Pendahuluan
Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangat kompleks.Hal ini
tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada akhirnya proyek dapat berjalan sesuai
dengan rencana.
Pelaksanan proyek harus diselenggarakan secara menyeluruh mulai dari
perencanaan,pembangunan fisik ,sampai dengan pemeliharaan yang melibatkan bermacam-macam
unsur dan komponen pendukung.Salah satu bagian dari manajemen proyek yang memegang peranan
cukup penting adalah organisasi proyek.Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat
pengorganisasian yang baik. Pengorganisasian tersebut merupakan pengelolaan proyek dengan
tujuan mengatur tahap–tahap pelaksanaan pekerjaan dalam mencapai sasaran. Sedangkan organisasi
proyek merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak pihak yang bekerja sama dalam
melaksanakan serangkaian kegiatan.Oleh karena itu unsur-unsur yang terlibat dalam pengelolaan
harus saling bekerja sama dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas, kewajiban serta
wewenang yang telah diberikan sesuai bidang dan keahlian masing-masing.Keuntungan dari adanya
Organisasi dalam suatu proyek adalah :
♦ Pekerjaan dapat dilaksanakan secara matang.
♦ Pekerjaan yang tumpang tindih dapat dihindari dengan dilaksanakannya pembagian tugas
serta tanggung jawab sesuai keahlian.
♦ Meningkatkan pendayagunaan dana,fasilitas,serta kemampuan yang tersedia secara
maksimal.
UNSUR-UNSUR PELAKSANA PEMBANGUNAN PROYEK
Secara garis besar unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksana pembangunan proyek meliputi
pemberi tugas ( Owner ), kontraktor pelaksana dan perencana.
Ketiga unsur pengelola proyek tersebut mempunyai wewenang dan tanggung jawab sesuai
kedudukan dan fungsinya. Hubungan kerja dalam pengelolaan Proyek Pembangunan Jembatan Kali
Serang Jepara adalah sebagai berikut :
1. Pemberi Tugas ( Owner )
Pemberi tugas ( pemilik proyek ) adalah seseorang atau badan hukum atau instansi yang memiliki
proyek dan menyediakan dana untuk merealisasikannya. Pemilik proyek mempunyai tugas dan
kewajiban sebagai berikut:
Mengendalikan proyek secara keseluruhan untuk mencapai sasaran baik segi kualitas
fisik proyek maupun batas waktu yang telah ditetapkan.
Mengadakan kontrak dengan kontraktor yang memuat tugas dan kewajiban sesuai
prosedur. Menunjuk kontraktor pemenang tender untuk melaksanakan proyek
tersebut.
Menyediakan dana yang diperlukan untuk merealisasikan proyek.
Menandatangani surat perjanjian pemborongan dan surat perintah kerja.
Menetapkan pekerjaan tambahan atau pengurangan pekerjaan.
Mengeluarkan semua instruksi dan menyerahkan semua dokumen pembayaran kepada
kontraktor
Menerima hasil pekerjaan dari pelaksanaan proyek atau kontraktor
2. Perencana
Perencana adalah badan yang menyusun program kerja,rencana kegiatan dan pelaporan serta
ketatalaksanaan sesuai ketentuan yang berlaku.
Perencanaan mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
Membuat perencanaan lengkap meliputi gambar bestek,Rencana Kerja dan Syarat
(RKS),perhitungan struktur ,serta perencanaan anggaran biaya.
Menyiapkan dokumen untuk proses lelang.
Membantu dalam pelelangan proyek seperti memberikan penjelasan dalam rapat
pemberian pekerjaan,membuat berita acara penjelasan.
Memberikan usulan,saran dan pertimbangan kepada pemberi tugas (owner) tentang
pelaksanaan proyek.
Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang
jelas dari gambar bestek dan Rencana Kerja dan Syarat (RKS).
Membuat gambar revisi jika ada perubahan . Menghadiri
rapat koordinasi pengelola proyek.
Mempelajari petunjuk–petunjuk teknis,Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
sebagai pedoman kerja.
Mengadakan koordinasi dengan Sub Dinas lain dan instansi terkait sesuai dengan
bidangnya.
3. Kontraktor/pelaksanaKontraktor adalah pihak yang diserahi tugas untuk melaksanakan pembangunan proyek oleh owner melalui prosedur pelelangan. Pekerjaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan kontrak ( Rencana Kerja dan Syarat-Syarat serta Gambar-Gambar Kerja ) dengan biaya yang telah disepakati. Kontraktor mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak.
Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Membuat dokumen tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan dan diserahkan
kepada owner. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan kemajuan proyek.
Mengasuransikan pekerjaan dan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja. Melakukan perbaikan atas kerusakan atau kekurangan pekerjaan akibat kelalaian
selama pelaksanaan dengan menanggung seluruh biayanya. Struktur organisasi kontraktor pelaksana :
ADM .KEUANGAN SITE OFFICE ENGINEERKEPALA PELAKSANA
PELAKSANA
KEPALA PROYEK (MANAGER)
LOGISTIK LABORAT DRAFTER SURVEYOR
SUSUNAN ORGANISASI PELAKSANA PROYEK
Organisasi merupakan alat yang vital dalam pengendalian dan pelaksanaan proyek.
Organisasi proyek dikatakan berhasil jika mampu mengendalikan tiga hal utama yaitu mutu, waktu
dan biaya. Suatu organisasi mempunyai ciri-ciri adanya sekelompok orang yang bekerja sama atas
dasar hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing.
Dalam organisasi suatu proyek dijelaskan batasan-batasan tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan kedudukan dan fungsi masing-masing. Dengan adanya batasan-batasan tersebut dapat
dihindari adanya tumpang tindih tugas, maupun pelemparan tanggung jawab, sehingga semua
permasalahan yang timbul dapat ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu dan tuntas.
1. Struktur Organisasi Pemberi Tugas ( Owner )
Pemberi tugas (owner) dari Proyek Pembangunan Jembatan Kali Serang Jepara adalah Dinas
Pemukiman dan prasarana Kabupaten Jepara, struktur organisasinya dapat dilihat pada bagan II.1.
a. Pengguna Anggaran.
Tugas dan kewajiban Pengguna Anggaran antara lain :
Mengembangkan tujuan dan sasaran proyek yang ingin dicapai dari segi biaya
dan waktu serta membuat perkiraan biaya awal.
Menyusun pembagian paket pekerjaan sebagai dasar untuk tahapan perencana.
Membuat master network planing yang terpadu sebagai pedoman bagi semua
pihak yang terlibat.
Memimpin dan mengkoordinasi kegiatan pelaksanaan bagian proyek.
Mengambil tindakan yang menyangkut penyalahgunaan anggaran dari jumlah
yang telah ditetapkan.
Membentuk Panitia Pelelangan Pekerjaan Bagian Proyek yang dipimpinnya.
Menetapkan HPS ( Harga Perhitungan Sendiri ) untuk Pelelangan Pekerjaan
dari bagian proyek yang dipimpinnya.
Menetapkan pemenang pelelangan pekerjaan proyek yang dipimpinnya.
Menandatangani SPK / Kontrak Pekerjaan Proyek yang dipimpinnya.
Bertanggung jawab atas penyelesaian proyek.
b. Pemegang Kas.
Tugas dan kewajiban Pemegang Kas antara lain :
Membantu dan bertanggung jawab kepada pengguna anggaran sebagai atasan
langsung dalam hal pengurusan administrasi dan keuangan.
Menyelenggarakan pengurusan keuangan negara yang diserahkan kepadanya (
menerima, menyimpan dan mengeluarkan serta mempertanggung jawabkan ).
Menyelenggarakan Buku Kas Umum ( BKU ) dengan buku-buku
pembantunya.
c. Direksi Pekerjaan.
Tugas dan kewajiban Direksi Pekerjaan antara lain :
Menyusun program kerja dan rencana kegiatan pelaksanaan proyek Memberiakan
saran,pendapat dan pertimbangan kepada atasan sesuai bidang tugasnya .
Mengkaji ulang hasil evaluasi pengawas lapangan saat berada di proyek.
Mengeluarkan instruksi kepada pengawas lapangan untuk melakukan tindakan
tegas kepada kontraktor yang menyalahgunakan anggaran.
Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap semua unit pekerja selama
pelaksanaan proyek.
Membagi dan menyerahkan tugas pada pihak yang benar-benar berkompeten /
ahli di bidangnya.
d. Pembukuan.
Tugas dan tanggung jawab Pembukuan antara lain :
Menyelenggarakan pencatatan keuangan bagian proyek.
Mencatat, mengurus dan melaksanakan semua peraturan / keperluan yang berlaku
berkaitan dengan administrasi keuangan.
Menghimpun bendel administrasi keuangan.
Mencatat dan menyusun penerimaan dan pengeluaran bagian proyek.
Membuat neraca pada akhir tahun anggaran bersama Pemegang kas.
Melaksanakan pencatatan, mengklasifikasikan serta mengakumulasikan semua
bukti-bukti transaksi penerimaan dan pengeluaran yang dibebankan kepada
anggaran proyek (DIP) baik lewat Pemegang Kas maupun KPKN ke dalam buku
pembantu dan buku tambahan. Pada akhir bulan dan setiap saat bila diperlukan harus dilaksanaan penutupan
buku-buku tersebut sehingga dapat diketahui saldo atau jumlah penerimaan
maupun pengeluaran dari masing-masing buku-buku tersebut. Memberi data mengenai pembukuan tersebut kepada urusan SPPP. Memeriksa
tagihan pembayaran pada sertifikat pembayaran bulanan.
Melaporkan semua hasil tugasnya kepada Pemegang Kas.
e. Juru Bayar
Tugas dan kewajiban Juru Bayar antara lain :
Memeriksa kebenaran tanda bukti/tagihan kepada proyek berdasarkan
peraturan-peraturan dan ketentuan yang berlaku dan tersedianya dana.
Menangani semua pembayaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek
sesuai dengan anggaran yang direncanakan.
Pengawasan dana yang bersumber dari :
♦ DIPNAS dan DIPDA
♦ PO (Petunjuk Operasional)
♦ LOAN, OECF f. Pengawas Lapangan
Tugas dan tanggung jawab Pengawas Lapangan antara lain :
Memberi petunjuk dan mengarahkan kontraktor sehubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
Meninjau dan menguji semua data perhitungan teknis dan desain. Meneliti dan
menguji kebenaran serta kelengkapan dokumen kontrak dan
melaksanakannya.
Menguji program mobilisasi kontraktor seperti kedatangan alat, ketetapan,
waktu dan lain-lain.
Menguji progress schedule dan finansial budgeting beserta realisasinya.
Mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadap kontraktor tentang
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Mengadakan pengawasan kualitas dan kuantitas pekerjaan di lapangan.
Melaksanakan dan menyajikan pengumpulan data, pencatatan, pembukuan,
pelaporan dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan.
Memeriksa kebenaran tagihan-tagian dari kontraktor.
Mengurus perijinan yang diperlukan untuk kelancaran pekerjaan di lapangan.
Mengetahui dan memahami isi dari dokumen kontrak sebagai pedoman kerja
di lapangan.
Membuat laporan-laporan kegiatan pekerjaan di lapangan.
g. Laboratory Technician
Tugas dan tanggung jawab Laboratory Technician antara lain :
Melaksanakan pengendalian mutu dan tes material di laboratorium dan
lapangan.
Melakukan pengawasan harian dan pemeriksaan mutu bahan di laboratorium
dan lapangan.
Mengambil sampel material yang akan diuji di laboratorium.
Memberikan saran dalam memecahkan masalah yang menyangkut material.
Bertanggung jawab terhadap semua tes supply material. Membuat
laporan hasil uji laboratorium.
Sumber referensi :http://eprints.undip.ac.id/33972/5/1857_CHAPTER_II.pdf
Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan dan kontraktor diatur
sebagai berikut:
Konsultan dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Konsultan
memberikanlayanan konsultasi di mana produk yang dihasilkan berupa gambar-gambar
rencana dan peraturan serta syarat-syarat, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa
atas konsultasi yang diberikan oleh konsultan.
Kontraktor dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Kontraktor memberikan
layanan jasa profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik proyek yang
telah dituangkan ke dalam gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat oleh konsultan,
sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa profesional kontraktor.
Sumber;http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/
63215/89666430de2880deec6ff98101dca77d
Manajemen Proyek
Manajemen Proyek adalah tata cara atau sistem pengelolaan pekerjaan konstruksi dalam mengelola sumber daya dan dana suatu proyek untuk mencapai tujuan dengan menggunakan metode-metode dan sistematika tertentu. Manajemen suatu proyek pembangunan mempunyai tujuan menyelesaikan proyek sesuai batas waktu dan biaya yang direncanakan dengan kualitas bangunan yang optimal. Tahap- tahap manajemen proyek meliputi:
a) Planning(Perencanaan)
b)Organizing (Organisasi)
c) Actuating (Pelaksanaan Kegiatan)
d)Controlling (Pengawasan)
e)Coordinating (Koordinasi)
Organisasi proyek atau organisasi pelaksanaan dibentuk dalam rangka penentuan, pengelompokan dan pengaturan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan.
Secara garis besar unsur-unsur pengelola proyek yang terlibat di dalam sebuah proyek adalah sebagai berikut :
1.Pemberi Tugas/Pemilik/Owner
2 Konsultan Perencana
3.Konsultan Pengawas
4. Kontraktor Pelaksana
Keempat unsur tersebut mempunyai struktur keorganisasian sendiri yang fungsi dan peranan masing-masing. Yang terjadi dalam sebuah proyek, unsur-unsur tersebut mempunyai hubungan kerja saling terkait yang didalamnya terdapat penjelasan mengenai pembagian tugas, kewajiban, wewenang, hak dan tanggung jawab dalam suatu proyek yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. Hubungan kerja didalam mengelola dan melaksanakan suatu proyek terutama pada proyek-proyek yang berskala besar sangatlah perlu adanya ketegasan dan pembagian kerja sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing dimana satu dengan lainnya dapat bekerja dengan baik
http://www.academia.edu/8583477/KD_1._MANAJEMEN_PROYEK_DAN_ORGANISASI_PROYEK
skema organisasi proyekHubungan Kerja Antara Manajemen Konstruksi dengan Pemilik
Manajemen Konstruksi dan Pemilik didikat oleh hubungan kontrak, karena Manajemen
Konstruksi merupakan suatu badan yang terdiri dari beberapa keahlian yang disewa oleh pemilik
untuk mengawasi pelaksanaan pembangunan bersama-sama dengan Manajemen Proyek. Dalam
hal ini ketua manajemen proyek dapat dianggap sebagai Pimpinan Proyek.
Adapun kontrak tersebut terdiri dari :
a. Surat Perintah Kerja.
b. Pembayaran Angsuran.
c. Penyerahan (sebagai tanda selesai pekerjaan pengawasan).
Karena Manajemen Konstruksi dan Manajemen Proyek mengawasi pelaksanaan pembangunan
bersama-sama, maka hubungan mereka hanya berupa hubungan fungsional.
.Hubungan antara Manajemen Konstruksi dengan Kontraktor
Hubungan antara Manajemen Konstruksi dengan Kontraktor hanya berupa hubungan
fungsional, karena Manajemen Konstruksi hanya bertugas mengawasi prestasi kerja Kontraktor.
Hubungan antara Manajemen Kontruksi dengan Pemilik dan Kontraktor
a. Manajemen Konstruksi membuat lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari perjanjian pelaksanaan pekerjaan kontraktor, berisi petunjuk-
petunjuk dan peringatan-peringatan tertulis yang harus dilaksanakan oleh Kon-
traktor.
b. Kontraktor harus memenuhi segala petunjuk (dalam hal teknis) dan atau perin-
tah Manajemen Konstruksi.
c. Kontraktor Utama harus menunjuk wakilnya untuk bertindak sebagai pimpinan
atau tenaga ahli yang harus selalu berada di tempat pekerjaan dan mempunyai
wewenang dan kuasa penuh untuk mewakili kontraktor, serta dapat menerima
segala petunjuk dari Manajemen Konstruksi.
d. Manajemen Konstruksi berhak menolak bahan-bahan, alat atau segala sesuatu
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan pemborongan yang harus dise-
diakan oleh kontraktor jika kualitasnya tidak memenuhi syarat.
e. Kontraktor Utama wajib membuat laporan berkala, baik mengenai pelaksanaan
pekerjaan secara keseluruhan maupun pekerjaan oleh Sub-Kontraktor, yang
berbentuk buku harian rangkap yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi.
f. Penyimpangan atau penambahan biaya yang merupakan penambahan atau pe-
ngurangan pekerjaan hanya dianggap sah sesudah mendapat perintah tertulis da-
ri Manajemen Konstruksi dengan menyebutkan jenis dan perincian pekerjaan
secara jelas, karena menyangkut pembiayaan. Adanya pekerjaan tambah-kurang
tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk merubah waktu penyelesaian pekerja-
an, kecuali atas persetujuan tertulis dari Manajemen Konstruksi.
g. Manajemen Proyek berhak memutuskan perjanjian pelaksanaan pekerjaan se-
cara sepihak dengan pemberitahuan 7 (tujuh) hari sebelumnya setelah melaku-
kan peringatan atau teguran tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut karena Kontrak-
tor melaksanakan pemborongan tidak sesuai jadwal yang telah disepakati oleh
Manajemen Proyek dan Manajemen Konstruksi.
h. Manajemen Konstruksi membuat laporan berkala kepada pemilik sebanyak-ba-
nyaknya sekali dalam dua minggu, yang berisikan kegiatan-kegiatan pengawas-
an yang dilakukan disertai dengan kemajuan pekerjaan Kontraktor.
i. Segala bentuk komunikasi antara Pemilik, Konsultan Perencana atau Kontrak-
tor Utama harus melalui Manajemen Proyek dan Manajemen Konstruksi.
Sumber referensi ; http://adhisthana.tripod.com/artikel/kp1.txt
PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN PROYEK
• Studi kelayakan proyek penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (proyek
investasi) dilaksanakan dengan berhasil.
• Keberhasilan proyek artian terbatas atau artian yang lebih luas.
• Artian yang lebih terbatas oleh pihak swasta tentang manfaat ekonomis suatu
investasi.
• Bagi pemerintah (lembaga nonprofit) pengertian menguntungkan bisa dalam
arti yang lebih relatif yaitu manfaat bagi masyarakat luas contohnya:
penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat
tersebut, dan sebagainya.
• Bisa juga dikaitkan dengan penghematan devisa ataupun penambahan devisa yang
diperlukan oleh pemerintah.
Kalau seseorang atau suatu pihak melihat suatu kesempatan usaha pertanyaannya apakah
kesempatan tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis?
• Apakah kita bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang cukup layak dari usaha
tersebut?
• Pertanyaan-pertanyaan semacam itu yang sebenarnya mendasari dijalankannya studi
kelayakan proyek.
• Proyek yang diteliti bisa berbentuk proyek raksasa pembangunan proyek listrik tenaga
nuklir, sampai dengan proyek sederhana seperti membuka usaha jasa foto copy.
• Semakin besar proyek yang akan dijalankan, semakin luas dampak yang terjadi.
Dampak ini bisa berupa dampak ekonomis, bisa juga yang bersifat sosial Karena itu ada yang
melengkapi studi kelayakan ini dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan
{cost and benefit analysis) termasuk di dalamnya semua manfaat dan pengorbanan sosial {social
cost and social benefit).
Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu:
1. Manfaat ekonomis proyek bagi proyek itu sendiri (i manfaat finansial). Yang berarti apakah
proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek
tersebut.
2. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (manfaat
ekonomi nasional) manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.
3. Manfaat sosial proyek bagi masyarakat sekitar proyek merupakan studi yang f paling sulit
untuk dilakukan.
• Semakin sederhana proyek yang akan dilaksanakan, semakin sederhana pula lingkup
penelitian yang akan dilakukan.
• Banyak proyek-proyek investasi yang mungkin tidak pernah dilakukan studi kelayakan
secara formal, tetapi ternyata kemudian terbukti berjalan dengan baik pula.
TUJUAN DILAKUKAN STUDI KELAYAKAN
• proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi
perusahaan dalam jangka panjang.
• Karenanya, perlu dilakukan studi yang berhati-hati agar jangan sampai proyek tersebut,
setelah terlanjur menginvestasikan dana yang sangat besar, ternyata proyek tersebut tidak
menguntungkan.
• Kalau proyek tersebut berasal dari pihak swasta, maka seringkali terpaksa proyek ini
dihentikan atau dijual.
• Tetapi kalau sponsornya pihak pemerintah, maka sering terjadi pemerintah
mengusahakan agar proyek tersebut tetap bisa berjalan, meskipun dengan berbagai
bantuan, proteksi, subsidi, dan sebagainya, yang sebenarnya tidak sehat dipandang dari
ekonomi makro.
• Untuk itulah studi tentang kelayakan (minimal) ekonomis suatu proyek menjadi sangat
penting.
• Semakin besar skala investasi semakin penting studi ini.
• Bahkan untuk proyek-proyek yang besar, seringkali studi ini dilakukan dalam dua tahap,
yaitu tahap pendahuluan dan tahap keseluruhan.
• Apabila dari studi pendahuluan tersebut sudah menampakkan gejala-gejala yang tidak
menguntungkan, maka studi keseluruhan mungkin tidak perlu lagi dilakukan.
• Dengan ringkas kita bisa mengatakan, bahwa tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah
untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan
yang ternyata tidak menguntungkan.
• Tentu saja studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil
apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi
dalam jumlah besar.
Dalam studi kelayakan tersebut hal-hal yang perlu diketahui adalah:
a. Ruang lingkup kegiatan proyek.
Di sini perlu dijelaskan/ditentukan bidang-bidang apa proyek akan beroperasi. Kalau misalnya
proyeknya adalah pendirian usaha/pabrik tekstil, maka apakah pabrik tekstil ini merupakan
tekstil yang terpadu, ataukah hanya tahapan tertentu saja.
b. Cara kegiatan proyek dilakukan.
Di sini ditentukan apakah proyek akan ditangani sendiri, ataukah akan diserahkan pada
(beberapa) pihak lain. Siapa yang akan menangani proyek tersebut?
c. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek.
Di sini perlu diidentifikasikan faktor-faktor kunci keberhasilan usaha semacam ini. Teknik yang
bisa dipergunakan adalah dengan mengindentifikasikan "underpinning^ untuk usaha semacam
ini
e. Hasil kegiatan proyek tersebut, serta biaya-biaya yang harus ditanggung untuk
memperoleh hasil tersebut.
f. Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya proyek tersebut. Hal ini sering
disebut juga sebagai manfaat dan pengorbanan ekonomis dan sosial.
g. Langkah-langkah rencana untuk mendirikan proyek, beserta jadwal dari masing-masing
kegiatan tersebut, sampai dengan proyek investasi siap berjalan.
Perbedaan Intensitas Studi Kelayakan
• Penilaian terhadap keadaan dan prospek suatu proyek investasi, dilakukan atas dasar
kriteria-kriteria tertentu
• Kriteria-kriteria ini bisa hanya mempertimbangkan manfaat proyek bagi perusahaan, bisa
pula dengan memperhatikan aspek yang lebih luas, yaitu manfaat proyek bagi negara dan
masyarakat luas.
• Tentu saja tidak setiap proyek akan diteliti dengan tingkat intensitas yang sama.
• Beberapa proyek mungkin diteliti dengan sangat mendalam, mencakup berbagai aspek
yang terpengaruh, beberapa proyek mungkin hanya diteliti terhadap beberapa aspek saja.
• Bahkan sering juga kita jumpai bahwa ada rencana-rencana investasi yang penilaiannya
tidak dilakukan secara formal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan. Di antaranya yang
utama adalah
1. Besarnya dana yang ditanamkan.
Umumnya semakin besar jumlah dana yang ditanamkan, semakin mendalam studi yang perlu
dilakukan. Sebagai misal, proyek kilang minyak di Cilacap akan diteliti dalam aspek yang lebih
luas, termasuk dampak sosial ekonomi, dibandingkan dengan proyek membuka usaha "dealer"
mobil.
2. Tingkat ketidakpastian proyek.
Semakin sulit kita memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas dan Iain-Iain,
semakin berhati-hati kita dalam melakukan studi kelayakan. Untuk proyek-proyek yang
menghasilkan produk "baru", umumnya cukup sulit dalam memperkirakan proyeksi penjualan.
Berbagai cara ditempuh untuk mengatasi ketidakpastian ini, dengan analisa sensitivitas, dengan
taksiran konservatif, dan sebagainya.
3. Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek.
• Seliap proyek dipengaruhi dan juga mempengaruhi faktor-faktor lainnya.
• Sebagai misal, proyek untuk membuat mobil dengan tenaga listrik akan dipengaruhi oleh
faktor, misalnya tinggi rendahnya harga bahan bakar minyak.
• Sebaliknya proyek tersebut akan mempengaruhi pula usaha untuk menemukan material
yang bisa dipakai untuk menyimpan tenaga listrik yang lebih tahan lama.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proyek mungkin menjadi sangat kompleks,
sehingga pihak yang melakukan studi kelayakan terhadap proyek tersebut akan semakin
berhati-hati.
• Ada berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah dana, ketidakpastian, dan
kompleksitas proyek tersebut.
Lembaga-Lembaga Yang Memerlukan Studi Kelayakan
• Kalau kita amati pembuatan studi kelayakan ternyata sering memenuhi permintaan pihak-
pihak yang berbeda.
• Masing-masing pihak mempunyai kepentingan serta sudut pandang yang berbeda.
• Lembaga-lembaga yang memerlukan studi kelayakan adalah:
1. Investor
Pihak yang akan menanamkan dana mereka dalam suatu proyek (sebagai pemilik perusahaan
nantinya, atau pemegang saham) akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut.
Pengertian prospek di sini adalah tingkat keuntungan yang diharapkan akan diperoleh dari
investasi tersebut beserta risiko investasi itu.
Ada hubungan yang positif antara tingkat keuntungan ini dengan risiko investasi.
Semakin tinggi risiko investasi semakin tinggi juga tingkat keuntungan yang diminta oleh para
investor tersebut.
2. Kreditur/Bank
Para kreditur/bank akan lebih memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan mereka.
Dengan demikian, mereka mengharapkan agar bunga plus angsuran pokok pinjaman bisa
dilakukan tepat pada waktunya.
Karena itu, mereka sangat memperhatikan pola aliran kas selama jangka waktu pinjaman
tersebut.
Tentu saja ini tidak berarti mereka tidak memperhatikan prospek usaha tersebut.
Tetapi perhatian utama mereka adalah pada periode pengembalian pinjaman tersebut.
Selama dalam periode tersebut perusahaan memang benar-benar bisa mengembalikan
pinjamannya, setelah periode tersebut perkembangan perusahaan/proyek tersebut tidak begitu
lagi menjadi perhatian pihak pemberi pinjaman.
3. Pemerintah
• Pemerintah terutama lebih berkepentingan dengan manfaat proyek tersebut bagi
perekonomian nasional.
• Apakah proyek tersebut akan membantu menghemat devisa, menambah devisa, atau
memperluas kesempatan kerja.
• Manfaat ini terutama dikaitkan dengan penanggulangan masalah-masalah yang sedang
dihadapi oleh negara tersebut.
• Sebagai misal, apabila saat ini pemerintah sedang menggalakkan ekspor nonmigas, maka
proyek-proyek yang akan mengekspor hasil produksinya, dan tidak banyak memakai
komponen impor akan lebih disukai oleh pemerintah.
• Konsekuensinya adalah bahwa perusahaan mungkin lebih mudah mendapat berbagai
fasilitas apabila sektor yang digarap memang sedang diprioritaskan oleh pemerintah.
• Banyak laporan studi kelayakan yang dibuat berdasarkan permintaan dari pihak kreditur.
• Nampaknya belum terlalu dirasakan kepentingan mem-buat studi kelayakan apabila
dananya bisa diperoleh dari perusahaan sendiri.
sumber https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCQQFjAC&url=http
Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa yang akan
dipelajari. Walaupun belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti, tetapi
umumnya penelitian akan dilakukan terhadap aspek-aspek pasar, teknis, keuangan, hukum, dan
ekonomi negara. Tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut,
maka terkadang juga ditambah studi tentang dampak sosial.
Aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang:
1. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan
besar pemakai. Di sini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.
2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga yang berasal dari impor.
Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini, seperti jenis barang yang bisa menyaingi,
perlindungan dari pemerintah, dan sebagainya, perlu pula diperhatikan,
3. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya.
Apakah ada kecenderungan perubahan harga, dan kalau ya, bagaimana polanya.
4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan, “marketing mix”.
Identifikasi siklus kehidupan produk, pada tahap apa produk yang akan dibuat.
5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai
perusahaan.
Aspek teknis dan produksi, menyangkut berbagai pertanyaan penting tentang:
1. Apakah studi dan pengujian pendahuluan pernah dilakukan?
2. Apakah skala produksi yang dipilih sudah optimal?
Apakah luas produksi ini akan meminimumkan biaya produksi rata-rata, ataukah akan
memaksimumkan laba? Bagaimana fasilitas untuk ekspansi nantinya? Tentang lokasi, luas tanah,
pengaturan fasilitas produksi, dan sebagainya.
3. Apakah proses produksi yang dipilih sudah tepat?
Umumnya terdapat beberapa alternatif proses produksi untuk menghasilkan produk yang sama.
4. Apakah mesin-mesin dan perlengkapan yang dipilih sudah tepat?
Faktor yang diperhatikan adalah tentang umur ekonomis dan fasilitas pelayanan kalau terjadi
kerusakan mesin-mesin tersebut.
5. Apakah perlengkapan-perlengkapan tambahan dan pekerjaan-pekerjaan teknis tambahan telah
dilakukan?
Faktor-faktor seperti material handling, supply bahan pembantu, kontrol kualitas, dan sebagainya
perlu diperhatikan pula.
6. Apakah telah disiapkan tentang kemungkinan penanganan terhadap limbah produksi?
7. Apakah tata letak yang diusulkan dari fasilitas produksi cukup baik?
8. Bagaimana dengan pemilihan lokasi dan “site produksi”?
9. Apakah skedul kerja telah dibuat dengan cukup realistis?
10. Apakah teknologi yang akan dipergunakan bisa diterima dari pandangan sosial?.
Aspek keuangan mempelajari berbagai faktor penting seperti:
1. Dana yang diperlukan untuk investasi, baik untuk aktiva tetap maupun modal kerja.
2. Sumber-sumber pembelanjaan yang akan dipergunakan. Seberapa banyak dana yang berupa
modal sendiri dan berapa banyak yang berupa pinjaman jangka pendek, dan berapa yang jangka
panjang.
3. Taksiran penghasilan, biaya, dan rugi/laba pada berbagai tingkat operasi. Termasuk di sini
estimasi tentang break event proyek tersebut.
4. Manfaat dan biaya dalam artian finansial, seperti “rate of return on investment”, “net present
value”, “internal rate of return”, “profitability index”, dan “payback period”. Estimasi terhadap
risiko proyek, risiko dalam artian total, atau kalau mungkin yang hanya sistematis.
Di sini di samping perlu ditaksir rugi/laba proyek tersebut, juga taksiran aliran kas diperlukan
untuk menghitung profitabilitas finansial proyek tersebut.
5. Proyeksi keuangan. Pembuatan neraca yang diproyeksikan dan proyeksi sumber dan
penggunaan dana.
Aspek manajemen mempelajari tentang:
1. Manajemen dalam masa pembangunan proyek. Siapa pelaksana proyek tersebut? Bagaimana
jadwal penyelesaian proyek tersebut? Siapa yang melakukan studi masing-masing aspek:
pemasaran, teknis, dan lain sebagainya?
2. Manajemen dalam operasi. Bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih. Struktur organisasi,
deskripsi jabatan, dan spesifikasi jabatan. Anggota direksi dan tenaga-tenaga kunci. Jumlah
tenaga kerja yang akan digunakan.
Aspek hukum mempelajari tentang:
1. Bentuk badan usaha yang akan dipergunakan.
2. Jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana yang berupa
pinjaman.
3. Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan, dan sebagainya.
Aspek ekonomi dan sosial, meliputi penelitian tentang:
1. Pengaruh proyek tersebut terhadap peningkatan penghasilan negara.
2. Pengaruh proyek tersebut terhadap devisa yang bisa dihemat dan yang bisa diperoleh.
3. Penambahan kesempatan kerja.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Bagaimana pengaruh proyek tersebut terhadap industri lain?
Sebagai supply bahan bagi industri lain, dan pasar bagi hasil industri lain.
6. Aspek yang bersifat sosial seperti: menjadi semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang
semakin lancar, adanya penerangan listrik, dan lain sebagainya.
Aspek sosial ini merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh
masyarakat, tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa disepakati secara bersama. Tetapi manfaat
dan pengorbanan tersebut dirasakan ada.Sebenarnya kesemua aspek tersebut perlu dipelajari,
tetapi tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam pada investasi/proyek tersebut, maka
banyak sedikitnya aspek yang perlu dipelajari dan kedalaman studi tersebut mungkin berbeda.
Untuk proyek-proyek besar, semua aspek tersebut perlu dipelajari secara mendalam, tetapi untuk
proyek-proyek yang kecil mungkin tidak semua aspek perlu diteliti.
Laporan Studi Kelayakan
Pada dasarnya setiap laporan studi kelayakan mencakup keseluruhan aspek-aspek dari suatu
proyek, disertai dengan lampiran-lampiran yang berupa keterangan tambahan yang memperjelas
dan ringkasan dari keseluruhan isi laporan.
Secara sederhana, item yang setidaknya terkandung dalam laporan studi kelayakan adalah
sebagai berikut:
1. Ringkasan dan Kesimpulan (Ikhtisar)
2. Latar Belakang Proyek dan Pemrakarsa
3. Aspek Pasar:
o Pasar Potensial
o Pertumbuhan Permintaan dan Proyeksi
o Persaingan
o Market Share
o Kebijaksanaan Pemasaran, Khususnya Kebijaksanaan Saluran Distribusi.
4. Aspek Teknik:
o Lokasi dan Lahan Pabrik
o Luas Produksi
o Lay Out
o Teknologi, Mesin, dan Equipment
o Schedule Kerja
5. Aspek Manajemen:
o Kebutuhan Tenaga Kerja
o Sumber Tenaga Kerja
o Balas Jasa Tenaga Kerja
6. Aspek Finansial:
o Biaya Investasi (Aktiva Tetap dan Modal Kerja)
o Struktur Finansial
o Estimasi Penjualan
o Estimasi Biaya Produksi
o Cash Flow
o Proyeksi Neraca dan Laporan Rugi/Laba
o Kriteria Investasi, termasuk Analisa Break Event Point
o Debt Service Coverage
7. Aspek Ekonomi:
o National Income Benefit
o Penyerapan Tenaga Kerja
o Penambahan Devisa
o Keuntungan Transfer Pengetahuan/Teknologi
8. Kesimpulan dan Saran
o Kesimpulan (Pemrakarsa dan Aspek Proyek)
o Saran (Feasible, Tidak Feasible, Feasible dengan Catatan)
9. Lampiran.
Contoh Lain Garis besar isi laporan studi kelayakan proyek adalah sebagai berikut:
Bab I : Ikhtisar
Bab II : Keadaan Perusahaan Dewasa Ini
Bab III : Usulan Proyek
Bab IV : Kesimpulan dan Saran
Lampiran.
Masing-masing bab tersebut mengandung isi sebagai berikut:
Bab I. Ikhtisar
1. Nama dan Alamat Perusahaan
2. Pemegang Saham/Pengurus
3. Bidang Usaha yang Sedang Berjalan
4. Bidang Usaha yang Diusulkan
5. Akte Pendirian
6. Izin yang Dimiliki
7. Bank Rekanan
8. Keadaan Perkembangan Perusahaan
9. Modal yang Sudah Disetor
10. Fasilitas Kredit yang Sedang Dinikmati
11. Tambahan Modal yang Diusulkan
12. Jangka Waktu Pengembalian Kredit yang Diusulkan
Bab II. Keadaan Perusahaan Dewasa Ini
1. Riwayat Perusahaan
2. Perizinan
3. Teknis dan Pemasaran
a. Lokasi Produksi
b. Peralatan
c. Tenaga Kerja
d. Jenis dan Jumlah Produksi
e. Daerah Penjualan
f. Volume Penjualan
4. Manajemen
a. Tenaga Inti
b. Keanggotaan dalam Asosiasi
c. Administrasi Usaha
5. Finansial
a. Neraca
b. Bantuan Kredit yang Sudah Diterima dan Penggunaannya.
Bab III. Usulan Proyek
1. Proyek yang Diusulkan
a. Sifat Investasi (Baru/Perluasan)
b. Jenis Produk Pokok
c. Jenis Produk Sampingan
2. Aspek Hukum
a. Izin Perpanjangan dan Perluasan
b. Lokasi
c. Jaminan
3. Aspek Teknis
a. Sifat proyek
b. Jenis dan Jumlah Produksi
c. Lokasi
d. Bangunan
e. Mesin dan Peralatan
f. Proses Produksi
g. Kapasitas Produksi
h. Bahan Baku
i. Bahan Pembantu
4. Aspek Pemasaran
a. Konsumen
b. Daerah Pemasaran
c. Perusahaan Sejenis
d. Potensi Pemasaran
e. Jumlah dan Harga Penjualan
f. Syarat Pembayaran dan Penjualan
5. Aspek Manajemen
a. Struktur Organisasi
b. Pimpinan Perusahaan
c. Tenaga Kerja
6. Aspek Finansial
a. Kebutuhan Dana
o Modal Tetap
o Modal Kerja
b. Struktur Modal
c. Rencana Penarikan dan Pelunasan Kredit Beserta Bunganya
d. Jaminan Kredit
e. Rencana Pendapatan
f. Perkiraan Harga Pokok Produksi
g. Perkiraan Rugi/Laba
h. Proyeksi Cash Flow
i. Analisis Rasio
Bab IV. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Keadaan Perusahaan Dewasa Ini
b. Usulan Proyek
o Sifat Proyek
o Kesimpulan Per Aspek
2. Saran
a. Feasibilitas
b. Saran Tambahan sebagai Catatan
c. Usulan Jadwal
Sumber : http://bumi-babahrot.blogspot.com/2010/02/pengertian-studi-kelayakan-proyek.html
Top Related