HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS...

85
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI DAN JENIS TINGGAL TERHADAP PERILAKU PEMAKAIAN HELM PADA PELAJAR SLTA PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI INDONESIA TAHUN 2017 Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Firyal Muhammad Haekal Shofi NIM: 11161030000052 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS...

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS

EKONOMI DAN JENIS TINGGAL TERHADAP PERILAKU

PEMAKAIAN HELM PADA PELAJAR SLTA PENGENDARA

SEPEDA MOTOR DI INDONESIA TAHUN 2017

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Firyal Muhammad Haekal Shofi

NIM: 11161030000052

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 27 November 2019

Firyal Muhammad Haekal Shofi

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS

EKONOMI DAN JENIS TINGGAL TERHADAP PERILAKU

PEMAKAIAN HELM PADA PELAJAR SLTA PENGENDARA SEPEDA

MOTOR DI INDONESIA TAHUN 2017

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh :

Firyal Muhammad Haekal Shofi

NIM 11161030000052

Menyetujui,

Pembimbing I

dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp. OT

NIP. 196608131991031003

Pembimbing II

dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc

NIP. 197709132006042001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian berjudul HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG

TUA, STATUS EKONOMI DAN JENIS TINGGAL TERHADAP

PERILAKU PEMAKAIAN HELM PADA PELAJAR SLTA PENGENDARA

SEPEDA MOTOR DI INDONESIA TAHUN 2017 yang diajukan oleh Firyal

Muhammad Haekal Shofi (NIM 11161030000052), telah diujikan dalam sidang

skripsi di Fakultas Kedokteran pada 27 November 2019. Laporan penelitian ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

(S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.

Ciputat, 27 November 2019

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc

NIP. 197709132006042001

Pembimbing I

dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp. OT

NIP. 196608131991031003

Pembimbing II

dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc

NIP. 197709132006042001

Penguji I

Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT

NIP. 19780507200501005

Penguji II

dr. Erfira, Sp. M

NIP. 197011042008012012

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan Fakultas Kedokteran

dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD

NIP. 196511232003121003

Kaprodi Kedokteran

Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT

NIP. 19780507200501005

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan

Orang Tua, Status Ekonomi dan Jenis Tinggal terhadap Perilaku Pemakaian Helm

pada Pelajar SLTA Pengendara Sepeda Motor di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017”

sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat

serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga dan

para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan serta

dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku Dekan Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua Program Studi

Kedokteran, Fakultas Kedokteran, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT dan dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc selaku

pembimbing I dan II yang telah memberikan segala bantuan, arahan, dan

ilmu kepada penulis dalam melaksanakan penelitian dan penulisan laporan

penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.

4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, DDS, Ph.D dan dr. Flori Ratnasari, Ph.D

selaku penanggung-jawab riset untuk angkatan 2016 program studi

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kedua orang tua penulis, Dr. Imam Marzuki Shofi dan Ina Fitriani, S.Si

yang senantiasa memanjatkan doa, memberikan dukungan dan kasih sayang

bagi penulis selama menyelesaikan studi di program studi Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Adik-adik penulis Atabik Muhammad Azfa Shofi, Mazayazka Zahiya

Shofi, dan Rashifalmas Muhammad Ajda Shofi yang selalu memberi

motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam

menyelesaikan studi

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

vi

7. Keluarga besar penulis yang selalu memanjatkan doa, serta memberikan

dukungan untuk penulis.

8. Teman kelompok riset Nik Muhammad Daniel Haiqal dan Henry Aji

Purnomo yang senantiasa bekerja-sama dalam menyelesaikan laporan

penelitian.

9. Sahabat penulis Andi Rizal Nazarudin, Alhayandi Deu, Fredianto Akil

Nugroho, Laksana Firman Latief, Muhammad Nur Faiz Al-Mumtaz, Henry

Aji Purnomo, dan Nashih Abdillah yang selalu menemani penulis dalam

suka maupun duka.

10. Teman sejawat angkatan 2016, Pacemaker, yang telah bersama sejak awal

menempuh studi di program studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Keluarga besar CIMSA Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta terkhusus “Locomotive” Official CIMSA FK UIN SH 2018-2019

yang telah memberikan pengalaman berharga bagi penulis selama masa

studi.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari pembahasan materi hingga penyusunannya. Oleh karena

itu, sangat diharapkan kritik dan saran bagi penulis untuk masa yang akan datang.

Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat untuk penulis pribadi dan

pembacanya serta dapat menjadi tambahan ilmu serta inspirasi bagi penelitian

selanjutnya.

Ciputat, 27 November 2019

Firyal Muhammad Haekal Shofi

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

vii

ABSTRAK

Firyal Muhammad Haekal Shofi. Program Studi Kedokteran. Hubungan

Tingkat Pendidikan Orang Tua, Status Ekonomi dan Jenis Tinggal terhadap

Perilaku Pemakaian Helm pada Pelajar SLTA Pengendara Sepeda Motor di

Indonesia tahun 2017.

Latar Belakang: Pemakaian helm pada pengendara sepeda motor merupakan salah

satu faktor untuk mencegah cedera yang tidak diinginkan. Pelajar SLTA di

Indonesia umumnya menjadikan sepeda motor sebagai moda transportasi utama

dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Kejadian cedera yang disebabkan oleh

kecelakaan sepeda motor di Indonesia mencapai angka 40,6% dari seluruh

penyebab cedera. Pemakaian helm yang benar dapat mengurangi hingga 69% risiko

cedera kepala. Tujuan : Mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua, status

ekonomi dan jenis tinggal terhadap perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA

pengendara sepeda motor di Indonesia. Metode : Penelitian ini merupakan

penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Kuesioner YRBS

2017 digunakan sebagai instrumen penelitian. Sebanyak 2071 responden terpilih

secara bertingkat. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil : Data yang

dapat dianalisis sebanyak 1654 responden, 417 merupakan kriteria eksklusi.

Sebanyak 80,0% responden tidak selalu memakai helm ketika mengendarai sepeda

motor dalam 12 bulan terakhir, hanya 10,1% selalu memakai helm dan sisanya tidak

pernah memakai helm. Tingkat pendidikan ayah (p=0.000), tingkat pendidikan ibu

(p=0.000) dan status ekonomi (p=0.000) menunjukkan hubungan yang bermakna

dengan perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di

Indonesia, sedangkan jenis tinggal (p=0.055) tidak menunjukkan hubungan yang

bermakna. Kesimpulan : Tingkat pendidikan orang tua dan status ekonomi

keluarga berhubungan secara signifikan terhadap perilaku pemakaian helm pada

pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia.

Kata Kunci :Tingkat pendidikan, status ekonomi, jenis tinggal, perilaku

pemakaian helm, pelajar, SLTA, YRBS.

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

viii

ABSTRACT

Firyal Muhammad Haekal Shofi. Medical Study Program. Association of

Parents Education Status, Economic Status and Living Place on Helmet Use

Behavior among Motorcyclist High School Students in Indonesia 2017.

Background: Helmet use among motorcyclist is a factor to prevent unintentional

injury. High school students in Indonesia commonly use motorcycle as a daily

transportation. Prevalence of injury caused by motorcycle accident in Indonesia is

40,6% from all cause and proper helmet use could reduce 69% the risk of head

injuries. Objective: To explore the association of parents education status,

economic status and living place on helmet use behavior among motorcyclist high

school students in Indonesia. Methods: This study was observational analytic study

with cross-sectional design. YRBS 2017 questionnaire used as the instrument of this

study. Total of 2071 respondents were chosen by stratified randomization. The data

analyzed using Chi-square test. Results: Data eligible to analyzed were 1654

respondents, 417 were excluded. As much as 80,0% respondents were not always

use helmet when rode a motorcycle in the past 12 months, while only 10,1% always

use helmet and the rest were never use helmet. Father education status (p=0.000),

Mother education status (p=0.000) and Economic status (p=0.000) were

significantly associated with helmet use behavior among motorcyclist high school

students in Indonesia, while living place (p=0.055) is not significantly associated

with helmet use behavior. Conclusion: Parents education and economic status

significantly associated with helmet use behavior among high school students in

Indonesia.

Keyword: Education status, economic status, living place, helmet use behavior,

students, high school, YRBS.

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3

1.3 Hipotesis .................................................................................................. 4

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................... 4

1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5

1.5.1 Bagi Peneliti ...................................................................................... 5

1.5.2 Bagi Masyarakat................................................................................ 5

1.5.3 Bagi Institusi ..................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6

2.1 Landasan Teori ........................................................................................ 6

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

x

2.1.1 Perilaku ............................................................................................. 6

2.1.1.1 Definisi....................................................................................... 6

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ............................. 9

2.1.2 Health Belief Model ........................................................................ 10

2.1.2.1 Sejarah ..................................................................................... 10

2.1.2.2 Konsep ..................................................................................... 10

2.1.3 Helm ................................................................................................ 12

2.1.3.1 Definisi..................................................................................... 12

2.1.3.2 Syarat Umum Helm ................................................................. 13

2.1.3.3 Peraturan Pemakaian Helm ...................................................... 16

2.1.3.4 Cara Kerja Helm ...................................................................... 17

2.1.4 Cedera ............................................................................................. 18

2.1.4.1 Definisi..................................................................................... 18

2.1.4.2 Jenis-Jenis Cedera .................................................................... 19

2.1.4.3 Prevalensi Cedera .................................................................... 19

2.1.4.4 Cedera yang Berhubungan dengan Pemakaian Helm .............. 20

2.1.4.4.1 Cedera Otak Traumatik ....................................................... 20

2.1.5 Faktor-Faktor Pemakaian Helm ...................................................... 21

2.1.5.1 Usia .......................................................................................... 21

2.1.5.2 Jenis Kelamin ........................................................................... 22

2.1.5.3 Jenis Sekolah............................................................................ 22

2.1.5.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua ................................................ 23

2.1.5.5 Jenis Tinggal ............................................................................ 23

2.2 Kuesioner Penelitian ............................................................................. 24

2.2.1 Kuesioner Youth Risk Behavior Survey........................................... 24

2.3 Kerangka Teori...................................................................................... 25

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

xi

2.4 Kerangka Konsep .................................................................................. 26

2.5 Definisi Operasional.............................................................................. 27

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 29

3.1 Desain Penelitian ................................................................................... 29

3.2 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan .......................................................... 29

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ........................................................... 29

3.3.1 Populasi ........................................................................................... 29

3.3.2 Sampel ............................................................................................. 29

3.4 Besar Sampel ......................................................................................... 29

3.5 Pemilihan Sampel ................................................................................. 31

3.6 Kriteria Sampel ..................................................................................... 31

3.6.1 Kriteria Inklusi ................................................................................ 31

3.6.2 Kriteria Eksklusi.............................................................................. 31

3.7 Cara Kerja Penelitian ............................................................................ 31

3.8 Alur Penelitian ...................................................................................... 33

3.9 Manajemen Data ................................................................................... 34

3.9.1 Pengumpulan Data .......................................................................... 34

3.9.2 Instrumen Penelitian........................................................................ 34

3.9.3 Uji Validitas Dan Reliabilitas ......................................................... 34

3.9.4 Pengolahan Dan Analisis Data ........................................................ 34

3.9.4.1 Editing ...................................................................................... 34

3.9.4.2 Coding ...................................................................................... 35

3.9.4.3 Data Entry................................................................................ 35

3.9.4.4 Analisis Data ............................................................................ 35

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 36

4.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ............................. 36

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

xii

4.1.1 Uji Validitas .................................................................................... 36

4.1.2 Uji Reliabilitas ................................................................................ 37

4.2 Analisis Univariat.................................................................................. 37

4.2.1 Karakteristik Sampel ....................................................................... 38

4.2.2 Frekuensi Pemakaian Helm ............................................................ 40

4.3 Analisis Bivariat .................................................................................... 41

4.3.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Perilaku

Pemakaian Helm ........................................................................................... 41

4.3.1.1 Tingkat Pendidikan Ayah ........................................................ 41

4.3.1.2 Tingkat Pendidikan Ibu ............................................................ 42

4.3.2 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Pemakaian Helm ...... 43

4.3.3 Hubungan Jenis Tinggal dengan Perilaku Pemakaian Helm .......... 44

4.4 Pembahasan ........................................................................................... 45

4.4.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Perilaku

Pemakaian Helm ........................................................................................... 45

4.4.2 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Pemakaian Helm ...... 46

4.4.3 Hubungan Jenis Tinggal dengan Perilaku Pemakaian Helm .......... 47

4.5 Keunggulan Penelitian .......................................................................... 48

4.6 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 48

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 50

5.1 Simpulan ............................................................................................... 50

5.2 Saran ...................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52

LAMPIRAN ......................................................................................................... 56

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasional ............................................................................. 27

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner ............................................................... 36

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner ................................................... 37

Tabel 4.3 Gambaran Karakteristik Sampel ........................................................... 38

Tabel 4.4 Frekuensi Pemakaian Helm .................................................................. 40

Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Pendidikan Ayah dengan Perilaku Pemakaian Helm

............................................................................................................................... 41

Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Perilaku Pemakaian Helm 42

Tabel 4.7 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Pemakaian Helm ............ 43

Tabel 4.8 Hubungan Jenis Tinggal dengan Perilaku Pemakaian Helm ................ 44

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konstruksi helm full-face .................................................................. 16

Gambar 2.2 Konstruksi helm open-face................................................................ 16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Rekomendasi Penelitian ........................................................... 56

Lampiran 2 Kuesioner YRBS 2017 ...................................................................... 61

Lampiran 3 Lembar Passive Informed Consent .................................................... 63

Lampiran 4 Hasil Uji Statistik............................................................................... 65

Lampiran 5 Riwayat Penulis ................................................................................. 71

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

xiv

DAFTAR SINGKATAN

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

CDC : Centers for Disease Control and Prevention

WHO : World Health Organization

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

BPS : Badan Pusat Statistik

SNI : Standar Nasional Indonesia

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

MA : Madrasah Aliyah

YRBSS : Youth Risk Behavior Surveillance System

YRBS : Youth Risk Behavior Survey

SPSS : Statistical Package for Social Science

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perilaku berisiko banyak dilakukan remaja dalam kehidupan sehari-

hari, menurut Youth Risk Behavior Surveillance System (YRBSS) terdapat

enam kategori perilaku berisiko yang dapat menjadi penyebab kematian dan

kecacatan pada remaja dan dewasa muda, yaitu perilaku yang menyebabkan

terjadinya cedera yang tidak diinginkan dan kekerasan, perilaku seksual yang

terkait dengan terjadinya kehamilan dan penyakit menular seksual termasuk

HIV/AIDS, konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, merokok, perilaku

diet yang tidak sehat, dan aktivitas fisik yang tidak adekuat.1

Salah satu perilaku berisiko yang dapat menyebabkan terjadinya cedera

yang tidak diinginkan adalah kebiasaan tidak menggunakan helm saat

mengendarai sepeda motor. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, jumlah

sepeda motor yang terdaftar di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak

113.030.793 unit.2 Indonesia memiliki regulasi khusus bagi pengendara dan

penumpang sepeda motor yang diatur melalui undang-undang nomor 22

tahun 2009 tentang lalu-lintas dan angkutan jalan pasal 106 ayat (8) di mana

setiap pengendara dan penumpang sepeda motor wajib menggunakan helm

yang memenuhi standar nasional Indonesia.3

Sepeda motor merupakan salah satu moda transportasi utama yang

digunakan pelajar SLTA di Indonesia untuk kegiatan sehari-hari. Kepatuhan

pelajar SLTA dalam menggunakan helm ketika mengendarai sepeda motor

tentu harus dianalisis lebih lanjut berkaitan dengan perilaku berisiko yang

dapat menyebabkan cedera yang tidak diinginkan. Menurut data dari Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 prevalensi cedera di Indonesia

adalah 8,2% dengan penyebab cedera akibat kecelakaan sepeda motor

mencapai angka 40,6% dan merupakan penyebab cedera tersering kedua dari

seluruh penyebab cedera setelah cedera akibat jatuh.4

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

2

Berdasarkan data pada Global Status Report on Road Safety 2018

angka kematian pada pengendara sepeda motor roda dua atau roda tiga di

Indonesia pada tahun 2016 mencapai 74% dari seluruh kematian akibat

kecelakaan di jalan raya. Penggunaan helm secara benar dapat mengurangi

hingga 42% risiko cedera fatal dan 69% risiko cedera kepala.5 LaTorre6

mengatakan pengendara yang tidak memakai helm memiliki risiko cedera

kepala 4,35 kali lebih besar dibandingkan pengendara yang memakai helm.

Pada penelitian lain oleh Oullett dan Kanatikul6 mengatakan ketika terjadi

kecelakaan, pengendara yang tidak memakai helm memiliki risiko meninggal

2,5 kali lebih besar dan risiko cedera otak parah 3,5 kali lebih besar

dibandingkan pengendara yang memakai helm.

Peltzer dan Pengpid7 dalam penelitiannya menyebutkan jumlah

pengendara sepeda motor di Indonesia yang tidak menggunakan helm

mencapai 11-20% dan faktor yang mempengaruhi penggunaan helm pada

penduduk negara-negara di ASEAN antara lain sosiodemografis (usia, tingkat

pendidikan), tidak sadar akan peraturan penggunaan helm, kurangnya

peraturan yang mengatur penggunaan helm, ketidaknyamanan fisik, tipe jalan

yang dilalui, jarak dan waktu perjalanan yang ditempuh, serta karakteristik

helm (kualitas, harga, jenis helm) yang digunakan.

Hernandez, dkk8 melaporkan di kota Ibague dan Valledupar, Kolombia

terkait faktor-faktor yang berkaitan dengan penggunaan helm pada pengguna

sepeda motor, antara lain dipengaruhi faktor letak geografis, sosioekonomi,

jenis kelamin, kebersihan diri, estetika, serta faktor yang berkaitan dengan

iklim. Penelitian di Tiongkok mengatakan, faktor-faktor yang memengaruhi

penggunaan helm pada pengendara sepeda motor antara lain jenis kelamin,

tipe jalan yang dilalui, jumlah penumpang yang dibawa, dan mengendarai

sepeda motor yang terdaftar secara legal.9

Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Universitas Indonesia

Depok di tahun 2012 dan siswa kelas sepuluh SMK Pesona Dywantara Bogor

di tahun 2018 menyebutkan bahwa pengetahuan, pengaruh sosial, pengaruh

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

3

lingkungan, dan persepsi risiko keselamatan berkendara merupakan faktor-

faktor yang berhubungan dengan perilaku pemakaian helm.10,11

Kesenjangan penelitian-penelitian sebelumnya dengan penelitian yang

dilakukan penulis adalah responden penelitian ini yang merupakan pelajar

SLTA dari berbagai jenis sekolah (SMA, MA, SMK) di Indonesia

Penulis memilih melakukan penelitian tentang faktor yang

berhubungan dengan perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA

pengendara sepeda motor karena penulis merasa pentingnya dilakukan

kegiatan promotif terkait perilaku pemakaian helm di Indonesia terlihat

sampai saat ini masih banyak pelajar SLTA yang tidak menggunakan helm

ketika mengendarai sepeda motor untuk kegiatan sehari-hari serta belum

adanya laporan terkait faktor-faktor tersebut pada pelajar di berbagai jenis

sekolah seperti Sekolah Menengah Atas, Kejuruan, dan Madrasah Aliyah

yang mengendarai sepeda motor di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap

perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor

di Indonesia Tahun 2017?

2. Apakah terdapat hubungan antara status ekonomi terhadap perilaku

pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di

Indonesia Tahun 2017?

3. Apakah terdapat hubungan antara jenis tinggal terhadap perilaku

pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di

Indonesia Tahun 2017?

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

4

1.3 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap perilaku

pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di

Indonesia Tahun 2017

2. Terdapat hubungan antara status ekonomi terhadap perilaku pemakaian

helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia Tahun

2017

3. Terdapat hubungan antara jenis tinggal terhadap perilaku pemakaian

helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia Tahun

2017

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia

Tahun 2017.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui prevalensi perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA

pengendara sepeda motor di Indonesia pada tahun 2017

2. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua terhadap perilaku

pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di

Indonesia Tahun 2017

3. Mengetahui hubungan status ekonomi terhadap perilaku pemakaian

helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia Tahun

2017

4. Mengetahui hubungan Jenis Tinggal terhadap perilaku pemakaian helm

pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia Tahun 2017

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

5

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

1. Memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana

kedokteran.

2. Memperoleh dan memanfaatkan ilmu yang telah didapat selama

pendidikan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan dan

menganalisa hasil penelitian

1.5.2 Bagi Masyarakat

1. Memberikan informasi pada masyarakat mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara

sepeda motor di Indonesia Tahun 2017

2. Memberikan informasi prevalensi perilaku pemakaian helm pada

pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia pada tahun 2017

1.5.3 Bagi Institusi

1. Menjadi referensi penelitian di Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data untuk penelitian-

penelitian selanjutnya.

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Perilaku

2.1.1.1 Definisi

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan

atau lingkungan. Berdasarkan sudut pandang biologis perilaku adalah

suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang dapat diamati baik secara

langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan perilaku

kesehatan menurut Notoatmodjo merupakan respon suatu organisme

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. 12,13

Bentuk respon terhadap stimulus yang diberikan. Perilaku dapat

dibedakan menjadi dua :

1. Perilaku tertutup

Perilaku tertutup atau covert behavior merupakan respon

seseorang terhadap stimulus secara terselubung. Respon

tersebut dapat berupa perhatian, sikap, persepsi seseorang

terhadap suatu stimulus. Perilaku tertutup belum dapat diamati

oleh orang lain

2. Perilaku terbuka atau overt behavior merupakan respon

seseorang terhadap stimulus yang ada secara tindakan nyata.

Respon tersebut berupa tindakan atau praktik sehingga dapat

daimati oleh orang lain.

Seorang ahli psikologi pendidikan, Benyamin Bloom dalam

Notoatmodjo mengkategorikan perilaku dalam tiga domain besar yaitu

pengetahuan, sikap, dan tindakan.13

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour),

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

7

perilaku yang terbentuk dan didasari oleh pengetahuan akan

lebih baik dibanding perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Menurut Notoatmodjo13, terdapat enam tingkatan

pengetahuan yang dimiliki manusia, antara lain :

a. Tahu, berarti manusia mengingat suatu memori yang

sebelumnya telah dipelajari

b. Memahami, merupakan kemampuan manusia dalam

menjelaskan secara benar tentang apa yang

diketahuinya dan dapat menginterpretasikannya

secara tepat

c. Aplikasi, Manusia yang telah memahami apa yang

diketahuinya dapat mengaplikasikan pada situasi

yang sebenarnya

d. Analisis, adalah kemampuan seseorang untuk

menjelaskan dan menjabarkan apa yang telah

diketahui ke dalam komponen-komponen yang

berkaitan satu sama lain

e. Sintesis, merupakan kemampuan manusia dalam

membuat formulasi baru dari formulasi yang telah

ada sebelumnya

f. Evaluasi, adalah kemampuan manusia dalam menilai

sesuatu berdasarkan kriteria yang berlaku atau telah

ditentukan

2. Sikap

Sikap didefinisikan sebagai reaksi atau respon seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek yang masih tertutup,

sehingga hasil dari sikap seseorang tidak dapat dilihat langsung.

Sikap seseorang hanya menjadi kecenderungan seseorang

tersebut dalam melakukan tindakan terhadap suatu objek.

Notoadmojo mengkategorikan sikap dalam beberapa tingkatan,

yaitu :

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

8

a. Menerima (receiving), merupakan sikap seseorang

yang mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan

b. Merespon (responding), yaitu sikap seseorang dalam

memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan

c. Menghargai (Valuing), yaitu mengajak orang lain

untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah

d. Bertanggung jawab (Responsible), atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala risiko yang

dihadapi

3. Tindakan

Sikap seseorang belum secara otomatis terwujud menjadi

suatu tindakan. Dalam mewujudkan sikap menjadi suatu

tindakan nyata diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas,

dukungan pihak lain, dukungan keluarga dan faktor lainnya.

Tindakan memiliki beberapa tingkatan antara lain :

a. Respon terpimpin

Merupakan tingkatan tindakan tingkat pertama

di mana seseorang dapat melakukan suatu tindakan

dengan benar dan sesuai dengan contoh yang ada.

b. Mekanisme

Ketika seseorang telah melakukan suatu

tindakan sesuai contoh yang ada secara berulang-

ulang dan menjadi kebiasaan maka ia telah mencapai

tindakan tingkat kedua.

c. Adopsi

Setelah dapat melakukan suatu tindakan dengan

baik secara berulang, maka tindakan seseorang akan

berkembang tanpa mengurangi kebenaran dari

tindakan tersebut.

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

9

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Teori tentang perilaku yang dikembangkan oleh Lawrence Green

mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan pada

individu maupun masyarakat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu :13

1. Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor predisposisi adalah faktor yang mendahului

perubahan perilaku seseorang yang menjadi dasar dalam

berperilaku dan memudahkan terjadinya perilaku pada

seseorang. Contoh dari faktor predisposisi adalah pengetahuan,

sikap, kepercayaan, termasuk faktor-faktor sosiodemografi

seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan pendidikan.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin merupakan faktor yang mendukung

perilaku seseorang agar dapat terwujud. Contoh faktor

pemungkin adalah ketersediaan sarana dan prasarana, fasilitas

yang memadai.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat berarti faktor yang menguatkan agar suatu

perilaku dapat terbentuk. Contoh dari faktor penguat yang

menguatkan perilaku agar dapat terbentuk adalah dukungan

keluarga, dukungan lingkungan, dan lain sebagain

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

10

2.1.2 Health Belief Model

2.1.2.1 Sejarah

Health Belief Model (HBM) merupakan salah satu konsep dari

perilaku kesehatan yang paling sering digunakan di dunia sejak tahun

1950. Sekitar tahun 1950an, psikolog sosial akademi di Amerika Serikat

mengembangkan teori untuk mempelajari perilaku manusia dari teori yang

sudah ada yaitu teori (S-R) Stimulus-Respon oleh Watson dan teori

Kognitif oleh Lewin.

Kemudian, HBM pertama kali dikembangkan sekitar tahun 1950an.

Hochbaum pada tahun 1958 dan Rosenstock pada tahun 1960

menggunakan HBM sebagai teori untuk menjelaskan alasan kegagalan

partisipan dalam program pencegahan dan deteksi penyakit di Amerika

Serikat. Lalu, HBM juga digunakan untuk mempelajari respon seseorang

terhadap gejala penyakit oleh Kirscht pada tahun 1974 dan perilaku

seseorang terhadap diagnosis penyakitnya, khususnya kepatuhan minum

obatnya oleh Becker pada tahun yang sama.14

2.1.2.2 Konsep

Konsep dari Health Belief Model adalah memprediksi seseorang

dalam bertindak untuk mencegah, memeriksa dan mengobati penyakit.

Konsep tersebut adalah kerentanan (susceptibility), keseriusan

(seriousness), manfaat dan batasan dalam berperilaku (benefits and

barriers), isyarat untuk bertindak (cues to action) dan self-efficacy.14

1. Persepsi kerentanan (Perceived Susceptibility) adalah

kepercayaan bagaimana seseorang memiliki kemungkinan atau

risiko untuk terkena penyakit. Contohnya, seorang wanita

merasa ia dapat mengalami kanker payudara sebelum ia

memutuskan untuk periksa mammogram.

2. Persepsi keparahan (Perceived Severity) adalah kepercayaan

terhadap efek keparahan dari suatu penyakit. Contohnya,

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

11

seseorang akan merasa bahwa ketika ia sakit akan berefek bagi

kehidupannya baik dari segi individu yaitu bisa menyebabkan

kematian, kecacatan dan kesakitan maupun dari segi sosial yaitu

efek terhadap keluarga, terhadap pekerjaan dan terhadap teman.

Kombinasi dari persepsi kerentanan dan keparahan dapat

disebut sebagai persepsi ancaman (Perceived threat).

3. Persepsi manfaat (Perceived Benefits) adalah kepercayaan

seseorang terhadap suatu perilaku dapat menimbulkan manfaat

bagi dirinya maupun sosial. Contohnya, seseorang akan berhenti

merokok setelah dirinya merasa dengan berhenti merokok ia

dapat mengurangi pengeluaran dan mencegah penyakit

4. Persepsi batasan (Perceived Barriers) adalah kepercayaan

seseorang akan suatu perilaku dapat menimbulkan efek negatif

sehingga menjadi batasan orang tersebut dalam berperilaku.

Contohnya, seseorang yang melakukan pengobatan merasa

bahwa obat tersebut mahal, memiliki banyak efek samping bagi

dirinya.

5. Isyarat untuk bertindak (Cues to Action) merupakan faktor yang

memperkuat dalam mempengaruhi seseorang berperilaku

kesehatan setelah memiliki persepsi-persepsi sebelumnya.

Contohnya, faktor eksternal seperti publikasi di media terkait

suatu penyakit menjadikan seseorang mengikuti skrining untuk

mengetahui penyakit tersebut pada dirinya.

6. Self-efficacy adalah keyakinan akan kemampuan yang dapat

membuat seseorang berperilaku untuk menghasilkan suatu hasil

(Bandura, 1997). Untuk mengubah perilaku, seseorang harus

memiliki persepsi bahwa perilakunya selama ini mengancam

(persepsi kerentanan dan keparahan). Lalu, seseorang harus

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

12

percaya bahwa perubahan perilaku dapat memberikan manfaat

(persepsi manfaat) dan mereka juga harus merasa bahwa mereka

mampu (self-efficacy) untuk melawan batasan (persepsi

batasan) dalam berperilaku lebih baik.

7. Faktor seperti usia, jenis kelamin, suku, sosioekonomi dan

pengetahuan diyakini mempengaruhi perilaku seseorang dengan

memberikan perbedaan pada persepsi-persepsi yang ada.

2.1.3 Helm

2.1.3.1 Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, helm didefinisikan sebagai

topi pelindung kepala yang dibuat dari bahan yang tahan benturan (dipakai

oleh tentara, anggota barisan pemadam kebakaran, pekerja tambang,

penyelam sebagai bagian dari pakaian, pengendara sepeda motor, dan

sebagainya). Definisi helm bagi pengendara sepeda motor dari Badan

Standardisasi Nasional yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia

tahun 2007 tentang Helm pengendara kendaraan bermotor roda dua adalah

bagian dari perlengkapan kendaraan bermotor berbentuk topi pelindung

kepala yang berfungsi melindungi kepala pemakainya apabila terjadi

benturan.15

Terdapat 2 jenis helm, yaitu helm standar terbuka (open face) yang

menutup kepala sampai bagian leher dan menutup depan telinga dan helm

standar tertutup (full face) yang menutup kepala, leher, sampai bagian

mulut. Bagian helm standar menurut SNI terdiri dari :15

1) Tempurung yang merupakan bagian keras dan halus yang

menjadi bagian paling luar dari helm

2) Lapisan pelindung bagian dalam yang dipasang dan berfungsi

untuk menyerap energi benturan

3) Pelindung muka yang melindungi seluruh atau sebagian bagian

muka dan terbuat dari lapisan bening

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

13

4) Bantalan kenyamanan yang empuk dan ditujukan untuk

memberikan kenyamanan bagi kepala

5) Lapisan pengaman di bagian paling dalam dari helm untuk

memberikan kenyamanan saat digunakan dan berfungsi untuk

melindungi kepala

6) Alat penahan yaitu rakitan kelengkapan penahan yang berfungsi

untuk mempertahankan posisi helm di atas kepala

7) Tali pemegang yang dilengkapi kunci pengikat untuk mengikat

helm ketika digunakan

8) Tutup dagu untuk menutupi rahang bawah pemakai helm pada

waktu tali pemegang dalam keadaan terkunci

9) Pet yang merupakan tambahan dari sungkup yang berada di atas

mata

10) Penutup wajah bagian bawah yang dapat dipasang secara

terpisah maupun permanen untuk melindungi bagian wajah

11) Lubang ventilasi untuk sirkulasi udara dalam helm

12) Lubang pendengaran agar pengendara tetap dapat mendengar

sewaktu menggunakan helm

13) Jaring helm yang langsung bersentuhan dengan kepala

2.1.3.2 Syarat Umum Helm

Menurut Standar Nasional Indonesia, syarat umum helm bagi

pengendara sepeda motor meliputi syarat material dan syarat konstruksi.15

1. Syarat material

Bahan helm harus memenuhi beberapa ketentuan antara lain :

a. Dibuat dari bahan kuat bukan logam, tidak berubah

bentuk jika ditempatkan di ruang terbuka dengan suhu 0

ºC hingga 55 ºC selama paling sedikit 4 jam, tidak

terpengaruh oleh radiasi ultraviolet, dan pengaruh

bensin, minyak, sabun, air, deterjen dan pembersih

lainnya

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

14

b. Bahan pelengkap helm disyaratkan untuk tahan lapuk,

tahan air dan tidak dapat terpengaruh oleh perubahan

suhu

c. Bahan yang bersentuhan dengan tubuh disyaratkan tidak

boleh terbuat dari bahan yang bisa menyebabkan iritasi

atau penyakit lain pada kulit, tidak mengurangi kekuatan

terhadap benturan, dan tidak berubah apabila

bersentuhan langsung dengan keringat, minyak, dan

lemak dari pemakai

2. Syarat konstruksi

Konstruksi helm harus memenuhi syarat antara lain :

a. Terdiri dari tempurung keras dengan permukaan halus,

lapisan peredam benturan dan tali pengikat

b. Tinggi minimal 114 milimeter diukur dari puncak helm

ke bidang horizontal yang melalui lubang telinga dan

bagian bawah dari dudukan bola mata

c. Keliling lingkaran bagian dalam helm untuk ukuran S

antara 500 mm - <540mm, ukuran M antara 540 mm -

<580 mm, ukuran L antara 580 - <620 mm, dan ukuran

XL >620 mm

d. Tempurung dibuat dari bahan keras, sama tebal dan

homogen kemampuannya, tidak menyatu dengan

pelindung muka dan mata serta tidak boleh memiliki

penguatan setempat

e. Peredam benturan terdiri dari lapisan peredam kejut pada

permukaan bagian dalam tempurung dengan tebal

minimal 10 mm dan jaring helm atau konstruksi lain

yang berfungsi seperti jaring helm

f. Tali pengikat dagu dengan lebar minimum 20 mm dan

dilengkapi dengan penutup telinga serta tengkuk

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

15

g. Tempurung tidak boleh memiliki tonjolan keluar lebih

dari 5 mm dari permukaan luar dan tidak boleh memiliki

tepi tajam

h. Lebar sudut pandang horizontal sekurang-kurangnya

105º pada tiap sisi, dan sudut pandang vertikal atas dan

bawah masing-masing 30º dan 45º dari bidang utama

i. Harus dilengkapi dengan pelindung telinga, penutup

leher, pet yang bisa dipindahkan, dan tutup dagu

j. Helm tidak boleh mempengaruhi fungsi aura dari

pemakai terhadap suatu bahaya. Lubang ventilasi

dipasang pada tempurung dan harus bisa

mempertahankan temperatur pada ruang kepala dan

tempurung

k. Setiap penonjolan ujung dari paku harus berupa

lengkungan dan tidak boleh lebih dari 2 mm dari

permukaan luar tempurung

l. Helm harus dapat dipertahankan di atas kepala pengguna

dengan kuat melalui tali dengan cara dikaitkan di bawah

dagu atau melewati tali pemegang di bawah dagu yang

dihubungkan dengan tempurung

Selain syarat material dan konstruksi terdapat syarat untuk kerja

serta uji yang harus dilakukan pada helm diantaranya uji penyerapan kejut,

uji penetrasi, uji efektifitas sistem penahan dengan tali pemegang, uji

untuk pergeseran tali pemegang, uji ketahanan terhadap keausan dari tali

pemegang, uji impak miring, uji pelindung dagu, uji sifat mudah

terbakar.15

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

16

Gambar 2.1 Konstruksi helm full-face

Gambar 2.2 Konstruksi helm open-face

2.1.3.3 Peraturan Pemakaian Helm

Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009

tentang lalu-lintas dan angkutan jalan, pemakaian helm diatur dalam

beberapa pasal berikut :3

a. Pasal 57 ayat (1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan

di Jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan Kendaraan

Bermotor.

b. Pasal 57 ayat (2) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) bagi Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia.

c. Pasal 106 ayat (8) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda

Motor dan Penumpang Sepeda Motor wajib mengenakan helm

yang memenuhi standar nasional Indonesia.

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

17

d. Pasal 291 ayat (1) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda

Motor tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (8) dipidana

dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

e. Pasal 291 ayat (2) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda

Motor yang membiarkan penumpangnya tidak mengenakan

helm sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (8) dipidana

dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda

paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

2.1.3.4 Cara Kerja Helm

Helm dimaksudkan berfungsi sebagai pelindung kepala pemakainya

ketika terjadi benturan saat kecelakaan, pemakaian helm diperkirakan

dapat mengurangi hingga 42% risiko cedera fatal dan 69% risiko cedera

kepala.5 Menurut buku Helm : Manual Keselamatan Jalan untuk

Pengambil Keputusan dan Praktisi yang dipublikasi oleh WHO, helm

bekerja melalui tiga cara antara lain :16

a. Mengurangi deselerasi kepala dan gerakan otak. Bahan lunak

yang ada pada helm akan menyerap dampak dari tumbukan yang

terjadi sehingga kepala akan berhenti dalam waktu yang lebih

lama, tidak secara tiba-tiba. Hal tersebut membuat otak tidak

akan tertumbuk keras dengan tempurung kepala bagian dalam.

b. Mendistribusikan gaya tumbukan ke permukaan lebih luas.

Tumbukan yang terjadi pada helm akan didistribusikan ke

seluruh permukaan helm sehingga tidak terkonsentrasi pada satu

bidang kontak kecil di kepala.

c. Mencegah kontak langsung ketika terjadi benturan. Kepala akan

membentur bagian lunak di dalam helm saat terjadi benturan

dengan benda lainnya.

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

18

2.1.4 Cedera

2.1.4.1 Definisi

Menurut WHO, cedera didefinisikan sebagai kerusakan fisik yang

diakibatkan ketika tubuh menerima energi yang tidak dapat ditoleransi dan

tidak dapat diduga sebelumnya. Efek dari cedera dapat berupa lesi pada

tubuh akibat paparan energi yang melebihi batas toleransi atau terjadinya

gangguan fungsi akibat kekurangan satu atau lebih elemen vital (udara, air,

suhu). Waktu antara paparan energi dengan munculnya cedera

berlangsung singkat.17

Sedangkan menurut Riskesdas 2013 cedera adalah kejadian atau

peristiwa yang mengalami cedera yang menyebabkan aktivitas sehari-hari

terganggu.4

Energi yang dapat mengakibatkan cedera antara lain :17

a. Mekanikal, ketika tubuh terbentur pada objek baik yang

bergerak maupun tidak. Contohnya tertabrak kendaraan

bermotor, terbentur dinding, dan sebagainya.

b. Radiant, ketika tubuh terpapar sinar atau cahaya. Contohnya

cahaya silau atau gelombang kejut akibat ledakan.

c. Termal, ketika tubuh terpapar suhu yang melebihi batas

normal. Contohnya tersiram air panas, berada di suhu dingin,

dan sebagainya.

d. Elektrikal

e. Kimia, ketika tubuh terpapar bahan kimia. Contohnya

intoksikasi substansi tertentu.

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

19

2.1.4.2 Jenis-Jenis Cedera

Kategori cedera menurut WHO dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :4,17

1. Cedera dengan penyebab yang tidak disengaja (Unintentional

Injury)

Cedera dengan penyebab yang tidak disengaja meliputi cedera

akibat kecelakaan transportasi, kecelakaan akibat kerja, tepapar

bahan kimia, jatuh dan diserang binatang,.

2. Cedera dengan penyebab yang disengaja (Intentional Injury)

Cedera dengan penyebab yang disengaja meliputi bunuh diri,

percobaan bunuh diri, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan

fisik dan pelecehan seksual.

3. Cedera dengan penyebab yang tidak dapat ditentukan

(Undeterminated intent)

Cedera dengan penyebab yang tidak dapat ditentukan

merupakan cedera yang penyebabnya sulit untuk dikategorikan

apakah disengaja atau tidak.

2.1.4.3 Prevalensi Cedera

Menurut Global Status Report on Road Safety 2018 pada tahun 2016

angka kematian akibat kecelakaan di jalan raya di dunia mencapai 1,35

juta penduduk dengan rasio 18,2/100.000 penduduk. Kecelakaan di jalan

raya merupakan penyebab nomor 8 kematian di seluruh kelompok usia dan

merupakan penyebab paling banyak kematian pada anak-anak dan dewasa

muda usia 5-29 tahun. Rasio kematian akibat kecelakaan di jalan raya di

Asia Tenggara lebih tinggi dibanding rasio secara global, yaitu mencapai

angka 20,7/100.000 penduduk dan pada negara dengan pendapatan

menengah hingga rendah angka kematian akibat kecelakaan di jalan raya

juga cenderung tinggi. Angka kematian akibat kecelakaan di jalan raya

pada negara-negara di Asia Tenggara paling banyak terjadi pada

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

20

pengendara sepeda motor roda dua atau tiga yang mencapai 43% dari total

kematian.5

Pada hasil Riskesdas 2013 prevalensi cedera secara nasional adalah

8,2% dengan 15 provinsi memiliki prevalensi lebih tinggi dari angka

nasional. Penyebab cedera terbanyak yaitu akibat jatuh (40,9%) dan

kecelakaan sepeda motor (40,6%) diikuti cedera akibat terkena benda

tajam/tumpul (7,3%), transportasi darat lain (7,1%) dan kejatuhan (2,5%)

serta cedera akibat terbakar, gigitan hewan, keracunan yang memiliki

proporsi sangat kecil. Menurut karakteristik usia, pada usia 15-24 tahun

penyebab cedera tertinggi adalah kecelakaan sepeda motor yang mencapai

angka 67,4% dari seluruh penyebab cedera. Menurut tempat terjadinya

cedera, jalan raya merupakan tempat tersering terjadinya cedera yaitu

mencapai 42,8% diikuti di rumah (36,5%), area pertanian (6,9%) dan

sekolah (5,4%) serta beberapa tempat lainnya yang proporsinya sangat

kecil.4

2.1.4.4 Cedera yang Berhubungan dengan Pemakaian Helm

2.1.4.4.1 Cedera Otak Traumatik

Cedera otak traumatik merupakan salah satu cedera yang paling

sering menyebabkan kematian dan kecacatan di dunia, penyebab

tersering dari cedera otak traumatik adalah kecelakaan di jalan raya.

Setiap tahunnya sekitar 10 juta orang di dunia mengalami cedera otak

traumatik berat yang perlu dirawat di rumah sakit bahkan hingga

menyebabkan kematian. 1,7 juta orang di Amerika Serikat mengalami

cedera otak traumatik setiap tahunnya. Kejadian cedera otak traumatik

berat di Indonesia berkisar antara 6-12% dari seluruh cedera otak

traumatik dan memiliki angka kematian sekitar 25-37%.18

Gegar otak merupakan cedera otak traumatik yang paling sering

terjadi, mencapai angka 75% dari seluruh kasus cedera otak traumatik.

The American Congress of Rehabilitation Medicine (ACRM)

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

21

mendefinisikan gegar otak sebagai “segala perubahan yang terjadi pada

kondisi mental saat terjadi kecelakaan” perubahan kondisi mental yang

dimaksud adalah disorientasi dan kebingungan. Gegar otak sering

terejadi asimptomatik dan tidak adanya perubahan struktur dari

gambaran pemeriksaan penunjang sehingga sulit didiagnosis pada tahap

awal.19

Menurut data dari penelitian Faried, dkk (2016) di Rumah Sakit

Hasan Sadikin Bandung terdapat 407 (66,8%) dari 609 kasus cedera otak

traumatik yang disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor di mana 72%

pasien tidak menggunakan helm ketika terjadi kecelakaan. Karakteristik

cedera otak traumatik pasien melalui CT-Scan antara lain fraktur

tengkorak (69,29%), Perdarahan intra-kranial (47,42%), Perdarahan

extra-kranial (22,85%), Edema otak (33,17%), Midline shift (22,85%),

Perdarahan subarachnoid (11,55%) dan Trauma tembus (2,46%) dengan

rata-rata setiap pasien mengalami 2 dari berbagai kondisi tersebut. Angka

kematian pada pasien mencapai 119 (29,2%).18

2.1.5 Faktor-Faktor Pemakaian Helm

2.1.5.1 Usia

Usia seseorang berbanding lurus dengan kematangan dan

pengalamannya dalam berkendara, hal tersebut juga berlaku pada

pengendara sepeda motor. Remaja merupakan masa di mana seseorang

sedang belajar berkendara, sehingga pengalaman seorang remaja dalam

berkendara berbeda dengan dewasa, termasuk kepatuhan pemakaian helm

sebagai perangkat keselamatan berkendara.10

WHO mengklasifikasikan remaja menjadi tiga kategori, remaja

awal, remaja pertengahan dan remaja akhir. Remaja awal merupakan tahap

remaja pada rentang usia 10 hingga 13 tahun. Pada tahap ini seseorang

baru mengalami pubertas dan terjadi perubahan pada fisiknya. Perubahan

ini dapat memicu kecemasan pada remaja dan terjadinya ketidakstabilan

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

22

emosi yang mempengaruhi perilakunya. Remaja pertengahan terjadi pada

rentang usia 14 hingga 16 tahun dan remaja akhir pada 17 hingga 19 tahun.

Pada tahap ini seseorang cenderung mulai menemukan jati diri dan lebih

stabil dalam segi emosi, kemampuan analisis seseorang akan meningkat

pada tahap remaja akhir dan sangat berpengaruh pada perilakunya.20

2.1.5.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada perilaku

seseorang termasuk dalam hal perilaku pemakaian helm. Laki-laki

cenderung memiliki perilaku lebih baik dalam pemakaian helm dibanding

perempuan. Menurut penelitian yang sudah ada, perilaku buruk

perempuan dalam memakai helm dikarenakan perempuan memperhatikan

estetika rambut, kenyamanan, dan merasa lebih panas jika memakai

helm.8,9

Pada usia remaja, termasuk pelajar SLTA, perkembangan

perkembangan pada perempuan cenderung terjadi lebih cepat dibanding

laki-laki. Remaja perempuan juga cenderung memiliki risiko lebih besar

dalam segi kesehatan, termasuk kesehatan mental dan depresi yang dapat

berpengaruh pada perilakunya.10,21

2.1.5.3 Jenis Sekolah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun

2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan terdapat

beberapa jenis pendidikan menengah yang ada di Indonesia, antara lain

Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau

bentuk lain yang sederajat.22

Perbedaan pendidikan pada jenis sekolah tersebut berupa adanya

kekhasan pendidikan agama islam pada Madrasah Aliyah dan adanya

pendidikan kejuruan pada Sekolah Menengah Kejuruan.22 Lawrence

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

23

Green mengatakan Pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi

terhadap perubahan perilaku seseorang.13

2.1.5.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua

Pendidikan sangat berpengaruh pada pengetahuan seorang individu,

semakin tinggi tingkat pendidikan yang diemban akan semakin tinggi pula

pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan juga berhubungan erat dengan

perilaku seseorang, pengetahuan seorang individu terhadap pemakaian

helm, mulai dari urgensi, aturan yang mengikat, hingga dampak yang

dapat ditimbulkan akan mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam

pemakaian helm.23

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang

ditempuh. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi. Tiga kategori jenjang pendidikan

tersebut meliputi pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah

Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi

(Diploma, S1, S2, dan S3).24

2.1.5.5 Jenis Tinggal

Tempat tinggal bagi seorang remaja akan mempengaruhi

perkembangan remaja tersebut, termasuk perkembangan emosional dan

perilakunya. Remaja yang tinggal bersama orang tua cenderung lebih

diawasi dibanding dengan remaja yang tinggal di kos, namun remaja yang

tinggal di kos akan cenderung lebih mandiri dibanding remaja yang tinggal

bersama orang tua. Kontrol orang tua dan komunikasi yang baik antara

orang tua dan remaja mengurangi perilaku berisiko yang dilakukan

remaja.25

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

24

2.2 Kuesioner Penelitian

2.2.1 Kuesioner Youth Risk Behavior Survey

Kuesioner YRBS digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui

perilaku berisiko yang dapat menjadi penyebab kematian dan disabilitas

pada remaja dan dewasa, terdapat enam kategori perilaku berisiko antara

lain : 1) Perilaku yang berkontribusi menyebabkan cedera yang tidak

diinginkan dan kekerasan 2) Perilaku seksual yang berkaitan dengan

kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual, termasuk

infeksi HIV 3) Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang 4)

Penggunaan rokok 5) Perilaku diet yang tidak sehat 6) Aktivitas fisik yang

tidak adekuat

Perilaku pemakaian helm saat mengendarai sepeda motor atau sepeda

termasuk perilaku berisiko yang berkontribusi pada terjadinya cedera yang

tidak diinginkan, terdapat pertanyaan mengenai perilaku pemakaian helm

pada kuesioner YRBS yaitu sebagai berikut :

(17) Frekuensi mengenakan helm ketika mengendarai sepeda motor

dalam 12 bulan terakhir

(18) Frekuensi mengenakan helm ketika mengendarai sepeda dalam

12 bulan terakhir

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

25

2.3 Kerangka Teori

Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo perubahan perilaku

didasari atas tiga faktor. Selanjutnya proses adopsi perilaku terbagi menjadi

beberapa tahap menurut teori yang dikemukakan Rogers, yaitu Awareness,

Interest, Evaluation, Trial dan Adoption dan dipengaruhi kepercayaan

individu sebagaimana dijelaskaan menurut teori Health Belief Model. 13,14

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

26

2.4 Kerangka Konsep

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

27

2.5 Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil

Pengukuran

Skala

Variabel Terikat

1. Perilaku

pemakaian

helm

Tindakan

yang

dilakukan

pengendara

sepeda motor

dalam

kebiasaan

pemakaian

helm saat

berkendara

Kuesioner

YRBS dari

CDC

pertanyaan

nomor 171

1. Selalu

memakai

helm

2. Tidak

selalu

memakai

helm

3. Tidak

pernah

memakai

helm

Ordinal

Variabel Bebas

2. Tingkat

Pendidikan

Orang Tua

Jenjang

pendidikan

terakhir yang

ditempuh

orang tua

responden

pada jalur

pendidikan

formal

Kuesioner

YRBS dari

CDC

pertanyaan

nomor 8

dan 91

1. Pendidikan

Dasar (SD,

SMP)

2. Pendidikan

Menengah

(SMA)

3. Pendidikan

Tinggi

(Diploma,

S1, S2,

S3)22

Ordinal

3. Jenis

Tinggal

Tempat

tinggal

responden

Kuesioner

YRBS dari

CDC

1. Bersama

orang tua

(Tinggal

Nominal

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

28

selama

melaksanakan

pendidikan di

sekolah

pertanyaan

nomor 101

serumah

dengan

orang tua)

2. Tidak

bersama

dengan

orang tua

(Tinggal

tidak

serumah

dengan

orang tua)

4. Status

Ekonomi

Suatu

keadaan yang

menunjukkan

kemampuan

finansial

keluarga dan

perlengkapan

material yang

dimiliki

Kuesioner

YRBS dari

CDC

pertanyaan

nomor 111

1. Rumah

Tangga

Miskin dan

Tidak

Mampu

(Daya

Listrik

tidak ada,

450 VA,

dan 900

VA)

2. Rumah

Tangga

Mampu

(Daya

Listrik

>900

VA)26

Ordinal

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan

metode potong lintang (cross sectional).

3.2 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di

Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Waktu penelitian dilaksanakan

dari bulan Oktober 2017 hingga Desember 2017.

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pelajar SLTA pengendara

sepeda motor di Indonesia

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pelajar kelas X, XI, dan XII SMA

35 Jakarta Pusat, SMA Bakti Mulya Jakarta Selatan, SMA Al-Azkia Kota

Serang, SMA Al-Huda Kota Serang, SMA Darussalam Kota Serang, SMAN

27 Kabupaten Tangerang, SMA 3 Cirebon, SMA 1 Ciwaringin, SMKS

Muhammadiyah 5 Jakarta Pusat, SMK Pondok Indah Jakarta Selatan,

SMKS PGRI 4 Kota Serang, SMKN 9 Kabupaten Tangerang, SMK PUI

Kota Cirebon, SMK Ciwaringin 1, SMK Ciwaringin 2, MA Jamiat Kheir

Jakarta Pusat, MAN Ishlaahul Ummah Kabupaten Tangerang, MA

Salafiyah Kota Cirebon, MAS Tunas Cendikia Kabupaten Cirebon yang

terpilih secara acak dan bersedia menjadi responden penelitian.

3.4 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

analitik kategorik tidak berpasangan, maka dihitung menggunakan rumus :

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

30

Rumus analitik kategorik tidak berpasangan

N = ((Zα√2PQ) + Zβ√P1Q1 + P2Q2

P1 − P2)

2

Keterangan :

N = besar sampel

Zα = derivat baku normal untuk α = 1,96

Zβ = derivat baku normal untuk β = 1,64

α = kesalahan tipe satu ditetapkan peneliti = 5%

β = kealahan tipe dua ditetapkan peneliti = 5%

P = proporsi total = (P1+P2)/2 = (0,42+0,22)/2 = 0,32

P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya ditentukan peneliti = 0,42

P2 = proporsi pada kelompok yang telah diketahui nilainya (proporsi

kelompok yang memiliki dukungan keluarga dengan perilaku safety riding

buruk) = 0,2227

P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna, ditetapkan

sebesar 0,2

Q = 1- P = 1 – 0,32 = 0,68

Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,42 = 0,58

Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,22 = 0,78

N1 = N2 = ((1,96√0,435) + 1,64√0,243 + 0,171

0,20)

2

= 138

N Total = N1 + N2 = 138 + 138 = 276

Berdasarkan rumus di atas, sampel minimum yang diperlukan sebesar

276 responden. Perkiraan antisipasi drop out sebesar 10% dari jumlah sampel

minimum, maka :

N = Jumlah sampel /0,9

N = 276/0,9

N = 306 sampel

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

31

3.5 Pemilihan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan probability

sampling dengan metode multistage random sampling pada sampel dari

seluruh SLTA di Indonesia.

Penelitian dilakukan di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten

berdasarkan keterjangkauan dan kemampulaksanaan tim peneliti, dilakukan

randomisasi kota/kabupaten di provinsi tersebut. Kemudian, dilakukan

pendataan jumlah SMA, SMK dan MA yang ada berdasarkan pangkalan data

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sehingga terpilih beberapa SMA,

SMK, dan MA secara acak. Randomisasi selanjutnya dilakukan pada pelajar

kelas X, XI, dan XII dari tiap sekolah berdasarkan daftar hadir pelajar setiap

kelas untuk memilih pelajar yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini.

3.6 Kriteria Sampel

3.6.1 Kriteria Inklusi

Pelajar Kelas X, XI, dan XII di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan

Banten yang bersedia menjadi responden.

3.6.2 Kriteria Eksklusi

1. Pelajar yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap

2. Pelajar yang mencantumkan jawaban yang tidak tersedia dalam pilihan

jawaban kuesioner YRBS

3. Pelajar yang bukan pengendara sepeda motor

3.7 Cara Kerja Penelitian

1. Menentukan tema dan judul penelitian

2. Menentukan desain penelitian

3. Menentukan alat ukur penelitian yaitu menggunakan kuesioner YRBS

2017 dari CDC sebagai kuesioner penelitian

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

32

4. Permohonan izin kepada pembuat kuesioner YRBS 2017 untuk

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan penggunaan kuesioner

untuk penelitian ini

5. Uji validitas dan realibilitas kuesioner YRBS versi Bahasa Indonesia

6. Permohonan izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

7. Pendataan seluruh SLTA di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten

8. Pemilihan SLTA yang akan dijadikan sampel penelitian secara acak

9. Permohonan izin dari sekolah yang terpilih sebagai sampel penelitian

untuk pengambilan data

10. Pendataan jumlah pelajar kelas X, XI, dan XII di sekolah terpilih dan

melakukan randomisasi pada seluruh pelajar di sekolah tersebut untuk

dijadikan sampel penelitian

11. Penyampaian informed consent kepada sampel penelitian secara lisan

dan pemberian penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan

12. Penyerahan dan pengisian lembar persetujuan penelitian kepada sampel

penelitian. Jika setuju dan bersedia menjadi sampel, lembar persetujuan

tidak perlu dikembalikan kepada peneliti, namun jika tidak setuju dan

tidak bersedia, lembar persetujuan ditandatangani oleh orang tua sampel

dan dikembalikan kepada peneliti.

13. Penjelasan tentang cara pengisian kuesioner kepada sampel terpilih

14. Pengisian kuesioner YRBS 2017 yang telah diterjemahkan ke dalam

Bahasa Indonesia secara lengkap

15. Pengambilan data dari kuesioner yang telah diisi dan dilakukan

pemilihan data oleh peneliti untuk menilai data tersebut memenuhi

kriteria atau tidak

16. Analisis data menggunakan program IBM SPSS Statistics

17. Penulisan laporan penelitian

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

33

3.8 Alur Penelitian

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

34

3.9 Manajemen Data

3.9.1 Pengumpulan Data

Data yang didapat dalam penelitian ini merupakan data primer yang

diperoleh melalui kuesioner yang diisi langsung oleh responden berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman responden

3.9.2 Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam

penelitian ini adalah kuesioner Youth Risk Behavior Survey (YRBS) 2017

dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) yang telah divalidasi

dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh tim YRBS Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kuesioner berupa pertanyaan

tertulis dengan pilihan jawaban untuk memperoleh data latar belakang dan

perilaku berisiko responden, antara lain :

a. Tingkat Pendidikan orang tua, terdapat pada pertanyaan no. 8-9

b. Jenis Tinggal, terdapat pada pertanyaan no. 10

c. Status ekonomi, terdapat pada pertanyaan no. 11

d. Pemakaian helm, terdapat pada pertanyaan no. 17-18

Penelitian ini dilakukan bersama dengan tim peneliti Youth Risk

Behavior Surveillance System (YRBSS) Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang dipimpin oleh dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc

3.9.3 Uji Validitas Dan Reliabilitas

Uji Validitas dan realibilitas telah dilakukan oleh tim YRBS Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.9.4 Pengolahan Dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan

program IBM SPSS Statistics 25 dengan beberapa tahap pengolahan data

yaitu :

3.9.4.1 Editing

Pemeriksaan ulang kebenaran dan kelengkapan data dari kuesioner YRBS.

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

35

3.9.4.2 Coding

Pemberian kode pada data yang ada menggunakan Microsoft Excel.

3.9.4.3 Data Entry

Melakukan input data yang telah dikumpulkan dalam Microsoft

Excel ke dalam program IBM SPSS Statistics.

3.9.4.4 Analisis Data

Melakukan analisis univariat dengan tujuan melihat distribusi data

pada variabel dependen (pemakaian helm) dan independen (tingkat

pendidikan orang tua, Jenis Tinggal dan status ekonomi) dan analisis

bivariat dengan tujuan melihat hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-Square.

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian diuji kepada 50 responden menggunakan

kuesioner YRBS 2017 yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia

oleh tim YRBSS FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebanyak 116 butir

pertanyaan yang ada pada kuesioner YRBS 2017 dilakukan uji instrumen.

4.1.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menentukan apakah instrumen yang

digunakan mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Suatu item

kuesioner dinyatakan memiliki validitas baik apabila nilai korelasi pearson

(r hitung) lebih banyak dibanding r tabel. Pada penelitian ini dengan 50

responden dan tingkat signifikansi 0,05 didapatkan nilai r tabel sebesar

0,273.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner

No. Variabel Nilai r

hitung

Nilai

P

Nilai r

tabel

Keterangan

validasi

1. Usia 0,600 0,000 0,273 Baik

2. Jenis Kelamin -0,196 0,172 0,273 Kurang baik

3. Jenis Sekolah 0,470 0,001 0,273 Baik

4. Tingkat Kelas 0,562 0,000 0,273 Baik

5. Jenis Tinggal -0,169 0,239 0,273 Kurang baik

6. Tingkat Pendidikan Terakhir Ayah -0,315 0,026 0,273 Kurang baik

7. Tingkat Pendidikan Terakhir Ibu -0,340 0,016 0,273 Kurang baik

8. Daya Listrik -0,026 0,860 0,273 Kurang baik

9.

Frekuensi pemakaian helm ketika

mengendarai sepeda motor dalam 12

bulan terakhir

0,199 0,167 0,273 Kurang baik

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

37

Berdasarkan tabel didapatakan bahwa hasil validitas untuk pertanyaan

mengenai usia, jenis sekolah dan tingkat kelas memiliki validitas baik

dilihat dari nilai r hitung > r tabel. Sedangkan, pertanyaan mengenai jenis

kelamin, Jenis Tinggal, tingkat pendidikan terakhir ayah, tingkat pendidikan

terakhir ibu, daya listrik dan frekuensi pemakaian helm ketika mengendarai

sepeda motor dalam 12 bulan terakhir memiliki validitas kurang baik karena

nilai r hitung < r tabel. Hal ini dikarenakan kurangnya variasi jawaban dalam

responden. Pertanyaan yang memiliki validitas kurang baik tetap akan

digunakan dalam kuesioner.

4.1.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrumen

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen

dikatakan reliabel jika bisa memberikan nilai yang sama atau hampir sama

jika dilakukan pengukuran secara berulang. Pengukuran reliabilitas

instrumen dilakukan dengan mengetahui nilai cronbach’s alpha.

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner

Jumlah item kuesioner

116

Cronbach’s alpha

0,763

Tabel menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha pada seluruh item

kuesioner adalah 0,763. Nilai cronbach’s alpha tersebut menunjukkan

bahwa seluruh item kuesioner YRBS 2017 reliabel, sehingga kuesioner

tersebut dapat memberikan hasil yang hampir sama jika dilakukan

pengambilan data berulang.

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi sampel

berdasarkan karakteristik sampel berupa usia, jenis kelamin, jenis sekolah,

kelas, Jenis Tinggal, pendidikan terakhir ayah, pendidikan terakhir ibu, daya

listrik, dan frekuensi pemakaian helm.

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

38

Jumlah sampel terpilih sebesar 2071 sampel pelajar dari sekolah terpilih

di Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat yang merupakan pengendara

sepeda motor. Setelah dilakukan penilaian ulang pada hasil pengisian

kuesioner didapatkan 417 sampel merupakan kriteria eksklusi karena tidak

mengisi kuesioner dengan lengkap dan jawaban tidak sesuai dengan pilihan

jawaban tersedia sehingga didapatkan sampel akhir pada penelitian ini

sebesar 1654 pelajar.

4.2.1 Karakteristik Sampel

Tabel 4.3 Gambaran Karakteristik Sampel

No. Variabel Kategori Jumlah Proporsi

1. Usia

Remaja Awal (10-13 Tahun)

Remaja Pertengahan (14-16 Tahun)

Remaja Akhir (17-19 Tahun)

4

950

700

0,2%

57,5%

42,3%

2. Jenis

Kelamin

Laki-laki

Perempuan

773

881

46,7%

53,3%

3. Jenis

Sekolah

SMA

MA

SMK

718

142

794

43,4%

8,6%

48,0%

4. Kelas

10

11

12

543

543

568

32,8%

32,8%

34,3%

5. Jenis Tinggal

Bersama orang tua, Rumah milik sendiri

Bersama orang tua, Rumah sewa

Tidak bersama orang tua, Kos

Tidak bersama orang tua, Rumah saudara

1340

170

95

49

81,0%

10,3%

5,7%

3,0%

6.

Pendidikan

Terakhir

Ayah

Dasar

Menengah

Tinggi

842

545

267

50,9%

33,0%

16,1%

7. Pendidikan

Terakhir Ibu

Dasar

Menengah

Tinggi

959

489

206

58,0%

29,6%

12,5%

9. Status

Ekonomi

Rumah Tangga Miskin dan Tidak Mampu

Rumah Tangga Mampu

933

721

56,4%

43,6%

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

39

Berdasarkan tabel didapatkan bahwa seluruh sampel terpilih

merupakan remaja dan menurut kategori WHO responden paling banyak

merupakan remaja pertengahan dengan rentang usia 14-16 tahun (57,5%),

remaja akhir dengan rentang usia 17-19 tahun (42,3%) dan sisanya

merupakan remaja awal dengan rentang usia 10-13 tahun proporsinya

sangat sedikit.20 Hal tersebut menunjukkan sebanyak 57,7% responden

merupakan pengendara di bawah umur.

Jumlah responden perempuan (53,3%) lebih banyak dibandingkan

laki-laki (46,7%). Berdasarkan jenis sekolah, distribusi sampel terbanyak

terdapat pada pelajar SMK (48,0%), SMA (43,4%), dan MA (8,6%).

Tingkatan kelas cenderung merata dengan proporsi kelas 10 (32,8%), 11

(32,8%), 12 (34,3%). Hal tersebut sesuai dengan sasaran sampel penelitian

yaitu pelajar SLTA di Indonesia yang dipilih menggunakan metode

randomisasi bertingkat.

Latar belakang pendidikan orang tua dikategorikan menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 sebagai Pendidikan Dasar untuk

pendidikan terakhir SD hingga SMP, Menengah untuk SMA, dan Tinggi

untuk Diploma, Sarjana, Magister, dan Doktor. Distribusi pendidikan orang

tua sampel penelitian mayoritas ada pada pendidikan dasar sebanyak 842

(50,9%) untuk pendidikan ayah dan 959 (58,0%) untuk pendidikan ibu.

Sampel penelitian paling banyak tinggal bersama orang tua di rumah

milik sendiri (81,0%) diikuti tinggal bersama orang tua di rumah sewa

(10,3%), tinggal di rumah kos tidak bersama orang tua (5,7%) dan tinggal

di rumah saudara tidak bersama orang tua (3,0%). Status ekonomi

dikategorikan berdasarkan daya listrik yang dimiliki menurut Peraturan

Menteri ESDM Nomor 28 tahun 201626 yaitu Rumah Tangga Miskin dan

Tidak Mampu pada rumah yang tidak memiliki daya listrik, 450 VA dan

900 VA sebanyak 933 (56,4%) responden serta Rumah Tangga Mampu

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

40

pada rumah yang memiliki daya listrik >900 VA sebanyak 721 (43,6%)

responden.

4.2.2 Frekuensi Pemakaian Helm

Tabel 4.4 Frekuensi Pemakaian Helm dalam 12 bulan terakhir

No. Kategori Jumlah Proporsi

1.

2.

3.

Tidak pernah memakai helm

Tidak selalu memakai helm

Selalu memakai helm

164

1323

167

9,9%

80,0%

10,1%

Berdasarkan tabel dari 1654 responden 164 (9,9%) di antaranya tidak

pernah memakai helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan

terakhir, kemudian 1323 (80,0%) responden tidak selalu memakai helm

ketika mengendarai sepeda motor. Kedua kelompok responden tersebut

tidak sejalan dengan undang-undang Republik Indonesai nomor 22 tahun

2009 tentang lalu-lintas dan angkutan jalan pasal 57 ayat (2) sebagai dasar

hukum pemakaian helm pada pengendara sepeda motor di Indonesia.

Sedangkan, hanya 167 (10,1%) responden yang selalu memakai helm ketika

mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir.

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

41

4.3 Analisis Bivariat

Penelitian ini menggunakan uji Chi-Square pada analisis bivariat untuk

mengetahui kemaknaan hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas.

Hasil uji dinyatakan bermakna jika nilai p <0,05.

4.3.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Perilaku

Pemakaian Helm

4.3.1.1 Tingkat Pendidikan Ayah

Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Pendidikan Ayah dengan Perilaku Pemakaian Helm

Tingkat

Pendidikan Ayah

Perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12

bulan terakhir

Selalu Memakai

Helm

Tidak Selalu

Memakai Helm

Tidak Pernah

Memakai Helm Nilai P

N % N % N %

Pendidikan Dasar 40 4,8 697 82,8 105 12,5

0.000

Pendidikan

Menengah 62 11,4 441 80,9 42 7,7

Pendidikan Tinggi 65 24,3 185 69,3 17 6,4

Total 167 10,1 1323 80,0 164 9,9

Berdasarkan tabel didapatkan bahwa jumlah sampel yang memiliki

ayah dengan tingkat pendidikan dasar adalah 842 (50,9%) responden dan

ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir 105 (12,5%)

responden tidak pernah memakai helm. Selanjutnya, responden yang

memiliki ayah dengan tingkat pendidikan menengah adalah 545 responden

dan 42 (7,7%) responden tidak pernah memakai helm ketika mengendarai

sepeda motor dalam 12 bulan terakhir. Kemudian, responden yang

memiliki ayah dengan tingkat pendidikan tinggi adalah 267 responden dan

17 (6,4%) responden tidak pernah memakai helm ketika mengendarai

sepeda motor dalam 12 bulan terakhir.

Hasil uji Chi-square memperlihatkan nilai p = <0,05 hal tersebut

menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara tingkat pendidikan ayah dengan perilaku pemakaian helm

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

42

ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir pada

pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia pada tahun 2017.

Semakin tinggi tingkat pendidikan ayah semakin baik perilaku pemakaian

helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia.

4.3.1.2 Tingkat Pendidikan Ibu

Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Perilaku Pemakaian Helm

Tingkat

Pendidikan Ibu

Perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12

bulan terakhir

Selalu Memakai

Helm

Tidak Selalu

Memakai Helm

Tidak Pernah

Memakai Helm Nilai P

N % N % N %

Pendidikan Dasar 45 4,7 796 83,0 118 12,3

0.000

Pendidikan

Menengah 61 12,5 395 80,8 33 6,7

Pendidikan Tinggi 61 29,6 132 64,1 13 6,3

Total 167 10,1 1323 80,0 164 9,9

Berdasarkan tabel, dari 959 (58,0%) responden yang memiliki Ibu

dengan tingkat pendidikan dasar didapatkan 118 (12,3%) responden tidak

pernah memakai helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan

terakhir, sedangkan dari 489 responden yang memiliki Ibu dengan tingkat

pendidikan menengah didapatkan 33 (6,7%) responden yang tidak pernah

memakai helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir,

dan dari 206 responden yang memiliki Ibu dengan tingkat pendidikan

tinggi didapatkan 13 (6,3%) responden yang tidak pernah memakai helm

ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir.

Hasil Uji Chi-Square menunjukkan nilai p = <0,05 hal tersebut

memiliki arti bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara tingkat pendidikan ibu dengan perilaku pemakaian helm

ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir pada

pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia tahun 2017. Semakin

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

43

tinggi tingkat pendidikan ibu semakin baik perilaku pemakaian helm pada

pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia.

4.3.2 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Pemakaian Helm

Tabel 4.7 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Pemakaian Helm

Status Ekonomi

Perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12

bulan terakhir

Selalu Memakai

Helm

Tidak Selalu

Memakai Helm

Tidak Pernah

Memakai Helm Nilai P

N % N % N %

Rumah Tangga

Miskin dan Tidak

Mampu

61 6,5 765 82,0 107 11,5

0.000 Rumah Tangga

Mampu 106 14,7 558 77,4 57 7,9

Total 167 10,1 1323 80,0 164 9,9

Berdasarkan tabel didapatkan hasil dari 933 (56,4%) responden yang

termasuk dalam kategori rumah tangga miskin dan tidak mampu 107

(11,5%) di antaranya tidak pernah memakai helm ketika mengendarai

sepeda motor dalam 12 bulang terakhir. Sedangkan, dari 721 (43,6%)

responden yang termasuk dalam kategori rumah tangga mampu terdapat

57 (7,9%) responden yang tidak pernah memakai helm ketika mengendarai

sepeda motor dalam 12 bulan terakhir.

Pada uji Chi-Square didapatkan hasil nilai p = <0,05 yang berarti

secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara status

ekonomi dengan perilaku pemakaian helm ketika mengendarai

sepeda motor dalam 12 bulan terakhir pada pelajar SLTA pengendara

sepeda motor di Indonesia tahun 2017. Semakin tinggi status ekonomi

semakin baik perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara

sepeda motor di Indonesia.

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

44

4.3.3 Hubungan Jenis Tinggal dengan Perilaku Pemakaian Helm

Tabel 4.8 Hubungan Jenis Tinggal dengan Perilaku Pemakaian Helm

Jenis Tinggal

Perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12

bulan terakhir

Selalu Memakai

Helm

Tidak Selalu

Memakai Helm

Tidak Pernah

Memakai Helm Nilai P

N % N % N %

Bersama Orang

Tua 158 10,5 1209 80,1 143 9,5

0.055 Tidak Bersama

Orang Tua 9 6,3 114 79,2 21 14,6

Total 167 10,1 1323 80,0 164 9,9

Berdasarkan tabel, didapatkan bahwa dari 1510 (91,3%) responden

yang tinggal bersama orang tua 143 (9,5%) diantaranya tidak pernah

memakai helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir.

Sedangkan dari 144 (8,7%) responden yang tidak tinggal bersama orang

tua 21 (14,6%) diantaranya tidak pernah memakai helm ketika

mengendarai sepeda motor dalam 12 bulan terakhir.

Setelah dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil nilai p sebesar

0,055 atau p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis tinggal dengan

perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda motor dalam 12

bulan terakhir pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia

tahun 2017.

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

45

4.4 Pembahasan

4.4.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Perilaku

Pemakaian Helm

Berdasarkan hasil analisis bivariat terkait hubungan tingkat

pendidikan orang tua terhadap perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA

pengendara sepeda motor di Indonesia, didapatkan bahwa pada kategori

tingkat pendidikan ayah dan ibu dengan perilaku pemakaian helm

responden terdapat hubungan yang bermakna (p <0,05). Sesuai teori dari

Lawrence Green, di mana Pengetahuan menjadi faktor predisposisi yang

mendukung terjadinya perilaku seseorang, Orang tua yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan lebih dibanding orang

tua dengan tingkat pendidikan dasar, hal tersebut mempengaruhi perilaku

orang tua dalam memberikan dukungan kepada anak dalam berperilaku, di

mana dukungan keluarga menjadi faktor penguat terjadinya perilaku pada

seseorang termasuk perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda

motor.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ridho10 dan

Fadilah11 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan

dengan perilaku pemakaian helm dengan nilai p = 0,001 dan 0,023. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pengetahuan yang

dimiliki terkait risiko cedera kepala, risiko kematian, manfaat memakai

helm ketika mengendarai sepeda motor dan pengetahuan akan aturan yang

mengatur pemakaian helm. Kesenjangan dengan penelitian ini adalah pada

penelitian ini pengetahuan yang diteliti adalah pengetahuan orang tua

responden yang diukur melalui tingkat pendidikan terakhir.

Penelitian lain yang dilakukan Case23 melaporkan bahwa anak yang

memiliki ibu dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih sehat. Hal

tersebut berkaitan dengan pengetahuan akan kesehatan dan memiliki

perilaku kesehatan lebih baik yang mempengaruhi anaknya.

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

46

Orang tua dengan tingkat pendidikan tinggi akan memberikan

pengetahuan lebih kepada anak dibandingkan orang tua dengan tingkat

pendidikan dasar. Semakin banyak pengetahuan diberikan akan

mempengaruhi persepsi kerentanan (Perceived susceptibility), persepsi

keparahan (Perceived severity), persepsi manfaat (Perceived Benefits) dan

persepsi batasan (Perceived Barriers) untuk memakai helm ketika

mengendarai sepeda motor.

4.4.2 Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Pemakaian Helm

Berdasarkan hasil bivariat didapatkan hasil bahwa adanya hubungan

bermakna antara status ekonomi dengan perilaku pemakaian helm pada

pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia tahun 2017 (p <0,05).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Colle, Asfian, dan

Andisiri28 mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku safety

riding di mana didapatkan hasil adanya hubungan antara dukungan keluarga

dengan perilaku safety riding dengan nilai p=0,002. Salah satu dukungan

keluarga yang dimaksud adalah dukungan finansial dalam menjamin

ketersediaan sarana prasarana dalam berperilaku safety riding.

Sesuai dengan teori Lawrence Green yang mengatakan bahwa

dukungan keluarga menjadi faktor penguat terjadinya perilaku pada

seseorang. Dukungan finansial keluarga terhadap seseorang mempengaruhi

perilaku pemakaian helm ketika mengendarai sepeda motor, seperti yang

dikatakan Peltzer dan Pengpid7 bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

pemakaian helm adalah karakteristik dari helm yang berhubungan dengan

kualitas, jenis, dan harga.

Selain itu, penelitian yang dilakukan Dennis, dkk29 menyebutkan

status ekonomi mempengaruhi perilaku pemakaian helm, pekerja yang

mengendarai sepeda motor milik kantor yang tidak diberi fasilitas helm juga

tidak mampu membeli helm sendiri dengan alasan ekonomi. Penelitian lain

oleh Wang dan Geng30 mengatakan bahwa semakin tinggi status

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

47

sosioekonomi yang berkaitan dengan tiga aspek yaitu pekerjaan, pendapatan

dan tingkat pendidikan maka seseorang juga akan memiliki kesehatan fisik

yang lebih baik (p <0,05).

Keluarga dengan status ekonomi baik akan memberikan dukungan

lebih dalam menyediakan sarana prasarana, dalam konteks perilaku

pemakaian helm, keluarga dengan ekonomi baik akan memberikan helm

dengan kualitas baik dibandingkan keluarga dengan ekonomi kurang yang

memberikan helm dengan kualitas yang lebih rendah atau bahkan tidak

memberikan helm sebagai perangkat keselamatan. Selain itu, keluarga

dengan status ekonomi baik juga akan memberikan pendidikan akan

perilaku berisiko dan dampaknya yang dalam konsep Health Belief Model

akan mempengaruhi persepsi ancaman (Perceived Threat) dan persepsi

manfaat (Perceived Benefits).

4.4.3 Hubungan Jenis Tinggal dengan Perilaku Pemakaian Helm

Berdasarkan analisis data hubungan Jenis Tinggal dengan perilaku

pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia

tahun 2017 menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna

antara jenis tinggal yaitu bersama orang tua atau tidak bersama orang tua

dengan perilaku pemakaian helm (p = 0,055). Teori Lawrence Green

mengatakan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penguat

terjadinya perilaku pada seseorang.

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maharani31

yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga

berupa izin orang tua dengan perilaku remaja berkendara sepeda motor

dengan nilai p = 0,596 di mana pengendara yang mendapat izin keluarga

dan tidak mendapat izin keluarga untuk berkendara cenderung memiliki

perilaku yang sama. Pada penelitian yang dilakukan oleh Colle, Asfian, dan

Andisiri28 mengatakan bahwa sebenarnya pihak keluarga belum sepenuhnya

memberikan dukungan pada perilaku safety riding, di mana orang tua

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

48

merasa bahwa sarana prasarana safety riding seperti Surat Izin Mengemudi

hanya sebagai formalitas. Sehingga pelajar yang tinggal bersama orang tua

maupun tidak bersama orang tua sama-sama memiliki perilaku berisiko.

Kesenjangan dengan penelitian ini yaitu variabel yang diteliti merupakan

perilaku berkendara yang diteliti spesifik pada perilaku pemakaian helm dan

dilakukan pada pelajar SLTA di Indonesia, sehingga hasil yang didapatkan

sedikit berbeda.

Selain itu, hal ini juga berkaitan dengan proses pembentukan perilaku

di mana keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki

kewajiban memenuhi kebutuhan anggota keluarganya salah satunya dalam

hal pendidikan akan kesehatan. Puspitawati32 menggambarkan fungsi

keluarga dalam pembentukan perilaku salah satunya disebut teori struktural-

fungsional di mana perilaku yang dibentuk dalam keluarga harus

berdasarkan norma dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat sehingga

terjadi keseimbangan antara perilaku anggota keluarga dengan norma

tersebut. Perilaku kesehatan harus dibentuk sejak dini dan tidak serta merta

ada pada anak sehingga perlu peran orang tua secara menyeluruh dalam

membentuk perilaku kesehatan pada anak. Chapman dalam Puspitawati32

juga mengatakan keluarga memiliki peran untuk anak menjadi mandiri

sehingga anak yang telah dididik sejak dini akan perilaku kesehatan akan

memiliki perilaku tersebut meskipun tidak tinggal bersama keluarga.

4.5 Keunggulan Penelitian

1. Menyajikan data perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA di

Indonesia tahun 2017

2. Menjadi referensi penelitian di Indonesia terkait perilaku berisiko

khususnya pemakaian helm pada pengendara sepeda motor

4.6 Keterbatasan Penelitian

1. Pengambilan data dilakukan dengan metode pengisian kuesioner YRBS

yang mengharuskan menjawab pertanyaan kejadian yang terjadi dalam

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

49

12 bulan terakhir dan bersifat subjektif, sehingga dapat terjadi bias pada

subjek dalam mengingat

2. Penelitian ini tidak mengendalikan variabel perancu dalam analisis

statistik

3. Variabel penelitian status ekonomi hanya berdasarkan daya listrik yang

dimiliki, tidak memperhatikan pendapatan keluarga perbulan

4. Variabel penelitian perilaku pemakaian helm hanya diteliti pada pelajar

SLTA pengendara sepeda motor bukan termasuk penumpang sepeda

motor

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

50

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Sebanyak 80,0% pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia

tahun 2017 tidak selalu memakai helm ketika mengendarai sepeda motor

dalam 12 bulan terakhir, sisanya sebanyak 9,9% tidak pernah memakai

helm dan hanya 10,1% pelajar yang selalu memakai helm dengan

proporsi pengendara di bawah umur mencapai 57,7%.

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ayah

dengan perilaku pemakaian helm. Semakin tinggi tingkat pendidikan

ayah semakin baik perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA

pengendara sepeda motor di Indonesia dengan nilai p = 0.000

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan

perilaku pemakaian helm. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu

semakin baik perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara

sepeda motor di Indonesia Indonesia dengan nilai p = 0.000

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara status ekonomi dengan

perilaku pemakaian helm. Semakin tinggi status ekonomi semakin baik

perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor

di Indonesia dengan nilai p = 0.000

5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis tinggal dengan

perilaku pemakaian helm pada pelajar SLTA pengendara sepeda motor

di Indonesia dengan nilai p = 0.055

6. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemakaian helm pada

pelajar SLTA pengendara sepeda motor di Indonesia tahun 2017 dari segi

dukungan keluarga sebagai faktor penguat adalah tingkat pendidikan

orang tua dan status ekonomi.

5.2 Saran

1. Sebaiknya dilakukan penelitian pada variabel lain seperti jenis kelamin,

lokasi berkendara, pengetahuan responden, persepsi responden, hukum

yang mengatur, serta proses penegakan hukum sebagai faktor-faktor

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

51

perilaku pemakaian helm dari segi faktor predisposisi, faktor pemungkin

dan faktor penguat untuk mendukung dan melengkapi penelitian ini.

2. Perlu dilakukan penelitan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pelajar SLTA pengendara sepeda motor di bawah umur.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait akibat yang ditimbulkan

dari perilaku berisiko terkait pemakaian helm pada pelajar SLTA

pengendara sepeda motor di Indonesia

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait efektivitas kegiatan

promotif safety riding yang telah dilakukan melihat masih banyak

proporsi pelajar SLTA di Indonesia dengan perilaku berisiko terkait

pemakaian helm

5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pembentukan perilaku

safety riding di keluarga

6. Perlu dilakukan upaya promotif dan preventif pada pelajar SLTA

pengendara sepeda motor di Indonesia dan keluarga khususnya terkait

perilaku pemakaian helm dan perilaku berkendara di bawah umur serta

akibat yang ditimbulkan dari perilaku berisiko tersebut

7. Perlu dilakukan pendidikan akan perilaku safety riding di lingkungan

keluarga sejak dini

8. Perlu dilakukan kerjasama interprofesi dalam upaya promotif dan

preventif terkait perilaku kesehatan pada remaja di Indonesia

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

52

DAFTAR PUSTAKA

1. CDC. Youth Risk Behavior Surveillance System (YRBSS),

https://www.cdc.gov/healthyyouth/data/yrbs/index.htm (2019, diakses 16

Juli 2019).

2. Badan Pusat Statistik. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut

Jenis, 1949-2017, https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1133

(2017, diakses 16 Juli 2019).

3. Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Republik Indonesia, 2009.

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta, 2013. Epub ahead of print 2013. DOI:

10.1007/s13398-014-0173-7.2.

5. World Health Organization. Global Status Report On Road Safety 2018.

Geneva: World Health Organization, 2018. Epub ahead of print 2018. DOI:

10.1590/s1809-98232013000400007.

6. Macleod JBA, Digiacomo JC, Tinkoff G. An Evidence-Based Review :

Helmet Efficacy to Reduce Head Injury and Mortality in Motorcycle

Crashes : EAST Practice Management Guidelines. J Trauma Inj Infect Crit

Care; 69. Epub ahead of print 2010. DOI: 10.1097/TA.0b013e3181f8a9cc.

7. Peltzer K, Pengpid S. Helmet use and associated factors among motorcyclists

in the Association of Southeast Asian Nations: prevalence and effect of

interventions. Procedia Eng 2014; 1: 292–298.

8. Hernández JMR, Tovar FAC, Ruiz LKA. Factors associated with the use of

motorcycle helmets in two Colombian cities. Cien Saude Colet 2016; 21:

3793–3801.

9. Xuequn Y, Ke L, Ivers R, et al. Prevalence rates of helmet use among

motorcycle riders in a developed region in China. Accid Anal Prev 2011; 43:

214–219.

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

53

10. Ridho M. Hubungan Persepsi Risiko Keselamatan Berkendara Dengan

Perilaku Pemakaian Helm Pada Mahasiswa Universitas Indonesia Depok

Tahun 2012. Universitas Indonesia, 2012.

11. Fadilah D, Ginanjar R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Pemakaian Helm Pengendara Sepeda Motor Pada Pelajar Kelas X ( Sepuluh

). Promot J Mhs Kesehat Masy 2018; 1: 29–36.

12. Hartono D. Psikologi. Jakarta: Pusat Pendidikan SDM Kesehatan. Badan

Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Kementrian Kesehatan RI, 2016.

13. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi Revisi

2012). Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

14. Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education.

Theory, Research and Practice. 4th ed. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley

Imprint, 2008.

15. Badan Standardisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) 1811-2007

tentang Helm pengendara kendaraan bermotor roda dua. 2007.

16. Word Health Organization. Helm : Manual Keselamatan Jalan untuk

Pengambil Keputusan dan Praktisi. Bahasa Ind. Jakarta: Global Road Safety

Partnership - Indonesia, 2014.

17. Holder Y, Peden M, Krug E, et al. Injuries Surveillance Guidelines. Geneva,

2001.

18. Faried A, Bachani AM, Sendjaja AN, et al. Characteristics of Moderate and

Severe Traumatic Brain Injury of Motorcycle Crashes in Bandung,

Indonesia. World Neurosurg. Epub ahead of print 2017. DOI:

10.1016/j.wneu.2016.12.133.

19. Sone JY, Kondziolka D, Huang JH, et al. Helmet efficacy against concussion

and traumatic brain injury: a review. J Neurosurg. Epub ahead of print 2016.

DOI: 10.3171/2016.2.JNS151972.

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

54

20. World Health Organization. Adolescence: A Period Needing Special

Attention. Health For The World’s Adolescents,

http://apps.who.int/adolescent/second-decade/section2/page2/age-not-the-

whole-story.html (2014, diakses 16 Juli 2019).

21. United Nations Children’s Fund. The State of The World’s Children 2011:

Adolescence - An Age of Opportunity. New York: UNICEF, 2011.

22. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17

tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta,

Republik Indonesia, 2010.

23. Case A, Paxson C. Parental Behavior And Child Health. Heal Aff 2002; 21:

164–78.

24. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Republik Indonesia, 2003.

25. Wang B, Stanton B, Li X, et al. The Influence of Parental Monitoring and

Parent-Adolescent Communication on Bahamian Adolescent Risk

Involvement: A Three-year Longitudinal Examination. Soc Sci Med 2013;

97: 161–169.

26. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Peraturan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 29

Tahun 2016 Tentang Mekanisme Pemberian Subsidi Tarif Tenaga Listrik

Untuk Rumah Tangga. Republik Indonesia, 2016.

27. Asdar M, Sidik D, Rismayanti. Perilaku Safety Riding pada Siswa SMA di

Kabupaten Pangkep. Pangkep, 2013.

28. Colle ABA, Asfian P, Andisiri WOSNZ. Faktor-faktor yang Berhubungan

dengan Perilaku Safety Riding pada Siswa SMA Negeri 1 Wundulako

Kabupaten Kolaka tahun 2016. JIMKesmas 2016; 1: 1–8.

29. Dennis AC, Bosson N, Peralta JEC, et al. Determinants of helmet wearing

behavior among motorcyclists in the Dominican Republic. Int J Public Heal

Epidemiol 2013; 2: 50–55.

Page 69: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

55

30. Wang J, Geng L. Effects of Socioeconomic Status on Physical and

Psychological Health : Lifestyle as a Mediator. Int J Environ Res Public Heal

2019; 16: 281.

31. Maharani D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Remaja

Berkendara Sepeda Motor di Sepanjang Ruas Jalan Matraman-

Rawamangun Jakarta Timur Tahun 2016. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2016.

32. Puspitawati H. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia.

Bogor, 2013.

Page 70: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

56

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Rekomendasi Penelitian

Page 71: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

57

Page 72: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

58

Page 73: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

59

Page 74: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

60

Page 75: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

61

Lampiran 2 Kuesioner YRBS 2017

Karakteristik Sampel

Page 76: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

62

Frekuensi Pemakaian Helm

Page 77: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

63

Lampiran 3 Lembar Passive Informed Consent

Yth. Orang tua siswa,

Sekolah putera-puteri anda terpilih untuk ikut berpartisipasi dalam Survei Perilaku Kesehatan

Remaja Indonesia tahun 2017, bersama-sama para siswa dari 29 sekolah lanjutan tingkat atas

lainnya di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Survei ini disponsori oleh Pusat Penelitian

dan Penerbitan (Puslitpen) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Survei ini

menanyakan tentang perilaku kesehatan putera-puteri anda, antara lain kebiasaan makan, tidur,

olahraga, merokok, minum minuman keras, cedera, aktivitas menggunakan internet dan kesehatan

reproduksi. Setiap siswa memerlukan waktu 40-60 menit untuk mengisi kuesioner pada survei ini.

Setiap jawaban atas pertanyaan survei ini berupa pilihan berganda. Jawaban dituliskan di atas

kertas dengan menggunakaan pensil 2B.

Survei ini dirancang untuk melindungi privasi siswa. Siswa tidak diperkenankan menuliskan

nama mereka pada lembar isian kuesioner. Selain itu, nama siswa dan sekolah tidak

dicantumkan dalam laporan penelitian. Siswa tidak memperoleh keuntungan finansial apapun

dengan mengikuti survei ini. Hasil survei ini akan digunakan untuk memperbaiki pendidikan

kesehatan bagi remaja. Pendidikan kesehatan yang tepat bagi para remaja akan mencegah mereka

dari berbagai penyakit ketika dewasa nanti, antara lain seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

kencing manis, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal dan sebagainya.

Kami berharap seluruh siswa terpilih bisa berpartisipasi dalam survei ini. Namun, survei ini

bersifat sukarela. Tidak ada sanksi apapun bagi sekolah, siswa maupun orang tuanya apabila siswa

tidak mengikuti survei ini ataupun memutuskan untuk berhenti kapan saja ketika sedang mengikuti

survei. Siswa juga diperkenankan untuk melewati pertanyaan tertentu yang tidak ingin mereka

jawab. Mohon lengkapi form di bawah ini dan diserahkan kembali kepada sekolah dalam 3 hari

sejak dibagikan kepada siswa hanya jika anda tidak mengizinkan putra-putri anda mengikuti

survei ini. Apabila anda masih memiliki pertanyaan lagi tentang survei ini yang tidak bisa dijawab

oleh guru putra-putri anda atau kepala sekolah silahkan hubungi ..............................

Di nomor .............................

Terima kasih.

Page 78: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

64

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mohon lengkapi dan serahkan kembali form di bawah ini apabila anda tidak mengizinkan

putra-putri anda mengikuti survei.

Nama siswa : ..................................................................................................

Kelas : ..................................................................................................

Saya telah membaca form ini dan memahami tentang survei ini.

[ ] TIDAK, anak saya tidak boleh megikuti survei ini

Nama orang tua : .....................................................................................

Nomor HP : .....................................................................................

Tanda tangan : .....................................................................................

Page 79: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

65

Lampiran 4 Hasil Uji Statistik

1. Usia Responden

2. Jenis kelamin responden

3. Jenis sekolah

4. Kelas

Page 80: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

66

5. Tingkat pendidikan ayah

6. Tingkat pendidikan ibu

Page 81: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

67

7. Jenis Tinggal

8. Daya listrik

9. Status ekonomi

10. Perilaku pemakaian helm

Page 82: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

68

11. Hubungan tingkat pendidikan ayah dengan perilaku pemakaian helm

Page 83: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

69

12. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan perilaku pemakaian helm

13. Hubungan status ekonomi dengan perilaku pemakaian helm

Page 84: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

70

14. Hubungan Jenis Tinggal dengan perilaku pemakaian helm

Page 85: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49201... · 2020. 1. 13. · HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, STATUS EKONOMI

71

Lampiran 5 Riwayat Penulis

Nama : Firyal Muhammad Haekal Shofi

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Juli 1998

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jalan Lembah Pinus Raya A3/87

Pamulang Timur, Pamulang,

Tangerang Selatan, Banten, 15417

Alamat e-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2004-2010 : SD Negeri Ciputat 7

2010-2013 : MTs Negeri 1 Kota Tangerang

Selatan

2013-2016 : MA Negeri 4 Jakarta

2016-Sekarang : Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi

2017-2019 : Anggota Departemen Informasi dan

Komunikasi DEMA UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2017-2018 : Anggota SCORA CIMSA FK UIN

SH

2018-2019 : Local Coordinator CIMSA FK UIN

SH