HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS
MENJALANKAN SALAT MALAM DAN KEGIATAN
KEAGAMAAN DENGAN KETENTERAMAN
JIWA SANTRI
(Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Daarussalaam
Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang
Tahun 2012)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
NAMQOSIM
NIM 11108085
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
MOTTO
ب أ ك أ ب ن ٱك ق ق وق … ب ٱهلل ٢٨ أ أ ب ب ك
“… Hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”.
(Q.S. Ar-Ra’d: 28)
دك أ ب أ هلل ق ا ... عق مب أ ٱكبثك نق ا عأ أى لك ا أ عأ ى أ أ أ ب أ ٱ هلل ك أ
نق ا عأ أى ٱك ا أ عأ أ أ
عب أاوب دب دق ٱك أ أأ ب هلل ٱهلل
٢ ٱهلل
”...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.
(Q.S. Al-Maidah: 2)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Orangtua penulis (Ibu Tukiyem dan Bapak Salmon) tercinta yang telah
mengasuh, membimbing dalam langkah hidup penulis, terimakasih atas
segala pengorbanannya baik lahir maupun batin.
2. Istri (Anisful Mahrozah) dan anak penulis (Niken Ihlaula Muta‟abbida)
tercinta, yang selalu setia mendampingi, menghibur, serta menghiasi hari-hari
penulis, terimakasih atas bantuan dan dorongan kalian.
3. Bapak dan ibu mertua (Bapak Asmawi dan Ibu Munjianah), saudara-saudara
(mbak-mbak dan mas-mas) terimakasih atas semangat dan do‟a kalian.
4. Teman-teman seprofesi bapak/ibu guru RA dan SDIP H. Soebandi Bawen
terimakasih atas dorongan kalian.
5. Dosen-dosen Tarbiyah, terima kasih telah mengalirkan ilmu ke dalam hati,
menjadi fasilitator serta mendorong penulis agar bisa berbuat yang terbaik
untuk penulis maupun bangsa. Terima kasih jasa-jasamu takkan penulis
lupakan
6. Keluarga Besar PAI C 2008, kebersamaan kita akan selalu tersimpan dalam
memory dan akan terkenang dalam sejarah hidup penulis.
7. Pembaca yang budiman, Semoga perjuangan kita selalu mendapat ridho Allah
SWT.
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.
4. Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag, sebagai dosen pembimbing
skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya
serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk
menyelesaikan tugas ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak K.H. Fatchurrahman Thahir selaku pengasuh Pondok Pesantren
Daarussalaam Sempon, yang telah memberikan ijin serta membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Teriring do‟a semoga amal dan budi baik yang mereka berikan kepada
penulis menjadi catatan amal kebaikan disisi Allah SWT. Amin.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Salatiga, 11 September 2014
Penulis
ABSTRAK
Namqosim.2008. Hubungan antara Intensitas Menjalankan Salat Malam dan
Kegiatan Keagamaan dengan Ketenteraman Jiwa Santri (Studi Kasus
Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten
Semarang Tahun 2012). Skripsi. Jurusan PAI. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing: Prof. Dr. H.
Budihardjo, M.Ag.
Kata kunci: intensitas, salat malam, kegiatan keagamaan, ketenteraman jiwa.
Penelitian ini diadakan guna mengetahui apakah ada hubungan antara
intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman
jiwa santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon. Pertanyaan utama yang
ingin dijawab pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana intensitas menjalankan
salat malam santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan
Kabupaten Semarang? (2) Bagaimana kegiatan keagamaan santri Pondok
Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang? (3)
Bagaimana ketenteraman jiwa santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang? (4) Apakah ada hubungan antara
intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman
jiwa santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten
Semarang? Untuk menjawab pertanyaan diatas maka peneliti menggunakan
metodologi penelitian kuantitatif dengan rancangan studi korelasi ganda serta
menggunakan metode angket, dokumentasi dan wawancara untuk pengumpulan
datanya. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan tehnik
analisis statistik deskriptif dengan rumus regresi ganda. Temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) Intensitas menjalankan salat malam santri Pondok
Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang pada
umumnya baik atau tinggi dengan persentase 60%. (2) Kegiatan keagamaan santri
Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang
pada umumnya baik atau tinggi dengan persentase 46,7%. (3) Ketenteraman jiwa
santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten
Semarang pada umumnya sedang dengan persentase 46,7%. (4) Pengujian
hipotesis penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas
menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa
santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten
Semarang. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan statistik dan diuji
keberartiannya menggunakan uji F dan diperoleh Fh sebesar 13,75, taraf 1% Ftabel
= 3,35, taraf 5% = 5,49. Jadi Fhitung > Ftabel, yang berarti persamaan regresi tersebut
signifikan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iii
DEKLARASI ........................................................................................................ iv
MOTTO ................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 6
E. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 7
F. Definisi Operasional ............................................................................. 8
G. Metode Penelitian ............................................................................... 10
H. Sistematika Penulisan ......................................................................... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 22
B. Landasan Teori ................................................................................... 23
1. Intensitas Salat Malam ................................................................ 23
a. Pengertian menurut bahasa .................................................. 23
b. Pengertian menurut istilah ................................................... 25
c. Dasar salat malam ................................................................ 26
d. Batasan salat malam ............................................................. 28
e. Macam-macam salat malam ................................................. 30
f. Adab melaksanakan salat malam ......................................... 32
g. Fadhillah atau hikmah salat malam ....................................... 33
2. Kegiatan Keagamaan Santri ......................................................... 36
a. Pengertian secara bahasa ...................................................... 36
b. Pengertian secara istilah ....................................................... 36
c. Kegiatan keagamaan yang ada pada santri .......................... 37
3. Ketenteraman Jiwa Santri ........................................................... 45
a. Pengertian secara bahasa ...................................................... 45
b. Pengertian secara istilah ....................................................... 45
c. Faktor-faktor pendukung
dan penghambat ketenteraman jiwa ..................................... 48
4. Hubungan antara intensitas menjalankan salat malam
dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa ................... 54
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek penelitian................................. 58
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon .... 58
2. Lokasi Pondok Pesantren Daarussalam Sempon ........................ 60
3. Visi, Misi dan Tujuan .................................................................. 60
4. Sistem Pendidikan ....................................................................... 61
5. Keadaan Ustadz atau Guru .......................................................... 62
6. Keadaan Santri ............................................................................ 62
7. Struktur Organisasi ..................................................................... 65
8. Kegiatan Harian Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon ....... 65
9. Program Kegiatan Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon .... 66
10. Sarana dan Prasarana ................................................................... 67
B. Penyajian Data
1. Daftar Nama Responden ............................................................. 68
2. Daftar Hasil Angket .................................................................... 69
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Deskriptif (Tiap-tiap Variabel) ............................................ 78
1. Intensitas menjalankan salat malam ............................................ 79
2. Kegiatan Keagamaan .................................................................. 81
3. Ketenteraman jiwa santri ............................................................. 82
B. Pengujian Hipotesis dengan Rumus Regresi Ganda .......................... 83
C. Interpretasi Data ................................................................................. 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 92
B. Saran ................................................................................................... 94
C. Penutup ............................................................................................... 94
DAFTAR TABEL
Tabel I Jumlah Pengambilan Sampel ....................................................... 12
Tabel II Daftar Ustadz Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon ........... 62
Tabel III Daftar Santri Putra dan Putri Pondok Pesantren Daarussalaam ... 63
Tabel IV Kegiatan Harian Pondok Pesantren Daarussalaam .................... 65
Tabel V Program Kegiatan Pondok Pesantren Daarussalaam ................. 66
Tabel VI Data Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Daarussalaam ...... 67
Tabel VII Daftar Nama Responden Penelitian ............................................ 68
Tabel VIII Jawaban Angket Intensitas Menjalankan Salat Malam ............... 69
Tabel IX Jawaban Angket Kegiatan Keagamaan Santri ............................ 72
Tabel X Jawaban Angket Ketenteraman Jiwa Santri ................................ 74
Tabel XI Rekapitulasi Intensitas Salat Malam ........................................... 80
Tabel XII Rekapitulasi Kegiatan Keagamaan ............................................. 82
Tabel XIII Rekapitulasi Ketenteraman Jiwa ................................................. 83
Tabel XIV Tabel Kerja Koefisien Hubungan antara Intensitas Salat Malam
dan Kegiatan Keagamaan dengan Ketenteraman Jiwa ............... 84
LAMPIRAN
Lampiran I Peta Dusun Sempon Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan
Lampiran II Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama yang rahmatan lil „alamin, sebenarnya telah
memberikan pedoman dasar bagi permasalahan hidup manusia. Diantara
ajaran Islam yang dapat digunakan sebagai terapi terhadap gangguan
kejiwaan untuk mencapai kebahagiaan dan ketenteraman jiwa adalah salat,
sebagaimana Q.S. Thaha: 14
لوة لذكري… ١٤ وأقم ٱلصArtinya: “…. Dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”. (Depag RI, 1997:
477).
Dalam ayat yang lain dijelaskan bahwa fungsi mengingat Allah
(dzikrullah) adalah untuk menentramkan batin atau jiwa manusia,
sebagaimana Q.S.Ar-ra'd: 28
ا ين ٱل نلنوون أ وذكر ٱٱ ٢٨ ٱلذي وا نووا و ا ين قنلنوون نم وذكر ٱٱ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tentram”. (Depag RI, 1997:
373).
Salat malam merupakan salah satu bentuk ibadah sunnah sekaligus
sebagai sarana pendekatan secara psikhis. Salat malam sangat dianjurkan
oleh Allah dalam ayat-Nya yang merupakan suatu ibadah tambahan dan
Allah akan memberikan tempat yang terpuji bagi hamba yang mau
melaksanakannya. Tentang salat malam, dalam Alquran surat Al-Isra‟ ayat
79, disebutkan:
حانودو ك ا ااا ا وعثك رون د وهۦ افلة لك عسى أي ل ف ج ٧٩ واي ٱل
Artinya: “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-
mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (Depag RI, 1997:
436).
Pada dasarnya hikmah salat malam tidak jauh berbeda dengan salat-
salat yang lain. Menurut Syafii (2009: 120) hikmah salat malam itu antara
lain:
1. Mendekatkan diri kepada Allah
2. Sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan
3. Sarana untuk berdzikir (mengingat) kepada Allah, pengabdian total dan
tawakkal kepada-Nya
4. Membina kepribadian muslim
5. Menimbulkan jiwa yang tenang
6. Terhindarnya manusia dari perbuatan keji dan mungkar
7. Menjaga kesehatan jasmani
8. Allah akan memberikan tempat yang terpuji bagi hamba yang mau
melaksanakannya.
Untuk memperoleh hikmah-hikmah salat tersebut di atas, seseorang
harus menjalankan salat secara benar, yang dilakukan secara terus menerus
dan sempurna rukun dan syarat, maupun kekhusyu‟an dan menghadirkan hati.
Selain dengan salat malam, perlu juga dengan diimbangi pelaksanaan
kegiatan keagamaan seperti halnya mengikuti pengajian, mengaji kitab,
dzikir, tahlilan atau yasinan secara rutin, bersedekah, membaca Alqur‟an,
tolong menolong sesama manusia. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat
Al-Maidah ayat 2:
ي وٱ نووا ٱٱ دو وى و عاو نووا على ٱلثم وٱلعن و عاو نووا على ٱلور وٱل
ددن ٱلع او ٢ ي ٱٱ
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya”. (Depag RI, 1997: 156-157).
Bagi santri, salat malam dan kegiatan keagamaan dapat dijadikan
motivator dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelajar, sehingga
dalam belajar para santri dapat menghadapinya dengan pikiran yang terang
dan hati yang tenang. Dengan melaksanakan salat malam para santri akan
selalu dekat dengan Allah, karena salat malam juga merupakan sarana untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan sekaligus sebagai latihan agar
senantiasa beribadah dan memiliki jiwa yang bersih dan tunduk kapada-Nya.
Dengan kegiatan keagaaman para santri akan lebih memahami agama yang
belum mereka ketahui, serta dapat membentuk rasa persaudaraan dengan
sesama. Pada waktu melaksanakan ibadah malam dan kegiatan keagamaan
itu, santri bisa mengabdi secara total dan tawakkal kepada Allah, sehingga
diharapkan menjadi sosok yang bepribadi kokoh, jiwanya juga selalu tentram.
Salat malam dan kegiatan keagamaan juga merupakan sarana untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan sekaligus sebagai latihan agar
senantiasa beribadah dan memiliki jiwa yang bersih dan tunduk kepada Allah
SWT. Salat malam dan kegiatan keagamaan juga merupakan sarana untuk
mengingat (berdzikir) kepada Allah. Pada waktu melaksanakan ibadah malam
santri bisa mengabdi secara total serta tawakkal kepada-Nya dan dalam
melaksanakan kegiatan keagamaan, santri dapat meningkatkan rasa keimanan
kepada Allah SWT. Hikmahnya, akan jadi sosok yang berpribadi kokoh,
jiwanya juga selalu tentram
Mengingat pelaksanaan salat malam dan kegiatan keagamaan
mempunyai arti penting dalam mencapai ketenteraman jiwa, maka dipandang
perlu untuk diadakan penelitian pelaksanaannya, dan hubungannya dengan
ketenteraman jiwa, khususnya terhadap para santri pondok pesantren
Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang.
Karena merasa salat malam dan kegiatan keagamaan sangat penting
untuk dilaksanakan sebagaimana yang terkandung dalam ayat Allah tersebut,
dalam hal ini untuk ketentraman jiwa, khususnya jiwa santri Pondok
Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang,
maka dari itu, peneliti mengetengahkan judul “Hubungan antara Intensitas
Menjalankan Salat Malam dan Kegiatan Keagamaan dengan
Ketenteraman Jiwa Santri Studi Kasus Pada Pondok Pesantren
Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang Tahun
2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana intensitas menjalankan salat malam santri pada Pondok
Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang
tahun 2012?
2. Bagaimana kegiatan keagamaan santri pada Pondok Pesantren
Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun
2012?
3. Bagaimana ketenteraman jiwa santri pada Pondok Pesantren Daarusalam
Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2012?
4. Apakah ada hubungan antara intensitas menjalankan salat malam dan
kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri pada Pondok
Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang
tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian
Melihat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui intensitas menjalankan salat malam santri pada Pondok
Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang
tahun 2012.
2. Untuk mengetahui kegiatan keagamaan santri pada Pondok Pesantren
Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2012.
3. Untuk mengetahui ketenteraman jiwa santri pada Pondok Pesantren
Daarusalam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2012.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara intensitas menjalankan
salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri
pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan
Kabupaten Semarang tahun 2012.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari dua kata yaitu, hypo yang artinya di bawah dan
thesa yang artinya kebenaran. Jadi, “hipotesis sebagai suatu jawaban yang
sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul” (Arikunto, 1998: 67-68). Menurut Nazir (1988: 182),
hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenarannya harus diuji secara empiris.
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi hipotesis
penelitian ini adalah: “Ada hubungan positif antara intensitas menjalankan
salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri studi
kasus pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan
Kabupaten Semarang tahun 2012”. Artinya semakin tinggi intensitas
menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan, maka akan semakin tinggi
ketenteraman jiwa santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo
Pabelan Kabupaten Semarang.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritik
Pembahasan tentang intensitas menjalankan salat malam dan
kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri sebagai bahan untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih, serta dapat mengembangkan
penelitian ini menjadi buku atau sebuah referensi yang dapat digunakan
dalam pelaksanaan kegiatan khususnya di pondok pesantren.
2. Kegunaan Praktis
Kegunaan penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki
kegunaan sebagai berikut:
a. Manfaat bagi peneliti dan para santri
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi
lanjutan yang relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan,
peningkatan spiritual dan suplemen bagi penulis dan para santri untuk
memperkuat keimanan dan ketakwaan.
b. Manfaat bagi para pengurus
Melalui penelitian ini, diharapkan para pengurus dapat
mengetahui intensitas menjalankan salat malam, kegiatan keagamaan
santri serta mengetahui ketenteraman jiwa yang dirasakan santrinya,
sehingga dapat mengadakan peningkatan yang berkaitan dengan
masalah tersebut.
F. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami judul penelitian di
atas dan agar jangan salah tafsir dalam memahami masalah ini terlebih
dahulu akan diberikan batasan pengertian yang berfungsi sebagai variabel
penelitian, antara lain:
1. Intensitas Menjalankan Salat Malam
Menurut Poerwadarminta (2006: 14), Intensitas berasal dari kata
intensif yang artinya terus menerus. Sedangkan salat malam adalah salat
sunnah yang dikerjakan pada malam hari seperti salat tahajjud, salat witir,
salat tarawih, salat hajat dan salat istiharah (Syafii, 2009: 120).
Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan intensitas salat malam
adalah kegiatan santri secara terus menerus dalam melaksanakan salat
sunnah yang dilaksanakan pada malam hari, seperti tahajjud.
2. Kegiatan Keagamaan
Menurut Poerwadarminta (2006: 20), kegiatan berarti tindakan atau
aktivitas melakukan segala sesuatu. Keagamaan adalah sifat-sifat yang
terdapat dalam agama (Poerwadarminta, 2006: 19).
Dalam hal ini maksud penulis dengan kegiatan keagamaan adalah
aktivitas para santri dalam melaksanakan segala sesuatu yang bersifat
agama, misal pengajian, tahlilan, bersedekah, tolong menolong, puasa dan
lain sebagainya.
3. Ketenteraman Jiwa
Menurut Depdikbud (1990: 1040), ketentraman bararti keamanan,
ketenangan (hati, pikiran). Jiwa berarti seluruh kehidupan batin manusia
(Depdikbud, 1990: 416). Sedangkan ketenteraman jiwa atau istilah lain
ketenangan jiwa adalah kondisi psikologi matang yang dicapai oleh orang-
orang beriman setelah mereka mencapai tingkat keyakinan yang tinggi
(Bahnasi, 2004: 67-68). Adapun yang penulis maksud dari variabel ini
adalah ketenangan jiwa yang dimiliki oleh santri melalui proses mengingat
Allah sehingga dapat menahan diri dari keresahan hati dan tidak mudah
terhasut oleh hawa nafsu.
Dari penegasan istilah di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan “Hubungan Antara Intensitas Menjalankan Salat Malam
dan Kegiatan Keagamaan dengan Ketenteraman Jiwa Santri Studi Kasus
Pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan
Kabupaten Semarang tahun 2012” adalah kemampuan yang timbul pada
jiwa seseorang (santri) yang melaksanakan salat malam (tahajjud, witir,
tarawih, istikharah dan hajat), sehingga dalam jiwa orang tersebut
merasakan adanya keamanan, ketenangan (hati, pikiran) dan terhindar dari
perasaan keresahan hati, dan tidak mudah terombang-ambing oleh nafsu
syahwat dan berbagai keinginan. Dalam hal ini khususnya adalah jiwa
santri pondok pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan
Kabupaten Semarang.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011: 8) dalam penelitian
kuantitatif yaitu dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu
dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab
akibat), sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dengan
memfokuskan kepada beberapa variabel saja, pola hubungan antara
variabel yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut sebagai
paradigma penelitian atau model penelitian. Paradigma penelitian
dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan
hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis,
jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang
digunakan.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil paradigma penelitian
atau model penelitian dengan paradigma ganda dengan dua variable
independen (variabel bebas) yaitu X1 (intensitas menjalankan salat
malam) dan X2 (kegiatan keagamaan) adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel
terikat. Dan satu variable dependen (variabel terikat) yaitu Y
(ketenteraman jiwa santri) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
b. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah korelasional, maksudnya ada gejala korelasi atau hubungan
yang positif antara variabel yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini,
variabel bebas (X1 yaitu intensitas salat malam dan X2 yaitu kegiatan
keagamaan) ada hubungan dengan variabel terikat (Y yaitu
ketenteraman jiwa), artinya apabila variabel X1 dan X2 meningkat
maka variabel Y akan ikut meningkat.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan difokuskan di Pondok Pesantren Daarussalaam
Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang. Penelitian ini akan
diagendakan memakan waktu 2 (dua) bulan, dimulai tanggal 5 Juni sampai
dengan 5 Agustus 2012 yang terbagi menjadi beberapa teknis, dari proses
pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-
cirinya akan diduga (Efendi, 1985: 108). Adapun populasi yang
penulis ambil dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren
Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang tahun
2013 yang berjumlah 120.
b. Sampel
Menurut Arikunto (1998: 117&120), sampel adalah sebagian
wakil populasi yang diteliti, untuk sekedar ancer-ancer apabila
subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, jika jumlah
subyeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%
atau lebih.
Karena populasi santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
Kadirejo Kabupaten Semarang ada 120, dan sesuai dengan pendapat
Arikunto, maka penulis mengambil sampel 25% dari populasi para
santri yaitu sebesar 30 orang.
c. Teknik sampling
Tehnik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil
sampel (Hadi, 1981: 91). Pada penelitian ini, penulis menggunakan
tehnik stratifield random sampling yaitu pengambilan sampel dari
siswa kelas Ula (awal) sampai dengan Ulya (tinggi) dengan cara
diundi. Adapun jumlah masing-masing kelas sebagai berikut :
Tabel I
Jumlah Pengambilan Sampel
Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel
Ula A 24 4
Ula B 18 4
Ula C 14 4
Wustho A 13 3
Wustho B 11 3
Wustho C 11 3
Ulya A 11 3
Ulya B 9 3
Ulya C 9 3
Jumlah 120 30
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode angket
Metode angket atau questioner merupakan sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui (Arikunto, 1998: 140). Teknik ini digunakan untuk mengukur
variabel satu yakni keaktifan salat malam, variabel dua yakni kegiatan
keagamaan, dan variabel tiga yaitu ketentraman jiwa para santri
Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo pabelan Kabupaten
Semarang tahun 2012.
Berdasarkan dengan hal tersebut, Arikunto (1998: 141)
menyatakan cara menjawabnya metode angket ini terbagi menjadi dua
macam, yaitu:
1) Metode tertutup, artinya pertanyaan yang sudah disediakan
jawabannya.
2) Metode terbuka, artinya responden diberi kesempatan untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri.
Adapun metode yang penulis gunakan adalah metode
tertutup.
b. Metode Interview
Menurut Hadi (1994: 136), metode interview adalah metode
pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan
dengan sistematis dan berdasarkan tujuan pendidikan. Sedangkan
menurut Koentjaraningrat (1986: 129), metode interview adalah
metode penelitian yang dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu
tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian
secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang itu.
Metode ini digunakan sebagai metode bantu dalam
mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, sehingga
data yang dieproleh benar-benar valid.
c. Metode observasi
Menurut Hadi (1994: 136), metode observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena
yang diselidiki.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang situasi
umum serta penjajagan di tempat penelitian yaitu Pondok Pesantren
Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang.
d. Metode dokumentasi
Menurut Arikunto (1998: 236), metode dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya.
Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data-
data tentang keadaan guru, struktur organisasi sekolah, serta aspek lain
yang berhubungan dengan administrasi pendidikan.
5. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengkaji 3 variabel, nantinya masing-
masing variabel diuraikan menjadi beberapa indikator yang akan dijadikan
sebagai alat dalam penelitian. Variabel pertama yaitu intensitas salat
malam (X1), variabel kedua yaitu kegiatan keagamaan (X2) dan variabel
ketiga yaitu ketenteraman jiwa santri (Y)
Untuk melengkapi pengertian operasional dari variabel yang
digunakan dalam judul penelitian, diuraikan pula indikator-indikator atau
kisi-kisi instrument dari definisi operasional variabel tersebut, sebagai
berikut:
a. Intensitas salat malam
Untuk mengukur intensitas salat malam, maka dalam hal ini
akan ditentukan indikator-indikator sebagai berikut:
1) Pelaksanaan salat malam
2) Waktu pelaksanaan salat malam
3) Frekuensi pelaksanaan salat malam
4) Motivasi melaksanakan salat malam
5) Kegunaan atau hikmah melaksanakan salat malam
b. Kegiatan keagamaan
Untuk mengukur variabel di atas, maka didasarkan pada
indikator sebagai berikut:
1) Mengikuti kegiatan pengajian
2) Mengaji kitab (sorogan)
3) Tadarus Al-Qur'an
4) Bersedekah
5) Tolong menolong
c. Ketenteraman jiwa
Untuk mengukur variabel ketenteraman jiwa, indikator-indikator yang
diajukan sebagai berikut:
1) Tidak merasakan keresahan hati
2) Dapat menahan hawa nafsu
3) Memperoleh kepuasan rohaniah, batiniyah dan rasa bersyukur
4) Memiliki dan memperoleh rasa kasih sayang
5) Memiliki kesabaran
6. Analisis data
Dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis data, yaitu data
yang terkumpul selama penelitian berjalan, kemudian dianalisis guna
menjawab permasalahan-permasalahan yang telah diajukan sebelumnya.
Adapun cara menganalisa data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
ada tiga tahap, yaitu:
a. Kuantifikasi
Analisa ini digunakan untuk memberikan bobot nilai pada setiap
pertanyaan yang telah dijawab oleh responden dengan kriteria yang
peneliti tetapkan dalam penulisan ini yaitu bagi jawaban yang terpilih,
yang berbobot tinggi akan mendapatkan nilai yang tinggi, dan sebaliknya
bagi jawaban yang berbobot rendah akan mendapatkan nilai yang rendah.
Adapun bobot yang peneliti tetapkan adalah :
- Untuk pilihan A bobot nilai 3
- Untuk pilihan B bobot nilai 2
- Untuk pilihan C bobot nilai 1
b. Menganalisa data yang digunakan untuk membuktikan atau menguji
hipotesis yang berbunyi: Ada hubungan yang positif antara intensitas
salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri
Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kabupaten
Semarang tahun 2012.
Untuk menganalisa data tersebut digunakan beberapa langkah
sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui tingkat intensitas menjalankan salat malam dan
kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri pada Pondok
Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan Kab.
Semarang, Sudjana (1994 : 40) memberikan teknik analisis
persentase dengan rumus sebagai berikut:
%100N
FP
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekuensi
N : Jumlah total sampel
2) Untuk mengetahui adakah hubungan antara intensitas menjalankan
salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa
santri digunakan rumus regresi ganda, karena dalam penelitian ini
penulis menggunakan 3 variabel yang terbagi dalam 2 kategori
meliputi variabel independent atau variabel bebas yaitu variabel
pertama dan variabel kedua yakni intensitas menjalankan salat
malam (X1) dan kegiatan keagamaan (X2). Sementara variabel
ketiga yakni ketenteraman jiwa santri (Y) merupakan variabel
dependent atau variabel terikat. Adapun rumus regresi ganda,
berdasar penjelasan Hartono (2004: 143) dan Sugiyono (2011: 275)
adalah sebagai berikut:
a) Mencari rumus persamaan regresi dengan cara sebagai berikut:
∑𝑌 = 𝑎𝑛 + 𝑏1∑𝑋1 + 𝑏2∑𝑋2 ….. (1)
∑𝑋1𝑌 = 𝑎∑𝑋1 + 𝑏1∑𝑋12 + 𝑏2∑𝑋1𝑋2...... (2)
∑𝑋2𝑌 = 𝑎∑𝑋2 + 𝑏1∑𝑋1𝑋2 + 𝑏2∑𝑋22….. (3)
b) Menguji persamaan garis regresi dengan menggunakan rumus-
rumus sebagai berikut:
∑𝑋1𝑌 = ∑𝑋1𝑌 −(∑𝑋1)(∑𝑌)
𝑁
∑𝑋2𝑌 = ∑𝑋2𝑌 −(∑𝑋2)(∑𝑌)
𝑁
∑𝑌2 = ∑𝑌2 −(𝑌)2
𝑁
c) Mencari nilai regresi (Rhitung) dengan rumus:
𝑅ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑏1 ∑𝑋1𝑌 + 𝑏2 ∑𝑋2𝑌
∑𝑌2
Dan mencari rumus Fhitung dengan rumus:
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑅2(𝑁 − 𝑚 − 1)
𝑚(1 − 𝑅2)
Keterangan:
Y, X1, X2 : Variabel
a : Konstanta
b : Koefisien dari X
n : Banyak Responden
R : Regresi
m : Banyak Prediktor
3) Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya hipotesa
yang telah diajukan berdasarkan analisa hipotesa.
Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara X dan Y atau
diperoleh nilai Ha (hipotesis alternative) dikonsultasikan pada
tabel pada taraf 1% dan 5%.
Apabila nilai Ho diperoleh sama atau lebih besar dari nilai Ha
maka hasilnya tidak ada signifikan, dengan demikian hipotesis
dapat ditolak. tetapi apabila nilai Ho lebih kecil dari nilai Ha maka
hasilnya ada signifikan, dengan demikian hipotesis dapat diterima.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam pembahasan skripsi ini dibatasi melalui
penyusunan sistematika skripsi sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi
operasional, metode penelitian meliputi (pendekatan dan rancangan
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, metode
pengumpulan data, instrument penelitian, dan analisis data) dan sistematika
penulisan skripsi.
Bab II Landasan teori meliputi pengertian intensitas salat malam,
kegiatan keagamaan serta ketentetaraman jiwa santri dilanjutkan dengan
bentuk-bentuk intensitas salat malam, kegiatan keagamaan serta ketenteraman
jiwa santri. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas salat malam, kegiatan
keagamaan serta ketenteraman jiwa santri.
Bab III Laporan hasil penelitian meliputi data keadaan Pondok
Pesantren Sempon dan penyajian data penelitian yang sudah diteliti oleh
peneliti.
Bab IV Analisis data meliputi analisis pertama, analisis kedua dan
analisis ketiga.
Bab V Penutup meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Sebelum mengkaji lebih lanjut, peneliti telah membaca tulisan dalam
bentuk skripsi yang sejenis dengan penelitian ini, yang berjudul hubungan
antara keaktifan berorganisasi intra sekolah dan keaktifan beribadah dengan
ketaatan dalam melaksanakan tata tertib sekolah oleh Anisful Mahrozah tahun
2010. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa dengan berorganisasi serta aktif
dalam menjalankan ibadah, terbukti membuat seseorang menjadi taat dalam
melaksanakan segala peraturan atau tata tertib yang berlaku, khususnya tata
tertib yang ada di sekolah tersebut.
Skripsi yang sejenis lagi yaitu pengaruh intensitas melaksanakan salat
sunah dan puasa sunah terhadap kesalehan sosial santri pondok pesantren Edi
Mancoro tahun 2012 oleh Ahmad Adnan. Tulisan ini menitik beratkan pada
sikap para santri dalam melaksanakan salat sunah dan puasa sunah terbukti
para santri tersebut memiliki kesalehan sosial di lingkungan dimana mereka
tinggal.
Selanjutnya, penelitian karya Ziyat Ridlo tentang studi korelasi antara
intensitas mengikuti kegiatan keagamaan dengan kepatuhan terhadap tata
tertib bagi siswa SMP N 3 Ambarawa tahun 2011, penelitian ini
menggunakan rumus korelasi product moment untuk mengetahui tingkat
hubungan antara intensitas mengikuti kegiatan keagamaan dengan kepatuhan
terhadap tata tertib dan hasilnya terbukti baik dan ada hubungan yang positif,
dengan arti semakin baik kegiatan keagamaan yang dilakukan maka akan
semakin baik siswa tersebut dalam melaksanakan tata tertib sekolah.
Merujuk kepada beberapa literatur yang ditemukan, tampaknya belum
ada yang mengkaji hubungan antara intensitas salat malam dan kegiatan
keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri secara khusus. Oleh karena itu
penulis akan menguraikan permasalahan tersebut secara komprehensif,
sehingga akan ditemukan maksud dari tujuan ini.
Selain itu, Penelitian ini memiliki perbedaan dengan literatur yang
ditemukan, dari bab pertama hingga bab terakhir. Meskipun sama-sama
penelitian kuantitatif, menggunakan tiga variabel dan analisis data
menggunakan rumus regresi ganda, namun hasil dari analisis data berbeda.
B. Landasan Teori
1. Intensitas Salat Malam
a. Pengertian menurut bahasa
1) Menurut Poerwadarminta (2006: 14), Intensitas berasal dari kata
intensif yang artinya terus menerus.
2) Salat secara bahasa adalah do‟a, yang berasal dari akar kata salla
– yusalli yang artinya mendoakan” (Abdurrahman, 1992: 1).
3) Menurut Zakiah Daradjat (1995: 71), salat secara bahasa dapat
berarti do‟a seperti yang terdapat dalam surat At-Taubah ayat
103, dapat juga berarti sebagai rahmat dan mohon ampunan
seperti yang terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 43 dan 56.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah
ayat 103, sebagai berikut:
ن سايع علمع … م ي صلو ك سكين ل نم وٱٱ ١٠٣ وصل عل
Artinya: “… Dan mendo‟alah untuk mereka. Sesungguhnya do‟a
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
(Depag RI, 1997: 298)
Dalam surat Al-Ahzab ayat 43 dan 56
ت لى ٱل نور لنا ي ٱلظن نخرجكنم ا ۥ ل ك نهن م وال كن نصل عل و ٱلذي هن
ؤا ي رحاا ٤٣وكاي وٲلان
.
Artinya: “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-
Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia
mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya
(yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman”. (Depag RI, 1997:
674).
ه ا ٱلذي وا نووا صلنووا عل ن أ و نصلنوي على ٱل ۥ ك هن وال ي ٱٱ
٥٦ وسلانووا سلاا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.(Depag
RI, 1997: 678).
Kedua ayat di atas menjelaskan tentang salat yang berarti rahmat
dan mohon ampunan.
4) Menurut Syafii (2009: 120), salat malam adalah salat sunnah yang
dikerjakan pada malam hari seperti salat tahajjud, salat witir, salat
tarawih, salat hajat dan salat istiharah.
b. Pengertian salat menurut istilah
1) Menurut Zakiah Daradjat (1995: 71), secara istilah salat adalah
satu macam atau bentuk ibadah yang diwujudkan dengan
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu disertai dengan ucapan-
ucapan tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu pula.
2) Secara istilah menurut Abdurrahman (2006: 55), “salat adalah
ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan tindakan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”.
3) Menurut Nasruddin Razak (2000: 178), salat secara istilah yaitu
sebagai suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa
perkataan dan laku perbuatan yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam berdasar syarat-syarat tertentu dan rukun-
rukun tertentu.
4) Adapun pengertian salat yang menggambarkan jiwa atau hakekat
salat adalah menghadap Allah dengan penuh jiwa yang khusyu‟
dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-Nya serta hadir hati dalam
berdzikir, berdo‟a dan memuji (As-Shiddieqy, 1983: 64).
Jadi salat merupakan aktifitas yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam dan didalamnya terdapat rukun tertentu dan
setiap perpindahan rukun terdapat bacaan do‟a.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa intensitas
menjalankan salat malam adalah upaya berulang-ulang atau terus
menerus untuk menghadapkan hati (jiwa) kepada Allah dengan penuh
khusyu‟, ikhlas dalam sebuah bentuk ibadah yang terdiri dari
beberapa perkataan dan perbuatan, diawali dengan takbir diakhiri
salam dengan memenuhi syarat dan rukun tertentu pada malam hari.
c. Dasar Salat Malam
Salat malam atau qiyamullail merupakan salah satu pengamalan
ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Salat malam juga merupakan sarana bagi hamba-Nya untuk berdo‟a
dan bermunajat kepada Allah. Sebagai suatu ibadah, maka salat
malam dapat dijadikan suatu ibadah tambahan (penyempurnaan) dari
salat fardhu. Adapun dasar salat malam, antara lain:
1) Q.S. Al-Isra, 17: 79
حانودو ك ا ااا ا وعثك رون د وهۦ افلة لك عسى أي ل ف ج ٧٩ واي ٱل
Artinya: “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang
tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan
bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat
kamu ke tempat yang terpuji”. (Depag RI., 1997: 436)
2) Q.S. Al-Insaan, 76: 26
ي وي ۥ وسوحهن ل د لهن ل فٲسجن ٢٦ واي ٱل
Artinya: “Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah
kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang
panjang di malam hari”. (Depag RI, 1997: 1005).
3) Q.S. Al-Muzammil, 73: 2
ل قلي ٢ قنم ٱل
Artinya: “Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali
sedikit (daripadanya)”. (Depag RI, 1997: 988)
4) Hadist Rasulullah SAW.
Dari Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma dia berkata:
Rasulullah shallallahu„alaihi wasallam bersabda:
ااخب ره ان رسول هم ان عبد اللو بن عمروبن العاص رضى اللو عن الة إل اللو صالة اللو صلى اللو عليو وسلم قال لو أحب الص
يام إل اللو صيام داود وكان ي نام الم واحب الص داود عليو السنصف الليل وي قوم ث لثو وي نام سدسو ويصوم ي وما وي فطر ي وما
Artinya: ”Sesungguhnya salat yang paling dicintai Allah adalah
salat Daud alaihissalam, sedangkan puasa yang paling disukai
Allah adalah juga puasa Daud. Beliau tidur hingga pertengahan
malam, kemudian bangun (untuk shalat lail) selama sepertiga
malam, lalu kembali tidur pada seperenamnya (sisa malam). Dan
beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (HR. Al-Bukhari no.
1131).
Berdasarkan dalil-dalil di atas, maka tampak bahwa Allah dan
Rasul-Nya menganjurkan hamba-hamba-Nya untuk melaksanakan
salat malam.
Pengertian salat malam sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-
Isra, 17: 79, Q.S. Al-Insaan, 76: 26, Q.S. Al-Muzammil, 73: 2 dan
Hadist Nabi SAW di atas menyebutkan bahwa salat malam atau
qiyamullail merupakan salat sunnah yang dikerjakan pada malam hari
tatkala orang-orang lain sedang terlelap tidur, sedangkan kata
“tahajjud” merupakan salat sunnah malam yang dikerjakan setelah
bangun dari tidur malam.
d. Batasan Salat Malam
Pada Q.S. Al-Isra, 17: 79 yang telah tersebut di atas menjelaskan
bahwa Nabi Muhammad SAW. diperintahkan untuk bangun dari
tidurnya pada sebagian malam hari untuk bertahajjud. Arti tahajjud
disini berarti melaksanakan salat setelah tertidur pada dua pertiga
malam (Juhaya, 2000: 61).
Alqalami (2001: 86) menjelaskan, salat malam itu dapat
dikerjakan dipermulaan atau dipenghabisan malam, asalkan
dikerjakan sesudah menunaikan salat Isya. Akan tetapi waktu yang
paling utama untuk melakukan salat malam adalah di saat sepertiga
malam terakhir, yaitu setelah bangun dari tidur.
Menghitung tengah malam dan sepertiga malam yang akhir
dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menentukan tengah malam, yaitu: tentukan dulu waktu
tenggelamnya matahari dan waktu terbit fajar, hitung jarak waktu
antara keduanya, kemudian hasilnya dibagi dua, hasil pembagian
tersebut kita tambahkan waktu tenggelamnya matahari. Maka hasil
dari penambahan tersebut adalah waktu pertengahan malam.
Sebagai contoh: waktu tenggelam matahari adalah pukul 18.00
dan waktu terbit fajar esok hari adalah pukul 05.00, maka jarak
antara keduanya setelah kita hitung adalah 11 jam. Waktu 11 jam
ini kita bagi menjadi dua, maka hasilnya 5 ½ atau 5 jam 30 menit.
Kemudian hasil pembagian tersebut kita tambahkan waktu
tenggelamnya matahari, maka 18.00 + 5.30 = 23.30, maka jadilah
waktu pertengahan malam adalah 23.30 (pukul setengah 12
malam).
2) Menentukan sepertiga malam yang akhir, yaitu: tentukan dulu
waktu tenggelamnya matahari dan waktu terbit fajar, hitung jarak
waktu antara keduanya, kemudian hasilnya dibagi tiga, hasil
pembagian tersebut kita tambahkan waktu tenggelamnya matahari.
Maka hasil dari penambahan tersebut adalah waktu sepertiga
malam.
Sebagai contoh: waktu tenggelam matahari adalah pukul 18.00
dan waktu terbit fajar esok hari adalah pukul 05.00, maka jarak
antara keduanya setelah kita hitung adalah 11 jam. Waktu 11 jam
ini kita bagi menjadi tiga, maka hasilnya 3 jam 40 menit.
Kemudian hasil pembagian tersebut kita tambahkan waktu
tenggelamnya matahari, maka 18.00 + 3 jam 40 menit = pukul
21.40, maka jadilah waktu sepertiga malam awal adalah pukul
21.40. kemudian pukul 21.40 + 3.40 = pukul 01.20, maka jadilah
waktu sepertiga malam kedua. Untuk sepertiga malam terakhir
yaitu pukul 01.20 + 3.40 = pukul 05.00. Waktu ini tidaklah tetap,
akan tetapi berubah-ubah dari satu musim ke musim yang lain
tergantung waktu terbit fajar dan tenggelamnya matahari (Majalah
Qiblati edisi 04 tahun III 01-2008/12-1428:
http://zuhud.wordpress.com/2008/03/25/menghitung-tengah-
malam-dan-sepertiga-malam-yang-akhir: diakses: Rabu:
23/09/2015).
e. Macam-macam Salat Malam
Salat malam atau qiyamullail memberikan tempat tersendiri bagi
hamba-hamba-Nya sebagai suatu ibadah tambahan. Meskipun dalam
Al-Qur‟an hanya disebutkan tentang salat tahajjud sebagai nama lain
dari salat malam, namun ada juga salat sunnah malam lainnya yang
dilaksanakan pada malam hari atau lebih sering dilaksanakan pada
waktu malam hari, diantaranya yaitu:
1) Salat Tahajjud
Secara bahasa arti tahajjud di sini berarti melaksanakan
salat setelah tertidur pada dua pertiga malam (Juhaya, 2000: 61).
Seperti yang telah disebutkan dalam Q.S. Al-Isra 17: 79, terdapat
kata yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW.
diperintahkan untuk bangun dari tidurnya pada sebagian malam
hari untuk bertahajjud.
Sedangkan secara istilah menurut Sulaiman Rasjid (2002:
147), salat tahajjud adalah salat sunah yang dikerjakan pada
waktu malam hari. Waktunya sesudah isya‟ sampai matahari
terbit fajar. Bilangan raka‟at sedikitnya dua raka‟at dan tidak
terbatas terserah keinginan kita.
Menurut Nur Sahid, (2006: 100) salat tahajjud secara istilah
ialah salat yang dilakukan sesudah bangun tidur, walaupun hanya
tidur sebentar. Kalau dikerjakan sebelum tidur namanya bukan
salat tahajjud tapi salat sunah biasa.
Menurut Zakiah Daradjat (1996: 43) menjelaskan, salat
tahajjud adalah salat sunnah yang dikerjakan di tengah malam
buta, disaat semua makhluk yang bernyawa tidur lelap.
Dapat disimpulkan salat tahajjud merupakan salat sunnah
malam yang dilaksanakan setelah bangun dari tidur malam.
Pelaksanaannya bisa pada sepertiga malam yang pertama,
sepertiga malam yang kedua, dan sepertiga malam yang terakhir.
Namun yang lebih utama pelaksanaannya pada sepertiga malam
yang terakhir.
2) Salat Witir
Secara bahasa salat sunah witir adalah salat sunnah yang
rakaatnya bilangan ganjil, bilangan raka‟atnya: 1, 3, 5, 7 ,9 dan
lain-lain.
Secara istilah Nur Sahid (2006: 74) menjelaskan, salat witir
adalah sebagai penutup ketika kita melaksanakan salat malam
yang dilakukan setelah salat isya‟ sampai terbit fajar. Biasanya
salat witir dirangkaikan dengan salat tarawih. Jika salat witir itu
banyak, maka boleh dikerjakan dua raka‟at salam. Jumlah sebelas
raka‟at, adalah sudah cukup, seperti yang biasa dikerjakan oleh
Nabi Muhammad Saw.
Jadi, salat witir adalah salat sunnah yang dikerjakan pada
malam hari sesudah mengerjakan salat Isya. Jumlah rakaatnya
ganjil (satu rakaat, tiga rakaat, lima rakaat, tujuh rakaat, sembilan
rakaat atau sebelas rakaat) paling sedikit satu rakaat. Akan tetapi
lebih utama dikerjakan di akhir malam dan dijadikan sebagai
penutup bagi salat malam.
f. Adab Melaksanakan Salat Malam
Dalam melaksanakan ibadah yang bertujuan untuk menghadap
Allah, ada hal-hal yang jika dilaksanakan termasuk pengamalan
ibadah. Demikian pula dalam melaksanakan salat malam. (Ash-
Shiddieqy, 1983: 521-524) menerangkan tentang adab ketika
melaksanakan salat malam, antara lain:
1) Berniat ketika akan tidur, bahwa dia akan bangun mengerjakan
salat malam.
2) Menyapu muka ketika bangun dari tidur, lalu bersugi dan
mengahadap kelangit, kemudian berdo‟a.
3) Membuka salat malam dengan dua rakaat iftitah yang ringan,
sesudah itu barulah ia salat seberapa yang ia kehendaki.
4) Membangunkan keluarga dari tidur di malam hari.
5) Menghentikan salat untuk tidur kembali, apabila mata terasa
mengantuk, hingga hilang rasa kantuknya.
6) Janganlah memberatkan diri. Hanya dia bersalat sekedar yang
mudah ia sanggupi, lalu dia kekalkannya, jangan dia
tinggalkannya, terkecuali karena darurat.
g. Fadhilah atau Hikmah Melaksanakan Salat Malam
Salat merupakan sarana hubungan antara hamba dengan
Tuhannya. Salat juga membantu seseorang untuk melepaskan diri dari
keterkaitan (ta‟alluq) dengan dunia. Dalam salat manusia
memasrahkan diri dengan segenap jiwa raga, memalingkan semua
urusan dunia dengan selalu mengagungkan nama Allah. Hubungan
manusia dengan Tuhannya ketika salat menimbulkan perasaan tenang,
damai, dan terasa lepas semua beban yang ada.
Salat sunnah malam yang dikerjakan pada malam hari
menimbulkan ketenangan dan kekhusyu‟an, karena waktu malam
merupakan saat yang tenang dan panjang untuk bermunajat dan
bertaqarrub kepada Allah.
Diterangkan dalam Q.S. Adz-Dzariat ayat 15-17, keutamaan
salat malam, yaitu:
نوين تت وعن ي ف ج وخذي اا و ى نم رون نم نم كا نووا ١٥ ي ٱلان
حس ي لك انوي ١٦ قول ذ جعن ل اا ي ٱل ١٧ كا نووا قلي ا
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada
dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air. Sambil
menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya
mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang
berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur
diwaktu malam”. (Depag RI, 1997: 858).
.
Ibadah salat malam juga sangat dianjurkan oleh Allah, karena
hal itu akan lebih mantap di dalam hati dan lebih berkesan bacaannya,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Muzammil, 73: 6
ا وأقومن قي أ دن و ل ه ٦ ي ا ة ٱل
Artinya: “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat
(untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”.
(Depag RI, 1997: 988).
Menurut Hasan (1996: 30-33) salat (salat malam) juga
memberikan suatu keberuntungan bagi jiwa manusia, karena salat
adalah:
1) Sebagai penenang jiwa orang-orang yang gelisah
2) Salat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar
3) Salat dapat membentuk pribadi muslim yang berakhlak mulia
4) Salat sebagai penangkal dari adzab neraka.
Sedangkan menurut al Qalami (2001: 6) bahwa bagi orang yang
melaksanakan salat malam dengan sempurna, maka Allah akan
memuliakan dengan sembilan kelebihan, lima kelebihan di dunia dan
empat kelebihan di akhirat.
Kelebihan di dunia antara lain:
1) Allah memelihara dari bahaya-bahaya
2) Wajahnya tampak cerah berkat ibadah yang dilakukannya
3) Orang yang shaleh sangat suka kepdanya
4) Pembicaraannya senantiasa bermanfaat dan berhikmah
5) Allah menjadikan ia sebagai orang yang bijaksana dalam
menghadapi urusan.
Kelebihan diakhirat antara lain:
1) Dibangkitkan dari kubur dengan wajah yang cerah ceria
2) Perhitungan amal keburukannya dibuat ringan dan amal
kebaikannya diberatkan
3) Dapat melintasi titian dengan mudah
4) Menerima catatan amal dengan tangan kanannya.
Menurut Syafii (2009: 120) hikmah salat malam itu antara lain:
1) Mendekatkan diri kepada Allah
2) Sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan
3) Sarana untuk berdzikir (mengingat) kepada Allah, pengabdian
total dan tawakkal kepada-Nya
4) Membina kepribadian muslim
5) Menimbulkan jiwa yang tenang
6) Terhindarnya manusia dari perbuatan keji dan mungkar
7) Menjaga kesehatan jasmani
8) Allah akan memberikan tempat yang terpuji bagi hamba yang
mau melaksanakannya.
2. Kegiatan Keagamaan Santri
a. Pengertian secara bahasa
Menurut Poerwadarminta (2006: 20), secara bahasa kegiatan
berarti tindakan atau aktifitas melakukan segala sesuatu. Keagamaan
berarti sifat-sifat yang terdapat dalam agama (Poerwadarminta, 2006:
19).
b. Pengertian secara istilah
Menurut Musaini dan Noor (1981: 7), memberikan pengertian
kegiatan secara istilah yaitu reaksi cepat atau lambat seseorang
bertindak, kecerdasan, kerajinan, atau aktifitas.
Kegiatan yang dimaksud disini adalah tindakan atau reaksi yang
dilakukan seseorang dalam menjalankan ajaran islam, menjalankan
perintah-perintah Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya.
Menurut Suharso dan Ningsih, (2005: 19), secara istilah aktifitas
keagamaan adalah suatu kegiatan dan rutinitas baik lahiriah maupun
batiniyah yang terwujud dalam bentuk ibadah.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan,
kegiatan keagamaan adalah segala perilaku, aktifitas atau kegiatan
yang dilakukan atas dasar tuntutan agama Islam dan tidak
bertentangan dengan niat dan tujuan yang baik, yaitu mencari ridho
Allah dan untuk kemaslahatan diri sendiri dan orang lain.
c. Kegiatan keagamaan yang ada pada santri
Kegiatan keagamaan yang dilakukan santri baik di dalam
pondok maupun di rumah, sebagai berikut:
1) Berdzikir
a) Pengertian dzikir secara bahasa
Secara bahasa dzikir berasal dari kata dzakara-yadzkuru,
yang artinya ingat, mengingat Allah dalam keadaan
bagaimanapun (Mir Valiuddin: 1997: 90).
b) Pengertian dzikir secara istilah
(1) Menurut Ibn „Abbas sebagaimana dikutip oleh Mir
Valiuddin (1997: 90), dzikir yaitu mengingat Allah
diperintahkan dalam setiap keadaan-siang dan malam hari,
di darat dan di lautan, selama dalam perjalanan di saat
dalam kelapangan dan kesempitan, di saat sakit dan sehat,
secara laihiriah dan batiniyah.
(2) Razak (1990: 106) mendefinisikan berdzikir yaitu
mengingat atau menyebut Tuhan. Maksudnya mensucikan,
memuji, mengagungkan, mengEsakan Tuhan Yang Maha
Kuasa, Allah SWT. maksud lebih jauh dari berdzikir itu
ialah bukan saja harus dilakukan dengan ucapan-ucapan
lisan tetapi hendaknya diterapkan dalam tingkah laku
perbuatan manusia, sehingga dzikir itu menjadi alat
komunikasi antara manusia dengan Tuhan agar manusia
selalu berada dalam limpahan rahmat dan ampunan Tuhan.
(3) Berdzikir juga bisa berarti mengingat Allah dalam berbagai
keadaan, bagaimanapun keadaannya ia tetap mengingat
Allah. Ia selalu merasa dilihat dan diawasi segala gerak
geriknya oleh Allah. Sehingga dimanapun berada ia tidak
berani melakukan hal yang dilarang oleh Allah
(http://hajisamsul.wordpress.com.2008/meraih-
ketenteraman-jiwa, diakses: Minggu: 10/02/2013).
Berkaitan dengan perintah berdzikir, dalam Al-Qur‟an
surat Al-Baqarah ayat 152 disebutkan:
وي ووا ل و ك نرن م وٱ كنرن ركن أذكن و ١٥٢ فٲذكنرن
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku
ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku,
dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-
Ku.”(Depag RI, 1997: 38).
Dan juga dalam Alqur‟an surat Al-Ahzab ayat 41-42, yaitu
ذكرو كثرو ووا ٱٱ ا ٱلذي وا نووا ٱذكنرن ن أ وون ونكرة وأصي ٤١ ٤٢ وسوحن
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-
banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi
dan petang”. (Depag RI, 1997: 38).
Jadi Pengertian dzikir bisa berarti mengingat Allah SWT
dengan banyak menyebut nama-Nya, baik secara lisan maupun di
dalam hati.
Dalam Ringkasan Hadist Shahih Al-Bukhari disusun oleh
Imam Az-Zabidi (2002: 1007), diriwayatkan dari Abu Musa al-
Asy'ari Radhiyallahu „anhu dia berkata: Nabi Shallallahu alaihi
wasallam, pernah bersabda:
ت ووالا ون اثلن والح رن كن ذا هن وولذيا كنرن رو ذا اثلن ولذيا
Artinya: “Perumpamaan orang yang berzikir/mengingat Allah
dan orang yang tidak mengingat Allah adalah
sepertiorang hidup dan orang mati”. (H.R. Buchari,
6407).
Dapat disimpulkan, yakni orang yang mengingat Allah adalah
hidup dan orang yang tidak mengingat-Nya adalah mati.
Sesudah mengetahui titik berat yang ditegaskan pada
dzikir, Abu „Ali ad-Daqqaq mengungkapkan, sebagaimana yang
terdapat dalam Mir Valiuddin (1997: 97), yaitu dzikir adalah
piagam persahabatan Allah. Barangsiapa diberi anugerah dzikir,
maka yang demikian itu berarti bahwa ia sudah diberi perintah
sebagai berikut, “Engkau memang benar-benar sahabat Allah”.
2) Do‟a
a) Pengertian secara bahasa
Secara bahasa do‟a berasal dari bahasa arab yang akar
katanya da-„a ( دعا ) yad‟u du‟a-an (يدعو) yang artinya (دعبء)
permohonan, harapan, do‟a, pujian, dan sebagainya (Kaelany
HD, 2000: 121).
b) Pengertian secara istilah
Menurut Kaelany HD (2000: 121), Secara istilah do‟a
berarti menyeru, memanggil, atau memohon pertolongan
kepada Allah atas segala sesuatu yang diinginkan. Seruan
kepada Allah itu bisa berbentuk ucapan istighfar
(Astaghfirullah), tasbih (Subhanallah), pujian (Alhamdulillah),
dan takbir (Allahu Akbar), atau memohon perlindungan
(A‟udzubillah).
Berdo‟a merupakan aktivitas ibadah, dan bahkan
menurut sabda Nabi Muhammad SAW, do‟a diibaratkan
sebagai otak ibadah (Mughul Ibadah). Seperti halnya otak bagi
manusia yang demikian penting peranannya bagi kehidupan,
demikian pula do‟a dalam ibadah. Bahkan do‟a juga
merupakan tiang agama (imaduddin) dan senjata bagi orang
mukmin (silahul mukmin)
Menurut Abu Bakar Aceh (1996: 245), do‟a yaitu
permohonan kepada Tuhan, yang disebutkan dengan
bermacam-macam nama, sekali dinamakan ibadah.
Jadi do‟a adalah kata-kata yang dihadapkan kepada Allah
untuk memohon pertolongan atas segala sesuatu yang
diinginkan. Di dalam Islam sangat dipuji memperbanyak do‟a
kepada Allah dalam segala waktu.
3) Tahlilan
a) Pengertian secara bahasa
Secara lughah tahlilan berakar dari kata hallala ( ه ل ه ),
yuhallilu ( يي ه ل ي), tahlilan ( ه ه ل ه ال ) artinya adalah membaca atau
mengucapkan kata-kata yang tertentu, yang berbunyi “La
ilaha illallah” (Abu Bakar Aceh, 1996: 286).
b) Pengertian secara istilah
Secara istilah tahlilan kemudian merujuk pada sebuah
tradisi membaca kalimat dan doa- doa tertentu yang diambil
dari ayat al- Qur‟an, dengan harapan pahalanya dihadiahkan
untuk orang yang meninggal dunia
(http://www.ubudiyyahTentang+Tahlilan+dan+Dalilnya-.phpx,
diakses: Senin, 18/02/2013)
Jadi tahlilan adalah acara ritual (serimonial) memperingati
hari kematian yang biasa dilakukan oleh umumnya masyarakat
Indonesia. Acara tersebut diselenggarakan ketika salah seorang dari
anggota keluarga telah meninggal dunia. Secara bersama-sama
setelah proses penguburan selesai dilakukan, seluruh keluarga,
handai taulan, serta masyarakat sekitar berkumpul di rumah
keluarga mayit hendak menyelenggarakan acara pembacaan
beberapa ayat Al-Qur‟an, dzikir dan doa‟-do‟a yang ditujukan
untuk mayit. Adapun bacaannya berbunyi (La illaha illallah).
Menurut Abu Bakar Aceh (1996: 286), dengan mengucapkan
kalimat La illaha illalah dengan niat hendak beramal kepada Allah
disebutkan bertahlil yang artinya mengakui bahwa Allah SWT
berkuasa sendiri dan tidak menghendaki kepada pertolongan dari
siapapun, Ia suci dan terkaya. Pada kalimat ini yang terpenting
adalah berputar keimanan dan keislaman seseorang dan oleh karena
itu sangat penting kedudukannya dalam keyakinan kaum muslimin.
4) Salawat
Salawat adalah kumpulan puji-pujian kepada Nabi
Muhammad SAW. Barjanji seringkali digunakan dalam kegiatan-
kegiatan keagamaan seperti aqiqah, maulid Nabi SAW, dan
sebagainya. Fungsinya untuk menumbuhkan kecintaan santri
terhadap suri tauladan Nabi Muhammad SAW.
Salawat berarti membaca salawat dan salam kepada
Rasulullah, yang tersimpan dalam lafadz-lafadz tertentu, karena
bersalawat kepada Nabi SAW termasuk amal ibadat yang diberi
pahala dan ganjaran oleh Tuhan mereka yang mengerjakanya (Abu
Bakar Aceh, 1996: 287).
Sedangkan salam berasal dari kata salima, yang artinya
selamat, dan aslama yang artinya menyerahkan diri kepada Allah
dalam segala keadaan. Jadi salam ialah membaca
assalamu‟alaikum yang artinya sejahteralah atas engkau atau
selamat sejahtera kepadamu sekalian.
5) Riyadloh
a) Pengertian secara bahasa
Menurut bahasa riyadloh berarti latihan, atau melakukan
bermacam-macam amal sebagai latihan.
b) Pengertian secara istilah
Sedangkan menurut istilah, riyadloh berarti melatih diri
berusaha agar selalu ingat kepada Allah melalui dzikir, baik
dengan dzikir lisan maupun dzikir qalb (hati) sehingga fikiran
kita akan selalu mengingat-Nya. (http://pstal-riyadhoh-dzikir-
riyadhoh-menurut-bahasa.html, diakses: senin, 18/02/2013).
Riyadloh adalah bermacam-macam usaha yang harus
dikerjakan, dan bermacam-macam amal yang harus dilakukan
sebagai latihan, baik yang bertali dengan badan (riyadlatul
badan), baik yang bertali dengan jiwa atau hati (riyadlatul
nafs). Semuanya itu bermacam-macam dan menurut tata cara
yang ditentukan di dalam gerakan-gerakan Sufi, yang
dinamakan tarekat (Abu Bakar Aceh, 1996: 156).
Dapat disimpulkan riyadloh adalah latihan menuju maqom
ihsan dalam beragama. Santri bermuhasabah dan mengevaluasi
amalan mereka selama seminggu. Dengan acara ini, diharapkan
santri dapat lebih dekat secara spiritual dengan Allah SWT.
6) Kajian Ta‟lim Muta‟allim
Kitab ta‟lim muta‟allim adalah kitab rujukan tentang tata cara
belajar di kalangan santri tradisional. Kitab ini memuat dikursus
tentang wajibnya belajar, adab-adab belajar, dan tata cara belajar
yang baik dan benar. Apa yang dibahas dalam kitab ini tentunya
berguna bagi santri untuk kesuksesan belajar mereka.
7) Sorogan
Salah satu ciri khas yang masih dipertahankan di Pondok
Pesantren Daarussalam Sempon adalah pengkajian kitab kuning
dengan metode sorogan, bandungan dan wetonan. Untuk
meningkatkan ketrampilan santri dalam membaca kitab kuning,
tiap habis magrib mengikuti kegiatan sorogan yang dibimbing oleh
para ustadz muda. Dalam kegiatan sorogan, para santri mengulang
pelajaran kitab kuning yang telah mereka pelajari di pagi hari
(wawancara K.H. Fatchurrahman Thahir, Minggu/06-10-2013:
09.00-10.30).
8) Infaq
Secara lughoh Infaq berasal dari kata bahasa arab yaitu
anfaqo-yunfiqu-infaq yang artinya pemberian amal.
Sedangkan secara istilah infaq berarti memberikan sebagian
hartanya kepada yang berhak menerima dengan dasar hati yang
ikhlas, tidak mengharapkan apapun kecuali ridlo dari Allah.
Bagi umat Islam, infaq tidak ditentukan jumlahnya yang
penting ikhlas dalam memberikannya.
Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Adz-Dzariyat ayat 19
sebagai berikut :
وم ا ل وٱلاحرن ل م ح قن للس أاو ١٩ وف
Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang
miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
mendapat bagian”. (Depag RI, 1997: 859).
3. Ketenteraman Jiwa
Berasal dari bahasa arab ةكني س berarti ketenangan hati. Secara
bahasa ketenteraman berarti keamanan, ketenangan (hati, pikiran)
(Depdikbud, 1990: 1040). Jiwa berarti seluruh kehidupan batin
manusia (Depdikbud, 1990: 416).
Ketenteraman jiwa atau ketenangan jiwa secara istilah adalah
kondisi psikologi matang yang dicapai oleh orang-orang beriman
setelah mereka mencapai tingkat keyakinan yang tinggi (Bahnasi,
2004: 67-68).
Menurut Muhyidin dan Salahuddin (2006: 138), ketenteraman
jiwa ( adalah proses mengingat Allah (dzikrullah) ( طمئن الق وة
merupakan pintu masuk untuk membuat hati menjadi tenteram dan
damai. Adapun pengertian ketenteraman jiwa yang berarti ketenangan
atau rasa aman dan pengertian jiwa yang berarti daya rohaniah
sebagaimana dikemukakan di atas. Oleh sebab itu yang dimaksud
ketenteraman jiwa adalah sama dengan kesehatan jiwa, kesejahteraan
jiwa atau kesehatan mental.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jiwa
merupakan daya rohaniah yang abstrak yang berfungsi sebagai
penggerak manusia. Jiwa menumbuhkan sikap dan sifat yang
mendorong tingkah laku manusia. Demikian dekatnya fungsi jiwa
dengan tingkah laku, sehingga berfungsinya jiwa hanya dapat dilihat
dari tingkah laku yang nampak.
Jadi ketenteraman jiwa santri adalah ketenangan jiwa yang
dimiliki oleh santri melalui proses mengingat Allah sehingga dapat
menahan diri dari segala keragu-raguan dan tidak mudah terhasut oleh
hawa nafsu.
Kesimpulan ini diambil berdasarkan pada analisis bahwa orang-
orang yang jiwanya tenteram karena orang tersebut mengalami
keseimbangan dalam fungsi-fungsi jiwanya. Demikian juga orang
yang sehat mentalnya adalah orang yang mempunyai keharmonisan di
dalam fungsi-fungsi jiwanya.
Sedang orang yang memiliki mental sehat ditandai dengan sifat-
sifat khas antara lain: mempunyai kemampuan-kemampuan untuk
bertindak secara efisien, memiliki tujuan-tujuan hidup yang jelas,
punya konsep-diri yang sehat, ada koordinasi antara segenap potensi
dengan usaha-usahanya, memiliki regulasi-diri dan integrasi
kepribadian, dan batinnya selalu tenang.
Di pihak lain Organisasi Kesehatan se-Dunia (WHO, 1959)
memberikan kriteria jiwa atau mental yang sehat sebagaimana yang
terdapat dalam Hawari (1997: 12), sebagai berikut:
1) Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,
meskipun kenyataan itu buruk baginya;
2) Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya;
3) Merasa lebih puas memberi daripada menerima;
4) Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas;
5) Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan
saling memuaskan;
6) Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran di
kemudian hari;
7) Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyesuaian yang kreatif
dan konstruktif;
8) Mempunyai rasa kasih sayang yang benar.
Dengan demikian, jiwa yang sehat dapat menyesuaikan diri
dengan dirinya dan dengan alam luar sedemikian rupa sehingga dapat
dicapai kebahagiaan dan kemampuan semaksimal mungkin oleh orang
itu dan masyarakat tempat ia berada. Jiwa yang tenteram mempunyai
keseimbangan dan keharmonisan di dalam fungsi-fungsi jiwanya,
serta dapat menerima realita yang terjadi sehingga memperoleh
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Jadi orang yang tenteram jiwanya adalah orang yang fungsi-
fungsi jiwanya dapat berjalan secara harmonis dan serasi. Keserasian
dan keharmonisan fungsi-fungsi jiwa adalah sunyinya jiwa tersebut
dari pertentangan batin, sehingga jiwa tersebut dikatakan sebagai jiwa
yang tenteram.
a. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Ketenteraman Jiwa
1) Faktor-faktor Pendukung Ketenteraman Jiwa
Faktor-faktor untuk tercapainya ketenteraman jiwa dapat dilihat
dari dua pendekatan, yaitu pendekatan psikologi dan pendekatan
agama. Dari pendekatan psikologi, ada beberapa faktor yang
mendukung terciptanya ketenteraman jiwa bagi manusia. Menurut
pendapat Abraham H. Maslow, sebagaimana dikutip oleh
Djamaludin Ancok & Nashari (2000: 92-93), “Apabila manusia tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia akan mengalami
gangguan jiwa”. Kebutuhan- kebutuhan itu antara lain:
a) Kebutuhan fisiologis
Adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap
manusia untuk hidup. Yaitu makan, minum, istirahat dan lain-
lain. Orang tidak akan tertarik mengerjakan sesuatu yang lain
bila masalah ini belum terpecahkan.
b) Kebutuhan akan rasa aman (safety)
Orang ingin bebas dari rasa takut dan kecemasan.
Manifestasi dari kebutuhan ini antara lain adalah perlunya
tempat tinggal yang permanen, pekerjaan yang permanen.
c) Kebutuhan akan rasa kasih sayang
Perasaan memiliki dan dimilki oleh orang lain atau
kelompok masyarakat adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh
setiap menusia. Hal ini akan terpenuhi bila ada saling perhatian,
kunjung-mengunjungi sesama anggota masyarakat.
d) Kebutuhan akan harga diri
Pada tingkat ini orang ingin dihargai dirinya sebagai
manusia, sebagai warga negara.
e) Kebutuhan akan aktualisasi diri
Ini adalah kebutuhan yang paling tinggi menurut teori
Maslow. Pada tingkatan ini manusia ingin berbuat sesuatu yang
semata-mata karena dia ingin berbuat sesuatu. Dia tidak lagi
menuntut penghargaan orang lain atas apa yang diperbuatnya.
Sesuatu yang ingin dia kejar adalah keindahan, kesempuranaan,
keadilan dan kebermaknaan.
Sedangkan Kartini Kartono & Jenni Andri (1989: 29-30),
menyebutkan bahwa prinsip pokok untuk mendapatkan kesehatan
mental adalah:
a) Pemenuhan kebutuhan pokok
Setiap individu selalu memilki dorongan-dorongan dan
kebutuhan-kebutuhan pokok yang bersifat organis (fisis dan
psikis) dan yang bersifat sosial. Kebutuhan dan dorongan
menuntut pemuasan. Dalam usaha pencapaiannya timbulah
ketegangan-ketegangan. Ketegangan cenderung menurun jika
kebutuhan terpenuhi; dan cenderung akan naik/makin banyak jika
mengalami frustrasi atau hambatan-hambatan.
b) Kepuasan
Setiap orang menginginkan kepuasan, baik yang bersifat
jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Dia ingin merasa
kenyang, aman terlindung, ingin puas dalam hubungan seksnya,
ingin mendapat simpati dan diakui harkatnya. Pendeknya,
manusia ingin puas di segala bidang.
c) Posisi dan status sosial
Setiap individu selalu mencari posisi dan status sosial dalam
lingkungannya. Selama posisi dan status sosial itu sesuai dengan
harapan dan kemauan dirinya, maka orang tersebut tidak
mempunyai jiwa yang bimbang.
Dari dua pendapat di atas dapat dipahami bahwa orang yang
merasa sejahtera dan tenteram jiwanya adalah apabila orang tersebut
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik seperti
sandang, pangan, papan dan kebutuhan psikhis seperti rasa aman, rasa
ingin tahu, rasa bebas merdeka, mencapai kesuksesan dan
memperoleh keadilan, serta kebutuhan sosial seperti kebutuhan
memperoleh kasih sayang, dihargai atau memperoleh penghargaan.
Sedang dalam pendekatan agama, manusia akan mempunyai
jiwa yang tenteram apabila ia mempunyai iman yang kuat, teguh dan
benar serta selalu mengingat kepada Allah. Seseorang yang
keimanannya telah menguasainya, apapun yang terjadi tidak
mengganggu dan tidak mempengaruhinya. Dan dia merasa yakin
bahwa keimanannya itu akan membawanya kepada ketenteraman dan
kelegaan hatinya (Zakiyah Darajat, 2004: 14).
Hal ini seseuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah, 2:
112, yaitu:
هۦ و خوفع وۥن ع د رو ۥ أجرن و انحسين فلهن وهن ۥ ٱ اي أسلم وج هنولى
ح نوي م م و هن ١١٢عل
Artinya: “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang
menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat
kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya
dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati”. (Depag RI, 1997: 30).
2) Faktor-faktor Penghambat Ketenteraman Jiwa
Setiap orang suatu ketika pasti pernah mengalami dan
merasakan bahwa hidupnya tidak tenteram, tidak tenang, selalu
gelisah dan was-was. Faktor penyebab itu bisa karena kebutuhan
pokok dalam hidupnya tidak terpenuhi atau kebutuhan fisik, psikhis,
dan kebutuhan sosial lainnya.
Adanya nafsu yang tidak dirahmati oleh Allah juga menjadi
menjadi faktor penghambat ketenteraman jiwa. Nafsu inilah yang
menyeret seseorang untuk berbuat jahat dan salah sehingga hatinya
tidak tenteram. Kemudian hati yang tidak tenteram ini melahirkan
perilaku yang menyimpang (http://www.faktor-penghambat-
ketenteraman-jiwa/, diakses: Selasa, 12/02/2013).
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Yusuf, 12: 53, sebagai
berikut:
ي رو اا رحم رو و وٲلسنارةن س لا ي ٱل ئن س واا أنور
حمن ٥٣غ نورن ر
Artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),
karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. (Depag RI, 1997: 357).
Kecerahan nurani lahir karena ada pendekatan kepada Allah,
sedang kegelapan muncul dari kedurhakaan. Orang yang merasa
banyak dosa, biasanya pikirannya selalu dikejar-kejar oleh perasaan
bersalah (Guilty Complex). Perasaan bersalah bisa menimbulkan
ketegangan-ketegangan batin, sehingga jiwanya menjadi tidak
tenteram.
Rasa berdosa banyak hubungannya dengan pelanggaran
terhadap larangan Allah dan mengabaikannya. Abdul Qadir
mengartikan dosa sebagai perbuatan jahat dan maksiat, yaitu lawan
dari perbuatan baik dan ketaatan (Jaya, 2003: 24).
Dalam pandangan ahli jiwa, ampunan terhadap dosa dan
kesalahan merupakan obat bagi gangguan kejiwaan, karena salah satu
penyebab gangguan kejiwaan adalah merasa bersalah atau berdosa.
Orang akan merasa gelisah dan goncang jiwanya apabila ia merasa
bersalah atau berdosa kepada Tuhan (Zakiah Darajat, 2004: 21).
Rasa bersalah dalam pandangan ilmu kesehatan mental dapat
mengganggu ketenteraman batin dan kebahagiaan hidup manusia.
Sigmund Freud berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh Jaya
(2003: 29), bahwa:
“Perbuatan dosa dan salah dapat menghilangkan
keseimbangan kepribadian manusia, yaitu ketidakseimbangan
antara id, ego dan super ego manusia. Dengan berbuat dosa dan
salah, super ego menjadi lemah. Super ego adalah bentuk budi
pekerti yang baik bagi manusia, ia merupakan kritikus yang
tinggi, pengawas hakim, atau bapak bagi akhlak dan mental
manusia. Kalau super ego manusia sudah lemah akibat perbuatan
dosa dan salah, maka ia akan merasa dirinya sebagai terhukum,
menderita, tertekan, gelisah dan terganggu emosinya”
Demikian pula perasaan kecewa seseorang terhadap masa lalu.
Jika hal ini tidak secepatnya dihilangkan, maka bisa mengakibatkan
orang itu mengalami gangguan kejiwaan. Rasa takut kepada masa
depan akan mengakibatkan dan menimbulkan sikap pesimistis,
minder, takut dan sikap-sikap lain yang sejenis yang kesemuanya
dapat menjadikan jiwa tidak tenang dan tidak tenteram. Dengan
demikian, jelas bahwa dari kacamata agama tingkat keimanan akan
membawa kepada ketenangan batin dan ketenteraman jiwa manusia.
4. Hubungan Antara Intensitas Menjalankan Salat Malam dan
Kegiatan Keagamaan dengan Ketenteraman Jiwa
Salat malam merupakan salah satu sarana hubungan antara hamba
dengan Tuhannya. Dalam salat ini seorang hamba dengan bebas memohon
dan mengharap apa yang diinginkannya. Salat, doa-doa dan permohonan
ampun kepada Allah, merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan
mengembalikan ketenangan dan ketenteraman jiwa kepada orang
melakukannya. Semakin dekat seseorang kepada Tuhan, dan semakin
banyak melakukan kegiatan keagamaan serta ibadah, maka akan semakin
tenteramlah jiwanya serta semakin mampu dalam menghadapi kekecewaan
dan kesukaran-kesukaran dalam hidup.
Salat sunnah (tahajjud) yang dikerjakan pada malam hari, merupakan
sarana untuk berkomunikasi dengan Allah, karena waktu malam adalah
saat yang panjang untuk berdzikir, bertaqarrub dan memasrahkan diri
dengan segenap jiwa raganya. Tujuan utamanya adalah agar manusia
selalu dekat dengan Allah dan selalu mengingat-Nya. Penyebutan dan
ingat kepada Allah secara terus-menerus dengan penuh kehidmatan akan
membiasakan hati sanubari senantiasa dekat dan akrab dengan Tuhannya.
Perasaan dekat ini akan mengimbas kepada perasaan tenang dan tenteram.
Bustaman (1996: 158) menjelaskan bila kita ingin mendapatkan
perasaan tenang dan tenteram, maka dekatilah Dia yang Maha Tenang dan
Maha Tenteram agar mengimbas sifat-sifat itu kepada kita, secara
psikologis akibat perbuatan “mengingat Allah” ini dalam alam kesadaran
akan berkembanglah penghayatan akan kehadiran Tuhan yang Maha
Pemurah dan Maha Pengasih, yang senantiasa mengetahui segala tindakan
manusia. Maka ia tidak akan merasa hidup sendirian di dunia ini, karena
ada Dzat yang Maha Mendengar keluh kesahnya yang mungkin tidak
dapat diungkapkan kepada siapapun.
Pada akhirnya ibadah (salat) dan keseriusan dalam melaksanakan
kegiatan keagamaan akan selalu memberikan perasaan yang mendalam
berupa kerendahan hati dan kekhusyu‟an di hadapan Tuhan.
Berdirinya manusia di hadapan Allah dengan khusyu‟ dan tunduk
akan membekalinya dengan suatu tenaga rohani yang menimbulkan dalam
dirinya perasaan yang tenang, jiwa yang damai, dan kalbu yang tenteram.
Dalam salat manusia mengarahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Allah,
berpaling dari semua kesibukan duniawi dan tidak memikirkan sesuatu
kecuali Allah dan ayat-ayat Al-Quran yang dibaca di dalamnya. Dengan
aktif menjalankan kegiatan keagamaan, akan terjalin hubungan yang baik
dengan sesama manusia, sehingga perasaan lebih dekat dengan Allah
SWT. Hal ini dengan sendirinya akan menimbulkan pada diri manusia itu
keadaan yang tenang, dan pikiran yang terbebaskan dari beban hidup.
Sikap khusyu‟ dan tunduk inilah yang merupakan salah satu ciri
utama orang yang sehat jiwanya dan tenteram hidupnya. Sehat jiwanya
tidak hanya dalam arti sehat secara fisik, psikhis dan dapat beradaptasi
secara baik dengan lingkungannya, tetapi juga harus mampu hidup sesuai
dengan tata nilai dan aturan-aturan agama serta mampu memahami dan
mengamalkan dalam hidupnya, yang pada akhirnya tidak akan terkena
konflik-konflik batin, apalagi gangguan jiwa dan penyakit jiwa. Hal ini
tidak terlepas adanya sandaran transendental yaitu hubungan vertikal
dengan Allah, dan yang diperoleh tidak lain adalah ketenteraman dan
ketenangan jiwa yang selalu didambakan oleh manusia.
Mereka yang dapat menjalankan salat dengan khusyu‟, artinya
menghayati serta mengerti apa yang diucapkannya akan banyak
memperoleh manfaat; antara lain ketenangan hati, perasaan aman dan
terlindungi, serta perilaku saleh. Perasaan tenang dan keadaan tenteram
yang ditimbulkan salat dapat mencegah terjadinya stres dan konflik batin
lainnya.
Orang yang senantiasa mengingat Allah dalam salatnya, segala
macam problema hidup dihadapinya dengan optimis, ikhlas, sabar dan
tawakkal. Segala permasalahan yang dihadapi seluruhnya diserahkan
kepada Allah dengan segala harap semoga Allah memberikan pertolongan
dan perlindungan serta petunjuk-Nya kepada jalan keluar yang diridai-
Nya.
Pada saat orang melaksanakan salat malam dan aktif dalam kegiatan
keagamaan, suasana jiwa menjadi sedikit lebih jernih. Jiwa yang bersih
selalu menginginkan kedekatan kepada penciptanya, untuk mensucikan-
Nya, memuji-Nya, dan memuliakan keagungan-Nya, suatu perbuatan yang
berdampak kepada kebaikan jiwa, pembersihannya, dan penyempurnaan
ketenteramannya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa salat malam dan kegiatan
keagamaan merupakan sarana pendekatan kepada Allah untuk
meningkatkan keimanan seseorang, sehingga ia merasa yakin bahwa tiada
yang lebih kuasa selain Allah. Pada akhirnya seseorang akan terhindar dari
konflik-konflik batin, gangguan jiwa, penyakit jiwa, hidup menjadi tenang
dan jiwapun menjadi tenteram, dan dapat menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan masyarakat.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
Pondok Pesantren Daarussalaam didirikan oleh K.H.
Fatchurrahman Thahir. Keinginan untuk mendirikan pondok pesantren
ini mulai muncul setelah menikah dengan Hj. Siti Mardhiyah dari Kediri
Jawa Timur pada tahun 1997. Setelah menikah, bapak dari K.H.
Fatchurrahman Thahir yaitu K.H. Fadhil Asy‟ari (pengasuh pondok
pesantren Poncol Popongan Bringin) memberikan tawaran kepada K.H.
Fathcurrahman Thahir untuk menentukan tempat tinggal selanjutnya.
Akhirnya K.H. Fadhil Asy‟ari memberikan pilihan kepada K.H.
Fatchurrahman Thahir apakah akan tinggal di Kediri, tetap tinggal di
Poncol atau mempunyai pilihan sendiri. Ternyata K.H. Fatchurrahman
Thahir mempunyai pilihan sendiri bahwa beliau akan bertempat tinggal
di sekitar Poncol yang berradius 10-15 km.
Tahun 2000 awal K.H. Fatchurrahman Thahir ditawari tanah oleh
seseorang di daerah desa Kadirejo, yang mana daerah ini masih sepi dan
masih berupa hutan. K.H. Fatchurrahman Thahir bersama dengan K.H.
Fadhil Asy‟ari melihat lokasi dan keadaan daerah tersebut, selain itu
K.H. Fatchurrahman Thahir juga meminta pendapat dengan kakaknya
yang bertempat tinggal di Kediri Jawa Timur yaitu K.H. Zainuri Faqih.
Setelah melihat lokasi dan keadaan tanah tersebut, K.H. Fadhil Asy‟ari
dan K.H. Zainuri Faqih merestui K.H. Fatchurrahman Thahir untuk
bertempat tinggal di Desa Kadirejo tepatnya dusun Sempon. Akhirnya
tanah tersebut dibelinya kemudian didirikan sebuah rumah kecil dan
mushola. Mendengar kalau K.H. Fatchurrahman Thahir tinggal di
sempon maka kepala desa Kadirejo yaitu Bapak Nurhadi dan
perangkatnya memberikan tanah sebagai wakaf di sekitar rumah K.H.
Fatchurrahman Thahir. Kemudian pada pertengahan tahun 2000 mushola
tersebut dirubah menjadi masjid dan tempat untuk mengaji khusus
masyarakat Sempon dan sekitar. Meskipun sudah bertempat tinggal
sendiri K.H. Fatchurrahman Thahir masih sering ke Poncol untuk
mengajar. Hal ini dikarenakan beliau mendapat amanat dari kakeknya
yaitu K.H. Hasan Asy‟ari “tidak boleh meninggalkan tanah kelahirannya
yaitu Poncol Popongan Bringin”. Akhirnya K.H. Fadhil Asy‟ari memberi
julukan Sempon yaitu sempalane poncol. dalam bahasa Indonesia
pecahan dari poncol.
Dalam perkembangan dunia pendidikan pesantren ini mulai
berkembang menjadi pondok pesantren kemudian mendirikan lembaga
pendidikan berupa madrasah diniyah (TPA). Yang diikuti santri dari
dalam maupun dari luar desa sempon, ada yang bermuqim dan pulang ke
rumah. Pondok pesantren tersebut diberi nama Daarussalaam Sempon,
dan sudah terdaftar di kementrian agama tetapi belum terakreditasi
(wawancara K.H. Fatchurrahman Thahir, Minggu/06-10-2013: 09.00-
10.30).
2. Lokasi Pondok Pesantren Daarussalaam
Pondok Pesantren Daarussalaam berada ditengah-tengah desa yang
potensi wilayahnya berupa pertanian. Tepatnya Pondok Pesantren
Daarussalaam terletak di Dusun Sempon Desa Kadirejo Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang.
Adapun peta dusun Sempon desa Kadirejo kecamatan Pabelan
dapat dilihat pada lampiran I.
3. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi
Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengajaran agama
islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, berwawasan luas, mandiri, dan berakhlak mulia.
b. Misi
1) Menciptakan manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
2) Terbentuknya manusia berilmu agama dan ilmu pengetahuan.
3) Mampu mengamalkan, memperjuangkan ilmu yang telah dimiliki.
4) Terbentuknya manusia berakhlakul karimah.
5) Mengusahakan terciptanya manusia hidup mandiri dan siap pakai.
6) Menjadikan manusia berjiwa dan berpola pikir pesantren.
c. Tujuan
Tujuan di dirikannya Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
Kadirejo Pabelan yaitu untuk memberikan pelayanan pendidikan
bagi masyarakat muslim Desa Kadirejo dan sekitarnya serta generasi
muda muslim dari berbagai daerah yang memerlukan.
4. Sistem Pendidikan
a. Sorogan
Para santri membaca kitab atau materi yang diajarkan secara
bergantian dan langsung menghadap ustadz atau guru.
b. Bandungan
Ustadz atau guru membaca dan menjelaskan kitab dan para santri
memberikan makna pada kitabnya masing-masing serta
mendengarkan penjelasannya.
c. Madrasah Diniyah (Madin)
Madrasah ini disebut dengan Madrasah Islamiyah Daarussalaam dan
program kegiatan belajar mengajarnya diselenggarakan setiap hari
mulai pukul 15.00 WIB sampai 17.00 WIB, kecuali hari Jum‟at.
d. Sistem Tutorial
Kyai mengajar para ustadz dan kemudian para ustadz mengajar para
santri.
5. Keadaan Ustadz atau Guru
Untuk memperlancar proses kegiatan belajar mengajar di pondok
pesantren Daarussalaam, terdapat tenaga pendidik (ustadz) yang
berjumlah keseluruhan 15 orang yaitu bermuqim di pondok dan tidak
bermuqim (non muqim). Daftar selengkapnya kami sajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel II
Daftar Ustadz Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
No. Muqim Non Muqim
1. Ustd. Mu‟aziron Ustd. Jailani
2. Ustd. Muhammad Irfan Ustd. Rofi‟udin
3. Ustd. M. Agus Ismail Ustd. M. Hamdan
4. Ustd. Faruq Abdillah Ustd. M. Rifa‟i
5. Ustd. Zainal Muttaqin Ustd. Ahmad Fauzi
6. Ustd. Khoirul Anam Ustd. Nurrohim Ahmad
7. Ustd. M. Nur Khafidzin Ustd. Mahbub
8. Ustd. Ahmad Sirojudin
6. Keadaan Santri
Jumlah santri Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon tahun 2013
sebanyak 120 santri, yang terdiri dari santri putri berjumlah 50 dan santri
putra berjumlah 70. Total keseluruhannya 120, yang dibagi menjadi
tingkatan Ula, Wustho dan Ulya. Dari ke 120 santri tersebut ada yang
bermuqim di pondok dan ada yang pulang ke rumah masing-masing.
Dengan perinciannya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel III
Daftar Santri Putra dan Putri Pondok Pesantren Daarussalaam
Sempon
Kelas Tingkatan Ula
A B C
No. Nama No. Nama No. Nama
1. Yoga Nahrun 1. M. Tahwin 1. M. Habib A.
2. Fathurrahim 2. Angga Taufiq 2. M. Gilang S.
3. Ian Adi Saputra 3. M. Hanif 3. Aziz Maulan
4. M. Habib M. 4. Gilang Ifan F. 4. Rosi Anggar
5. Wahyu Prasetyo 5. Farhan Hasyim 5. Siti Zubaidah
6. Iqbal Tura H. 6. Reza Mujib A. 6. Hana Nur F.
7. Irma Zulaikha 7. Indah Maulana 7. Nana Sawitri
8. Hanin Fadilah 8. Luqsi Ingke S. 8. Siti Astaria
9. Nadil Amanda 9. Endang S. 9. Sri Budiyati
10. Zakiyatul F. 10. Zidna Sabilla R. 10. Layyinatrul F
11. Eka Eni Zulaika 11. Fara Fauzia 11. Erina Lailani
12. Lutfiana Annisa 12. Afia Assalam 12. Annisa F.
13. Zahwa Latifah 13. Nova Amanda 13. Listyowati
14. Muslihah Fadia 14. Putri Nur h. 14. Hanifah Tri
15. Nia Pop D. 15. Itsna Nafisatul
16. Dewi Anggraini 16. Rika Putri K.
17. Najwa Seiya B. 17. Ulya Darojatun
18. Salsabila Yunita 18. Nihayatun Nahla
19. Jihan Novita
20. Nisrina Ineutia
21. Azizah Arianti
22. Maryana Nur A.
23. Rizka Aulia
24. Tsalisa Mutiara
Kelas Tingkatan Ulya
A B C
No. Nama No. Nama No. Nama
1. Bani Alfaruq 1. Mujib 1. M. Solekhan
2. M. Shohibul J. 2. M. Kholil 2. M. Abdur R.
3. M. Lasin 3. Damanhuri 3. Nur Sa‟id
4. Bagus Setiawan 4. Anang Ma‟ruf 4. Hasanuddin
5. Heri Muhari 5. Ghozali Dzul Q. 5. M. Afifuddin
6. Erlan Susanto 6. Indah Artin N. 6. Misbahul F.
7. Syamsudin 7. Nurul Oktaviani 7. Agus N.
8. Adib Maulana 8. Mia Setyorini 8. M. Fathan
9. Ambarwati 9. Rifatun 9. M. sururi
10. Dwi Susanti
11. Winda Ningsih
Kelas Tingkatan Wustha
A B C
No. Nama No. Nama No. Nama
1. Eko Budi S. 1. Shofyan Nur A. 1. Budi Utama
2. M. Badaruddin 2. M. Nailun Naja 2. Aziz Rojafi
3. Agus Wahid 3. Widi Setiyawan 3. Irfan Rizki Y
4. Ulin Nuha 4. Ivan Wahyu Y. 4. Ahmad K.
5. Syahrul Hidayat 5. M. Safrodin 5. Imam Lestari
6. Bi‟aunillah 6. Miftha Ratna T 6. Sella Mega P
7. Hidayatun N. 7. Vandha Diendra 7. Desta Mellan
8. Citra Amanda P. 8. Malwa Hanum 8. Nizarul W.
9. Ina Eliana 9. Tarissa Febriani 9. Supri Nur Y.
10. Umi Kartika S. 10. Dian Pita A. 10. Siti Rohmah
11. Ira Apri Sri H. 11. Robi‟atul A. 11. Puji Antini
12. Lora Febiyan
13. Laila Lathifah
7. Struktur Organisasi
Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan
pendidikan diperlukan organisai yang baik. Untuk mencapai tujuan
tersebut masing-masing melaksanakan tugas sesuai bidangnya pada
pengelolaan pondok pesantren. Adapun struktur organisasi Pondok
Pesantren Daarussalaam Sempon dapat dilihat pada lampiran II.
8. Kegiatan Harian Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon, memiliki kegiatan
rutinitas atau harian yang harus dijalankan oleh para santri, yaitu:
Tabel IV
Kegiatan Harian Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
No. Waktu Jenis Kegiatan
1. 03.00 - 04.00 Jama‟ah shalat malam (tahajjud)
2. 04.30 – selesai Jama‟ah shalat subuh
3. Ba‟da Jama‟ah – selesai Membaca surat yasin
4. 05.00 – selesai Sorogan kitab
5. 06.00 – 07.00 Piket membersihkan lokasi pondok
6. 07.00 – 12.00 Sekolah umum di luar pondok
7. 12.30 – selesai Jama‟ah shalat dzuhur
8. Ba‟da Jama‟ah – selesai Membaca surat Al-Mulk
9. 13.00 – selesai Ngaji bandungan
10 15.00 – 16.00 Sekolah madrasah/ belajar mengajar
Madin (TPQ) Ula
11. 16.00 – 16.15 Jama‟ah shalat ashar
12. 16.15 – 17.00 Sekolah madrasah/ belajar mengajar
Madin (TPQ) Wustha dan Ulya
13. 18.00 – selesai Jama‟ah shalat maghrib
14. Ba‟da Jama‟ah – selesai Membaca surat Waqi‟ah
Sorogan al-Qur‟an
15. 19.30 – selesai Jama‟ah shalat Isya‟
16. Ba‟da Jama‟ah – selesai Membaca surat ar-Rahman
17. 20.00 – selesai Ngaji bandungan
9. Program Kegiatan Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
Selain memiliki kegiatan harian, Pondok Pesantren Daarussalaam
Sempon juga memiliki program kegiatan yang berlangsung selama satu
tahun. Adapun program kegiatan tersebut, sebagai berikut:
Tabel V
Program Kegiatan Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
No. Program Kegiatan Waktu Peserta
1.
Sekolah Madrasah
Diniyyah/belajar
Madin (TPQ)
Setiap hari mulai
jam 15.00-17.00
Santri pondok dan
madrasah
2. Ziaroh qubur
Kamis wage malam
Jum‟at kliwon
(selapanan)
3. Khitobah Malam Selasa
Santri pondok 4. Dziba‟iyyah/barjanji Malam Jum‟at
5. Tilawatil Qur‟an Malam Minggu
6. Mujahadah Tiap malam
7. Pengajian ahad pagi Setiap hari Minggu Jama‟ah ahad pagi
dan umum 8. Istighosah kubro Khusus Minggu legi
9. Ziarah Auliya‟illah Tiap tahun/tahunan
10. Akhirussanah Tahunan Santri pondok,
santri madrasah,
Jama‟ah ahad pagi,
dan umum
11. Ngaji Kilatan Bulan Ramadhan
Santri pondok,
santri madrasah
dan umum
10. Sarana dan Prasarana
Adapun mengenai sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren
Daarussalaam Sempon dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel VI
Data Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Daarussalaam
Sempon
No. Jenis Jumlah
1. Masjid 1
2. Ndalem Kyai 1
3. Kantor 1
4. Kamar Ustadz 2
5. Kamar santri 2
6. Ruang kelas 8
7. Kamar mandi 1
8. Ruang dapur 1
9. Kandang ternak 2
B. Penyajian Data
Setelah melalui penyebaran angket, pengumpulan data melalui data
observasi, dan dokumentasi di lapangan, terlebih dahulu di sajikan bentuk
data guna memperlancar langkah suatu penelitian.
1. Daftar nama responden
Tabel VII
Daftar Nama Responden Penelitian
No. Nama L / P Kelas
1. Yoga Nahrun L Ula A
2. Imam Suroso L Ula A
3. Nana Sawitri P Ula A
4. Hana Nurvidiana P Ula A
5. M. Gilang Sutopo L Ula B
6. M. Habib Hasani L Ula B
7. Rosi Anggar S. P Ula B
8. Aziz Maulana L Ula B
9. Siti Zubaidah P Ula C
10. Annisa Fitriani P Ula C
11. Siti Astaria P Ula C
12. Aziz Maulan L Ula C
13. Imam Lestari L Wustha A
14. Sela Mega P Wustha A
15. Desta Mellani P Wustha A
16. Mifta Ratna P Wustha B
17. Safrodin L Wustha B
18. Vandha Diendra P Wustha B
19. Budi Utomo L Wustha C
20. Aziz Rajafi L Wustha C
21. Irfan Rizqiyanto L Wustha C
22. Bani Al Faruq L Ulya A
23. M. Shohibul Jinan L Ulya A
24. Anang Ma‟ruf L Ulya A
25. M. Mujib L Ulya B
26. Kholil L Ulya B
27 Damanhuri L Ulya B
28. Shofyan L Ulya C
29. Nailun Naja L Ulya C
30. Widi Setiyawan L Ulya C
2. Daftar hasil angket
Data tentang intensitas menjalankan salat malam diperoleh dari
angket yang penulis bagikan. Terdiri dari 10 pertanyaan, yang masing-
masing pertanyaan disediakan 3 alternatif jawaban, dengan bobot nilai
sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban A memiliki bobot nilai 3
b. Alternatif jawaban B memiliki bobot nilai 2
c. Alternatif jawaban C memiliki bobot nilai 1
Berikut ini akan penulis sajikan tabel hasil dari penyebaran angket
tentang intensitas menjalankan salat malam sebagai berikut:
Tabel VIII
Jawaban Angket Intensitas Menjalankan Salat Malam Santri
Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
No.
Responden
Alternatif
Jawaban Item
Total Nilai
Jawaban Item Total
Nilai Nominasi
A B C 3 2 1
1 8 2 0 24 4 0 28 A
2 8 2 0 24 4 0 28 A
3 9 1 0 27 2 0 29 A
4 8 2 0 24 4 0 28 A
5 8 2 0 24 4 0 28 A
6 9 1 0 27 2 0 29 A
7 7 2 1 21 4 1 26 B
8 6 3 1 18 6 1 25 B
9 8 2 0 24 4 0 28 A
10 10 0 0 30 0 0 30 A
11 9 1 0 27 2 0 29 A
12 9 1 0 27 2 0 29 A
13 9 1 0 27 2 0 29 A
14 5 3 1 15 6 1 22 C
15 6 4 0 18 8 0 26 B
16 6 3 1 18 6 1 25 B
17 7 3 0 21 6 0 27 B
18 9 1 0 27 2 0 29 A
19 9 1 0 27 2 0 29 A
20 8 1 1 24 2 1 27 B
21 7 3 0 21 6 0 27 B
22 7 3 0 21 6 0 27 B
23 5 4 1 15 8 1 24 C
24 6 3 1 18 6 1 25 B
25 7 3 0 21 6 0 27 B
26 9 1 0 27 2 0 29 A
27 9 1 0 27 2 0 29 A
28 8 2 0 24 4 0 28 A
29 8 2 0 24 4 0 28 A
30 9 1 0 27 2 0 29 A
Nominasi tersebut didasarkan pada jumlah nilai yang didapat dari
masing-masing responden kemudian nilai itu diklasifikasikan pada
kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun untuk menentukan kategori
tersebut digunakan rumus interval sebagai berikut:
𝑖 = 𝑋𝑡 − 𝑋𝑟 + 1
𝐾𝑖
Keterangan :
i : Interval
Xt : Nilai tertinggi
Xr : Nilai terendah
Ki : Kelas interval
𝑖 = 𝑋𝑡 − 𝑋𝑟 + 1
𝐾𝑖
𝑖 = 30 − 22 + 1
3
𝑖 =8 + 1
3
𝑖 =9
3 = 3
Jadi lebar intervalnya adalah 3
Setelah diketahui lebar interval, maka ditetapkan klarifikasi
dalam kategori sebagai berikut:
a. Nominasi A adalah nilai 28-30 intensitas tinggi
b. Nominasi B adalah nilai 25-27 intensitas sedang
c. Nominasi C adalah nilai 22-24 intensitas rendah
Dari data tersebut di atas intensitas menjalankan salat malam
dapat dikategorikan menjadi 3, sesuai dengan intervalnya:
a. Intensitas menjalankan salat malam tinggi ada 18 responden
b. Intensitas menjalankan salat malam sedang ada 10 responden
c. Intensitas menjalankan salat malam rendah ada 2 responden
Tabel IX
Jawaban Angket Kegiatan Keagamaan Santri
Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
No.
responden
Alternatif
Jawaban Item
Total Nilai
Jawaban Item Total
Nilai
Nominasi
A B C 3 2 1
1 5 5 0 15 10 0 25 B
2 4 6 0 12 12 0 24 B
3 4 5 1 12 10 1 23 B
4 6 4 0 18 8 0 26 A
5 7 2 1 21 4 1 26 A
6 7 2 1 21 4 1 26 A
7 7 2 1 21 4 1 26 A
8 5 3 2 15 6 2 23 B
9 5 4 1 15 8 1 24 B
10 5 5 0 15 10 0 25 B
11 4 4 2 12 8 2 22 C
12 5 3 2 15 6 2 23 B
13 5 3 2 15 6 2 23 B
14 6 4 0 18 8 0 26 A
15 6 3 1 18 6 1 25 B
16 5 4 1 15 8 1 25 B
17 6 4 0 18 8 0 26 A
18 8 2 0 24 4 0 28 A
19 8 1 1 24 2 1 27 A
20 5 5 0 15 10 0 25 B
21 7 3 0 21 6 0 27 A
22 5 5 0 10 10 0 20 C
23 6 4 0 18 8 0 26 A
24 6 4 0 18 8 0 26 A
25 3 6 1 9 12 1 22 C
26 7 3 0 21 6 0 27 A
27 8 2 0 24 4 0 28 A
28 8 2 0 24 4 0 28 A
29 4 6 0 12 12 0 24 B
30 5 5 0 15 10 0 25 B
Nominasi tersebut didasarkan pada jumlah nilai yang didapat
dari masing-masing responden kemudian nilai itu diklasifikasikan pada
kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun untuk menentukan kategori
tersebut digunakan rumus interval sebagai berikut:
𝑖 = 𝑋𝑡−𝑋𝑟 + 1
𝑘𝑖
𝑖 = 28−20 + 1
3
𝑖 =8+ 1
3
𝑖 =9
3
𝑖 = 3
Jadi lebar intervalnya adalah 3
Setelah diketahui lebar interval, maka ditetapkan klarifikasi
dalam kategori sebagai berikut:
a. Nominasi A adalah nilai 26-28 intensitas tinggi
b. Nominasi B adalah nilai 23-25 intensitas sedang
c. Nominasi C adalah nilai 20-22 intensitas rendah
Dari data tersebut di atas kegiatan keagamaan dapat
dikategorikan menjadi 3, sesuai dengan intervalnya:
a. Kegiatan keagamaan tinggi ada 14 responden
b. Kegiatan keagamaan sedang ada 13 responden
c. Kegiatan keagamaan rendah ada 3 responden
Tabel X
Jawaban Angket Ketenteraman Jiwa Santri
Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
No. Alternatif
Jawaban Item
Total Nilai
Jawaban Item Total
Nilai Nominasi
Responden A B C 3 2 1
1 6 4 0 18 8 0 26 A
2 5 5 0 15 10 0 25 B
3 6 4 0 18 8 0 26 B
4 6 2 0 18 4 0 24 B
5 5 4 0 15 8 0 24 B
6 5 5 1 15 10 1 25 B
7 4 6 1 12 12 1 24 B
8 4 4 0 12 8 0 22 C
9 4 4 0 12 8 0 22 C
10 2 8 1 6 16 1 22 C
11 8 2 0 24 4 0 28 A
12 4 4 2 12 8 2 22 C
13 3 5 1 9 10 1 21 C
14 5 5 1 15 10 1 25 B
15 4 4 0 12 8 0 22 C
16 5 4 0 15 8 0 24 B
17 8 2 0 24 4 0 28 A
18 8 1 0 24 2 0 27 A
19 4 6 0 12 12 0 24 B
20 7 2 0 21 4 0 26 B
21 6 4 0 18 8 0 26 B
22 4 5 0 12 10 0 23 C
23 4 5 0 12 10 0 23 C
24 6 4 0 18 8 0 26 B
25 8 1 1 24 2 1 27 A
26 7 2 0 21 4 0 26 B
27 7 3 0 21 6 0 27 A
28 8 2 0 24 4 0 28 A
29 6 4 0 18 8 0 26 B
30 9 1 0 27 2 0 27 A
Nominasi tersebut didasarkan pada jumlah nilai yang didapat
dari masing-masing responden kemudian nilai itu diklasifikasikan pada
kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun untuk menentukan kategori
tersebut digunakan rumus interval sebagai berikut:
𝑖 = 𝑋𝑡−𝑋𝑟 + 1
𝑘𝑖
𝑖 = 28−21 + 1
3
𝑖 =7+ 1
3
𝑖 =8
3
𝑖 = 2,66 dibulatkan menjadi 3
Jadi lebar intervalnya adalah 3
Setelah diketahui lebar interval, maka ditetapkan klarifikasi
dalam kategori sebagai berikut:
a. Nominasi A adalah nilai 27-29 intensitas tinggi
b. Nominasi B adalah nilai 24-26 intensitas sedang
c. Nominasi C adalah nilai 21-23 intensitas rendah
Dari data tersebut diatas ketenteraman jiwa santri dapat
dikategorikan menjadi 3, sesuai dengan intervalnya:
a. Ketenteraman jiwa tinggi ada 8 responden
b. Ketenteraman jiwa sedang ada 14 responden
c. Ketenteraman jiwa rendah ada 8 responden
Lampiran II
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
Pengasuh
1. K.H. Fathurrahman Thohir
2. Ibu Nyai Siti Mardhiyah
Penasehat
1. Ustadz Jaelani
2. Ustadz Mahbub
Ketua
1. Ahmad Sirojudin
2. M. Agus Isma‟il
Sekretaris
1. Faruq Abdillah
2. M. Irfan
Bendahara
1. Mu‟aziron
2. M. Agus Ismail
Pendidikan
1. Khoirul A.
2. Ahmad F.
Keamanan
1. Mahbub
2. M. Rifa‟i
Kegiatan
1. M. Nur
2. Bambang
Kebersihan
1. M. Agus
2. Damanhuri
Humas/TU
1. Rofiudin
2. Faruq A.
BAB IV
ANALISIS DATA
Analisis data penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan
dengan ketentraman jiwa santri studi kasus pada Pondok Pesantren Daarussalaam
Sempon Kadirejo Pabelan tahun 2012.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara intensitas menjalankan salat
malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa santri, maka data yang
diperoleh akan dianalisis statistik dan analisa kuantitatif. Dalam menganalisa data
tersebut penulis menggunakan teknik product moment dan regresi ganda sebagai
berikut :
A. Analisis Deskriptif (Tiap-tiap variabel)
Untuk mendapatkan data tentang intensitas menjalankan salat malam,
kegiatan keagamaan dan ketentraman jiwa santri, penulis menggunakan
angket yang terdiri dari isi pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan
tiga alternative jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban A, memiliki nilai 3
b. Alternatif jawaban B, memiliki nilai 2
c. Alternatif jawaban C, memiliki nilai 1
Kemudian data hasil penyebaran angket tersebut akan dianalisis
dengan analisis statistika.
Untuk mengetahui persentase sejauh mana intensitas menjalankan
salat malam, kegiatan keagamaan, dan ketentraman jiwa santri,
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑃 =F
N x 100%
Keterangan :
P : Persentase individu dalam golongan
F : Frekuensi
N : Jumlah subjek secara keseluruhan
1. Intensitas menjalankan salat malam
Berdasarkan data dari hasil penelitian bab III tentang hubungan
antara intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan
dengan ketenteraman jiwa santri diketahui rekapitulasi adalah sebagai
berikut:
a. Untuk kategori tinggi tentang intensitas menjalankan salat malam
antara skor 28-30 ada 18 responden.
𝑃 =𝐹
𝑁𝑋100%
𝑃 =18
30𝑋100%
𝑃 = 60%
b. Untuk kategori sedang tentang intensitas menjalankan salat malam
antara skor 27-25 ada 10 responden.
𝑃 =𝐹
𝑁𝑋100%
𝑃 =10
30𝑋100%
𝑃 = 33,33%
c. Untuk kategori rendah tentang intensitas menjalankan salat malam
antara skor 22-24 ada 2 responden.
𝑃 =𝐹
𝑁𝑋100%
𝑃 =2
30𝑋100%
𝑃 = 6,67%
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi tentang intensitas menjalankan salat malam.
Tabel XI
Rekapitulasi Intensitas menjalankan salat malam
No. Kategori Interval Frekuensi Persentase
1. Tinggi 28-30 18 60%
2. Sedang 25-27 10 33,33%
3. Rendah 22-24 2 6.67%
Jumlah 30 100%
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa
intensitas menjalankan salat malam yang tinggi sebesar 60%, yang
sedang sebesar 33,33% dan yang rendah sebesar 6,67%. Sehingga
dengan demikian, Intensitas menjalankan salat malam santri
Daarussalaam Sempon tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebesar
60%.
2. Kegiatan keagamaan
a. Untuk kategori tinggi tentang kegiatan keagamaan antara skor 26-
28 ada 14 responden.
𝑃 =𝐹
𝑁𝑋100%
𝑃 =14
30𝑋100%
𝑃 = 46,7%
b. Untuk kategori sedang tentang kegiatan keagamaan antara skor 23-
25 ada 13 responden.
𝑃 =𝐹
𝑁𝑋100%
𝑃 =13
30𝑋100%
𝑃 = 43,3%
c. Untuk kategori rendah tentang kegiatan keagamaan antara skor 20-
22 ada 3 responden.
𝑃 =𝐹
𝑁𝑋100%
𝑃 =3
30𝑋100%
𝑃 = 10%
Tabel XII
Rekapitulasi Kegiatan Keagamaan
No. Kategori Interval Frekuensi Persentase
1. Tinggi 26-28 14 46,7%
2. Sedang 23-25 13 43,3%
3. Rendah 20-22 3 10%
Jumlah 30 100%
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa
kegiatan keagamaan yang tinggi sebesar 46,7%, yang sedang sebesar
43,3% dan yang rendah sebesar 10%. Sehingga dengan demikian,
kegiatan keagamaan santri Daarussalaam Sempon tergolong dalam
kategori tinggi yaitu sebesar 46,7%.
3. Ketenteraman jiwa santri
a. Untuk kategori tinggi tentang ketenteraman jiwa santri antara skor
27-29 ada 8 responden.
𝑃 =𝐹
𝑁𝑋100%
𝑃 =8
30𝑋100%
𝑃 = 26,7%
b. Untuk kategori sedang tentang ketenteraman jiwa santri antara skor
24-26 ada 14 responden.
𝑃 =𝐹
𝑁𝑋100%
𝑃 =14
30𝑋100%
𝑃 = 46,7%
c. Untuk kategori rendah tentang ketenteraman jiwa santri antara
skor 21-23 ada 8 responden.
𝑃 =𝐹
𝑁𝑋100%
𝑃 =8
30𝑋100%
𝑃 = 26,6%
Tabel XIII
Rekapitulasi Ketenteraman Jiwa
No. Kategori Interval Frekuensi Persentase
1. Tinggi 27-29 8 26,7%
2. Sedang 24-26 14 46,7%
3. Rendah 21-23 8 26,6%
Jumlah 30 100%
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa
ketenteraman jiwa santri yang tinggi sebesar 26,7%, yang sedang
sebesar 46,7% dan yang rendah sebesar 26,6%. Sehingga dengan
demikian ketenteraman jiwa santri Daarussalam Sempon tergolong
dalam kategori sedang yaitu sebesar 46,7%.
B. Pengujian Hipotesis dengan Rumus Regresi Ganda
Analisis uji hipotesis digunakan untuk menganalisis diterima tidaknya
hipotesis yang diajukan dalam skripsi ini, tentang hubungan antara intensitas
menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan dengan ketenteraman jiwa
santri pondok pesantren Daarussalaam Sempon. Maka dibuktikan dengan
mencari nilai koefisian regresi ganda antara variabel intensitas menjalankan
salat malam (X1) dan kegiatan keagamaan (X2) terhadap ketenteraman jiwa
santri (Y), yang dalam statistik lebih dikenal dengan sebuah uji regresi ganda.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi antara X1 dan X2
terhadap Y ditentukan dengan rumus Fhitung kemudian dibandingkan dengan
Ftabel. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Membuat tabel nilai ketiga variable guna mempermudah perhitungan
statistiknya, yaitu:
Tabel XIV
Tabel Kerja Koofisien Hubungan Antara Intensitas Menjalankan Salat
Malam (X1) Dan Kegiatan Keagamaan (X2) Dengan Ketenteraman Jiwa
Santri (Y)
No. Y X1 X2 X1Y X2Y X1X2 X12
X22
Y2
1 26 28 25 728 650 700 784 625 676
2 25 28 24 700 600 672 784 576 625
3 26 29 23 754 598 667 841 529 676
4 24 28 26 672 624 728 784 676 576
5 24 28 26 672 624 728 784 676 576
6 25 29 26 725 650 754 841 676 625
7 24 26 26 624 624 676 676 676 576
8 22 25 23 550 506 575 625 529 484
9 22 28 24 616 528 672 784 576 484
10 22 30 25 660 550 750 900 625 484
11 28 29 22 812 616 638 841 484 784
12 22 29 23 638 506 667 841 529 484
13 21 29 23 609 483 667 841 529 441
14 25 22 26 550 650 572 484 676 625
15 22 26 25 572 550 650 676 625 484
16 24 25 25 600 600 625 625 625 576
17 28 27 26 756 728 702 729 676 784
18 27 29 28 783 756 812 841 784 729
19 24 29 27 696 648 783 841 729 576
20 26 27 25 702 650 675 729 625 676
21 26 27 27 702 702 729 729 729 676
22 23 27 20 621 460 540 729 400 529
23 23 24 26 552 598 624 576 676 529
24 26 25 26 650 676 650 625 676 676
25 27 27 22 729 594 594 729 484 729
26 26 29 27 754 702 783 841 729 676
27 27 29 28 783 756 812 841 784 729
28 28 28 28 784 784 784 784 784 784
29 26 28 24 728 624 672 784 576 676
30 27 29 25 783 675 725 841 625 729
Jumlah 746 824 751 20505 18712 20626 22730 18909 18674
2. Mengolah data yang didapat dari tabel dengan menggunakan rumus regresi
ganda.
a. Mencari persamaan regresi
Dari tabel di atas diperoleh:
∑ X1 = 824 ∑ X12 = 22730
∑ X2 = 751 ∑ X22 = 18909
∑ Y = 746 ∑ Y2 = 18674
∑ X1Y = 20505 ∑ X1X2 = 20626
∑ X2Y = 18712 N = 30
Data di atas kemudian dimasukkan ke dalam persamaan:
∑𝑌 = 𝑎𝑛 + 𝑏1∑𝑋1 + 𝑏2∑𝑋2 .... (1)
∑𝑋1𝑌 = 𝑎∑𝑋1 + 𝑏1∑𝑋12 + 𝑏2∑𝑋1𝑋2...... (2)
∑𝑋2𝑌 = 𝑎∑𝑋2 + 𝑏1∑𝑋1𝑋2 + 𝑏2∑𝑋22….. (3)
746 = 30a + 824b1 + 751b2 …. (1)
20505 = 824a + 22730b1 + 20626b2…… (2)
18712 = 751a + 20626b1 + 18909b2 ….. (3)
Agar nilai a menjadi 0 pada persamaan 1 dan 2, maka persamaan 1
dikalikan 27,47 (diperoleh dari 824 : 30), kemudian persamaan 2 dikalikan
1, maka diperoleh:
20492,62 = 824a + 22635,28b1 + 20629,97b2…. (1)
20505 = 824a + 22730b1 + 20626b2 …. - (2)
-12,38 = -94,72b1 + 3,97 b2….. (4)
Agar nilai menjadi 0 pada persamaan 1 dan 3, maka persamaan 1
dikalikan 25,03 (diperoleh dari 751 : 30), kemudian persamaan 3
dikalikan 1, maka diperoleh:
18672,38 = 751a + 20624,72b1 + 18797,53b2….. (1)
18712 = 751a + 20626b1 + 18909b2 ….. - (3)
-39,62 = -1,28b1 -111,47b2 ….. (5)
Persamaan 4 dikalikan (1,28), persamaan 5 dikalikan dengan (94,72),
hasilnya menjadi:
-15,85 = -121,242b1 + 5,082b2 ….. (4)
-3752,81 = -121,242b1 + 10558,44b2 ….. - (5)
-3736,96 = 10553,36b2
b2 = -3736,96 : 10553,36
b2 = -0,354
Harga b2 dimasukkan dalam satu persamaan, yaitu persamaan kelima,
maka:
-39,62 = -1,28b1 -111,47b2
-39,62 = -1,28b1 -111,47(-0,354)
-39,62 = -1,28b1 + 39,460
1,28b1 = 39,460 + 39,62
b1 = 79,08 : 1,28
b1 = 61,781
Harga b1 dan b2 dimasukkan dalam persamaan (1), maka:
746 = 30a + 824b1 + 751b2
746 = 30a + 824(61,781) + 751(-0,354)
746 = 30a + 50907,54 – 265,854
30a = 746 – 50907,54 + 265,854
30a = -50161,54 + 265,854
30a = - 49895,69
a = - 49895 : 30 jadi nilai a = - 166,19
Akhirnya diperoleh nilai b1 = 61,781 nilai b2 = - 0,354 nilai a = - 166,19.
Nilai-nilai atau angka-angka yang diperoleh tadi dimasukkan ke dalam
rumus persamaan regresi ganda:
Y = a + b1X1 + b2X2
= - 166,19 + 61,781 (30) + (-0,354)(30)
= - 166,19 + 1853,43 – 10,62
= - 166,19 + 1842,81
= 1676,62
b. Menguji keberartian persamaan regresi ganda dengan cara sebagai
berikut:
1) ∑𝑋1𝑌 = ∑𝑋1𝑌 −(∑𝑋1)(∑𝑌)
𝑁
∑𝑋1𝑌 = 20505 − 824 (746)
30
∑𝑋1𝑌 = 20505 −614704
30
∑𝑋1𝑌 = 20505 − 20490,13
∑𝑋1𝑌 = 14,87
2) ∑𝑋2𝑌 = ∑𝑋2𝑌 −(∑𝑋2)(∑𝑌)
𝑁
∑𝑋1𝑌 = 18712 − 751 (746)
30
∑𝑋1𝑌 = 18712 −560246
30
∑𝑋1𝑌 = 18712 − 18674,87
∑𝑋1𝑌 = 1,002
3) ∑𝑌2 = ∑𝑌2 −(𝑌)2
𝑁
∑𝑌2 = 18674 −(746)2
30
∑𝑌2 = 18674 −556516
30
∑𝑌2 = 18674 − 18550,53
∑𝑌2 = 123,47
c. Nilai Regresi (R hitung) dengan rumus sebagai berikut:
𝑅ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑏1 ∑𝑋1𝑌 + 𝑏2 ∑𝑋2𝑌
∑𝑌2
𝑅ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
61,781 14,87 + −0.354 + (1,002)
123,47
𝑅ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
918,68 − 0,355
123,47
𝑅ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
918,325
123,47
𝑅ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 7,438
Setelah angka R tersebut diperoleh, kemudian R dikuadratkan
sehingga menjadi R2 = 7,438
2 = 55,318
Kemudian menentukan Fhitung untuk menentukan uji signifikansi
koefisien korelasi ganda, dengan cara sebagai berikut:
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑅2(𝑁 − 𝑚 − 1)
𝑚 (1 − 𝑅2)
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
55,318(30 − 2 − 1)
2 (1 − 55,318)
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
55,318(27)
2 (54,318)
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
1493,6
108,636
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 13,75
Harga ini kemudian selanjutnya dikonsultasikan dengan Ftabel dengan
didasarkan pada dk pembilang = 2 dan dk penyebut (30-2-1) = 27.
Untuk taraf kesalahan 5% ; Ftabel = 3,35 ; untuk taraf 1% ; Ftabel = 5,49.
Karena Fhitung = 13,75 lebih besar dari Ftabel maka koefisien korelasi
yang diuji adalah signifikansi untuk ∝= 5% dan ∝= 1%, sehingga
dapat diberlakukan ke populasi.
C. Interpretasi Data
Dari distribusi F dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 27 dengan
∝ = 0,05 atau taraf signifikansi 5% diperoleh angka Ftabel = 3,35 yang berarti
lebih kecil dari Fhitung (13,75). Begitu pula dilihat dengan ∝ = 0,01 atau taraf
signifikan 1% diperoleh angka Ftabel = 5,49 yang berarti lebih kecil dari Fhitung
(13,75). Dengan demikian yang diterima adalah Ha (Hipotesis Alternatif) dan
Ho (Hipotesis Nihil) ditolak, yang berarti persamaan regresi linier ganda Y
atas X1 dan X2 Signifikan, artinya “ada hubungan yang positif atau kuat
antara intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan dengan
ketenteraman jiwa santri pada Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon
Kadirejo Pabelan”
Hasil uji dengan statistik F menyatakan bahwa regresi ini sangat
berarti, dan karenanya berarti pula penafsiran-penafsiran yang dibuat
berdasarkan regresi itu. Agar penafsiran-penafsiran tersebut berarti, maka
langkah selanjutnya adalah memasukkan nilai-nilai X1 dan X2 agar diperoleh
nilai Y, yaitu : Y = - 166,19 + 61,781 X1 + (-0,354)X2
Dari persamaan itu berarti ketenteraman jiwa santri akan naik, bila
intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan ditingkatkan,
dan akan turun apabila intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan
keagamaan menurun. Tetapi koefisien regresi untuk intensitas menjalankan
salat malam X1 = 61,781 lebih besar dari pada koefisien regresi untuk
kegiatan keagamaan X2 = -0,354 (harga mutlak). Jadi bila intensitas
menjalankan salat malam ditingkatkan sehingga mendapat nilai 30, dan juga
kegiatan keagamaan sampai mendapat nilai 30, maka ketenteraman jiwa
santri adalah
Y = a + b1X1 + b2X2
= - 166,19 + 61,781 X1 - 0,354X2
= - 166,19 + 61,781(30) – 0,354(30)
= 1676,62
Diperkirakan ketenteraman jiwa santri = 1676,62
Intensitas menjalankan salat malam untuk menunjukkan ketenteraman
jiwa santri memperoleh skor 61,781, sedangkan kegiatan keagamaan
memperoleh skor 0,354, maka diharapkan mereka sakan mencaapai rata-rata
skor ketenteraman jiwa sebesar 1676,62.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab III dan IV, dapat diambil
kesimpulan sebagai jawaban untuk mengetahui tujuan penelitian sebelumnya
yakni: untuk mengetahui hubungan yang positif antara intensitas salat malam
(X1), kegiatan keagamaan (X2) aplikasinya dengan ketenteraman jiwa santri
(Y) di Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon, maka setelah diadakan
perhitungan menunjukkan:
1. Variasi intensitas menjalankan salat malam santri pada Pondok Pesantren
Daarussalaam Sempon tahun 2012, yang termasuk dalam kategori tinggi
sebanyak 18 responden dengan persentase 60%. Adapun yang berada
dalam kategori sedang sebanyak 10 responden dengan persentase 33,33%,
yang berada dalam kategori rendah sebanyak 2 responden dengan
persentase 6,67%, hal ini berarti intensitas salat malam mayoritas termasuk
dalam kategori tinggi.
2. Variasi kegiatan keagamaan santri pada Pondok Pesantren Daarussalaam
Sempon tahun 2012, yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 14
responden dengan persentase 46,7%. Adapun yang berada dalam kategori
sedang sebanyak 13 responden dengan persentase 43,3%, yang berada
dalam kategori rendah sebanyak 3 responden dengan persentase 10%, hal
ini berarti kegiatan keagamaan termasuk dalam kategori tinggi.
3. Variasi ketenteraman jiwa santri pada Pondok Pesantren Daarussalaam
Sempon tahun 2012, yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 8
reponden , dengan persentase 26,7%. Adapun yang berada dalam kategori
sedang sebanyak 14 responden dengan persentase 46,7%, yang berada
dalam kategori rendah sebanyak 8 responden dengan persentase 26,6%,
hal ini berarti ketenteraman jiwa termasuk dalam kategori sedang.
4. Hubungan intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan
dengan ketenteraman jiwa santri pada Pondok Pesantren Daarussalaam
Sempon Kadirejo Pabelan memiliki hubungan positif, hal ini dilihat dari
hasil perhitungan akhir dari regresi, sehingga didapat dengan taraf
signifikan 5% diperoleh Ftabel = 3,35 yang berarti lebih kecil dari Fhitung =
13,75. Dan dalam taraf signifikan 1% diperoleh angka Ftabel = 5,49 yang
berarti lebih kecil dari Fhitung = 13,75, dengan demikian yang diterima
adalah Ha sedangkan Ho ditolak, sehingga persamaan regresi linier ganda
Y atas X1 dan X2 signifikan, artinya “ada hubungan yang positif antara
intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan dengan
ketenteraman jiwa santri”. Atau dengan kata lain semakin tinggi
intensitas menjalankan salat malam dan kegiatan keagamaan, maka
semakin tinggi ketenteraman jiwa santri pada Pondok Pesantren
Daarussalaam Sempon Kadirejo Pabelan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian seperti tersebut di atas, maka
penulis memberikan beberapa saran bagi pengembangan bagi kegiatan yang
ada di Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon adalah:
a. Bagi santri, agar meningkatkan intensitas menjalankan salat malam dan
kegiatan keagamaan tidak hanya ketika berada di lingkungan pondok
pesantren saja, melainkan ketika berada di luar lingkungan pondok
pesantren dan menjadikan salat malam dan kegiatan keagamaan sebagai
rutinitas keseharian santri. Dengan begitu akan tercipta ketenteraman
jiwa yang baik.
b. Bagi para ustadz, ustdzah dan pengurus, hendaknya menjadi suri tauladan
dalam melaksanakan salat malam dan kegiatan keagamaan serta
memberikan penjelasan pentingnya manfaat salat malam dan kegiatan
keagamaan yang berpengaruh baik terhadap ketenteraman jiwa santri.
c. Bagi pengasuh, ustadz atau ustadzah dan pengurus tidak ada kata
terlambat bagi kita semua, untuk menanamkan kebiasaan salat malam
dan kegiatan keagamaan kepada santri, walaupun dalam kenyataanya
mengajarkan kebiasaan salat malam dan kegiatan keagamaan yang baik
kepada santri mengalami banyak kendala. Hal ini sudah menjadi
tanggung jawab bersama.
C. Penutup
Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala kenikmatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan
dan kelemahan, maka untuk kesempurnaan skripsi ini penulis menerima
segala masukan kritik dan saran.
Penulis juga menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dari dosen
pembimbing tentu penulis akan mengalami kesulitan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih, semoga
amal beliau diterima Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan
pikiran, menambah wawasan, bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca yang budiman pada umumnya serta bagi dunia pendidikan. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Aceh, Abu Bakar. 1996. Pengantar Ilmu Tarekat (Kajian Historis tentang Mistik).
Solo: Ramadhani.
Adnan, Ahmad. 2012. Pengaruh Intensitas Melaksanakan Salat Sunah dan Puasa
Sunah terhadap Kesalehan Sosial Pondok Pesantren Edi
Mancoro. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga. Jurusan
Tarbiyah STAIN Salatiga.
Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1983. Kuliah Ibadah (Ibadah ditinjau dari segi hokum dan
hikmah). Jakarta: Bulan Bintang.
Az-Zabidi, Imam. 2002. Ringkasan Hadist Shahih Al-Bukhari. Jakarta: Pustaka
Amani
Bahnasi, Muhammad. 2004. Shalat sebagai Terapi Psikologi. Bandung: Mizania.
Bastaman, H.D. http://baitulamin.org/content/view/16/1996.
Daradjat, Zakiah. 1995. Ilmu Fiqih. Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf
------------------- 1996. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Bulan
Bintang.
------------------- 2004. Membina Nilai-Nilai Moral Remaja di Indonesia. Jakarta:
Bulan Bintang.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Effendi, Sofian. 1982. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM.
----------------- 1994. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Hartono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Imam Abi Abdullah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Ibn Mughiroh Bin
Barduzibatil Buchori Al-Ja‟fi. t.t. Shohih Buchori. Semarang:
Toha Putra Semarang.
Jaya, Yahya. 2003. Peranan Taubat dan Maaf dalam Kesehatan Mental. Jakarta:
Ruhama.
Kartono, Kartini & Jenny Andari. 1989. Hygien Mental dan kesehatan Mental
dalam Islam. Bandung: Mandar Maju.
Koentjaraningrat. 1986. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Mahrozah, Anisful. 2010. Hubungan antara Keaktifan Berorganisasi Intra
Sekolah dan Keaktifan Beribadah dengan Ketaatan dalam
Melaksanakan Tata Tertib Sekolah Siswa MAN 1 Salatiga.
Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN
Salatiga.
Muhyiddin, Asep & Asep Salahuddin. 2006. Salat Bukan Sakadar Ritual.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian (Cet. ke 7). Bogor: Ghalia Indonesia.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Rasjid, H. Sulaiman. 2002. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Ridlo, Ziyat. 2011. Studi Korelasi antara Intensitas Mengikuti Kegiatan
Keagamaan dengan Kepatuhan terhadap Tata Tertib bagi
Siswa SMP N 3 Ambarawa. Skripsi tidak diterbitkan.
Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Valiuddin, Mir. 1997. Zikir & Kontemplasi dalam Tasawuf. Bandung: Pustaka
Hidayah.
Wawancara K.H. Fatchurrahman Thahir. Pengasuh Pondok Pesantren
Daarussalaam Sempon.
http://hajisamsul.wordpress.com.2008/meraih-ketenteraman jiwa.
http://pstal-riyadhoh-dzikir-riyadhohmenurutbahasa,html.
http://zuhud.wordpress.com/2008/03/25/menghitung-tengah-malam-dan-
sepertiga-malam-yang-akhir.
http://www.faktor-penghambat-ketenteraman-jiwa.
http://www.ubudiyahtentang+Tahlilan+Dan+Dalilnya-phpx
ANGKET
A. IDENTITAS SISWA
1. Nama lengkap : ..............................................
2. Kelas : ..............................................
3. No. Absen : ..............................................
B. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
1. Sebelum mengerjakan angket ini, isilah identitas siswa.
2. Kerjakanlah pertanyaan dibawah ini dengan cara memilih salah satu
diantara tiga alternatif yang tersedia.
3. Dalam mengerjakan angket ini tidak akan mempengaruhi prestasi adik
pada suatu mata pelajaran, untuk itu kejujuran adik sangat saya harapkan.
Dan saya akan selalu menjaga kerahasiaan yang ada dalam angket ini.
C. PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG DIAJUKAN PADA
RESPONDEN
I. Intensitas Salat Malam
1. Apakah anda melaksanakan salat malam (salat tahajjud)?
a. Ya, selalu melaksanakan salat malam
b. Terkadang melaksanakan salat malam.
c. Tidak melaksanakan salat malam.
2. Apakah anda melaksanakan salat malam dengan khusyu‟?
a. Ya, saya melaksanakan dengan khusyu‟.
b. Saya terkadang melaksanakan dengan khusyu‟.
c. Saya melaksanakan meskipun dengan rasa malas
3. Jika pondok mengadakan salat malam, apakah anda selalu mengikutinya?
a. Ya, saya selalu mengikuti salat malam.
b. Saya terkadang mengikuti salat malam.
c. Saya mengikuti karena takut dita'zir (dihukum).
4. Meskipun dalam keadaan mengantuk dan lelah, apakah anda tetap
bangun untuk melaksanakan salat tahajjud?
a. Ya, saya tetap bangun mengerjakan salat tahajjud
b. Terkadang saya bangun mengerjakan salat tahajjud.
c. Saya tidak bangun mengerjakan salat tahajjud.
5. Setelah melaksanakan salat tahajjud apa yang anda lakukan?
a. Berdzikir kemudian membaca Al Qur‟an.
b. Membaca buku.
c. Melanjutkan tidur lagi.
6. Pukul berapa anda melaksanakan salat tahajjud?
a. Sepertiga malam awal (pukul 18.00 - pukul 21.40).
b. Sepertiga malam kedua (pukul 21.40 - pukul 1.20).
c. Sepertiga malam ketiga (pukul 01.20 - pukul 04.00).
7. Dalam satu minggu berapa kali anda mengerjakan salat tahajjud?
a. Setiap malam mengerjakan karena sudah sebagai rutinitas.
b. Kadang-kadang mengerjakan 3- 4 kali dalam satu minggu.
c. Mengerjakan 1 kali dalam seminggu.
8. Ketika mempunyai masalah, apakah anda melaksanakan salat malam?
a. Ya, melaksanakan salat malam.
b. Kadang – kadang melaksanakan salat malam.
c. Tidak melaksanakan salat malam.
9. Apa tujuan anda melakukan salat malam?
a. Supaya diberi kemudahan dalam setiap masalah
b. Agar dapat pujian dari ustad atau teman.
c. Ikut-ikutan teman
10. Apakah setelah melaksanakan salat malam anda masih melakukan
perbuatan maksiat?
a. Tidak melakukan perbuatan maksiat.
b. Kadang-kadang masih melakukan.
c. Ya, masih melakukan perbuatan maksiat.
II. Kegiatan Keagamaan
1. Apakah anda aktif mengikuti pengajian yang diadakan di pondok?
a. Ya, aktif mengikuti pengajian.
b. Kadang-kadang aktif mengikuti pengajian.
c. Tidak aktif mengikuti pengajian.
2. Apabila anda liburan dan pulang ke rumah, apakah anda mengikuti
kegiatan pengajian di rumah?
a. Ya, mengikuti pengajian di rumah.
b. Kadang-kadang mengikuti pengajian di rumah.
c. Tidak mengikuti pengajian di rumah.
3. Apakah anda aktif berangkat mengaji kitab yang sudah dijadwalkan di
pondok?
a. Ya, aktif berangkat mengaji kitab.
b. Kadang-kadang aktif berangkat mengaji kitab.
c. Tidak aktif berangkat mengaji kitab.
4. Apakah anda mempelajari kembali kitab yang sudah diajarkan oleh para
ustadz?
a. Ya, mempelajari kembali kitab yang sudah diajarkan.
b. Kadang-kadang mempelajari kembali kitab yang sudah diajarkan.
c. Tidak mempelajari kembali kitab yang sudah diajarkan.
5. Apakah anda setelah sholat Fardhu selalu berdzikir?
a. Ya, selalu berdzikir.
b. Kadang-kadang berdzikir.
c. Tidak berdzikir.
6. Apakah anda mengikuti tadarus Al-Qur‟an ketika bulan Ramadhan?
a. Ya, mengikuti tadarus Al-Qur‟an.
b. Kadang-kadang mengikuti tadarus Al-Qur‟an.
c. Tidak mengikuti tadarus Al-Qur‟an
7. Jika anda melihat pengemis, apakah anda memberinya sedekah?
a. Ya, memberinya sedekah.
b. Kadang-kadang memberinya sedekah.
c. Tidak memberinya sedekah.
8. Apakah anda berfikir dua kali ketika akan memberi sedekah?
a. Tidak, tapi langsung memberi tanpa berfikir dua kali.
b. Ya, berfikir dua kali.
c. Tidak memberi sedekah sama sekali.
9. Apakah anda ikut bakti sosial yang diadakan pondok dalam menolong
korban bencana?
a. Ya, mengikuti bakti sosial.
b. Kadang-kadang mengikuti bakti sosial.
c. Tidak mengikuti bakti sosial.
10. Apakah anda membantu sesama santri, ketika mengalami kesusahan?
a. Ya, membantu sesama santri ketika mengalami kesusahan.
b. Kadang-kadang membantu.
c. Tidak membantu sama sekali.
III. Ketentraman Jiwa
1. Apakah setelah melaksanakan salat malam dan ikut kegiatan
keagamaan, hati anda merasa tentram?
a. Ya, hati merasa tentram
b. Kadang-kadang merasa tentram
c. Tidak merasa tentram
2. Apakah anda dalam melaksanakan segala sesuatu selalu terburu-buru?
a. Tidak, melaksanakan segala sesuatu tanpa buru-buru.
b. Kadang-kadang melaksanakan dengan buru-buru.
c. Ya, melaksanakannya dengan buru-buru.
3. Apakah dengan melaksanakan salat malam dan kegiatan keagamaan
anda mampu menahan hawa nafsu?
a. Ya, dapat menahan hawa nafsu.
b. Kadang-kadang dapat menahan hawa nafsu.
c. Tidak dapat menahan hawa nafsu.
4. Apakah anda selalu mengucap istighfar, jika diri anda merasa bersalah
atau berdosa?
a. Ya, selalu mengucap istighfar.
b. Kadang-kadang mengucapkan istighfar.
c. Tidak mengucapkan istighfar.
5. Jika anda mendapat musibah, apakah anda bersabar dan bertawakkal
kepada Allah SWT?
a. Ya, bersabar dan bertawakkal kepada Allah SWT.
b. Kadang-kadang bersabar dan bertawakkal kepada Allah SWT.
c. Tidak bersabar dan tidak bertawakkal kepada Allah SWT.
6. Apakah anda selalu bersyukur jika mendapat nikmat dari Allah SWT?
a. Ya, saya selalu bersyukur jika mendapat nikmat dari Allah
SWT.
b. Kadang-kadang saya bersyukur jika mendapat nikmat dari Allah
SWT.
c. Saya tidak bersyukur jika mendapat nikmat dari Allah SWT.
7. Apakah anda selalu merasa puas setelah memberi sesuatu kepada orang
lain?
a. Ya, merasa puas setelah memberi sesuatu kepada orang lain.
b. Kadang-kadang merasa puas setelah memberi sesuatu kepada
orang lain.
c. Tidak merasa puas setelah memberi sesuatu kepada orang lain.
8. Jika tetangga sakit, apakah anda datang menjenguknya?
a. Ya, datang menjenguknya.
b. Kadang-kadang datang menjenguknya.
c. Tidak datang menjenguknya.
9. Apakah anda sering mengeluh jika mendapat tugas dari ustadz?
a. Saya tidak mengeluh jika mendapat tugas dari ustadz.
b. Kadang-kadang mengeluh jika mendapat tugas dari ustadz.
c. Ya, mengeluh jika mendapat tugas dari ustadz.
10. Apakah anda kecewa jika hasil kerja anda di tolak ustadz?
a. Tidak kecewa jika hasil kerja ditolak ustadz.
b. Kadang kecewa jika hasil kerja ditolak ustadz.
c. Ya, kecewa jika hasil kerja ditolak ustadz.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : NAMQOSIM
Tempat Tanggal Lahir: Kab. Semarang, 24 November 1984
Alamat : Slumut Rt 02/03 Kel. Kumpulrejo Kec. Argomulyo
Kota Salatiga
Pendidikan :
SDN Kumpulrejo 02 lulus tahun 1997.
SLTP Negeri 6 Salatiga lulus tahun 2000.
SMA Takhasus Al-Qur‟an Kalibeber Mojotengah Wonosobo lulus tahun
2003.
IAIN Salatiga, Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Top Related