IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN OBAT DI AREALGARAPAN PETANI KPPH TALANG MULYA TAHURA WAN ABDUL
RACHMAN
(Skripsi)
Oleh
AYU MAYANG SARI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
Ayu Mayang Sari
ABSTRAK
IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN OBAT DI AREAL GARAPAN PETANIKPPH TALANG MULYA TAHURA WAN ABDUL RACHMAN
Oleh
Ayu Mayang Sari
Tumbuhan obat hidup secara liar dalam kawasan hutan termasuk juga dalam kawasan
Tahura Wan Abdul Rachman. Namun belum diketahui secara pasti mengenai
berbagai jenis-jenis tumbuhan yang dimaksud. Oleh karena itu dilakukan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis, kerapatan setiap populasi dan tingkat
dominasi setiap populasi tumbuhan obat. Penelitian ini dilakukan di areal garapan
petani KPPH Talang Mulya Tahura Wan Abdul Rachman pada Januari‒April 2017.
Penelitian ini dilakukan dengan metode petak ganda. Jumlah plot sampel 87 plot
masing-masing berukuran 2mx2m. Variabel yang diamati meliputi jenis-jenis
tumbuhan, kerapatan setiap populasi dan tingkat dominasi setiap populasi tumbuhan
obat. Hasil dari penelitian ini adalah teridentifikasi 29 jenis tumbuhan obat yang
termasuk ke dalam 18 famili tumbuhan. Jenis tumbuhan obat terbanyak didominasi
Ayu Mayang Sari
oleh awar-awar dengan INP 28,27%, sedangkan yang terendah adalah temulawak dan
lada dengan INP 0,01%. Dapat disimpulkan bahwa tumbuhan obat yang ada di areal
garapan petani KPPH Talang Mulya cukup banyak. Namun ada tumbuhan obat yang
terancam populasinya misalnya temulawak, hal ini diduga karena dimanfaatkan oleh
masyarakat tanpa upaya pembudidayaan.
Kata kunci: hutan, taman hutan raya, tumbuhan obat.
Ayu Mayang Sari
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF MEDICINAL PLANTS IN FARMER AREAMEMBER OF KPPH TALANG MULYA ON WAN ABDUL RACHMAN
GREAT FOREST PARK
By
Ayu Mayangsari
Forest are a source of various types of medicinal plants. But there is no detail
information about various types of medicinal plants. Therefore, the research aimed to
find out the types, the density of each population and the level of dominance of each
medicinal plants. This research was conducted at farmer area of KPPH Talang Mulya
In Wan Abdul Rachman of Great Forest Park on January up to April 2017. This
research was conducted by double plot method. There were 87 plots and each plots
size 2mx2m. Variables observed for plant species were the density of each
population and the level of dominance of each plant population. The results of this
study were identified 29 species of medicinal plants belonging to 18 plant families.
The type of medicinal plants that were dominated by Awar-Awar fig with INP
28.27%, while the lowest was curcuma and peper with INP 0.01%. It could be
Ayu Mayang Sari
concluded that the existing medicinal plants at farmer area of KPPH Talang Mulya In
Great Forest Parkof Wan Abdul Rachman were rich. But there were some population
of medicinal plants that threatened such as curcuma, seen it caosed by the utiltyng
high with dout cultivation.
Keyword: forest, great forest park, medical plants
IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN OBAT DI AREAL
GARAPAN PETANI KPPH TALANG MULYA TAHURA WAN ABDUL RACHMAN
Oleh
Ayu Mayang Sari
Skripsi
sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banjit, Kabupaten Way Kanan Provinsi
Lampung pada tanggal 24 Januari 1994, putri ke tiga dari
empat bersaudara, anak dari pasangan Bapak Sukasih dan
Ibu Intan Ayu. Jenjang pendidikan penulis dimulai di Taman
Kanak-kanak Darmawanita (TK) Rantau Temiang diselesaikan pada tahun 2000.
Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Rantau Temiang, Kabupaten Way Kanan dan
diselesaikan pada tahun 2006. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Banjit, Kabupaten Way Kanan dan selesai
pada tahun 2009. Penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 1 Banjit, Kabupaten Way Kanan dan lulus pada tahun 2012.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung pada tahun 2012. Selama menuntut ilmu di Jurusan
Kehutanan, penulis pernah menjadi anggota utama Himasylva.
i
Kupersembahkan Karya Ini Untuk
Orang-Orang Tersayang Dihidupku. Untuk Ayah, Ibu, Kakak-Kakak,
Dan Adik Yang Telah Menjadi Motivator Dan Kebaikan Di Setiap Langkah-Langkahku.
ii
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini
dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Identifikasi Jenis Tumbuhan Obat di Areal Garapan Petani
KPPH (Kelompok Pengelola dan Pelstari hutan) Talang Mulya Tahura Wan
Abdul Rachman” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Kehutanan di Universitas Lampung.
Penulis mendapat banyak bimbingan,bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak
dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Ir. Indriyanto, M.P. sebagai pembimbing utama , bimbingan dan
motivasi yang luar biasa kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal
penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.
iii
2. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P. sebagai pembimbing anggota yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan
penulisan skripsi.
3. Bapak Duryat, S.Hut.,M.Si.sebagai dosen penguji yang telah memberikan
saran dan bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
4. Bapak Ir. Indriyanto, M.P. sebagai pembimbing Akademik, bimbingan,
motivasi, dan semangat kepada penulis mulai dari awal menjadi mahasiswa
Universitas Lampung sampai selesai.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. sebagai Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
6. Dr. Melya Riniarti, S.P.,M.Si. sebagai Ketua Jurusan Kehutanan Fakulltas
Pertanian Universitas Lampung.
7. Segenap Dosen Jurusan Kehutanan yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan selama penulis menuntut ilmu di Universitas Lampung.
8. Terimakasih sebesar-besarnya kepada ibuku, yang selalu memberi semangat
dan motovasi, dan dukungan serta doa yang tidak pernah putus.
9. Kedua orang penulis (Sukasih dan Intan Ayu) atas kasih sayang, teladan dan
motivasi yang menguatkan penulis; serta kepada kakak (Senja Sintana dan
Sagita Ambar Sari) serta adik penulis (Dinda Aldila) atas semua dukungan
dan senyuman serta semangat yang tidak pernah berhenti.
10. Saudara seperjuangan selama kuliah dan yang telah membantu penelitian ini,
Brina Wanda Pratiwi, Wiwin Febriani, Inafa Handayani, Anggraini Eka
Wahyuni, Tedy Rendra, Awang Murdiono, Ahmad Deni Ismail, Charles
Parlindungan, Hendra Pratama, Rifki Rinaldi, Robby Yosyafel, Rangga Agus
iv
Fauzi, Julian Agung Pratomo, serta seluruh anggota Evesyl atas kerjasama dan
kebersamaannya.
11. Sahabat-sahabat terbaikku Tedy Rendra dan Brina Wanda Pratiwi yang telah
membantu dalam setiap tahap-tahap dan proses yang telah dilalui dan
memotivasiku dari awal penulisan sampai skripsi ini telah terselaisaikan.
12. Bapak Juher Alatif, Ketua KPPH Talang Mulya Tahura Wan Abdul
Rachman yang telah memberikan bantuan demi terwujudnya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bandar Lampung, Maret 2018
Penulis
Ayu Mayangsari
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
D. Manfaat Penemitian................................................................................... 4
E. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6
A. Kondisi Lokasi Penelitian ......................................................................... 7
B. Sejarah Tumbuhan Obat ............................................................................ 8
C. Manfaat Tumbuhan Obat ........................................................................... 9
D. Jenis Tumbuhan Obat Yang Dimanfaatkan ............................................... 11
E. Peranan Tumbuhan Obat Di Indonesia ..................................................... 13
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 18
A. Lokasi dan Waktu...................................................................................... 18
B. Alat dan Bahan .......................................................................................... 19
C. Prosedur Pebelitian .................................................................................... 19
D. Analisis Data ............................................................................................. 19
E. Gambar Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 25
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 25
B. Pembahasan ............................................................................................... 30
V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 33
A. Simpulan ................................................................................................... 33
B. Saran .......................................................................................................... 33
Halaman
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 36
LAMPIRAN ................................................................................................... 40
Gambar 4-36................................................................................................... 40−56
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Jenis jenis tumbuhan obat yang terdapat di areal garapan
petani KPPH Talang Mulya dalam Tahura Wan AbdulRachman .............................................................................................. 24
2. Manfaat tumbuhan obat yang ditemukan di di areal garapanpetani KPPH Talang Mulya dalam Tahura Wan AbdulRachman .................................................................................................. 25
3. Kerapatan, Frekuensi dan Index nilai penting dari setiap jenistumbuhan obat yang terdapat di areal garapan petani KPPHTalang Mulya dalam Tahura Wan Abdul Rahman ................................... 27
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Peta Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman......................... 17
2. Peta Lokasi Penelitian di Areal Garapan Petani KPPH TalangMulya Tahura Wan Abdul Rachman......................................................... 23
3. Jarak antargais rintis dan jarak antarplot dalam garisrintis................................................................................ .......................... 24
4. Pecutan kuda (Stachytarpheta jamaicensis).............................................. 40
5. Harendong bulu (Clidemia hirta).............................................................. 40
6. Legetan (Synedrella nodiflora). ................................................................ 41
7. Daun katu (Sauropus androgynus)............................................................ 41
8. Calincing (Oxallis barrelleri). .................................................................. 42
9. Cabai rawit (Capsicum frutescens). .......................................................... 42
10. Pokok jerman (Choromolaen odorata). ................................................... 43
11. Peletakan/ Ceplikan (Ruellia tuberosa). ................................................... 43
12. Daun tapak liman (Elephantopus scaber). ................................................ 44
13. Cakar ayam (Selaginella doederleinii). .................................................... 44
14. Putri malu (Mimosa pudica)...................................................................... 45
15. Liana (Mikania micrantha). ...................................................................... 45
16. Daun bandotan (Ageratum conyzoides). ................................................... 46
17. Lengkuas (Alpinia galanga)...................................................................... 46
ix
Gambar Halaman18. Temu lawak (Curcuma zanthorrhiza)....................................................... 47
19. Widelia (Sphagneticola trilobatai). .......................................................... 47
20. Rumput rija-rija (Scleria sumatrensis)...................................................... 48
21. Awar-awar (Ficus septica)........................................................................ 48
22. Lada (Piper nigrum).................................................................................. 49
23. Serai (Cymbopogon citratus). ................................................................... 49
24. Suruhan (Peperomia pellucidia). .............................................................. 50
25. Pacing (Costus speciosus). ........................................................................ 50
26. Rumput bambu (Lophatherum gracile). ................................................... 51
27. Anting-anting (Acalypha australis)........................................................... 51
28. Saat melakukan pembuatan petak pengamatan...................................... . 52
29. Meniran (Phylanthus urinaria). ................................................................ 52
30. Pembuatan petak pengamatan. ................................................................. 53
31. Memberi nomor pada tumbuhan . ........................................................... 53
32. Pengamatan tumbuhan obat. ..................................................................... 54
33. Mengidentifikasi tumbuhan obat.............................................................. . 54
34. Pengukuran jarak antar plot. .................................................................... 55
35. Mengidentifikasi tumbuhan obat............................................................... 55
36. Memberikan nomor plot pada saat pengumpulan tumbuhan. .................. 56
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan tropis terkaya di
dunia setelah Brazil dan masih menyimpan banyak potensi sumber daya alam
hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan. Indonesia memiliki banyak
jenis tumbuhan-tumbuhan yang telah dilaporkan sebagai tanaman obat,
Sehingga dikenal sebagai sumber bahan baku obat-obatan yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Menurut Widjaja
dkk., (2014) pemanfaatan tumbuhan obat sebagai obat-obatan juga telah
berlangsung ribuan tahun yang lalu.
Masyarakat masih memiliki keterbatasan dalam mengetahui jenis-jenis
tumbuhan yang berkhasiat obat yang ada di areal garapan petani anggota KPPH
(kelompok pengelola dan pelestari hutan) Talang Mulya dalam kawasan Tahura
Wan Abdul Rachman. Jenis tumbuhan yang berkhasiat obat adalah segala jenis
tumbuhan yang berkhasiat obat, baik untuk memelihara kesehatan maupun
pengobatan berbagai penyakit. Dalam kehidupan masyarakat saat ini, masyarakat
memiliki kecenderungan untuk kembali menggunakan tanaman yang berkhasiat
obat untuk mengobati berbagai penyakit dibandingkan dengan obat kimia. Namun
masyarakat sekitar kawasan hutan memiliki kendala dalam pemanfaatan tanaman
2obat. Permasalahannya adalah banyak tumbuhan yang berkhasiat obat tradisional
yang belum diketahui oleh masyarakat sekitar kawasan KPPH Talang Mulya
tersebut, sedangkan keberadaan tumbuhan obat tersebut sangat dibutuhkan oleh
masyarakat.
Organ tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat adalah yang digunakan sebagai
bahan aktif obat. Penilaian keunggulan terkait dengan ketersediaan organ
tumbuhan secara terus menerus dan pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup
jenis tumbuhan tersebut. Organ yang dimaksud adalah buah, bunga, daun, ranting
atau dahan, kulit batang, batang, dan akar. Jika suatu tumbuhan obat yang
berfungsi sebagai bahan aktif obat adalah akar, maka nilai keunggulan tumbuhan
obat tersebut rendah karena penggunaan akar akan memengaruhi kelangsungan
hidup suatu jenis tumbuhan obat tersebut (Friska dkk., 2015)
Berdasarkan pengetahuan lokal petani anggota KPPH Talang Mulya banyak
tumbuhan-tumbuhan berkhasiat dalam kawasan hutan dapat dimanfaatkan
menjadi tanaman obat yang berguna dalam mengobati berbagai jenis penyakit.
Namun mereka belum mengetahui nama jenis tumbuhan liar tersebut. Oleh karna
itu, perlu dilakukan identifikasi jenis tumbuhan obat yang ada di areal garapan
petani KPPH Talang Mulya dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman agar
dapat dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat. Kemudian dapat dijadikan
dasar dalam melakukan pengelolaan kawasan hutan dengan lebih baik lagi. Jika
populasi tumbuhan berkhasiat obat sedikit, perlu dikembangbiakkan. Sebaliknya
apabila populasi tumbuhan obat banyak, maka dapat dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan.
3B. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan data tentang:
a. Jenis-jenis tumbuhan-tumbuhan bawah yang tergolong sebagai tumbuhan obat
di areal garapan petani KPPH Talang Mulya Tahura Wan Abdul Rachman.
b. Kerapatan tiap-tiap populasi yang tergolong tumbuhan obat di areal garapan
petani KPPH Talang Mulya dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman.
c. Luas penyebaran anggota setiap populasi tumbuhan yang tergolong tumbuhan
obat di areal garapan petani KPPH Talang Mulya, dan
d. Tingkat dominasi setiap populasi tumbuhan obat di areal garapan petani KPPH
Talang Mulya.
C. Rumusan Masalah
Saat ini masyarakat yang menggunakan tumbuhan obat sebagai obat alternatif
untuk mengobati berbagai penyakit semakin meningkat dibandingkan dengan
penggunaan obat-obat kimia. Namun berkaitan dengan rendahnya pengetahuan
masyarakat sekitar hutan tentang tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat
sebagai obat-obatan, serta belum diketahui secara pasti nama dan jenis tumbuhan
obat tersebut, maka diperlukan tindakan identifikasi jenis tumbuhan yang
berkhasiat sebagai obat yang ada di areal garapaan petani KPPH Talang Mulya
dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman. Upaya identifikasi tumbuhan
dimaksudkan untuk mengetahui keanekaragaman jenis tanaman obat yang ada di
areal garapan petani anggota KPPH Talang Mulya dalam kawasan Tahura Wan
Abdul Rachman
4D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
a. Informasi bagi masyarakat tentang jenis jenis tumbuhan yang berkhasiat obat
yang dapat ditemukan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman pada blok
pemanfaatan sehingga dapat menunjang bagi upaya konservasi terhadap
tanaman yang berkhasiat obat.
b. Masukan bagi dinas terkait dan masyarakat sekitar Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman dalam mengembangkan tanaman yang berkhasiat obat, dan
c. Referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang jenis
tumbuhan yang berkhasiat obat.
E. Kerangka Pemikiran
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang memiliki manfaat untuk mengobati suatu
penyakit. Tumbuhan obat telah dimanfaatkan sejak zaman dahulu kala secara
tradisional dan secara turun temurun. Namun dalam kegiatan eksploitasi tidak
diiringi dengan kegiatan pembudidayaan. Apalagi dengan adanya berbagai faktor
perusak hutan misalnya, alih fungsi hutan baik berupa pembukaan areal untuk
tujuan pembangunan,wilayah perkebunan, dan pemukiman. Kurangnya perhatian
pelestarian tumbuhan obat serta fenomena alam berupa kebakaran hutan secara
langsung mengancam keberadaan habitat alami dari persebaran tumbuhan obat
yang ada.
Pemanfaatan tumbuhan obat tanpa adanya pelestarian dan pembudidayaan akan
mengakibatkan kepunahan pada persebaran tumbuhan obat ini. Hal ini perlu
5diketahui bahwa sebagian penduduk Indonesia masih tinggal di wilayah pedesaan
atau daerah pegunungan yang pada umumnya masih belum terjangkau dengan
pelayanan kesehatan yang memadai. Baik dari pemerintah maupun swasta meraka
masih berekonomi lemah atau kurang mampu. Di daerah seperti ini problem
kesehatan sangat bervariasi dan ada kalanya mereka sulit dalam penggunaannya.
Posisi semacam inilah tumbuhan obat yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional dimanfaatkan sebagai salah satu pengobatan alternatif yang sangat
penting. Pengobatan dengan tumbuhan obat merupakan bagian dari sistem budaya
masyarakaat yang potensi manfaatnya sangat besar (Nursiah, 2013).
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kondisi Lokasi Penelitian
Desa Talang Mulya merupakan salah satu desa pemekaran dari Desa Hurun
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang terletak lebih kurang 70
km dari pusat pemerintahan kecamatan. Desa Talang Mulya mempunyai luas
654 Ha. Sebagian wilayah Desa Talang Mulya terdiri atas pegunungan dan
perbukitan, rata-rata ketinggian tempat dari permukaan adalah 1.400 m. Iklim
Desa Talang Mulya sebagaimana desa-desa lain di wilayah indonesia adalah
beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Hal
tersebut mempengaruhi langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Talang
Mulya, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran. Curah Hujan rata-rata
di desa ini berkisar antara 2000–3000 mm/th. Rata-rata banyaknya bulan hujan
adalah 6 bulan/tahun dengan rata-rata suhu sebesar 20–30 °C.
Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk Desa Talang Mulya masih sangat
rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang sebagian besar hanya
menyelesaikan pendidikannya hingga Sekolah Dasar tidak lulus SD. Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam kehidupan sosial ekonomi
masyarakat, karena pendidikan tertinggi yang ditamatkan merupakan indikator
7pokok kualitas pendidikan formal. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Talang
Mulya, Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran. Desa Talang Mulya
merupakan desa yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai
petani. Hasil pertanian/perkebunan yang mendominasi adalah kopi, kakao,
kemiri, durian dan tanaman perkebunan lainnya, hal ini dikarenakan lahan yang
dikelola masyarakat merupakan kebun campuran. Penggunaan lahan di Desa
Talang Mulya sebagian besar ditanami dengan tanaman pertanian/perkebunan
kakao, kopi, kelapa, pisang dan hanya sebagian kecil diperuntukan untuk lahan
palawija.
Potensi sumber daya alam Desa Talang Mulya sangat melimpah, hal ini
dikarenakan lokasi desa ini sangat dekat dengan hutan, sehingga desa ini memiliki
sumber daya alam seperti sungai, perkebunan yang luas, air terjun. Sebagian dari
penduduk desa ini memanfaatkan air sungai menjadi Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro didesa ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
Sarana dan prasarana yang dimiliki Desa Talang Mulya sudah cukup banyak,
tetapi perlu adanya pengembangan dan perbaikan terhadap sarana dan prasarana
tersebut sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Daerah kawasan Tahura WAR dibentuk dari komposisi geologi basalt endesit dan
lapisan tufa intermedier dengan bahan plato basalt dan sedikit endapan kwarter
dan sedimen tufa masam. Dari komposisi geologi tersebut, jenis tanah yang
dibentuk di kawasan Tahura terdiri dari jenis tanah andosol coklat kekuningan,
jenis tanah latosol cokelat tua kemerahan dan latosol kemerahan.
8B. Sejarah Tumbuhan Obat
Indonesia dianugerahi kekayaan alam berupa sumber daya hutan yang sangat luas
dengan segala potensi yang terkandung di dalamnya. Luas hutan indonesia
menurut badan pusat statistik pada tahun 2015 adalah sebesar 343.711.428.03 ha.
Terbagi dengan beberapa jenis hutan seperti hutan lindung sebesar
29.673.382.37 ha, suaka alam dan pelestarian alam sebesar 22.108.630.99 ha,
hutan produksi terbatas sebesar 26.798.382.01 ha, hutan produksi
tetap29.250.783.10 sebesar , hutan produksi yang dapat di konversi sebesar
12.942.295.24 ha, jumlah luas daratan kawasan hutan sebesar 120.773.441.71
ha ,luasan hutan dan prairan sebesar 126.094.366.71 ha (Badan Pusat Statistik,
2015).
Selama ini masyarakat sibuk mengurus manfaat hutan yang berupa kayu, yang
menurut analisis para ahli kehutanan hanya memberikan manfaat sekitar 3–5%
dari total ekonomi sumber daya hutan. Pemerintah belum optimal menggarap
sisanya sekitar 95% dari nilai manfaat hutan, seperti hasil hutan bukan kayu yang
berupa keanekaragaman flora, fauna, mikroorganisme dan jasa lingkungan dari
hutan (Abdiyani, 2011).
Sejalan dengan perkembangan pengobatan modern yang ada, pengobatan
tradisional dianggap perlu untuk lebih dikembangkan, melihat dari perubahan
alam dan pola hidup masyarakat. Pengembangan pengobatan itu sendiri
bertujuan untuk mencapai keseimbangan yang sehat dan dinamis bagi pertahanan
dan peningkatan kualitas hidup manusia. Upaya melestarikan dan
9mengembangkan pengobatan trdisional di Indonesia tidak terlepas dari kondisi
bangsa Indonesia yang kaya akan bahan-bahan obat tradisional, bahkan jauh
sebelum pengobatan moderen dikenal, terutama oleh masyarakat pedesaan
(Hembing, 2008).
Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, menjadikan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan makin meningkat. Upaya Departemen
Kesehatan dalam pemerataan kesehatan sudah cukup banyak, akan tetapi masih
saja ada kalangan yang belum terjangkau terutama masyarakat di pelosok daerah
dan/atau masyarakat yang tingkat ekonominya masih rendah. Keterisolasian dan
pendapatan mereka masih rendah merupakan penyebab utama bagi mereka untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai tidak dapat terpenuhi. Dengan
demikian peranan pengetahuan pengobatan dengan memanfaatkan tanaman obat
sangat penting diketahui (Hamzari, 2008).
C. Manfaat Tumbuhan Obat.
Salah satu jenis hasil hutan bukan kayu yang berpotensi memberikan manfaat
ekonomi tinggi adalah tumbuhan obat. Tumbuhan obat memiliki peluang yang
sangat besar untuk dikembangkan, baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
maupun sebagai bahan baku industri obat dan kosmetika. Industri obat dan
kosmetika dalam negeri memerlukan pasokan bahan baku yang berasal dari
tumbuhan obat dalam skala besar (skala industri). Oleh karena itu, budidaya dan
pengelolaan tanaman obat memiliki prospek yang sangat bagus ke depan
(Susmianto, 2012 ).
10Tumbuhan obat dimanfaatkan masyrakat Dayak secara tradisional secara turun
temurun, namun dalam kegiatan eksploitasi tumbuhan obat tidak diiringi dengan
kegiatan pembudidayaan. Faktor-faktor lain yang mengancam kelestarian
tumbuhan obat antara lain : alih fungsi hutan baik berupa pembukaan areal untuk
tujuan pengembangan wilayah perkebunan, pertanian, daya regenerasi
pertumbuhan yang lambat, kurangnya perhatian pelestarian tumbuhan obat serta
pemukiman maupun fenomena alam berupa kebakaran hutan secara langsung
mengancam keberadaan habitat alami dari plasma nutfah tumbuhan obat (Ervizal,
2011).
Unsur biologi yang dipungut untuk dimanfaatkan masyarakat dari vegetasi adalah
kayu (kayu bakar), daun nipah, rotan, bambu, tumbuhan obat, rumput/pakan
ternak, madu, gaharu, buah-buahan, sayur-sayuran, uang tunai, ikan dan kayu
untuk bahan bangunan. Pemanfaatan tersebut harus diimbangi dengan upaya
konservasi seperti budidaya tanaman obat agar kepunahan tumbuhan obat tidak
terjadi. Selain itu, pengetahuan pemanfaatan tumbuhan obat belum sepenuhnya
diketahui oleh masyarakat umum untuk itu dibutuhkan eksplorasi dan
inventarisasi tumbuhan obat (Nasibah, 2014)
Masyarakat sekitar kawasan hutan memiliki kearifan lokal dalam pemanfaatan
bahan/tumbuhanalami untuk pengobatan. Pengetahuan tentang tumbuhan obat,
mulai dari pengenalan jenis tumbuhan, bagian yang digunakan, cara pengolahan
sampai khasiat pengobatan merupakan kekayaan masing masing etnis dalam
masyarakat setempat (Karmilasanti dan Supartini, 2011).
11Pemanfaatan pekarangan di pedesaan mempunyai banyak keuntungan terutama
dalam meningkatan pendapatan keluarga misalnya sebagai warung hidup,
lumbung hidup, apotek hidup, sehingga perlu dikembangkan secara intensif.
Kenyataan saat ini, harga obat di pedesaan sangat tinggi, sering tidak tersedia,
apotek sering tutup dan lebih sering lagi dokter tidak ada. Oleh karena itu,
penyediaan tanaman yang berfungsi sebagai obat herbal di pekarangan sangat
membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan (Harmida dkk., 2011).
Tanaman obat sebenarnya memiliki fungsi ganda selain sebagai dekorasi halaman,
tanaman obat berfungsi sebagai ramuan alami untuk mengobati berbagai penyakit
yang seringkali timbul. Masyarakat di pedesaan belum memahami bahwa
tanaman obat selain sangat berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit,
tanaman ini juga banyak dibutuhkan oleh industri obat-obatan, rumah sakit, dan
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang penjualan produk kesehatan
(Devi dkk., 2011).
D. Jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan
Menurut Hidayat (2015), di alam terdapat lebih kurang 269 tumbuhan berkhasiat
untuk mengobati berbagai penyakit. Beberapa diantara jenis tumbuhan yang
dimaksud antara lain: adas (Foeniculum vulgare) berkhasiat untuk mengobati
sakit perut, batuk dan sariawan. Alang-alang (Imperata cylindrica) berkhasiat
untuk menyuburkan atau menghitamkan rambut, demam, mimisan, gangguan
ginjal, peluruh kencing dan darah tinggi. Anggur (Vitis vinifera) sebagai obat
peluruh kencing. Aren (Arrenga pinnata) sebagai obat luka, batu ginjal, sakit gigi
12dan sariawan. Bandotan (Ageratum conyzoides) digunakan untuk mengobati
disentri, diare dan luka. Bawang daun (Allium fistulosum) mengobati penyakit
jantung, pilek, demam, flu, kesehatan kulit, diabetes, cacingan, infeksi dan luka.
Bawang merah (Allium seva) sebagai obat sakit telinga, kanker, kuman dimulut,
dan jerawat. Bawang putih (Allium sativum) mengobati penyakit kanker,
hipertensi, jantung, kolesterol dan penyakit kulit. Binahong (Anredera cordifolia)
sebagai obat radang usus, melancarkan peredaran darah, stroke, asam urat, mag,
dan diabetes. Bunga matahari (Helianthus annuus) sebagai obat rematik, disentri,
dan infeksi saluran kencing. Cabai rawit (Capsicum annum) digunakan untuk
mempercepat metabolisme tubuh, membantu fungsi jantung, membantu
pertumbuhan rambut, meringankan rasa nyeri, menurunkan berat badan, sakit
tenggorokan, hipertensi, infeksi dan mencegah kanker. Cocor bebek (Bryophyllum
pinnatum) digunakan untuk mengobati demam, nyeri lambung, rematik dan wasir.
Delima (Punica granatum) sebagai obat cacingan, batuk, diare, radang gusi,
pendarahan, sariawan, tenggorokan sakit, perut kembung, demam dan batuk.
Gadung (Discorea hispida) untuk mengobati penyakit kusta, kutil, kapalan dan
mata ikan. Genjer (Limnocharis flava) sebagai obat antibiotik, keracunan jengkol,
mengurangi resiko penyakit jantung dan kanker. Jahe (Zingiber officinale) sebagai
obat sakit kepala, rematik, sakit perut, pusing, kolera, penawar racun ular, masuk
angin, keseleo dan bengkak. Jali (Coix lacryma) sebagai obat busung lapar dan
kencing batu. Jambu biji (Psidium guajava) sebagai obat diabetes mellitus, mag,
luka, dan diare. Jambu mete (Anacardium occidentale) sebagai obat sembelit,
diabetes mellitus, dan radang.
13Berbagai jenis tumbuhan obat sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat yang
tinggal didalam maupun sekitar hutan, misalnya masyarakat suku Dayak di
Kalimantan, suku Kubu di Sakai (Sumatera), dan suku lainnya. Jenis tumbuhan
tersebut antara lain adalah pasak bumi (Eurycoma longifolia), tabat barito (Ficus
deltoidea), sintok (Cinnamomum sintoc), sindora (Sindora sumatrana), kedawung
(Parkia roxburghii), dan jenis lainnya (Rahmiyani dkk.,2015).
Kelebihan penggunaan tanaman obat adalah harga yang relatif murah. Hal
tersebut akan menjadi sangat mudah jika bisa menanam atau mencari sendiri di
kebun-kebun atau di hutan alam. Tetapi jika harus diperoleh dalam bentuk
simplisia menjadi lebih mahal. Semakin lebih mahal, jika sudah diolah, tetapi
umumnya tetap lebih murah jika dilihat efektivitasnya. Selanjutnya sifat tanaman
obat yang aman ini menyebabkan dalam penggunaannya tidak dibutuhkan
pengawasan yang ketat sehingga sering tidak dibutuhkan bantuan tenaga medis
atau para medis, tetapi cukup oleh anggota keluarga sendiri jika diagnosa sudah
jelas (Hidayat, 2012).
E. Peran Tumbuhan Obat di Indonesia
Tumbuhan obat di Indonesia mempunyai peran yang sangat penting terutama bagi
masyarakat di daerah pedesaan yang fasilitas kesehatannya masih sangat terbatas.
Nenek moyang kita mengenal obat-obatan tradisisonal yang berasal dari
tumbuhan di sekitar pekarangan rumah maupun yang tumbuh liar di semak
belukar dan hutan-hutan. Masyarakat sekitar kawasan hutan memanfaatkan
tumbuhan obat yang ada sebagai bahan baku obat-obatan berdasarkan
14pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat yang diwariskan secara turun-
temurun (Siswanto, 1997).
Semua langkah penggalian dan pemanfaatan tumbuhan liar dihutan yang
memiliki khasiat obat dapat dikaitkan dengan kegiatan pengelolaan hutan dalam
upaya pelestarian ekosistem hutan, baik pelestarian lahan, hewan, maupun
peestarian jenis tumbuhannya sendiri, sehingga pengelolaan hutan bisa benar-
benar menuju kepada pengelolaan hutan lestari. Mengenai upaya menuju
pengelolaan hutan lestari ini sesungguhnya Pemerintah Indonesia telah bertekat
dan sangat perhatian untuk menerapkannya karena sistem pengelolaan hutan
lestari tidak hanya memusatkan perhatian pada hasil hutan yang lestari, tetapi
mencakup tiga aspek yaitu aspek produksi, aspek sosial berupa terpenuhinya
kebuthan masyarakat yang dapat diperoleh dari hutan, dan aspek lingkungan
berupa kelestarian proses hidrologi dan keanekaragaman hayati (Indriyanto dan
Harianto, 2004).
Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala sulit
untuk dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran bahan menentukan tercapai
atau tidaknya efek terapi yang diinginkan. Sebagai contoh lempuyang di pasaran
ada beberapa macam yang agak sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain.
Lempuyang emprit (Zingiber amaricans) memiliki bentuk yang relative lebih
kecil, berwarna kuning dengan rasa yang pahit. Lempuyang emprit ini berkhasiat
sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang kedua adalah lempuyang
gajah(Zingiber zerumbet) yang memiliki bentuk lebih besar dan berwarna kuning,
jenis ini pun berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang ketiga adalah
15lempuyang wangi (Zingiber aromaticum) yang memiliki warna agak putih dan
berbau harum. Tidak seperti kedua jenis lempuyang sebelumnya, jenis ini
memiliki khasiat sebagai pelangsing (Sastroamidjojo, 2001). Di Belgia, 70 orang
harus menjalani dialysis atau transplantasi ginjal akibat mengkonsumsi pelangsing
dari tanaman yang keliru (WHO, 2003 yang dikutip oleh Ruma, 2006)
Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bisa dikonsumsi
sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya resep dokter.
Buah mahkota dewa, misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1
buah dalam 3 gelas air. Sedangkan daun mindi baru berkhasiat jika direbus
sebanyak 7 lembar dalam takaran air tertentu (Ruma, 2006).
Hal ini menepis anggapan bahwa obat tradisional tak memiliki efek samping.
Anggapan bila obat tradisional aman dikonsumsi walaupun gejala sakit sudah
hilang adalah keliru. Sampai batas-batas tertentu, mungkin benar. Akan tetapi bila
sudah melampaui batas, justru membahayakan. Efek samping tanaman obat dapat
digambarkan dalam tanaman dringo (Acorus calamus), yang biasa digunakan
untuk mengobati stres. Tumbuhan ini memiliki kandungan senyawa bioaktif
asaron. Senyawa ini punya struktur kimia mirip golongan amfetamin dan ekstasi
(Ayu, 2014)
Dalam dosis rendah, dringo memang dapat memberikan efek relaksasi pada otot
dan menimbulkan efek sedatif (penenang) terhadap sistem saraf pusat (Sukandar,
2006). Namun, jika digunakan dalam dosis tinggi malah memberikan efek
sebaliknya, yakni meningkatkan aktivitas mental (psikoaktif) (Ayu dkk., 2014).
Asaron dringo, juga merupakan senyawa alami yang potensial sebagai pemicu
16timbulnya kanker, apalagi jika tanaman ini digunakan dalam waktu lama. Di
samping itu, dringo bisa menyebabkan penumpukan cairan di perut,
mengakibatkan perubahan aktivitas pada jantung dan hati, serta dapat
menimbulkan efek berbahaya pada usus (Ayu dkk., 2014).
Berdasarkan fakta ilmiah itu, Federal Drugs of Administration (FDA) Amerika
Serikat telah melarang penggunaan dringo secara internal, karena lebih banyak
mendatangkan kerugian dari pada manfaat. Takaran yang tepat dalam
penggunaan obat tradisional memang belum banyak didukung oleh data hasil
penelitian. Peracikan secara tradisional menggunakan takaran sejumput,
segenggam atau pun seruas yang sulit ditentukan ketepatannya. Penggunaan
takaran yang lebih pasti dalam satuan gram dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya efek yang tidak diharapkan karena batas antara racun dan obat dalam
bahan tradisional amatlah tipis. Dosis yang tepat membuat tanaman obat bisa
menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun (Ayu dkk., 2014).
Pengobatan luar adalah pengobatan pada penyakit yang dapat diobati secara
langsung dengan cara dioles, ditempel, digosok, ditetes atau air ramuannya
digunakan untuk berkumur. Pengobatan pada jenis penyakit ini tidak
membutuhkan banyak campuran tapi cukup menggunakan bagian tertentu dari
satu jenis tumbuhan saja. Beberapa penyakit tersebut diantaranya adalah
sariawan, sakit gigi, bisul, badan pegal-pegal, sakit kepala, alergi gatal, bau badan
dan obat mengatasi iritasi ringan pada mata. Jenis-jenis tumbuhan yang
digunakan untuk pengobatan luar berikut kegunaan dan cara meramu (Ayu dkk.,
2014).
17Kandungan bahan aktif kimia pada tumbuhan merupakan senyawa metabolik
sekunder yang bermanfaat sebagai obat dan secara luas telah digunakan dalam
bidang ilmu pengobatan dan kedokteran. Kandungan bahan aktif 17 jenis
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Pakar farmakologi dan
Ilmu kedokteran mengemukakan bahwa alkaloid merupakan senyawa penting
tumbuhan yang berperan sebagai obat, sehingga senyawa ini secara luas
digunakan dalam bidang pengobatan. Manfaat alkaloid antara lain memacu
sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan darah dan melawan infeksi
mikrobia. Selain saponin senyawa alkaloid juga berfungsi sebagai anti
pendarahan (Nurani dkk., 2015)
18
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di areal garapan petani KPPH (kelompok pengelolaan
dan pelestarian hutan) Talang Mulya dalam kawasan Tahura Wan Abdul
Rachman, Kabupaten Pesawaran pada bulan Januari 2017.
Adapun lokasi penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar. 1.
Gambar 1. Peta Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
19B. Alat dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain : buku kunci
identifikasi dan/atau bahan pengenalan jenis tumbuhan obat, kamera, tally sheet,
rol meteran, tali rafia, golok, GPS, dan kompas. Bahan yang digunakan yaitu
tumbuhan bawah yang berkhasiat obat yang ada di KPPH Talang Mulya Tahura
Wan Abdul Rachman.
C. Prosedur Penelitian
1. Menentukan lokasi penelitian, serta menganalisis persebaran tumbuhan obat
pada ketinggian tertentu dan pada lokasi yang akan diamati.
2. Identifikasi jenis tanaman yang berkhasiat obat dilakukan pada areal garapan
petani KPPH (kelompok pengelolaan dan pelestarian hutan) Talang Mulya
dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman. Analisis vegetasi dilakukan
dengan sampling untuk mengidentifikasi tumbuhan bawah, yaitu dengan
metode petak ganda.
3. Titik pengamat dibagi menjadi beberapa titik dengan jarak antarplot 20 m
antara titik satu ke titik selanjutnya 50 m, dengan 87 plot berukuran 2 m x 2 m
per petaknya untuk mengetahui jenis tumbuhan berkhasiat obat. Adapun pola
peletakan plot sampling penelitian dapat dilihat pada Gambar.2. serta sketsa
jarak antar plot dan garis rintis dapat dilihat pada Gambar.3.
4. Variabel yang diamati adalah jenis-jenis tumbuhan yang berkhasiat obat,
jumlah individu tiap jenis dalam plot. Data yang diperoleh akan dianalisis
secara kuantitatif dengan memperoleh indeks nilai penting (INP) dari masing-
20masing jenis yang ditemukan. INP yang dihitung adalah kerapatan relatif dan
frekuensi relatif (Kusmana, 1997).
Gambar 2. Peta lokasi penelitian di Areal Garapan Petani KPPH Talang MulyaTahura Wan Abdul Rachman.
21
Plot selanjutnya Plot selanjutnya
20m 20m 20m 20m
50m 50m 50m
Gambar 3. Jarak antargaris rintis dan jarak antarplot dalam garis rintis.
D. Analisis Data
1. Untuk mengetahui jenis tumbuhan di bawah tegakan yang berkhasiat sebagai
tumbuhan obat, dilakukan identifikasi.
222. Untuk mengetahui kerapatan setiap populasi tumbuhan dihitung dengan
rumus sebagai berikut.
Kerapatan merupakan jumlah individu per unit atau unit.Ki= ∑Keterangan:
Ki = Kerapatan individu ke-iΣi = Jumlah individu ke-iLuas plot = luas plot yang digunakan
Selanjutnya dihitung kerapatan relatif individu untuk menentukan INP.KRi= × 100%3. Untuk mengetahui luas penyebaran anggota setiap populasi tumbuhan
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif
yang dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi suatu spesies di dalam
suatu komunitas (Soegianto, 1994 dalam Indriyanto, 2008).Fi= ∑ ∑Keterangan:
Fi = Frekuensi spesies ke-iΣi = Jumlah petak ditemukan spesies ke-iΣluas plot = luas plot yang digunakan
Selanjutnya dihitung frekuensi relatif untuk untuk menentukan INP.FRi= × 100%
234. Untuk mengetahui tingkat dominasi dan setiap populasi tumbuhan, dihitung
dengan individu indeks nilai penting sebagai berikut.
INP = KR + FR
INPi = KRi + FRi
Keterangan :
INP/ INPi = Indeks Nilai Penting (INP)/INP spesies-iKR/ KRi = Kerapatan Relatif/Kerapatan Relatif spesies-iFR/ FRi = Frekuensi Relatif/Frekuensi Relatif spesies-i
E. Gambaran Pelaksanaan Penelitian
Luas total areal garapan petani KPPH Talang Mulya Tahura wan Abdul Rahcman
adalah 53 ha. Jumlah seluruh plot sampel ditentukan dengan rumus Slovin
sebagai berikut.n = ( . ) .
Keterangan:n= luas seluruh plot sampelN= luas sluruh area stadi di areal garapan petani KPPH Talang Mulyae= tingkat kesalahan yang dapat ditolerir = 10%
Kemudian menentukan ukuran plot sampel 2mx2m maka jumlah plot sampel
adalah 87 plot sampel. Jarak antarplot 20 m dan jarak antargaris rintis 50 m.
33
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di areal garapan petani KPPH
Desa Talang Mulya dapat disimpulkan bahwa.
1. Ditemukan 29 jenis tumbuhan obat yang terbagi atas 18 famili. Semua jenis
tumbuhan ini hidup secara liar. Beberapa di antara tumbuhan obat yang
ditemukan telah dimanfaatkan.
2. Spesies tumbuhan obat yang memiliki tingkat dominasi kerapatan tertinggi
yaitu awar-awar (Ficus septica) dengan kerapatan dan frekuensi yang paling
tinggi, yaitu sebesar 234,52 individu/hektar dan frekuensi sebesar 0,218.
3. Luas penyebaran tertinggi pada populasi tumbuhan obat di KPPH Talang
Mulya adalah penyebaran tumbuhan obat jenis calincing (Oxallis barrelleri)
yaitu sebesar 0,575.
B. Saran
Saran dari penelitian ini adalah memanfaakan tumbuhan obat yang ada dengan
sebaik-baiknya dan membudidayakan tumbuhan obat yang terancam punah yang
34ada di Areal garapan petani KPPH Talang Mulya Tahura Wan Abdul Rachman,
kemudian dapat dijadikan referensi penelitan selanjutnya sehingga tidak hanya
tumbuhan bawah namun juga termasuk ke dalam fase pohon.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdiyani, S. 2011. Keanekaragaman jenis tumbuhan berkhasiat obat di DataranTinggi Dieng. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. V (1): 79—92.
Angela. F, Mamahani, Herny, Simbala, dan Saroyo. 2016. Etnobotani tumbuhanobat masyarakat subetnis tonsawang di Kabupaten Minahasa TenggaraProvinsi Sulawesi Utara. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. 5(2): 2302—2493.
Ayu, E., Tukiran, Suyatno, dan Hidayati, N. 2014. Eksplorasi tumbuhan obat didesa lebani waras Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik. JurnalPenelitian Tumbuhan Obat. 5(3): 5—11.
Badan Pusat Statistik.2015. Badan Pusat Statistika Indonesia. Jakartahttps://www.bps.go.id/statictable/2013/12/31/1716/luas-kawasan-hutan-dan-kawasan-konservasi-perairan-indonesia-menurut-provinsi-berdasarkan-sk-menteri-kehutanan.html. Diunduh, 03 Febuari 18, pukul 19:17.
Dalimartha, S. 2003. Resep Tumbuhan Obat. Buku. Penebar Swadaya. Jakarta.120p.
Devi, M., Elis, K dan Fuad, M. 2011. Meningkatan Kesehatan MasyarakatMelalui Pemberdayaan Wanita dalam Pemanfaatan Pekarangan DenganTanaman Obat Keluarga (Toga). Skripsi. Universitas Jambi. Jambi. 165p.
Ervizal, A.M.,Zuhud, K., Latifah, D., Iskandar Z., dan Siregar. 2013.Pemanfaatanteknologi tepat guna identifikasi tumbuhan obat. Jurnal Ilmu PertanianIndonesia. 18(2): 85—91.
Friska, E., Indriyanto, dan Duryat. 2015. Keragaman jenis tumbuhan obat dihutan pendidikan Universitas Sumatera Utara kawasan taman hutan rayatongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara. Jurnal Sylva Lestari. 3(2): 113—122.
Hamzari. 2008. Identifikasi Tumbuhan Obat. Jurnal Hutan dan Masyarakat.3(1): 11—234.
37Harmida, Sarno dan Vivin, F. 2011. Studi etnofitomedika di Desa Lawang
Agung Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. JurnalPenelitian Sains. 14(1): 42—46 .
Hembing, W. 2000. Potensi Tumbuhan Obat. Buku. Puspaswara Jakarta. 77p.
Hidayat, D. 2012. Studi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat di KawasanIuphhk PT Sari Bumi Kusuma Camp Tontang Kabupaten Sintang. Skripsi.Universitas Tanjungpura. Pontianak. 55 p.
Hidayat. R. S. dan Napitupulu, R. M.. 2015. Tumbuhan Berkhasiat. Buku. NiagaSwadya. Jakarta 830 p.
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Buku. Bumi aksara. Jakarta. 210p.
Indriyanto dan Harianto, S.P. 2004. Kondisi jenis tumbuhan liar berkhasiat obatdikawasan hutan register 19 Gunung Betung Provinsi Lampung. MajalahKedokteran Diponegoro. 39(1): 10—27.
Karmilasanti dan Supartini. 2011. Keanekaragaman jenis tumbuhan obat danpemanfaatan dikawasan Tane’olen Desa Tulang Malinau. Jurnal PenelitianDipterokarpa. 5(1): 23—24.
Kadir, Y. 2010. Pengobatan Alternatif dengan Aneka Tanaman Obat. Buku.UBA Press. Jakarta. 96p.
Kusmana, C.1997. Metode Survey Vegetasi. Buku. Institut Pertanian Bogor.Bogor. 156p.
Nasibah. 2014. Keanekaragaman tumbuhan obat di Taman Nasional TanjungPuting Kalimantan Tengah. Jurnal Penelitian Tumbuhan Obat. 4(1): 73—112.
Nursiyah. 2013. Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional Yang DigunakanOrang Tua Untuk Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melati KecamatanKalikajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.Semarang. 102p.
Nurani, L., Tabba, S., dan Hendra. 2015. Kearifan lokal pemanfaatan dalamtumbuhan obat Oleh masyarakat di sekitar taman nasional Aketajawelolobata, provinsi maluku utara. Jurnal Penelitian Sosial dan EkonomiKehutanan. 12(3): 163—175 .
Rahmiyani, I., Mulyono, dan Mardiana, R. 2015. Inventarisasi dan skriningfitokimia tumbuhan obat berkhasiat anti inflamasi yang digunakan olehmasyarakat kampung naga. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 13(1):42—62.
38Ruma, L.O, 2006. Pemanfaatan obat tradisionl dengan pertimbangan manfaat dan
keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. III (1): 23—42.
Sabara, E. 2011. 100 Tumbuhan Obat Dilindungi di Gede Pangrango. Buku.Green Radio dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jawa Barat.113p.
Sastroamidjojo,S. 2001. Obat Asli Indonesia. Buku. Dian Rakyat.Jakarta. 170p.
Siswanto, Y.W. 1997. Penanganan hasil panen tanaman obat komersial. MajalahTrubus Agriwidya. 3(1): 1—28.
Sukandar E. Y. 2006. Trend dan paradigma dunia farmasi, industri-klinikteknologi kesehatan, disampaikan dalam orasi ilmiah dies natalis IPB.Jurnal J-IKA. IV(1):45—57.
Susmianto, A. 2012. Tumbuhan Obat Tradisional. Buku. Balai PenelitianKehutanan. Manado. 45p.
Supriati, R., Nurliana, S., dan. Malau, F. 2012. Keanekaragaman jenistumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Tanah HitamKecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara. Konservasi Hayati.8(1): 44—50.
Top Related