ru Forms in
Japanese. The 6th International Pragmatics Conference (hal. 225-240). Reims:
International Pragmatics Association.
Hornstein, N. (1990). As Time Goes By: Tense and Universal Grammar. Cambridge: The
MIT Press.
Klein, W. (1994). Time in Language. New York: Routledge.
Kudo, Mayumi. (1997). アスペクト・テンス関係とテクスト‐現代日本語の時間の表
現‐. Tokyo: Hizuji Syobo.
Iori, I. (2001). 新しい日本語学入門ことばのしくみを考える .Tokyo: 3A
Corporation .
Lambagen, M. v., & Hamm, F. (2005). The Proper Treatment of Events. Oxford: Blackwell
Publishing.
Li, P., & Shirai, Y. (2000). The Acquisition of Lexical and Grammatical Aspect. Berlin:
Mouton de Gruyter.
Kameda, M. et al. (2015). テーマ別中級から学ぶ日本語ワークブック . Tokyo:
Kenkyusha.
Mishina, S., & Mori. (2000). Primacy of Aspect in the Acquisition of Japanese. The
Economic Journal of Takasaki City University of Economics, 1-16.
Miyoshi, M. (1974). Accomplices of Silence. Berkeley: University of California Press.
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
16
Morita, Y. (1995). 日本語の視点: ことばを創る日本人の発想. Tokyo: Tosho.
Newmark, P. (1988). A Textbook of Transllation. Hertfordshire: Prentice Hall.
NINJAL. (1985). 現代日本語動詞のアスペクトとテンス. Tokyo: NINJAL.
Nishiguchi, S. (2006). Fake Past and a Monster. Stony Brook University Occasional Papers
in Linguistics, 152-171.
Nishiyama, A. (2006). The Meaning and Interpretations of Japanese Aspect Marker -te-i-.
Journal of Semantics, 185-216.
Reichenbach, H. (2005). The Tenses of Verbs. Dalam I. Mani, J. Pustejovsky, & R.
Gaizaukas, The Language of Time (hal. 71-78). New York: Oxford University Press.
Rimmon, S., & Kenan. (2002). Narrative Fiction: Contemporary Poetics. New York:
Routledge.
Rosliana, L. (2013). Peran Semantis Partikel Kasus Ni (に), Ga (が), dan O (を) Sebagai
Penanda Objek (Kajian Struktur dan Makna). Izumi, 28-35.
Smith, C. S. (1991). The Parameter of Aspect. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.
Soga, M. (1983). Tense and Aspect in Modern Coloquial Japanese. Vancouver: University of
British Columbia Press.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tjandra, S. N. (2013). Sintaksis Jepang. Jakarta: Bina Nusantara.
Yuasa, E. (2008). From the Core to the Periphery: the Tense System in Japanese. Japanese
Language and Literature, 495-510.
Sumber Internet
S.Thalib, I. (2014, May 30). Narrative Theory a Brief Introduction. Dipetik April 30, 2016,
dari National University of Singapore Web site:
https://courses.nus.edu.sg/course/ellibst/narrativetheory/chapt5.htm
http://www.ucl.ac.uk/internet-grammar/verbs/tense.htm, diakses pada Senin, 11 April 2016,
pukul 22.10 WIB.
Identifikasi Kala ..., Yoka Juniansyah Aminda, FIB UI, 2016
Top Related