GERAKAN POLITIK DAN ORGANISASI
KEMASYARAKATAN
Studi atas Konsolidasi Politik Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI) Pasca Perppu No. 2 Tahun 2017 Tentang
Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang
Organisasi Kemasyarakatan
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Reni Rentika Waty
NIM. 11141120000026
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
v
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis tentang konsolidasi politik yang dilakukan Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) pasca penerbitan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang
Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
(Perppu Ormas). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan mengertahui
tentang konsolidasi politik dan kendala yang dihadapi HTI pasca penerbitan
Perppu Nomor 2 Tahun 2017. Untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan pendekatan studi
kasus. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan
obeservasi,wawancara dan dokumentasi. Kerangka teoretis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori gerakan politikoleh Darren E. Sherkat, konsep
konsolidasi Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) sebagaimana yang tertuang
dalam UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, dan teori
komunikasi organisasi yang fokus pada konsep jaringan komunikasi.
Hasil analisis kasus pada penelitian ini menunjukan bahwa secara garis besar
konsolidasi politik HTI dilakukan dengan perlawanan hukum dan politik. Dalam
perlawanan tersebut upaya-upaya yang dilakukan adalah penguatan manajemen
organisasi, penyediaan data dan informasi, serta penguatan kepemimpinan dan
kaderisasi. Dalam melakukan konsolidasi kendala yang dihadapi adalah kendala
dalam menjalani proses hukum, kendala untuk menyampaikan dakwah dan
kendala mewujudkan cita-cita politik yakni Khilafah Islamiyah.
Kata Kunci: konsolidasi politik, perppu ormas, proses hukum,dakwah.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat serta salam dicurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, Rasul
yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju ke zama yang terang
benderang sampai saat ini.
Skripsi yang berjudul “GERAKAN POLITIK DAN ORGANISASI
KEMASYARAKATAN: Studi atas Konsolidasi Politik Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI) Pasca Perppu No. 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun
2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan” yang penulis untuk mencapai gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari betul dalam penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna dan banyak kekurangan. Tanpa adanya bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya.
2. Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan
jajarannya.
3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Kepala Program Studi Ilmu Politik FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing dalam
penelitian ini. Terima kasih atas bimbingan, kritikan, dan dorongannya
selama penelitian ini.
4. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
5. Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si, selaku dosen mata kuliah Seminar Proposal
Skripsi yang telah membantu tahap awal penyusunan skripsi dan menjadi
tempat konsultasi terbaik.
6. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Politik yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama kuliah.
7. Ust. Ismail Yusanto, Sri Yusanto, KH. Ahmad Ishomuddin, Ali Munhanif,
Ph.D. dan Nicko T. Pandawa. Terima kasih atas kesediaan waktu untuk
memberikan informasi, data dan masukan dalam penelitian ini.
8. Orang tua dan keluarga besar yang selama ini mendukung saya secara
moril dan materiil.
9. PMII KOMFISIP, terimakasih telah menjadi tempat bagi penulis belajar
tentang pengalaman-pengalaman yang sangat berharga yang mungkin
tidak akan penulis dapatkan di tempat lain.
10. Keluarga besar Politik A 2014, terimakasih atas banyak pengalaman
berharga tentang persahabatan selama 4 tahun.
11. Kelompok KKN SIAGA 86, terimakasih telah menyempurnakan
pengalaman KKN penulis di Kelurahan Bakti Jaya, Setu, Kota Tangerang
Selatan.
Tanpa adanya mereka, penulis, tidak yakin penelitian ini dapat selesai
dengan baik. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan senantiasa
memberikan mereka keberkahan di dunia dan akhirat. Namun demikian, penulis
bertanggungjawab penuh atas segala kekurangan dalam penelitian ini, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tangerang Selatan, 25 Januari 2019
Reni Rentika Waty
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................ iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ........................................................... 1
B. Pertanyaan Masalah ........................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 9
D. Tinjauan Pustaka ................................................................ 10
E. Metode Penelitian.............................................................. 14
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 18
BAB II LANDASAN TEORI DAN KONSEP
A. Teori Gerakan Politik ......................................................... 20
B. Konsolidasi Organisasi Kemasyarakatan ........................... 23
C. Komunikasi Organisasi ...................................................... 29
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan
Perkembangannya di Indonesia.......................................... 35
B. Konsepsi Politik Hizbut Tahrir .......................................... 40
C. Gerakan Politik Hizbut Tahrir di Indonesia ....................... 45
D. Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ...................... 48
ix
BAB IV KONSOLIDASI HTI PASCA PERPPU
NOMOR 2 TAHUN 2017
A. Bentuk-bentuk Konsolidasi Politik HTI
1. Proses Penguatan Manajemen Organisasi .................... 54
2. Penyediaan Data dan Informasi ................................... 71
3. Penguatan Kepemimpinan dan Kaderisasi ................... 76
B. Kendala yang Dihadapi dalam Konsolidasi
Politik HTI
1. Kendala dalam Proses Hukum ..................................... 79
2. Kendala dalam Berdakwah .......................................... 79
3. Kendala dalam Mewujudkan Cita-cita Politik ............. 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 83
B. Saran ................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86
x
DAFTAR BAGAN
Bagan II.1 Proses Manajemen Organisasi George R. Terry ....................... 27
Bagan II.2 Proses Komunikasi .................................................................... 30
Bagan III.1 Struktur Organisasi DPP HTI .................................................... 37
xi
DAFTAR GAMBAR
GambarIII.1 Bendera al-Liwa dan ar-Rayah ............................................... 36
GambarIII.2 Bendera Hizbut Tahrir ............................................................ 36
GambarIII.3 Lambang dan Bendera HTI .................................................... 36
Gambar IV.1 Konferensi Pers: Menolak Rencana Pembubaran HTI ........... 55
Gambar IV.2 Konferensi Pers: Tim Pembela Hizbut Tahrir Indonesia ........ 56
Gambar IV.3 Aksi 287 .................................................................................. 60
Gambar IV.4 Aksi 299 .................................................................................. 61
Gambar IV.5 Aksi Tolak Perppu Ormas ...................................................... 62
Gambar IV.6 Massa Aksi Tolak Perppu Ormas ........................................... 62
Gambar IV.7 Pengesahan Perppu Ormas Menjadi UU ................................ 62
Gambar IV.8 Channel Youtube Fokus Khilafah Channel ............................ 74
Gambar IV.9 Channel Youtube Muslimah Media Center ............................ 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Hizbut Tahrir (HT) adalah organisasi politik berideologi Islam berskala
Internasional yang didirikan di Palestina. Berdirinya HT dilatar belakangi oleh
sejarah panjang yang dialami Palestina, yaitu kerusakan pada sistem pemerintahan
dan peristiwa-peristiwa politik yang terjadi di Palestina. HT bertujuan
melanjutkan kembali kehidupan Islam, dan menyebarkan dakwah Islam ke
seluruh penjuru dunia, menyerukan Khilafah islamiyah, yang dipimpin oleh
seorang Khalifah.1Bentuk pemerintahan dalam sistem kekhalifahan tidak memiliki
batas-batasan negara. Sistem khilafah dapat mencegah hegemoni dan dominasi
suatu negara terhadap negara lain baik dalam bentuk kolonialisme fisik maupun
non-fisik.
HT berasumsi bahwa kehidupan umat saat ini berada dalam kondisi yang
tidak Islami, hal ini merupakan akibat dari berlakunya sistem sekuler yang
memiliki andil besar bagi terciptanya kondisi sosial yang buruk.2 Dengan
demikian,maka HT berupaya mengembalikanposisi umat Islam ke masa kejayaan
dan kemuliaan. Mengambil alih negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia
kemudian dipimpin oleh seorang Khalifah sesuai dengan hukum-hukum
1Abu Afif, dkk., Mengenal Hizbut Tahrir dan strategi Dakwah Hizbut Tahrir (Bogor:
Pustaka Thariqul Izzah, 2013), h. 25. 2 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia (Jakarta: LIPI Press, 2005), h. 268.
2
Islam.3Secara global gagasan dan tujuan HT bertransformasi menjadi gerakan
Islam transnasional.4Kegiatan-kegiatan HT tidak hanya dilakukan di Palestina dan
Yordanianamun tersebar luas di negara-negaraIslam maupun non-Islam. HT
melihat adanya kesatuan agama dengan negara, menurutnya terdapat empat hal
yang membedakan sistem Islam dengan sistem lain, yaitu:5
1. Kedaulatan ada di tangan syara. Syariat Allah SWT berhak untuk
menentukan baik-buruk, benar-salah, halal-haram terhadap suatu
permasalahan.
2. Kekuasaan di tangan umat. Seorang Khalifah memperoleh kedudukan
dan kekuasaan setelah dibaiat oleh umat. Sehingga umat memiliki peran
dalam pendelegasian kekuasaan.
3. Mengangkat satu khalifah hukumnya fardhu bagi kaum muslimin.
4. Khilafah merupakan satu-satunya pihak yang berhak mengadopsi salah
satu pendapat yang ada dalam hukum syara’ untuk diberlakukan sebagai
undang-undang.
Penyebaran pemikiran dan gagasan HT kemudian menyebar hingga ke
Indonesia pada tahun 1983. Abdurrahman al-Baghdadi dan Abdulah bin Nuh
menjadi cikal bakal berdirinya HT di Indonesia yang kemudian disebut Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI). Penyebaran pemikiran HTI ini dilakukan melalui diskusi-
diskusi pada Lembaga Dakwah Kampus (LDK).Perbedaan ideologi dan pola
gerakan HTI dengan organisasi Islam lain menjadikan HTI percaya diri untuk
3 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 26.
4 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia(Jakarta:
IPPS, 2017), h. 36. 5 Afdlal,dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 270.
3
memproklamirkan diri sebagai organisasi mandiri,6berani untuk menampakan diri
ke ruang publik dengan mengadakan Konferensi KhilafahInternasional di
Indonesia. Konferensi tersebut tahun 2007di Stadion Utama Gelora Bung Karno
Senayan. Kegiatan ini secara terbuka memperkenalkan gagasan, program,para
pimpinan dan ulama HTI.7 Setelah terselenggaranya kegiatan tersebut penyebaran
ide dan gagasan HT dilakukan melalui dakwah, forum diskusi, seminar,
demonstrasi atau unjuk rasa damai.Gerakan HTI di Indonesia dapat
diklasifikasikan sebagai gerakan intelektual radikal, berbeda dengannegara lain
HT bertransformasi menjadi sebuah partai politik sehingga HT di negara-negara
terebut menjadi sebuah partai pembebasan (liberation party).8
HTI sejak awal dibentuk sebagai organisasi politik, tetapi HTI tidak
mendaftarkan diri secara formal sebagai partai politik yang ikut serta dalam
pemilihan umum.9 HTI lebih terfokus pada pembentukan kader dan pembinaan
umat. HTI aktif dalam pembentukan opini publik yang kaitannya mengarah pada
perspektif Islam. Dengan demikian, fokus dari gerakan politik HTI ini bukan
untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemilu, melainkan penumbuhan kesadaran
umat terhadap kehidupan Islami, karena menurut HTI pemilu dapat mendorong
perpecahan suara umat apabila banyak jumlah partai yang ikut berkontestasi pada
pemilu.10
6 Afdlal,dkk.,Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 38.
7 Agus Salim, “The Rise of Hizbut Tahrir Indonesia”, Tesis, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. 8 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h. 40.
9 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 266.
10 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 274-275.
4
Radikalisme ideologi yang terkandung dalam gerakan HTI dapat dilihat
dalam pandangan HTI bahwa setiap negara dengan sistem pemerintahan non-
khilafahadalah dar al-kufur (negara orang-orang kafir) dan dar al-harb (negara
yang bisa diperangi).11
Meskipun tidak setuju dengan sistem kenegaraan yang
gunakan Indonesia pada saat ini, namun HTI mengharamkan untuk melakukan
kudeta atau pemecatan pimpinan. Fokus HTI lebih kepada penggantian sistem
dari pada pergantian orang atau pimpinan.12
Dalam bukuterbitan HTI Press berjudul “Peraturan Hidup dalam Islam”
menjabarkan pandangan HTI mengenai beberapa konsep ideologi dunia yang
kemudian dibandingkan dengan ideologi Khilafah islamiyah. Dalam buku tersebut
ideologi di dunia dibagi menjadi tiga mahda (ideologi), yaitu kapitalisme,
sosialisme (komunisme termasuk di dalamnya) dan Islam.13
HTI menjabarkan
kapitalisme sebagai berikut:14
“Kapitalisme tegak atas dasar pemisahan agama dengan kehidupan
(sekularisme). Ide ini menjadi akidah, sekaligus kepemimpinan ideologi
serta sebuah kaidah berpikir. Mereka berhak membuat peraturan hidupnya.
Mereka mempertahankan kebebasan manusia yang terdiri dari kebebasan
berakidah, berpendapat, hak milik dan kebebasan pribadi”.
Kapitalisme melahirkan sistem ekonomi kapitalis dan demokrasi. Dalam
demokrasi rakyat menjadi sebuah kekuatan untuk membentuk suatu aturan atau
undang-undang. Namun dalam hal ini sistem ekonomi kapitalis lebih
11
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h. 72. 12
Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 277. 13
Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah), (Jakarta:
Hizbut Tahrir Indonesia, 2013), h. 50. 14
Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah)…., h. 52.
5
menonjolketimbang ideologi demokrasi yang akhirnya bermuara pada ideologi
kapitalisme.
Meski kapitalisme dan sosialisme berbeda pendapat mengenai ide desar
tentang manusia, alam dan hidup tetapi kedua ideologi tersebut sepakat bahwa
nilai tertinggi dalam ideologi tersebut adalah nilai-nilai yang diterapkan dan
dibuat oleh manusia itu sendiri. Menurut HTI, sosialisme dan komunisme
berorientasi pada materi sebagai pusat dari segala sesuatu. Agama dianggap
sebagai candu yang nantinya akan menghambat pekerjaan, karena materi adalah
pangkal berpikir dan pangkal dari segala sesuatu yang selalu berproses dan
berkembang.15
Sementara itu, Islamdianggap ideologi yang lahir dari akidah dan
fikrah. Islam dianggap sebagai satu-satunya jalan yang paling konkret untuk
menghasilkan kebangkitan umat.
Sri Yunanto dalam bukunya menganggap bahwa HTI belum memiliki
konsep konprehensif mengenai Khilafah islamiyah. Hal ini membuat konsep,
ideologi, ide atau gagasan dari HTI tidak sejalan dengan tujuan negara Indonesia
dan bertentangan dengan pembangunan penguatan ideologi di Indonesia, sehingga
terjadi penolakan-penolakan terhadap gagasan tersebut.
Inisiasi pembubaran terhadap HTI dilakukan pada masa pemerintahan Joko
Widodo dan Jusuf Kalla. Mengacu pada keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor
139/PUU-VII/2009 bahwa seorang Presiden dapat mengeluarkan Peraturan
15
Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah)…., h. 53-54.
6
Pemerintah Pengganti Undang-Undang atas dasar kegentingan yang memaksa.
Kegentingan tersebut dilandasi oleh tiga dasar, yaitu:16
1. Keadaan yang mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum secara
cepat.
2. Adanya kekosongan hukum atau Undang-Undang yang ada tidak
memadai.
3. Kekosongan atau kelemahan hukum yang tidak bisa diatasi dengan
prosedur pembuatan hukum yang ada karena memerlukan waktu yang
lama.
Dari hasil kajian yang dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum dan Keamanan Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa
gagasan HTI bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,
serta pengembangan demokrasi dan HAM di Indonesia.17
Pembubaran terhadap
HTI berpijak pada tiga alasan pokok, yaitu:18
1. HTI sebagai ormas berbadan hukum tidak melaksanakan peran positif
dalam proses pembangunan guna mencapai tujuan negara.
2. Kegiatan HTI terindikasi bertentangan dengan UUD 1945 sebagaimana
yang diatur dalam UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan.
3. Aktivitas yang telah dilakukan berbenturan dengan masyarakat yang dapat
mengancam keamanan dan ketertiban di masyarakat, serta membahayakan
keutuhan NKRI.
16
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h.144 . 17
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h. 127. 18
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h. 128.
7
Pada tanggal 10 Juli 2017 Presiden Republik Indonesia menandatangani
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU) No. 2 tahun 2017
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
Organisasi Kemasyarakatan karena dinilai belum menganut asas cantrarius
actussehingga tidak efektif untuk menerapkan sanksi terhadap organisasi
kemasyarakatan yang menganut, mengembangkan, serta menyebarkan ajaran atau
paham yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Terdapat anggapan bahwa Perppuini merupakan langkah yang digunakan
pemerintah hanya untuk membubarkan HTI. Kritik dan penolakan disampaikan
pertama kali oleh Juru Bicara HTI, yaitu Ismail Yusanto. Ia beranggapan bahwa
pembubaran atas HTI tidak memiliki dasar yang jelas, menurutnya ia tidak pernah
menerima peringatan pertama tetapi langsung diberikan pernyataan
pembubaran.19
Kritikan juga disampaikan oleh beberapa tokoh dan politisi seperti
Yusril Ihza Mahendra selaku kuasa hukum HTI, Zulkifli Hasan selaku ketua MPR
dan beberapa tokoh HAM. Mereka berpendapat bahwa penerbitan Perppu ini
menjadi sebuah bentuk kesewenang-wenangan presiden yang dapat mengancam
demokrasi Indonesia.
Perppu tersebut juga dianggap rawan untuk dijadikan sebagai alat untuk
mengkriminalisasi suatu golongan. Seperti yang dikatakan oleh Sohibul Iman
selaku Presiden PKS dan Prof. Dr. Saiful Bakhri selaku Ketua Majelis Hukum dan
HAM Pimpinan Pusat Muhammadiyah, bahwa mereka tidak melihat kegentingan
19
Ismail Yusanto, Konferensi Pers: Menolak Rencana Pembubaran HTI, Jakarrta 09 Mei
2017.
8
dalam penerbitan Perppu tersebut, ini menjadi sebuah jalan pintas untuk intervensi
terhadap kebebasan berserikat pada golongan tertentu, menurut mereka Perppu
bukanlah solusi yang relevan karena masih dapat menggunakan solusi lain seperti
mengamandemen UU bukan mengeluarkan Perppu.20
Pada tanggal 13 Oktober 2017 HTI mendaftarkan gugatannya terhadap
Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Ormas di Mahkamah Konstitusi (MK). HTI
memberikan kuasa kepada pengacara Yusril Ihza Mahendra sebagai Kuasa
Hukum.
Dalam beberapa forum diskusi yang disiarkan dan dilansir melalui media
elektronik, HTI melakukan perlawanan terhadap pemerintah dengan penggerakan
massa yang dilakukan oleh Presidium Alumni 212. Gerakan tersebut dimaksudkan
untuk menolak Perppu Ormas dan menolak kebangkitan PKI pada tanggal 29
September 2017, gerakan tersebut dinamakan gerakan 299.21
Setelah pembubaran HTI beberapa lembaga pemerintahan menelusuri
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ikut serta dalam keanggotaan dan kegiatan-
kegiatan HTI.22
Sebenarnya bukan kali pertama Indonesia membubarkan sejumlah
Ormas berlatar belakang agama yang dianggap menyebarkan aliran sesat dan
tidak sesuai dengan ajaran agama yang diakui secara resmi oleh negara. Beberapa
Ormas yang pernah dibubarkan diantaranya adalahNegara Islam Indonesia (NII),
20
Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 179-192. 21
Astri Novaria, “Rencana Aksi Bela Islam 299 Kental Kepentingan Politik” Media
Indonesia. Diakses melalui http://www.mediaindonesia.com/news/read/124216/rencana-aksi-bela-
Islam-299-murni-kepentingan-politik/2017-09-26, 02 Januari 2018, pukul 15.15 WIB. 22
Yudha Satriawan, “Pasca Dibubarkan Pemerintah Telusuri Aparatur Negara yang Ikut
Keanggotaan Ormas HTI” VOA Indonesia. Diakses melalui
https://www.voaindonesia.com/a/pasca-dibubarkan-pemerintah-telusuri-aparatur-negara-yang-
ikut-keanggotaan-ormas-hti/3956539.html, 02 Januari 2017, pukul 15.30 WIB.
9
Jamaah Ansharut Tauhid, Forum Aktivis Syariah Islam(FAKSI) Indonesia, Laskar
Jundullah, Gafatar, kemudian HTI.23
Berdasarkan studi kasus di atas, maka penulis tertarik untuk mengamati
Gerakan HTI pasca pembubaran yang selanjutnya dituangkan dalam skripsi
berjudul: “Gerakan Politik dan Organisasi Kemasyarakatan: Studi atas
Konsolidasi Politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Pasca Perppu No. 2
Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang
Organisasi Kemasyarakatan”
B. Pertanyaan Masalah
Mengacu pada pernyataan masalah penelitian diatas, penulis merumuskan
pertanyaan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana konsolidasi politik yang dilakukan HTI pasca Perppu No. 2
tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang
Organisasi Kemasyarakatan?
2. Apa kendala yang dihadapi HTI dalam konsolidasi politik HTI yang
dilakukan pasca Perppu No. 2 tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU
No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan, maka tulisan ini
bertujuan untuk mengetahui konsolidasi politik yang dilakukan HTI dan kendala-
23
Risnawati Avin, “Ini 4 Ormas Sesat yang Dilarang Selain Gafatar” Iyaa.com. Diakses
melalui https://media.iyaa.com/article/2016/01/ini-4-ormas-sesat-yang-dilarang-selain-gafatar-
3433201.html, 03 Januari 2018, pukul 15.20 WIB.
10
kendala yang dihadapi HTI dalam konsolidasi politik HTI yang dilakukanpasca
penerbitan Perppu No. 2 tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun
2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.
Sebagaimana rumusan masalah di atas,maka dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat akademis, penelitian ini mampu memperluas kajian ilmu politik
mengenai konsolidasi politik organiasi kemasyarakatan dan menjadi bahan
referensi untuk keperluan studi lebih lanjut.
2. Manfaat praktis, penelitian inimenambah pemahaman dalam praktik-
praktik yang berkaitan dengankonsolidasi politik organiasi
kemasyarakatan bagi para pembaca.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam tulisan ini penulis mengkaji mengenai konsolidasi politik Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) yang berkaitan dengan pengesahan Perppu No. 2 Tahun
2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan yang mana didalamnya terdapat kebijakan yang berpengaruh
terhadap pembubaran HTI.Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian
maka penulis mengacu pada penelitian, berikut:
Pertama, tesisberjudul “Gerakan Politik Islam Ekstraparlementer: Studi
Kasus Hizbut Tahrir Indonesia” oleh Kurniawan Abdullah, mahasiswa Program
Pascasarjana Sosiologi Universitas Indonesia pada tahun 2010. Dalam tesis ini
menjabarkan bahwa HTI sebagai gerakan ekstraparlementer dan dapat
11
dikategorikan sebagai organisasi yang memiliki aktivitas politik non-rutin,24
karena HTI bukan hanya menyampaikan ekspresi kekecewaan tetapi melakukan
penentangan terhadap pemerintahan. Dalam tinjauan teoretis pada tesis ini
menjelaskan posisi HTI, proses dan relasi gerakan politik HTI terhadap Negara
dan masyarakat. Tujuan dari penulisan tesis tersebut adalah untuk mengetahui
upaya yang dilakukan Hizbut Tahrir dalam melakukan perubahan tatanan politik
yang mereka anggap sekuler menjadi sebuah tatanan politik yang Islami.
Sedangkan penelitian yang dilakukan penulisbertujuan untuk mengetahui bentuk-
bentuk gerakan politik yang dilakukan HTI pasca Perppu No.2 Tahun 2017
Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan.
Kedua, tesis berjudul “Fundamentalisme Islam Indonesia: Studi Atas
Gerakan dan Pemikiran Hizbut Tahrir”oleh Rihlah Nur Aulia, mahasiswa
Program Pascasarjana Jurusan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tahun 2004.Dalam tesis ini menjelaskan mengenai
aspek gerakan Hizbut Tahrir yang berkaitan dengan hal-hal berikut:25
1. Agama, yaitu sebagai organisasi berideologi Islam yang bersifat politik
dan berskala internasional.
2. Organisasi massa Islam/Partai Islam, sebagai upaya penegakan tatanan
sosial masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
24
Philo Wasburn, “Political Sociology: Approaches, Concepts and Hypotheses” dalam
Kurniawan Abdullah “Gerakan Politik Islam Ekstra Parlementer: Studi Kasus Hizbut Tahrir
Indonesia”, Tesis, Universitas Indonesia, 2004. h. 111-112. 25
Rihlah Nur Aulia, “Fundamentalisme Islam Indonesia: Studi atas Gerakan dan Pemikiran
Hizbut Tahrir”, Tesis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.
12
3. Kepemimpinan, sistem kepemimpinan yang dianut Hizbut Tahrir berpusat
pada satu orang.
4. Gerakan Islamelit dan eksklusif.
5. Stuktur organisasi yang solid dan terstruktur.
6. Ide-ide dan pemikiran Hizbut Tahrir memiliki konsekuensi logis mengenai
hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam.
Dari berbagai aspek gerakan HTI yang dijabarkan, penelitian tersebut
tidak menyebutkan gerakan HTI sebagai gerakan politik dan tidak melakukan
pengkajian secara mendalam mengenai gerakan politik HTI, maka perbedaan dari
penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah penulis meneliti lebih dalam
mengenai gerakan politik HTI pada aspek konsolidasi politik yang dilakukan HTI
pasca Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun
2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.
Ketiga, buku berjudul “Negara KhilafahVersus Negara Kesatuan Republik
Indonesia” oleh Sri Yunanto, IPSS Jakarta tahun 2017.26
Buku ini
menggambarkan penolakan terhadap gerakan HTI dalam mengkampanyekan
ajaran khilafah dan menjelaskan mengenai argumen-argumen dari para tokoh
yang mengkritisi gerakan HTI yang mendorong pemerintah untuk segera
menetapkan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17
Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Menjabarkan secara eksplisit
mengenai kontradiksi ideologi politik HTI dengan ideologi bangsa Indonesia dan
memberikan gambaran mengenai reaksi dari berbagai tokoh mengenai Perppu
26
SriYunanto,Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia (Jakarta:
IPPS), 2017.
13
Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang
Organisasi Kemasyarakatan.Perbedaan yang terdapat pada buku tersebut dengan
penelitian penulis adalah penulis meneliti lebih jauh mengenai bentuk-bentuk
konsolidasi politik HTI dan kendala HTI dalam melakukan konsolidasi politik
pasca Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun
2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.
Keempat, artikel berjudul “Infiltrasi Pemikiran dan Gerakan HTI di
Indonesia” Jurnal Suhuf Vol. 27 Nomor 2, November 2015, oleh Erni Sari Dwi
Devi Lubis dan Ma‟arif Jamuin. Jurnal ini menyimpulkan bahwa HTI melakukan
penyusupan gagasan dan gerakan untuk penegakan khilafahIslamiah di Indonesia,
karena di dalam doktrinnya HTI menyatakan sebagai organisasi politik yang
kontra terhadap demokrasi. Cara yang digunakan HTI kepada umat Islam di
Indonesia dengan doktrin bahwa KhilafahIslamiah adalah satu-satunya solusi bagi
permasalahan di Indonesia dan penerapan sistem Islam secara menyeluruh
merupakan sebuah manifestasi keimanan. Kesimpulan dari jurnal ini menganggap
bahwa infiltrasi gerakan HTI mengancam masa depan dan keberlangsungan
demokrasi di Indonesia.27
Perbedaan fokus pada jurnal penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan penulis adalah penulis meneliti lebih mendalam mengenai konsolidasi
politik yang dilakukan HTI pasca Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang
Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan dan
27
Erni Sari Dwi Devi Lubis dan Ma‟arif Jamuin,“Infiltrasi Pemikiran dan Gerakan HTI di
Indonesia”,Jurnal Suhuf, Vol. 27 No. 2., November 2015.
14
bagaimana kelangsungan dari konsep pemikiran atau ideologi HTI yang
dibubarkan oleh Pemerintah dengan terbitnya Perppu tersebut.
Kelima,tesis berjudul “Kontroverisi Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap
Pancasila: Studi Kasus di DPP Hizbut Tahrir Indonesia” oleh Muhammad
Herowandi, mahasiswa Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, pada tahun 2017.
Dalam tesis ini menjelaskan bahwa HTI adalah organisasi kemasyarakatan di
bidang keagamaan yang bersifat radikal secara pemikiran tanpa adanya tindakan
anarkis,taat dan patuh terhadap aturan-aturan yang ada di dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.Tesis ini menjelaskan posisi HTI di Indonesia sebagai
organisasi kemasyarakatan dan pandangan ormas atau kelompok lain terhadap
HTI.28
Tesis ini menjadi acuan relevan bagi penulis karena secara keseluruhan
membahas konteks yang sama, yaitu tentang pembubaran HTI namun yang
membedakannya adalah penulis meneliti tentang gerakan politik yang dilakukan
HTI pasca pembubaran dan peran pemerintah dalam menangani kasus tersebut.
E. Metode Penelitian
Penelitian adalah salah satu cara untuk menyelesaikan atau menjawab
suatu persoalan yang dihadapi secara ilmiah. Penelitian ilmiah bersifat sistematis,
logis objektif dan empiris.29
Untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode kualitatif. Metode ini melihat keadaan atau kejadian
28
Herowandi, Muhammad. “Kontroverisi Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Pancasila:
Studi Kasus di DPP Hizbut Tahrir Indonesia”. Tesis, Universitas Lampung. 2017. 29
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan (Jakarta:
Kencana, 2014), h.24.
15
sebagai suatu objek yang diteliti oleh penulis yang nantinya akan disajikan dalam
bentuk deskriptif, dengan demikian fokus penelitian ini menjabarkan teori
mengenai konsolidasi politik yang dilakukan HTI Pasca Perppu Nomor 2 Tahun
2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan.
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan studi kasus
(case study)atas Konsolidasi Politik yang dilakukan HTI pasca Perppu
dengan mengamati aktivitas politik yang dilakukan HTI untuk
mengetahuikonsolidasi politik yang dilakukan HTI secara intensif dan
mendalam.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Penulis melakukan observasi lapangan dengan menghadiri
Konferensi Pers yang dilakukan HTI dan ikut serta dalam kajian
yang diselenggarakan HTI.
b. Wawancara
Dalam pengumpulan data penulis melakukan wawancara atau
interview. Pengumpulan datadilakukan dengan mewawancarai pihak-
pihak yang terkait atau berwenang dalam kasus pada penelitian ini
diantaranya adalah Ismail Yusanto selaku Pengurus DPP (Dewan
Pimpinan Pusat) HTI, Sri Yunanto selaku staf ahli Kementerian
Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam),
16
KH. Ahmad Ishomuddin selaku saksi ahli Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN) Jakarta, Ali Munhanif, M.A. Ph.D selaku pengamat
politik dan Muhammad Nicko T. Pandawa selaku pengurus
Komisariat Gerakan Mahasiswa (GEMA) Pembebasan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
c. Dokumentasi
Dalampengumpulan data penulis juga mengambil data-data
pendukung yang berkaitan dengan masalah penelitian, data tersebut
bersumber dari pihak-pihak terkait, media cetak dan elektronik
seperti,foto, video, dokumen resmi/arsip, buku, jurnal, artikel, tesis,
disertasi.
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumenhasil
observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Sebelum
digunakan dalam proses analisis, data dikelompokkan sesuai dengan
jenis dan karakteristik yang menyertainya. Terdapat dua macam
karakteristik data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dari
sumber-sumber terkait, sepertiPengurus DPP HTI, badan-badan
pemerintahan yang berwenang dan pihak-pihak atau tokoh yang terkait
pada kasus tersebut. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau
17
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber
yang telah ada sebelumnya.30
4. Analisis Data Penelitian
Berdasarkan studi kasus yang diteliti oleh penulis, data penelitian ini
dianalisis menggunakan model analisis interaktif (model Miles dan
Huberman) dengan langkah-langkah sebagai berikut:31
a. Reduksi datadilakukan dengan melakukan pengelompokan data
berupa data berupa referensi dan dokumentasi. Penulis membuat
catatan berupa transkrip wawancara yangkemudian dianalisis oleh
peneliti untuk menentukan hasil dari penelitian ini.
b. Penyajian data, penulis memaparkan data penelitian secara
deskriptif.
c. Penarikan kesimpulan, bagian dari hasil reduksi data dan penyajian
penulis ringkas dalam bagian kesimpulan guna memperjelas dan
mempertajam hasil penelitian. Penarikan kesimpulan juga bertujuan
untuk mempermudah pembaca memahami sebagian besar hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis.
30
Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011),
h. 146. 31
Matthew B. Miles, dkk., Qualitative Data Analysis: A Methode Source Book, ed. 3
(United State of America: SAGE Publication, 2014), h. 12-14. Diakses melalui
https://books.google.co.id/books?id=3CNrUbTu6CsC&printsec=frontcover&dq=miles+dan+huber
man+1992&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiz8PL58IzaAhWMqo8KHUyWCoIQ6AEILDAA#v=o
nepage&q=miles%20dan%20huberman%201992&f=false, 27 Maret 2018, pukul 22.00 WIB.
18
F. Sistematika Penulisan
Penulis membagi skripsi ini kedalam beberapa bab agar dapat memberikan
gambaran secara menyeluruh dan memudahkan dalam menelaah skripsi ini.
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini penulis menguraikan permasalahan yang
melatarbelakangi penulisan dengan pembahasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan
serta tujuan terkait dalam penelitian mengenai Gerakan Politik dan Organisasi
Kemasyarakatan: Studi atas Konsolidasi Politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Pasca Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun
2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatanmelalui pendekatan teori gerakan
politik, konsolidasi politik organisasi kemasyarakatan dan komunikasi organisasi
sebagai pendekatan yang menjelaskan pokok permasalahan penelitian dengan
metode penelitian kualitatif.
Bab II berisi tinjauan teori yang menjelaskan dan menjabarkan mengenai
teori yang dipakai dalam penulisan penelitian ini, yakni teori gerakan politik,
konsolidasi politik organisasi kemasyarakatan dan komunikasi organisasi.
Bagaimana teori ini dapat menjawab rumusan masalah yang tertulis di dalam
pendahuluan, dan relevansi dari teori ini apakah layak untuk dijadikan acuan
dalam penulisan penelitian ini yang berjudul Gerakan Politik dan Organisasi
Kemasyarakatan: Studi atas Konsolidasi Politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Pasca Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun
2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.
19
Bab III berisisejarah HTI, rekam jejak gerakan HTI sebagai organisasi
kemasyarakatan, ideologi dan pandangan HTI, sertalandasan hukum atas
pembubaran HTI.
Bab IV merupakan inti dari penulisan penelitian yang berjudul Gerakan
Politik dan Organisasi Kemasyarakatan: Studi atas Konsolidasi Politik Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) Pasca Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan
atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Dalam bab ini
penulis menjabarkan hasil penelitian secara deskriptif dan sistematis, serta
menganalisis data yang telah diperoleh untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian.
BabV Penutup.Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran
penelitian. Kesimpulan dan saran ini diperoleh dari hasil-hasil temuan yang
didapat dalam proses penelitian.
20
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KONSEP
A. Teori Gerakan Politik
Gerakan adalah suatu tindakan atau reaksi dari satu golongan masyarakat
yang bersifat terorganisir, bertujuan untuk menyampaikan rasa ketidakpuasan
sosialnya kepada penguasa, mempunyai asas dan tujuan yang jelas, berjangka
panjang serta mempunyai ideologi baru sehingga dapat menciptakan sebuah
masyarakat yang diinginkan.1 Terdapat berbagai macam gerakan di dalam
masyarakat yang biasa disebut dengan gerakan sosial, gerakan tersebut dibedakan
berdasarkan gejala-gejala sosial yang terjadi diantaranya adalah gerakan sosial
dan gerakan politik.
Sebenarnya hampir semua gerakan politik adalah gerakan sosial, karena
banyak kasus gerakan sosial yang bertransformasi menjadi gerakan politik.
Sehingga, gerakan politik disebut sebagai gerakan sosial politik. Gerakan sosial
tidak memiliki muatan atau kepentingan politik, kepentingannya lebih terfokus
pada ranah tertentu yang cakupannya hanya pada satu isu tertentu, seperti
menyuarakan hak-hak minoritas.
Contoh dari perjuangan dalam menyuarakan hak-hak minoritas adalah
menyuarakan hak-hak buruh, memperjuangkan hak etnis tertentu dan lain-lain.
Tetapi gerakan sosial menjalankan fungsi politik yaitu agregasi kepentingan dan
1 Basrowi & Sukidin, Teori-Teori Perlawanan dan Kekerasan Kolektif (Surabaya: Insan
Cendikia, 2003), h. 17.
21
artikulasi kepentingan. Agregasi kepentingan adalah pembentukan suatu program
kebijakan yang didasari dengan rangkaian kepentingan dan perbedaan pandangan.
Sedangkan, artikulasi kepentingan adalah bentuk ekspresi dan publikasi berbagai
kebijakan agar dapat mempengaruhi langkah-langkah yang diambil pemerintah.2
Pengertian dari politik adalah himpunan ide, nilai, kepercayaan dan norma
yang menjadi dasar bagi seseorang atau kelompok dalam menghadapi masalah
politik, sehingga dapat menentukan sikap dalam penyelesaian masalah
tersebut.3Umumnya politik diartikan sebagai upaya untuk menentukan aturan-
aturan agar terciptanya kehidupan yang harmonis.
Politik berkaitan dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan
keputusan (decision making), kebijakan (policy) dan pembagian kekuasaan
(distribution/allocation).4 Dengan demikian maka gerakan politik juga berkaitan
dengan aspek-aspek tersebut. Sehingga dapat diartikan bahwa gerakan politik
adalah proses atau upaya yang dilakukan secara kolektif yang dilakukan oleh
entitas di suatu Negara yang bertujuan untuk menghasilkan barang secara
kolektif.5 Biasanya gerakan tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan barang
kolektif berupa kebijakan pemerintah atau kondisi perubahan sosial untuk
kebaikan bersama.
Upaya-upaya yang dilakukan secara kolektif tetapi tidak berkaitan dengan
kebijakan politik disuatu Negara bukan termasuk gerakan politik. Contohnya,
2Ihsan Ali Fuzi dalam Quintan Wictorowicz, Aktivisme IslamPendekatan Teori Gerakan
Sosial, ed. terjemahan (Jakarta: Democracy Project, 2012), h. 8. 3Suyuti S. Budiharsono, Politik Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2013), h. 1-2.
4Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.
16. 5Darren E. Sherkat, Politics and Social Movement dalam Helen Rose Ebaugh, Handbook of
Religion and Social Institution (Texas: Springer Science, 2006), h. 4-5.
22
suatu kelompok individu yang melakukan pencegahan bencana alam, upaya
semacam itu masuk ke dalam gerakan sosial, tetapi jika dalam praktiknya
kelompok tersebut mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah atau
memang gerakan tersebut digunakan oleh kelompok politik atau partai politik
maka gerakan tersebut termasuk dalam gerakan politik.6
Gerakan politik adalah sebuah perilaku kolektif yang dilandasi atas
kepentingan bersama dalam jangka waktu yang relatif lama yang bertujuan untuk
mengubah atau mempertahankan kondisi masyarakat atau institusi.7Gerakan
politik terjadi karena didasari atas ketidakpuasan yang dialami masyarakat secara
kolektif terhadap suatu kondisi politik tertentu. Bruce J. Cohen memaparkan ciri-
ciri sebagai berikut:8
1. Gerakan dilakukan oleh kelompok.
2. Terdapat struktur, mekanisme dan jaringan yang terorganisir.
3. Memiliki rencana dan metode.
4. Memiliki ideologi yang menjadi landasan organisasi.
5. Bertujuan untuk mengubah atau mempertahankan sesuatu.
6. Gerakan dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
Gerakan tersebut memiliki peran dalam pembentukan opini masyarakat
sehingga prosesframing menjadi sangat penting bagi keberhasilan sebuah gerakan
sosial politik. Framing bertujuan untuk menyakinkan sasaran (individu atau
kelompok) agar dapat memahami secara utuh maksud dari kelompok yang ingin
6Darren E. Sherkat dalam Helen Rose Ebaugh, Handbook of Religion and Social
Institution…, h. 5-6. 7Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, edisi ketiga (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,
2004), h. 195. 8Bruce J. Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 435.
23
melakukan perubahan, sehingga sasaran tersebut terdorong juga untuk melakukan
perubahan secara kolektif.
Padakondisi tertentu di dalam gerakan politik terdapat proses-proses
politik yangmenimbulkan mobilisasi politik, yaituproses pengerahan massa yang
bertujuan untuk melakukan pergerakan sesuai dengan yang dimaksudkan oleh
suatu kelompok, organisasi maupun partai politik. Mobilisasi politik dibedakan
menjadi mobilisasi massa dan mobilisasi elit politik.9 Mobilisasi massa adalah
perekrutan massa sebanyak-banyaknya yang nantinya akan dikerahkan untuk
terlibat dalam aktifitas politik, sedangkan mobilisasi elit adalah perubahan posisi
elit disuatu organisasi atau partai politik.
B. KonsolidasiOrganisasi Kemasyarakatan
1. Pengertian dan Fungsi Organisasi Kemasyarakatan
Pengertian Organisasi Kemsyarakatan (Ormas) dan dasar
hukumOrmas sebagaimana yang diatur dalam Perppu Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatantentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan adalah sebagai berikut:
“Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh
masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi,
kehendak, kebutuhan, kepentingan,kegiatan, dan tujuan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”10
9Damsar, Pengantar Sosiologi Politik…, h. 245.
10UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.
24
Ormas dibentuk oleh kelompok masyarakat atas dasar kesamaan
kegiatan, profesi, dan tujuan seperti, agama, pendidikan, budaya, dan
sebagainya. Ormas dapat berbentuk badan hukum atau tidak berbadan
hukum, legalitas dan pengesahan badan hukum Ormas dilakukan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan
hak asasi manusia.11
Keberadaan Ormas adalah wujud dari partisipasi masyarakat dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.12
Dalam
upaya tersebut terjalin kerjasama antara Ormas dan pemerintah dalam
menjalankan programpembangunan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan masyarakat.Ormas diharapkan mampu memberi kontribusi
dalam berbagai program pembangunan. Ormas juga diharapkan mampu
menjadi wadah dan sarana bagi masyarakat untuk mengembangkan ide-ide
kritis dan kreatif dalam peran pengawasan terhadap kinerja pemerintah.
Ormas diposisikan sebagai pelaku dalam struktur kelompok
kepentingan yang berperan sebagai kelompok penekan. Ormas sangat
berpengaruh dan berperan dalam pelaksanaan dan tata kelola pemerintahan
yang baik dan bersih (clean and good governance). Kedudukan Ormas
menggeser kedudukan Partai Politik (Parpol) dalam merespons kepentingan
11
UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. 12
Randi Ari Ganjar Herdiansyah “Peran Organisasi Masyarakat (Ormas) dan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Menopang Pebangunan di Indonesia, SosioglobalJurnal
Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vo. 1, No. 1, Desember 2016, h. 51.
25
masyarakat, sehingga masyarakat lebih simpati terhadap keberadaan Ormas
dibandingkan dengan Parpol.13
2. Peran dan Fungsi Ormas
Berdasarkan undang-undang fungsi Ormas adalah sebagai berikut:14
a. Penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota dan tujuan
organisasi.
b. Pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan
organisasi.
c. Penyalur aspirasi masyarakat.Masyarakat dapat menyampaikan
aspirasi kepada Ormas yang kemudian disalurkan kepada lembaga
politik atau pemerintah agar terjalin komunikasi yang baik antara
masyarakat dan pemerintahan.15
d. Pemberdayaan masyarakat. Langkah yang dapat dilakukan Ormas
dalam pembangunan masyarakatsebagai kreator pengetahuan adalah
melakukan riset dan analisis. Hasil riset dapat digunakan sebagai
rekomendasi kebijakan pemerintah untuk memperkuat ataupun
mengkritisi suatu kebijakan.16
Ormas juga dapatmenjadi penyedia
utama informasi publik.
e. Pemenuhan pelayanan sosial.
13
W. Sigit Pudjianto, Perkembangan Ormas dan LSM dalam Menghadapi Pemilu 2004,
dalam W. Sigit Pudjianto, “Pembangunan Politik Indonesia: Studi Tentang Eksistensi dan Peranan
Organisasi Kemasyarakatan”, Tesis, Universitas Indonesia, 2006. h. 41-42. 14
UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. 15
Randi Ari Ganjar Herdiansyah “Peran Organisasi Masyarakat (Ormas)…, h. 57. 16
Randi Ari Ganjar Herdiansyah “Peran Organisasi Masyarakat (Ormas)…, h. 56.
26
f. Partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa.
g. Pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ormas memiliki posisi
penting dalam pengutan sistem politik dan demokrasi.
3. Konsep Konsolidasi Organisasi Kemasyarakatan
Konsolidasi dilakukan sebagai upaya memelihara dan memantapkan
sesuatu yang telah dicapai, meningkatkan yang sedang dilakukan dan
mengantisipasi hal-hal yang kemungkinan terjadi di masa depan.17
Hal
tersebut dilakukan sebagai penguatan organisasi dan penguatan eksistensi
organisasi terhadap publik (masyarakat).
Sejalan dengan peran dan fungsi organisasi diatas, maka
konseptualisasikonsolidasi Ormas dalam upaya penguatan kapasitas
kelembagaandapat dilakukan dengan cara-cara berikut:18
Pertama, penguatan manajemen organisasi. George R. Terry
mendefinisikan manajemen organisasi sebagai proses yang terdiri dari
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan
(actuating) dan pengawasan (controlling), proses tersebut dilakukan untuk
menentukan dan mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber
17
Abd. Halim, Relasi Islam, Politik dan Kekuasaan (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2013),
h. 180. 18
UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, Bab XII Pemberdayaan
Ormas, Pasal 40 Ayat 5.
27
daya manusia dan sumber daya lainnya.19
Berikut adalah bagan Proses
Managemen Organisasi George R. Terry:
Bagan II.1 Proses Manajemen Organisasi George R. Terry20
Sumber: G. Murugesan, Principles of Management
Poin-poin proses Managemen Organisasi George R. Terry dijabarkan
menjadi:
1. Perencanaan (planning) adalah hal paling mendasar dalam proses
manajemen organisasi. Perencanaan melibatkan penentuan
tujuan, pembentukan program dan tindakan untuk pencapaian
organisasi,di dalamnya terdapat penjadwalan, penugasan dan
antisipasi terhadap jalannya peristiwa di masa
depan.21
Perencanaan merupakan upaya sistematis untuk
memutuskan arah terhadap tindakan tertentu yang mengarah pada
penentuan tujuan dari aktivitas kelompok dimasa depan.
19
George R. Terry dalam Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen (Bogor: Grasindo,
2001), h. 3. 20
G. Murugesan, Principles of Management (New Delhi: University Science Press, 2012),
h. 2. 21
Karam Pal, Management Concepts and Organizational Behaviuor (India: Directorate of
Distance Education Guru Jambheshwar University), h. 111. Diakses melalui
http://www.ddegjust.ac.in/studymaterial/mcom/mc-101.pdf, 20 Desember 2018, pukul 11.55 WIB.
28
2. Pengorganisasian (organizing) adalah pembagian komponen-
komponen kegiatan atau sumber daya, pembagian tugas dan
penetapan wewenang.22
3. Penggerakan (actuating) adalah upaya penggerakan anggota
untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan
wewenang.23
George R. Terry menyebut proses ini sebagai
“gerakan aksi” yangmencakup aktifitas dan gerakan
organisasi. Pada tahap ini terjadi proses penetapan dan
pengembangan keputusan-keputusan yang telah
direncanakan.24
4. Pengendalian (controlling) adalah penyesuaian antara
pelaksanaan rencana kegiatan terhadap hasil yang diperoleh.
Proses ini dilakukan guna mengevaluasi kegiatan agar sesuai
dengan tujuan akhir.25
Kedua, penyediaan data dan informasi. Organisasi perlu memiliki
sistem informasi berbasis jaringan. Kualitas informasi dalam suatu
organisasi sangat tergantung pada sistem informasi yang ada pada organisasi
tersebut.26
Penggunaan informasi dalam suatu organisasi berfungsi sebagai
suatu pertimbangan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
yang kemudian diterapkan dalam bentuk pelayanan.
22
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, terj. J.G. Smith (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 17. 23
George R. Terry dalam Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen…, h. 27. 24
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen…, h. 17. 25
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen…, h. 18. 26
Lukman Samboteng dan Rulinawaty Kasmad, “Sistem Informasi Organisasi Berbasis
Jaringan dalam Penentuan Strategi”, Jurnal Borneo Administator, Vol. 10, No. 2, 2014. h. 236.
29
Ketiga, penguatan kepemimpinan dan kaderisasi.Kepemimpinan
dalam organisasi memiliki peran strategis dalam usaha mencapai tujuan
organisasi sesuai visi dan misi organisasi. Pentingnya kemampuan
pemimpin dalam organisasi ditujukan untuk kemajuan bagi organisasi.
Pencapaian sebuah tujuan organisasi tidak hanya terfokus pada peran dari
pemimpin melainkan keterlibatan dari bawahan juga patut mendapatkan
tempat untuk pengambilan keputusan secara efektif.27
Kelangsungan sebuah organisasi tidak terlepas dari kaderisasi.
Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian sumber daya manusia untuk
melanjutkan perjuangan organisasi itu sendiri.Kaderisasi merupakan salah
satu media rekrutmen, pemantapan komitmen dan penguatan terhadap
ideologi organisasi yang berkaitan serta pemahaman terhadap pencapaian
visi dan misinya. Proses kaderisasi sebagai penguatan organisasi merupakan
sebuah orientasi jangka panjang. Sehingga proses kaderisasi tersebut harus
secara terus menerus dilakukan untuk memperkuat ikatan dalam sebuah
organisasi.
C. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah proses penyampaian dan penerimaan
berbagai pesan organisasi dalam kelompok formal atau informal.28
Komunikasi
organisasi juga diartikan sebagai pertukaran pesan dalam suatu jaringan yang
27
Burhanudin Mukhamad Faturahman, “Kepemimpinan dalam Budaya Organisasi,”
MADANIJurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, Vol. 10, No. 1, 2018, h. 2. 28
Wiryanto dalam Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap (Jakarta: Grasindo,
2014), h. 13.
30
saling terkait untuk mengatasi ketidak pastian lingkungan yang dinamis atau
berubah ubah.29
Korelasi antara komunikasi dan organisasi terletak pada bentuk dan proses
komunikasi yang sedang berlangsung, metode, teknik, serta media yang
digunakan. Komunikasi organisasi dapat diklasifikasikan melalui beberapa
variabel konsep, diantaranya adalah proses, pesan, jaringan pesan, hubungan,
ketergantungan, lingkungan dan ketidakpastian.30
1. Proses Komunikasi
Proses komunikasi kontemporer yang sering digunakan sebagai
adalah model yang dikembangkan oleh Shannon, Weaver dan Schramm.31
Komponennya adalah komunikator, pesan, media, penerima pesan dan
umpan balik.
Bagan II.2 Proses Komunikasi
Sumber: Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap
2. Pesan
Pesan adalah susunan simbol yang dihasilkan dari proses interaksi.
Simbol yang digunakan berbentuk verbal dan non-verbal.
29
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 69. 30
Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap (Jakarta: Grasindo, 2014), h. 13. 31
Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap…, h. 9-10.
31
a. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata
yang dinyatakan secara lisan maupun secara tertulis. Komunikasi
secara lisan adalah ketika seseorang menyampaikan pesan atau
informasi secara lisan kepada penerima pesan yang bertujuan untuk
mempengaruhi tingkah laku penerima pesan.32
Ditataran organisasi,
komunikasi lisan berbentuk instruksi, penjelasan, laporan dan
persetujuan kebijakan yang dapat disampaikan secara tatap muka,
telepon radio, televisi dan lain-lain.33
Komunikasi secara tertulis
adalah penyampaian pesan dengan menggunakan kertas atau media
lain sehingga pesan tersebut dapat disampaikan apabila penerima
pesan membaca pesan yang disampaikan. Bentuk dari komunikasi
tertulis dapat berupa surat, memo, buku petunuk, laporan.
b. Komunikasi non verbal adalah penyampaian dan pertukaran pesan
tanpa adanya unsur kata didalamnya seperti menggunakan gerakan
tubuh, sikap tubuh, kontak mata, ekspresi wajah atau mimik
muka,dan sentuhan.34
Komunikasi non verbal juga dapat dilakukan
bersamaan dengan komunikasi verbal, penggabungan metode
tersebut untuk memperkuat atau mempertegas maksud dari pesan
yang disampaikan, karena fungsi dari komunikasi non verbal adalah
sebagai pengulangan, pelengkap, pengganti, memberikanpenekanan
dan memperdaya.35
32
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 95-96. 33
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 96. 34
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 130. 35
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 132.
32
3. Jaringan Komunikasi
Jaringan komunikasi adalah susunan dari komponen-komponen
komunikasi yang saling terhubung secara fungsional. Fungsi individu dalam
komunikasi ditentukan dengan hubungan struktur yang saling terkait antara
satu individu dengan individu lain. Hubungan tersebut ditentukan oleh pola
interaksi individu melaui arus informasi dan jaringan komunikasi.36
Jaringan
komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Jaringan komunikasi formal37
1) Komunikasi kebawah (down ward communication) adalah pesan
yang mengalir dari pimpinan kepada bawahan, pesan yang
disampaikan berbentuk arahan, perintah, tujuan, pertanyaan,
kebijakan dan lain-lain.
2) Komunikasi horizontal (horizontally communication) adalah
pertukaran pesan dari orang-orang yang memiliki tingkat otoritas
yang sama di dalam organisasi. Pesan yang disampaikan
biasanya berbentuk koordinasi, pemecahan masalah,
penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.
3) Komunikasi ke atas (upward communication) adalah pesan yang
sampaikan dari bawahan kepada atasan. Komunikasi ini
bertujuan untuk memberikan unpan balik dalam bentuk saran
atau pertanyaan.
36
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 102. 37
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 108-124.
33
b. Jaringan komunikasi non-formal (grapevein) adalah informasi yang
mengalir tanpa melihat pada hubungan posisi atau kedudukan
sehingga bersifat informal. Infornmasi ini mengalir secara
tersembunyi dan berubah-ubah, tidak dapat diperkirakan bahkan
hampir tidak dapat dikendalikan persebarannya. Pesan dalam
komunikasi ini berbentuk kabar angin atau gossip.
4. Ketergantungan
Dengan terbentuknya sebuah jaringan maka akan timul
ketergantungan diantara komunikan, bila salah satu bagian mengalami
gangguan komunikasi maka bagian yang lain juga akan terpengaruh.38
5. Hubungan
Hubungan dalam berkomunikasi diklasifikasikan menjadi:
a. Komunikasi dua orang atau antar personal, proses pertukaran
informasi dari sekurang-kurangnya dua individu yang saling
berkomunikasi. Dari komunikasi biasanya langsung diperoleh
jawaban atau umpan balik. Komunikasi antar personal dapat
dilakukan dengan cara percakapan, berdialog dan wawancara.39
b. Komunikasi kelompok, suatu kumpulan individu yang membentuk
kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain,mereka
berinteraksi untuk beberapa tujuan. Interaksi ini bisa berupa
hubungan kelompok dengan kelompok ataupun individu dengan
kelompok.
38
Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap…, h. 18. 39
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 158-159.
34
6. Lingkungan
Lingkunganadalah faktor fisik dan faktor sosial yang mempengaruhi
pembuatan keputusan.
7. Ketidakpastian
Maksud dari ketidakpastian adalah adanya perbedaan informasi
antara informasi yang diharapakan dengan informasi yang tersedia.40
Apabila suatu organisasi membutuhkan sebuah informasi kemudian
organisasi tersebut mencari informasi tersebut secara mendalam maka
organisasi tersebut dapat memperkecil ketidakpastian informasi karena
organisasi tersebut telah mendapatkan banyak informasi.
40
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 74.
35
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Hizbut Tahrir Indonesia dan Perkembangannya di Indonesia
1. Profil Hizbut Tahrir Indonesia
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) merupakan organisasi
kemasyarakatan berbentuk perkumpulan berbadan hukum yang didirikan
berdasarkan Akta Notaris Nomor 02 tanggal 06 Mei 2014 di hadapan
Notaris Sarinandhe DJ., SH., di Bekasi. Pada tahun 2014 HTI telah disahkan
sebagai perkumpulan berbadan hukum melalui Surat Keputusan Menteri
Hukum dan HakAsasi Manusia (Menkumham) Nomor AHU-
00282.60.10.2014 Tanggal 02Juli 2014 Tentang Pengesahan Pendirian
Badan Hukum Pendirian Hizbut Tahrir Indonesia.Sebelum adanya putusan
Perppu, perkumpulan HTI berkedudukan di Gedung Dakwah Hizbut Tahrir
Indonesia, Crown Place, Jalan Prof. Dr. Soepomo No. 231, Jakarta Selatan.
a. Lambang, Bendera dan Atribut
HTI menggunakan bendera bendera al-Liwa dan ar-Rayah dalam
logo, bendera dan atribut sebagai lambang pembebasan. Al-Liwa adalah
bendera berwarna putih dengan bertuliskan kalimat tauhid, sedangkan
ar-Rayah adalah bendera berwarna hitam dengan kalimat tauhid.
36
Gambar III.1 Bendera al-Liwa dan ar-Rayah
Sumber: Riaunews.com
Penggunaan bendera ini dinilai sesuai dengan nama Hizbut
Tahrir sebagai partai pembebasan, sebagai mana yang telah digunakan
oleh Hizbut Tahrir di tingkat pusat.
Gambar III.2 Bendera Hizbut Tahrir
Sumber: https://hizbuttahrir.org/
Kemudian HTI memodifikasi dengan membentuk lambang sebagai
berikut:
Gambar III.3Lambang dan Bendera HTI
Sumber: http://www.kabaraswaja.com
37
b. Struktur Organisasi Hizbut Tahrir Indonesia
Struktur organisasi HTI dibagi berdasarkan tingkatan wilayah,
dimulai dari tingkat nasional hingga masuk pada lingkup terkecil, yaitu
perguruan tinggi atau universitas. Untuk tingkat nasional dinamakan
Dewan Pimpinan Pusat (DPP), untuktingkat provinsi dinamakan Dewan
Pimpinan Daerah I (DPD I), untuk tingkat kabupaten/kota dinamakan
Dewan Pimpinan Daerah II (DPD II)1, kemudian tingkatan terakhir
berbentuk chapter-chapter. Berikut adalah susunan struktur HTI pada
tingkat DPP:
Bagan III.1 Struktur Organisasi DPP HTI
Sumber: Sri Yunanto, pada buku “Negara Khilafah Versus Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Selain dari pada bagan dia atas HTI juga membentuk wadah bagi
anggota perempuan yang dinamakan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
(MHTI). MHTI ini aktif dalam menyuarakan isu-isu keluarga,
perempuan dan anak.
MHTI menggunakan pola gerakan yang sama dengan gerakan
HTI dalam pendirian khilafah. Namun, MHTI lebih fokus pada
1 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia(Jakarta:
IPPS, 2017), h. 53.
38
pembangunan keluarga sakinah2 yang ditargetkan khusus kepada para
muslimah. Tema ini dipilih dengan alasan bahwa membanngun
hubungan keluarga dan masyarakat yang sehat harus melalui komponen
terkecil yaitu keluarga inti. Dengan terbentuknya keluarga sakinah dapat
mencetak generasi penerus masa depan yang nantinya mampu
memberikan kontribusi nyata di masyarakat.3
2. Sejarah danLatar Belakang Perkembangan Hizbut Tahrir di
Indonesia
Hizbut Tahrir (HT) didirikan di Palestina, HT adalah organisasi
politik berideologi Islam berskala Internasional. Berdirinya Hizbut Tahrir
dilatar belakangi oleh sejarah panjang yang dialami Palestina, kerusakan
pada sistem pemerintahan dan peristiwa-peristiwa politik yang terjadi di
Palestina. Hizbut Tahrir bertujuan untuk melanjutkan kembali kehidupan
Islam, dan menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia,
menyerukan khilafah islamiyah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah.4
HT berasumsi bahwa kehidupan umat saat ini berada dalam kondisi
yang tidak Islami, hal ini merupakan akibat dari berlakunya sistem sekuler
yang memiliki andil besar bagi terciptanya kondisi sosial yang buruk.5
Didasari dengan hal tersebut Hizbut Tahrir berupaya untuk mengembalikan
posisi umat Islam ke masa kejayaan dan kemuliaan. Mengambil alih negara-
2 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 55.
3 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 56-57.
4Abu Afif, dkk., Mengenal Hizbut Tahrir dan strategi Dakwah Hizbut Tahrir (Bogor:
Pustaka Thariqul Izzah, 2013), h. 25. 5 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia (Jakarta: LIPI Press, 2005), h. 268.
39
negara dan bangsa-bangsa di dunia kemudian dipimpin oleh seorang
khalifahsesuai dengan hukum-hukum Islam.6
Secara global gagasan dan tujuan HT bertransformasi menjadi
gerakan Islam transnasional.7 Kegiatan-kegiatan Hizbut Tahrir tidak hanya
dilakukan di Palestina dan Yordania namun tersebar luas di negara-negara
Islam maupun non-Islam. HT melihat adanya kesatuan agama dengan
negara, menurutnya terdapat empat hal yang membedakan sistem Islam
dengan sistem lain, yaitu:8
a. Kedaulatan ada di tangan syara. Syariat Allah SWT berhak untuk
menentukan baik-buruk, benar-salah, halal-haram terhadap suatu
permasalahan.
b. Kekuasaan di tangan umat. Seorang Khalifah memperoleh
kedudukan dan kekuasaan setelah dibaiat oleh umat. Sehingga umat
memiliki peran dalam pendelegasian kekuasaan.
c. Mengangkat satu khalifah hukumnya fardhu bagi kaum muslimin.
d. Khilafah merupakan satu-satunya pihak yang berhak untuk
mengadopsi untuk salah satu pendapat yang ada dalam hukum syara’
untuk diberlakukan sebagai undang-undang.
Penyebaran pemikiran dan gagasan HT kemudian menyebar hingga
ke Indonesia pada tahun 1983. Abdurrahman al-Baghdadi dan Abdulah bin
Nuh menjadi cikal bakal berdirinya HT di Indonesia yang kemudian disebut
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Penyebaran pemikiran HTI ini dilakukan
6 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 26.
7 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 36.
8 Afdlal,dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 270.
40
melalui diskusi-diskusi pada Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Perbedaan
ideologi dan pola gerakan HTI dengan organisasi Islam lain menjadikan HTI
percaya diri untuk memproklamirkan diri sebagai organisasi mandiri.9
Semakin menguatnya eksistensi gerakan HTI menjadikan HTI berani untuk
menampakan diri ke ruang publik dengan mengadakan Konferensi
Internasional di Indonesia yang berlokasi di Senayan, kegiatan ini secara
terbuka memperkenalkan gagasan, program dan para pimpinan HTI.10
Setelah terselenggaranya kegiatan tersebut penyebaran ide dan gagasan HTI
dilakukan melalui dakwah, forum diskusi, seminar, demonstrasi atau unjuk
rasa damai.
B. Konsepsi Politik Hizbut Tahrir
1. Pemikiran Politik Hizbut Tahrir
Politik menurut Hizbut Tahrir adalah suatu pengaturan umat dalam
negeri dan luar negeri11
, yang dimaksudkan umat disini adalah warga
negara. Politik dalam negeri adalah pengaturan urusan-urusan umat di dalam
negeri dilakukan oleh negara dengan menerapkan sebuah ideologi. Negara-
negara yang menganut suatu ideologi konsepnya akan tetap dan tidak
pernah berubah karena negara tersebut secara massif tetap menyebarkan
9 Afdlal,dkk.,Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 38.
10 Agus Salim, “The Rise of Hizbut Tahrir Indonesia”, Tesis, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. 11
Taqiyuddinan-Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah (Jakarta:HTI
Press, 2005), h. 7.
41
ideologinya ke seluruh duniameskipun dengan cara yang berbeda dan non-
permanen.12
Sedangkan politik luar negeri yang dilakukan oleh negara adalah
dengan menyebarkan ideologi ke seluruh dunia dan menjalin hubungan luar
negeri dengan berbagai negara, bangsa dan umat lain. Hal tersebut dilakukan
untuk menjaga institusi negara dan umat, melakukan dakwah ke seluruh
dunia dan mengatur hubungan umat islam dengan umat lain dengan benar.13
Umat Islam harus memperhatikan rencana strategis politik (khitah
politik) di berbagai negara. Memperhatikan tentang cara (uslub) yang
dilakukan setiap negara dalam mengimplementasikan strategi. Dengan
demikian, maka umat Islam harus memahami hakikat kontelasi politik di
dunia dengan pemahaman kerangka konstalasi internasional (al mauqif al
duali).14
Hal ini ditujukan agar umat Islam dapat merumuskan secara detail
tata cara untuk menegakkan khilafah dan mengemban dakwah Islam ke
seluruh dunia.
Konstalasi disetiap negara bersifat dinamis, sehingga tidak mungkin
memberikan konsep permanen terhadap konstelasi suatu negara. Sehingga
yang mungkin dilakukan adalah memberikan garis besar dari konstelasi
internasional dengan jangka waktu tertentu, memberikan gambaran-
gambaran dari kemungkinan perubahan yang akan terjadi terhadap
12
Taqiyuddinan-Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah (Jakarta:HTI
Press, 2005), h. 11. 13
Taqiyuddinan-Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah…, h. 7 14
Taqiyuddinan-Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah…, h. 8.
42
konstelasi tersebut.15
Perubahan konstelasi internasional didasari oleh
perubahan konstelasi pada sebagian negara di dunia. Hal ini terjadi karena
kekuatan atau kelemahan hubungan dengan suatu negara dengan negara lain,
yang kemudian akan menghasilkan perubahan perimbangan internasional.16
Hizbut Tahrir meyakini bahwa Islam mampu mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi
manusia. Keberadaan Hizbut Tahrir adalah untuk mengubah keadaan
masyarakat yang penuh dengan kerusakan dengan menjadikan Islam sebagai
satu-satunya landasan untuk menyelesaikan persoalan manusia. Hal tersebut
hanya dapat diwujudkan dengan menegakkan kembali sistem Khilafah
Islamiah.17
Hizbut Tahrir berusaha mengikuti metode dakwah (thariqah) yang
ditempuh oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana perjuangan yang dilakukan
oleh Rasulullah SAW, Hizbut Tahrir juga melakukan perjuangan pemikiran
dengan menentang berbagai paham, pemikiran dan ideologi-ideologi
sekularisme seperti Demokrasi, Kapitalisme, Sosialisme, dan lainnya.18
Dalam menentang ideologi sekular Hizbut Tahrir tidak menggunakan
kompromi atau penyesuaian diri namun tidak pula menggunakan cara
anarkis atau kekerasan fisik. Hizbut Tahrir memposisikan diri sebagai
penentang yang bertujuan untuk mengoreksi dan mengungkap kesalahan
atau kekeliruan penguasa. Hizbut Tahrir juga berupaya untuk mengungkap
15
Taqiyuddinan-Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah…, h. 8. 16
Taqiyuddinan-Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah…, h. 8. 17
Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia: Indonesia,Khilafah
dan Penyatuan Kembali Dunia Islam (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2009), h. 68-69. 18
Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia…, h. 69.
43
konspirasi yang dilakukan pemerintah dengan negara-negara penjajah dan
kelalaian mereka terhadap Islam.19
Hizbut Tahrir mengklaim bahwa seluruh aktivitas Hizbut Tahrir
bersifat politis, karena pengertian politik dalam Islam adalah memelihara
urusan dan kepentingan umat dalam arti yang sesungguhnya, yaitu
membebaskan umat Islam dari berbagai konsep, pemikiran, dan perasaan
yang rusak atau keliru.20
Hizbut Tahrir menginginkan umat Islam untuk
menerapkan pemikiran-pemikiran dan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-
hari. Pemikiran terebut diharapkan mampu mendorong umat untuk
mewujudkan pola interaksi islami di lingkungan mereka tinggal. Secara
khusus Hizbut Tahrir menyerukan kepada para pihak yang memiliki
kekuatan politik agar memberikan dukungannya kepada Hizbut Tahrir
sehingga kekuasaan Islam bisa ditegakkan dan pihak yang memiliki
kekuatan politik dapat menyingkirkan penguasa dan penjajah.
Dalam menjalankan dakwah, Hizbut Tahrir merasa bahwa negara-
negara kafir berupaya keras untuk menjegal dan menghalangi perkembangan
dakwah Hizbut Tahrir, seperti dengan mengadakan berbagai pertemuan dan
seminar tentang Hizbut Tahrir dan Khilafah. Salah satunya adalah
Konferensi Ankara yang digagas Amerika Serikat, The Heritage
Foundation, Nixon Institute, International Crisis Group, dan CIA.21
19
Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia…, h. 69. 20
Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia…, h. 69. 21
Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia…, h. 70.
44
2. Sistem dan Struktur Pemerintahan Negara Islam (Khilafah)
Bentuk pemerintahan dalam sistem kekhalifahan tidak memiliki
batas-batasan negara, sistem khilafah dapat mencegah hegemoni dan
dominasi suatu negara terhadap negara lain baik dalam bentuk kolonialisme
fisik maupun non-fisik. HT menganggap Sistem Pemerintahan Islam yang
diwajibkan oleh Allah SWT adalah sistem Khilafah. Pada sistem ini seorang
khalifah diangkat oleh umat dan dibaiat berdasarkan al-Qur‟an dan Sunnah
Rasullullah SAW.
Sistem Khilafah berbeda dengan bentuk lain yang ada di seluruh
dunia, baik dari segi landasan, segi pemikiran, pemahaman, dan hukum-
hukum yang mengatur berbagai urusan umat manusia.22
Walaupun dipilih
oleh umat khilafah berbeda dengan demokrasi. Pada sistem demokrasi
terdapat kekuasaan untuk menetapkan hukum halal haram, sementara pada
sistem khilafah ketetapan tersebut telah dijabarkan melalui al-Qur‟an dan
sunnah dan bersifat mutlak.
Gelar yang digunakan untuk menyebut kepala dalam pemerintahan
Islam adalah Khalifah, atau Imam, atau Amir al-Mu‟minin. Khalifah adalah
pemimpin yang mewakili umat dalam menjalankan pemerintahan,
kekuasaan, dan penerapan hukum-hukum syariah. Sesungguhnya Khalifah
itu diangkat oleh kaum Muslim. Karena itu, realitasnya Khalifah adalah
22
Hizbut Tahrir, Struktur Negara Khilafah: Pemerintahan dan Administrasi (Jakarta: HTI
Press, 2008), h. 20.
45
wakil umat dalam menjalankan pemerintahan, kekuasaan, dan penerapan
hukum-hukum syariah. Khalifah memiliki wewenang sebagai berikut:23
a. Khalifah berhak mengadopsi hukum-hukum syariah yang dibutuhkan
untuk memelihara urusan-urusan rakyat.
b. Khalifah adalah penanggung jawab politik dalam negeri maupun luar
negeri.
c. Khalifah memiliki hak untuk menerima atau menolak,mengankat
atau memberhentikan para duta dari negara asing.
d. Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan
memberhentikan para Mu„awin dan para wali.
e. Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan
memberhentikan Qadhi al-Qudhat (Kepala Kehakiman).
C. Gerakan Politik Hizbut Tahrir di Indonesia
Gerakan HT di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai gerakan
intelektual radikal, berbeda dengan negara lainHT bertransformasi menjadi sebuah
partai politik sehingga HT menjadi sebuah partai pembebasan (liberation party).24
HTI sejak awal dibentuk sebagai organisasi politik, tetapi HTI tidak mendaftarkan
diri secara formal sebagai partai politik yang ikut serta dalam pemilihan umum.25
HTI lebih terfokus pada pembentukan kader dan pembinaan umat. HTI aktif
dalam pembentukan opini publik yang kaitannya mengarah pada perspektif Islam.
Dengan demikian, fokus dari gerakan politik HTI ini bukan untuk mendapatkan
23
Hizbut Tahrir, Struktur Negara Khilafah: Pemerintahan dan Administrasi…, h. 63. 24
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h. 40. 25
Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 266.
46
kekuasaan dalam pemilu, melainkan penumbuhan kesadaran umat terhadap
kehidupan Islami, karena menurut HTI pemilu dapat mendorong perpecahan suara
umat apabila jumlah banyak jumlah partai yang ikut berkontestasi pada pemilu.26
Radikalisme ideologi yang terkandung dalam gerakan HTI dapat dilihat
dalam pandangan HTI bahwa setiap negara dengan sistem pemerintahan non-
khilafahadalah dar al-kufur (rumah orang-orang kafir) dan dar al-harb (rumah
yang bisa diperangi).27
Meskipun tidak setuju dengan sistem kenegaraan yang
gunakan Indonesia pada saat ini, namun HTI mengharamkan untuk melakukan
kudeta atau pemecatan pimpinan. Fokus HTI lebih kepada penggantian sistem
dari pada pergantian orang atau pimpinan.28
Dalam buku terbitan HTI berjudul “Peraturan Hidup dalam Islam”
menjabarkan pandangan HTI mengenai beberapa konsep ideologi dunia yang
kemudian dibandingkan dengan ideologi Khilafah islamiyah. Dalam buku tersebut
ideologi di dunia dibagi menjadi tiga mahda (ideologi), yaitu kapitalisme,
sosialisme (komunisme termasuk di dalamnya) dan Islam.29
HTI menjabarkan
kapitalisme sebagai berikut:
“Kapitalisme tegak atas dasar pemisahan agama dengan kehidupan
(sekularisme). Ide ini menjadi akidah, sekaligus kepemimpinan ideologi
serta sebuah kaidah berpikir. Mereka berhak membuat peraturan hidupnya.
Mereka mempertahankan kebebasan manusia yang terdiri dari kebebasan
berakidah, berpendapat, hak milik dan kebebasan pribadi.”30
26
Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 274-275. 27
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h. 72. 28
Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 277. 29
Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah), (Jakarta:
Hizbut Tahrir Indonesia, 2013), h. 50. 30
Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah)…., h. 52.
47
Kapitalisme melahirakan sistem ekonomi kapitalis dan demokrasi. Dalam
demokrasi rakyat menjadi sebuah kekuatan untuk membentuk suatu aturan atau
undang-undang. Namun dalam hal ini sistem ekonomi kapitalis lebih menonjol
ketimbang ideologi demokrasi yang akhirnya bermuara pada ideologi kapitalisme.
Meski kapitalisme dan sosialisme berbeda pendapat mengenai ide desar tentang
manusia, alam dan hidup tetapi kedua ideologi tersebut sepakat bahwa nilai
tertinggi dalam ideologi tersebut adalah nilai-nilai yang diterapkan dan dibuat
oleh manusia itu sendiri.
Menurut HTI, sosialisme dan komunisme berorientasi pada materi sebagai
pusat dari segala sesuatu. Agama dianggap sebagai candu yang nantinya akan
menghambat pekerjaan, karena materi adalah pangkal berpikir dan pangkal dari
segala sesuatu yang selalu berproses dan berkembang.31
Sementara itu, Islam
dianggap ideologi yang lahir dari akidah dan fikrah. Islam dianggap sebagai satu-
satunya jalan yang paling konkret untuk menghasilkan kebangkitan umat.
Untuk menyebarkan paham-paham yang dianut HTI melakukan
penyebaran dengan cara dakwah islamiah baik melalui secara tatap muka seperti
forum dakwah, majelis, forum diskusi maupun melalui media online seperti portal
online atau website, dan buku-buku pedoman HT yang disebarluaskan secara
bebas. Buku pedoman tersebut diantaranya adalahStruktur NegaraKhilafah,
Sistem Pemerintahan Islam, Sistem Pergaulan Islam, Sistem Ekonomi Islam,
31
Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah)…., h. 53-54.
48
Sistem Keuangan Negara Khilafah, Politik Ekonomi Islam, Sistem Sanksi,
Hukum Pembuktian, Pengantar Undang-undang Dasar HT.32
Namun sejalan dengan penyebaran paham HTI melalui forum-forum
diskusi dan kajian, paham-paham HTI dianggap berlawanan dengan Pancasila dan
demokrasi Indonesia yang mana dalam pemahaman HTI demokrasi bukanlah
suatu sistem yang tepat bagi umat Islam di Indonesia. Kemudian pemerintah
melakukan pencabutan badan hukum dan pemberhentian terhadap kegiatan-
kegiatan HTI.
D. Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
1. Langkah Pemerintah Terhadap Pembubaran HTI
Pembubaran HTI diinisiasi pada masa pemerintahan Presiden Joko
Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Pembubaran
tersebut dilakukan sebagai suatu komitmen terhadap Nawacita, yang mana
di dalamnya terkandung komitmen pemerintah untuk mengembangkan
demokrasi, nasionalisme, kebhinekaan, konstitusi dan Pancasila.33
Presiden Joko Widodo menyampaikan sebuah pernyataan bahwa
pada pemerintahan Jokowi-JK memiliki program dan langkah-langkah untuk
merevitalisasi demokrasi dan nasionalisme. Langkah pertama yang
dilakukan adalah dengan membubarkan organisasi masyarakat (ormas) yang
mengganggu ideologi Pancasila.
32
Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia…, h. 71. 33
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 125.
49
Kemudian, sejalan dengan pernyataan tersebut Presiden Joko
Widodo memberikan instruksi kepada Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam) untuk melakukan
kajian terhadap ormas yang memiliki paham yang bertentangan dengan
Pancasila.34
Setelah beberapa waktu melakukan kajian, Kemenkopolhukam
menemukan bahwaajaran yang disebarluaskan HTI bertentangan dengan
Pancasila,Undang-undang Dasar 1945, demokrasi dan HAM.35
Pada tanggal 8 Mei 2017 Kemenkopolhukam memberikan
pengumuman tentang rencana pembubaran HTI yang dilandasi dengan 3
alasan. Pertama, HTI tidak tidak berperan secara positif dalam proses
pembangunan dan pencapaian tujuan Negara. Kedua, kegiatan-kegiatan
yang dilakukan atau diselenggarakan HTI terindikasi bertentangan dengan
asas dan tujuan negara. Ketiga, aktifitas yang dilakukan berbenturan di
masyarakat, sehingga dapat mengancam keamanan, ketertiban dan
membahayakan NKRI.36
Senin, 10 Juli 2017 pemerintah menerbitkan Perppu Nomor Tahun
2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013
Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Kemudian pada tanggal 19 Juli 2017
HTI resmi dibubarkan dengan pencabutan status badan hukum.
34
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 127. 35
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 127. 36
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 128.
50
2. Dasar Hukum Pembubaran HTI
a. Undang-undang Dasar
Dalam menangani HTI pemerintah merujuk kepada Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan.
Adanya UU tersebut adalah untuk mendorong semangat kebebasan
berdemokrasi, sehingga muncul organisasi masyarakat yang menjadi
komponen penting dalam proses perjalanan demokrasi Indonesia.
Namun, UU ini dianggap tidak dapat dijadikan instrumen yang
cepat dalam menangani ormas-ormas yang membahayakan negara.37
Sehingga pemerintah menggunakan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas
UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan tentang
perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013, yang ditetapkan melalui UU
Nomor 16 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pengganti Undang-
undang Nomor 2 Tahun2017 menjadi Undang-Undang yang disahkan
pada 22 November 2017.
b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik
Indonesia (PERPPU)
Undang-undang Dasar 1945 pada pasal 22 ayat 1
mengamanatkan tentang Perppu, bahwasannya dalam hal ihwal
kepentingan yang memaksa presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintahan sebagai pengganti undang-undang.
37
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 147.
51
Berdasarkan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi presiden
dapat mengeluarkan Perppu berdasarkan 3 petimbangan, yaitu:38
1) Ketika sedang dalam keadaan mendesak dan perlu diselesaikan
secara cepat.
2) Adanya kekosongan dan kelemahan hukum, undang-undang
tidakmemadai untuk menjadi landasan bagi penyelesaian
persoalan negara.
3) Prosedur atau regulasi pembuatan penetapan peraturan yang
terlalu lama sementara permasalahan harus segera diatasi atau
mendesak.
Dengan dasar pertimbangan di atas maka penggunaan Perppu
dinilai tepat karena telah mencakup tiga pertimbangn tersebut. Bukti-
bukti empiris yang berkaitan terhadap pertimbangan tersebut adalah
sebagai berikut:39
1) Ketika sedang dalam keadaan mendesak dan perlu diselesaikan
secara cepat.
a) Kemenkopolhukam telah mengumpulan bukti kuat
bahwaHTI menentang Pancasila atau ideologi bangsa, apabila
tidak segera dilakukan tindakan makapenyebaran ideologi
HTIakan terus berlanjut dan semakin meluas.
38
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 144. 39
Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 144-
147.
52
b) Terjadi penolakan terhadap gerakan HTI hampir di seluruh
daerah-daerah Indonesia, hal ini dikhawatirkan dapat
menimbulan konflik sosial.
2) Adanya kekosongan dan kelemahan hukum, undang-undang
tidakmemadai untuk menjadi landasan bagi penyelesaian
persoalan negara. Yang dimaksudkan sebagai kekosongan atau
kelemahanhukum adalah pada UU Nomor 17Tahun 2013,
karena UU tersebut tidak memuat dengan jelas mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan sanksi.
3) Prosedur atau regulasi pembuatan penetapan peraturan yang
terlalu lama sementara permasalahan harus segera diatasi atau
mendesak. Dalam kaitannnya terhadap pembubaran apabila
menggunakan UU Nomor 7 Tahun 2013 sebagai landasan
dalammenangani kasus ini maka pemerintah akan menempuh
prosedur yang sangat memakan waktu. Untuk mengurangi
resiko tersebut maka pemerintah menggunakan Perppu Nomor 2
Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013
Tentang Organisasi Kemasyarakatan sebagai percepatan
penyesaian masalah.
53
BAB IV
KONSOLIDASI POLITIK HTI PASCA PERPPU NOMOR 2 TAHUN 2017
TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG
ORGANISASI KEMASYARAKATAN
A. Bentuk-Bentuk Konsolidasi Politik HTI
Setelah terbitnya Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU
Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan (Perppu Ormas) pada
10 Juli 2017 yang dianggap telah mengancam keberadaan perkumpulan Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI), tentu HTI melakukan konsolidasi politik guna
mempertahankan eksistensinya.
HTI menyebutkan bahwa langkah konsolidasinya dilakukan dengan cara
melakukan perlawanan hukum dan politik. Konsolidasi dilakukan sebagai upaya
memelihara danmemantapkan sesuatu yang telah dicapai, meningkatkan yang
sedang dilakukan dan mengantisipasi hal-hal yang kemungkinan terjadi di masa
depan.1Perlawanan hukum dilakukan dengan proses hukum di pengadilan,
sedangkan perlawanan politik dilakukan dengan mendorong berbagai pihak untuk
menolak Perppu Ormas.
Konsolidasi tersebut dianalisis dengan konseppenguatan kelembagaan yang
tercantum dalam Bab XII Pasal 40 Ayat 5 UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
Organisasi Kemasyatakatanyang kemudian difokuskan pada penguatan
1 Abd. Halim, Relasi Islam, Politik dan Kekuasaan (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2013),
h. 180.
54
manajemen organisasi, penyediaan data dan informasi, serta penguatan
kepemimpinan dan kaderisasi.
1. Penguatan Manajemen Organisasi
Diperlukan manajemen yang rapi untuk melakukan perlawanan
terhadap pemerintah dalam menentang Perppu Ormas. Sejalan dengan teori
manajemen organisasi George R. Terry dimana manajemen organisasi
sebagai proses yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakan (actuating) dan pengawasan (controlling), tentu
HTI melakukan tahapan-tahapan tersebut, namun dalam hal ini penulis
menekankan pada poin pengorganisasian dan penggerakan.
a. Pengorganisasian
Pada tanggal Senin, 8 Mei 2017 melalui konferensi pers
Menkopolhukam mengumumkan bahwa pemerintah akan mengajukan
permohonan pembubaran HTI ke pengadilan. Menkopolhukam
mengutus jaksa agung pada proses pengajuan permohonan
pembubaran HTI.
Pernyataan tersebut memunculkan reaksi HTI sehingga HTI
melakukan upaya penolakan yang disampaikan melaui Konferensi
Pers yang digelar pada 9 Mei 2017 di Kantor DPP HTI.
55
Gambar IV.1 Konferensi Pers: Menolak Rencana Pembubaran
HTI2
Sumber: Dokumentasi Pribadi HTI
Dalamkonferensi tersbut HTI menolak keras langkah
pemerintah untuk melakukan pembubaran HTI, karena dinilai tidak
memiliki dasar yang jelas. HTI sebagai Ormas (legal) yang berbadan
hukum seharusnya dilindungi hak konstitusinya. Anggapan bahwa
kegiatan HTI tidak memiliki peran dalam pembangunan dan
kegiatannya bertentangan dengan NKRI adalah tidak benar karena
selama ini HTI telah menunjukan kontribusi. Dengan dibubarkannya
HTI maka pemerintah menghilangkan kebaikan yang ada.
Upaya yang dilakukan oleh HTI dalam merespons tudingan
tersebut adalah dengan melakukan pengorganisasian.
Pengorganisasian (organizing) adalah pembagian komponen-
komponen kegiatan atau sumber daya, pembagian tugas dan
penetapan wewenang.3HTI menetapkan tugas dan wewenang kepada
Yusril Ihza Mahendra sebagai Kuasa Hukum dan mengumukan telah
terbentuknya Tim Pembela HTI (TP-HTI) yang terdiri dari 1000
Advokat dari berbagai daerah di Indonesia. TP-HTI bertugas untuk
menyampaikan pendapat hukum dan pembelaan terhadap HTI. Hal
2 Dokumentasi Pribadi HTI pada Konferensi Pers Selasa, 9 Mei 2017 di Kantor DPP HTI
3George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, terj. J.G. Smith (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 17.
56
tersebutdiumumkan melalui Konferensi Pers yang digelar pada 23 Mei
2017 di Kantor Ihza & Ihza Law Firm Jakarta.
Gambar IV.2 Konferensi Pers: Tim Pembela Hizbut Tahrir
Indonesia4
Sumber: Live Streaming di Channel Arah TV
https://www.arah.com/live/588/streaming.html
Setelah terbit PerppuOrmas yang ditetapkan pada 10 Juli 2017,
pada tanggal 12 Juli 2017 HTI kembali menggelar Konferensi Pers
bertemakan “Menggugat Perppu, Menggugat Rezim Refresif” yang
menyatakan bahwa HTI sedang dalam tahapan uji materi untuk dapat
melakukan penggugatan.
Penerbitan Perppu tersebut menimbulkan reaksi dari
organisasi-organisasi berbasis Islam, kemudian mereka membentuk
Forum Ormas Penolak PerppuOrmas pada tanggal 14 Juli 2017, forum
tersebut menggelar Rapat Koordinasi dan Konsolidasi Lintas Ormas
dan Lembaga Dakwah bertempat di Aula AQL, Jakarta Selatan. Ormas
tersebut diantaranya adalah HTI,Dewan dakwah, Persatuan Islam
(Persis), Majelis Mujahidin, Hidayatullah, Ikatan Da‟i Indonesia
(Ikadi) dan lain-lain. Selainperwakilan Ormas beberapa ahli hukum
dan advokat hadir untuk memberikan pandangan.
4 Live Streaming di Channel Arah
TV, diakses dari https://www.arah.com/live/588/streaming.html, pada tanggal 10 Oktober 2018.
57
Dalam hal pengorganisasian HTI melakukan konferensi pers
dan rapat ataupun forum diskusi. Konferensi pers menjadi penting
karena selain untuk menyampaikan pernyataan dan menarik simpati
berbagai kalangan, pernyataan dalam konferensi ini membentuk suatu
framing. Framing yang terbentuk adalah anggapan bahwa pemerintah
telah berbuat dzalim terhadap HTI karena membubarkan HTI secara
sepihak, sehingga Perppu ini menjadi tidak relevan untuk
membubarkan HTI.
Forum tersebut menjadi langkah dari pengorganisasian HTI
karena terjadi kesepakatan dan kesamaan pemahaman yang berujung
pada pemberian dukungan Ormas-ormas Islam tersebut untuk
mendukung dan ikut serta dalam gerakan HTI guna menolak Perppu.
b. Penggerakan
HTI dibubarkan secara resmi oleh pemerintah pada tanggal 19
Juli 2017.Sebagai upaya penolakan terhadap pembubaran tersebut
maka terjadi aksi massa dan perlawanan melalui jalur hukum sebagai
langkah penggerakan. Penggerakan (actuating) adalah upaya
penggerakan anggota untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas
dan wewenang.5
George R. Terry menyebut proses ini sebagai “gerakan aksi”
yang mencakup aktifitas dan gerakan organisasi. Pada tahap ini terjadi
proses penetapan dan pengembangan keputusan-keputusan yang telah
5George R. Terry dalam Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen…, h. 27.
58
direncanakan.6Dualangkah penggerakan tersebut penulisjabarkan
sebagai berikut:
1) Penggerakan Aksi Massa
Sejalan dengan pernyataan HTI yang mengakui bahwa HTI
adalah partai politik dan aktifitasnya adalah melakukan dakwah
dengan muatan politik, maka penulis mengkategorikan gerakan
HTI sebagai gerakan politik. HTI berbeda dengan partai politik
yang lain karena HTI tidak mendaftarkan diri sebagai partai politik
yang mengikuti kontestasi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) tetapi
hanya mendaftarkan diri sebagai Organisasi Kemasyarakatan.
“Dalam konteks peraturan perundangan (Republik
Indonesia) yang ada, HT saat ini secara legal formal lebih
tepat berada dalam payung legalitas Ormas. Partai politik
dalam pengertian sekarang adalah partai yang akan menjadi
peserta kontastasi politik dalam pemilu, sedang HTI
tidak”.7
Meskipun demikian, peran HTI sesuai dengan konsep
gerakan politik yaitu sebuah perilaku kolektif yang dilandasi atas
kepentingan bersama dalam jangka waktu yang relatif lama yang
bertujuanuntuk mengubah atau mempertahankan kondisi
masyarakat atau institusi.8
Berkenaan dengan kasus pembubaran HTI melalui
penerbitan PerppuNomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas
6George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen…, h. 17.
7 Wawancara dengan Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), tanggal 31 Agustus 2018
8Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, edisi ketiga (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,
2004), h. 195.
59
UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan,
HTI melakukan gerakan politik sebagai upaya perlawanan untuk
memperjuangkan nilai-nilai dan haknya. Gerakan politik tersebut
dilakukan dengan mobilisasi massa. Mobilisasi massa ditujukan
kepada kelompok atau orang-orang yang memiliki konsep
pemahaman yang sama.
Aksi massa diharapkan mampu mengakomodasi
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Dari
beberapa aksi yang telah berlangsung, hanya beberapa tuntutan
yang terealisasi dan mendapat tanggapan dari pemerintah.Beberapa
aksi yang digelar adalah Aksi 287, Aksi 299, Aksi Tolak Perppu
Ormas, Reuni 212 dan Aksi Bela Tauhid.
Pertama, Aksi 287 yaitu aksi yang digelar tanggal 28 Juli
2017, aksi ini digagas oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa
(GNPF) dan Alumni 212.
60
Gambar IV.3 Aksi 2879
Sumber: Detik News
Terdapat lima resolusi yang diorasikan pada aksi ini, salah
satunya adalah pernyataan bahwa HTI merupakan bagian integral
dari umat islam yang menjadi korban kekejaman pemerintah dan
kemungkinan akan ada organisasi Islam lainnya yang bernasib
sama. Para aksi massa berharap MK dapat mempertimbangkan
judicial review mengenai Perppu Ormas dan pihak-pihak terkait
(DPR, MUI, Partai Politik dan Ormas Islam) untuk tidak
menyetujui Perppu Ormas tersebut.
9Cici Marlina Rahayu, “Presidium Alumni 212 Bacakan 5 Resolusi Aksi 287” Detik News.
Diakses melalui https://news.detik.com/berita/3577680/presidium-alumni-212-bacakan-5-resolusi-
aksi-287
61
Kedua, Aksi 299 dilaksanakan pada Jum‟at, 29 September
2017 di Depan Gedung DPR RI.
Gambar IV.4 Aksi 29910
Sumber: Akun Instagram @muslimahmediacenter
Aksi ini dimaksudkan untuk menolak Perppu Ormas dan
menolak kebangkitan PKI. Slamet Ma‟arif selaku Ketua
Persaudaraan Alumni 212 menyampaikan bahwa aksi ini hanya
ingin menyampaikan dua tuntutan saja, yaitu Penolakan Perppu
Ormas dan Pembubaran PKI. Peserta aksi terdiri atas Presidium
Alumni 212, Forum Umat IslamBersatu (FUIB), Front Pembela
Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), HTI dan
berbagai Ormas lain.
10
Muslimah Media Center, diakses melalui
https://www.instagram.com/p/BZr4X9ahjVJ/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=ph7816o0zq6,
pada tanggal 12 Oktober 2018.
62
Ketiga, Aksi Tolak Perppu Ormas. Aksiini digelar pada
tanggal 24 Oktober 2017 di depan Gedung DPR.
Gambar IV.5 Aksi Tolak Perppu Ormas11
Sumber: Akun Instagram @muslimahmediacenter
Gambar IV.6 Massa Aksi Tolak Perppu Ormas12
Sumber: beritagar.id
Gambar IV.7 Pengesahan Perppu Ormas Menjadi UU
Sumber: Akun Instagram @muslimahmediacenter
11
Muslimah Media Center, diakses melalui
https://www.instagram.com/p/BamHXKnB6md/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1m5rkk3ng
3sof, pada tanggal 10 September 2018. 12
Beritagar.id, “Nasib Perppu Ormas ditentukan Akhir Oktober 2017” diakses melalui
https://www.google.co.id/search?q=aksi+tolak+perppu+ormas+24+oktober&safe=strict&source=l
nms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjwwODB79beAhWKwI8KHQFVCkcQ_AUIDygC&biw=
931&bih=454#imgrc=ezTKcp9AP9wQ2M, pada tanggal 10 September 2018.
63
Aksi ini digelar bersamaan dengan Sidang Paripurna atas
Pentapan dan Pengesahan Perppu Ormas menjadi Undang-Undang.
Sejumlah Pedemo membentangkan bendera hitam berlafadz tauhid
sepanjang 50 meter. Aksi ini digelar untuk menolak pengesahan
Perppu Ormas menjadi Undang-undang.
Keempat, Reuni 212. Berbagai anggapan muncul mengenai
keikut sertaan HTI pada gerakan massa yang menyangkut
kepentingan politik, baik pada gerakan aksi 212, maupun dalam
kegiatan reuni 212 yang didalamnya terkandung muatan gerakan
Gerakan #2019GantiPresiden. Karena, meskitelah dibubarkan
namun bendera atau lambang-lambang HTI juga masih dijumpai
dalam beberapa gerakan-gerakan massa yang berlatar belakang
Islam. HTI memberikan tanggapan bahwa HTI mendukung
kegiatan 212 karena HTI meyakini bahwa 212 akan menjadi
inspirasi dan tolak ukur bagi aksi-aksi yang akan datang.
“Saya kira Aksi 212 ini akan terus dikenang sebagai bukti
bahwa umat Islam Indonesia bisa bersatu dan menegaskan
secara nyata pendirian politiknya, dan insya Allah akan
terus memberikan inspirasi untuk aksi-aksi umat di masa
mendatang.”13
HTI memandang bahwa dukungan HTI terhadap 212 bukan
berarti secara otomoatis HTI mendukung gerakan
#2019GantiPresiden atau mendukung calon tertentu. Ada pihak
yang percaya bahwa HTI terlibat dalam gerakan
13
Wawancara dengan Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), tanggal 31 Agustus 2018.
64
#2019GantiPresiden karena beredarnya foto dan video Juru Bicara.
HTI dengan Mardani Ali Sera (Ketua DPP Partai Keadilan
Sejahtera) Menyerukan dan mendeklarasikan keinginan untuk 2019
ganti sistem.
Kata “ganti sistem” dimaknai berbeda-beda oleh banyak
pihak. Ditambah lagi dengan beredarnya spanduk, baliho dan
atribut-atribut yang menyandingkan HTI dengan pertain
pendukung gerakan #2019GantiPresiden. Kemudian Jubir HTI
menanggapi sebagai berikut:
“Kami tidak pernah mengintruksikan pembuatan atribut
atas nama HTI untuk mendukung gerakan
#2019GantiPresiden, kalaupun ada itu fitnah”14
HTI menyatakan bahwa HTI tidak menudukung pihak
manapun dalam kontestasi pemelihan presiden di tahun 2019
mendatang, HTI hanya menginginkan penggantian sistem agar
Indonesia ke arah yang lebih baik.
Sri Yunanto menjelaskan dengan keinginan mengganti
sistem berarti HTI berkeinginan untuk mengganti Pancasila dan
UUD 1945. Ali Munhanif selaku pengamat politik Islam sepakat
bahwa kata “ganti sistem” ini bukan hanya tertuju pada
penggantian presiden tetapi lebih kearah penggantian secara
fundamental dan jelas itu melanggar konstitusi.15
14
Wawancara denganIsmail Yusanto (Juru Bicara HTI), tanggal 31 Agustus 2018. 15
Wawancara denganAli Munhanif (Pengamat Politik), tanggal 26 November 2018.
65
Kelima, Aksi Bela Tauhid atau Aksi 211. Aksi ini digelar
tanggal 2 November 2018. Peserta aksi melakukan longmarch dari
Masjid Istiqlal sampai ke Istana Negara. Hampir seluruh massa
aksi menggunakan atribut dengan lafadz tauhid. Aksi ini
merupakan reaksi atas pembakaran bendera yang diduga sebagai
bendera HTI. Tapi beberapa pihak menganggap bahwa bendera
hitam berlafadz tauhid (Ar-Rayah) tersebut adalah bendera
Rasulullah SAW.
Bertepatan dengan aksi tersebut HTI dan kuasa hukumnya
menggelar konferensi pers sebagai tindak lanjut atas
kasuspembakaran bendera dan ihwal sebutan HTI sebagai
organisasi terlarang.
Melalui konferensi pers pihak HTI mengklarifikasi bahwa
HTI tidak memiliki bendera, bendera yang digunakan HTI selama
ini adalah bendera umat Islam yaitu Al-Liwa dan Ar-Rayah. Hal ini
diperjelas melalui orasi Ismail Yusanto dalam aksi tersebut.
Perihal anggapan HTI sebagai Ormas terlarang dianggap
keliru, karena menurut Ismail Yusanto keputusan hukum yang
ditetapkan kepada HTI hanya mencabut status badan hukum, tidak
dinyatakan bahwa HTI adalah organisasi terlarang.
Sebelum terjadinya aksi massa tentu terjadi proses framing,
karena merasa tidak adanya keadilan dari pemerintah maka
66
mobilisasi terjadi dan akhirnya terjadi aksi massa yang menuntut
keadilan pemerintah.
2) Proses dan Langkah Hukum
HTI memandang secara formil, Perppu Nomor 2 Tahun
2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
Organisasi Kemasyarakatan (Perppu Ormas) sesungguhnya tidak
ada alasan yang bisa diterima dalam penerbitan Perppu. Pada
Pengantar Perppu tersebut, Mendagri merujuk pada cuplikan video
kegiatan HTI di tahun 2013, maka tidaklah logis bila video
kegiatan HTI di tahun 2013 dipakai sebagai dasar untuk
menunjukkan adanya kegentingan memaksa di tahun 2017.
Secara materiil, Perppu Ormas juga mengandung banyak
persoalan. Perppu telah menghapus kekuasaan kehakiman, bukan
karena ingin mewujudkan prinsip contrarius actus. Dalam hukum
adaministrasi negara “contrarius actus” adalah asas yang
menyatakan badan atau pejabat tata usaha negarayang menerbitkan
putusan tata usaha Negara, dengan sendirinya berwenang untuk
membatalkannya.16
Dengan dihilangkannya kekuasaan kehakiman
dalam Perppu, ini bertentangan dengan prinsip keadilan hukum
yang semestinya selalu menjadi tujuan dibuatnya peraturan
perundangan. Sehingga, Perppu hanya melahirkan kepastian
16
Miftakhul Huda, “Kamus Hukum: Contrarius Actus”, Majalah Konstitusi, No. 34
November 2009, h. 78.
67
hukum tapi tidak melahirkan keadilan hukum karena justice
process atau proses pengadilan telah dihilangkan.17
Dilihat dari ketentuan dasar pembuatan Perppu,
bahwasanya Perppu boleh dibuat dalam keadaan kegentingan yang
memaksa. Namun faktanya tidak tanda-tanda kegentingan yang
dimaksudkan. Sehingga secara materiil, Perppu Ormas telah
menghapus kekuasaan kehakiman dan ini bertentangan dengan
prinsip keadilan hukum yang semestinya.
Menurut Yusril Ihza Mahendra selaku Kuasa Hukum HTI,
keputusan pemerintah tersebut membuktikan bahwa Perppu Ormas
telah nyata membuka peluang bagi Pemerintah menjadi diktator,
karena secara sepihak membubarkan ormas tanpa hak membela diri
dan tanpa “due process of law” atau proses penegakan hukum yang
adil dan benar sesuai asas negara hukum.18
Berdasarkan gugatan yang telah didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) tertanggal 13
Oktober 2017, Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT, Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) dalam hal ini sebagai “Penggugat” mengajukan
gugatan Sengketa Tata Usaha Negara terhadap Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia (Menkumham) Republik Indonesia selanjutnya
disebut sebagai “Tergugat”.
17
Wawancara dengan Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), tanggal 31 Agustus 2018. 18
Wawancara dengan Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), tanggal 31 Agustus 2018.
68
Dalam dictum keputusan PTUN tergugat menyatakan
keputusannya untuk mencabut keputusan Menkumham Nomor:
AHU-00282.60.10.2014 tanggal 02 Juli 2014 tentang Pengesahan
Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Hizbut Tahrir Indonesia
yang berkedudukan di Jakarta Selatansebagai “Objek Sengketa”.
Bertepatan dengan keputusan diatas Kemenkumhan
menerbitkan siaran pers dengan judul “Kewenangan Legal
Administratif Kemenkumham Sebagai Tindak Lanjut Perppu
Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17
Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan”, siaran tersebut
menyatakan:
“Dengan adanya pencabutan SK Badan Hukum HTI maka
organisasi masyarakat tersebut dinyatakan bubar sesuai
dengang Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan
atas UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan Pasal 80 A.”19
Objek sengketa yang diajukan dalam gugatan tersebut
adalah keputusan dari Pejabat Tata Usaha Negara yang isinya
bersifat konkret, individual dan final serta menimbulkan akibat
hukum.20
Dengan kehilangan status badan hukum dan dibubarkan,
hal ini jelas menimbulkan kerugian nyata bagi HTI. HTI tidak lagi
dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan
tujuan organisasi seperti melakukan dakwah, pembinaan
19
Draft Konferensi Pers HTI 20
Dokumen Gugatan terhadap Menteri Hukum dan HAM RI yang didaftarkan oleh Ihza &
Ihza Law Firm sebagai Kuasa Hukum HTI, h. 5-6.
69
kerohanian, menyelenggarakan pengajian-pengajian, menerbitkan
buku-buku dan sebagainya.21
Sehingga anggota Ormas Penggugat
tidak lagi terwadahi.
Setelah terbit keputusan atau objek sengketa, menimbulkan
kekhawatiran dikalangan pengurus dan anggota Ormas Penggugat
karena dalamhal ini instansi pemerintahan dan instansi pendidikan
(Perguruan Tinggi Negeri) dikabarkan akan melakukan
“penyisiran”22
terhadap para anggota Ormas Penggugat, bahkan
disebut akan dipecat atau diberhentikan dari pekerjaan dan
jabatannya.
Berkenaan dengan keputusan diatas, telah membuktikan
bahwa HTI mengalami kerugian atas terbitnya objek sengketa,
jelas Penggugat memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk
mengajukan gugatan a quo.23
Penggugat menolak penerbitan Objek
Sengketa karena Penggugat menganggap Objek Sengketa yang
diterbitkan tidak memiliki landasan filosofis, sosiologis dan
yuridis.
Pendiri dan pegiat HTIdianggap menyembunyikan identitas
yang sesungguhnya dengan tidak mendeklarasikan dan tidak
mendaftarkan diri sebagai partai politik, melaikan sebagai
21
Dokumen Gugatan terhadap Menteri Hukum dan HAM RI yang didaftarkan oleh Ihza &
Ihza Law Firm sebagai Kuasa Hukum HTI, h. 8-9. 22
“Penyisiran” bermakna penelusuran terhadap orang-orang yang diduga sebagai anggota
atau partisan HTI. Dokumen Gugatan terhadap Menteri Hukum dan HAM RI yang didaftarkan
oleh Ihza & Ihza Law Firm sebagai Kuasa Hukum HTI, h. 9. 23
“a quo” berarti memepertahankan keadaan sekarang yang tetap seperti keadaan
sebelumnya (berstatus hukum).
70
organisasi kemasyarakatan non-politik. Pengelabuan ini merupakan
bagian dari strategi penyusupan ke dalam berbagai instansi
pemerintah dan tatanan masyarakat.24
Jika diletakan dalam konteks spiritualitas (doktrin agama)
maka konsep khilafah tidak menimbulkan masalah atau
pertentangan tetapi jika perkara tersebut diletakan pada nation
state, maka terjadi pergeseran dari ranah spiritualis ke ranah
politik.25
Bahwa dengan dicabutnya badan hukum HTI berdasarkan
Objek Sengketa, maka sesuai dengan Asas Praduga Rechtmatig26
,
penggugat tidak lagi memenuhi unsur-unsur subjek hukum
sebagaimana yang terkandung dalam pasal 53 ayat 1 UU Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang telah
diubah menjadi UU Nomor 51 Tahun 2009.
Berdasarkan uraian yang disampaikan diatas maka gugatan
yang sekarang ini diajukan seharusnya dinyatakan tidak dapat
diterima. Sehingga, pada sidang PTUN memutuskan untuk
menolak seluruh eksepsi/gugatan dari Penggugat. Karena tidak
puas dengan hasil sidang, kemudian HTI mengajukan permohonan
banding. Setelah banding ditolak HTI melakukan pengajuan kasasi
yang didaftrakan pada 19 Oktober 2018.
24
Dokumen Jawaban Tergugat Perkara Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT, h. 3. 25
Dokumen Jawaban Tergugat Perkara Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT, h. 4. 26
“Asas Praduga Rechtmatig” yaitu tindakan pemerintah sebagai penguasa harus dianggap
sah selama objek sengketa masih berlaku dan belum dicabut. Dokumen Jawaban Tergugat Perkara
Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT, h. 7.
71
Kasasi adalah upaya hukum tertinggi, pada proses ini
Mahkamah Agung bertindak sebagai puncak peradilan.27
Langkah
ini diambil karena banding yang sebelumnya diajukan oleh HTI
ditolak oleh PTUN. Sampai saat ini gugatan HTI terhadap
Kemenkumham masih berlanjut dan belum ada putusan dengan
kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Prof. Yusril Ihza
Mahendra selaku Kuasa Hukum HTI mengatakan:
“HTI memang telah dicabut badan hukumnya dan
dinyatakan bubar oleh pihak pemerintah, yaitu
Kemenkumham. HTI kemudian mengajukan keberatan ke
PTUN Jakarta dan sekarang prosesnya sedang di
Mahkamah Agung (MA), semua pihak dapat menghormati
proses hukum yang sedang dijalani”.28
Kuasa hukum HTI meyakini, meskipun telah dicabut status
badan hukumnya tetapi sampai saat ini belum ada pernyataan atau
ketetapan hukum yang menyatan bahwa HTI adalah organisasi
masyarakat yang dilarang oleh pemerintah.
2. Penyediaan Data dan Informasi
Kegiatan HTI dalam penyampaian informasi dapat dianalisis melalu
konsep jaringan komunikasi formal, yang terdiri dari komunikasi horizontal
(horizontallycommunication), komunikasi kebawah (down ward
communication),komunikasi ke atas (upward communication).29
27
Mukti Arto, Upaya Hukum Kasasi dan Peninjauan Kembali (Depok: Prenadamedia
Group, 2018), h. 3. 28
Yusril Ihza Mahendra, Konferensi Pers, Jakarta 28 Oktober 2018. 29
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 108-124.
72
Pertama, komunikasi horizontal (horizontally communication).
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan dari orang-orang yang
memiliki tingkat otoritas yang sama di dalam organisasi. Pesan yang
disampaikan biasanya berbentuk koordinasi, pemecahan masalah,
penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.Sebagai organisasi
tentu pengurus HTI saling berkoordinasi dalam pemecahan masalah.
Komunikasi ini dilakukan antar pengurus dan badan semi otonom yang
dinaungi HTI, seperti Muslimah HTI dan Gerakan Mahasiswa Pembebasan
(GEMA Pembebasan). Tidak hanya itu HTI juga berkoordinasi dengan TP-
HTI dalam upaya perlawanan hukum terhadap pemerintah.
Kedua, komunikasi kebawah (down ward communication).
Komunikasi kebawah (down ward communication) adalah pesan yang
mengalir dari pimpinan kepada bawahan, pesan yang disampaikan
berbentuk arahan, perintah, tujuan, pertanyaan, kebijakan dan lain-lain.
Komunikasi kebawah yang dilakukan adalah penyampaian pesan dari
petinggi HTI (Pengurus DPP dan Ulama HTI) anggota atau simpatisan.
Kegiatan komunikasi ini biasanya dilakukan dengan dakwah dan kajian-
kajian, baik melalui forum-forum maupun sosial media.
Ketiga, komunikasi ke atas (upward communication) adalah pesan
yang sampaikan dari bawahan kepada atasan. Komunikasi ini bertujuan
untuk memberikan unpan balik dalam bentuk saran atau
pertanyaan.komunikasi ini bisa dilihat melalui sosial media dimana
masyarakat dapat memberikan kritik dan saran.
73
Saat ini komunikasi kebawah adalah komunikasi yang dominan
dilakukan HTI untuk menunjang kegiatan dakwah dan untuk mempermudah
masyarakat dalam mengakses informasi tentang HTI. HTI melakukan
penyampaian dakwah melalui media cetak, media online dan sosial media.
Dakwah mengenai pemahaman dan ajaran HTI disampaikan melalui media
cetak:
a. Buku/kitab terbitan HTI Press, yaitu Daulah Islamiah, Sistem
Pergaulan dalam Islam, Sistem Ekonomi Islam, Kepribadian Islam,
Sistem Keuangan Negara Khilafah, Peraturan Hidup dalam Islam,
Mafahim Hizbut Tahrir, Pembentukan Partai Politik Islam, Konsepsi
Politik Hizbut Tahrir, Struktur Negara Khilafah.
b. Buletin Al Wa‟ie
c. Tabloid Media Umat
Media online saat ini dinilai sangat efektif dalam menyampaikan
dakwah, media yang sering digunakan adalah portal online/website,
youtube, instagram dan telegram. Dakwah mengenai pemahaman dan ajaran
HTI disampaikan melalui portal online/website:
a. Media Pembebas, dapat diakses memalui link:
www.mediapembebas.com
b. Tabloid Media Umat, dapat diakses melalui link:
https://mediaumat.news/
c. Media Oposisi, dapat diakses melalui link: www.mediaoposisi.com
74
d. Gerakan Mahasiswa (GEMA) Pembebasan, dapat diakses melalui
link: www.gemapembebasan.or.id
Dakwah mengenai pemahaman dan ajaran HTI disampaikan melalui
sosial media Youtube:
a. Fokus Khilafah Channel (dulunya adalah HTI Channel) dapat
diakeses melalui link:
www.youtube.co./channel/UC0fRZY5aMvp9IGAJE_I4ADw
Gambar IV.8 Channel Youtube Fokus Khilafah Channel
Sumber: Channel Youtube Fokus Khilafah Channel
b. Muslimah Media Center, dapat diakses melalui link:
www.youtube.co./c/MUSLIMAHMEDIACENTERID
75
Gambar IV.9Channel Youtube Muslimah Media Center
Sumber: Channel Youtube Muslimah Media Center
Dakwah mengenai pemahaman dan ajaran HTI disampaikan melalui
akun sosial media Instagram:
a. Media Pembebas (@mediapembebas)
b. Indonesia Bertauhid Reborn (@indonesiabertauhidid)
c. Indonesia Bertauhid Reborn (@indobertauhidid)
d. Muslimah Media Center (@muslimahmediacenter)
e. Halqahislam (@halqahislam)
f. Media Umat (@mediaumat.news)
Ismail Yusanto (@ismail_yusanto) selaku Juru Bicara HTI dan Iffah
Ainurrochmah (@iffahainurrochmah) selaku Juru Bicara Muslimah HTI
juga masih turut aktif menyampaikan pandangan seputar khilafah dalam
akun instagram resminya.
76
Dakwah mengenai pemahaman dan ajaran HTI disampaikan melalui
channel sosial media Telegram:
1) Muslimah Media Center, dapat diakses melalui link:
t.me/muslimahmediacenter
2) IndonesiaBertauhidReborn, dapat diakses melalui link:
t.me/IndonesiaBertauhidReborn
3) Media Umat, dapat diakses melalui link: t.me/MediaUmatNews.
3. Penguatan Kepemimpinan dan Kaderisasi
Pencapaian sebuah tujuan organisasi tidak hanya terfokus pada peran
dari pemimpin melainkan keterlibatan dari bawahan juga patut mendapatkan
tempat untuk pengambilan keputusan secara efektif.30
Sama halnya dengan
Badan semi otonom HTI, yaitu Muslimah HTI dan Gerakan Mahasiswa
Pembebasan (GEMA Pembebasan) masih berperan aktif dalam menuangkan
ide dan melakukan gerakan dakwah dan politik. Muslimah HTI melakukan
gerakan dakwah yang berkisar pada isu-isu perempuan dan keluarga,
sementara GEMA Pembebasan lebih kepada gerakan politik dalam lingkup
kampus.
Penulis mengambil sampel pada GEMA Pembebasan yang ada di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, GEMA Pembebasan masih aktif melakukan
forum diskusi yang bertempat di lingkungan kampus. Diskusi Tersebut
masih terkait dengan ide-ide khilafah islamiyah.
30
Burhanudin Mukhamad Faturahman, “Kepemimpinan dalam Budaya Organisasi,”
MADANIJurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, Vol. 10, No. 1, 2018, h. 2.
77
Ketika penulis mencoba untuk melakukan wawancara dengan
beberapa anggota GEMA Pembebasan terkait kaderisasi anggota di
lingkungan kampus, kebanyakan dari anggotanya menolak untuk
diwawancarai. Salah satu alasan disampaikan oleh Muhammad Nicko T.
Pandawa selaku pengurus Komisariat GEMA Pembebasan Cabang UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, alasan tersebut adalah:
“Pengkaderan masih ada, namun kami tidak bisa menjawab soal itu,
karena di kami ada SOP tentang itu (pengkaderan anggota) sehingga
pertanyaan tersebut harus ditanyakan langsung kepada Ust. Ismail
Yusanto (Juru Bicara HTI).”31
Selain karena informasi yang penulis cari adalah privasi HTI,
pemberian informasi kepada orang non-anggota mungkin saja akan
membahayakan HTI dikemudian hari. Dari penuturan Nicko apabila ingin
mewawancarai anggota HTI harus melalui persetujuanPenanggung jawab
(PJ) dan didukung dengan persetujuan tertulis dari Ismail Yusanto selaku
Juru Bicara HTI. Di sisi lain, hal ini menunjukan bahwa struktur dan
kepemimpinan HTI yang masih berlaku. Karena penulismasih harus
melewati beberapa proses untuk mendapatkan informasi.
Dalam hal keanggotaan, HTI membebaskan anggotanya untuk masuk
ke dalam organisasi atau partai lain. Karena HTI bukan organisasi mengikat,
HTI adalah organisasi dakwah yang mana dakwah adalah kewajiban bagi
umat muslim. Dan berdasarkan asas kebebasan berserikat dan berkumpul
maka HTI tidak memiliki hak untuk melarang.
31
Wawancara dengan MuhammadNicko T. Pandawa (Pengurus Komisariat GEMA
Pembebasan Ciputat), tanggal 18 Januari 2019.
78
Setelah dibubarkan banyak diantara anggotanya yang memilih masuk
ke dalam partai, salah satu partai alternatifnya adalah Partai Bulan Bintang
(PBB). HTI membenarkan sudah ada pembicaraan antara kader HTI dengan
PBB terkait keikutsertaan di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.
“Adapembicaraan-pembicaraan seperti itu. Tentu sudah ada
kesepahaman kedua belah pihak antara HTI dan PBB”32
Kesepakatan antara HTI dan PBB fokus tentang agenda untuk
memperjuangkan aspirasi umat dan tegaknya syariat Islam di pemilu 2019
nanti.PBB Provinsi Bengkulu sebelumnya sudah melakukan perekrutan
calon legislator dari kader HTI.Namun,Ismail Yusanto masih belum mau
merinci secara detail nama-nama kader HTI yang akan menjadi calon
legislatif (caleg) di parlemen nanti.
Masuknya mantan anggota HTI ini sebagai salah satu cara agar
kepentingan HTI dapat terakomodasi melalui lembaga politik. Apabila ada
salah satu mantan anggota yang terpilih menjadi anggota legislatif tentu
nantinya dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang memungkinkan
untuk mendukung gerakan politik HTI .
32
Ihsan Dalimunte, “Incar Kursi Perlemen, HTI Akui Dukung PBB di Pileg 2019” CNN
Indonesia. Diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180314071034-32-
282788/incar-kursi-parlemen-hti-akui-dukung-pbb-di-pileg-2019 , 20 Desember 2018, pukul 19.05
WIB.
79
B. Kendala yang Dihadapi dalam Proses Konsolidasi Politik HTI
Dalam melakukan konsolidasi politik, tentu terdapat kendala-kendala yang
dihadapi HTI. Kendala tersebut penulis tuangkan dalam poin-poin berikut:
1. Kendala dalam Proses Hukum.
Sekarang ini, HTI tidakmemiliki kedudukan hukum (legal standing)
dalammengajukan gugatan, karena HTI bukan lagi suatu badan hukum.
Sehingga HTI tidak dapat melakukan tindakan atau pembuatan hukum
dalam mengajukan gugatan.33
Dengan pencabutan status badan hukum HTI tidak lagi diperkenankan
untuk menggunakan nama tersebut. Nama HTI boleh digunakan hanya pada
proses hukum, selain pada kegiatan tersebut maka nama HTI tidak boleh
digunakan.Karena HTI sudah tidak lagi memiliki badan hukum maka HTI
tidak bisa menggugat atas nama HTI, dan kini diwakili oleh Ismail Yusanto.
Proses hukum yang sedang dihadapi HTI adalah tahap kasasi, namun
sampai saat ini belum mendapatkan putusan tetap dari PTUN.
2. Kendala dalam Berdakwah
Meskipun HTI telah dibubarkan namun gerakan dakwah dan
politiknya masih masif. Agar anggotanya tetap terakomodasi maka HTI
masih terus melakukan dakwah dan kajian-kajian. Dakwah sangat efektif
untuk memperkuat eksistensi ajaran HTI bahkan nama HTI itu sendiri.
Namun, karena terjadinya framing negatif terhadap HTI, saat ini gerakan
33
Dokumen Jawaban Tergugat Perkara Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT.
80
dakwah HTI menjadi lebih sempit. Kerapkali dakwah HTI bersinggungan
dengan kelompok masyarakat dan organisasi lain, banyak kajian-kajian
yang diduga sebagai kajian HTI yang dibubarkan paksa. Ada pula beberapa
tokoh HTI yang ditolak untuk berdakwah. Hal ini membuat HTI sulit untuk
meyakinkan masyarakat.
Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Juru Bicara
HTI, beliau menegaskan bahwa dakwah adalah kewajiban bagi orang-orang
mukmin. Dengan dibubarkannya HTI bukan berarti anggotanya berhenti
untuk meyebarkan dakwah Islam, karena menurutnya dakwah adalah
kewajiban setiap mukmin, kewajiban itu harus kita jalankan sampai mati.
“HTI tidak pernah takut dalam berdakwah. Buktinya, HTI
melaksanakan dakwah selama ini secara terbuka menyerukan
penegakan syariah dan khilafah”.34
Pernyataan Juru Bicara HTI dibenarkan oleh Ketua Dewan Pimpinan
Pusat HTI Rokhmat S Labib, ia mengatakan pihaknya tetap melakukan
kegiatan dakwah karena Pemerintah hanya mencabut status badan
hukumnya, bukan melarang kegiatan dakwah.
“Dakwah adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim, dakwah tak
boleh berhenti dan dihentikan, toh yang menyuruh pembubaran Ormas
ini cuma manusia, apalagi Presiden. Jadi kalau hanya sekadar
mencabut badan hukum artinya itu hanya melarang kegiatan HTI
berkaitan dengan hukum. Tetapi yang berkaitan dengan dakwah dan
semacamnya tidak boleh dilarang. Kami terus melakukan dakwah,
seperti apa pelaksanaannya kita lihat nanti.”35
34
Wawancara dengan Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), tanggal 31 Agustus 2018. 35
Ramadhan Rizki Saputra, “Pembubaran Tak Hentikan Aktivitas Dakwah HTI” diakses
melalui https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180508211216-32-296725/pembubaran-tak-
hentikan-aktivitas-dakwah-hti, pada tanggal 01 November 2018. Pukul 12.00 WIB.
81
HTI melihat Perppu Ormas ditujukan untuk menghalangi lajunya
dakwah HTI. Tudingan anti Pancasila hanyalah kedok belaka dari maksud
sesungguhnya, yakni memerangi dakwah Islam kaffah yang mereka sebut
gerakan Islam radikal.
Pernyataan tersebut ditanggapi oleh staf ahli Kemenkopolhukam yaitu
Sri Yunanto melalui wawancara yang penulis lakukan, ia membenarkan
bahwa setelah dikeluarkannya Perppu pemerintah masih memperbolehkan
mantan anggota HTI melakukan dakwah.
“Iya, benar mereka masih bisa dakwah, ceramah dan kajian asalkan isi
dari yang disampaikan tidak mengarah pada paham khilafah atau hal-
hal yang bertentangan dengan NKRI. Tapi untuk sekarang sejauh
mana (isi dakwahnya) masih kita lihat.”36
Sri Yunanto mempertegas alasan mengapa HTI masih bisa berdakwah
ialah karena pemerintah masih berpegang teguh pada UU yang menjamin
kebebasan untuk berserikat dan berkumpul asalkan sesuai dan tidak
bertentangan dengan UU dan peraturan-peraturan yang berlaku.
3. Kendala dalam Mewujudkan Cita-citaPolitik
Sebagai organisasi yang menginginkan pendirian Khilafah Islamiyah,
tentu akan sulit bagi HTI untuk berdiri di tengah sistem (demokrasi) yang
telah ada. Meskipun mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam tetapi
masih banyak yang belum bisa menerima gagasan HTI, ditambah lagi
dengan adanya agama lain yang tentu kontradiktif dengan ajaran tersebut.
Dalam hal ini, HTI belum mampu untuk menunjukan kelebihan dari konsep
36
Wawancara dengan Sri Yunanto (Staf ahli Kementerian Koordinator Politik Hukum dan
Hak Asasi Manusia), tanggal 1 September 2018.
82
yang ditawarkan. KH. Ishomudin selaku saksi ahli dalam PTUN HTI
menyatakan bahwa:
“Menegakkan kembali al-khilafah al-islamiyyah pada saat semua
negara di dunia ini telah sepakat menjadi nation state (negara
bangsa), sebagaimana NKRI, merupakan ilusi atau kemungkinan
yang sangat sulit dicapai”37
Pernyataan tersebutdikuatkan dengan alasan bahwa umat Islam
menganut berbagai madzhab dan aliran yang sangat beragam, tidak akan
menyepakati siapa khalifahnya dan mustahil tunduk pada satu sistem
pemerintahan al-khilafah al-islamiyyah sebagaimana diperjuangkan oleh
HTI. Upaya HTI ini nantinya dapat menimbulkan perebutan kekuasaan,
perubahan sistem pemerintahan dan bentuk negara berpotensi besar
menimbulkan sengketa, mengakibatkan perpecahan, konflik dan
pertumpahan darah, dan bahaya besar lainnya. Sehingga, sangat tidak
mungkin menyatukan berbagai negara dengan bentuk negara yang sangat
beragam.
37
Wawancara dengan Ahmad Ishomuddin (Saksi Ahli Sidang PTUN), tanggal 31 Oktober
2018
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara garis besar konsolidasi politik HTI dilakukan dengan perlawanan
hukum dan politik. Perlawanan hukum dilakukan dengan proses hukum di
pengadilan, sedangkan perlawanan politik dilakukan dengan mendorong berbagai
pihak untuk menolak Perppu Ormas. Konsolidasi tersebut dianalisis dengan
konsep penguatan kelembagaan yang tercantum dalam Bab XII Pasal 40 Ayat 5
UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyatakatan yang kemudian
difokuskan pada penguatan manajemen organisasi, penyediaan data dan
informasi, serta penguatan kepemimpinan dan kaderisasi. Bentuk-bentuk
konsolidasi politik HTI penulis jabarkan menjadi:
1. Penguatan manajemen organisasi, dapat dianalisis dengan teori manajemen
organisasi George R. Terry yaitu, pengorganisasian (organizing) dan
penggerakan (actuating):
a. Pengorganisasian, yaitu proses saat HTI menetapkan Yusril Ihza
Mahendra sebagai Kuasa Hukum dan menghimpun 1000 orang
advokat untuk membela HTI dalam melawan Menkumham dan
membentuk Forum Ormas Penolak Perppu Ormas.
b. Penggerakan adalah proses dimana HTI mulai melakukan langkah
hukum dan menggelar aksi-aksi penolakan terhadap Perppu Nomor 2
84
Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013
Tentang Organisasi Kemasyarakatan (Perppu Ormas).
2. Penyediaan data dan informasi. HTI melakukan komunikasi menggunakan
konsep jaringan komunikasi yaitu komunikasi horizontal, komunikasi
kebawah dan komunikasi keatas. Namun, komunikasi yang lebih dominan
adalah komunikasi kebawah denganHTI menyediakan data-data dan
informasi melalui buku, majalah, surat kabar, dan sosial media.
3. Penguatan kepemimpinan dan kaderisasi. Langkah yang digunakan adalah
dengan aktif melakukan kajian dan memberikan kebebasan kepada
anggotanya untuk masuk ke dalam organsasi atau partai politik.
Dalam proses tersebut tentu terdapat kendala-kendala yang dihadapi,
terdapat tiga kendala yang dihadapi HTI dalam melakukan konsolidasi, yaitu:
1. Kendaladalam melakukan proses hukum. Dengan pencabutan status badan
hukum HTI tidak lagi diperkenankan untuk menggunakan nama tersebut.
Nama HTI boleh digunakan hanya pada proses hukum, selain pada
kegiatan tersebut maka nama HTI tidak boleh digunakan. Karena HTI
sudah tidak lagi memiliki badan hukum maka HTI tidak bisa menggugat
atas nama HTI, dan kini diwakili oleh Ismail Yusanto. Proses hukum yang
sedang dihadapi HTI adalah tahap kasasi, namun sampai saat ini belum
mendapatkan putusan tetap dari PTUN.
2. Kendala dalam berdakwah. HTI melihat Perppu Ormas ditujukan untuk
menghalangi lajunya dakwah HTI. karena terjadinya framing negatif
terhadap HTI, saat ini gerakan dakwah HTI menjadi lebih sempit.
85
Kerapkali dakwah HTI bersinggungan dengan kelompok masyarakat dan
organisasi lain, banyak kajian-kajian yang diduga sebagai kajian HTI yang
dibubarkan paksa. Ada pula beberapa tokoh HTI yang ditolak untuk
berdakwah. Hal ini membuat HTI sulit untuk meyakinkan masyarakat.
3. Kendala dalam mewujudkan cita-cita politik. Sebagai organisasi yang
menginginkan pendirian Khilafah Islamiyah, tentu akan sulit bagi HTI
untuk berdiri di tengah sistem (demokrasi) yang telah ada. Meskipun
mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam tetapi masih banyak
yang belum bisa menerima gagasan HTI, ditambah lagi dengan adanya
agama lain yang tentu kontradiktif dengan ajaran tersebut.
B. Saran
Saran dari penulisan penelitian ini ditujukan kepada para akademisi ilmu
poltik, agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut menganai gerakan politik dan
organisasi kemasyarakatan. Dengan demikian, akan lebih banyak ketersediaan
referinsi mengenai teori-teori gerakan politik dan organisasi kemasyarakan.
Kemudian, kepada HTI dan Organisasi Kemasyarakatan di Indonesia diharapkan
menambah pemahaman dalam praktik-praktik yang berkaitan dengan gerakan
politik di Indonesia dan organisasi kemasyarakatan. Sehingga perkumpulan-
perkumpulan yang berlatar belakang keagamaan dapat lebih bijak dalam
menyebarkan paham-paham keagamaan yang dapat bergesekan dengan konstitusi
dan undang-undang yang berlaku di Indonesia.
86
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah, Kurniawan “Gerakan Politik Islam Ekstra Parlementer: Studi Kasus
Hizbut Tahrir Indonesia”, Tesis, Universitas Indonesia. 2004.
Afdlal, Awani Irewati, dkk. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI
Press. 2005.
Afif, Abu, dkk. Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir.
Bogor: Pustaka Thariqul Izzah. 2013.
Agus, Salim “The Rise of Hizbut Tahrir Indonesia”, Tesis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
an-Nabhani, Taqiyuddin. Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah.
Jakarta: HTI Press. 2005.
An-Nabhani, Taqiyuddin. Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah).
Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia. 2013.
__________, Taqiyuddin. Peraturan Hidup dalam Islam, ed.Mu‟tamadah.
Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia. 2013.
Arto,Mukti. Upaya Hukum Kasasi dan Peninjauan Kembali. Depok:
Prenadamedia Group. 2018.
Basrowi & Sukidin. Teori-Teori Perlawanan dan Kekerasan Kolektif. Surabaya:
Insan Cendikia. 2003.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2008.
Budiharsono, Suyuti S. Politik Komunikasi. Jakarta: Grasindo. 2013.
Cohen, Bruce J. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. 1992.
Damsar. Pengantar Sosiologi Politik, ed. Revisi. Jakarta: Prenada Media Group.
2010.
Ebaugh, Helen Rose. Handbook of Religion and Social Institution. Texas:
Springer Science. 2006.
Fathurahman,Pupuh. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
2011.
87
Halim, Abd. Relasi Islam, Politik dan Kekuasaan. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
2013.
Herujito, Yayat M. Dasar-Dasar Manajemen. Bogor: Grasindo. 2001.
Hizbut Tahrir Indonesia. Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia:
Indonesia,Khilafah dan Penyatuan Kembali Dunia Islam. Jakarta: Hizbut
Tahrir Indonesia. 2009.
Hizbut Tahrir. Struktur Negara Khilafah: Pemerintahan dan Administrasi.
Jakarta: HTI Press. 2008.
Huda, Miftakhul “Kamus Hukum: Contrarius Actus”, Majalah Konstitusi, No. 34
November 2009.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
Murugesan, G. Principles of Management. New Delhi: University Science Press.
2012.
Romli, Khomsahrial. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: Grasindo. 2014.
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi, ed. Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit
FEUI. 2004.
Terry, George R. Prinsip-Prinsip Manajemen, terj. J.G. Smith. Jakarta: Bumi
Aksara. 2013.
Wictorowicz, Quintan. Aktivisme IslamPendekatan Teori Gerakan Sosial, ed.
Terjemahan. Jakarta: Democracy Project. 2012.
Yunanto,Sri. Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jakarta: IPPS. 2017.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.
Jakarta: Kencana. 2014.
Undang-Undang dan Dokumen Resmi
UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013
Tentang Organisasi Kemasyarakatan Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
88
UU Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Perppu Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang-
Undang
Dokumen Gugatan terhadap Menteri Hukum dan HAM RI yang didaftarkan oleh
Ihza & Ihza Law Firm sebagai Kuasa Hukum HTI
Dokumen Jawaban Tergugat Perkara Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT
Dokumen Hasil Konferensi Pers HTI
Skripsi, Tesis, Disertasi dan Makalah
Abdullah, Kurniawan. “Gerakan Politik Islam Parlementer; Studi Kasus Hizbut
Tahrir Indonesia”. Tesis, Universitas Indonesia. 2004.
Abidin, Zainal. “Gerakan Politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sebagai
Organisasi Islam Ekstra Parlementer Di Indonesia Pasca Reformasi”.
Skripsi Institut Agama Islam Negeri Walisongo. 2010.
Agus Salim. “The Rise of Hizbut Tahrir Indonesia”. Tesis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.
Aulia, Rihlah Nur. “Fundamentalisme Islam Indonesia; Studi Atas Gerakan dan
PemikiranHizbutTahrir”.Tesis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2004.
Herowandi, Muhammad. “Kontroverisi Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap
Pancasila: Studi Kasus di DPP Hizbut Tahrir Indonesia”. Tesis,
Universitas Lampung. 2017.
Pudjianto, W. Sigit “Pembangunan Politik Indonesia: Studi Tentang Eksistensi
dan Peranan Organisasi Kemasyarakatan”, Tesis, Universitas Indonesia,
2006.
Jurnal dan Majalah
Avin, Risnawati. “Ini 4 Ormas Sesat yang Dilarang Selain Gafatar” Iyaa.com.
Diakses melalui https://media.iyaa.com/article/2016/01/ini-4-ormas-sesat-
89
yang-dilarang-selain-gafatar-3433201.html, 03 Januari 2018, pukul 15.20
WIB.
Budi H., Leonardo. “Teori Organisasi Suatu Tinjauan Perspektif Sejarah”. Jurnal
Dinamika SainsUniversitas Pandanaran, Vol. 10, No. 28 (2004). Tersedia
di http://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain. Diakses 11 Desember
2017, pukul 01.44 WIB.
Faturahman, Burhanudin Mukhamad. “Kepemimpinan dalam Budaya
Organisasi,” MADANIJurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, Vol. 10,
No. 1, 2018.
Herdiansyah, Randi Ari Ganjar “Peran Organisasi Masyarakat (Ormas) dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Menopang Pebangunan di
Indonesia, SosioglobalJurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vo. 1,
No. 1, Desember 2016.
Huda, Miftakhul.Kamus Hukum: Contrarius Actus. Majalah Konstitusi, No. 34
November 2009.
Lubis, Erni Sari Dwi Devi dan Ma‟arif Jamuin. “Infiltrasi Pemikiran dan Gerakan
HTI di Indonesia”. Jurnal SuhufVol. 27 No. 2. November 2015.
Prayoga, Dimas. “Kebijakan Pemberdayaan Organisasi Kemasyarakatan
Berdasarkan UU No.17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
(Studi Kasus di Kota Pontianak)”. Jurnal Nestor Magister Hukum, Vol.
01, No. 01, 2017. Universitas Tanjungpura. Tersedia di
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/nestor/search/authors/view?firstName=J
URNAL%20MAHASISWA%20S2%20HUKUM%20UNTAN&middleNa
me=&lastName=DIMAS%20PRAYOGA%20S.H.%20NPM.A202115103
8&affiliation=&country=. Diunduh 11 Desember 2017, pukul 19.02 WIB.
Shobron, Sudarno. “Model Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia”. Profrtika Jurnal
Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014. Tersedia di
http://journals.ums.ac.id/index.php/profetika/article/viewFile/1966/1379.
Diakses 11 Desember 2017, pukul 12.20 WIB.
90
Yusalia, Henny. Dinamika Penerapan Khilafah Sesuai dengan Tinjauan Sosio-
Historis. Jurnal Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Fatah
Palembang. Desember 2016.
Zahid, Moh. Islam Kāffah dan Implementasinya: Mencari Benang Merah Tindak
Kekerasan atas Nama Islam. Jurnal KARSA. Vol. IX No. 1, April2006.
E-book
Miles, Matthew B. dkk. Qualitative Data Analysis: A Methode Source Book, ed.
3. United State of America: SAGE Publication. 2014). Diakses melalui
https://books.google.co.id/books?id=3CNrUbTu6CsC&printsec=frontcove
r&dq=miles+dan+huberman+1992&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiz8PL5
8IzaAhWMqo8KHUyWCoIQ6AEILDAA#v=onepage&q=miles%20dan%
20huberman%201992&f=false, 27 Maret 2018, pukul 22.00 WIB.
Pal, Karam. Management Concepts and Organizational Behaviuor. India:
Directorate of Distance Education Guru Jambheshwar University. Diakses
melalui http://www.ddegjust.ac.in/studymaterial/mcom/mc-101.pdf, 20
Desember 2018, pukul 11.55 WIB.
Website
Avin,Risnawati “Ini 4 Ormas Sesat yang Dilarang Selain Gafatar” Iyaa.com.
Diakses melalui https://media.iyaa.com/article/2016/01/ini-4-ormas-sesat-
yang-dilarang-selain-gafatar-3433201.html, 03 Januari 2018, pukul 15.20
WIB.
Beritagar.id, “Nasib Perppu Ormas ditentukan Akhir Oktober 2017” diakses
melalui
https://www.google.co.id/search?q=aksi+tolak+perppu+ormas+24+oktobe
r&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjwwODB7
9beAhWKwI8KHQFVCkcQ_AUIDygC&biw=931&bih=454#imgrc=ezT
Kcp9AP9wQ2M, pada tanggal 10 September 2018.
Dalimunte, Ihsan “Incar Kursi Perlemen, HTI Akui Dukung PBB di Pileg 2019”
CNN Indonesia. Diaksesmelalui
91
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180314071034-32-
282788/incar-kursi-parlemen-hti-akui-dukung-pbb-di-pileg-2019, 20
Desember 2018, pukul 19.05 WIB.
Novaria, Astri “Rencana Aksi Bela Islam 299 Kental Kepentingan Politik” Media
Indonesia. Diaksesmelalui
http://www.mediaindonesia.com/news/read/124216/rencana-aksi-bela-
Islam-299-murni-kepentingan-politik/2017-09-26, 02 Januari 2018, pukul
15.15 WIB.
Rahayu, Cici Marlina “Presidium Alumni 212 Bacakan 5 Resolusi Aksi 287”
Detik News. Diakses melalui
https://news.detik.com/berita/3577680/presidium-alumni-212-bacakan-5-
resolusi-aksi-287, pada tanggal 01 Novemeber 2018
Saputra,Ramadhan Rizki “Pembubaran Tak Hentikan Aktivitas Dakwah HTI”
diakses melalui
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180508211216-32-
296725/pembubaran-tak-hentikan-aktivitas-dakwah-hti, pada tanggal 01
November 2018. Pukul 12.00 WIB.
Satriawan, Yudha “Pasca Dibubarkan Pemerintah Telusuri Aparatur Negara yang
Ikut Keanggotaan Ormas HTI” VOA Indonesia. Diakses melalui
https://www.voaindonesia.com/a/pasca-dibubarkan-pemerintah-telusuri-
aparatur-negara-yang-ikut-keanggotaan-ormas-hti/3956539.html, 02
Januari 2017, pukul 15.30 WIB.
Wawancara
Ali Munhanif, M.A., Ph.D. selaku pengamat politik Islam pada tanggal 26
November 2018 di Ruang LP2M Rektorat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
KH. Ahmad Ishomuddin selaku Saksi Ahli Sidang PTUN pada tanggal 31
Oktober 2018 di PB NU Jl. Keramat Raya No. 162, Senen, Jakarta Pusat.
92
Sri Yunanto, Ph.D. selaku staf ahli Kementerian Koordinator Politik Hukum dan
Hak Asasi Manusia pada tanggal 1 September 2018 d Jl. Ir. H. Djuanda,
Tangerang Selatan.
Ust. Ismail Yusanto selaku Juru Bicara HTI pada tanggal 31 Agustus 2018 di
Crown Place Jl. Prof. Soepomo No. 231, Tebet, Jakarta Selatan.
MuhammadNicko T. Pandawa selaku Pengurus Komisariat GEMA Pembebasan
Ciputat pada tanggal 18 Januari 2019 di Ciputat¸Tangerang Selatan.
Media Sosial
Iffah Ainurrochamah selaku Ketua Muslimah HTI, diakses dari
http://www.instagram.com/p/BT2ljDRFTfP/?utm_source=ig_share_sheet
&igshid=3yqpqu3rcwra pada tanggal
Dokumentasi Pribadi HTI pada Konferensi Pers Selasa, 9 Mei 2017 di Kantor
DPP HTI
Iffah Ainurrochamah selaku Ketua Muslimah HTI, diakses dari
https://www.instagram.com/p/BUa22kClusm/?utm_source=ig_share_sheet
&igshid=1js5fy8bnidc, pada tanggal 28 September 2018.
Live Streaming di Channel Arah TV, diakses dari
https://www.arah.com/live/588/streaming.html, pada tanggal 10 Oktober
2018.
Media Oposisi, diakses melalui
https://www.instagram.com/p/Bf14GxeBDaJ/?utm_source=ig_share_sheet
&igshid=1j3tbluo1tqwp pada tanggal 20 Oktober 2018.
Media Oposisi, diakses melalui
https://www.youtube.com/watch?v=lF0nwGfVDHQ pada tanggal 23
Oktober 2018.
Muslimah Media Center, diakses melalui
https://www.instagram.com/p/BZr4X9ahjVJ/?utm_source=ig_share_sheet
&igshid=ph7816o0zq6, pada tanggal 12 Oktober 2018.
93
Muslimah Media Center, diakses melalui
https://www.instagram.com/p/BamHXKnB6md/?utm_source=ig_share_sh
eet&igshid=1m5rkk3ng3sof, pada tanggal 10 September 2018.
Top Related