8/16/2019 Golput Dan Partisipasi Abal2_Sofyan Haryadi
1/4
GOLPUT dan PARTISIPASI ABAL-ABAL MASYARAKAT PADA PEMILU
Oleh: Sofyan Haryadi, M.Si.Kaprodi Sosiologi
Institut Ilmu Sosial dan Budaya Samawa Rea.
Ada kalangan beranggapan Golput salah satu bentuk partisipasi politik masyarakat.
Ungkapan ini melegitimasi cara berfikir yang salah dan keliru. Sekilas memang
masuk akal, tetapi partisipasi demikian jauh melenceng dari substansi partisipasi
Pemilu. Partisipasi yang mengatasnamakan Golput lebih merujuk pada sikap
perlawanan tertutup masyarakat pada Pemilu, tidak berkonotasi merusak tidak
memakan cost. Berbeda dengan perlawanan terbuka yang dipertontonkan oleh
simpatisan calon menolak hasil Pemilu. Arus gerakan perlawanan tertutup diyakini
berakar dari gerakan kekecewaan masyarakat dan gerakan fundamentalis. engan
substansi gerakan pemimpin yang lahir dari rahim politik semakin menjauh dari
filosofi demokrasi dan agama.
Agar mudah kita pahami hubungan partisipasi masyarakat dengan perlawanan, ada
baiknya penulis mencoba menafsirkan makna partisipasi dan wujud partisipasi yang
termasuk katagori partisipasi yang bermakna perlawanan tertutup pada Pemilu.
Secara sederhana partisipasi memiliki makna masyarakat terlibat aktif dalam setiap proses penyelenggaraan Pemilu. Bentuk partisipasi aktif masyarakat nampak pada
tiap tahapan Pemilu seperti tahapan kampanye, sosialisasi calon dan pemungutan
suara di !PS. an yang paling penting masyarakat aktif mengawal hak suara mereka
agar tidak dimanipulasi oleh oknum penyelenggara Pemilu.
"ujud positif partisipasi masyarakat pada Pemilu diawali dari tahapan kempanye
seperti aktif memasang stiker calon, membagi stiker calon, aktif mengikuti
kampanye, aktif mengajak teman kerabat memilih pasangan calon tertentu. Bentuk partisipasi ini kerap ditemui pada tim sukses dan simpatisan semua calon. #ampir
dapat dipastikan mereka yang memperlihatkan partisipasi positif ini akan
menggunakan hak suara secara utuh di bilik suara. "ujud partisipasi ini selaras
8/16/2019 Golput Dan Partisipasi Abal2_Sofyan Haryadi
2/4
dengan hajat demokrasi Pemilu, tidak memiliki tendensi perlawanan tetapi
berpeluang melakukan perlawanan terbuka pada Pemilu.
Partisipasi yang bermakna perlawanan tertutup adalah partisipasi masyarakat yang
bersifat abal$abal. ilihat dari agregat partisipasi yang ada wujud partisipasi abal$abal
terbagi dalam tiga kategori. Partisipasi abal$abal pertama adalah partisipasi ikut$
ikutan masyarakat menghadiri kampanye calon tertentu, memenuhi ajakan kerabat,
teman dan seterusnya. Umumnya partisipasi abal$abal tidak merespon pembicaraan
calon. %ehadiran mereka pada kampanye sebatas menunjukkan sikap euforia belaka.
Bentuk partisipasi abal$abal kedua adalah intens mendatangi semua calon
meyakinkan calon sekedar untuk mendapatkan uang bensin dan tambahan uang
rokok, syukur$syukur bisa mendapatkan sedikit tambahan uang saku.
Alasannya sederhana mengklaim dirinya punya massa, bersedia memfasilitasi
pertemuan calon dengan masyarakat, uniknya dia sendiri belum tentu memilih calon
dimaksud. Partisipasi abal$abal ketiga berakar dari gerakan fundamentalis. Partisipasi
inilah secara garis besar mengusung jargon lebih baik tidak memilih dari pada kita
memilih pemimpin yang tidak paham substansi keberadaan pemimpin. Bentuk
partisipasi ini sekedar mendatangi !PS mengambil kartu suara masuk ke tempat
pemungutan suara &!PS' layaknya orang yang benar$benar menggunakan hak
pilihnya mengambil kartu suara, bedanya semua kartu suara tidak dicoblos sama
sekali. Bentuk selanjutnya datang ke !PS mengambil kartu suara masuk kebilik suara
dan mencoblos semua gambar pasangan calon.
Semua wujud partisipasi yang bermakna perlawanan saat ini diyakini berawal dari
gerakan intlektual muda. Asumsi penulis berpijak pada hasil diskusi dengan seorang
mahasiswa yang secara kebutulan bertamu kerumah penulis. (brolan kami yang
santai, ringan, mengerucut ke pusaran Pemilu. Spontan mahasiswa yang penulis
maksudkan menceritakan pengalamanya selama dia berada di luar daerah. )ereka
dan teman$temannya kerap mendatangi !PS untuk memberikan hak suara mereka
8/16/2019 Golput Dan Partisipasi Abal2_Sofyan Haryadi
3/4
tiap Pemilu* Pemilu presiden, gubernur, bupati dan legislatif. #anya karena namanya
tidak terdaftar di P!, P!B, P%!B mereka juga tidak diberikan kesempatan
menggunakan hak pilihnya oleh penyelenggara Pemilu.
Pembicaraan kami makin menarik saat dia memberikan perbandingan antara
warganegara +ndonesia yang tinggal di luar negeri dengan mereka yang berada di
daerah lain di +ndonesia. Pertanyaan dia dan teman$temannya begitu sederhana apa
bedanya kami dengan warga egara +ndonesia lainnya yang tinggal di luar negeri.
%enapa mereka yang tinggal di luar negeri dapat menggunakan hak pilihnya kenapa
kami tidak. %enapa mereka difasilitasi dengan panitia pemilihan kenapa kami tidak.
Penulis kemudian menelusuri keterangan mahasiswa tadi sembari bertanya, anda
kecewa atau bagaimana. Spontas dia menjawab* saya dan kawan$kawan yang lainya
sangat kecewa sekali. #anya kecewa lanjut saya bertanya, tentu tidak- tetapi kami
semua kesal, sakit hati, hingga terbesit dipemikiran kami kedepan kita enggak usah
memilih aja cetus kami serentak. ari jawaban spontas inilah penulis berkesimpulan
menjamurnya gerakan Golput seperti penjelasan penulis di atas diperparah oleh
munculnya kekecewaan generasi muda terpelajar. Untuk itu kedepan %PU harus
dapat memastikan mahasiswa yang belajar di luar daerah dapat menggunakan hak
pilihnya. ika tidak sangat tidak baik untuk perkembangan demokrasi kedepan.
Bukankah sebelumnya masyarakat kita tidak pernah mengenal istilah Golput. )asih
segar dalam ingatan kita bagaimana re/im pemerintahan (rde Baru melarang
sebagian warganegara +ndonesia menggunakan hak suara mereka pada Pemilu.
Sekarang yang terjadi sebaliknya Undang$undang Pemilu memberikan ruang yang
seluas$luasnnya pada masyarakat, mengapa masih ada anak$anak bangsa yang tidak
diberikan ruang menggunakan hak suara mereka pada Pemilu.
)erujuk pada sejarah perlawanan masyarakat bermula dari gerakan kecil kaum
terpelajar mahasiswa dan kalangan intelektual bergeser dalam masyarakat, akhirnya
menjadi perlawanan masif. Porsentase angka Golput yang terjadi saat ini,
8/16/2019 Golput Dan Partisipasi Abal2_Sofyan Haryadi
4/4
memungkinkan mengalami peningkatan pada setiap Pemilu, bila penyelenggara
Pemilu tidak kreatif dan ino0atif. Untuk itu kedepan kita harus melakukan beberapa
hal antara lain* Pertama, ruang kreati0itas penyelenggara Pemilu harus selaras dengan
hajat perundang$undangan yang berlaku. %edua, elit politik harus dapat merubah
sikap dan perilaku dari hipokrit menjadi jujur dan amanah. %etiga, partai politik
mengikis habis konflik internal partai, dan %eempat, partai politik harus mampu
melahirkan kader$kader yang memiliki kualifikasi keilmuan dan integritas. Semoga
coretan ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua,
Top Related