Gila, 26
Anis Fuadah Z.
BENING PUSTAKA
ii
GILA, 26
Anis Fuadah Z.Desain cover : Wildan Isma’ilLayout isi : Kholil Ahmad
Hak cipta dilindungi undang-undangDiterbitkan pertama kali oleh Bening Pustaka Yogyakarta 2016
ISBN : 978-602-74448-9-8Cetakan pertama : Agustus 2016
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun (seperti cetakan, fotocopy, mikrofilm, VCD, CD-Rom, dan rekaman suara) tanpa izin dari penerbit.
Isi di luar tanggung jawab percetakan CV. Bening Pustaka
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan per-
buatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/ atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, meng-edarkan, atau menjual kepada umum suatu cipta atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau terkait sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara pal-ing lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
iii
Teruntuk Semesta, yang tak letih
merekahkan senyum
dan pandangan ayunya.
iv
Prakata Penulis
Menuangkan ide bercampur cerita, boleh dan sangat wajar dilakukan. Adakalanya, di perempatan, di jala-nan, di keramaian, atau di saat menyendiri tanpa makh-luk. Sebentuk coretan, boleh jadi mewakili karakter seseorang, namun lebih kepada satu persatu bahasa yang mampu menengadahkan jiwa pada pemilik kedig-dayaan.
Puisi ini sengaja ditulis dengan tema berbeda setiap harinya, dengan jumlah dua puluh enam buah. Tema tersebut dipilih, mewakili suara alam, sebentuk ucap rerasa atas hembusan wangi semesta, di tiap detiknya.
Semoga puisi-puisi ini lebih abadi, dari kemayaan bumi ini.
Penulis
v
Daftar Isi
SENJA ~1
SOERJA ~12
SEKOLAH ~23
SUMRINGAH ~36
NAFAS ~48
PESAN ~61
RIDHLO ~72
ALAM ~85
SUARA ~96
HUTANG ~107
SILLATURRAHIM ~119
KELUARGA ~130
WAKTU ~141
vi
ZAITUN ~152
HUJAN ~163
AWAL ~174
HIBURAN ~185
INKONSISTEN ~196
MILIKKU ~207
SAUDARA ~218
CITA ~229
BATIK ~240
MEMBATIK ~251
EGOIS ~262
JIWA ~273
KOMPETISI ~284
1
Satu Hari, 4 Maret 2015-
Edisi: SENJA
Oleh: Anis Fuadah Z.
2
SATU
Kau bernama senja,kutitipkan segala rindu menuju malam.
Kau bernama senja,pertanda perpisahan pada pagi dan siang.
Kau bernama senja, iringan waktu yang merajai ketakutan penuh iman.
Kau bernama senja, udara meliuk lambai, sebuah petuah untuk tak keluar rumah,bagiku dan gadis lainnya.
Kau bernama senja,mengawali seluruh rangkaian pekerjaan malam,penuh gelora iman.
Kau bernama, senja.
3
DUA
Celoteh burung pagi tadi, telah beranjak menuju peristirahatan.Sebuah pertanda, petang mulai tiba.
Hai, kau..jangan mengiba, karena telah waktunya menunda, segala rupa yang tak kunjung rapat seharian,menuju haribaan penuh canda khas malam.
Hai, kau..bukalah rintik malu rembulanmu, dengan mantra-mantra.Pengikat keriuhan jangkrik, beserta ribuan cahaya gemintang.
Jadilah, yang seharusnya terjadi.Hau, kau..jadilah, bagaimana titahmu terlahir di bumi.
4
TIGA
Beruntai membenak,membentuk kutilang menerawang.Seolah awan, kian berpendar.
Mata tak lagi sayu,suara kian merdu, dirayu pucuk bunga dan nyanyian layangan.
Oho.. betapa manisnya, merapat pada kehangatan diliputi sinar, yang takkan padam.Menggelora, sepanjang zaman.
5
EMPAT
Mengagungkan, Keagungan.Mengawali persaksian. Meremajakan iman.Menilik kenikmatan penyembahan.Menjemput gelora Sang.
Engkaulah Yang Maha,Engkaulah Yang Maha,Engkaulah Sang Pemilik Digdaya.Engkaulah,persaksianku padaMu,persaksianku pada utusanMu.
Penyembahanku, pada Sang.
6
LIMA
Riuh obrolan canda-tawa, di antara dua waktu menjelang peristirahatan.Melawan kekakuan lelaku umum, sekitar.Mengisahkan gerombol pasang mata, menuju.
Berada di ruang penuh mohon, di ujung pengharapan dimudahkan.Meremajakan ayat-ayat kesejukan,mengharap melebihi yang mampu terucap.
Menyambung hatur, sebuah pertemanan-persaudaraan.Menabur kasih, meminta-doa agar hinggap jalinan yang lama, sebuah perkumpulan baik, di sini, dan di tak terbatasnya dentang.
Harap-doa, memohon-pinta, yang berulang terucap beserta, semoga.
7
ENAM
Hening, selepas melengking.Nyaring, riang riuh yang bernyanyi.Nyanyian malam, tak ubahnya rembulan menerawang pagi.Ribuan jala seakan berhambur, menikmati musikalisasi puisi bintang.Riak-riak pasir pantai, menyerbu pelaut hendak berlayar.Samudra kehidupan, menanti layar melebar, di antara keyakinan-kekuatan.
Jalan panjang, perjalanan yang tak terukur.Pengembaraan melawati ribuan napak kaki, puluhan mill rerumputan, atau hitamnya sahara.Melangit, jika bumi telak tertakhlukan.Menepi, di antara nafas dan kelelahan.Menerima, yang menjadi penantian.Di ujung.
8
TUJUH
Sahara, tumbuh mawar menebar senyum.Seuntai merah, di lentik jari seorang puteri.Bibir bergincu, kian menguning, terampas renggutan bulan.Sebuah mahkota menjadi saksi, atas prosesi.Menikmati senja, di senyapnya dedaunan.
Berlabuh, di guratan kejayaan.Bersama, pemilikku.
9
DELAPAN
Melepas-tarik, meminta-rupa, niscaya.
Merogoh saku, mengambil perapian.Menghangatkan tubuh, menjilat wewangian.Perbincangan malam, yang berputar-putar.Sebuah gelanggang yang tak kompromi.Mengelola peluit fiksi.
10
SEMBILAN
Bersekutu dengan nafas malam.Menyelami perbedaan.Sebuah perjanjian, yang tak-kan ternodakan.Antara makhluk dan penciptanya.
11
SEPULUH
Jika telah menggila, siapa mungkin menerjang?Jika telah menggila, mampukah lainnya sekadar menerawang?Jika telah menggila, adakah yang bisa membinasakan?
Cukup kegilaan, diiringi keyakinan tak mengering.Untuk menuju, merangkul.Hingga disiap-tepatkan mimpi dipelukan.
12
Dua Hari, 5 Maret 2015-
Edisi: SOERJA
Oleh: Anis Fuadah Z.
13
SEBELAS
Berdendang, meleburkan lelah, meremajakan jenuh.Selalu menanti.Kuasa telah mengaruniakan padanya, sebilah raga, sebutir permata yang memancar di sudut jiwanya.
Siapa Aku?Aku bernama manusia, yang mengusaha-lakukan, untuk terciprat dendang indah, menggerus lelah, menerima energi keindahan melimpah.
Kau bernama, Soerja.Guruku, diliputi semesta.Di antara logika cantik dan suara jiwa.
Hai, Soerja...
14
DUA BELAS
Cinta seorang diri, ditelan malam, diliputi sunyi.Berteman dingin, berselimut awan, menawar kicau burung bersarang.Betapa, jika cinta itu mengundang.
Alunan embik kambing, sebidang rumput liar, seolah pelipur berasa manis.Sampai di ujung perjalanan, kau tetap membukti-nyatakan.Manisnya, cinta seorang diri.
Tersenyumlah, sampai suatu ketika ...kau berada tak jauh dari jalan ini.
15
TIGA BELAS
Hinggap, di pelupuk mataku.Semacam angsana, meluncur menghimpun sejumput kata.Melelahkan raga, jika tanpa pesan berkesan.
Oh.., kehidupan.Kedipmu seringkali menggoyahkan iman,mengernyit dahi yang mudah berpangku tangan.
Menggigit jari, di antara bulir perjanjian.Berkompromi, itu sebatas dengan dunia.
16
EMPAT BELAS
Meremaja,mengeja aksara, mengingat yang lalu,melepaskan ketakutan.
Seolah pembelajaran,yang bernama, mulai.
Berhitung, satu-satu.Menandai, huruf demi huruf.Menatap tajam, di antara.Menghimpun makna.
17
LIMA BELAS
Semanis lolli pop,sehangat wedang jahe, semengerti pertemuan semut merah di dinding.
Mengingatmu, adalah kekeliruan yang menggetarkan.Kenapa sejauh demikian?
Jika cinta tak pernah memiliki aturan,kuterabas perbedaan,kuselami kekurangan,kuleburkan rasa yang merajaiku di antara gemintang.
Cinta, cinta..ke mana langkahmu membawaku? Bukankah diriku, segila runtutanmu?
18
ENAM BELAS
Sampai ku mendengar hembus nafasku,ku rasakan dentang lonceng di sampingku,ku coba fahami arah hilir mudiknya suara yang berlalu.
Siapa aku?Di persimpangan, ku mengeluh, menghaturkan kecemasan dan ketakutanku.Sampai tiba waktunya, Kau berdendang untukku.Pengobat rindu dan penghapus lukaku.
19
TUJUH BELAS
Malu-malu, saat kau bertanya,dan aku begitu kebingungan tak tahu menau maksudmu.
Seperti-seolah terbangun dari tidur panjang, terheran oleh rentetan bahasa yang hanya menggumam.
Ya.. betapa malunya aku, betapa malunya aku.
Tapi, waktu mengajariku, bagaimana sikapmu padaku.Tak membedakan, antara kebisaanku dan belum mengertiku.Jauh lebih dewasa, dari sekadar usiamu, terpaut lebih muda dariku.Tetap saja, kau bernama guruku.Guruku, yang hangat.Guruku, yang penuh hormat.
20
DELAPAN BELAS
Titik adalah makna,garis-garis memiliki maknanya,sepotong kertas pun memiliki maknanya, tiap apapun.
Jika kaupun punya makna,di mana makna itu kau tempatkan?
21
SEMBILAN BELAS
Telah berlalu sore tadi,menyeret pagi buta pada siang yang penuh energi,memandikan yang terlelap dengan siuman, merawat kelelahan dengan gumam kelezatan sarapan atau makan siang.
Sudah sepantasnya, menuntaskan, yang menjadi kewajiban.Menghatur ucap syukur, melebihi titik awalnya.
22
DUA PULUH
Kegilaan telah menyeret sang penyair,pada gelimang kata dan cucuran coret pena.
Kegilaan telah menggenggam sang penyair, menjadi gadis manja, sebagai pemimpin tertinggi di singgasananya.
Kegilaan telah merenggut kemalasan, menggandengnya pada puncak-puncak keingintahuan,sebuah perubahan yang mengagumkan.
Kegilaan telah memanggil nuraninya,menjemput keadilan, di atas pedang kekhusuan.
Kegilaan telah menggumpal,membentuk nadi yang mengucurkan madu keindahan.Secawan puisi, dari surga.Terekam digdaya, sepanjang masa.Demi sebuah tulisan,demi sepasang penglihatan dan mata batin,demi rasa terima kasih.
23
Tiga Hari, 6 Maret 2015-
Edisi: SEKOLAH
Oleh: Anis Fuadah Z.
24
DUA SATU
Telah meleburkan, riak-riak tajam zaman lalu, musim tumbuhnya kesenjangan, antara penguasa dan biasa,untuk sekadar mendapat hak sama, berupa pendidikan berseragam.
25
DUA DUA
Benarkah telah demikian terbebas?
Untuk bersekolah,untuk mendapat pengetahuan,untuk memperoleh pengajaran,untuk menenteng buku-buku pelajaran.
Betulkah telah demikian tak berbeda, untuknya si kaya dan biasa?Untuk sekadar berjalan tegap, menggenggam hasil sekolah, yang katanya bernama ijazah.
26
DUA TIGA
Riwayat perjuangan, kisah menyuarakan tak kan lekang,meski waktu telah beralih,dari ringkihan suara piringan musik, menjadi riuh ramai kendaran sekelas pesawat terbang.
Apa yang terjadi,apa yang diusaha rengkuh,atas persamaan derajat kenikmatan pendidikan,atas persamaan hak dan kewajiban,atas nama baik dan warga yang benar diperhitungkan.
Bernama sejarah panjang,negeri tercinta, Indonesia.
27
DUA EMPAT
Telah lebih setengah abad, kemerdekaan berkumandang;nyanyian lagu kebangsaan berdendang,meremukkan pagi, diikuti malam.
Telah menjelang 70 tahun, pesta pertama kali digelar,untuk mengenang, bahkan mengabadikan perjuangan.
Telah berganti generasi, untuk seharus-bernanya menikmati,kedigdayaan kebebasan penjajahan,bernama kemenangan.
Seharusnya, seharusnya yang telahkah?------------------------------------------
28
DUA LIMA
Saban hari, sedari pukul enam pagi,telah riuh ramai,hilir mudik pengendara berseragam,bergantian menikmati perjalanan,kadang bernama murid,ada juga yang terpanggil guru.
Menuju sebuah bangunan sederhana,bertuliskan sekolah.
Sekolah, madrasah, taman bermain, dan bahkan rumah belajar, kini..telah lumrah berdiri,meraih konsumsi sana-sini,menjadi saksi pencarian pesertanya ke sana ke mari,demi melanjut-juangkan, katanya, pendidikan anak negeri.
29
DUA ENAM
Sayangnya, pendidikan membebaskan yang digalakkan,belum seideal rencana besarnya,masih terlihat kocar-kacir,entah berupa berkas tulisan,atau bahkan kebimbangan menerapkan.
Puluhan tenaga pintar telah dikerahkan,berargumen, bertanding kecerdasan,melawan noda-noda ketakruntutan,sebuah penerapan di lapangan.
30
DUA TUJUH
Sekolah,sekolah menjadi kesukaan para pelajarnya pagi hari,dengan parfum dan seragam rapi,tak lupa seabrek buku di sebuah tas yang tak ubahnya karung beras,karena pasti harus menundukkan punggung, menenteng dan menyeretnya menuju kelas.
31
DUA LAPAN
Tak sedikit, yang gedhe antusias,untuk menikmati dan mencintai dunia sekolah,meski sekadar menunggu rentetan bel masuk dan instruksi pulang.
Membelanjakan duit, di kantong celana atau bahkan tersimpan di lipatan saku.Mendapatkan sebutir permen, sekantong mie, atau sesunduk pentol bahkan sossis berbau tak karuan,Setiap jenis itu bernama jajanan sekolahan.
Siapa yang tak kenal?Hampir setiap berstatus murid, hafal, bahkan melebihi fahamnya pelajaran.
Merah pekatnya saus sambal,hijau bangetnya kuah es lima ratusan,sampai gurihnya minyak tahunan.
Ohoo.. ironis, tapi sulit berkata miris.Ini fakta yang telah membumi,di kampung bernama dunia pendidikan.
Seperti tak ada lagi pilihan,karena menjadi sebuah keharusan,
32
coba saja sebutkan, atau berani utarakan,tuliskan makanan mengenyangkan berlebel kesehatan manakah, seharga koin lima ratus rupiahan?
33
DUA SEMBILAN
Tak ada yang berpangku tangan,membereskan bahkan mendiplomasikan masalah kesehatan,utamanya untuk para pelajar,generasi penerus masa depan.
Nutrisi,keharusan sarapan,mengiklankan berbagai cara meningkatkan daya tahan,agar lebih mudah dikatakan cerdas dalam menjaga kesehatan.
Benarkah, tak semudah membalik telapak tangan?Nyatanya, siapa yang tercepat, di antara deret ukur dan hitung.
34
TIGA PULUH
Kapok lombok,istilah Jawa Timuran,menyatakan ketakberanian mengulang,sementara.
Iya, itu terjadi untuk soal keracunan makanan.Entah karena bahan yang bernama pengawet, zat pewarna berlebih, atau mungkin status makanan bungkusan yang telah jamuran.
Sakit perut, diikuti pusing, bahkan mual berlebihan.Bukan lagi sering, kejadian terulang. Bahkan, seperti kebiasaan.
Mereka yang mengalami demikian, esok kan mengulang mengonsumsi yang serupa, mengagungkan lupa, jika pernah kesakitan.
Bukan tak ada yang mengingatkan, dari guru, sampai hadir peringatan di teks pelajaran telah berjajar,tentang makna kesehatan.
35
Tapi, menjadi seperti, lumrah dan tak masalah.
36
Empat Hari, 7 Maret 2015-
Edisi: SUMRINGAH
Oleh: Anis Fuadah Z.
37
TIGA SATU
Sumringahnya hari, jika telah sempat menengadah.Sumringahnya jiwa,jika telah bangkit dan meminta-haturkan,penuh etika.Sumringahnya langkah,jika telah mengantongi segenggam restu dan doa-doa.Sumringahnya makhluk,karena telah diperkenan bolehkan menghatur pinta,tanpa batas dan ketentuan rupa.
38
TIGA DUA
Melangkahkan mata kaki,diiringi rasa dan genggam gelora,menuju sebuah karya memesona.
Tiap raga punya andilnya,setiap jiwa memiliki haknya,atas kesempatan dan kecerahan,diliputi Keagungan Sang Pencipta.
39
TIGA TIGA
Sesak, jika telah terjaga, mimpi semalam tetap mengeja.
Sesak,jika telah bersua,mulut dan raga tak adu sapa.
Sesak,jika telah berucap maaf,tapi racun di jiwa tetap menggelora.
Sesak,jika hari telah melangkah,tapi mata hati tak berkenan tentukan arah.
Sesak,jika masa telah mulai larut,tapi pemaksa kerja tak lagi surut.
Sesak,tetap terjaga,menggelora,jika nurani tak menerbitkan syukur.Syukur, pemulai gerak,penutup lelah.
40
TIGA EMPAT
Sayup adzan pertanda,dibukanya pintu persembahan,leliput olah rasa diiringi raga.
Sayup adzan pertanda,dibukanya jendela kerinduan pada haribaan,pertemuan suci dengan Sang.
Sayup adzan pertanda,senantiasa hadir peringatan,agar tak selalu lalai mengeja.
Sayup adzan,lantunan menggema,semoga jiwa-raga terhias anggunnya tashbih semesta.
41
TIGA LIMA
Seringkali, ingatan lalai pada tiap karunia.Pernah juga menyebut, pemberian yang mana?
Padi yang menguning penuh isi,gerombol berkilo rambutan di pepohonan,hijaunya sayur mayur,sumringahnya cabai di pelataran,rimbunnya daun jeruk penuh aroma,bergelantungan petai siap santap,bahkan aliran air seharian.
Ada juga yang bimbang,berterima kasih atas apa?
Padahal;selalu tepat waktu mentari menyapa,hembusan angin menyejukkan,bulu mata yang tak tiba-tiba memanjang,atau.. lelapnya tertidur saat lelah hadir seharian.
Nikmat manalagi, yang akan dipertanyakan?
Seisi langit-bumi, semesta jagat raya mencatat,
42
seluruh debu dan pasir mengeja,tak kan pernah mampu menuliskan kasih-Nya yang tanpa terukur.
Segala Puji, bagi-Mu.Segala Puji, teruntuk-Mu.Segala Puji, hanya pantas terucap atas-Mu,Tuhan kami.Maha Pemurah, atas semesta alam.
43
TIGA ENAM
Alasan, terkadang mengguncang bimbang.Alasan, terkadang melemahkan.Alasan, pun terkadang pemicu amarah berkepanjangan.Alasan, juga seringkali menghadirkan penudaan berkepanjangan.
Jika berfikir,kalau saja mau mengingat,atau berkemauan untuk menguat,...pengabulan minta kita, sungguh dekat,tanpa alasan penundaan.
Sang Pengasih, pemilik seluruh kasih sayang,maaf... mohon maafkan, kepedihan sikap khilaf kami.Tolong kami, tolonglah kami,agar tak sedetikpun pernah lalai,dari melakukan yang terbaik,di sisa usia kami.
44
TIGA TUJUH
Rintik hujan,mengguyur bumi,menorehkan aroma tak biasa.
Rintik hujan,pertanda berkah,atas perjalanan panjang siang,untuk tiap peluh seharian.
Rintik hujan,adalah hadiah malam,bagi jiwa yang bersedia mendendang.
45
TIGA LAPAN
Seperti tatapan Ibu pada balitanya,seperti senyum mentari untuk dedaunan,seolah kepercayaan makhluk pada penciptanya.
Menaruh harap, pada pemilik.Menancapkan kasih, pada pemilik.Mengharap pinta, pada pemilik.Tak kan tercaci,tak ada benci,meski telah ribuan mohon-harap menjadi kebiasaan sehari-hari.
Itulah sifat Tuhanmu, Yang Maha Terpuji.
46
TIGA SEMBILAN
Tak pernah lelah, untuk lelap.Tak pernah lupa, sisihkan masa, untuk terlelap.Meski telah semenjak terlahir, merasa.Tak cukup, menerjemahkan lelap yang senantiasa.
Memang manusiawi,karena takdir telah menetapkan,sekadar selalu sisihkan waktu istirahat.Pembeda yang begitu kentara,kita hamba,Dialah Penguasa.
47
EMPAT PULUH
Semak-semak, menjadi saksi.Bintang gemintang, salah satu bukti.Tak terukur kedalaman, menjadi riwayat.Pergelangan, menjadi yang nyata.Perputaran masa, adalah tanda mata.Perjanjian, semacam arah.Keniscayaan, sebuah alat.
Ada penciptaan,ada kuasa,ada kehendak,ada cahaya, ada digdaya,...Dia segalanya.
48
Lima Hari, 8 Maret 2015-
Edisi: NAFAS
Oleh: Anis Fuadah Z.
49
EMPAT SATU
Apa kau pernah menghitungnya,berapa kali seseorang mengehembuskan nafas?Oh.. bukan perhari, tiap menit saja.
Jika setiap hembus nafas, seharga suatu barang,bagaimana membayarnya?
Meski, seringkali lupanya,tapi.. tak berarti dosa, jika hari ini mulai menguat ingatnya.Berterima kasih, dari yang kadang terlupa.
50
EMPAT DUA
Seperti lambung yang butuh berbagai nutrisi.Iya, begitupun dirimu.
Mereka, orang terdekat yang bernama keluarga,adalah zat penting, pendukung pertumbuhan baik, kebijaksanaan nurani.
Menjaga mereka, serupa dengan mensyukuri karunia Yang Maha Esa.
51
EMPAT TIGA
Lolongan angsa,embikan burung,celoteh sapi,riuh ramai ikan,irama merdu etok,atau.. auman kucing di dapur.
Gelora malam,siulan rembulan,hembus nafas kegelapan,gelepar kabut berselimut,rupa-rupa.
Segalanya, guru kehidupan,bagi yang bersedia merasakan.
52
EMPAT EMPAT
Sapa,perintah,nasihat,larangan,tiap itu.. bernama perbuatan.
Perbuatan adalah laku, dari mereka yang bernafas.Perlakuan adalah bentuk ungkapan, dari diri yang bernafas.Peradaban adalah hasil karya, dari tiap akal yang bernafas.
53
EMPAT LIMA
Sesuap nasi,sebatang sawi,secolek sambal cabai,sebutir jengkol atau petai,secuil ikan asin,di sebuah piring cantik.
Tiap terlihat, adalah kehidupan,yang menabur warna di tiap perjalanan.
54
EMPAT ENAM
Apa yang sempat terucap lisanmu,jika listrik tiba-tiba padam?Apa yang terlontar dari bibirmu,jika ponsel cerdasmu tiba-tiba tak mau merespon?Apa yang mampu tersampaikan lidahmu,jika tiba-tiba komputer kerja tak pedulimu?
Serangkaian peralatan telah menjadi pelengkap, bahkan.. asisten kehidupan pribadimu.
Tapi, pernahkan terlintas, bagaimana perdaban zaman batu?Atau, sesekali.. mengintip tetanggamu yang mungkin saja,belum sempat mengenal peralatan hebatmu itu.
55
EMPAT TUJUH
Berbagi,memberikan beberapa rasa,yang tengah meliputi jiwa.
Berbagi,menaburkan tetesan suka,di antara gelora penuh cinta,yang sedang dipunya.
Berbagi,tak harus berupa,yang mungkin terasa raga,atau bahkan tercium jiwa.
Berbagi,mungkin terjadi,sepanjang nafas,setinggi penglihatan mampu,selama fikiran menerawang melampaui,itulah,......melaflakan doa terindah,di antara waktu mustajabah.
56
Kau, tau?
Aku pernah mendengar,jika minta kita haturkan, meski dalam diam,walau di antara keheningan,niscaya, malaikat-malaikat di sepanjang bumi-lautan,bahkan di seluruh yang tak mampu hitungan,akan mengikutsertakan Aamiin, dalam hembusnya.
57
EMPAT LAPAN
Sebatang pohon telah tumbuh,di samping rumah-rumah,di pelataran desa,tempat bertegur sapa penduduknya.
Angin sepoi,percik mentari,tetesan embun,kicau riang burung-burung,menjadi pewarna yang tak lekang.
Oh.. warna kehidupan,cipratanmu adalah karunia bagi semesta,menggelora di jiwa-raga,peneguh-subur nafas kerinduan.
58
EMPAT SEMBILAN
Senyummu adalah jendela,bagi isi hatimu.
Matamu menjadi cermin,bagi isi jiwamu.
Lisanmu menjadi pemantas,bagi keramahanmu.
Langkahmu sebagai penegas,untuk kemajuan mimpimu.
Pendengaranmu sebagai perasa,untuk memperjelas keanggunanmu.
Ingatanmu adalah pencatat,bagi keterbatasan lelah ragawimu.
Ucap syukur menjadi penegas,ada yang Maha memilikimu.
59
LIMA PULUH
Jika kerinduanmu begitu mendalam,pada seseorang di luar sana,maka terimalah,itu anugerah manusiawimu.
Jika rasa nyaman mengingat kian hadir,pada seseorang di luar sana,maka terimalah,itu anugerah manusiawimu.
Jika cinta-kasih merasuk jiwamu,pada seseorang di luar sana,maka terimalah,itu anugerah manusiawimu.
Jika kau rasa, tak ada laku paling tepat atas itu semua,jangan pernah menangisinya,mengasihi diripun tak pantas,karena ada kebijaksanaan yang mampu hadir.
Memintalah,
60
berdoalah,bertengadahlah, mengadulah,karena Dia,hanya Dia,pemilik segala yang tak kau punya,Dia saja pulalah,yang mampu memenuhi segala pinta,melebihi yang sempat terbersit di jiwa.
61
Enam Hari, 9 Maret 2015-
Edisi: PESAN
Oleh: Anis Fuadah Z.
62
LIMA SATU
Salah satu semut menemukan gudang penyimpanan permen,kemudian dengan sigap,dia memercikkan tanda rasa,agar yang lain ikut serta menikmati buahnya.
Seperti itulah, pertemanan.Sebuah pesan akan sampai, seiring pengirim bersedia.
Makhluk berkaki kuat, pemilik jalan cepat, telah meneladankan, pada yang berkenan memerhatikan.
63
LIMA DUA
Perselisihan, adalah kesalahterimaan, pun kesalah dugaan.
Perselisihan,berasal dari kesukaan yang serupa,atau barangkali keinginan sama,namun tak hadir rasa atas penerimaan beserta.
Perselihan,sangat mungkin terjadi,tak mustahil terhindari.Seberapa baik,penghantar pesan diri atas penglihatan,untuk pendengaran,serangkaian perlakuaan,pada nurani.
64
LIMA TIGA
Mereka berbagi;rasa,rezeki,perbuatan nyata,motivasi,dalam sebuah koloni.
Nyatanya,mereka berdampingan,bekerjasama,berpartisipasi,dalam pembagian begitu rapi.
Tak dinyana,berlebih contoh nyata,dari laku-buat mereka,menjadi pedoman sehari-hari.
Sangat dibolehkan;jika menuliskan,sebuah ajakan,ayo.. belajar dari mereka,makhluk Tuhan,bernama, semut.
65
LIMA EMPAT
Meski berbeda generasi,tak lantas jadi pemantas prestasi,karena usia tak pernah menjadi jaminan,atas prasangka pada diri,ada senioritas,di sini.
66
LIMA LIMA
Tercatat,terpampang,tertulis,seringkali dalam ukuran melebihi,kebersihan sebagian dari Iman.
Nyatanya, tak selalu terealisasi demikian.Meskipun, tiap mata diperkenankan sekadar membaca,mampu memahami maknanya.
Buktinya,Sampah-sampah masih saja berkeliaran,di sekitar dan pelataran,bahkan di taman-taman.
Jika mau tau,semut pekerja di koloninya,telah ada yang bertugas memungut sampah,dan menghanyutkan di pembuangan.
67
LIMA ENAM
Pertemuan mata terkadang lebih tajam,dari sekadar tatap terjang lisan.
Pandangan mata,seringkali mengungkap teramat dalam,dari yang memungkinkan terucap lidah.
Sorot mata,menjadi cermin,pemerhati iman.
Telah benarkah pandangmu?Perhatikan.
68
LIMA TUJUH
Tak satupun berarti sia-sia,dalam tiap cipta-Nya.
Sebentuk insting,bagi makhluk,adalah peta tak kasat mata,untuk keberlanjutan hidup-kehidupannya.
69
LIMA LAPAN
Bangsa semut;memiliki kekuatan fisik, mengangkat beban,melebihi beberapa puluh kali,berat dirinya.
Mereka;pun dikaruniakan dua perut,untuk meletakkan hidangan bagi dirinya,dan menyimpan makanan untuk dibagikan kerabatanya.
Cukupkah,mengatakan,semua itu kebetulan?
Bukankah sangat mungkin,barisan si kaki kuat di dinding,merupakan isyarat dari Tuhan,agar diri tak sepi perhatikan?
70
LIMA SEMBILAN
Perhatian kita pada sesuatu,tak menjamin ketajaman diri memahami itu.Jika telah empati mengeja,maka luluhlah segala prasangka.Keadilan jiwa,sewarna nurani menyertai laku raga.
71
ENAM PULUH
Seperti seakan memutar ulang,film usang,yang masih tersimpan di folder sebuah notebook.
Hmm.. iya, sesekali.Ketika sesuatu di masa kini,bersimbol tak jauh beda,dari sifat masa lalu.
Taukah,tak berarti,kau harus perhati-berlebih,atas edisi yang seharusnya diperbaiki.
Sebentuk pesan nurani,yang bertujuan,mendewasakan diri.
72
Tujuh Hari, 10 Maret 2015-
Edisi: RIDHLO
Oleh: Anis Fuadah Z.
73
ENAM SATU
Sebentuk restu mendalam,tanpa tabir,tak sejarak apapun.
Begitulah definisiku, mengartikan Ridhlo. ---Kenapa harus?Bagiku, seharusnya.Karena, begitu penting di antara apapun.
“Ridhlo Tuhan, beserta Ridhlo kedua orang tua”
Jika kita anak,semoga,kita termasuk dalam kategori yang perolehnya.
Jika suatu ketika,kita adalah orang tua,semoga,putera-puteri dan generasi keturunan,termasuk pula yang mendapatnya.
Aamiin.
74
ENAM DUA
Ada keengganan,lelah,rasa capai,pun alasan-alasan.Terkadang hadir,mengawali sebuah perjalanan,menuju yang rutin diritualkan.
Hmm,terjadi padaku,mungkin juga denganmu,atau mereka.Tapi,bukankah harus mengusaha lebihkan,jika mimpi,berharap digenggaman?
Keyakinan kita pada-Nya,tak boleh kian jarang,karena Dia,tak memiliki kekurangan.
75
ENAM TIGA
Setiap yang berilmu adalah guru.Setiap yang berakhlak adalah guru.Setiap yang berucap hikmah adalah guru.Setiap yang mencatat kebenaran sejarah adalah guru.Setiap yang menjumpai adalah guru.Setiap waktu adalah guru.Setiap perjalanan adalah guru.
Seberapa kau kenali gurumu?
76
ENAM EMPAT
“Aku ridho padamu,kudoakan dengan pengabdian dan ketulusanmu,derajatmu ditinggikan.Engkau menjadi orang besar,tokoh panutan,dan semua orang cinta padamu.”
Doa yang terucap oleh Kiai Kholil-Bangkalan,kepada sang murid,Hasyim Asy’ari,kala itu.---Meski berungkali kubaca,potongan artikel dari media online,kisahnya tetap terjaga,merinding membacanya,dan berharap memperoleh yang diterimanya.
Wahai guruku,meskipun raga kian menjarak,semoga limpahan kasih Tuhanmu tak pernah bersekat,karena di manapun engkau,tetesan peluh atas nafas yang kau hembuskan,untuk muris-muridmu,terus mengucur,sebagaimana mata air zam-zam,
77
dia bernama,ilmu.
Wahai guruku,meski ucap,balas apapun,tak kan pernah sempat mampu,menghargai jerihmu,izinkanku mengucap,terima kasih,terima kasih guruku.
78
ENAM LIMA
Sebuah foto tentu memiliki sebab,kenapa diambil gambar,kala itu.
Sebuah catatan pun punya sebab,kenapa penulis menggoreskan tintanya,saat itu.
Senantiasa bersebab,segala yang berakibat.Sebentuk keunikan apapun atasnya,tentu ada kebaikan mendasari,di antaranya.
79
ENAM ENAM
Sebuah kata tentu bermakna,pasti berkesan,berbekas di nurani,merangkai apapun,melebihi,yang tak pernah terfikir.
Hai lisan,gerakmu menjadi penentu,ke mana arah etika di tiap jiwa.
80
ENAM TUJUH
Kepercayaan menjadi kunci,untuk tiap hubungan.Kepercayaan adalah kunci,atas cinta kasih dan persahabatan.Kepercayaan sebuah kunci,jika berencana meneguhkan kedigdayaan pengetahuan.
Kepercayaan,kaukah pemiliknya?
81
ENAM LAPAN
Tiap yang bernafas adalah hidup.Tiap kehidupan adalah rezeki.Tiap makhluk menerima kodrati,tapi tak berarti harus berhenti,untuk mengusaha-juangkan,atas kemampuan yang dititahkan Illahi.
82
ENAM SEMBILAN
Berkelana, di antara waktu dan suasana.Mengembara, pada jiwa dan segala prasangka.Bertuah, pada keberadaan kini dan sejarah.Bergelayut, pada titah dan keinginan berlimpah.Berterima kasih, pada-Nya yang senantiasa menghapus perih.Bersujud, senantiasa di raga-jiwa-fikir kita.
83
TUJUH PULUH A
Mempertanyakan ini itu,mengatakan ini itu,mendengar ini itu,melaksanakan ini itu.
Oh.. bernama manusia,yang memiliki pilihan dan kelakuan,seharusnya.
84
TUJUH PULUH B
Kadang kerinduan menggerogoti paruku.Tentang kisah lalu dan perjalanan hidupku.Serasa melihat gelagatnya di antara penglihatanku.Ada yang tak pernah terhapus dari jiwaku.
Aku mensyukuri karuniamu.Terima kasih, ya Tuhanku.
85
Delapan Hari, 11 Maret 2015-
Edisi: ALAM
Oleh: Anis Fuadah Z.
86
TUJUH PULUH SATU
Alam senantiasa menggugah mata,dengan isyaratnya yang khas.
Buliran nafas pagi,ketukan lonceng gerimis,riuh lembut wangi mentari,hempasan mesra kaki angkasa.
Ribuan detik telah menggumam,menyanyikan pembelajaran beragam dari alam,menuju ketukan cantik,sejarah yang dituliskan kehidupan.
Di mana engkau, hai murid alam?
87
TUJUH PULUH DUA
Hujan mengguyur sepanjang sore,menyisakan perpisahan siang dengan rentetan kehangatan,menemui jelang malam lewat lembut tatapan surya,mengabari rintik bintak gemintang,melebarkan senyum kehangatan,mengajarkan arti ketakutan,menghidupkan keyakinan.
88
TUJUH PULUH TIGA
Formasi gemintang,ucap lembut cerita malam,menggugah kisah,di antara perbatasan lisan dan fikiran.
Betapapun hebatnya dunia menunjukkan kegilaan,tetaplah keyakinan pada Tuhan,jadi pijakan.
89
TUJUH PULUH EMPAT
Bersama malam,suara-suara nyaring siang,kian terbenam,di antara riuh bintang,juga kedipan rembulan.
Bersama malam,ada keteguhan,dibersamakan dengan makna,pun rasa kehidupan.
Bersama malam,dihidupkan cerita,memupuk sepi,dengan catatan sejarah,yang sedang diunggah.
90
TUJUH PULUH LIMA
Sudut rasa melimpahkan warna.Simpul senyum menggugah jiwa, mengingatnya.Lembut tutur menawarkan racun yang pernah tercerna.Indahnya pertemuan.
91
TUJUH PULUH ENAM
Perhatian itu kian masam.Karena segalanya telah menukik tajam.Alam serta merta mengingatkan.Cinta itu harus diteguhperjuangkan.
92
TUJUH PULUH TUJUH
Pertanyaan, mungkin saja memang butuh jawaban.Pertanyaan, bisa-jadi hanya sebuah penegasan.Pertanyaan, boleh-jadi basa-basi lisan.Pertanyaan, mengandung unsur makna di antara niat-tujuan.Pertanyaan, menyajikan berbagai sudut pandang.
93
TUJUH PULUH LAPAN
Berharap adalah tatapan pinta pada Tuhan.Berharap adalah sebentuk kewajiban hamba pada Tuhan.Berharap adalah keyakinan yang diteguh-perjuangkan.Berharap adalah membentuk keniscayaan.Berharap menjadi simbol persaksian.
94
TUJUH PULUH SEMBILAN
Binar rasa menggelora,di antara fiksi dan maya.Berbisik menjadi sebuah pertanda,bahwa gores angin,menjadi pengusung imbal atas pinta.Tetesan embun adalah permata,bagi yang setia.
95
DELAPAN PULUH
Memandang dari berbagai sisi,melihat dari segala sudut,memahami dari beberapa faham,menyelami dari seluruh penjuru.
Tatapan, sangat mungkin terbatas.Tatapan, bisa-jadi seperlunya.Tatapan, pernah juga keliru adanya.
Apa jadinya, jika.. pandanganmu hanya sekadar sekelumit, penglihatanmu hanya seadanya,pandanganmu hanya sekelebat saja,pandanganmu hanya...
segalanya bermakna,senantiasa melampaui yang biasanya.
Kau sebut apa dirimu,jika mengandalkan pandang mata saja?
96
Sembilan Hari, 12 Maret 2015-
Edisi: SUARA
Oleh: Anis Fuadah Z.
97
DELAPAN SATU
Tengah diam, walau kisah menerjang gelanggang.Sapuan peluh tak ubahnya tinta yang tak kan padam.Bergegas menggantikan kelam jadi terang.Bernama suara yang dikenal garang.Empat lima lalu merdeka dikumandangkan.
98
DELAPAN DUA
Asal tak terbeli dengan uang,suara akan terjaga dan tetap lantang.Menyerukan kebenaran,menyanyikan keindahan,menebarkan kekhasan,mnyibak wewangian alam raya.
99
DELAPAN TIGA
Sesunyi keheningan malam,mengantarkan pada kelotekan musik khasnya,bernama suara malam.
Hujan merintik,menghiasi notasi-notasi klasik,meramu kasih,pada bumi dan alam.
Hujan malam,menggandeng selendang rasa,diikuti duplikat raga senja,menaburkan benih panca sona.
100
DELAPAN EMPAT
Berbekal telinga,mengais rasa,mengisi kerinduan,di ruang perbatasan.
Sejarah telah mengisahkan,sekuntum kasih,di temaram.
Menjamu riuh kian berdendang.Kau bergelar,suara kebangkitan.
101
DELAPAN LIMA
Padangnya lampu menandakan,ada lelaku yang masih diteguh-juangkan,saat mentari telah beralih pandang.
102
DELAPAN ENAM
Jika suara tengah mewakili sebentuk rasa di raga,maka tulisan mencerminkan keindahan pun kegelisahan di jiwa.Tak ubahnya merpati ditelan rindu kesepian,saat kekasihnya merimba dikejauhan.
103
DELAPAN TUJUH
Keajaiban hadir,di antara keanggunan rupa jiwa,meliputi kekuatan raga,menepis perih yang pernah terasa,melalui kekukuhan nyata.
104
DELAPAN DELAPAN
Mayanya gulita,menerbitkan wacana,diimbangi keagungan bahasa,dalam empati masa.
Temaramnya ragawi dunia, tak lantas melahirkan sunyi,meski surya masih berlarian di sana.
Sikap cahaya,tengah menyemarakkan kancah anggun busana,berbalut suara yang kian mengeja.
105
DELAPAN SEMBILAN
Karena yang terlintas adalah rasa,maka tak ubahnya ruh dalam tiap pertunjukan sebuah karya,menegaskan warna,menepis angkara murka,menyibak kekhasan bersuara.
106
SEMBILAN PULUH
Berbalut kasih,pada tiupan raga,saat pertama kali,Tuhannya menitahkan bersuara.
Berselimut nyata,di ujung kerinduan dan penantian,ketika Sang melimpahkan takdirnya.
Berdikari kebebasan pun keterbatasan,di antara selang dan peluh,mengumpulkan segumpal niatan,dalam berburu perubahan.
Kan hadir keindahan, mewarna ditiap lesung kesungguhan.
107
Sepuluh Hari, 13 Maret 2015-
Edisi: HUTANG
Oleh: Anis Fuadah Z.
108
SEMBILAN SATU
Jika hutang masih menjadi tanggungan,rasa tak nyenyak menjadi bagian tidak jauh dari tubuh.Hutang pun melibatkan jiwa dan fikiran,menjadi tak pernah senang,bahkan saat kelucuan pertunjukan.Hutang, pasti menghadirkan beban,bagi yang tengah memikirnya.
109
SEMBILAN DUA
Berhutang adalah memiliki pinjaman,yang belum lunas terbayarkan.Berhutang berbarti membayar yang lain,dengan uang pinjaman,apakah kau pernah terjerat hutang?
Biasanya, dia mampir bagi yang tengah beranjak dewasa.Berhutang, tak selalu berupa uang,bahkan kata pun bisa jadi bagian dari demikian.
110
SEMBILAN TIGA
Pertaruhan kepercayaan.Bukti kejujuran dan pertanggungjawaban.Petunjuk bagi sebuah kedewasaan.Biasanya tercermin dari caranya melakukan pelunasan.
Kenapa sih harus hadir pembahasan demikian?Ya, ini seharusnya tergambarkan.Karena, menjadi catatan kehidupan.
111
SEMBILAN EMPAT
Pinjaman yang belum dikembalikan,terkadang merenggangkan persahabatan,menjauhkan persaudaraan,melemahkan kisah pertemanan.
Ada titik rasa malu dalam, atas diri peminjam,pun terasa sungkan bagi pemberi hutang,jika tak seimbang.
112
SEMBILAN LIMA
Serupa luka yang belum mengering,itulah perumpamaan hutang.Tiupan angin menjadi penabur perih,dalam langkah pemilik luka.Dan, saat telah mengering,titik kenyamanan tiba.Karena, telah hadir yang terindah,dia bernama pelunasan.
113
SEMBILAN ENAM
Pernah mendengar,berupa pinjaman seratus ribuan,bahkan boleh jadi di bawah angka demikian,ada yang tengah menawarkan pinjaman,bagi warga sekitar.
Lembaga ini pun, bernama BANK.Selain karena, sipenagih selalu abang-abang,berpakaian serba hitam,bersepatu mengkilap khas,berdandan rapi tak ubahnya pegawai kantoran.
Penagihan dilaksanakan berkeliling rutin,dari satu rumah ke lainnya,tertib membayar menjadi jaminan,ada hubungan yang tak permainkan.
Namun,ada sisi yang seringkali tak diperhitungkan,mengingat bunga yang lebih dikenal bagi hasil,berlebihan.
114
Mencekik,meremas raga dan fikiran,karena diharuskan bekerja siang-malam,memenuhi pelunasan.
Orang desa menyebutnya,BANK Titilan.
115
SEMBILAN TUJUH
Beban fikiran, itulah hutang.Jika belum hadir, solusi pelunasan.Siapapun yang memiliki hutang,akan sibuk siang-malam,mencari cara yang mudah dan aman.Bahkan kadang, menjadikan gali lubang-tutup lubang.
116
SEMBILAN LAPAN
Berhutang tak dilarang.Berhutang boleh dilakukan.Berhutang wajar terlaksanakan.Katanya berhutang, menjadi bumbu kehidupan.Asal tak berlebihan,karena melahirkan penderitaan.
117
SEMBILAN SEMBILAN
Tak selalu berupa uang,yang bernama hutang.Bahkan perjanjian pada diri sendiripun,definisi lain darinya. Untuk bangun lebih awal,atau sekadar olahraga ringan,yang seringkali dilanggar pembayarannya.
Bukankah marak yang demikian?
118
SERATUS
Beranjak dewasa adalah keharusan.
Dewasa menawarkan berbagai ketentuan,yang menguntungkan,pun penuh pertanggungjawaban.
Dewasa membuka banyak alasan,menghadirkan peluang-peluang,untuk sebuah kebebasan,karena telah dibolehkan melaksanakan transaksi hutang-piutang.
119
Sebelas Hari, 14 Maret 2015-
Edisi: SILLATURRAHIM
Oleh: Anis Fuadah Z.
120
SATU KOSONG SATU
Sillaturrahim berarti menjalin pertemuan,antara satu dengan lainnya.Sillaturrahim mempererat tali persaudaraan.Sillaturrahim mendekatkan yang tadinya renggang.Sillaturrahim memperoleh makna mendalam atas persahabatan.
121
SATU KOSONG DUA
Perkara senantiasa merajai,di anatara pertemanan seorang dengan lainnya.Perkara menjadi penyedap,dalam hiruk pikuk perkawanan.Perkara pasti melahirkan rasa yang berbeda.Perkara tengah menang menyampaikan masksud-tujuan,melonggarkan iya-tidak persaudaraan.Perkara luruh patuh, diliputi sillaturrahim utuh.
122
SATU KOSONG TIGA
Menjadi lebih dekat, bagian dari peran persaudaraan.Menjadi lebih akrab, pun saudara pertemanan.Menjadi lebih erat, adalah kemenangan sebuah persahabatan.Terlaksanan oleh kebenaran sillaturrahim yang menjunjung penghormatan.
123
SATU KOSONG EMPAT
Moderennya zaman.Membawa perubahan besar bagi perdaban.Problema yang marak berkeliaran.Pun menawarkan solusi menjajikan.Zaman menjadi saksi tiap masa pertemuan.Zaman pun memiliki bukti kekuatan anggun sillaturrahim di antara perkawanan.
124
SATU KOSONG LIMA
Sillaturrahim tak harus lebaran.Sillaturrahim tak selalu mengharuskan tempat dan pertemuan badan.Sillaturrahim pun boleh dari ruang berjauhan,asal hati tetap bergandengan tangan,dalam doa dan kesetiaan persaudaraan.
125
SATU KOSONG ENAM
Pertama kalinya, sebuah pertemuan.Pertama kalinya, sebuah pandangan.Pertama kalinya, berhubungan.Pertama kalinya, saling memikirkan.Pertama kalinya, mengenal aku dan engkau.Pertama kalinya, saat itu.Pertama kalinya, pasti ada.Pertama kalinya, pun menentukan,bagaimana proses hubungan setelahnya.Jika waktu, mampu memberikan pelajaran,maka,bertumpuk hikmah menjadi sebab tak ada perkelahian persaudaraan.
126
SATU KOSONG TUJUH
Mewarnai hari,lewat bahasa kesantunan,diiringi langkah gontai ringan,karena tak memiliki syarat-ketentuan,dalam pertemanan-persaudaraan.
127
SATU KOSONG LAPAN
Oh, betapa damainya jika hati tengah dilanda kebersamaan.Betapa anggunnya jiwa, jika tatapan tak pernah urai permusuhan.Betapa manisnya, mengecap madu persahabatan.Sebuah hubungan, tanpa embel-embel diperdagangkan.
128
SATU KOSONG SEMBILAN
Salaman menjadi awal baik,sebuah pertemuan,sebuah hubungan,jika terasa di jiwa dan sanubari rasa,mengisi eksistensi keakraban.
129
SATU SATU KOSONG
Apakah hatimu tengah diguncang kemarahan hubungan?
Mana boleh, demikian.Tiap agama, tak lelah menasehati yang demikian.Mendoakan kebaikan yang bernama lawan,dalam heningnya diam, melebihi mulianya memafkan yang dipertontonkan.Akan terasa lebih indah dan menentramkan,meski ini terasa berat dan menantang,tapi,bukankah kenikmatan dzahir-bathin,inti hubungan manusia di alam?
Tersenyum di antara satu dan lain,yang kian menggetarkan pergelangan dan sanubari.
130
Dua Belas Hari, 15 Maret 2015-
Edisi: KELUARGA
Oleh: Anis Fuadah Z.
131
SATU SEBELAS
Selaiknya mataharinya bumi.Tak ubahnya nutrisi bagi tubuh.Seperti nafas bagi detak kehidupan.Itulah makna keluarga teruntuk keberlangsungan hidup manusia.
132
SATU DUA BELAS
Saling mengingatkan,saling perhatian,saling memafkan,meski tak jarang muncul perdebatan,yang lebih terlihat pertengkaran, dan tak berapa lama teruraikan,dalam kebersamaan.
133
SATU TIGA BELAS
Berbeda, sudah pasti.Tak senantiasa bersama, itu ketentuan.Tidak pasti dipertemukan, memang.Berada saling berjauhan, resiko menuju kedewasaan-kemandirian.Satu hal yang telah ditentukan Tuhan, terlahir dari rahim yang sama,terbentuklah keluarga.
134
SATU EMPAT BELAS
Kedekatan hubungan di luar sana,masih memiliki batas,dan kadang ketentuan.Jika berhubungan dengan persaudaraan,darah yang mengalir,tak ubahnya perekat yang mengeratkan.
135
SATU LIMA BELAS
Tentu ada kurang lebih,dari tiap pribadi yang terlahir.Bukan untuk menandai kekurangan,satu dengan yang lain.Tapi pertanda,harus melengkapi satu dengan yang lain.
136
SATU ENAM BELAS
Perbedaan menjadi rahmat,itulah kenapa ada garis penciptaan.Pun pertanda,hanya Tuhan pemilik kesempurnaan.
137
SATU TUJUH BELAS
Jika hubungan di luar sana berjarak,karena sebuah alasan dan perbedaan,tak begitu dengan silisilah kekerabatan.Siapa sanggup menukar darah yang telah mengaliri kehidupan?Tentu alasan Tuhan begitu gemilang,kenapa dititahkan.
138
SATU LAPAN BELAS
Menapaki tangga kehidupan,tak lepas usaha yang teguh diperjuangkan,oleh diri,pun keluarga disekeliling.Bila penghormatan tak seteguh perjuangan di awal,bisakah disebut syukur mendalam?
139
SATU SEMBILAN BELAS
Sedekat apapun hubunganmu dengan teman seperjalanan,tak ada yang melebihi lekatnya bathin persaudaraan,meski jarak tempuh tak diragukan.
Karena, tetap terjalin komunikasi jiwa,meski raga tak bersama-sama. Ada doa mengalir,di sanubari dan kerling,di tiap langkah kehidupan.
140
SATU DUA PULUH
Keanggunan sikap dan akhlak di luar,seringkali disebut cermin tingkah dan didikan,keluarga di rumah.Kesantunan ucap dan ramah,pun tak jarang dikatakan wujud bimbingan di rumah.Pembawaan diri pada kehidupan di luar sana,seolah penentu kualitas kehidupan keluarganya.Bagaimanapun kacamata ini diperdebatkan,lebih banyak yang bersudut pandang demikian. Meski kadang tak adil bagi sebagian,tak nian kebiasaan ini hilang.
141
Tiga Belas Hari, 16 Maret 2015-
Edisi: WAKTU
Oleh: Anis Fuadah Z.
142
SATU DUA SATU
Waktu terus saja berputar,tak peduli tengah lelah atau kegirangan.Waktu tetap saja berlalu,meski sedang dalam penantian atau perjuangan.Waktu begitu saja melupakan,walau raga tengah tertawa atau sesenggukan.Bernama waktu,tak ragu melampaui,meskipun berada dalam sadar atau pulasnya istirahat malam.
143
SATU DUA DUA
Jika pepatah telah menetapkan; waktu.. melebihi tajamnya pedang,waktu.. seperti uang,waktu.. tak boleh dipermainkan.Memang demikian,dan bukankah nyata bagi penglihatan yang memikirkan?
144
SATU DUA TIGA
Siapapun sedang belajar, di alam ini.Siapapun perbaiki diri, di dunia ini.Siapapun tengah menapaki tangga menuju kebaikan, di kehidupan ini.Siapapun, melalui.
145
SATU DUA EMPAT
Betapapun menanjaknya naik,tetap ada kemudahan di tiap tikungan menukik.Bagaimanapun pernah melalui sulit,tetap hadir pertolongan untuk menemukan kemudahan.Ujian Tuhan, tak pernah melebihi batas kemampuan hamba.Bagaimanapun ujian terjadi,hikmah tebal senantiasa mengisi selepas terima kasihnya.
146
SATU DUA LIMA
Tetaplah, mohon-pinta jadi ciri khas makhluk-Nya.Karena, ada ketetapan yang mewajibkan tengadahnya.Waktu, membuktikan ini semua.Tak pernah sia-sia, permintaan meng-iba yakini,pada Tuhan Yang Kuasa.
147
SATU DUA ENAM
Waktupun, menjadi wadah kesempatan,atas permohonan ampun berbagai salah tindakan.Untungnya, Tuhan senantiasa menunggu,membolehkan sujud peleburan dosa dan kenakalan,meski nilainya telah bergunung dan menjamur.
148
SATU DUA TUJUH
Heningnya malam dikatakan sebuah pertanda,cipratan rahmat-Nya tengah mengeja,bagi yang lelap maupun tengah meminta-minta.
149
SATU DUA LAPAN
Tuhan kita, satu.Merajai hari dan waktu.Meliputi nurani dan jiwa itu.Mewarnai perjalanan dan kehidupan.Memberi kesempatan dan pengampunan.
Tuhan kita, satu.Maha Kuasa.Maha Bijaksanan.Maha Pengasih.Maha Penyayang.
Tuhan kita, satu.Pemilik keanggunan.Pemilik kedigdayaan.Pemilik ampunan.Pemilik busana kesombongan,karena hanya Dialah,yang berhak mengenakan.
150
SATU DUA SEMBILAN
Semoga waktu,memberi pengertian pada diri,bahwa segalanya tengah berlalu.
Semoga waktu,menguraikan tiap rasa,bahwa semua itu sementara.
Semoga waktu,menghadirkan kesegaran jiwa dan nurani,semua akan berlalu.
Semoga waktu,yang tiap diri eja dan ramu,menjadi berlalu dalam barokah dan manfaatnya laku,sehingga terbawa apik di kehidupan ini,dan terbawa indah di masa yang belum diketahui,dengan Ridhlo Tuhan senantiasa menyertai.Aamiin.
151
SATU TIGA PULUH
Bersama berlalunya waktu,mengapa dia tak pernah bisa dikembalikan pada yang lalu,agar kian belajar dari keterpurukan,bahkan mungkin melebihkan kebaikan,karena dunia inipun berputar.
Bersama berlalunya waktu,ada yang harus dilempar,banyak pula yang harus dipertahan-juangkan.
Tuhan senantiasa beri kesempatan,dan Dia-pun,tak lelah berikan arahan,juga dampingan,agar laku ini dalam rute kebenaran.
152
Empat Belas Hari, 17 Maret 2015-
Edisi: ZAITUN
Oleh: Anis Fuadah Z.
153
SATU TIGA SATU
Ramuan yang masyhur,di kalangan perempuan terhormat,zaman dahulu.
Ramuan alami,untuk perawatan jasmani,dikhususkan bagi perkembangan kecantikan diri.
Olive oil,terasa aroma yang natural,meremajakan aktifitas seharian.
154
SATU TIGA DUA
Bukan zaman kini saja,jika perempuan,suka perawatan.
Bukan zaman sekarang saja,para gadis keturunan Hawa,memadukan berbagai rempah,tuk sekadar menyejukkan wajah.
Nyatanya,sejarah mengukir kisah,berbagai lakon,demi mengukir ragawi nan indah.
155
SATU TIGA TIGA
Seperti kembang,di pelataran sekolah;butuh nutrisi,memerlukan sentuhan,untuk menunjang,pertumbuhan seluruh batang,menambah umbi,di akar.
156
SATU TIGA EMPAT
Perempuan;indah,pintar,rupawan,menarik perhatian,pecinta harum-wewangian.
Perempuan;kuat,setegar karang,segagah cakrawala membentang,selembut pandang gemintang.
Perempuan;untuk disayang,berhak mendapat dukungan,menjadi pelopor perubahan,berkesempatan memperdalam keahlian.
157
SATU TIGA LIMA
Mencintai perempuan;menghormatinya,menghargainya,mendengarnya,melindunginya,mendukunganya.
Mencintai perempuan;mengingatkan dengan lembut,memerhatikan dengan kasih,memersembahkan kesetiaan dengan tulus.
158
SATU TIGA ENAM
Selembut embun,setajam pedang samurai,semenakutkan mentari khatulistiwa,sekuat rajawali,setangguh mentari,sepanjang jalan mengasihi,itulah;perempuanmu.
159
SATU TIGA TUJUH
Kenapa tercipta lidah,pada diri makhluk,adalah cermin,ujian kehidupan,tuk mempertebal,keyakinan,akan niscaya penciptaan.
160
SATU TIGA LAPAN
Betapapun;pahit,asam,asin,dan manis,menjadi pelangi,bagi kelangsungan hidup kehidupan.
161
SATU TIGA SEMBILAN
Keanggunanmu tumpah ruah,sedari bangun,ketika beraktifitas,dalam doa-harapmu,saat mentari menjelang siang,bahkan pada waktu bulan tengah gemintang,kau selalu rupawan.
Kaulah, perempuan.
162
SATU EMPAT PULUH
Tak ubahnya minyak zaitun,yang bermanfaat bagi kehidupan.Itulah Ibu,sosok perempuan,pembawa pengaruh peradaban.
163
Lima Belas Hari, 18 Maret 2015-
Edisi: HUJAN
Oleh: Anis Fuadah Z.
164
SATU EMPAT SATU
Gumpalan tebal menggunung,di birunya langit.
Mewarna cakrawala,menjadi lebih garang.
Menghantui petani,yang sedang memanen hasil ladang.
165
SATU EMPAT DUA
Angin berhembus,dan ketebalan awan hitam semakin ganas,menghadirkan fakta,rintik air mulai segera.
166
SATU EMPAT TIGA
Hujan merupakan pertanda,rahmat dari Tuhan semesta,bagi yang mau menyukuri nikmat-Nya.
167
SATU EMPAT EMPAT
Bekal hujan;melahirkan kuncup,menambah semerbak wangi bunga,melahirkan aroma berbeda,menebar hawa yang bersensasi raga,menggeliat.
168
SATU EMPAT LIMA
Aliran air;sebuah kenikmatan tak diminta,pun terkadang lupa disyukuri makhluk-Nya,ada kasih dari Sang Pencipta.
169
SATU EMPAT ENAM
Pelangi sedap di pandangan manusia,sebagai hadiah hujan pada dunia,melahirkan warna-warni berbeda,padahal gejolak dari sewarna,yang kian riuh keindahannya.
Bukankah inipun pertanda,keberagaman itu indah dipandang mata?Pelangi,tengah mengingatkan pada Indonesia,ada Bhineka Tunggal Ika.
170
SATU EMPAT TUJUH
Terima kasih Tuhan,atas rahmat-Mu,rupa hujan dini hari.
171
SATU EMPAT LAPAN
Terima kasih Tuhan,atas kebijaksanaanmu,menyilahkan diri,tuk sekadar istirahat,dari seluruh aktifitas kami.
172
SATU EMPAT SEMBILAN
Terima kasih Tuhan;atas kesempatan telinga ini,menyaksikan alunan musik merdu,hasil pertemuan air dengan bumi.
173
SATU LIMA PULUH
Tuhanku Yang Esa,Tuhanku Yang Esa,Tuhanku Yang Esa.Segala puji teruntukmu,atas keindahan yang tak pernah mampu terhitung satu-persatu.
174
Enam Belas Hari, 19 Maret 2015-
Edisi: AWAL
Oleh: Anis Fuadah Z.
175
SATU LIMA SATU
Segalanya diwali.Entah bersebab ataupun tidak.Segalanya diawali.Entah berdampak atau tidak.Segalanya diawali.Entah menimbulkan rasa atau hanya gulana.Segalanya diawali.
176
SATU LIMA DUA
Meski tak berkenan mengakui.Semua diawali.Meski tak berkenan percayai.Semua pasti pernah diawali.
Tiap kiasah, berawal.Tiap langkah, berawal.Tiap hasrat, berawal.Tiap yang tercapai, pun berawal.
177
SATU LIMA TIGA
Seperti adikku, yang tak pernah terlambat lagi.Semua berawal dari kejadian tak terduga.Sebuah nasihat guru tercinta, yang mampir di telinga.Pun jua kata-kata temannya, yang kian meneguhkan kesadarannya.
Semua diawali,setiap yang tercipta diawali,karena segala yang terjadi adalah prosesi.
178
SATU LIMA EMPAT
Kukenalnya, berawal dari.Sebuah pertemuan tak dinyana-sangka.Prosesi yang aneh namun ngangeni.Timbul prasangka seketika itu.Tumbuh hasrat menilai, pun rasa benci.Tapi, setiap perjalanan adalah prosesi.Maka, kutemukannya berbeda di hati.Ada benih kasih, yang terkadang sulit tuk dimengerti.Menjadi bernama beda di antara lainnya.Ku tak lagi basa-basi dengannya.Karena ada kata-kata yang terkadang rucah sampainya.Jika kau tahu ini semua,dia bernama, dia kuberi nama,teman baikku selamanya.
179
SATU LIMA LIMA
Berawal dari tak bisa,takut sekadar mandi saja,bisa-jadi karena belum terbiasa.Tak dinyana,cepat juga bisanya,selepas berlatih beberapa,dia mahir melakukannya,apapun gayanya,tetap mengambang di air badannya.
180
SATU LIMA ENAM
Mudah jika pernah membaca,tuk bercerita,ataupun menuliskan kata.
Mudah bila telah membaikkan prasanka,tuk mengeja,ketentuan dan aturannya.
Mudah itu,karena telah terbiasa.Mudah itu,jika sudah memulainya.
181
SATU LIMA TUJUH
Pencapaian bukan akhir,itu awal.
Pencapaian bukan bentuk,tapi proses terbentuk.
Pencapaian bukan yang teratas,namun menuju ke atas.
Pencapaian,sebuah prosesi kehidupan.
182
SATU LIMA DELAPAN
Keheningan tak berarti selalu malam.Keheningan tak berarti selalu tak terang.Keheningan tak harus terdengar detak jarum jam.Keheningan, jika kau telah merasakan.
183
SATU LIMA SEMBILAN
Sebuah tanggugjawab diemban;pada diri pemimpin,pada diri yang dipimpin,pada diri penulis,pada diri pembacanya,pada diri guru,pada diri muridnya,pada orang tua,pada diri putera-puterinya,pada diri tiap makhluk-Nya.
184
SATU ENAM PULUH
Hanya Dia satu-satunya.Yang Perkasa.Yang Kuasa.
Hanya Dia satu-satunya.Yang Maha Segalanya.
Hanya Dia satu-satunya.memberikan awal,bagi tiap yang dititahkan.
185
Tujuh Belas Hari, 20 Maret 2015-
Edisi: HIBURAN
Oleh: Anis Fuadah Z.
186
SATU ENAM SATU
Tiap orang mendamba kebaikan,bagi diri dan keluarganya.Segala cara dilaku-laksanakan,agar mudah menemukan kebahagiaan.Ada yang telah menemukan,dengan cara mudah juga berharga ringan.Tak jarang,rela menghabiskan banyak uang,demi memburu kesenangan.
Kalu memang demikian,di mana letak pencarian?
187
SATU ENAM DUA
Bekerja adalah salah satu ketentuan,memenuhi kebutuhan,mencapai target yang diimpikan.Bekerja senantiasa menguras pikiran, perasaan, bahkan lelah raga.Bagaimanapun, ada tujuan yang dipertaruhkan.
188
SATU ENAM TIGA
Jika mau, kebahagiaan hadir.Jika berkenan, kebahagiaan mampir.Jika setuju, kebahagiaan menyelinap.Jika iya, kebahagian milik yang berharap.
Kebahagiaan tak selalu berada di keramaian.Kebahagiaan tak pasti di kejauhan.Kebahagiaan tak mesti yang telah tersusun matang.Kebahagiaan tak terbeli dengan uang.Bahkan terkadang,kebahagiaan mampir,di antara hiburan rakyat di sebuah lapangan.
189
SATU ENAM EMPAT
Pekerjaannya menghibur,disebut pelawak.Pekerjaannya menarik tawa penonton,disebut komik.Pekerjaannya melahirkan suka-cita melihatnya,disebut badut.Pekerjaannya menghadirkan minat menonton,disebut kartunis.
Kau pikir, mereka selalu senang dan riang sepanjang waktu?
190
SATU ENAM LIMA
Hanya ada dua cara,menangkap kebahagiaan,dari hiburan semesta,bersyukur dan terus saja melanjutkan perjalanan.
191
SATU ENAM ENAM
Sepertinya,kebahagiaan belum akan diterimakan,jika kau terus saja menghindari ujian.Gembira itu muncul tiba-tiba,terasakan ajaibnya,sembari menghadapi ujian dengan penuh pendekatan pada Sang.
192
SATU ENAM TUJUH
Pernahkah kau bekukan hatimu,dari cinta dan rasa sayang?Mungkinkah demikian?Padahal, Dia pemilik segala yang terindah dari sifat kebaikan.
193
SATU ENAM LAPAN
Jika kau bisa rasakan gembira dalam keramaian,kaupun sangat mungkin temukan bahagia dalam diam.
Jika kau mampu bersuka-cita dalam pandangan yang tajam,kaupun pasti pernah rasa kesejukan dalam lelapnya kehidupan.
Jika kau tak pernah temukan teman selaiknya buku sepanjang waktu,kau pasti menemukan kesejatian saat bertuhan.
194
SATU ENAM SEMBILAN
Ragu itu, menghambat.Jika hati kecilmu tak rasa nyaman,beralihlah,temukan keyakinan bersandar pada pengetahuan bertuhan.
195
SATU TUJUH PULUH
Kita terlahir,untuk dibahagiakan.Kita terlahir,untuk peroleh kebaikan.Kita terlahir,untuk mendapat kedamaian.Kita terlahir,dengan kasih sayang Tuhan.
Lalu, apalagi yang akan kau keluhkan? Belajar berterima kasih,mulai dari diri dan sekarang.
196
Dua Satu Hari, 21 Maret 2015-
Edisi: INKONSISTEN
Oleh: Anis Fuadah Z.
197
SATU TUJUH SATU
Inkonsisten itu,GILA.
198
SATU TUJUH DUA
Inkonsisten itu,kurang berilmu penghormatan.
199
SATU TUJUH TIGA
Inkonsisten itu,kurang menghargai waktu.
200
SATU TUJUH EMPAT
Inkonsisten itu, tersiksa.
201
SATU TUJUH LIMA
Inkonsisten itu, pasti sesali.
202
SATU TUJUH ENAM
Inkonsisten itu, menyedihkan.
203
SATU TUJUH TUJUH
Inkonsisten itu, merugikan.
204
SATU TUJUH LAPAN
Inkonsisten itu, merugikan.
205
SATU TUJUH SEMBILAN
Inkonsisten itu, membuka lembaran.
206
SATU LAPAN PULUH
Inkonsisten itu;membuka lembaran pengajaran,bagi yang berkenan menyemai pengetahuan,atas penyesalan,ke arah perbaikan.
207
Sembilan Belas Hari, 22 Maret 2015-
Edisi: MILIKKU
Oleh: Anis Fuadah Z.
208
SATU LAPAN SATU
Obsesi;mengarahkan diri,tuk serius,tuk optimis,tuk gila,tuk takkan menyerah,sampai segalanya dimiliki.
209
SATU LAPAN DUA
Segalanya butuh motivasi;tuk berjuang,tuk berperang,tuk melaksanakan ujian,tuk berbuat kebaikan.
Sebuah dukuangan terbaik;dari diri,dari lubuk terdalam,dari jiwa berharap bimbingan Tuhan.
210
SATU LAPAN TIGA
Jika kau pernah merasa mencinta;seperti itulah harapan tuk memiliki.Entah rasamu pelan,atau berdetak kencang.Entah rasa itu bertahan,atau segera hilang di antara kealphaan.
Jika kau pernah merasa menyintai,tujuan salah satunya,adalah memiliki.Seperti itulah,jiwa manusiawi.
211
SATU LAPAN EMPAT
Pernahkah kau mengingat-ingat,tentang tiap hal yang melekat di diri?
Telah pulakah kau menyadari,tiap jengkal langkah yang kau tapaki?
Adakah semua milikmu?Atau segalanya milik-Nya, tapi tengah jadi hakmu meminjamnya?
Oh...Siapa diri ini,betapa banyak kerakusan tuk sekadar menyadari?
212
SATU LAPAN LIMA
Kenapa ada ketentuan tuk berbagi.Kenapa ada kebaikan tiap memberi.Kenapa ada sebentuk syukur jika sempat melebihkan kebaikan diri.Kenapa itu semua menjadi catatan yang harus dipatuhi.Karena, hikmah kelakuan senantiasa menyertai perbuatan.
213
SATU LAPAN ENAM
Mudah saja, jika mau.Gampang, kalau setuju.Bergairah, jika terus melaju.Anugerah, hadir di antara getaran penuh harap itu.Segala kebaikan milik-Nya,jadi hak,yang berkenan menengadah.
214
SATU LAPAN TUJUH
Betapapun gelapnya malam,tetap hadir cahaya pagi.Betapapun teriknya siang,tetap tiba ramahnya sore.Betapapun jauh jarak tempuh,tetap hadir tujuan yang ingin direngkuh.
Tak ada yang bukan menjadi milik-Nya.Tapi makhluk,memiliki seluruh hak atas tiap permintaan.
215
SATU LAPAN LAPAN
Optimis;wajib dimiliki,harus terjaga,senantiasa perlu dirawat,menjadi catatan tuk dipertahankan,berulangkali diimunkan.
216
SATU LAPAN SEMBILAN
Yakin bisa, akan bisa.Yakin menang, akan menang.Yakin bahagia, akan bahagia.Yakin sukses, akan sukses.Yakin mendapat, akan mendapatkan.Yakin punya, akan mempunyai.Yakin selamat, akan diselamatkan.Yakin beruntung, akan diberi keberuntunga.Yakin terbaik, akan jadi yang terbaik.
Keyakinan tumbuh, pun ditumbuhkan.Tak ada yang sulit baginya,jika telah terucap “terjadilah”.Yakin dan bersemogalah,sembari berucap,Aamiin.
217
SATU SEMBILAN PULUH
Tuhan;kami adalah milikmu,maka dari itu,perkenan kami meminta keselamatan dari-Mu,karena hanya Engkau,pemberi keselamatan jiwa-raga kami.Keselamatan di sini, dan di keabadian.Hanya Engkau,ya Tuhanku.Aamiin.
218
Dua Puluh Hari, 23 Maret 2015-
Edisi:SAUDARA
Oleh: Anis Fuadah Z.
219
SATU SEMBILAN SATU
Aku menyesal mendengarnya kembali,mereka mengulanginya lagi,bahkan tak hanya kali ini.Mereka telah menyakiti hati orang yang paling kucintai,mereka telah melukai Ibuku.Meski begitu,kesedihan dan rasa perih begitu menyiksa,karena Aku belum memiliki kesanggupan melakukan apapun.
Ibu, maafkan Aku.Meski mereka tertulis sebagai saudaramu,kuingin menghapus seluruh luka itu.
Tuhan..
220
SATU SEMBILAN DUA
Menghormati yang lain menjadi kewajiban,sebuah tuntunan yang harus dilaksanakan.Begitupun terhadap mereka yang terkadang bertindak mengerikan.Oh..harus tertatih berjuang melaksanakan,meski sesederhana mendo’akan.Kenapa, Muhammad menjadi kekasih Tuhan?karena, hanya Rasulullah sajalah yang mampu memaafkan,terhadap mereka yang seringkali mengajaknya bermusuhan.
Segala Puji BagiMu ya Tuhanku,shalawat salam teruntuk kekasihmu,Rasul utusan terakhir,pemberi tauladan terbaik,bagi seluruh zaman.Aamiin.
221
SATU SEMBILAN TIGA
Meski terasa tak sopan,tapi.. harus dikatakan.Saudara pemilik kepura-puraan,serupa ular tua dalam cerita yang bersikap menakutkan.Mempercayainya adalah kebodohan,karena membuka kesempatan tuk berlaku lebih kejam.
Tetap berlaku baik,sembari waspada pada yang demikian,dan meyakini penjagaan terbaik Tuhan.
222
SATU SEMBILAN EMPAT
Terkadang tak masuk akal,jika ada yang demikian.Bukankah selaiknya,bernama saudara,tuk menjaga ikatan?
223
SATU SEMBILAN LIMA
Walaupun tindak tak menyenangkan pernah dikerjakan,untuk melukai perasaan dan ketenangan,pun menjauhkan jarak dan kedekatan,tak kan pernah terjadi perubahan,tak ada yang bisa menghapus yang bernama persaudaraan.
224
SATU SEMBILAN ENAM
Benama manusia;bukanlah yang sempurna,pernah salah-sering dosa,jua melaksanakan permohonan ampunan.Karena manusia,pemilik ragawi dan sifat kemanusiaan.
225
SATU SEMBILAN TUJUH
Haruslah disyukuri,yang telah hadir dan mendekati.Bagaimanapun bentuk ujian yang bermacam,sebentuk cara Tuhan,tuk meningkatkan kualitas penghambaan.
226
SATU SEMBILAN LAPAN
Pertalian persaudaraan,memang telah ditakdirkan,bukan sekadar yang bisa diminta jual-belikan.Semoga kian berhikmah, yang pernah menyakitkan.
227
SATU SEMBILAN SEMBILAN
Engkaulah pelindung kami,tiada lain kecuali Engkau.Pasti, akan hadir mentari,selepas sesenggukan dan sakit hati ini.Tuhanku,lindungilah kami,dengan kasih-Mu yang tak pernah padam.Aamiin.
228
DUA RATUS
Tuhan,terima kasih telah mengingatkan.Kami senantiasa hati-hati dan waspada.Semoga iman kami,kian kokoh dalam tiap ujian.Semoga Engkau jadikan kami,jiwa-raga yang indah dan kuat,untuk melaksanakan yang terbaik,dengan Ridhla-Mu.
229
Dua SatuHari, 24 Maret 2015-
Edisi: CITA
Oleh: Anis Fuadah Z.
230
DUA RATUS SATU
Cita-cita;sebuah harapan,tentang keinginan,sebentang doa,sepenuh rencana yang dijuangkan,teruntuk diri di masa depan.
Sebentuk rasa yang tak padam.Meski badai dan hujan mengguncang,Karena hidup keyakinan.
Bukankah demikian?
231
DUA RATUS DUA
Cita terus melaju,seolah mengikuti arus sang waktu.Cita terus menanjak,seakan menyusuri bukit nan kuat.Cita terus berkembang,sejauh siapa yang menjadi teman.
232
DUA RATUS TIGA
Kutau ada yang bisa melangkah ke bulan,maka semenjak kecil,ku ingin jadi seorang astronot,menakhlukkan ketinggian,bahkan melampaui jarak bumi dan bulan.
233
DUA RATUS EMPAT
Saat kurasa menjadi seorang dosen menyenangkan,pun memiliki keanggunan,kuungkapkan perubahan,tentang penambahan cita masa kecilku.
234
DUA RATUS LIMA
Saat tengah asik menikmati sederhananya tulisan,namun kocak dan buat semangat kian tak karuan,citakupun menambahkan yang demikian.
235
DUA RATUS ENAM
Saat diri terbuai alunan coretan Rumi,yang penuh puja-puji dan kemanusiaan,dirikupun menambahkan angka keinginan,memperkuat digit cita yang ingin kurealisasikan.
236
DUA RATUS TUJUH
Saat tulisan mampu mengantarkan pada keabadian,manfaat, danciptakan perdamaian,diripun tak luput mengikat hati,tuk mencapai yang demikian.
237
DUA RATUS LAPAN
Saat dikatakan,masa lalu tak jadi soal tuk jadi jutawan,lewat usaha yang mungkin direngkuh perjuangkan,diri ini senantiasa menambahkan tanpa syarat ketentuan.
238
DUA RATUS SEMBILAN
Sederet do’a harapan;semoga cita itu kian dipelukan,dimudah-kuatkan meneguh-perjuangkan,merengkuhnya dalam tulus permohonan.Segalanya sangat mungkin diwujudkan,karena Dia Maha Mendengar,Yang Maha Mengabulkan.Semoga, diizinkan.Aamiin.
239
DUA RATUS SEPULUH
Sepertinya telah kutuliskan,segala yang hadir dan terukir,meski demikian,pasti akan lahir tambahan-tambahan,seiriring pengetahuan dan teman.
Kian dibaikkan Tuhan jadi harapan,tak lepas dari tujuan awal,menjadi puteri yang menyejukkan pandangan,bagi mata dan hati kedua orangtua tersayang,dan bermanafaat bagi diri juga sesama di dunia yang saling membutuhkan.
Semoga, semoga, semoga...Aamiin.
240
Dua Dua Hari, 25 Maret 2015-
Edisi: BATIK
Oleh: Anis Fuadah Z.
241
DUA RATUS SEBELAS
Sebuah gagasan;tuk berbeda,memiliki ciri khas,menjadi tak sama,berkarakter budaya.
242
DUA RATUS DUA BELAS
Visi itu;membentuk tugas,tak sekadar jawab telah menggagas,tapi keseriusan membentuk.
243
DUA RATUS TIGA BELAS
Awalanya, berupa ketertarikan.Tuk jadi beda, jika tengah mengenakan.Tapi ketika pernyataan telah diungkapkan,ada bertumpuk suka tersajikan.Tak sekadar hasil akhir indah,kudapatkan,boleh kukenakan.
244
DUA RATUS EMPAT BELAS
Sangat terkejut,jika pertama kali melihat yang ternilai,secara mata uang.Itupun salah satu bukti,dirimu belumlah jadi penikmat sejati,sebuah mahakarya seni.
245
DUA RATUS LIMA BELAS
Terkadang yang dikenakan,jadi cermin sensualitas.Kadang yang terpakai,adalah bukti karakter diri.Batik sesungguhnya,salah satu ciri penikmat tradisi masa kini,hasil olah kreatifitas generasi bersejarah.
246
DUA RATUS ENAM BELAS
Berbahan dasar serupa,berkualitas sama,tapi menjadi berbeda,karena tempaan yang menjadikan hasil akhirnya,sebagaimana nilai prosesinya.
247
DUA RATUS TUJUH BELAS
Mahal itu hanyalah nilai mata uangnya,tapi ketika prosesi telah sempat dinikmati sehari saja,maka takkan terbeli berapapun harganya.
248
DUA RATUS LAPAN BELAS
Batik itu Indonesia.Batik itu warisan budaya.Batik itu ungkap cipta rasa leluhur bangsa.
249
DUA RATUS SEMBILAN BELAS
Batik,menjadi identitas pemakainya.Batik,sebentuk kecintaan pada karya leluhurnya.
250
DUA RATUS DUA PULUH
Jika kau berbatik,aku berbatik,mereka berbatik.Kita menyebutnya,kembang setaman,di negeri Indonesia.
251
Dua Tiga Hari, 26 Maret 2015-
Edisi: MEMBATIK
Oleh: AF. Zuhri
252
DUA RATUS DUA PULUH SATU
Membatik;
253
DUA RATUS DUA PULUH DUA
yang bersedia,
254
DUA RATUS DUA PULUH TIGA
yang memiliki rasa,
255
DUA RATUS DUA PULUH EMPAT
pemilik semangat membara,
256
DUA RATUS DUA PULUH LIMA
yang punya rasa,
257
DUA RATUS DUA PULUH ENAM
kejelian panca indra,
258
DUA RATUS DUA PULUH TUJUH
pancaran keindahan diri,dalam tiap usapan kuas,atapun canting penuh pesona.
259
DUA RATUS DUA PULUH LAPAN
Membatik,melatih kesabaran.
260
DUA RATUS DUA PULUH SEMBILAN
Membatik,menunjukkan tanda ketulusan.
261
DUA RATUS TIGA PULUH
Membatik,pancaran jiwa pemilik ketenangan.
262
Dua Empat Hari, 27 Maret 2015-
Edisi: EGOIS
Oleh: AF. Zuhri
263
DUA RATUS TIGA PULUH SATU
Meski menepis,tetap kentara nyatanya.Meski tak berkenan merilis,tetap tampak jua.Egois itu sebuah bukti,kekauan jiwa yang tak sedia kompromi.
264
DUA RATUS TIGA PULUH DUA
Bahkan;baginda Rasulpun telah senantiasa meneladankan,menjenguk si sakit,yang ditengarai telah pernah membuka permusuhan,memercikkan ludah tatkala Beliau hendak beribadah.
265
DUA RATUS TIGA PULUH TIGA
Sangat berbahaya,jika sifat-sikap egois tengah menguasai.Segala yang terlihat hambar,yang manis terasa masam.Kecuali,puja-puji serta penashbihan diri.
266
DUA RATUS TIGA PULUH EMPAT
Egois;bukan karena pendidikan,harta warisan,ketampanan,jabatan,atau perawakan.
Egois,karena tak berkenan menerima perubahan,atas nama kebaikan pertemanan.
267
DUA RATUS TIGA PULUH LIMA
Berbalut rindu,pada tengadah diri,yang polos dan manja.
Bertalian kangen,pada jiwa,yang sepi,dari keanggunan menghormati sesama.
Jika masih merasa.
268
DUA RATUS TIGA PULUH ENAM
Segala yang jadi ucapan,telah sempat dipertimbangkan.Melewati yang terasa egois,bahkan yang memungkinkan dua sisi kebimbangan.
269
DUA RATUS TIGA PULUH TUJUH
Jika mentari egois,dia pasti sesekali terlambat bangun pagi.Jika bulan egois,pasti tak tiap pertengahan bulan, purnamanya.Jika pejantan egois,pasti tak terasa,pagi telah siang tanpa curukuk.
Jika kau begitu egois,adakah pengaruhmu?
270
DUA RATUS TIGA PULUH LAPAN
Gemuruh terkadang pertanda,bahwa rahmat Tuhan tengah diambang,lewat leburnya es di awang-awang.
Mungkinkah awanpun menjadi saksi,bahwa kesantunannya,telah mengubur dalamnya egois di hati?
271
DUA RATUS TIGA PULUH SEMBILAN
Berhati,bermacam emosi,dan sangat manusiawi.
272
DUA RATUS EMPAT PULUH
Senyum ramah,pelukan hangat,nyanyian shalawat pengantar tidur,shirah para cerdas-cendekia pejuang peradaban mulia,doa yang tak putus,kasih sepanjang jalan,menjadi bukti terang,bahwa;Ibu yang tak pernah egois.
273
Dua LimaHari, 28 Maret 2015-
Edisi: JIWA
Oleh: AF. Zuhri
274
DUA EMPATSATU
Jiwa adalah tetesan nadi bagi raga.Jiwa menjadi ciri khas ragawinya.Karena yang terlihat adalah kesantunan tindak-tanduknya.
275
DUA EMPAT DUA
Jiwa mengaliri hembusan nafas.Jiwa menyertai ucap bicara.Jiwa cermin dari pancaran indranya.
276
DUA EMPAT TIGA
Mengelola jiwa,butuh usaha.
277
DUA EMPAT EMPAT
Mengelola jiwa,butuh dipaksa.
278
DUA EMPAT LIMA
Mengelola jiwa,butuh pinta doa.
279
DUA EMPAT ENAM
Mengelola jiwa,butuh olah raga.
280
DUA EMPAT TUJUH
Mengelola jiwa,tugas tiap yang dititahnya.
281
DUA EMPAT LAPAN
Mengelola jiwa,wujud sykur pada Yang Esa.
282
DUA EMPAT SEMBILAN
Mengelola jiwa,kebutuhan masing-masing raga.
283
DUA LIMAPULUH
Mengelola jiwa,menggapai ridhlo Yang Kuasa.
284
Dua Enam Hari, 29 Maret 2015-
Edisi: KOMPETISI
Oleh: AF. Zuhri
285
DUA LIMA SATU
Telah berkompetisi semenjak terlahir;
286
DUA LIMA DUA
berkompetisi dengan dunia,
287
DUA LIMA TIGA
berkompetisi dengan alam semesta,
288
DUA LIMA EMPAT
berkompetisi dengan nafsunya,
289
DUA LIMA LIMA
berkompetisi dengan fisiknya,
290
DUA LIMA ENAM
berkompetisi dengan akal pikirnya,
291
DUA LIMA TUJUH
berkompetisi dengan waktu yang dimilikinya,
292
DUA LIMA LAPAN
berkompetisi dengan inderanya,
293
DUA LIMA SEMBILAN
karena setiap prosesi tiap detaknya adalah kompetitor,
294
DUA ENAM PULUH
yang tak pernah beri jeda.
295
Tentang Penulis
Penulis bernama Anis Fuadah Zuhri, lahir di Blitar 6 Juni 1988. Penyuka makanan manis yang hobi
bersepeda dan menulis puisi ini, tinggal di Jakarta. Pengagum Rumi, Hitler, KH. Hasyim Asy’ari dan
Ahmad Dahlan, merupakan pengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perempuan yang menjadikan Abdurrahman Wahid, Ainun Najib, Karni Ilyas, dan Raditiya Dika, sebagai karakter favoritnya bisa dihubungi melalui
SMS/ WA/ LINE: 0812-3564-3325, atau Email: [email protected], dan
FB: Anis Fuadah Zuhri.
296
Cara Menerbitkan Buku di Bening Pustaka
Pernah ditolak berkali-kali oleh penerbit mayor?Pernah menunggu antrian panjang selama proses naik cetak dari penerbit yang PHP?Jangan sedih dan putus asa … Bening Pustaka hadir sebagai solusi
Bening Pustaka merupakan salah satu penerbit yang memposisikan diri untuk mewujudkan impian seluruh penulis (tanpa terkecuali), agar dapat mengabadikan naskahnya dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas. Dinikmati oleh para pembacanya serta men-datangkan kebermanfaatan.
Bagi teman-teman yang sudah paham dan setuju dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan Bening Pustaka, sangat
dipersilakan untuk segera bergabung bersama keluarga besar Penerbit Bening Pustaka. Silakan hubungi untuk tindak lanjut atas
keseriusannya via SMS atau wa (maaf, tidak menerima telepon) 081357062063, atau via BBM dengan PIN 7FD2F41A.
kirim naskah kamu ke [email protected]
Fasilitas yang didapat dengan menerbitkan buku di Bening
Pustaka
•Jasa pengurusan ISBN
•Editing buku
•Lay out buku
•Desain Cover
•Naskah hasil cetak
•Promosi buku selama 3 bulan
•Fasilitas bedah buku dengan mendatangkan
para ahli
•Launcing buku bersama penulis Bening
Pustaka
Silahkan lihat paket dan ketentuannya di Fb Bening Pustaka, atau hubungi CEO kami langsung.
Anis Fuadah Z.
Gila26
Antologi Puisi
Gila26Aku berjalan lirih, memunguti huruf demi huruf, mengumpulkan kata demi kata, menggulung-menyulam-merangkai dalam bentuk kalimat, rangkaian yang berbentuk-berasa dan akan menjalar di
sekujur rumah jiwaku.
Aku menyanyi dalam keheningan, menari di antara riuh ramai dunia. Aku berjalan telanjang kaki mengitari taman-taman cantik,
berurai selendang sutra, bermanja dalam nyanyian raya, sumringah di antara kicau gemericik embun, bernafas beserta
lantunan puja-puji semesta.
Aku melihat mataku tengah menceritakan rindu, Aku mendengar ucapku tengah mengumandangkan suara berdegub cinta, Aku melirik jiwaku mengarahkan imannya pada tujuan,
Aku merekam langkahku menuju keajaiban, Aku memercayai.
Aku menyebutnya, puisi.
BENING PUSTAKA
An
is F
uad
ah Z
.G
ila
26
BENING PUSTAKA
BENING PUSTAKA
9 7 8 6 0 2 7 4 4 4 8 9 8
ISBN 602744489-4
Top Related