MAKALAH GERAKAN MUHAMMADIYAH
GERAKAN DAKWAH MUHAMMADIYAH
KELOMPOK : 3
1. SHELLA YONI VIONA
2. MEKO RESKI PRATAMA
3. SUSI MAYANG SARI
Kelas : Biologi V C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepeda Allah Tuhan semesta alam yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Dan berkat dia jugalah sehingga
makalah “GERAKAN DAKWAH MUHAMMADIYAH “ ini yang merupakan salah satu
tugas dari mata kuliah “Al islam Kemuhammadiahan IV” dapat kami selesaikan pada
waktunya.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing
yang telah sudi memberikan kami bimbingan dan kepada teman-teman yang telah banyak
membantu mulai dari awal penyusunan makalah ini sampai selesai. Makalah ini kami buat
agar menjadi tambahan konsep ilmu yang teman teman miliki khususnya masalah gerakan
pembaharuan muhammadiyah terhadap pemurnian islam.
Kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk menjadi
bahan acuan dalam penulisan makalah kami selanjutnya Kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika dalam makalah kami ini terdapat banyak kesalahan, atas partisipasinya kami
ucapkan banyak terima kasih.Assalamu Alaikum wr. Wb
Bengkulu,23,2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................
1.3 Tujuan ...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian gerakan pembaharuan................................................................
2.2 ciri – ciri gerakan pembaharuan..................................................................
2.3 tujuan gerakan pembaharuan.......................................................................
2.4 faktor – faktor pendorong gerakan pembaharuan........................................
2.5 proses masuknya gerakan pembaharuan di Indonesia..................................
2.6 nilai – nilai dari gerakan pembaharuan........................................................
2.7 contoh – contoh gerakan pembaharuan di Indonesia...................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................
3.2 Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan fakta historis, Islam disebarluaskan secara evolutif melalui gerakan
dakwah. Hal ini dilakukan oleh baginda Rasulullah, para sahabat, tabi’in ,tabi’ tabi’in dan
para mujahid dakwah sesudahnya. Menurut Prof.Dr Syeikh Muhammad Said Ramadhan al-
Buti periodesasi dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dapat dibagi menjadi
empat. Pertama, Nabi kita Muhammad Saw setelah diangkat menjadi rasul Allah secara
definitif, beliau melakukan gerakan dakwah Islam secara diam-diam atau rahasia. Pola
dakwah yang sedemikian rupa ditujukan kepada pihak keluarga sendiri, termasuk kepada
sahabat-sahabatnya terdekat. Materi dakwah yang disampaikan adalah tentang aqidah atau
ketauhidan dan gerakan dakwah secara individual ini berlangsung selama tiga tahun. Kedua,
dakwah yang dilakukan oleh baginda Rasul Saw dengan terbuka dan secara lisan. Pola
dakwah dalam bentuk ini dilakukan sampai Nabi Muhammad Saw hijrah ke
Madinah. Ketiga, dakwah secara terbuka dengan memerangi orang-orang yang memusuhi
beliau dan para sahabatnya. Hal ini berlangsung sampai terwujudnya perjanjian Hudaibiah
pada tahun ke enam hijrah. Keempat, dakwah secara terbuka dengan memerangi setiap orang
yang menghalang-halangi dakwah Islam, sekaligus memerangi orang-orang musyrik dan
kafir yang tidak mau masuk Islam. Pola dakwah yang keempat ini berlangsung sampai Nabi
Muhammad Saw wafat pada tahun 11 H.
Menurut Ibn Kasir dalam bukunya al-Bidayah wa an-Nihayah dakwah yang
dilakukannya kepada Abu Bakar Siddik bentuknya adalah dakwah fardiah. Berdasrkan
riwayat Aisyah ra bahwa pada suatu ketika Abu Bakar bertemu dengan Nabi Muhammad
Saw dia berkata; wahai Abul Qasim (panggilan akrab Nabi Muhammad), saya mendapatkan
informasi dari para kaummu bahwa mereka menjelek-jelekkan kamu dan orang-orang tuamu.
Nabi Muhamamd Saw berkata, sesungguhnya saya adalah Rasul Allah dan mengajakmu
untuk beriman kepada Allah. Setela itu Abu Bakar masuk Islam dan setelah itu Nabi
Muhammad Saw meningglkannya seraya merasa sangat bergembira dengan Islamnya Abu
Bakar sebagai teman dekatnya pada masa jahiliyah.
Dalam menyampaikan dakwahnya, Rasulullah Saw menggunakan metode yang
bervariasi. Kadang-kadang Rasulullah Saw menggunakan metode dakwah personal dan
secara diam-diam, karena kondisi waktu itu belum memungkinkan untuk melakukan dakwah
dengan cara terbuka. Metode dakwah bilhikmah walmau’izatul hasanah seperti yang
dinyatakan dalam Alqur’an surat an-Nahal ayat 125 beliau laksanakan dengan baik.
Esensi metode dakwah bilhikmah walmauzizatil hasanah adalah memilih cara yang
relevan dengan kondisi objektif sekaligus memberikan pengajaran yang dapat diterima oleh
nalar atau pemikiran rasional dari para audien. Di kala umat Islam jumlahnya masih sedikit
kurang lebih tiga puluh orang dan mereka termasuk orang yang miskin, tidak berpendidikan,
maka Nabi Muhammad Saw melakukan dakwah dengan melalui jalur pendidikan. Sebagai
lokasinya adalah rumah al-Arqam bin Abu Arqam yang berada di bukit Shafa dekat masjidil
Haram.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian gerakan dakwa muhammadiyah?
2. Apa saja contoh gerakan gerkan dakwan pada muhammadiyah?
3. Apa tujuan dari dilakukannya gerakan dakwah pembaharuan?
4. Apa pengertian dari gerakan tajdid
5. Apa yang di maksud Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah Amar Ma’ruf- nahi Munkar
1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Menjelaskan pengertian gerakan dakwa muhammadiyah
2. Menjelaskan contoh gerakan gerkan dakwan pada muhammadiyah
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya gerakan dakwah pembaharuan
4. Menjelaskan gerakan tajdid
5. Menjelaskan arti dari Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah Amar Ma’ruf-
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, dakwah berarti seruan, ajakan atau jeritan. Perkataan seperti
da’autu fulaan bermakna berteriak atau memanggil fulan. Secara terminologis, para ulama
berbeda pendapat dalam merumuskannya. Menurut Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah pengertian
dakwah adalah mengajak seseorang agar beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa
oleh para Rasul-Nya dengan cara membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti
apa yang mereka perintah.
Menurut Syeikh Ali Mahfud pengertian dakwah adalah memotivasi manusia untuk
melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk dan menyuruh mereka berbuat ma;ruf dan
mencegah dari perbuatan mungkar, agar mereka dapat mencapai kebahagian dunia hidup di
dunia dan akhirat. Menurut Fathi Yakan pengertian dakwah adalah penghancuran dan
pembinaan. Penghancuran di sini maksudnya adalah menghancurkan jahiliyah dengan segala
bentuknya, baik jahiliyah pola fikir, moral, maupun jahiliyah perundang-undangan dan
hukum. Adapaun maksud pembinaan adalah membina masyarakat Islam dengan landasan
keislaman, baik dalam wujud dan kandungannya, dalam bentuk dan isinya, dalam
perundangan-undangan dan cara cara hidup, maupun dalam segi persepsi keyakinan terhadap
alam, manusia dan kehidupan.
Dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah adalah mengajak orang lain untuk mengikuti
perintah Allah dan Rasul-nya seraya menjauhi segala larangan-larangan yang telah
digariskan, dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dengan
ungkapan yang singkat hakekat dakwah adalah melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar
berdasarkan titah Allah dan Rasul-Nya dengan tujuan untuk mencapai kebahagian hidup
dunia dan akhirat.
2. Metode Dakwah
Untuk mengajak orang lain agar dia tertarik melakukan amar ma’ruf nahi mungkar
sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, diperlukan metode dakwah. Dalam kaitan ini
Allah Swt berfirman dalam surat an-Nahal ayat 125 sebagai berikut :
Artinya; Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Berdasarkan ketentuan ayat di atas, maka metode dakwah menurut konsep Alquran
ada tiga; dengan hikmah, mau’izatil hasanah dan mujadalah yang baik. Berkaitan dengan hal
ini, Syeikh Zamahsyari dalam tafsirnya menegaskan bahwa pengertian serulah kepada jalan
Tuhanmu adalah ajaklah umat manusia untuk memeluk agama Islam. Dengan hikmah
maksudnya adalah dengan mengemukakan dalil-dalil atau argumentasi yang jelas dan benar
sehingga dapat menghilangkan keragu-raguan. Selanjutnya pengertian dengan pengajaran
yang baik adalah dengan cara memberikan nasehat-nasehat dan memberikan penjelasan
tentang berbagai manfaat kepada seseorang tentang syariat Islam. Adapun pengertian
berdebat dengan cara yang baik adalah berdiskusi dengan cara yang lemah lembut, penuh
kasih sayang, tidak kasar dan tidak pula dengan cara mencela.
Berdasarkan metode dakwah yang digariskan oleh Alqur’an, maka Rasulullah Saw
dalam menyampaikan dakwahnya tetap berpedoman kepada konsep Alqur’an dimaksud.
Penyampaian dakwah dengan hikmah atau dengan argumentasi rasional selalu diaplikasikan
oleh Rasulullah Saw. Misalnya, di waktu Rasulullah Saw sedang dikelilingi oleh para
sahabatnya, datanglah seorang pemuda untuk meminta supaya dirinya diberi izin berzina.
Pada waktu itu, sahabat lain hampir mengusirnya karena dipandang tidak berlaku sopan
kepada Rasulullah Saw. Rasulullah Saw justeru memanggil pemuda tersebut lalu bertanya;
apakah kamu suka jika ibumu dizinai orang ?. Dia menjawab dengan spontan tidak, demi
Allah saya tidak suka dan semua orang juga tidak suka kalau ibunya dizinai orang. Lalu
Rasulullah Saw bertanya lagi, apakah kamu suka jika kamu memunyai anak gadis lalu dia
dizinai orang ? Dia menjawab tidak, demi Allah saya tidak suka dan semua orang pasti tidak
suka jika anak gadisnya dizinai orang. Kemudian, Rasulullah Saw bertanya lagi bagaimana
jika adik wanitanya atau bibinya dizinai orang ? Dia menjawab tidak, dan pasti orang lain
tidak suka jika adik kandung perempuannya dan juga bibinya dizinai orang. Pemuda tersebut
lalu didoakan oleh Rasulullah Saw agar diampuni dosa-dosanya, disucikan hatinya dan dijaga
kehormatannya. Akhirnya pemuda yang datang tadi tidak pernah berfikir untuk berbuat zina
sama sekali.
Dalam menerapkan metode dakwah al-Mau’izatil hasanah Rasulullah Saw selalu
memberikan nasihat kepada para Sahabat dengan sangat hati-hati dan secara berkala. Hal ini
dilakukan karena jika nasehat sering diulang-ulang akan dapat memberi kebosanan orang
lain. Akan tetapi jika nasehat-nasehat tersebut diberikan sesuai dengan kondisi objektifnya, ia
akan dapat memberikan kesadaran yang mendalam. Namun demikian, kadang-kadang
Rasulullah Saw marah dalam memberikan nasehat jika dipandang perlu. Dalam kaitan ini
Rasulullah Saw pernah marah kepada Muaz bin Jabal karena dia terlalu lama salat berjamaah
mengimami sahabat lainnya dan juga pernah marah kepada Usamah bin Zaid karena dia
membunuh salah seorang musuh yang sudah masuk Islam.
Di kala umat orang belum memahami agama Islam, cara penyampaian dakwahnya
harus dilakukan dengan secara berangsur-angsur. Dalam kaitan ini Rasulullah Saw pernah
berpesan kepada Mu’az bin Jabal bahwa aspek yang paling utama disampaikan adalah
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika mereka telah mengimani keduanya,
beritahukanlah bahwa mereka wajib mengerjakan salat lima waktu sehari semalam. Setelah
mereka melaksanakannya, beritahulah bahwa mereka wajib membayar zakat yang diambil
dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin.
Dengan cara bertahap dalam menyampaikan berbagai kewajiban hal itu dapat diterima
oleh masyarakat karena mereka menerima ketentuan-ketentuan tersebut tidak sekaligus.
Sebagai contoh dari penerapan metode dakwah dengan mujadalah billati hiya ahsan
Rasulullah Saw pernah berdiskusi dengan para sahabat tentang orang yang bangkrut atau
muflis. Rasulullah Saw bertanya kepada para sahabat tahukah kamu siapakah orang yang
bangkrut itu ?, lalu para sahabat menjawab bahwa orang yang bangkrut adalah orang yang
tidak punya harta benda. Kemudian, Rasulullah Saw menjawab orang yang bangkrut di antara
kamu adalah orang yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa amal-amal
salatnya, puasa dan zakat. Akan tetapi ia pernah mencaci orang ini, menuduh berzina orang
itumerampas orang ini, membunuh orang itu dan memukul orang ini. Fahala kebajikan orang
tersebut akan diberikan kepada orang yang pernah dizaliminya. Jika fahala kebajikannya
sudah habis , sementara kesalahan-kesalahannya belum tertebus semua, maka dosa-dosa
orang yang teraniaya tadi ditimpakan kepadanya, lalu dia dilemparkan ke dalam api neraka.
Dalam kaitan cara Rasulullah Saw melakukan dakwah dengan cara lemah lembut dan
penuh keabraban adalah peristiwa seorang Arab Badui yang turut berjamaah bersama
Rasulullah Saw. Pada waktu itu ada di antara sahabat yang bersin lalu Arab Badui tadi
mengucapkan yarhamukallah. Sahabat tadi kemudian melihat kearah Arab Badui tersebut
dengan maksud supaya ia diam. Akan tetapi Arab Badui tadi berteriak dan mengatakan
celaka kau, mengapa kau memandangku sedemikian rupa. Selesai salat Rasulullah Saw
tersenyum kepadanya dan memanggilnya serta mengajarinya. Setelah itu Arab Badui tadi
berdoa “ Allahumma irhamni wa Muhammad wala tarham ma’ana ahadan” . Mendengar hal
itu Rasulullah Saw tersenyum mendengarnya, lalu berkata kamu telah mempersempit sesuatu
yang luas. Artinya kamu telah mempersempit rahmat Allah yang begitu luas meliputi semua
orang mukmin. Kemudian Arab Badui tadi berkata; ayah dan ibuku jadi tebusannya aku tidak
pernah melihat orang yang penuh dengan kasih sayang selain daripanya. Demi Allah dia
(Rasulullah Saw) tidak pernah memukul dan mencaci aku, tidak pula memaksaku. Dia hanya
mengatakan kepadaku bahwa salat itu tidak layak dicampuri dengan perkataan manusia
sedikitpun.
3. Muhammdiyah sebagai Gerakan Islam
Telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah
dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan
pendalaman (tadabbur) terhadap Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya
paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor
lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang semata.
Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat
Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya
dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian
serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh
KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17,
kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya tergambar secara jelas asal-usul
ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah
SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa
sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami,
dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh
gerakannya tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan
prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam
bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan,
perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk
mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah
hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil,
kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat
sebagai rahmatan lil’alamin.
4. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah.. Sebagaimana telah
diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya
Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan terdapat
ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104.
Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan
khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak)
Islam, amar ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya.
Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa
Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat
menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak
taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah
sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah
seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal
usaha diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan
wahana dakwah Islamiyah.
5. Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid
Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan Tajdid atau Gerakan Reformasi.
Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai salah satu organisasi
yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang
tercantum dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan berbagai
amalan umat yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa
khurafat, syirik, maupun bid’ah lewat gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai
salah satu mata rantai dari gerakan tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu
Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu memerangi secara total
berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bid’ah dan tajdid,
sebab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah
seseorang.
Dari segi bahasa, tajdid berarti pembaharuan, dan dari segi istilah, tajdîd memiliki dua
arti, yakni:
a. pemurnian;
b. peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya.
Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam
yang berdasarkan dan bersumber kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shohihah. Dalam arti
“peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya”, tajdid
dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap
berpegang teguh kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
Secara garis besar, kecenderungan untuk memehami ajaran dasar Islam dapat
dikelompokan menjadi dua kelompok besar, pertama kelompok salafi dan kedua kelompok
‘ashrani. Kelompok pertama biasa disebut sebagian pengamat sebagai kelompok
fundamentalis, sedangkan Kelompok yang terakhir dapat disamakan dengan kelompok Islam
Liberalis Kemudian, berdasarkan pembagian itu, para ahli dan pengamat keislaman
mengklasifikasikan aliran pemikiran di kalangan umat Islam menjadi tiga kelompok, yakni
fundamentalis, liberalis dan moderat.
1. Fundamentalis
Istilah Fundamentalis yang dihubungkan dengan penganut ajaran Islam garis keras,
sering kita dengar dari sumber informasiNegara barat. Hal itu terasa lebih popular ketika
telah terjadinya serangan 11 september di New York. Rizizq Shihab, semakin memperkuat
dugaan, bahwa Islam atau muslim fundamentalis itu identik dengan muslim yang mempunyai
faham “garis keras” itu. Apakah memang benar demikian? Tentu persepsi seperti itu perlu
ditelusuri kebenarannya.
Dalam tradisi kajian Islam, istilah lain dari fundamentalis adala salfiy. Ke;ompok
salafi, dari segi bahasa berarti kelompok yang berorientasi kepada masa lampau atau orang-
orang yang terdahulu.
Tentu, kita sebagai umat Islam harus memberikan apresiasi terhadap sikap mereka yang
konsisten atau istiqamah dalam menjalankan apa yang tertulis dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Namun dalam waktu yang sama kita juga harus memperhatikan dan mencermati sumber
ajaran Islam dengan menggunakan penalaran dan analisis yangtidak bertentangan dengan
misi Al-Qur’an sebagai agama yang menjadi rahmat bagi semua umat manusia, di mana pun
dan kapan pun mereka berada
2. Liberalis
Istilah Islam Liberal merupakan salah satu wacana dialektis Islam dalam konteks
menghadapi kemoderrnan. Wacana ini menjadi penting dan menonjol akhir-akhir ini, ketika
dunia Islam terkepung oleh peradaban dan sains modern yang datang dari barat. Kemunculan
Islam liberal berbeda secara kontras dengan Islam fundamentalis yang menekankan pada
tradisi salaf. Dalam faham liberal, faham fundamentalis hanya akan membawa
keterbelakangan yang akan membawa dunia islam menikmati buah modernitas, berupa
kemajuan ekonomi, demokrasi, hak asasi manusia.
Lebih dari itu, faham ini meyakini bahwa apabila Islam difahami dengan pendekatan
liberal akan menjadi perintis jalan bagi liberalisme di dunia barat.
Dalam memahami sumber ajaran islam, Al-Qur’an dan Al-Sunnah, kelompok ini berusaha
untuk menangkap ajaran moral dan bukan aturan-aturan normatif yang terkandung di
dalamnya. Karena itu, ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan norma hukum tidak harus
difahami apa adanya, melainkan harus dibawa kepada konteks manusia modern.
3. Moderat
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa kecenderungan pemahaman umat Islam
terhadap Al-Qur’an dan Al-Sunnah dibedakan menjadi muslim liberal di satu sisi dan muslim
fundamentalis di sisi yang lain. Diantara kedua aliran dan kecenderungan ini ada kelompok
umat Islam yang memahami kedua sumber itu secara moderat Artinya, tidak terlalu bebas,
seperti kelompok Islam liberal dan tidak juga kaku, seperti kelompok Islam fundamentalis.
Kelompok ini melihat persoalan yang muncul saat ini sebagai sebuah keniscayaan,
karena sumber ajaran Islam yang utama, Al-Qur’an dan Al-Sunnah , turun dalam situasi yang
berbeda dengan apa yang ada saat ini. Diakui, bahwa kedua sumber itu mempunyai ajaran
yang bersifat permanent dan konstan,, tidak berubah dan tidak dapat diubah. Ajaran yang
masuk kategori ini umumnya menyangkut masalah akidah (keimanan) dan ibadah ritual
(ibadah mahdlah).
6. KETENTUAN DASAR TAJDID (PEMBARUAN AGAMA) YANG BENAR
usaha tajdid hanya diakui bila sesuai dengan ketentuan-ketentuan dasar yang telah
digariskan para ulama, di antaranya:
Seorang mujaddid harus dari Ahlus Sunnah wal Jamaah yang bebas dari kebid'ahan
dan berjalan di atas manhaj Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallamdan para sahabatnya
dalam seluruh urusannya. Oleh karena itu, tidak boleh menetapkan ahlu bid'ah dan tokoh
sekte sesat sebagai mujaddid, walaupun telah mencapai ketinggian derajat dalam ilmu.
Memiliki sumber pengambilan ilmu dan manhaj istidlal (metodologi pengambilan
dalil) yang benar. Hal ini dilihat kepada metodologi dalam belajar dan pengambilan dalil
yang dibangun di atas al-Qur`an, sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ijma',
qiyas yang shahih (benar) dan tinjauan maslahat yang tidak bertentangan dengan nash syariat.
Memiliki ilmu syar'i yang benar, hal ini karena di antara aktivitas tajdid adalah
mengajarkan agama, menebarkan ilmu syar'i dan membela sunnah dan ahlinya, serta
menghancurkan kebid'ahan.
Mampu menempatkan dengan pas dan tepat nash-nash syariat pada realita dan
peristiwa yang terjadi.
Memiliki manhaj (metodologi) dan kaidahnya yang jelas. Seorang mujaddidharus
menyertai dalam aktivitas tajdid-nya dengan manhaj dan kaidah yang jelas dalam segala
keadaannya. Sebab, mujaddid menisbatkan dirinya kepada Islam. Ini adalah nisbat ilmu
dan ittiba', bukan sekadar pengakuan dan klaim.
hanya menetapkan berdasarkan pengertian diutus setiap awal abad dengan
kematiannya di awal abad tersebut. Padahal, Anda pasti tahu yang dapat dicerna langsung
dari hadits ini adalah al-ba'tsu (pengutusan) dan irsaal (kemunculan) ada di awal abad...
Pengertian kemunculan seorang alim adalah kemampuannya untuk maju ke depan
memberikan manfaat kepada orang dan majunya ia dalam menyebarkan hukum-hukum
syariat. Kematian seorang alim di awal abad adalah diambil bukan diutus.
Demikianlah ketentuan dasar penting dalam penentuan tajdid dan mujaddid yang
disampaikan para ulama, semoga memberikan wacana dan pencerahan dalam masalah ini.
7. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah Amar Ma’ruf nahi Munkar
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan keyakinan, Muhammadiyah melakukan dakwah
islam, yaitu seruan dan ajakan kepada seluruh ummat manusia untuk memahami dan
mengamalkan ajaran Islam. Dakwah ini dilakukan melalui amar ma’ruf nahi munkar, dengan
hikmah kebijaksanaan, yang mengacu antara lain pada ayat-ayat berikut:
104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-
orang yang beruntung. (QS:Ali_Imron; 104)
[217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar
ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Dan dalam ayatNya
ö 110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. ………………...
(QS:Ali_Imron; 110)
125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang
hak dengan yang bathil.(QS: An-Nahl;125)
Sasaran dakwah Muhammadiyah ditujukan kepada perseorangan dan masyarakat.
Dakwah untuk perseorangan ditujukan kepada orang yang telah beragama Islam (bersifat
pemurnian) dan yang belum beragama Islam (bersifat seruan dan ajakan untk memeluk
agama Islam). Sedangkan dakwah untuk masyarakat dilakukan dalam rangka perbaikan
hidup, bimbingan serta peringatan untuk selalu melakukan yang ma’ruf dan menjauhi yang
munkar.
Dakwah Islam dan Amar Ma'ruf nahi Munkar yang ditujukan kepada dua bidang:
perseorangan dan masyarakat . Dakwah dan Amar Ma'ruf nahi Munkar pada bidang pertama
terbagi kepada dua golongan: Kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu
mengembalikan kepada ajaran Islam yang asli dan murni; dan yang kedua kepada yang
belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam.Adapun da'wah Islam
dan Amar Ma'ruf nahi Munkar bidang kedua, ialah kepada masyarakat, bersifat kebaikan dan
bimbingan serta peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan dengan dasar taqwa dan
mengharap keridlaan Allah semata-mata.Dengan melaksanakan dakwah Islam dan amar
ma'ruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah
menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, ialah "Terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya".
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara etimologis, dakwah berarti seruan, ajakan atau jeritan. Perkataan
seperti da’autu fulaan bermakna berteriak atau memanggil fulan. Secara
terminologis, para ulama berbeda pendapat dalam merumuskannya. Menurut
Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah pengertian dakwah adalah mengajak seseorang
agar beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa oleh para Rasul-Nya
dengan cara membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang
mereka perintah.
Muhammdiyah sebagai Gerakan Islam
kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan
disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak
ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran
Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan
pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya
tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran
Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan
wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati,
dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.
Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid
tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan dan
bersumber kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shohihah. Dalam arti “peningkatan,
pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya”, tajdid dimaksudkan sebagai
penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada
al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
7. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah Amar Ma’ruf nahi
Munkar
Adapun da'wah Islam dan Amar Ma'ruf nahi Munkar bidang kedua, ialah kepada masyarakat,
bersifat kebaikan dan bimbingan serta peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan dengan
dasar taqwa dan mengharap keridlaan Allah semata-mata.Dengan melaksanakan dakwah
Islam dan amar ma'ruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai,
Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, ialah "Terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya".
Top Related