HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS
EKONOMI DAN JENIS TINGGAL TERHADAP PERILAKU
PEMAKAIAN HELM PADA PELAJAR SLTA PENGENDARA
SEPEDA MOTOR DI INDONESIA TAHUN 2017
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Firyal Muhammad Haekal Shofi
NIM: 11161030000052
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 27 November 2019
Firyal Muhammad Haekal Shofi
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS
EKONOMI DAN JENIS TINGGAL TERHADAP PERILAKU
PEMAKAIAN HELM PADA PELAJAR SLTA PENGENDARA SEPEDA
MOTOR DI INDONESIA TAHUN 2017
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh :
Firyal Muhammad Haekal Shofi
NIM 11161030000052
Menyetujui,
Pembimbing I
dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp. OT
NIP. 196608131991031003
Pembimbing II
dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc
NIP. 197709132006042001
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian berjudul HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG
TUA, STATUS EKONOMI DAN JENIS TINGGAL TERHADAP
PERILAKU PEMAKAIAN HELM PADA PELAJAR SLTA PENGENDARA
SEPEDA MOTOR DI INDONESIA TAHUN 2017 yang diajukan oleh Firyal
Muhammad Haekal Shofi (NIM 11161030000052), telah diujikan dalam sidang
skripsi di Fakultas Kedokteran pada 27 November 2019. Laporan penelitian ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
(S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.
Ciputat, 27 November 2019
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc
NIP. 197709132006042001
Pembimbing I
dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp. OT
NIP. 196608131991031003
Pembimbing II
dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc
NIP. 197709132006042001
Penguji I
Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT
NIP. 19780507200501005
Penguji II
dr. Erfira, Sp. M
NIP. 197011042008012012
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan Fakultas Kedokteran
dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD
NIP. 196511232003121003
Kaprodi Kedokteran
Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT
NIP. 19780507200501005
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan
Orang Tua, Status Ekonomi dan Jenis Tinggal terhadap Perilaku Pemakaian Helm
pada Pelajar SLTA Pengendara Sepeda Motor di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017”
sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga dan
para sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan serta
dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku Dekan Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua Program Studi
Kedokteran, Fakultas Kedokteran, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT dan dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc selaku
pembimbing I dan II yang telah memberikan segala bantuan, arahan, dan
ilmu kepada penulis dalam melaksanakan penelitian dan penulisan laporan
penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, DDS, Ph.D dan dr. Flori Ratnasari, Ph.D
selaku penanggung-jawab riset untuk angkatan 2016 program studi
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kedua orang tua penulis, Dr. Imam Marzuki Shofi dan Ina Fitriani, S.Si
yang senantiasa memanjatkan doa, memberikan dukungan dan kasih sayang
bagi penulis selama menyelesaikan studi di program studi Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Adik-adik penulis Atabik Muhammad Azfa Shofi, Mazayazka Zahiya
Shofi, dan Rashifalmas Muhammad Ajda Shofi yang selalu memberi
motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam
menyelesaikan studi
vi
7. Keluarga besar penulis yang selalu memanjatkan doa, serta memberikan
dukungan untuk penulis.
8. Teman kelompok riset Nik Muhammad Daniel Haiqal dan Henry Aji
Purnomo yang senantiasa bekerja-sama dalam menyelesaikan laporan
penelitian.
9. Sahabat penulis Andi Rizal Nazarudin, Alhayandi Deu, Fredianto Akil
Nugroho, Laksana Firman Latief, Muhammad Nur Faiz Al-Mumtaz, Henry
Aji Purnomo, dan Nashih Abdillah yang selalu menemani penulis dalam
suka maupun duka.
10. Teman sejawat angkatan 2016, Pacemaker, yang telah bersama sejak awal
menempuh studi di program studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Keluarga besar CIMSA Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta terkhusus “Locomotive” Official CIMSA FK UIN SH 2018-2019
yang telah memberikan pengalaman berharga bagi penulis selama masa
studi.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari pembahasan materi hingga penyusunannya. Oleh karena
itu, sangat diharapkan kritik dan saran bagi penulis untuk masa yang akan datang.
Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat untuk penulis pribadi dan
pembacanya serta dapat menjadi tambahan ilmu serta inspirasi bagi penelitian
selanjutnya.
Ciputat, 27 November 2019
Firyal Muhammad Haekal Shofi
vii
ABSTRAK
Firyal Muhammad Haekal Shofi. Program Studi Kedokteran. Hubungan
Tingkat Pendidikan Orang Tua, Status Ekonomi dan Jenis Tinggal terhadap
Perilaku Pemakaian Helm pada Pelajar SLTA Pengendara Sepeda Motor di
Indonesia tahun 2017.
Latar Belakang: Pemakaian helm pada pengendara sepeda motor merupakan salah
satu faktor untuk mencegah cedera yang tidak diinginkan. Pelajar SLTA di
Indonesia umumnya menjadikan sepeda motor sebagai moda transportasi utama
dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Kejadian cedera yang disebabkan oleh
kecelakaan sepeda motor di Indonesia mencapai angka 40,6% dari seluruh
penyebab cedera. Pemakaian helm yang benar dapat mengurangi hingga 69% risiko
cedera kepala. Tujuan : Mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua, status
ekonomi dan jenis tinggal terhadap perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA
pengendara sepeda motor di Indonesia. Metode : Penelitian ini merupakan
penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Kuesioner YRBS
2017 digunakan sebagai instrumen penelitian. Sebanyak 2071 responden terpilih
secara bertingkat. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil : Data yang
dapat dianalisis sebanyak 1654 responden, 417 merupakan kriteria eksklusi.
Sebanyak 80,0% responden tidak selalu memakai helm ketika mengendarai sepeda
motor dalam 12 bulan terakhir, hanya 10,1% selalu memakai helm dan sisanya tidak
pernah memakai helm. Tingkat pendidikan ayah (p=0.000), tingkat pendidikan ibu
(p=0.000) dan status ekonomi (p=0.000) menunjukkan hubungan yang bermakna
dengan perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di
Indonesia, sedangkan jenis tinggal (p=0.055) tidak menunjukkan hubungan yang
bermakna. Kesimpulan : Tingkat pendidikan orang tua dan status ekonomi
keluarga berhubungan secara signifikan terhadap perilaku pemakaian helm pada
pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia.
Kata Kunci :Tingkat pendidikan, status ekonomi, jenis tinggal, perilaku
pemakaian helm, pelajar, SLTA, YRBS.
viii
ABSTRACT
Firyal Muhammad Haekal Shofi. Medical Study Program. Association of
Parents Education Status, Economic Status and Living Place on Helmet Use
Behavior among Motorcyclist High School Students in Indonesia 2017.
Background: Helmet use among motorcyclist is a factor to prevent unintentional
injury. High school students in Indonesia commonly use motorcycle as a daily
transportation. Prevalence of injury caused by motorcycle accident in Indonesia is
40,6% from all cause and proper helmet use could reduce 69% the risk of head
injuries. Objective: To explore the association of parents education status,
economic status and living place on helmet use behavior among motorcyclist high
school students in Indonesia. Methods: This study was observational analytic study
with cross-sectional design. YRBS 2017 questionnaire used as the instrument of this
study. Total of 2071 respondents were chosen by stratified randomization. The data
analyzed using Chi-square test. Results: Data eligible to analyzed were 1654
respondents, 417 were excluded. As much as 80,0% respondents were not always
use helmet when rode a motorcycle in the past 12 months, while only 10,1% always
use helmet and the rest were never use helmet. Father education status (p=0.000),
Mother education status (p=0.000) and Economic status (p=0.000) were
significantly associated with helmet use behavior among motorcyclist high school
students in Indonesia, while living place (p=0.055) is not significantly associated
with helmet use behavior. Conclusion: Parents education and economic status
significantly associated with helmet use behavior among high school students in
Indonesia.
Keyword: Education status, economic status, living place, helmet use behavior,
students, high school, YRBS.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Hipotesis .................................................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................... 4
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
1.5.1 Bagi Peneliti ...................................................................................... 5
1.5.2 Bagi Masyarakat................................................................................ 5
1.5.3 Bagi Institusi ..................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
2.1 Landasan Teori ........................................................................................ 6
x
2.1.1 Perilaku ............................................................................................. 6
2.1.1.1 Definisi....................................................................................... 6
2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ............................. 9
2.1.2 Health Belief Model ........................................................................ 10
2.1.2.1 Sejarah ..................................................................................... 10
2.1.2.2 Konsep ..................................................................................... 10
2.1.3 Helm ................................................................................................ 12
2.1.3.1 Definisi..................................................................................... 12
2.1.3.2 Syarat Umum Helm ................................................................. 13
2.1.3.3 Peraturan Pemakaian Helm ...................................................... 16
2.1.3.4 Cara Kerja Helm ...................................................................... 17
2.1.4 Cedera ............................................................................................. 18
2.1.4.1 Definisi..................................................................................... 18
2.1.4.2 Jenis-Jenis Cedera .................................................................... 19
2.1.4.3 Prevalensi Cedera .................................................................... 19
2.1.4.4 Cedera yang Berhubungan dengan Pemakaian Helm .............. 20
2.1.4.4.1 Cedera Otak Traumatik ....................................................... 20
2.1.5 Faktor-Faktor Pemakaian Helm ...................................................... 21
2.1.5.1 Usia .......................................................................................... 21
2.1.5.2 Jenis Kelamin ........................................................................... 22
2.1.5.3 Jenis Sekolah............................................................................ 22
2.1.5.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua ................................................ 23
2.1.5.5 Jenis Tinggal ............................................................................ 23
2.2 Kuesioner Penelitian ............................................................................. 24
2.2.1 Kuesioner Youth Risk Behavior Survey........................................... 24
2.3 Kerangka Teori...................................................................................... 25
xi
2.4 Kerangka Konsep .................................................................................. 26
2.5 Definisi Operasional.............................................................................. 27
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 29
3.1 Desain Penelitian ................................................................................... 29
3.2 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan .......................................................... 29
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ........................................................... 29
3.3.1 Populasi ........................................................................................... 29
3.3.2 Sampel ............................................................................................. 29
3.4 Besar Sampel ......................................................................................... 29
3.5 Pemilihan Sampel ................................................................................. 31
3.6 Kriteria Sampel ..................................................................................... 31
3.6.1 Kriteria Inklusi ................................................................................ 31
3.6.2 Kriteria Eksklusi.............................................................................. 31
3.7 Cara Kerja Penelitian ............................................................................ 31
3.8 Alur Penelitian ...................................................................................... 33
3.9 Manajemen Data ................................................................................... 34
3.9.1 Pengumpulan Data .......................................................................... 34
3.9.2 Instrumen Penelitian........................................................................ 34
3.9.3 Uji Validitas Dan Reliabilitas ......................................................... 34
3.9.4 Pengolahan Dan Analisis Data ........................................................ 34
3.9.4.1 Editing ...................................................................................... 34
3.9.4.2 Coding ...................................................................................... 35
3.9.4.3 Data Entry................................................................................ 35
3.9.4.4 Analisis Data ............................................................................ 35
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 36
4.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ............................. 36
xii
4.1.1 Uji Validitas .................................................................................... 36
4.1.2 Uji Reliabilitas ................................................................................ 37
4.2 Analisis Univariat.................................................................................. 37
4.2.1 Karakteristik Sampel ....................................................................... 38
4.2.2 Frekuensi Pemakaian Helm ............................................................ 40
4.3 Analisis Bivariat .................................................................................... 41
4.3.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Perilaku
Pemakaian Helm ........................................................................................... 41
4.3.1.1 Tingkat Pendidikan Ayah ........................................................ 41
4.3.1.2 Tingkat Pendidikan Ibu ............................................................ 42
4.3.2 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Pemakaian Helm ...... 43
4.3.3 Hubungan Jenis Tinggal dengan Perilaku Pemakaian Helm .......... 44
4.4 Pembahasan ........................................................................................... 45
4.4.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Perilaku
Pemakaian Helm ........................................................................................... 45
4.4.2 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Pemakaian Helm ...... 46
4.4.3 Hubungan Jenis Tinggal dengan Perilaku Pemakaian Helm .......... 47
4.5 Keunggulan Penelitian .......................................................................... 48
4.6 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 48
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 50
5.1 Simpulan ............................................................................................... 50
5.2 Saran ...................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52
LAMPIRAN ......................................................................................................... 56
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Operasional ............................................................................. 27
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner ............................................................... 36
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner ................................................... 37
Tabel 4.3 Gambaran Karakteristik Sampel ........................................................... 38
Tabel 4.4 Frekuensi Pemakaian Helm .................................................................. 40
Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Pendidikan Ayah dengan Perilaku Pemakaian Helm
............................................................................................................................... 41
Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Perilaku Pemakaian Helm 42
Tabel 4.7 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Pemakaian Helm ............ 43
Tabel 4.8 Hubungan Jenis Tinggal dengan Perilaku Pemakaian Helm ................ 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Konstruksi helm full-face .................................................................. 16
Gambar 2.2 Konstruksi helm open-face................................................................ 16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Rekomendasi Penelitian ........................................................... 56
Lampiran 2 Kuesioner YRBS 2017 ...................................................................... 61
Lampiran 3 Lembar Passive Informed Consent .................................................... 63
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik............................................................................... 65
Lampiran 5 Riwayat Penulis ................................................................................. 71
xiv
DAFTAR SINGKATAN
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
CDC : Centers for Disease Control and Prevention
WHO : World Health Organization
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
BPS : Badan Pusat Statistik
SNI : Standar Nasional Indonesia
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
MA : Madrasah Aliyah
YRBSS : Youth Risk Behavior Surveillance System
YRBS : Youth Risk Behavior Survey
SPSS : Statistical Package for Social Science
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perilaku berisiko banyak dilakukan remaja dalam kehidupan sehari-
hari, menurut Youth Risk Behavior Surveillance System (YRBSS) terdapat
enam kategori perilaku berisiko yang dapat menjadi penyebab kematian dan
kecacatan pada remaja dan dewasa muda, yaitu perilaku yang menyebabkan
terjadinya cedera yang tidak diinginkan dan kekerasan, perilaku seksual yang
terkait dengan terjadinya kehamilan dan penyakit menular seksual termasuk
HIV/AIDS, konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, merokok, perilaku
diet yang tidak sehat, dan aktivitas fisik yang tidak adekuat.1
Salah satu perilaku berisiko yang dapat menyebabkan terjadinya cedera
yang tidak diinginkan adalah kebiasaan tidak menggunakan helm saat
mengendarai sepeda motor. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, jumlah
sepeda motor yang terdaftar di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak
113.030.793 unit.2 Indonesia memiliki regulasi khusus bagi pengendara dan
penumpang sepeda motor yang diatur melalui undang-undang nomor 22
tahun 2009 tentang lalu-lintas dan angkutan jalan pasal 106 ayat (8) di mana
setiap pengendara dan penumpang sepeda motor wajib menggunakan helm
yang memenuhi standar nasional Indonesia.3
Sepeda motor merupakan salah satu moda transportasi utama yang
digunakan pelajar SLTA di Indonesia untuk kegiatan sehari-hari. Kepatuhan
pelajar SLTA dalam menggunakan helm ketika mengendarai sepeda motor
tentu harus dianalisis lebih lanjut berkaitan dengan perilaku berisiko yang
dapat menyebabkan cedera yang tidak diinginkan. Menurut data dari Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 prevalensi cedera di Indonesia
adalah 8,2% dengan penyebab cedera akibat kecelakaan sepeda motor
mencapai angka 40,6% dan merupakan penyebab cedera tersering kedua dari
seluruh penyebab cedera setelah cedera akibat jatuh.4
2
Berdasarkan data pada Global Status Report on Road Safety 2018
angka kematian pada pengendara sepeda motor roda dua atau roda tiga di
Indonesia pada tahun 2016 mencapai 74% dari seluruh kematian akibat
kecelakaan di jalan raya. Penggunaan helm secara benar dapat mengurangi
hingga 42% risiko cedera fatal dan 69% risiko cedera kepala.5 LaTorre6
mengatakan pengendara yang tidak memakai helm memiliki risiko cedera
kepala 4,35 kali lebih besar dibandingkan pengendara yang memakai helm.
Pada penelitian lain oleh Oullett dan Kanatikul6 mengatakan ketika terjadi
kecelakaan, pengendara yang tidak memakai helm memiliki risiko meninggal
2,5 kali lebih besar dan risiko cedera otak parah 3,5 kali lebih besar
dibandingkan pengendara yang memakai helm.
Peltzer dan Pengpid7 dalam penelitiannya menyebutkan jumlah
pengendara sepeda motor di Indonesia yang tidak menggunakan helm
mencapai 11-20% dan faktor yang mempengaruhi penggunaan helm pada
penduduk negara-negara di ASEAN antara lain sosiodemografis (usia, tingkat
pendidikan), tidak sadar akan peraturan penggunaan helm, kurangnya
peraturan yang mengatur penggunaan helm, ketidaknyamanan fisik, tipe jalan
yang dilalui, jarak dan waktu perjalanan yang ditempuh, serta karakteristik
helm (kualitas, harga, jenis helm) yang digunakan.
Hernandez, dkk8 melaporkan di kota Ibague dan Valledupar, Kolombia
terkait faktor-faktor yang berkaitan dengan penggunaan helm pada pengguna
sepeda motor, antara lain dipengaruhi faktor letak geografis, sosioekonomi,
jenis kelamin, kebersihan diri, estetika, serta faktor yang berkaitan dengan
iklim. Penelitian di Tiongkok mengatakan, faktor-faktor yang memengaruhi
penggunaan helm pada pengendara sepeda motor antara lain jenis kelamin,
tipe jalan yang dilalui, jumlah penumpang yang dibawa, dan mengendarai
sepeda motor yang terdaftar secara legal.9
Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Universitas Indonesia
Depok di tahun 2012 dan siswa kelas sepuluh SMK Pesona Dywantara Bogor
di tahun 2018 menyebutkan bahwa pengetahuan, pengaruh sosial, pengaruh
3
lingkungan, dan persepsi risiko keselamatan berkendara merupakan faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku pemakaian helm.10,11
Kesenjangan penelitian-penelitian sebelumnya dengan penelitian yang
dilakukan penulis adalah responden penelitian ini yang merupakan pelajar
SLTA dari berbagai jenis sekolah (SMA, MA, SMK) di Indonesia
Penulis memilih melakukan penelitian tentang faktor yang
berhubungan dengan perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA
pengendara sepeda motor karena penulis merasa pentingnya dilakukan
kegiatan promotif terkait perilaku pemakaian helm di Indonesia terlihat
sampai saat ini masih banyak pelajar SLTA yang tidak menggunakan helm
ketika mengendarai sepeda motor untuk kegiatan sehari-hari serta belum
adanya laporan terkait faktor-faktor tersebut pada pelajar di berbagai jenis
sekolah seperti Sekolah Menengah Atas, Kejuruan, dan Madrasah Aliyah
yang mengendarai sepeda motor di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap
perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor
di Indonesia Tahun 2017?
2. Apakah terdapat hubungan antara status ekonomi terhadap perilaku
pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di
Indonesia Tahun 2017?
3. Apakah terdapat hubungan antara jenis tinggal terhadap perilaku
pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di
Indonesia Tahun 2017?
4
1.3 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap perilaku
pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di
Indonesia Tahun 2017
2. Terdapat hubungan antara status ekonomi terhadap perilaku pemakaian
helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia Tahun
2017
3. Terdapat hubungan antara jenis tinggal terhadap perilaku pemakaian
helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia Tahun
2017
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia
Tahun 2017.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui prevalensi perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA
pengendara sepeda motor di Indonesia pada tahun 2017
2. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua terhadap perilaku
pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di
Indonesia Tahun 2017
3. Mengetahui hubungan status ekonomi terhadap perilaku pemakaian
helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia Tahun
2017
4. Mengetahui hubungan Jenis Tinggal terhadap perilaku pemakaian helm
pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia Tahun 2017
5
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
1. Memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana
kedokteran.
2. Memperoleh dan memanfaatkan ilmu yang telah didapat selama
pendidikan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan dan
menganalisa hasil penelitian
1.5.2 Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi pada masyarakat mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara
sepeda motor di Indonesia Tahun 2017
2. Memberikan informasi prevalensi perilaku pemakaian helm pada
pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia pada tahun 2017
1.5.3 Bagi Institusi
1. Menjadi referensi penelitian di Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data untuk penelitian-
penelitian selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Perilaku
2.1.1.1 Definisi
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan. Berdasarkan sudut pandang biologis perilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang dapat diamati baik secara
langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan perilaku
kesehatan menurut Notoatmodjo merupakan respon suatu organisme
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. 12,13
Bentuk respon terhadap stimulus yang diberikan. Perilaku dapat
dibedakan menjadi dua :
1. Perilaku tertutup
Perilaku tertutup atau covert behavior merupakan respon
seseorang terhadap stimulus secara terselubung. Respon
tersebut dapat berupa perhatian, sikap, persepsi seseorang
terhadap suatu stimulus. Perilaku tertutup belum dapat diamati
oleh orang lain
2. Perilaku terbuka atau overt behavior merupakan respon
seseorang terhadap stimulus yang ada secara tindakan nyata.
Respon tersebut berupa tindakan atau praktik sehingga dapat
daimati oleh orang lain.
Seorang ahli psikologi pendidikan, Benyamin Bloom dalam
Notoatmodjo mengkategorikan perilaku dalam tiga domain besar yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan.13
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour),
7
perilaku yang terbentuk dan didasari oleh pengetahuan akan
lebih baik dibanding perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Menurut Notoatmodjo13, terdapat enam tingkatan
pengetahuan yang dimiliki manusia, antara lain :
a. Tahu, berarti manusia mengingat suatu memori yang
sebelumnya telah dipelajari
b. Memahami, merupakan kemampuan manusia dalam
menjelaskan secara benar tentang apa yang
diketahuinya dan dapat menginterpretasikannya
secara tepat
c. Aplikasi, Manusia yang telah memahami apa yang
diketahuinya dapat mengaplikasikan pada situasi
yang sebenarnya
d. Analisis, adalah kemampuan seseorang untuk
menjelaskan dan menjabarkan apa yang telah
diketahui ke dalam komponen-komponen yang
berkaitan satu sama lain
e. Sintesis, merupakan kemampuan manusia dalam
membuat formulasi baru dari formulasi yang telah
ada sebelumnya
f. Evaluasi, adalah kemampuan manusia dalam menilai
sesuatu berdasarkan kriteria yang berlaku atau telah
ditentukan
2. Sikap
Sikap didefinisikan sebagai reaksi atau respon seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek yang masih tertutup,
sehingga hasil dari sikap seseorang tidak dapat dilihat langsung.
Sikap seseorang hanya menjadi kecenderungan seseorang
tersebut dalam melakukan tindakan terhadap suatu objek.
Notoadmojo mengkategorikan sikap dalam beberapa tingkatan,
yaitu :
8
a. Menerima (receiving), merupakan sikap seseorang
yang mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan
b. Merespon (responding), yaitu sikap seseorang dalam
memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan
c. Menghargai (Valuing), yaitu mengajak orang lain
untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah
d. Bertanggung jawab (Responsible), atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala risiko yang
dihadapi
3. Tindakan
Sikap seseorang belum secara otomatis terwujud menjadi
suatu tindakan. Dalam mewujudkan sikap menjadi suatu
tindakan nyata diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas,
dukungan pihak lain, dukungan keluarga dan faktor lainnya.
Tindakan memiliki beberapa tingkatan antara lain :
a. Respon terpimpin
Merupakan tingkatan tindakan tingkat pertama
di mana seseorang dapat melakukan suatu tindakan
dengan benar dan sesuai dengan contoh yang ada.
b. Mekanisme
Ketika seseorang telah melakukan suatu
tindakan sesuai contoh yang ada secara berulang-
ulang dan menjadi kebiasaan maka ia telah mencapai
tindakan tingkat kedua.
c. Adopsi
Setelah dapat melakukan suatu tindakan dengan
baik secara berulang, maka tindakan seseorang akan
berkembang tanpa mengurangi kebenaran dari
tindakan tersebut.
9
2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Teori tentang perilaku yang dikembangkan oleh Lawrence Green
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan pada
individu maupun masyarakat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu :13
1. Faktor predisposisi (Predisposing factors)
Faktor predisposisi adalah faktor yang mendahului
perubahan perilaku seseorang yang menjadi dasar dalam
berperilaku dan memudahkan terjadinya perilaku pada
seseorang. Contoh dari faktor predisposisi adalah pengetahuan,
sikap, kepercayaan, termasuk faktor-faktor sosiodemografi
seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan pendidikan.
2. Faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor pemungkin merupakan faktor yang mendukung
perilaku seseorang agar dapat terwujud. Contoh faktor
pemungkin adalah ketersediaan sarana dan prasarana, fasilitas
yang memadai.
3. Faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor penguat berarti faktor yang menguatkan agar suatu
perilaku dapat terbentuk. Contoh dari faktor penguat yang
menguatkan perilaku agar dapat terbentuk adalah dukungan
keluarga, dukungan lingkungan, dan lain sebagain
10
2.1.2 Health Belief Model
2.1.2.1 Sejarah
Health Belief Model (HBM) merupakan salah satu konsep dari
perilaku kesehatan yang paling sering digunakan di dunia sejak tahun
1950. Sekitar tahun 1950an, psikolog sosial akademi di Amerika Serikat
mengembangkan teori untuk mempelajari perilaku manusia dari teori yang
sudah ada yaitu teori (S-R) Stimulus-Respon oleh Watson dan teori
Kognitif oleh Lewin.
Kemudian, HBM pertama kali dikembangkan sekitar tahun 1950an.
Hochbaum pada tahun 1958 dan Rosenstock pada tahun 1960
menggunakan HBM sebagai teori untuk menjelaskan alasan kegagalan
partisipan dalam program pencegahan dan deteksi penyakit di Amerika
Serikat. Lalu, HBM juga digunakan untuk mempelajari respon seseorang
terhadap gejala penyakit oleh Kirscht pada tahun 1974 dan perilaku
seseorang terhadap diagnosis penyakitnya, khususnya kepatuhan minum
obatnya oleh Becker pada tahun yang sama.14
2.1.2.2 Konsep
Konsep dari Health Belief Model adalah memprediksi seseorang
dalam bertindak untuk mencegah, memeriksa dan mengobati penyakit.
Konsep tersebut adalah kerentanan (susceptibility), keseriusan
(seriousness), manfaat dan batasan dalam berperilaku (benefits and
barriers), isyarat untuk bertindak (cues to action) dan self-efficacy.14
1. Persepsi kerentanan (Perceived Susceptibility) adalah
kepercayaan bagaimana seseorang memiliki kemungkinan atau
risiko untuk terkena penyakit. Contohnya, seorang wanita
merasa ia dapat mengalami kanker payudara sebelum ia
memutuskan untuk periksa mammogram.
2. Persepsi keparahan (Perceived Severity) adalah kepercayaan
terhadap efek keparahan dari suatu penyakit. Contohnya,
11
seseorang akan merasa bahwa ketika ia sakit akan berefek bagi
kehidupannya baik dari segi individu yaitu bisa menyebabkan
kematian, kecacatan dan kesakitan maupun dari segi sosial yaitu
efek terhadap keluarga, terhadap pekerjaan dan terhadap teman.
Kombinasi dari persepsi kerentanan dan keparahan dapat
disebut sebagai persepsi ancaman (Perceived threat).
3. Persepsi manfaat (Perceived Benefits) adalah kepercayaan
seseorang terhadap suatu perilaku dapat menimbulkan manfaat
bagi dirinya maupun sosial. Contohnya, seseorang akan berhenti
merokok setelah dirinya merasa dengan berhenti merokok ia
dapat mengurangi pengeluaran dan mencegah penyakit
4. Persepsi batasan (Perceived Barriers) adalah kepercayaan
seseorang akan suatu perilaku dapat menimbulkan efek negatif
sehingga menjadi batasan orang tersebut dalam berperilaku.
Contohnya, seseorang yang melakukan pengobatan merasa
bahwa obat tersebut mahal, memiliki banyak efek samping bagi
dirinya.
5. Isyarat untuk bertindak (Cues to Action) merupakan faktor yang
memperkuat dalam mempengaruhi seseorang berperilaku
kesehatan setelah memiliki persepsi-persepsi sebelumnya.
Contohnya, faktor eksternal seperti publikasi di media terkait
suatu penyakit menjadikan seseorang mengikuti skrining untuk
mengetahui penyakit tersebut pada dirinya.
6. Self-efficacy adalah keyakinan akan kemampuan yang dapat
membuat seseorang berperilaku untuk menghasilkan suatu hasil
(Bandura, 1997). Untuk mengubah perilaku, seseorang harus
memiliki persepsi bahwa perilakunya selama ini mengancam
(persepsi kerentanan dan keparahan). Lalu, seseorang harus
12
percaya bahwa perubahan perilaku dapat memberikan manfaat
(persepsi manfaat) dan mereka juga harus merasa bahwa mereka
mampu (self-efficacy) untuk melawan batasan (persepsi
batasan) dalam berperilaku lebih baik.
7. Faktor seperti usia, jenis kelamin, suku, sosioekonomi dan
pengetahuan diyakini mempengaruhi perilaku seseorang dengan
memberikan perbedaan pada persepsi-persepsi yang ada.
2.1.3 Helm
2.1.3.1 Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, helm didefinisikan sebagai
topi pelindung kepala yang dibuat dari bahan yang tahan benturan (dipakai
oleh tentara, anggota barisan pemadam kebakaran, pekerja tambang,
penyelam sebagai bagian dari pakaian, pengendara sepeda motor, dan
sebagainya). Definisi helm bagi pengendara sepeda motor dari Badan
Standardisasi Nasional yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia
tahun 2007 tentang Helm pengendara kendaraan bermotor roda dua adalah
bagian dari perlengkapan kendaraan bermotor berbentuk topi pelindung
kepala yang berfungsi melindungi kepala pemakainya apabila terjadi
benturan.15
Terdapat 2 jenis helm, yaitu helm standar terbuka (open face) yang
menutup kepala sampai bagian leher dan menutup depan telinga dan helm
standar tertutup (full face) yang menutup kepala, leher, sampai bagian
mulut. Bagian helm standar menurut SNI terdiri dari :15
1) Tempurung yang merupakan bagian keras dan halus yang
menjadi bagian paling luar dari helm
2) Lapisan pelindung bagian dalam yang dipasang dan berfungsi
untuk menyerap energi benturan
3) Pelindung muka yang melindungi seluruh atau sebagian bagian
muka dan terbuat dari lapisan bening
13
4) Bantalan kenyamanan yang empuk dan ditujukan untuk
memberikan kenyamanan bagi kepala
5) Lapisan pengaman di bagian paling dalam dari helm untuk
memberikan kenyamanan saat digunakan dan berfungsi untuk
melindungi kepala
6) Alat penahan yaitu rakitan kelengkapan penahan yang berfungsi
untuk mempertahankan posisi helm di atas kepala
7) Tali pemegang yang dilengkapi kunci pengikat untuk mengikat
helm ketika digunakan
8) Tutup dagu untuk menutupi rahang bawah pemakai helm pada
waktu tali pemegang dalam keadaan terkunci
9) Pet yang merupakan tambahan dari sungkup yang berada di atas
mata
10) Penutup wajah bagian bawah yang dapat dipasang secara
terpisah maupun permanen untuk melindungi bagian wajah
11) Lubang ventilasi untuk sirkulasi udara dalam helm
12) Lubang pendengaran agar pengendara tetap dapat mendengar
sewaktu menggunakan helm
13) Jaring helm yang langsung bersentuhan dengan kepala
2.1.3.2 Syarat Umum Helm
Menurut Standar Nasional Indonesia, syarat umum helm bagi
pengendara sepeda motor meliputi syarat material dan syarat konstruksi.15
1. Syarat material
Bahan helm harus memenuhi beberapa ketentuan antara lain :
a. Dibuat dari bahan kuat bukan logam, tidak berubah
bentuk jika ditempatkan di ruang terbuka dengan suhu 0
ºC hingga 55 ºC selama paling sedikit 4 jam, tidak
terpengaruh oleh radiasi ultraviolet, dan pengaruh
bensin, minyak, sabun, air, deterjen dan pembersih
lainnya
14
b. Bahan pelengkap helm disyaratkan untuk tahan lapuk,
tahan air dan tidak dapat terpengaruh oleh perubahan
suhu
c. Bahan yang bersentuhan dengan tubuh disyaratkan tidak
boleh terbuat dari bahan yang bisa menyebabkan iritasi
atau penyakit lain pada kulit, tidak mengurangi kekuatan
terhadap benturan, dan tidak berubah apabila
bersentuhan langsung dengan keringat, minyak, dan
lemak dari pemakai
2. Syarat konstruksi
Konstruksi helm harus memenuhi syarat antara lain :
a. Terdiri dari tempurung keras dengan permukaan halus,
lapisan peredam benturan dan tali pengikat
b. Tinggi minimal 114 milimeter diukur dari puncak helm
ke bidang horizontal yang melalui lubang telinga dan
bagian bawah dari dudukan bola mata
c. Keliling lingkaran bagian dalam helm untuk ukuran S
antara 500 mm - <540mm, ukuran M antara 540 mm -
<580 mm, ukuran L antara 580 - <620 mm, dan ukuran
XL >620 mm
d. Tempurung dibuat dari bahan keras, sama tebal dan
homogen kemampuannya, tidak menyatu dengan
pelindung muka dan mata serta tidak boleh memiliki
penguatan setempat
e. Peredam benturan terdiri dari lapisan peredam kejut pada
permukaan bagian dalam tempurung dengan tebal
minimal 10 mm dan jaring helm atau konstruksi lain
yang berfungsi seperti jaring helm
f. Tali pengikat dagu dengan lebar minimum 20 mm dan
dilengkapi dengan penutup telinga serta tengkuk
15
g. Tempurung tidak boleh memiliki tonjolan keluar lebih
dari 5 mm dari permukaan luar dan tidak boleh memiliki
tepi tajam
h. Lebar sudut pandang horizontal sekurang-kurangnya
105º pada tiap sisi, dan sudut pandang vertikal atas dan
bawah masing-masing 30º dan 45º dari bidang utama
i. Harus dilengkapi dengan pelindung telinga, penutup
leher, pet yang bisa dipindahkan, dan tutup dagu
j. Helm tidak boleh mempengaruhi fungsi aura dari
pemakai terhadap suatu bahaya. Lubang ventilasi
dipasang pada tempurung dan harus bisa
mempertahankan temperatur pada ruang kepala dan
tempurung
k. Setiap penonjolan ujung dari paku harus berupa
lengkungan dan tidak boleh lebih dari 2 mm dari
permukaan luar tempurung
l. Helm harus dapat dipertahankan di atas kepala pengguna
dengan kuat melalui tali dengan cara dikaitkan di bawah
dagu atau melewati tali pemegang di bawah dagu yang
dihubungkan dengan tempurung
Selain syarat material dan konstruksi terdapat syarat untuk kerja
serta uji yang harus dilakukan pada helm diantaranya uji penyerapan kejut,
uji penetrasi, uji efektifitas sistem penahan dengan tali pemegang, uji
untuk pergeseran tali pemegang, uji ketahanan terhadap keausan dari tali
pemegang, uji impak miring, uji pelindung dagu, uji sifat mudah
terbakar.15
16
Gambar 2.1 Konstruksi helm full-face
Gambar 2.2 Konstruksi helm open-face
2.1.3.3 Peraturan Pemakaian Helm
Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009
tentang lalu-lintas dan angkutan jalan, pemakaian helm diatur dalam
beberapa pasal berikut :3
a. Pasal 57 ayat (1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan
di Jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan Kendaraan
Bermotor.
b. Pasal 57 ayat (2) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bagi Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia.
c. Pasal 106 ayat (8) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda
Motor dan Penumpang Sepeda Motor wajib mengenakan helm
yang memenuhi standar nasional Indonesia.
17
d. Pasal 291 ayat (1) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda
Motor tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (8) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda
paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
e. Pasal 291 ayat (2) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda
Motor yang membiarkan penumpangnya tidak mengenakan
helm sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (8) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda
paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
2.1.3.4 Cara Kerja Helm
Helm dimaksudkan berfungsi sebagai pelindung kepala pemakainya
ketika terjadi benturan saat kecelakaan, pemakaian helm diperkirakan
dapat mengurangi hingga 42% risiko cedera fatal dan 69% risiko cedera
kepala.5 Menurut buku Helm : Manual Keselamatan Jalan untuk
Pengambil Keputusan dan Praktisi yang dipublikasi oleh WHO, helm
bekerja melalui tiga cara antara lain :16
a. Mengurangi deselerasi kepala dan gerakan otak. Bahan lunak
yang ada pada helm akan menyerap dampak dari tumbukan yang
terjadi sehingga kepala akan berhenti dalam waktu yang lebih
lama, tidak secara tiba-tiba. Hal tersebut membuat otak tidak
akan tertumbuk keras dengan tempurung kepala bagian dalam.
b. Mendistribusikan gaya tumbukan ke permukaan lebih luas.
Tumbukan yang terjadi pada helm akan didistribusikan ke
seluruh permukaan helm sehingga tidak terkonsentrasi pada satu
bidang kontak kecil di kepala.
c. Mencegah kontak langsung ketika terjadi benturan. Kepala akan
membentur bagian lunak di dalam helm saat terjadi benturan
dengan benda lainnya.
18
2.1.4 Cedera
2.1.4.1 Definisi
Menurut WHO, cedera didefinisikan sebagai kerusakan fisik yang
diakibatkan ketika tubuh menerima energi yang tidak dapat ditoleransi dan
tidak dapat diduga sebelumnya. Efek dari cedera dapat berupa lesi pada
tubuh akibat paparan energi yang melebihi batas toleransi atau terjadinya
gangguan fungsi akibat kekurangan satu atau lebih elemen vital (udara, air,
suhu). Waktu antara paparan energi dengan munculnya cedera
berlangsung singkat.17
Sedangkan menurut Riskesdas 2013 cedera adalah kejadian atau
peristiwa yang mengalami cedera yang menyebabkan aktivitas sehari-hari
terganggu.4
Energi yang dapat mengakibatkan cedera antara lain :17
a. Mekanikal, ketika tubuh terbentur pada objek baik yang
bergerak maupun tidak. Contohnya tertabrak kendaraan
bermotor, terbentur dinding, dan sebagainya.
b. Radiant, ketika tubuh terpapar sinar atau cahaya. Contohnya
cahaya silau atau gelombang kejut akibat ledakan.
c. Termal, ketika tubuh terpapar suhu yang melebihi batas
normal. Contohnya tersiram air panas, berada di suhu dingin,
dan sebagainya.
d. Elektrikal
e. Kimia, ketika tubuh terpapar bahan kimia. Contohnya
intoksikasi substansi tertentu.
19
2.1.4.2 Jenis-Jenis Cedera
Kategori cedera menurut WHO dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :4,17
1. Cedera dengan penyebab yang tidak disengaja (Unintentional
Injury)
Cedera dengan penyebab yang tidak disengaja meliputi cedera
akibat kecelakaan transportasi, kecelakaan akibat kerja, tepapar
bahan kimia, jatuh dan diserang binatang,.
2. Cedera dengan penyebab yang disengaja (Intentional Injury)
Cedera dengan penyebab yang disengaja meliputi bunuh diri,
percobaan bunuh diri, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan
fisik dan pelecehan seksual.
3. Cedera dengan penyebab yang tidak dapat ditentukan
(Undeterminated intent)
Cedera dengan penyebab yang tidak dapat ditentukan
merupakan cedera yang penyebabnya sulit untuk dikategorikan
apakah disengaja atau tidak.
2.1.4.3 Prevalensi Cedera
Menurut Global Status Report on Road Safety 2018 pada tahun 2016
angka kematian akibat kecelakaan di jalan raya di dunia mencapai 1,35
juta penduduk dengan rasio 18,2/100.000 penduduk. Kecelakaan di jalan
raya merupakan penyebab nomor 8 kematian di seluruh kelompok usia dan
merupakan penyebab paling banyak kematian pada anak-anak dan dewasa
muda usia 5-29 tahun. Rasio kematian akibat kecelakaan di jalan raya di
Asia Tenggara lebih tinggi dibanding rasio secara global, yaitu mencapai
angka 20,7/100.000 penduduk dan pada negara dengan pendapatan
menengah hingga rendah angka kematian akibat kecelakaan di jalan raya
juga cenderung tinggi. Angka kematian akibat kecelakaan di jalan raya
pada negara-negara di Asia Tenggara paling banyak terjadi pada
20
pengendara sepeda motor roda dua atau tiga yang mencapai 43% dari total
kematian.5
Pada hasil Riskesdas 2013 prevalensi cedera secara nasional adalah
8,2% dengan 15 provinsi memiliki prevalensi lebih tinggi dari angka
nasional. Penyebab cedera terbanyak yaitu akibat jatuh (40,9%) dan
kecelakaan sepeda motor (40,6%) diikuti cedera akibat terkena benda
tajam/tumpul (7,3%), transportasi darat lain (7,1%) dan kejatuhan (2,5%)
serta cedera akibat terbakar, gigitan hewan, keracunan yang memiliki
proporsi sangat kecil. Menurut karakteristik usia, pada usia 15-24 tahun
penyebab cedera tertinggi adalah kecelakaan sepeda motor yang mencapai
angka 67,4% dari seluruh penyebab cedera. Menurut tempat terjadinya
cedera, jalan raya merupakan tempat tersering terjadinya cedera yaitu
mencapai 42,8% diikuti di rumah (36,5%), area pertanian (6,9%) dan
sekolah (5,4%) serta beberapa tempat lainnya yang proporsinya sangat
kecil.4
2.1.4.4 Cedera yang Berhubungan dengan Pemakaian Helm
2.1.4.4.1 Cedera Otak Traumatik
Cedera otak traumatik merupakan salah satu cedera yang paling
sering menyebabkan kematian dan kecacatan di dunia, penyebab
tersering dari cedera otak traumatik adalah kecelakaan di jalan raya.
Setiap tahunnya sekitar 10 juta orang di dunia mengalami cedera otak
traumatik berat yang perlu dirawat di rumah sakit bahkan hingga
menyebabkan kematian. 1,7 juta orang di Amerika Serikat mengalami
cedera otak traumatik setiap tahunnya. Kejadian cedera otak traumatik
berat di Indonesia berkisar antara 6-12% dari seluruh cedera otak
traumatik dan memiliki angka kematian sekitar 25-37%.18
Gegar otak merupakan cedera otak traumatik yang paling sering
terjadi, mencapai angka 75% dari seluruh kasus cedera otak traumatik.
The American Congress of Rehabilitation Medicine (ACRM)
21
mendefinisikan gegar otak sebagai “segala perubahan yang terjadi pada
kondisi mental saat terjadi kecelakaan” perubahan kondisi mental yang
dimaksud adalah disorientasi dan kebingungan. Gegar otak sering
terejadi asimptomatik dan tidak adanya perubahan struktur dari
gambaran pemeriksaan penunjang sehingga sulit didiagnosis pada tahap
awal.19
Menurut data dari penelitian Faried, dkk (2016) di Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung terdapat 407 (66,8%) dari 609 kasus cedera otak
traumatik yang disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor di mana 72%
pasien tidak menggunakan helm ketika terjadi kecelakaan. Karakteristik
cedera otak traumatik pasien melalui CT-Scan antara lain fraktur
tengkorak (69,29%), Perdarahan intra-kranial (47,42%), Perdarahan
extra-kranial (22,85%), Edema otak (33,17%), Midline shift (22,85%),
Perdarahan subarachnoid (11,55%) dan Trauma tembus (2,46%) dengan
rata-rata setiap pasien mengalami 2 dari berbagai kondisi tersebut. Angka
kematian pada pasien mencapai 119 (29,2%).18
2.1.5 Faktor-Faktor Pemakaian Helm
2.1.5.1 Usia
Usia seseorang berbanding lurus dengan kematangan dan
pengalamannya dalam berkendara, hal tersebut juga berlaku pada
pengendara sepeda motor. Remaja merupakan masa di mana seseorang
sedang belajar berkendara, sehingga pengalaman seorang remaja dalam
berkendara berbeda dengan dewasa, termasuk kepatuhan pemakaian helm
sebagai perangkat keselamatan berkendara.10
WHO mengklasifikasikan remaja menjadi tiga kategori, remaja
awal, remaja pertengahan dan remaja akhir. Remaja awal merupakan tahap
remaja pada rentang usia 10 hingga 13 tahun. Pada tahap ini seseorang
baru mengalami pubertas dan terjadi perubahan pada fisiknya. Perubahan
ini dapat memicu kecemasan pada remaja dan terjadinya ketidakstabilan
22
emosi yang mempengaruhi perilakunya. Remaja pertengahan terjadi pada
rentang usia 14 hingga 16 tahun dan remaja akhir pada 17 hingga 19 tahun.
Pada tahap ini seseorang cenderung mulai menemukan jati diri dan lebih
stabil dalam segi emosi, kemampuan analisis seseorang akan meningkat
pada tahap remaja akhir dan sangat berpengaruh pada perilakunya.20
2.1.5.2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada perilaku
seseorang termasuk dalam hal perilaku pemakaian helm. Laki-laki
cenderung memiliki perilaku lebih baik dalam pemakaian helm dibanding
perempuan. Menurut penelitian yang sudah ada, perilaku buruk
perempuan dalam memakai helm dikarenakan perempuan memperhatikan
estetika rambut, kenyamanan, dan merasa lebih panas jika memakai
helm.8,9
Pada usia remaja, termasuk pelajar SLTA, perkembangan
perkembangan pada perempuan cenderung terjadi lebih cepat dibanding
laki-laki. Remaja perempuan juga cenderung memiliki risiko lebih besar
dalam segi kesehatan, termasuk kesehatan mental dan depresi yang dapat
berpengaruh pada perilakunya.10,21
2.1.5.3 Jenis Sekolah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun
2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan terdapat
beberapa jenis pendidikan menengah yang ada di Indonesia, antara lain
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau
bentuk lain yang sederajat.22
Perbedaan pendidikan pada jenis sekolah tersebut berupa adanya
kekhasan pendidikan agama islam pada Madrasah Aliyah dan adanya
pendidikan kejuruan pada Sekolah Menengah Kejuruan.22 Lawrence
23
Green mengatakan Pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi
terhadap perubahan perilaku seseorang.13
2.1.5.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua
Pendidikan sangat berpengaruh pada pengetahuan seorang individu,
semakin tinggi tingkat pendidikan yang diemban akan semakin tinggi pula
pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan juga berhubungan erat dengan
perilaku seseorang, pengetahuan seorang individu terhadap pemakaian
helm, mulai dari urgensi, aturan yang mengikat, hingga dampak yang
dapat ditimbulkan akan mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam
pemakaian helm.23
Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang
ditempuh. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Tiga kategori jenjang pendidikan
tersebut meliputi pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi
(Diploma, S1, S2, dan S3).24
2.1.5.5 Jenis Tinggal
Tempat tinggal bagi seorang remaja akan mempengaruhi
perkembangan remaja tersebut, termasuk perkembangan emosional dan
perilakunya. Remaja yang tinggal bersama orang tua cenderung lebih
diawasi dibanding dengan remaja yang tinggal di kos, namun remaja yang
tinggal di kos akan cenderung lebih mandiri dibanding remaja yang tinggal
bersama orang tua. Kontrol orang tua dan komunikasi yang baik antara
orang tua dan remaja mengurangi perilaku berisiko yang dilakukan
remaja.25
24
2.2 Kuesioner Penelitian
2.2.1 Kuesioner Youth Risk Behavior Survey
Kuesioner YRBS digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui
perilaku berisiko yang dapat menjadi penyebab kematian dan disabilitas
pada remaja dan dewasa, terdapat enam kategori perilaku berisiko antara
lain : 1) Perilaku yang berkontribusi menyebabkan cedera yang tidak
diinginkan dan kekerasan 2) Perilaku seksual yang berkaitan dengan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual, termasuk
infeksi HIV 3) Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang 4)
Penggunaan rokok 5) Perilaku diet yang tidak sehat 6) Aktivitas fisik yang
tidak adekuat
Perilaku pemakaian helm saat mengendarai sepeda motor atau sepeda
termasuk perilaku berisiko yang berkontribusi pada terjadinya cedera yang
tidak diinginkan, terdapat pertanyaan mengenai perilaku pemakaian helm
pada kuesioner YRBS yaitu sebagai berikut :
(17) Frekuensi mengenakan helm ketika mengendarai sepeda motor
dalam 12 bulan terakhir
(18) Frekuensi mengenakan helm ketika mengendarai sepeda dalam
12 bulan terakhir
25
2.3 Kerangka Teori
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo perubahan perilaku
didasari atas tiga faktor. Selanjutnya proses adopsi perilaku terbagi menjadi
beberapa tahap menurut teori yang dikemukakan Rogers, yaitu Awareness,
Interest, Evaluation, Trial dan Adoption dan dipengaruhi kepercayaan
individu sebagaimana dijelaskaan menurut teori Health Belief Model. 13,14
26
2.4 Kerangka Konsep
27
2.5 Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil
Pengukuran
Skala
Variabel Terikat
1. Perilaku
pemakaian
helm
Tindakan
yang
dilakukan
pengendara
sepeda motor
dalam
kebiasaan
pemakaian
helm saat
berkendara
Kuesioner
YRBS dari
CDC
pertanyaan
nomor 171
1. Selalu
memakai
helm
2. Tidak
selalu
memakai
helm
3. Tidak
pernah
memakai
helm
Ordinal
Variabel Bebas
2. Tingkat
Pendidikan
Orang Tua
Jenjang
pendidikan
terakhir yang
ditempuh
orang tua
responden
pada jalur
pendidikan
formal
Kuesioner
YRBS dari
CDC
pertanyaan
nomor 8
dan 91
1. Pendidikan
Dasar (SD,
SMP)
2. Pendidikan
Menengah
(SMA)
3. Pendidikan
Tinggi
(Diploma,
S1, S2,
S3)22
Ordinal
3. Jenis
Tinggal
Tempat
tinggal
responden
Kuesioner
YRBS dari
CDC
1. Bersama
orang tua
(Tinggal
Nominal
28
selama
melaksanakan
pendidikan di
sekolah
pertanyaan
nomor 101
serumah
dengan
orang tua)
2. Tidak
bersama
dengan
orang tua
(Tinggal
tidak
serumah
dengan
orang tua)
4. Status
Ekonomi
Suatu
keadaan yang
menunjukkan
kemampuan
finansial
keluarga dan
perlengkapan
material yang
dimiliki
Kuesioner
YRBS dari
CDC
pertanyaan
nomor 111
1. Rumah
Tangga
Miskin dan
Tidak
Mampu
(Daya
Listrik
tidak ada,
450 VA,
dan 900
VA)
2. Rumah
Tangga
Mampu
(Daya
Listrik
>900
VA)26
Ordinal
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
metode potong lintang (cross sectional).
3.2 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di
Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Waktu penelitian dilaksanakan
dari bulan Oktober 2017 hingga Desember 2017.
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pelajar SLTA pengendara
sepeda motor di Indonesia
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah pelajar kelas X, XI, dan XII SMA
35 Jakarta Pusat, SMA Bakti Mulya Jakarta Selatan, SMA Al-Azkia Kota
Serang, SMA Al-Huda Kota Serang, SMA Darussalam Kota Serang, SMAN
27 Kabupaten Tangerang, SMA 3 Cirebon, SMA 1 Ciwaringin, SMKS
Muhammadiyah 5 Jakarta Pusat, SMK Pondok Indah Jakarta Selatan,
SMKS PGRI 4 Kota Serang, SMKN 9 Kabupaten Tangerang, SMK PUI
Kota Cirebon, SMK Ciwaringin 1, SMK Ciwaringin 2, MA Jamiat Kheir
Jakarta Pusat, MAN Ishlaahul Ummah Kabupaten Tangerang, MA
Salafiyah Kota Cirebon, MAS Tunas Cendikia Kabupaten Cirebon yang
terpilih secara acak dan bersedia menjadi responden penelitian.
3.4 Besar Sampel
Perhitungan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
analitik kategorik tidak berpasangan, maka dihitung menggunakan rumus :
30
Rumus analitik kategorik tidak berpasangan
N = ((Zα√2PQ) + Zβ√P1Q1 + P2Q2
P1 − P2)
2
Keterangan :
N = besar sampel
Zα = derivat baku normal untuk α = 1,96
Zβ = derivat baku normal untuk β = 1,64
α = kesalahan tipe satu ditetapkan peneliti = 5%
β = kealahan tipe dua ditetapkan peneliti = 5%
P = proporsi total = (P1+P2)/2 = (0,42+0,22)/2 = 0,32
P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya ditentukan peneliti = 0,42
P2 = proporsi pada kelompok yang telah diketahui nilainya (proporsi
kelompok yang memiliki dukungan keluarga dengan perilaku safety riding
buruk) = 0,2227
P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna, ditetapkan
sebesar 0,2
Q = 1- P = 1 – 0,32 = 0,68
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,42 = 0,58
Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,22 = 0,78
N1 = N2 = ((1,96√0,435) + 1,64√0,243 + 0,171
0,20)
2
= 138
N Total = N1 + N2 = 138 + 138 = 276
Berdasarkan rumus di atas, sampel minimum yang diperlukan sebesar
276 responden. Perkiraan antisipasi drop out sebesar 10% dari jumlah sampel
minimum, maka :
N = Jumlah sampel /0,9
N = 276/0,9
N = 306 sampel
31
3.5 Pemilihan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan probability
sampling dengan metode multistage random sampling pada sampel dari
seluruh SLTA di Indonesia.
Penelitian dilakukan di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten
berdasarkan keterjangkauan dan kemampulaksanaan tim peneliti, dilakukan
randomisasi kota/kabupaten di provinsi tersebut. Kemudian, dilakukan
pendataan jumlah SMA, SMK dan MA yang ada berdasarkan pangkalan data
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sehingga terpilih beberapa SMA,
SMK, dan MA secara acak. Randomisasi selanjutnya dilakukan pada pelajar
kelas X, XI, dan XII dari tiap sekolah berdasarkan daftar hadir pelajar setiap
kelas untuk memilih pelajar yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini.
3.6 Kriteria Sampel
3.6.1 Kriteria Inklusi
Pelajar Kelas X, XI, dan XII di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan
Banten yang bersedia menjadi responden.
3.6.2 Kriteria Eksklusi
1. Pelajar yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap
2. Pelajar yang mencantumkan jawaban yang tidak tersedia dalam pilihan
jawaban kuesioner YRBS
3. Pelajar yang bukan pengendara sepeda motor
3.7 Cara Kerja Penelitian
1. Menentukan tema dan judul penelitian
2. Menentukan desain penelitian
3. Menentukan alat ukur penelitian yaitu menggunakan kuesioner YRBS
2017 dari CDC sebagai kuesioner penelitian
32
4. Permohonan izin kepada pembuat kuesioner YRBS 2017 untuk
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan penggunaan kuesioner
untuk penelitian ini
5. Uji validitas dan realibilitas kuesioner YRBS versi Bahasa Indonesia
6. Permohonan izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
7. Pendataan seluruh SLTA di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten
8. Pemilihan SLTA yang akan dijadikan sampel penelitian secara acak
9. Permohonan izin dari sekolah yang terpilih sebagai sampel penelitian
untuk pengambilan data
10. Pendataan jumlah pelajar kelas X, XI, dan XII di sekolah terpilih dan
melakukan randomisasi pada seluruh pelajar di sekolah tersebut untuk
dijadikan sampel penelitian
11. Penyampaian informed consent kepada sampel penelitian secara lisan
dan pemberian penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan
12. Penyerahan dan pengisian lembar persetujuan penelitian kepada sampel
penelitian. Jika setuju dan bersedia menjadi sampel, lembar persetujuan
tidak perlu dikembalikan kepada peneliti, namun jika tidak setuju dan
tidak bersedia, lembar persetujuan ditandatangani oleh orang tua sampel
dan dikembalikan kepada peneliti.
13. Penjelasan tentang cara pengisian kuesioner kepada sampel terpilih
14. Pengisian kuesioner YRBS 2017 yang telah diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia secara lengkap
15. Pengambilan data dari kuesioner yang telah diisi dan dilakukan
pemilihan data oleh peneliti untuk menilai data tersebut memenuhi
kriteria atau tidak
16. Analisis data menggunakan program IBM SPSS Statistics
17. Penulisan laporan penelitian
33
3.8 Alur Penelitian
34
3.9 Manajemen Data
3.9.1 Pengumpulan Data
Data yang didapat dalam penelitian ini merupakan data primer yang
diperoleh melalui kuesioner yang diisi langsung oleh responden berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman responden
3.9.2 Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam
penelitian ini adalah kuesioner Youth Risk Behavior Survey (YRBS) 2017
dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) yang telah divalidasi
dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh tim YRBS Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kuesioner berupa pertanyaan
tertulis dengan pilihan jawaban untuk memperoleh data latar belakang dan
perilaku berisiko responden, antara lain :
a. Tingkat Pendidikan orang tua, terdapat pada pertanyaan no. 8-9
b. Jenis Tinggal, terdapat pada pertanyaan no. 10
c. Status ekonomi, terdapat pada pertanyaan no. 11
d. Pemakaian helm, terdapat pada pertanyaan no. 17-18
Penelitian ini dilakukan bersama dengan tim peneliti Youth Risk
Behavior Surveillance System (YRBSS) Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang dipimpin oleh dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc
3.9.3 Uji Validitas Dan Reliabilitas
Uji Validitas dan realibilitas telah dilakukan oleh tim YRBS Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.9.4 Pengolahan Dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan
program IBM SPSS Statistics 25 dengan beberapa tahap pengolahan data
yaitu :
3.9.4.1 Editing
Pemeriksaan ulang kebenaran dan kelengkapan data dari kuesioner YRBS.
35
3.9.4.2 Coding
Pemberian kode pada data yang ada menggunakan Microsoft Excel.
3.9.4.3 Data Entry
Melakukan input data yang telah dikumpulkan dalam Microsoft
Excel ke dalam program IBM SPSS Statistics.
3.9.4.4 Analisis Data
Melakukan analisis univariat dengan tujuan melihat distribusi data
pada variabel dependen (pemakaian helm) dan independen (tingkat
pendidikan orang tua, Jenis Tinggal dan status ekonomi) dan analisis
bivariat dengan tujuan melihat hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-Square.
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian diuji kepada 50 responden menggunakan
kuesioner YRBS 2017 yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
oleh tim YRBSS FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebanyak 116 butir
pertanyaan yang ada pada kuesioner YRBS 2017 dilakukan uji instrumen.
4.1.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menentukan apakah instrumen yang
digunakan mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Suatu item
kuesioner dinyatakan memiliki validitas baik apabila nilai korelasi pearson
(r hitung) lebih banyak dibanding r tabel. Pada penelitian ini dengan 50
responden dan tingkat signifikansi 0,05 didapatkan nilai r tabel sebesar
0,273.
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner
No. Variabel Nilai r
hitung
Nilai
P
Nilai r
tabel
Keterangan
validasi
1. Usia 0,600 0,000 0,273 Baik
2. Jenis Kelamin -0,196 0,172 0,273 Kurang baik
3. Jenis Sekolah 0,470 0,001 0,273 Baik
4. Tingkat Kelas 0,562 0,000 0,273 Baik
5. Jenis Tinggal -0,169 0,239 0,273 Kurang baik
6. Tingkat Pendidikan Terakhir Ayah -0,315 0,026 0,273 Kurang baik
7. Tingkat Pendidikan Terakhir Ibu -0,340 0,016 0,273 Kurang baik
8. Daya Listrik -0,026 0,860 0,273 Kurang baik
9.
Frekuensi pemakaian helm ketika
mengendarai sepeda motor dalam 12
bulan terakhir
0,199 0,167 0,273 Kurang baik
37
Berdasarkan tabel didapatakan bahwa hasil validitas untuk pertanyaan
mengenai usia, jenis sekolah dan tingkat kelas memiliki validitas baik
dilihat dari nilai r hitung > r tabel. Sedangkan, pertanyaan mengenai jenis
kelamin, Jenis Tinggal, tingkat pendidikan terakhir ayah, tingkat pendidikan
terakhir ibu, daya listrik dan frekuensi pemakaian helm ketika mengendarai
sepeda motor dalam 12 bulan terakhir memiliki validitas kurang baik karena
nilai r hitung < r tabel. Hal ini dikarenakan kurangnya variasi jawaban dalam
responden. Pertanyaan yang memiliki validitas kurang baik tetap akan
digunakan dalam kuesioner.
4.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrumen
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen
dikatakan reliabel jika bisa memberikan nilai yang sama atau hampir sama
jika dilakukan pengukuran secara berulang. Pengukuran reliabilitas
instrumen dilakukan dengan mengetahui nilai cronbach’s alpha.
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner
Jumlah item kuesioner
116
Cronbach’s alpha
0,763
Tabel menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha pada seluruh item
kuesioner adalah 0,763. Nilai cronbach’s alpha tersebut menunjukkan
bahwa seluruh item kuesioner YRBS 2017 reliabel, sehingga kuesioner
tersebut dapat memberikan hasil yang hampir sama jika dilakukan
pengambilan data berulang.
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi sampel
berdasarkan karakteristik sampel berupa usia, jenis kelamin, jenis sekolah,
kelas, Jenis Tinggal, pendidikan terakhir ayah, pendidikan terakhir ibu, daya
listrik, dan frekuensi pemakaian helm.
38
Jumlah sampel terpilih sebesar 2071 sampel pelajar dari sekolah terpilih
di Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat yang merupakan pengendara
sepeda motor. Setelah dilakukan penilaian ulang pada hasil pengisian
kuesioner didapatkan 417 sampel merupakan kriteria eksklusi karena tidak
mengisi kuesioner dengan lengkap dan jawaban tidak sesuai dengan pilihan
jawaban tersedia sehingga didapatkan sampel akhir pada penelitian ini
sebesar 1654 pelajar.
4.2.1 Karakteristik Sampel
Tabel 4.3 Gambaran Karakteristik Sampel
No. Variabel Kategori Jumlah Proporsi
1. Usia
Remaja Awal (10-13 Tahun)
Remaja Pertengahan (14-16 Tahun)
Remaja Akhir (17-19 Tahun)
4
950
700
0,2%
57,5%
42,3%
2. Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
773
881
46,7%
53,3%
3. Jenis
Sekolah
SMA
MA
SMK
718
142
794
43,4%
8,6%
48,0%
4. Kelas
10
11
12
543
543
568
32,8%
32,8%
34,3%
5. Jenis Tinggal
Bersama orang tua, Rumah milik sendiri
Bersama orang tua, Rumah sewa
Tidak bersama orang tua, Kos
Tidak bersama orang tua, Rumah saudara
1340
170
95
49
81,0%
10,3%
5,7%
3,0%
6.
Pendidikan
Terakhir
Ayah
Dasar
Menengah
Tinggi
842
545
267
50,9%
33,0%
16,1%
7. Pendidikan
Terakhir Ibu
Dasar
Menengah
Tinggi
959
489
206
58,0%
29,6%
12,5%
9. Status
Ekonomi
Rumah Tangga Miskin dan Tidak Mampu
Rumah Tangga Mampu
933
721
56,4%
43,6%
39
Berdasarkan tabel didapatkan bahwa seluruh sampel terpilih
merupakan remaja dan menurut kategori WHO responden paling banyak
merupakan remaja pertengahan dengan rentang usia 14-16 tahun (57,5%),
remaja akhir dengan rentang usia 17-19 tahun (42,3%) dan sisanya
merupakan remaja awal dengan rentang usia 10-13 tahun proporsinya
sangat sedikit.20 Hal tersebut menunjukkan sebanyak 57,7% responden
merupakan pengendara di bawah umur.
Jumlah responden perempuan (53,3%) lebih banyak dibandingkan
laki-laki (46,7%). Berdasarkan jenis sekolah, distribusi sampel terbanyak
terdapat pada pelajar SMK (48,0%), SMA (43,4%), dan MA (8,6%).
Tingkatan kelas cenderung merata dengan proporsi kelas 10 (32,8%), 11
(32,8%), 12 (34,3%). Hal tersebut sesuai dengan sasaran sampel penelitian
yaitu pelajar SLTA di Indonesia yang dipilih menggunakan metode
randomisasi bertingkat.
Latar belakang pendidikan orang tua dikategorikan menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 sebagai Pendidikan Dasar untuk
pendidikan terakhir SD hingga SMP, Menengah untuk SMA, dan Tinggi
untuk Diploma, Sarjana, Magister, dan Doktor. Distribusi pendidikan orang
tua sampel penelitian mayoritas ada pada pendidikan dasar sebanyak 842
(50,9%) untuk pendidikan ayah dan 959 (58,0%) untuk pendidikan ibu.
Sampel penelitian paling banyak tinggal bersama orang tua di rumah
milik sendiri (81,0%) diikuti tinggal bersama orang tua di rumah sewa
(10,3%), tinggal di rumah kos tidak bersama orang tua (5,7%) dan tinggal
di rumah saudara tidak bersama orang tua (3,0%). Status ekonomi
dikategorikan berdasarkan daya listrik yang dimiliki menurut Peraturan
Menteri ESDM Nomor 28 tahun 201626 yaitu Rumah Tangga Miskin dan
Tidak Mampu pada rumah yang tidak memiliki daya listrik, 450 VA dan
900 VA sebanyak 933 (56,4%) responden serta Rumah Tangga Mampu
40
pada rumah yang memiliki daya listrik >900 VA sebanyak 721 (43,6%)
responden.
4.2.2 Frekuensi Pemakaian Helm
Tabel 4.4 Frekuensi Pemakaian Helm dalam 12 bulan terakhir
No. Kategori Jumlah Proporsi
1.
2.
3.
Tidak pernah memakai helm
Tidak selalu memakai helm
Selalu memakai helm
164
1323
167
9,9%
80,0%
10,1%
Berdasarkan tabel dari 1654 responden 164 (9,9%) di antaranya tidak
pernah memakai helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan
terakhir, kemudian 1323 (80,0%) responden tidak selalu memakai helm
ketika mengendarai sepeda motor. Kedua kelompok responden tersebut
tidak sejalan dengan undang-undang Republik Indonesai nomor 22 tahun
2009 tentang lalu-lintas dan angkutan jalan pasal 57 ayat (2) sebagai dasar
hukum pemakaian helm pada pengendara sepeda motor di Indonesia.
Sedangkan, hanya 167 (10,1%) responden yang selalu memakai helm ketika
mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir.
41
4.3 Analisis Bivariat
Penelitian ini menggunakan uji Chi-Square pada analisis bivariat untuk
mengetahui kemaknaan hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas.
Hasil uji dinyatakan bermakna jika nilai p <0,05.
4.3.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Perilaku
Pemakaian Helm
4.3.1.1 Tingkat Pendidikan Ayah
Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Pendidikan Ayah dengan Perilaku Pemakaian Helm
Tingkat
Pendidikan Ayah
Perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12
bulan terakhir
Selalu Memakai
Helm
Tidak Selalu
Memakai Helm
Tidak Pernah
Memakai Helm Nilai P
N % N % N %
Pendidikan Dasar 40 4,8 697 82,8 105 12,5
0.000
Pendidikan
Menengah 62 11,4 441 80,9 42 7,7
Pendidikan Tinggi 65 24,3 185 69,3 17 6,4
Total 167 10,1 1323 80,0 164 9,9
Berdasarkan tabel didapatkan bahwa jumlah sampel yang memiliki
ayah dengan tingkat pendidikan dasar adalah 842 (50,9%) responden dan
ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir 105 (12,5%)
responden tidak pernah memakai helm. Selanjutnya, responden yang
memiliki ayah dengan tingkat pendidikan menengah adalah 545 responden
dan 42 (7,7%) responden tidak pernah memakai helm ketika mengendarai
sepeda motor dalam 12 bulan terakhir. Kemudian, responden yang
memiliki ayah dengan tingkat pendidikan tinggi adalah 267 responden dan
17 (6,4%) responden tidak pernah memakai helm ketika mengendarai
sepeda motor dalam 12 bulan terakhir.
Hasil uji Chi-square memperlihatkan nilai p = <0,05 hal tersebut
menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat pendidikan ayah dengan perilaku pemakaian helm
42
ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir pada
pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia pada tahun 2017.
Semakin tinggi tingkat pendidikan ayah semakin baik perilaku pemakaian
helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia.
4.3.1.2 Tingkat Pendidikan Ibu
Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Perilaku Pemakaian Helm
Tingkat
Pendidikan Ibu
Perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12
bulan terakhir
Selalu Memakai
Helm
Tidak Selalu
Memakai Helm
Tidak Pernah
Memakai Helm Nilai P
N % N % N %
Pendidikan Dasar 45 4,7 796 83,0 118 12,3
0.000
Pendidikan
Menengah 61 12,5 395 80,8 33 6,7
Pendidikan Tinggi 61 29,6 132 64,1 13 6,3
Total 167 10,1 1323 80,0 164 9,9
Berdasarkan tabel, dari 959 (58,0%) responden yang memiliki Ibu
dengan tingkat pendidikan dasar didapatkan 118 (12,3%) responden tidak
pernah memakai helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan
terakhir, sedangkan dari 489 responden yang memiliki Ibu dengan tingkat
pendidikan menengah didapatkan 33 (6,7%) responden yang tidak pernah
memakai helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir,
dan dari 206 responden yang memiliki Ibu dengan tingkat pendidikan
tinggi didapatkan 13 (6,3%) responden yang tidak pernah memakai helm
ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir.
Hasil Uji Chi-Square menunjukkan nilai p = <0,05 hal tersebut
memiliki arti bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat pendidikan ibu dengan perilaku pemakaian helm
ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir pada
pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia tahun 2017. Semakin
43
tinggi tingkat pendidikan ibu semakin baik perilaku pemakaian helm pada
pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia.
4.3.2 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Pemakaian Helm
Tabel 4.7 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Pemakaian Helm
Status Ekonomi
Perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12
bulan terakhir
Selalu Memakai
Helm
Tidak Selalu
Memakai Helm
Tidak Pernah
Memakai Helm Nilai P
N % N % N %
Rumah Tangga
Miskin dan Tidak
Mampu
61 6,5 765 82,0 107 11,5
0.000 Rumah Tangga
Mampu 106 14,7 558 77,4 57 7,9
Total 167 10,1 1323 80,0 164 9,9
Berdasarkan tabel didapatkan hasil dari 933 (56,4%) responden yang
termasuk dalam kategori rumah tangga miskin dan tidak mampu 107
(11,5%) di antaranya tidak pernah memakai helm ketika mengendarai
sepeda motor dalam 12 bulang terakhir. Sedangkan, dari 721 (43,6%)
responden yang termasuk dalam kategori rumah tangga mampu terdapat
57 (7,9%) responden yang tidak pernah memakai helm ketika mengendarai
sepeda motor dalam 12 bulan terakhir.
Pada uji Chi-Square didapatkan hasil nilai p = <0,05 yang berarti
secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara status
ekonomi dengan perilaku pemakaian helm ketika mengendarai
sepeda motor dalam 12 bulan terakhir pada pelajar SLTA pengendara
sepeda motor di Indonesia tahun 2017. Semakin tinggi status ekonomi
semakin baik perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara
sepeda motor di Indonesia.
44
4.3.3 Hubungan Jenis Tinggal dengan Perilaku Pemakaian Helm
Tabel 4.8 Hubungan Jenis Tinggal dengan Perilaku Pemakaian Helm
Jenis Tinggal
Perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12
bulan terakhir
Selalu Memakai
Helm
Tidak Selalu
Memakai Helm
Tidak Pernah
Memakai Helm Nilai P
N % N % N %
Bersama Orang
Tua 158 10,5 1209 80,1 143 9,5
0.055 Tidak Bersama
Orang Tua 9 6,3 114 79,2 21 14,6
Total 167 10,1 1323 80,0 164 9,9
Berdasarkan tabel, didapatkan bahwa dari 1510 (91,3%) responden
yang tinggal bersama orang tua 143 (9,5%) diantaranya tidak pernah
memakai helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir.
Sedangkan dari 144 (8,7%) responden yang tidak tinggal bersama orang
tua 21 (14,6%) diantaranya tidak pernah memakai helm ketika
mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir.
Setelah dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil nilai p sebesar
0,055 atau p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis tinggal dengan
perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12
bulan terakhir pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia
tahun 2017.
45
4.4 Pembahasan
4.4.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Perilaku
Pemakaian Helm
Berdasarkan hasil analisis bivariat terkait hubungan tingkat
pendidikan orang tua terhadap perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA
pengendara sepeda motor di Indonesia, didapatkan bahwa pada kategori
tingkat pendidikan ayah dan ibu dengan perilaku pemakaian helm
responden terdapat hubungan yang bermakna (p <0,05). Sesuai teori dari
Lawrence Green, di mana Pengetahuan menjadi faktor predisposisi yang
mendukung terjadinya perilaku seseorang, Orang tua yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan lebih dibanding orang
tua dengan tingkat pendidikan dasar, hal tersebut mempengaruhi perilaku
orang tua dalam memberikan dukungan kepada anak dalam berperilaku, di
mana dukungan keluarga menjadi faktor penguat terjadinya perilaku pada
seseorang termasuk perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda
motor.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ridho10 dan
Fadilah11 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku pemakaian helm dengan nilai p = 0,001 dan 0,023. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pengetahuan yang
dimiliki terkait risiko cedera kepala, risiko kematian, manfaat memakai
helm ketika mengendarai sepeda motor dan pengetahuan akan aturan yang
mengatur pemakaian helm. Kesenjangan dengan penelitian ini adalah pada
penelitian ini pengetahuan yang diteliti adalah pengetahuan orang tua
responden yang diukur melalui tingkat pendidikan terakhir.
Penelitian lain yang dilakukan Case23 melaporkan bahwa anak yang
memiliki ibu dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih sehat. Hal
tersebut berkaitan dengan pengetahuan akan kesehatan dan memiliki
perilaku kesehatan lebih baik yang mempengaruhi anaknya.
46
Orang tua dengan tingkat pendidikan tinggi akan memberikan
pengetahuan lebih kepada anak dibandingkan orang tua dengan tingkat
pendidikan dasar. Semakin banyak pengetahuan diberikan akan
mempengaruhi persepsi kerentanan (Perceived susceptibility), persepsi
keparahan (Perceived severity), persepsi manfaat (Perceived Benefits) dan
persepsi batasan (Perceived Barriers) untuk memakai helm ketika
mengendarai sepeda motor.
4.4.2 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Pemakaian Helm
Berdasarkan hasil bivariat didapatkan hasil bahwa adanya hubungan
bermakna antara status ekonomi dengan perilaku pemakaian helm pada
pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia tahun 2017 (p <0,05).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Colle, Asfian, dan
Andisiri28 mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku safety
riding di mana didapatkan hasil adanya hubungan antara dukungan keluarga
dengan perilaku safety riding dengan nilai p=0,002. Salah satu dukungan
keluarga yang dimaksud adalah dukungan finansial dalam menjamin
ketersediaan sarana prasarana dalam berperilaku safety riding.
Sesuai dengan teori Lawrence Green yang mengatakan bahwa
dukungan keluarga menjadi faktor penguat terjadinya perilaku pada
seseorang. Dukungan finansial keluarga terhadap seseorang mempengaruhi
perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda motor, seperti yang
dikatakan Peltzer dan Pengpid7 bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
pemakaian helm adalah karakteristik dari helm yang berhubungan dengan
kualitas, jenis, dan harga.
Selain itu, penelitian yang dilakukan Dennis, dkk29 menyebutkan
status ekonomi mempengaruhi perilaku pemakaian helm, pekerja yang
mengendarai sepeda motor milik kantor yang tidak diberi fasilitas helm juga
tidak mampu membeli helm sendiri dengan alasan ekonomi. Penelitian lain
oleh Wang dan Geng30 mengatakan bahwa semakin tinggi status
47
sosioekonomi yang berkaitan dengan tiga aspek yaitu pekerjaan, pendapatan
dan tingkat pendidikan maka seseorang juga akan memiliki kesehatan fisik
yang lebih baik (p <0,05).
Keluarga dengan status ekonomi baik akan memberikan dukungan
lebih dalam menyediakan sarana prasarana, dalam konteks perilaku
pemakaian helm, keluarga dengan ekonomi baik akan memberikan helm
dengan kualitas baik dibandingkan keluarga dengan ekonomi kurang yang
memberikan helm dengan kualitas yang lebih rendah atau bahkan tidak
memberikan helm sebagai perangkat keselamatan. Selain itu, keluarga
dengan status ekonomi baik juga akan memberikan pendidikan akan
perilaku berisiko dan dampaknya yang dalam konsep Health Belief Model
akan mempengaruhi persepsi ancaman (Perceived Threat) dan persepsi
manfaat (Perceived Benefits).
4.4.3 Hubungan Jenis Tinggal dengan Perilaku Pemakaian Helm
Berdasarkan analisis data hubungan Jenis Tinggal dengan perilaku
pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia
tahun 2017 menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna
antara jenis tinggal yaitu bersama orang tua atau tidak bersama orang tua
dengan perilaku pemakaian helm (p = 0,055). Teori Lawrence Green
mengatakan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penguat
terjadinya perilaku pada seseorang.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maharani31
yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga
berupa izin orang tua dengan perilaku remaja berkendara sepeda motor
dengan nilai p = 0,596 di mana pengendara yang mendapat izin keluarga
dan tidak mendapat izin keluarga untuk berkendara cenderung memiliki
perilaku yang sama. Pada penelitian yang dilakukan oleh Colle, Asfian, dan
Andisiri28 mengatakan bahwa sebenarnya pihak keluarga belum sepenuhnya
memberikan dukungan pada perilaku safety riding, di mana orang tua
48
merasa bahwa sarana prasarana safety riding seperti Surat Izin Mengemudi
hanya sebagai formalitas. Sehingga pelajar yang tinggal bersama orang tua
maupun tidak bersama orang tua sama-sama memiliki perilaku berisiko.
Kesenjangan dengan penelitian ini yaitu variabel yang diteliti merupakan
perilaku berkendara yang diteliti spesifik pada perilaku pemakaian helm dan
dilakukan pada pelajar SLTA di Indonesia, sehingga hasil yang didapatkan
sedikit berbeda.
Selain itu, hal ini juga berkaitan dengan proses pembentukan perilaku
di mana keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki
kewajiban memenuhi kebutuhan anggota keluarganya salah satunya dalam
hal pendidikan akan kesehatan. Puspitawati32 menggambarkan fungsi
keluarga dalam pembentukan perilaku salah satunya disebut teori struktural-
fungsional di mana perilaku yang dibentuk dalam keluarga harus
berdasarkan norma dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat sehingga
terjadi keseimbangan antara perilaku anggota keluarga dengan norma
tersebut. Perilaku kesehatan harus dibentuk sejak dini dan tidak serta merta
ada pada anak sehingga perlu peran orang tua secara menyeluruh dalam
membentuk perilaku kesehatan pada anak. Chapman dalam Puspitawati32
juga mengatakan keluarga memiliki peran untuk anak menjadi mandiri
sehingga anak yang telah dididik sejak dini akan perilaku kesehatan akan
memiliki perilaku tersebut meskipun tidak tinggal bersama keluarga.
4.5 Keunggulan Penelitian
1. Menyajikan data perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA di
Indonesia tahun 2017
2. Menjadi referensi penelitian di Indonesia terkait perilaku berisiko
khususnya pemakaian helm pada pengendara sepeda motor
4.6 Keterbatasan Penelitian
1. Pengambilan data dilakukan dengan metode pengisian kuesioner YRBS
yang mengharuskan menjawab pertanyaan kejadian yang terjadi dalam
49
12 bulan terakhir dan bersifat subjektif, sehingga dapat terjadi bias pada
subjek dalam mengingat
2. Penelitian ini tidak mengendalikan variabel perancu dalam analisis
statistik
3. Variabel penelitian status ekonomi hanya berdasarkan daya listrik yang
dimiliki, tidak memperhatikan pendapatan keluarga perbulan
4. Variabel penelitian perilaku pemakaian helm hanya diteliti pada pelajar
SLTA pengendara sepeda motor bukan termasuk penumpang sepeda
motor
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Sebanyak 80,0% pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia
tahun 2017 tidak selalu memakai helm ketika mengendarai sepeda motor
dalam 12 bulan terakhir, sisanya sebanyak 9,9% tidak pernah memakai
helm dan hanya 10,1% pelajar yang selalu memakai helm dengan
proporsi pengendara di bawah umur mencapai 57,7%.
2. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ayah
dengan perilaku pemakaian helm. Semakin tinggi tingkat pendidikan
ayah semakin baik perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA
pengendara sepeda motor di Indonesia dengan nilai p = 0.000
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan
perilaku pemakaian helm. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu
semakin baik perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara
sepeda motor di Indonesia Indonesia dengan nilai p = 0.000
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara status ekonomi dengan
perilaku pemakaian helm. Semakin tinggi status ekonomi semakin baik
perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor
di Indonesia dengan nilai p = 0.000
5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis tinggal dengan
perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor
di Indonesia dengan nilai p = 0.055
6. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemakaian helm pada
pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia tahun 2017 dari segi
dukungan keluarga sebagai faktor penguat adalah tingkat pendidikan
orang tua dan status ekonomi.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan penelitian pada variabel lain seperti jenis kelamin,
lokasi berkendara, pengetahuan responden, persepsi responden, hukum
yang mengatur, serta proses penegakan hukum sebagai faktor-faktor
51
perilaku pemakaian helm dari segi faktor predisposisi, faktor pemungkin
dan faktor penguat untuk mendukung dan melengkapi penelitian ini.
2. Perlu dilakukan penelitan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pelajar SLTA pengendara sepeda motor di bawah umur.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait akibat yang ditimbulkan
dari perilaku berisiko terkait pemakaian helm pada pelajar SLTA
pengendara sepeda motor di Indonesia
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait efektivitas kegiatan
promotif safety riding yang telah dilakukan melihat masih banyak
proporsi pelajar SLTA di Indonesia dengan perilaku berisiko terkait
pemakaian helm
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pembentukan perilaku
safety riding di keluarga
6. Perlu dilakukan upaya promotif dan preventif pada pelajar SLTA
pengendara sepeda motor di Indonesia dan keluarga khususnya terkait
perilaku pemakaian helm dan perilaku berkendara di bawah umur serta
akibat yang ditimbulkan dari perilaku berisiko tersebut
7. Perlu dilakukan pendidikan akan perilaku safety riding di lingkungan
keluarga sejak dini
8. Perlu dilakukan kerjasama interprofesi dalam upaya promotif dan
preventif terkait perilaku kesehatan pada remaja di Indonesia
52
DAFTAR PUSTAKA
1. CDC. Youth Risk Behavior Surveillance System (YRBSS),
https://www.cdc.gov/healthyyouth/data/yrbs/index.htm (2019, diakses 16
Juli 2019).
2. Badan Pusat Statistik. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut
Jenis, 1949-2017, https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1133
(2017, diakses 16 Juli 2019).
3. Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Republik Indonesia, 2009.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta, 2013. Epub ahead of print 2013. DOI:
10.1007/s13398-014-0173-7.2.
5. World Health Organization. Global Status Report On Road Safety 2018.
Geneva: World Health Organization, 2018. Epub ahead of print 2018. DOI:
10.1590/s1809-98232013000400007.
6. Macleod JBA, Digiacomo JC, Tinkoff G. An Evidence-Based Review :
Helmet Efficacy to Reduce Head Injury and Mortality in Motorcycle
Crashes : EAST Practice Management Guidelines. J Trauma Inj Infect Crit
Care; 69. Epub ahead of print 2010. DOI: 10.1097/TA.0b013e3181f8a9cc.
7. Peltzer K, Pengpid S. Helmet use and associated factors among motorcyclists
in the Association of Southeast Asian Nations: prevalence and effect of
interventions. Procedia Eng 2014; 1: 292–298.
8. Hernández JMR, Tovar FAC, Ruiz LKA. Factors associated with the use of
motorcycle helmets in two Colombian cities. Cien Saude Colet 2016; 21:
3793–3801.
9. Xuequn Y, Ke L, Ivers R, et al. Prevalence rates of helmet use among
motorcycle riders in a developed region in China. Accid Anal Prev 2011; 43:
214–219.
53
10. Ridho M. Hubungan Persepsi Risiko Keselamatan Berkendara Dengan
Perilaku Pemakaian Helm Pada Mahasiswa Universitas Indonesia Depok
Tahun 2012. Universitas Indonesia, 2012.
11. Fadilah D, Ginanjar R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pemakaian Helm Pengendara Sepeda Motor Pada Pelajar Kelas X ( Sepuluh
). Promot J Mhs Kesehat Masy 2018; 1: 29–36.
12. Hartono D. Psikologi. Jakarta: Pusat Pendidikan SDM Kesehatan. Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI, 2016.
13. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi Revisi
2012). Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
14. Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education.
Theory, Research and Practice. 4th ed. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley
Imprint, 2008.
15. Badan Standardisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) 1811-2007
tentang Helm pengendara kendaraan bermotor roda dua. 2007.
16. Word Health Organization. Helm : Manual Keselamatan Jalan untuk
Pengambil Keputusan dan Praktisi. Bahasa Ind. Jakarta: Global Road Safety
Partnership - Indonesia, 2014.
17. Holder Y, Peden M, Krug E, et al. Injuries Surveillance Guidelines. Geneva,
2001.
18. Faried A, Bachani AM, Sendjaja AN, et al. Characteristics of Moderate and
Severe Traumatic Brain Injury of Motorcycle Crashes in Bandung,
Indonesia. World Neurosurg. Epub ahead of print 2017. DOI:
10.1016/j.wneu.2016.12.133.
19. Sone JY, Kondziolka D, Huang JH, et al. Helmet efficacy against concussion
and traumatic brain injury: a review. J Neurosurg. Epub ahead of print 2016.
DOI: 10.3171/2016.2.JNS151972.
54
20. World Health Organization. Adolescence: A Period Needing Special
Attention. Health For The World’s Adolescents,
http://apps.who.int/adolescent/second-decade/section2/page2/age-not-the-
whole-story.html (2014, diakses 16 Juli 2019).
21. United Nations Children’s Fund. The State of The World’s Children 2011:
Adolescence - An Age of Opportunity. New York: UNICEF, 2011.
22. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17
tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta,
Republik Indonesia, 2010.
23. Case A, Paxson C. Parental Behavior And Child Health. Heal Aff 2002; 21:
164–78.
24. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Republik Indonesia, 2003.
25. Wang B, Stanton B, Li X, et al. The Influence of Parental Monitoring and
Parent-Adolescent Communication on Bahamian Adolescent Risk
Involvement: A Three-year Longitudinal Examination. Soc Sci Med 2013;
97: 161–169.
26. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2016 Tentang Mekanisme Pemberian Subsidi Tarif Tenaga Listrik
Untuk Rumah Tangga. Republik Indonesia, 2016.
27. Asdar M, Sidik D, Rismayanti. Perilaku Safety Riding pada Siswa SMA di
Kabupaten Pangkep. Pangkep, 2013.
28. Colle ABA, Asfian P, Andisiri WOSNZ. Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Safety Riding pada Siswa SMA Negeri 1 Wundulako
Kabupaten Kolaka tahun 2016. JIMKesmas 2016; 1: 1–8.
29. Dennis AC, Bosson N, Peralta JEC, et al. Determinants of helmet wearing
behavior among motorcyclists in the Dominican Republic. Int J Public Heal
Epidemiol 2013; 2: 50–55.
55
30. Wang J, Geng L. Effects of Socioeconomic Status on Physical and
Psychological Health : Lifestyle as a Mediator. Int J Environ Res Public Heal
2019; 16: 281.
31. Maharani D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Remaja
Berkendara Sepeda Motor di Sepanjang Ruas Jalan Matraman-
Rawamangun Jakarta Timur Tahun 2016. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016.
32. Puspitawati H. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia.
Bogor, 2013.
56
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Rekomendasi Penelitian
57
58
59
60
61
Lampiran 2 Kuesioner YRBS 2017
Karakteristik Sampel
62
Frekuensi Pemakaian Helm
63
Lampiran 3 Lembar Passive Informed Consent
Yth. Orang tua siswa,
Sekolah putera-puteri anda terpilih untuk ikut berpartisipasi dalam Survei Perilaku Kesehatan
Remaja Indonesia tahun 2017, bersama-sama para siswa dari 29 sekolah lanjutan tingkat atas
lainnya di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Survei ini disponsori oleh Pusat Penelitian
dan Penerbitan (Puslitpen) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Survei ini
menanyakan tentang perilaku kesehatan putera-puteri anda, antara lain kebiasaan makan, tidur,
olahraga, merokok, minum minuman keras, cedera, aktivitas menggunakan internet dan kesehatan
reproduksi. Setiap siswa memerlukan waktu 40-60 menit untuk mengisi kuesioner pada survei ini.
Setiap jawaban atas pertanyaan survei ini berupa pilihan berganda. Jawaban dituliskan di atas
kertas dengan menggunakaan pensil 2B.
Survei ini dirancang untuk melindungi privasi siswa. Siswa tidak diperkenankan menuliskan
nama mereka pada lembar isian kuesioner. Selain itu, nama siswa dan sekolah tidak
dicantumkan dalam laporan penelitian. Siswa tidak memperoleh keuntungan finansial apapun
dengan mengikuti survei ini. Hasil survei ini akan digunakan untuk memperbaiki pendidikan
kesehatan bagi remaja. Pendidikan kesehatan yang tepat bagi para remaja akan mencegah mereka
dari berbagai penyakit ketika dewasa nanti, antara lain seperti penyakit jantung, stroke, kanker,
kencing manis, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal dan sebagainya.
Kami berharap seluruh siswa terpilih bisa berpartisipasi dalam survei ini. Namun, survei ini
bersifat sukarela. Tidak ada sanksi apapun bagi sekolah, siswa maupun orang tuanya apabila siswa
tidak mengikuti survei ini ataupun memutuskan untuk berhenti kapan saja ketika sedang mengikuti
survei. Siswa juga diperkenankan untuk melewati pertanyaan tertentu yang tidak ingin mereka
jawab. Mohon lengkapi form di bawah ini dan diserahkan kembali kepada sekolah dalam 3 hari
sejak dibagikan kepada siswa hanya jika anda tidak mengizinkan putra-putri anda mengikuti
survei ini. Apabila anda masih memiliki pertanyaan lagi tentang survei ini yang tidak bisa dijawab
oleh guru putra-putri anda atau kepala sekolah silahkan hubungi ..............................
Di nomor .............................
Terima kasih.
64
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mohon lengkapi dan serahkan kembali form di bawah ini apabila anda tidak mengizinkan
putra-putri anda mengikuti survei.
Nama siswa : ..................................................................................................
Kelas : ..................................................................................................
Saya telah membaca form ini dan memahami tentang survei ini.
[ ] TIDAK, anak saya tidak boleh megikuti survei ini
Nama orang tua : .....................................................................................
Nomor HP : .....................................................................................
Tanda tangan : .....................................................................................
65
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik
1. Usia Responden
2. Jenis kelamin responden
3. Jenis sekolah
4. Kelas
66
5. Tingkat pendidikan ayah
6. Tingkat pendidikan ibu
67
7. Jenis Tinggal
8. Daya listrik
9. Status ekonomi
10. Perilaku pemakaian helm
68
11. Hubungan tingkat pendidikan ayah dengan perilaku pemakaian helm
69
12. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan perilaku pemakaian helm
13. Hubungan status ekonomi dengan perilaku pemakaian helm
70
14. Hubungan Jenis Tinggal dengan perilaku pemakaian helm
71
Lampiran 5 Riwayat Penulis
Nama : Firyal Muhammad Haekal Shofi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Juli 1998
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jalan Lembah Pinus Raya A3/87
Pamulang Timur, Pamulang,
Tangerang Selatan, Banten, 15417
Alamat e-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2004-2010 : SD Negeri Ciputat 7
2010-2013 : MTs Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan
2013-2016 : MA Negeri 4 Jakarta
2016-Sekarang : Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Riwayat Organisasi
2017-2019 : Anggota Departemen Informasi dan
Komunikasi DEMA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2017-2018 : Anggota SCORA CIMSA FK UIN
SH
2018-2019 : Local Coordinator CIMSA FK UIN
SH
Top Related