7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
1/23
1
GENERAL Anestesi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengelolaan pasien dengan penyakit asma selama pembedahan
membutuhkan terapi khusus berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium
yang seksama untuk mengurangi komplikasi selama dan pasca operasi.
Masalah paru adalah penyebab umum morbiditas dan mortalitas selama
pembedahan. Berdasarkan frekuensinya, 1,2-4% pasien yang menalani
prosedur bedah mayor dilaporkan mempunyai penyakit asma. !omplikasipada pasien dengan penyakit paru telah didokumentasikan, hanya "% dari
pasien dengan pra operasi normal fungsi paru yang akan berkembang menadi
atelektasis atau pneumonia, sedangkan #$% dari pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronik dengan perubahan fungsi paru akan menemui beberapa
kesulitan. hnider melaporkan bah&a ',(% pasien tanpa geala asma
sebelumnya mengalami bronkospasme selama operasi. )old dan *elrich
menemukan 24% insiden dari operasi dan komplikasi pasca operasi pada
populasi asma, sangat berbeda keadiannya dengan 14% dalam kelompok
kontrol.
+sma merupakan kelainan yang banyak teradi pada (-#% populasi.
enisnya berupa inflamasi dan hipereaktiitas bronkus sebagai respon terhadap
berbagai macam stimulasi. ecara klinis, asma dimanifestasikan sebagai
episode serangan sesak nafas yang reersible akibat kontraksi otot polos
bronkus, edema dan peningkatan sekresi.
)eala-geala asma yang umum teradi seperti sesak napas, batuk,&heing, dan sampai sulit bernapas. Penyebab klasik yang memicu teradinya
asma antara lain/ substansi udara seperti polutan, serbuk sari, debu, dan
beberapa uap kimia. timulasi psikologi 0seperti emosi, stres, cemas, cuaca,
penggunaan obat +3 0seperti aspirin, ibuprofen, olah raga. 3nfeksi saluran
napas oleh karena irus.2
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
2/23
2
Berdasarkan penyebabnya asma dapat dibagi menadi dua macam, asma
ekstrinsik 0asma alergi, asma intrinsik 0asma yang tidak diketahui
penyebabnya atau idiopatik. Pada asma ekstrinsik biasanya pada anak-anak
dan dipicu oleh alergen, asma intrinsik dipicu oleh faktor-faktor non alergen
seperti infeksi saluran napas oleh irus, emosi, iritasi saluran napas, dan olah
raga. Pada asma intrinsik umumnya pada orang de&asa.
+sma dapat timbul pada semua kelompok umur. 5erdapat peningkatan
prealensi asma baik pada negara mau ataupun pada negara berkembang.
Meskipun angka kematian karena asma rendah tetapi penykit ini mempunyai
dampak yang cukup besar karena penderita asma sering mengalami serangan
sehingga mengganggu aktiitas kera ataupun kehilangan hari sekolah.
11
Pada umumnya pasien dengan gangguan fungsi paru deraat tertentu
yang mengalami pembedahan masih memiliki kemampuan toleransi terhadap
gangguan pernapasan pasca bedah. 5etapi pasien dengan penyakit paru
memiliki peluang resiko yang lebih tinggi teradinya komplikasi paru pasca
bedah dibandingkan pasien yang normal, oleh karena itu diperlukan
pengelolaan perioperatif yang memadai untuk mencegah komplikasi tersebut.
BAB II
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
3/23
3
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI ASMA
Penyakit asma adalah penyakit kronik yang merupakan gangguan
inflamasi saluran pernafasan yang dihubungkan dengan hiperesponsif,
keterbatasan aliran udara yang reersible dan geala pernafasan.
Menurut )3+ 0)lobal 3nitiatie for +sma asma didefinisikan sebagai
gangguan inflamasi kronik saluran napas respiratorik dengan banyak sel yang
berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit 5. Pada orang yang rentan
inflamasi ini menyebabkan episode &heeing berulang, sesak napas, rasa dada
tertekan, dan batuk, khususnya malam hari atau dini hari. )eala ini biasanya
berhubungan dengan penyempitan saluran respiratorik yang luas namun
berariasi, yang paling tidak sebagian bersifat reersibel baik secara spontan
maupun dengan pengobatan. 3nflamasi ini uga berhubungan dengan
hiperaktiitas saluran respiratorik terhadap berbagai rangsangan.6
+sma adalah penyakit saluran napas kronik akibat teradinya peningkatan
kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsangan. Pada penderita yang peka
hal ini menyebabkan munculnya serangan batuk, bunyi mengi, banyak dahak,
sesak napas, dan tidak enak didada terutama pada malam hari atau pagi hari.1(
+sma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensiitas
cabang-cabang tracheobronchial terhadap pelbagai enis rangsang. !eadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran napas secara periodik dan
reersibel akibat bronkospasme.1(
Patofisiologi Asma
Pathofisiologi asma melibatkan pelepasan mediator kimia&i ke alan
napas dan mungkin pula adanya aktiitas yang berlebihan dari sistem saraf
parasimpatis. ubstansi yang terhirup dapat menimbulkan bronkospasme melalui
respon imun spencifik dan non spencifik oleh daya degranulai sel mast bronkial.
Pada asma alergi yang klasik antigen berikatan dengan 3g 7 di permukaan sel mast
dan menyebabkan degranulasi, bronkokontriksi merupakan hasil dari pelepasan
histamin berikutnya / bradiknin8 leukotrien 9, , dan 78 platelet actiating-factor,
prostaglandin 0P), P)72, P):2 alfa, dan P)28 dan factor netrofil eosinofil
kemotaktik.2edikitnya ada 2 enis 5-helper 05h, limpfosit subtipe 94; telah
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
4/23
4
dikenal profilnya dalam produksi sitokin. Meskipun kedua enis lifosit 5
mensekresi 3
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
5/23
5
postganglionik. !ontraksi otot polos saluran respirtorik diperkuat oleh penebalan
dinding saluran napas akibat edema akut, infiltrasi sel-sel inflamasi dan
remondeling, hiperplasia dan hipertropi kronis otot polos, askuler dan sel-sel
sekretori serta deposisi matrik pada diding saluran respiratorik. elain itu
hambatan saluran respiratorik uga bertambah akibat produksi sekret yang banyak,
kental, dan lengket oleh sel goblet dan kelenar submukosa, protein plasma yang
keluar melalui mikroaskuler bronkus dan debris seluler.1'
Peran serotonin, suatu bronkokonstriktor, belum diketahui pada
manusia. istim saraf parasimpatik memainkan peran penting dalam menaga
tonus normal bronkial. +ktifasi reflek agal teradi pada bronkokontriksi yang
dimediasi oleh peningkatan siklik guanosin monofosfat intraseluler 0c)MP.
2
elama serangan asma, bronkokontriksi, oedem mukosa, dan sekresi yang
teradi akan meningkatkan tahanan aliran gas disetiap tempat alan napas yang
lebih rendah. 5ahanan alan napas kembali normal pertama kali pada alan napas
yang lebih besar 0bronki utama, lobar, segmental dan sub segmental, kemudian
baru perifer.
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
6/23
6
)ambar 2. Bronkus ormal dan Bronkus +smatik
Etiologi Asma
*erediter
!ebiasaan / polusi udara, stress, makanan
+lergi / rokok, udara dingin, aning, kucing, debu
Gbat / obat nyeri seperti +3
Geala !an tan!a asma
Mengi saat ekspirasi
Batu berat pada malam hari dada sesak yang teradi berulang dan nafas
tersengal-sengal.
*ambatan pernafasan yang reersibel secara berariasi selama siang hari.
+danya peningkatan geala pada saat olah raga, infeksi irus, paparan
terhadap alergan, dan peruahan musim.
5erbangun malam hari dengan geala tersebut diatas.
Klasifi"asi Asma
Berdasarkan etiologi /
+sma intrinsik
+sma yang tidak disebabkan oleh faktor lingkungan.
+sma ekstrinsik
Penyakit asma yang berhubungan dengan atopi, predisposisi genetik yang
berhubungan dengan 3g7 sel mast dan respon eosinofil terhadap alergan.
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
7/23
7
Ditina# !a$i %e$at $ingann&a 'en&a"it
7F++5
+M+
)7+
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
8/23
8
?(% udara ruangan, P7:F antara 6$-2$$ liter per menit, :7E1 antara 1-2
liter, sesak nafas kadang mengganggu aktiitas normal sehari-hari.
+. Serangan asma berat * dengan geala sesak nafas telah mengganggu aktiitas
sehari-hari secara serius, disertai kesulitan untuk berbicara dan atau kesulitan
untuk makan, bahkan dapat teradi serangan asma yang mengancam i&a
yang dikenal dengan status asmatikus. +sma berat bila aG2?1%, P7:F 6$
liter per menit, :7E1$,#( liter dan terdapat tanda-tanda obstruksi alan nafas
berat seperti pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal dan suprasternal,
pulsus paradoskus 2$ mm*g, berkurang atau hilangnya suara nafas dan
mengi ekspirasi yang elas.
Te$a'i * on :armakologi yaitu melalui pencegahan
:armakologi dengan menggunakan obat
o hort acting >2 agonsts 0salbutamol, terbutalin
o +ntiklinergik
o !ortikosteroid
PENANGANAN ANESTESI PRE,PERATIF
E-al#asi P$eo'e$atif
7alusi pasien asma sebelum tindakan anestesi dan pembedahan sangat
penting untuk mencegah ataupun mengendalikan keadian asma attack, baik
intraoperatif maupun postoperatif. Maka diperlukan ealuasi yang meliputi
ri&ayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan fungsi paru-paru,
dan analisa gas darah, foto rontgen thoraA.1'
1. Fi&ayat Penyakit
Meliputi lama penyakitnya, frek&ensi serangan, lama serangan atau berat
serangan, faktor-faktor yang memperngaruhi serangan, ri&ayat penggunaan obat-
obatan dan hasilnya, ri&ayat pera&atan dirumah sakit, ri&ayat alergi 0makanan,
obat, minuman, Fi&ayat serangan terakhir, beratnya, dan pengobatannya.4 Bila
baru-baru ini mendapat infeksi saluran napas atas dan menimbulkan serangan
maka operasi elektif sebaiknya ditunda 4-( minggu untuk mencegah reaktifitas
alan napas."
2. Pemeriksaan :isik
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
9/23
9
5anda-tanda serangan asma tergantung dari deraat obstruksi alan napas
yang teradi. apat dilihat dari inspeksi penderita tampak sesak, sianosis,
ekspirasi memanang, Palpasi takicardi. Perkusi hipersonor, auscultasi &heing,
ronchi.4 5anda-tanda serangan asma berat meliputi penggunaan otot-otot
pernapasan tambahan, tidak mampu berhenti napas pada saat bicara, sianosis,
sedikit atau tidak ada &heing 0alan napas tertutup, sedikit gerakan udara, dan
&heing menurun.(
". Pemeriksaan
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
10/23
10
mengeluh, tetapi setelah diperiksa ternyata obstruksi saluran napas. Pemeriksaan
ini diindikasikan pada pasien-pasien yang menderita penyakit paru-paru sedang
sampai berat yang menalani operasi yang berdampak pada sistem
respirasi.Pemeriksaan ini uga dapat memprediksi terhadap resiko komplikasi paru
postoperatif dan memprediksi kebutuhan bantuan entilasi dan respon pengobatan
0Bronkodilator.2
*ubungan asma dengan pemeriksaan spirometri /
!eadaan !linik % :7E@:E9
ormal 6$-1$$
+sma Fingan #(-#?
+sma edang ($-#4
+sma Berat "(-4?
tatus +smatikus I"(
'. Pemeriksaan +nalisa gas darah
Pemeriksaaan analisa gas darah biasanya dilakukan pada penderita dengan
serangan asma yang berat. !eadaaan ini bisa teradi hipoksemia, hiperkapnia, dan
asidosis respiratorik. !ondisi yang berat akan meningkatkan resiko komplikasi
paru-paru.4
#. :isioterapi dada.
Merupakan istilah umum yang dipakai untuk membersihkan alan napas.
3ndikasi fisoterapi dada dapat akut dan sebagai profilaksis. !eadaan akut untuk
dilakukan fisioterapi adalah pada pasien- pasien dengan retensi sputum yang
berlebihan atau abnormal akibat batuk yang terus menerus atau pada pasien yang
batuknya sangat lemah."
Pengelolaan '$eo'e$atif
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
11/23
11
obstruksi yang reersible adalah bronkospasme, sekresi terkumpul dan proses
inflamasi alan napas. Gbstruksi yang tidak reersible dengan bronkodilator
misalnya adalah empisema, tumor."
Pasien dengan bronkospasme yang frekuen harus diobati dengan preparat
bronkodilator yang berisi >-adenergik agonis, dosis terapi teopilin dan
kortikosteroid.2 Pada pasien dengan serangan asma balans cairan dan elektrolit
perlu dipelihara, pada kondisi ini pasien sering mengalami dehidrasi.(
Te$a'i me!is
Preparat yang digunakan untuk asma adalah sebagai berikut /
a. impatomimetik, atau beta 2 adrenergik agonis, menyebabkan bronkodilatasi
melalui relaksasi otot polos yang diperantarai oleh 9yclic adenosine
monophosphate 0c+MP. Gbat-obat ini uga menghambat antihistamin dan
uga neurotransmiter kolinergik.
1 Gbat dengan selectie beta 2 adrenergik. Misalnya albuterol0entolin 2
puffs atau lebih dengan M3 setiap "-4 am atau $,(m-bloker hendaknya > bloker yang tidak menimbulkan spasme
bronkus seperti atenolol atsumetropolol atau esmolol."
2 Gbat dengan campuran beta 1 dan beta 2 adrenergik meliputi epinefrin
0adrenalin dan isoproteronol. Potensi kronotropik dan aritmogenik obat-
obat ini perlu diperhatikan pada pasien dengan penyakit antung.
Pemberian interena dosis kecil epinefrin 01g@mt dipertimbangkan pada
pasien bronkospasme. Pada dosis $,2(-1g@mt efek agonis beta 2 dominan,
dengan meningkatkan denyut antung akibat stimulasi betal adrenergik.
Pada dosis tinggi epinefrin, efek alfa adrenergic menadi dominan, dengan
peningkatan tekanan darah sistemik.
b. Parasimpatolitik
Mempunyai efek bronkodilatasi langsung dengan memblok kera asetilkolin
pada second messenger seperti c)MP. Gbat-obat ini meningkatkan :7E1 pada
pasien PPG! bila diberikan secara inhalasi.
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
12/23
12
3pratropium bromide, merupakan obat aksi singkat yang diberikan dengan
inhaler dosis terukur atau dengan nebulier.
ulfas atropine, $,2-$,6 mg perlu diprtimbangkan karena dapat
menyebabkan takikardi.
c. MetilAantin
Menyebabkan bronkodilatasi melalui hambatan fosfodiesterase, suatu enim
yang bertanggung a&ab pada pemecahan c+MP. 7fek pulmoner obat ini lebih
komplek termasuk pelepasan katekolamin, blockade pelepasan histamine, dan
stimulasi diafragma. 5eofilin kera panang peroral digunakan pada pasien
dengan geala nocturnal. amun sayangya teofilin memiliki terapi range yang
sempit, leel terapi dalam darah sekitar 1$-2$g@ml. leel yang lebih rendah
mungkin efektif. +minofilin merupakan satu-satu yang dapat diberikan secara
intraena.
d. !ortikosteroid diberikan pada pasien yang tidak berespon terhadap
bronkodilator. Mekanisme keranya kemungkinan dengan menurunkan
inflamasi, edema, sekresi mukosa, kontriksi otot polos, stabilisasi membran
mast sel. Meskipun sangat berguna pada eksaserbasi akut, efek klinisnya
membutuhkan &aktu beberapa am. teroid dapat diberikan melalui inhalasi.
teroid intraena yang sering digunakan meliputi hidrokortisone 1$$ mg tiap 6
am dan metilpredisolon $,( mg@kg setiap ' am pada asma bronkiale dan dosis
lebih besar pada eksaserbasi asma berat. !ortikosteroid dapat meningkatkan
efek langsung pada otot polos, kortikosteroid uga meningkatkan umlah
reseptor beta 2 adrenergik dan responnya terhadap agonis beta 2 adrenergik.
e. !romolin, merupakan obat inhalasi yang digunakan untuk profilaksis pada
asma. Bekera dengan menstabilisasi membrane sel mast dan mengumpulkanpelesan akut mediator bronkoaktif. Gbat ini tidak berguna pada serangan akut
bronkospasme.
f. Mukolitik
+setilsitein, diberikan melalui nebulisasi, dapat menurunkan iskositas
mucus dengan memecahkan ikatan disulfide pada mukoprotein.
P$eme!i"asi
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
13/23
13
5uuan utama untuk menghilangkan cemas, meminimalkan reflek
bronkonstriksi terhadap iritasi alan nafas.
a. Beberapa am sebelum operasi sedasi yang diinginkan pada pasien asma dapatdiberikan untuk operasi elektif pada pasien terutama penyakit yang memiliki
komponen emosional. ecara umum, benodiaepin adalah agen yang paling
aman untuk premedication. edatif 0 Benodiaepin adalah efektif untuk
anAiolitik tetapi pada pasien dengan asma berat dapat menyebabkan depresi
pernapasan. edasi ini penting diberikan pada pasien dengan ri&ayat asma
yang dipicu oleh emosional.
b. arcotik0Gpioid. Penggunaan sebagai analgesia dan sedasi sebaiknya dipilih
yang tidak mempunyai efek pelepasan histamin misalnya fentanil, sufentanil14
c. +gen antikolinergik tidak diberikan kecuali pemberian dilakukan ika terdapat
sekresi berlebihan atau penggunaan ketamin sebagai agen induksi.
+ntikolinergik tidak efektif untuk mencegah reflek bronkospasme oleh karena
tindakan intubasi.2
d. *2 antagonis 09imetidin, Fanitidin penggunaan agen pemblok *2 secara
teori dapat mengganggu, karena aktiasi reseptor *2 secara normal akan
menyebabkan bronkodilatasi dengan adanya pelepasan histamin, aktiitas *1
yang tanpa hambatan dengan blokade *2 dapat menimbulkan
bronkokonstriksi.2
e. Pada pasien asma yang sudah menggunakan bronkodilator inheler atau
kortikosteroid inheler obat-obat ini perlu diba&a masuk ke ruang operasi.
ianurkan pemberian kortikosteroid parenteral 0 Methilprednisolon 4$-6$
mg 1-2 am sebelum induksi anestesi.'Bronkodilator harus diberikan sampai
proses pembedahan selesai, pasien yang mendapatkan terapi lama
glukokortikoid harus diberikan tambahan untuk mengkompensasi supresi
adrenal. *idrokortison ($-1$$ mg sebelum operasi dan 1$$mg@6 am selama
1-" hari post operasi.2,?
f. Pada penderita asma intubasi dapat diberikan lidocain 1-1,( mg@kgBB atau
:entanyl 1-2 mcg@kgBB dapat menurunkan reaktifitas laring terhadap 755.
Pemberian anestesi inhalasi menggunakan halothan@enfluran pada stadium
dalam dapat mengatasi spasme bronkial berat yang refrakter.?,1$
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
14/23
14
PENANGANAN GENERAL ANESTESI INTRA,PERATIF
aktu paling kritis pada pasien asma yang dianestesi adalah selama
instrumentasi alan napas. yeri, stress, emosional atau rangsangan selama
anestesi dangkal dapat menimbulkan bronkospasme. Gbat-obatan yang sering
dihubungkan dengan pelepasan histamin 0seperti curare, atracurium, miacurium,
morfin, meperidin harus dicegah atau diberikan dengan sangat lambat ika
digunakan. 5uuan dari anestesi umum adalah smooth induction dan kedalaman
anestesi disesuaikan dengan stimulasi. Pemilihan agen anestesi tidak sepentingdalam pencapaian anestesi yang dalam sebelum intubasi dan stimulasi
pembedahan.
Penggunaan laryngeal mask air&ay
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
15/23
15
ideal pada pasien yang menderita kelainan antung karena halotan dapat
mengakibatkan disaritmia karena efek katekolamin release. +lternatif lain untuk
menurunkan reflek pada alan nafas dapat diberikan 1,( mg@kg i. 1-" menit
sebelum intubasi.
2. Gbat-Gbat 3nduksi 3ntraena
Hntuk induksi anestesi dapat digunakan obat-obat yang mempunyai onset
kera yang cepat. 9ontoh obat induksi yang dapat digunakan adalah thiopenton,
propofol, dan ketamin. !etamin, satu-satunya agen intraena dengan kemampuan
bronkodilatasi, dengan menghambat re-uptake nonadrenalin pada uung syaraf
simpatis sehingga berefek bronkodilatasi.
5iopenton paling banyak digunakan untuk usia de&asa tetapi kadang-
kadang dapat menimbulkan bronkospasme karena adanya pelepasan histamin,
beberapa hasil penelitian menyebutkan bah&a thiopenton dapat menyebabkan
bronkokonstriksi melalui reseptor N2, menimbulkan kontraksi dan mengaktifkan
mekanisme umpan balik negatif dengan membatasi pelepasan +9* lebih lanut
akibat stimulasi yang terus berlangsung. Gleh karena itu blok reseptor N2 dapat
menghambat +9* dan potensiasi bronkokonstriksi yang disebabkan aktiitas
agal 0biasanya karena iritan14propofol dan ethomidat dapat sebagai alternatif.
!etamin dan propofol dapat digunakan untuk mencegah dan mereerse
bronkokonstriksi melalui mekanisme utama penekanan neural dan melalui
penekanan langsung aktiitas otot polos air&ay. ari hasil suatu penelitian,
&alaupun keduanya terbukti dapat digunakan untuk terapi bronkokonstriksi,
ketamin dikatakan lebih poten daripada propofol.1' Propofol dengan dosis 2,(
mg@kgBB dapat menurunkan insidensi &heing setelah intubasi dibanding dengan
penggunaan metoheAital dengan dosis setara yaitu ' mg@kgBB. ibandingkan
dengan benodiaepin, propofol lebih menguntungkan karena faktor onset yang
cepat dan akhit cepat pula.1' !etamin mempunyai efek bronkodilatasi selain efek
analgesik untuk menghindari efek depresi respirasi, ketamin diberikan dengan
pelan-pelan, ketamin uga mempunyai efek meningkatkan sekresi kelenar salia
dan tracheobronchial. 7fek ini dapat dicegah dengan menggunakan antisialogogue
seperti atropin ataupun gycopyrrolate.1#
Feflek brokospasme dapat dicegah sebelum intubasi dengan pemberian
tambahan tiopenton 1-2 mg@kgBB, pasien dientilasi dengan 2-" M+9 agen
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
16/23
16
olatil selama ( menit atau diberikan lidocain intraena atau intratracheal 1-2
mg@kgBB. 5etapi perlu di ingat lidocain sendiri dapat memicu bronkospasme ika
dosis tiopenton tidak adekuat. apat uga dengan antikolinergic 0atropin 2 mg
atau glikoperolat 1 mg tetapi dapat menyebabkan takikardi.
Penggunaan morfin masih diperdebatkan karena aktiitas pelepasan
histamine. Gpioid mempunyai efek analgesi dan sedasi, tapi penggunaannya
sebaiknya dititrasi untuk menghindari depresi respirasi, terutama pada pasien
dengan disfungsi paru berat. !odein dan morfin pada dosis besar dapat mencetus
pelepasan histamin.
". Muscle FelaAant:aktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penggunan muscle relaAan
adalah perlu tidaknya mereerse keranya. engan menghambat penghancuran
+9* endogen, inhibitor cholinesterase seperti neostigmin dapat meningkatkan
sekresi alan napas dan dapat menimbulkan bronkospasme. 7fek ini dapat dicegah
dengan penggunaan antagonis muscarinik seperti atropin 1 mg atau glycopyrrolate
$,( mg untuk meminimalkan efek samping muskarinik. +lternatif lain dapat
digunakan muscle relaAan short acting. Meskipun suksinilkolin dapat
menyebabkan pelepasan histamin tetapi secara umum dapat digunakan dengan
aman pada kebanyakan pasien asma. Gbat muscle relaksan selama maintenance
sering digunakan adalah non depolarisasi, dimana dihindari obat yang histamine
release seperti atrakurium. ecara teori obat antagonis non depolarisasi
neuromuscular menghambat antikolinesterase yang akan mengakibatkan
bronkospasme.
Te$a'i B$on"os'asme Int$ao'e$atif
Bronkospasme pada intraoperatif ditunukan dengan &heeing, munculnya
penurunan olume tidal ekshalasi atau munculnya suatu kenaikan pelan dari
gelombang dicapnograf, hal ini dapat diatasi dengan mendalamkan anestesinya.
ika tidak hilang maka perlu dipikirkan hal lain seperti sumbatan tube
endotracheal dari kekakuan, balon yang terlalu keras, intubasi endobronchial,
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
17/23
17
tarikan aktif karena anestesi dangkal, oedem pulmo atau emboli dan
pneumothorak semua dapat menyebabkan bronkospasme.2 Bronkospasme harus
ditangani dengan suatu beta adrenergik agonist baik secara aerosol atau inheler
kedalam alur inspirasi dari sirkuit napas 0gas pemba&a yang menggunakan dosis
terukur dapat berinterferensi dengan pembacaan massa spectrometer.
*idrokortison interena 01,(-2 mg @ kg dapat diberikan, terutama pada pasien
dengan ri&ayat terapi glukokortikoid.2 5ehnik pemberian ini adalah secara
matered dose inheler, berikan (-1$ puff obat tersebut kedalam alan napas bagian
ba&ah. +sma sedang sampai berat perlu diterapi dengan aminopillin intraena,
terbutalin0$,2( mg atau keduanya. Pasien yang tidak menerima aminopillin
preoperatif perlu diberikan aminopillin bolus (-' mg@kgBB intraena lebih dari 2$
menit diberikan pemeliharaan $,(-$,? mg@kgBB. Pasien asma dengan serangan
asma berat sebaiknya diberikan entilasi bantuan untuk mempertahankan PaG2
dan P9G2 pada leel normal, kecepatan entilasi yang rendah 0'-1$ napas@menit
olume tidal yang rendah dan &aktu ekshalasi yang panang.?
+pabila teradi bronkospasme yang berat teradi managemen yang harus
dilakukan /
Gksigenasi dengan pemberian oksigen 1$$%
Mendalami anestesi dengan meningkatkan agen olatile +minophillyn (-# mg@kg i. secara pelan-pelan
3pratropium bromide $,2( mg nebulier, adrenalin bolus 3. 01$NgO$,1
ml, ketamin 2 mg@kg magnesium 2 gr i. secara lambat
*idrokortison 2$$ mg i..
Penurunan diameter air&ay yang disebabkan bronkokontriksi yang berat
dapat mempengaruhi distribusi gas dalam paru. ampak akibat penurunan
entilasi pada beberapa unit paru-paru dengan rasio entilasi dan perfusi yang
lebih rendah dapat menyebabkan hipoksemia arterial. Easodilatasi pulmonerakibat pemberian beberapa bronkodilator dapat memperberat rasio entilasi
perfusi yang sudah rendah ini. Gleh karena itu pada pasien-pasien yang
teranestesi, yang penting adalah meningkatkan konsentrasi gas oksigen inspirasi
menadi 1$$% pada saat teradi bronbkospasme. *al ini tidak hanya
meminimalkan deraat hipoksia arteial tetapi uga meyakinkan tekanan partial
oksigen dalam aleoli.14
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
18/23
18
Pada akhir pembedahan sebaiknya pasien sudah bebas &heeing, aksi
pelemas otot nondepolarisasi perlu direese dengan anticholin esterase yang tidak
memacu teradinya bronkospasme, bila sebelumnya diberikan antikolinergik
dengan dosis sesuai. 7kstubasi dalam perlu dilakukan sebelum teradi pulihnya
reflek alan napas normal untuk mencegah brokospasme atau setelah pasien asma
sadar penuh.
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
19/23
19
(. !oordinasi tangan-mulut-inspirasi memadai
'. P7:F 1($
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
20/23
20
(. Pasien nampak bingung dan lemah
'. Pasien yang membutuhkan monitoring terapi, cairan dan farmakologis
#. Pasien dengan maor trauma , multitrauma, dan luka bakar berat apalagi
disertai instabilitas hemodinamika
6. Pasien maor trauma yang dilakukan prosedurDamage Control Surgery
?. Pasien yang menalani maor surgery.
BAB III
KESIMPULAN
1. +sma adalah satu keadaan klinis yang ditandai dengan episode berulang
penyempitan bronkus yang reersible, biasanya diantara episode terdapat
pernapasan yang lebih normal.
2. Penilaian terhadap reersibilitas penyakit penting dilakukan ealuasi pasien
dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
radiologi, pemeriksaan +) dan pemeriksaan tes fungsi paru-paru.
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
21/23
21
". Pasien dengan ri&ayat asma frekuen atau kronis perlu dilakukan pengobatan
sampai tercapai kondisi yang optimal untuk dilakukan operasi atau kondisi
dimana geala-geala asma sudah minimal.
4. Pencegahan bronkospasme pada saat operasi penting dilakukan terutama pada
saat manipulasi alan napas.
(. Pemilihan obat-obatan dan tindakan anestesi perlu dipertimbangkan untuk
menghindari penggunaan obat-obatan dan tindakan yang merangsang
teradinya bronkospasme atau serangan asma.
DAFTAR PUSTAKA
1. illiam F. olomon, 1??( / Pathofisiologi, !onsep
!linis Proses-proses Penyakit hal / 14?-1'12. Morgan ).7, 2$$' / +nestesi for patients &ith
Fespiratory isease in 9linical
+naesthesiology third edition, page / (#1-(#'.
". 3ndro Mulyono, 2$$$ / Pengelolaan Perioperatif pada
penderita gangguan
Pernapasan dalam P3B Q 3+3 diBandung, hal / 111-1"".
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
22/23
22
4. !arnen B, 1??? / +sma Bronchial dalam 3lmu
Penyakit alam, Balai Penerbit
:!H3, akarta, hal / 21-"?.
(. Gberoi ), Phillip ), 2$$$ / Management of some
Medical 7mergency ituation,
Mc. )ra& *ill, page / "1(-"16
'. toelting F.!, 1??? / Pharmacology in Pharmacology
and Physiology in +naesthetic Practice, :ourth edition,
7/26/2019 General Anestesi Pd Asma
23/23
23
+naesthesia Prosedure Gf Massechusetts )eneral *ospital,'
ed,
Top Related