i
PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA
TEMA MAKANAN SEHAT DAN TUBUHKU UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Pendidikan Sains
Oleh
ISFI MUZARI
S831308022
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SAINS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNUVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Sesungguhnya di samping kesukaran ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai, maka bersusah payahlan mengerjakan yang lain.
(Q.S. Al-Insyirah: 6-7)
Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses
Aku percaya bahwa apapun yang aku terima saat ini adalah yang terbaik dari
Alloh dan Aku percaya Dia akan selalu memberikan yang terbaik untukku pada
waktu yang telah Ia tetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
1. Suamiku yang selalu memberikan motivasi untuk terselesainya tesis ini.
2. Kedua orangtuaku yang telah tulus ikhlas mendokan dan merawat
cucunya.
3. Anak-anaku yang merupakan penyemangat dalam hidupku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengembangan
Modul IPA Terpadu Berbasis SETS pada Tema Makanan Sehat dan Tubuhku
untuk Meningkatkan Hasil Belajar ini dengan baik.
Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari kesulitan karena keterbatasan
kemampuan. Berkat bantuan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan berbagai
pihak kepada penulis, maka tesis ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan fasilitas dalam menempuh
pendidikan di Program Pascasarjana Pendidikan Sains Universitas Sebelas
Maret.
2. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan
Sains dan validator ahli media yang telah berkenan memberikan fasilitas,
pengarahan, saran, dan motivasi hingga terselesaikannya usulan tesis ini.
3. Prof. Dr. Ashadi, sebagai dosen pembimbing pertama yang telah berkenan
memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, dan saran hingga
terselesaikannya tesis ini.
4. Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd., sebagai dosen pembimbing kedua yang
telah berkenan memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, dan saran
hingga terselesaikannya tesis ini.
5. Dr. Maridi, M.Pd., selaku validator ahli materi yang telah memberikan saran
untuk perbaikan isi modul.
6. Karjiyadi, M.Pd. selaku validator ahli bahasa yang telah memberikan saran
untuk perbaikan tata tulis kebahasaan modul.
7. Jauhari Iswahyudi, M.Pd. dan Susi Prasetyaningtyas, M.Pd. selaku praktisi
yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
modul.
8. Suami dan anak-anakku yang selalu memberikan motivasi untuk terselesainya
tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
9. Segenap dosen program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS yang
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
10. Supardi, S.Pd. dan Drs. Dwinabut selaku kepala MTs YAPPI Mulusan dan
kepala MTs YAPPI Jetis yang telah memberikan fasilitas sehingga
terselesainya penelitian ini.
11. Riyata, S.Pd., Suwarsono, S.Pd., Sri Endang Y, S.Pd., Warsita, S.Pd., dan
Amin Salamah, S.Pd.Bio. yang telah memberikan penilaian modul, serta
Sugersi Wahyuni sebagai observer.
12. Teman-teman mahasiswa program Studi Magister Pendidikan Sains angkatan
September 2013 atas kerja sama dan motivasinya.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga tesis ini bermanfat bagi yang membacanya.
Surakarta, Maret 2015
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Isfi Muzari. 2015. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS pada
Tema Makanan Sehat dan Tubuhku untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Tesis.
Pembimbing I: Prof. Dr. Ashadi. Pembimbing II: Dr. Baskoro Adi Prayitno,
M.Pd. Program Studi Magister Pendidikan Sains, Fakultas Kegiruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan karakteristik modul IPA
Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk
meningkatkan hasil belajar; (2) mengetahui kelayakan modul IPA Terpadu
berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil
belajar; (3) mengetahui efektivitas modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema
makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.
Penelitian ini mengacu pada model pengembangan oleh Borg and Gall
yang direduksi menjadi 9 tahap: 1) analisis kebutuhan, 2) perencanaan, 3)
pengembangan produk, 4) uji lapangan awal, 5) revisi produk awal, 6) uji
lapangan utama, 7) revisi produk utama, 8) uji lapangan operasional, 9) revisi
produksi operasional. Subyek pengembangan untuk kelayakan modul divalidasi
oleh ahli media, ahli materi, ahli bahasa dan guru IPA (praktisi). Pengumpulan
data dilakukan dengan angket, lembar observasi, wawancara. Jenis data yang
diperoleh adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data
tentang hasil observasi, wawancara, serta saran saat validasi dan uji lapangan
terhadap kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan.
Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari penilaian hasil validasi modul, penilaian
angket pada uji lapangan awal, uji lapangan utama, uji lapangan operasional, dan
hasil belajar. Efektivitas modul diperoleh dengan menggunakan gain score
ternormalisasi untuk pretest-postest. Sedangkan untuk sikap dan keterampilan
proses dengan membandingkan hasil setiap kegiatan belajar.
Hasil penelitian ini adalah: (1) karakteristik produk modul IPA Terpadu
berbasis SETS sebagai berikut: a) berbentuk modul cetak IPA terpadu berbasis
SETS dengan tema makanan sehat dan tubuhku untuk guru dan untuk siswa; b)
materi yang disajikan dikaitkan dengan masalah di sekitar kehidupan siswa yang
sering dijumpai dalam kehidupan, sehingga siswa lebih mudah memahami materi
tersebut; c) penyusunan modul mengacu pada alur pembelajaran SETS; d) modul
berisi keterkaitan unsur SETS yang tertuang dalam bagan-bagan SETS; e) modul
dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas dan belajar mandiri bagi siswa di
rumah; (2) Kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan
sehat dan tubuhku berdasarkan penilaian ahli, praktisi, respon guru dan siswa
memberikan kategori sangat baik dan layak digunakan; (3) produk ini efektif
dalam meningkatkan pengetahuan (gain score = 0,344), sikap (18%) dan
keterampilan (14%).
Kata Kunci: Modul, IPA Terpadu, SETS, Hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Isfi Muzari. Development of SETS-based Integrated Natural Science Module on the
Theme of Healthy Food and My Body to Improve the Achievement. Thesis: Advisor:
Prof. Dr. Ashadi, Co-advisor: Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd., The Graduate Program in
Science Education, the Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret
University, Surakarta 2015.
ABSTRACT
The objectives of this research are: (1) to describe the characteristics of SETS-
based Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body to
improve the achievement; (2) to investigate the feasibility of SETS-based Integrated
Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body to improve the
acievement; and (3) to investigate the effectiveness of SETS-based Integrated Natural
Science module on the theme of Healthy Food and My Body to improve the achievement.
This research used the research and development (R&D) method which referred
to the model claimed by Borg and Gall with some reductions into nine phases, namely:
(1) need analysis, (2) planning, (3) development of product, (4) preliminary field testing,
(5) revision of preliminary product, (6) primary field testing, 7) revision of main product,
(8) operational field testing, and (9) revision of operational product. The subject of
development for the module feasibility was validated by a learning media expert, a
learning material expert, a language expert, and two practitioners (Natural Science
teachers). The data of research were collected through questionnaire, observation sheet,
and in-depth interview. The data obtained were qualitative and quantitative ones. The
former were those of the results of observation, in-depth interview, and suggestion during
the validation and field testing of the feasibility of the developed SETS-based Integrated
Natural Science module, and the latter were obtained from the evaluation of the results of
module validation, the evaluation of questionnaire during the preliminary field testing,
main field testing, and operational field testing, and learning result.. The effectiveness of
the module on the achievement was analyzed by using the normalized N-gain score for
pretest post test, and that of attitudes and skills of process was obtained by comparing the
achievement in each activity.
The results of research are as follows: 1) The characteristics of SETS-based
Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body include
the following: (a) the developed SETS-based Integrated Natural Science module on the
theme of Healthy Food and My Body is in the printed form; (b) the learning materials
presented are related to the problems surrounding the students’ life so that they can
easily understand them; (c) the module preparation refers to the SETS learning
procedure; (d) the module contains the interrelation of elements of SETS as presented in
the diagrams of SETS; and (e) the developed module can be used for learning activities in
the class and for independent learning at home by the students. 2) In term of feasibility,
the developed SETS-based Integrated Natural Science Module on the theme of Healthy
Food and My Body according to the judgment of the experts and practitioners and the
response of teachers and students belongs to the very good category and is feasible to be
used. 3) The developed product is effective to improve the knowledge as indicated by the
normalized N-gain score of 0.344, attitudes (18%), and skills (14%).
Keywords: Module, integrate Natural Science, SETS, and achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………….…........ i
PESETUJUAN PEMBIMBING……………………………………..…… ii
PENGESAHAN………………………………..………………………..... iii
PERNYATAAN………………………………………………………....… iv
MOTTO…………………………………………………………............… v
PERSEMBAHAN…………………………………………………..…....… vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………....... vii
ABSTRAK……………………………………………………………….... ix
ABSTRACT................................................................................................... x
DAFTAR ISI…………………………………………………………..…… xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………..… xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….………… xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….………… xvi
BAB I PENDAHULUAN………………………….……………… 1
A. Latar Belakang…………………………….…………… 1
B. Batasan Masalah…………………………..…………… 6
C. Rumusan Masalah……………………………………… 6
D. Tujuan Penelitian……………………………….……… 7
E. Spesifikasi Produk……………………………...……… 7
F. Manfaat Penelitian………………………………...…… 8
G. Asumsi ………………………………….………...…… 9
H. Definisi Istilah………………………………………….. 9
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………. 10
A. Tinjauan Pustaka…………………………………..…… 10
1. Pembelajaran Terpadu…………………………...… 10
2. IPA Terpadu………………………………………… 11
3. Pembelajaran Berbasis SETS……………….……… 17
4. Modul…………………………………….………… 20
5. Hasil Belajar……………………………...………… 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
6. Materi Makanan Sehat dan Tubuhku………..…….. 26
B. Hasil Penelitian yang Relevan………….……………….. 39
C. Kerangka Berpikir………………………………………. 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………….………. 45
A. Model Pengembangan……………………..…………….. 45
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………..…………… 45
C. Subyek Penelitian………………………………………. 45
D. Prosedur Penelitian…………………………..…………. 46
E. Jenis Data………………………………….……………. 50
F. Metode Pengumpulan Data…………..………………… 51
G. Teknik Analisis Data……………………………………. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….… 61
A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan……..….. 61
B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan…….... 76
C. Keterbatasan dan Temuan dalam Penelitian……………… 89
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN………………. 90
A. Kesimpulan…………………………………..………… 90
B. Implikasi…………………………………..……………. 91
C. Saran………………………………...........…………….. 91
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 93
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Analisis Hasil UAN Tahun 2012/2013…………..……..… 3
Tabel 2.1 Model Pembelajaran IPA Terpadu………………………..... 16
Tabel 2.2 Makanan yang Mengandung Vitamin……………… …..…. 28
Tabel 2.3 Zat Aditif dan Penyakit yang Ditimbulkan…………............ 32
Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen…….……….…. 51
Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas………………………………………… 54
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Ahli …………………….......................... 57
Tabel 3.4 Kriteria Hasil Angket Guru dan Siswa ……………….....… 57
Tabel 4.1 Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Media .............. 66
Tabel 4.2 Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Bahasa …......... 67
Tabel 4.3 Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Materi …….… 67
Tabel 4.4 Perbaikan RPP Berdasarkan Saran Validator ………….… 67
Tabel 4.5 Perbaikan Soal Kognitif Berdasarkan Saran validator….... 67
Tabel 4.6 Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Praktisi...................... 68
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Validasi Ahli dan Praktisi………..... 68
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Uji Validitas............................................. 69
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran……………..…….. 69
Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda…………...………….….. 70
Tabel 4.11 Perbaikan Modul hasil Uji Lapangn Awal………………… 70
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Awal 70
Tabel 4.13 Perbaikan Modul hasil Uji Lapangn Utama……………… 71
Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Utama 71
Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Respon Guru............................................. 71
Tabel 4.16 Hasil Belajar Pretes………………………………………… 72
Tabel 4.17 Hasil BelajarPostes………………………………………… 72
Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Analisis Perbedaan Hasil Belajar………. 73
Table 4.19 Nilai Sikap Kelas Kontrol………………………………..… 73
Table 4.20 Nilai Sikap Kelas Pengguna Produk…………………..…… 73
Tabel 4.21 Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Kontrol ……. ………… 74
Tabel 4.22 Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Pengguna Produk…...… 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Table 4.23 Nilai Keterampilan Kelas Kontrol………………………… 74
Table 4.24 Nilai Keterampilan Kelas Pengguna Produk……………… 74
Tabel 4.25 Rangkuman Nilai Keterampilan Kelas Kontrol………..…... 75
Tabel 4.26 Rangkuman Nilai Keterampilan Kelas Penggun Produk…... 75
Tabel 4.27 Rangkuman Respon Siswa pada Uji Lapangan Operasional 75
Tabel 4.28 Perbaikan Modul Hasil Uji Operasional………………… 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tahap Pembelajaran STM……………………………….……. 18
Gambar 2.2 Makanan yang Mengandung Karbohidrat……...…………….. 27
Gambar 2.3 Makanan yang Mengandung Protein…………………............ 27
Gambar 2.4 Makanan 4 Sehat 5 Sempurna……………...……………...… 29
Gambar 2.5 Sistem Pencernaan……………………...………………......... 34
Gambar 2.6 Lambung………………………………………………………. 35
Gambar 2.7 Kerangka Berpikir……………………………...……………… 44
Gambar 3.1 Borg & Gall Direduksi…………………..…….…................... 46
Gambar 3.2 Desain Percobaan…………………………………….……...… 50
Gambar 4.1 Tampilan Sampul Modul Bagian Depan dan Belakang........... 63
Gambar 4.2 Tampilan Mengenal Modul IPA Terpadu Berbasis SETS….. 64
Gambar 4.3 Tampilan Ayo Mengamati dan Diskusi…………..………... 64
Gambar 4.4 Tampilan Ayo Menghubungkan……………………..……… 65
Gambar 4.5 Tampilan Ayo Bereksperimen………………………...…… 65
Gambar 4.6 Tampilan Ayo Menganalisis....……………………………… 65
Gambar 4.7 Cover Sebelum dan Sesudah Validasi……………………… 80
Gambar 4.8 Halaman Francis Sebelum dan Sesudah Validasi………...... 81
Gambar 4.9 Halaman BAB II Sebelun dan Sesudah Validasi …. …......... 81
Gambar 4.10 Ilustrasi Kegiatan Belajar Sebelum dan Sesudah Validasi.... 82
Gambar 4.11 Bagan SETS Sebelum dan Sesudah Validasi ……………..... 82
Gambar 4.12 Peta Konsep Keterpaduan………………………..………...... 83
Gambar 4.13 Kolom Tugas dan Diskusi………………....……………..... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasil Observasi Sekolah……………………............……. 97
Lampiran 2 Hasil UAN MTs YAPPI Mulusan Tahun 2013……………. 98
Lampiran 3 Kisi-kisi dan Angket Pengungkap Kebutuhan…………… 103
Lampiran 4 Pedoman Wawancara …………….……………………...… 113
Lampiran 5 Hasil Analisis Pengungkap Kebutuhan……………………. 116
Lampiran 6 Silabus…………………………………………………...… 121
Lampiran 7 RPP ……………………………………………………….. 145
Lampiran 8 Matrik Modul………………………………………………. 172
Lampiran 9 Kisi-kisi dan Soal Try Out ………………………………. 196
Lampiran 10 Hasil Uji Soal Try Out…………………………….…..…. 209
Lampiran 11 Instrumen Validasi………………………………………… 213
Lampiran 12 Perhitungan Hasil Validasi Ahli…………………………… 243
Lampiran 13 Perhitungan Respon Siswa pada Uji Lapangan Awal…..… 255
Lampiran 14 Perhitungan Respon Siswa pada Uji Lapangan Utama …… 258
Lampiran 15 Perhitungan Respon Guru pada Uji Lapangan Utama……. 261
Lampiran 16 Perhitungan Respon Siswa pada Uji Lapangan Operasional 263
Lampiran 17 Perhitungan Efektifitas N-Gain……………………………. 265
Lampiran 18 Perhitungan Uji T………………………………………… 266
Lampiran 19 Hasil Belajar Siswa………...……………………………… 274
Lampiran 20 Dokumentasi………………………………………………. 288
Lampiran 21 Perijinan…………………………………………………… 291
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh perkembangan globalisasi, yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring
dengan itu, maka pendidikan juga harus mampu mengimbangi dan mengembangkan
kualitas dalam bidang pendidikan agar keluaran institusi pendidikan mampu
menghadapi era globalisasi.
Pendidikan merupakan salah satu sarana menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas sebagai modal dasar pembangunan suatu negara. Pendidikan berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Dalam menuju era
globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, yaitu
dengan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga
para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global. Oleh
karena itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga anak didik dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh
kebebasasn, kebersamaan dan tanggung jawab.
Perubahan kurikulum pendidikan merupakan dampak dari pesatnya arus
globalisasi. Pengembangan kurikulum Nasional menjadi penting sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat
pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Karena itu,
implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi
globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia di masa depan. Kurikulum 2013 yang
bertumpu pada pendidikan karakter, penyempurnaan pola pikir dan pendalaman materi
untuk menciptakan siswa yang unggul secara kemampuan dan prilaku.
Tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan penguatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
terintegrasi (Sumiyati, 2013). Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut dalam
implementasi kurikulum, guru dituntut untuk secara profesional merancang
pembelajaran efektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, serta memilih
pendekatan pembelajaran yang tepat.
Inti dari Kurikulum 2013 adalah pada upaya penyederhanaan dan tematik-
integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam
menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi
perkembangan masa depan.
Keberhasilan proses pembelajaran IPA ditandai dengan tercapainya tujuan
dalam penanaman dan pengembangan konsep – konsep IPA. Hal ini dapat dilihat dari
nilai rata-rata siswa yang menunjukkan sama dengan atau lebih besar dari rata-rata
nasional melalui ujian nasional dalam suatu Negara.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan kurikulum
2013 yang mengisyaratkan bahwa isi mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) pada
tingkat SMP/MTs merupakan IPA Terpadu. Hal ini didasarkan kecenderungan materi
IPA yang memiliki potensi untuk dipadukan dalam suatu tema tertentu.
IPA Terpadu memberikan dampak bagi guru, peserta didik, bahan ajar maupun
sarana dan prasarana yang dibutuhkan (Tim IPA Terpadu, 2009). Bahan ajar IPA sudah
selayaknya dapat dipergunakan oleh guru maupun peserta didik dalam mempermudah
dan mencerna materi IPA. Segala bentuk upaya perlu dikerahkan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Kegiatan
pembelajaran semacam itu dapat ditunjang dengan menggunakan bahan ajar salah
satunya berupa modul.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pembelajaran IPA Terpadu di MTs
YAPPI Mulusan Gunungkidul masih perlu mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dilihat
dari hasil rata-rata belajar siswa pada ujian nasional masih rendah, sarana belajar yang
tidak memadai, yang tampak dari penggunaan buku siswa yang belum merata dan
sistem peggunaannya secara bergilir untuk tiap kelas pararel, dan belum memiliki
laboratorium. Selanjutnya dapat dilihat permasalahan yang terjadi di dalam proses
belajar, di kelas siswa belum mampu berdiskusi dan mengomunikasikan hasil
pekerjaannya dengan baik. Sedangkan permasalahan dihadapi guru yaitu pembelajaran
IPA selama ini belum dikaitkan dengan lingkungan sekitar dan belum terpadu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan hasil analisis butir soal UAN tahun pelajaran 2012/2013
menunjukkan bahwa daya serap materi sistem pencernaan dan zat aditif pada makanan
masih di bawah rata-rata nasional. Soal pada sistem pencernaan pada tingkatan
mengamati (observasi) dan soal pada zat aditif pada tingkatan mengelompokkan
(mengklasifikasikan). Kedua tingkatan soal tersebut merupakan indikator keterampilan
proses. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses di MTs YAPPI Mulusan
masih rendah. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Analisis hasil UAN tahun 2012/2013
Kemampuan yang
diuji
Daya Serap Indikator
Keterampilan Proses Sekolah Nasional
Sistem Pencernaan 50,91 % 73, 07 % Mengamati (observasi)
Zat Aditif 41,82% 68, 04 % Mengelompokkan (klasifikasi)
Hasil analisis pengungkap kebutuhan (2014) tehadap siswa MTs YAPPI
Mulusan menunjukkan bahwa 100 % siswa tidak memiliki buku pegangan IPA, 72,7%
siswa tidak mencari sumber belajar lain, 59,1% mengalami kesulitan dalam mempelajari
buku paket dan baku baru menyajikan masalah yang ada di lingkungan sekita, serta
90,9% siswa tidak dapat melakukan percobaan secara mandiri. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut menunjukkan MTs YAPPI Mulusan memerlukan bahan ajar yang
dapat mengatasi permasalahan siswa dalam mempelajari IPA dan mengkaitkanya
dengan lingkungan sekitar serta menuntun siswa melakukan percobaan secara mandiri.
Hasil analisis pengungkap kebutuhan guru (2014) menunjukkan bahwa guru
belum memiliki bahan ajar IPA Terpadu yang seuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini
menunjukkan perlunya dikembangkan bahan ajar IPA Terpadu untuk memenuhi
kebutuhan.
Hasil analisis terhadap buku paket yang digunakan di MTs YAPPI Mulusan
menunjukkan tingkat keterpaduan baru 50%, hubungan materi dengan lingkungan
teknologi dan masyarakat 44%, dan keterampilan proses sains yang dilatihkan 50%.
Sedangkan jika dilihat dari kefektivan mengukur hasil belajar untuk ranah pengetahuan
(kognitif) 54,2%, ranah sikap 43,75%, dan ranah keterampilan 55%. Hal ini
menunjukkan bahwa buku tersebut untuk MTs YAPPI Mulusan perlu dimodifikasi.
Seadangkan hasil observasi terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran
tampak siswa bekerja kurang teliti, kurang tanggung jawab dan belum mampu bekerja
sama dengan baik. Hal ini tampak dari siswa dalam bekerja yaitu tidak menuliskan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pengamatan dengan lengkap, ada siswa yang tidak menyelesaikan tugasnya, dan tidak
bekaerja karena belum ada pembagian tugas yang jelas dalam satu kelompok.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas
adalah dengan mengembangkan modul pembelajaran IPA Terpadu berbasis Science,
Environment, Technology, and Society (SETS) dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
sebutan salingtemas yang merupakan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Isi
materi modul itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Modul yang
dikembangkan berperan sebagai pendamping buku siswa dari pemerintah. Oleh karena
itu dalam proses pembelajaran, siswa mendapatkan contoh konkret yang ada di
sekitarnya. Mereka mendapatkan pengalaman yang terjadi di lingkungan sekitar,
sehingga mereka dapat menentukan sikap yang tepat jika dihadapkan dengan
permasalahan di lingkungan sendiri. Jadi dapat ditegaskan dengan sikap dan
keterampilan akan diperoleh suatu pengetahuan yang jelas, sehingga jika pengetahuan
dikuasai makaakan berimbas terhadap hasil belajar.
Keterampilan proses menekankan cara siswa belajar dan cara mengelola
perolehannya, sehingga mudah dipahami dan digunakan dalam kehidupan di
masyarakat. Dalam proses pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh
pengalaman dan pengetahuan sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih
kemampuan intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi
kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuan yang baru diperolehnya. Dengan
mengembangkan keterampilan proses anak akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan
sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi
roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep, serta penumbuhan dan
pengembangan sikap dan nilai (Semiawan, 1992: 18)
Modul IPA perlu dikembangkan karena anatara lain tuntutan kurikulum 2013
bahwa pembelajaran IPA untuk tingkat SMP/MTs harus terpadu, kurangnya panduan
bahan ajar di MTs YAPPI Mulusan, dan dengan modul siswa dapat belajar mandiri serta
mempunyai kesempatan belajar sendiri dalam waktu tak terbatas untuk memahami
pokok bahasan tertentu.
Modul IPA berbasis SETS diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar.
Modul ini memaparkan bahan ajar yang dirancang untuk dipelajari secara mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Pendekatan SETS dapat membantu siswa membuka wawasan tentang hakikat
pendidikan IPA yang dikaitkan dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat secara
utuh. Tema yang diangkat dalam modul tidak lepas dari lingkungan siswa di MTs
YAPPI Mulusan. Siswa setiap hari tidak lepas dari jajanan dan kadang tidak
menhiraukan dampak jajanan terhadap kesehatan tubuh dan kebersihan lingkungga.
Pengembangan modul berbasis SETS diangkat sebagai sebagai alternatif solusi
untuk meningkatkan hasil belajar. Modul ini memiliki beberapa kelebihan yang
mengarahkan dalam penyelesaian masalah seperti yang telah diuraikan di atas.
Kelebihan itu antara lain modul berbasis SETS dapat memperjelas permasalahan yang
terjadi di lingkungan secara konkret sehingga siswa dapat memahaminya dan
mengambil sikap untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Selanjutnya jika dilihat
dari fungsinya, modul akan memberikan waktu lebih kepada siswa untuk belajar
mandiri sehingga pemahaman terhadap materi pelajaran dapat ditingkatkan maka hasil
belajar yang dicapai juga akan meningkat.
Hasil penelitian Frank dan Barzilai (2006) menunjukkan bahwa 95% siswa
berpendapat jika konsep salingtemas dimasukkan ke dalam proses pembelajaran, maka
memberi kesempatan kepada mereka untuk memperoleh pengetahuan dan mempertinggi
pemahaman mereka antar cabang ilmu pengetahuan sehingga diharapkan melalui
kegiatan pembelajaran yang berwawasan salingtemas akan diperoleh pemikiran tentang
hasil teknologi dari transformasi sains, tanpa harus merusak atau merugikan lingkungan
dan masyarakat.
Berdasarkan hasil pengembangan modul IPA oleh Wenno (2010) menyatakan
pembelajaran sains dengan menggunakan bahan ajar modul akan sangat bermanfaat
bagi guru sains dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, karena mereka akan
lebih kreatif mengembangkan dirinya dan kegiatan pembelajaran menjadi menarik.
MTs YAPPI Mulusan pada proses pembelajaran IPA belum melaksakan IPA
terpadu. Guru masih melakukan proses pembelajaran yang terpisah yaitu fisika, biologi,
dan kimia. Hal itu dikarenakan berbagai kendala yaitu latar belakang pendidikan para
guru bukan IPA, keterbatasan waktu dan kemampuan guru belum berani mencoba
sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan selama ini berjalan. Model pembelajaran
terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk
diaplikasikan pada jenjang pendidikan tingkat SMP. Berdasarkan temuan masalah di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
atas, maka langkah selanjutnya adalah dirancangan produk modul IPA terpadu yang
diharapkan dapat mengatasi masalah yang ada.
Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku
untuk meningkatkan hasil belajar yang akan dikembangkan dengan memadukan dua
kompetensi dasar kelas VIII kurikulum 2013 yang ada keterpaduannya yaitu KD 3.6
tentang sistem pencernaan yang dikaitkan dengan sistem tubuh yang lain dan KD 3.7
tentang zat aditif pada makanan. Penyusunan modul ini mengacu pada alur
pembelajaran SETS (Poedjiadi, 2010). Materi dalam modul yang akan disusun sangat
dekat dengan kehidupan sehari-hari dan biasa keluar pada ujian nasional SMP/MTs.
Berpijak dari fakta di lapangan maka perlu pengembangan modul berbasis SETS
pada tema makanan sehat dan tubuhku yang isinya disesuaikan dengan situasi kondisi
lingkungan setempat diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mengarahkan siswa
dalam mengatasi permasalahan yang terjdi di lingkungan, serta meningkatkan hasil
belajarnya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan judul penelitian sebagai
berikut : “Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS Pada Tema Makanan
Sehat dan Tubuhku Untuk Meningkatkan Hasil Belajar “.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pengembangan modul IPA berbasis SETS
dengan tema Makanan Sehat dan Tubuhku Kelas VIII semester gasal di MTs YAPPI
Mulusan Paliyan Gunungkidul DIY tahun pelajaran 2014/2015.
C. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan
tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar?
2. Bagaimana kelayakan modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan
tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar?
3. Bagaimana keefektifan modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan
tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menemukan karakteristik modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan
tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.
2. Mengetahui kelayakan modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan
tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.
3. Mengetahui efektifitas modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan
tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.
E. Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan berupa modul dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Berbentuk modul cetak IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan
tubuhku untuk guru dan untuk siswa.
a. Modul untuk siswa memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang
terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan
daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran,
mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, dan peta
keterpaduan; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat
tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan
diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis,
rangkuman, dan tes formatif; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas
dan diskusi; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka.
b. Modul untuk guru memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang
terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan
daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran,
mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, indikator pencapaian
kompetensi, peta kedudukan modul, peta keterpaduan, dan rencanan
pembelajaran; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat
tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan
diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis,
rangkuman, tes formatif dan umpan balik, ; 4) BAB III: penilaian yang berisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
evaluasi, tugas dan diskusi, kunci jawaban; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan
daftar pustaka.
2. Materi yang disajikan dikaitkan dengan masalah di sekitar kehidupan siswa yang
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih mudah
memahami materi tersebut.
3. Penyusunan modul mengacu pada alur pembelajaran SETS.
4. Modul berisi keterkaitan unsur SETS yang tertuang dalam bagan SETS.
5. Modul dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas dan belajar mandiri di rumah.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang
terlibat dan memiliki kepentingan dengan masalah yang diteliti, khususnya:
1. Bagi Siswa:
a. Sebagai bahan ajar bagi siswa secara aktif dan mandiri.
b. Memberikan pengalaman baru bagi siswa sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.
c. Menumbuhkan kreativitas siswa dalam menuangkan gagasan dalam
pembelajaran sains yang dikaitkan dengan SETS dalam bentuk aplikasi.
2. Bagi Guru:
a. Memberi inspirasi untuk lebih kreatif dalam inovasi pembelajaran IPA Terpadu
di SMP/MTs.
b. Meningkatkan kekritisan guru dalam memilih masalah yang nyata/faktual dalam
lingkungan sekitar terkait materi yang akan diajarkan.
3. Bagi Sekolah:
a. Menyediakan bahan ajar IPA Terpadu berupa modul sesuai dengan kurikulum.
b. Sebagai referensi dalam menyediakan bahan ajar IPA Terpadu SMP/MTs.
4. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dan keterampilan serta wawasan dalam pengembangan
modul sebagai bahan ajar yang berkualitas baik.
5. Bagi peneliti lain sebagai bahan acuan untuk penelitian pengembangan sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
G. Asumsi Pengembangan
Asumsi dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa SMP/MTs kelas VIII dapat belajar mandiri dengan adanya modul.
2. Siswa dapat mengaitkan materi pelajaran dengan masalah di lingkungan sekitar.
3. Siswa dapat menerapkan ilmu yang didapatkan di sekolah dalam lingkungan.
H. Definisi Istilah
Definisi istilah yang diidentifikasikan dalam pengembangan produk adalah:
1. SETS (Science, Environment, Technology, and Society) yaitu penerapan
pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan keempat unsurnya yakni; sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran.
2. Modul yaitu suatu unit lengkap yang terdiri dari materi, rangkaian kegiatan belajar
dan evaluasi yang disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang
telah dirumuskan.
3. Modul berbasis SETS yaitu modul yang isi materinya disusun dengan mengkaitkan
keempat unsurnya yakni; sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam
pembelajaran.
4. Hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh siswa selama terjadinya proses
pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada materi pelajaran pada satu
pokok bahasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Terpadu
a. Filosofi Pembelajaran Terpadu
Secara filosofis kemunculan pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan
pemikiran progresivisme, konstruktivisme, developmentally appropriate practice
(DAP), landasan normatif, dan landasan praktis. Aliran Progesivisme menyatakan
bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara alamiah. Konstruktivisme
beranggapan bahwa pengalaman langsung siswa adalah kunci dalam pembelajaran.
Developmentally appropriate practice (DAP) menyatakan bahwa pembelajaran harus
disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi perkembangan
kognisi, emosi, minat, dan bakat siswa. Landasan normatif menghendaki bahwa
pembelajaran terpadu dilaksanakan berdasarkan tujuan pembelajaran. Sedangkan
landasan praktis mengharapkan pembelajaran disesuaikan dengan memperhatikan
situasi dan kondisi praktis terhadap pelaksanaan untuk hasil yang optimal (Trianto,
2013: 69)
Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada
beberapa alasan yang mendasarinya (Trianto, 2013: 60), antara lain: 1) tingkat
perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata, 2) proses
pemahaman anak terhadap suatu konsep lebih terorganisir, 3) pembelajaran akan lebih
bermakna, 4) pemberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, dan 4)
memperkuat kemampuan yang diperoleh.
b. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu sebagai sutu proses menpunyai karakteristik atau ciri-ciri
(Trianto, 2013: 62), yaitu:
1) Holostik, yaitu fenomena yang menjadi pusat dalam pembelajaran terpadu diamati
dan dikaji dari berbagai bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Bermakna, yaitu pengkajian fenomena dari berbagai aspek memungkinkan
terbentuknya jalinan antar konsep yang disebut skema. Hal ini berdampak pada
kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
3) Otentik, yaitu siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin
dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung, sehingga informasi dan
pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik.
4) Aktif, yaitu pembelajaran menekankan keaktifan siswa baik secara fisik, mental,
intelektual, maupun emosional untuk hasil yang optimal dengan
mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka
termotivasi untuk terus belajar.
2. IPA Terpadu
a. Hakikat Pembelajaran IPA
Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang melalui
langkah-langkah observasi, perumusan masalah, menyusun hipotesis, eksperimen,
penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat pula dikatakan bahwa
hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gelala-gejala melalui
serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap
ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen
terpenting berupa konsep, prisip dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2013:
141)
Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA (Depdiknas, 2003: 2) diharapkan dapat
memberikan antara lain sebagai berikut: 1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan
alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2)
Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada
di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi; 3)
Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan
melakukan obsevasi; 4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif,
jujur terbuka, benar dan dapat bekerja sama; 5) Kebiasaan mengembangkan
kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan
prisip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam; 6) Apresiatif terhadap sains
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta
penerapanya dalam teknologi.
Menurut Nur dan Wikandari (2000) dalam Triatno 2013 menyatakan bahwa proses
belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga
siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori-teori dan sikap ilmiah
siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses
pendidikan maupun produk pendidikan.
b. Pengertian IPA Terpadu
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 secara tegas
menyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA di SMP merupakan IPA Terpadu,
bukan IPA yang terpisah-pisah sebagai mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia.
Adanya kurikulum tersebut membuat IPA diajarkan secara lebih meyeluruh dan saling
berkaitan satu sama lain.
IPA Terpadu merupakan IPA yang disajikan sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan, artinya peserta didik tidak belajar ilmu fisika, biologi, dan kimia secara
terpisah sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan semua diramu dalam
kesatuan (Das Salirawati, 2009). Menurut Das Salirawati, mata pelajaran ini lebih tepat
dinamakan IPA, tidak perlu diberi tambahan “terpadu” di belakangnya, karena dari
lahirnya dahulu itulah hakikat IPA yang sesungguhnya, artinya IPA lahir bukan dari
penyatuan fisika, biologi, dan kimia, tetapi lahir sebagai IPA.
UNESCO mengemukakan bahwa IPA Terpadu terdiri dari berbagai pendekatan
dimana konsep dan prinsip IPA disajikan sehingga tampak adanya kesatuan pemikiran
yang fundamental (Dyah Hikmawati, 2000: 204). Salah satu cirinya adalah perpaduan
dua disiplin ilmu atau lebih dalam pokok bahasan, tanpa batas-batas yang nyata dari
disiplin ilmunya.
Pada kurikulum 2013 KD mata pelajaran IPA sudah memadukan konsep dari aspek
fisika, biologi kimia dan IPBA, tetapi tidak semua aspek dipadukan karena pada suatu
topik IPA tidak semua aspek dapat dipadukan.
Bersarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA Terpadu merupakan
perpaduan objek dan fenomena cabang-cabang materi IPA (fisika, biologi, kimia) yang
dipelajari secara terpadu dan menyeluruh sehingga pembelajaran serta kompetensi yang
diinginkan dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Ada beberapa tujuan dengan dilaksanakannya pembelajaran IPA Terpadu (Puskur,
2007: 7) dalam Trianto (2013), antara lain:
1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran yang disajikan
terpisah-pisah dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai
siswa memungkinkan tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan
waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi siswa. Bila konsep
yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan
lebih efektif dan efisien.
2) Meningkatkan minat dan motivasi. Pembelajaran IPA Terpadu dapat
mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan
memahami keterkaitan atau hubungan antar konsep pengetahuan dan nilai atau
tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Oleh karena itu, dengan model
pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, siswa digiring
untuk berfikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan
konseptual yang disajikan guru.
3) Beberapa kompetensi dapat dicapai sekaligus. Model Pembelajaran IPA Terpadu
dapat menghemat waktu, tenaga, sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa
kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Selain itu, pembelajaran terpadu juga
dapat menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini dapat terjadi karena
adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan
dan keterkaitan.
Bersarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran IPA Terpadu
bertujuan agar pembelajaran IPA Terpadu efektif dan efisien, dapat meningkatkan
motivasi siswa sehingga pembelajaran serta kompetensi yang diinginkan dapat tercapai
dalam kurun waktu pembelajaran.
d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran IPA Terpadu
Kelebihan pembelajaran IPA Terpadu (Trianto, 2013: 157) antara lain: 1)
tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan; 2) siswa dapat melihat
hubungan yang bermakna antar berbagai konsep dan perubahannya; 3) meningkatkan
taraf kecakapan berfikir siswa, karena siswa dihadapkan pada gagasan yang lebih luas;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
4) pembelajaran terpadu menyajikan penerapan tentang dunia nyata, sehingga
memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA; 5) motivasi belajar
peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan; 6) pembelajaran terpadu membantu
menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal siswa
dengan pengalaman belajar yang terkait; 7) akan terjadi peningkatan kerja sama antara
guru bidang terkait, guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan
narasumber, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan, nyata, dan bermakna.
Pembelajaran IPA Terpadu memiliki beberapa kelemahan (Trianto, 2013: 158)
antara lain: 1) guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologi yang andal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi; 2) pelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yang
baik yaitu memiliki akademik dan kreativitas. Model pembelajaran terpadu
menekankan pada kemampuan mengurai, menghubung, eksploratif, dan elaborasi; 3)
pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup
banyak dan bervariasi; 4) kurikulum haru luwes, berorentasi pada pencapaian
ketuntasan pemahaman siswa (bukan target pencapaian materi). Guru perlu diberi
kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan siswa; 5)
pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif),
yaitu menetapkan keberhasilan belajar siswa dari beberapa bidang kajian terkait yang
dipadukan; 6) pembelajaran terpadu berkencenderungan mengutamakan salah satu
bidang kajian dan menenggelamkan bidang kajian lain. Hal ini berarti pada saat
mengajarkan sebuah tema, maka guru cenderung mengutamakan substansi gabungan
sesuai dengan pemahaman, selera, latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
e. Pemaduan Konsep dalam Pembelajaran IPA Terpadu
Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri dari beberapa bidang kajian
yaitu menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa mendapatkan
pengalaman belajar yang dapat mengkaitkan konsep-konsep dari berbagai bidang
kajian.
Pembelajaran IPA Terpadu adalah pembelajaran IPA yang mencoba memadukan
beberapa pokok bahasan dari berbagai bidang kajian (fisika, kimia, biologi, bumi dan
alam semesta) pada mata pelajaran IPA dalam satu bahasan (Depdiknas: 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu.
Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan bidang kajian lain di luar bidang kajian
IPA. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat SMP/MTs, akan lebih baik bila
keterpaduan dibatasi pada bidang kajian yang termasuk bidang kajian IPA saja . Hal ini
dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang
munculnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, karena semakin tinggi jenjang
pendidikann, maka semakin luas pula pemahaman konsep yang harus dikuasai siswa
(Trianto, 2013: 160).
Pembelajara terpadu diawali dengan penentuan tema, karena penentuan tema akan
membantu siswa dalam beberapa aspek (Trianto, 2013: 160), yaitu sebagai berikut: 1)
Siswa yang bekerja sama dengan kelompoknya akan bertanggung jawab, disiplin, dan
mandiri; 2) Siswa lebih percaya diri dan termotivasi dalam belajar bila mereka berhasil
menerapkan yang dipelajarinya; 3) Siswa lebih memahami dan lebih mudah mengingat,
karena mereka mendengar, berbicara, membaca, menulis, dan „melakukan‟ kegiatan
penyelidikan masalah yang sedang dipelajari; 4) Memperkuat kemampuan berbahasa
siswa; 5) Belajar lebih baik jika siswa terlibat aktif melalui tugas, kolaborasi, dan
berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata.
Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA,
sebaiknya memilih tema yang menghubungkan antara IPA-lingkungan-teknologi-
masyarakat (Trianto, 2013: .161)
f. Model Pembelajaran IPA Terpadu
Dari sejumlah model pembelajaran yang dikemukakan Fogarty 1991(dalam
Trianto, 2013: 39) terdapat beberapa model yang potensial untuk diterapkan dalam
pembelajaran IPA terpadu, yaitu connected, webbed, shared, dan integrated. Empat
model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil
keterpaduan yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Tabel 2.1. Model Pembelajaran IPA Terpadu yang Potensial untuk Diterapkan
Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
integrated Membelajarkan
konsep pada
beberapa KD yang
beririsan atau
tumpang tindih,
hanya konsep yang
beririsan yang
dibelajarkan
Pemahaman
terhdap konsep
lebih utuh
(holistik),
lebih efisien,
sangat
kontekstual
KD-KD yang konsepnya
beririsan tidak selalu
dalam semester atau kelas
yang sama, menuntut
wawasan dan penguasaan
materi yang luas, sarana-
prasarana misalnya buku
belum mendukung
Shared
Membelajarkan
semua konsep dari
beberapa KD,
dimulai dari konsep
yang beririsan
sebagai unsur
pengikat
Pemahaman
terhadap konsep
utuh, efisien, dan
Kontekstual
KD-KD yang konsepnya
beririsan tidak selalu
dalam semester atau kelas
yang sama, menuntut
wawasan dan penguasaan
materi yang luas, sarana-
prasarana misalnya buku
belum mendukung
Webbed Membelajarkan
beberapa KD yang
berkaitan melalui
sebuah tema
Pemahaman
terhadap konsep
utuh, kontekstual,
dapat dipilih
tema-tema
menarik yang
dekat dengan
kehidupan
KD-KD yang konsepnya
berkaitan tidak selalu
dalam semester atau kelas
yang sama, tidak mudah
menemukan tema pengait
yang tepat.
connected Membelajarkan
sebuah KD, konsep-
konsep pada KD
tersebut dipertautkan
dengan konsep pada
KD yang lain
Melihat perma-
salahan tidak
hanya dari satu
bidang kajian,
pembelajaran
dapat mengikuti
KD-KD dalam
standar isi
Kaitan antara bidang
kajian sudah tampak
tetapi masih didominasi
oleh bidang kajian
tertentu
Pengembangan bahan ajar yang akan dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan model connected/terhubung merupakan model integrasi interbidang studi.
Model ini secara nyata mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan atau kemampuan
pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi, kaitan dapat
diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian,
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif.
tema
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Kelebihan model keterpaduan connected (Fogarty dalam Trianto: 2013) antara
lain: a) dengan pengintegrasian ide-ide interbidang studi, maka siswa mempunyai
gambaran yang luas, b) siswa dapat mengembangkan kosep kunci secara terus menerus,
dan c) memungkinkan siswa mengkaji, mengkoseptualisasi, memperbaiki, serta
mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah. Sedangkan kelemahanya antara
lain: a) masih kelihatan terpisahnya interbidang studi, b) tidak mendorong guru untuk
bekerja tim antarbidang studi, dan c) usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar
bidang studi menjadi terabaikan.
3. Pembelajaran Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society)
a. Pengertian SETS
Menurut Yager (1996) pengetahuan teknologi masyarakat merupakan pendekatan
kurikulum yang dirancang untuk membuat konsep dan proses traidisional yang
dikaitkan dengan bentuk pengetahuan dan program studi masyarakat yang lebih cocok
dan relevan dengan kehidupan siswa.
Pada dasarnya pendekatan sains dan teknologi masyarakat dalam pembelajaran,
baik pembelajaran sains maupun pembelajaran bidang sosial, dilaksanakan oleh guru
melalui topik yang dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains dan teknologi
yang terkait dengan kegunaannya di masyarakat (Poedjiadi, 2010: 84)
Berdasarkan definisi di atas maka pendekatan SETS merupakan pendekatan konsep
dan proses tradisional yang digunakan dalam pembelajaran sains maupun sosial dengan
mengaitkan topik yang dibahas dengan kehidupan siswa sehari-hari atau kehidupan
masyarakat yang relevan.
b. Karakteristik SETS
Karakteristik pembelajaran IPA bervisi SETS (Binadja, 1999) adalah: 1)
pembelajaran konsep IPA (sains) tetap diberikan; 2) peserta didik dibawa ke situasi
untuk melihat teknologi yang terkait; 3) peserta didik diminta untuk menjelaskan
keterhubungan antara unsur sains yang dibincangkan dengan unsur lain dalam SETS
yang ada kaitannya; 4) peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau
kerugian menggunakan konsep sains IPA tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi;
5) peserta didik diajak mencari alternatif pengatasan terhadap kerugian (bila ada) yang
ditimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk teknologi terhadap lingkungan dan
masyarakat; 6) dalam konteks konstruktivisme, peserta didik diajak berbincang tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
SETS berkaitan dengan konsep sains yang dibelajarkan, dari berbagai macam titik awal
tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki peserta didik.
c. Tujuan Pembelajaran SETS
Tujuan Pembelajaran SETS ialah untuk membentuk individu yang memiliki literasi
sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan
lingkungannya. Literasi sains dan teknologi adalah memiliki kemampuan
menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam
pendidikan, mengenal produk teknologi dan dampaknya yang ada di sekitar, maupun
menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi
yang disederhanakan dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai (Poedjiadi,
2010: 123).
d. Langkah-langkah pembelajaran SETS
Pendekatan STM memiliki tahap-tahap pembelajaran yang khas, yaitu selalu
diawali dengan adanya isu yang berkembang di masyarakat. Tahapan-tahapan
pembelajaran STM secara lengkapnya tergambar pada Gambar 2.1. berikut (Poedjiadi,
2010: 126).
d
Gambar 2.1 Tahap Pembelajaran STM
Enam ranah yang terlibat dalam model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
(Poedjiadi, 2010: 131-132), antara lain: 1) konsep, fakta, generalisasi, yang diambil dari
bidang ilmu tertentu dan merupakan kekhasan masing-masing bidang studi; 2) proses
yaitu bagaimana proses memperoleh konsep atau bagaimana cara-cara memperoleh
konsep dalam bidang ilmu tertentu; 3) aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari
merupakan aplikasi yang lebih luas dari C-3nya Benjamin Bloom; 4) kreativitas
Isu atau
masalah
Pendahuluan:
Inisiasi/invitasi/apersepsi/eksplorasi
terhadap siswa Tahap 1
Pembentukan/pengembangan konsep Pemantapan
konsep Tahap 2
Aplikasi konsep dalam kehidupan:
Penyelesaian masalah atau analisis isu Pemantapan
konsep Tahap 3
Tahap 4 Pemantapan konsep
Tahap 5 Penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mencakup lima perilaku individu, yakni: kelancaran, fleksibilitas, originalitas, elaborasi,
sensitivitas; 5) sikap, mencakup menyadari kebesaran Tuhan, menghargai hasil
penemuan para ilmuan dan penemuan produk teknologi, namun menyadari
kemungkinan adanya dampak negatif produk teknologi; 6) cenderung untuk ikut
melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya yang
memerlukan peran sertanya.
Alasan mengapa enam ranah di atas perlu dikembangkan pada tiap individu dalam
pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut (Poedjiadi, 2010: 132-133): 1)
meningkatkan keterampilan kognitif; 2) dengan melatih keterampilan proses siswa
diharapkan terbiasa selalu merancang proses-proses yang perlu dilakukan untuk
mencapai produk-produk ilmiah; 3) aplikasi dalam kehidupan sehari-hari membuat
siswa merasa bahwa belajar di sekolah bermanfaat bagi dirinya maupun
lingkungannya, sehingga mendorong siswa untuk melakukan belajar sepanjang hayat;
4) kreativitas mendorong untuk memperoleh ide-ide yang dapat disumbangkan kepada
orang lain dan masyarakat; 5) sikap akan mendorong untuk mensyukuri keadaanya dan
berbuat baik selama hidup; 6) membentuk sikap kepedulian untuk ikut serta berkiprah
dalam lingkungannya.
e. Kelebihan dan Kekurangan SETS
Kelebihan diterapkan pendekatan SETS menurut Nono Sutarno (2007), adapun
kelebihan SETS adalah : 1) Siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara
terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang telah dimiliki; 2) Melatih
siswa peka terhadap masalah yang sedang berkembang di lingkungan mereka; 3) Siswa
memiliki kepedulian terhadap lingkungan dengan mengetahui sains dan perkembangan
sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik.
Sedangkan kekurangan SETS antara lain : 1) siswa mengalami kesulitan dalam
menghubungkan antara unsur-unsur dalam pembelajaran; 2) membutuhkan waktu yang
lebih banyak dalam pembelajaran; 3) pendekatan SET hanya dapat diterapkan dikelas
atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4. Modul
a. Pengertian Modul
Beberapa ahli memberikan definisi tentang modul, salah satu pengertian modul
yang dirumuskan oleh Kunandar (2009: 236) modul merupakan seperangkat
pembelajaran yang dikembangkan dari setip kompetensi dan pokok bahasan yang akan
disampaikan. Modul ini berisi materi, lembar kerja, lembar kegiatan siswa, dan juga
lembar jawaban siswa.
Menurut Mudlofir (2011: 149) modul adalah bahan ajar yang disusun secara
sistematis dan menarik meliputi materi ajar, metode dan evaluasi yang digunakan secara
mandiri. Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang disusun sedemikian rupa
sehingga siswa dapat belajar secara individual.
Pengertian modul menurut Sabri (2007: 143) modul adalah suatu unit lengkap yang
terdiri dari rangkaian kegiatan belajar disusun untuk membantu siswa dalam mencapai
yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk
dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa kehadiran guru siswa dapat
belajar mandiri.
Modul menurut Depdiknas (2008: 7) merupakan alat atau sarana pembelajaran
yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang
secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai
dengan tingkat kompetensinya.
Sedangkan Nasution (2010: 205) mengemukakan modul dapat dirumuskan sebagai:
suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan
belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang
dirumuskan secara khusus dan jelas.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan modu dalam
penelitian ini adalah modul merupakan suatu unit lengkap yang terdiri dari materi,
rangkaian kegiatan belajar dan evaluasi yang disusun untuk membantu siswa dalam
mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu bahan ajar cetak paket
kurikulum yang disediakan untuk dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa
kehadiran guru siswa dapat belajar mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Fungsi Modul
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 4-5), mengungkapkan kriteria dalam
memilih dan menggunakan media pembelajaran yaitu: 1) ketepatannya dengan tujuan
pembelajaran, 2) dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, 3) kemudahan
memperoleh media, 4) keterampilan guru dalam menggunakannya, 5) tersedia waktu
untuk menggunakannya, 6) sesuai dengan taraf berpikir peserta didik.
Sedangkan Azhar Arsyad (2011: 75), mengemukakan beberapa kriteria yang patut
diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu:1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi, 3) praktis, luwes, dan bertahan, 4) guru terampil menggunakannya, 5)
pengelompokan sasaran, 6) mutu teknis.
Depdiknas (2008), mengemukakan tujuan pembelajaran modul adalah sebagai
berikut:
“1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbal, 2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa
maupun guru/instruktur, 3) Agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi,
seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar, 4) Mengembangkan
kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar
lainnya yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan
minatnya, 5) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil
belajarnya.”
Modul sebagai pegangan bahan belajar dalam proses pembelajaran harus disusun
secara efektif dan terperinci. Penulisan modul yang ideal adalah modul yang dapat
membawa siswa untuk bergairah dalam belajar dengan menyajikan materi sesuai
dengan minat dan kemampuannya. Inti dari dibuatnya modul agar siswa lebih leluasa
dalam belajar walaupun tidak di lingkungan sekolah dan dengan atau tanpa didampingi
oleh guru.
c. Karakteristik Modul
Pedoman penulisan modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional Tahun 2008, agar modul mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas
penggunaanya, modul harus memiliki kriteria sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1) Self instructional
Merupakan karakteristik yang penting dalam modul, dengan karakter tersebut
memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain.
Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus: a) membuat tujuan yang
jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar;
b) memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang
kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas; c) tersedia contoh dan
ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; d) terdapat soal-
soal latihan, tugas, dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan
siswa; e) kontektual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau
konteks kegiatan dan lingkungan siswa; f) menggunakan bahasa yang sederhana dan
komunikatif; g) terdapat rangkuman materi pembelajaran; h) terdapat instrument
penilaian, yang memungkinkan siswa melakukan penilaian sendiri (self assessment); i)
terdapat umpan balik atas siswa, sehingga siswa mengetahui tingkat penguasaan materi;
j) terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi
pembelajaran.
2) Self contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan
termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan
kepada siswa mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar
dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau
pemisahan materi dari satu standar kompetensi, harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan keluasan standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.
3) Berdiri sendiri (Stand Alone)
Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak
tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama
dengan media lain. Sehingga siswa tidak perlu menggunakan bahan ajar lain untuk
mempelajari modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung pada
bahan ajar selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak termasuk
sebagai modul yang berdiri sendiri.
4) Adaptif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Modul hendaknya memiliki adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes.
5) Bersahabat (user friendly)
Modul juga hendaknya memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab
dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakaian dalam
merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Modul disusun dengan
menggunakan kalimat aktif dengan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta
menggunakan istilah yang umum digunakan.
Penelitian ini akan dikembangkan modul yang tidak sepenuhnya memiliki
karakteristik berdiri sendiri (stand alone ) karena modul yang disusun berfungsi sebagai
pendamping buku siswa dari pemerintah jika digunakan dalam kelas serta sebagai
petunjuk kerja kelompok. Selain itu, modul juga dapat digunakan sebagai bahan ajar
mandiri bagi siswa di rumah.
d. Komponen Modul
Komponen modul dalam Depdiknas (2008), menyampaikan komponen isi modul
yaitu terdiri atas bagian pembuka (judul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan
kompetensi, tes awal), bagian inti (tinjauan materi, hubungan dengan materi lain,
uraian materi, penugasan, rangkuman), dan bagian akhir (glosarium, tes akhir, indeks).
Garis besar isi modul menurut Purwanto (2007: 57) dapat dikembangkan dalam
bentuk matriks dan narasi, yang lebih penting adalah komponen dalam modul garis
besar isi modul yang meliputi judul, pokok bahasan, tujuan pembelajaran, pokok-
pokok materi, penilaian, dan kepustakaan.
Pengembangan bahan ajar modul penting dilakukan guru untuk meningkatkan
kualitas dan efisiensi pembelajaran. Pengembangan modul memiliki komponen-
komponen tertentu yang harus diperhatikan oleh guru agar dapat dihasilkan modul yang
memiliki peran penting baik bagi guru maupun siswa. Dengan adanya modul yang
sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran maka tingkat pemahaman
siswa terhadap pelajaran akan meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
e. Pengembangan Modul
Menurut Nurma dan Endang (2010), pengembangan modul merupakan seperangkat
prosedur yang dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem
pembelajaran modul. Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang
sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas, dan
memenuhi kriteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran.
Pengembangan modul harus mengikuti beberapa langkah yang sistematis sebagai
mana dikatakan oleh Nasution (2010: 216), langkah-langkah pengembangan modul
antara lain: 1) merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk
kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur; 2) urutan tujuan itu yang menentukan
langkah-langkah yang diikuti dalam modul; 3) test diagnostik untuk mengukur latar
belakang siswa, pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat
untuk menempuh modul; 4) adanya butir test dengan tujuan-tujuan modul; 5) Menyusun
alasan atau rasional pentingnya modul bagi siswa; 6) kegiatan-kegiatan belajar
direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi
seperti dirumuskan dalam tujuan; 7) menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar
siswa; 8) menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa
setiap waktu memerlukannya.
5. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan
mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu
peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui
proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan
terjadinya hasil belajar yang baik.
Hasil Belajar menurut Nana Sudjana (2013 : 2) merupakan suatu kompetensi atau
kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan oleh guru.
b. Hasil Belajar
Nana Sudjana (2013: 3) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Suratinah Tirtonegoro (2001: 43) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian
hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa
dalam periode tertentu.
Syaiful Bahri Djamarah (1996: 23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian kurikulum 2013
menjelaskan bahwa ruang lingkup penilaian hasil belajar peserta didik mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang
sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap
standar yang telah ditetapkan.
c. Ranah Hasil Belajar
Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010: 22-31) mengemukakan secara garis besar
membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik.
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud
adalah: 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, dan 6)
evaluasi.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima
aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai
berikut: 1) reciving/ attending (penerimaan), 2) responding (jawaban), 3) Valuing
(penilaian), 4) organisasi, dan 5) karaakteristik nilai atau internalisasi nilai.
3. Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1) gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar; 2) keterampilan
pada gerakan-gerakan dasar; 3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya
membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain; 4) kemampuan di
bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan; 5) gerakan-gerakan skill,
mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; 6)
kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan
ekspresif dan interpretatif.
6. Materi Makanan Sehat dan Tubuhku
Zat makanan adalah segala sesuatu zat yang dimakan atau diperlukan oleh tubuh
makhluk hidup dalam menunjang dan mempertahankan kelangsungan hidup dan
kehidupannya.
Secara garis besarnya fungsi makanan itu adalah untuk mempertahankan hidup dan
kehidupan setiap individu, artinya makan itu untuk hidup dan kehidupan bukan hanya
untuk mencari makan. Zat-zat makanan diperlukan oleh tubuh manusia untuk : a)
Pertumbuhan dan pembangun tubuh; b) Pemeliharaan jaringan dan perbaikan sel-sel
jaringan tubuh yang rusak atau telah tua; c) Penyediaan bahan baker agar tubuh
memperolah energi yang diperlukan untuk aktivitas; d) Mengatur proses-proses tubuh,
misalnya mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan cairan tubuh; e)
Pertahanan tubuh terhadap berbagai macam penyakit.
Ditinjau dari peranan makanan bagi kehidupan setiap makhluk hidup yang penting,
maka ada dua faktor utama yang perlu dipenuhi agar manfaat itu memenuhi kebutuhan
hidup setiap individu. Pertama makanan yang dimakan harus lengkap dari zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh dan kedua, makanan yang dimakan harus bisa dicerna oleh tubuh
dengan baik. Sealai kedua faktor ini, berdasarkan penelitian makanan sehat juga
ditentukan oleh kealamian bahannya. Jadi kriteria untuk menentukan standar makanan
yang baik, dapat dikelompokkan menjadi 3 antara lain : 1) Berdasarkan nilai gizi; 2)
Kefektifan dalam mencerna; 3) Zat aditif dalam makanan.
a. Makanan Sehat
Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung semua zat gizi. Zat gizi
dibutuhkan tubuh untuk memperoleh energi. Selain itu, zat gizi digunakan untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan sel-sel tubuh serta memelihara kesehatan. Zat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
makanan yang diperlukan tubuh, di antaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut.
Karbohidrat diperlukan tubuh sebagai sumber tenaga dalam melakukan kegiatan.
Sumber makanan yang mengandung karbohidrat, di antaranya nasi, jagung, kue, roti,
ubi, dan kentang.
Sumber: http://kelompok5rsbi2biologi.blogspot.com
Gambar 2.2 Makanan yang mengandung karbohidrat
Protein dapat diperoleh dari hewan dan dari tumbuhan. Contoh protein yang
diperoleh dari hewan yaitu susu, daging, ikan dan telur, sedangkan contoh yang berasal
dari tumbuhan adalah dari kacang-kacangan (kedelai, kacang). Perhatikan Gambar 2.3
berikut yang menunjukkan contoh makanan mengandung protein.
.
Gambar 2.3. Makanan yang mengandung protein
Jika tubuh kekurangan protein akan menderita penyakit kwashiorkor. Penderita
kwashiorkor akan terhambat pertumbuhannya, kulit bersisik, kurus, dan rambutnya
kusam.
Lemak berfungsi sebagai sumber tenaga atau energi dan sebagai cadangan
makanan. Lemak ada 2 macam, yaitu lemak hewani dan lemak nabati. Lemak hewani
adalah lemak yang dihasilkan hewan. Contoh lemak hewani adalah daging, keju,
minyak ikan, telur, dan mentega, sedangkan lemak nabati adalah lemak yang bearasal
dari tumbuh-tumbuhan. Contoh lemak nabati adalah kelapa dan kacang tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Vitamin merupakan zat makanan yang berguna untuk melancarkan semua proses
yang terjadi di dalam tubuh. Kebanyakan vitamin tidak dapat dibuat di dalam tubuh.
Vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Vitamin ini bermacam-macam, yaitu
vitamin A, B, C, D, E, dan K. Vitamin B dan C larut di dalam air, sedangkan vitamin
A, D, E, dan K larut dalam lemak. Penyakit yang disebabkan kekurangan vitamin
disebut avitaminosis. Untuk mengetahuinya, perhatikan tabel 2.2.
Tabel 2.2: Bahan Makanan yang Mengandung Vitamin dan Kegunaannya
Vitamin Sumber Manfaat Akibat jika
kekurangan
Vitamin A Wortel, hati sapi, apel,
sawi
Memelihara
kesehatan mata Rabun senja
Vitamin B Kacang merah, hati,
susu, kacang kedelai
Menjaga kesehatan
saraf Beri-beri
Vitamin C Buah-buahan Membantu proses
penyembuhan Skorbut (sariawan)
Vitamin D Minyak ikan, susu, ikan
tuna
Pengerasan tulang
dan gigi Rakitis
Vitamin E Beras merah, kacang-
kacangan
Penyubur sistem
reproduksi
Sulit memiliki
keturunan
Vitamin K Kangkung, kedelai,
brokoli
Membantu
pembekuan darah Pendarahan
Mineral diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Fungsi mineral bagi tubuh
adalah melancarkan semua proses yang terjadi di dalam tubuh. Beberapa macam
mineral yang diperlukan oleh tubuh, di antaranya kalsium, besi, fosfor, dan iodin.
a) Kalsium berfungsi sebagai pembentuk tulang dan gigi. Selain itu, kalsium
membantu dalam pembekuan darah jika tubuh mengalami luka. Bahan makanan
yang banyak mengandung kalsium adalah susu, ikan, dan roti.
b) Zat besi berfungsi sebagai pengikat oksigen di dalam darah. Jika kekurangan zat
besi, tubuh kita akan mengalami anemia (kekurangan darah). Bahan makanan yang
banyak mengandung zat besi adalah daging, roti, kuning telur, dan kacang-
kacangan.
c) Fosfor berfungsi menjaga kesehatan serta kekuatan gigi dan gusi. Jika kekurangan
fosfor dapat menyebabkan radang gusi dan kerusakan gigi. Fosfor terdapat dalam
susu dan kuning telur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
d) Iodin berfungsi mencegah penyakit gondok. Kekurangan iodin dapat pula
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan cacat mental. Iodin terdapat dalam
garam dapur beriodin, air minum, dan ikan laut.
Air merupakan zat yang sangat penting bagi tubuh. Air berfungsi memperlancar
metabolisme, seperti proses pencernaan dan peredaran darah.
b. Makanan Empat Sehat Lima Sempurna
Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan
tubuh. Zat-zat tersebut di antaranya adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air. Empat sehat lima sempurna adalah makanan dengan gizi yang lengkap
dan seimbang. Empat sehat terdiri atas empat macam makanan, yaitu:
1) makanan pokok (misalnya beras, dan kentang);
2) lauk pauk (misalnya ikan, daging, telur);
3) sayuran (misalnya bayam dan kangkung);
4) buah-buahan (misalnya apel, pepaya, dan pisang).
Sumber: http://kelompok5rsbi2biologi.blogspot.com
Gambar 2.4 Makanan 4 sehat 5 sempurna
c. Keefektifan bahan makanan dalam Proses Pencernaan
Menurut Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si, pakar pangan dan gizi Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, mengelompokkan ada lima makanan yang
sulit dicerna, yaitu:
1) Makanan Pedas
Senyawa kapsaicin yang berukuran kecil tidak dapat dipecah oleh tubuh sehingga
dapat menyebabkan iritasi pada usus halus. Iritasi pada usus halus akan mengganggu
gerakan peristaltik, sehingga makanan terdorong ke usus besar. Akibatnya, timbul rasa
mulas yang bisa berujung pada diare.
2) Kubis-Kubisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kol dan brokoli adalah makanan kaya serat dan nutrisi, tetapi serat pangan dan
senyawa dalam kubis sulit dicerna, sehingga kubis juga menjadi makanan yang sedap
bagi mikroflora (bakteri dalam usus). Mikroflora inilah yang menghasilkan
penumpukan gas yang mengandung belerang dalam usus besar kita. Sehingga, perut
terasa sesak akibat penumpukan gas dalam usus.
3) Nangka, Sirsak dan Cempedak
Makan nangka, sirsak, dan cempedak dalam jumlah sangat banyak dapat
menghadirkan rasa kembung seharian.
4) Kacang-Kacangan
Aneka jenis kacang memang bermanfaat untuk mengobati penyakit jantung,
kolesterol, diabetes, kanker, hingga menurunkan berat badan. Namun, kacang juga
dapat menyebabkan timbulnya stres pada lambung, sebab kadar lemak dalam kacang
mencapai 60%.
5) Es Krim
Lemak pada es krim yang dimakan akan melekat di perut lebih lama dari makanan
lain, sebelum akhirnya dapat dicerna.
d. Zat Aditif Pada Makanan
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi,
pengemasan atau penyimpanan untuk tujuan tertentu. Penambahan zat aditif dalam
makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan
untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses
pengolahan.
1) Macam zat aditif makanan
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang
selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek
samping yang membahayakan kesehatan manusia. Zat aditif alami antara lain bunga
cengkeh, pala, merica, dan cabai.
Jumlah penduduk bumi semakin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih
besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan
memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintetis). Bahan baku
pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang tidak alami kemudian direaksikan. Contoh
zat aditif buatan adalah monosodium glutamat, natrium benzoat, dan tartrazin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2) Kegunaan zat aditif makanan
Berikut adalah beberapa kegunaan dari zat aditif makanan
a. Penguat rasa
Monosodium Glutamat (MSG) sering digunakan sebagai penguat rasa makanan
buatan dan juga untuk melezatkan makanan. Adapun penguat rasa alami diantaranya
adalah bunga cengkeh, pala, merica, cabai, laos, ketumbar. Contoh penguat rasa buatan
adalah monosodium glutamat/vetsin.
b. Pemanis
Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa
manis. Beberapa jenis pemanis buatan yang digunakan adalah sakarin, siklamat, dulsin,
dan aspartam. Pemanis buatan ini juga dapat menurunkan resiko diabetes, namun
siklamat merupakan zat yang bersifat karsinogen.
Pemakaian pemanis buatan di Indonesia diatur oleh peraturan Menteri
Kesehatan RI No 208/Menkes/Per/1V/85 tentang pemanis buatan dan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/1X/88 tentang bahan tambahan pangan.
Peraturan Menteri tersebut menyatakan bahwa pada makanan atau minuman olahan
khusus yang berkalori rendah dan untuk penderita diabetes mellitus kadar maksimum
sakarin yang diperoleh adalah 300mg/kg bahan makanan/minuman, sedangkan menurut
WHO batas konsumsi harian siklamat yang aman adalah 11 mg/kg berat badan.
c. Pengawet
Bahan pengawet adalah zat kimia yang dapat menghambat kerusakan pada
makanan, karena serangan bakteri, ragi, cendawan. Reaksi-reaksi kimia yang sering
harus dikendalikan adalah reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan reaksi enzimatis
lainnya. Pengawetan makanan sangat menguntungkan produsen karena dapat
menyimpan kelebihan bahan makanan yang ada. Contoh bahan pengawet adalah
natrium benzoat dan natrium nitrat.
d. Pewarna
Warna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan.
Penggunaan pewarna dalam bahan makanan seperti kunyit, daun pandan, angkak, daun
suji, coklat, wortel, dan karamel. Zat warna sintetis mulai digunakan sejak tahun 1956
dan saat ini ada kurang lebih 90% zat warna buatan digunakan untuk industri makanan.
Salah satu contohnya adalah tartrazin, yaitu pewarna makanan buatan yang mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
banyak macam pilihan warna, diantaranya tartrazin CI 19140. Selain tartrazin ada pula
pewarna buatan, seperti sunsetyellow FCF (jingga), karmoisin (merah), dan brilliant
blue FCF (biru).
e. Pengembang
Bahan pengembang digunakan untuk mengembangkan adonan kue. Contoh bahan
pengembang yaitu ragi dan natrium bikarbonat.
3) Bahaya zat aditif
Jika mengonsumsi zat aditif buatan pada makanan dalam jumlah berlebih dan
dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti pada
pada table 2.3.
Tabel 2.3:Zat aditif dan penyakit yang ditimbulkan
No Nama zat aditif Penyakit yang ditimbulkan
1 Formalin Kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan,
penyakit jantung dan merusak sistem saraf.
2 Borak Mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan
ginjal, serta gangguan pada otak dan hati.
3 Kalium Asetat Kerusakan fungsi ginjal
4 Nitrit dan Nitrat Keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah
membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, sulit
bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan
muntah-muntah.
5 Kalsium Benzoat Memicu terjadinya serangan asma.
6 Tartrazin Meningkatkan kemungkinan hiperaktif pada masa
kanak-kanak.
7 Sunset Yellow Menyebabkan kerusakan kromosom
8 Karmoisin
(merah)
Menyebabkan kanker hati dan menimbulkan alergi.
9 Quinoline Yellow Hipertropi, hiperplasia, karsinomas kelenjar tiroid
10 Siklamat Kanker (karsinogenik)
11 Aspartam Gangguan saraf dan tumor otak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
f. Sistem Pencernaan Pada Manusia
Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah makanan dan
menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sistem
pencernaan juga akan memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul
yang sederhana dengan bantuan enzim sehingga mudah dicerna oleh tubuh.
Sistem pencernaan pada manusia hampir sama dengan sistem pencernaan hewan
lain yaitu terdapat mulut, lambung, usus, dan mengeluarkan kotorannya melewati anus.
Proses pencernaan pada manusia terbagi atas:
1) Pencernaan Mekanik
Proses pencernaan mekanik yaitu proses mengubah makanan menjadi kecil dan
lembut. Pencernaan mekanik dilakukan oleh gigi dan alat bantu lain seperti batu kerikil
pada burung merpati. Proses ini bertujuan untuk membantu untuk mempermudah proses
pencernaan kimiawi. Proses ini dilakukan secara sadar sesuai dengan keinginan kita.
2) Pencernaan Kimiawi
Proses pencernaan kimiawi yaitu proses mengubah molekul-molekul zat makanan
yang kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga mudah
dicerna. Pencernaan kimiawi dilakukan oleh enzim dan air. Proses ini dilakukan secara
tidak sadar karena yang mengaturnya adalah enzim.
Alat-alat pencernaan pada manusia terdiri atas:rongga mulut (cavum oris), tekak
(faring), kerongkongan (esofagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum tenue)
terdiri atas usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), dan usus penyerapan
(ileum), usus besar (intestinum crasum, colon), poros usus (rectum), dan anus.
1. Rongga Mulut
Alat-alat yang terdapat pada rongga mulut adalah gigi, lidah, dan kelenjar ludah.
a. Gigi
Gigi manusia berfungsi untuk memotong dan menghaluskan makanan. Bila gigi
dipotong memanjang, maka akan tampak bagian-bagian sebagai berikut: lapisan email
yaitu bagian yang paling luar dan paling keras dari gigi, tulang gigi, yang tersusun atas
zat dentin pulpa, merupakan rongga dalam gigi yang berisi serabut saraf dan pembuluh-
pembuluh darah, akar gigi yang tertanam di dalam gusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Lidah
Selain sebagai alat pengecap, dalam pencernaan makanan lidah berfungsi untuk:
membantu mengaduk makanan di dalam rongga mulut, membantu, membersihkan
mulut, membantu bersuara dan bicara, membantu mendorong makanan dalam proses
penelanan .
c. Kelenjar ludah (glandula saliva)
Pada rongga mulut bermuara tiga pasang saluran dari kelenjar ludah.antara lain :
glandula parotis,di dekat telinga menghasilkan ludah yang berbentuk cair, glandula
submaksilaris atau kelenjar ludah bawah rahang atas, glandula sublingualis atau
kelenjar ludah bawah lidah.
Fungsi air ludah adalah untuk memudahkan menelan, pencernaan, serta sebagai
pelindung selaput mulut dari panas, dingin, asam maupun basa.
Sumber: http://biologimediacentre.com
Gambar 2.5 Sistem Pencernaan
2. Kerongkongan (oesofagus)
Kerongkongan merupakan saluran penghubung antara mulut dengan lambung.
Melalui kerongkongan makanan didorong masuk ke dalam lambung dengan gerak
peristaltik.
3. Lambung (ventrikulus/gaster)
Dinding lambung terdiri atas lapisan-lapisan otot yang tersusun memanjang,
melingkar, dan menyerong. Akibat dari kontraksi otot tersebut makanan akan teraduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dengan baik sehingga tercampur merata dengan getah lambung, dan menyebabkan
makanan di dalam lambung berbentuk seperti bubur yang disebut kim.
Sumber: http://biologimediacentre.com
Gambar 2.6 Lambung
Getah lambung mengandung: lendir atau musin, asam klorida (HCl) , enzim renin
dan pepsinogen, hormon gastrin yang berfungsi untuk merangsang sekresi getah
lambung.
Fungsi HCl antara lain: menciptakan suasana asam, membunuh kuman-kuman
yang masuk bersama makanan, aktivator pepsinogen menjadi pepsin, dan merangsang
sekresi getah usus.
4. Usus Halus (intestinum tenue)
Usus halus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang paling panjang (± 8,5
meter). Terdiri atas tiga bagian, yaitu: doudenum atau usus duabelasjari, panjangnya ±
0,25 m , jejenum atau usus kosong, panjangnya ± 7 meter, ileum atau usus penyerapan,
panjangnya 1 meter .
Pencernaan yang terjadi di dalam usus halus berlangsung secara kimiawi atau
secara enzimatis. Makanan yang berbentuk bubur masuk ke usus halus bersifat asam
karena mengandung HCl. Akibatnya akan merangsang sel-sel kelenjar usus untuk
mengeluarkan getah usus.
Getah pankreas mengandung antara lain:
1) tripsinogen, oleh enterokinase akan diaktifkan menjadi tripsin, yang selanjutnya
berfungsi untuk memecah pepton menjadi peptida dan asam-asam amino;
2) amilase pankreas (diastase), memecah amilum menjadi disakarida;
3) lipase pankreas (steapsin), memecah emulsi lemak menjadi asam lemak dan
gliserol;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4) natrium hidrokarbonat (NaHC03) untuk menciptakan lingkungan basa, sehingga
ketiga enzim yang dihasilkan pankreas akan bekerja dengan baik.
5. Usus besar (intestinum crassum/ colon)
Makanan yang tidak berhasil dicerna, bersama-sama sel-sel epitel usus yang
rusak, akan menuju ke usus besar atau kolon dan diubah menjadi feses. Di sini sisa-sisa
makanan tersebut akan mengalami pembusukan dan pembentukan vitamin K dengan
bantuan Escherichia coli.
6. Anus
Anus adalah lubang akhir dari saluran pencernaan sebagai jalan pembuangan.
g. Proses Pencernaan Makanan
Pertama-tama, pencernaan dilakukan oleh mulut. Disini dilakukan pencernaan
mekanik yaitu proses mengunyah makanan menggunakan gigi dan pencernaan kimiawi
menggunakan enzim ptialin (amilase). Enzim ptialin berfungsi mengubah makanan
dalam mulut yang mengandung zat karbohidrat (amilum) menjadi gula sederhana
(maltosa). Maltosa mudah dicerna oleh organ pencernaan selanjutnya. Enzim ptialin
bekerja dengan baik pada pH antara 6,8 – 7 dan suhu 37oC.
Makanan selanjutnya dibawa menuju lambung dan melewati kerongkongan.
Makanan bisa turun ke lambung karena adanya kontraksi otot-otot di kerongkongan. Di
lambung, makanan akan melalui proses pencernaan kimiawi menggunakan zat sebagai
berikut:
1) Renin, berfungsi mengendapkan protein pada susu.
2) Pepsin, berfungsi untuk memecah protein menjadi pepton.
3) HCl (asam klorida), berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.
Sebagai disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan
kolesistokinin pada usus halus.
4) Lipase, berfungsi untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun
lipase yang dihasilkan sangat sedikit.
Setelah makanan diproses di lambung yang membutuhkan waktu sekitar 3 – 4 jam,
makanan akan dibawa menuju usus dua belas jari. Pada usus dua belas jari terdapat
enzim-enzim berikut yang berasal dari pankreas:
1) Amilase, yaitu enzim yang mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula lebih
sederhana (maltosa).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2) Lipase, yaitu enzim yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
3) Tripsinogen, jika belum aktif, maka akan diaktifkan menjadi tripsin, yaitu enzim
yang mengubah protein dan pepton menjadi dipeptida dan asam amino yang siap
diserap oleh usus halus.
Selain itu, terdapat juga empedu. Empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung di
dalam kantung empedu. Selanjutnya, empedu dialirkan melalui saluran empedu ke usus
dua belas jari. Empedu mengandung garam-garam empedu dan zat warna empedu
(bilirubin). Garam empedu berfungsi mengemulsikan lemak. Zat warna empedu
berwarna kecoklatan, dan dihasilkan dengan cara merombak sel darah merah yang telah
tua di hati. Empedu merupakan hasil ekskresi di dalam hati. Zat warna empedu
memberikan ciri warna cokelat pada feses.
Selanjutnya makanan dibawa menuju usus halus. Di dalam usus halus terjadi proses
pencernaan kimiawi dengan melibatkan berbagai enzim pencernaan. Karbohidrat
dicerna menjadi glukosa. Lemak dicerna menjadi asam lemak dan gliserol, serta protein
dicerna menjadi asam amino. Jadi, pada usus dua belas jari, seluruh proses pencernaan
karbohidrat, lemak, dan protein diselesaikan. Selanjutnya, proses penyerapan (absorbsi)
akan berlangsung di usus kosong dan sebagian besar di usus penyerap. Karbohidrat
diserap dalam bentuk glukosa, lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol,
dan protein diserap dalam bentuk asam amino. Vitamin dan mineral tidak mengalami
pencernaan dan dapat langsung diserap oleh usus halus.
Di dalam usus besar terdapat bakteri Escherichia coli. Bakteri ini membantu dalam
proses pembusukan sisa makanan menjadi feses. Selain membusukkan sisa makanan,
bakteri E. coli juga menghasilkan vitamin K. Vitamin K berperan penting dalam proses
pembekuan darah. Sisa makanan dalam usus besar masuk banyak mengandung air.
Karena tubuh memerlukan air, maka sebagian besar air diserap kembali ke usus besar.
Penyerapan kembali air merupakan fungsi penting dari usus besar.
Selanjutnya sisa-sisa makanan akan dibuang melalui anus berupa feses. Proses ini
dinamakan defekasi dan dilakukan dengan sadar.
h. Hubungan sistem pencernaan dengan sistem lain dalam tubuh
Sistem pencernaan adalah sistem pembentukan energi atauk menghasilkan sari
makanan , sedangkan sistem pernapasan adalah sistem yang merombak sari maknan
dengan oksigen, dan sistem peredaran darah adalah sistem dimana darah sebagai organ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
tubuh menyediakan asupan O2 yang diikat oleh sel darah merah (oksihemoglobin) bagi
pembentukan energi dan pembuangan sisa-sisa perombakan energi berupa CO2. Proses
pertukaran gas CO2 dengan gas O2 terjadi di alveolus (bagian dari paru-paru) dengan
aliran peredaran darah kecil pada jantung.
Tujuan pernafasan adalah untuk mendapatkan energi.
Proses pernafasan atau pembakaran atau oksidasi:
C6HI2O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + Energi
Karbohidrat oksigen karbondioksida uap air
i. Penggunaan Energi Makanan
Energi dan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk semua proses fisiologis untuk
melangsungkan dan mempertahankan kehidupan berasal dari makanan dan minuman
yang dikonsumsi. Gizi yang kita peroleh dari makanan bisa dibagi paling tidak menjadi
5 golongan yaitu karbohidrat atau zat hidrat arang, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Ada pula yang memasukkan air sebagai salah satu unsur nutrisi, karena memang tidak
dapat dipungkiri air merupakan zat yang sangat penting untuk kelangsungan hidup.
Tidak semua zat makanan yang kita konsumsi memberikan energi bagi tubuh.
Hanya karbohidrat, protein dan lemak yang memberikan energi. Lemak ada yang tidak
memberikan energi seperti kolesterol. Kebanyakan lemak yang dikonsumsi dalam
bentuk trigliserida yang secara kasat mata bisa kita lihat bentuknya misalnya pada
lemak yang menempel pada daging. Trigliserida ini adalah merupakan cadangan
makanan yang disimpan dibawah kulit dan sekitar organ dalam perut baik pada manusia
maupun hewan yang akan dipecah saat tubuh memerlukan sumber energi tambahan
apabila kadar glukosa darah menurun dan glikogen di hati telah menipis.
Karbohidrat memberikan 4 kcal/gram, protein memberikan 4 kcal/gram, dan lemak
memberikan 9 kcal/gram. Di sini sudah terlihat jelas bahwa lemak memiliki kandungan
kalori yang lebih banyak tiap satuan gramnya dibanding lemak dan protein. Hanya saja
perlu diingat bahwa mayoritas makanan kita mengandung lebih dari satu nutrisi.
Energi yang dihasilkan digunakan untuk: 1) Kerja otot atau aktifitas; 2) Kerja alat -
alat tubuh; 3) Memanaskan suhu badan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Dimopoulos (2009), penelitiannya membuktikan bahwa penggunaan modul mampu
mengakomodasi kemampuan siswa, secara positif mempengaruhi kemampuan
kognitif dan afektif siswa. Modul mampu mengakomodir kemampuan siswa dengan
memanfaatkan waktu pembelajaran menjadi lebih efisien. Pelaksanaan modul
menunjukkan keberhasilan untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Cooper, Hanmer dan Cerbin (2006) dalam jurnalnya menyatakan bahwa: 1) modul
membuat siswa lebih memahami sebuah konsep yang harus diselidikai dan dianalisis
di kelas, sehingga guru dapat mengidentifikasi kesulitan dan pemahaman siswa, 2)
modul dapat memfasilitasi interaksi antar siswa dan mendorong pembentukan kerja
sama yang baik dalam kelompok kecil, 3) dalam kelas pembelajaran dengan modul
lebih menyenangkan. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan kelemahan modul
yaitu tidak efektif jika di terapkan dalam kelas besar, karena membutuhkan waktu
yang lama dalam proses pembelajaran. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
penelitian tersebut menggunakan modul Problem Solving sedangkan penelitian ini
dengan modul berbasis SETS.
3. Donelly dan Fiztmaurice (2005) menyatakan bahwa dalam desai modul untuk
pembelajaran harus memperhatikan hubungan yang logis antara kebutuhan dalam
proses belajar mengajar, tujuan pembelajaran, hasil belajar yang akan dicapai,
sumber belajar, strategi pembelajaran, kriteria pembelajaran, dan evaluasi.
4. Ereckson dan Shumway (2006) dalam jurnal penelitianya mengutip pernyataan
Palmer (1995) bahwa integritas kurikulum dapat meningkatkan efektivitas
pendidikan dan penyajian pembelajaran terpadu dapat meningkatkan pemahaman,
ingatan, dan aplikasi. Selanjutntnya pernyataan La Porter & Sander (1995)
menyatakan bahwa mengintegritaskan berbagai mata pelajaran di sekolah dapat
memberikan makna keterkaitan antar mata pelajaran dan memberikan solusi
tentang keterbatasan dalam pengajaran.
5. Izaak H. Wenno (2010) dalam hasil penelitiannya menyatakan model modul sains
berbasis problem solving method dapat dikategori baik, dan layak digunakan dalam
proses pembelajaran sains SMP/MTs, baik di kelas maupun di laboratorium. Hal ini
dapat digambarkan bahwa sikap, minat dan kemampuan siswa memecahkan
masalah sains meningkat pada uji coba yang lebih luas. Hasil penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
menunjukkan bahwa hasil belajar sains siswa dengan menerapkan media
pembelajaran sains, yakni modul sains berbasis problem solving method sangat
baik. Hasil penelitian yang diperoleh,dapat dikatakan bahwa pembelajaran sains di
SMP/MTs Propinsi Maluku dengan menggunakan modul sangat bermanfaat bagi
guru sains dalam menyampaikan materi sains kepada siswa. Persamaan dalam
penelitian ini adalah pengembangan modul. Sedangkan perbedaan dalam penelitian
ini adalah berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku.
6. Penelitian oleh Hartono Nuroso dan Joko Siswanto (2010) tentang model
pengembangan modul IPA Terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain
model pengembangan modul IPA Terpadu berdasarkan perkembangan kognitif.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah mengembangkan modul IPA
Terpadu. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah berbasis SETS
pada tema makanan sehat dan tubuhku.
7. Nuryanto & Ahmad Binadja (2010) tingkat efektivitas pembelajaran Ikatan Kimia
dengan pendekatan SALINGTEMAS ditinjau dari hasil belajar dapat
dikategorikan efektif, hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa kelas
eksperimen mengalami peningkatan secara signifikan (86), sedangkan
peningkatan hasil belajar yang telah dicapai oleh kelas kontrol tidak terlalu besar
(68). Persamaan dengan penelitian ini adalah pendekata SETS, sedangkan
perbedaan pada penelitian ini adalah modul IPA Terpadu pada tema makanan sehat
dan tubuhku.
8. Hasil penelitian Mukhklis Rohmadi (2011) bahwa pendekatan CEP bervisi SETS
dapat meningkatkan nilai kognitif, afektif, psikomotorik, keaktifan, motivasi, dan
minat siswa dalam belajar. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah menggunakan SETS dan menekankan pada hasil belajar siswa. Perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah SETS yang mewarnai modul IPA
Terpadu.
9. Penelitian tentang modul berbasis SETS pernah dilakukan oleh Oni Arlitasari dkk
(2013) yang bertujuan untuk mengembangan modul IPA Terpadu berbasis
Salingtemas dengan tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pengembangan modul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
IPA Terpadu berbasis Salingtemas/SETS. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah tema modul Makanan Sehat dan Tubuhku.
10. Uswatun Hasanah (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa bahan ajar
IPA terpadu berbasis salingtemas pada tema energi yang dikembangkan layak
digunakan sebagai bahan ajar dan efektif digunakan dalam pembelajaran pada
peserta didik kelas VIII MTs Manba‟ul Ilmin Nafi‟. Persamaan dengan penelitian
yang akan dilakukan adalah pengembangan modul IPA Terpadu berbasis
Salingtemas/SETS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tema
modul Makanan Sehat dan Tubuhku.
11. Penelitian oleh Alifa Noora Rahma (2012) tentang perangkat pembelajaran
penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran model
inquiri berpendekatan SETS pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan empati siswa terhadap lingkungan .
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan SETS dan
menekankan pada hasil belajar. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah SETS diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu dengan tema
Makanan Sehat dan Tubuhku.
12. Penelitian oleh Dwi Handayani (2013) tentang pengembangan modul IPA Terpadu
berbasis SETS dengan penekanan berpikir kritis pada tema Bahan Kimia pada
Makanan layak untuk digunakan dan efektifitas pengembangan modul IPA Terpadu
dianalisis dengan gaint score menunjukkan bahwa kelas pengujian produk lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas baseline. Persamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah mengembangkan modul IPA Terpadu berbasis SETS. Perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah meningkatkan hasil belajar dengan
tema makanan sehat dan tubuhku.
13. Penelitian oleh Rusmiyati (2009) tentang efektivitas penerapan model problem
based-instruction untuk menumbuhkan keterampilan proses yang didisain dalam
bentuk tindakan kelas dengan mengambil pokok bahasan fluida. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model yang diterapkan dapat menumbuhkan keterampilan
proses sains sekaligus dapat meningkatkan kemampuan kognitif serta melatihsikap
ilmiah siswa. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
meningkatkan kemampuan kognitif. Perbedaan dengan penelitian yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dilakukan adalah diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu dengan tema
Makanan Sehat dan Tubuhku.
14. Rosario (2009) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa SETS (Science,
Envoronment, Technology, and Society) merupakan pendekatan yang melibatkan
empat faktor penting yaitu pengetahuan, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Pendekatan STSE memiliki tiga implikasi pada kurikulum sains. Pertama, kerangka
untuk isu-isu penting dan masalah yang relevan disajikan sebagai dasar kurikulum.
Kedua, model STSE yang menyajikan masalah yang relevan dan menarik dapat
digunakan tanpa harus merusak kurikulum secara keseluruhan. Ketiga, model ini
juga berfungsi sebagai alat refleksi untuk analisis kritis dan evaluasi. Model STSE
mampu memberikan iklim yang unik sebagai metodologi untuk mempengaruhi pola
kinerja akademik, penguasaan ilmu, lingkungan, dan sosial budaya siswa.
15. Yoruk, Morgil, dan Secken (2009) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan akan mempengaruhi teknologi, lingkungan, dan
masyarakat secara positif dan negatif. Ilmu akan berkembang seiring dengan
perubahan masyarakat dan teknologi. Hal ini merupakan penerapan ilmu
pengetahuan secara teoritik. Dampak dari perkembangan ini mempengaruhi cara
menyampaikan pengetahuan pada proses belajar mengajar.
16. Elvan Ince Aka et al. (2010) dalam penelitiannnya tentang hasil metode pemecahan
masalah pada keterampilan proses sains dan pencapaian akademik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai yang mencolok antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada nilai pretes keterampilan proses sains dan hasil
belajar. Hasil lain menunjukkan nilai postest keterampilan proses sains dan hasil
belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai postest kelas kontrol.
17. Yager (2008) hasil penelitianya menyatakan bahwa belajar degan pendekatan STM
memiliki keunggulan yaiti: 1) belajar konsep dasar, 2) pencapian konsep umum
yang banyak, 3) menerapkan konsep sains dalam situasi baru, 4) meningkatkan
sikap yang lebih positif terhadap ilmu pengetahuan, 5) menunjukksan sikap kreatif
yang lebih dan sering, 6) dapat menerapkan ilmu pengetahuan di rumah dan di
masyarakat. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
menggunaka STS menekankan pada penguasaan konsep. Perbedaan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
penelitian yang akan dilakukan adalah diterapkan pada pengembangan modul IPA
Terpadu.
18. Maria Sundus Retno Wijayanti (2013) Tujuan penelitian ini adalah untuk 1)
mengetahui tingkat kevalidan perangkat pembelajaran berbasis masalah bervisi
SETS yang dikembangkan. 2) mengetahui apakah model pembelajaran berbasis
masalah bervisi SETS yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan
proses sains pada kompetensi yang terkait dengan pokok bahasan larutan
penyangga 3) mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah bervisi
SETS yang dikembangkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa 4)
mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah bervisi SETS yang
dikembangkan dapat meningkatkan aktivitas siswa 5) mengetahui apakah siswa
memberikan respon positif terhadap model pembelajaran berbasis masalah bervisi
SETS yang dikembangkan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah menggunaka STS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu dengan tema makanan sehat
dan tubuhku.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori dapat disusun kerangka pemikiran guna
merumuskan jawaban sementara atas permasalahan yang telah dikemukakan. Bahan ajar
yang bersifat terpadu sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan pembelajaran IPA
Terpadu di SMP/MTs sesuai dengan anjuran kurikulum 2013. Kebutuhan bahan ajar
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dapat diakomodasi melalui modul IPA
terpadu berbasis SETS. Modul berbasis SETS memiliki karakteristik dan keunggulan
diantaranya dapat digunakan sebagai saran belajar mandiri, mengatasi keterbatasan
bahan ajar dan waktu, tidak tergantung pada pihak dan media lain, serta
mengembangkan kemanpuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan.
Basis SETS dalam modul diharapkan dapat membuka wawasan peserta didik untuk
memahami materi pelajaran, lingkungan, teknologi dan masyarakat secara utuh,
sehingga siswa dapat paham dan mampu mengambil sikap untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi di lingkungan secara konkrit. SETS juga dapat melatihkan
keterampilan proses, dengan mengembangkan keterampilan proses anak akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan itu
menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep, serta
menumbuhan dan mengembangan sikap dan nilai yang pada akhirnya akan berimbas
pada hasil belajar yang dicapai juga meningkat.
Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan (Gambar 2.7) sebagai
berikut.
Gambar 2.7 Bagan Kerangka Berpikir
Bahan ajar belum mencukupi untuk siswa, bahan ajar masih terpisah-
pisah, pembelajaran IPA Terpadu belum dikaitkan dengan lingkungan
sekitar, hasil belajar rendah
me
m
Invitasi
Pengembangan modul IPA Terpadu berbasis
SETS
Evaluasi
Pembentukan
Konsep
Aplikasi
Konsep
Pemantapan
Konsep
Modul IPA Terpadu berbasis SETS
Bahan ajar IPA Terpadu berbasis SETS memberikan waktu lebih kepada
siswa untuk belajar mandiri
Tujuan
Untuk menunjang kegiatan pembelajaran IPA Terpadu
berbasis SETS dan meningkatkan hasil belajar siswa
Masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan modul IPA
Terpadu adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian
ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk dalam bidang pendidikan yaitu modul
IPA Terpadu. Modul IPA Terpadu yang dikembangkan berbasis SETS. Penelitian ini
mengembangan modul dengan berbagai pertimbangan, yaitu modul dapat digunakan
berulang-ulang, ada materi dan latihan soal dan kunci jawaban (untuk guru) sehingga
dapat digunakan untuk belajar mandiri. Materi yang disajikan dalam modul IPA
Terpadu ini adalah materi IPA MTs kelas VIII pada KD.3.6 dan KD.3.7
Model yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan modul IPA
Terpadu adalah model pengembangan oleh Borg and Gall yang direduksi menjadi 9
tahap yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut : (1) analisis kebutuhan, (2)
perencanaan, (3) pengembangan produk, (4) uji lapangan awal, (5) revisi produk awal,
(6) uji lapangan utama, (7) revisi produk utama, (8) uji lapangan operasional, (9) revisi
produksi operasional.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah MTs YAPPI Jetis yang beralamatkan Jetis, kecamatan
Saptosari, kabupaten Gunungkidul dan MTs YAPPI Mulusan, dengan alamat Mulusan,
kecamatan Paliyan, kabupaten Gunungkidul, propinsi DIY. Penelitian dilaksanakan
mulai bulan September sampai dengan Desember 2014.
C. Subyek Penelitian
Subyek pengembangan melibatkan 2 orang pakar pendidikan IPA dari
Universitas Sebelas Maret berlatar belakang doktor, 1 orang ahli bahasa, 2 orang
praktisi. Subyek uji lapangan awal 3 siswa dan uji lapangan utama 12 siswa MTs
YAPPI Jetis Saptosari dan 5 guru IPA. Subyek uji lapangan operasional siswa kelas
VIII MTs YAPPI Mulusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
D. Prosedur penelitian
Borg & Gall dalam Nusa Putra (2013) menyatakan bahwa prosedur penelitian
pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan
produk, dan (2) menguji keefektivan produk dalam mencapai tujuan. Tujuan pertama
disebut sebagai fungsi pengembangan sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validasi.
Dengan demikian, konsep penelitian dan pengembangan lebih tepat diartikan sebagai
upaya pengembangan produk yang sekaligu disertai dengan upaya validasinya. Dengan
tidak mengurangi proses validasi dalam penelitian ini, tahap-tahap tersebut direduksi
pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Alur Penelitian dan Pengembangan Borg & Gall Direduksi
Desain pengembangan model Borg and Gall pada penelitian ini memuat
beberapa tahapan hal penting antara lain:
1) Analisis Kebutuhan
Tahap analisis kebutuhan dengan subyek penelitian 22 siswa sebagai subyek
dan 2 orang guru IPA MTs. Penelitian berangkat dari adanya temuan temuan
permasalahan yang timbul dilapangan. Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi
Perencanaan
Uji lapangan utama
Uji Coba lapangan awal
Merevisi hasil lapangan
utama
Uji lapangan operasional
Penyempurnaan produk
operasional
Analisis Kebutuhan
Pengembangan draf produk Uji lapangan awal
ji lapangan awal Merevisi hasil uji
lapangan awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
permasalahan pada penyelenggaraan pembelajaran IPA di MTs YAPPI Mulusan.
Pengembangan modul tahap ini dilakukan dengan cara: 1) Analisis hasil pengungkap
kebutuhan guru dan siswa untuk menentukan kebutuhan bahan ajar; 2) Analisis hasil
UAN untuk menentukan kompetensi dasar; 3) Analisis buku IPA yang digunakan dalam
pembelajaran guna menetukan modifikasi bahan ajar yang akan di kembangkan.
Permasalahan yang muncul dijadikan dasar langkah berikutnya dalam perancangan
produk yang akan dibuat. Observasi dan wawancara dilajukan pada sarana dan pada
kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga diperoleh informasi yang berhubungan
dengan sekolah dalam usaha memperbaiki pembelajaran.
2) Tahap perencanaan
Temuan masalah yang diperoleh akan dijadikan dasar untuk langkah berikutnya
yaitu perancangan produk yang akan dibuat yaitu modul IPA terpadu berbasis SETS
pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar untuk kelas
VIII. Tahap penelitian mengacu pada langkah-langkah penelitian Borg & Gall yang
tahapannya telah direduksi menjadi 9, pada tahap perencanaan ini sebagai berikut:
a. Pengembangan matrik modul IPA Terpadu berbasis SETS
Pembuatan matrik bertujuan untuk merancang dan memberi gambaran tentang
kegiatan dan materi apa saja yang terdapat di dalam modul. Di dalam matrik
dirancang kegiatan pembelajaran dengan alur SETS. Alur SETS meliputi
invitasi/inisiasi, pembentukan konsep, aplikasi konsep, dan pemantapan konsep.
Pembelajaran IPA dengan alur SETS diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Penyusunan instrumen validasi modul yang digunakan untuk melakukan
penilaian terhadap modul yaitu angket validasi modul oleh pakar dan praktisi.
b. Penyusunan instrumen pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan soal kognitif.
c. Penyusunan instrumen validasi RPP dan soal kognitif yang digunakan untuk
melakukan penilaian terhadap RPP dan soal kognitif yaitu angket validasi oleh
pakar dan praktisi.
3) Pengembangan Draft Produk dan Validasi
Tahap ini akan dirancang modul pembelajaran IPA terpadu berbasis SETS.
Tahap perencanaan dilaksanakan bertujuan agar bahan belajar yang dikembangkan
dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Penyusunan awal draf modul akan dihasilkan draf modul dengan sekurang
kurangnya mencakup di dalamnya yaitu :
a) Judul modul yang menggambarkan materi yang akan dijabarkan di dalam modul
IPA terpadu
b) Indikator kompetensi yang akan tercapai setelah mempelajari modul IPA terpadu
c) Materi yang berisi penegtahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dipelajari dan
dikuasai oleh siswa.
d) Prosedur atau kegiatan yang harus diikuti siswa untuk mempelajari modul.
e) Soal-soal dan tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh siswa.
f) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan siswa dalam
menguasai materi
g) Kunci jawaban dari soal, latihan, dan pengujian
Dari pengembangan modul tahap ini menghasilkan produk berupa draft modul
yang siap masuk tahap validasi ahli.
Produk awal berupa draf modul diserahkan kepada ahli untuk dievaluasi dan
divalidasi. Ahli sebagai subyek penelitian antara lain:
a) Dosen ahli (materi, media) yang ditunjuk oleh prodi pendidikan Sains UNS.
b) Ahli bahasa (guru bahasa indonesia dengan kulifikasi S-2).
c) Praktisi ahli (guru senior) dengan kualifikasi sudah mengajar minimal 10 tahun dan
pendidikan S-2.
Tahap validasi bertujuan untuk menilai kelayakan modul dari segi komponen
kelayakan materi, kebahasaan, dan penyajian. Untuk menilai draf awal modul yang
dilakukan oleh ahli dengan acuan Depdiknas 2008 tentang penulisan modul, dan buku
Anna Poedjiadi tahun 2010 untuk SETS. Hasil revisi pada tahap ini menghasilkan
produk berupa draft I modul yang siap untuk uji lapangan awal.
4) Uji Lapangan Awal
Tahap uji lapangan awal dilakukan dengan draf I dengan subyek penelitian
siswa MTs sebanyak 3 siswa dengan karakteristik siswa pandai, sedang dan kurang
pandai. Uji lapangan awal ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap modul
sebelum uji lapangan utama. Pada uji lapangan awal ini, setiap siswa diberikan draf I
modul untuk dipelajari. Setelah itu siswa diminta untuk mengisi angket tentang
pendapatnya mengenai kesulitan-kesulitan yang ditemukan saat membaca drat I modul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
5) Revisi Hasil Uji Lapangan Awal
Pada tahap ini dilakukan evaluasi hasil uji lapangan awal dan mengkaji
kekurangannya. Berdasarkan hasil evaluasi, maka akan dilakukan penyempurnaan untuk
memperbaiki kekurangan yang ada. Hasil revisi pada tahap ini menghasilkan produk
berupa draf II modul yang siap masuk tahap uji lapangan utama.
6) Uji lapangan Utama
Tahap uji coba terbatas dilakukan dengan draf II dengan subyek penelitian 5
guru IPA dan siswa MTs YAPPI Jetis Saptosari sebanyak 12 siswa dengan karakteristik
siswa pandai, sedang dan kurang pandai. Uji lapangan utama ini bertujuan untuk
mengetahui respon guru dan siswa mengenai modul IPA Terpadu sebelum uji lapangan
operasional. Pada uji lapangan utama, setiap siswa diberikan draf II modul untuk
dipelajari. Setelah itu siswa diminta untuk mengisi angket tentang pendapatnya
mengenai kesulitan-kesulitan yang ditemukan saat membaca draf II modul.
7) Revisi Lapangan Utama
Tahap ini dilakukan evaluasi hasil uji coba lapangan utama dan mengkaji
kekurangannya. Berdasarkan hasil evaluasi, maka akan dilakukan penyempurnaan
untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Hasil revisi pada tahap ini menghasilkan
produk berupa draft III modul yang siap masuk tahap uji lapangan operasional.
8) Uji Lapangan Operasional
Tahap uji coba lapangan ini diterapkan menggunakan draf III modul pada kelas
VIII MTs YAPPI Mulusan sebagai berikut:
a. Subjek penilaian
Uji coba lapangan diterapkan pada siswa MTs YAPPI Mulusan kelas VIII A
sebagai kelas kontrol yang proses belajarnya seperti biasa yang dilakukan oleh guru
dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang proses pembelajarannya
menggunakan modul IPA terpadu yang dikembangkan.
b. Desain Penelitian
Uji coba lapangan menggunakan metode quasi experiment dengan menggunakan
desain penelitian nonequivalent control group design (pretest-postest yang tidak
ekuivalen). Desainnya seperti pada Gambar 3.2 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 3.2 Desain penelitian
Keterangan :
O1 : Pengukuran kemampuan awal kelompok eksperimen
O2 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok eksperimen
X : Pemberian perlakuan
O3 : Pengukuran kemampuan awal kelompok kontrol
O4 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok kontrol (Sugiyono, 2013:116)
Dalam pelaksanaan penelitian ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
diatur secara intensif sehingga kedua variabel mempunyai karakteristik yang sama atau
mendekati sama. Yang membedakan dari kedua kelompok ialah bahwa grup eksperimen
diberi treatment atau perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan modul IPA
Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan
hasil belajar, sedangkan grup kontrol diberikan pembelajaran seperti keadaan biasa
dengan menggunakan buku sekolah elektronik. Dengan pertimbangan sulitnya
pengontrolan terhadap semua variabel yang mempengaruhi variabel yang sedang diteliti
maka peneliti memilih eksperimen quasi. Dasar lain peneliti menggunakan desain
eksperimen kuasi karena penelitian ini termasuk penelitian sosial.
9) Penyempurnaan Produk Akhir
Setelah melakukan tahap uji lapangan operasional, berbagai data yang diperoleh
dalam uji coba ini dijadikan sebagai dasar dalam melakukan revisi dan perbaikan draf
III Modul. Setelah draf III modul direvisi dan diperbaiki maka akan dihasilkan modul
IPA terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan
hasil belajar.
E. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian dan pengembangan ini adalah data kualitatif dan data
kuantitatif. Jenis data kualitatif dalam penelitian pengembangan ini adalah data tentang
hasil observasi, wawancara, serta saran saat validasi dan uji lapangan terhadap
kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan. Sedangkan data
kuantitatif diperoleh dari penilaian hasil validasi modul, penilaian angket pada uji
O1 X O2
O3 O4
k
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
lapangan awal, uji lapangan utama, uji lapangn operasional, dan adalah hasil belajar
yaitu data pretest-posttest siswa MTs YAPPI Mulusan.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian pengmbangan ini yaitu:
Tabel. 3.1 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen
Tahap
Borg & Gall Metode Instrumen Subjek Waktu
Analisis
Kebutuhan
Observasi Lembar
observasi
Sarpras dan proses
pembelajaran
Sebelum
pengembangan
Angket
Wawancara
Lembar angket
analisis
kebutuhan
Panduan
wawancara
Guru dan siswa Sebelum
pengembangan
Pengembangan Angket Lembar validasi Pakar
Praktisi
Sebelum uji
lapangan awal
Uji lapangan awal Angket Lembar angket Siswa Sebelum uij
lapangan utama
ii. Uji lapangan
utama
Angket Lembar angket Siswa
Guru
Sebelum uji
lapangan
operasional
iii. Uji lapangan
operasional
Angket Lembar angket Siswa Setelah
pemakaian
Prestasi Tes Soal Evaluasi Siswa Sebelum
pemakaian
(pretes)
Sesudah
pemakaian
(postes)
1) Lembar observasi untuk mengetahui kondisi sekolah
2) Metode Angket
a. Angket pengungkap kebutuhan guru dan siswa
Instrumen ini berisi daftar pertanyaan yang diberikan kepada guru dan siswa
tentang kebutuhan bahan ajar yang dilakukan pada studi pendahuluan. Angket ini
diberikan pada tahap analisis kebutuhan
b. Angket untuk lembar validasi modul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang kelayakan modul IPA
Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan ditinjau dari materi dan aspek
kegrafikan. Angket ini diperuntukkan bagi ahli materi, ahli desain, ahli bahasa, dan
praktisi. Penyusunan angket ini dilakukan berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun
dan sebelum digunakan angket divalidasi terlebih dahulu oleh ahli. Angket ini
diunakan pada tahap validasi ahli.
c. Angket respon siswa dan guru terhadap modul
Angket siswa dan guru digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru
terhadap kegiatan pembelajaran IPA Terpadu. Angket ini diberikan pada tahap uji
lapangan awal, uji lapangan utama, dan uji lapangan operasional.
3) Soal evaluasi Pretest-Postest
Instrumen tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang telah diajarkan dalam bentuk pilihan ganda. Tes diberikan pada awal dan
akhir pelaksanana penelitian. Tujuan diberikannya adalah untuk mengetahui efektivitas
dan perbedaan hasil belajar penggunaan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema
makanan sehat dan tubuhku.
Validitas adalah tingkat ketepatan alat ukur untuk mengukur aspek yang diukur.
Validitas pada penelitian ini ditinjau dalam 2 hal yaitu validitas internal dan validitas
eksternal. Sugiyono (2013: 174) menjelaskan bahwa instrumen dikatakan memiliki
validitas internal apabila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis)
telah mencerminkan yang hendak diukur. Validitas internal dibagi menjadi 2 yaitu
validitas konstruk dan validitas isi. Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah
validitas isi.
Validasi isi (Content validity) mempunyai tujuan agar isi instrumen sebagai alat
pengukur dapat terjaga tingkat keabsahannya. Instrumen yang digunakan untuk
pengambilan data harus dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan
materi yang seharusnya diukur. Sugiyono (2013: 182) menjelaskan bahwa validasi isi
untuk instrumen berupa tes dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi instrument
dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Cara atau prosedur dalam melakukan
validasi isi dapat dilakukan dengan mendefinisikan domain yang hendak diukur yaitu
dengan membuat kisi-kisi, menentukan domain yang akan diukur masing-masing
pernyataan/soal, serta membandingkan masing-masing pernyataan atau soal dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
domain yang sudah ditetapkan. Konsultasi dengan experts judgement juga dilakukan
untuk meminta saran dan masukan. Experts judgement dalam penelitian ini yaitu
penilaian dosen ahli dan praktisi. Analisis validasi soal kognitif dengan formula
Gregory.
Formula Gregory adalah sebagai berikut:
𝐶𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 =
𝐷
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
Keterangan:
A= jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B= jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II
C= jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang
relevan menurut panelis II
D= Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Jika CV > dari 0,7 maka soal dapat dikatakan valid, maka soal dapat diujicobakan.
Validitas eksternal dilakukan apabila kriteria yang ada dalam instrument
mencerminkan fakta-fakta empiris dilapangan. Untuk menentukan tingkat validitas
eksternal instrumen tes, digunakan teknik analisis butir soal dengan korelasi point
biserial (Hartono, 2012), dengan persamaan sebagai berikut:
𝛤𝑝𝑏𝑖 =𝑀𝑝 −𝑀𝑡
𝑆𝑑 𝑝
𝑞
Mp : Rata-rata dari subjek yang menjawab benar bagi item yang diuji validitasnya
Mt : Rata-rata skor total
P : Proporsi responden menjawab benar
Q : Proporsi responden menjawab salah
SD : Standar deviasi
𝑆𝑡2 =
1
𝑛 ∙ 𝑛 − 1 𝑛 ∙ 𝑥2 − 𝑥
2
Penentuan valid atau tidaknya item butir soal adalah dengan membandingkan
hasil perhitungan rpbi dengan r-tabel yang diperoleh dari tabel r korelasi untuk n (jumlah
item soal).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dengan ketentuan:
rpbi > r-tabel butir soal dianggap valid
rpbi < r-tabel butir soal dianggap tidak valid
Pada pengujian ini, jumlah butir soal (n) 35 butir sehingga r-tabel diperoleh 0.396
Data analisis validitas butir soal dari program microsoft excel.
Reabilitas merupakan tingkat kestabilan hasil pengukuran suatu alat ukur. Soal
dikatakan reliabel apabila soal itu digunakan untuk test berulang-ulang hasilnya tetap.
Untuk menghitung reliabilitas suatu instrumen digunakan rumus K-R 20 (Sugiyono,
2013: 186) yaitu:
ri = 𝑘
𝑘−1 𝑠2− 𝑝𝑞
𝑠2
Keterangan :
ri : reliabilitas instrumen secara keseluruhan
k : jumlah item dalam instrumen
s2 : varians total (s
2 =
𝑥2
𝑛)
p : proporsi subjek menjawab item yang benar
q : proporsi subjek yang menjawab item salah
x : skor rata-rata
⅀ : jumlah skor
𝑛 : jumlah responden
Tabel 3.2 Tingkat reliabilitas
Interval Tingkat Reliabilitas
0,00 s.d. 0,20 Kurang Reliabel
0,20 s.d. 0,40 Agak Reliabel
0,40 s.d. 0,60 Cukup Reliabel
0,60 s.d. 0,80 Reliabel
0,80 s.d. 1,00 Sangat Reliabel
Soal yang akan digunakan dalam pembelajaran juga akan dihitung taraf
kesukaran dan daya pembeda soal. Taraf kesukaran soal test dihitung dengan cara
membandingkan siswa yang menjawab soal dengan benar terhadap jumlah subjek
seluruhnya. Rumus untuk menghitung taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut
(Suharsimi Arikunto, 2013: 223).
P = 𝐵
𝐽𝑆
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Keterangan:
P = taraf kesukaran soal
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi taraf kesukaran soal sebagai berikut:
P = 0,00 – 0,30 termasuk kategori soal sukar
P = 0,31 – 0,70 termasuk kategori soal sedang
P = 0,71 – 1,00 termasuk kategori soal mudah
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran sedang yaitu soal-soal
yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.
Rumus untuk menentukan indeks daya pembeda adalah sebagai berikut
(Suharsimi Arikunto, 2013: 228):
D = 𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
Menurut (Suharsimi Arikunto, 2013: 232). Indeks daya pembeda berkisar antara
0,00 sampai 1,00. Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai
indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7. Adapun klasifikasi daya pembeda adalah:
D = 0,00 – 0,20 termasuk kategori tidak baik
D = 0,21 – 0,40 termasuk kategori cukup
D = 0,41 – 0,70 termasuk kategori baik
D = 0,71 – 1,00 termasuk kategori baik sekali
Dalam penelitian ini butir-butir soal yang digunakan adalah butir-butir soal
yang memiliki kriteria daya pembeda cukup, baik, dan baik sekali.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan untuk mengolah data yang diperoleh setelah
mengadakan penelitian, sehingga diperoleh suatu kesimpulan tentang obyek yang
diteliti dalam keadaan yang nyata. Analisis data dalam penelitian ini meliputi data pada
tahap-tahap sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
1. Analisis Kebutuhan
Data kualitatif yang diperoleh pada saat analisis kebutuhan dianalisis secara
kualitatif menghasilkan data yang mendukung dikembangkannya produk berupa modul
IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku.
2. Analisis Data Validasi Ahli
Analisis data mengenai pengembangan modul dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
Sangat sesuai = 4
Sesuai = 3
Kurang sesuai = 2
Tidak sesuai = 1
Data penilaian ahli diukur dengan rumusan menurut Arikunto (2010)sebagai berikut:
K = ni
N x 100%
Keterangan:
K : Persentase skor yang diperoleh
∑Ni : Jumlah skor yang diperoleh
N : Jumlah skor maksimal
Hasil perhitungan dimasukkan dalam tabel persentase sesuai dengan kriteria
penerapan adalah dengan menentukan persentase tertinggi dan persentase terendah
terlebih dahulu menggunakan rumus sebagai berikut:
Persentase tertinggi = item X responden X skor nilai tertinggi
item X responden X skor nilai tertinggi x 100%
Persentase terendah = item X responden X skor nilai terenda h
item X responden X skor nilai tertinggi x100%
Setelah memperoleh persentase tertinggi dan terendah, langkah selanjutnya
menentukan interval kelas.
Interval kelas = % tertinggi − % terendah
kelas yang dikendaki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
= 100 % − 25 %
4
= 18,75
Hasil perhitungan dimasukkan dalam tabel persentase sesuai dengan kriteria
penerapan seperti pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Ahli
Interval (%) Kriteria Keterangan
81,25 < skor ≤ 100 Sangat sesuai Layak tanpa revisi
62,50 < skor ≤ 81,25 Sesuai Layak dengan revisi
43,75 < skor ≤ 62,50 Kurang sesuai Kurang layak
25 < skor ≤ 43,75 Tidak sesuai Tidak Layak
3. Analisis Data Lapangan Awal, Utama, dan Operasional
Data angket tanggapan guru dan siswa pada uji coba lapangan awal dianalisis
menggunakan rating scala dengan kriteria:
Sangat baik = 4
Baik = 3
Kurang baik = 2
Tidak baik = 1
Data yang telah diberi skor kemudian dikonversikan kedalam persentase sebagai
berikut: K = ni
N x 100%
Keterangan:
K : Persentase skor yang diperoleh
∑Ni : Jumlah skor yang diperoleh
N : Jumlah skor maksimal
Hasil perhitungan dimasukkan dalam tabel persentase sesuai dengan kriteria penerapan
seperti padda tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kriteria Hasi Angket Guru dan Siswa
Interval (%) Kriteria Keterangan
81,25 < skor ≤ 100 Sangat baik Layak tanpa revisi
62,50 < skor ≤ 81,25 Baik Layak dengan revisi
43,75 < skor ≤ 62,50 Kurang Baik Kurang layak
25 < skor ≤ 43,75 Tidak Baik Tidak Layak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
4. Analisis Data Uji Pelaksanaan Lapangan
Analisis data pada tahap pelaksanaan lapangan dalam seting eksperimen
meliputi :
a. Uji Efektivitas Modul
Analisis untuk mengetahui keefektifan modul dalam pembelajaran menggunakan
gain score dinormalisasikan untuk postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Gain
score dinormalisasikan (<g>) merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan
keefektifan dalam pembembelajaran. Perhitungan N-gain score dinormalisasikan
menurut Richard (1999) menggunakan persamaan sebagai berikut:
<Sf> - <Si>
<g> =-------------------------
(maxs core- <Si>)
Dengan <Sf> adalah rerata score final (postes) dan <Si> rerata score initial
(postest). Kriteria <g> dinormalisasika adalah:
(<g>) > 0,70 = gain score tinggi
0,70 > (<g>) > 0,30 = gain score sedang
(<g>) < 0,30 = gain score rendah
Modul IPA Terpadu berbasis SETS dikatakan efektif jika hasil N gain score
pretes-postes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan katagori sedang atau
tinggi.
b. Uji untuk Mengetahui Perbedaan Hasil Belajar
Uji prasyarat analisis dilakukan untuk menentukan uji statistik yang akan
digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian. Uji prasyarat yang dilakukan
adalah uji normalitas dan homogehitas data berupa nilai pretes dan nilai postes pada
kelas penguna produk dan kelas kontrol. Pada uji ini, terdapat 2 hipotesis yaitu HO
(Hipotesis nol) dan Ha (Hipotesis alternatif) dengan:
Ho = Data terdistribusi normal
Ha = Data tidak terdistribusi normal
HO diterima apabila taraf signifikasi ≥ 0,05
HO ditolak apabila taraf signifikasi < 0,05
Hipotesis dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Ho : kedua varian populasi homogen
Ha : kedua varian populasi tidak homogen
Kriteri pengambilan keputusannya yaitu:
HO diterima apabila taraf signifikasi ≥ 0,05
HO ditolak apabila taraf signifikasi < 0,05
Jika terpenuhi syarat normalitas dan homogenitas, maka yang dilakukan adalah
melakukan uji t untuk mengetahui bahwa kedua kelas sama dari nilai pretes dan
mengetahui perbedaan hasil belajar penggunaan modul IPA Terpadu berbasis SETS
pada tema maknan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar siswa
digunakan uji beda 2 rerata yaitu statistik parametrik uji t. Jika data tidak normal maka
digunakan uji statistik non-parametrik 2 sampel berhubungan (Wilcoxson). Analisis uji
prasyarat menggunakan software analisis statistik SPSS 18.
Pada uji ini, terdapat 2 hipotesis yaitu HO (Hipotesis nol) dan Ha (Hipotesis
alternatif) dengan:
Ho = tidak ada perbedaan yang signifikan
Ha = ada perbedaan yang signifikan
HO diterima atau Ha ditolak apabila taraf signifikasi ≥ 0,05
HO ditolak atau Ha diterima apabila taraf signifikasi < 0,05
c.Data nilai sikap
Data diperoleh dari hasil observasi pada kelas eksperimen selama penggunaaan
modul pada kegiatan belajar I, II dan III. Pemberian skor 4, 3, 2, atau 1 pada lembar
observasi dengan aspek peinilain kejujuran, ketelitian, tanggung jawab, dan kerja sama.
Rumus Penghitungan Skor Akhir
Skor akhir = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 4
Skor Maksimal = Banyaknya Indikator x 4
Kategori nilai sikap siswa didasarkan pada Permendikbud nomer 81A Tahun
2013 yaitu:
Sangat Baik (SB ): apabila memperoleh Skor Akhir: 3,33 < Skor Akhir ≤ 4,00
Baik (B: apabila memperoleh Skor Akhir: 2,33 < Skor Akhir ≤ 3,33
Cukup(C): apabila memperoleh Skor Akhir: 1,33 < Skor Akhir ≤ 2,33
Kurang (K) : apabila memperoleh Skor Akhir: Skor Akhir ≤ 1,33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
d. Data Keterampilan Proses
Data diperoleh dari hasil observasi pada kelas eksperimen selama penggunaaan
modul pada kegiatan belajar I, II dan III. Pemberian skor 4, 3, 2, atau 1 pada lembar
observasi dengan aspek penilaian mengamati, mengelompokkan, menafsirkan,
menyimpulkan, dan menkomunikasikan.
Rumus Penghitungan Skor Akhir
Skor akhir = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 4
Skor Maksimal = Banyaknya Indikator x 4
Kategori nilai sikap siswa didasarkan pada Permendikbud nomer 81A Tahun 2013
yaitu:
Sangat Baik (SB ): apabila memperoleh Skor Akhir: 3,33 < Skor Akhir ≤ 4,00
Baik (B: apabila memperoleh Skor Akhir: 2,33 < Skor Akhir ≤ 3,33
Cukup(C): apabila memperoleh Skor Akhir: 1,33 < Skor Akhir ≤ 2,33
Kurang (K) : apabila memperoleh Skor Akhir: Skor Akhir ≤ 1,33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan
Deskripsi data disajikan untuk memperjelas penelitian dan pengembangan yang
menghasilkan produk berupa modul IPA Terpadu berbasis SETS untuk meningkatkan
hasil belajar. Kompetensi dasar yang di jadikan dasar pengembangan modul berbasis
SETS adalah dengan memadukan dua KD. Materi yang disajikan dalam modul IPA
Terpadu ini adalah materi IPA MTs kelas VIII pada KD.3.6 dan KD.3.7 yang dikemas
dengan tema “Makanan Sehat dan Tubuhku”.
Model yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan modul IPA
Terpadu adalah model pengembangan oleh Borg and Gall yang direduksi menjadi 9
tahap terdiri dari: (1) analisis kebutuhan, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk,
(4) uji lapangan awal, (5) revisi produk awal, (6) uji lapangan utama, (7) revisi
produk utama, (8) uji lapangan operasional, (9) revisi produksi operasional yang dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Pengumpulan Informasi Awal
Hasil obsevasi sekolah di MTs YAPPI Mulusan diperoleh data dari aspek saran
dan prasarana antara lain: 1) belum memiliki laboratorium dan peraratan praktikum, 2)
perpustakan menyediakan buku berbagai mata pelajaran dengan lengkap tetapi
jumlahnya tidak memadai untuk siswa, 3) buku yang tersedia buku dari penerbit, bukan
hasil pengembangan guru sendiri, 5) belum ditemukan modul di dalam perpustakaan, 6)
buku IPA yang tersedia belum terpadu dan penyajian materinya belum mendorong
siswa untuk mengaitkan konsep yang diperoleh dengan lingkungan sekitar.
Hasil analisis kebutuhan siswa diperoleh data: 1) kemampuan ranah kognitif
siswa yang masih rendah, ini dapat dilihat dari rata-rata hasi UAN, 2) keterampilan
proses siswa rendah, hal ini tampak dari proses pembelajaran di kelas siswa masih
kesulitan dalam megomunikasikan pendapatnya selain itu juga tampak dari rata-rata
hasil UAN yang masih rendah untuk soal yang merupakan indikator keterampilan
proses.
Sedangkan jika dilihat dari kelengkapan perangkat pembelajaran guru sudah
memiliki RPP yang dibuat sendiri, tetapi belum pernah membuat bahan ajar sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Hasil analisis UAN Tahun Pelajaran 2013/2014 digunakan untuk menentukan
materi dan analisis buku yang digunakan selama ini guna menentukan ketrpaduan
serta basis pengembangan modul. Penelitian dan pengembangan mengambil tema “
Makanan Sehat dan Tubuhku” ditinjau berdasarkan kesesuaian pembelajaran dengan
pendekatan SETS dan nilai UAN yang masih di bawah rata-rata nasional (lampiran 2).
Langkah selanjutnya pengungkap kebutuhan guru dan siswa memberikan arahan
bahwa: 1) siswa tidak memiliki buku pegangan IPA; 2) siswa tidak mencari sumber
belajar lain; 3) siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari buku paket dan baku
paket juga belum sepenuhnya menyajikan materi yang ada hubungannya dengan
masalah di lingkungan sekitar; 4) siswa tidak dapat melakukan percobaan secara
mandiri; 5) bahan ajar dan motode guru perlu dimodifikasi; 6) perlu adanya
pengembangan bahan ajar berbasis SETS. Pada tahapan ini termasuk tahap analisis
kebutuhan. Rangkuman hasil pengungkap kebutuhan guru dan siswa secara lengkap
disajikan pada lampiran 3.
2. Pengembangan Produk
Tahap pengembangan modul pembelajaran IPA Terpadu berbasis SETS pada
tema makanan sehat dan tubuhku diawali dengan menelaah KI dan KD serta silabus,
selanjutnya pembuatan matrik modul (lampiran 7) yang bertujuan untuk merancang
dan memberi gambaran tentang kegiatan dan materi yang terdapat di dalam modul,
penyusunan instrumen validasi modul yang digunakan untuk melakukan penilaian
terhadap modul yaitu angket validasi modul oleh pakar dan praktisi, penyusunan
instrumen pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal
kognitif, penyusunan instrumen validasi RPP dan soal kognitif. Pada tahapan ini
termasuk pada tahap pengembagan yang kedua yaitu perancanaan.
Produk pengembangan modul IPA terpadu berbasis SETS dengan tema makanan
sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar berupa modul pembelajaran.
Modul pembelajaran ini dikembangkan dengan berpedoman pada Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar sesuai dengan kerangka dasar kurikulum 2013. Peran modul
berfungsi sebagai pendamping buku yang sudah ada di sekolah dan dapat dipakai
sebagai media pembelajaran mandiri bagi siswa. Modul yang dikembangkan meliputi
modul untuk siswa dan modul untuk guru. Modul guru disusun sebagai buku pegangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
guru dalam pembelajaran yang telah dilengkapi dengan rencana pembelajaran,
petunjuk dan jawaban yang terdapat pada modul siswa, sehingga guru mempunyai
pedoman dan pegangan agar kompetensi yang harus dikuasai siswa dapat tercapai.
Gambar 4.1 Tampilan Sampul Modul Bagian Depan dan Belakang
Karakteristik modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan
tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar:
a. Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk
meningkatkan hasil belajar, untuk modul siswa memiliki sub bagian yaitu: 1)
Halaman awal modul yang terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi,
daftar gambar, dan daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi
pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, dan peta
keterpaduan; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema,
kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo
menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, dan tes
formatif; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi; 5) Penutup:
glosarium, indeks, dan daftar pustaka.
b. Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk
meningkatkan hasil belajar, untuk modul guru memiliki sub bagian yaitu: 1)
Halaman awal modul yang terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi,
daftar gambar, dan daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi
pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, indikator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, peta keterpaduan, dan rencanan
pembelajaran; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema,
kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo
menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, tes formatif
dan umpan balik, ; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi,
kunci jawaban; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka.
Gambar 4.2 Mengenal Modul IPA Terpadu Berbasis SETS
Gambar 4.3 Ayo Mengamati dan Diskusi
Gambar 4.3 ayo mengamati dan diskusi sesuai dengan alur pembelajaran SETS
yang pertama yaitu invitasi/inisiasi memuat masalah di masyarakat yang dapat
digali oleh siswa.
Merupakan alur
Pembelajaran
SETS
SETS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Gambar 4.4 Ayo Menghubungkan
Gambar 4.4 ayo menghubungkan sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang
kedua yaitu pembentukan konsep memuat fakta yang diambil dari bidang ilmu
dan merupakan bidang ilmu.
Gambar 4.5 ayo bereksperimen sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang
ketiga yaitu aplikasi konsep merupakan kemampuan untuk melakukan transfer
belajar dengan menggunakan konsep yang telah dipelajari ke dalam situasi lain.
Gambar 4.6 ayo menganalisis sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang
keempat yaitu pemantapan konsep merupakan kemampuan untuk melakukan dan
menunjukkan banyaknya ide guna menyelesaikan masalah.
Gambar 4.5 Ayo Bereksperimen Gambar 4.6 Ayo Menganalisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
3. Kelayakan Produk
Draf awal modul yang telah dihasilkan selanjutnya divalidasi oleh para ahli
antara lain ahli media, ahli materi, ahli bahasa, dan praktisi. Validasi ini termasuk
dalam tahap pengembangan. Validasi oleh ahli media adalah kelayakan penyajian dan
kelayakan kegrafikan. Saran perbaikan hasil validasi ahli media pada table 4.1.
Tabel 4.1 Pebaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Media
No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
1 Tulisan di bagian gambar pada cover
depan dihilangkan dan diberi
pengguna serta tahun pengembangan
modul
Tulisan pada gambar di cover
dihapus dan diberi penngguna serta
tahun pengembangan modul
2 Sampul depan dengan halaman francis
tidak bolak-balik
Cover depan dan halaman francis
dibuat terpisah
3 Sumber gambar sampul belum ditulis
pada halaman francis bagian bawah
Sumber gambar sampul ditulis pada
halaman francis bagian bawah
4 Pada bagian pendahuluan atau
petunjuk penggunaan modul agar
ditambah penjelasan tentang SETS
sekitar 2 baris
Pada bagian pendahuluan ditambah
penjelasan tentang SETS sekitar 2
baris
5 Keterangan warna perlu ditambahkan
pada peta kedudukan modul
Keterangan warna ditambahkan pada
peta kedudukan modul
6 Bagian halaman awal kegiatan
pembelajaran agar digeser sejajar dan
warnanya harus sama
Bagian halaman awal kegiatan
pembelajaran digeser sejajar dan
warnanya dibuat sama
7 Panah pada SETS agar diperbaiki
dengan garis yang besar
Panah pada SETS diperbaiki dengan
garis yang besar
8 Keterangan gambar dan sumber
gambar agar dibedakan ukuran
tulisannnya
Keterangan gambar dan sumber
gambar dibedakan ukuran
tulisannnya
9 Kata-kata kunci agar dicetak tebal Kata-kata kunci dicetak tebal
10 Sumber gambar susu instan tidak
ditulis Sumber gambar susu instan dihapus
11 Gambar pada KB-3 tidak boleh bule
atau gambar diperbaiki
Gambar pada KB-3 diperbaiki
dengan menghitamkan rambut dan
ukuran hidung diperpendek
12 Gambar ilustrasi tiap KB kurang tepat Gambar ilustrasi tiap KB diperbaiki
sesuai saran
Validasi modul oleh ahli bahasa adalah kelayakan kebahasaan. Saran perbaikan
hasil validasi ahli materi dapat dilihat pada table 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 4.2 Pebaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Bahasa
No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
1 Penyusunan struktur kalimat agar
diperbaiki
Penyusunan struktur kalimat diperbaiki
sesuai saran
2 Penulisan tata bahasa dan ejaan agar
diperbaiki
Penulisan tata bahasa dan ejaan diperbaik
sesuai saran
3 Teknik pengetikan agar disesuaikan
dengan aturan baku
Teknik pengetikan disesuaikan dengan
aturan baku sesuai saran
4 Keterkaitan antar kalimat agar
menggunakan konjungsi yang tepat
Keterkaitan antar kalimat menggunakan
konjungsi yang tepat sesuai saran
Validasi draf I modul oleh ahli materi antara lain kelayakan isi, kelayakan
keterpaduan, kelayakan basis SETS, RPP, dan soal kognitif. Saran perbaikan hasil
validasi ahli materi dapat dilihat pada table 4.3.
Tabel 4.3 Pebaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Materi
No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
1 Belum ada peta konsep yang
menunjukkan materi ketrpaduan
Pada bagian pendahuluan ditambah peta
konsep yang menunjukkan materi
keterpaduan
2 Berilah kolom diskusi pada bagian
evaluasi
Pada modul bagian evaluasi ditambah
kolom diskusi
3 Berilah kolom tugas pada bagian
evaluasi
Pada modul bagian evaluasi ditambah
kolom tugas
4 Bagian yang salah ketik harap
diperbaiki
Bagian yang salah ketik diperbaiki
Tabel 4.4 Pebaikan RPP Berdasarkan Saran Validator
No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
1 Berilah contoh vitamin dan mineral pada
RPP
Pada RPP bagian materi ditambah
contoh vitamin dan mineral
2 Sumber belajar perlu ditambah Pada RPP ditambah sumber belajar
3 Bagian yang salah ketik harap diperbaiki Bagian yang salah ketik diperbaiki
Tabel 4.5 Pebaikan Soal Kognitif Berdasarkan Saran Validator
No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
1 Istialah asing agar diganti dengan bahasa
sehari-hari yang digunakan siswa
Istialah asing diganti dengan bahasa
sehari-hari yang digunakan siswa
2 Bagian yang salah ketik harap diperbaiki Bagian yang salah ketik diperbaiki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Validasi modul oleh praktisi antara lain kelayakan isi, kelayakan keterpaduan,
kelayakan basis SETS, kelayakan penyajian, kelayakan kegrafikan, kelayakan
kebahasaan, RPP, dan soal Kognitif. Saran perbaikan hasil validasi praktisi dapat
dilihat pada table 4.6.
Tabel 4.6 Pebaikan Modul Berdasarkan Saran Praktisi
No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
1 Tampilan cover agar diperbaiki Tampilan cover diperbaiki
2 Ukuran huruf ada yang tidak konsiten Ukuran huruf diperbaiki sesuai saran
3 Perbaiki tanda baca, spasi antar kata,
dan jarak antar baris
Tanda baca, spasi antar kata, dan jarak
antar baris diperbaiki sesuai saran
4 Perbaiki daftar pustaka dengan acuan
yang baku
Daftar pustaka diperbaiki sesuai dengan
acuan yang baku
5 Kurangi penggunaan istilah asing,
gunakan padanan dalm bahasa
Indonesia
Istilah asing dikurangi dengan
meggunakan padanan dalm bahasa
Indonesia
6 Masih ada halaman yang kosong
terlalu luas
Halaman yang kosong dihilangkan
7 Belum ada peta konsep materi Peta konsep materi sudah ditambahkan
8 Ilustrasi gambar tiap KB kurang tepat Ilustrasi gambar tiap KB diperbaiki
9 Penulisan iodin harusnya I2 bukan I Penulisan iodin ditulis I2
10 Sumber gambar susu instan tidak
ditulis
Sumber gambar susu instan dihapus
11 Tujuan belum dituliskan pada kegiatan
pengamatan dan eksperimen
Tujuan dituliskan pada kegiatan
pengamatan dan eksperimen
12 Belum ada kolom tugas Kolom tugas ditambahkan pada bagian
evaluasi
Hasil validasi ahli dan praktisi modul IPA Terpadu berbasis SETS dapat dilihat
secara lengkap pada pembahasan, sedangkan rangkuman hasil validasi modul secara
keseluruhan dengan kategori sangat baik dapat disajikan pada table 4.7.
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Valdasi Ahli dan Praktisi
No Aspek Persentase (%) Kategori
1 Kelayakan Penyajian 83,85 Sangat sesuai
2 Kelayakan kegrafikan 83.5 Sangat sesuai
3 Kelayakan Bahasa 85,71 Sangat sesuai
4 Kelayakan Isi 83,3 Sangat sesuai
5 Keterpaduan 84,4 Sangat sesuai
6 Sintak SETS 83,3 Sangat sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Proses validasi menghasilkan catatan yang menjadi bahan pertimbangan untuk
melakukan revisi. Hasil dari proses validasi oleh ahli dan praktisi terhadap produk
modul yang siap untuk dilakukan uji lapangan selanjutnya.
Hasil validasi RPP adalah 84.8% dengan kategori sangat baik yang meliputi
perumusan tujuan, pengorganisasian materi, pemilihan sumber belajar dan media ajar,
model dan metode pembelajaran, dan penilaian hasil. Sedangkan untuk soal kognitif
83,3% yang menunjukan kategori sangat baik meliputi materi, penyajian soal,
penskoran, dimensi pengetahuan, serta dimensi proses kognitif soal. Berdasarkan hasil
validasi kerelevanan dianalisis dengan perhitungan Content Validity (CV) adalah 1, ini
berarti CV > 0,7 maka dapat soal dapat diujicobakan.
Langkah selanjutnya tahap ini juga dilakukan try out soal kognitif pada siswa
MTs YAPPI Mulusan kelas IX sebanyak 25 siswa. Hasil try out diuji validitas,
reliabilitas, daya beda, dan taraf kesukaran butir soal yang hasilnya dapat disajikan
sebagai berikut.
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Uji Validitas
Kriteria
Validitas Jumlah Nomor soal
Valid 28 1, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20,
21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35
Tidak Valid 7 2, 3, 5, 8, 18, 24, 31
Jumlah 35
Bedasarkan data di atas dari 35 soal yang tidak valid ada 7 soal dengan taraf
reliabelitas 0,9123 dengan kriteria sangat reliabel. Soal yang tidak valid tidak akan
digunakan dan tidak diganti soal karena indikatornya sudah terwakili oleh soal yang
lain. Jadi soal kognitif yang gunakan untuk pretes dan postes sebanyak 28 butir soal.
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran
Taraf
Kesukaran Jumlah Nomor soal
Mudah 13 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 23, 25, 28, 30, 34, 35
Sedang 19 1, 2, 5, 6, 7, 8, 12, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 29,
31, 32, 33
Sukar 3 3, 4
Jumlah 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda
Daya Beda Jumlah Nomor soal
Baik 2 20, 33
Cukup 11 7, 9, 13, 16, 22, 23, 25, 26, 27, 30, 35
Tidak Baik 22 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 21,
24, 28, 29, 31, 32, 34
Jumlah 35
Uji lapangan awal dilakukan pada 3 siswa MTs YAPPI Jetis Gunungkidul pada
tanggal 12 November 2014. Uji lapangan awal dilakukan untuk mengetahui
respon/masukan siswa terhadap modul berbasis SETS dengan cara mengisi angket
respon uji lapangan awal.
4.11 Pebaikan Modul Tahap Uji Lapangan Awal
No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
1 Perbaikan tata tulis untuk kata:
dikelompokkkan, makana, peristalsis
Kata-kata dibenarkan menjadi
dikelompokkan, makanan, peristaltik
2 Pada bagan SETS ada yang masih
kurang tulisan teknologi
Pada bagan SETS yang masih
kosong ditambah tulisan teknologi
Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada tata tulis yang masih salah dan
menhasilkan produk II modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk diuji
lapangan utama.
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Awal
No Aspek Persentase (%) Kategori
1 Pengorganisasian 83,3 Sangat baik
2 Keterbacaan 83.3 Sangat baik
3 Kemenarikan 87,5 Sangat baik
4 Keterpaduan 83,3 Sangat baik
5 Pendekatan SETS 84,7 Sangat baik
Uji lapangan utama dilakukani pada tanggal 15 November 2014 pada 12 siswa
MTs YAPPI Jetis Saptosari Gunungkidul. Uji lapangan ini dilakukan untuk mengetahui
respon dan masukan siswa pada modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil
pengembangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
4.13 Pebaikan Modul Tahap Uji Lapangan Utama
No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
1 Jumlah gigi anak-anak dan gigi orang
dewasa belum ditulis (saran dari siswa)
Ditambahkan jumlah gigi anak-anak
dan jumlah gigi orang dewasa
2 Sampul bagian belakang tulisanya
terlalu besar (saran dari guru)
Tulisan pada sampul belakang
diperkecil
Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada penambahan materi untuk jumlah
gigi pada anak-anak dan orang dewasa, pada uji ini ada saran yang tidak dapat dipenuhi
yaitu saran untuk menambah materi selain di luar tema makanan sehat dan tubuhku.
Hasil revisi disebut produk III modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk diuji
lapangan operasional.
Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Utama
No Aspek Persentase (%) Kategori
1 Pengorganisasian 85,4 Sangat baik
2 Keterbacaan 83,3 Sangat baik
3 Kemenarikan 88,5 Sangat baik
4 Keterpaduan 84,4 Sangat baik
5 Pendekatan SETS 88,2 Sangat baik
Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Respon Guru
No Aspek Persentase (%) Kategori
1 Pengorganisasian 90 Sangat baik
2 Keterbacaan 90 Sangat baik
3 Kemenarikan 85 Sangat baik
4 Keterpaduan 90 Sangat baik
5 Pendekatan SETS 85 Sangat baik
4. Efektivitas Produk
Modul dari hasil draf III diujicobakan di dalam kelas yang lebih besar pada
siswa MTs YAPPI Mulusan kelas VIII B (kelas pengguna produk atau eksperimen)
dan kelas VIII A sabagai kelas kontrol. Uji coba ini digunakan untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar setelah menggunakan modul IPA Terpadu berbasis SETS
hasil pengembangan. Pelaksanaan uji coba ini 17 November sampai dengan 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
November 2014. Uji coba di kelas dilakukan pretest terlebih dahulu baik di kelas
pengujian produk maupun di kelas kontrol untuk mengetahui gambaran awal siswa
pada tema makanan sehat dan tubuhku sebelum dilakukan pembelajaran, dan setelah
selesai pembelajaran tema tersebut dilakukan postest pada kedu kelas yang sama.
a. Hasil Belajar Ranah Pengetahuan
Tabel 4.16 Hasil Belajar Pengetahuan Pretes
Aspek Kelas Kontrol Kelas Pengguna produk
Nilai Tertinggi 75 85,7
Nilai Terendah 25 35,7
Rata-rata 49,35 60,4
Standar Deviasi 14,09 13,22
Tabel 4.17 Hasil Belajar Pengetahuan Postes
Aspek Kelas Kontrol Kelas Pengguna produk
Nilai Tertinggi 92,9 96,4
Nilai Terendah 25 46,4
Rata-rata 54,87 73,44
Standar Deviasi 1671 14,88
1) Keefektifan modul dalam pembelajaran
Analisis untuk mengetahui keefektifan modul dalam pembelajaran dengan
menggunakan gain score ternormalisasi untuk pretest postest kelas kontrol dan kelas
pengguna produk. Berdasarkan perhitungan gain score untuk kelas kontrol 0,109
dengan kategori rendah, sedangkan pada kelas pengujian produk 0,344 dengan
kategori sedang sehingga modul IPA Terpadu berbasis SETS dikatakan efektif.
2) Perbedaan hasil belajar
Analisis untuk mengetahui perbedaan hasil belajar diuji dengan SPSS 18 yang
diawali dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas, homogenitas dan dilanjut uji t yang
diambil dari nilai pretes dua kelas untuk mengetahui persamaan rerata dua kelas
(lampiran 18). Sedangkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara dua kelas
diawali dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas, homogenitas dan dilanjut uji t yang
diambil dari nilai postes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.18 Ringkasan Hasil Analisis Perbedaan Hasil Belajar Pengetahuan
No Uji Hasil Keputusan Kesimpulan
1 Normalitas Sig kelas kontrol
adalah 0,200 > 0,05
dan sig kelas pengguna
produk adalah 0,200 .>
0,05
Ho
diterima
Normal
2 Homogenitas Sig kelas kontrol dan
kelas pengguna produk
adalah 0,936 > 0,05
Ho
diterima
Homogen
3 Uji-t Sis kelas pengguna
produk dan kelas
kontrol adalah 0,000 <
0,05
Ho
ditolak
Ada perbedaan
secara signifikan
b. Hasil Belajar Ranah Sikap
Tabel 4.19 Nilai Sikap Kelas Kontrol
KB
Rata-rata Nilai Aspek Sikap Rata-
rata
Nilai
Kejujuran Ketelitian Tanggung Jawab Kerja Sama
I 2,18 2 1,9 2,02 2,2
II 2,18 2,05 1,95 2 2,05
III 2,23 2,09 2 2,05 2,09
Rata-
rata
2,2 2,05 1,95 2,09 2,1
Tabel 4.20 Nilai Sikap Kelas Pengguna Produk
KB
Rata-rata Nilai Aspek Sikap Rata-
rata
Nilai Kejujuran Ketelitian Tanggung Jawab Kerja Sama
I 2,82 2,86 2,45 2,45 2,65
II 3,32 3,36 3 2,64 3,08
III 3,32 3,41 3,41 3,32 3,36
Rata-
rata
3,15 3,21 2,95 2,8 3,03
Uji coba pelaksanan lapangan juga menilai sikap sosial dengan observasi dan
dibantu oleh seorang observer. Penilaian sikap sosial dilakukan pada kelas kontrol dan
kelas pengguna produk/eksperimen sebanyak 22 siswa disetiap kegiatan belajar. Hasil
rangkuman penilaian sikap sosial disaji dapat diasjikan dalam table berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 4.21 Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Kontrol
Kegiatan
Belajar
Kategori Penilaian (%) Rata-rata
Nilai Sangat Baik
3,3 <S ≤ 4,00
Baik
2,33<SA≤ 3,33
Cukup
1,33<SA≤ 2,33
Kurang
SA≤ 1,33
I - 13,6 77,3 9,1 2,02
II - 18,2 72,7 9,1 2,05
III - 22,7 68,2 9,1 2,09
Tabel 4.22 Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Pengguna Produk
Kegiatan
Belajar
Kategori Penilaian (%) Rata-rata
Nilai Sangat Baik
3,3 <S ≤ 4,00
Baik
2,33<SA≤ 3,33
Cukup
1,33<SA≤ 2,33
Kurang
SA≤ 1,33
I 13,6 59,1 27,3 - 2,65
II 41 45,4 13,6 - 3,08
III 68,2 22,7 9,1 - 3,36
c. Hasil Belajar Ranah Keterampilan Proses
Tabel 2.23 Nilai Keterampilan Kelas Kontrol
KB
Rata-rata Nilai Aspek Sikap Rata
-rata
Nila
i
Mengam
ati
Mengelompokk
an
Menafsirk
an
Menyimpulk
an
Mengomunikasi
kan
I 2,05 1,86 1,82 1,82 1,82 1,87
II 2,09 1,95 1,86 1,86 1,86 1,93
III 2,14 2,05 1,86 1,86 1,86 1,95
Rata
-rata 2,09 1,95 1,85 1,85 1,85 1,92
Tabel 4.24 Nilai Keterampilan Kelas Pengguna Produk
KB
Rata-rata Nilai Aspek Sikap Rata
-rata
Nila
i
Mengam
ati
Mengelompokk
an
Menafsirk
an
Menyimpulk
an
Mengomunikasi
kan
I 2,5 2,86 2,27 2,63 2,4 2,63
II 2,91 2,95 3 2,95 2,82 2,93
III 3,32 3,23 3,2 3,2 3,2 3,26
Rata
-rata 2,91 3,01 2,82 2,93 2,81 2,94
Penilaian keterampilan proses dilakukan pada kelas pengguna produk sebanyak
22 siswa disetiap pembelajaran. Uji coba pelaksanan lapangan menilai keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
proses dengan observasi dan dibantu oleh seorang observer. Penilaian keterampilan
proses dilakukan pada kelas kontrol dan kelas pengguna produk/eksperimen disetiap
kegiatan belajar. Hasil rangkuman penilaian keterampilan disaji dapat diasjikan dalam
tabel berikut.
Tabel 4.25 Rangkuman Penilaian Keterampilan Proses Kelas Kontrol
Kegiatan
Belajar
Kategori Penilaian (%) Rata-rata
Nilai Sangat Baik
3,3 <SA≤4,00
Baik
2,33<SA≤3,33
Cukup
1,33<SA≤ 2,33
Kurang
SA≤1,33
I - 4,5 81,8 13,6 1,87
II - 9,1 77,3 13,6 1,93
III - 13,6 77,3 9,1 1,95
Tabel 4.26 Rangkuman Penilaian Keterampilan Proses Kelas Pengguna Produk
Kegiatan
Belajar
Kategori Penilaian (%) Rata-rata
Nilai Sangat Baik
3,3 <SA≤4,00
Baik
2,33<SA≤3,33
Cukup
1,33<SA≤ 2,33
Kurang
SA≤1,33
I 9,1 68,2 22,7 - 2,63
II 36,4 45,4 18,2 - 3,05
III 50 40,9 9,1 - 3,35
Pada tahap uji coba lapangan operasional dapat diketahui hasil respon siswa
terhadap modul IPA Terpdu berbasis SETS pada tabel 4.27.
Tabel 4.27 Rangkuman Hasil Respon Siswa Uji Lapangan Operasional
No Aspek Persentase (%) Kategori
1 Pengorganisasian 89,8 Sangat baik
2 Keterbacaan 90,3 Sangat baik
3 Kemenarikan 90,3 Sangat baik
4 Keterpaduan 90,3 Sangat baik
5 Pendekatan SETS 92,04 Sangat baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 4.28 Pebaikan Modul Tahap Uji Operasional
No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
1 Masih ada tabel yang terpotong berbeda
halaman
Tabel diperbaiki disatukan pada pada
halaman yang sama
Proses pembelajaran pada kelas uji coba lapangan operasional juga
menghasilkan catatan respon siswa terhadap modul IPA Terpadu berbasis SETS pada
tema makanan sehat dan tubuhku yang menyatakan siswa lebih tertarik dan merasa
mudah memahami materi dalam modul. Selain itu juga ada catatan yang perlu
diperbaiki untuk penulisan tabel yang masih terpotong berbeda halaman pada revisi
produk operasional.
B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan
1. Pengumpulan Informasi Awal
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pembelajaran IPA Terpadu di MTs
YAPPI Mulusan masih perlu mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dilihat dari hasil
rata-rata belajar siswa pada ujian nasional masih rendah, sarana belajar yang tidak
memadai, yang tampak dari penggunaan buku siswa yang belum merata dan sistem
peggunaannya secara bergilir untuk tiap kelas pararel, dan belum memiliki
laboratorium. Selanjutnya juga dapat dilihat dari permasalahan yang terjadi di dalam
proses belajar di kelas siswa belum mampu berdiskusi dan mengkomunikasikan hasil
pekerjaannya dengan baik, hal ini menunjukkan keterampilan proses perlu dilatihkan.
Sedangkan permasalahan dihadapi guru yaitu pembelajaran IPA selama ini belum
dikaitkan dengan lingkungan sekitar dan belum terpadu. Hal ini sejalan dengan Nur
dan Wikandari (2000) dalam Triatno 2013 menyatakan bahwa proses belajar mengajar
IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu
sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan
maupun produk pendidikan.
Hasil analisis pengungkap kebutuhan tehradap siswa MTs YAPPI Mulusan
menunjukkan bahwa siswa tidak memiliki buku pegangan IPA, siswa tidak mencari
sumber belajar lain, siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari buku paket dan
buku paket belum mengaitkan materi dengan lingkungan sekitar, serta siswa tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dapat melakukan percobaan secara mandiri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
menunjukkan MTs YAPPI Mulusan memerlukan bahan ajar yang dapat mengatasi
permasalahan siswa dalam mempelajari IPA dan mengkaitkanya dengan lingkungan
sekitar serta menuntun siswa melakukan percobaan secara mandiri.
Berdasarkan hasil analisis pengungkap kebutuhan guru menunjukkan bahwa
guru belum memiliki bahan ajar IPA Terpadu yang seuai dengan kebutuhan siswa.
Pembelajaran yang dilakukan selama ini masih terpisa-pisah. Hal ini menunjukkan
perlunya dikembamgkan bahan ajar IPA Terpadu untuk memenuhi kebutuhan di MTs
YAPPI Mulusan. Seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Mentri Pendidikan
Nasional nomor 22 tahun 2006 secara tegas menyatakan bahwa substansi mata
pelajaran IPA di SMP merupakan IPA Terpadu, bukan IPA yang terpisah-pisah
sebagai mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia. Adanya kurikulum tersebut
membuat IPA diajarkan secara lebih meyeluruh dan saling berkaitan satu sama lain.
2. Pengembangan Produk
Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku
untuk meningkatkan hasil belajar yang akan dikembangkan dengan memadukan dua
kompetensi dasar kelas VIII kurikulum 2013 yang ada keterhubungan (connected)
yaitu KD 3.6 tentang sistem pencernaan yang dikaitkan dengan sistem tubuh yang lain
dan KD 3.7 tentang zat aditif pada makanan. Kelebihan model keterpaduan connected
adalah hubungan intarbidang studi melihat permasalahan tidak hanya satu bidang
kajian saja, tetapi kegiatan pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi.
Tahap perencanaan pembuatan modul pembelajaran IPA Terpadu berbasis SETS
dikembangkan antara lain menelaah KI dan KD serta silabus, pembuatan matrik modul
yang bertujuan untuk merancang dan memberi gambaran tentang kegiatan dan materi
apa saja yang terdapat di dalam modul, hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto
(2007) yang menyatakan garis besar isi modul dapat dikembangkan dalam bentuk
matrik atau narasi. Selanjutnya penyusunan instrumen validasi modul yang digunakan
untuk melakukan penilaian terhadap modul yaitu angket validasi modul oleh pakar dan
praktisi, penyusunan instrumen pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan soal kognitif, penyusunan instrumen validasi RPP dan soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
kognitif yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap RPP dan soal kognitif
yaitu angket validasi oleh pakar dan praktisi.
Produk pengembangan modul IPA terpadu berbasis SETS dengan tema makana
sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar berupa modul pembelajaran.
Modul pembelajaran ini dikembangkan dengan berpedoman pada Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar sesuai dengan kerangka dasar kurikulum 2013. Peran modul
berfungsi sebagai pendamping buku yang sudah ada di sekolah dan dapat dipakai
sebagai media pembelajaran mandiri bagi siswa di rumah sehingga memberikan waktu
yang cukup kepada siswa untuk memahami suatu materi.
Modul yang dikembangkan meliputi modul untuk siswa dan modul untuk guru.
Modul untuk guru disusun sebagai buku pegangan guru dalam pembelajaran yang
telah dilengkapi dengan RPP, petunjuk dan jawaban yang terdapat pada modul siswa,
sehingga guru mempunyai pedoman dan pegangan agar kompetensi yang harus
dikuasai siswa dapat tercapai.
Karakteristik modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan
tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar antara lain; sampul modul yang disajikan
memberi gambaran tentang materi yang akan dibahas. Warna kombinasi hijau dan
putih serta penambahan gambar berbagai jenis makanan dan organ pencernaan
manusia bertujuan untuk menarik minat siswa untuk mempelajarinya.
Bagian modul selanjutnya antara lain halaman awal modul yang terdiri dari
halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel. Bagian
halaman francis berisi tentang personil yang terlibat dalam penyusunan modul, kata
pengantar berisi uraian diskripsi singkat tantang penyusunan modul IPA terpadu
berbasis SETS, selanjutnya untuk daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel berguna
sebagai petunjuk untuk mempermudah dalam mempelajari modul.
Pendahuluan (BAB I) yang berisi deskripsi pembelajaran, mengenal modul
berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan pembelajaran (modul guru), indikator
pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, dan peta konsep. Bagian ini
memberikan deskripsi dan petunjuk dalam mempelajari modul serta memberi
gambaran susunan materi dalam modul.
Bagian yang menonjol dan menjadi ciri khas modul ini adalah kegiatan belajar
dalam modul ini mengacu pada alur pembelajaran SETS dan keterkaitan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
komponen SETS juga mewarnai dalam alur pembelajaran. Urutan penyajian materi
yang sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang terbagi dalam segmen “Ayo
Mengmati dan Diskusi”; merupakan alur SETS yang pertama yaitu invitasi/inisiasi,
“Ayo Menghubungkan”; merupakan alur SETS kedua yaitu pembentukan konsep,
“Ayo Bereksperimen”; alur SETS ketiga yaitu aplikasi konsep, dan “Ayo
Menganalisis”; alur SETS keempat yaitu pemantapan konsep.
Kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema, kegiatan belajar ke-1
sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo menghubungkan, ayo
bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, tes formatif, dan umpan balik (modul
guru). Segmen ini merupakan kegiatan yang harus dikerjakan siswa dengan tujuan
untuk memahami materi. Pada segmen ayo menghubungkan dan ayo menanalisis
dilengkapi dengan bagan SETS diharapkan dapat memvisualisasikan dan memperjelas
keterkaitan masing-masing unsur dalam SETS. Pembelajaran sains dengan bagan
SETS yang ditampilkan mengacu pada Binadja (1999) dengan sains sebagai fokus
utama, yang menyatakan bahwa dengan meletakkan sains sebagai fokus perhatian,
maka guru dan siswa dapat dibawa untuk melihat keterkaitan sains dengan unsur lain
dalam SETS. Pada segmen ini siswa diuntut untuk berpikir dalam konteks SETS
melalui pertanyaan yang harus mereka jawab sebelum ke uraian materi.
Segmen akhir bagian kegiatan pembelajaran adalah rangkuman, tes formatif, dan
umpan balik (modul guru). Rangkuman berisi konsep-konsep penting yang harus
dipahami oleh siswa, tes formatif berisi latihan soal bagi siswa untuk hasil belajarnya,
sedangkan umpan balik merupakan cara untuk mengetahui keberhasilan siswa.
BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi, dan kunci jawaban
(modul guru), sedangkan bagian penutup berisi: glosarium, indeks, dan daftar pustaka.
Glosariun, merupakan bagian yang cukup penting untuk memberikan informasi
kepada pembaca mengenai hal yang belum diketahui.
Pengembangan bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
connected/terhubung, merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini secara
nyata mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok
bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi, kaitan dapat diadakan
secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian, pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan efektif. Kelebihan model keterpaduan connected
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
(Fogarty dalam Trianto: 2013) antara lain: a) dengan pengintegrasian ide-ide
interbidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang luas, b) siswa dapat
mengembangkan kosep kunci secara terus menerus, dan c) memungkinkan siswa
mengkaji, mengkoseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam
memecahkan masalah. Sedangkan kelemahanya antara lain: a) masih kelihatan
terpisahnya interbidang studi, b) tidak mendorong guru untuk bekerja tim antarbidang
studi, dan c) usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi
terabaikan.
3. Kelayakan Produk
Validasi modul oleh ahli media adalah kelayakan penyajian dan kelayakan
kegrafikan. Hasil revisi dari ahli media sebagai berikut
Gambar 4.7 Cover Sebelum dan Sesudah Validasi
Berdasarkan gambar di atas cover awal terdapat gambar yang masih ada
keterangannya, belum ada pengguna modul, dan pada keterangan universitas belum
diberi tahun pengembangan modul. Hasil setelah valdasi tampak keterangan gambar
sudah duhapus, pengguna modul dan tahun pengembangan modul sudah ditulis.
Halaman sampul modul yang disajikan memberi gambaran tentang materi yang
dibahas. Warna kombinasi hijau dan putih dan penambahan latar gambar makanan
dan zat aditif bertujuan untuk menarik minat siswa untuk mempelajarinya. Kegiatan
belajar dalam modul berisi alur pembelajaran SETS. Hal ini sesuai denga Purwanto
(2007) yang mengemukakan bahwa gagasan atau ide terkadang sangat abstrak dan
Cover Awal Cover Setelah Validasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
sulit dilukiskan dengan kata-kata. Untuk menyampaikan ide yang belum pernah ada
sebelumnya pada pikiran seseorang sering kali memerlukan waktu. Visualisasi
membantu terciptanya pengetahuan pada seseorang secara lebih mudah dan cepat,
sehingga visualisasi memiliki peran yang penting dan menentukan bagi pencapaian
tingkat keberhasilan proses belajar. Gambar merupakan ilustrasi yang baik untuk
bahan ajar, terutama untuk menunjukkan realita dan wujud suatu obyek. Simbol alur
pembelajaran SETS dibuat dengan gambar yang berbeda, agar tidak timbul rasa
bosan dan siswa lebih mudah serta tertari untuk mempelajarinya.
Gambar 4.8 Halaman Francis Sebelum dan Sesudah Validasi
Halaman Francis pada pengembangan awal belum diberi sumber cover, setelah validasi
sumber cover sudah ditulis pada halaman francis.
Gambar 4.9 Halaman BAB II Sebelun dan Sesudah Validasi
Halaman BAB II sebelum divalidasi tampak ada uraian tema yang bercabang menjadi
tiga kegiatan belajar dengan tema serta tertulis tidak sejajar dan dengan warna yang
Francis Awal Francis Setelah Validasi
BAB II Awal BAB II Setelah Validasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
tidak sama. Setelah validasi tampak kegiatan belajar tiap tema disusun secara sejajar
dan dengan warna yang sama.
Gambar 4.10 Ilistrasi Kegiatan Beljar Sebelum dan Sesudah Validasi
Gambar pada setiap kegiatan belajar pada awalnya sama dari KB I sampai KB II yaitu
gambar buah anggur saja. Berdasarkan saran saat validasi gambar tersebut harus diganti
dengan gambar berbagai macam makanan pada setiap kegiatan belajar dengan gambar
menyesuaikan tema.
Gambar 4.11 Bagan SETS Sebelum dan Sesudah Validasi
Pada gambar bagan SETS awal tanda panah antara komponen SETS masih satu garis,
setelah proses validasi gambar panah sudah dibuat garis ganda.
Adanya bagan salingtemas diharapkan dapat memvisualisasikan dan
memperjelas keterkaitan masing-masing unsur dalam salingtemas. Dalam konteks
Ilustrasi KB Awal Ilustrsai KB Setelah Validasi
Bagan SETS Awal Bagan SETS Setelah Validasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
pembelajaran sains, bagan salingtemas yang ditampilkan mengacu pada Binadja
(1999) dengan sains sebagai fokus utama.
Validasi draf I modul oleh ahli materi antara lain kelayakan isi, kelayakan
keterpaduan, kelayakan basis SETS serta RPP dan soal kognitif. Hasil revisi dari ahli
mater terlitat pada gambar 4.12.
Gambar 4. 12 Peta Keterpaduan
Gambar 4. 13 Kolom Tugas dan Diskusi
Peta Keterpaduan
Kolom Tugas dan Diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Pengembangan produk awal modul belum ada peta keterpaduan dan belum ada kolom
tugas dan diskusi. Hasil setelah validasi modul sudah diberi peta kompetensi serta
kolom tugas dan diskusi.
Sedangkan Validasi modul oleh ahli bahasa adalah kelayakan kebahasaan,
meliputi tata tulis dan penggunaan tanda baca.Validasi modul oleh praktisi antara lain
kelayakan isi, kelayakan isi, kelayakan keterpaduan, kelayakan basis SETS,
kelayakan keterampilan proses sains, kelayakan penyajian, kelayakan kegrafikan, dan
kelayakan kebahasaan.
Hasil dari proses validasi oleh ahli dan praktisi terhadap produk draf I modul
dengan kriteria sangat baik yang siap untuk dilakukan uji lapangan awal.
Ahli materi dan praktisi selain memvalidasi modul juga memvalidasi rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Saran perbaikan RPP dan soal kognitif dari praktisi
berupa tata tulis yang masih salah dan menambah materi dalam RPP.
Uji lapangan awal dilakukan pada 3 siswa MTs YAPPI Jetis Saptosari
Gunungkidul. Uji lapangan awal dilakukan untuk mengetahui respon/masukan siswa
terhadap modul berbasis SETS dengan cara mengisi angket respon siswa terhadap
modu IPA Terpadu berbasis SETS dengan hasil uji menyatakn bahwa modul sangat
baik.
Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada tata tulis yang masih salah (tabel
4.11) dan menhasilkan produk II modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk
diuji lapangan utama.
Uji coba lapangan utama dilakukan untuk mengetahui kelayakan modul dengan
respon dan masukan siswa pada modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil
pengembangan dengan hasi uji coba menyatan modul sangat baik /layak digunakan.
Selain respon siswa juga respon dari guru yang menyatakan modul sangat baik dan
layak digunakan. Hal ini sejalan dengan penelitian Uswatun Hasanah (2013) yang
menyatakan bahwa bahan ajar IPA Terpadu berbasis salingtemas yang dikembangakan
layak digunakan sebagai bahan ajar.
Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada penambahan jumlah gigi anak-anak
dan orang dewasa serta perbaikan memperkecil tulisan pada sampul bagian belakang
dengan menhasilkan produk III modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk
diuji lapangan operasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
4. Efektivitas Produk
a. Hasil Belajar Ranah Pengetahuan
Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh dari pretes (tes awal) kelas kontrol dan
kelas pengguna produk tampak kedua kelas menunjukkan kondisi yang sama. Hal ini
juga diperkuat dengan uji t yang menyatakan kedua kelas sama (lampiran 18).
Seangkan jika dilihat dari hasil postes (tes akhir) menunjukkan kelas kontrol siswa
yang tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal (75) hanya 9,1% dan kelas pengguna
produk siswa yang tuntas mencapai 59,1%. Hal ini menunjukkan ada perbedaan hasil
belajar yang dicapai antara kelas kontrol dengan kelas pengguna produk, lebih lanjut
dibuktikan dengan uji berikut.
1) Kefektivan modul
Analisis untuk mengetahui keefektifan modul dalam pembelajaran dengan
menggunakan gain score ternormalisasi untuk pretest postest kelas kontrol dan kelas
pengguna produk. Berdasarkan perhitungan gain score untuk kelas kontrol 0,109 yang
termasuk dalam kategori rendah, sedangkan pada kelas pengguna produk 0,344
termasuk kategori sedang sehingga modul IPA Terpadu berbasis SETS dikatakan
efektif (Hake, Richard R.1999: 4)
2) Perbedaan hasil belajar
Analisis untuk mengetahui perbedaan hasil belajar diuji dengan SPSS 18 yang
diawali dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas
menggunakan hasil pada Kolmogorof-Smirnova pada Tets of Normality dengan
hipotesis terhadap taraf signifikasi Ho: data terdistribusi normal. Hasil pengujian
menunjukkan Ho diterima karena nilai signifikasinya untuk kelas kontrol 0,200 dan
kelas pengguna produk 0,200. Taraf signifikasi yang dihasilkan memenuhi kriteria
lebih besar dari α= 0,05 (Sig >0,05). Kesimpulannya data terdistribusi normal.
Sedangkan pada Test Homogeneity of Variance menunjukkan taraf signifikasi sebesar
0,936 dengan Kriteria α= 0,05 (Sig >0,05), maka Ho diterima dengan kesimpulan pada
kelas kontrol dan kelas pengguna produk homogen.
Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis, maka uji hipotesis menggunakan uji
statistik parametrik yaitu uji t Independent Samples Test bagian Sig.(2-tailed). Pada
hasil Independent Samples Test bagian Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 memenuhi taraf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
signifikas α= 0,05 (Sig <0,05) maka ada perbedaan prestasi belajar antara kelas
kontrol dangan kelas pengguna produk.
Berdasarkan hasil uji statisti parametrik (uji t) terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil postes kelas kontrol dengan kelas pengguna produk, yang
menunjukkan hasil kelas pengguna produk lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa modul IPA terpadu berbasis
SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku efektif dalam meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa.
Perbedaan yang signifikan dalam penggunaan modul IPA terpadu berbasis
SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku pada kelas pengguna produk
(eksperimen) ini sesuai dengan hasil penelitian Siska Fitriani et al. (2012) menyatakan
bahwa pendekatan salingtemas (SETS) berpengaruh positif terhadap hasil belajar
kognitif siswa.
Hasil yang positif juga disebabkan karena peserta didik merasa tertarik untuk
belajar menggunakan bahan ajar IPA terpadu. Peserta didik merasa mempelajari
merasa lebih mudah memahami tema makanan sehat dan tubuhku karena disajikan
dengan berbagai macam gambar, sehingga lebih mudah dalam mempelajarinya.
Berdasarkan hasil belajar tersebut, diketahui bahwa modul IPA terpadu berbasis SETS
pada temamakanan sehat dan tubuhku efektif digunakan dalam pembelajaran kelas
VIII di MTs YAPPI Mulusan Paliyan Gunungkidul. Penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto & Binadja (2010), bahwa dengan bervisi
salingtemas hasil belajar peserta didik kelas eksperimen mengalami peningkatan
secara signifikan. Keefektifan modul ini dalam meningkatkan hasil belajar juga sesuai
dengan Depdiknas (2008) tentang tujuan pembelajaran dengan modul antara lain 1)
Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, 2)
Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun
guru/instruktur, 3) Agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk
meningkatkan motivasi dan gairah belajar, 4) Mengembangkan kemampuan dalam
berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang
memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya, 5)
Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
b. Hasil Belajar Ranah Sikap
Penelitian ini yang dinilai hanya sikap sosil saja, untuk sikap sepiritual hanya
diberikan penguatan pada awal pembelajaran yaitu mengagumi dan mensyukuri
keagungan Tuhan.
Uji coba pelaksanan lapangan menilai sikap sosial dengan observasi dan
dibantu oleh seorang observer. Penilaian sikap sosial dilakukan pada kelas control dan
kelas pengujian produk (eksperimen) sebanyak 22 siswa pada setiap pembelajaran. Dari
hasil pengukuran terhadap sikap sosial siswa yang meliputi aspek kejujuran, ketelitian,
ketekunan dan tanggung jawab, serta kerja sama pada kegiatan belajar (KB) I sampai
KB III. Hasil penilaian pada kelas kontrol sebagai berikut KB pertama dengan nilai rata-
rata 2,02, KB kedua 2,05, dan KB ketiga 2,09.Pada KB I dengan kriteria baik 13,6%,
cukup 77,3%, dan kurang 9,1%. KB II dengan kriteria baik 18,2%, cukup 72,7%, dan
kurang 9,1%. KB III dengan kriteria baik 22,7%, cukup 68,2%, dan kurang 9,1%.
Berdasarkan hasil di atas tampak bahwa hasil belajar kelas kontrol untuk sikap sosial
mengalami peningkatan rata-rata 3,8% pada setip kegiatan belajar.
Sedangkan kelas pengguna produk menunjukkan nilai rata-rata setiap KB
mengalami peningkatan. KB pertama nilai rata-rata 2,65, KB kedua 3,08, dan KB ketiga
3,36. Pada KB I dengan dengan kriteria sangat baik ada 13,6%, baik 59,1%, dan cukup
27,3%. KB II dengan kriteria sangat baik ada 41%, baik 45%, dan cukup 13,6%. KB III
dengan kriteria sangat baik ada 68,2%, baik 22,7%, dan cukup 9,1%. Berdasarkan hasil
di atas tampak bahwa hasil belajar untuk sikap sosial mengalami peningkatan rata-rata
18% pada setip kegiatan belajar menggunakan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada
tema makanan sehat dan tubuhku.
c. Hasil Belajar Ranah Keterampilan Proses
Uji coba pelaksanan lapangan juga menilai keterampilan proses sains dengan
observasi dan dibantu oleh seorang observer. Penilaian keterampilan proses sains
dilakukan pada kelas kontrol dan kelas pengujian produk sebanyak 22 siswa disetiap
pembelajaran. Dari hasil pengukuran terhadap keterampilan proses sains siswa yang
meliputi aspek mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, menyimpulkan, dan
mengomunikasikan pada KB I sampai KB III. Hasil penilaian pada kelas kontrol
sebagai berikut KB pertama dengan nilai rata-rata 1,87, KB kedua 1,93, dan KB ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
1,95. Pada KB I dengan kriteria baik 4,5%, cukup 81,8%, dan kurang 13,6%. KB II
dengan kriteria baik 9,1%, cukup 77,3%, dan kurang 13,6%. KB III dengan kriteria baik
13,6%, cukup 77,3%, dan kurang 9,1%. Berdasarkan hasil di atas tampak bahwa hasil
belajar kelas kontrol untuk sikap sosial mengalami peningkatan rata-rata 3,02% pada
setip kegiatan belajar.
Sedangkan kelas pengguna produk menunjukkan nilai rata-rata setiap KB yang
mengalami peningkatan. KB pertama nilai rata-rata 2,63, KB kedua 3,05, dan KB ketiga
3,35. Pada KB I dengan dengan kriteria sangat baik ada 9,1%, baik 68,2%, dan cukup
22,7%. KB II dengan kriteria sangat baik ada 36,4%, baik 45,4%, dan cukup 18,2%.
KB III dengan kriteria sangat baik ada 50%, baik 40,9%, dan cukup 9,1%. Berdasarkan
hasil di atas menunjukkan bahwa modul IPA Terpadu berbasis SETS dapat
meningkatkan keterampilan proses rata-rata 14% pada setiap kegiatan belajar. Hal ini
sejalan dengan pendapat Izaak H. Wenno (2010) menyatakan bahwa penerapan modul
lebih kreatif dalam mengembangkan dirinya, kegiatan pembelajaran sains menjadi lebih
menarik, siswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri,
mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru sains, dan siswa juga akan
mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi sains yang harus
dikuasainya.
Uji coba juga mendapatkan hasil respon siswa terhadap modul IPA Terpadu
pada tema makanan sehat dan tubuhku yang menyatakan modul sangat baik. Pada setiap
uji coba menunjukkan bahwa tanggapan peserta didik terhadap modul persentasenya
meningkat dengan kriteria sangat baik. Hal ini disebabkan karena masukan siswa dari
setiap uji coba dan masukan dari ahli validasi digunakan oleh peneliti untuk merevisi
bahan ajar sebelum dilakukan uji coba lanjut, sehingga modul yang digunakan pada uji
coba berikutnya lebih baik dari pada bahan ajar pada uji coba sebelumnya.
Menurut respon siswa bahan ajar IPA terpadu berbasis SETS pada tema
makanan sehat dan tubuhku ini berbeda dengan bahan ajar biasanya, gambar yang
terdapat dalam bahan ajar membantu memahami tema karena dapat meringankan dalam
membaca dan mudah memahaminya. Menurut siswa bahan ajar juga mudah di pelajari
dan dipahami karena modul ini dilengkapi dengan berbagai kegiatan praktikum yang
bervariasi dan juga terdapat unsur SETS. Pendekatan SETS dapat membantu siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
untuk mengembangkan pengetahuannya dan mengaitkan pengetahuan yang diperoleh
dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
C. Keterbatasan danTemuan dalam Penelitian
Keterbatasan dan temuan dalam penelitian ini antara lain:
1. Belum ada publikasi secara luas.
2. Cakupan materi terbatas hanya pada tema makanan sehat dan tubuhku.
3. Waktu terbatas pada waktu uji lapangan awal dan uji lapangan utama, siswa
mempelajari modul secara mandiri dan hanya dilakukan satu kali tatap muka.
4. Respon guru terhapap modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat
dan tubuhku hanya dilakukan pada uji lapangan utama saja.
5. Ada kesalahan dalam penentuan model keterpaduan yang digunakan dalam
penelitian yaitu integrated, setelah ditinjau ulang yang lebih cocok adalah
keterpaduan model connected.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori, data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Karakteristik modul IPA Terpadu berbentuk modul cetak IPA Terpadu berbasis
SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk guru dan untuk siswa.
a. Modul untuk siswa memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang
terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan
daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran,
mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, dan peta
keterpaduan; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat
tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan
diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis,
rangkuman, dan tes formatif; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas
dan diskusi; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka.
b. Modul untuk guru memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang
terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan
daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran,
mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, indikator pencapaian
kompetensi, peta kedudukan modul, peta keterpaduan, dan rencanan
pembelajaran; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat
tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan
diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis,
rangkuman, tes formatif dan umpan balik, ; 4) BAB III: penilaian yang berisi
evaluasi, tugas dan diskusi, kunci jawaban; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan
daftar pustaka.
2. Kualitas berdasarkan hasil validasi modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema
makana sehat dan tubuhku yang dikembangkan termasuk dalam katagori sangat
baik, sedangkan untuk respon siswa dan guru yang menyatakan modul sangat
baik/layak untuk digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
3. Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makana sehat dan tubuhku efektif
dalam meningkatkan hasil belajar kognitif (gain score 0,344) yang menunjukkan
katagori sedang, sikap (18%), dan keterampilan (14%).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan, implikasi yang dapat disampaikan adalah:
1. Implikasi Teoritik
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan modul IPA Terpadu
berbasis SETS pada makanan sehat dan tubuhku dalam pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Implikasi Praktis
Pembelajaran dengan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada makanan sehat dan
tubuhku meningkatkan hasil belajar kognitif, sikap siswa yaitu aspek kejujuran,
ketelitian, ketekunan dan tanggung jawab, serta kerja sama. Untuk guru harus
dapat memilih tema yang tepat dalam penerapan pembelajaran SETS karena tidak
semua materi dapat dilakukan dengan basis tersebut.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka saran yang diajukan adalah:
1. Saran untuk guru
a. Sebelum menggunakan IPA Terpadu berbasis SETS pada makanan sehat dan
tubuhku hasil pengembangan sebaiknya, guru memahami penerapan alur
pembelajaran SETS dan menyiapkan alat serta bahan yang diperlukan sehingga
semua kegiatan dalam modul dapat diikuti dan dilaksanakan.
b. Guru harus dapat meningkatkan kreatifitasnya sehingga dapat mengembangkan
sendiri bahan ajar terpadu sesuai kebutuhn siswa.
2. Saran untuk peneliti
a. Hendaknya sebelum penelitian, siswa yang dijadikan obyek penelitian diberi
wawasan tentang pembelajaran berbasis SETS.
b. Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
penelitian berkutnya yang sejenis dengan penekanan pada pencapaian hasil
belajar, karena dalam penelitian ini belumsemua siswa dapat tuntas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
3. Saran untuk pengelola pendidikan
a. Penerapan modul IPA Terpadu berbasis SETS yang dikembangkan perlu fasilitas
pendukung lain yaitu penyediaan kelengkapan alat dan bahan untuk percobaan.
b. Memberi kesempatan dan penyediaan dana bagi guru untuk melakukan
pengembangan bahan ajar khususnya modul.
4. Saran untuk siswa
a. Siswa hendaknya mengikuti prosedur yang tertera dalam modul IPA Terpadu,
petunjuk penggunaan modul, agar dapat menguasai kompetensi yang diharapkan
dengan baik.
b. Siswa hendaknya dapat melatih keterampilan proses secata mandiri dengan
menggunakan modul dan mengikuti petunjuk dalam modul.
c. Penerapan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan
tubuhku memerlukan kerja sama dengan siswa lain, maka hendaknya siswa siswa
dapat bekerja sama dengan siswa lain selama proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
-------------------------. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arsyad Azhar. 2011. Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Badan penelitian dan Pengembangan Pusat kurukulum (BPPK). 2006. Buram Panduan
Pengembangan IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas
Binadja, Achmad. 1999. Hakekat dan TujuanPendidikan SALINGTEMAS dalam
Konteks Kehidupan dan Pendidikan yang Ada. Makalah Disajikan dalam
Seminar Loka Karya Pendidikan SALINGTEMAS, Kerja Sama antara
SEAMEO RECSAM dan UNNES, 14-15 Desember 1999.
Cooper, S., Hanmer, B. 2006. Problem-Solving Modules in Large Introductory Biology
Lectures Enhance Studen Understanding. The American Biology Teacher, Pro
Ques Journals Vol. 68 No. 9 November/desember 2006 page 524-529.
Dimyati dan Mudjiono.2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Dimopoulos D.I. 2009. Planning Educational Activities and Teaching Strategies On
Constructing a Conservation Educational Module. International Journal of
Environmental & Science Education. Vol. 4, No. 4, October 2009, 351-364
Djamarah, S. B. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Donelly, R and Fitzmaurice, M. 2005. Designing Modules for Learning pp.99-110
O’Neil, G., Moore, S, Mc. Mullin, B. (Eds). Emerging Issues in the Practice of
University Learning and Teaching. Dublin: AISHE.
Dwi Handayani N. 2013. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS Dengan
Penekanan Berpikir Kritis Pada Tema Bahan Kimia Pada Makanan. UNS:
Surakarta
Dyah Hikmawati. 2000. Upaya Peningkatan Mutu pembelajaran Fisika/IPA melalui
Indigasi Seni dan Budaya Lokal. Makalah Seminar Nasional Permasalahan dan
Alternatif Pemecahan Masalah pendidikan MIPA pada tanggal 23 Februari
2000.
Erekson, T. and Shumway, S. 2006. Integrating the Study of Technology into the
Curriculum: A Consulting Teacher Model. Journal of Technology Education
Volume 18 Number 1 page 27-38.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Frank, M., & Barzilai, A. 2006. Project-Based Technology: Instructional Strategy
forDeveloping Technological Literacy. Journal of Technology Education, 18 (1).
39-53
Hake, Richard R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Indiana Universiy 24245
Hattras Street. USA. http:// www..physics.Indiana.edu/-sdi/analyzing Change-
Gain.pdf
Harto Nuroso dan Joko Siswanto. 2010. Model Pengembangan Modul IPA Terpadu
Berdasarkan Perkembangan Kognitif Siswa. JP2F, Volume 1 Nomor 1 April 2010
Hartono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Izaak H. Wenno.2010. Pengembangan Model Modul IPA Berbasis Problem Solving
Method Berdasarkan Karakteristik Siswa Dalam Pembelajaran Di Smp/Mts.
Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2
Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Maria Sundus Retno Wijayanti dkk. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Larutan
Penyangga Berbasis Masalah Bervisi Sets.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise
Modlofir. Ali.2011. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Bahan Ajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mukhlis Rohmad. 2011. Pembelajaran Dengan Pendekatan Cep (Chemo-
Entrepreneurship) Yang Bervisi Sets (Sceince, Environment, Technology And
Society) Guna Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Pendidikan Sains Pps Uns
Nasution. 2010. BerbagaiPendekatan dan Proses Belajar & Mengajar. Jakarta : Bumi
Aksara
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Nurma Yunita dan Endang Susilowati. Agustus 2010. Makalah Pengembangan Modul.
Surakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. UNS
Nuryanto & Binadja, A. 2010. Efektivitas Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan
Salingtemas Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia
Oni Arlitasari.2013. Journal. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Bebasis
Salingtemas Dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan.
Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.1 halaman 81.UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Permendikbud. 2013. Permendikbud RI No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Kurikulum 2013. Jakarta
Poedjiadi, A. 2013. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Purwanto dkk. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta: Depdiknas
Putra. Nusa. 2013. Reseacrch & Developmant. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Radzuan, N.R.M., Fatimah, A, Hafizoah, K., Haslinda, H., Najah Osman, dan Ramli
Abid, 2010. Developing Speaking Skills Module for Engineering Module for
Enginering Student. The International Journal of Learning, 14 (11): 61-70
Rosario, D.I.B. 2009. Science, Technology, Society and Environment (STSE)
Approach in Environmental Science for Nonscience Students in a local Culture.
Liceo Journal of Higher Education Research. 6(1): 269-283
Rusmiyati. 2009. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dengan Menerapkan Model
Problem Based-Instruction. Journal Unnes2013, (12 Juli 2014)
Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Jakarta: Quantum
Teaching
Salirawati Das. 2009. Pembelajaran IPA Terpadu untuk Pendidikan Intensitas Siswa.
Makalah Seminar
Semiawan, C. 1992. Pendekatan keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia
Siska Fitriani, Achmad Binadja, Kasmadi Imam S. 2012. Penerapan Model Connected
Bervisi Science Environment Technology Society Pada pembelajaran IPA
Terpadu. Unnnes Science Educational Journal Volume 1, No 2 ISSN 2252-
6617. Online at:///journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej.
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algasindo
---------------. 2013. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Sugiyono. 2013. Metode Penelitia Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D. Bandung: Alfabeta
Sumiyati. 2013. Implementasi Kurikulum 2013 Menuju Indonesia Maju. Makalah
Seminar Nasional Pendidikan Sains UNS. Diasampaikan pada tanggal 9
Nopember 2013
Sutarno, Nono. 2007. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tirtonegoro, Sutratinah. 2001. Penelitian hasil belajar mengajar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Uswatun Hasanah. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Ipa Terpadu Berbasis Salingtemas
Pada Tema Energi. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej
Yager. 1996. Science Technology Society as Reform in Science Education. Release
Date: January 1996. ISBN10: 0-7914-2769-2
Yager.2008. Comparison of Student Learning Outcomes in Middle School Science
Classes with an STS Approach and a Typical Textbook Dominated Approach.
RMLE Online—Volume 31, No. 7
Yoruk, N., Morgil, I., & Secken, N. 2009. The Effets of Science, Technology, Society
and Environment (STSE) Education on Students Carcer Planning US-China
Educaton Review. 6 (8): 68-74 ISSN 1548-6613.
Anonim.2012SistemPencernaanPernafasan.http://kelompok5rsbi2biologi.blogspot.com
.html. (1 Juli 2014, jam 00.20)
Anonim. Sistem dan Organ Pencernaan Manusia. (3 juli 2014, jam21.40)
Anonim.2008. Sistem pencernaan pada Manusia. http://gurungeblog.com. ( 3 juli 2014,
jam 21.59)
Anonim. Makanan yang Sulit dicerna Tubuh. http://seafast.ipb.ac.id/latest-news/259-5,
(4 juli 2014, jam 00.10)
Aminudin. 2009. Energi Makanan dalam tubuh. http://aminuddin01.wordpress.com
Nisa. 2011. Biologi Imtaq dan system makanan. http://nisabioers10.blogspot.com.html,
(2 Juli 2014, jam 00.45)
Rudi. 2011. http://rudy-unesa.blogspot.com.filosofi-tujuan-dan-manfaat.html
Saifulmujab. http://saifulmujab.staff.ugm.ac.id/wordpress/?p=1. (3 juli 2014, jam 22.16)
Septinas. 2013. Zat Aditif pada Makanan. blogspot.com.zat-aditif-pada-makanan.html.
(3 juli 2014, jam 21.05)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Top Related