BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korban masalah gangguan pola makan atau yang dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai eating disorder sudah banyak sekali, dari kelompok selebriti sampai orang
biasa. Kalau enggak diobati secara serius, gangguan pola makan bisa mengakibatkan
korban jiwa. Remaja, terutama remaja putri, termasuk kelompok yang rentan terhadap
gangguan ini. Mungkin karena remaja berusaha untuk “gaul” dan cenderung menjadi
korban mode yang menuntut seseorang langsing cenderung kurus.Seseorang dapat
dikatakan mengalami gangguan pola makan apabila ia terobsesi dengan pengaturan
makanan dan berat badannya. Mereka melakukan hal-hal yang ekstrem untuk menjaga
berat badannya. Ada dua gangguan pola makan, anorexia dan bulimia nervosa.
Walaupun belum diketahui secara pasti, ada berbagai teori yang menjelaskan penyebab
kedua gangguan ini.
Salah satu teori menyebutkan bahwa penyebabnya adalah karena cewek-cewek
merasa sangat tertekan dengan “kewajiban” untuk tampil langsing seperti yang
dimunculkan oleh televisi dan majalah. Teori yang menunjuk adanya gangguan pada
sebagian fungsi otak yang berkaitan dengan body image.Penderita bulimia nervosa
makan dalam jumlah sangat berlebihan (menurut riset, rata-rata penderita bulimia
nervosa mengonsumsi 3.400 kalori setiap satu seperempat jam, padahal kebutuhan
normal hanya 2.000-3000 kalori per hari). Kemudian berusaha keras mengeluarkan
kembali apa yang telah dimakannya, dengan cara memuntahkannya kembali atau
dengan menggunakan obat pencahar. Di antara kegiatan makan yang berlebihan itu
biasanya mereka berolahraga secara berlebihan.
Biasanya penderita tidak langsung ketahuan oleh orang lain bahwa ia menderita
penyakit ini, karena berat badannya normal dan tidak terlalu kurus. Karena tidak
ketahuan sehingga tidak ditangani dokter, penyakit yang sering berawal ketika
1
seseorang masih berusia remaja ini dapat berlangsung terus sampai ia berusia empat
puluhan sebelum ia mencari bantuan.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan tentang
pasien dengan bulimia nervosa.untuk memudahkan kita sebagai calon perawat dalam
merawat pasien dengan bulimia nervosa.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa 1
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengetahui definisi gangguan pola makan
2. Mampu mengetahui etiologi dari gangguan pola makan
3. Mampu mengetahui patofisiologi dari gangguan pola makan
4. Mampu mengetahui manifestasi klinis dari gangguan pola makan
5. Mampu mengetahui data penunjang dari gangguan pola makan
6. Mampu mengetahui terapi pengobatan dari gangguan pola makan
7. Mampu mengetahui patofisiologi dari gangguan pola makan
8. Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan gangguan
pola makan.
9. Mampu melakukan masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan
gangguan pola makan
10. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan klien dengan gangguan pola
makan.
11. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan pola
makan.
12. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan keperawatan pada klien dengan
gangguan pola makan.
2
13. Mampu mengdokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan gangguan pola
makan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Anoreksia Nervosa
Anoreksia (anorexia) berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya
“tanpa” dan orexis artinya “hasrat untuk”. Anoreksia memiliki arti “tidak
memiliki hasrat untuk (makan)”, yang sesungguhnya keliru, karena kehilangan
nafsu makan diatara penderita anoreksia nervosa jarang terjadi.
Menurut Bruch (1973) “pengejaran tanpa lelah kekurusan tubuh dengan
menciptakan kelaparan diri sendiri bahkan sampai pada kematian”
Anoreksia nervosa menunjukan rasa tidak suka terhadap makanan yang
mengandung energi tinggi (drewnoski et al. 1987; Sunday & Halmi, 1990) tidak
ada priming efek terhadap makanan serta rendahnya skor anhedonic pada self
reprted scale. (Davis & Woodside, 2002; Eiber et al. 2002).
Anoreksia adalah kelaparan diri (dengan pembatasan ekstreem terhadap
kalori makan dan dengan jumlah yang sangat sedikit) biasanya menyebabkan
kehilangan berat badan yang berlebihan. (Mehta, 2010).
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang sangat
memperihatinkan. Dimana individu tersebut mempertahankan bentuk tubuhnya
atau menurunkan berat badan dengan cara sedikit makan. Mereka merasa takut
akan penilaian orang lain karena mempunyai bentuk tubuh yang kurang bagus,
mereka beranggapan seseorang akan menilai diri dari bentuk badan.
(Stark.2000)
Anoreksia adalah gangguan makan yang ditandai dengan kelaparan
secara sukarela dan stress dari melakukan kegiatan. Anorexia nervosa
4
merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikososial,
sosiologikal, dan fisiologikal. Seseorang yang menderita anorexia disebut
sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik. Istilah ini sering kali
namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis
kehilangan nafsu makan.
2.1.2 Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa (BN) digambarkan dengan episode berulang makan berlebihan
(binge eating) dan kemudian dengan perlakuan kompensatori (muntah, berpuasa,
beriadah, atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan perasaan subjektif
kehilangan kawalan ketika makan. Muntah yang dilakukan secara sengaja atau beriadah
secara berlebihan, serta penyalahgunaan pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin juga
boleh terjadi (Chavez dan Insel, 2007).
Bulimia Nervosa adalah episode makan yang berlebih yang terjadi berulang kali
dengan perasaan kurang pengendalian terhadap perilaku makan dan sangat perihatin
dengan bentuk dan berat tubuh. Individu juga secara teratur berusaha untuk
memuntahkan kembali yang dimakannya, menggunakan pencahar diit berlebih dan
berpuasa untuk melawan efek makan yang berlebihan.
2.2 Etiologi / penyebab
Etiologi gangguan tetap tidak jelas. Terdapat komponen pisikologis yang
jelas,dan diagnosis terutama didasarkan pada kriteria pisikologis dan prilaku .Namun
demikian, manisfestasi fisik anoreksia dapat mengarah pada kemungkinan faktor-faktor
organic pada etiologi.
a. Biologis
Diyakini ada hubungan keluarga dengan gangguan makan. Keturunan pertama
wanita pada orang yang mengalami gangguan makan beresiko tinggi daripada populasi
umum. Model biologis etiologi gangguan makan difokuskan kepada pusat pengatur
nafsu makan di hipotalamus, yang mengendalikan mekanisme neurokimia khusus untuk
5
makan dan kenyang. Serotonin dianggap terlibat dalam patofisiologi gangguan makan
walaupun model biologis ini masih dalam tahap perkembangan.
Studi tentang anoreksia nervosa dan bulimia nervosa menunjukkan bahwa
gangguan tersebut cenderung terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu, kerentanan
genetic mungkin muncul yang dipicu oleh diet yang tidak tepat atau stress emosional.
Kerentanan genetic ini mungkin muncul karena tipe kepribadian tertentu atau kerentaan
umum terhadap gangguan jiwa atau kerentanan genetic mungkin secara langsung
mencakup disfungsi hipotalamus.(Sheila L. Videbeck, 2008 )
b. Perkembangan
Anoreksia nervosa biasanya terjadi selama masa remaja dan diyakini bahwa
penyebabnya berhubungan dengan antara perkembangan pada tahap kehidupan ini.
Perjuangan untuk mengembangkan otonomi dan pembentukan indentitas yang unik
adalah 2 tugas yang penting.( Sheila L. Videbeck, 2008 )
c. Lingkungan
Berbagai factor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk mengalami gangguan
makan. Riwayat terdahulu pasien mengalami gangguan makan sering dipersulit oleh
penyakit dalam dan bedah, kematian keluarga dan lingkungan keluarga dengan konflik.
d. Psikologis
Kebanyakan pasien yang mengalami gangguan makan menunjukkan sekelompok gejala
psikologis seperti rigiditas, ritual risme, kehati – hatian , perfectsionisme serta control
infuse yang buruk.
e. Sosiokultural
Pada budaya yang menerima atau mengahargai kemontokkan, jarang terjadi gangguan
makan. Lingkungan sosiokultural pada remaja dan wanita muda di Amerika Serikat juga
sangat menekankan kelangsingan dan pengendalian terhadap tubuh seseorang menjadi
indicator untuk evaluasi diri.(Gail w.stuart,2006). Di Amerika serikat kelebihan berat
6
badan dianggap sebagai tanda kemalasan, kurang control diri atau mendapatkan tubuh
yang sempurna disamakan dengan cantik. (Sheila L. Videbeck, 2008 )
Aspek psikologis anoreksia nervosa yang mendominansi adalah keinginan yang kuat
untuk menguruskan berat badan dan takut gemuk, biasanya didahului oleh periode 1
atau 2 tahun gangguan mood dan perubahan perilaku. Penurunan berat badan biasanya
dipicu oleh krisis yang khas pada remaja seperti awitan menstruasi atau kecelakaan
interpersonal traumatic yang memicu perilaku diet yang serius dan berlanjut sampai
tidak terkontrol.
Sering kali terdapat kesalahpahaman yang berlebihan terhadap penyimpanan lemak
normal yang merupakan karakteristik periode remaja awal , atau komentar orang lain
bahwa remaja putri terlihat gemuk. Penurunan berat badan mungkin merupakan respon
terhadap sindiran atau pergantian sekolah atau akan masuk kuliah. Remaja memasuki
fase pertumbuhan pubertas ketika akumulasi lemak biologis yang normal, terutama
rentan untuk muncul. Tuntutan dewasa ini untuk memiliki tubuh ramping merupakan
faktor yang sangat penting. Standar kecantikan ditunjukkan oleh tinggi badan,
kerampingan, payudara yang kecil seperti model – model yang ditampilkan oleh semua
bentuk media.
Pada beberapa situasi remaja mengalami stress keluarga yang parah seperti
perpisahan atau perceraian orang tua. Pada kondisi ini atau lainnya remaja mengalami
kehilangan kontrol diri, keputusan untuk sabar atau tidak makan menjadi sebuah area
yang dapat melatih kontrol individu.( Dona L Wong,2008 )
2.3 Patofisiologi2.3.1 Anoreksia Nervosa
Mekanisme Umum.
Meskipun mekanisme pasti mekanisme pengaturan nafsu makan dan berat badan
belum diketahui sepenuhnya, riset sekarang ini memberikan banyak sekali informasi
tentang permasalahan ini. Hipotalamus dinilai dapat mengatur baik rasa kenyang
maupun lapar, dengan menghasilkan homeostasis berat badan dalam keadaan yang
7
ideal.Hipotalamus mengintepretasikan dan mengintegrasikan sejumlah besar masukan
neural dan humoral untuk mengkoordinasikan tahapan lapar dengan pengeluaran energi
sebagai respon terhadap keadaan perubahan keseimbangan energi. Sinyal jangka
panjang yang menghubungkan informasi tentang simpanan energi badan, status
endokrin, dan kesehatan umum terutama merupakan masukan humoral. Sinyal jangka
pendek, termasuk hormon usus dan sinyal neuran dari pusat otak lebih tinggi dan usus,
meregulasi tahapan awal dan akhir proses makan. Hormon-hormon yang terlibat dalam
proses inimencakup leptin, insulin, kolesitokinin, grelin, polipeptida YY, polipeptida
pankreas, peptida-1 yang mirip glukagon, dan oxytomodulin. Perubahan setiap proses
humoral atau neuronal inidapat menimbulkan anoreksia.
2.3.2 Bulimia Nervosa
Ada 2 jenis Bulimia Nervosa, yaitu:
1. Jenis yang membatasi diit, yaitu individu tersebut sangat membatasi makanan dan
memaksa diri menjalankan berbagai latihan, serta tidak terlibat secara teratur dalam
pesta makan atau perilaku ‘pembersihan’ (muntah yang diinduksi sendiri atau
penyalahgunaan laksatif, diuretik atau enema).
2. Jenis yang suka makan dan ‘pembersihan’, yaitu individu secara teratur terlibat dalam
pesta makan dan diikuti perilaku‘pembersihan’.
Pemakaian obat pengurang nafsu makan yang berlebihan atau pil diet terdapat pada
kedua jenis di atas.
Perilaku ‘pembersihan’ dan setengah puasa dapat menimbulkan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit serta masalah jantung yang pada akhirnya dapat berakibat fatal.
8
2.4 Manifestasi Klinis
2.4.1 Anoreksia Nervosa
a. Gangguan tidur timbul pada beberapa penderita anoreksia dan terdapat gerakan
mata yang cepat, seperti yang sering terdapat pada penderita depresi. Masalah
pada pengaturan suhu , khususnya hipotermia.
b. Tidak mau makan dengan sengaja karena ketakutan yang berlebihan akan
kenaikan berat badan.
c. Pengidap memiliki Body Mass Index kurang dari 18,5.
d. Terganggunya siklus menstruasi.
e. Cenderung tidak mengakui bahwa ia mengidap anoreksia karena ia merasa dapat
mengontrol keadaan dengan kemampuannya mengatakan tidak pada makanan.
f. Gangguan pada hipotalamik – pituitary-ovarian axis dimanifestasikan dengan
amenorea yang berkaitan dengan pola tidak matang dari sekresi hormon
luteinizing.
g. Adanya disfungsi hypothalamic- pituitary-adrenal axis dibuktikan dengan antara
lain dengan meningkatnya kortisol, hilangnya variasi diurnal pada sekresi
kortisol , dan kegagalan deksametason untuk menekannya.
h. Peningkatan area nitrogen pada darah dapat timbul sebagai akibat dehidrasi dan
penurunan kecepatan penyaringan glomerulus, namun kadar yang normal dapat
ditemukan pada keadaan serupa karena rendahnya pemasukan protein pada
penderita dehidrasi.
i. Konstipasi merupakan komlikasi masalah motilitas yang sangat sering terjadi
pada penderita AN.
j. Penderita AN tampaknya sangat resisten terhadap inspeksi.
k. Kulit penderita AN kering dan sering tampak rambut lanugo.
l. Pada fase pemberian makan kembali sering kerontokan rambut
2.4.2 Bulimia Nervosa
1. Penurunan berat badan mendadak, tanpa penyebab yang jelas.
2. Tampilan kurus kering, hilangnya lemak subcutan
9
3. Perubahan kebiasaan makan, waktu makan yang tidak lazim
4. Latihan dan aktivitas fisik yang berlebihan
5. Amenorea
6. Kulit kering bersisik
7. Lanugo pada ekstremitas, punggung dan wajah
8. Kulit berubah kekuningan
9. Gangguan tidur
10. Konstipasi
11. Erosi eosopagus
12. Alam perasaan depresi
13. Fokus yang berlebihan pada pencapaian hasil yang tinggi14. Perhatian berlebihan terhadap makanan dan penampilan tubuh
15. Erosi email dan dentin tinggi
2.5 Cara Mengetahui Status Gizi
1. Mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengan tabel
standar.
2. Menghitung indeks massa tubuh (BMI, Body Mass Index), yaitu berat badan
(dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter).
Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita.
3. Mengukur ketebalan lipatan kulit.
Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi
lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan
menggunakan jangka lengkung (kaliper).Lemak dibawah kulit banyaknya adalah
50% dari lemak tubuh.Lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm pada laki-laki
dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
10
4. Status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (Lean Body Mass, massa tubuh
yang tidak berlemak).
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk penderita gangguan makan meliputi
pemeriksaan tanda vital, mengukur tinggi dan berat badan penderita dan pemeriksaan
status pubertas. Kelainan yang didapat pada pemeriksaan fisik berupa kehilangan berat
badan yang nyata, bradikardi, hipotensi postural, hipotermi, penipisan email akibat
tumpahan asam lambung, luka pada anus akibat penggunaan pencahar yang berlebihan,
kulit dan bibir kering akibat dehidrasi.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain darah rutin, kadar elektrolit,
kadar kalsium dan fosfat serum, pemeriksaan fungsi hati dan tiroid. Pemeriksaan
elektrokardiografi dilakukan bila ada gangguan fungsi jantung atau mendapat
pengobatan antidepresan.
Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari
jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang
disebabkan oleh malnutrisi.
2.8 Terapi Pengobatan/Treatment
Treatment untuk anoreksia nervosa dilakukan dengan 3 tahap;
1) Mengembalikan berat badan kembali normal.
Dilakukan program diet ulang yang sehat untuk mengembalikan berat badan
kembali normal, pada pasien tertentu kadang diperlukan perawatan di rumah sakit.
Check kesehatan akan dilakukan untuk melihat pelbagai kemungkinan komplikasi yang
muncul.
2) Terapi psikologi
11
Terapi ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, menghilangkan cara
pandang yang salah terhadap citra tubuh, meningkatkan penghargaan diri dan mengatasi
konflik interpersonal. Terapi yang dilakukan biasanya dipilih CBT (Cognitive
Behavioral Therapy) dianggap paling efektif dalam mengembalikan kepercayaan diri,
dan mencegah timbulnya pikiran dan perilaku gangguan makan kembali. Terapi
dilakukan dapat berlangsung lama, oleh karenanya CBT juga kadang disertai dengan
terapi keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien dalam menjalani
penyembuhan
3) Penyembuhan total
Beberapa upaya yang dilakukan agar pasien kembali stabil, menghilangkan
kebiasaan dan pikiran-pikiran yang dapat menimbulkan gangguan makan kembali
4) Mengurangi atau menghapuskan perilaku atau pemikiran yang awalnya
mengarah ke makan tidak teratur.
Untuk menyembuhkan anoreksia nervosa diperlukan kesabaran. Hal-hal yang
dapat dilakukan adalah konseling bersama dengan anggota keluarga, serta edukasi
tentang nutrisi, psikoterapi, dan kesehatan. Si penderita sangat membutuhkan dukungan
dari keluarga dan orang-orang terdekat. Jika ada salah satu anggota keluarga anda yang
menderita kelainan ini, jangan berhenti mendukungnya untuk sembuh.
5) Psikofarmakologi
Beberapa kelas obat-obatan telah diteliti, tetapi sedikit yang menunjukkan
keberhasilan secara klinis. Amitriptilin( Elavil) dan siproheptadin antihistamin dalam
dosis tinggi ( sampai 28mg/ hari ). Dapat meningkatkan penambahan berat badan pasien
rawat inap dengan anoreksia nervosa.( Sheila L. Videbeck, 2008 )
6) Psikoterapi
Terapi keluarga dapat bermanfaat bagi keluarga dari klien yang berusia kurang
dari 18 tahun. Keluarga yang menunjukkan enmeshment, terapi keluarga juga berguna
12
untuk membantu anggota keluarga menjadi partisipan yang efektif dalam terapi klien.
( Sheila L. Videbeck, 2008 )
2.9 Petunjuk Menangani Klien yang Mengalami Gangguan Makan
Bersikap empati dan tidak menghakimi meskipun tidak mudah. Ingat perspektif
dan ketakutan klien tentang berat badan dan makan.
Hindarkan kesan seperti orang tua yang mengajarkan klien tentang nutrisi atau
mengapa kegunaan laksatif membahayakan.
Jangan menjuluki klien sebagai orang yang baik ketika ia menghindari perilaku
memakan semua makanannya.
13
BAB III
ASKEP PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN MAKAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh
melalui anamnese dan pemeriksaan fisik.
a) Anamnese
1) Identitas
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik,
alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2) Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan jarang diungkapkan
14
klien. Klien biasa mengungkapkan bahwa dia tidak menderita bulimia nervosa
dengan tanda binge dan purge.
Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality
atau kualitas (Q) yaitu bagaimana binge dan purge dirasakan oleh klien, regional
(R) yaitu menjalar binge dan purge kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi binge dan purge atau klien merasa nyaman
dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan binge dan purge tersebut.
Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayat sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan penangan yang dilakukan
sendiri sebelum di rawat. Klien bulimia nervosa sering berfokus pada cara
menyenangkan orang lain dan menghindari konflik. Klien dengan bulimia sering
memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas,
depresi, dan gangguan keperibadian.
Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
bulimia nervosa.
3) Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien. catat kehilangan
berat badan 15% dibawah normal atau lebih. Klien bulimia nervosa dapat
kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya mendekati
berat badan yang diharapkan sesuai dengan usia dan ukuran tubuhnya.
15
Penampilan umum klien tidak luar biasa, dan klien tampak terbuka dan mau
berbicara.
Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien. Klien
bulimia malu dengan perilaku makan berlebihan dan pengurasan. Klien
mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk
menyembunyikanya dari orang lain. Klien merasa lepas kendali dan tidak
mampu merubah perilaku tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut
sebagai hal yang patologis.
Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS).
Sistem gastrointestinal
Mengkaji tentang keadaan gigi, mulut, dan abdomen . Biasanya pada
klien bulimia nervosa dapat terlihat karies gigi, lidah kotor, membran mukosa
mulut kering dan perut agak cekung atau semua ini bisa tidak terlihat karena
terjadi dengan dirahasiakan oleh klien.
4) Pola aktivitas
Nutrisi
Dikaji tentang intake dan output nutrisi, porsi makan, nafsu makan, pola
makan dan aktifitas setelah makan kliem. Klien bulimia makan berlebihan
(binge) dan melakukan pengurasan (purge). Klien mengakui bahwa perilaku
tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain.
Cairan
16
Dikaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan berlebih ,
keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium, albumin), turgor kulit
tidak elastis dan membran mukosa kering.
Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan mengatur pola makan
binge, mencegah terjadinya pengurasan (purge) dan kekuatan otot. Hal membuat
klien dapat cepat lelah karena kekurangan asupan nutrisi dan cairan yang cukup.
Aspek Psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati
klien. Klien yang mengalami gangguan makan mempunyai mood yang labil,
biasanya berhubungan dengan perilaku makan atau diet klien. Menghindari
makanan yang “buruk” atau makanan yang menggemukkan memberi klien
perasaan kuat dan kendali terhadap tubuhnya, sedangkan makan berlebihan atau
pengurasan menimbulkan ansietas, depresi, dan perasaan lepas kendali. Klien
sering tampak sedih, cemas, dan khawatir.
Klien bulimia nervosa pada awalnya senang dan gembira, seolah-olah
tidak ada yang salah. Wajah yang menyenangkan biasanya hilang saat klien
menunjukan perilaku makan berlebihan dan pengurasan, dan klien mungkin
menunjukan emosi yang intens tentang perasaan bersalah, malu, dan
memalukan. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku
tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang patologis.
Hal ini menebabkan klien bulimia nervosa menjalini hidup yang rahasia,
dengan diam-diam melakukan makan yang berlebihan dan pengurasan
dibelakang teman dan keluarga klien. Jumlah waktu yang diluangkan untuk
membeli dan memakan makanan dan kemudian melakukan pengurasan dapat
mengganggu performa peran baik di rumah maupun di lingkungan.
17
3.2 Diagnosa Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Pola Makan
1.Ketidakefektifan koping individu
2.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih.
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan
muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan.
4.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar.
5.Risiko kerusakan integritas kulit b.d. gangguan nutrisi/ status metabolik, dehidrasi.
3.3 Intervensi Keperawatan
No. Dignosa keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan koping individu
Setelah dilakukan tindakan keperwatan 4 x 24 jam ketidakefektifan koping individu
dapat terpenuhi.
KH :
1. Menidentifikasi metode yang tidak berhubungan dengn makanan dalam menghadapi stres atau krisis
2. Mengungkapakan perasaan bersalah, ansietas, marah, atau kebutuhan yang berlebihan
1. Terapkan batasan dengan klien tentang kebiasana makan.
2. Dorong klien makan dengan klien lain atau keluarganya, jika ditoleransi.
Mencegah perilaku makan berlebihan yang mencakup makan diam-diam dan menelan makanan dengan cepat serta menbantu klien kembali ke pola makan yang normal (3 kali sehari).
Mencegah kerahasian tentang makan meskipun pada awalnya ansietas klien mungkin terlalu tinggi untuk bergabung makan bersama.
18
akan kontrol3. Menunjukan
hubungan interpersonal yang lebih memuaskan
4. Mengungkapkan citra tubuh yang lebih realistis
5. Menujukan metode alternatif dalam menghadapi stres atau krisis
6. Mengungkapkan peningkatan harga diri dan percaya diri
3. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya (ansiates dan rasa bersalah tentang makan).
4. Dorong klien untuk membuat catatan harian guna menuliskan tipe dan jumlah makanan yang dimakan, megidentifikasi perasaan yang dialami sebelum, sesudah dan setelah makan terutama tentang perilaku makan yang berlebihan dan pengurasan.
5. Diskusiskan makanan yang menyenangkan bagi klien dan mengurangi ansietas.
6. Bantu klien menggali cara mengatasi emosi (marah, ansietas, dan frustasi).
7. Berikan umpan balik positif terhadap
Membantu mengurangi perasaan secara verbal dapat mengurangi ansietas dan mengurani perilaku pengurasan makanan.
Membantu kilen memeriksa asupan makanan dan perasaan yang dialaminya.
Membantu klien melihat dengan menggunakan makanan untuk mengatasi perasaan atau membuat nyaman dirinya.
Membantu klien memisahkan masalah emosional dari makanan dan perilaku makan.
19
klien.
8. Ajarkan klien tentang penggunaan proses penyesalan masalah.
9. Eksplorasi bersama klien tentang kekuatan personalnya.
10. Diskusikan dengan klien tentang ide menerima berat badan yang kurang “ideal”.
11. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang anggota keluarga dan orang terdekat, peran dan hubungan dengan mereka.
Meningkatkan usaha klien dalam menghadapi ansietas, kemarahan, dan perasaan lainnya secara jujur dan terbuka.
Membantu meningkatkan harga diri klien dan percarya diri klien.
Membantu klien menemukan kekuatannya.
Mengubah persepsi klien tentang bertat badan yang ideal mungkin tidak realistis dan tidak sehat.
Membnatu klien mengidentifikasi, menerima, dan mengatasi perasaannya dengan cara yang tepat.
2. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi TTV nadi Indikator keadekuatan
20
volume cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih
keperawatan selama 3x24 jam kekurangan volume cairan tubuh dapat terpenuhi.
KH :
TTV : s: 36-37C, TD: 110/70- 120/ 70 mmHg, P: 16-20 x/menit, N: 80-100 x/menit
intake dan output seimbang
abdomen tidak cekung
membran mukosa lembab
turgor kulit kembali dalam 3 detik
tidak ada muntah
hasil laboratorium : Na: 135 -145 mEq/L, Ca: 4-5 mEq/L, K : 3.5 – 5.3 mEq/L
status membran mukosa turgor kulit
2. Awasi jumlah masukan cairan (intake & output)
3. Indentifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan cairan
4. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit
5. Memberikan cairan sesuai indikasi
6. Auskultsi bising usus
7. Awasi pemeriksaan laboratorium tentang elektrolit
volume sirkulasi
Untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit
Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan
Menunjukan kehilangan cairan
Memperhatikan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit
Mencegah terjadinya infeksi saluran pencernaan
Memberikan informasi tentang volume sirkulasi, keseimbangan
21
8. Menimbang berat badan tiap hari
9. Kaji riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan lamanya dari muntah
10. Suhu , warna kulit, kelembapan kulit
11. kolaborasi pemberian cairan infus
12. Terapkan batasan dengan klien tentang kebiasana makan.
elektrolit
Mengukur keadekuatan pengantian cairan
Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total
Mengindikasi terjadinya dehidrasi
Agar tidak terjadi dehidrasi tubuh
Mencegah perilaku makan berlebihan yang mencakup makan diam-diam dan menelan makanan dengan cepat sert
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi.
1. Berikan pengawasan pasien dengan tetap tingggl diruangan tanpa
Mencegah muntah selama / setelah makan
22
dengan rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan
KH :
berat badan dalam rentang normal dari perhitungna berat badan ideal
asupan nutrisi seimbang sesuai berat badan
bising usus 5 – 30 x/menit
abdomen tidak terdapat nyeri tekan
tingkat kesadaran kompos mentis
konjungtiva merah muda
kamar mandi
2.Hindari pemberian laktasif
3. berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan
4. Libatkan pasien dalam pengusun / melakukan program perubahan perilaku
5. Timbang berat badan tiap hari buat jadwal teratur
6. Rujuk keahlian gizi
7. Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan sebelumnya
Penguanaan berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih makan / kalori tubuh oleh pasien
Perawatan diri memberikan kontrol lingkungan di mana masuknya makanan, muntah/ obat dan aktivitas dipantau
memberikan situasi terstuktur untuk mengambarkan kearah yang lebih baik
Pengawasan kehilangan dan alat pengkaji kebutuhan nutrisi
Perlu bantuan dalam perencanaan memenuhi kebutuhan nutrisi
Memberikan informasi tentang adekuat masukan untuk pemenuhan nutrisi
23
8. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama
9. Auskultasi bising usus
10. Berikan tambahan makanan / nutrisi dukung total bisa dibutuhkan
1 1.Kaji TTV, membra mukosa, turgor kulit
12.dorong klien untuk makan semua makanan
13. Awasi pemeriksaan laboratorium, antara glukosa serum, albumin dan total protein
Mengidenfikasi kekurangan/ kebutuhan untuk membantu memilih intervensi
Menentukan kembalinya peristaltik
Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi
Indikator volume sirkulasi/ perkusiUntuk mempertambah nutrisi tubuh
Untuk mencegah kekurangan nutrisi
4. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan 1.Buat hubungan Membantu pasien
24
tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar
keperawatan selama 7x24 jam gangguan citra tubuh dapat terpenuhi.
KH :
- Klien menyatakan penerimaan dirinya sendiri
- Klien mampu beradaptasi terhadap perubahan
- Klien mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup
- Klien dapat berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi
- Klien dapat berpartisipasi dalam Tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi
teraupetik perawat/pasien
2.Tingkatkan konsep diri tanpa penilaian moral
3. Berikan pasien untuk menggambarkan dirinya sendiri
4.Sadari reaksi sendiri terhadap perilaku pasien.
5. Dorong pasien untuk menghargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat dengan membuat keputusan sendiri dan menerima diri sendiri.
6. Libatkan dalam program pengembangan pribadi
8. Anjurkan konsultasi pada konsultan citra diri
dapat memulai untuk mempercayai dan mencoba pemikiran dan perilaku.
Agar komunikasi pasien dan perawat berjalan dengan baik
Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang/gambaran diri dan kenyataan situasi
Mengembalikan kepercayaan diri pasien
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri
Gambaran positif meningkatkan harga diri
Memperbaiki citra diri menjadi baik
Banyak cara membuat penampilan lebih baik
25
10. Gunakan pendektan psikoterapi,daripada terapi penafsiran.
tetapi positif
5. Risiko kerusakan integritas kulit b.d. gangguan nutrisi/ status metabolik, dehidrasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam risiko kerusakan integritas dapat terpenuhi.
KH :
Tidak terlihat iritasi pada kulit klien
Kulit klien lembab Warna kulit sawo
matang (tidak kemerahan)
Tidak ada lesi
1. Observasi kemerahan, pucat.
2. Dorong mandi tiap 2 hari 1 kali.
3. Gunakan krim kulit 2 kali sehari dan setelah mandi.
4. Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering.
5. T ekankan pentingnya masukan nutrisi/ cairan adekuat ( rujuk ahli nutrisi)
Area ini meningkatkan resiko untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif
Sering mandi membuat kekeringan kulit.
Melicinkan kulit dan menurunkan gatal.
Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada jaringan.
Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit.
4. Implementasi / Pelaksananaan Keperawatan
26
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan Pada tahap ini
perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan terdiri dari
beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan, dan pengumpulan data.
5 . Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dan melibatkan pasien, perawat, dan
anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
kesehatan, petofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai
apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak, dan untuk melakukan
pengkajian ulang.
BAB IV
PENUTUP
4.1Simpulan
Anoreksia nervosa adalah salah satu gangguan makan yang paling banyak terjadi
pada anak gadis remaja dan wanita muda dan disebabkan oleh berbagai faktor seperti
27
biologi, sosial dan psikososial.Diperlukan terapi yang menyeluruh dalam
penatalaksanaan anoreksia nervosa termasuk didalamnya hospitalisasi, psikoterapi dan
terapi biologis.Tanda dan gejala yang sering timbul pada penyakit ini adalah Berat
badan turun secara drastic,diet berkelanjutan,Ketakutan bertambah berat badan atau
menjadi gemuk, bahkan ketika berat badannya dibawah rata rata,Gejala yang tidak
semestinya pada bentuk/ berat badan dalam evaluasi diri,Sibuk menghitung kalori
makanan dan nutrisi,Lebih memilih makan sendirian,Latihan berlebih,selain itu
penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Bulimia Nervosa adalah episode makan yang berlebih yang terjadi berulang kali
dengan perasaan kurang pengendalian terhadap perilaku makan dan sangat perihatin
dengan bentuk dan berat tubuh. Individu juga secara teratur berusaha untuk
memuntahkan kembali yang dimakannya, menggunakan pencahar diit berlebih dan
berpuasa untuk melawan efek makan yang berlebihan.
4.2 Saran
Mahasiswa harus mampu memahami mengenai pengertian, penyebab,
epidemilogi, penatalaksanaan dari klien dengan gangguan pola makan , dan yang
menjadi target dari Anoreksia Nervosa dan bulimia nervosa agar dalam menjalankan
proses keperawatan dapat membuat intervensi dan menjalankan implementasi dengan
tepat sehingga mencapai evaluasi dan tingkat kesembuhan yang maksimal pada klien
Anoreksia Nervosa. Selain itu Mahasiswa juga dapat memperbanyak ilmu dengan
mengunjungi seminar dan membaca dari berbagai sumber.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta: EGC.
Tucker, Susan Martin, at all. 1998. Standart Perawatan Pasien : Proses Keperawatan,
Diagnosis, dan Evaluasi. Jakarta: EGC.
28
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman untuk
Pembuatan Rencana Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Purwa, Sandi. 27 September 2013. askep-askeb-kita.blogspot.com/
29
Top Related